DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

100
DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs) BERBASIS MASYARAKAT DALAM UPAYA MENURUNKAN RISIKO KEMATIAN IBU DI KABUPATEN JENEPONTO COMMUNITY BASED OF SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs) PROGRAM IN EFFORT TO REDUCE MATERNAL MORTALITY RISK IN JENEPONTO DISTRICT YUSRIANI NOMOR POKOK : P0201313404 SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM DOKTOR ILMU KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2017

Transcript of DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

Page 1: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

i

DISERTASI

PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs) BERBASIS MASYARAKAT DALAM UPAYA MENURUNKAN RISIKO KEMATIAN

IBU DI KABUPATEN JENEPONTO

COMMUNITY BASED OF SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs) PROGRAM IN EFFORT TO REDUCE MATERNAL

MORTALITY RISK IN JENEPONTO DISTRICT

YUSRIANI NOMOR POKOK : P0201313404

SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM DOKTOR ILMU KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2017

Page 2: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

ii

PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs) BERBASIS

MASYARAKAT DALAM UPAYA MENURUNKAN RISIKO

KEMATIAN IBU DI KABUPATEN JENEPONTO

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar doktor

Program Studi

Ilmu Kedokteran

Disusun dan diajukan oleh

YUSRIANI

Kepada

SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM DOKTOR ILMU KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2017

Page 3: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

iii

Page 4: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

iv

PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Yusriani

NIM : P0201313404

Program Studi : S3 Ilmu Kedokteran

Program Pascasarjana

Universitas Hasanuddin

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat

dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan disertasi ini hasil karya orang

lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Juli 2017

Yang menyatakan, Yusriani

Page 5: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

v

DAFTAR TIM PENGUJI

Promotor : Prof. dr. H. Veni Hadju, M.Sc, Ph.D

Ko-Promotor : Dr. Ridwan M. Thaha, M.Sc

Ko-Promotor : Prof. dr. H. Muh. Tahir Abdullah, MSPH

Anggota : dr. Oedojo Soedirham, MPH, MA, Ph.D

Prof. Dr. Ridwan Amiruddin,SKM, M.Kes, M. Sc.PH

Ansariadi, SKM, M. Sc.PH, Ph.D

Dr. dr. H. Burhanuddin Bahar

Dr. Suriah, SKM, M.Kes

Page 6: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

hasil penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar doctor

pada sekolah pascasarjana program studi ilmu kedokteran Universitas

Hasanuddin dengan judul “Program Safe Motherhood Promoters (SMPs)

Berbasis Masyarakat Dalam Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu Di

Kabupaten Jeneponto” merupakan syarat untuk menyelesaikan program.

Terima Kasih atas rahmat dan karunianya kepada Allah SWT, yang telah

memberikan kelancaran dan kesempatan kepada peneliti sehingga mampu

menjalani hidup dengan sebaik-baiknya dan selalu memberikan kesabaran

dalam menghadapi semuanya.

Sebuah karya sebenarnya sangat sulit dikatakan sebagai usaha satu

orang tanpa bantuan orang lain, begitu pula dengan hasil penelitian ini tidak

dapat terselesaikan tanpa dorongan dan sumbangsih pemikiran dari berbagai

pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan penghormatan

dan penghargaan yang setinggi-tingginya dan mengucapkan terimakasih yang

tulus kepada yang terhormat Bapak Prof. dr. H. Veni Hadju, M.Sc, Ph.D

selaku Promotor dan Bapak Dr. Ridwan M. Thaha, M.Sc dan Bapak Prof. Dr.

dr. H. Muhammad Tahir Abdullah, M.Sc, MSPH selaku ko Promotor. Beliau

bertiga dengan kepakaran masing-masing telah meluangkan waktu dan

memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran, perhatian dan

Page 7: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

vii

keikhlasan sehingga disertasi ini dapat diselesaikan mulai dari pengembangan

topik penelitian, pelaksanaan hingga penulisan. Penulis benar-benar

merasakan melalui mereka bertiga telah membuka cakrawala dan mendorong

munculnya gagasan baru. Semoga amal ibadah beliau diterima dan mendapat

balasan dari Allah SWT. Aamiin.

Ucapan terimakasih dan penghaargaan yang tulus penulis

persembahkan untuk kedua orang tua Ibunda tercinta Hj. Simbara dan

ayahanda Drs. H. M. Jabir, M, serta mertua saya H. La Saga dan Hj.

Isanabong yang selalu mendukung dan mendoakan kesuksesan kami,

memberikan kasih sayang, nasehat dan dorongan semoga Allah SWT

membalasnya dengan rahmat, rahim, keberkahan yang berlimpah, dan juga

kebahagiaan hidup dunia akhirat.

Teristimewa dan lebih khusus penulis sampaikan rasa terimakasih

yang sebesar-besarnya kepada suami tercinta Letda Dahlan, DSL, S.Sos

dan putriku tersayang (Humaira Husnul Khatimah, Magfirah Ananda

Dahayu, & Azzahra Ananda Dahayu), saudara-saudaraku tercinta

Mahmuddin, Jumarni, S.Pdi, Muh.Arafah, SKM, Muh, Arief, SH atas segala

perhatian, pengertian, kesabaran, dukungan doa, semangat dan motivasi

serta cinta kasih yang tak ternilai.

Dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan terimakasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M. A selaku Rektor Unhas yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan

di Universitas Hasanuddin.

Page 8: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

viii

2. Prof. Dr. Muhammad Ali, SE, M. Si selaku Dekan Sekolah Pascasarjana

Unhas yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melanjutkan studi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin.

3. Prof. Dr. dr. H. Andi Asadul Islam, Sp. BS selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universittas Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melanjutkan studi pada program Pascasarjana di

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

4. Prof. dr. H. Mochammad Hatta, Ph. D, Sp. MK (K) selaku ketua Program

Studi S3 Ilmu Kedokteran Universitas Hasanuddin yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi pada program

Pascasarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

5. Dewan Penguji Bapak dr. Oedojo Soedirham, MPH, MA, Ph.D, Bapak

Prof. Dr. Ridwan Amiruddin,SKM, M.Kes, M. ScPH, Bapak Ansariadi,

SKM, M. Sc.PH, Ph.D, Bapak Dr. dr. H. Burhanuddin Bahar, dan Ibu Dr.

Suriah, SKM, M.Kes atas saran dan masukan yang konstruktif untuk

kesempurnaan disertasi kami.

6. Seluruh staf pengajar S3 Ilmu Kedokteran dan S3 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Hasanuddin yang telah memberikan bekal ilmu

kepada penulis.

7. Bapak Prof. Dr. H. Mokhtar Noor Jaya, SE, M.Si, selaku ketua Yayasan

Badan Wakaf UMI, Ibu Prof. Dr. Hj. Masrurah Mokhtar, MA, selaku

Rektor UMI, Bapak Dekan FKM UMI yang telah memberikan izin dan

kesempatan kepada kami untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S3.

Page 9: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

ix

8. Seluruh rekan-rekan staf pengajar dan staf akademi FKM UMI Makassar

atas segala dukungan dan motivasinya selama menjalani pendidikan.

9. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jeneponto beserta jajarannya, Kepala

Puskesmas Bululoe dan Puskesmas Bontomate‟ne, Kepala Kecamatan

Turatea beserta jajarannya yang telah memberikan izin untuk meneliti di

wilayah kerjanya.

10. Tim PASALAMA‟ yang telah membantu dan berpartisipasi dalam

pelaksanaan penelitian ini, semoga Allah SWT memberi balasan yang

setimpal.

11. Seluruh responden yang telah membantu dan berpartisipasi dalam

pelaksanaan penelitian ini, semoga Allah SWT memberi balasan yang

setimpal.

12. Kepala Desa Jombe, Ikha Purnamasari, SKM, tim kaju lare‟ novita, rahma

hasan, wiwi, miftahul jannah, tri januarti, tim cokelat Muh. Cenur, SKM,

Endang Surya, SKM, Mulidiah Puspitasari, SKM, Agri Wahyuni, SKM,

Pancatur Wulan, SKM, Nur Faaizah, SKM, si kembar (Rezkiana, SKM dan

Rezkiani, SKM), Asti, Satturia, Fatmah Silfani Lestaluhu, SKM, Fitriani

Jamal, SKM, Idhar Darlis, Saprianto, Soraya sebagai tim peneliti yang

telah membantu selama pelaksanaan penelitian

13. Rekan-rekan mahasiswa S3 Ilmu Kedokteran angkatan 2013 atas segala

kerjasama dan partisipasi yang diberikan serta dorongan moril, kritik, dan

saran yang bermanfaat.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penulisan disertasi

ini.

Page 10: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

x

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa disertasi ini masih banyak

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun. Semoga

disertasi ini dapat bermanfaat serta menambah wawasan ilmu pengetahuan

kepada pembaca. Akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat

dan karunia-Nya kepada kita semua. Aamin

Makassar, Juni 2017

Penulis

Page 11: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

xi

Page 12: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

xii

Page 13: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI ........................................................... iv

DAFTAR TIM PENGUJI ..................................................................................... v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... xi

ABSTRACT ........................................................................................................ xii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xx

DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xxii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ............................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................... 11

1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................. 12

1.4 Tujuan Penelitian ......................................................... 13

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................... 14

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 16

2.1 Kematian Ibu ............................................................... 16

2.1.1 Batasan Kematian Ibu ................................................. 16

2.1.2 Epidemiologi Kematian Ibu .......................................... 17

2.1.3 Intervensi Untuk Mencegah Kematian Ibu ................... 22

2.1.4 Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu .................... 22

2.2 Konsep Safe Motherhood Berbasis Masyarakat ........... 30

2.2.1 Batasan, Tujuan dan Lingkup Upaya Safe Motherhood 30

2.2.2 Faktor Risiko Kematian Ibu .......................................... 30

2.2.3 Tanda Bahaya Kehamilan ............................................ 33

2.2.4 Pelayanan Selama Kehamilan (ANC) .......................... 34

2.2.5 Persalinan Bersih dan Aman ........................................ 36

2.2.6 Post Natal Care ............................................................ 37

2.3 Penelitian tentang Safe Motherhood Promoters

(SMPs) Berbasis Masyarakat Dalam Upaya

Page 14: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

xiv

Menurunkan AKI ......................................................... 39

2.4 Partisipasi Masyarakat .................................................. 43

2.4.1 Pengertian Partisipasi Masyarakat ............................... 43

2.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi ............. 44

2.4.3 Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat ......................... 45

2.4.4 Framework Partisipasi Masyarakat .............................. 45

2.5 Community Action Model (CAM).. ................................ 48

2.6 Teori Dalam Program Promosi Kesehatan .. ................ 51

2.7 Model PEN-3 .. ............................................................. 52

2.8 Model Perencanaan Program Promosi Kesehatan .. ... 58

2.9 Pendekatan Untuk Pengajaran dan Pelatihan

Safe Motherhood Promoters (SMPs).. ........................ 58

2.10 Model Konseling Kesehatan Ibu .................................. 60

2.11 Dasar Kerangka Teori Dalam Penelitian ..................... 63

2.12 Kerangka Konsep........................................................ 66

2.13 Hipotesis ..................................................................... 70

2.14 Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif .................. 70

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................... 79

3.1 Desain Penelitian ........................................................ 79

3.2 Pendekatan Penelitian ................................................. 80

3.3 Lokasi Penelitian ......................................................... 82

3.4 Populasi dan Sampel ................................................. 84

3.5 Pengumpulan Data .................................................... 88

3.6 Pengolahan Data ........................................................ 94

3.7 Analisis Data ............................................................... 96

3.8 Etika Penelitian ........................................................... 99

3.9 Alur Penelitian dan Kerangka Kerja ............................ 101

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 103

4.1 Pengantar ................................................................... 103

4.2 Hasil Penelitian Tahap I Identifikasi Masalah .............. 104

4.3 Hasil Penelitian Tahap II Diagnosis Masyarakat ......... 127

4.4 Tahap III Implementasi ................................................ 133

Page 15: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

xv

4.4.1 Hasil Penelitian Tahapan Program Safe

Motherhood Promoters Berbasis Masyarakat ............ 133

4.4.2 Hasil Penelitian Komponen I Pelatihan Program

Safe Motherhood Promoters (SMPs) ......................... 136

4.4.3 Hasil Penelitian Komponen II Pelaksanaan Program

Safe Motherhood Promoters (SMPs) Berbasis

Masyarakat .................................................................. 139

4.5 Pembahasan .............................................................. 167

4.5.1 Pembahasan Tahap I Identifikasi Masalah ................ 167

4.5.2 Pembahasan Tahap II Diagnosis Masyarakat ............ 185

4.5.3 Pembahasan Tahap III Implementasi ......................... 201

4.5.3.1 Pembahasan Pembentukan Komite Program SMPs... 201

4.5.3.2 Pembahasan Komponen I Pelatihan Program

Safe Motherhood Promoters (SMPs) .......................... 202

4.5.3.3 Pembahasan Komponen II Implementasi Program

Safe Motherhood Promoters (SMPs) .......................... 214

4.6 Kelebihan Penelitian .................................................. 235

4.7 Keterbatasan Penelitian ............................................. 237

4.8 Implikasi Program SMPs ............................................ 237

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 239

5.1 Kesimpulan ................................................................. 239

5.2 Saran .......................................................................... 239

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 241

Page 16: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

xvi

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

4.1 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Asal Desa Di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto Periode September Tahun 2015 ................................................................................. 105

4.2 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik Biologis Di

Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto Periode September Tahun 2015 .................................................... 107

4.3 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Karakteristik Sosial

Ekonomi Di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto Periode September Tahun 2015 ...................................... 108

4.4 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Berat Badan Sebelum Hamil dan Status Gizi Di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto Periode September Tahun 2015 ................................................................................. 109

4.5 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Pengetahuan Tentang

Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu Di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto Periode September Tahun 2015 ................................................................................. 110

4.6 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Sub Variabel Pengetahuan

Tentang Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu Di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto Periode September Tahun 2015 .................................................... 111

4.7 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Sikap Terhadap Upaya

Menurunkan Risiko Kematian Ibu Di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto Periode September Tahun 2015 .. 112

4.8 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Sub Variabel Sikap

Terhadap Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu Di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto Periode September Tahun 2015 .................................................... 113

4.9 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Praktik Dalam Upaya

Menurunkan Risiko Kematian Ibu Di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto Periode September Tahun 2015 .. 114

4.10 Distribusi Ibu Hamil Berdasarkan Sub Variabel Praktik

Dalam Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu Di

Page 17: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

xvii

Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto Periode September Tahun 2015 .................................................... 115

4.11 Tahapan Program Safe Motherhood Promoters (SMPs)

Berbasis Masyarakat di Wilayah Sampel Kabupaten Jeneponto ......................................................................... 134

4.12 Distribusi SMPs Berdasarkan Karakteristik Di Wilayah Kerja

Puskesmas Bululoe Kabupaten Jeneponto Periode September Tahun 2016 ...................................... 137

4.13 Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan Skill PASALAMA‟

Antara Sebelum dan Sesudah Pemberian Pelatihan Tentang Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Bululoe Tahun 2017 ............... 138

4.14 Distribusi Ibu Berdasarkan Karakteristik Di Kecamatan

Turatea Kabupaten Jeneponto ......................................... 140

4.15 Distribusi Ibu Berdasarkan Karakteristik Tahapan Umur dan Kesehatan Di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto 142

4.16 Distribusi Ibu Berdasarkan Karakteristik Biologis dan

Kesehatan Di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto 143 4.17 Distribusi Ibu Berdasarkan Karakteristik Suami Di

Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto ...................... 144

4.18 Distribusi Ibu Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Sebelum Pelaksanaan Program Safe Motherhood Promoters (SMPs) di Kabupaten Jeneponto .................... 145

4.19 Distribusi Ibu Berdasarkan Sub Variabel Pengetahuan

Tentang Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto ...................... 146

4.20 Distribusi Ibu Berdasarkan Sub Variabel Sikap Terhadap

Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto ......................................... 148

4.21 Distribusi Ibu Berdasarkan Sub Variabel Praktek Tentang

Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto ......................................... 149

4.22 Distribusi Sampel Berdasarkan Pengetahuan, Sikap dan

Praktek Sesudah Pelaksanaan Program Safe Motherhood Promoters (SMPs) di Kabupaten Jeneponto .................... 150

Page 18: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

xviii

4.23 Distribusi Ibu Berdasarkan Sub Variabel Pengetahuan Tentang Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto ...................... 151

4.24 Distribusi Ibu Berdasarkan Sub Variabel Sikap Terhadap

Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto ......................................... 153

4.25 Distribusi Ibu Berdasarkan Sub Variabel Praktek Tentang

Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto ......................................... 154

4.26 Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Antara

Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Program Safe Motherhood Promoters (SMPs) di Kabupaten Jeneponto 155

4.27 Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Antara

Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Program Safe Motherhood Promoters (SMPs) Pada Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Bululoe tahun 2017 ............ 156

4.28 Perbedaan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Antara

Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Program Safe Motherhood Promoters (SMPs) Pada Kelompok Kontrol Tahun 2017 ...................................................................... 157

4.29 Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dan Praktek

Sesudah Pelaksanaan Safe Motherhood Promoters (SMPs) Pada Kelompok Intervensi Tahun 2017............................ 158

4.30 Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Sesudah

Pelaksanaan Safe Motherhood Promoters (SMPs) Pada Kelompok Kontrol Tahun 2017 ......................................... 160

4.31 Perubahan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Antara

Sebelum dan Sesudah Implementasi Program Safe Motherhood Promoters (SMPs) Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto ......................................................................... 161

4.32 Perubahan Sub Variabel Pengetahuan Antara Sebelum dan

Sesudah Implementasi Program Safe Motherhood Promoters (SMPs) Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto ......................................................................... 162

4.33 Perubahan Sub Variabel Sikap Antara Sebelum dan

Sesudah Implementasi Program Safe Motherhood

Page 19: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

xix

Promoters (SMPs) Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto ......................................................................... 163

4.34 Perubahan Sub Variabel Praktek Antara Sebelum dan

Sesudah Implementasi Program Safe Motherhood Promoters (SMPs) Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Di Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto ......................................................................... 165

4.35 Distribusi Faktor Risiko Tinggi Terhadap Kematian Ibu Di

Kecamatan Turatea Kabupaten Jeneponto Tahun 2017 .. 166

Page 20: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

xx

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Participation Viewed as a Spider Gram Sumber. Rifkin SB, et, al 1998 ........................................................................ 48

2.2 Community Action Model .................................................. 50 2.3 The PEN-3 Model ............................................................. 57 2.4 Model Konseling Kesehatan Ibu dan Anak (WHO, 2009) . 61 2.5 Modifikasi Community Action Model (CAM) by Tobacco

Free Project San Francisco Departemen Kesehatan Masyarakat (2009), Model PEN-3 by Airhihenbuwa (2007), Community Participation by Rifkin, SB, et al (1988) dan Model Counselling For Maternal and Newborn Health Care by WHO (2009) ................................................................ 65

2.6 Bagan Kerangka Konsep .................................................. 68 3.1 Connecting Data Kuantitatif dan Kualitatif ........................ 81 3.2 Desain Quasi Experiment dalam Penelitian Program Safe

Motherhood Promoters (SMPs) Berbasis Masyarakat Dalam Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu ......................... 82

3.3 Alur Sampel Penelitian ..................................................... 88 3.4 Alur Penelitian Program Safe Motherhood Promoters

(SMPs) Berbasis Masyarakat Dalam Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu.......................................................... 101

3.5 Kerangka Kerja Penelitian ................................................ 102

Page 21: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

xxi

DAFTAR SINGKATAN

AKG : Angka Kecukupan Gizi AKI : Angka Kematian Ibu ANC : Antenatal Care KB : Keluarga Berencana LILA : Lingkar Lengan Atas MPS : Making Pregnancy Safer SDG‟S : Sustainable Development of Goal‟s SOP : Standar Operating System TT : Tetanus Toxoid WHO : World Health Organization PWS :Pemantauan Wilayah Setempat DKK : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota AKI : Angka Kematian Ibu PONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar PONEK : Pelayanan Obstetric Dan Neonatal Esensial Komprehensif AKB : Angka Kematian Bayi. BBLR : Berat Badan Lahir Rendah BOK :Bantuan Operasional Kesehatan. Depkes : Departemen Kesehatan IRT : Ibu Rumah Tangga Kemenkes : Kementrian Kesehatan MDGs : Millenium Development Goals Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Polindes : Pondok Bersalin Desa PNS : Pegawai Negeri Sipil Pustu : Puskesmas Pembantu PHBS : Perilaku Hidup Sehat dan Bersih PKM : Puskesmas RI : Republik Indonesia Riskesdes : Riset Kesehatan Dasar SDKI : Survey Demografi dan Kesehatan Inodonesia SKRT : Survey Kesehatan Rumah Tangga Indonesia SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas SD : Sekolah Dasar

Page 22: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Sk Pembimbing

Lampiran 3 Master Tabel Penelitian

Lampiran 4 Hasil Output Spss

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Dari FKM Ke Gubernur Provinsi

Sulsel Prof. Cq Kepala BKPMD Sulsel

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Dari Kantor BKPMD Ke Kesbang

(Kesehatan Bangsa) Jeneponto

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Dari Kesbang (Kesehatan Bangsa)

Ke Kecamatan Turatea, Puskesmas Bululoe dan

Puskesmas Bontomate‟ne

Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 9 Dokumentasi

Lampiran 10 Riwayat Hidup Peneliti

Page 23: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mortalitas sebagai komponen dalam demografi merupakan

komponen yang penting untuk diteliti karena memegang peranan penting

dalam kelangsungan hidup suatu kelompok masyarakat, apakah akan

berkembang, statis atau pun gagal untuk bertahan. Kesejahteraan ibu

yang dipengaruhi oleh komponen mortalitas terkait erat dengan proses

kehamilan, kelahiran, pasca kelahiran. Ketiga periode tersebut akan

menentukan kualitas sumber daya manusia yang akan datang.

Kematian maternal merupakan salah satu masalah kesehatan

global, dan umumnya terjadi terutama di negara-negara berkembang.

Kesepakatan global yang disebut dengan Millenium Development Goal

(MDGs) khususnya tujuan ke 5 bertujuan untuk menurunkan tiga per

empat Maternal Mortality Ratio (MMR) pada tahun 2015 – dengan dasar

pada tahun 1990 (WHO 2012). Beberapa negara telah berhasil mencapai

target MMR, dan beberapa negara lainya, termasuk Indonesia, walaupun

terjadi penurunan, target MDG 5 2015 tidak tercapai. Dibandingkan

dengan beberapa negara di kawasan ASEAN, MMR di Indonesia lebih

tinggi dari Thailand, Myanmar, Malaysia, Philipina walaupun masih lebih

rendah daripada Camboja dan Laos (Unicef 2012).

Berdasarkan hasil Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) Tahun 2012 menunjukkan hasil yang sangat memprihatinkan

Page 24: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

2

angka kematian ibu melahirkan mengalami peningkatan dari 228/100.000

kelahiran hidup pada tahun 2007 mencapai 359 per 100 ribu kelahiran

hidup. Ini berarti dalam sejam, tiga hingga empat ibu di Indonesia

meninggal karena melahirkan. Sehari ada 72 hingga 96 kematian ibu

melahirkan, sebulan 2.160 hingga 5.760 dan setahun 25.000 hingga

34.560 ibu meninggal karena melahirkan. Lebih banyak dari kematian

akibat perang Vietnam yaitu sebanyak 20 ribuan orang.

Laporan dari WHO tentang sebab kematian maternal diperoleh

informasi bahwa sebab utama kematian ibu masih meliputi perdarahan,

eklampsia dan infeksi (Say L et al 2014). Tiga penyebab utama tersebut

berkontribusi sekitar 60% dari total kematian ibu. Pola yang sama juga

terjadi di Indonesia. Walaupun telah diketahui sebab utama kematian ibu,

namun masih jarang dilakukan analisis terhadap sebab kematian tersebut

untuk kurun waktu tertentu. Informasi ini penting karena jika ada

perubahan berarti perlu ada perubahan dalam intervensi penurunan MMR.

Hasil penelitian (Rajab 2009, Arulita 2011, Fang Ye 2012)

menemukan bahwa bagian lain dari kematian ibu adalah faktor

determinan sosial kesehatan antara lain kemiskinan dimana hal ini terkait

dengan pendapatan dan status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan

keluarga (suami/ibu hamil).

Berdasarkan hasil evaluasi (Thaddeus 1994, Okour 2012,

Yulaswati 2013) diperoleh informasi bahwa umumnya penyebab tingginya

angka kematian ibu adalah penanganan tiga terlambat yaitu terlambat

Page 25: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

3

membawa ke fasilitas kesehatan, terlambat mendiagnosis atau merujuk

dan terlambat penanganan di fasilitas kesehatan. Penyebab utama tiga

terlambat ini antara lain karena permasalahan klinis dengan banyaknya

kasus seperti perdarahan (20,4%) eklampsi (16,2%) hipertensi (9,2%) dan

aborsi (4,1%). Penyebab lainnya karena fasilitas kesehatan ditunjukkan

pada kurang memadainya tempat persalinan (63,2%) dan tidak

tersedianya rumah tenaga medis dan non fasilitas kesehatan lainnya.

Selain itu, sulitnya akses wilayah sehingga kunjungan kehamilan,

pertolongan kehamilan, dan kunjungan nifas tidak berjalan, terutama di

daerah-daerah terisolir. Lalu permasalahan administrasi dan sumber daya

manusia seperti rendahnya kapasitas petugas kesehatan, kurangnya

pelatihan, kurangnya peralatan pendukung, gaji yang sering terlambat

atau dirapel enam bulan sekali, insentif yang tidak memadai, masalah

keamanan, dan lain sebagainya. Selain itu, penyebab non-kesehatan, se-

perti budaya seperti tidak mau diperiksa tenaga medis laki-laki, faktor

tetua adat seperti lebih percaya berobat ke dukun, tingkat pendidikan,

biaya, pengetahuan, tiadanya niat pemerintah daerah untuk mengatasi

masalah ini dan lain sebagainya memperburuk keadaan.

Determinan kematian ibu juga dipengaruhi oleh perilaku

pemanfaatan antenatal care dan persalinan oleh tenaga kesehatan. Di

Indonesia cakupan K1 mengalami penurunan dari 96,84% pada tahun

2012 menjadi 95,25% pada tahun 2013. Cakupan K4 juga mengalami

penurunan pada tahun 2013 menjadi 86,85% dari 90,18% pada tahun

Page 26: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

4

sebelumnya. Secara nasional, indikator kinerja cakupan pelayanan

kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2013 belum dapat mencapai target

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun yang sama,

yakni sebesar 93%. Untuk Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan di Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Cakupan

secara nasional pada tahun 2013 adalah sebesar 90,88%, dimana angka

ini telah dapat memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan tahun

2013 yakni sebesar 89%.

Maternal Mortality Rate (MMR) di Indonesia bervariasi antar

propinsi. Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2013 memiliki jumlah

penduduk 8 juta jiwa yang tersebar pada 21 kabupaten dan 3 kota dan

setiap tahunnya dilaporkan sebanyak 80–140 orang ibu hamil yang

meninggal karena kehamilan atau persalinan (Dinkes SulSel 2013). Hasil

penelitian (Ansariadi 2014) menunjukkan bahwa selama enam tahun

terakhir, angka kematian ibu berada di bawah 100 per 100.000 kelahiran

hidup. Walaupun terjadi kecenderungan untuk menurun, pada tahun 2012

terjadi kenaikan MMR dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya

dengan jumlah kematian ibu 160 orang atau 110,26 per 100.000

kelahiran hidup, terdiri dari kematian ibu hamil 45 orang (28,1%),

kematian ibu bersalin 60 orang (40%), kematian ibu nifas 55 orang (30%).

Pada tahun 2013 kembali terjadi penurunan yang cukup tajam

dibandingkan dengan tahun 2012 dengan jumlah kematian 115 orang

atau 78.38 per 100.000 kelahiran hidup, terdiri dari kematian ibu hamil

Page 27: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

5

15,65%, kematian ibu bersalin 51,30%, kematian ibu nifas 33,04%.

Trend Angka kematian ibu di Kabupaten Jeneponto mengalami

peningkatan dari tahun 2011 sebanyak 3 orang (46 per 100.000 KH)

menjadi 11 orang (170 per 100.000 KH) pada tahun 2012. Kemudian

terjadi penurunan pada tahun 2013 sebanyak 5 orang (82 per 100.000

KH), dan mengalami peningkatan yang cukup tajam pada Tahun 2014

yaitu sebanyak 13 orang kematian ibu. Tahun 2013 Cakupan K1 sebesar

97.6% meningkat menjadi 97.85% pada tahun 2014, dan Cakupan K4

mengalami penurunan dari 89.8% menjadi 84.69%, jika dilibandingkan

dengan target indikator cakupan K4 secara nasional masih berada

dibawah target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yaitu 95%. Persentase

persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terlatih (cakupan Pn) sangat

memprihatinkan yaitu tahun 2013 hanya mencapai 85.6% dan meningkat

menjadi 86.65%, selebihnya bersalin di dukun Jika dibandingkan dengan

target nasional Standar Pelayanan Minimal (SPM) 90% berarti belum

tercapai (Dinkes Kab Jeneponto 2014).

Tingginya persalinan yang ditolong oleh dukun, menjadi peringatan

penting akan risiko kematian ibu. Padahal, perawatan selama persalinan

dan kehamilan yang baik akan mengurangi kematian maternal 50 sampai

80%, perbaikan penanganan klinis akan mencegah kematian ibu sampai

36% dan perhatian serta perbaikan pada aspek sosial budaya dan peran

suami/anggota keluarga akan menekan kematian maternal sampai 64%

(Hasnah 2003).

Page 28: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

6

Terjadinya peningkatan AKI yang cukup tinggi diluar dari perkiraan,

karena dalam enam tahun terakhir cukup banyak intervensi yang

diimplementasikan oleh pemerintah Indonesia Misalnya penempatan

tenaga strategis (dokter dan bidan) dan penyediaan fasilitas kesehatan di

Daerah Terpencil, Perbatasan, Kepulauan (DTPK), termasuk dokter plus,

“mobile team”, program safe motherhood, program Making Pregnancy

Safer (MPS), pembenahan fasilitas emergensi persalinan di Puskesmas

dan RS yaitu program Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial Dasar

(PONED) di puskesmas, Pelayanan Obstetri Neonatal Esensial

Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit.

Intervensi lain meliputi program Gerakan Sayang Ibu (GSI),

Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera (GRKS), pemberdayaan

keluarga dan masyarakat (buku KIA dan P4K), Jamkesmas, Jamkesda,

sampai program untuk menjamin pembiayaan 2,5 juta ibu hamil yang

belum punya jaminan kesehatan melalui program Jaminan Persalinan

(Jampersal) yang di mulai pada tahun 2012, pemberian dana Bantuan

Opersional Kesehatan (BOK), perbaikan pelayanan kegawatdaruratan

obstetric, program gizi rutin melalui program suplementasi zat besi bagi

ibu hamil, penimbangan berat badan melalui pos pelayanan terpadu

(Posyandu), program Desa Siaga, Gerakan AKINO (Angka Kematian Ibu

Menuju Nol), Program Keluarga Harapan, Gerakan Keluarga Sadar Gizi,

dan Program Seribu Hari Pertama Kehidupan. Selain itu, upaya perbaikan

Page 29: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

7

fasilitas dan alat kesehatan, penyediaan tenaga kesehatan, peningkatan

fasilitas rumah sakit dan puskesmas.

Pemerintah Indonesia juga menjalin kerja sama dengan

masyarakat internasional dengan prinsip kerja sama kemitraan, untuk

mendukung upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

Kerja sama dengan berbagai development partners dalam bidang

kesehatan ibu dan anak (KIA) telah berlangsung lama, antara lain

kerjasama dengan Pemerintah Australia melalui program AIP MNH

(Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health) sejak

tahun 2008. Kerjasama dengan USAID melalui program MCHIP (Maternal

& Child Integrated Program), kerjasama dengan JICA yang telah

membuahkan hasil yang amat penting yaitu penerapan buku KIA di

seluruh Indonesia.

Pemerintah juga menggandeng GAVI (Global Alliance for Vaccine

& Immunization) untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan KIA melalui

berbagai kegiatan peningkatan partisipasi kader dan masyarakat,

memperkuat manajemen puskesmas di beberapa kabupaten di 5 provinsi

(Banten, Jabar, Sulsel, Papua Barat dan Papua). Upaya kemitraan juga

dilakukan dengan badan-badan dunia PBB, seperti UNICEF dan WHO.

Terakhir Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan USAID (2012)

meluncurkan program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival)

di 6 provinsi terpilih yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat,

Page 30: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

8

Banten, Jawa Tengah dan JawaTimur yang menyumbangkan kurang lebih

50 persen dari kematian ibu dan bayi di Indonesia.

Semua intervensi tersebut belum membuahkan hasil yang

maksimal, hal ini disebabkan kebijakan pemerintah selalu berorientasi

pada aspek layanan, medis dan hanya menyentuh aspek determinan

sosial dan ekonomi. Selain itu, disebabkan oleh kesungguhan pemerintah

belum optimal. Kebijakan pemerintah selalu merupakan kebijakan dari

program bersifat top-down, parsial, non-partisipatif dan short-cut. Belum

ada intervensi yang berbasis masyarakat yang dilakukan secara optimal

dan sungguh-sungguh serta langsung menyentuh aspek budaya

masyarakat. Sehingga diharapkan dapat menurunkan MMR. Perlu upaya

lebih keras agar penurunan AKI melebihi tren yang ada sekarang. Tidak

bisa lagi upaya itu dilakukan secara business as usual. Upaya-upaya

inovasi yang memiliki daya ungkit yang tinggi harus segera dikedepankan

dalam pembangunan kesehatan yakni melalui pemberdayaan masyarakat.

Strategi pembangunan kesehatan seperti yang tertuang dalam

Rencana Pengembangan Jangka Panjang Bidang Kesehatan tahun 2005-

2025 antara lain menyebutkan tentang pemberdayaan masyarakat. Peran

masyarakat dalam pembangunan kesehatan semakin penting. Masalah

kesehatan perlu diatasi oleh masyarakat sendiri dan pemerintah.

Keberhasilan pembangunan kesehatan, penyelenggaraan berbagai upaya

kesehatan harus berangkat dari masalah dan potensi spesifik daerah

termasuk di dalamnya sosial dan budaya setempat.

Page 31: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

9

Sistem Kesehatan Nasional menyatakan bahwa pemberdayaan

masyarakat bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

berperilaku sehat, mampu mengatasi masalah kesehatan secara

mandiri, berperan aktif dalam setiap pembangunan kesehatan, serta

dapat menjadi penggerak dalam mewujudkan pembangunan

berwawasan kesehatan. Untuk itu potensi yang dimiliki masyarakat perlu

digerakkan. Potensi tersebut antara lain adalah pengetahuan tradisional

yang berakar dari budaya lokal yang berkembang di masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat berbasis pada masyarakat dapat diartikan

bahwa pembangunan kesehatan berbasis pada tata nilai perorangan,

keluarga dan masyarakat sesuai dengan keragaman sosial budaya,

kebutuhan permasalahan serta potensi masyarakat (modal sosial)

(Depkes RI 2009).

Hasil penelitian (Ikhtiar 2014) di Kabupaten Gowa tentang

memetakan pola kematian ibu menunjukkan bahwa kebijakan kesehatan,

tiga keterlambatan, akses ke pelayanan kesehatan dan perilaku

penggunaan fasilitas kesehatan, tidak berpengaruh langsung terhadap

kematian ibu. Sementara komplikasi, determinan sosial kesehatan, status

kesehatan dan status reproduksi berpengaruh langsung terhadap

kematian ibu. Oleh karena itu dibutuhkan komunikasi cultural dan

komitmen cultural dalam bentuk keluarga siaga, lingkungan siaga dan

pelayanan kesehatan siaga 24 jam, serta pendekatan pelayanan

kesehatan yang berbasis cultural dan penyampaian informasi kesehatan

Page 32: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

10

yang berbasis cultural untuk merubah mindset masyarakat yang sagat

kulturalistis.

Berdasarkan latar belakang ini, kegagalan intervensi yang berbasis

layanan yang telah dilakukan selama ini telah menyebabkan minat baru

dalam pendekatan berbasis masyarakat (community based) untuk

menangani kesehatan ibu. Dalam stuasi dimana sumber daya yang

sedikit, intervensi di tingkat masyarakat adalah cara yang berpotensi

efektif untuk mengatasi masalah pada akarnya, karena keputusan untuk

mencari dan akses pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh

lingkungan sosial budaya (Kleinman 1980, Elder 1999). Nurrachmawati,

dkk (2012) memaparkan bahwa metode penyuluhan kesehatan bisa

dilakukan melalui pendekatan aktor yang cukup berperan dalam komunitas

tersebut seperti tokoh adat, orang tua, dan kyai.

Intervensi berbasis masyarakat, jika dirancang dengan tepat,

secara efektif dapat mengatasi hambatan sosial-ekonomi dan budaya di

tingkat keluarga dan masyarakat dan dapat bekerja untuk meningkatkan

kesehatan perempuan sebelum, selama dan setelah kehamilan

(MotherCare Matters 2000, Murray 2000, Moore 2002). Pelatihan agen

perubahan yang umumnya dikenal sebagai volunteers masyarakat atau

peers (Rifkin 1987, Elder 1999, Moore 2002, Santarelli 2003). Merupakan

elemen penting dalam kebanyakan intervensi kesehatan berbasis

masyarakat. Tugas dan kegiatan mereka termasuk spesifik kegiatan

kesehatan ibu seperti tindak lanjut dari ibu hamil, menyediakan pendidikan

Page 33: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

11

pada tanda-tanda bahaya, faktor risiko, dan rencana persiapan kelahiran,

konseling, untuk memfasilitasi rujukan dan advokasi untuk memengaruhi

atau menuntut pelayanan kebidanan yang lebih baik atau pelayanan

kesehatan (Lankester 2000, Kiwanuka 2003). Dalam kerjasama erat

dengan masyarakat, perwakilan masyarakat, dan providers pelayanan

kesehatan di Kabupaten Jeneponto, paket intervensi berbasis masyarakat

untuk Safe Motherhood ini akan dikembangkan dan dievaluasi.

Berdasarkan uraian di atas, merupakan suatu kondisi yang ideal

bila masyarakat dilatih menjadi “Safe Motherhood Promoters (SMPs)”

dalam upaya menurunkan risiko kematian ibu dengan tujuan agar

masyarakat dapat memengaruhi ibu dan keluarga tentang faktor risiko

kematian ibu hamil, tanda bahaya kehamilan dan pelayanan selama

kehamilan, perencanaan kehamilan dan persalinan yang aman, serta post

natal care, sehingga dapat menekan angka kematian ibu.

1.2 Rumusan Masalah

Intervensi yang berbasis layanan yang telah dilakukan selama ini

dalam berbagai bentuk ternyata tidak mampu menekan angka kematian

ibu. Hampir seluruh program yang ada saat ini hanya menyentuh pada

aspek medis atau hal-hal yang terkait dengan aspek tersebut . Ada yang

luput untuk menjadi perhatian semua pihak bahwa ternyata aspek

budaya/kultur keluarga, tingkat pendidikan keluarga serta kesetaraan

gender memberi andil didalam mengakselerasi seluruh informasi yang

terkait dengan program penurunan kematian ibu.

Page 34: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

12

Perlu upaya inovatif dengan pendekatan berbasis masyarakat

(community based) yang mempertimbangkan latar belakang karakteristik,

budaya dan kemampuan masyarakat. Sehingga penelitian ini dapat

dirumuskan masalah yaitu: “Bagaimana program Safe Motherhood

Promoters (SMPs) berbasis masyarakat dalam menurunkan risiko

kematian ibu meliputi meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek

terhadap faktor risiko kematian ibu hamil, tanda bahaya kehamilan dan

pelayanan selama kehamilan, perencanaan kehamilan dan persalinan

yang aman, serta post natal care sebagai upaya menurunkan AKI?.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pengetahuan, sikap, praktek/niat untuk bertindak, tingkat

kepercayaan/adat istiadat ibu terhadap faktor risiko kematian ibu

hamil, tanda bahaya kehamilan, pelayanan selama kehamilan,

perencanaan kehamilan dan persalinan yang aman, serta post natal

care di Kabupaten Jeneponto?

2. Bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah kematian

ibu di Kabupaten Jeneponto?

3. Bagaimana perubahan pengetahuan, sikap dan skill SMPs antara

sebelum dan sesudah pelatihan program Safe Motherhood Promoters

(SMPs) berbasis masyarakat dalam upaya menurunkan risiko

kematian ibu di Kabupaten Jeneponto?

4. Bagaimana perubahan PSP (Pengetahuan, Sikap, dan Praktek) ibu

antara sebelum dan sesudah implementasi program Safe Motherhood

Page 35: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

13

Promoters (SMPs) berbasis masyarakat dalam upaya menurunkan

risiko kematian ibu di Kabupaten Jeneponto?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Menilai program Safe Motherhood Promoters (SMPs) berbasis

masyarakat dalam upaya menurunkan risiko kematian ibu di Kabupaten

Jeneponto.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Untuk menilai pengetahuan, sikap, praktek/niat untuk bertindak,

tingkat kepercayaan/adat istiadat ibu terhadap faktor risiko kematian

ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, pelayanan selama kehamilan,

perencanaan kehamilan dan persalinan yang aman, serta post natal

care di Kabupaten Jeneponto.

b. Untuk menilai tingkat partisipasi masyarakat dalam mencegah

kematian ibu di Kabupaten Jeneponto.

c. Untuk menilai besar perubahan pengetahuan, sikap dan skill Safe

Motherhood Promoters (SMPs) berbasis masyarakat dalam upaya

menurunkan risiko kematian ibu antara sebelum dan setelah

pelatihan program Safe Motherhood Promoters (SMPs) berbasis

masyarakat.

d. Untuk menilai besar perubahan pengetahuan, sikap dan praktek

(PSP) ibu terhadap faktor risiko kematian ibu hamil, tanda bahaya

kehamilan, pelayanan selama kehamilan, perencanaan kehamilan

Page 36: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

14

dan persalinan yang aman, serta post natal care antara sebelum

dan setelah intervensi program Safe Motherhood Promoters (SMPs)

berbasis masyarakat pada daerah perlakuan dan kontrol.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

masukan dan pertimbangan bagi Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Anak

dan Dinas Kesehatan:

a. Kebijakan untuk memanfaatkan sumber daya masyarakat sebagai

suatu upaya yang strategis dalam membantu mensosialisasikan dan

menggerakkan masyarakat untuk menurunkan Angka Kematian Ibu.

b. Penyampaian pesan-pesan aspek kesehatan ibu oleh Safe

Motherhood Promoters (SMPs) merupakan salah satu bentuk upaya

dalam mendukung tindakan promotif.

c. Memperkuat dan mempertajam kemitraan antara bidan di desa dan

masyarakat dalam menurunkan Angka Kematian Ibu.

d. Hasil pemberdayaan masyarakat dalam bentuk SMPs dapat menjadi

investasi yang berarti dan akan berlanjut karena merupakan

penduduk setempat dan kecil kemungkinan untuk pindah atau

berhenti menjadi SMPs.

e. Produk Intervensi dapat berupa: buku saku dan CD tentang aspek

kesehatan ibu,.

f. Model pemberdayaan ini bisa dipakai dengan memodifikasi dan

Page 37: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

15

menyesuaikannya untuk program lain yang berkaitan dengan

penyelamatan bayi baru lahir (seperti; Pengenalan tanda bahaya,

Pemberian makanan tambahan, KB, ASI eksklusif dll), mengingat

peranan Safe Motherhood Promoters (SMPs) sangat dekat dengan

masyarakat lokal.

1.5.2 Bagi Keilmuan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Untuk pengembangan keilmuan Pendidikan Kesehatan dan

Ilmu Perilaku, antara lain:

a. Salah satu sarana untuk mempelajari dan mengetahui terjadinya

proses perubahan perilaku pada SMPs khususnya dalam hal

sosialisasi dan penggerakan masyarakat dalam menurunkan Angka

Kematian Ibu.

b. Upaya pemberdayaan masyarakat dan penggalian kearifan lokal, bisa

menjadi potensi untuk dikembangkan dalam pembahasan keilmuan

Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku

1.5.3 Bagi Masyarakat

a. Memberikan posisi dan peranan yang jelas pada SMPs yaitu

sebagai penyampai pesan-pesan aspek kesehatan ibu serta sebagai

motivator pada masyarakat khususnya pada ibu hamil dan melahirkan

b. Kelompok ibu, suami, keluarga dan masyarakat pada umumnya

menjadi lebih mudah dalam mengakses pesan aspek kesehatan

ibu melalui SMPs, karena SMPs memang tinggal di sekitar mereka

sementara jumlah tenaga kesehatan di desa masih relatif terbatas.

Page 38: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kematian Ibu

2.1.1 Batasan Kematian Ibu

Kematian maternal menurut batasan dari The Tenth Revision of

The International Classification of Diseases (ICD – 10) adalah Kematian

seorang wanita yang terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari

setelah berakhirnya kehamilan, tanpa memperhatikan lama dan tempat

terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh atau dipicu oleh

kehamilannya atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena

kecelakaan”. (Saifudin 1994, WHO 1999, WHO 2000).

Kematian–kematian yang terjadi akibat kecelakaan atau kebetulan

tidak dimasukkan ke dalam kematian maternal. Meskipun demikian, dalam

praktiknya, perbedaan antara kematian yang terjadi karena kebetulan dan

kematian karena sebab tidak langsung sulit dilakukan. Untuk

memudahkan identifikasi kematian maternal pada keadaan–keadaan

dimana sebab–sebab yang dihubungkan dengan kematian tersebut tidak

adekuat, maka ICD – 10 memperkenalkan kategori baru yang disebut

pregnancy–related death (kematian yang dihubungkan dengan kehamilan)

yaitu kematian wanita selama hamil atau dalam 42 hari setelah

berakhirnya kehamilan, tidak tergantung dari penyebab kematian. (WHO

1999, WHO 2000).

Kematian maternal dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

Page 39: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

17

a. Kematian obstetri langsung (direct obstetric death) yaitu kematian

yang timbul sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan dan

nifas. (Saifudin 1994, Soemantri 1997, WHO 1999, Setyowati 2000,

WHO 2000, UNFPA 2003).

b. Kematian obstetri tidak langsung (indirect obstetric death) yaitu

kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang sudah diderita

sebelum kehamilan atau persalinan atau penyakit yang timbul selama

kehamilan yang tidak berkaitan dengan penyebab obstetri langsung,

akan tetapi diperburuk oleh pengaruh fisiologik akibat kehamilan,

sehingga keadaan penderita menjadi semakin buruk. (Saifudin 1994,

Soemantri. 1997, WHO 1999, Setyowati 2000, WHO 2000, UNFPA

2003).

2.1.2 Epidemiologi Kematian Ibu

Menurut WHO, setiap tahun kurang lebih terdapat 210 juta wanita

hamil di seluruh dunia. Lebih dari 20 juta wanita mengalami kesakitan

akibat dari kehamilannya, beberapa diantaranya bersifat menetap.

Kehidupan 8 juta wanita di seluruh dunia menjadi terancam dan setiap

tahun diperkirakan terdapat 529.000 wanita meninggal sebagai akibat

komplikasi yang timbul karena kehamilan dan persalinan, dimana

sebagian besar dari kematian ini sebenarnya dapat dicegah. (WHO 1999,

WHO 2000, UNFPA 2004).

Angka kematian maternal di seluruh dunia diperkirakan sebesar

400 per 100.000 KH dan 98% terjadi di negara–negara berkembang.

Page 40: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

18

(WHO 1999, WHO 2000, UNFPA 2004). Kematian maternal ini hampir

95% terjadi di Afrika (251.000 kematian maternal) dan Asia (253.000

kematian maternal) dan hanya 4% (22.000 kematian maternal) terjadi di

Amerika Latin dan Karibia, serta kurang dari 1% (2500 kematian maternal)

terjadi di negara–negara yang lebih maju.2,6) Angka kematian maternal

tertinggi di Afrika (830 kematian maternal per 100.000 KH), diikuti oleh

Asia (330), Oceania (240), Amerika Latin dan Karibia (190) (WHO 2000).

Angka kematian ibu merupakan ukuran yang mencerminkan risiko

obstetrik yang dihadapi oleh seorang wanita setiap kali wanita tersebut

menjadi hamil. Risiko ini semakin bertambah seiring dengan bertambahnya

jumlah kehamilan yang dialami. 1) Tingginya angka kematian ibu di negara

berkembang sebagian besar berkaitan dengan masalah politik dan sosial,

khususnya masalah kemiskinan dan status wanita. 2) Sebagian besar

kematian ibu terjadi di rumah, yang jauh dari jangkauan fasilitas kesehatan

(Cotello. 2004). Menurut data SKRT 2001, proporsi kematian ibu terhadap

kematian usia reproduksi (15–49 tahun) di pedesaan hampir tiga kali lebih

besar daripada di perkotaan (WHO 2000).

Tingginya angka kematian ibu (AKI) masih menjadi pekerjaan

rumah yang harus diselesaikan Indonesia hingga saat ini. Tercatat 228

kematian ibu untuk setiap 100.000 kelahiran hidup pada 2007 dan bahkan

menjadi 359 kematian ibu pada 2012. Kenyataan tersebut bertolak

belakang dengan keinginan pemerintah Indonesia sendiri, yang

menargetkan penurunan AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup

Page 41: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

19

pada 2015 sebagai bagian dari upaya pencapaian Millenium Development

Goals (MDGs). Lebih ironis, kondisi AKI saat ini tidak berbeda jauh

dengan kondisi 22 tahun lalu yang angkanya mencapai 390 kematian ibu.

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,

angka kematian ibu melahirkan mencapai 359 per 100 ribu kelahiran

hidup. Ini berarti dalam sejam, tiga hingga empat ibu di Indonesia

meninggal karena melahirkan. Sehari ada 72 hingga 96 kematian ibu

melahirkan, sebulan 2.160 hingga 5.760 dan setahun 25.000 hingga

34.560 ibu meninggal karena melahirkan. Lebih banyak dari kematian

akibat perang Vietnam yang sebanyak 20 ribuan orang.

Terkait program Millenium Development Goals (MDGs) 2015,

Indonesia menargetkan mampu menurunkan angka kematian ibu menjadi

102/100.000 kelahiran hidup, serta cakupan persalinan yang ditolong oleh

tenaga kesehatan menjadi 95% pada tahun 2015. Secara nasional

persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih

meningkat dari 66,7 persen pada tahun 2002 menjadi 77,34 persen pada

tahun 2009, angka tersebut terus meningkat menjadi 82,3 persen pada

tahun 2010 (RISKESDAS 2010).

Jumlah penduduk di Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2013

adalah 8 juta jiwa yang tersebar pada 21 kabupaten dan 3 kota dan setiap

tahunnya dilaporkan sebanyak 80 – 140 orang ibu hamil yang meninggal

karena kehamilan atau persalinan (Dinkes SulSel 2013). Hasil penelitian

Page 42: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

20

(Ansariadi 2014) menunjukkan bahwa selama enam tahun terakhir, angka

kematian ibu berada di bawah 100 per kelahiran hidup. Walaupun terjadi

kecenderungan untuk menurun, pada tahun 2012 terjadi kenaikan MMR

dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya dengan jumlah kematian ibu

160 orang atau 110,26 per 100.000 kelahiran hidup, terdiri dari kematian

ibu hamil 45 orang (28,1%), kematian ibu bersalin 60 orang (40%),

kematian ibu nifas 55 orang (30%), namun angka ini tidak melebihi angka

pada tahun 2008. Pada tahun 2013 kembali terjadi penurunan yang

cukup tajam dibandingkan dengan tahun 2012 dengan jumlah kematian

115 orang atau 78.38 per 100.000 kelahiran hidup, terdiri dari kematian

ibu hamil 18 orang (15,65%), kematian ibu bersalin 59 orang (51,30%),

kematian ibu nifas 38 orang (33,04%).

Trend Angka kematian ibu di Kabupaten Jeneponto mengalami

peningkatan dari tahun 2011 sebanyak 3 orang (46 per 100.000 KH)

menjadi 11 orang (170 per 100.000 KH) pada tahun 2012. Kemudian

terjadi penurunan pada tahun 2013 sebanyak 5 orang (82 per 100.000

KH), dan mengalami peningkatan yang cukup tajam pada Tahun 2014

yaitu sebanyak 15 orang kematian ibu yang tersebar di beberapa wilayah

kerja puskesmas yaitu Puskesmas Tamalatea sebanyak 2 orang

disebabkan oleh perdarahan, puseksmas tompobulu sebanyak 2 orang

disebabkan oleh perdarahan dan hipertensi kehamilan, puskesmas

Bululoe dan Bontomate'ne masing-masing sebanyak 2 orang. Sedangkan

puskesmas Arungkeke, Bontoramba, Bangkala, Barana, Tino,

Page 43: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

21

Bontosunggu Kota dan Tolo masing-masing sebanyak 1 orang (Dinkes

Kab Jeneponto 2014).

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya

dengan negara lain adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia. (Wahdi

1999, Prual 2000, Burscher 2001, Waterstone 2001, Djaja 2003, Depkes

RI 2004). Selain perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian,

tercakup pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya

sekitar 5% kematian ibu disebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat

kehamilan, misalnya penyakit jantung dan infeksi kronis (Saifudin 2000).

Keadaan ibu pra–hamil dapat berpengaruh terhadap kehamilannya.

Penyebab tidak langsung kematian maternal ini antara lain adalah anemia,

kurang energi kronis (KEK) dan keadaan “4 terlalu” (terlalu muda/ tua,

terlalu sering dan terlalu banyak) (Saifudin 2000).

Sesungguhnya tragedi kematian ibu tidak perlu terjadi karena lebih

dari 80% kematian ibu sebenarnya dapat dicegah melalui kegiatan yang

efektif, semisal pemeriksaan kehamilan, pemberian gizi yang memadai

dan lain-lain. Karenanya upaya penurunan AKI serta peningkatan derajat

kesehatan ibu tetap merupakan prioritas utama dalam pembangunan

kesehatan. Masalah yang dihadapi negara berkembang dalam

menurunkan AKI antara lain:

a. Informasi belum memadai

b. Strategi pelayanan kesehatan ibu yang belum efektif

c. Krisis dan keterbatasn kewenangan sektor kesehatan

Page 44: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

22

2.1.3 Intervensi Untuk Mencegah Kematian Ibu

Intervensi untuk mencegah kematian ibu dilakukan terhadap ketiga

jenis determinan. Intervensi yang memberi dampak relative cepat

terhadap penurunan AKI adalah intervensi terhadap pelayanan kesehatan.

Intervensi yang ditujukan kepada determinan antara akan

memberikan efek pada jangka menengah, misalnya peningkatan gizi serta

pendidikan ibu.

Intervensi yang diarahkan kepada determinan konstektual akan

memberikan efek pada jangka panjang, misalnya melalui kegiatan

pemberdayaan wanita dan kemitraan pria wanita.

2.1.4 Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menekan angka kematian

maternal. Pada tahun 1987, untuk pertama kalinya di tingkat internasional

diadakan Konferensi tentang Kematian Ibu di Nairobi, Kenya. Kemudian

pada tahun 1990 dilakukan World Summit for Children di New York,

Amerika Serikat, yang menghasilkan tujuh tujuan utama, diantaranya

adalah menurunkan angka kematian maternal menjadi separuh pada

tahun 2000.

Tahun 1994 diadakan International Conference on Population and

Development (ICPD) di Kairo Mesir, yang menyatakan bahwa kebutuhan

kesehatan reproduksi pria dan wanita sangat vital dalam pembangunan

sosial dan pengembangan sumber daya manusia. Di dalamnya termasuk

pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat

Page 45: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

23

melalui kehamilan dan persalinannya dengan selamat. Tahun 1995 di

Beijing, Cina diadakan Fourth World Conference on Women, kemudian

pada tahun 1997 di Colombo, Sri Lanka diselenggarakan Safe

Motherhood Technical Consultation, yang menekankan perlu

dipercepatnya penurunan angka kematian maternal pada tahun 2000.

Konferensi yang terakhir, yaitu The Millenium Summit in 2000,

dimana semua anggota PBB berkomitmen pada Millenium Development

Goals (MDGs) untuk menurunkan tiga perempat angka kematian maternal

pada tahun 2015 (Saifudin 2000, UNFPA 2003). Keinginan untuk

mencapai target untuk menurunkan angka kematian maternal menjadi tiga

perempat (75%) pada tahun 2015 dilakukan karena kesakitan maternal

memberikan kontribusi terbesar bagi kesakitan yang menimpa wanita,

terutama di negara–negara berkembang, dan karena intervensi yang

dibutuhkan tidak membutuhkan biaya besar (kurang lebih 3-230 dolar

untuk setiap kematian maternal) (Campbill 2001).

WHO pada tahun 1999 memprakarsai program Making Pregnancy

Safer (MPS), untuk mendukung negara anggota dalam usaha untuk

menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu akibat komplikasi

kehamilan, persalinan dan nifas. Depkes pada tahun 2000 telah

menyusun Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang upaya penurunan

angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini

difokuskan pada kegiatan untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan

Page 46: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

24

biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan

"Making Pregnancy Safer (MPS)" melalui tiga pesan kunci.

Tiga pesan kunci MPS itu adalah:

a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,

b. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang

adekuat

c. Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan

kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi

keguguran.

MPS merupakan komponen dari prakarsa Safe Motherhood yang

dicanangkan pada tahun 1987 oleh WHO untuk menurunkan kematian

maternal. Pada dasarnya, MPS meminta perhatian pemerintah dan

masyarakat di setiap negara untuk menempatkan safe motherhood

sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional dan

internasional; menyusun acuan nasional dan standar pelayanan

kesehatan maternal dan neonatal; mengembangkan sistem yang

menjamin pelaksanaan standar yang telah disusun; memperbaiki akses

pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, keluarga berencana, aborsi

legal; meningkatkan upaya kesehatan promotif dalam kesehatan maternal

dan neonatal serta pengendalian fertilitas pada tingkat keluarga dan

lingkungannya; memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehatan

maternal dan neonatal.

Page 47: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

25

Intervensi strategis dalam upaya safe motherhood dinyatakan

sebagai empat pilar safe motherhood, yaitu : Keluarga berencana,

Pelayanan antenatal, Persalinan yang aman, dan Pelayanan obstetri

esensial. Kebijakan Departemen Kesehatan RI dalam upaya

mempercepat penurunan angka kematian maternal pada dasarnya

mengacu kepada intervensi strategis „empat pilar safe motherhood‟.

Mengingat kira–kira 90% kematian maternal terjadi di sekitar persalinan

dan kira–kira 95% penyebab kematian ibu adalah komplikasi obstetri yang

sering tidak dapat diperkirakan sebelumnya, maka kebijaksanaan Depkes

untuk mempercepat penurunan angka kematian maternal adalah

mengupayakan agar: 1) setiap persalinan ditolong atau minimal

didampingi oleh bidan, dan 2) pelayanan obstetri sedekat mungkin kepada

semua ibu hamil.

Beberapa bentuk intervensi yang berkaitan dengan program Safe

Motherhood dilaksanakan secara bersama–sama antara sektor kesehatan

dengan sektor terkait, antara lain melalui program Gerakan Sayang Ibu

(GSI) dan Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera (GRKS). (WHO

Kerjasama Depkes RI – FKM UI 1998).

GSI merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat,

bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup

perempuan, terutama mempercepat penurunan angka kematian maternal

karena hamil, melahirkan dan nifas serta penurunan angka kematian bayi.

Dalam pelaksanaan operasionalnya, GSI melakukan promosi kegiatan

Page 48: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

26

yang berkaitan dengan Kecamatan Sayang Ibu dan Rumah Sakit Sayang

Ibu, untuk mencegah tiga jenis keterlambatan, yaitu :

a. Keterlambatan di tingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan

mengambil keputusan untuk segera mencari pertolongan.

b. Keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan

pertolongan yang dibutuhkan.

Kegiatan yang berkaitan dengan kecamatan sayang ibu berusaha

untuk mencegah keterlambatan pertama dan kedua, sedangkan kegiatan

yang berkaitan dengan rumah sakit sayang ibu berusaha mencegah

keterlambatan ketiga.

GRKS merupakan kegiatan yang dirintis oleh BKKBN, yang pada

dasarnya merupakan upaya promotif untuk mendukung terciptanya

keluarga yang sadar akan pentingnya kesehatan reproduksi. Di antara

masalah reproduksi yang dikemukakan adalah masalah kematian ibu,

karena itu promosi yang dilakukan juga merupakan promosi untuk

kesejahteraan ibu. (WHO Kerjasama Depkes RI – FKM UI 1998).

Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk menurunkan

kematian ibu. Mulai dari penempatan bidan di desa, pemberdayaan

keluarga dan masyarakat (buku KIA dan P4K), pembenahan fasilitas

emergensi persalinan di Puskesmas dan RS, sampai program untuk

menjamin pembiayaan 2,5 juta ibu hamil yang belum punya jaminan

kesehatan melalui program Jaminan Persalinan (Jampersal). Program

Page 49: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

27

memberikan pelayanan persalinan gratis di sarana pelayanan kesehatan

pemerintah, periksa kehamilan, pelayanan pada masa nifas baik untuk

pemasangan KB setelah bersalin dan pemberian pelayanan bagi bayi

baru lahir (Kementerian Kesehatan RI 2011).

Program lain yang sejalan dan sangat menunjang gerakan AKINO

(Angka Kematian Ibu Menuju Nol) adalah Pengembangan Desa Siaga

dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 564/

Menkes/ SK/ VII/ 2006 tanggal 2 Agustus 2006 tentang pengembangan

Desa Siaga, dimana didalamnya terdapat bidan siaga. Bidan siaga yaitu

bidan desa yang oleh pemerintah/negara diberi kepercayaan yang lebih

dan mampu untuk membantu masyarakat dalam memberi konseling,

penyuluhan dan pelatihan (Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2006).

Dalam rangka menurunkan AKI di Indonesia, Kementerian

Kesehatan tahun 2001 ini menetapkan lima strategi operasional yaitu (1)

penguatan Puskesmas dan jaringannya; (2) penguatan manajemen

program dan sistem rujukannya; (3) meningkatkan peran serta

masyarakat; kerjasama dan kemitraan; (4) kegiatan akselerasi dan inovasi

tahun 2011; (5) penelitian dan pengembangan inovasi yang terkoordinir.

Pemerintah Indonesia menjalin kerja sama dengan masyarakat

internasional dengan prinsip kerja sama kemitraan, untuk mendukung

upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi. Kerja sama

dengan berbagai development partners dalam bidang kesehatan ibu dan

anak (KIA) telah berlangsung lama, antara lain kerjasama dengan

Page 50: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

28

Pemerintah Australia melalui program AIP MNH (Australia Indonesia

Partnership for Maternal and Neonatal Health) sejak tahun 2008. Program

yang digulirkan di 14 Kabupaten di Provinsi NTT ini bertujuan menurunkan

angka kematian ibu dan bayi melalui Revolusi Kesehatan Ibu dan Anak.

Kerjasama di bidang KIA juga dilakukan bersama-sama USAID

melalui program MCHIP (Maternal & Child Integrated Program) di 3

kabupaten (Bireuen, Aceh, Serang-Banten dan Kab.Kutai Timur-

Kalimantan Timur). Sementara kerjasama dengan JICA telah

membuahkan hasil yaitu penerapan buku KIA di seluruh Indonesia.

Pemerintah juga menggandeng GAVI (Global Alliance for Vaccine

& Immunization) untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan KIA melalui

berbagai kegiatan peningkatan partisipasi kader dan masyarakat,

memperkuat manajemen puskesmas dan kabupaten/kota di beberapa

kabupaten di 5 provinsi (Banten, Jabar, Sulsel, Papua Barat dan Papua).

Upaya kemitraan juga dilakukan dengan badan-badan dunia PBB,

seperti UNICEF dan WHO. Dengan UNICEF, Kementerian Kesehatan

melakukan peningkatan pemberdayaan keluarga dan masyarakat terkait

kesehatan ibu dan anak dan peningkatan kualitas pelayanan anak melalui

manajemen terpadu balita sakit (MTBS). Upaya ini dilakukan di beberapa

wilayah kerja UNICEF seperti Aceh, Jawa Tengah, Maluku, Maluku Utara,

Nusa Tenggara Timur (kerjasama dengan Child Fund). Sementara

bersama-sama WHO, Kementerian Kesehatan memfasilitasi peningkatan

Page 51: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

29

kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak baik dalam dukungan

penyusunan standar pelayanan maupun capacity building.

Tepatnya tanggal 26 Januari 2012, Kementerian Kesehatan

bekerjasama dengan USAID meluncurkan program EMAS (Expanding

Maternal and Neonatal Survival) dalam rangka upaya percepatan

penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir. Program yang akan

dijalankan dalam kurun waktu 2012-2016 ini digulirkan di 6 provinsi terpilih

yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa

Tengah dan JawaTimur yang menyumbangkan kurang lebih 50 persen

dari kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dalam pelaksanaannya di

lapangan, Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan JHPIEGO, serta

mitra lainnya seperti Save the Children, Research Triangle Internasional,

Muhammadiyah dan Rumah Sakit Budi Kemuliaan.

Perlu upaya lebih keras agar penurunan AKI dan AKB melebihi tren

yang ada sekarang. Tidak bisa lagi upaya itu dilakukan secara business

as usual. Upaya-upaya inovasi yang memiliki daya ungkit yang tinggi

harus segera dikedepankan.

Jalan terjal yang harus dilalui dalam upaya menurunkan angka

kematian ibu tentunya akan terasa berat bilamana harus dilakukan sendiri

oleh Pemerintah. Untuk itu, Pemerintah Pusat dan Daerah menjalin

kemitraan dengan para development partners untuk mengembangkan

upaya-upaya inovatif berdaya ungkit tinggi untuk melakukan percepatan

penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Page 52: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

30

2.2 Konsep Safe Motherhood Berbasis Masyarakat

2.2.1 Batasan, Tujuan dan Lingkup Upaya Safe Motherhood

Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh

perempuan menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil

dan bersalin. Upaya Safe Motherhood merupakan upaya untuk

menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya dapat dinilai

dengan sehat dan aman, serta menghasilkan bayi yang sehat.

Tujuan upaya Safe Motherhood adalah untuk menurunkan angka

kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas, disamping menurunkan

angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama

ditunjukan kepada Negara yang sedang berkembang. Karena 99%

kematian ibu di dunia terjadi dinegara-negara tersebut. Konsep Safe

Motherhood dinyatakan sebagai empat pilar safe motherhood, yaitu :

Keluarga berencana, Pelayanan antenatal, Persalinan yang aman, dan

Pelayanan obstetri esensial.

2.2.2 Faktor Risiko Kematian Ibu

Depkes RI membagi faktor yang mempengaruhi kematian maternal:

a. Faktor medik

1) Faktor empat terlalu, yaitu :

a) Usia ibu pada waktu hamil terlalu muda (kurang dari 20

tahun).

b) Usia ibu pada waktu hamil terlalu tua (lebih dari 35 tahun).

c) Jumlah anak terlalu banyak (lebih dari 4 orang)

Page 53: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

31

d) Jarak antar kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun)

2) Tinggi badan kurang dari 145cm

3) Lingkar lengan atas kurang dari 23.5cm

4) Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu buruk

5) Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas yang merupakan

penyebab langsung kematian maternal.

6) Beberapa keadaan dan gangguan yang memperburuk derajat

kesehatan ibu selama hamil, antara lain kekurangan gizi dan

anemia, serta bekerja (fisik) berat selama kehamilan.

b. Faktor non medik

Faktor non medik yang berkaitan dengan ibu, dan menghambat

upaya penurunan kesakitan dan kematian maternal adalah :

1) Kurangnya kesadaran ibu untuk mendapatkan pelayanan antenatal.

2) Terbatasnya pengetahuan ibu tentang bahaya kehamilan risiko

tinggi.

3) Ketidakberdayaan sebagian besar ibu hamil di pedesaan dalam

pengambilan keputusan untuk dirujuk.

4) Ketidakmampuan sebagian ibu hamil untuk membayar biaya

transport dan perawatan di rumah sakit.

c. Faktor pelayanan kesehatan

Faktor pelayanan kesehatan yang belum mendukung upaya

penurunan kesakitan dan kematian maternal antara lain berkaitan

dengan cakupan pelayanan KIA, yaitu :

Page 54: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

32

1) Belum mantapnya jangkauan pelayanan KIA dan penanganan

kelompok berisiko.

2) Masih rendahnya (kurang lebih 30%) cakupan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan.

3) Masih seringnya (70 – 80%) pertolongan persalinan yang dilakukan

di rumah, oleh dukun bayi yang tidak mengetahui tanda–tanda

bahaya.

(Maine 1992) mengemukakan peran determinan kematian ibu

sebagai keadaan/hal-hal yang melatar belakangi dan menjadi penyebab

langsung serta tidak langsung dari kematian ibu. Determinan kematian ibu

tersebut dikelompokkan dalam : determinan proksi, determinan antara dan

determinan konstektual.

a. Determinan proksi (Determinan Dekat)

Proses paling dekat terhadap kejadian kematian maternal adalah

kehamilan itu sendiri dan komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan

masa nifas (Saifudin 1994, WHO Kerjasama Depkes RI – FKM UI 1998).

b. Determinan Antara

Determinan antara antara lain Status Kesehatan Ibu, Status

Reproduksi, Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan dan Perilaku

penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan

c. Determinan Jauh (Kontekstual)

Meskipun determinan ini tidak secara langsung mempengaruhi

kematian maternal, akan tetapi faktor sosio kultural, ekonomi, keagamaan

Page 55: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

33

dan faktor–faktor lain juga perlu dipertimbangkan dan disatukan dalam

pelaksanaan intervensi penanganan kematian maternal (Saifudin 1994).

Termasuk dalam determinan jauh adalah status wanita dalam

keluarga dan masyarakat, yang meliputi tingkat pendidikan, dimana wanita

yang berpendidikan tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan diri

dan keluarganya, sedangkan wanita dengan tingkat pendidikan yang

rendah, menyebabkan kurangnya pengertian mereka akan bahaya yang

dapat menimpa ibu hamil maupun bayinya terutama dalam hal

kegawatdaruratan kehamilan dan persalinan. (Depkes RI 2004, Tim Kajian

AKI-AKA Depkes RI 2004).

2.2.3 Tanda Bahaya Kehamilan

Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang

mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan

atau periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak

terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu. Tanda bahaya kehamilan

perlu diketahui oleh ibu hamil karena apabila tidak diketahui secara dini

dapat mengancam keselamatan ibu maupun janin yang dikandungnya.

Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan

deteksi dini ini perlu lebih ditingkatkan baik di fasilitas pelayanan KIA

maupun masyarakat (Agustini 2012).

Tanda-tanda Tanda Bahaya Kehamilan, yang diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Perdarahan Pervaginam

Page 56: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

34

2. Sakit Kepala Yang Hebat

3. Masalah Penglihatan

4. Bengkak pada muka, kaki dan tangan

5. Nyeri Abdomen Yang Hebat

6. Gerakan janin tidak seperti biasa

7. Demam atau panas tinggi.

8. Muntah-muntah yang hebat

9. Keluar cairan banyak pervaginam secara tiba-tiba

10. Batuk lama dan menyebabkan kondisi tubuh ibu hamil melemah.

11. Jantung berdebar-debar tanpa sebab yang jelas

12. Gatal-gatal pada kemaluan dan keluar keputihan yang berlebihan

13. Ibu Hamil mengalami cedera atau trauma pada daerah perut, yang

disebabkan karena jatuh atau akibat kekerasan

14. Pipis yang sakit atau terasa seperti tebakar.

15. Sedikit pipis atau tidak pipis sama sekali.

2.2.4 Pelayanan Selama Kehamilan (ANC)

a. Pengertian Antenatal Care (ANC)

Perawatan Ante Natal (ANC) adalah pemeriksaan yang sistematik dan teliti pada

ibu hamil dan perkembangan/pertumbuhan janin dalam kandungannya serta penanganan

ibu hamil dan bayinya saat dilahirkan dalam kondisi yang terbaik. ANC sangat

penting untuk mendeteksi lebih dini komplikasi kehamilan, dan menjadi sa-

rana edukasi tentang kehamilan. Komponen penting pelayanan antenatal

meliputi:

Page 57: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

35

1) Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular

seksual.

2) Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi,

edema, dan pre-eklampsia.

3) Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan

bagaimana cara memperoleh pelayanan rujukan.

b. Tujuan ANC:

Tujuan utama ANC adalah menurunakn/mencegah kesakitan dan

kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah :

1) Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu &

perkembangan bayi yang normal.

2) Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan

penatalaksanaan yang diperlukan.

3) Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka

mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis

untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.

4) Bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani

setiap kondisi yang mengancam jiwa ibu melalui beberapa intervensi

yang merupakan komponen penting dalam ANC.

c. Standard Asuhan Kehamilan

Standar dalam pelayanan antenatal terdiri dari 6 standar sebagai

berikut (Sugiono 2002):

a) Standar 1: Identifikasi ibu hamil

Page 58: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

36

b) Standar 2: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal

c) Standar 3: Palpasi Abdominal

d) Standar 4: Pengelolaan anemia pada kehamilan

e) Standar 5: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

f) Standar 6: Persiapan Persalinan

2.2.5 Persalinan Bersih dan Aman

Asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta

mencagah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran

paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani

komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman

serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti

mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

Persalinan yang bersih dan aman memiliki tujuan memastikan

setiap penolong kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan,

ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih dan

aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi (WHO 2005).

Asuhan persalinan adalah perawatan yang diberikan kepada

seorang wanita selama masa persalinan. WHO merekomendasikan

petugas terampil di setiap persalinan untuk:

a. Memberikan kualitas layanan yang baik secara berkelanjutan dan

perawatan harus higienis, aman dan simpatik;

b. Mengenali dan mengelola komplikasi, termasuk langkah-langkah

menyelamatkan jiwa bagi ibu dan bayi; dan

Page 59: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

37

c. Membantu ibu segera dan aman saat perawatan di tingkat yang lebih

tinggi diperlukan. (Annet, 2004)

Bagi ibu dan bayi, melahirkan bisa menjadi saat yang paling

berbahaya dalam hidup. Sebagian besar kematian dan cacat disebabkan

melahirkan dapat dihindari, karena solusi medis telah dikenal baik (WHO,

2005). Kehadiran petugas terampil untuk semua kelahiran dianggap

intervensi tunggal yang paling penting untuk memastikan keselamatan ibu,

karena mempercepat persalinan yang tepat waktu obstetrik darurat dan

perawatan bayi baru lahir ketika komplikasi yang mengancam jiwa muncul

(UNFPA, 2009). Perawatan profesional segera dan efektif selama dan

setelah persalinan dapat membuat perbedaan antara hidup dan mati bagi

ibu dan bayi mereka, seperti komplikasi adalah sesuatu yang tak terduga

secara luas dan mungkin dengan cepat menjadi ancaman jiwa. (WHO,

2005)

Persentase kelahiran yang dibantu oleh tenaga persalinan terlatih

adalah indikator kedua yang lebih berguna untuk mengukur kemajuan

menuju MDGs. Target global untuk persalinan oleh tenaga terlatih adalah

90 persen pada tahun 2015 dengan target minimal 60 persen untuk

negara-negara dengan MMRs tinggi (UNFPA, 2006).

2.2.6 Post Natal Care (PNC)

Pelayanan pada periode post natal (atau disebut postpartum, jika

mengacu pada ibu saja) didefinisikan oleh WHO sebagai periode dimulai

satu jam setelah melahirkan plasenta dan terus enam minggu (42 hari)

Page 60: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

38

setelah kelahiran bayi (World Health Organization (WHO) 1998). Dengan

enam minggu setelah melahirkan, banyak perubahan kehamilan,

persalinan dan melahirkan telah diselesaikan dan tubuh telah kembali ke

kondisi tidak hamil. Periode postpartum adalah fase yang sangat istimewa

dalam kehidupan seorang wanita karena tubuhnya membutuhkan

penyembuhan dan pemulihan dari kehamilan dan persalinan. Perawatan

postpartum yang baik dan diet seimbang selama periode nifas sangat

penting bagi kesehatan wanita (Emery 2006).

Perawatan postnatal mengacu pada perawatan yang diberikan

kepada seorang wanita enam minggu setelah melahirkan. WHO

merekomendasikan perawatan postnatal terpadu yang meliputi:

a. Identifikasi dan pengelolaan masalah pada ibu dan bayi baru lahir

b. Konseling, informasi dan pelayanan keluarga berencana

c. Promosi kesehatan untuk bayi baru lahir dan ibu, termasuk imunisasi,

nasihat tentang menyusui, dan seks yang aman. (Annet 2004).

Perawatan postnatal adalah salah satu pelayanan kesehatan ibu

yang paling penting untuk tidak hanya pencegahan gangguan dan cacat,

tetapi juga pengurangan kematian ibu. Pemanfaatan perawatan postnatal

oleh perempuan mempengaruhi perempuan dan kehidupan anak-anak,

dalam hal mengurangi kehamilan berulang dan meningkatkan

penggunaan kontrasepsi yang efektif (Dhakal 2007).

Konsep safe motherhood berbasis masyarakat sangat penting

dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, tanpa peran serta

Page 61: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

39

masyarakat, mustahil dapat menjamin tercapainya keselamatan ibu. Oleh

karena itu, diperlukan strategi berbasis masyarakat yang meliputi:

1) Melibatkan anggota masyarakat, khususnya wanita dan pelaksanaan

pelayanan setempat, dalam upaya memperbaiki kesehatan ibu.

2) Bekerjasama dengan masyarakat, wanita, keluarga, dan dukun untuk

mengubah sikap terhadap keterlambatan mendapat pertolongan.

3) Menyediakan pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran

tentang komplikasi obstetri serta kapan dan dimana mencari

pertolongan.

2.3 Penelitian tentang Safe Motherhood Promoters (SMPs)

Berbasis Masyarakat Dalam Upaya Menurunkan AKI

Penelitian (Mushi 2010) tentang Efektivitas promotor safe

motherhood (SMPs) berbasis masyarakat dalam meningkatkan

pemanfaatan pelayanan kebidanan menunjukkan bahwa persalinan

dengan petugas terampil meningkat secara signifikan dari 34,1% menjadi

51,4% (r <0,05). Kunjungan pelayanan ANC awal (4 sampai 16 minggu)

meningkat secara signifikan dari 18,7% pada awal menjadi 37,7% pada

tahun 2005 dan 56,9% (r <0,001) pada akhir penilaian. Setelah dua tahun

44 (88%) dari SMP yang masih aktif, 79% dari wanita hamil yang

dikunjungi. Kesimpulan Penelitian telah menunjukkan efektivitas intervensi

safe motherhood berbasis masyarakat dalam mempromosikan

pemanfaatan pelayanan kebidanan dan pemanfaatan petugas yang

terlatih saat persalinan. Peningkatan ini disebabkan oleh Kunjungan

Page 62: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

40

rumah SMP dan kerjasama erat dengan struktur masyarakat yang ada

serta petugas pelayanan kesehatan.

Penelitian yang dilakukan (Rosato 2008) tentang Implementasi

pelayanan perinatal berbasiskan masyarakat di daerah perdesaan

Pakistan, menunjukkan bahwa pendekatan intervensi perawatan neonatal

berbasis pemberdayaan masyarakat dapat memberikan dampak yang

signifikan terhadap perbaikan indikator derajat kesehatan neonatus.

Penelitian Turam, dkk (2011) tentang evaluasi intervensi

masyarakat untuk promosi keselamatan ibu di Eritrea. Intervensi bertujuan

untuk meningkatkan kesiapan persalinan, pengetahuan tanda bahaya

kehamilan, penggunaan pelayanan antenatal (ANC), dan persalinan di

fasilitas kesehatan. Metode-Relawan dari masyarakat pedesaan terpencil

di Northern Eritrea dilatih untuk melakukan sesi pendidikan partisipatif

pada keselamatan ibu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan

Perempuan mengenai tanda bahaya kehamilan meningkat secara

signifikan di daerah intervensi, tapi tidak di daerah kontrol. Ada

peningkatan yang signifikan dalam proporsi perempuan yang

direkomendasikan empat atau lebih kunjungan ANC selama kehamilan di

daerah intervensi (Dari 18% menjadi 80%, p <.001); sedangkan proporsi

ini tidak berubah secara signifikan pada daerah perbandingan (dari 53%

menjadi 47%, p = 0,194). Ada peningkatan yang lebih besar dalam

persalinan di fasilitas kesehatan di daerah intervensi. Sehingga

disimpulkan bahwa partisipasi yang dipimpin oleh relawan masyarakat

Page 63: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

41

dapat meningkatkan pengetahuan ibu dan mendorong penggunaan

layanan bersalin pada fasilitas kesehatan.

Penelitian (Htoo Htoo Kyaw Soe dan Somrongthong 2011) pada

kelompok etnis Pa-Oh Myanmar menunjukkan bahwa pengaruh

pendidikan kesehatan dan komunikasi secara signifikan meningkat

dengan pengenalan gambar dalam desain baru materi pendidikan

kesehatan. Ada perubahan positif pengetahuan, sikap, praktek dan niat

untuk melakukan perawatan kesehatan ibu selama kehamilan, persalinan

dan nifas termasuk inisiasi menyusu dini dan ASI eksklusif dan keluarga

berencana dari awal sampai 6 bulan intervensi.

Penelitian Lassi, Haider, Bhutta (2010) tentang review Paket

intervensi berbasis masyarakat untuk mengurangi morbiditas dan

kematian ibu dan bayi baru lahir dan meningkatkan hasil neonatal. Hasil

review tidak menunjukkan pengurangan apapun dalam kematian ibu.

Namun, penurunan yang signifikan pada morbiditas maternal, kematian

neonatal, lahir mati dan kematian perinatal sebagai konsekuensi dari

pelaksanaan paket perawatan intervensi berbasis masyarakat. Hal ini juga

meningkatkan rujukan ke fasilitas kesehatan terkait dengan komplikasi

kehamilan sebesar 40% dan meningkatkan tingkat menyusui dini sebesar

94%. Review memberikan bukti bahwa mengintegrasikan perawatan ibu

dan bayi baru lahir berbasis masyarakat melalui intervensi yang dapat

dikemas secara efektif untuk persalinan melalui berbagai tenaga

kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan kelompok.

Page 64: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

42

Studi-studi ini sebagian besar dilakukan di negara-negara

berkembang (India, Bangladesh, Pakistan, Gambia, Nepal, Indonesia)

dengan satu studi tambahan di Yunani. Perempuan di daerah ditugaskan

untuk menerima paket intervensi berbasis masyarakat dengan petugas

kesehatan yang menerima pelatihan tambahan memiliki penurunan

penyakit dan komplikasi selama kehamilan dan kelahiran yang

berhubungan dengan lahir mati, perinatal dan kematian neonatal

menurun. Angka rujukan ke fasilitas kesehatan untuk kehamilan terkait

komplikasi, dan inisiasi menyusui dini juga meningkat.

(Jokhio 2005) dalam penelitiannya membuat dua kelompok,

yaitu kelompok intervensi dan kontrol. Kelompok intervensi terdiri dari

565 orang dukun bayi yang dilatih kemudian diminta untuk melakukan

kunjungan ibu hamil minimal 3 kali (bulan 3,6,9) untuk memeriksa

adanya gangguan kehamilan. Pada daerah intervensi juga disediakan

tim konselor dari tenaga kesehatan. Sedangkan dukun bayi pada

kelompok kontrol tidak dilatih serta tidak ada tim konselor dari

tenaga kesehatan. Ditemukan jumlah kematian ibu pada kelompok

intervensi dibanding kelompok kontrol adalah 27 : 34 dengan mortality

rates 268 : 360 per 100.000 kelahiran hidup (OR 0,74; 95% CI 0,45-

1,23). P elatihan dukun bayi dan integrasinya kedalam sistem

pelayanan kesehatan formal cukup efektif menurunkan angka kematian

perinatal serta model pelatihan ini mendorong peningkatan derajat

kesehatan perinatal dan maternal di negara-negara berkembang.

Page 65: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

43

Pelatihan di Guatemala menggunakan metode ceramah,

audiovisual aids, diskusi partisipasi, dan demonstrasi serta pemberian

bidan kit kemudian dukun bayi diberikan tugas rumah, pretest dan

postest serta kurikulum pelatihan yang berkaitan dengan manajemen

perawatan kehamilan, persalinan, dan bayi baru lahir yang normal;

gizi, ASI eksklusif, KB, infeksi saluran reproduksi, dan STI maka peran

dukun bayi lebih ditekankan sebagai seorang figur bagi masyarakat.

Peran dukun bayi sebagai figur masyarakat yang menjadi agen perubahan

dan penyampai informasi maupun teknologi kesehatan, memfasilitasi

dan memberdayakan masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan

ibu, anak, dan keluarga. dukun bayi juga berperan sebagai jembatan

komunikasi antara masyarakat dengan pelayanan kesehatan.

Pelatihan ini juga menggali informasi dari dukun bayi agar diperoleh

kombinasi antara sistem kesehatan dengan praktek budaya yang

menguntungkan kesehatan.

(Kruske 2004) menyimpulkan kebijakan kesehatan ibu dan anak

sebaiknya tidak melihat dari satu sudut pandang kesehatan saja dan

mengabaikan faktor sosial budaya yang sebenarnya berkontribusi cukup

besar dalam keberhasilan upaya KIA.

2.4 Partisipasi Masyarakat

2.4.1 Pengertian Partisipasi Masyarakat

Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat secara sukarela dalam

perubahan yang ditentukan sendiri oleh masyarakat (Mikklesen 2003:64)

Page 66: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

44

dalam (Htoo Htoo Kyaw Soe dan Somrongthong 2011). Selain itu,

partisipasi juga diartikan Mikkelsen sebagai keterlibatan masyarakat

dalam upaya pembangunan lingkungan, kehidupan, dan diri mereka

sendiri. Kemudian Adi menjelaskan lebih jauh mengenai partisipasi

bahwa masyarakat terlibat dalam program pemberdayaan dimulai dari

proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di dalam

masyarakat, pemilihan dan pengembalian keputusan tentang alternatif

solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi

masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi

perubahan yang terjadi.

Melihat sisi lain dari partisipasi yaitu adanya kesediaan masyarakat

untuk membantu berhasilnya setiap program yang dijalankan sesuai

dengan kemampuan setiap orang tanpa mengorbankan kepentingan

sendiri sebagai suatu hal yang penting untuk diperhatikan (Mubyarto

dalam Ndraha, 1990:102).

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat

adalah keikutsertaan masyarakat secara aktif dalam upaya mencegah

kematian ibu, khususnya terhadap terhadap faktor risiko kematian ibu

hamil, tanda bahaya kehamilan dan pelayanan selama kehamilan,

perencanaan kehamilan dan persalinan yang aman, serta post natal care.

2.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Faktor yang mempengaruhi partisipasi dibagi ke dalam dua bidang,

faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal adalah

Page 67: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

45

berasal dari pribadi seseorang antara lain Jenis kelamin, Tingkat

pendidikan, Tingkat penghasilan, Mata pencaharian/pekerjaan, Usia, Lama

tinggal, Kebutuhan Masyarakat, Pegetahuan dan Kebiasaan. Sedangkan

yang termasuk faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berasal dari

luar pribadi seseorang antara lain Pengahargaan, Dukungan struktur

masyarakat, Dukungan sarana, Penerimaan orang luar, Keberadaan

lembaga penyelenggara program, Kemampuan beroarganisasi

masyarakat, Kebermanfaatan program, dan Keluarga. Faktor internal

maupun eksternal dapat menjadi faktor pendukung dan penghambat.

2.4.3 Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat

Terkait dengan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat

terhadap program pemberdayaan, terdapat bentuk-bentuk partisipasi yang

biasa diberikan Hamidjoyo (dalam Sastropoetro, 1986: 32) membedakan

bentuk partisipasi dalam lima bentuk yaitu partisipasi buah pikiran, tenaga,

keterampilan, materi dan harta benda dan partipasi sosial. Sementara

bentuk partisipasi menurut Daryono dalam (Sastropoetro. 1988:21):

a. Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan/atau proses

perencanaan.

b. Partisipasi dalam pelaksanaan program

c. Partisipasi dalam proses monitoring dan evaluasi terhadap program.

2.4.4 Framework Partisipasi Masyarakat

Masyarakat adalah sekelompok orang yang tinggal di daerah yang

sama, berbagi nilai-nilai dasar yg sama, organisasi dan kepentingan dasar

Page 68: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

46

yang sama. Partisipasi berarti hak dan tanggung jawab dari orang-orang

untuk membuat pilihan dan karena itu, secara eksplisit maupun implisit,

memiliki kekuasaan atas keputusan yang mempengaruhi kehidupan

mereka (Rifkin 1988).

Rifkin dan rekan mendefinisikan partisipasi masyarakat sebagai:

sebuah proses sosial dimana kelompok-kelompok tertentu dengan

kebutuhan bersama yang tinggal di wilayah geografis secara aktif

mengejar identifikasi kebutuhan mereka, mengambil keputusan dan

menetapkan mekanisme untuk memenuhi kebutuhan tersebut dalam.

Alasan untuk mengejar partisipasi masyarakat termasuk

mempromosikan perubahan perilaku kesehatan yang positif;

meningkatkan pelayanan persalinan; memobilisasi manusia, material dan

keuangan lainnya (termasuk dalam bentuk) sumber daya untuk layanan

kesehatan; dan sebagai sarana pemberdayaan masyarakat. Partisipasi

masyarakat yang diprakarsai oleh aktor luar hanya akan efektif dan abadi

jika masyarakat setempat mencapai rasa kepemilikan (Jacobs 2003).

Partisipasi masyarakat diukur melalui kerangka kerja dan Rifkin

mengidentifikasi lima faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat.

Faktor-faktor ini (1) Penilaian Kebutuhan, (2) Kepemimpinan, (3)

Organisasi, (3) Mobilisasi Sumber Daya Dan (5) Manajemen (Rifkin 1987).

Penilaian kebutuhan adalah proses di mana anggota peneliti dan

masyarakat yang merencanakan program dapat menentukan apa

masalahnya mungkin ada di kelompok wanita usia reproduksi. Penilaian

Page 69: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

47

profesional sendiri menempatkan indikator pada akhir spektrum yang

sempit. Bergerak menuju partisipasi yang lebih luas dengan tindakan yang

melibatkan anggota masyarakat dalam penelitian dan analisis kebutuhan.

Kepemimpinan mengacu kepada siapa mewakili kepemimpinan

yang ada dan bagaimana tindakan kepemimpinan pada berbagai

kepentingan kelompok masyarakat, terutama masyarakat miskin dan

bagaimana responsif pemimpin untuk berubah. Partisipasi sempit adalah

jika kepemimpinan hanya mewakili yang kecil dan minoritas orang kaya

dan terus bertindak dalam kepentingan mereka. Indikator bergerak ke

arah yang lebih luas, berakhir jika pemimpin mewakili berbagai

kepentingan yang ada di konstituennya.

Organisasi Program dengan organisasi masyarakat yang dibuat

oleh perencana akan melihat indikator di akhir kontinum sempit. Dimana

organisasi masyarakat seperti komite kesehatan desa dan tim

kepemimpinan desa bergabung membuat mekanisme untuk

memperkenalkan program kesehatan, tanda akan jatuh dekat akhir papan.

Mobilisasi sumber daya adalah simbol dari komitmen terhadap

program. Program safe motherhood promoters memiliki peran untuk

menentukan alokasi sesuai dengan sumber daya yang ada. Titik di akhir

spektrum sempit akan menjadi salah satu yang menunjukkan program

dengan komitmen kecil sumber asli (uang, tenaga, bahan) dan / atau

keputusan yang terbatas tentang bagaimana sumber daya lokal yang

Page 70: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

48

dialokasikan. Fleksibilitas harus dilakukan dalam menentukan bagaimana

sumber daya tersebut dapat digunakan.

Manajemen mengacu tidak hanya manajemen organisasi yang

bertanggung jawab untuk program tetapi juga pengelolaan program itu

sendiri. Gambar 2.1 memperlihatkan framework partisipasi masyarakat

oleh (Rifkin 1987).

Gambar 2.1 Participation viewed as a Spider gram Sumber. Rifkin SB, et, al, 1988

2.5 Community Action Model (CAM)

Community Action Model (CAM) adalah sebuah pendekatan untuk

pengorganisasian masyarakat dikembangkan oleh Tobacco Free Project

San Francisco Departemen Kesehatan Masyarakat (Tobacco Free

Project). CAM (Gambar 2.2) sangat dipengaruhi oleh teori Paulo Freire

dan pendidikan populer. Ini fitur lima langkah proses yang dirancang untuk

membantu anggota masyarakat untuk lebih mengembangkan kapasitas

mereka untuk mengadvokasi keadilan sosial dengan menciptkan

Page 71: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

49

perubahan dalam kebijakan sosial. Di bawah ini adalah ringkasan dari

lima langkah CAM, termasuk daftar kegiatan yang dapat dilakukan pada

setiap langkah. (Tim Berthold Jeni Miller Alma Avila-Esparza 2009).

Langkah 1: Identifikasi Masalah

Anggota masyarakat bersama-sama mengatasi masalah utama.

Mereka mengundang anggota lain dari komunitas mereka untuk

bergabung. Mereka membahas masalah atau kekhawatiran dan apa yang

ingin mereka rubah sebagai hasil dari bekerja bersama.

Langkah 2: Menilai Masalah / diagnosis Komunitas.

Diagnosis Komunitas adalah proses pengumpulan informasi untuk

lebih memahami sebab dan akibat dari suatu masalah atau masalah

masyarakat yang telah teridentifikasi, seperti kekerasan pistol, tunawisma,

atau kanker payudara. Proses ini membutuhkan waktu dan tidak bisa

terburu-buru. Hal ini penting untuk melihat secara mendalam akar

penyebab masalah, dan membahas serta menganalisa bersama-sama.

Langkah 3: Analisa Temuan

Masyarakat bertemu bersama untuk menganalisis informasi yang

mereka kumpulkan selama diagnosis masyarakat. Anggota masyarakat

akan belajar bagaimana membaca dan memahami berbagai jenis data,

termasuk data survei atau data epidemiologi dari depkes setempat.

Bersama masyarakat memutuskan apa informasi yang dikumpulkan

memberitahu mereka masalah yang dihadapi dan apa pertanyaan tetap.

Page 72: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

50

Langkah 4: Identifikasi dan implementasi Aksi Advokasi

Anggota masyarakat mengidentifikasi dan mendiskusikan daftar

tindakan potensial untuk mengatasi masalah mereka. Tindakan ini akan

mencakup kebijakan yang mereka mungkin ingin ubah. Mereka akan

analisis tindakan potensial untuk melihat apakah mereka memenuhi tiga

kriteria CAM. Mereka bersama-sama akan menganalisis pilihan yang

mungkin mereka identifikasi dan memilih satu atau lebih tindakan yang

akan membantu mereka untuk membuat perubahan yang berarti dan

mempromosikan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Langkah 5: Menjaga Tindakan dan Hasil

Langkah ini berfokus pada melanjutkan aktifitas secara rinci dalam

rencana aksi untuk memastikan upaya yang dicapai akan dipertahankan

dalam jangka panjang dan ditegakkan oleh badan yang sesuai.

Gambar 2.2 Community Action Model (CAM)

Page 73: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

51

2.6 Teori Dalam Program Promosi Kesehatan

Teori-teori dasar dalam program promosi kesehatan fokus pada

tiga level pengaruh yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan

program-program promosi kesehatan, yaitu: intrapersonal (individu),

interpersonal, dan populasi (McLeroy, et. al, 1988; Glanz & Rimer, 2005).

Dengan memperhatikan tiga level pengaruh, praktisi dapat memperjelas

maksud dari inisiatif mereka dan menemukan teori yang tepat untuk

digunakan sebagai landasan teoritis program. (Allensworth 2010).

1. Teori Dasar: Level Intrapribadi

Teori kesehatan individu menyediakan kerangka kerja bagi

pendekatan (yaitu, metodologi) di kelas, dalam tatanan kelompok, dan

dalam pengembangan promosi kesehatan. Selain penataan intervensi,

teori membantu mengatasi faktor intrapersonal seperti pengetahuan,

sikap, kepercayaan, motivasi, konsep diri, dan keterampilan. Empat dari

teori kesehatan intrapersonal utama yang disorot yaitu: health belief

model, the theory of planned behavior, the theory of reasoned action, and

the transtheoretical model and stages of change.

2. Teori Dasar: Level Interpersonal

Tingkat kedua teori kesehatan berfokus pada individu dalam

lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial kita termasuk orang-orang yang

berinteraksi dengan kita dan menjalani hidup kita sehari-hari (misalnya,

anggota keluarga, rekan-pekerja, teman-teman, rekan, guru, pendeta,

profesional kesehatan). Teori mengakui bahwa kita dipengaruhi dan

Page 74: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

52

mempengaruhi orang lain melalui pendapat pribadi, kepercayaan,

perilaku, saran, dan support, yang pada gilirannya mempengaruhi

kesehatan kita dan orang lain. Bagian ini membahas dua teori yang

mengeksplorasi efek timbal balik hubungan perilaku kesehatan yaitu: teori

social cognitive dan social network dan teori social support.

3. Teori Dasar: Tingkat Population

Program promosi kesehatan untuk tatanan populasi yang beragam,

bukan hanya kelompok individu tertentu yang berada di jantung bidang

promosi kesehatan. Teori pada tingkat populasi mengeksplorasi fungsi

sistem sosial dan bagaimana perubahan dan bagaimana memobilisasi

individu di tatanan yang berbeda. Mereka menawarkan strategi yang

bekerja di tatanan seperti sekolah, tempat kerja, organisasi pelayanan

kesehatan, dan masyarakat. Mewujudkan perspektif ekologi, teori-teori

pada tatanan tingkat individu, kelompok, dan populasi.

Kerangka konseptual pada tatanan tingkat populasi menawarkan

strategi untuk intervensi pada tingkat populasi, yaitu teori komunikasi,

difusi inovasi, dan mobilisasi masyarakat dapat digunakan untuk

mempengaruhi perilaku kesehatan.

2.7 Model PEN-3

PEN-3 Model dikembangkan oleh Airhihenbuwa (1995) dalam

(Luquis 2008) sebagai model konseptual untuk promosi kesehatan dan

pencegahan penyakit di negara-negara Afrika, khususnya pendekatan

cultural HIV/AIDS, kemudian diadaptasi dan digunakan di Afrika Amerika.

Page 75: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

53

PEN-3 Model menyediakan metode fungsional menangani budaya

dalam pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi program pendidikan

kesehatan dan promosi. Meskipun model ini mengacu pada teori-teori dan

aplikasi dalam studi budaya, penggabungan model pendidikan kesehatan

yang ada, teori, dan kerangka kerja. Awalnya, PEN-3 Model termasuk tiga

dimensi keyakinan kesehatan dan perilaku: pendidikan kesehatan,

pendidkan diagnosis perilaku kesehatan, dan kesesuaian budaya perilaku

kesehatan. PEN-3 Model Direvisi, disajikan pada Gambar 2.3, terdiri dari

tiga domain utama yaitu identitas budaya, hubungan dan harapan, dan

pemberdayaan budaya dan tiga komponen dengan huruf awal PEN dalam

setiap domain (Airhihenbuwa & DeWitt Webster, 2004) dalam (Miguel A

Perez Raffy R Luquis 2008). Setelah pendidik kesehatan dan praktisi

mengidentifikasi masalah kesehatan, mereka bisa membingkai masalah

sosial budaya yang relevan ke dalam sembilan kategori.

Menurut Airhihenbuwa (2007) dalam (Luquis 2008), PEN-3 Model

menawarkan kesempatan untuk mempromosikan gagasan beberapa

kebenaran dengan menguji budaya dan perilaku dan mulai dengan

mengidentifikasi budaya positif yang memungkinkan kita untuk

mengujinya dan mengakui eksistensial, yang mewakili nilai-nilai yang

membuat budaya unik sebelum mengidentifikasi budaya negatif.

Domain Hubungan Dan Harapan menilai persepsi, enabler, dan

pengasuh perilaku dari sudut pandang budaya. Dimensi PEN -3 Model

telah berevolusi dari teori lain dan model, seperti model health believe

Page 76: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

54

(Rosenstock, 1974) dan kerangka PRECEDE- PROCEED (Green &

Kreuter, 1999). Namun, model ini menempatkan budaya dalam inti

program pencegahan promosi kesehatan dan penyakit (Airhihenbuwa

1995, 2007). Di antara tiga komponen domain ini antara lain:

2.7.1 Persepsi terdiri dari pengetahuan, sikap, nilai-nilai, dan keyakinan

yang ada dalam konteks budaya dan yang memotivasi atau

menghambat individu atau kelompok merubah perilaku. (Garc és,

Scarinci, & Harrison, 2006; Luquis & Villanueva, 2006; Allison,

Duran, & Pe ñ a - Purcell, 2005).

2.7.2 Enabler adalah sumber daya, dukungan kelembagaan, dan faktor

sosial atau struktural yang dapat meningkatkan atau menghalangi

keputusan kesehatan preventif dan tindakan. Misalnya, peran

kebijakan pemerintah telah dicatat dalam insiden rendah atau

penurunan kasus HIV baru di beberapa negara Afrika

(Airhihenbuwa & Webster, 2004). Namun, ketidakpercayaan

penelitian dan perawatan medis telah menimbulkan perekrutan laki-

laki Afrika Amerika untuk skrining kanker prostat (Abernethy et al.,

2005). Demikian pula, Garc é s et al. (2006) telah menyarankan

bahwa kurangnya informasi, akses ke perawatan, dan obat-obatan

mencegah Latinas mencari pelayanan kesehatan.

2.7.3 Nurtures (Pengasuh) adalah keluarga, teman, dan anggota

masyarakat yang positif atau negatif mempengaruhi keyakinan

kesehatan, sikap, dan tindakan. Abernethy dan rekan (2005)

Page 77: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

55

mengidentifikasi pendeta, pemimpin gereja, dan tokoh masyarakat

sebagai individu yang dapat mempromosikan skrining kanker

prostat pada pria Amerika Afrika. Praktek cultural merawat kerabat

yang sakit di rumah telah menjadi aspek penting dari perawatan

HIV/AIDS di Afrika (Airhihenbuwa & Webster, 2004).

Domain pemberdayaan budaya merupakan penegasan dari

kemungkinan pengaruh budaya yang positif, eksistensial, dan negatif

(Airhihenbuwa & Webster, 2004). Dimensi ini sangat penting dalam

pengembangan intervensi pendidikan kesehatan dan promosi yang sesuai

dengan budaya (Airhihenbuwa, 1995).

a. Pemberdayaan budaya positif Mempromosikan perilaku kesehatan:

misalnya, modalitas pengobatan tradisional untuk mengatasi masalah

kesehatan seperti infeksi menular seksual (Airhihenbuwa & Webster,

2004). Demikian pula, makan diet seimbang, olahraga, berdoa, dan

pergi ke gereja adalah aspek budaya dan perilaku positif yang

mendorong kalangan Latinas (Garc é s et al., 2006).

b. Aspek eksistensial budaya adalah keyakinan budaya, praktik, dan

perilaku yang alami untuk kelompok dan juga tidak memiliki efek yang

merugikan pada kesehatan. Keyakinan, practices, dan perilaku ini tidak

boleh ditargetkan untuk perubahan dan tidak boleh disalahkan atas

kegagalan program pendidikan kesehatan. Garc é s et al. (2006)

menggambarkan penggunaan praktik penyembuhan alternatif dan

komplementer, seperti pengobatan rumah, sebagai perilaku existential

Page 78: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

56

antara Latinas. Pendidik kesehatan harus menyadari praktek ini dan

merangkul mereka, karena mereka dapat membantu untuk

menghasilkan pandangan holistik yang dapat menginformasikan

pengembangan program pendidikan kesehatan.

c. Aspek negatif didasarkan pada values, keyakinan, dan hubungan

yang diketahui berbahaya bagi perilaku kesehatan. Di antara aspek-

aspek negatif seperti tindakan sosial yang meletakkan dasar bagi

ketidaksetaraan seperti rasisme dan diferensial perumahan dan

pendidikan (Airhihenbuwa & Webster, 2004). Untuk menjadi pendidik

kesehatan yang berhasil harus mengembangkan program yang

meningkatkan perilaku positif yang terjadi secara alami sekaligus

mengurangi perilaku negatif dan menghormati yang eksistensial.

Akhirnya, Domain Identitas Budaya dalam PEN - 3 Model

berusaha menilai person, keluarga besar, dan lingkungan. Hal ini penting

untuk memahami identitas budaya, yang merupakan titik intervensi

masuk, tidak didefinisikan pada ras dan budaya saja, tetapi mengacu

pada banyak identitas yang dialami oleh laki-laki dan perempuan dalam

budaya yang berbeda (Airhihenbuwa & Webster, 2004). Setelah titik

intervensi masuk (komponen identitas budaya) telah diidentifikasi,

perubahan perilaku dapat diatasi dan dipromosikan. Hal ini penting untuk

menyadari bahwa mungkin ada beberapa titik masuk untuk mengatasi

konteks dan perilaku sosial (Airhihenbuwa & Webster, 2004). Untuk

mempromosikan perubahan yang diinginkan, individu dapat diberi

Page 79: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

57

kesempatan untuk memperoleh informasi dan keterampilan yang

dibutuhkan untuk membuat keputusan kesehatan yang baik sesuai

dengan perannya dalam keluarga dan masyarakat (Airhihenbuwa, 1995).

Dalam pendidikan kesehatan yang bersangkutan tidak hanya

dengan keluarga dekat, inti, tetapi juga dengan keluarga jauh. Keluarga

memainkan peran penting dalam kehidupan anggota dari berbagai

kelompok ras dan etnis. Misalnya, suami ibu, mengingat pengaruhnya

pada harapan dari pasangan di berbagai bidang seperti negosiasi seksual,

mungkin menjadi sumber perilaku tertentu yang perlu diubah

(Airhihenbuwa & Webster, 2004).

Pendidikan kesehatan berkomitmen untuk promosi kesehatan dan

pencegahan penyakit di lingkungan dan masyarakat, keterlibatan anggota

masyarakat sangat penting dalam penyediaan intervensi sesuai dengan

budaya (Airhihenbuwa, 1995). Pendidik kesehatan harus

mengembangkan intervensi yang menargetkan baik individu dan keluarga

besar dan lingkungan, karena ini saling berhubungan.

Gambar 2.3

Page 80: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

58

2.8 Model Perencanaan Program Promosi Kesehatan

Model perencanaan promosi kesehatan memiliki kesamaan

elemen, meskipun elemen mungkin memiliki label yang berbeda. Bahkan,

semua pendekatan melibatkan tiga langkah dasar:

a. Perencanaan program, termasuk melakukan penilaian kebutuhan

masalah kesehatan dan faktor-faktor yang terkait dan pengaruh,

memprioritaskan tindakan, memilih intervensi, dan membuat

keputusan untuk membuat dan mengembangkan program.

b. Pelaksanaan intervensi dan kegiatan program yang didasarkan pada

teori kesehatan, menghilangkan kesenjangan, dan berakar pada

penilaian kebutuhan.

c. Evaluasi program untuk menentukan apakah telah dilaksanakan

sesuai rencana dan apakah benar-benar telah mempengaruhi masalah

kesehatan atau faktor yang terkait (diidentifikasi dalam penilaian).

2.9 Pendekatan Untuk Pengajaran Dan Pelatihan

Safe Motherhood Promoters (SMPs)

Ada banyak pendekatan untuk memfasilitasi pelatihan. Untuk

penelitian ini, penulis menekankan tiga pendekatan yang digunakan dalam

kesehatan masyarakat untuk secara aktif terlibat dalam proses belajar dan

mengajar yaitu: (Tim Berthold Jeni Miller Alma Avila-Esparza 2009).

2.9.1 Populer Education (Pendidikan Populer)

Paulo Freire dianggap sebagai salah satu pemikir paling penting di

dunia tentang pendidikan. Ia dikenal luas di bidang kesehatan masyarakat

Page 81: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

59

sebagai teori kunci dan praktisi pendidikan populer. Pendekatan Freire 's

menyarankan bahwa pendidikan yang didukung masyarakat dalam

mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang penting dalam

kehidupan mereka, dan pemahaman yang lebih baik bagaimana masalah

tersebut terhubung ke isu-isu sosial yang lebih besar dan dinamika,

sehingga mereka dapat mengembangkan dan menerapkan tindakan untuk

mengubah dan memperbaiki keadaan mereka.

2.9.2 Participatory Learning (Pembelajaran Partisipatif)

Proses pembelajaran partisipatif adalah proses yang melibatkan

orang dalam semua aspek pengalaman belajar, yang menganggap bahwa

pelajar juga adalah guru. Cara lain untuk menggambarkan pembelajaran

partisipatif adalah pembelajaran interaktif atau berbagi pengetahuan.

Seperti pendidikan popular, pembelajaran partisipatif memandang peserta

didik sebagai lebih dari penerima informasi. Seorang pelajar partisipatif

terlibat dalam mengidentifikasi apa yang perlu dia diketahui, bagaimana

dia ingin mempelajari informasi baru, dan dalam semua kegiatan

pembelajaran. Peserta didik tidak hanya mengidentifikasi masalah, tetapi

solusi untuk masalah.

2.9.3 Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) mendorong orang untuk

berpikir dengan cara yang kritis. Alih-alih hanya menghafal ide seseorang

"jawaban yang benar" untuk masalah, anggota tim bicara dan menantang

satu sama lain untuk mengembangkan solusi mereka sendiri. Dengan

Page 82: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

60

model ini, tidak ada "jawaban yang benar", ada berbagai kemungkinan

jawaban yang mewakili pengalaman, ide, dan nilai-nilai kelompok. Salah

satu manfaat yang signifikan dari pendekatan ini adalah bahwa anggota

kelompok saling mengenal satu sama lain sebagai individu dan belajar

bagaimana bekerja sama sebagai sebuah tim. Hal ini menciptakan rasa

bermasyarakat, serta membangun hubungan di seluruh perbedaan kelas,

ras, bahasa, dan budaya.

2.10 Model Konseling Kesehatan Ibu

Model konseling kesehatan ibu terdiri atas proses konseling

(setengah lingkaran atas), tetapi untuk melakukan proses konseling, perlu

untuk memahami konteks konseling (lingkaran luar), prinsip-prinsip dan

keterampilan konseling (Bawah setengah lingkaran). Proses konseling

berlangsung dalam konteks konseling, karena hal ini akan memberikan

petunjuk tentang bagaimana bertindak, apa saja yang tepat, dan situasi,

budaya dan norma perempuan dalam keluarga. Ada beberapa prinsip

yang mendukung proses konseling. (WHO 2009).

Diagram ini akan digunakan pada awal setiap sesi konseling.

Model ini akan selalu memiliki 6 langkah kunci dari proses konseling yang

digariskan. Di bawah judul (Guiding Principles dan Keterampilan

Konseling) hanya titik-titik yang sedang difokuskan dalam Sesi akan

disorot dalam diagram. Ini akan membantu untuk melihat pada area mana

fokus konseling akan dilakukan.

Page 83: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

61

Gambar 2.4 Model Konseling Kesehatan Ibu dan Anak (WHO, 2009)

2.10.1 Proses Konseling

Proses konseling terdiri atas 6 bagian antara lain:

a. Asses the situation/Menilai situasi: melibatkan wanita dalam diskusi

interaktif.

b. Define the Problem, need and information gaps. Tentukan masalah,

kebutuhan dan kesenjangan informasi.

c. Generate alternative solutions/ Menghasilkan alternatif solusi.

d. Prioritize Solution/ Prioritaskan solusi: dengan meninjau keuntungan

dan kerugian dari berbagai alternatif.

e. Develop a plan/ Mengembangkan rencana.

f. Review and Evaluate/ Review dan evaluasi.

Page 84: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

62

2.10.2 Pedoman Prinsip -prinsip konseling kesehatan bagi ibu dan

bayi baru lahir

Ada sejumlah prinsip-prinsip yang mendasari enam langkah kunci

dalam proses konseling. Agar dapat secara efektif memanfaatkan enam

langkah ini, maka perlu memahami pondasi sebagai langkah-langkah

kunci dalam proses konseling. Jika mengikuti prinsip-prinsip ini, maka

akan membantu untuk menempatkan enam langkah dalam tindakan lebih

efektif. Selain itu, pemahaman tentang prinsip-prinsip ini diperlukan

sebelum dapat mulai memperkuat keterampilan konseling antara lain

Refleksi diri, Empati dan hormat, Mendorong interaksi, Membangun

pengetahuan dan keterampilan saat ini, Bersama memecahkan masalah,

dan Menyesuaikan dengan kebutuhan spesifik wanita.

2.10.3 Conseling Skill

Konseling skill terdiri atas 6 komponen yaitu: Komunikasi dua

arah, Membentuk Aliansi, Mendengarkan secara aktif, Mengajukan

pertanyaan, Memberikan informasi dan Fasilitasi.

2.10.4 Konteks Konseling

Istilah 'konteks konseling' tidak mengacu untuk lokasi fisik di

mana konseling terjadi (yang kita sebut lingkungan konseling) tetapi

berhubungan dengan faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, agama dan

politik dari tempat di mana konselor bekerja, dan masyarakat di mana

orang-orang yang akan dnasihati, hidup.

Page 85: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

63

2.11 Dasar Kerangka Teori dalam Penelitian

Kerangka teori penelitian ini merujuk pada Model Community Action

Model (CAM) adalah sebuah pendekatan untuk pengorganisasian

masyarakat yang dikembangkan oleh Tobacco Free Project San

Francisco Departemen Kesehatan Masyarakat (2009). CAM sangat

dipengaruhi oleh teori Paulo Freire dan pendidikan populer. Berdasarkan

model CAM penelitian ini akan dilaksanakan dalam lima tahap yaitu:

tahap pertama adalah Train Participants (develop skills, increase

knowledge, build capacity), Choose area of focus dan Name the issue.

Tahap kedua adalah define, designe and do diagnosis komunitas.

Pada tahap diagnosis masyarakat menggunakan PEN-3 Model yang

dikembangkan oleh Airhihenbuwa (1995) sebagai model konseptual untuk

promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. The PEN-3 Model

menyediakan metode fungsional menangani budaya dalam

pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi program pendidikan dan

promosi kesehatan. Awalnya, PEN -3 Model termasuk tiga dimensi

keyakinan kesehatan dan perilaku: pendidikan kesehatan, pendidkan

diagnosis perilaku kesehatan, dan kesesuaian budaya perilaku kesehatan.

PEN - 3 Model Direvisi, yang terdiri dari tiga domain utama dan dalam

setiap domain meliputi tiga komponen dengan huruf awal PEN antara

lain: culture identity (Person, Extendeed Family, Neighbourhood),

Relationships and Expectations (Perception, Enablers, Nurtures), dan

cultural empowerment (Positive, Extensial, Negative) (Airhihenbuwa &

Page 86: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

64

Webster, 2004). Setelah pendidik kesehatan dan praktisi telah

mengidentifikasi masalah kesehatan, mereka bisa membingkai masalah

sosial budaya yang relevan ke dalam sembilan kategori PEN.

Pada tahap diagnosis masyarakat juga dilakukan penggalian

informasi tentang partisipasi masyarakat dengan menggunakan

framework Rifkin, 1988 bahwa untuk mengukur partisipasi masyarakat

dengan menggunakan indikator penilaian kebutuhan, leadership,

organisasi, mobilisasi sumber daya dan manajemen.

Tahap ketiga Select Action or Activity and Implement, dalam tahap

action SMPs menggunakan model konseling kesehatan yang

dikembangkan oleh WHO (2009) meliputi proses konseling (setengah

lingkaran atas), konteks konseling (lingkaran luar), prinsip dan

keterampilan konseling (Bawah setengah lingkaran). Proses konseling

berlangsung dalam konteks konseling. Model proses konseling

berlangsung dan mempengaruhi perilaku individu terkait innate individual

traits seperti umur, jenis kelamin, ras dan factor biologis. Tahap kelima

Maintain And Enforce Action or Activity, selanjutnya repeat process.

Secara skematis kerangka teori penelitian dapat dijelaskan secara

rinci sebagai berikut:

Page 87: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

65

THE COMMUNITY ACTION MODEL (CAM)

Step 1

Identifikasi Masalah

Step 2

Menilai Masalah/

Mendiagnosis

Komunitas

Step 5

Memelihara Tindakan

dan Hasil (Evaluasi dan

Kesinambungan)

Step 3

Analisis Temuan

Step 4

Identifikasi dan

Menerapkan Aksi

MODEL PEN - 3

Cultural Empowerment:

Positive

Ekstensial

Negative

(Nilai, Keyakinan, Praktek/

Perilaku Alami)

Relationship & Expectation:Perceptions (Pengetahuan, Sikap)

Enablers (Sumber Daya, Akses,

Kebijakan)

Nurturers (Keluarga, Teman, Orang

Yang Berpengaruh)

Cultural Identity:Person (Bumil, Bulin, Bufas)

Extended Family

Neighborhood (Masyarakat)

MODEL

PARTISIPASI

MASYARAKAT

Need Assesment

Leadership

Organization

Source Mobilitation

Management

Kondisi Sosial Ekonomi dan

Norma Sosial Budaya Dalam

Konteks Konseling

MODEL KONSELING KIA

Prinsip Pedoman:Membangun Keterampilan dan

Pengetahuan

Sharing Pemecahan Masalah

Keterampilan Konseling:Membentuk Aliansi

Mendengarkan Aktif

Memberikan Informasi

Proses Konseling:Asses Situation

Define the problems, needs and

information gap

Generate alternatif

Prioritize Solutions

Develop a Plan

Review and Evaluate

RISIKO KEMATIAN

IBU

1. Faktor Risiko

Kematian Ibu

2. Tanda Bahaya

Kehamilan,

Persalinan dan

Nifas

3. Pelayanan

Selama

Kehamilan

4. Perencanaan

Kehamilan dan

Persalinan Yang

Aman

5. Post Natal Care

Angka Kematian Ibu

(AKI)

Gambar 2.5. Modifikasi Community Action Model (CAM) by Tobacco Free Project San Francisco Departemen Kesehatan Masyarakat (2009), Model PEN-3 by Airhihenbuwa (2007), Community Participation by Rifkin, SB, et al (1988) dan Model Counselling For Maternal and Newborn Health Care by WHO (2009)

Page 88: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

66

2.12 Kerangka Konsep

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu: Tahap

pertama identifikasi masalah, tahap ini bertujuan untuk menemukan

masalah terkait pengetahuan, sikap, praktek, kepercayaan dan adat

istiadat masyarakat yang menjadi pendukung atau penghambat dalam

upaya menurunkan risiko kematian ibu dengan menggunakan Model

PEN-3 berdasarkan latar belakang budaya dan kemampuan masyarakat.

Tahap kedua Diagnosis komunitas, tahap ini merupakan

keberlanjutan dari hasil identifikasi masalah yang merupakan dasar untuk

melakukan diagnosis masyarakat terkait partisipasi masyarakat dalam

mengatasi masalah yang sudah terindentifikasi dan menemukan

alternative solusi untuk mengatasi masalah tersebut dengan

menggunakan framework partisipasi masyarakat.

Tahap ketiga adalah implementasi merupakan tahap aksi dari

alternative solusi dalam upaya menurunkan risiko kematian ibu berbasis

masayarakat yang telah di sepakati dari hasil diagnosis masyarakat.

Tahap implementasi terdiri dari 2 komponen yaitu pertama train Safe

Motherhood Promoters (SMPs), komponen ini bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan skill SMPs dalam melakukan

pendampingan dan promosi kesehatan kepada ibu terkait upaya

menurunkan risiko kematian. Kedua, implementasi program Safe

Motherhood Promoters (SMPs), komponen ini merupakan tahap

lanjutan dari hasil pelatihan SMPs yakni masyarakat yang sudah dilatih

Page 89: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

67

menjadi SMPs akan melakukan peran, tugas dan tanggung jawabnya

sebagai SMPs. Hasil kinerja SMPs akan diukur melalui evaluasi terhadap

perubahan pengetahuan, sikap, dan praktek ibu antara sebelum dan

setelah intervensi program SMPs.

Mengacu pada kajian pendekatan dan teori yang telah disusun

dengan kerangka teori, maka kerangka konsep penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Page 90: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

68

1. Kepercayaan/adat istiadat

2. Pengetahuan Ibu

3. Sikap Ibu

4. Praktek/Niat bertindak Ibu

Faktor risiko kematian ibu

hamil

Tanda bahaya kehamilan

Pelayanan selama

kehamilan

Perencanaan kehamilan &

persalinan yang aman

Post natal care

Partisipasi

Masyarakat Dalam

Mencegah

Kematian Ibu

Penilaian

Kebutuhan

Kepemimpinan

Organisasi

Mobilisasi

Sumber Daya

Manajemen

Step 2

DIAGNOSIS

MASYARAKAT

Step 1

Identifikasi Masalah

Sebelum Intervensi Setelah Intervensi

Step 3 IMPLEMENTASI

(Identifikasi dan Menerapkan Aksi)

Membentuk dan Membangun Komite Program SMPs

Pelatihan Safe Motherhood Promoters (SMPs)

Implementasi Program SMPs

Step 4 KeberlanjutanCakupan ANC (K1 dan K4)

Cakupan Persalinan Oleh Nakes

Cakupan PNC

Angka Kematian Ibu

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Praktek/Niat untuk

bertindak

Faktor risiko kematian ibu

Tanda bahaya kehamilan

Pelayanan Selama

Kehamilan

Perencanaan kehamilan

& persalinan yang aman

Post natal care

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Praktek

Faktor risiko kematian ibu

Tanda bahaya kehamilan

Pelayanan Selama

Kehamilan

Perencanaan kehamilan

& persalinan yang aman

Post natal care

Keterangan:

: Variabel Yang Diteliti : Variabel Yang Tidak Diteliti

Page 91: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

69

Berikut adalah komponen keseluruhan penelitian antara lain:

a. Tahap 1 Identifikasi Masalah: Proses identifikasi masalah bertujuan

untuk menggali informasi tentang pengetahuan, sikap, praktek/niat ibu

terhadap faktor risiko kematian ibu, tanda bahaya kehamilan dan

pelayanan selama kehamilan, perencanaan kehamilan dan persalinan

yang aman, serta post natal care. Selain itu, akan menggali informasi

tentang tingkat kepercayaan/adat istiadat masyarakat Jeneponto terkait

dengan aspek kesehatan ibu.

b. Tahap 2 Diagnosis Masyarakat: Proses diagnosis masyarakat

bertujuan untuk menggali informasi tentang partisipasi masyarakat

dalam mencegah kematian ibu dengan mengadakan pertemuan

dengan masyarakat untuk menganalisis informasi yang telah

dikumpulkan selama tahap identifikasi masalah. Bersama masyarakat

akan dibahas tentang masalah yang dihadapi dan bersama-sama

mencari solusi/program untuk mengatasi masalah khususnya dalam

upaya menurunkan risiko kematian ibu yang berbasis masyarakat.

c. Tahap 3 Implementasi terdiri dari tiga komponen yaitu:

1 . Membentuk dan membangun komite program SMPs

2 . Intervensi terhadap Safe Motherhood Promoters (SMPs) dalam

bentuk pelatihan

3. Implementasi Program Safe Motherhood Promoters (SMPs)

berbasis masyarakat dalam upaya menurunkan risiko kematian

ibu. Sebelum pelaksanaan program terlebih dahulu dilakukan

Page 92: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

70

pengukuran pre test PSP terhadap faktor risiko kematian ibu,

tanda bahaya kehamilan dan pelayanan selama kehamilan,

perencanaan kehamilan dan persalinan yang aman, serta post

natal care dan setelah intervensi Program SMPs berbasis

masyarakat dilakukan pengukuran post test.

d. Tahap 4 Keberlanjutan program: adalah upaya memelihara agar

Program SMPs berbasis masyarakat tetap sustainable, sehingga

terjadi peningkatan cakupan K1 dan K4, cakupan persalinan oleh

nakes, cakupan PNC, dan pada akhirnya akan menurunkan angka

kematian ibu. Tahap ini merupakan variabel yang tidak diteliti.

2.13 Hipotesis

Berdasarkan model kerangka konsep maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

1. Pelatihan Program Safe Motherhood Promoters (SMPs) berbasis

masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan skill SMPs

dalam upaya menurunkan risiko kematian ibu.

2. Program Safe Motherhood Promoters (SMPs) berbasis masyarakat

dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek ibu terhadap

faktor risiko kematian, tanda bahaya kehamilan, pelayanan selama

kehamilan, perencanaan kehamilan dan persalinan aman, serta PNC.

2.14 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

Adapun definisi operasional dari komponen penelitian yang

ada di kerangka konsep adalah sebagai berikut:

Page 93: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

71

1. Tahap 1: Identifikasi Masalah Terhadap Pengetahuan, SIkap,

Praktek, dan Kepercayaan/Adat Istiadat dalam Upaya

Menurunkan Risiko Kematian Ibu

Defenisi Operasional:

Proses pengumpulan informasi tentang pengetahuan, sikap,

praktek/niat ibu terhadap faktor risiko kematian ibu, tanda bahaya

kehamilan, pelayanan selama kehamilan, perencanaan kehamilan

dan persalinan yang aman, post natal care. Serta informasi tentang

tingkat kepercayaan/adat istiadat masyarakat Jeneponto terkait

dengan aspek kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas.

Kriteria Objektif:

Terlaksana: Jika informasi tentang pengetahuan, sikap, praktek/niat

ibu terhadap faktor risiko kematian ibu, tanda bahaya kehamilan dan

ANC, perencanaan persalinan yang aman, PNC. Serta informasi

tentang tingkat kepercayaan/adat istiadat masyarakat terkait dengan

aspek kesehatan ibu telah teridentifikasi dan terkumpul lengkap.

Tidak terlaksana: Jika informasi tidak terkumpul dengan lengkap,

sehingga proses identifikasi masalah tidak tercapai.

a. Pengetahuan Tentang Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu

Defenisi Operasional:

Pengetahuan tentang upaya menurunkan risiko kematian ibu adalah

kemampuan ibu untuk menjawab faktor risiko kematian ibu, tanda

bahaya kehamilan, pelayanan selama kehamilan, perencanaan

Page 94: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

72

kehamilan dan persalinan yang aman, serta post natal care.

Pengetahuan terdiri dari 32 pertanyaan dan skor 1 untuk jawaban

benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Skor tertinggi 32 dan terendah

0. Tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi dua kelompok.

Kriteria Objektif:

Cukup: Jika skor jawaban responden > 50%.

Kurang: Jika skor jawaban responden < 50%.

b. Sikap Terhadap Upaya Menurunkan Risiko Kematian Ibu

Defenisi Operasional:

Sikap terhadap upaya menurunkan risiko kematian ibu adalah

pendapat responden setuju atau tidak setuju dengan pernyataan

tentang faktor risiko kematian ibu, tanda bahaya kehamilan, ANC,

perencanaan kehamilan dan persalinan yang aman, serta PNC.

Sikap diukur dalam 4 kategori sesuai dengan skala Likert (McDowel &

Newell, 1996). Bagian sikap terdiri dari 40 pertanyaan yang meliputi

kedua aspek negatif dan positif. Untuk pertanyaan positif, skor

diberikan 4 (sangat setuju), 3 (Setuju), 2 (Tidak Setuju), 1 (Sangat

Tidak setuju). Untuk pertanyaan negatif, skor diberikan 4 (Sangat

Tidak Setuju), 3 untuk tidak setuju, 2 untuk Setuju, 1 untuk Sangat

Setuju. Skor tertinggi adalah 160 dan skor terendah adalah 40.

Kriteria Objektif:

Positif: Jika skor pendapat responden > 62.5%.

Negatif: Jika skor jawaban responden <62.5%.

Page 95: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

73

c. Praktek/niat untuk melakukan kunjungan awal ANC

Defenisi Operasional:

Praktek perempuan/niat untuk melakukan kunjungan antenatal awal

dalam tiga bulan pertama kehamilannya untuk mengidentifikasi

masalah kesehatan umum ibu yang perlu diobati, meningkatkan

kesadaran terhadap faktor risiko kematian ibu hamil, tanda-tanda

bahaya selama kehamilan dan juga menangani kebutuhan khusus gizi

ibu hamil (UNFPA, 2006) (Council on children and families, 2009).

Kriteria Objektif:

Baik: Jika responden telah/berniat untuk melakukan kunjungan

antenatal awal dalam tiga bulan pertama kehamilannya.

Kurang Baik: Jika responden tidak/tidak berniat melakukan

kunjungan ANC awal pada tiga bulan pertama kehamilannya.

d. Praktek/Niat ANC minimal 3 kali selama kehamilan

Defenisi Operasional:

Praktek perempuan/niat untuk melakukan kunjungan antenatal

minimal 3 kali selama kehamilan yaitu minimal satu kali pada trimester

pertama, satu kali pada trim. kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.

Kriteria Objektif:

Baik: Jika responden telah/berniat untuk melakukan kunjungan

antenatal minimal 3 kali selama kehamilan yaitu minimal satu

kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua

dan 2 kali pada trimester ketiga.

Page 96: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

74

Kurang Baik: Jika responden tidak/tidak berniat untuk melakukan

kunjungan antenatal minimal 3 kali selama kehamilan yaitu

minimal satu kali pada trimester pertama, satu kali pada

trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.

e. Praktek/niat untuk melakukan persalinan yang aman

Defenisi Operasional:

Praktek perempuan/niat untuk melakukan persalinan dibantu oleh

tenaga kesehatan terampil seperti bidan, dokter atau perawat yang

telah dididik dan dilatih untuk menguasai keterampilan-keterampilan

yang dibutuhkan untuk mengelola kehamilan normal (tanpa

komplikasi), persalinan dan periode postnatal (UNFPA, 2009).

Kriteria Objektif:

Baik: Jika responden telah/berniat bersalin dibantu oleh tenaga

kesehatan terampil seperti bidan, dokter atau perawat.

Kurang Baik: Jika responden tidak/tidak berniat untuk melakukan

persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan terampil seperti

bidan, dokter atau perawat.

f. Praktek/niat untuk melakukan post natal care

Defenisi Operasional:

Praktek perempuan / niat untuk melakukan perawatan post natal yaitu

pelayanan yang diberikan kepada ibu untuk jangka waktu enam

minggu dari waktu persalinan untuk memastikan kesehatan fisik dan

mental ibu dan dan bayi menjadi baik (WHO, 1998).

Page 97: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

75

Kriteria Objektif:

Baik: Jika responden telah/berniat melakukan post natal care

untuk jangka waktu enam minggu dari waktu persalinan.

Kurang Baik: Jika responden tidak/ tidak berniat untuk melakukan

post natal care dalam enam minggu dari waktu persalinan.

g. Kepercayaan/Adat Istiadat

Defenisi Konsep:

Paham dan nilai serta adat istiadat ibu/masyarakat tentang

perawatan ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas berdasarkan

keyakinan yang dimiliki, baik secara turun temurun maupun

pengalaman yang diperoleh yang bisa menghambat atau

mendukung upaya menurunkan risiko kematian ibu.

2. Tahap 2: Diagnosis masyarakat

Defenisi Operasional:

Proses pertemuan dengan masyarakat untuk memperoleh informasi

tentang partisipasi masyarakat dalam upaya menurunkan risiko

kematian ibu, dan untuk menganalisis data dan informasi hasil

identifikasi masalah terkait dengan kematian ibu. Kemudian mencari

solusi/program untuk mengatasi masalah khususnya dalam upaya

menurunkan risiko kematian ibu yang berbasis masyarakat.

Kriteria Objektif:

Terlaksana: Jika pertemuan dengan masayarakat dan pemimpin

masyarakat terlaksana dalam rangka untuk menganalisis data dan

Page 98: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

76

informasi hasil identifikasi masalah terkait dengan upaya menurunkan

risiko kematian ibu.

Tidak terlaksana: Jika pertemuan dengan masayarakat dan

pemimpin masyarakat tidak terlaksana, sehingga tujuan untuk

analisis hasil identifikasi masalah masyarakat tidak tercapai.

Partisipasi masyarakat dalam mencegah kematian ibu

Defenisi Konsep:

Partisipasi masyarakat adalah perwakilan dari masyarakat yang

terlibat dalam sesi diskusi atau pertemuan sejak identifikasi masalah,

analisis masalah, prioritas kegiatan pencegahan kematian ibu,

pelaksanaan kegiatan, sampai monitoring dan evaluasi program.

Rifkin dan rekan kerja mengidentifikasi lima dimensi yang

mempengaruhi partisipasi yang dapat dimasukkan ke dalam analytical

pentagram framework. Untuk setiap faktor, skala tingkatan lima poin

yang mengukur tingkat partisipasi yang disediakan, mulai dari minimal

(peringkat 1) ke maksimal (peringkat 5) dengan tiga tingkat di antara

dari terbatas (peringkat 2), adil (peringkat 3) dan terbuka (peringkat 4)

(Eyre R & Gauld R. 2003).

Penilaian kebutuhan

Penilaian kebutuhan adalah proses di mana masyarakat yang

merencanakan program dapat menentukan apa masalahnya yang

mungkin ada di kelompok wanita usia reproduktif. Peran masyarakat

dalam melakukan penilaian kebutuhan, merancang dan melakukan

Page 99: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

77

survei, manfaat survei, dan potensi manfaat terlibat dalam

menganalisis hasil survey.

Kepemimpinan

Kepemimpinan mengacu kepada orang yang mewakil kepemimpinan

yang ada di masyarakat dan bagaimana tindakan atau sistem

kepemimpinan terhadap kepentingan berbagai kelompok masyarakat

khususnya dalam mencegah kematian ibu. Indikator bergerak ke arah

akhir yang lebih luas jika kepemimpinan mewakili berbagai kelompok

kepentingan dari semua mitra.

Organisasi

Program yang telah dibuat oleh organisasi masyarakat untuk

mencegah kematian ibu, misalnya komite kesehatan desa dan tim

kepemimpinan desa yang berfokus pada peningkatan pengetahuan

kesehatan ibu, peran LSM dan profesional kesehatan bekerja sama

dengan komite kesehatan desa dan peran kepemimpinan desa dalam

pengambilan keputusan, cara memperoleh sumber daya, dll. Indikator

untuk kegiatan ini ditempatkan di ujung kontinum.

Mobilisasi Sumber Daya

Mobilisasi sumber daya adalah simbol dari komitmen terhadap suatu

program, meliputi jenis kontribusi (buah pikiran, tenaga, keterampilan,

uang/materi/harta benda, bahan) yang memberikan manfaat dalam

mencegah kematian ibu, pihak yang berperan dalam pengambilan

Page 100: DISERTASI PROGRAM SAFE MOTHERHOOD PROMOTERS (SMPs ...

78

keputusan penggunaan sumber daya, cara mempengaruhi dan

memobilisasi sumber daya masyarakat.

Manajemen

Manajemen mengacu pada pengelolaan program. Peran dan

tanggung jawab SMPs, Keputusan dan struktur manajemen didukung

oleh komite program SMPs menunjukkan range partisipasi yang luas.

3. Tahap 3: Implementasi

Defenisi Operasional:

Membentuk dan membangun komite Program SMPs, Mengadakan

pelatihan Program SMPs, dan implementasi Program SMPs

berbasis masyarakat.

Kriteria Objektif:

Terlaksana: Jika komite Program Safe Motherhood Promoters

(SMPs) terbentuk, pelatihan Program Safe Motherhood Promoters

(SMPs) berbasis masyarakat terlaksana, dan implementasi program

Program Safe Motherhood Promoters (SMPs) berbasis masyarakat

tercapai.

Tidak terlaksana: Jika komite Program Safe Motherhood Promoters

(SMPs) tidak terbentuk, pelatihan Program Safe Motherhood

Promoters (SMPs) berbasis masyarakat tidak terlaksana, dan

implementasi Program Safe Motherhood Promoters (SMPs) berbasis

masyarakat tidak tercapai.