DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember...

97
MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU LAR LIMUNG DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011 PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Transcript of DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember...

Page 1: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

MASTER PLAN DAN ACTION PLAN

PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

LAR LIMUNG

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 2: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

ii

LEMBAR PENGESYAHAN

MASTER PLAN DAN ACTION PLAN

PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

LAR LIMUNG

Sumbawa Besar, Desember 2011

Mengesyahkan/Menyetujui:

Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa, Tim Pelaksana,

Pejabat Pemegang Komitmen,

Ir. Syafruddin, Noer Dr. Ir. Dahlanuddin, MRur.Sc NIP. 19650605199203026 NIP.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 3: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

iii

SUSUNAN TIM PELAKSANA:

NO. N A M A SKPD/ JABATAN

KEDUDUKAN

1. Ir. Dahlanuddin, M Rur. Sc., Ph.D. Fak. Peternakan Unram

Ketua Tim

2. Pror. Ir. H. Yusuf Akhyar Sutaryono, Ph.D Fak. Peternakan Unram

Tenaga Ahli Peternakan

3. Ir.Tanda Panjaitan, M.Sc., Ph.D Fak. Peternakan Unram

Tenaga Ahli Peternakan

4. Ir. H. Ahmad Zaini, MA., Ph.D. Fak. Peternakan Unram

Tenaga Ahli Peternakan

5. Ir. I Putu Sudrana, MS. Fak. Peternakan Unram

Tenaga Ahli Peternakan

6. Ir. Muhammad Muhzi, MS. Fak. Peternakan Unram

Tenaga Ahli Peternakan

7. Dian Sidharta, ST Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum kab. Sumbawa

Tenaga Teknis Arsitektur

8. Wahyu Indrajaya, ST Kepala Subdit SDA & Lingkungan Hidup Bappeda Ka. Sumbawa

Tenaga Teknis Sipil

9. Erma Hadi Suryani, ST Staf Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sumbawa

Tenaga Teknis Planologi

10. Supriyadi, ST -- Drafter

11. Randy Chartana, ST -- Surveyor

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 4: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami, Tim Pelaksana panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan karuniaNya sehingga penyusunan dokumen Master Plan Pengembangan

Kawasan Peternakan Terpadu Lar Limung ini dapat kami selesaikan. Dokumen Master

Plan ini merupakan bukti tanggungjawab kami kepada Pemerintah Daerah Kabupaten

Sumbawa c.q Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa sebagai instansi pemberi pekerjaan

yang dalam kegiatan ini berkedudukan sebagai Tim Perencana dan Tim Evaluasi.

Penyusunan Master Plan menggunakan metode pendekatan partisipatif dan

komprehensif dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) terutama

peternak/ pemilik lahan, tokoh masyarakat, dan penentu kebijakan (Dinas Peternakan dan

Bappeda Kabupaten Sumbawa). Untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan,

dilakukan pengumpulan data dengan menggunakan gabungan dari beberapa metoda yaitu

analisis situasi, observasi langsung, dan analisis terhadap kebijakan dan program yang

telah dilaksanakan.

Dokumen Master Plan Pengembangan Kawasan Peternakan Terpadu Lar Limung

disusun secara swakelola oleh Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa dengan dukungan

dari berbagai pihak yaitu Tim Ahli dari Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan

BPTP NTB serta Tim teknis dari SKPD terkait di Kabupaten Sumbawa. terkait beserta

stafnya, 3) pimpinan wilayah mulai tingkat kecamatan hingga dusun terkait kawasan

pengembangan peternakan terpadu Lar Limung, 4) para peternak/pemilik lahan dan tokoh

masyarakat di kawasan Lar Limung, dan 5) pihak lainnya, baik yang bersifat teknis

maupun non-teknis yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Atas bantuan dan

dukungannya, kami hanya dapat mengucapkan terima kasih dan berdo’a semoga amal

ibadah bapak/ibu/sdr mendapat imbalan yang sesuai dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sumbawa Besar, Desember 2011.

Tim Pelaksana

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 5: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

v

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL DOKUMEN ……………………………………………………… i

LEMBAR PENGESYAHAN …………………………………………….. ii

TIM PELAKSANA ………………………………………………………. iii

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. iv

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. v

DAFTAR TABEL …………………………………………………………

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………. 1

1.1. Latar Belakang …………………………………………. 1

1.2. Maksud dan Tujuan Master Plan ………………………. 3

1.3. Dasar Penyusunan Master Plan ………………………… 4

1.4. Konsep Dasar Pengembangan Model ………………….. 4

1.4.1. Pengertian …………………………………….. 4

1.4.2. Pendekatan Pengembagan Model ……………. 4

1.4.3. Prinsip Operasional …………………………... 4

1.4.4. Komponen Pokok ……………………………. 5

1.5 Metode Penyusunan Master Plan ………………………. 5

1.6 Ruang Lingkup ………………………………………… 6

BAB II REFLEKSI DAN ANALISIS PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU LAR LIMUNG KABUPATEN SUMBAWA ………………………………… 8

2.1 Kondisi Kabupaten Sumbawa ……………………….. 8

2.1.1 Letak Geografis dan Adminitrasi …………….. 8

2.1.2 Potensi Lahan untuk Produksi Ternak Potong .. 8

2.1.3 Klimatologi …………………………………... 9

2.2. Refleksi Kebijakan Pengembangan Peternakan Kabupaten Sumbawa …………………………………... 10

2.2.1. RPJP Kabupaten Sumbawa …………………... 10

2.2.2. RPJM Kabupaten Sumbawa …………………. 11

2.2.3. RTRW Kabupaten Sumbawa ………………… 13

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 6: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

vi

2.2.4. Rencana Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa untuk Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung …………….. 15

2.2.5. SK Bupati Sumbawa Nomor 650 Tahun 2009 tentang Penetapan Kawasan Lar Limung di Dusun Limung Desa Pungkit Kecamatan Moyo Utara sebagai tempat Pengembalaan Ternak … 16

2.3. Potensi Ternak Potong sebagai Komoditas Unggulan …. 16

2.4. Kondisi Kawasan Lar Limung …………………………. 19

2.4.1. Kondisi Umum Kawasan Lar Limung ……….. 19

2.4.2. Kondisi Iklim, Tanah dan Air Tanah ………… 22

2.4.3. Ketersediaan Infrastruktur ……………………. 24

2.4.4. Kondisi Usaha Ternak Potong ……………….. 25

2.4.5. Kondisi Peternak dan Pola Pemeliharaan Ternak ………………………………………... 26

2.4.6. Produktivitas Ternak …………………………. 29

2.4.7. Kondisi Penduduk ……………………………. 32

2.4.8. Pendapat Peternak tentang Program KPT Lar Limung ……………………………………….. 32

2.4.9. Pendapat Masyarakat tentang Kondisi Lar Limung ……………………………………….. 33

BAB III ISU STRATEGIS, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU DI KAWASAN LAR LIMUNG …………………………………. 36

3.1 Isu Strategis …………………………………………….. 36

3.2 Visi, Misi dan Arah Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung …………………………………………….. 36

3.2.1. Visi …………………………………………… 36

3.2.2. Misi …………………………………………... 37

3.2.3. Arah Pengembangan Peternakan Terpadu …… 37

3.3 Kebijakan Pengembangan Peternakan Terpadu ……….. 39

3.4 Strategi Pengembangan Peternakan Terpadu ………….. 39

BAB IV PROGRAM DAN RENCANA AKSI PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU DI KAWASAN LAR LIMUNG . 41

4.1 Program Pengembangan Peternakan Terpadu …………. 41

4.1.1. Peningkatan Kelembagaan Kelompok ……….. 41

4.1.2. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih . 44

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 7: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

vii

4.1.3. Peningkatan Kualitas Air …………………….. 46

4.1.4. Penyediaan Sumber Air dan Sarana ………….. 46

4.1.5. Sistem Produksi Pakan Berbasis Legum Pohon 47

4.1.6. Konservasi Kelebihan Pakan Musim Hujan dan Pemanfaatan Limbah Pertanian ……………….

51

4.1.7. Meningkatkan Angka Kelahiran ……………... 53

4.1.8. Peningkatan Mutu Ternak ……………………. 59

4.1.9. Menekan Angka Kematian …………………… 61

4.1.10. Mempercepat Pertambahan Berat Badan …….. 62

4.1.11. Meningkatkan Dearajat Kesehatan Ternak …... 64

4.1.12. Perbaikan Sanitasi Kandang Komunal ……….. 65

4.1.13. Pengadaan Fasilitas Penanganan Ternak …….. 65

4.1.14. Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendukung 66

4.1.15. Penataan Lingkungan ………………………… 67

4.1.16. Peningkatan Keamanan Ternak ………………. 67

4.1.17. Pelaksanaan Penelitian dan Pengkajian Lhan, Air, Tanaman, dan Ternak …………………… 68

4.2 Matriks Out come, Program dan Kegiatan Aksi Pengembangan Peternakan Terpadu …………………… 69

BAB V MONITORING DAN EVALUASI PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU …………………………………. 80

BAB VI PENUTUP …………………………………………….............. 83

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 85

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………… 86

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 8: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

viii

DAFTAR TABEL

Tabel: Halaman

1. Luas Lahan Kering Menurut Penggunaannya ………………………… 9

2. Populasi Ternak di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010 ……………….. 17

3. Location Quotient (LQ) Ternak Potong pada Semua Kabupaten/Kota di Provinsi NTB ………………………………………………………. 18

4. Kondisi Tanah (hasil analisis BPPTP NTB, 2011) …………………… 23

5. Kondisi Air Tanah (hasil analisis BPLH Kabupaten Sumawa, 2011) ... 24

6. Infrastruktur/fasilitas yang Telah Dibangun menurut Kelompok Ternak ………………………………………………………………… 24

7. Populasi Ternak Herbivora Di Kawasan Lar Limung ……………….. 25

8. Potensi Kerja dan Kerjasama Sesama Peternak ………………………. 26

9. Pola Pemeliharaan Ternak ……………………………………………. 29

10. Parameter Terkait Produktivitas Ternak ……………………………… 30

11. Jumlah Penduduk dan Kepadatannya Tahun 2006-2009 ……………... 32

12. Pendapat Peternak dan Syarat yang Diajukan Tentang KPT Lar Limung ………………………………………………………………... 33

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 9: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

ix

DAFT AR GAMBAR

Gambar: Halaman

1. Grafik Jumlah Hari Hujan, Curah Hujan dan Penguapan …………….. 10

2. Grafik Populasi Ternak Herbivora/Potong di Provinsi NTB pada Setiap Kabupaten ……………………………………………………... 17

3. Peta Kawasan Lar Limung Saat Ini …………………………………... 20

4. Peta Topografi Kawasan Lar Limung ………………………………… 21

5. Grafik Sebaran Curah Hujan di Kawasan Lar Limung ……………….. 22

6. Grafik Struktur Populasi Ternak Menurut Jenisnya ………………….. 25

7. Grafik Bulan Kelahiran dan Kematian Ternak ……………………….. 31

8. Peta Rencana Pengembangan Kawasan Peternakan Terpadu Lar Limung ………………………………………………………………... 38

9. Photo Integrasi Lamtoro dengan Jagung di NTT …………………….. 48

10. Photo Produksi Lamtoro dan Rumput dengan Sistem Potong Angkut di Poto Pedu, Rhee ……………………………………………………. 49

11. Photo Padang Penggembalaan Lamtoro-Rumput di Australia ……….. 50

12. Photo Contoh Bal Jerami Padi Kering Dipress untuk Menghemat Tempat Penyimpanan ………………………………………………… 53

13. Kalender Kawin yang Sesuai untuk mendapatkan Satu Anak Setiap Tahun di Lar Limung …………………………………………………. 55

14. Photo Pejantan Umur 3 Tahun dengan Warna Standard Bangsa Sapi Bali ……………………………………………………………………. 56

15. Photo Induk Sapi Bali dari Skor Tubuh 2, 3, dan 4 pada Skala 1-5 ….. 57

16. Grafik Korelasi Antara Skor Kondisi Tubuh (BCS) dengan Tingkat Kebuntingan …………………………………………………………... 58

17. Grafik Penetapan Mutu Calon Bibit Ternak Potong …………………. 60

18. Grafik Potensi Peningkatan Mutu Bibit Ternak Potong Melalui Perbaikan Manajemen dan Seleksi Berkelanjutan ……………………. 61

19. Photo Suplementasi Daun Turi untuk Meningkatkan Pertambahan Berat Badan Pedet Lepas sapih di Lombok Tengah (atas) dan penggemukan dengan Daun Lamtoro di Rhee (bawah) ………………. 63

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 10: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

x

20. Sketsa Holding Ground/Kandang Komunal ………………………….. 66

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 11: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

xi

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 12: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) telah dikenal sebagai salah satu daerah

penghasil ternak sapi dan kerbau di Indonesia, baik ternak bibit maupun ternak potong.

Permintaan sapi bibit dan potong asal NTB terus meningkat. Untuk memenuhi permintaan

tersebut pemerintah daerah Provinsi NTB membuat satu gerakan yang dikenal dengan

Program Nusa Tenggara Barat Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS) yang sejalan dengan program

nasional yaitu Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) 2014.

Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu kabupaten dengan populasi ternak

ruminansia (terutama sapi dan kerbau) yang tertinggi dibandingkan kabupaten lainnya di

Provinsi NTB sehingga pemerintah daerah dan masyarakat Sumbawa telah

mendeklarasikan Kabupaten Sumbawa sebagai Kabupaten Peternakan. Hal ini

menunjukkan pentingnya usaha peternakan dalam mendukung perekonomian masyarakat

dan adanya dukungan dan kepedulian yang nyata dari pemerintah daerah dalam upaya

meningkatkan produktivitas ternak potong di Kabupaten Sumbawa.

Sistim produksi ternak ruminansia di Kabupaten Sumbawa sangat spesifik, yang

dicirikan oleh peternakan dengan sistim Lar (suatu kawasan tempat melepas ternak

terutama selama musim tanam). Lar mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya

meningkatkan produktivitas dan populasi ternak terutama sapi dan kerbau.

Untuk mengoptimalkan fungsi Lar sebagai sentra pengembangan peternakan

berbasis peternakan rakyat, maka pada tanggal 22 Januari 2009, Gubernur NTB dan Bupati

Sumbawa menandatangani Nota Kesepahaman tentang Pengembangan Peternakan melalui

Sistem Lar. Hal ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan peran Kabupaten Sumbawa

dalam mendukung program NTB BSS dan mewujudkan Kabupaten Sumbawa sebagai

Kabupaten Peternakan.

Kabupaten Sumbawa memiliki lahan kering yang luas dan masih dapat

dioptimalkan untuk meningkatkan produktivitas ternak potong. Kabupaten Sumbawa

memiliki populasi ternak sapi dan kerbau yang paling tinggi di NTB (156,797 ekor sapi

dan 54,535 ekor kerbau). Berdasarkan analisa potensi komoditi unggulan Kabupaten

Sumbawa mempunyai potensi tertinggi untuk pengembangan ternak sapi dan kerbau jika

dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi NTB. Hal ini terlihat dari nilai LQ

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 13: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

2

(location quotient) untuk ternak sapi dan kerbau (masing-masing 1,28 dan 1,77). Nilai LQ

untuk ternak sapi lebih tinggi (4,75) jika dikoreksi dengan jumlah penduduk.

Namun dibalik berbagai keunggulan tersebut, terdapat masalah dan tantangan

dibidang pembangunan peternakan yang perlu mendapat perhatian pemerintah daerah

antara lain adalah:

a. Menyempitnya jumlah dan luas Lar sebagai akibat dari konversi lahan, invasi

gulma karena over grazing dan/atau konflik kepentingan. Jumlah titik Lar yang

dulunya tidak kurang dari 60, sekarang hanya sebagian kecil yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat dan hanya 2 Lar yang telah disyahkan dengan SK

Bupati, sehingga status Lar yang lain masih bisa berubah untuk keperluan lainnya.

Akibatnya, pemeliharaan ternak dengan sistim Lar akan terus menurun.

b. Sebagian besar masyarakat Sumbawa belum terbiasa memelihara ternak dengan

cara mencarikan rumput secara potong angkut (cut and carry) dan belum

menyadari bahwa sumberdaya untuk pemeliharaan sistim ekstensif (dilepas) sudah

berkurang drastis. Hal ini menjadi faktor penyebab utama penurunan kepemilikan

ternak (ekor/keluarga) di Kabupaten Sumbawa. Peternak yang dulunya memiliki

ternak dalam jumlah ratusan sampai ribuan ekor harus menjual sebagian besar

ternaknya (pengurangan aset) atau memindahkan pengelolaan ternaknya kepada

peternak lain (dengan sistim kadasan).

c. Upaya konkrit dari pemerintah daerah untuk memfasilitasi peternak beradaptasi

terhadap perubahan pola ekstensif menuju pola intensif belum banyak dilakukan

sehingga peternak tidak memiliki kapasitas mengikuti perubahan tersebut.

Mengingat pentingnya peran ternak terutama sapi dan kerbau sebagai sumber

penghasilan utama masyarakat, diperlukan upaya strategis dan terencana agar budaya

beternak (modal sosial) masyarakat tidak pudar akibat berkurangnya luas dan daya

tampung Lar. Untuk itu maka kapasitas peternak perlu ditingkatkan sehingga mampu

melakukan perubahan secara terencana dari sistim ekstensif menjadi sistim intensif yang

produktif dan efisien. Atas dasar hal tersebut, perlu disusun Master Plan Kawasan

Peternakan “Terpadu” Lar Limung yang selanjutnya diharapkan dapat dijadikan acuan

atau model pengembangan ternak potong di berbagai kawasan di Kabupaten Sumbawa.

1.2. Maksud dan Tujuan Penyusunan Master Plan

Penyusunan master plan kawasan peternakan terpadu Lar Limung adalah:

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 14: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

3

a. Sebagai pedoman bagi Dinas Peternakan dan SKPD terkait, swasta, masyarakat

dan unsur terkait lainnya dalam melaksanakan pengembangan peternakan.

b. Memberikan pemahaman kepada semua pihak terkait bahwa dengan menerapkan

pola pengembangan peternakan terpadu sebagaimana dirumuskan dalam master

plan ini dapat meningkatkan produktivitas ternak secara optimal.

c. Merupakan bentuk rekomendasi kepada penentu kebijakan di tingkat pusat,

provinsi, dan kabupaten dalam upaya mewujudkan Kabupaten Sumbawa sebagai

Kabupaten Peternakan.

d. Menjadikan Kawasan Lar Limung sebagai model atau contoh pengembangan

peternakan terpadu bagi kawasan lain di Kabupaten Sumbawa.

Master plan kawasan peternakan terpadu Lar Limung disusun dengan tujuan

sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan untuk mengetahui

keterbatsan, hamabtan dan peluang pengembangan usaha peternakan yang tepat,

efektif, efisien, dan menguntungkan dan sesuai dengan daya dukung lahan yang

ada.

b. Mewujudkan kelembagaan kelompok peternak yang kuat dan mandiri sehingga

mampu mewadahi semua anggota/pemilik lahan dalam rangka meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan anggota melalui pembentukan badan usaha

perkoperasian.

c. Menyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pengembangan

peternakan terpadu.

d. Membangun kawasan peternakan “terpadu” yang dapat dikembangkan menjadi

kawasan agribisnis/agrowisata.

e. Mewujudkan Kawasan Lar Limung sebagai model percontohan Kawasan

Peternakan “Terpadu” berbasis Lar di Sumbawa.

1.3. Dasar Penyusunan Master Plan

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 15: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

4

Penyusunan master plan kawasan peternakan terpadu Lar Limung mengacu pada a)

Rencana Induk Pembangunan Kabupaten Sumbawa, b) Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten Sumbawa, c) Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)

Agropolitan Emparano, d) Rencana Strategis Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa

Periode 2005 – 2010 dan SK Bupati Sumbawa Nomor 650 Tahun 2009 tentang Penetapan

Kawasan Lar Limung sebagai tempat penggembalaan ternak.

1.4. Konsep Dasar Pengembangan Model

1.4.1. Pengertian

Kawasan pengembangan peternakan terpadu Lar Limung adalah kawasan

percontohan sistim produksi ternak potong yang terintergrasi dengan sistim produksi

tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan untuk mengoptimalkan produktivitas lahan

dan ternak. Model ini diharapkan dapat diadaptasikan dan direplikasi di kawasan lain di

Kabupaten Sumbawa.

1.4.2. Pendekatan Pengembangan Model

Pengembangan model dilakukan pada lahan milik petani dalam kawasan Lar

Limung dengan pola partisipatif yang terfokus pada peningkatan kapasitas peternak dan

kelembagaan peternak untuk dapat menerapkan teknologi yang sesuai dengan sumberdaya

yang tersedia dengan memperhatikan kaidah-kaidah agribisnis. Prioritas komiditi yang

dikembangkan adalah sapi, kerbau dan jagung secara terintegrasi. Peran pemerintah daerah

khususnya Dinas Peternakan lebih pada upaya memfasilitasi pengembangan kawasan

peternakan terpadu dengan dukungan dari SKPD terkait.

1.4.3. Prinsip Operasional

Mengingat keberhasilan pembangunan Lar Limung adalah indikator keberhasilan

Kabupaten Sumbawa sebagai Kabupaten Peternakan maka diperlukan dukungan semua

SKPD yang terkait. Prinsip operasional dari pengembangan kawasan Lar Limung adalah

keterpaduan lintas sektor yang terkait dan lintas subsistem agribisnis peternakan yang

meliputi subsistem penyediaan sarana produksi, perbaikan teknik budidaya, peningkatan

teknik pengolahan hasil dan pengembangan sistim pemasaran yang memberikan

keuntungan yang layak bagi peternak

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 16: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

5

1.4.4. Komponen Pokok

Komponen pokok dari konsep dasar pengembangan kawasan peternakan terpadu

adalah sebagai berikut:

a. Penataan kelembagaan peternak yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi

dan kerjasama peternak untuk mencapai sistim produksi yang berorientasi pasar,

b. Sistim produksi pakan yang teintegrasi dengan tanaman pangan, perkebunan dan

kehutanan,

c. Sistim produksi ternak terpadu yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas

dan efisiensi,

d. Penataan sistim penjagaan keamanan lingkungan untuk menciptakan suasana

beternak yang kondusif,

e. Penataan sistim pemasaran yang dapat memberikan keuntungan yang memadai

bagi peternak,

f. Penyediaan sarana dan prasarana dengan menekankan asas manfaat, efisiensi dan

keberlanjutan,

g. Meningkatkan ketersediaan informasi dan teknologi mutakhir yang siap pakai

melalui program penelitian dan pengkajian bersama petani.

1.5. Metode Penyusunan Master Plan

Master Plan ini disusun dengan pendekatan partisipatif oleh tim pelaksana yang

terdiri dari tim teknis Dinas Peternakan dan SKPD terkait dan didukung oleh tim ahli dari

Fakultas Peternakan Universitas Mataram dan BPTP NTB. Proses penyusunan melibatkan

berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) seperti peternak/pemilik lahan, tokoh

masyarakat, dan penentu kebijakan di Kabupaten Sumbawa.

Penyusunan Master Plan ini didasarkan atas data, informasi dan pengalaman empirik yang

dikumpulkan melalui tahapan sebagai berikut:

a. Pengumpulan data sekunder yang meliputi:

• Kondisi umum, kebijakan dan program yang telah dilaksanakan di Kabupaten

Sumbawa dan kawasan Lar Limung

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 17: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

6

• Hasil-hasil penelitian / kajian dan pengalaman empirik yang sesuai untuk

diterapkan di kawasan Lar Limung dan wilayah lain di Kabupaten Sumbawa

yang memiliki kondisi biofisik yang serupa

b. Pemetaan kondisi kawasan saat ini (existing condition) yang meliputi koordinat

batas wilayah, jaringan jalan dan fasilitas yang sudah tersedia

c. Analisis situasi kasawan Lar Limung yang dilakukan dengan beberapa pendekatan

yaitu:

• Telaah program yang telah dilaksanakan, ketersediaan dan kondisi sarana dan

prasarana di Lar Limung bersama Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa

• Observasi kondisi biofisik kawasan yang terdiri dari pengumpulan dan analisis

sampel air dan tanah, jenis tanaman yang tumbuh dan kondisi ternak saat ini

• Wawancara mendalam dengan peternak (pemilik lahan) untuk menggali data

yang terkait dengan lahan, ternak dan kondisi ekonomi, sosial budaya dan

kelembagaan peternak.

• Focus group discussion (FGD) dengan perwakilan kelompok peternak di Lar

Limung untuk menggali pemahaman bersama tentang kondisi Lar Limung saat

ini, permasalahan yang dihadapi, tujuan bersama yang ingin dicapai dan

bagaimana mewujudkan tujuan yang diinginkan.

1.6. Ruang Lingkup

Lokasi pekerjaan adalah Kawasan Peternakan Terpadu Lar Limung meliputi 2

(dua) wilayah administrasi pemerintahan desa, yakni Dusun Limung (Desa Pungkit,

Kecamatan Moyo Utara) dan Dusun Prajak (Desa Batu Bangka, Kecamatan Moyo Hilir)

dengan luas areal sekitar 1.007 ha.

Kegiatan penyusunan Master Plan meliputi:

a. Persiapan personil pelaksana pekerjaan, bahan dan peralatan

b. Pengumpulan data sekunder dan data primer serta hasil kajian perencanaan,

penelitian dan pengalaman empirik yang dapat digunakan untuk menetapkan arah

pengembangan

c. Penyusunan model pengembangan yang sesuai dengan kebijakan pemerintah

daerah, kondisi biofisik kawasan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 18: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

7

d. Pekerjaan kantor/studio untuk membuat peta existing dan peta rencana

pengembangan kawasan

e. Perhitungan volume pekerjaan dan Rencana Anggaran Biaya masing-masing

komponen kegiatan

Master Plan yang disusun akan diajukan oleh Dinas Peternakan Kabupaten

Sumbawa kepada Pemerintah Daerah untuk ditetapkan dalam bentuk Rancangan Peraturan

Daerah (RAPERDA) Kabupaten Sumbawa

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 19: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

8

BAB II. REFLEKSI DAN ANALISIS PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU

LAR LIMUNG KABUPATEN SUMBAWA

2.1. Kondisi Kabupaten Sumbawa

2.1.1. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Sumbawa secara geografis terletak antara 1160 42’ – 1180 22’ Bujur

Timur dan 80 08’ – 90 07’ Lintang Selatan. Kabupaten Sumbawa terdiri atas 24 kecamatan

dengan Kecamatan Sumbawa sebagai lokasi pusat pemerintahan kabupaten (ibukota

Kabupaten Sumbawa).

Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Sumbawa adalah:

• Sebelah Utara : Laut Flores

• Sebelah Timur : Kabupaten Dompu

• Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

• Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa Barat

Kabupaten Sumbawa memiliki luas wilayah 6.643,98 km2. Dari luas tersebut,

Kecamatan Empang merupakan wilayah kecamatan yang paling luas, yaitu 558,55 km2

atau sekitar 8 % dari luas seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa. Kecamatan Moyo Hilir

dan Moyo Utara termasuk kecamatan yang memiliki luas wilayah terkecil (sekitar 4% dari

total wilayah Kabupaten Sumbawa), namun memiliki potensi sebagai lokasi percontohan

peternakan terpadu di Kabupaten Sumbawa.

2.1.2. Potensi Lahan Untuk Produksi Ternak Potong

Wilayah Kabupaten Sumbawa terdiri dari 48.194 ha (7,25%) sawah, 240.245 ha

(36,16%) lahan kering, dan 375.959 ha (56,59%) lain-lain. Untuk lahan kering, macam

penggunaannya tercantum pada Tabel 1.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 20: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

9

Tabel 1. Luas Lahan Kering Menurut Penggunaannya

No. Penggunaan Luas

Ha %

1. Kolam/tebat/empang 252 0,11

2. Tegal/kebun 60.038 24,99

3. Ladang/huma 9.691 4,03

4. Penggembalaan/padang rumput 3.780 1,58

5. Sementara tidak diusahakan 26.105 10,87

6. Hutan rakyat 89.306 37,17

7. Tambak 2.987 1,24

8. Perkebunan 27.780 11,56

9. Lain-lain 20.306 8,45

Jumlah 240.245 100,00

Sumber: Kabupaten Sumbawa Dalam Angka, 2010. BPS

2.1.3. Klimatologi

Berdasarkan data tahun 2010, musim hujan di Kabupaten Sumbawa berlangsung 6

bulan, yaitu dari bulan November sampai bulan April sedangkan musim kemarau

berlangsung selama 6 bulan yaitu dari bulan Mei sampai bulan Oktober. Kondisi curah

hujan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Sumbawa hampir merata. Jumlah hari

hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari, yaitu 24 hari hujan dengan curah hujan 300

mm, sedangkan hari hujan terendah terjadi pada bulan Oktober dengan jumlah hari hujan 4

hari, dengan curah hujan 2 mm. Banyaknya hari hujan, curah hujan serta penguapan yang

terjadi pada tahun 2010, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 1.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 21: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

10

Gambar 1. Grafik Jumlah Hari Hujan, Curah Hujan dan Penguapan (Sumbawa Dalam Angka, 2010)

2.2. Refleksi Kebijakan Pengembangan Peternakan Kabupaten Sumbawa

2.2.1. RPJP Kabupaten Sumbawa

Visi Kabupaten Sumbawa yang tertuang dalam RPJP Tahun 2005-2025 adalah

“Terwujudnya Kabupaten Sumbawa Sebagai Daerah Agribisnis Berdaya Saing

Menuju Masyarakat Sejahtera”

Daerah Agribisnis adalah daerah yang kegiatan utama masyarakat berbasis pada

bisnis sumberdaya pertanian (dalam arti luas) meliputi kegiatan budidaya, proses

pengolahan dan pemasaran. Daerah agribisnis yang dituju merupakan proses transformasi

kehidupan masyarakat dari proses produksi untuk pemenuhan kebutuhan sendiri

(subsisten) kearah peningkatan produksi dan nilai tambah yang berorientasi pasar (market

oriented). Produk agribisnis dapat berasal dari tumbuhan, hewan maupun organisme

lainnya dan seiring dengan perkembangan teknologi.

Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau

efisiensi pada level mikro perusahaan atau individu. Kata kunci daya saing adalah

kompetisi, yaitu kondisi persaingan dengan para kompetitor dalam suatu sistem

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 22: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

11

perekonomian yang terbuka. Berdasarkan tinjauan berbagai literatur mengenai daya saing

disimpulkan bahwa daya saing dalam konteks perekonomian daerah adalah kemampuan

perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan

berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional (PPSK BI,

2002).

Kesejahteraan dalam masyarakat Sumbawa memiliki tiga dimensi, yakni dimensi

kesejahteraan spiritual (senap semu), kesejahteraan sosial (riam remo) dan kesejahteraan

ekonomis (nyaman nyawe). Dimensi kesejahteraan tersebut sejalan dengan visi masyarakat

yang hendak dituju baik dalam lingkup Provinsi Nusa Tenggara Barat maupun Nasional.

Masyarakat yang sejahtera sebagai wujud masyarakat yang dicita-citakan melalui proses

pembangunan yang diselenggarakan dalam kurun waktu 2005 hingga 2025 didorong

melalui pengerahan segala sumberdaya pembangunan yang dimiliki masyarakat Tana

Samawa sesuai dengan kekuatan dan kelemahan faktor internal serta peluang dan ancaman

faktor eksternal yang melingkupinya. Oleh karena itu pilihan perencanaan pembangunan

hingga tahun 2025 diarahkan dan bahkan wajib difokuskan pada terbentuknya

Kabupaten Sumbawa dengan core competency sebagai daerah agribisnis yang memiliki

daya saing di tingkat regional, nasional dan bahkan internasional

Hal ini sangat selaras dengan program nasional PSDSK 2014 dan NTB-Bumi

Sejuta Sapi yang memberi peran kepada Kabupaten Sumbawa sebagai Kabupaten

Peternakan sehingga diharapkan Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu penyedia terbesar

kebutuhan ternak potong/ ternak bibit bagi daerah lain di Indonesia.

2.2.2. RPJM Kabupaten Sumbawa

Program RPJM selaras dengan pengembangan kawasan peternakan terpadu mandiri

yang direfleksikan dalam visi RPJM Kabupaten Sumbawa 2011-2015 yaitu :

“Terwujudnya Masyarakat Sumbawa Berdaya Saing dalam Memantapkan Samawa

Mampis Rungan”

Kata kunci dari pernyataan visi tersebut adalah Masyarakat Sumbawa, Berdaya

Saing, memantapkan Samawa Mampis Rungan. Kata kunci tersebut bermakna sebagai

berikut:

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 23: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

12

a. Masyarakat Sumbawa. Masyarakat secara sosiologis memiliki pengertian

kumpulan orang per orang dengan beragam latar belakang suku, ras dan agama

yang bertempat tinggal pada suatu wilayah. Kumpulan orang per orang tersebut

dalam tata kelola pemerintahan dikelompokkan dalam tiga institusi yakni institusi

pemerintah atau dalam konteks ini pemerintahan daerah, institusi dunia usaha dan

institusi masyarakat sipil seperti ormas, lembaga swadaya masyarakat, organisasi

profesi, dll. Orang per orang dalam institusi tersebut dalam istilah manajemen

sumber daya merupakan sumber daya manusia (human resources). Kata Sumbawa

merujuk pada Kabupaten Sumbawa yakni salah satu wilayah adminsitrasi

kabupaten di wilayah Provinsi NTB.

b. Berdaya Saing: Kemampuan pengelolaan sumber daya daerah secara bermutu,

ekonomis, efektif dan efisien, sehingga lebih unggul dari daerah lainnya. Berdaya

saing juga mengandung makna kemampuan untuk berprestasi dalam bidang kerja

masing-masing, dengan kualifikasi atau kualitas tertentu, sehingga dapat sejajar

atau bahkan lebih tinggi dari daerah lain.

c. Memantapkan Samawa Mampis Rungan. Kondisi Kabupaten Sumbawa yang

Makmur Aman Mandiri, Partisipatif, Inovatif dan Sehat yang bersendikan

Semangat Religius, Ulet dan Unggul, Gotong royong, Akuntabel dan transparaN.

Memantapkan mengandung pengertian mempertahankan prestasi yang telah

dicapai sebelumnya sekaligus memperbaiki dan meningkatkan hal-hal yang masih

kurang atau belum tercapai. Secara harfiah Samawa Mampis Rungan berarti

Sumbawa yang menebarkan kabar baik. Samawa Mampis Rungan merupakan

bagian dari syiar masyarakat Sumbawa yang berkehendak tenteram secara spiritual

religius (senap semu), rukun damai secara sosial (riam remo) dan makmur secara

material-ekonomis (nyaman nyawe). Memantapkan terwujudnya Samawa Mampis

Rungan dilakukan dengan fokus utama pada peningkatan pelayanan dasar,

peningkatan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dan percepatan

pengembangan potensi agribisnis wilayah.

Salah satu Misi RPJM Kabupaten Sumbawa yaitu mempercepat pengembangan

ekonomi daerah berbasis agrobisnis melalui percepatan pembangunan infrastruktur,

pengembangan kawasan strategis, penguatan kelembagaan ekonomi merupakan muatan

kebijakan yang sesuai dengan pengembangan peternakan terpadu dengan sasaran

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 24: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

13

peningkatan kesejahteraan peternak melalui strategi peningkatan produksi dan populasi

ternak.

2.2.3. RTRW Kabupaten Sumbawa

2.2.3.1. Tujuan RTRW Kabupaten Sumbawa

Tujuan dari RTRW Kabupaten Sumbawa adalah mewujudkan ruang wilayah yang

aman, nyaman, produktif berbasis agribisnis, pariwisata dan pertambangan untuk

memenuhi kebutuhan pembangunan berdasarkan keunggulan komparatif, berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.

2.2.3.2. Kebijakan dan Strategi

Kebijakan pengembangan kawasan yang berbasis peternakan, kelautan dan

perikanan, dan pulau pulau kecil dilakukan dengan:

a. Meningkatkan produksi dan produktifitas peternakan, kelautan dan perikanan

melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan diversifikasi usaha peternakan, kelautan

dan perikanan yang ekonomis;

b. Melaksanakan penataan dan penyediaan lahan pengembangan peternakan;

c. Melaksanakan penataan dan pengembangan budidaya perikanan laut, perikanan

darat dan perairan umum;

d. Mengembangkan usaha agribisnis peternakan, kelautan dan perikanan;

e. Mengembangkan pusat penelitian dan pembinaan usaha agribisnis peternakan,

kelautan dan perikanan;

f. Mengembangkan pulau-pulau kecil untuk kegiatan konservasi, pendidikan dan

pelatihan, penelitian dan pengembangan, budidaya laut, pariwisata, usaha

perikanan dan industri perikanan secara lestari, pertanian organik dan atau

peternakan; dan

g. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana penunjang produksi dan

pemasaran.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 25: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

14

2.2.3.3. Rencana Struktur Ruang untuk Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu

Lar Limung

Kawasan pengembangan peternakan terpadu LAR Limung termasuk dalam

Wilayah Moyo Utara dan Moyo Hilir yang merupakan Pusat Kegiatan Wilayah Perkotaan

Sumbawa yang diarahkan sebagai agribisnis bagi wilayah bawahannya. Jaringan jalan

yang melaluinya adalah jaringan jalan kolektor primer yaitu jaringan jalan yang melalui

Kota Sumbawa - Kecamatan Moyo Utara - Kecamatan Moyo Hilir, dan jaringan jalan

yang menghubungkan antara Kota Sumbawa - Kecamatan Moyo Hilir

2.2.3.4. Rencana Pola Ruang untuk Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu Lar

Limung

Kawasan Pengembangan Peternakan merupakan Kawasan Budidaya yang dalam

RTRW Kabupaten Sumbawa 2011-2031 memiliki luasan kurang lebih 22.450,54 Ha

dilakukan diarahkan untuk :

a. Pengembangan sentra produksi peternakan atau kawasan ternak unggulan di

Kecamatan Empang, Moyo Utara dan Plampang;

b. Pola pemeliharaan secara intensif dan semi intensif di wilayah sekitar kota dan

kawasan barat Kabupaten Sumbawa; dan

c. Pola pemeliharaan secara ekstensif dan pola kawasan di wilayah timur dan selatan

Kabupaten Sumbawa.

2.2.3.5. Kawasan Strategis untuk Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu Lar

Limung

Kawasan Pengembangan Peternakan Terpadu berdasarkan RTRW Kabupaten

Sumbawa 2011-2031 termasuk dalam wilayah Kawasan Strategis Propinsi dan Kawasan

Strategis Kabupaten yaitu

a. Kawasan Strategis Propinsi yaitu Kawasan Minapolitan Teluk Saleh dan sekitarnya

dari sektor unggulan perikanan, pariwisata, pertanian, peternakan, dan industri; dan

b. Kawasan Strategis Kabupaten yaitu Kawasan Kota Samawa Rea dari sektor

unggulan perdagangan, jasa- jasa dan industri;

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 26: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

15

2.2.4. Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa untuk Kawasan

Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung

Visi Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa adalah “Terwujudnya Peningkatan

Populasi Ternak Berkualitas dalam Memantapkan Sumbawa Kabupaten

Peternakan.”

Visi tersebut mengandung arti bahwa untuk mencapai visi dimaksud, diperlukan

optimisme baru dalam membangun peternakan, sehingga seluruh komponen yang terlibat

didalamnya, saling berinteraksi dan bersinergi guna mempercepat pencapaian kondisi

masyarakat peternakan yang sejahtera, mandiri dan tangguh.

Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, maka misi pembangunan sub sektor peternakan

meliputi :

a. Meningkatkan mutu, produksi dan produktivitas ternak, menyediakan pangan asal

hewan yang cukup, melalui pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam serta

penerapan teknologi tepat guna.

b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menumbuhkembangkan agribisnis

peternakan.

c. Mengoptimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam dalam

pengelolaan serta pengembangan ternak dan hasil ternak menuju masyarakat yang

maju dan tangguh.

d. Penanggulangan penyakit hewan menular.

e. Menyediakan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana pendukung sebagai

peningkatan pelayanan peternakan

f. Menumbuh-kembangkan kawasan peternakan pola Lar berbasis agribisnis

peternakan yang disinergiskan dengan kawasan strategis peternakan

g. Penanggulangan penyakit gangguan reproduksi.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 27: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

16

2.2.5. SK Bupati Sumbawa Nomor 650 Tahun 2009 tentang Penetapan Kawasan

Lar Limung di Dusun Limung Desa Pungkit Kecamatan Moyo Utara sebagai

tempat Pengembalaan Ternak

Berdasarkan SK Bupati Sumbawa nomor 650 tahun 2009, untuk mengoptimalkan

pemanfaatan dan pengembangan Kawasan Lar Limung maka ketentuan-ketentuan yang

harus dipatuhi adalah sebagai berikut:

a. Pemanfaatan Kawasan harus melakukan secara bersama – sama terhadap:

1. Pembentukan kelembagaan (Asosiasi) pengelola dan pemanfaat Kawasan;

2. Pembuatan aturan - aturan internal dalam upaya mempertahankan dan

mengembangkan Kawasan;

3. Membantu dan rnenyiapkan pagar keliling kawasan secara swadaya sebagai batas

kawasan;

4. Membantu program pemerintah berupa penghijauan yang dilaksanakan secara

swadaya dilokasi dan atau sekitar Lar ternak seluas minimal 5 % dari luasan lahan

ktitis didalarn dan diluar kawasan tersebut;

5. Membantu menyiapkan sarana penunjang lainnya secara '' swadaya dalam rangka

pengembangan kawasan oleh pemanfaat dan pengelola kawasan sesuai dengan

kemampuan.

b. Tidak melahukan pengrusakan, pembalakan dan pembakaran terhadap kawasan dan

diluar kawasan tersebut;

c. Lokasi kawasan semata mata dikelola secara bersama dan dimanfaatkan seluas-

luasnya untuk kepentingan masyarakat yang bergabung dalam kelompok (Asosiasi)

Kawasan Lar Limung;

d. Mendukung secara utuh kebijakan dan program pemerintah, baik terkait dan atau tidak

terkait dengan kawasan peternakan tersebut.

2.3. Potensi Ternak Potong Sebagai Komoditas Unggulan

Kabupaten Sumbawa memiliki wilayah yang terluas di NTB (6.643,98 km2)

dengan kepadatan penduduk yang rendah (63 jiwa/km2), sehingga memiliki potensi yang

besar untuk pengembangan ternak potong (sapi, kerbau dan kambing). Secara komparatif,

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 28: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

17

Kabupaten Sumbawa memiliki popuasi ternak sapi dan kerbau yang paling tinggi di NTB

(Gambar. 2.)

Gambar 2. Grafik Populasi Ternak Herbivora di Provinsi NTB pada Setiap Kabupaten (diolah dari

data Dinas Peternakan NTB, 2010)

Populasi ternak potong tahun 2010 terdiri dari 48% sapi Bali, 21% kerbau, 14%

kambing, 0,7% sapi Hissar dan 0.5% domba. Data tersebut menunjukkan bahwa sapi,

kerbau dan kambing merupakan komoditi ternak potong utama di Kabupaten Sumbawa.

Untuk lebih jelasnya dapat di pada Tabel 2.

Tabel 2. Populasi Ternak di Kabupaten Sumbawa Tahun 2010

No. Kecamatan Kuda Sapi Kerbau Kambing Domba Sapi Sbw

Babi

1. Lunyuk 1.224 10.223 1.594 1.271 - - 1.046

2. Orong Telu 1.754 2.158 2.026 1.375 - - -

3. Alas 601 1.789 367 1.534 244 - -

4. Alas Barat 920 3.624 1.344 932 244 - -

5. Buer 575 2.034 514 1.211 99 - -

6. Utan 467 9.082 386 4.117 603 16 950

7. Rhee 344 4.709 140 875 45 - 305

8. Batulanteh 1.072 3.810 692 1.798 - - -

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

180,000

200,000

Lobar Lotim Loteng KSB Sumbawa Dompu Bima

Popu

lasi

(eko

r)

Sapi Kerbau Kambing Domba Kuda

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 29: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

18

No. Kecamatan Kuda Sapi Kerbau Kambing Domba Sapi Sbw

Babi

9. Sumbawa 262 4.761 173 834 - - -

10 Lab. Badas 338 8.196 492 1.505 - - 3.099

11. Unter Iwes 448 7.497 372 2.839 - - -

12. Moyohilir 3.934 8.467 7.743 1.856 17 267 -

13. Moyo Utara 887 5.661 2.448 1.164 21 1.333 -

14. Moyohulu 2.195 11.384 6.617 1.617 - 10 -

15. Ropang 2.846 4.175 535 867 - - -

16. Lenangguar 1.291 3.035 2.953 1.052 - 10 -

17. Lantung 1.191 2.328 335 527 26 - -

18. Lape 3.849 3.067 5.214 1.686 - 14 -

19. Lopok 3.235 9.734 3.259 868 8 26 -

20. Plampang 167 10.117 4.374 2.138 - 48 109

21. Labangka 422 4.229 189 431 - 2 123

22. Maronge 6.228 2.020 3.716 600 - 25 -

23. Empang 1.689 2.648 8.240 3.434 - - -

24. Tarano 112 4.446 2.913 2.091 - 48 -

J u m l a h 36.051 129.194 56.636 36.622 1.307 1.799 5.632 Sumber : Sumbawa dalam Angka Tahun 2010

Tabel 2 juga menunjukkan bahwa kawasan Lar Limung merupakan kawasan utama

untuk produksi ternak sapi, kerbau dan kambing.

Kabupaten Sumbawa memiliki konsentrasi relatif ternak sapi, kerbau dan kambing

yang menunjukkan bahwa ketiga komoditi tersebut merupakan basis ekonomi masyarakat.

Hal ini ditunjukkan oleh nilai LQ (location quotient) yang lebih besar dari 1.0 (Tabel 3).

Tabel 3. Location Quotient (LQ) Ternak Potong pada Semua Kabupaten/Kota di Provinsi NTB

Kab/Kota

Sapi Kerbau Kambing Domba

A B A B A B A B

Lobar 1.25 0.55 0.57 0.06 0.81 0.27 0.78 0.02

Lotim 1.06 0.48 0.31 0.03 1.11 0.38 1.68 0.04

Loteng 1.08 1.47 0.79 0.27 1.01 1.03 0.09 0.01

KSB 1.17 2.71 1.48 0.85 0.62 1.08 0.79 0.09

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 30: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

19

Kab/Kota

Sapi Kerbau Kambing Domba

A B A B A B A B

Sumbawa 1.28 4.75 1.77 1.64 0.42 1.16 0.22 0.04

Dompu 1.07 4.88 0.99 1.13 0.96 3.28 0.05 0.01

Bima 0.58 1.62 0.91 0.64 1.51 3.17 2.34 0.31

Kota Bima 0.82 0.83 0.98 0.25 1.27 0.97 0.59 0.03

Mataram 0.64 0.01 0.08 0.00 1.64 0.02 3.36 0.00

Keterangan: A= LQ berdasarkan rasio ternak tertentu terhadap semua ternak di kabupaten/kota dibandingkan di NTB, B= rasio ternak tertentu terhadap total populasi ternak yang dikoreksi dengan jumlah penduduk di Kabupaten/kota

Berdasarkan kondisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Sumbawa adalah

wilayah yang sangat potensial untuk pengembangan ternak potong, khususnya sapi dan

kerbau.

2.4. Kondisi Kawasan Lar Limung

2.4.1. Kondisi Umum Kawasan Lar Limung

Lar Limung berada pada ketinggian 25-75 m di atas permukaan laut dan berjarak

sekitar 20 km dari kota Sumbawa Besar. Lahan kawasan Lar Limung terdiri dari petak-

petak lahan peternak/pemilik lahan, jalan, fasilitas yang telah dibangun seperti kandang,

gudang tempat penyimpanan pakan, bangunan gasbio, dan sumur dalam serta lokasi

pemukiman penduduk. Gambar 3 memperlihatkan peta kawasan Lar Limung saat ini,

sedangkan Gambar 4 memberikan gambaran tentang topografi kawasan Lar Limung.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 31: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

20

Gambar 3. Peta Kawasan Lar Limung Saat Ini

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 32: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

21

Gambar 4. Peta Topografi Kawasan Lar Limung

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 33: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

22

2.4.2. Kondisi Iklim, Tanah dan Air Tanah

2.4.2.1. Kondisi Iklim

Kawasan Lar Limung merupakan lahan kering iklim kering dengan rata-rata curah

hujan sekitar 800 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 82 hari per tahun. Curah hujan

terbanyak terjadi mulai bulan Desember sampai bulan Mei (Gambar 5).

Gambar 5. Grafik Sebaran Curah Hujan di Kawasan Lar Limung (rata-rata 2006-2009, BPS Kabupaten Sumbawa)

2.4.2.2. Kondisi Tanah dan Air Tanah

Hampir 70% kawasan Lar Limung merupakan lahan kering dengan tekstur tanah

lempung berpasir, pH tanah netral hingga alkalis, kandungan makro nutrient bervariasi.

Menurut Balai Penelitian Tanah (2005), kandungan unsur hara tanah yang dianggap baik

adalah 0,21 – 0,5% N, 11-15 ppm P dan 0.4-0,5 cmol/kg K, dengan pH 6,6-7,5.

Berdasarkan hasil analisis tanah di kawasan Lar Limung, kandungan N jauh dibawah nilai

minimal 2% sedangkan P dan K berada dalam kisaran normal. pH cenderung alkalis

karena tingginya kandungan garam. Hasil lengkap analisis tanah di kawasan Lar Limung

disajikan pada Tabel 4.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 34: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

23

Tabel 4. Kondisi Tanah Kawasan Lar Limung (hasil analisis BPTP NTB 2011) No. Peubah Penjelasan Hasil analisis

1. Tekstur tanah: Lempung berpasir

Tingkat kedalaman: - 0 – 40 cm Lempung berpasir

- 40 – 60 cm Pasir berlempung

- 60 – 80 cm Lempung

- 80 – 100 cm Liat lempung berpasir

2. pH tanah: Sampai kedalaman 100 cm Netral hingga alkalis

Menggunakan air destilasi 7,9±2,3 (netral�alkalis)

Menggunakan larutan KCl 7,1±0,4 (netral)

3. pH tanah: Lapisan permukaan dan lapisan

bawah

Netral hingga alkalis

Menggunakan air destilasi 7,8±0,5 (netral�alkalis)

Menggunakan larutan KCl 7,2±0,7 (netral)

4. Makro nutrient: Bervariasi, lapisan permukaan

kandungan P> lapisan bawah

- N (%) 0,09±0,04

- P (ppm) 11,4±5,9 (P2O5)

- K (cmol/kg) 1,5±0,9

5. Kandungan bahan organik Sangat rendah, dibawah

ambang batas 2%

- C-organik (%) 0,6±0,4

6. Kapasitas Tukar Ion (KTK) Rendah karena kandungan

BO rendah

- KTK (%) 35,7±1,4

Hasil analisis air tanah dari 4 sumur bor dan 2 sumur gali (Tabel 5) menunjukkan

bahwa sebagian besar air tanah memiliki salinitas (kadar garam) tinggi dan cenderung

bersifat basa. Kesadahan (kandungan mineral kalsium dan magnesium dalam bentuk

garam karbonat) air sumur bor rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan air sumur gali.

Dengan kualitas air seperti pada Tabel 5 dan debit air sumur bor yang rendah (3-5 liter per

detik) maka sumber daya air yang tersedia tidak layak digunakan untuk mengairi tanaman,

akan tetapi, sebagian besar air yang tersedia masih layak dan cukup untuk digunakan

sebagai air minum ternak.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 35: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

24

Tabel 5. Kondisi Air Tanah (hasil analisis sampel di BPLH Kabupaten Sumbawa, 2011)

No Parameter Sumur bor Sumur gali

1 2 3 4 1. Salinitas (g/dL) 0.4 1.9 0.6 0.2 0.0 0.2 2. pH 7.5 7.4 7.4 7.4 8.0 6.8 3. Kesadahan total (mg/L) 88 350 191 115 21 35 4. Debit (L/detik) 3 3 5 3

2.4.3. Ketersediaan Infrastruktur

Kawasan Lar limung telah memiliki berbagai fasilitas pendukung (Tabel 6) akan

tetapi belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal ini disebabkan oleh:

a. Peternak belum memiliki kapasitas yang memadai untuk memanfaatkan fasilitas

tersedia

b. Pembangunan sarana dan prasarana tidak didasarkan atas analisis kebutuhan yang

akurat dan sesuai dengan kondisi peternak saat ini, atau tidak dilakukan sesuai

dengan tahapan yang tepat

c. Air yang dihasilkan dari sumur bor sebagian besar memiliki salinitas tinggi

Tabel 6. Infrastruktur/fasilitas yang Telah Dibangun menurut Kelompok.

No. Jenis Infrastruktur Jumlah per kelompok Total

I II III IV V VI 1. Bak air minum 5 1 3 6 2 1 18 2. Gudang pakan 1 1 3. Instalasi gas bio 1 1 4. Irigasi tanah dangkal 1 1 5. Kandang jepit 2 1 1 1 1 1 7 6. Kandang komunal 1 1 7. Kebun HMT 4 1 1 1 1 1 9 8. Koda 1 1 1 2 1 1 7 9. Sumur bor 1 1 1 1 3 10. Sumur resapan 3 1 3 1 2 1 11 11. Sumur gali 1 1 2 1 5 12. Cek dam 1 1 13. Padang gembala 2 3 2 3 10 14. Rumah kompos 1 1 15. Lab/Kantor 1

Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa (2011)

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 36: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

25

2.4.4. Kondisi Usaha Ternak Potong

2.4.4.1. Populasi Ternak, Struktur Populasi, dan Pemilikan Ternak

Populasi ternak herbivora di kawasan Lar Limung (berdasarkan kecamatan dan

desa) tercantum dalam Tabel 7.

Tabel 7. Populasi Ternak Herbivora di Kawasan Lar Limung

Kecamatan / Desa Jenis Ternak

Sapi Sapi Hissar Kerbau Kuda Kambing

Moyo Utara 5405 1194 2402 887 1164 Moyo Hilir 9658 267 7612 3934 1856 Jumlah ditingkat kecamatan

15.063 1.461 10.014 4.821 3.020

Pungkit 1233 66 433 191 301 Batu Bangka 882 71 1396 923 305 Jumlah ditingkat desa 2.115 137 1.829 1.114 606

Sumber: Kecamatan Moyo Utara dan Moyo Hilir Dalam Angka, 2009 dan 2010

2.4.4.2. Struktur Populasi Ternak

0

200

400

600

800

1000

1200

Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina

Sapi Bali Sapi Hisar Kerbau Kuda

Po

pu

asi

(e

ko

r)

Struktur populasi ternak di kawasan Lar Limung

Dewasa Muda Pedet

Gambar 6. Grafik Struktur Populasi Ternak Menurut Jenisnya. Sumber: Diolah dari data KUPT Moyo Hilir (2010).

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 37: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

26

Gambar 6 menunjukkan bahwa:

a. Jenis ternak dengan populasi terbanyak dipelihara oleh peternak adalah sapi Bali

yang diikuti oleh kerbau, kuda, dan sapi Hisar.

b. Rasio pejantan-induk pada semua jenis ternak tergolong tidak efisien.

c. Angka panen pedet (calf crop) diperkirakan sebesar 79 % untuk sapi Bali, 64%

untuk sapi Hisar, 84% untuk kerbau, dan 67% untuk ternak kuda.

Hasil wawancara dengan 32 orang peternak di kawasan Lar Limung menunjukkan

bahwa struktur populasi ternak di kawasan Limung sesuai dengan data KUPT Moyo Hilir

(Gambar 6). Sapi Bali mewakili 72% total ternak yang ada di kawasan Limung, diikuti

oleh kerbau (17%), kuda 8,3% dan sapi Hissar 2,7%. Semua responden (32 orang)

memiliki sapi Bali, sedangkan sapi Hisar hanya dimilki oleh 3 (tiga) responden, ternak

kerbau dimiliki oleh 10 responden, dan ternak kuda oleh 11 responden. Data dapat

memberi petunjuk, bahwa sapi Bali dapat diperkirakan dimiliki oleh semua peternak di

kawasan Lar Limung, sementara sapi Hisar, kerbau, dan kuda masing-masing secara

berturut-turut dimilki oleh sekitar 9%, 31%, dan 34% peternak di kawasan Lar Limung.

2.4.5. Kondisi Peternak dan Pola Pemeliharaan Ternak

2.4.5.1. Kondisi Peternak

Kriteria kondisi peternak yang dianggap penting karena terkait dengan potensi

kerja dan kerjasama sesama peternak terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8. Potensi Kerja dan Kerjasama Sesama Peternak Parameter Hasil Analisis

Umur (thn) 36,3±10,56

Pekerjaan utama saat ini (%) a.Petani ternak 93,8

b.Tidak ada jawaban 6,2

Pekerjaan sebelumnya (%) a.Petani ternak 50,0

b.Swasta 6,2

c.Buruh tani 3,1

d.Nelayan 34,4

e.Tidak ada jawaban 6,2

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 38: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

27

Parameter Hasil Analisis

Partisipasi dan inisiatif masyarakat

dalam mengatasi dan

menyelesaikan masalah (%)

a.Sangat baik 37,5

b.Baik 53,1

c.Sedang 9,4

Lembaga yang turut membantu

mengatasi dan memecahkan

masalah

a.Tokoh masyarakat 3,1

b.Kelompok ternak 9,4

c.Lembaga formal (Kadus) 53,1

d.Gapoktan 12,5

e.Semua lembaga 3,1

f.Tidak ada jawaban 18,7

Dari data Tabel 8 nampak bahwa peternak/pemilik lahan yang berdomisili di KPT

Lar Limung dari sudut:

a. Umur tergolong pada kelompok orang yang sangat produktif dan mempunyai nilai

juang dan keinginan yang tinggi. Hal ini merupakan potensi yang harus

diberdayakan agar nilai juang mereka dapat ditampilkan seoptimal mungkin demi

tercapainya cita-cita hidup kedepan yang lebih baik.

b. Jenis pekerjaan utama, terlihat telah terjadi pergeseran yang cukup signifikan. Saat

ini, sekitar 94% masyarakat menjadikan bertani ternak sebagai pekerjaan utama,

yang sebelumnya pekerjaan sebagai petani ternak sekitar 50%. Dengan demikian

terdapat peningkatan sekitar 43% masyarakat yang kini mengalihkan jenis

pekerjaan utamanya menjadi petani ternak, diduga belum mempunyai pengalaman

yang cukup dibidang peternakan.

c. Sikap kebersamaan dan kerjasama, ternyata sangat baik. Hal ini terlihat dari cara

mengatasi masalah dan tingkat partisipasi masyarakat dalam mengatasi dan

memecahkan masalah. Kerjasama terjadi antara masyarakat dengan masyarakat dan

masyarakat dengan tokoh masyarakat dan lembaga kemasyarakatan yang ada.

Lembaga kemasyarakatan yang dominan turut membantu mengatasi dan atau

memecahkan masalah yang terjadi adalah lembaga formal yakni Kepala Dusun

(65%). Ini membuktikan, bahwa seorang Kepala Dusun mempunyai tanggung

jawab yang tinggi terhadap keamanan dan kerukunan warganya. Partisipasi dan

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 39: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

28

inisiatif masyarakat dalam mengatasi dan memecahkan masalah ternyata sudah

baik.

Yang dirasakan masih perlu mendapat kajian adalah peran Kepala Dusun, apakah

peran yang signifikan ini terjadi untuk kalangan internal (masalah dalam dusun)

atau untuk kalangan eksternal (masalah dengan dusun lain). Seyogyanya, peran

Kepala Dusun dalam mengatasi dan memecahkan masalah internal berlaku sebagai

fasilitator/mediator, penyelesaian masalah dilakukan secara kekeluargaan oleh

kelompoknya masing-masing.

2.4.5.2. Pola Pemeliharaan Ternak

Hal-hal yang berhubungan dengan pola pemeliharaan ternak yang dilakukan oleh

peternak di KPT Lar Limung dapat dilihat dari Tabel 9 yang memberikan gambaran

bahwa:

a. Tujuan pemeliharaan ternak adalah untuk pengembangbiakan (87,5%). Tujuan ini

dapat dinyatakan sesuai dan benar jika dikaitkan dengan data pada Tabel 8, yakni

angka kelahiran kasar dari jumlah induk untuk sapi Bali sekitar 87% dari jumlah

induk, artinya induk sapi Bali beranak setiap 14 bulan sedangkan ternak kuda

sekitar 71% dari jumlah induk, artinya kuda beranak setiap 17 bulan. Untuk sapi

Bali, angka kelahiran ini lebih tinggi dibanding angka kelahiran sapi Bali di NTB

yang besarnya 72,6% (Arman, dkk., 2006).

b. Cara pemeliharaan ternak masih termasuk dalam cara dilepas, walaupun pada saat

atau kondisi tertentu “dikandangkan”. Berdasarkan jawaban peternak, maksud

ternak dikandangkan antara lain adalah untuk keamanan, menghindari cuaca yang

terlalu panas, dan/atau agar ternak tidak mengganggu/merusak tanaman pangan

yang ditanam. Yang menarik dari cara pemeliharaan ini adalah tempat ternak

dilepas yang ternyata tempatnya didominasi pada lahan sendiri (78,1%). Ini dapat

dijadikan indikator bahwa mayoritas peternak bersedia memelihara ternak secara

intensif dengan alasan yang dominan adalah agar ternak mudah dikontrol dan untuk

meningkatkan kualitas ternak.

Terdapat sekitar 6,25% peternak yang menyatakan tidak bersedia memelihara

ternak secara intensif dengan alasan masing-masing adalah lahan yang sempit dan

susah cari pakan sehingga dirasakan perlu untuk diperhatikan.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 40: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

29

c. Asal-usul ternak didominasi dari bantuan/kadasan pemerintah. Dilihat dari jawaban

peternak, dapat diperkirakan sekitar 87,5% ternak (sapi Bali) berasal dari bantuan

pemerintah yang merupakan petunjuk adanya keseriusan pemerintah untuk

perbaikan perekonomian peternak.

Ketersediaan air dan pakan merupakan masalah utama yang dirasakan peternak,

selain itu, juga penyakit.

Tabel 9. Pola Pemeliharaan Ternak

Parameter Persen

Cara Pemeliharaan a.Pagi-sore lepas, malam dikandang 46,9

b.Malam dilepas, pagi-sore dikandang 25,0

c.Dilepas terus menerus 21,9

d.Dikandangkan saat musim tanam 3,1

e.Tidak ada jawaban 3,1

Tempat melepas a.Di lahan sendiri 78,1 b.Di Lahan orang lain 9,4 c.Tidak ada jawaban 12,5

Tujuan pemeliharaan a.Perkembangbiakan 87,5 b.Tabungan 3,1 c.Kombinasi ab 9,3

Bersedia intensif a.Ya 78,1 b.Tidak 6,2 c.Tidak ada jawaban 15,6

Asal usul ternak a.Beli 9,4 b.Ladasan pemerintah 43,7 c.Kadasan teman d.Warisan 3,1 e.Kombinasi abc 12,5 f.Kombinasi ab 31,2

2.4.6. Produktivitas Ternak

Data Tabel 10, memperlihatkan peubah-peubah yang terkait dengan performan

reproduksi ternak yang memberikan gambaran, bahwa:

a. Peternak mengetahui cara-cara untuk meningkatkan angka kelahiran, diantaranya

adalah dengan cara perbaikan mutu dan jumlah pakan yang diberikan kepada

ternaknya serta pengaturan perkawinan ternak.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 41: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

30

b. Kelahiran ternak terjadi sepanjang tahun dengan puncak kelahiran terjadi pada

bulan Mei dan terrendah pada bulan September sementara puncak kematian terjadi

pada bulan September dan Oktober. Sudrana, dkk., (1998) melaporkan, puncak

kelahiran sapi Bali di P3Bali dan P3B Dompu terjadi pada bulan Juli sementara

terrendah pada bulan Januari. Bulan terjadinya kelahiran, kelahiran terbanyak,

kelahiran terrendah, dan kematian ternak, digambarkan pada Gambar 7.

Tabel 10. Parameter Terkait Produktivitas Ternak.

Parameter Persen

Penyebab kematian (%) a.Cuaca yang panas 3,1 b.Sakit 37,5 c.Kurang perhatian peternak 9,4 d.Kurang pakan dan air 25,0 e.Kombinasi b dan d 3,1 f.Kombinasi a dan d 6,2 g.Tidak ada jawaban 15,6

Cara meningkatkan kelahiran a.Penuhi kebutuhan gizi 18,7 b.Atur perkawinan 21,9 c.Penyediaan pejantan unggul 6,2 d.IB 9,4 e.Pemeliharaan intensif 3,1 f.Sistem pemeliharaan diperbaiki 3,1 g.Tidak ada jawaban 31,2

Ternak betina beranak pertama

a.24 bln 9,4 b.30 bln 3,1 c.36 bln 75,0 d.42 bln 3,1 e.48 bln 3,1 f.Tidak ada jawaban

Ternak kawin pertama a.18 bln 9,4 b.24 bln 25,0 c.30 bln 43,7 d.36 bln 12,5 e.Tidak ada jawaban 9,4

Gejala penyakit dominan a.Mata berair/ cacingan 43,8

d. Ngorok / SE 50,0

e. Anthrax 6,2

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 42: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

31

Penyebab kematian nampaknya berhubungan dengan manajemen ternak. Peternak

juga mengetahui cara-cara untuk mengurangi bahkan mencegah kematian ternak.

Cara-cara yang diketahui juga berkaitan dengan manajemen ternak baik yang

berhubungan dengan aspek pakan, perkawinan, dan cara pemeliharaan. Aspek

pakan melalui pemberian pakan yang cukup baik jumlah maupun kualitasnya.

Aspek perkawinan dengan cara pengaturan saat kawin, sementara dari aspek

manajemen dengan cara pemeliharaan kearah intensif.

c. Tentang ternak kawin pertama kali, untuk sapi Bali, terdapat sekitar 9,3% peternak

menyatakan terjadi pada umur 18 bulan sementara sekitar 81,2% menyatakan di

atas 18 bulan. Jawaban peternak mungkin agak kacau karena pertanyaan tidak

focus pada sapi Bali, namun jika peternak menjawab dengan pikiran pertanyaan ini

untuk sapi Bali, maka jawaban peternak ini harus ditelusuri agar dapat diketahui

cara penanggulangannya. Diduga penyebabnya terkait dengan kondisi iklim dan

sumber air yang berdampak terhadap ketersediaan pakan. Akibat dari terlambatnya

kawin pertama terlihat dari terlambatnya ternak betina beranak pertama. Sekitar

81,25% peternak menyatakan ternak beranak pertama pada umur 36 bulan ke atas.

d. Macam penyakit yang sering menyerang ternak perlu mendapat perhatian oleh

pihak terkait. Jenis penyakit tersebut adalah penyakit SE dan Anthrax.

0

5

10

15

20

25

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

LAHIR

MATI

B.LAHIR

R.LAHIR

Gambar 7. Grafik Bulan Kelahiran dan Kematian Ternak

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 43: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

32

2.4.7. Kondisi Penduduk

Pertambahan jumlah penduduk dan kepadatannya empat tahun terakhir pada

tingkat desa dan kecamatan terkait terdapat pada Tabel 11. Nampak Desa Batu Bangka

lebih padat hampir 2 (dua) kali dibanding Desa Pungkit, namun pertambahan jumlah

penduduknya pertahun yang sekitar 0,75% ternyata lebih rendah dibanding desa Pungkit

yang pertambahannya pertahun sekitar 1,07% . Adapun rata-rata jumlah anggota pada

setiap rumah tangga (ART) adalah empat orang yang memberi arti bahwa setiap keluarga

mempunyai anak dua orang yang dapat merupakan gambaran ketersediaan tenaga kerja

dan keberhasilan program KB. Pertambahan jumlah penduduk, untuk jangka waktu yang

lama, akan berdampak terhadap penggunaan lahan.

Tabel 11. Jumlah Penduduk dan Kepadatannya Tahun 2006 – 2009

Wilayah Kependudukan Tahun

2006 2007 2008 2009

Kecamatan Moyo Hilir

Jumlah penduduk (jiwa)

21.131 21.674 22.027

Kepadatan (jiwa/km2) 113 116 118

Desa Batu Bangka Jumlah penduduk (jiwa)

2.256 2.314 2.324

Kepadatan (jiwa/km2) 134 138 138

Kecamatan Moyo Utara

Jumlah penduduk (jiwa)

9.034 9.110 9.266 9.417

Kepadatan (jiwa/km2) 99 100 102 104

Desa Pungkit Jumlah penduduk (jiwa)

1.358 1.370 1.393 1.416

Kepadatan (jiwa/km2) 75 76 77 78 Sumber: Kecamatan Moyohilir dan Moyo Utara Dalam Angka, 2006, 2007/2008, 2009, dan 2010.

BPS Kabupaten Sumbawa.

2.4.8. Pendapat Peternak tentang Program KPT Lar Limung

Informasi yang tercantum pada Tabel 12 memberikan gambaran tentang harapan

dan masalah yang terkait dengan program pengembangan kawasan Lar Limung yang

berguna dalam menyusun program/kegiatan pengembangan kawasan.

Alasan masyarakat yang setuju (sekitar 63%) dengan program pemerintah daerah

menjadikan Lar Limung sebagai kawasan peternakan terpadu merupakan cermin dari

harapan masyarakat, yakni program pemerintah daerah ini akan dapat meningkatkan

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 44: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

33

kesejahteraan masyarakat. Harapan lainnya yang diungkapkan walaupun oleh sebagian

kecil masyarakat dalam bentuk syarat adalah, pemerintah daerah harus serius dan aturan-

aturan yang akan diterapkan tidak merugikan masyarakat waktu pelaksanaannya.

Tabel 12. Pendapat Peternak dan Syarat yang Diajukan tentang KPT Lar Limung. Parameter Jumlah

responden Hasil

analisis (%) Alasan setuju program

a.Rencana bagus karena dapat meningkatkan kesejahteraan

20 62,5

b.Ingin lebih maju sebagai peternak

1 3,1

c.Dapat binaan 1 3,1 d.Lahan dapat lebih bermanfaat 5 15,6 e.Tanpa alas an dan syarat 2 6,2 f.Tidak ada jawaban 3 9,4

Syarat yang diajukan a.Libatkan semua kelompok 2 6,2 b.Hilangkan keraguan masyarakat 1 3,1 c.Pemerintah tunjukkan

keseriusannya 2 6,2

d.Ada dulu sertifikat dan SPPT 1 3,1 e.Sesuai ekspose 1 3,1 f.Transparansi dan terarah 1 3,1 g.Tidak ada jawaban 24 75,0

Syarat jika ada aturan a.Tidak merugikan dan menimbulkan masalah

8 25,0

b.Sertifikat dan SPPT ada 2 6,2 c.Kembalikan surat pernyataan 1 3,1 d.Perbanyak sosialisasi 2 6,2 e.Pemerintah lebih serius beri

bimbingan, bantuan, dan turun ke lapangan

1 3,1

f.Tidak ada jawaban 18 56,3

2.4.9. Pendapat Masyarakat tentang Kondisi Lar Limung

Melalui focus group discussion (FGD) diperoleh beberapa informasi yang dapat

dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan program serta kegiatan yang akan

dilakukan untuk membangun kawasan Lar Limung. Informasi yang diperoleh adalah :

a. Banyak biaya untuk membangun fasilitas tapi belum dimanfaatkan secara optimal

b. Ternak kurus (musim kemarau skor kondisi rata-rata 2 dari skala 1-5)

c. Pakan tidak cukup terutama musim kemarau akibat:

1. Rumput unggul yg ditanam mati pada musim kemarau

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 45: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

34

2. Ternak lebih memilih rumput alam yang kering daripada rumput unggul yang

kering

3. Tidak ada tempat penyimpanan pakan untuk persediaan musim kemarau

d. Kesulitan mendapatkan air minum sapi karena:

1. Air dari sumur bor sebagian besar asin yang diduga penyebabnya karena

galiannya terlalu dalam.

2. Terdapat beberapa sumur dangkal dan satu sumur dalam / bor yang airnya tidak

asin dan masih ada airnya pada musim kemarau namun jumlahnya terbatas dan

belum dapat didistribusikan ke semua kelompok peternak / kandang komunal

3. Cek dam kering di musim kemarau

e. Kekurangan air untuk menanam pakan ternak. Tanaman mati kalau disiram dengan

air dari sumur bor.

f. Kematian ternak (terutama anak sapi) tinggi. Angka kematian pedet diungkapkan

melebihi 30%. Kematian terjadi pada musim kemarau, yakni setelah bulan Juni

yang jumlah lebih dari 50%. Resiko kematian pedet lebih besar jika dilahirkan pada

musim kemarau disbanding jika pedet lahir pada musim hujan.

1. kematian anak sapi >30%

2. >50% anak sapi lahir musim kemarau (setelah Juni), resiko kematian lebih besar

daripada yang lahir musim hujan

g. Pertumbuhan ternak lambat (jantan butuh sekitar 4 tahun untuk mencapai berat

250-300 kg)

h. Masih menggunakan pejantan dari keturunan sendiri meskipun ada pejantan dari

Dinas Peternakan (tidak ada seleksi dan pengaturan penggunaan pejantan)

i. Harga sapi potong turun (tidak banyak yang membeli sapi)

j. Kelembagaan peternak belum efektif baru kelompok IV yang melakukan

pertemuan rutin. Pengaturan hak dan kewajiban anggota yang tercantum dalam

awiq-awiq belum dilaksanakan (meskiput telah difasilitasi oleh petugas)

k. Kekompakan kelompok masih rendah (terutama di luar kelompok IV). Masalah

utama adalah masih ragu dengan komitmen Pemda untuk memusnahkan surat

pernyataan penyerahan hak dan masih khawatir dengan status kepemilikan lahan

(banyak yang belum terima SPPT)

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 46: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

35

Berdasarkan hasil analisis wawancara mendalam, FGD telaah hasil kajian maka

dapat disimpulkan bahwa:

a. Status lahan Lar Limung adalah tanah milik masyarakat sehingga pengembangan

harus berbasis lahan petani. Sebagian pemilik lahan belum memiliki sertifikat

sehingga status kepemilikan lahan harus segera diselesaikan

b. Fasilitas yang ada belum dapat dimanfaatkan secara efektif.

c. Kelembagaan peternak belum berfungsi secara efektif

d. Kekurangan air untuk minum ternak dan menanam pakan ternak (tanaman mati

kalau disiram dengan air dari sumur bor)

e. Kematian ternak (terutama anak sapi) tinggi. Kematian anak sapi diatas 30%. Lebih

dari 50% anak sapi lahir pada musim kemarau (setelah Juni) sehingga resiko

kematian lebih besar dari pada yang lahir musim hujan. Angka kematian ini dapat

ditekan menjadi 10% atau lebih rendah melalui perbaikan manajemen beternak

secara menyeluruh (pakan, pemeliharaan, perkawinan, dan kesehatan).

f. Pertumbuhan ternak lambat (jantan butuh sekitar 4 tahun untuk mencapai berat

250-300 kg). Dengan perbaikan pakan dan manajemen, berat 250-300 kg dapat

dicapai pada umur sekitar 2 tahun.

g. Diperlukan kajian lebih lanjut untuk meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan

suplai dan kualitas air, memilih komoditas tanaman pangan dan tanaman pakan

yang sesuai dilokasi yang berbeda dan strategi untuk meningkatkan efisiensi

reproduksi dan mempercepat pertumbuhan ternak.

h. Penggunaan pejantan yang berasal dari keturunan sendiri merupakan hal yang

positif dan diharapkan untuk dilakukan oleh peternak dalam kegiatan seleksi,

asalkan pejantan yang digunakan telah melalui proses seleksi yang benar dan

dalam penggunaannya, pejantan terseleksi harus diatur sedemikian rupa sehingga

peluang terjadi silang dalam (inbreeding) dapat dihindari atau terjadi seminimal

mungkin. Dampak dari inbreeding adalah menurunkan ptoduktivitas ternak.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 47: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

36

BAB III ISU STRATEGIS, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU DI KAWASAN

LAR LIMUNG

3.1. Isu strategis

Dari hasil analisis dan refleksi kondisi peternakan di Kabupaten Sumbawa dan

kawasan Lar Limung maka dapat dirumuskan beberapa isu strategis yang harus ditangani:

a. Daya tampung Lar semakin terbatas

b. Produktivitas ternak lebih rendah dari potensi genetiknya

c. Ketersediaan dan kualitas pakan tidak memadai terutama pada musim kemarau

d. Ketersediaan dan kualitas air minum ternak tidak memadai

e. Lemahnya kinerja kelambagaan peternak (pengadaan input, adopsi teknologi dan

pemasaran hasil)

f. Program lintas instansi terkait belum terpadu dan sinergis untuk mendukung sistim

produksi ternak terpadu

g. Sarana dan prasarana pendukung belum memadai dan belum berfungsi secara

efektif

h. Peternak belum mendapatkan akses terhadap hasil-hasil penelitian yang dapat

diterapkan dikawasan Lar Limung

3.2. Visi, Misi dan Arah Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung

Dengan mempertimbangkan kebijakan pembangunan peternakan Kabupaten

Sumbawa dan analisis situasi kawasan Lar Limung maka ditetapkan Visi, Misi dan Arah

pengembangan Kawasan Peternakan Terpadu Lar Limung sebagai berikut:

3.2.1. Visi :

Lar Limung sebagai Model Kawasan Pengembangan Ternak Potong Terpadu

yang Berorientasi Agrobisnis dan Agrowisata.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 48: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

37

3.2.2. Misi:

a. Meningkatkan kapasitas peternak untuk menerapkan teknologi dalam rangka

meningkatkan produktivitas ternak

b. Mewujudkan usaha peternakan yang berorientasi agrobisnis

c. Mendorong terwujudnya Kawasan Limung sebagai Kawasan Agrowisata

3.2.3. Arah Pengembangan Peternakan Terpadu

a. Memfasilitasi proses transisi dari sistim pemeliharaan ekstensif (sistim lepas bebas)

ke sistim intensif) dengan menanam pakan dan memelihara ternak di lahan sendiri

b. Fokus pada usaha penyediaan ternak bibit dan bakalan yang berkualitas tinggi

c. Menjadikan usaha peternakan sebagai sumber penghasilan utama.

Gambar 8 memperlihatkan peta rencana pengembangan KPT Lar Limung.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 49: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

38

Gambar 8. Peta Rencana Pengembangan KPT Lar Limung

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 50: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

39

3.3. Kebijakan Pengembangan Peternakan Terpadu

Berdasarkan Visi, Misi dan Arah Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung,

maka ditetapkan Kebijakan Peternakan Terpadu Lar Limung sebagai berikut:

a. Peningkatan produktivitas lahan kering melalui pengembangan tanaman pakan dan

pangan atau rumput yang dapat dijadikan sebagai sumber penyediaan pakan

dengan pola integrasi tanaman pakan legum pohon dan tanaman pangan, legume

pohon dan rumput, atau pengembangan pasture legum pohon dan rumput untuk

penggembalaan terbatas

b. Peningkatan produktivitas ternak sesuai dengan potensi genetiknnya

c. Peningkatan produksi pakan dengan sistim integrasi tanaman pakan, pangan,

perkebunan dan kehutanan

d. Optimalisasi pemanfaatan air yang tersedia untuk keperluan air minum ternak dan

keperluan air bersih rumah tangga

e. Penguatan fungsi kelembagaan peternak dalam meningkatkan produktivitas lahan,

tanaman pangan, ternak dan pendapatan masyarakat

f. Peningkatan keterpaduan dan sinergitas program instansi terkait untuk mendukung

program peternakan terpadu Lar Limung

g. Peningkatan sarana dan prasarana secara bertahap sesuai dengan kebutuhan

3.4. Strategi Pengembangan Peternakan Terpadu

a. Pengembangan Lar sebagai kawasan produksi ternak terpadu

b. Mengatur sistim perkawinan, penyapihan, pemberian pakan strategis, pemilihan

dan penggunaan pejantan, dan meningkatkan derajat kesehatan ternak

c. Pengembangan sistim produksi pakan terpadu

d. Menambah jumlah sumber air dan mengurangi kadar garam air yang tersedia

e. Revitalisasi kelembagaan dan peningkatan kapasitas SDM

f. Melibatkan semua instansi terkait mulai dari perencanaan, implementasi, dan

monitoring dan evaluasi (monev)

g. Optimalisasi pemanfaatan sarana yang sudah ada dan penambahan sarana lain

sesuai dengan prioritas

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 51: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

40

h. Melakukan penilitian dan pengkajian lebih lanjut bersama petani peternak untuk

meningkatkan kesuburan tanah, meningkatan suplai dan kualitas air, meningkatkan

produktivitas tanaman pakan dan pangan dan strategi meningkatkan produktivitas

ternak dan mutu hasil ternak.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 52: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

41

BAB IV PROGRAM DAN RENCANA AKSI PENGEMBANGAN

PETERNAKAN TERPADU DI KAWASAN LAR LIMUNG

4.1. Program Pengembangan Peternakan Terpadu

4.1.1. Peningkatan Kelembagaan Kelompok Peternak

Kelembagaan merupakan salah satu faktor penting dalam rekayasa sosio- budaya

pedesaan, yakni sebagai pengatur hubungan antar individu melalui interaksi dan relasi

sosial dalam penguasaan dan pemanfaatan faktor produksi. Karena itu, kelembagaan

(sosial) seperti kelompok peternak dipandang sebagai salah satu “syarat kecukupan”

(sufficient condition) dalam pembangunan peternakan di samping sumberdaya alam

(SDA), sumberdaya manusia (SDM) dan teknologi.

Transformasi kelembagaan kelompok, khususnya kelompok peternak yang sedang

berjalan saat ini tidak mengarah pada tujuan pembangunan peternakan yang seharusnya

dicapai yakni petani/peternak yang sejahtera dalam kehidupannya. Hal yang sama juga

terjadi pada kelompok petani/peternak yang ada dikawasan Lar Limung. Oleh karena itu,

untuk mewujudkan Lar Limung sebagai kawasan pengembangan peternakan terpadu di

Kabupaten Sumbawa maka diperlukan adanya peningkatan kapasitas kelembagaan

kelompok peternak dan kapasitas peternaknya.

4.1.1.1. Peningkatan Kapasitas Kelompok

Kelompok tani/ternak pada dasarnya adalah organisasi non formal di perdesaan

yang ditumbuh kembangkan “dari, oleh dan untuk petani /peternak“. Kelompok tersebut

memiliki karakteristik sebagai berikut: (a). Saling mengenal, akrab dan saling percaya

diantara sesama anggota, (b). Mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam

berusaha tani, (c). Memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan

usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi. (d).

Ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan

bersama.

Bila kelembagaan kelompok tani/ternak kuat dan mandiri, maka akan dapat

berfungsi sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 53: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

42

Sebagai Kelas Belajar, kelompok tani/ternak merupakan wadah belajar mengajar

bagi anggotanya guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap (PKS) serta

tumbuh dan berkembangnya kemandirian dalam berusaha tani/ternak sehingga

produktivitasnya meningkat, pendapatannya bertambah serta kehidupan yang lebih

sejahtera.

Sebagai Wahana Kerjasama, kelompok tani/ternak merupakan tempat untuk

memperkuat kerjasama diantara sesama petani dalam kelompok tani/ternak dan antar

kelompok tani/ternak serta dengan pihak lain. Melalui kerjasama ini diharapkan usaha

tani/ternaknya akan lebih efisien serta lebih mampu menghadapi ancaman, tantangan,

hambatan dan gangguan.

Terakhir, sebagai Unit Produksi, usaha tani/ternak yang dilaksanakan oleh masing

masing anggota kelompok tani/ternak, secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu

kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomi, baik dipandang

dari segi kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

Untuk dapat berfungsinya kelompok sebagaimana tersebut di atas maka diperlukan

peningkatan kapasitas kelompok yang diarahkan pada: (a) peningkatan kemampuan

kelompok tani/ternak dalam melaksanakan fungsinya, (b) peningkatan kemampuan para

anggota dalam mengembangkan agribisnis, (c) penguatan kelompok tani/ternak menjadi

organisasi petani yang kuat dan mandiri .

Kondisi kelompok petani/peternak yang demikian dicirikan antara lain :

a. Adanya pertemuan/rapat anggota/pengurus yang diselenggarakan secara berkala

dan berkesinambungan;

b. Disusunannya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan oleh para

pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan,

dilakukan evaluasi secara partisipasi;

c. Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama;

d. Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang rapi;

e. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir;

f. Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar;

g. Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani

umumnya dan anggota kelompok tani khususnya;

h. Adanya jalinan kerja sama antara kelompok tani dengan pihak lain;

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 54: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

43

i. Adanya pemupukan modal usaha baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil

usaha/kegiatan kelompok.

Dalam rangka mewujudkan fungsi dan peran kelompok tersebut diperlukan adanya

berbagai pelatihan antara lain:

a. Pelatihan penyusunan program,

b. Pelatihan penyusunan dan penetapan aturan main (awig-awig),

c. Pelatihan manajemen kelompok,

d. Pelatihan kewirausahaan, dan

e. Pelatihan tentang pemasaran ternak dan produknya.

Melalui pelatihan penyusunan program, kelompok peternak diharapkan dapat

menyusun rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanakan oleh para pelaksana

sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan, dilakukan evaluasi

secara partisipasi; adanya pertemuan/rapat anggota/pengurus yang diselenggarakan

secara berkala dan berkesinambungan.???

Dengan pelatihan penyusunan dan penetapan aturan main (awig-awig), kelompok

diharapkan dapat memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama. Norma dan

aturan ini akan menjadi landasan dalam setiap melakukan aktifitas kelompok baik dalam

internal organisasi maupun dengan pihak luar ketika melakukan kerjasama.

Melalui pelatihan manajemen, kelompok diharapkan akan dapat menjalin kerja

sama antara kelompok tani dengan pihak lain, pemupukan modal usaha baik iuran dari

anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok serta dapat sebagai sumber serta

pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para petani umumnya dan anggota

kelompok tani khususnya, serta pencatatan/ pengadministrasian organisasi yang rapi.

Melalui pelatihan kewirausahaan, diharapkan akan dapat melahirkan kelompok

yang mampu (a) Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu dan hilir;

(b) Memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar;

4.1.1.2. Peningkatan Kapasitas Peternak

Disamping upaya peningkatan kapasitas kelompok, maka peningkatan kapasitas

petani/peternak merupakan hal yang harus mendapat perhatian. Peningkatan kapasitas

peternak terutama ditujukan agar peternak mampu memahami dan melaksanakan cara

pemeliharaan ternak secara profesional, efektif dan efisien sehingga prinsip ”3S” (satu

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 55: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

44

anak, satu induk, satu tahun) yang telah berhasil dikembangkan di Kabupaten Lombok

Tengah dapat direalisasikan.

Untuk mewujudkan hal tersebut maka peternak harus mendapat pelatihan teknis

secara tematis seperti pelatihan manajemen pemeliharaan, manajemen pakan, reproduksi

dan kesehatan hewan. Melaui pelatihan manajemen pemeliharaan diharapkan peternak

dapat memelihara ternaknya secara lebih baik dan lebih menguntungkan.

Salah satu cara yang murah, cepat dan efektif dalam upaya meningkatkan kapasitas

peternak, selain pelatihan adalah dengan melakukan kunjungan peternak ke kelompok

peternak yang lebih maju. Melalui proses belajar seperti ini telah dapat memberikan

dampak yang sangat signifikan baik dari sisi tumbuh kembangnya motivasi untuk dapat

beternak lebih baik maupun dari sisi pengalaman dalam memelihara ternaknnya. Hal ini

telah menjadi salah satu model pembelajaran yang efektif yang sering dilakukan dalam

project ACIAR di Kabupaten Lombok Tengah.

4.1.2. Pengembangan Sistim Penyediaan Air Bersih

Penyediaan air bersih di kawasam Lar Limung, lebih diarahkan untuk ketersediaan

air minum ternak. Keterbatasan sumber air minum di kawasan Lar Limung, merupakan

masalah utama yang dihadapi dalam program pengembangan peternakan terpadu.

Optimalisasi pemanfaatan sumber air bersih yang ada, hendaknya diarahkan untuk dapat

memenuhi kebutuhan air minum ternak diseluruh wilayah kawasan Lar Limung. Untuk itu

diperlukan suatu sistem penyimpanan dengan menaikkan dan menampung air tersebut

kedalam tower air / reservoir (bak penampung) yang ditempatkan pada ketinggian tertentu

untuk memudahkan pendistribusiannya. Ukuran reservoir tersebut diupayakan agar

mampu menampung air untuk memenuhi kebutuhan air minum semua ternak yang ada di

kawasan Lar Limung (setara dengan 4000-5000 ekor sapi dewasa).

4.1.2.1. Pembuatan reservoir (tower)

Sumber air yang berpeluang dimanfaatkan untuk keperluan minum ternak dan

kebutuhan air bersih peternak adalah sumur bor/dalam yang telah ada. Agar air dari sumur

bor dapat dialirkan ke seluruh lahan kelompok maka air harus ditampung terlebih dahulu

dalam suatu bak penampung yang berada pada ketinggian tertentu (reservoir). Volume

reservoir sekitar 20 m3.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 56: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

45

4.1.2.2. Pembuatan saluran / pipa distribusi air

Agar pendistribusian air minum ternak lebih efektif dan dapat menjangkau

keseluruh kelompok peternak di kawasan Lar Limung, diperlukan jaringan distribusi

dengan sistem pipanisasi. Sistem pipa ini dimaksudkan untuk mencegah pemborosan air

karena kebocoran saluran distribusi.

4.1.2.3. Kelembagaan dan manajemen pemakaian air

Agar fasilitas sumber air bersih yang dibangun dapat dimanfaatkan secara efektif

dan efisien serta terawat dalam jangka panjang, maka perlu ada wadah kelembagaan yang

khusus mengatur, memantau dan mengawasi makanisme pemanfaatan sumber air

tersebut. Seyogyanya keberadaan wadah itu sekaligus rambu-rambu ( “awiq-awiq”)

pengelolaannya, dibuat dan disepakati oleh masyarakat peternak di kawasan Lar Limung.

Dalam hal ini peran dinas instansi / pemerintah terkait, lebih banyak sebagai fasilitator.

4.1.2.4. Memperbanyak sumur dangkal / sumur gali (air tawar)

Dari hasil wawancara dengan peternak setempat, diketahui terdapat satu sumur

gali di kelompok IV (dengan kedalaman sekitar 15 m) yang airnya tawar dan layak

dikonsumsi ternak maupun untuk keperluan rumah tangga Dari gambaran ini memberikan

harapan bahwa di lokasi lain di kawasan Lar Limung, masih ada potensi sumur gali yang

airnya tawar. Oleh kerenanya diperlukan upaya untuk memperbanyak sumur gali / dangkal

yang merupakan kerjasama pemerintah dan partisipasi aktif masing-masing kelompok

peternak setempat.

4.1.2.5. Pembuatan tempat minum ternak

Tempat minum ternak harus ada di setiap kelompok, dibuat sedemikian rupa agar

ternak mudah menjangkaunya, tidak mudah tercemar kotoran ternak, tidak berbahaya bagi

pedet dan kapasitasnya dapat memenuhi jumlah air yang dibutuhkan untuk minum ternak.

Pada setiap kelompok dapat dipertimbangkan untuk dibuatkan lebih dari satu tempat

minum ternak, tergantung populasi ternak dan saluran distribusi air yang tersedia.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 57: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

46

4.1.3. Peningkatan Kualitas Air

4.1.3.1. Pengurangan kadar garam air

Mengingat sebagian besar sumber air / “sumur dalam” yang ada di kawasan Lar

Limung memiliki air yang payau (kadar garamnya tinggi), maka diperlukan teknologi

untuk menurunkan kadar garamnya sampai batas aman dikonsumsi sebagai air minum

ternak. Diperlukan treatmen / perlakuan tertentu terhadap air tersebut, atau mungkin

dengan menggunakan/mengembangkan teknologi yang mampu dilaksanakan oleh para

peternak setempat. Jika upaya pengurangan kadar garam ini berhasil dilakukan, akan

sangat membantu tidak hanya untuk minum ternak , tetapi juga untuk kebutuhan konsumsi

rumah tangga peternak.

4.1.3.2. Memperbanyak sumur resapan / jebakan air hujan.

Keberadaan sumur resapan air hujan dalam jangka panjang diharapkan akan

berdampak positif terhadap empat hal yaitu :

a. Mengurangi kadar garam air tanah / sumur

b. Menambah potensi ketersediaan air tawar pada sumur gali / sumur dangkal. air

tawar

c. Meningkatkan kelembaban tanah

d. Menurunkan temperatur udara sekitar sehingga lebih nyaman bagi ternak

4.1.4. Penyediaan Sumber Air dan Sarana

4.1.4.1. Memperbanyak jebakan air hujan

Jebakan air hujan dimaksudkan untuk menghambat, bila memungkinkan

menahan air hujan agar tidak langsung mengalir ke sungai namun meresap ke dalam tanah

terlebih dahulu, yang dalam jangka panjang diharapkan dapat memunculkan sumber-

sumber air tanah. Jebakan air hujan ini dibuat sedemikian rupa dan tempatnya disesuaikan

dengan topografi lahan peternak.

4.1.4.2. Penyediaan air dari tanaman sumber pakan

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 58: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

47

Salah satu strategi untuk mengurangi kebutuhan air minum ternak di musim

kemarau adalah dengan menanam tanaman yang banyak mengandung air dan dapat

digunakan sebagai pakan ternak. Salah satu tanaman yang cocok digunakan adalah

tanaman pohon pisang yang ternyata dapat tumbuh baik di kawasan Lar Limung. Batang

pohon, tangkai daun, daun, dan kulit buah dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Khusus

batang pohon, selain sebagai pakan, juga sebagai penyedia air minum ternak.

4.1.4.3. Menyusun DED penyediaan air minum ternak

Tempat air minum ternak dibangun pada setiap kandang komunal yang jumlah

disesuaikan dengan jumlah ternak pada setiap kelompok. Tempat air minum ini

sedemikian rupa sehingga semua ternak relatif dapat minum secara bersamaan. Ukuran

tempat air minum ternak sekitar 1x10x0,5 m3.

4.1.5. Sistim Produksi Pakan Berbasis Legum Pohon

Ada 3 model yang akan dikembangkan yaitu: 1) Model integrasi legum pohon dan

rumput dengan sistim potong angkut, 2) Model integrasi legum pohon dengan tanaman

pangan dengan sistim potong angkut dan 3) Model integrasi legum pohon dan rumput

dengan sistim penggembalaan terbatas. Ketiga model tersebut dimaksudkan untuk

meningkatkan produktivitas lahan yang selama ini menghasilkan tanaman pangan atau

pakan hanya pada musim hujan. Dengan model pertama, peternak dapat memproduksi

legum pohon sebagai sumber protein terutama untuk persediaan musim kemarau dan tetap

memproduksi tanaman pangan pada musim hujan. Integrasi legum pohon dengan rumput

unggul (model kedua), dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dan mutu rumput

unggul pada musim hujan dan legum pohon diupayakan tesedia sepanjang tahun. Dengan

model ketiga (penggembalaan terbatas), produktivitas lahan ditingkatkan dengan

ketersediaan legum pohon sepanjang tahun disamping meningkatkan produktivitas dan

mutu rumput padang gembala pada musim hujan.

Model 1. Integrasi legum pohon dengan tanaman pangan

Pada model 1, lahan dipagari dengan pohon gamal dan didalamnya ditanami

dengan lamtoro taramba secara alley cropping. Lamtoro taramba dipilih karena tahan

kering, produksi daun lebih tinggi, kualitas nutrisi baik dan lebih tahan kutu loncat

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 59: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

48

dibandingkan dengan lamtoro lokal. Lamtoro ditanam secara berbaris (timur-barat) dengan

jarak antar pohon 1 m dan jarak antar baris 5-10 m. Diantara baris lamtoro, ditanam

tanaman pangan yang sesuai (jagung, ubi kayu, kacang hijau dll).

Gambar 9. Photo Integrasi Lamtoro dengan Jagung di NTT (photo Marthen Mullik)

Dengan model 1, peternak harus memelihara ternak dengan sistim potong angkut.

Lamtoro (dan gamal) digunakan sebagai sumber protein yang diberikan bersama rumput

pada musim hujan atau sebagai pakan penguat limbah tanaman pangan (jerami jagung atau

jerami kacang) pada musim kemarau.

Lamtoro dipangkas (dipanen) pada tinggi yang sesuai dengan jangkauan peternak

(sekitar 1.5 m) secara berkala (setiap 8 minggu) dan jangan dibiarkan untuk menghasilkan

biji agar tidak menyebar kedalam lahan secara tidak terkontrol.

Model 2. Integrasi legum pohon dengan rumput unggul

Model 2 mirip dengan model 1, namun diantara baris lamtoro ditanami rumput

unggul yang sesuai. Jenis rumput yang ditanam bisa berupa rumput Gajah, rumput Raja,

Brachiaria mulato dll. Jenis rumput disesuaikan dengan kemampuan peternak untuk

mengelola sesuai dengan kebutuhan masing-masing varitas rumput.

Penting untuk diperhatikan bahwa, rumput unggul memerlukan pemupukan yang

memadai dan manajemen pemotongan yang sesuai. Apabila peternak tidak memiliki

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 60: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

49

kemampuan untuk melakukan pemupukan atau melakukan pengelolaan rumput secara

benar sebaiknya jangan menanam rumput unggul karena tidak akan meningkatkan

produktivitas lahan.

Gambar 10. Photo Produksi lamtoro dan rumput dengan sistim potong angkut di Poto Pedu, Rhee (photo Dahlanuddin)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model 2 adalah:

a. Pemupukan: Dosis pupuk minimal 100 kg urea /ha (atau dengan pupuk kandang

dengan dosis yang setara), dilakukan seminggu setelah pemotogan

b. Pemotongan rumput dilakukan sesaat sebelum berbunga (sekitar 6-8 minggu)

c. Lamtoro dan gamal dipotong secara berkala (setiap 6-8 minggu) agar produksi

daun tetap tinggi

d. Kelebihan produksi rumput dan legum pohon pada musim hujan disimpan dalam

bentuk hay (dikeringkan).

Model 3. Integrasi legum pohon dan rumput dengan sistim penggembalaan

terbatas

Model 3 disediakan bagi peternak yang memilih untuk tidak menanam tanaman

pangan dan menggunakan lahan hanya untuk menggembalakan ternak. Basis pakan untuk

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 61: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

50

penggembalaan adalah lamtoro taramba yang telah terbukti tahan penggembalaan dan

dapat berproduksi sepanjang tahun.

Lamtoro ditanam rapat (jarak antar pohon skitar 0.4 m) dalam baris ganda yang

membentang dari timur ke barat, dengan jarak antar baris 2-5 m.

Diantara baris lamtoro, ditanam rumput yang tahan gembala (jenis Brachiaria atau

African Star grass).

Gambar 11. Photo Padang Penggembalaan Lamtoro-rumput di Australia utara (photo Max Shelton)

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model 3 ini adalah:

a. Lamtoro dipotong setinggi 40-50 cm untuk memudahkan penggembalaan

(dipotong pertama setelah lamtoro mencapai tinggi sekitar 5 m)

b. Penggembalaan dilakukan secara rotasi (dengan sistim ikat)

c. Rumput dipupuk dengan dosis pupuk sekitar 100 kg urea /ha (atau dengan pupuk

kandang dengan dosis yang setara), dilakukan seminggu setelah selesai

penggembalaan di masing-masing petak

Untuk tahap awal (tahun pertama) ketiga model tersebut dibuat secara partisipatif

di setiap kelompok sebagai contoh. Peternak diberikan kebebasan untuk memilih model

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 62: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

51

mana yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sosial ekonomi masing-masing. Hasil

akhir yang diharapkan dari ketiga model tersebut adalah meningkatnya pendapatan

peternak baik dari penjualan ternak maupun dari tanaman pangan atau tanaman lain yang

dihasilkan.

4.1.6. Konservasi Kelebihan Pakan Musim Hujan Dan Pemanfaatan Limbah

Pertanian

Hijauan merupakan sumber protein dan energi yang paling murah untuk dapat

dikonversi menjadi protein dan energi daging asal herbivora. Ketersediaan rumput tropis,

khususnya di daerah semiarid seperti Sumbawa sangat erat hubungannya dengan musim.

Rumput tropis atau lazim disebut rumput C4 mempunyai kemampuan tumbuh yang sangat

cepat dan mampu memproduksi biomas hijauan dalam jumlah yang besar pada awal

musim hujan namun cepat menjadi dewasa dan tua. Hal ini menyebabkan rendahnya

kualitas rumput tropis sebagai pakan ternak herbivora dan produksi hijauannya juga cepat

menurun memasuki musim kering, sehingga waktu pemanfaatan sebagai hijauan pakan

berkualitas tinggi dalam jumlah yang banyak menjadi relatif pendek.

Pertumbuhan ternak berbasis pakan rumput tropis berfluktuasi mengikuti pola

pertumbuhan rumput tersebut, dimana berat badan meningkat dari awal musim hujan

sampai awal musim kering, dan kemudian terjadi kehilangan berat badan sejak

pertengahan sampai puncak musim kering. Hal ini berdampak pada umur ternak mencapai

berat pubertas, berat dewasa dan berat jual menjadi lebih panjang. Untuk induk, seringkali

kekurangan pakan pada musim kering, seringkali berdampak pada menurunnya

kemampuan reproduksi ternak yang ditandai dengan post partum estrus yang panjang dan

angka service per conception yang tinggi.

Konservasi merupakan alternatif yang dapat dilakukan untuk memperpanjang

waktu pemanfaatan rumput tropis. Melalui konservasi, kemampuan pertumbuhan yang

cepat dengan kualitasnya yang tinggi pada musim hujan dapat dimanfaatkan secara

optimal dan dapat memperbaiki tingkat ketersediaan pakan sehingga ternak mendapatkan

pakan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang tahun. Konservasi dapat dilakukan

dengan berbagai cara, namun metode konservasi yang membutuhkan banyak tenaga dan

biaya cenderung mempunyai tingkat adopsi dan expansi yang rendah. Konservasi dengan

cara sederhana dapat dilakukan dengan mengeringkan hijauan dengan menggunakan sinar

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 63: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

52

matahari untuk menurunkan kadar air tanaman dan cara konservasi sederhana ini

berpeluang diterapkan di kawasan Lar Limung. Selain murah dan tidak membutuhkan

banyak tenaga, proses pengeringan yang berjalan dengan cepat dan sempurna akan

mengurangi kehilangan nutrisi selama proses pengeringan dan hijauan kering dapat

disimpan dalam waktu yang lama.

Limbah pertanian merupakan sumber pakan alternatif yang tersedia dalam jumlah

yang besar dan melebihi kebutuhan ternak pada waktu panen. Konservasi limbah pertanian

dapat meningkatkan ketersediaan pakan musim kering dan menjamin kontinuitas pakan

sepanjang tahun. Jagung dan kacang hijau merupakan tanaman pangan utama yang

ditanam masyarakat di kawasan Lar Limung. Jagung menghasilkan limbah berupa

brangkasan atas dan bawah mencapai 6 ton BK/Ha/panen sedangkan jerami kacang hijau

mencapai 7 ton BK/Ha/panen (Panjaitan dan Wirajaswadi, 2004), yang masing-masing

limbah cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan dasar 3-4 ekor sapi betina dewasa selama

setahun.

Kualitas dan kandungan nutrisi hay rumput yang dipangkas setelah dewasa dan

brangkasan jagung sebagai pakan ternak tergolong rendah sehingga kemampuan ternak

untuk mengkonsumsi limbah pertanian terbatas. Untuk memperbaiki tingkat konsumsi

limbah pertanian dan pakan berkualitas rendah lainnya, dapat dilakukan dengan

memberikan suplemen berupa hijauan berkualitas tinggi, seperti daun legum pohon.

Walaupun legume dapat memproduksi hijauan sepanjang tahun namun produksi hijauan

pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan pada musim kering sehingga kelebihan

selama musim hujan juga dapat dikeringkan untuk persediaan pakan tambahan pada

musim kering.

Pakan yang dikeringkan mempunyai sifat bulki atau mempunyai volume yang

besar. Seringkali sifat bulki ini merupakan kendala dan hambatan bagi petani untuk

menyimpan pakan karena keterbatasan dalam menyediakan tempat penyimpanan. Volume

hay rumput dan limbah pertanian dapat dikurangi dengan memadatkannya dalam bentuk

bal dimana tumpukan hay dipadatkan dari keempat sisi untuk membentuk bal. Pemadatan

dapat dilakukan menggunakan alat hay press sederhana berbentuk tuas panjang dengan

pemberat sehingga berbentuk bal sebelum diikat dan disimpan.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 64: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

53

Gambar 12. Photo Contoh Bal Jerami Padi Kering Dipress untuk Menghemat Tempat Penyimpanan (Photo Tanda Panjaitan).

4.1.7. Meningkatkan Angka Kelahiran

Tujuan utama memelihara induk adalah untuk menghasilkan pedet berkualitas

setiap tahun. Kualitas pedet yang dihasilkan sangat bergantung pada kualitas induk,

kualitas pejantan dan yang terutama kecukupan pakan selama proses kebuntingan. Untuk

menjamin kecukupan pakan diperlukan strategi yang tepat sehingga kebutuhan nutrisi

untuk mendukung perkembangan folikel sampai menjadi sel telur, mendukung

pertumbuhan embrio sampai phase akhir kebuntingan dan menyusui dapat terpenuhi.

Strategi untuk mencukupi kebutuhan pakan mendukung aktivitas reproduksi induk

dilakukan dengan menyelaraskan aktivitas reproduksi dengan waktu pakan tersedia.

Prinsip dasarnya adalah waktu induk membutuhkan nutrisi yang tinggi untuk mendukung

tahapan reproduksi dalam menghasilkan pedet diselaraskan dengan waktu dimana pakan

tersedia dalam jumlah dan kualitas yang tinggi, sebaliknya pada waktu ketersediaan pakan

menipis diupayakan induk berada pada tahapan reproduksi yang tidak membutuhkan

nutrisi yang tinggi sehingga kebutuhan induk tetap terpenuhi. Hal ini dapat dilakukan

melalui pengaturan waktu kawin dan waktu sapih.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 65: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

54

4.1.7.1. Pengaturan waktu kawin dengan pejantan terseleksi.

Pakan merupakan faktor pengendali utama dalam menentukan waktu kawin agar

dapat menghasilkan pedet berkualitas baik. Induk membutuhkan pakan dalam jumlah dan

kualitas yang tinggi pada beberapa phase reproduksi untuk dapat menghasilkan pedet yaitu

pada phase perkembangan sel telur, phase akhir kebuntingan dan phase menyusui. Phase

tersebut merupakan phase kritis sehingga suplai nutrisi harus dapat disediakan diatas garis

kebutuhan nutrisi minimal untuk mendukung aktivitas reproduksi tersebut dalam

menghasilkan pedet setiap tahun. Kekurangan nutrisi pada phase kritis berdampak pada

terganggunya proses pematangan sel telur sehingga post partum estrus tertunda,

pertumbuhan embrio pada phase akhir kebuntingan terhambat sehingga kondisi pedet

dilahirkan buruk dan produksi air susu rendah.

Pada kondisi nutrisi yang cukup, perkembangan folicle sampai menghasilkan sel

telur yang matang dan siap dibuahi membutuhkan waktu ± 90 hari. Oleh karena itu untuk

dapat menghasilkan pedet setiap tahun maka nutrisi tersedia harus mencukupi kebutuhan

janin pada phase puncak perkembangannya yaitu pada ⅓ periode akhir kebuntingan (7-9

bulan) dan mencukupi kebutuhan perkembangan folicel sampai matang sehingga birahi

kembali setelah beranak terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Dengan demikian

nutrisi yang dibutuhkan induk menjadi sangat tinggi karena phase akhir kebuntingan

membutuhkan nutrisi yang tinggi dan pada waktu yang sama nutrisi yang tinggi juga

diperlukan untuk mendukung perkembangan folicel sampai menjadi sel telur yang matang

dan siap dibuahi setelah induk beranak. Terjadinya akumulasi kebutuhan sehingga

meningkatkan total kebutuhan nutrisi pada waktu yang pendek untuk mendukung phase

kritis reproduksi tersebut dibutuhkan cara-cara yang strategis untuk dapat memenuhinya.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 66: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

55

Gambar 13. Kalender Kawin yang Sesuai untuk Mendapatkan Satu Anak setiap Tahun di Lar Limung

Cara strategis, sederhana dan murah dapat dilakukan melalui pengaturan

perkawinan sehingga kelahiran dapat tersedia dalam jumlah dan kualitas yang tinggi.

Berdasarkan data curah hujan di Moyo Utara pada tahun 2007 sampai 2009, hujan mulai

turun dengan stabil pada bulan Desember yang artinya rumput mulai tumbuh dan segera

tersedia dengan jumlah dan kualitas yang cukup pada bulan Januari. Jika perkawinan dapat

diatur sehingga kebanyakan induk sudah memasuki umur kebuntingan 7 bulan pada bulan

Desember maka akan terjadi flushing alamiah dimana hijauan pakan tersedia melebihi

kebutuhan minimum nutrisi untuk mendukung pertumbuhan folicel sampai siap dibuahi,

mendukung perkembangan embrio sampai dilahirkan dan mendukung produksi air susu

pada periode awal menyusui.

Dengan demikian untuk kawasan Lar Limung, sesuai dengan bulan hujan dan

intensitas hujan yang ada maka waktu ideal, kelahiran pedet adalah dari bulan Maret

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 67: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

56

sampai Agustus atau sampai akhir musim hujan. Untuk mendapatkan induk beranak pada

bulan kelahiran yang ideal (Maret-Agustus) maka perlu dilakukan pengaturan perkawinan

yaitu dari bulan Juni sampai Desember (Gambar 13).

Pada musim kawin bulan Juni sampai Desember betina harus mendapatkan akses

sebesar-besarnya terhadap pejantan. Ketersediaan pejantan yang fertil sangat menentukan

tingkat keberhasilan perkawinan. Selain itu untuk dapat menghasilkan pedet berkualitas

dibutuhkan pejantan yang mempunyai berbagai sifat unggul yang dapat diturunkan pada

anaknya. Seleksi pejantan di lapangan dapat dilakukan menggunakan beberapa indikator

sederhana seperti; umur terhadap perkembangan tubuh, temperamen, kemampuan dan

nafsu makan, catatan kesehatan, penampilan luar sesuai dengan standard bangsa sapi Bali

dan indikator lain dapat ditambahkan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat

peternak di kawasan Lar Limung.

Untuk kemampuan melayani betina birahi dapat digunakan indikator ukuran testis

dan libido. Libido merupakan indikator terpenting dalam menentukan keberhasilan

perkawinan karena seringkali terjadi lebih dari satu betina menunjukkan tanda-tanda birahi

pada hari yang sama, sehingga dibutuhkan pejantan dengan libido yang tinggi untuk dapat

melayani semua betina birahi pada hari yang sama. Jantan terseleksi yang digunakan

sebagai pejantan selama 6 bulan musim kawin dapat melayani ≥ 50 betina .

Gambar 14. Photo Pejantan Umur 3 Tahun dengan Warna sesuai dengan Standard Bangsa Sapi Bali (Photo Tanda Panjaitan)

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 68: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

57

4.1.7.2. Melakukan penyapihan pedet umur 6 bulan

Penyapihan bertujuan untuk mempertahankan kondisi induk supaya aktivitas

reproduksi tetap berjalan secara normal dengan cara menurunkan titik kritis kebutuhan

nutrisi sehubungan dengan menurunnya ketersediaan pakan baik dari jumlah maupun

kualitasnya memasuki musim kering. Untuk aktivitas reproduksi berjalan dengan normal

dibutuhkan skor kondisi tubuh induk ≥ 3, pada skala 1 – 5 (Gambar 15).

Penurunan titik kritis kebutuhan nutrisi sehingga suplai nutrisi dapat tetap berada

diatas garis kebutuhan minimum dapat dilakukan dengan menghentikan pedet menyusu.

Menurunnya kebutuhan nutrisi, memungkinkan penggunaan pakan berkualitas rendah

untuk memenuhi kebutuhan induk kering mempertahankan skor kondisi tubuh ≥ 3. Dengan

demikian pakan berkualitas tinggi, yang ketersediaannya terus menurun pada musim

kering dapat diberikan pada pedet sapihan untuk mendukung pertumbuhannya secara

optimal.

Gambar 15. Photo Induk Sapi Bali dari Skor Kondisi Tubuh 2, 3 dan 4 pada Skala 1–5.

Skor 2

Skor 4

Skor 3

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 69: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

58

Penyapihan untuk kawasan Lar Limung idealnya dilakukan pada umur 6 bulan

dengan pertimbangan jika induk mempunyai aktivitas reproduksi yang normal dan birahi

kembali 2 bulan setelah beranak maka dapat diperkirakan pada waktu pedet disapih induk

juga sedang bunting 4 bulan. Dengan demikian waktu recovery tersedia untuk induk kering

hanya 3 bulan atau sampai umur kebuntingan mencapai 7 bulan.

Apabila pada phase recovery ini skor kondisi tubuh dapat mencapai nilai ≥ 3

sampai phase akhir kebuntingan (7-9 bulan) maka diharapkan tingkat kebuntingan yang

berikutnya akan meningkat karena terdapat korelasi postif antara skor kondisi tubuh waktu

beranak dengan tingkat kebuntingan berikutnya dimana semakin tinggi tinggi skor kondisi

tubuh maka peluang terjadinya kebuntingan akan semakin tinggi pula (Gambar 16).

Gambar 16. Grafik Korelasi antara Skor Kondisi Tubuh (BCS) dengan Tingkat Kebuntingan.

4.1.7.3. Perbaikan pakan induk saat bunting tua dan menyusui.

Pertumbuhan embrio pada akhir kebuntingan berjalan sangat cepat dimana embrio

berkembang 2 sampai 3 kali lebih besar dari phase sebelumnya. Perkembangan yang pesat

pada phase akhir kebuntingan membutuhkan suplai nutrisi yang cukup agar

perkembangan embrio dapat terjadi secara optimal. Kebutuhan nutrisi yang tinggi

menyebabkan titik kritis kebutuhan minimal nutrisi meningkat, dan untuk dapat memenuhi

Korelasi skor kondisi tubuh dengan tingkat kebuntingan

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 70: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

59

suplai nutrisi berada diatas garis minimal kebutuhan tersebut diperlukan berbagai strategi

untuk memenuhinya. Untuk induk yang pada saat memasuki bunting tua tidak mencapai

skor kondisi tubuh ≥ 3, membutuhkan suplai nutrisi yang tinggi untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi mendukung perkembangan embrio, perkembangan sel telur dan produksi

air susu.

Berbagai penelitian menunjukkan, pemberian pakan tambahan setelah beranak

tidak efektif dilakukan untuk memperbaiki kondisi setelah beranak dan untuk

meningkatkan produksi air susu induk, sehingga pilihan yang dapat di lakukan untuk di

kawasan Lar Limung adalah melakukan perbaikan pakan pada waktu bunting tua untuk

menjamin perkembangan embrio dan produksi air susu induk selama menyusui pedetnya.

Perbaikan pakan untuk induk bunting tua di kawasan Lar Limung, dapat dilakukan dengan

cara meningkatkan kemampuan induk bunting tua untuk mengkonsumsi pakan berserat

atau berkualitas rendah terutama jika bunting tua terjadi selama musim kering.

Kemampuan ternak mengkonsumsi pakan berserat tinggi dibatasi oleh rendahnya

kandungan Nitrogen pada pakan tersebut sehingga diperlukan asupan Nitrogen untuk

mengoptimalkan kemampuan ternak mengkonsumsi pakan berserat sehingga suplai nutrisi

dapat berada diatas garis minimal yang dibutuhkan. Sumber Nitrogen tersedia dan murah

di kawasan Lar Limung adalah Nitrogen yang berasal dari legume pohon. Berdasarkan

pengalaman empirik diberbagai tempat menunjukkan bahwa, pemberian daun legume

pohon sebagai pakan tambahan sebesar 1% berat badan atas dasar bahan kering, dapat

meningkatkan kemampuan induk bunting tua mengkonsumsi pakan berserat tinggi dan

kenaikan konsumsi dapat mencapai titik kritis kebutuhan nutrisi betina bunting tua.

4.1.8. Peningkatan Mutu Ternak

Penigkatan mutu genetik ternak untuk tujuan pengembangan ternak dilakukan

melalui kegiatan seleksi. Seleksi merupakan kegiatan memilih ternak-ternak yang

mempunyai produktivitas tinggi, seperti pertumbuhan yang cepat sehingga menghasilkan

berat badan yang tinggi pada umur tertentu dan mampu beranak setiap tahun secara rutin.

Selanjutnya ternak-ternak terpilih tersebut diberi kesempatan untuk berkembangbiak

dalam rangka menghasilkan keturunan yang diharapkan juga mempunyai produktivitas

tinggi. Ternak terseleksi merupakan ternak pengganti tetua, baik induk maupun pejantan.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 71: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

60

Produktivitas ternak meliputi unsur produksi ternak dan reproduksi. Unsur

produksi utama terdiri dari berat badan atau ukuran tubuh, sementara unsur reproduksi

utama terdiri dari angka kelahiran dan angka kematian.

Untuk melakukan seleksi perlu dilakukan tahapan-tahapan kegiatan yakni

identifikasi ternak dan pemilik ternak, pengamatan dan pencacatan, serta analisis data dan

informasi yang dicacat. Identifikasi ternak dapat menggunakan kombinasi antara cara

tradisional sebagai kearifan lokal dengan penggunaan ear tag. Data / informasi yang

dicacat meliputi kondisi dan prestasi sifat-sifat ternak seperti warna tubuh, ukuran-ukuran

tubuh, berat badan pada umur tertentu (berat lahir, berat sapih, berat setahun), tanggal

lahir, silsilah perkawinan, umur induk saat beranak, dan data kesehatan ternak, serta

mutasi ternak. Semua data dicatat pada kartu ternak dan juga disimpan dalam file

elektronik. Mencatat (recording) data yang diperlukan merupakan prasyarat utama yang

harus dilakukan pada kegiatan perbaikan mutu genetik (pemuliaan) ternak, terutama pada

kegiatan seleksi. Seleksi dilakukan berdasarkan informasi dari data ini. Contoh kartu

ternak pada Lampiran 1.

Dengan penerapan seleksi dan penetapan standar mutu akan menghambat proses

seleksi negatif. Proses seleksi dan penetapan standar mutu dilaksanakan dengan menilai

ciri-ciri penotif dan mengelompokkan bibit sesuai dengan ukuran tubuh atau berat badan

masing-masing spesies ternak (Gambar 17).

Rata-rata + 1 stdev- 1 stdev

Grade AGrade C Grade BStok komersial

Gambar 17. Penetapan Standar Mutu Calon Bibit Ternak Potong

Standar mutu di atas diharapkan akan berkembang seiring dengan peningkatan

performans calon bibit, sehingga standar mutu bisa meningkat dalam kurun waktu tertentu,

apabila telah terjadi peningkatan ukuran tubuh (tinggi gumba, lingkar dada dan panjang

badan) calon bibit.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 72: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

61

Target jangka panjang yang ingin dicapai adalah meningkatnya mutu calon bibit

sesuai dengan potensi genetik ternak. Hal ini diharapkan akan terjadi melalui proses

seleksi yang berkelanjutan sehingga akan terjadi pergeseran nilai rata-rata ukuran tubuh

seperti diilustrasikan secara hipotetis pada Gambar 18.

Kondisi saat ini Setelah seleksi

Gambar 18. Potensi Peningkatan Mutu Bibit Ternak Potong Melalui Perbaikan Manajemen dan Seleksi Berkelanjutan.

4.1.9. Menekan Angka Kematian

Tingginya angka kematian, terutama pedet hingga mencapai lebih dari 30%, jelas

berdampak terhadap perkembangan populasi dan keuntungan peternak karena pedet

merupakan aset produksi yang berfungsi sebagai sumber pendapatan dan atau pengganti

tetua. Oleh karena itu, harus diupayakan untuk menekannya sampai seminimal mungkin.

Direncanakan, dalam jangka 5 (lima) tahun kematian pedet menjadi dibawah 10%. Untuk

itu akan dilakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Perbaikan sanitasi kandang dan lingkungan

Kandang adalah tempat tinggal ternak, baik bersifat sementara atau menetap.

Kondisi kandang dan lingkungannya, dapat mempangaruhi kondisi ternak, yakni

terhadap kesehatan ternak, terutama pedet, yang jika tidak mendapat perhatian

yang baik atau serius dapat mengakibatkan kematian. Sanitasi kandang termasuk

lingungan sekitar kandang harus dilakukan secara rutin, caranya antara lain dengan

membersihkan kandang dan lingkungannya secara rutin, serta melakukan

penyemprotan desinfektan secara periodik. Selain itu, diperlukan sistim drainase

sedemikian rupa sehingga kandang, terutama pada musim hujan relatif tidak becek,

dan / atau pemanfaatan kotoran ternak untuk kesuburan lahan (pembuatan pupuk,

kompos) atau diolah sebagai sumber energi (gasbio).

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 73: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

62

Kegiatan sanitasi ini membutuhkan komitmen yang kuat dari semua anggota

kelompok peternak, sementara pemerintah sebagai fasilitator.

b. Mengandangkan pedet selama induk digembalakan (model NTT)

Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak, diketahui kematian pedet terbanyak

terjadi saat pedet berumur antara 4 – 5 bulan yang disebabkan oleh kekurangan

pakan. Kekurangan pakan bagi si induk menyebabkan produksi susu terbatas yang

selanjutnya berakibat terhadap daya tahan si pedet. Agar pedet relatif terbatas

mengikuti induk mengembara mencari pakan, maka direncanakan melakukan

pengandangan pedet saat pedet berumur 4 (empat) bulan yang sekaligus dapat

dijadikan sebagai tahap awal umur penyapihan.

4.1.10. Mempercepat Pertambahan Berat Badan

Peningkatan pertambahan berat badan ternak penggemukan sangat dipengaruhi

oleh kondisi nutrisi induk ternak tersebut mulai dalam kandungan (sepertiga kebuntingan

terakhir) dan saat menyusui serta jenis pakan yang diberikan setelah pedet disapih.

Secara genetik sapi Bali mampu tumbuh dengan kecepatan 0.8 kg per hari dengan

ransum yang seimbang. Dengan pakan legum pohon pertambahan berat badan per hari

dapat mencapai 0.3 kg per hari mulai lepas sapih sampai menjadi bakalan dan 0.4-0.5

kg/hari pada fase penggemukan. Dengan kecepatan pertumbuhan tersebut, seekor sapi

jantan dengan berat lahir 14-16 kg dan berat sapih 70-80 kg (umur 6 bulan) mestinya dapat

mencapai berat potong (250 - 300 kg) pada umur 24 bulan.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 74: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

63

Waktu pengamatan (bulan)

0 1 2 3 4 5 6

Per

tam

baha

n b

erat

bad

an k

um

ula

tif

(kg)

0

10

20

30

40

50

60

70

Lokasi demonstrasi: 0.4 kg/hari

Lokasi kontrol 0.2 kg/hari

Suplementasi dg daun turi 30% dari total ransum, ADG meningkat 2 kali lipat

Pert

am

bah

an

BB

ku

mu

latif(

kg

)

Bulan

Gambar 19. Suplementasi Daun Turi untuk Meningkatkan Pertambahan Berat Badan Pedet Lepas Sapih di Lombok Tengah (atas) dan Penggemukan dengan

Daun Lamtoro di Rhee (bawah).

Untuk mencapai hal ini maka hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

a. Perbaiki nutrisi induk 2 bulan sebelum beranak dan selama menyusuio

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 75: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

64

b. Berikan pakan berkualitas baik (rumput muda dan legum pohon) pada pedet yang

baru lepas sapih

c. Berikan legum pohon (dan sumber energi seperti dedak atau ubi kayu kalau

harganya murah) pada ternak selama penggemukan

4.1.11. Meningkatkan Derajat Kesehatan Ternak

Salah satu program yang harus dilaksanakan sesuai kebijakan dan strategi

pengembangan peternakan terpadu Lar Limung adalah meningkatkan derajat kesehatan

ternak yang dipelihara. Kondisi yang ingin diciptakan dan menjadi target program ini

adalah terbebasnya kawasan Lar Limung dari parasit dan penyakit menular strategis.

Untuk mewujudkan target dimaksud ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam

pengelolaan kawasan Lar Limung sebagai kawasan pengembangan peternakan terpadu,

meliputi :

a. Penyediaan satu Unit Pelaksana Teknis berupa Pos Pelayanan Kesehatan Hewan,

yang dilengkapi dengan tenaga Dokter hewan dan paramedis serta peralatan

pendukung yang memadai. Tugas dokter hewan dan paramedis ini, selain

memberikan pelayanan kesehatan dalam perawatan ternak, juga memantau dan

melaporkan perkembangan derajat kesehatan ternak yang dipelihara di kawasan

Lar Limung

b. Melaksanakan vaksinasi secara berkala terhadap induk maupun pedet yang ada,

sesuai kebutuhan dan standar teknis yang baku. Langkah vaksinasi ini

dimaksudkan sebagai upaya pencegahan menularnya penyakit tertentu, terutama

yang sering muncul di kawasan Lar Limung seperti penyakit SE (Septichaemia

Epizootica) dan Anthrax (sesuai data pada Tabel 10).

c. Pengisolasian terhadap sapi yang sakit dan sekaligus pengobatannya (sakit SE

dengan pemberian antibiotika I.V / I.M , dosis 10 mg / kg BB)

d. Penanganan ternak mati (karena sakit) sesuai petunjuk teknis dan tindakan standar

yang ditentukan.

e. Melakukan upaya perbaikan sanitasi kandang komunal, seperti mencegah adanya

genangan air atau kandang becek, menghindari adanya tumpukan / timbunan faeces

didalam kandang, melakukan penyemprotan dengan insektisida terhadap

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 76: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

65

serangga yang tergolong penghisap darah, secara rutin membersihkan kandang dan

mendesinfektan semua peralatan yang digunakan.

f. Penyediaan tempat pakan dan minum sedemikian rupa agar tidak mudah tercemar

dengan kotoran yang ada disekitarnya. Bentuk dan ukuran tempat pakan dan

tempat minum, disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi yang ada dan tidak

berpotensi beresiko terutama bagi pedet.

g. Pemberian antibiotik dan feed suplemen / vitamin, sesuai kebutuhan dan ketentuan

4.1.12. Perbaikan Sanitasi Kandang Komunal

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan sebagai upaya perbaikan sanitasi kandang

adalah :

a. Pembuatan sistem drainase disekitar kandang komunal untuk mencegah adanya

genangan air yang berlebihan yang mengakibatkan kandang menjadi becek.

b. Pengerasan lantai disebagian luasan kandang agar ternak dapat beristirahat lebih

nyaman dan bersih.

c. Pembuatan tempat penampungan dan pengolahan limbah ternak sehingga tidak

mencemari lingkungan sekitar kandang dan sekaligus memudahkan pegolahannya

sebagai sumber tambahan pendapatan peternak atau untuk perbaikan mutu tanah.

4.1.13. Pengadaan Fasilitas Penanganan Ternak

Fasilitas ini diperlukan agar kegiatan vaksinasi, pengobatan ternak sakit, pemberian

identitas, pengukuran dan mungkin penimbagan ternak dan macam-macam penanganan

ternak lainnya dapat dilakukan secara lebih mudah dan teliti. Yang diperlukan antara lain

adalah suatu areal lahan yang dirancang sedemikian rupa yang dikenal dengan holding

ground yang dilengkapi dengan fasilitas kandang jepit, jika mungkin juga dilengkapi

dengan timbangan ternak portable. Direncanakan luas areal yang diperlukan sekitar 3 are.

Oleh karena setiap kelompok direncanakan memiliki kandang komunal, maka kandang

komunal sekaligus difungsikan sebagai holding ground. Manfaat yang diperoleh dengan

memfungsikan kandang komunal sebagai areal penanganan ternak adalah penghematan

lahan dan kenyamanan ternak karena telah familier dengan lokasi dan kondisi kandang.

Sketsa sederhana fasilitas penanganan ternak seperti pada Gambar 20. Bentuk dan luas

dapat disesuikan dengan kondisi areal / kandang komunal masing-masing kelompok.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 77: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

66

A

BC

D

Gambar 20. Sketsa Kandang Komunal sekaligus dengan Fasilitas Penangan

Ternak

A = Pintu masuk, lebar 2-3 m yang dapat buka-tutup B = Tempat kumpul ternak, luas sekitar 300 m2 C= Lorong yang menyempit, ukuran 1,5 x 6 m untuk 2-3 ekor ternak dewasa D= Kandang jepit ukuran 0.8 x 2 m

4.1.14. Peningkatan Sarana dan Prasarana Pendukung

Sarana dan prasarana pendukung dalam rangka lebih memperlancar

pengembangan kawasan Lar Limung yang perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya

antara lain adalah:

a. Perbaikan jalan raya. Kemudahan dan kelancaran hubungan transportasi antara

pusat / ibukota Kabupaten Sumbawa dengan kawasan Lar Limung , merupakan

salah satu kebutuhan utama yang sangat menunjang keberhasilan pengembangan

peternakan terpadu di Lar Limung. Perbaikan jalan raya menuju kawasan Lar

Limung diharapkan menjadi prioritas awal sebelum kegiatan-kegiatan lainnya.

b. Perbaikan jalan lingkungan dan jalan usahatani disekitar dan / didalam kawasan

Lar Limung, sudah tentu akan sangat menaikkan semangat produksi para peternak

dan masyarakat sekitar kawasan, sekaligus dapat meningkatkan efisiensi dalam

beragribisnis. Penataan yang rapi dan indah dari jalan lingkungan dan jalan usaha

tani ini, dalam jangka panjang akan menjadi pendukung awal dari terwujudnya

agrowisata yang diharapkan.

c. Balai pertemuan yang merupakan bangunan sederhana disetiap kelompok, menjadi

sangat penting keberadaannya, sebagai media pusat informasi dan tempat

komunikasi diantara peternak dan untuk kemudahan pembinaan kelompok secara

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 78: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

67

rutin dari berbagai instansi terkait. Perawatan, termasuk perbaikannya kedepan

menjadi tanggungjawab peternak.

d. Pengadaan fasilitas listrik bagi masyarakat Dusun Limung (Desa Pungkit) dan

Dusun Prajak (Desa Batubangka). Ini sangat penting untuk menggerakkan potensi

bisnis sebagai usaha alternatif yang dapat menambah pendapatan masyarakat

setempat, sekaligus akan lebih mengamankan keberhasilan program pengembangan

peternakannya.

4.1.15. Penataan Lingkungan

4.1.15.1. Penanaman pohon pelindung sepanjang jalan lingkungan dan jalan usaha

tani

Penentuan jenis tanaman / pohon dan penataan posisi / jarak tanam, paling tidak

memperhatikan tiga hal yaitu jenis tanaman tahan panas, dapat sebagai pakan ternak dan

memberikan rasa indah serta dapat memberi nilai tambah masyarakat. Dari hasil

identifikasi lapangan, jenis pohon yang tetap hijau pada musim kemarau di kawasan Lar

Limung adalah pohon ”imba”, ”bantenan’”, asam, mangga, dll. Pohon pelindung juga bisa

berupa tanaman keras yang memiliki nilai ekonomi tinggi (sebagai bahan bangunan)

seperti pohon jati.

4.1.15.2. Penanaman pohon naungan untuk ternak

Penanaman pohon naungan ini sangat diperlukan untuk menciptakan temperatur

yang lebih ideal bagi ternak sepanjang waktu, terutama disekitar kandang komunal pada

musim kemarau. Adapun jenis pohon yang ditanam, serupa dengan jenis-jenis pohon yang

menjadi pilihan sesuai uraian sebelumnya.

4.1.16. Peningkatan Keamanan Ternak

Rasa aman dalam melakukan suatu kegiatan sangat mendukung dalam

pengembangan dari usaha tersebut. Pada bidang peternakan, rasa aman terhadap usahanya

antara lain adalah tidak hilangnya ternak yang dimiliki oleh peternak. Untuk itu,

diperlukan upaya agar keamanan ternak dapat meningkat. Upaya-upaya yang dapat

dilakukan adalah :

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 79: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

68

a. Pembuatan pos jaga atau pembuatan portal pada tempat-tempat ternak keluar-

masuk wilayah kawasan peternakan. Bila memungkinkan, portal dibuat pada setiap

kandang komunal

b. Pemagaran keliling kawasan dengan pagar hidup. Pagar hidup sebaiknya yang

dapat sebagai sumber pakan seperti pohon lamtoro, gamal, turi.

c. Pengadaan kuda kontrol. Kuda juga merupakan jenis ternak yang dipelihara oleh

peternak di kawasan Lar Limung walaupun dalam jumlah terbatas baik dari

pemelihara dan jumlah yang dipelihara. Kuda juga merupakan alat transportasi

yang telah familier bagi masyarakat, oleh karena itu kuda dijadikan sebagai sarana

pembantu peternak untuk mengontrol keberadaan ternak pada saat ternak tidak

berada di kandang

4.1.17. Pelaksanaan Penelitian dan Pengkajian Lahan, Air, Tanaman, dan

Ternak

Penelitian dan pengkajian merupakan suatu kegiatan yang sangat berguna dalam

menemukan dan menguji suatu ilmu dan atau teknologi yang akan digunakan untuk tujuan

peningkatan produktivitas secara efisien dan efektif. Terkait dengan kondisi kawasan Lar

Limung seperti yang telah diuraikan pada BAB II, maka bidang-bidang penelitian dan

pengkajian yang perlu dilakukan adalah:

a. Penelitian dan pengkajian peningkatan kesuburan lahan

b. Penelitian dan pengkajian peningkatan suplai air dan mutu air

c. Penelitian dan pengkajian peningkatan produktivitas ternak dan mutu ternak

d. Penelitian dan pengkajian peningkatan produktivitas tanaman pangan

Penelitian dan pengkajian dilakukan dengan melibatkan peternak dan pihak lain yang terkait (bersifat partisipatif)

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 80: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

69

4.2.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 81: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

70

Outcome Program Kegiatan Target

/Sasaran

Pihak yg

Terlibat

Tahun pelaksanaan

2013 2014 2015 2016 2017

1.

Kelembagaan

peternak

berfungsi secara

efektif

1.1.

Peningkatan

kapasitas

peternak

1.1.1

.

Pelatihan teknis

secara

menyeluruh

(manajemen

pemeliharaan,

pakan,

reproduksi dan

keswan)

minimal 1 kali per

topic

Disnak,

BP4K,

Diskoperinda

g

X X X X X

1.1.2

.

Kunjungan

peternak ke

kelompok/

peternak yang

lebih maju

2 orang per

kelompok X

1.1.3

.

Pelatihan

penyusunan

program,

penetapan

aturan main

(awig-awig),

manajemen

kelompok dan

kewirausahaan

X X X X X

1.1.4

.

Pelatihan

pengolahan hasil

ternak, limbah

ternak,

kewirausahaan

dan pemasaran

1 kali per

kelompok X X X X X

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 82: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

71

2.

Air bersih untuk

keperluan air

minum ternak

tercukupi

2.1.

Pengembang

an Sistem

penyediaan

air Bersih

2.1.1

.

Pembuatan

Reservoir (tower)

1 unit reservoir

/sumber air bersih

(vol sekitar 20 m3)

Disnak,

Bappeda, PU X X X X X

2.1.2

.

Pembuatan

saluran/pipa

distribusi air

Air bersih

terdistribusi ke

minimal 6 lokasi

didalam lar

Limung

Disnak,

Bappeda, PU X X

2.1.3

.

Memperbanyak

sumur dangkal

sumur dangkal air

tawar tersedia di

setiap kelompok

Bappeda, PU X X X X X

2.1.4

.

Pembuatan

tempat minum

ternak

Tersedia tempat

air minum ternak

di semua

kelompok (ukuran

10x1x0.5m)

Disnak,

Bappeda, PU X

2.2 Peningkatan

kualitas air

2.2.1

.

Pengurangan

kadar garam air

air payau dari

sumur pompa

dalam, layak

digunakan untuk

air minum ternak

dan keperluan

rumah tangga

Disnak, PU,

BPMLH,

PDAM

X X X X X

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 83: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

72

2.2.2

.

Pengurangan

kadar garam air

disesuaikan

dengan topografi Disnak, PU X X

2.3

Penyediaan

sumber air

dan sarana

2.3.1

.

Memperbanyak

jebakan air hujan

disetiap Sudut

lahan

Disnak,

Dishutbun,

Dinas

pertanian

X X

2.3.2

.

Penanaman

pohon pisang

atau tanaman

lain yang

mengandung

banyak air

Tersedia sumber

air yang layak

untuk ternak di

kawasan LAR

Disnak, PU X

2.4

Penyediaan

sumber air

dan sarana

2.3.3

.

Menyusun DED

penyediaan

sarana air mium

ternak

1 DED prasarana

air resapan Disnak, PU X

3

Pakan tercukupi

sepanjang tahun

baik dalam

Kuantitas maupun

kualitas

3.1

Sistim

produksi

pakan

berbasis

legum pohon

3.1.1

.

Pembuatan

model integrasi

legum pohon dan

rumput dengan

sistim potong

angkut

Tersedia satu

percontohan

(minimal 1

Ha/tahun) di

setiap kelompok

Disnak, Dinas

Pertanian,

Kehutanan

X X X X X

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 84: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

73

3.1.2

.

Pembuatan

model integrasi

legum pohon dan

rumput dengan

sistim

penggembalaan

terbatas

Tersedia satu

percontohan

(minimal 1

Ha/tahun) di

setiap kelompok

Disnak X X X X X

3.2

Konservasi

kelebihan

pakan musim

hujan dan

pemanfaatan

limbah

pertanian

3.2.1

.

Pembuatan hay

rumput dan

legum pohon dan

pengawetan

limbah pertanian

1 unit

percontohan

tempat

penyimpanan

pakan sederhana

(volume 150m3,

bahan kayu, atap

seng, model

terbuka) tersedia

di tiap kelompok

Disnak X X X X X

3.2.2

.

Pembuatan bal

hay rumput dan

jerami

1 unit alat pres

dan pemotong

hay tersedia di

setiap kelompok

Disnak X X X X X

4. Produktivitas

ternak meningkat 4.1

Meningkatka

n angka

kelahiran

4.1.1

.

Pengaturan

waktu kawin

dengan pejantan

terseleksi

angka kelahiran

minimal 80% Disnak, BP4K X X X X X

4.1.2

.

Melakukan

penyapihan

pedet umur 6

bulan

Disnak, BP4K X X X X X

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 85: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

74

4.1.3

.

Perbaikan pakan

induk saat

bunting tua dan

menyusui

Disnak, BP4K X X X X X

4.1.4

.

Penyiapan

pengganti

(replacement)

induk dan

pejantan

Disnak, BP4K X X X X X

4.2.

Menekan

angka

kematian

4.2.1

.

Perbaikan

sanitasi kandang

dan lingkungan

angka kematian

<10%

Disnak,

Bapeluh X X X X X

4.2.2

.

Mengandangkan

pedet selama

induk

digembalakan

Disnak, BP4K X X X X X

4.3.

Mempercepa

t

pertambaha

n berat

badan

4.3.1

.

Perbaikan pakan

pedet lepas sapih

dan sapi

penggemukan

pbb >0.4 kg / hari Disnak, BP4K X X X X X

4.4.

Meningkatka

n derajat

kesehatan

ternak

4.4.1

.

Vaksinasi secara

berkala

Bebas parasit dan

penyakit menular

strategis

Disnak X X X X X

4.4.2

.

Penyediaan 1 pos

pelayanan

kesehatan hewan

(P3KH)

Disnak X X

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 86: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

75

4.4.3

.

Perbaikan

sanitasi kandang

komunal/modern

Disnak X X X X X

4.5.

Peningkatan

Mutu Ternak 4.5.1

Pembuatan kartu

ternak,

pengadaan alat

ukur / timbang

dan identifikasi

ternak

Tersedia kartu

ternak sesuai

jumlah ternak

Disnak X X X X X

4.5.2

Melakukan

pengamatan,

pengukuran /

penimbangan

ternak,

identifikasi

ternak dan

peternak secara

berkala

Semua peternak

dan ternak

teridentifikasi

serta semua

ternak tersedia

datanya secara

baik dan benar

Disnak X X X X X

4.5.3

Melakukan

seleksi ternak

berdasarkan hasil

analisis data yang

tersedia

Diperoleh ternak

bermutu lebih

tinggi disbanding

rata-rata

kelompoknya

Disnak dan

Perguruan

Tinggi terkait

X X X X

5 Keamanan Ternak

Terjaga 5.1

Penjaga /

Keamanan

Ternak

5.1.1

.

Pembuatan Pos

Jaga/Portal

Keluar masuk

ternak

2 Portal Disnak, PU,

Bappeda X

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 87: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

76

5.1.2

.

Pemagaran

Keliling Kawasan

dengan pagar

hidup

Seluruh batas

kawasan Disnak X X X X X

5.1.3

.

Pengadaan Kuda

Kontrol 1 paket Disnak

X X

6.

Fasilitas

pendukung

pengelolaan

ternak tersedia

dan berfungsi

secara efektif

6.1

Perbaikan

sanitasi

kandang

komunal

6.1.1

.

Pembuatan

drainase,

pengerasan

lantai

1 unit kandang

komunal yang

memenuhi

standar sanitasi

(luas 3 m2 per eor

ternak dewasa)

Disnak, PU X

6.1.2

Pembuatan

tempat

penampungan

dan pengolahan

limbah ternak

1 unit per

kelompok

Disnak,

BPMLH X X

6.2

Pengadaan

fasilitas

penanganan

ternak

6.2.1

.

Pembuatan

holding ground

dan fasilitas

penanganan

ternak (untuk

tujuan vaksinasi,

penanganan dan

pengobatan)

1 kandang

handling ternak

(300 m2) yang

terhubung dengan

kandang jepit

Disnak X

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 88: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

77

7

Tersedianya

sarana dan

prasarana untuk

mendukung

Limung sebagai

kawasan

agrowisata

7.1

Peningkatan

sarana dan

prasarana

pendukung

7.1.1

.

Perbaikan jalan

raya menuju

kawasan Lar

Limung

sesuaikan dg

perencanaan PU Disnak, PU X X X X X

7.1.2

.

Perbaikan jalan

lingkungan dan

jalan usahatani

Disnak, PU X X X X X

7.2.3

.

Pembuatan balai

pertemuan

sederhana pada

setiap kelompok

Bentuk dan

ukuran

disesuaikan

dengan jumlah

anggota

Disnak, PU

X

7.2 Penataan

lingkungan

7.2.1

.

Penanaman

pohon pelindung

sepanjang jalan

lingkungan dan

jalan usaha tani

Disnak, PU X

7.2.2

.

Penaman pohon

naungan untuk

ternak

Disnak, PU X

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 89: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

78

7.2.3

.

Menyusun DED

jalan lingungan

kawasan Lar

Limung

Disnak, PU X

7.2.4

.

Pembuatan

tempat jebakan

air

Disnak, PU X X

7.3

Peningkatan

Jaringan

Listrik di

kawasan

7.3.1

.

Penambahan

jaringan Listrik

Terpenuhinya

listrik untuk

mendukung

berfungsinya

sarana dan

prasarana lar

limung

Disnak, PLN X X X X X

8

Tersedianya

informasi ilmu dan

tekonologi tepat

guna serta hasil-

hasil penelitian

yang siap pakai

8.1.

Penelitian

dan

pengkajian

lahan, air ,

tanaman dan

ternak

8.1.1

Penelitian dan

pengkajian

peningkatan

kesuburan tanah

1 paket per tahun

Disnak,

BKPPD,

Lembaga

Riset lain

X X X X X

8.1.2

.

Penelitian dan

pengkajian

peningkatan

suplai dan mutu

air

2 paket per tahun

Disnak,

BKPPD,

Lembaga

Riset lain

X X X X X

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 90: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

79

8.1.2

Penelitian dan

pengkajian

peningkatan

produktivitas

ternak dan mutu

produk ternak

3 paket per tahun

Disnak,

BKPPD,

Lembaga

Riset lain

X X X X X

8.1.2

.

Penelitian dan

pengkajian

peningkatan

produktivitas

tanaman pangan

4 paket per tahun

Disnak,

BKPPD,

Lembaga

Riset lain

X X X X X

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 91: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

80

BAB V MONITORING DAN EVALUASI PENGEMBANGAN PETERNAKAN TERPADU

Monitoring dan evaluasi (MONEV) merupakan suatu aktifitas untuk melihat

perkembangan dan menilai keberhasilan suatu perencanaan. Monev terhadap

operasionalisasi Master Plan Pengembangan Peternakan Terpadu Kawasan Lar Limung

ini sangat diperlukan, karena hasil monev memiliki arti penting dalam hal :

a. Menjamin peningkatan kinerja program dari sisi Input (apa, berapa,

mengapa, kapan), Proses (bagaimana input digunakan dan bagaimana

output dihasilkan), serta Output (apa, berapa, mengapa, kapan).

b. Merangsang peningkatan dampak program, karena monev bisa

mengendalikan program sesuai dengan tujuan.

c. Merupakan proses pembelajaran sekaligus pemberdayaan, termasuk

memperkuat organisasi dan inisiatif semua stakeholder secara mandiri;

d. Mendorong reformasi kelembagaan dalam Pengembangan Peternakan Terpadu

Kawasan Lar Limung sebagai sebuah rekayasa sosio kultural secara partisipatif dan

disesuaikan dengan perkembangan kemajuan tatanan pelayanan pemerintahan

yang baik (good governance)

e. Menjamin keberlangsungan program, baik dari aspek organisasi maupun

keuangan.

f. Dapat dipergunakan sebagai wacana akademis dalam kerangka mengembangkan

sistim peternakan terpadu berbasis ilmu pengetahuan dan kearifan lokal.

Pemantauan sebagai langkah pengamatan terhadap berbagai program dan

kegiatan yang berbeda untuk memastikan bahwa strategi dan langkah yang

ditempuh telah sesuai prosedur. Pemantauan biasanya melekat pada

tahap pelaksanaan program. Artinya monitoring dilakukan pada saat program

berjalan dan memiliki jangkauan jangka pendek. Evaluasi lazimnya difahami

sebagai aktifitas tahap akhir suatu program untuk menilai apakah program tersebut

berhasil atau gagal.

Secara umum, monitoring dan evaluasi akan menjawab 3 (tiga) pertanyaan pokok

sebagai berikut : Pertama, Apakah telah dilakukan kegiatan/program seperti yang

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 92: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

81

direncanakan ?; Kedua, Apakah berhasil? Mengapa ada program dan kegiatan yang

berhasil dan ada yang tidak berhasil ?; dan Ketiga, apakah akan mengulanginya atau

melakukan kegiatan/ program yang berbeda?.

Sementara, prinsip-prinsip pokok yang menjadi pegangan kegiatan monitoring

dan evaluasi ini meliputi : Obyektif dan Profesional; Partisipatif; Tepat waktu;

Transparan; Akuntabel; Berkesinambungan; dan Berbasis kinerja.

Mekanisme pelaksanaan monev Pengembangan Peternakan Terpadu Kawasan

Lar Limung ini sesungguhnya merupakan sebuah proses pembelajaran bagi para pihak

terkait dengan pentingnya pemahaman bahwa optimalisasi fungsi Lar merupakan sebuah

gerakan sosial dan moral yang mengedepankan pendekatan ‘lokalitas’ dalam setiap

elemen kegiatannya. Karena itu, mekanisme monev yang dikembangkan bersifat terbuka

bagi keterlibatan seluruh pihak yang berkepentingan (pemerintah, dunia usaha dan

masyarakat) baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan

kebijakan/program Pengembangan Peternakan Terpadu Kawasan Lar Limung ini.

Mekanisme monitoring dan evaluasi pelaksanaan Pengembangan Peternakan

Terpadu Kawasan Lar Limung ini terdiri dari 4 (empat) komponen utama, yaitu :

a. Pengumpulan Data. Pengumpulan data merupakan suatu proses awal dalam

kegiatan monev. Berkaitan dengan pengumpulan data, ada dua langkah

kegiatan yang perlu dilakukan yakni : penetapan indikator yang akan diukur;

dan menentukan model atau mengembangkan instrument; dan pengumpulan data

itu sendiri baik bersumber dari lapangan (primer) maupun sumber lainnya

(sekunder)

b. Analisis Data dan Pelaporan. Analisis data dan pelaporan dalam kerangka

monitoring dan evaluasi ini sesungguhnya merupakan tahapan untuk

menggambarkan status keberhasilan pelaksanaan Pengembangan Peternakan

Terpadu Kawasan Lar Limung. Selain itu, memuat juga analisa terhadap dampak

dan permasalahan yang timbul untuk dicarikan solusi yang terbaik bagi

semua stakeholders.

c. Perencanaan dan pengambilan keputusan. Dari hasil analisis data dan

laporan yang dibuat, maka langkah berikutnya adalah penetapan rencana

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 93: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

82

tindak lanjut dan pengambilan keputusan strategis terkait perbaikan aktifitas

program ke depan;

d. Implementasi. Langkah terakhir dari monev Pengembangan Peternakan

Terpadu Kawasan Lar Limung ini adalah implementasi dari rancangan program

yang telah diputuskan dari rangkaian tahapan kegiatan di atas.

Agar pelaksanaan di lapangan dari program dan kegiatan yang telah disusun dalam

master plan sesuai rencana, diperlukan adanya monitoring dan pengawasan serta evaluasi

sebagai berikut:

a. Oleh karena pelaksanaan dari semua program dan kegiatan dalam master plan ini

dilakukan oleh pihak (SKPD) terkait dan dibawah koordinasi Dinas Peternakan

Kabupaten Sumbawa, maka monitoring dan pengawasan selayaknya dilakukan

juga oleh pejabat yang berasal dari pihak (SKPD) terkait dibawah koordinasi Dinas

Peternakan Kabupaten Sumbawa.

b. Kegiatan monitoring dan pengawasan dilakukan secara berkala sesuai aturan yang

berlaku.

c. Evaluasi terhadap pelaksanaan program dan kegiatan dari Master Plan Kawasan

Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung serta hasilnya dilakukan oleh

pihak / lembaga independent seperti Perguruan Tinggi dan LSM. Evaluasi

dilakukan setidak-tidaknya dua kali setiap tahun, yakni pada saat pertengahan dan

akhir dari pelaksanaan program dan kegiatan.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 94: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

83

BAB VI PENUTUP

Master Plan Pengembangan Peternakan Terpadu Lar Limung ini telah

mengetengahkan kerangka pemikiran bagaimana mengembangan peternakan terpadu di

kawasan Lar Limung, yang dilengkapi dengan matrik outcome, program dan kegiatan yang

harus dilaksanakan secara bertahap, terpadu dan berkelanjutan.

Perumusan isu strategis, kebijakan, program dan kegiatan didasarkan pada hasil analisis

secara komprehensif berbagai kondisi dan situasi kawasan baik dari segi potensi dan

permasalahan sumber daya alam, sumber daya manusia dan kelembagaan. Disamping itu

juga dianalisis secara terpadu berbagai dokumen perencanaan yang ada seperti RPJP,

RTRW, RPJMD, Renstra Dinas dan SK Bupati tentang Penetapan Kawasan Lar Limung

serta masukan dari berbagai pihak dalam proses diskusi yang telah dilakukan selama ini.

Dengan kata lain, master plan merupakan pedoman dan instrumen untuk pengembangan

peternakan terpadu di kawasan Lar Limung.

Tantangan selanjutnya adalah bagaimana master plan ini dapat dilaksanakan

secara konsisten oleh berbagai pihak yang terkait sesuai dengan strategi, cara dan tahapan

yang telah dirumuskan. Dengan demikian diharapkan dapat mewujudkan tujuan utamanya

yakni meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan. Apabila hal tersebut dapat

dicapai, maka pengembangan Lar Limung dapat dijadikan model pengembangan agro-

bisnis dan agrowisata yang dapat diadaptasi dan direplikasi pada berbagai kawasan Lar

lain yang ada di wilayah Kabupaten Sumbawa.

Untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut di atas, diperlukan pemerintahan yang

fasilitatif (facilitattive government) yang berlandaskan prinsip-prinsip demokrasi dan good

governance, serta penghargaan yang tinggi terhadap keberagaman, dan kearifan lokal yang

ada. Oleh sebab itu, dalam melaksanakan program dan kegiatan yang ada diperlukan

dialog-dialog diantara stakeholder maupun konsultasi publik yang formal pada semua

tingkatan pemerintahan. Kelompok-kelompok masyarakat yang selama ini merasa kurang

dilibatkan perlu didengarkan secara sungguh-sungguh dan diberdayakan untuk berperan

serta aktif dalam proses pengambilan keputusan. Dengan proses yang demikian, besar

harapan akan tercipta kebijakan yang koheren serta program yang bersinergi antara

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 95: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

84

berbagai SKPD, daerah dan pusat, serta antara inisiatif pemerintah dan kebutuhan swasta

serta masyarakat.

Disamping itu, para pihak yang berwenang dan memiliki

kompetensi/sumber daya sepatutnya mengambil inisiatif dan tanggungjawab untuk

meningkatkan kapasitas (capacity building) bagi masyarakat di kawasan Lar Limung,

khususnya dalam perencanaan dan pemantauan (monitoring) serta program dan kegiatan

yang telah disepakati. Partisipasi stakeholder dalam dialog, proses perencanaan dan

pemantauan tersebut merupakan bagian dari pembelajaran dan pemberdayaan yang pada

gilirannya akan memperbaiki kualitas kebijakan, kualitas program serta kualitas hasil-hasil

pada masa yang akan datang.

Selain itu, peningkatan kapasitas masyarakat peternak melalui pendampingan

dan pelatihan secara terpadu dan berkelanjutan dari berbagi pihak yang terkait dipandang

sangat penting. Juga adanya monitoring dan evaluasi secara partisifatif oleh masyarakat

dengan melibatkan berbagai lembaga perguruan tinggi, penyuluh, dinas akan dapat

menjadi proses pembelajaran yang pada ujungnya memberi feedback baik bagi masyarakat

maupun aparat pelaksana. Terakhir, tidak kalah pentingnya adalah perlu adanya penelitian

lapangan yang aplikatif dan partisifatif selama proses pelaksanaan program dan kegiatan

sehingga dapat membantu mempercepat tercapainya tujuan dari program tersebut.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 96: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

85

DAFTAR PUSTAKA

Arman, C., I P. Sudrana, I W. Karda, I.B. Dania, H. Poerwoto, L. Wirapribadi, L. Zainuri,

dan M. Ashari, 2006. Profil Produksi, Reproduksi, dan Produktivitas Ternak Sapi

Bali Di Nusa Tenggara Barat. Dinas Peternakan Provinsi NTB dan Fakultas

Peternakan Unram. Laporan Akhir.

Dinas Peternakan NTB, 2010. Laporan Tahunan 2010

Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa, 2011. Draft Laporan Tahunan 2011

Kabupaten Sumbawa Dalam Angka, 2010. BPS Kabupaten Sumbawa.

Kecamatan Moyo Utara Dalam Angka, 2006, 2007/2008, 2009, dan 2010. BPS Kabupaten

Sumbawa.

Kecamatan Moyo Hilir Dalam Angka, 2006, 2007/2008, 2009, dan 2010. BPS Kabupaten

Sumbawa.

KUPT Moyo Hilir, 2010. Catatan Data Ternak

SK Bupati Sumbawa No. 650/2009. Penetapan Kawasan Lar Limung di Dusun Limung

Desa Pungkit Kecamatan Moyo Utara sebagai Tempat Pengembalaan Ternak.

Sudrana, I P., I.B. Dania, M. Muhzi, dan Lutojo, 1998. Sifat-Sifat Produksi dan

Reproduksi Sapi Bali. J. Penelitian Unram, Vol. 1., No.14 (Juni), Edisi A: IPA

dan Teknologi.

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor

Page 97: DINAS PETERNAKAN KABUPATEN SUMBAWA Desember 2011largeruminant.org/wp-content/uploads/2015/08/01-10.-Master-Plan... · MASTER PLAN DAN ACTION PLAN PENGEMBANGAN KAWASAN PETERNAKAN TERPADU

86

Lampiran : 1. Contoh Kartu Ternak

KARTU TERNAK

IDENTITAS: SILSILAH:

Peternak: Pejantan:

N a m a No. Telinga

Alamat Warna Tubuh

Kelompok Induk:

Ternak: No. Telinga

No. Telinga Warna Tubuh

Kode Cap Bakar MUTASI

Jenis Kelamin N a m a

Tgl. Lahir Alamat

Berat Lahir (kg) Tanggal

Umur Induk (th)

PERTUMBUHAN I II III IV V

Berat Badan (kg)

Tinggi Pundak (cm)

Panjang Badan (cm)

Lingkar Dada (cm)

Tgl. Ukur&Timbang

KESEHATAN: I II III IV V

Jenis Vaksinasi

Tanggal

Keterangan Lainnya: Petugas:

__________________________________

__________________________________

PDF compression, OCR, web optimization using a watermarked evaluation copy of CVISION PDFCompressor