DIALOG JUM'AT AL-AZHAR, 24 April 2009

1
8/9/2019 DIALOG JUM'AT AL-AZHAR, 24 April 2009 http://slidepdf.com/reader/full/dialog-jumat-al-azhar-24-april-2009 1/1 DIALOG JUMAT 7 JUMAT, 24 April 2009 DONATUR yang dimuliakan Allah, selain menempatkan Ustadz Qaimuddin Sarabiti di Kecamatan Botomuzoi, Al Azhar Peduli Ummat terus berkiprah mendampingi muslim Nias yang merupakan minoritas di sana. Salah satunya dengan aplikasi program “Benah Rumah Ibadah.” Pasca gempa 2005, puluhan masjid dan mushola terbelasah, ratusan gereja hancur berantakan. Kini, setelah hampir lima tahun musibah berlalu, gereja-gereja sudah kembali berdiri di Tano Niha (Tanah Nias), tetapi hanya beberapa gelintir masjid telah direhabilitasi. Yang memprihatinkan, Masjid Al Furqan di Kecamatan Pasar, Gunungsitoli yang merupakan ibukota Kabupaten Nias masih terbengkalai. Bersama Yayasan Peduli Muslim Nias, Al Azhar Peduli Ummat menyinergikan program dalam wadah Al Azhar Peduli Muslim Nias untuk menggalang dana dan menegakkan kembali Masjid Al Furqan. Rancang bangun yang sudah dibuat tidak hanya mengembalikan kondisi masjid seperti pra gempa, tetapi lebih anggun dan besar sesuai dengan posisi strategis dan potensi jamaah yang demikian besar. Al Furqan kami proyeksikan sebagai landamark Islam di Tano Niha. Ayo ikut berpartisipasi mewujudkannya. Rekening APMN: B an k Mandiri, acc. no: 070 0005 6529 58 a/n. Yayasan Peduli Muslim Nias, dan 126 0007 1111 22 a/n. YPI Al Azhar Donasi (Rp) 300.000 750.000 5.000.000 15.000 500.000 200.000 500.000 200.000 50.000 50.000 100.000 1.000.000 500.000 50.000 1.000.000 100.000 100.000 100.000 100.000 1.000.000 210.000 50.000 400.000 350.000 2.000.000 14.625.000 Donatur Peduli Bencana No.Donatur 1 H am ba Al la h 2 H am ba Al la h 3 H am ba Al la h 4 Daffa 5 H am ba Al la h 6 H am ba Al la h 7 N y. Hj . B ar ka h 8 D wi A tm aw at i 9 Elen 10 Hamba Allah 11 Elva Rina 12 Marwati Sadikin 13 Hj. Nyimas Siti Rosida (Alm) 14 I d a Le s ta r i 15 R on al d A 16 Hamba Allah 17 Lianda Lellarani 18 Hamba Allah 19 Hamba Allah 20 Zubaidah 21 Catur Nugrahini 22 Hamba Allah 23 Y ul im ar 24 H. Bisma A. Mukdan 25 Hamba Allah Jumlah:  A da yang beda pada gerak gerik Wita (19), muallaf dari sebuah kampung di Kecamatan Botomuzoi. Biasanya gadis manis itu selalu tenang, tak banyak cakap, dan rajin mengaji. Belakangan, Wita selalu terlihat gelisah. Ada apa gerangan? Qaimuddin Sarabiti, da’i asal Flores yang telah bertugas menjadi pembimbing warga Botomuzoi yang 14 KK di antaranya telah dengan gagah memproklamasikan diri sebagai muslim, mencoba mencari tahu alasan di balik gelisah santri putrinya.  Ternyata, Wita tengah dilanda asmara. Arjuna yang mencuri hatinya bernama  Albarkat (19 th), tetangga satu kampung dengannya. Hubungan indah dalam batas-batas ta’aruf itu sudah berjalan dua bulan. Segala sesuatunya serasa berbunga- bunga bagi Wita. Tetapi ketika pemuda Albarkat yang santun dan rajin membantu orangtuan- ya berkebun itu menyatakan niat untuk melamar si gadis, persoalan membuncah. “Ia anak yang baik, Ustadz. Saya juga sayang sama dia. Cuma masalahnya Kak Barkat ini penganut Nasrani yang taat.” Gundah gulana di hati Wita disampaikan kepada Ustadz Qaim. Qaimuddin pun mem- berikan arahan tentang hukum- hukum pernikahan Islam, maka ketika Albarkat nekat melamar  Wita, orangtua si gadis dengan bijak menyampaikan penolakan. “Agama kami tidak membolehkan (pernikahan ini).  Tetapi jika Barkat mendapat hidayah Allah dan kembali kepada fitrah sebagai muslim, pintu keluarga kami selalu terbuka lebar,” kata keluarga  Wita.  Albarkat terpukul. Tetapi berganti hari, hatinya tergoda untuk mengenal agama sang kekasih. Ia pun minta diajak ikut mengaji di Mushola An Nur, satu-satunya tempat ibadah muslim di Botomuzoi yang didirikan Al Azhar Peduli Landmark Islam di Tano Niha  Al Azhar Peduli Muslim Nias Ummat tahun lalu. Di An Nur, Qaimuddin selain menjadi Imam sekaligus menjadi Kepala Madrasah yang disebut Sekolah Minggu (pengajian Al Qur’an memang berlangsung rutin saban Ahad). Semakin hari, semakin terbukalah hati Albarkat. Ia menemukan semua jawaban atas berbagai persoalan dalam hidupnya. Pemuda lulusan SMP itu semakin hari semakin menemukan ketenteraman jiwa. Ia pun menyatakan ingin bersyahadat dan kembali mengajukan lamaran kepada keluarga Wita. Berita rencana pernikahan kedua insan segera menyebar luas. Kasak-kusuk, bisik-bisik tentang Musholla An Nur yang dianggap sebagai pusat Islamisasi di Botomuzoi terdengar. Balada cinta Wita dan Barkat pun menjadi santapan hangat laiknya kisah asmara figur publik dalam program infotaintment.  Yang tak terduga, akhir Maret lalu sekitar 200 orang yang Tugas Da’i “Sahabat Mustahik” (program yang dirilis Al Azhar Peduli Ummat sejak tahun lalu) yang ditempatkan di Kecamatan Botomuzoi, Nias, Sumatera Utara, ternyata bukan cuma mengajar baca tulis Al Qur’an. Ketika badai cinta beda agama mengharu biru santri-santri muallaf Botomuzoi, Qaimuddin Sarabiti (37) Ustadz itu, juga harus tampil mengabarkan kebenaran Agama Allah. Kisah Cinta Beda Agama merasa keberatan atas pernikah- an itu, berunjuk rasa ke kantor Kecamatan. Mereka mengang- gap hal itu adalah agenda Islamisasi terselubung dengan cara pernikahan. Tuduhan makin kencang karena Ajran Chaniago, Camat Botomuzoi itu satu-satunya Camat muslim di Pulau Nias. Dia sohib kental pula dengan Ustadz Qaim. Maka fitnah itu bak nyala api diguyur minyak. Di tengah hiruk-pikuk dan rasa curiga yang semakin genting, ternyata justru sikap kedua orangtua Albarkat yang sanggup mendinginkan suasana. Ama Halawa dan istri terang-terangan menyatakan tidak mendukung sikap yang ditunjukan oleh orang-orang yang datang ke Kecamatan. Kata putus itu melegakan semua pihak. Barkat dan Wita pun mengucap ijab qabul pernikahan pada 4 April 2009 di Musholla An Nur. Hari itu, Wita dinikahkan oleh seorang Wali Hakim dengan pemuda pujaan hatinya. Disaksikan kedua orangtua, undangan, dan tokoh-tokoh masyarakat Botomuzoi. Sebelumijab qabul dilafalkan, Albarkat meminta  waktu kepada penghulu untuk menegaskan sekali lagi keIsla- mannya. Dengan lancar dan khidmad, pemuda itu membaca kalimat syahadat. Subhanallah... “Alhamdulillah, semuan- ya berjalan lancar dan fitnah bisa dihindari. Saya pribadi merasa bahagia karena diberkahi beberapa peristiwa penting di mushola kami. Di An Nur, kumandang adzan pertama terdengar di Botomuzoi, di An nur pula saya menjadi saksi shalat jum’at perdana, tarawih perdana, dan kini, janji pernikahan Islam perdana pun dilakukan warga Botomuzoi di musholla An Nur. Saya berdo’a bagi para donatur dan relawan yang telah mendirikan mushola penuh berkah ini dan memakmurkannya,” tutup Qaimuddin dengan pidato singkat. [must/jw/ADV]

Transcript of DIALOG JUM'AT AL-AZHAR, 24 April 2009

Page 1: DIALOG JUM'AT AL-AZHAR, 24 April 2009

8/9/2019 DIALOG JUM'AT AL-AZHAR, 24 April 2009

http://slidepdf.com/reader/full/dialog-jumat-al-azhar-24-april-2009 1/1

DIALOG JUMAT 7JUMAT, 24 April 2009

DONATUR yang dimuliakan Allah,selain menempatkan Ustadz QaimuddinSarabiti di Kecamatan Botomuzoi, Al AzharPeduli Ummat terus berkiprah mendampingimuslim Nias yang merupakan minoritas disana. Salah satunya dengan aplikasiprogram “Benah Rumah Ibadah.”

Pasca gempa 2005, puluhan masjid danmushola terbelasah, ratusan gereja hancurberantakan. Kini, setelah hampir lima tahunmusibah berlalu, gereja-gereja sudahkembali berdiri di Tano Niha (Tanah Nias),tetapi hanya beberapa gelintir masjid telahdirehabilitasi. Yang memprihatinkan, MasjidAl Furqan di Kecamatan Pasar, Gunungsitoliyang merupakan ibukota Kabupaten Niasmasih terbengkalai.

Bersama Yayasan Peduli Muslim Nias,Al Azhar Peduli Ummat menyinergikanprogram dalam wadah Al Azhar Peduli

Muslim Nias untuk menggalang dana danmenegakkan kembali Masjid Al Furqan.Rancang bangun yang sudah dibuat tidakhanya mengembalikan kondisi masjidseperti pra gempa, tetapi lebih anggun danbesar sesuai dengan posisi strategis danpotensi jamaah yang demikian besar. AlFurqan kami proyeksikan sebagailandamark Islam di Tano Niha. Ayo ikutberpartisipasi mewujudkannya.

Rekening APMN:

B an k Mandiri, acc. no:

070 0005 6529 58a/n. Yayasan Peduli Muslim Nias, dan

126 0007 1111 22a/n. YPI Al Azhar

Donasi (Rp)300.000750.000

5.000.00015.000

500.000200.000500.000200.00050.00050.000

100.0001.000.000

500.00050.000

1.000.000100.000100.000100.000100.000

1.000.000210.00050.000

400.000350.000

2.000.00014.625.000

Donatur Peduli BencanaNo.Donatur1 H amba Al lah2 H amba Al lah3 H amba Al lah4 Daffa5 H amba Al lah6 H amba Al lah7 Ny. Hj . Barkah8 D wi Atmaw at i9 Elen10 Hamba Allah11 Elva Rina12 Marwati Sadikin13 Hj. Nyimas Siti Rosida (Alm)14 Ida Lestari

15 Ronald A16 Hamba Allah17 Lianda Lellarani18 Hamba Allah19 Hamba Allah20 Zubaidah21 Catur Nugrahini22 Hamba Allah23 Yul imar24 H. Bisma A. Mukdan25 Hamba Allah

Jumlah:

 A 

da yang beda pada

gerak gerik Wita (19),muallaf dari sebuah

kampung di Kecamatan

Botomuzoi. Biasanya gadis

manis itu selalu tenang, tak 

banyak cakap, dan rajin mengaji.

Belakangan, Wita selalu terlihat

gelisah. Ada apa gerangan?

Qaimuddin Sarabiti, da’i

asal Flores yang telah bertugas

menjadi pembimbing warga

Botomuzoi yang 14 KK di

antaranya telah dengan gagahmemproklamasikan diri sebagai

muslim, mencoba mencari tahu

alasan di balik gelisah santri

putrinya.

 Ternyata, Wita tengah

dilanda asmara. Arjuna yang 

mencuri hatinya bernama

 Albarkat (19 th), tetangga satu

kampung dengannya.

Hubungan indah dalam

batas-batas ta’aruf  itu sudah

berjalan dua bulan. Segala

sesuatunya serasa berbunga-

bunga bagi Wita. Tetapi ketika

pemuda Albarkat yang santun

dan rajin membantu orangtuan-

ya berkebun itu menyatakan niat

untuk melamar si gadis,

persoalan membuncah.“Ia anak yang baik,

Ustadz. Saya juga sayang sama

dia. Cuma masalahnya Kak 

Barkat ini penganut Nasrani

yang taat.” Gundah gulana di

hati Wita disampaikan kepada

Ustadz Qaim.

Qaimuddin pun mem-

berikan arahan tentang hukum-

hukum pernikahan Islam, maka

ketika Albarkat nekat melamar

 Wita, orangtua si gadis denganbijak menyampaikan penolakan.

“Agama kami tidak 

membolehkan (pernikahan ini).

 Tetapi jika Barkat mendapat

hidayah Allah dan kembali

kepada fitrah sebagai muslim,

pintu keluarga kami selalu

terbuka lebar,” kata keluarga

 Wita.

 Albarkat terpukul. Tetapi

berganti hari, hatinya tergoda

untuk mengenal agama sang 

kekasih. Ia pun minta diajak 

ikut mengaji di Mushola An

Nur, satu-satunya tempat

ibadah muslim di Botomuzoi

yang didirikan Al Azhar Peduli

Landmark Islam

di Tano Niha

 Al Azhar Peduli Muslim Nias

Ummat tahun lalu. Di An Nur,

Qaimuddin selain menjadiImam sekaligus menjadi Kepala

Madrasah yang disebut Sekolah

Minggu (pengajian Al Qur’an

memang berlangsung rutin

saban Ahad).

Semakin hari, semakin

terbukalah hati Albarkat. Ia

menemukan semua jawaban

atas berbagai persoalan dalam

hidupnya. Pemuda lulusan SMP

itu semakin hari semakin

menemukan ketenteraman jiwa.Ia pun menyatakan ingin

bersyahadat dan kembali

mengajukan lamaran kepada

keluarga Wita.

Berita rencana pernikahan

kedua insan segera menyebar

luas. Kasak-kusuk, bisik-bisik 

tentang Musholla An Nur yang 

dianggap sebagai pusat

Islamisasi di Botomuzoi

terdengar. Balada cinta Wita dan

Barkat pun menjadi santapan

hangat laiknya kisah asmara

figur publik dalam program

infotaintment.

 Yang tak terduga, akhir

Maret lalu sekitar 200 orang yang 

Tugas Da’i “Sahabat

Mustahik” (program yang dirilis Al

Azhar Peduli Ummat sejak tahun

lalu) yang ditempatkan diKecamatan Botomuzoi, Nias,

Sumatera Utara, ternyata bukan

cuma mengajar baca tulis Al

Qur’an. Ketika badai cinta beda

agama mengharu biru santri-santri

muallaf Botomuzoi, Qaimuddin

Sarabiti (37) Ustadz itu, juga harus

tampil mengabarkan kebenaran

Agama Allah.

Kisah Cinta Beda Agama

merasa keberatan atas pernikah-

an itu, berunjuk rasa ke kantorKecamatan. Mereka mengang-

gap hal itu adalah agenda

Islamisasi terselubung dengan

cara pernikahan. Tuduhan

makin kencang karena Ajran

Chaniago, Camat Botomuzoi

itu satu-satunya Camat muslim

di Pulau Nias. Dia sohib kental

pula dengan Ustadz Qaim.

Maka fitnah itu bak nyala api

diguyur minyak.

Di tengah hiruk-pikuk dan rasa curiga yang semakin

genting, ternyata justru sikap

kedua orangtua Albarkat yang 

sanggup mendinginkan

suasana. Ama Halawa dan istri

terang-terangan menyatakan

tidak mendukung sikap yang 

ditunjukan oleh orang-orang 

yang datang ke Kecamatan.

Kata putus itu melegakan

semua pihak. Barkat dan Wita

pun mengucap ijab qabul 

pernikahan pada 4 April 2009 di

Musholla An Nur.

Hari itu, Wita dinikahkan

oleh seorang Wali Hakim

dengan pemuda pujaan hatinya.

Disaksikan kedua orangtua,

undangan, dan tokoh-tokoh

masyarakat Botomuzoi.

Sebelum ijab qabul 

dilafalkan, Albarkat meminta

 waktu kepada penghulu untuk menegaskan sekali lagi keIsla-

mannya. Dengan lancar dan

khidmad, pemuda itu membaca

kalimat syahadat. Subhanallah...

“Alhamdulillah, semuan-

ya berjalan lancar dan fitnah bisa

dihindari. Saya pribadi merasa bahagia

karena diberkahi beberapa peristiwa

penting di mushola kami. Di An Nur,

kumandang adzan pertama terdengar

di Botomuzoi, di An nur pula saya

menjadi saksi shalat jum’at perdana,

tarawih perdana, dan kini, janji

pernikahan Islam perdana pun

dilakukan warga Botomuzoi dimusholla An Nur. Saya berdo’a bagi

para donatur dan relawan yang telah

mendirikan mushola penuh berkah ini

dan memakmurkannya,” tutup

Qaimuddin dengan pidato singkat.[must/jw/ADV]