DETERMINAN KUALITAS INTERNET FINANCIAL …dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · (contohnya...
Transcript of DETERMINAN KUALITAS INTERNET FINANCIAL …dosen.univpancasila.ac.id/dosenfile/... · (contohnya...
DETERMINAN KUALITAS INTERNET FINANCIAL REPORTING (IFR)
KAITANNYA DENGAN INVESTOR
RAFRINI AMYULIANTHY
Abstract
The purpose of this study is to examine the determinant factors of the quality of Internet Financial
Reporting (IFR) associated with investor relations. Factors to be determined are the condition of
the company characteristics and mechanisms of corporate governance in Indonesia to 200 after
the company first alphabetical sorting code on the Indonesia Stock Exchange (BEI) listed
companies during January 2010 through December 2010. The findings of this study is a research
instrument index Geerings et al. (2003) which has been modified is valid and feasible for use as a
reliable index of quality assessment IFR investor relations. Further, the results of hypothesis
showed that firm’s charcteristics variables, except Leverage, has a positive effect on quality of
IFR significantly associated with investor relations. Corporate governance mechanisms, the two
variables are independent commissioners and Auditor Type Big-4, both has a significant positive
effect on quality of IFR significantly associated with investor relations.
Keywords: disclosure, internet financial reporting, investor relations, firm’s charcteristics,
corporate governance mechanisms
Abstrak
Penelitian ini untuk bermaksud menguji faktor determinan dari kualitas Internet Financial
Reporting (IFR) terkait dengan hubungan investor. Faktor-faktor yang akan diuji adalah kondisi
karakteristik perusahaan dan mekanisme corporate governance di Indonesia terhadap 200
perusahaan pertama setelah dilakukan pengurutan abjad kode emiten di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama periode Januari 2010 sampai Desember 2010. Hasil temuan penelitian ini adalah
indeks instrumen riset Geerings et al. (2003) yang telah dimodifikasi adalah valid dan handal
layak untuk digunakan sebagai indeks penilaian kualitas IFR hubungan investor. Hasil temuan
pengujian hipotesis menunjukkan variabel karakteristik perusahaan kecuali variabel hutang,
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas IFR terkait dengan hubungan investor. Untuk
mekanisme corporate governance, kedua variabel yaitu komisaris independen dan KAP Big-4,
keduanya berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas IFR terkait dengan hubungan investor.
Kata Kunci: pengungkapan, internet financial reporting, hubungan investor, karakteristik
perusahaan, mekanisme corporate governance
Pendahuluan
Investor dan badan regulasi pemerintah telah menciptakan standar dalam bentuk undang-
undang bagi perusahan dalam pengungkapan laporan keuangan bagi pemegang saham. Standar
ini telah berkembang sejalan dengan berkembangnya paradigma komunikasi perusahaan dan
ditambah dengan kemajuan. Agar dapat berhasil didalam lingkungan bisnis yang semakin
kompetitif, maka penting bagi perusahaan untuk meningkatkan transparansi keuangan kepada
pasar dan masyarakat (Mendes dan Christensen, 2004).
Di masa lalu, pengungkapan informasi laporan keuangan lebih banyak disajikan melalui
media tradisional (contohnya bentuk cetak dari annual report) atau melalui intermediaries
(contohnya press release dari media tertentu). Dengan sistem komunikasi semacam itu, informasi
sering menjadi kurang tepat sasaran dan menghabiskan banyak biaya untuk produksinya. Namun
selama beberapa tahun terakhir, dengan kemunculan teknologi internet maka penggunaan
komersial dari internet yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tumbuh dengan pesat,
semakin banyak perusahaan yang membuat website untuk mempublikasi informasi. Tipenya
adalah sukarela dan tidak diatur oleh regulator terutama di negara berkembang. Isinya
kebanyakan telah ada di media dalam bentuk cetak.
Perusahaan menggunakan world wide web (www) homepage sebagai media untuk
menampilkan informasi keuangan dan laporan keuangan atau hal ini biasa dikenal dengan istilah
Internet Financial Reporting (IFR). Hal ini dilakukan untuk lebih mendekatkan hubungan mereka
dengan investor, analis dan juga stakeholder lainnya (Cormier et al, 2008). IFR yang terkait
dengan hubungan investor yang meningkat saat ini telah menjadi perhatian bagi akademisi
maupun regulator (Lymer et al. 1999). Namun eksistensi perusahaan belum tentu menjamin
keberadaan kuantitas dan kualitas informasi yang dibutuhkan masyarakat, terutama investor.
Pengungkapan informasi yang kurang memadai dapat merugikan pemegang saham, dan informasi
yang disajikan dapat menyebabkan keputusan investasi yang salah, karena itu perlu diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas IFR. Penelitian ini untuk bermaksud menguji faktor
determinan dari kualitas IFR terkait dengan hubungan investor yang pada penelitian terdahulu
hasilnya belum konsisten. Faktor-faktor yang akan diteliti adalah kondisi karakteristik perusahaan
dan mekanisme corporate governance di Indonesia dengan menggunakan data emiten di Bursa
Efek Indonesia. Diharapkan hasil studi ini dapat menambah literatur mengenai pengungkapan di
Internet di Indonesia yang masih sedikit, serta dapat digunakan oleh perusahaan untuk
mengetahui bagaimana seharusnya website perusahaan yang diinginkan oleh masyarakat,
terutama terkait dengan hubungan investor, sehingga akan semakin meningkatkan penilaian
perusahaan oleh investor. Untuk badan regulator hasil penelitian ini akan menambah saran untuk
mempertimbangkan pembuatan peraturan pengungkapan melalui website terkait dengan
hubungan investor
KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Internet Financial Reporting (IFR)
Marston (2004) menjelaskan hubungan investor sebagai penghubung antara perusahaan
dan masyarakat keuangan, menyediakan informasi untuk membantu masyarakat keuangan dan
masyarakat yang berinvestasi dalam mengevaluasi perusahaan. Dalam pandangan ini, peran IFR
terkait hubungan investor adalah melengkapi aliran informasi yang ada, tidak menambah
informasi baru namun hanya mengembangkan metode penyampaian informasi. Dalam konteks
hubungan investor, IFR dapat digunakan sebagai alternatif melaksanakan aktivitas hubungan
investor tradisional, namun juga sebagai bentuk komunikasi baru menggunakan teknologi terbaru
(Deller et al., 1999)
Debreeceny dan Gray (1999) memprediksi bahwa world wide web (www) akan menjadi
alat utama mengkomunikasikan informasi keuangan, implementasi beberapa pengembangan
teknologi terbaru (termasuk cookies dan XBRL) dan menggunakan bentuk komunikasi langsung
seperti mailing list dan partisipasi online dalam forum diskusi dan rapat. Tujuan utama
penggunaan IFR terkait hubungan investor adalah menyediakan informasi komprehensif dan tepat
waktu kepada investor individu yang sebelumnya hanya tersedia untuk grup tertentu seperti
investor institutional dan analis (Ettredge et al. 2002). Xiao et al. (2002) melakukan studi trend
pada pelaporan keuangan di internet dengan menambah luas kegunaan internet yang akan
mengubah praktik pelaporan perusahaan. Beberapa pihak yang disurvey didalam studi ini
(akademis, auditor, penyedia informasi, regulator dan pengguna) setuju bahwa dampak IFR akan
signifikan dan menghasilkan pertumbuhan signifikan pada informasi non keuangan dan non audit,
menambah tipe informasi pada internet, meningkatkan masalah auditor, meningkatkan provisi
informasi pihak ketiga, dan keuntungan untuk penyedia dan pengguna.
IFR dan Karakteristik Perusahaan
Beberapa studi telah meneliti alasan dari pengungkapan informasi IFR terkait dengan
hubungan investor di beberapa negara. Studi deskriptif penggunaan internet untuk aktivitas
hubungan investor yang telah dilakukan untuk menguji atau menjelaskan hubungan antara jumlah
dan tipe informasi keuangan pada website dan faktor karakteristik perusahaan atau lingkungan
yang mungkin berpengaruh pada keputusan perusahaan untuk terlibat pada aktivitas hubungan
investor pada internet. Asbaugh et al. (1999) menemukan bahwa ukuran perusahaan adalah satu-
satunya variabel signifikan untuk penyebaran laporan keuangan elektronik oleh perusahaan US.
Variabel dependen dalam studi mempunyai 1 dari 3 kemungkinan nilai berdasarkan adanya (1)
publikasi langsung laporan keuangan pada website perusahaan, (2) hubungan ke laporan tahunan
di sumber lain di internet, (3) hubungan dengan laporan tahunan pada database EDGAR di SEC.
Marston dan Polei (2004) melakukan studi aktivitas pelaporan keuangan internet di perusahaan
Jerman dan menemukan hanya ukuran perusahaan sebagai variabel penjelas signifikan untuk
jumlah informasi tersedia di website perusahaan. Pada studi ini karakteristik perusahaan yang
akan diteliti adalah size, proporsi saham, leverage, growth dan kinerja perusahaan.
Size
Perusahaan yang lebih besar memiliki asimetri informasi yang lebih tinggi antara pihak
manajer dan pemegang saham dan karena itu, biaya agensi yang timbul menjadi lebih tinggi.
Untuk mengurangi biaya agensi, perusahaan besar mengungkapkan informasi lebih banyak dari
pada perusahaan kecil. Perusahaan-perusahaan ini memiliki kebutuhan yang lebih besar untuk
mendapatkan modal sehingga dapat diharapkan untuk melakukan pengungkapan pada tingkat
yang lebih tinggi. Perusahaan yang lebih besar juga cenderung memiliki biaya kepemilikan yang
lebih rendah terkait dengan keterbukaan informasi sebagai kegiatan mereka yang terkena oleh
sumber lain dari informasi (Hossain et al., 1995).
Lebih lanjut, hipotesis political cost menyatakan bahwa perusahaan yang lebih besar
memiliki insentif yang kuat untuk meningkatkan reputasi perusahaan. Mereka juga menarik
perhatian dari lembaga pemerintah. Peningkatan pengungkapan umumnya mengurangi intervensi
pemerintah (Firth, (1979); Chow dan Wang, (2003)).
Mengingat kebutuhan untuk pengungkapan yang lebih banyak oleh perusahaan besar,
diharapkan bahwa besar perusahaan akan cenderung untuk mengadopsi metode pengungkapan
berbagai termasuk pegungkapan laporan keuangan di internet, yang memungkinkan melakukan
pengungkapan yang sejumlah banyak dengan biaya tambahan rendah dan dengan penggunaa
userfriendly. Perusahaan-perusahaan besar memiliki pemegang saham lebih banyak dan
penyebaran pemegang saham yang lebih besar, dalam keadaan ini melakukan pengungkapan
melalui IFR akan sangat efektif karena informasi dapat disebarluaskan kepada khalayak luas
dengan efisien. Sehingga dapat dirumuskan hipotesa yang pertama,
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor
Proporsi saham
Debreceny et al. (2002) berpendapat bahwa IFR merupakan langkah yang efektif
menyebarkan informasi dengan cara yang efisien kepada masyarakat luas. Karena dengan adanya
IFR, investor dapat dengan cepat dan biaya yang murah mengumpulkan informasi sehingga
mereka dengan mudah dapat melakukan transaksi investasi di pasar efek. Selain itu investor dapat
membeli saham di banyak perusahaan, bukan hanya di negeri sendiri tetapi juga di seluruh dunia.
Hal ini menunjukkan, sehubungan dengan kualitas informasi IFR, perusahaan publik harus
berpikir dan bertindak secara global. Sehingga dapat dikatakan IFR menjadi cara yang semakin
efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan investor.
Ashbaugh et al. (1999) menemukan hubungan positif antara IFR dan proporsi dari
jumlah saham yang tersedia untuk investor individu. Oleh karena itu perusahaan diharapkan
untuk berinvestasi lebih banyak dalam kualitas informasi website IFR jika proporsi saham
perusahaan lebih besar tersedia untuk untuk investor individu. Oleh karena itu, hipotesis kedua
adalah:
H2: Proporsi saham tersedia untuk investor individu berpengaruh terhadap kualitas IFR
terkait hubungan investor
Leverage
Schipper (1981) menegaskan bahwa pembatasan eksplisit dapat mengurangi potensi
konflik antara pemegang obligasi dan pemegang saham. Manajemen dengan sukarela melakukan
pengungkapan untuk tujuan pemantauan dan membantu menjamin pemberi hutang tentang
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya. Sejalan dengan kenaikan utang,
manajemen dapat menggunakan langkah-langkah tambahan, seperti memberikan informasi
tentang pembayaran hutang, informasi jumlah hutang debitur dan informasi lain melalui IFR
sehingga dapat memungkinkan pemberi hutang untuk terus memantau dan berinteraksi dengan
perusahaan (Debreceny et al. 2002). Kemudian diturunkan hipotesa yang ketiga yaitu:
H3: leverage berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor
Growth
Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi atau perusahaan dengan
prospek pertumbuhan yang tinggi jika melakukan pengungkapan akuntansi secara tradisional
mungkin kurang cocok sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan investor, mengingat efek dari
pertumbuhan perusahaan mungkin tidak cukup tercermin dalam tindakan akuntansi tradisional.
Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan ini mungkin mencoba untuk mengkompensasi dengan
aktif menggunakan IFR sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan cara yang lebih relevan
informasi kepada investor. Namun, Debreceny et al. (2002) secara konsisten menemukan
hubungan negatif antara prospek pertumbuhan dan IFR untuk perusahaan yang sedang
berkembang pesat. Hal ini dikarenakan biaya kepemilikan menyebabkan kebutuhan
pengungkapan informasi menjadi lebih tinggi untuk perusahaan yang sedang berkembang pesat.
Di lain pihak, perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan sedang berkembang
mungkin tidak memiliki sumber daya keuangan atau manusia untuk mengembangkan fasilitas
IFR yang memadai. Dalam banyak kasus, perusahaan yang sedang berkembang harus
mencurahkan perhatian dan dana untuk mengelola pertumbuhan perusahaannya, sebagai hasilnya
investasi dalam bentuk fasilitas yang mungkin berguna - seperti pembuatan IFR di website
perusahaan - tidak dapat direalisasikan (Xiao et al, 2004). Karena hasil penelitian-penelitian yang
terdahulu masih belum dapat ditentukan maka hipotesa selanjutnya adalah:
H4: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor
Kinerja Perusahaan
Penelitian sebelumnya dari Lang dan Lundholm (1993) dan Cormier dan Magnan (2008)
menunjukkan bahwa perusahaan dengan kinerja yang baik memiliki insentif untuk
mengungkapkan informasi lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang kinerjanya
kurang baik. Dalam penelitian mengenai penyebaran informasi melalui corporate websites,
Ettredge et al. (2002) menunjukkan hubungan yang negatif, namun tidak signifikan. Dengan hasil
ini, tidak diketahui dengan jelas apakah hubungan antara kinerja perusahaan adalah bersifat
positif atau negatif dengan penyebaran informasi melalui IFR. Perusahaan dengan kinerja yang
baik cenderung untuk melakukan publikasi tentang kinerja perusahaan mereka di website. Mereka
mungkin akan mengungkapkan informasi lebih banyak dari yang diminta oleh badan regulasi dan
peraturan, dan akan menggunakan perkembangan teknologi terkini untuk berhubungan dengan
investor, misalnya, untuk berpartisipasi dalam rapat conference (Xiao et al. 2004).
Di sisi lain, perusahaan juga memperhatikan posisi mereka di pasar kompetitif dan
sehingga akan menahan beberapa informasi yang mungkin akan memberikan keuntungan untuk
mereka. Pengungkapan informasi juga dapat mengakibatkan hilangnya posisi keuntungan
kompetitif perusahaan karena memberikan informasi yang terlalu banyak ke pasar. Hal ini pula
yang menjadi salah satu alasan penyebab manajer akan kurang bersedia melakukan
pengungkapan (Debreceny et al., 2002). Sehingga masih belum dapat ditentukan apakah kinerja
perusahaan akan memiliki pengaruh positif atau negatif pada pembuatan IFR tekait dengan
hubungan dengan investor.
H5: Kinerja perusahaan berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor
IFR dan Mekanisme Corporate Governance
Problem keagenan terjadi ketika timbul konflik antar tujuan pemilik (principal) dengan
para direksi/top management sebagai agen. Para pemilik mengalami kesulitan untuk
memverifikasi apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh manajemen. Konflik kepentingan tersebut
dapat diminimalkan dengan suatu mekanisme yang mampu mensejajarkan kepentingan pemegang
saham selaku pemilik dengan kepentingan manajemen. Mekanisme tersebut dikenal dengan
istilah good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik dalam menjalankan
bisnisnya (Tjager, 2003).
Corporate governance merupakan mekanisme pengendalian untuk mengatur dan
mengelola perusahaan dengan maksud untuk meningkatkan kemakmuran dan akuntabilitas
perusahaan, yang tujuan akhirnya untuk mewujudkan shareholders value. Banyak penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan dengan corporate governance yang baik akan
dihargai lebih tinggi oleh investor (Black et al, 2003;. Gompers, 2003). Lebih lanjut lagi, Kelton
dan Yang (2008) menyatakan bahwa mekanisme corporate governance mempengaruhi perilaku
pengungkapan informasi keuangan perusahaan di internet.
Secara umum mekanisme corporate governance terdiri atas dua jenis yaitu: (1) The
internal mechanisms of corporate governance; dan (2) The external mechanismst of corporate
governance. Mekanisme internal adalah cara-cara pengendalian perusahaan dengan menggunakan
berbagai elemen yang ada di dalam organisasi misalnya komposisi dewan komisaris. Mekanisme
eksternal adalah cara-cara mengendalikan perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme
internal perusahaan diantaranya menghadirkan para agen yang dikenal karena reputasinya
(reputational agent) dalam hal ini termasuk “profesi akuntan” (World Bank, 1999). Faktor
eksternal dimaksudkan untuk mendisiplinkan perilaku fihak insider agar lebih transparan,
akuntabel dalam mengelola korporasi.
Komposisi anggota Dewan Komisaris
Peranan dewan komisaris dapat dilihat dari karakteristik dewan, salah satunya adalah
komposisi keanggotaannya. Crutchley et al., (1999) menyimpulkan bahwa ukuran dewan
komisaris yang besar dapat memonitor proses pelaporan keuangan dengan lebih efektif
dibandingkan ukuran dewan direksi yang kecil. Efektivitas fungsi pengawasan dewan tercermin
dari komposisinya, apakah pengangkatan anggota dewan berasal dari dalam perusahaan dan/atau
dari luar perusahaan. Komposisi keanggotaan dewan dalam hal ini, semakin besar persentase
anggota yang berasal dari luar perusahaan, akan mejadikan peranan dewan komisaris semakin
efektif dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap pengelolaan perusahaan, karena
dianggap semakin independen. Di Indonesia anggota dewan yang berasal dari luar perusahaan
digunakan terminologi komisaris “ekstern“ atau “independen”.
Barnhart & Rosenstein (1998) membuktikan bahwa semakin tinggi perwakilan dari
outside director (komisaris independen) maka semakin tinggi independensi dan efektivitas board
of commisioner dalam menjalankan perannya. Disamping itu, Komisaris independen dapat
berfungsi untuk menselaraskan kepentingan para pemegang saham dalam rangka melindungi hak-
hak pemegang saham minoritas. Penelitian Willekens et al. (2003), Lueng (2005), Cheng et al.
(2004), dan Susilowati et al. (2005) memberikan simpulan bahwa komposisi dewan komisaris di
perusahaan dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan yang sifatnya sukarela. IFR terkait
hubungan investor dapat menjadi salah satu cara bagi perusahaan untuk melakukan
pengungkapan informasi yang sifatnya sukarela. Karena itu hipotesa selanjutnya adalah:
H6: Komposisi anggota Dewan Komisaris berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait
hubungan investor
Kantor Akuntan Publik
Teori keagenan menyebutkan audit dapat mengurangi konflik yang timbul antara
manajemen dan investor. Pada umumnya, kantor akuntan publik besar memiliki insentif yang
lebih besar untuk mempertahankan independensi dan reputasi, serta akan berusaha memaksakan
pengungkapan yang lebih ketat dan ekstensif (DeAngelo, 1981; Malone et al., 1993). Ini dapat
diartikan kantor akuntan publik besar lebih disukai untuk digunakan oleh pihak manajemen
dengan tujuan memberikan pandangan mengenai proses pengendalian perusahaan dari sudut
pihak eksternal. Penemuan dari Craswell dan Taylor (1992) dan Inchausti (1997) mendukung
teori bahwa adanya hubungan positif antara perusahaan dengan kantor akuntan publik besar
terkait isu tingkat pengungkapan laporan keuangan. Tingkat pengungkapan informasi yang tinggi
akan dilakukan oleh perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik besar. IFR terkait
dengan hubungan investor menjadi salah satu cara pengungkapan informasi yang akan dilakukan
oleh perusahaan. Sehingga hipotesa yang dapat diturunkan adalah:
H7: Perusahaan yang diaudit oleh KAP Big-4 berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait
hubungan investor
METODE
Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu: (b) data kualitas IFR
yang diperoleh dari website perusahaan; dan (c) data keuangan dari Indonesian Capital Market
Directory (ICMD) yang diterbitkan oleh Institute for Economic and Financial Research (ECFIN).
Populasi dan Prosedur Penentuan Sampel
Penelitian dilakukan terhadap semua perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia yang terdaftar di
tahun 2010. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling untuk mendapatkan sampel
yang dapat mewakili kriteria yang ditentukan. Kriteria yang ditetapkan dalam pemilihan sampel
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang go public dan telah terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada tahun pengamatan penelitian yaitu tahun 2010;
2. Perusahaan terdaftar sebagai 200 emiten pertama setelah dilakukan pengurutan abjad
kode emiten di Bursa Efek Indonesia;
3. Perusahaan telah mempublikasikan laporan keuangan audited pada tahun 2010;
4. Perusahaan yang diteliti telah memiliki dan menggunakan website dalam
mempublikasikan laporan keuangannya selama tahun pengamatan 2010
Berdasarkan kriteria diatas, dari 200 sampel perusahaan, 62 perusahaan tidak memiliki
website dan 21 perusahaan tidak lengkap data laporan keuangannya sehingga terpilih 117 sampel
perusahaan yang dianalisis, yang disajikan pada tabel berikut. Daftar perusahaan sampel dapat
dilihat pada lampiran.
Tabel Pemilihan Sampel
Proses Pemilihan Sampel
Jumlah Perusahaan Sampel 200 Tidak punya website -62 Jumlah Perusahaan Sampel punya website 138
Perusahaan yang tidak lengkap data laporan
keuangannya -21 Jumlah Perusahaan yang dianalisis 117
Model Penelitian
IFR = α + 1 SIZE + 2 PUBSHR + 3 LEVERAGE +4 GROWTH + 5 PERFORMNC + 6
COMMISNR +7 KAP
Operasional Variabel
Kualitas IFR terkait Hubungan Investor (IFR)
Yang digunakan sebagai proksi adalah indeks instrumen riset yang dikembangkan oleh
Geerings et al. (2003) yang telah dimodifikasi dengan menambah 1 karakteristik. Masing-masing
karakteristik diukur dari jumlah beberapa indikasi. Masing-masing indikasi dinilai 1 apabila ada
dan 0 untuk lainnya:
Tabel Pengukuran Kualitas IFR Terkait Hubungan Investor
Karakteristik IFR Indikasi IFR
1 Laporan tahunan dan interim di internet 1 Neraca
(ANNPRT) 2 Laporan laba/rugi
3 Catatan laporan keuangan
4 Laporan aliran kas
5 Laporan interim
6 Laporan tahun sebelumnya
7 Data keuangan time series
8 Highlight data keuangan
2 Press release dan informasi lain di internet 1 Press release
(PRESSREL) 2 Kalender kegiatan investor
3 Harga saham sekarang
4 Struktur organisasi
5 Link ke website terkait
6 Update terakhir dalam 24 jam
3 Keuntungan presentasi pada internet 1 Data akuntansi hyperlink
(PRESADV) 2 Laporan perusahaan dalam bentuk PDF
3 Data keuangan dalam bentuk Excel agar dapat
diproses
4 Laporan perusahaan dengan format XBRL
5 Bahasa lebih dari 1
6 Cookies
4 Kontak langsung melalui email 1 Email ke bagian hubungan investor
dan mailing lists (DIRECT) 2 Mailing list
3 Frequently asked question (FAQ) terkait data
keuangan
4 Pesanan online oleh investor
5 Rekaman video/audio dan 1 Indikasi partisipasi online dalam rapat
partisipasi online dalam rapat (VIDEO) 2 Rekaman video/audio rapat
3 Presentasi oleh eksekutif perusahaan
6 Kemudahan untuk investor (EASY) 1 Mudah dicari dengan Google (3 halaman pertama)
2 Terpisah dari entitas lain/perusahaan induk
*karakteristik tambahan dalam studi ini 3 Halaman hubungan investor khusus
Determinan Kualitas IFR
(1) Ukuran Perusahaan (SIZE) : Diukur dengan logaritma normal dari total aset perusahaan
tersebut. (Bollen et al. 2006)
(2) Proporsi Saham Publik (PUBSHR) : Diukur dengan proporsi saham yang dimiliki oleh
publik, yang berarti dimiliki oleh individu dengan besaran < 5%. (Bollen et al. 2006)
(3) Hutang Perusahaan (LEVERAGE) : Diukur dengan rasio antara total hutang dan total asets
perusahaan. (Debreceny et al. 2002)
(4) Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH) : Diukur dengan rasio antara nilai pasar dan nilai buku
dari saham. (Debreceny et al. 2002)
(5) Kinerja perusahaan (PERFRMNC) : Diukur dengan Berbasis Akuntansi menggunakan Return
on Equity (ROE). (Bollen et al. 2006)
(6) Komposisi anggota Dewan Komisaris (COMMISNR) : Diukur dengan presentase jumlah
anggota komisaris independen perusahaan. (Susilowati et al, 2005)
(7) Kantor Akuntan Publik (KAP) : Diukur melalui variabel dummy untuk kantor akuntan publik
Big-4, 0 untuk tidak diaudit KAP Big-4, 1 untuk diaudit dengan KAP Big-4. (Veronica,
2004)
PEMBAHASAN
Setelah melakukan pengumpulan data dan pengajuan hipotesis maka selanjutnya akan
dijelaskan hasil pengujian empiris terhadap data tersebut dengan menggunakan model penelitian
yang sudah dijelaskan.
Statistika Deskriptif
Sebelum analisis dilakukan terlebih dahulu dikemukakan statistik deskriptif seperti yang
terlihat pada tabel berikut ini.
IFR SIZE
PUBSHR
LEVERAGE
4
GROWTH
PRFORMN
COMMSNR 7 KAP
Mean 51.481 14.156 0.50178 3.98504 4.62461 0.04158 0.71414 0.58974
Median 46.666 14.194 0.52539 1.24000 1.48000 0.03093 0.75000 1.00000
Maximum 100.00 17.966 0.99567 254.880 295.670 0.62157 0.87500 1.00000
Minimum 0.0000 10.037 -0.29664 -13.8600 -0.82000 -0.32807 0.33000 0.00000
Std deviasi 27.690 1.6716 0.22852 23.6722 27.2188 0.10326 0.11171 0.49399
Skewness 0.2229 0.0505 -0.32281 10.3133 10.5832 1.77632 -0.86279 -0.36490
N 117 117 117 117 117 117 117 117
Dari tabel statistika deskriptif dapat dilihat:
Rata-rata (mean) dari kualitas IFR terkait hubungan investor (IFR) adalah 51,48%,
sedangkan ukuran perusahaan (SIZE) adalah 14,15. Rata-rata proporsi saham individu
adalah (PUBSHR) 0,50%, rata-rata dari tingkat hutang perusahaan (LEVERAGE)
adalah 3,98, rata-rata tingkat pertumbuhan perusahaan (GROWTH) adalah 4,62
dan rata-rata kinerja perusahaan (PERFORMANCE) adalah 0,041%. Sedangkan
rata-rata dari dewan komisaris (COMMSNR) adalah 0,71% dan rata-rata dari KAP
big-4 yang digunakan oleh perusahaan (KAP) adalah sebanyak 0,58.
Nilai tengah (median) yang merupakan ukuran yang robust untuk pemusatan
distribusi. Nilai tengah dari kualitas IFR terkait hubungan investor (IFR) adalah
46,66%, sedangkan ukuran perusahaan (SIZE) adalah 14,19. Nilai tengah proporsi
saham individu adalah (PUBSHR) 0,52%, nilai tengah dari tingkat hutang
perusahaan (LEVERAGE) adalah 1,24, nilai tengah tingkat pertumbuhan
perusahaan (GROWTH) adalah 1,48 dan nilai tengah kinerja perusahaan
(PERFORMANCE) adalah 0,030%. Sedangkan nilai tengah dari dewan komisaris
(COMMSNR) adalah 0,75% dan nilai tengah dari KAP big-4 yang digunakan oleh
perusahaan (KAP) adalah sebanyak 1.
Standar deviasi yang merupakan ukuran penyebaran dari data. Nilai standar dari
kualitas IFR terkait hubungan investor (IFR) adalah 27,69 dan standar deviasi untuk
ukuran perusahaan (SIZE) adalah 1,67. Standar deviasi untuk proporsi saham individu
adalah (PUBSHR) , tingkat hutang perusahaan (LEVERAGE), tingkat pertumbuhan
perusahaan (GROWTH) ,kinerja perusahaan (PERFORMANCE) , dewan komisaris
(COMMSNR) dan KAP big-4 yang digunakan oleh perusahaan (KAP) secara
berturut-turut adalah sebesar 0,22; 23,67; 27,21; 0,10; 0,11; dan 0,49.
Kecondongan (skewness) menunjukkan penyimpangan dari bentuk distribusi
simetris. Jika nilai kecondongan mendekati nol berarti makin simetris. Dari kelima
variabel tersebut maka yang menunjukkan bentuk simetris adalah data LEVERAGE dan
GROWTH. Untuk data PUBSHR, COMMSNR DAN KAP memiliki nilai skewness yang
negatif, berarti data cenderung condong ke kiri.
Uji Normalitas
Asumsi data terdistribusi normal didasarkan pada teori central limit theorem (McClave-
Sincich, 2003:275) yang mengatakan bahwa semakin besar jumlah sampel maka bentuk distribusi
binomial akan semakin menyerupai distribusi/kurva normal yang merupakan distribusi kontinyu
dari distribusi binomial apabila jumlah observasi diperbesar. Dengan demikian maka asumsi
bahwa data terdistribusi normal telah terpenuhi karena jumlah sampel lebih dari 30.
Uji Pelanggaran Asumsi Klasik OLS
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik
terhadap parameter untuk melihat apakah ada asumsi-asumsi dari regresi yang dilanggar dalam
penelitian ini. Hal ini harus dilakukan karena didalam metode Ordinary Least Square (OLS),
setiap parameter penelitian harus bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).
Uji pelanggaran asumsi yang dilakukan adalah:
1. Uji Multicollinearity
Pengujian deteksi multicollinearity dilakukan dengan metode Correlation Matrix.
Tabel berikut ini merupakan hasil pengujian.
Tabel Metode Correlation Matrix
IFR SIZE
PUBSHR
LEVE
RAGE
GROWTH
PERFOR
MNC
COMMISN KAP
IFR 1.00000 0.07922 0.05289 0.67551 0.69221 0.03828 0.05972 0.02380
SIZE 0.07922 1.00000 0.21233 0.04409 0.07485 0.32592 0.19927 0.31049
PUBSHR 0.05289 0.21233 1.00000 0.19828 0.20639 0.05376 0.01613 0.20760
LEVERAGE 0.67551 0.04409 0.19828 1.00000 0.68758 0.35844 0.02089 0.11135
GROWTH 0.69221 0.07485 0.20639 0.68758 1.00000 0.30416 0.02957 0.11107
PERFORMNC 0.03828 0.32592 0.05376 0.35844 0.30416 1.00000 0.05792 0.23153
COMMISN 0.05972 0.19927 0.01613 0.02089 0.02957 0.05792 1.00000 0.11230
KAP 0.02380 0.31049 0.20760 0.11135 0.11107 0.23153 0.11230 1.00000
Dilihat dari tabel, koefisien korelasi tersebut tidak ada yang bernilai lebih dari 0.8
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kolinearitas berganda
2. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian deteksi heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji White
Heteroscedasticity. White Heteroscedasticity merupakan salah satu tes untuk residual dari hasil
regresi dengan OLS. Diketahui hasil awal pengujian heteroskedastisitas ternyata ditemukan
masalah heterokedastisitas. Dilakukan treatment dengan membuang data menjadi 95.
3. Uji Autokorelasi / Korelasi Serial
Pengujian deteksi Autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji LM Test. Dari hasil
regresi awal dengan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test didapatkan nilai probabilitas
yang kurang dari 5%, maka dengan hasil ini ditentukan tidak ada masalah korelasi serial.
Analisis Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data menggunakan regresi berganda kemudian
dapat dilakukan uji hipotesis dalam penelitian ini. Kesimpulan hasil pengujian hipotesis dengan
menggunakan metode regresi disajikan dalam tabel. Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan
melalui uji signifikansi t value dengan membandingkan nilai signifikansi t atau probabilitas t-
statistik terhadap tingkat kepercayaan atau signifikansi yang. Tabel berikut merupakan hasil
analisis regresi model pengujian hipotesis.
Tabel Hasil Analisis Regresi (n=95)
Variabel Hipotesa Coefficient t statistik p-value Signifikansi
Konstanta - 2.101088 0.089144 0.9291 -
SIZE ? 1.583221 2.823987 0.0117** Signifikan
PUBSHR ? 20.62558 6.798621 0.0487** Signifikan
LEVERAGE ? 0.867820 1.382700 0.5296 Tidak Signifikan
GROWTH ? 0.496560 2.918284 0.0360** Signifikan
PERFORMANCE ? 33.55496 1.375104 0.0871* Signifikan
COMMSNR ? 48.34930 1.015296 0.0663* Signifikan
KAP ? 0.391798 4.069361 0.0448** Signifikan Adjusted R-squared 0.260824
F-statistic 2.073220
Prob(F-statistic) 0.002412
SIZE = logaritma dari total asset, PUBSHR = proporsi saham untuk investor individu, LEVERAGE = rasio antara total
hutang dan total asets perusahaan, GROWTH = rasio antara nilai pasar dan nilai buku dari saham, PERFORMANCE =
return on equity perusahaan, COMMSNR = presentase jumlah anggota komisaris independen perusahaan, KAP =
diaudit oleh KAP big-4. nilai p-value bersifat two-tail. **signifikan 5% *signifikan 10%
Hasil treatment akhir menunjukkan nilai Adjusted R Square-nya adalah 0.260824.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa model ini dapat menjelaskan faktor determinan dari
kualitas IFR terkait hubungan investor sebesar 26,08%. Variasi dalam faktor determinan
dari kualitas IFR terkait hubungan investor dapat dijelaskan oleh karakteristik
perusahaan dan mekanisme corporate governance dalam model ini sebesar 26,08%.
Tabel Pengujian Hipotesis
Hipotesis Sig t Estimasi
Koefisien Arah/
Tanda Kesimpulan
H1 SIZE IFR 2.823987 1.583221 + Signifikan (H1 diterima)
H2 PUBSHR IFR 6.798621 20.62558 + Signifikan (H2 diterima)
H3 LEVERAGE IFR 1.382700 0.867820 + Tidak Signifikan (H3 ditolak)
H4 GROWTH IFR 2.918284 0.496560 + Signifikan (H4 diterima)
H5 PERFORMNCE IFR 1.375104 33.55496 + Signifikan (H5 diterima)
H6 COMMSNR IFR 1.015296 48.34930 + Signifikan (H6 diterima)
H7 KAP IFR 4.069361 0.391798 + Signifikan (H7 diterima)
Pembahasan
Karakteristik Perusahaan
Hipotesa 1 diterima. Ukuran perusahaan (size) berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait
hubungan investor . Pengaruh tersebut bersifat positif (β1 = 1.583221) signifikan (p-value
= 5%) . Ini berarti bahwa ukuran perusahaan akan mempengaruhi kualitas IFR terkait
hubungan investor .
Hipotesa 2 diterima. Proporsi saham tersedia untuk investor individu berpengaruh
terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor . Pengaruh tersebut bersifat positif (β2 =
20.62558) signifikan (p-value = 5%). Ini berarti bahwa proporsi saham tersedia untuk
investor individu akan mempengaruhi kualitas IFR terkait hubungan investor .
Hipotesa 3 ditolak. Leverage tidak berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan
investor (β3 = 1.382700). Namun dengan nilai koefisien positif hal ini menunjukkan,
bahwa berdasarkan sampel penelitian, tingkat hutang perusahaan memiliki pengaruh
positif terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor tetapi tidak signifikan.
Hipotesa 4 diterima. Pertumbuhan perusahaan (growth) berpengaruh terhadap kualitas
IFR terkait hubungan investor . Pengaruh tersebut bersifat positif (β4 = 0.496560 )
signifikan (p-value = 5%). Ini berarti bahwa Pertumbuhan perusahaan berpengaruh
terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor.
Hipotesa 5 diterima. Kinerja perusahaan (performance) berpengaruh terhadap kualitas
IFR terkait hubungan investor . Pengaruh tersebut bersifat positif (β5 = 33.55496) dan
berpengaruh signifikan (p-value = 10%). Ini berarti bahwa kinerja perusahaan
berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor.
Hipotesa 6 diterima. Komposisi anggota Dewan Komisaris berpengaruh terhadap
kualitas IFR terkait hubungan investor. Pengaruh tersebut bersifat positif (β6 = 48.34930)
signifikan (p-value = 10%). Ini berarti bahwa komposisi anggota Dewan Komisaris
berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor.
Hipotesa 7 diterima. KAP Big-4 berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait
hubungan investor. Pengaruh tersebut bersifat positif (β7 = 0.391798) dan
berpengaruh signifikan (p value = 5%). Ini berarti bahwa perusahaan yang diaudit
oleh KAP Big-4 berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor.
SIMPULAN
Kesimpulan
Penelitian ini untuk bermaksud menguji faktor determinan dari kualitas IFR terkait
dengan hubungan investor yang pada penelitian terdahulu hasilnya belum konsisten. Faktor-
faktor yang akan diteliti adalah kondisi karakteristik perusahaan dan mekanisme corporate
governance di Indonesia terhadap 200 perusahaan pertama setelah dilakukan pengurutan abjad
kode emiten di Bursa Efek Indonesia selama periode Januari 2010 sampai Desember 2010. Data
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang terdapat dalam Indonesian
Capital Market Directory yang diperoleh dari Pusat Data Ekonomi dan Bisnis di Universitas
Indonesia dan juga website perusahaan dengan tahun pengamatan 2011. Setelah dikurangi
perusahaan yang tidak punya website dan yang tidak lengkap data laporan keuangannya, maka
jumlah perusahaan yang dianalisis sebanyak 117 perusahaan.
Data yang telah dikumpulkan diolah dengan dengan menggunakan prosedur Ordinary
Least Square (OLS) dengan menggunakan regresi berganda. Hasil analisis penelitian
menunjukkan bahwa:
1. Hasil studi ini membuktikan bahwa indeks instrumen riset Geerings et al. (2003) yang
telah dimodifikasi valid, handal dan layak untuk digunakan sebagai indeks penilaian
kualitas IFR terkait hubungan investor.
2. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor. Ini
mendukung pernyataan Hossain et al., (1995) bahwa ukuran perusahaan akan
mempengaruhi kualitas IFR terkait hubungan investor. Perusahaan yang lebih besar
memiliki asimetri informasi yang lebih tinggi antara pihak manajer dan pemegang saham
dan karena itu, biaya agensi yang timbul menjadi lebih tinggi. Untuk mengurangi biaya
agensi, perusahaan besar mengungkapkan informasi lebih banyak dari pada perusahaan
kecil.
3. Proporsi saham tersedia untuk investor individu berpengaruh terhadap kualitas IFR
terkait hubungan investor. Ini mendukung hasil dari Debreceny et al. (2002) dan
Ashbaugh et al. (1999) yang berpendapat bahwa IFR merupakan langkah yang efektif
dalam menyebarkan informasi dengan cara yang efisien kepada masyarakat luas. Karena
dengan adanya teknologi IFR, investor dapat dengan cepat dan biaya yang murah
mengumpulkan informasi sehingga mereka mudah dapat melakukan transaksi investasi di
pasar efek.
4. Leverage berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap kualitas IFR terkait
hubungan investor. Ini menunjukkan, bahwa berdasarkan sampel penelitian, investor
tidak terlalu membutuhkan informasi tingkat hutang perusahaan. Hasil ini merupakan
kontra opini dari hasil penelitian Schipper (1981) dan (Debreceny et al. 2002) yang
sebelumnya menegaskan bahwa manajemen dengan sukarela melakukan pengungkapan
untuk tujuan pemantauan dan membantu menjamin pemberi hutang tentang kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajibannya.
5. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor.
Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan yang memiliki prospek pertumbuhan yang
tinggi, yang dilihat dari PBV tinggi, akan meningkatkan kualitas website hubungan
investor yang diharapkan dapat meningkatkan penilaian publik terhadap perusahaan
tersebut. Hal ini bertentangan dengan penelitian Debreceny et al. (2002) dan (Xiao et al,
2004).
6. Kinerja perusahaan berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor. Hal ini
sejalan dengan penelitian sebelumnya dari Lang dan Lundholm (1993), Clarkson et al,
(1994) dan Xiao et al. (2004) yang menunjukkan bahwa perusahaan dengan kinerja yang
baik mengungkapkan informasi lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang
kinerjanya kurang baik. Perusahaan dengan kinerja yang baik cenderung untuk
melakukan publikasi tentang kinerja perusahaan mereka di website. Mereka mungkin
akan mengungkapkan informasi lebih banyak dari yang diminta oleh badan regulasi dan
peraturan, dan akan menggunakan perkembangan teknologi terkini untuk berhubungan
dengan investor.
7. Komposisi anggota Dewan Komisaris berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait
hubungan investor. Hal ini sejalan dengan pernyataan Willekens et al. (2003), Lueng
(2005), Cheng dan Courteney (2004), dan Susilowati et al. (2005) memberikan simpulan
bahwa komposisi dewan komisaris di perusahaan dapat mempengaruhi tingkat
pengungkapan yang sifatnya sukarela.
8. KAP Big-4 berpengaruh terhadap kualitas IFR terkait hubungan investor. Ini sejalan
dengan temuan DeAngelo (1981) , Malone et al. (1993), Craswell dan Taylor (1992) dan
Inchausti (1997) yang menyatakan kantor akuntan publik besar akan berusaha
memaksakan pengungkapan yang lebih ketat dan ekstensif terkait isu tingkat
pengungkapan laporan keuangan.
Keterbatasan
Beberapa keterbatasan dalam studi ini antara lain adalah :
1. Jumlah sampel perusahaan kurang proporsional terhadap populasi, walaupun telah
memenuhi kriteria uji statistik. Sehingga model yang akurat dari hasil penelitian
belum dapat digeneralisasi.
2. Adanya pengembangan instrumen indeks penilaian riset untuk mengukur kualitas
IFR terkait hubungan investor meskipun dalam studi terbukti bahwa indeks yang
dipakai sudah valid dan handal.
3. Sampel yang diteliti hanya perusahaan yang memiliki website.
4. Karakteristik perusahaan hanya diteliti ukuran, proporsi saham, tingkat hutang,
pertumbuhan dan kinerja pertumbuhan saja.
5. Mekanisme corporate governance yang diteliti hanya komisaris independen dan
KAP Big-4.
6. Penelitian tidak melengkapi data primer yang berkaitan dengan kualitas struktur
corporate governance misalnya, frekuensi rapat dewan komisaris dan dewan
direksi dan sebagainya yang dipandang sangat bermanfaat bagi kontribusi teori .
Adapun penelitian lebih menekankan pada segi kuantitas dan pengembangan
penelitian empiris terdahulu.
7. Periode data karakteristik perusahaan dan mekanisme corporate governance
yang digunakan merupakan data tahun 2010, akan tetapi pengamatan Internet
Financial Reporting (IFR) dilakukan 2011 hal ini merupakan salah satu
keterbatasan studi, karena itu diasumsikan antara tahun 2010 dan 2011 IFR dari
setiap perusahaan tidak banyak berubah.
8. Adanya pengaruh dari saham tidur yang memberikan hasil bias untuk penilaian
data pertumbuhan perusahaan.
Saran
Dari seluruh penelitian dalam studi ini penulis merekomendasikan hal-hal berikut ini :
1. Penelitian mendatang sebaiknya menggunakan sampel yang lebih banyak, dengan
harapan bahwa temuannya akan dapat lebih kuat. Penggunaan sampel yang lebih
banyak memungkinkan untuk memisah sampel berdasarkan ukurannya (total
aset).
2. Diharapkan adanya pengembangan instrumen penilaian dalam mengukur kualitas
IFR terkait hubungan investor serta karakteristik perusahaan dan mekanisme
corporate governance dengan kemajuan teknologi yang ada.
3. Memperbanyak jumlah variabel untuk karakteristik perusahaan dan mekanisme
corporate covernance yang dapat mempengaruhi tingkat pengungkapan pelaporan
sukarela melalui IFR.
4. Perlu bagi penelitian selanjutnya kiranya melakukan penelitian dengan didukung
data primer yang fokus pada segi kualitas dari variabel mekanisme corporate
governance, misalnya latar belakang pendidikan dewan komisaris, komite audit, ,
ketaatan dengan peraturan yang dikeluarkan Bappepam. Perlu diamati masalah
budaya, mengingat sistem corporate governance di Indonesia berbeda di negara
Barat.
5. Melakukan uji analisis sensitivitas untuk melihat pengaruh independen variabel
terhadap dependen variabel. Sehingga hasil penelitian dapat dikatakan handal dan
konsisten.
6. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan kerangka pemikiran yang sama namun
menggunakan data dari negara yang berbeda untuk melakukan perbandingan
dengan mengeksploitasi perbedaan kualitas internet reporting.
DAFTAR PUSTAKA
Ashbaugh, H., Johnstone, K.M. 1999. Corporate Reporting On The Internet. Accounting
Horizon, 13 (3), 241-257
Barnhart, S.W. dan Rosenstein S. 1998. Board Composition, Managerial Ownership, and Firm
Performance: An Empirical Analysis. Financial Review 33, pp. 1-16
Black, B., Jang, H. and Kim, W. 2003. Does Corporate Governance Affect Firm Value?.
Working Paper.
Bollen, L., Hassink, H., Bozic, G. 2006. Measuring And Explaining The Quality Of Internet
Investor Relations Activities: A Multinational Empirical Analysis. International Journal
Of Accounting Information System, 7, 273-298
Cheng, Eugene C.M. and Stephen M.C. 2004. Board Composition, Regulatory Regime and
Voluntary Disclosure. Working paper research projects. Nanyang Technological
Univercity. http://www.business.Utuc.edu/ciera/conference
Cormier, D., Ledoux, M., Magnan, M. 2008. The Use Of Web Sites As A Disclosure Platform For
Corporate Performance. International Journal of Accounting Information Systems.
Craswell, A.T., Taylor, S.L. 1992. Discretionary Disclosure Of Reserves By Oil And Gas
Companies: An Economics Analysis. Journal of Business, Finance, and
Accounting 19, 295–309.
Crutchley, Claire E. Marlin R.H Jensen, Jhon S. Jahera, Jr. dan Jennie E. Raymond. 1999. Agency
Problem And The Simultaneity Of Financial Decicion Making The Role Of Institutional
Ownership. International Review Of Financial Analysis 8:2.pp.177-197.
DeAngelo, L.E., 1981. Auditor Size And Audit Quality. Journal of Accounting and Economics 3
(December), 183–199.
Debreceny, R., Gray, G.L. 1999. Financial Reporting On The Internet And The External Audit.
European Accounting Review, 8 (2), 321-222
Debreceny, R., Gray G.L., Rahman, A. 2002. The Determinants Of Internet Financial Reporting.
Journal of Accounting & Public Policy, 371-394
Deller, D., Stubenrath, M., Weber, C., 1999. A Survey On The Use Of The Internet For Investor
Relations In The USA, UK and Germany. European Accounting Review 8 (2), 351–364.
Ettredge M., Richardson V.J., Scholz S. 2002. Dissemination Of Information For Investors At
Corporate Web Sites. Journal of Accounting & Public Policy, 357-369
Firth, M., 1979. The Impact Of Size, Stock Market Listing, And Auditors On Voluntary Disclosure
In Corporate Annual Reports. Accounting and Business Research 9 (36), 273–280.
Geerings, J., Bollen, L., Hassink, H. 2003. Investor Relations On The Internet: A Survey Of The
Euronext Zone. European Accounting Review, 12 (3), 567-579
Gompers, A., J. L. Ishii, and A. Metrick,. 2003. Corporate Governance and Equity Prices.
Quarterly Journal of Economics, 118, 107–55.
Hossain, M., Berera, M., Rahman, A. 1995. Voluntary Disclosure in the Annual Reports of New
Zealand Companies. Journal of International Financial Management and Accounting, vol.
6, n.1, p.69-87.
Inchausti, B.G., 1997. The Influence Of Company Characteristics And Accounting Regulation On
Information Disclosed By Spanish Firms. European Accounting Review 6 (1), 45–68.
Kelton, A. S. and Y. Yang. 2008. The Impact Of Corporate Governance On Internet Financial
Reporting. Journal of Accounting and Public Policy, 27: 62-87.
Lang, M., Lundholm, R., 1993. Cross-Sectional Determinants Of Analysts Rating Of
Corporate Disclosure. Journal of Accounting Research 31, 246–271.
Lymer, A., Debreceny, R., Gray, G.L., Rahman, A. 1999. Business Reporting On The Internet.
Working paper. IASC.
Lueng ,C.,Stephen et al. 2005. Determinants of Corporate Disclosure and Transparency:
Evidance from Hong Kong and Thailand. City University of Hong Kong.
Malone, D., Fries, C., Jones, T., 1993. An Empirical Investigation Of The Extent Of Corporate
Financial Disclosure In The Oil And Gas Industry. Journal of Accounting, Auditing &
Finance 8 (new series, Summer), 249–273.
Marston, C. Polei, A. .2004. Corporate Reporting On The Internet By German Companies.
International Journal of Accounting Information System, 5, 285-311
McClave, J.T. and Sincich, T. 2003. Statistics. Prentice Hall, 4nd
Edition
Mendes. Silva W. and T. E. Christensen. 2004, Determinants of Voluntary Disclosure of
Financial Information On the Internet by Brazilian Firms, Working paper
Schipper, K., 1981. Discussion Of Voluntary Disclosure Corporate Disclosure: The Case Of
Interim Reporting. Journal of Accounting Research 19 (Supplement), 85–88.
Susilowati, Isabelly, Richrd D.Morris, Sidney J.Gray. 2005. Factors influencing Corporate
Transparency: A Comparative Empirical. University Working paper
Tjager. 2003. Corporate governance. Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis
Indonesia. PT. Prenhalindo, Jakarta.
Veronica, Sylvia NPS. 2004. Good Corporate Governance, Information Asymetry, and
Earnings Management. Seminar Nasional Akuntansi VII. Denpasar Bali, hal. 57-
69.
Wang, J.W., 2003. Governance Role Of Different Types Of State-Share Holders: Evidence From
China’s Listed Companies. Unpublished PhD dissertation, Hong Kong University of
Science and Technology.
Willekens, Marleen, Heidi Vader Bauhede, Ann Gaeremynck, Linda Van De Gucht,. 2003. The
Impact of Internal and External Governance Mechanisms on the Voluntary Disclosure of
Financial and Non-financial Performance. University Working paper
World Bank. 1999. Corporate Governance: Framework for Implementation, Overview.
www.wordbank.org.pp.5
Xiao, Z., Jones, M.J., Lymer, A. 2002. Intermediate Trends In Internet Reporting. European
Accounting Review, 11 (2), 245-275.
Xiao, Z., Jones, M.J., Lymer, A. 2004. The Determinants And Characteristics Of Voluntary
Internet-Based Disclosures By Listed Chinese Companies. Journal of Accounting and
Public Policy 23 (2004) 191–225.