Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill...

112
Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987 1 Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill.) Terhadap Pertumbuhan Enterococcus faecalis (The Inhibition Effect of Avocado Leaves Extract (Persea americana, Mill.)to the Growth of Enterococcus faecalis) Felina Lucia Charyadie, Soegijanto Adi*, Rima Parwati Sari** *Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah **Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya ABSTRACT Background: Root canal treatment is the most common method to perserve a tooth from infection of the root canal mixed bacteria. Enterococcus faecalis is one of the bacteria that often causes failure of the root canal treatment. Persea americana leaves extract has antibacterial activities because of containing active compounds such as alkaloid, flavonoid, saponin, and tanin that may cause inhibit the growth of certain bacteria. Based on previous study Persea americana leaves extract proven to be able inhibit the growth of Staphylococcus aureus and Streptococcus mutans which are the same type with Enterococcus faecalis. Purpose: The aim of this study was to examine the inhibition effect of Persea americana leaves extract in concentrations of 25%, 50%, and 100% to the growth of Enterococcus faecalis bacteria. Methods: This study was using diffusion method in BHI gelatin, and incubated anaerobically at 37°C for 48 hours. Result: The mean of the inhibition effect of Persea americana leaves extract in one of each concentrations, 25%, 50%, and 100% are 8.99 mm, 10.73 mm, and 11.8 2mm, while the positive control group (ChKM) is 10.53 mm. Data were analyzed with ANOVA (one way) test and the result showed that there are significant differences (p<0.05) between all groups. LSD test showed that there are significant differences in all groups except the ChKM group and the 50% group. Conclusion: Persea americana leaves extracts having inhibition effect to the growth of Enterococcus faecalis bacteria. Keywords: Root canal treatment, Enterococcus faecalis bacteria, Persea americana leaves extract. Correspondence: Soegijanto Adi, Department of Conservation, Faculty of Dentistry, Hang Tuah University, Arif Rahman Hakim 150 Surabaya 60111 Indonesia, Phone 0816511661 LAPORAN PENELITIAN

Transcript of Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill...

Page 1: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

1

Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea

americana, Mill.) Terhadap Pertumbuhan

Enterococcus faecalis

(The Inhibition Effect of Avocado Leaves Extract (Persea

americana, Mill.)to the Growth of Enterococcus faecalis)

Felina Lucia Charyadie, Soegijanto Adi*, Rima Parwati Sari**

*Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

**Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya

ABSTRACT

Background: Root canal treatment is the most common method to perserve a tooth from

infection of the root canal mixed bacteria. Enterococcus faecalis is one of the bacteria that often causes failure of the root canal treatment. Persea americana leaves extract has

antibacterial activities because of containing active compounds such as alkaloid, flavonoid, saponin, and tanin that may cause inhibit the growth of certain bacteria. Based on previous

study Persea americana leaves extract proven to be able inhibit the growth of Staphylococcus

aureus and Streptococcus mutans which are the same type with Enterococcus faecalis. Purpose: The aim of this study was to examine the inhibition effect of Persea americana

leaves extract in concentrations of 25%, 50%, and 100% to the growth of Enterococcus faecalis bacteria. Methods: This study was using diffusion method in BHI gelatin, and

incubated anaerobically at 37°C for 48 hours. Result: The mean of the inhibition effect of

Persea americana leaves extract in one of each concentrations, 25%, 50%, and 100% are 8.99 mm, 10.73 mm, and 11.8 2mm, while the positive control group (ChKM) is 10.53 mm.

Data were analyzed with ANOVA (one way) test and the result showed that there are

significant differences (p<0.05) between all groups. LSD test showed that there are significant differences in all groups except the ChKM group and the 50% group. Conclusion:

Persea americana leaves extracts having inhibition effect to the growth of Enterococcus faecalis bacteria.

Keywords: Root canal treatment, Enterococcus faecalis bacteria, Persea americana leaves extract.

Correspondence: Soegijanto Adi, Department of Conservation, Faculty of Dentistry, Hang

Tuah University, Arif Rahman Hakim 150 Surabaya 60111 Indonesia, Phone 0816511661

LAPORAN PENELITIAN

Page 2: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

2

ABSTRAK

Latar Belakang:Perawatan saluran akar adalah salah satu perawatan yang

biasanyadilakukan untuk mempertahankan gigi yang telah terinfeksi oleh bakteri mixed pada

saluran akar. Enterococcus faecalis adalah salah satu bakteri yang sering menyebabkan terjadinya kegagalan perawatan saluran akar. Ekstrak daun alpukat telah diketahui memiliki

aktivitas antibakteri karena mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri. Berdasarkan penelitian

sebelumnya ekstrak daun alpukat terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans yang merupakan golongan bakteri yang sama dengan bakteri Enterococcus faecalis. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

melihat ada tidaknya daya hambat ekstrak daun alpukat dalam konsentrasi 25%, 50%, dan 100% terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Metode: Penelitian dilakukan

dengan metode difusi pada media BHI agar dan diinkubasi secara anaerob pada 37°C

selama 48 jam. Hasil:Hasil perhitungan rerata diameter zona hambat ekstrak daun alpukat dalam konsentrasi 25%, 50%, dan 100% masing-masing sebesar 8.99 mm, 10.73 mm, dan

11.82 mm, sedangkan pada kelompok kontrol positif (ChKM) sebesar 10.53 mm. Data

kemudian dianalisis dengan uji ANOVA (one way) dan hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada seluruh kelompok karena nilai (p<0.05). Hasil uji LSD

menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada seluruh antar kelompok kecuali kelompok ChKM dengan kelompok perlakuan konsentrasi 50% karena nilai (p>0.05).

Kesimpulan:Ekstrak daun alpukat terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Enterococcus faecalis

Kata Kunci: Perawatan saluran akar, Bakteri Enterococcus faecalis, Ekstrak daun alpukat

Korespondensi: Soegijanto Adi, Bagian Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi,

Universitas Hang Tuah, Jl. Arif Rahman Hakim 150 Surabaya 60111 Indonesia, Telp 0816511661

PENDAHULUAN

Perawatan saluran akar

merupakan prosedur perawatan yang

bermaksud mempertahankan gigi dan

kenyamanannya agar dapat diterima

secara biologik oleh jaringan

sekitarnya. Kemampuan bakteri untuk

tetap bertahan di dalam saluran akar,

memegang peranan penting terhadap

timbulnya kegagalan perawatan

saluran akar.1

Mengingat anatomi ruang pulpa

yang cukup rumit serta jauhnya

penetrasi bakteri melalui tubulus

dentin, maka tindakan preparasi

saluran akar yang disertai irigasi

kurang cukup untuk dapat

membebaskan saluran akar dari bakteri

dengan baik, sehingga perlu dilakukan

pemberian obat-obatan saluran akar.2

Diantara berbagai jenis bakteri

yang terdapat pada saluran akar,

bakteri Enterococcus faecalis

merupakan bakteri yang umumnya

ditemukan pada perawatan saluran

akar yang gagal. Hal ini dibuktikan

Page 3: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

3

dari beberapa hasil penelitian yang

dilakukan dengan metode kultur dan

metode polymerase chain reaction

(PCR), prevalensi keberadaan bakteri

Enterococcus faecalis pada perawatan

saluran akar yang gagal semakin

meningkat dari tahun 1964 – 2004

sebesar 24% hingga 77%.3

Enterococcus faecalis memiliki faktor-

faktor virulen seperti aggregation

substance (AS), surface adhesion, sex

pheromones, lipoteichoic acid (LTA),

extracellular superoxide production

(ESP), gelatinase, hyalurodinase, AS-

48, dan cytolysin. Faktor-faktor inilah

yang menyebabkan Enterococcus

faecalis dapat bertahan hidup di dalam

saluran akar sebagai organisme tunggal

dan resisten terhadap obat-obat

antimikrobial sehingga sulit

dieliminasi dari saluran akar secara

sempurna.4

Pemberian obat-obatan saluran

akar digunakan dengan tujuan untuk

mengeliminasi bakteri yang tidak dapat

dihilangkan dengan proses chemo-

mechanical seperti bakteri

Enterococcus faecalis.2 Berdasarkan

sifat kimianya, obat-obatan saluran

akar dibagi menjadi golongan obat non

spesifik dan golongan obat spesifik

yaitu dapat berupa satu atau kombinasi

beberapa antibiotik. Beberapa obat-

obatan saluran akar selain relatif mahal

juga memiliki beberapa

kelemahan/keburukan, contohnya

golongan obat non spesifik yaitu

Chlorophenol Kamfer Menthol

(ChKM) yang bersifat toksik, dapat

menyebabkan iritasi dan nekrosis

jaringan lunak, berbau menyengat,

rasanya tidak enak, serta dapat

menimbulkan reaksi alergi.5

Saat ini banyak dikembangkan

penggunaan tanaman sebagai

alternatif, mengingat sifat resistensi

bakteri Enterococcus faecalis dan

beberapa kelemahan dari obat-obatan

saluran akar terdahulu. Salah satu

tanaman yang dapat dimanfaatkan

adalah tanaman alpukat (Persea

americana mill.). Ekstrak daun alpukat

diketahui memiliki kandungan

senyawa aktif seperti alkaloid, saponin,

dan flavonoid yang mampu

menghambat pertumbuhan beberapa

bakteri. Beberapa diantaranya adalah

bakteri Staphylococcus aureus dan

Streptococcus mutans. Berdasarkan

penelitian sebelumnya ekstrak daun

alpukat 50% dan 100% terbukti cukup

efektif dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Streptococcus

mutans.Selain sebagai antibakteri,

Page 4: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

4

kelebihan lain senyawa flavonoid

dalam daun alpukat juga dapat bersifat

sebagai antioksidan, analgesik, dan

antiinflamasi sehingga dapat

mengurangi kerusakan jaringan pulpa,

rasa sakit, dan keradangan pada

penyakit pulpa dan periapikal. 6

Bakteri Staphylococcus aureus

dan Streptococcus mutans merupakan

golongan bakteri yang sama dengan

Enterococcus faecalis yaitu bakteri

gram positif anaerob fakultatif.

Berdasarkan hal tersebut ekstrak daun

alpukat seharusnya dapat dijadikan

sebagai suatu alternatif bahan alami

yang dapat dikembangkan sebagai obat

sterilisasi saluran akar. Selain bahan

uji dengan konsentrasi 50% dan 100%,

penelitian ini juga menguji konsentrasi

yang lebih kecil yaitu 25%.

Diharapkan konsentrasi yang lebih

kecil juga memiliki daya antibakteri

pada pertumbuhan bakteri

Enterococcus faecalis sehingga dapat

mengurangi efek sitotoksisitasnya.

Berdasarkan uraian diatas maka

perlu dilakukan penelitian tentang daya

hambat ekstrak daun alpukat (Persea

americana, Mill.) terhadap

pertumbuhan Enterococcus faecalis

dalam berbagai konsentrasi.

MATERI DAN METODE

Jenis penelitian ini adalah

penelitian eksperimental laboratoris in

vitro dan rancangan penelitian the post

test only control group design.

Parameter penelitian ini adalah zona

jernih yang dihasilkan oleh bahan uji.

Kelompok sampel penelitian ini

menggunakan 3 kelompok perlakuan

(ekstrak daun alpukat 25%, 50%, dan

100%) dan 2 kelompok kontrol

(kontrol positif menggunakan ChKM

dan kontrol negatif menggunakan

aquades steril). Pembagian kelompok

ini bertujuan untuk mengetahui adanya

perbedaan daya hambat dalam

berbagai konsentrasi. Sampel dalam

penelitian ini adalah biakan

Enterococcus faecalis yang

disetarakan dengan larutan Mc Farland

0,5. Besar sampel yang digunakan

untuk tiap kelompok sebanyak 6

sampel, sehingga total sampel yang

digunakan adalah 30 sampel.

Penelitian dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Hang Tuah.

Alat yang digunakan adalah

blender, timbangan digital, water bath,

rotary evaporator vakum, penyaring

Buchner, tabung reaksi dan rak,

autoclave, erlenmeyer dan pengaduk

Page 5: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

5

kaca, kertas saring berbentuk lingkaran

diameter 5 mm, beaker glass,

inkubator, petridish, spuit, burner,

osse, mikropipet, vortex, anaerobic

jar, lidi kapas steril, digital calipers

krisbow dengan ketelitian 0.01 mm,

dan syringe mikroporus membrane

diameter 0,2 µm. Bahan yang

diperlukan adalah bakteri

Enterococcus faecalis, ekstrak daun

alpukat, ChKM, aquades steril, etanol

96%, media Brain Heart Infusion

(BHI) agar, media Brain Heart

Infusion (BHI) cair, dan larutan standar

Mc Farland 0,5.

Ekstrak daun alpukat dibuat dari

serbuk daun alpukat yang ditambahkan

pelarut etanol 96% dan digoyang

dengan menggunakan water bath

dengan kecepatan 120 rpm selama 1

jam. Serbuk daun alpukat kemudian

dimaserasi selama 24 jam pada suhu

kamar, lalu difiltrasi dengan penyaring

Buchner, dan dilakukan maserasi ulang

terhadap residu selama 24 jam. Proses

ini dilakukan hingga 3 kali sehingga

didapatkan 3 filtrat. Ketiga filtrat

tersebut kemudian dicampur dan

dipekatkan dengan rotary vakum

evaporator dengan suhu 50˚C sampai

didapatkan ekstrak pekat. Pembuatan

Ekstrak daun alpukat konsentrasi

100% didapat dari 2 gr ekstrak pekat

dan 2 ml aquades steril. Untuk

konsentrasi 50% dilakukan

pengenceran dengan mengambil 1 mg

ekstrak konsentrasi 100% dan 1 ml

aquades steril. Selanjutnya konsentrasi

25% didapat dari 1 mg ekstrak

konsentrasi 50% dan 1 ml aquades

steril. Ekstrak daun alpukat yang akan

diuji terlebih dahulu disterilkan dengan

syringe mikroporus membrane

diameter 0,2 µm untuk mencegah

kontaminasi.

Penelitian dilakukan dengan

metode difusi pada media BHI agar.

Pada kelompok perlakuan, kertas

saring berbentuk lingkaran berdiameter

5 mm dicelupkan dalam ekstrak daun

alpukat selama 10 detik. Kertas saring

untuk kelompok kontrol positif

dicelupkan dalam ChKM dan untuk

kelompok kontrol negatif dicelupkan

dalam aquades steril. Kertas saring

diletakkan pada tiap zona media BHI

agar dengan menggunakan pinset steril

dan agak ditekan-tekan, kemudian

petridish dimasukkan ke dalam

anaerobic jar dan diinkubasi selama 2

x 24 jam dengan suhu 37˚C. Zona

hambat yang dihasilkan berupa zona

jernih (clear zone) disekitar kertas

saring dan diukur menggunakan digital

Page 6: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

6

calipers (dalam satuan mm). Zona

jernih diukur pada bidang horizontal,

vertikal, dan diagonal lalu dibagi 3

sehingga didapatkan rerata (mean)

diameter zona hambat. Besar diameter

zona jernih yang dihasilkan

menunjukkan adanya daya hambat

ekstrak daun alpukat.

Data dianalisis dengan uji

statistik Shapiro Wilk untuk melihat

apakah data yang didapat berdistribusi

normal. Dilanjutkan dengan uji

statistik Levene Test untuk mengetahui

apakah data yang didapat homogen

variansnya. Data kemudian dilakukan

uji statistik Oneway Anova (ANOVA)

untuk melihat perbedaan antar

kelompok dan selanjutnya dilakukan

uji Least Significant Difference (LSD)

untukmengetahui perbedaan

kemaknaan diantara setiap kelompok.

HASIL

Hasil penelitian berupa

perhitungan rerata diameter dan

standar deviasi zona hambat ekstrak

daun alpukat terhadap pertumbuhan

Enterococcus faecalis.

Tabel 1. Hasil Rerata Zona Hambat

Berdasarkan data hasil penelitian

(Tabel 1) menunjukkan bahwa terdapat

daya hambat ekstrak daun alpukat

dengankonsentrasi 25%, 50%, dan

100% terhadap

pertumbuhanEnterococcus faecalis.

Daya hambat terkecil dihasilkan oleh

ekstrak daun alpukat konsentrasi 25%

sebesar 8.99 mm, dan daya hambat

terbesar dihasilkan oleh ekstrak daun

alpukat konsentrasi 100% sebesar

11.82 mm. Terlihat bahwa semakin

tinggi konsentrasi ekstrak daun alpukat

maka daya hambat yang dihasilkan

juga semakin besar (Gambar 1).

Gambar 1. Grafik Hasil Rerata Zona

Hambat

Page 7: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

7

Tabel 2.Hasil Uji ANOVA

(*) adalah terdapat perbedaan bermakna

Hasil uji ANOVA (tabel 2)

menunjukkan terdapat perbedaan yang

bermakna pada masing-masing

kelompok karena nilai p<0.05, maka

disimpulkan bahwa ekstrak daun

alpukat dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Enterococcus

faecalis dan perlu dilanjutkan dengan

uji LSD.

Tabel 3.Hasil Uji LSD

(*) adalah terdapat perbedaan bermakna

Hasil uji LSD (tabel 3)

menunjukkan adanya perbedaan

bermakna antara ekstrak daun alpukat

25% terhadap ekstrak daun alpukat

50% dan 100%, ekstrak daun alpukat

50% terhadap ekstrak daun alpukat

100%, dan ChKM terhadap ekstrak

daun alpukat 25% dan 100%. ChKM

dengan ekstrak daun alpukat 50%

menunjukkan tidak ada perbedaan

bermakna karena nilai p>0.05, hal ini

dapat dilihat dari hasil perhitungan

rerata daya hambat yang dihasilkan

kelompok ChKM (10.53 mm) dan

ekstrak daun alpukat 50% (10.73 mm)

memiliki perbedaan yang tidak

signifikan.

PEMBAHASAN

Daun alpukat menurut penelitian

sebelumnya mengenai analisis

fitokimia beberapa tumbuhan obat

menunjukkan bahwa daun alpukat

memiliki kandungan senyawa aktif

seperti alkaloid, flavonoid, saponin,

dan tanin.9 Senyawa-senyawa ini dapat

bekerja sebagai senyawa aktif

antibakteri. Alkaloid akan berikatan

dengan DNA sel sehingga

menimbulkan perubahankeseimbangan

genetik pada rantai DNA.10

Flavonoid

bersifat lipofilik, bekerja dengan

membentuk ikatan kompleks dengan

protein ekstraseluler serta adanya

senyawa tanin bekerja dengan

mengikat dan mengendapkan protein.11

Saponin memiliki ujung hidrofobik

yang akan berikatan pada protein

membran sel melalui ikatan gugus

polar, sedangkan gugus non polar

saponin akan berikatan dengan lemak

Page 8: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

8

membran sel.12

Akan tetapi,

pemeriksaan skrining fitokimia hanya

sebatas membuktikan ada atau

tidaknya senyawa aktif dalam suatu

bahan uji. Pemeriksaan tersebut tidak

dapat menunjukkan kadar dari

senyawa aktif yang terkandung di

dalamnya. Untuk memeriksa kadar

dari senyawa-senyawa aktif tersebut

perlu dilakukan pengujian dengan

teknik tertentu dan peralatan yang

lebih canggih, misalnya metode

kromatografi lapis tipis (KLT).

Beberapa metode lain yang dapat

dilakukan diantaranya pemeriksaan

secara fisika, organoleptis,

pemeriksaan kromatografi dan

pemeriksaan spektofotometri.9

Daya hambat yang dihasilkan

ekstrak daun alpukat 100%

menghasilkan daya hambat terbesar

bahkan bila dibandingkan dengan daya

hambat kelompok ChKM. Hal ini bisa

jadi disebabkan karena pengaruh dari

kadar kandungan senyawa aktif dan

dari kepekatan bahan uji. Kepekatan

bahan uji bisa mempengaruhi berat

molekulnya yang menjadi lebih besar

sehingga viskositasnya lebih

kental.7Pada ekstrak daun alpukat

100% memiliki efek antibakteri yang

lebih lama dibandingkanChKM,

dimungkinkan karena viskositasnya

yang kental sehingga aliran (flow)

bahan uji lebih lambat. Selain itu, bisa

juga dikarenakan ChKM memiliki

daya larut dalam air yang rendah, daya

alir yang tinggi, difusi yang lambat

pada media agar, dan sifat penguapan,

oleh karena itu pada penelitian in vitro

tampak daya hambat yang dihasilkan

ChKM terbatas. Sebaliknya pada

penelitian dengan metode dilusi,

mengindikasikan bahwa ChKM

merupakan bahan yang sangat efektif

sebagai antiseptik.8

Enterococcus faecalis adalah

bakteri yang memilki kemampuan

resisten hampir pada semua obat

antiseptik. Bakteri ini memiliki

kemampuan resistensi intrinsik dan

resistensi yang didapat (acquired).

Resistensi intrinsik adalah suatu

karakteristik pada terdapat pada

hampir atau semua strain spesies yang

mana gen untuk resistensi intrinsik

tersebut dibawa dalam kromoson,

sedangkan resistensi yang didapat

(acquired) adalah resistensi yang

didapat karena mutasi DNA atau

adanya pembentukan DNA baru

melalui transfer plasmid dan

transposon. Gen resisten pada bakteri

ini disimpan di plasmid sehingga dapat

Page 9: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

9

ditransfer kapan saja.13

Dengan

resistensi inilah bakteri Enterococcus

faecalis dapat resisten terhadap banyak

obat termasuk ChKM, maka

diasumsikan bahwa bakteri

Enterococcus faecalis juga memiliki

kemungkinan resisten terhadap ekstrak

daun alpukat karena mekanisme kerja

yang sama berdasarkan kandungan

fenol yang terkandung didalamnya.

Disimpulkan ekstrak daun alpukat

dapat digunakan sebagai alternatif obat

sterilisasi saluran akar namun belum

bisa mengatasi resistensi Enterococcus

faecalis.

SIMPULAN

Hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa ekstrak daun

alpukat(Persea americana,

Mill.)konsentrasi 25%, 50%, dan

100% mempunyai daya hambat

terhadap pertumbuhan Enterococcus

faecalis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cogulu D, Uzel A,Oncag O, Aksoy SC,

Eronat C. 2007. Detection of Enterococcus

faecalis in necrotic teeth root canals by

culture and polymerase chain reaction

methods. European Journal of Denstistry,1:

216-21.

2. Johnson WT dan Noblet WC. 2009.

Cleaning and Shaping. In: Walton RE,

Torabinejad M. Endodontics principles and

practice, 4th

ed. India: Thomson Press.p.

258-83.

3. Stuart CH, Schwartz SA, Beeson TJ, Owatz

CB. 2006. Enterococcus faecalis: Its role in

root canal treatment failure and current

concepts in retreatment.JOE, 32(2): 93-8.

4. Suchitra U dan Kundabala M. 2006.

Enterococcus faecalis: An Endodontic

pathogen. medIND journals.p.11-3.

5. Fouad AF. 2009. Endodontic Microbiology.

USA: Wiley-Blackwell.p. 249.

6. Fauzia dan Larasati A. 2008. Uji Efek

Ekstrak Air dari Daun Avokad (Persea

gratissima) terhadap Streptococcus Mutans

dari Saliva dengan Kromatografi Lapisan

Tipis (TLC) dan Konsentrasi Hambat

Minimum (MIC). Majalah Kedokteran

Nusantara,41(3):173-8.

7. Staf Pengajar Departemen Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

2008. Kumpulan Kuliah Farmakologi.

Fakultas Kedokteran Sriwijaya, Ed.2.,

Jakarta: EGC.h.163-4.

8. Athanassiadis B, Abbott PV, Walsh LJ.

2007. The use of calcium hydroxide,

antibiotics and biocides as antimicrobial

medicaments in endodontics.

AustralianDental Journal Supplement,52:

S82-S64. Available

fromhttp://espace.library.uq.edu.au/eserv.ph

p?pid=UQ:13789&dsID=Antimicrobial_me

dicaments_in_endodontics.pdf Accessed

Jan 12, 2013.

9. Sangi, dkk. 2008. Analisis Fitokimia

Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa

Utara. Chem. Prog,1(1):53-47.

Page 10: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

10

10. Rinawati ND. 2011. Daya Antibakteri

Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)

terhadap Bakteri Vibrio alginolyticus.

Universitas Institut Teknologi Sepuluh

Nopember. h.8-7.

11. Katja DG, Suryanto E, Wehantouw F.

2009. Potensi Daun Alpukat (Persea

Americana Mill.) Sebagai Sumber

Antioksidan Alami. Chem. Prog, 2(1): 64-

58.

12. Noer IS dan Nurhayati L. 2006.

Bioaktivitas Ulva reticulate Forsskal. Asal

Gili Kondo Lombok Timur terhadap

Bakteri. Jurnal Biotika, 5(1): 60-45.

13. Marsa RD. 2010. Efek Antibakteri Ekstrak

Lerak dalam Pelarut Etanol terhadap

Enterococcus faecalis (Penelitian In Vitro).

Skripsi, Universitas Sumatera Utara,

Medan.h. 21-4, 41-3.

Page 11: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

11

Daya Hambat Ekstrak Daun Mangrove (Avicennia

marina)Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Mixed periodontopatogen

(The Inhibition Effect of Avicennia marina Mangrove Leaves

Extract to The Growthof Mixed periodontopathogen bacteria)

Adrianus Bagus Krisnata, Yoifah Rizka*, Dian Mulawarmanti**

*Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya

**Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya

ABSTRACT

Background: Periodontitis is a periodontal tissue disease in which one of main factors is caused by bacteria periodontopathogen. Some antibiotics had been used to eliminate the

mixed periodontopathogen on periodontitis and antibiotic resistance has increased rapidly during the last decade. Avicennia marina is one of mangrove species which has potent as a source of antibacterial compound, such as flavonoid, alkaloid, terpenoid, tannin, and saponin.Purposes: The aim of this research was to study the inhibitory effect of mangrove leaves (Avicennia marina) on the growth of mixed periodontopathogen. Methods: Mangrove leaves was extracts with ethanol 96%. The antibacterial effect of Avicennia marina extract to the growth of mixed periodontopathogen that were tested by diffusion methods on Brain Heart Infusion (BHI) medium with 3 concentration 750 g/ml, 1500 g/ml and 3000 g/ml, each consisted of 6 samples. The Inhibition effect were examined by measuring the clear zone surrounding diffusion disc with a digital calipers , stated in millimeters. Results : Data were analized with ANOVA (one way) test and result showed the significant different (p < 0,05) between all groups and it was found that there is inhibition growth power of mixed periodontopathogen bacterial by leaves extract of Avicennia marina with concentration

750 g/ml (6,8067 ± 0,03386), 1500 g/ml (6,9067 ± 0,03266), 3000 g/ml (7,2167 ± 0,02582), DMSO 1% (6 ± 0,0000) and minosiklin 0,1% (48,835 ± 0,4764).Conclusions:

Leaves extract of Avicennia marina could inhibit the growth of mixed periodontopathogen bacteria.

Keywords: Avicennia marina, antibacterial, periodontal disease,mixed periodontopathogen, inhibitory effect.

Correspondence: Yoifah Rizka, Department of Periodontology, Faculty of Dentistry, Hang Tuah University, Arief Rahman Hakim 150, Sukolilo, Surabaya, Phone 031-

5945964,5945894, Fax. 5946261, Email :[email protected]

LAPORAN PENELITIAN

Page 12: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

12

ABSTRAK

Latar Belakang: Periodontitis merupakan sebuah penyakit periodontal dimana faktor

utamanya adalah bakteri periodontopatogen. Antibiotik telah digunakan untuk membunuh

bakteri mixed periodontopathogen pada periodontitis dan resistensi antibiotik meningkat pesat dalam decade terakhir. Kandungan antibakteri dari alam mempunyai keunggulan

sebagai obat alternatif.Avicennia marina adalah salah satu jenis mangrove yang mempunyai kandungan anti bakteri seperti flavonoid, alkaloid, terpenoid, tannin, dan saponin.Tujuan:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek daya hambat ekstrak daun mangrove

(Avicennia marina) terhadap pertumbuhan bakteri mixed periodontopathogen dengan berbagai konsentrasi. Metode: Daun mangrove diekstrak dengan etanol 96%. Efek

antibakteri dari ekstrak Avicennia marina terhadap bakteri mixed periodontopathogen diuji dengan menggunakan metode difusi pada media Brain Heart Infusion (BHI) dengan 3

konsentrasi 750 µg/ml, 1500 µg/ml and 3000 µg/ml dimana tiap kelompok terdiri dari 6

sampel. Efek daya hambat diteliti dengan mengukur daerah jernih pada disk menggunakan kaliper digital satuan millimeter.Hasil: Data dianalisa dengan uji one way ANOVA dan

hasilnya menunjukkan perbedaan signifikan (p < 0,05) antara semua kelompok dan terdapat

daya hambat pertumbuhan bakteri mixed periodontopatogen oleh ekstrak daun mangrove (Avicennia marina) dengan konsentrasi 750µg/ml(6,8067 ± 0,03386), 1500 µg/ml(6,9067 ±

0,03266), 3000 µg/ml(7,2167 ± 0,02582), DMSO 1% (6 ± 0,0000) dan minosiklin 0,1% (48,835 ± 0,4764). Simpulan: Ekstrak daun mangrove (Avicennia marina) dapat

menghambat pertumbuhan bakteri mixed periodontopatogen.

Kata kunci: Avicennia marina, antibakteri, penyakit periodontal, Mixed periodontopathogen,

daya hambat.

Korespondensi: Yoifah Rizka, Bagian Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi,Universitas Hang Tuah, Jl. Arief Rahman Hakim 150, Sukolilo, Surabaya, Telp 031-5945964,5945894,

Fax. 5946261, Email :[email protected]

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki mangrove

yang terluas di dunia dan keragaman

hayati yang terbesar serta strukturnya

yang bervariasi.1 Mangrove Indonesia

Center tahun 2006 memperlihatkan

luas hutan mangrove di Indonesia

mencapai 25% dari total 18 juta

hektare mangrove di dunia.2

Tumbuhan mangrove di

Indonesia jenisnya bermacam-macam,

tetapi hanya didominasi oleh

Avicenniamarina, Rhizophora

mucronata, Sonneratia caseolari.3

Tumbuhan mangrove jenis Avicennia

marina paling banyak ditemukan

karena memiliki batas toleran yang

cukup tinggi terhadap perairan dengan

kondisi yang ekstrim salinitas yang

tinggi, kondisi berlumpur, mampu

tumbuh dengan baik pada salinitas

yang mendekati air tawar sampai

dengan 90%.4 Ekstrak daun mangrove

Avicennia marina banyak ditemukan

senyawa-senyawa aktif meliputi

flavonoid, alkaloid, terpenoid, tannin,

Page 13: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

13

dan saponin daripada kulit, batang,

getah, akar dan buah.5Ekstrak daun

mangrove mampu menunjukkan

aktivitas antimikrobanya terhadap

bakteri gram negatif, gram positif dan

jamur meliputi Staphylococcusaureus,

Staphylococcus epidermides,

Escherichia coli, Bacillus subtilis,

Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella

pneumonia, Aspergilus niger,

Rhyzopus oryzae, Candida albicans

dan Saccharomyces cerevisiae. Hal itu

menunjukkan bahwa senyawa aktif

tersebut mempunyai antibakteri.6

Penggunan antibiotik yang

berlebihan dan tidak tepat pada

beberapa kasus, dapat ,menyebabkan

masalah kekebalan antimikrobial.7

Resistensi bakteri ini merupakan

ancaman keberhasilan terapi terhadap

penyakit infeksi baik dirumah sakit,

pelayanan kesehatan lain, maupun di

masyarakat.8

Penyakit periodontal merupakan

penyakit pada jaringan pendukung gigi

yang terutama disebabkan oleh bakteri.

Inflamasi dan kehilangan tulang

merupakan tanda-tanda adanya

penyakit periodontal.9

Di Indonesia,

penyakit periodontal menduduki

urutan kedua setelah karies dan masih

merupakan masalah di masyarakat.10

Penyakit periodontal pada

umumnya dibagi menjadi dua macam

yaitu gingivitis jika mengenai jaringan

gingiva dan periodontitis jika

mengenai jaringan periodontal lebih

luas yaitu ligamen peridontal,

sementum, dan tulang alveolar.11

Bakteri-bakteri patogen yang diduga

memiliki peranan penting sebagai

penyebab kerusakan jaringan

periodontal adalah Actinobacillus

actinomycetemcommitans (Aa),

Porphyromonas gingivalis,Tannerella

forshytensis, Prevotella intermedia,

Fusobacterium neucleatum,

Selenomonas dan Capnocytophaga

yang merupakan bakteri-bakteri jenis

anaerob gram negatif.12

Bakteri-bakteri

tersebut yang disebut dengan bakteri

Mixed periodontopathogen yang

berada dalam rongga mulut pasien

dengan kelainan periodontitis.

Terapi periodontal selain dengan

cara scaling dan root planning, juga

dilakukan pemberian antibiotik,

dimana dapat diberikan secara sistemik

maupun secara lokal.13

Pemberian antibiotika secara

lokal mempunyai keuntungan yaitu

secara langsung mencapai daerah

target yang spesifik, sehingga dosis

maupun konsentrasinyadapat dikurangi

Page 14: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

14

serta efek sampingnya juga

berkurang.14

Ada beberapa golongan

antimikroba yang efektif untuk

pengobatan penyakit periodontal.

Minosiklin sebagai salah satu dari

golongan antimikroba yang dapat

digunakan sebagai pilihan pada kasus

periodontitis, di bidang kedokteran

gigi, kecenderungan pemakaian

minosiklin terus meningkat, karena

minosiklin mempunyai kelebihan

dibandingkan antibiotika lainnya untuk

terapi penyakit periodontal.

Keuntungan minosiklin adalah efektif

melawan pertumbuhan bakteri

periodontophatogen gram negatif

anaerob, konsentrasi yang tinggi pada

gingival crevikular fluid (GCF), dan

efek antimikroba yang baik dengan

pelepasan yang pelan pada poket

periodontal.15

Berdasarkan penjelasan

di atas, maka perlu dilakukan

penelitian mengenai daya hambat

ekstrak daun mangrove (Avicennia

marina) terhadap pertumbuhan bakteri

Mixed periodontopatogen yang

merupakan etiologi utama penyakit

periodontal, sehingga nantinya dapat

bermanfaat sebagai obat alternatif

dalam bentuk obat kumur untuk

mengobati penyakit periodontal.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini adalah penelitian

true eksperimental laboratoris dengan

rancangan the post test only control

group design. Sampel penelitian ini

menggunakan bakteri Mixed

periodontopatogen yang diambil dari

biakan penderita dengan diagnosis

periodontitis yang diinokulasi pada

media Brain Heart Infusion (BHI) cair

dengan teknik pengambilan sampel

menggunakan simple random

sampling.

Daun Avicennia marina diambil

dari Balai Pengelolaan Mangrove

wilayah I Wonorejo Surabaya. Daun

Avicennia marina yang sudah kering

dan halus seberat 1,1 kg diekstrak

menggunakan pelarut etanol 96% 3

liter dengan cara maserasi

menghasilkan ekstrak seberat 96 gram.

Subyek pada penelitian dibagi

dalam 5 kelompok yaitu kelompok

kontrol negatif dengan DMSO 1%,

kelompok kontrol positif

menggunakan minosiklin 0,1%, dan 3

kelompok diberi ekstrak daun

mangrove Avicennia marina dengan

konsentrasi 750 µg/ml, 1500 µg/ml

dan 3000 µg/ml sehingga total sampel

yang digunakan pada penelitian ini

adalah 30 sampel.

Page 15: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

15

Bakteri Mixed

periodontopatogen setelah

diinkubasikan, diambil dengan

mikropipet yang diletakkan pada

obyek glass untuk dibuat preparat yang

kemudian akan dilakukan pengecatan

untuk melihat jenis bakteri yang

mendominasi. Bakteri yang

mendominasi yaitu bakteri

gramnegatif. Setelah pengecatan,

suspensi bakteri tersebutdisetarakan

kekeruhannya dengan larutan standar

Mc Farland 0,5 atau setara dengan

konsentrasi 1,5x108 CFU/ml.

Selanjutnya, menyiapkan

petridisk yang telah berisi bakteri

Mixed periodontopatogen dengan

media BHI agar. Setelah itu

mencelupkan kertas saring yang

sebelumnya telah dicelupkan ke dalam

ekstrak daun Avicennia marina selama

10 detik pada kelompok perlakuan.

Untuk kelompok kontrol, kertas saring

dicelupkan pada aquadest steril selama

10 detik. Meletakkan kertas saring

tersebut pada media agar Mixed

periodontopatogen dengan

menggunakan pinset steril agak

ditekan – tekan. Memasukkan petri

dish ke dalam inkubator selama 2x24

jam dengan suhu 370C dalam suasana

anaerob.

Tahap berikutnya yaitu

mencelupkan kertas saring yang

sebelumnya telah dicelupkan ke dalam

ekstrak daun Avicennia marina selama

10 detik pada kelompok perlakuan.

Untuk kelompok kontrol, kertas saring

dicelupkan pada DMSO 1% untuk

kontrol negatif dan minosiklin 0,1%

untuk kontrol positif selama 10 detik.

Meletakkan kertas saring tersebut pada

media agar Mixed periodontopatogen

dengan menggunakan pinset steril agak

ditekan–tekan. Memasukkan petri dish

ke dalam inkubator selama 2x24 jam

dengan suhu 370C dalam suasana

anaerob. Pengukuran zona hambat

yaitu selisih diameter zona jernih

dikurangi diameter kertas saring

menggunakan digital kalipers dalam

satuan millimeter (mm).

Dari hasil penelitian perlu

dilakukan tes normalitas (Uji Shapiro

Wilk karena besar sampel < 50).

Setelah itu menggunakan uji one way

Anova (satu arah) yang dilanjutkan

dengan uji LSD (Least Significant

Difference).

HASIL PENELITIAN

Dari hasil penelitian tentang

daya hambat ekstrak daun mangrove

Avicennia marina terhadap

Page 16: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

16

pertumbuhan bakteri Mixed

periodontopatogen adalah sebagai

berikut:

Tabel 1. Diameter zona hambat terhadap bakteri Mixed periodontopatogen (dalam satuan

mm)

Berdasarkan tabel 1 diatas

menunjukkan bahwa tidak terdapat

daya hambat pada kelompok kontrol

negatif DMSO 1%, sedangkan pada

kelompok perlakuan ekstrak daun

Avicennia marina dengan konsentrasi

750 µg/ml, 1500 µg/ml dan 3000

µg/ml menunjukkan adanya daya

hambat terhadap bakteri Mixed

periodontopatogen dan semakin tinggi

konsentrasi ekstrak Avicennia marina,

semakin besar pula zona hambat yang

dihasilkan.

Gambar 1. Gambar rata-rata diameter zona hambat

Berdasarkan gambar 1 di atas

dapat dilihat bahwa daya hambat pada

kelompok kontrol positif

menggunakan minosiklin 0,1% yang

jauh lebih besar dibandingkan dengan

kelompok perlakuan ekstrak Avicennia

marina.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55Daya Hambat (mm)

K

K

750 1500 3000

Page 17: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

17

PEMBAHASAN

Hasil analisa penelitian ini

menggunakan uji statistik ANOVA dan

LSD dengan signifikansi 5% (p<0,05)

terlihat perbedaan bermakna antara

kelompok kontrol positif (minosiklin

0,1 %) dengan rerata sebesar 48,835

mm dan kelompok kontrol negatif

(DMSO 1%) dengan rerata sebesar

6,00 mm. Hal itu membuktikan bahwa

DMSO 1% tidak memiliki daya

hambat dan tidak mempengaruhi hasil

dari penelitian, sedangkan minosiklin

merupakan antibiotik golongan

tetrasiklin dimana sifatnya adalah

lipofilik yang mampu menembus

membran lemak di dinding sel dan

menghambat sintesis atau merusak

asam nukleat sel bakteri dan

menghambat sintesis protein pada

ribosomnya, Paling sedikit terjadi 2

proses dalam masuknya antibiotik ke

dalam bakteri gram negatif, pertama

secara difusi pasif melalui kanal

hidrofilik, kedua melalui sistem

transpor aktif. Setelah masuk antibiotik

berikatan seraca reversibel dengan

ribosom 30S dan mencegah ikatan

tRNA–aminoasit pada kompleks

mRNA-ribosom. Hal tersebut

mencegah perpanjangan rantai peptida

yang sedang tumbuh dan berakibat

terhentinya sintesis protein.15

Antibiotik yang memiliki mekanisme

kerja menghambat sintesis protein

mempunyai daya antibakteri sangat

kuat.16

Hasil kontrol negatif DMSO 1 %

(6,00 mm) dan kelompok perlakuan

Avicennia marina pada konsentrasi

750 μg/ml (6,8067 mm),ekstrak

Avicennia marina 1500 μg/ml (6,9067

mm), ekstrak Avicennia marina 3000

μg/ml (7,2167 mm), serta pada uji

statistik ANOVA dan LSD dengan

signifikansi 5% (p<0,05) pada semua

konsentrasi memiliki perbedaan yang

bermakna.Hal itu membuktikan

bahawa adanya daya hambat ekstrak

daun Avicennia marina terhadap

pertumbuhan bakteriMixed

periodontopatogen dikarenakan

adanya senyawa aktif yang terkandung

dalam ekstrak daun Avicennia marina

antara lain flavonoid, alkaloid,

terpenoid, tannin dan saponin.5

Flavonoid merupakan senyawa

polar yang umumnya mudah larut

dalam pelarut polar seperti etanol,

methanol, butanol dan

aseton.Flavonoid merupakan golongan

terbesar dari senyawa fenol, senyawa

fenol mempunyai sifat efektif

menghambat pertumbuhan virus,

Page 18: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

18

bakteri dan jamur. Mekanisme kerja

flavonoid dalam menghambat

pertumbuhan bakteri adalah flavonoid

menyebabkan terjadinya kerusakan

permeabilitas dinding sel bakteri dan

flavonoid mampu menghambat

motilitas bakteri.17

Flavonoid

mempunyai sifatnya bakteriostatik,

tetapi pada konsentrasi yang semakin

tinggi flavonoid mampu membunuh

bakteri gram negatif maupun gram

positif.18

Alkaloid memiliki kemampuan

sebagai antibakteri. Mekanisme

alkaloid yaitu dengan cara

mengganggu komponen penyusun

peptidoglikan pada sel bakteri,

sehingga lapisan dinding sel tidak

terbentuk secara utuh dan

menyebabkan kematian sel tersebut. Di

dalam senyawa alkaloid juga terdapat

gugus basa yang mengandung reaksi

nitrogen yang akan bereaksi dengan

senyawa asam amino yang menyusun

dinding sel bakteri dan DNA bakteri.

Reaksi ini mengakibatkan perubahan

struktur dan susunan asam amino,

dimana akan menimbulkan perubahan

keseimbangan genetik pada pada rantai

DNA sehingga akan mengalami

kerusakan yang akan mendorong

terjadinya lisis sel bakteri yang akan

menyebabkan kematian sel pada

bakteri.16

Penelitian sebelumnya

menunjukkan pada konsentrasi 400 –

500 μg/ml alkaloid mampu

membunuhbakteri gram negatif

maupun gram positif.18

Terpenoid mempunyai manfaat

penting sebagai obat tradisional,

antibakteri, antijamur dan gangguan

kesehatan. Senyawa terpenoid dapat

menghambat pertumbuhan dengan

mengganggu proses terbentuknya

membran dan atau dinding sel,

membran atau dinding sel tidak

terbentuk atau terbentuk tidak

sempurna.17

Karena mekanisme itulah

terpenoid lebih bersifat

bakteriostatik.20

Senyawa – senyawa

ini yang mempunyai aktivitas

bakteristatik itu dapat meningkat

menjadi bakterisid, jika kadar senyawa

antibakteri itu ditingkatkan melebihi

kadar hambat minimal.21

Senyawa tannin menyebabkan

denaturasi protein dengan membentuk

kompleks dengan protein melalui

kekuatan nonspesifik seperti ikatan

hidrogen dan efek hidrofobik

sebagaimana pembentukan ikatan

kovalen, menginaktifkan adhesi

mikroba terhadap molekul untuk

menempel pada sel inang,

Page 19: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

19

menstimulasi sel-sel fagosit yang

berperan dalam sespon imun selular.22

Tannin pada konsentrasi rendah

mempunyai sifat bakteriostatik, tetapi

tannin dengan konsentrasi 12,5 - 50

μg/ml mempunyai sifat bakterisid baik

untuk bakteri gram negatif maupun

gram positif.23

Saponin merupakan glukosida

yang larut dalam air dan etanol, tetapi

tidak larut dalam eter. Saponin bekerja

sebagai antibakteri dengan

mengganggu stabilitas membran sel

bakteri sehingga menyebabkan sel

bakterilisis, jadi mekanisme kerja

saponin termasuk dalam kelompok

antibakteri yang mengganggu

permeabilitas membran sel bakteri,

yang mengakibatkan kerusakan

membran sel dan menyebabkan

keluarnya berbagai komponen penting

dalam sel bakteri yaitu protein, asam

nukleat dan nukleotida.17

Karena sifat

itulah saponin pada konsentrasi 1 – 12

μg/ml tidak bisa menghambat

pertumbuhan bakteri gram negatif

E.coli sehingga saponin mempunyai

sifat bakteriostatik.24

Saponin juga

tidak mampu menghambat bakteri

gram negatif dan jamur tetapi saponin

mampu menghambat pertumbuhan

bakteri gram positif.25

Antar perlakuan ekstrak daun

Avicennia marina dengan konsentrasi

750 μg/ml (6,8067 mm), 1500 μg/ml

(6,9067 mm), dan 3000 μg/ml (7,2167

mm) yang menunjukkan bahwa

semakin besar konsentrasi ekstrak

daun Avicennia marina semakin besar

pula zona hambat pertumbuhan bakteri

Mixed periodontopatogen yang

dihasilkan. Hal itu disebabkan pada

konsentrasi yang semakin besar,

semakin besar kandungan bahan aktif

dan semakin besar juga efek

antibakterinya.

Hasil penelitian tampak adanya

perbedaan diameter selisih zona

hambat pertumbuhan bakteri Mixed

periodontopatogen yang signifikan

pada perlakuan kelompok kontrol

positif (minosiklin) dengan konsentrasi

ekstrak Avicennia marina konsentrasi

750 μg/ml, 1500 μg/ml, dan 3000

μg/ml. Hal itu dikarenakan bakteri

Mixed periodontopatogen didominasi

oleh bakteri gram negatif. Kandungan

protein porin pada membran terluar

dinding sel bakteri gram negatif

bersifat hidrofilik. Kemungkinan porin

yang terkandung pada membran terluar

tersebut menyebabkan molekul-

molekul komponen ekstrak lebih sukar

masuk ke dalam sel bakteri. struktur

Page 20: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

20

dinding sel bakteri ini berlapis tiga

yang tersusun atas peptidoglikan dan

lipid dengan kadar yang tinggi (11-22

%). Selain itu, 20 % membran luar

bakteri mengandung lipid sehingga

senyawa metabolit sekunder ini sulit

masuk ke dalam membran luar dinding

sel, dimana lipid ini berfungsi

mencegah masuknya bahan kimia dari

luar.16

Senyawa aktif Avicennia marina

mempunyai cara kerja yang

mengganggu lapisan peptidoglikan

yang merupakan komponen luar

bakteri sehingga lapisan dinding sel

tidak terbentuk secara utuh. Hal itu

dikarenakan lapisan lipid bakteri gram

negatif yang sangat tebal sehingga

senyawa Avicennia marina kesulitan

untuk menembus lapisan tersebut.

Sedangkan minosiklin seperti pada

penjelasan diatas yang mampu masuk

melewati membran menyerang DNA

bakteri karena bersifat lipofilik,

dengan lebih brusaknya struktur DNA

bakteri sehingga sintesis DNA bakteri

terganggu. Perbedaan cara kerja

tersebut, sehingga Avicennia

marinalebih bersifat bakteriostatik,

sedangkan minosiklin bersifat

bakterisid. Sesuai dengan hasil

penelitian ini, dapat diketahui bahwa

ekstrak daun Avicennia marina

mempunyai efek antibakteri terhadap

bakteri Mixed periodontopatogen. Hal

ini disebabkan dalam ekstrak daun

Avicennia marina terdapat berbagai

senyawa aktif flavonoid, alkaloid,

terpenoid, tannin dan saponin yang

mampu berperan dan memberikan

hasil yang efektif sebagai antibakteri.

Besarnya diameter zona hambat pada

minosiklin dibandingkan dengan

ekstrak Avicennia marina membuat

peneliti berinisiatif untuk menjadikan

bahan alam ini sebagai preventif di

bidang kedokteran gigi yaitu untuk

menjaga oral hygiene dengan sediaan

sebagai obat kumur.

Penelitian ini masih bersifat

kualitatif yaitu menunjukkan adanya

daya hambat ekstrak daun Avicennia

marinaterhadap pertumbuhan bakteri

Mixed periodontopatogen sehingga

perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

SIMPULAN

Terdapat daya hambat ekstrak

daun mangrove (Avicennia marina)

terhadap pertumbuhan bakteri Mixed

periodontopatogen pada konsentrasi

750 μg/ml, 1500 μg/ml, 3000 μg/ml

dengan semakin besar konsentrasi

semakin besar pula daya

Page 21: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

21

hambatnya.Konsentrasi yang memiliki

daya hambat paling optimal terhadap

pertumbuhan bakteri Mixed

periodontopatogen secara in vitro

adalah 3000 μg/ml. Namun,

penggunaan minosiklin 0,1%

mempunyai daya hambat yang lebih

besar bila dibandingkan dengan

ekstrak daun Avicennia marina.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kepada

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Hang Tuah Surabaya dan

Laboratorium Fitokimia Fakultas

Farmasi Universitas Airlangga

Surabaya atas kesempatan dan fasilitas

yang diberikan untuk pelaksanaan

penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Noor YR, Khazali, Suryadiputra. 2006.

Panduan Pengenalan Mangrove di

Indonesia.PHKA-WIIP. Bogor.

2. Bayu A. 2009. Hutan Mangrove Sebagai

Salah Satu Sumber Produk Alam Laut.

Oseana, 19(2):23-15.

3. Purnobasuki H. 2004. Potensi Mangrove

sebagai Tanaman Obat.

http://herypurba.blog.unair.ac.id/files/2010/

02/botani_mangrove-pemanfaatan-potensi-

mangrove-sebagai-tanaman-obat.pdf.

Diakses tanggal 5 Mei 2012.

4. Susanto AH, Soedarti T, Purnobasuki H.

2012. Struktur Komunitas Mangrove Di

Sekitar Jembatan Suramadu Sisi

Surabaya,Program Study S-1 Biologi,

Departemen Biologi fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Airlangga,

Surabaya.

5. WibowoC, dkk. 2009.Pemanfaatan pohon

mangrove api-api (Avicennia spp.) sebagai

bahan pangan dan obat.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/

123456789/45052/Pemanfaatan%20Pohon

%20Mangrove.pdf?sequence=1. Diakses

tanggal 5 Mei 2012.

6. Kumar VA, Amnani K, Siddhardha B.

2011. In Vitro Antimicrobial Activity of

Leaf Exstracs of Certain Mangrove Plants

Collected from Godavari Estuarine of

Konaseema delta India. Journal Med Arom

Plants, 1(2): 136-132.

7. Hooton, TM and Levy, SB. 2001.

Confronting The Antibiotics Resistence

Crisis: Making Appropriate Therapeutic

Decisions in Community Medical Practice,

Medscape Portals, Inc.

8. Wahjono H dan Kristina TN. 2008.

Auditing Peta Medan Kuman dan

Antibiogram sebagai Educated-guess

Penanganan Penyakit Infeksi. Media

Medika Indonesiana, 43 (1):22-17.

9. Putri AR. 2009. Inflamasi dan Kehilangan

Tulang pada Penyakit Periodontal. Skripsi,

Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas

Sumatera Utara, Medan.

10. Amalina R. 2010. Perbedaan Jumlah

Actinobacillus Actinomycetemcomitans

pada Periodontitis Agresif berdasarkan

Jenis Kelamin. Majalah Sultan Agung, 1-

14. Available from

http://unissula.ac.id/newver/images/jurnal/J

Page 22: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

22

uli/rizki%20-periodontitis%20agresif-.pdf.

Diakses tanggal 30 Juni 2012.

11. Newman MG, Takei HH, Klokkevoid PR,

Carranza FA. 2006.Clinical

Periodontology, 10th edition, St Louis:

Saunders.p 245-241.

12. Samaranayake. 2006. Essential

Microbiology for Dentistry, thirdedition;

Addison Churchil Livingstone. p 283-275.

13. Widyastuti dan Rizka Y. 2006.

Pengurangan Kedalaman Poket Periodontal

dengan Terapi Non Bedah. Denta Jurnal

Kedokteran Gigi.1(1): 13-9.

14. Nilawati Niha dan Wibisono Poernomo A.

2003. Efektifitas tetrasiklin 1% dan

metronidazole 25% pada perawtan adult

periodontitis. Dental Jurnal Edisi Khusus

ilmiah Nasional. UNAIR. h.152-150.

15. Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi,

Elysabeth. 2009. Farmakologi dan Terapi.

Edisi 5. Jakarta. Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. p. 585

16. Rinawati ND. 2011. Daya Antibakteri

Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete l.)

Terhadap Bakteri Vibrio alginolyticus.

Tugas Akhir, Surabaya : Jurusan Biologi,

Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan

Alam, Institut Teknologi Sepuluh

Nopember.

17. Darsana I Gede Oka, Besung INK,

Mahatmi Hapsari. 2012. Potensi Daun

Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore)

Steenis) dalam Menghambat Pertumbuhan

Bakteri Escherichia Coli secara In Vitro.

Indonesia Medicus Veterinus, 1(3) : 351-

337.

18. Fenska JE. 2008.The Antimicrobial Effects

of Flavonoid Extracts on Selected

Bacteria.Miami. Miami High School.

19. Torres Yohatra R, dkk. 2002. Antibacterial

Activity Against Resistent Bacterial and

Cytotoxicity of Four Alakaloid Toxin

Isolated from the Marine Sponge

Arenosclera Brasiliensis. Toxixon,

Vol4(7): 891-885.

20. Meng Xue, Zhiying Wang, Hui Lv.2010.

Constituents and Bacteriostatic Activity of

Volatile Matter from Four Flower Plants

Species. Indian J. Agric. Res,44 (3) : 167–

157.

21. Jaya AM. 2010. Isolasi dan Uji

EfektivitasAntibakteri Senyawa Saponin

dari Akar Putri Malu(Mimosa

pudica).Skripsi. Jurusan Kimia Fakultas

Sains dan teksnologi Universitas Islam

Negeri, Malang

22. Rahman FA. 2009. Daya Anti Mikroba

Tanaman Berkhasiat Obat.

http://fatma.student.umm.ac.id/2010/11/15/

109/ . Diakses tanggal 19 November 2012.

23. Hayashi Shinji, Keiji Funatogawa,

Yoshikazu Hirai. 2008. Antibacterial Effect

of Tannin in Children and Adult. Botanical

medicines in clinical practice, Vol 3(111):

146-141.

24. Arabski M, dkk. 2012. Effect of Saponin

Againts Clinical E.coli Stains and

Eukaryotic Cell Line. Journal of Biometric

and biotechnology VI 2012.

25. Soetan K, dkk. 2006. Evaluation of the

Antimicrobial Activity of Saponin Extract

of Sorghum Bicolor. African Journal of

Bioteknologi,Vol5(23):2407-2405.

Page 23: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

23

Daya Hambat Ekstrak Nannochloropsis

oculataTerhadap Pertumbuhan Bakteri

Enterococcusfaecalis

(Inhibition effect of Nannochloropsis oculata Extract to the

Growth of Enterococcus faecalis Bacteria)

Ayu Fadhilah, Kristanti Parisihni*, Henu Sumekar**

*Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

**Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

ABSTRACT

Background: Enterococcus faecalis is one caused bacteria of root canal infections. ChKM is

mostly used as sterilization agent in endodontic treatment but has some disadvantages.

Nannochloropsis oculata extract has been reported to have antibacterial effects for gram-negative bacteria, so could be potentially developed as a root canal sterilization agent.

Purpose: The aim of this study was to determine the inhibitory effect of Nannochloropsis

oculata extract to the growth of E. faecalis. Methods: This study was an experimental study with post test only control group design and were tested by diffusion methods with 4 groups

concentration of 10%, 20%, 40%, 80%, and 2 controls groups using DMSO 1% as negative control, and ChKM as positive control, each group consisted of 5 samples. The inhibition

effect were examined by measure the diameter of the clear zone around the disc. Data were

analyzed by one way ANOVA test and followed by LSD test. Result: Results showed that there were clear zone around the disc, the greater concentration of the extract the greater diameter

of the clear zone. Mean of inhibition zone at concentrations of 10% (6.2160 mm), 20% (6.5880 mm), 40% (8.0020 mm), 80% (9.5160 mm), DMSO 1% (6 mm) and ChKM (10.9940

mm). It had been proved that N oculata extract could inhibit the growth of E. faecalis

(p<0,05). The largest diameter of the clear zone was in the concentration of 80%. Conclution: Nannochloropsis oculata extract could inhibit the growth of Enterococcus

faecalis and the mosteffectiveinhibitory concentrationis 80% butitsmaller thanpositive

control(ChKM).

Key words:Endodontic treatment, antibacterial, Nannochloropsis oculata Enterococcus faecalis

Correspondence: Kristanti Parisihni, Department of Microbiology, Faculty of Dentristry, Hang Tuah University, Arif Rahman Hakim 150, Surabaya 60111 Indonesia, Phone 031-

5912191, e-mail: [email protected]

LAPORAN PENELITIAN

Page 24: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

24

ABSTRAK

Latar belakang: Enterococcus faecalis merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi pada

saluran akar. Perawatan saluran akar terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya yaitu

sterilisasi saluran akar .ChKM merupakan obat yang sering digunakan pada tahapan ini, namun obat ini masih memiliki kekurangan.Ekstrak Nannochloropsis oculata diketahui

memiliki efek antibakteri terhadap bakteri gram negatif, sehingga potensial untuk dikembangkan sebagai obat sterilisasi saluran akar. Tujuan: Untuk mengetahui kemampuan

ekstrak Nannochloropsis oculata dalam menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus

faecalis. Metode: Penelitian eksperimental dengan desain penelitian the post test only control group. Efek antibakteri ekstrak Nannochloropsis oculata terhadap pertumbuhan bakteri

Enterococcus faecalis diuji menggunakan metode difusi dengan 4 konsentrasi dan 2 kontrol, yaitu 10%, 20%, 40%, 80%, dan kontrol negatif menggunakan DMSO 1% serta kontrol

positif menggunakan ChKM, dimana tiap kelompok terdiri dari 5 sampel. Daya hambat

diperiksa dengan mengukur diameter zona jernih disekitar kertas saring. Analisis data menggunakan uji one way ANOVA diikuti dengan uji LSD. Hasil: Hasil penelitian

menunjukkan adanya zona jernih disekitar kertas saring dari ekstrak Nannochloropsis

oculata, makin besar konsentrasi maka makin besar diameter zona hambatnya. Rata – rata zona hambat pada konsentrasi 10% (6,2160 mm), 20% (6,5880 mm), 40% (8,0020 mm), 80%

(9,5160 mm), untuk kontrol negatif DMSO 1% (6 mm) dan kontrol positif ChKM (10,9940 mm). Ini menunjukkan bahwa ekstrak Nannochloropsis oculata dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis (p<0,05). Diameter terbesar dari zona jernih di

sekitar kertas saring terdapat pada konsentrasi 80%. Kesimpulan: Ekstrak Nannochloropsis oculata dapat menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis dengan konsentrasi

hambat yang paling efektif adalah 20% namun daya hambatnya masih lebih kecil bila dibandingkan kontrol positif (ChKM).

Kata kunci: Perawatan endodontik, antibakteri, Nannochloropsis oculata, Enterococcus faecalis

Korespondensi: Kristanti Parisihni, Bagian Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hang Tuah, Jl. Arif Rahman Hakim 150, Surabaya 60111 Indonesia, Telp 031-

5912191, e-mail: [email protected]

PENDAHULUAN

Karies gigi merupakan suatu

infeksi endogenous yang menyebabkan

terjadinya demineralisasi enamel dan

bisa berlanjut pada dentin oleh karena

asam yang diproduksi oleh

mikroorganisme plak yang

memetabolisme karbohidrat.1Karies

gigi yang tidak dilakukan perawatan

lambat laun akan mencapai pulpa dan

mengakibatkan keradangan pada

pulpa. Apabila terjadi keradangan pada

pulpa salah satu perawatan yang dapat

dilakukan oleh dokter gigi adalah

perawatan saluran akar.

Bakteri yang paling banyak

diisolasi dari saluran akar yang

terinfeksi adalah obligat anaerob.2

Sundqvist (2006) menemukan

sejumlah bakteri anaerob seperti

Enterococcus faecalis (E. faecalis),

Streptococcus anginosus, Bacteroides

Page 25: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

25

gracilis, dan Fusobacterium nucleatum

pada perawatan saluran akar yang

gagal.3 Penelitian menunjukkan bahwa

dari 100 pengisian saluran akar yang

gagal disertai periodontitis apikalis,

terdapat bakteri fakultatif sebanyak 69

% dan 50 % diantaranya merupakan

Enterococci. Walaupun Enterococcus

biasanya ditemukan pada saluran akar

yang tidak dirawat dalam jumlah

sedikit, bakteri ini sering ditemukan

pada perawatan saluran akar yang

gagal dan dapat menyebabkan infeksi

saluran akar yang persisten.3

Enterococcus faecalissering

terdeteksi sebagai spesies pada infeksi

rongga mulut, termasuk periodontitis

marginalis, infeksi pada saluran akar

dan periradikular abses. Enterococcus

faecalis terbukti dapat bertahan hidup

di dalam saluran akar sebagai

organisme tunggal dan resisten

terhadap bahan-bahan antimikrobial

yang umum digunakan sehingga sulit

dieliminasi dari saluran akar secara

sempurna.4

Perawatan saluran akar terdiri

dari tiga tahapan penting yaitu

preparasi, sterilisasi dan

pengisian.Eliminasi mikroorganisme

dari akar yang terinfeksi telah menjadi

fokusutama dalam perawatan saluran

akar karena keberadaan bakteri

memegang perananpenting dalam

patogenesis pulpa dan periradikular

serta keberhasilan dari perawatan

saluran akar.5

Perawatan kasus endodontik

membutuhkan penggunaan obat

sterilisasi yang mampu mengeliminasi

endotoksin bakteri yang telah melekat

pada struktur gigi yang tidak

tereliminasi sempurna saat proses

instrumentasi saluran akar.Penggunaan

obat sterilisasi saluran akar selama

perawatan endodonti harus dapat

mensterilisasi dan mengurangi jumlah

mikroorganisme patogen dalam

saluran akar. Salah satu obat sterilisasi

saluran akar yang sering digunakan

adalah golongan fenol, seperti ChKM

dan Cresofene. Obat sterilisasi

golongan fenol ini memiliki beberapa

kelemahan yaitu bau yang menyengat,

rasa tidak enak, dapat terserap oleh

tumpatan sementara dan dapat

menyebar ke rongga mulut sehingga

pasien akan mengeluhkan rasa yang

tidak enak dan bersifat allergen

sehingga dapat menyebabkan reaksi

imun yang dapat membahayakan

pulpa.6

Untuk mengeliminasiE. faecalis

dari saluran akar dan melihat

Page 26: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

26

kelemahan beberapa obat sterilisasi

tersebut, perlu dikembangkan obat

sterilisasi saluran akar yang berasal

dari bahan alami serta memiliki daya

antibakteri yang baik.

Dua pertiga luas wilayah

Indonesia terdiri dari lautan dan di

dalamnya terdapat bermacam-macam

makhluk hidup baik berupa tumbuhan

maupun hewan. Salah satu makhluk

hidup yang tumbuh dan berkembang di

perairan laut adalah alga laut. Ditinjau

secara biologi, alga merupakan

kelompok tumbuhan yang berklorofil

terdiri dari satu atau banyak sel dan

berbentuk koloni. Di dalam alga

terkandung bahan-bahan organik

seperti hormon, vitamin, mineral,

poliskarida dan senyawa bioaktif.

Sejauh ini pemanfaatan alga sebagai

komoditas perdagangan atau bahan

baku industri masih relatif kecil jika

dibandingkan dengan keanekaragaman

jenis alga yang ada di Indonesia.

Padahal komponen kimiawi yang

terdapat dalam alga sangat bermanfaat

bagi bahan baku industri makanan,

kosmetik, farmasi dan lain-lain.7

Alga merupakan salah satu

sumber potensial senyawa bioaktif

yang dapat digunakan sebagai

antibakteri.8 Berbagai jenis alga seperti

Griffithsia, Ulva, Enteromorpha,

Gracilaria dan Euchema telah dikenal

luas sebagai sumber potensial

karagenan yang dibutuhkan oleh

industri gel. Begitupun Sargasssum,

Chlorella, Nannochloropsis yang telah

dimanfaatkan sebagai adsorden logam

berat, Osmudaria, Hypnea dan

Gelidium sebagai sumber senyawa

bioaktif, Laminariales dan

Sargassummuticum yang mengandung

senyawa alginate yang berguna dalam

industri farmasi. Pemanfaatan berbagai

jenis alga lain adalah sebagai

biometanol dan biodiesel ataupun

pupuk organik.7

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ekstrak Nannochloropsis

Oculata memiliki sifat sebagai

antibakteri,8 salah satunya mampu

menghambat pertumbuhan bakteri

Vibrio alginolitycus.9 Penelitian Kafaie

dkk, menunjukkan bahwa

Nannochloropsis oculata tidak

memiliki efek toksisitas.10

Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui

kemampuan ekstrak Nannochloropsis

oculata dalam menghambat

pertumbuhan bakteri Enterococcus

faecalis.

Berdasarkan data tersebut,

peneliti ingin mengembangkan

Page 27: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

27

Nannochloropsis oculata sebagai

alternatif obat sterilisasi saluran akar

yang memiliki kemampuan antibakteri

dan tidak memiliki efek toksisitas

menjadi alasan dilakukannya

penelitian dengan cara mengeksplor

sumber daya laut yang kedepannya

bisa dimanfaatkan di bidang

kedokteran gigi. Salah satu penelitian

yang harus dilakukan adalah pengujian

daya hambat ekstrak Nannochloropsis

oculata terhadap pertumbuhan bakteri

Enterococcus faecalis sebagai bakteri

yang sulit dieliminasi dari saluran akar

dan resisten terhadap antimikrobial

yang umum digunakan.

Tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui daya hambat ekstrak

Nannochloropsis oculata terhadap

pertumbuhan bakteri Enterococcus

faecalis pada konsentrasi 10%, 20%,

40% dan 80%, dibandingkan dengan

obat sterilisasi saluran akar ChKM.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini tergolong

penelitian true experimental dengan

rancangan penelitian the post test only

control group design.11

Besar sampel pada penelitian ini

adalah sebanyak 5 sampel untuk setiap

kelompok perlakuan, sehingga

diperoleh jumlah sampel keseluruhan

adalah 30 sampel. Sampel penelitian

diambil secara acak (random) dari

populasi.11

Bahan yang digunakan meliputi

suspensi bakteri Enterococcus faecalis,

ekstrak Nannochloropsis oculata

dengan konsentrasi 10%, 20%, 40%

dan 80%, ChKM, etanol 96 %, DMSO

1%, larutan Mc Farland 0,5, media

BHI (Brain Heart Infusion) cair, media

BHI (Brain Heart Infusion) agar.

Bakteri Enterococcus faecalis

didapatkan dari Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Gigi Universitas Airlangga Surabaya.

Pembuatan ekstrak Nannochloropsis

oculata dilakukan di Laboratorium

Fitokimia dan Farmakognosi Fakultas

Farmasi Universitas Airlangga

Surabaya, dan untukpenelitian uji daya

hambat dilakukan di Laboratorium

Mikrobiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Hang Tuah Surabaya.

Penelitian dilaksanakan pada bulan

April 2012 – Februari 2013.

Sampel Nannochloropsis oculata

diambil dari Balai Budidaya Air Payau

Sitobondo. Proses ekstraksi dilakukan

dengan metode maserasi, dengan cara

600 gram bubuk Nannochloropsis

oculata direndam kedalam 500 ml

Page 28: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

28

larutan etanol 96% selama 24 jam

kemudian disaring dengan corong

buchner yang diletakkan diatas labu

hisap yang telah dihubungkan dengan

pompa vacum. Perendaman dan

penyaringan ekstrak ini dilakukan

sebanyak 3 kali. Filtrat hasil

penyaringan dievaporasi dengan alat

yaitu vacum rotavapour selama 7 – 8

jam. Kemudian didapatkan hasil akhir

berupa ekstrak Nannochloropsis

oculata sebanyak 29 gram.9Persiapan

ekstrak Nannochloropsis oculata

dengan berbagai konsentrasi di dalam

tabung – tabung steril dengan

menggunakan pengenceran DMSO

1%.12

Bakteri Enterococcus faecalis

biakan murni berupa biakkan dalam

BHI cair yang sudah diinkubasi selama

24 jam dalam suasana anaerob,

selanjutnya kekeruhannya disetarakan

dengan standar Mc Farland 0,5.

Daya hambat diuji

menggunakan metode difusi (metode

Kirby – Bauer). Pertama, disiapkan 1

tabung reaksi. Tabung reaksi diisi

dengan BHI cair yang telah

diinokulasikan dengan 1 ml suspensi

bakteri Enterococcus faecalis yang

setara dengan larutan Mc. Farland 0,5.

Biakan bakteri diusapkan pada seluruh

permukaan lempeng BHI agar steril

dengan menggunakan kapas lidi steril.

30 cakram kertas saring

disiapkan. 5 cakram kertas saring

masing – masing dicelupkan kedalam

bahan antibakteri yaitu ekstrak N.

oculata 10% 2 ml selama 10 detik. 5

cakram kertas saring masing – masing

dicelupkan kedalam bahan antibakteri

yaitu ekstrak N. oculata 20% 2 ml

selama 10 detik. 5 cakram kertas

saring masing – masing dicelupkan

kedalam bahan antibakteri yaitu

ekstrak N. oculata 40% 2 ml selama 10

detik. 5 cakram kertas saring masing –

masing dicelupkan kedalam bahan

antibakteri yaitu ekstrak N. oculata

80% 2 ml selama 10 detik. 5 cakram

kertas saring masing–masing

dicelupkan kedalam larutan ChKM 2

ml selama 10 detik. Dan 5 cakram

kertas saring lainnya masing – masing

dicelupkan kedalam DMSO 1% 2 ml

selama 10 detik.

Kertas saring tersebut kemudian

diletakkan pada media BHI agar

Enterococcus faecalis dengan

menggunakan pinset steril agak

ditekan – tekan. Petri dish dimasukkan

kedalam inkubator selama 2x24 jam

dengan suhu 37° C dalam sungkup

anaerob. Setelah 48 jam, diameter

Page 29: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

29

zona hambat yang terbentuk berupa

area jernih (clear zone) disekitar kertas

saring diukur dengan menggunakan

digital calipers (dalam satuan mm).

Pengukuran tersebut dilakukan

dari batas jernih terakhir yang

berdekatan dengan koloni di sebelah

kiri hingga batas kanan yang diukur

pada jarak daerah jernih

terpanjang.Biasanya diameter zona

hambat yang timbul menunjukkan

adanya daya antibakteri pada masing-

masing konsentrasi ekstrak

Nannochloropsis oculata.

Teknik analisa data yang dipakai

untuk membandingkan daya hambat

pemberian ekstrak Nannochloropsis

oculata dengan konsentrasi 10%, 20%,

40% dan 80% terhadap pertumbuhan

bakteri Enterococcus faecalis adalah

dengan uji one way analysis of varians

(ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji

LSD.13

HASIL

Tabel dibawah ini menunjukkan

rerata zona hambat ekstrak

Nannochloropsis oculata sesudah

perlakuan pada kelompok kontrol.

Tabel 1. Hasil uji statistik deskriptif

Gambar 1. Grafik rerata diameter zona

hambat (mm)

Sebelum dilakukan uji hipotesis,

maka setiap kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan diuji

normalitasnya dengan menggunakan

uji Shapiro – Wilk (karena sampel

yang digunakan < 50).13

Hasil uji Shapiro – Wilk

menunjukkan bahwa data berdistribusi

normal dan hasil uji Levene didapatkan

nilai signifikansi 0,07, sehingga dapat

disimpulkan bahwa data hasil

penelitian homogen (p> 0,05).

Data penelitian yang

berdistribusi normal dan variansnya

homogen kemudian dianalisis dengan

Page 30: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

30

menggunakan uji parametrik yaitu one

way ANOVA untuk mengetahui adanya

perbedaan antara kontrol positif

dengan kelompok perlakuan

konsentrasi 10%, 20%, 40% dan 80%

dari ekstrak Nannochloropsis oculata

pada masing – masing sampel .

Hasil uji one way ANOVA

diperoleh nilai signikansi sebesar

0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan

adanya perbedaan makna antara

kontrol positif dengan masing –

masing kelompok perlakuan yang

memiliki konsentrasi berbeda – beda.

Berdasarkan hal tersebut maka

dilanjutkan dengan uji LSD. Dari hasil

uji LSD diketahui bahwa ekstrak

Nannochloropsis oculata terhadap

semua perlakuan menunjukkan

perbedaan yang bermakna (p< 0,05).

Untuk menentukan perbedaan yang

dominan ditentukan dengan rerata zona

hambat yang paling baik yaitu ekstrak

Nannochloropsis oculata pada

konsentrasi 80%. Dimana daya hambat

dengan konsentrasi tertinggi memiliki

zona hambat yang paling baik jika

dibandingkan dengan konsentrasi 10%,

20% dan 40%, namun daya hambatnya

masih lebih rendah jika dibandingkan

dengan kontrol (+).

PEMBAHASAN

Penyakit pulpa dan jaringan

sekitar akar gigi secara langsung

maupun tidak langsung ada

hubungannya dengan mikroorganisme.

Bakteri yang paling banyak diisolasi

dari saluran akar yang terinfeksi

dengan pulpa terbuka adalah obligat

anaerob.2 Sundqvist menemukan

sejumlah bakteri anaerob seperti

Enterococcus faecalis (E.faecalis),

Streptococcus anginosus, Bacteroides

gracilis, dan Fusobacterium nucleatum

pada perawatan saluran akar yang

gagal.3 Saat ini, bakteri Enterococcus

faecalis berada pada peringkat ketiga

bakteri pathogen nasokomial, serta

resisten pada beberapa antibiotik

seperti aminoglikosida, penisilin,

tetrasiklin, kloramphenikol, dan

vankomisin. Selain itu, adanya

mekanisme yang mempertahankan

level pH cytoplasmic tetap optimal

menyebabkan bakteri tersebut juga

resisten terhadap antimikroba kalsium

hidroksida. Enterococcus faecalis

mampu mengkatabolisme berbagai

sumber energi dan dapat bertahan

hidup dalam berbagai lingkungan

termasuk pH alkali yang ekstrim, juga

pada berbagai suhu.14

Page 31: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

31

Perawatan saluran akar terdiri

dari tiga tahapan penting yaitu

preparasi, sterilisasi dan pengisian.5Hal

yang terpenting dari perawatan

endodontik adalah aktivitas reduksi

atau eliminasi bakteri yang

menginfeksi.15

Mengingat anatomi

ruang pulpa yang sangat rumit serta

jauhnya penetrasi bakteri ke dalam

tubulus dentin, maka tindakan

preparasi saluran akar disertai irigasi

tidak dapat membebaskan saluran akar

dari bakteri, sehingga diperlukan

medikamen saluran akar atau sterilisasi

saluran akar.6

Pada penelitian ini terlihat bahwa

ekstrak Nannochloropsis oculata

mampu menghambat pertumbuhan

bakteri Enterococcus faecalis pada

semua kelompok perlakuan dengan

konsentrasi 10%, 20%, 40% dan

80%.Telah diketahui pada penelitian

sebelumnya, ekstrak Nannochloropsis

Oculata mengandung senyawa turunan

dari oksidasi lemak yang disebut

oxylipin.Senyawa oxylipin ini

mempunyai efek fisiologis pada ikan

kerapu yang dapat ditunjukkan pada

sel CD4.Hasil ekspresi sel CD4 yang

telah dipapar Vibrio alginolyticus

secara in vivo menunjukkan adanya

reaksi silang antara antigen dengan

system imun ikan kerapu. Berdasarkan

hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa ekspresi sel CD4 terbentuk

akibat adanya suatu pemaparan bahan

antigen atau bahan Nannochloropsis

oculata, yang mampu membangkitkan

respons imun secara seluler.9Melalui

senyawa ini berbagai jenis senyawa

metabolit sekunder diproduksi

diantaranya Terpenoid, Alkaloid dan

Flavonoid. Oxylipin ini salah satunya

bersifat sebagai antibakteri,8salah

satunya mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Vibrio

alginolitycus pada konsentrasi 20%,

25%, 30%, dan 35% dan

berkemampuan membunuh bakteri

pada konsentrasi 40% koloni.9

Penelitian Kafaie dkk, menunjukkan

bahwa Nannochloropsis oculata tidak

memiliki efek toksisitas terhadap sel

plasma dan jaringan pada tikus.10

Senyawa terpenoid diduga

memilikiaktivitasantiradang,antikarsin

ogenik,antihypercholesterolemia,antih

epatoprotective dan anti serangga oleh

adanya kandungan taraxerol, lupeol, α-

amyrin, β-amyrin dan germanicol.16

Senyawa alkaloid memiliki

mekanisme kerja penghambatan

dengan cara mengganggu komponen

penyusun peptidoglican pada sel

Page 32: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

32

bakteri, sehingga lapisan dinding sel

tidak terbentuk secara utuh dan

menyebabkan kematian sel tersebut.

Didalam senyawa alkaloid juga

terdapat gugus basa yang mengandung

reaksi nitrogen yang akan bereaksi

dengan senyawa asam amino

menyusun dinding sel bakteri dan

DNA bakteri. Reaksi ini

mengakibatkan terjadinya perubahan

struktur dan susunan asam amino,

sehingga akan menimbulkan

perubahan keseimbangan genetik pada

rantai DNA sehingga akan mengalami

kerusakan yang akan mendorong

terjadinya lisis sel bakteri yang akan

menyebabkan kematian sel pada

bakteri.17

Flavonoid adalah struktur phenol

yang memiliki satu kelompok carbonyl

dengan ekstrasel dan larut protein,

dengan ikatan tersebut dapat

menghambat sintesis protein dari sel

bakteri. Hal tersebut lah yang

memberikan aktivitas antibakteri.18

Senyawa golongan flavonoid dan

turunan flavonol lain yang diperoleh

dapat berperan sebagai antioksidan,

aktifitas menghambat jamur dan

sebagai antihistamin alami. Flavonoid

dapat menghambat peroksidasi dari

lipid dan berpotensi menginaktifkan

oksigen triplet.19

Peneliti menggunakan ChKM

sebagai kontrol positif.20,21

ChKM

termasuk dalam derivat senyawa fenol,

yang dimana mekanisme kerja

senyawa fenol dalam menghambat sel

bakteri, yaitu dengan cara

mendenaturasi protein sel bakteri,

menghambat fungsi selaput sel

(transpor zat dari sel satu ke sel yang

lain) dan menghambat sintesis asam

nukleat sehingga pertumbuhan bakteri

dapat terhambat. Salah satu

mekanisme kerja ChKM dalam

menghambat bakteri sama dengan

mekanisme kerja flavonoid yang

merupakan kandungan didalam ekstrak

Nannochloropsis oculata.

Diameter zona hambat diukur

dan diuji statistik menggunakan one

way ANOVATest dengan tingkat

kesalahan sebesar 5%. Kemudian

untuk membandingkan hubungan

antara zona hambat pada konsentrasi

satu dengan yang lain digunakan Post

Hoch Test berupa uji Least significant

Difference (LSD) atau uji beda nyata

terkecil.13

Dari analisa statistik tersebut

terlihat adanya perbedaan bermakna

antara kelompok kontrol positif

(ChKM), kelompok kontrol negatif

Page 33: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

33

(DMSO 1%), dengan kelompok

perlakuan (ekstrak Nannochloropsis

occulata).

Dari hasil penelitian, terlihat

bahwa makin besar konsentrasi ekstrak

Nannochloropsis oculata maka makin

besar pula diameter zona hambatnya.

Rata – rata zona hambat pada

konsentrasi 10% (6,2160 mm), 20%

(6,5880 mm), 40% (8,0020 mm) dan

80% (9,5160 mm). Berdasarkan data

tersebut, diketahui bahwa rata – rata

zona hambat pada konsentrasi 80%

hampir mendekati rata – rata zona

hambat pada kontrol positif ChKM

yaitu sebesar 10,9940 mm, sehingga

ekstrakNannochloropsis oculata dapat

dikembangkan sebagai material

kedokteran gigi dalam hal ini sebagai

obat sterilisasi saluran akar yang

berasal dari alam (sumber daya laut)

karena memiliki daya hambat terhadap

pertumbuhan bakteri

Enterococcusfaecalis yang merupakan

bakteri yang sulit dieliminasi dari

dalam saluran akar.

SIMPULAN

Ekstrak Nannochloropsis oculata

mampu menghambat pertumbuhan

bakteri Enterococcus faecalis pada

konsentrasi 10%, 20%, 40% dan

80%.Konsentrasi yang paling efektif

dalam menghambat pertumbuhan

bakteri Enterococcus faecalis adalah

80%, namun masih lebih kecil

hambatannya dibandingkan ChKM.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih ditujukan

kepada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hang Tuah dan Balai

Budidaya Air Payau Situbondo atas

kesempatan dan fasilitas yang

diberikan untuk pelaksanaan penelitian

ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Samaranayake LP. 2006. Essential

microbiology for dentistry. Edinburgh:

Churcil Livingstone. p. 270-267.

2. Squiera JF, IN Rocas. 2008. Endodontic

microbiology in : endodontic principles and

practice 4th ed. Michigan: Saunders. p 46-38

3. Bodrumlu E, Semiz M. 2006. Antibacterial

activity of a new endodontic sealer against

Enterococcus faecalis. J Can Dent Assoc.

72(7): 637.

4. Kundabala M, Suchitra. 2002.

Enterococcus faecalis: an endodontic

pathogen. J Endod. p. 11-3 .

5. Ford, T.R.P. 2004. Endodontics in clinical

practice, 5th ed. Ediburg London New York

Oxford Philadelphia St Louis Sydney

Toronto. p. 7-1.

6. Walton RE, Torabinejad M. 2008. Prinsip

dan praktek ilmu endodonsi. Alih bahasa:

Page 34: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

34

Narlan S, Winiati S, Bambang N. ed ke-3.

Jakarta: EGC. h 278-41.

7. Putra SE. 2007. Alga laut sebagai biotarget

industri. Available from

http://www.energi.lipi.go.id . Accesed

April, 2012.

8. Chasanah E. 2007. Bioaktif dari biota laut

untuk mendukung industri

bioteknologi.Availablefromhttp://elip.pdii.li

pi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/by

Id/267190 . Accesed April, 2012.

9. Yanuhar U, Asus M, Bambang I, Rahmi N.

2011. Eksplorasi dan pengembangan bahan

aktif mikroalga laut (Nannochloropsis

oculata) sebagai antibakteri Vibrio

alginolyticus dan respons imun secara in

vivo pada ikan kerapu. Humback grouper.

Berk. Penel Hayati Edisi Khusus: 6C (1-5).

10. Kafaie S, SP Loh dan N Mohtarrudin. 2011.

Acute and subacute toxilogical assessment

of Nannochloropsis oculata in rats. Africal

Journal of Agricultural Research,

7(7):1225-1220.

11. Sudibyo. 2009. Statistik penelitian aplikasi

penelitian di bidang kesehatan. Universitas

Negeri Surabaya: Surabaya. University

Press.h. 96.

12. Patel JD, Anshu Kumar S, Vipin Kumar.

2009. Evaluation of some medicinal plants

used in traditional wound healing

preparations for antibacterial property

against some pathogenic bacteria. Journal

of Clinical Immunology and

Immunopathology Research, 1(1): 012-007.

13. Dahlan S. 2011. Statistik untuk kedokteran

dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.h.

87.

14. Prakash P, Gupta N. 2005. Therapeutic uses

of Ocimum sanctum Linn (Tulsi) with a

note on eugenol and its pharmacological

actions : Short Review. Indian Journal

Physiol Pharmacol, 49(2): 125 – 31 .

15. Cogulu D, Atac Uzel. 2007. Detection of

Enterococcus faecalis in necrotic teeth

rooth canals by culture and polymerase

chain reaction methods. European Journal

of Dentistry, 23(1): 145-52.

16. Bayu Asep. 2009. Hutan mangrove sebagai

salah satu sumber produk alam laut. Jakarta

: Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI.

Oseana, 34(2): 23-15.

17. Rinawati ND. 2011. Daya antibakteri

tumbuhan majapahit (Crescentia cujete I)

terhadap bakteri Vibrio alginolyticus. Tugas

Akhir, Surabaya: Jurusan Biologi, Fakultas

Matematika Ilmu Pengetahuan Alam,

Institut Teknologi Sepuluh November.h. 9.

18. Ravikumar S. et al., 2011. Antibacterial

activity of chosen mangrove plants against

bacterial specified pathogens. World

Applied Science Journal, 14(8):1202-1198.

19. Bandaranayake WM. 2002. Bioactivities,

bioactive compounds and chemical

constituens of mangrove plants.

Netherlands: Kluwer Academic Publisher.

Wetlands Ecology and Managements.p.

452-421.

20. Bachtiar SY, Wahju Tjahjaningsih dan

Nanik Sianita. 2012. Pengaruh ekstrak alga

cokelat (Sargassum sp.) terhadap

pertumbuhan bakteri Escherichia

coli.Journal of Marine and Coastal Science,

1(1): 60-53.

21. Osswald R. 2005. The problem of

endodontitis and managing it through

conservative dentistry.p. 134 – 14.

.

Page 35: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

35

KhasiatEkstrakSargassumsp.

TerhadapKepadatanKolagen

pada ProsesPenyembuhan

Ulkus Traumatikus

(Effectivity Extract of Sargassum Sp. TowardsDensity

of Collagen in Traumatic UlcusHealing)

Asa Karina, Syamsulina Revianti*, Isidora Karsini S.**

*Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

**Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

ABSTRACT

Background: Oral traumatic ulcus is the most common oral soft tissue lession in people and

cause pain, difficulty in speaking, eating and swallowing. Sargassum sp. is a marine natural resources that can be used as an alternative therapy that contains saponins, flavonoids, vit. K,

vit.C, Fe, Mg, Zn useful in wound healing. Objectives: To prove the effectivity of the extract

Sargassum sp. towards density of collagen in oral traumatic ulcus healing. Materials and

Methods: This research used the post test only control group design. Twenty five male Wistar

rats divided into 5 groups which consist of 5 rats in each group. Traumatic ulcus were performed in all of the labial mucosa. K1 group was treated with aquadest as a control

group, K2 group was treated with hyaluronic acid 0,2% as a control positive, K3 group was

treated with extract of Sargassum sp. 25%, K4 group was treated with extract of Sargassum 50%, and K5 was treated with extract of Sargassum sp. 75%. The extract Sargassum sp. were

applied topically once a day to experiment groups until seventh day. At the eighth day, rat

were sacrificed at labial mucosa being biopsied and preparated for histopatological examination with Masson’s Trichrom staining to analized the collagen density. Results: This

data were analized with Kruskal-Wallis and Mann-Whitney U test. There are significant differences in the density of collagen in K1 (x = 1.00) and K2 (x = 2.00), K1 and K4 (x =

1.80), K5 (x = 3.00) and K1, K2 and K5, K3 (x = 1.40) and K5, K4 and K5. Conclusions:

ExtractSargassum sp. 25% is not effective towards collagen density in traumatic ulcus healing. Sargassum sp. 50% and 75% were effective towards collagen density in traumatic

ulcus healing, especially Sargassum sp. 75% is the most effective. There are significant

differences between Sargassum sp. 75% and hyaluronic acid 0,2% towards collagen density on traumatic ulcus healing. Sargassum sp. 75% can increase collagen density more than

hyaluronic acid 0,2%.

Key words: Sargassum sp., collagen, masson's trichrom, traumatic ulcus.

Correspondence: Syamsulina Revianti, Department of Oral Biology,Faculty of Dentistry,

Hang Tuah University, Arif Rahman Hakim 150 Surabaya 60111 Indonesia, Phone 031-5946261, 031-5945894, email: [email protected]

LAPORAN PENELITIAN

Page 36: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

36

ABSTRAK

Latar Belakang:Ulkus sering dijumpai pada masyarakat dan menyebabkan rasa nyeri,

kesulitan berbicara, makan maupun menelan. Sargassum sp. adalahsumber daya alam laut

yang dapat dimanfaatkan sebagai terapi alternatif yang mengandung saponin, flavonoid, vit.K, vit. C, Fe, Mg, Zn berguna dalam penyembuhan luka.Tujuan: Mengetahui efektivitas

ekstrak Sargassum sp. kepadatan kolagen dalam penyembuhan ulkus traumatikus. Bahan dan

Metode: Tikus Wistar berumur 6 bulan, jenis kelamin jantan dan berat badan 200-300 gram.

Tikus Wistar dibagi menjadi 5 kelompok.Tikus Wistar diaklimatisasi selama 1 minggu. Pada

hari ke-8 tikus Wistar diberi traumatikus ulkus mukosa labial menggunakanamalgam stopper yang telah dipanaskan. Pada hari ke-9, tikus Wistar diberi perlakuan (aquades, asam

hialuronat, Sargassum sp. 25%,50%, dan75% selama 7 hari). Pada hari ke-16 tikus dikorbankan dan biopsi insisi di bibir bawah. Membuat preparat dengan pengecatan

Masson’s Trichrom untuk melihat kolagen.Hasil: Terdapat perbedaan kepadatan kolagen

secara signifikan di K1 (x=1,00) dan K2 (x=2,00), K1 dan K4 (x=1,80), K5 (x=3,00) dan K1, K2 dan K5, K3 (x=1,40) dan K5, dan K4 dan K5. Kesimpulan: Sargassum sp. 25% adalah

tidak berkhasiat, Sargassum sp. 50% dan 75% berkhasiat terhadap kepadatan kolagen pada

penyembuhan ulkus traumatik.Konsentrasi yang paling efektif adalah Sargassum sp 75%. Adaperbedaan nyata antaraSargassum sp. 75% dan asam hialuronat terhadap kepadatan

kolagen pada traumatikus penyembuhan ulkus.

Kata kunci: Sargassum sp., kolagen, masson’s trichrom, traumatic ulcer.

Correspondence: Syamsulina Revianti, Bagian Biologi Oral, Fakultas Kedokteran Gigi,

Universitas Hang Tuah Jl. Arif Rahman Hakim 150 Surabaya 60111 Indonesia, Telp 031-5946261, 031-5945894, email: [email protected]

PENDAHULUAN

Ulkus merupakan suatu bentuk

lesi dimana epitelium hilang, berbatas

jelas dan membentuk cekungan.1

Ulkus yang paling sering dijumpai

pada masyarakat adalah ulkus

traumatikus dan Stomatitis Aftosa

Rekuren (SAR).2 Ulkus traumatikus

merupakan lesi rongga mulut yang

umum dan dapat disebabkan oleh

trauma, iritasi basis akrilik, sikat gigi

yang terlalu kuat, iritasi karena gigi

yang patah, dan kesalahan penggunaan

alat kedokteran gigi.3

Pada prinsipnya perawatan ulkus

traumatikus seharusnya mengeliminasi

nyeri dan ketidaknyamanan pada

pasien, memperpendek waktu

perawatan, mempercepat waktu

penyembuhan, dan mereduksi ukuran

lesi.4 Obat yang sering digunakan

untuk terapi SARadalah obat analgesik

untuk mengurangi rasa sakit, agent

antiseptik untuk mengurangi infeksi

sekunder, antibodi topikal untuk

menghilangkan berbagai gejala yang

timbul akibat infeksi sekunder,

kemudian steroid topikal sebagai anti

inflamasi.5 Aplikasi kortikosteroid

Page 37: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

37

secara topikal dapat membantu

mengurangi rasa nyeri. Namun

penggunaan kortikosteroid dalam

rencana perawatan ulkus traumatikus

masih kontroversial karena beberapa

dokter yang menggunakan

kortikosteroid mengalami kegagalan

dalam pengobatannya, namun ada pula

yang berhasil menggunakan

kortikosteroid untuk terapi ulkus

traumatikus kronis.6Salah satu

pengobatan yang digunakan sekarang

di pasaran adalah asam hialuronat

0,2%.7

Proses penyembuhan luka

merupakan suatu proses kompleks dan

terkait satu sama lain, dari perbaikan

jaringan dan remodeling jaringan

sebagai respons atas terjadinya jejas.8

Pada proses regenerasi jaringan

membutuhkan aktif makronutrien

(karbohidrat, lemak, dan protein) dan

mikronutrien (mineral dan vitamin).

Asam Hialuronat (AH) adalah

komponen terbesar matriks

ekstraseluler yang bersifat menarik air

dan banyak ditemukan pada jaringan

tumbuh atau rusak.9Asam hialuronat

merupakan bagian penting dari matriks

ekstraseluler dan merupakan bagian

penting dari matriks ekstraseluer dan

merupakan salah satu

glikosaminoglikan (GAG) utama yang

dikeluarkan selama perbaikan

jaringan.Asam hialuronat diproduksi

oleh fibroblas selama proliferasi pada

penyembuhan luka merangsang

migrasi dan mitosis dari fibroblas dan

sel epitel.Kolagen merupakan protein

paling melimpah dalam tubuh yang

sangat dibutuhkan pada proses

penyembuhan luka. Hidroksiprolin

merupakan penguat kestabilan dari

kolagen disebabkan ikatan hidrogen

intramolekul yang membentuk

jembatan

air.Hidroksilasiprolinmemerlukan

asamaskorbat(vitaminC).10

Salah satu kekayaan hayati laut

Indonesia adalah rumput

laut.11

Sargassum sp. adalah alga laut

yang merupakan salah satu sumber

daya alam laut yang dapat

dimanfaatkan sebagai terapi alternatif.

Penelitian ini menggunakan alga

Sargassumsp., karena Sargassum

sp.mudah diperoleh di perairan

Indonesia, dan kandungan kimia

utamanya sebagai sumber alginat dan

mengandung protein, vitamin C, tanin,

iodium, fenol, dan anti bakteri.12

Pada

penelitian terdahulu digunakan ekstrak

β-Glukan yang diambil dari Sargassum

sp. dengan 2 konsentrasi yaitu, 50%,

Page 38: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

38

dan 75%. Terdapat perbedaan antara

kepadatan kolagen pada

pengaplikasian gel β-glukan 50 % hari

ke-7 terlihat kepadatan kolagen yang

memenuhi kriteria padat, dibandingkan

dengan kelompok asam hialuronat

yang bervariasi antara renggang hingga

padat. Tidak terdapat perbedaan yang

nyata antara pengaplikasian gel β-

glukan 75% dibandingkan dengan

asam hialuronat. Dosis efektif dalam

pengaplikasian topikal gel β-glukan

pada ulkus traumatikus adalah dengan

konsentrasi 50%. Kolagen pertama kali

terdeteksi pada hari ke-3 setelah luka,

meningkat terus sampai minggu ke-3,

mencapai puncaknya pada hari ke-7

dan fase maturasi berlangsung mulai

hari ke-7.13

Pada penelitian ini

bertujuan mengetahui khasiat

ekstrakSargassum sp. terhadap

kepadatan kolagen pada penyembuhan

ulkus traumatikus.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan

penelitian trueeksperimental karena

dalam penelitian, peneliti dapat

mengontrol kemungkinan munculnya

semua variabel luar yang dapat

mempengaruhi proses dan hasil

penelitian.14

Rancangan penelitian post

test only control group design untuk

pengamat yang ditujukan pada 5 (lima)

kelompok yang masing- masing dipilih

secara random.

Alat yang digunakan pada

penelitian ini adalah kandang hewan

coba, amalgam stopper, pinset

anatomi, pinset chirurgis, tabung

tempat gel Sargasum sp., spiritus

burner, cotton buds, handle dan

scalpel, handscone, spidol warna

(merah, hitam, dan biru), tabung

erlenmeyer untuk tempat whole

ekstrak Sargassum sp., blender, freeze

dryer, micro pipet, tabung untuk

spesimen mukosa labial tikus Wistar.

Bahan yang digunakan pada

penelitian ini adalah alga coklat

(Sargassum sp.) yang diperoleh dari

Sumenep, Madura, aquadest, HPMC

(Hidroksi Propil Metil Sellulosa) (Pro

Analisis), asam hialuronat 0,2%, dietyl

eter, pakan tikus, dan alkohol 70%

untuk sterilisasi alat, larutan formalin

buffer (larutan formalin 10% dalam

phospat buffer saline pada pH 7,0),

bahan- bahan untuk membuat sediaan

histopatologis beserta bahan

pewarnaan Masson’s trichrom, dan

mikroskop.

Waktu penelitian mulai dari

bulan April 2012 – Januari 2013.

Page 39: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

39

Tempat penelitian pada penelitian ini

adalah di Unit Hewan Coba

Laboratorium Ilmu Biokimia Fakultas

Kedokteran Universitas Hang Tuah

Surabaya, Laboratorium Sintesis

Kimia Fakultas Farmasi Universitas

Airlangga, dan Laboratorium Patologi

Anatomi Gedung Diagnostic Center

(GDC) Rumah Sakit Dr. Soetomo

Surabaya.

Gel Sargassum sp. hasil ekstraksi

alga coklat dilihat dengan campuran

bahan HPMC (pro analisis) sehingga

didapatkan konsentrasi 25%, 50%, dan

75%.15

Selanjutnya mempersiapkan

tikus Wistar sesuai dengan kriteria

sampel sebanyak 25 ekor tikus. Tikus

dibagi menjadi 5 kelompok yang

masing- masing kelompok berisi 5

tikus yaitu K1 (kelompok yang diberi

perlakuan ulkus traumatikus dan hanya

diberi pakan standart dan aquadest

secara per oral), K2 (kelompok yang

diberi perlakuan ulkus traumatikus,

diberi pakan standart dan aquadest

secara per oral dan diberi obat yang

mengandung asam hialuronat 0,2%),

K3 (kelompok yang diberi perlakuan

ulkus traumatikus, diberi pakan

standart dan aquadest secara per oral

dan diberi ekstrak Sargassum sp.

dengan konsentrasi 25%), K4

(kelompok yang diberi perlakuan ulkus

traumatikus, diberi pakan standart dan

aquadest secara per oral dan diberi

ekstrak Sargassum sp. dengan

konsentrasi 50%), dan K5 (kelompok

yang diberi perlakuan ulkus

traumatikus, diberi pakan standart dan

aquadest secara per oral dan diberi

ekstrak Sargassum sp. dengan

konsentrasi 75%).Tikus diaklimatisasi

selama 7 hari.Pada hari ke-8,

dilakukan pembuatan traumatik ulkus

pada daerahsentral mukosa labial

bawah tikus Wistardibawah anastesi

umum (berdasarkan persetujuan

Komisi Etik Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hang Tuah).Pada hari ke-

9, dilakukan pengamatan apakah sudah

terbentuk ulkus atau tidak.Apabila

ulkus telah terbentuk, tikus diberikan

perlakuan sehari sekali selama 7

hari.Pada hari ke-16 tikus dikorbankan

dengan biopsi eksisi pada bibir bawah

(diameter 1 cm).Selanjutnya dibuatkan

preparat dan dilakukan pengecatan

Masson’s Trichrom untuk melihat

kepadatan kolagen.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui khasiat ekstrakSargassum

sp. terhadap kepadatan kolagen pada

Page 40: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

40

penyembuhan ulkus traumatikus. Data

hasil pemeriksaan kepadatan kolagen

merupakan data dengan skala ordinal

sehingga dilakukan uji hipotesis

nonparametrik Kruskal-Wallis

dilanjutkan dengan uji beda Mann-

Whitney U. Batas derajat

kemaknaanapabila p < 0,05 dengan

interval kepercayaan 95%. Analisis

data dilakukan dengan program

komputer SPSS 19

Uji deskripstif merupakan jenis

analisis deskriptif yang menampilkan

tabulasi silang yang menunjukkan

suatu distribusi bersama dan pengujian

hubungan antara 2 variabel atau lebih.

Analisis deskriptif ini digunakan untuk

uji ketergantungan antara masing-

masing kelompok dengan kepadatan

kolagen

Tabel 1. Tabel deskriptif kepadatan kolagen

Gambar 1. Grafik kepadatan kolagen

Tabel diatas menunjukkan

distribusi kepadatan kolagen pada

setiap subyek dalam masing- masing

kelompok perlakuan.Pada kelompok

K1 terdapat 5 subyek dengan kriteria

kolagen renggang.Pada kelompok K2

terdapat 1 subyek dengan kriteria

kolagen renggang, 3 subyek dengan

kriteria kolagen sedang dan 1 subyek

dengan kriteria kolagen padat.Pada

kelompok K3 terdapat 3 subyek

dengan kriteria kolagen renggang dan

2 subyek dengan kriteria kolagen

sedang.Pada kelompok K4 terdapat 1

subyek dengan kriteria kolagen

renggang, 4 subyek dengan kriteria

kolagen sedang.Pada kelompok K5

terdapat 5 subyek dengan kriteria

kolagen padat.

Page 41: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

41

Tabel 2. Hasil analisis kepadatan kolagen

Gambar 1. Kepadatan kolagen a. Kelompok

1, b. Kelompok 2, c. Kelompok 3, d.

Kelompok 4, dan e. Kelompok 5.

Selanjutnya dilanjutkan tes

nonparametrik dengan menggunakan

uji Kruskal-Wallis dengan derajat

kemaknaan p=0,05. Berdasarkan hasil

uji Kruskal-Wallis diperoleh p=0,002

(p<0,05) yang menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan pada semua

kelompok, kemudian dilanjutkan

dengan uji Mann-Whitney U.

Tabel 3. Hasil analisis Kruskal-Wallis

disertai dengan nilai rerata dan simpangan

baku

Uji Mann-Whitney U digunakan

untuk mengetahui apakah ada

perbedaan yang signifikan antara dua

kelompok dengan derajat kemaknaan

p<0,05.

Tabel 4. Hasil uji beda dengan Mann-

Whitney U

Berdasarkan data hasil penelitian

diatas didapatkan data kepadatan

kolagen dengan uji nonparametrik

yaitu uji Kruskal-Wallis dengan nilai

signifikan p=0,002 (p<0,05). Hasil dari

Page 42: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

42

uji Kruskal-Wallis menunjukkan

adanya perbedaan yang signifikan,

kemudian dilanjutkan dengan uji

bedaMann-Whitney U untuk melihat

signifikansi data 2 kelompok.

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U

didapatkan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara kepadatan

kolagen pada K1 dibandingkan dengan

K2 (p=0,017), K1 dibandingkan

dengan K4 (p=0,014), K1

dibandingkan dengan K5 (p=0,003),

K2 dibandingkan dengan K5 (p-0,017),

K3 dibandingkan dengan K5

(p=0,005), dan K4 dibandingkan

dengan K5 (p=0,004). Kolagen pada

K2 lebih padat secara signifikan

dibanding K1.Kolagen pada K4 lebih

padat secara signifikan dibandingkan

K1. Kolagen pada K5 lebih padat

secara signifikan dibandingkan

K1,K2,K3,dan K4.

PEMBAHASAN

Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini sebanyak 25 ekor tikus

Wistar jantan dengan dasar

pertimbangan sifat jenis kelamin jantan

yang lebih mudah dikontrol dalam

proses penyembuhan karena tidak

terpengaruh oleh faktor hormonal pada

saat menstruasi. Tikus Wistar sebagai

hewan coba karena memiliki

metabolisme tubuh yang hampir sama

dengan manusia. Dengan

menggunakan tikus, hasilnya dapat

digeneralisasikan pada manusia.16

Kolagen pertama kali terdeteksi

pada hari ke-3 setelah luka. Meningkat

terus sampai minggu ke-3. Kolagen

mencapai puncaknya pada hari ke-7

dan fase maturasi berlangsung mulai

hari ke-7, maka pada penelitian ini

dilakukan perhitungan kepadatan

kolagen pada hari ke-7.13

Penelitian ini menggunakan alga

coklat Sargassum sp. dalam keadaan

segar yang diperoleh dari perairan

Sumenep, Madura dan mendapat

sertifikat dari Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Airlangga.

Alga coklat merupakan biota laut yang

kaya akan kandungan senyawa organik

dan anorganik yang dapat

dimanfaatkan dalam beberapa aspek,

akan tetapi masih banyak yang belum

bisa memanfaatkan Sargassum ini

khususnya dibidang kedokteran gigi.

Peran Sargassum sp. terhadap

penyembuhan ulkus traumatikus

adalah mengurangi inflamasi, berperan

dalam pembekuan darah,

meningkatkan migrasi neutrofil dan

transformasi limfosit, meningkatkan

Page 43: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

43

proliferasi fibroblas, dan memacu

pembentukan kolagen.16,17

Hasil pada penelitian ini adalah

terdapat perbedaan yang signifikan

antara kepadatan kolagen pada tikus

yang diberi aquadest dibandingkan

dengan tikus yang diberi asam

hialuronat 0,2%. Kolagen pada tikus

yang diberi asam hialuronat 0,2% lebih

padat secara signifikan dibanding tikus

yang diberi aquadest. Hal ini bisa

disebabkan karena asam hialuronat

menginbisi proliferasi fibroblas,

fibroblas yang terekspos dengan AH

secara signifikan meningkatkan

sintesis protein non kolagen serta

sintesis kolagen absolut.Asam

hialuronat menstimulasi sintesis

kolagen lebih banyak daripada sintesis

protein non kolagen. Asam hialuronat

berperan penting dalam mempengaruhi

kecepatan migrasi sel pada proses

penutupan luka, inflamasi,

angiogenesis, reepitelisasi dan

proliferasi sel.11

Pada tikus yang diberi ekstrak

Sargassum sp. dengan konsentrasi

25%, 50% dan 75%, konsentrasi yang

paling efektif terhadap kepadatan

kolagen pada proses penyembuhan

ulkus traumatikus adalah ekstrak

Sargassum sp. dengan konsentrasi

75%. Hal ini bisa disebabkan karena

kandungan antioksidan pada

Sargassum sp. yang berperan adalah

flavonoid yang berperan dalam

meningkatkan proliferasi sel fibroblas

untuk pembentukan kolagen dan dapat

mengurangi inflamasi.Selain

antioksidan ada juga protein yang

sangat penting dalam pemeliharaan

dan perbaikan jaringan tubuh. Apabila

jumlah persediaan protein dalam tubuh

rendah akan dapat menyebabkan

turunnya proses sintesis kolagen

sehingga memperlambat proses

penyembuhan luka. Sedangkan apabila

jumlah persediaan protein cukup

memadai maka proses penyembuhan

luka akan dapat berlangsung secara

cepat atau optimal.16

Saponin juga berperan penting

dalam penyembuhan luka. Senyawa ini

mempunyai struktur yang hampir mirip

dengan senyawa aktif dalam ginseng,

ganoderma, dan tumbuhan herbal

terkenal lainnya.Dari beberapa

penelitian diketahui bahwa senyawa ini

bisa berfungsi sebagai antikanker dan

anti inflamasi. Saponin merupakan

senyawa yang penting dalam

penyembuhan luka. Saponin dapat

memacu pembentukan kolagen, yaitu

Page 44: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

44

protein struktur yang berperan dalam

proses penyembuhan luka.17

Beberapa vitamin dan mineral

dalam Sargassum sp. juga berperan

dalam penyembuhan luka.Vitamin C

berperan meningkatkan migrasi

neutrofil dan transformasi limfosit,

penting untuk sintesis kolagen, dan

untuk menjaga daya tahan

tubuh.Vitamin A berperan untuk

meningkatkan fase inflamasi awal,

membantu diferensiasi sel epitel.

Vitamin K berperan dalam proses

pembekuan darah dan penutupan

luka.17

MineralCa berperan dalam

mengendalikan pembekuan

darah.mineral Fe dan Mg berpengaruh

pada proses pertumbuhan sel dan

pemeliharaan jaringan, berfungsi

sebagai kofaktor untuk sintesis

kolagen, mineral Zn juga berperan

dalam penyembuhan luka, selain itu

juga mampu meningkatkan imunitas.

Kandungan abu pada rumput laut lebih

tinggi dibandingkan dengan sayuran

seperti bayam dan sayuran

lainnya.Bagian batang dan daun pada

rumput laut mempunyai kandungan

abu yang tinggi sehingga diperoleh

kandungan mineral yang tinggi

pula.Pada ekstrak Sargassum sp.

banyak mengandung nutrisi yang dapat

mempercepat penyembuhan ulkus

traumatikus dan nutrisi terbanyak ada

pada ekstrak Sargassum sp. dengan

konsentrasi 75%.

Terdapat perbedaan yang

signifikan antara kepadatan kolagen

pada tikus yang diberi asam hialuronat

0,2% dibandingkan dengan tikus yang

diberi ekstrak Sargassum sp. dengan

konsentrasi 75%. Kolagen pada tikus

yang diberi ekstrak Sargassum sp. 75%

lebih padat secara signifikan dibanding

tikus yang diberi asam hialuronat

0,2%. Hal ini bisa disebabkan karena

ekstrak Sargassum sp. dengan

konsentrasi 75% yang didalamnya

banyak mengandung nutrisi yang dapat

meningkatkan kepadatan kolagen

dalam proses penyembuhan ulkus

traumatikus.

SIMPULAN

Ekstrak Sargassum sp. dengan

konsentrasi 25% tidak berkhasiat

terhadap kepadatan kolagen pada

penyembuhan ulkus

traumatikus.Ekstrak Sargassum sp.

dengan konsentrasi 50% berkhasiat

terhadap kepadatan kolagen pada

penyembuhan ulkus traumatikus.

Ekstrak Sargassum sp. dengan

Page 45: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

45

konsentrasi 75% berkhasiat terhadap

kepadatan kolagen pada penyembuhan

ulkus traumatikus. Konsentrasi ekstrak

Sargassum sp. yang paling efektif

dalam meningkatkan kedapatan

kolagen pada proses penyembuhan

ulkus traumatikus adalah konsentrasi

75%. Ada perbedaan yang signifikan

antara aplikasi topikal gel ekstrak

Sargassum sp. dengan konsentrasi

75% dan asam hialuronat terhadap

peningkatan kepadatan kolagen pada

penyembuhan ulkus traumatikus.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini ucapan

terima kasih disampaikan kepada

Laboratorium Biokimia Fakultas

Kedokteran Universitas Hang Tuah

dan Laboratorium Patologi Anatomi

Gedung Diagnostic Center (GDC)

Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya

yang telah memberikan kesempatan

melakukan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Greenberg MS. 2003. Ulserative, Vesicular,

and Bulous Lesions in Burket’s Oral

Medicine Diagnosis and Treatment., 10th

Ed., New York: BC Decker Inc. p. 65-63.

2. Terry TSI and McDowell J. 2002.

Differential Diagnosis: Is it Herpes or

Aphtous., Vil 3 no. 1. Available from

www.thejedp.com. Accessed at 22 Juni,

2012.

3. Cunningham SJ and Quinn FB. 2002.

Ulcerative Lesions of The Oral Cavity.

Available from

www.utmb.edu/otoref/grnds/Ulcer-oral-

021016/Ulcer-oral-021016-slidesB.pdf .

Accessed at 10 Juni, 2012.

4. Katsambas AD and Lotti TL. 2003.

European Handbook of Dermatological

Treatment., 2nd

ed., Philadelphia: Elsevier

5. Field A and LongmanL. 2003. Tyldesley’s

Oral Medicine., Liverpool: Oxford

University Press.

6. Neville BD, Damm DD, Bouquot JE. 2002.

Oral & Maxillofacial Pathology., 2nd

ed.,

Philadelphia : W.B. Sauders.p. 258-255

7. Topazian RG, Goldberg MH.2002. Oral and

Maxillo Infection. 4th Ed. Philadelphia: WB

Saunders co. p. 25.

8. Ibelgaufts H. 2002. Wound Healing.,

Cytokines & Cells Online Pathfinder

Encyclopedia. Available

frommwww.coper.cfi.htm. Accessed at 10

Juni, 2012.

9. Schultz GS, Ladwig G, Wysocki A. 2005.

Extracelluler Matrix: Review of Its Roles on

Acute and Chronic Wounds. Available from

www.worldwidewounds.com/2005/august/S

chultz/Extrace-Matric-Acute-Chronic-

Wounds.html. Accessed at 20 Juni 2012.

10. MacKay DND and Miller ALND. 2003.

Nutritional Support for Wound Healing

Alternative Medicine Review. Available

from

www.pilonidal.org/books/betaglucan.pdf.

Accessed at 15 Juli, 2012.

11. Zailani K dan Purnomo H. 2011. Studi

Kandungan dan Identifikasi Fukosantin dari

Tiga Jenis Rumput Laut Cokelat (Sargassum

Page 46: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

46

cinereum, Sargassum echinocarpum dan

Sargassum filipendula) dari Padike Talongo

Sumenep Madura. Skripsi, Brawijaya

University, Malang.

12. Kadi A dan Genisa SA. 1993. Produksi,

Sebaran Jenis, Kandungan Bahan Kimia,

Rumput Laut Nilai Ekonomi.Available from

www.elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/s

earchkatalog/downloadDatabyId/7059/7059.

pdf. Accessed at 10 Juni, 2012.

13. Novriansyah, Robin. 2008. Perbedaan

Kepadatan Kolagen di Sekitar Luka Insisi

Tikus Wistar yang Dibalut Kasa

Konvensional dan Penutup Oklusif

Hidrokoloid Selama 2 dan 14 Hari. Tesis,

Universitas Diponegoro, Semarang.

14. Sudibyo. 2008. Metodologi Penelitian

Aplikasi Penelitian Bidang Kesehatan Buku

2, Surabaya: Unesa University Press. p. 4-2.

15. Putri KH.2011. Pemanfaatan rumput Laut

Coklat (Sargassum sp) sebagai Serbuk

Minuman Pelangsing. Skripsi, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

16. Triyono. 2005. Perbedaan Tampilan

Kolagen di Sekitar Luka Insisi pada Tikus

Wistar yang Diberi Infiltrasi Penghilang

Nyeri Levobupivakain dan yang Tidak

Diberi Levobuvipakan (Studi Histokimia).

Available from

http://eprints.undip.ac.id/16709/1/Bambang_

Triyono.pdf. Accessed at 22 Juni, 2012.

17. Arissandi Dian. 2009. Pengaruh Basis Gel

Poloxamer dan Karbopol terhadap

Penyembuhan Luka Bakar Gel Ekstrak

Etanol Umbi Wortel (Daucus carota L.) pada

Kulit Punggung Kelinci. Skripsi, Fakultas

Farmasi Universitas Muhammadiyah,

Surakarta.p.5.

Page 47: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 9 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

47

Perbedaan Kekasaran Permukaan Enamel Gigi

Sapiyang Diulasi Gel Ekstrak Cangkang Kerang

Darahyang Ditambahkan Fluor

(The Difference of Enamel Surface Roughness In Bovine

TeethAfter Application of Anadara Granosa Shell Gel Extract

andthe Addition of Fluor)

Fajar Alexander, Sularsih*, Aprilia**

*Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

**Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

ABSTRACT

Background: Anadara granosa is one of the best fishery commodity in Indonesia. Anadara

granosa shell waste extract contains calcium and addition fluor that is important to maintain tooth remineralization. Purpose : The aim of this study was to evaluate the surface roughness

of enamel in bovine after application of anadara granosa shell gel extract and the addition of fluor for 3, 14, and 28 days. Material and Methods: Thirty six freshly extracted bovine teeth

were collected. The sample were randomly assigned to three controls and three observations

(n=6). T01, T02, and T03 as the control group which placebo was applied after microabrassion for 3, 14, and 28 days. O1, O2, and O3 as the observation group which anadara granosa shell

gel extract and the addition of fluor was applied after microabrassion for 3, 14, and 28 days.

The remaining specimens all was soaked twice a day for ten minutes. The sample were soaked in artificial saliva and evaluated after 30 days using surface roughness tester. The result were

tabulated and analyzed using one way anova. Result: There was significant differences the surface roughness of enamel after aplication of anadara granosa shell gel extract and

addition of flour between 3 and 28 days application.. The surface roughness of enamel in

observation group was smaller than the control group. Conclusion: There was significant differences the surface roughness of enamel after application of anadara granosa shell gel

extract and addition of fluor in observation group during 28 days.

Keywords: Anadara granosa shell gel extract, fluor, surface roughness of enamel,

bovineteeth.

Correspondence:Sularsih, Department of Materials Science and Technology

Dentistry,Faculty of Dentistry, Hang Tuah University, Arief Rakhman Hakim 150, Sukolilo, Surabaya, Phone031-5945964,5945894, Fax. 5946261, Email :[email protected]

LAPORAN PENELITIAN

Page 48: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

48

ABSTRAK

Latar Belakang: Kerang darah adalah salah satu komoditas perikanan terbaik di Indonesia.

Limbah cangkang kerang darah yang mengandung kalsium dan ditambahkan fluor berfungsi

untuk remineralisasi gigi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan besar kekasaran permukaan enamel gigi sapi yang diulasi gel ekstrak cangkang kerang darah

yang ditambahkan fluor selama 3, 14, dan 28 hari. Metode: Sampel terdiri dari 36 gigi sapi yang baru diekstraksi. Sampel dipilih secara random dan dibagi menjadi 3 kelompok kontrol

dan 3 kelompok perlakuan dengan jumlah sampel (n=6). Kelompok kontrol T01, T02, T03 yang

diulasi etsa dan gel plasebo selama 3 , 14, dan 28 hari. Kelompok perlakuan O1, O2, O3 yang diulasi etsa dan gel ekstrak cangkang kerang darah yang ditambahkan fluor selama 3, 14,

dan 28 hari.Pengaplikasian gel pada kelompok kontrol dan perlakuan dilakukan 2x setiap 12 jam sehari dan sampel disimpan dalam saliva buatan. Setelah hari ke 30, sampel diuji

kekasaran permukaan enamel dengan menggunakan surface roughness tester. Data

kekasaran permukaan enamel yang telah didapat dianalisis statistik dengan menggunakan one way anova. Hasil: Ada perbedaan kekasaran permukaan enamel yang signifikan antara

kelompok perlakuan dengan lama pengulasan selama 3 hari dan 28 hari. Kekasaran

permukaan enamel kelompok perlakuan lebih kecil daripada kelompok kontrol. Kesimpulan:

Terdapat perbedaan yang signifikan dengan lama pengulasan gel ekstrak cangkang kerang

darah yang ditambahkan fluor pada kelompok perlakuan selama 28 hari

Kata Kunci: Gel ekstrak cangkang kerang darah, fluor, kekasaran permukaan enamel, gigi

sapi.

Korespondensi: Sularsih, Bagian Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hang Tuah, Jl.Arief Rakhman Hakim No.150, Sukolilo,

Surabaya, Telp031-5945964,5945894, Fax. 5946261, Email :[email protected]

PENDAHULUAN

Kerang Darah (Anadara

granosa) merupakan salah satu jenis

kerang yang berpotensi dan bernilai

ekonomis untuk dikembangkan

sebagai sumber protein dan mineral

untuk memenuhi kebutuhan pangan

masyarakat Indonesia. Kebanyakan

masyarakat Indonesia hanya

menggunakan daging kerang saja

sebagai asupan makanan dan

membuang kulit kerangnya.Banyaknya

sisa cangkang kerang tidak

dimanfaatkan karena dianggap tidak

dapat didaur ulang. Hanya cangkang

kerang yang bagus yang diambil untuk

dibuat handycraft.Sisanya yang tidak

bagus dan berbau dibuang disekitar

bibir pantai atau di tempat

pembuangan sampah dan menjadi

limbah alam. Pemanfaatan cangkang

kerang darah dalam dunia medis, yaitu

potensi kalsium dari cangkang kerang

darah sebagai bahan rehabilitas tulang

dan gigi.1,2

Cangkang kerang darah

mengandung kalsium yang tinggi.

Berdasarkan pemeriksaan dengan x-

ray fluorescence (XRF) dan x-ray

diffraction (XRD), kandungan

Page 49: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

49

cangkang kerang darah terdiri dari :

CaO 97,93%, SiO0,17%, Fe2O3 0,04%,

MgO 0,85% dan lainnya kurang dari

1,00%3. Menurut Setiabudhi (2012)

terdapat kadar kalsium dalam

cangkang kerang darah sebesar

98,61%4. Kalsium adalah mineral

penting untuk pertumbuhan tulang dan

gigi dengan proses remineralisasi gigi5.

Selain itu dibutuhkan pula fluor dalam

mencegah proses terjadinya karies.

Adapun fluor dapat dijumpai di dalam

bahan makanan dan minuman.6

Pencegahan karies dengan fluor

dapat dilakukan pada masa pra erupsi

dan pasca erupsi. Tindakan yang

dilakukan dengan memberikan

fluoridasi pada air minum sehingga

gigi akan kuat dan tahan terhadap

serangan karies biasanya ini dilakukan

pada masa pra erupsi, sedangkan pada

masa pasca erupsi salah satu

diantaranya dengan berkumur-kumur

memakai larutan fluor sehingga

diperoleh efek topikal dari fluor

terhadap enamel. Cara fluor bekerja

dengan menghambat metabolisme

bakteri plak yang dapat

memfermentasi karbohidrat melalui

perubahan hidroksil apatit pada enamel

menjadi fluor apatit. Pemberian

fluordapat menghasilkan enamel yang

lebih tahan terhadap asam sehingga

dapat menghambat proses

demineralisasi dan meningkatkan

remineralisasi yang merangsang

perbaikan dan penghentian lesi

karies.6,7

Karies gigi adalah suatu proses

terjadinya pelepasan kalsium pada

enamel, sehingga menyebabkan

terjadinya bercak putih pada

permukaan gigi yang ditumpuki oleh

plak gigi. Enamel gigi disusun oleh

kristal-kristal yang terdiri dari berbagai

mineral, komponen utamanya adalah

kompleks calcium phosphate, yang

disebut hydroxyapatite.Kalsium

merupakan mineral yang berperan

dalam pembentukan jaringan keras

gigi. Dari 1200 gram kalsium yang

terdapat di dalam tubuh, sekitar 90%

terdapat dalam jaringan keras (tulang

dan gigi). Peningkatan kebutuhan

kalsium dapat terjadi pada masa

pertumbuhan, kehamilan, menyusui,

dan defisiensi kalsium.Kalsium

mempunyai berbagai fungsi dalam

tubuh, diantaranya adalah

pembentukan tulang dan pembentukan

gigi.4 Kekasaran permukaan enamel

disebabkan oleh hilangnya

hidroxyapatite, dan jika terlalu banyak

maka dapat mengakibatkan

Page 50: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

50

terbentuknya kavitas. Adanya fluoride

pada saat pembentukan enamel atau

aplikasi topikal pada permukaan

enamel menyebabkan penurunan

kelarutan permukaan enamel.

Penambahan fluoride mempengaruhi

kekerasan, aktivitas kimia, dan

stabilitas enamel. Apabila fluoride

dalam jumlah sedikit akan

menstabilkan enamel dengan

menurunkan kelarutan terhadap asam,

menurunkan demineralisasi dan

meningkatkan remineralisasi.8 Kadar

fluoride yang sering digunakan pada

pasta gigi maupun tooth mouse adalah

0,2%.9,10

Berbagai metode serta teknik

pencegahan karies sering dilakukan,

salah satunya adalah dengan

meningkatkan kekuatan permukaan

email. Mathias (2009)

memperkenalkan suatu bahan yang

dapat digunakan untuk pencegahan

karies, yaitu Casein Phosphopeptide-

Amorphous Calcium Phosphate plus

fluoride (CPP-ACP).11

Bahan ini

berbentuk pasta berisi suatu protein

susu kasein yang mengandung mineral

kalsium fosfat dan fluoride. Email gigi

yang mengalami proses demineralisasi

dapat diperbaiki dengan pemberian ion

kalsium dan fosfat yang terdapat pada

CPP-ACP ke bagian dalam email

untuk menggantikan mineral yang larut

sehingga dapat terjadi remineralisasi.12

Fungsi dari kalsium dan fluoride

dengan pemberian secara topikal

adalah untuk mempercepat

pertumbuhan remineralisasi yang telah

hilang akibat terjadinya demineralisasi,

dimana fluoride masuk ke dalam

enamel rods untuk menghambat

kerusakan pada enamel, sehingga

metabolisme kalsium dapat terjadi

tanpa harus terganggu oleh bakteri dan

plak.13

Maki Oshiro (2007) menyatakan

bahwa ada perbedaan kekasaran

permukaan enamel pada aplikasi

Casein Phosphopeptide-Amorphous

Calcium Phosphate plus fluoride

(CPP-ACP) selama 3 hari, 14 hari, dan

28 hari secara topikal dengan

pengukuran SEM (Scanning Electron

Microscopy).14

Dari uraian di atas gel ekstrak

cangkang kerang darah yang

ditambahkan fluor memiliki potensi

sebagai bahan yang menunjang

remineralisasi. Oleh karena itu peneliti

ingin mengetahui perbedaan besar

kekasaran permukaan enamel gigi sapi

(bovine) yang diulasi gel ekstrak

cangkang kerang darah yang

Page 51: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

51

ditambahkan fluor selama 3 hari, 14

hari, dan 28 hari.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini tergolong

penelitian eksperimental laboratoris

dengan menggunakan rancangan

penelitian post test only group design.

Sampel penelitian menggunakan gigi

insisivus sapi dengan kriteria, berusia ±

3 tahun, mahkota erupsi dalam

keadaan utuh, mahkota tidak abrasi,

mahkota tidak fraktur/ retak, mahkota

tidak ada karies.15

Bahan yang digunakan pada saat

penelitian antara lain Etsa asam

phospat 37%, Normal saline, Saliva

buatan, Sediaan gel ekstrak cangkang

kerang, Gigi sapi dari Rumah Potong

Hewan Kedurus Kota Surabaya,

fluoride, NaCl (Natrium Chloride),

KCl (Potassium Chloride), CaCl2

(Calcium Chloride), NaHCO3, CmcNa

(Carboxyl Methyl Cellulose-Natrium),

nipasin, dan nipasol.

Teknik pengambilan sampel

menggunakan simple random sampling

dan dibagi menjadi 6 kelompok secara

acak, dimana kelompok kontrol

sebanyak 6 gigi insisivus sapi yang

hanya diulas etsa, tanpa gel ekstrak

cangkang kerang darah (tetapi diulas

dengan placebo) sebanyak 2x sehari

dan dibagi dalam kelompok T01 3 hari,

T02 14 hari, T03 28 hari. kelompok

perlakuan sebanyak 6 gigi insisivus

sapi yang diulas etsa dan gel ekstrak

cangkang kerang darah yang

ditambahkan fluoride sebanyak 2x

sehari dan dibagi dalam kelompok T1 3

hari, T2 14 hari, T3 28 hari.

Pengukuran dilakukan setelah 30

hari menggunakan alat surface

roughness tester dengan cara spesimen

diletakkan dengan posisi melintang

pada meja alat pengukur (surface

roughness) sampai jarum pengukur

dapat bergerak bebas menyentuh

permukaan yang akan diukur.

Permukaan yang diukur rata ± 10 mm

untuk dilewati jarum pengukur

kekasaran, yaitu pada bagian tengah –

tengah labial. Pada layar monitor

dapat dipantau posisi jarum pengukur

harus menyentuh permukaan spesimen

dengan benar, yaitu menyentuh dengan

tanpa tekanan.Tombol start ditekan

maka alat jarum pengukur) akan

bergerak dengan kecepatan 1 mm/det.

Setelah selesai pengukuran, pada layar

monitor akan ditampilkan data-data

tentang keadaan permukaan spesimen,

yaitu Rz yang menunjukkan rata-rata

aritmatik lima perbedaan ujung puncak

Page 52: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

52

tertinggi dan ujung puncak terendah

bentukan kekasaran terhadap panjang

permukaan yang diukur dalam satuan

mikron. Pengukuran tiap spesimen

dilakukan sebanyak satu kali, serta

spesimen tidak perlu dilakukan

pemotongan baik secara vertikal,

maupunhorizontal.

HASIL

Nilai rerata dan simpang baku

hasil uji kekasaran permukaan enamel

gigi sapi antara kontrol dan kelompok

perlakuan selama 3, 14, dan 28 hari

dapat dilihat pada tabel 1 dan gambar

1.

Tabel 1.Nilai rerata dan simpang baku hasil

uji kekasaran permukaan enamel gigi sapi

antara kontrol dan kelompok perlakuan

selama 3, 14, dan 28 hari

Gambar 1. Grafik rerata hasil uji kekasaran

permukaan enamel gigi sapi antara kontrol

dan kelompok perlakuan selama 3, 14, dan

28 hari

Berdasarkan gambar 1, rerata

besar permukaan enamel gigi yang

diulasi gel ekstrak cangkang kerang

darah yang ditambahkan fluoride

selama 3, 14, dan 28 hari antara

kelompok kontrol dan perlakuan, pada

kelompok perlakuan menunjukkan

hasil rerata yang lebih kecil. Diantara

lama pengulasan gel ekstrak cangkang

kerang darah ditambahkan fluoride

selama 3,14, dan 28 hari rerata besar

kekasaran permukaan enamel gigi

yang diulasi selama 28 hari

menunjukkan rerata paling kecil.

Rerata dan simpang baku hasil

kekasaran permukaan enamel gigi sapi

dianalisa dengan uji saphirowilk

menunjukkan bahwa data berdistribusi

normal (p>0,05) sehingga memenuhi

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

3

hari

14

hari

28

hari

placebo

gel

ekstrak

cangkang

kerang

darah

(perlakua

n)

Page 53: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

53

persyaratan menggunakan uji

parametrik. Uji Levene menunjukkan

nilai probabilitas > 0,05, maka asumsi

homogen terpenuhi, sehingga

memenuhi persyaratan menggunakan

uji parametrik.

Hasil uji independent sample test

antara kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan selama 3, 14, dan 28 hari

dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Taraf signifikan besar kekasaran

permukaan enamel gigi sapi antara

kelompok plasebo dan gel ekstrak cangkang

kerang darah selama 3, 14, dan 28 hari.

Hasil uji independent sample test

antara kelompok plasebo dan gel

ekstrak cangkang kerang darah selama

3, 14, dan 28 hari menunjukkan bahwa

tidak ada perbedaan yang bermakna

(p>0,05). Dengan demikian tidak ada

perbedaan dari hasil pengukuran besar

kekasaran permukaan enamel yang

dilihat perbandingannya antara

kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol selama 3, 14, dan 28 hari.

Hasil uji one-way anova besar

kekasaran permukaan enamel gigi sapi

terhadap lama pengulasan antara

kelompok kontrol dan gel perlakuan

selama 3, 14, dan 28 hari dapat dilihat

pada tabel 3

Tabel 3. Taraf signifikan besar kekasaran

permukaan enamel gigi sapi terhadap lama

pengulasan antara kelompok kontrol dan

perlakuan selama 3, 14, dan 28 hari.

Hasil uji one-way anova besar

kekasaran permukaan enamel gigi sapi

terhadap lama pengulasan antara

kelompok kontrol dan perlakuan

selama 3, 14, dan 28 hari menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna pada kelompok gel ekstrak

cangkang kerang darah 3 hari dan 28

hari (p<0,05). Tidak ada perbedaan

yang bermakna antara hari ke 3 sampai

hari ke 14 maupun hari ke 14 sampai

hari ke 28 (p>0,05) pada kelompok

perlakuan, serta pada kelompok

kontrol tidak ada perbedaan yang

bermakna pada hari ke 3, 14, sampai

hari ke 28 (p>0,05). Dengan demikian

kelompok perlakuan menunjukkan

Page 54: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

54

adanya perbedaan yang bermakna pada

besar kekasaran permukaan enamel

gigi sapi setelah pengulasan gel

ekstrak cangkang kerang darah

yangditambahkan fluor selama 28 hari

dibandingkan kelompok kontrol yang

diulasi dengan gel plasebo.

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan

tujuan untuk mengembangkan

pemanfaatan ekstrak cangkang kerang

darah yang ditambahkan dengan fluor

dalam menunjang proses

demineralisasi dan remineralisasi gigi.

Cangkang kerang darah memiliki

kadar kalsium yang sangat tinggi,

diketahui dari mulai dilakukan

penelitian dalam dunia medis yang

membutuhkan cangkang kerang darah

untuk perkembangan dalam pembuatan

biomaterial yang berguna untuk

implan, dimana sumber kalsium

menjadi alasan utama dari penelitian

tersebut.2 Setiabudhi (2012)

menyatakan bahwa terdapat kadar

kalsium dalam cangkang kerang darah

sebesar 98,61%.4 Struktur jaringan gigi

terdiri dari jaringan keras gigi (enamel,

dentin, sementum) dan jaringan lunak

gigi (pulpa). Komponen enamel terdiri

dari 96% bahan anorganik, sisanya

adalah bahan organik dan air. Bahan

anorganik pada enamel terdiri dari

kalsium 36,7%, fosfat 17,4%. Enamel

sebagian besar terdiri dari

hidroksiapatit dan sebagian kecil fluor

apatit.16

Kalsium merupakan mineral

yang berperan dalam pembentukan

jaringan keras gigi. Dari 1200 gram

kalsium yang terdapat di dalam tubuh,

sekitar 90% terdapat dalam jaringan

keras (tulang dan gigi). Peningkatan

kebutuhan kalsium dapat terjadi pada

masa pertumbuhan, kehamilan,

menyusui, dan defisiensi

kalsium.Kalsium mempunyai berbagai

fungsi dalam tubuh, diantaranya adalah

pembentukan tulang dan pembentukan

gigi.Fungsi utama kalsium adalah

mengisi kepadatan tulang.Jumlahnya

di tulang dan gigi terdiri dari 99%

kalsium. Selebihnya tersebar luas

dalam tubuh, termasuk di dalam cairan

intraseluler dan ekstraseluler.4

Selain kalsium, peran fluor

sangat penting dalam proses

remineralisasi dan demineralisasi gigi.

Manfaat dari fluor itu sendiri berguna

untuk menghambat enzim yang terlibat

dalam pembentukan asam serta

pengangkutan dan penyimpanan

glukosa dalam streptococcus oral dan

juga membatasi penyediaan bahan

Page 55: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

55

cadangan untuk pembuatan asam

dalam sintesis polisakarida.13

Adanya

fluor pada saat pembentukan enamel

atau aplikasi topikal pada permukaan

enamel menyebabkan penurunan

kelarutan permukaan enamel.

Penambahan fluor mempengaruhi

kekasaran, aktivitas kimia, dan

stabilitas enamel. Apabila fluor dalam

jumlah sedikit akan menstabilkan

enamel dengan menurunkan kelarutan

terhadap asam, menurunkan

demineralisasi dan meningkatkan

remineralisasi.8

Hasil penelitian yang dilakukan

oleh Maki Oshiro (2007) menyatakan

bahwa ada perbedaan kekasaran

permukaan enamel pada aplikasi

Casein Phosphopeptide-Amorphous

Calcium Phosphate plus fluoride

(CCP-ACP) selama 3 hari, 14 hari, dan

28 hari secara topikal. Salah satu

indikator terjadinya proses

remineralisasi gigi adalah

pembentukan kembali sebagian kristal

apatit pada enamel yang larut

dikarenakan demineralisasi, sehingga

mengurangi kekasaran permukaan

enamel yang dapat menyebabkan

terbentuknya kavitas.17

Selain fluor, fosfat (PO42-

)

berperan dalam proses remineralisasi.

Pada penelitian ini bahan fosfat (PO42-

)

tidak digunakan karena tidak tersedia

dipasaran, dan hanya HPO42-

yang

dijual dipasaran. Berdasarkan teori

Mount (2005) menyatakan bahwa

HPO42-

tidak berperan dalam

keseimbangan HA karena HA

mengandung PO43-

dibanding HPO42-

sehingga kristal HA akan larut.17

Pada penelitian ini waktu yang

digunakan dalam pengulasan gel

ekstrak cangkang kerang darah adalah

3, 14, dan 28 hari, karena berdasarkan

penelitian yang dilakukan Oshiro dkk

(2007) yang membandingkan porositas

tubuli dentin dalam jangka waktu

tersebut dengan menggunakan SEM

(Scanning Electron Microscopy) sudah

cukup efektif untuk mengetahui

pengaruh pengulasan.14

Pada penelitian

ini pengulasan gel ekstrak cangkang

kerang darah dalam sehari dilakukan

dua kali, hal ini mengacu pada

penelitian yang dilakukan oleh

Paramitha (2011) dan menurut aturan

pemakaian yang dibuat oleh pabrik

pada penggunaan CCP-ACP.15

Alasan

lain bahwa kandungan yang terdapat

pada CCP-ACP dan sediaan gel

ekstrak cangkang kerang darah yang

ditambahkan fluor mempunyai

Page 56: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

56

kesamaan bahan yaitu pada kadar

kalsium dan fluoride.

Pada penelitian ini menggunakan

gigi sapi permanen insisivus rahang

bawah (bovine fresh extracted).

Penggunaan gigi sapi permanen

insisivus rahang bawah pada penelitian

ini karena gigi insisivus sapi rahang

bawah memiliki bentuk yang sama

dengan bentuk gigi insisivus pada

rahang bawah manusia, dan mudah

didapatkan dari rumah potong

hewan.14,16

Hasil uji one-way anova besar

kekasaran permukaan enamel gigi sapi

terhadap lama pengulasan antara

kelompok perlakuan selama 3, 14, dan

28 hari menunjukkan perbedaan

secara bermakna pada lama pengulasan

selama 28 hari. Hasil analisis

menunjukkan bahwa perkembangan

terjadi setelah pengulasan selama 28

hari, tidak ada perbedaan antara lama

pengulasan selama 3 hari dan 14 hari,

dan 14 hari dengan 28 hari, tetapi ada

perbedaan pengulasan antara 3 hari

dan 28 hari. Jadi dapat disimpulkan

bahwa lama pengulasan gel ekstrak

cangkang kerang darah yang

ditambahkan fluor selama 14 hari pada

penelitian ini belum menunjukkan

pengaruh terhadap besar kekasaran

permukaan enamel. Lama pengulasan

gel ekstrak cangkang kerang darah

yang ditambahkan fluor selama 14 hari

belum menunjukkan pengaruh

terhadap perbedaan waktu pengulasan

antara 3 hari dan 28. Hal tersebut

kemungkinan karena faktor sediaan gel

ekstrak cangkang kerang darah yang

ditambahkan fluor dimana

konsistensinya masih terlalu padat

dibandingkan dengan bahan topikal

lain seperti CCP-ACP, sehingga terjadi

kesulitan pada saat absorbsi. Selain itu

faktor bentuk anatomi gigi insisivus

rahang bawah sapi yang berbeda-beda

dan permukaan gigi yang kurang rata

pada penelitian ini, menyebabkan

kesulitan pada pengukuran.

Fungsi dari kalsium dan fluoride

dengan pemberian secara topikal

adalah untuk mempercepat

pertumbuhan remineralisasi yang telah

hilang akibat terjadinya demineralisasi.

Bahan fluoride masuk ke dalam

enamel rods untuk menghambat

kerusakan pada enamel dan akan

berikatan kuat dengan ion-ion bebas

Ca2+

dan HPO42-

membentuk kristal

fluorapatit [Ca10(PO4)6(OH).F]

sehingga metabolisme kalsium dapat

terjadi tanpa harus terganggu oleh

bakteri dan plak.13

Faktor - faktor yang

Page 57: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

57

mempengaruhi kekasaran permukaan

enamel pada manusia secara umum

dipengaruhi oleh diet yang tidak

seimbang terutama karbohidrat yang

tinggi kandungan sukrosanya,

tingginya aktivitas bakteri karies

terutama bakteri Streptococcus mutans,

dan struktur gigi itu sendiri yang

kurang baik.15

Pada penelitian ini

faktor lainnya yang mempengaruhi

pengukuran kekasaran permukaan

enamel adalah lama waktu pengulasan

gel ekstrak cangkang kerang darah

yang ditambahkan fluor.

Dari hasil penelitian didapatkan

rerata jumlah kekasaran permukaan

enamel antara kelompok kontrol lebih

besar dibandingkan kelompok

perlakuan. Hal ini menunjukkan

dengan pemberian gel ekstrak

cangkang kerang darah yang

ditambahkan fluor dapat menurunkan

besar kekasaran permukaan

enamel.Semakin lama pengulasan gel

ekstrak cangkang kerang darah yang

ditambahkan dengan fluor dapat

menurunkan besar kekasaran

permukaan enamel. Lama pengulasan

gel selama 28 hari signifikan berbeda

dibandingkan lama pengulasan 3 hari.

Gel ekstrak cangkang kerang darah

yang ditambahkan fluor diharapkan

dapat digunakan sebagai biomaterial

kedokteran gigi untuk menunjang

terjadinya remineralisasi, serta dapat

menekan angka karies gigi di masa

depan.

SIMPULAN

Terdapat perbedaan yang

bermakna pada kekasaran permukaan

enamel dengan lama pengulasan gel

ekstrak cangkang kerang darah yang

ditambahkan fluor selama 3 hari dan

28 hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. PKSPL. 2004. Penelitian dan

Pengembangan Budidaya Perikanan

(Kerang Darah) di Kabupaten Boalemo

Provinsi Gorontalo. Kerjasama BAPPEDA

dan PKSPL. Laporan Penelitian. p.24-15.

2. Wheeler’s. 2003. Dental Anatomy,

Physiology, and Occlusion. United States.

p. 6.

3. Wiraningsih. 2010. Sintesis kalsium

pirosofat dari kulit kerang darah (anadara

granosa) melalui metode presipitasi. Tesis,

Universitas Andalas. p.2-1.

4. Mustakimah,dkk. 2012. Decomposition

Study of Calcium Carbonate in Cockle

Shell. World engineering congres 2010, 2nd

– 5th August, Kuching. Sarawak, Malaysia.

Conference on advance Processes and

Materials. Vol. 7, No. 1: 10 – 1.

5. Setiabudhi M. 2012. Kadar kalsium gigi

sapi setelah pengulasan dengan gel ekstrak

kerang darah (anadara granosa). Skripsi,

Page 58: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

58

Universitas Hang Tuah, Surabaya. p.9-5,

11-10, 18-13, 27-26.

6. Ito D. 2010. Optimal level of calcium

intake for caries prevention. Tesis.

Universitas Kedokteran Gigi. Toronto. p.3-

1.

7. Lubis S. 2001. Fluor dalam pencegahan

karies gigi. Skripsi. Universitas Sumatera

Utara. Medan. p.10-3.

8. Angela A. 2005. Pencegahan primer pada

anak yang berisiko karies tinggi. Maj. Ked.

Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3 Juli–

September 2005: 134–130. Medan:

Universitas Sumatera Utara.

9. Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ.

2006. Art and science of operative

dentistry. 5th ed. Mosby Inc. St. Louis,

Missouri. p.24-18, 122, 182, 246-8, 497-8,

517-8, 637.

10. Arida D. 2009. Efek pemberian fluoride

varnish di kedokteran gigi. Skripsi, USU. p.

6.

11. Walsh LJ. 2010. MI paste, MI paste plus.

Anthology of applications.

http://www.gcamerica.com/products/hp/MI

Paste/mipaste_cookbook.pdf. Accesed 24-

6-2010

12. Mathias J, S Kavitha, S Mahalaxmi. 2009.

A comparison of surface roughness after

micro abrasion of enamel with and without

using CPP-ACP: An in vitrostudy. J

Conserv Dent. Vol 12. p. 225.

13. Afanty A. 2009. Pengaruh aplikasi pasta

casein phophopeptide-amorphous calcium

phosphate pada white spot gigi desidui.

Tesis, Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta. p. 78-71.

14. Herdiyati Y. 2010. Penggunaan Fluor

Dalam Kedokteran Gigi. Tesis, Bandung,

Universitas Padjadjaran. p. 12.

15. Oshiro M, Yamaguchi K, et al. 2007. Effect

of CCP-ACP paste on tooth mineralization:

an FE-SEM study. Journal of Oral Science.

Vol 49, no. 2: 120-115.

16. Paramitha K. 2011. Perbandingan

kekasaran permukaan enamel terhadap

lama pengulasan Casein phosphopeptide-

amorphous calcium phosphate berfluoride.

Skripsi, Universitas Hang Tuah, Surabaya.

p. 25-20.

17. Nurliza C. 2002. Program Pencegahan

Erosi Gigi Dengan Berkumur Larutan

Baking Soda 1% Untuk Menurunkan Kadar

Asam Sulfat di Dalam Rongga Mulut Pada

Karyawan Pabrik Alumunium Sulfat. Tesis.

Medan, Universitas Sumatera Utara. p.5

18. Mount GJ, Hume WR. 2005. Preservation

and restoration of tooth structure. 2nd

ed.

Knowledge book and software. Australia. p.

2, 25, 39, 87, 212.

Page 59: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

59

Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Mangrove

(Avicennia marina) Terhadap Kesembuhan

Ulkus Traumatikus

(The effect of the extract of mangrove leaf (Avicennia marina)

towards the healing of traumatic ulcer)

Arvian Novanolo Mendrofa, Isidora Karsini S*, Dian Mulawarmanti**

*Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

**Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah

ABSTRACT

Background: Avicennia marina which has role in wound healing process, but its effect in wound healing in oral mucosa has not been researched yet. Purposes: To prove the effect of

extract avicennia marina against traumatic ulcer and effective concentration of the extract of

avicennia marina in traumatic ulcer healing. Methods: The subjects of this research are 25 wistar rats that were randomized into 5 different groups; K0 control, K1 were given

hyaluronic acid, P1 were given extract of avicennia marina 10%, P2 were given extract of

avicennia marina 20%, and P3 were given extract of avicennia marina 40%. The subject is wounded using amalgam stopper that has been heated before. Subject was given topical

application once dailyuntil seven days. The ulcer diameter was measured at the second day and day 8 using caliper digital. The data obtained were analyzed using Kruskal-Wallis

test.Results: The result showed signification of p<0,05, showing that there’s difference in

diameters between two groups. The average diameter differences of traumatic ulcer among rats are: K0 =0.5700 mm ± .09721, K1 = 0.8380 mm ± .04438, P1 = 0.7240 mm ± .08385,

P2 = 0.8440 mm ± .02074, and P3 = 0.9500 mm ± .03674. Conclusions: Avicennia marina extract concentration of 10%, 20% and 40% have effect in the healing of traumatic ulcer, and

avicennia marina 40% is the most effective concentration against traumatic ulcer healing.

Keywords:Avicennia marina, traumatic ulcer diameter, wound healing

Correspondence: Isidora Karsini S, Department of Oral Pathology, Faculty of Dentistry, Hang Tuah University, Arif Rahman Hakim 150 Surabaya 60111 Indonesia, Phone 031-

5912191, e-mail : [email protected]

LAPORAN PENELITIAN

Page 60: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

60

ABSTRAK

Latar Belakang:Perawatan saluran akar adalah salah satu perawatan yang

biasanyadilakukan untuk mempertahankan gigi yang telah terinfeksi oleh bakteri mixed pada

saluran akar. Enterococcus faecalis adalah salah satu bakteri yang sering menyebabkan terjadinya kegagalan perawatan saluran akar. Ekstrak daun alpukat telah diketahui memiliki

aktivitas antibakteri karena mengandung senyawa aktif seperti alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri. Berdasarkan penelitian

sebelumnya ekstrak daun alpukat terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans yang merupakan golongan bakteri yang sama dengan bakteri Enterococcus faecalis. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

melihat ada tidaknya daya hambat ekstrak daun alpukat dalam konsentrasi 25%, 50%, dan 100% terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Metode: Penelitian dilakukan

dengan metode difusi pada media BHI agar dan diinkubasi secara anaerob pada 37°C

selama 48 jam. Hasil: Hasil perhitungan rerata diameter zona hambat ekstrak daun alpukat dalam konsentrasi 25%, 50%, dan 100% masing-masing sebesar 8.99 mm, 10.73 mm, dan

11.82 mm, sedangkan pada kelompok kontrol positif (ChKM) sebesar 10.53 mm. Data

kemudian dianalisis dengan uji ANOVA (one way) dan hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada seluruh kelompok karena nilai (p<0.05). Hasil uji LSD

menunjukkan terdapat perbedaan bermakna pada seluruh antar kelompok kecuali kelompok ChKM dengan kelompok perlakuan konsentrasi 50% karena nilai (p>0.05). Kesimpulan:

Ekstrak daun alpukat terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus

faecalis

Kata Kunci: Perawatan saluran akar, bakteri Enterococcus faecalis, ekstrak daun alpukat

Correspondence : Isidora Karsini S, Bagian Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi,

Universitas Hang Tuah, Jl. Arif Rahman Hakim 150 Surabaya 60111 Indonesia, Telp 031-5912191, e-mail : [email protected]

PENDAHULUAN

Ulkus merupakan kerusakan

pada jaringan mukosa yang

menyebabkan hilangnya sebagian

struktur epitel hingga melebihi

membran basalis atau dapat mencapai

lamina propia.1 Sedangkan, ulkus

traumatikus adalah suatu lesi pada

rongga mulut yangdisebabkan

olehbahan kimia,panas, listrik,

kekuatan mekanik, kontak dengan gigi

yang patah, cengkraman gigi tiruan

sebagian atau mukosa tergigit secara

tak sengaja, luka bakar dari makanan

dan minuman yang terlalu panas

umumnya terjadi pada palatum, cedera

akibat kuku jari yang mencungkil-

cungkil mukosa mulut.2Prevalensi TU

pada mukosa rongga mulut cukup

tinggi yaitu sekitar 83,6%.3

Kebanyakan orang sering

mengabaikan terjadinya ulkus

traumatikus, padahal ulkus traumatikus

yang berkepanjangan atau resistensi

dan tidak kunjung sembuh atau luka

yang kurang baikpenyembuhannya

Page 61: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

61

dapat menjadi ulkus traumatikus

kronis.4

Akhir-akhir ini ini mulai

digunakan asam hialuronat 0,2 %

sebagai salah satu obat terapi ulkus

traumatikus. Asam hialuronat

merupakan suatu bagian matriks

ekstraselular dan merupakan

glikosaminoglikan utama yang

disekresikan selama perbaikan

jaringan. Asam hialuronat dapat

merangsang penyembuhan luka,

migrasi, dan mitosis dari fibroblas dan

sel epitel.5 Namun penggunaan asam

hialuronat dapat menyebabkan alergi

atau reaksi hipersensitivitas dan

harganya yang masih relatif mahal.6

Asam hialuronat terdapat di semua

organ tubuh manusia, tetapi lebih

banyak di jaringan mesenkimal.7

Avicennia marina merupakan

salah satu jenis mangrove yang

mengandung beberapa senyawa

metabolit sekunder seperti; saponin,

flavonoid, dan triterpenoid. Saponin

yang berperan sebagai antimikroba,

antiradang, antibiotik, obat hemolitik,

hipoglikemi, dan sitotoksik,8 selain itu

dari beberapa penelitian diketahui

bahwa saponin dapat berfungsi sebagai

antikanker dan anti inflamasi.9

Triterpenoid berperan sebagai

antiradang dan antikarsinogenik.

Flavonoid berperan sebagai

antioksidan dengan menghambat

peroksidasi dari lipid dan berpotensi

menginaktifasi oksigen triplet.8

MATERI DAN METODE

Penelitian yang dilakukan

merupakan penelitian true

experimental laboratory. Rancangan

penelitian ini adalah post test only

control group design. Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini

sebanyak 25 ekor tikus wistar jantan

dengan dasar pertimbangan sifat jenis

kelamin jantan yang lebih mudah

dikontrol dalam proses penyembuhan

karena tidak terpengaruhi oleh faktor

hormonal pada saat menstruasi. Tikus

wistar dipilih sebagai hewan coba

karena memiliki metabolisme tubuh

yang hampir sama dengan manusia.10

Pada penelitian ini tikus

diadaptasi dalam kandang ukuran 40

cm x 30 cm x 14 cm dan ditempatkan

dalam ruangan yang cukup udara dan

cahaya. Makanan diberikan tiap pagi,

siang, dan malam. Sedangkan

minuman diberikan dalam botol 300

ml yang dilengkapi pipa kecil dan diisi

air matang. Hewan coba diadaptasikan

selama 1 minggu untuk mendapatkan

Page 62: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

62

kesehatan umum yang baik dan

penyesuaian dengan lingkungan.11

Pada hari pertama masing-

masing tikus Wistar sebelum mendapat

perlakuan dilakukan anastesi secara

inhalasi dengan menggunakan ether

bertujuan agar hewan coba tidak

mengalami rasa sakit pada saat

perlakuan awal. Kemudian membuat

ulkus dengan menggunakan amalgam

stopper yang mempunyai ukuran

penampang ± 3 mm yang telah

dipanaskan diatas burner yang diberi

spiritus.

Pada hari kedua dilakukan

pengamatan apakah sudah terbentuk

ulkus atau tidak. Jika sudah terbentuk

ulkusyang ditandai dengan adanya lesi

berbentuk bulat, berwarna putih

dengan sentral kekuningan yang berisi

eksudat fibrinosa dengan tepi

kemerahan (eritem).1 Ulkus diukur

dengan menggunakan kaliper digital

yang dilakukan pada hari kedua dan

hari kedelapan.

Aplikasi topikal aquades steril

pada kelompok K0, aplikasi topikal gel

Asam hialuronat 0,2% pada kelompok

K1, aplikasi topikal gel daun mangrove

Avicennia marina gel 10% pada

kelompok P1, aplikasi topikal gel daun

mangrove Avicennia marina gel 20%

pada kelompok P2, aplikasi topikal gel

daun mangrove Avicennia marina gel

40% pada kelompok P3. Aplikasiobat

secara topikal dilakukan 1 kali sehari

selama 7 hari.

Dari hasil penelitian diatas maka

data penelitian dianalisis dengan

menggunakan statistik analitik dan

kemudian dilakukan uji normalitas dan

homogenitas. Skala data dalam

penelitian ini adalah skala data ratio.

Bila data terdistribusi secara normal

dan memiliki varian yang homogen

maka dilanjutkan dengan uji hipotesis

dengan menggunakan statistik

parametrik yaitu One Way ANOVA

yang kemudian dilanjutkan dengan

menggunakan LSD dengan taraf

signifikan. Bila dalam uji normalitas

distribusi data tersebut tidak normal

ataupun tidak homogen maka dapat

dilakukan transformasi data. Apabila

setelah dilakukan transformasi data

tetap tidak ada perubahan maka dapat

dilakukan uji hipotesis dengan

menggunakan statistik non parametrik

yaitu Kruskal-Wallis yang kemudian

dilanjutkan dengan menggunakan

Mann-Whitney dengan taraf signifikan.

Page 63: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

63

HASIL

Rerata dan simpangan baku

selisih diameter penyembuhan ulkus

traumatikus pada kelompok perlakuan

serta kelompok kontrol positif (asam

hialuronat 0,2%) dan kelompok

kontrol negatif (aquadest) dapat dilihat

pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil rerata dan simpang baku

selisih diameter penyembuhan ulkus

traumatikus

Dari data hasil rerata dan

simpang baku selisih diameter

penyembuhan ulkus traumatikus diatas

dapat dilihat bahwa terjadi

pengurangan diameter ulkus

traumatikus paling banyak pada

kelompok perlakuan ekstrak daun

mangrove Avicennia marina 40%.

Sedangkan pengurangan diameter

ulkus traumatikus paling sedikit terjadi

pada kelompok kontrol negatif

(aquadest).

Data di uji dengan menggunakan

statistik parametrik yaitu One Way

ANOVA yang kemudian dilanjutkan

dengan menggunakan LSD. Data

berdistribusi tidak normal atau data

tersebut tidak homogen dilakukan

transformasi data.

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat

dilihat bahwa data berdistribusi normal

(p > 0.05) pada semua kelompok,

namun berdasarkan tabel 3 diatas dapat

dilihat bahwa varians data tidak sama

karena memiliki nilai signifikansi (p <

0.05). Dari hasil tersebut maka harus

dilakukan transformasi data agar

varians data sama.

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Setelah

Transformasi Data

Page 64: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

64

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat

dilihat bahwa varians data tetap tidak

sama karena memiliki nilai signifikansi

(p < 0.05). Dari hasil tersebut maka

sebagai alternatif dapat menggunakan

uji non parametrik yaitu Kruskal-

Wallis.

Tabel 5. Hasil Uji Kruskal-Wallis

Berdasarkan tabel 5 diatas

dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan

selisih diameter antara dua kelompok

karena memiliki nilai signifikansi (p <

0.05), untuk mengetahui kelompok

yang mempunyai perbedaan yang

bermakna maka dapat dilanjutkan

dengan uji Mann-Whitney.

Tabel 6. Hasil Uji Mann-Whitney

Keterangan:

* : Mempunyai perbedaan bermakna (p <

0.05)

Berdasarkan tabel 6 diatas dapat

dilihat bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna antara selisih diameter pada

kelompok K0 dibandingkan dengan

kelompok K1 (p=0.009), kelompok K0

dibandingkan dengan kelompok P1

(p=0.033), kelompok K0 dibandingkan

dengan kelompok P2 (p=0.009),

kelompok K0 dibandingkan dengan

kelompok P3 (p=0.008), kelompok K1

dibandingkan dengan kelompok P3

(p=0.009), kelompok P1 dibandingkan

dengan kelompok P2 (p=0.012),

kelompok P1 dibandingkan dengan

kelompok P3 (p=0.008), kelompok P2

dibandingkan dengan kelompok P3

(p=0.009).

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang di uji

statistik rata-rata selisih diameter pada

kelompok P2 lebih tinggi dibanding

kelompok P1, K1 dan K0. Namun rata-

rata selisih diameter dari kelompok P2

tidak terlalu besar terhadap kelompok

K1. Hal ini dimungkinkan karena P2

memiliki kadar kandungan saponin,

flavonoid, asam amino, serta vitamin C

yang tidak terlalu tinggi, sehingga

dapat diasumsikan bahwa ekstrak P2

memiliki kemampuan yang hampir

Page 65: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

65

sama dengan K1 terhadap

penyembuhan ulkus traumatikus.

Rata-rata selisih diameter pada

kelompok K1 lebih tinggi dibanding

kelompok P1 dan kelompok K0. Hal

ini dikarenakan asam hialuronat adalah

komponen terbesar matriks ekstra

seluler yang sifatnya menarik air dan

banyak ditemukan pada jaringan yang

tumbuh atau rusak. Asam hialuronat

merupakan bagian penting dari matriks

ekstraseluler dan juga salah satu GAG

utama yang dikeluarkan selama

perbaikan jaringan.5 Asam hialuronat

diproduksi oleh fibroblas selama fase

proliferasi pada penyembuhan luka

merangsang migrasi dan mitosis dari

fibroblas dan sel epitel,5,12

selain itu

dapat dimungkinkan karena kadar

kandungan pada P1 seperti: saponin,

flavonoid, asam amino, serta vitamin C

yang relatif rendah sehingga terjadi

penyembuhan ulkus traumatikus yang

lebih baik pada kelompok K1

dibandingkan P1.

Rata-rata selisih diameter pada

kelompok P1 lebih tinggi dibanding

kelopok K0. Hal ini dimungkinkan

karena adanya kandungan pada P1

seperti: saponin, flavonoid, asam

amino, serta vitamin C. Sekalipun

kandungan yang terdapat dalam P1

relatif kecil, namun hal tersebut

didukung oleh adanya produksi asam

hialuronat oleh fibroblas selama tahap

proliferasi.5

Proses penyembuhan ulkus

traumatikus yang terjadi pada

kelompok P3 berlangsung lebih

optimal dibandingkan kelompok P1,

kelompok P2, kelompok K1, dan

kelompok K0. Hal ini diduga karena

kadar nutrisi yang terdapat dalam P3

mencukupi kebutuhan metabolik bagi

penyembuhan ulkus traumatikus,

terutama pada fase proliferasi dimana

terjadi proses epitelisasi yang

membutuhkan banyak asupan energi.

Selain itu, P3 memiliki kandungan

yang berkhasiat terhadap

penyembuhan ulkus traumatikus lebih

tinggi dibandingkan pada P1 dan P2.

Kandungan berkhasiat tersebut,

seperti: saponin, flavonoid, asam

amino, serta vitamin C yang cukup

tinggi. Percepatan penyembuhan pada

P3 juga didukung oleh adanya

produksi asam hialuronat oleh

fibroblas selama tahap proliferasi.5

Kelompok P1, P2, P3 dapat lebih

cepat dibandingkan dengan K0

disebabkan banyak kandungan yang

terdapat dalam Avicennia marina yang

berperan dalam proses penyembuhan

Page 66: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

66

dari ulkus traumatikus. Saponin dapat

berperan sebagai anti mikroba, anti

radang, antibiotik, obat hemolitik,

hipoglikemi, dan sitotoksik,8 selain itu

dari beberapa penelitian diketahui

bahwa saponin dapat berfungsi sebagai

antikanker dan anti inflamasi.9 Saponin

merupakan senyawa penting dalam

proses penyembuhan luka. Saponin

dapat memacu pembentukan kolagen

yaitu protein struktur yang berperan

dalam proses penyembuhan luka.

Senyawa golongan flavonoid

dapat berperan sebagai antioksidan

dengan menghambat peroksidasi dari

lipid dan berpotensi menginaktifasi

oksigen triplet,8serta anti inflamasi

yang dapat mengurangi peradangan

serta membantu mengurangi rasa sakit

bila terjadi pendarahan atau

pembengkakan pada ulkus

traumatikus.13

Kandungan lain pada Avicennia

marina yang berperan dalam proses

penyembuhan ulkus traumatikus

adalah asam amino. Asam amino

glisin, betaine, asparagine merupakan

asam amino yang terdapat pada ekstrak

Avicennia marina.8 Asam amino yang

berperan dalam proses penyembuhan

luka yaitu, arginine, glycine, lysine,

proline, glucosamine, D-glucoronic

acid, dan camosin.14

Asam amino

glycine adalah asam amino dengan

konsentrasi tertinggi pada Avicennia

marina.

Glycine merupakan salah satu

komponen utama pembentuk kolagen

pada tubuh manusia yang bekerja

secara sinergis bersama asam amino

esensial lainnya untuk membentuk

sebuah polipeptida yang merangsang

perbaikan jaringan dan proses

penyembuhan,15

selain itu Avicennia

marina juga mengandung vitamin C

yang cukup tinggi di bagian daun

15,32 mg.16

Vitamin C berperan

meningkatkan migrasi neutrofil dan

transformasi limfosit, penting dalam

sintesis kolagen, dalam pembentukan

ikatan antara serat kolagen yaitu

pembentukan triple helix

colagen,dimana kolagen merupakan

protein yang membantu pembentukan

jaringan ikat dikulit ligament dan

untuk menjaga daya tahan tubuh.5,17

Vitamin C diketahui bisa mempercepat

penyembuhan ulkus dikarenakan

fungsinya yang juga dapat menangkap

radikal bebas sehingga memutus ikatan

Reactive Oxygen Species (ROS).18

Berdasarkan hasil penelitian

yang telah dilakukan, kelompok P3

Page 67: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

67

memiliki penyembuhan paling cepat

dibandingkan dengan kelompok P1

dan P2. Sangat besar kemungkinan

terjadi proses penyembuhan ulkus

traumatikus yang lebih cepat dengan

menggunakan konsentrasi ekstrak

Avicennia marina yang lebih tinggi.

SIMPULAN

Ekstrak Avicennia marina

memiliki pengaruh terhadap

kesembuhan ulkus traumatikus.

Konsentrasi ekstrak Avicennia marina

10% tidak memiliki pengaruh lebih

baik sedangkan konsentrasi 20%, 40%

terbukti memiliki pengaruh lebih baik

dibandingkan asam hialuronat 0,2%

terhadap kesembuhan ulkus

traumatikus. Konsentrasi ekstrak

Avicennia marina 40% adalah

merupakan konsentrasi yang paling

efektif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Regezi JA, Sciubba JJ, Jordan RCK. 2008.

Oral Pathologic Correlations. 5th edition. St.

Louis: WB Saunders. p. 24-21.

2. Langlais RP, Miller CS. 2000. Atlas

Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang

Lazim. Jakarta: Hipokrates. p. 94.

3. Delong L,et al. 2008. General and Oral

Pathology for The Dental Higienist.

Philadelphia, US: Lippincott Williams &

Wilkins. p. 297-295.

4. Mitchell RN, Kumar V, Abbas AK, Fausto

N. 2009. Robbins and Cotran. Buku Saku

Dasar Patologis Penyakit. Edisi 7 (Pocjet

Companion to Robbins and Cotran

Pathologic Basis of Disease, 7th edition).

Alih bahasa: Andry Hartanto.

Editor:Inggrid Tania et al. Jakarta: EGC.

h.75-29.

5. MacKay DND and Miller ALND. 2003.

Nutritional Support for Wound Healing.

Alternative Medicine Review. Vol.8,

Number 4: 377-359. Available from

http://www.pilodinal.org/_assets/pdf/nutriti

on.pdf. Accessed in June 25th, 2012.

6. Kapoor, Pranav, Shabina Sachdeva, and

Silonie Sachdeva. 2010. Topical

Hyaluronic Acid in the Management of

Oral Ulcers. Available from

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/P

MC3132908. Accesed in August 8th 2012.

7. Topazian RG, Goldberg MH, Hupp JR.

2002. Oral Maxillofacial Infection. 4th

edition. USA: WB Saunders. p. 25.

8. Bayu A. 2009. Hutan Mangrove Sebagai

Salah Satu Sumber Produk Alam Laut.

Available from

http://isdj.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/34209

1523.pdf. Accessed in June 13th, 2012.

9. Sendih S dan Gunawan. 2006. Keajaiban

Teripang Penyembuhan Mujarab dari Laut.

Jakarta: PT. Argo Media Pustaka.

10. Rukmini Ambar. 2007. Regenerasi Minyak

Goreng Bekas dengan Arang Sekam

Menekan Kerusakan Organ Tubuh.

Available on

http://p3m.amikom.ac.id/p3m69%20%20R

EGENERASI%20MINYAK%20GORENG

Page 68: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

68

%20BEKAS%20DENGAN%20ARANG%

20SEKAM%20MENEKAN%20KERUSA

KAN%20ORGAN%20TUBUH.pdf.

Accesed at Desember 07, 2012.

11. Kusumawati D. 2004. Biologi Hewan Coba

Bersahabat dengan Hewan Coba. Gajah

Mada University Press. p. 22-5.

12. Murray RK, Granner DK, Mayes PA,

Rodwell VW. 2003. Biokimia Herper. Edisi

25. Jakarta: EGC. h. 680-662.

13. Abdullah Y. 2008. Efektivitas Ekstrak

Daun Paci-paci Leucas lavandulaefolia

untuk Pencegahan dan Pengobatan Infeksi

Penyakit MAS Motile Aeromonad

Septicaemia Ditinjau dari Patologi Makro

dan Hematologi Ikan Lele Dumbo Clarias

sp. Available from

http://repository.ipb.ac.id/handle/12345678

9/57527. Accesed in Des 28th, 2012.

14. Gam LH, et al. 2006. Proteomic analysis of

snakehead fish (Channa Striata) muscle

tissue. Malaysian Journal Biochemistry and

Molecular Biology, No 14: 32-25.

Available from

http://majlis.fsktm.um.edu.my/document.as

px?FileName=584.pdf. Accessed on

November 29, 2012.

15. Daud CKD,et al. 2010. Amino and fatty

acid compositions in haruan traditional

extract (HTE). Boeletin Latinoamericano y

del Caribe de Plantas Medicinales y

Aromaticas Vol. 9 No.5 : 429-414.

Available from

http://redalyc.uaemex.mx/redalyc/pdf/856/8

5615225012.pdf. Accesed on November 10,

2012.

16. Wibowo C, Kusmana C, Suryani A, Hartati

Y, Oktadiyani P. 2009. Pemanfaatan Pohon

Mangrove Api-api (Avicennia spp) Sebagai

Bahan Pangan dan Obat. Available from

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/

123456789/45052/Pemanfaatan%20Pohon

%20Mangrove.pdf?sequence=1. Accessed

in June 1st, 2012.

17. Pongsipulung GR, Paulina VYY, Yos

Banne. 2012. Formulasi dan Pengujian

Salep Ekstrak Bonggol Pisang Ambon

(Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L.))

Terhadap Luka Terbuka Pada Kulit Tikus

Putih Jantan Alur Wistar (Rattus

norvegicus). Available

fromhttp://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/p

harmacon/article/viewFile/462/370.

Accessed in Des 26th, 2012.

18. Niki E, N. Noguchi, M. Iwatsuki, and

Y.Kato. 1996. Dynamics of Antioxidation

by Phenolic Antioxidant: AOCS Press. p. 8-

1.

Page 69: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

69

Potensi Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Mangrove

Rhizophora mucronata Terhadap Pertumbuhan

Bakteri Mixedperiodontopatogen

(Antibacterial Potency Of Rhizophora mucronata’s Ekstrak

AgainstMixedperiodontopathogen)

Dwi Andriani*, Yoifah Rizka**

*Biologi Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya

**Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya

ABSTRACT

Background: Mangrove especially Rhizophora mucronata is plant from coast that can be the alternative medicine as antibacterial in periodontal disease due to its componen tannin.

Purpose:Todetermine the antimicrobial extracts of leaves, stems and roots of mangrove (Rhizophora mucronata) on periodontopathogen Mixed bacterial growth. Methods: This

research was experimental laboratoris. Treatment group consisted of six(6) groups with

different concentrations 1.56 %, 3.125 %, 6.25 %, 12.5 %, 25 %, 50%of extracts from roots , stems and leaves of Rhizophora mucronata. Negative control group DMSO 1%, whereas the

positive control group was given tetracycline disc. Antibacterial examination of the mixed

periodontopathogen by diffusion method in Mueller Hinton (MH) agar. Extract was prepared by percolation methods 83 % ethanol. Measurement of inhibition zone was using digital

calipers (mm). All the data were analysed with Kruskall-walis and Mann Withney-U. Results:there is significant different (p=0; p <0.05) between extract the root, bark, and leaves

of Rhizophoramucronatawith positive control at all concentrations. The root’s extract

(p=0,317 and 0,85), barks’s extract (p= 0,536 and 0,127)and leave’s extract (p= 0,536 and 0,127)has no significant difference with the negative control, except Rhizophoramucronata

bark is significant different with negative control at concentration of 25% (0,019) and 50% (0,019).Conclusion: Bark’s extract showed inhibit zone againts bacteria mixed

periodontopathogen at concentration of 25% and 50%. Root and leaf extracts showed has no

inhibitionagainst bacteria.

Key words:Mixed periodontopathogen, mangrove, Rhizophora mucronata, antibacterial

Correspondence: Dwi Andriani, Department of Oral Biology, Faculty of Dentistry, Hang

Tuah University, Arif Rahman Hakim 150, Surabaya 60111 Indonesia, Phone 031-5912191, e-mail :[email protected]

LAPORAN PENELITIAN

Page 70: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

70

ABSTRAK

Latar Belakang: Mangrove terutama Rhizophora mucronata adalah tanaman pantai yang

dapat menjadi pengobatan alternatif sebagai antibakteri pada penyakit periodontal karena

memiliki komponen tannin. Tujuan: Untuk menentukan daya antimikroba ekstrak daun, batang dan akar bakau (Rhizophora mucronata) pada pertumbuhan bakteri mixed

periodontopathogen. Methods: Jenis Penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Kelompok perlakuan terdiri dari enam (6) kelompok dengan konsentrasi yang berbeda

1,56%, 3,125%, 6,25%, 12,5%, 25%, 50% ekstrak dari akar, batang dan daun Rhizophora

mucronata. Kelompok kontrol negatif DMSO 1%, sedangkan kelompok kontrol positif diberi tetrasiklin disc. Pemeriksaan antibakteri dari mixed periodontopathogen dengan metode

difusi dalam Mueller Hinton (MH) agar. Ekstrak dibuat dengan metode perkolasi 83% etanol. Pengukuran zona hambatan menggunakan kaliper digital (mm). Semua data dianalisis

dengan Kruskall-wali dan Mann Whitney-U. Hasil: ada perbedaan yang signifikan (p = 0, p

<0,05) antara ekstrak akar, battang, dan daun Rhizophora mucronata dengan kontrol positif pada semua konsentrasi. Ekstrak akar (p = 0.317 dan 0,85), ekstrak batang (p = 0.536 dan

0.127) dan ekstrak daun (p = 0.536 dan 0.127) tidak memiliki perbedaan yang signifikan

dengan kontrol negatif, kecuali ekstrak batang Rhizophora mucronata signifikan berbeda dengan kontrol negatif pada konsentrasi 25% (0,019) dan 50% (0,019). Kesimpulan: Ekstrak

batang menunjukkan zona hambat terhadap bakteri mixed periodontopathogen pada konsentrasi 25% dan 50%. Akar dan daun ekstrak menunjukkan tidak memiliki hambatan

terhadap bakteri.

Kata kunci : Mixed periodontopatogen, mangrove, Rhizophora mucronata, antibakteri

Korespondensi: Dwi Andriani, Bagian Biologi Oral, FakultasKedokteran Gigi Universitas

Hang Tuah, Jl. Arif Rahman Hakim 150, Surabaya 60111 Indonesia, Telp 031-5912191, e-

mail :[email protected]

PENDAHULUAN

Penyakit periodontal merupakan

kelainan dalam rongga mulut yang

memiliki prevalensi cukup tinggi di

masyarakat hampir diseluruh dunia. Di

Inggris, 54% orang dewasa memiliki

poket periodontal 4 mm atau

lebih.1Levineet,almenemukan 25,9%

dari subyek yang diteliti menderita

periodontitis kronis dan agresif.2Di

Indonesia, prevalensi penyakit

periodontal pada semua kelompok

umur adalah 96,58%.3 Penyakit

periodontal merupakan suatu

peradangan dan juga perubahan resesif

pada gingiva dan jaringan periodontal

disebabkan oleh mikroorganisme

spesifik dengan berbagai manifestasi

klinis, dimulai dari perdarahan,

keradangan, kehilangan tulang,

kegoyangan gigi hingga terjadinya

kehilangan gigi.4,5

Faktor etiologi utama pada

penyakit periodontal adalah bakteri

yang berakumulasi pada dental plak

(biofilm) dipermukaan gigi dan poket

gingiva (plaksubgingiva).6

Spesies sub

gingival tertentu kebanyakan terdiri

Page 71: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

71

dari bakteri Gram-negatif yang

dihubungkan dengan etiologi penyakit

periodontal destruktif seperti :

Actinobacillus

actinomycetemcomitans,Porphyromon

as gingivalis (P. gingivalis), Provotella

Intermedia dan beberapa spesies

bakteroid lainnya.7

Selain perawatan scaling and

root planningterkadang dibutuhkan

antibiotik sebagai terapi tambahan

untuk menurunkan jumlah bakteri

penyebab periodontal.8Meskipun

memiliki efek inhibitor kuat, diketahui

penggunaan antibiotik telah

menimbulkan fenomena baru dengan

munculnya resistensi, reaksi alergi dan

reaksi toksik.9

Berkaitan dengan

kondisi tersebut, diperlukan

antimikroba alternatif yang dapat

digunakan untuk menurunkan aktifitas

bakteri.

Pemanfaatan sumber daya alam

sebagai obat alternatif semakin

berkembang penggunaannya karena

sifatnya yang alami dan relative aman,

tumbuhan mangrove Rhizophora

mucronatasalah satunya. Tumbuhan

ini diketahui sebagai tanaman obat

yang dapat digunakan untuk mengobati

angina, desentri, hematuria dan lain-

lain. Kandungan kimia aktif tumbuhan

ini antara lain taninmemiliki

mekanisme menghambat enzim

ekstraseluler mikroba, sehingga dapat

mengakibatkan kematian pada bakteri

tersebut sedangkan kandungan lainnya

seperti Alkaloid, Flavanoid, Terpenoid

dan Saponin juga memiliki

kemampuan anti bakteri dengan

merusak membran bakteri.10,11,12

Ekstrak daun Rhizophora

mucronata memiliki efek antibakteri

pada spektrum yang luas.13

Kulit

batang, daun, dan bunga Rhizophora

mucronata telah diteliti memiliki sifat

antibakteri terhadap bakteri gram

positif maupun gram

negatif.12

Dibidang kedokteran gigi,

Ekstrak batang bakau besar

Rhizophora mucronata mempunyai

daya hambat terhadap pertumbuhan

bakteri Mixed periodontopatogen.14

Berdasarkan latar belakang

diatas dan adanya potensi antibakteri

dari tanaman mangrove, peneliti

tertarik untuk membandingkan daya

hambat ekstrak daun, kulit batang, dan

akar mangrove dengan spesies

Rhizophora mucronata terhadap

bakteri Mixed periodontopatogen,

sehingga dapat dijadikan bahan dasar

pengobatan alternatif untuk penyakit

periodontal.

Page 72: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

72

METODE

Penelitian ini termasuk jenis

penelitian laboratorium (Experimental

Research) atau penelitian

experimental, dengan menggunakan

rancangan penelitian post test only

control group design.Kelompok dibagi

3 yairu kelompok kontrol positif (K1),

Kelompok kontrol negatif (K2) dan

kelompok perlakuan (K3). Kelompok

perlakuan terdiri dari enam kelompok

yang diberi konsentrasi ekstrak dari

akar, batang dan daun Rhizophora

mucronata berbeda tiap kelompoknya

yaitu, 1,56%; 3,125%; 6,25%; 12,5%;

25%; 50%. Pada kelompok kontrol

negatif dengan DMSO1%, sedangkan

kelompok kontrol positif diberi

tetrasiklin disc.

Metode ekstrak tumbuhan bakau

besar (Rhizophoramucronata) adalah

ekstrak etanol 83% dari daun, batang

dan akar tumbuhan Rhizophora

mucronata masing-masing 10g dengan

menggunakan metode Perkolasi.

Ektrak Rhizophora mucronata

dilarutkan dengan larutan DMSO1%

diencerkan sesuai dengan konsentrasi

50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125% dan

1,56%. Proses pencampuran dengan

menggunakan vortex dan disaring

dengan microporus membrane Φ

0,02µm. Metode pemeriksaan

antibakteri terhadap Mixed

periodontopatogen dengan cara difusi

pada media Mueller Hinton (MH).

Sebelum melakukan inokulasi, bakteri

disetarakan dengan larutan Mc.Farland

0,5. Kertas saring yang sebelumnya

telah dicelupkan ke dalam ekstrak R.

mucronata selama 10 detik kemudian

diletakkan pada media agar kelompok

perlakuan. Untuk kelompok kontrol

negatif, kertas saring dicelupkan pada

DMSO1% selama 10 detik, sedangkan

untuk kontrol positif, tetradisc

langsung diletakkan pada media.

Media agardiinkubator selama 2x24

jam dengan suhu 370C dalam suasana

anaerob. Pengukuran zona hambat

ekstrak Rhizophora mucronata yang

berupa area jernih di sekitar kertas

saring dengan menggunakan digital

calipers (dalam satuan mm).

Semua data hasil penelitian

dilakukan tabulasi, uji tatistik

deskriptif dan analisis statistik dengan

menggunakan SPSS 17.0.

HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan rangkaian

penelitian daya hambat ekstrak Akar,

Kulit Batang dan Daun Rhizophora

mucronata dengan beberapa

Page 73: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

73

konsentrasi terhadap pertumbuhan

bakteri Mixed periodontopatogen di

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Hang

Tuah, didapatkan data hasil

pengamatan berupa rata-rata zona

hambat pertumbuhan adalah sebagai

berikut :

Gambar 1. Grafik Rerata Daya Hambat Tumbuhan R.mucronata

Berdasarkan hasil penelitian

dengan menggunakan metode difusi

diketahui daya hambat tertinggi pada

kontrol (+) yaitu diatas 20 mm.

Sedangkan daya hambat ekstrak

tumbuhan mangrove, terbesar pada

ekstrak batang konsentrasi 50%

(Gambar 1).

Terdapat perbedaan signifikan

pada kelompok kontrol positif dan tiap

kelompok. Hasil ini diperoleh dari uji

Mann Withney-U dengan signifikansi

p<0,05, bahwa daya hambat

pertumbuhan bakteri Mixed

periodontopatogen oleh ekstrak

tumbuhan Rhizophora mucronata jauh

lebih rendah dibandingkan dengan

tetradisc (Gambar 2). Hal ini

menunjukkan bahwa tetrasiklin lebih

baik dibandingan dengan ekstrak

tumbuhanini.

Page 74: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

74

Gambar 2. Grafik signifikansi Mann Withney-U Tumbuhan Mangrove R.Mucrona

Hasil uji Mann Withney-U juga

menunjukkan tidak adanya perbedaan

yang signifikan masing-masing

kelompok perlakuan dengan ekstrak

Rhizophora mucronata terhadap

kelompok DMSO1% sebagai kontrol

negatif, kecuali pada kelompok kulit

batang dengan konsentrasi 25% dan

50% (Gambar 2). Hal ini menunjukkan

bahwa bagian kulit batang adalah yang

terbaik dalam menghambat bakteri

Mixed periodontopatogen. Pada

konsentrasi 25% diameter zona

antibakteri adalah 7 mm dan pada

konsentrasi 50% diameter zona 8,6

mm, dibandingkan dengan kontrol

negatif (6mm) memang terdapat

perbedaan diameter zona hambatnya.

PEMBAHASAN

Bakteri Mixedperiodontopatogen

merupakan etiologi utama pada

penyakit periodontal terutama

periodontitis maka terapi dengan

pemberian antibakteri merupakan

upaya untuk mengatasi faktor

penyebab utama. Salah satu antibakteri

atau antibiotik yang sering digunakan

adalah tetrasiklin dan derivatnya.

Tetrasiklin terbukti memiliki efek

antimikroba yang tinggi (26-28mm)

sesuai dengan The Classification of

Growth Inhibition Response oleh

Greenwood.15

Hal ini disebabkan

karena tetrasiklin bekerja dengan cara

mengikatkan dirinya pada subunit 30S

dari ribosom bakteri, sehingga dapat

menghambat sintesis protein dengan

menghalangi pelekatan tRNA-

aminoasil yang bermuatan. Adanya

gangguan sintesis protein pada bakteri

berakibat sangat fatal yaitu

terhambatnya atau terhentinya sintesis

protein dan dapat mengakibatkan

Page 75: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

75

kematian sel bakteri.16

Namun setelah

diketahui bahwa tetrasiklin sebagai

antibiotik non alamiah memiliki

beberapa kekurangan seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya,

penggunaan antibiotik yang tidak

sesuai dengan aturan pakai dapat

menyebabkan residu dalam jaringan

organ yang dapat menyebabkan reaksi

alergi, resistensi, dan mungkin

keracunan sehingga cukup berbahaya.9

Selain itu tetrasiklin memiliki efek

samping pada pemakaian jangka

panjang dapat menyebabkan terjadinya

disgenesis berupa perubahan warna

intrinsik gigi permanen yang sifatnya

menetap.17

Maka pemilihan ekstrak

kulit batang Rhizophora mucronata

sebagai antibakteri alam alternatif

dalam menangani penyakit periodontal

merupakan pilihan yang dapat

diaplikasikan.

Menggunakan tiga bagian dari

bakau besar (Rhizophora mucronata)

yaitu akar, kulit batang dan

daundiharapkan mencari bagian

terbaik dan termudah dalam

mendapatkan bahan, mengingat bakau

merupakan tanaman yang dilindungi.

Pembuatan ekstrak Rhizophora

mucronata dilakukan dengan

menggunakan metode perkolasi dan

menggunakan etanol p.a (83%) sebagai

pelarutnya. Metode ini digunakan

mengingat lebih sederhana dan tidak

memerlukan energi untuk

pemanasan.12

Pada konsentrasi 25% diameter

zona antibakteri adalah 7 mm dan pada

konsentrasi 50% diameter zona 8,6

mm, dibandingkan dengan kontrol

negatif (6mm) memang terdapat

perbedaan diameter zona hambatnya.

Hasil uji Mann Withney-U juga

menunjukkan tidak adanya perbedaan

yang signifikan masing-masing

kelompok perlakuan dengan ekstrak

Rhizophora mucronata terhadap

kelompok DMSO1% sebagai kontrol

negatif, kecuali pada kelompok kulit

batang dengan konsentrasi 25% dan

50%. Hal ini menunjukkan bahwa

ekstrak kulit batang memiliki daya

hambat walaupun kecil dibandingkan

dengan kontrol maupun dengan ekstrak

dari akar dan daun. Menurut The

Classification of Growth Inhibition

Response oleh Greenwood,15

zona

hambat dibawah 10 mm dikatakan

tidak memiliki daya hambat sehingga

konsentrasi 50% pada ekstrak kulit

batang masih belum memenuhi syarat.

Pada penelitian yang dilakukan

sebelumnya oleh Firdianto14

daya

Page 76: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

76

hambat yang paling efektif pada

konsentrasi 80 mg/ml sebesar 13,55

mg/ml. Dengan konsentrasi diatas 50%

ekstrak ini dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Mixed

periodontopatogen.

Komponen pada ekstrak

tumbuhan mangrove ini mungkin saja

tidak cukup kuat untuk menghambat

pertumbuhan bakteri Mixed

periodontopatogen dan hanya mampu

mengambat bakteri tertentu pada

konsentrasi yang rendah. Beberapa

bakteri dengan metode ekstrak yang

berbeda dapat dihambat oleh ekstrak

batang rhizophora jenis ini. Pimpliskar

et.al dalam penelitiannya

menyimpulkan ekstrak batang

Rhizophora mucronata menghambat

S.aureus, E.coli, dan S.typhi dengan

konsentrasi 0,5 mg/mL dengan metode

pengekstrak water dan acetone, dan 1

mg/mL pada pneumatophore dari

ekstrak metanol dan etanol.19,20

Hal ini

menunjukkan metode ekstrak juga

mempengaruhi daya hambat bahan

terhadap bakteri.

Berdasarkan hasil penelitian,

diperoleh perbedaan signifikan pada

kelompok kontrol positif dan tiap

kelompok. Hasil ini diperoleh dari uji

Mann Withney-U dengan signifikansi

p<0,05 didapatkan bahwa daya hambat

pertumbuhan bakteri Mixed

periodontopatogen oleh ekstrak

tumbuhan Rhizophora mucronata jauh

lebih rendah dibandingkan dengan

tetradisc. Terdapat beberapa alasan

yang menyebabkan hal ini dapat

terjadi. Pertama, Bakteri Mixed

periodontopatogen didominasi oleh

bakteri gram negatif, sedangkan

menurut Iskandaret.al 18

menyatakan

bahwa kandungan protein porin pada

membran terluar dinding sel bakteri

gram negatif bersifat hidrofilik.

Kemungkinan porin yang terkandung

pada membran terluar tersebut

menyebabkan molekul-molekul

komponen ekstrak lebih sukar masuk

ke dalam sel bakteri. Selain itu, 20 %

membran luar bakteri mengandung

lipid sehingga senyawa metabolit

sekunder ini sulit masuk ke dalam

membran luar dinding sel, dimana lipid

ini berfungsi mencegah masuknya

bahan kimia dari luar. Kedua, ekstrak

yang digunakan adalah ekstrak kasar,

dimana ekstrak tersebut memiliki

kandungan senyawa polar dan non

polar yang bersatu sehingga daya kerja

senyawa bioaktifnya kurang optimal.16

Page 77: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

77

SIMPULAN

Ekstrak kulit batang

menunjukkan adanya zona inhibisi

pada konsentrasi 25% dan 50%,

sedangkan ekstrak akar dan daun tidak

menunjukkan zona inhibisi terhadap

bakteri Mixed periodontopatogen.

DAFTAR PUSTAKA

1. Daly, B., Watt, R. G., Batchelo, P. et.al.

2003. Trends in Oral Health. Essential

Dental Public Health. New York, Oxford

University Press.

2. Levine L, V Baev, R Lev, A Stabholz and

Ashkenazi. 2006. Aggressive Periodontitis

Among Young Israeli Army Personel. J

Periodontol, 77:1392-6.

3. Tampubolon, Nurmala Situmorang. 2010.

Dampak Karies Gigi dan Penyakit

Periodontal Terhadap Kualitas Hidup.

Available at:

http://repository.usu.ac.id/handle/12345678

9/20526 diakses 29 Januari, 2014.

4. Hatta M. 2011. Penyakit Periodontal dan

Hubungannya dengan Atherosklerosis.

Skripsi. Universitas Hasanudin Makasar.

5. Kamma JJ, Slots J. 2003. Herpesviral-

bacterial infection in aggresive

periodontitis. J.Clin. Periodontal, vol 30:

426-420.

6. Yoshino T. 2007. Genotypic and

Phenotypic Characterization

OfPorphyromonasGingivalis In Relation To

Virulence. Thesis, Sweden: Goteborg

University. p. 20-6.

7. Rieuwpassa I.E dan Hatta M.2009.

Deteksi Mutasi Gen Gyrase A

Porphyromonas Gingivalis Resisten

terhadap Ciprofloxacin berdasarkan teknik

Polymerase Chain Reaction. Jurnal

Kedokteran YARSI, 17 (1) : 020-011.

8. Tanjung A. 2001. Pemberian Minosiklin

padda Perawatan Periodontal. Skripsi.

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara. Available at

http://respiratory.usu.ac.id/bitstream/12345

6789/8128/950600001.pdf. diakses 12 Juni

2013.

9. Newman MG, Takei HH, Klokkevoid PR,

Carranza FA. 2006. Clinical

Periodontology, 10th edition, St Louis:

Saunders. p. 245-241.

10. Kariem, Ichwan Doel. 2002. Distribusi

Kandungan Zat Ekstraktif Tanin

Terkondensasi Pada Tegakan Rhizophora

mucronata Pada Ekosistem Tambak

Tumpangsari di Blanakan Purwakarta.

11. Hidayaningtyas P. 2008.

PerbandinganEfekAntibakteri Air

SeduhanDaunSirih (Piper betle Linn)

TerhadapStreptococcus

mutansPadaWaktuKontakdanKonsentrasi

yang Berbeda. Skripsi

UniversitasDiponegoro Semarang.

12. Ravikumar S, Gnanadesigan M, Suganthi P,

Ramalakshmi A. 2010.Antibacterial

Potential of Chosen Mangrove Plants

Against Isolated Urinary Tract Infectious

Bacterial Pathogens. International Journal

of Medicine and Medical Sciences Vol.

2(3) pp. 99-94, Maret 2010.Available form:

http:www.academicjournal.org/ijmms

diaksespada: 9 Januari 2013.

13. Joel EL, Bhimba V. 2010. Isolation and

characterization of secondary metabolites

from the mangrove plant Rhizophora

mucronata . Asian Pacific Journal of

Tropical Medicine. p. 602-4.

Page 78: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

78

14. Firdianto G. 2013. Daya Hambat Kulit

Batang Spesies Mangrove Rhizophora

mucronata Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Mixed periodonthopatogen.

KaryaTulisAkhir. Surabaya

:FakultasKedokteran Gigi Universitas Hang

Tuah.

15. Greenwood. 1995. Antibiotics,

Susceptibility (Sensitivity) Test,

Antimicrobial And Chemoterapy. Mc.

Graw Hill Company, USA.

16. Rinawati DN. 2008.

DayaHambatTumbuhanMajapahit(Crescent

iacujute L.) TerhadapBakteriVibrio

alginolycticus. Skripsi,

InstitutTeknologiSepuluh November

Surabaya, Jawa Timur.

17. Aprilisa. 2007. Pengaruh Tetrasiklin

Terhadap Perubahan Warna Gigi Anak.

Skripsi. Medan: Fakultas Kedokteran Gigi

Unversitas Sumatera Utara.

18. Iskandar, Y., D. Rusmiati, dan R.R. Dewi.

2005. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak

Etanol Rumput Laut (Eucheuma cottonii)

Terhadap Bakteri Escherichia coli Dan

Bacillus cereus. Universitas Padjadjaran

Jatinangor, Sumedang.

19. Plimpiskar MR, Jadhav RN, Jadhav BL.

2012. Evaluation of Antimicrobial

principles of Rhizophora species along

Mumbai Coast. Journal of Advanced

Scientific Research, 3(3): 33-30.

20. Plimpiskar M, Shinde P, Savakare V,

JadhavV, Jadhav BL.2012. Comparative

Performance of Antimicrobial Principles of

Mangroves Rhizopora Species Along

Mumbai Coast. Indo-Global Research

Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol. 2

Issue 4: 429-426.

Page 79: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

79

Mini Screw sebagai Temporary Anchorage Devices

pada Kasus Bimaxillary Dental Protrusion

denganFree End Di Rahang Bawah

(Mini Screw as Temporary Anchorage Devices in Bimaxillary

Dental Protrusion and Free End Mandibular Posterior Teeth )

Arya Brahmanta

Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya

ABSTRACT

Background: Orthodontic treatment on the bimaxillary dental protrusion is to reduce the proclination of the mandibular and maxillary anterior teeth. Lost of posterior teeth (free end)

often occured in adult cases and required additional skeletal anchorage. Purpose: Mini

screw implant orthodontic as temporary anchorage devices is indicated to help this

movement without worried about loss anchorage. Case: In this case report, a woman , 38

years old presented class I malocclusion with bimaxillary dental protrusion and free end mandibular posterior teeth.Case Management: The patient was treated using standart

edgewise orthodontic appliance with mini screw implant as temporary anchorage

devices.Conclusion: The result of this treatment indicated that mini screw can be consider an effective therapy choice

Keywords: Bimaxillary dental protrusion, free end mandibular teeth, mini screw implant

Correspondence : Arya Brahmanta, Department of Orthodonti, Faculty of Dentistry, Hang Tuah University, Arif Rahman Hakim 150 Surabaya. Phone (031) 5912191, Email:

[email protected]

LAPORAN KASUS

Page 80: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

80

ABSTRAK

Pendahuluan: Perawatan Ortodonti pada kasus Protrusi bimaksiler adalah dengan cara

mengoreksi proklinasi dari gigi geligi anterior rahang atas dan rahang bawah. Pada kasus kehilangan banyak pada gigi posterior (free end) seringkali dijumpai pada penderita dewasa,

sehingga dibutuhkan penjangkaran yang kuat (skeletal anchorage). Tujuan: Mini screw implant orthodontic sebagai alat bantu penjangkaran yang bersifat sementara dapat

digunakan untuk koreksi kelainan tersebut, tanpa kekhawatiran adanya kehilangan

penjangkaran. Kasus: Pada laporan kasus ini , seorang wanita, usia 38 tahun dengan diagnosis Maloklusi kelas I Angle disertai Protrusi bimaksiler dan kehilangan gigi geligi

posterior rahang bawah. Tatalaksana kasus: Penderita ini telah dirawat dengan

menggunakan peranti cekat ortodonti (standart edgewise) dan mini screw implant sebagai

alat penjangkaran tambahan sementara. Simpulan: Hasil dari perawatan ini menunjukkan

bahwa miniscrew dapat dijadikan sebagai pilihan terapi yang efektif.

Kata kunci: Protrusi bimaksiler, kehilangan gigi geligi posterior rahang bawah, mini screw

implant.

Korespondensi: Arya Brahmanta, Bagian Ortodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hang Tuah. Jl. Arif Rahman Hakim 150 Surabaya. Telp (031) 5912191, Email:

[email protected]

PENDAHULUAN

Pada perawatan ortodonti,

penjangkaran merupakan faktor yang

sangat penting diperhatikan untuk

mencapai hasil perawatan yang

maksimal. Menurut (Proffit, 2007)

penjangkaran didefinisikan sebagai

pertahanan terhadap pergerakan gigi

yang tidak diinginkan atau sebagai

reaksi dari gigi posterior yang

diinginkan pada mekanoterapi

penutupan ruangan.1

Penjangkaran sendiri terbagi

menjadi penjangakaran maksimum,

sedang dan minimal. Untuk

mendapatkan penjangkaran maksimum

salah satunya dapat diperoleh dengan

implant sebagai alat penjangkar

sementara (TADs) temporary

anchorage devices. Salah satu jenis

TADs adalah miniscrew.

Miniscrew banyak digunakan

dalam perawatan ortodonti karena

mempunyai beberapa keuntungan

seperti metode insersi yang sederhana,

nyaman dan tidak membutuhkan

kerjasama pasien, mudah aplikasinya

dan merupakan alat penjangkar yang

kuat.1,2,3

Secara umum, miniscrew

memiliki diameter 1,2 – 2 mm dengan

panjang 6 – 15 mm. Miniscrew

digunakan untuk berbagai tujuan

dalam perawatan ortodontik, termasuk

diantaranya adalah penutupan ruang,

perawatan open bite, up righting gigi

Page 81: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

81

posterior,intrusi gigi anterior maupun

posterior dan retraksi gigi.4

Bimaxillary dental protrusion

mempunyai karakteristik dentoalveolar

dari gigi anterior atas dan bawah yang

protrusif sehingga menyebabkan profil

wajah menjadi cembung.5 Perawatan

kasus bimaxillary dental protrusion

ditujukan untuk mengurangi

kecembungan wajah dan protrusi bibir

melalui retraksi gigi anterior yang

dilakukan secara en masse untuk

menghasilkan perubahan profil wajah.6

Gigi posterior yang hilang (free

end) dapat menimbulkan kerugian

pada gigi tetangga maupun gigi

lawannya seperti terjadi drifting dan

over erupsi pada gigi lawan. Pada

kondisi intra oral kehilangan banyak

gigi diregio posterior maka akan

menimbulkan kesulitan saat hendak

melakukan retraksi gigi anterior karena

diperlukannya penjangkar, untuk itu

dalam laporan kasus ini akan

menampilkan kasus bimaxillary dental

protrusion pada pasien yang

kehilangan gigi posteriornya (free end)

di rahang bawah dikoreksi dengan

bantuan miniscrew implant sebagai

alat penjangkar sementara (TADs)

temporary anchorage devices.

LAPORAN KASUS

Penderita wanita, usia 38 tahun

datang ingin meratakan gigi atas dan

bawahnya yang maju

untukmemperbaiki penampilannya.

Pasien belum pernah dirawat ortodonti

sebelumnya.

Diagnosa

Pemeriksaan ekstra oral

menunjukkan profil cembung, muka

ovoid, kepala brakisefalik dan bibir

inkompeten dengan bentuk muka

simetris. Pemeriksaan intra oral

kebersihan mulut sedang , fase geligi

tetap. Mutilasi gigi regio 36,37,38 dan

46,47,48. Mahkota porselen pada

35.Pada pemeriksaan fungsional tidak

didapatkan kelainan. Analisis model

didapatkan diskrepansi rahang atas

kurang tempat 7 mm dan rahang

bawah kurang tempat 4 mm. Kelainan

kelompok gigi terdapat protrusi pada

rahang atas dan pada rahang bawah.

Tumpang gigit 2 mm dan jarak gigit 4

mm. Hubungan kaninus kanan dan kiri

atas terhadap kaninus kanan dan kiri

bawah gigitan neutroklusi.

Kemungkinan etiologi adanya faktor

herediter bimaxillary dental protrusion

dan mutilasi gigi regio 36, 37, 38 dan

46, 47, 48.

Page 82: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

82

Gambar 1. Foto extra oral dan intra oral

pasien sebelum perawatan

Analisis sefalometrik didapatkan

profil cembung FH-NP 83º , NAP

7º dengan hubungan maksila dan

mandibulaterhadap basis kranium :

SNA 78º; SNB 76º ; ANB 2

º;dengan inklinasi RA RB protrusi I-

grs NA 35º ; I-grs NB 55º ; Inter

Insisal 88º (bimaxillary dental

protrusion ). Analisis jaringan

lunakdengan Rickett’s Lip

Analysis:bibir atas dan bibir bawah

maju. Analisis foto panoramik terlihat

mutilasi pada regio 36,37,38 dan

46,47,48. Supra posisi pada regio

16,17 dan 26,27. Sisa akar pada regio

48.Mahkota gigi tiruan tetap pada

regio 45.

Gambar 2. Foto panoramic dan lateral

cephalometri pasien.

Rencana perawatan adalah

untuk koreksi Bimaxillary dental

protrusion dengan pencabutan

premolar pertama kanan dan kiri di

rahang atas dan dengan menggunakan

mini screw implant ortodonti untuk

retraksi secara en masse pada gigi

anterior rahang bawah. Pada kasus ini

tidak diperkenankan adanya

kehilangan penjangkaran dan dengan

adanya free end di rahang bawah maka

diputuskan menggunakan mini screw

implant ortodonti. Pada akhir

perawatan akan dilakukan pembuatan

gigi tiruan pada regio posterior rahang

bawah.

Page 83: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

83

TATA LAKSANA KASUS

Perawatan

Pertama pasien diinstruksikan

untuk menjaga kebersihan mulutnya,

pembersihan karang gigi, pencabutan

sisa akar pada regio 48 dan pencabutan

regio 14,24 sebelum dilakukan

perawatan ortodonti aktif.

Dilakukan tahap leveling dan

aligning pada rahang atas dan rahang

bawah hingga busur mencapai ukuran

0,016 NiTi. Hal ini kemudian diikuti

dengan penempatan 2 buah mini screw

implant ortodonti diameter 1,8 mm dan

panjang 8 mm, di regio molar pertama

rahang bawah sebagai penjangkar

kemudian satu minggu kemudian

dilakukan retraksi regio anterior

dengan elastik chain. Distalisasi pada

regio 35,34,33,43,44,45. Retraksi

kaninus atas kanan dan kiri guna

mempersiapkan tempat untuk koreksi

bimaxillary dental protrusion.

Releveling dengan busur ukuran 0,016

x 0,016 NiTi.

Gambar 3. Pemasangan miniscrew implant

pada free end rahang bawah

Kemajuan perawatan

Kontrol dilakukan setiap 4

minggu sekali untuk mengganti elastik

chain disesuaikan dengan kekuatan

yang dibutuhkan dan juga memeriksa

keadaan klinis mini screw implant

ortodonti (mobilitas). Dalam 18 bulan

dicapai hasil retraksi yang dinginkan.

Relasi kaninus Kelas I. Retraksi

anterior pada rahang atas masih

dilanjutkan. Protrusi gigi anterior atas

dan bawah berkurang. Perubahan pada

ekstra oral terlihat baik, kecembungan

wajah pasien berkurang dan pasien

merasa puas dengan perubahan pada

profil wajahnya. Upaya perrbaikan

masih terus dilakukan sampai

didapatkan hasil dan stabilitas

perawatan ortodonti yang maksimal.

Page 84: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

84

Gambar 4. Kemajuan perawatan, perubahan

proklinasi anterior rahang atas dan bawah

PEMBAHASAN

Mini implant ortodonti /

miniscrew / plates merupakan

Temporary anchorage device (TADs)

yang digunakan untuk menambah

penjangkaran pada perawatan

ortodonti. Mini implant ortodonti

membutuhkan osseointregrasi untuk

stabilitas. Salah satu keuntungan dari

sistem ini adalah dapat meletakkan

penjangkar yang bersifat kuat, stabil,

absolut di regio anterior maupun

posterior sehingga kekuatan dapat

langsung dan terkontrol.7,8

Miniscrew

mempunyai diameter antara 1,3 – 2,0

mmdengan panjang antara 6 – 15 mm.9

Menurut Miyawaki kestabilan

miniscrew sebagai penjangkar di regio

posterior dipengaruhi beberapa faktor

seperti densitas tulang dan ketebalan

tulang kortikal. Tempat insersi Mini

implant tergantung indikasi dan faktor

biomekaniknya,sering terdapat pada

palatum, retro molarpad, korteks bukal

maksila dan mandibula. Penempatan

mini implant perlu mempertimbangkan

anatomi jaringan lunak, jarak

interradikuler, morfologi sinus, lokasi

saraf dan kedalaman tulang

bukolingual. Selain hal tersebut yang

perlu dipertimbangkan saat memasang

mini implant adalah kualitas tulang

yaitu rasio antara korteks dan trabekula

tulang. Dimana korteks tulang lebih

kuat, tahan terhadap deformitas

daripada tulang trabekular, maka

makin tebal korteks tulang makin

stabil. 10

Posisi pemasangan miniscrew

harus diperhatikan dengan baik untuk

keberhasilannya. Menurut Park et al,

posisi pemasangan miniscrew adalah

dengan sudut 300– 40

0 terhadap sumbu

gigi pada maksila, sedangkan pada

mandibula sebaiknya bersudut 10 0 –

20 0 terhadap sumbu gigi. Sudut yang

tajam saat insersi dapat menyebabkan

iritasi jaringan lunak dan miniscrew

dapat meleset dari kontaknya dengan

tulang kortikal.9 Pada pengguanaan

miniscrew untuk retraksi anterior perlu

diperhatikan ketinggianya agar gaya

dapat melalui center of resisitance dari

gigi anterior sehingga hasil retraksi

dapat lebih maksimal.11

Page 85: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

85

Perawatan ortodonti pada kasus

Bimaxillary dental protrusion

ditujukan untuk mengurangi proklinasi

gigi insisif atas dan bawah serta

mengurangi proklinasi bibir atas dan

bawah. Pada rahang atas dilakukan

pencabutan pada regio premolar

pertama untuk tempat bagi koreksi

prokinasi gigi anterior rahang atas.

Pada rahang bawah tidak dilakukan

pencabutan gigi dikarenakan telah

terdapat banyak ruangan pada regio

36, 37, 38 dan 46, 47, 48 karena

mutilasi untuk itu dilakukan

pemasangan miniscrew implant

ortodonti sebagai (TADs) temporary

anchorage devices agar bisa digunakan

sebagai penjangkar saat dilakukan

koreksi en masse gigi anterior rahang

bawah yang mengalami proklinasi.

SIMPULAN

Pemakaian miniscrew implant

ortodonti lebih efisien dan efektif bila

dibandingkan dengan alat ortodontik

lainnya pada kasus bimaxillary dental

protrusion dengan free end dirahang

bawah. Miniscrew implant ortodonti

sebagai (TADs) temporary anchorage

devices dapat dipakai sebagai

penjangkar pada gerakan retraksi

anterior secara en masse.

DAFTAR PUSTAKA

1. Profft WR. 2007. Contemporary

Orthodontic. 3 rd . St. Louis : Mosby, Inc.

p. 685 – 677

2. Park S, Bae M, Kyung M, Sung H. 2004.

Micro – implant anchorages for treatment

of skeletal Class I bialveolar protruison. J

Clin Orthod. p. 74 , 710 - 703

3. Kyung HM, Park S, Bae SM, Sung JH,

Kim IB.2003. Development of orthodontic

micro – implants for intraoral anchorage. J

Clin Orthod, 37(6) : 321-8

4. Young CP,Seung YL, Doo HK, Sung HJ.

2003. Intrusion of posterior teeth using mini

– screw implants. Am J Orthod Dentofacial

Orthop, 123:694- 690.

5. Bills DA, Handelman CS, Be Gole EA.

2005. Bimaxillary dentoalveolar protrusion:

Traits and Orthodontics correction. Angle

Orthod, 75: 339-333.

6. Leonardi R, Annunziata A, Licciardello V,

Barbato E. 2010. Soft tissue Changes

following the extraction of premolars in

non growing patient with bimaxilarry

protrusion. Angle Orthod, 80 : 216- 211

7. Nanda R, Kapila S. 2010. Current Therapy

in Orthodonthic , Mosby Elsevier.

8. Canaro A, Velo, Leone, Siciliani. 2007.

Clinical Applications of the Miniscrew

Anchorage System. J Clin Orthod.

9. Park HS, Jeong SH, Kwon OW. 2006.

Fsctor affecting the clinical succes of screw

implants used as orthodontic anchorage.

Am J Orthod Dentofacial Orthop, 130: 25 –

18.

10. Miyawaki, et al. 2003. Factor associated

with the stability of titanium screw placed

in the posterior region for orthodontic

anchorage. Am J Orthod Dentofacial

Orthop, 124: 378- 373.

Page 86: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

86

11. Moon CH, Lee DG, Lee HS, Im JS, Baek

SH. 2008. Factor associated with the succes

rate of orthodontic miniscrew placed in the

upper and lowwer posterior buccal region.

Angle Orthod, 78: 106-01.

Page 87: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

87

Oral Candidosis pada Ibu Rumah Tangga (IRT)

yang Didiagnosis HIV dan AIDS

(Oral candidosis on a house wife with HIV & AIDS diagnosis )

Dwi Setianingtyas*, Nafiah*, Cane L*, Astrid P**,Ramadhan HP***

*Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah dan poli

Oral DiagnosisGigi dan Mulut RSAL Dr Ramelan Surabaya.

**Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hang Tuah Surabaya

*** Radiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya.

ABSTRACT

Background: Oral candidosis is a mucocutaneus desease. It is be attacking for several

circumstance, which decreased imun system condition, such as HIV & AIDS infection.

Objective: This paper reported the management of oral candidosis on a house wife 53 years

old with HIV infection. Case management: The therapy drugs had been given were, topical antimicotic, systemic antimicotic, multivitamin, mouth wash, borax glyserin and milk peptisol

contain ismacronutrient and micronutrient. Beside drugs the above suggestion for good oral

hygiene. Conclusion: The management of oral candidosis must to be joint good oral health and good nutrition..

Key words: Oral candidosis, management, house wife, HIV infection

Correspondence: Dwi Setianingtyas, Department of Oral Pathology, Faculty of Dentistry, Hang Tuah University,Arief Rahman Hakim 150 Surabaya 60111,Phone (031) 5945864, Ext

204, Fax : 031-847, Email : [email protected]

LAPORAN KASUS

Page 88: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

88

ABSTRAK

Latar belakang: Oral candidosis adalah penyakit mukokutan. Menyerang pada beberapa

keadaan yang menurunkan sistem imun, seperti infeksi HIV & AIDS. Tujuan: Tulisan ini

melaporkan tatalaksana kasus oral candidosis pada ibu rumah tangga, usia 53 tahun. Tata

laksana kasus: Diberikan obat-obatan berupa anti jamur topikal, antijamur sistemik,

multivitamin, obat kumur, borax glyserin dan susu peptisol yang berisi mikronutrient dan makronutrient. Disamping obat-obatan juga diedukasi untuk peningkatan oral hygiene.

Kesimpulan: Tata laksana kasus dari oral candidosis harus ada erpaduan pada kesehatan

mulut dan nutrisi yang bagus

Kata kunci :Oral candidosis, tatalaksana, ibu rumah tangga, infeksi HIV

Korespondensi: Dwi Setianingtyas, Bagian Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi,

Universitas Hang Tuah. Jl. Arief Rahman Hakim 150 Surabaya 60111, Telp. (031) 5945864, Ext 204,Fax : 031-847, Email : [email protected]

PENDAHULUAN

Sebagaimana kita maklumi

bersama bahwa kasus HIV & AIDS

(Human Immunodeficiency Virus &

Acquired Immuno Deficiency

Syndrome) di Indonesia akan terus

bertambah banyak, Oleh karena itu

petugas kesehatan utamanya para

dokter dituntut untuk lebih waspada

terhadap berbagai macam kelainan

yang berhubungan dengan infeksi HIV

& AIDS. Beberapa kelainan di Rongga

mulut dan kulit bahkan menjadi gejala

klinis pertama yang dapat mudah

dikenal dan dilihat pada orang dengan

infeksi HIV & AIDS tersebut.1

Transmisi (penularan) HIV &

AIDS masuk ke dalam tubuh manusia

melalui 3 cara, yaitu : (1) secara

vertikal dari ibu yang terinfeksi HIV &

AIDS masuk ke anak (selama

mengandung, persalinan dan menyusui

) ; (2) secara transeksual

(homoseksual); (3) secara horisontal,

yaitu kontak antar darah atau produk

darah yang terinfeksi.2.3

AIDS

dikelompokkan dalam infeksi menular

seks (IMS) karena paling banyak

ditularkan melalui hubungan seks (95

%).4 Dari Keterangan diatas pada

transmisi yang secara transeksual bisa

terjadi pada suami yang karena

pekerjaannya tinggal berjauhan dan

dalam waktu lama dengan istri,

sehingga memungkinkan suami harus

berhubungan dengan PSK (Perempuan

Pekerja Sosial). Pada hubungan

dengan PSK yang tanpa pengaman,

akan mengakibatkan tertularnya

Penyakit Menular Seksual, disini

adalah HIV & AIDS. Selanjutnya bila

suami sudah pulang, pasti si suami

Page 89: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

89

akan berhubungan suami istri juga

tanpa pengaman. Sehingga

kemungkinan besar istri yang

pekerjaannya sebagai Ibu Rumah

Tangga (IRT) ikut terjangkit penyakit

infeksi HIV & AIDS.2.5

Dari tulisan artikel di Jawa Pos

(30 November 2011) yang mendapat

sumber dari Dinas Kesehatan Jawa

Timur (Jatim), bahwa profesi IRT

rawan kena HIV & AIDS.Bahkan

jumlahnya dua kali lebih banyak

daripada profesi PSK.Kasus HIV &

AIDS di Jatim berdasar pekerjaan

hingga September 2011, profesi

terbanyak adalah IRT (639 penderita).

Terbanyak kedua setelah profesi

wiraswasta.6

Tujuan penulisan ini untuk

melaporkan tata laksana kasus Oral

Candidosis (OC) pada penderita yang

diagnosisnya ditegakkan berdasarkan

anamnesis, manifestasi klinis yang

karakteristik dan ditegakkan dengan

pemeriksaan laboratorium. Dengan

demikian penting bagi dokter gigi

untuk mengetahui secara klinis lesi

khas rongga mulut pada penderita HIV

& AIDS.Hal ini perlu agar dapat

mendeteksi lebih dini dan memberikan

tata laksana secara tepat dan adekuat.

Paling penting adalah untuk proteksi

diri berupa Universal Precaution (UP)

baik bagi kita sebagai operator,

perawat gigi juga penderita lain yang

selanjutnya akan kita rawat, sehingga

terhindar dari transmisi (penularan)

secara horizontal.

LAPORAN KASUS

Pada tanggal 29 Desember 2011

datang ke salah satu Rumah Sakit di

Surabaya,seorang perempuan 53 tahun

dengan keluhan gigi kiri atas (64)

goyang dan ingin membuat gigi tiruan

baru.Sebenarnya penderita sudah

pernah mempunyai gigi tiruan, tapi

hilang ketlisut bersamaan

dengankesibukan ketika suaminya

meninggal dunia secara mendadak.

Kurang lebih 9 bulan yang lalu

(Maret2011). Penderita bercerita sejak

suaminya meninggal, Berat Badannya

turun sekitar 10 kg karena tidak bisa

makan dan dilanda kesedihan bila

teringat suami. Penderita sedang dalam

perawatan di Dokter spesialis Penyakit

(Internist) dalam karena seluruh mulut

terdapat bercak keputihan disertai

sariawan yang sangat nyeri. Penderita

sudah menghabiskan sebanyak 5 botol

obat Nystatin Oral suspension (yang 1

botol mendapat resep dokter, yang 4

lagi beli sendiri), Dari anamnesis

Page 90: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

90

sementara penulis mulai curiga

penderita menderita HIV & AIDS.

Penulis kemudian menggali lebih

dalam lagi tentang riwayat kesehatan

selanjutnya. Suami meninggal

dikarenakan udun dan herpes pada usia

yang relatif muda , yaitu 57 tahun.

Suami penderita bekerja sebagai pelaut

yang dan pulang setiap 6 bulan sekali.

Penderita juga bercerita pada kulitnya

timbul bercak kehitaman bila

mengkomsumsi obat-obatan tertentu.

Oleh dokter spesialis penyakit dalam

setempat di konsul ke VCT (Voluntary

Counselling Testing), tapi penderita

mengaku , bila hasilnya negatif.

Penderita juga mengaku sulit makan,

bila ingin makan, maka makanan

tersebut harus di blender dulu.

Riwayat pemeriksaan di

poliklinik terkait didapat kan. Pada

tanggal 5-12-2011. Internist

menemukan lidah putih. Diagnosisnya

OC. Mendapat terapi Sohobion dan

Interhistin 10 tablet untuk dikomsumsi

masing-masing sehari sekali, dan

ketokonazol sebanyak 20 tablet

diminum sehari 3 kali, tanpa dijelaskan

dosisnya.

Pada tanggal 6-12-2011 hasil

konsul dari poli VCT penderita di

diagnosis Suspect HIV & AIDS. Hasil

laborotorium patologi klinik

didapatkan CD4 =84 dan CD3 =186.

Pada tanggal 19-12-2011.Lidah masih

sariawan, warna putih, badan lemah,

kemarin muntah dan diare sehari 3

kali.Tensi : 110 / 90. Di konsul ke poli

Gastro Intestinal dengan Diagnosis

masih OC. Didapatkan stomatitis

sekitar 3 bulan, mual : positif , muntah

: positif dan diare : positif. Terapi

Erystatin, prednisone dan ada beberapa

yang tidak terbaca pada rekam medis

penderita.

Hasil pemeriksaan laboratorium

klinik pada tanggal 6-12-2011

didapatkan Lekosit : 5800 (Normal

4000 – 10 000/mm), Hemoglobin :

10,7 (Normal 11,5–16) dan Trombosit

: 315 000(Normal 150– 450 rb/

mm3).Pada tanggal 12-6- 2011 yang

lalu juga ada riwayat Gula Darah

Puasa 178 (Normal 76- 110).

Pada pemeriksaan Intra Oral

pada regio palatum molle kanan dan

mukosa labial kiri atas menunjukkan

adanya bercak keputihan seperti kepala

susu, dapat dikerok, meninggalkan

daerah kemerahan, multiple, batas

jelas, bentuk ireguler dan nyeri. Selain

itu pada mukosa bucal fold regio kiri

atas ada ulser, singel,bentuk

Page 91: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

91

lonjong,diameter 15mm, batas jelas,

tepi ada indurasi dan nyeri.

Pada pemeriksaan Ekstra oral

pada kaki kanan dan kiri terdapat,

makula, hiperpigmentasi, multipel,

batas jelas, tidak sakit dan tidak gatal.

TALAKSANA KASUS.

Kunjungan I (29 Desember 2012)

Dari anamnesis, pemeriksaan

klinis dan melihat data-data yang ada

di rekam medik dari poli-poli lain.

Diagnosis akhir pada penderita adalah

OC yang dicurigai karena infeksi HIV

& AIDS. Selanjutnya penderita

mendapat terapi antimikotik topikal

berupa Nystatin oral suspension,

penggunaannya diteteskan pada daerah

yang ada bercak putihnya kemudian

dikulum sehari 3 kali.Dikarenakan

jamur banyak dan sudah lama, maka

ditambah antimikotik secara sistemik,

yaitu Ketokonazol 200 mg sehari 3

kali. Obat yang diminum ditambah

vitamin B dan C. Karena penderita

kesulitan untuk makan diberikan

nutrisi tambahan berupa susupeptisol

yang mengandung susu dan suplemen

kesehatan serta Obat kumur

Chlorhexidin gluconate yang isinya

antara lain mengandung antiseptik dan

anti mikotik. Gunanya untuk

mengurangi terjadinya infeksi

sekunder. Juga diberikan Dental

Hygiene Education supaya terjadi

peningkatan kebersihan rongga mulut.

Penderita diminta kontrol 7 hari

kemudian untuk melihat

perkembangannya.

Kunjungan II (5 Januari 2012 – hari

ke 8)

Rekam medis yang datang pada

kontrol pertama pada kunjungan ke II

ini telah menyatakan bahwa penderita

dinyatakan positif menderita HIV &

AIDS.Dengan hasil CD4 yang makin

menurun yaitu 73dan CD3 180.

Penderita tidak bisa datang tepat

waktukontrol ke dokter gigi

dikarenakan setelah terapi harus

menjalani pemeriksaan di poli

terkait.Hasil anamnesis penderita

merasa lebih nyaman, hanya masih

kurang nafsu makan nya dan bila

makan masih di blender.Penderita

ingin benar-benar sembuh agar bisa

sehat kembali dan minta diberi obat

yang paling bagus. Penderita sudah

mengkomsumsi obat sesuai aturan dan

obat sudah habis.

Pemeriksaan Intra Oralsemua

bercak keputihan sudah hilang. Hanya

tinggal di palatum molleregio kanan.

Page 92: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

92

Ditemukanstomatitis di regio labial

kanan atas. Sedang pemeriksaan extra

oral pada kaki masih tetap tidak ada

perubahan.

Terapi yang diberikan

meneruskan nystatin oral suspension,

susu peptisol, vitamin B dan C. Untuk

obat kumur dihentikan sementara

karena dana yang tidak mencukupi.

Untuk lesi ulser diterapi menggunakan

Borax Glyserin. Penderita di

instruksikan untuk mengerok lidah

dengan sikat gigi bayi yang bulu

sikatnya halus tanpa menggunakan

pasta gigi juga dianjurkan untuk

kontrol 7 hari kemudian.

GAMBAR KUNJUNGAN

PERTAMA (29 Desember 2011)

Gambar 1. Pada Lidah tampak bercak

putih yang dapat dikerok,

meninggalkan daerah kemerahan dan

nyeri

Gambar 2. Pada Palatum mollekanan

bercak putih dapat dikerok

meninggalkan daerah kemerahan dan

nyeri

Gambar 3. Pada mukosa labial kiri

bercak putih dapat dikerok

meninggalkan daerah kemerahan dan

nyeri

Gambar 4. Pada mukosa bukal fold

kiri atas: ulser, single, bentuk lonjong,

Ø 15 mm, batas jelas, tepi indurasi dan

nyeri

Page 93: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

93

GAMBAR KUNJUNGAN KEDUA (

5 Januari 2012- Hari ke 8)

Gambar 10. Pada mukosa labial kanan

atas: ulser, single, bentuk bulat, Ø 15

mm,batas jelas, dasar ulser putih

kekuningan, tepi indurasi, dan nyeri

Gambar 5.Pada mukosa bukal kiri

bawah bercak putih dapat dikerok

meninggalkan daerah kemerahan dan

nyeri.

Gambar 7. Pada kaki kanan tampak

makula, hiperpigmentasi, multipel,

bentuk bulat, tidak gatal dan tidak

nyeri

Gambar 9.Pada mukosa labial kiri

atas tidak ada kelainan dan sudah

sembuh.

Gambar 6. Pada mukosa labial fold

kiri atas bercak putih dapat dikerok

meninggalkan daerah kemerahan dan

nyeri.

Gambar 8. Pada kaki kiri tampak

makula, hiperpigmentasi, multipel,

bentuk bulat, tidak gatal dan tidak

nyeri

Page 94: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

94

PEMBAHASAN

Difinisi AIDS adalah kumpulan

gejala yang timbul akibat menurunnya

sistem kekebalan tubuh yang didapat,

disebabkan infeksi virus HIV. Virus ini

menyerang dan merusak sel-sel

limfosit T CD 4+, sehingga kekebalan

penderita rusak dan rentan terhadap

infeksi.1.2.4.5

Sasaran utama virus HIV adalah

subset limfosit yang berasal dari

thymus, yaitu sel helper / inducer.

Pada permukaan sel ini terdapat

molekul glikoprotein disebut CD4,

yang diketahui berikatan dengan

glikoprotein envelope virus HIV. HIV

yang sudah masuk ke dalam sel

limfosit CD4 tersebut akan

mengadakan multiplikasi dengan cara

menumpang dalam proses

pertumbuhan sel inangnya. Didalam

sel limfosit CD4, HIV mengadakan

replikasi dan merusak sel tersebut, dan

bila sudah matang virus tersebut baru

keluar dan selanjutnya masuk ke dalam

sel limfosit CD4 lainnya, berkembang

biak dan selanjutnya merusak sel

tersebut. Sel limfosit CD4 berperan

sebagai pengatur utama respon imun.4

Target utama dari HIV adalah

membran CD4.7 CD kepanjangan dari

Cluster Designation atau Cluster of

Differentiation. CD3 merupakan

glikoprotein bagian integral dari

reseptor sel T (TcR), berperan untuk

menimbulkan energi sementara sel T

terhadap antigen pada respon imun.8

Kadar CD4 (T4) sekitar 500 –

1000.8 CD normal diatas 600

sel/mm3.7 Sutedjo

8 mengatakan bahwa

kadar CD4 pada HIV dibawah ini

menandakan, bila CD4 500-1000

berarti terjadi sindrom retroviral akut,

gejala intermiten, OC dan ulser. Bila

CD4 dibawah 500, maka terjadi

gangguan AIDS kronis.

Limfadenopati, OC, lesi oral, muntah,

diare dan TBC. Pada CD4 dibawah

200 akan terjadi gejala parah AIDS,

peningkatan masalah kanker, kelainan

paru dan susunan syaraf pusat. Yang

terakhir bila CD4 dibawah 200, maka

terjadi peningkatan probabilitas infeksi

oportunistik dan mortalitas.3.8

Gambar 11.Pada Lidah bercak putih

tampak menipis dan sudah tidak sakit.

Page 95: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

95

Pada kasus ini, pada kunjungan

pertama didapatkan CD4 hanya 84,

kemudian menurun menjadi 73 pada

kunjungan selanjutnya. Maka menurut

Putra9

, bila CD4 kurang dari 200 maka

sudah dipastikan menderita AIDS.

Karena memang diagnosis berdasarkan

pada keberadaan anti HIV dalam darah

tepi atu pengukuran dari jumlah CD4.

Sedangkan menurut ciri-ciri stadium

klinis infeksi HIV pada penderita ini

diperkirakan memasuki stadium 2,

karena pada stadium 2 terjadi

penurunan Berat Badan kurang 10%

dari Berat Badan penderita, adanya

manifestasi mukokutaneus dan infeksi

saluran nafas atas rekuren. Dengan

performan scale 2 : simptomatis dan

aktifitas masih normal. 2.4.5

Macam manifestasi lesi Rongga

mulut pada penderita HIV & AIDS

adalah Kaposi’s sarcoma, Non –

Hodkin Lymphoma, HIV-related

periodontitis, Linear gingival erythema

(LGE), Necrotizing ulceratif

Ginggivitis, Necrotizing ulceratif

periodontitis, Herpetic stomatitis

(Herpes labialis), Herpes zoster

(shingles), Oral hairy leukoplakia of

the tongue (oral viral leukoplakia),

condyloma acuminata (Warts),HPV

associated with warts, oral

candidosis(Acut pseudomembaran

candidosis / thrush, erythematous

candidosis, chronic hyperplastic

candidosis), Angular cheilitis,

Recurrent Aphthous ulcer, xerostomía,

cervical caries occuring in association

withxerostomía, necrotizing stomatitis

(progresive), depapilated tongue, ulser

persisten (non healing ulcers),

Submandibular lymphadenopathy dan

squamous cell carcinoma, salivary

gland enlargement dan palatal

petechiae secondary to

thrombocytopenia. 5.7.10

Menurut Murtiastutik4 bahwa

OC merupakan penyakit paling sering

ditemukan. Sebab Nasrodin2

berpendapat bahwa OC jarang pada

orang muda yang sehat, namun

merupakan MARKER untuk infeksi

HIV, menunjukkan sistem imun

tertekan dan perjalanan menjadi AIDS

dapat terjadi. OC harus dimonitor

setiap saat, penyebaran ke sistem

respirasi atau digestif dapat

menyebabkan morbiditas yang

signifikan.

Pada penderita dalam kasus ini

juga didapatkan pada seluruh tungkai

kaki kanan dan kiri ditemukan makula,

hiperpigmentasi, batas jelas, multipel,

tidak gatal dan tidak nyeri. Sesuai

Page 96: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

96

pendapat Murtiastutik4 tentang

diantara individu yang terinfeksi HIV

beberapa tipe kelainan akan

berkembang sekitar 80%. Penyakit

kulit umum yang terjadi adalah

dermatitis atau erupsi obat.

Kemungkinan diagnosisnya adalah

suspek erupsi obat morbiliform atau

dermatitis1.4

Kelainan kulit muncul

hampir secara umum terjadi pada

perjalanan penyakit HIV sebagai

akibat dari defisiensi imun yang timbul

atau berhubungan dengan pengobatan

yang didapat penderita selama ini.

Tata laksana penderita AIDS

secara umum adalah istirahat,

dukungan nutrisi yang memadai

berbasis makronutrien dan

mikronutrien untuk penderita HIV &

AIDS, konseling termasuk pendekatan

psikologis dan psikososial,

membiasakan gaya hidup sehat ,

seperti rutin senam.2 Pada kasus ini

konseling sudah dilakukan di poli VCT

Rumah Sakit tempat penderita dirawat.

Sebab menurut Putra,9 bahwa

diagnosis terinfeksi HIV & AIDS

merupakan suatu kejadian yang mirip

dengan bencana besar, karena penyakit

infeksi ini mempunyai prognosis

kurang baik, sehingga strategi untuk

mengurangi tekanan psikologis perlu

mendapat perhatian. Ketika lndividu

dinyatakan terinfeksi HIV, sebagian

besar menunjukkan perubahan karakter

psikososial (hidup dalam stress,

depresi, merasa kurangnya dukungan

sosial, perubahan perilaku). Efek dari

infeksi HIV pada individu tersebut

mendorong reaksi penolakan hingga

syok yang berlangsung berbulan-

bulan, hingga tahun dan kondisi ini

potensial semakin mendorong

progresivitas infeksi HIV ke AIDS.

Jadi karakter psikososial erat terkait

dengan progresivitas infeksi

HIV.Penderita umumnya dihadapkan 3

stressor, yaitu stressor biologis,

psikologis dan psikososial.

Untuk terapi yang telah

dilakukan pada tanggal 5 Desember

2011 lalu kurang memberikan respon,

kemungkinan karena terapi yang

diberikan kurang berfungsi oleh karena

hitung sel CD4 yang menurun

responnya, sehingga sering tidak

memuaskan. Juga kurang melibatkan

peningkatan Oral Hygiene, pemberian

obat kumur serta tambahan nutrisi.

Penulis sudah melakukan tata

laksana sesuai dengan Protap

penanganan OC pada penderita HIV &

AIDS RSUD Dr Soetomo Surabaya11

dengan pemberian Nystatin topikal 4-5

Page 97: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

97

kali sesudah makan. Untuk efektifitas

preparat ini tergantung lamanya kontak

antara suspensi dan mukosa yang

terkena.Harus ditahan didalam mulut

beberapa menit sebelum

ditelan.Setelah pemberian obat

dianjurkan tidak makan atau minum

selama 20 menit.Respon terapi terlihat

dalam 5 hari pertama.Tambahan

berupa ketokonasol sistemik dan obat

kumur.

Penambahan vitamin disini

dikarenakan vitamin C bersama

kalsium dan berbagai vitamin,

misalnya B6 dan E penting dalam

mempertahankan intregitas tulang,

gigi, jaringan ikat, serta dinding

pembuluh darah. Membantu

meningkatkan absorpsi zat besi non-

henil, meningkatkan resistensi

terhadap infeksi primer maupun

oportunistik dan berperan sebagai anti

oksidan yang larut dalam air terbukti

menurunkan symptom dan derajat

beratnya penyakit infeksi akibat

virus.Kebutuhan vitamin C meningkat

selama berlangsungnya infeksi.2

Terapi disini juga dikombinasi

dengan susu peptisol, sebab

dibutuhkan dukungan nutrisi. Pada

penderita yang terinfeksi HIV sering

mengalami gangguan asupan nutrisi

yang menyebabkan menurunnya fungsi

biologis tubuh. Nutrisi sangat penting

dalam tata laksana penderita HIV &

AIDS, selain mendorong perubahan

kea rah perbaikan juga berperan untuk

menekan progresivitas AIDS.2

Banyak penderita mendapat

keuntungan dengan meningkatkan oral

hygiene dan seringnya melakukan

kebersihan mulut.Perubahan diet

seperti mengkomsumsi yogurt

acidophilis, Echinacea dan antioksidan

sangat bermanfaat.Pada penderita OC.

2 Pada kasus ini penderita diminta

menjaga kebersihan mulut. Karena bila

tidak akan memperparah kasus OC.

SIMPULAN

Bila ada penderita datang dengan

kondisi dincurigaiadanya lesi HIV &

AIDS di rongga mulut, maka

sebaiknya kita bisa mengarahkan

penderita untuk dikonsul ke poli VCT

untuk mengetahui jumlah CD4 demi

kepentingan penderita sendiri dan kita

sebagai tenaga medis agar bisa

memberikan tata laksana dengan tepat

dan adekuat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Murtiastutik D. 2009. Atlas HIV & AIDS

dengan kelainan kulit. Edisi pertama.

Page 98: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

98

Airlangga University Press. Kampus C

Unair. Surabaya. h. 2.

2. Nasrodin. 2007. HIV & AIDS pendekatan

biologi molekuler klinis dan sosial. Edisi

pertama. Airlangga University Press.

Kampus C Unair. Surabaya. h. 15; 37-27;

177-99.

3. Little JW, Falace DA, Miller CS & Rhodus

NL. 2008. Dental management of the

medically compromised patient. Mosby

elsevier. p. 280

4. Murtiastutik D. 2008. Buku ajar Infeksi

menular seksual. Cetakan ke 2. Airlangga

University press. Surabaya. h. 220-

211;253-8

5. Setianingtyas D. Deteksi dini melalui oral

infeksi HIV & AIDS & Universal

Precaution. Temu ilmiah Rumkital Dr

Ramelan. Tanggal 16 April 2009.

6. Jawa Pos Metropolis. 2011. Ibu rumah

tangga rawan kena. Jumlahnya dua kali

lebih banyak dari PSK. Surabaya.h. 25.

7. Sonis ST, Fazio Rc & Fang LCT. 2003.

Burket’s Oral medicine secrets. Hainley &

Beltus. Inc Philadelphia.p.183-7.

8. Sutedjo AY. 2006. Buku saku Mengenal

penyakit melalui hasil pemeriksaan

laboratorium. Cetakan pertama. Penerbit

Amara books. Jogyakarta. h. 140-2.

9. Putra ST. 2005. Psikoneuroimunologi

Kedokteran. Gramik Fakultas Kedokteran

Unair.RSU Dr Soetomo. Surabaya. h. 141-

137;177.

10. Scully C & Cawson RA. 1999. Colour

guide. Oral desease. Second edition.

Churchill livingstone. Edinburg. p. 159.

11. Barakbah J, Soewandojo E & Nasrodin.

2009. Protap HIV & AIDS. RSU Dr

Soetomo Surabaya / Fakultas Kedokteran

Unair. Cetakan pertama. Airlangga

University Press. h. 307-47.

Page 99: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

99

Penatalaksanaan Urtikaria Akut Di Rongga Mulut

(Management Of Acute Urticaria In Oral Cavity)

Herlambang Prehananto*, Dwi Setianingtyas**

*PPDGS Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya

*Poli Oral Medicine Departemen Gigi dan Mulut Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya

ABSTRACT

Introduction: Acute urticaria is a skin response with clear boundaries , occurs in the superficial epidermis . Acute urticaria suffered by patients who are less than 6 weeks after

exposure alergren . Acute urticaria is a reaction caused by systemically circulating antigen ,

thus causing a good reaction in the mucosa and skin . In lesions that appear on the oral mucosa commonly referred to as allergic stomatitis .Objective: This case report discusses the

management of acute urticaria in the oral cavity with the etiology of inhalant allergens .Case Male patients aged 43 years suffering from acute urticaria was referred to the Oral Diagnosis

poly Naval Hospital dr . Ramelan Surabaya . On clinical examination of the oral cavity

obtained on oral mucosal erosions and papules on the dorsal tongue , and teeth are suspected of focal infection . Case Management: Patients referred for release denture and tooth decay

to be treated as well as the scaling due to focal infection is suspected . Conclusion: Giving betadine gargle to avoid secondary infections in the oral cavity .

Key words: Allergic stomatitis, urticaria, acute.

Correspondence: Herlambang Prehananto, PPDGS Oral Pathology,Faculty of Dentistry,

Airlangga University, Prof DR Moestopo No.47 Surabaya 60132, Phone (031) 5030255 ext123, HP : 08562508507, email : [email protected]

LAPORAN KASUS

Page 100: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

100

ABSTRAK

Pendahuluan: Urtikaria akut adalah respons kulit dengan batas yang jelas, terjadi pada

epidermis superfisial. Urtikaria akut diderita oleh pasien yang kurang dari 6 minggu setelah paparan alergren.Urtikaria akut merupakan reaksi yang terjadi akibat antigen yang beredar

secara sistemik, sehingga menyebabkan reaksi baik pada mukosa dan kulit.Pada lesi yang muncul di mukosa mulut biasa disebut dengan stomatitis alergika.Tujuan: Laporan kasus ini

membahas tentang penatalaksanaan urtikaria akut pada rongga mulut dengan etiologi

alergen dari inhalan. Kasus: Pasien laki-laki berusia 43 tahun menderita urtikaria akut dirujuk ke poli Oral Diagnosis Rumah Sakit Angkatan Laut dr. Ramelan Surabaya. Pada

pemeriksaan klinis rongga mulut didapatkan erosi pada mukosa rongga mulut dan papula

pada dorsal lidah, serta terdapat gigi yang dicurigai menjadi fokal infeksi. Tata Laksana

Kasus: Pasien dirujuk untuk melepaskan gigi tiruan dan gigi berlubang untuk dilakukan

perawatan serta scalling karena di curigai sebagai fokal infeksi. Kesimpulan: Pemberian betadine kumur untuk menghindari infeksi sekunder di rongga mulut.

Kata kunci :Stomatitis alergika, urtikaria, akut.

Korespondensi:Herlambang Prehananto, PPDGS Ilmu Penyakit Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga, Jl. Prof DR Moestopo No.47 Surabaya 60132, Telepon : (031)

5030255 ext123, HP : 08562508507, email : [email protected]

PENDAHULUAN

Urtikaria merupakan respons

kulit dengan batas yang jelas, terjadi

pada epidermis superfisial, berupa

urtika, yaitu lesi eritematous dan

menonjol (1- 2 mm sampai beberapa

cm) yang timbul dan hilang dalam

beberapa jam disertai rasa gatal yang

hebat. Urtikaria diklasifikasikan

menurut lamanya, yaitu urtikaria akut

dan urtikaria kronis.1

Urtikaria akut

bila bentol kemerahan dengan ukuran

yang bervariasi serta gatal, timbul dan

tidak lebih dari 6 minggu.2

Sedang

urtikaria kronis berlangsung lebih dari

atau sama dengan 6 minggu.2,3

Urtikaria akut terjadi pada 15-

20% populasi di Rumah Sakit

Dermatologi di Inggris dan setidaknya

pernah sekali mengalami serangan

urtikaria akut dalam

hidupnya.Diagnosis urtikaria akut

dapat ditegakkan berdasar catatan

riwayat pasien, anamnesis, dan

pemeriksaan klinis.Urtikaria

menyebabkan pembesaran pembuluh

darah kapiler disertai peningkatan

permeabilitas dinding pembuluh darah,

sebagian besar cairan plasma melewati

endotel dinding pembuluh darah keluar

ke jaringan. Hal ini mengakibatkan

hipovolaemia yang berarti turunnya

tekanan darah secara berlebihan.1,4

Urtikaria akut biasanya

menimbulkan rasa gatal yang hebat

disertai bercak merah di seluruh tubuh,

telapak tangan dan kaki. Timbul rasa

panas dan terjadinya ulser pada

Page 101: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

101

Rongga Mulut (RM), disertai keluhan

pusing, lemah, perasaan tidak enak

badan.Bronkospasmus (pengerutan

otot bronkus) yang mengakibatkan

sesak nafas. Hiperperistaltik yang

menyebabkan rasa mual disertai

muntah. Kejang otot tubuh karena

adanya gangguan pusat syaraf.1

Urtikaria akut dapat

menyebabkan munculnya lesi pada

permukaan mukosa RM. Reaksi ini

dapat terjadi akibat antigen yang

beredar secara sistemik, yang

menyebabkan reaksi baik pada mukosa

dan kulit. Reaksi antigen-antibodi

dapat menyebabkan penyakit klinis

pada mulut dan wajah. Jenis anafilatik

atau jenis segera ditandai dengan

edema seperti misalnya urtikaria.3

KASUS

Pada tanggal 11 November 2013,

pasien laki-laki berusia 43 tahun

datang ke bagian Oral Medicine

Departemen Gigi dan Mulut Rumah

Sakit Angkatan Laut (RSAL) Dr

Ramelan Surabaya atas konsulan dari

poli rawat inap kulit dan kelamin

dengan keluhan utama gatal diseluruh

kulit. Selain itu Dokter Spesialis Kulit

dan Kelamin (Sp.KK) juga meminta

untuk mencari adanya fokal infeksi

pada RM. Pada anamnesis, ternyata

awalnya pasien melakukan kegiatan di

lapangan yang penuh debu limbah

sekitar tempat latihan. Kemudian

pasien merasa sesak nafas dan muncul

bentol-bentol pada seluruh tubuhnya

dan rasa tidak enak pada mukosa RM

sejak tanggal 22 Oktober 2013. Karena

rasa gatal yang berlebihan dan merasa

berat bila bernafas kemudian pasien

berobat ke poli Kulit dan Kelamin

RSAL dr. Ramelan Surabaya. Dokter

memberinya obat eritromycin 500 mg

diminum 3 kali sehari, loratadin

diminum sehari sekali,

Methylprednisolon salep digunakan 3

kali sehari 2 oles, antihistamin 3 kali

sehari, cimetidin 3 kali sehari, dan

dipenhydramin. Kemudian pasien

dikonsulkan ke departemen gigi dan

mulut, poli THT dan penyakit dalam

untuk dilakukan penelusuran penyakit

yang mungkin menyertai.

Keadaan umum pasien cukup,

Glasgow Coma Scale (GCS) 4 5 6,

tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 84

kali/menit. Pasien tidak mempunyai

riwayat alergi sebelumnya.

Pemeriksaan ekstraoral didapatkan

pada seluruh kulit muka dan hampir

seluruh tubuh dimulai lengan, kaki,

punggung dan dada pasien terdapat

Page 102: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

102

papula dan makula, multipel,

berwarana merah, berbatas jelas,

diameter 2-3 mm, terasa gatal.Pada

pemeriksaan kelenjar limfe

submandibularis, palpasi kanan dan

kiri teraba, kenyal, dapat digerakkan,

bentuk bulat, ukuran sekitar 1x1x1 cm,

dan sakit.

Pemeriksaan intraoral pada regio

palatum, nampak erosi, bilateral,

multipel, warna merah, berbatas jelas,

bentuk irreguler, luas sekitar 3 mm,

dan terasa sakit. Pada lidah nampak

papula, multipel, bilateral, diameter 1

mm, berbatas jelas, berwarna putih.

Nampak gigi 21 dan 37 hilang, gigi 22

karies gangren pulpa, dan gigi 36

terdapat tumpatan komposit. Secara

umum Oral hygene (OH) pasien jelek

karena banyak kalkulus dan stain pada

seluruh permukaan gigi, hal ini

dikarenakan pasien adalah perokok dan

seluruh permukaan mukosa RM terasa

parestesi.

Pada pemeriksaan penunjang

darah lengkap didapatkan Sel Darah

Putih (SDP) 20,7 (4,0 – 10,0 10³/μL),

granulosit 18,3 (2,0 – 7,0 10³/μL),

limfosit 7,5 (20,0 – 40,0 %), granulosit

88,3 (50,0 – 70,0 %), sel darah merah

(SDM) 4,92 (3,50 – 5,50 10³/μL),

hemoglobin 15,0 (11,0 – 16,0 g/dL),

hematokrit 45,0 (37,0 – 54,0 %), SGPT

22 (0 – 45 U/L), SGOT 25 (0 – 35

U/L), BUN 12,3 (8,0 – 23,0 mg/dL),

kreatinin 1,4 (0,9 – 1,5 mg/dL), gula

darah acak (GDA) 116 mg/dl, laju

endap darah (LED) 35 mm/jam.

TATA LAKSANA KASUS

Kunjungan I (11 November 2013)

Pada kunjungan awal , dari

anamnesis dan pemeriksaan klinis

kasus ini didiagnosis klinis sebagai

stomatitis alergika, dengan diagnosis

banding eritema multiformis.

Selanjutnya pasien dikonsulkan ke

laboratorium Radiologi untuk

dilakukan pemeriksaan rontgen foto

panoramik untuk mengetahui adanya

fokal infeksi.

Hasil yang didapat dari

pemeriksaan rontgen foto terdapat

karies pada gigi 22 yang memakai gigi

tiruan tetap, karies superfisialis gigi 46

dan gangren pulpa (GP) gigi 36.

Pasien dirujuk untuk melepaskan

gigi tiruan pada gigi 22, dilakukan

penumpatan pada gigi 22 dan 46, dan

ekstraksi gigi 36. Pasien diinstruksikan

untuk kumur dengan betadine gargle

sehari 4 kali tanpa dibilas dan

multivitamin diberikan sehari sekali.

Pasien disarankan kontrol seminggu

Page 103: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

103

setelahnya tetapi pasien melakukan

pulang paksa dari rawat inap kemudian

susah untuk dihubungi dan tidak ada

kunjungan berikutnya.

Gambar 1. Kunjungan 1 (A) Tampak papula dan makula pada permukaan punggung, (B)

kaki, (C) dada, (D) tangan, dan (E) wajah. (F) Terdapat bentukan papula diseluruh permukaan

dorsal lidah dan (G) tampak erosi, kemerahan yang berbatas jelas. (H) Gigi karies 21 dan 22

yang dicurigai menjadi fokal infeksi.

Dari data rekam medis pada

tanggal 1 Desember 2013 pasien

kembali melakukan rawat inap (MRS)

lagi di RSAL dr. Ramelan Surabaya

dengan keluhan rasa gatal dan

kemerahan di kulit seluruh tubuh yang

tak kunjung sembuh. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan keadaan

umum pasien cukup, GCS 4 5 6,

tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 88

x/menit, suhu badan 36°C.

Pada tanggal 1 Desember 2013

dilakukan pemeriksaan penunjang

dengan hasil SDP 19, 5 (4,0 – 10,0

10³/μL), granulosit 16,5 (2,0 – 7,0

10³/μL), limfosit 8,9 (20,0 – 40,0 %),

granulosit 84,3 (50,0 – 70,0 %). Sehari

kemudian dilakukan lagi pemeriksaan

penunjang dengan hasil SDP 20,9 (4,0

– 10,0 10³/μL), granulosit 16,9 ( 2,0 –

7,0 10³/μL), limfosit 11,8 (20,0 – 40,0

%), granulosit 80,7 (50,0 – 70,0 %),

dan LED 35 mm/jam, SGPT 52 (0 – 45

U/L), SGOT 18 (0 – 35 U/L), GDP 65

(70 – 105 mg/dL). Sembilan hari

kemudian dilakukan pemeriksaan

Page 104: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

104

penunjang lagi dengan hasil SDP 15,4

(4,0 – 10,0 10³/μL), granulosit 12,3

(2,0- 7,0 10³/μL), limfosit 13,9 (20,0 –

40,0 %), granulosit 79,9 (50,0 – 70,0

%). Hasil pemeriksaan penunjang

tujuh belas hari setelah perawatan

adalah SDP 21,7 (4,0 – 10,0 10³/μL),

granulosit 19,1 (2,0 – 7,0 10³/μL),

limfosit 6,2 (20,0 – 40,0 %), granulosit

87,7 (50,0 – 70,0 %) dan Mean

Corpuspular Volume (MCV) 100,9

(80,0 – 100,0 fL).

Tindakan yang dilakukan dengan

pemberian delladryl intra muscular

(i.m) dan dexametasoneintra vena

(i.v). Dokter juga memberikan resep

eritromycin 500mg diminum 3 kali

sehari, dexametasone diminum sehari

3 kali 2 tablet, loratadine diminum

sehari sekali, CTM diminum sehari 3

kali, dan bedak salisil untuk

mengurangi rasa gatal di kulit.

Setelah dilakukan perawatan

selama 17 hari keadaan pasien belum

membaik, dengan warna merah

ditubuh masih menetap tetapi gatal

pada tubuh sudah menghilang.Pasien

disarankan untuk tetap melakukan

perawatan untuk dilakukan observasi

lebih lanjut, tetapi pasien melakukan

pulang paksa karena alasan ingin

berobat jalan.

PEMBAHASAN

Urtikaria dapat timbul tiap hari

atau intermiten, lamanya beberapa

menit sampai beberapa jam bahkan

beberapa hari. Dapat terjadi pada

semua umur baik laki-laki maupun

perempuan, dengan faktor etiologi

yang jelas antara lain yaitu reaksi obat,

reaksi terhadap bahan makanan,

produk dari pembuluh darah, dan

infeksi dari bakteri maupun virus.

Namun kadang kala etiologinya

idiopatik.3,4

Pada kasus ini seorang pria usia

43 tahun, tidak ada riwayat alergi

makanan maupun alergi yang lain,

riwayat atopik tidak jumpai, serta

keluhan urtikaria kurang dari 6

minggu. Jika urtikaria (bentol

kemerahan) dengan bentuk dan ukuran

yang bervariasi, gatal, timbul tersebar

diseluruh kulit tubuh, tidak ada riwayat

atopi dalam keluarga, tidak ada riwayat

alergi dan gejala berkepanjangan, dan

kurang dari 6 minggu disebut uritkaria

akut.

Penyakit alergi umumnya terjadi

jika sistem imun salah dalam

merespons paparan suatu bahan yang

dalam keadaan normal sebenarnya

tidak berbahaya, misalnya tepungsari

(pollen), rumput atau debu rumah,

Page 105: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

105

dengan mengadakan reaksi berlebihan

untuk menyingkirkan bahan yang

diduga merupakan benda asing. Bahan

ini disebut sebagai alergen.3

Pada pasien ini diduga

munculnya urtikaria dikarenakan

alergen inhalan. Alergen dari inhalan

berupa serbuk saribunga (polen),

sporajamur, debu, bulubinatang, dan

aerosol, umumnya lebih mudah

menimbulkan urtikaria alergik (tipe I).

Reaksi ini sering dijumpai pada pasien

atopi dan disertai gangguan napas.5

Dikarenakan pasien berada pada

tempat dengan paparan udara yang

penuh debu dari limbah maka pasien

mengeluh sesak nafas dan timbul

bentol yang disertai rasa gatal.

Pada alergi terhadap debu atau

tepungsari (pollen), setiap antibodi

tertentu yang bereaksi terhadap satu

jenis alergen tertentu saja.Misalnya

antibodi tertentu yang bereaksi

terhadap tepungsari bunga regweed.

Molekul IgE mempunyai sifat khusus,

karena IgE merupakan satu-satunya

antibodi yang mampu merekat erat

pada badan sel mast, yaitu sel jaringan

(tissues cells) dan basofil (sel darah).5

Jika seseorang pasien alergi

mengalami kontak atau paparan

dengan suatu alergen, maka sistem

imun tubuhnya akan mengenali antigen

tersebut sebagai benda asing dan

segera berupaya mengatasinya. Sistem

imun tubuh segera membentuk

sejumlah besar antibodi yang disebut

immunoglobulin E (IgE).5

Jika alergen bertemu IgE yang

spesifik terhadapnya, maka akan

melekat pada antibodi mirip anak

kunci dalam lubang kuncinya.

Perlekatan ini akan merangsang sel

tempat IgE melekat untuk melepaskan

dan membentuk histamin, yang

memicu terjadinya proses inflamasi

atau keradangan.5

Penatalaksanaan urtikaria akut

dengan menghindari NSAID, aspirin,

penghambat angiotensin converting

enzyme (ACE), alkohol, kelelahan fisik

dan stres karena dapat menyebabkan

urtikaria non immunologik. NSAID

dan aspirin dapat menimbulkan

urtikaria karena menghambat sintesis

prostaglandin dari asam arakhidonat,

obat penghambat ACE dapat

menyebabkan angioedema, sedang

alkohol, kelelahan fisik dan stress

dapat merangsang pembuluh darah

kapiler menjadi vasodilatasi dan

peningkatan permeabilitas yang

berakibat terjadinya transudasi cairan

dan pengumpulan cairan setempat

Page 106: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

106

sehingga secara klinis tampak edema

disertai kemerahan.2

Pemberian terapi medikamentosa

bersifat simtomatis.Obat lini pertama

adalah antihistamin generasi II

(Nonsedating second-generation)

loratadine, cetrizine. Waktu pemberian

antihistamin sebaiknya mengikuti

ritme diurnal urtikaria.Penambahan

antihistamin AH2 (simetidin) pada

beberapa kasus memberikan

perbaikan.Jika pruritus menonjol pada

malam hari bahkan tidak jarang pasien

cemas maka dapat ditambahkan

antihistamin generasi klasik yang

diberikan 1 kali sehari pada malam

hari.Apabila semua tahapan terapi

yang diberikan tersebut belum

memberikan hasil dapat diberikan

kortikosteroid, dan pemberiannya tidak

lebih dari 3 minggu. Penggunakan

eritromycin digunakan untuk

menghindari adanya infeksi sekunder.2

Langkah selanjutnya dokter

Sp.KK merujuk pasien ke departemen

gigi dan mulut, poli THT dan poli

penyakit dalam RSAL dr. Ramelan.

Hal ini dikarenakan dicurigai adanya

fokal infeksi yang bisa menyebabkan

terjadinya urtikaria. Populasi

mikrobiota di usus manusia bersifat

dinamik dan dipengaruhi oleh

beberapa faktor, data mutakhir telah

menerangkan hubungan antara flora

normal usus manusia dengan alergi.7

Penyebab alergi lainnya dapat

bersumber dari bakteri yang ada di RM

dan tenggorokan seperti Streptococcus

mutans dan Streptococcus aureus.8

Penatalaksanaan pada stomatitis

alergika di RM pemberian obat kumur

antiseptik diharapkan bisa mengurangi

paparan mikroorganisme yang bisa

memperparah keadaan RM.

Selanjutnya pasien dirujuk ke poli

periodonsia untuk dilakukan

pembersihan calculus atau scalling dan

poli konservasi untuk menumpat gigi

yang berlubang.

Seharusnya pasien menjalani

rujukan tersebut tetapi dari awal pasien

di rujuk ke departemen gigi dan mulut

pasien menunjukan sifat tidak

koorperatif.Pasien merasa tidak ada

hubungan antara alerginya dengan

keadaan RMnya, walaupun sudah

dijelaskan secara seksama tetapi pasien

masih merasa tidak percaya.Pasien

juga sudah dua kali melakukan pulang

paksa ketika menjalani rawat inap. Hal

ini yang membuat pasien susah untuk

menjalani kontrol ke departemen gigi

dan mulut.

Page 107: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

107

SIMPULAN

Uritkaria akut dapat disebabkan

oleh fokal infeksi dari RM. Bakteri

pada gigi berlubang dan calculus dapat

menyebabkan timbulnya urtikaria

akut.Pemeriksaan penunjang dan

kerjasama dari pasien sangat

membantu dalam terapi kesembuhan

urtikaria akut.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih kepada poli

Oral Medicine Departemen Gigi dan

Mulut Rumah Sakit Angkatan Laut dr.

Ramelan Surabaya atas kesempatan

dan fasilitas yang diberikan untuk

penulisan laporan kasus ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Manggala, Yudha. 2008Kesesuaian Hasil

Identifikasi Alergen Pada Pasien Dengan

Riwayat Urtikaria Akut Menggunakan

Metode Uji Tusuk (Prick Test) Dan Metode

Wawancara (Anamnesis); Universitas

Dipenogoro; Semarang. p. 15 – 10.

2. Suryana, Ketut., Adiguna, Made Suastika.

2006 Seorang Wanita Dengan Uritkaria

Kronik Idiopatik; J Peny Dalam Volume 7

Nomer 2; Denpasar. p.5 – 2.

3. Wolff, Klause., Goldsmith, Lowella A.,

Katz, Stephen I., Gilchrest, Barbara A.,

Paller, Amy S., Leffell, David J.

2003.Fitzpatrick’s Dermatology In General

Medicine 7th; Mc Graw-Hill Companies;

United State. p. 342 – 330.

4. Greenberg, M., Glick, M. 2003. Burkets

Oral Medicine Diagnosis & Treatment 10th;

BC Decker Inc; New jersey. p. 216-215.

5. Tjekyan, Suryadi. 2008. Prevalensi

Urtikaria di Kota Palembang Tahun 2007;

jurnal Berkala IImu Kesehatan Kulit

Kelamin Vol. 20 No. I:3 – 1.

6. Soedarto. 2012. Alergi dan Penyakit Sistem

Imun; Sagung Seto; Jakarta. p. 17-13.

7. Wikaningrum, R., Rochani, Jekti. T.,

Djannatun, T., Widiyanti, D., Pane, Abdul.

R. 2008.Bacterial Populations in Neonatus

Faeces : A Preliminary study; Jurnal

Kedokteran Yarsi vol. 16 No. 2; Mei –

Agustus; p : 89 – 86.

8. Chisholm, Cary; Guttate Psoriasis;

http://emedicine.medscape.com; accesed

March 15 2014; 09:30:00.

Page 108: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

108

Systemic Observation-Surgical Periodontic Approach

In The Managementof Amlodipine Induced

GingivalEnlargement

Rahmidian Safitri, Hardini Dyah Astuti, Poernomo Agoes

Periodontology Department Airlangga University

ABSTRACT

Background: Drug induced gingival enlargement is frequently observed in patients taking

three main group of drugs like calcium channel blockers (CCBs), immunosuppressant’s

and anticonvulsants. Amlodipine belongs to the dihydropyridine-a third generation calcium channel blockers agents that may cause the side effect of drug-induced gingival enlargement

and oral bacteria intervention due to calculus retention. This case report describes the

management of gingival enlargement in a hypertensive patient taking amlodipine. Purpose: This case report was aimed to discuss the treatment and maintenance of systemic

observationsurgical periodontic approach to restore gingival enlargement. Case: A 47-years old man was referred to the Department of Periodontology, Faculty of Dentistry, Airlangga

University complaining of swellings and bleeding on his gingiva in all region. He felt very

uncomfortable as the swelling interfered while chewing and sometimes there was bleeding spontaneously and halitosis. He had hypertension since 5 years and was on medications

Captopril 12,5 mg daily during 4 years and Amlodipine 5mg daily during last 1 year. A provisional diagnosis and systemic observation-periodontal phases treatment were taken to

restore gingival enlargement condition. Case Management: Systemic observation of

medication use, periodontal phases treatment such as scaling root planning, periodontal surgery as flap surgery, home oral hygiene maintenance, control recall every month during first 3 months

were taken. Conclusion:The successful of combination carefully systemic observation-

surgery periodontal approach are promising to maintain Amlodipine induced gingival enlargement.

Key Words: Amlodipine, gingival enlargement, systemic observation, surgical periodontic

Correspondence: Rahmidian Safitri, Department of Periodontology, Faculty of Dentistry, Airlangga University, Prof DR Moestopo No.47 Surabaya 60132, Phone (031) 5030255 ext

123, email : [email protected]

INTRODUCTION

Drugs associated with gingival

enlargement can be broadly divided

into three categories: anticonvulsants,

calcium channel blockers, and

immunosuppressants. Although the

pharmacologic effect of each of these

drugs is different and directed toward

various primary target tissues, all of

them seem to act similarly on a

LAPORAN KASUS

Page 109: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

109

secondary target tissue, i.e., the

gingival connective tissue, causing

common clinical and histopathological

findings.1

Amlodipine belongs to

thedihydropyridine-a third generation

calcium channel blockers agents that

may cause the side effect of drug-

induced gingival enlargement and oral

bacteria intervention due to calculus

retention. CCBs are commonly

prescribed and used for the treatment

of cardiovascular diseases. Some

studies have addressed the risk of

gingival hyperplasia during the use of

CCBs, it was often based on case

reports (Seymour et al. 1994, Bhatia et

al. 2007) or on a cross-sectional study

(Meisel et al. 2005).2

CASE

A 47-years old man was referred

to the Department of Periodontology,

Faculty of Dentistry, Airlangga

University complaining of swellings

and bleeding on his gingiva in all

region. He felt very uncomfortable as

the swelling interfered while chewing

and sometimes there was bleeding

spontaneously and halitosis. He had

hypertension since 5 years and was on

medications Captopril 12,5 mg daily

during 4 years and Amlodipine 5 mg

daily during last 1 year. Some months

after using Amlodipin, he developed

gingival hyperplasia.

The clinical appearance of

thetissue was exophytic and

hyperplastic tissue was red, smooth

and shiny in all region, with no pain

on touch, and bled easily on probing

(Fig.1). Gingival tissue around the

crown reached the occlusal tooth

surface, with periodontal pockets

measuring more than 5 mm, plaque

and calculus (Fig. 2). A provisional

diagnosis and systemic observation-

periodontal phases treatment were

taken to restore gingival enlargement

condition.

Fig 1. Gingival hyperplasia in all teeth region

Fig. 2 Pocket measurement more than 5 mm

Page 110: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

110

CASE MANAGEMENT

The dental treatment included

scaling and root planning and

instructions on appropriate method for

brushing teeth. Refferal to internist

was made, due to the possibility of

medication changing. The rontgen

panoramic result showing severe

bone loss in the regio

16,17,18,27,28,31,32,41,42 (Fig.3).

Fig 3.Rontgen panoramic showing severe

bone loss

The conventional surgery

planning were moved from

gingivectomy for reduce gingival

pocket into flap surgery added with

bone graft (Fig.4& Fig.5). While the

gingival hyperplasia was relieved, but

there are severe bone loss in some

region. Commercially available

chlorhexidine rinse (0.12%) was used

to help control plaque accumulation

and to reduce the development of

gingival inflammation.

Fig 4. Conventional flap surgery added

with bone graft

Fig 5. Mattress suturing was done

Follow up was done one to

three monthly, once each month.

Upon examination at 3 month

review, the periodontal pockets were

generally reduced. There is no

hyperplasia gingival recurrency during

examination. Regular oral hygiene

reinforcement and scaling was done

for him. One year after completion of

the surgery, disappearance of

hyperplasia gingiva and satisfactory

periodontal condition were confirmed

(Fig 6).

Page 111: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

111

Fig. 6 Clinical review after one year

periodontal treatment

DISCUSSION

The pathogenesis of hyperplasia

gingiva is uncertain and the

treatment is still largely limited to the

maintenance of an improved level of

oral hygiene and surgical removal of

the overgrown tissue. Several factors

may influence the relationship

between the drugs and gingival

tissues, were including age, genetic

predisposition, pharmacokinetic

variables, and alteration in gingival

connective tissue homeostasis,

histopathology, ultra-structural factors,

inflammatory changes and drug action

on growth factors.4

Most studies show

an association between the oral hygiene

status and the severity of drug-

induced hyperplasia gingiva. This

suggests that plaque-induced gingival

inflammation may be important risk

factor in the development and

expression of the gingival changes.5 In

this present case the local

environmental factors such as poor

plaque control and multiple retained

roots at the initial presentation may

act as risk factors that had

contributed to worsen the existing

gingival enlargement and therefore

complicate the oral hygiene

procedures.6

Physicians should be able to

identify changes in oral cavity

related to the health of the patients.

Thus, there is a need collaboration

between general doctors or internist

in this case with dental practicioner in

the care of drug induced gingival

enlargement, to have holistic result

both systemic and good clinical

outcome.

REFERENCES

1. Dongaribagtzoglou A, Cutter C. 2004.

The prevalence, risk factors,

pathogenesis, and clinical management of

drug-associated gingiva enlargement. Drug-

Associated Gingival Enlargement. J

Periodontol,75:1431-1424.

2. Kaur G, Verhamme KMC, Dieleman JP,

Vanrolleghem A, van Soest EM, Stricker

BHCh, Sturkenboom MCJM. 2010.

Association between calcium channel

blockers and gingival hyperplasia. J Clin

Page 112: Daya Hambat Ekstrak Daun Alpukat (Persea americana, Mill ...hangtuah.ac.id/fkg/images/denta_megazine.pdf · kemudian dianalisis dengan uji ANOVA ... dieliminasi dari saluran akar

Vol 8 No. 1 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

112

Periodontol,37:630-625. doi:10.1111/j.1600-

051X.2010.01574.x.

3. Upadhyay Y. Amlodipine-Induced Gingival

Overgrowth: A Case Report. IOSR Journal

of Dental and Medical Sciences (JDMS.

Volume 3, Issue 4 (Jan.-Feb. 2013), PP 20-

17. www.iosrjournals.org.

4. Seymour, R. A., Ellis, J. S., Thomason,

J. M., Monkman, S. Idle, J. R. 1994.

Amlodipine induced gingival overgrowth.

Journal of Clinical Periodontology,21 :

283-281.

5. Barclay S, Thomason JM, Idle JR and

Seymour RA. 1992. The incidence and

severityof nifedipineinduced gingival

overgrowth. J Clin Periodontol,19: 314-311.

6. Ikawa K, Ikawa M, Shimauchi H, Iwakura

M and Sakamoto S. 2002. Treatment of

gingival overgrowt induced by manidipine

administration: a case report. J Periodontol,

72: 122-115.

7. Taib Ha, Ali TBTb, Kamin Sb. 2007. Case

Report-Amlodipine-induced gingival

overgrowth: a case report.Archivesof

Orofacial Sciences, 2: 64-61.