DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN i HALAMAN SAMPUL … · cover deficit the State Budget....
Transcript of DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN i HALAMAN SAMPUL … · cover deficit the State Budget....
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN .............................................................. i
HALAMAN SAMPUL DALAM ............................................................ ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................... iv
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ................. v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
ABSTRAK .................................................................................. ............... xiv
ABSTRACT ............................................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................... 4
1.3 Ruang Lingkup Masalah ................................................. 4
1.4 Orisinalitas Penelitian ..................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian ........................................................... 6
a. Tujuan Umum ............................................................ 6
b. Tujuan Khusus ........................................................... 7
1.6 Manfaat Penelitian ......................................................... 7
a. Manfaat Teoritis ......................................................... 7
b. Manfaat Praktis .......................................................... 8
ii
1.7 Landasan Teoritis .......................................................... 8
1.8 Metode Penelitian .......................................................... 15
a. Jenis Penelitian .......................................................... 15
b. Jenis Pendekatan ........................................................ 15
c. Sumber Bahan Hukum ............................................... 16
d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ........................... 17
e. Teknik Analisis ........................................................... 17
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA
DAN OBLIGASI NEGARA RITEL (ORI)
2.1 Jaminan Fidusia .............................................................. 18
2.1.1 Pengertian Jaminan ................................................ 18
2.1.2 Jenis-Jenis Jaminan ............................................... . 19
2.1.3 Pengertian Jaminan Fidusia .................................... 25
2.1.4 Latar Belakang Timbulnya Lembaga Fidusia ......... 27
2.1.5 Dasar Hukum Jaminan Fidusia ............................... 29
2.1.6 Objek dan Subjek Jaminan Fidusia......................... 31
2.1.7 Pendaftaran Jaminan Fidusia .................................. 33
2.1.8 Pengalihan Fidusia ................................................. 40
2.1.9 Eksekusi Jaminan Fidusia ...................................... 41
2.2 Obligasi Negara Ritel (ORI) ........................................... 42
2.2.1 Pengertian Surat Utang Negara (SUN) ................... 42
2.2.2 Pengertian Obligasi Negara Ritel (ORI) ................. 46
iii
2.2.3 Dasar Hukum Obligasi Negara Ritel (ORI) ............ 50
2.2.4 Fungsi Obligasi Negara Ritel (ORI) ....................... 54
2.2.5 Hak dan Kewajiban dalam Obligasi Negara
Ritel (ORI)............................................................. 56
BAB III KEDUDUKAN OBLIGASI NEGARA RITEL (ORI)
SEBAGAI OBJEK JAMINAN FIDUSIA
3.1 Jenis dan Penggolongan Benda Dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata .................................................. 58
3.2 Karakteristik Hukum Kebendaan .................................... 62
3.3 Aspek Hak Kebendaan Dalam Obligasi Negara
Ritel (ORI) ..................................................................... 66
BAB IV EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA YANG
OBJEKNYA OBLIGASI NEGARA RITEL (ORI)
4.1 Akibat Hukum Pihak Debitur Wanprestasi Dalam
Jaminan Fidusia .............................................................. 72
4.2 Proses Eksekusi Dalam Jaminan Fidusia Yang
Objeknya Obligasi Negara Ritel (ORI) ........................... 73
4.3 Peralihan Hak Obligasi Negara Ritel (ORI) Dalam
Eksekusi Jaminan Fidusia ............................................... 76
iv
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ........................................................................ 86
5.2 Saran .............................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RINGKASAN SKRIPSI
v
ABSTRAK
Obligasi Negara Ritel (ORI) yang diterbitkan oleh Pemerintah memegang
peranan penting sebagai penutup defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara. Selain itu Obligasi Negara Ritel (ORI) juga menjadi alternatif investasi
bagi masyarakat. Warga Negara Indonesia yang berinvestasi melalui Obligasi
Negara Ritel (ORI) sekaligus berpartisipasi dalam pembangunan nasional dan
membangun negeri. Obligasi Negara Ritel (ORI) sebagai salah satu instrumen
investasi yang memiliki nilai ekonomis tentunya dapat digunakan sebagai jaminan
utang. Bank sebagai suatu lembaga yang mana harta kekayaannya digunakan
sebagai alat penyambung antara kreditur (pihak bank) dengan debitur (pihak
nasabah). Obligasi Negara Ritel (ORI) merupakan alternatif bagi nasabah untuk
memperoleh kredit dari bank, dimana sebagai jaminan pelunasan selanjutnya menjadi
aset bank untuk kebutuhan menyalurkan kredit sebagaimana sudah menjadi
kebiasaan dalam hal pinjam meminjam. Namun di dalam pengaturan Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia ternyata terdapat
kendala dimana tidak diatur apakah Obligasi Negara Ritel (ORI) dapat
dipergunakan sebagai objek jaminan fidusia, demikian juga dalam eksekusi tidak
diatur pengalihannya mengingat Obligasi Negara Ritel (ORI) diterbitkan tanpa
warkat. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode
penelitian hukum normatif, dimana penelitian dilakukan dengan meneliti bahan
kepustakaan yang ada seperti peraturan perundang-undangan, buku-buku, artikel
yang berkaitan dengan hukum untuk menjawab permasalahan hukum yang
dihadapi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Obligasi Negara Ritel (ORI)
sebagai surat berharga termasuk benda dimana tercantum dalam Buku II Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 499 dan Pasal 511 mengatur mengenai
benda dan barang bergerak karena ditentukan undang-undang. Dalam hal pihak
debitur wanprestasi maka pengalihan Obligasi Negara Ritel (ORI) berdasarkan
eksekusi jaminan fidusia dapat dilakukan melalui scripless trading di Pasar
Sekunder.
Kata kunci: Obligasi Negara Ritel (ORI), Jaminan Fidusia, Wanprestasi.
vi
ABSTRACT
Retail State Bonds published by the Government as a retail investor
development basis and market deepening of securities have an important part in
cover deficit the State Budget. Additionally, Retail State Bonds (ORI) is also an
alternative investment to the community, especially retail investors. Indonesian
citizen who invest through Retail State Bonds (ORI) simultaneously participate in
national development and develop the country. Retail State Bonds (ORI) as one of
the investment instruments that have economic value can certainly be used as
collateral. Bank as an institution in which used as a connector between creditors
(bank) and the debtor (customer). Retail State Bonds (ORI) is an alternative for
customers to obtain credit from banks, which as a guarantee of repayment
became the bank's assets for lending needs, was customary in the case of lending
and borrowing. However the regulate in Act Number 42 of 1999 on Fiduciary
turns out there are obstacles which are not regulated whether Retail State Bond
(ORI) can be used as an object fiduciary, as well as in the execution of
unregulated transfer is considering Retail State Bonds (ORI) published scripless.
The method used in this thesis is a normative legal research method, where the
study was conducted by examining the literature that there is such legislation,
books, articles relating to the law to solve the legal issues. The results showed
that Retail Bonds (ORI) as securities was including objects which are listed in
Book II Civil Code Article 499 and Article 511 regulate about object and chattels
as prescribed by law. In the event a debtor defaults diversion Retail Bonds (ORI)
by execution of fiduciary can be done through the scripless trading in the
secondary market.
Keywords: Retail State Bonds (ORI), Fiduciary, Default.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
mempunyai tujuan untuk memajukan kesejahteraan umum berdasarkan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dimana
dalam hal ini Negara mempunyai tujuan dan kewajiban untuk memajukan
kesejahteraan rakyat Indonesia terutama dalam bidang ekonomi. Bangsa
Indonesia sedang menjalani suatu proses modernisasi nasional di segala
bidang, terutama segala hal yang menyangkut pembangunan ekonomi
nasional. Pembangunan ekonomi suatu hal yang penting dilaksanakan sebab
hal itu sangat berkaitan erat dengan usaha untuk mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan. Pemerintah berperan penting dalam peningkatan dan
pembangunan kehidupan ekonomi Indonesia dengan kebijakannya.
Mobilisasi dana melalui pasar keuangan merupakan upaya peningkatan
partisipasi masyarakat secara optimal dalam program pembiayaan
pembangunan nasional melalui mekanisme pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara. Dalam perkembangannya penerbitan surat
utang yang dikeluarkan oleh pemerintah dipandang sebagai salah satu cara
untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan anggaran akibat defisit anggaran.
Salah satu bentuk pinjaman negara yang berupa surat utang dinamakan Surat
Berharga Negara (SBN). Surat Berharga Negara (SBN) adalah merupakan
2
surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang
dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia.
SBN dapat berupa Surat Utang Negara (SUN), SUN terdiri atas Obligasi
Negara Ritel (ORI) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN).1 Penerbitan
Surat Utang Negara kepada publik merupakan salah satu potensi
pembiayaan untuk mengurangi beban dan risiko keuangan bagi negara di
masa mendatang. Dengan kata lain, Surat Utang Negara memegang peran
penting sebagai penutup defisit APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara). Pengembangan pasar Surat Utang Negara di pasar perdana
domestik salah satunya dilakukan melalui pengembangan basis investor ritel
dan pendalaman pasar (market deepening) domestik yang dilakukan melalui
penerbitan Obligasi Negara Ritel (ORI).
Penerbitan Obligasi Negara Ritel (ORI) merupakan salah satu
strategi Pemerintah untuk melakukan pendalaman pasar Surat Berharga
Negara, dengan memanfaatkan potensi besarnya jumlah penduduk
Indonesia. Warga Negara Indonesia (WNI) yang berinvestasi melalui
Obligasi Negara Ritel (ORI) sekaligus berpartisipasi dalam pembangunan
nasional dan membangun negeri. Selain itu Obligasi Negara Ritel (ORI)
juga menjadi alternatif investasi bagi masyarakat, khususnya investor ritel.
Obligasi Negara Ritel (ORI) sebagai salah satu instrumen investasi tentunya
dapat digunakan sebagai jaminan utang. Namun di dalam pengaturan
1 Dungtji Munawar, 2014, Peran Surat Utang Negara Sebagai Penutup Defisit APBN,
URL: http://www.bppk.kemenkeu.go.id. Diakses tanggal 23 November 2016.
3
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia ternyata
terdapat kendala dimana tidak diatur apakah Obligasi Negara Ritel (ORI)
dapat dipergunakan sebagai objek jaminan fidusia, demikian juga dalam
eksekusi tidak diatur pengalihannya mengingat Obligasi Negara Ritel (ORI)
diterbitkan tanpa warkat. Bank sebagai suatu lembaga yang mana harta
kekayaannya digunakan sebagai alat penyambung antara kreditur (pihak
bank) dengan debitur (pihak nasabah). Fungsi perbankan dalam memberikan
kredit kepada masyarakat ini, berkaitan dengan tujuan nasional Negara yaitu
melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang sehingga
mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.2 Obligasi Negara
Ritel (ORI) merupakan alternatif bagi nasabah untuk memperoleh kredit dari bank,
dimana sebagai jaminan pelunasan selanjutnya menjadi aset bank untuk
kebutuhan menyalurkan kredit sebagaimana sudah menjadi kebiasaan dalam
hal pinjam meminjam.
Berdasarkan dari uraian penjelasan latar belakang tersebut maka
penulis tertarik untuk membuat suatu penelitian dalam bentuk tulisan berupa
skripsi yang berjudul “OBLIGASI NEGARA RITEL (ORI) SEBAGAI
JAMINAN UTANG DARI PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG
NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA”
2 Soedjono Dirdjodisworo, 2003, Hukum Perusahaan Mengenai Hukum Perbankan di
Indonesia (Bank Umum), CV. Mandar Maju, Bandung, h.49.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka terdapat dua rumusan
masalah yang dapat penulis kemukakan, sebagai berikut:
1. Apakah Obligasi Negara Ritel (ORI) dapat digunakan sebagai objek
jaminan?
2. Bagaimana cara peralihan Obligasi Negara Ritel (ORI) berkaitan
dengan eksekusi jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42
Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Untuk mendapatkan pembahasan yang tidak jauh menyimpang dari
permasalahan yang ada, maka diberikan batasan-batasan mengenai ruang
lingkup permasalahan yang akan dibahas. Adapaun ruang lingkup masalah
dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
Pertama, pada pembahasan mengenai apakah Obligasi Negara Ritel
(ORI) dapat digunakan sebagai objek jaminan, maka perlunya dikaji
mengenai kedudukan Obligasi Negara Ritel (ORI) sebagai objek jaminan.
Kedua, pembahasan mengenai cara peralihan Obligasi Negara Ritel
(ORI) berkaitan dengan eksekusi jaminan fidusia menurut Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, maka perlunya dikaji
mengenai pengaturan eksekusi jaminan fidusia.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Berdasarkan informasi dan pemeriksaan yang didapat dari
penelusuran, penelitian dengan judul “Obligasi Negara Ritel (ORI) Sebagai
5
Jaminan Utang Dari Perspektif Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia”, pernah ditemukan judul sejenis sebelumnya,
penelitian yang dilakukan oleh:
1. Ridho Muhelmi, Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Perjanjian
Pembelian Obligasi Ritel Indonesia (ORI 010) Melalui PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk., Fakultas Hukum, Universitas Andalas, 2014.
2. Maratua Harahap, Skripsi yang berjudul Tinjauan Umum terhadap
Obligasi Ritel Indonesia Seri 001 Di PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.,
Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara 2007.
Untuk jelasnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
No Penulis Judul Rumusan Masalah
1. Ridho
Muhelmi
Pelaksanaan
Perjanjian
Pembelian
Obligasi Ritel
Indonesia (ORI
010) Melalui PT.
Bank Mandiri
(Persero) Tbk.
1. Bagaimana proses Pelaksanaan
Pembelian Obligasi Ritel
Indonesia 010 Melalui PT.Bank
Mandiri (Persero) Tbk. pada
pasar primer?
2. Apa yang menjadi kendala
yang dihadapi PT.Bank Mandiri
(Persero) Tbk. dalam penjualan
Obligasi Ritel Indonesia 010 dan
solusinya?
6
2. Maratua
Harahap
Tinjauan Umum
terhadap Obligasi
Ritel Indonesia
Seri 001 Di PT.
Bank Mandiri
(Persero) Tbk.
1. Bagaimana prosedur penjualan
obligasi ritel Indonesia seri 001
di PT. Bank Mandiri Persero
Tbk.?
2. Bagaimana aspek
dokumentatif penjualan obligasi
ritel Indonesia seri 001 di PT.
Bank Mandiri Persero Tbk.?
3. Bagaimana perlindungan
hukum terhadap pemegang
obligasi ritel Indonesia seri 001
di PT. Bank Mandiri Persero
Tbk.?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan hal yang pokok dalam suatu karya
ilmiah karena tujuan itu pada hakikatnya adalah merupakan syarat untuk
memperoleh suatu tujuan penulisan yang menggambarkan arah pemikiran
yang bersifat ilmiah. Dalam tujuan penulisan ini terbagi sebagai berikut:
7
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Hukum Jaminan
b. Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Hukum Jaminan
Fidusia dan Objek Jaminan Fidusia
2. Tujuan Khusus
Selain tujuan umum, penulisan penelitian ini mempunyai tujuan khusus,
yaitu:
a. Untuk mengetahui dan memahami Objek Jaminan Fidusia.
b. Untuk mengetahui dan memahami peralihan Obligasi Negara Ritel
(ORI) berkaitan dengan eksekusi jaminan fidusia menurut Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
penyusun maupun bagi pihak lain berupa:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat yang positif dan berguna dalam pengembangan ilmu
pengetahuan hukum khususnya bidang hukum jaminan.
8
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan atau informasi bagi para pihak yaitu kreditur dan debitur
dalam mengambil langkah untuk menyelesaikan permasalahan
khususnya dalam hal penjaminan Obligasi Negara Ritel (ORI)
berkaitan dengan eksekusi jaminan fidusia menurut Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.
1.7 Landasan Teoritis
Sebelum mengemukakan asumsi terhadap permasalahan yang
diangkat, maka terlebih dahulu diperlukan landasan teori atau kerangka
teori, sebagai arahan untuk mendapatkan suatu kebenaran ilmiah sesuai
dengan konsep-konsep dan aturan hukumnya. Landasan teoritis atau
kerangka teori adalah upaya untuk mengidentifikasi teori hukum/teori
khusus, konsep-konsep hukum, asas-asas hukum, aturan hukum, norma-
norma hukum, dan lain-lain yang akan dipakai sebagai landasan untuk
membahas permasalahan penelitian.
Fidusia menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 tentang Jaminan Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu
benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.
Sedangkan Jaminan Fidusia Berdasarkan Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, yaitu : Jaminan Fidusia
adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang
9
tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak
dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada
dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang
tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima
Fidusia terhadap kreditor lainnya.
Obligasi adalah surat berharga yang merupakan sertifikat yang berisi
tanda peminjaman dari lembaga atau individu yang membeli obligasi
tersebut kepada perusahaan yang menjualnya. Pembeli obligasi ini disebut
kreditur, bukan pemilik perusahaan sebagaimana pemodal yang membeli
saham perusahaan.3 Obligasi merupakan salah satu bentuk surat berharga
yang saat ini sangat marak beredar dalam kegiatan pasar modal di Indonesia.
Obligasi adalah suatu perikatan yang berisi janji. Obligasi merupakan surat
yang berisi janji di mana salah satu pihaknya (principal atau penerbit) bisa
berupa perusahaan maupun pemerintah. Janji di dalam obligasi merupakan
janji untuk membayar sejumlah uang pada waktu tertentu, yaitu pada tanggal
jatuh tempo yang telah ditentukan.4 Obligasi Negara Ritel adalah obligasi
negara yang dijual kepada individu/perseorangan Warga Negara Indonesia
melalui agen penjual dengan volume minimum yang telah ditentukan. ORI
diterbitkan untuk membiayai anggaran negara, diversifikasi sumber
pembiayaan, mengelola portofolio utang negara dan memperluas basis
3 Ana Rokhmatussa’dyah, Suratman, 2015, Hukum Investasi dan Pasar Modal, Sinar
Grafika, Jakarta h.195. 4 Adrian Sutedi, 2009, Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk, Sinar Grafika, Jakarta, h.1.
10
investor. ORI merupakan investasi yang bebas terhadap risiko gagal bayar,
yaitu kegagalan Pemerintah untuk membayar kupon dan pokok pada
investor. Obligasi Negara Ritel (ORI) merupakan surat berharga yang
termasuk efek tanpa warkat yang dapat diperdagangkan di Pasar Sekunder
dimana disebutkan dalam Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Memorandum Informasi Obligasi Negara Republik Indonesia (Prospektus
ORI) Tahun 2015. Walaupun Obligasi Negara Ritel (ORI) diterbitkan tanpa
warkat berdasarkan sifat dan unsurnya mendapat hak yang bersifat mutlak,
maka dapat dikontruksikan sebagai benda berdasarkan Pasal 499 KUH
Perdata. Kegiatan pinjam meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam
kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pihak peminjam meminjam uang
kepada pihak pemberi pinjaman untuk membiayai kebutuhan yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari atau untuk memenuhi keperluan dana guna
pembiayaan kegiatan usahanya. Dalam pinjam meminjam tentu terdapat
suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Pengertian perjanjian
sebagaimana terdapat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian
itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, disamping
11
sumber-sumber lainnya.5 Perjanjian ini adalah sumber terpenting yang
melahirkan perikatan. Namun terdapat sumber lain yang melahirkan
perikatan salah satunya dengan nama Undang-Undang. Jadi, terdapat
perikatan yang lahir dari perjanjian dan ada perikatan yang lahir dari
Undang-Undang. Selanjutnya, dalam kegiatan pinjam meminjam uang yang
terjadi di masyarakat dapat diperhatikan bahwa umumnya sering
dipersyaratkan adanya penyerahan jaminan utang oleh pihak pemberi
pinjaman. Jaminan utang dapat berupa barang (benda) sehingga merupakan
jaminan kebendaan dan atau berupa janji penanggungan utang sehingga
merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak
kebendaan kepada pemegang jaminan. Perjanjian kredit yang ada saat ini
dalam praktik hukum perbankan yang modern sudah sangat berkembang,
jadi isi dalam perjanjian antara debitur dan kreditur tersebut tidak hanya
perjanjian kredit saja melainkan juga campuran dari perjanjian lainnya,
seperti salah satunya adalah perjanjian jaminan fidusia, karena pengikatan
jaminan yang digunakan adalah lembaga jaminan fidusia. Dalam ketentuan
Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan,
disebutkan bahwa Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Jaminan kredit adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai, mudah untuk
5 Subekti, 2004, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, h.1
12
diuangkan yang diikat dengan janji sebagai jaminan untuk pembayaran
utang debitur berdasarkan perjanjian kredit yang dibuat oleh kreditur dan
debitur.6 Pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan usaha bank
konvensional dalam rangka mengelola dana yang dikuasainya agar produktif
dan memberikan keuntungan. Pemberian kredit merupakan salah satu bentuk
pemberian pinjaman uang. Anggota masyarakat yang memerlukan dana
dapat mengajukan permohonan kredit kepada bank konvensional dengan
memenuhi persyaratan dan prosedur yang ditetapkan oleh masing-masing
bank konvensional.
Di dalam pemberian kredit oleh bank selaku kreditur terhadap
debitur harus memenuhi persyaratan yang dikenal sebagai prinsip 5C atau
The Five C’s yaitu:
1. Character (Watak)
Kepribadian dari calon debitur seperti sifat-sifat pribadinya,
kebiasaan-kebiasaannya, cara hidup, keadaan dan latar belakang keluarga
maupun hobinya. Kegunaan dari penilaian tesebut untuk mengetahui sampai
sejauh mana iktikad/kemauan calon calon debitur untuk memenuhi
kewajibannya (wiilingness to pay) sesuai dengan janji yang telah ditetapkan.
Pemberian kredit atas dasar kepercayaan, sedangkan yang mendasari suatu
kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank bahwa calon debitur
memiliki moral, watak dan sifat-sifat pribadi yang positif dan koperatif.
6 Rudyanti Dorotea T, 2015, Aspek-Aspek Hukum Bisnis: Pengertian, Asas, Teori dan
Praktik, Laksbang Justitia, Surabaya, h.108.
13
Disamping itu mempunyai tanggung jawab, baik dalam kehidupan pribadi
sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat, maupun dalam
menjalankan usahanya. Karakter merupakan faktor yang dominan, sebab
walaupun calon debitur tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan
hutangnya, kalau tidak mempunyai itikad yang baik tentu akan membawa
kesulitan bagi bank dikemudian hari. Oleh karena itu, biasanya bank akan
melakukan pengecekan debitur melalui Sistem Informasi Debitur (SID) yang
disediakan oleh Bank Indonesia.
2. Capacity (Kemampuan Debitur)
Suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan
melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya
yang akan dibiayai dengan kredit perbank. Untuk menilai sampai sejauh
mana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut akan mampu untuk
melunasinya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati. Pengukuran kemampuan dari calon debitur dapat dilakukan
melalui berbagai pendekatan antara lain pengalaman mengelola usaha
(business record) nya, sejarah perusahaan yang pernah dikelola (pernah
mengalami masa sulit apa tidak, bagaimana mengatasi kesulitan). Capacity
merupakan ukuran dari ability to pay atau kemampuan dalam membayar.
3. Capital (Modal)
Bank juga akan melakukan penilaian terhadap kekuatan keuangan
calon debitur. Untuk itu, biasanya bank meminta calon debitur tersebut
untuk membuat laporan mengenai asset aktiva dan pasiva calon debiturnya,
14
serta meminta salinan (fotocopy) berkas lalu lintas rekening calon debitur
selama tiga tahun terakhir.
4. Collateral (Jaminan)
Dalam menerima suatu jaminan kredit, ada dua pertimbangan yang
dilakukan oleh bank sebagai kreteria jaminan tersebut, yaitu:
a. Marketable
Pada saat dieksekusi, jaminan tersebut mudah untuk dijual atau
diuangkan untuk pelunasan utang debitur.
b. Secured
Benda jaminan kredit dapat diikat secara yuridis formal, sesuai dengan
ketentuan hukum dan perundang-undangan. Jika kemudian hari debitur
melakukan wanprestasi, bank mempunyai kekuatan secara yuridis untuk
melakukan tindakan eksekusi.
5. Condition of Economy (Kondisi Ekonomi Debitur)
Untuk mengetahui kondisi ekonomi calon debitur, biasanya bank
melihat kondisi internal dan eksternal calon debitur yang dapat
mempengaruhinya didalam mengembalikan kewajiban kredit kepada bank.
Bank akan melakukan kunjungan ke kantor calon debitur dan atau calon ke
lokasi-lokasi yang dianggap penting serta terkait langsung dengan calon
debitur, terutama dari segi kepemilikan, sehubungan dengan permohonan
yang diajukan oleh calon debitur tersebut.7
7 Irma Devita Purnamasari, 2011, Hukum Jaminan Perbankan, Kaifa, Bandung, h.18.
15
1.8 Metode Penelitian
Metodologi penelitian merupakan ilmu mengenai jenjang-jenjang
yang harus dilalui dalam suatu proses penelitian. Atau ilmu yang membahas
metode ilmiah dalam mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran
suatu pengetahuan.8
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif merupakan suatu
proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip hukum, maupun
doktrin-doktrin hukum untuk menjawab permasalahan hukum yang
dihadapi.9
Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengkaji pokok permasalahan menggunakan bahan pustaka dengan terdiri
dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan-bahan
terserbut kemudian dikaji dan disusun secara sistematis dan ditarik suatu
kesimpulan dalam hubungannya dengan permasalahan yang diteliti.
b. Jenis Pendekatan
Terdapat beberapa jenis pendekatan dalam penelitian hukum
normatif, yakni pendekatan perundang-undangan (Statute approach),
pendekatan konsep (Coceptual approach), pendekatan analisis (Analytical
approach), pendekatan perbandingan (Comparatif approach), pendekatan
8 Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisi I, Granit, Jakarta, h.1. 9 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Fajar Interpratama Offset, Jakarta,
h.35.
16
historis (Historis approach), pendekatan filsafat (Philosophical approach),
dan pendekatan kasus (Case approach).10
Sedangkan jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pendekatan Perundang-Undangan (Statute approach) Yaitu dengan
menginventarisasi dan mengkaji peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan penjaminan Obligasi Negara Ritel (ORI) dan eksekusi
Obligasi Negara Ritel (ORI) sebagai jaminan utang dalam perjanjian
kredit pada bank apabila pihak debitur wanprestasi.
2. Pendekatan Analisis Konsep Hukum (The Analitical and Conseptual
Approach) Yaitu dengan menganalisis konsep perjanjian kredit menurut
peraturan perundang-undangan.
c. Sumber Bahan Hukum
Sesuai dengan jenisnya yang normatif, penelitian ini menggunakan
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder sebagai berikut:
1. Bahan hukum primer merupakan bahan yang mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat. Dapat berupa perundang-undangan.
2. Bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan yang erat hubungannya
dengan bahan hukum primer dan dapat membantu serta menganalisis,
yang terdiri dari buku-buku hukum dan karya tulis hukum.
3. Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang mendukung bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum yang
10 Ibid, h.93.
17
dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Kamus Hukum dan Internet.
d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan bahan hukum yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah melalui penelusuran (library research) yang berupa
literature untuk mendapatkan konsepsi teori, pendapat, atau pemikiran
konseptual kepustakaan.
e. Teknik Analisis
Bahan-bahan hukum yang telah disusun secara sistematis selanjutnya
dengan teknik-teknik sebagai berikut:
1. Teknik Deskripsi, yaitu uraian-uraian ditulis dengan apa adanya terhadap
suatu kondisi atau posisi dari proposisi hukum atau non hukum.
2. Teknik Interpretasi, yaitu dengan menggunakan penafsiran dalam ilmu
hukum seperti penafsiran gramatikal, historis, sistimatis, teleologis,
kontektual, dan lain-lain.
3. Teknik Sistematis adalah berupa upaya mencari kaitan rumusan suatu
konsep hukum atau proposisi hukum antara peraturan perundang-
undangan yang sederajat maupun antara yang tidak sederajat.