CRS Epistaksis Revisi
-
Upload
emil-p-muhammad -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of CRS Epistaksis Revisi
-
8/16/2019 CRS Epistaksis Revisi
1/13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Epistaksis merupakan suatu gejala yang berupa perdarahan akut yang berasal
dari lubang hidung, rongga hidung, dan nasofaring.1 Epistkasis adalah
kegawatdaruratan di bidang telinga hidung tenggrokan (THT) yang paling sering
terjadi. Sebanyak !" penduduk pernah mengalami setidaknya satu kali episode
epistaksis. #nsiden epistaksis paling sering terjadi pada umur di bawah 1! tahun
dan di atas $! tahun. %ria memiliki angka pre&alensi lebih tinggi daripada
wanita',$,,,.
*erdasarkan sumber perdarahannya, epistaksis terbagi atas epistaksis anterior
dan epistaksis posterior. Epistaksis anterior paling sering terjadi pada anak
dengan sumber perdarahan tersering dari pleksus +iesselbah, sedangkan
epistaksis posterior berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri ethomoidalis
posterior. Epistaksis posterior sering terjadi pada dewasa terutama yang
menderita hipertensi, arteriosklerosis, atau penyakit jantung dan pembuluhdarah.-
Etiologi epistaksis seringkali tidak diketahui dan terjadi seara spontan.
*eberapa hal yang bisa menjadi penyebab epistaksis adalah trauma, kelainan
pembuluh darah loal, infeksi lokal, tumor, penyakit kardio&askular, kelainan
darah, infeksi sitemik, perubahan udara, atau gangguan hormonal.1,
%ada epistaksis anterior, hampir semua darah akan keluar melalui nares
anterior. Sedangkan epistaksis posterior akan melalui nasofaring dan mulut serta
juga bisa melalui nares anterior. Epistaksis pada pasien dengan kelainan darah
terjadi berulang/ulang dengan waktu perdarahan yang lebih lama.
0alam menegakkan diagnosis epistaksis, diperlukan anamnesis yang teliti
untuk mengetahui sumber perdarahn dan etiologinya. %ada pemeriksaan
rinoskopi perlu diamati asal perdarahan sehingga dapat menentukan tatalaksana
yang tepat. %emeriksaan penunjang seperti nasoendoskopi, laboratorium, 2#
dan 3T/san perlu dipertimbangkan untuk menegakkan etiologi epistaksis.,4
1
-
8/16/2019 CRS Epistaksis Revisi
2/13
%rinsip utama dalam tatalaksana epistaksis adalah menghentikan perdarahan,
menegah komplikasi, dan menegah epistkasis berulang. 0alam menghentikan
perdarahan dapat digunakan teknik menekan uping hidung, tampon anterior,
tampon *ello5, balon, atau ligasi arteri bila teknik yang lain tidak dapat
menghentikan perdarahan.-,1!
%erdarahan yang terjadi pada epistkasis dapat menyebabkan syok atau
anemia pada pasien. Tindakan yang dilakukan juga dapat menimbulkan beberapa
komplikasi seperti kaustik yang dapat menyebabkan sinekia dan perforasi
septum, tampon yang dapat menyebabkan sinusitis, toxic shock syndrome, dan
disfungsi tuba eushtaius, serta ligasi arteri dapat menyebabkan fistula oroantral,
trismus, parastesi, dan lain/lain.-,
'
-
8/16/2019 CRS Epistaksis Revisi
3/13
BAB 2
LAPORAN KASUS
#0E6T#T7S %7S#E6
Tanggal %emeriksaan 8 4 aret '!1
6ama 8 6n.+
9mur 8 11 tahun
:enis +elamin 8 %erempuan
%ekerjaan 8 %elajar
7lamat 8 3endana ata 7ir *lok * ### 6;., %adang
Suku *angsa 8 inangkabau
7676ES#S
+eluhan 9tama 8 +eluar darah dari hidung kanan dan kiri sejak 1 jam sebelum
masuk rumah sakit
2iwayat %enyakit Sekarang 8
+eluar darah dari hidung kiri dan kanan sejak 1 jam sebelum masuk
2umah Sakit
%erdarahan dari hidung berulang sejak ' bulan ini sebanyak dua kali, lama
perdarahan lebih kurang 1! menit, darah sedikit/sedikit dan berhenti
sendiri
%erdarahan sebanyak lebih dari < gelas air mineral kemasan
2iwayat bersin bersin lebih dari $ = pada pagi hari tidak ada
0emam sejak ' hari yang lalu, demam tinggi dan terus/menerus
2iwayat trauma pada hidung tidak ada
2iwayat batuk pilek tidak ada
2iwayat memasukan benda asing ke hidung tidak ada
2iwayat gusi sering berdarah, dan ketika luka sulit sembuh tidak ada
2iwayat muntah darah sebelumnya, kulit kuning, hemoroid, buang air
besar berdarah sebelumnya tidak ada
2iwayat demam berdarah dan demam tifoid tidak ada sebelumnya
%asien sudah dikenal menderita penyakit #mmune trombositopenia
purpura sejak ' bulan yang lalu.
7walnya pasien sudah berobat ke dokter anak dan sudah diberi obat,
namun perdarahan tidak berhenti dan bertambah banyak kemudian pasien
dibawa ke 2S9%.0r..0jamil %adang.
2iwayat %enyakit 0ahulu 8
%asien pernah mengalami perdarahan dari hidung seperti ini sebelumnya
2iwayat pemakaian obat/obatan antitrombolitik sebelumnya tidak ada
-
8/16/2019 CRS Epistaksis Revisi
4/13
2iwayat %enyakit +eluarga 8
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama
2iwayat %ekerjaan, Sosial, Ekonomi dan +ebiasaan 8
+ebiasaan menggosok/gosok hidung disangkal
%EE2#+S776 >#S#+
Status ?eneralis
+eadaan 9mum 8 Tampak sakit sedang
+esadaran 8 3omposmentis
Tekanan darah 8 11!@4! mmHg
>rekuensi nadi 8 1!' =@menit
>rekuensi nafas 8 '- =@menit
Suhu 8 , !3
%emeriksaan Sistemik
+epala 8 tidak ada kelainan
ata 8 konjungti&a tidak anemis, sklera tidak ikterik
Aeher 8 tidak ditemukan pembesaran +?*
Thorak 8 3or dan %ulmo dalam batas normal
7bdomen 8 0istensi tidak ada, *9 (B) normal
Ekstremitas 8 7kral hangat, perfusi baik
Status Lokalis THT
2inoskopi 7nterior
Tampak sekret berupa darah yang mengalir, dengan jumlah ukup banyak
pada kedua hidung kiri dan kanan yang berasal dari %leksus +isselbah
2inoskopi %osterior 8
Tampak post nasal drip berupa darah
%emeriksaan +elenjar ?etah *ening Aeher 8 tidak teraba pembesaran kelenjar
getah bening di leher
Resue
-
-
8/16/2019 CRS Epistaksis Revisi
5/13
7namnesis
+eluar darah dari hidung kiri dan kanan sejak 1 jam sebelum masuk
2umah Sakit %erdarahan dari hidung berulang sejak ' bulan ini sebanyak dua kali, lama
perdarahan lebih kurang 1! menit, darah sedikit/sedikit dan berhenti
sendiri
0emam sejak ' hari yang lalu, demam tinggi dan terus/menerus
%asien sudah dikenal menderita penyakit #diopatik trombositopenia
purpura sejak ' bulan yang lalu.
7walnya pasien sudah berobat ke dokter anak dan sudah diberi obat,
namun perdarahan tidak berhenti dan bertambah banyak kemudian pasien
dibawa ke 2S9%.0r..0jamil %adang.
%emeriksaan >isik
2inoskopi 7nterior 8
Tampak sekret berupa darah yang mengalir, dengan jumlah ukup
banyak pada kedua hidung kiri dan kanan yang berasal dari %leksus
+isselbah
2inoskopi %osterior 8
Tampak post nasal drip berupa darah
Diagnosis Ker!a 8 Epistaksis 7nterior e. #T%
Peeriksaan An!uran "
/ %emeriksaan Hb, Ht, Aeukosit, Trombosit, %emeriksaan %T, 7%TT,
pemeriiksaan #g? anti dengue, dan #g antidengue.
Tera#i "
/ #stirahat total
/ +austik dengan larutan 7g6; '$" pada hidung kiri dan kanan
/ %emasangan tampon anterior pada hidung kiri dan kanan
$ #C>0 0$" $ @+g**@'- jam D!!! @'- jam (aintenane 0arrow)
-1 tts@menit
$ 7mpisilin #nj ! mg@+g** - = -$! mg selama $ hari
Prognosis "
$
-
8/16/2019 CRS Epistaksis Revisi
6/13
/ uo ad &itam 8 bonam
/ uo ad sanam 8 bonam
%ollo& u#
Selasa, 1! aret '!1
S@ / +eluar darah dari hidung dan mulut (/), 0emam (/), Sakit kepala (/), *atuk
pilek (/)
;@ +eadaan umum sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah
1'!@! mmHg, nadi 4' =@menit, nafas '! =@menit
Status Aokalis
Hidung 8 Tampon anterior masih terpasang pada hidung kiri dan kanan,
perdarahan (/)
7@ Epistaksis 7nterior e. #T%
%@ #stirahat total
#C>0 0$" $ @+g**@'- jam D!!! @'- jam (aintenane 0arrow)
-1 tts@menit makro
7mpisilin #nj ! mg@+g** - = -$! mg selama $ hari
BAB '
DISKUSI
Seorang pasien perempuan berumur 1! tahun datang ke #?0 2S9% 0r.
.0jamil dengan keluhan keluar darah dari hidung kanan dan kiri yang tidak
berhenti sejak 1 jam sebelum masuk ke #?0. %erdarahan dari hidung
menunjukkan adanya pembuluh darah hidung yang peah. %erdarahan tersebut
dapat berasal dari lubang hidung, rongga hidung, dan nasofaring. Seara garis
besar pembuluh darah hidung berasal dari arteri karotis interna dan eksterna.
7rteri karotis interna berabang menjadi arteri oftalmika kemudian berabang
menjadi dua yaitu arteri etmoidalis anterior dan arteri etmoidalis posterior. 7rteri
karotis eksterna berabang menjadi dua, yaitu arteri faialis, dan arteri maksilaris
interna. 7rteri faialis mendarahi bagian anterior hidung melalui abangnya yaitu
-
8/16/2019 CRS Epistaksis Revisi
7/13
arteri labialis superior. Sedangkan arteri maksilaris interna berabang tiga
menjadi arteri sfenopalatina, arteri nasalis posterior, arteri palatina mayor. 7rteri
sfenopalatina, arteri palatina mayor, arteri etmoidalis anterior dan arteri labialis
superior beranastomose menjadi pleksus +iesselbah yang terletak pada anterior
septum hidung.
%erdarahan dari hidung dapat disebabkan oleh berbagai hal misalnya trauma
ringan seperti kebiasaan mengorek hidung, bersin kuat, dan juga trauma berat
seperti jatuh, keelakaan lalu lintas, spina septum yang tajam. %ada pasien ini
tidak terdapat adanya riwayat trauma, sehingga kemungkinan penyebab
perdarahan hidung akibat trauma dapat disingkirkan. Selain itu, perdarahan dari
hidung dapat juga disebabkan oleh adanya kelainan pembuluh darah lokal seperti
adanya kelainan kongenital yang menyebabkan pembuluh darah menjadi lebih
tipis dan lebar serta jaringan ikat dan sel/selnya lebih sedikit sehingga rentan
untuk terjadinya perdarahan.1
#nfeksi lokal seperti rinitis, sinusitis, adanya tumor atau karsinoma pada
hidung atau penyakit kardio&askuler seperti hipertensi, sterosklerosis dapat juga
menyebabkan terjadinya perdarahan pada hidung. %ada anamnesis pasien ini
tidak ditemukannya tumor, riwayat infeksi maupun kelainan kardio&askuler. %ada
penyakit kardio&askuler seperti riwayat hipertensi, aterosklerosis biasanya terjadi
pada usia dewasa yang perdarahanya enderung lebih hebat dan jarang berhenti
spontan, sehingga pada pasien ini kemungkinan adanya penyakit kardio&askuler
dapat disingkirkan.1,
%erdarahan dari hidung juga dapat disebabkan oleh kelainan kongenital
seperti Telangiektasis hemoragik dan penyakit Con Fillenbrand dan infeksi
sistemik yang paling sering disebabkan oleh demam berdarah dengue. %erubahan
udara atau gangguan hormonal. *erdasarkan anamnesis pasien tidak memiliki
riwayat kelainan kongenital, dan gangguan hormonal. %ada pasien ini didapatkan
demam sejak ' hari yang lalu, demam tinggi sehingga dapat dipikirkan adanya
infeksi demam berdarah dengue. %ada demam berdarah dengue, manifestasi
perdarahan spontan seperti epistaksis terjadi karena penurunan jumlah trombosit
yang sudah dimulai pada demam hari ke dua. %ada pasien ini tidak ada riwayat
keluarga atau lingkungan sekitar yang menderita demam berdarah dengue. aka
-
8/16/2019 CRS Epistaksis Revisi
8/13
kemungkinan demam dengue masih belim dapat disingkirkan sehingga
diperlukan pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosis seperti Ht,
#g? anti dengue, dan #g antidengue.11
*erdasarkan anamnesis, pasien telah dikenal menderita penyakit #mmune
trombositopenia purpura (#T%) sejak ' bulan yang lalu. Sebelumnya pasien telah
dirawat oleh dokter anak dan telah mendapatkan pengobatan, namun perdarahan
tidak berhenti dan semakin lama semakin banyak. #T% merupakan suatu sindrom
klinis ditandai dengan menurunnya jumlah trombosit di dalam darah yang
disebabkan oleh proses autoimun, sehingga menyebabkan resiko terjadinya
perdarahan. 1' ;leh karena itu kemungkinan penyebab terjadinya perdarahan
hidung pada pasien ini adalah karena immune trombositopenia purpura.
%asien seorang anak perempuan berumur 1! tahun, sesuai dengan
epidemiologi bahwa epistaksis terbanyak dijumpai pada usia '/1! tahun dan $!/
! tahun. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara laki/laki dan wanita.'
%ada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit sedang, frekuensi
nadi 1!'=@menit, tekanan darah 11!@4!, nafas '-=@menit, suhu ,!3,
konjungti&a tidak anemis dan sklera tidak ikterik. *erdasarkan >rekuensi nadi
pasien takikardi, tekanan darah dalam batas normal, frekuensi nafas dalam batas
normal, suhu demam. Takikardi pada pasen dapat disebabkan oleh demam atau
kondisi hipo&olemia. %ada pasien demam, kenaikan 1o3 dapat menyebabkan
peningkatan nadi hingga 1!=@menit1. Takikardi juga dapat disebabkan oleh
keadaan hipo&olemia. %ada kondisi hipo&olemia, sirkulasi darah ke sistemik
berkurang, sehingga tubuh mengkompenasasinya dengan meningkatkan denyut
nadi untuk menukupkan perfusi jaringan. 6amun takikardi baru terjadi jika
kehilangan darah sebanyak 1$/!".1-
*erdasarkan anamnesis pada pasien ini
terjadi perdarahan sebanyak setengah gelas air minum kemasan yang
diperkirakan sekitar 1'!, jumlah tersebut belum menapai 1$/!" dari &olume
darah.
%ada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak sekret berupa darah, berasal
dari pleksus +isselbah, jumlah banyak dan tidak berbau. %ada rinoskopi
posterior didapatkan post nasal drip berupa darah. *erdasarkan sumber
perdarahan, epistaksis dibagi menjadi epistaksis anterior dan epistaksis posterior.
-
8/16/2019 CRS Epistaksis Revisi
9/13
Epistaksis bagian anterior sangat umum dijumpai pada anak dan dewasa muda,
sementara epistaksis posterior sering pada orang tua dengan riwayat penyakit
hipertensi atau arteriosklerosis. %ada epistaksis anterior umumnya perdarahan
berasal dari pleksus +isselbah di septum bagian anterior atau dari arteri
etmoidalis anterior, sedangkan epistaksis posterior berasal dari arteri etmiodalis
posterior, atau arteri sfenopalatina.1 aka pada pasien ini sesuai dengan epistaksis
anterior yang berasal dari pleksus +isselbah dan sering terjadi pada anak/anak.
%emeriksaan anjuran yang akan dilakukan yaitu pemeriksaan laboratorium
hemoglobin dan hematokrit dengan tujuan untuk mengetahui kadar hemoglobin
pada pasien, dimana pada pasien dengan perdarahan biasanya akan terjadi
penurunan kadar hemoglobin. Sedangkan leukosit untuk mengetahui
kemungkinan adanya infeksi, dimana pada pasien ini mempunyai resiko infeksi
yang tinggi akibat perdarahan atau akibat penanggulannya, dimana jika terjadinya
infeksi kadar leukosit akan enderung meningkat. %emeriksaan trombosit
digunakan untuk mengetahui kadar trombosit dalam dalam darah. Trombosit
merupakan salah satu komponen darah yang berperan dalam proses pembekuan
darah, sehingga jika kadarnya menurun, akan menyebabkan terjadinya
perdarahan. Selain itu, juga dianjurkan pemeriksaan %T ( Protrombin Time) yang
digunakan untuk mengetahui kemampuan faktor koagulasi jalur ekstrinsik dan
jalur bersama, yaitu faktor #(fibrinogen, >aktor ## (protrombin), faktor C
(proakselerin), faktor C## (prokon&ertin) dan faktor G (faktor stuart). Sedangkan
pemerisaan 7%TT ( Activated partial tromboplastin time) merupakan uji
laboratorium untuk menilai akti&itas faktor koagulasi jalur intrinsik dan jalur
bersama yaitu faktor G## (faktor hagemen), pre/kalikrein, kininogen, plamsa
tromboplastin anteenden, faktor #G (faktor hristmas), faktor C###
(antihemophilic factor ), faktor C (proakselerin), faktor # (fibrinogen), dan faktor
## (protrombin).1-,1
%ada kasus ini, pasien datang dengan perdarahan hidung yang tidak berhenti
selama setengah jam. 0alam proses hemostasis terjadi tiga reaksi yaitu rekasi
&askuler berupa &asokontriksi pembuluh darah, reaksi seluler yaitu pembentukan
sumbat trombosit dan reaksi kimiawi yaitu pembentukan fibrin. %erdarahan
mungkin diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, trombosit, ataupun sistem
4
-
8/16/2019 CRS Epistaksis Revisi
10/13
pembekuan darah. %ada perdarahan yang didapat kemungkinan penyebabnya
bersifat multiple, oleh karena itu, pemeriksaan penyaring hemostasis meliputi
pemeriksaan &askuler, trombosit dan koagulasi. karena itu perlu diperiksa %T
7%TT untuk menyingkirkan kemungkinan adanya gangguan faktor
pembekuan.1-,1
0iagnosis banding dari epistaksis dapat berupa perdarahan yang keluar dari
hidung tapi tidak bersumber dari pembuluh darah yang ada dihidung, yaitu8
hemoptisis, &arises esofagus yang berdarah, perdarahan pada basis ranii yang
mengalir melalui sinus sfenoid -. Hemoptoe adalah ekspektorasi dari darah atau
sputum berdarah berasal dari paru atau trakeobronkial. %ada hemaptoe darah
keluar saat batuk. 0arah yang keluar saat hemaptoe berwarna merah tua atau
merah segar dan berbuih. 1 %ada &arises esofagus yang berdarah, darah keluar
dengan ara dimuntahkan. 0arah yang keluar berwarna merah tua atau hitam
karena fe bereaksi dengan asam 1', maka pada pasien ini diagnosis banding
hemoptoe dan perdarahan &arises esofagus dapat disingkirkan. %erdarahan pada
basis ranii umumnya disebabkan oleh trauma hebat yang pada pasien ini dapat
disingkirkan. %erdarahan basis ranii juga memberikan gambaran khas seperti
hematom kaa mata atau battle sign.1$ aka dari itu, berdasarkan hasil anamnesis
dan pemeriksaan fisik, diagnosis kerja pada pasien ini adalah epistaksis anterior
e. #T%.
%rinsip utama tatalaksana dari epistaksis adalah perbaiki keadaan umum,
menari sumber perdarahan, menghentikan perdarahan, menegah komplikasi,
menari faktor penyebab untuk menegah berulangnya perdarahan1.
%ada kasus ini pasien datang dalam keadaan umum sedang. %erdarahan
diidentifikasi dengan memasang spekulum hidung lalu sisa perdarahan
dibersihkan dengan kasa basah. %erdarahan dihentikan dengan menekan hidung
luar selama 1!/1$ menit, namun perdarahan tidak berhenti. +emudian asal
perdarahan di kaustik dengan 6itras 7rgenti (7g6;) '$", sesudahnya area
tersebut diberi krim antibiotik. %erdarahan masih berlangsung, maka dilakukan
pemasangan tampon anterior pada kedua hidung yang diberi salep antibiotik.
Tampon dipertahankan '='- jam.1
+arena tampon terpasang pada kedua lubang hidung, pasien tidak dapat
1!
-
8/16/2019 CRS Epistaksis Revisi
11/13
memasukkan makanan@minuman kedalam mulut sehingga pasien dipuasakan.
%asien dipasang infus untuk maintanae airan dan memudah pemberian
antibiotik injeksi. #nfus yang digunakan adalah kristaloid de=trosa $" sesuai
dengan pilihan pertama pada puasa. #C>0 diset -1 tetes@menit makro,
berdasarkan perkiraan kebutuhan maintanane anak dengan rumus darrow yaitu
$@kgbb@'-jam untuk berat badan lebih dari 1$kg.1,1'
+omplikasi pada pasien dapat sebagai akibat epistaksis atau sebagai akibat
usaha penanggulangan epistaksis. 7kibat perdarahan yang hebat dapat terjadi
aspirasi darah ke dalam saluran napas, juga dapat terjadi shok. 7kibat pembuluh
darah terbuka dapat terjadi infeksi, karena itu diberikan antibiotik broad spetrum
selama $ hari. %ilihan antibiotik yang digunakan adalah 7mpisilin intra&ena yang
merupakan salah satu antibiotik broad spetrum dengan dosis !mg@+g**@hari
dibagi - dosis1, sehingga didapatkan dosis satu kali pakai -$! mg. %emasangan
tampon dapat menyebabkan rinosinusitis, otitits media, dan toxic shock syndrome
akibat pemakaian tampon dalam jangka waktu yang lama sehingga menjadi
media tumbuhnya bakteri. *akteri yang dapat menyebabkan terjadinya toxic
shock syndrome adalah Staphylococus aureus dan Streptococuc B Hemoliticus.
9ntuk menegahnya pasien diberikan antibiotik dan setelah '/ hari tampon
harus diabut.1,'
%rognosis pada pasien epistaksis ukup ber&ariasi. Seara umum,
prognosisnya adalah dubia ad bonam apabila penyebab yang mendasarinya dapat
diatasi atau dihindari. *eberapa pasien bisa mengalami rekurensi dan biasanya
akan berhenti spontan atau dengan inter&ensi yang minimal. Sebagian keil
rekurensi membutuhkan inter&ensi yang agresif. %ada pasien ini, penyebab
perdarahannya dikarenakan penyakit #T% yang telah dikenal sebelumnya,
sehingga kemungkinan rekurensi yang mungkin akan timbul dapat dihindari.
%ada pasien ini prognosisnya dubia ad bonam.-,
11
-
8/16/2019 CRS Epistaksis Revisi
12/13
DA%TAR PUSTAKA
1. Soepardi E 7, #skandar 6, *ashiruddin :, 2estuti 2 0. *uku 7jar #lmu
+esehatan Telinga Hidung Tenggorok +epala Aeher. Edisi ke/ . :akarta8
*adan %enerbit >+ 9#I '!1'.
'. +uik 3:, 3lenney T. anagement of Epista=is. '!!$I1($)8!$/11.
. *udiman *:, HafiJ 7. Epistaksis dan Hipertensi8 7dakah hubungannyaK
(diunduh 4 aret '!1). Tersedia dari8 92A8 http8@@repository.unand.a.id@1
@1@2eferat 1 / Epistaksis.pdf
-. enteri +esehatan 2epublik #ndonesia. %eraturan menteri +esehatan 2epublik
#ndonesia 6omor $ Tahun '!1- Tentang %anduan %raktik +linis *agi 0okter
1'
http://repository.unand.ac.id/176http://repository.unand.ac.id/176
-
8/16/2019 CRS Epistaksis Revisi
13/13
di >asilitias %elayanan +esehatan %rimer. '!1-.
$. Aubis *, Saragih 273. Tatalaksana Epistaksis *erulang pada 7nak. Sari
%ediatri '!!I4(').
. 6eto %S, 6unes A7, ?regorio A3, Santos 20%, +osugi E. Surgial
Treatment of Se&ere Epista=is8 an ele&en years e=periene. *raJ :
;torhinolaryngol '!1I4(1)8$4/-
. Aimen %, %alandeng ;, Tumbel 2. Epistaksis di %oliklinik THT/+A *A9
2S9%. %2;>. 02. 2. 0. +andou anado %eriode :anuari '!1!/0esember
'!1'. :urnal e/*iomedik '!1I1(1)I-/-
. *ertrand *, Eloy %, 2ombau= %, Aamar5ue 3, Fatelet :*, 3ollet S. ?uideline
to The anagement of Epista=is. */E6T '!!$I 1(suppl 1)8'/-.
4. 7fifah 6H, angunkusumo E. Epistaksis. 0alam8 Tanto 3, Aiwang >, Hanifati
S, %radipta E7 editor (penyunting). +apita Selekta +edokteran. Edisi ke/-.
:akarta8 edia 7esulapius. '!1-. hlm. 1!--/1!-
1!. %ope AE2, ?Hobbs 3?A. Epista=is8 7n 9pdate on 3urrent anagement.
%ostgrad ed : '!!$I18!4/1-
11. Sumarmo S%S, Herry ?, Sri 2SH, Hindra #S, %enyunting. *uku ajar infeksi
dan pediatri tropis. :akarta 8 *adan %enerbit #07# I '!1'.
1'. %udjiadi 7H, Hegar *, Hardiyastuti S, #dris 6S, ?andaputra E%, Harmoniati
E0, %enyunting. %edoman pelayanan medis ikatan dokter anak indonesia
(#07#). :akarta 8 *adan %enerbit #07#I '!11.
1. 7min L. anifestasi klinik dan pendekatan pada pasien dengan kelainan
sistem pernafasan. 0alam 8 Sudayu 7F, Setyohadi *, 7lwi # dkk. Editor
(penyunting). *uku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi $. :akarta 8 #nterna
%ublishingI '!!4.
1-. Hall :E. *uku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 1'. Sounders Else&ierI '!1.
1$. Filliams 6S, *ulstrode 3:+, ;Monnel %2. *ailey and lo&eMs short pratie
surgery. Hoder 7rnold. 9+ 8 '!!.
1. *ijanti 2, Nuliani ?7, Fahjuni 2S, dkk. *uku ajar patologi klinik &eteriner.
Surabaya 8 7irlangga 9ni&ersity %ressI '!1!.
1. 0epartemen >armakologi dan Terapeutik >akultas +edokteran 9ni&ersitas
#ndonesia. >armakologi da Terapi. :akarta. *alai %enerbit >+ 9#. :akartaI'!!4
1