Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose ...

9
JAUR, Vol. 4 (1) Oktober (2020) ISSN: 2599-0179 (Print) ISSN: 2599-0160 (Online) JOURNAL OF ARCHITECUTRE AND URBANISM RESEARCH Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose Architecture Bernard Tschumi Coworking Space in Pekanbaru with the Implementation of Superimpose Architecture Bernard Tschumi * Jenita Septia Ningrum 1 ), Yohannes Firzal 2 ) & Mira Dharma. S 3 ) 1)Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau 2) 3) Dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau Diterima: Juli 2020; Disetujui: Oktober 2020; Dipublikasi: 31 Oktober 2020 *Corresponding author: [email protected] Abstrak Seiring dengan perkembangan informasi dan internet, bekerja dapat dilakukan dimana saja selain di kantor tanpa perlu melakukan tatap muka secara langsung. Coworking Space di Indonesia saat ini mulai hadir dan berkembang, dikenal sebagai pilihan tempat bekerja bersama bagi para pekerja yang memulai usaha mandiri (start up). Bersamaan dengan banyak munculnya potensi-potensi di bidang industri kreatif yang perlu diolah dan dikembangkan, pertumbuhan dan perkembangan aktifitas start- up di Kota Pekanbaru sudah sangat baik. Untuk mewadahi aktifitas para start-up di Kota Pekanbaru diperlukan perumusan perancangan coworking space yang merupakan suatu konsep kantor bersama bagi para startup untuk memulai bisnisnya. Metode Superimpose Architecture merupakan tema yang digunakan dalam perancangan coworking space di Pekanbaru, yang mana dalam penerapannya menyatukan dan menunpuk sistem points, lines, dan surface yang masing-masing berdiri sendiri. Perancangan Arsitektur yang akan dirancang sepenuhnya merupakan konseptual, konseptual disini menjadikan arsitektur lebih terbuka dan bebas untuk di interpretasikan fungsinya oleh pengguna maupun pengunjung. Maksud dari penelitian ini menciptakan suatu metode dalam mengatasi keterbatasan lahan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif dalam hal ini pengambilan data dari hasil survey, pengolahan data, analisa dan konsep dan perancangan. Kata Kunci : Coworking Space, Superimpose Architecture Abstract Along with the development of information and Internet, work can be done anywhere other than in the office without the need to do face-to-head directly. Coworking Space in Indonesia is now starting to be present and growing, known as a working choice together for workers who start their own business (start up). Along with many of the emergence of potential in the field of creative industries that need to be processed and developed, the growth and development of start-up activities in Pekanbaru city has been very good. To provide start-up activities in Pekanbaru City is required formulation of coworking space which is a concept of joint office for startup to start its business. The Superimpose Architecture method is a theme used in the planning of coworking space in Pekanbaru, in which the application brings together and shows the respective points, lines, and surface systems. The Architectural design that will be fully designed is conceptual, conceptual here makes the architecture more open and free to interpret the functions by both users and visitors. The purpose of this research is to create a method to overcome land limitations. This research was conducted using qualitative and quantitative methods, in this case data collection from survey results, data processing, analysis and concepts and design.

Transcript of Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose ...

Page 1: Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose ...

JAUR, Vol. 4 (1) Oktober (2020) ISSN: 2599-0179 (Print) ISSN: 2599-0160 (Online)

JOURNAL OF ARCHITECUTRE AND URBANISM RESEARCH

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur

Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose

Architecture Bernard Tschumi

Coworking Space in Pekanbaru with the Implementation of Superimpose Architecture Bernard Tschumi

* Jenita Septia Ningrum1), Yohannes Firzal2) & Mira Dharma. S3)

1)Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau 2) 3) Dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau

Diterima: Juli 2020; Disetujui: Oktober 2020; Dipublikasi: 31 Oktober 2020

*Corresponding author: [email protected]

Abstrak

Seiring dengan perkembangan informasi dan internet, bekerja dapat dilakukan dimana saja selain di kantor tanpa perlu melakukan tatap muka secara langsung. Coworking Space di Indonesia saat ini mulai hadir dan berkembang, dikenal sebagai pilihan tempat bekerja bersama bagi para pekerja yang memulai usaha mandiri (start up). Bersamaan dengan banyak munculnya potensi-potensi di bidang industri kreatif yang perlu diolah dan dikembangkan, pertumbuhan dan perkembangan aktifitas start-up di Kota Pekanbaru sudah sangat baik. Untuk mewadahi aktifitas para start-up di Kota Pekanbaru diperlukan perumusan perancangan coworking space yang merupakan suatu konsep kantor bersama bagi para startup untuk memulai bisnisnya. Metode Superimpose Architecture merupakan tema yang digunakan dalam perancangan coworking space di Pekanbaru, yang mana dalam penerapannya menyatukan dan menunpuk sistem points, lines, dan surface yang masing-masing berdiri sendiri. Perancangan Arsitektur yang akan dirancang sepenuhnya merupakan konseptual, konseptual disini menjadikan arsitektur lebih terbuka dan bebas untuk di interpretasikan fungsinya oleh pengguna maupun pengunjung. Maksud dari penelitian ini menciptakan suatu metode dalam mengatasi keterbatasan lahan. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif dalam hal ini pengambilan data dari hasil survey, pengolahan data, analisa dan konsep dan perancangan. Kata Kunci : Coworking Space, Superimpose Architecture

Abstract

Along with the development of information and Internet, work can be done anywhere other than in the office without

the need to do face-to-head directly. Coworking Space in Indonesia is now starting to be present and growing, known

as a working choice together for workers who start their own business (start up). Along with many of the emergence of

potential in the field of creative industries that need to be processed and developed, the growth and development of

start-up activities in Pekanbaru city has been very good. To provide start-up activities in Pekanbaru City is required

formulation of coworking space which is a concept of joint office for startup to start its business. The Superimpose

Architecture method is a theme used in the planning of coworking space in Pekanbaru, in which the application

brings together and shows the respective points, lines, and surface systems. The Architectural design that will be fully

designed is conceptual, conceptual here makes the architecture more open and free to interpret the functions by both

users and visitors. The purpose of this research is to create a method to overcome land limitations. This research was

conducted using qualitative and quantitative methods, in this case data collection from survey results, data processing,

analysis and concepts and design.

Page 2: Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose ...

Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020) 48-56

49

Keywords: Difficult Air IX Koto Above, General Hospital, Green Architecture

How to Cite : N.Jenita Septia, Yohanes F,Mira D , (2020), Coworking Space di Peknbaru dengan Prinsip Superimpose Architecture Bernard Tschumi , JAUR, 48-56

Page 3: Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose ...

Jenita S.N, Yohannes F, Mira Dharma, Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose Architecture

50

PENDAHULUAN

Indonesia mengalami kemajuan

ekonomi dari tahun ke tahun, hal tersebut

didukung salah satunya oleh industri

ekonomi kreatif yang telah memberikan

konstribusi sebesar 7,44% dan semakin

memiliki potensi berkembang di Indonesia.

Pada tahun 2016 disebutkan bahwa jumlah

penduduk dengan pekerjaan utama ekonomi

kreatif mengalami pertumbuhan sebesar

4,69% atau sekitar 16,91 juta jiwa setiap

tahunnya. Tercatat peningkatan Produk

Domestik Bruto (PDB) di Indonesia dari

tahun 2015 sebesar Rp 852,56 triliun dan

mengalami peningkatan pada tahun 2016

sebesar Rp 922,59 triliun (Bekraf, 2017).

Industri ekonomi kreatif merupakan

industri yang memiliki potensi untuk

berkembang di dalam negeri. Potensi inilah

yang menyebabkan menjamurnya bisnis

start-up yang mulai bermunculan di

Indonesia. Bidang yang digarap memiliki

jenis yang beragam dimulai dari teknologi,

fashion, kerajinan hingga musik (Putriadita,

Sulistiowati, 2017).

Seiring dengan perkembangan

informasi dan internet, bekerja dapat

dilakukan dimana saja selain di kantor

tanpa perlu melakukan tatap muka secara

langsung. Berdasarkan data dari BPS

(dalam Rahma, 2019) pada tahun 2018

bekerja secara fleksibel di Indonesia mulai

berkembang, sebanyak 56,8% masyarakat

Indonesia bekerja di sektor informal. Hal ini

terbukti bahwa pertumbuhan lapangan

pekerjaan di sektor informal lebih banyak

diminati dibandingkan sektor formal.

Perkembangan sektor informal dapat

dipandang dari dua sisi, yaitu

perkembangan ekonomi digital dan

teknologi yang memacu tumbuhnya

wiraswasta secara online dan mandiri. Selain

itu, pertumbuhan sektor informal juga

dipengaruhi dari karakteristik kaum milenial

yang cenderung memilih jam kerja yang

fleksibel.

Tren bekerja fleksibel ini yang

membuat tempat seperti Coworking Space

mulai bermunculan dan berkembang.

Fasilitas yang disediakan Coworking Space

memberikan keleluasaan dalam bekerja

sehingga menarik dan diminati

(Widjaja,2019).

Pada saat ini kondisi kantor sewa

dapat dikatakan tidak efisien. Penyebab hal

ini adalah banyak kantor yang hanya

mengutamakan bentuk bangunan yang

besar, sehingga hanya berakhir dengan

memiliki luas hingga 4000 , tetapi hanya

diisi oleh 10 orang pekerja. Maka dari pada

itu Coworking Space hadir untuk

menciptakan efisiensi lahan yang digunakan

untuk bekerja secara fleksibel (DeGuzman

dan Tang, 2011).

Berdasarkan data diatas dan isu yang

berkembang bahwa kantor sewa saat ini

tidak efisien dengan biaya biaya sewa kantor

yang cukup mahal mengakibatkan coworking

space menjadi wadah yang tepat untuk

menanggapi hal tersebut. Perancangan

coworking space menyediakan fasilitas yang

mendukung kegiatan para pelaku industri

ekonomi kreatif yang semakin berkembang

di Pekanbaru.

Perancangan coworking space di

Pekanbaru ini menerapkan tema Superimpose

Architecture. Tema dianggap sebagai titik

berangkat yang selalu ada dalam setiap

pewujudan konsep desain. Tema harus

memiliki hubungan logis dengan objek

desain (kegiatan/tempat). Coworking space

merupakan konsep tempat kerja model baru

yang memiliki karakteristik bekerja secara

fleksibel. Superimpose menghadirkan

hubungan antara poin kegiatan, sirkulasi,

dan bidang yang menjadikan suatu ruang

coworking space yang kompleks sehingga

memungkinkan tema ini cocok untuk

Page 4: Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose ...

Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020) 48-56

51

diterapkan dalam perancangan coworking

space. Perancangan dapat dengan bebas

mengolah bentukan untuk mencapai

keunikan pada objek rancangan coworking

space.

Adapun permasalahan yang akan

dihadapi dalam perancangan Coworking

Space ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana merumuskan kebutuhan dan

fungsi ruang yang efektif dengan kegiatan

yang akan diwadahi pada Coworking

Space di Pekanbaru?

2. Bagaimana merumuskan penerapan

Superimpose Architecture Bernard Tschumi

pada perancangan Coworking Space?

3. Bagaimana merumuskan konsep pada

perancangan Coworking Space di

Pekanbaru?

Coworking Space, dalam perkataan

Spinuzzi "working alone together" yang

memili arti, coworking adalah cara bekerja

secara mandiri tetapi di hadapan orang lain.

Intinya coworking dapat dilihat sebagai

contoh yang bisa mendorong kreativitas

individu maupun tim, menyiapkan ruang

untuk kolaborasi, berkegiatan, refleksi diri

dan bermain, hingga akhirnya

memungkinkan terjadinya pertemuan

kebetulan dan saling bertukar ilmu

pengetahuan (Spinuzzi, 2012).

Coworking space merupakan sebuah

ruang bekerja bersama para pekerja mandiri

seperti para freelancer, entrepreneur, program

lepas, maupun desainer web saling berbagi

dengan berbagai fasilitas yang disediakan

untuk memenuhi kebutuhan para

penggunanya, dan biaya operasional

cenderung lebih murah. Fasilititas yang

disediakan coworking space pada umumnya

seperti meja, ruang konferensi, dan koneksi

internet. Berbeda dengan kantor sewa non

fisik, coworking space lebih bersifat terbuka

sehingga para pengguna yang bekerja dapat

duduk bersebelahan dengan para pengguna

lainnya dari jenis perusahaan dan project

yang berbeda. Perbedaan ini dapat

menciptakan sebuah interaksi untuk

membuka jaringan kerja yang lebih luas

diantara sesama pengguna (Schuermann,

2014).

Tujuan coworking space bukan hanya

menyewakan ruang bekerja tetapi juga

sebagai sebuah networking space atau ruang

komunitas yang didalamnya terdapat

kegiatan untuk para entrepreneur. Pengguna

bisa mengembangkan jejaring mereka dan

menghasilkan ide-ide baru antara satu sama

lain (Uzzaman, 2015).

Superimpose Bernard Tschumi,

Superimposisi merupakan salah satu

gagasan Bernard Tschumi yang

membuktikan bahwa siapapun dapat

menyusun arsitektur yang kompleks tanpa

terikat/tunduk pada aturan hirarki, fungsi

dan order (Papadakis, 1988).

Superimposisi adalah metode dengan

konsep layering (tumpang tindih), yaitu

menggabungkan beberapa layer yang

berbeda satu sama lainnya kedalam satu

bidang datar. Prosesnya adalah dengan

menyatukan ketiga layer dasar

pembentukan geometri yaitu titik, garis, dan

bidang, sehingga mencapai suatu hal baru

(Tschumi, 1986).

Gambar 1. Tumpang Tindih Parc de la villate : Point, Lines ,Surves

METODE PENELITIAN

Proses perancangan Coworking Space

di Pekanbaru dimulai dari pengembangan

Page 5: Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose ...

Jenita S.N, Yohannes F, Mira Dharma, Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose Architecture

52

ide awal, identifikasi masalah, perumusan

konsep dan penarapan tema Superimpose

Bernard Tschumi ke dalam bangunan. Pada

tahap strategi perancangan, data diperoleh

dari literatur dan studi banding, dan survei

lapangan.

Gambar 2. Bagan Alur Perancangan

PEMBAHASAN

Pemilihan lokasi tapak perancangan

coworking space yang direnanakan ditentukan

berdasarkan beberapa kriteria sebagai

berikut :

1. Kondisi lahan berupa tanah kosong dan

dengan bentuk lahan yang mudah

untuk diolah (Badan Standarisasi

Nasional, 2004, hal. 33).

2. Lokasi coworking space memiliki akses

yang dekat dan mudah ke jalan utama

untuk mempermudah pencapaian

menuju lokasi site. Aksesibilitas mudah

ke sarana transportasi umum, lokasi

permukiman, tempat makan, dan

ruang-ruang pertemuan lainnya.

3. Lokasi tapak dilengkapi dan dekat

dengan infrastruktur yang mendukung

aktivitas pada coworking space yang

meliputi jaringan transportasi,

telekomunikasi, internet, listrik, air

bersih, drainase dan sebagainya

(Purbowati, 2015).

4. Tapak terletak dijalan Soekarno-Hatta

dengan luas Ha, dengan kontur

tanah yang relative datar. Korfisien

dasar bangunan 50%.

Gambar 3. Lokasi Site

Gambar 4. Potensi Tapak

Potensi Tapak yaitu berwarna kuning

Berbatasan dengan area pemukiman, dan

berwana biru berada di area komersil

pertokoan, rumah sakit dan lainnya.

Kondisi fisik dan batasan tapak adalah

sebagai berikut Sebelah Utara berbatasan

dengan Jalan Dirgantara, Sebelah Selatan

berbatasan dengan RSIA Budhi Mulia ,

Sebelah Timur berbatasan dengan SMP Dwi

Sejahtera, Sebelah Barat berbatasan dengan

Jalan Soekarno-Hatta

Berdasarkan hasil analisa kebutuhan

ruang didapatkan besar kebutuhan ruang

berdasarkan zonasi ruang makro yaitu :

SITE

Page 6: Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose ...

Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020) 48-56

53

Gambar 5. Zonasi Ruang Makro

Tabel 1. Besar Kebutuhan Ruang

Jenis Ruang Luasan

Ruang Pengelola 361,14 m2

Pelayanan Umum 1.220,7 m2

Ruang Coworking Space 2.259,92 m2

Ruang Pendukung Coworking Space 1.620,53 m2

Ruang Auditorium dan Konferensi 1.704,1 m2

Besaran Ruang Day Care 467,35 m2

Besaran Ruang Service 69,16 m2

Besaran Ruang Outdoor 4466 m2

Total Keseluruhan 12.168,96 m2

Sumber : Analisis Pribadi, 2020

Berdasarkan data perhitungan dan

kebutuhan ruang yang diperlukan, jumlah

luas total bangunan sebesar 12.168,96

yang terdiri dari 7702,96 luas bangunan

dan 4466 luas ruang luar. Luas lahan

yang tersedia yaitu 13.000 atau 1.3 ha

dengan KDB sebesar 50% yaitu sebesar

6500 m2. Bangunan terdiri dari 3 lantai

sehingga luas perlantai 12.169 / 3 =

4.056,333 .

Pembagian zoning pada site secara

umum terdiri dari zona publik, zona semi-

publik, dan zona privat yang masing-masing

terdiri dari :

Tabel 2. Zona Privat

Sumber : Analisis Pribadi, 2020

Tabel 3. Zona Semi Privat

Sumber : Analisis Pribadi, 2020

Tabel 4. Zona Publik

Sumber : Analisis Pribadi, 2020

Page 7: Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose ...

Jenita S.N, Yohannes F, Mira Dharma, Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose Architecture

54

Tabel 5. Zona Servis

Sumber : Analisis Pribadi, 2020

Penerapan Tema, dengan penerapan

metode superimposisi dalam desain

coworking space ini bertujuan untuk

mendesain konsep hubungan antara ruang

dan pergerakan pada setiap event/peristiwa

yang ada dengan menggunakan metode

tumpuk menumpuk antar layer point, lines,

dan surface untuk mendapatkan hubungan

antara concept (konsep), context (konteks),

dan content (program) dari ruang (space),

pergerakan (movement), dan peristiwa (event).

Pembentukan geometri dari tiga

sistem yang berbeda dan mendasari

geometri Euclidean yang dikenal dengan

points, lines, dan surface. Berikut penerapan

sistem penumpukan layer points, lines,

surface.

Pada layer point menggunakan sistem

koordinat point. Sistem point diwujudkan

melalui titik-titik aktivitas yang timbul

akibat orang yang bekerja pasti

membutuhkan tempat untuk saling

berinteraksi sebagai pelepas lelah yang di

wujudkan melalui suatu ruang yang disebut

dengan creative space. Penentuan titik point

mempertimbangkan bentuk site. Ruang ini

merupakan ruang pengikat pada bangunan

dengan interval 17m yaitu dengan

pembagian 3 point utama sebagai creative

space dengan sifat ruang publik dan 12 point

sekunder sebagai creative space dengan sifat

ruangan semi publik.

Gambar 6. Layer Point

Lines , Layer garis (Lines)

merupakan konfigurasi alur gerak pemakai.

Sistem lines diwujudkan menggunakan

sistem network, dimana setiap para

pengguna (coworkers) dapat mengakses

segala point dengan leluasa. Lines melintas

utara-barat dan sebagai koordinat tapak.

Gambar 7. Layer Lines

Surface (bidang) merupakan zona

aktivitas yang ada dalam coworking space.

Sistem surface dalam perancangan ini yaitu

pada perluasan ruang horizontal untuk zona

privat, semi privat, publik dan servis.

Gambar 8. Layer Surface

Page 8: Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose ...

Journal of Architecture and Urbanism Research, 4 (1) (2020) 48-56

55

Hasil dari ketiga layer yaitu point, lines,

dan surface yang kemudian ditumpuk dan di

dapatkan gubahan massa sebagai berikut :

Gambar 9. Gubahan Massa Konsep yang digunakan pada

perancangan Coworking Space ini yaitu

Diamond. Dalam pengertiannya diamond

merupakan sebuah batu permata, batu intan

yang diasah dengan luar biasa. Latar

belakang pemilihan konsep yaitu diamond

diibaratkan sebagai sebuah pencapaian

tertinggi dalam proses bekerja. Konsep

diamond ini juga digunakan sebagai sebagai

salah satu metode pencarian bentuk dalam

perancangan Coworking Space di Pekanbaru,

ide konsep dasar perancangan dimaksudkan

untuk mempermudah proses perancangan

dan pemberian karakter pada bangunan.

Gambar 10. Sifat Diamond

Berdasarkan dengan metode

superimposisi yang diterapkan dalam

bangunan. Metode yang diterapkan

menyesuaikan dengan konsep yang dipilih,

yaitu diamond.

Penerapan konsep diamond pada

gubahan massa yang didapat melalui proses

superimpose 3 layer yaitu point, lines, dan

surface adalah sebagai berikut :

Gambar 11. Potensi Konsep

Setiap segmen pada penerapan tema

superimposisi dijadikan sebagai pola lantai

yang ditumpuk sehingga menghasilkan

massa yang kemudian disesuaikan kembali

dengan konsep Diamond.

Gambar 12. Superimposisi Layer pola lantai

Konsep Diamond dalam interior

diaplikasikan dengan bentuk garis yang

membentuk sudut lancip pada bagian

plafond, lantai, dan dinding yang

disesuaikan dengan fungsi ruang.

Gambar 13. Ruang Kerja Bersama

Pada konsep tapak diaplikasikan yaitu

letak bangunan yang berada pada bagian

tengah dari tapak, pengaplikasian taman,

zona service, dan sirkulasi pada sekitaran

bangunan. Pola lansekap berdasarkan

konsep diamond yaitu pengaplikasian garis

yang membentuk sudut lancip.

Gambar 14. Konsep Tapak

Page 9: Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose ...

Jenita S.N, Yohannes F, Mira Dharma, Coworking Space di Pekanbaru dengan Penerapan Superimpose Architecture

56

Sirkulasi pada tapak disesuaikan

dengan konsep Diamond pada pola lansekap

dan tapak yang dibedakan menjadi 2 bagian

yaitu pengunjung dan pengelola agar

nyaman, dan tidak terganggu satu sama

lain. Sedangkan pada interior, sirkulasi

disesuaikan dengan konsep diamond yaitu

pada titik utama zona kreatif yang didesain

dapat menjangkau segala fungsi dalam

bangunan.

Gambar 15. Konsep Sirkulasi

SIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari

perancangan coworking space di Pekanbaru

dengan penerapan prinsip superimpose

Bernard Tschumi, yaitu Fungsi dari

perancangan Coworking Space di Pekanbaru

ini adalah sebagai wadah atau penyedia

fasilitas bekerja bersama, berbagi

pengetahuan, maupun menjalin kolaborasi

bagi para pengguna yaitu freelancer, start-up,

entrepreneur dan lain sebagainya.

Pada perancangan Coworking Space

dipekanbaru menerapkan prinsip ataupun

metode Superimpose dari Arsitek Bernard

Tschumi, yang mana penerapan Superimpose

tersebut yaitu penerapan tumpang tindih

layer point, lines, dan surves pada fungsi

bangunan. Konsep yang penulis terapkan

dalam metode pencarian bentuk adalah

dengan penerapan karakter yang dimiliki

oleh sebuah Diamond (berlian).

DAFTAR PUSTAKA

Bekraf, B. E. (2017). Data Statistik dan Hasil Survei

Ekonomi Kreatis: Kerjasama Badan Ekonomi

Kreatif dan badan Pusat Statistik.

DeGuzman, Genevieve V, & Tang, Andrew I. 2011.

Working in the Unoffice. San Francisco: Night

Owls Press LCC.

Nuefert, Ernst. 1996. Data Arsitek Jilid I. Terjemahan

oleh Sunarto Tjahjadi. Jakarta: Erlangga.

Nuefert, Ernst. 1996. Data Arsitek Jilid II.

Terjemahan oleh Sunarto Tjahjadi. Jakarta:

Erlangga

Neufert, Ernst. 1996. Data Arsitek: Jilid 1 Edisi 33.

Erlangga, Jakarta

Papadakēs, A. (1988). Deconstruction in architecture

(Vol. 72). St. Martin's Press.

Pujantara, R. (2014). Tata Letak, Konfigurasi Dan

Interaksi Ruang Pada Rancangan Arsitektur

Dengan Konsep Superimposisi Dan Hibrid

Dalam Teori Fuction Follow Form. In Jurnal

Forum Bangunan (Vol. 12, No. 1).

Rahma, Ellyta. (2019, 17 Juni). Freelance, Tren Bekerja

Bebas di Indonesia. Diperoleh 9 Mei 2020, Dari

https://marketeers.com/freelance-tren-

bekerja-bebas-di-indonesia/

Schuermann, M. (2014). Coworking Space: A Potent

Business Model for Plug 'nPlay and Indie Workers.

(G. L. Edition, Trans.) berlin: epubli.

Spinuzzi, C. (2012). Working alone together: Coworking

as emergent collaborative activity. Journal of

business and technical communication, 26(4), 399-

441

Tschumi, B. (2005). Event-Cities: Concept vs. Context vs.

Content: No. 3

Uzzaman, a. (2015). Startup Pedia, Membangun Startup

Ala Silicon Valley. Yogyakarta: Bentang.

Widjaja, Angelica, Sherly de Yong, and Lucky

Basuki. "Perancangan Interior Co-working Space

dengan Fasilitas Day Care di Jakarta." Intra 7.2

(2019): 369-379

F.D Ching, Arsitektur bentuk, Ruang dan

Tatanan. Ciracas: Penerbit Erlanga, 2008.