Uniport - Carport, Carport Cover in NZ, Deck Cover, Patio Cover
Cover
-
Upload
agniajolanda -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of Cover
Clinical Report Sesion
Clinical Report Session
Otitis Media Supuratif Kronik
Oleh:
Nelvita Sari Ramadhan (1010312077)
Nurmadya (1010312048)
Preseptor:
dr. Jacky Munilson, Sp.THT-KL
BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL
PADANG
2014BAB ITINJAUAN PUSTAKA
1.1.Anatomi Telinga TengahTelinga tengah berbentuk kubus dengan
Batas luar: membrane timpani
Batas depan: Tuba eustachius
Batas bawah: vena jugularis
Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Batas atas: tegmen timpani atau meningen/ otak
Batas dalam: kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap
lonjong, tingkap bundar dan promontorium.1
Gambar 1.1. Anatomi Telinga
Gambar 1.2. Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah terdiri dari 2:
1. Membran timpani.
2. Kavum timpani.
3. Prosesus mastoideus.
4. Tuba eustachius
1. Membran Timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki panjang vertikal rata-rata 910 mm dan diameter antero-posterior kira-kira 89 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm.2Membran timpani menyerupai kerucut, di mana bagian puncak dari kerucut menonjol ke arah kavum timpani, puncak ini dinamakan umbo. Dari umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya (cone of light).2Membran timpani mempunyai tiga lapisan yaitu2 :a. Stratum kutaneum (lapisan epitel) berasal dari liang telinga.
b. Stratum mukosum (lapisan mukosa) berasal dari kavum timpani.
c. Stratum fibrosum (lamina propria) yang letaknya antara stratum kutaneum dan mukosum.Lamina propria terdiri dari dua lapisan anyaman penyabung elastis yaitu2:
1. Bagian dalam sirkuler.
2. Bagian luar radier .
Secara anatomis membran timpani dibagi dalam dua bagian1,2 : Pars tensa
Merupakan bagian terbesar dari membran timpani, yaitu suatu permukaan yang tegang dan bergetar, pinggirnya menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus bagian tulang dari tulang temporal. Pars tensa terdiri dari tiga lapis yaitu lapisan epitel, lapisan mukosa, dan lamina propria. Pars flaksid atau membran Shrapnell,
Letaknya di bagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa, dan hanya terdiri dari dua lapis yaitu lapisan epitel dan lapisan mukosa, sehingga lebih tipis.Membran timpani terletak dalam saluran yang dibentuk oleh tulang dan dinamakan sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus ini dan bagian ini disebut insisura timpanika (Rivini). Permukaan luar dari membran timpani disarafi oleh cabang n.aurikulotemporalis dari n.mandibula dan n.vagus. Permukaan dalam disarafi oleh n.timpani cabang dari n.glosofaringeal. Pembuluh-pembuluh epidermal berasal dari aurikula yang dalam cabang dari arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid cabang dari arteri aurikula posterior.2
Gambar 1.3. Anatomi Membran Timpani
2. Kavum Timpani
Kavum timpani terletak di dalam pars petrosa dari tulang temporal bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter anteroposterior atau vertikal 15 mm, sedangkan diameter transversal 2 6 mm.2 Kavum timpani mempunyai enam dinding yaitubagian atap, lantai, dinding lateral, dinding medial, dinding anterior, dinding posterior. 2Perdarahan Kavum TimpaniSebagian besar pembuluh darah yang menuju kavum timpani berasal dari cabang arteri karotis eksterna. Pada daerah anterior mendapat vaskularisasi dari a. timpanika anterior, yang merupakan cabang dari a. maksilaris interna yang masuk ke telinga tengah melalui fisura petrotimpanika. Pada daerah posterior mendapat vaskularisasi dari a. timpanika psoterior, yang merupakan cabang dari a. mastoidea yaitu a. stilomastoidea. Pada daerah superior mendapat perdarahan dari cabang a. meningea media juga a. petrosa superior, a. timpanika superior dan ramus inkudomalei. Pembuluh vena kavum timpani berjalan bersama -sama dengan pembuluh arteri menuju pleksus venosus pterigoid atau sinus petrosus superior. Pembuluh getah bening kavum timpani masuk ke dalam pembuluh getah bening retrofaring atau ke nodulus limfatikus parotis.3. Tuba Eustachius
Tuba eustachius disebut juga tuba auditori atau tuba faringotimpani. Bentuknya seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. 2 Tuba terdiri dari dua bagian yaitu 2 : Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Otot yang berhubungan dengan tuba eustachius yaitu2 :
a. M. tensor veli palatini
b. M. elevator veli palatini
c. M. tensor timpani
d. M. salpingofaringeus
Pada orang dewasa muara tuba pada bagian timpani terletak kira-kira 2 2,5 cm, lebih tinggi dibanding dengan ujungnya nasofaring. Pada anak-anak, tuba pendek, lebar, dan letaknya mendatar sehingga infeksi mudah menjalar dari nasofaring ke telinga tengah. 2Fungsi tuba eustachius sebagai ventilasi telinga yaitu mempertahankan keseimbangan tekanan udara di dalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drenase sekret dari kavum timpani ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke kavum timpani.24. Prosesus Mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum. Antrum mastoid adalah sinus yang berisi udara di dalam pars petrosa tulang temporal. Berhubungan dengan telinga tengah melalui aditus dan mempunyai sel-sel udara mastoid yang berasal dari dinding-dindingnya.21.2.Definisi Otitis Media Supuratif Kronik
Otitis media supuratif kronis adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer, atau kental, bening atau berupa nanah.1
Otitis media akut (OMA) dengan perforasi membrane timpani menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK) apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila infeksinya kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut. 1Faktor penyebab OMA menjadi OMSK adalah terapi yang terlambat, terapi yang adekuat, virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh yang kurang dam hygiene yang buruk.11.3.Epidemiologi OMSK
Otitis media supuratif kronik dianggap sebagai salah satu penyebab tuli yang terbanyak, terutama di negara-negara berkembang, dengan prevalensi antara 1-46%. Di Indonesia antara 2,10-5,20%, Korea 3,33% dan Madras India 2,25%. Prevalensi tertinggi didapat pada penduduk Aborigin di Australia dan bangsa Indian di Amerika Utara.31.4.Etiologi OMSKOMSK dapat terjadi karena infeksi akut telinga tengah gagal mengalami penyembuhan sempurna. Menurut WHO (2004), OMSK dapat dibedakan dari otitis media akut (OMA) dari pemeriksaan bakteriologi. Pada OMA dapat disebabkan bakteri Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae dan Micrococcus catarrhalis. Pada OMSK dapat disebabkan bakteri aerob (Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, S. aureus, Streptococcus pyogenes, Proteus mirabilis, Klebsiella species) atau bakteri anaerob (Bacteroides, Peptostreptococcus danProprionibacterium).4
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Downs syndrom. Refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. 2Penyebab OMSK antara lain:21. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah memi liki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel -sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.
3. Otitis media sebelumnya.
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis
4. Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.
5. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media kronis.
6. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.
1.5.Patogenesis OMSK
OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu yaitu diawali dengan Otitis media akut (OMA). OMA dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media supuratif kronik (OMSK) apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila infeksinya kurang dari 2 bulan disebut otitis media supuratif subakut. 1
Terjadinya otitis media supuratif kronik hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Terjadinya otitis media disebabkan multifaktor antara lain infeksi virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh, lingkungan dan social ekonomi. Anak lebih mudah mendapat infeksi telinga tengah karena struktur tuba anak yang berbeda dengan dewasa serta kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi saluran nafas atas, maka otitis media merupakan komplikasi yang sering terjadi. 5Fokus infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis) mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani. Maka terjadilah proses inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap di dalam kantong mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan yang cepat adekuat dan dengan perbaikan fungsi ventilasi telinga tengah,
biasanya proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal.5Walaupun kadang-kadang terbentuk jaringan granulasi, polip ataupun terbentuk kantong abses di dalam lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang, tetapi dengan penatalaksanaan yang baik, perubahan menetap pada mukosa telinga tengah jarang terjadi. Mukosa telinga tengah mempunyai kemampuan besar untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrana timpani yang permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar ke dunia luar sehingga memungkinkan terjadinya infeksi berulang setiap waktu.6,71.6.Klasifikasi OMSK
Letak perforasi di membrane timpani penting untuk menentukan jenis OMSK. Ada 3 jenis perforasi:1
Perforasi sentral yaitu perforasi yang terdapat di pars tensa, dengan tepi masih ada membrane timpani.
Perforasi marginal yaitu perforasi yang terdapat di pars tensa, dengan tepi langsung berhubungan dengan annulus atau sulkus timpanikum.
Perforasi atik yaitu perforasi yang terdapat di pars flaksida.
1. OMSK tipe aman (benigna)
Tipe ini ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.2Secara klinis penyakit tipe jinak terbagi atas1,2:
Penyakit aktif
Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luas. Perluasan infeksi ke sel- sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang- kadang adanya sekret yang berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.
Penyakit tidak aktif
Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.
Faktor predisposisi pada tipe jinak :
a. Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis.
b. Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis.
c. Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat yang terkontaminasi.
d. Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia.
e. Otitis media supuratif akut yang berulang.2. OMSK tipe bahaya (maligna)
Disebut dengan tipe bahaya karena sebagian besar komplikasi yang berbahaya timbul pada OMSK jenis ini..OMSK tipe ini disertai dengan kolesteatoma. Kolesteatoma merupakan suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu menumpuk sehingga kolesteatoma bertambah besar. Perforasi membran timpani letaknya bisa di marginal atau atik, kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma dengan perforasi subtotal. Komplikasi bisa terjadi ke dalam tulang temporal dan ke intrakranial yang dapat berakibat fatal. 1Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah mengalami nekrotik. Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, yang paling sering adalah proteus dan pseudomonas. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. 1,2Kolesteatom dapat dibagi atas dua tipe yaitu :
a. Kongenital
Pada kolesteatom kongenital ditemukan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi, lokasi kolesteatom biasanya di kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau di serebelopontin angle.1
Gambar 1.4. Kolesteatoma Kongenital
b. Didapat
Kolesteatom yang terbentuk setelah anak lahir, dapat dibagi atas :
- Kolesteatoma akuisital primerKolesteatom yang terjadi tanpa didahului oleh perforasi membran timpani pada daerah atik atau pars flasida, timbul akibat adanya proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba (Teori Invaginasi).1- Kolesteatoma akuisital sekunderKolesteatom yang terbentuk setelah terjadi perforasi membran timpani. Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori migrasi) atau terjadi akibat metaplasia mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlansung lama (teori metaplasia).1
Gambar 1.5. Kolesteatom didapat
1.7.Gejala Klinis OMSK1. Telinga berair (otore)
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.22. Gangguan pendengaranGejala ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom dapat menghantar bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.23. Otalgia (nyeri telinga)
Adanya nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti petrositis, subperiosteal abses, atau trombosis sinus lateralis.24. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Pada penderita yang sensitif, keluhan vertigo dapat terjadi karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan menyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani.2Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna:1
1. Adanya abses atau fistel retroaurikular
2. Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum timpani.
3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom
1.8. Diagnosis Diagnosis OMSK ditegakkan dengan cara :1. Anamnesis (history-taking)
Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan, berulang dan penderita seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair. 2. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.1
3. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang dan udara penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai speech reception threshold pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran.14. Pemeriksaan radiologi
Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi leb ih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom.
Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah2 :
1. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.
2. Proye ksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang - tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur- struktur.
3. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom.
4. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik.
Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang- tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil X - ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior menunjukan adanya penyakit mastoid. 25. Bakteriologi
Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi akut, bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering di jumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp.2Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus parasanal, adenoid atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus, streptokokus, atau hemofilius influenza. Tetapi pada OMSK keadaan ini agak berbeda. Karena adanya perforasi membran timpani, infeksi lebih sering berasal dari luar yang masuk melalui perforasi tadi. 21.9. Penatalaksanaan
1. OMSK benigna
a. OMSK benigna tenang
Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang, dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.b. OMSK benigna aktif
Prinsip pengobatan OMSK adalah :
Membersihkan liang telinga dan kavum timpani. Tujuannya adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme. Pencucian telinga dilakukan dengan cara pemberian H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang dilanjutkan dengan pemberian obat tetes telingan yang mengandung campuran antibiotika dan kortikosteroid.1 Pemberian antibiotika 2a) Antibiotik topikal
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa dibersihkan dulu adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang atau tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Irigasi dianjurkan dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam yang merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya kuman.
Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi. Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :
1. Polimiksin B atau polimiksin E. Obat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif.
2. Neomisin. Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif. Toksik terhadap ginjal dan telinga.
3. Kloramfenikol. Obat ini bersifat bakterisid terhadap basil gram positif dan negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa.b) Antibiotik sistemik. 2Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.
Dengan melihat konsentrasi obat dan daya bunuhnya terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.
Untuk bakteri aerob dapat digunakan golongan kuinolon (siprofloksasin dan ofloksasin) atau golongan sefalosforin generasi III (sefotaksim, seftazidin, dan seftriakson) yang juga efektif untuk Pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Untuk bakteri anaerob dapat digunakan metronidazol yang bersifat bakterisid. Pada OMSK aktif dapat diberikan dengan dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.
b. OMSK maligna
Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi. Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain1 :
1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)
2. Mastoidektomi radikal
3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
4. Miringoplasti
5. Timpanoplasti
6. Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach tympanoplasty)
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.1.10. Komplikasi OMSKa. Komplikasi OMSK tipe benigna 1:
OMSK tipe benigna tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan komplikasi, tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari nasofaring dapat menjadi superimpose otitis media supuratif akut eksaserbsi akut dapat menimbulkan komplikasi dengan terjadinya tromboplebitis vaskuler.
b. Komplikasi OMSK tipe maligna1 :Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa :
1. erosi canalis semisirkularis
2. erosi canalis tulang
3. erosi tegmen timpani dan abses ekstradural
4. erosi pada permukaan lateral mastoid dengan timbulnya abses subperiosteal
5. erosi pada sinus sigmoid
Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
Komplikasi telinga dalam :
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
Komplikasi ekstradural :
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
Komplikasi ke susunan saraf pusat :
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis
BENDA ASING DI LIANG TELINGA
1. Anatomi Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membrane timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S yang terdiri dari 1/3 tulang rawan bagian luar dan 2/3 tulang. Panjangnya kira-kira 2,5 3 cm.1
Pada 1/3 bagian luar kulit telinga terdiri dari banyak kelenjer serumen dan rambut. Kelenjer keringat terdapat pada seluruh kulit liang telinga. 1
Daun telinga berfungsi untuk mengumpulkan dan menyalurkan bunyi ke liang telinga. Liang telinga bertujuan untuk mengarahkan bunyi ke telinga.
Gambar. Daun Telinga
2. Benda Asing
Benda asing yang ditemukan di liang telinga bervariasi sekali. Bisa berupa benda mati atau benda hidup, binatang, komponen tumbuh-tumbuhan atau mineral. Pada anak kecil sering ditemukan kacang hijau, manik, mainan, karet penghapus, dan terkadang baterai. Pada orang dewasa sering ditemukan kepala cotton bud yang tertinggal, potongan korek api, patahan pensil, serangga kecil seperti kecoa, semut, atau nyamuk.1Usaha mengeluarkan benda asing sering kali malah lebih mendorongnya lebih ke dalam. Mengeluarkan benda asing harus hati-hati. Bila kurang hati-hati atau pasiennya tidak kooperatif, bisa berisiko trauma pada membrane timpani atau struktur telinga tengah. Anak harus dipegang sedemikianrupa supaya tubuh dan kepalanya tidak bisa bergerak bebas.1Bila masih hidup, binatang diliang telinga harus dimatikan terlebih dahulu, dengan memasukkan tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan seperti anestesi lokal lebih kurang 10 menit. Setelah binatang mati, dikeluarkan dengan pinset atau diirigasi dengan air bersih yang hangat. Kalau untuk baterai tidak boleh dibasahi karena bersifat korosif. 1Benda asing yang besar dapat ditarik dengan pengait serumen, sedangkan yang kecil bisa diambil dengan cunam atau pengait. 1
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. MNo. MR : 878497Umur
: 50 tahunJenis kelamin: perempuanPekerjaan: IRTAlamat : KerinciANAMNESISKeluhan Utama :
Keluar cairan dari telinga sebelah kiri sejak 2 minggu yang lalu. Riwayat Penyakit Sekarang : Keluar cairan dari telinga sebelah kiri sejak 2 minggu yang lalu, bewarna kekuningan. Cairan tidak berbau.
Keluar cairan dari telinga sebelah kiri sudah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, tapi hilang timbul.
Awalnya pasien merasakan telinga berair dan gatal-gatal sejak 3 bulan yang lalu.
Pasien mengorek telinganya dengan cotton bud, dan cotton bud tersebut tinggal didalamnya
1 bulan yang lalu pasien berobat ke RS di kerinci dan cotton bud tersebut dikeluarkan, lalu diberikan obat tetes telinga dan obat oral 1 macam, berwarna putih.
Pasien menggunakan obat tetes tersebut sendiri, tetapi telinga tetap berair dan telinga terasa penuh, lalu pasien berobat ke RSUP M.Djamil.
Penurunan pendengaran sejak 2 bulan yang lalu.
Nyeri pada telinga (+)
Riw. Mengorek kuping (+)
Riw. Berenang (-)
Riw. demam dan batuk pilek disangkal
Pusing berputar (-), nyeri kepala (-), mulut mencong (-), penurunan kesadaran (-)
Riw. Hipertensi (-)
Riw. DM (-)
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien mengalami keluhan telinga berair sejak 3 bulan yang lalu.Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang menderita DM, hipertensi.PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran
: komposmentis kooperatif
Tekanan darah : 130/ 80
Nadi
: 80 x per menit
Napas
: 20 x per menit
Suhu`
: 36,8 oC
Kepala
: normocephal
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Paru
: vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
: irama teratur, bising tidak ada
Abdomen
: distensi (-), BU(+) normal
Ekstremitas
: udem (-) akral hangat, perfusi baik.STATUS LOKALIS THT
Telinga
PemeriksaanKelainanDekstraSinistra
Daun telingaKel. Kongenital--
Trauma--
Radang--
Kel. Metabolik--
Nyeri tarik--
Nyeri Tekan--
Dinding liang telingaCukup Lapang (N)++
Sempit--
Hiperemis--
Edema--
Massa--
Sekret/SerumenBau--
Warna- Kekuningan
Jumlah -Hampir memenuhi 1/3 liang telinga bagian dalam
Jenis-Mukopurulen
Membran Timpani
Utuh Warna putihPutih
Refleks cahayaNormalBerkurang
Bulging --
Retraksi --
Atrofi --
PerforasiJumlah perforasi-1
Jenis-Sentral
Kuadran-Posterosuperior
Pinggir-Rata
MastoidTanda radang--
Fistel--
Sikatrik--
Nyeri tekan--
Nyeri ketok--
Tes garputala
512 HzRinne+-
SwabachNormalMemanjang
WeberLateralisasi ke kiri
KesimpulanTuli konduktif AS
Hidung
PemeriksaanKelainanDekstraSinistra
Hidung luarDeformitas--
Kelainan kongenital--
Trauma--
Radang--
Massa--
Sinus Paranasal
Inspeksi
PemeriksaanDekstraSinistra
Nyeri tekan--
Nyeri ketok--
Rinoskopi Anterior
VestibulumVibrise++
Radang--
Kavum nasiCukup lapang (N)++
Sempit--
Lapang--
SekretLokasiTidak adaTidak ada
JenisTidak adaTidak ada
JumlahTidak adaTidak ada
BauTidak adaTidak ada
Konka inferiorUkuranEutrofiEutrofi
WarnaMerah mudaMerah muda
PermukaanLicin Licin
Edema--
Konka mediaUkuranEutrofiEutrofi
WarnaMerah mudaMerah muda
PermukaanLicinLicin
Edema--
Septum Cukup lurus/ deviasiCukup lurusCukup lurus
PermukaanLicin Licin
WarnaMerah mudaMerah muda
Spina--
Krista --
Abses--
Peforasi--
MassaLokasi--
Bentuk--
Ukuran --
Permukaan--
Warna--
Konsistensi--
Mudah digoyang--
Pengaruh vasokonstriktor--
Rinoskopi Posterior
PemeriksaanKelainan Dekstra Sinistra
Koana Cukup lapang (N)Cukup lapangCukup lapang
Sempit --
Lapang --
MukosaWarna Merah mudaMerah muda
Edema--
Jaringan granulasi--
Konka superiorUkuranEutrofiEutrofi
WarnaMerah mudaMerah muda
PermukaanLicin Licin
Edema--
AdenoidAda/ tidakTidakTidak
Muara tuba eustachiusTertutup sekret--
Massa Lokasi --
Ukuran--
Bentuk --
Permukaan --
Post nasal dripAda/ tidak--
Jenis--
Orofaring dan MulutPemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Trismus-
UvulaEdema--
Bifida--
Palatum mole arkus faringSimetris/ tidakSimetrisSimetris
WarnaMerah mudaMerah muda
Edema--
Bercak/ eksudat--
Dinding faringWarnaMerah mudaMerah muda
PermukaanLicinLicin
TonsilUkuranT1T1
WarnaMerah mudaMerah muda
PermukaanLicin Licin
Muara/kriptiTidak melebar Tidak melebar
Detritus--
Eksudat--
Perlengketan dengan pilar--
Peritonsil WarnaMerah mudaMerah muda
Edema--
Abses--
TumorLokasi --
Bentuk--
Ukuran --
Permukaan--
Konsistensi --
Gigi Karies/ radiksTidak adaTidak ada
Kesan Gigi geligi baik
Lidah WarnaMerah mudaMerah muda
BentukNormal Normal
Deviasi --
Massa--
Laringoskopi indirek
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Epiglotis BentukNormal Normal
WarnaMerah mudaMerah muda
Edema--
Pinggir rata/ tidakRata Rata
MassaTidak adaTidak ada
AritenoidWarnaMerah mudaMerah muda
Edema --
Massa --
GerakanSimetris Simetris
Ventrikular bandWarna Merah mudaMerah muda
Edema --
Massa --
Plika vokalis Warna Putih Putih
GerakanSimetrisSimetris
Pinggir medialRata Rata
Massa--
Subglotis/ trakea Massa --
Sekret ada / tidak--
Sinus piriformis Massa --
Sekret --
Valekulae Massa --
Sekret (jenisnya)--
Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher
Pada inspeksi tidak terlihat pembesaran kelenjar getah bening leher.
Pada palpasi tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher.
Diagnosis Utama: OMSK AS tipe aman fase aktif + Korpus Alienum ASPemeriksaan Anjuran: Rontgen mastoid
Terapi
: Obat tetes telinga H2O2 3%
Tarivid Otic 2 x V drops AS
Amoksisilin 3x 500 mg
Prognosis
:
Quo ad Vitam: dubia at bonam Quo ad Sanam: dubia at bonam Qua ad Fungsionam : dubia at bonamDAFTAR PUSTAKA
1. Djafar AZ, Helmi, Restuti DR. Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi VII. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta 2012. 2. Nursiah, S. 2003. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan Terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU/RSUP. H. Adam Malik Medan. Medan : FK USU.
3. Boesoirie TS, Lasminingrum L. Perjalanan klinis dan penatalaksanaan otitis media supuratif. MKB 2002; vol. 34: no. 4
4. WHO. Chronic suppurative otitis media burden of illness and management options. Child and adolescent health and development prevention of Geneva, Switzerland; 2004.
5. Wulandari Y. 2010. Perbedaan Kadar Interleukin-1 Serum Darah Vena antara Penderita OMSK Tipe Jinak dan Tipe Bahaya. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.6. Paparella M. M., Adams G. L., Levine S. C. (1997). Penyakit Telinga Tengah dan Mastoid. Dalam Boeis Buku Ajar Penyakit THT. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, h: 107-109.7. Helmy, (2005), Otitis Media Supuratif Kronis, Fakultas Kedokteran UI, Jakarta,:hal 55-68