Chapter II Tata Cara Obligasi

download Chapter II Tata Cara Obligasi

of 54

Transcript of Chapter II Tata Cara Obligasi

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    1/54

    BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG PENERBITAN OBLIGASI

    A. Tinjauan Umum Tentang Surat Berharga

    Dalam lalu lintas perdagangan, pihak-pihak dapat melakukan bermacam-

    macam transaksi dagang, dalam transaksi mana lalu timbul hak dan kewajiban

    pihak-pihak itu terhadap satu sama lain. Pihak yang satu berhak atas penyerahan

    barang, dan pihak yang lainnya berhak atas pembayaran. Pihak yang satu

    berkewajiban untuk menyerahkan barang, dan pihak yang lainnya berkewajiban

    melakukan pembayaran.

    Dapat juga terjadi suatu transaksi antara kedua belah pihak bahwa pihak

    yang satu akan menyerahkan sejumlah uang, dan pihak yang lainnya mendapat

    amanat untuk menyimpan uang tersebut. Mungkin juga terjadi transaksi bahwa

    pihak yang satu mengamanatkan kepada pihak lainnya supaya pihak lain itu

    menyerahkan sejumlah uang kepada pihak yang ditunjuk, dan sebagai imbalannya

    pihak pemberi amanat menyerahkan sejumlah uang kepada penerima amanat.

    Sudah menjadi suatu kenyataan bahwa pada masa sekarang ini di dalam

    perkembangan lalu lintas perdagangan terdapat suatu kemajuan dalam cara-cara

    pembayaran dengan mempergunakan alat-alat pembayaran kredit dan alat

    pembayaran kontan selain dengan mata uang. Semakin lama di dalam masyarakat

    Indonesia sendiri semakin banyak orang yang mengenal dan mengerti gunanya

    alat-alat pembayaran semacam itu. Mereka mempergunakannya baik untuk

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    2/54

    keperluan perdagangan di dalam negeri maupun di luar negeri, tidak lagi memilih

    mempergunakan pembayaran dengan uang.

    Orang menginginkan segala sesuatunya bersifat praktis dan aman,

    khususnya dalam lalu lintas pembayaran. Artinya orang tidak mutlak lagi

    menggunakan alat pembayaran berupa uang, melainkan cukup dengan

    menerbitkan surat berharga baik sebagai alat pembayaran kontan maupun sebagai

    alat pembayaran kredit.

    Praktis artinya dalam setiap transaksi, para pihak tidak perlu membawa

    mata uang dalam jumlah yang besar sebagai alat pembayaran, melainkan cukup

    dengan mengantongi surat berharga saja. Aman artinya tidak semua orang yang

    tidak berhak dapat menggunakan surat berharga itu, karena pembayaran dengan

    surat berharga memerlukan cara-cara tertentu. Sedangkan jika menggunakan mata

    uang, apalagi dalam jumlah besar, banyak sekali kemungkinannya timbul bahaya

    atau kerugian, misalnya pencurian dan lain-lain.

    Dalam dunia perusahaan dan perdagangan, dikenal bermacam-macam

    surat yang pada umumnya orang mengatakan itu sebagai surat berharga. Orang

    mengatakan itu surat berharga berdasarkan kenyataan bahwa surat itu mempunyai

    nilai uang atau dapat ditukar dengan sejumlah uang atau apa yang tersebut dalam

    surat itu dapat dinilai atau ditukar dengan uang. Surat-surat itu berupa wesel,

    aksep, cek, saham, obligasi, konosemen, ceel, karcis kereta api, surat penitipan

    barang, dan lain-lain.18

    18

    Abdulkadir Muhammad,Hukum Dagang Tentang Surat-Surat Berharga, Citra AdityaBakti Bandung. 1998.Hal. 4.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    3/54

    Pengertian orang tentang surat berharga seperti itu tersebut di atas ini

    sebenarnya tidak tepat. Yang dimaksud dengan surat berharga dalam pengertian

    hukum dagang tidaklah demikian. Supaya dapat dikatakan surat berharga menurut

    pengertian hukum dagang, perlu dipenuhi syarat-syarat tertentu yang merupakan

    ciri dari surat itu sebagai surat berharga. Tentang apakah yang dimaksud dengan

    surat berharga itu, dalam KUHD sendiri tidak terdapat definisinya. Hanya dapat

    disimpulkan dari ciri-ciri atau syarat-syarat yang ditetapkan dalam Pasal-Pasal

    KUHD, bahwa surat itu dapat dikatakan surat berharga.19

    Terdapat beberapa istilah yang identik dengan surat berharga yaitu

    negotiable instruments, negotiable papers, transferable papers, commercial

    papers dan waardepapieren.

    1. Pengertian Surat Berharga

    20

    Istilah surat berharga ini dapat dijumpai dalam berbagai perundang-

    undangan kita. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak membataskan ruang

    lingkup surat berharga, namun ditinjau dari sudut tujuan penerbitannya, surat

    berharga digunakan sebagai alat pembayaran giral dalam lalu lintas pembayaran,

    di antaranya ada yang dapat atau tidak dapat dialihkan, atau diperdagangkan

    kepada orang lain, sehingga ada yang membedakannya atas surat berharga dan

    surat yang mempunyai harga atau nilai.

    21

    Menurut Wirjono Prodjodikoro, bahwa istilah surat-surat berharga itu

    terpakai untuk surat-surat yang bersifat seperti uang tunai, jadi yang dapat dipakai

    untuk melakukan pembayaran. Ini berarti pula bahwa surat-surat itu dapat

    19Ibid.20

    Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman. Op.cit. hal. 444.21Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    4/54

    diperdagangkan, agar sewaktu-waktu dapat ditukar dengan uang tunai atau

    negotiable instruments.22

    Sementara itu Abdulkadir Muhammad membedakan atas surat berharga

    dan surat yang mempunyai harga. Surat berharga adalah surat yang oleh

    penerbitnya sengaja diterbitkan sebagai pelaksanaan pemenuhan suatu prestasi,

    yang berupa pembayaran sejumlah uang. Tetapi pembayaran itu tidak dilakukan

    dengan menggunakan mata uang, melainkan dengan menggunakan alat bayar lain.

    Alat bayar itu berupa surat yang di dalamnya mengandung suatu perintah kepada

    pihak ketiga, atau pernyataan sanggup untuk membayar sejumlah uang kepada

    pemegang surat tersebut. Adapun surat yang mempunyai harga atau nilai, bukan

    alat pembayaran, penerbitannya tidak untuk diperjualbelikan, melainkan sekedar

    sebagai alat bukti diri bagi pemegang bahwa dia sebagai orang yang berhak atas

    apa yang disebutkan atau untuk menikmati hak yang disebutkan di dalam surat

    itu. Bahkan bagi yang berhak, apabila surat bukti itu lepas dari penguasaannya, ia

    masih dapat memperoleh barang atau haknya itu dengan menggunakan alat bukti

    lain.

    23

    Demikian pula M. N Purwosutjipto membedakan antara surat berharga

    dan surat yang berharga. Dikatakan bahwa surat berharga itu surat tuntutan utang,

    pembawa hak dan mudah diperjualbelikan. Untuk surat yang berharga adalah

    surat bukti tuntutan utang yang sukar diperjualbelikan.

    24

    22

    Wirjono Prodjodikoro,Hukum Wesel, Cek dan Aksep di Indonesia, Sumur. Bandung.1992. Hal. 34.

    23Abdulkadir Muhammad, Op. Cit.Hal. 5.

    24M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia jilid 7, DjambatanBandung. 1990.Hal. 6.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    5/54

    Pengertian lain dari Munir Fuady menyatakan, bahwa surat berharga

    adalah sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai pemenuhan

    suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang, sehingga berfungsi sebagai alat

    bayar yang di dalamnya berisikan suatu perintah untuk membayar kepada pihak-

    pihak yang memegang surat tersebut, baik pihak yang diberikan surat berharga

    oleh penerbitnya ataupun pihak ketiga kepada siapa surat berharga tersebut telah

    dialihkan.25

    Berbeda dengan perumusan pengertian surat berharga yang diberikan

    para ahli hukum, perundang-undangan merumuskan pengertiannya dalam artian

    yang luas dan sempit. Dalam artian luas, di mana mencakup pula derivatif atau

    turunan dari surat berharga yang bersangkutan, sedangkan dalam artian sempit,

    terbatas pada surat berharga yang diperjualbelikan atau diperdagangkan dalam

    pasar modal dan pasar uang. Perundang-undangan memberikan pengertian istilah

    Dari beberapa pengertian di atas, dapat diketahui unsur penting dalam

    surat berharga itu adalah bahwa hak-hak yang tercantum di dalam surat berharga

    itu dapat dipindahtangankan atau diperdagangkan (negotiable) secara mudah.

    Oleh karena itu, semua surat yang diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar

    uang termasuk surat berharga. Pengertian ini jangan dicampuradukkan dengan

    pengertian surat yang mempunyai harga atau nilai ekonomis (uang). Padahal tidak

    semua surat-surat tersebut mudah diperdagangkan atau dialihkan kepada pihak

    lain.

    25Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis : Menata Bisnis Modern di Era Global, Citra

    Aditya Bakti, Bandung. 2008.Hal. 163.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    6/54

    surat berharga dengan cara menyebutkan, menunjuk, atau merinci bentuk-bentuk

    surat atau warkat yang termasuk dalam kategori surat berharga.26

    Dari pengertian yuridis dalam perundang-undangan tersebut, maka

    pengertian surat berharga itu meliputi:

    Ketentuan dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 7 Tahun

    1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

    merumuskan pengertian surat berharga dengan cara memerinci yaitu Surat

    Berharga adalah surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit,

    atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit,

    dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.

    Sedangkan dalam Pasal ketentuan Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 8

    Tahun 1995 tentang Pasar Modal merumuskan pengertian istilah efek sebagai

    surat berharga yaitu Efek adalah surat pengakuan hutang, surat berharga

    komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit penyertaan kontrak investasi

    kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.

    27

    a. Hanyalah surat-surat yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan

    pasar uang, yaitu surat-surat berharga yang sering diperjualbelikan pada

    bursa efek dan lembaga bank;

    b.

    Bentuknya berupa surat tagihan utang, tanda keanggotaan/penyertaan dari

    suatu perusahaan dan surat yang berdaya hukum kebendaan(zakenrechtelijke papieren);

    c. Dibatasi pada surat-surat yang lazim diperdagangkan, yaitu surat-surat yang

    hak-haknya dapat dengan mudah dialihkan kepada pihak lain;d. Bentuknya tidak terbatas pada apa yang disebutkan atau dirinci oleh

    Undang-Undang, melainkan berkembang termasuk setiap derivative

    securitiesdari surat berharga yang bersangkutan.

    26

    Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman. Op.cit. Hal 446.27Ibid. Hal 446-447.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    7/54

    Jadi, secara sederhana surat berharga dapat diartikan sebagai suatu

    dokumen atau surat yang di dalamnya memuat suatu kesanggupan, janji, atau

    perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu

    tertentu pula, yang diperuntukkan sebagai alat pembayaran atau jaminan dan serta

    yang dibuat dengan sengaja untuk dapat diperjualbelikan atau diperdagangkan.

    Secara yuridis suatu surat berharga mempunyai fungsi sebagai berikut:

    a. Sebagai alat pembayaran (alat tukar);

    b. Sebagai alat pemindahan hak tagih (karena dapat diperjualbelikan);

    c. Sebagai surat legitimasi (surat bukti tagih).

    2. Dasar dan Sumber Hukum Surat Berharga

    Penerbitan surat berharga juga menjadi kegiatan usaha perbankan melalui

    pasar uang. Jenis-jenis produk surat berharga yang dapat diterbitkan oleh

    perbankan yang merupakan kegiatan usaha perbankan disebutkan dalam ketentuan

    Pasal 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan

    Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Adapun usaha bank

    umum bila dikaitkan dengan penerbitan surat berharga antara lain sebagai

    berikut:

    28

    a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro,

    deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau bentuk lainnya

    yang dipersamakan dengan itu;

    b. Menerbitkan surat pengakuan hutang;

    28 Merupakan ketentuan dari pasal 6 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1992

    sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentangPerbankan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    8/54

    c. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk

    kepentingan dan atas perintah nasabahnya:

    1)

    Surat-surat wesel, termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa

    berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan

    surat-surat yang dimaksud;

    2)

    Surat-surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa

    berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-

    surat yang dimaksud;

    3)Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;

    4)Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

    5)Obligasi

    6)Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu tahun);

    7)

    Instrument surat berharga lain yang berjangka waktu sampai 1 (satu)

    tahun;

    d. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana

    kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi

    maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya.

    Dari sebagian ketentuan dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun

    1992 sebagaimana telah diubah dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 10

    Tahun 1998 di atas, dapat diketahui bahwa surat-surat berharga yang

    diperdagangkan dalam pasar uang terbatas kepada surat-surat berharga yang

    berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun, dan surat-surat berharga tersebut

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    9/54

    memang lazim diterbitkan oleh bank, untuk selanjutnya diperjualbelikan dan

    ditukarkan dengan uang tunai.

    Secara fisik surat berharga hanyalah merupakan sepucuk surat, tetapi

    mengapakah dia begitu kuatnya secara hukum. Adapun yang merupakan alasan

    yuridis, sehingga surat berharga mempunyai kekuatan mengikat sebagai dasar

    penerbitan surat berharga, maka ada 4 (empat) teori yang terkenal yang membahas

    masalah tersebut yaitu:

    a. Teori Kreasi atau Penciptaan (creatietheorie)

    Teori ini mula-mula dikemukakan oleh Einert seorang sarjana hukum

    Jerman tahun 1839, kemudian diteruskan oleh Kuntze dalam bukunya Die

    Lehre von den Inhaberpapieren (1857). Menurut teori ini adalah yang

    menjadi dasar hukum mengikatnya suatu surat berharga antara penerbit dan

    pemegang ialah perbuatan menandatangani surat berharga itu. Artinya dengan

    membubuhkan tanda tangan di atas surat berharga itu akan menimbulkan suatu

    perikatan bagi orang yang menandatangani terhadap orang lain yang

    memperoleh surat berharga tersebut.29

    Keberatan terhadap teori ini ialah bahwa pernyataan sepihak dengan

    tanda tangan saja tidak mungkin menimbulkan perikatan. Supaya timbul

    perikatan, harus ada dua pihak yang mengadakan persetujuan (toestemming,

    meeting of minds) sebab tanpa persetujuan tidak mungkin ada kewajiban.

    Demikian juga jika surat berharga itu jatuh ke tangan orang yang tidak berhak

    atau tidak jujur misalnya dicuri, penerbit yang menandatangani tetap terikat

    29

    Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Dagang Surat-Surat Berharga, PenerbitSeksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1993. Hal 24

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    10/54

    untuk membayar. Padahal menurut Pasal 1977 ayat 2 KUHPdt seorang yang

    kehilangan surat itu karena dicuri masih berhak menuntut kembali surat itu dari

    si pencuri atau penemunya selama tenggang waktu 3 (tiga) tahun, kecuali

    pemegang memperolehnya dari pasar umum (pelelangan di muka umum).

    Karena ada beberapa keberatan, lalu teori ini ditinggalkan.30

    b. Teori Kepantasan (redelijkheidstheorie)

    Sebagai pelopor (grondlegger) teori ini adalah Grunhut seorang sarjana

    hukum Jerman. Di Jerman teori ini disebutRedlichkeitstheorie. Teori ini masih

    berdasarkan pada teori kreasi atau penciptaan, hanya dengan dengan

    pembatasan. Jika teori kreasi atau penciptaan menyatakan bahwa penerbit yang

    menandatangani surat itu tetap terikat untuk membayar kepada pemegang,

    meskipun pemegang yang tidak jujur, teori kepantasan tidak menerima akibat

    yang demikian itu. Pembatasannya ialah penerbit (penandatangan) hanya

    bertanggung jawab atau terikat pada pemegang yang memperoleh surat

    berharga secara pantas (redelijk, reasonable). Pantas artinya menurut cara yang

    lazim, yang diakui oleh masyarakat dan dilindungi oleh hukum. Pemegang

    yang demikian ini disebut pemegang yang jujur (te goeder trouw, in good

    faith). Pemegang yang jujur menurut sistem Anglo Saxon disebut holder in due

    course.31

    Keberatan kepada teori ini ialah karena masih berdasarkan pada teori

    penciptaan, bahwa penandatanganan surat berharga itu menimbulkan perikatan.

    30

    Ibid.31Abdulkadir Muhammad, Op.Cit.hal 17.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    11/54

    Padahal pernyataan sepihak tidak mungkin menimbulkan perikatan, jika tidak

    ada persetujuan dari pihak lainnya.32

    c.

    Teori Perjanjian (Overeenkomsttheorie)

    Menurut teori ini yang menjadi dasar hukum mengikatnya surat

    berharga antara penerbit dan pemegang ialah suatu perjanjian yang merupakan

    perbuatan dua pihak yaitu penerbit yang menandatangani dan pemegang

    pertama yang menerima surat berharga itu. Dalam perjanjian disetujui bahwa

    jika pemegang pertama memperalihkan surat itu kepada pemegang berikutnya

    penerbit tetap terikat untuk membayar atau bertanggung jawab untuk

    membayar. Dalam keadaan normal teori ini bisa diterima, karena masih tetap

    didasarkan pada isi perjanjian. Pelopor dari teori ini adalah Thol.33

    Keberatan pada teori ini ialah tidak memberikan penyelesaian yang

    memuaskan jika surat berharga itu beredar secara tidak normal, misalnya

    karena hilang ataupun dicuri. Dalam hal ini penerbit masih bertanggung jawab

    terhadap pemegang atau pembawa surat berharga itu yang memperolehnya

    secara tidak normal. Menghadapi persoalan demikian ini lalu timbul

    pertanyaan yakni apa dasar hukumnya penerbit masih bertanggung jawab

    terhadap pemegang yang memperoleh surat berharga secara tidak normal itu?

    Oleh karena itu teori ini akhirnya secara murni tidak dapat dipakai dikarenakan

    teori ini tidak mampu menerangkan mengapa penerbit masih tetap bertanggung

    jawab kepada pemegang, walaupun jatuhnya surat berharga tersebut ke tangan

    32

    Ibid.33Ibid

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    12/54

    pemegang di luar kehendak si penerbit atau secara tidak normal. Dengan kata

    lain teori ternyata mengalami jalan buntu.34

    Namun demikian masih ada sarjana yang berusaha memecahkan

    persoalan iu dengan mengemukakan teori lagi yang disebut teori perjanjian

    dengan tambahan. Sarjana itu adalah Molengraaff dan Scheltema. Menurut

    pendapat kedua sarjana ini, tanggung jawab penerbit terhadap pemegang

    pemegang itu tetap didasarkan pada perjanjian antara penerbit dan pemegang

    pertama. Jika surat berharga itu jatuh ke tangan pemegang berikutnya, penerbit

    mempunyai kewajiban baru terhadap pemegang yang baru itu berdasarkan

    pada hukum positif, yaitu Pasal-Pasal yang terdapat dalam KUHD dan

    KUHPerdata

    35

    Jika sudah menunjuk kepada hukum positif, tidak perlu lagi mencari

    teori untuk memecahkan suatu masalah, karena semua orang harus tunduk

    kepada hukum positif atau undang-undang yang sudah ada. Wirjono

    Prodjodikoro tidak menyetujui jalan pikiran kedua sarjana ini, malahan

    dikatakan bahwa jalan keluar yang ditempuh oleh Molengraaff dan Scheltema

    itu adalah usaha orang-orang berputus asa dalam mencari teori-teori lain.

    36

    d. Teori Penunjukan (vertoningstheorie)

    Teori ini dikemukakan oleh sarjana hukum yang terkenal yaitu Land

    dalam bukunya Beginselen van het hedendaagsche wisselrecht (1881), dan

    Wittenwaall dalam bukunya Het toonderpapier (1893), dan di Jerman oleh

    34Ibid. Hal 18.35

    Ibid.36Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    13/54

    Rieser. Menurut teori ini yang menjadi dasar hukum mengikatnya surat

    berharga antara penerbit dan pemegang ialah perbuatan penunjukan surat itu

    kepada debitur. Debitur yang pertama adalah penerbit, oleh siapa surat

    berharga itu disuruh dipertunjukkan pada hari bayar. Sejak itulah timbul

    perikatan, dan penerbit selaku debitur wajib membayarnya. Teori ini tidak

    sesuai dengan fakta dan terlalu jauh bertentangan dengan ketentuan undang-

    undang.37

    Dikatakan tidak sesuai dengan fakta , karena pembayaran itu adalah

    pelaksanaan dari suatu perjanjian (perikatan), dengan demikian perikatannya

    harus sudah ada terlebih dahulu sebelum pelaksanaannya. Bagaimana

    pemegang memperoleh pembayaran kalau tidak ada dasar hukumnya yaitu

    perikatan yang terjadi sebelumnya antara penerbit dan pemegang itu. Persoalan

    yang timbul lagi, bagaimana seandainya penerbit menolak pembayaran

    terhadap pemegang, dengan alasan belum ada perikatan? Kepada siapa

    pemegang itu memperoleh pembayaran? Persoalan ini tidak dapat dipecahkan

    oleh teori ini.

    38

    Dikatakan terlalu jauh bertentangan dengan ketentuan undang-undang,

    karena undang-undang (KUHD) sendiri menentukan bahwa perikatan itu sudah

    ada sebelum hari bayar dan sebelum penunjukan surat berharga itu. Hal ini

    dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 142 KUHD yang menyatakan

    Pemegang surat wesel bisa melaksanakan hak regresnya kepada para endosan,

    37

    Ibid. Hal 18-19.38Ibid. Hal 19.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    14/54

    kepada penerbit, dan kepada para debitur wesel lainnya pada hari bayarnya

    apabila terjadi non pembayaran. Bahkan sebelum hari bayarnya:

    1)

    Apabila akseptasi seluruhnya atau sebagian ditolak;

    2)

    Dalam hal pailitnya tersangkut, baik tersangkut akseptan, maupun bukan

    akseptan, dan mulai saat berlakunya penundaan pembayaran yang

    diberikan kepadanya;

    3)Dalam hal pailitnya penerbit surat wesel yang tidak bisa diperoleh

    akseptasinya.39

    Dari kata-kata bahkan sebelum hari bayarnya dapat ditarik

    kesimpulan bahwa perikatannya sudah ada terlebih dahulu, bukan pada saat

    penunjukan. Demikian juga dari kata-kata akseptasi sebagian atau seluruhnya

    ditolak dapat ditarik kesimpulan bahwa perikatannya sudah ada sebelum

    penunjukan, bahkan pada saat penunjukan. Maksud akseptasi pada surat wesel

    itu ialah untuk memastikan pelaksanaan perjanjian yaitu pembayaran pada hari

    bayar, bukan untuk menemukan adanya perikatan.

    Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan di atas, menurut Abdulkadir

    Muhammad, teori perjanjian lebih banyak pengaruhnya dalam hukum surat-surat

    berharga. Hal ini disebabkan karena perjanjian antara penerbit dan pemegang

    pertama merupakan sumber hukum dari perikatan yang timbul pada surat

    berharga. Terbitnya surat berharga tidak lain dari pemenuhan isi perjanjian,

    karenanya penerbit dan pemegang surat berharga itu telah sepakat untuk

    39Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    15/54

    menanggung segala akibatnya jika surat berharga itu dipindahtangankan kepada

    pemegang berikutnya.40

    Pemindahtanganan surat berharga itupun didasarkan juga pada isi

    perjanjian yang tersurat dalam teks surat berharga itu misalnya dengan klausula

    atas tunjuk dan atas pengganti. Klausula ini menunjukkan bahwa surat berharga

    itu telah disetujui oleh penerbitnya, apabila pemegang pertama

    memindahtangankan surat itu kepada pemegang berikutnya. Pemegang berikutnya

    juga mau menerima peralihan tersebut karena percaya, bahwa perjanjian antara

    penerbit dan pemegang pertama itu memang ada seperti terbaca pada teks surat

    berharga itu.

    41

    Apabila penerbit tidak menyeujui surat berharga itu dipindahtangankan

    kepada pemegang berikutnya, sudah tentu dalam surat berharga itu akan dimuat

    suatu klausula yang menunjukkan maksud penerbit tidak menyetujui jika surat

    berharga itu dipindatangakankan kepada pemegang berikutnya. Hal ini dapat

    dilihat pada surat wesel. Jika penerbit tidak menghendaki surat wesel itu

    dipindahtangankan menurut hukum wesel, ia akan mencantumkan klausula rekta

    yang berbunyi tidak atas pengganti (niet aan order). Hal ini juga terdapat pada

    surat cek (Pasal 110 ayat 2 KUHD untuk surat wesel dan Pasal 191 ayat 2 KUHD

    untuk surat cek).

    42

    Ini berarti pemegang pertama tidak dibolehkan memperalihkan surat

    wesel atau cek itu kepada pemegang berikutnya menurut hukum surat berharga,

    yaitu dengan endosemen. Jika pemegang pertama memperalihkan juga kepada

    40Ibid. Hal. 20.41

    Ibid.42Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    16/54

    pihak lainnya, akibat hukumnya penerbit tidak bertanggung jawab menurut

    hukum surat berharga, kepada pemegang yang baru itu.43

    a. Surat Wesel

    Apabila surat berharga itu jatuh ke tangan orang lain yang tidak berhak,

    maka sepantasnya pula orang tidak berhak itu tidak mendapat perlindungan. Yang

    perlu dilindungi itu hanyalah orang yang sebenarnya berhak atau orang yang jujur.

    Adalah tidak masuk akal dan bertentangan dengan norma hukum dan norma

    kepatutan yang berlaku dalam masyarakat jika seorang pencuri surat berharga atau

    yang memperoleh tanpa hak mendapat perlindungan hukum.

    3. Jenis-Jenis Surat Berharga

    Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka surat

    berharga memiliki berbagai macam jenis. Jenis-jenis surat berharga itu memiliki

    bentuk dan karakteristik yang berbeda-beda antara satu surat berharga dengan

    surat berharga yang lain. Jenis-jenis surat berharga tersebut antara lain sebagai

    berikut:

    Wesel adalah terjemahan atau berasal dari istilah Belanda wissel. Surat

    wesel adalah surat yang memuat kata wesel, yang diterbitkan pada tempat

    tertentu, di mana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada tersangkut untukmembayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya, pada

    tanggal dan tempat tertentu.44

    43Ibid. Hal 21.44

    Dra. Farida Hasyim, M.Hum. Hukum Dagang, Sinar Grafika. Jakarta. 2009. Hal.240.

    Menurut ketentuan Pasal 100 KUHD, setiap surat wesel harus memuat

    syarat-syarat formal berikut ini:

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    17/54

    1)Istilah wesel harus dimuatkan dalam teksnya sendiri dan disebutkan

    dalam bahasa surat itu ditulis;

    2)

    Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu;

    3)

    Nama orang yang harus membayarnya (tersangkut)

    4)

    Penetapan hari bayarnya (hari jatuh);

    5)

    Penetapan tempat di mana pembayaran harus dilakukan;

    6)Nama orang kepada siapa atau penggantinya pembayaran harus

    dilakukan;

    7)Tanggal dan tempat surat wesel diterbitkan;

    8)Tanda tangan yang menerbitkan

    Dalam perundang-undangan, tidak terdapat perumusan atau definisi

    tentang surat wesel. Akan tetapi, dalam Pasal 100 KUHD dimuat syarat-syarat

    formal, seperti surat wesel. Atas dasar inilah, dapat disimpulkan bahwa surat

    wesel adalah surat yang memuat kata wesel, yang diterbitkan pada tanggal dan

    tempat tertentu, di mana penerbit memerintahkan tanpa syarat kepada

    tersangkut untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau

    penggantinya pada tanggal dan tempat tertentu.

    Apabila surat wesel tidak memuat salah satu dari syarat-syarat formal

    tersebut, surat itu tidak dapat diperlakukan sebagai surat wesel menurut

    undang-undang, kecuali dalam hal-hal berikut ini:

    1)Surat wesel yang tidak menetapkan hari bayarnya, dianggap harus

    dibayar pada hari diperlihatkan (op zicht);

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    18/54

    2)Jika tidak ada penetapan khusus, maka tempat yang ditulis di samping

    nama tersangkut, dianggap sebagai tempat pembayaran dan tempat di

    mana tersangkut berdomisili;

    3)

    Surat wesel yang tidak menerangkan tempat diterbitkan, dianggap

    ditandatangani di tempat yang tertulis di samping nama penerbit (lihat

    Pasal 101 KUHD).

    Adapun yang melatarbelakangi terbitnya surat wesel adalah perjanjian

    yang terjadi antara penerbit dan penerima wesel, di mana perjanjian akan

    menimbulkan hubungan hukum antara kedua belah pihak. Sebagai contoh, di

    dalam perjanjian jual beli suatu barang antara A sebagai penjual dan B sebagai

    pembeli telah disepakati bahwa B menerima barang yang dibeli dan A

    menerima pembayaran sejumlah harga barang itu. Akan tetapi, pembayaran

    tersebut tidak berupa uang seperti biasanya, melainkan dengan cara tersendiri,

    yaitu menerbitkan surat wesel sejumlah harga pada waktu yang telah

    ditentukan sebagaimana yang tercantum di dalam surat wesel itu.

    Ada 5 (lima) macam bentuk surat wesel yang diatur oleh undang-

    undang:

    1)

    Wesel atas Pengganti Penerbit

    Bentuk surat wesel atas pengganti penerbit (aan eigen order, to

    own order) dimungkinkan oleh Pasal 102 ayat 1 KUHD yang

    menyatakan penerbit dapat menerbitkan surat wesel yang berbunyi atas

    pengganti penerbit. Maksudnya penerbit menunjuk kepada dirinya

    sendiri sebagai pemegang pertama. Kekhususan bentuk surat wesel

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    19/54

    macam ini ialah bahwa kedudukan penerbit sama dengan kedudukan

    pemegang pertama.45

    2)

    Wesel atas Penerbit

    Bentuk surat wesel ini bisa terjadi, karena orang yang akan

    menerbitkan surat wesel belum mengetahui kepada siapa ia akan

    menyerahkan surat wesel itu, atau belum mengetahui siapa pemegang

    pertamanya. Supaya surat wesel itu bisa beredar, lalu diterbitkan surat

    wesel atas pengganti penerbit, yang mana penerbit adalah pemegang

    pertama, sehingga penerbit pulalah yang memintakan akseptasi. Dengan

    akseptasi itu minat orang terhadap surat wesel itu bertambah besar,

    sehingga dapat beredar dengan cepat dari pemegang yang satu kepada

    pemegang yang lain.

    Menurut ketentuan Pasal 102 ayat 2 KUHD surat wesel dapat

    diterbitkan atas penerbit sendiri. Maksudnya penerbit memerintahkan

    kepada dirinya sendiri untuk membayar, jadi penerbit menunjuk dirinya

    sendiri sebagai pihak tersangkut. Kekhususannya ialah kedudukan

    penerbit sama dengan kedudukan tersangkut. Jika wesel ini diakseptasi,

    penerbitnya terikat baik sebagai penghutang regres maupun sebagai

    akseptan. Wesel dalam bentuk ini biasanya diterbitkan oleh kantor pusat,

    yang memerintahkan kantor cabangnya untuk membayar sejumlah uang

    kepada pemegang surat wesel tersebut. Penerbitan surat wesel bentuk ini

    45Abdulkadir Muhammad, Op.Cit.Hal. 62.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    20/54

    biasanya dilakukan dalam satu lingkungan perusahaan, misalnya di

    kalangan perbankan.46

    3)

    Wesel untuk Perhitungan Orang Ketiga

    Bentuk surat wesel dimungkinkan oleh Pasal 102 ayat KUHD

    yang menyatakan bahwa surat wesel dapat diterbitkan untuk perhitungan

    orang ketiga (voor rekenig van een derde, for account of a third party).

    Penerbitan surat wesel ini bisa terjadi jika orang ketiga itu untuk

    tagihannya dimungkinkan untuk diterbitkan surat wesel, artinya ia

    mempunyai rekening yang cukup dananya. Karena alasan tertentu ia

    minta kepada pihak lain untuk menjadi penerbit surat wesel atas

    perhitungan rekeningnya itu. Biasanya pihak yang diminta jadi

    penerbitnya itu adalah bank di mana orang ketiga itu mempunyai

    rekening. Bank inilah bertindak sebagai penerbit surat wesel untuk

    perhitungan bertindak untuk sebagai penerbit surat wesel untuk

    perhitungan orang ketiga yang menyuruh menerbitkan wesel atas

    perhitungan rekeningnya.47

    4)WeselIncasso

    Wesel incasso (incasso wissel, collection draft) adalah bentuk

    surat wesel yang diterbitkan dengan tujuan untuk memberi kuasa

    kepada pemegang pertama menagih sejumlah uang, tidak untuk

    46

    Ibid. Hal 63-64.47Ibid. hal. 65-66.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    21/54

    diperjualbelikan. Kedudukan penerbit adalah sebagai pemberi kuasa,

    sedangkan kedudukan pemegang pertama adalah pemegang kuasa

    untuk menagih uang. Wesel incassodimungkinkan oleh Pasal 102a ayat

    1 KUHD. Menurut ketentuan Pasal ini, jika dalam wesel itu penerbit

    memuatkan kata-kata harga untuk ditagih, atau dalam pemberian

    kuasa, atau untuk incasso, atau lain-lain kata yang berarti memberi

    perintah untuk menagih semata-mata, maka pemegang pertama bisa

    melakukan semua hak yang timbul dari surat wesel itu, tetapi ia tidak

    bisa mengendosemenkan kepada orang lain, melainkan dengan cara

    pemberian kuasa.48

    5)Wesel Berdomisili

    Menurut ketentuan Pasal 100 ayat 5 KUHD surat wesel harus

    memuat nama tempat di mana tersangkut harus melakukan pembayaran.

    Umumnya pembayaran itu dilakukan di tempat kediaman tersangkut.

    Tetapi ketentuan ini tidak selalu demikian. Menurut ketentuan Pasal 103

    KUHD ada surat wesel yang harus dibayar di tempat tinggal orang

    ketiga, baik di tempat tinggal tersangkut, maupun di tempat lain. Surat

    wesel ini disebut surat wesel berdomisili. 49

    Scheltema berpendapat, susunan kata-kata di tempat tinggal

    seorang ketiga tidak tepat, yang lebih tepat adalah oleh seorang ketiga.

    Yang dipersoalkan itu bukan tempat pembayaran surat wesel, melainkan

    48

    Ibid. Hal 69.49Ibid. Hal 71-72.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    22/54

    orang ketiga yang melakukan pembayaran, yang seharusnya dilakukan

    tersangkut. Jadi letak kekhususan surat wesel berdomisili bukan pada

    tempatnya, melainkan pada subjek yang melakukan pembayaran.50

    b.

    Surat Sanggup

    Surat sanggup, juga disebut promesse atas pengganti, mempunyai sifat

    yang sama seperti sifat dari surat wesel, ditinjau dari sudut isi perikatannya,

    yaitu termasuk surat tagihan hutang (schuldvorderingspapier), akan tetapi

    tergolong kepada kriteria janji untuk membayar (betalingsbelofte).

    Sedangkan wesel tergolong kriteria perintah untuk membayar

    (betalingsopdracht).

    Dalam surat sanggup tidak ada tersangkut, karena penandatangan

    sebagai penerbit mengikatkan diri untuk membayar kepada penerima atau

    pemegangnya, jadi berposisi seperti akseptan pada surat wesel. Karena itu

    kedudukan penandatangan berbeda kedudukan dengan kedudukan penerbit

    surat wesel. Jika penerbit surat wesel adalah debitur wajib regres, maka

    penandatangan surat sanggup bukanlah debitur wajib regres, melainkan debitur

    yang wajib membayar sama seperti akseptan pada surat wesel.

    Dalam undang-undang tidak terdapat perumusan atau definisi surat

    sanggup. Tetapi dalam Pasal 174 KUHD dimuat syarat-syarat formal sepucuk

    surat sanggup. Dan syarat-syarat formal tersebut dapat dirumuskan pengertian

    atau definisi surat sanggup itu sebagai surat yang memuat kata surat sanggup

    50Ibid. Hal 72.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    23/54

    atau promesse aan order, yang ditandatangani pada tanggal dan tempat

    tertentu, dengan mana penandatangan menyanggupi syarat untuk membayar

    sejumlah uang tertentu kepada pemegang atau penggantinya pada tanggal dan

    tempat tertentu.

    c.

    Surat Cek

    Cek berasal dari istilah cheque (bahasa Perancis). Definisi tentang cek

    sebenarnya tidak dirumuskan dalam perundang-undangan dan yang ada

    hanyalah peraturan tentang syarat-syarat formal sepucuk surat cek, yang

    terdapat dalam Pasal 178 KUHD. Atas dasar ini maka dapat disimpulkan

    definisi surat cek. Surat cek adalah surat yang memuat kata cek yang

    diterbitkan pada tanggal dan tempat tertentu, di mana penerbit memerintahkan

    tanpa syarat kepada bankir untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada

    pemegang atau pembawa di tempat tertentu.

    Menurut hukum surat berharga yang diatur dalam KUHD surat cek

    berbeda dengan surat wesel, walaupun kedua-duanya dapat dibayar dan atas

    penglihatan. Oleh karena itu kedua macam surat berharga ini pengaturannya

    berbeda dalam KUHD walaupun ada juga persamaannya antara lain sebagai

    berikut:51

    1)Fungsi ekonomis dalam lalu lintas pembayaran. Surat wesel

    menitikberatkan fungsi ekonomis sebagai alat pembayaran kredit, yaituuntuk memperoleh uang kredit. Adapun surat cek menitikberatkan

    fungsi ekonomis sebagai alat pembayaran tunai, hal ini dapatdisimpulkan dari ketentuan Pasal 205 ayat 1 KUHD. Setiap cek harus

    dibayar pada waktu yang diperlihatkan;

    51Farida Hasyim. Op. cit. Hal. 252

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    24/54

    2) Waktu peredaran sebagai alat pembayaran kredit. Surat wesel

    mempunyai waktu peredaran yang lama bahkan bisa melebihi satu

    tahun, sedangkan surat cek sebagai alat pembayaran tunai mempunyaiwaktu peredaran yang singkat yaitu 70 hari (Pasal 206 ayat 1 KUHD)

    3)

    Surat wesel sebagai alat pembayaran kredit harus dibayar pada waktu

    tertentu yang telah ditetapkan dalam surat wesel, sedangkan surat cekharus dibayar pada waktu diperlihatkan (Pasal 205 ayat 1 KUHD);

    4) Penerbitan surat wesel dapat diterbitkan atas bankir atau bukan bankir.Sebagai alat pembayaran kredit, pemegang surat wesel dapat

    memperoleh pembayaran sebelum hari bayar dengan jalanmengendosemenkan surat wesel itu kepada orang lain. Adapun surat

    cek sebagai alat pembayaran tunai harus diterbitkan atas bankir.

    Apabila ingin memperoleh pembayaran, langsung saja diperlihatkan

    kepada banknya;5) Lembaga akseptasi sebagai alat pembayaran kredit surat wesel

    mengenal lembaga akseptasi, artinya sebelum hari bayar tiba perlu

    memperoleh kepastian terlebih dahulu dari tersangkut, sedangkan surat

    cek sebagai alat pembayaran tunai tidak mengenal lembaga akseptasi.

    Jadi, setiap waktu diperlihatkan oleh bankir, ia harus dibayar.

    6) Klausul berbeda walaupun dapat diterbitkan atas penglihatan (op zicht),

    surat wesel bersifat bersifat atas pengganti (aan order). Adapun surat

    cek dapat diterbitkan atas pengganti dan dapat juga atas tunjuk (aan

    toonder). Pada umumnya, surat cek diterbitkan atas tunjuk sehingga

    peralihannya cukup dari tangan ke tangan.

    Sebagaimana halnya surat wesel, surat cek juga ada bentuk-bentuk

    khusus antara lain sebagai berikut:

    1)

    Surat cek atas Pengganti Penerbit

    Bentuk surat cek ini dimungkinkan oleh Pasal 183 ayat 1

    KUHD, yaitu menyatakan bahwa surat cek dapat diterbitkan atas

    pengganti penerbit (aan de order van de trekker). Kekhususan bentuk ini

    adalah nama pemegang pertama (penerima) tidak disebutkan sehingga

    penerbit sama dengan pemegang pertama (penerima). Surat cek dalam

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    25/54

    bentuk ini berklausula atas pengganti (aan order). Jika diperalihkan

    dengan orang lain harus dilakukan dengan endosemen.52

    2)

    Surat Cek atas Penerbit Sendiri

    Bentuk ini dimungkinkan oleh Pasal 183 ayat 3 KUHD, yang

    menyatakan bahwa surat cek dapat diterbitkan atas penerbit sendiri (op

    de trekker zelf). Kekhususan bentuk ini adalah penerbit sama dengan

    tersangkut. Jadi perintah membayar itu dari bankir kepada bankir. Ini

    terjadi apabila kantor pusatnya menerbitkan surat cek atas kantor

    cabang.53

    3) Surat Cek untuk Perhitungan Orang Ketiga

    Bentuk ini dimungkinkan oleh Pasal 183 ayat 2 KUHD, yang

    menyatakan bahwa surat cek dapat diterbitkan atas perhitungan orang

    ketiga. Dalam surat cek ini, terdapat hubungan hukum antara penerbit

    dan pihak ketiga, pihak ketiga dan bankir, antara penerbit dan bankir.

    Dengan kata lain baik pihak ketiga maupun penerbit mempunyai

    rekening yang ada pada dananya pada bankir yang bersangkutan.

    Hubungan hukum antara penerbit dan pihak ketiga dikuasai oleh hukum

    pemberikan kuasa. Artinya pihak penerbit bertindak sebagai kuasa dari

    52

    Abdulkadir Muhammad, Op.Cit. Hal 182.53Ibid. Hal 183.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    26/54

    pihak ketiga menerbitkan surat cek atas beban rekeningnya, dengan

    segala akibat hukumnya.54

    4)

    Surat CekIncasso

    Bentuk ini dimungkinkan oleh Pasal 183a ayat 1 KUHD, yang

    menyatakan bahwa jika dalam surat cek penertbit memuatkan kata-kata

    harga untuk dipungut atau untuk incasso atau dalam pemberian

    kuasa, atau kata-kata lainnya yang berarti memberi perintah untuk

    menagih semata-mata penerima boleh melaksanakan segala hak yang

    timbul dari surat cek tersebut, tetapi ia tidak bisa mengendosemenkan

    kepada orang lain, kecuali dengan cara memberi kuasa.55

    Menurut ketentuan Pasal 183a KUHD pemegang (penerima)

    surat cek incasso dapat melaksanakan segala hak yang timbul dari surat

    cek incasso. Tetapi ia tidak dapat mengendosemenkannya kepada pihak

    lain kecuali dengan endosemen incasso. Pengertian endosemen incasso

    adalah memindahkan hak kuasa menagih, bukan hak milik atas tagihan.

    Endosemen incasso dapat terjadi apabila tempat bank penerima dan

    bank tersangkut seperti dalam contoh di atas sangat jauh, sehingga

    untuk menagih sejumlah uang itu bank penerima menguasakan kepada

    bank cabangnya di tempat yang sama dengan bank tersangkut. Oleh

    54

    Ibid. Hal 183-184.55Ibid. Hal 184

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    27/54

    bank cabang ini lalu hasil tagihan itu ditransfer kepada bank

    penerima.56

    5)

    Surat Cek Berdomisili

    Bentuk ini dimungkinkan oleh Pasal 185 KUHD, yang

    menyatakan setiap surat cek dapat dibayar di tempat tinggal orang

    ketiga baik di tempat tersangkut berdomisili atau tempat lain. Pada surat

    cek berdomisili terdapat perbedaan dengan surat wesel berdomisili.

    Pada surat cek berdomisili, yang dapat menunjuk domisili itu hanyalah

    penerbit. Hal ini dapat dimaklumi karena pada surat cek tidak dikenal

    akseptasi. Dengan demikian tersangkut (bankir) tidak dapat menunjuk

    domisili pada surat cek.57

    d. Bilyet Giro

    Bilyet Giro atau lebih dikenal dengan nama giro merupakan surat

    perintah dari nasabah kepada bank yang memelihara rekening giro nasabah

    tersebut, untuk memindahbukuan sejumlah uang dari rekening yang

    bersangkutan kepada pihak penerima yang disebutkan namanya atau nomor

    rekening pada bank yang sama atau bank lainnya. Sama seperti halnya

    dengan cek , bilyet giro juga dapat ditarik dari bank lain yang bukan

    56

    Ibid. Hal 185.57Ibid. Hal. 186.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    28/54

    penerbit rekening giro. Proses penarikannya juga melalui kliring untuk

    dalam satu kota dan inkaso untuk luar kota atau luar negeri.58

    e. Promessuntuk Pembawa atau Atas Tunjuk (Promesse An Toonder)

    Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa bilyet giro

    bukanlah alat pembayaran tunai, berbeda dengan cek, melainkan alat

    pembayaran giral, dalam hal ini berfungsi sebagai sarana pemindahbukuan.

    Oleh karena itu, bilyet giro tidak dapat atau sukar diperdagangkan dalam

    pasar modal maupun pasar uang dan juga dapat beralih dari tangan yang

    satu ke tangan yang lain. Dengan perkataan lain, bilyet giro tidak termasuk

    dalam golongan surat berharga, melainkan surat yang mempunyai harga.

    Bilyet giro berfungsi sebagai warkat pemindahbukuan sejumlah dana dari

    rekening penarik (nasabah bank) kepada rekening penerima (nasabah bank)

    melalui tertarik (bank).

    Perkataan promesse berasal dari bahasa Prancis, yang berarti

    kesanggupan, tetapi tidak seperi kata accept, yaitu tanpa setelah ada

    permintaan. Selaku promesse an toonder, kesanggupan ini tidak berbeda

    dari kesanggupan dalam surat aksep, yaitu dua-duanya tanpa unsur setelah

    ada permintaan. Perbedaannya terletak pada hal, bahwa promess untuk

    pembawa atau promessatas unjuk ini memberi hak kepada setiap pembawa

    atau pengunjuk yang memperlihatkan surat itu (toonder) untuk menerima

    pembayaran sejumlah uang tertentu, sedang dalam sura aksep yang boleh

    58Kasmir, SE, MM. Op. Cit. Hal. 75

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    29/54

    menerima uang hanya orang yang diberi kuasa (order) dari yang semua

    berhak menerima pembayaran sejumlah uang.59

    f. Saham

    Secara sederhana surat promess atas atas pembawa atau unjuk

    (promesse an toonder) itu berisikan kesanggupan penandatangan untuk

    melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu pada saat diperlihatkan

    kepada pemegang/tertunjuk. Sebagaimana hal surat sanggup, dalam

    penerbitan promess hanya melibatkan dua pihak saja, yaitu pihak

    penandatangan sebagai penerbit dan pihak pemegang/tertunjuk.

    Saham adalah surat tanda bukti pemilikan suatu perseroan terbatas

    sebagai suatu investasi modal yang akan memberikan hak atas dividen

    perusahaan yang bersangkutan.60

    Nilai suatu saham dapat dipandang dalam 4 (empat) konsep yang

    memberikan makna berbeda-beda, yaitu:

    Implikasi dari kepemilikan atas saham mencerminkan kepemilikan

    atas suatu perusahaan. Berbeda dengan obligasi, saham tidak memiliki jatuh

    tempo dan tidak memberikan pendapatan tetap.

    61

    1)

    Nilai nominal (state value), yaitu nilai per lembar saham yang berkaitandengan kepentingan akuntansi dan hukum. Nilai nominal tidak mengukur

    nilai riil suatu saham, tetapi hanya digunakan untuk menentukan

    besarnya modal disetor penuh dalam neraca, yakni nilai nominal sahamdikalikan jumlah saham yang dikeluarkan perusahaan;

    59Abdulkadir Muhammad, Op.Cit. Hal 248-249.

    60 Edilius dan Sudarsono, Kamus Ekonomi Uang dan Bank, Rineka Cipta. Jakarta.1994. Hal. 239.

    61

    Dyah Ratih Sulistyastuti, Saham dan Obligasi Ringkasan Teori dan Praktek,Universitas Atmajaya. Jakarta. 2006. Hal 1-2.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    30/54

    2)Nilai buku per lembar saham (book value pershare), yaitu total ekuitas

    dibagi jumlah saham beredar. Nilai buku ini menunjukkan nilai aktiva

    bersih per lembar saham yang dimiliki oleh pemegangnya;3)Nilai pasar (market value), nilai suatu saham yang ditentukan oleh

    permintaan dan penawaran saham di bursa saham;

    4)Nilai fundamental, tujuan perhitungan nilai saham fundamental adalahuntuk menentukan harga wajar suatu saham agar harga saham tersebut

    mencerminkan nilai saham yang sebenarnya (riil value), sehingga tidakterlalu mahal (overpriced). Perhitungan nilai fundamental suatu saham

    adalah mencari nilai sekarang (present value) dari semua aliran kas dimasa mendatang baik yang berasal dari deviden maupun capital

    gain/capital loss.

    Ada dua sumber pendapatan saham, yaitu capital gain dandeviden. Capital gain adalah keuntungan yang diperoleh pemegang saham

    apabila harga jual saham melebihi harga belinya. Sebaliknya capital loss, yaitu

    kerugian akibat harga beli saham lebih tinggi dibanding harga saham ketika

    dijual.62

    Deviden merupakan bagian keuntungan perusahaan yang menjadi

    hak pemegang saham.Devidenadalah laba bersih perusahaan setelah dipotong

    pajak (net income after tax / NIAT) atau laba ditahan (retained earning) yang

    akan digunakan oleh perusahaan untuk mendanai berbagai aktifitas perusahaan

    seperti ekspansi penelitian maupun inovasi perusahaan.

    63

    1)

    Saham Biasa (Common Stock)

    Jenis saham berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham

    dibedakan atas:

    Saham Biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada

    posisi paling akhir dalam hal pembagian deviden, dan hak atas kekayaan

    perusahaan apabila perusahaan tersebut mengalami likuidasi. Saham

    jenis ini yang paling banyak dikenal di masyarakat di mana nilainominalnya ditentukan oleh Emiten.64

    62 Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal di Indonesia, Sinar Grafika.Jakarta, 2009. Hal 18

    63

    Ibid.64Ibid.Hal. 20.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    31/54

    2)Saham Preferen (Preferred Stock)

    Saham Preferen adalah saham yang memberikan prioritas

    pilihan kepada pemegangnya seperti:65

    a)

    Berhak didahulukan dalam hal pembayaran deviden;

    b) Berhak menukar saham preferen yang dipegangnya dengan sahambiasa;

    c) Mendapat prioritas pembayaran kembali permodalan dalam halperusahaan dilikuidasi.

    3)

    Saham Istimewa

    Saham Istimewa adalah saham yang memberikan hak lebih

    kepada pemiliknya dibandingkan dengan pemegang saham lainnya. Hak

    lebih itu terutama dalam proses penunjukan direksi perusahaan. Di

    Indonesia saham jenis ini dikenal dengan nama saham dwiwarna.

    Pemiliknya adalah Pemerintah RI dan jumlahnya hanya satu.66

    g. Obligasi (Bonds)

    Obligasi (bonds) adalah surat hutang jangka menengah dan jangka

    panjang yang dapat dialihkan. Obligasi berisi janji dari pihak penerbit

    obligasi untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan

    melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak

    pembeli obligasi. Jadi, transaksi obligasi dapat berakibat hukum terjadinya

    utang piutang. Perusahaan penerbit obligasi disebut pihak yang memiliki

    utang (berutang/debitor), sedangkan pembeli obligasi disebut pihak yang

    memiliki piutang (berpiutang/kreditor).67

    65

    M. Irsan Nasaruddin dan Indra Surya,Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, PredanaMedia. Jakarta. 2004. Hal. 192.

    66Ibid.Hal. 193-194.67

    Iswi Hariyani dan Ir. R. Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, VisiMedia. Jakarta. 2010. Hal. 205.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    32/54

    Khusus mengenai obligasi akan dibahas lebih khusus pada

    pembahasan selanjutnya.

    h.

    Sertifikat Dana

    Sertifikat dana adalah sertifikat yang diterbitkan oleh PT.

    Danareksa berdasarkan dukungan dana yang dihimpunnya denga cara

    membeli banyak saham dari beberapa perusahaan go public yang bonafit.

    Pemegang sertifikat dana mendapat dividen dari PT. Danareksa pada

    umumnya dua kali setahun. Sertifikat dana diterbitkan atas unjuk, sehingga

    dapat dialihkan/dijual dengan mudah.68

    i. Sertifikat Saham

    Sertifikat saham adalah sertifikat yang diterbitkan oleh PT

    Danareksa selaku pengelola dan pengumpul dana dari masyarakat yang

    membuktikan bahwa pemegangnya memiliki sebagian, satu atau beberapa

    lembar saham dari perseroan terbatas tertentu. Pemegangnya mendapat

    dividen dari PT Danareksa sesuai dengan dividen perseroan terbatas yang

    menerbitkan sahamnya. Sertifikat saham diterbitkan atas unjuk, sehingga

    dapat diperjualbelikan dengan mudah.69

    68

    Abdulkadir Muhammad. Op. Cit. Hal. 266.69Ibid. Hal 269.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    33/54

    j. Sertifikat Deposito

    Sertifikat deposito disebut juga sertifikat bank karena diterbitkan

    oleh bank. Sertifikat deposito adalah surat bukti penerimaan atas sejumlah

    uang yang diserahkan kepada bank umum untuk suatu jangka waktu dengan

    mendapat bunga sebagai imbalannya. Sertifikat deposito diterbitkan atas

    tunjuk, sehingga dapat dialihkan/diperjualbelikan dengan mudah. Di dalam

    sertifikat deposito tidak tertulis nama seseorang atau badan hukum

    tertentu.70

    Obligasi pada prinsipnya merupakan surat hutang jangka panjang. Dalam

    hal ini obligasi merupakan suatu instrumen pendanaan (funding instrument) yang

    sangat efektif guna mengumpulkan dana dari masyarakat. Dengan menerbitkan

    obligasi penerbit berarti telah mengumpulkan dana dari para pemegangnya. Dana

    B. Pengertian dan Karakteristik Obligasi

    1. Pengertian Obligasi

    Perkataan obligasi berasal dari bahasa Belanda obligatie yang secara

    harfiah berarti hutang atau kewajiban. Selain itu, obligasi dapat berarti pula suatu

    surat hutang (schuldbrief). Dalam pengertian surat hutang ini, obligasi dalam

    terminologi hukum Belanda kerap disebut pula dengan istilah obligatie lening

    yaitu yang berarti secarik bukti pinjaman uang yang dikeluarkan oleh suatu

    perseroan atau badan hukum lain yang dapat diperdagangkan dengan cara

    menyerahkan surat tersebut.

    70Ibid. Hal 272.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    34/54

    ini dapat dipergunakan untuk perluasan usaha penerbitnya atau pun untuk tujuan

    lain dari penerbitnya.

    Dalam kamus hukum Sudarsono, obligasi mempunyai dua pengertian,

    yaitu:71

    a.

    Surat pinjaman dengan bunga tertentu dari pemerintah yang dapat

    diperdagangkan atau diperjualbelikan, ataub.

    Surat utang berjangka (waktu) lebih dari satu tahun dan memiliki suku

    bunga tertentu, di mana surat tersebut dikeluarkan oleh perusahaan untuk

    menarik dana dari masyarakat guna menutup pembiayaan perusahaan.

    Dari beberapa literatur dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

    obligasi adalah pernyataan berutang kepada pemegang dan menyanggupi untuk

    membayar/mengembalikan jumlah pokok dengan bunga tertentu sebagaimana

    yang disebutkan dalam surat utang itu. Bukti pengakuan utang tersebut dapat

    dikeluarkan oleh pemerintah/negara atau oleh perusahaan. Jadi, apabila orang

    membeli obligasi, berarti orang tersebut telah memberi pinjaman uang untuk

    jangka waktu tertentu dengan bunga tertentu dan pinjaman tersebut akan dibayar

    lunas sesuai jangka waktu yang tercantum dalam obligasi.

    Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tidak

    terdapat definisi obligasi secara eksplisit, tetapi terdapat kata obligasi pada

    Pasal 1 butir 5, Penjelasan Pasal 21 ayat (3), Pasal 24 ayat (1), dan Penjelasan

    Pasal 25 ayat (1), di mana intinya bahwa obligasi termasuk salah satu jenis efek.

    Ketentuan yang lebih jelas terdapat pada Pasal 51 ayat (4), di mana dikatakanbahwa obligasi sebagai contoh efek yang bersifat utang jangka panjang. Obligasi

    adalah bukti utang dari Emiten yang mengandung janji pembayaran bunga atau

    janji lainnya serta pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuhtempo, sekurang-kurangnya tiga tahun sejak tanggal emisi. (Pasal 1 butir 34

    Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1548/KMK.013.1990 sebagaimana telahdiubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1199/KMK.010/1991).72

    71Gunawan Widjaja, Penerbitan Obligasi dan Peran Serta Tanggung Jawab WaliAmanat dalam Pasar Modal, Prenada Media. Jakarta. 2006. Hal. 47.

    72

    Ibid. Hal 48. Diambil dari Jurnal Hukum Bisnis Vol. 3 dengan judul Aspek HukumCommercial Paper dan Obligasi hal. 60 oleh Indra Safitri.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    35/54

    2. Karakteristik Obligasi

    Obligasi merupakan salah satu instrumen yang diterbitkan oleh suatu

    pihak tertentu dan diperjualbelikan di bursa Efek. Di Indonesia, terdapat dua

    macam bursa Efek yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya

    (BES). Berdasarkan pembagian segmentasi perdagangan dengan BEJ, BES lebih

    banyak memperdagangkan obligasi, saham juga diperdagangkan namun tidak

    banyak.73

    Obligasi dapat dikatakan sebagai salah satu instrumen pasar modal yang

    memberikan pendapatan tetap (fixed income securities) bagi pemegangnya.

    Sebagai sekuritas pendapatan tetap obligasi memberikan penghasilan secara rutin.

    Obligasi memiliki karakteristik sebagaimana karakteristik sekuritas pendapatan

    tetap lainnya yaitu:

    74

    a.

    Surat berharga yang mempunyai kekuatan hukum;

    b. Memiliki jangka waktu tertentu atau masa jatuh tempo;

    c. Memberikan pendapatan tetap secara periodik;

    d. Ada nilai nominal.

    Penerbit (emiten) obligasi berkewajiban untuk membayarkan bunga

    dalam jumlah tertentu secara periodik selama obligasi belum jatuh tempo, dan

    juga melakukan pembayaran kembali nilai prinsipal obligasi tersebut pada saat

    jatuh tempo yang telah ditentukan.

    Adapun karakteristik umum yang tercantum pada sebuah obligasi yaitu

    meliputi :75

    a.Nilai Penerbitan Obligasi ( jumlah pinjaman dana)

    73M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya. Op. cit. Hal. 129.

    74Dyah Ratih Sulityawati, Op.cit. Hal. 51

    75Levi Lana. Penerbitan Obligasi dan Pembangunan dengan Obligasi (Tinjauan AspekYuridis dan Praktis). Jurnal Hukum Bisnis Vol 10, 2000. Hal. 29-30.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    36/54

    Dalam penerbitan obligasi maka pihak Emiten akan dengan jelas

    menyatakan berapa jumlah dana yang dibutuhkan melalui penjualan

    obligasi. Istilah yang ada yaitu dikenal dengan jumlah emisi obligasi.

    Apabila perusahaan membutuhkan dana Rp. 400 milyar maka dengan

    jumlah yang sama akan diterbitkan obligasi senilai dana tersebut. Penentuan

    besar kecilnya jumlah penerbitan obligasi berdasarkan kemampuan aliran

    kas perusahaan serta kinerja bisnisnya.

    b. Jangka waktu obligasi

    Setiap obligasi mempunyai jangka waktu jatuh tempo (maturity).

    Masa jatuh tempo obligasi kebanyakan berjangka waktu 5 (lima) tahun.

    Untuk obligasi pemerintah bisa berjangka waktu lebih dari 5 (lima) tahun

    sampai 10 (sepuluh) tahun. Semakin pendek jangka waktu obligasi maka

    akan semakin diminati oleh investor karena dianggapnya resikonya semakin

    kecil. Pada saat jatuh tempo pihak penerbit obligasi berkewajiban melunasi

    pembayaran pokok obligasi tersebut.

    c.

    Tingkat Suku Bunga

    Untuk menarik investor membeli obligasi tersebut maka diberikan

    insentif berbentuk tingkat suku bunga yang menarik misalnya 17%, 18% per

    tahunnya. Penentuan tingkat suku bunga biasanya ditentukan dengan

    membandingkan tingkat suku bunga perbankan pada umumnya. Istilah

    tingkat suku bunga obligasi biasanya dikenal dengan nama kupon obligasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    37/54

    Jenis kupon bisa berbentuk fixed rate dan variable rate untuk alternatif

    pilihan bagi investor.

    d.

    Jadwal Pembayaran Suku Bunga

    Kewajiban pembayaran kupon (tingkat suku bunga obligasi)

    dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan sebelumnya, bisa dilakukan

    triwulanan atau semesteran. Ketepatan waktu pembayaran kupon merupakan

    aspek penting dalam menjaga reputasi penerbit obligasi.

    e. Jaminan

    Obligasi yang memberikan jaminan berbentuk aset perusahaan

    akan mempunyai daya tarik bagi calon pembeli obligasi tersebut. Di dalam

    penerbitan obligasi kewajiban penyediaan jaminan tidak harus mutlak.

    Apabila yang memberikan jaminan berbentuk aset perusahaan ataupun

    tagihan piutang perusahaan dapat menjadi alternatif yang menarik investor.

    Dari karakteristik-karakteristik yang telah diuraikan sebelumnya maka

    dapat dibagi menjadi berbagai macam obligasi. Dari cara pengalihan terdapat 2

    (dua) jenis obligasi, yaitu Obligasi Atas Unjuk (bearer bond) dan Obligasi Atas

    Nama (registered bond). Ciri-ciri penting dari Obligasi Atas Unjuk meliputi:76

    a.Nama pemilik tidak tercantum dalam sertifikat obligasi;

    b. Setiap sertifikat obligasi disertai dengan kupon bunga yang dilepaskansetiap pembayaran bunga dilakukan;

    c. Sangat mudah untuk dialihkan;d. Kertas sertifikat obligasi dibuat dari bahan berkualitas tinggi seperti bahan

    pembuat uang;

    76M. Irsan Nasaruddin dan Indra Surya. Op.cit.. Hal 183.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    38/54

    e. Bunga dan pokok obligasi hanya dibayarkan kepada orang yang dapat

    menunjukkan kupon bunga dan sertifikat obligasi.

    Sedangkan untuk Obligasi Atas Nama untuk pokok pinjaman, nama

    pemilik tercantum dalam sertifikat obligasi beserta kupon bunga dan untuk pokok

    bunga nama pemilik tidak tercantum dalam sertifikat obligasi. Nama dan alamat

    pemilik dicatat di perusahaan Emiten untuk memudahkan dalam pengiriman

    bunga. Kemudian Obligasi Atas Nama untuk pokok dan bunga, nama pemilik

    tercantum dalam sertifikat obligasi, tetapi tidak ada kupon bunga, karena bunga

    langsung disampaikan kepada pemilik yang namanya tercantum dalam daftar

    perusahaan Emiten.77Adapun jenis-jenis obligasi itu dapat dibagi dalam beberapa

    jenis yaitu:78

    a. Obligasi Berdasarkan Jaminan

    Ditinjau dari segi jaminan yang diberikan, terdapat beberapa jenis

    obligasi, yaitu Obligasi dengan Jaminan (secured bond/debentures) dan

    Obligasi tanpa Jaminan. Obligasi dengan Jaminan adalah obligasi yang

    diberi agunan (collateral) untuk pelunasan pokok pinjaman beserta

    bunganya yang berupa harta kekayaan perusahaan, bisa berupa tanah,

    gedung dan lain-lain, sedangkan Obligasi tanpa Jaminan adalah obligasi

    yang tidak didukung dengan agunan. Selain obligasi-obligasi itu, ada

    obligasi yang diterbitkan dengan jaminan hak tanggungan dan agunan aset

    (Mortage and other asset backed). Obligasi jenis ini banyak terdapat di

    Amerika Serikat, Jerman, Meksiko dan Inggris. Tanah dengan hak

    77

    Ibid. Hal 183-184.78Ibid. Hal 184-187

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    39/54

    tanggungan dan aset non-tanah mengalami proses sekuritasi kemudian

    dijadikan jaminan untuk obligasi yang dikeluarkan senilai harga yang

    ditaksir. Perusahaan Telmex (Mexico) mengeluarkan obligasi pada tahun

    1995 yang didasarkan pada jaminan penerimaan pembayaran rekening

    telepon sambungan antara Mexico-Amerika Serikat.

    b. Obligasi Berdasarkan Cara Penetapan dan Pembayaran Bunga

    Ada beberapa jenis obligasi dilihat dari segi penetapan dan

    pembayaran bunga yaitu:

    1)Obligasi dengan Bunga Tetap

    Obligasi ini memberikan bunga tetap yang dibayar setiap

    periode tertentu, misalnya obligasi yang diterbitkan oleh PT Jasa Marga

    IV Tahap II Seri K yang memberikan bunga sebesar 18% per tahun dan

    dibayar setiap 3 bulan. Pada waktu jatuh tempo, pokok pinjaman dibayar

    kepada pemegang obligasi.

    2)Obligasi dengan Bunga Tidak Tetap

    Cara penetapan obligasi ini bermacam-macam, misalnya bunga

    yang dikalikan dengan indeks atau dengan tingkat bunga deposito yang

    berlaku seperti di pasaran luar negeri seperti LIBOR (London Intern

    Bank Offer Rate) atau SIBOR (Singapore Inter Bank Offer Rate).

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    40/54

    3) Obligasi tanpa Bunga (Zero Coupon)

    Jenis obligasi ini tidak mempunyai kupon bunga dan sebagai

    konsekuensinya pemilik tidak memperoleh pembayaran bunga secara

    periodik. Keuntungan yang diperoleh dari pemilikan obligasi ini diukur

    dari selisih antara nilai pada waktu jatuh tempo (sebesar nilai nominal)

    dengan harga pembelian.

    4)Obligasi yang Tidak Terbatas Jatuh Temponya (perpectual bond)

    Obligasi ini merupakan salah satu jenis obligasi yang tidak

    mempunyai batas jatuh temponya. Perusahaan yang menerbitkan surat

    berharga ini tidak mempunyai kewajiban untuk mengembalikan utang

    tersebut, kecuali perusahaan tersebut dilikuidasi.

    5) Obligasi dengan Bunga Mengambang (floating rate bond)

    Obligasi ini menjanjikan untuk memberikan suku bunga secara

    mengambang, misalnya 1% di atas tingkat bunga LIBOR atau SIBOR

    atau rata-rata tingkat suku bunga deposito berjangka pada Bank

    Pemerintah.

    c. Obligasi Berdasarkan Nilai Pelunasan

    Obligasi juga dapat dibedakan dari segi nilai pelunasan, terutama

    dikaitkan dengan merosotnya nilai uang. Disini nilai pelunasan obligasi

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    41/54

    dikaitkan dengan indeks harga tertentu, seperti klausula emas, klausula

    perak, valuta asing, indeks harga konsumen.

    d.

    Obligasi Berdasarkan Konvertibilitas (convertible bond)

    Jenis obligasi ini memberikan hak bagi pemegangnya untuk

    menukarkan obligasi yang dimilikinya dengan saham (common stock) dalam

    jangka waktu tertentu sesuai dengan syarat-syarat pinjaman. Obligasi

    konversi tidak ubahnya dengan obligasi biasa.. Obligasi konversi

    mencantumkan persyaratan untuk konversi seperti tanggal penukaran,

    jumlah yang dipertukarkan, dan harga konversi. Kekurangan (disadvantage)

    dari obligasi konversi adalah kalau terjadi kesalahan dalam pengambilan

    keputusan konversi yang tidak tepat, misalnya pada saat terjadi kenaikan

    suku bunga bank atau Emiten tidak berhasil mendapatkan keuntungan,

    sehingga tidak membagikan deviden. Obligasi yang telah dikonversikan

    menjadi saham akan menambah modal sendiri dalam posisi neraca.

    e. Obligasi Berdasarkan Penerbit

    Banyaknya dan tersebarnya Emiten di beberapa daerah, maka

    obligasi juga berasal dari lembaga atau daerah tertentu, oleh karena itu

    dilihat dari pihak yang menerbitkannya, maka obligasi dapat dibedakan atas:

    1)Obligasi Pemerintah Pusat

    Setiap obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah adalah

    obligasi tanpa jaminan (non-securedbond). Di Indonesia saat ini hanya

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    42/54

    obligasi Bank Indonesia yang dipasarkan di pasar Internasional yang

    dimaksudkan untuk benchmark bagi obligasi BUMD dan perusahaan

    swasta nasional.

    2)

    Obligasi Pemerintah Daerah

    Obligasi Pemerintah Daerah (Pemda) belum diperkenalkan di

    Indonesia, walaupun dari segi potensi ada beberapa Pemda yang

    mempunyai prospek mengeluarkan obligasi dalam rangka menambah

    investasi Pemda. Daerah-daerah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa

    Tengah, Jawa Timur misalnya mempunyai prospek mengeluarkan

    obligasi. Undang-Undang Pemerintah Daerah saat ini memberikan

    peluang kepada daerah untuk secara mandiri mengelola sumber daya

    alamnya. Pemerintah daerah bisa mengeluarkan obligasi pemerintah

    daerah (municipal bonds). Kabupaten-Kota yang kaya sumber daya alam

    berpeluang mengeluarkan obligasi demikian.

    3)Obligasi Perusahaan Swasta

    Obligasi ini dikeluarkan oleh perusahaan komersial swasta

    dalam rangka perhimpunan dana untuk kegiatan usaha bisnisnya.

    f. Obligasi Berdasarkan Waktu Jatuh Tempo

    Setiap obligasi mempunyai masa jatuh tempo yang berbeda-beda

    yang dapat dikelompokkan ke dalam 3 golongan yaitu:

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    43/54

    1)Obligasi jangka pendek (sampai dengan 1 tahun)

    2)

    Obligasi jangka menengah (dua sampai lima tahun)

    3)

    Obligasi jangka panjang (lebih dari lima tahun)

    Secara umum, kelemahan obligasi adalah kesulitan untuk memperkirakan

    perkembangan suku bunga, padahal harga obligasi sangat tergantung pada

    perkembangan suku bunga. Bila suku bunga bank menunjukkan tren meningkat,

    maka pemegang obligasi akan menderita kerugian. Risiko lain adalah kemampuan

    Emiten untuk melunasi pembayaran bunga obligasi sebelum jatuh tempo.

    C. Dasar Hukum Penerbitan Obligasi

    Obligasi merupakan suatu surat berharga yang di dalamnya memuat

    suatu bukti utang dari penerbitnya. Dalam terminologi hukum perdata kata

    hutang diartikan sebagai suatu kewajiban untuk melakukan prestasi kepada

    orang lain. Hutang dalam pengertian hukum perdata adalah timbul dari suatu

    perikatan. Sebagaimana yang kita ketahui perikatan dapat lahir karena undang-

    undang maupun karena perjanjian. Jadi pengertian hutang disini adalah sangat

    umum, karena hutang ini dapat timbul dari perikatan apa saja. Sedangkan hutang

    dalam obligasi yang dimaksud adalah hutang dalam arti sempit, yaitu hutang yang

    timbul karena perikatan pinjam meminjam uang (gedschuld), tidak dari perikatan

    lain. Secara lebih tegas, hutang dalam definisi di atas harus diartikan sebagai

    hutang sejumlah uang.79

    79

    Abdulkadir Muhammad, Op.cit. Hal. 4.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    44/54

    Obligasi tidak diatur di dalam KUHD. Pengaturan tentang Obligasi dapat

    ditemukan di luar dari KUHD yakni diseluruh peraturan perundang-undangan

    yang ada di Indonesia. Ini dapat dilihat pertama sekali pada Peraturan Pemerintah

    Nomor 6 Tahun 1963 tentang Pinjaman Obligasi oleh Bank/Perusahaan/Badan

    Pemerintah maupun Swasta. Inilah produk hukum yang pertama sekali mengatur

    diterbitkannya obligasi oleh bank/perusahaan/badan pemerintah maupun swasta di

    Indonesia. Lalu dengan berkembangnya pasar uang dan modal dipandang perlu

    untuk kembali meninjau peraturan tersebut. Oleh karena itu Peraturan Pemerintah

    No. 6 Tahun 1963 dicabut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1973.

    Seiring dengan perkembangan pasar modal yang sudah menyentuh

    tingkat internasional maka pemerintah mengeluarkan regulasi dengan menerbitkan

    Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 tahun 1978 tentang Pinjaman

    Luar Negeri dalam Bentuk Surat Utang atau Obligasi. Keputusan Presiden ini

    menjadi payung hukum bagi setiap penerbit obligasi yang akan mengeluarkan

    surat utang kepada lembaga asing.

    Berkembangnya perdagangan obligasi ini membuat pemerintah semakin

    memperkuat payung hukum penerbitan obligasi di dalam negeri. Hal ini dapat

    dilihat dari diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

    Nomor 755/KMK.011/1982 tentang Tata Cara Menawarkan Obligasi kepada

    Masyarakat oleh Badan Usaha selain Bank dan LKBB. Lalu dterbitkan juga

    Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 1/KMK.04/1983

    tentang Pemberian Keringanan Perpajakan bagi Pembelian Obligasi oleh

    Masyarakat Pemodal. Kedua produk hukum ini menjadi dasar hukum dan acuan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    45/54

    bagi badan usaha yang ingin melakukan penawaran obligasi kepada masyarakat

    di Indonesia.

    Pengaturan obligasi juga dimuat pada dalam Pasal 1 angkat 10 Undang-

    Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang mengatakan surat

    berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit,

    atau derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit dalam

    bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan uang. Dengan adanya

    aturan ini maka setiap bank dapat menerbitkan obligasi.

    Pengaturan mengenai obligasi dapat juga dilihat dalam berbagai jenis

    Keputusan Ketua BAPEPAM-LK. Pengaturan-pengaturan mengenai obligasi itu

    antara lain terdapat pada Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan

    Lembaga Keuangan Nomor: Kep: -412/BL/2009 tentang Ketentuan Umum dan

    Kontrak Perwaliamanatan Efek Bersifat Utang. Dalam peraturan ini dapat

    ditemukan fungsi, tugas, serta tanggung jawab Wali Amanat dalam hal melakukan

    penerbitan obligasi. Pengaturan lainnya dapat ditemukan pada Keputusan Ketua

    Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-05/PM/2004

    tentang Penawaran Umum oleh Pemegang Saham. Peraturan inilah yang

    digunakan Emiten dalam rangka melakukan penawaran umum obligasi kepada

    masyarakat.

    D. Pihak-Pihak dalam Penerbitan Obligasi

    Dalam penerbitan obligasi, tentunya ada pihak-pihak yang terkait dalam

    penerbitan obligasi tersebut. Pihak-pihak itu antara lain:

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    46/54

    1. Emiten

    Emiten merupakan pihak yang menjadi penerbit atau yang

    mengeluarkan obligasi untuk dijual kepada masyarakat. Dalam Undang-

    Undang Pasar Modal pengertian Emiten adalah pihak yang melakukan

    penawaran umum. Kata pihak sendiri dalam Undang-Undang Pasar

    Modal didefinisikan sebagai orang perseorangan, perusahaan, usaha

    bersama, asosiasi atau kelompok yang terorganisasi.80

    Hal ini akan lebih jelas dengan melihat ketentuan lain dalam aturan

    pasar modal mengenai pengertian Emiten. Ketentuan tersebut adalah

    Keputusan Menkeu No. 1548. Dalam Pasal 1 butir 13 pada Keputusan

    Dari kedua definisi di atas, kita dapat melihat bahwa pengertian

    Emiten dalam undang-undang dikaitkan dengan penerbitan obligasi adalah

    sangat luas. Karena, dari definisi tersebut Emiten obligasi berarti dapat

    berupa perseorangan, usaha bersama, perusahaan, asosiasi, atau kelompok

    yang terorganisasi.

    Pendefinisian dalam undang-undang tersebut di atas adalah dalam

    arti luas, karena undang-undang tersebut dimaksudkan tidak hanya

    mengatur dan berlaku untuk obligasi saja, tetapi juga untuk mengatur dan

    berlaku bagi semua pihak yang terlibat dalam kancah pasar modal. Dengan

    demikian, yang dapat bertindak sebagai Emiten obligasi adalah tidak

    semua yang disebutkan dalam pengertian pihak dalam definisi undang-

    undang di atas.

    80A. Setiadi. Op.Cit. Hal 39.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    47/54

    Menkeu memberikan definisi Emiten yaitu badan hukum yang melakukan

    emisi atau bermaksud atau telah melakukan emisi.81

    Dari definisi di atas dapat melihat secara lebih sempit lagi bahwa

    yang dapat menerbitkan obligasi hanyalah badan hukum. Ketentuan ini

    sejalan dengan kenyataan yang terjadi. Dalam praktek, emisi obligasi pada

    umumnya dan lazimnya adalah dilakukan oleh suatu badan hukum. Akan

    tetapi tidak semua badan hukum dapat dan boleh menerbitkan obligasi.

    Yang dimaksudkan sebagai badan hukum yang dapat menerbitkan obligasi

    di pasar modal ialah badan hukum yang didirikan menurut hukum

    Indonesia. Selain itu, ada badan hukum tertentu yang karena sifatnya yang

    ditentukan oleh undang-undang tidak dimungkinkan untuk menerbitkan

    obligasi. Badan hukum tersebut misalnya dana pensiun. Sebagaimana yang

    terdapat pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana

    Pensiun disebutkan bahwa dana pensiun merupakan suatu badan hukum

    (Pasal 1 angka 1). Larangan bagi dana pensiun untuk menerbitkan obligasi

    dapat dilihat dari ketentuan Pasal 31 ayat (2) yaitu mengatakan bahwa

    dana pensiun tidak diperkenankan meminjam atau mengagunkan

    kekayaannya sebagai jaminan atas suatu pinjaman. Badan hukum yang

    dapat menjadi penerbit obligasi ini dapat dikelompokkan menjadi dua

    kelompok yaitu badan hukum publik dan badan hukum privat.

    82

    81Ibid

    . Hal 40.82

    Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    48/54

    2. Wali Amanat

    Dalam penerbitan obligasi dikenal lembaga Wali Amanat (trustee).

    Lembaga ini merupakan lembaga khusus yang harus ada dalam setiap

    penerbitan efek yang bersifat hutang seperti obligasi. Wali Amanat

    merupakan pihak yang mewakili para pemegang obligasi dalam

    hubungannya dengan penerbitan obligasi yang bersangkutan. Wali Amanat

    dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

    didefinisikan sebagai pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek

    yang bersifat hutang. Pembahasan mengenai Wali Amanat akan dibahas

    lebih khusus dalam pembahasan selanjutnya.

    3. Penjamin Emisi Efek

    Penjamin emisi efek merupakan pihak yang juga memegang

    peranan sangat penting dalam penerbitan obligasi. Dalam Pasal 1 angka 17

    Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan

    pengertian penjamin emisi adalah pihak yang membuat kontrak dengan

    Emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan Emiten

    dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual.

    Dari ketentuan ini dapat dilihat bahwa penjamin emisi efek

    merupakan pihak yang bertindak menjamin atas keberhasilan penjualan

    obligasi. Jadi tugas utama penjamin emisi dalam penerbitan suatu obligasi

    adalah mengusahakan agar emisi dan penjualan obligasi oleh Emiten kepada

    masyarakat dapat berjalan dengan lancar, dalam arti semuanya dapat terjual

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    49/54

    kepada masyarakat. Selain itu dalam rangka penjaminan emisi ini, penjamin

    emisi efek dapat pula menjamin kepada Emiten bahwa apabila obligasi yang

    ditawarkan tidak terjual habis, maka penjamin emisi menjamin akan

    membelinya sendiri obligasi yang tidak habis terjual tersebut.

    Penjamin emisi efek merupakan salah satu jenis dari perusahaan

    efek. Dalam Pasal 1 angka 21 Undang-Undang Pasar Modal memberi

    definisi perusahaan efek sebagai pihak yang melakukan kegiatan usaha

    sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, dan atau manajer

    investasi. Kemudian ditegaskan dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang

    Pasar Modal bahwa yang dapat melakukan kegiatan usaha sebagai

    perusahaan efek adalah perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari

    BAPEPAM-LK. Selanjutnya Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Pasar

    Modal menentukan bahwa yang dapat melakukan kegiatan sebagai Wakil

    Penjamin Emisi efek hanya orang perseorangan yang telah memperoleh izin

    dari BAPEPAM-LK. Dari kedua ketentuan ini kita mengetahui bahwa

    Penjamin Emisi Efek merupaka perseroan terbatas yang memiliki izin

    sebagai suatu perusahaan efek di mana untuk melakukan kegiatannya

    perusahaan efek tersebut memiliki wakil penjamin emisi efek.

    Dalam praktek penerbitan obligasi biasanya penjaminan emisi

    dilakukan oleh lebih dari satu penjamin emisi. Dalam hal ini salah satu dari

    penjamin emisi ini akan bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi

    (managing underwriter). Penjamin pelaksana emisi (managing underwriter)

    merupakan penjamin emisi yang bertanggung jawab atau menyelenggarakan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    50/54

    suatu penawaran umum. Jadi penjamin pelaksana efek ini yang

    mempersiapkan segala sesuatunya sehubungan dengan penerbitan obligasi

    termasuk mempersiapkan prospektus dan sebagainya.83

    Dalam kerangka Undang-Undang Pasar Modal penanggung diatur

    secara khusus seperti lembaga penunjang yang lain. Hal ini disebabkan

    keberadaan penanggung dalam suatu emisi obligasi adalah bersifat fakultatif

    (tidak diharuskan ada). Namun demikian dalam Pasal 1 angka 36 Keputusan

    Menteri Keuangan No. 1548 yang dimaksud penanggung adalah pihak yang

    menanggung pembayaran kembali jumlah pokok dan/atau bunga emisi

    obligasi, atau sekuritas dalam hal Emiten cidera janji.

    4. Penanggung

    84

    Pada prinsipnya setiap orang atau lembaga dapat menjadi

    penanggung dalam penerbitan obligasi. Namun demikian, pada umumnya

    masyarakat hanya menerima penanggung yang kredibilitasnya memuaskan.

    Dalam praktek penanggung umumnya dilakukan oleh bank.

    85

    Penanggung dalam penerbitan obligasi dapat lebih dari satu

    penanggung. Penanggungan yang demikian merupakan suatu sindikasi.

    Dalam hal ini setiap penanggung bertanggung jawab baik secara sendiri-

    sendiri maupun bersama-sama (tanggung renteng).

    86

    83

    Ibid. Hal 50.84

    Ibid.85

    Ibid

    . Hal 51.86

    Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    51/54

    5. Notaris

    Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

    tentang Jabatan Notaris memberikan pengertian notaris adalah pejabat

    umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenang lainnya

    sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang ini.

    Notaris yang bermaksud melakukan kegiatan sebagai profesi

    penunjang pasar modal diwajibkan terlebih dahulu terdaftar di BAPEPAM-

    LK. Perlunya notaris dalam proses emisi obligasi adalah dalam rangka

    pembuatan perjanjian-perjanjian yang berkaitan dengan emisi obligasi,

    seperti misalnya perjanjian perwaliamanatan, perjanjian penjaminan emisi,

    perjanjian penanggungan dan sebagainya yang diwajibkan oleh Undang-

    Undang Pasar Modal.87

    Konsultan hukum ialah ahli hukum yang membantu dalam aspek

    hukum Emiten yang akan melakukan emisi obligasi. Tugas konsultan

    hukum dalam ruang lingkup pasar modal sebenarnya sangat luas. Namun

    pada prakteknya, tugas konsultas hukum dalam proses emisi hanya

    memberikan pendapat hukum (legal opinion) kepada pihak lain sehubungan

    dengan suatu emisi obligasi.

    6. Konsultan Hukum

    88

    Konsultan hukum dalam hal ini diperlukan dalam rangka

    melaksanakan asas keterbukaan. Konsultan hukum berfungsi meneliti dan

    87Ibid

    . Hal 52.88

    Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    52/54

    melakukan pemeriksaan (due diligence) terhadap aspek-aspek hukum

    Emiten dan memberikan pendapat hukum (legal opinion) antara lain tentang

    keabsahan usaha Emiten, kepemilikan kekayaan Emiten, serta penilaian

    perikatan Emiten dengan pihak ketiga. Pendapat hukum yang dibuat

    konsultan hukum merupakan salah satu dasar yang akan digunakan oleh

    masyarakat untuk melakukan penilaian atas obligasi yang ditawarkan

    Emiten.89

    Akuntan yang dimaksudkan di sini ialah akuntan yang telah

    memperoleh izin dari Menteri dan terdaftar di BAPEPAM-LK. Akuntan

    dalam emisi obligasi bertugas antara lain melakukan pemeriksaan secara

    umum atas laporan keuangan Emiten dan memberikan pendapat apakah

    posisi keuangan (neraca) dan hasil usaha (perhitungan laba rugi) serta

    perubahan posisi keuangan perusahaan (laporan perubahan posisi keuangan)

    telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi Indonesia yang

    diterapkan secara konsisten. Laporan akuntan merupakan salah satu sarana

    penilaian bagi masyarakat perihal kondisi keuangan Emiten.

    7. Akuntan

    90

    Penilai yang dimaksud di sini ialah suatu pihak yang memberikan

    penilaian atas aset perusahaan yang melakukan penawaran umum. Penilai di

    8. Penilai

    89Ibid

    . Hal 53.90

    Ibid.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    53/54

    sini juga harus terlebih dahulu terdaftar di BAPEPAM-LK sebelum

    melakukan kegiatan sebagai salah satu profesi penunjang pasar modal.91

    Lembaga ini berfungsi menyelesaikan semua hak-hak dan

    kewajiban yang timbul dari transaksi di bursa efek. Lembaga Kliring dapat

    juga bertindak sebagai agen pembayaran atas transaksi jual beli obligasi.

    Umumnya yang ditunjuk sebagai lembaga kliring adalah bank. Ia bertugas

    membayar bunga dan pinjaman poko atas obligasi, namun keterlibatan

    hanya setelah obligasi masuk di bursa efek atau di pasar sekunder.

    10. Lembaga Kliring

    92

    Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan

    sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek

    pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka

    (Pasal 1 butir 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar

    Modal). Berdasarkan pembagian segmentasi perdagangan dengan Bursa

    Efek Jakarta (BEJ), Bursa Efek Surabaya (BES) lebih banyak

    memperdagangkan obligasi, saham juga diperdagangkan namun tidak

    banyak.

    11. Bursa Efek

    93

    91Ibid.

    92

    Levi Lana. Op.CitHal. 60.93Nasarudin. Op.cit. Hal. 129.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/26/2019 Chapter II Tata Cara Obligasi

    54/54

    12. Investor (Masyarakat Pemodal)

    Investor merupakan aktor utama yang berperan di dalam kegiatan

    pasar modal. Investor sebagai pihak yang menginvestasikan dananya di

    pasar modal, dengan cara membeli efek yang bersifat utang (obligasi)

    maupun efek yang bersifat ekuitas. Investor yang terlibat dalam pasar

    modal Indonesia adalah investor domestik dan asing, perorangan dan

    institusi yang mempunyai karakteristik masing-masing.94

    Demikianlah pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan obligasi.

    Kesemua pihak ini saling terkait dalam hal sebelum maupun sesudah

    diterbitkannya obligasi oleh Emiten. Masing-masing pihak memiliki peran yang

    sama pentingnya. Hal ini ditandai dalam setiap penerbitan obligasi ke semua

    pihak ini harus diikutsertakan dalam setiap penerbitan obligasi.