Chapter II

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Jalur 2.1.1 Sejarah Analisis Jalur Path Analysis atau analisis jalur dikembangkan oleh Sewal Wright tahun 1934. Bohrnstedt mengartikan analisis jalur sebagai “a technique for estimating the effect’s a set of independent variables has on a dependent variable from a set of observed correlations, given a set of hypothesized causal asymetric relatin among the variables” (Riduan dan Kuncoro 2011 dikutip oleh Sunjoyo dkk, 2013). Analisis jalur ini merupakan perluasan atau kepanjangan dari regresi berganda yang digunakan untuk menaksir hubungan kausalitas (sebab-akibat) antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya, serta menguji besarnya sumbangan atau kontribusi masing-masing variabel eksogen terhadap variabel endogen (Ghozali 2006, Riduan dan Kuncoro 2011 dikutip oleh Sunjoyo dkk, 2013). Dalam pengujian hubungan kausal tersebut yang didasarkan pada teori yang memang menyatakan bahwa variabel yang dikaji memiliki hubungan secara kausal. Analisis jalur bukan ditujukan untuk menurunkan teori kausal, melainkan dalam penggunaannya harus didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa hubungan antar variabel tersebut bersifat kausal. Dengan demikian, kuat lemahnya teori yang digunakan dalam menggambarkan hubungan kausal tersebut menentukan dalam penyusunan diagram jalur dan mempengaruhi hasil dari analisis serta pengimplementasian secara keilmuan (Widiyanto, 2013).

description

chapter 1

Transcript of Chapter II

  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Analisis Jalur

    2.1.1 Sejarah Analisis Jalur

    Path Analysis atau analisis jalur dikembangkan oleh Sewal Wright tahun

    1934. Bohrnstedt mengartikan analisis jalur sebagai a technique for estimating

    the effects a set of independent variables has on a dependent variable from a set

    of observed correlations, given a set of hypothesized causal asymetric relatin

    among the variables (Riduan dan Kuncoro 2011 dikutip oleh Sunjoyo dkk,

    2013).

    Analisis jalur ini merupakan perluasan atau kepanjangan dari regresi

    berganda yang digunakan untuk menaksir hubungan kausalitas (sebab-akibat)

    antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya, serta menguji besarnya

    sumbangan atau kontribusi masing-masing variabel eksogen terhadap variabel

    endogen (Ghozali 2006, Riduan dan Kuncoro 2011 dikutip oleh Sunjoyo dkk,

    2013).

    Dalam pengujian hubungan kausal tersebut yang didasarkan pada teori

    yang memang menyatakan bahwa variabel yang dikaji memiliki hubungan secara

    kausal. Analisis jalur bukan ditujukan untuk menurunkan teori kausal, melainkan

    dalam penggunaannya harus didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa

    hubungan antar variabel tersebut bersifat kausal. Dengan demikian, kuat lemahnya

    teori yang digunakan dalam menggambarkan hubungan kausal tersebut

    menentukan dalam penyusunan diagram jalur dan mempengaruhi hasil dari

    analisis serta pengimplementasian secara keilmuan (Widiyanto, 2013).

  • 2.1.2 Pengertian Analisis Jalur

    Menurut Pedhazur dalam Kerlinger (1983) dikutip oleh Widiyanto (2013),

    analisis jalur merupakan suatu bentuk terapan dari analisis multiregresi. Dalam

    analisis ini digunakan diagram jalur untuk membantu konseptualisasi masalah

    atau menguji hipotesis yang kompleks dan juga untuk mengetahui pengaruh

    langsung dan tidak langsung dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.

    Analisis jalur ialah suatu tehnik untuk menganalisis hubungan sebab akibat

    yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel

    tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung (Robert

    D. Rutherford 1993 dikutip oleh Sarwono, 2007).

    Defenisi lain mengatakan Analisis jalur merupakan pengembangan

    langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi

    tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikasi (significance) hubungan sebab

    akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel (Paul Webley 1997 dikutip oleh

    Sarwono, 2007).

    David Garson dari North Carolina State University mendefenisikan

    analisis jalur sebagai model perluasan regresi yang digunakan untuk menguji

    keselarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih model hubungan sebab akibat

    yang dibandingkan oleh peneliti. Modelnya digambarkan dalam bentuk gambar

    lingkaran dan panah dimana anak panah tunggal menunjukkan sebagai penyebab.

    Regresi dikenakan pada masing-masing variabel dalam suatu model sebagai

    variabel tergantung (pemberi respons) sedang yang lain sebagai penyebab.

    Pembobotan regresi diprediksikan dalam suatu model yang dibandingkan dengan

  • matriks korelasi yang diobservasi untuk semua variabel dan dilakukan juga

    penghitungan uji keselarasan statistik (David Garson 2003 dikutip oleh Sarwono,

    2007).

    2.1.3 Manfaat Analisis Jalur

    Menurut Saparina (2013), ada beberapa manfaat analisis jalur diantaranya

    adalah:

    1. Sebagai penjelas terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang

    diteliti.

    2. Untuk prediksi nilai variabel endogenous (Y) berdasarkan nilai variabel

    eksogenous (X).

    3. Sebagai faktor determinan yaitu penentuan variabel eksogenous (X) mana

    yang berpengaruh dominan terhadap variabel endogenous (Y), juga untuk

    menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel eksogenous (X)

    terhadap variabel endogenous (Y).

    4. Pengujian model, menggunakan theory triming, baik untuk uji reabilitas

    konsep yang sudah ada ataupun uji pengembang konsep baru.

    2.1.4 Asumsi dalam Analisis Jalur

    Asumsi yang melandasi analisis jalur diantaranya adalah (Solimun 2002,

    Riduan dan Kuncoro 2011 dikutip oleh Sunjoyo dkk, 2013):

    1. Hubungan antar variabel haruslah linear dan aditif.

    2. Ukuran sampel yang memadai sebaiknya diatas 100.

    3. Pola hubungan antara variabel adalah rekursif (satu arah).

    4. Data berskala interval.

  • 2.1.5 Istilah-istilah dasar dalam Analisis Jalur

    Menurut Sarwono (2007), ada beberapa istilah yang digunakan dalam

    analisis jalur yaitu sebagai berikut:

    1. Model Jalur

    Adalah suatu diagram yang menghubungkan antara variabel bebas, perantara

    dan tergantung. Pola hubungannya menggunakan anak panah. Anak panah

    tunggal menunjukkan hubungan sebab-akibat antara variabel exogenous

    dengan satu variabel tergantung atau lebih. Anak panah-anak panah juga

    menghubungkan kesalahan (variabel residue) dengan semua variabel

    endogenous masing-masing. Anak panah ganda menunjukkan korelasi antara

    pasangan variabel-variabel exogenous.

    2. Jalur penyebab untuk suatu variabel yang diberikan

    Meliputi pertama, jalur-jalur arah dari anak panah menuju ke variabel tersebut

    dan kedua, jalur-jalur korelasi dari semua variabel endogenous yang

    dikorelasikan dengan variabel-variabel lain yang mempunyai anak panah-

    anak panah menuju ke variabel yang sudah ada tersebut.

    3. Variabel exogenous

    Adalah semua variabel yang tidak ada penyebabpenyebab eksplisitnya atau

    dalam diagram tidak ada anak-anak panah yang menuju ke arahnya, selain

    pada bagian kesalahan pengukuran. Jika antara variabel ini dikorelasikan

    maka korelasi ditunjukkan dengan anak panah berkepala dua yang

    menghubungkan variabel-variabel tersebut. Variabel ini disebut pula

    independen variabel.

  • 4. Variabel endogenous

    Adalah variabel yang mempunyai anak panah-anak panah menuju ke arahnya.

    Variabel yang termasuk di dalamnya mencakup semua variabel perantara dan

    tergantung. Variabel perantara endogenous mempunyai anak panah yang

    menuju ke arahnya dan dari arah variabel tersebut dalam suatu model.

    Adapun variabel tergantung hanya mempunyai anak panah yang menuju ke

    arahnya. Variabel ini disebut pula dependen variabel.

    5. Koefisien jalur atau pembobotan jalur

    Adalah koefisien regresi standar atau disebut beta yang menunjukkan

    pengaruh langsung dari suatu variabel bebas terhadap variabel tergantung

    dalam suatu model tertentu.

    6. Variabel-variabel exogenous yang dikorelasikan

    Jika semua variabel exogenous dikorelasikan maka sebagai penanda

    hubungannya ialah anak panah dengan dua kepala yang dihubungkan di

    antara variabel-variabel dengan koefisien korelasinya.

    7. Istilah gangguan

    Gangguan atau residue mencerminkan adanya varian yang tidak dapat

    diterangkan atau pengaruh dari semua variabel yang tidak terukur ditambah

    dengan kesalahan pengukuran.

    8. Dekomposisi pengaruh

    Koefisien-koefisien jalur dapat digunakan untuk mengurai korelasi-korelasi

    dalam suatu model ke dalam pengaruh langsung dan tidak langsung yang

  • berhubungan dengan jalur langsung dan tidak langsung yang direfleksikan

    dengan anak panah-anak panah dalam suatu model tertentu.

    9. Model Recursive

    Model penyebab mempunyai satu arah dan tidak ada pengaruh sebab akibat

    (reciprocal). Dalam model ini, satu variabel tidak dapat berfungsi sebagai

    penyebab dan akibat dalam waktu yang bersamaan.

    10. Model Non-Recursive

    Model penyebab mempunyai arah yang membalik (feed back loop) dan ada

    pengaruh sebab akibat (reciprocal).

    2.1.6 Model Analisis Jalur

    Beberapa istilah dan defenisi dalam analisis jalur. (1) Dalam Analisis

    Jalur, kita hanya menggunakan sebuah lambung variabel, yaitu X. Untuk

    membedakan X yang satu dengan X yang lainnya, kita menggunakan subscript

    (indeks). Contoh: X1, X2, X3, ..... , Xk. (2) Kita membedakan dua jenis variabel,

    yaitu variabel variabel yang menjadi pengaruh (exogenous variable), dan variabel

    yang dipengaruhi (endogenous variable). (3) Lambang hubungan langsung dari

    eksogen ke endogen adalah panah bermata satu, yang bersifat recursive atau arah

    hubungan yang tidak berbalik/satu arah. (4) Diagram jalur merupakan diagram

    atau gambar yang mensyaratkan hubungan terstruktur antar variabel (Harun Al

    Rasyid, 2005).

    Ada beberapa model yang dapat digunakan,mulai dari yang paling

    sederhana sampai dengan yang lebih rumit, diantaranya:

  • a. Analisis Jalur Model Trimming

    Model Trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu

    model struktur analisis jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel

    eksogen yang koefisien jalur diuji secara keseluruhan apabila ternyata ada

    variabel yang tidak signifikan. Walaupun ada satu, dua, atau lebih variabel

    yang tidak signifikan, perlu memperbaiki model struktur analisis jalur yang

    telah dihipotesiskan.

    b. Analisis Jalur Model Dekomposisi

    Model dekomposisi adalah model yang menekankan pada pengaruh yang

    bersifat kausalitas antar variabel, baik pengaruh langsung ataupun tidak

    langsung dalam kerangka analisis jalur, sedangkan hubungan yang sifatnya

    nonkausalitas atau hubungan korelasional yang terjadi antar variabel eksogen

    tidak termasuk dalam perhitungan ini.

    Perhitungan menggunakan analisis jalur dengan menggunakan model

    dekomposisi pengaruh kausal antar variabel dapat dibedakan menjadi tiga

    yaitu:

    1. Direct causal effects (Pengaruh Kausal Langsung) adalah pengaruh satu

    variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi tanpa melalui

    variabel endogen lain.

    2. Indirect causal effects (Pengaruh Kausal Tidak Langsung) adalah

    pengaruh satu variabel eksogen terhadap variabel endogen yang terjadi

    melalui variabel endogen lain terdapat dalam satu model kausalitas yang

    sedang dianalisis.

  • 3. Total causal effects (Pengaruh Kausal Total) adalah jumlah dari pengaruh

    kausal langsung dan pengaruh kausal tidak langsung.

    c. Model Regresi Berganda

    Model ini merupakan pengembangan regresi berganda dengan menggunakan

    dua variabel exogenous, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel endogenous Y.

    Model ini digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 2.1 Model Regresi Berganda

    d. Model Mediasi

    Model mediasi atau perantara ialah di mana variabel Y memodifikasi

    pengaruh variabel X terhadap variabel Z. Model ini digambarkan sebagai

    berikut:

    X1

    Y

    X2

  • Gambar 2.2 Model Mediasi

    e. Model Kombinasi Regresi Berganda dan Mediasi

    Model ini merupakan kombinasi antara model pertama dan kedua, yaitu

    variabel X berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung dan secara tidak

    langsung mempengaruhi variabel Z melalui variabel Y. Model digambarkan

    sebagai berikut:

    Gambar 2.3 Model Kombinasi

    f. Model Kompleks

    Model ini merupakan model yang lebih kompleks, yaitu variabel X1 secara

    langsung mempengaruhi Y2 dan melalui variabel X2 secara tidak langsung

    mempengaruhi Y2, sementara variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel Y1.

    Model digambarkan sebagai berikut :

    X Z

    Y

    X

    Z

    Y

  • Gambar 2.4 Model Kompleks

    g. Model Rekursif dan Non Rekursif

    Model rekursif adalah jika semua anak panah menuju anak panah seperti

    gambar di bawah ini :

    P41

    P31

    P43

    r21 P21

    P32

    P42

    e2 e3 e4

    Gambar 2.5 Model Rekursif

    Model ini dapat diterangkan sebagai berikut:

    1. Anak panah menuju satu arah, yaitu dari 1 ke 2, 3 dan 4; dari 2 ke 3 dan dari

    3 menuju 4. Tidak ada arah yang terbalik misalnyadari 4 ke 1.

    X1 X2

    Y2 Y1

    1

    4 3

    2

  • 2. Hanya terdapat satu variabel exogenous, yaitu 1 dan 3 variabel endogenous

    yaitu 2, 3 dan 4. Masing-masing variabel endogenous diterangkan oleh

    variabel 1 dan error (e2, e3 dan e4)

    3. Satu variabel endogenous dapat menjadi penyebab variabel endogenous

    lainnya, tetapi bukan ke variabel exogenous.

    Model non rekursif terjadi jika arah anak panah tidak searah atau terjadi

    arah yang berbalik, misalnya dari 4 ke 3 atau dari 3 ke 1 dan 2, atau bersifat sebab

    akibat. Pada bagian berikut untuk mempermudah kita dalam memahami analisis

    jalur, maka kita bisa menggunakan model-model jalur berikut:

    1. Model Persamaan Satu Jalur

    Model Persamaan satu jalur merupakan hubungan sebenarnya sama dengan

    regresi berganda, yaitu variabel bebas terdiri dari satu variabel dan variabel

    tergantungnya hanya satu.

    2. Model Persamaan Dua Jalur

    Model ini terdiri dari tiga variabel bebas dan mempunyai dua variabel

    tergantung.

    3. Model Persamaan Tiga Jalur

    Model ini terdiri dari tiga variabel bebas, salah satu variabel bebas menjadi

    variabel perantara dan mempunyai dua variabel tergantung.

    2.1.7 Keuntungan dan Kelemahan Analisis Jalur

    Menurut Sarwono (2012), keuntungan menggunakan analisis jalur

    diantaranya :

    1. Kemampuan menguji model keseluruhan dan parameter-parameter individual.

  • 2. Kemampuan pemodelan beberapa variabel mediator/perantara.

    3. Kemampuan mengestimasi dengan menggunakan persamaan yang dapat

    melihat semua kemungkinan hubungan sebab akibat pada semua variabel

    dalam model.

    4. Kemampuan melakukan dekomposisi korelasi menjadi hubungan yang bersifat

    sebab akibat (causal relation), seperti pengaruh langsung (direct effect) dan

    pengaruh tidak langsung (indirect effect) dan bukan sebab akibat (non-causal

    association), seperti komponen semu (spurious).

    Kelemahan menggunakan analisis jalur diantaranya :

    1. Tidak dapat mengurangi dampak kesalahan pengukuran.

    2. Analisis jalur hanya mempunyai variabel-variabel yang dapat diobservasi

    secara langsung.

    3. Analisis jalur tidak mempunyai indikator-indikator suatu variabel laten.

    4. Karena analisis jalur merupakan perpanjangan regresi linier berganda, maka

    semua asumsi dalam rumus ini harus diikuti.

    5. Sebab akibat dalam model hanya bersifat searah (one direction), tidak boleh

    bersifat timbal balik (reciprocal).

    2.1.8 Perbedaan Analisis Jalur dan Regresi

    Menurut Saparina (2013), ada beberapa perbedaan model analisis jalur dan

    regresi yaitu:

    Tabel 2.1 Perbedaan Analisis Jalur dan Regresi

    Penjelasan Model Analisis

    Regresi Path (Jalur)

    Variabel Bebas (X), Terikat (Y) Eksogen (X), Endogen (Y), Intervening

  • bila ada

    Kegunaan 1. Penjelasan terhadap

    fenomena yang

    dipelajari atau

    permasalahan yang

    diteliti.

    2. Prediksi kuantitatif.

    3. Faktor diterminan

    yaitu penentuan

    variable bebas (X)

    yang berpengaruh

    dominan terhadap

    variable terikat (Y).

    1. Penjelasan terhadap fenomena yang

    dipelajari atau permasalahan yang

    diteliti.

    2. Prediksi kuantitatif.

    3. Faktor diterminan yaitu penentuan

    variable bebas (X) yang berpengaruh

    dominan terhadap variable terikat (Y).

    4. Penelusuran mekanisme (lintasan)

    pengaruh.

    5. Pengujian model, menggunakan teori

    trimming, baik untuk uji reabilitas

    konsep yang sudah ada ataupun uji

    pengembangan konsep baru.

    Hubungan

    yang

    dianalisis

    Bersifat tunggal Tunggal atau ganda

    Jenis data

    yang

    dianalisis

    Skala interval dan ratio Minimal skala interval dan data

    dinyatakan dalam satuan baku atau z skor

    Prinsip 1. Hubungan antar

    variabel berpola linear,

    bersifat normal.

    2. Sistem aliran kausal

    satu arah.

    3. Sampel random

    4. Model dianalisis

    berdasarkan teori-teori

    yang relevan.

    1. Hubungan antar variabel berpola

    linear, bersifat normal.

    2. Sistem aliran kausal satu arah.

    3. Sampel random

    4. Model dianalisis berdasarkan teori-

    teori yang relevan

    5. Variabel terikat/endogen (Y) minimal

    dalam skala ukur interval dan rasio.

  • 2.2 Pengetahuan

    Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang dipahami

    dan pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara obyektif.

    Pengetahuan juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang

    diperoleh dari hasil belajar secara formal, informal dan non formal (Mangindaan

    1996 dalam Toruntju 2005). Menurut Sarwono (1997) dalam Toruntju (2005)

    pengetahuan lebih bersifat pengenalan terhadap sesuatu benda atau hal secara

    obyektif.

    Pengetahuan atau kognitif seseorang adalah hasil tahu yang terjadi setelah

    seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang sebagian

    besar diperoleh melalui indera penglihatan dan pendengaran. Pengetahuan ini

    merupakan bagian yang penting dalam membentuk motivasi kemudian menjadi

    suatu sikap. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pengetahuan seseorang

    tentang Pemeriksaan IVA adalah pemahaman responden mengenai pemeriksaan

    IVA setelah melakukan berbagai penginderaan terhadap sejumlah obyek yang

    berkaitan dengan Pemeriksaan IVA.

    Menurut Notoatmodjo (2003), terdapat 6 tingkatan pengetahuan yang

    tercakup dalam domain kognitif yaitu:

    1. Tahu (know)

    Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu

    merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah dengan menggunakan kata

    kerja menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan

    sebagainya.

  • 2. Memahami (comprehension)

    Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

    tentang objek yang diketahui, dan menginterpretasikan materi tersebut secara

    benar sehingga dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

    meramalkan dan sebagainya.

    3. Aplikasi (aplication)

    Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

    dipelajari pada kondisi sebenarnya mencakup penggunaan hukum-hukum,

    rumus, metode, prinsip dan sebagainya.

    4. Analisis (analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

    ke dalam komponen-komponen, namun masih dalam suatu struktur dan masih

    ada kaitannya. Analisis menggunakan kata kerja dapat menggambarkan

    (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

    sebagainya.

    5. Sintesis (synthesis)

    Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

    formulasi-formulasi yang ada dengan kata kerja dapat menyusun, dapat

    merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya.

    6. Evaluasi (evaluation)

    Evaluasi diartikan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

    terhadap suatu materi atau objek yang didasarkan pada kriteria yang ditentukan

    sendiri atau kriteria-kriteria yang telah ada.

  • 2.3 Motivasi

    Motivasi secara umum mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang

    menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu. Maka dari itu, dalam mempelajari

    motivasi kita akan berhubungan dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan

    (Notoatmodjo, 2005).

    Motivasi seseorang untuk melakukan Pemeriksaan IVA adalah daya upaya

    yang mendorong seseorang untuk melakukan Pemeriksaan IVA. Motif dapat

    dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam sehingga mengarahkan Wanita Usia

    Subur (WUS) untuk mau melakukan Pemeriksaan IVA sebagai usaha untuk

    mendeteksi Kanker Serviks secara dini.

    Menurut Notoatmodjo (2005), ada beberapa pendekatan dalam

    mempelajari motivasi yaitu:

    a. Pendekatan Instink

    Instink adalah pola perilaku yang kita bawa sejak lahir yang secara biologis

    diturunkan, sehingga pada awalnya motivasi dipelajari dengan mempelajari

    instink.

    b. Pendekatan Pemuasan Kebutuhan (Drive-Redution)

    Teori ini menjelaskan motivasi dalam suatu gerak sirkuler. Teori ini

    merupakan teori yang berusaha menjelaskan apa yang menarik seseorang untuk

    berperilaku atau disebut push theory guna mencapai tujuannya sehingga

    tercapailah keseimbangan.

  • c. Pendekatan Insentif

    Insentif merupakan stimulus yang menarik seseorang untuk melakukan sesuatu

    karena dengan melakukan perilaku tersebut, maka kita akan mendapat imbalan.

    Dalam hal ini, insentif adalah tujuan yang ingin dicapai.

    d. Pendekatan Arousal

    Pendekatan ini mencari jawaban atas tingkah laku di mana tujuan dari perilaku

    uni adalah untuk memelihara atau meningkatkan rasa ketegangan. Teori ini

    disebut dengan oponen-proses.

    e. Pendekatan Kognitif

    Menurut Feldman (2003), pendekatan kognitif ini menjelaskan bahwa motivasi

    merupakan produk dari pikiran, harapan dan tujuan seseorang. Dalam

    pendekatan ini dibedakan atas motif intrinsik (dari dalam diri) yang akan

    mendorong untuk melakukan aktivitas guna memenuhi kesenangan sedangkan

    motif ekstrinsik (dari luar diri) mendorong seseorang berperilaku tertentu

    karena ingin mendapatkan pujian.

    Menurut Notoatmodjo (2010), ada 2 aliran teori motivasi yaitu:

    1. Content Theory

    Merupakan teori-teori yang mengajukan cara untuk menganalisis kebutuhan

    yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku tertentu, salah satu teori

    kebutuhan yang terkenal adalah teori kebutuhan berhierarki dari Maslow.

  • 2. Process Theory

    Merupakan teori-teori yang berusaha memahami proses berpikir yang ada yang

    dapat mendorong seseorang untuk berperilaku tertentu, salah satu teori ini

    adalah teori harapan (expectancy theory).

    2.4 Sikap

    Menurut Thurstone (2000) yang dikutip Azwar (2003), sikap adalah

    derajat afek positif atau afek negatif yang dikaitkan dengan suatu obyek

    psikologis. Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur

    melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap

    respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya. Dari

    sini sikap dapat digambarkan sebagai kecenderungan subyek merespon suka atau

    tidak suka terhadap suatu obyek. Dalam bahasan ini yang berperan sebagai subyek

    yaitu Wanita Usia Subur (WUS) dan obyek yaitu pemeriksaan IVA.

    Walgio (2001) mengemukakan ciri-ciri sikap yaitu: tidak dibawa sejak

    lahir, selalu berhubungan dengan obyek sikap, dapat tertuju pada satu obyek saja

    maupun tertuju pada sekumpulan obyek-obyek, dapat berlangsung lama atau

    sebentar dan mengandung faktor perasaan dan motivasi.

    Ketika kita memaknai sikap sebagai kecenderungan berperilaku dan

    motivasi adalah dorongan (kemauan willingness) untuk berperilaku, tampak

    jelas bahwa kedua konsep tersebut berhubungan sangat erat dengan perilaku

    (behavior). Sikap seseorang yang negatif atau positif terhadap sesuatu

    (objek/subjek) dapat diinterpretasikan secara kuat bahwa seseorang tersebut mau

  • (termotivasi) atau tidak mau (tidak termotivasi) melakukan sesuatu terhadap objek

    atau subjek tertentu tadi (Mustafa, 2009).

    Menurut Notoatmodjo (2007), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:

    1. Menerima (receiving)

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus

    yang diberikan (objek).

    2. Merespon (responding)

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

    yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap merespons.

    3. Menghargai (valving)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

    adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

    4. Bertanggung jawab (responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

    risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

    2.5 Amos

    2.5.1 Pengenalan Amos

    Menurut Sarwono (2012), Amos merupakan singkatan dari Analisis of

    Moment Structures yang digunakan sebagai pendekatan umum analisis data dalam

    model sebab akibat (causal modeling). Amos dikembangkan oleh Arbuckle pada

    tahun 1994. Amos semula merupakan perangkat lunak komputasi statistic yang

    mandiri namun dalam perkembangannya saat ini Amos diambil alih oleh SPSS

    sehingga versi-versinya mengikuti perkembangan SPSS.

  • 2.5.2 Keunggulan Amos

    1. Perhitungan yang rumit akan jauh lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan

    menggunakan perangkat lunak lainnya

    2. Penggunaan Amos akan mempercepat dalam membuat spesifikasi, melihat

    serta melakukan modifikasi model secara grafik dengan menggunakan tool

    yang sederhana.

    3. Proses perhitungan dan analisis menjadi lebih sederhana bahkan orang-orang

    awam yang bukan ahli statistik akan dapat menggunakan dan memahami

    dengan mudah.

    Adapun keunggulan lain yang dimiliki Amos bila dibandingkan dengan

    perangkat lunak lainnya yaitu sebagai berikut:

    a. Program dapat melakukan analisis dengan menggunakan data yang berasal dari

    beberapa populasi secara sekaligus.

    b. Dapat menangani missing data secara baik, yaitu dengan membuat estimasi

    yang didasarkan pada informasi maximum likelihood yang sempurna dan tidak

    hanya bersandar pada metode yang sudah ada, yaitu listwise, pairwise deletion,

    atau mean imputation.

    c. Dapat membuat estimasi rata-rata untuk variabel-variabel exogenous dan

    intercepts dalam persamaan regresi.

    d. Amos dapat juga membuat bootstrapped standard errors dan confidence

    intervals yang ada dalam semua estimasi parameter, rata-rata sampel, varian,

    kovarian dan korelasi.

    e. Dapat membuat percentile intervals dan bias-corrected percentile intervals.

  • f. Model-model jamak dapat disesuaikan dengan menggunakan analisis tunggal.

    g. Dapat melakukan pemeriksaan setiap pasangan model dimana satu model

    diperoleh dengan membatasi parameter-parameter model lainnya.

    h. Dapat membuat laporan beberapa angka statistik yang cocok untuk dilakukan

    perbandingan untuk model-model tersebut.

    i. Amos juga menyediakan pengujian normalitas univariat untuk masing-masing

    variabel yang diobservasi dan juga pengujian normalitas multivariat serta dapat

    mendeteksi outliers.

    j. Amos dapat memahami diagram jalur sebagai spesifikasi model dan

    memperlihatkan estimasi-estimasi parameter secara grafis dalam model

    diagram jalur. Diagram-diagram jalur digunakan sebagai spesifikasi model dan

    gambar-gambar digram jalur tersebut dapat diimpor ke program Word.

    2.5.3 Metode dalam Amos

    Metode-metode analisis dalam Amos yang ada saat ini diantaranya adalah:

    1. Maximum Likelihood

    2. Unweighted Least Square

    3. Generalized Least Square

    4. Brownes Asymptotically Distribution Free Criterion

    5. Scale Free Least Square

    2.5.4 Menu Utama Amos

    Menurut Mustafa dan Wijaya (2012), pada bagian atas terdapat menu

    utama AMOS yang terdiri dari menu File, Edit, View, Diagram, Analyze, Tools,

    Plugins, dan Help.

  • Setiap menu terdiri dari beberapa submenu:

    1. Menu File

    Terdiri dari beberapa submenu yaitu submenu untuk membuat File baru (New,

    New with Template), membuka File yang sudah ada (Open, Retrieve Backup),

    menyimpan File (Save, Save as, Save as Template), membuka File Data ( Data

    Files), mencetak (Print), menelusuri atau browsing diagram path yang sudah

    ada atau tersimpan (Browse Path Diagrams). File Manager yang dapat

    digunakan untuk melihat jenis dan nama-nama file yang sudah ada, termasuk

    juga untuk membuka dan menghapus file tersebut dan submenu untuk keluar

    dari Amos (Exit).

    2. Menu Edit

    Terdiri dari beberapa submenu yang berguna untuk proses editing dengan

    fungsi utama mengopi gambar pada layar kerja (Copy to Clipboard),

    menghubungkan dengan data lain (Link), memindakan gambar (Move),

    merefleksikan indikator (Reflect), merotasi indikator (Rotate) dan menggeser

    (Drag) satu objek ke objek lainnya. Lebih lanjut akan dijelaskan dalam bagian

    penjelasan Toolbox yang lebih mempermudah pengoperasian Amos.

    3. Menu View

    Submenu yang ada dalam menu View banyak digunakan dalam proses analisis

    dan permodelan.

    4. Menu Diagram

    Terdiri dari beberapa submenu yang digunakan untuk membuat atau

    menggambarkan model atau diagram yang akan dianalisis.

  • 5. Menu Analyze

    Terdiri dari beberapa submenu yang digunakan untuk memberikan perintah

    menjalankan analisis.

    6. Menu Tools

    Terdiri dari beberapa submenu yang digunakan sebagai perlengkapan dalam

    mendukung proses pengolahan data dan tampilan seperti memberi kode,

    memilih karakter huruf.

    7. Menu Plugins

    Terdiri dari beberapa submenu yang digunakan sebagai perlengkapan dalam

    melakukan analisis atau pembuatan model yang akan dianalisis seperti

    menggambar kovarian, menamakan parameter dan sebagainya.

    8. Menu Help

    Terdiri dari beberapa submenu yang dapat dimanfaatkan untuk membantu

    memberi penjelasan apabila terdapat masalah dalam pengoperasian Amos serta

    dapat dihubungkan dengan jaringan internet atau web.

    2.5.5 Uji Kesesuaian dan Uji Statistik

    a. 2 Chi Square Statistic

    Semakin kecil nilai 2 semakin baik model itu dan diterima berdasarkan

    probabilitas dengan cut-off value sebesar p > 0,05 atau p > 0,10.

    b. RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation)

    Merupakan suatu indeks yang digunakan untuk mengkonpensasi chi-

    square dalam sampel yang besar.

  • c. GFI (Goodness of Fit Index)

    Merupakan ukuran non-statistical yang mempunyai rentang nilai antara 0

    sampai dengan 1. Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah better

    fit.

    d. AGFI (Adjusted Godness of Fit Index)

    Merupakan kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari

    varian dalam sebuah matrik kovarian sampel.

    e. CMIN/DF (The Minimum Sample Discrepancy Functin Devided with degree of

    Freedom)

    Merupakan statistic chi-square 2 dibagi degree of freedom-nya sehingga

    disebut 2 relative.

    f. TLI (Tucker Lewis Index)

    Merupakan incremental index yang membandingkan sebuah model yang

    diuji terhadap sebuah baseline model.

    g. CFI (Comparative Fit Index)

    Rentang nilai sebesar 0 1 dimana semakin mendekati 1, semakin

    mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi.

    Goodness of Fit Index Cut off Value

    2 -Chi Square Diharapkan Kecil

    Significance Probability 0,05

    RMSEA 0,08

    GFI 0,90

    AGFI 0,90

  • CMIN/DF 2,00

    TLI 0,95

    CFI 0,95

    2.6 Aplikasi Lisrel

    2.6.1 Pengenalan Lisrel

    Menurut Chaniago (2008), lisrel merupakan singkatan dari Linear

    Structural Relationship juga merupakan program yang banyak digunakan untuk

    causal modeling. Hal ini disebabkan selain kemampuan Lisrel dalam

    mengestimasi berbagai masalah dalam model sebab akibat, tampilan Lisrel juga

    paling informatif dalam menyajikan hasil-hasil statistik.

    Lisrel adalah sebuah software yang dikembangkan khusus untuk

    menangani permasalahan causal modeling. Lisrel dikembangkan oleh dua orang

    ahli psikologi pendidikan yaitu Prof. Karl Joreskog dan Prof. Dag Sorbom pada

    tahun 1993 (Hisyam, 2009).

    2.6.2 Pembagian Lisrel

    Setiap file dalam Lisrel mengandung 4 bagian, yaitu:

    1. Title: Judul

    2. Data Specification: Spesifikasi Data

    3. Model Specification: Spesifikasi Model

    4. Output Specification: Spesifikasi Keluaran

    Untuk menggunakan Lisrel dengan baik, user harus mengetahui bahasa

    yang digunakan sebagai input. Ada dua bahasa yang dapat digunakan dalam Lisrel

    sebagai input yaitu bahasa Lisrel dan bahasa Simplis. Kedua jenis bahasa tersebut

  • memiliki hasil yang relatif sama, namun dengan Lisrel pemodelan dapat dilakukan

    dengan hati-hati karena semua matrik yang akan diestimasi dipersiapkan terlebih

    dahulu.

    Untuk memudahkan aplikasi Lisrel, evaluasi serta menjaga kehati-hatian,

    sebelum menjalankan Lisrel sebaiknya dipersiapkan terlebih dahulu diagram jalur

    dan matrik yang dibutuhkan.

    2.6.3 Uji Kesesuaian dan Uji Statistik

    Menurut Schumaker dan Lomax, 1996: 124 126) untuk mengetahui

    apakah model cocok dengan data digunakan kriteria sebagai berikut:

    a. >P model cocok dengan data

    Menurut Joreskog (dalam Ghozali, 2008: 32), bila nilai P-values for test of

    close fit (RMSEA < 0,05) lebih besar daripada 0,05 maka model dikatakan fit.

    b. GFI (Goodness of Fit Index)

    Goodness of Fit Index (GFI) merupakan suatu ukuran mengenai ketepatan

    model dalam menghasilkan observed matriks kovariansi. Nilai GFI harus berkisar

    antara 0 dan 1. Nilai GFI yang lebih besar daripada 0,9 menunjukkan fit suatu

    model yang baik.

    c. RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation)

    Makin kecil kecocokan model dengan data makin baik. Nilai RMSEA

    yang kurang daripada 0,05 mengindikasikan adanya model fit ( Byrne dalam

    Ghozali, 2008: 32). RMSEA digunakan untuk mengukur penyimpangan nilai

    parameter pada suatu model dengan matriks kovarians ( Brown dan Cudec dalam

    Ghozali, 2008: 31). Nilai RMSEA yang berkisar antara 0,01 sampai dengan 0,08

  • menyatakan bahwa model fit yang cukup (MacCallum et all dalam Ghozali, 2008:

    32).

    2.7 Tes IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

    2.7.1 Sejarah Tes IVA

    Beberapa negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus kanker

    serviks, baik jumlah maupun stadiumnya. Pencapaian tersebut terutama berkat

    adanya program skrining massal antara lain dengan Tes Pap. Pemeriksaan IVA

    diperkenalkan oleh Hinselman pada tahun 1925. Organisasi Kesehatan Dunia

    WHO meneliti IVA di India, Muangthai, dan Zimbabwe. Ternyata efektivitasnya

    tidak lebih rendah daripada tes Pap. Namun di Indonesia kebijakan penerapan

    program skrining kanker serviks kiranya masih tersangkut dengan banyak

    kendala, antara lain luasnya wilayah dan juga kurangnya sumber daya manusia

    sebagai pelaku skrining, khususnya kurangnya tenaga ahli patologi

    anatomik/sistologi dan stafnya, teknisi sitologi/skriner. Pengobatan kanker serviks

    pada stadium lebih dini, hasilnya lebih baik dan mortalitas akan menurun. Hingga

    sekarang IVA sedang dikembangkan dengan melatih tenaga kesehatan, termasuk

    bidan (Delima, 2011).

    2.7.2 Pengertian Tes IVA

    Tes IVA adalah metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher

    rahim dengan asam asetat kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area

    berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada

    infeksi pada serviks (Kartikawati, 2013).

  • 2.7.3 Tujuan Tes IVA

    Untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu

    metode skrining kanker mulut rahim (Rasjidi, 2009).

    2.7.4 Kelebihan Tes IVA

    Menurut Delima (2011), ada beberapa kelebihan Tes IVA diantaranya

    sebagai berikut:

    1. Mudah, praktis dan sangat mampu dilaksanakan.

    2. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi.

    3. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat

    dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau

    dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih.

    4. Alat-alat yang dibutuhkan dan teknik pemeriksaan sangat sederhana.

    5. Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana.

    2.7.5 Kekurangan Tes IVA

    Menurut Rahayu (2013), kekurangan Tes IVA adalah sebagai berikut:

    1. Spesifisitas lebih rendah dari tes Pap (positif palsu lebih tinggi).

    2. Angka hasil tes positif tinggi (10-35%).

    3. Nilai Prediksi Positif untuk hasil tes positif rendah (10-30%).

    4. Terapi akan berlebihan bila dilakukan skrining dan terapi sekaligus.

    5. Kemampuan yang amat terbatas untuk mendeteksi lesi pada endoserviks.

  • 2.7.6 Kontraindikasi

    Menurut Rasjidi (2009), Test IVA tidak direkomendasikan pada wanita

    pasca menopause dikarenakan daerah zona transional seringkali terletak di kanalis

    servikalis sehingga tidak tampak dengan pemeriksaan inspikulo.

    2.8 Kerangka Operasional

    Gambar 2.7 Kerangka Operasional

    2.9 Hipotesis Penelitian

    a. Terdapat pengaruh pengetahuan terhadap motivasi Wanita Usia Subur (WUS)

    untuk melakukan pemeriksaan IVA.

    b. Terdapat pengaruh pengetahuan terhadap sikap Wanita Usia Subur (WUS)

    untuk melakukan pemeriksaan IVA.

    c. Terdapat pengaruh motivasi terhadap sikap Wanita Usia Subur (WUS) untuk

    melakukan pemeriksaan IVA.

    Analisis Jalur

    LISREL AMOS

    Pengetahuan Motivasi Sikap

    Goodness of Fit