Chadfghpter II
-
Upload
linggaajilaksanajati -
Category
Documents
-
view
230 -
download
0
description
Transcript of Chadfghpter II
BAB II
LANDASAN TEORI
A. SELF REGULATED LEARNING
1. Pengertian Self-Regulated Learning
Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) mengatakan bahwa
self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara
sistematik mengarahkan perilaku dan kognisinya dengan cara memberi perhatian
pada instruksi tugas tugas, melakukan proses dan mengintegrasikan pengetahuan,
mengulang-ulang informasi untuk diingat serta mengembangkan dan memelihara
keyakinan positif tentang kemampuan belajar (self-efficacy) dan mampu
mengantisipasi hasil belajarnya.
Zimmerman (Woolfolk, 2004) mengatakan bahwa self-regulation
merupakan sebuah proses dimana seseorang peserta didik mengaktifkan dan
menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya yang secara sistematis berorientasi
pada pencapaian suatu tujuan. Ketika tujuan tersebut meliputi pengetahuan maka
yang dibicarakan adalah self-regulated learning. Self-regulated learning dapat
berlangsung apabila peserta didik secara sistematis mengarahkan perilakunya dan
kognisinya dengan cara memberi perhatian pada instruksi-instruksi, tugas-tugas,
melakukan proses dan menginterpretasikan pengetahuan, mengulang-ulang
informasi untuk mengingatnya serta mengembangkan dan memelihara
keyakinannya positif tentang kemampuan belajar dan mampu mengantisipasi hasil
belajarnya (Zimmerman dalam Schunk & Zimmerman, 1989). Dari uraian di atas
maka dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning adalah proses bagaimana
Universitas Sumatera Utara
seorang peserta didik mengatur pembelajarannya sendiri dengan mengaktifkan
kognitif, afektif dan perilakunya sehingga tercapai tujuan belajar.
2. Perkembangan Self-Regulated Learning
Schunk dan Zimmerman (dalam Woolfolk, 2004) mengemukakan model
perkembangan self-regulated learning. Berkembangnya kompetensi self-regulated
learning dimulai dari beberapa faktor yaitu:
a) Pengaruh sumber sosial: Berkaitan dengan informasi mengenai akademik
yang di peroleh dari lingkungan teman sebaya.
b) Pengaruh lingkungan: Berkaitan dengan orang tua dan lingkungannya,
sehingga peserta didik dapat menetapkan rencana dan tujuan akademiknya
secara maksimal.
c) Pengaruh personal atau diri sendiri. Berkaitan dengan diri sendiri peserta
didik yang memiliki andil untuk memunculkan dorongan bagi dirinya
sendiri untuk mencapai tujuan belajarnya.
Di dalam faktor-faktor ini terdapat beberapa level berkembangnya self regulated
learning.
a. Level pengamatan (observasional)
Peserta didik yang baru awalnya memperoleh hampir seluruh strategi-
strategi belajar dari proses pengajaran, pengerjaan tugas, dan dorongan dari
lingkungan sosial. Pada level pengamatan ini, sebagian peserta didik dapat
menyerap ciri-ciri utama strategi belajar dengan mengamati model, walaupun
hampir seluruh peserta didik membutuhkan latihan untuk menguasai kemampuan
self-regulated learning.
b. Level pesamaan (emultive)
Universitas Sumatera Utara
Pada level ini peserta didik menunjukkan performansi yang hampir sama
dengan kondisi umum dari model. Peserta didik tidak secara langsung meniru
model, namun mereka berusaha menyamai gaya atau pola-pola umum saja. Oleh
karena itu, mereka mungkin menyamai tipe pertanyaan model tapi tidak meniru
kata-kata yang digunakan oleh model.
c. Level kontrol diri (self-controlled)
Peserta didik sudah menggunakan dengan sendiri strategi-strategi belajar
ketika mengerjakan tugas. Strategi-strategi yang digunakan sudah terinternalisasi,
namun masih dipengaruhi oleh gambaran standar performansi yang ditujukan oleh
model dan sudah menggunakan proses self-reward.
d. Level pengaturan diri
Level ini merupakan level terakhir dimana peserta didik mulai
menggunakan strategi-strategi yang disesuaikan dengan situasi dan termotivasi
oleh tujuan serta self-efficacy untuk berprestasi. Peserta didik memilih kapan
menggunakan strategi-strategi khusus dan mengadaptasinya untuk kondisi yang
berbeda, dengan sedikit petunjuk dari model atau tidak ada.
3. Strategi self-regulated learning
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman (dalam Schunk &
Zimmerman, 1998) ditemukan empat belas strategi self-regulated learning
sebagai berikut:
1. Evaluasi terhadap diri (self-evaluating)
Merupakan inisiatif peserta didik dalam melakukan evaluasi terhadap
kualitas dan kemajuan pekerjaannya.
2. Mengatur dan mengubah materi pelajaran (organizing and transforming)
Universitas Sumatera Utara
Peserta didik mengatur materi yang dipelajari dengan tujuan meningkatkan
efektivitas proses belajar. Perilaku ini dapat bersifat covert dan overt.
3. Membuat rencana dan tujuan belajar (goal setting & planning)
Strategi ini merupakan pengaturan peserta didik terhadap tugas, waktu,
dan menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan tersebut.
4. Mencari informasi (seeking information)
Peserta didik memiliki inisiatif untuk berusaha mencari informasi di luar
sumber-sumber sosial ketika mengerjakan tugas.
5. Mencatat hal penting (keeping record & monitoring)
Peserta didik berusaha mencatat hal-hal penting yang berhubungan
dengan topik yang dipelajari.
6. Mengatur lingkungan belajar (environmental structuring)
Peserta didik berusaha mengatur lingkungan belajar dengan cara tertentu
sehingga membantu mereka untuk belajar dengan lebih baik.
7. Konsekuensi setelah mengerjakan tugas (self consequating
Peserta didik mengatur atau membayangkan reward dan punisment bila
sukses atau gagal dalam mengerjakan tugas atau ujian.
8. Mengulang dan mengingat (rehearsing & memorizing)
Peserta didik berusaha mengingat bahan bacaan dengan perilaku overt dan
covert.
9. Meminta bantuan teman sebaya (seek peer assistance)
Bila menghadapi masalah yang berhubungan dengan tugas yang sedang
dikerjakan, peserta didik meminta bantuan teman sebaya.
10. Meminta bantuan guru/pengajar (seek teacher assistance)
Universitas Sumatera Utara
Bertanya kepada guru di dalam atau pun di luar jam belajar dengan tujuan
untuk dapat membantu menyelesaikan tugas dengan baik.
11. Meminta bantuan orang dewasa (seek adult assistance)
Meminta bantuan orang dewasa yang berada di dalam dan di luar
lingkungan belajar bila ada yang tidak dimengerti yang berhubungan
dengan pelajaran.
12. Mengulang tugas atau test sebelumnya (review test/work)
Pertanyaan-pertanyaan ujian terdahulu mengenai topik tertentu dan tugas
yang telah dikerjakan dijadikan sumber infoemasi untuk belajar.
13. Mengulang catatan (review notes)
Sebelum mengikuti tujuan, peserta didik meninjau ulang catatan sehingga
mengetahui topik apa saja yang akan di uji.
14. Mengulang buku pelajaran (review texts book)
Membaca buku merupakan sumber informasi yang dijadikan pendukung
catatan sebagai sarana belajar. Landasan teori dari self regulated learning
yang akan digunakan menjadi alat ukur ialah keempat belas strategi self-
regulated learning dari penjelasan di atas.
B. MOTIVASI BELAJAR
1. Pengertian Motivasi
Banyak para ahli yang mengemumakan pengertian motivasi dengan
dengan berbagai sudut pandang mereka masing masing, namun intinya sama,
yaitu sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke
dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu (Djamarah, 2002).
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
Universitas Sumatera Utara
Maksudnya, perilaku yang memiliki motivasi dengan perilaku yang penuh energi,
terarah, dan bertahan lama (Santrock, 2009).
Motivasi merupakan suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan
(Hamalik dalam Djamarah, 2002). Berdasarkan beberapa penjelasan motivasi
belajar diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan keseluruhan
dari pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang yang dapat memberi
semangat, arah, dan kegigihan perilaku.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa
adalah sebagai berikut menurut (Elliot, dkk, 1996):
a. Kecemasan
Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan situasional, yang diartikan
sebagai suatu kecendrungan untuk merasa cemas pada beberapa situasi
tetapi tidak pada situasi lainnya.
b. Sikap
Sikap dapat didefinisikan sebagai cara individu yang relatif permanen
dalam hal merasakan, berpikir dan bertingkah laku terhadap sesuatu atau
orang lain.
c. Keingintahuan
Keingintahuan sering digambarkan sebagai perilaku yang aktif, suka
mengeksplorasi atau memanipulasi sesuatu.
Universitas Sumatera Utara
d. Locus of control
Locus of control dapat diartikan sebagai penyebab terjadinya tingkah laku,
yang dapat diatribusikan terhadap diri sendiri (internal locus of control)
atau dari luar diri (external locus of control).
e. Learned helplessness
Perasaan tak berdaya yang dipelajari (learned helplessness) adalah reaksi
individu untuk merasa frustasi dan putus asa setelah kegagalan yang
terjadi berulang kali.
f. Efikasi diri
Efikasi diri merupakan keyakinan individu terhadap kemampuan yang
dimiliki untuk mengendalikan seluruh kehidupannya, termasuk perasaan
dan kompetensinya.
g. Belajar bersama
Belajar bersama (kooperatif) diartikan sebagai serangkaian metode
instruksional dimana peserta didik didorong untuk bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas akademik yang bertujuan membantu peserta didik
yang satu dengan yang lain untuk belajar.
3. Fungsi Motivasi Dalam Belajar
Menurut Djamarah, (2002) motivasi belajar diuraikan menjadi tiga fungsi sebagai
berikut:
1. Motivasi sebagai pendorong pembuatan
Pada awalnya peserta didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada
sesuatu yang dicari muncullah minat untuk belajar.
2. Motivasi sebagai penggerak perbuatan
Universitas Sumatera Utara
Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap peserta didik yang
merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma
dalam bentuk gerakan psikofisik.
3. Motivasi sebagai pengarah perbuatan
Peserta didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan
yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.
4. Aspek Aspek Dalam Motivasi Belajar
Terdapat dua aspek dalam motivasi belajar (Santrock, 2009), yaitu:
a. Motivasi Instrinsik
Melibatkan motivasi internal untuk melakukan sesuatu untuk karena
keinginan sendiri. Terdapat dua tipe dari motivasi instrinsik yang
dikemukakan Santrock (2009), yaitu:
1. Motivasi instrinsik berdasarkan penentuan diri dan pilihan personal.
2. Motivasi instrinsik berdasarkan pengalaman optimal.
b. Motivasi Ekstrinsik
Melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain atau cara untuk
mencapai suatu tujuan. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif
eksternal seperti imbalan dan hukuman.
C. E-LEARNING
1. Pengertian E-learning
E-learning semakin berkembang karena teknologi membuat proses
pembelajaran dapat dilakukan lebih efisien dilihat dari segi waktu, jarak dan
biaya. Menurut Munir (2008) e-learning berarti pembelajaran dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Apabila mengacu
pada definisi ini, tidak semua e-learning dilakukan secara online dan jarak jauh.
Dalam pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio, video, perangkat
komputer, atau kombinasi dari ketiganya. Menurut Naidu (2006) e-learning
merupakan penggunaan jaringan teknologi informasi dan komunikasi yang
disengaja dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
Teknologi informasi dan komunikasi tentu saja banyak berperan dalam
kehidupan di perguruan tinggi. Teknologi telah menjadi bagian dari institusi
pendidikan selama beberapa dekade. Hanya saja, komputer masih sering dipakai
untuk kegiatan yang biasa, bukan untuk pembelajaran yang konstruktif dan aktif
(Newby dalam Santrock, 2007).
D. MAHASISWA
Secara harfiah, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi,
baik di universitas, institut, maupun akademi. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi. Mahasiswa
adalah sosok yang semestinya kritis, logis, berkemauan tinggi, respect dan
tanggap terhadap permasalahan umat dan bangsa, mau bekerja keras, belajar terus
menerus, mempunyai nyali (keberanian yang tinggi) untuk menyatakan
kebenaran, aplikatif di lingkungan masyarakat serta spiritualis dan konsisten
dalam mengaktualisasikan nilai-nilai ketuhanan kepada Tuhan Yang Maha Esa
(Yakuza, 2010). Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di
universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di
perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Salah satu perguruan tinggi yang memiliki berbagai jurusan bagi calon
mahasiswa agar dapat memilih jurusan yang sesuai dengan yang dikehendaki
adalah USU, yang dimana terdapat 13 fakultas, yaitu : Kedokteran, Hukum,
Pertanian, Teknik, Ekonomi, Kedokteran gigi, Ilmu budaya, Matematika dan IPA,
Ilmu sosial atau ilmu politik, Keshatan masyarakat, Keperawatan, Psikologi, dan
Farmasi.
Beberapa perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
elektronik sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan
secara reguler di kelas. Secara konsep, dosen harus mempunyai kemampuan
pemahaman pada materi yang disampaikannya, memahami strategi e-learning
yang efektif, bertanggung jawab pada materi pelajaran, persiapan pelajaran,
pembuatan modul pelajaran, penyeleksian bahan penunjang, penyampaian materi
pelajaran yang efektif, penentuan interaksi mahasiswa, penyeleksian dan
pengevaluasian tugas secara elektronik ( Natakusumah, dalam Indrayani, 2007).
Namun, beberapa perguruan tinggi lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai
alternatif bagi mahasiswa yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti
perkuliahan secara tatap muka. Dalam kaitan ini, e-learning berfungsi sebagai
pilihan bagi mahasiswa ( Indrayani, 2007).
E. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Self Regulated Learning
Pada Mahasiswa Universita Sumatera Utara Yang Mengalami
Pembelajaran E-learning
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan
perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh
Universitas Sumatera Utara
energi, terarah, dan bertahan lama. Di dalam motivasi belajar terdapat dua jenis
yaitu: Motivasi Instrinsik yang melibatkan motivasi internal untuk melakukan
sesuatu karena keinginan sendiri yang berdasarkan penentuan diri dan pilihan
personal, dan motivasi ekstrinsik melakukan sesuatu untuk mendapatkan untuk
mencapai tujuan yang dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan
hukuman (Santrock, 2007).
Motivasi sangat mempengaruhi sukses atau tidaknya seseorang dalam
melakukan sesuatu, serta berfungsi sebagai pendorong individu untuk memulai
maupun meneruskan kegiatannya. Misalnya, ketika peserta didik menghadapi
tugas-tugas kuliah, mahasiswa yang dihadapkan pada berbagai sumber belajar
yang melimpah yang dengan kebutuhan dan tujuan mahasiswa bersangkutan. Pada
kondisi demikian, mereka harus memiliki inisiatif sendiri dan motivasi ,
menganalisis kebutuhan, dan merumuskan tujuan, memilih dan menerapkan
strategi pemecahan masalah, menseleksi sumber yang relevan, serta mengevaluasi
diri. Motivasi belajar dapat dipandang sebagai suatu rantai reaksi yang dimulai
dari adanya kebutuhan, kemudian timbulnya keinginan untuk mencapai tujuan
(Pujadi, 2007). Untuk mencapai tujuan belajarnya kemampuan belajar mandiri
menjadi lebih diperlukan oleh mahasiswa yang menghadapi tugas/kajian mandiri,
tugas dalam bentuk proyek terbuka, penyusunan skripsi atau tugas akhir, dan
sebagainya. Individu yang memiliki kemandirian belajar tinggi cenderung belajar
lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara
efektif, menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya, mengatur belajar dan
waktu secara efisien (Hidayati, 2007). Istilah yang berkaitan dengan penjelasan di
atas adalah self regulated learning.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi dapat dipandang
sebagai pendorong dalam belajar dan belum sampai pada self regulatred learning,
yang dimana self regulated learning merupakan sebuah energi membuat peserta
didik berusaha secara persisten dengan menggunakan berbagai strategi belajar
untuk meregulasi dirinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Apabila seorang
peserta didik mengaktifkan dan menopang kognisi, perilaku, dan perasaannya
yang secara sistematis berorientasi pada pencapaian suatu tujuan dan ketika tujuan
tersebut meliputi pengetahuan, maka peserta didik memiliki self-regulated
learning (Zimmerman, dalam Woolfolk, 2004).
Faktor-faktor berkembangnya self-regulated learning adalah adanya
pengaruh sumber yang berkaitan dengan kemampuan akademik, dipengaruhi oleh
lingkungan da dipengaruhi oleh diri sendiri ( Zimmerman, dalam Woolfolk,
2004). Dari beberapa faktor dari self regulated learning terdapat beberapa
level,yaitu:Level pengamatan (observasional), Level pesamaan (emultive), Level
kontrol diri (self-controlled), Level pengaturan diri. Peserta didik memilih kapan
menggunakan strategi-strategi khusus dan mengadaptasikannya.
Salah satu strategi khusus yang dilakukan para peserta didik ialah dengan
menggunakan bantuan elektonika, seperti internet (Yulinawati, 2009). Proses
pembelajaran ini disebut dengan e-learning. Menurut Munir (2008) e-learning
berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat
elektronika. Penggunaan e-learning dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa sehingga menumbuhkan semangat
peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dan
mampu mendorong peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang lebih tinggi
Universitas Sumatera Utara
(Hidayat, 2007). E-learning sebagai suatu aktivitas menuntut para pelajar untuk
memiliki motivasi yang kuat apabila ingin sukses dalam proses pembelajaran
yang diikutinya. Terlebih lagi sistem e-learning adalah sistem yang menuntut
usaha dari individu, sehingga motivasi diri haruslah kuat dan datang dari individu
tersebut (Albert & Mulyadi, 2009). Hal ini di dukung juga oleh hasil penelitian
dari (Mustofa, 2008) yang menjelaskan bahwa adanya hubungan yang signifikan
antara pengaplikasian e-Learning dengan motivasi belajar.
Selain motivasi belajar di dalam proses belajar dengan menggunakan
internet, juga menuntut peserta didik memiliki pengaturan diri belajar yang lebih
baik dalam penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan motivasi dalam
menggunakan strategi belajar yang disebut dengan self regulated learning
(Wahyono, 2010). Peserta didik membutuhkan self regulated learning agar dapat
menjalankan perannya dengan baik, terutama peran akademis. Peserta didik juga
menerapkan strategi manajemen sumber daya seperti memilih atau mengatur
aspek lingkungan fisik untuk mendukung belajar mereka dan untuk mengatur
waktu mereka secara efektif (Corno & Mandinach, dalam Wahyono,2010).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melihat hubungan hubungan antara
motivasi belajar dengan self-regulated learning pada mahasiswa USU.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian sebelumnya, hipotesa yang diajukan dalam penelitian
ini adalah ada hubungan antara motivasi belajar dengan self-regulated learning
pada mahasiswa USU.
Universitas Sumatera Utara