Case Report Session prof basjir stroke.docx
-
Upload
defri-heryadi -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of Case Report Session prof basjir stroke.docx
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
1/24
Case Report Session
GANGGUAN PEREDARAN DARAH OTAK
(GDPO)
OLEH: Kelompok II
Adil (?) 06
Ryan Farried Ramadhan 07
Mutiara (?) 07
Elsa Safitry M 0810312066
Lili Hasanah 0810312067
Desy Nofita Sari 0810312069
M. Fahrizal Alhamid 081031
Freade Akbar 081031
Yusnida Rahmawati 081031Meliani Fitri 081031
Essty Dwilincahyati 081031
PEMBIMBING:
Prof. Dr. H. Basjiruddin A, Sp.S (K)
Dr. Hj, Yuliarni Syafrita, Sp.S
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL
PADANG
2013
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
2/24
Case Session Report 1
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun
menyeluruh, yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir
dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vaskular.
Berdasarkan etiologinya, stroke dibedakan menjadi stroke perdarahan atau stroke
hemoragik dan stroke iskemik atau stroke non hemoragik. Pembedaan menjadi dua macam
stroke tersebut karena antara keduanya memang terdapat perbedaan dalam hal patologi, faktor
resiko, cara pengobatan, dan prognosisnya.
Stroke non hemoragik atau disebut juga stroke iskemik didefinisikan secara patologis
sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat.
B. Anatomi Peredaran Darah OtakVaskularisasi susunan saraf pusat sangat berkaitan dengan tingkat kegiatan metabolisme
pada bagian tertentu dan ini berkaitan dengan banyak sedikitnya dendrit dan sinaps di daerah
tersebut.Pembuluh darah utama yang mendarahi otak ialah sepasang arteri karotis interna dan
sepasang arteri vertebralis. Dari kedua sumber pendarah itu akan berhubungan membentuk
kolateral yang disebut sirkulus Willisi. Sistem kolateral juga dijumpai pada pembuluh-pembuluh
yang berada di dalam jaringan otak. Penyaluran darah selanjutnya melalui sistem vena yang akan
bermuara ke dalam sinus duramatis.
Pada permukaan otak, arteri pendarah membentuk anastomosis yang cukup, sedangkan
anastomosis di dalam jaringan otak lebih sedikit.Pembuluh darah dari arteri permukaan yang
menembus atau memasuki jaringan otak, secara fungsional dapat dianggap sebagai end arteri.
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
3/24
Case Session Report 2
a. Sistem karotisPembuluh darah utama ialah arteri karotis kommunis yang mempercabangkan selain
arteri karotis eksterna juga arteri karotis interna yang akan banyak mendarahi bangunan
intracranial terutama dalam hal ini adalah hemisferium serebri. Cabang-cabang besar
arteri karotis interna adalah : a. oftalmika, a. komunikans posterior, a. khoroidal anterior,
a. serebri anterior, a. komunikans anterior, a. serebri media.
b. Sistem vertebrobasilerDengan sepasang arteri vertebralis yang kemudian bersatu menjadi arteri basilaris, akan
mendarahi batang otak dan serebellum dengan tiga kelompok arteri yaitu : median,
paramedian, dan arteri sirkumferensial. Arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang
a. serebri posterior.
C. InsidenDi pusat-pusat pelayanan neurologi di Indonesia, jumlah penderita gangguan peredaran
darah otak (GPDO) selalu menempati urutan pertama dari seluruh penderita rawat inap.
Trombosis lebih sering terjadi pada usia 50 hingga 70 tahun. GPDO pada anak muda banyak
dijumpai akibat infark karena emboli, yaitu mulai dari usia dibawah 20 tahun dan meningkat
pada decade ke4 hingga ke6 dari usia, lalu menurun dan jarang dijumpai pada usia lebih tua.
D. Etiologi1. Trombus
Oklusi vaskuler hampir selalu disebabkan oleh trombus, yang terdiri dari trombosit,
fibrin, sel eritrosit, dan leukosit.Trombus yang lepas dan menyangkut di pembuluh darah
lebih distal disebut embolus.
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
4/24
Case Session Report 3
2. EmboliEmboli merupakan 5-15% penyebab dari stroke. Dari penelitian epidemiologi didapatkan
bahwa sekitar 50% dari semua serangan iskemik otak, apakah yang permanen atau yang
transient, diakibatkan oleh komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang
merupakan kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang, sedangkan sekitar 25%
disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di intrakranial dan 20% oleh emboli
jantung.
E. PatofisiologiDarah merupakan suatu suspensi yang terdiri dari plasma dan berbagai macam sel yang
terdapat di dalamnya.Dalam keadaan fisiologik, jumlah darah yang mengalir ke otak ialah 50-60
ml/100 gram otak/menit atau 700-840 ml/menit.Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran darah
otak (ADO) dibagi atas:
1. Faktor Ekstrinsik Tekanan darah sistemik (TDS), pada keadaan normal, naik turunnya TDS tidak
mempengaruhi ADO karena adanya autoregulasi.
Diameter pembuluh darah. Resistensi vaskuler terbesar terjadi pada pembuluh darahterkecil. Bila lumen menyempit 70%, maka akan mengganggu ADO.
Kualitas darah :Bila hematokrit naik, maka viskositas darah akan meningkat pula,resistensi serebrovaskuler juga naik, sehingga ADO menurun ; terjadi peningkatan
agregasi eritrosit dan penrunan deformabilitas eritrosit ; platelet.
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
5/24
Case Session Report 4
2. Faktor Intrinsik Autoregulasi: Yaitu kemampuan pembuluh darah arteriol otak untuk
mempertahankan ADO meskipun terjadi perubahan pada tekanan perfusi otak.
Autoregulasi akan berfungsi dengan baik bila tekanan sistolik 60-200 mmHg dan
tekanan diastolik 60-120 mmHg.
Faktor Biokimiawi: Peningkatan tekanan CO2 akan menyebabkan vasodilatasi,sehingga resistensi serebral turun, akibatnya ADO akan meningkat.Bila tekanan O2
turun kurang dari 50mmHg akan mengakibatkan terjadinya vasodilatasi sehingga
ADO meningkat, dan sebaliknya. Bila kadar ion H turun (asidosis) maka daerah
iskemik akan berubah menjadi infark. Ion K mencapai ruang ekstraseluler saat
aktivasi kortikal dan mencapai otot-otot pembuluh darah melalui difusi dan ini
bertanggung jawab terhadap peningkatan perfusi regional.
Susunan saraf otonom: Rangsangan sistem simpatis servikal akan menyebabkanvasokonstriksi pembuluh darah otak, shingga ADO turun.
Iskemia otak
Iskemia otak ialah gangguan aliran darah otak (ADO) yang membahayakan fungsi
neuron tanpa perubahan yang menetap. Bila ADO turun pada batas kritis yaitu 18ml/100gr
otak/menit maka akan terjadi penekanan aktivitas neural tanpa perubahan struktural dari sel.
Daerah otak dengan keadaan ini dikenal sebagai penumbra sistemik. Disini sel relatif inaktif tapi
masih viable. Pada 3 jam permulaan iskemia, akan terjadi kenaikan kadar air dan natrium pada
sbstansia grisea dan setelah 12-48 jam terjadi kenaikan yang progresif dari kadar air dan natrium
pada substansia alba, sehingga memperberat oedem otak dan meningkatkan tekanan intrakranial.
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
6/24
Case Session Report 5
Bila terjadi sumbatan pembuluh darah, maka daerah sentral yang diperdarahi oleh pembuluh
darah tersebut akan mengalami iskemia berat sampai infark.
Infark otak
Dengan bertambahnya usia, DM, hipertensi, dan kebiasaan merokok merupakan faktor
terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis sendiri merupakan kombinasi dari perubahan tunika
intima dengan penumpukan lemak, komposisi darah maupun deposit kalsium dan disertai pula
perubahan pada tunika media di pembuluh darah besar yang menyebabkan permukaan menjadi
tidak rata. Pada saat aliran darah lambat (saat tidur dan istirahat), dapat terjadi penyumbatan
karena trombosis. Untuk pembuluh darah kecil dan arteriol, terjadi penumpukan lipohialinosis
yang dapat menyebabkan infark.
Ada tiga jalur terjadinya trombus yaitu; melalui asam arakidonat, melalui ADP, melalui
faktor aktivasi platelet (PAF).Sedangkan emboli berasal dari trombus yang rapuh atau kristal
kolesterol dalam a. Karotis dan a. Vertebralis yang sklerotik, bila terlepas dan mengikuti aliran
darah akan menimbulkan emboli arteri intrakranium, yang akhirnya menyebabkan iskemia otak.
Adanya kelainan katup jantung baik kongenital maupun karena infeksi; seperti atrial fibrilasi
merupakan faktor resiko terjadinya embolisasi.
F. Gejala KlinikGejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada
berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya.
Gejala utama GPDO iskemik akibat trombosis serebri ialah timbulnya deficit neurologik
secara mendadak atau sub akut, didahului gejala prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau
bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun. Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50
tahun. Pada pungsi lumbal, liquor serebrospinalis jernih, tekanan normal, dan eritrosit kurang
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
7/24
Case Session Report 6
dari 500.Pemeriksaan Brain CT Scan dapat dilihat adanya daerah hipodens yang menunjukkan
infark atau iskemik dan oedema.
GPDO akibat emboli serebri didapatkan pada usia lebih muda, mendadak dan pada waktu
aktif. Sumber emboli berasal dari berbagai tempat, diantaranya dari kelainan jantung atau
ateroma yang terlepas. Kesadaran dapat menurun bila embolus cukup besar. Liquor
serebrospinalis adalah normal.
Pendarahan otak dilayani oleh dua sistem yaitu sistem karotis dan sistem vertebrobasiler.
Gangguan pada sistem karotis menyebabkan:
Ganguan penglihatan
Gangguan bicara, disfasia atau afasia Gangguan motorik, hemiplegi atau hemiparese kontralateral Gangguan sensorik
Sedangkan gangguan pada sistem vertebrobasiler akan menyebabkan gejala klinis berupa
Gangguan penglihatan berupa pandangan kabur atau buta bila gangguan pada lobusoksipital
Gangguan nervi kranialis bila mengenai batang otak Gangguan motorik Gangguan koordinasi Drop attack Gangguan sensorik Gangguan kesadaranBila lesi di kortikal, akan terjadi gejala klinik seperti afasia, gangguan sensorik kortikal,
muka dan lengan lebih lumpuh atau tungkai lebih lumpuh, eye deviation, dan hemiparese yang
disertai kejang.
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
8/24
Case Session Report 7
Bila lesi di subkorikal, akan timbul tanda seperti; muka, lengan, dan tungkai sama berat
lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris nyeri dan raba pada muka, tangan, dan tungkai
(tampak pada lesi di thalamus). Bila disertai hemiplegi, lesi pada kapsula interna
Bila lesi di batang otak, gambaran klinis berupa hemiplegi alternans, tanda-tanda
serebelar, nistagmus, gangguan pendengaran, gangguan sensoris, disartri, gangguan menelan,
dan deviasi lidah.
Bila topik di medulla spinalis, atau timbul gejala sepertt gangguan sensoris dan keringat
setinggi lesi, serta gangguan miksi dan defekasi.
G. DiagnosisDitetapkan dari anamnesis dan pemeriksaan neurologist dimana didapatkan gejala-gejala
yang sesuai dengan waktu perjalanan penyakitnya serta tanda yang sesuai dengan daerah
pendarahan pembuluh darah otak tertentu. Dimana menurut perjalanan penyakitnya terdiri dari :
1. Serangan iskemia sepintas atau Transient Ischemic Attack(TIA)Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2. Defisit neurologik iskemik sepintas /Reversible Ischemic Neurological Deficit(RIND)Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi
tidak lebih dari seminggu.
3. Stroke progresif (Progressive stroke atau Stroke in evolution)Gejala neurologik makin lama makin berat.
4. Stroke komplet ( Completed stroke atauPermanent stroke)Gejala klinis sudah menetap.
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
9/24
Case Session Report 8
Adanya faktor-faktor resiko stroke dapat membantu menegakkan diagnosis. Faktor-faktor
resiko tersebut antara lain:
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi : usia, jenis kelamin, ras, dan genetik. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi : hipertensi, Diabetes Melitus, penyakit
jantung, riwayat TIA atau stroke sebelumnya, merokok, kolesterol tinggi, viskositas
darah, obesitas, obat-obatan (kokain, amfetamin, heroin, dll)
Dari pemeriksaan neurologis dapat ditemukan:
Bradikardi, oedem papilMerupakan tanda dari adanya peningkatan tekanan intrakranial, yang biasanya
ditemukan pada stroke hemoragik, sedangkan pada stroke iskemik juga dapat
ditemukan oedem serebri tetapi timbulnya tidak seketika, timbulnya perlahan-lahan
yang akhirnya mencapai puncaknya pada hari ke 4 sampai ke 7.
Tanda kernig, brudzinsky, dan kaku kudukTanda-tanda ini merupakan manifestasi klinis dari adanya rangsangan meningeal.
Dari pemeriksaan funduskopi dapat ditemukan adanya perdarahan di retina atau corpus
vitreum serta adanya crossing phenomen, dan silver wire arteries. Sedangkan dari pemeriksaan
arteriografi mungkin ditemukan suatu shift dan juga adanya tanda-tanda oklusi.
Selain itu untuk membedakan stroke iskemik dan hemoragik dapat juga dipakai sistem
skoring yaitu:
1. Gajah mada skoring, skor yag dinilai adalah : Penurunan kesadaran Babinsky Nyeri kepala
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
10/24
Case Session Report 9
Penurunan
Kesadaran
Reflek
Babinsky
Nyeri
KepalaDiagnosis
+ - + Perdarahan
+ + - Perdarahan
- + - Infark
- - - Infark
2. Siriraj Skor :( 2,5 x kesadaran ) + ( 2 x muntah ) + ( 2 x nyeri kepala ) + ( 0,1 x diastolik) ( 3 x
aterom) - 12
Kesadaran : 2 = soporous,1 = somnolen, 0 = sadar Muntah : 1 = Positif, 0= negatif Ateroma : angina, DM, Claudicatio intermitten ( jika 1 dari 3 ada yang positif = 1,
jika tidak ada = 0 )
Nilai : > 1 = hemoragik
< -1= infark
-1 s/d 1 = CT-scan
H. Penatalaksanaan1. Terapi umum
Untuk terapi umum dipakai patokan 6 B yaitu :
a.Breathing
Harus dijaga agar jalan nafas bebas dan bahwa fungsi paru-paru cukup baik.
Pemberian oksigen diperlukan bila pasien sesak dan frekuensi nafasnya meningkat.
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
11/24
Case Session Report 10
b. BrainOedem otak dan kejang-kejang harus dicegah dan diatasi. Bila terjadi oedem otak,
dapat dilihat dari keadaan pasien yang mengantuk, adanya bradikardi, dan dari
pemeriksaan funduskopi, maka dapat diberikan manitol, gliserol, atau
kortikosteroid.Untuk mengatasi kejang-kejang yang timbul dapat diberikan
diphenylhydantoin atau carbamazepin.
c. BloodTekanan darah dijaga agar tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak.
Pengobatan hipertensi pada fase akut dapat mengurangi tekanan perfusi yang justru
akan menambah iskemik lagi. Kadar Hb dan glukosa harus dijaga cukup baik untuk
metabolisme otak. Pemberian infus glukosa harus dicegah karena akan menambah
terjadinya asidosis di daerah infark yang akan mempermudah terjadinya oedem.
Keseimbangan elektrolit juga harus dijaga.
d. BowelDefekasi dan nutrisi harus diperhatikan. Hindari terjadinya obstipasi karena akan
membuat pasien gelisah. Nutrisi harus tercukupi, bila perlu diberikan nasogastric
tube.
e. BladderMiksi dan balance cairan harus diperhatikan, jangan sampai terjadi retensi urin.
Pemasangan kateter dilakukan bila pasien tidak sadar atau terjadi inkontinensia.
f. BurnAnti piretik perlu diberikan bila suhu tubuh pasien lebih dari 38 C.
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
12/24
Case Session Report 11
2. Terapi khususPada fase akut, pengobatan ditujukan untuk membatasi kerusakan otak semaksimal
mungkin. Untuk daerah yang mengalami infark, kita tidak bisa berbuat banyak. Yang
penting adalah menyelamatkan daerah sekitar infark yang disebut daerah penumbra.
Neuron-neuron di daerah penumbra ini sebenarnya masih hidup, akan tetapi tidak
dapat berfungsi oleh karena aliran darahnya tidak adekuat. Daerah inilah yang harus
diselamatkan agar dapat berfungsi kembali.
Rehabilitasi
Tujuan rehabilitasi adalah :
a. Memperbaiki fungsi motorik, bicara, dan fungsi lain yang terganggu.b. Adaptasi mental dan sosial dari penderita stroke, sehingga hubungan interpersonal
menjadi normal.
c. Sedapat mungkin harus dapat melakukan aktivitas sehari-hari.Prinsip dasar rehabilitasi, yaitu dimulai sedini mungkin, sistematis, ditingkatkan secara
bertahap, dan rehabilitasi yang spesifik sesuai dengan defisit yang ada.
I. PrognosisSepertiga penderita dengan infark otak akan mengalami kemunduran status
neurologiknya setelah dirawat. Sebagian disebabkan oedem otak dan maturasi iskemi otak.
Infark yang luas dapat menimbulkan hemiplegi dan penurunan kesadaran 30-40%. Sekitar 10%
pasien dengan stroke iskemik membaik dengan fungsi normal. Juga dipermasalahkan apakah
seseorang akan mengalami stroke ulang. Prognosis lebih buruk pada pasien dengan kegagalan
jantung kongestif dan penyakit jantung koroner. Penyebab utama kematian setelah jangka
panjang adalah penyakit jantung.
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
13/24
Case Session Report 12
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien perempuan berumur 54 tahun dirawat di bangsal wanita bagian Neurologi
RSUP Dr. M.Djamil, Padangsejak tanggal 12 Maret 2013 dengan :
ANAMNESIS (Alloanamnesis dari suami pasien)
Keluhan Utama: Penurunan kesadaran
Riwayat Penyakit Sekarang:
Penurunan kesadaran sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit, terjadi tiba-tiba saat pasien
sedang beraktivitas, tiba-tiba pasien jatuh tidak sadarkan diri, tidak membuka mata atau
menyahut ketika dipanggil dan disentak oleh keluarga. Tampak oleh keluarga anggota
gerak kanan tidak bergerak dan mulut mencong ke kiri.
Beberapa saat sebelumnya pasien sempat mengeluh nyeri kepala hebatRiwayat PenyakitDahulu
Pasien menderita DM sejak 8 tahun yang lali dengan kontrol kurang teratur, dan tidak adariwayat penyakit hipertensi, panyakit jantung dan stroke sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi, DM, penyakit jantung,
dan stroke.
Riwayat kebiasaan, sosial, dan ekonomi
Pasien seorang guru Riwayat merokok tidak ada
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
14/24
Case Session Report 13
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Keadaan umum : Buruk
Kesadaran : Sopor
Tekanan darah : 170/100 mmHg
Nadi : 96 x /menit
Nafas :24x /menit
Suhu : 36,6 C
Status Internus :
Mata : Kanan : konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kiri : konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada
JVP 5-1 cmH2O.
Thorak : Paru : Inspeksi : Simetris kiri dan kanan
Palpasi :Sulit dinilai
Perkusi :Sonor
Auskultasi : Vesikuler, ronchi (+/+), wheezing (-/-).
Jantung : Inspeksi : Iktus tidak terlihat.
Palpasi :Iktus teraba 1 jari medialLMCS RIC V
Perkusi : Batas atas RIC II, kanan LSD, kiri 1 jari medial LMCS
Auskultasi :Bunyi jantung murni, iramateratur, bising (-).
Abdomen : Inspeksi : Tidak membuncit
Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
15/24
Case Session Report 14
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Punggung : Tidak ada kelainan
Ekstremitas : Oedem tidak ada
Status Neurologikus :
1. GCS 10 (E2M5V3)2. Tanda Rangsangan Meningeal :
a. Kaku kuduk (-).b.
Brudzinky I (-).
c. Brudzinky II (-).d. Kernig (-).
3. Tanda peningkatan tekanan intrakanial:a. Muntah proyektil tidak ada.b. Sakit kepalaada.
4. Nn. Kranialis :a. N I : Sukar dilakukan penilaian.b. NII : Reflek cahaya +/+c. N III, IV, VI : Pupil isokor, bulat, diameter 3mm/3mm, gerakan bolamata
bebas ke segala arah sukar dinilai.
d. N V : Tidak bisa membuka mulut. Refleks kornea +/+e. N VII : Plica nasolabialis kanan lebih datar dari kirif. N VIII : Sukar dilakukan penilaiang. N IX, X : Sukar dilakukan penilaian
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
16/24
Case Session Report 15
h. N XI : Sukar dilakukan penilaiani. N XII : Sukar dilakukan penilaian
5. MotorikEkstremitas Superior :
Kanan Kiri
Gerakan Tidak Aktif Aktif
Kekuatan Dengan tes jatuh : lateralisasi ke kanan
Tonus Eutonus Eutonus
Tropi Eutropi Eutropi
Ekstremitas Inferior
Kanan KiriGerakan Tidak Aktif Aktif
Kekuatan Dengan tes jatuh : lateralisasi ke kanan
Tonus Eutonus Eutonus
Tropi Eutropi Eutropi
6. Sensorika. Eksteroseptif :Sukar dilakukan penilaianb. Proprioseptif :Sukar dilakukan penilaian
7. Fungsi OtonomBAK terpasang kateter
BAB baik
Sekresi keringat baik
8. Refleksa. Refleks fisiologis : Refleks biceps ++/++ Refleks KPR ++/++
Refleks triceps ++/++ Refleks APR ++/++
b. Refleks patologis :Refleks Hoffman Trommer -/-Refleks Babinsky -/-
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
17/24
Case Session Report 16
9. Penilaian Stroke ketika seranganGajah Mada Skor : Penurunan kesadaran (+)
Nyeri kepala (-) Stroke Perdarahan
Reflek Babinsky (-)
Siriraj Stroke Skor: (2,5 x kesadaran) + (3 x muntah) + (2 x sakit kepala) + (0,1 x
diastole)(3 x ateroma)12
: (2,5 x 1) + (3 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 80)(3 x1)12 =-4,5
Kesan : Stroke Perdarahan
LABORATORIUM :
12-3-2013
Hb : 13,3 gr / dl Ureum : 28 mg/dl
Leukosit :10.700 /mm Kreatinin : 1 mg/dl
Trombosit : 253.000/mm Na/K/Cl : 137/4,2/103mmol/L
Hematokrit : 37 % GDS : 375 mg/dl
DIAGNOSA KERJA :
Diagnosis Klinis :Penurunankesadaran + hemiparesedekstra + parese N.VIIdekstra tipe sentral
Diagnosis Topik :Subkorteks serebri hemisfer sinistra
Diagnosis Etiologi :Tromboemboli serebri
Diagnosis Sekunder : DM Tipe 2 tidak terkontrol
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
18/24
Case Session Report 17
PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan darah perifer lengkap Ro Thorax PA Brain CT Scan
TERAPI :
Umum :
Bedrest O23 L/menit Infus NaCl 0,9 % 12 jam/kolf NGT diet Kateter
Khusus
Citicolin inj 2 x 500 mg (iv) Alinamin F 1 x 25 mg (iv) Sliding Scale per 6 jam ; 150-200 = 4 IU insulin
201-250 = 6 IU251-300 = 8 IU 300 = 10 IU
PROGNOSIS
o Quo ad sanam : dubia ad malamo Quo ad vitam : dubia ad malamo Quo ad functionam : dubia ad malam
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
19/24
Case Session Report 18
FOLLOW UP13-03-2013
Anamnesis
Penurunan kesadaran (+)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Sopor
Tekanan Darah : 170/100 mmHg
Nadi : 98x/menit
Nafas : 22x/menit
Suhu : 36,4C
Status Neurologikus
GCS : E2M5V3 = 10
Tanda rangsangan meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky I (-), II (-), Kernig (-),Laseque (-).
Tanda peningkatan intrakranial : muntah proyektil (-), sakit kepala (-). Nervi cranialis : pupil isokor kanan dan kiri, bulat, 3 mm / 3mm, reflek
cahaya (+/+). Plica nasolabialis kanan lebih datar
Motorik : tes jatuh laterisasi (+) ke kanan Sensorik : respon (+) terhadap rangsang nyeri Otonom : BAB dan BAK terkontrol Reflek fisiologis : ++/++, Reflek patologis : -/-
Hasil Laboratorium
Hb : 12,3 gr / dl Ureum : 31,7 mg/dl Chol. Tot. : 299 mg/dl
Leukosit : 11.810 /mm Kreatinin: 0,7 mg/dl LDL : 204 mg/dl
Trombosit : 247.000/mm Na/K/Cl : 137/3,6/103mmol/L HDL : 42 mg/dl
Hematokrit : 37 % GDP : 274 mg/dl Trigliserida: 262 mg/dl
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
20/24
Case Session Report 19
Hasil Ro Thorax PA
Tidak tampak infiltrat di kedua lapangan paru, CTI < 55 %.Kesan : dalam batas normal
Hasil CT Scan tanpa kontras
Tampak lesi hipodens multiple di kapsula interna sinistra dan periventrikel sinistra dengan
perifokal odem, midline shift (-), sulci dan gyri tidak melebar.Pons, cerebellum, dan CPA dalam
batas normal.Kesan : Multiple Infark Serebri
Diagnosis
Diagnosis Klinis : Penurunan kesadaran + hemiparese dekstra + parese N.VIIdekstra tipe sentral
Diagnosis Topik :Subkorteks serebri hemisfer sinistra Diagnosis Etiologi :Tromboemboli serebri Diagnosis Sekunder : DM Tipe 2 tidak terkontrol
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
21/24
Case Session Report 20
BAB III
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien wanita berumur 54 tahun dengan diagnosis klinis
penurunan kesadaran + hemiparese dekstra + parese N.VII dekstra tipe sentral, diagnosis topik
subkorteks serebri hemisfer sinistra, diagnosis etiologi tromboemboli serebri.
Dari anamnesis didapatkan keluhan utama penurunan kesadaran sejak 2 jamsebelum
masuk rumah sakit. Pasien tiba-tiba terjatuh ketika beraktivitas.Pasien tidak sadarkan diri, tidak
membuka mata atau menyahut ketika dipanggil dan dissentak oleh keluarga, tampak oleh kelurga
anggota gerak kanan tidak bergerak dan mulut mencong ke kiri. Sebelumnya pasien mengeluh
nyeri kepala hebat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien buruk dengan tekanan darah
170/100 mmHg.Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kesadaran sopor dengan GCS 10
(E2M5V3), tanda rangsangan meningeal tidak ada, peningkatan TIK tidak ada.Gangguan fungsi
motorik ditemukan pada anggota gerak kanan berupa hemiparese dekstra. Sensorik sulit
dilakukan penilaian dan otonom terpasang kateter. Pada system reflek, reflek fisiologis ada pada
kedua anggota gerak kiri dan kanan dan reflek patologis tidak ditemukan. Dari penilaian Skor
Gadjah Mada dan Siriraj Skor ditemukan kesan stroke perdarahan.
Pasien ini dianjurkan untuk pemeriksaan darah perifer lengkap untuk mengetahui faktor
resiko lain pada pasien seperti dislipidemia, kemudian Brain CT- Scan untuk mendukung
penegakkan diagnosis infark serebril dan melihat keadaan otak dan menilai luasnya infark pada
otak sehingga dapat menentukan langkah pengobatan selanjutnya dan prognosis pada pasien.
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
22/24
Case Session Report 21
Terapi umum yang diberikan pada pasien saat ini adalah bedrest dengan posisi kepala
diekstensikan 300,
oksigen 2-3L/menit untuk memenuhi kebutuhan perfusi otak, NaCl 0,9 %
12jam / kolf yang diberikan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta
diet makanan cair rendah garam. Sedangkan terapi khusus yang diberikan adalah Citicolin inj
dan Alinamin F untuk menyelamatkan neuron-neuron di sekitar daerah iskemik otak, Sliding
Scale untuk koreksi hiperglikemia akibat penyakit penyerta DM tipe 2 tidak terkontrol.
Neuroprotektan (piracetam) diperkirakan pada level neuronal akan berikatan dengan
membran sel, memperbaiki fluiditas membran sel, memperbaiki neurotransmisi. Pada level
vaskular, metabolik aktivator akan meningkatkan deformabilitas eritrosit sehingga aliran darah
ke otak meningkat. Selain itu obat ini juga mengurangi hiperagregasi platelet dan dapat
memperbaiki mikrosirkulasi. Anti edema tidak diberikan karena pada pasien tidak ditemukan
tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Menurunnya kematian karena stroke menunjukkan bahwa stroke merupakan penyakit
yang dapat dicegah, yaitu dengan mengendalikan faktor resikonya. Oleh karena itu perlu dicari
faktor-faktor resiko lain yang mungkin menyebabkan stroke pada pasien ini. Ada beberapa faktor
resiko generasi baru yang dirasa perlu seperti (1) Kadar Homosistein plasma; dimana kadar
homosistein yang tinggi dapat menyebabkan aterosklerosis melalui mekanisme yang melibatkan
peningkatan aktivasi platelet, hiperkoaguasi, peningkatan proliferasi sel otot polos, sitotoksisitas,
induksi disfungsi endotel dan stimulasi oksidasi LDL-kolesterol, disamping hiperhomosistein
menyebabkan adanya interaksi dengan sistem fibrinolitik yang dapat menyebabkan terjadinya
kejadian tromboemboli dan hiperhomosistein juga berkaitan dengan menurunnya fungsi ginjal
pada pasien, (2) PAI-1 DAN t-PA; sistem fibrinolitik merupakan keseimbangan antara tissue-
plasminogen activator (tPA) dan inhibitor primernya yaitu plasminogen activator inhibitor tipe 1
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
23/24
Case Session Report 22
(PAI 1). Peningkatan kadar tPA dan peningkatan PAI-1 dapat menginhibisis fibrinolisis dan
dapat menyebabkan trombosis, baik pada vena, arteri dan serebrovaskuler (stroke), C Reactive
Protein (CRP); (4) Antikardiolipin Antibodies (ACA); ACA menyebabkan trombosis vena dan
arteri melalui gangguan sel endotel, agregasi platelet, aktivasi komplemen dan gangguan
koagulasi. ACA merupakan faktor resiko stroke independen, dan dapat meningkatkan resiko
stroke iskemik 4 kali lebih besar. Diharapkan dengan mengendalikan faktor resiko stroke, maka
kejadian maupun kematian karena stroke dapat diturunkan. Berdasarkan hasil pemeriksaan darah
perifer lengkap, didapatkan Cholesterol total 299 mg/dl, LDL 204 mg/dl, HDL 42 mg/dl dan
trigliserida 242mg/dl, didapatkan kesan dilipidemia sebagai faktor resiko pada pasien ini.
Kemudian ditemukan ketidakcocokan antara penilaian stroke saat serangan (ASGM dan
SSS) dengan hasil CT-Scan. Penilaian stroke menggunakan algoritma gajah mada dan siriraj
stroke score ditemukan kesan stroke perdarahan. Sedangkan hasil CT Scan tampak lesi hipodens
multiple di kapsula interna sinistra dan periventrikel sinistra dengan perifokal odem, midline
shift (-), sulci dan gyri tidak melebar, pons, cerebellum, dan CPA dalam batas normal, dengan
kesan : Multiple Infark Serebri
Pada pasien ini dilakukan fisioterapi yang bertujuan untuk memulihkan kemampuan fisik,
fisioterapi dilakukan sesegera mungkin. Sebelum dilakukan fisioterapi pertama kali dilakukan
mobilisasi dini yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kekakuan, dimana pasien dilatih untuk
mengangkat kepala dan merubah posisi berbaring. Selain itu, juga dilakukan perubahan posisi
tubuh dan ekstremitas setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus. Setelah pasien mampu duduk
dengan baik maka dilakukan fisioterapi dengan mengusahakan pasien duduk di kursi dengan
melakukan sendiri atau dibantu dengan orang lain, kemudian pasien dilatih untuk berdiri dan
berjalan dimana perawat berdiri di sisi yang lumpuh dan menopang bahu serta tangan pasien.
-
7/29/2019 Case Report Session prof basjir stroke.docx
24/24
C S i R t 23
DAFTAR PUSTAKA
1. Harsono. Epilepsi. Dalam: Kapita Selekta Neurologi. Gajah Mada University Press,Yogyakarta, 2003
2. Harsono. Buku Ajar Neurologi klinik. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf, Indonesia.Gajah Mada University Press. Yogyakarta, 2008
3. Marjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta, 2004\4. ----. Guideline stroke tahun 2011. Pokdi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Jakarta, 2011.
5. Hemorragic Stroke. Diakses dariwww.medicastore.compada tanggal 13 Maret 2013
http://www.medicastore.com/http://www.medicastore.com/http://www.medicastore.com/http://www.medicastore.com/