case pterigium.doc

download case pterigium.doc

of 21

Transcript of case pterigium.doc

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    1/21

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1. 1 Latar Belakang

    Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang

    bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah

    kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerah

    kornea. Diduga penyebab pterigium adalah exposureatau sorotan berlebihan dari

    sinar matahari yang diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB,

    berperan penting dalam hal ini. elain itu dapat pula dipengaruhi oleh faktor!

    faktor lain seperti "at alergen, kimia, dan pengiritasi lainnya. ecara geografis,

    pterigium paling banyak ditemukan di negara beriklim tropis. #arena $ndonesia

    beriklim tropis, penduduknya memiliki risiko tinggi mengalami pterigium. Dari

    hasil penelitian % %a""ard dari Singapore National Eye Center, yang melakukan

    penelitian di daerah &iau, didapatkan bah'a prevalensi pterigium pada usia di

    atas () tahun adalah )*+ sedangkan di atas * tahun adalah )-,+. ),(/ ubah jadi

    indonesia atau padang se gaknya 0.

    Pterigium masih menjadi permasalahan yang sulit karena tingginya

    frekuensi pterigium rekuren.Recurrence ratepascaoperasi pterigium di $ndonesia

    adalah 1232(+. Dari hasil penelitian di & 4ipto 5angunkusumo didapatkan

    bah'a recurrence ratepada pasien berusia kurang dari * tahun adalah -2+ dan

    pada pasien berusia lebih dari * tahun adalah )(,2+. elain itu, pterigium

    menimbulkan masalah kosmetik dan berpotensi mengganggu penglihatan bahkan

    berpotensi menjadi penyebab kebutaan pada stadium lanjut. Penegakan diagnosisdini pterigium diperlukan agar gangguan penglihatan tidak semakin memburuk

    dan dapat dilakukan pencegahan terhadap komplikasi.(,1

    BAB II

    1

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    2/21

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1.1 Anatomi

    Anatomi Konjungtia#onjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak mata

    bagian belakang. #onjungtiva ini mengandung sel musin yang dihasilkan oleh sel

    goblet.)

    #onjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu 6

    #onjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal ini sukar

    digerakkan dari tarsus.

    #onjungtiva bulbi, menutupi sclera dan mudah digerakan dari sclera

    diba'ahnya.

    #onjungtiva forniks, merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan

    konjungtiva bulbi.

    #onjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan

    jaringan di ba'ahnya sehingga bola mata mudah bergerak.)

    Anatomi kornea

    2

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    3/21

    #ornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus

    cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata bagian depan. )

    #ornea terdiri dari lima lapis, yaitu 6

    ). 7pitel

    8ebalnya 2* 9m, terdiri atas 2 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling

    tumpang tindih: satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng

    Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke

    depat menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel

    gepeng, sel basal berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel

    poligonal di depanya melalui desmosom dan makula okluden: ikatan ini

    menghambat pengaliran air, elektrolit, dan glukosa yang merupakan

    barrier.

    epitel berasal dari ektoderm permukaan.

    (. 5embran Bo'man

    8erletak diba'ah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen

    yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan

    stroma.

    ;apis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

    1. troma 8erdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu

    dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di

    bagian perifer serat kolagen ini bercabang: terbentuknya kembali serat

    kolagen memakan 'aktu yang lama yang kadang!kadang sampai )2 bulan.

    #eratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak

    di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar

    dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.)

    . 5embrane descement 5erupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma

    kornea dihasilkan selendotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai

    tebal *

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    4/21

    Berasal dari mesotellium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar (*!

    *

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    5/21

    5enurut American Academy of Ophthalmology, pterygium adalah

    poliferasi jaringan subconjunctiva berupa granulasi fibrovaskular dari /sebelah0

    nasal konjuntiva bulbar yang berkembang menuju kornea hingga akhirnya

    menutupi permukaannya.1

    2.# E$i%emiologi

    Di Amerika erikat, kasus pterigium sangat bervariasi tergantung pada

    lokasi geografisnya. Di daratan Amerika serikat, Prevalensinya berkisar kurang

    dari (+ untuk daerah diatas *olintang utara sampai 2!)2+ untuk daerah garis

    lintang (!1-o. 8erdapat hubungan antara peningkatan prevalensi dan daerah yang

    terkena paparan ultraviolet lebih tinggi di ba'ah garis lintang. ehingga dapat

    disimpulkan penurunan angka kejadian di lintang atas dan peningkatan relatif

    angka kejadian di lintang ba'ah.-

    Pterygium bisa menyebabkan perubahan yang sangat berarti dalam fungsi

    visual atau penglihatan pada kasus yang kronis. 5ata bisa menjadi inflamasi

    sehingga menyebabkan iritasi okuler dan mata merah.-

    2.& Etiologi

    =ingga saat ini etiologi pterygium masih belum diketahui secara pasti.

    Beberapa faktor resiko pterygium antara lain adalah paparan ultraviolet, mikro

    trauma kronis pada mata, infeksi mikroba atau virus. >aktor lainnya yang

    berperan dalam terbentuknya pterygium adalah alergen, bahan kimia berbahaya,

    dan bahan iritan /angin, debu, polutan0. UV!B merupakan mutagenik untuk p21

    5

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    6/21

    tumor supressor gen pada stem sel limbal. 8anpa apoptosis, transforming growth

    factor-beta overproduksi dan memicu terjadinya peningkatan kolagenasi, migrasi

    seluler, dan angiogenesis. elanjutnya perubahan patologis yang terjadi adalah

    degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya jaringan fibrovaskuler subepitelial.

    #ornea menunjukkan destruksi membran Bo'man akibat pertumbuhan jaringan

    fibrovaskuler. ),(,1

    >aktor risiko yang mempengaruhi antara lain 6

    ) Usia

    Prevalensi pterygium meningkat dengan pertambahan usia banyak ditemui

    pada usia de'asa tetapi dapat juga ditemui pada usia anak!anak. Pterygiumterbanyak pada usia dekade dua dan tiga.

    (. Pekerjaan

    Pertumbuhan pterygium berhubungan dengan pekerjaan yang sering

    terpapar sinar UV.

    1. %eografis

    %ambaran yang paling mencolok dari pterygium adalah distribusi

    geografisnya. Distribusi ini meliputi seluruh dunia tapi banyak survei yang

    dilakukan setengah abad terakhir menunjukkan bah'a negara di khatulisti'a

    memiliki angka kejadian pterygium yang lebih tinggi. urvei lain juga

    menyatakan orang yang menghabiskan 2 tahun pertama kehidupannya pada garis

    lintang kurang dari 1** memiliki risiko penderita pterygium 1- kali lebih besar

    dibandingkan daerah yang lebih selatan.

    . =erediter

    Pterygium dipengaruhi faktor herediter yang diturunkan secara autosomal

    dominan.

    2.' Pato!i"iologi

    #onjungtiva bulbi selalu berhubungan dengan dunia luar. Pterigium ini

    biasanya bilateral, karena kedua mata mempunyai kemungkinan yang sama untuk

    6

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    7/21

    kontak dengan sinar ultraviolet, debu dan kekeringan. UV!B merupakan

    mutagenik untuk p21 tumor supressor gen pada stem sel limbal. 8anpa apoptosis,

    transforming growth factor-beta over produksi dan memicu terjadinya

    peningkatan kolagenasi, migrasi seluler, dan angiogenesis. elanjutnya perubahan

    patologis yang terjadi adalah degenerasi elastoid kolagen dan timbulnya jaringan

    fibrovaskuler subepitelial.

    Paparan tersebut dapat mengiritasi permukaan mata, kemudian akan

    mengganggu proses regenerasi jaringan konjungtiva dan diganti dengan

    pertumbuhan berlebih dari jaringan fibrous yang mengandung pembuluh darah.

    Akibatnya terjadi perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan subepitelial

    fibrovaskular. ?aringan subkonjungtiva mengalami degenerasi elastoid dan

    proliferasi jaringan granulasi fibrovaskular di ba'ah epitel yaitu substansia propia

    yang akhirnya menembus kornea. #erusakan kornea terdapat pada lapisan

    membran Bo'man yang disebabkan oleh pertumbuhan jaringan fibrovaskular dan

    sering disertai dengan inflamasi ringan. #erusakan membran Bo'man ini akan

    mengeluarkan substrat yang diperlukan untuk pertumbuhan pterigium. 7pitel

    dapat normal, tebal atau tipis dan kadang terjadi displasia. 7pitel merupakan

    lapisan sel yang meliputi permukaan luar mata. 7pitel pada mata lebih sensitif

    dibanding dengan epitel bagian tubuh lain khususnya terhadap respon kerusakan

    jaringan akibat paparan ultraviolet karena epitel pada lapisan mata tidak

    mempunyai lapisan luar yang disebut keratin. ?ika sel!sel epitel dan membran

    dasar terpapar oleh ultraviolet secara berlebihan maka radiasi tersebut akan

    merangsang pelepasan en"im yang akan merusak jaringan dan menghasilkan

    faktor pertumbuhan yang akan menstimulasi pertumbuhan jaringan baru. ?aringan

    baru yang tumbuh ini akan menebal dari konjungtiva dan menjalar ke arah kornea.#adar en"im tiap individu berbeda, hal inilah yang menyebabkan terdapatnya

    perbedaan respon tiap individu terhadap paparan radiasi ultraviolet yang

    mengenainya. -

    2.(. )ejala Klini"

    7

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    8/21

    %ejala klinis pterigium pada tahap a'al biasanya ringan bahkan sering

    tanpa keluhan sama sekali /asimptomatik0. Beberapa keluhan yang sering dialami

    pasien antara lain6

    mata sering berair dan tampak merah

    merasa seperti ada benda asing

    timbul astigmatisme akibat kornea tertarik oleh pertumbuhan

    pterigium tersebut, biasanya astigmatisme 'ith the rule ataupun

    astigmatisme irreguler sehingga mengganggu penglihatan

    pada pterigium yang lanjut /derajat 1 dan 0 dapat menutupi pupil dan

    aksis visual sehingga tajam penglihatan menurun.-

    2.*. Pemerik"aan +i"ik

    Pada pemeriksaan oftalmologis dilakukan pemeriksaan visus untuk

    mengetahui apakah terdapat gangguan ketajaman penglihatan. #emudian pada

    pemeriksaan dengan slitlamp diperiksa bagian konjungtiva. Pada konjungtiva

    terdapat jaringan fibrovaskular dari konjungtiva menuju kornea yang puncaknya

    terdapat pada kornea. Pada puncak pterigium ini terbentuk halo yang dapat dinilai

    dari pemeriksaan kornea. Pterigium muncul pada daerah yang banyak terpapar

    terutama pada fissura yaitu pada bagian nassal atau temporal. Pada pupil dinilai

    luas dari pterigium, seberapa banyak bagian pupil yang tertutup oleh pterigium.

    #emudian dilakukan pemeriksaan sondase untuk memastikan apakah tes sonde

    positif atau negatif. 8es sonde positif pada pseudopterigium yaitu apabila sonde

    dapat dimasukkan diantara pterigium dan konjungtiva. edangkan pada pterigium

    sonde tidak dapat dimasukkan diantara pterigium dan konjungtiva.

    8

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    9/21

    A. 4ap6 Biasanya datar, terdiri atas "ona abu!abu pada kornea yang kebanyakan terdiri atas fibroblast, menginvasi dan

    menghancurkan lapisan bo'man pada kornea

    B. @hitish6 etelah cap, lapisan vaskuler tipis yang menginvasi kornea

    4. Badan6 Bagian yang mobile dan lembut, area yang vesikuler pada konjunctiva bulbi, area paling ujung

    Derajat pertumbuhan pterigium ditentukan berdasarkan bagian kornea yang

    tertutup oleh pertumbuhan pterigium, dan dapat dibagi menjadi /%radasi klinis

    menurut oungson 06

    Derajat ) 6 ?ika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea Derajat ( 6 ?ika pterigium sudah mele'ati limbus kornea tetapi tidak

    lebih dari ( mm mele'ati kornea Derajat 1 6 ?ika pterigium sudah melebihi derajat dua tetapi tidak

    melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal /diameter

    pupil sekitar 1! mm0 Derajat 6 ?ika pertumbuhan pterigium sudah mele'ati pupil

    sehingga mengganggu penglihatan.

    2.,. Diagno"a

    Penderita dapat melaporkan adanya peningkatan rasa sakit pada salah satu

    atau kedua mata, disertai rasa gatal, kemerahan dan atau bengkak. #ondisi ini

    mungkin telah ada selama bertahun!tahun tanpa gejala dan menyebar perlahan!

    lahan, pada akhirnya menyebabkan penglihatan terganggu, ketidaknyamanan dari

    peradangan dan iritasi. ensasi benda asing dapat dirasakan, dan mata mungkin

    tampak lebih kering dari biasanya. penderita juga dapat melaporkan sejarah

    paparan berlebihan terhadap sinar matahari atau partikel debu.

    8est uji ketajaman visual dapat dilakukan untuk melihat apakah visusterpengaruh. Dengan menggunakan slitlamp diperlukan untuk memvisualisasikan

    pterygium tersebut. Dengan menggunakan sonde di bagian limbus, pada

    pterigium tidak dapat dilalui oleh sonde seperti pada pseudopterigium.(,1

    2.-. Diagno"a Ban%ing

    ). Pinguekula

    Penebalan terbatas pada konjungtiva bulbi, berbentuk nodul yang

    ber'arna kekuningan.

    9

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    10/21

    (. Pseudopterigium

    Pterigium umumnya didiagnosis banding dengan pseudopterigium yang

    merupakan suatu reaksi dari konjungtiva oleh karena ulkus kornea. Pada

    pengecekan dengan sonde, sonde dapat masuk di antara konjungtiva dan kornea.

    Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat

    akibat ulkus. ering terjadi saat proses penyembuhan dari ulkus kornea, dimana

    konjungtiva tertarik dan menutupi kornea. Pseudopterigium dapat ditemukan

    dimana saja bukan hanya pada fissura palpebra seperti halnya pada pterigium.

    Pada pseudopterigium juga dapat diselipkan sonde di ba'ahnya sedangkan pada

    pterigium tidak. Pada pseudopterigium melalui anamnesa selalu didapatkan

    ri'ayat adanya kelainan kornea sebelumnya, seperti ulkus kornea. elain

    pseudopterigium, pterigium dapat pula didiagnosis banding dengan pannus dan

    kista dermoid.),(,1

    Be%a $terigium %engan $"eu%o$terigium

    Pterigium Pseudopterigium

    ebab Proses degeneratif &eaksi tubuh penyembuhan

    dari luka bakar, %C, difteri,

    ulkus korne, dll.

    onde 8ak dapat dimasukkan di

    ba'ahnya

    Dapat dimasukkan

    diba'ahnya

    #ekambuhan &esidif 8idak

    Usia De'asa Anak

    10

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    11/21

    2.1 Tera$i

    ). #onservatif

    Pada pterigium yang ringan diberikan artificial tears! yaitupada pterigium

    yang tidak menutupi visual aksis. #emudian apabila terjadi inflamasi, diberikan

    kortikosteroid. Diperhatikan juga bah'a penggunaan kortikosteroid tidak

    dibenarkan pada penderita dengan tekanan intraokular tinggi atau mengalami

    kelainan pada kornea.

    (. Bedah

    Pada pterigium derajat 1! dilakukan tindakan bedah berupa avulsi

    pterigium. edapat mungkin setelah avulsi pterigium maka bagian konjungtiva

    bekas pterigium tersebut ditutupi dengan cangkok konjungtiva yang diambil dari

    konjugntiva bagian superior untuk menurunkan angka kekambuhan. 8ujuan utama

    pengangkatan pterigium yaitu memberikan hasil yang baik secara kosmetik,

    mengupayakan komplikasi seminimal mungkin, angka kekambuhan yang rendah.

    Penggunaan 5itomycin 4 /5540 sebaiknya hanya pada kasus pterigium yang

    rekuren, mengingat komplikasi dari pemakaian 554 juga cukup berat.

    A. $ndikasi Cperasi

    ). Pterigium yang menjalar ke kornea sampai lebih 1 mm dari limbus

    (. Pterigium mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi

    pupil

    1. Pterigium yang sering memberikan keluhan mata merah, berair dan silau

    karena astigmatismus yang mengganggu dan tidak dapat dikoreksi dengan

    penggunaan kacamata ataupun obat!obatan.. #osmetik, terutama untuk penderita 'anita.

    B. 8eknik Pembedahan

    8antangan utama dari terapi pembedahan pterigium adalah kekambuhan,

    dibuktikan dengan pertumbuhan fibrovascular di limbus ke kornea. Banyak teknik

    bedah telah digunakan, meskipun tidak ada yang diterima secara universal karena

    tingkat kekambuhan yang variabel. 8erlepas dari teknik yang digunakan, eksisi

    pterigium adalah langkah pertama untuk perbaikan. Banyak dokter mata lebih

    memilih untuk memisahkan ujung pterigium dari kornea yang mendasarinya.

    11

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    12/21

    #euntungan termasuk epithelisasi yang lebih cepat, jaringan parut yang minimal

    dan halus dari permukaan kornea.

    ). 8eknik Bare clera

    5elibatkan eksisi kepala dan tubuh pterygium, sementara memungkinkan

    sclera untuk epitelisasi. 8ingkat kekambuhan tinggi, antara ( persen dan

    persen, telah didokumentasikan dalam berbagai laporan.

    (. 8eknik Autograft #onjungtiva

    5emiliki tingkat kekambuhan dilaporkan serendah ( persen dan setinggi *

    persen pada beberapa studi prospektif. Prosedur ini melibatkan pengambilan

    autograft, biasanya dari konjungtiva bulbar superotemporal, dan dijahit di atas

    sclera yang telah di eksisi pterygium tersebut. #omplikasi jarang terjadi, dan

    untuk hasil yang optimal ditekankan pentingnya pembedahan secara hati!hati

    jaringan 8enonEs dari graft konjungtiva dan penerima, manipulasi minimal

    jaringan dan orientasi akurat dari graft tersebut. ;a'rence@. =irst, 5BB, dari

    Australia merekomendasikan menggunakan sayatan besar untuk eksisi pterygium

    dan telah dilaporkan angka kekambuhan sangat rendah dengan teknik ini.

    1. 4angkok 5embran Amnion

    5encangkok membran amnion juga telah digunakan untuk mencegah

    kekambuhan pterigium. 5eskipun keuntungkan dari penggunaan membran

    amnion ini belum teridentifikasi, sebagian besar peneliti telah menyatakan bah'a

    itu adalah membran amnion berisi faktor penting untuk menghambat peradangan

    dan fibrosis dan epithelialisai. ayangnya, tingkat kekambuhan sangat beragam

    pada studi yang ada,diantara (,- persen dan )*, persen untuk pterygia primer dan

    setinggi 1,2 persen untuk kekambuhan pterygia. ebuah keuntungan dari teknik

    ini selama autograft konjungtiva adalah pelestarian bulbar konjungtiva. 5embran

    Amnion biasanya ditempatkan di atas sklera , dengan membran basal menghadap

    ke atas dan stroma menghadap ke ba'ah. Beberapa studi terbaru telah

    menganjurkan penggunaan lem fibrin untuk membantu cangkok membran amnion

    menempel jaringan episcleral diba'ahnya. ;emfibrin juga telah digunakan dalam

    autografts konjungtiva.

    4. 8erapi 8ambahan

    8ingkat kekambuhan tinggi yang terkait dengan operasi terus menjadi

    masalah, dan terapi medis demikian terapi tambahan telah dimasukkan ke dalam

    pengelolaan pterygium. tudi telah menunjukkan bah'a tingkat rekurensi telah

    12

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    13/21

    menurun dengan penambahan terapi ini, namun ada komplikasi dari terapi

    tersebut.

    554 telah digunakan sebagai pengobatan tambahan karena

    kemampuannya untuk menghambat fibroblas. 7feknya mirip dengan iradiasi beta.

    Famun, dosis minimal yang aman dan efektif belum ditentukan. Dua bentuk

    554 saat ini digunakan6 aplikasi intraoperative 554 langsung ke sclera setelah

    eksisi pterygium, dan penggunaan obat tetes mata 554 topikal setelah operasi.

    Beberapa penelitian sekarang menganjurkan penggunaan 554 hanya

    intraoperatif untuk mengurangi toksisitas.

    Beta iradiasi juga telah digunakan untuk mencegah kekambuhan, karena

    menghambat mitosis pada sel!sel dengan cepat dari pterygium, meskipun tidak

    ada data yang jelas dari angka kekambuhan yang tersedia. Famun, efek buruk dari

    radiasi termasuk nekrosis scleral , endophthalmitis dan pembentukan katarak, dan

    ini telah mendorong dokter untuk tidak merekomendasikan terhadap

    penggunaannya.

    Untuk mencegah terjadi kekambuhan setelah operasi, dikombinasikan

    dengan pemberian6

    ). 5itomycin 4 *,*(+ tetes mata /sitostatika0 (G) tetesHhari selama 2 hari,

    bersamaan dengan pemberian deGamethasone *,)+ 6 G) tetesHhari

    kemudian tappering off sampai -minggu.

    (. 5itomycin 4 *,*+ /o, mgHml0 6 G) tetesHhari selama ) hari,

    diberikan bersamaan dengan salep mata deGamethasone.

    1. inar Beta.

    . 8opikal 8hiotepa /triethylene thiophosphasmide0 tetes mata 6 ) tetesH 1

    jam selama - minggu, diberikan bersamaan dengan salep antibiotik

    4hloramphenicol, dan steroidselama ) minggu.2.11. Kom$lika"i

    ). #omplikasi dari pterigium meliputi sebagai berikut

    %angguan penglihatan!5ata kemerahan

    $ritasi

    %angguan pergerakan bola mata.

    8imbul jaringan parut kronis dari konjungtiva dan kornea

    Dry 7ye sindrom.

    (. #omplikasi post!operatif bisa sebagai berikut6

    $nfeksi

    13

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    14/21

    Ulkus kornea

    %raft konjungtiva yang terbuka

    Diplopia Adanya jaringan parut di kornea. -

    ang paling sering dari komplikasi bedah pterigium adalah kekambuhan.

    7ksisi bedah memiliki angka kekambuhan yang tinggi, sekitar 2*!*+. Angka ini

    bisa dikurangi sekitar 2!)2+ dengan penggunaan autograft dari konjungtiva atau

    transplant membran amnion pada saat eksisi.-

    2.12. Pen/ega0an

    Pada penduduk di daerah tropik yang bekerja di luar rumah yang banyak

    kontak dengan debu dan sinar ultraviolet dianjurkan memakai topi dan kacamata

    sebagai pelindung sinar matahari.(,1,-

    2.1#. +ollo u$

    5enilai adanya komplikasi post operasi, seperti diplopia akibat

    terpotongnya musculus rectus oculi medial, ditemukan adanya perforasi kornea,

    penilaian strabismus dari gerakan bola mata, pada graft konjuntivanya ada yang

    terbuka atau tidaknya, dan tanda!tanda peradangan pada intraokuler akibat otot

    terpotong.

    2.1&. Progno"i"

    Pterigium adalah suatu neoplasma yang benigna. Umumnya prognosis

    baik. #ekambuhan dapat dicegah dengan kombinasi operasi dan sitotastik tetes

    mata atau beta radiasi.),1,-,

    7ksisi pada pterigium pada penglihatan dan kosmetik adalah baik.

    Prosedur yang baik dapat ditolerir pasien dan disamping itu pada beberapa hari

    post operasi pasien akan merasa tidak nyaman, kebanyakan setelah jam pasca

    operasi pasien bisa memulai aktivitasnya. . Pasien dengan pterigium yang kambuh

    lagi dapat mengulangi pembedahan eksisi dan grafting dengan konjungtiva H

    limbal autografts atau transplantasi membran amnion pada pasien tertentu. -

    14

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    15/21

    BAB III

    LAP3AN KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    FA5A 6 Fy. 5

    ?7F$ #7;A5$F 6 Perempuan

    U5U& 6 2 8ahun

    P7#7&?AAF 6 Pensiunan Pega'ai Fegeri

    F7%7&$ AA; 6 Padang idempuan

    ANA4NESA

    #7;U=AF U8A5A 6

    Penglihatan pada mata kiri semakin kabur sejak ) minggu yang lalu

    &$@AA8 P7FA#$8 7#A&AF%

    ! Penglihatan pada mata kiri semakin kabur sejak ) minggu yang lalu,

    penglihatan kabur sudah dirasakan sejak tahun yang lalu terutama

    dirasakan apabila melihat dekat dan membaca.

    15

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    16/21

    ! Bola mata kiri pasien tampak seperti adanya lemak yang muncul dari

    sudut mata bagian dalam ke arah tengah yang semakin lama semakin

    membesar sejak 2 tahun yang lalu, diikuti dengan munculnya hal serupa

    pada mata kanan dari sudut mata bagian luar ke arah tengah.

    ! Pasien mengeluh mata sering gatal, terasa perih, dan sering berair

    terutama pada saat melakukan aktivitas di luar ruangan.

    ! 5ata merah tidak ada, penglihatan ganda tidak ada, pandangan seperti

    melihat a'an tidak ada, keluhan sakit kepala tidak ada, mual muntah tidak

    ada, ri'ayat trauma juga disangkal.

    &$@AA8 P7FA#$8 DA=U;U

    ! Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.

    &$@AA8 P7FA#$8 #7;UA&%A

    ! 8idak ada keluarga yang menderita keluhan yang sama.

    STATUS +TAL4IKUS

    8A8U

    CP=8A;5$#U

    CD C

    Visus tanpa koreksi 2H(* 2H(*

    Visus dengan koreksi 4 I ),22H2 Visus tidak maju dengan

    pinhole

    &efleks >undus Positif Positif

    ilia H upersilia 8rikiasis /!0

    5adarosis /!0

    8rikiasis /!0

    5adarosis /!0

    Palpebra uperior 7dem /!0, =iperemis /!0,

    5assa /!0

    7dem /!0 , =iperemis /!0,

    5assa /!0

    Palpebra $nferior 7dem /!0, =iperemis /!0,

    5assa /!0

    7dem /!0, =iperemis /!0,

    5assa /!0

    5argo Palpebra Penyumbatan muara

    kelenjer meibom /!0, ekret

    /!0, #rusta /!0

    Penyumbatan muara

    kelenjer meibom /!0,

    ekret /!0, #rusta /!0

    Aparat ;akrimalis =iperlakrimasi /!0 =iperlakrimasi /!0,

    #onjungtiva 8arsalis =iperemis /!0, folikel /!0, =iperemis /!0,folikel /!0,

    16

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    17/21

    Papil /!0 Papil /!0

    #onjungtiva >ornics =iperemis /!0,folikel /!0,

    Papil /!0

    =iperemis /!0,folikel /!0,

    Papil /!0

    #onjungtiva Bulbii ?aringan fibrovaskular /I0,Berbentuk segitiga, berasal

    dari temporal

    ?aringan fibrovaskular/I0, berbentuk segitiga,

    berasal dari nasal

    klera Putih Putih

    #ornea ?aringan fibrovaskuler dari

    limbus ke tengah, sebesar

    J ( mm

    ?aringan fibrovaskuler

    dari limbus ke tengah,

    sebesar J - mm

    #amera Ckuli Anterior 4ukup dalam 4ukup dalam

    $ris 4oklat, &ugae /I0 4oklat, &ugae /I0

    Pupil Bulat, &eflek cahaya /I0,

    Ukuran diameter ( mm

    Bulat, &eflek cahaya /I0,

    Ukuran diameter ( mm

    ;ensa Bening Bening

    #orpus Vitreum Bening Bening

    >undus6

    ! 5edia

    ! Papil Cptikus

    ! &etina

    ! aaHvv retina

    Bening

    Bulat, batas tegas

    Perdarahan /!0, eksudat /!0

    (61

    Bening

    Bulat, batas tegas

    Perdarahan /!0, eksudat

    /!0

    (61

    8ekanan Bulbus Ckuli Formal /palpasi0 Formal /palpasi0

    %erakan Bulbus Ckuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

    Pemeriksaan ;ainnya 8idak ada 8idak ada

    %ambar

    Diagno"i" Kerja

    ! Pterigium %rade $$ CD

    ! Pterigium %rade $V C

    17

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    18/21

    ! =ipermetropia CD

    Diagno"i" Ban%ing

    Pseudopterigium

    Anjuran Tera$i

    Cperasi 7ksisi Pterigium pada mata kiri.

    Anjuran $a%a Pa"ien

    ). =indari paparan sinar ultraviolet dan debu

    (. 5enjaga higienitas tangan dan hindari mengucek mata.

    Progno"i"

    Kuo ad Vitam 6 Bonam

    Kuo ad >unctionam 6 Bonam

    BAB I5

    DISKUSI

    18

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    19/21

    8elah datang ke Poliklinik Bagian 5ata &UP Dr. 5. Djamil pasien

    perempuan usia 2 tahun dengan keluhan utama penglihatan pada mata kiri

    semakin kabur sejak ) minggu yang lalu. Penglihatan kabur sudah dirasakan sejak

    tahun yang lalu terutama dirasakan apabila melihat dekat dan membaca. Bola

    mata kiri pasien tampak seperti adanya lemak yang muncul dari bagian pinggir

    mata ke arah tengah yang semakin lama semakin membesar sejak 2 tahun yang

    lalu, diikuti dengan munculnya hal serupa pada mata kanan. Pasien mengeluh

    mata sering gatal, terasa perih, dan sering berair terutama pada saat melakukan

    aktivitas di luar ruangan.

    Dari pemeriksaan refraksi dengan snellen chart diperoleh hasil visus pada

    kedua mata yaitu 2H(* dengan visus koreksi pada mata kiri 2H2 dengan koreksi

    lensa sferis I ),2 dan mata kanan visus koreksi tidak maju meskipun dengan

    menggunakan pinhole. Dilakukan pemeriksaan slit lamp diperoleh hasil pada

    konjungtiva bulbi mata kanan terdapat jaringan fibrovaskular, berbentuk segitiga

    yang berasal dari daerah temporal yang meluas hingga limbus sedangkan pada

    mata kiri juga terdapat jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga namun berasal

    dari naerah nassal ke limbus. Pada #ornea mata kanan ditemukan jaringan

    fibrovaskular dari limbus ke sentral yang berukuran J ( mm dan pada mata kiri

    berukuran J - mm dan telah mencapai bagian pupil. Dari hasil anamnesis dan

    pemeriksaan oftalmologi, ditegakkan diagnosa kerja pterigium grade $$ CD,

    Pterigium %rade $V C dan =ypermetrofi C.

    Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang

    bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah

    kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke daerahkornea.)8erbentuknya dapat dipengaruhi oleh paparan cahaya matahari, iritasi

    kronik pada mata dan dipengaruhi oleh faktor!faktor lain seperti "at alergen,

    kimia, dan pengiritasi lainnya. Berdasarkan luasnya, pterigium dapat

    diklasifikasikan dalam derajat. Derajat ) jika pterigium hanya terbatas pada

    limbus kornea, derajat ( jika pterigium sudah mele'ati limbus kornea tetapi tidak

    lebih dari ( mm mele'ati kornea, derajat 1 jika pterigium sudah melebihi derajat

    dua tetapi tidak melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya normal

    19

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    20/21

    /diameter pupil sekitar 1! mm0, derajat jika pertumbuhan pterigium sudah

    mele'ati pupil sehingga mengganggu penglihatan. Pada pasien ini di mata kanan

    jaringan fibrovaskuler sudah mele'ati limbus kornea yang tidak melebihi ( mm

    sehingga termasuk derajat (. Pada mata kiri jaringan fibrovaskuler sudah

    mencapai pupil dan mengganggu penglihatan sehingga termasuk derajat .

    Pterigium pada umumnya tidak membutuhkan pengobatan. Pengobatan

    diperlukan apabila pterigium sudah mengganggu penglihatan, dan sudah mencapai

    tepi limbus hingga pupil. elain itu juga atas indikasi kosmetik. Pada pasien ini,

    dianjurkan untuk dilakukan operassi eksisi pterigium pada mata kiri karena sudah

    mengganggu penglihatan pasien.

    DA+TA3 PUSTAKA

    ). $lyas . $lmu Penyakit 5ata. 7disi 1. ?akarta 6 Balai Penerbit >#U$ :

    (**. hal6(!-, ))- 3 ))

    20

  • 7/26/2019 case pterigium.doc

    21/21

    (. %a""ard %, a' !5, >arook 5, #oh D, @ijaya D, et all. Pterygium in

    $ndonesia6 prevalence, severity and risk factors. British ?ournal of

    Cphthalmology. (**(: -/)(06 )1)3)1-. Avaiable at6

    http6HH'''.ncbi.nlm.nih.govHpmcHarticlesHP54))12H

    1. kuta, %regory ;. 4antor, ;ouis B. @eiss, ?ayne . 4linical Approach to

    Depositions and Degenerations of the 4onjungtiva, 4ornea, and clera.

    $n6 7Gternal Disease and 4ornea. an >ransisco 6 American Academy of

    Cphtalmology. (**. P.!)1, 1--

    . Voughan L Asbury. Cftalmologi umum , Paul &iordan!eva, ?ohn P.

    @hitcher edisi )?akarta 6 7%4, (**. =al ))

    2. Anderson, Dauglas 5., et all. "orland#s $llistrated %edical "ictionary.

    (th. Philadelphia6 @.B. aunders 4ompany. (***.

    -. ?erome P >isher, P87&%$U5. (**.

    http6HHemedicine.medscape.comHarticleH))(2(!overvie'/diakses

    tanggal )2 mei (*)-0.

    . 4ald'ell, 5. Dan @ood'ard. 5.A. Pterygium. /(*)20.

    '''.eye'iki.aao.orgHPterygium/Diakses tanggal ) 5ei (*)-0.

    . Ardalan Aminlari, 5D, &avi ingh, 5D, and David ;iang, 5D.

    5anagement of Pterygium

    http6HH'''.aao.orgHaaoHpublicationsHeyenetH(*)*))Hpearls.cfmM/Diakses

    tanggal )2 5ei (*)-0

    21

    http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1771435/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1771435/http://emedicine.medscape.com/article/1192527-overviewhttp://www.eyewiki.aao.org/Pterygiumhttp://www.aao.org/aao/publications/eyenet/201011/pearls.cfm?http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1771435/http://emedicine.medscape.com/article/1192527-overviewhttp://www.eyewiki.aao.org/Pterygiumhttp://www.aao.org/aao/publications/eyenet/201011/pearls.cfm?