BUSINESS EFFICIENCY ANALYSIS FOR HATCHERY...
Transcript of BUSINESS EFFICIENCY ANALYSIS FOR HATCHERY...
ANALISIS EFISIENSI USAHA PADA PERUSAHAAN HATCHERY
PT. ESAPUTLII PRAKARSA UTAMA DI KABUPATEN BARRU
BUSINESS EFFICIENCY ANALYSIS FOR HATCHERY FIRM
ESAPUTLII PRAKARSA UTAMA CORPORATION IN BARRU REGENCY
YUBARNINGSIH
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2005
ANALISIS EFISIENSI USAHA PADA PERUSAHAAN HATCHERY
PT. ESAPUTLII PRAKARSA UTAMA DI KABUPATEN BARRU
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Magister
Program Magister Manajemen Kekhususan Manajemen Keuangan
Disusun dan diajukan oleh
YUBARNINGSIH
Kepada
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2005
TESIS
ANALISIS EFISIENSI USAHA PADA PERUSAHAAN HATCHERY
PT. ESAPUTLII PRAKARSA UTAMA DI KABUPATEN BARRU
Disusun dan diajukan oleh
YUBARNINGSIH
Nomor Pokok P2100203507
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis Pada Tanggal 15 Agustus 2005
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui Komisi Penasehat
Drs. H. Harryanto, M.Com Dra. Erlina Pakki, MA
Ketua Anggota
Ketua Program Magister Direktur Program Pascasarjana Manajemen Universitas Hasanuddin Dr. H. Fattah Kadiir, SE., SU Prof. Dr.Ir.H.M.Natsir Nessa, MS
ABSTRAK
YUBARNINGSIH, Analisis Efisiensi Usaha pada Perusahaan Hatchery PT. Esaptlii Prakarsa Utama di Kabupaten Barru (Dibimbing oleh Harryanto dan Erlina Pakki).
Studi ini bertujuan untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab menurunnya tingkat efisiensi usaha pada perusahaan PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru selama tiga tahun terakhir, dan untuk menjelaskan faktor dominan yang berpengaruh terhadap efisiensi usaha pada perusahaan PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis adalah analisis Kuantitatif yaitu analisis terhadap kondisi perusahaan berdasarkan laporan keuangan yang meliputi : perhitungan arus kas dan neraca rugi /laba dengan mengukur ratio-ratio keuangan perusahaan, dan perhitungan kelayakan efisiensi usaha dengan metode capital budgeting. Sedangkan analisis kualitatif meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan produksi, serta aspek keuangan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Faktor yang menyebabkan turunnya tingkat berlaba (profitabilitas) perusahaan adalah disebabkan meningkatnya harga pokok penjualan, meningkatnya beban operasi, yang tidak diimbangi dengan perubahan kenaikan dalam penjualan, 2) Faktor beban operasi merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap perubahan tingkat profitabilitas perusahaan, 3) Dalam pengelolaan efisiensi usaha perusahaan terdapat penyimpangan dalam prinsip-prinsip pembelanjaan perusahaan, dimana terdapat ketidaksesuaian antara masing-masing sumber dan penggunaannya, dan 4) Aspek pasar/pemasaran, aspek teknis/produksi dan aspek keuangan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi kelayakan usaha PT Esaputli i Prakarsa Utama di Kabupaten Barru.
ABSTRACT
YUBARNINGSIH, Business Efficiency Analysis for Hatchery Firm Esaputlii Prakarsa Utama Corporation in Barru Regency (Supervised by H. Harryanto and Erlina Pakki) The purpose of this research are: to explain factors affecting the decrease in efficiency rate for Esaputlii Prakarsa Utama in Barru Regency for three years period and to describe the dominant factors affecting this efficiency rate. To test the hypotheses, the researcher used quantitative methods of analysis in which analyses are emphasized on the existing condition of the firm based on the financial reports including cash flow analysis, balance sheet and income statemend to measure the financial ratios of the firm and the calculation of feasibility of the business efficiency and capital budgeting method. The qualitative analysis including of market aspect, marketing, technique and production and financial aspects. The results indicated the following: 1) the factors caused decreased on profitability of the firm are the increase in costs of good sold operational cost without the increase in sales volume; 2) the most dominant factors is operational cost in affecting the change in profitability of the firm; 3) the were inconsistency to financial principles in managing business efficiency in terms of sources of funds and the use of funds, and 4) marketing aspect, technology, financial aspects have affected efficiency of the firm.
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………… ii
ABSTRAK …………………………………………………………………… iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… viii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………. ix
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………… 1
A. Latar Belakang ……………………..………………………. 1
B. Masalah Pokok …………………… ………………………. 4
C. Tujuan Penelitian …………………..……………………… 4
D. Kegunaan Penelitian …………………..…………………….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………..………………………………… 6
A. Efisiensi Kelayakan Usaha ………………………………… 6
B. Efisiensi Ekonomi dan Efisiensi Finansial ………………... 21
C. Laporan Keuangan Perusahaan …………………………… 24
D. Pengertian dan Tujuan Analisis Keuangan ………………. 26
E. Kerangka Pikir ……………………………………………….. 30
F. Hipotesis ……………………………………………………… 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………..……………………… 33
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ……….…………….……… 33
Halaman
B. Metode Pengumpulan Data ……………………………… 33
C. Jenis dan Sumber Data ……………………………………. 33
D. Metode Analisis ……………………………………………… 34
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ………………………. 35
A. Sejarah Singkat Perusahaan ……….…………….……… 35
B. Struktur Organisasi …………………………………………. 37
C. Proses Produksi …………………………………………… 44
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………… 47
A. Analisis Kuantitatif …………………………………………… 47
B. Analisis Kualitatif ……………………………………………. 60
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………. 78
A. Kesimpulan …………………………………………………. 78
B. Saran-Saran ……………………………………………….. 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman 1. Perkembangan Laporan Rugi/Laba PT. Esaputlii Prakarsa Utama Tahun 2001, 2002, dan 2003................................................... 48 2. RasioRentabilitas PT. Esaputlii Prakarsa Utama Tahun 2001, 2002, dan 2003 ............................................................................ 50 3. Rasio Likuiditas PT. Esaputlii Prakarsa Utama Tahun 2001, 2002, dan 2003 ............................................................................ 52 4. Rasio Aktivitas PT. Esaputlii Prakarsa Utama Tahun 2001, 2002, dan 2003 ....................................................................................... 53 5. Rasio Leverage PT. Esaputlii Prakarsa Utama Tahun 2001, 2002, dan 2003 ............................................................................ 55 6. Analisis Common Size Neraca PT. Esaputlii Prakarsa Utama Tahun 2001, 2002, dan 2003................................................... 57 7. Analisis Proyeksi Kebutuhan dan Produksi Benur PT. Esaputlii Prakarsa Utama ............................................................. 62 8. Analisis Realisis Penjualan Benur PT. Esaputlii Prakarsa Utama ...................................................................................................... 62
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman 1. Skema....................................................................................................... 31 2. Struktur Organisasi Perusahaan .......................................................... 40
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini dengan Judul “Analisis Efisiensi Usaha Pada
Perusahaan Hatchery PT. Esaputlii Prakarsa Utama di Kabupaten Barru”
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Manajemen
Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
Tesis ini memang jauh untuk dapat dikatakan sebagai karya tulis yang
sempurna, namun demikian penulis tetap berharap agar tesis ini dapat
dimanfaatkan sebagai sumbangan pemikiran bagi Program Pascasarjana
Universitas hasanuddin sebagai almamater tercinta.
Untuk mewujudkan tesis ini, penulis telah menerima banyak bantuan,
dorongan dan perhatian dari berbagai pihak, maka pada kesempatan yang
baik ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada :
1. Bapak Drs. Harryanto, M.Com, selaku Pembimbing Pertama dan Ibu
Dra. Erlina Pakki, MA selaku Pembimbing Kedua atas bantuan dan
bimbingan yang diberikan mulai dari pengembangan minat terhadap
permasalahan penelitian ini, pelaksanaan penelitiannya sampai penulisan
tesis ini.
2. Bapak DR. H. Fattah Kadir, MA, selaku Ketua Program Magister
Manajemen pada Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin dan
seluruh dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan yang sangat
berguna bagi penulis.
3. Bapak Pimpinan PT. Esaputlii Prakarsa Utama dan jajaran dibawahnya,
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk memperoleh
informasi yang diperlukan baik pada saat penelitian maupun dalam rangka
penyelesaian tesis ini.
4. Seluruh keluarga tercinta serta semua pihak yang telah mendorong dan
memberikan semangat selama belajar pada Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.
Akhirnya penulis berharap kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya, sebagai bahan masukan di masa yang
akan datang.
Makassar, ……………….2005
YUBARNINGSIH
BAB I
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Disadari atau tidak, liberalisasi perdagangan sudah menjadi suatu
kecenderungan yang pasti, yang tidak mungkin mengelakkannya. Agar bisa
merespon liberalisasi ini, setiap pelaku bisnis harus meningkatkan efisiensi
dan daya saingnya, tanpa kecuali. Selain itu, dunia sekarang sedang
mengalami perubahan yang sangat cepat. Sepuluh tahun dari sekarang,
lingkungan dan struktur sosial ekonomi dunia akan sangat berbeda
dibandingkan yang pernah dikenal di abad 20. Demikian pula strategi,
struktur, dan sistem manajemen organisasi bisnis sedang dalam proses
perubahan yang sangat mendasar. Tidak mengherankan bila dewasa ini
bermunculan banyak paradigma baru dalam manajemen dan bisnis.
Liberalisasi ekonomi dan perdagangan juga membuat kebijaksanaan
proteksi dan subsidi menjadi usang. Di Indonesia deregulasi yang digulirkan
pemerintah akhir-akhir ini tak lain agar proteksi maupun subsidi dikurangi.
Semakin disadari bahwa keterbukaan dalam sistem perdagangan membuat
arus barang dan jasa ke dan dari Indonesia menjadi lebih bebas. Sejalan
dengan hal itu, pelaku bisnis di Indonesia harus kembali kepada prinsip
usaha yang mendasar, yaitu mempunyai keunggulan bersaing. Secara
1
teoritis bisnis yang tidak memiliki keunggulan harus ditinggalkan. Tetapi,
untuk kepentingan ekonomi nasional, cabang usaha marginal menurut skala
global dapat saja diserahkan ke usaha kecil dan menengah melalui pola
kemitraan. Kemitraan ini dapat mendorong peningkatan efisiensi, dan pada
saat yang sama, kemitraan itu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi
menjadi lebih tinggi.
Sektor agroindustri dewasa ini makin dipengaruhi oleh sektor pertanian
dan perikanan yang merupakan sektor yang berperan besar dalam
penyerapan tenaga kerja serta penurunan tingkat pengangguran. Dengan
kata lain agroindustri merupakan motor penggerak pembangunan yang
memainkan peranan sangat penting dalam pembangunan nasional, baik
dalam sasaran pertumbuhan nasional maupun stabilitas.
Menurut Widodo (1998) bahwa, pembangunan pertanian yang
berwawasan agribisnis pada dasarnya menunjukkan arah
pengembangan yang merupakan suatu upaya sangat penting untuk
mencapai beberapa tujuan antara lain : (a) menarik dan
mendorong sektor pertanian, (b) menciptakan struktur
perekonomian yang tangguh, efisien dan fleksibel (c) menciptakan
nilai tambah, (d) meningkatkan penerimaan devisa, (e)
memperbaiki pembagian pendapatan, dan (f) menciptakan
lapangan kerja.
Namun di lain pihak, sektor tersebut kurang mendapatkan perhatian
penuh dari sektor perbankan sebagai donatur apabila dibandingkan dengan
sektor usaha lainnya seperti perdagangan. Hal tersebut terkait dengan
adanya kebijakan perbankan, terutama pada kondisi krisis moneter yang
berkepanjangan sejak tahun 1997, sehingga menuntut sektor perbankan
untuk lebih menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking) dalam
menyalurkan fasilitas kredit.
Salah satu sektor agribisnis yang memiliki prospek yang cukup baik
untuk dapat dikembangkan yaitu perusahaan di sektor budidaya udang
(hatchery) yang keberhasilannya harus ditunjang oleh faktor-faktor teknologi,
namun di lain pihak juga harus ditunjang oleh efisiensi usaha.
Program produksi pembibitan udang (hatchery) tidak terlepas dari
peran aktif PT. Esaputlii Prakarsa Utama sebagai perusahaan hatchery
terhadap kebutuhan benur khususnya di daerah Sulawesi Selatan dan juga
kebutuhan benur di Propinsi Kalimantan Timur yang jumlah kebutuhan benur
semakin meningkat. Kondisi ini mendorong PT. Esaputlii Prakarsa Utama
untuk memperbesar produksi dan melakukan penambahan investasi berupa
kolam-kolam produksi serta fasilitas sarana produksi lainnya untuk proaktif
terhadap lonjakan kebutuhan benur untuk tahun-tahun mendatang.
Efisiensi usaha adalah suatu pola alternatif yang dapat dirangsang
untuk meningkatkan kapasitas produksi, sehingga dengan kemampuan
produksi, yang diakibatkan dari efisiensi usaha akan meningkatkan laba atau
profitabilitas perusahaan. Namun, persoalan yang substansialnya dalam
penelitian ini ialah sejauh mana dampak efisiensi usaha terhadap penjualan
dan laba perusahaan PT. Esaputlii Prakarsa Utama ?
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis sangat
tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang masalah yang
dihadapi perusahaan ini. Adapun judul yang penulis ajukan adalah Analisis
Efisiensi Usaha pada Perusahaan Hatchery PT. Esaputlii Prakarsa
Utama di Kabupaten Barru.
B. B. Masalah Pokok
Adapun permasalahan pokok yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
1. Faktor-faktor apa yang menyebabkan turunnya tingkat efisiensi usaha
pada perusahaan PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru dalam
tiga tahun terakhir ?
2. Faktor mana yang dominan berpengaruh terhadap efisiensi usaha pada
perusahaan PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru dalam tiga
tahun terakhir?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah:
1. Untuk menjelaskan faktor-faktor penyebab menurunnya tingkat efisiensi
usaha pada perusahaan PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru
selama tiga tahun terakhir.
2. Untuk menjelaskan faktor dominan yang berpengaruh terhadap efisiensi
usaha pada perusahaan PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru.
D. Kegunaan Penelitian
Manfaat penelitian meliputi tiga dimensi utama yaitu :
1. Dari dimensi akademis adalah relatif masih kurangnya kajian tentang
penggunaan modal, menjadikan penelitian ini akan berguna bagi salah
satu sumber referensi untuk mengkaji dimensi lain yang berkaitan
permasalahan investasi perusahaan hatchery PT. Esaputlii Prakarsa
Utama di Kabupaten Barru.
2. Bermanfaat praktis terjelma dari implikasi kebijaksanaan yang dirumuskan
dari hasil penelitian. Rumusan ini diharapkan berguna sebagai salah satu
sumber informasi oleh pengambil keputusan untuk melakukan
penyempurnaan dalam pengelolaan sumber-sumber dan penggunaan
modal perusahaannya, dalam rangka meningkatkan laba usaha, yang
merupakan kontribusi yang besar terhadap pemilik perusahaan.
3. Sebagai bahan dasar bagi para peneliti yang tertarik dalam melakukan
kajian tentang efisiensi usaha pada perusahaan hatchery di Kabupaten
Barru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. A. Efisiensi Kelayakan Usaha
Studi kelayakan usaha merupakan suatu studi untuk menilai proyek
yang akan dikerjakan di masa mendatang. Secara umum aspek-aspek yang
dikaji dalam studi kelayakan meliputi aspek hukum, sosial ekonomi dan
budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek manajemen, aspek teknis dan
teknologi, dan aspek keuangan (Suratman, 2001).
Menurut Husein Umar (1999) untuk melaksanakan studi kelayakan
harus memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :
(a) Penemuan Ide Proyek
Penentuan jenis produk atau jasa adalah bahwa produk atau jasa tersebut
harus laku untuk dijual, produk atau jasa tersebut diadakan untuk
memenuhi kebutuhan pasar yang masih belum dipenuhi. Untuk
menghasilkan ide proyek tadi perlu melakukan penelitian yang
terorganisasi dengan baik serta dukungan sumber daya yang memadai.
Ide proyek yang dipilih biasanya tergantung pada tiga faktor yaitu pertama
bahwa ide proyek cocok dengan kata hatinya; kedua, mampu melibatkan
diri dalam hal-hal teknis; dan ketiga, keyakinan akan kemampuan proyek
untuk menghasilkan laba.
6
(b) Tahap Penelitian
Setelah ide proyek dipilih, selanjutnya dilakukan peneltian yang lebih
mendalam dengan memakai metode ilmiah.
Proses ini dimulai dengan mengumpulkan data, lalu mengolah data
dengan menganalisis dan menginterpretasikan hasil pengolahan data
dengan alat-alat analisis yang sesuai, menyimpulkan hasil sampai pada
pekerjaan membuat hasil peneltian.
(c) Tahap Evaluasi Proyek
Ada tiga macam evaluasi proyek. Pertama, mengevaluasi usulan proyek
yang akan dikerjakan. Kedua, mengevaluasi proyek yang sedang
beroperasi, dan ketiga, mengevaluasi proyek yang baru selesai dibangun.
(d) Tahap Pengurutan Usulan Proyek yang Layak
Jika terdapat lebih dari satu usulan proyek yang dianggap layak dan
terdapat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki manajemen untuk
merealisasikan semua proyek tersebut, maka perlu dilakukan pemulihan
proyek yang dianggap paling penting untuk direalisasikan. Dalam tesis ini
penulis hanya memprioritaskan satu usulan proyek, sehingga tahap ini
dapat diabaikan.
(e) Tahap Rencana Pelaksanaan Proyek
Setelah suatu usulan proyek dipilih untuk direalisasikan, perlu dibuat
suatu rencana kerja pelaksanaan pembangunan proyek itu sendiri yang
terkait dengan bisnis ini yaitu menentukan jenis pekerjaan, jumlah dan
kualifikasi tenaga pelaksana, ketersediaan dana dan sumber daya lain,
kesiapan manajemen dan lain-lain.
(f) Tahap Pelaksanaan Proyek
Setelah semua persiapan yang harus dikerjakan selesai dipersiapkan,
maka tahap pelaksanaan proyek dimulai.
Dalam tesis ini, penulis lebih menitikberatkan pada studi kelayakan
proyek atau usaha tersebut, sehingga perlu dilakukan analisis dari masing-
masing aspek yang mendukung yaitu analisis aspek hukum, sosial ekonomi
dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis produksi dan
teknologi, aspek manajemen dan aspek keuangan perusahaan.
Berkaitan dengan efisiensi usaha dalam tesis ini, ada beberapa aspek
yang dianalisis. Selanjutnya menurut Suratman (2001), aspek-aspek dalam
studi kelayakan adalah sebagai berikut :
1. Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar dan pemasaran merupakan aspek yang paling utama dan
pertama dilakukan pengkajian dalam usulan proyek investasi dengan
pertimbangan tidak akan mungkin suatu proyek didirikan dan dioperasikan
jika tidak ada pasar yang siap menerima produk perusahaan.
Menurut Kotler (1980) bahwa kedudukan utama dalam aspek pasar
disebabkan karena pertimbangan investor dan pendekatan yang digunakan
investor dalam memperebutkan konsumen mendasarkan diri pada konsep
pemasaran terpadu.
Dalam aspek pemasaran tahapan yang dilakukan menurut Husnan
dan Suwarsono (1999) bahwa prosedur peramalan permintaan sebagai
berikut :
a. Analisa ekonomi, dengan mengadakan proyeksi terhadap aspek-aspek
makro, terutama aspek kependudukan dan pendapatan, serta pengaruh
dari kebijakan pemerintah yang akan berlaku.
b. Analisa industri, yaitu analisa terhadap permintaan pasar dari seluruh
perusahaan yang menghasilkan produk sejenis.
c. Analisa penjualan masa lalu, untuk melihat “marker positioning” produk
dalam struktur persaingan dan dapat diketahui “market share” produk
tersebut.
d. Analisa peramalan permintaan, yaitu terlebih dahulu perlu dilakukan
identifikasi terhadap kemungkinan variabel ekstern untuk industri dan
perubahan variabel intern perusahaan, khususnya yang berkaitan dengan
perencanaan program pemasaran di masa yang akan datang.
e. Pengawasan hasil peramalan, yaitu usaha untuk melakukan minimisasi
kesalahan hasil peramalan dari berbagai etnik peramalan yang
digunakan.
Dijelaskan oleh Kotler (1980), bahwa dalam analisis aspek pemasaran
dapat dilakukan analisis deskriptif bauran pemasaran (marketing mix) yang
terdiri dari 4 komponen yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi)
dan promotion (promosi). Komponen-komponen tersebut umum digunakan
oleh semua jenis produk.
Ditambahkan oleh Porter (1994) bahwa ada 5 (lima) faktor persaingan
yang menentukan profitabilitas industri yaitu : ancaman dari pendatang baru,
ancaman dari produk atau jasa pengganti, kekuatan tawar menawar dari
pemasok, kekuatan tawar menawar dari pembeli, dan persaingan kompetitif
diantara anggota kelompok industri.
2. Aspek Teknis/Produksi
Aspek teknis/produksi menitikberatkan pada penilaian atas kelayakan
proyek dari sisi teknis. Penilaian meliputi penentuan lokasi proyek, penentuan
model bangunan proyek, pemilihan mesin peralatan lainnya, teknologi yang
diterapkan dan lay out penentuan skala operasi.
Dalam usaha Hatchery benur, untuk menghasilkan benur dengan kualitas
prima maka kegiatan operasional produksi harus ditunjang dengan sarana-
sarana yang cukup dan memadai agar dapat menghasilkan benur dengan
tingkat kehidupan yang tinggi dengan mutu yang baik.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Suratman (2001) bahwa lokasi yang akan
dipilih sebaiknya telah diteliti dari aspek hukum, sosial ekonomi dan
budaya masyarakatnya. Faktor yang harus dipertimbangkan secara
teknis yaitu faktor primer dan faktor sekunder.
(a) Faktor Primer
1) Ketersediaan bahan baku dan pembantu
2) Ketersediaan tenaga kerja langsung
3) Ketersediaan sarana transportasi
4) Ketersediaan sarana telekomunikasi, air dan tenaga listrik
5) Kedekatan dengan letak pasar yang dituju
(b) Faktor Sekunder
1) Iklim dan keadaan tanah
2) Kemungkinan pengembangan dimasa yang akan datang
3) Strategi kebijakan pemerintah
Aspek teknis/produksi dalam usaha hatchery harus memperhatikan
“Quality Control” untuk menghasilkan kualitas benur yang prima yaitu dengan
hal-hal sebagai berikut :
a. Menginstal water-filter yang memadai agar air yang dipergunakan
mendapat “treatment” awal yang baik.
b. Penggunaan ultraviolet untuk mencegah pengembangan virus dalam air
dan penyakit yang terbawa oleh air.
c. Penggunaan mesin ozon untuk lebih memastikan kemurnian air terhadap
kontaminasi penyakit atau virus yang mempengaruhi survival rate (tingkat
kehidupan) dari nauplius dan post larva yang dihasilkan.
d. Penggunaan pakan, obat-obatan dan bahan kimia yang berkualitas baik.
e. Penggunaan alat-alat laboratorium yang cukup dan dapat menunjang
produksi, mengontrol penyakit yang terdapat pada air, maupun larva yang
dihasilkan, termasuk penyakit atau virus pada algae.
f. Peningkatan kualitas dan kinerja para teknisi produk maupun staf
pendukung lainnya yang diperlukan.
g. Senantiasa memperhatikan kebutuhan alat dan sarana produksi yang
perlu mendapat tambahan (Dinas Perikanan Sul-Sel, 2000).
Dalam kaitannya dengan pemilihan mesin dan peralatan, selain
kesesuaiannya dengan teknologi yang diterapkan, menurut Suratman (2001)
bahwa kriteria yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya pemasok
Dalam pengadaan mesin dan peralatannya, sebaiknya memilih yang
sudah beredar di pasaran serta perlunya garansi dari mesin dan peralatan
tersebut.
2. Tersedianya suku cadang
Pemakaian mesin dan peralatan memerlukan pemeliharaan dan
perbaikan dari mesin dan peralatan tersebut.
3. Kapasitas
Kapasitas dan kemampuan mesin harus sesuai dengan rencana
penentuan skala produksi/operasi. Jangan sampai terjadi “idle capacity”
maupun “full capacity”, sebab akan menyebabkan biaya yang tinggi dan
mempercepat kerusakan mesin.
4. Kualitas dan taksiran umur kegunaan
Kualitas dan taksiran umur ekonomis mesin harus disesuaikan dengan
keberadaan proyek.
Selain aspek teknis, aspek produksi dalam industri hatchery cukup
memegang peranan penting.
Menurut Handoko (1999), bahwa mana jemen produksi merupakan
usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber
daya tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan sebagainya.
Aspek produksi pada perusahaan hatchery didasarkan atas kebutuhan
benur di Sulawesi Selatan yang cukup besar serta pada sarana dan
prasarana produksi yang tersedia. Dalam penetapan atau perhitungan target
produksi juga diperhitungkan pengaruh-pengaruh eksternal, berupa
gangguan alam dan penyakit yang bisa terjadi pada bulan-bulan tertentu.
3. Aspek Keuangan
Perusahaan dapat dikategorikan sehat apabila struktur permodalannya
dapat memberikan profit serta mampu memenuhi kewajiban finansialnya,
sehingga dalam studi kelayakan, aspek keuangan merupakan faktor yang
menentukan namun tidak tersedia dana yang cukup maka akan sia-sia.
Dalam hal ini investor harus dapat mengalokasikan secara tepat berapa
besar seharusnya dana yang ditanamkan kedalam proyek investasi, baik
aktiva tetap maupun modal kerja. Jumlah dana dapat dipenuhi salah satunya
dengan pinjaman dari pihak lain dalam hal ini perbankan serta struktur
permodalan sendiri. Menurut Suratman (2001) bahwa dalam mencari sumber
dana, investor harus dapat menentukan tingkat biaya modal (cost rat of
return) dari proyek yang diusulkan.
Ditambahkan oleh Nasution (1996), dalam struktur modal, cost of
capital diproyeksikan sebesar 12% dimana pinjaman 45% dan modal sendiri
sebesar 55%. Hal tersebut berarti “debt ratio” struktur modal perusahaan
yang optimal dibatasi 45% untuk menjamin tingkat pengembalian 12%.
Dalam industri hatchery ini, kebutuhan modal kerja didasarkan atas
rencana kerja yang telah dijadwalkan sehingga pengadaan induk betina dan
jantan, pembelian pakan artemia, obat-obatan, maupun bahan-bahan kimia
disesuaikan dengan rencana tersebut yang merupakan biaya yang dominan.
Analisis aspek keuangan terhadap modal kerja dan investasi meliputi
sebagai berikut :
(a) Kebutuhan dana untuk aktiva tetap
Menurut Husnan dan Suwarsono (1999) bahwa aktiva tetap yang
dibutuhkan untuk investasi bisa berupa aktiva tetap berwujud seperti
tanah dan pengembang lokasi, bangunan dan perlengkapannya, pabrik
dan mesin-mesin, aktiva tetap lainnya, serta aktiva tetap tidak berwujud
yang meliputi lisensi, pembayaran untuk teknologi, goodwill, biaya-biaya
pendahuluan dan biaya sebelum operasi.
(b) Kebutuhan dana untuk modal kerja
Modal kerja dijelaskan oleh Husnan dan Suwarsono (1999) sebagai modal
kerja bruto atau modal kerja netto.
Modal kerja bruto menunjukkan semua investasi yang diperlukan untuk
aktiva lancar yang terdiri dari kas, surat-surat berharga, piutang
persediaan dan lain-lain. Modal kerja netto, merupakan selisih antara
aktiva lancar dengan utang jangka pendek.
Analisis lainnya dalam aspek keuangan yaitu meliputi hal sebagai berikut :
1. Cost of capital
Biaya penggunaan modal atau biaya modal merupakan konsep untuk
dapat menentukan besarnya biaya yang secara rill harus ditanggung
perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber (Bambang Riyanto,
1995).
Ditambahkan oleh Van Horne dan Wachowiez (1977) bahwa biaya
modal keseluruhan adalah rata-rata tertimbang tingkat pengembalian yang
diminta individu. Dengan penggunaan dana yang terbatas bersaing, perlu
dipertimbangkan biaya dengan mempergunakan dana dari berbagai sumber
dengan perolehannya dibandingkan dengan perolehan dari investasi lain
yang mempunyai resiko yang sama.
2. Net Present Value (NPV)
Analisis NPV untuk melihat nilai investasi pada masa yang akan
datang dibandingkan dengan nilai sekarang.
Menurut Bambang Riyanto (1995), apabila NPV dari keseluruhan
proceeds yang diharapkan lebih besar daripada PV dari investasinya maka
usul investasi tersebut dapat diterima (Nilai NPV(I) > 0), atau jika NPV dari
keseluruhan proceeds lebih kecil daripada PV investasinya atau NPV negatif,
maka usul investasi tersebut harus ditolak (nilai NPV(I) < 0)
3. Internal Rate of Return (IRR)
Metode penelitian IRR adalah sebagai tingkat bunga yang akan
menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan diterima
(PV of future proceeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran
modal (PV of capital outlays) (Bambang Riyanto, 1995).
Ditambahkan oleh Gasperz (1999), bahwa Internal Rate of Return
merupakan suatu indeks keuntungan yang dipergunakan secara luas dalam
analisis industri atau IRR yang membuat nilai bersih sekarang dari aliran kas
proyek industri menuju nol (NPV = 0).
4. Analisis Cash Flow
Menurut Suratman (2001) dalam estimasi aliran kas proyek
dikelompokkan atas :
(a) Aliran kas awal (initial cash flow)
Aliran cash keluar untuk keperluan aktiva tetap dan penentuan besarnya
modal kerja.
(b) Aliran kas operasional (operational cash flow)
Aliran kas operasional meliputi aliran kas masuk yang berasal dari
pendapatan dan aliran kas keluar yaitu kas yang dikeluarkan untuk
membayar operasional perusahaan.
(c) Aliran kas akhir (terminal cash flow)
Aliran kas pada akhir umur ekonomis proyek yang berasal dari modal
kerja dan penjualan aktiva tetap yang sudah habis umur ekonomisnya.
5. Analisis Payback Period
Analisis untuk mengukur seberapa cepat investasi dapat kembali yang
dinyatakan dalam satuan waktu (Husnan dan Suwarsono, 1999).
6. Analisis Profitability Index
Perbandingan antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas
bersih di masa akan datang dengan nilai sekarang investasi. Apabila
Profitability Index lebih besar dari nol (PI>0), maka proyek dikatakan
menguntungkan (Husnan dan Suwarsono, 1999).
7. Analisis Rasio-Rasio Keuangan Perusahaan Industri Shrimp Hatchery
Menurut Syaarifuddin Alwi (1986), untuk mengetahui SWOT terhadap
keuangan perusahaan digunakan alat analisis keuangan yang disebut
dengan rasio keuangan. Rasio keuangan merupakan alat yang dinyatakan
dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu
antara angka yang satu dengan yang lain dari suatu laporan finansial.
Dalam mengadakan analisa keuangan dengan analisa rasio,
diperlukan data dari perusahaan yang berupa laporan keuangan neraca yang
memuat kekayaan, hutang dan modal perusahaan serta laporan rugi laba
yang melaporkan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan untuk periode
tertentu (Nur Fatah, 1989).
Dijelaskan lebih lanjut oleh Weston (1986) bahwa masing-masing
pihak mempunyai kepentingan yang berbeda terhadap rasio keuangan
perusahaan. Bentuk rasio keuangan perusahaan antara lain :
(a) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan jangka pendek.
? Current Ratio
Yaitu membagi total aktiva lancar dengan total hutang lancar
Current Ratio = sliabilitie current Total
asset current Total
(b) Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dari hutang.
Total debt to total equity ratio
Membandingkan jumlah hutang dengan modal sendiri yang berasal dari
pemilik perusahaan dan laba ditahan.
Total debt to equity ratio = equity Totaldebt Total
(c) Rasio Aktiva (activity ratio) yaitu rasio yang mengukur tingkat efektivitas
pemanfaatan sumber daya perusahaan.
1) Total Asset Turn Over
Mengukur efektivitas perusahaan secara keseluruhan dalam
melakukan penjualan yaitu dengan cara membagi penjualan dengan
total aktiva.
Total assets turn over = AssetsTotalSales Net
2. Fixed Asset Turn Over
Mengukur kemampuan aktiva tetap dalam mendatangkan penjualan.
Total debt to equity ratio = equity Totaldebt Total
3. Net Working Capital Turn Over
Merupakan penyempurnaan terhadap keuangan ratio perputaran
current asset, dimana current asset yang tinggi akan memerlukan
modal kerja yang rendah.
Net Working Capital Turn Over = sLiabilitie Current- AssetsCurrent
Sales Net
4. Inventory Turn Over
Mengukur tingkat efektivitas kebijaksanaan manajemen persediaan
dengan cara membagi penjualan bersih dengan rata-rata persediaan.
Inventory Turn Over = price) (salesinventory Average
Sales Net
(d) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) yaitu rasio yang memberikan
ukuran dan tingkat efektivitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan dari perusahaan dan dari investasi.
1. Gross Profit Margin
Menunjukkan kemampuan perusahaan menutup biaya pembelian
barang dagangan.
Gross Profit Margin = sales
sold good of Cost-sales Net
2. Net Operating Margin
Mengukur kemampuan perusahaan mendatangkan keuntungan
sebelum bunga dan pajak untuk mengukur efektivitas dari produksi
dan penjualan untuk menghasilkan keuntungan.
Net Operating Margin = sales Net
(EBIT) Income Operation
3. Profit Margin on Sales
Mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan bagi
para pemegang saham.
Profit Margin on Sales = sales Net
Tax AfterEarning
4. Return on Total Asset
Kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan bersih dengan
aktiva yang ada.
Return on Total Asset = AssetsTotal
Tax AfterEarning
5. Return on Equity
Mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
dengan menggunakan modal sendiri.
Return on Equity = Equity Total
Tax AfterEarning
B. Efisiensi Ekonomi dan Efisiensi Finansial
Castle, Becker dan Nelson (1987 ; 398) efisiensi ekonomi
menunjukkan rasio antara nilai keluaran dengan nilai biaya yang
dipergunakan untuk menghasilkan. Dan efisiensi produksi adalah
menunjukkan rasio antara keluaran dalam unit dengan masukan yang
dipakai dalam menghasilkan yang dipakai menghasilkan juga dalam
unit.
Turner dan Taylor (1989: 91) menyatakan bahwa efisiensi ekonomi
ditunjukkan oleh tingkat keluaran yang dicapai pada keseimbangan
antara biaya marginal (marginal cost) dan pendapatan marginal
(marginal revenue). Apabila biaya marginal melampaui atau lebih
besar dari pendapatan marginal, berarti terjadi pemborosan faktor
produksi variabel. Sebaliknya apabila biaya marginal lebih kecil
daripada pendapatan marginal, berarti telah terjadi pemborosan faktor
produksi tetap.
Pendekatan yang mendasar pengertian Turner dan Taylor tersebut
adalah hukum hasil lebih yang semakin berkurang (the low
adminishing return), efisiensi ekonomi tercapai jika kombinasi dari
pemanfaatan faktor produksi variabel dan faktor produksi tetap adalah
proporsional.
Mengenai efisiensi finansial, Chawdury dan Ruky (1992; 5) efisiensi
finansial adalah rasio yang menunjukkan sampai seberapa jauh
derajat efisiensi pengolahan dana operasi, serta derajat pengendalian
biaya. Untuk mengukur derajat efisiensi finansial tersebut dapat
dipergunakan tiga macam rasio, yaitu : Day’s Receivables, inventori
turnover dan operating ratio. Rasio dimaksud dihitung dengan rumus
berikut :
Day’s receivables = sales net Annual
sReceivable Account
Inventory turnover = Inventory verageA
Sold Goods of Cost
Operating Rations = Sales net Annual
Cost Operating Yotal
Umur peredaran piutang (day’s receivable) menunjukkan rata- rata
jumlah hari dari penjualan secara kredit beredar sebelum tertagih.
Usia piutang yang normal adalah sebesar usia penjualan kredit
menurut kebijaksanaan manajemen perusahaan. Apabila usia piutang
sama dengan atau lebih kecil usia menurut kebijakan manajemen,
berarti telah tercapai efisiensi penggunaan dana. Sebaliknya apabila
usia piutang tersebut lebih lama daripada yang ditetapkan oleh
manajemen perusahaan, berarti telah terjadi inefisiensi dalam
penggunaan dana.
Tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat kecepatan
peredaran persediaan yang bersangkutan, semakin kecil tingkat
perputaran dimaksud, semakin besar dana yang terikat dalam
persediaan yang diadakan untuk menunjukkan penjualan. Persediaan
yang lama tersimpan juga akan membawa berbagai macam dampak,
seperti kerusakan, kehilangan, kebakaran, atau resiko harga turun.
Semakin besar dana yang terikat dalam persediaan, berarti semakin
besar beban biaya modal yang harus dipikul.
Rasio operasi menunjukkan tingkat kemampuan manajemen
perusahaan untuk melakukan pengendalian terhadap biaya operasi.
Semakin besar rasio operasi tersebut menunjukkan pengendalian
terhadap biaya operasi. Semakin besar rasio operasi tersebut
menunjukkan proporsi biaya operasi dalam penjualan juga semakin
besar. Pada saat yang sama berarti semakin kecil yang tersisa untuk
menutup biaya non- operasi (biaya bunga) dan laba. Karena itu, rasio
operasi yang besar menjadi indikator kurang efisiennya proses
produksi. Norman, dkk (1985; 22) menyatakan bahwa efisiensi
finansial merupakan suatu rasio yang menunjukkan tingkat
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba terhadap modal
yang diinvestasikan (return on tenant’s Capital atau return on invested
Capital).
Modal yang diinvestasikan adalah hasil penjumlahan antara utang
jangka panjang dan modal sendiri.
Dibandingkan pendapat Kadarsan dengan Chowdury dan Ruky
tersebut diatas, maka rasio bruto menurut Kadarsan adalah ekivalensi
dengan rasio operasi menurut Chowdury dan Ruky. Seringkali efisiensi dan
efektivitas digantikan dengan kata lain menurut produktivitas. Dewan
Produktivitas Nasional 1983 produktivitas adalah suatu pandangan yang
menganggap bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin dan hari esok harus lebih baik (1995, Hal, 6). Definisi diatas
merupakan filosofis, yaitu suatu pandangan yang menekankan agar
senantiasa mengadakan pembaharuan atau perbaikan dalam hidup ini.
Bagaimana mengaplikasikan pandangan ini dalam semua kegiatan secara
praktis dapat dijawab melalui definisi teknis. Produktivitas adalah suatu
meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan kualitas semua kegiatan terus
menerus. Definisi teknis ini jauh lebih luas sehingga mencakup efisiensi,
efektivitas, dan kualitas sehingga dapat dipakai sebagai acuan dasar dalam
menjelaskan tesis ini yang dapat diartikan bahwa peningkatan mutu kegiatan
terus menerus.
Adam (1992, hal 12), diatas dapat pula ditentukan dalam bentuk
persentase (%) dengan istilah prosentase efisiensi yaitu perbandingan antara
output dengan input dikalikan dengan seratus persen. Pembahasan lebih
berkembang ketika suatu produk dihasilkan oleh berbagai input seperti untuk
menghasilkan minuman markisa dipergunakan input seperti buah markisa,
dengan jumlah tertentu, energi listrik dalam watt tertentu, sehingga formula
(1) dikembangkan menjadi :
Produktivitas = energyMaterialCapitalLabor
Put Out???
C. Laporan Keuangan Perusahaan
Setiap perusahaan di dalam menjalankan aktivitasnya, senantiasa
terjadi transaksi-transaksi, yang akan mempengaruhi atau mengubah
komposisi harta benda maupun kewajiban-kewajiban perusahaan. Misalnya
adanya penjualan barang dagangan, penerimaan penjualan piutang dari
langganan, pembelian bahan baku untuk diproses, pembayaran bunga
pinjaman, ataupun pengeluaran-pengeluaran untuk memenuhi keperluan
lainnya. Di samping itu, pada saat-saat tertentu pimpinan perusahaan
memerlukan bermacam-macam data, antara lain seperti jumlah harga
penjualan produk, perhitungan harga pokok barang yang dijual, jumlah
persediaan bahan atau pun barang jadi, dan sebagainya untuk diketahui agar
dapat mengambil suatu keputusan untuk berbagai tujuan.
Keseluruhan catatan peristiwa-peristiwa perusahaan tersebut, biasanya
kemudian diikhtisarkan dan selanjutnya disajikan dalam suatu bentuk laporan
yang disebut Laporan Keuangan Perusahaan (The Firms Financial
Statements).Dalam hubungan ini ,Kennedy dan McMullen (1995:11-12)
mengemukakan pengertian laporan keuangan sebagai berikut:
Financial statements are prepared for the purpose of presenting a periodical review or report on progress by the management and deal with the status of the investment in the business and results achieved during the period under review. They reflect a combination of recorded facts, accounting conventions and personal judgments. Dari pengertian di atas, memberikan gambaran bahwa suatu laporan
keuangan di samping menyatakan tentang keadaan keuangan perusahaan
serta hasil-hasil atau perkembangan-perkembangan yang telah dicapai oleh
manajemen pada suatu saat atau satu periode, juga menunjukkan bahwa
laporan keuangan perusahaan tersebut bersifat historis dan menyeluruh yang
terdiri dari fakta-fakta yang telah dicatat (recorded facts), prinsip-prinsip atau
kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi (accounting conventions) dan
pendapat-pendapat pribadi (personal judgments).
Selanjutnya, jika laporan keuangan itu menyangkut keadaan atau posisi
keuangan pada suatu saat tertentu (at a point of time) maka laporan
keuangan itu disebut Neraca (Balance Sheet); dan jika laporan keuangan itu
menggambarkan hasil-hasil yang telah dicapai manajemen perusahaan
selama satu selang waktu atau satu periode tertentu, maka disebut Daftar
Pendapatan (Income Statement) atau Laporan (Perhitungan) Laba Rugi
(Profit and Loss Statement).
D. Pengertian dan Tujuan Analisis Keuangan
Analisis keuangan, menurut Van Horne (1989 : 106) adalah
menyangkut pemakaian laporan keuangan. Sedangkan Finnerty (1986 : 4)
mengemukakan pengertiannya sebagai berikut: “ Financial analysis is the
process of collecting and refining financial data and presenting the refined
financial information in summary format suitable for effective decision
making”. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dinyatakan bahwa analisis
keuangan adalah suatu proses pengumpulan dan penyaringan data
keuangan dan penyajian informasi keuangan dalam bentuk ringkasan agar
sesuai untuk pengambilan keputusan yang efektif.
Titik pandang seorang analis dapat beranjak dari segi internal maupun
segi eksternal. Dari segi internal yang dimaksud adalah pihak manajemen
perusahaan sendiri. Dari segi eksternal, pihak-pihak tersebut antara lain para
pemilik/pemegang saham perusahaan, para investor, para kreditor,
pemerintah, dan pihak-pihak lainnya; termasuk para ilmuwan dan mahasiswa
yang sedang meneliti guna memecahkan suatu masalah tertentu. Dipandang
dari segi ini, maka kelompok yang disebut terakhir ini adalah tempat penulis
berpijak.
Menurut Helfert (1997 : 11), setiap jenis analisis mempunyai suatu
tujuan atau guna yang menentukan bentuk hubungan yang dianalisis.
Seorang manajer keuangan, analis atau mahasiswa, di dalam membuat
analisis untuk tujuan perencanaan atau pemecahan masalah haruslah
menggunakan macam-macam teknik analisis keuangan, yang dapat
membantu di dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan penting. Tetapi dalam
hubungan ini, perlu selalu diingat, bahwa analisis itu hanya suatu jalan. Tidak
boleh dianggap bahwa analisis keuangan sebagai satu-satunya hal yang
paling penting untuk membantu para manajer di dalam merencanakan
investasi, operasi dan pembiayaan, dan untuk membantu calon investor
dalam membuat perkiraan, penilaian dan rencana-rencananya. Di dalam
setiap situasi tujuan yang akan dicapai dengan analisis tersebut harus
dinyatakan secara jelas.
Analisis keuangan mempunyai arti dan tujuan yang berlainan sesuai
dengan kepentingan masing-masing pihak yang menganalisis. Pemberi kredit
dagang akan menaruh perhatiannya terutama kepada likuiditas perusahaan
yang dianalisis. Klaim mereka adalah jangka pendek, dan kemampuan
perusahaan untuk membayar ini dapat diukur dari analisis likuiditasnya. Klaim
dari pemilik obligasi adalah jangka panjang. Karena itu mereka berminat pada
kemampuan cash flow perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dalam
waktu yang lama. Pemilik obligasi dapat menganalisis kemampuan ini
dengan melihat struktur modal perusahaan, sumber-sumber dana utama dan
pemakaiannya, keuntungan perusahaan sepanjang waktu, dan proyeksi
keuntungan (profitabilitas) yang akan datang. Investor suatu saham biasa
perusahaan akan menaruh perhatiannya terutama pada pendapatan
sekarang dan yang akan datang serta stabilitas pendapatan ini dilihat dari
trend-nya, sehingga investor akan berkonsentrasi pada analisis keuntungan
perusahaan.
Dari segi internal, perusahaan perlu melakukan analisis keuangan agar
dapat merencanakan dan mengendalikannya secara efektif. Untuk
merencanakan masa yang akan datang, manajer keuangan harus
mempunyai posisi keuangan perusahaan yang terakhir dan melakukan
evaluasi atas kesempatan-kesempatan yang ada sehubungan dengan
pengaruhnya terhadap posisi keuangan tersebut. Sehubungan dengan
pengendalian internal, manajer keuangan terutama menaruh perhatian
kepada hasil dari investasi yang ada pada bermacam-macam assets
perusahaan dan pada efisiensi pengelolaan assets tersebut. Agar dapat
melakukan tawar menawar dengan efektif kepada pemilik dana luar, manajer
keuangan harus tanggap pada semua aspek analisis keuangan di mana
pihak pemberi modal dari luar memakainya di dalam mengukur kemampuan
perusahaan.
Adapun tujuan dari laporan keuangan perusahaan, Prinsip Akuntansi
Indonesia (1984 : 1) merumuskan sebagai berikut:
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan dalam aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu
perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka
memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para
pemakai laporan di dalam menaksir potensi perusahaan dalam
menghasilkan laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi
mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan
akuntansi yang dianut perusahaan.
D. E. Kerangka Pikir
Dalam kondisi ekonomi yang dilanda krisis, setiap perusahaan
khususnya PT. Esaputlii Prakarsa Utama dalam operasionalnya
memerlukan efisiensi usaha dalam meningkatkan produksi dan
penjualannya. Namun persoalannya adalah sejauh mana efisiensi
usaha tersebut dapat dikatakan efisien, yang dalam hal ini dapat
diukur berdasarkan aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
aspek keuangan.
Secara skematis kerangka pikir tersebut dapat dilihat dalam gambar 1
pada halaman berikut.
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir
PT. ESAPUTLII PRAKARSA UTAMA
SUMBER PENGGUNAAN MODAL MODAL
EFISIENSI KELAYAKAN USAHA 1. Aspek Pasar dan Pemasaran 2. Aspek Teknis dan Produksi 3. Aspek Keuangan
HIPOTESIS
ANALISIS BENEFIT & COST
EFISIEN
F. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pikir diatas maka
penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Rendahnya tingkat efisiensi kelayakan usaha disebabkan faktor harga
pokok penjualan, dan biaya-biaya operasi mengalami persentase
peningkatan yang tinggi dibanding perubahan persentase kenaikan
dalam penjualan perusahaan PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten
Barru.
2. Faktor yang dominan berpengaruh terhadap rendahnya efisiensi usaha
pada PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru adalah faktor
biaya operasi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan hatchery PT. Esaputlii
Prakarsa Utama yang berlokasi di Desa Kuppa. Waktu penelitian
berlangsung selama 2 bulan yaitu bulan Agustus dan September
2004.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini
adalah sebagai berikut :
1. Observasi, Penelitian observasi sebagai metode sumber data primer
dirancang untuk menjawab suatu pertanyaan yang dilaksanakan
secara sistematis, dengan jalan melakukan pengamatan langsung
pada obyek penelitian.
2. Wawancara, Hal ini dilaksanakan melalui percakapan dua arah atas
inisiatif pewawancara untuk memperoleh informasi dari respon.
Wawancara tersebut dilakukan pada pimpinan perusahaan
33
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
laporan keuangan perusahaan pada tahun 1999, 2000, dan 2001
serta laporan-laporan dan keterangan-keterangan tambahan lainnya
yang diperlukan.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
a. Data primer, yaitu data yang berupa hasil wawancara langsung dengan
pihak yang berkompeten pada perusahaan PT. Esaputlii Prakarsa
Utama di Kabupaten Barru.
b. Data Sekunder, yaitu data yang berupa laporan-laporan atau dokumen
tertulis dari perusahaan yang dijadikan bahan analisis yang relevan.
D. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji
hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Analisis Kuantitatif
Yaitu analisis terhadap kondisi perusahaan berdasarkan laporan
keuangan yang meliputi :
- Perhitungan arus kas dan neraca rugi /laba dengan mengukur ratio-ratio
keuangan perusahaan
- Perhitungan kelayakan efisiensi usaha dengan metode capital budgeting
2. Analisis Kualitatif
- Aspek Pasar dan Pemasaran
- Aspek Teknis dan Produksi
- Aspek Keuangan
E. BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
F. A. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Esaputlii Prakarsa Utama yang berkantor pusat dijalan Andi
Mappanyukki No. 9 Makassar ini didirikan oleh bapak H. Edy Baramuli , SE
dan Ibu Hj. Hafza Manan. Pendirian perusahaan ini disahkan oleh notaris
Siskte Limowa ,SH dengan akta No. 74 tertanggal 12 Juli 1989, yang
kemudian dirubah dengan akta No 19 tertanggal 5 Oktober 1995.
Perusahaan yang berbentuk perseroan yang sebelumnya bernama PT.
Mutiara Samudera Fishery Industries, yang kemudian pada tanggal 31 Maret
1998 dengan akta N0. 62 berganti nama menjadi PT. Esaputlii Prakarsa
Utama Hatchery Industries.
Maksud dan tujuan perusahaan ini didirikan sebagaimana disebutkan
dalam akte pendirian , yaitu :
1. Melakukan usaha Perikanan , antara lain dengan mengusahakan
pembibitan benur dan tambak.
2. Melakukan usaha Cold Strorage.
3. Melakukan usaha perdagangan secara lokal dan ekspor dari hasil
pertanian.
35
Modal dasar perusahaan ini sebesar Rp 1.000,000,000,00 yang terdiri
dari : 200 lembar saham dengan nilai nominal tiap lembar saham Rp
5.000.000,00. Bidang usaha utama yang sedang dikembangkan ialah Hatcery
benur / nener , dimana perusahaan ini memiliki 1006 bak / kolam yang
digunakan untuk penetesan benur dengan desain kapasitas produksi sebesar
30 juta ekor benur dalam satu siklus produksinya, dan dalam satu tahun
direncanakan mencapai 20 siklus.
Lokasi Hatchery ini berada dijalan Raya Poros Barru – Parepare,
tepatnya Didesa Kupa Kabupaten Barru ( 140 Km sebelah Utara Makassar )
dengan luas lokasi kurang lebih 3 Ha.
Sejak pendirian perusahaan ini, pihak manajemen senantiasa
memikirkan pengembangan dan perluasan kapasitas produksi berupa
penambahan bagian kolam atau bak, penambahan Reservoar air dan mesin
pompa air termasuk penambahan mesin “ Water Filter “. Masalah ini sangat
diperhatikan, karena merupakan sesuatu hal yang sangat sensitif dalam
bidang usaha Hatchery. Faktor sanitasi dan sterilnya air sangat menentukan
tingkat kehidupan dari Soya, yaitu telur udang yang baru menetes. Oleh
karena itu, pengawasan “ proses produksi “atau kegiatan dari awal banyak
tergantung pada kualitas air dan pengendalian penyakit atau yang disebut
gangguan virus Protozoa yang menyebabkan kematian tinggi.
Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Propinsi Sulawesi Selatan
kebutuhan benur di daerah Sulawesi Selatan menunjukkan angka sebesar
1.757. 494.000 ekor benur Hatchery yang ada di Sulawesi Selatan hanya
sebesar 684. 400.000 ekor benur, dengan memperhitungkan benur udang
yang masuk dari luar daerah kurang lebih 498.400.000 ekor benur.
Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa bidang usaha Hatchery
benur udang masih mempunyai peluang pasar yang cukup besar, terlebih lagi
jika petani tambak yang beralih kepada sistem intensif yang kebutuhan
benurnya menjadi lebih besar. Oleh karena itu, pengembangan usaha
Hatchery udang perlu senantiasa ditingkatkan.
G. B. Struktur Organisasi
Untuk menjamin kelancaran perusahaan atau kegiatan usaha dan
untuk menunjang terlaksananya aktivitas perusahaan dengan efisien dan
efektif, maka salah satu syarat yang harus dipenuhi adanya organisasi yang
disusun harus menunjukkan garis wewenang dan tanggung jawab jelas
dengan pembagian tugas yang tepat berupa ketepatan pekerjaan dengan
ketepatan sumber daya manusia, sehingga efisiensi dan efektifitas kegiatan
perusahaan dapat diperoleh.
Efesiensi yang dimaksud adalah berupa hal – hal yang rill seperti
mencegah terjadinya pemborosan bahan dan tenaga kerja, penggunaan alat
produksi yang efisien dan efektif juga meliputi adanya menciptakan hubungan
yang baik antara karyawan di dalam menjalankan tugas masing – masing.
Efektifitas adalah suatu usaha agar semua faktor produksi yang ada bekerja
dan berfungsi dengan sebaik – baiknya dalam suatu kegiatan yang
terorganisasi sehingga tujuan perusahaan yang direncanakan dapat tercapai.
Organisasi PT. Esaputllii Prakarsa Utama adalah dalam bentuk lini dan
staf dimana wewenang dan tanggung jawab masing –masing dapat dilihat
dengan jelas. Para manajer bertanggung jawab langsung terhadap bagian
yang di bawahin ya dan memberikan pertanggungjawabannya kepada
pimpinan perusahaan. Susunan atau struktur organisasi PT. Esaputlii
Prakarsa Utama terdiri dari:
A. Direksi
B. Staf ahli Direksi
C. General Manajer
D. Bagian – bagian :
1. Bagian laboratorium
2. Bagian Marketing
3. Bagian Produksi Benur
4. Bagian Produksi Nener
5. Bagian Mechannical Engineeriing dan Construction
6. Bagian Administrasi dan Keuangan
7. Bagian General Affair
8. Bagian Tambak
E. Seksi – Seksi
1. Seksi Induk Peneluran Nener
2. Seksi pakan Nener
3. Seksi kepala Unit Produksi Nener
4. Seksi Induk dan Penetesan Benur
5. Seksi Pakan Benur
6. Seksi Kepala Unit Produksi Benur
7. Seksi Sarana Teknik Produksi
8. Seksi Listrik dan Genzet
9. Seksi Engineering dan Civil Construction
10. Seksi Accounting
11. Seksi kasir
12. Seksi Gudang
13. Seksi Administrasi Umum
14. Seksi Personalia
15. Seksi Rumah Tangga
16. Seksi Transportasi
17. Seksi Kebersihan dan Pertanaman
18. Seksi Pengadaan
19. Seksi Produksi Induk Benur
20. Seksi Produksi Induk Bandeng
21. Seksi Sarana Teknik
22. Seksi Workshop
Untuk lebih jelasnya susunan atau struktur organisasi PT. Esaputlii
Prakarsa Utama dapat dilihat pada skema berikut:
Gambar 2. Struktur Organisasi Perusahaan
Keterangan :
= garis komando
= garis koordinasi Sumber : PT. Esaputlii Prakarsa Utama, 2005
Direksi Direksi
Staf Ahli GM & WGM
Laboratorium Marketing
Kepala Perusahaan
Penjualan dan Packing
Manajer Produksi Nener
Manajer Produksi Benut
Mec. Eng dan Construct
Manajer Tambak
Induksi Pen. Benur
Pakan Benur
Kepala Unit Produksi
Sarana Teknik Produksi
Listrik dan Genset Nener
Accounting
Workshop Maint Perbaikan Kasir
Gudang
Security Produksi Induk Benur
Personalia Produksi Induk Udang
Rumah Tangga
Transportasi &
Induksi & Pen. Nener
Pakan Nener
Kepala Unit Produksi
Nener
Engineering & Civil Conct
Manajer Adm & Keuangan
Adminis. Umum
Pengadaan
Manajer Gen Affair
Sarana Teknik
Adapun uraian tugas dari struktur organisasi diatas, dalam hal ini yang
berhubungan dengan produksi benur, yaitu :
1. Staf Ahli
a. Staf ahli perusahaan adalah badan yang bertugas secara sendiri -
sendiri atau bersama –sama untuk melakukan audit, evaluasi,
pengawasan, bimbingan dan petunjuk kepada unsur –unsur pimpinan
karyawan sesuai keahlian mereka masing –masing dengan maksud
untuk melakukan koreksi, menciptakan efisiensi , efektifitas,
peningkatan produktifitas didalam pengelolaan hatchery.
b. Staf ahli didalam melaksanakan tugasnya terlebih dahulu berkonsultasi
dengan general manajer / wakil general manajer tentang kegiatan
yang akan dilaksanakan dan wajib melaporkan hasilnya sebagai
bahan didalam pengelolaan hatchery.
c. Staf ahli dibidangnya masing – masing berkewajiban secara berkala
memberikan saran dan pertimbangan kepada direksi tentang langkah
– langkah yang perlu diambil agar pengelolaan hatchery lebih efisien,
efektif dan produktif.
d. Staf ahli terdiri dari :
- Staf ahli bidang budidaya perikanan
- Staf ahli bidang manajemen dan keuangan
- Staf ahli teknik dan konstruksi
2. General Manajer
a. Memimpin dan mengelola hatchery sehingga tercipta suasana kerja
yang sehat, aman, disiplin, efektif dan produktif pada semua karyawan
di semua tingkatan.
b. Bertanggung jawab sepenuhnya atas terselenggaranya semua
peraturan, ketentuan dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh direksi.
c. Memimpin, membina, mengkoordinir, mengarahkan dan mengawasi
para manajer didalam melaksanakan kegiatannya.
d. Bertanggung jawab dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan kegiatan operasional hatchery terhadap pihak ketiga : Instansi
pemerintah, swasta dan lain – lain.
e. Setiap akhir tahun pada tahun yang berjalan, mengajukan kepada
direksi rencana kerja untuk tahun berikutnya yang meliputi : budget,
cash flow dan hasil usaha yang ingin dicapai.
f. Mengelola dan mengendalikan budget yang disetujui oleh direksi
secara efektif, efisien dan produktif untuk masing – masing pops biaya
yang realistis serta proporsional dengan tingkat produksi yang ingin
dicapai.
g. Setiap akhir bulan membuat laporan evaluasi atas pelaksanaan
rencana kerja menurut sistem dan petunjuk yang telah ditetapkan.
h. Menetapkan kebijaksanaan dibidang personalia.
i. Menetapkan policy terhadap harga penjualan dan pembelian serta
memberikan persetujuan atas pembelian barang yang dibutuhkan oleh
para manajer baik mengenai jumlah , jenis, kualitas, maupun
mengenai harga.
3. Manajer Produksi Benur
a. Memimpin dan bertanggung jawab sepenuhnya atas kegiatan
operasional teknis dan administratif departemen produksi benur sesuai
rencana kerja yang ditetapkan oleh direksi.
b. Memimpin, membina, mengkoordinir, mengarahkan dan mengawasi
kepala seksi induk dan penetasan, kepala seksi pakan, kepala seksi
unit produksi, kepala seksi sarana teknik produksi didalam
melaksanakan kegiatannya.
c. Berwenang mengambil kebijakan sendiri dibidang karyawan yang
dipimpinnya pada semua tingkat jabatan.
d. Berkewajiban membuat laporan atas kegiatan bagian produksi benur
yang dipimpinnya.
e. Bertanggung jawab atas pengelolaan dan pengendalian anggaran /
budget yang dialokasikan pada bagian produksi benur sehingga
tercapai efektifitas, produktifitas, dan efisiensi pemanfaatan anggaran.
f. Berkewajiban membuat dan mengusulkan rancangan Rencana Kerja
Tahunan dan setiap akhir rencana kerja tahunan yang berjalan
membuat laporan evaluasi atas pelaksanaan realisasi rencana kerja
tahunan.
4. Kepala Seksi Produksi Benur
a. Memimpin dan bertanggung jawab sepenuhnya atas kegiatan
seksi produksi benur.
b. Memimpin, membina , mengkoordinir, mengarahkan dan
mengawasi karyawan yang dipimpinnya agar melaksanakan tugas
sesuai program.
c. Berkewajiban membuat laporan (harian, mingguan, bulanan) atas
kegiatan seksi produksi benur kepada manajer atasannya.
d. Bertanggung jawab atas perawatan dan keselamatan kerja dan
sarana produksi yang ditempatkan / dipergunakan di seksi nya.
H. C. Proses Produksi
Calon induk udang yang digunakan dapat berupa hasil tangkapan dari
laut maupun hasil pemeliharaan di tambak.
Proses pertama dari kegiatan produksi benur, dimulai dengan kegiatan
persiapan berupa pembersihan bak – bak atau kolam, agar memenuhi syarat
sanitasi dan kelengkapan bak atau kolam untuk difungsikan sebagai tempat
penetasan induk.
Tahap kedua adalah “Water Control” yang bertujuan untuk
mendapatkan air bersih yang bersih dari kotoran – kotoran dan virus penyakit
yang dapat menyerang induk udang, maupun benur – benur yang baru
menetas (larva) mulai dari naupli, soya, mysis, sampai menjadi post larva.
Tahap ketiga ialah pengisian reservor air untuk seterusnya dialirkan ke
bak – bak air.
Tahap keempat ialah pemeliharaan atau perawatan terhadap induk
udang yang akan bertelur (diablasi) dan persiapan pemberian algae yaitu
makanan untuk telur udang yang baru menetas yang disebut soya, sejenis
plankton – plankton air yang sangat kecil yang relatif tidak dapat dilihat oleh
mata secara jelas.
Tahap kelima ialah penurunan induk didalam kolam secara
berpasangan untuk masa perkawinan atau bertelur. Masa atau jumlah hari
yang diperlukan kurang lebih 25 sampai 27 hari, mulai dari induk dikawinkan
sampai dengan bertelur, lalu setelah bertelur menghasilkan nauplius, lalu
menjadi soya lalu menjadi mysis hingga mencapai stadium post larva (PL)
yang akan dijual sebagai benur (bibit udang).
Padat penebaran dalam bak pemeliharaan calon induk berkisar 2 – 3
ekor benur / m. Perbandingan yang baik untuk menghasilkan induk masak
telur adalah dua jantan dibanding 3 betina. Selama dalam bak pemeliharaan,
calon induk udang diberi makan daging kerang atau cumi – cumi. Jumlah
pakan yang diberikan setiap hari berkisar antara 10 – 15 % dari berat total
udang. Agar proses penetesan telur dapat sempurna, maka kondisi bak harus
gelap.
Dalam proses bertelur sampai menjadi PL jual tingkat kematian sangat
tinggi disebabkan oleh penyakit. Lingkungan yang tidak seimbang
menyebabkan udang mudah terserang penyakit. Tingkat serangan penyakit
juga sangat bervariasi, bahkan ada yang mematikan secara massal dalam
waktu kurang dari 48 jam.
Umumnya panen benur perlu memperhatikan Stadia PL 14. waktu
pemanenan diusahakan pada pagi atau sore hari karena pada siang hari
suhu akan tinggi dan bisa menyebabkan kematian.
Kegiatan pemanenan benur perlu memperhatikan ke daerah mana
akan dipasarkan. Daerah yang dari waktu tempuh kurang lebih 10 jam, maka
sebaliknya benur diangkut dan dikemas dalam kantong plastik tertutup berisi
oksigen dan juga dimasukkan kedalam kotak strefoam. Tetapi kalau
tujuannya tidak jauh atau berada disekitar lokasi, cukup dengan
pengangkutan secara terbuka
BAB V
I. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Kuantitatif
Laporan keuangan perusahaan yang digunakan sebagai dasar analisis
yaitu Laporan Keuangan PT. Esaputlii Prakarsa Utama periode Tahun 2001,
2002 serta Posisi tahun 2003 yang dikeluarkan oleh perusahaan sendiri
(home statement). Analisis terhadap laporan keuangan perusahaan untuk
mengetahui kelemahan/kekuatan, keadaan/posisi serta potensi keuangan
nasabah persaat/periode tertentu, untuk mengetahui resiko yang akan terjadi.
Analisis kuantitatif terhadap kondisi laporan keuangan perusahaan
sesuai dengan analisis rasio yang digunakan secara umum yaitu
menggunakan data dasar laporan rugi/laba dan neraca perusahaan serta
perhitungan kelayakan usaha dengan menggunakan metode analisis Capital
Budgeting.
1. Laporan Rugi / Laba
Analisis terhadap laporan rugi/laba memberikan gambaran perkembangan
kegiatan usaha dan rentabilitas nasabah selama 3 (tiga) periode terakhir
baik dari hasil usaha utama maupun dari hasil usaha lainnya. Dalam
47
analisis ini dilihat dari berbagai aspek untuk memperhatikan
perkembangan perusahaan selama periode tertentu.
Tabel 1. Perkembangan Laporan Rugi/Laba PT. Esaputlii Prakarsa Utama
Tahun 2001, 2002, dan 2003 Laporan R/L 2001 2002 2003
Penjualan Pertumbuhan HPP (ribu) EAT (ribu) Profit Margin (%)
2.851.250 15,12%
2.155.500 142.982
4,90
3.856.316 35,25%
3.115.696 127.403
3,30
4.957.623 28,56%
4.056.822 212.724
4,29 Sumber : Data Diolah, 2004
1) Penjualan
Penjualan / produksi bibit benur dijadwalkan sesuai dengan termin,
yang jangka waktunya kurang lebih 3 bulan yang terdiri dari 5 siklus
produksi dengan waktu per siklus kurang lebih 25 hari.
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa penjualan
perusahaan mengalami trend peningkatan tiap tahunnya dengan
tingkat persentase yang fluktuatif.
Pada awalnya perusahaan PT. Esaputlii Prakarsa Utama merupakan
perusahaan campuran antara produksi nener dan benur, namun untuk
4 periode terakhir (Tahun 2000, 2001, 2002, 2003) lebih
dikonsentrasikan di bidang produksi benur dan pada
perkembangannya usaha bibit benur lebih memberikan keuntungan.
Peningkatan penjualan disebabkan hasil produksi yang meningkat
dengan adanya penambahan sarana produksi utama berupa bak-bak
produksi untuk menunjang produksi benur per termin sebanyak kurang
lebih 40 juta ekor benur dengan jumlah bak produksi sebanyak 150
bak atau 3.500 ton air. Analisis terhadap peningkatan kenaikan harga
berbanding lurus dengan omzet penjualan walaupun tidak signifikan
(Periode Tahun 2002 = 80,8% dan Tahun 2003 = 81,8%), sehingga
diketahui bahwa peningkatan penjualan disebabkan adanya
peningkatan hasil produksi perusahaan dengan adanya penambahan
bak-bak produksi.
2) Harga Pokok Penjualan (HPP)
Harga pokok penjualan (HPP) digunakan untuk melihat efisiensi
aktivitas usaha perusahaan yang merupakan salah satu komponen
utama biaya dalam pernyataan rugi / laba.
Berdasarkan tabel 1 di atas terlihat bahwa HPP berfluktuasi tahun
2001 = 75,5%, tahun 2002 = 80,8% dan tahun 2003 = 81,8%.
Pada tahun 2002 HPP terlihat mengalami peningkatan dibanding pada
periode sebelumnya karena perusahaan sedang merampungkan
perluasan pembangunan bak-bak produksi dari modal sendiri untuk
menunjang produksi benur.
Analisis terhadap fluktuasi HPP perusahaan dinilai masih dalam tahap
kewajaran dan peningkatan HPP masih dalam taraf toleransi untuk
usaha Hatchery (HPP Industri Retail = 75% - 85%)
3) Laba Bersih (Profit Margin)
Laba bersih perusahaan berfluktuasi setiap periodenya terhadap
penjualan, dan berdasarkan tabel 1 di atas terlihat bahwa profit margin
pada periode tahun 2002 mengalami penurunan menjadi 3,30%
dibandingkan periode tahun 2001 sebesar 4,90%. Penurunan tersebut
disebabkan karena perusahaan sedang merampungkan sarana
prasarana utama berupa bak-bak produksi, namun pada periode
berikutnya perusahaan kembali “mencatat” profit sebesar 4,29% dari
penjualan, dimana perusahaan sudah mulai berproduksi kembali
secara optimal.
Untuk menganalisis lebih lanjut dari kondisi perusahaan melalui
laporan rugi / laba, dilakukan analisis terhadap rasio keuangan
perusahaan. Rasio keuangan yang dianalisis yaitu Rasio Rentabilitas.
Rasio Rentabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan mencetak laba.
Tabel 2. Rasio Rentabilitas PT. Esaputlii Prakarsa Utama
Tahun 2001, 2002, dan 2003
Rasio 2001 2002 2003 R O E 10,26 8,55 12,49
Sumber : Data Diolah, 2004
a) Rentabilitas
Return on Equity (ROE) digunakan untuk melihat rentabilitas
perusahaan yaitu berapa besar pengembalian yang diperoleh
pemilik bisnis atas modal yang disetorkan. ROE perusahaan PT.
Esaputlii Prakarsa Utama mengalami fluktuasi sesuai dengan
tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan dimana untuk
periode tahun 2003 ROE perusahaan sebesar 12,49%, yang berarti
bahwa setiap Rp. 1 modal sendiri tersebut akan memperoleh
tingkat pengembalian sebesar 12,49% atau Rp. 1249. Adanya
peningkatan ROE perusahaan tersebut menunjukkan kinerja
perusahaan yang semakin baik.
Angka ROE dari PT. Esaputlii Prakarsa Utama berada di atas rata-
rata industri retail market BNI (5%).
b) Interest Coverage
Rasio ini merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan
pajak (EBIT) dengan beban bunga yaitu untuk mengukur tingkat
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman.
Untuk periode tahun 2001, 2002, dan 2003, perusahaan belum
mempunyai pinjaman bank, sehingga Interest Coverage nya belum
ada.
A.2. Neraca
Analisis dalam neraca perusahaan untuk mengetahui posisi keuangan
perusahaan yaitu berupa komposisi aktiva perusahaan, hutang dan
modal, antara lain :
a. Rasio Likuiditas
Yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio likuiditas dianalisis yaitu Current Ratio, Quick Asset
Ratio, dan Net Working Capital.
Tabel 3. Rasio Likuiditas PT. Esaputlii Prakarsa Utama
Tahun 2001, 2002, dan 2003
Rasio 2001 2002 2003 Current Ratio (x) 1,78 2,78 1,91 Quick Asset Ratio (x) 0,95 1,60 0,92 Net Working Capital 184 Jt 389 Jt 210 Jt Sumber : Data Diolah, 2004
a.1. Current Ratio
yaitu rasio yang menunjukkan sejauh mana kewajiban lancar
(current liabilities) dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar
(current asset). Berdasarkan rata-rata setiap periodenya,
menunjukkan bahwa PT. Esaputlii Prakarsa Utama memiliki CR di
atas dari persyaratan yang ditetapkan Bank (CR = 1,2 X).
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa kewajiban perusahaan setiap
tahunnya dapat dijamin oleh harta lancar perusahaan. Pada tahun
2003, CR perusahaan sebesar 1,91 kali, berarti bahwa setiap Rp.
1 kewajiban lancar dijamin oleh Rp. 1,91 dari aktiva lancar. CR
yang meningkat dan tidak melanggar covenant kredit
menunjukkan bahwa perusahaan dalam kondisi likuid atau sehat.
a.2. Quick Asset Ratio
Quick Asset Ratio perusahaan berfluktuasi sesuai dengan kondisi
pada saat tersebut dimana persediaan yang ada berupa benur
maupun obat-obatan/pakan. Pada tahun 2003, QAR PT. Esaputlii
Prakarsa Utama sebesar 0,92, yang berarti bahwa setiap Rp. 1
kewajiban lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp.0,92.
a.3. Net Working Capital (NWC)
yaitu merupakan selisih antara harta lancar dan hutang lancar
perusahaan. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa NWC
perusahaan berfluktuasi yaitu pada tahun 2001 sebesar 184 juta,
tahun 2002 sebesar 389 dan tahun 2003 sebesar 210 juta. NWC
yang semakin meningkat menunjukkan bahwa posisi harta lancar
perusahaan semakin kuat. Pada periode tahun 2003 terjadi
penurunan NWC yang disebabkan perusahaan mengadakan
investasi penambahan bak-bak produksi sehingga harta lancar
perusahaan sebahagian ke aktiva tetap. Pengalihan tersebut tidak
mengganggu struktur permodalan perusahaan.
b. Rasio Aktivitas
Merupakan kemampuan dan efektivitas manajemen dalam mengelola
sumber-sumber yang dimiliki, cfm.
Tabel 4. Rasio Aktivitas PT. Esaputlii Prakarsa Utama
Tahun 2001, 2002, dan 2003 (x hari)
Rasio 2001 2002 2003 Lamanya Piutang 28 26 14 Lamanya Persediaan 25 15 14 Sumber : Data Diolah, 2004
b.1. Lamanya Piutang (Account Receivable Turn Over)
Berdasarkan tabel 4 di atas terlihat bahwa lamanya piutang usaha
PT. Esaputlii Prakarsa Utama semakin cepat, yang menunjukkan
bahwa kualitas piutang dagang perusahaan semakin baik. Hal
tersebut dipengaruhi oleh hasil produksi perusahaan yang
dilakukan sebahagian besar secara cash/tunai dari para
pelanggan (tahun 2003 = 14 hari) sehingga perputaran piutang
semakin lancar dan menyebabkan perusahaan akan semakin
likuid.
b.2. Lamanya Persediaan (Inventory Turn Over)
Persediaan hasil produksi berupa benur rata-rata 14 – 20 hari dan
langsung diserap oleh pelanggan (pengusaha, penggelondong,
petambak dll) sehingga terlihat pada setiap periodenya,
pengendapan persediaan perusahaan semakin cepat.
Cepatnya perputaran piutang usaha akan berpengaruh terhadap
kas perusahaan, dan akhirnya mempengaruhi persediaan
perusahaan. Adanya kas yang cukup dari hasil penagihan yang
cepat, akan mempengaruhi persediaan sehingga akhirnya
perusahaan dapat memenuhi permintaan pasar.
c. Rasio Solvabilitas (Leverage ratio)
Untuk mengetahui sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang
(dana pihak ketiga). Rasio Leverage ini untuk mengindikasikan tingkat
resiko dari Bank selaku pemberi pinjaman (kreditur). Rasio Leverage
PT. Esaputlii Prakarsa Utama dapat diliha t pada tabel sebagai berikut
Tabel 5. Rasio Leverage PT. Esaputlii Prakarsa Utama
Tahun 2001, 2002, dan 2003 (x kali)
Rasio 2001 2002 2003 Debt to Equity 0,24 0,22 0,19 Long Term Leverage 0,06 0,08 0,06 Sumber : Data Diolah, 2004
c.1. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana
modal sendiri perusahaan menjamin seluruh hutang atau
merupakan perbandingan antara dana pihak ketiga dengan dana
milik perusahaan. Berdasarkan data Home Statement Perusahaan
PT. Esaputlii Prakarsa Utama terlihat bahwa Debt to Equity ratio
perusahaan masih memenuhi covenant yang ditetapkan Bank
yaitu pada tahun 2001 sebesar 0,24X, tahun 2002 sebesar 0,22X
dan tahun 2003 sebesar 0,19X (Covenant DER menurut BPP
Perkreditan Retail Market Bank) sebesar < 2,5 X). Rendahnya
DER tersebut menunjukkan bahwa bisnis yang dilakukan lebih
banyak menggunakan modal sendiri dan mengindikasikan
rendahnya resiko atau tingginya tingkat keamanan dari pihak
kreditur (Bank).
c.2. Long Term Leverage
Kewajiban jangka panjang perusahaan untuk periode tahun 2001,
2002, dan 2003 masih tetap stabil walaupun pada periode tahun
2002 perusahaan melakukan investasi merampungkan bak-bak
produksi, namun investasi tersebut tidak mempengaruhi aktivitas
perputaran modal kerjanya.
Berdasarkan data dari home statement perusahaan untuk 3 (tiga)
periode terakhir dapat dilihat dari neraca perbandingan tahun
2001, 2002, dan 2003 (Common size analysis).
Tabel 6. Analisis Common Size Neraca PT. Esaputlii Prakarsa Utama
Tahun 2001, 2002, dan 2003 (Persen (%))
Neraca 2001 2002 2003 Kas dan Bank 0,30 3,80 0,90 Piutang Dagang 13,00 15,40 9,60 Persediaan 11,60 9,10 9,50 Aktiva Lancar Lain 0,10 5,10 1,70 Total Harta Lancar 25,00 33,40 21,70 Harta Tetap Bersih 75,00 66,70 78,30 Harta Immaterial 0,00 0,00 0,00 Total Harta Tetap 75,00 66,70 78,30 Total Aktiva 100,00 100,00 100,00 Kredit Bank Jk Pdk 0,00 0,00 0,00 Hutang Dagang 14,00 10,10 10,30 Hutang Lancar lainnya 0,00 1,90 1,10 Total Hut Lancar 14,00 12,00 11,40 Hutang ke pem. Sah 5,10 6,30 4,40 Kredit Kendaraan 0,00 0,00 0,50 Total Ht Jk. Panjang 5,10 6,30 4,90 Total Hutang 19,10 18,30 16,30 Modal Usaha 59,40 54,80 49,10 Laba Ditahan 13,10 19,90 24,10 Laba Berjalan 8,50 7,00 10,50 Total Modal 81,00 81,70 83,70 Total pasiva 100,00 100,00 100,00 Sumber : Data Diolah, 2004
Berdasarkan tabel 6 di atas dapat dijelaskan bahwa perbandingan
harta lancar perusahaan setiap periodenya berfluktuasi yaitu
besarnya porsi harta lancar menurun dimana pada periode tahun
2002 sebesar 33,3% dan pada tahun 2003 sebesar 21,7% serta
sebaliknya porsi harta tetap semakin besar dari 66,6% tahun 2002
menjadi 78,2% tahun 2003.
Penurunan dan peningkatan data di atas disebabkan
adanya pergeseran dari masing-masing pos neraca yaitu
pergeseran antara harta lancar dan tetap serta antar aktiva.
Pergeseran tersebut masih dalam batas kewajaran sesuai dengan
bisnis perusahaan. Terhadap likuiditas perusahaan dinilai masih
baik dimana perusahaan tidak melanggar covenant yang
ditetapkan bank, walaupun terjadi penurunan aktiva lancar dari
33,3% tahun 2002 menjadi 21,7% tahun 2003.
Untuk pos hutang jangka panjang mengalami penurunan
dari 6,3% tahun 2002 menjadi 4,9% tahun 2003, dimana
kewajiban jangka panjang perusahaan berupa hutang pada pihak
ketiga akan selesai dan jatuh tempo pada awal 2002 sehingga
perusahaan akan lebih likuid. Porsi pada pos modal mengalami
peningkatan dari 81,7% tahun 2002 menjadi 83,7% tahun 2003,
hal tersebut disebabkan adanya laba pada periode berjalan
perusahaan dimana deviden para pemegang saham
diakumulasikan menjadi modal perusahaan dimana hal tersebut
mencerminkan adanya komitmen yang tinggi untuk memajukan
bisnis perusahaan.
Dari hasil analisis dan perbandingan neraca perusahaan di
atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
? Likuiditas perusahaan termasuk baik, dan masih di atas
covenant yang ditetapkan BNI yaitu CR = 1,91 X (CR minimum
1,2 X).
? Solvabilitas perusahaan termasuk baik dimana DER
perusahaan menunjukkan angka sebesar 0,19 X pada periode
terakhir tahun 2003 sehingga dinilai resiko perusahaan rendah
terhadap kreditur (DER maksimum 2,5 X).
c.3. Rekonsiliasi Modal dan Harta Tetap
Rekonsiliasi modal dilakukan untuk mengetahui sebab-sebab
perubahan modal dalam suatu periode tertentu yaitu adanya
peningkatan modal akibat akumulasi laba ataukah sebahagian
modal digunakan untuk membayar deviden para pemegang
saham. Sedangkan rekonsiliasi harta tetap dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana investasi yang telah dilakukan oleh
perusahaan dan pengaruhnya terhadap aktivitas operasional
usaha.
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa :
? Rekonsiliasi modal perusahaan PT. Esaputlii Prakarsa Utama
setiap periodenya meningkat, hal tersebut disebabkan adanya
keuntungan/laba perusahaan yang diakumulasikan setiap
tahunnya serta adanya komitmen yang tinggi dari para
pemegang saham yang tidak membagikan deviden untuk
kemajuan bisnis perusahaan.
? Rekonsiliasi harta tetap PT. Esaputlii Prakarsa Utama pada
periode tahun 2003 mengalami penambahan sebesar 424 juta,
hal tersebut disebabkan adanya pembangunan bak-bak
hatchery untuk meningkatkan omzet usaha.
c.4. Pernyataan Pengadaan Kas
Analisis terhadap pernyataan pengadaan kas untuk mengetahui
sumber dan penggunaan dana serta untuk mengetahui sumber
pembiayaan, tujuan penggunaan dana, kecukupan dana dan
kecukupan dana non operasional (tabel pernyataan pengadaan
kas pada lampiran).
J. B. Analisis Kualitatif
1. Analisis Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek pasar merupakan pertimbangan yang utama dalam
mengkaji suatu perusahaan dimana hal yang dianalisis meliputi sebagai
berikut :
a) Saluran Distribusi Pemasaran
Daerah pemasaran dari hasil produksi usaha langsung ke target
market baik perusahaan perorangan, kelompok yang bersifat
tradisional, intensif, maupun penggelondong yang tersebar di
seluruh daerah Sulawesi Selatan dan Tenggara sampai ke Propinsi
Kalimantan Timur (Tarakan). Pemasaran dilakukan antara 20 s/d 22
hari.
b) Luas / Daerah Pemasaran
Daerah pemasaran utama untuk bibit udang / benur yaitu di daerah
Kota Maros, Pangkep, Barru, Parepare, Pinrang, Polmas, Wajo,
Bone, Luwu dll serta tersebar sampai ke daerah Sulawesi Utara dan
Tarakan (Kalimantan Timur).
Keadaan / situasi pasar untuk usaha produksi benur dan nener
masih memiliki market share yang cukup baik dimana seluruh hasil
produksi yang ada masih dapat diserap oleh pasar.
Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Sulsel bahwa sesuai dengan
adanya Program Grateks 2 dan Protekan 2003 PEMDA Sulsel,
jumlah kebutuhan benur lebih besar dibandingkan dengan jumlah
produksi benur dan Perusahaan penghasil benur (Hatchery yang
beroperasi aktif di Sulsel sebanyak 35 unit, ditambah 120 unit
Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) dengan rata -rata produksi ?
2,2 milyar benur per tahun.
Data produksi kebutuhan dan produksi benur untuk masa
mendatang dapat diliha t pada tabel di bawah ini dengan proyeksi
kebutuhan benur meningkat 24,47% per tahun.
Tabel 7. Analisis Proyeksi Kebutuhan dan Produksi Benur
PT. Esaputlii Prakarsa Utama (Rp. 000)
Tahun Kebutuhan Produksi Kekurangan 2000/2001 4.618.800 2.600.000 2.018.800 2001/2002 5.763.600 3.200.000 2.563.600 2002/2003 7.351.200 4.200.000 3.151.200 2003/2004 8.901.000 5.700.000 3.201.000
Sumber : Dinas Perikanan SulSel, 2004
Dari data di atas menunjukkan bahwa usaha Hatchery masih
memiliki prospek dan peluang bisnis yang mendorong untuk tetap
melakukan perluasan produksi. PT. Esaputlii Prakarsa Utama telah
memiliki jaringan pasar tetap yang telah lama terbentuk dimana
untuk wilayah Sulsel masih tetap mendominasi pasar penjualan
benur. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil realisasi penjualan PT.
Esaputlii Prakarsa Utama selama 3 (tiga) tahun terakhir.
Tabel 8. Analisis Realisasi Penjualan Benur
PT. Esaputlii Prakarsa Utama (Rp. 000)
Penjualan Tahun Total Rata-Rata Peningkatan 2001 2.851.250 237.604 - 2002 3.856.316 421.360 35,25% 2003 4.957.623 413.135 28,56%
Sumber : Data Diolah, 2004
Berdasarkan data penjualan tersebut menunjukkan bahwa
pada tahun 2002 omzet penjualan perusahaan mengalami
peningkatan sebesar 35,25% dibandingkan omzet penjualan pada
periode tahun 2001, dan pada tahun 2003 meningkat sebesar
28,56% dibanding tahun 2002. Peningkatan omzet tersebut
disebabkan adanya penambahan bak-bak hatchery tempat produksi
benur, sehingga perusahaan dapat memproduksi lebih besar dalam
rangka memenuhi permintaan benur berkualitas yang cukup banyak.
c) Strategi Bisnis Perusahaan
Strategi peningkatan usaha yang dilakukan oleh PT. Esaputlii
Prakarsa Utama dinilai telah cukup baik dan memenuhi kriteria
dalam hal pencapaian target market usaha diantaranya yaitu tetap
membina hubungan baik dengan pelanggan yaitu petambak
tradisional, intensif dan penggelondong, serta pemasok barang
dagangan dan pemasok peralatan usaha, maupun kepada instansi
terkait yaitu Dinas Perikanan, PEMDA, Depnaker Kelurahan,
Koperasi, Statistik, PLN, Muspika serta Departemen lainnya.
d) Posisi Persaingan
Analisis kualitatif terhadap persaingan perusahaan menggunakan 5
(lima) kekuatan dasar (Five Competitive Force). Kelima kekuatan
tersebut akan merupakan suatu ancaman sekaligus peluang bagi
perusahaan. Berdasarkan data dari Dinas Perikanan Sulsel (2003)
bahwa te rdapat sebanyak 35 Unit Usaha Hatchery ditambah 120
Unit Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) dengan total
kemampuan produksi pertahun diperkirakan sebanyak 2,2 milyar.
Ancaman terhadap perusahaan dapat berupa ancaman dari
pendatang baru, ancaman dari produk atau jasa pengganti,
ancaman pemasok, ancaman pembeli, persaingan dalam industri.
1. Ancaman Pendatang Baru
Usaha industri Hatchery umumnya di Sulawesi Selatan cukup
banyak menjamur dan berdasarkan data yang ada, terdapat 35
Unit Usaha Hatchery dan 120 Unit Hatchery Skala Rumah
Tangga. Ancaman dari perusahaan yaitu adanya perusahaan-
perusahaan hatchery dengan skala produksi mendekati usaha
PT. Esaputlii Prakarsa Utama serta adanya perusahaan yang
sudah mapan dan memiliki brand image baik lokal maupun
internasional, apabila melakukan strategi diferensiasi produk
menuju usaha hatchery atau tambah udang. Ancaman lainnya
berupa kebijakan yang memberikan kemudahan bagi
pengurusan berdirinya hatchery untuk mencapai target secara
Nasional/devisa negara khususnya yang berorientasi ekspor.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan bahwa PT. Esaputlii
Prakarsa Utama merupakan perusahaan hatchery yang mapan
dan memiliki skala usaha produksi di atas rata-rata dari usaha
hatchery yang ada khususnya untuk Kawasan Timur Indonesia
sehingga tingkat persaingan tidak mengkhawatirkan.
2. Ancaman Produk Pengganti
Ancaman pengganti produk bibit udang / benur ini datang dari
produk perikanan lainnya yang kemungkinan sulit berkembang
di Indonesia dengan pertimbangan faktor ekonomis dan profit
yang diperoleh. Ancaman tersebut akan menjadi semakin
serius apabila produk pengganti yang dihasilkan tersebut lebih
murah dalam skala besar dengan kebutuhan tertentu.
3. Ancaman Pemasok
Adanya kekuatan tawar-menawar dari pemasok dapat
mempengaruhi operasional perusahaan yaitu dalam hal
pembelian induk udang windu yang berasal dari hasil seleksi
yang prima dan super asal Aceh. Terhadap pembelian induk
udang windu tersebut tidak merupakan ancaman yang serius
dimana kecil kemungkinan dari pihak pemasok akan melakukan
Strategi Forward Integration yaitu pemasok akan masuk
kedalam bisnis usaha yang sama, namun dalam hal ini
pemasok mendukung usaha untuk memenuhi kebutuhan
pasokannya. Untuk bahan baku produksi dilakukan melalui
distributor yang tersebar di seluruh daerah berupa pakan, obat-
obatan dan sarana pendukung lainnya. Distributor tersebut
bukan merupakan ancaman namun lebih kepada usaha yang
saling menguntungkan.
4. Ancaman Pembeli
Pembeli memiliki kekuatan tawar-menawar yang dapat
mempengaruhi aktivitas perusahaan, terutama apabila pembeli
tersebut merupakan bagian yang dominan dalam penjualan
hasil produksi perusahaan. Dalam industri hatchery, pembeli
umumnya para pengusaha tambak udang, petambak tradisional
/ intensif maupun penggelondong yang memiliki switching cost
yang rendah yaitu kemungkinan akan mudah berpindah ke
pemasok lainnya apabila merasa tidak dapat bekerja sama.
Ancaman lainnya bersifat non teknis yaitu adanya kebijakan
sosial politik dalam negeri, pertentangan antar golongan, upah
buruh dll. Terhadap hal tehnis dan non tehnis PT. Esaputlii
Prakarsa Utama dapat diselesaikan dengan baik dimana
perusahaan telah menjalin hubungan yang saling
menguntungkan dengan para pelanggan yang tersebar di
berbagai tempat sehingga pembeli akan lebih merasa sebagai
mitra dibanding pesaing yang akan mengancam kelangsungan
perusahaan.
5. Ancaman Pesaing Dalam Industri
Ancaman pesaing dapat datang dari sesama jenis usaha
dibidang hatchery yang memiliki modal yang lebih besar dan
teknologi yang lebih maju sehingga dapat merebut pangsa
pasar usaha hatchery. Pesaing sesama usaha hatchery
khususnya di Kawasan Timur Indonesia masih dalam batas
kewajaran bisnis dalam arti usaha PT. Esaputlii Prakarsa
Utama masih lebih dominan baik dari sisi skala usaha maupun
omzet penjualan sebagai berikut :
? Terdapat 35 unit usaha hatchery serta 120 unit Hatchery
Skala Rumah Tangga.
? Kapasitas usaha dan besarnya ukuran / luas hatchery PT.
Esaputlii Prakarsa Utama masih menduduki urutan pertama
se Kawasan Timur Indonesia.
Berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa walaupun
persaingan dengan sesama usaha sejenis khususnya di Kawasan
Timur Indonesia cukup ketat, namun bukan merupakan ancaman yang
serius mengingat untuk usaha dengan skala yang sama, PT. Esaputlii
Prakarsa Utama masih lebih dominan dan lebih besar.
2. Analisis Aspek Teknis dan Produksi
Berdasarkan hasil analisis kuantitatif terhadap aspek tehnis /
produksi PT. Esaputlii Prakarsa Utama, maka dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Aspek Pengadaan Barang
Pengadaan bahan baku produksi diperoleh melalui distributor tetap
baik berupa obat-obatan, pakan, serta sarana dan prasarana
pendukung lainnya. Untuk pengadaan pakan dan obat-obatan melalui
distributor :
(a) PT. Artama (Tamaco) Jl. Mesjid Raya No. 90 D Makassar Tlp
0411-442693 merupakan perusahaan produksi bahan pakan ikan
dan obat-obatan.
(b) UD. Adi Citra Jl. Sangir No. 72 Makassar Telepon 0411-315223
merupakan perusahaan yang memproduksi pakan ikan dan obat-
obatan jenis Artemia Mackay.
(c) UD. Pokan Jaya Jl. Andi Tonro No. 18 A Makassar Telepon 0411-
836270 yang memproduksi pakan dan obat-obatan jenis Lanzy dan
Aqualife.
(d) UD. Prakarsa Windu Jl. Bandengan Utara No. 83/26-28 Jakarta
Utara telepon 021-6602546 yang memproduksi pakan dan obat-
obatan.
(e) CV. Mifa Utama Jl. Veteran Utara No. 338 Makassar Telepon 0411-
321055 yang memproduksi bahan kimia.
(f) CV. Intraco Jl. Sulawesi No. 152-154 Makassar Telepon 0411-
316473 yang memproduksi bahan kimia.
(g) PT. Subur Jaya Jl. Sompo Lama No. 24 Semarang telepon 024-
313647
(h) PT. Cargill Jl. Kapasa Kp.Bira Makassar 0411-510140 yang
memproduksi pakan ikan liqualife.
(i) CV. Surya Nusantara Jl. Babatan Pilang X.37 Surabaya telepon
031-7531048 yang memproduksi pakan ikan.
(j) CV. Citra Persada Jl. Bandang No. 145 Makassar Telepon 0411-
321209 yang memproduksi pakan ikan.
(k) Untuk pengadaan Induk Udang Windu dilakukan seleksi daerah
asal induk yang prima dan super yaitu dari daerah Aceh (Taufik, Liu
& Hendra).
Analisis kualitatif terhadap pengadaan barang cukup menjamin
kontinuitas usaha, yaitu hubungan dengan para distributor rata-rata
telah berjalan lebih dari 2 tahun dan tidak mengalami hambatan yang
berarti.
b. Analisis Aspek Sarana dan Prasarana
Analisis kualitatif terhadap sarana dan prasarana usaha PT.
Esaputlii Prakarsa Utama meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Sarana Produksi Utama, berupa bak-bak produksi yang diperlukan
untuk menunjang produksi benur yaitu VII termin dalam satu tahun
atau 35 siklus (produk benur per termin ? 40 juta ekor benur)
dengan jumlah bak produksi sebanyak 150 bak atau 3.500 ton air.
2. Sarana Mesin / Peralatan pendukung meliputi :
- Genset sebanyak 2 unit 75 KVA dan 200 KVA tahun 1995/2001.
- Mesin Blower sebanyak 9 unit tahun 1995/1996.
- Pompa air ukuran 6” dan 4” masing-masing sebanyak 6 unit
tahun 1995/1996.
- Pompa air celup ukuran 2” sebanyak 2 unit tahun 1996.
- Pompa pembuangan 4” sebanyak 2 unit tahun 1996.
- Pompa 1,5” sebanyak 4 unit tahun 1996.
- Peralatan laboratorium 1 set tahun 1996.
- AC sebanyak 8 unit tahun 1995/2001 & refrigerator 1 unit.
- Freezer sebanyak 1 unit tahun 1997.
- Mesin ozone 2 unit tahun 1997.
- Tangki air 500 & 2002 liter 42 unit tahun 1997.
- Ultraviolet 2 unit, Pressure filter 8 unit serta pompa isap laut 1
unit tahun 1998.
- Seperangkat panel listrik 1 unit tahun 1997.
3. Sarana Kendaraan usaha meliputi :
- Panther Grand Royal tahun 1998.
- Panther Hi Sporty tahun 1998.
- Isuzu truk tahun 1995.
- Motor Suzuki dan Honda tahun 2001.
4. Sarana Peralatan Kantor meliputi :
- Komputer sebanyak 2 unit tahun 1997 dan 2001.
- Printer komputer sebanyak 1 unit tahun 2001.
- Filling cabinat, lemari besi, brancash.
- Handy Talky sebanyak 3 unit tahun 2001.
5. Sarana Peralatan Mess meliputi :
- Televisi (rumah & panggung) sebanyak 1 unit
- Parabola dan amplifier 1 unit
Sarana dan prasarana PT. Esaputlii Prakarsa Utama dinilai masih
layak dan baik sehingga secara kualitatif faktor sarana dan
prasarana cukup mendukung dalam operasional usaha. Umur
mesin dan peralatan usaha / kantor masih memenuhi persyaratan
serta masih layak operasional.
c. Aspek Tehnis dan Produksi Algae Udang
Aspek tehnis dan Produksi Algae yaitu berupa pengadaan algae
udang (makanan benur/post lava/naupli) serta proses produksi Post
Larva Udang (Benur) yang terdiri atas 2 (dua) proses pemeliharaan
yaitu :
1. Kultur laboratorium
a) Kultur pada Bacto yang dipetridish selama 1 bulan.
b) Dipindahkan ke test tube ke tabung Erlenmeyer.
c) Telur dipindahkan dari test tube ke tabung Erlenmeyer ukuran
250 ml selama jangka waktu 5 hari.
d) Selanjutnya dipindahkan ke Erlenmeyer 500 ml dalam jangka
waktu 3 s/d 5 hari kemudian dipindahkan ke botol ukuran 1 liter.
e) Dipindahkan ke botol ukuran 10 liter selama jangka waktu 3 – 5
hari.
2. Kultur massal
a) Dari botol ukuran 10 liter dipindahkan ke bak intermediate
ukuran 250 liter selama 3 – 5 hari.
b) Dari intermediate 250 liter dipindahkan ke bak massal ukuran
15 – 20 ton untuk jangka waktu 3 – 5 hari.
c) Kemudian diberikan kepada bag. Larva udang. Algae yang
berumur 3-4 hari diberikan kepada larva stadia naoplius sampai
ukuran post larva.
d. Aspek Tehnis dan Produksi Benur (Bibit Udang)
Aktivitas pada aspek tehnis dan produksi benur meliputi atas beberapa
bagian yaitu :
1. Penyediaan Air
a. Pompa air ukuran 6” yang menghisap dari laut sejauh 200
meter.
b. Dari pompa diteruskan ke Pressure Filter kemudian dimasukkan
kedalam Filter Gravitasi.
c. Untuk mensterilkan air laut dilakukan ozonisasi langsung masuk
ke Bak Reservoir (bak penampungan).
d. Selanjutnya didistribusikan melalui Tower Distribusi yang
melalui pipa masuk ke bak melalui Filter Bag/Filter Kapas.
2. Pemasukan Induk Udang
a. Induk udang windu di order dari pemasok melalui Bandar
Udara, kemudian dilakukan adaptasi suhu dan salinitas dalam
kantong selama ? 2 jam.
b. Selanjutnya dimasukkan kedalam bak pemeliharaan induk
selama jangka waktu 1 hari.
c. Di dalam bak pemeliharaan dilakukan Ablasi = memotong
tangkai mata udang disertai dengan peningkatan pakan dari
10% menjadi 30%.
d. 4 (empat) hari kemudian dilakukan sampling (memilih induk
yang sudah matang telur).
e. Induk yang telah matang telur dimasukkan dalam bak peneluran
yang akan bertelur pada malam hari.
f. Telur di panen pada keesokan harinya dan ditetaskan pada bak
lain.
g. Telur menetas menjadi naupli setelah 10 – 24 jam selanjutnya
di panen dan disimpan di baskom serta dipelihara di bagian
larva.
3. Seksi Larva
a. Mempersiapkan bak yang diisi dengan air yang telah disterilkan.
b. Nauplius dimasukkan ke dalam bak larva dengan kepadatan
tebar 100 ekor/ liter.
c. Larva berkembang secara metamorfosis yaitu sebagai berikut :
- Nauplius selama 2 hari
- Zoea selama 3 – 4 hari
- Mysis selama 3 – 4 hari
- Post Larva selama 12 hari (PL 12)
d. Selama di bak larva dilakukan kegiatan sebagai berikut :
- Pemberian pakan : Liqualife, Lansy, Artemia, Algae
(makanan alami).
- Pergantian air : mulai stadia mysis
- Pengamatan larva : visual & mikroskopis
- Kebersihan areal, pencatatan data, pengobatan larva.
e. Pada umur PL10 – PL12 (hari pemeliharaan 20 – 22 hari dari
naupli larva udang bisa di panen).
Terhadap analisis aspek tehnis produksi telah memenuhi standar
yang ditetapkan dalam Industri hatchery yang mana PT. Hatchery
mendapat kepercayaan dari PEMDA setempat untuk dijadikan
sebagai Pusat Penelitian Sektor Perikanan se Kawasan Timur
Indonesia.
3. Analisis Aspek Keuangan
a. Likuiditas
Keuangan perusahaan PT. Udang Windu selama 3 (tiga) periode terakhir
dinilai cukup likuid, dimana CR (Current Ratio) masi9h dalam batas
ketentuan bank minimal 1,2 X dengan penjelasan bahwa pada periode
tahun 2002 CR sebesar 2,78 X dan Tahun 2001 sebesar 1,87 X (adanya
penurunan CR pada periode tahun terakhir disebabkan sebagian asset
perusahaan digunakan untuk menambah bangunan dan bak-bak
produksi, hal tersebut terlihat pada peningkatan omzet penjualan.
b. Aktivitas
Pengendapan stok masih dalam batas kewajaran sesuai dengan jenis dan
skala usahanya di bidang produksi benur dengan masa produksi antara
PL12 – PL dengan penjelasan bahwa pengendapan stock untuk periode
tahun 2000 selama 15 hari dan untuk periode tahun 2001 selama 14 hari.
Pencairan piutang lancar semakin cepat yaitu pada periode Tahun 2002
selama 26 hari dan menjadi 14 hari pada periode Tahun 2003. Hal
tersebut menunjukkan bahwa tagihan/piutang dalam bentuk lancar dan
dibayar pada periode berjalan/sesuai schedule. Secara keseluruhan dapat
dijelaskan bahwa aktivitas berjalan dengan baik dan operasional usaha
masih dapat berkembang.
c. Solvabilitas
DER (Debt to Equity Ratio) perusahaan menurun dari 0,15 x pada periode
tahun 2000 menjadi 0,14 x pada periode tahun 2003, hal tersebut
menunjukkan perkembangan yang baik dimana asset lancar perusahaan
masih dapat mengkover hutang lancar.
d. Profitabilitas
Dari hasil analisis keuangan perusahaan terlihat bahwa pertumbuhan
penjualan berbanding lurus dengan profit yang diperoleh perusahaan.
Profit Margin perusahaan mengalami peningkatan secara persentase
dimana pada periode tahun 2002 perusahaan memperoleh profit sebesar
3,30% dan pada periode tahun 2002 sebesar 4,29%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa seiring dengan peningkatan aktivitas perusahaan,
sehingga menunjang peningkatan omzet penjualan yang berakibat
meningkatnya profitabilitas perusahaan.
Untuk perusahaan industri hatchery dengan perputaran yang cepat, dinilai
bahwa prosentase profit margin tersebut cukup baik.
e. Rekonsiliasi Modal
Analisis terhadap rekonsiliasi modal untuk mengetahui adanya
peningkatan atau penurunan modal yang dapat mempengaruhi
operasional perusahaan. Adanya peningkatan modal kerja sebesar
Rp.212,72 juta dari Rp.1,49 milyar pada tahun 2002 menjadi Rp.1,70
milyar pada tahun 2003 merupakan akumulasi laba berjalan dan
perolehan laba tahun 2003.
Adanya akumulasi laba tersebut akan memperkuat struktur permodalan
perusahaan sehingga memudahkan perusahaan dalam menjalankan
usaha.
f. Rekonsiliasi Harta Tetap
Rekonsiliasi terhadap Harta Tetap perusahaan terlihat bahwa untuk
menunjang operasional usaha serta peningkatan omzet penjualan,
perusahaan mengadakan penambahan bangunan dan bak-bak produksi
hatchery. Pada periode tahun 2003 terdapat penambahan aktiva tetap
sebesar Rp.424 juta. Penambahan tersebut tidak mengganggu struktur
permodalannya mengingat sebahagian aktiva tetap tersebut berasal dari
tagihan piutang lancar (Aktiva Lancar).
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan analisis efisiensi kelayakan usaha yang
telah dilakukan terhadap perusahaan PT Esaputlii Prakarsa Utama di
Kabupaten Barru, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Faktor yang menyebabkan turunnya tingkat berlaba (profitabilitas)
perusahaan adalah disebabkan meningkatnya harga pokok
penjualan, meningkatnya beban operasi, yang tidak diimbangi
dengan perubahan kenaikan dalam penjualan.
2. Faktor beban operasi merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya terhadap perubahan tingkat profitabilitas perusahaan.
3. Dalam pengelolaan efisiensi usaha perusahaan terdapat
penyimpangan dalam prinsip-prinsip pembelanjaan perusahaan,
dimana terdapat ketidaksesuaian antara masing-masing sumber dan
penggunaannya.
4. Aspek pasar/pemasaran, aspek teknis/produksi dan aspek keuangan
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi kelayakan
usaha PT Esaputlii Prakarsa Utama di Kabupaten Barru.
78
B. Saran-Saran
Sehubungan dengan hasil analisis dan kesimpulan di depan, maka
disarankan :
1. Perusahaan sebaiknya dalam mengelola aspek keuangannya
utamanya dalam pengelolaan sumber-sumber dan penggunaan
modal, hendaknya dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip-
prinsip pembelanjaan perusahaan yakni dengan berpedoman pada
prinsip likuiditas.
2. Sejalan dengan kesimpulan 1, 2, dan 3 di atas, maka dalam rangka
untuk meningkatkan tingkat efisiensi usaha perusahaan, maka
disarankan agar perusahaan dapat lebih menekan dan
mengendalikan biaya-biaya, serta memperhatikan tingkat perputaran
masing-masing aktiva perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Afiff, Faisal dan Utjup Supandi, 1985. Manajemen Modal kerja, Cetakan Kedua. Remadja Karya CV. Bandung.
Awat, Napa J., 2001, Manajemen Keuangan: Pendekatan Matematis, Edisi
Pertama, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. -------------, dan Muljadi Ps., 1989, Keputusan-keputusan Keuangan
Perusahaan: Teori dan Hasil Pengujian Empiris, Edisi Pertama, Liberty, Yogyakarta.
Finnerty, John D., 1986. Corporate Financial Analysis, First Edition, McGraw-
Hill, Inc. New York. Guthmann, Herry G. and Herbert E. Dougall, 1961. Corporate Financial
Policy, Third Edition, Prentice-Hall Inc., Englewood Cliffs, N.Y Hampton, John J.,1980. Financial Decision Making, Second Edition, Prentice-
Hall of India, New Delhi. Helfert, Erich A., 1997, Teknik Analisis Keuangan: Petunjuk Praktis untuk
Mengelola dan Mengukur Kinerja Perusahaan, Terjemahan: Herman Wibowo, Erlangga, Jakarta.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti, 1998, Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, Edisi Kedua, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. Kotler P. 1980, Marketing Decision Making, : A Model Building Approach, Holt
Rhime Hard Winson. Suwarsono Suratman, 2001, Studi Kelayakan Proyek, Edisi Ketiga, UPP AMP
YPKN Hard Winson. Kennedy, Ralph D. and Stewart Y. McMullen, 1975, Financial Statements,
Form, Analysis, and Interpretation, Sixth Edition, Richard D. Irwin, Inc. Homewood, Illinois.
Kartadinata, Abas, 1987, Analisa Belanja: Dasar-dasar Perhitungan dalam
Keputusan Keuangan, Cetakan Kedua, Bina Aksara, Jakarta.
80
Livingstone, John Leslie, 1994, The Portable MBA Keuangan dan Akunting, Edisi Indonesia, Terjemahan: Dyah R. Permatasari, Binarupa Aksara, Jakarta.
Munawir, S, 2002, Analisis Informasi Keuangan, Edisi 1, Liberty, Yogyakarta. Myer, John N., 1982. Analisa Neraca & Rugi Laba, Edisi Ketiga, Terjemahan
Soemita, Aksara Baru, Jakarta. Riyanto, Bambang, 2002, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi
Keempat, BPFE, Yogyakarta. Ross, Stephen A., R.W. Westerfield, and J.Jaffe, 2001, Corporate Finance,
Fifth Edition, Irwin McGraw-Hill, Printed Singapore. Sugiyono, 2001, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung. Sundjaja, Ridwan S. dan Inge Barlian, 2002, Manajemen Keuangan, Edisi
Ketiga, Prenhallindo, Jakarta. Syafaruddin, Alwi, 1989, Alat-alat Analisis dalam Pembelanjaan, Edisi Revisi,
Andi Offset, Yogyakarta. Syamsuddin, Lukman, 1997, Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Baru,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Umar, Husein, 2004, Studi Kelayakan Bisnis, Edisi 2, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Van Horne, James C., 1988, Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi
Keenam, Terjemahan: Marianus Sinaga, Erlangga, Jakarta. Weston, J. Fred and Eugene F. Brigham, 1997, Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, Edisi Kesembilan, Terjemahan: Alfonsus Sirait, Erlangga, Jakarta.
Widodo Budi, Mengatasi Krisis Moneter Melalui Reformasi Sektor Agribisnis
: Bank & Manajemen, Nomor 46 November/Desember 1998. Wild, John J., L.A.Bernstein and K.R. Subramanyam, 2004, Financial
Statement Analysis, 7 th Ed. , McGraw-Hill-Irwin, N.Y.