bronkiektasis

download bronkiektasis

of 10

description

bronkiektasis

Transcript of bronkiektasis

  • 5/21/2018 bronkiektasis

    1/10

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. S

    Jenis kelamin : laki-laki

    Umur : 69 tahun

    Agama : Islam

    Status : Menikah

    Alamat : Jl. Lontar X RT 010/010 no.37

    II. ANAMNESIS (Auto anamnesis)

    a. Keluhan Utama : batuk darah sejak 1 jam smrs

    b. Keluhan Tambahan : sesak nafas minimal sejak 1 jam smrs, demam

    sejak 3 hari smrs.

    c. Riwayat penyakit sekarang :

    os datang dengan batuk berdarah sejak 1 jam smrs, batuk disertai dengan

    dahak kental berwarna putih kekuningan, nanah disangkal, os batuk 3x pada hari

    pertama, setiap kali batuk jumlah dahaknya sebanyak 2cc. Batuk tt saat berbaring

    menghadap ke kiri. Batuk juga disertai dengan sesak minimal, yg tidak diperberat

    saat tidur maupun aktivitas, os juga merasa berat badannya turun 3kg dalam

    beberapa bulan terakhir, nafsu makan tidak menurun. Demam + sejak 3hr smrs danmembaik setelah minum obat warung, nyeri tenggorokan (-)

    d. Riwayat penyakit dahulu

    1. pasien pernah mengalami gejala yg sama tahun 2009 dan di rawat di RS Atma

    Jaya.

    2. TB paru (+) pada tahun 1994 dan pengobatan tuntas

    3. DM (-)

    4. Asma (-)

    5.

    Hipertensi (-)e. Riwayat penyakit keluarga

    1.

    Tidak ada anggota keluarga lain yg menderita keluhan yg sama

    2.

    DM (-)

    3.

    HT (-)

    4.

    TB (-)

    5. Asma (-)

    f. Riwayat Psikososial

    Os perokok aktif >20 tahun yang lalu, 1 hari os merokok 1 bungkus atau lebih,

    1 minggu sblum keluhan os mengurangi rokok 1 hari 3 batang. Konsumsi alkohol

    disangkal, kopi disangkal.

  • 5/21/2018 bronkiektasis

    2/10

    g. Riwayat Pengobatan

    os sudah menkonsumsi obat penurun panas (bodrex) yg dibeli di warung, dan

    keluhan demam membaik.

    h. Riwayat Alergi

    alergi terhadap makanan, obat maupun cuaca disangkal.III. PEMERIKSAAN FISIK

    Status generalis

    Keadaan umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos mentis

    Status gizi : Gizi kurang

    Tanda vital : TD : 120/80 mmHg

    N : 88 x/menit

    R : 22x/ menit

    S : 37,5C

    Kepala : Normocephal

    Mata : CA -/-, SI -/-

    Telinga : normotia, serumen -/-, secret -/-

    Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-), darah (-)

    Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)

    Thorax

    Jantung

    Inspeksi : Iktus kordis terlihat

    Palpasi : Iktus kordis teraba

    Perkusi : Batas kanan jantung di sela iga V sternalis dekstraBatas kiri jantung di sela iga VI midclavicula sinistra

    Batas atas jantung di sela iga III parasternalis sinistra

    Auskultasi : BJ I & BJ II, murmur (-), gallop (-)

    Paru-paru

    Inspeksi : Terdapat retraksi intercostae minimal

    Palpasi : vocal fremitus lemah

    Perkusi : sonor pada kedua lapang paru

    Auskultasi : Vesicular , wheezing -/- , Rhonki +/+

    AbdomenInspeksi : Datar

    Auskultasi : Bising usus (+) normal 8x/menit

    Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba.

    Perkusi : timpani diseluruh kuadran abdomen, shifting dullness (-)

    Ekstremitas

    Superior : Edema (-/-), akral hangat (+/+), jari tabuh -/-

    Inferior : Edema (-/-), akral hangat (+/+), jari tabuh -/-

  • 5/21/2018 bronkiektasis

    3/10

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    BTA SPS : negative

    Jamur : negative

    Foto thorax :

  • 5/21/2018 bronkiektasis

    4/10

    Resume :

    Laki-laki 69 th datang dengan keluhan hemoptisis sejak 1 jam smrs disertai dengan

    sesak, batuk disertai dahak berwarna putih kekuningan, berbau, demam subfebris

    sejak 3hr smrs, penurunan berat badan +. Pada pemeriksaan fisik ditemukan retraksipada ics +, vocal fremitus melemah dan ronkhi minimal pada kedua lapang paru

    bagian apex. Pada lab ditemukan leukositosis, pada foto thorax terdapat gambaran

    honey comb appeareance.

    Assessment :

    Hemoptisis

    Dari anamnesis : batuk berdarah 2cc setiap batuk, disertai dahak putih kekuningan,

    berbau, os juga merasa sedikit sesak, dan merasa bbnya turun. Os merupakan perokokaktif sejak >20 th yl.

    Pada PF ditemukan :

    gizi kurang, retraksi ics minimal +, vocal fremitus melemah, Ronkhi minimal pada

    kedua paru.

    Laboratorium :

    leukositosis

    Dari anamnesa, PF, dan pemeriksaan penunjang yg telah dilakukan maka di pikirkan

    -> Bronkiektasis

    DD:

    TB Paru

    Infeksi jamur paru

    Demam subfebris

    Dari anamnesis : 3 hari smrs os merasa badannya demam yg tidak terlalu tinggi,

    keringat malam disangkal. Os sudah menkonsumsi obat warung dan keluhan demam

    membaik.

    Pada PF ditemukan : suhu 37,5C

    Dari anamnesis dan PF maka dipikirkan ->Bronkiektasis

    Dd :TB paru

    R/ Th :

    1.

    Oksigen 3lt/menit

    2.

    RL + kalnex 500mg 2 amp/10 jam

    3.

    Vit k 3x1 IV

    4. Vit c 3x1 IV

    5. Ceftazidime 2x1 IV

    6.

    Codein 10 mg 3x1

  • 5/21/2018 bronkiektasis

    5/10

    Follow Up :

    30 April 2014

    S : batuk darah + sesak

    o: TD : 110/80 mmHgHR : 90x/ menit

    RR : 22x/menit

    T : 37,3C

    Ronkhi +/+

    A : bronkiektasis

    P : IVFD RL + kalnex 500mg 2 amp/10 jam

    vit k 3x1

    vit c 3x1

    ceftazidin 2x1grcodein 10mg 3x1

    31 April 2014

    S : batuk darah -, sesak -, batuk

    o: TD : 120/80

    HR : 90x/menit

    RR : 22x/menit

    T : 37C

    Ronkhi +/+

    A: bronkiektasis

    P : IVFD RL

    kalnex tab 3x500gr

    vit k 3 x 1

    vit c 3 x1

    ceftazidin 2 x 1 gr.

    01 May 2014

    S : batuk berdarah +, sesak

    o: TD : 120/80 mmHgHR : 88x/menit

    RR : 22x/menit

    T : 36,5C

    Ronkhi +/+

    A : bronkiektasis

    P : terapi lanjut

    02 May 2014

    S : batuk darah -, sesako: TD : 120/80 mmHg

  • 5/21/2018 bronkiektasis

    6/10

    HR : 88x/menit

    RR : 22x/menit

    T : 36,5c

    Ronkhi -/-

    A : bronkiektasisP : terapi lanjut

    03 May 2014

    S : batuk berdarah -, sesak

    o: Bp : 120/80 mmHg

    Hr : 90x/ menit

    Rr : 22x/menit

    T : 36,9C

    ronkhi -/-

    A : Bronkiektasis

    P : terapi lanjut

  • 5/21/2018 bronkiektasis

    7/10

    BAB II

    PEMBAHASAN

    I. DEFINISIBronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi (ektasis)

    dan distorsi bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik, persisten, atau

    irreversibel. Bronkus yang terkena umumnya adalah bronkus kecil, sedangkan

    bronkus besar umumnya jarang.

    II. EPIDEMIOLOGI

    Pada penelitian terbaru ditemukan kasus bronkiektasis terjadi pada sekitar 110.000

    penduduk di Amerika Serikat. Kelainan ini umumnya diderita oleh pasien usia lanjut,

    dan kira-kira 2/3 dari mereka adalah wanita.

    III. ETIOLOGI

    Kelainan kongenital

    Dalam hal ini, bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan.

    Kelainan Didapat

    Infeksi. Bronkiektasis sering terjadi sesudah seorang anak menderita

    pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama. Pneumonia ini umumnya

    merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita semasa anak,

    tuberkulosis paru, dan sebagainya.

    Obstruksi bronkus.Obstruksi dapat disebabkan oleh corpus alienum, karsinoma bronkus atau tekanan

    dari luar lainnya terhadap bronkus.

    IV. PATOFISIOLOGI

    Dilatasi bronkial pada bronkiektasis diakibatkan adanya destruksi dan inflamasi pada

    dinding bronkus ukuran sedang, biasanya pada bagian bronkus segmental atau

    subsegmental. Proses inflamasi pada saluran napas, terutama dimediasi oleh neutrofil,

    sehingga menyebabkan meningkatnya kerja enzim elastase dan metalloproteinase

    matriks. Komponen struktur dinding saluran napas normal yang terdiri atas kartilago,otot, dan jaringan elastik, mengalami kerusakan dan digantikan oleh jaringan

    ikat/fibrosa. Pada dinding saluran napas yang berdilatasi berangsung-angsur

    mengandung tumpukan mukus yang tebal, bahan purulent, sedangkan pada saluran

    napas yang lebih perifer mengalami oklusi/hambatan akibat adanya sekresi yang

    berlebihan dan digantikan oleh jaringan ikat. Gambaran tambahan secara mikroskopis

    termasuk inflamasi dan fibrosis pada bronkial dan peribronkial, ulkus pada dinding

    bronkial, metaplasia skuamosa, dan hiperplasia glandula mukus. Parenkim paru yang

    pada keadaan normal mendapat supply dari saluran napas tersebut, menjadi abnormal,

    sehingga mengalami fibrosis, emfisema, bronkopneumonia dan atelektasis. Sebagai

    akibat dari proses inflamasi tersebut, vaskularisasi pada dinding bronkial menjadi

  • 5/21/2018 bronkiektasis

    8/10

    banyak, juga disertai dengan adanya pembesaran arteri bronkial dan anastomosis

    diantara sirkulasi arteri bronkial dan pulmonal.

    Terdapat tiga gambaran yang terjadi pada bronkiektasis. Pada bronkiektasis

    silindris, bronkus yang mengalami gangguan secara seragam mengalami dilatasi dan

    pada akhirnya akan pecah dikarenakan saluran napas yang lebih kecil terobstruksioleh sekret. Pada bronkiektasis varikosa, bronkus yang mengalami gangguan

    memiliki gambaran dilatasi irregular menyerupai vena varikosa. Pada bronkiektasis

    sakular (kistik), bronkus memiliki gambaran seperti balon di bagian perifer.

    V. GEJALA DAN TANDA KLINIS

    Gejala yang timbul tergantung dari luas, berat, lokasi, serta ada atau tidaknya

    komplikasi. Gejala tersering adalah batuk kronis dengan sputum yang banyak (200

    ml). Batuk dan pengeluaran sputum dialami paling sering di pagi hari, setelah tiduran

    atau berbaring pada posisi yang berlawanan dengan sisi yang mengandung kelainan

    bronkiektasis.

    Tiap pasien bronkiektasis tidak selalu disertai infeksi sekunder pada lesi

    bronkiektasis. Apabila sputum bersifat mukoid dan berwarna putih jernih,

    menandakan belum adanya infeksi sekunder. Sebaliknya apabila sputum pasien yang

    semula berwarna putih jernih kemudian berubah warna menjadi kuning atau

    kehijauan atau berbau busuk, berarti telah terjadi infeksi sekunder.

    Hemoptisis terjadi kira-kira pada 50% kasus bronkiektasis. Kelainan ini terjadi

    akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah (pecah) dan

    timbul perdarahan. Pada dry bronkiektasis, hemoptisis justru merupakan gejala satu-

    satunya karena bronkiektasis jenis ini letaknya di lobus atas paru, drainase baik,sputum tidak pernah menumpuk dan kurang menimbulkan refleks batuk.

    Sesak napas/dispnea ditemukan pada sebagian besar pasien (50% kasus).

    Timbul dan beratnya sesak napas tergantung pada seberapa luasnya bronkitis kronik

    yang terjadi serta seberapa jauh timbulnya kolaps paru dan destruksi jaringan paru

    yang terjadi. Kadang-kadang ditemukan pula suara mengi (wheezing), akibat adanya

    obstruksi bronkus. Wheezing dapat bersifat lokal.

    Tanda klinis

    Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan sianosis, jari tabuh, yang merupakankomplikasi bronkiektasis. Pada kasus yang berat dan lanjut dapat ditemukan tanda kor

    pulmonalkronik maupun payah jantung kanan. Karena kelainan yang timbulkan

    tergantung lokasi, maka pada pemeriksaan fisik paru, kelainannya harus ditemukan

    dilokasi predisposisi. Pada bronkiektasis biasanya ditemukan ronki basah yang jelas

    pada lobus bawah paru yang terkena.

    VI. KLASIFIKASI BRONKIEKTASIS

    Berdasarkan progresifitas penyakit, Brewis membagi bronkiektasis dibagi menjadi 3:

  • 5/21/2018 bronkiektasis

    9/10

    1. Tipe ringan

    Ciri klinis : batuk dan sputum mukoid dan jernih (bila terjadi infeksi sekunder,

    sputum berwarna kehijauan), produksi sputum terjadi dengan adanya perubahan

    posisi tubuh, hemoptisis jarang terjadi, pasien tampak sehat dan fungsi paru normal.

    2. Tipe sedang

    Ciri klinis : batuk produktif terjadi setiap saat, sputum sering berwarna kehijauan,

    hemoptisis sering ditemukan, pasien umumnya tampak sehat dan fungsi paru normal.

    Jarang ditemukan jari tabuh. Pada pemeriksaan fisik, sering ditemukan ronki basah

    kasar pada daerah paru yang terkena, gambaran foto dada, masih terbilang normal.

    3. Tipe berat

    Ciri klinis : batuk produktif dnegan sputum banyak berwarna kotor dan berbau. Sering

    ditemukan pneumonia dengan hemoptisis dan nyeri pelura. Sering ditemukan jari

    tabuh. Bila ada obstruksi napas, dapat ditemukan adanya dispnea, sianosis. Umumnya

    keadaan pasien kurang baik. Pada pemeriksaan fisik paru, ditemukan ronki basah

    kasar pada daerah paru yang terkena. Pada gambaran foto dada ditemukan kelainan 1)

    penambahan bronchovascular marking dan 2) multiple cysts containing fluid levels

    (honey comb appearance).

    Berdasarkan kelainan anatomi:

    1) Tubular atau cylindrical bronkiektasis. Merupakan bentuk bronkiektasis yang

    paling ringan, sering ditemukan pada bronkiektasis yang disertai dengan bronkitiskronis.

    2) Saccular/ cystic bronkiektasis. Merupakan bentuk bronkiektasis yang klasik,

    ditandai dengan dilatasi dan penyempitan bronkus yang bersifat irregular.

    3)Varicose bronkiektasis.

    VII. DIAGNOSIS

    1.

    Anamnesis : batuk kronis yang produktif (sputum mukoid/ purulent),hemoptisis (+/-), dyspnea

    2.

    Pemeriksaan fisik : auskultasi (ronki basah kasar pada bagian yang mengalami

    gangguan), jari tabuh, sianosis.

    3.

    Pemeriksaan penunjang : foto thorax (multiple cyst containing fluid levels

    (honey comb appearance), bronkografi, spirometri, pemeriksan sputum

    (sputum berlapis tiga)

    VIII. KOMPLIKASI

    Pneumonia dengan atau tanpa atelektasis

    Cor pulmonal kronik

  • 5/21/2018 bronkiektasis

    10/10

    X. TATA LAKSANA

    Terapi bertujuan untuk:

    1. Meningkatkan pengeluaran sekret trakeobronkial, dengan cara:

    - Melakukan drainase postural

    - Mencairkan sputum yang kental

    - Mengatur posisi tempat tidur pasien

    2. Mengontrol infeksi

    Pemberian antibiotik berdasarkan pemeriksaan bakteri dari sputum dan

    resistensinya. Sementara menunggu hasil biakan kuman, dapat diberikan antibiotik

    spektrum luas sperti amoksisilin, trimetoprim-sulfametoksazol, atau levofloxasin.

    Antibiotik diberikan hingga produksi sputum minimal dan tidak purulen.

    3. Mengembalikan aliran udara pada saluran napas yang mengalami obstruksi

    Bronkodilator selain untuk menangani bronkospasm, juga untuk memperbaiki

    drainase sekret. Bronkoskopi terkadang diperlukan untuk pengangkatan benda asing

    atau sumbatan mukus.

    XI. PENCEGAHAN

    Bronkiektasis dengan kelainan didapat, kejadiannya dapat dicegah, sedangkan

    yang mengalami kelainan kongenital, tidak bisa. Beberapa tindakan pencegahan yaitu:

    - Pengobatan antibiotik pada saat timbul pneumonia pada anak, akan mengurangi

    untuk timbulnya bronkiektasis- Tindakan vaksinasi terhadap pertusis, influenza, pneumonia pada anak

    X. PROGNOSIS

    Prognosis tergantung pada berat ringannya serta luasnya penyakit sewaktu

    pasien berobat pertama kali. Pada kasus yang berat dan tidak diobati, prognosisnya

    jelek. Kematian dapat terjadi akibat komplikasi pneumonia, gagal jantung kanan.