BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

14
31 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021 BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PENDIDIKAN Niluh Wiwik Eka Putri 1 STAHN Mpu Kuturan Singaraja Abstract One of the Balih-balihan arts is bondres. Bondres is often performed in ritual activities in Bali. Bondres is used as a communication medium that can educate the public with unique packaging such as displaying funny characters, as well as fresh humor. The implementation of ceremonial traditions and arts for Balinese Hindus is inherent. Bondres Dangdang Ketekung still exists in the midst of the development of communication technology, it can be proven by the fact that they often fill events in various activities in Buleleng Regency. With still active Dangdang Ketekung, it indicates if the community is entertained by his jokes. In addition, Dangdang Ketekung also uses social media such as Facebook, Instagram and YouTube to be better known by the wider community, especially the younger generation. The communication of education implemented in the Dangdang Ketekung bondres mask performance is expected to be able to make an important contribution in understanding and practicing the interactions and actions of all individuals involved. In their performances, they understand communication models such as dialogic, persuasive and educative. So that the teachings of education can be conveyed to the public. One of them is about the teachings of Tri Kaya Parisudha, Tri Kita Karana, and topics that are currently trand. Keywords Bondres Dangdang Ketekung, Communication Media, Education PENDAHULUAN Pada era digital membuat semua orang bisa dengan mudah mengakses informasi yang tak hanya cepat, tetapi juga besar. Hal ini juga mengubah cara kita mengonsumsi hingga membagikan informasi itu. Saat ini, sebagian besar warga ingin 1 [email protected] berbagi apa pun kepada siapa pun, baik momen bahagia atau sedih. Mulai dari menunjukkan hasil masakan, foto-foto diving, cincin pertunangan, hingga mata sembabnya karena tersenggol kegagalan. Semua di-share meretas batas waktu dan jarak. Menariknya, dari kebiasaan berbagi ini menghasilkan JURNAL ILMIAH ILMU AGAMA DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Transcript of BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

Page 1: BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

31 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021

BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PENDIDIKAN Niluh Wiwik Eka Putri 1 STAHN Mpu Kuturan Singaraja

Abstract

One of the Balih-balihan arts is bondres. Bondres is often performed in ritual activities in Bali. Bondres is used as a communication medium that can educate the public with unique packaging such as displaying funny characters, as well as fresh humor. The implementation of ceremonial traditions and arts for Balinese Hindus is inherent. Bondres Dangdang Ketekung still exists in the midst of the development of communication technology, it can be proven by the fact that they often fill events in various activities in Buleleng Regency. With still active Dangdang Ketekung, it indicates if the community is entertained by his jokes. In addition, Dangdang Ketekung also uses social media such as Facebook, Instagram and YouTube to be better known by the wider community, especially the younger generation. The communication of education implemented in the Dangdang Ketekung bondres mask performance is expected to be able to make an important contribution in understanding and practicing the interactions and actions of all individuals involved. In their performances, they understand communication models such as dialogic, persuasive and educative. So that the teachings of education can be conveyed to the public. One of them is about the teachings of Tri Kaya Parisudha, Tri Kita Karana, and topics that are currently trand.

Keywords Bondres Dangdang Ketekung, Communication Media, Education

PENDAHULUAN

Pada era digital membuat semua

orang bisa dengan mudah mengakses

informasi yang tak hanya cepat, tetapi juga

besar. Hal ini juga mengubah cara kita

mengonsumsi hingga membagikan informasi

itu. Saat ini, sebagian besar warga ingin

1 [email protected]

berbagi apa pun kepada siapa pun, baik

momen bahagia atau sedih. Mulai dari

menunjukkan hasil masakan, foto-foto diving,

cincin pertunangan, hingga mata sembabnya

karena tersenggol kegagalan. Semua di-share

meretas batas waktu dan jarak. Menariknya,

dari kebiasaan berbagi ini menghasilkan

JURNAL ILMIAH ILMU AGAMA DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Page 2: BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

32 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021

suatu kolaborasi antar manusia untuk

membawa peradaban ke tingkat lebih tinggi

(Nurudin, 2017:1).

Media baru dengan kemampuan

konvergensi yang tinggi telah melahirkan

dilema legislasi yang spesifik. Perkembangan

teknologi inilah yang kemudian 'memaksa'

para pengambil kebijakan di berbagai

belahan dunia untuk mengambil sikap

mengenai hal ini. Karakter media baru harus

dihadapi dengan kebijakan yang

komprehensif. Hanya dengan itulah situasi

“critical iunture' dapat dihindarkan. Sebuah

titik kritis dimana keputusan penting harus

segera diambil agar masyarakat tidak

dikorbankan (Wahyuni, 2020).

Teknologi yang berkembang dari

masa ke masa juga menunjukkan

perkembangan peradaban umat manusia di

setiap zamannya. Teknologi dibuat untuk

mempermudah aktivitas manusia. Teknologi

telah memaksa manusia untuk menemukan

banyak hal. Misalnya, penemuan satelit telah

memunculkan teknologi yang

memanfaatkannya seperti telepon, internet,

dan kemudahan dalam mendapatkan

informasi melalui media massa.

Seiring dengan perkembangan

teknologi komunikasi, masyarakat Bali masih

tetap melaksanakan tradisi upacara dan

kesenian umat Hindu di Bali. Dalam

pelaksanaan upacara ritual umat Hindu selalu

memerlukan seni pertunjukkan. Seni

pertunjukan Bali dibagi secara umum ke

dalam tiga kategori, yakni tari wali, tari

bebali, dan tari balih-balihan. Jenis tari wali

adalah yang difungsikan untuk kepentingan

upacara, sedang jenis tari yang difungsikan

untuk menyertai sebuah upacara adat

disebut sebagai tari bebali. Seni pertunjukan

yang lepas dari kaitan upacara dan

mengutamakan fungsi hiburannya

dikategorikan sebagai seni balih-balihan.

Tidak tertutup kemungkinan bahwa seni

pertunjukan dipentaskan sebagai jenis bebali

juga digarap untuk tujuan kesenian hiburan

atau balih-balihan.

Salah satu seni Balih-balihan adalah

bondres. Bondres sering dipentaskan dalam

kegiatan ritual Di Bali. Bondres dijadikan

sebagai media komunikasi yang bisa

mengedukasi masyarakat dengan kemasan

yang unik seperti menampilkan tokoh-tokoh

yang lucu, serta humor-humor yang segar.

Pelaksanaan tradisi upacara dan kesenian

bagi umat Hindu Bali adalah sesuatu yang

inheren.

Bondres merupakan seni

pertunjukkan topeng yang sering

menampilkan tokoh-tokoh yang lucu, dengan

humor-humor yang segar. Bondres

mempunyai keleluasaan untuk menampilkan

gerak dan narasi dialog karena bondres tidak

mempunyai pakem khusus sehingga seniman

topeng bisa mengeksplor ekspresi topeng

bondres itu sendiri (Dibia, 1998:11).

Tarian ini adalah selingan dari

pertunjukan seni topeng Bali yang terkenal

pada masa kerajaan Gelgel pemerintahan

Raja Waturenggong. Kemudian berkembang

dan terbentuk menjadi seni baru. Dari

selingan pertunjukkan seni topeng kemudian

muncul seni lawak khas Bali atau yang lebih

dikenal dengan Bebondresan. Bondres

mengalami perkembangan menjadi

pertunjukan tersendiri yang lebih

mengutamakan lawakan atau banyolan khas

bondres dari pada alur cerita itu sendiri.

(Asmarandani Diah 2011:36).

Keberadaan seni pertunjukkan

Bondres mulai dikenal di Bali pada tahun

1990. Ketika itu, pertunjukan topeng acap kali

menampilkan tokoh serta humor yang lucu

nan segar. Adapun tokoh topeng terdiri dari

Page 3: BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

33 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021

Topeng pengelembar (tokoh tua dan tokoh

keras). Penasar kelihan yang tua, penasar

cenikan yang lebih muda. Ratu (dalem dan

patih). Bondres (tokoh rakyat). Lakon cerita

biasanya bersumber dari cerita sejarah atau

yang biasanya disebut babad. Lakon

merupakan seseorang yang memainkan

peran sebagai comedian atau pelawak diatas

panggung dalam seni pertunjukkan Bondres.

Pertunjukkan Bondres pertama kali

dipentaskan oleh I Ketut Kodi, I Nyoman

Catra, dan I Gusti Lanang Ardika. Ketiga

seniman ini adalah dosen ISI (Institut Seni

Indonesia) Denpasar. Mereka kerap tampil

melakukan pertunjukkan dalam berbagai

acara, baik untuk kepentingan upacara

keagamaan, maupun pementasan untuk misi-

misi kesenian ke berbagai negara Asia, Eropa

maupun Amerika. Pementasan Bondres ini

diiringi gamelan geguntangan yang

dibawakan oleh sanggar Seni Makaradhwaja

di bawah pimpinan Dr. Swasthi Widjaja

Bandem (Dibia, 1998:11-12).

Kodi dalam Tesisnya yang berjudul

“Topeng Bondres dalam Perubahan

masyarakat Bali”, (2006:33) mengatakan

bondres memiliki konotasi dengan kata gores,

mores, dan koras-kores, yakni serumpun

istilah yang berpotensi kotor, campuran,

sembrono, dan acak-acakan. Selanjutnya

dikatakan bondres sama dengan bodo dan

lucu, karena melalui bondres seniman dan

penonton bersukaria dengan berbagai

macam kebodohan, skandal, kelucuan, serta

hal-hal negatif lainnya.

Pandangan Kodi, didukung Suanda

(2014) dalam Tesisnya berjudul

”Babondresan arja Acah Canging”, dengan

hasil penelitiannya adalah babondresan arja

Acah Canging adalah bentuk babondresan

paarjaan yaitu sajian humor yang dilakukan

oleh hampir setiap pemainnya, dengan

menggunakan elemen bahasa (dialog,

monolog), tata busana, alur cerita, riasan

(tata rias), gerak tari, musik pengiring,

property.

Bondres dan babondresan (bentuk

jamak dari bondres, Kodi 2006:33) adalah

sajian seni pertunjukan yang lebih

mengutamakan lucu/humor dalam

penampilannya. Hal inilah yang

menyebabkan bondres lebih cepat populer

dibandingkan dengan seni pertunjukan

lainnya. Selain lelucon yang dibawakan,

peran teknologi informasi dan komonikasi

sangat mendukung kesuksesan pada setiap

pertunjukan bondres.

Komunikasi dalam pendidikan

merupakan unsur yang sangat penting

kedudukannya. Bahkan ia sangat besar

peranannya dalam menentukan keberhasilan

pendidikan yang bersangkutan. Orang sering

berkata bahwa tinggi-rendahnya suatu

capaian mutu Pendidikan dipengaruhi pula

oleh faktor komunikasi ini, khususnya

komunikasi Pendidikan (Yusup, 1990:13).

Komunikasi pendidikan dapat

diartikan sebagai komunikasi yang terjadi

dalam suasana pendidikan. Dengan demikian,

komunikasi pendidikan adalah proses

perjalanan pesan atau informasi yang

merambah bidang atau peristiwa-peristiwa

pendidikan. Disini komunikasi tidak lagi bebas

atau netral, tetapi dikendalikan dan

dikondisikan untuk tujuan-tujuan Pendidikan.

Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah

proses komunikasi, penyampaian pesan dari

pengantar ke penerima. Pesan yang

disampaikan berupa isi atau ajaran yang

dituangkan ke dalam simbol-simbol

komunikasi, baik verbal (kata-kata dan

tulisan) maupun non-verbal. Proses ini

dinamakan encoding. Penafsiran simbol-

simbol komunikasi tersebut oleh siswa

Page 4: BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

34 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021

dinamakan decoding (Ngainun Naim, 2011:

17).

Bondres erat kaitannya dengan

komunikasi pendidikan, mengingat pesan

yang disampaikan mengandung nilai-nilai

pendidikan. Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang

menyangkut baik dan buruk, sedangkan

norma adalah sesuatu yang menyangkut

benar dan salah. Theodore (dalam Sabarani,

2012:179) menyatakan bahwa nilai

merupakan suatu yang abstrak, dijadikan

pedoman serta prinsip-prinsip umum dalam

bertindak dan bertingkah laku. Keterikatan

orang atau kelompok terhadap nilai dan

norma relatif sangat kuat dan bahkan bersifat

emosional. Oleh karena itu, nilai dan norma

dapat dilihat sebagai pedoman untuk

menuntun kecerdasan emosional, bertindak,

dan sekaligus sebagai tujuan kehidupan

manusia.

Nilai dihubungkan dengan budaya,

mengutip pendapat Koentjaraningrat

(1990:85) nilai budaya terdiri atas konsepsi-

konsepsi yang hidup dalam alam pikiran

sebagian besar warga masyarakat mengenai

hal-hal yang mereka anggap mulia. Sejalan

dengan pandangan Koentjaraningrat, Robert

Sibarani (2012:178—179) menyatakan nilai

dan norma budaya merupakan konsepsi yang

ada dalam alam pikiran sebagian besar

komunitas tentang kebudayaan yang mereka

anggap baik dan buruk. Nilai dan norma

budaya bukan konsepsi pribadi, melainkan

konsepsi warga komunitas; ada sistem

bersama (shared system) komunitas untuk

menentukan nilai dan norma pada suatu

tradisi. Karakter adalah kualitas mental atau

moral, kekuatan moral, nama atau reputasi.

Karakter sebagai “ciri khas” yang memiliki

oleh suatu benda atau individu. Ciri khas

tersebut adalah asli dan mengakar pada

kepribadian individu dan merupakan mesin

pendorong bagaimana seseorang bertindak,

bersikap, berujar, dan merespons sesuatu

(Majid, 2010:11; Juanda, 2011:3).

Dalam lakon bondres masing-masing

tokoh memiliki karakter tersendiri yang

mencerminkan identitasnya. Seperti Gede

Lusuh memiliki karakter bijak, jujur, sopan

dan dewasa. Sementara Komang Repot

berkarakter cuek, dan kurang sopan. Wayan

Sogol mempunyai karakter lambat, gugup,

dan selalu di tindas. Krisna berkarakter keras,

dan egois. Lawakan-lawakan yang dibawakan

berbau hal-hal yang positif, seperti halnya

pemberian nasihat atau wejangan-wejangan

yang bermanfaat bagi masyarakat lewat

sebuah pertunjukan bebondresan. Selain itu,

kelompok ini juga ikut berperan aktif dalam

melestarikan seni pertunjukkan bondres.

Dangdang Ketekung berperan

mensosialisasikan pentingnya dunia

pendidikan dalam membentuk karakter

generasi muda lewat lawakan-lawakan yang

mereka bawa pada saat pentas.

METODE

Metode yang digunakan adalah

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

Fenomenologi bukanlah suatu aliran atau

doktrin, namun lebih tepat disebut sebagai

metode yang berangkat dari suatu gerakan

mencakup berbagai doktrin yang memiliki inti

umum sebagai pemersatu berbagai sistem

dan pembenar atas fenomenologi.

Secara umum, penelitian ini

menggunakan tiga pendekatan secara

metodologis dalam fenomenologi Husserl.

Pertama, reduksi eidetis, yaitu suatu tindak

reduksional yang bertujuan mengungkap

struktur dasar esensial (eidos) atau hakikat

dari suatu fenomena asli. Kedua, reduksi

fenomenologis, yaitu kelanjutan reduksi

Page 5: BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

35 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021

pertama yang ditujukan pada kesadaran

subjek sebagai lapangan penghayatan (lived

experience), yang meliputi esensi tradisi,

kepercayaan, asumsi, aksioma, atau hukum,

norma-norma dan lain-lain. Ketiga, reduksi

transendental, yaitu upaya pemberian makna

atas subjek transcendental sebagai sumber

makna atas kesadaran kita sendiri (Calhoun,

dkk., 2007: 32-42).

Melalui fenomenologi Husserl,

penelitian ini dipandu dengan fenomenologi

Alfred Schultz. Husserl sebagai pendahulu

Schultz memberikan pikiran filosofis,

selanjutnya oleh Schultz diberikan arah

metode untuk mendapatkan genuinity

(keaslian) nilai dan makna atas fenomenologi

yang terjadi pada masyarakat.

Dalam peristiwa seni pertunjukan

(teater), fenomenologi Schultz mengajak

untuk menemukan kembali local wisdom

(kearifan lokal) pada suatu masyarakat yang

menjadi subjek atas aktivitas-aktivitas

kesadarannya, baik sosial, seni, dan budaya

(Jaeni, 2015:74-75). Berangkat dari metode

penelitian fenomenologi yang telah

disebutkan, penulis melakukan reduksi

eidistis dan reduksi fenomenologis terhadap

objek penelitian tentang bondres sebagai

media komunikasi pendidikan.

Penelitian ini dilakukan dengan

memaksimalkan observasi pada tarian

bondres untuk mengungkap kesadaran

subjek tentang pengalaman hidup sebagai

penari bondres dalam ruang pendidikan.

Bentuk pengumpulan data melalui observasi

dan wawancara tersebut menjadi bagian dari

cara penulis untuk memahami tindakan,

ucapan, dan interaksi dalam tari bondres

sebagai media komunikasi pendidikan.

Melalui metode tersebut, penulis

memperoleh pengetahuan mengenai

terbentuknya dunia keseharian para seniman

bondres lewat kesadaran intersubjektif.

Kesadaran demikian, merupakan konteks

realitas yang dianggap sebagai intersubjektif,

berbagi, dan bernegosiasi dalam interaksi

sosial sebagai proses komunikasi dengan

aktor komunikasi lainnya (dalam bondres)

melalui penyesuaian diri dengan tindakan

orang lain.

Penelitian dilakukan di Singaraja,

Buleleng yang memiliki pembelajaran seni

pertunjukan bondres. Informan penelitian ini

adalah seniman bondres yang secara

purposive sampling dipilih oleh penulis.

Sementara analisis data dilakukan melalui

reduksi eidetis dan fenomenologis. Analisis

melalui reduksi eidistis, yaitu peneliti

mereduksi setiap kegiatan pembelajaran

bondres para seniman guna mengungkap

hakikat dari pembelajaran bondres tersebut

sebagai fenomena asli.

Sementara analisis reduksi

fenomenologis dilakukan penulis dengan

mencocokkan data observasi dan wawancara

untuk mendapatkan kesadaran terhadap seni

bondres sebagai lapangan penghayatan bagi

para pelakunya. Seluruh kegiatan yang

dilakukan penulis dituangkan dalam

simpulan-simpulan sebagai rangkaian data

yang orisinal dan dituliskan sebagai hasil

kajian fenomenologi. Selanjutnya peneliti

harus mengakhiri proses penelitian tersebut

dengan menyimpulkan hasil melalui

beberapa kategori bondres sebagai media

komunikasi pendidikan.

PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan mengenai

bondres sebagai media komunikasi

pendidikan akan diuraikan sebagai tujuan

dari tulisan ini. Pertama, penelitian

menunjukkan bagaimana keterkaitan

bondres dengan dunia pendidikan dan

Page 6: BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

36 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021

mengungkapkan tentang proses komunikasi

seni bondres sebagai media komunikasi

pendidikan.

Bondres dan Pendidikan

Pertunjukan Topeng Bondres sebagai

media komunikasi pendidikan kini semakin

berkembang. Adegannya yang lucu ditambah

dengan pesan mendidik membuat Topeng

Bondres menjadi media yang mampu

membuat masyarakat terdedukasi sekaligus

terhibur.

Pagelaran topeng Bondres biasanya

diawali dengan humor, lalu dilanjutkan

dengan materi yang berisi nilai pendidikan,

ajakan yang berisikan penekanan mengenai

hal-hal apa saja yang boleh dilaksanakan atau

yang tidak boleh dilaksanakan melalui dialog

kepada penonton.

Setiap seniman memiliki gaya

masing-masing ketika menyampaikan pesan-

pesan kepada penonton. Pesan pendidikan

yang disampaikan bisa bersifat religius, sosial,

pendidikan dan sebagainya.

Ari Udayana, seorang penari Bondres

Dangdang Ketekung dari Desa Kalibukbuk

Lovina sangat aktif dalam pentas tari

bondres. Arik sudah pentas keliling bersama

timnya, baik di Buleleng ataupun di luar

Buleleng. Dalam setiap pentasnya, ia selalu

menyelipkan nilai-nilai pendidikan agama

Hindu dalam balutan humor khas Buleleng.

Biasanya ada beberapa ajakan yang

saya sampaikan kepada penonton. Seperti

ajakan untuk menggunakan kata-kata yang

positif agar tidak membuat orang lain

tersinggung dan tersakiti. Seperti jangan

memukul, lebih baik merangkul, jangan

menghina lebih baik membina, jangan

menyerang lebih baik menyayangi, jangan

menginjak, lebih baik mengajak, jangan jadi

kelinci lebih baik jadi bikul, artinya jangan

membenci lebih baik merangkul. Tujuan dari

kata-kata positif tersebut agar tercipta hidup

yang harmonis dan damai. Tentu di dalam

ajakan tersebut terdapat unsur-unsur

komunikasi pendidikan yang sesuai dengan

adat dan istiadat Bali.

Masyarakat pengguna seni sering kali

menggunakan pertunjukan Topeng Bondres

sebagai alat propaganda yang berisi suatu

ajakan di dalamnya. Hal tersebut dilakukan

karena kelebihan dari pada Topeng Bondres

adalah memiliki akses komunikasi langsung

dengan berbagai tingkat sosial masyarakat

dengan memanfaatkan kebebasan yang

membuat kesenian ini banyak dilirik serta

dimanfaatkan sebagai media yang handal

oleh pemerintah dan swasta dalam

mewujudkan visi dan misi suatu lembaga.

Pertunjukan Topeng Bondres

sebagaimana halnya seni pertunjukan rakyat

lainnya di Bali, sangat sarat dengan muatan

pesan yang bersifat pendidikan. Pesan-pesan

ini bisa yang berkaitan dengan ajaran Agama

Hindu, etika moral dan bisa pula mengenai

pandangan hidup. Kesenian dalam kehidupan

manusia dapat diperlakukan sesuai dengan

konteksnya, sehingga kesenian akan

mendapatkan makna sesuai dengan konteks

tersebut.

Pagelaran Topeng Bondres

memainkan beberapa peranan sosiokultural

yang cukup signifikan baik dalam tataran

makna, pesan maupun amanat. Makna dan

peranan yang dimainkan Topeng Bondres

dalam kontak perubahan masyarakat Bali

meliputi makna edukatif/pencerahan, yang

disampaikan melalui monolog, dialog, gerak,

nyanyian dan lakon dalam suatu pertunjukan.

Disamping itu juga sebagai wadah

penyaluran aktivitas seni, penyalur kritik-

kritik dan komentar sosial serta sebagai

perekat yang disampaikan dalam bentuk

Page 7: BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

37 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021

ungkapan spontanitas. Dalam pertunjukan

Topeng Bondres nilai-nilai pendidikan

(Agama Hindu) bisa disampaikan lewat lakon

(lelampahan), nyanyian (gending) dan

lawakan (bebanyolan) dengan bentuk

berdialog langsung.

Dramatari tari topeng bondres

sebagai salah satu produk budaya masyarakat

Bali yang memiliki keunikan tersendiri.

Pertunjukan dramatari topeng dalam

pelaksanaan sebuah upacara keagamaan

adalah sebagai bagian dari upacara,

sedangkan pertunjukannya sendiri bisa

digunakan sebagai media komunikasi

pendidikan dan sekaligus merupakan hiburan

bagi partisipan yang datang ke pura.

Dalam perkembangannya, bondres

atau bebondresan mengacu pada kegiatan

lelucon yang bertujuan menghibur

masyarakat Bali. Para pelakon memerankan

bermacam-macam karakter, yang pada

dasarnya dipertunjukkan oleh satu atau lebih

orang dengan mendemonstrasikan

kepiawiannya. Aktor harus dapat menarik

perhatian penontonnya dengan mengganti

setiap karakter yang dibawakan dalam

perselangan waktu yang singkat dan

menghidupkan karakter yang dibawakan.

Hingga saat ini kesenian drama tari

bondres masih terus dilestarikan oleh

masyarakat Bali. Seperti halnya pemerintah

kabupaten Buleleng yang menggelar lomba

bondres pada acara Pekan Apresiasi Seni

(PAS). Tujuan diadakannya lomba ini ialah

untuk memperkenalkan dan melestarikan

kesenian bondres mulai dari tingkat desa

sampai ke masyarakat luas.

“Dalam rangka HUT Kota Singaraja

ke-412 Pemerintah Kabupaten Buleleng

menggelar Lomba Bondres di hari

keempat Pekan Apresiasi Seni (PAS) yang

bertempat di Lapangan Bhuana Patra

pada hari Senin (11/4). Kegiatan yang

memperebutkan total hadiah sepuluh

juta rupiah serta uang pembinaan

sebesar lima juta rupiah kepada setiap

peserta ini diikuti oleh sembilan peserta

yang berasal dari sekeha topeng yang

ada di masing-masing kecamatan di

Kabupaten Buleleng. Adapun sekehe

topeng tersebut adalah sekehe topeng

Dharma Duta (Kecamatan Busungbiu).

Jiwaksara (Kubutambahan), Teja Santhi

(Tejakula), Paguyuban Topeng Dharma

Budaya Desa Pakraman Sangket

(Sukasada), Galih Galuh (Banjar),

Dharma Swara (Buleleng), Sanggar Seni

Wisnu Murti (Sawan), Manik Segara

(Gerokgak), Sanggar Samgraha Budaya

(Seririt). Lomba Bondres tersebut dinilai

oleh tiga orang juri yang berasal dari

unsur Listibya, ketiga juri tersebut

adalah Nyoman Suma Argawa, Gede

Begug Mahardika, dan I Made Ngurah

Sadika. Adapun kriteria penilaian para

juri meliputi ide/gagasan dan isi pesan

yang disampaikan, kemampuan dan

kematangan teknik penyajian, kualitas

vokal, bahasa dan struktur bahasa serta

kualitas humor, alur/plot penyajian,

kreativitas serta keharmonisan

penyajian. setelah dari proses penilaian

tersebut akhirnya juara pertama diraih

oleh sekehe bondres Teja Santhi duta

Kecamatan Tejakula dan untuk juara

kedua serta ketiga diraih oleh sekehe

bondres Dharma Swara dan Wisnu Murti

Duta Kecamatan Buleleng dan Sawan.

(bulelengkab.go.id)

Lomba bondres yang diselenggarakan

oleh Pemerintah Kabupaten Buleleng secara

tidak langsung menarik minat masyarakat

untuk terus melestarikan kesenian bondres.

Dalam pementasan bondres biasanya

Page 8: BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

38 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021

menampilkan “interpreter” dengan figur-

figur rakyat jelata. Pemunculannya

menjanjikan kelucuan-kelucuan. Penekanan

ekspresi tokoh-tokoh ini bertumpu pada

topeng-topengnya yang lucu dan karikatural.

Beberapa topeng bondres ada yang memiliki

bentuk setengah terbuka, diantaranya pada

bagian dagu, pipi, hidung, kening, tergantung

dari karakter yang ingin ditonjolkan.

Secara mendasar topeng adalah

benda yang mewakili bentuk atau rupa wajah

manusia atau mahkluk sebagai ‘potret’

(Mack, 1996:9) definisi ini hamper sama

dengan definisi “mask is personal, and its

function was to define the category of the

person potrayed” (Hamlyn, 1992:151). Seni

topeng juga mengandung makna

transformasi personal dan transformasi sosial

seperti mengubah penampilan, bersembunyi,

bayangan atau cadar yang menutupi

kepribadian manusia yang sesungguhnya

(Teoti Heraty, 1984:10).

Topeng dapat diartikulasikan pada

manusia atau ’aku-wajah’ dan atau kepala

manusia, transformasi tentang kepala atau

wajah sebagai simbol kekuatan paling besar

dari daya hidup manusia, namun dapat juga

sebagai transformasi dari kepala atau wajah

binatang garuda, kuda, singa atau ular/naga

yang dipercaya mempunyai kekuatan magis/

supranatural; dalam budaya-kehidupan

bangsa Yunani ditemukan kata ’persona’ atau

‘prosophon’ yang artinya menutupi wajah

atau menyembunyikan wajah sehingga dapat

diartikan sebagai topeng dan persona yang

mempunyai muatan konsep ‘Human Dignity’

(hakikat manusia) manusia yang mempunyai

martabat, atau manusia yang mempunyai

nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai sosial

(manusia sebagai mahluk sosial) seperti

moral/etika, berpikir, dan akal-budi yang

cenderung sebagai nilai yang abstrak.

Menurut Edy Sedyawati topeng

merupakan ekspresi simbolis untuk

menyalurkan kesan/tanggapan atas alam

beserta sifat-sifatnya, atas konsep budaya

tertentu melalui bentukan visual yang

bergaya grostek (seram, dahsyat,

menakutkan/seram dan menjijikan/lucu).

Dan semua bentuk, ekspresi, dan keberadaan

topeng merupakan cara pengungkapan dan

pemahamnan terhadap kehidupan manusia

dan eksistensi manusia dengan alam (Suseno,

1991: 196).

Uraian tentang topeng Bondres

sebagai bagian dari dramatari topeng

tradisional Bali yang terkait dengan kegiatan

ritual keagamaan, upacara adat Hindu-Bali

adalah juga sebuah kegiatan budaya,

kesenian dan tari, dimana seluruh kegiatan-

kegiatan tersebut berikut tatanan lain juga

saling terkait melekat secara turun temurun

dalam kehidupan masyarakat Hindu-Bali.

Seperti halnya dengan pemikiran

Koentjaraningrat budaya-kesenian-tari yang

ada dalam masyarakat Hindu Bali dapat

dibagi menjadi tiga wujud yaitu mentifak

yang berkaitan dengan pemikiran dan

falsafah dasar kebudayaan, sosiofak

berkaitan dengan perilaku dan merupakan

penerapan nyata dari mentifak dalam

kehidupan sebuah masyarakat/komunitas,

selanjutnya artefak merupakan hasil nyata-

karya-bentuk dari sebuah kebudayaan yang

berbentuk tarian, musik tradisional, lagu dan

karya seni tradisional (cinderamata). Semua

wujud kebudayaan akan saling terkait dalam

kesatuan budaya yang akan terus berjalan

dan hidup dengan cara diwariskan, hidup dari

generasi ke generasi, khususnya dalam

masyarakat Hindu Bali.

Topeng Bondres sebagai salah satu

tokoh dalam dramatari, bukan sekedar benda

yang menggambarkan physiognomi atau

Page 9: BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

39 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021

ekspresi topeng atau wajah manusia yang

ekstrim, topeng Bondres pada mulanya

merupakan salah satu tokoh dalam dramatari

topeng Bali yang selalu hadir dalam kegiatan-

kegiatan upacara adat, ritual keagamaan

dalam kehidupan masyarakat Hindu Bali.

Bondres dalam bahasa Bali dapat

diartikan rakyat atau dapat pula diartikan

sebagai punakawan atau sebagai abdi dalem,

dalam sistem tatanan kemasyarakatan Bali

(topeng) Bondres merupakan personifikasi

dari kasta yang paling bawah yang disebut

dengan Sudra (atau Jaba untuk non Bali),

artinya dalam sebuah dramatari topeng Bali

juga terdapat tokoh lain yang sesuai dengan

tatanan kasta yang ada seperti tokoh topeng

Keras dan topeng Tua, Penasar (Kelihan yang

lebih tua, Cenikan yang lebih muda), Patih

(prime minister) dan Ratu (Dalem atau Raja)

serta Bondres (rakyat).

Dalam membawakan lakon/

babad/cerita babad dalam dramatari topeng

Bali para penari menggunakan topeng

bungkulan (menutup seluruh muka penari)

dan topeng sibakan (topeng separuh) yang

menutup sebagian muka dari dahi hingga

rahang atas termasuk yang hanya menutup

bagian dahi dan hidung; dengan demikian

yang menggunakan topeng bungkulan

(topeng penuh) tidak dapat melakukan dialog

(wicara) dan yang menggunakan topeng

sibakan dapat berdialog dalam bahasa Kawi

dan Bali. Hampir keseluruhan tokoh Bondres

menggunakan topeng yang sibakan atau

topeng separuh sehingga dapat melakukan

dialog (topeng wicara), namun kelebihan dari

Bondres adalah dapat melakukan dialog

diluar pakem/wanda dari pementasan

sebuah dramatari, artinya dapat berdialog

dengan menggunakan bahasa popular seperti

bahasa sehari-hari, bahkan bahasa asing

selain bahasa Bali, kadang dalam bentuk

lawakan/banyolan, sehingga penonton atau

audience dapat mengerti semua dialog atau

maksud/isi dari suatu upacara diadakan.

(tokoh Bondres mempunyai tugas untuk

menterjemahkan bahasa Bali atau Kawi yang

diucapkan Pedande/ pendeta atau kalimat-

kalimat dari Penasar, bahkan

menterjemahkan gesture dari Raja-Ratu /

Dalem).

Dalam suatu dramatari tradisional

Bali tokoh Bondres ada beberapa tokoh dan

masing-masing mempunyai ekspresi

tersendiri, ada tokoh Bondres yang bernama

Pasek Bandesa atau Bondres Tua, Bondres

Perempuan Nyoman Semariani, Nyai Sekar,

Bondres Cungih bondres cacat pada bagian

hidung dan bibir, Bondres Kete yang tidak

memiliki hidung dan bibir, Bondres Pemabok,

Bondres Ngantuk dan lainnya tergantung

koleksi seniman. Secara keseluruhan topeng

Bondres sekalipun pekerjaannya mbanyol

mereka tetap menggunakan pakaian lengkap

dramatari topeng sama dengan tokoh lain

hanya saja ditambah dengan asesori-asesori

tertentu.

Bondres Dangdang Ketekung masih

tetap eksis ditengah perkembangan teknologi

komunikasi saat ini. Dalam beberapa event

Dangdang Ketekung di undang untuk mengisi

acara seperti di SMK 2 Nusa Dua Grokgak, Hut

Kota Singaraja, dan sebagainya. Dilihat dari

cara pembelajaran yang dilakukan pada

kelompok bondres Dangdang Ketekung ini

dapat digolongkan ke sistem pewarisan

cantrik karena pewarisan ilmu yang

diterapkan melalui ajakan. Selain itu

Dangdang Ketekung juga sering ngayah di

pura-pura yang ada di Kabupaten Buleleng.

Pemberian contoh pada proses

belajarnya, serta memiliki kelebihan

tersendiri pada setiap orangnya. Pada

awalnya dikarenakan karena terjalin

Page 10: BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

40 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021

keakraban di antara pemain sehingga timbul

sebuah ide untuk membuat sebuah kelompok

bondres yang saat itu cuma beranggotakan

tiga orang penari yaitu Reka, Luken, dan

Komang Repot yang merupakan pelatih dari

kelompok ini, akhirnya tercetuslah nama

Dangdang Ketekung. Proses atau cara belajar

dari anggota Dangdang Ketekung ini

dilakukan dengan diberikannya contoh lakon

yang dimainkan oleh pengajarnya setelah itu

anggota diberikan kesempatan untuk berlatih

serta menyesuaikan lakon yang diberikan

dengan kepribadian mereka masing-masing

agar memudahkan memerankannya pada

saat pentas.

Dangdang Ketekung ini awalnya

terbentuk melalui komunitas yang bernama

soblek. Kemudian beralih nama menjadi

Dangdang Ketekung, Dangdang berarti

wadah dan ketekung artinya kepompong.

Jadi Dangdang Ketekung berarti wadah atau

tempat yang melalui proses perkembangan

dari kecil hingga menjadi besar. Mereka juga

memanfaatkan media sosial seperti

facebook, Instagram, dan youtube agar lebih

dikenal oleh masyarakat luas khususnya

generasi muda.

Bondres Dangdang Ketekung Sebagai Media

Komunikasi Pendidikan

Komunikasi Pendidikan dapat

diartikan sebagai komunikasi yang terjadi

dalam suasana Pendidikan. Dengan demikian,

komunikasi Pendidikan adalah proses

perjalanan pesan atau informasi yang

merambah bidang atau peristiwa-peristiwa

Pendidikan. Disini komunikasi tidak lagi bebas

atau netral, tetapi dikendalikan dan

dikondisikan untuk tujuan-tujuan Pendidikan.

Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah

proses komunikasi, penyampaian pesan dari

pengantar ke penerima. Pesan yang

disampaikan berupa isi/ajaran yang

dituangkan ke dalam simbol-simbol

komunikasi, baik verbal (kata-kata dan

tulisan) maupun nonverbal. Proses ini

dinamakan encoding. Penafsiran simbol-

simbol komunikasi tersebut oleh siswa

dinamakan decoding.

Dalam dunia Pendidikan, komunikasi

menjadi kunci yang cukup determinan dalam

mencapai tujuan. Seorang guru, betapa pun

pandai dan luas pengetahuannya, kalau tidak

mampu mengomunikasikan pikiran,

pengetahuan, dan wawasannya, tentu tidak

akan mampu memberikan transformasi

pengetahuannya kepada para siswanya.

Gugusan pengetahuannya hanya menjadi

kekayaan diri yang tidak tersalur kepada para

siswanya. Oleh karena itu, kemampuan

komunikasi dalam dunia Pendidikan sangat

penting artinya.

Berkaitan dengan signifikasi

komunikasi Pendidikan, sebagaimana

dituturkan Yusuf, terdapat beberapa hal yang

dianggap penting. Pertama, kegagalan

komunikasi Pendidikan atau instruksional

yang sering terjadi di lapangan, tampaknya

proses Pendidikan dan instruksional yang

dalam pandangan psikologi kognitis disebut

sebagai struktur kognisi seseorang, baik

dalam kedudukannya sebagai komunikator

maupun dalam perannya sebagai komunikan,

tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Kedua, para guru dan praktisi

komunikasi instruksional di lapangan sering

tidak memahami beragam pendekatan dalam

pelaksanaan instruksionalnya. Mereka sering

tidak paham akan dasar-dasar teori belajar

yang sudah teruji secara ilmiah bisa

meningkatkan prestasi belajar sasaran jika

digunakan secara tepat. Ketiga, aspek-aspek

psikologis, seperti kemampuan dan/atau

kapasitas kecerdasan yang dimiliki oleh

Page 11: BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

41 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021

manusia, minat, bakat, motivasi, perhatian,

sensasi, persepsi, ingatan, retensi, faktor

lupa, kemampuan mentransfer, dan verpikir

kognitif, sering tidak mendapat perhatian

dalam kegiatan komunikasi Pendidikan,

terutama oleh komunikator instruksional. Hal

ini bisa menyebabkan berkurangnya optimasi

proses komunikasi yang sedang berlangsung.

Akibatnya, hasil proses komunikasinya pun

menjadi tidak optimal, bahkan tidak sesuai

dengan tujuan-tujuan Pendidikan dan tujuan

instruksional yang telah ditetapkan, alias

gagal.

Keempat, model komunikasi terbuka

tampaknya lebih cocok untuk diterapkan

dalam kegiatan Pendidikan, termasuk di

dalamnya kegiatan instruksional karena

sifatnya yang lebih dapat memberi peluang

untuk saling mengontrol kesalahan-

kesalahan yang mungkin ada, baik bagi

komunikator sendiri maupun bagi komunikan

belajar (sasarna). Sifat model komunikasi

terbuka ini antara lain adalah dialogis,

persuasive, dan edukatif. Kelima, dalam

pandangan psikologis belajar kognitif, proses

komunikasi bisa berjalan dengan lancer dan

mempunyai arti yang luas jika antara

informasi yang satu dan informasi yang lain

terdapat kaitan atau rangkaian yang terikat

dalam struktur kognitif seseorang.

Karenanya, belajar adalah proses perubahan

dalam struktur kognitif orang yang

bersangkutan.

Keenam, komunikator Pendidikan

atau komunikator instruksional jika ingin

menjalankan fungsinya dengan sebaik-

baiknya, diisyaratkan menggunakan logika

berpikir yang sama dengan logika berpikir

yang dimiliki oleh pihak komunikan belajar

(sasaran). Dengan begitu, pelaksanaan

instruksionalnya akan berhasil dengan baik.

Namun, yang sering terjadi di lapangan justru

tidak disadari oleh praktisi komunikasi di

lapangan. Mereka banyak melakukan

kegiatan instruksionalnya dengan spontan

dan kebiasaannya tanpa memerhatikan

faktor dominan pihak sasaran.

Ketujuh, para komunikator praktisi

lapangan sering tidak memanfaatkan

sumber-sumber belajar yang tersedia di

pusat sumber belajar bersama yang dikelola

oleh perpustakaan. Padahal, kita tahu bahwa

hasil belajar sasaran selama ini bukanlah

semata-mata karena hasil sampaian

informasi dari guru atau dosennya, melainkan

banyak menyerap hasil dan bahan belajar

dari sumber-sumber belajar lain, seperti

teman diskusi, orang lain yang sepaham,

media, buku, computer, dan internet, yang

semuanya banyak tersedia di perpustakaan.

Bahkan, dengan adanya fasilitas computer

dan internet untuk tujuan Pendidikan dan

instruksional, para guru, dosen, dan juga

siswa serta mahasiswa bisa lebih langsung

dan nyata dalam memahami situasi dan

kondisi contoh kasus yang disampaikan oleh

media canggih ini.

Kedelapan, pemanfaatan multimedia

instruksional. Para komunikator Pendidikan

dan instruksional belum banyak yang

memanfaatkan multimedia untuk tujuan

instruksional. Kesembilan, pendekatan

information literacy dan media literacy dalam

setiap praktik instruksional. Siapapun yang

bertindak sebagai komunikator instruksional

di zaman sekarang, sangat relevan jika

menggunakan beragam pendekatan yang

melibatkan keterlibatan dan pengetahuan

teknologi informasi dan media.

Topeng bondres Dangdang Ketekung

tidak bisa lepas dari beberapa poin-poin di

atas. Komunikasi pendidikan yang diterapkan

dalam pementasan topeng bondres

diharapkan mampu memberi kontribusi

Page 12: BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

42 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021

penting dalam pemahaman dan praktik

interaksi serta tindakan seluruh individu yang

terlibat. Dalam pementasannya, mereka

paham akan model-model komunikasi seperti

dialogis, persuasif dan edukatif. Sehingga

ajaran-ajaran pendidikan dapat tersampaikan

kepada khalayak. Salah satunya tentang

ajaran Tri Kaya Parisudha, Tri Kita Karana,

dan topik-topik yang tengah trend saat ini.

PENUTUP

Berdasarkan pemaparan terkait

bondres Dangdang Ketekung sebagai media

komunikasi pendidikan maka dapat di

simpulkan bahwa Bondres Dangdang

Ketekung masih eksis saat ini, hal tersebut

dapat dibuktikan dengan seringnya mereka

mengisi acara diberbagai kegiatan yang ada di

Kabupaten Buleleng. Dengan masih aktif

Dangdang Ketekung, menandakan jika

masyarakat terhibur dengan lawakan-

lawakannya. Selain itu, Dangdang Ketekung

juga memanfaatkan media sosial seperti

facebook, Instagram, dan youtube agar lebih

dikenal oleh masyarakat luas khususnya

generasi muda.

Topeng bondres Dangdang Ketekung

tidak bisa lepas dari beberapa poin-poin di

atas. Komunikasi pendidikan yang diterapkan

dalam pementasan topeng bondres

diharapkan mampu memberi kontribusi

penting dalam pemahaman dan praktik

interaksi serta tindakan seluruh individu yang

terlibat. Dalam pementasannya, mereka

paham akan model-model komunikasi seperti

dialogis, persuasif dan edukatif. Sehingga

ajaran-ajaran pendidikan dapat tersampaikan

kepada khalayak. Salah satunya tentang

ajaran Tri Kaya Parisudha, Tri Kita Karana,

dan topik-topik yang tengah trand saat ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dibia, Wayan. (1998) “Topeng Pajegan”

Perfoming Art-Indonesia Hertage.

Jakarta:Archipelago.

Juanda, Asep. 2011. “Nilai-nilai Positif

Peribahasa Sunda dalam Pendidikan

Karakter Bangsa” (dalam Seminar

Nasional Bahasa dan Sastra

Membangun Karakter Bangsa, Nining

Nur Alaini dkk., penyunting). Mataram:

Kantor Bahasa Provinsi NTB.

Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaan,

Mentalitet, dan Pembangunan.

Jakarta: Gramedia.

Majid, Abdul & Dian Andayani. 2010.

Pendidikan Karakter dalam Perspektif

Islam. Bandung: Insan Cita Utama.

Ngainun Naim. 2011. Dasar-Dasar

Komunikasi Pendidikan. Yogyakarta:Ar-

Ruzz Media

Pratyaksa, I.G.T., (2019) Strategi Komunikasi

Persuasif oleh Opinion Leader dalam

Implementasi Penggunaan Aksara

Sastra dan Busana Adat Bali. Calathu:

Jurnal Ilmu Komunikasi 1 (2), 40-48.

https://journal.uc.ac.id/index.php/cal

athu/article/view/1016

Pratyaksa, I.G.T., Putri, NLWE. (2020) Peranan

New Media Dalam Transformasi Fungsi

Komunikator Dan Fungsi Konstruksi

(Dramaturgy Akun Instagram Walikota

Denpasar Rai Mantra Tahun 2019).

Ganaya: Jurnal Ilmu Sosial Dan

Humaniora 2 (2-3), 92-103.

http://jayapanguspress.penerbit.org/i

ndex.php/ganaya/article/view/391/38

0

Pratyaksa, I.G.T. (2020). Peranan Perempuan

Hindu Milenial Sebagai Opinion Leader

Kesetaraan Gender di Era 4.0.

COMMUNICARE 1 (1). 64-73.

https://stahnmpukuturan.ac.id/jurnal/

Page 13: BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

43 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021

index.php/communicare/article/view/

759

Pratyaksa, I.G.T. (2020). Komik Online

Sebagai Media Penyuluhan Agama

Hindu Bagi Generasi Milenial. Maha

Widya Duta 3 (2), 21-29.

https://stahnmpukuturan.ac.id/jurnal/

index.php/duta/article/view/737

Pratyaksa, I.G.T. (2020). New Media Sebagai

Sarana Penyuluhan Agama Hindu Oleh

Digital Native. Danapati: Jurnal Ilmu

Komunikasi 1 (1), 82-94.

https://jurnal.ekadanta.org/index.php

/danapati/article/view/36

Pratyaksa, I.G.T. (2020). New Media Sebagai

Strategi Komunikasi Online Pariwisata

Untuk Mempromosikan Potensi Lokal

Desa Wisata Sudaji. CULTOURE:

Culture Tourism and Religion 1 (2),

198-208.

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/i

ndex.php/cultoure/article/view/834

Pratyaksa, I.G.T. (2020). Bahasa Ibu Zaman

Now Dalam Budaya Komunikasi

Antarpribadi. Maha Widya Duta 2 (1),

36-41.

http://www.jurnal.stahnmpukuturan.

ac.id/index.php/duta/article/view/46

Pratyaksa, I.G.T. (2019). Strategi Komunikasi

Persuasif oleh Opinion Leader dalam

Implementasi Penggunaan Aksara

Sastra dan Busana Adat Bali. Calathu:

Jurnal Ilmu Komunikasi 1 (2), 40-48.

https://journal.uc.ac.id/index.php/cal

athu/article/view/1016

Pratyaksa, I.G.T. (2019). Inter Culture

Communication In The Life Of The

Hindu In Mojokerto. Proceeding

International Seminar (ICHECY) 1 (1).

99-103.

https://stahnmpukuturan.ac.id/jurnal/

index.php/ichecy/article/download/12

3/116

Pratyaksa, I.G.T., Putri, N.W.E (2020). Aplikasi

Spoon Radio sebagai Alternatif Industri

Kreatif. Jurnal Paradigma Madani 7 (2).

19-30.

http://ejurnal.uij.ac.id/index.php/PAR

/article/view/925

Putri, N.W.E. (2020) Komunikasi Sosial Dalam

Mensosialisasikan Penetapan

Kebijakan Gubernur Bali Tentang

Pembatasan Timbulan Sampah Plastik

Sekali Pakai. Jurnal Nomosleca 5 (1).

http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/n

/article/view/2783/1755

Putri, N.W.E. (2020) Peran Psikologi

Komunikasi dalam Mengatasi

Permasalahan Peserta Didik: Studi

Kasus Proses Bimbingan Konseling di

SMK Kesehatan Widya Dharma Bali.

Calathu: Jurnal Ilmu Komunikasi 1 (1),

52-67.

https://journal.uc.ac.id/index.php/cal

athu/article/view/776

Putri, N.W.E. (2020). Interaksi Simbolik dalam

Proses Komunikasi Nonverbal pada

Aplikasi Tiktok. Widya Duta: Jurnal

Ilmiah Ilmu Agama dan Ilmu Sosial

Budaya 14 (1), 11-19.

http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/V

idyaDuta/article/view/1039

Putri, N.W.E. (2020). Perempuan Hindu

Dalam Kajian Komunikasi Politik Dan

Gender. COMMUNICARE 1 (1), 30-39.

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/i

ndex.php/communicare/article/view/

756

Putri, N.W.E. (2020). Semiotika Pierce Pada

Film Dokumenter ‘Sexy Killers’. Maha

Widya Duta 3 (2), 89-100.

http://www.jurnal.stahnmpukuturan.

ac.id/index.php/duta/article/view/745

Page 14: BONDRES DANGDANG KETEKUNG SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI …

44 WIDYA DUTA | VOL. 16, NO. 1 |2021

Putri, N.W.E. (2020). Peran Facebook Sebagai

Media Komunikasi Pada Organisasi

Sisya Veda Sastra. Maha Widya Duta 2

(2), 79-86.

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/i

ndex.php/duta/article/view/666

Putri, N.W.E. (2020). Komunikasi Pemasaran

Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng

Dalam Meningkatkan Jumlah

Wisatawan Di Buleleng. Jurnal

Komunikasi Profesional 3 (1).

https://61.8.70.50/index.php/jkp/artic

le/viewFile/1705/825

Putri, N.W.E. (2019). Non Verbal

Communication Means Of Providing

Hindu’s People (Case Study:

Harassment Of Hindu Cultural Symbols

By Young Hindu Generations Through

Falling Stars Challenge). Proceeding

International Seminar (ICHECY) 1 (1).

https://stahnmpukuturan.ac.id/jurnal/

index.php/ichecy/article/viewFile/126

/119

Putri, N.W.E. (2020). Komunikasi Persuasif

Pemerintah Kabupaten Buleleng

Dalam Menanggulangi Pandemi Covid-

19. Communicare 1 (2) 124-133.

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/i

ndex.php/communicare/article/view/

939/pdf

Sabarani, Robert. 2012. Kearifan Lokal:

Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi

Lisan. Jakarta: ATL.

Suyuti, Suminto A. 2012. ”Pengkajian Seni

Suatu Jagat Penandaan” dalam

Kuswarsantyo ed., Greget Joget

Ngayogyakarta, Yogyakarta: Bale Seni

Condoradana.

Sumber lain:

https://bulelengkab.go.id/detail/berita/tunj

ukan-eksistensi-bondres-melalui-pas.

(Diakses pada 23 April 2019, pukul

13.22).

Asmarandani, Diah. 2011. Topeng Bondres

Bali: Sebuah Kajian Seni Ekresi Topeng.