BENTUK-BENTUK PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SMA N 2 ...
Transcript of BENTUK-BENTUK PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SMA N 2 ...
i
BENTUK-BENTUK PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SMA N 2
KARANGANYAR DAN SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA
SKRIPSI
OLEH:
AWAL SAPUTRA
K8413012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANTROPOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2019
brought to you by COREView metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
provided by Sebelas Maret Institutional Repository
iii
BENTUK-BENTUK PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SMA N 2
KARANGANYAR DAN SMA MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA
Oleh
AWAL SAPUTRA
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan pada Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Januari 2019
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Awal Saputra
NIM : K8413012
Judul Skripsi : Bentuk-Bentuk Pendidikan Multikultural di SMA N 2 Karanganyar
dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 24 Desember 2018
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. rer.nat. Nurhadi, S.Ant M.Hum Siany Indria Liestyasari, S.Ant, M. Hum
NIP. 197407132006041015 NIP. 198009052005012002
v
PENGESAHAN SKRIPSI
Nama : Awal Saputra
NIM : K8413012
Judul Skripsi : Bentuk-Bentuk Pendidikan Multikultural di SMA N 2 Karanganyar
dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta pada hari Rabu tanggal 2 Januari 2019
dengan hasil LULUS dan revisi maksimal 2 bulan. Skripsi telah direvisi dan mendapatkan
persetujuan dari Tim Penguji.
Persetujuan hasil revisi dari Tim Penguji
Nama Penguji Tanda Tangan Tanggal
Ketua : Dra. Siti Rochani, M.Pd
Sekretaris : Dr. Sigit Pranawa, M.Si
Anggota I : Dr.rer.nat. Nurhadi, M.Hum
Anggota II : Siany Indria Liestyasari, S.Ant, M.Hum
Skripsi disahkan oleh Kepala Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi pada:
Hari :
Tanggal :
Mengesahkan
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Kepala Program Studi Pendidikan
Sosiologi Antropologi
Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.pd Dr.rer.nat. Nurhadi, S.Ant, M.Hum
NIP. 196101241987021001 NIP. 197407132006041015
vi
MOTTO
“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan
melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan
mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat”
- Muhammad SAW.
“My dream would be a multicultural society, one that is diverse and where every man,
woman. And child are treated equally. I dream of a world where all of people of all
races work together in harmony”
- Nelson Mandela
“Hidup sederhana, bergaya semampunya, hormati orang walau berbeda, bersyukur atas
apa yang kamu punya, dan hiduplah bahagia”
- Awal Saputra
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Ibu Fatimah, Seorang yang begitu saya hormati dan saya cintai atas apa yang telah beliau
berikan kepada saya. Sebuah karunia yang begitu besar. Dengan lahir dari seorang
wanita dengan kesabaran, dedikasi, dan kasih sayang yang tiada henti yang Ibu Fatimah
berikan kepada saya. Berbagai bentuk dukungan beliau berikan, doa tak lupa beliau
selalu panjatkan hingga akhirnya saya dapat menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Raswin Ardianto, seorang ayah dengan jiwa tanggung jawab yang besar, selalu
mengajarkan saya nilai-nilai kehidupan dan bermasyarakat. Berbagi dukungan yang
beliau berikan kepada saya, telah memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi
ini.
3. Almarhum Bapak Muhedi, kakek tercinta yang mendidik saya untuk menjadi Muslim
yang baik dan taat beribadah. Semasa hidupnya beliau selalu mendorong saya untuk
melanjutkan sekolah ke jenjang universitas. Beliau selalu memberikan semangat dalam
hati saya dalam menyelesaikan pendidikan saya di Universitas Sebelas Maret.
4. Ibu Pini, Nenek yang begitu sayang kepada kami para cucu-cucunya. Beliau selalu
mendoakan kesehatan dan keselamatan saya, selama menempuh pendidikan di
Universitas Sebelas Maret. Ucapan terima kasih untuk dukungan berupa doa, dan nasihat
yang telah membantu saya dalam mengerjakan skripsi ini hingga selesai.
5. Almamater UNS, semoga skripsi yang saya buat akan bermanfaat bagi kampus dan
mahasiswa lainnya.
viii
ABSTRAK
Awal Saputra. BENTUK-BENTUK PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI
SMA N 2 KARANGANYAR DAN SMA MUHAMMADIYAH 1
SURAKARTA. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, Januari 2019
Tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk melihat bentuk-bentuk
pendidikan multikultural yang digunakan oleh kedua sekolah, yaitu SMA N 2
Karanganyar dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, mengingat begitu pentingnya
pendidikan multikultural dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan teori
pendidikan multikultural oleh M. Ainul Yaqin dalam analisisnya.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian Kualitatif dengan pendekatan studi
kasus. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, peneliti menganalisis
bentuk-bentuk pendidikan multikultural yang ada di SMA N 2 Karanganyar dan
SMA Muhammadiyah 1 Surakarta. Selain itu penelitian ini menggunakan
pendekatan studi kasus, dengan mengamati kasus pendidikan multikultural yang
ada di SMA N 2 Karanganyar dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta. Data yang di
peroleh dari penelitian ini berupa hasil wawancara, dokumen berupa buku sumber
belajar, serta silabus yang digunakan dalam sekolah tersebut. Pengujian data
dilaksanakan dengan triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan SMA N 2 Karanganyar dan SMA Muhammadiyah 1
Surakarta telah melakukan pendidikan multikultural. Pendidikan tersebut dilakukan
oleh pihak guru dan sekolah oleh kedua sekolah tersebut. Pendidikan yang
dilakukan oleh guru berupa nasihat, memberi contoh, serta melakukan perilaku-
perilaku yang sesuai dengan pendidikan multikultural. Sedangkan sekolah
melakukan pendidikan multikultural dengan mengadakan kegiatan kebudayaan,
serta keagamaan, menanamkan perilaku multikultural pada siswa.
Kata Kunci: Pendidikan, Multikultural, sekolah, guru
ix
ABSTRACT
Awal Saputra. THE FORMS OF MULTICULTURAL EDUCATION IN
SMAN 2 KARANGANYAR AND SMA MUHAMMADIYAH 1
SURAKARTA. Thesis, Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret
University Surakarta, January 2019
The purpose of the present study was to find out the forms of multicultural
education employed in the two schools, SMAN 2 Karanganyar, and SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta, given that multicultural education is pivotal. The
present study employed the multicultural education theory proposed by M. Ainul
Yaqin in his analysis.
The present study was categorized into a qualitative study with case study design.
By employing qualitative study, the researcher analyzed the forms of multicultural
education existed in SMA N 2 Karanganyar and SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
Besides, the present study employed case study design by observing the
multicultural education case existed in SMA N 2 Karanganyar and SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta. The data that were obtained were in the form of
interview results, documents in the form of books, as well as syllabus used by the
schools. The data were validated using source triangulation.
The result of the study showed that SMA N 2 Karanganyar and SMA
Muhammadiyah 1 had implemented multicultural education. Such education was
implemented by the teachers and administrators of these schools. The education
was carried out through advice, modeling, and carrying out behaviors that are in
accordance with the multicultural education. While, the school implemented
multicultural education by holding cultural and religious events, and internalizing
multicultural behavior towards the students.
Keywords: Education, Multicultural, School, Teacher
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-
Nya peneliti mampu menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul Bentuk-
bentuk Pendidikan Multikultural di SMA N 2 Karanganyar dan SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta.
Penyusunan skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Sosiologi Antropologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat
diselesaikan dengan bimbingan dan bantuan serta arahan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu tak lupa peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret
2. Dr.rer.nat Nurhadi S.Ant, M.Hum, Kepala Program Pendidikan Sosiologi
Antropologi FKIP UNS, dan sebagai Pembimbing I, yang selalu tanpa lelah
dalam membimbing.
3. Siany Indria Liestyasari, S.Ant, M. Hum, selaku pembimbing II, yang
senantiasa memberikan pengarahan dalam penulisan sekripsi.
4. Kepala sekolah serta Guru-guru SMA N 2 Karanganyar, yang mau menerima
dengan baik kehadiran saya untuk melakukan kegiatan penelitian di sana.
5. Kepala sekolah serta Guru-guru SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, yang mau
menerima dengan baik kehadiran saya untuk melakukan kegiatan penelitian di
sana.
6. Seluruh teman-teman pendidikan sosiologi dan antropologi angkatan 2013,
yang seringkali memberikan kritik dan saran yang membangun dalam
penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh keluarga dan sanak saudara, yang tidak henti-hentinya memberikan
doa dan dukungan.
8. Serta berbagai pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini, yang tidak bisa peneliti sebut satu persatu.
xi
Semoga seluruh bentuk dukungan yang telah diberikan kepada peneliti akan
diberi balasan yang sebaik-baiknya oleh Allah SWT. Semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi sekolah, dan bidang ilmu pendidikan dan sosiologi.
Surakarta, 2 Januari 2019
Peneliti
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………… ii
PENGAJUAN……………………………………………………………….. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………… iv
PENGESAHAN PENGUJI…………………………………………………. v
MOTO………………………………………………………………………. vi
PERSEMBAHAN…………………………………………………………... vii
ABSTRAK………………………………………………………………….. viii
ABSTRACT………………………………………………………………… ix
KATA PENGANTAR……………………………………………………… x
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………. xvii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xix
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masalah……………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………. 5
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 5
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………… 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR…………... 7
A. Kajian Pustaka………………………………………………………... 7
B. Kerangka Berpikir……………………………………………………. 18
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………… 20
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………… 20
xiii
Halaman
1. Tempat Penelitian…………………………………………………. 20
2. Waktu Penelitian………………………………………………….. 21
B. Metode dan Pendekatan Jenis Penelitian…………………………….. 22
C. Data dan Sumber Data………………………………………………... 22
D. Teknik Pengambilan Subjek Penelitian………………………………. 23
E. Teknik Pengumpulan Data…………………………………………… 24
F. Teknik Uji Validasi Data…………………………………………….. 25
G. Teknik Analisis Data…………………………………………………... 26
H. Prosedur Penelitian…………………………………………………….. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………. 29
A. Hasil Penelitian…………………………………………………….. 29
1. Pendidikan Multikultural oleh Pemerintah Republik Indonesia. 29
1.1 Peraturan Perundang-undangan…………………………… 29
2. Pendidikan Multikultural di SMA N 2 Karanganyar………… 32
2.1 Muatan Pendidikan Multikultural Dalam Kurikulum…….. 32
2.2 Pendidikan Multikultural Melalui Kebijakan Sekolah…… 53
2.3 Pendidikan Multikultural Oleh Guru…………………….. 55
3. Pendidikan Multikultural di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta 59
3.1 Muatan Pendidikan Multikultural Dalam Kurikulum…….. 59
3.2 Pendidikan Multikultural Melalui Kebijakan Sekolah……. 77
3.3 Pendidikan Multikultural Oleh Guru……………………… 78
B. Pembahasan………………………………………………………… 80
1. Pembangunan Paradigma Keberagamaan Inklusif…………… 80
2. Menghargai Keragaman Bahasa……………………………… 85
3. Membangun Sikap Anti Diskriminasi Etnis…………………. 88
xiv
Halaman
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN…………………………. 95
A. Simpulan……………………………………………………………. 95
B. Implikasi……………………………………………………………. 96
C. Saran………………………………………………………………... 97
DAFTAR PUSTAKA 99
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Penelitian yang terkait……………………………………………. 11
3.1. Jadwal Penelitian…………………………………………………. 21
4.1. Silabus sejarah Indonesia wajib ………………………………… 33
4.2. Silabus sejarah peminatan………………………………………… 34
4.3. Silabus pendidikan kewarganegaraan…………………………….. 35
4.4. Silabus pendidikan sosiologi……………………………………... 36
4.5. Materi multikultural dalam sumber belajar sosiologi ……………. 39
4.6. Detail materi multikultural dalam sumber belajar sosiologi……… 39
4.7. Tabel foto-foto dalam buku sosiologi…………………………….. 40
4.8. Tabel foto-foto dalam buku sosiologi…………………………...... 41
4.9. Contoh soal dalam buku buku sosiologi………………………….. 42
4.10. Rincian bab dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam…….. 43
4.11. Gambar dalam buku agama Islam mengenai multikultural………. 45
4.12. Detail isi bab sebelas buku pendidikan agama Islam…………….. 46
4.13. Contoh soal dalam buku pendidikan agama Islam………………. 47
4.14. Materi dalam buku pendidikan kewarganegaraan……………….. 48
4.15. Gambar-gambar dalam buku pendidikan kewarganegaraan……… 59
4.16. Materi dalam buku sejarah……………………………………….. 50
4.17. Gambar dalam buku sejarah……………………………………… 51
4.18. Foto-foto pahlawan nasional dalam buku sejarah……………….. 52
4.19. Silabus pendidikan agama islam…………………………………. 60
4.20. Silabus sejarah indonesia wajib………………………………….. 60
4.21. Silabus sejarah peminatan………………………………………… 61
4.22. Silabus pendidikan kewarganegaraan…………………………….. 62
4.23. Silabus pendidikan sosiologi……………………………………... 63
4.24. Materi dalam buku sosiologi…………………………………….. 65
4.25. Detail materi dalam buku pendidikan sosiologi………………….. 66
xvi
Tabel Halaman
4.26. Gambar dalam buku sosiologi………………………………….. 67
4.27. Contoh soal dalam buku sosiologi……………………………… 69
4.28. Materi mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadist…………………… 70
4.29. Detail materi mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadist……………. 71
4.30. Materi pendidikan agama Islam………………………………... 72
4.31. Contoh soal dalam buku pendidikan agama Islam……………… 73
4.32. Materi pendidikan kewarganegaraan…………………………… 74
4.33. Gambar-gambar dalam buku pendidikan kewarganegaraan…….. 75
4.34. Materi mata pelajaran sejarah…………………………………….. 76
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1. Gambar-gambar dalam LKS sosiologi…………………………. 40
4.2. Gambar-gambar dalam LKS sosiologi……………………......... 40
4.3. Gambar-gambar dalam LKS sosiologi……………………........ 41
4.4. Gambar-gambar dalam LKS sosiologi…………………………. 41
4.5. Gambar-gambar dalam LKS sosiologi…………………………. 41
4.6. Gambar-gambar dalam LKS sosiologi…………………………. 41
4.7. Gambar-gambar dalam LKS sosiologi…………………………. 42
4.8. Contoh soal dalam LKS sosiologi……………………………… 42
4.9. Contoh soal dalam LKS sosiologi……………………………… 43
4.10. Contoh soal dalam LKS sosiologi……………………………… 43
4.11. Contoh soal dalam LKS sosiologi………………………………. 43
4.12. Bab 1 buku pendidikan agama Islam……………………………. 45
4.13. Bab 11 buku pendidikan agama Islam ………………………….. 45
4.14. Kisah Ali bin Abhithalib yang bersikap toleran………………… 46
4.15. Contoh soal mata pelajaran pendidikan agama Islam…………... 47
4.16. Contoh soal mata pelajaran pendidikan agama Islam……..……. 47
4.17. Contoh soal mata pelajaran pendidikan agama Islam…..………. 47
4.18. Gambar dalam buku pendidikan kewarganegaraan……...……… 59
4.19. Gambar dalam buku pendidikan kewarganegaraan…………….. 59
4.20. Gambar-gambar bangunan bercorak Hindu Budha……..……… 51
4.21. Gambar-gambar bangunan bercorak Hindu Budha……..……… 51
4.22. Gambar-gambar bangunan bercorak Hindu Budha……..……… 51
4.23. Gambar-gambar pahlawan nasional…………………..………... 52
4.24. Gambar-gambar pahlawan nasional…………………………….. 52
4.25. Gambar-gambar dalam buku sosiologi………………………….. 67
4.26. Gambar-gambar dalam buku sosiologi………………………….. 67
4.27. Gambar-gambar dalam buku sosiologi………………………….. 68
4.28. Gambar-gambar dalam buku sosiologi………………………….. 68
xviii
Gambar Halaman
4.29. Contoh soal dalam buku sosiologi…………………...………….. 69
4.30. Contoh soal dalam buku sosiologi……………...……………….. 69
4.31. Contoh soal dalam buku sosiologi………………………………. 70
4.32. Contoh evaluasi mata pelajaran pendidikan agama Islam…...….. 72
4.33. Contoh soal mata pelajaran pendidikan agama Islam……...…… 73
4.34. Contoh soal mata pelajaran pendidikan agama Islam……..……. 73
4.35. Contoh soal mata pelajaran pendidikan agama Islam…..………. 73
4.36. Contoh soal mata pelajaran pendidikan agama Islam…..………. 73
4.37. Contoh soal mata pelajaran pendidikan agama Islam……..……. 73
4.38. Gambar dalam buku paket pendidikan kewarganegaraan………. 75
4.39. Gambar dalam buku paket pendidikan kewarganegaraan…..….. 75
4.40. Gambar dalam buku paket pendidikan kewarganegaraan..…….. 75
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Transkrip wawancara Bapak Kun…………………………………………. 102
Transkrip wawancara Bapak Topo………………………………………... 106
Transkrip wawancara Bapak Wiyanto……………………………………. 109
Transkrip wawancara Ibu Ani…………………………………………….. 110
Transkrip wawancara Ibu Utami………………………………………….. 112
Transkrip wawancara Bapak Agus……………………………………….. 114
Transkrip wawancara Ibu Priati…………………………………………… 117
Transkrip wawancara Bapak Suratman…………………………………… 120
Transkrip wawancara Ibu Hetty………………………………………….. 122
Transkrip wawancara Ibu Anna …………………………………………. 125
Transkrip wawancara Bapak Kriswanto…………………………………. 128
Transkrip wawancara Ibu Hendry………………………………………... 130
Transkrip wawancara Ibu Endang……………………………………….. 132
Transkrip wawancara Ibu Anita………………………………………….. 135
Foto-foto Penelitian………………………………………………………. 137
Izin menyusun skripsi……………………………………………………. 140
Permohonan izin penelitian……………………………………………… 141
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
“Bhinneka Tunggal Ika” telah lama terpampang di cakar Garuda Pancasila
yang mana menunjukkan semangat keberagaman bangsa Indonesia. Kalimat
“Bhinneka Tunggal Ika” yang secara harfiah memiliki arti “berbeda-beda tetapi
tetap satu”, kalimat ini mencerminkan semangat kebhinnekaan atau multikultural
yang ditunjukkan oleh para founding fathers bangsa Indonesia. Para Bapak pendiri
bangsa sangat sadar akan keberagaman yang ada di Indonesia melalui
disematkannya tulisan “bhinneka tunggal ika” pada garuda Pancasila sebagai dasar
negara. Semangat kebhinnekaan merupakan salah satu tiang pancang penyangga
keberlangsungan bangsa Indonesia. Mengingat Indonesia merupakan bangsa dan
negara paling majemuk di dunia (BPS, 2015), dengan keberagaman suku bangsa,
etnis, ras, agama, kepercayaan serta ideologi maka semboyan “bhinneka tunggal
ika” telah menjadi katalis dalam mencapai harmonisasi sosial di Indonesia.
Semangat persatuan di Indonesia tentu sangat penting, mengingat Indonesia
merupakan negara yang sangat heterogen atau majemuk. Berdasarkan survei
penduduk antar sensus (SUPAS) tahun 2015 yang diadakan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) jumlah penduduk di Indonesia telah mencapai angka 255.182.144
jiwa. Dengan jumlah penduduk yang begitu banyak Indonesia merupakan negara
yang sangat majemuk, yang mana dapat ditunjukkan dari banyaknya suku bangsa
yang mencapai 1.340 suku bangsa yang ada di Indonesia (BPS, 2015). Kelompok
suku bangsa terbanyak merupakan suku bangsa Jawa yang berjumlah 40,22% dari
jumlah suku bangsa di Indonesia, kemudian Sunda (15,5%), Batak (3,5%), suku
asal Sulawesi (3,22%), Madura (3,02%), Betawi (2,88%), Minangkabau (2,73%)
Bugis (2,69%) lalu diikuti berbagai suku bangsa lainnya (sensus penduduk 2010).
Untuk Keanekaragaman agama di Indonesia dapat dilihat pada diagram di
bawah ini.
2
Sumber: Sensus Penduduk 2010
Dari diagram di atas maka terlihat jumlah penganut agama di Indonesia
berdasarkan sensus penduduk tahun 2010. Dalam diagram batang di atas di
tunjukkan bahwa masyarakat Indonesia memiliki berbagai kepercayaan agama
yang berbeda-beda mulai dari Islam dengan jumlah penganut sebesar 207.176.163
jiwa, Kristen dengan penganut 16.528.513 Jiwa, Katolik dengan penganut
6.907.873 jiwa, Hindu dengan penganut 4.012.116 jiwa, Budha dengan penganut
1703254 jiwa, Khong Hu Chu dengan penganut 117.091, dan lain-lain.
Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan di atas maka keberagaman
Indonesia merupakan suatu hal yang tidak terbantahkan, mempertegas bahwasanya
Indonesia merupakan negara yang majemuk. Tantangan sebuah negara yang
majemuk adalah rentannya terjadi konflik sosial yang terjadi antar kelompok
berbagai permasalahan akibat kemajemukan Indonesia adalah sering terjadinya
konflik yang dilatar belakangi oleh perbedaan, yang tentunya sangat melukai
semangat persatuan Indonesia. Berbagai catatan kelam mengenai konflik
keberagaman telah tercatat di sejarah Indonesia, sebut saja peristiwa pembantaian
20
71
76
16
3
16
52
85
13
69
07
87
3
40
12
11
6
17
03
25
4
11
70
91
29
96
17
89
67
00
JUMLAH PENGANUT AGAMA DI INDONESIA
3
pengikut Partai Komunis Indonesia tahun 1965, pembantaian etnis Cina di Jakarta
tahun 1998, perang antara umat Islam dan Kristen di Maluku Utara tahun 1999-
2003 (Yaqin, 2005: 23). Tidak hanya pada kasus-kasus lampau namun sampai
sekarang Indonesia masih menggeluti permasalahan pelik mengenai konflik agama,
ras, suku, golongan, yang biasanya dikarenakan sikap intoleran.
Sikap intoleransi beberapa kelompok masyarakat seringkali menjadi
pemicu terjadinya konflik antar golongan. Sikap kurang toleran di Indonesia masih
terjadi bahkan seringkali seakan di “biarkan” oleh aparat pemerintah. Sebut saja
misalnya mengenai razia warung makan yang dilakukan organisasi FPI (Front
Pembela Islam), atau bisa pula contoh kasus yang baru saja terjadi misalnya
mengenai upaya paksaan dalam kasus penurunan patung Buddha di Vihara Tri
Ratna, Tanjung Balai, Sumatra Utara pada Kamis (http//nasional.tempo.co
27/10/17) yang dikarenakan patung Buddha setinggi 6 meter tersebut menjadi ikon
kota Tanjung Balai yang mayoritas beragama muslim, sehingga masyarakat muslim
merasa tidak pantas (bbc.com, 31/10/16). Dalam kasus tersebut terdapat dukungan
dari pemerintah Tanjung Balai, MUI (Majelis Ulama Indonesia), serta Forum
Komunitas Antar Umat Beragama (FKUB) yang tentu menjadi ironis karena
perilaku tersebut tidak mencerminkan keberagaman serta keadilan antar umat
beragama. Di daerah Surakarta sendiri terdapat tak kurang dari 14 (empat belas)
kasus konflik yang diindikasikan merupakan konflik yang didasari akibat sentimen
primordial. Yang mana sejarah konflik ini telah menjadikan kota Solo banyak
mendapat sorotan terkait dengan isu-isu antar kelompok (Hartono &Yudi, 2008: 6).
Berdasarkan rangkaian kasus-kasus tersebut maka muncullah indikasi
mengenai kurang pahamnya bangsa Indonesia mengenai konsep multikultural.
Yang mana penanaman ideologi multikultural sangat diperlukan guna
mengamalkan sikap toleransi serta sikap saling menghargai antar perbedaan
primordial. Suatu upaya yang dapat dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah dengan
menanamkan ideologi multikultural kepada masyarakat. lembaga sekolah sebagai
lembaga pendidikan dirasa tepat digunakan sebagai media untuk menanamkan
nilai-nilai multikultural bagi masyarakat, dengan pengembangan pendidikan
4
berbasis pendidikan multikultural menurut H.A.R Tilaar (2007) dalam Hasyim
&Yudi (2008: 8) diharapkan mampu menjadi salah satu metode efektif meredam
konflik, selain itu pendidikan multikultural bisa menanamkan sekaligus merubah
pemikiran peserta didik untuk benar-benar tulus menghargai keberagaman etnis,
agama, ras, dan antar golongan.
Pada masyarakat yang multikultural, diperlukan pendidikan nasional yang
bercirikan pendidikan multikultural, yaitu pendidikan yang melayani kepentingan
masyarakat dari berbagai latar belakang budaya (Hartono &Yudi, 2008: 9).
Beranjak dari masalah serta data-data yang telah di paparkan di atas maka penting
rasanya kajian penelitian mengenai peran SMA sebagai media pendidikan
multikultural. Guna melihat berbagai bentuk-bentuk pendidikan multikultural yang
terdapat di dalam SMA.
Begitu pentingnya peran sekolah dalam menanamkan pendidikan
multikultural, mendorong peneliti untuk meneliti bentuk-bentuk pendidikan
multikultural yang ada di dalam sekolah. Peneliti melihat apakah sekolah yang
peneliti jadikan objek penelitian telah melakukan pendidikan multikultural, dengan
cara melihat bentuk-bentuk pendidikan multikultural yang dilakukan di dalam
sekolah tersebut.
Peneliti melihat SMA N 2 Karanganyar dan SMA Muhammadiyah 1
Surakarta sebagai contoh yang tepat dalam menggambarkan sekolah yang ada di
Indonesia. SMA N 2 Karanganyar sebagai gambaran sekolah negeri yang umum di
Indonesia dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta sebagai gambaran sekolah swasta
yang amat kental dalam pendidikan agama Islam, sehingga akan sangat menarik
melihat bagaimana kedua sekolah ini menjalankan pendidikan multikultural dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah tersebut. Maka dari itu peneliti
memutuskan untuk meneliti penelitian dengan judul “Bentuk-Bentuk Pendidikan
Multikultural di SMA N 2 Karanganyar dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta”
penting untuk dilakukan.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka
peneliti telah memfokuskan masalah penelitian, yang mana kemudian dijadikan
sebagai acuan dalam penelitian ini. Peneliti memutuskan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana bentuk-bentuk pendidikan multikultural di SMA N 2
Karanganyar berdasarkan pendidikan multikultural oleh M. Ainul
Yaqin?
2. Bagaimana bentuk-bentuk pendidikan multikultural di SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta berdasarkan pendidikan multikultural oleh
M. Ainul Yaqin?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk
pendidikan multikultural yang dilakukan oleh SMA N 2 Karanganyar dan SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta. Dengan melakukan penelitian ini, peneliti melihat
bentuk-bentuk pendidikan multikultural yang di terapkan sekolah melalui
penanaman nilai-nilai pluralisme, toleransi, dan rasa saling menghormati kepada
peserta didik. Selain itu dalam penelitian ini, peneliti juga berharap mampu
menganalisis bentuk-bentuk pendidikan multikultural yang dilakukan oleh sekolah
dengan teori pendidikan multikultural M. Ainul Yaqin.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dilakukannya penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu
manfaat praktis dan manfaat teoritis.
1. Manfaat praktis
a. Bagi guru, penelitian mengenai bentuk-bentuk pendidikan
multikultural dapat digunakan untuk meningkatkan sikap
6
multikultural guru baik di dalam, atau di luar kegiatan belajar
mengajar.
b. Bagi sekolah, hasil dari penelitian ini memberikan referensi dalam
meningkatkan kualitas pendidikan dan proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh guru, dalam mengajarkan multikultural terhadap
peserta didik. Serta sekolah dapat mendukung kegiatan pendidikan
multikultural untuk lebih baik lagi.
c. Bagi peneliti, peneliti mampu mengidentifikasi bentuk-bentuk
pendidikan multikultural di dalam SMA N 2 Karanganyar dan SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta. Serta peneliti mempunyai
pengetahuan dan wawasan mengenai bentuk-bentuk pendidikan
multikultural yang diterapkan oleh SMA N 2 Karanganyar dan SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta.
2. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan pengembangan
pendidikan multikultural bagi Sekolah Menengah Atas (SMA), atau
penerapan pendidikan multikultural secara lebih lanjut. Selain itu juga
menjadi sebuah nilai tambah khasanah pengetahuan ilmiah dalam
bidang pendidikan di Indonesia khususnya pada bidang pendidikan
multikultural.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Pendidikan Multikultural
Pendidikan multicultural atau penanaman multikultural bagi para siswa
merupakan sebuah wujud implementasi dari UU No.7 Tahun 2007 tentang
penanganan konflik sosial. Dalam undang-undang tersebut diamanatkan
bahwasanya pemerintah harus berperan aktif dalam setiap penyelesaian segala
bentuk konflik atau benturan fisik dan kekerasan lainnya yang mengakibatkan
ketidakamanan dan disintegrasi sosial yang mengganggu stabilitas nasional dan
menghambat pembangunan nasional (Hartono & Yudi, 2008: 7). Pendidikan
multikultural dilakukan sebagai upaya aktif pemerintah dalam melakukan
penanganan konflik sosial melalui upacara preventif atau upaya pencegahan
sebelum terjadinya konflik antar masyarakat.
Penelitian ini menitikberatkan pada bagaimana lembaga sekolah
menanamkan nilai-nilai serta sikap multikultural terhadap siswa sekolah baik SMA
N 2 Karanganyar, maupun SMA 1 Muhammadiyah Surakarta. Multikultural yang
akan diteliti berbeda dengan konsep pengertian masyarakat majemuk ataupun
masyarakat plural yang seringkali tercampur aduk satu sama lain. Multikultural
dijelaskan oleh Suparlan (2002) dalam Elly dan Usman (2013) bahwasanya
Multikultural lebih pada suatu ideologi yang menganut asas keragaman sosial
budaya yang dianut suatu bangsa (Setiadi & Kolip, 2013:553). Menurut Hartono &
Yudi (2008: 8) mengatakan bahwasanya multikultural tidaklah hanya menyangkut
soal budaya, melainkan juga menyangkut persoalan politik dan demokrasi, keadilan
dan penegakan hukum, kesempatan kerja dan berusaha, hak asasi manusia (HAM),
hak budaya komunitas dan golongan minoritas, prinsip-prinsip etika dan moral, dan
tingkat serta mutu produktivitas. Multikultural bukanlah hanya sebuah wacana
melainkan sebuah ideologi yang harus diperjuangkan karena di butuhkan sebagai
8
landasan agar tegaknya demokrasi, hak asasi manusia (HAM), dan kesejahteraan
hidup masyarakatnya.
Menurut Hartono & Yudi (2008: 9) Pendidikan multikultural sangat penting
dilaksanakan di dalam masyarakat Indonesia yang begitu plural. Dengan
melakukan pendidikan multikultural dilakukan guna meminimalisasi dan
mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui pendidikan berbasis
multicultural, sikap dan mindset (pemikiran) siswa akan lebih terbuka dalam
menghargai keberagaman.
Penelitian mengenai peran sekolah sebagai media pendidikan multikultural
tentunya dimudahkan dengan penelitian-penelitian yang memiliki kaitan dengan
penelitian ini. Penelitian-penelitian ini dapat membantu peneliti sebagai sebuah
referensi dan mempermudah peneliti dalam memahami permasalahan dengan lebih
jelas. Penelitian-penelitian yang relevan juga dapat di gunakan sebagai penguat
argumen peneliti dalam melihat suatu kasus. Beberapa penelitian yang relevan
dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Artikel pertama berjudul “The Evaluation Of Multikultural Teaching
Design Education Program”, Artikel penelitian ini merupakan karya Semra Demir
dan Sevgi Ozden . Dalam artikel ini mengulas mengenai Multikultural teaching
design Education Program (MTDEP) yang mana program MTDEP bertujuan untuk
menciptakan kesadaran akan multikultural terhadap tenaga pendidik (dalam hal ini
Guru sekolah dasar) agar tercipta sikap positif akan keberagaman.
Peserta dalam penelitian ini merupakan 22 guru yang belum mendapatkan
pelayanan MTDEP. Pandangan peserta mengenai efektifitas MTDEP merupakan
fokus dalam penelitian ini, dalam penelitian ini terungkap sebagian besar peserta
tidak mengetahui dan tidak terlalu paham mengenai konsep mengajar dalam kelas
yang beragam atau multikultur, sehingga program MTDEP dirasa penting guna
memberikan pemahaman bagi para pendidik agar dapat memahami, serta
mengembangkan sikap positif terhadap keberagaman. Penelitian ini menekankan
fungsi guru dan system pendidikan dalam mengatasi permasalahan yang timbul
9
akibat keberagaman. Oleh karena itu penelitian ini menitik beratkan pengajar
sebagai objek penelitian, mengingat peran serta fungsinya yang begitu vital dalam
menentukan iklim mengajar.
Kedua adalah penelitian berjudul “Investigation of the Relations Between
Objectives of Turkish Primary School Curriculums and Multikultural” yang mana
artikel penelitian ini merupakan karya Ilker Cirik. Penelitian yang dilakukan di
Turki ini bertujuan untuk mengetahui kaitan antara tujuan sekolah dasar Turki,
Kurikulum, dan multikultural. Penelitian ini menguji 15 (lima belas) kurikulum
berbeda yang diterapkan dalam sekolah dasar di Turki. Untuk mengetahui kaitan
serta pengaruh antar kurikulum dan multikultural maka peneliti melakukan
penelitian ini dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil dari pengumpulan data
menunjukkan bahwasanya hubungan antara perbedaan kurikulum terhadap
multikultural terbilang rendah.
Penelitian ketiga berjudul “The Institutionalization of Multikultural
Education as a Global Policy Agenda”, penelitian ini dilakukan oleh Yun-Kyung
Cha dan Seung-Huang Ham. Penelitian ini berfokus pada menguji pelembagaan
kebijakan dan standar kurikulum untuk pendidikan multikultural di berbagai
negara, dan menggunakan dua sumber data berupa The World Data on Education
(WDE) yang disusun oleh biro internasional mengenai pendidikan UNESCO
International Bureau of Education (World data on education, 2007) dan data dari
Curriculum Questionnaire of the Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) 2007.
Data WDE digunakan untuk mengumpulkan profil negara mengenai
kebijakan multikultural, sedangkan data dari TIMSS tahun 2007 digunakan untuk
melihat standar kurikulum internasional mengenai pendidikan multikultural.
Penelitian yang dilakukan oleh Seung-Huang Ham ini menemukan bahwasanya
negara yang memiliki hubungan lebih terbuka terhadap dengan masyarakat global
memiliki secara signifikan memiliki kebijakan nasional dan standar kurikulum
untuk pendidikan multikultural.
10
Penelitian ini menawarkan konsep baru berupa kebijakan multikultural
perspektif macro phenomenological, Daripada menggunakan adopsi kebijakan
sebagai pilihan yang rasional. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori globalisasi dari J.W. Meyer, sebagai dasar pandangan peneliti terhadap
bagaimana penerimaan paham multikultural yang terjadi dalam masyarakat dunia.
Ketiga adalah artikel penelitian berjudul “Multiculturalism in the
classroom: Ethnic attitudes and classmates’ beliefs” karya Jochem Thijs dan
Maykel Verkuyten. Penelitian ini meneliti mengenai sikap etnis mayoritas (di
Belanda) terhadap perbedaan religi teman sekelas. Penelitian ini menggunakan
peserta didik kisaran usia sembilan sampai tigabelas tahun. Penelitian ini
melibatkan tiga puluh delapan kelas di Belanda dengan jumlah siswa sebanyak 838.
Analisis bertingkat dalam penelitian ini menghasilkan data bahwa teman sekelas
'keyakinan multikultural yang positif terkait dengan siswa etnis sikap out-group,
terutama bagi anak-anak yang merasa lebih diterima oleh rekan-rekan mereka, dan
negatif terhadap sikap mereka terhadap Belanda di kelompok. Berdasarkan
penelitian ini menemukan bahwa sangat penting untuk melihat kelompok sebaya
tertentu untuk memahami sikap antar etnis teman sekelas. Dalam Penelitian ini
menggunakan teori Social Identity Developmental Theory.
Melalui penelitian-penelitian di atas maka peneliti dapat membedakan satu
penelitian dengan penelitian lain dan tentunya berbeda dengan penelitian milik
peneliti, perbedaan penelitian ini dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.
11
No Peneliti Judul Fokus Penelitian Teori
1 Semra Demir dan
Sevgi Osden
The Evaluation Of Multikultural
Teaching Design Education
Program
Pentingnya MTDEP untuk tenaga
pengajar.
Fungsional (Tenaga pendidik
dan system pendidikan)
2 Ilker Cirik Investigation of the Relations
Between Objectives of Turkish
Primary School Curriculums and
Multiculturalism
Untuk mengetahui hubungan tujuan
objektivitas kurikulum sekolah
dasar Turki dengan
Multikulturalisme.
Fungsional (kurikulum dan
multikultural)
3 Yun-Kyung Cha dan
Seung-Hwan Ham
The Institutionalization of
Multikultural Education as a Global
Policy Agenda
Penelitian ini berfokus pada
menguji pelembagaan kebijakan
dan standar kurikulum untuk
pendidikan multikultural di
berbagai negara.
Teori Globalisasi oleh J.W.
Meyer
4 Jochem Thijs dan
Maykel Verkuyten
Multikulturalism in the classroom:
Ethnic attitudes and classmates’
beliefs
Berfokus untuk melihat sikap
toleransi dan “penerimaan”
perbedaan religi teman sekelas di
sekolah belanda.
Social Identity Developmental
Theory
12
Melalui penelitian-penelitian terkait yang telah dijelaskan di atas, sedikit
banyak telah menambah wawasan peneliti mengenai topik yang akan diteliti
mengenai “bentuk-bentuk pendidikan multikultural”. Penelitian-penelitian
terdahulu peneliti jadikan untuk memperkuat argumen peneliti mengenai isu-isu
pendidikan multikultural dan untuk menambah wawasan peneliti mengenai
penelitian yang menyangkut pendidikan multikultural. Walaupun bidang yang di
teliti memiliki beberapa kesamaan terhadap penelitian-penelitian di atas, namun
penelitian yang akan di laksanakan peneliti memiliki beberapa perbedaan dari
penelitian sebelumnya guna mengeksplorasi bagian-bagian yang belum terjamah
penelitian sebelumnya.
Untuk penelitian yang akan dilakukan peneliti akan berfokus pada berbagai
upaya sekolah dalam menanamkan paham multikultural. Yang mana upaya sekolah
sebagai salah satu lembaga sosial, menanamkan nilai-nilai multikultur atau
keberagaman terhadap siswa menjadi fokus penelitian ini. Penelitian ini akan
mengkaji berbagai aspek mulai dari kurikulum, pengajaran oleh guru mata
pelajaran, kebijakan-kebijakan yang dilakukan sekolah serta peraturan-peraturan
yang diterapkan oleh pihak sekolah.
Selain dari segi objek penelitian, perbedaan terhadap penelitian sebelumnya
juga tampak pada segi teori yang digunakan. Dikarenakan penelitian ini mengenai
pendidikan multikultural, serta bagaimana upaya-upaya sekolah dalam rangka
menanamkan nilai-nilai yang multikultur, maka peneliti menggunakan teori
mengenai pendidikan multikultur oleh M. Ainul Yaqin. Dalam bukunya yang
berjudul “Pendidikan Multikultural Cross-Cultural Understanding untuk
Demokrasi dan Keadilan”, M. Ainul Yaqin menjelaskan, mengenai perlunya
pendidikan multikultural dalam ranah pendidikan di Indonesia.
Pendidikan multikultural itu sendiri menurut M. Ainul Yaqin (Yaqin, 2005:
26) memiliki dua tujuan, yaitu tujuan awal dan tujuan akhir. Tujuan awal
pendidikan multikultural yaitu membangun wacana pendidikan multikultural dalam
lingkungan guru, dosen, ahli pendidikan, dan pengambil kebijakan dalam dunia
pendidikan dan mahasiswa jurusan ilmu pendidikan maupun mahasiswa umum.
13
Harapannya adalah apabila mereka mempunyai wacana pendidikan multikultural
yang baik maka kelak mereka tidak hanya mampu untuk membangun kecakapan
dan keahlian siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkannya. Akan tetapi juga
mampu untuk menjadi transformator pendidikan multikultural yang mampu
menanamkan nilai-nilai multikultural, humanis, dan demokrasi secara langsung
dari sekolah kepada peserta didiknya.
Adapun tujuan akhir pendidikan multikultural ini menurut M. Ainul Yaqin
(2005: 26) adalah, peserta didik tidak hanya mampu memahami dan menguasai
mata pelajaran yang dipelajarinya, akan tetapi diharapkan pula bahwa peserta didik
akan mempunyai karakter yang kuat untuk selalu bersikap demokratis, pluralis, dan
humanis.
M. Ainul Yaqin dalam bukunya juga menerangkan beberapa aspek yang
dapat dilakukan lembaga pendidikan, sekolah, serta guru, untuk melakukan
pendidikan multikultural. M. Ainul Yaqin (2005: 27) menjelaskan sekolah serta
guru dapat menanamkan pendidikan multikukltural. Peneliti akan mengambil tiga
bentuk pendidikan multikultural menurut M. Ainul Yaqin dalam melihat
pendidikan multikultural yang dilakukan oleh SMA N 2 Karanganyar dan SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta. Tiga bentuk yang akan peneliti ambil adalah sebagai
berikut:
Pertama, adalah membangun paradigma keagamaan inklusif. Menurut M.
Ainul Yakin, adalah suatu hal yang sangat penting untuk sekolah membangun
paradigma keagamaan inklusif dan moderat bagi siswa-siswa yang ada di
dalamnya. Menurutnya agama yang seharusnya menjadi pendorong bagi umat
manusia untuk selalu menegakkan perdamaian dan meningkatkan kesejahteraan
bagi umat manusia di bumi ini. Sayangnya dalam kehidupan yang sebenarnya,
agama justru menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan dan kehancuran
umat manusia (Yaqin, 2005, hal. 34). Oleh karena kenyataan pahit mengenai
agama yang seringkali menjadi alasan terjadinya konflik, M. Ainul Yaqin meyakini
pembangunan paradigma keagamaan inklusif dan pluralis di dalam sekolah, sebagai
upaya preventif sebelum terjadi konflik keagamaan dimasa mendatang.
14
Dalam membangun paradigma keagamaan inklusif di sekolah, M. Ainul
Yakin menjabarkan beberapa peran guru serta sekolah. Guru sebagai faktor yang
penting dalam mengimplementasikan nilai-nilai keberagamaan yang inklusif dan
moderat di sekolah, dapat menjalankan beberapa peran yang dapat membangun
paradigma keberagamaan inklusif.
“Seorang guru harus mampu untuk bersikap demokratis, artinya dalam
segala tingkah lakunya, baik sikap maupun perkataannya tidak diskriminatif
(bersikap tidak adil atau menyinggung) murid-murid yang menganut agama
yang berbeda dengannya” (Yaqin, 2005: 61).
Selain bersikap demokratis, baik dalam tingkah laku dan perbuatan, serta
perkataan yang tidak diskriminatif, guru juga harus berperan sebagai individu yang
berkepedulian tinggi pada isu-isu agama. “Guru seharusnya mempunyai kepedulian
yang tinggi terhadap kejadian-kejadian tertentu yang ada hubungannya dengan
agama” (Yaqin, 2005: 62).
Selain guru, sekolah pun tidak lupa harus berperan dan berkontribusi demi
membangun paradigma keberagamaan inklusif. M. Ainul Yaqin menjabarkan tiga
peran yang bisa dilakukan sekolah;
“Sekolah sebaiknya membuat dan menerapkan peraturan lokal, yaitu peraturan
sekolah yang diterapkan secara khusus di sekolah tertentu. Dalam undang-
undang tersebut, tentunya, salah satu poin yang tercantum adalah adanya
larangan terhadap segala bentuk diskriminasi agama di sekolah tersebut”
(Yaqin, 2005: 62-63).
“Untuk membangun rasa saling pengertian sejak dini diantara siswa-siswa yang
mempunyai keagamaan yang berbeda maka sekolah harus berperan secara aktif
dalam menggalakan dialog keagamaan atau dialog antar iman yang tentunya
tetap berada dalam bimbingan guru-guru dalam sekolah tersebut” (Yaqin, 2005:
63).
“Hal lain yang penting dalam penerapan pendidikan yaitu kurikulum dan buku-
buku pelajaran yang dipakai dan diterapkan di sekolah. Kurikulum pendidikan
yang multikultural merupakan merupakan persyaratan utama yang tidak bisa
ditolak dalam menerapkan strategi pendidikan ini. Pada intinya, kurikulum
pendidikan multikultural adalah kurikulum yang memuat nilai-nilai pluralisme
dan toleransi-keberagamaan” (Yaqin, 2005: 62).
Kedua, adalah dengan menghargai keragaman bahasa. Keragaman bahasa
merupakan salah satu contoh keragaman yang ada di Indonesia. Konsekuensi yang
15
dapat ditimbulkan adalah, kenyataan ini dapat memancing kesalahpahaman,
ataupun diskriminasi terhadap bahasa tertentu. Menurut M. Ainul Yaqin (2005: 72)
Tantangan utama dalam masyarakat yang multilingual adalah timbulnya
etnosentrisme kebahasaan, yaitu timbulnya perasaan bahwa bahasa kelompok kita
lebih baik dibandingkan bahasa kelompok lainnya. Untuk itu mengacu pada kondisi
Indonesia yang multilingual, pendidikan multikultural dirasa perlu untuk
membangun kesadaran peserta didik agar mampu melihat secara positif keragaman
bahasa yang ada. M. Ainul Yaqin dalam bukunya Pendidikan Multikultural cross-
cultural Understanding untuk Demokrasi dan keadilan mengungkapkan berbapa
peran guru dan sekolah dalam rangka menghargai keragaman bahasa dalam
pendidikan multikultural.
Peran guru yang dapat dilakukan guna membangun sikap menghargai orang
lain dan lebih khusus lagi menghargai perbedaan bahasa dengan orang lain,
menuntut M. Ainul Yaqin adalah:
“Guru harus mempunyai wawasan yang cukup tentang bagaimana
seharusnya menghargai keragaman bahasa. Wawasan ini adalah dasar
utama yang harus dimiliki seorang guru agar segala sikap dan tingkah
lakunya menunjukkan sikap yang egaliter dan harus menghargai segala
perbedaan yang ada. Dengan sikap yang demikian secara lambat laun juga
akan mempelajari dan mempraktikkan sikap yang sama” (Yaqin. 2005: 104-
105).
Selain mempunyai wawasan yang cukup mengenai bagaimana menghargai
keberagaman bahasa, seorang guru juga dituntut untuk mempunyai sensitivitas
yang tinggi, terhadap masalah-masalah diskriminasi pada bahasa. “Guru harus
mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap adanya masalah diskriminasi bahasa
yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas” (Yaqin, 2005: 105).
Sama halnya dengan guru sekolah pun memiliki peran-peran yang bisa
dilakukan guna menumbuhkan sikap menghargai keragaman bahasa. Peran sekolah
dalam menghadapi diskriminasi bahasa yang terjadi di dalam sekolah tentunya
sangat penting. Peran sekolah yang dapat dilakukan menurut M. Ainul Yaqin
adalah:
16
“Membuat dan menerapkan peraturan sekolah. Peraturan yang melarang segala
bentuk diskriminasi bahasa, seperti menertawakan, mengejek dan menghina
bahasa orang lain (termasuk unsur-unsur kebahasaan lainnya seperti aksen dan
dialek) di sekolah tersebut” (Yaqin, 2005:105).
Ketiga adalah membangun sikap anti diskriminasi etnis. Membangun sikap
anti diskriminasi etnis pada peserta didik, dianggap sebagai upaya preventif atau
pencegahan terjadinya konflik-konflik “kesukuan” ataupun konflik etnis. Menurut
M. Ainul Yaqin, guru serta sekolah memiliki perannya masing-masing dalam dalam
rangka membangun sikap anti diskriminasi terhadap etnis di sekolah.
Guru sebagai elemen penting dalam pembangunan sikap anti diskriminasi
terhadap etnis, memiliki berbagai peran. Peran-peran guru dalam pembangunan
sikap menurut M. Ainul Yaqin adalah sebagai berikut;
“Guru sebaiknya mempunyai pemahaman dan wawasan yang cukup tentang
sikap anti diskriminasi etnis. Pemahaman dan wawasan seperti ini dapat
diperoleh dengan belajar sendiri, atau mendapat pelatihan secara khusus
dari pihak sekolah” (Yaqin, 2005: 221).
Selain itu juga menurut M. Ainul Yaqin (2005: 192) menjelaskan mengenai
guru yang sebaiknya mempunyai sensitivitas yang kuat terhadap gejala-gejala
terjadinya diskriminasi etnis, sekecil apapun bentuknya, yang terjadi di kelas atau
diluar kelas. Tidak hanya sebatas itu, guru juga diharapkan dapat memberikan
contoh secara langsung melalui sikap dan tingkah lakunya yang tidak memihak,
atau tidak berperilaku diskriminatif terhadap siswa yang mempunyai latar belakang
etnis atau ras tertentu.
Selain guru, peran sekolah dalam membangun sikap nanti diskriminasi etnis
juga tidak kalah penting. Sekolah dapat berperan dengan membuat dan menerapkan
undang-undang yang secara spesifik melarang adanya diskriminasi terhadap etnis.
“Sekolah sebaiknya membuat dan menerapkan peraturan atau UU sekolah
yang dapat mendorong tumbuhnya kesadaran siswa untuk tidak melakukan
tindakan-tindakan yang menjurus pada bentuk-bentuk diskriminasi
terhadap etnis atau ras tertentu “(Yaqin, 2005: 223)
17
Sekolah juga dapat membuat pusat kajian atau forum dialog untuk
menggagas hubungan yang harmonis antar etnis, atau bisa juga diadakan pekan atau
hari khusus yang menyangkut karakter atau budaya semua etnis yang ada di sekolah
tersebut.
“Sekolah sebaiknya berperan aktif dalam membangun pemahaman dan
kesadaran siswa tentang pentingnya sikap saling menghargai dan anti
diskriminasi terhadap etnis lainnya dengan cara membuat pusat kajian atau
forum dialog untuk menggagas hubungan yang harmonis antar etnis.
Dengan adanya dialog atau kajian ini diharapkan akan terbangun
pemahaman dan pandangan siswa yang lebih terbuka terhadap etnis lainnya.
Atau bisa juga diadakan pekan atau hari khusus yang mengangkat karakter
atau budaya semua etnis yang ada di sekolah tersebut” (Yaqin, 2005: 223).
Tidak hanya itu sekolah juga sebaiknya memberikan perhatian khusus,
kepada semua warga sekolah, tentang bagaimana bersikap dan menghormati orang
dari lain etnis.
“Sekolah sebaiknya memberikan pelatihan khusus pada guru, staf
administrasi, satpam dan seluruh pihak yang berkepentingan secara langsung
dengan sekolah tentang bagaimana memahami, menghormati dan bersikap yang
manusiawi, adil dan demokratis terhadap etnis lainnya” (Yaqin, 2005: 223).
Tentu mata pelajaran dan kurikulum yang berlaku juga sangat
mempengaruhi penanaman sikap anti diskriminasi etnis di sekolah. Oleh karena itu
sekolah juga sebaiknya menerapkan kurikulum, yang dapat mendorong siswa
dalam mengembangkan sikap anti diskriminasi etnis. “Sekolah sebaiknya
menerapkan kurikulum yang bermuatan pengembangan sikap anti diskriminasi
terhadap etnis lainnya” (Yaqin, 2005: 224).
Berdasarkan bentuk pendidikan multikultural menurut M. Ainul Yaqin yang
telah dijelaskan di atas, maka peneliti akan menganalisis bagaimana peran guru dan
sekolah dalam pendidikan multikultural. Dengan begitu nantinya akan terlihat
bagaimana bentuk-bentuk pendidikan multikultural yang ada di SMA N 2
Karanganyar dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta.
18
B. Kerangka Berpikir
SEKOLAH GURU
KURIKULUM
KEGIATAN PEMBELAJARAN,
DAN KEGIATAN SEKOLAH
Peserta Didik Yang Memiliki
Karakter Kuat, Demokratis,
Pluralis Dan Humanis
BENTUK-BENTUK
PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
19
Dari kerangka berpikir di atas tergambar bagaimana alur penalaran peneliti
dalam penelitian yang didasarkan pada masalah penelitian. Guru dan sekolah
memiliki peran yang sangat strategis dalam penanaman pendidikan multikultural,
melalui kegiatan belajar mengajar, kegiatan-kegiatan sekolah yang dilaksanakan
maka akan terlihat bentuk-bentuk pendidikan multikultural yang dilaksanakan oleh
sekolah.
Dari kegiatan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan sekolah yang
dilaksanakan peneliti melihat bagaimana bentuk-bentuk pendidikan multikultural
dilakukan oleh sekolah. Sehingga dengan diadakannya pendidikan multikultural
oleh sekolah dan guru yang sama-sama memiliki tanggung jawab dalam
menanamkan nilai-nilai multikultural, diharapkan nantinya siswa-siswi yang lulus
tidak hanya pintar dalam hal materi pembelajaran saja namun juga memiliki
karakter kuat, demokratis, pluralis dan humanis.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian ini penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan-
kegiatan ilmiah yang dilakukan secara bertahap sesuai dengan prosedur-prosedur
yang berlaku dalam melakukan penelitian. Dengan mempertimbangkan berbagai
aspek, peneliti telah menyusun metode penelitian sebagai berikut:
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian (seting)
Penelitian ini akan dilakukan pada dua Sekolah Menengah Atas (SMA)
yaitu SMA N 2 Karanganyar dan SMA 1 Muhammadiyah Surakarta. Peneliti
memilih kedua sekolah ini adalah sebagai sample, yang mana SMA N 2
Karanganyar dirasa cukup merepresentasikan sekolah menengah atas negeri yang
umum di Indonesia, sedangkan pemilihan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta dipilih
dikarenakan SMA Muhammadiyah surakarta dirasa cocok sebagai perwakilan
sekolah menengah atas swasta dengan basic agama islam yang kental, yang mana
banyak di Indonesia.
Maka dirasa akan sangat menarik bagaimana melihat bentuk-bentuk
pendidikan multikultural yang dilakukan oleh kedua sekolah ini. Kedua sekolah
yang memiliki latar belakang berbeda, dengan SMA N 2 Karanganyar yang
memiliki latar belakang sebagai sekolah negeri dan SMA Muhammadiyah 1
Surakarta yang memiliki latar belakang salah satu organisasi islam terbesar di
Indonesia. Selain itu SMA N 2 Karanganyar dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
memiliki tempat yang strategis bagi peneliti untuk mengakses kedua tempat
tersebut, sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.
SMA N 2 Karanganyar, yang beralamatkan Jl. Ronggowarsito, Bejen, Kec.
Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah sedangkan SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta beralamatkan Jl. Rm Said No.35, Surakarta. Jawa
Tengah. Penelitian ini menempatkan SMA N 2 Karanganyar dan SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta sebagai tempat serta lembaga pendidikan sekolah yang
diteliti dalam penelitian ini.
21
2. Waktu Penelitian
Peneliti dalam melakukan penelitian “Bentuk-Bentuk Pendidikan
Multikultural di SMA N 2 Karanganyar dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta”
dilaksanakan mulai bulan September 2016 sampai bulan Desember 2018. Dalam
rentang 25 bulan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan
penyusunan proposal skripsi, pelaksanaan penelitian dan terakhir penyusunan
laporan penelitian yang tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel: 3.1
No Jenis Kegiatan 2016 2017 2018 2019
Sept Okt Nov Des Jan Mar Des Jan Feb
1. Persiapan
Penelitian
a. Pengajuan Judul
Penelitian
b. Penyusunan
Proposal
Penelitian
c. Seminar
Proposal
Penelitian
d. Perizinan dan
Persiapan turun
ke lapangan
e. Pembuatan
instrument
penelitian
2. Pelaksanaan
Penelitian
a. Pengumpulan
data
b. Analisis Data
3. Penyusunan
Laporan
Penelitian
4. Pelaksanaan Ujian
dan Revisi
22
D. Metode dan Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan
pendekatan studi kasus. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus
dianggap sesuai dengan tema penelitian yang membahas mengenai bentuk-bentuk
pendidikan multikultural pada SMA N 2 Karanganyar dan SMA Muhammadiyah 1
Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dalam
memahami tentang bagaimana bentuk penanaman paham-paham ideologi
multikultural yang ada di dalam sekolah, peneliti akan memilih SMA N 2
Kranganyar dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta sebagai kasus yang diteliti
untuk melihat bagaimana pendidikan multikultural berjalan di dalam kedua sekolah
tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan berbagai upaya pengumpulan
data dengan menggunakan wawancara dan studi dokumen. Data-data yang
dihasilkan dari metode pengumpulan data tersebut akan membutuhkan penafsiran-
penafsiran mendalam yang ilmiah guna memaknai data-data yang dikumpulkan.
Berdasarkan metode pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti maka metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus sangat sesuai dengan penelitian
yang dilakukan.
E. Data dan Sumber Data
Penelitian ini yang merupakan penelitian yang menyoroti bagaimana
sekolah menanamkan nilai-nilai multikultural, tentu akan menggunakan berbagai
data yang relevan dengan tujuan serta hakikat penelitian itu sendiri. Berbagai data
yang digunakan adalah data-data yang peneliti dapatkan melalui upaya-upaya
pengumpulan data yang dilakukan di lingkungan sekolah tempat observasi. Data
yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini berupa hasil
wawancara yang akan dilakukan dengan narasumber dari Wakil Kepala
Sekolah (WKS), dan guru dari SMA N 2 Karanganyar dan SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta, selain itu data sekunder juga nantinya akan
23
diperoleh melalui observasi langsung yang dilakukan peneliti di kedua
lingkungan sekolah tersebut.
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa catatan-
catatan, arsip atau dokumen mengenai kebijakan sekolah, peraturan-peraturan
yang ada di dalam sekolah, dokumen pidato-pidato yang disampaikan lembaga
sekolah terhadap siswa, serta buku-buku materi berupa buku paket dan modul
yang digunakan untuk mengajar para guru di kedua sekolah yang akan di teliti.
F. Teknik Pengambilan Subjek Penelitian
Penelitian mengenai peran SMA dalam pendidikan multikultural ini akan
memilih subjek penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Teknik
Purposive sampling di ambil mengingat dalam penelitian ini pengambilan sampel
melalui berbagai aspek pertimbangan, mulai dari peran serta jabatan dalam lembaga
sekolah tersebut, dan kredibilitas informasi yang nantinya berkaitan dengan
penelitian. Yang mana harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
Memiliki peran yang penting dalam pengambilan kebijakan
sekolah.
Turut dalam proses penentuan kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan di sekolah.
Berperan dalam proses belajar mengajar dalam sekolah.
Kriteria-kriteria di atas diperlukan dalam mengambil narasumber agar data-
data yang peneliti dapatkan sesuai dengan data wawancara yang diharapkan.
Peneliti memilih kriteria di atas tentu memiliki tujuan, misalkan mengenai
narasumber peneliti yang harus memiliki peran penting dalam pengambilan
kebijakan dan turut serta dalam proses pengambilan kebijakan, peneliti memilih
narasumber yang memenuhi kriteria ini karena dengan narasumber yang memiliki
peran yang penting dalam penentuan kebijakan serta turut serta dalam penentuan
kebijakan sekolah, maka data yang peneliti peroleh adalah data dari orang yang
24
benar-benar mengerti mengenai seluk beluk pengambilan kebijakan sekolah. Untuk
kriteria yang ke-tiga yaitu narasumber harus berperan dalam proses belajar-
mengajar dikarenakan, narasumber yang terjun langsung dalam pembelajaran
adalah orang yang secara langsung melakukan pendidikan terhadap peserta didik,
sehingga data yang diperoleh dari wawancara terhadap narasumber ini adalah data
dari seorang yang secara langsung melakukan pembelajaran terhadap peserta didik.
Selain itu dengan menerapkan kriteria-kriteria di atas memberikan batasan-batasan
yang jelas dalam memilih narasumber dalam penelitian ini.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini tentunya dengan
menggunakan teknik yang sesuai dengan penelitian kualitatif, oleh karena itu dalam
penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Jenis wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
jenis wawancara terstruktur. Dalam wawancara terstruktur peneliti
telah menentukan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan terhadap para narasumber. Jenis wawancara ini dirasa paling
cocok dengan penelitian ini, hal ini dikarenakan wawancara ini
dirancang untuk mencari jawaban pertanyaan penelitian. Peneliti
melakukan wawancara terhadap narasumber-narasumber yang
memenuhi kriteria yang telah disebutkan dalam teknik pengambilan
subjek penelitian. Denga melakukan wawancara terhadap narasumber
yang tepat, peneliti menerima informasi-informasi yang mendalam dan
sesuai dengan apa yang peneliti harapkan.
2. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
yang digunakan dalam penelitian ini. Peneliti mengobservasi interaksi
yang terjadi antar warga masyarakat sekolah baik antar siswa dengan
siswa, siswa dengan guru, guru dengan guru, karyawan dengan guru
25
dan lain sebagainya. Dengan melihat interaksi yang terjadi peneliti
dapat mengetahui bagaimana hubungan yang terjalin di dalam
lingkungan sekolah serta bagaimana penanaman nilai-nilai
multikultural yang terjadi di dalamnya, melalui tindakan-tindakan
sehari-hari yang ada di dalam sekolah.
3. Analisis Arsip atau Dokumen
Dalam penelitian ini peneliti akan mengumpulkan berbagai
data, arsip serta dokumen untuk digunakan dalam menganalisis
penelitian ini. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumen resmi, dokumen-dokumen resmi milik SMA N 2
Karanganyar dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, peneliti gunakan
sebagai data dalam penelitian, baik yang sifatnya internal maupun
external. Dokumen resmi internal yang digunakan berupa
pengumuman-pengumuman resmi yang dilakukan sekolah, instruksi,
aturan-aturan yang ada di dalam. Sedangkan dokumen eksternal yang
nantinya akan dijadikan sebagai data penelitian berupa bahan-bahan
informasi yang dihasilkan oleh sekolah tersebut, misalnya majalah
sekolah, bulletin, pernyataan, informasi-informasi di dalam majalah
dinding yang ada di dalam sekolah dan lain sebagainya.
H. Teknik Uji Validitas Data
Sebagai upaya mengoptimalkan kadar validasi data maka peneliti
menggunakan teknik uji validasi data berupa triangulasi data. Triangulasi data
merupakan teknik pengujian keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang
lain. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik validasi data dengan teknik
triangulasi sumber. Dengan menggunakan triangulasi sumber peneliti
membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi dari
berbagai sumber yang peneliti temukan guna memperkuat suatu kebenaran
informasi yang peneliti peroleh.
26
Dengan melakukan triangulasi sumber, yang mana peneliti diwajibkan
untuk mencari data dengan sumber yang beragam namun masih berkaitan satu
sama lain. Maka dalam penelitian ini mengenai bentuk-bentuk pendidikan
multikultural yang ada pada kedua sekolah, yaitu SMA N 2 Karanganyar dan SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta, peneliti membandingkan data-data hasil wawancara
yang diperoleh dari kedua sekolah tersebut. Peneliti membandingkan data-data
yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan terhadap realita yang peneliti temui
di tempat penelitian. Tidak lupa peneliti juga membandingkan data yang diperoleh
dari dokumen-dokumen yang berupa himbauan atau instruksi-instruksi yang
berkaitan dengan multikultural dengan implikasinya di dalam kehidupan sekolah
tersebut.
I. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian tentunya harus diolah agar menjadi
informasi yang sesuai dan bermanfaat bagi penelitian. Dalam teknik analisis data ini
peneliti melakukan dalam tahapan-tahapan yang telah ditentukan, tahapan tersebut
dapat dilihat di bawah ini.
Data yang di peroleh oleh peneliti melalui berbagai teknik pengumpulan
data berupa observasi, wawancara, dan dokumen tentunya tidak semuanya di
gunakan oleh peneliti. Data-data yang digunakan oleh peneliti adalah data-data yang
sesuai dengan penelitian ini guna menjawab pertanyaan penelitian. Melalui tahap
inilah data-data yang diperoleh oleh peneliti kemudian dipilih secara teliti. Data-data
yang berkaitan dengan penelitian, yaitu data yang berkaitan dengan bentuk-bentuk
pendidikan multikultural yang dilakukan oleh sekolah, sedangkan data-data yang
dirasa tidak berkaitan dengan penelitian tidak digunakan.
Setelah data dipilih dan disaring maka data-data yang dianggap penting
dalam penelitian kemudian memasuki tahap kedua berupa tahap interpretasi data.
Pada tahap ini peran peneliti sangat penting, yang mana peneliti melakukan sebuah
interpretasi atau penafsiran arti dari data-data yang diperoleh dalam penelitian,
27
peneliti menafsirkan data-data yang ada guna mendapatkan informasi yang sejalan
dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Setelah tafsiran-tafsiran atau interpretasi data dilakukan maka
membandingkan interpretasi yang di lakukan oleh peneliti terhadap teori pendidikan
multikultural oleh M. Ainul Yaqin. Interpretasi data yang telah dilakukan penulis
kemudian dijadikan sebagai acuan untuk melihat kesesuaian-kesesuaian interpretasi
data dengan pendidikan multikultural oleh M. Ainul Yaqin, sehingga akan diperoleh
kesesuaian atau bahkan ketidak sesuaian antara interpretasi data peneliti dengan
pendidikan multikultural oleh M. Ainul Yaqin.
J. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian kasus ini, peneliti menggunakan prosedur atau langkah –
langkah dari persiapan, pengumpulan data, analisis data dan penyusunan laporaan
penelitan. Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :
1. Persiapan
Persiapan yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini
berupa: a) Menyusun proposal penelitian yang meliputi pengajuan tema,
sumber penelitian terdahulu berupa jurnal-jurnal terkait pendidikan
multikultural dan tulisan proposal penelitian kepada dosen pembimbing, b)
Membuat desain penelitian yaitu dengan megumpulkan bahan atau sumber
materi penelitian yang berasal dari lapangaan berupa data dan pengamatan awal
mengenai pendidikan multikultural serta menyiapkan instrumen penelitian atau
alat observasi, c) Mengurus perizinan penelitian.
2. Pengumpulan data
Peneliti melakukan pengumpulan data di SMA N 2 Karanganyar dan
SMA 1 Muhammadiyah 1 Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan
teknik observasi, wawancara dan studi dokumen, yang mana peneliti
menganalisis dokumen-dokumen yang dapat dijadikan sumber data, lalu
kemudian melakukan pemilahan data-data yang sesuai dan dibutuhkan dalam
penelitian pendidikan multikultural oleh sekolah.
28
3. Analisis data
Analisis data yang di lakukan peneliti berupa: a) Menentukan teknik
analisis data yang tepat sesuai desain penelitian yang meliputi reduksi data
Kategorisasi data (menyusun kategori data dan diberi label) sintesisasi
(mengaitkan). b) Mengembangkan hasil interprestasi data dengan analisis lanjut
kemudian disesuaikan dengan hasil temuan lapangan. c) Melakukan pengayaan
dalam menganalisis data yang sudah ada dengan dosen pembimbing. d)
Membuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
4. Penyusunan laporan penelitian
Penyusunan laporan penelitian dilakukan dengan tahapan-tahapan
sebagai berikut: a) Penyususnan laporan awal. b) Review laporan yaitu
mendiskusikan laporan yang telah disusun dengan dosen pembimbing. c)
Melakuakn perbaikan laporan sesuai hasil diskusi. d) Penyusunan laporan
akhir.
95
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian tentang
Bentuk-Bentuk Pendidikan Multikultural di SMA N 2 Karanganyar dan SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Bentuk-Bentuk pendidikan multikultural di SMA N 2 Karanganyar dapat
dilihat melalui peran-peran yang di lakukan oleh guru dan sekolah, sebagai
berikut:
a. Para guru di SMA N 2 Karanganyar melakukan pendidikan
multikultural dengan memberikan contoh-contoh kasus yang terjadi di
dalam kehidupan masyarakat yang menyangkut multikultural terhadap
siswa-siswi yang mereka didik.
b. Para guru di SMA N 2 Karanganyar menggunakan buku-buku yang
memiliki konten pendidikan multikultural, hal tersebut dapat diketahui
mulai dari materi, gambar, serta contoh soal yang digunakan.
c. Para guru SMA N 2 Karanganyar juga melakukan pendidikan
multikultural kepada siswa melalui tindakan-tindakan berupa nasihat,
tindakan, ataupun perilaku yang mencerminkan tindakan multikultural.
d. SMA N 2 Karanganyar mengadakan kegiatan-kegiatan bermuatan
pendidikan multikultural. Kegiatan-kegiatan tersebut berupa kegiatan
pemotongan hewan kurban yang melibatkan seluruh warga sekolah baik
yang Muslim maupun Non-Muslim, kegiatan Putra-putri “smanda”, dan
peringatan hari raya Kartini.
e. SMA N 2 Karanganyar tidak berperilaku diskriminatif terhadap siswa
ataupun siswi yang ada di lingkungan SMA N 2 Karanganyar. Hal ini
dapat dilihat melalui pendaftaran siswa baru yang berbasis online,
pemenuhan kebutuhan pendidikan rohani sesuai dengan kebutuhannya,
96
dan perilaku yang tidak diskriminatif terhadap siswa yang
membutuhkan support sekolah dalam melaksanakan suatu kegiatan.
2. Bentuk-Bentuk pendidikan multikultural di SMA Muhammadiyah 1
Surakarta dapat dilihat melalui peran-peran yang di lakukan oleh guru dan
sekolah, sebagai berikut:
a. Para guru di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta memberikan
pendidikan multikultural kepada anak didiknya dengan memberikan
nasihat serta pengertian mengenai multikultural yang ada di
Indonesia.
b. Para guru di SMA Muhammadiyah 1 Surakarta menggunakan buku-
buku yang di dalamnya terdapat konten-konten pendidikan
multikultural. Hal tersebut dapat dilihat dari mulai materi, gambar-
gambar ilustrasi yang digunakan, hingga contoh-contoh soal yang
ada.
c. Para guru SMA Muhammadiyah 1 Surakarta selalu bersikap
multikultural dengan menghargai perbedaan, dan bersikap
demokratis di dalam suasana mengajar. Sehingga diharapkan siswa
dapat mencontoh perilaku guru yang bersikap multikultural.
d. SMA Muhammadiyah 1 Surakarta mendorong siswa dalam
melakukan kegiatan bertemakan kebudayaan. Hal ini dapat dilihat
dari ke ikut sertaan SMA Muhammadiyah dalam serangkaian
kegiatan menari tradisional, mendukung siswa dalam mengikuti
kegiatan karnaval kebudayaan, dan lomba-lomba kebudayaan (tari,
macapat) baik dalam sekala daerah, maupun nasional.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dapat dikaji implikasi sebagai
berikut:
1. Implikasi Teori
a. Menambahkan wawasan mengenai pendidikan multikultural.
97
Melalui penelitian ini peneliti mendapatkan wawasan mengenai
bagaimana pendidikan multikultural dijalankan di dalam lingkungan
sekolah.
b. Memberikan Pengetahuan mengenai teori pendidikan multikultural
dari M. Ainul Yaqin. Menggunakan teori ini mempermudah peneliti
dalam melihat bentuk-bentuk pendidikan multikultural, yang dapat
dilakukan di dalam lingkungan sekolah.
2. Implikasi Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh SMA N 2 Karanganyar
dan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta untuk lebih memahami
mengenai Pendidikan Multikultural.
b. Penelitian ini dapat menggambarkan pendidikan multikultural yang
dilaksanakan oleh SMA N 2 Karanganyar dan SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta.
C. SARAN
Setelah mengadakan penelitian dan pengkajian tentang bentuk-bentuk
pendidikan multikultural di SMA N 2 Karanganyar dan SMA
Muhammadiyah 1 Surakarta, peneliti memberikan saran guna
meningkatkan kualitas pendidikan multikultural di sekolah tersebut:
1. Bagi guru dan pihak SMA N 2 Karanganyar
a. Hendaknya guru lebih sering dalam memberikan contoh-contoh
kasus kepada peserta didik mengenai kasus-kasus toleransi. Guna
memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai
multikultural.
b. Hendaknya SMA N 2 Karanganyar tidak hanya memperingati hari
besar agama Islam saja, melainkan secara terbuka memperingati hari
raya ke-enam agama lain.
98
c. Hendaknya SMA N 2 Karanganyar melakukan sosialisasi terhadap
seluruh warga sekolah mengenai sikap saling menghargai dan
menghormati walaupun terdapat perbedaan.
d. Hendaknya sekolah lebih intensive dalam memberikan pengarahan
terhadap siswa mengenai larangan berperilaku diskriminatif
terhadap kaum minoritas.
2. Bagi guru dan pihak SMA Muhammadiyah 1 Surakarta
a. Hendaknya guru lebih sering dalam memberikan contoh kasus
bermuatan multikultural dalam setiap pembelajarannya.
b. Hendaknya pihak sekolah lebih sering dalam menyelenggarakan
kegiatan yang bertemakan multikultural.
c. Hendaknya sekolah memberikan seminar terhadap guru dan semua
warga sekolah mengenai pendidikan multikultural.
99
Daftar Pustaka
Abercrombi, N., Hill, S., & Turner, B. S. (2010). Kamus Sosiologi. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
BPS. (2015). Statistik Politik . Statistik Politik 2015, p. 162.
Hartono, Hasyim, D., & Yudi. (2008). Pendidikan Multikultural di Sekolah.
Surakarta: UNS Press.
Johnson, & Paul, D. (1998). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, L. J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Ofset.
Narwoko, J. D., & Suyatno, B. (2007). Sosiologi teks pengatar dan terpan.
Jakarta: Kenana Penada Medi Group .
Nasikun. (1984). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Raco, J. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya. Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana .
Setiadi, E. M., & Kolip, U. (2013). Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan
Gejala Permasalahan Sosial: Teori Aplikasi dan Pemecahannya. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Sukarna. (1990). Social Control. Bandung: Citra Aditya Bakti .
Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Susan, N. (2012). Negara Gagal Mengelola Konflik Demokrasi dan Tata Kelola
Konflik di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sutinah, B. S. (2013). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana Prenadamedia
Group.
Yaqin, A. (2005). Pendidikan Multikultural Cross Cultural Understanding unuk
demokrasi dan keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.
JURNAL
Ilker, C. (2014). Investigation of the Realtions Between Objectives of Turkish
Primary School Curriculums and Multiculturalism. Procedia - Social and
Behavioral Science, 116, 74-76.
100
Jochem, T., & Maykel, V. (2013). Multiculturalism in the Classroom: Ethnic
Attitudes and Classmates belief. International Journal of Intercultural
Relations, 37, 176-187.
Rahmat, H., Fisher, R., & Rich, S. (2013). Young Malaysian Children’s Silence in
a Multicultural Classroom. Procedia - Social and Behavioral Sciences,
116, 1337-1343.
Semra, D., & Sevgi, O. (2014). The Evalution of Multicultural Teaching Design
Education Program. Procedia - Social and Behavioral Science, 116, 4732-
4736.
Yun-Kyun, C., & Seung-Huang, H. (2013). The Institutionalization of
Multicultural Education as a Global Policy Agenda. Seoul: Hanyang
Univecity.
BERITA ONLINE
Chairunnisa, N. (2017, 7 Agustus ) Pembongkaran Patung di Klenteng Tuban di
Demo Ormas Jawa Timur. Diperoleh pada 11 Desember 2017, dari
https://nasional.tempo.co/read/897807/pembongkaran-patung-di-
kelenteng-tuban-didemo-ormas-jawa-timur
Noroyono, B. (2015, 18 July) Pembakaran Masjid di Papua, Ini Hasil
Penelusuran Komnas HAM. Diperoleh pada 11 Desember 2017, dari
https://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/15/07/18/nrnasd-
pembakaran-masjid-di-papua-ini-hasil-penelusuran-komnas-ham