Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 12

8
Publisher : Wisnu Wardana; Address : Jl. Mela 43 Denpasar, Bali-Indonesia ; Phone/fax (0361) 227610 Email : [email protected] ; Licence/SIUPK : 0094 / 22-09 / PK / I / 2011; TDP : 22.09.5.52.00072 AKOMODASI WISATA KULINER BELANJA HOTEL yang tergabung dalam managemen Starwood Hotel Management ini, terletak di kawasan BTDC Nusa Dua. Vol. I Vol. I No. 12 No. 12 11 - 24 Juli 2011 11 - 24 Juli 2011 Halaman 4 Halaman 5 Halaman 7 JANGAN bilang kalau anda pernah liburan di Bali jika dak berbelanja di sini. Dan, tak ada surga belanja grosiran terbaik di wilayah ini, kecuali di Pasar Kumbasari, Denpasar. Engkun Kurnia Engkun Kurnia Selengkapnya Baca Halaman 3 Tradisi ’Olahraga’ di Hari Raya Galungan dan Kuningan Selengkapnya Baca Halaman 8

description

Bali Travel Newspapers Vol. I No. 12 koran resmi Yayasan Tri Hita Karana Bali

Transcript of Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 12

Page 1: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 12

Publisher : Wisnu Wardana; Address : Jl. Melati 43 Denpasar, Bali-Indonesia ; Phone/fax (0361) 227610 Email : [email protected] ; Licence/SIUPK : 0094 / 22-09 / PK / I / 2011; TDP : 22.09.5.52.00072

AKOMODASI

WISATA KULINER

BELANJA

HOTEL yang tergabung dalam managemen Starwood Hotel Management ini, terletak di kawasan BTDC Nusa Dua.

Vol. I Vol. I No. 12 No. 12 11 - 24 Juli 2011 11 - 24 Juli 2011

Halaman 4

Halaman 5

Halaman 7

JANGAN bilang kalau anda

pernah liburan di Bali jika tidak

berbelanja di sini. Dan, tak ada

surga belanja grosiran terbaik

di wilayah ini, kecuali di Pasar

Kumbasari, Denpasar.

Engkun KurniaEngkun Kurnia

Selengkapnya

Baca Halaman 3

Tradisi ’Olahraga’ di Hari Raya Galungan dan Kuningan Selengkapnya

Baca Halaman 8

Page 2: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 12

2 No. 12 11 - 24 Juli 2011 Info Wisata

NILAI NILAI kebudayaan bangsa Indone-sia yang adi luhung, tentu merupakan kekayaan yang tidak ternilai harganya. Lalu, bagaimana kalau kita tak mampu menjaganya? Sudah pasti akan jatuh ke tangan-tangan orang yang tidak tepat atau bahkan “lari” ke luar negeri.

Usaha inilah yang sedang dilakukan oleh d’Topeng Kingdom, the new destination in Bali yang terletak di Jalan Setia Budi, Simpang Siur, Kuta ini. Museum yang juga merupakan tempat workshop para seniman topeng ini menyimpan lebih dari 2000’an koleksi topeng asli dan kuno dari hampir seluruh propinsi yang ada di Indonesia. Bahkan beberapa koleksinya adalah benda-benda bersejarah yang tak terni-lai harganya dan merupakan hasil “buruan” di luar negeri.

Sebagai salah satu museum yang ada, nilai dari koleksinya sangat nyata dan meru-pakan benda asli dari Indonesia. Namun pihak pengelola museum mensinyalir masih

banyak karya-karya bangsa ini yang dijual ke luar negeri. “Kami menyayangkan sikap dari beberapa kolektor yang menjual hasil dari khazanah budaya bangsa ini ke luar negeri, sehingga beberapa nilai kebudayaan kita, harus dinikmati di luar negeri,” kata Bayu, Marcomm Manager d’topeng kepada Bali Travel Newspa-per baru-baru ini.

Menurutnya, hal-hal seperti ini seharusnya dihindari. Dan, koleksi di d’Topeng Kingdom lah jawabannya. Ada beberapa koleksi yang didapat dengan susah payah dari luar negeri, dan hebatnya semua yang ada di sini, tercatat di Balai Purbakala Nasional, dan merupakan milik negara, dan bukan milik perorangan.

Museum ini terdiri dari 18 galeri yang unik, yang mewakili banyak pulau di Nusantara Indo-nesia ini. Produk berkisar dari peralatan penggu-naan sehari-hari, melalui tekstil, ukiran, lukisan, belati, wayang dan bahkan senjata tradisional. Ada juga galeri pada Boneka Wayang, Batik,

video audio dengan panggung mini yang me-nampilkan tarian hidup dan musik tradisional.

d’Topeng Kingdom Indonesia terletak di Simpang Siur, di Jantung Kuta, dekat dengan Mall Galleria Bali. Museum ini memiliki misi untuk terus menerus berkomitmen dalam menjaga dan melestarikan benda-benda bu-daya Indonesia serta berkontribusi untuk kon-servasi dan pemeliharaan benda bersejarah ini.

Topeng ini memiliki nilai sejarah tinggi, karena beberapa dari koleksi yang dibuat pada 18 sampai abad ke-20. Beberapa dari mereka digunakan untuk upacara keagamaan, ritual ibadah dengan tarian sakral dari berbagai suku dan beberapa istana kerajaan di Jawa, Indonesia.

Untuk itu, bagi anda yang ingin men-getahui sejarah dari Topeng dan kekayaan khazanah budaya bangsa terlengkap di Bali ini, kunjungi d’Topeng Kingdom. BTNews-paper/Krisna

Info Museum di BaliMUSEUM PURI LUKISAN

Founder: Tjokorda Gde Agung Sukawati (1954). Address: Jalan Raya Ubud, Telp: (62-361) 971159; Fax: (62-361) 975136; Email: [email protected]; Website: www.museumpurilukisan.com

NEKA ART MUSEUMFounder: Suteja Neka (1976); Address: Jalan Raya Sanggingan,

Ubud, Gianyar; Telp: (62-361) 975074, (62-361) 975034); Fax: (62-361) 975639; Email: [email protected]; Website: www.museumneka.com

MUSEUM SIDIK JARIFounder: Ngurah Gede Pemecutan (1993); Address: Jalan Raya

Hayam Wuruk 175, Tanjung Bungkak, Denpasar; Telp: (62-361) 235115; Fax: (62-361)765256

NYOMAN GUNARSA MUSEUMFounder: Nyoman Gunarsa (1994); Address: Jalan Pertigaan

Banda No.1, Takmung, Banjarrangkan, Klungkung; Telp: (62-366) 22255; Fax: (62-366) 22256; Email: [email protected]; Website: www.gunarsa.com

MUSEUM RUDANAFounder: Nyoman Rudana (1995); Address: Jalan Cok Rai Pudak

44, Peliatan, Ubud ; Telp: (62-361) 975779; Fax: (62-361)975091; Email: [email protected]; Website: www.museumrudana.com

MUSEUM ARMAFounder: Agung Rai (1996); Address: Jalan Pengosekan, Ubud;

Telp: (62-361) 976659; Fax: (62-361) 974429; Email: [email protected]; Website: www.armamuseum.com

BLANCO RENAISSANCE MUSEUMFounder: Don Antonio Blanco (1998); Address: Campuhan,

Ubud; Telp: (62-361) 975502; Fax: (62-361) 975551; Email: [email protected]; Website: www.blancobali.com; www.marioblanco.com

MUSEUM PENDETFounder: I Wayan Pendet (1999); Address: Bale Bali Nyuh

Kuning, Ubud; Telp: (62-361) 971338; Email: [email protected]

RUNA JEWELRY MUSEUMFounder: Adriaan Palar (2001); Address: Banjar Abiansemal,

Lodtunduh, Ubud; Telp: (62-361) 980710; Fax: (62-361) 981563; Email: [email protected]; Website: www.runamuseum.com

PUTRAWAN MUSEUM OF ARTFounder: Made Putrawan (2004); Address: Jalan Treng-

gana 108, Penatih, Denpasar; Telp: (62-0361) 463737; Fax: (62-0361)462724; Email: [email protected]; Website: www.museumpurna.com, www.alampurivilla.com

MUSEUM BALIFounder: The Government of Holland and Bali in 1932;

Address: Jalan Mayor Wisnu, Denpasar; Telp: (62-361) 222680, 235059

MUSEUM GEDONG ARCAFounder: The Government of Bali in 1974; Address: Bedulu,

Blahbatuh, Gianyar; Telp: (62-361) 942347, 942354; Fax: (62-361) 942354; Email: [email protected]

MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT BALIFounder: The Government of Bali in 2003; Address: Jalan

Raya Puputan, Niti Mandala, Denpasar; Telp: (62-361) 264517; Fax: (62-361) 264516

MUSEUM LA MAYEURFounder: The Government of Bali in 1957; Address: Jalan

Hang Tuah, Sanur Beach, Denpasar; Telp: (62-361) 286201; Fax: (62-361) 222680

MUSEUM MARGARANAFounder: The Government of Bali in 1983; Address: Kelaci

Village, Tabanan; Telp: (62-361) 7442553

MUSEUM SITUS PURBAKALAFounder: The Government of Bali in 1994; Address: Jalan

Melaya,Gilimanuk (near Java-Bali ferry port).

MUSEUM GEDONG KIRTYAFounders: Mr.Liefrinck & Dr.H.N.Van der Tuuk in 1928; Ad-

dress: Jalan Veteran, Singaraja; Telp: (62-361) 286201

MUSEUM SUBAKFounder: The Government of Bali in 1975; Address: Sanggu-

lan Village, Jalan Gatot Subroto, Tabanan; Telp: (62-361) 810315; Email: [email protected]

MUSEUM SEMARAJAYAFounder: The Government of Bali in 1992; Address: Jalan

Untung Surapati No.3, Semarapura; Telp: (62-366) 21448; Fax: (62-366) 22848

MUSEUM BULELENGFounder: The Government of Bali in 2002; Address: Jalan

Veteran, Singaraja; Telp: (62-361) 286201

LATA MAHOSADHIFounder: Indonesian Institute of Art (ISI Bali) in 1997; Ad-

dress: Jalan Nusa Indah, Denpasar: Telp: (62-361) 227361; Fax: (62-361) 975551

D’Topeng KingdomD’Topeng Kingdom

Reno Halsamer, the Owner

Page 3: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 12

3No. 12 11 - 24 Juli 2011

Tips Cerdas untuk Sehat

BALI Cultural Landscape (BCL) sebagai Warisan Budaya Dunia (WBD), telah dipersiapkan sejak sekitar 10 tahun yang lalu. Bendel dosier-nya bolak-balik Unesco (Pa-ris) dan Bali (Indonesia), karena ha-rus terus menerus mengalami revisi. Setelah mengalami beberapa kali re-visi, akhirnya tersiar bocoran-khabar bahwa Unesco menganggap usulan dari Bali sudah lengkap. Bulan September tahun ini Unesco akan mengadakan visitasi ke Bali, untuk melihat kawasan yang diusulkan. Kemudian bulan Juli th.2012, pihak Unesco akan mengadakan sidang penetapan. Apakah dosier yang kita usulkan akan diterima atau tidak.

Untuk tujuan itu, marilah kita merenung, tentang usaha-usaha yang telah dilakukan kalan-gan pemerintah dan masyarakat, untuk mewujudkan alam Bali yang berkelanjutan. Diantaranya adalah tentang usulan BCL, sebagai Wari-san Budaya Dunia. Patut diketahui bahwa Bali Cultural Lanscape adalah kawasan hamparan alam Bali, yang sekaligus memiliki aura dan nilai-

nilai budaya. Khususnya nilai aura Tri Hita Karana (THK). Masyarakat dunia menilai bahwa kawasan alam Bali bukanlah kawasan artefak yang kering, profan, tidak memiliki nilai-nilai, dan tidak berbudaya.

Patut diketahui bahwa hanya di Bali ada kawasan alam yang memiliki nilai-nilai budaya. Hal itu dicirikan dengan adanya berbagai pura pada setiap hamparan alam Bali. Pura adalah penciri dan sim-bol dari eksistensi kebudayaan Bali. Eksistensi sebuah pura tidak mungkin serta-merta muncul di se-buah kawasan, tanpa ada eksistensi budaya masyarakat di kawasan tsb. Oleh karenanya, titik pusat dari Bali Cultural Lanscape yang diusulkan ke Unesco, dicirikan dan diperkuat dengan adanya eksistensi pura-pura. Misalnya, kawasan Batukaru, kawasan Batur, dan Taman Ayun, dengan berbagai hamparan alam, dengan eksistensi pura-pura di kawasan itu. Batukaru dengan ham-paran hingga ke Subak Jatiluwih. Batur dengan hamparan kawasan hingga Tukad Pakerisan. Selanjutnya

kawasan Pura Taman Ayun, hingga hamparan sawah pada berbagai subak yang ada di hilirnya.

Cultural Landscape atau ka-wasan bentang alam yang memiliki nilai-nilai budaya, sangat penting bagi Bali dan bagi umat manusia du-nia. Eksistensi kawasan alam seperti ini hanya ada di Bali. Hampir tidak ada di kawasan lainnya di dunia, yang bentang alamnya memiliki aura dan nilai budaya. Oleh karenanya, pandangan Unesco tampaknya hampir sepadan dengan pandan-gan kita. Bahwa cultural landscape di Bali sangat penting dilestarikan, agar dapat berkelanjutan, dan san-gat perlu menjadi warisan dunia. Banyak pandangan para ahli yang menyatakan bahwa mumpung di Bali masih eksis asset yang bisa di-wariskan oleh umat manusia dunia, maka asset itu sangat perlu dijaga dan kemudian dapat diwariskan secara berkelanjutan.

Kalau dalam sidang Unesco bulan Juli tahun depan, dosier yang diusulkan Bali dapat disahkan, maka Bali akan tercatat memiliki

sumbangan yang sangat penting bagi umat manusia dunia. Selan-jutnya di balik semua kebanggaan itu, maka masyarakat Bali memiliki tugas yang sangat berat. Yakni, bagaimana memelihara kepercay-aan dunia, agar kita semua dapat memelihara alam Bali tersebut. Ka-lau tidak, maka sertifikat-pengakuan dari Unesco itu tentu akan dicabut. Hal seperti itu telah pernah terjadi, untuk sebuah hamparan kawasan tertentu di Filipina.

Untuk menjaga kepercayaan dunia dalam kaitan dengan pene-tapan sebagai WBD bagi BCL, maka peranan petani di Bali dengan sistem subak-nya menjadi sangat penting. Kalau sawah milik petani di Bali yang termasuk dalam kawasan hamparan cultural landscape terpaksa harus dijual, dan kemudian sawahnya dialih fungsikan, maka BCL sebagai warisan budaya dunia akan hancur dan bubar. Hal itu pasti juga akan membawa implikasi bagi kehancuran eksistensi ekonomi dan kebudayaan Bali. Oleh karenanya, kita usulkan agar Pemda Bali dan Pemkab di Bali harus segera

mengambil berperan-serta untuk penyelamatan warisan dunia ini.

Kita usulkan agar para petani anggota subak di kawasan cultural landscape, harus mendapatkan insentif dan apresiasi yang wajar. Bentuknya dalam wujud (i) pembe-basan petani dari pajak PBB; (ii) pet-ani mendapatkan subsidi input dan output; dan (iii) pada setiap subak mendapatkan pedampingan pem-bentukan koperasi tani, penerapan teknologi yang sepadan, dll dalam usaha peningkatan kesejahteraan petani. Kita yakin bahwa kalau pet-ani merasa mendapatkan apresiasi, dan mereka menjadi senang bertani, maka hal ini adalah prasyarat yang dominan untuk menjaga Bali Cul-tural Landscape sebagai Warisan Budaya Dunia. Masalahnya adalah apakah Gubernur dan para Bupati yang terkait, merasa concern terha-dap nasib petani, nasib subak, dan nasib WBD tsb.

*) Wayan Windia, adalah Guru Besar Univ.Udayana, dan Assesor

THK Awards

O P I N IBali Cultural Landscape Warisan Dunia Berbasis Tri Hita Karana

Oleh Wayan Windia *

SUDAHKAH kita cukup minum hari ini? 60% tubuh manusia terdiri dari cairan dengan demikian cairan memegang peranan sangat penting agar setiap organ dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Tubuh kehilangan cai-ran melalui berbagai macamcara antara lain melalui buang air kecil dan berkeringat. Oleh karena itu tubuh harus mendapat asupan cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang. Bila tubuh kehilangan cairan lebih banyak dibanding-kan dengan asupan cai-ran yang diperoleh maka timbullah keadaan yang disebut dengan dehidra-si. Beberapa penyebab dehidrasi adalah udara yang panas dan kering, terpapar di bawah sinar matahari dalam waktu lama, konsumsi cairan yang kurang, obat-obatan tertentu yang meningkat-kan frekuensi buang air kecil, diare atau muntah berulang, dan masih ban-yak sebab lain.

Bila keadaan dehi-drasi tidak segera ter-tangani dengan baik maka fungsi berbagai organ tubuh akan terganggu. Ketika volume darah berkurang muncul kondisi yang disebut dengan syok hipovolemik. Keadaan ini ditan-dai dengan tekanan darah turun, nadi lemah dan cepat, kulit pucat, ujung-ujung jari dingin, sesak napas, hingga penurunan kesadaran. Kondisi ini menandakan organ-organ sudah mulai kekurangan darah dan akan terganggu fungsinya.

Efek buruk dehidrasi harus ditangani

sesegera mungkin yang salah satunya adalah dengan terapi rehidrasi oral sebagai upaya un-tuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang lewat oral (diminum). Terapi rehidrasi oral merupakan perawatan dasar untuk penderita dehidrasi sehubungan dengan keadaan me-nyebabkan kehilangan banyak cairan tubuh.

Berikut ini adalah hal-hal yang dapat dilakukan serta hal-hal yang perlu dihindari sehubungan dengan dehidrasi.

Mengenal Dehidrasi dan Rehidrasi Oral

oleh : dr. A. A. Istri Murwitha Prasanti Agung Klinik Umum Manu Waluya

LAKUKAN JANGAN LAKUKAN 1. Langkah awal mengatasi

dehidrasi adalah dengan mengkonsumsi larutan gula dan garam, sup ayam dengan garam, atau air beras dengan garam.

2. Perbandingan larutan gula garam

yang tepat adalah garam 1 sendok teh gula 8 sendok teh dan air matang 1 liter

3. Apabila memungkinkan, lebih

baik jika terapi rehidrasi oral menggunakan oralit atau pedyalite. Larutan ini adalah jenis larutan yang mengandung gula dan garam dengan komposisi yang tepat, serta mengandung beberapa jenis ion-ion lain yang diperlukan oleh tubuh. Kedua jenis larutan ini dapat diperoleh dengan mudah di apotek.

1. Jangan memberikan minuman yang terlalu manis sebagai terapi rehidrasi oral karena larutan yang terlalu banyak mengandung gula memiliki osmolaritas (ukuran konsentrasi partikel padat dalam suatu larutan) yang tinggi sehingga menarik air ke usus, akibatnya memperparah dehidrasi.

Rubrik Manu WaluyaMANU = Manusia

WALUYA = Sehat, Sembuh, Selamat

SEBAGAI General Manager hotel bintang 3 yang akan segera diluncurkan di Jl. Teuku Umar Denpasar ini, Engkun Kurnia menaruh harapan bahwa All Seasons Bali Denpasar sebagai salah satu hotel yang mengedepankan kesejahteraan karyawan dan dapat memberi-kan kontribusi yang nyata untuk masyarakat sekitar. Selain itu juga dapat menjadi salah satu detinasi dan pilihan untuk para pebisnis untuk menghabiskan malamnya di kota Den-pasar. “Kami menargetkan market domestic, tetapi tidak menutup kemungkinan pasar Asia, Russia, dan America akan kami tembus juga”, ucap Bapak yang hobi lari ini.

Lebih lanjut dikatakan Engkun, keung-gulan yang dimiliki oleh All Seasons Bali Den-pasar adalah dinamis dan simple, layaknya city hotel, tetapi yang khas adalah All Seasons Bali Denpasar adalah hotel bintang tiga, dan tidak melupakan budaya setempat, yakni budaya Bali. Hotel ini memiliki153 kamar, selain itu juga All Seasons Bali Denpasar memiliki lima ruang rapat yang bisa menampung lebih dari 200 orang. Engkun yang baru pertama ka-linya mengepalai hotel di Bali ini, mengatakan bahwa kenyamanan, pelayanan, dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) mereka sudah merupakan standard dari Accor Interna-tional, yang merupakan Hotel Management yang membawahi All Seasons Bali Denpasar. Dimana untuk kualitas SDM, selalu rutin dilak-sanakan program peningkatan kemampuan,

atau skill individu masing-masing. Ditanya mengenai karyawan yang di-

rekrut, Engkun mengungkapkan bahwa ma-syarakat lokal yang diserap sudah besar dan cukup, “kami konsisten untuk menerapkan komunikasi terhadap masyarakat sekitar hotel kami, karena hal ini yang paling penting untuk kelanjutan Bali kedepan, dan tentunya saling menghormati”, ucap pria yang asli berdarah Sunda ini. Menurutnya, sesama manusia kalau saling menghargai tentunya akan membuat kanyamanan bersama dan bisa menciptakan keharmonisan antar manusia itu sendiri.

Lebih lanjut, Engkun mengungkapkan kekagumannya terhadap pulau Bali, yang in-dah dan minim akan tingkat kriminalitasnya. Bali memiliki kekuatan magis yang bisa meng-hipnotis tiap orang yang ada. Oleh karena itu dia menyatakan kesiapannya sebagai GM All Seasons Bali Denpasar untuk mengede-pankan nilai-nilai budaya Bali, khususnya sehingga bisa kuat dan bertahan, dan akan focus bekerja untuk memberikan kontribusi terhadap masyarakat, karyawan, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan manusia.

“Saya ingin agar semuanya dapat berjalan dengan lancer, didoakan dan dengan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa, mudah-mudahan semua dapat terwujud dengan baik”, ucapnya. Selamat datang di Bali, dan selamat bekerja Pak Engkun Kurnia, General Manager All Sea-sons Bali Denpasar. BTNewspaper/Krisna

2nd Floor RB. Permata Hati

Jalan Teuku Umar Barat 71XX – Denpasar.

P: 0361.3691289, 0361.486579 ext.117/118.

E: [email protected]

General Manager All Seasons Bali Denpasar

Engkun Kurnia

Page 4: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 12

4 No. 12 11 - 24 Juli 2011Akomodasi

NYOMAN Sugiarta, yang akrab dipang-gil dengan Nyoman ini, merupakan Director of Housekeeping di The St. Regis Bali Resort. Ketua tim THK St. Regis ini mengakui bahwa THK di St. Regis berjalan secara sinergis dan konsisten. Program-program Tri Hita Karana (THK) yang selalu ditingkatkan adalah CSR (Cooperate Social Responbility), disamping program-program lainnya.

Lebih lanjut Nyoman mengungkap-kan pihak manajemen, Starwood Hotels and Resorts, memiliki program Four Care yaitu Care Guest, Care Karyawan, Care Business, dan Care Community. Dengan

demikian program Four Care sangat seja-lan dengan nilai-nilai THK. Oleh sebab itu semuanya diadopsi dalam implementasi konsep Tri Hita Karana di St.Regist.

“Semua yang kami lakukan adalah untuk menjaga nilai-nilai tradisi Bali dan kami men-sinergikan dengan yang bisa kami lakukan”, ucap pria yang selalu tersenyum ini.

Menurut Nyoman, pihaknya terus mensyukuri terhadap apa yang telah di-programkan dan berhasil dilaksanakan. Ikut program THK Awards yang diseleng-garakan oleh Yayasan Tri Hita Karana

Bali merupakan salah satu upaya untuk membuktikan apa-apa yang diprogramkan itu berhasil dan membawa manfaat bagi masyarakat banyak, termasuk owner dan manajemen.

Nyoman berharap dengan adanya THK Awards yang hanya satu-satunya diselenggarakan oleh Yayasan THK Bali, akan berpengaruh terhadap Bali. Dengan demikian, Bali akan lebih harmoni pada masa mendatang. “Mari dari Bali kita mulai untuk masa depan yang lebih baik dengan Tri Hita Karana”, tegas Nyoman. BTNewspaper/Krisna

HOTEL yang tergabung dalam managemen Starwood Hotel Management ini, terletak di ka-wasan BTDC Nusa Dua. “Kami ikut program Tri Hita Karana Awards & Accreditation sebanyak 2 kali,” ungkap Nyoman Sugiarta selaku Tim THK hotel tersebut.

Saat tim Bali Travel News-paper bertemu dengan Tim THK St.Regist, Senin (20 Juni), Nyoman Sugiarta dengan lancar menjelas-kan ketiga aspek THK telah di-implementasikan di hotel yang memiliki luas 10 hektar ini.

Misalnya, dengan “Green Program”, sebagai implementasi konsep Palemahan (hubungan harmonis dengan alam), terlihat bahwa setiap bangunan (bungalow) memiliki private garden yang tertata apik. Bahkan, dengan jumlah kamar 123 kamar, hotel ini menyisakan banyak ruang terbuka hijau.

“Dengan banyaknya ruang terbuka hijau, jelas kenyamanan wisatawan yang menginap di sini akan terjamin,” katanya sembari menambahkan, hotel ini mulai berbenah untuk ikut program “Earth Check”, yang sekaligus

menjadi tolok ukur terhadap im-plmentasi THK bidang Palemahan.

“Kami selalu memperhatikan lingkungan, tidak hanya lingkun-gan alam, tapi juga lingkungan spiritual. Hal ini disebabkan, di ka-wasan hotel kami banyak terdapat wilayah yang disakralkan masyara-kat setempat”, kata Nyoman.

Memang kenyataannya, se-cara spiritual, kawasan Hotel St. Regis berbatasan dengan daerah Sawangan yang memiliki Pura Dalem Pe-nataran dan beberapa pura yang sudah ada sebelum hotel ini berdiri. Oleh sebab itu, di bidang Parahyangan yang merupakan salah satu komponen THK sebagai perwujudkan harmonisasi hubungan dengan Tuhan, menjadi bagian penting dari pihak manajemen hotel.

Secara niskala (alam yang tidak terlihat) yakni alam maya, kawasan St. Regis merupakan kawsan suci, sehingga apabila ingin menyelenggarakan upacara keagamaan, mereka selalu me-minta ijin kepada dunia niskala

Nyoman Sugiarta:

Tri Hita Karana akan Menjadikan Bali yang lebih Harmoni

The St. Regis Bali Resort

Konsisten dengan Konsep Tri Hita Karanayang disebut dengan upacara ma-tur piuning.

Hal inilah yang mendorong ketaatan beribadah bagi karyawan hotel yang memeluk agama Hindu sebagai keyakinanNya. Misalnya, mereka secara rutin melaksanakan persembahyangan setiap hari. Begitu juga umat agama lainnya, pihak manajemen memberikan kebebasan, dan bahkan memfasili-tasi semua kegiatan keagamaan di lingkungan hotel.

Kemudian, di bidang Pawon-gan (hubungan harmonis dengan sesama) sebagai salah satu bagian yang terpenting dalam implemen-tasi THK diwujudkan dalam bentuk program CSR (Cooperate Social Re-sponsibility). Salah satunya adalah Program Care (peduli) dari mana-jemen Starwood Hotels & Resort

yakni “Starwood Care Program”. “Kami selalu bersinergi, sehingga dapat mencapai hasil yang baik, dan akan terus kami tingkatkan”, tegas Nyoman.

Bentuk nyata program CSR dari St. Regis adalah memberi-kan berbagai sumbangan pada setiap peringatan HUT hotel. Dan nilainya yang sangat besar, seperti sumbangsih untuk kepentingan masyarakat sekitar, berupa donasi untuk Banjar Sawangan, Nusa Dua.

Sementara untuk kesejahter-aan karyawan, pihak manajemen sangat konsern terhadap setiap aktivitas yang dilakukan oleh kary-awannya. Ada sumbangan dan donasi, bila ada karyawan yang menikah, atau pada saat ada yang berduka. Hal ini menjadi perhatian yang maksimal sesuai kemampuan

manajemen. “Dengan demikian, rasa kebersamaan kita sesama karyawan St. Regis bertambah be-sar, sehingga kinerja mereka lebih optimal”, kata Nyoman.

Bentuk sosial lainnya adalah sumbangan kepada SDN (Sekolah Dasar Negeri) No. 4, Benoa. Pihak manajemen memberi porsi yang cukup besar bagi sektor pendidi-kan. Begitu juga untuk beberapa Panti Asuhan yang ada di kawasan Denpasar, Badung, dan Singa-

raja. “Kami memberikan beberapa unit computer dan melakukan renovasi terhadap beberapa Panti Asuhan yang bangunan-nya mulai rusak,” katanya.

Dengan banyaknya aktivitas THK di The St. Regis Bali Resort ini, maka tidak salah, jika pada ta-hun 2010, hotel ini meraih

Gold Medal pada THK Awards & Accreditation yang dilaksanakn oleh Yayasan Tri Hita Karana Bali. Dan, apabila pada tahun ini bisa mempertahankan emas, maka Emerald Awards sebagai bentuk penghargaan Green Hotel pasti disabet St.Regist. Semoga. BT-Newspaper/Krisna

Page 5: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 12

5No. 12 11 - 24 Juli 2011Wisata Kuliner

JIKA anda ingin berburu kuliner di Bali, tidak ada salahnya mencoba Betutu khas Warung Pak Man, yang juga menyediakan beberapa kuliner lezat lainnya, seperti sate lilit khas Bali, Ayam Taliwang, lawar khas Bali, dan ini disajikan dengan hegienis dan sangat bersih. Warung ini terle-tak di Jl. Kediri, Kuta. Rasa ayam betutu khas Bali ini, sangat meng-goda selera makan anda, karena bumbu-nya yang pas enak dan gurih. Sehingga meresap sampai ke tulang ayamnya. Dan inilah makanan berkelas yang menggugah dan siap menggoyang lidah anda. Sate lilit yang ada juga sangat enak, dagingnya begitu lembut, karena diolah sendiri dan diaduk dengan rata, begitu juga pemanasan yang cukup memberikan efek lezat yang luar biasa, seakan dagingnya meledak di mulut anda.

Lawar yang juga merupakan masakan khas Bali, diaduk langsung oleh sang juru masak (Chef) yang juga pemilik rumah makan ini, sehingga rasanya renyah dan gurih. Dan siap tersedia untuk anda kapan saja. Racikan dari lawar Warung Pak Man ini bisa menjadi salah satu lawar terenak dan terbaik di Kuta. Bagi anda yang ingin makanan khas Bali dan hegienis dalam pembuatan dan penyajiannya, datang saja ke Warung Pak Man, Jl. Kediri Kuta. BTNewspaper/Photo by: Krisna

kmPbsTdstabgnmindlibdylum

Lawar yang juga merupakan masakan

Ayam Betutu dan Sate Lilit Khas Bali yang Menggoyang Lidah

Page 6: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 12

6 No. 12 11 - 24 Juli 2011 Pesona Nusantara

P E R J U A N G A N Iswanto untuk menyu-arakan gerakan peduli lingkungan tidaklah mu-dah. Namun berkat ban-tuan istri, anak-anak dan warga masyarakat desa Sukunan serta seluruh pi-hak yang peduli kelestar-ian lingkungan, akhirnya mampu mengantarkan Sukunan sebagai Kam-pung Wisata Lingkungan yang paling banyak dikunjungi wisatawan maupun tamu-tamu penting yang berasal dari berbagai instansi dan sekolah.

Berbagai penyuluhan dan pelatihan dilaksanakan demi tercapainya Sukunan yang bersemi, seperti halnya penyuluhan dengan seminar, permainan, lagu-lagu, serta pelatihan bagi ibu-ibu, karang taruna, serta anak-anak. “Ini semua merupakan kerja keras masyarakat Sukunan yang secara sadar tahu bahwa melestarikan lingkungan itu pent-ing!,” ungkap bapak yang sekaligus dosen jurusan Kesehatan Lingkungan di Politeknik Kesehatan Yogyakarta.

Jebolan S2, Fakultas Kedokteran, Univer-sitas Gadjah Mada ini menambahkan, Suku-nan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat Indonesia yang tertarik dengan pengola-

han sampah yang berwa-wasan lingkungan. Jika tertarik untuk mendalami lebih dalam, di Sukunan disediakan pendidikan dan pelatihan, mulai dari rancang bangun sistem pengelolaan sampah, pendidikan lingkungan anak, daur ulang kertas sampah dan plastik, daur ulang Styrofoam/gabus, serta pembuatan kom-

pos, pupuk cair dan inokulan/starter.Suami Endah Suharti ini tak kenal lelah

dalam melayani masyarakat yang ingin tahu leb-ih jauh mengenai sistem pengelolaan sampah berwawasan lingkungan. Alhasil, desa Sukunan berhasil meraih beberapa penghargaan tingkat provinsi hingga tingkat nasional, seperti halnya Juara I Lomba Program Daur Ulang Nasional 2004, Clean and Green Prov. DIY yang diseleng-garakan oleh Unilever bekerjasama dengan Provinsi DIY, Juara I Desa Wisata Kabupaten Sleman, dan lain sebagainya.

Iswanto berharap, lewat desa Sukunan ini mampu membuka mindset dan hati ma-syarakat, sehingga sadar dan untuk bersama-sama melestarikan lingkungan, terutama dalam hal pengolahan sampah rumah tangga. BTNewspaper/Titah

“LUAR BIASA!”. Demikian terucap spontan, ketika Bali Travel Newspaper mengunjungi Desa Sukunan yang kini menjadi “Kampung Wisata Lingkungan Sukunan”. Betapa tidak, Sukunan yang terletak 5 km dari arah barat Tugu Yogyakarta ini merupakan salah satu daerah di Yogyakarta yang sangat peduli dengan lingkungan.

Lagu Mars a la Sukunan di atas merupakan salah satu bukti bahwa Sukunan terus berjuang un-tuk menyadarkan masyarakatnya tentang penting-nya pelestarian lingkungan. Sukunan yang terletak di tengah-tengah kota pelajar ini juga merupakan salah satu pelopor bagi terbentuknya organisasi-organisasi peduli lingkungan di Yogyakarta. Sempat meraih Juara I dalam Lomba Kreasi Daur Ulang Tingkat Nasional Tahun 2004 merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Yogyakarta umumnya, dan desa Sukunan khususnya.

Sebelum dikenal sebagai Desa Wisata Lingkun-gan, Sukunan awalnya hanyalah sebuah kampung kecil biasa, di mana rasa kebersamaannya masih sangat kental. Sama halnya dengan keadaan di kota, sampah-sampah berserakan di mana-mana, walaupun sampah-sampah sudah dikumpulkan, itu pun justru dibakar, ditanam, ataupun dibuang sembarangan di selokan, sehingga jika dibiarkan terus-menerus tentu akan merusak lingkungan.

Berangkat dari keprihatinan tersebut, Iswanto selaku pelopor peduli lingkungan di Desa Sukunan akhirnya berusaha mengolah sampah-sampah tersebut menjadi sesuatu yang bisa digunakan kembali sehingga tidak merusak lingkungan.

Dengan bermodalkan semangat dan rasa kebersamaan yang tinggi, Iswanto didampingi istri, Endah Iswanto dan keluarga beserta beberapa

Buka Mindset dan Hati Masyarakat

ISWANTO

Kampung Wisata Lingkungan “Sukunan”:

Tawarkan Paket Wisata Berwawasan Pendidikan LingkunganMarilah mari wahai warga sukunanKita jaga kebersihan lingkunganJangan lupa kita harus memisahkanSampah plastik, kertas, kaca dan logam

Kita harus jaga kesehatan,Buang sampah jangan sembarangan,Bakar sampah jangan dilakukan,Sampah-sampah yo.. kita kumpulkan

Kampung Sukunan bersih dan nyaman(Lagu Mars “SUKUNAN BERSEMI”

karya kel. Iswanto)

masyarakat Sukunan mencoba mensosialisasikan ide mereka. Walaupun harus jatuh bangun, namun akhirnya mereka bisa menyentuh hati masyarakat Sukunan untuk bersama-sama mengolah sampah-sampah yang berwawasan lingkungan, misalnya mengolahnya menjadi pupuk kompos, barang kerajinan, ataupun sebagai bahan bangunan.

Alhasil kini Desa Sukunan berhasil menjadi salah satu desa yang sangat peduli dengan ling-kungan, dan sistemnya yang dikenal adalah sistem pengelolaan sampah mandiri, produktif, dan berwa-wasan lingkungan. Mandiri adalah bagaimana desa Sukunan bisa mengelola sampah tanpa tergantung pada pemerintah. Produktif adalah melihat sampah sebagai sumber daya, sehingga bisa menghasilkan pendapatan bagi personal ataupun bagi Desa Suku-nan. Ramah lingkungan adalah mengelola sampah tidak asal bersih, tetapi bagaimana bisa mengelola sampah yang berwawasan lingkungan.

Paket WisataMenarik, bukan? Tunggu apa lagi, jika anda

ingin berwisata ke Sukunan untuk melihat lang-sung bagaimana masyarakat Sukunan mengolah sampah-sampah berwawasan lingkungan tersebut, anda bisa mengambil beberapa paket wisata yang telah disediakan.

Untuk seputar pengelolaan sampah, di Suku-nan disediakan paket pelatihan dan paket kunjun-gan. Untuk paket pelatihan berkisar Rp 300.000 – Rp 500.000/paket yang mana setiap paket terdiri dari 20 orang. Sedangkan untuk paket kunjungan tarifnya Rp 200.000 untuk 25 orang, di mana setiap

kenaikan 25 orang ditambah Rp 100.000. Jika anda sudah puas melihat serta mempe-

lajari bagaimana mengelola sampah, anda bisa memilih paket-paket lain yang juga disedikan oleh Desa Sukunan, diantaranya anda bisa memilih paket kesenian, paket pertanian, paket peternakan, out-bond dan lain sebagainya. Jika anda ingin menginap, masyarakat Sukunan juga menawarkan rumah mereka sebagai tempat penginapan yang tarifnya Rp 50.000/kamar/hari.

Menurut Endah Suharti, wisatawan yang berkunjung ke Sukunan tak hanya wisatawan lokal, namun juga wisatawan mancanegara. Rata-rata jumlah pengunjung perbulannya sekitar 500 orang. “Umumnya, mereka puas berkunjung ke Sukunan, bahkan ada yang sampai menginap,” ungkap ibu dua anak ini tersenyum.

Bagi wisatawan mancanegara, mereka umum-nya berasal dari Amerika, Eropa, Australia, Afrika, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk wisatawan lokal berasal dari seluruh pelosok Indonesia.

Prosedur Mengelola SampahAdapun prosedur pengelolaan sampah non-

organik di Sukunan antara lain masing-masing dimulai dari rumah tangga, di mana mereka harus memisahkan sampah sesuai jenisnya seperti sam-pah plastik, kertas dan kaca logam ke tempatnya masing-masing.

Setelah penuh, mereka membawa dan mema-sukkan sampah-sampah tersebut ke dalam drum sesuai jenisnya yang telah disediakan di beberapa titik di Desa Sukunan. Tugas masing-masing rumah

tangga hanyalah sampai di sini, selanjutnya petugas mengambil sampah di drum tersebut sesuai jenis-nya untuk dibawa ke TPS Kampung. Di TPS (Tempat Pembuangan Sementara) ini, sampah dikemas dan dijual, hasil penjualannya digunakan sebagai biaya operasional, dan sisanya masuk kas kampung.

Sedangkan untuk pengelolaan sampah or-ganik, seperti halnya sisa makanan, sisa sayuran, lauk, dan nasi, dikelola sendiri oleh masing-masing rumah tangga dengan gentong atau komposter. Untuk sampah pekarangan bisa dibuat kompos dengan bak pengomposan. Nah, jika sampah yang berada dalam gentong dan bak pengomposan su-dah menjadi kompos, maka kompos tersebut bisa dipanen, dikemas, dan dijual.

Barang KerajinanBegitu pula halnya dengan kerajinan daur

ulang sampah yang berasal dari plastik dan Styro-foam, seperti halnya plastik sachet minuman, snack dan refill merupakan bahan utama unit kerajinan daur ulang yang dikumpulkan dari masyarakat, warung, toko ataupun kafe. Ternyata plastik-plastik yang sering kita buang tersebut bisa menjadi barang-barang yang bisa digunakan kembali setelah diolah dengan kreasi ala Sukunan, seperti tas, dom-pet, topi, tempat koran, map dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk produk daur ulang dari Styrofoam atau gabus putih bisa menjadi batako dan pot. Iswanto mengatakan bahwa dengan ad-anya Sukunan sebagai desa pelopor pengelolaan sampah berwawasan lingkungan, kini telah muncul jejaring-jejaring yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Untuk Yogyakarta sendiri terdapat Merti Bumi Lestari, Jaripolah, Amor dan lain sebagainya. Di sini Sukunan menjadi inspirasi, yang mana anggotanya yang telah tersebar di Indonesia dan mereka bisa mengkreasikan sendiri hasil pengolahan mer-eka sesuai dengan latar belakang wilayah mereka. “Prinsipnya sama dengan Sukunan, yakni ada pe-milahan sampah, penjualan, serta pengolahan,” ungkap Iswanto. Iswanto berharap, dengan adanya semacam aksi-aksi pengelolaan sampah mandiri ini diharapkan pemerintah harus segera mem’follow up ke dalam peraturan-peraturan daerah yang seirama dengan sistem pengolahan sampah man-diri, dan harus konsisten, sehingga dari sini beban pemerintah di dalam mengelola sampah menjadi ringan, karena sudah masyarakat yang mengelola.

“Dalam hal ini peraturan-peraturannya har-uslah tegas, di mana harus ada reward dan funish-ment,” tegasnya. BTNewspaper/Titah

MERCURE Resort Sanur memperkenalkan mascot barunya, “Ange-lie” the cow. Mascot ini mempresentasikan “ter-nak” yang paling dekat dengan petani Bali yaitu Sapi Bali (betina) yang bernama Angelie. Tu-gasnya, membantu ‘gar-dener’ hotel untuk membersihan pantai setiap hari.

Kini, sapi ini tumbuh menjadi seekor ternak yang sangat rajin membantu ‘the gardener’s’ hotel dan tak jarang menarik

perhatian tamu yang melintas di pantai Sanur.

Idea me-launching Angelie sebagai mas-cot hotel adalah untuk memberikan kenangan unik bagi wisatawan yang menginap di ho-tel, sehingga mereka mempunyai cerita yang

unik saat berlibur di Bali. Selain itu, tentu untuk membersihkan pantai dengan cara yang eco-friendly, sehingga hotel Mer-cure Resort Sanur menjadi resort yang environment-friendly. BTNewspaper/PR

“Angelie,” Maskot Baru Mercure Resort

HARRIS and POP Hotels - HARRIS dan POP! Hotels Bali menggelar “Thank You Party”, Jumat (Juni 24), bagi travel agents lokal yang telah mendukung HARRIS dan POP! Ho-tels Bali selama bertahun-tahun. Sekitar 30 travel agents menghadiri acara ini yang diisi dengan hiburan seperti Live DJ Performances, Fashion Show, Music, Dance, dan Awarding session. “Thank You Party” ini adalah suatu ke-sempatan untuk memberikan penghargaan kepada travel agents yang telah bekerja sama dengan HARRIS dan POP! Hotels Bali, disamping untuk mempererat hubungan kerja sama. Pada kesempatan ini juga diumumkan bahwa pada tahun 2013 HARRIS dan POP! Hotels akan menambah jum-lah kamarnya menjadi 6.500 kamar di seluruh Indonesia. “Di Bali ada 9 HARRIS Hotels dan 6 POP! Hotels pada tahun 2013 mendatang,” ungkap Marc Steinmeyer, President Director TAUZIA Hotels Management. BTNewspaper/Photo by : Krisna

Page 7: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 12

7No. 12 11 - 24 Juli 2011Belanja

JANGAN bilang kalau anda pernah liburan di Bali jika tidak berbelanja di sini. Dan, tak ada surga belanja grosiran terbaik di wilayah ini, kecuali di Pasar Kumbasari, Denpasar.

Semua ada di sini, sebut saja mulai dari aneka pakaian jadi, pernak-pernik asli Bali dan juga Lombok yang layak ditenteng pulang di kantong celana, hingga patung raksasa setinggi dua meter lebih. Semua ada. Dan, semua “mir-ing”, boleh tawar-menawar. Belanja di Bali tidak bisa dibilang “mati angin”. Jangan sedih jika uang di saku hanya pas-pasan, pengen beli oleh-oleh di Kuta-Legian, tapi harganya bikin mata mendelik.

Garis area Kuta dan Legian memang terke-nal sebagai pusat wisata terbesar di Bali, dan sudah tentu galeri kecil, toko-toko serta shop-

SEBAGAI daerah tujuan wisata, Bali menjadi sorga yang menawarkan berbagai tempat belanja yang menarik. Berbagai jenis barang, banyak terdapat di berbagai tempat di areal-areal wisata di Bali seperti Kuta dan Tanah Lot. Mulai dari barang seni, baju, oleh-oleh, sampai barang kebutuhan sehari - hari.

Toko - tokonya pun ber-macam – macam, mulai dari toko tradisional, art shop sampai mall dan supermarket besar. Semuanya tersedia di Kuta dan sekitarnya untuk memanjakan anda. Tak leng-kap rasanya liburan anda bila tak berbelanja di Bali. Berikut, berbagai tempat belanja di seputar Kuta.

LegianLegian menawarkan berbagai

jenis alternatif belanja di sepanjang jalan. Mulai dari toko-toko yang

menjual barang - barang khas Bali seperti pakaian, barang seni dan kerajinan, juga barang untuk olah-raga selancar, baju - baju dengan merek internasional, barang rumah tangga, serta mini market yang men-jual minuman dan makanan ringan. Anda yang hobi menawar dapat

menggunakan kemampuan anda di toko-toko seni yang menjual barang khas Bali yang banyak terdapat di sepanjang jalan.

PoppiesPoppies adalah nama jalan yang

terdapat tepat di depan pantai Kuta. Di sekitar daerah tersebut banyak terdapat toko - toko yang menjual barang khas Bali seperti pakaian, sandal, tas, peralatan rumah tangga, souvenir, aksesoris dan bahkan buku impor dengan harga miring. Kelu-arkan keahlian anda menawar dan dapatkan barang tersebut dengan harga yang sangat murah.

Kuta SquareDi sini banyak terdapat toko

yang menjual barang bermerek terkenal. Daerah yang per-nah rusak karena bom Bali II, pada tahun 2005 ini sekarang kembali menggeliat dan mulai ramai. Banyak diskon yang ditawarkan hampir setiap hari. Cocok untuk anda yang tidak terlalu jago menawar karena harga yang ditawar-kan di sini adalah harga normal yang wajar dan tetap.

Discovery Shop-ping Mall

Merupakan mall cantik yang berada tepat di depan pantai Kuta. Barang yang

ditawarkan hampir sama dengan barang yang ter-dapat di mall - mall pada umumnya. Bedanya, sele-sai berbelanja, anda dapat menikmati indahnya sun-set di sore hari yang ter-benam di garis cakrawala di pantai Kuta.

Tanah LotPuas menikmati sun-

set di Kuta sembari me-nyaksikan bule dan wisa-tawan lain yang menari-nari di atas papan surfing, kemudian datanglah ke Tanah Lot. Pemandan-gannya, sama yaitu sunset. Tapi di sini, anda akan menikmati sunset

dengan getaran spiritual dari Pura Tanah Lot yang sudah kesohor di seluruh dunia. Selesai menikmati sunset dengan latar belakang Pura Tanah Lot, berbagai jenis kerajian ‘menghadang’ anda di seputar ar-eal parkir sebelum naik kendaraan anda. Tentu, sekali lagi, kemahiran dan adu tawar-menawar sangat

dibutuhkan sebelum anda mem-bungkus oleh-oleh dan dibawa pulang. Selamat berbebanja di Bali. BTNewspapers/Administrator

Pasar Kumbasari,

Surga Belanja di Bali

ping mall menjamur di sini. Harganya menyundul langit, di sini uang cepat terkuras habis dan cuma mendapatkan satu dua item oleh-oleh yang tidak seberapa. Banyak yang tidak tahu, bahwa sesungguhnya, banyak galeri dan toko di Kuta-Legian-Seminyak membeli barang kerajinannya di Pasar Kumbasari, lalu dijual lagi dengan harga lebih mahal. Naiknya bisa sampai 100-200% dari harga grosiran.

Terletak di Jalan Sulawesi dan Jalan Gajah Mada adalah rangkaian pasar Inpres yang ber-dampingan dalam kompleks Pasar Badung. Jika

dari Kuta naik kendaraan umum (mobil plat kun-ing, warna biru), ambil Jalan Imam Bonjol terus menuju arah Denpasar, jarak tempuhnya tidak jauh, cuma sekitar 7 Km.

Sebagai pasar Inpres, separuh lebih isinya menjual kebutuhan sehari-hari penduduk se-tempat, sedangkan sisanya diisi pedagang yang

menjual barang kerajinan atau pernak-pernik khas Bali dan Lombok yang cocok sebagai barang oleh-oleh (buah tangan). Beberapa kios malahan menjual barang-barang kebutuhan upacara adat Bali, seperti “plangkiran” (tempat sesaji), besek yang terbuat dari anyaman rotan, payung, dll.

Ada standing-lamp dari kayu bulat dengan tutup tudungnya dibuat dari kulit kerbau tebal. Lampu setinggi 1,4 m ini dibanderol harga Rp.200 ribu sebuah. Pernah mencari lampu yang sama serupa di daerah sekitar jalan besar Kuta-Legian-Seminyak dan harganya digetok Rp.700 ribu – Rp.

1 juta. Masih dengan lampu yg sama, di satu toko di jalan kecil Double Six, Seminyak, harganya sekitar Rp.500 ribu sebuah. Begitu banyaknya isi dan keragaman kerajinan yang dijual, mem-buat godaan tanpa henti, jika kita berkunjung ke Pasar Kumbasari. BTNewspaper/uky/travel-okezone

Belanja di Areal Wisata Bali

Page 8: Bali Travel Newspapers Indonesia Vol. I No. 12

8 No. 12 11 - 24 Juli 2011 Seni & Budaya

Jl. Raya Sangeh, abiansemal, Badung - BaliPhone ; (0361) 7422740

Objek WisataBukit Sari Sangeh

KOLABORASI antara musik etnik dan lagu band rock jarang terdengar dan selalu menjadi incaran penonton karena unik dan menarik. Hal ini tercermin pada Kamis (7/7), kolaborasi antara XXX (musisi lagu rock Bali) dengan Emoni (Etnik Harmoni) yang beranggotakan mahasiswa Teknik ini, di panggung terbuka Ardha Candra, Art Center Denpasar. Harmonisasi antara band rock Bali dan musik etnik yang terdiri dari rindik, suling dan kendang ini berlangsung meriah dan pantas untuk diacungi jempol, karena

teknik yang khas dan lantunan merdu berirama saling padu-padan di telinga para penonton yang memadati areal panggung terbuka. BTNewspaper/Photo by: Krisna

Bali’s Big Eco Weekend and King of The Groms. Event ini belangsung sejak Jumat (1/7) hingga Minggu (3/7) di Haris Hotel, Kuta. Kegiatan tersebut diisi dengan acara jumpa press, konferensi hingga bersih-bersih pantai Kuta. Acara yang diselenggarakan oleh Coca Cola Amatil Indonesia dan Quiksilver Indonsia ini didukung Garuda Indonesia, Haris Resort Kuta Beach Bali, Bali is my life, dan Desa Adat Kuta. BTNewspaper/PR

Eco Weekend

HARI Raya Galungan (Rabu, 6 Juli) dan Kuningan (Sabtu, 16 Juli) merupakan hari yang sangat ditunggu-tunggu. Hari Raya yang datangnya setiap 6 bulan sekali (kalender Gregorian) atau setiap tahun kalender Bali (setiap 210 hari menurut perhitungan kalen-der Bali yaitu setiap Rabu Kliwon wuku Dungulan) menjadi hari yang paling membuat gembira, terutama bagi anak-anak di Bali.

Ada hal-hal yang ditunggu oleh mereka, bagi anak-anak desa di Bali yang polos dan kini mulai ditunggu oleh mereka yang tinggal di kota. Yaitu ke-datangan serombongan Barong yang lengkap dengan suara alat-alat musik yang mengiringinya rombongan itu. Yang menarikan-nya juga anak-anak sepantaran mereka.

Inilah yang disebut dengan Baronhg Bang-kung “Ngelawang”. Ngelawang adalah tradisi yang sudah berkembang dan ada sejak lama, bahkan tradisi ini dipercaya sudah ada sebelum masuknya agama Hindu di Bali.

Saking lamanya tradisi ini, sehingga banyak menimbulkan multitafsir. Ada yang menafsirkan filosofi ngelawang sebagai ruwatan bumi demi terawatnya kemanusiaan. Tradisi pentas seni

nomaden ini diduga berakar pada psiko-relegi dari sebuah mitologi Hindu, Siwa Tatwa.

Kemudian dikaitkan dengan kisah-kisah agama Hindu yaitu ketika Dewa Siwa dan Dewi Uma memadu kasih yang mengenal tempat dan waktu yang layak, sehingga menyebabkan har-moni terguncang. Bumi gonjang-ganjing, gunung meletus, laut

mengamuk, hutan terbakar, dan banjir menerjang. Akibatnya, kesengsaraan bagi umat manusia dan makhluk hidup yang lainnya.

Sadar akan kekhilafannya itu, Dewa Siwa mengutus para dewa untuk menenangkan dan

menemteramkan kembali seisi alam. Setiba di bumi, para dewa menciptakan dan mementas-kan beragam bentuk kesenian. Lewat pergelaran seni itu seisi jagat kembali damai.

Persembahan ngelawang pada Galungan juga disangga konsepsi alam pikiran menolak bala yang berangkat dari legenda kemenangan kebajikan melawan kezaliman.

Konon, dulu di Bali berkuasa seorang raja za-lim yang bernama Mayadanawa. Raja berwujud raksasa ini dengan sewenang-wenang melarang

rakyatnya menyembah Tuhan. Turunlah kemudian Dewa Indra dari kahyangan untuk memerangi Mayadanawa. Me-lalui pertempuran yang dahsyat Dewa Indra berhasil membinasakan si angka-ra murka Mayadanawa. Sejak itu rakyat Bali kembali tenteram yang kemudian menyukurinya sebagai hari Galungan. Seni pentas ngelawang dalam konteks ini dimaknai untuk menjaga kesucian jagat dan melindungi manusia dari gangguan roh-roh jahat.

Terlepas apakah kedua tafsiran di atas itu benar adanya, ngelawang

tetap menjadi hiburan yang murah meriah bagi anak-anak desa di Bali. Apalagi dilakoni pada pada masa-masa Hari Raya Galungan dan Kunin-gan. Menambah indahnya tradisi ngelawang ini.

Pada saat datangnya rombongan ngela-

wang ini, beberapa anak sudah menjaga di depan rumah mereka. Dan, sudah barang tentu mereka merengek kepada orang tuanya untuk “mengupah” agar barongnya mau menari di depan rumah mereka. Kalau sudah menari, itulah saatnya bagi kami, anak-anak kampung untuk mengerjai barong tersebut.

Ada satu kata sakti yang selalu menjadi an-dalan mereka yaitu kata “Ciii..ttt,....Bauukk..!!”. Setiap kali meneriakkan kata itu, maka penari barong akan mengejar mereka. Penari barong berusaha menangkap hingga anak-anak dan penari akan basah kuyub karena keringat yang mengalir dari tubuh mereka. Itulah kenikmatan anak-anak di Hari Raya Galungan dan Kuningan. BTNewspapers/*/bb/bdy

Barong Bangkung ”Ngelawang” Tradisi “Olahraga” di Hari Raya Galungan dan Kuningan

pm

kkmtesemga

mengamuk hutan terbakar dan

rkulIr

tetap men

KOLABORASI antara musik etnik dan lagu band rock jarang terdengar dan selalu menjadi incaran penonton karena unik dan