BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat...

14
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematika Teori Thorndike menurut Edward L. Thorndike : 1924, ( dalam Prof. Dr. Udin S. Winata Putra, M.A. ) mengemukakan bahwa belajar dikatakan “ Learning in essentially the formation or bonds between situations and responses … and that habit rules in the realm of thought as truly as fully in the realm of action “. Mengajar dipandang sebagai perencanaan dari urutan bahan pelajaran yang disusun dengan cermat mengkomunikasikan bahan kepada peserta didik, dari membawa mereka praktik menggunakan konsep atau prosedur baru. Konsep dan prosedur baru itu akan semakin mantap jika makin banyak praktik ( Latihan ) dilakukan. Pada prinsipnya teori Thorndike menekankan pada banyak memberi praktik dan latihan ( drill and practice ) kepada peserta didik agar konsep dan prosedur dapat mereka kuasai dengan baik. Dalam proses belajar matematika, menurut Jerome Brunner : 1982, ( dalam Gatot Muhsetyo, dkk ) menyatakan pentingnya tekanan pada kemampuan peserta didik dalam berfikir intuitif dan analitik akan mencerdaskan peserta didik membuat prediksi dan terampil dalam menemukan pola ( pattern ) dan hubungan atau keterkaitan ( relation ). Pembaruan dalam proses belajar ini, dari proses drill dan practice ke proses bermakna, dan dilanjutkan proses berfikir intuitif dan analitik, merupakan usaha luar biasa untuk selalu meningkatkan mutu pembelajaran matematika. Brunner ( 1966 ) juga mengembangkan belajar penemuan (discovery learning). Menurut Brunner, belajar bermakna hanya melalui belajar penemuan. Agar belajar menjadi bermakna dan memiliki struktur informasi yang kuat, siswa harus aktif identifikasi prinsip-prinsip kunci yang ditemukan sendiri bukan hanya sekedar menerima penjelasan guru saja. Brunner yakin bahwa belajar penemuan adalah proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar problematis,

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/692/3/T1_262010691_BAB II.pdf · jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakekat Matematika

Teori Thorndike menurut Edward L. Thorndike : 1924, ( dalam Prof. Dr.

Udin S. Winata Putra, M.A. ) mengemukakan bahwa belajar dikatakan “ Learning in

essentially the formation or bonds between situations and responses … and that

habit rules in the realm of thought as truly as fully in the realm of action “.

Mengajar dipandang sebagai perencanaan dari urutan bahan pelajaran

yang disusun dengan cermat mengkomunikasikan bahan kepada peserta didik, dari

membawa mereka praktik menggunakan konsep atau prosedur baru. Konsep dan

prosedur baru itu akan semakin mantap jika makin banyak praktik ( Latihan )

dilakukan.

Pada prinsipnya teori Thorndike menekankan pada banyak memberi

praktik dan latihan ( drill and practice ) kepada peserta didik agar konsep dan

prosedur dapat mereka kuasai dengan baik.

Dalam proses belajar matematika, menurut Jerome Brunner : 1982, (

dalam Gatot Muhsetyo, dkk ) menyatakan pentingnya tekanan pada kemampuan

peserta didik dalam berfikir intuitif dan analitik akan mencerdaskan peserta didik

membuat prediksi dan terampil dalam menemukan pola ( pattern ) dan hubungan

atau keterkaitan ( relation ). Pembaruan dalam proses belajar ini, dari proses

drill dan practice ke proses bermakna, dan dilanjutkan proses berfikir intuitif dan

analitik, merupakan usaha luar biasa untuk selalu meningkatkan mutu pembelajaran

matematika.

Brunner ( 1966 ) juga mengembangkan belajar penemuan (discovery

learning). Menurut Brunner, belajar bermakna hanya melalui belajar penemuan.

Agar belajar menjadi bermakna dan memiliki struktur informasi yang kuat, siswa

harus aktif identifikasi prinsip-prinsip kunci yang ditemukan sendiri bukan hanya

sekedar menerima penjelasan guru saja. Brunner yakin bahwa belajar penemuan

adalah proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar problematis,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/692/3/T1_262010691_BAB II.pdf · jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar

6

menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari

jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar penemuan

adalah guru menyajikan contoh-contoh dan siswa bekerja dengan contoh tersebut

sampai dapat menemukan sendiri hubungan antar konsep.

Menurut Bower yang dikutip oleh Jogiyanto (2006:12) pembelajaran dapat

didefinisikan suatu proses dimana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat

reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-

karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar

kecenderungan-kecenderungan asli, kematangan atau perubahan-perubahan

sementara dari organisme. Pembelajaran juga merupakan suatu kegiatan ”seni”

untuk mendorong orang melakukan sesuatu.

Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk

mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi

teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir (Johnson dalam Mulyono,1999:252).

Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus memiliki strategi, agar dapat

belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah

satu langkah untuk memiliki srategi itu ialah harus menguasai teknik – teknik

penyajian atau biasanya disebut metode mengajar.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran terdiri dari dua

komponen yaitu belajar dan mengajar yang mana keduanya tidak dapat dipisahkan.

a. Pengertian Belajar

Menurut Purwanto (1990:85) belajar adalah:

1) Suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat

mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik tetapi juga ada

kemungkinan mengarah pada tingkah laku yang buruk

2) Suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman

3) Untuk dapat disebut belajar maka perubahan itu harus relatif mantap, harus

merupakan akhir daripada satu periode waktu yang cukup panjang.

Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat.

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada

diri seseorang, perubahan sebagai hasil suatu proses belajar dapat

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/692/3/T1_262010691_BAB II.pdf · jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar

7

ditunjukkaan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,

pemahamannya, daya penerimanya dan lain – lain aspek yang ada pada

individu (Sudjana, 2000: 28)

Menurut Purwanto (1990: 102), kegiatan belajar dipengaruhi oleh

faktor – faktor sebagi berikut:

1) Faktor yang ada pada diri sendiri, organisme itu sendiri yang kita sebut

faktor individual, dan

2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang

termasuk ke dalam faktor individual antara lain: kematangan,

kecerdasan, motivasi dan faktor pribadi.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

belajar merupakan kegiatan atau aktivitas yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang dilakukan karena suatu usaha

sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku.

b. Pengertian Mengajar

Istilah belajar dan mengajar adalah dua peristiwa yang berbeda, akan

tetapi keduanya terdapat hubungan yang erat. Antara keduanya terdapat

interaksi satu sama lain, saling mempengaruhi dan saling menunjang satu

sama lain. Dengan adanya mengajar maka proses belajar dapat berlangsung

dengan maksimal.

Usman dan Setiawati (1993: 6) berpendapat bahwa mengajar pada

prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Atau

dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha

mengkoordinasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan

bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri

siswa.

Sudjana (2000: 29) mengajar adalah proses mengatur,

mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat

menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

Dari pendapat – pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa proses

belajar mengajar matematika adalah suatu proses dimana siswa belajar

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/692/3/T1_262010691_BAB II.pdf · jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar

8

tentang materi matematika secara aktif, sedangkan guru mengajar dan

memfasilitasi siswa untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga

dalam proses belajar mengajar tersebut terdapat interaksi antara keduanya.

2.2 Pengertian Matematika di Sekolah Dasar

Matematika adalah merupakan alat hitung yang dipergunakan setiap

kehidupan manusia dalam berbagai hal. Oleh karena itu matematika merupakan hal

pokok bagi manusia yang tidak dapat dipisahkan. Matematika bagi siswa SD

berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya untuk mengembangkan

pola pikirannya , dan untuk mempelajari ilmu-ilmu matematik Menurut teori belajar

Dienes dalam Drs. Karso, M.Pd., dkk( 2002 : 1.18 ) mengemukakan bahwa

konsep-konsep matematika itu akan lebih berhasil dipelajari melalui tahapan awal

sampai akhir diantaranya :

- Tahap 1 . Bermain bebas ( free play).

- Tahap 2. Permainan ( games ).

- Tahap 3. Penelaahan kesamaan sifat ( searching for communities ).

- Tahap 4. Representasi ( reprentation ).

- Tahap 5. Simbolisasi ( symbolitation ).

- Tahap 6. Formalisasi ( formalitation ).

2.1.1 Tujuan Pembelajaran Matematika

Menurut Depdiknas ( 2004 : 75 ) tentang tujuan pembelajaran

matematika adalah melatih cara berpikir secara sistematis, logis, kritis,

kreatif dan konsisten. Dengan upaya pembelajaran matematika di SD

sesuai tujuan Pendidikan Nasional yang harus dicapai dan diterapkan

pada siswa dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Ruang Lingkup Matematika

Ruang lingkup pembelajaran Matematika Adalah semua hal yang

berhubungan dengan kegiatan manusia sehari hari. Menurut Depdiknas (

2004 : 75) tentang Standar Kompetensi Matematika merupakan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/692/3/T1_262010691_BAB II.pdf · jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar

9

seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus dicapai

oleh siswa meliputi :

1. Bilangan.

2. Pengukuran dan geometri.

3. Aljabar.

4. Statistika dan peluang .

5. Trigonometri.

6. Kalkulus.

2.3 Karakteristik Matematika

Agar dalam penyampaian materi matematika dapat mudah diterima dan

dipahami oleh siswa, guru harus memahami tentang karakteristik matematika

sekolah. Menurut Soedjadi (2000:13) matematika memiliki karakteristik : (1)

memiliki obyek kajian abstrak, (2). Bertumpu pada kesepakatan, (3) berpola piker

deduktif, 4). Memiliki symbol yang kosong dari arti, (5). Memperhatikan semesta

pembicaraan, dan (6). Konsisten dalam sistemnya. Sedang menurut Depdikbud

(1993:1) matematika memiliki ciri-ciri, yaitu (1). Memiliki obyek yang abstrak, (2).

Memiliki pola piker deduktif dan konsisten, dan (3) tidak dapat dipisahkan dari

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).

Berdasarkan hal tersebut di atas dalam pembelajaran matematika perlu

disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa, dimulai dari yang konkrit

menuju abstrak. Namun demikian meskipun obyek pembelajaran matematika

adalah abstark, tetapi mengingat kemampuan berpikir siswa Sekolah Dasar yang

masih dalam tahap operasional konkrit, maka untuk memahami konsep dan

prinsip masih diperlukan pengalaman melalui obyek konkrit (Soedjadi, 1995:1).

Suatu konsep diangkat melalui manipulasi dan observasi terhadap obyek konkrit,

kemudian dilakukan proses abstraksi dan idealisasi. Jadi dalam proses

pembelajaran matematika di SD peranan media/alat peraga sangat penting untuk

pemahaman suatu konsep atau prinsip. Heinich., et al. (1996:21) mengemukakan

“adaptation of media and specially designed mean can contribute

enormously to effective instructional”.Hal tersebut mengandung maksud

bahwa media yang sesuai dan dirancang khusus akan dapat memberikan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/692/3/T1_262010691_BAB II.pdf · jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar

10

dukungan yang sangat besar terhadap efektifitas pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran matematika juga dimulai dari yang sederhana ke

kompleks. Menurut Karso (1993:124) matematika mempelajari tentang pola

keteraturan, tentang struktur yang terorganisasikan. Konsep-konsep matematika

tersusun secara hirarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang

paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks.

Skemp (1971:36) menyatakan bahwa dalam belajar matematika meskipun kita

telah membuat semua konsep itu menjadi baru dalam pikiran kita sendiri, kita

hanya bisa melakukan semua ini dengan menggunakan konsep yang kita capai

sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut dalam matematika terdapat topic atau

konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya.

Dengan demikian dalam mempelajari matematika, konsep sebelumnya harus

benar-benar dikuasai agar dapat memahami konsep-konsep selanjutnya. Hal ini

tentu saja membawa akibat kepada bagaimana terjadinya proses belajar mengajar

atau pembelajaran matematika. Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika

tidak dapat dilakukan secara melompat-lompat tetapi harus tahap demi tahap,

dimulai dengan pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai kejenjang

yang lebih kompleks. Seseorang tidak mungkin mempelajari konsep lebih tinggi

sebelum ia menguasai atau memahami konsep yang lebih rendah. Berdasarkan

hal tersebut mengakibatkan pembelajaran berkembang dari yang mudah ke yang

sukar, sehingga dalam memberikan contoh guru juga harus memperhatikan

tentang tingkat kesukaran dari materi yang disampaikan, dengan demikian dalam

pembelajaran matematika contoh-contoh yang diberikan harus bervariasi dan tidak

cukup hanya satu contoh. Disamping itu pembelajaran matematika hendaknya

bermakna, yaitu pembelajaran yang mengutamakan pengertian atau pemahaman

konsep dan penerapannya dalam kehidupan. Agar suatu kegiatan belajar

mengajar menjadi suatu pembelajaran yang bermakna maka kegiatan belajar

mengajar harus bertumpu pada cara belajar siswa aktif (CBSA). Menurut

Chickering dan Gamson (Bonwell dan Eison, 1991:1) dalam belajar aktif siswa

harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan, untuk bisa

terlibat aktif para siswa itu harus terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/692/3/T1_262010691_BAB II.pdf · jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar

11

tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka

mewujudkan CBSA guru harus berusaha mencari metode mengajar yang dapat

menyebabkan siswa aktif belajar.Pembelajaran matematika hendaknya menganut

kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu

yang telah diterima, atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat

kontradiksi. Matematika sebagai ilmu yang deduktif aksiomatis, dimana dalil-dalil

atau prinsip-prinsip harus dibuktikan secara deduktif. Tetapi mengingat

kemampuan berpikir siswa SD, penerapan pola deduktif tidak dilakukan secara

ketat. es adalah tahap bermain bebas ( free play) dan tahap permainan ( Games )

2.4 Pengertian Metode Diskusi

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, diskusi diartikan sebagai suatu pertemuan

ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Sebagai metode

penyuluhan berkelompok, diskusi biasanya membahas satu topik yang menjadi

perhatian umum di mana masing-masing anggota kelompok mempunyai

kesempatan yang sama untuk bertanya atau memberikan pendapat. Berdasarkan

hal tersebut diskusi dapat dikatakan sebagai metode partisipatif.

Jumlah anggota diskusi kelompok biasanya terdiri dari 5 (lima) sampai 20 (dua

puluh) orang. Jumlah ini memudahkan anggota untuk berinteraksi dan

memudahkan penyuluh untuk mengkoordinasi jalannya diskusi.

2.4.1 Jenis-jenis Pengembangan Metode Diskusi

Inti dari pelaksanaan diskusi adalah pertukaran ide atau pengalaman

yang digali dari para peserta diskusi. Dalam proses ini, peserta dituntut terlibat

langsung dan aktif, dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk

mengungkapkan perasaan dan pemikirannya tanpa ada rasa tertekan

(Deptan, 2001).

Agar lebih memberikan keleluasaan bagi peserta diskusi untuk

berpartisipasi aktif, perlu dicari variasi metode diskusi yang menarik. Berikut

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/692/3/T1_262010691_BAB II.pdf · jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar

12

ini adalah metode-metode yang dapat dimanfaatkan untuk menghidupkan

suasana diskusi:

1. Kelompok Buzz

2. Diskusi Pleno

3. Curah Pendapat

4. Permainan

5. Bermain peran

a)Kelompok Buzz

Metode kelompok Buzz ini adalah metode diskusi dimana peserta

diskusi dibagi dalam kelompok-kelopmpok kecil terdiri dari 2-3 orang yang

membahas suatu topik tertentu secara cepat untuk memberi masukan dalam

diskusi pleno. Setiap kelompok kecil itu menyampaikan hasil diskusinya

kepada pleno. Misalnya dalam membahas topik mengenai pendirian lumbung

bersama, terkumpul suara-suara yang berbeda dari masing-masing kelompok,

baik yang mendukung maupun yang meragukan keberadaannya. Pendapat

kelompok-kelompok kecil tersebut ditampung dalan diskusi pleno.

b)Diskusi Pleno

Diskusi pleno di antara semua peserta dapat digunakan untuk menjelaskan

topik atau konsep tertentu sehingga pemahaman peserta diskusi diharapkan

akan sama. Dalam diskusi pleno ini dibahas mengenai hasil-hasil diskusi

kelompok kecil.

c)Curah pendapat

Curah pendapat dilakukan untuk mendapatkan sebanyak mungkin

masukan dalam waktu pendek sebagai dasar untuk diskusi selanjutnya, tanpa

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/692/3/T1_262010691_BAB II.pdf · jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar

13

memperhatikan kualitas materi yang disampaikan. Pada saat ini diharapkan

semua peserta menyampaikan aspirasinya.

d)Permainan

Permainan dipakai untuk menghidupkan suasana, mengaktifkan

peserta dan membuka diskusi tentang suatu topik tertentu yang direfleksikan

pada permainan tersebut. Contoh permainan misalnya membuat suatu

rancangan gedung yang disusun dari sedotan limun oleh sebuah kelompok.

Dari permainan tersebut bisa diperhatikan bagaimana kelompok tersebut

berembuk untuk membuat sebuah bangunan yang kokoh dan bagus

e)Bermain peran

Bermain peran dimanfaatkan untuk menggunakan kreativitas peserta

serta untuk memberikan kesempatan kepada peserta dalam mengemukakan

pengalamnnya. Contohnya, satu kelompok diskusi diminta memainkan peran

yang biasa dialami dalam kehidupan petani. Ada yang memainkan peran

sebagai petani yang bermasalah dengan ijon, ada yang berperan sebagai

anak petani yang hampir putus sekolah, ada yang berperan sebagai ijon dan

ada peran penyuluh sebagai pemberi motivasi. Kesemuanya itu mengarah

pada jalannya diskusi yang menyenangkan.

2. 5 Keuntungan dan Kekurangan Metode Diskusi

Sebagai metode partisipatif, penggunaan metode diskusi memiliki banyak

keuntungan. Berikut ini adalah kelebihan-kelebihan yang diperoleh dari metode

diskusi:Aspek yang didiskusikan oleh peserta bisa berkembang bahkan melebihi

aspek-aspek yang dikemukakan oleh penyuluh. Peserta adalah pengamat yang

lebih baik daripada penyuluh dalam penyelesaian praktis. Hal ini terjadi karena

peserta adalah orang yang merasakan langsung masalah-masalah yang mereka

hadapi.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/692/3/T1_262010691_BAB II.pdf · jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar

14

Peserta dapat memberikan pertanyaan, menyampaikan gagasan atau

memperbaiki pernyataan yang pernah diungkapkannya terdahulu Diskusi

kelompok lebih banyak mendorong kegiatan peserta apabila divariasikan dengan

metode lain seperti bermain peran atau permainan kartu. Peserta diskusi

berkesempatan untuk menemukan aspek masalah yang tidak diketahuinya. Hal

ini akan memungkinkan peserta untuk mengadopsi pemecahan masalah yang

dibicarakan dalam kelompok.

· Peserta biasanya lebih tertarik karena dapat memberikan kontribusi pada

penentuan masalah yang akan didiskusikannya. .

· Norma kelompok dapat dilihat dan dipertimbangkan oleh penyuluh dan secara

perlahan dapat diubah jika memang diperlukan.

Disamping keuntungan yang beragam, diskusi juga memiliki kelemahan,

diantaranya:

a) Alih informasi akan memerlukan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan demonstrasi atau metode ceramah, karena jumlah sasaran yang terlibat dalam diskusi terbatas.

b) Terdapat peserta yang dominan berbicara atau bahkan kurang berbicara

sama sekali, sehingga ketangkasan penyuluh sangat diperlukan .

2.6 Metode Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok adalah suatu metode yang dilaksanakan di sekolah agar para

siswa belajar bermusyawarah, berani mengemukakan pendapat, belajar menghargai

orang lain dan bisa mengembangkan cara berpikir maupun sikap ilmiah siswa.

Sehingga siswa berlatih di sekolah untuk menghadapi situasi lingkungan di masyarakat.

Di dalam pelaksanaan metode diskusi seorang siswa tidak hanya menonjolkan

kemampuannya sendiri melainkan dia harus memperhatikan kemampuan teman dalam

satu kelompoknya untuk memberikan kesempatan dalam berpikir, atau mencoba ikut

memecahkan permasalahan yang dihadapi secara kelompok. Pemanfaatan metode

diskusi dapat memupuk kerjasama dalam kelompok dan siswa yang kuat membantu

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/692/3/T1_262010691_BAB II.pdf · jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar

15

siswa yang lemah, yang lemah berani bertanya pada temannya serta paranan guru

memjadi lebih optimal dalam mengelola kelasnya.

Kelebihan Metode Diskusi menurut Udin S. Winataputra, (2004:4.27) adalah

sebagai berikut :

3.1 Siswa bertukar pikiran dan membina kemampuan berbicara.

3.2 Siswa dapat menghayati permasalahan.

3.3 Merangsang siswa untuk berpendapat.

3.4 Mengembangkan rasa tanggung jawab / solidaritas.

3.5 Siswa belajar memahami pikiran orang lain.

3.6 Memberikan kesempatan belajar.

2.7 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar (Mulyono: 37). Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar,

sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan

tingkah laku siswa (Hamalik: 159).

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni

faktor dari dalam diri siswa yaitu berupa kemampuan, dan faktor yang datang dari

luar diri siswa ( Sudjana : 39). Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa,

juga ada faktor lain, seperti motivasi, minat dan perhatian, keaktivan, sosial

ekonomi, faktor fisik dan psikis. Dengan demikian, untuk meningkatkan hasil

belajar matematika siswa perlu dilakukan upaya meningkatkan motivasii

berprestasi dan aktivitas siswa.

Menurut Muhibbin Syah yang dikutip oleh Abu Muhammad (2008: 1-2)

prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Dalam literature, prestasi belajar

selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu siswa. Aktivitas belajar yang

dimaksud adalah aktivitas fisik maupun mental. Aktivitas siswa tidak cukup hanya

mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/692/3/T1_262010691_BAB II.pdf · jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar

16

Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang

antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, dan percobaan.

2) Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

memberikan pendapat, diskusi, mengadakan wawancara, dan interupsi.

3) Listening Activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, angket, menyalin.

5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi.

7) Mental activities, misalnya menanggap, mengingat, memecahkan soal,

menganalisa, dan mengambil keputusan.

8) Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, berani, tenang, dan gugup. ( Sardiman: 99).

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat

dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila

dibandingkan pada saat sebelum belajar.Tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari

sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannyabahan pelajaran. Menurut

Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi

perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi

tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi

Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara

lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

1.RanahKognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6

aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,analisis, sintesis penilaian.

2.Ranah Afektif,Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima

jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi

dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/692/3/T1_262010691_BAB II.pdf · jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar

17

3.Ranah Psikomotor,Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda,

koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena

lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi

bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.Hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswasetelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran

atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai

apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah

laku yang lebih baik lagi. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan

bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang

telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama

atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta

dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang baik.

2.8 Kerangka Berpikir

Kondisi Pembelajaran secara konven Siswa dalam menguasai Awal sional tanpa menerapkan metode materi sangat rendah Secara jelas

Pembelajaran dengan me Siklus I Tindakan memanfaatkan metode diskusi Pembelajaran dengan pemecahan masalah dalam bimbingan guru secara dalam kelompok Klasikal

Kondisi Dengan memanfaatkan Siklus II Akhir metode diskusi pemecahan Pembelajaran dilakukan Masalah dalam kelompok dengan bimbingan guru Hasil belajar dapat meningkat secara kelompok

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakekat Matematikarepository.uksw.edu/bitstream/123456789/692/3/T1_262010691_BAB II.pdf · jawaban sendiri dan melakukan eksperimen.Bentuk lain dari belajar

18

Pada awal pembelajaran tentang penjumlahan hasil yang diharapkan masih

rendah.Hal ini disebabkan karena guru hanya memanfaatkan memanfaatkan

metode diskusi saja. Karena Pada siklus ke 2 guru memanfaatkan metode diskusi

pemecahan masalah dalam kelompok ternyata memperoleh hasil akhir yang

sangat memuaskan.

2.9 Hipotesis

Berdasarkan kajian teori di atas dan kerangka berfikir tersebut di atas maka

dapat disimpulkan bahwa hypotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bahwa metode diskusi pemecahan masalah dalam kelompok dapat

meningkatkan hasil belajar matematika tentang penjumlahan bagi siswa kelas 1

semester I SD Negeri 3 Wirosari kecamatan Wirosari Tahun Pelajaran 2011 / 2012.