Bab 1 Revisi Starbucks
-
Upload
inez-ayuwibowo -
Category
Documents
-
view
14 -
download
0
Transcript of Bab 1 Revisi Starbucks
-
5/26/2018 Bab 1 Revisi Starbucks
1/11
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangDiare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia
hingga saat ini. Berdasarkan data WHO tahun 2013, diare merupakan penyebab
kedua kematian tersering pada anak berusia di bawah 5 tahun. Setiap tahunnya
sekitar 760.000 anak meninggal akibat diare. Secara global terdapat 1,7 milyar
kasus diare setiap tahunnya. Selain itu, diare adalah penyebab tertinggi malnutrisi
pada anak berusia di bawah 5 tahun. Masalah tersebut dapat diatasi dengan
menjaga sanitasi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat.1
Berdasarkan survei morbiditas yang dilakukan Subdit Diare Kementerian
Kesehatan RI tahun 2000 sampai tahun 2010, terlihat adanya peningkatan insiden
diare semua umur, yaitu terdapat jumlah kasus diare 301 per 1000 penduduk pada
tahun 2000, kemudian naik menjadi 374 per 1000 penduduk pada tahun 2003.
Setelah itu, pada tahun 2006 jumlah kasus diare semakin meningkat menjadi 423
per 1000 penduduk, dan pada tahun 2010 menjadi 411 per 1000 penduduk. Pada
tahun 2012, angka insidensi diare sebesar 214 per 1000 penduduk, sedangkan pada
balita sebesar 900 per 1000 balita.
Kejadian Luar Biasa (KLB) diare masih sering terjadi di Indonesia dengan
angka kematian yang tinggi. Pada tahun 2012, angka kematian diare pada balita di
Indonesia sebesar 75,3 per 100.000 balita, dan pada semua umur sebesar 23,2 per
100.000 penduduk. Namun, tidak ada pelaporan tentang KLB diare dalam 5 tahun
terakhir yang terjadi di daerah Kecamatan Pademangan, Jakarta Utara. 2
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, insidensi diare untuk seluruh kelompok
umur di Indonesia sebesar 3.5%. Lima provinsi di Indonesia dengan insidensi dan
periode prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan
(5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%), dan
Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). Sedangkan insidensi diare di DKI Jakarta
sebesar 4,3%. Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok usia balita adalah
kelompok usia yang paling tinggi menderita diare. Insidensi diare balita di
Indonesia adalah 6,7 persen. DKI Jakarta menempati urutan ketiga (insiden 8,9%),
setelah Papua (9,6%), dan Aceh (10,2%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi
pada kelompok usia 12-23 bulan (7,6%).3
-
5/26/2018 Bab 1 Revisi Starbucks
2/11
2
Menurut hasil Standar Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, dari
16.380 anak yang disurvei, sejumlah 14% mengalami diare. Enam puluh lima
persen anak yang menderita diare pergi berobat ke fasilitas kesehatan. Sebanyak
47% diberikan cairan oralit atau larutan gula garam yang dibuat sendiri dan 39%
anak diberi larutan dari paket garam rehidrasi oral (ORS).4
Menurut Profil Kesehatan DKI Jakarta tahun 2012, diperkirakan dari total 9,6
juta penduduk Jakarta terdapat 390 ribu jiwa yang menderita diare. Perkiraan ini
dihitung berdasarkan angka morbiditas diare nasional sebesar 411 per 1000
penduduk. Angka perkiraan jumlah kasus tersebut dijadikan target cakupan
layanan kasus diare, dimana Jakarta Utara merupakan wilayah dengan cakupan
layanan diare tertinggi yaitu sebesar 79% dari total 67.636 perkiraan kasus.5
Pada tahun 2013, pedoman yang digunakan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia dalam pengendalian penyakit diare, yaitu melaksanakan tatalaksana
penderita diare sesuai standar di sarana kesehatan melalui kegiatan Lima Langkah
Tuntaskan Diare (LINTAS Diare). Lima langkah tersebut meliputi pemberian
oralit, suplemen zinc, ASI, antibiotika sesuai indikasi, dan nasihat untuk ibu
mengenai cara pemberian cairan pengganti dan kapan harus membawa bayi ke
petugas kesehatan.6
Selain pengobatan, cara untuk mencegah penyakit diare juga penting untuk
dilakukan. Berdasarkan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI tahun
2011, terdapat tujuh langkah cara mencegah diare, yaitu memberikan ASI eksklusif
dan makanan pengganti secara bertahap, menggunakan air bersih yang cukup,
mencuci tangan, penggunaan jamban bersih, membuang tinja bayi secara benar,
dan pemberian imunisasi campak, serta pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS).6
Pemerintah DKI Jakarta juga menetapkan Program Pemberantasan Penyakit
Diare (P2D) untuk memberi arahan dalam melaksanakan pemberantasan penyakit
diare. Selain itu, Dinas Kesehatan juga membuat standar penanggulangan penyakit
diare yang telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi DKI Jakarta. Tujuan
program P2D adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat
diare, meningkatkan tatalaksana diare sesuai standar, dan meningkatkan
penggunaan oralit di tingkat rumah tangga.7
-
5/26/2018 Bab 1 Revisi Starbucks
3/11
3
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan UmumMenilai keluaran, proses, dan masukan puskesmas dalam P2D, serta
memberikan saran sebagai solusi atas masalah yang ditemukan dalam
pelaksanaan P2D balita di Puskesmas Kecamatan Pademangan, Jakarta
Utara, periode Juli 2013Desember 2013.
1.2.2. Tujuan Khusus Mengetahui angka kesakitan diare balita yang datang ke Puskesmas. Menilai banyaknya penggunaan oralit, zinc, antibiotik, dan infus
terhadap kasus diare balita yang dilayani dalam wilayah Puskesmas.
Menilai angka penemuan kasus diare pada balita oleh kader. Menilai angka pemberian tatalaksana yang sesuai dengan P2D pada
pasien balita yang menderita diare.
Mengetahui kejadian KLB diare di wilayah Puskesmas KecamatanPademangan.
Menemukan hambatan dalam pelaksanaan P2D dalam wilayahPuskesmas Kecamatan Pademangan .
Memberikan masukan yang dapat dilakukan untuk perbaikanpembuatan perencanaan kegiatan P2D yang akan datang.
1.3. Program Pengendalian Penyakit Diare
Program Pengendalian Penyakit Diare berdasarkan Buku Pedoman
Pengendalian Penyakit Diare, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2013:
Tujuan umum :Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit diare di
Indonesia bersama lintas program dan lintas sektor terkait.
Tujuan khusus : Tersedianya panduan bagi penentu kebijakan dalam pelaksanaan dan
pengembangan program pengendalian penyakit diare di Indonesia.
Tersedianya panduan dalam pelaksanaan surveilans epidemiologipenyakit diare dan upaya pengendaliannya.
-
5/26/2018 Bab 1 Revisi Starbucks
4/11
4
Tersedianya panduan tatalaksana penyakit diare sesuai standar Tersedianya panduan dalam meningkatkan pengetahuan petugas dalam
pengendalian penyakit diare
Tersedianya panduan untuk sistem pencatatan, pelaporan, monitoringdan evaluasi program pengendalian penyakit diare
Tersedianya panduan dalam pengadaan logistik untuk pengendalianpenyakit diare
Terbentuknya jejaring kerja dalam pengendalian penyakit diare Strategi
1.Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat(PHBS) sehingga terhindar dari penyakit diare.
2.Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi dan peran sertamasyarakat untuk penyebarluasan informasi kepada masyarakat
tentang pengendalian diare.
3.Mengembangkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) yang efektif danefisien terutama bagi masyarakat yang berisiko.
4.Meningkatkan pengetahuan petugas dan menerapkan pelaksanaantatalaksana penyakit diare secara standar pada semua fasilitas
kesehatan.
5.Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yangberkualitas melalui peningkatan sumber daya manusia dan penguatan
institusi, serta standarisasi pelayanan.
6.Meningkatkan surveilans epidemiologi penyakit diare pada seluruhfasilitas pelayanan kesehatan.
7.Mengembangkan jejaring kemitraan secara multi disiplin lintasprogram dan lintas sektor pada semua jenjang baik pemerintah
maupun swasta.
Kegiatan Advokasi dan sosialisasi kepada pemangku kepentingan. Sosialisasi dan edukasi tentang pengendalian penyakit diare kepada
petugas kesehatan terkait.
Promosi kesehatan kepada masyarakat melalui media komunikasi baikcetak maupun elektronik.
-
5/26/2018 Bab 1 Revisi Starbucks
5/11
5
Penyusunan dan pengembangan pedoman pengendalian penyakit diaredan tatalaksana penderita penyakit diare sesuai standar.
Penanganan penderita penyakit diare sesuai tatalaksana standar. Surveilans epidemiologi dan bantuan teknis dalam penanggulangan KLB
penyakit diare
Upaya pencegahan yang melibatkan lintas program, lintas sektor, danmasyarakat.
Pengelolaan logistik sebagai sarana penunjang program. Pemantauan dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
Manajemen program, terdiri dari :
Perencanaan : menganalisa situasi (menetapkan target penderita yangakan diobati dengan mempertimbangkan faktor jumlah penduduk, angka
insiden dan cakupan (program dan pelayanan)), mengidentifikasi dan
menetapkan masalah prioritas, menetapkan penyelesaian, menyusun
rencana kegiatan, serta menyusun rencana pemantauan.
Pengorganisasian: adanya struktur organisasi serta pembagian tugasyang jelas dan tertulis.
Pelaksanaan: melakukan kegiatan program yang meliputi tatalaksanadiare, sistem kewaspadaan KLB, surveilans epidemiologi, pelaksanaan
promosi kesehatan, serta pengelolaan logistik
Pencatatan dan pelaporan: pencatatan dan pelaporan merupakankomponen penting dari surveilans yang berupa sensus harian, laporan
bulanan, formulir oralit dan laporan KLB Diare.
Pengawasan / supervisi oleh kepala puskesmas Evaluasi program: melakukan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiatan
pengendalian penyakit diare, permasalahan yang ada dan untuk
merencanakan kegitan pada tahun yang akan datang.
Indikator P2D tahun 2013 yang akan dinilai:
1. Target penemuan diare di sarana kesehatan 90%2. Target penemuan diare oleh kader 10%3. Angka penggunaan oralit 100%4. Angka penggunaan zinc 50 %
-
5/26/2018 Bab 1 Revisi Starbucks
6/11
6
5. Angka penggunaan infus 1%6. Tatalaksana yang benar sesuai P2D 55%7. Angka KLB
-
5/26/2018 Bab 1 Revisi Starbucks
7/11
7
1.4.2. Penatalaksanaan Penderita Diare di Puskesmas
Untuk prosedur tatalaksana penderita diare di Puskesmas adalah sebagai
berikut :
1. Petugas melakukan anamnesis yang terarah untuk mengetahuipenyebab diare termasuk : frekuensi diare, kapan mulai, banyak
sedikitnya feses, konsistensi feses, ada tidaknya darah atau lendir, ada
tidaknya rasa haus, bagaimana produksi urin, ada tidaknya nyeri
abdomen, ada tidaknya demam, serta makanan apa saja yang
dikonsumsi.
2. Petugas melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan ada tidaknyadehidrasi atau derajat dehidrasi termasuk keadaan umum pasien,
kondisi nadi, mata cekung/tidak, lidah kering/tidak, turgor kulit,
abdomen supel atau tidak, nyeri tekan abdomen.
3. Untuk diare tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan/dehidrasi sedangdilakukan pemberian oralit.
4. Dilakukan terapi medikamentosa dengan : Antibiotik yang sesuai dengan kebutuhan
Disentri,diberikan Kotrimoksazol :
Usia 5 -12 tahun : 2x1 tablet Dewasa : 2x2 tablet
Atau Tetrasiklin 4x 500 mg selama 3 hari
Amubiasis, disentri amubadiberikan Metronidazole :
10 mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari (untuk kasusyang berat 10 hari)
Kolera Dewasa : diberikan Tetrasiklin 4x500mg selama 3
hari
Anak usia 5-12 tahun : diberikan Kotrimoksazol 2x1tablet selama 3 hari
Anti diare, seperti diaform ( kaolin 550 mg dan pectin 20mg) 5 -12 tahun : 3x 1/2 tablet Dewasa : 3x 1 tablet sampai diare berhenti
-
5/26/2018 Bab 1 Revisi Starbucks
8/11
8
Zinc5. Petugas merujuk pasien ke rumah sakit, bila diare dengan dehidrasi
berat atau keadaan umum buruk.
Tabel 1. Penilaian Derajat Dehidrasi
Penilaian A B C
Inspeksi
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai, atautidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekungdan kering
Air Mata Ada Tidak Ada Tidak Ada Mulut dan Lidah Basah Kering Sangat Kering Rasa Haus Minum Biasa,
tidak haus
Haus, ingin
minum banyak
Malas minum/
tidak bisa minum
Periksa turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat
lambat
Derajat dehidrasi Tanpa dehidrasi Dehidrasiringan/sedang bila
ada 1 tanda
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Dehidrasi beratbila ada 1 tanda
ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Rencana
Pengobatan
Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C
Sumber : Pedoman Pengendalian Penyakit Diare 2013
Menentukan rencana pengobatan
Rencana terapi A untuk diare tanpa dehidrasi Beri cairan lebih banyak dari biasanya
A. Teruskan ASI lebih sering dan lebih lama.B. Anak yang mendapat ASI eksklusif, beri oralit atau
air sebagai tambahan.
-
5/26/2018 Bab 1 Revisi Starbucks
9/11
9
C. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, beri susuyang biasa diberikan dan oralit.
D. Beri oralit sampai diare berhenti. Bila muntah tunggu10 menit dan dilanjutkan sedikit demi sedikit.
E. Untuk mencegah dehidrasi berikan oralit sebanyal 5-10mL/kgBB setiap BAB cair.
F. Beri enam bungkus (200mL) oralit untuk persediaandi rumah.
G. Ajari ibu mencampur dan memberikan oralit. Beri obat zinc
A. Beri obat zinc 10 hari berturut-turut walaupun diaresudah berhenti.
B. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkandalam 1 sendok air atau ASI.
Usia
-
5/26/2018 Bab 1 Revisi Starbucks
10/11
10
D. Makan dan minum sangat sedikitE. Timbul demamF. Berak berdarahG. Tidak membaik dalam 3 hari
Rencana terapi B : untuk diare dengan dehidrasi ringan /sedang
Memberikan oralit sebanyak 75 ml/kgBB dalam 4 jampertama di sarana kesehatan.
A.Bila berat badan tidak diketahui, berikan oralit sesuaitabel dibawah ini :
Usia (bulan)
-
5/26/2018 Bab 1 Revisi Starbucks
11/11
11
A. Bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana terapi A.B. Bila dehidrasi telah hilang, anak biasanya kencing
kemudian mengantuk dan tidur.
C. Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan-sedangulangi rencana terapi B.
D. Anak mulai diberi makanan, susu dan sari buahE. Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan
rencana terapi C.
Bila anak harus pulang sebelum selesai rencana terapi BA. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam
terapi 4 jam di rumah.
B. Berikan oralit 6 bungkus untuk persediaan di rumahC. Jelaskan lima langkah terapi A untuk mengobati anak
di rumah.
Rencana terapi C : untuk diare dengan dehidrasi berat Memberikan oralit (5 ml/kgBB/jam) dan cairan IV Ringer
Laktat (100 ml/kgBB). Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam
(balita), melakukan penilaian kembali terhadap derajat
dehidrasi, kemudian memilih Rencana Terapi A, B, atau C
untuk melanjutkan terapi.
Cairan oralit dapat diberikan secara oral jika anak masihdapat minum. Jika tidak, dapat diberikan melalui pipa
nasogastrik atau pipa orogastrik sebanyak 20 ml/kg/jam
selama 6 jam dan dipantau setiap 1-2 jam.
Memberikan tablet zinc, untuk bayi < 6 bulan diberi tablet/hari dan bayi > 6 bulan diberi 1 tablet / hari.
Membawa anak kembali ke petugas kesehatan jika tidakmembaik dalam 3 hari bila BAB cair lebih sering, muntah
berulang, rasa haus nyata, makan / minum sedikit, demam,
tinja berdarah.