B4R1G

53
RESUME BLOK 4 SKENARIO 1 EKSPRESI WAJAH Tutorial G Devy Ayu Wulandari 092010101053 Rosita Sopwi Nur Lailly 122010101066 Shinta Riski Julia 122010101069 Nadia Anggry Liani 122010101074 Anggita 122010101076 Made Masagung K. 122010101078 Risky Karimah 122010101083 Abdurrozzaq 122010101086 Elisa Ratnasari 122010101087 Maulidah Ayuningtyas 122010101089 Ahmad Hashemi 122010101090 Muhtar Ady Kusuma 122010101091 Chandra Puspita KSP. 122010101093 Silvi Ahmada Chasya 122010101095

description

resume

Transcript of B4R1G

Page 1: B4R1G

RESUME BLOK 4

SKENARIO 1

EKSPRESI WAJAH

Tutorial G

Devy Ayu Wulandari 092010101053

Rosita Sopwi Nur Lailly 122010101066

Shinta Riski Julia 122010101069

Nadia Anggry Liani 122010101074

Anggita 122010101076

Made Masagung K. 122010101078

Risky Karimah 122010101083

Abdurrozzaq 122010101086

Elisa Ratnasari 122010101087

Maulidah Ayuningtyas 122010101089

Ahmad Hashemi 122010101090

Muhtar Ady Kusuma 122010101091

Chandra Puspita KSP. 122010101093

Silvi Ahmada Chasya 122010101095

Nindhya Kharisma P. 122010101097

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2012

Page 2: B4R1G

Skenario 1

Ekspresi Wajah

Ableh seorang pelawak yang sedang naik daun terkenal karena keahliannya melucu

selain dengan kata-kata juga dengan berekspresi wajah, menirukan wajah seperti orang tua,

anak kecil dan beberapa binatang, ekspresi sedih serta gembira. Malam itu Saleh seorang

mahasiswa FK Unej melihat pertunjukannya di televisi, sambil terpingkal-pingkal karena

kelucuan Ableh, juga terlintas dipikirannya apa saja proses yang terjadi sehingga wajah

pelawak itu bisa berubah-ubah sedemikian lucunya. Bagaimana sebenarnya proses fisiologis

dan biokimianya, serta anatomi dan histologi sel dan otot wajah?

Klarifikasi Istilah

1. Fisiologis: ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme, dan cara kerja dari organ, jaringan,

dan sel-sel organisme. Bisa juga mengacu pada proses atau orang yang ahli di bidang

fisiologi.

Page 3: B4R1G

Rumusan Masalah

1. Otot

1.1 Anatomi

1.2 Histologi

1.3 Fisiologi

a. Kontraksi

b. Relaksaksi

1.4 Biokimia

2. Tulang

2.1 Anatomi

a. Cranium

b. Colli

2.2 Histologi

a. Jaringan Tulang

b. Bahan Antar Sel

2.3 Fisiologi

a. Osifikasi

b. Fungsi

3. Saraf

3.1 Anatomi

a. Sistem Saraf Pusat

b. Sistem Saraf Tepi

3.2 Histologi

a. Neuron

b. Neuroglia

3.3 Fisiologi

a. Fungsi

b. Potensial Aksi

4. Vaskularisasi

4.1 Arteri

4.2 Vena

4.3 Limfa

Page 4: B4R1G

Analisis Masalah

1. Otot

1.1 Anatomi

Anatomi Otot Wajah

1. M. Occipitofrontalis

(Bersama, M. Occipitofrontalis dan M. temporoparietalis disebut sebagai M. epicranius)

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo :

Venter frontalis : kulit alis mata dan glabella, membentuk sebuah lapisan otot bersama

Mm. Procerus, corrugator supercilii, depressor supercilii et orbicularis oculi

Venter occipitalis : Linea nuchalis suprema

Insertio : Galea aponeurotica

Fungsi : Menggerakkan kulit kepala, menciptakan kerut miring di dahi

2. M. Temporoparietalis

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Kulit temporal, fascia temporalis

Insertio : Galea aponeurotica

Fungsi : Menggerakkan kulit kepala.

3. M. Auricularis anterior

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Fascia te4mporalis

Insertio : Spina helicis

Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke depan dan ke atas

4. M. Auricularis Superior

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Galea aponeurotica

Insertio : Bagian dorsocranial pangkal auricula

Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke belakang dan ke atas

5. M. Auricularis Posterior

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Processus mastoideus, tendo M. sternokleimastoideus

Insertio : Bagian dorsocranial pangkal auricula

Fungsi : Menggerakkan daun telinga ke belakang

Page 5: B4R1G

6. M. Orbicularis Oculi

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Pars orbitalis pars nasalis ossis frontalis, Proc. frontalis maxillae, Lig. Palpebrae

mediale

Pars Palpebralis : Lig. Palpebrale mediale, saccus lacrimalis

Pars Lacrimalis : Crista lacrimalis posterior of the Os lacrimale, saccus lacrimalis.

Insertio : Pars orbitalis : Lig. Palpebrale laterale, transisi menjadi suatu otot melingkar

membentuk cincin di lateral.

Pars palpebralis : Lig. palpebrale laterale

Pars lacrimalis : Canaliculi lacrimalis, tepi-tepi kelopak mata.

Fungsi : Menutup kelopak mata, menekan saccus lacrimalis, menggerakkan alis mata.

7. M. Depressor Supercilii

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Pars nasalis ossis frontalis, punggung hidung.

Insertio : Sepertiga medial kulit alis mata

Fungsi : Menarik turun kulit dahi dan alis, menciptakan kerutan miring tepat di atas pangkal

hidung.

8. M. Corrugator Supercilii

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Pars nasalis ossis frontalis

Insertio : Sepertiga medial (lateral) kulit alis mata, galea aponeurotica

Fungsi : Menggerakan kulit dahi dan alis mata ke arah pangkal hidung, menciptakan kerut

vertical tepat di atas pangkal hidung.

9. M. Procerus

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Os nasale, Cartilago nasi lateralis

Insertio : Kulit Glabella

Fungsi : Menarik turun kulit dahi dan alis mata

10. M. nasalis

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Pars alaris : Jugum alveolare dentis incisivi lateralis

Pars transversa : Jugum alveolare dentis canini

Insertio : Pars alaris : ala nasi, pinggir cuping hidung

Pars transversa : Cartilago nasi lateralis, membran tendo dorsum nasi

Page 6: B4R1G

Fungsi : Menggerakkan cupping hidung dan hidungnya sendiri

Pars alaris : membuka lebar lebar cuping hidung

Pars transversa : Mengecilkan lubang hidung

11. M. Depressor septi nasi

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : jugum alveolare dentis incisivi medialis

Insertio : cartilago alaris major, cartilago septi nasi

Fungsi : Menggerakkan cupping hidung dan hidungnya sendiri

12. M. Orbicularis Oris

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Pars marginalis dan Pars labialis : sebelah lateral angulus oris

Insertio : Kulit bibir

Fungsi : Menutup bibir, sehingga juta menggerakkan cuping hidung, pipi dan juga kulit dagu

13. M. Buccinator

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Bagian posterior Proc. alveolaris maxillae, Raphe pterygomandibularis, bagian

posterior Proc. alveolaris mandibulae

Insertio : Angulus oris, bibir atas dan bawah

Fungsi : Menegangkan bibir, meningkatkan tekanan intraoral )ketika meniup dan mengunyah)

14. M. Levatoor labii superioris

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Margo infraorbitalis dan bagian Zygomaticus maxilla di dekatnya; berasal dari massa

otot M. Orbicularis oculi

Insertio : Bibir atas

Fungsi : Menarik bibir atas ke lateral dan atas

15. M. Depressor Labii inferioris

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Basis mandibulae sebelah mendial foramen mentale

Insertio : Bibir bawah, dagu, serabut dalam ke mukosa

Fungsi : Menarik bibir bawah ke lateral dan bawah

16. M. Mentalis

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Jugum Alveolare dentis incisivi lateralis bawah

Insertio : kulit dagu

Page 7: B4R1G

Fungsi : Membentuk lekuk didagu, eversi bibir bawah (bersama dengan musculus orbicularis

oris.

17. M. Transversus Menti

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Cabang oblik dari M. mentalis

Insertio : kulit dagu

Fungsi : Menggerakkan kulit dagu

18. M. Depressor anguli oris

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Basis mandibulae, tepat di bawah foramen mentale

Insertio : Bibir bawah, pipi disebelah lateral sudut mulut, bibir atas

Fungsi : Menarik sudut mulut ke bawah

19. M. Risorius

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Fascia parotidea, Fascia messeterica

Insertio : Bibir atas, sudut mulut

Fungsi : Menarik sudut mulut ke lateral dan atas, membentuk lesung dipipi.

20. M. Levator Anguli Oris

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Fossa canina maxillae

insertio : sudut mulut

Fungsi : Menarik sudut mulut ke arah medial dan atas

21. M. Zygomaticus Major

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Os Zygomaticum di dekat sutura zygomaticotemporalis

insertio : bibir atas, sudut mulut

Fungsi : Menarik sudut mulut ke arah lateral dan atas

22. M. Zygomaticus Minor

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Os Zygomaticum di dekat sutura zygomaticomaxillaris

insertio : bibir atas, sudut mulut

Fungsi : Menggerakkan bibir, cuping hidung, pipi dan kulit dagu, memperdalam sulcus

nasolabialis.

23. M. Levator labii superioris alaeque nasi

Page 8: B4R1G

Persarafan : Nervus facialis (VII)

Origo : Proc. frontalis maxillae; berasal dari massa otot M. orbicularis oculi

insertio : cuping hidung, sudut mulut, bibir atas, serabut dalam: bagian lateral dan posterior

cuping hidung

Fungsi : Menggerakkan bibir, alae nasi, pipi dan kulit dagu

1.2 Histologi

Otot lurik dibungkus oleh lapisan jaringan ikat yang disebut epimysium. Antar vasikel

terdapat lapisan jaringan ikat yang disebut perimysium. Sedangakn vasikel otot sendiri

dilapisi oleh lapisan jaringan ikat yang lebih halus yang disebut endomysium.

Page 9: B4R1G

Satu gelendong otot tersusun atas vasikel – vasikel. Vasikel tersusun atas serabut – serabut

otot. Satu serabut otot disebut myofibril. Myofibril merupakan pintalan, tersusun atas

sarkomer – sarkomer yang tersusun memanjang. Satu sarkomer tersusun atas Z line, filament

tipis, filament tebal, M line.

Z line merupakan batas antar sarkomer dan melekat di antara dua filament tipis. M line

meruapakan garis yang terletak ditengah filament tebal. Protein yang paling banyak

terkandung dalam M line adalah myomesin dan creatin kinase. Myomesin berfungsi untuk

mempertahankan letak filament tebal. Sedangkan creatin kinase berfungsi untuk mengkatalis

proses perubahan phosphocreatine menjadi ADP untuk membantu mensuplai ATP yang

nantinya akan digunakan untuk mekanisme kontraksi.

Filamen tebal terdiri atas myosin yang memiliki dua kepala dan satu tangakai.

Sedangkan filament tipis terdiri atas troponin, tropomyosin dan actin. Troponin memiliki tiga

jenis, antara lain adalah troponin tropomyosin yang mengikat tropomyosi, TnC yang mengikat

Ca2+ dan TnI yaitu troponin yang menghalangi actin dan myosin untuk membentuk jembatan

silang. Tropomyosin merupakan molekul tipis dan mengandung dua rantai polipeptida yang

terpasang membentuk polimer, terletak di lekukan actin. Actin / F-actin merupakan polimer

dari molekul globular G-actin yang berpasangan dan membentuk formasi double heliks.

1.3 Fisiologi

Mekanisme Eksitasi-Kontraksi

Saraf menerima rangsangan yang berjalan dari saraf motorik menuju ujung serabut

saraf

Pada setiap ujung serabut saraf, saraf akan menyekresi substansi neurotransmiter yaitu

sedikit asetilkolin

Asetilkolin akan membuka banyak kanal atau gerbang asetilkolin melalui protein pada

membran

Terbukanya kanal memungkinkan terjadinya transpor pasif yaitu berdifusinya ion

natriun kedalam membran yang menimbulkan suatu potensial aksi pada membran

Potensial aksi akan berjalan sepanjang membran serabut otot seperti pada membran

serabut saraf

Potensial aksi menyebabkan dipolarisasi membran otot dan banyak aliran listrik

potensial aksi mengalir melalui pusat serabut otot yang mengakibatkan retikulum

sarkoplasma melepas sejumlah ion kalsium

Page 10: B4R1G

Ion kalsium dari retikulum sarkoplasma akan menyebabkan troponin pada zona aktif

bergeser sehingga kepala miosin dapat menempel pada zona aktif

Miosin yang menempel hanya miosin mang berdekatan saja

Miosin mendekati atau menempel pada zona aktif dengan ATP. Pada saat ATP

berubah menjadi ADP maka akan menimbulkan suatu tarikan pada aktin. Saat ADP

berubah menjadi ATP maka kepala miosin akan terlepas dari zona aktif

Ion kalsium akan kembali ke retikulum sarkoplasma kurang dari 1 detik oleh pompa

membran Ca. ion kalsium akan disimpan dalam retikulum sarkoplasma sampai

potensial aksi berikutnya.

Kontraksi otot terhenti oleh pengeluaran ion kalsium dari miofibril

a. Kontraksi Otot

Step 1: Active-site Exposure

Pada saat otot menerima rangsangan, RE sarkoplasma melepaskan Ca dari Tubulus T

ke sarkoplasma. Kemudian Ca akan bergerak menuju dan menempel pada Troponin

yang menutupi active-site dan Ca menggeser troponin dari active-site. Active-site

akan bebas dan kepala myosin akan mempunyai kesempatan untuk menempel pada

active-site yang berdekatan dengannya.

Page 11: B4R1G

Step 2: Cross-bridge attachment

Kepala myosin yang mempunyai ATP akan memecahnya menjadi ADP dan Fosfat

yang dibutuhkan untuk kontraksi dengan ATP ase yang dipunyai oleh kepala miosin.

ADP dan fosfat tadi akan dilepas sebagai energy pada kepala myosin untuk menarik

aktin menuju garis M. Dan menarik garis-garis Z yang berhadapan untuk saling

mendekat . Pita H akan menghilang pada kontraksi penuh dan ujung-ujung filament

tebal mencapai garis Z.

Step 3: Pivoting

Pada saat kepala myosin masih menempel pada aktin, ADP dan Fosfat (ATP

ditambahkan dari sarkosom) diluar kepala myosin terkumpulkan secara cepat untuk

membentuk ATP agar mengisi kembali kepala myosin. Setelah ATP terbentuk, ATP

akan masuk ke dalam kepala myosin.

Page 12: B4R1G

Step 4: Cross-bridge detachment

Setelah ATP tersebut masuk ke kepala myosin, kepala myosin akan terlepas dari

active-site pada aktin.

Step 5: Myosin reactivation

Kepala myosin yang sudah terlepas dari active-site itu akan active kembali pada saat

ATP tersebut sudah dipecah menjadi ADP dan Fosfat dan akan melanjutkan proses

kontraksi. Proses pembentukkan ATP ini sangat cepat.

Page 13: B4R1G

Ada 2 tipe kontraksi, isotonik & isometrik :

o Isotonik : kontraksi yang disertai pemendekan otot dengan tegangan otot yang tetap

selama kontraksi. Gambaran khas bergantung pada beban yang dilawan & inersia beban.

Contoh : mengangkat sebuah buku

o Isometrik : kontraksi tanpa pemendekan otot. Contohnya misalkan ketika kita berdiri

tegak, otot kaki berkontraksi tapi tidak memendek. Sistem isometrik paling sering

digunakan untuk melihat gambaran khas fungsional suatu otot.

Contoh : otot mata punya lama kontraksi isometrik 1/40 detik. Menunjukan bahwa

gerakan mata sangat cepat agar mata dapat mempertahankan fiksasi dengan objek.

Page 14: B4R1G

b. Relaksasi Otot

- Sewaktu Ca dipompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma maka serat otot

melemas

- Pemompaan Ca adalah suatu proses aktif yang terjadi di membran retikulum

sarkoplasma. Proses ini menggunakan energi yang berasal dari penguraian molekul

ATP yang lain.

- Sewaktu kadar kalsium turun sampai sekitar 10-7, maka troponin dan tropomiosin

kembali menghambat pengikatan aktin serta miosin sehingga kontraksi otot berhenti.

1.4 Biokimia

Supaya gerak dapat berlangsung harus terdapata. Sistem sinyal untuk bergerakb. Sistem pasok energi

Semua reaksi dalam tubuh tergolong dalam 2 bagiana. Endergonik = reaksi yang membutuhkan energib. Eksergonik = reaksi yang mengeluarkan energi

Namun, sebenarnya reaksi endergonik tidak bisa berjalan sendiri, melainkan bergabung membentuk reaksi endergonik-eksergonik

Energi yang dibutuhkan berupa senyawa Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang dihasilkan melalui siklus ATP

ADP + P + Energi* ATPATP ADP + P + Energi

*berasal dari energi sinar matahari, energi kimia (misalnya: metabolisme makanan)

Page 15: B4R1G

Perubahan ATP menjadi ADP + P disebabkan ketidakstabilan ikatan gugus fosfat kedua dan

ketiga. Dalam menjalankan fungsinya, ATP membentuk kompleks Mg 2+. ATP berikatan

dengan kepala miosin untuk menghasilkan kontraksi pada sel otot.

2. Tulang

2.1 Anatomi

A. RegioCranii

Cranium (tengkorak) dibentuk oleh tulang-tulang pipih yang jumlahnya ada 22.

Cranium dapat dibagi menjadi:

Page 16: B4R1G

1.1 Neurocranium

a. Calvarium ( Atap tengkorak)

Terdiri atas tulang pipih yang mempunyai 2 lapisan tulang padat yangg

dipisahkan lapisan tulang berongga yang disebut diploe. Tulang calvaria meliputi: Os

Occipitale, Os parietale , Os frontale, Os temporal, dan Os sphenoidale.

Sutura

Sutura adalah sendi fibrosa yang tidak bergerak yang berada di antara tulang

calvaria. Ada tiga macam sutura yaitu :

1. Sutura serrata, dimana tepi dari masing-masing tulang berbentuk sebagai

gigi-gigi gergaji dan gigi-gigi ini saling berapitan.

2. Sutura skualosa, dimana tepi dari masing-masing tulang menipis dan saling

menutupi.

3. Sutura harmoniana atau sutura plana, dimana tepi dari masing-masing tulang

lurus dan saling tepi menepi.

Terdiri atas: sutura coronalis

sutura sagittalis

sutura squamosa

sutura lambdoidea

titik pertemuan : Lambda, Bregma, Pterion, Asterion,

Page 17: B4R1G

TitikPertemuan pada Neurocranium

1. Gnathion : titik terbawah pada garis median mandibula

2. Nasion : tempat pertemuan sutura internasal dengan nasofrontal/ Kira-kira

bersesuaian letaknya dengan lekukan pada pangkal hidung tepat inferior terhadap alis

mata

3. Gonion : titik paling bawah, belakang, dan lateral pada sudut luar mandibula,

menjadi puncak lengkung mandibula yang maximum

4. Porion : bagiab paling lateral padaataptulang meatus acusticusexternus, arah

vertical di ataspertengahan meatus

5. Eurion :titikpadaosparietaliskanandankiri yang menjaditanda diameter

transversaterbesardarikepalaatautengkorak.

Page 18: B4R1G

b. BasisCranii (dasa rtengkorak)

Basis crania dibagi menjadi:

- basiscraniiinterna

Basis crania interna mempunyai 3 fossa:

1.Fossa cranii anterior

- Tulang: Pars orbitalis os frontalis

ala minor os sphenoidalis

Pars cribriformis os etmoidalis

- Foramina: Pars cribriformis yang dilalui N.olfactorius

Canalis opticus yang dilalui N.opticus

- Struktur lain: Processus clinoideus anterior

2.Fossa cranii medius

- Tulang: Ala mayor os sphenoidalis

Os temporal

- Foramina:

- Fissura orbitalis superior: N.III, IV, V-1,VI

- Foramen rotundum: N.Maxillariscab.N.V

- Foramen ovale: N.Mandibulariscab.N.V

- Foramen spinosum: A.meningea media

- Foramen lacerum: A.carotis interna

3.Fossa cranii posterior

- Tulang: Os temporale pars petrosa

Os occipitale

- Foramina: -Foramen magnum: medulla spinalis,

a.vertebra, n.accesorius spinalis

- Meatus acusticus Internus: N.VII,

VIII

- Foramen jugularis: N.IX, X, XI,

v.jugularis int.

- Canalis hypoglosus--> N.XII

- basis cranii externa

Tulang: Os temporal, os palatinum

Page 19: B4R1G

ala major Os sphenoidalis,

os occipital

Foramina: - Foramen ovale,

-Foramen spinosum,

-Foramen lacerum,

-Foramen magnum,

-Foramen hypoglosus,

-Foramen jugularis,

-stylomastoideus,

-mastoideus

- Canalis caroticus

struktur lain:

- Fossa mandibularis

- Processus mastoideus

- Condylus occipitalis

B. Regio Colli1. Regio cervicalis anterior (Trigonum cervicale anterius)

a) Trigonumsubmandibulare

• Batas-batas:

- Cranial : corpus mandibula

- Anterocaudal : M.Digasticus anterior

- Posterocaudal : M.Digastricus post. danM.Stylohyoid

b) Trigonumcaroticum

• Batas-batas:

- Cranial : M.Digastricus post. danM.Stylohyoid

- Caudal : M.Omohyoid Superior

- Posterior : M.Sternocleidomastoid

c) Trigonumsuprahyoid/submentale

• Batas-batas:

- Lateral : M.Digastricus Anterior

- Caudal : Corpus Os Hyoid

Page 20: B4R1G

- Medial : Midline

d) TrigonumMusculare

• Batas-batas:

- Post. Caudal : M.Sternocleidomastoid

- Post.cranial : M.Omohyoidventer sup.

- Medial : Midline dros hyoid ke sternum

2.2 Histologi

a. Jaringan Tulang

Jaringan Tulang Rawan

Jaringan tulang rawan, terdiri atas:

Sel tulang rawan(kondrosit)

- sel kondrosit memproduksi tulang rawan

- sitoplasma basofil karena ada organel ribosom

- lakuna: kondrosit yang ada di dalam rongga (terdiri 1 kondrsit)

- cell nest: mengandung lebih dari satu sel kondrosit

Bahan antar sel (matrix tulang rawan), terdiri atas sabut kolagen dan sabut elastis.

Tulang rawan dibedakan menjadi:

1. Tulang rawan hialin

Terdiri dari serabut kolagen halus yipe II yang terbenam di matriks amorf yang kaya

proteoglikan dan glikoprotein structural.Proteoglikan disini kebanyakan dalam bentuk

agregat proteoglikan besar yang mengandung glikosaminoglikan sulfat dan asam

hialuronat glikosaminoglikan tidak bersulfat.Terdapat pada sendi, ujung iga, hidung

laring, trakea, bronki.

Jaringan Tulang Rawan Hyalin

BASB : sabut kolagen yang halus mempunyai indeks bias sama dengan BASA

sehingga sabut kolagen tidak tampak di bawah mikroskop akibatnya matriks

tampak homogen

Contoh : tulang rawan persendian, ujung tulang costa, ujung hidung

Page 21: B4R1G

2. Tulang rawan elastis

Serupa dengan hialin namun memiliki lebih banyak serat elastic dan

bercabang.Terdapat pada telinga luar, dinding tuba auditorius, epiglottis, dan laring.

Jaringan Tulang Rawan Elastis

BASB : banyak sabut elastis dengan arah tidak teratur dan sedikit sabut kolagen.

Contoh : tulang rawan pada daun telinga dan epiglottis

3. Tulang rawan fibrosis

Serat kolagen kasar, padat dan tidak teratur dalam jumlah besar.Terdiri atas lapisan

matriks tulang rawan diselingi lapisan serat kolagen tipe I padat.Ditemukan pada diskus

invertebralis, simpisis pubis, dan sendi tertentu.

Jaringan Tulang Rawan Bersabut atau Fibrous

BASB : banyak sabut kolagen tersusun dalam berkas-berkas yang sejajar

Kondrosit pipih karena terjepi diantara sabut kolagen sehingga cell nest tidak

tampak

Tidak mempunyai perikondrium karena tidak pernah berdiri sendiri tetapi selalu

bertetangga dengan jaringan yang lain

Contoh : Discus Invertebralis dan yang menghubungkan 2 tulang simphisis

Jaringan Tulang Keras

Page 22: B4R1G

Tulang ini tersusun atas sel, serat dan matriks ekstraseluler.Disini juga terdapat osteoblas,

osteoklas, dan osteosit.Bisa dibedakan menjadi tulang kompak dan tulang kanselosa.Tulang

kompak memiliki serat kolagen tersusun dalam lapisan-lapisan tulang yang tipis yang

dinamakan lamella. Disini terdapat 3 macam lamella :

1. Lamella sirkumferensial luar : di dalam periosteum

2. lamella sirkumferensial dalam : mengelilingi rongga sumsum tulang

3. lamella konsentrik : mengelilingi osteon.

Jaringan tulang keras, terdiri atas:

Sel-sel tulang keras, yaitu osteoblas, osteosit, dan osteoklas.

- osteobalas: berasal dari mesenkim yang tersusun berderet-deret secara epitelial di

permukaan trabekula tulang muda. Berbentu kubid sampai piramid. Memproduksi

banah organik matrix tulang.

- Osteosit: merupakan osteoblas yang sudah terpendam dalam matrix tulang, sitoplasma

basofil. Osteosit terletak dalam lakuna dan mempunyai inti gelap.

- Osteoklas: adalah sel raksasa berinti banyak karena merupakan fusi dari beberapa sel

monositsitoplasma acidofil karena mengandung enzym acid fosfatase. Sitoplasma

tampak berbuih karena mempunyai banyak vakuola.

b. Bahan Antar Sel (Matrix Tulang)

- Unsur organik 35%, terdiri dari serat2 osteokolagen, diikat substansi semen

(glikosaminoglikans)

- Tampak acidofil karena kondroitin sulfat sedikit

- Unsur anorganik 65%, pd bag. Semen terutama kalsium fosfat dan sedikit kalsium

karbonat

- Tersusun atas lamel-lamel yang terjadi secara ritmik

Struktur tulang

1. Periosteum

Periosteum merupakan lapisan pertama dan selaput terluar tulang yang tipis. Periosteum

mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah.

Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan

dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan ureparasi tulang rusak.

2. Tulang kompak (korteks)

Page 23: B4R1G

Tulang kompak merupakan lapisan kedua pada tulang yang memiliki tekstur halus dan

sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur

(Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat.

Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulangtangan. Delapan

puluh persen tulang di tubuh dibentuk oleh tulang kompak. Sel tulang kompak berada di

lakuna dan menerima nutrisi dari kanalikulus yang bercabang di seluruh tulang kompak

dan disalurkan melalui kanal havers yang mengandung pembuluh darah. Di sekeliling tiap

kanal havers, kolagen tersusun dalam lapisan konsentris dan membentuk silinder yang

disebut osteon(sistem Havers) atau disebut juga tulang keras.

Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers, yaitu suatu saluran yang sejajar dengan

sumbu tulang. Disekeliling sistem havers terdapat lamella-lamella yang konsentris dan

berlapis-lapis. Pada lamella terdapat rongga-rongga yang disebut lakuna. Di dalam lakuna

terdapat osteosit. Dari lakuna keluar saluran-saluran kecil yang menuju ke segala arah

disebut kanalikuli yang berhubungan dengan lakuna lain. Di antara sistem havers terdapat

lamella interestial yang lamella-lamellanya tidak berkaitan dengan sistem havers.

Pembuluh darah dari periosteum menembus tulang kompak melalui saluran volkman yang

berhubungan dengan pembuluh darah saluran havers. Kedua saluran ini arahnya saling

tegak lurus.

3. Tulang Spongiosa

Pada lapisan ketiga disebut dengan tulang spongiosa, berada di dalam korteks dan

membentuk sisa 20% tulang di tubuh. Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki

banyak rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel

darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.

Trabekula terdiri dari spikulum / lempeng, dan sel-sel terletak di permukaan lempeng.

Nutrien berdifusi dari cairan ekstrasel tulang ke dalam trabekula. Lebih dari 90 % protein

dalam matriks tulang tersusun atas kolagen tipe I.

4. Sumsum Tulang (Bone Marrow)

Lapisan terakhir tulang yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum tulang

wujudnya seperti jelly yang kental. Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa

seperti yang telah dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting

dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.

Page 24: B4R1G

Sendi

Klasifikasi fungsional persendian (berdasarkan jumlah gerakan yang mungkin

dilakukan pada persendian) :

1. Sendi sinartrosis atau sendi mati => secara struktural persendian ini dibungkus dengan

jaringan ikat fibrosa atau kartilago.

a. Sutura : sendi yang dihubungkan dengan jar. Ikat fibrosa rapat dan hanya ditemukan

pada tulang tengkorak.( contoh : sutura sagittalis )

b. Sinkondrosis : sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan kartilago hialin.

2. Amfiartrosis => sendi dengan pergerakan terbatas.

a. Simfisis : sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus kartilago, yang

menjadi bantalan sendi dan memungkinkan terjadinya sedikit gerakan. Contoh,

simfisis pubis antara tulang – tulang pubis dan diskus intervertebralis antar badan

vertebra yang berdekatan.

b. Sindesmosis : tulang-tulang yang berdekatan dihubungkan dengan serat jaringan ikat

kolagen. Contoh sindesmosis dapat ditemukan pada tulag yang terletak bersisian dan

dihubungkan dengan membran interoseus,seperi pada tulang radius dan ulna, serta

tibia dan fibula.

c. Gomposis : sendi dimana tulang berbentuk kerucut masuk dengan pas dalam kantong

tulang. Contoh, gigi yang tertanam pada alveoli

(kantong) tulang rahang.Pada contoh tersebut , jaringan ikat fibrosa yang terlibat adalah

ligamen periodontal.

3. Diartrosis => sendi yang dapat bergerak bebas, disebut juga sendi synovial.

Sendi ini memiliki rongga sendi yang berisi cairan synovial dan lapisan terluar

berupa ligamentum.

2.3 Fisiologi

a. Osifikasi

Osifikasi adalah suatu proses pembentukan tulang dewasa. Osifikasi dibedakan menjadi 2

macam, yaitu:

1) Osifikasi Desmal

Terjadi pada pembentukan tulang pipih

Page 25: B4R1G

Prosesnya:

1. Sel-sel osteoblas yang dihasilkan oleh sel mesenkim berkumpul membentuk pusat

osifikasi.

2. Sel-sel osteoblas tersebut menghasilkan osteoid untuk membentuk trabekula tulang.

3. Osteoblas yang terperangkap oleh osteoid menjadi osteosit.

4. Osteoid akan terus tumbuh membentuk trabekula yang melingkupi pembuluh darah,

sel- sel mesenkim di sekitarnya pun mulai membentuk periosteum.

5. Periosteum semakin menebal, begitu pula trabekula.

6. Bagian trabekula akan menjadi tulang spon dan periosteum akan menjadi lamina.

Terbentuklah tulang pipih.

2) Osifikasi Endochondral

Terjadi pada tulang panjang dan tulang pipa.

Merupakan pembentukan tulang dewasa dari tulang rawan.

Prosesnya:

1. Osifikasi Primer

Pada bagian diaphisis tulang rawan terbentuk pusat osifikasi yang disebut tunas

periosteal.

Pembuluh darah akan masuk ke tunas tersebut.

Lalu, tunas periosteal akan semakin melebar dan membentuk tulang spons.

2. Osifikasi Sekunder

Setelah itu terjadi pembentukan tunas periosteal juga di daerah epiphisis.

Pembuluh darah akan masuk ke tunas tersebut.

Lalu, tunas periosteal akan semakin melebar dan membentuk tulang spons.

Page 26: B4R1G

Di antara hasil osifikasi primer dan osifikasi sekunder terdapat suatu lempeng

epiphisis yang terdiri atas zona resting, zona proliferasi, zona hypertrofi, dan zona

kalsifikasi.

Semakin lama, lempeng tersebut akan semakin menipis seiring bertambahnya usia,

sehingga pada tulang dewasa hanya akan terdapat garis epiphisis yang menjadi

pembatas antara epiphisis dan diaphisis.

b. Fungsi Tulang (Facei Dan Colli)

1. Melindungi otak

2. Tempat melekatnya otot, saraf, dan pembuluh darah.

3. Tempat melekatnya gigi, mata.

3. Saraf

3.1 Anatomi

Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri

terutama dari jaringan saraf. Sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat dan

sistem saraf perifer/tepi.

a. Sistem Saraf Pusat (SSP)

Terdiri dari otak dan medula spinalis yang dilindungi tulang kranium dan kanal vertebral.

1. Otak

- Berada dalam cranium

- Terdiri dari 2 bagian hemisferia

- Korteks adalah bagian luar hemisferia dan mengandung zat kelabu (substansia grisea).

- Bagian dalamnya adalah zat putih (substansia alba) terdiri atasakson yg membentuk

tractus.

- Bagian dlmnya terdpt ventrikel yg berisi cairan Cerebrospinal

- Berasal dari neuro ektoderm.

2. Medulla Spinalis

- Berbentuk silindris dan terletak pd 2/3 canalis vertebralis

- substansia grisea terletak di sentral dan substansia alba terletak di perifer ujungnya

berbentuk konus: konus medullaris.

Page 27: B4R1G

- Perkembangannya lbh lambat dr collumna vertebralis saatintrauterin akibatnya ujung

terminal secara perlahan naik ke level lbh tinggi

- Dibungkus meninges

3.Cairan Cerebrospinal

- Berada dlm spatium( ruang) subarakhnoid

- Dibentuk oleh plexus choroid dlm ventrikel otak

- Sirkulasi melalui ventrikel, masuk ke dlm spatium subarakhnoid dan akhirnya disaring

ke dalam sistem vena.

b. Sistem Saraf Perifer

Meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari saraf kranial dan saraf

spinal yang menghubungkan otak dan medula spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara

fungsional, sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem saraf aferen dan eferen.

a. Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke SSP.

b. Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot atau ke kelenjar.

Somatik (volunter)berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal dan

pembentukan respon motorik volunter pada otot rangka

Otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada otot polos,

otot jantung, dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls dengan dua jalur. Yaitu

simpatis dan parasimpatis.

Sistem Saraf Tepi Pada Regio Cranium Dan Colli

1) N.Trigeminus

- Saraf sensorik untuk daerah wajah, membrane mukosa hidung dan mulut serta struktur

kepala

- Bercabang menjadi 3 yaitu:

1. N.Opthalmicus

- Masuk orbita lewat FOS

- Mensarafi kulit muka diatas mata

2. N. Maxillaris

- Melalui foramen rotundum

- Mensarafi daerah kulit muka dibawah mata sampai di atas bibir atas.

3. N.Mandibularis

- Melalui foramen ovale

Page 28: B4R1G

- Mensarafi tensor palatini, tensor timpani, otot-otot penguyah,

M.digastricus venter anterior dan mylohyoid

- Senasasi sensorik wajah dibawah bibir bawah, mulut dan gigi bawah

2) N. Facialis

- Masuk melalui meatus acusticus internus (MAI)

- Bagian motorik berjalan melalui foramen stylomastoideus dan masuk glandula parotis

memberi cabang terminal temporalis, zygomaticus, buccalis, marginalis,

mandibula ,servicalis.

- Mensarafi semua otot ekspresi wajah

- Tdk memberi cabang cutaneus di wajah

- Memberi cabang n.intermedius sbg korda tympani yg membawa saraf pengecap 2/3

anterior lidah

- Membawa saraf parasimpatis utk gld. Submandibularis dan lacrimalis

- Mempunyai satu ganglion sensorik: geniculatum

3) N. Glossopharingeus

- Melalui foramen jugulare

- Membawa saraf parasimpatis untuk sekresi saliva

- Mensarafi M.Stylopharingeus, otot pharing untuk menelan

- Mensarafi 1/3 posterior lidah untuk sensasi umum dan pengecap

- Mensarafi telinga tengah

- Persarafan untuk sinus caroticus (reseptor tekanan)

4) N.Vagus

- Melalui foramen jugulare

- Merupakan saraf motorik untuk otot polos dan otot jantung, saraf sekretorik untuk

semua kelenjar dan saraf aferen dari semua membrana mukosa dalam organ viscera

thorax dan abdomen kecuali colon descendan dan organ-organ pelvis

- Saraf motorik untuk semua otot laring dan faring kecuali stilopharingeus dan palatum

kecuali tensor palatini

- Mempersarafi tunas pengecap pd akar lidah dekat epiglotis

Memberikan cabang rami faringeus, laringeus superior, rekuren laringeus dan kardiakus

3.2 Histologi

Jaringan syaraf terdiri atas:

Page 29: B4R1G

a. Neuron

Terdiri atas:

- Badan sel/ cell body/ perikaryon

Mempunyai inti yang menggelembung (vesikuler) dengan nucleolus yang jelas( open face

type)

Mengandung bentukan-bemtukan yang khas seperti:

Badan dari nissl

-Kumpulan ribosom, polysom, dan ER kasar

-Bentuk badan sel atau perikarion adalah bulat lonjong, bersudut, diameter 150m, bisa

dilihat dengan mata telanjang.Tampak sebagai granula kasar dan berwarna basofil.

-Berfungsi sintesa protein sitoplasma

-Terdapat pada sitoplasma dari perikaryon, dendrit, tidak terdapat pada akson dan akson

hillock

-Trauma neuron, badan nissl menghilang (chromatolisis)

Neurofibril

-Kumpulan mikrotubulus dan mikrofilamen

-Tampak seperti sabut-sabut halus.

-Berfungsi sebagai sarana transportasi intra seluler dan sebagai penyangga agar bentuk neuron

tidak mudah berubah.

-Terdapat pada pada sitoplasma perikaryon, akson, dan dendrit

- Juluran sitoplasma (akson dan dendrit)

Akson: juluran panjang dimulai dari akson hillock, biasanya tunggal. Meneruskan rangsang

dari perikaryon ke perifer. Akson berasal dari bahasa Yunani, yaitu axis artinya sumbu.

Fungsi akson: untuk menciptakan dan menghantarkan impuls saraf-saraf ke sel-sel lain (sel

saraf, sel otot, dan sel kelenjar).

Sel penyokong yang menyelubungi akson adalah sel schwan.

Dendrit: juluran pendek yang jumlahnya satu atau lebih. Menghantar rangsang dari perifer

ke perikaryon. Dendrit adalah cabang panjang untuk menerima stimulus dari lingkungan sel-

sel epitel sensorik atau dari neuron lain.

Berdasarkan ukuran dan bentuk cabangnya, sel saraf (neuron) dibagi menjadi 5, yaitu :

a)Neuron multipolar

Neuron multipolar banyak terdapat di dalam tubuh,otak,medulla spinalis. Neuron multipolar

terdiri dari 1 akson dan 2 dendrit atau lebih.

Page 30: B4R1G

b) Neuron bipolar

Neuron bipolar terdiri dari 1 dendrit dan 1 akson. Neuron bipolar terletak di ganglia koklear

dan vestibula, retina dan mukosa olfaktorius.

c)Neuron pseudonipolar/unipolar

Neuron pseudonipolar, terdiri dari 1 cabang dekat perikarion dan terbagi menjadi dua cabang,

yaitu membentuk huruf T, 1 cabang terjulur ke ujung perifer dan yang lain terjulur ke sistem

saraf pusat.Pada embrio dan dalam fotoreseptor mata.

d) Neuron unipolar

Hanya punya 1 akson. Terdapat pada neuron embryonal.

e) Sel Purkinje

Mempunyai 1 akson dan 1 dendrit yang bercabang-cabang dalam 1 bidang (seperti kipas).

b. Jaringan penyangga (Neuroglia)

Neuroglia berperan dalam pemeliharaan & viabilitas neuron.

Terdiri atas:

1) Astrosit

-Inti bulat, pucat, OFT.

-Prosesus panjang, memiliki pedikel, melekat pada pembuluh darah.

-Pedikel melindungi pembuluh darah yang memberi nutrisi pada jaringan saraf.

Astrosit protoplasmik:

sitoplasma berbutir-butir, prosesus bercabang pendek, tebal, & banyak; ditemukan pada

substansia grissea.

Astrosit fibrous:

sitoplasma mengandung fibril-fibril, prosesus bercabang panjang, tipis, & jarang; ditemukan

pada substansia alba.

2) Oligodendrosit

-Ukuran lebih kecil daripada astrosit.

-Ditemukan pada substansia grissea & alba.

-Jumlahnya terbanyak.

-Prosesus sedikit & pendek.

-Inti bulat, kecil, DCT.

-Membentuk selubung myelin.

3) Mikroglia

-Ukuran kecil, padat, pipih.

-Inti gelap, pipih, DCT.

Page 31: B4R1G

-Prosesus pendek, kecil.

-Ditemukan pada substansia grissea & alba.

-Makrofag, berasal dari monosit.

4) Sel ependim

-Melapisi canalis sentralis medula spinalis.

- Terendam dalam cairan serebrospinal

3.3 Fisiologi

Potensial Aksi

Proses penghantaran impul terjadi akibat adanya potensial membran, yaitu potensial listrik

intrasel dan ekstrasel. Potensial membrat mengalami perubahan cepat menimbulkan potensial

aksi saraf dan pada saat itulah dapat terjadi penghantaran impuls.

Proses :

Dalam keadaan istirahat, potensial listrik intrasel bermuatan (-) dan ekstrasel (+)

Pada saat rangsangan terjadi

Proses Depolarisasi

Membran sel menjadi sangat permeabel terhadap ion natrium, sehingga sejumlah besar ion

natrium berdifusi ke dalam akson dan potensial membran menjadi (+)

Proses Repolarisasi

Ion Kalium keluar sel sehingga potensial membran kembali menjadi (-)

Setelah repolarisasi terjadilah potensial aksi yang menyebabkan sinaps mengeluarkan

neurotransmitter yang akan meneruskan impuls dari satu neuron ke neuron lain.

o Kanal Na dan K yang bergerbang voltase

Kanal ion Na yang terdapat di membran sel saraf, khususnya yang ada di bagian akson,

menentukan permeabilitas membran sel tersebut terhadap ion natrium dalam proses

penghantaran impuls sinyal sebagai tanda adanya komunikasi tingkat selular maupun

jaringan.

Page 32: B4R1G

Kanal ion natrium memiliki 2 jenis pintu yaitu pintu aktivasi dan pintu inaktivasi. Pintu-pintu

ini yang menentukan proses masuknya ion Na ke dalam akson saraf.

Pada saat impuls telah memberikan rangsangan pada saraf, maka rangsangan tersebut akan

menyebabkan perubahan polaritas membran sel saraf dimana muatan akson pada keadaan

resting potensial adalah negatif, pada saat penjalaran impuls, menjadi positif dikarenakan

adanya ion-ion natrium yang bermuatan positif (depolarisasi).

Pada saat impuls telah berjalan di suatu sisi akson, maka sisi yang telah dilewatinya

memulihkan potensialnya untuk kembali ke kadaan normal (resting potensial) dan proses ini

dinamakan proses repolarisasi. Hal yang menandai proses ini adalah pintu inaktivasi kanan Na

secara perlahan menutup sehingga ion natrium tidah dapat masuk ke dalam akson. Secara

bersamaan, pintu kanal K bergerbang voltase membuka sehingga membran lebih permeable

terhadap K yang menyebabkan aliran keluar ion kalium dari akson melalui pintu ini.

Mekanisme impuls

Masukan ke dalam system saraf dapat timbul karena adanya reseptor sensorik yang mengenali

bermacam-macam rangsangan. Pada dasarnya terdpt 5 macam reseptor sensorik, yaitu:

mekanoreseptor (mengenali kompresi mekanis/peregangan pada jaringan dekat reseptor),

termoreseptor (mengenali perubahan suhu), nosireseptor (menegenali kerusakan jaringan yang

terjadi), elektromagnetik (mengenali cahaya yang masuk pada retina), dan kemoreseptor

(mengenali rasa, bau-bauan, kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah, dan lain-lain.)

Ketika rangsangan mencapai reseptor yang sesuai, permeabilitas membrane saraf terhadap

ion-ion tertentu mengalami perubahan yang akan mengakibatkan potensial aksi. Potensial aksi

sendiri diartikan sebagai perubahan cepat pada potensial membrane yang menyebar secara

cepat di sepanjang membrane serabut saraf.

Tahap istirahat. Pada tahap ini sel saraf belum mengalami potensial aksi.

Tahap depolarisasi. Pada tahap ini, membrane tiba-tiba menjadi sangngat permeable terhadap

ion natrium, sehingga terjadi influks ion natrium. Hal ini menyebabkan potensial membrane

berjalan ke arah positif dari yang sebelumnya negative.

Tahap repolarisasi. Dalam waktu seperbeberapa puluh detik sesudah membrane menjadi

sangat permeable terhadap ion natrium, kanal natrium tertutup dan kanal kalium terbuka lebih

Page 33: B4R1G

dari biasanya. Selanjutnya, difusi ion kalium yang berlangsung cepat ke luar sel akan

membentuk kembali potensial membrane istirahat negative yang normal.

Mekanisme refleks

Gerakan reflex berjalan secara cepat dan tanggapannya terjadi secara otomatis terhadap

rangsangan tanpa memerlukan kontrol dari otak. Mekanisme terjadinya gerakan refleks

sebagai berikut.

Impuls melalui jalan pendek, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsanga.Kemudian

diteruskan oleh saraf sensorik (neuron aferen) ke medulla spinalis dan tanpa diolah di dalam

otak.Tanggapan langsung dikirim ke saraf motorik (neuron eferen) untuk disampaikan ke

efektor.

4. Vaskularisasi

4.1 Arteri

Distribusi arteri

No. Arteri Distribusi

1. A. Thyroidea superior kel. Tiroid dan struktus di dekatnya

2. A. Lingualis lidah, kel sublingualis, tonsil, epiglotis

3. A. Facialis wajah, tonsil, palatum, kel submandibula

4. A. Maxillaris kedua rahang, gigi, otot pengunyah, telinga,

meningen, hidung, sinus nasalis, palatum

5. A. Temporalis superior daerah parotis dan temporal

6. A. Pharyngea ascenden faring, palatum mole, telinga, meningen

7. A. Occipitalis otot leher, kulit kepala, meningen, sel mastoid

8. A. Auricularis posterior telinga tengah, sel mastoid, aurikula, kel parotis

Page 34: B4R1G

Arteri Carotis Anterior

1. A.facialis

- A. labialis inferior

- A. labialis superior

- A. angularis

- A. mentalis masuk ke foramen mentalis berhubungan denga A. maxillaris interna

2. A. Maxillaris interna

A. Pars mandibularis :

Bagian a.maxillaris interna setelah dipercabang (pada collum mandibulae) sampai dengan lig.

sphenomandibulare, berjalan sepanjang inferior m.pterygoideus externa.

Cabang-cabang :

- a.auricularis profunda

- a.tympanica anterior

- a.meningea media

- alveolaris inferior : mucosa pipi, dagu, gigi bawah

A. Pars pterygoidea

Memvaskularisasi otot-otot mastikasi & m.buccinator. Bercabang menjadi :

- a.temporalis profunda (ramus anterior & posterior)

- r.pterygoidei

- a.masseterica

- a.bucccalis : vaskularisasi m.buccinator, mucosa mulut, gigi & gingiva RA

A. Pars pterygopalatina

- a.alveolaris superior posterior, vaskularisasi gigi M & P.

Page 35: B4R1G

- a.infraorbitalis, vask. orbita, palpebra inf., saccus lacrimalis, bibir atas & pipi.

- a.alveolaris superior anterior & medius, vask. gigi C & I

- a.palatina descendens, vask. palatum.

a. palatina mayor

a. palatina minor

- a.canalis pterygoidea, ke canalis pterygoidea.

- rr.pharyngealis, menuju atap cavitas nasi & px

- a.sphenopalatina, ke cav. nasi melalui for. sphenopalatinum a.nasalis post. septi&

melalui can. incisivus sebagai a.nasopalatina.

3. A. temporalis superficialis

- A. temporalis superficialis, R. Frontalis

- A. temporalis superficialis, R. parietalis

Page 36: B4R1G

bersatu

bermuara

beranastomosissebagian

sebagianVena facialis

Vena retromandibular

bermuara

Vena lainnya…

Vena jugularis interna

Vena jugularis externa

Vena subclavia

Vena brachiocephalica

a

dextra sinistra

Vena cava superior

Jantung

4.2 Vena

Mekanisme vaskularisasi vena

Keterangan :

Vena cava superior : mengalirkan darah dari kepala, leher,

ektrimiotas atas dan dada

V. jugularis interna : mengalirkan darah kepala dan leher.

Sejalan dengan arteri carotis interna

V. jugularis eksterna : penyatuan vena retomandibularis dan v.

auricularis posterior

Page 37: B4R1G

4.3 Kelenjar Limfe Antibodi

Sistem saluran limfe berhubungan erat dengan sistem sirkulasi darah.Darah

meninggalkan jantung melalui arteri dan dikembalikan melalui vena.Sebagian cairan yang

meninggalkan sirkulasi dikembalikan melalui saluran limfe, yang merembes dalam ruang-

ruang jaringan.

Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfatik yang mengalirkan kelebihan

cairan secara langsung dari ruang interstisial. Beberapa pengecualian antara lain bagian

permukaan kulit, sistem saraf pusat, bagian dalam dari saraf perifer, endomisium otot, dan

tulang.

a. Susunan

Limfe mirip dengan plasma tetapi dengan kadar protein yang lebih kecil. Kelenjar-

kelenjar limfe menambahkan limfosit pada limfe sehingga jumlah sel itu sangat besar di

dalam saluran limfe. Di dalam limfe tidak terdapat sel lain. Limfe dalam salurannya

digerakkan oleh kontraksi otot di sekitarnya dan dalam beberapa saluran limfe yang

gerakannya besar itu dibantu oleh katup.

b. Fungsi

1.  Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke dalam sirkulasi darah.

2.  Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah.

Page 38: B4R1G

3. Untuk membawa lemak yang sudah dibuat emulsi dari usus ke sirkulasi darah. Saluran

limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lakteal.

4.  Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan

penyebaran organism itu dari tempat masuknya ke dalam jaringan, ke bagian lain tubuh.

5.  Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasilkan zat anti (antibodi) untuk melindungi

tubuh terhadap kelanjutan infeksi.

c. Pembuluh limfe

Struktur pembuluh limfe serupa dengan vena kecil, tetapi memiliki lebih banyak katup

sehingga pembuluh limfe tampaknya seperti rangkaian petasan.Pembuluh limfe yang terkecil

atau kapiler limfe lebih besar dari kapiler darah dan terdiri hanya atas selapis

endotelium.Pembuluh limfe bermula sebagai jalinan halus kapiler yang sangat kecil atau

sebagai rongga-rongga limfe di dalam jaringan berbagai organ.Sejenis pembuluh limfe

khusus, disebut lacteal (khilus) dijumpai dalam vili usus kecil.

d. Kelenjar limfe atau limfonodi

Limfonodi berbentuk kecil lonjong atau seperti kacang dan terdapat di sepanjang

pembuluh limfe.Kerjanya sebagai penyaring dan dijumpai di tempat-tempat terbentuknya

limfosit.Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam leher, axial, thorax, abdomen, dan

lipat paha.

Page 39: B4R1G

Sebuah kelenjar limfe mempunyai pinggiran cembung dan yang cekung.Pinggiran

yang cekung disebut hilum.Sebuah kelenjar terdiri dari jaringan fibrous, jaringan otot, dan

jaringan kelenjar.Di sebelah luar, jaringan limfe terbungkus oleh kapsul fibrous.Dari sini

keluar tajuk-tajuk dari jaringan otot dan fibrous, yaitu trabekulae, masuk ke dalam kelenjar

dan membentuk sekat-sekat.Ruangan diantaranya berisi jaringan kelenjar, yang mengandung

banyak sel darah putih atau limfosit.

Pembuluh limfe aferen menembus kapsul di pinggiran yang cembung dan

menuangkan isinya ke dalam kelenjar.Bahan ini bercampur dengan benda-benda kecil

daripada limfe yang banyak sekali terdapat di dalam kelenjar dan selanjutnya campuran ini

dikumpulkan pembuluh limfe eferen yang mengeluarkannya melalui hilum.Arteri dan vena

juga masuk dan keluar kelenjar melalui hilum.

e. Saluran limfe

Terdapat dua batang saluran limfe utama, ductus thoracicus dan batang saluran kanan.

Ductus thoracicus bermula sebagai reseptakulum khili atau sisterna khili di depan vertebra

lumbalis. Kemudian berjalan ke atas melalui abdomen dan thorax menyimpang ke sebelah

kiri kolumna vertebralis, kemudian bersatu dengan vena-vena besar di sebelah bawah kiri

leher dan menuangkan isinya ke dalam vena-vena itu.

Ductus thoracicus mengumpulkan limfe dari semua bagian tubuh, kecuali dari bagian

yang menyalurkan limfenya ke ductus limfe kanan (batang saluran kanan).

Ductus limfe kanan ialah saluran yang jauh lebih kecil dan mengumpulkan limfe dari

sebelah kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada sebelah kanan, dan menuangkan

isinya ke dalam vena yang berada di sebelah bawah kanan leher.

Page 40: B4R1G

Sewaktu suatu infeksi pembuluh limfe dan kelenjar dapat meradang, yang tampak

pada pembengkakan kelenjar yang sakit atau lipat paha dalam hal sebuah jari tangan atau jari

kaki terkena infeksi.