Autumn in Paris

2
RESENSI NOVEL AUTUMN IN PARIS Judul Buku : Autumn in Paris Penulis : Ilana Tan Bahasa : Indonesia Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit : Cetakan ketujuh, 2009 Jumlah Halaman : 272 lembar Genre : Metropop Dimensi : 13.5 x 20 cm Jenis Cover : Soft Cover Tara Dupont, tokoh utama cerita ini, Tara Dupont adalah blasteran Paris-Indonesia tetapi ia menyukai Paris dan musim gugur. Tara Dupont juga tinggal di Paris hidup bersama ayahnya dan bekerja sebagai seorang penyiar di stasiun radio yang cukup terkenal. Ia juga mempunyai seorang kakak angkat berkebangsaan Perancis yang ia pikir adalah cintanya. Sampai akhirnya ia bertemu dengan. Tatsuya Fujisawa, seorang arsitek yang sedang bekerja di Paris, teman dari kakak angkat Tara. Tatsuya adalah seorang lelaki Jepang yang membenci musim gugur di Paris, namun pertemuannya dengan Tara mengubah pendiriannya tentang musim gugur di Paris. Ia menyukai musim gugur di Paris karena Tara.Awalnya, mereka bertemu secara tidak disengaja. Ternyata, Tatsuya adalah teman dari kakak angkat Tara. Merekapun menjadi semakin dekat dan cocok tanpa disangka- sangka. Masa-masa indah mereka lalui bersama, berjalan-jalan ke tempat-tempat indah di Paris, melihat pemandangan kota Paris yang romantis. Namun sayangnya, kekejaman takdir kehidupan membuat mereka berada dalam suatu dilemma. Masa lalu mereka yang tidak dapat diubah, menghancurkan cinta mereka.Tara maupun Tatsuya sama sekali tidak menyadari benang yang menghubungkan mereka dengan masa lalu, adanya rahasia yang menghancurkan segala harapan, perasaan, dan keyakinan. Ketika kebenaran terungkap, tersingkap. Sebuah kejadian telah membuka tirai masa lalu. Tatsuya harus menjauhkan diri dari Tara, walaupun ia merasa itu sangat sulit. Kenyataan yang pahit telah membuatnya bimbang. Sampai akhirnya Tara juga mengetahui kenyataan pahit tersebut dan cinta mereka berada di dalam cobaan yang berat jalan yang buntu. Cerita ini

Transcript of Autumn in Paris

Page 1: Autumn in Paris

RESENSI NOVEL AUTUMN IN PARIS

Judul Buku : Autumn in ParisPenulis : Ilana TanBahasa : IndonesiaPenerbit : PT Gramedia Pustaka UtamaTahun Terbit : Cetakan ketujuh, 2009Jumlah Halaman : 272 lembarGenre : MetropopDimensi : 13.5 x 20 cmJenis Cover : Soft Cover

Tara Dupont, tokoh utama cerita ini, Tara Dupont adalah blasteran Paris-Indonesia tetapi ia menyukai Paris dan musim gugur. Tara Dupont juga tinggal di Paris hidup bersama ayahnya dan bekerja sebagai seorang penyiar di stasiun radio yang cukup terkenal. Ia juga mempunyai seorang kakak angkat berkebangsaan Perancis yang ia pikir adalah cintanya. Sampai akhirnya ia bertemu dengan. Tatsuya Fujisawa, seorang arsitek yang sedang bekerja di Paris, teman dari kakak angkat Tara. Tatsuya adalah seorang lelaki Jepang yang membenci musim gugur di Paris, namun pertemuannya dengan Tara mengubah pendiriannya tentang musim gugur di Paris. Ia menyukai musim gugur di Paris karena Tara.Awalnya, mereka bertemu secara tidak disengaja. Ternyata, Tatsuya adalah teman dari kakak angkat Tara. Merekapun menjadi semakin dekat dan cocok tanpa disangka-sangka. Masa-masa indah mereka lalui bersama, berjalan-jalan ke tempat-tempat indah di Paris, melihat pemandangan kota Paris yang romantis. Namun sayangnya, kekejaman takdir kehidupan membuat mereka berada dalam suatu dilemma. Masa lalu mereka yang tidak dapat diubah, menghancurkan cinta mereka.Tara maupun Tatsuya sama sekali tidak menyadari benang yang menghubungkan mereka dengan masa lalu, adanya rahasia yang menghancurkan segala harapan, perasaan, dan keyakinan. Ketika kebenaran terungkap, tersingkap. Sebuah kejadian telah membuka tirai masa lalu. Tatsuya harus menjauhkan diri dari Tara, walaupun ia merasa itu sangat sulit. Kenyataan yang pahit telah membuatnya bimbang. Sampai akhirnya Tara juga mengetahui kenyataan pahit tersebut dan cinta mereka berada di dalam cobaan yang berat jalan yang buntu. Cerita ini ditutup dengan sebuah kalimat sederhana yang mengandung arti yang ''dalam'':Selama dia bahagia, aku juga akan bahagia.

Kelebihan : Cerita dari novel ini sangat menyentuh hati, bahkan sampai berlinang air mata karena gaya tulisannya para pembaca dapat merasakan kebahagiaan atau kesedihan yang dialami sang tokoh.

Kekurangan : Gaya bahasanya terlalu baku sehingga kurang begitu memahami dan ending ceritanya pun sulit ditebak

Erlinda G / XI IS-5/07