Association and Structure Community Of The Gastropods at...
Transcript of Association and Structure Community Of The Gastropods at...
1
Association and Structure Community Of The Gastropods at Sea Grass Ecosystem
Berakit Village Teluk Sebong District
Zuprizal
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Tengku Said Raza’i
Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]
Andi Zulfikar
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Abstract
This research done for obtain species, density, diversity, uniformity, dominance,
distribution pattern of the Gastropods, known association community of the Gastropods at sea
grass ecosystem, and describe relationship of density the Gastropods with sea grass at sea grass
ecosystem Berakit village, so it could been as the data and information of marine and fishery, and
it was describe abaout the Gastropods condition of sea grass at sea grass ecosystem Berakit
village. Determination research station used purposive sampling method. This research found 14
species of the Gastropods. In general, distribution patterns of the Gastropods were be group and
random. The density of lamun had be positive correlation value with density of Gastropods
specially (y) = 0,55 + 0,011x.
Key words : Gastropods, distribution patterns of the Gastropods, Association, Sea grass
2
Asosiasi dan Struktur Komunitas Gastropoda di Ekosistem Padang Lamun Desa
Berakit Kecamatan Teluk Sebong
Zuprizal
Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Tengku Said Raza’i
Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]
Andi Zulfikar
Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan jenis, kepadatan, keanekaragaman,
keseragaman, dominansi dan pola sebaran Gastopoda, mengetahui asosiasi komunitas Gastropoda
di ekosistem padang lamun, serta menggambarkan hubungan kepadatan Gastropda dan kerapatan
lamun di ekosistem padang lamun Desa Berakit, sehingga dapat dijadikan sebagai data dan
informasi kelautan dan perikanan, yang merupakan gambaran tentang kondisi Gastopoda di
padang lamun dan di Desa Berakit. Penentuan stasiun penelitian menggunakan metode purposive
sampling. Penelitian ini menemukan 14 spesies Gastropoda. Pola penyebaran Gastropoda pada
umumnya mengelompok dan acak. Kerapatan Lamun memiliki nilai korelasi yang positif dengan
kepadatan gastropoda yaitu (y) = 0,55 + 0,011x.
Kata kunci : Gastropoda, pola penyebaran Gastropoda, asosiasi, lamun
3
I. PENDAHULUAN
Perairan ekosistem padang lamun
Desa Berakit Kecamatan Teluk Sebong
Kabupaten Bintan merupakan salah satu
perairan kawasan konservasi ekosistem
padang lamun di Bintan. Perairan ini sering
kali dijadikan sebagai area dalam mencari
kerang – kerang dan siput yang biasanya
dikenal dengan sebutan lokal “bekarang” oleh
masyarakat lokal maupun non lokal pada saat
surut. Sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Asosiasi dan
Struktur Komunitas Gastropoda terhadap
Padang Lamun Desa Berakit Kecamatan
Teluk Sebong Kabupaten Bintan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Bagaimana jenis dan struktur
komunitas Gastropoda dari aspek
kepadatan, keanekaragaman,
keseragaman, dominansi, asosiasi
antar spesies dan pola sebaran di
ekosistem padang lamun Desa
Berakit.
Bagaimana asosiasi komunitas
Gastropoda di ekosistem padang
lamun Desa Berakit.
Bagaimana hubungan antara
kepadatan Gastropoda dan kerapatan
lamun di ekosistem padang lamun
Desa Berakit.
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh
peneliti yaitu :
Dapat mengetahui jenis, kepadatan,
keanekaragaman, keseragaman,
dominansi, asosiasi antar spesies dan
pola sebaran Gastropoda di
ekosistem Padang lamun Desa
Berakit.
Dapat mengetahui asosiasi
Gastropoda yang terdapat di
ekosistem padang lamun Desa
Berakit.
Dapat menggambarkan hubungan
kepadatan Gastropoda dengan
kerapatan lamun di ekosistem
padang lamun Desa Berakit.
Tujuan yang diperoleh dari penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Diketahui struktur komunitas
Gastropoda di ekosistem padang
lamun Desa Berakit.
Diketahui asosiasi Gastropoda di
ekosistem padang lamun Desa
Berakit.
Diketahui hubungan antara
kepadatan Gastropoda dan kerapatan
lamun di ekosistem padang lamun
Desa Berakit.
II. TINJUAAN PUSTAKA
Gastropoda (keong) adalah salah satu
kelas dari Moluska yang diketahui berasosiasi
dengan baik terhadap ekosistem lamun.
Komunitas Gastropoda merupakan komponen
yang penting dalam rantai makanan di
padang lamun, dimana Gastropoda
merupakan hewan dasar pemakan detritus
(detritus feeder) dan serasah dari daun lamun
yang jatuh dan mensirkulasi zat-zat yang
4
tersuspensi di dalam air guna mendapatkan
makanan (Tomascik et al., 1997 dalam syari,
2005 ).
III. METODE PENELITIAN
1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan April sampai dengan bulan Juni 2014,
dimana kegiatan ini dimulai dari tahap
persiapan proposal, kegiatan lapangan
(survei dan observasi), pengelolaan data
dan penyusunan laporan akhir. Sedangkan
lokasi penelitian dilakukan di Desa Berakit
Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten
Bintan.
2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
Tabel 1. Alat dan bahan penelitian
No Alat Kegunaan
1. Multitester Mengukur suhu,
oksigen terlarut dan
pH perairan
2. Turbiditymeter Mengukur kekeruhan
3. Sieve net Untuk mengayak
sedimen
4. Timbangan Protabel Untuk menimbang
berat sedimen
5. Saltmeter Untuk mengukur
salinitas
6. Petakan kuadran 1x1m Untuk pengamatan
lamun & gastropoda
7. Kepmen LH No 200
Tahun 2004
Untuk identifikasi
lamun
8. Kantong plastik Menyimpan sampel
gastropoda dan lamun
9. Tali rapia dan roll
meter
Untuk transek garis
10. Kamera Untuk dokumentasi
11. Website identifikasi Gastropoda
Untuk identifikasi gastropoda
3. Prosedur Penelitian
a) Penentuan Stasiun Pengamatan
Penentuan stasiun penelitian
mengguakan metode purposive sampling
dimana pengambilan tersebut berdasarkan
alasan dan kriteria yang jelas. Tiga stasiun
ditentukan berdasarkan keterwakilan lokasi
perairan untuk asosiasi dan struktur
komunitas Gastropoda terhadap keraptan
padang lamun desa berakit kecamatan teluk
sebong.
Tiga lokasi yang di tetapkan untuk
pengambilan sampel antara lain :
a. Stasiun I terletak di daerah kerapatan
padang lamun yang tutupannya penuh,
b. Stasiun II terletak di daerah kerapatan
padang lamun yang tutupannya sedang,
c. Stasiun III terletak di daerah kerapatan
padang lamun yang sedikit/minim.
4. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini dalah metode survei yaitu pengamatan
langsung ke lokasi penelitian di Desa Berakit
Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan.
Data yang dikumpulkan berupa data primer
yang diperoleh langsung dari observasi ke
lapangan yang meliputi : data jenis ,
kerapatan, keanekaragaman, keseragaman,
dominansi, pola sebaran dan asosiasi antar
spesies Gastropoda, data lingkungan perairan
seperti kekeruhan, temperatur, salinitas, tipe
substrat, kecepatan arus yang diukur masing
– masing 3 kali ulangan secara in situ seperti
pengukuran temperatur, salinitas, dan
kecepatan arus, sedangkan untuk pengukuran
kekeruhan dilakukan di Laboraturium.
Pengukuran tipe substrat dilakukan sekali
5
ulangan di laboraturium. Selain itu diperoleh
juga data sekunder seperti jumlah penduduk,
mata pencaharian penduduk, hasil tangkapan
diperolah dari wawancara dengan penduduk
sekitar.
4. Pengambilan Contoh lamun
Pengambilan contoh lamun
sepenuhnya berunjuk pada Kepmen LH no
200 tahun 2004. Pengamatan kerapatan jenis
dan penutupan jenis lamun dilakukan dengan
metode sampling acak sistematik, yaitu
pengambilan sampel pada transek yang telah
ditetapkan.
Lamun yang telah diambil
identifikasi mengunakan kepmen LH nomor
200 tahun 2004. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada gambar skematik transek
sampling lamun. gambar 1.
Gambar 1. Contoh Petak untuk
Pengambilan contoh lamun
5. Pengambilan Contoh Gastropoda
Pengambilan contoh Gastropoda
dilakukan dengan menggunakan metode
transek kuadran dengan berukuran plot - plot
1 m x 1 m, ukuran plot Gastropoda sama
dengan ukuran plot pengambilan contoh
lamun dan pada plot - plot yang sama saat
pengambilan contoh lamun dan pengambilan
contoh Gastropoda yang dilakukan pada saat
air surut terendah. Semua Gastropoda yang
terdapat di dalam plot - plot diambil dan
dimasukkan ke dalam kantong plastik dan
diawetkan dalam larutan formalin 10%
kemudian diidentifikasi. Identifikasi
Gastropoda menggunakan
http://www.coremap.or.id/datin/molusc/,http:
//www.marinespecies.org,http://www.gastrop
ods.com,http://shellmuseum.org/shells/shellsp
ic.cfm?sr=41,http://www.colecionismo.com.b
r/outras/conchas/materias/boletim002/, dan
www.seashellhub.com/Indonesia.html.
6. Analisis Data
1. Struktur Komunitas Lamun
a) Frekuensi Jenis dan Frekuensi
Relatif
Frekuensi jenis lamun dihitung frekunsi
jenis dengan rumus (Fachrul, 2007).
Dimana :
Fi = Frekuensi jenis ke-i
Pi = Jumlah petak sampel tempat
ditemukan jenis ke-i
= Jumlah total petak sampel yang
diamati.
Frekuensi relatif lamun dihitung
dengan rumus :
x 100 %
6
Dimana :
FR = Frekuensi Relatif
Fi = Frekuensi Jenis ke-i
= Jumlah frekuensi untuk seluruh jenis
b) Kerapatan Jenis dan Kerapatan
Relatif
Kerapatan jenis lamun dihitung
dengan rumus (Fachrul, 2007).
Dimana : Ki = kerapatan jenis ke-i
ni = Jumlah total individu dari jenis
ke-i
A = Luas area total pengambilan
sampel (m2)
Kerapatan Relatif lamun dihitung
dengan rumus (Fachrul, 2007)
x 100 %
Dimana :
KR = Kerapatan Relatif
ni = Jumlah individu ke-i
= Jumlah individu seluruh jenis
c) Penutupan jenis dan Penutupan
Relatif
Penutupan jenis lamun dapat dihitung
dengan menggunakan rumus (Fachrul, 2007).
P = ai/ A
Di mana : P = Luas area yang tertutupi
ai = Luas total penutupan ke- i
A= Luas total pengambilan sampel
Penutupan relatif jenis lamun dapat
dihitung dengan rumus (Fachrul, 2007).
Ci
CiPR
Dimana :Ci=Luas penutupan jenis ke-i
Ci=Luas total penutupan untuk
seluruh jenis
PR=Penutupan relatif jenis
d) Indeks Nilai Penting
Rumus yang digunakan untuk
menghitung INP adalah :
Dimana : INP = Indeks Nilai Penting
FR = Frekuensi Relatif
KR = Kerapatan Relatif
CR = Penutupan Relatif
2. Struktur Komunitas Gastropoda
a) Kepadatan, Keanekaragaman,
Keseragaman, Dominansi
Kepadatan didefinisikan sebagai
jumlah individu per satuan luas atau volume
(Brower and Zar, 1977 dalam Rasyid, 2001)
dengan rumus sebagai berikut :
Dimana :
D = Kepadatan (ind/m2)
7
ni = Jumlah individu Gastropoda yang
ditemukan
A = Luas petak pengambilan Gastropoda
contoh (m2)
Adapun indeks keanekaragaman
Shannon (H’) menurut Shannon dan
Weaver (1949) dalam Odum (1983)
dihitung menggunakan formula sebagai
berikut :
H’= - ∑ (ni/N)In (ni/N)
dimana :
ni = Jumlah individu setiap jenis
N = Jumlah individu seluruh jenis
Adapun kategori indeks
keanekaragaman dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kategori Indeks Keanekaragaman
Nilai
Keanekaragaman (H’) Kategori
H’ ≤ 2.0 Rendah
2.0 < H’ ≤ 3.0 Sedang
H’ ≥ 3.0 Tinggi
Rumus indeks keseragaman Pielou (E)
menurut Pielou, 1966 dalam Odum (1983)
yaitu :
dimana :
E = Indeks Keseragaman
H’ = Indeks Keanekaragaman
S = Jumlah Jenis
Adapun kriteria komunitas
lingkungan berdasarkan nilai indeks
keseragaman dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Kriteria Komunitas Lingkungan
Berdasarkan Nilai Indeks Keseragaman
Nilai Indeks
Keseragaman (E) Kondisi Komunitas
0.00 < E ≤ 0.50 Komunitas berada pada
kondisi tertekan
0.50 < E ≤ 0.75 Komunitas berada pada
kondisi labil
0.75 < E ≤ 1.00 Komunitas berada pada
kondisi stabil
Nilai indeks dominansi Simpson
memberikan gambaran tentang dominansi
organisme dalam suatu komunitas ekologi.
Indeks ini dapat menerangkan bilamana suatu
jenis lebih banyak terdapat selama
pengambilan data (Rappe, 2010). Rumus
indeks dominansi Simpson (C) menurut
Margalef (1958) dalam Odum (1983) yaitu :
C = ∑ (ni/N)2
dimana : C = Indeks dominansi Simpson
ni = Jumlah individu spesies ke-i
N = Jumlah individu seluruh jenis
Adapun kategori indeks dominansi
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Kategori Indeks Dominansi
Dominansi (C) Kategori
0.00 < C ≤ 0.50 Rendah
0.50 < C ≤ 0.75 Sedang
0.75 < C ≤ 1.00 Tinggi
3. Pola Sebaran Gastropoda
Pola sebaran spesies Gastropoda
ditentukan dengan menghitung indeks
dispersi Morisita (Brower at al dalam Syari,
2005) dengan persamaan :
∑
Dimana :Id = Indeks dispersi Morisita
8
n= Jumlah plot pengambilan contoh
N = Jumlah individu n dalam plot
X2 = Jumlah individu pada setiap plot
Dengan kriteria sebagai berikut :
Id < 1 : Pola penyebaran individu bersifat
seragam
Id = 1 : Pola penyebaran individu bersifat
acak
Id > 1 : Pola penyebaran individu bersifat
kelompok
4. Asosiasi antar Spesies Gastropoda
Pembuatan kompilasi data dan matrik
asosiasi interspesies (Sugianto, 1994).
Keterangan :
1 = Jumlah spesies yang ditemukan
0 = Spesies yang tidak ditemukan
Menghitung keragaman total sampel
σ2
T = ∑S
i=1 pi(1-pi)
dimana :
pi = ni/N
pi = proporsi jenis ke-i
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = jumlah total individu
Mengestimasi keragaman dalam total
jumlah spesies
S2T = 1/N ∑
Nj=1 (Tj-t)
2
Dimana :
S2 = keragaman sampel
t = rata-rata jumlah spesies/sampel
N = jumlah total individu Menghitung rasio
keragaman
VR = S2
T/ σ2T
Dimana :
VR = rasio keragaman
S2
= keragaman sampel
σ2 = keragaman total sampel
T = total
Bila VR >1 maka secara keseluruhan spesies
menunjukkan asosiasi positif
Bila VR<1 maka secara keseluruhan spesies
menunjukkan asosiasi negatif, Menghitung
besar simpangan dari nilai 1 (W)
W = N/VR
N = jumlah total individu
VR = rasio keragaman
Kemudian dibandingkan dengan uji chi-
square pada α = 0.05
5. Regresi Linier sederhana
Untuk mengetahui hubungan kepadatan
Gastropoda dan kerapatan lamun di
ekosistem padang lamun Desa Berakit
digunakan regresi linier sederhana menurut
Sudjana (2005), yaitu :
Tabel 5. Matrik Data Ekologi
Presence-Absence
Unit Sampling
Spesie
s 1 2 3 . . . N
Tota
l
1 1 0 1
n1
2 0 0 1
n2
3 0 1 0
n3
S
.
Total
T
1
T
2
T
3
T
N
Ns
9
a + bx
Dimana :
Y = Variabel dependen (variabel akibat)
x = Variabel independen (variabel faktor
akibat)
a = Konstanta
b = Koefisien kemiringan
Nilai – nilai a dan b dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
( )
1V. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Struktur Spesies Lamun
Padang lamun di perairan Desa
Berakit ditumbuhi oleh 6 spesies tumbuhan
lamun yang termasuk ke dalam 2 suku yaitu
Hydrocharitaceae dengan 2 spesies, yaitu
Enhalus acoroides dan Thallasia hemprichii
sedangkan dari suku Potamogetonaceae
dengan 4 spesies, yaitu Cymodecea
rotundata, Cymodecea serulata, Syringodium
isoetifolium, dan Halopila ovalis.
Frekuensi total spesies lamun di
ekosistem padang lamun Desa Berakit pada
ke-3 stasiun pengamatan berkisar antara 1,2 –
1,55. Kerapatan total spesies lamun di
ekosistem padang lamun Desa Berakit pada
ke-3 stasiun pengamatan berkisar antara
72,08 - 95 individu/m2. Kerapatan total
spesies lamun tertinggi terdapat pada stasiun
pengamatan St2. Persentase penutupan
spesies lamun pada ke-3 stasiun pengamatan
berkisar antara 0 – 69 %. Persentase
penutupan spesies lamun tertinggi terdapat
pada stasiun pengamatan St1. Indeks nilai
penting spesies lamun pada 3 stasiun
pengamatan di lokasi penelitian berkisar
antara 4,2 – 197,02. INP terbesar terdapat
pada spesies lamun Thalasia hemprichii
sebesar 197,02 pada stasiun pengamatan St3.
2. Struktur Komunitas Gastropoda
Dari hasil identifikasi Gastropoda
yang ditemukan di ekosistem padang lamun
Desa Berakit pada 6 transek di 3 stasiun
pengamatan diperoleh yaitu 4 ordo, 9 famili,
dan 14 genus sebanyak 14 jenis. Identifikasi
Gastropoda ini dengan melihat bentuk
cangkang, warna, corak dan putaran
cangkang.
Kepadatan Gastropoda pada ke-3
stasiun pengamatan di ekosistem padang
lamun Desa Berakit berkisar antara 49 – 153
individu/m2 dengan kepadatan rata – rata
Gastropoda tertinggi terdapat di stasiun
pengamatan St2 yaitu 153 individu/m2.
Kepadatan Gastropoda terendah terdapat di
stasiun pengamatan St3 yaitu 49 individu/m2.
Nilai indeks keanekaragaman yang
termasuk kriteria sedang terdapat pada
stasiun pengamatan St3 sebesar 2,20. Nilai
indeks keanekaragaman yang termasuk
kriteria rendah terdapat pada stasiun
pengamatan St1 dan St2 masing – masing
sebesar 1,10 dan 1,49.
Nilai indeks keseragaman
Gastropoda (E) pada 3 stasiun pengamatan di
lokasi penelitian pada umumnya
menunjukkan kondisi komunitas yang
10
bervariasi mulai dari tertekan sampai dengan
stabil yaitu berkisar antara 0,48 – 0,83.
Nilai indeks dominansi Gastropoda
(C) pada 3 stasiun pengamatan di lokasi
penelitian pada umumnya menunjukkan
dominansi yang rendah yaitu berkisar antara
0,15 – 0,52.
Pola penyebaran Gastropoda
mengunakan Indeks Dispersi Morisita di
ekositem padang lamun Desa Berakit secara
umum mengelompok dan acak.
Teknik pengukuran asosiasi ini
sepenuhnya didasarkan pada ada atau
tidaknya spesies dalam unit sampling
(kuadrat/plot). Janson dan Vegelius (1981)
dalam Soegianto (1994) merekomendasikan
tiga cara pengukuran yaitu dengan indeks
Ochiai, Dice dan Jaccard. Indeks - indeks ini
sama dengan 0 bila tidak ada asosiasi dan
bernilai 1 bila terdapat asosiasi maksimum.
Hasil regresi linier sederhana untuk
kepadatan gastropoda dan kerapatan lamun
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik normalitas data
Berdasarkan hasil regresi hubungan
antara kepadatan Gastropoda dengan
kerapatan lamun menunjukkan korelasi yang
positif, yaitu kepadatan gastropoda (y) = 0,55
+ 0,11x (kerapatan lamun), artinya setiap
kenaikan satu satuan lamun akan
meningkatkan kerapatan gastropoda sebesar
0.011 satuan. Nilai R2
(koefisien
determinasi/adjusted R-squared) ≈82% yang
artinya 82% variasi nilai Kerapatan
gastropoda dapat dijelaskan oleh variasi nilai
Kerapatan Lamun. Hasil yang diperoleh ada
kecenderungan semakin tinggi kerapatan
lamun maka akan semakin tinggi kepadatan
Gastropoda begitu juga sebaliknya semakin
rendah kerapatan lamun maka akan semakin
rendah pula kepadatan Gastropoda.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Adapun kesimpulan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Jumlah spesies Gastropoda yang berhasil
ditemukan ada 14 spesies. Dengan nilai
kepadatan Gastropoda berkisar antara 49
– 153 individu/m2. Nilai indeks
keanekaragaman yang berkisar antara
1,20 – 2,20 tergolong rendah hingga
sedang. Nilai indeks keseragaman
berkisar antara 0,48 – 0,83 menunjukkan
kondisi komunitas berada pada kondisi
tertekan hingga labil. Nilai indeks
dominansi berkisar antara 0,15 – 0,52
pada umumnya menunjukkan dominansi
yang rendah hingga sedang.
2) Pola penyebaran Gastropoda pada
umumnya mengelompok dan acak. Hal ini
11
terjadi karena diduga keadaan lingkungan
yang masih stabil dan bersifat homogen /
seragam.
3) Hasil analisis regresi linier sederhana
diperoleh nilai koefisien Determinasi (R2)
sebesar ≈82% yang artinya 82% variasi
nilai Kerapatan Gastropoda dapat
dijelaskan oleh variasi nilai Kerapatan
Lamun dengan nilai korelasi yang positif,
yaitu kepadatan gastropoda (y) = 0,55 +
0,011x (kerapatan lamun), artinya setiap
kenaikan satu satuan lamun akan
meningkatkan kepadatan Gastropoda
sebesar 0.011 satuan.
Adapun saran penelitian ini yaitu
penelitian ini telah berhasil menggambarkan
kondisi kepadatan Gastropoda dan kerapatan
lamun di lokasi penelitian tersebut. Melalui
analisis regresi linier sederhana yang telah
dilakukan menunjukkan terjadinya korelasi
yang positif antara kepadatan Gastropoda
terhadap kerapatan padang lamun di
ekosistem padang lamun Desa Berakit
sehingga saran yang dapat peneliti berikan
perlu dilakukan pengelolaan yang baik
terhadap sumberdaya komunitas Gastropoda
di ekosistem padang lamun guna mencegah
terjadinya pemanfaatan yang berlebihan
terhadap penangkapan Gastropoda di
eksosistem padang lamun Desa Berakit.
Selain itu, dapat juga dilakukan penelitian
lebih lanjut terkait mengkaji asosiasi
Gastropoda pada spesies lamun.
VI. DAFTAR PUSTAKA
Adrim, M. 2006. Asosiasi Ikan di Padang
Lamun. Jurnal Oseana. Volume XXXI,
Nomor 4, Halaman 1 – 7.
Amblika, I.S. 2005. Asosiasi Gastropoda di
Ekosistem Padang Lamun Perairan Pulau
Lepar Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Skripsi. Departemen Ilmu dan
Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor : Bogor.
Anonim. 2011. Materi Penyuluhan
Pengelolaan Ekosistem Lamun. Badan
Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan
Bengen, DEA. 2001. Sinopsis Ekosistem dan
Sumber Daya Pesisir dan Laut. Penerbit
Institut Pertanian Bogor : Bogor
Bunga, J.P. 2009. Asosiasi Inter – Spesies
Lamun di Perairan Ketapang Kabupaten
Seram Bagian Barat. Jurnal Triton.
Volume 5, nomor 2, halaman 19 – 25.
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Pattimura : Ambon.
Dahuri, M.S dkk. 2008. Pengelolaan Sumber
Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
Terpadu. Penerbit PT Pradnya Paramita :
Jakarta
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling
Bioekologi. Penerbit Bumi Aksara :
Jakarta
Fahmi dan Adrim, M. 2009. Diversitas Ikan
pada Komunitas Padang Lamun di
12
Perairan Pesisir Kepulauan Riau. Jurnal
Riset Oseanologi dan Limnologi di
Indonesia. Volume 35, nomor 1,
Halaman 75 – 90.
Faradilla, M. 2013. Hubungan Nitrat dan
Fhospat terhadap Biomassa Lamun di
Perairan Desa Malang Rapat Kecamatan
Gunung Kijang Kabupaten Bintan
Kepulauan Riau. Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Skripsi.
Universitas Maritim Raja Ali Haji :
Tanjungpinang.
Fatria, D. 2013. Afinitas Antar Spesies Dan
Klasifikasi Komunitas Gastropoda
Kawasan Konservasi Laut Daerah
Malang Rapat Kabupaten Bintan. Skripsi.
Jurusan Manajemen Sumberdaya
Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali
Haji : Tanjungpinang.
Fauziyah, I.M. 2004. Struktur Komunitas
Padang Lamun di Pantai Batu Jimbar
Sanur. Skripsi. Jurusan Ilmu dan
Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor : Bogor.
Gundo, M.T. 2010. Keanekaragaman dan
pola penyebaran gastropoda air tawar di
perairan danau poso. (Media litbang
Sulteng III, : 137-143 september,2010)
Sulawesi Tengah.
Hamsiah. 2004. Potensi Jenis Kekerangan
yang Berasosiasi dengan Padang Lamun
di Pulau Pannikiang Kabupaten Barru.
Jurnal Protein. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan UMI : Makasar.
Hartati, R, Ali Djunaedi, Hariyadi, dan
Mujiyanto. 2012. Struktur Komunitas
Padang Lamun di Perairan Pulau
Kumbang Kepulauan Karimunjawa.
Jurnal Ilmu Kelautan. Volume 17, nomor
4, halaman 217 – 225.
http://www.coremap.or.id/datin/molusc/.
Diakses Tanggal 19 April 2014
http://www.marinespecies.org. Diakses
Tanggal 4 Mei 2014
http://www.gastropods.com. Diakses
Tanggal 8 Mei 2014
http://www.colecionismo.com.br/outras/c
onchas/materias/boletim002/. Diakses
Tanggal 8 Mei 2014
www.seashellhub.com/Indonesia.html.
Diakses Tanggal 8 Mei 2014
Latuconsina, H, dkk. 2011. Asosiasi Ikan
Baronang (Siganus canaliculatus Park,
1797) pada Ekosistem Padang Lamun
Perairan Teluk Ambon Dalam. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Darussalam : Ambon. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan Universitas
Hasanuddin : Makasar.
Nonjti, A. 2007. Laut Nusantara. Penerbit
Djambatan : Jakarta.
Novatriani. 2011. Ekologi Lingkungan dan
Vegetasi.blog.uad.ac.id/novatriani/2011/1
13
2/04/ekologi-lingkungan-dan-vegetasi/
Diakses tanggal 13 November 2
Nasution, R. 2003. Tehnik sampling. Medan
fakultas kesehatan masyarakat,
Universitas Sumatra Utara.
Manalu, C.L. 2012. Kondisi Umum Perairan
Untuk Kehidupan Gonggong (Strombus
Conarium) Di Desa Madong Kota
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.
Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji
: Tanjungpinang.
Muhaimin, A. 2013. Sebaran Spasial
Komunitas Lamun di Perairan Pesisir
Kampung Pulau Pucung Desa Malang
Rapat Kecamatan Gunung Kijang
Kabupaten Bintan. Skripsi. Jurusan
Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.
Univeristas Maritim Raja Ali Haji :
Tanjungpinang.
Rahman, F. A. 2009. Struktur Komunitas
Makrozoobentos di Perairan Estuaria
Sungai Brantas (Sungai Porong dan
Wonokromo) Jawa Timur. Skripsi.
Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Rappe, R.A, 2010. Struktur Komunitas ikan
di padang lamun yang berbeda di pulau
benang lompo, jurnal ilmu dan teknologi
tropis, Volume 2, nomor, 1 Halaman 62-
73.
Rasid, M. 2012. Pola Sebaran dan Densitas
Populasi Kerang Bulu di Pantai Kawal
Bintan Kepulauan Riau. Skripsi.
Universitas Maritim Raja Ali Haji :
Tanjungpinang.
Riniatsih, I dan Widianingsih. 2007.
Kelimpahan dan Pola Sebaran Kerang –
Kerangan (Bivalve) di Ekosistem Padang
Lamun Perairan Jepara. Jurnal Ilmu
Kelautan. Volume 12, Nomor 1,
Halaman 53 – 58. Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro : Semarang.
Romimohtarto,K dan Sri Juwana. 2007.
Biologi Laut. Penerbit Djambatan :
Jakarta.
Saripantung, G.L, Jan FWS Tamanampo,
Gaspar Manu. 2013. Struktur Komunitas
Gastropoda di Hamparan Lamun Daerah
Intertidal Kelurahan Tongkeina Kota
Manado. Jurnal Ilmiah Platax. Volume 1,
Nomor 3.
Suegianto, A. 1994. Ekologi Kuantatif
Metode Analisis Populasi dan Komunitas.
Penerbit Usaha Nasional : Surabaya.
Sudjana, 2005. Metode Statistika. Penerbit
PT Tarsito Bandung : Bandung
Supratomo, R.T. 2000. Fungsi Padang
Lamun (Seagrass) Sebagai Area Mencari
Makan dengan Indikator Migrasi Ikan
Terumbu Karang. Skripsi. Program Studi
Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor :
Bogor.
Supriharyono. 2009. Konservasi Ekosistem
Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir
dan Laut Tropis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Skpd .Batam Kota.go.id/Dampak
lingkungan/file/2012/01/Kepmen15.pdf.
14
Wibisono, M.S. 2010. Pengantar Ilmu
Kelautan Edisi 2. Penerbit Universitas
Indonesia : Jakarta.
Widiastuti, A. 2011. Kajian Nilai Ekonomi
Produk dan Jasa Ekosistem Lamun
Sebagai Pertimbangan dalam
Pengelolaan (Studi Kasus Konservasi
Padang Lamun di Pesisir Timur Pulau
Bintan). Tesis. Program Studi Kajian Ilmu
Lingkungan Universitas Indonesia :
Jakarta.
Widodo, E. 2012. Keanekaragaman Jenis
dan Pola Sebaran Lamun di Perairan
Teluk Dalam Kabupaten Bintan. Skripsi.
Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan. Universitas
Maritim Raja Ali Haji : Tanjungpinang.
Zuraini. 2012. Sebaran Kelimpahan dan
Keanekaragaman Gastropoda di
Ekosistem Padang Lamun Perairan Teluk
Bakau Kabupaten Bintan Provinsi
Kepulauan Riau. Skripsi : Universitas
Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.