Association and Structure Community Of The Gastropods at...

14
1 Association and Structure Community Of The Gastropods at Sea Grass Ecosystem Berakit Village Teluk Sebong District Zuprizal Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Tengku Said Raza’i Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected] Andi Zulfikar Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Abstract This research done for obtain species, density, diversity, uniformity, dominance, distribution pattern of the Gastropods, known association community of the Gastropods at sea grass ecosystem, and describe relationship of density the Gastropods with sea grass at sea grass ecosystem Berakit village, so it could been as the data and information of marine and fishery, and it was describe abaout the Gastropods condition of sea grass at sea grass ecosystem Berakit village. Determination research station used purposive sampling method. This research found 14 species of the Gastropods. In general, distribution patterns of the Gastropods were be group and random. The density of lamun had be positive correlation value with density of Gastropods specially (y) = 0,55 + 0,011x. Key words : Gastropods, distribution patterns of the Gastropods, Association, Sea grass

Transcript of Association and Structure Community Of The Gastropods at...

1

Association and Structure Community Of The Gastropods at Sea Grass Ecosystem

Berakit Village Teluk Sebong District

Zuprizal

Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Tengku Said Raza’i

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

Andi Zulfikar

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Abstract

This research done for obtain species, density, diversity, uniformity, dominance,

distribution pattern of the Gastropods, known association community of the Gastropods at sea

grass ecosystem, and describe relationship of density the Gastropods with sea grass at sea grass

ecosystem Berakit village, so it could been as the data and information of marine and fishery, and

it was describe abaout the Gastropods condition of sea grass at sea grass ecosystem Berakit

village. Determination research station used purposive sampling method. This research found 14

species of the Gastropods. In general, distribution patterns of the Gastropods were be group and

random. The density of lamun had be positive correlation value with density of Gastropods

specially (y) = 0,55 + 0,011x.

Key words : Gastropods, distribution patterns of the Gastropods, Association, Sea grass

2

Asosiasi dan Struktur Komunitas Gastropoda di Ekosistem Padang Lamun Desa

Berakit Kecamatan Teluk Sebong

Zuprizal

Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Tengku Said Raza’i

Dosen Ilmu Kelautan, FIKP UMRAH, [email protected]

Andi Zulfikar

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan jenis, kepadatan, keanekaragaman,

keseragaman, dominansi dan pola sebaran Gastopoda, mengetahui asosiasi komunitas Gastropoda

di ekosistem padang lamun, serta menggambarkan hubungan kepadatan Gastropda dan kerapatan

lamun di ekosistem padang lamun Desa Berakit, sehingga dapat dijadikan sebagai data dan

informasi kelautan dan perikanan, yang merupakan gambaran tentang kondisi Gastopoda di

padang lamun dan di Desa Berakit. Penentuan stasiun penelitian menggunakan metode purposive

sampling. Penelitian ini menemukan 14 spesies Gastropoda. Pola penyebaran Gastropoda pada

umumnya mengelompok dan acak. Kerapatan Lamun memiliki nilai korelasi yang positif dengan

kepadatan gastropoda yaitu (y) = 0,55 + 0,011x.

Kata kunci : Gastropoda, pola penyebaran Gastropoda, asosiasi, lamun

3

I. PENDAHULUAN

Perairan ekosistem padang lamun

Desa Berakit Kecamatan Teluk Sebong

Kabupaten Bintan merupakan salah satu

perairan kawasan konservasi ekosistem

padang lamun di Bintan. Perairan ini sering

kali dijadikan sebagai area dalam mencari

kerang – kerang dan siput yang biasanya

dikenal dengan sebutan lokal “bekarang” oleh

masyarakat lokal maupun non lokal pada saat

surut. Sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai Asosiasi dan

Struktur Komunitas Gastropoda terhadap

Padang Lamun Desa Berakit Kecamatan

Teluk Sebong Kabupaten Bintan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

Bagaimana jenis dan struktur

komunitas Gastropoda dari aspek

kepadatan, keanekaragaman,

keseragaman, dominansi, asosiasi

antar spesies dan pola sebaran di

ekosistem padang lamun Desa

Berakit.

Bagaimana asosiasi komunitas

Gastropoda di ekosistem padang

lamun Desa Berakit.

Bagaimana hubungan antara

kepadatan Gastropoda dan kerapatan

lamun di ekosistem padang lamun

Desa Berakit.

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh

peneliti yaitu :

Dapat mengetahui jenis, kepadatan,

keanekaragaman, keseragaman,

dominansi, asosiasi antar spesies dan

pola sebaran Gastropoda di

ekosistem Padang lamun Desa

Berakit.

Dapat mengetahui asosiasi

Gastropoda yang terdapat di

ekosistem padang lamun Desa

Berakit.

Dapat menggambarkan hubungan

kepadatan Gastropoda dengan

kerapatan lamun di ekosistem

padang lamun Desa Berakit.

Tujuan yang diperoleh dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

Diketahui struktur komunitas

Gastropoda di ekosistem padang

lamun Desa Berakit.

Diketahui asosiasi Gastropoda di

ekosistem padang lamun Desa

Berakit.

Diketahui hubungan antara

kepadatan Gastropoda dan kerapatan

lamun di ekosistem padang lamun

Desa Berakit.

II. TINJUAAN PUSTAKA

Gastropoda (keong) adalah salah satu

kelas dari Moluska yang diketahui berasosiasi

dengan baik terhadap ekosistem lamun.

Komunitas Gastropoda merupakan komponen

yang penting dalam rantai makanan di

padang lamun, dimana Gastropoda

merupakan hewan dasar pemakan detritus

(detritus feeder) dan serasah dari daun lamun

yang jatuh dan mensirkulasi zat-zat yang

4

tersuspensi di dalam air guna mendapatkan

makanan (Tomascik et al., 1997 dalam syari,

2005 ).

III. METODE PENELITIAN

1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan April sampai dengan bulan Juni 2014,

dimana kegiatan ini dimulai dari tahap

persiapan proposal, kegiatan lapangan

(survei dan observasi), pengelolaan data

dan penyusunan laporan akhir. Sedangkan

lokasi penelitian dilakukan di Desa Berakit

Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten

Bintan.

2. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang

digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut :

Tabel 1. Alat dan bahan penelitian

No Alat Kegunaan

1. Multitester Mengukur suhu,

oksigen terlarut dan

pH perairan

2. Turbiditymeter Mengukur kekeruhan

3. Sieve net Untuk mengayak

sedimen

4. Timbangan Protabel Untuk menimbang

berat sedimen

5. Saltmeter Untuk mengukur

salinitas

6. Petakan kuadran 1x1m Untuk pengamatan

lamun & gastropoda

7. Kepmen LH No 200

Tahun 2004

Untuk identifikasi

lamun

8. Kantong plastik Menyimpan sampel

gastropoda dan lamun

9. Tali rapia dan roll

meter

Untuk transek garis

10. Kamera Untuk dokumentasi

11. Website identifikasi Gastropoda

Untuk identifikasi gastropoda

3. Prosedur Penelitian

a) Penentuan Stasiun Pengamatan

Penentuan stasiun penelitian

mengguakan metode purposive sampling

dimana pengambilan tersebut berdasarkan

alasan dan kriteria yang jelas. Tiga stasiun

ditentukan berdasarkan keterwakilan lokasi

perairan untuk asosiasi dan struktur

komunitas Gastropoda terhadap keraptan

padang lamun desa berakit kecamatan teluk

sebong.

Tiga lokasi yang di tetapkan untuk

pengambilan sampel antara lain :

a. Stasiun I terletak di daerah kerapatan

padang lamun yang tutupannya penuh,

b. Stasiun II terletak di daerah kerapatan

padang lamun yang tutupannya sedang,

c. Stasiun III terletak di daerah kerapatan

padang lamun yang sedikit/minim.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian

ini dalah metode survei yaitu pengamatan

langsung ke lokasi penelitian di Desa Berakit

Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan.

Data yang dikumpulkan berupa data primer

yang diperoleh langsung dari observasi ke

lapangan yang meliputi : data jenis ,

kerapatan, keanekaragaman, keseragaman,

dominansi, pola sebaran dan asosiasi antar

spesies Gastropoda, data lingkungan perairan

seperti kekeruhan, temperatur, salinitas, tipe

substrat, kecepatan arus yang diukur masing

– masing 3 kali ulangan secara in situ seperti

pengukuran temperatur, salinitas, dan

kecepatan arus, sedangkan untuk pengukuran

kekeruhan dilakukan di Laboraturium.

Pengukuran tipe substrat dilakukan sekali

5

ulangan di laboraturium. Selain itu diperoleh

juga data sekunder seperti jumlah penduduk,

mata pencaharian penduduk, hasil tangkapan

diperolah dari wawancara dengan penduduk

sekitar.

4. Pengambilan Contoh lamun

Pengambilan contoh lamun

sepenuhnya berunjuk pada Kepmen LH no

200 tahun 2004. Pengamatan kerapatan jenis

dan penutupan jenis lamun dilakukan dengan

metode sampling acak sistematik, yaitu

pengambilan sampel pada transek yang telah

ditetapkan.

Lamun yang telah diambil

identifikasi mengunakan kepmen LH nomor

200 tahun 2004. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada gambar skematik transek

sampling lamun. gambar 1.

Gambar 1. Contoh Petak untuk

Pengambilan contoh lamun

5. Pengambilan Contoh Gastropoda

Pengambilan contoh Gastropoda

dilakukan dengan menggunakan metode

transek kuadran dengan berukuran plot - plot

1 m x 1 m, ukuran plot Gastropoda sama

dengan ukuran plot pengambilan contoh

lamun dan pada plot - plot yang sama saat

pengambilan contoh lamun dan pengambilan

contoh Gastropoda yang dilakukan pada saat

air surut terendah. Semua Gastropoda yang

terdapat di dalam plot - plot diambil dan

dimasukkan ke dalam kantong plastik dan

diawetkan dalam larutan formalin 10%

kemudian diidentifikasi. Identifikasi

Gastropoda menggunakan

http://www.coremap.or.id/datin/molusc/,http:

//www.marinespecies.org,http://www.gastrop

ods.com,http://shellmuseum.org/shells/shellsp

ic.cfm?sr=41,http://www.colecionismo.com.b

r/outras/conchas/materias/boletim002/, dan

www.seashellhub.com/Indonesia.html.

6. Analisis Data

1. Struktur Komunitas Lamun

a) Frekuensi Jenis dan Frekuensi

Relatif

Frekuensi jenis lamun dihitung frekunsi

jenis dengan rumus (Fachrul, 2007).

Dimana :

Fi = Frekuensi jenis ke-i

Pi = Jumlah petak sampel tempat

ditemukan jenis ke-i

= Jumlah total petak sampel yang

diamati.

Frekuensi relatif lamun dihitung

dengan rumus :

x 100 %

6

Dimana :

FR = Frekuensi Relatif

Fi = Frekuensi Jenis ke-i

= Jumlah frekuensi untuk seluruh jenis

b) Kerapatan Jenis dan Kerapatan

Relatif

Kerapatan jenis lamun dihitung

dengan rumus (Fachrul, 2007).

Dimana : Ki = kerapatan jenis ke-i

ni = Jumlah total individu dari jenis

ke-i

A = Luas area total pengambilan

sampel (m2)

Kerapatan Relatif lamun dihitung

dengan rumus (Fachrul, 2007)

x 100 %

Dimana :

KR = Kerapatan Relatif

ni = Jumlah individu ke-i

= Jumlah individu seluruh jenis

c) Penutupan jenis dan Penutupan

Relatif

Penutupan jenis lamun dapat dihitung

dengan menggunakan rumus (Fachrul, 2007).

P = ai/ A

Di mana : P = Luas area yang tertutupi

ai = Luas total penutupan ke- i

A= Luas total pengambilan sampel

Penutupan relatif jenis lamun dapat

dihitung dengan rumus (Fachrul, 2007).

Ci

CiPR

Dimana :Ci=Luas penutupan jenis ke-i

Ci=Luas total penutupan untuk

seluruh jenis

PR=Penutupan relatif jenis

d) Indeks Nilai Penting

Rumus yang digunakan untuk

menghitung INP adalah :

Dimana : INP = Indeks Nilai Penting

FR = Frekuensi Relatif

KR = Kerapatan Relatif

CR = Penutupan Relatif

2. Struktur Komunitas Gastropoda

a) Kepadatan, Keanekaragaman,

Keseragaman, Dominansi

Kepadatan didefinisikan sebagai

jumlah individu per satuan luas atau volume

(Brower and Zar, 1977 dalam Rasyid, 2001)

dengan rumus sebagai berikut :

Dimana :

D = Kepadatan (ind/m2)

7

ni = Jumlah individu Gastropoda yang

ditemukan

A = Luas petak pengambilan Gastropoda

contoh (m2)

Adapun indeks keanekaragaman

Shannon (H’) menurut Shannon dan

Weaver (1949) dalam Odum (1983)

dihitung menggunakan formula sebagai

berikut :

H’= - ∑ (ni/N)In (ni/N)

dimana :

ni = Jumlah individu setiap jenis

N = Jumlah individu seluruh jenis

Adapun kategori indeks

keanekaragaman dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kategori Indeks Keanekaragaman

Nilai

Keanekaragaman (H’) Kategori

H’ ≤ 2.0 Rendah

2.0 < H’ ≤ 3.0 Sedang

H’ ≥ 3.0 Tinggi

Rumus indeks keseragaman Pielou (E)

menurut Pielou, 1966 dalam Odum (1983)

yaitu :

dimana :

E = Indeks Keseragaman

H’ = Indeks Keanekaragaman

S = Jumlah Jenis

Adapun kriteria komunitas

lingkungan berdasarkan nilai indeks

keseragaman dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Komunitas Lingkungan

Berdasarkan Nilai Indeks Keseragaman

Nilai Indeks

Keseragaman (E) Kondisi Komunitas

0.00 < E ≤ 0.50 Komunitas berada pada

kondisi tertekan

0.50 < E ≤ 0.75 Komunitas berada pada

kondisi labil

0.75 < E ≤ 1.00 Komunitas berada pada

kondisi stabil

Nilai indeks dominansi Simpson

memberikan gambaran tentang dominansi

organisme dalam suatu komunitas ekologi.

Indeks ini dapat menerangkan bilamana suatu

jenis lebih banyak terdapat selama

pengambilan data (Rappe, 2010). Rumus

indeks dominansi Simpson (C) menurut

Margalef (1958) dalam Odum (1983) yaitu :

C = ∑ (ni/N)2

dimana : C = Indeks dominansi Simpson

ni = Jumlah individu spesies ke-i

N = Jumlah individu seluruh jenis

Adapun kategori indeks dominansi

dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Kategori Indeks Dominansi

Dominansi (C) Kategori

0.00 < C ≤ 0.50 Rendah

0.50 < C ≤ 0.75 Sedang

0.75 < C ≤ 1.00 Tinggi

3. Pola Sebaran Gastropoda

Pola sebaran spesies Gastropoda

ditentukan dengan menghitung indeks

dispersi Morisita (Brower at al dalam Syari,

2005) dengan persamaan :

Dimana :Id = Indeks dispersi Morisita

8

n= Jumlah plot pengambilan contoh

N = Jumlah individu n dalam plot

X2 = Jumlah individu pada setiap plot

Dengan kriteria sebagai berikut :

Id < 1 : Pola penyebaran individu bersifat

seragam

Id = 1 : Pola penyebaran individu bersifat

acak

Id > 1 : Pola penyebaran individu bersifat

kelompok

4. Asosiasi antar Spesies Gastropoda

Pembuatan kompilasi data dan matrik

asosiasi interspesies (Sugianto, 1994).

Keterangan :

1 = Jumlah spesies yang ditemukan

0 = Spesies yang tidak ditemukan

Menghitung keragaman total sampel

σ2

T = ∑S

i=1 pi(1-pi)

dimana :

pi = ni/N

pi = proporsi jenis ke-i

ni = jumlah individu jenis ke-i

N = jumlah total individu

Mengestimasi keragaman dalam total

jumlah spesies

S2T = 1/N ∑

Nj=1 (Tj-t)

2

Dimana :

S2 = keragaman sampel

t = rata-rata jumlah spesies/sampel

N = jumlah total individu Menghitung rasio

keragaman

VR = S2

T/ σ2T

Dimana :

VR = rasio keragaman

S2

= keragaman sampel

σ2 = keragaman total sampel

T = total

Bila VR >1 maka secara keseluruhan spesies

menunjukkan asosiasi positif

Bila VR<1 maka secara keseluruhan spesies

menunjukkan asosiasi negatif, Menghitung

besar simpangan dari nilai 1 (W)

W = N/VR

N = jumlah total individu

VR = rasio keragaman

Kemudian dibandingkan dengan uji chi-

square pada α = 0.05

5. Regresi Linier sederhana

Untuk mengetahui hubungan kepadatan

Gastropoda dan kerapatan lamun di

ekosistem padang lamun Desa Berakit

digunakan regresi linier sederhana menurut

Sudjana (2005), yaitu :

Tabel 5. Matrik Data Ekologi

Presence-Absence

Unit Sampling

Spesie

s 1 2 3 . . . N

Tota

l

1 1 0 1

n1

2 0 0 1

n2

3 0 1 0

n3

S

.

Total

T

1

T

2

T

3

T

N

Ns

9

a + bx

Dimana :

Y = Variabel dependen (variabel akibat)

x = Variabel independen (variabel faktor

akibat)

a = Konstanta

b = Koefisien kemiringan

Nilai – nilai a dan b dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

( )

1V. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Struktur Spesies Lamun

Padang lamun di perairan Desa

Berakit ditumbuhi oleh 6 spesies tumbuhan

lamun yang termasuk ke dalam 2 suku yaitu

Hydrocharitaceae dengan 2 spesies, yaitu

Enhalus acoroides dan Thallasia hemprichii

sedangkan dari suku Potamogetonaceae

dengan 4 spesies, yaitu Cymodecea

rotundata, Cymodecea serulata, Syringodium

isoetifolium, dan Halopila ovalis.

Frekuensi total spesies lamun di

ekosistem padang lamun Desa Berakit pada

ke-3 stasiun pengamatan berkisar antara 1,2 –

1,55. Kerapatan total spesies lamun di

ekosistem padang lamun Desa Berakit pada

ke-3 stasiun pengamatan berkisar antara

72,08 - 95 individu/m2. Kerapatan total

spesies lamun tertinggi terdapat pada stasiun

pengamatan St2. Persentase penutupan

spesies lamun pada ke-3 stasiun pengamatan

berkisar antara 0 – 69 %. Persentase

penutupan spesies lamun tertinggi terdapat

pada stasiun pengamatan St1. Indeks nilai

penting spesies lamun pada 3 stasiun

pengamatan di lokasi penelitian berkisar

antara 4,2 – 197,02. INP terbesar terdapat

pada spesies lamun Thalasia hemprichii

sebesar 197,02 pada stasiun pengamatan St3.

2. Struktur Komunitas Gastropoda

Dari hasil identifikasi Gastropoda

yang ditemukan di ekosistem padang lamun

Desa Berakit pada 6 transek di 3 stasiun

pengamatan diperoleh yaitu 4 ordo, 9 famili,

dan 14 genus sebanyak 14 jenis. Identifikasi

Gastropoda ini dengan melihat bentuk

cangkang, warna, corak dan putaran

cangkang.

Kepadatan Gastropoda pada ke-3

stasiun pengamatan di ekosistem padang

lamun Desa Berakit berkisar antara 49 – 153

individu/m2 dengan kepadatan rata – rata

Gastropoda tertinggi terdapat di stasiun

pengamatan St2 yaitu 153 individu/m2.

Kepadatan Gastropoda terendah terdapat di

stasiun pengamatan St3 yaitu 49 individu/m2.

Nilai indeks keanekaragaman yang

termasuk kriteria sedang terdapat pada

stasiun pengamatan St3 sebesar 2,20. Nilai

indeks keanekaragaman yang termasuk

kriteria rendah terdapat pada stasiun

pengamatan St1 dan St2 masing – masing

sebesar 1,10 dan 1,49.

Nilai indeks keseragaman

Gastropoda (E) pada 3 stasiun pengamatan di

lokasi penelitian pada umumnya

menunjukkan kondisi komunitas yang

10

bervariasi mulai dari tertekan sampai dengan

stabil yaitu berkisar antara 0,48 – 0,83.

Nilai indeks dominansi Gastropoda

(C) pada 3 stasiun pengamatan di lokasi

penelitian pada umumnya menunjukkan

dominansi yang rendah yaitu berkisar antara

0,15 – 0,52.

Pola penyebaran Gastropoda

mengunakan Indeks Dispersi Morisita di

ekositem padang lamun Desa Berakit secara

umum mengelompok dan acak.

Teknik pengukuran asosiasi ini

sepenuhnya didasarkan pada ada atau

tidaknya spesies dalam unit sampling

(kuadrat/plot). Janson dan Vegelius (1981)

dalam Soegianto (1994) merekomendasikan

tiga cara pengukuran yaitu dengan indeks

Ochiai, Dice dan Jaccard. Indeks - indeks ini

sama dengan 0 bila tidak ada asosiasi dan

bernilai 1 bila terdapat asosiasi maksimum.

Hasil regresi linier sederhana untuk

kepadatan gastropoda dan kerapatan lamun

dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik normalitas data

Berdasarkan hasil regresi hubungan

antara kepadatan Gastropoda dengan

kerapatan lamun menunjukkan korelasi yang

positif, yaitu kepadatan gastropoda (y) = 0,55

+ 0,11x (kerapatan lamun), artinya setiap

kenaikan satu satuan lamun akan

meningkatkan kerapatan gastropoda sebesar

0.011 satuan. Nilai R2

(koefisien

determinasi/adjusted R-squared) ≈82% yang

artinya 82% variasi nilai Kerapatan

gastropoda dapat dijelaskan oleh variasi nilai

Kerapatan Lamun. Hasil yang diperoleh ada

kecenderungan semakin tinggi kerapatan

lamun maka akan semakin tinggi kepadatan

Gastropoda begitu juga sebaliknya semakin

rendah kerapatan lamun maka akan semakin

rendah pula kepadatan Gastropoda.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1) Jumlah spesies Gastropoda yang berhasil

ditemukan ada 14 spesies. Dengan nilai

kepadatan Gastropoda berkisar antara 49

– 153 individu/m2. Nilai indeks

keanekaragaman yang berkisar antara

1,20 – 2,20 tergolong rendah hingga

sedang. Nilai indeks keseragaman

berkisar antara 0,48 – 0,83 menunjukkan

kondisi komunitas berada pada kondisi

tertekan hingga labil. Nilai indeks

dominansi berkisar antara 0,15 – 0,52

pada umumnya menunjukkan dominansi

yang rendah hingga sedang.

2) Pola penyebaran Gastropoda pada

umumnya mengelompok dan acak. Hal ini

11

terjadi karena diduga keadaan lingkungan

yang masih stabil dan bersifat homogen /

seragam.

3) Hasil analisis regresi linier sederhana

diperoleh nilai koefisien Determinasi (R2)

sebesar ≈82% yang artinya 82% variasi

nilai Kerapatan Gastropoda dapat

dijelaskan oleh variasi nilai Kerapatan

Lamun dengan nilai korelasi yang positif,

yaitu kepadatan gastropoda (y) = 0,55 +

0,011x (kerapatan lamun), artinya setiap

kenaikan satu satuan lamun akan

meningkatkan kepadatan Gastropoda

sebesar 0.011 satuan.

Adapun saran penelitian ini yaitu

penelitian ini telah berhasil menggambarkan

kondisi kepadatan Gastropoda dan kerapatan

lamun di lokasi penelitian tersebut. Melalui

analisis regresi linier sederhana yang telah

dilakukan menunjukkan terjadinya korelasi

yang positif antara kepadatan Gastropoda

terhadap kerapatan padang lamun di

ekosistem padang lamun Desa Berakit

sehingga saran yang dapat peneliti berikan

perlu dilakukan pengelolaan yang baik

terhadap sumberdaya komunitas Gastropoda

di ekosistem padang lamun guna mencegah

terjadinya pemanfaatan yang berlebihan

terhadap penangkapan Gastropoda di

eksosistem padang lamun Desa Berakit.

Selain itu, dapat juga dilakukan penelitian

lebih lanjut terkait mengkaji asosiasi

Gastropoda pada spesies lamun.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Adrim, M. 2006. Asosiasi Ikan di Padang

Lamun. Jurnal Oseana. Volume XXXI,

Nomor 4, Halaman 1 – 7.

Amblika, I.S. 2005. Asosiasi Gastropoda di

Ekosistem Padang Lamun Perairan Pulau

Lepar Provinsi Kepulauan Bangka

Belitung. Skripsi. Departemen Ilmu dan

Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian

Bogor : Bogor.

Anonim. 2011. Materi Penyuluhan

Pengelolaan Ekosistem Lamun. Badan

Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

Bengen, DEA. 2001. Sinopsis Ekosistem dan

Sumber Daya Pesisir dan Laut. Penerbit

Institut Pertanian Bogor : Bogor

Bunga, J.P. 2009. Asosiasi Inter – Spesies

Lamun di Perairan Ketapang Kabupaten

Seram Bagian Barat. Jurnal Triton.

Volume 5, nomor 2, halaman 19 – 25.

Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Universitas Pattimura : Ambon.

Dahuri, M.S dkk. 2008. Pengelolaan Sumber

Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara

Terpadu. Penerbit PT Pradnya Paramita :

Jakarta

Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling

Bioekologi. Penerbit Bumi Aksara :

Jakarta

Fahmi dan Adrim, M. 2009. Diversitas Ikan

pada Komunitas Padang Lamun di

12

Perairan Pesisir Kepulauan Riau. Jurnal

Riset Oseanologi dan Limnologi di

Indonesia. Volume 35, nomor 1,

Halaman 75 – 90.

Faradilla, M. 2013. Hubungan Nitrat dan

Fhospat terhadap Biomassa Lamun di

Perairan Desa Malang Rapat Kecamatan

Gunung Kijang Kabupaten Bintan

Kepulauan Riau. Jurusan Manajemen

Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan. Skripsi.

Universitas Maritim Raja Ali Haji :

Tanjungpinang.

Fatria, D. 2013. Afinitas Antar Spesies Dan

Klasifikasi Komunitas Gastropoda

Kawasan Konservasi Laut Daerah

Malang Rapat Kabupaten Bintan. Skripsi.

Jurusan Manajemen Sumberdaya

Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan

Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali

Haji : Tanjungpinang.

Fauziyah, I.M. 2004. Struktur Komunitas

Padang Lamun di Pantai Batu Jimbar

Sanur. Skripsi. Jurusan Ilmu dan

Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian

Bogor : Bogor.

Gundo, M.T. 2010. Keanekaragaman dan

pola penyebaran gastropoda air tawar di

perairan danau poso. (Media litbang

Sulteng III, : 137-143 september,2010)

Sulawesi Tengah.

Hamsiah. 2004. Potensi Jenis Kekerangan

yang Berasosiasi dengan Padang Lamun

di Pulau Pannikiang Kabupaten Barru.

Jurnal Protein. Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan UMI : Makasar.

Hartati, R, Ali Djunaedi, Hariyadi, dan

Mujiyanto. 2012. Struktur Komunitas

Padang Lamun di Perairan Pulau

Kumbang Kepulauan Karimunjawa.

Jurnal Ilmu Kelautan. Volume 17, nomor

4, halaman 217 – 225.

http://www.coremap.or.id/datin/molusc/.

Diakses Tanggal 19 April 2014

http://www.marinespecies.org. Diakses

Tanggal 4 Mei 2014

http://www.gastropods.com. Diakses

Tanggal 8 Mei 2014

http://www.colecionismo.com.br/outras/c

onchas/materias/boletim002/. Diakses

Tanggal 8 Mei 2014

www.seashellhub.com/Indonesia.html.

Diakses Tanggal 8 Mei 2014

Latuconsina, H, dkk. 2011. Asosiasi Ikan

Baronang (Siganus canaliculatus Park,

1797) pada Ekosistem Padang Lamun

Perairan Teluk Ambon Dalam. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Darussalam : Ambon. Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan Universitas

Hasanuddin : Makasar.

Nonjti, A. 2007. Laut Nusantara. Penerbit

Djambatan : Jakarta.

Novatriani. 2011. Ekologi Lingkungan dan

Vegetasi.blog.uad.ac.id/novatriani/2011/1

13

2/04/ekologi-lingkungan-dan-vegetasi/

Diakses tanggal 13 November 2

Nasution, R. 2003. Tehnik sampling. Medan

fakultas kesehatan masyarakat,

Universitas Sumatra Utara.

Manalu, C.L. 2012. Kondisi Umum Perairan

Untuk Kehidupan Gonggong (Strombus

Conarium) Di Desa Madong Kota

Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau.

Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji

: Tanjungpinang.

Muhaimin, A. 2013. Sebaran Spasial

Komunitas Lamun di Perairan Pesisir

Kampung Pulau Pucung Desa Malang

Rapat Kecamatan Gunung Kijang

Kabupaten Bintan. Skripsi. Jurusan

Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.

Univeristas Maritim Raja Ali Haji :

Tanjungpinang.

Rahman, F. A. 2009. Struktur Komunitas

Makrozoobentos di Perairan Estuaria

Sungai Brantas (Sungai Porong dan

Wonokromo) Jawa Timur. Skripsi.

Departemen Manajemen Sumberdaya

Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan Institut Pertanian Bogor : Bogor.

Rappe, R.A, 2010. Struktur Komunitas ikan

di padang lamun yang berbeda di pulau

benang lompo, jurnal ilmu dan teknologi

tropis, Volume 2, nomor, 1 Halaman 62-

73.

Rasid, M. 2012. Pola Sebaran dan Densitas

Populasi Kerang Bulu di Pantai Kawal

Bintan Kepulauan Riau. Skripsi.

Universitas Maritim Raja Ali Haji :

Tanjungpinang.

Riniatsih, I dan Widianingsih. 2007.

Kelimpahan dan Pola Sebaran Kerang –

Kerangan (Bivalve) di Ekosistem Padang

Lamun Perairan Jepara. Jurnal Ilmu

Kelautan. Volume 12, Nomor 1,

Halaman 53 – 58. Jurusan Ilmu Kelautan

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Diponegoro : Semarang.

Romimohtarto,K dan Sri Juwana. 2007.

Biologi Laut. Penerbit Djambatan :

Jakarta.

Saripantung, G.L, Jan FWS Tamanampo,

Gaspar Manu. 2013. Struktur Komunitas

Gastropoda di Hamparan Lamun Daerah

Intertidal Kelurahan Tongkeina Kota

Manado. Jurnal Ilmiah Platax. Volume 1,

Nomor 3.

Suegianto, A. 1994. Ekologi Kuantatif

Metode Analisis Populasi dan Komunitas.

Penerbit Usaha Nasional : Surabaya.

Sudjana, 2005. Metode Statistika. Penerbit

PT Tarsito Bandung : Bandung

Supratomo, R.T. 2000. Fungsi Padang

Lamun (Seagrass) Sebagai Area Mencari

Makan dengan Indikator Migrasi Ikan

Terumbu Karang. Skripsi. Program Studi

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor :

Bogor.

Supriharyono. 2009. Konservasi Ekosistem

Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir

dan Laut Tropis. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Skpd .Batam Kota.go.id/Dampak

lingkungan/file/2012/01/Kepmen15.pdf.

14

Wibisono, M.S. 2010. Pengantar Ilmu

Kelautan Edisi 2. Penerbit Universitas

Indonesia : Jakarta.

Widiastuti, A. 2011. Kajian Nilai Ekonomi

Produk dan Jasa Ekosistem Lamun

Sebagai Pertimbangan dalam

Pengelolaan (Studi Kasus Konservasi

Padang Lamun di Pesisir Timur Pulau

Bintan). Tesis. Program Studi Kajian Ilmu

Lingkungan Universitas Indonesia :

Jakarta.

Widodo, E. 2012. Keanekaragaman Jenis

dan Pola Sebaran Lamun di Perairan

Teluk Dalam Kabupaten Bintan. Skripsi.

Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan. Universitas

Maritim Raja Ali Haji : Tanjungpinang.

Zuraini. 2012. Sebaran Kelimpahan dan

Keanekaragaman Gastropoda di

Ekosistem Padang Lamun Perairan Teluk

Bakau Kabupaten Bintan Provinsi

Kepulauan Riau. Skripsi : Universitas

Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.