ARTIKEL ILMIAH ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN …eprints.unram.ac.id/10791/1/Jurnal Mila Fix.pdfKata...
Transcript of ARTIKEL ILMIAH ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN …eprints.unram.ac.id/10791/1/Jurnal Mila Fix.pdfKata...
ARTIKEL ILMIAH
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN
USAHATANI JAMBU METE DI KECAMATAN BAYAN
KABUPATEN LOMBOK UTARA
Oleh:
MILA LESTARI METTA CITTA
C1G 014 143
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI JAMBU METE DI
KECAMATAN BAYAN KABUPATEN LOMBOK UTARA
The Analysis Of Cashew Farming Development Strategy In The Bayan District Of
North Lombok Regency
(Year: 2018: 102 Pages)
Mila Lestari Metta Citta*; Halimatus Sa’diyah *; Suparmin*
Fakultas Pertanian Universitas Mataram
RINGKASAN
Mila Lestari Metta Citta. 2018. Analisis Strategi Pengembangan Usahatani
Jambu Mete di Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Skripsi. Jurusan Sosial
Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram. Dosen Pembimbing
Utama Dr. Ir. Halimatus Sa’diyah, M. Sc., Dosen Pembimbing Pendamping Dr. Ir.
Suparmin MP.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui tingkat kelayakan usahatani
jambu mete; (2) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal dan eksternal yang
menjadi kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman bagi usahatani jambu
mete di Kecamatan Bayan, Lombok Utara; (3) Merumuskan strategi yang tepat untuk
pengembangan usahatani jambu mete di Kecamatan Bayan, Lombok Utara.
Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode deskriptif.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive sampling, sedangkan
penentuan responden dilakukan secara quota sampling. Data yang digunakan berupa
data primer dan data sekunder. Pengolahan data dilakukan baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan untuk menghitung kelayakan
usahatani jambu mete di lokasi penelitian. Metode kualitatif deskriptif digunakan
untuk menganalisis dan menyusun strategi pengembangan usahatani. Data dianalisis
menggunakan analisis kelayakan (Net Present Value dan Profitability Ratio), Analisis
SWOT, dan Analytical Hierarchy Process (AHP).
Hasil analisis menunjukkan bahwa: 1) usahatani jambu mete memiliki
prospek yang baik dari segi finansial, yang dilihat dari nilai Net Present Value (NPV)
sebesar Rp.1.025.740.551,05/LLG dan Rp.616.304.455,15/ha (lebih besar dari 0
berarti layak). Nilai Profitability Ratio (PR) sebesar 8,98, sehingga berdasarkan
kriteria dari PR, jika lebih besar dari 1 maka proyek dikatakan layak untuk
dikembangkan; 2) Faktor Internal (Kekuatan : Keuntungan Usahatani Yang Tinggi,
Pengalaman Usahatani Tinggi, Tumbuh Baik Pada Lahan Marginal, Kualitas Produk
Baik, dan Umur Tanaman Masih Produktf. Kelemahan : Teknis Budidaya Rendah,
Penggunaan Tenaga Kerja Banyak, Memerlukan Lahan Yang Luas). Faktor Eksternal
(Peluang : Permintaan Produk Tinggi, Dukungan Pemerintah Tinggi, Ketersediaan
Tenaga Kerja, dan Mudahnnya Akses Permodalan. Ancaman: Ketidakpastian Cuaca
dan Iklim, Hewan Pengganggu, dan Penyakit Tanaman); 3) Strategi pengembangan
yang dapat dapat digunakan oleh petani jambu mete agar usahatani hanya dapat
bertahan dalam jangka panjang berdasarkan strategi terbaik antara lain : 1)
Mengoptimalkan SDA dan SDM Petani/Pelaku Usahatani untuk meraih Pasar, 2)
Menggunakan Bibit Unggul , 3) Pelatihan Manajemen Usahatani, 4) Petani lebih
Intensif mengikuti kegiatan Pembinaan yang diadakan pemerintah. ______________________________________
Kata Kunci: Kelayakan Usaha (Net Present Value dan Profitability Ratio), Faktor Internal
dan Faktor Eksternal (Analisis SWOT), Analytical Hierarchy Process (AHP), Strategi
Pengembangan.
SUMMARY
The purpose of this research are: (1) to know the level of feasibility of cashew
farming; (2) to identify and analyze internal and external factors that are strength and
weaknesses as well as opportunities and threats for cashew farming in Bayan District, North
Lombok;(3) to formulate the right strategy for developing cashew farming in Bayan District,
North Lombok.
The method used in this research is descriptive method. Data source in this study
are primary and secondary data. This research was conducted in the Bayan District. From
nine village in the Bayan District, one village was determined by purposive sampling namely
Sambik Elen village, with consideration that the Sambik Elen village had a cashew nut crop
that varied and represented all the ages needed by the author, and had the most farmers
among other villages. The amount of respondets was taken by 40 people using quota
sampling method. The analysis in thid study includes : 1)Feasibility analysis using Net
Present Value and Profitability Ratio; 2) Analysis of Internal and External factors using
SWOT analysis; 3) Analysis of priority strategies using Analytical Hierarchy Process.
The result showed that: 1)Cashew farming in the Bayan District has good financial
prospect, which can be seen from the Net Present Value of Rp.1.025.740.551,05/LLG and
Rp.616.304.455,15/ha (greater than 0 means feasible), is profit received by farmers
for 20 years, if calculated per year received by farmers is Rp. 51.287.027,55/LLG
and Rp. 30.815.222,76/ha, and the value received per month is Rp.4.273.918,96/LLG
and Rp. 2.567.935,23/ha. The Value of Profitability Ratio is 8,98, so based on the
criteria of the Profitability Ratio if it is greater than 1 the project is said to be
feasible to be developed; 2) Internal Factors(Strenghts: High Farming Profits, High
Farming Experience, Growing Both in Marginal Land, Good Product Quality, and
Plant Age Still Productive; Weaknesess; low Cultivation Technique, Use of a lo oft
Labor, Requires Large Area). External Factors (Opportunitie: High Product
Demand, High Government Support, Availability of Labor,and Easy Access to
Capital; Threats: Weather and Climate Uncertainty, Discruptive Animals, and Plant
Diseases); 3)The development strategy that can be used by cashew farmers so that
farming can only survive in the long term based on the best strategies include: 1)
Optimizing Natural Resources and Farmer/ Acting HR to reach the Market; 2) Using
Superior Seeds; 3) Farming Management Training; 4)More Intensive Farmers
participate in Coaching activities held by the Government. ______________________________________
Key Words: Feasibility (Net Present Value dan Profitability Ratio), Internal and External
Factors (SWOT Analysis), Analytical Hierarchy Process (AHP), Development Strategy.
PENDAHULUAN
Berdasarkan data Kementerian Pertanian (2015), bahwa proyeksi permintaan
dari komoditas jambu mete dari tahun 2015-2019 mengalami peningkatan yaitu
sebesar 0,63%/thn, hal ini berarti sangat menguntungkan bagi para petani yang
mengusahakan komoditas jambu mete tersebut.
Kabupaten Lombok Utara merupakan salah satu sentra penghasil jambu mete
yang cukup potensial di Nusa Tenggara Barat. Produksi jambu mete di Kabupaten
Lombok Utara mengalami fluktuasi. Sebagai contoh produksi tahun 2012 mencapai
2.000,63 ton meningkat menjadi 2.727,24 ton pada tahun 2013 dan tahun 2014
produksi meningkat menjadi 118.803,19 ton, selanjutnya tahun 2015 produksi jambu
mete menurun menjadi 1.414,85 ton dan tahun 2016 produksi jambu mete menurun
menjadi 1.022,19.
Produksi yang berfluktuasi disebabkan karena ada beberapa permasalahan
yang dihadapi dalam usahatani jambu mete yaitu : (1) Teknis Budidaya yang kurang
optimal, (2) Pengaruh iklim dan cuaca, dan (3) Hewan Pengganggu serta penyakit
tanaman yang belum bisa ditangani oleh petani jambu mete.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka perlu dilakukan suatu
penelitian yang berjudul “ Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Jambu Mete di
Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara”.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui tingkat kelayakan usahatani
jambu mete; (2) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal dan eksternal yang
menjadi kekuatan dan kelemahan, serta peluang dan ancaman bagi usahatani jambu
mete di Kecamatan Bayan, Lombok Utara; (3) Merumuskan strategi yang tepat untuk
pengembangan usahatani jambu mete di Kecamatan Bayan, Lombok Utara.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Sumber data dalam penelitian ini yaitu: data primer dan data sekunder. Penelitian
dilakukan di Kecamatan Bayan. Dari Sembilan desa di Kecamatan Bayan ditentukan
satu desa secara purposive sampling yaitu Desa Sambik Elen, atas pertimbangan
bahwa desa Sambik Elen memiliki umur tanaman jambu mete yang bervariasi dan
mewakili semua umur yang dibutuhkan oleh penulis, serta memiliki petani pekebun
terbanyak diantara desa yang lain (Lampiran 4). Jumlah respoden ditentukan
sebanyak 40 orang dengan menggunakan metode Quota Sampling. Analisis yang
digunakan dalam peneltian ini meliputi : (1) Analisis Kelayakan menggunakan Net
Present Value dan Profitability Ratio, (2) Analisis Faktor Internal dan Eksternal
menggunakan Analisis SWOT, (3) Analisis Prioritas Strategi menggunakan Aalytical
Hierarchy Process (AHP).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Karakateristik responden dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan,
jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusahatani, luas lahan dan penguasaan
lahan, serta umur tanaman jambu mete.
Tabel 1. Karakteristik Responden
No Uraian Keterangan
1 Jumlah Sampel (n) 40 orang
2 Umur (Tahun)
a. Rata-rata 46
b. Kisaran 21-63
3 Pendidikan
a. Tidak Pernah Sekolah 10 (25%)
b. Tamat SD 16 (40%)
C.Tamat SMP 10 (25%)
d. Tamat SMA 3 (7,5%)
e. Perguruan Tinggi 1 (2,5%)
4 Jumlah Anggota Keluarga (Orang)
a. Rata-rata 3
b. Kisaran 0-6
5 Pengalaman Berusahatani (Tahun)
a. < 10 1 (2,5)
b. 10-20 26 (65%)
c. >20 13 (32,5)
6 Luas Lahan garapan (Ha)
a. Rata-rata 1,76
b. Kisaran 0,8-3
7 Status Lahan Garapan
a. Milik Sendiri 37 (92,5%)
b. Penyakap 3 (7,5%)
c. Sewa 0
8 Umur Tanaman
a. 1-10 18 (45%)
b. 11-20 22 (55%)
Analisis Kelayakan
Studi kelayakan yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah usahatani jambu mete yang ada di Kecamatan Bayan layak untuk
dikembangkan atau tidak.
Analisis Biaya Produksi Usahatani Jambu Mete Biaya Produksi Usahatani Jambu Mete merupakan semua biaya yang
dikeluarkan dalam melaksanakan kegiatan usahatani, seperti untuk pembelian lahan,
sarana produksi, pengadaan peralatan usahatani, biaya tenaga kerja, biaya pajak,
biaya penyusutan, pembeliaan bibit. Harga yang digunakan dalam penelitian ini
adalah harga yang berlaku pada saat ini.
Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani responden jambu
mete pada awal pelaksanaan usahatani tersebut. Biaya investasi dalam penelitian ini
meliputi biaya pembelian lahan, pembelian peralatan usahatani, pembelian bibit, dan
biaya tenaga kerja.
Tabel 2. Rata-rata Biaya Investasi Usahatani Jambu Mete di Kecamatan Bayan Tahun
2017
No Uraian Jumlah Satuan Nilai (Rp/LLG) Nilai (Rp/Ha)
1 Biaya Investasi
Pembelian Lahan 1,76 Ha 88.237.500,00 50.000.000,00
Peralatan
690.041,66 387.977,84
Pembelian Benih
333.340,62 188.888,29
Biaya TK
18.358.187,50 10.402.712,85
Jumlah Biaya Investasi 108.627.153,12 61.553.847,92
Sumber : Data Primer Diolah pada Lampiran 14 (2018)
Berdasarkan Tabel 2 rata-rata biaya investasi yang dikeluarkan oleh petani
responden pada awal pelaksanaan usahatani jambu mete sebesar
Rp.108.627.153,12/LLG, sedangkan untuk rata-rata perhektarnya sebesar
Rp.61.553.847,92/ha.
Biaya Operasional
Biaya Operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh petani responden
setiap tahunnya selama kegiatan usahatani berlangsung. Dalam penelitian ini biaya
operasional meliputi biaya tetap dan biaya vaiabel.
Tabel 3. Rata-rata Biaya Operasional Usahatani Jambu Mete di Kecamatan Bayan
Tahun 2017
No Biaya Operasional Nilai (Rp/LLG) Nilai (Rp/Ha)
1 Biaya Tetap 706.734,17 400.472,68
2 Biaya Variabel 5.136.625,00 2.910.681,40
Total Biaya Opersasional 5.843.359,17 3.311.154,08
Sumber : Data Primer Diolah pada Lampiran 24 (2018)
Biaya Tetap
Biaya tetap yang dikeluarkan sebesar Rp. 706.734,17/LLG dan untuk biaya
tetap per hektarnya sebesar Rp. 400.472,68/ha , yang terdiri atas biaya penyusutan
sebesar Rp. 653.791,67/LLG dan Rp. 370.472,68/ha, serta biaya pembayaran pajak
Rp. 52.942,50/LLG dan Rp. 30.000/ha.
Biaya Variabel
Biaya variabel dalam penelitian ini terdiri atas biaya tenaga kerja dalam dan
luar keluarga dan biaya saprodi.
Tabel. 4. Rata-rata Biaya Operasional Usahatani Jambu Mete Berdasarkan Umur
Proyek Dari Tahun 1 sampai Tahun 20 Usahatani Jambu Mete di
Kecamatan Bayan Tahun 2017
Thn Luas Lahan (Ha) Biaya Operasional/LLG Biaya Operasional/Ha
1 1.63 1.915.833,33 1.178.974,36
2 2.8 2.906.500,00 1.038.035,71
3 1 2.856.250,00 2.856.250,00
4 1.85 2.823.625,00 1.526.283,78
5 1 2.751.250,00 2.751.250,00
6 1.16 3.008.550,00 2.593.577,59
7 2 4.395.416,67 2,.197.708,33
8 1.9 5.482.000,00 2.885.263,16
9 1.25 3.901.354,17 3.121.083,33
10 1.67 5.224.305,56 3.134.583,33
11 1.75 6.044.444,44 3.453.968,25
12 1.8 5.502.333,33 3.056.851,85
13 1 4.091.250,00 4.091.250,00
14 2.4 9.367.000.,00 3.902.916,67
15 2 6.956.041,67 3.478.020,83
16 1 5.881.250,00 5.881.250,00
17 2 8.355.000,00 4.177.500,00
18 1.79 7.000.575,00 3.910.935,75
19 2.2 10.369.316,67 4.729.448,88
20 2.25 7.526.666,67 3345.185,19
N 34,43 106.358.962,50 63.310.337,03
Sumber : Data Primer Diolah pada Lampiran 25 (2018)
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa rata-rata biaya operasional/LLG
tertinggi terdapat pada saat usahatani berumur 19 tahun dengan biaya sebesar Rp.
10.369.316,67/LLG, sedangkan untuk rata-rata biaya operasional/Ha tertinggi pada
saat usahatani berumur 16 tahun dengan biaya sebesar Rp. 5.881.250,00/Ha.
Analisis Nilai Produksi
Nilai Produksi merupakan hasil yang didapatkan dengan cara jumlah produksi
jambu mete dikalikan dengan harga dari tanaman jambu mete tersebut. Tanaman
jambu mete sudah bisa memberikan hasil produk pada saat tanaman ini berumur 3-4
tahun. Harga yang diterima petani berkisar antara 20.000/kg sampai 28.000/kg.
Tabel. 5. Rata-rata Nilai Produksi Usahatani Jambu Mete Berdasarkan umur Proyek
di Kecamatan Bayan, KLU Tahun 2017
Thn
Luas
Lahan
(Ha)
Jumlah
Produksi/
LLG
Jumlah
Produksi/
Ha
Nilai Produksi/
LLG
Nilai
Produksi/Ha
1 1.63 0 0 0 0
2 2.8 0 0 0 0
3 1 0 0 0 0
4 1.85 740 400 16.280.000,00 8.800,000.00
5 1 720 720 15.840.000,00 15.840,000.00
6 1.16 1120 965.5 24,.640.000.,00 21.241,379.31
7 2 1440 720 31.680.000.00 15.840,000.00
8 1.9 2020 1063.2 44.440.000.00 23.389,473.68
9 1.25 1570 1256 34.540.000,00 27.632,000.00
10 1.67 1960 1173.7 43.120.000,00 25.872,000.00
11 1.75 2280 1302.9 50.160.000,00 28,.662,857.14
12 1.8 2560 1422.2 56.320.000,00 31.288,888.89
13 1 1560 1560 34.320.000,00 34.320,000.00
14 2.4 2960 1233.3 65.120.000.00 27.133,333.33
15 2 2160 1080 47.520.000.00 23.760,000.00
16 1 1720 1720 37.840.000,00 37.840,000.00
17 2 2600 1300 57.200.000,00 28.600,000.00
18 1.79 2300 1284.9 50.600.00000 28.268,156.42
19 2.2 2700 1227.3 59.400.000,00 27.092,360.32
20 2.25 2860 1271.1 62.920.000,00 27.964,444.44
Total 34,43 33.270 19.700,1 731.940.000,00 433.544.893,55
Sumber :Diolah pada Lampiran 26 (2018).
Berdasarkan dari Tabel 5 nilai produksi usahtani jambu mete dapat dilihat
bahwa jumlah produksi per LLG tertinggi berada pada saat tanaman berumur 20,
sedangkan untuk jumlah produksi per hektar tertinggi pada saat tanaman berumur 16
tahun dengan jumlah produksi sebesar 1720.0/kg dengan nilai produksi sebesar Rp.
37,840,000.00/ha.
Analisis Biaya Produksi (Investasi dan Biaya Operasional), Nilai Produksi dan
Pendapatan/Keuntungan (Net Benefit) Usahatani Jambu Mete di Kecamatan
Bayan
Hasil penelitian telah menunjukan data yang terkait dengan biaya produksi
yang terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional, nilai produksi (penerimaan)
yaitu didapatkan dari jumlah produksi dikalikan dengan harga produk, dimana harga
produk tanaman jambu mete yang digunakan yaitu dengan harga Rp.22.000/kg.
Tabel 6. Analisis Pendapatan (Net Benefit) Usahtani Jambu Mete di Kecamatan
Bayan, KLU 2017
Thn Biaya
Investasi(Rp)
Biaya
Operasional(Rp)
Jumlah
Produksi(Kg)
Nilai Produksi
(Rp)
Net Benefit
(Rp) 0 61.553.847,92 - - - (61.553.847,92)
1 - 1.178.974.36 - - (1.178.974,36)
2 - 1.038.035,71 - - (1.038.035,71)
3 - 2.856.250,00 - - (2.856,.50,00)
4 - 1.526.283,78 400,00 8.800.000,00 7.273.716,22
5 - 2.751.250,00 720,00 15.840.000,00 13.088.750,00
6 - 2.593.577,59 965,52 21.241.379,31 18.647.801,72
7 - 2.197.708,33 720,00 15.840.000,00 13.642.291,67
8 - 2.885.263,16 1.063,16 23.389.473,68 20.504.210,53
9 - 3.121.083,33 1.256,00 27.632.000,00 24.510.916,67
10 - 3.134.583,33 1.176,00 25.872.000,00 22.737.416,67
11 - 3.453.968,25 1.302,86 28.662.857,14 25.208.888,89
12 - 3.056.851,85 1.422,22 31.288.888,89 28.232.037,04
13 - 4.091.250,00 1.560,00 34.320.000,00 30.228.750,00
14 - 3.902.916,67 1.233,33 27.133.333,33 23.230.416,67
15 - 3.478.020,83 1.080,00 23.760.000,00 20.281.979,17
16 - 5.881.250,00 1.720,00 37.840.000,00 31.958.750,00
17 - 4.177.500,00 1.300,00 28.600.000,00 24.422.500,00
18 - 3.910.935,75 1.284,92 28.268.156,42 24.357.220,67
19 - 4.729.448,88 1.231,47 27.092.360,32 22.362.911,44
20 - 3.345.185,19 1.271,11 27.964.444,44 24.619.259,26
N 61.553.847,92 63.171.051,31 19.706,59 433.544.893,55 308.680.708,60
Sumber : Data Primer Diolah pada Lampiran 27 (2018)
Berdasarkan dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa pendapatan petani pada umur
0-3 masih mengalami kerugian, sedangkan dari tahun ke 4 sampai tahun ke 20 petani
sudah bisa menikmati hasil panen, keuntungan tertinggi yang didapatkan petani pada
saat tanaman jambu mete berumur ke 16 tahun yaitu sebesar Rp.
31.958.750,00/tahun.
Analisi Net Present Value (NPV) dan Profitability Ratio (PR)
Dalam penelitian ini analisis kelayakan yang digunakan adalah NPV dan PR.
Pada usahatani yang sedang atau sudah berjalan, analisis ini penting dilakukan untuk
memberikan rekomendasi kepada petani apakah usahatani tersebut layak atau tidak
untuk dilaksanakan.
NPV = 𝑁𝐵𝑖(1 + 𝑖)−𝑛𝑛𝑖=1
𝑃𝑅 = 𝐵−𝑛𝑖=1 𝐵𝑂𝑛
𝑖=1
𝐼𝑛𝑖=1
Tabel 7. Hasil Analisis Kriteria Investasi Periode 20 Tahun Usahatani Jambu Mete di
Kecamatan Bayan, KLU 2017
Uraiain Usahatani Jambu Mete
Hasil Analisis 20 Tahun Kriteria
NPV 616.304.455,15 >0, Layak
PR 8,98 >1, Layak
Sumber : Data Primer Diolah pada Lampiran 27 dan 28 (2018)
Dari Tabel 7 dapat diperoleh bahwa :
1. NPV
Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui bahwa usahatani jambu mete di Kecamatan
Bayan layak untuk diusahakan karena NPV>0 yaitu 616,304,455.15.
2. PR
Nilai PR usahatani jambu mete adalah 8.98, jika mengacu pada syarat
kelayakan usahatani, PR lebih dari 1, maka usahatani jambu mete layak untuk
diusahakan.
Analisis Hirarki Proses (AHP) Penentuan Prioritas Faktor-faktor Internal dan
Eksternal Dalam Pengembangan Usahatani Jambu Mete
Tabel 8 Hasil Analisis AHP (Paired Comparison) Faktor Internal
Kategory Priority Rank
1 Keuntungan Usahatani 32,8% 1
2 Pengalaman Usahatani 16,4% 2
3 Tumbuh Baik Pada Lahan Marginal 14,4% 3
4 Kualitas Produksi 13,7% 4
5 Umur Tanaman 4,0% 7
6 Teknis Budidaya 10,8% 5
7 Penggunaan Tenaga Kerja 4,5% 6
8 Memerlukan Lahan Yang Luas 3,8% 8
Consistency Ratio 6,4 %
Tabel 9 Hasil Analisis AHP (Paired Comparison) Faktor Eksternal Kategory Priority Rank
1 Permintaan Produk 26,3% 1
2 Dukungan Pemerinrtah 19,6% 2
3 Ketersediaan Tenaga Kerja 5,9% 6
4 Kemudahan Akses Permodalan 11,0% 5
5 Ketidakpastian Cuaca dan Iklim 4,1% 7
6 Hewan Pengganggu 14,3% 4
7 Penyakit Tanaman 18,7% 3
Consistency Ratio 5,8
Faktor internal yang terdiri dari 8 kriteria, prioritas kriterianya adalah
Keuntungan Usahatani dan Pengalaman Usahatani, criteria ini merupakan kekuatan
petani dalam mengembangkan usahatani jambu mete untuk waktu yang lama.
Selanjutnya faktor eksternal, untuk faktor eksternal prioritas criteria yang didapatkan
dari hasil program AHP ini adalah Permintaan Produk dan Dukungan Pemerintah.
Tabel 10. Matriks IFAS Usahatani Jambu Mete di Kecamatan Bayan Tahun 2018
Faktor-faktor Strategi
Internal Bobot Rating Skor
KEKUATAN:
1. Keuntungan Usahatani 0.35 4.00 1.39
2. Pengalaman Usahatani 0.23 3.33 0.76
3. Tumbuh Baik Pada
Lahan Marginal 0.15 2.67 0.41
4. Kualitas Produk 0.07 2.33 0.17
5. Umur Tanaman 0.04 1.67 0.07
Jumlah (A) 0.84
2.80
KELEMAHAN:
1.Teknis Budidaya 0.04 1.33 0.05
2. Penggunaan Tenaga
Kerja 0.04 2.33 0.09
3. Memerlukan Lahan
Yang Luas 0.08 2.67 0.21
Jumlah (B) 0.16
0.35
Jumlah A-B 1.00
2,45
Sumber : Data Primer Diolah Pada Lampiran 33 (2018)
Tabel 11. Matriks EFAS Usahatani Jambu Mete di Kecamatan Bayan Tahun 2018
Faktor-faktor Strategi
Eksternal Bobot Rating Skor
PELUANG:
1. Permintaan Produk 0.26 4.00 1.04
2. Dukungan Pemerintah 0.19 3.33 0.64
3. Ketersediaan Tenaga Kerja 0.05 2.00 0.10
4. Kemudahan Akses
Permodalan 0.06 2.67 0.16
Jumlah (A) 0.56
1.94
ANCAMAN:
1. Ketidakpastian Cuaca dan
Iklim 0.08 1.33 0.10
2. Hewan Pengganggu 0.18 1.33 0.24
3. Penyakit Tanaman 0.18 2 0.37
Jumlah (B) 0.44
0.71
Jumlah A-B 1.00
1,23
Sumber : Data Primer Diolah Pada Lampiran 33 (2018)
Setelah diketahui titik koordinat dari matriks IFAS dan matriks EFAS, maka
untuk selanjutnya kita akan melihat titik perpotongan tersebut pada analisis SWOT,
dimana dari hal tersebut kita bisa mengetahui kondisi atau keadaan usahatani jambu
mete di Kecamatan Bayan saat ini. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Gambar 4.1
tentang analisis SWOT.
Memerlukan Investasi Untuk
Mengembangkan Usahatani dan
Melakukan Ekspansi
1,23
2,45
Gambar 4.1. Analisis SWOT Usahatani Jambu Mete
PELUANG INTERNAL
KELEMAHAN INTERNAL
KEKUATAN
INTERNAL
ANCAMAN EKSTERNAL
Berdasarkan hasil analisis pada gambar 4.1 bahwa posisi perusahaan berada
pada kuadran 1 yang dimana hal tersebut merupakan situasi yang menguntungkan
bagi perusahaan karena pada posisi ini perusahaan memiliki pertumbuhan yang
agresif.
Faktor-faktor
Internal
Faktor-faktor
Eksternal
Kekuatan(Strengths = S)
1. Keuntungan Usahatani
2. Pengalaman Usahatani
3. Tumbuh Baik Pada Lahan
Marginal
4. Kualitas Produk
5. Umur Tanaman
Kelemahan (Weaknesses =
W)
1. Teknis Budidaya
2. Penggunaan Tenaga Kerja
3. Memerlukan Lahan Yang
Luas
Peluang
(Opportunities = O)
1. Permintaan Produk
2. Dukungan
Pemerintah
3. Ketersediaan
Tenaga Kerja
4. Kemudahan Akses
Permodalan
Strategi S-O
1. Promosi Produk (S1, S4, O1, O2)
2. Mengoptimalkan SDA dan SDM
petani/pelaku usaha untuk meraih
pasar (S1, S2, S3,S5. O1, O3)
3. Mempertahankan Kualitas
Produk dan Meningkatkan
kuantitas produksi (S1, S4, O1,
O4)
4. Inovasi Produk (S1, S2, S3, O1,
O2)
Strategi W-O
1. Pelatihan Manajemen UT
(W1, W2, O1, O2, O4)
2. Perbaikan Teknis Budidaya
(W1, W3, O1,O2)
3. Meningkatkan peran dan
dukungan pemerintah dalam
penyediaan SAPRODI (W1,
W2, O2, O3)
Ancaman
(Threaths = T)
1. Ketidakpastian
Cuaca dan Iklim
2. Hewan
Pengganggu
3. Penyakit Tanaman
Strategi S-T
1. Menggunakan Bibit Unggul
(S1, S3, S4, S5, T1, T2, T3)
2. Pengendalian Hama Terpadu
(S4, S5, T2, T3)
3. Pelatihan Program Adaptasi
Perubahan Iklim dan
Ketangguhan (APIK) (S2,
T1, T2, T3)
Strategi W-T
1. Investasi Teknologi Produksi
Modern (W1, W2, W3, T2,
T3)
2. Petani lebih Intensif mengikuti
kegiatan pembinaan yang
diadakan pemerintah (W1,
W2, W3, T1, T2, T3)
3. Meningkatkan kemampuan
petani dalam penggunaan
teknologi budidaya jambu
mete (W1, W2, T2, T3)
Gambar 4.2. Matriks SWOT
Tabel 12 Alternatif Pilihan Strategi Pengembangan Usahatani Jambu Mete di
Kecamtan Bayan Tahun 2018
Alternatif Pilihan Strategi Pengembangan
No Strategi S - O (Strengths - Opportunities) Skor Prioritas
1 Promosi Produk 3.24 3
2
Mengoptimalkan SDA dan SDM Petani/Pelaku usaha
untuk meraih Pasar 3.77 1
3
Mempertahankan Kualitas dan Meningkatkan Kuantitas
Produk 1.72 4
4 Inovasi Produk 3.70 2
Strategi S - T (Strengths - Threats)
1 Menggunakan Bibit Unggul 2.74 1
2 Pengendalian Hama Terpadu 0.84 3
3
Pelatihan Program Adaptasi Perubahan Iklim dan
Ketangguhan 1.63 2
Strategi W - O (Weaknesses - Opportunities)
1 Pelatihan Manajemen Usahatani 1.98 1
2 Perbaikan Teknis Budidaya 1.94 2
3
Meningkatkan Peran dan Dukungan Pemerintah dalam
Penyediaan SAPRODI 1.82 3
Strategi W - T (Weaknesses - Threats)
1 Inovasi Teknologi Produksi Modern 0.95 2
2
Petani Lebih Intensif mengikuti Kegiatan Pembinaan
yang diadakan Pemerintah 1.05 1
3 Meningkatkan Kemampuan Petani dalam Penggunaan
Teknologi Budidaya Jambu Mete 0.74 3
Data Primer (diolah) pada Lampiran 34 (2018)
Berdasarkan tabel 4. dengan metode Bayes, maka strategi yang harus
dilakukan dalam upaya pengembangan usahatani jambu mete di Kecamatan Bayan
antara lain : 1) Mengoptimalkan SDA dan SDM Petani/Pelaku Usahatani untuk
meraih Pasar, 2) Menggunakan Bibit Unggul , 3) Pelatihan Manajemen Usahatani, 4)
Petani lebih Intensif mengikuti kegiatan Pembinaan yang diadakan pemerintah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
a. Usahatani Jambu Mete di Kecamatan Bayan memiliki prospek yang baik dari
segi finansial, yang dilihat dari nilai Net Present Value (NPV) sebesar
Rp.1.025.740.551,05/LLG dan Rp.616.304.455,15/ha (lebih besar dari 1 berarti
layak), merupakan keuntungan yang diterima petani selama 20 tahun, jika
dihitung per tahun yang diterima petani sebesar dan Rp.51.287.027,55/LLG dan
Rp. 30.815.222,76/ha, dan nilai yang diterima perbulannya sebesar
Rp.4.273.918,96/LLG dan Rp. 2.567.935,23/ha. Nilai Profitability Ratio (PR)
sebesar 8,98 ,sehingga berdasarkan criteria dari PR , jika >1 maka proyek
dikatakan layak untuk kembangkan.
b. Faktor Internal (Kekuatan : Keuntungan Usahatani, Pengalaman Usahatani,
Tumbuh Baik Pada Lahan Marginal, Kualitas Produk, dan Umur Tanaman.
Kelemahan : Teknis Budidaya, Penggunaan Tenaga Kerja, Memerlukan Lahan
Yang Luas). Faktor Eksternal (Peluang : Permintaan Produk, Dukungan
Pemerintah, Ketersediaan Tenaga Kerja, dan Kemudahan Akses Permodalan.
Ancaman: Ketidakpastian Cuaca dan Iklim, Hewan Pengganggu, dan Penyakit
Tanaman).
c. Strategi pengembangan yang dapat dapat digunakan oleh petani jambu mete agar
usahatani hanya dapat bertahan dalam jangka panjang berdasarkan strategi
terbaik antara lain : 1) Mengoptimalkan SDA dan SDM Petani/Pelaku Usahatani
untuk meraih Pasar, 2) Menggunakan Bibit Unggul , 3) Pelatihan Manajemen
Usahatani, 4) Petani lebih Intensif mengikuti kegiatan Pembinaan yang diadakan
pemerintah.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada usahatani Jambu Mete di
Kecamatan Bayan, maka dapat disarankan bahwa :
1. Pemerintah harus lebih gencar melakukan pelatihan-pelatihan terhadap petani
terutama terkait budidaya dari tanaman perkebunan karena masih banyak petani
responden yang memiliki kelemahan dalam melakukan teknis budidaya
tanamana, khususnya untuk tanaman tahunan yaitu jambu mete. Selain itu juga,
bantuan modal juga harus diperhatikan oleh pemerintah, sehingga petani yang
ingin melakukan pengolahan produk tidak terhambat oleh masalah modal .
2. Petani jambu mete harus lebih bisa memperhatikan sistem manajemen
usahataninya, baik dari segi teknis budiddaya (pemakaian pupuk, operasional
atau pemeliharaan tanaman), dan dari segi keuangan yang menyangkut
pengeluaran dan pemasukan petani. Selain itu juga pengolahan lebih lanjut untuk
tanaman jambu mete.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, 2016. Kabupaten Lombok Utara Dalam Angka. Badan Pusat
Statistik NTB.
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian, 2015. Data Luas Areal dan Produksi Jambu
Mete Serta Jumlah Petani Pekebun. Dinas Ketahanan Pangan Dan Pertanian
Kabupupaten Lombok Utara.
Dobel, S.T. 2017. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Kelapa Sawit Di
Kabupaten Sukamara (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Falatehan F, 2016. Analytical Hierarchy Process (AHP) Teknik Pengambilan
Keputusan Untuk Pembangunan Daerah. Indomedia Pustaka. Yogyakarta.
Kementrian Pertanian, 2015. Outlook Jambu Mete Komoditas Pertanian Subsektor
Perkebunan.http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/epublikasi/outlook/2015
/perkebunanjambumete. [Diakses 06 November 2015]
Nurhidayati, 2016. Analisis Biaya dan Pendapatan Agroindustri Kripik Nangka Di
Kabupaten Lombok Barat. (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas
Mataram. Mataram
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabet, cv.
Bandung.