Arsitektur Tradisional Keraton Buton

download Arsitektur Tradisional Keraton Buton

of 89

Transcript of Arsitektur Tradisional Keraton Buton

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    1/89

    MAKALAH

    PERKEMBANGAN ARSITEKTUR 1

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON

    Disusun Oleh :

    Laode Adiyaksa D51112121

    Mutmainna Mansyur D51112901

    PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

    GOWA 2013

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    2/89

    MAKALAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR 1

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON

    Dosen Pembimbing :

    Ir. Syarif Beddu, MT NIP. 195903251986011001

    Syahriana Syam, ST.,MT. NIP. 197511242006042001

    Disusun Oleh :

    Laode Adiyaksa D51112121

    Mutmainna Mansyur D51112901

    PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN

    GOWA 2013

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    3/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

    senantiasa memberikan kekuatan dan kesehatan serta menyempurnakan

    kita dengan akal pikiran sebagai pusat logika yang dengannya mejadikan

    hidup manusia lebih terarah dan maju dan hati sebagai pusat perasaan

    yang dengannya kita merasakan keindahan. Sehingga kita dapat

    merasakan kemajuan teknologi yang didasarkan ilmu pengetahuan dan

    seni disetiap bidang, termasuk arsitektur.

    Kami selaku mahasiswa yang mengikuti program sarjana pada

    program studi Arsitektur diberikan tugas untuk menyelesaikan tugas mata

    kuliah Perkembangan Arsitektur. Sebagai salah satu persyaratan untuk

    melengkapi tugas yang dimasudkan, maka kami menyusun sebuah

    makalah dengan judul Arsitektur Tradisional Keraton Buton. Materi ini

    disusun berdasarkan sumber-sumber dan referensi bacaan yang

    mendukung.

    Makalah ini diharapkan mampu memberikan beberapa penjelasan

    dan deskripsi dari konsep dan filosofi arsitektural Keraton Buton dalam hal

    ini rumah adat Suku Walio kepada pihak-pihak yang berkesempatan

    meluangkan waktunya sejenak untuk membaca makalah ini.

    Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami tujukan kepada

    dosen mata kuliah Perkembangan Arsitektur kelas A Universitas

    Hasanuddin, Bapak Syarif Beddu dan Ibu Syahriana Syam Yang telah

    I

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    4/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    memberikan tugas ini dan menyajikan pemahaman terlebih dahulu

    tentang tugas makalah ini.

    Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian

    makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, semoga Tuhan

    Yang Maha Esa memberikan pahala yang besar.

    Akhir kata, Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi para

    pembaca, dan permohonan maaf sebesar-besarnya kami ucapkan apabila

    ada kesalahan dari pembuatan makalah ini. Karna kami sebagai penulis

    hanya manusia biasa yang tak luput dari salah. Wassalam.

    Makassar, 14 april 2013

    Penulis.

    II

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    5/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR I

    DAFTAR ISI III

    DAFTAR GAMBAR V

    DAFTAR GLOSSARY VIII

    BAB I. PENDAHULUAN 1

    1.1. Latar Belakang 1

    1.2. Permasalahan 2

    1.3. Tujuan dan Sasaran penulisan 2

    1.3.1 Tujuan Penulisan 21.3.2 Sasaran Penulisan 2

    1.4. Manfaat penulisan 3

    1.5. Lingkup Penulisan 3

    1.5.1. Lingkup Penulisan Wilayah 3

    1.5.2. Lingkup Penulisan Materi 4

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5

    2.1. Arsitektur Tradisional 6

    2.2. Arsitektur Nusantara 8

    2.3. Arsitektur Rakyat 92.4. Arsitektur Vernakular 12

    BAB III. TINJAUAN ARSITEKTUR 14

    3.1. Lokasi 14

    3.2. Sejarah 15

    3.2.1. Sejarah Awal 15

    3.2.2. Kerajaan Buton Dan Kesultanan Islam Buton 17

    3.2.3. Silsilah 18

    3.2.4. Periode Pemerintahan 20

    3.2.5. Wilayah Kekuasaan 213.2.6. Struktur Pemerintahan 21

    3.2.7. Kehidupan Sosial Budaya Pada Zaman Keraton Buton

    21

    3.3. Penduduk 25

    3.4. Agama 25

    3.5. Mata Pencaharian 26

    3.6. Sosial Budaya 26

    BAB IV. ARSITEKTUR DAN STRUKTUR BANGUNAN 29

    4.1. Asal Usul 30

    III

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    6/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    4.2. Filosofi 32

    4.3. Makrokosmos dan Mikrokosmos 33

    4.4. Ciri-ciri Arsitektur dan Struktur 364.4.1. Ciri-ciri Arsitektur 36

    4.4.2. Struktur Arsitektur 47

    4.5. Arsitek atau Tukang yang membangun 54

    4.6. Detail-detail Arsitektur 56

    4.6.1. Ragam Hias 56

    4.6.2. Detail Struktur Arsitektur 57

    4.6.3. Detail Makna Konstruksi 60

    4.7. Bahan-Bahan Dan Peralatan 62

    4.7.1. Bahan-bahan 62

    4.7.2. Peralatan 644.8. Jenis-jenis Bangunan 64

    BAB V. PENUTUP 74

    5.1. Simpulan 74

    5.2. Saran 75

    DAFTAR PUSTAKA 76

    IV

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    7/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    DAFTAR GAMBAR

    GAMBAR 2.1. : Rumah Tradisional Malige Buton 6

    GAMBAR 2.2.: Rumah Tradisional Gadang - Sumatera Barat 7

    GAMBAR 2.3.: Rumah Tradisional Tongkonan - Sulawesi Selatan 8

    GAMBAR 2.4.: Rumah Tradisional Bali 9

    GAMBAR 2.5.: Rumah Tradisional Nias NTT 11

    GAMBAR 2.6. : Rumah Masyarakat Tradisional 11

    GAMBAR 2.7. : Rumah Masyarakat Tradisional Amerika 12

    GAMBAR 2.8. : Rumah Tradisional Aceh 13

    GAMBAR 3.1.: Lokasi Kerajaan/Keraton Buton 14

    GAMBAR 3.2.: Kehidupan Masyarakat Buton Pada Zaman Dahulu 15

    GAMBAR 3.3.: Sultan Pertama Buton Para Bangsawan 17

    GAMBAR 3.4.: Sultan dan Para Bangsawan 18

    GAMBAR 3.5.: Pertemuan Presiden Soekarno dengan Sultan Muh.

    Falihi 20

    GAMBAR 3.6.: Alat Tukar Uang ( Kampua ) Ketika Zaman Kesultanan

    22

    GAMBAR 3.7 : Arah Perdagangan Jalur Strategis Pelayaran 23

    GAMBAR 3.8. : Arah Perdagangan Jalur Strategis Pelayaran 25

    GAMBAR 3.9. : Rumah Adat Suku Walio Kebudayaan Buton 27

    GAMBAR 4.1. : Rumah Kesultanan Buton Malige 29

    GAMBAR 4.2. : Maket Rumah Kesultanan Buton Malige 30

    GAMBAR 4.3. : Analogi Rumah Kesultanan Buton Malige 34

    GAMBAR 4.4. : Suasana Sekitar Malige Disesuaikan Dengan Konsep

    Kosmologi 35

    GAMBAR 4.5. : Tampak Depan Rumah Kesultanan Buton Malige 37

    GAMBAR 4.6. : Suasana Sekitar Malige Disesuaikan Dengan Konsep

    Kosmologi 39

    V

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    8/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    GAMBAR 4.7. : Denah Rumah Kesultanan Buton Malige 41

    GAMBAR 4.8. : Tampak Banua Kembero Rumah Pejabat Kesultanan 43

    GAMBAR 4.9. : Tampak Depan Banua Kembero Rumah Pejabat

    Kesultanan 44

    GAMBAR 4.10.: Denah Banua Kembero Rumah Pejabat Kesultanan 45

    GAMBAR 4.11. : Tampak Depan Banua Tada Masyarakat Biasa 46

    GAMBAR 4.12. : Denah Banua Tada Masyarakat Biasa 47

    GAMBAR 4.13. : Gambar Susunan Tada Rumah Adat Suku Walio 48

    GAMBAR 4.14. : Gambar Susunan Lantai Rumah Adat Suku Walio 50

    GAMBAR 4.15. : Maket Konstruksi/Struktur Rumah Adat Suku Walio 51

    GAMBAR 4.16. : Rangka Kuda-Kuda Atap Rumah Adat Suku Walio 52

    GAMBAR 4.17. : Saraginti (Tukang Ahli) 54

    GAMBAR 4.18. : Motif Nanas Dan Bosu-bosu Pada Bumbungan Atap 56

    GAMBAR 4.19. : Sambungan Kayu Pada Rumah Malige 58

    GAMBAR 4.20. : Sandi Pondasi Rumah Malige 59

    GAMBAR 4.21. : Tangga Dan Pintu Malige 61

    GAMBAR 4.22. : Tampak Dalam Rumah Malige 62

    GAMBAR 4.23. : Masjid Agung Keraton Buton 64

    GAMBAR 4.24. : Masjid Agung Keraton Buton Tampak Samping 66

    GAMBAR 4.25. : Masjid Agung Keraton Buton di Pagi dan Malam 67

    GAMBAR 4.26. : Baruga Keraton Buton 68

    GAMBAR 4.27. : Tampak Benteng Keraton Dari Atas 69

    GAMBAR 4.28. : Benteng Keraton Buton 70

    GAMBAR 4.29. : Benteng Keraton Buton dari Depan 71

    GAMBAR 4.30. : Bagian-Bagian Benteng Keraton Buton 71

    GAMBAR 4.31. : Bagian-Bagian Benteng Keraton Buton 72

    GAMBAR 4.32. : Tiang Bendera Keraton Buton 72

    VI

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    9/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    GAMBAR 4.33. : Gua Arupalaka Di Tepi Tebing Keraton Buton 72

    VII

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    10/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    DAFTAR ISTILAH

    A

    Ake; nama simbol/dekorasi pada rumah adat Buton kamali/malige, banua

    kambero, bentuknya seperti patra (daun)

    B

    Baluara, bastion; pos jaga/kubu pertahanan yang berada di kiri dan kanan

    benteng kesultanan Buton

    Banguana kabelai; ritual pendirian tiang utama rumah adat Buton

    Banua; rumah

    Banua Kambero; bentuk rumah pejabat kesultanan Buton yang dibangun

    pada masa Kesultanan Buton, bentuk rumah sesuai dengan jabatan

    pemilik rumah di Kesultanan Buton.

    Banua Tada; bentuk rumah masyarakat umum yang dibangun pada masa

    Kesultanan Buton

    Baruga; balairung; bangunan yang merupakan tempat pertemuan.

    Batu Yi Gandangi; nama tempat pertama kali kata Wolio diucapkan oleh

    Sipanjonga, Batu Yi Gandangi maksudnya batu yang dipukulkan gendang,

    pada masa Kesultanan Buton tempat ini adalah tempat memandikan calon

    Sultan sebelum dilantik.

    Bhalo-bhalo bamba; jendela atau ventilasi yang letaknya pada bagian

    pintu

    Bonto; nama jabatan dalam struktur pemerintahan Kesultanan Buton

    Bonto Ogena; pejabat atau menteri besar dalam Kesultanan Buton

    Bosu-bosu; nama simbol/dekorasi pada rumah adat Buton kamali/malige,

    banua kambero.

    G

    Gogoli; suatu tata cara hukuman mati di Kesultanan Buton dengan cara

    leher dililitkan tali.

    H

    VIII

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    11/89

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    12/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    Pasana tutumbu; proses pemasangan tiang utama rangka atap rumah

    adat Buton

    Patalimbo; empat kampung yaitu Gundu-Gundu, Barangkatopa, Peropa

    dan Baluwu.

    Patalimbona; kesatuan pemimpin empat kampung yaitu Gundu-Gundu,

    Barangkatopa, Peropa dan Baluwu, pemimpin kampung ini disebut bonto

    Pepali; tabu

    R

    Rasi; hitung-hitungan nama atau hari kelahiran orang pada ritualpenentuan hari atau waktu (kotika) pada masyarakat Buton

    S

    Sandi; pondasi

    Sapati; pejabat/menteri Kesultanan Buton, yang posisinya dibawah satu

    tingkat posisi Sultan

    Siolimbona; lembaga legislatif yang berjumlah sembilan orang

    Sombuana kayu; ritual pemahatan pertama pada tiang utama rumah adatButon

    T

    Tunggu Weti; pejabat pemungut pajak pasa masa Kesultanan Buton

    Tutumbu; tiang utama rangka atap pada rumah adat Buton

    Tuturangina tanah; ritual yang dilakukan untuk menentukan lokasi rumah

    W

    Walaka; nama strata sosial kebangsawana Kesultanan Buton

    Welia atau wolio; nama awal kampung tradisional di dalam benteng

    sebelum berdirinya Kerajaan Buton

    X

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    13/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Arsitektur hadir sebagai hasil persepsi masyarakat yang memiliki

    berbagai kebutuhan. Untuk itu, arsitektur adalah wujud kebudayaan yang

    berlaku di masyarakatnya, sehingga perkembangan arsitektur tidak dapat

    dipisahkan dari perkembangan kebudayaan masyarakat itu sendiri. Pada

    saat ini, ketika perkembangan budaya dan peradaban sudah sedemikian

    maju, maka perkembangan arsitektur terutama di Indonesia nampak

    berjalan mulus tanpa ada saringan yang cenderung menghilangkan jatidiri.

    Arsitektur tradisional di nusantara berkembang mencapai bentuknya

    yang sekarang melalui proses dalam kurun waktu lama dan sukar di-ketahui

    secara pasti sejarah dan konsep-konsep bentuk bangunannya karena

    diturunkan dari generasi ke generasi tanpa peninggalan baik berupa

    gambar maupun tulisan. Demikian juga konsep-konsep pola pikir yang

    abstrak, ke-percayaan, budaya, adat istiadat, iklim, lingkungan dan lain-lain.

    Arsitek sebagai salah satu penentu arah perkembangan asitektur di

    Indonesia dituntut untuk lebih aktif berperan dalam menentukan arah

    dengan pemahaman terhadap nilai dan norma yang hidup di masyarakat

    sebagai tolok ukurnya. Selain itu, diperlukan pula kreativitas untuk

    menjabarkan rambu-rambu tradisional sebagai suatu konsep yang telahlama dimiliki masyarakat ke dalam bentuk-bentuk yang akrab dengan

    lingkungan dan mudah dicerna apa makna serta pesan yang akan

    disampaikan.

    Olehnya pada kesempatan kali ini penulis akan mengangkat,

    mengkaji, mempelajari dan memaparkan salah satu Arsitektur Tradisional

    Indonesia yang berlokasi di daerah Buton Jazirah Tenggara Pulau

    Sulawesi. yaitu, ARSITEKTUR KERATON BUTON

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    14/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    2

    1.2. Rumusan Permasalahan

    Kemajuan di bidang arsitektur selalu menunjuk pada hal-hal yang

    bersifat konkrit dengan konsep yang jelas. Sebaliknya tradisional seperti

    arsitektur tradisional menunjuk pada hal-hal yang bersifat abstrak, spiritual

    dan bahkan kental oleh pengaruh kebudayaan. Suku Walio, sebuah

    kelompok etnik yang tinggal disebelah tenggara jazirah pulau Sulawesi,

    yang mempunyai bentuk arsitektur tradisional yang unik dan indah, yang

    merupakan ekspresi dari ajaran tasawuf, kepercayaan dan kebudayaan

    setempat diekspresikan dalam Arsitektur di Keraton Buton, baik dalam tata

    letak, orientasi, konstruksi, material bangunan, detail, ornamen dan aspek-

    aspek arsitektur lainnya.

    Dengan mengacu pada Kebudayaan Dan Arsitektur Keraton Buton

    yang ada penulis mengangkat permasalahan yang akan dibahas dalam

    penulisan makalah ini adalah: Apa pengaruh kebudayaan dan

    kepercayaan masyarakat Suku Walio ( Buton ) terhadap Arsitektur di

    Keraton Buton serta detail-detail pada bangunan tersebut ?.

    1.3. Tujuan Dan Sasaran

    1.3.1. Tujuan Penulisan

    Berangkat dari permasalahan yang telah diungkapkan, maka yang

    menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah mengkaji pengaruh

    kebudayaan terhadap arsitektur di Keraton Buton dan detail-detail

    arsitektural pada bangunan tersebut.

    1.3.2. Sasaran Penulisan

    Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini

    adalah sebagai berikut :

    1. Mengkaji beberapa pengertian arsitektur yang berkembang di

    masyarakat dulu.

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    15/89

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    16/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    4

    1.5.2. Ruang lingkup materi

    1. Lokasi, Sejarah, kepercayaan, dan sosial budaya masyarakat buton.

    2. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruhnya kebudayaan leluhur

    masyarakat Buton terhadap perkembangan arsitektur tradisional di

    Keraton Buton.

    3. Peranan konsep tasawuf dalam proses pembangunan rumah oleh

    masyarakat Buton.

    4. Detail-detail arsitektutal dan struktur rumah adat Suku Walio serta

    kepercayaan dalam pembangunan dan bentuk rumah tersebut.

    5. Bangunan-bangunan di kawasan Keraton Buton.

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    17/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Wujud arsitektur bukan merupakan hasil seni yang bebas

    kehendaknya dan melukis untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, seni arsitektur

    merupakan seni yang terikat oleh kaidah-kaidah tertentu sebagai seni

    terapan terlebih pada arsitektur yang berkembang pada masyarkat

    terdahulu sangat sarat akan nilai-nilai kepercayaan dan kebudayaan yg

    dipengaruhi oleh keadaan alam daerah tersebut - termasuk di dalamnya

    Keraton Buton - yang mampu dinikmati semua pihak, menjadi milik

    masyarakat, bangsa dan para pengamat yang berhak menikmati karya

    arsitektur setempat (bukan impor dari luar).

    Oleh karnanya disini penulis memaparkan bentuk dan jenis arsitektur

    yang berkembang di masyarakat Indonesia dahulu sebelum di temukannya

    rumusan-rumusan disiplin ilmu arsitektur. Dengan demikian kita dapat

    memahami kembali bahwasanya arsitektur dahulu sarat akan nilai-nilai danmakna dibalik karyanya.

    Jenis-jenis arsitektur tersebut adalah :

    1. Arsitektur Tradisional

    2. Arsitektur Nusantara

    3. Arsitektur Rakyat

    4. Arsitektur Vernacular

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    18/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    6

    1.1. Arsitektur Tradisional

    Pengertian Dan Definisi

    Menurut Dhanao Iswanto (2006), Arsitektur tradisional merupakan

    ilmu yang memiliki berbagai dasar-dasar falsafat, ekologi, teknologi, estetik,

    tata laksana, tata ritual, sosiologi, dan sebagainya secara lengkap dan

    menyeluruh dan terperinci. Berbagai arsitektur tradisional yang telah

    melembaga dengan mantap dan utuh, pada umumnya mengandung

    pengetahuan dan pengertian yang sangat mendalam dan luas mengenaitata ruang waktu bagi kehidupan manusia di akherat.

    Menurut Amos Rapoport (1960), Arsitektur tradisional merupakan

    bentukan arsitektur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi

    berikutnya. Mempelajari bangunan tradisional berarti mempelajari tradisi

    masyarakat yang lebih dari sekadar tradisi membangun secara fisik.

    Masyarakat tradisional terikat dengan adat yang menjadi konsesi dalam

    hidup bersama.

    Sumber : Banua Tada Rumah Tradisional Suku Wolio di Sulawesi Tenggara Melayu Online

    Gambar 2.1.

    Rumah Tradisional Malige - Buton

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    19/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    7

    Bruce Allsop (1980) Arsitektur Tradisional mendasarkan

    pemahamannya pada arsitektur sebagai cerminan budaya & kepercayaan,

    yang dibuat dengan cara yang sama secara turun temurun dengan tanpa

    perubahan.

    Jadi, Arsitektur tradisional adalah arsitektur yang lahir dengan

    kepercayaan etnik suatu daerah yang kental dan bergantung pada alam

    dibuat dengan cara yang sama secara turun temurun dengan sedikit atau

    tanpa adanya perubahan-perubahan yang signifikan pada bangunan

    tersebut.

    Contoh arsitektur tradisional :

    a. Rumah Tradisional Suku Walio (Buton) Sulawesi Tenggara.

    b. Rumah Tradisional Gadang Sumatera Barat

    c. Rumah Tradisional Betang Kalimantan Barat

    Gambar 2.2.

    Rumah Tradisional Gadang Sumatera Barat

    Sumber : http://melayu-online/rumah-adat-padang.

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    20/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    8

    1.2. Arsitektur Nusantara

    Pengertian dan definisi

    Menurut Prof. Josef Prijotomo ,Arsitektur Nusantara itu berbeda dari

    arsitektur tradisional. Arsitektur Nusantara mendasarkan pemahamannya

    atas arsitektur anak bangsa Nusantara pada pertama, kenyataan

    geoklimatik (kepulauan dan tropik lembab) serta yang kedua adalah

    kenyataan tradisi tanpa tulisan. Di sini ihwal adat hingga upacara dan

    artefak menjadi rekaman-rekaman pengetahuan arsitektur. Sementara itu,

    arsitektur tradisional mendasarkan pemahamannya pada arsitektur sebagai

    cerminan budaya/kebudayaan, sebuah dasar yang tanpa disadari ternyata

    adalah ranah kajian budaya dan antropologi.

    Arsitektur Nusantara adalah arsitektur tradisional yang merupakan

    warisan para leluhur dan tersebar dari Sabang hingga Meraoke

    Eksistensinya di beberapa wilayah telah menghilang dimakan waktu,

    mahal, rumit, dan juga akibat perubahan sikap manusia.

    Gambar 2.3.

    Rumah Tradisional Tongkonan Sulawesi Selatan

    Sumber : http://melayu-online/rumah-adat-tongkonan-sulawesi-tenggara.

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    21/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    9

    Jadi, arsitektur nusantara adalah arsitektur tradisional yang

    merupakan warisan para leluhur dan tersebar dari Sabang hingga Meraoke

    berdasarkan kenyataan alam nusantara yaitu iklim tropis dan lembab serta

    pepulauan.

    Contoh Arsitektur Nusantara :

    a. Rumah Tradisional Tongkonan Sulawesi Selatan

    b. Rumah Tradisional Sasak Lombok

    c. Dan seluruh rumah tradisional di nusantara

    1.3. Arsitektur Rakyat

    Pengertian dan definisi

    Menurut Bruce allshop (1980), Karya arsitektur yang berkembang di

    masyarakat atas dasar pertimbangan lingkungan / iklim setempat.

    Menurut Glen Balk, Folk architecture is a concrete living

    environment that people create for themselves. We can also define it as an

    architecture that has occurred in an anonymous design process which has

    Sumber : borzoi book, by Alfred A. Knopf, Inc NY

    Gambar 2.4.

    Rumah Tradisional Bali

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    22/89

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    23/89

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    24/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    12

    1.4. Arsitektur Vernakular

    Pengertian Dan Definisi

    Menurut Bruce allshop (1980), Arsitektur yang dikembangkan oleh tukang

    atas dasar pengalamannya

    Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang terbentuk dari proses

    yang berangsur lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku,

    kebiasaan, dan kebudayaan di tempat asalnya. Vernakular, berasal dari

    vernacullus yang berarti lokal, pribumi. Pembentukan arsitektur berangsur

    dengan sangat lama sehingga sikap bentuknya akan mengakar. - Wikipedia

    Menurut Vernacular Architecture book Turan, Arsitektur Vernakular

    adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang

    lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik, serta dibangun

    oleh tukang berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik

    dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat

    Sumber : google picture arsitektur vernakular

    Gambar 2.7.

    Rumah Masyarakat Tradisional Amerika

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    25/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    13

    bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya

    transformasi.

    Menurut Ade Sahroni (2012), Arsitektur vernakular adalah arsitektur

    yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari

    masyarakat etnik dan berakar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang

    berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan

    material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat

    bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya

    transformasi.

    Jadi, Arsitektur Vernakular adalah arsitektur yang lahir dari proses

    yang lama dan berulang berdasarkan tradisi etnik daerah tersebut yang

    dibangun berdasarkan pengalaman tukangnya.

    Contoh Arsitektur Vernakular :

    a. Rumah Tradisional Aceh.

    b. Rumah Tradisional Machiya Jepang

    c. Rumah Masyarakat Amerika

    Gambar 2.8.

    Rumah Tradisional Aceh

    Sumber : google picture arsitektur vernkular indonesia

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    26/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    14

    BAB III

    TINJAUAN ARSITEKTUR

    3.1. Lokasi

    Gambar 3.1.

    Lokasi Kerajaan/Keraton Buton

    Rumah Adat Malige terletak di Kota Bau-Bau, Sulawesi tenggara.

    Pulau Buton (Pulau Baubau) secara geografis merupakan kawasan timur

    jazirah tenggara Pulau Celebes/Sulawesi.

    Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    27/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    15

    3.2. Sejarah

    3.2.1. Sejarah Awal

    Sebagai sebuah negeri, keberadaan Buton tercatat dalam Negara

    Kertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 M. Dalam naskah kuno

    itu, negeri Buton disebut dengan nama Butuni. Digambarkan, Butuni

    merupakan sebuah desa tempat tinggal para resi yag dilengkapi taman,

    lingga dan saluran air. Rajanya bergelar Yang Mulia Mahaguru.

    Dalam sejarahnya, cikal bakal Buton sebagai negeri telah dirintis

    oleh empat orang yang disebut dengan Mia Patamiana. Mereka adalah:

    Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo, Sijawangkati. Menurut sumber sejarah

    lisan Buton, empat orang pendiri negeri ini berasal dari Semenanjung

    Melayu yang datang ke Buton pada akhir abad ke-13 M. Empat orang (Mia

    Patamiana) tersebut terbaagi dalam dua kelompok: Sipanjongan dan

    Sijawangkati; Simalui dan Sitamanajo. Kelompok pertama beserta para

    pengikutnya menguasai daerah Gundu-Gundu, sementara kelompok kedua

    dengan para pengikutnya menguasai daerah Barangkatopa. Sipanjongan

    Gambar 3.2.

    Kehidupan Masyarakat Buton Pada Zaman Dahulu

    Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    28/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    16

    dan para pengikutnya meninggalkan tanah asal di Semenanjung Melayu

    menuju kawasan timur dengan menggunakan sebuah perahu palolang

    pada bulan Syaban 634 Hijriyah (1236 M). Dalam perjalanan itu, mereka

    singgah pertama kalinya di pulau Malalang, terus ke Kalaotoa dan akhirnya

    sampai di Buton, mendarat di daerah Kalampa. Kemudian mereka

    mengibarkan bendera Kerajaan Melayu yang disebut bendera Longa-

    Longa. Ketika Buton berdiri, bendera Longa-Longa ini dipakai sebagai

    bendera resmi di kerajaan Buton. Sementara Simalui dan para pengikutnya

    diceritakan mendarat di Teluk Bumbu, sekarang masuk dalam daerah

    Wakarumba. Pola hidup mereka berpindah-pindah hingga akhirnya

    berjumpa dengan kelompok Sipanjonga. Akhirnya, terjadilah percampuran

    melalui perkawinan. Sipanjonga menikah dengan Sibaana, saudara Simalui

    dan memiliki seorang putera yang bernama Betoambari. Setelah dewasa,

    Betoambari menikah dengan Wasigirina, putri Raja Kamaru. Dari

    perkawinan ini, kemudian lahir seorang anak bernama Sangariarana.

    Seiring perjalanan, Betoambari kemudian menjadi penguasa daerah

    Peropa, dan Sangariarana menguasai daerah Baluwu. Dengan

    terbentuknya desa Peropa dan Baluwu, berarti telah ada empat desa yang

    memiliki ikatan kekerabatan, yaitu: Gundu-Gundu, Barangkatopa, Peropa

    dan Baluwu. Keempat desa ini kemudian disebut Empat Limbo, dan para

    pimpinannya disebut Bonto. Kesatuan keempat pemimpin desa (Bonto) ini

    disebut Patalimbona. Mereka inilah yang berwenang memilih dan

    mengangkat seorang Raja.

    Selain empat Limbo di atas, di pulau Buton juga telah berdiri

    beberapa kerajaan kecil yaitu: Tobe-Tobe, Kamaru, Wabula, Todanga dan

    Batauga. Seiring perjalanan sejarah, kerajaan-kerajaan kecil dan empat

    Limbo di atas kemudian bergabung dan membentuk sebuah kerajaan baru,

    dengan nama kerajaan Buton. Saat itu, kerajaan-kerajaan kecil tersebut

    memilih seorang wanita yang bernama Wa Kaa Kaa sebagai raja. Peristiwa

    ini terjadi sekitar tahun 1332 M.

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    29/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    17

    Berkaitan dengan asal-usul nama Buton, menurut tradisi lokal

    berasal dari Butu, sejenis pohon beringin (barringtonia asiatica). Penduduk

    setempat menerima penyebutan ini sebagai penanda dari para pelaut

    nusantara yang sering singgah di pulau itu. Diperkirakan, nama ini telah ada

    sebelum Majapahit datang menaklukkannya. Dalam surat-menyurat,

    kerajaan ini menyebut dirinya Butuni, orang Bugis menyebutnya Butung,

    dan Belanda menyebutnya Buton. Selain itu, dalam arsip Belanda, negeri

    ini juga dicatat dengan nama Butong (Bouthong). Ketika Islam masuk, ada

    usaha untuk mengkaitkan nama Buton ini dengan bahasa Arab. Dikatakan,

    nama Buton berasal dari kata Arab bathni atau bathin, yang berarti perut

    atau kandungan.

    3.2.2. Kerajaan Buton Dan Kesultanan Islam Buton

    Dengan naiknya Wa Kaa Kaa sebagai rajaputri, Kerajaan Buton

    semakin berkembang hingga Islam masuk ke Buton melalui Ternate pada

    pertengahan abad ke-16 M. Selama masa pra Islam, di Buton telah

    berkuasa enam orang raja, dua di antaranya perempuan. Perubahan Buton

    menjadi kesultanan terjadi pada tahun 1542 M (948 H), bersamaan dengan

    pelantikan Lakilaponto sebagai Sultan Buton pertama, dengan gelar Sultan

    Murhum Kaimuddin Khalifatul Khamis.

    Gambar 3.3.

    Sultan Pertama Buton Para Bangsawan

    Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    30/89

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    31/89

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    32/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    20

    30. Sultan Muh. Isa (1851-1861 M)

    31. Sultan Muh. Salihi (1871-1886 M)

    32. Sultan Muh. Umar (1886-1906 M)

    33. Sultan Muh. Asikin (1906-1911 M)

    34. Sultan Muh. Husain (1914 M)

    35. Sultan Muh. Ali (1918-1921 M)

    36. Sultan Muh. Saifu (1922-1924 M)

    37. Sultan Muh. Hamidi (1928-1937 M)

    38. Sultan Muh. Falihi (1937-1960 M).

    3.2.4. Periode Pemerintahan

    Era pra Islam Kerajaan Buton berlangsung dari tahun 1332 hingga

    1542 M. Selama rentang waktu ini, Buton diperintah oleh enam orang raja.

    Sementara periode Islam berlangsung dari tahun 1542 hingga 1960 M.

    Selama rentang waktu ini, telah berkuasa 38 orang raja. Sultan terakhir

    yang berkuasa di Buton adalah Muhammad Falihi Kaimuddin.

    Kekuasaannya berakhir pada tahun 1960 M.

    Gambar 3.5.

    Pertemuan Presiden Soekarno dengan Sultan Muh. Falihi

    Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    33/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    21

    3.2.5. Wilayah Kekuasaan

    Kekuasaan Kerajaan Buton meliputi seluruh Pulau Buton dan

    beberapa pulau yang terdapat di Sulawesi.

    3.2.6. Struktur Pemerintahan

    Kekuasasan tertinggi di Kerajaan Buton dipegang oleh sultan.

    Struktur kekuasaan di kesultanan ditopang oleh dua golongan bangsawan:

    kaomu dan walaka. Walaka adalah golongan yang memegang adat dan

    pengawas pemerintahan yang dijalankan oleh sultan. Wewenang pemilihan

    dan pengangkatan sultan berada di tangan golongan Walaka, namun, sultan

    harus berasal dari golongan kaomu. Untuk mempermudah jalannya

    pemerintahan, Buton menjalankan sistem desentralisasi dengan

    membentuk 72 wilayah kecil yang disebut kadie. Beberapa jabatan yang ada

    di struktur pemerintahan Buton adalah bontona (menteri), menteri besar,

    bonto, kepala Siolimbona dan sekretaris sultan.

    3.2.7. Kehidupan Sosial Budaya Pada Zaman Kesultanan Buton

    Sebagai kerajaan Islam yang tumbuh dari hasil transmisi ajaran

    Islam di Nusantara, maka kerajaan Buton juga sangat dipengaruhi oleh

    model kebudayaan Islam yang berkembang di Nusantara, terutama dari

    tradisi tulis-menulis. Bahkan, dari peninggalan tertulis yang ada, naskah

    peninggalan Buton jauh lebih banyak dibanding naskah Ternate, negeri

    darimana Islam di Buton berasal. Peninggalan naskah Buton sangat berarti

    unutk mengungkap sejarah negeri ini, dan dari segi lain, keberadaan

    naskah-naskah ini menunjukkan bahwa kebudayaan Buton telah

    berkembang dengan baik. Naskah-naskah tersebut mencakup bidang

    hukum, sejarah, silsilah, upacara dan adat, obat-obatan, primbon, bahasa

    dan hikayat yang ditulis dalam huruf Arab, Buri Wolio dan Jawi. Bahasa

    yang digunakan adalah Arab, Melayu dan Wolio. Selain itu, juga terdapat

    naskah yang berisi surat menyurat antara Sultan Buton dengan VOC

    Belanda.

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    34/89

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    35/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    23

    Pada umumnya, ada empat prinsip yang dipegang teguh oleh

    masyarakat Buton dalam kehidupan sehari-hari saat itu yakni:

    1. Yinda Yindamo Arata somanamo Karo (Harta rela dikorbankan demi

    keselamatan diri)

    2. Yinda Yindamo Karo somanamo Lipu (Diri rela dikorbankan demi

    keselamatan negeri)

    3. Yinda Yindamo Lipu somanamo Sara (Negeri rela dikorbankan demi

    keselamatan pemerintah).

    4. Yinda Yindamo Sara somanamo Agama (Pemerintah rela

    dikorbankan demi keselamatan agama)

    Buton adalah sebuah negeri yang berbentuk pulau dengan letak

    strategis di jalur pelayaran yang menghubungkan pulau-pulau penghasil

    rempah di kawasan timur, dengan para pedagang yang berasal dari

    Gambar 3.7.

    Arah Perdagangan Jalur Strategis Pelayaran

    Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    36/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    24

    kawasan barat Nusantara. Karena posisinya ini, Buton sangat rawan

    terhadap ancaman eksternal, baik dari bajak laut maupun kerajaan asing

    yang ingin menaklukkannya. Untuk mengantisipasi ancaman tersebut,

    maka kemudian dibentuk sistem pertahanan yang berlapis-lapis. Lapis

    pertama ditangani oleh empat Barata, yaitu Wuna, Tiworo, Kulisusu dan

    Kaledupa. Lapis kedua ditangani oleh empat Matana Sorumba, yaitu

    Wabula, Lapandewa, Watumotobe dan Mawasangka, sementara lapis

    ketiga ditangani oleh empat orang Bhisa Patamiana (pertahanan

    kebatinan). Untuk memperkuat sistem pertahanan berlapis tersebut,

    kemudian dibangun benteng dan kubu-kubu pertahanan. Pembangunan

    benteng dimulai pada tahun 1634 oleh Sultan Buton ke-6, La Buke. Tembok

    keliling benteng panjangnya 2.740 meter, melindungi area seluas 401.900

    meter persegi. Tembok benteng memiliki ketebalan 1-2 meter dan

    ketinggian antara 2-8 meter, dilengkapi dengan 16 bastion dan 12 pintu

    gerbang. Lokasi benteng berada di daerah perbukitan berjarak sekitar 3

    kilometer dari pantai.

    Sepanjang era kesultanan, ada 38 sultan yang memerintah.

    Tahun 1960 Kesultanan Buton dihapus oleh pemerintahan Republik

    Indonesia atas nama NKRI. Saat itu Kesultanan Buton dipimpin oleh Sultan

    Muhamad Falihi Kaimuddin.

    Demikianlah deskripsi ringkas mengenai Kerajaan Buton. Saat ini, di

    bekas wilayah kerajaan ini, telah berdiri beberapa kabupaten dan kota yaitu:

    Kabupaten Buton, Kabupaten Muna, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten

    Bombana dan Kota BauBau. Kota Bau-bau ini merupakan pusat Kerajaan

    Buton pada masa dulu. Hingga saat ini, masih tersisa peninggalan kerajaan,

    di antaranya bangunan istana. Sumber: melayuonline.

    Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    37/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    25

    3.3. Penduduk

    Jumlah Penduduk Kerajaan Tahun 1877 Di Bawah 100.000 Jiwa

    Dan tahun 1997 Menjadi 306.308 Jiwa.

    Stuktur Penduduk Kerajaan Terdiri Atas Tiga Golongan :

    1. Kaum Bangsawan Yaitu Lalaki

    2. Kaum Walaka Dan

    3. Kaum Papara

    3.4. AgamaHampir semua orang Wolio beragama Islam. Namun, terdapat

    kepercayaan terhadap roh-roh. Selain itu, di tingkat pusat juga dikenal suatu

    aliran yang disebut Sufi. Melalui ajaran Sufi ini, mereka melakukan meditasi

    untuk mencari visi dari Allah atau mencari hal-hal yang tersembunyi di luar

    akal mereka. Reinkarnasi juga dipercaya oleh banyak dari mereka sebagai

    akibat dari ajaran Hindu yang masih melekat. Roh-roh jahat yang dapat

    menimbulkan penyakit, roh-roh penolong yang dapat memberikan petunjuk-

    petunjuk adalah roh-roh yang mereka percayai. Selain itu mereka juga

    Gambar 3.8.

    Arah Perdagangan Jalur Strategis Pelayaran

    Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    38/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    26

    percaya adanya roh para leluhur yang dapat menolong atau dapat

    menimbulkan penyakit tergantung dari tingkah laku/kebiasaan mereka.

    Pengaruh Hindu dimanifestasikan dalam pola dan hirarki ruang

    diwujudkan pada manusia itu sendiri yaitu ruang bagian depan (bamba)

    diibaratkan kaki manusia. Ruang bagian tengah (tanga) diibaratkan badan

    manusia. Ruang belakang (suo) diibaratkan kepala manusia. Ruang

    sasambiri difungsikan sebagai rapu (dapur). Di bagian atas terdapat ruang

    pa (loteng) (Kadir, 2000). Tampak depan rumah tradisional Buton

    dianalogikan manusia sedang sholat dalam posisi berdiri.

    3.5. Mata Pencaharian

    Orang Wolio membutuhkan lapangan pekerjaan yang dapat

    menghasilkan uang untuk membiayai hidup. Kendatipun tanah mereka

    subur, hasil pertanian dan juga non pertanian belum dapat meningkatkan

    perekonomian orang Wolio secara berarti. Keadaan geografis yang berupa

    kepulauan membutuhkan sarana perhubungan yang cukup memadai untuk

    memungkinkan mereka mengadakan kontak dengan dunia luar. Para

    nelayan membutuhkan ketrampilan menangkap ikan dan pengetahuan

    yang cukup untuk dapat meningkatkan produksi dan distribusi hasil laut

    daerah mereka yang terkenal seperti ikan tuna dan ikan ekor kuning di

    pulau Buton dan Muna. Selain itu, sikap haus ilmu orang Wolio

    memproyeksikan KEBUTUHAN pengajar dan pendidik yang dapat

    mengembangkan potensi dan wawasan mereka.

    3.6. Sosial Budaya

    Di dalam perkampungan mereka umumnya terdapat pasar yang

    menjual hasil-hasil tenunan dari sutera, katun dan sejenisnya. Banyak

    kampung juga memiliki toko-toko kecil dan penjaja keliling, di mana hal ini

    terlihat dari gerobak-gerobak yang mereka buat sendiri untuk berjualan.

    Mata pencaharian utama suku Wolio adalah bertani, karena tanah yang

    mereka tempati sangatlah subur. Hasil pertanian tersebut antara lain beras,

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    39/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    27

    jagung dan singkong. Banyak juga yang menjadi nelayan atau pembuat

    perahu. Perairan pulau Buton dan Mina kaya akan ikan tuna dan ikan ekor

    kuning. Tetapi sejak kesempatan untuk memperoleh penghasilan yang

    cukup di daerah terasa sulit, banyak dari mereka yang kemudian pergi

    meninggalkan pulau mereka dengan bekerja sebagai buruh di perusahan-

    perusahaan dagang dalam jangka waktu yang lama.

    Saat ini, banyak orang-orang Wolio asli yang tinggal di Indonesia

    bagian timur (Maluku dan Irian Jaya). Dalam masyarakat Wolio, laki-laki

    yang mencari nafkah, sedangkan wanita menyiapkan makan, melakukan

    pekerjaan rumah tangga, membuat barang-barang dari tanah liat, menenun

    dan menyimpan uang yang telah dikumpulkan oleh kaum laki-laki. Sejak

    dulu, orang Wolio juga sangat mementingkan pendidikan. Pendidikan yangbaik terhadap anak laki-laki dan perempuan membuat mereka memiliki

    kesusasteraan yang maju. Tidak ketinggalan pula dalam hal mempelajari

    bahasa asing. Karena itu, saat ini mulai terlihat hasil-hasil kemajuan di

    bidang sosial.

    Perkawinan dalam kebudayaan Buton sudah bersifat monogami.

    Setelah menikah, pasangan akan tinggal di rumah keluarga wanita sampai

    sang suami anggup mendirikan rumah sendiri. Tanggup jawab

    Gambar 3.9.

    Rumah Adat Suku Walio Kebudayaan Buton

    Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    40/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    28

    membesarkan anak ada di bahu ayah dan ibu. Rumah tempat tinggal suku

    Wolio didirikan di atas sebidang tanah dengan menggunakan papah yang

    kuat, dengan sedikit jendela dan langit-langit yang terbuat dari papan yang

    kecil dan daun kelapa.

    Etnik Buton sebutan bagi masyarakat yang berasal dari kerajaan dan

    kesultanan Buton, memiliki sejumlah bahasa yang berbeda tiap wilayah.

    Sebagai bahasa pemersatu digunakan Bahasa Wolio.Bahasa

    daerah dapat dikatakan pada setiap bagian desa terdapat adanya bahasa

    suku, namun yang menjadi bahasa kerajaan adalah bahasa wolio,

    sedangkan bahasa itu terdapat puluhan bahkan tidak kurang dari pada 200

    bahasa suku.

    Dari sekian banyaknya dapat dibagi dalam empat kelompok yang

    utama masing-masing :

    1. Bahasa Wuna;

    2. Bahasa Cia-Cia;

    3. Bahasa Tolaki dan;

    4. Bahasa Wolio.

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    41/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    29

    BAB IV

    ARSITEKTUR DAN STRUKTUR BANGUNAN

    Kesultanan Buton merupakan kerajaan yang pada masa lalu

    masyhur dan berjaya di Nusantara. Bahkan berbagai sumber sejarah

    menyebutkan bahwa Kesultanan Buton tidak pernah dikuasai atau tunduk

    oleh kerajaan ataupun bangsa di dunia. Namun bukan berarti Kesultanan

    Buton menjadi sempit akan pengetahuan. Kesultanan Buton pada saat itu

    bersifat terbuka dan bersahabat kepada siapapun. Dengan demikian karya

    nyata peradaban manusia yang beraneka ragam juga dapat di jumpai di

    sini.

    Salah satu dari karya nyata peradaban tersebut, yang berhubungan

    erat dengan arsitektur, tentunya adalah rumah adat. Rumah adat Buton,

    yang merupakan rumah tempat tinggal suku Wolio, disebut dengan Banua

    Tada. Banua Tada berasal dari dua kata Banua dan Tada. Kata Banua

    dalam bahasa setempat berarti rumah sedangkan tada berarti siku, jadiBanua Tada adalah Rumah siku .

    Gambar 4.1.

    Rumah Kesultanan Buton

    Malige

    Sumber : http://orang_buton.com

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    42/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    30

    4.1. Asal-Usul

    Banua tada adalah rumah suku walio atau orang buton di kabupaten

    buton. Kata banua dalam bahasa setempat berarti rumah sedangkan tada

    berarti siku. Jadi, banua tada dapat diartikan sebagai rumah siku.

    Berdasarkan status sosial penghuninya, struktur bangunan ini dapat

    dibedakan menjadi tiga yaitu Kamali, Banua Tada Tare Pata Pale, dan

    Banua Tada Tare Talu Pale. Kamali atau yang lebih dikenal dengan nama

    Malige berarti Mahligai atau istana, yaitu tempat tinggal raja atau sultan dan

    keluarganya. Banua Tada Tare Pata Pale yang berarti rumah siku bertiang

    empat adalah rumah tempat tinggal para pejabat atau pegawai istana.

    Sementara itu, Banua Tada Tare Talu Pale yang berati rumah siku bertiang

    tiga adalah rumah tinggal untuk orang biasa.

    Masyarakat luas lebih banyak mengenal Malige sebagai rumah adat

    masyarakat buton daripada kedua jenis rumah adat buton lainnya, yaitu

    Banua Tada Tare Pata Pale dan Banua Tada Tare Talu Pale. Hal ini

    dikarenakan Malige yang merupakan arsitektur peninggalan Kesultanan

    Buton sarat degan nilai-nilai dan kearifan budaya serta peradaban

    masyarakat Buton di masa lampau. Nilai-nilai itu dapat dipelajari dari

    pemaknaan simbol dan ragam hias pada bangunan tersebut. Fungsi dan

    Gambar 4.2.

    Maket Rumah Kesultanan Buton Malige

    Sumber : foto dari PPTMalige House Of Sultan

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    43/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    31

    makna simbolis pada bangunan Malige banyak dipengaruhi oleh konsep

    dan ajaran tasawuf. Masyarakat buton pada saat itu menganggap pemilik

    Malige dalam hal ini Sultan adalah replika dari wajah tuhan (Allah) yang

    diwujudkan dalam bentuk Malige, baik secara kontruktif maupun dekoratif.

    Pengaruh konsep tasawuf pada bangunan Malige muncul sekitar

    pertengahan abad ke-16 M, yaitu sejak Raja Buton ke-6, Timbang

    Timbangan atau Lakilaponto atau Halu Oleo, memeluk agama Islam dan

    dilantik sebagai Sultan Buton yang pertama dengan gelar Murhum

    Kaimuddin Khalifatul. Terdapat perbedaan pendapat mengenai siapaulama yang mengislamkan dan melantik Raja Lakilaponto menjadi Sultan.

    Ada pendapat yang mengatakan bahwa Raja Lakiponto diislamkan oleh

    ulama ahli tasawuf dari Negri Johor yang bernama Syekh Abdul Wahid Bin

    Syarif Sulaiman Al-Fathani. Pendapat lain mengatakan, Raja Buton ke-6

    tersebut diislamkan dan dilantik menjadi sultan oleh Imam Fathani, yaitu

    guru dari Syekh Abdul Wahid Bin Syarif Sulaiman Al-Fathani. Pendapat

    yang terakhir ini lebih diyakini kebenarannya karena Syekh Abdul Wahid

    Bin Syarif Sulaiman dua kali datang ke Buton, yaitu tahun 1526 M dan

    tahun 1541 M. Pada kedatangannya yang kedua, ia disertai oleh gurunya

    yang bernama Imam Fathani. Menurut pendapat ini, Imam Fathani itulah

    yang mengislamkan lingkungan Istana Buton sekaligus melantik Raja

    Lakiponto sebagai Sultan Buton pertama dengan gelar Murhum. Kata

    Murhum diambil dari nama sebuah kampung di Patani yang bernama

    Kampung Parit Murhum. ( http://gundala69.wordpress.com )

    Sultan Murhum Kaimuddin menempatkan ajaran tasawuf sebaga

    pijakan utama untuk mengatur seluruh sendi-sendi kehidupan negara dan

    masyarakatnya. Beliau bersama gurunya, Syekh abdul wahid bin syarif

    Sulaiman Al-Fathani, menerbitkan undang-undang Martabah tujuh yang

    sebagian berisi ajaran tentang penyucian akhlak sebagai undang-undang

    tertinggi di negeri itu (http://semua-tentangkehidupanku.blogspot.com).

    Selanjutnya , nilai-nilai ajaran tasawuf yang terkandung didalam undang-

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    44/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    32

    undang tersebut diekspresikan baik dalam bentuk manuskrip maupun

    melalui simbol-simbol yang dilekatkan pada artefak-artefak, seperti pada

    Benteng Kesultanan (Benteng Wolio) maupun pada bangunan malige.

    4.2. Filosofi

    Rumah adat suku walio atau orang buton, terutama pada bangunan

    malige, sangat kaya akan nilai-nilai filofosi dan kearifan lokal. Nilai-nilai

    tersebut diantaranya kedekatan dengan alam, nilai keyakinan, nilai sosial,

    dan nilai estetika.

    1. Nilai Kedekatan Dengan AlamNilai kesatuan dengan alam tercermin pada rumah adat buton

    terlihata pada bahan-bahan bangunan yang digunakan. Semua

    bangunan tersebut terbuat dari bahan-bahan alami yang banyak

    tersedia di alam sekitar tempat tinggal suku walio. Nilai kesatuan dengan

    alam ini semakin jelas terlihat ketika mereka menggangap pemggunaan

    kayu sebagai bahan untuk tiang rumah dapat memberikan

    kesejahteraan pada penghuninya. Hal ini juga terlihat pada symbol-

    simbol yang terkandung dalam ragam hias yang terdapat pada rumah

    adat ini. Motif-motif yang digunakan sebagian besar berasal dari alam.

    2. Nilai Keyakinan

    Struktur bangunan rumah adat buton secara umum dipengaruhi oleh

    ajaran tasawuf. Hal ini menunjukkan bahwa dengan keyakinan dan

    pengetahuan yang mereka miliki, masyarakat buton dalam hal ini

    sultan murhum kaimuddin mampu mengekspresikan nilai-nilaikeyakinannya (ajaran tasawuf) melalui bentuk bangunan sehingga

    terciptalah bangunan yang indah dan artistik bernama malige sebgai

    tempat tinggal. Struktur bangunan rumah tersebut secara umum juga

    mempengaruhi struktur bangunan rumah masyarakat buton.

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    45/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    33

    3. Nilai Sosial

    Nilai social dalam rumah adat buton dapat dilihat dalam proses

    pembangunannya. Meskipun sebagian tenaga yang digunakan adalah

    tenaga upahan, namun sebagian pekerjaan pembuatan rumah adat

    tersebut dilakukan secara bergotong royong, terutama dalam proses

    pembangunan malige. Dalam pembangunan malige, seluruh tenaga

    kerja yang terlibat merupakan suatu kesatuan terorganisir mulai dari

    mahkamah syarah, sio lombo, saraginti, hingga pandempuu. Mereka

    selalu bekerja sama untuk membangunan rumah tempat tinggal raja

    mereka. Nilai social pada proses pembangunan rumah orang biasa juga

    dapat dilihat ketika para keluarga atau tetangga terdekat mereka secara

    bersama-sama membantu si calon pemilik rumah mencari bahan-bahan

    bangunan dari dalam hutan, membersihkan lokasi, mendirikan

    bangunan, dan memasang atap. Melalui kerjasama tersebut sifat

    solidaritas antar sesame masyarakat wolio akan terjalin dengan baik.

    4. Nilai estetika

    Nilai estetika merupakan salah satu nilai yang paling menonjol pada

    bangunan orang buton. Nilai-nilai keindahannya terlihat sangat jelas

    mulai dari struktur dan bentuk bangunan hingga ragam hiasnya yang

    sarat seni rupa dan seni ukir. Ukiran motif-motif flora dan fauna tampak

    sangat indah pada hamper semua bagian rumah adat tersebut. Hal ini

    menunjukkan bahwa masyarakat buton pada masa lampau telah

    memiliki jiwa seni dan daya kreasi yang tinggi.

    4.3. Makrokosmos Dan Mikrokosmos

    Tampak bangunan terbagi 3 (tiga) sebagai ciri 3 (tiga) alam

    kosmologi yakni, alam atas (atap), alam tengah atau badan rumah dan alam

    bawah atau kaki/kolong. Masing-masing bagian tersebut dapat diselesaikan

    sendiri-sendiri tetapi satu sama lain dapat membentuk suatu struktur yang

    kompak dan kuat dimana keseluruhan elemennya saling berkaitan dan

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    46/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    34

    berdiri di atas tiang-tiang yang menumpu pada pondasi batu alam, dalam

    bahasa Buton disebut Sandi.

    Sandi tersebut tidak ditanam, hanya diletakkan begitu saja tanpa

    perekat. Sandi berfungsi meletakkan tiang bangunan, antara sandi dan

    tiang bangunan diantarai oleh satu atau dua papan alas yang ukurannya

    disesuaikan dengan diameter tiang dan sandi. Fungsinya untuk mengatur

    keseimbangan bangunan secara keseluruhan. Penggunaan batu alam

    tersebut bermakna simbol prasejarah dan pemisahan alam (alam dunia dan

    alam akherat)/ konsep dualisme, walaupun sebenarnya jika ditinjau darifungsinya lebih bersifat profan.

    Bentuk rumah adat tradisional orang buton diibaratkan tubuh

    manusia yang memiliki kepala, badan, kaki dan hati. Bagian kepala

    dianalogikan atap rumah, badan dianalogikan dengan badan rumah, kaki

    dianalogikan bagian bawah atau kolom rumah, dan hati dianalogikan

    KEPALA

    BADAN

    KAKI

    HATI

    Gambar 4.2.

    Analogi Rumah Kesultanan Buton Malige

    Sumber : foto dari PPTMalige House Of Sltan

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    47/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    35

    dengan pusat rumah. Menurut keyakinan orang buton, hati merupakan titik

    sentral tubuh manusia. Dengan demikian, sebuah rumah harus memiliki

    hati. Itulah sebabnya dalam masyarakat buton terdapat sebuah tradisi

    memberi lubang rahasia pada salah satu kayu terbaiknya yang kemudian

    digunakan sebagai tempat untuk menyimpan emas. Lubang rahasia

    tersebuat dianggap sebagai simbol pusar yang merupakan titik sentral

    tubuh manusia sementara emas adalah simbol hati rumah tersebut.

    Lokasi, arah, letak bangunan rumah suku walio pada umumnya

    dilakukan menurut ketentuan yang sama. Lokasi yang dipilih harus amandari sumber penyakit dan segala gangguan dari luar. Pola perkampungan

    masyarakat pada umumnya mengelompok dan berjejer mengikuti jalan raya

    serta berada tidak jauh dari sumber-sumber air. Sementara itu, arah rumah

    yang baik menurut masyarakat setempatadalah arah utara atau selatan

    walaupun tetap harus diusahankan tidak harus tepat atau bisa bergeser

    sedikit dari titik utara atau selatan. Menurut keyakinan mereka, arah rumah

    tidak boleh tepat pada titik utara atau selatan karena, selain menghindari

    angin jahat, arah yang dipilih harus memudahkan mereka dalam

    menentukan arah kiblat ketika akan melaksanakan shalat (lakebo, 1986:

    96-97).

    Gambar 4.3.

    Suasana Sekitar Malige Disesuaikan Dengan Konsep Kosmologi

    Sumber : foto dari PPTMalige House Of Sultan

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    48/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    36

    Hal lain yang melandasi penataan struktur bangunan rumah

    tradisional orang buton adalah konsep kosmologi. Konsep ini mengajarkan

    tentang perlunya keseimbangan diantara seluruh unsur alam semesta.

    Oleh karena itu, dalam proses pembuatan sebuah rumah, keberadaan

    sebuah sistem pengetahuan tentang kondisi lingkungan sekitar menjadi

    sangat penting. Dengan sistem pengetahuan yang dimiliki, masyarakat

    setempat dapat memilih bahan bangunan yang baik, waktu dan lokasi

    mendirikan rumah yang cocok, serta bentuk dan desain rumah yang tepat

    atau seimbang sehingga sebuah bangunan rumah dapat selaras dengan

    alam sekitar.

    4.4. Ciri-Ciri Arsitektur Dan Struktur

    4.4.1 Ciri-Ciri Arsitektur

    Bentuk dan ciri pada sebuah rumah memberikan arti dan makna

    yang berbeda-beda. Luas bangunan, bentuk dan ornamen-ornamen yang

    melekat pada konstruksi rumah tersebut memberikan arti dan makna

    tergantung siapa yang menempati rumah tersebut. Rumah tradisional

    Buton berupa rumah panggung yang disebut Banua Tada, mempunyai

    bentuk dan ciri yang khas.

    Yang membedakan bentuk rumah tersebut adalah status sosialnya,

    apakah pemilik rumah itu adalah Sultan, pejabat kesultanan atau

    masyarakat umum.( BB1.P2/LU)

    Ciri umumnya yaitu ukuran rumah, kalau rumahnya besar berarti tinggi juga

    jabatan dalam kesultanan, juga dari bentuk atapnya, pejabat kesultanan

    atapnya bersusun sedangkan masyarakat biasa hanya satu susun.(

    BB1.P3/HK)

    Yang membedakan bentuk rumah yang dibangun berdasarkan status

    sosialnya, apakah ia sultan, pejabat kesultanan atau masyarakat biasa.(

    BB1.P2/AS)

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    49/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    37

    Rumah sering direpresentasikan sebagai tempat nilai-nilai adat dan

    budaya yang berhubungan dengan nilai kepercayaan atau agama yang

    bersifat khusus atau unik pada suatu masyarakat tertentu. Rumah

    tradisional buton bentuk dan modelnya menandakan status sosial

    penghuninya, semakin besar dan unik bentuknya semakin besar pula

    tanggung jawab pemilik rumah tersebut. Rumah dijadikan sebagai lambang

    dan simbol kekuasaan serta status sosial pemiliknya.

    Simbol yang melekat di konstruksi rumah Buton mempunyai makna

    yang sangat sakral yang di ambil dari alam kosmos sebagai manifestasiajaran agama dilihat dari proses budaya.

    1. Malige/Kamali sebagai Rumah Sultan

    Sultan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Kesultanan

    Buton dan juga sebagai simbol kesejahteraan masyarakatnya, dalam

    pembuatan rumah kediamannya tentu harus mencirikan kebesaran dan

    kehormatannya. Di Kesultanan Buton, Sultan sebagai pemimpin

    Gambar 4.4.

    Tampak Depan Rumah Kesultanan Buton Malige

    Sumber : foto Malige dari TMII melayu online

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    50/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    38

    pemerintahan, pimpinan Agama, pelindung dan pengayom rakyat.

    Jabatan yang diembannya ini di tuangkan dalam pembangunan rumah

    kediamannya. Rumah tinggal Sultan yang disebut Kamali atau Malige

    mempunyai bentuk dan ciri rumah utama yaitu :

    a. Bentuk atap yang bersusun dengan jarak yang rengga menandakan

    bahwa Sultan adalah Pemerintah, pimpinan agama dan pengayom

    masyarakat.

    b. Jumlah petak rumah berjumlah lima, tujuh ataupun sembilan yang

    jumlahnya harus ganjil. Ini dianalogikan bahwa Sultan sebagai

    pemimpin agama harus menjalankan pemerintahan sesuai dengan

    ajaran agama Islam, maksud dari lima petak dianalogikan dengan

    rukun Islam, tujuh dianalogikan Surat Alfatiha dan susunan langit

    tujuh lapis.

    c. Adanya tiang-tiang penyangga di kiri kanan rumah yang disebut

    kambero,

    d. Bentuk lantai rumah yang ditinggikan disebelah kanan rumah dan

    semakin kebelakang semakin tinggi yang dianalogikan sebagai

    posisi orang waktu sembahyang.

    e. Pada bagian atas rumah terdapat simbol Nenas dan Naga, nenas ini

    merupakan simbol kesejahteraan yang ditumbuhkan dari rakyat,

    sedangkan Naga menyimbolkan kekuasaan pemerintah dan

    mengisahkan asal-usul leluhur Buton dari daratan Cina (Raja

    Pertama Buton Wakaaka)

    f. Adanya ruang teras didepan sebagai tempat menerima tamu yang

    menyimbolkan transparan Sultan bagi rakyatnya.

    g. Guci yang diletakkan di depan rumah sebagai tempat air, yang

    menyimbolkan kesucian bahwa siapa saja yang memasuki rumah

    hatinya telah suci.

    Ciri khas yang menonjol adalah ukuran bangunannya besar, Susunan

    atap bersusun, Ornamen bangunan yang unik, ada naga dan nenas

    dibagian atap. ( BB1.P3/LU)

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    51/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    39

    Fungsi dan makna simbolis pada bangunan Kamali/Malige

    dipengaruhi oleh pemahaman masyarakat secara keseluruhan tentang

    konsep tasawuf (Martabat Tujuh), yang menganggap bahwa pemilik

    Kamali/Malige dalam hal ini Sultan adalah replikasi dari wajah Tuhan

    (Allah) yang wujudnya dianalogikan dalam bentuk arsitektur rumahnya

    (istananya) baik yang bersifat konstruksi maupun dekorasi. Bentuk lantai

    dan atapnya yang bersusun menunjukkan kebesaran dan keagungan

    Sultan. Bentuk tersebut juga menggambarkan fungsi Sultan sebagai

    pimpinan agama, pimpinan kesultanan serta pengayom dan pelindung

    rakyat.

    Kamali/Istana Malige dalam penataan struktur bangunannya,

    didasari oleh konsep kosmologis sebagai wujud keseimbangan alam

    dan manusia. Disisi lain keberadaannya merupakan media

    penyampaian untuk memahami kehidupan masyarakat pada jamannya

    (masa Kesultanan) dan sebagai alat komunikasi dalam memahami

    Gambar 4.4.

    Suasana Sekitar Malige Disesuaikan Dengan Konsep Kosmologi

    Sumber : sketsa penulis

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    52/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    40

    bentuk struktur masyarakat, status sosial, ideologi dan gambaran

    struktur pemerintahan yang dapat dipelajari melalui pemaknaan

    lambanglambang, simbol maupun ragam hiasnya secara detail.

    Untuk Istana Malige pembagian tata ruangan tersebut

    mengandung unsur pemaknaan sebagai berikut:

    1. Disebut Sasambiri disimbolkan sebagai penggambaran pribadi

    Sultan yang selalu terbuka kepada rakyatnya. Hal ini terlihat pada

    penempatan pintu utama dan pintu belakang yang fungsi umumnya

    untuk keluar-masuknya orang kedalam istana.

    2. Disebut Bamba dan Tanga disimbolkan sebagai rongga perut,

    berfungsi sebagai tempat berkumpulnya tamu dan menampung

    segala pesoalan yang ditujukan kepada Sultan maupun

    keluarganya. Bamba biasanya digunakan untuk tamu yang bukan

    kerabat dekat Sultan sedangkan tanga digunakan untuk kerabat

    dekat Sultan.

    3. Disebut Suo disimbolkan sebagai rongga dada dan kepala. Hal ini

    dihubungkan dengan penempatan kamar utama yang berfungsi

    sebagai tempat peraduan Sultan. Selain itu Suo berhubungan

    dengan tradisi masyarakat setempat yang disebut posuo. Tradisi ini

    berbentuk acara ritual yang ditujukan kepada gadis-gadis untuk

    dipingit karena dianggap sudah dewasa (aqil baligh) dan pantas

    untuk berkeluarga.

    4. Penghuni istana disimbolkan sebagai nyawa atau ruh pada manusia.

    Hubungan antara tubuh atau jasad dengan ruh manusia

    mengandung pemahaman saling menjaga dan saling merawat dan

    memelihara.

    Denah ruangan Kamali/Malige yang ada sebagaimana gambar

    4.4 sangat jelas peruntukan ruangannya. Pada lantai satu terlihat

    pembagian ruangan yang tertata bagi seluruh penghuninya. Lantai dua

    diperuntukan sebagai tempat menyimpan barang-barang kesultanan

    sedangkan lantai tiga sebagai gudang dan tempat mengintai.

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    53/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    41

    Secara umum dapat digambarkan bahwa susunan ruangan

    dalam istana Malige adalah sebagai berikut:

    1. Lantai pertama terdiri dari 7 petak atau ruangan, ruangan pertama

    dan kedua berfungsi sebagai tempat menerima tamu atau ruang

    sidang anggota Hadat Kerajaan Buton. Ruangan ketiga dibagi dua,

    yang sebelah kiri dipakai untuk kamar tidur tamu, dan sebelah kanan

    sebagai ruang makan tamu. Ruangan keempat juga dibagi dua,

    berfungsi sebagai kamar anak-anak Sultan yang sudah menikah.

    Ruang kelima sebagai kamar makan Sultan, atau kamar tamu bagian

    dalam, sedangkan ruangan keenam dan ketujuh dari kiri ke kanan

    dipergunakan sebagai makar anak perempuan Sultan yang sudah

    dewasa, kamar Sultan dan kamar anak laki-laki Sultan yang dewasa.

    2. Lantai kedua dibagi menjadi 14 buah kamar, yaitu 7 kamar di sisi

    sebelah kanan dan 7 kamar di sisi sebelah kiri. Tiap kamar

    mempunyai tangga sendiri-sendiri hingga terdapat 7 tangga di

    sebelah kiri dan 7 tangga sebelah kanan, seluruhnya 14 buah

    tangga. Fungsi kamar-kamar tersebut adalah untuk tamu keluarga,

    sebagai kantor, dan sebagai gudang. Kamar besar yang letaknya di

    Gambar 4.5.

    Denah Rumah Kesultanan Buton Malige

    Sumber : hasil observasi penulis

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    54/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    42

    sebelah depan sebagai kamar tinggal keluarga Sultan, sedangkan

    yang lebih besar lagi sebagai Aula.

    3. Lantai ketiga berfungsi sebagai tempat rekreasi.

    4. Lantai keempat berfungsi sebagai tempat penjemuran. Di samping

    kamar bangunan Malige terdapat sebuah bangunan seperti rumah

    panggung mecil, yang dipergunakan sebagai dapur, yang

    dihubungakan dengan satu gang di atas tiang pula. Di anjungan

    bangunan ini dipergunakan sebagai kantor anjungan. Pada

    bangunan Malige terdapat 2 macam hiasan, yaitu ukiran naga yang

    terdapat di atas bubungan rumah, serta ukiran buah nenas yang

    tergantung pada papan lis atap, dan di bawah kamar-kamar sisi

    depan. Adapun kedua hiasan tersebut mengandung makna yang

    sangat dalam, yakni ukiran naga merupakan lambang kebesaran

    kerajaan Buton. Sedangkan ukiran buah nenas, dalam tangkai

    nenas itu hanya tumbuh sebuah nenas saja, melambangkan bahwa

    hanya ada satu Sultan di dalam kerajaan Buton. Bunga nenas

    bermahkota, berarti bahwa yang berhak untuk dipayungi dengan

    payung kerajaan hanya Sultan Buton saja. Nenas merupakan buah

    berbiji, tetapi bibit nenas tidak tumbuh dari bibit itu, melainkan dari

    rumpunya timbul tunas baru. Ini berarti bahwa kesultanan Buton

    bukan sebagai pusaka anak beranak yang dapat diwariskan kepada

    anaknya sendiri. Falsafah nenas ini dilambangkan sebagai

    kesultanan Buton, dan Malige Buton mirip rongga manusia

    Dari hasil kajian tersebut dapat dirumuskan, bahwa bentuk dan

    ciri Kamali/Malige memperlihat bagaimana wibawa dan status sosial

    penghuninya. Ornamen-ornamen yang melekat di konstruksi

    Kamali/Malige yang beraneka ragam baik dari ornamen yang mewakili

    flora maupun fauna terlihat dengan indah yang mempunyai nilai

    kewibawaan bagi siapa saja yang melihatnya. Bentuk Kamali/Malige itu

    juga menggambarkan bagaimana besar tanggung jawab pemiliknya

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    55/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    43

    terhadap masyarakatnya, baik itu sebagai pemimpin pemerintahan,

    pemimpin agama, pengayom dan pelindung masyarakat.

    2. Banua Kambero Sebagai Rumah Pejabat Kesultanan

    Pejabat Kesultanan yang merupakan pembantu-pembantuSultan dalam melaksanakan tugas pemerintahan di dalam Undang-

    undang Kesultanan Buton (Martabat Tujuh) telah diatur fungsi dan

    kedudukannya.

    Bentuk rumah Pejabat Kesultanan tidaklah sama bentuk dan

    ornamennya tergantung seberapa besar jabatannya dalam

    pemerintahan, contoh rumah siolimbona beda dengan rumah bonto. (

    BB1.P2/HK)

    Sebagaimana kedudukannya didalam pemerintahan, dalam

    pembangunan rumah tinggal para pejabat Kesultanan, bentuk dan

    simbol yang terdapat pada konstruksi rumah ditidaklah sama antara

    pejabat yang satu dengan yang lain tergantung jabatannya.

    Gambar 4.6.

    Tampak Banua Kembero Rumah Pejabat Kesultanan

    Sumber : melayu online

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    56/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    44

    Secara garis besar bentuk dan dan ciri khas konstruksi rumah

    Pejabat Kesultanan atau Banua Kambero yaitu :

    a. Bentuk atap bersusun dua sebagai simbol pembantu sultan dan

    pengayom rakyat.

    b. Jumlah petak rumah 3-5 petak.

    c. Ornamen-ornamen sebagian besar sama dengan rumah untuk

    Sultan,namun simbol yang tidak diperbolehkan yaitu ornamen Naga.

    d. Adanya penambahan teras di depan rumah sebagai tempat

    menerima tamu dan sebagai tempat untuk mengintai gerak gerik

    masyarakat, ini khusus untuk pejabat Bonto Ogena.

    e. Bentuk lantai rumah yang ditinggikan disebelah kanan rumah dan

    semakin kebelakang semakin tinggi yang dianalogikan sebagai

    posisi orang waktu sembahyang.Bentuk-bentuk rumah serta ornamen-ornamen yang melekat

    dikontruksi rumah Pejabat Kesultanan ini tidak sama antara pejabat

    Kesultanan, semakin tinggi jabatan pemilik rumah di Kesultanan

    semakin besar bentuk rumah dan semakin banyak ornamen yang

    melekat dikonstruksinya.

    Denah ruangan rumah pejabat Kesultanan (Banua Kambero)

    seperti pada gambar 4.6. terbagi atas dua denah, perbedaan tersebut

    Gambar 4.6.

    Tampak Depan Banua Kembero Rumah Pejabat Kesultanan

    Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Malige

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    57/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    45

    dilihat hari status sosial penghuninya. Denah rumah untuk 3 petak

    diperuntukan untuk pejabat kesultanan seperti staf Pertahanan (Staf

    Kapitalao), lantai dua biasa digunakan untuk tempat tidur dan

    menyimpan barang. Denah rumah untuk 5 petak diperuntukan untuk

    Pejabat Kesultanan yang mempunyai jabatan penting di kesultanan

    seperti Sekretaris Perdana Menteri (Kenipulu), Kapitalao, Bontogena

    dan lain-lain yang masuk dalam struktur pemerintahan Kesultanan

    Buton. Lantai dua diperuntukan sebagai tempat menyimpan barang

    ataupun sebagai gudang.

    Dari hasil kajian tersebut dapat dirumuskan, bahwa bentuk dan

    ciri Banua Kambero bermacam-macam tergantung tinggi rendahnya

    jabatan yang dipegang oleh pemilik rumah tersebut. Bentuk-bentuk

    rumah serta ornamenornamen yang melekat dikontruksi rumah Pejabat

    Kesultanan ini tidak sama antara pejabat Kesultanan, semakin tinggi

    jabatan di Kesultanan semakin besar rumah dan semakin unik ornamen-

    ornamen yang melekat pada konstruksi rumah tersebut, yang secara

    tidak langsung memperlihatkan status sosial penghuninya.

    Gambar 4.6.

    Denah Banua Kembero Rumah Pejabat Kesultanan

    Sumber : hasil observasi penulis

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    58/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    46

    3. Banua Tada sebagai Rumah Masyarakat

    Awal terbentuknya permukiman Wolio di Baluwu dan Peropa dimulai

    dengan terbangunnya rumah-rumah panggung, sebagai pendatang bentuk

    rumah yang dibangun masih sangat sederhana yang kemudian rumahtersebut dikenal sebagai Banua Tada yang kemudian dijadikan bentuk

    rumah masyarakat umum pada masa Kerajaan dan Kesultanan Buton.

    Bentuk rumah tada adalah bentuk awal rumah panggung yang dibangun di

    Baluwu dan Peropa yang kemudian menjadi bentuk rumah masyarakat

    umum.(BB1.P3/TU)

    Rumah masyarakat biasa petak rumahnya dua atau 3 petak saja, tidak

    boleh lebih dari itu, ornamen-ornamen pada rumah tidak ada seperti pada

    rumah sultan atau rumah pejabat.( BB1.P3/MZ)

    Bentuk dan ciri banua tada untuk masyarakat berupa rumah

    panggung dengan ciri-ciri sebagai berikut :

    a. Jumlah petak rumah dua atau 3 petak.

    b. Tidak ada simbol-simbol pada bangunan rumah.

    c. Atap rumah satu susun.

    d. Guci di tempatkan depan rumah

    Gambar 4.7.

    Tampak Depan Banua Tada Masyarakat Biasa

    Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Malige

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    59/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    47

    Dengan bentuk yang sangat sederhana, penghuni banua tada tidak

    mempermasalakan bentuk rumah dan ornamen yang melekat dikontruksi

    rumah mereka. Masyarakat yang menempati rumah tersebut umumnya

    mempunyai pekerjaan sebagai petani, buruh, tukang kayu, tukang batu

    ataupun nelayan.

    Harapan mereka dapat tinggal dengan tenang dan kehidupannya

    dapat berjalan dengan damai dan aman di bawah pemerintahan Kesultanan

    Buton. Jumlah rumah ini di dalam benteng Keraton Buton tidak banyak dan

    saat ini jumlah mulai berkurang di ganti dengan bentuk rumah yang

    menyerupai bentuk rumah pejabat.

    4.4.2 Struktur Arsitektur

    Tahap Pembuatan

    Para siriginti, pandeempu, dan pande lainnya mulai membersihkan

    (menguliti) dan meluruskan kayu dengan menggunakan kapak atau bingku

    setelah seluruh bahan yang dibutuhkan terkumpul. Setelah dipilih dan

    dikelompokkan sesuai dengan fungsinya, kayu-kayu tersebut dan bahan-

    Gambar 4.8.

    Denah Banua Tada Masyarakat Biasa

    Sumber : hasil observasi penulis

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    60/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    48

    bahan lainnya diramu menjadi bagian-bagian rumah. Setiap bagian rumah

    memiliki fungsi dan cara pembuatannya masing-masing . berikut fungsi dan

    cara pembuatan beberapa bagian rumah adat orang Buton.

    1. Sandi (sendi), yaitu pondasi tiang rumah yang terbuat dar bau kali

    (sungai) ataubatu gunung yag berbentuk pipih. Sandi ini hanya

    diletakkan begitu saja ditanah tanpa harus ditanam atau diberi

    perekat. Antara sandi dan tiang diberi papan alas yang terbuat dari

    kayu keras dan ukurannya disesuaikan dengan diametersandi dan

    tiang. Bagian ini berfungsi untuk mengatur keseimbangan bangunansecara keseluruhan.

    2. Tiang, yaitu bagian rumah yang berfungsi untuk menopang bagian-

    bagian rumah lainnya. Tiang ini memiliki peranan yang sama

    pentingnya dengan pondasi pada rumah modern. Oleh karena itu

    harus dipilih kayu-kayu yang berkualitas tinggi seperti kayu nagka,

    teme, atau jati. Kayu yang telah dipilih keudian dibentuk menjadi

    empat persegi panjang untuk tiang malige dan berbentuk bundar

    untuk tiang rumah orang biasa. Tiang-tiang tersebut kemudian diberi

    lubang, dimulai dari tiang utama kemudian disusul tiang-tiang

    lainnya. Setelah itu, tiang-tiang tersebut dirangkai bersama bagian-

    bagian rumah lainnya menjadi satu deret sehngga terbentuklah

    kerangka rumah.

    Gambar 4.9.

    Gambar Susunan Tada Rumah Adat Suku Walio

    Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Malige

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    61/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    49

    Susunan tada pada bangunan rumah adat suku Walio atau Orang Buton

    Keterangan :1. Tiang

    2. Tada

    3. Tada

    3. Kayi atau balok penyambung, yaitu bagian rumah yang berbentuk

    balok pipih dengan ukuran tebal 6-7cmdan lebar 12-15cm. panjang

    balok pipih ini disesuaikan dengan panjang rumah. Kayi berfungsisebagai penghubung antara satu tiang dengan tiang yang lain. Kayi

    dibuat dengan cara menghaluskan kayu yang telah dibentuk menjadi

    balok pipih. penghalusan ini dilakukan dengan menggunakan serut.

    4. Tumbu tada yaitu balok pipih panjang yang berfungsi untuk mengikat

    atau menyambung deretan tiang yang berjejer kesamping. Tumbu

    ada berukuran tebal sekitar 6 cm, lebar 12 cm, dan panjangnya

    disesuaikan dengan lebar rumah. Cara membuatnya sama seperti

    cara pembuatan kayi.

    5. Galaga (gelegar), yaitu balok pipih yang diletakkan di antara tumbu

    tada. Ukuran tebal dan lebarnya sama dengan ukuran tumbu tada

    sedangkan panjangnya diseuaikan dengan panjang masing-masing

    ruang. Galaga berfungsi sebagai landasan atau penyangga papan

    lantai. Cara membuatnya sama seperti membuat kayi dan tumbu

    tada.

    6. Lantai, yaotu bagian bawah atau alas (dasar) suau ruanganatau

    bagunan yang berfungsi tempat melakukan segala kegiatan didalam

    rumah. Lantai rumah tempat tinggal rakya biasanya terbuat dari

    kayuj jati, yang melambangkan status sosial sang sultan. Maknanya

    adalah bahwa sultan adalah seorang bangsawan dan pribadi yang

    selalu tenang menghadapi persoalan. Sementara itu, lantai rumah

    tempat tinggal orang biasa terbuat dari kayu bamboo ang sudah tua.

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    62/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    50

    Agar awet, bambu tersebut terlebih dahulu direndam di air laut

    selama berhari-hari. Setelah itu, bambu tersebut dipotong-potong

    sesuai dengan panjang kamar didalam rumah, lalu dibelah dan diraut

    hingga halus. Selanjutnya, belahan-belahan bambu halus tersebut

    dijalan menjadi satu kesatuan dengan tali penjalin yang disebut woll

    sehingga tampak lebih indah.

    Susunan lantai rumah adat suku wolio

    Keterangan :

    1. Ariy

    2. Konta

    3. Tumbu tada

    4. Galaga

    5. Kayi

    7. Rindi atau dinding, yaitu bagian tengah rumah yang berfungsi

    sebagai penutup semua kerangka bagian tengah yang bangunan

    (badan) rumah. Dinding rumah adat buton umumnya terbuat dari

    papan kayu. Dinding ni dibuat dengan cara memasang papan kayu

    Gambar 4.10.

    Gambar Susunan Lantai Rumah Adat Suku Walio

    Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Malige

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    63/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    51

    bakal dinding pada tuorana rindi (rangka dinding) yang telah

    disiapkan sebelumnya.

    8. Kerangka atap, yaitu bagian atas rumah yang berfungsi sebagai

    tempat untuk melekatkan atap rumah yang terbuat dari daun rumbia

    atau nipah. Kerangka atap ini terdiri dari beberapa bagian yang

    dirangkai menjadi satu kesatuan sehingga membentuk piramida.

    Bagian-bagian tersebuat adalah tutumbu (tiang bubung), kasolaki,

    pana-pana, kumboho (bubungan), lelea, tadana tutumbu atau sule

    ngalu, dan tora-tora, jika bangunan rumah terdiri dari 4 tingkat seperti

    bangunan malige, maka bangunan tersebut juga membutuhkan 4 set

    kerangka atap. Susunan kerangka atap dan istilah-istilah yang

    digunakan dapat dipahami dengan melihat gambar berikut.

    Tahap pendirian rumah adat buton

    1. Mendirikan tiang atau kerangka rumah

    Lokasi rumah dibersihkan dan diratakan terlebih dahulu

    sebelum tiang didirikan, kemudian sandi-sandi disiapkan ditempat

    tiang-tiang tersebut akan dipasang. Sandi ini hanya diletakkan begitu

    Gambar 4.11.

    Maket Konstruksi/Struktur Rumah Adat Suku Walio

    Sumber : esden art0nline

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    64/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    52

    saja ditanah tanpa harus ditanam atau diberi perekat. Antara sandi

    dan tiang diberi papan alas yang terbuat dari kayu keras dan

    ukurannya disesuaikan dengan diameter sandi dan tiang. Bagian ini

    berfungsi untuk mengatur keseimbangan bangunan secara

    keseluruhan. Stelah itu, pendirian kerangka rumah dapat segera

    dimulai.

    2. Memasang kerangka atap atap dan atap rumah

    Susunan atau tahap-tahap pendirian rumah modern biasanya

    dimulai dari bagian bawah, tengah, dan atas. Namun, urutan tahap-

    tahap pendirian rumah adat buton tidak demikian. Lantai yang

    merupakan bagian rumah paling bawah justru dipasang setelah

    bagian atas atau rumah selesai. Jadi, setelah kerangka rumah berdiri

    , proses dilanjutkan dengan pemasangan kerangka atap, lalu disusul

    dengan pemasangan atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau

    nipa.

    Kerangka atap rumah adat suku wolio

    Keterangan :

    1. Tutumbu

    2. Kasolaki

    3. Pana-pana

    4. Kumbowu

    Gambar 4.12.

    Rangka Kuda-Kuda Atap Rumah Adat Suku Walio

    Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Malige

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    65/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    53

    5. Tadana tutumbu

    6. Lelea7. Tora-tora

    3. Memasang bagian tengah rumah (lantai, dinding, pintu, dan tangga)

    Pemasangan bagian-bagian tengah rumah dilakukan setelah

    pemasangan atap rumah selesai. Bagian tengah rumah yang

    pertama-tama dipasang adalah lantai yang terbuat dari papan kayu

    atau jalinan bambu. Setelah itu, tourana rindi ( rangka dinding rumah

    ) dipasang dan dilanjutkan dengan pemasangan dinding, pintu, dan

    jendelah rumah. Tahap terakhir adalah pemasangan oda atau

    tangga rumah. Sertelah semua bagian rumah induk dipasang, maka

    pekerjaan selanjutnya adalah membuat bangunan rumah tambahan

    seperti dapur dan kamar mandi.

    Urutan tahap-tahap pendirian rumah tersebut diatas berlaku pada

    semua bangunan rumah adat buton. Hanya saja, pendirian bangunan

    malige lebih kompleks karena ruangannya lebih banyak daripada kedua

    jenis rumah adat buton lainnya.

    4.5. Arsitek Atau Tukang Yang Membangun

    Proses pembangunan rumah adat suku wolio dimulai dengan

    diadakannya musyawarah untuk mufakat. Dalam musyawarah tersebut,

    dibicarakan berbagai macam hal seperti bentuk bangunan, tipologi dan

    ukuran rumah, cara pengambilan bahan, pemilihan lokasi dan arah rumah,dan siapa pelaksananya. Jika kamali yang akan didirikan, maka seluruh

    pelaksanaannya menjadi tanggung jawab mahkamah syarah dengan

    dibantu oleh sio limbona dan para kadie sementara arsitek dan

    pelaksananya adalah para saraginti dan pandeempu. Jika banua yang akan

    dibangun, maka pelaksanaannya menjadi tanggung jawab si pemilik. Si

    pemilik menentukan bentuk dan lokasi rumah yang akan dibangun, jumlah

    biaya yang dibutuhkan dan siapa arsiteknya melalui musyawarah keluarga.

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    66/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    54

    Untuk arsiteknya, mereka biasanya menunjuk seorang pande yang berasal

    dari keluarga terdekat (lakebo, 1986:94-85).

    Jenis tenaga atau pelaksana yang diperlukan untuk membangun

    rumah adat suku walio atau orang buton terdiri dari tiga macam yaitu tenaga

    perancang, tukang ahli, dan tenaga umum.

    1. Tenaga Perancang

    Tenaga perancang yang diperlukan dalam membangun

    rumah adat buton dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga perancang

    untuk kamali atau malige dan tenaga perancang untuk tempat tinggal

    pribadi. Tenaga perancang untuk malige adalah mahkmah syara

    atau syarana wolio. Mereka ini bertugas untuk merencanakan bentuk

    dan tipologi malige yang sesuai dengan idaman sultan. Sementara

    itu, tenaga perancang untuk rumah pribadi adalah calon pemilik

    rumah itu sendiri. Namun, biasanya masalah perencanaan tersebut

    diserahkan kepada seorang pande (tukang) yang berasal dari

    keluarga dekat calon pemilik rumah.

    2. Saraginti Dan Pandeempu (Tukang Ahli)

    Saraginti adalah para

    tukang ahli yang khusus

    bertanggung jawab dalam

    pembagunan kamali atau malige

    pada masa kesultanan buton

    masih berkuasa. Di kalangan

    masyarakat umum atau di luar

    keraton buton, terdapat pula

    tukang ahli yang disebut dengan

    pandeempu, yang berarti tukang

    betul. Orang ini disebut

    pandeempu, selain ahli dibidang

    bangunan, ia juga ahli dibidang

    Gambar 4.12.

    Saraginti (Tukang Ahli)

    Sumber : melayu online

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    67/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    55

    kemasyarakatan seperti ahli kutika (ahli penentu waktu), peramal

    (meramalkan segala sesuatu berupa malapetaka yang akan terjadi

    dimasa datang), dan lain sebagainya. Meski demikian, adapula

    seorang pande yang memiliki seluruh keahlian tersebut.

    3. Tenaga Umum

    Tenaga umum adalah jenis tenaga yang diperlukan untuk

    melakukan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga.

    Tenaga umum dibagi menjadi dua macam, yaitu tenaga upahan dan

    tenaga pembantu.

    3.1. Tenaga Upahan, yaitu orang-orang yang dipekerjakan pada

    suatu bangunan rumah dengan cara diupah atau digaji. Orang

    orang yang terlibat dalam pekerjaan ini disebut sebagai pande

    hamba, yaitu para pembantu tukang ahli. Mereka merupakan

    satu kesatuan yang terorganisasi dibawah pimpinan seorang

    tukang ahli dan di gaji dengan sistem gaji harian atau gaji

    brongan.

    3.2. Tenaga Pembantu, yaitu masyarakat atau keluarga yang

    bekerja secara sukarela untuk membantu pembangunan

    sebuah rumah. Jika banguanan yang akan didirikan adalah

    kamali, baruga (tempat musyawarah), atau bangunan yang

    didirikan untuk kepentingan umum, maka tenaga yang

    digunakan adalah tenaga masyarakat secara umum. Sistem

    pengerahan tenaga semacam ini disebut dengan sistem kerja

    bakti atau gotong royong. Jenis-jenis pekerjaan yang mereka

    kerjakan di antaranya adalah mengumpulkan bahan-bahan

    bangunan, membersihkan lokasi, mendirikan bangunan, dan

    memasang atap. Jika bangunan dibangun untuk kepentingan

    pribadi maka sistem pengerahan tenaganya disebut dengan

    sistem tolong menolong, yaitu mengundang keluarga dan

    para tetangga terdekat untuk membantu membagun rumah.

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    68/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    56

    Jenis pekerjaan yang mereka kerjakan sama seperti pada

    sistem gotong-royong.

    4.6. Detail-Detail Arsitektur

    4.6.1 Ragam Hias

    Ragam hias pada rumah adat suku walio atau orang buton secara garis

    besar terdiri dari dua macam, yaitu ragam hias dalam bentuk seni pahat

    (tiga dimensi) dan ragam hias dalam bentuk seni ukir (dua dimensi). Ragam

    hias dalam bentuk seni pahat dan seni ukir tersebut biasanya ditempatkan

    pada bingkai-bingkai pintu atau jendela, pada dinding, dan ujung depan

    atau belakang bumbungan atap rumah. Dari segi motif, ragam hias yang

    paling menonjol pada rumah orang buton adalah motif flora dan fauna. Tiap-

    tiap motif memiliki makna simbolis dan nilai falsafah hidup yang tinggi.

    Kedua jenis motif tersebut adalah.

    1. Motif Flora

    1.1 Nanasi, yaitu hiasan yang berbentuk buah nenas. Motif yang biasa

    ditempatkan pada ujung atap bagian depan dan belakang

    melambangkan keuletan dan kesejahteraan. Tanaman nenas

    menurut orang buton merupakan tanaman yang mudah tumbuh

    dan tidak mudah layu walaupun ditanam di tanah kering. Symbol

    nenas ini menyiratkan dimanapun orang buton berada atau

    Gambar 4.12.

    Motif Nanas Dan Bosu-bosu Pada Bumbungan Atap

    Sumber :

    Motif Nenas

    Motif Bosu-bosu

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    69/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    57

    mencari nafkah, dia harus ulet dalam menghadapi segala

    tantangan alam.

    1.2 Bosu-bosu atau buah pohon butun (baringtonia asiatica), yaitu

    sejeni buah yang menyerupai buah delima. Motif yang biasa

    ditempatkan di tenkebala atau bate (yaitu bagian atap rumah yang

    berada dibawah cucuran atap) merupakan simbol keselamatan,

    keteguhan, dan kebahagiaan.

    1.3 Ake, yaitu motif yang berbentuk seperti patra (daun). Motif ini

    melambangkan kesempurnaan. Motif ini juga terdapat pada

    bangunan malige sebagai lambing bersatunya sultan (sebagai

    manusia) dengan khalik (tuhan). Makna simbolis ini berasal dari

    ajaran tasawuf wahdatul wujud.

    1.4 Kambang, yaitu sejenis kembang berbentuk kelopak teratai atau

    matahari yang melambangkan kesucian. Karena bentuknya seperti

    matahari, maka orang buton menyebutnya lambing suryanullah

    (cahaya allah ), yang menggambarkan kemajuan dari zaman

    majapahit ke zaman islam.

    2. Motif Fauna

    Motif fauna yang paling menonjol dari rumah adat orang buton

    adalah motif naga. Motif ini biasanya ditempatkan pada bubungan

    atap rumah karena masyrakat beranggapan naga itu tinggal di

    langit. Motif ini melambangkan kekuasaan dan pemerintahan.

    Selain pada bubungan atap rumah, motif ini juga biasa dipasang

    pada pintu depan dan belakang, dengan maksud agar penghuni

    rimah terhindar dari segalam macam bahaya, terutama angin jahat.

    Terdapatnya tempayan/guci di depan rumah yang melambangkan

    kesucian. Tempayan ini mutlak harus ada di setiap bangunan kamali

    maupun rumah rakyat biasa.

    4.6.2 Detail Struktur Arsitektur

    Rumah adat ini berbentuk panggung ini unik karna dapat berdiri

    tegak tanpa menggunakan paku

  • 7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton

    70/89

    ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1

    58

    Sistem Pasak Sali