Arsitektur Tradisional Keraton Buton
-
Upload
laode-adiyaksa-taatlan -
Category
Documents
-
view
556 -
download
44
Transcript of Arsitektur Tradisional Keraton Buton
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
1/89
MAKALAH
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR 1
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON
Disusun Oleh :
Laode Adiyaksa D51112121
Mutmainna Mansyur D51112901
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA 2013
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
2/89
MAKALAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR 1
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON
Dosen Pembimbing :
Ir. Syarif Beddu, MT NIP. 195903251986011001
Syahriana Syam, ST.,MT. NIP. 197511242006042001
Disusun Oleh :
Laode Adiyaksa D51112121
Mutmainna Mansyur D51112901
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
GOWA 2013
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
3/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
senantiasa memberikan kekuatan dan kesehatan serta menyempurnakan
kita dengan akal pikiran sebagai pusat logika yang dengannya mejadikan
hidup manusia lebih terarah dan maju dan hati sebagai pusat perasaan
yang dengannya kita merasakan keindahan. Sehingga kita dapat
merasakan kemajuan teknologi yang didasarkan ilmu pengetahuan dan
seni disetiap bidang, termasuk arsitektur.
Kami selaku mahasiswa yang mengikuti program sarjana pada
program studi Arsitektur diberikan tugas untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Perkembangan Arsitektur. Sebagai salah satu persyaratan untuk
melengkapi tugas yang dimasudkan, maka kami menyusun sebuah
makalah dengan judul Arsitektur Tradisional Keraton Buton. Materi ini
disusun berdasarkan sumber-sumber dan referensi bacaan yang
mendukung.
Makalah ini diharapkan mampu memberikan beberapa penjelasan
dan deskripsi dari konsep dan filosofi arsitektural Keraton Buton dalam hal
ini rumah adat Suku Walio kepada pihak-pihak yang berkesempatan
meluangkan waktunya sejenak untuk membaca makalah ini.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami tujukan kepada
dosen mata kuliah Perkembangan Arsitektur kelas A Universitas
Hasanuddin, Bapak Syarif Beddu dan Ibu Syahriana Syam Yang telah
I
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
4/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
memberikan tugas ini dan menyajikan pemahaman terlebih dahulu
tentang tugas makalah ini.
Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, semoga Tuhan
Yang Maha Esa memberikan pahala yang besar.
Akhir kata, Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi para
pembaca, dan permohonan maaf sebesar-besarnya kami ucapkan apabila
ada kesalahan dari pembuatan makalah ini. Karna kami sebagai penulis
hanya manusia biasa yang tak luput dari salah. Wassalam.
Makassar, 14 april 2013
Penulis.
II
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
5/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI III
DAFTAR GAMBAR V
DAFTAR GLOSSARY VIII
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 2
1.3. Tujuan dan Sasaran penulisan 2
1.3.1 Tujuan Penulisan 21.3.2 Sasaran Penulisan 2
1.4. Manfaat penulisan 3
1.5. Lingkup Penulisan 3
1.5.1. Lingkup Penulisan Wilayah 3
1.5.2. Lingkup Penulisan Materi 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1. Arsitektur Tradisional 6
2.2. Arsitektur Nusantara 8
2.3. Arsitektur Rakyat 92.4. Arsitektur Vernakular 12
BAB III. TINJAUAN ARSITEKTUR 14
3.1. Lokasi 14
3.2. Sejarah 15
3.2.1. Sejarah Awal 15
3.2.2. Kerajaan Buton Dan Kesultanan Islam Buton 17
3.2.3. Silsilah 18
3.2.4. Periode Pemerintahan 20
3.2.5. Wilayah Kekuasaan 213.2.6. Struktur Pemerintahan 21
3.2.7. Kehidupan Sosial Budaya Pada Zaman Keraton Buton
21
3.3. Penduduk 25
3.4. Agama 25
3.5. Mata Pencaharian 26
3.6. Sosial Budaya 26
BAB IV. ARSITEKTUR DAN STRUKTUR BANGUNAN 29
4.1. Asal Usul 30
III
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
6/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
4.2. Filosofi 32
4.3. Makrokosmos dan Mikrokosmos 33
4.4. Ciri-ciri Arsitektur dan Struktur 364.4.1. Ciri-ciri Arsitektur 36
4.4.2. Struktur Arsitektur 47
4.5. Arsitek atau Tukang yang membangun 54
4.6. Detail-detail Arsitektur 56
4.6.1. Ragam Hias 56
4.6.2. Detail Struktur Arsitektur 57
4.6.3. Detail Makna Konstruksi 60
4.7. Bahan-Bahan Dan Peralatan 62
4.7.1. Bahan-bahan 62
4.7.2. Peralatan 644.8. Jenis-jenis Bangunan 64
BAB V. PENUTUP 74
5.1. Simpulan 74
5.2. Saran 75
DAFTAR PUSTAKA 76
IV
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
7/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1. : Rumah Tradisional Malige Buton 6
GAMBAR 2.2.: Rumah Tradisional Gadang - Sumatera Barat 7
GAMBAR 2.3.: Rumah Tradisional Tongkonan - Sulawesi Selatan 8
GAMBAR 2.4.: Rumah Tradisional Bali 9
GAMBAR 2.5.: Rumah Tradisional Nias NTT 11
GAMBAR 2.6. : Rumah Masyarakat Tradisional 11
GAMBAR 2.7. : Rumah Masyarakat Tradisional Amerika 12
GAMBAR 2.8. : Rumah Tradisional Aceh 13
GAMBAR 3.1.: Lokasi Kerajaan/Keraton Buton 14
GAMBAR 3.2.: Kehidupan Masyarakat Buton Pada Zaman Dahulu 15
GAMBAR 3.3.: Sultan Pertama Buton Para Bangsawan 17
GAMBAR 3.4.: Sultan dan Para Bangsawan 18
GAMBAR 3.5.: Pertemuan Presiden Soekarno dengan Sultan Muh.
Falihi 20
GAMBAR 3.6.: Alat Tukar Uang ( Kampua ) Ketika Zaman Kesultanan
22
GAMBAR 3.7 : Arah Perdagangan Jalur Strategis Pelayaran 23
GAMBAR 3.8. : Arah Perdagangan Jalur Strategis Pelayaran 25
GAMBAR 3.9. : Rumah Adat Suku Walio Kebudayaan Buton 27
GAMBAR 4.1. : Rumah Kesultanan Buton Malige 29
GAMBAR 4.2. : Maket Rumah Kesultanan Buton Malige 30
GAMBAR 4.3. : Analogi Rumah Kesultanan Buton Malige 34
GAMBAR 4.4. : Suasana Sekitar Malige Disesuaikan Dengan Konsep
Kosmologi 35
GAMBAR 4.5. : Tampak Depan Rumah Kesultanan Buton Malige 37
GAMBAR 4.6. : Suasana Sekitar Malige Disesuaikan Dengan Konsep
Kosmologi 39
V
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
8/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
GAMBAR 4.7. : Denah Rumah Kesultanan Buton Malige 41
GAMBAR 4.8. : Tampak Banua Kembero Rumah Pejabat Kesultanan 43
GAMBAR 4.9. : Tampak Depan Banua Kembero Rumah Pejabat
Kesultanan 44
GAMBAR 4.10.: Denah Banua Kembero Rumah Pejabat Kesultanan 45
GAMBAR 4.11. : Tampak Depan Banua Tada Masyarakat Biasa 46
GAMBAR 4.12. : Denah Banua Tada Masyarakat Biasa 47
GAMBAR 4.13. : Gambar Susunan Tada Rumah Adat Suku Walio 48
GAMBAR 4.14. : Gambar Susunan Lantai Rumah Adat Suku Walio 50
GAMBAR 4.15. : Maket Konstruksi/Struktur Rumah Adat Suku Walio 51
GAMBAR 4.16. : Rangka Kuda-Kuda Atap Rumah Adat Suku Walio 52
GAMBAR 4.17. : Saraginti (Tukang Ahli) 54
GAMBAR 4.18. : Motif Nanas Dan Bosu-bosu Pada Bumbungan Atap 56
GAMBAR 4.19. : Sambungan Kayu Pada Rumah Malige 58
GAMBAR 4.20. : Sandi Pondasi Rumah Malige 59
GAMBAR 4.21. : Tangga Dan Pintu Malige 61
GAMBAR 4.22. : Tampak Dalam Rumah Malige 62
GAMBAR 4.23. : Masjid Agung Keraton Buton 64
GAMBAR 4.24. : Masjid Agung Keraton Buton Tampak Samping 66
GAMBAR 4.25. : Masjid Agung Keraton Buton di Pagi dan Malam 67
GAMBAR 4.26. : Baruga Keraton Buton 68
GAMBAR 4.27. : Tampak Benteng Keraton Dari Atas 69
GAMBAR 4.28. : Benteng Keraton Buton 70
GAMBAR 4.29. : Benteng Keraton Buton dari Depan 71
GAMBAR 4.30. : Bagian-Bagian Benteng Keraton Buton 71
GAMBAR 4.31. : Bagian-Bagian Benteng Keraton Buton 72
GAMBAR 4.32. : Tiang Bendera Keraton Buton 72
VI
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
9/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
GAMBAR 4.33. : Gua Arupalaka Di Tepi Tebing Keraton Buton 72
VII
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
10/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
DAFTAR ISTILAH
A
Ake; nama simbol/dekorasi pada rumah adat Buton kamali/malige, banua
kambero, bentuknya seperti patra (daun)
B
Baluara, bastion; pos jaga/kubu pertahanan yang berada di kiri dan kanan
benteng kesultanan Buton
Banguana kabelai; ritual pendirian tiang utama rumah adat Buton
Banua; rumah
Banua Kambero; bentuk rumah pejabat kesultanan Buton yang dibangun
pada masa Kesultanan Buton, bentuk rumah sesuai dengan jabatan
pemilik rumah di Kesultanan Buton.
Banua Tada; bentuk rumah masyarakat umum yang dibangun pada masa
Kesultanan Buton
Baruga; balairung; bangunan yang merupakan tempat pertemuan.
Batu Yi Gandangi; nama tempat pertama kali kata Wolio diucapkan oleh
Sipanjonga, Batu Yi Gandangi maksudnya batu yang dipukulkan gendang,
pada masa Kesultanan Buton tempat ini adalah tempat memandikan calon
Sultan sebelum dilantik.
Bhalo-bhalo bamba; jendela atau ventilasi yang letaknya pada bagian
pintu
Bonto; nama jabatan dalam struktur pemerintahan Kesultanan Buton
Bonto Ogena; pejabat atau menteri besar dalam Kesultanan Buton
Bosu-bosu; nama simbol/dekorasi pada rumah adat Buton kamali/malige,
banua kambero.
G
Gogoli; suatu tata cara hukuman mati di Kesultanan Buton dengan cara
leher dililitkan tali.
H
VIII
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
11/89
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
12/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
Pasana tutumbu; proses pemasangan tiang utama rangka atap rumah
adat Buton
Patalimbo; empat kampung yaitu Gundu-Gundu, Barangkatopa, Peropa
dan Baluwu.
Patalimbona; kesatuan pemimpin empat kampung yaitu Gundu-Gundu,
Barangkatopa, Peropa dan Baluwu, pemimpin kampung ini disebut bonto
Pepali; tabu
R
Rasi; hitung-hitungan nama atau hari kelahiran orang pada ritualpenentuan hari atau waktu (kotika) pada masyarakat Buton
S
Sandi; pondasi
Sapati; pejabat/menteri Kesultanan Buton, yang posisinya dibawah satu
tingkat posisi Sultan
Siolimbona; lembaga legislatif yang berjumlah sembilan orang
Sombuana kayu; ritual pemahatan pertama pada tiang utama rumah adatButon
T
Tunggu Weti; pejabat pemungut pajak pasa masa Kesultanan Buton
Tutumbu; tiang utama rangka atap pada rumah adat Buton
Tuturangina tanah; ritual yang dilakukan untuk menentukan lokasi rumah
W
Walaka; nama strata sosial kebangsawana Kesultanan Buton
Welia atau wolio; nama awal kampung tradisional di dalam benteng
sebelum berdirinya Kerajaan Buton
X
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
13/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Arsitektur hadir sebagai hasil persepsi masyarakat yang memiliki
berbagai kebutuhan. Untuk itu, arsitektur adalah wujud kebudayaan yang
berlaku di masyarakatnya, sehingga perkembangan arsitektur tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan kebudayaan masyarakat itu sendiri. Pada
saat ini, ketika perkembangan budaya dan peradaban sudah sedemikian
maju, maka perkembangan arsitektur terutama di Indonesia nampak
berjalan mulus tanpa ada saringan yang cenderung menghilangkan jatidiri.
Arsitektur tradisional di nusantara berkembang mencapai bentuknya
yang sekarang melalui proses dalam kurun waktu lama dan sukar di-ketahui
secara pasti sejarah dan konsep-konsep bentuk bangunannya karena
diturunkan dari generasi ke generasi tanpa peninggalan baik berupa
gambar maupun tulisan. Demikian juga konsep-konsep pola pikir yang
abstrak, ke-percayaan, budaya, adat istiadat, iklim, lingkungan dan lain-lain.
Arsitek sebagai salah satu penentu arah perkembangan asitektur di
Indonesia dituntut untuk lebih aktif berperan dalam menentukan arah
dengan pemahaman terhadap nilai dan norma yang hidup di masyarakat
sebagai tolok ukurnya. Selain itu, diperlukan pula kreativitas untuk
menjabarkan rambu-rambu tradisional sebagai suatu konsep yang telahlama dimiliki masyarakat ke dalam bentuk-bentuk yang akrab dengan
lingkungan dan mudah dicerna apa makna serta pesan yang akan
disampaikan.
Olehnya pada kesempatan kali ini penulis akan mengangkat,
mengkaji, mempelajari dan memaparkan salah satu Arsitektur Tradisional
Indonesia yang berlokasi di daerah Buton Jazirah Tenggara Pulau
Sulawesi. yaitu, ARSITEKTUR KERATON BUTON
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
14/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
2
1.2. Rumusan Permasalahan
Kemajuan di bidang arsitektur selalu menunjuk pada hal-hal yang
bersifat konkrit dengan konsep yang jelas. Sebaliknya tradisional seperti
arsitektur tradisional menunjuk pada hal-hal yang bersifat abstrak, spiritual
dan bahkan kental oleh pengaruh kebudayaan. Suku Walio, sebuah
kelompok etnik yang tinggal disebelah tenggara jazirah pulau Sulawesi,
yang mempunyai bentuk arsitektur tradisional yang unik dan indah, yang
merupakan ekspresi dari ajaran tasawuf, kepercayaan dan kebudayaan
setempat diekspresikan dalam Arsitektur di Keraton Buton, baik dalam tata
letak, orientasi, konstruksi, material bangunan, detail, ornamen dan aspek-
aspek arsitektur lainnya.
Dengan mengacu pada Kebudayaan Dan Arsitektur Keraton Buton
yang ada penulis mengangkat permasalahan yang akan dibahas dalam
penulisan makalah ini adalah: Apa pengaruh kebudayaan dan
kepercayaan masyarakat Suku Walio ( Buton ) terhadap Arsitektur di
Keraton Buton serta detail-detail pada bangunan tersebut ?.
1.3. Tujuan Dan Sasaran
1.3.1. Tujuan Penulisan
Berangkat dari permasalahan yang telah diungkapkan, maka yang
menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah mengkaji pengaruh
kebudayaan terhadap arsitektur di Keraton Buton dan detail-detail
arsitektural pada bangunan tersebut.
1.3.2. Sasaran Penulisan
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji beberapa pengertian arsitektur yang berkembang di
masyarakat dulu.
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
15/89
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
16/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
4
1.5.2. Ruang lingkup materi
1. Lokasi, Sejarah, kepercayaan, dan sosial budaya masyarakat buton.
2. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruhnya kebudayaan leluhur
masyarakat Buton terhadap perkembangan arsitektur tradisional di
Keraton Buton.
3. Peranan konsep tasawuf dalam proses pembangunan rumah oleh
masyarakat Buton.
4. Detail-detail arsitektutal dan struktur rumah adat Suku Walio serta
kepercayaan dalam pembangunan dan bentuk rumah tersebut.
5. Bangunan-bangunan di kawasan Keraton Buton.
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
17/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Wujud arsitektur bukan merupakan hasil seni yang bebas
kehendaknya dan melukis untuk dirinya sendiri. Akan tetapi, seni arsitektur
merupakan seni yang terikat oleh kaidah-kaidah tertentu sebagai seni
terapan terlebih pada arsitektur yang berkembang pada masyarkat
terdahulu sangat sarat akan nilai-nilai kepercayaan dan kebudayaan yg
dipengaruhi oleh keadaan alam daerah tersebut - termasuk di dalamnya
Keraton Buton - yang mampu dinikmati semua pihak, menjadi milik
masyarakat, bangsa dan para pengamat yang berhak menikmati karya
arsitektur setempat (bukan impor dari luar).
Oleh karnanya disini penulis memaparkan bentuk dan jenis arsitektur
yang berkembang di masyarakat Indonesia dahulu sebelum di temukannya
rumusan-rumusan disiplin ilmu arsitektur. Dengan demikian kita dapat
memahami kembali bahwasanya arsitektur dahulu sarat akan nilai-nilai danmakna dibalik karyanya.
Jenis-jenis arsitektur tersebut adalah :
1. Arsitektur Tradisional
2. Arsitektur Nusantara
3. Arsitektur Rakyat
4. Arsitektur Vernacular
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
18/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
6
1.1. Arsitektur Tradisional
Pengertian Dan Definisi
Menurut Dhanao Iswanto (2006), Arsitektur tradisional merupakan
ilmu yang memiliki berbagai dasar-dasar falsafat, ekologi, teknologi, estetik,
tata laksana, tata ritual, sosiologi, dan sebagainya secara lengkap dan
menyeluruh dan terperinci. Berbagai arsitektur tradisional yang telah
melembaga dengan mantap dan utuh, pada umumnya mengandung
pengetahuan dan pengertian yang sangat mendalam dan luas mengenaitata ruang waktu bagi kehidupan manusia di akherat.
Menurut Amos Rapoport (1960), Arsitektur tradisional merupakan
bentukan arsitektur yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Mempelajari bangunan tradisional berarti mempelajari tradisi
masyarakat yang lebih dari sekadar tradisi membangun secara fisik.
Masyarakat tradisional terikat dengan adat yang menjadi konsesi dalam
hidup bersama.
Sumber : Banua Tada Rumah Tradisional Suku Wolio di Sulawesi Tenggara Melayu Online
Gambar 2.1.
Rumah Tradisional Malige - Buton
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
19/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
7
Bruce Allsop (1980) Arsitektur Tradisional mendasarkan
pemahamannya pada arsitektur sebagai cerminan budaya & kepercayaan,
yang dibuat dengan cara yang sama secara turun temurun dengan tanpa
perubahan.
Jadi, Arsitektur tradisional adalah arsitektur yang lahir dengan
kepercayaan etnik suatu daerah yang kental dan bergantung pada alam
dibuat dengan cara yang sama secara turun temurun dengan sedikit atau
tanpa adanya perubahan-perubahan yang signifikan pada bangunan
tersebut.
Contoh arsitektur tradisional :
a. Rumah Tradisional Suku Walio (Buton) Sulawesi Tenggara.
b. Rumah Tradisional Gadang Sumatera Barat
c. Rumah Tradisional Betang Kalimantan Barat
Gambar 2.2.
Rumah Tradisional Gadang Sumatera Barat
Sumber : http://melayu-online/rumah-adat-padang.
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
20/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
8
1.2. Arsitektur Nusantara
Pengertian dan definisi
Menurut Prof. Josef Prijotomo ,Arsitektur Nusantara itu berbeda dari
arsitektur tradisional. Arsitektur Nusantara mendasarkan pemahamannya
atas arsitektur anak bangsa Nusantara pada pertama, kenyataan
geoklimatik (kepulauan dan tropik lembab) serta yang kedua adalah
kenyataan tradisi tanpa tulisan. Di sini ihwal adat hingga upacara dan
artefak menjadi rekaman-rekaman pengetahuan arsitektur. Sementara itu,
arsitektur tradisional mendasarkan pemahamannya pada arsitektur sebagai
cerminan budaya/kebudayaan, sebuah dasar yang tanpa disadari ternyata
adalah ranah kajian budaya dan antropologi.
Arsitektur Nusantara adalah arsitektur tradisional yang merupakan
warisan para leluhur dan tersebar dari Sabang hingga Meraoke
Eksistensinya di beberapa wilayah telah menghilang dimakan waktu,
mahal, rumit, dan juga akibat perubahan sikap manusia.
Gambar 2.3.
Rumah Tradisional Tongkonan Sulawesi Selatan
Sumber : http://melayu-online/rumah-adat-tongkonan-sulawesi-tenggara.
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
21/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
9
Jadi, arsitektur nusantara adalah arsitektur tradisional yang
merupakan warisan para leluhur dan tersebar dari Sabang hingga Meraoke
berdasarkan kenyataan alam nusantara yaitu iklim tropis dan lembab serta
pepulauan.
Contoh Arsitektur Nusantara :
a. Rumah Tradisional Tongkonan Sulawesi Selatan
b. Rumah Tradisional Sasak Lombok
c. Dan seluruh rumah tradisional di nusantara
1.3. Arsitektur Rakyat
Pengertian dan definisi
Menurut Bruce allshop (1980), Karya arsitektur yang berkembang di
masyarakat atas dasar pertimbangan lingkungan / iklim setempat.
Menurut Glen Balk, Folk architecture is a concrete living
environment that people create for themselves. We can also define it as an
architecture that has occurred in an anonymous design process which has
Sumber : borzoi book, by Alfred A. Knopf, Inc NY
Gambar 2.4.
Rumah Tradisional Bali
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
22/89
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
23/89
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
24/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
12
1.4. Arsitektur Vernakular
Pengertian Dan Definisi
Menurut Bruce allshop (1980), Arsitektur yang dikembangkan oleh tukang
atas dasar pengalamannya
Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang terbentuk dari proses
yang berangsur lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku,
kebiasaan, dan kebudayaan di tempat asalnya. Vernakular, berasal dari
vernacullus yang berarti lokal, pribumi. Pembentukan arsitektur berangsur
dengan sangat lama sehingga sikap bentuknya akan mengakar. - Wikipedia
Menurut Vernacular Architecture book Turan, Arsitektur Vernakular
adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang
lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik, serta dibangun
oleh tukang berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik
dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat
Sumber : google picture arsitektur vernakular
Gambar 2.7.
Rumah Masyarakat Tradisional Amerika
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
25/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
13
bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya
transformasi.
Menurut Ade Sahroni (2012), Arsitektur vernakular adalah arsitektur
yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari
masyarakat etnik dan berakar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang
berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan
material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat
bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya
transformasi.
Jadi, Arsitektur Vernakular adalah arsitektur yang lahir dari proses
yang lama dan berulang berdasarkan tradisi etnik daerah tersebut yang
dibangun berdasarkan pengalaman tukangnya.
Contoh Arsitektur Vernakular :
a. Rumah Tradisional Aceh.
b. Rumah Tradisional Machiya Jepang
c. Rumah Masyarakat Amerika
Gambar 2.8.
Rumah Tradisional Aceh
Sumber : google picture arsitektur vernkular indonesia
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
26/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
14
BAB III
TINJAUAN ARSITEKTUR
3.1. Lokasi
Gambar 3.1.
Lokasi Kerajaan/Keraton Buton
Rumah Adat Malige terletak di Kota Bau-Bau, Sulawesi tenggara.
Pulau Buton (Pulau Baubau) secara geografis merupakan kawasan timur
jazirah tenggara Pulau Celebes/Sulawesi.
Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
27/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
15
3.2. Sejarah
3.2.1. Sejarah Awal
Sebagai sebuah negeri, keberadaan Buton tercatat dalam Negara
Kertagama karya Mpu Prapanca pada tahun 1365 M. Dalam naskah kuno
itu, negeri Buton disebut dengan nama Butuni. Digambarkan, Butuni
merupakan sebuah desa tempat tinggal para resi yag dilengkapi taman,
lingga dan saluran air. Rajanya bergelar Yang Mulia Mahaguru.
Dalam sejarahnya, cikal bakal Buton sebagai negeri telah dirintis
oleh empat orang yang disebut dengan Mia Patamiana. Mereka adalah:
Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo, Sijawangkati. Menurut sumber sejarah
lisan Buton, empat orang pendiri negeri ini berasal dari Semenanjung
Melayu yang datang ke Buton pada akhir abad ke-13 M. Empat orang (Mia
Patamiana) tersebut terbaagi dalam dua kelompok: Sipanjongan dan
Sijawangkati; Simalui dan Sitamanajo. Kelompok pertama beserta para
pengikutnya menguasai daerah Gundu-Gundu, sementara kelompok kedua
dengan para pengikutnya menguasai daerah Barangkatopa. Sipanjongan
Gambar 3.2.
Kehidupan Masyarakat Buton Pada Zaman Dahulu
Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
28/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
16
dan para pengikutnya meninggalkan tanah asal di Semenanjung Melayu
menuju kawasan timur dengan menggunakan sebuah perahu palolang
pada bulan Syaban 634 Hijriyah (1236 M). Dalam perjalanan itu, mereka
singgah pertama kalinya di pulau Malalang, terus ke Kalaotoa dan akhirnya
sampai di Buton, mendarat di daerah Kalampa. Kemudian mereka
mengibarkan bendera Kerajaan Melayu yang disebut bendera Longa-
Longa. Ketika Buton berdiri, bendera Longa-Longa ini dipakai sebagai
bendera resmi di kerajaan Buton. Sementara Simalui dan para pengikutnya
diceritakan mendarat di Teluk Bumbu, sekarang masuk dalam daerah
Wakarumba. Pola hidup mereka berpindah-pindah hingga akhirnya
berjumpa dengan kelompok Sipanjonga. Akhirnya, terjadilah percampuran
melalui perkawinan. Sipanjonga menikah dengan Sibaana, saudara Simalui
dan memiliki seorang putera yang bernama Betoambari. Setelah dewasa,
Betoambari menikah dengan Wasigirina, putri Raja Kamaru. Dari
perkawinan ini, kemudian lahir seorang anak bernama Sangariarana.
Seiring perjalanan, Betoambari kemudian menjadi penguasa daerah
Peropa, dan Sangariarana menguasai daerah Baluwu. Dengan
terbentuknya desa Peropa dan Baluwu, berarti telah ada empat desa yang
memiliki ikatan kekerabatan, yaitu: Gundu-Gundu, Barangkatopa, Peropa
dan Baluwu. Keempat desa ini kemudian disebut Empat Limbo, dan para
pimpinannya disebut Bonto. Kesatuan keempat pemimpin desa (Bonto) ini
disebut Patalimbona. Mereka inilah yang berwenang memilih dan
mengangkat seorang Raja.
Selain empat Limbo di atas, di pulau Buton juga telah berdiri
beberapa kerajaan kecil yaitu: Tobe-Tobe, Kamaru, Wabula, Todanga dan
Batauga. Seiring perjalanan sejarah, kerajaan-kerajaan kecil dan empat
Limbo di atas kemudian bergabung dan membentuk sebuah kerajaan baru,
dengan nama kerajaan Buton. Saat itu, kerajaan-kerajaan kecil tersebut
memilih seorang wanita yang bernama Wa Kaa Kaa sebagai raja. Peristiwa
ini terjadi sekitar tahun 1332 M.
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
29/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
17
Berkaitan dengan asal-usul nama Buton, menurut tradisi lokal
berasal dari Butu, sejenis pohon beringin (barringtonia asiatica). Penduduk
setempat menerima penyebutan ini sebagai penanda dari para pelaut
nusantara yang sering singgah di pulau itu. Diperkirakan, nama ini telah ada
sebelum Majapahit datang menaklukkannya. Dalam surat-menyurat,
kerajaan ini menyebut dirinya Butuni, orang Bugis menyebutnya Butung,
dan Belanda menyebutnya Buton. Selain itu, dalam arsip Belanda, negeri
ini juga dicatat dengan nama Butong (Bouthong). Ketika Islam masuk, ada
usaha untuk mengkaitkan nama Buton ini dengan bahasa Arab. Dikatakan,
nama Buton berasal dari kata Arab bathni atau bathin, yang berarti perut
atau kandungan.
3.2.2. Kerajaan Buton Dan Kesultanan Islam Buton
Dengan naiknya Wa Kaa Kaa sebagai rajaputri, Kerajaan Buton
semakin berkembang hingga Islam masuk ke Buton melalui Ternate pada
pertengahan abad ke-16 M. Selama masa pra Islam, di Buton telah
berkuasa enam orang raja, dua di antaranya perempuan. Perubahan Buton
menjadi kesultanan terjadi pada tahun 1542 M (948 H), bersamaan dengan
pelantikan Lakilaponto sebagai Sultan Buton pertama, dengan gelar Sultan
Murhum Kaimuddin Khalifatul Khamis.
Gambar 3.3.
Sultan Pertama Buton Para Bangsawan
Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
30/89
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
31/89
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
32/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
20
30. Sultan Muh. Isa (1851-1861 M)
31. Sultan Muh. Salihi (1871-1886 M)
32. Sultan Muh. Umar (1886-1906 M)
33. Sultan Muh. Asikin (1906-1911 M)
34. Sultan Muh. Husain (1914 M)
35. Sultan Muh. Ali (1918-1921 M)
36. Sultan Muh. Saifu (1922-1924 M)
37. Sultan Muh. Hamidi (1928-1937 M)
38. Sultan Muh. Falihi (1937-1960 M).
3.2.4. Periode Pemerintahan
Era pra Islam Kerajaan Buton berlangsung dari tahun 1332 hingga
1542 M. Selama rentang waktu ini, Buton diperintah oleh enam orang raja.
Sementara periode Islam berlangsung dari tahun 1542 hingga 1960 M.
Selama rentang waktu ini, telah berkuasa 38 orang raja. Sultan terakhir
yang berkuasa di Buton adalah Muhammad Falihi Kaimuddin.
Kekuasaannya berakhir pada tahun 1960 M.
Gambar 3.5.
Pertemuan Presiden Soekarno dengan Sultan Muh. Falihi
Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
33/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
21
3.2.5. Wilayah Kekuasaan
Kekuasaan Kerajaan Buton meliputi seluruh Pulau Buton dan
beberapa pulau yang terdapat di Sulawesi.
3.2.6. Struktur Pemerintahan
Kekuasasan tertinggi di Kerajaan Buton dipegang oleh sultan.
Struktur kekuasaan di kesultanan ditopang oleh dua golongan bangsawan:
kaomu dan walaka. Walaka adalah golongan yang memegang adat dan
pengawas pemerintahan yang dijalankan oleh sultan. Wewenang pemilihan
dan pengangkatan sultan berada di tangan golongan Walaka, namun, sultan
harus berasal dari golongan kaomu. Untuk mempermudah jalannya
pemerintahan, Buton menjalankan sistem desentralisasi dengan
membentuk 72 wilayah kecil yang disebut kadie. Beberapa jabatan yang ada
di struktur pemerintahan Buton adalah bontona (menteri), menteri besar,
bonto, kepala Siolimbona dan sekretaris sultan.
3.2.7. Kehidupan Sosial Budaya Pada Zaman Kesultanan Buton
Sebagai kerajaan Islam yang tumbuh dari hasil transmisi ajaran
Islam di Nusantara, maka kerajaan Buton juga sangat dipengaruhi oleh
model kebudayaan Islam yang berkembang di Nusantara, terutama dari
tradisi tulis-menulis. Bahkan, dari peninggalan tertulis yang ada, naskah
peninggalan Buton jauh lebih banyak dibanding naskah Ternate, negeri
darimana Islam di Buton berasal. Peninggalan naskah Buton sangat berarti
unutk mengungkap sejarah negeri ini, dan dari segi lain, keberadaan
naskah-naskah ini menunjukkan bahwa kebudayaan Buton telah
berkembang dengan baik. Naskah-naskah tersebut mencakup bidang
hukum, sejarah, silsilah, upacara dan adat, obat-obatan, primbon, bahasa
dan hikayat yang ditulis dalam huruf Arab, Buri Wolio dan Jawi. Bahasa
yang digunakan adalah Arab, Melayu dan Wolio. Selain itu, juga terdapat
naskah yang berisi surat menyurat antara Sultan Buton dengan VOC
Belanda.
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
34/89
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
35/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
23
Pada umumnya, ada empat prinsip yang dipegang teguh oleh
masyarakat Buton dalam kehidupan sehari-hari saat itu yakni:
1. Yinda Yindamo Arata somanamo Karo (Harta rela dikorbankan demi
keselamatan diri)
2. Yinda Yindamo Karo somanamo Lipu (Diri rela dikorbankan demi
keselamatan negeri)
3. Yinda Yindamo Lipu somanamo Sara (Negeri rela dikorbankan demi
keselamatan pemerintah).
4. Yinda Yindamo Sara somanamo Agama (Pemerintah rela
dikorbankan demi keselamatan agama)
Buton adalah sebuah negeri yang berbentuk pulau dengan letak
strategis di jalur pelayaran yang menghubungkan pulau-pulau penghasil
rempah di kawasan timur, dengan para pedagang yang berasal dari
Gambar 3.7.
Arah Perdagangan Jalur Strategis Pelayaran
Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
36/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
24
kawasan barat Nusantara. Karena posisinya ini, Buton sangat rawan
terhadap ancaman eksternal, baik dari bajak laut maupun kerajaan asing
yang ingin menaklukkannya. Untuk mengantisipasi ancaman tersebut,
maka kemudian dibentuk sistem pertahanan yang berlapis-lapis. Lapis
pertama ditangani oleh empat Barata, yaitu Wuna, Tiworo, Kulisusu dan
Kaledupa. Lapis kedua ditangani oleh empat Matana Sorumba, yaitu
Wabula, Lapandewa, Watumotobe dan Mawasangka, sementara lapis
ketiga ditangani oleh empat orang Bhisa Patamiana (pertahanan
kebatinan). Untuk memperkuat sistem pertahanan berlapis tersebut,
kemudian dibangun benteng dan kubu-kubu pertahanan. Pembangunan
benteng dimulai pada tahun 1634 oleh Sultan Buton ke-6, La Buke. Tembok
keliling benteng panjangnya 2.740 meter, melindungi area seluas 401.900
meter persegi. Tembok benteng memiliki ketebalan 1-2 meter dan
ketinggian antara 2-8 meter, dilengkapi dengan 16 bastion dan 12 pintu
gerbang. Lokasi benteng berada di daerah perbukitan berjarak sekitar 3
kilometer dari pantai.
Sepanjang era kesultanan, ada 38 sultan yang memerintah.
Tahun 1960 Kesultanan Buton dihapus oleh pemerintahan Republik
Indonesia atas nama NKRI. Saat itu Kesultanan Buton dipimpin oleh Sultan
Muhamad Falihi Kaimuddin.
Demikianlah deskripsi ringkas mengenai Kerajaan Buton. Saat ini, di
bekas wilayah kerajaan ini, telah berdiri beberapa kabupaten dan kota yaitu:
Kabupaten Buton, Kabupaten Muna, Kabupaten Wakatobi, Kabupaten
Bombana dan Kota BauBau. Kota Bau-bau ini merupakan pusat Kerajaan
Buton pada masa dulu. Hingga saat ini, masih tersisa peninggalan kerajaan,
di antaranya bangunan istana. Sumber: melayuonline.
Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
37/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
25
3.3. Penduduk
Jumlah Penduduk Kerajaan Tahun 1877 Di Bawah 100.000 Jiwa
Dan tahun 1997 Menjadi 306.308 Jiwa.
Stuktur Penduduk Kerajaan Terdiri Atas Tiga Golongan :
1. Kaum Bangsawan Yaitu Lalaki
2. Kaum Walaka Dan
3. Kaum Papara
3.4. AgamaHampir semua orang Wolio beragama Islam. Namun, terdapat
kepercayaan terhadap roh-roh. Selain itu, di tingkat pusat juga dikenal suatu
aliran yang disebut Sufi. Melalui ajaran Sufi ini, mereka melakukan meditasi
untuk mencari visi dari Allah atau mencari hal-hal yang tersembunyi di luar
akal mereka. Reinkarnasi juga dipercaya oleh banyak dari mereka sebagai
akibat dari ajaran Hindu yang masih melekat. Roh-roh jahat yang dapat
menimbulkan penyakit, roh-roh penolong yang dapat memberikan petunjuk-
petunjuk adalah roh-roh yang mereka percayai. Selain itu mereka juga
Gambar 3.8.
Arah Perdagangan Jalur Strategis Pelayaran
Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
38/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
26
percaya adanya roh para leluhur yang dapat menolong atau dapat
menimbulkan penyakit tergantung dari tingkah laku/kebiasaan mereka.
Pengaruh Hindu dimanifestasikan dalam pola dan hirarki ruang
diwujudkan pada manusia itu sendiri yaitu ruang bagian depan (bamba)
diibaratkan kaki manusia. Ruang bagian tengah (tanga) diibaratkan badan
manusia. Ruang belakang (suo) diibaratkan kepala manusia. Ruang
sasambiri difungsikan sebagai rapu (dapur). Di bagian atas terdapat ruang
pa (loteng) (Kadir, 2000). Tampak depan rumah tradisional Buton
dianalogikan manusia sedang sholat dalam posisi berdiri.
3.5. Mata Pencaharian
Orang Wolio membutuhkan lapangan pekerjaan yang dapat
menghasilkan uang untuk membiayai hidup. Kendatipun tanah mereka
subur, hasil pertanian dan juga non pertanian belum dapat meningkatkan
perekonomian orang Wolio secara berarti. Keadaan geografis yang berupa
kepulauan membutuhkan sarana perhubungan yang cukup memadai untuk
memungkinkan mereka mengadakan kontak dengan dunia luar. Para
nelayan membutuhkan ketrampilan menangkap ikan dan pengetahuan
yang cukup untuk dapat meningkatkan produksi dan distribusi hasil laut
daerah mereka yang terkenal seperti ikan tuna dan ikan ekor kuning di
pulau Buton dan Muna. Selain itu, sikap haus ilmu orang Wolio
memproyeksikan KEBUTUHAN pengajar dan pendidik yang dapat
mengembangkan potensi dan wawasan mereka.
3.6. Sosial Budaya
Di dalam perkampungan mereka umumnya terdapat pasar yang
menjual hasil-hasil tenunan dari sutera, katun dan sejenisnya. Banyak
kampung juga memiliki toko-toko kecil dan penjaja keliling, di mana hal ini
terlihat dari gerobak-gerobak yang mereka buat sendiri untuk berjualan.
Mata pencaharian utama suku Wolio adalah bertani, karena tanah yang
mereka tempati sangatlah subur. Hasil pertanian tersebut antara lain beras,
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
39/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
27
jagung dan singkong. Banyak juga yang menjadi nelayan atau pembuat
perahu. Perairan pulau Buton dan Mina kaya akan ikan tuna dan ikan ekor
kuning. Tetapi sejak kesempatan untuk memperoleh penghasilan yang
cukup di daerah terasa sulit, banyak dari mereka yang kemudian pergi
meninggalkan pulau mereka dengan bekerja sebagai buruh di perusahan-
perusahaan dagang dalam jangka waktu yang lama.
Saat ini, banyak orang-orang Wolio asli yang tinggal di Indonesia
bagian timur (Maluku dan Irian Jaya). Dalam masyarakat Wolio, laki-laki
yang mencari nafkah, sedangkan wanita menyiapkan makan, melakukan
pekerjaan rumah tangga, membuat barang-barang dari tanah liat, menenun
dan menyimpan uang yang telah dikumpulkan oleh kaum laki-laki. Sejak
dulu, orang Wolio juga sangat mementingkan pendidikan. Pendidikan yangbaik terhadap anak laki-laki dan perempuan membuat mereka memiliki
kesusasteraan yang maju. Tidak ketinggalan pula dalam hal mempelajari
bahasa asing. Karena itu, saat ini mulai terlihat hasil-hasil kemajuan di
bidang sosial.
Perkawinan dalam kebudayaan Buton sudah bersifat monogami.
Setelah menikah, pasangan akan tinggal di rumah keluarga wanita sampai
sang suami anggup mendirikan rumah sendiri. Tanggup jawab
Gambar 3.9.
Rumah Adat Suku Walio Kebudayaan Buton
Sumber : http://old. kaskus.co.id/showthread.php?t=2996730
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
40/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
28
membesarkan anak ada di bahu ayah dan ibu. Rumah tempat tinggal suku
Wolio didirikan di atas sebidang tanah dengan menggunakan papah yang
kuat, dengan sedikit jendela dan langit-langit yang terbuat dari papan yang
kecil dan daun kelapa.
Etnik Buton sebutan bagi masyarakat yang berasal dari kerajaan dan
kesultanan Buton, memiliki sejumlah bahasa yang berbeda tiap wilayah.
Sebagai bahasa pemersatu digunakan Bahasa Wolio.Bahasa
daerah dapat dikatakan pada setiap bagian desa terdapat adanya bahasa
suku, namun yang menjadi bahasa kerajaan adalah bahasa wolio,
sedangkan bahasa itu terdapat puluhan bahkan tidak kurang dari pada 200
bahasa suku.
Dari sekian banyaknya dapat dibagi dalam empat kelompok yang
utama masing-masing :
1. Bahasa Wuna;
2. Bahasa Cia-Cia;
3. Bahasa Tolaki dan;
4. Bahasa Wolio.
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
41/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
29
BAB IV
ARSITEKTUR DAN STRUKTUR BANGUNAN
Kesultanan Buton merupakan kerajaan yang pada masa lalu
masyhur dan berjaya di Nusantara. Bahkan berbagai sumber sejarah
menyebutkan bahwa Kesultanan Buton tidak pernah dikuasai atau tunduk
oleh kerajaan ataupun bangsa di dunia. Namun bukan berarti Kesultanan
Buton menjadi sempit akan pengetahuan. Kesultanan Buton pada saat itu
bersifat terbuka dan bersahabat kepada siapapun. Dengan demikian karya
nyata peradaban manusia yang beraneka ragam juga dapat di jumpai di
sini.
Salah satu dari karya nyata peradaban tersebut, yang berhubungan
erat dengan arsitektur, tentunya adalah rumah adat. Rumah adat Buton,
yang merupakan rumah tempat tinggal suku Wolio, disebut dengan Banua
Tada. Banua Tada berasal dari dua kata Banua dan Tada. Kata Banua
dalam bahasa setempat berarti rumah sedangkan tada berarti siku, jadiBanua Tada adalah Rumah siku .
Gambar 4.1.
Rumah Kesultanan Buton
Malige
Sumber : http://orang_buton.com
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
42/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
30
4.1. Asal-Usul
Banua tada adalah rumah suku walio atau orang buton di kabupaten
buton. Kata banua dalam bahasa setempat berarti rumah sedangkan tada
berarti siku. Jadi, banua tada dapat diartikan sebagai rumah siku.
Berdasarkan status sosial penghuninya, struktur bangunan ini dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu Kamali, Banua Tada Tare Pata Pale, dan
Banua Tada Tare Talu Pale. Kamali atau yang lebih dikenal dengan nama
Malige berarti Mahligai atau istana, yaitu tempat tinggal raja atau sultan dan
keluarganya. Banua Tada Tare Pata Pale yang berarti rumah siku bertiang
empat adalah rumah tempat tinggal para pejabat atau pegawai istana.
Sementara itu, Banua Tada Tare Talu Pale yang berati rumah siku bertiang
tiga adalah rumah tinggal untuk orang biasa.
Masyarakat luas lebih banyak mengenal Malige sebagai rumah adat
masyarakat buton daripada kedua jenis rumah adat buton lainnya, yaitu
Banua Tada Tare Pata Pale dan Banua Tada Tare Talu Pale. Hal ini
dikarenakan Malige yang merupakan arsitektur peninggalan Kesultanan
Buton sarat degan nilai-nilai dan kearifan budaya serta peradaban
masyarakat Buton di masa lampau. Nilai-nilai itu dapat dipelajari dari
pemaknaan simbol dan ragam hias pada bangunan tersebut. Fungsi dan
Gambar 4.2.
Maket Rumah Kesultanan Buton Malige
Sumber : foto dari PPTMalige House Of Sultan
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
43/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
31
makna simbolis pada bangunan Malige banyak dipengaruhi oleh konsep
dan ajaran tasawuf. Masyarakat buton pada saat itu menganggap pemilik
Malige dalam hal ini Sultan adalah replika dari wajah tuhan (Allah) yang
diwujudkan dalam bentuk Malige, baik secara kontruktif maupun dekoratif.
Pengaruh konsep tasawuf pada bangunan Malige muncul sekitar
pertengahan abad ke-16 M, yaitu sejak Raja Buton ke-6, Timbang
Timbangan atau Lakilaponto atau Halu Oleo, memeluk agama Islam dan
dilantik sebagai Sultan Buton yang pertama dengan gelar Murhum
Kaimuddin Khalifatul. Terdapat perbedaan pendapat mengenai siapaulama yang mengislamkan dan melantik Raja Lakilaponto menjadi Sultan.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa Raja Lakiponto diislamkan oleh
ulama ahli tasawuf dari Negri Johor yang bernama Syekh Abdul Wahid Bin
Syarif Sulaiman Al-Fathani. Pendapat lain mengatakan, Raja Buton ke-6
tersebut diislamkan dan dilantik menjadi sultan oleh Imam Fathani, yaitu
guru dari Syekh Abdul Wahid Bin Syarif Sulaiman Al-Fathani. Pendapat
yang terakhir ini lebih diyakini kebenarannya karena Syekh Abdul Wahid
Bin Syarif Sulaiman dua kali datang ke Buton, yaitu tahun 1526 M dan
tahun 1541 M. Pada kedatangannya yang kedua, ia disertai oleh gurunya
yang bernama Imam Fathani. Menurut pendapat ini, Imam Fathani itulah
yang mengislamkan lingkungan Istana Buton sekaligus melantik Raja
Lakiponto sebagai Sultan Buton pertama dengan gelar Murhum. Kata
Murhum diambil dari nama sebuah kampung di Patani yang bernama
Kampung Parit Murhum. ( http://gundala69.wordpress.com )
Sultan Murhum Kaimuddin menempatkan ajaran tasawuf sebaga
pijakan utama untuk mengatur seluruh sendi-sendi kehidupan negara dan
masyarakatnya. Beliau bersama gurunya, Syekh abdul wahid bin syarif
Sulaiman Al-Fathani, menerbitkan undang-undang Martabah tujuh yang
sebagian berisi ajaran tentang penyucian akhlak sebagai undang-undang
tertinggi di negeri itu (http://semua-tentangkehidupanku.blogspot.com).
Selanjutnya , nilai-nilai ajaran tasawuf yang terkandung didalam undang-
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
44/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
32
undang tersebut diekspresikan baik dalam bentuk manuskrip maupun
melalui simbol-simbol yang dilekatkan pada artefak-artefak, seperti pada
Benteng Kesultanan (Benteng Wolio) maupun pada bangunan malige.
4.2. Filosofi
Rumah adat suku walio atau orang buton, terutama pada bangunan
malige, sangat kaya akan nilai-nilai filofosi dan kearifan lokal. Nilai-nilai
tersebut diantaranya kedekatan dengan alam, nilai keyakinan, nilai sosial,
dan nilai estetika.
1. Nilai Kedekatan Dengan AlamNilai kesatuan dengan alam tercermin pada rumah adat buton
terlihata pada bahan-bahan bangunan yang digunakan. Semua
bangunan tersebut terbuat dari bahan-bahan alami yang banyak
tersedia di alam sekitar tempat tinggal suku walio. Nilai kesatuan dengan
alam ini semakin jelas terlihat ketika mereka menggangap pemggunaan
kayu sebagai bahan untuk tiang rumah dapat memberikan
kesejahteraan pada penghuninya. Hal ini juga terlihat pada symbol-
simbol yang terkandung dalam ragam hias yang terdapat pada rumah
adat ini. Motif-motif yang digunakan sebagian besar berasal dari alam.
2. Nilai Keyakinan
Struktur bangunan rumah adat buton secara umum dipengaruhi oleh
ajaran tasawuf. Hal ini menunjukkan bahwa dengan keyakinan dan
pengetahuan yang mereka miliki, masyarakat buton dalam hal ini
sultan murhum kaimuddin mampu mengekspresikan nilai-nilaikeyakinannya (ajaran tasawuf) melalui bentuk bangunan sehingga
terciptalah bangunan yang indah dan artistik bernama malige sebgai
tempat tinggal. Struktur bangunan rumah tersebut secara umum juga
mempengaruhi struktur bangunan rumah masyarakat buton.
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
45/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
33
3. Nilai Sosial
Nilai social dalam rumah adat buton dapat dilihat dalam proses
pembangunannya. Meskipun sebagian tenaga yang digunakan adalah
tenaga upahan, namun sebagian pekerjaan pembuatan rumah adat
tersebut dilakukan secara bergotong royong, terutama dalam proses
pembangunan malige. Dalam pembangunan malige, seluruh tenaga
kerja yang terlibat merupakan suatu kesatuan terorganisir mulai dari
mahkamah syarah, sio lombo, saraginti, hingga pandempuu. Mereka
selalu bekerja sama untuk membangunan rumah tempat tinggal raja
mereka. Nilai social pada proses pembangunan rumah orang biasa juga
dapat dilihat ketika para keluarga atau tetangga terdekat mereka secara
bersama-sama membantu si calon pemilik rumah mencari bahan-bahan
bangunan dari dalam hutan, membersihkan lokasi, mendirikan
bangunan, dan memasang atap. Melalui kerjasama tersebut sifat
solidaritas antar sesame masyarakat wolio akan terjalin dengan baik.
4. Nilai estetika
Nilai estetika merupakan salah satu nilai yang paling menonjol pada
bangunan orang buton. Nilai-nilai keindahannya terlihat sangat jelas
mulai dari struktur dan bentuk bangunan hingga ragam hiasnya yang
sarat seni rupa dan seni ukir. Ukiran motif-motif flora dan fauna tampak
sangat indah pada hamper semua bagian rumah adat tersebut. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat buton pada masa lampau telah
memiliki jiwa seni dan daya kreasi yang tinggi.
4.3. Makrokosmos Dan Mikrokosmos
Tampak bangunan terbagi 3 (tiga) sebagai ciri 3 (tiga) alam
kosmologi yakni, alam atas (atap), alam tengah atau badan rumah dan alam
bawah atau kaki/kolong. Masing-masing bagian tersebut dapat diselesaikan
sendiri-sendiri tetapi satu sama lain dapat membentuk suatu struktur yang
kompak dan kuat dimana keseluruhan elemennya saling berkaitan dan
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
46/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
34
berdiri di atas tiang-tiang yang menumpu pada pondasi batu alam, dalam
bahasa Buton disebut Sandi.
Sandi tersebut tidak ditanam, hanya diletakkan begitu saja tanpa
perekat. Sandi berfungsi meletakkan tiang bangunan, antara sandi dan
tiang bangunan diantarai oleh satu atau dua papan alas yang ukurannya
disesuaikan dengan diameter tiang dan sandi. Fungsinya untuk mengatur
keseimbangan bangunan secara keseluruhan. Penggunaan batu alam
tersebut bermakna simbol prasejarah dan pemisahan alam (alam dunia dan
alam akherat)/ konsep dualisme, walaupun sebenarnya jika ditinjau darifungsinya lebih bersifat profan.
Bentuk rumah adat tradisional orang buton diibaratkan tubuh
manusia yang memiliki kepala, badan, kaki dan hati. Bagian kepala
dianalogikan atap rumah, badan dianalogikan dengan badan rumah, kaki
dianalogikan bagian bawah atau kolom rumah, dan hati dianalogikan
KEPALA
BADAN
KAKI
HATI
Gambar 4.2.
Analogi Rumah Kesultanan Buton Malige
Sumber : foto dari PPTMalige House Of Sltan
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
47/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
35
dengan pusat rumah. Menurut keyakinan orang buton, hati merupakan titik
sentral tubuh manusia. Dengan demikian, sebuah rumah harus memiliki
hati. Itulah sebabnya dalam masyarakat buton terdapat sebuah tradisi
memberi lubang rahasia pada salah satu kayu terbaiknya yang kemudian
digunakan sebagai tempat untuk menyimpan emas. Lubang rahasia
tersebuat dianggap sebagai simbol pusar yang merupakan titik sentral
tubuh manusia sementara emas adalah simbol hati rumah tersebut.
Lokasi, arah, letak bangunan rumah suku walio pada umumnya
dilakukan menurut ketentuan yang sama. Lokasi yang dipilih harus amandari sumber penyakit dan segala gangguan dari luar. Pola perkampungan
masyarakat pada umumnya mengelompok dan berjejer mengikuti jalan raya
serta berada tidak jauh dari sumber-sumber air. Sementara itu, arah rumah
yang baik menurut masyarakat setempatadalah arah utara atau selatan
walaupun tetap harus diusahankan tidak harus tepat atau bisa bergeser
sedikit dari titik utara atau selatan. Menurut keyakinan mereka, arah rumah
tidak boleh tepat pada titik utara atau selatan karena, selain menghindari
angin jahat, arah yang dipilih harus memudahkan mereka dalam
menentukan arah kiblat ketika akan melaksanakan shalat (lakebo, 1986:
96-97).
Gambar 4.3.
Suasana Sekitar Malige Disesuaikan Dengan Konsep Kosmologi
Sumber : foto dari PPTMalige House Of Sultan
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
48/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
36
Hal lain yang melandasi penataan struktur bangunan rumah
tradisional orang buton adalah konsep kosmologi. Konsep ini mengajarkan
tentang perlunya keseimbangan diantara seluruh unsur alam semesta.
Oleh karena itu, dalam proses pembuatan sebuah rumah, keberadaan
sebuah sistem pengetahuan tentang kondisi lingkungan sekitar menjadi
sangat penting. Dengan sistem pengetahuan yang dimiliki, masyarakat
setempat dapat memilih bahan bangunan yang baik, waktu dan lokasi
mendirikan rumah yang cocok, serta bentuk dan desain rumah yang tepat
atau seimbang sehingga sebuah bangunan rumah dapat selaras dengan
alam sekitar.
4.4. Ciri-Ciri Arsitektur Dan Struktur
4.4.1 Ciri-Ciri Arsitektur
Bentuk dan ciri pada sebuah rumah memberikan arti dan makna
yang berbeda-beda. Luas bangunan, bentuk dan ornamen-ornamen yang
melekat pada konstruksi rumah tersebut memberikan arti dan makna
tergantung siapa yang menempati rumah tersebut. Rumah tradisional
Buton berupa rumah panggung yang disebut Banua Tada, mempunyai
bentuk dan ciri yang khas.
Yang membedakan bentuk rumah tersebut adalah status sosialnya,
apakah pemilik rumah itu adalah Sultan, pejabat kesultanan atau
masyarakat umum.( BB1.P2/LU)
Ciri umumnya yaitu ukuran rumah, kalau rumahnya besar berarti tinggi juga
jabatan dalam kesultanan, juga dari bentuk atapnya, pejabat kesultanan
atapnya bersusun sedangkan masyarakat biasa hanya satu susun.(
BB1.P3/HK)
Yang membedakan bentuk rumah yang dibangun berdasarkan status
sosialnya, apakah ia sultan, pejabat kesultanan atau masyarakat biasa.(
BB1.P2/AS)
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
49/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
37
Rumah sering direpresentasikan sebagai tempat nilai-nilai adat dan
budaya yang berhubungan dengan nilai kepercayaan atau agama yang
bersifat khusus atau unik pada suatu masyarakat tertentu. Rumah
tradisional buton bentuk dan modelnya menandakan status sosial
penghuninya, semakin besar dan unik bentuknya semakin besar pula
tanggung jawab pemilik rumah tersebut. Rumah dijadikan sebagai lambang
dan simbol kekuasaan serta status sosial pemiliknya.
Simbol yang melekat di konstruksi rumah Buton mempunyai makna
yang sangat sakral yang di ambil dari alam kosmos sebagai manifestasiajaran agama dilihat dari proses budaya.
1. Malige/Kamali sebagai Rumah Sultan
Sultan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Kesultanan
Buton dan juga sebagai simbol kesejahteraan masyarakatnya, dalam
pembuatan rumah kediamannya tentu harus mencirikan kebesaran dan
kehormatannya. Di Kesultanan Buton, Sultan sebagai pemimpin
Gambar 4.4.
Tampak Depan Rumah Kesultanan Buton Malige
Sumber : foto Malige dari TMII melayu online
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
50/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
38
pemerintahan, pimpinan Agama, pelindung dan pengayom rakyat.
Jabatan yang diembannya ini di tuangkan dalam pembangunan rumah
kediamannya. Rumah tinggal Sultan yang disebut Kamali atau Malige
mempunyai bentuk dan ciri rumah utama yaitu :
a. Bentuk atap yang bersusun dengan jarak yang rengga menandakan
bahwa Sultan adalah Pemerintah, pimpinan agama dan pengayom
masyarakat.
b. Jumlah petak rumah berjumlah lima, tujuh ataupun sembilan yang
jumlahnya harus ganjil. Ini dianalogikan bahwa Sultan sebagai
pemimpin agama harus menjalankan pemerintahan sesuai dengan
ajaran agama Islam, maksud dari lima petak dianalogikan dengan
rukun Islam, tujuh dianalogikan Surat Alfatiha dan susunan langit
tujuh lapis.
c. Adanya tiang-tiang penyangga di kiri kanan rumah yang disebut
kambero,
d. Bentuk lantai rumah yang ditinggikan disebelah kanan rumah dan
semakin kebelakang semakin tinggi yang dianalogikan sebagai
posisi orang waktu sembahyang.
e. Pada bagian atas rumah terdapat simbol Nenas dan Naga, nenas ini
merupakan simbol kesejahteraan yang ditumbuhkan dari rakyat,
sedangkan Naga menyimbolkan kekuasaan pemerintah dan
mengisahkan asal-usul leluhur Buton dari daratan Cina (Raja
Pertama Buton Wakaaka)
f. Adanya ruang teras didepan sebagai tempat menerima tamu yang
menyimbolkan transparan Sultan bagi rakyatnya.
g. Guci yang diletakkan di depan rumah sebagai tempat air, yang
menyimbolkan kesucian bahwa siapa saja yang memasuki rumah
hatinya telah suci.
Ciri khas yang menonjol adalah ukuran bangunannya besar, Susunan
atap bersusun, Ornamen bangunan yang unik, ada naga dan nenas
dibagian atap. ( BB1.P3/LU)
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
51/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
39
Fungsi dan makna simbolis pada bangunan Kamali/Malige
dipengaruhi oleh pemahaman masyarakat secara keseluruhan tentang
konsep tasawuf (Martabat Tujuh), yang menganggap bahwa pemilik
Kamali/Malige dalam hal ini Sultan adalah replikasi dari wajah Tuhan
(Allah) yang wujudnya dianalogikan dalam bentuk arsitektur rumahnya
(istananya) baik yang bersifat konstruksi maupun dekorasi. Bentuk lantai
dan atapnya yang bersusun menunjukkan kebesaran dan keagungan
Sultan. Bentuk tersebut juga menggambarkan fungsi Sultan sebagai
pimpinan agama, pimpinan kesultanan serta pengayom dan pelindung
rakyat.
Kamali/Istana Malige dalam penataan struktur bangunannya,
didasari oleh konsep kosmologis sebagai wujud keseimbangan alam
dan manusia. Disisi lain keberadaannya merupakan media
penyampaian untuk memahami kehidupan masyarakat pada jamannya
(masa Kesultanan) dan sebagai alat komunikasi dalam memahami
Gambar 4.4.
Suasana Sekitar Malige Disesuaikan Dengan Konsep Kosmologi
Sumber : sketsa penulis
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
52/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
40
bentuk struktur masyarakat, status sosial, ideologi dan gambaran
struktur pemerintahan yang dapat dipelajari melalui pemaknaan
lambanglambang, simbol maupun ragam hiasnya secara detail.
Untuk Istana Malige pembagian tata ruangan tersebut
mengandung unsur pemaknaan sebagai berikut:
1. Disebut Sasambiri disimbolkan sebagai penggambaran pribadi
Sultan yang selalu terbuka kepada rakyatnya. Hal ini terlihat pada
penempatan pintu utama dan pintu belakang yang fungsi umumnya
untuk keluar-masuknya orang kedalam istana.
2. Disebut Bamba dan Tanga disimbolkan sebagai rongga perut,
berfungsi sebagai tempat berkumpulnya tamu dan menampung
segala pesoalan yang ditujukan kepada Sultan maupun
keluarganya. Bamba biasanya digunakan untuk tamu yang bukan
kerabat dekat Sultan sedangkan tanga digunakan untuk kerabat
dekat Sultan.
3. Disebut Suo disimbolkan sebagai rongga dada dan kepala. Hal ini
dihubungkan dengan penempatan kamar utama yang berfungsi
sebagai tempat peraduan Sultan. Selain itu Suo berhubungan
dengan tradisi masyarakat setempat yang disebut posuo. Tradisi ini
berbentuk acara ritual yang ditujukan kepada gadis-gadis untuk
dipingit karena dianggap sudah dewasa (aqil baligh) dan pantas
untuk berkeluarga.
4. Penghuni istana disimbolkan sebagai nyawa atau ruh pada manusia.
Hubungan antara tubuh atau jasad dengan ruh manusia
mengandung pemahaman saling menjaga dan saling merawat dan
memelihara.
Denah ruangan Kamali/Malige yang ada sebagaimana gambar
4.4 sangat jelas peruntukan ruangannya. Pada lantai satu terlihat
pembagian ruangan yang tertata bagi seluruh penghuninya. Lantai dua
diperuntukan sebagai tempat menyimpan barang-barang kesultanan
sedangkan lantai tiga sebagai gudang dan tempat mengintai.
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
53/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
41
Secara umum dapat digambarkan bahwa susunan ruangan
dalam istana Malige adalah sebagai berikut:
1. Lantai pertama terdiri dari 7 petak atau ruangan, ruangan pertama
dan kedua berfungsi sebagai tempat menerima tamu atau ruang
sidang anggota Hadat Kerajaan Buton. Ruangan ketiga dibagi dua,
yang sebelah kiri dipakai untuk kamar tidur tamu, dan sebelah kanan
sebagai ruang makan tamu. Ruangan keempat juga dibagi dua,
berfungsi sebagai kamar anak-anak Sultan yang sudah menikah.
Ruang kelima sebagai kamar makan Sultan, atau kamar tamu bagian
dalam, sedangkan ruangan keenam dan ketujuh dari kiri ke kanan
dipergunakan sebagai makar anak perempuan Sultan yang sudah
dewasa, kamar Sultan dan kamar anak laki-laki Sultan yang dewasa.
2. Lantai kedua dibagi menjadi 14 buah kamar, yaitu 7 kamar di sisi
sebelah kanan dan 7 kamar di sisi sebelah kiri. Tiap kamar
mempunyai tangga sendiri-sendiri hingga terdapat 7 tangga di
sebelah kiri dan 7 tangga sebelah kanan, seluruhnya 14 buah
tangga. Fungsi kamar-kamar tersebut adalah untuk tamu keluarga,
sebagai kantor, dan sebagai gudang. Kamar besar yang letaknya di
Gambar 4.5.
Denah Rumah Kesultanan Buton Malige
Sumber : hasil observasi penulis
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
54/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
42
sebelah depan sebagai kamar tinggal keluarga Sultan, sedangkan
yang lebih besar lagi sebagai Aula.
3. Lantai ketiga berfungsi sebagai tempat rekreasi.
4. Lantai keempat berfungsi sebagai tempat penjemuran. Di samping
kamar bangunan Malige terdapat sebuah bangunan seperti rumah
panggung mecil, yang dipergunakan sebagai dapur, yang
dihubungakan dengan satu gang di atas tiang pula. Di anjungan
bangunan ini dipergunakan sebagai kantor anjungan. Pada
bangunan Malige terdapat 2 macam hiasan, yaitu ukiran naga yang
terdapat di atas bubungan rumah, serta ukiran buah nenas yang
tergantung pada papan lis atap, dan di bawah kamar-kamar sisi
depan. Adapun kedua hiasan tersebut mengandung makna yang
sangat dalam, yakni ukiran naga merupakan lambang kebesaran
kerajaan Buton. Sedangkan ukiran buah nenas, dalam tangkai
nenas itu hanya tumbuh sebuah nenas saja, melambangkan bahwa
hanya ada satu Sultan di dalam kerajaan Buton. Bunga nenas
bermahkota, berarti bahwa yang berhak untuk dipayungi dengan
payung kerajaan hanya Sultan Buton saja. Nenas merupakan buah
berbiji, tetapi bibit nenas tidak tumbuh dari bibit itu, melainkan dari
rumpunya timbul tunas baru. Ini berarti bahwa kesultanan Buton
bukan sebagai pusaka anak beranak yang dapat diwariskan kepada
anaknya sendiri. Falsafah nenas ini dilambangkan sebagai
kesultanan Buton, dan Malige Buton mirip rongga manusia
Dari hasil kajian tersebut dapat dirumuskan, bahwa bentuk dan
ciri Kamali/Malige memperlihat bagaimana wibawa dan status sosial
penghuninya. Ornamen-ornamen yang melekat di konstruksi
Kamali/Malige yang beraneka ragam baik dari ornamen yang mewakili
flora maupun fauna terlihat dengan indah yang mempunyai nilai
kewibawaan bagi siapa saja yang melihatnya. Bentuk Kamali/Malige itu
juga menggambarkan bagaimana besar tanggung jawab pemiliknya
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
55/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
43
terhadap masyarakatnya, baik itu sebagai pemimpin pemerintahan,
pemimpin agama, pengayom dan pelindung masyarakat.
2. Banua Kambero Sebagai Rumah Pejabat Kesultanan
Pejabat Kesultanan yang merupakan pembantu-pembantuSultan dalam melaksanakan tugas pemerintahan di dalam Undang-
undang Kesultanan Buton (Martabat Tujuh) telah diatur fungsi dan
kedudukannya.
Bentuk rumah Pejabat Kesultanan tidaklah sama bentuk dan
ornamennya tergantung seberapa besar jabatannya dalam
pemerintahan, contoh rumah siolimbona beda dengan rumah bonto. (
BB1.P2/HK)
Sebagaimana kedudukannya didalam pemerintahan, dalam
pembangunan rumah tinggal para pejabat Kesultanan, bentuk dan
simbol yang terdapat pada konstruksi rumah ditidaklah sama antara
pejabat yang satu dengan yang lain tergantung jabatannya.
Gambar 4.6.
Tampak Banua Kembero Rumah Pejabat Kesultanan
Sumber : melayu online
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
56/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
44
Secara garis besar bentuk dan dan ciri khas konstruksi rumah
Pejabat Kesultanan atau Banua Kambero yaitu :
a. Bentuk atap bersusun dua sebagai simbol pembantu sultan dan
pengayom rakyat.
b. Jumlah petak rumah 3-5 petak.
c. Ornamen-ornamen sebagian besar sama dengan rumah untuk
Sultan,namun simbol yang tidak diperbolehkan yaitu ornamen Naga.
d. Adanya penambahan teras di depan rumah sebagai tempat
menerima tamu dan sebagai tempat untuk mengintai gerak gerik
masyarakat, ini khusus untuk pejabat Bonto Ogena.
e. Bentuk lantai rumah yang ditinggikan disebelah kanan rumah dan
semakin kebelakang semakin tinggi yang dianalogikan sebagai
posisi orang waktu sembahyang.Bentuk-bentuk rumah serta ornamen-ornamen yang melekat
dikontruksi rumah Pejabat Kesultanan ini tidak sama antara pejabat
Kesultanan, semakin tinggi jabatan pemilik rumah di Kesultanan
semakin besar bentuk rumah dan semakin banyak ornamen yang
melekat dikonstruksinya.
Denah ruangan rumah pejabat Kesultanan (Banua Kambero)
seperti pada gambar 4.6. terbagi atas dua denah, perbedaan tersebut
Gambar 4.6.
Tampak Depan Banua Kembero Rumah Pejabat Kesultanan
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Malige
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
57/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
45
dilihat hari status sosial penghuninya. Denah rumah untuk 3 petak
diperuntukan untuk pejabat kesultanan seperti staf Pertahanan (Staf
Kapitalao), lantai dua biasa digunakan untuk tempat tidur dan
menyimpan barang. Denah rumah untuk 5 petak diperuntukan untuk
Pejabat Kesultanan yang mempunyai jabatan penting di kesultanan
seperti Sekretaris Perdana Menteri (Kenipulu), Kapitalao, Bontogena
dan lain-lain yang masuk dalam struktur pemerintahan Kesultanan
Buton. Lantai dua diperuntukan sebagai tempat menyimpan barang
ataupun sebagai gudang.
Dari hasil kajian tersebut dapat dirumuskan, bahwa bentuk dan
ciri Banua Kambero bermacam-macam tergantung tinggi rendahnya
jabatan yang dipegang oleh pemilik rumah tersebut. Bentuk-bentuk
rumah serta ornamenornamen yang melekat dikontruksi rumah Pejabat
Kesultanan ini tidak sama antara pejabat Kesultanan, semakin tinggi
jabatan di Kesultanan semakin besar rumah dan semakin unik ornamen-
ornamen yang melekat pada konstruksi rumah tersebut, yang secara
tidak langsung memperlihatkan status sosial penghuninya.
Gambar 4.6.
Denah Banua Kembero Rumah Pejabat Kesultanan
Sumber : hasil observasi penulis
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
58/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
46
3. Banua Tada sebagai Rumah Masyarakat
Awal terbentuknya permukiman Wolio di Baluwu dan Peropa dimulai
dengan terbangunnya rumah-rumah panggung, sebagai pendatang bentuk
rumah yang dibangun masih sangat sederhana yang kemudian rumahtersebut dikenal sebagai Banua Tada yang kemudian dijadikan bentuk
rumah masyarakat umum pada masa Kerajaan dan Kesultanan Buton.
Bentuk rumah tada adalah bentuk awal rumah panggung yang dibangun di
Baluwu dan Peropa yang kemudian menjadi bentuk rumah masyarakat
umum.(BB1.P3/TU)
Rumah masyarakat biasa petak rumahnya dua atau 3 petak saja, tidak
boleh lebih dari itu, ornamen-ornamen pada rumah tidak ada seperti pada
rumah sultan atau rumah pejabat.( BB1.P3/MZ)
Bentuk dan ciri banua tada untuk masyarakat berupa rumah
panggung dengan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Jumlah petak rumah dua atau 3 petak.
b. Tidak ada simbol-simbol pada bangunan rumah.
c. Atap rumah satu susun.
d. Guci di tempatkan depan rumah
Gambar 4.7.
Tampak Depan Banua Tada Masyarakat Biasa
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Malige
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
59/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
47
Dengan bentuk yang sangat sederhana, penghuni banua tada tidak
mempermasalakan bentuk rumah dan ornamen yang melekat dikontruksi
rumah mereka. Masyarakat yang menempati rumah tersebut umumnya
mempunyai pekerjaan sebagai petani, buruh, tukang kayu, tukang batu
ataupun nelayan.
Harapan mereka dapat tinggal dengan tenang dan kehidupannya
dapat berjalan dengan damai dan aman di bawah pemerintahan Kesultanan
Buton. Jumlah rumah ini di dalam benteng Keraton Buton tidak banyak dan
saat ini jumlah mulai berkurang di ganti dengan bentuk rumah yang
menyerupai bentuk rumah pejabat.
4.4.2 Struktur Arsitektur
Tahap Pembuatan
Para siriginti, pandeempu, dan pande lainnya mulai membersihkan
(menguliti) dan meluruskan kayu dengan menggunakan kapak atau bingku
setelah seluruh bahan yang dibutuhkan terkumpul. Setelah dipilih dan
dikelompokkan sesuai dengan fungsinya, kayu-kayu tersebut dan bahan-
Gambar 4.8.
Denah Banua Tada Masyarakat Biasa
Sumber : hasil observasi penulis
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
60/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
48
bahan lainnya diramu menjadi bagian-bagian rumah. Setiap bagian rumah
memiliki fungsi dan cara pembuatannya masing-masing . berikut fungsi dan
cara pembuatan beberapa bagian rumah adat orang Buton.
1. Sandi (sendi), yaitu pondasi tiang rumah yang terbuat dar bau kali
(sungai) ataubatu gunung yag berbentuk pipih. Sandi ini hanya
diletakkan begitu saja ditanah tanpa harus ditanam atau diberi
perekat. Antara sandi dan tiang diberi papan alas yang terbuat dari
kayu keras dan ukurannya disesuaikan dengan diametersandi dan
tiang. Bagian ini berfungsi untuk mengatur keseimbangan bangunansecara keseluruhan.
2. Tiang, yaitu bagian rumah yang berfungsi untuk menopang bagian-
bagian rumah lainnya. Tiang ini memiliki peranan yang sama
pentingnya dengan pondasi pada rumah modern. Oleh karena itu
harus dipilih kayu-kayu yang berkualitas tinggi seperti kayu nagka,
teme, atau jati. Kayu yang telah dipilih keudian dibentuk menjadi
empat persegi panjang untuk tiang malige dan berbentuk bundar
untuk tiang rumah orang biasa. Tiang-tiang tersebut kemudian diberi
lubang, dimulai dari tiang utama kemudian disusul tiang-tiang
lainnya. Setelah itu, tiang-tiang tersebut dirangkai bersama bagian-
bagian rumah lainnya menjadi satu deret sehngga terbentuklah
kerangka rumah.
Gambar 4.9.
Gambar Susunan Tada Rumah Adat Suku Walio
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Malige
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
61/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
49
Susunan tada pada bangunan rumah adat suku Walio atau Orang Buton
Keterangan :1. Tiang
2. Tada
3. Tada
3. Kayi atau balok penyambung, yaitu bagian rumah yang berbentuk
balok pipih dengan ukuran tebal 6-7cmdan lebar 12-15cm. panjang
balok pipih ini disesuaikan dengan panjang rumah. Kayi berfungsisebagai penghubung antara satu tiang dengan tiang yang lain. Kayi
dibuat dengan cara menghaluskan kayu yang telah dibentuk menjadi
balok pipih. penghalusan ini dilakukan dengan menggunakan serut.
4. Tumbu tada yaitu balok pipih panjang yang berfungsi untuk mengikat
atau menyambung deretan tiang yang berjejer kesamping. Tumbu
ada berukuran tebal sekitar 6 cm, lebar 12 cm, dan panjangnya
disesuaikan dengan lebar rumah. Cara membuatnya sama seperti
cara pembuatan kayi.
5. Galaga (gelegar), yaitu balok pipih yang diletakkan di antara tumbu
tada. Ukuran tebal dan lebarnya sama dengan ukuran tumbu tada
sedangkan panjangnya diseuaikan dengan panjang masing-masing
ruang. Galaga berfungsi sebagai landasan atau penyangga papan
lantai. Cara membuatnya sama seperti membuat kayi dan tumbu
tada.
6. Lantai, yaotu bagian bawah atau alas (dasar) suau ruanganatau
bagunan yang berfungsi tempat melakukan segala kegiatan didalam
rumah. Lantai rumah tempat tinggal rakya biasanya terbuat dari
kayuj jati, yang melambangkan status sosial sang sultan. Maknanya
adalah bahwa sultan adalah seorang bangsawan dan pribadi yang
selalu tenang menghadapi persoalan. Sementara itu, lantai rumah
tempat tinggal orang biasa terbuat dari kayu bamboo ang sudah tua.
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
62/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
50
Agar awet, bambu tersebut terlebih dahulu direndam di air laut
selama berhari-hari. Setelah itu, bambu tersebut dipotong-potong
sesuai dengan panjang kamar didalam rumah, lalu dibelah dan diraut
hingga halus. Selanjutnya, belahan-belahan bambu halus tersebut
dijalan menjadi satu kesatuan dengan tali penjalin yang disebut woll
sehingga tampak lebih indah.
Susunan lantai rumah adat suku wolio
Keterangan :
1. Ariy
2. Konta
3. Tumbu tada
4. Galaga
5. Kayi
7. Rindi atau dinding, yaitu bagian tengah rumah yang berfungsi
sebagai penutup semua kerangka bagian tengah yang bangunan
(badan) rumah. Dinding rumah adat buton umumnya terbuat dari
papan kayu. Dinding ni dibuat dengan cara memasang papan kayu
Gambar 4.10.
Gambar Susunan Lantai Rumah Adat Suku Walio
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Malige
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
63/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
51
bakal dinding pada tuorana rindi (rangka dinding) yang telah
disiapkan sebelumnya.
8. Kerangka atap, yaitu bagian atas rumah yang berfungsi sebagai
tempat untuk melekatkan atap rumah yang terbuat dari daun rumbia
atau nipah. Kerangka atap ini terdiri dari beberapa bagian yang
dirangkai menjadi satu kesatuan sehingga membentuk piramida.
Bagian-bagian tersebuat adalah tutumbu (tiang bubung), kasolaki,
pana-pana, kumboho (bubungan), lelea, tadana tutumbu atau sule
ngalu, dan tora-tora, jika bangunan rumah terdiri dari 4 tingkat seperti
bangunan malige, maka bangunan tersebut juga membutuhkan 4 set
kerangka atap. Susunan kerangka atap dan istilah-istilah yang
digunakan dapat dipahami dengan melihat gambar berikut.
Tahap pendirian rumah adat buton
1. Mendirikan tiang atau kerangka rumah
Lokasi rumah dibersihkan dan diratakan terlebih dahulu
sebelum tiang didirikan, kemudian sandi-sandi disiapkan ditempat
tiang-tiang tersebut akan dipasang. Sandi ini hanya diletakkan begitu
Gambar 4.11.
Maket Konstruksi/Struktur Rumah Adat Suku Walio
Sumber : esden art0nline
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
64/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
52
saja ditanah tanpa harus ditanam atau diberi perekat. Antara sandi
dan tiang diberi papan alas yang terbuat dari kayu keras dan
ukurannya disesuaikan dengan diameter sandi dan tiang. Bagian ini
berfungsi untuk mengatur keseimbangan bangunan secara
keseluruhan. Stelah itu, pendirian kerangka rumah dapat segera
dimulai.
2. Memasang kerangka atap atap dan atap rumah
Susunan atau tahap-tahap pendirian rumah modern biasanya
dimulai dari bagian bawah, tengah, dan atas. Namun, urutan tahap-
tahap pendirian rumah adat buton tidak demikian. Lantai yang
merupakan bagian rumah paling bawah justru dipasang setelah
bagian atas atau rumah selesai. Jadi, setelah kerangka rumah berdiri
, proses dilanjutkan dengan pemasangan kerangka atap, lalu disusul
dengan pemasangan atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau
nipa.
Kerangka atap rumah adat suku wolio
Keterangan :
1. Tutumbu
2. Kasolaki
3. Pana-pana
4. Kumbowu
Gambar 4.12.
Rangka Kuda-Kuda Atap Rumah Adat Suku Walio
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Istana_Malige
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
65/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
53
5. Tadana tutumbu
6. Lelea7. Tora-tora
3. Memasang bagian tengah rumah (lantai, dinding, pintu, dan tangga)
Pemasangan bagian-bagian tengah rumah dilakukan setelah
pemasangan atap rumah selesai. Bagian tengah rumah yang
pertama-tama dipasang adalah lantai yang terbuat dari papan kayu
atau jalinan bambu. Setelah itu, tourana rindi ( rangka dinding rumah
) dipasang dan dilanjutkan dengan pemasangan dinding, pintu, dan
jendelah rumah. Tahap terakhir adalah pemasangan oda atau
tangga rumah. Sertelah semua bagian rumah induk dipasang, maka
pekerjaan selanjutnya adalah membuat bangunan rumah tambahan
seperti dapur dan kamar mandi.
Urutan tahap-tahap pendirian rumah tersebut diatas berlaku pada
semua bangunan rumah adat buton. Hanya saja, pendirian bangunan
malige lebih kompleks karena ruangannya lebih banyak daripada kedua
jenis rumah adat buton lainnya.
4.5. Arsitek Atau Tukang Yang Membangun
Proses pembangunan rumah adat suku wolio dimulai dengan
diadakannya musyawarah untuk mufakat. Dalam musyawarah tersebut,
dibicarakan berbagai macam hal seperti bentuk bangunan, tipologi dan
ukuran rumah, cara pengambilan bahan, pemilihan lokasi dan arah rumah,dan siapa pelaksananya. Jika kamali yang akan didirikan, maka seluruh
pelaksanaannya menjadi tanggung jawab mahkamah syarah dengan
dibantu oleh sio limbona dan para kadie sementara arsitek dan
pelaksananya adalah para saraginti dan pandeempu. Jika banua yang akan
dibangun, maka pelaksanaannya menjadi tanggung jawab si pemilik. Si
pemilik menentukan bentuk dan lokasi rumah yang akan dibangun, jumlah
biaya yang dibutuhkan dan siapa arsiteknya melalui musyawarah keluarga.
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
66/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
54
Untuk arsiteknya, mereka biasanya menunjuk seorang pande yang berasal
dari keluarga terdekat (lakebo, 1986:94-85).
Jenis tenaga atau pelaksana yang diperlukan untuk membangun
rumah adat suku walio atau orang buton terdiri dari tiga macam yaitu tenaga
perancang, tukang ahli, dan tenaga umum.
1. Tenaga Perancang
Tenaga perancang yang diperlukan dalam membangun
rumah adat buton dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga perancang
untuk kamali atau malige dan tenaga perancang untuk tempat tinggal
pribadi. Tenaga perancang untuk malige adalah mahkmah syara
atau syarana wolio. Mereka ini bertugas untuk merencanakan bentuk
dan tipologi malige yang sesuai dengan idaman sultan. Sementara
itu, tenaga perancang untuk rumah pribadi adalah calon pemilik
rumah itu sendiri. Namun, biasanya masalah perencanaan tersebut
diserahkan kepada seorang pande (tukang) yang berasal dari
keluarga dekat calon pemilik rumah.
2. Saraginti Dan Pandeempu (Tukang Ahli)
Saraginti adalah para
tukang ahli yang khusus
bertanggung jawab dalam
pembagunan kamali atau malige
pada masa kesultanan buton
masih berkuasa. Di kalangan
masyarakat umum atau di luar
keraton buton, terdapat pula
tukang ahli yang disebut dengan
pandeempu, yang berarti tukang
betul. Orang ini disebut
pandeempu, selain ahli dibidang
bangunan, ia juga ahli dibidang
Gambar 4.12.
Saraginti (Tukang Ahli)
Sumber : melayu online
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
67/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
55
kemasyarakatan seperti ahli kutika (ahli penentu waktu), peramal
(meramalkan segala sesuatu berupa malapetaka yang akan terjadi
dimasa datang), dan lain sebagainya. Meski demikian, adapula
seorang pande yang memiliki seluruh keahlian tersebut.
3. Tenaga Umum
Tenaga umum adalah jenis tenaga yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga.
Tenaga umum dibagi menjadi dua macam, yaitu tenaga upahan dan
tenaga pembantu.
3.1. Tenaga Upahan, yaitu orang-orang yang dipekerjakan pada
suatu bangunan rumah dengan cara diupah atau digaji. Orang
orang yang terlibat dalam pekerjaan ini disebut sebagai pande
hamba, yaitu para pembantu tukang ahli. Mereka merupakan
satu kesatuan yang terorganisasi dibawah pimpinan seorang
tukang ahli dan di gaji dengan sistem gaji harian atau gaji
brongan.
3.2. Tenaga Pembantu, yaitu masyarakat atau keluarga yang
bekerja secara sukarela untuk membantu pembangunan
sebuah rumah. Jika banguanan yang akan didirikan adalah
kamali, baruga (tempat musyawarah), atau bangunan yang
didirikan untuk kepentingan umum, maka tenaga yang
digunakan adalah tenaga masyarakat secara umum. Sistem
pengerahan tenaga semacam ini disebut dengan sistem kerja
bakti atau gotong royong. Jenis-jenis pekerjaan yang mereka
kerjakan di antaranya adalah mengumpulkan bahan-bahan
bangunan, membersihkan lokasi, mendirikan bangunan, dan
memasang atap. Jika bangunan dibangun untuk kepentingan
pribadi maka sistem pengerahan tenaganya disebut dengan
sistem tolong menolong, yaitu mengundang keluarga dan
para tetangga terdekat untuk membantu membagun rumah.
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
68/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
56
Jenis pekerjaan yang mereka kerjakan sama seperti pada
sistem gotong-royong.
4.6. Detail-Detail Arsitektur
4.6.1 Ragam Hias
Ragam hias pada rumah adat suku walio atau orang buton secara garis
besar terdiri dari dua macam, yaitu ragam hias dalam bentuk seni pahat
(tiga dimensi) dan ragam hias dalam bentuk seni ukir (dua dimensi). Ragam
hias dalam bentuk seni pahat dan seni ukir tersebut biasanya ditempatkan
pada bingkai-bingkai pintu atau jendela, pada dinding, dan ujung depan
atau belakang bumbungan atap rumah. Dari segi motif, ragam hias yang
paling menonjol pada rumah orang buton adalah motif flora dan fauna. Tiap-
tiap motif memiliki makna simbolis dan nilai falsafah hidup yang tinggi.
Kedua jenis motif tersebut adalah.
1. Motif Flora
1.1 Nanasi, yaitu hiasan yang berbentuk buah nenas. Motif yang biasa
ditempatkan pada ujung atap bagian depan dan belakang
melambangkan keuletan dan kesejahteraan. Tanaman nenas
menurut orang buton merupakan tanaman yang mudah tumbuh
dan tidak mudah layu walaupun ditanam di tanah kering. Symbol
nenas ini menyiratkan dimanapun orang buton berada atau
Gambar 4.12.
Motif Nanas Dan Bosu-bosu Pada Bumbungan Atap
Sumber :
Motif Nenas
Motif Bosu-bosu
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
69/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
57
mencari nafkah, dia harus ulet dalam menghadapi segala
tantangan alam.
1.2 Bosu-bosu atau buah pohon butun (baringtonia asiatica), yaitu
sejeni buah yang menyerupai buah delima. Motif yang biasa
ditempatkan di tenkebala atau bate (yaitu bagian atap rumah yang
berada dibawah cucuran atap) merupakan simbol keselamatan,
keteguhan, dan kebahagiaan.
1.3 Ake, yaitu motif yang berbentuk seperti patra (daun). Motif ini
melambangkan kesempurnaan. Motif ini juga terdapat pada
bangunan malige sebagai lambing bersatunya sultan (sebagai
manusia) dengan khalik (tuhan). Makna simbolis ini berasal dari
ajaran tasawuf wahdatul wujud.
1.4 Kambang, yaitu sejenis kembang berbentuk kelopak teratai atau
matahari yang melambangkan kesucian. Karena bentuknya seperti
matahari, maka orang buton menyebutnya lambing suryanullah
(cahaya allah ), yang menggambarkan kemajuan dari zaman
majapahit ke zaman islam.
2. Motif Fauna
Motif fauna yang paling menonjol dari rumah adat orang buton
adalah motif naga. Motif ini biasanya ditempatkan pada bubungan
atap rumah karena masyrakat beranggapan naga itu tinggal di
langit. Motif ini melambangkan kekuasaan dan pemerintahan.
Selain pada bubungan atap rumah, motif ini juga biasa dipasang
pada pintu depan dan belakang, dengan maksud agar penghuni
rimah terhindar dari segalam macam bahaya, terutama angin jahat.
Terdapatnya tempayan/guci di depan rumah yang melambangkan
kesucian. Tempayan ini mutlak harus ada di setiap bangunan kamali
maupun rumah rakyat biasa.
4.6.2 Detail Struktur Arsitektur
Rumah adat ini berbentuk panggung ini unik karna dapat berdiri
tegak tanpa menggunakan paku
-
7/22/2019 Arsitektur Tradisional Keraton Buton
70/89
ARSITEKTUR TRADISIONAL KERATON BUTON Perkembangan Arsitektur 1
58
Sistem Pasak Sali