antologi_puisi
-
Upload
yoni-ahmad -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of antologi_puisi
-
8/9/2019 antologi_puisi
1/67
Antologi PuisiMahasiswa Prodi PBSI FKIPUniversitas Ahmad Dahlan
Angkatan 2006 / 2007
PenerbitProgram StudiPendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaFakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Ahmad Dahlan
ANTOLOGI PUISI
Mahasiswa Prodi. PBSI FKIPUniversitas Ahmad DahlanAngkatan 2006 / 2007
Cetakan Pertama, April 2008
Design CoverAndhik W. KhurniantoSandi Septiawan
EditorDedi Irawan
Sugeng M. Arifin
Pra CetakBudi Setyo AjiArif HidayatInggit Prayogi
DistribusiRita PurwantiTri AstutiRusmiatunHastin P
PenerbitProgram StudiPendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaFakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Ahmad Dahlan YogyakartaKampus II: Jl Pramuka 42 Sidikan UmbulharjoYogyakarta 55161 Telp. (0274) 371120, 372915
Sekapur Sirih
-
8/9/2019 antologi_puisi
2/67
Atas nama sebuah karya sastra khususnya puisi,maka antologi ini selesai dengan apa yang kita
harapkan. Sebuah proses pembelajaran ini merupakansebuah pembuktian untuk mewujudkan hasil dari prosespembelajaran itu sendiri.Antologi puisi ini merupakan hasil karya dari mahasiswaPendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia , FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas AhmadDahlan semester IV angkatan 2006 / 2007.
Antologi ini terbentuk bukan tanpa bantuan. Untukitu kami mengucapkan terima kasih kepada Dra. RinaRatih S. S, M.Hum. selaku dosen pembimbing matakuliah puisi. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima
kasih kepada pihak- pihak yang yang telah memberikanbantuan, baik secara langsung maupun tidak.Harapan kami semoga dengan adanya antologi puisi
ini dapat menjadi sebuah motivasi untuk menumbuhkanrasa cinta kita terhadap karya sastra. Sehingga nantinyadiharapkan akan lahir sastrawan- sastrawan muda sertaberbakat dan mampu melahirkan sebuah karya sastrayang baik. Amin.
Yogyakarta, 5 April2008
Penyusun
Malam
Serasa mencekamTerasa hampaSuasana sepi meredamMenyesak kalbu
Tak ada satupun berkawanTak ada satupun yang terdengarSemuanya diam kelamun
Waktu yang mengenangKisah masa lampauWaktu yang mengantarkan
Nyawa ke dalam raib semuBunyi jangkrik terasa menjeritBagai suara memerintahkanDetik demi detik makin kalutSerasa terus mendengungkan
BerbisikMenyeruak malam kalbuBerteriakSekerasnya mendengungkan syahdu
Ini adalah suatu malamYang lebih lama panjang
Ini adalah kisah salamYang mengingat dosa panjang
Yang KuasaYang ditunggui insanYang bersujudYang memberi kesempatan
Umi Wahyungsih
-
8/9/2019 antologi_puisi
3/67
46Lentera Malam
Emasnya lentera malam susupiArak mega kelamPutra- putri malam tarikan kerlip cahayanyaKartika berseri pancarkan riang anggun merekaJauh, terawangkan anganku tuk gapai indahnya
Sunyi pekat terusik derik binatang malamKepak kelelawar tinggalkan sendirikuJauh. Jauh dalam lamunan saat tersenyum lenteramalam datangi mimpiku
Nike Wijayanti
38
Sebuah Penantian
Sayup-sayup terdengar suaramu
Dan ku buka mata ini Namun semua sirnaBak di telan bumi dan langit
Semua harapan lenyapDi terpa angin malam yang gemulaiDimana aku termangu dalam kesepianMenanti sebuah kabar yang selalu
Kutunggu.Kembalilah engkau padaku .
Berikanlah sepercik benih-benih cintaYang telah hilang.
Dibawa derasnya air sungai yang mengalirMeskipun ajal akan menjemputkuEntah sampai kapan aku harus menungguBiarlah waktu yang mempersatukan kita
Dwi Yuli Hartati
14Jejak
-
8/9/2019 antologi_puisi
4/67
Tiga langkah kakikuCepat
Berakhir langkah terakhirkuJalankah berdebu?Kabutkah itu?Jejak langkah kakikuTerbekas dalamnyata1 lurus serong 1 menghilangJejakku membatuMelekuk benar jejak langkahkakiku!Tiga langah kakiku ituMembekas membatu
Menghilang terseret waktuTiga jejak langkahkuMenggiringku ke depan pintuPintu menjaga tiga pilihanLangkah kakiku1 lurus 1 lurus 1 lurus
Dian Revita R
43Aku Diam
Dalam kesendirianku, aku diam 1000 bahasaBayanganmu selalu menghantuiku setiap saatHanya ada namamu dan pengharapan
Keteguhan cinta yang tulus darimuTak satu kata pun dapat terucap
Jangan biarkan aku menjumpai kematianDi depan pintu kerinduanNamun disaat kamu datang dan duduk di sampingkuLidahku keluh, bibirku terkatupAku terbuai dalam pesonamu, hingga mata iniTak terkedip sedikitpun
Lantas aku tersentak dalam lamunan
Ternyata itu hanya anganku
Ingin ku ungkapkan perasaan iniPerasaan dimana aku sangat merindukanmuPerasaan yang selalu menghantuikuNamun tetap saja?Hingga saat ini aku hanya diam
Ratri Juli P
15Sahabat Sejati
Bersama- sama kita pecahkan masalah
-
8/9/2019 antologi_puisi
5/67
Sampai aku percaya padamuNamun aku tak ingin berpisahDan jauh dari sisimu
Satu hari terasa satu bulanKita bisa hadapi berbagai hambatanTetapi ada kalanya aku merasa heranPasti selalu ada duri dalam perjalanan
Seorang sahabat yang mulai mengertiArti dari sikap percaya diriHingga kalian mulai menyadariSungguh berat hidup sendiri
Masa lalu janganlah dikenangLebih baik dijadikan cerminanIngat masa depan masih panjangJangan hanya suka bermalas- malasan
Betapa aku butuh sosok seperti dirimuSelalu ada disetiap waktukuMenemani dalam hari- harikuMenjelang bergantinya usiaku
Ketulusan dan kebaikanmuMenyejukkan hati siapa sajaWahai sahabat sejatikuEngkaulah pelipur dalam setiap lara
Dury Rachman
54
Mimpi Yang Terjadi
Bunga mawar berguguranDaun- daun pun begitu
Segalanya takkan terulangYang telah terjadi biarlahSemua tetap begitu
Hingga nafas habisIngat satu hal kawankuTak semudah membalikMembalik telapak tanganMerubah masa depanTanpa pengorbanan yang beratTakkan mampu kau merobohkanMenggugurkan gunungTanpa ada akal di kepalamuBelajar itulah kunciMenggapai bintang menggapai mimpi
Mimpi yang indahUntuk kau miliki
Mei Dwi Ambarwati
51Ayah
Ayah engkau adalah pahlawan dalam hidup kuDari kecil engkau tinggalkan kamiDemi mencukupi kebutuhan dan
-
8/9/2019 antologi_puisi
6/67
-
8/9/2019 antologi_puisi
7/67
Ku menjeritDan kumenangis
Walau dengar tak kunjung datangSalahkah akuHinakah akuTapi ku mencobatetap mencobaSampai kau menerimaKata maaf yang tak seberapaUntuk menebus kesalahanDemi kesalahanSampai akhirnya kauMenerima
Di depanku kaulah yang terindahDi belakangku kaulah yang termanisNamun kenapa senyummuAdalah sumber tangisku
Tuti Aningsih
55
Mami
Terbentang telagaKasih dalamTiada tersurutKetulusan terpancarBak mentari menyinari bumi
MamiKau tempatku bersandarMerapikan sendi-sendi putus
PapiKau tempatku mengaduMemadu dukaNamun, hanya sekejapKau pergi jauhRemuk tinggalkan aku dan kenangan
Dian Muslim
47Ibu dari Ibuku
NenekYang kucintaYang kusayangKini telah tiadaPergi tak akan pulang
Menghadap kehadirat Illahi
-
8/9/2019 antologi_puisi
8/67
Mengakhiri kehidupan duniawiTinggal kenangan yang abadiKini aku tinggallah sepi
Dongengmu mengisi masa kecilkuSuka dukamu menghiasi hidupkuDekapanmu melapangkan hatikuKebaikanmu ingatkan akheratku
Diaryku kugoreskan namamuKu ukirkan kenangan bersamamuKu sesali salah dan khilafkuAirmataku menyertai kepergianmu
Nanik Sumarni
70Kekasih
Di antara celah cucuran butiran air hujanAntara belaian dinginnya kabut malamDalam lantunan desiran nyanyianSang penghias di setiap sudutDi antara kesepian malam
Di antara tiap nafasDi antara tiap detik nadi dalam hidupmuDi tiap dasarnya alunan darah di tubuhmu
Aku ingin selipkan rasa kerinduan yang tiada ujungKeelokan tiap lembar ranum bunga cintaku yangharum nan abadi
larikan mimpi indah bersamamumegah nan indahnya istana yang nyata dalam hidup kita
Puji Lestari
8# Nonsense #
Saat mata terpejam dan bibir tersenyum
Di sana ada hati yang merasakan suasanaSaat hati terasa sesak oleh suasana
Biarlah mata yang melihat keindahanDan saat itu tak cukupPejamkanlah matamu
Dan biarkan hati menemukan kelapanganDan jika mata sulit terpejam
Rasakan ketenangan dengan hatimu
-
8/9/2019 antologi_puisi
9/67
M Masruchan
30Perasaan
Saat butiran lembut hangat ini jatuhSaat ini pula ku merasa sendiri
Apa perasaan adalah suatu hal yang benar?Saat batin ini bicaraSaat itu pula jiwa ini merasa tenangTak ada hal yang perlu ku renungiTak ada rasa penyesalan diriDi dalam kesendiriankuKu mulai menyadariBahwa hidup itu untuk diri sendiri
Bukan umtuk kamu, dan ataupunMereka
Rochyati
52Kesendirian
SepisedihsunyiItu yang aku rasakanHanya denting dinding yang menawai
Hanya udara dingin yang menyelimutiku
Ribuan titik air mataSaat bayanganmu melintasDipelupuk matakuSaat fotomu tersenyum manisMenatapku
-
8/9/2019 antologi_puisi
10/67
Saat- saat kenangan itu teringatSaat itu juga hatiku tersobek- sobek
Hikmah P
1Kosong
Bisik sang bayu menerpa nirwanaMeratap sedih seorang pujanggaDengan sejuta bait puisi cintaBicara tanpa arah yang nyata
Terombang- ambing bagai rakit di tengah lautanTerbakar panas lalu terguyur hujan
Kulihat kasih dimatamuSebening embun di pagi hariSejuk membasahi kalbukuHati suka penuh seri
Namun galau hati kian tak terkendaliSenyummu hanya sebuah ilusiDan harapan yang kujalani
Hanyalah fiksi
Imaniar Erawati
36Hilangnya Seorang Pria
Air mataku jatuh, hati ini rapuhSaat kau jauh, tak lagi berlabuhAndai air mata untuk berwudhuAkan kugunakan sendiri air mataku
Kau pergi meninggalkan luka mengangaLuka yang begitu membekas di dadaKarena kepastian tak kudapatDarimu serpihan hati kupeluk erat
Relung hati begitu sunyi senyapKenangan indah saat bersama terasa lenyapKau hilang bagai ditelan malam
-
8/9/2019 antologi_puisi
11/67
Malam yang sangat mencekam dan kelam
Pria yang teramat kusayang
Begitu saja tanpa bekas menghilangKini hanya ditemani kenangan manisMeski hanya membuat teriris dan menangis
Lisna Nurfaizah
4
Ibu
IbuKulihat wajahmuSangat merindukankuDoakanlah akuYang sedang menuntut ilmu
Sinar wajahmu penuh kasih sayangMengiringi setiap langkahkuUntaian pesan engkau sampaikanSegala harapanmu kepadaku
IbuDoamu selalu kunantiBagai mentari di pagi hari
Menambah semangat dalam diriRidhomu ibu ridho Illahi
Muniroh
41Perjuangan
Waktu melaju berlaluTinggalkan tiap titipanSeperti senja senyapMenghabisi siang hari
Derai deras kehidupanTertantang pedang menghadang
Menembus jiwa tulusSelembut kapas sehalus sutera
Benteng perisai perjuanganApakah baja membaraYang membawa wibawaAtaukah kapuk lekuk?Terombang-ambing laksana gelombang
-
8/9/2019 antologi_puisi
12/67
Terus! Terus! BerjuangBiarkan garang menghadang
Gerbang harapan menantiRelakan pengorbanan dan penghabisan
Irfanti Kalestri
33Cahaya
Teduhkanlah hatikuLelahkanlah jiwakuDuhai engkau cahaya matakuYang menuntun jalankuYang memandu hatiku
Yang meredupkan pedih penatkuTersenyumlah.
Bahagialah.Sungguh engkauYang melumpuhkan hatikuYang melipurkan rindukuSenyum itu menyenangkan hatiku
Setianto
23
Teman
Hari-hariku sepitanpamu.teman.
Hari-hariku terasa hampatanpa candamukawan
Tak ada yang sepertimu
kawanYang bisa menemanikudikala sedih dan bahagia
Temandipundakmulah kuteteskan air matadan di pundakmulah ku tersenyum bahagia
-
8/9/2019 antologi_puisi
13/67
TuhanJagalah persahabatan iniabadi selamanya.
Arif Hidayat
40Peminta-minta
Kau kejar hidupmu tanpa rasa letih menerpaKau taklukkan rasa gelora di jiwaKau tiada peduli akan terik yang menggelitikKau buang malu dengan sejuta rasa pilu
Peminta-mintaDemi hidupmuKini kau merangkak memelas kasih yang dermaMemelas tuk menggapai nafas hidup dunia
Astoto Adi
7Penantian
Lelah.pada penantianBosan.pada tak pastiIngin lari dari iniIngin hilang dari iniMengapa tersenyum terus menggodaYang membuat tak bisaTak bisa lari, hilang, terbang ke nirwanaSayang.Hari kerontang, terus kerontangSesak seluruh ruang hati, terus sesakSayang.
Adakah penghapus seluruh dahagaAkankah ada obat penghapus duka yang menjalariseluruh tubuhKapankah terealisasikan jawaban penantian ini..
Era Assita
-
8/9/2019 antologi_puisi
14/67
60Rindu
Suara- suara beraduDalam ruang yang bersudutYang bertirai warna biru
Banyak ceritaBanyak tawa terlihat
Hanya seorang yang termenungDi pojok sudut ruangMelihat menyeluruh
Memandang tajamKe seluruh penghuni
Dia rindu kedamaianDia rindu ketentramanDia rindu kesejukanDi dalam ruangYang penuh sesak
Dan sarat suara nyawa
Diah Puspitasari
42Tanpamu
Malam yang hening
Tak pernah kubayangkanMalam- malam yang kulewatkanMenanti yang tak pernah pastiAkan kehadiranmu
Menangis, menangis dan menangisSaat bersujud dihadapmuBerharap dan memohonTuk temukan kembali cintakuKu titipkan hatiku untuknyaSaat ku jauh dari kasat mataku
Herlin
-
8/9/2019 antologi_puisi
15/67
3Gempa Bumi
Gempa bumi 27 MeiMenggoncang isi bumi
Setelah lama menyembunyikan diriKini muncul dipermukaan bumiGempa bumi 27 MeiMenggoncang tak tekendaliSuaranya gemuruh memecah sunyiRibuan nyawa dirampas tanpa peduliGempa bumi 27 MeiBergoncang bertubi-tubiMenandakan bumi begeser berkali-kaliTak bisa terkendali karma tanpa pengemudiGempa bumi 27 Mei
Tragedi yang tak kita kehendakiMungkin sudah kehendak Sang IllahiRibuan manusia telah matiGempa bumi 27 MeiJangan sampai terjadi lagiJangan sampai terulang kembaliKarna kutakut mati
Susi Utami
18Hitam Di Balik Putih
Lupaku mengingat sebuah janji terdahuluTerhempaslah asa melayang jatuh juaTak ada dua insan yang menyatu tanpa-Nya
Sesaat datang sang pemimpi hilang
Daun pun akan mengeluh jatuhSelayak sejati terimpit ruangMungkinkah penjaga lautan hati?Lelahkah tercinta wahai bulan?
Tetaplah di sini mengisikuMendualah bila pasir putih ke bawahDengan pilihan bercabang membimbingDalam setiap langkah setapak kakinya
Mengukirkan rasa
Romianingsih
-
8/9/2019 antologi_puisi
16/67
27Hakikat Seorang Sahabat
SahabatKau kan selalu ada di hatikuDisaat ku duka engkau datang menghiburkuDisaat ku bahagia engkaupun ada di sisiku
Kehadiranmu selalu membawa kedamaian dalam jiwakuSegala kegundahan yang kurasaAkan terobati dengan lafadz yang kau ucapkanSegala kesedihan dalam kalbuAkan berlalu dengan datangnya engkau
dihadapankuKemewahanKesenanganTakkan pernah bisa menggantikanmuKeegoisanKesombonganKan terkubur dalam, dengan melihat raut wajahmu
Sahabat
Jangan pernah engkau pergi meninggalkankuJangan pernah lepaskan jabat tanganmu darikuAkan kujadikan engkau pengobat rasa rindukuBawa selalu hatiku bersamamu sampai akhir
hidupku
Meta Yuni P
35Penantian
Malam ini terlalu sunyiMalam yang panjang untuk kulewatiTanpamu bersamaku meniti misteri
Dan kini terpaku merenungi
Dinginnya angin yang menyapakuMengingatkanku pada bayanganmuYang dulu setia mengiringi langkahkuNamun kini kau tiada disisiku
Dilubuk hatiku iniTlah kuukir dan kutulisNamamu yang mengisi sanubariBersama hingga takkan ku tepis
Kau di sana bersama pahatan rindukuYang kian terasa menyiksa relungkuMematahkan asakuTuk berharap akan hadirmu
Kan kunanti dirimu kekasihHingga akhir masa berlalu
-
8/9/2019 antologi_puisi
17/67
Walau berabad ku kan jumpa denganmuNamun janjiku kan slalu menunggu
Istirahayu
24Sebuah Ungkapan Hati
Bintang- bintang terangi malam kuDengan cahayamu tuntun sepikuHujan gerimis basahi hatikuDengan kesejukanmu suburkan tandusnya hatiku
Mentari hangatkan cintakuYang hampa tanpa hadirmuYang hampa dapat ku khayalDan selalu kuimpikanBerharap nanti semua rasa cintaku padamuKini kau simpan dalam lubuk hatimu
Siti Hutami
20Jalan Kehidupan
Tenangkan hatimuSeperti saat kau tidurTak ingat apa itu sayangApa itu cintaYang hadir hanya setumpuk cerita indahYang sebelumnya tak kita duga
Jalani kehidupan itu.
Takdir yang bawa kitaUntuk meraih fase- fase selanjutnyaYang kan kita jalaniYakinlah bahwa takdirKan bawamu ke dalam kebahagiaan
Erna Rahmawati
-
8/9/2019 antologi_puisi
18/67
44Kebisuan Hati
Satu nafas terhentiSaat bayangmu menghiasi lamunankuSaat degup bertahanKala sesak ini kian menghujamDinding-dinding kerinduan yang semakinMembiru
Kemana harus kucari jawabanSaat satu hati mulai bertanyaSaat satu jiwa terikat tali asmaraSaat hampa hati mulai menyiksaHanya tetesan airMerayap turun dari sudut matakuBasahi jiwa yang gersangBanjiri hati yang tlah beku
Esti Muryani
5Puisi Untuk Ibu
Kurangkai kata-katakuKu ayunkan jemariku di atas kertas putih kelabuKu ukir indahnya pesona wajahmuDi dalam kalbuku
Kau adalah lentera yang memancar cahayakesejukan
Dalam kegelapan kau sinari aku dengan kesucianDalam hidup ku kau berikan kedamaianKau bimbing aku kejalan kebenaran
IbuKasih sayang mu adalah samudra yang tak berujungKau simpan harta kasih sayangHanya untuk anak-anakmu tersayang
Kau adalah pahlawan bagi kamiKau pelindung kami
Kau pelita hidup kamiKau curahan hidup kami
IbuKu rangkaikan kata ini hanya untukmuDalam kumpulan bait-bait puisikuSebagai bukti kasih sayangkuUntukmu Ibu
-
8/9/2019 antologi_puisi
19/67
Sri Dewi Ratnawati
16Menyesal
Ketika dia datangKetika dia kembaliAku hanya terdiamSeperti patung yang tidak berarti
Selama satu tahun aku menantiMenanti dia kembaliBerharap bertemu kembali
Sepeti dahulu kala
Menyesal!!!!!?Sungguh aku menyesalKetika kita bertemuTapi, bagaikan musuh.!!!!
Ilham Rudi Utomo
19Bayangmu Menyapa
NamamuTerus bergemaEntah menyapaEntah mengapaEntah di mana
Senyummuselalu ingin membuatku berlari jauhTawamuselalu ingin membuatku terbang melayang
Suaramuyang ingin ku dengar tiap waktuNamamutak juga berhenti bergemaHasrat hati ingin ikuti gema namaDalam seribu tanyaSedang apa kau di sana?
Sayang,Kenalilah musim hujan yang basahAtau kemarau yang meranggaskan daun-daun
kering
Karena cintaku bersemi diantara dua musimSayang,Kenalilah gelisah angin diantara buluh-buluh bambuYang meliuk ke kanan dan ke kiriKarena ada bisikan tentang kegelisahankuKetika senja turun,Ada rona pada lekas langitnyaMerah membara kadang-kadang lembayung
-
8/9/2019 antologi_puisi
20/67
Kenalilah warnanya yang disapukan dari rinduku
12SayangMalam-malamku adalah catatan tentang cintaDinginnya menghangatkan
Ku jejaki purnamaYang tenggelam diantara awanDan kuingin terbenam bersama cinta yang kau bawa
Siska Putri Setiawati
13Matahari
MatahariKau menyinari hariku dengan sinarmuMembuat hari- hariku lebih bermaknaTanpamu di dunia ini takkan berarti
Kehadiranmu sangat bermaknaDan kehangatanmu sangat dinantiKau membuat hidup lebih berwarnaSinarmu begitu indah dan terang
Kini aku mengerti pentingnya dirimuYang selama ini tak pernah kusadariTak ada yang bisa menandingi sinarmuKaulah satu- satunya di dunia ini
Metana Umi S
-
8/9/2019 antologi_puisi
21/67
29Malam di Yogyakarta
Nenek itu kini telah tiadaNamun tak ada yang menangisinyaApa karena ia orang apaAtau karena kata orang,Ia gila..
Nenek itu kini telah tiadaNamun tak ada yang menangisinyaSeperti semasa hidupnyaIa berdiri di sini seorang juaTanpa anak
Tanpa bapakTanpa keluarga
Nenek itu kini telah tiadaNamun tak ada yang menangisinyaBahkan langit hanya terdiam terpanaMentari tak terik, hujan pun tak menyapaNenek itu kini telah tiadaNamun tak ada yang menangisinyaSejak kemarin malam di Yogyakarta
Yogyakarta, 8 november 2007
Miftachul Amalia
49
Hinanya Aku
Aku adalah akuAku tak tahu siapa akuKarena aku adalah aku
Engkau hanya tahu tentang akuTanpa tahu siapa akuKarena aku adalah akuAkulah raja, raja dan merajai harikuPenuh dengan rindu yang membeku
Aku adalah akuEngkau jauh dariku
Enyah dari hidupkuKarena aku tak mau engkau tahu
Tak pantas aku dirikuYang penuh dengan likuDan penuh dengan semuRindu menghantui jiwaku
Sugeng Hananto
2Jeritan Hati
-
8/9/2019 antologi_puisi
22/67
Di bumi yang bertuanKini sarang penderitaanBenalu tak berkesudahanTlah meruntuhkan pilar kedamaianTak menghirau panas dan penghujanWalau kering kerontangMereka tak pernah hilang
Ada teriak keadilanDi kursi pemerintahanTapi tak ada pembuktianDan hukumpun tak mampu menghukum
Wahai, Aljabar..Di penghujung malammuAda rintih lirih yang perihDari rakyat yang tertatih-tatihDalam hidup yang tak berketentuan
Kau yang menjadikan mereka adaHingga bara jadi apiCinta jadi dengkiKapan luka jadi nyali?
Iis Suwartini
53Suara Hati Wulung
Terdengar tangisan sayatan hatiMemecah aroma keheningan malamLantunan kata akan kesedihan berkumandangMerayakan keabadian sang Adam
Hai Dzat yang terdiamMengapa engkau bangunkan jiwa yang rentanMasih kulangkah penderitaan yang kurasakanAtau masih banyak curahan penderitaanYang Kau berikan
Wahai engkau yang selalu dipujaMengapa Kau tumpahkan lautan penderitaan kepadakuMampukah kedua sayapku mengepak bebas di atasMu
Dan sanggupkah aku terbang di atas lautanMu
Moch Andhi Setiyanto
25Kau
Dulu kau genggam jemariku
-
8/9/2019 antologi_puisi
23/67
EratHangatRasa mengatakanKau takut kehilangan diri ini
Kau beri aku sepasang sayapKau ajak aku terbangMelayangMelihat indahnya dunia
KiniKau lepas genggamankuKau patahkan sayap ituHingga ku terjatuh dalamSangat dalamBerat terasa beban ini, berat raga ini tuk kuajak berdiritegar kembaliRemuk jiwa ragaku terhempas jauh ke dalam lembahpaling dalam rasa terpurukkuBerenang, mengapung, tenggalam di dalam danaukesedihanTawar, hampa, sepi kini kurasa
Ajeng Fitriana R
10Sahabat
Bagai bintang dan segala kebebasan di angkasaBagai cerita tentang rasa surga
Kita bersamaAneka warna kita hiasi alur algoritma kehidupanTerik dan sejuk adalah biasa
Engkaulah sahabatku, penyejuk bagi jiwaSenantiasa mendengar saatku mengeluh,Padahal engkaupun berada dalam peluhSenantiasa membelai saat kukecewa,Padahal engkaupun tengah ada dalam gelisah
Sahabat, ku yakini inilah takdirAllah yang telah mempertemukanDan mengenalkan aku padamuMenghujamkan di hati- hati kita rasa salingSayang
Terima kasih sahabatkuTerima kasih atas segalanyaPersahabatan kitaKan slalu ada, kan slalu kujaga, kan slaluKita rasa
Lili Dei Aprivita
17Keinsyafan
Kutanya pada sang surya di ufuk timurPada bintang- bintang, rembulan di malam hariApakah ada salah pada diri ini
-
8/9/2019 antologi_puisi
24/67
NamunMengapa jua tak ditemukan jawaban yang pasti
YaAlangkah bangganya bila akuSeorang dari berjuta generasi kebanggaanTulang punggung NegaraGenerasi masa depanTetapiApalah artinya sebutan- sebutan itu bagikuHanya sekedar untaian kata tanpa makna
Dwi Astuti
6Layar Hati
Panasnya siang membakar hatiMemeluk dirimu dalam lamunankuAkankah aku menggapai khayalmuDan nikmati layar hatimu
Ooh TuhanPantaskah akuTuk menggapai layar hatinyaYang akan berlabuh di pantai orangTuk ku belai dan ku sayang
Ooh TuhanApakah dia layar hatikuYang akan kubelai dan kusayangKalau memang dia layar hatikuTerima kasih Tuhan
Ida Faizatul F
22Hilang
Aku kehilangan asaSeperti pena kehilangan tintaHilang semua tebar deritaMembenamkan rasa kecewa
-
8/9/2019 antologi_puisi
25/67
Engkau gadis jelitaPenuh akan segala pesonaEngkau taburkan lukaEngkau nikmati derita jiwaHilang semua..Musnah sudah harapankuHilang semua..Segala impianku
Anganku untuk melangkahTerasa semakin menjauhTerbangkan khayalan dipikirkuUntuk menanggapi hatimu
Dedy Irawan R
48
Arti Kalian
Dalamgundahku
Dalamsepiku
Dalamtangisku
Dalamsukaku
Dalamderitaku
Dalamtawaku
namun
Kalian selaluSelalu kalian
Sugeng M Arifin
37Letusan Kelud
Kelud meletusMeruntuhkan api kezalimanYang menegak angkuh melawan amarah wedhus gembelYang mengumbar nafsu amarahDi dalam kabut hampa udara
Kelud meletus,
-
8/9/2019 antologi_puisi
26/67
Menggemparkan jiwa menuntut keadilan yangterpenjaraDi kegelapan malamMatahari mengusirnyaMenghalau segala tuntunanYang merebak dasar nurani
Kelud meletusMenumpahkan kemarahan yang terpendamDi perut bumiMenguap ke angkasaBau belerangBercampur dendam
Bambang Hidayat S
21Curahan Hati
Di saat malam hari menjelangHatiku bimbang tak karuanMemikirkan masalah yang tiap hari datang
Hari demi hari telah kulewatiTetapi perasaan ini tak ada satupun yang berubahTiap hari masalah datang tak pernah berhenti
Membuat hati ini terasa indah
Oh Tuhan tolonglah hamba Mu iniUntuk dapat merubah jalannya kehidupanMenjadikan hidup di dunia ini nyaman dan tentramSampai ajal menjelang dan datang nya hari penghabisan
Septian Daryanto
26Ruang Hampa
Gelombang waktu dalam hidupkuMenyapu isi ruang tinggalah akuKemana yang kupegangTersenyum melayangKemana yang kusentuhHanyut
Aku titik ini ruang hampa
-
8/9/2019 antologi_puisi
27/67
Tak terhapusTak tergerusMenunggu ruang dan waktu leburDalam penuh keabadian
Erika Listyawati
9Melodi Kenangan
Hitam kelam dalam alunan melodi
Nyanyian malam dalam kegelapanKu dengar dalam alunan
Melodi-melodi yang bermain di telingaMenyampaikan kenangan yang kita lalui
Lalu..Mendesahkan mutiara kalbu
Dan batin ini tak kuasa membendung
Rasanya darah mengalir teramat jelasDan melodi hanyut membasahiTiap nada dan kata yang terdengarWalau malam terus membayang
Tri Astuti H
34Doa
Tangan ini tak bisaTangan ini penuh dosa
Tangan ini tak pantasTangan ini tangan setan
Mulut ini hanya berucapMulut ini penuh dustaMulut ini hanya berkataMulut ini penuh kebohongan
-
8/9/2019 antologi_puisi
28/67
Hati ini berbisikHati ini penuh kedengkiaanHati ini berbisikHati ini penuh kebohongan
Tuhan,Hamba bosan dengan semuanyaHamba jenuh dengan hidup ini
Tuhan,Hamba mohon lindunganMuHamba mohon ampunilah dosa hambamu iniTunjukkanlah hamba jalan MuLindungilah hambaAmpunilah hamba
Semoga KAU dengar Tuhan
Hendri Astuti32
Menyesal
Kala hujan sore ituMembuatku teringat pada masa laluAtas apa kenakalanku
Atas apa kesalahankuDan atas apa dosa- dosakuYa TuhanAmpunilah aku, izinkan aku bersimpuhdi hadapanmuAtas apa kenakalankuAtas apa kesalahankuDan atas apa dosa- dosaku.
Terutama kepada ibu.Ya TuhanBukankah engkau pernah berkataBahwa surgamuAda di bawah telapak kaki ibuAku tahu, aku tidak sanggup menggapaisurgamu.Tapi hanya satu yang kuinginkan, ampunilah aku.Wahai Tuhan Yang MaharajaRajakanlah ibukuDan jadikanlah aku prajuritBukankah seorang prajurit selalu takut dan patuhKepada perintah RajanyaItulah yang kuinginkan
Dedy Irawan
56Rasa
(september malam)
Menjalani waktu yang tak kunjung usaiMencoba mencariSesuatu yang telah pergi
AkuKamuDia
TanpaHampa
RasaDuka
Terluka
-
8/9/2019 antologi_puisi
29/67
Terkubur dalam sepi sendiriKutapaki langkah yang tak pastiLaluMATI
Sandi Septiawan
11Idamanku
Kau tersenyum bagaikan permataBersinar dan berkilau sepanjang masaKau bagaikan mata hatikuYang setiap pagi selalu kutunggu
Butiran cinta yang kuharapkan darimuTapi kau tidak pernah mengerti hatikuDiriku kaku melihat pandanganmuSaat kita bertemu
Sayang seribu kali sayangWalau kukenang wajahmuKau tak pernah tahu
Kalau aku mencintaimu
Detak jantungkuBila di sampingmu
Bergetar kuatSekuat cintaku padamuKaulah satu- satunya idamanku
Hayati
64Wanita
Ia bagai selimut saat kita butuh kehangatanIa bagai kasur saat kita butuh kenyamanan tidurIa bagai bantal saat kita ingin memejamkan mataIa bagai guling saat kita butuh pelukan
Ia adalah
Wanita
Budi Setyo Aji
-
8/9/2019 antologi_puisi
30/67
31Dirimu Nan Indah
Tak pernah lagi mendengar bisikmuKau tlah pergi dan menjauh darikuTinggalkan sejuta kenangan dalam hidupkuHanya bayangmu yang setia mengiringikuNamamu nan indahKan selalu terukir dalam relung hati terdalamkuCintamu yang tak mungkin ku raih
Kan tetap ada dalam khayal dan angankuDiriku yang tiada sempurnaHidup dalam pengharapan yang tak pastiBerjalan di atas mimpi-mimpiBerharap menjadi nyataWalaupun aku tak memiliki sejuta pesonaSeperti dewi malam, yang selalu setiamenemani datangnya malam
dan aku pun tak seelok mentaridan tak seindah isi jagat iniTapi cintaku bagaikan embun pagiSejuk dan sebening tetesan airnya
Bagaikan sang mentariYang setia menemani datangnya sang fajar
Nur Siti Widayati
67Kepedihan Hatiku
Cintaaku meyakinimuDari lubuk hati yang terdalamSelalu terukir goresan pena namamuMungkin tak kan pernah tergantikanAtau tak ada yang mampu menggantikanKarena sosokmu begitu sempurna di sanubarikuRasa hati bagaikan tersayat-sayatPedih perih
Hingga diriku meronta-rontaBak seorang yang kehausanJika ku lukiskan bayang wajahmuYang menggoda batinMakin menambah kehancuran jiwa
KasihAku lelah selalu mengharap kembaliYang aku rasa tak mungkin kembali
-
8/9/2019 antologi_puisi
31/67
Sebuah genggaman tangan telah membawanyaAku benci sosoknyaWanita itu telah merampas kehidupankuBerapa tetes air mata yang jatuh
Mewakili rasa kecewaku padamuKenapa aku harus bertemu denganmuKenapa kau harus pergi meninggalkankuHidup terasa gelap tanpamuBagaikan malam tanpa bintangBagaikan suara yang tak kunjung memecah kesunyianHampa dan selalu hampa
74Harus bagaimana lagi aku menanggapi cintaBak tiada harapan sekeping apapunMenata hati demi sosok lainApa itu mungkinMungkinkah TuhanBerikan hamba keteguhan imanAgar mampu menemukan hikmahDalam setiap langkah kakiYang aku jatuhkan setapak demi setapakTurunkanlah secercah cahayaDemi menerangi jalanku yang lapang
Iriani
75Ingin Aku
Aku bukanlah orang yang kuatYang bisa berjalan dengan dagu terangkatAda kalanya ingin aku mengakhiri jiwa iniAkan ku tancap pisau di dadakuBiar semua berakhirHingga tak ada lagi aku di dunia iniDan ada kalanya ingin aku menjadi tuliTuli dari segala apa yang tak perlu di dengarMereka mencaciku, aku diamMereka menghinaku, aku hanya bisa diam
Mereka mengabaikanku?Tegar.hanya itu yang bisa ku lakukanDan membiarkan semua mengalirMengalir bersama air mata dan kebodohankuHingga pada akhirnya semua akan tiada..
Fitrana Sari
-
8/9/2019 antologi_puisi
32/67
68Teman Baik
Malam hari kau datangBicara sebentar kau pergiAku merasa kehilangan saat ituKu cari di mana kau beradaTetapi kau tidak memberi kabarTernyata kau marah padakuBerjuta maaf aku ucapkanTetapi kau tak juga maafkan akuDan aku pun diamkan kamuDengan sendirinya kau sadarBahwa aku memang teman baikmu
Yang paling mengerti dirimu
Rini Purwaningsih
77Lara
Hatiku bagai terpenjaraInginku terbebas dari perih iniKu ingin bertemu denganmuPengobat lara
Aku sangat merindumuAku tahu hanya kamuYang mampu mengobatiSemua lara di hatiku
Aku akan menunggu kehadiranmuTuk menyembuhkan semua laraku
Walaupun hingga ujung usiakuMeskipun sang waktu tak bersahabat denganku
Anis Rofiqoh
-
8/9/2019 antologi_puisi
33/67
82Tak Semua Hari Itu Indah
Tak semua hari itu indahAda saat dimana kita menangisAda pula saat sedih di sepanjang hariTahu kenapa?Entahlah..
Hari indah itu sepertinya tak dapat aku ulangMeski aku telah berusahaBahkan bersusah payahSeperti saat ini
Malam hari begitu kelamSendiriDimanakah hari yang indah ituDimana aku bisa tersenyumTertawaBercandaMeratap bintang dan memeluk bulan
Iranika Sisilia
120Pahit Manis Cinta
Jika cinta tlah buatmu tertawaIjinkan ia tuk jadi gelak tawa selamanyaJika cinta tlah buatmu bahagiaIjinkan cinta itu tetap adaJika cinta tlah buatmu terlukaIjinkan cinta itu sembuh dengan sendirinyaKita tak menyesalinya
Hanya memerlukan waktu sejam tuk menaksir seseorangHanya memerlukan waktu sehari tuk mencintaiseseorangHanya memerlukan waktu seminggu tuk menyayangiseseorangTapi memerlukan waktu seumur hidup tuk melupakan
John Afifi
-
8/9/2019 antologi_puisi
34/67
96Pada Sebuah Malam
Pada malam yang dicibirSemilir sang bayu yang berhembusMembawa sebongkah ingatan masa laluSeolah sebuah penggalan kisahYang sempat terpenggal
Dia pernah merengkuh tangankuDan kemudian mengantarkan kepergiankuDalam rajutan senyum manis di bibirnyaMelukiskan sebuah keindahan di kaki langit
Wenny Prasmiyanti
128Kerinduan
Saat malam yang begitu sepiDi kala hari yang merinduSaat malam yang memanggil cintaSaat rindu yang menggugah hatiku
Kerinduan yang kamu rasakanSeperti terbawa angin di sisikuTak tertahan lagi membawamuKedalam ruang rindumu
Eka Desiyanti
-
8/9/2019 antologi_puisi
35/67
81Hampa
Hati ini begitu bekuBagai laut tak berombakTak ada angin juga perahuMembuat semua terdiam kaku
TapiMengapa tak ada sebabDatang badai begitu besarMembuat laut menjadi hancur
Tak ada yang bisa di perbuatSemua tak mempedulikanMembuat hidup ini matiDan matiHanya engkau yang mengerti
Tri Utami
108Dia
Menghiasi langkah tanpa lelah dan gundahMenabur indah setiap sepi hatiMengalir saat putus merundungMemberi pelecut tiada kira
Bongkahan aura memancing hasratTak ingin jauh tak ingin hilangSelalu ada karena paru kehidupanMeniupkan bayu selalu
Hingga kekal tak tergantiSeperti diriNya disisi
Adanya membuka semuaMembawa nyata menghapus fanaMemberi cahaya terpancar lenteraTak padam hingga waktu berjumpa tiba
Arif Ariyanto
-
8/9/2019 antologi_puisi
36/67
109Belahan Jiwa
YuristyaKadang ku merasa banggaKadang pula ku merasa kecewaNamun, kujadikan itu guru yang nyata
Saat kau tersenyumEngkau luluhkan amarahku saat kecewaNamun, engkau tak jarangTak jarang goreskan luka di dada
Tapi kiniHanya waktulah yang kan jadi jalan utamaKarna bila waktunya kan tibaEngkau kan tetap belahan jiwa
TyaPahamilah aku, sayangilah aku di setiap detikkuTyaCintamu laksana, kan selalu terjagaDi gelapnya jiwa
Hidayatul M.
104Coretan Untuk Negriku
Semakin luas gedung berdiri dengan angkuhnyaDi tepi airmata kesusahanDan berdahakkah engkau para demonstranYang kita ngomong, tanpa di dengarnya
OhPak PresidenMana janjimu ituYang enak kita dengar
Gedungmu laksana pengayom rakyatApalagi senyummu, wahai gedung DPRDirimu tak ubahnya rayap dalam kayu
Dimanakah bangsaku?Apakah hilang oleh petinggi negri
Kita hidup di tempurung katakYang tertindih oleh kebijakan pemikir bangsa
Kita hidup dalam kewajaranYang tak wajar adalah biaya hidup
Kita hidup atas jerih payah sendiriMereka hidup atas uang rakyat
-
8/9/2019 antologi_puisi
37/67
Ananto Ardhi Prabowo
86
RumahMu
Langkahku gontaiJalanku beratLangitku hitam pekatSeribu bintang yang aku banggakanSembunyi di balik gulita malamRembulan enggan bersinarKiamatkah ini Tuhan?Aku Cuma segumpal darahYang dititipi nyawaAku belum sempat bertobatGustiTubuhku bauKotorPenuh daki-daki dosaMataku butaTapi aku merasakan mata rimbun ituMenatapku tajamBibirku terkunci bisuBeruntung telingaku tak tuliSeruan merduMu menggetarkan hatiBulu kudukku berdiriKumantapkan langkah kakikumenuju rumahMuDan dosa-dosa ituAku tak peduliEngkau Maha Pengampun bukan?
Danik Sulistyorini
71
Wajah di Balik Suara
Gemericik air mengusap gendang telingaPucuk daun ikut merunduk ke tepianWarna bunga liar pun terangguk pelanahhAku ingin mengikuti arah pandangan ituAku ingin mendengar sayup bisik ituHanya saja ada keresahan dalam jiwaAda satu kedahagaan yang belum terpuaskanLidahku keluKurasakan sesak menguap perlahanBerganti air dingin sejuk mengalirMembasahi kisi-kisi hatiahhhDalam roda kehidupan,mencekamDiantara dera kesedihan penuh keangkuhanAku berjalan menyeruak titianMenerobos ke dalam terkamanBerlari mengejar sebuah kepastianSepersekian detik kemudianMusik kehidupan itu hilang ditelan bulatanMeleleh bersama kidung malamaahhhInikah sisa bias-bias kerinduan?!?
Hastin Pamulatsih
-
8/9/2019 antologi_puisi
38/67
107Seorang Perempuan Tua
Di senjamu terasa sunyiPeluh masih menetes dari keriputmuJalan penuh kerikil masih kau daki dalam senjamuTerlihat kelelahan dalam keriputmukau cobaSelingi helaan nafas tuk coba melepas penat
Seharusnya dalam senjamu peluhmu tak harusmenetes lagi,tapi adakah yang salah?Seorang perempuan tua tetap harus bergulatdengan kerasnya hidupMenepis,menahan,merasakan hidup yang penuhdengan kepastian
Oh Tuhan, betapa hebatnya seorang perempuan tua ituDia hidup tak sekedar hidup dengan menopangkerasnya hidup sampai setetes darah yang mengalir,Keringat yang mengucur deras, nafas yang terengah-engah.Terus dan terus peluh masih menetes darikeriputmu
Devi Damayanti
72Suara Hati
. . . . ? ? ? ? ?. . . . ? ? ? ?. . . . ? ? ?. . . . ? ?. . . . ?
Ema Syafrudin
-
8/9/2019 antologi_puisi
39/67
66Si Kecil
Kau merasa lapar kau menangisKau ingin pipis kau menangisKau ingin tidurpun kau menangisIngin apa-apa kau menangis
Wajahmu yang bundarMembuatku semakin gemasTak berharap sayangku padamu tak pudarBagiku kau emas
Aku bahagia
Aku bersyukur kepadanyaKau diciptakan sempurna
Terima kasih Tuhan Sang PenciptaSemoga diberikannya akhlak mulia
Siti Fajar Istiqomah
117Playstation (PS)
Di pagi hari yang cerah
Ku teringat akan dirimuKebahagiaan yang kudapat saat kita bersamaSeakan dunia milik kita berdua
Begitu berarti saat kumainkan dirimuTak henti-hentinya kupandang dirimuYang begitu menawan indahBegitu menusuk dihati
Kumainkan semua jari-jarikuSaat kusentuh dirimuTak seorangpun mendugaKenangan bersamamu
Tak begitu saja kulupakanWahai engkau PS ku
Galih Nurhadi
78
-
8/9/2019 antologi_puisi
40/67
Pupus
Aku telah gagalMenjadi matahari
Yang dulu sempat ku janjikan
Karna sayap ini telah patahHingga aku tak mampu lagiTerbang kelangitmu
HarapkuSesal ini akan membawakuTenggelam di dasar lautkuTergulung bersama ombakKembali menjadi pasir
Di tepi pantaimu
Hanya sajatak seindah matahariYang menerangi jiwamuPasir hanya menjadi alasmuSelalu terinjak dan terluka
Sujiati
79Melatiku
Jalan ini menatapku tak terarahSejauh diri ini melangkahTak ku temukan jua
Siapa gerangan dirimu yang sudahTerpahat dihati sejak dulu
Jarak yang terpisahMembuat diri ini ragu tentang dirimuDisetiap mimpiku pasti ada dirimuHati ini tetap untuk sang kekasih
MelatikuTenang saja kau disanaKuberharap engkau selalu tertawaAku baik-baik saja disini sendiriTenangkan diri selalu menanti kau
Kembali ohMelati
Taufik Nur A
119Perih
-
8/9/2019 antologi_puisi
41/67
Di kamar ini kuteteskan air mataMenahan perihnya siksa kerinduanMengenangmu di batas pelabuhanEngkau menangis dalam pelukanku
Bulan yang menghias malamSeolah tertawa kecil melihatkuBerbisik mawar penghias malamDi balik redupnya mataku
Banyak sudah airmata ini kucucurkanTak sedikitpun rasa perih itu hilangRupamu tersenyum menari di relung hati dan fikiranMembawaku terperosok dalam jurang kerinduan
TuhanSungguh besar anugerah yang kau berikanTulus dan suciSeperti aku tak pernah sadar sebelumnya
TapiKenapa perih terasa?Mungkinkah sebenarnya ini cinta?Atau hanya sebatas keluhanku semata?
Wahyu Pujono
65Rindu
Saat kuteringat dirimu
Ku hanya ingin katakanKurinduMerindumu
Karna kau cahaya dalam rindukuYang tak akan hilangWalaupunAku selalu menangis tersedu
CintaIngin ku ucapkan seribu kataRinduRindu akan dirimu
Sayangku
Sudarmanto
103Biru
Setiap saat selalu sajaTerdengar tawa dan tangis
-
8/9/2019 antologi_puisi
42/67
Haru biru jadi kelabu
Jiwaku lelah hatiku letihAku ingin menangis bersama gerimis
Halilintar petir saling menyambar
Haruskah aku terpurukDalam hatiku yang remukItu perasaanku sajaDalam suasana senja
Kini kuharus merelakanSemua kenangan, yang pernah singgah
Tulikanlah kedua telingaku
Butakanlah kedua matakuAgar aku bisa melupakanmu
Aku hanya inginkan satu halTuhan berikanlah padaku,Berikanlah padakuBebas dari rasa takut juga rasa tertindas
Imam Budi Santoso
116Luntur!
Manis kata di bibir CumaTerdengar lembut lewati telingaJanji terucap mudah sangat
Tapi di bayar pun tak sempat
Memang lidah tidak bertulangKau bilang tidak tapi terulang
Tiada terpikir kali keduaKau buat janji tanpa terbayar
SudahCukupHentikan!!
Terkikis hati oleh rasa percayaKau lepas maaf begitu saja!Pikun sudahkah engkau?Aku bosan dengar kau bicara
Aku tak lagi mau mendengar
Hanya janjiYang tak pastiLunturkan rasa percaya!!
SudahCukupHentikan!!
Rita Purwanti73
Sudut
Sebuah ruangSudut, sudut, sudut akuMata terpejam bukan tidurSuara mengalun bukan bernyanyi
-
8/9/2019 antologi_puisi
43/67
Hati menjerit tapi tak bersuaraMata menangis tak teteskan airmataDiam, termangu, sendu aku
Hanya sudut itu tenangkan kalbuku
Dias Wulansari
92Ayah Bunda
Teringat kembali dalam angankuSaat indah bersama ayah bundakuRasa damai merasuki kalbukuSaat terlontar nasihat dari ayahkuRasa bangga menggema di hatiku
Ayah BundakuHanya engkau pelipur kesedihankuBetapa aku menyayangimu
Hanya engkau idolaku
Ayah BundakuTerimakasih atas kasih sayangmuSemoga Tuhan selalu melindungimu
Wahyu Retnaeni
126Matamu
Hitam bundar memancarSeolah diamond berkilau putihMelirik tajam, tapi tak setajam pisauDan tak setumpul pensilBergerak ke kanan, bergeser ke kiriKadang ke atas lalu ke bawah
-
8/9/2019 antologi_puisi
44/67
Tak jelas, penuh tanya, penuh misteriTapiMenyimpan dua ribu maknaBersimpan di dasarnya hati
Sedalam samudra laut ParangtritisTak bisa di ungkapTak bisa di bacaSeolah terkunci gembok tuaYah, matamu yang tak bisa bicaraMembisu seperti mulutKarena itu bukan mulutTapiMatamu tersimpan banyak rasaDukaTawa
LukaSuka
Lina Erlianti
69Rindu
Di kala malam menghampiriSunyi dan sepi selalu menemaniRinduku tak dapat terobatiTanpa hadirmu disini
Bagai waktu yang terus berjalanBagai diriku yang menantimu
Tak kuasa ku menahanRindu yang ada dalam hatiku
Kasih, kurindu padamu
Senyummu yang menghiasi hari-harikuKasihmu yang sejukkan kalbukuKini kumerasa hampa tanpamu
Dewi Puspitasari
110Ontel
Mentari pagi muncul dari peraduaannyaKicau burung mulai terdengar menusuk telingaKilau embun pagi mengikat bak pertamaApakah pertanda esok tlah datangKu ambil sebuah handuk untuk mandiYa! Mandi di sungai yang penuh dengan berbagai kotoranInilah kehidupan kampung yang masih jauh darikeramaian
-
8/9/2019 antologi_puisi
45/67
Ku kayuh sepeda ontelku dengan penuh maknaDemi orang tua ku yang muliaWalaupun peluh keringatku mengucur derasnyaTetap saja ku kayuh ontelku untuk sebuah harap
Ontel adalah teman setiakuDia yang selalu mengantarku keliling duniaSemoga ontel mampu menyingkap nestapaSeiring harap yang ingin ku rengkuhOh ontelku.Terima kasih ucapku untukmu
Riza Noor Umami
80Dinda
Dindapedih ketika kucoba untuk meraba kembalimasa ituMasa di mana duka dan bahagia kita bagi berduaDisaat harapan kita masih Satu
Manis senyum dan perhatianmu yang dulumenenangkan jiwaKini hanya mengundang rindu yang menusuk hati
Biarlah.memang ini jalannya!!Inilah akuSelalu tersenyum,
Meski dirimu bukan disampingkuAku coba tegar,betapapun lelahnya menantimuBiarkan aku dengar rasa ini. Biarkan!Karena ku hanya mencintaiDan tak harus aku di hatimu
Ketahuilah,, kaulah selama ini di hatiBagaimana dan berapapun lamanya waktu berjalan
Ardy Priyambodo
114Ibu
IbuKau besarkan ku dengan kasih muTak jemu kau merawat kuTak pernah kau rasa lelah mu
Darahmu mengalir dalam tubuh kuKeringatmu semangat bagiku
-
8/9/2019 antologi_puisi
46/67
Deritaku adalah bebanmuSenyumku adalah bahagiamu
Ibu.
Kini kau jauh dari mata kuYang tersisa hanya sesal kuKarna ku tak bisa balas budi mu
Ibu.Maafkanlah anak muYang tak bisa bahagiakan hati tuamuKini hanya doa yang bisa kuberi untukmu
Eki Yunitasari
94Kau
Kau terbangkan aku dengan sayap cintamuKau penuhi ruangku dengan katamuKau bawa aku jauh dalam imajimu
Tapi kau tetap kau..
Membawa cinta dengan pesonaMenebar luka dengan lara
Sampai ku tersadar..Mengenalmu membuatku sia-sia..
Qorifa Anggun
99Duka Negeri
Pagi yang tenangTiba-tiba mencekamBencana telah datangMelanda kampung halaman
Engkau datangTanpa berita, tanpa kabarLangsung menyerangBumiku pun gempar
-
8/9/2019 antologi_puisi
47/67
Ribuan nyawa melayangRibuan rumah engkau ratakanKataku yang malang
Kini menangis meratapi kodrat alam
Cahyaningsih
125
Untukmu Papa
Aku dulu begitu awam dengan apa yang ku rasa.Aku dulu begitu takut mendengar keluh kesahmu.Dan kau tak sanggup mendengar tangismu.
Dengan begitu saja aku pergi menjauhimu.Aku tak pernah tau begitu berat bebanmu.Aku tak pernah tau begitu sakit tubuhmu.Tapi Tapi kini tiada sisa lagi selain sesalku.Terhempas sesak dalam jemu.
Malam menjadi semakin gelap.Meninggalkan berjuta asa bersamaku.Tersungkur aku dalam bayangmu.Tanpa kata kau pergi tinggalkan aku.
Lunglai tubuhku menatapmu.Lemas batinku menyentuhmu.Derai tangisku iringmu.Dunia tinggalkan semu.
Dengan kereta berkaki manusia,Dihiasi permadani bertabur mega.Kau pergi tinggalkan gubuk kita.Kau bawa semua yang ada.
Salah siapa semua ini?Salahku, Salah mama, atau salah orang Bertitel?Kenapa mereka diam saja?Kenapa, tak ada tanggung jawabnya!
Aku memang bukanlah siapa-siapa.Aku tak mampu berbuat apa-apa.Yang kubisa hanya nelangsa.Yang ada hanya mama, diatas nisan PAPA
Arista Dwi Kusumawati
127Suaraku
Teringat disitu aku ingin berteriakSungguh sendiri aku di siniSaat aku lemahSaat aku rindu
Hanya suara yang mampu kudengarYang mampu menjadi obat ragaku.
Aku rindu ingin sekali berlari kesana.Tempat ku lewatkan masa kecilkuDanKini aku datang dengan membawa harapanYang selama ini engkau dambakan
-
8/9/2019 antologi_puisi
48/67
Kita akan dapat lagi bercanda bersamaSampai akhir hayat ini.
Susi Rahmawati
83Pada-Mu
Dikala senja mulai menyapaKu tertunduk dalam doaTeringat ku pada-MuTersadar ku pada perbuatan lalu
NamunDikala cinta menyapaHati ini menangis karenanyaApakah ku berdosaPada-Mu ku temukan jawabannya
Wahyu Apriyani
100Sahabat Pergi
Dan daun pun berguguranDiterpa angin yang melenakanPenasaranKini aku dalam kegalauan hatiSahabat yang berarti telah pergiHilang terhapus embun pagi
Kemarin masih kudengar tawamu di kelasIndahnya senyummuHibur hatiku dari kesedihankuSahabatkutawakuair mataku
Serasa bangun dari mimpi yang indahSaat yang kujumpai hanya kenangan
-
8/9/2019 antologi_puisi
49/67
ingatku kemarinSaat aku mengantarkannyaDalam tidurku Ia tersenyumSeakan memanggilku lirih
Selamat tinggal sahabatku
Lutfi Hidayat
98Khayal Cinta
Awan putih, kicau burung nan riuhMengusir suasana rusuh
Sang surya nan terikAlunan cinta datang mengusik
Pikirku melayang nan terbangMengukir kisah kasih dan sayang
Cinta.Cinta.dan Cinta.
Kapan menghias jiwa?
Lelah raga iniNamun tak sanggup merubah hati
Keyakinan akan rasaKelak kutanam dalam jiwa
Sosok-Nya laksana pelitaKini aku bersimpuh memohon dan berdoa
Hapus segala khayal cintaYakinkan! Bahwa cintaADA!
Kuntari Werdiningtias
105
Andai Itu Cinta
Ketika bersamamuHatiku merasa berdebar-debarKetika ku melihatmuHatiku merasa tenangKetika tak berjumpa dirimuHatiku merasa hampaApakah ada cinta di dalam hatiku?
Andai itu cinta
Biarlah bersemi di dalam lubuk hatikuWalau yang tahu hanya dirikuTerima kasih TuhanAtas kesempatan yang Engkau berikanUntuk mencintainya
Dian Eka Saputri
-
8/9/2019 antologi_puisi
50/67
102Cinta dan Luka
Jika memang cinta ada diantara kitaKenapa kau pergi tinggalkan ku sendiriKalau saja waktu dapat kuputar kembaliTidak akan ku dapati kau
Kadang waktu berpihakTapi sering kali mengelakPedih, Perih, Luka itu yang kurasaMelihat apa yang terjadiTak punya daya tu berkata
Mendengar semuanya
Semua harus berakhirJiwa ini hampa, kosongTanpa arah dan tujuanBagai kapal tanpa nahkodanya
Ketika ku mulai bersandardan enggan tu berjalankudapati satu titikyang mampu mengobati
jiwa penuh lukakarena cinta
Halimah D A
91Kasih Ibu
Segurat garis di keningmuHiasi paras indah penuh karismaSesaat ku tertegunKau tampak kuat dimataku
Kuterjatuh kau ulurkan tanganmuKumenangis kau usap air matakuTak pernah kau rasa lelahmuHanya demi menjagaku
Tertatih ragamu
Terkuras keringatmuTak henti doamuMeski ku tak di dekatmu
Maafkan aku ibuBila tak sengaja lukai hatimuTapi yakinlah padaku
-
8/9/2019 antologi_puisi
51/67
Kaulah muara kasih sayangku
Matamu terangi langkahkuTawamu hiasi hariku
Senyummu indahkan segala yang adaTerima kasih untukmu ibuAtas segala yang terindahKau beri padaku
Betti Ermawati
87Dia
Kau di sana sedang apa?
Sebenarnya kau ini siapa?Jika ku butuh, kau di mana?
Bila kau harus pergi, ku harus bagaimana?Cinta itu datang kembali, mengapa?
Kalau aku benar-benar rindu, kenapa?Kau tak tahu makna rasa di dada
Lalu harus berapa lama kau kan tahuKasihku
Ristri Wahyuni
85Bingung dan Gelisah
Waktu begitu cepat terpakuKebingungan menghampiriku
Kegelisahan menyelimutikuAku sudah berusaha mengusirnyaKenapa kau tidak juga pergiKenapa kau harus singgah di benakku
Apakah ini tempat yang pantas untuk kau singgahiApakah ini tempat yang pantas untuk kau hampiriIni bukanlah tempat yang pantas untuk kau singgahiIni bukanlah tempat yang pantas untuk kau hampiri
Aku akan tetap mengusirmu
Untuk.Pergi!!!Pergidan pergi!!!
Hanya dengan ketenangan hatilah aku bisa mengusirmuHaya dengan kedamaian jiwalah aku bisamembelenggumu
-
8/9/2019 antologi_puisi
52/67
Akan aku usir dan belenggu kau dari benakkuAgar aku bisa mendapatkan ketenangan dan kedamaianSeperti yang aku harapkan saat ini
Harduwining Astuti
115Indahnya Cinta
Biarkan cinta itu tumbuh dan mekar dalam hatiDan jangan biarkan cinta itu layu dan mati di dalam hati
Karna cinta simbol kehidupan yang abadiAku ingin selalu bersamamu
Cinta di basuh dengan ketulusan dan kesucianAkan tetap murni dan senantiasa indahButiran hangat mengalir dari mata kuMerasakan indahnya cinta yang kau berikan
Cinta memberi keceriaan untuk sebuah kebahagiaanSeperti detak jantung yang menemani nafas kehidupanCinta tidak membutuhkan mulut untuk mengarahkannya
Tapi cinta membutuhkan hati untuk mengungkapkannya
Nunik Retno Wiyanti
123Kerinduan
Membayang tak terbatasMenelusuri celah-celah angankuTerbayang semu, samar wajahmu terukir
Lewat kata ku coba mengungkapKegelisahan hatiDan menjadi tanya dalam batinTentang dirimu yang jauh dari matakuKerinduan ini menjadikanku menyadariAda hati yang terjebak, terbelengguDalam penantian panjangDan tak pasti bertepi,Kebenaran pun seakan mulai terjawabAku memang mencintaimu
Fitri Andari
-
8/9/2019 antologi_puisi
53/67
84Memori Kasih
Ada kalanya orang menutup diri dari cintaBukan karena tak menyukaiOrang yang mengulurkan cintanya ituMelainkan takut untuk memberikan respon
Mungkin mereka pernah mengalami perasaanYang sedemikian dalam
Saat pecahan kaca berserakan tak menentuAku sadar ku tahu.Masih ada kasih yang tersisa disana
Saat ku buka mata tuk sambut datangnya pagiAku sadar.Bahwa masih ada sosok yang selalu tersenyumMenantiku
Meski kau tak sesempurna dia .Namun kaulah satu-satunya cowok yang mau menerimaaku apa adanya
Ari Purnika Sari
106Tak Seperti Biasa
Pagi ini, kau tak seperti biasaKau yang selalu membangunkanku, danMengucapkan selamat pagiKau yang dengan sangat tulusMenyediakanku sarapan pagi
Siang ini, kau tak seperti biasaKau yang selalu mengkhawatirkankuMenanyakan bagaimana keadaankuKau yang berusaha membuatkuMerasa tenang dengan kata-katamu yang lembut
Malam ini, kau tak seperti biasaKau yang selalu berusaha untuk tetap tegarDihadapanku dengan sinar matamu yang dalamKau yang menuntun langkahku untuk
Terus bersemangat walau lelah mendera
Wahyu Setyaningsih
-
8/9/2019 antologi_puisi
54/67
90Sosok Ibu
Saat sang surya mulai meninggiPanas pun kian mengabaikanDi persampingan yang semakin ramaiKulihat sosok seorang wanita tuaBerdiri menggendong seorang anakSedang meminta belas kasihan
Seketika aku teringat sosok seorang ibuYang selalu sabar mendidikkuDan selalu menyayangikuDi sepanjang waktu
Tuhan !!!Bagaimana aku harus membalasnyaHingga saat ini aku tak mampuHamba mohon TuhanLimpahkan petunjuk-Mu
Kenny Lista Dewi
101Bunga Tidur
Saat malam telah larutKesunyian dan kegelapan bertautKupejamkan mata perlahanKunikmati tidur membaur
Namun dalam tidurkuDatang sebuah bayang
Ayah dan bundakuMereka menutup mata penuh cintaAku menangisSeakan hati teriris
Aku terbangunAku bersyukurIni hanya sebuah mimpi
Ya Allah, apakah aku siap?Sedang mimpi-pun
Aku tertegun
Ya Allah, jika waktunya kan tibaPerpisahan dengan ayah dan bundaBuatlah aku lebih dewasaBahwa perpisahan itu akan adaBuatlah kau mengerti
-
8/9/2019 antologi_puisi
55/67
Segalanya kan pasti
112Ayah dan bundaBeri aku kesempatanMemberi setitik kebahagiaan
Sebagai balasan semua pengabdianAtas karunia TuhanAku terlahirkanDari orang tuaku tersayang
Khairun Nisak
113
Bunga-Bunga Jalanan
Seorang bocah termenung terdiamWajahnya polos seakan bertanyaDitangannya kulihat setumpuk koran harian kotaIa masih terlalu muda untuk mengerti segalanya
Langkahnya semakin goyah tanpa tujuanMereka adalah bunga-bunga jalananYang selalu mewarnai hiruk pikuk kota iniMereka anak-anak bangsa yang tertinggal
tapi tetap mengejar mimpi yang tak pernahterbeli
kerena kebodohankarena kemiskinankarena keterpurukanharuskah ini terjadi?Di atas tanah Ibu pertiwi iniNamun tiada jua yang peduli
Semiskin menggelapar-lapar karena kebodohan
Semiskin yang berbalut derita karena kedunguan
Arie Effendi
-
8/9/2019 antologi_puisi
56/67
97
Sahabat
Sahabat bagiku adalah cerminan hatiDia ada kala kita membutuhkanSusah, senang selalu kita iringiBagai tak kan nada yang bisa memisahkan
Sahabat adalah belahan jiwa kitaKita takkan sempurna tanpa sahabatSahabat buatku jadi dewasaMaka bagai malaikat tanpa sayap apabila kita
tanpa sahabat
Wigati Indarwati
76Untukmu Tuhan
Duka derita, duka laraku di duniaTidaklah aku sesali dan aku tangisiSepedih apapun yang aku rasakan dalam hidupkuSemoga tak membuat aku kehilanganJernih jiwaku
Ketidak adilan yang ditimpakan oleh sesamaTak akan membuat aku membalasnyaAndaikan dunia mengusir aku dari buminyaTidak akan aku merintih tidak pula aku menangisAsalkan karna itu Tuhan menjadi sayang padaku
Segala kehendaknya menjadi surgaBagi cintakuAda dan tiadaku semata-mataMilikmu Tuhan
Hesti Ristiyaningsih
-
8/9/2019 antologi_puisi
57/67
111Jalan Kehidupan
Senja bercerita tentang satu kehidupanKetika syair-syair keabadianMulai diperdendangkanKekaguman langit pada deras hujan
Saat senandung lirih janjidiperhitungkanDalam ikatan bernama kehidupanTerikat pada seutas keimanan
Temaram cahaya terhalang mendung yang kelamKetika keyakinan mulai dipertanyakanTak mampu diri mencoba terus berpura-pura
Ketika masih saja mimpi-mimpi semuYang terus diburu
Yuni Dwi Astuti
93Hampa
Hidup yang kosong
Hidup yang sepiHidup yang selalu hampaSepiku bagai ikan tanpa air..
Hidup tanpa semangatHidup tanpa arah dan tujuanTerombang-ambing dalam lautanTerbawa arus yang derasMakin lama makin hilangEntah kemana
Kini kutunggu cahaya terangSeindah cahaya mentariMenghangatkan dikala dingin,Menerangi dikala gelap.
Akankah cahaya itu datang.TUHAN???
Jiwa dan raga ini hanya bisa menantiTanpa ada jawaban yang pastiHampaHampa
Dan hampa
Akankah kehampaan ini kan ku bawa sampai mati
Finna Fatma Sriutami
89
-
8/9/2019 antologi_puisi
58/67
Penantian
Duduk termangu aku sendiriKu tatap langit tanpa awan
Dengan hiasan bintang, bulan yang mendengarjanji itu
Matapun mulai berkaca,Air mata pun terurai membasahi pipiDada ini sesak seakan langit dan bumi mendesak
tanpa jarakKetika terlintas dibenaku akan dirimuTak ada kata yang terucap, hanya isaktangis yang terdengar seiring jalanya malam
Sekian lama aku tungguTak kunjung juga kau datang menjemput aku
Kemana janji yang dulu pernah ku dengarKini semua itu hanya fatamorganaYang tak mungkin jadi nyata
Siti Hajjah Julianita
88
Rumahku Istanaku
Deru suara mobilMengalun bagai petir
Di sudut aku termanguMeratapi nasib yang kian bingung
Angin buritan menghempas badaiTerjangan ombak bergulung-gulungNamunAku tetap terpakuAku rindu kampung halamanMeneriakan tangisan rindu
Belenggu dihati kian hilang
Bila kudekat denganmuAyah BundaKu rindu padamu
Tuk ucapkan salam perpisahan
Rasa duka menusuk hatikuSetelah suaramu menghilang
Sari Amaliah
95Jakusi
-
8/9/2019 antologi_puisi
59/67
Matahari condong kebaratSeurai cahayanya meranjatHariku makin larut
Dimakan usia atau waktuKerutku lebih dari yang kuinginMungkin kursi terlewat rayapSeperti jam kehilangan dentangHariku telah petang
Jasadku menangisBatinku terkikisInginku dan sisa waktuBergelut dengan benakku
Diusiaku yang senja kurindu dua pemudatampan yang akan membawaku jauh
Melintas waktu, alam, serta matahariIngatku pada sang yang widiSeakan kamu akan terlelap esok hariPesanku ingatlah jam, kursi dan usia ini
Fransastyo
124Aku Bukan Mereka
Bagai mata air yang tak berhentiDan terus mengalirBersandar di dinding hatikuJejak langkahku nyatakan hidupku
Aku bukan merekaTak juga sepertinyaYang bermain di atas rasaMaafkan bila akuYang acuhkan cintamu
Waktu kau beri aku rasa cintaBerlalu sepanjang waktuDesah nafasku tak pernah jenuhSinarnya semakin terangTinggalkan kegelapan yang pernahDatang
Yondi S
118Namamu Abadi di Hati
Bila aku bersalah..
-
8/9/2019 antologi_puisi
60/67
Namun sebesar manakah?Begitu susah untuk kau maafkanHingga ingin kau singkirkanBumi yang manakah yang tak pernah basah
Bila hujan mencurahKuharap kau tak berubahUsah diturutkan hati marahDi hati kecilmuKu tahu kau tak begitu
Kita buang keruh yang melandaKasih pasti jernih semulaTak siapa merasa di duniaYang tiada melakukan dosa
Sudah lumrah cintaSuka bersulamkan air mata
Bila tak mampu menyiasatinyaTerpetik makna cinta yang sesungguhnya
Sudah lumrah kehidupanTidak lepas kesalahanCinta yang menjadi korbanKekhilafan
Saatnya silih berlaluMasa tak akan kembaliSemua telah berlakuKita insyafi
Maafkanlah atas kekhilafanku
Tidak terbesit dalam niatkuUntuk melukaimu
121Kumohonkan doaSemoga kau bahagiaTempuh hidup iniNamamu biarkan abadi
Di hati
Inggit Prayogi
122Aku Kini Berdoa
Lantunan adzan hadir dalam suatu senjaMencegah keheningan, dalam rintik hujan yang adaSaat telinga terpasang tuk mendengar merdunyaSaat mata tertutup dan bersimpuh menghadap-Nya
-
8/9/2019 antologi_puisi
61/67
Sujudlah di sini dan lupakan duniaKetika air menetes deras dari sudut mataDan bibir lirih berkata, di mana aku pernah tertawa ataspenderitaan merekaAku kini berdoa:
Ya Allah, tolong jangan lagi kau balas akuatas segala perbuatankuKarena belasan tahun balasan-MuTelah membentuk jejak kabut dan angin topan menerpaku
Aku yang pernah mabuk anggur cahayaMelayang-layang tak henti tujuannyaTersandung-sandung terbentur batu tuaBerdarah-darah tak ada obatnya
Hanya sujudku pada-Mu yang bisa menutup lukaHanya sembahku pada-Mu yang bisa menentramkan jiwaMenambal lubang borok yang lama mengangaPerih, nyeri, sudah mulai terobati rasanya
Sebutlah nama-Nya lirih berlaguDan langit akan membukakan pintuRebutlah senyum-Nya dalam temaram lampu di hatimuMaka Ia akan senantiasa menyambutmu
Noktah Ungu, 2008
Anterohita P63Entah Kenapa
MalamSelamatkan akuDari rasa sepi ini
Menunduk kaku termangu
Tiadakah kau dengarGumaman dari mulutkuKembali harus mengalah
Biar bukan kalah
Akhirnya diam pasrahSepi menjelang
Membuat hatiku terdiamBerharap
Sepi itu lekas pulangDi sini
Di dalam jiwa ini
Rusmiatun
57
Romantika Remaja
Indahnya bintangSaat bertabur bermahkotakan purnama
Berselimut langit biru hamparan luas ladangDitumbuhi padi petani
Terlihat di kejauhan gadis belia melihat bintang
-
8/9/2019 antologi_puisi
62/67
Di tersenyum dan tertawaLintang seakan-akan tak ada beban
Masa remaja adalah momen terindah tak terlupakanYang harus dinikmati tiap insani
Semua berubah tanpa di sadari
Setyowati
45Hidupku
TuhanKemarin ku bernafas dengan cinta
Hari ini aku bernafas dengan nyawakuBesok ku bernafas dengan dosa
TuhanInikah hidupku?
Bila nanti ku pejamkan mata iniTak ku lihat lagi nyawaku di dunia ini
TuhanTiada kata yang dapat ku ucapkan
Hanya beribu rasa syukurYang tersimpan, ketika diri iniMerasakan hidup di dunia ini
Subekti Wulandari
39
DAFTAR ISI
Hikmah P Kesendirian 1Sugeng Hananto Hinanya Aku 2Herlin Tanpamu 3Lisna Nur Faizah Hilangnya Seorang Pria
4Esti Muryani Kebisuan Hati
5
-
8/9/2019 antologi_puisi
63/67
Dwi Astuti Keinsyafan 6Astoto Adi Peminta-minta
7Puji Lestari Kekasih
8Erika Listyawati Ruang Hampa
9Ajeng Fitriana R Kau
10Sandi Septiawan Rasa (September Malam) 11Siska Putri S Bayangmu Menyapa
12Dwi Yuli H Sebuah Penantian 14Ratri Juli P Aku Diam 15Sri Dewi Ratna Puisi Untuk Ibu
16Lili Dei Aprivita Sahabat
17Susi Utami Gempa Bumi 18Ilham Rudi U Menyesal 19Siti Hutami Sebuah Ungkapan Hati
20Bambang Hidayat Letusan Kelud
21Ida Faizatul F Layar Hati
22
Setianto Cahaya23
Isti Rahayu Penantian 24Moch Andi Setiyanto Suara Hati Wulung
25Septiyan Daryanto Curahan Hati
26
Romianingsih Hitam Di Balik Putih27
Vicky Vitria A Ayah28
Metana Umi Sakarida Matahari29
M Masruchan #Nonsense#30
Budi Setyo Aji Wanita31
Hendri Astuti Doa32
Irfanti Kalestri Perjuangan33
Tri Astuti H Melodi Kenangan 34
Meta Yuni P Hakekat Seorang Sahabat35Imaniar Erawati Kosong
36Sugeng Miftahul A Arti Kalian 37Nike Wijayanti Lentera Malam
38Subekti Wulandari Hidupku 39Arief Hidayat Teman
40Muniroh Ibu 41Diah Puspitasari Rindu
42Dian Revita R Jejak
43Setyowati Romantika Remaja 44Erna Rahmawati Jalan Kehidupan 45Umi Wahyuningsih Malam
46
-
8/9/2019 antologi_puisi
64/67
Dian Muslim Mamy 47Dedy Irawan R Hilang
48Miftachul Amalia Malam di Yogyakarta
49Septi Rina K Menunggu 50Mei Dwi Ambarwati Mimpi Yang Terjadi 51Rochyati Perasaan 52Iis Suwartini Jeritan Hati 53Dury Rochman Sahabat Sejati
54Tuti Aningsih Kesalahanku 55Dedi Irawan Menyesal 56Rusmiatun Entah Kenapa
57
Siwi Heny P Aku Tak Tau 58Baeti Novia Sari Ibu
59Era Assita Penantian 60Andhik W. Khurnianto
61Anterohita P Aku Kini Berdoa
63Hayati Idamanku 64Wahyu Pujono Perih
65
Ema Safrudin Suara Hati66
Nur Siti W Dirimu Nan Indah 67Fitrianasari Ingin Aku 68Lina Erlianti Matamu 69Nanik Sumarni Ibu Dari Ibuku
70
Danik Sulistyorini Rumah-Mu 71Devi Damayanti Seorang Perempuan Tua
72Rita Purwanti Luntur
73Iriani Kepedihan Hatiku 74Wigati Indarwati Sahabat
76Rini Purwaningsih Teman Baik 77Galih Nurhadi S PS (Playstation)
78Sujiati Pupus 79Riza Noor Umami Ontel
80Eka Desiyanti Kerinduan
81Anis Rofiqoh Lara 82Susi Rahmawati Suaraku
83Fitri Andari Kerinduan 84Ristri Wahyuni Dia
85Ananto Ardhi P Coretan Untuk Negriku
86Betti Ermawati Kasih Ibu
87
Siti Hajjah J Penantian 88Finna Fatma S Hampa
89Wahyu S Tak Seperti Biasa 90Halimah Dewi A Cinta dan Luka
91
-
8/9/2019 antologi_puisi
65/67
Dias Wulansari Sudut92
Yuni Dwi A Jalan Kehidupan 93Eki Yunitasari Ibu
94Sari Amaliah Rumahku Istanaku 95John Afifi Pahit Manis Cinta 96Arie Effendi Bunga-Bunga Jalanan
97Lutfi Hidayat Sahabat Pergi
98Qorifa Anggun Kau
99Wahyu Apriyani Pada-Mu 100Kenny Listia Sosok Ibu 101
Dian Eka S Andai Itu Cinta102
Sudarmanto Rindu 103Hidayatul M Belahan Jiwa 104Kuntari W Khayal Cinta 105Ari Purnikasari Memori Kasih
106Hastin Pamulatsih Wajah di Balik Suara
107Tri Utami Hampa
108
Arief Ariyanto Dia109
Dewi Puspitasari Rindu 110Hesti R Untukmu Tuhan
111Khairun Nisak Bunga Tidur
112
Ardy Priyambodo Dinda 114Harduwuning A Bingung dan Gelisah
115Imam Budi S Biru 116
Siti Fajar I Si Kecil117
Yondi Sanendra Aku Bukan Mereka118
Taufik Nur A Melatiku 119Iranika Sisilia Tak Semua Hari Itu Indah
120Inggit Prayogi Namamu Abadi Di Hati
121Nunik Retno W Indahnya Cinta
123
Fransastyo A Jakusi 124Cahyaningsih W Duka Negeri 125Wahyu Retnaeni Ayah Bunda 126Arista Dwi K Untukmu Papa
127Wenny Prasmiyanti Pada Sebuah Malam
128Dwi Lestari Di Sini Aku 129Emi Fitriyaningsih Termangu 130
Menunggu
Malam begitu larutNamun aku tetap terpaku
Tak mengerti rasa apa yang kini menderakuDisatu sudut ku temukan jiwakuYang semakin tak tentu arahKini hatiku kosong dan hampa
-
8/9/2019 antologi_puisi
66/67
Sehampa jiwa tanpa ragaSeperti langit yang tak berbintang
Karena penantian suci ituTak pernah menjawab cintaku
Atau mungkin waktuYang tak mengizinkanku
MenungguNamun aku yakin harapanku bukanlah mimpi
Hingga suatu hari itu datang menghampiriSaat cintaku menemukan jawabnya
Satu jawaban pastiDari hati yang suci
Dan bukan lagi khayal dan mimpiHingga dapat ku buktikan
Bahwa penantianku menemukan akhir yang
membahagiakanKarena cintaku telah menemukan jiwanya
Septi Rina K
50
Di Sini Aku
Disepanjang hamparan waktuHingga musim tak selalu setiaKu tak pernah lupa
Menitipkan rinduku pada senjaAgar malam menghibahkan kisahdari kasih yang jauh
Aku terus menunggu dan menungguPada sebuah pertemuan seorang kekasihYang tak jua menghampiriku dengan mesra
Aku masih di sini
Dengan segenap cintaDengan segenap rinduDengan segenap harap
Karena kasihku selalu adalah cahayaSekalipun diselubungi bayang hitamDan kabut-kabut sepi
Aku kan selalu bisa merasakanKedalaman kasihnya
Dwi Lestari
129Aku Tak Tau
Kurasa bukannya ia tak mau menyapakuKukira juga bukan karena ia marah padakuMungkin saja karena ia baru malas padakuAtau, kukira juga bukan karena hal itu
Aku juga tak tau ituAku juga menyangsikan itu
Aku berkaca pada angin
-
8/9/2019 antologi_puisi
67/67
Layaknya ia berkaca pada duniaAku kembali dalam kenangan laluDan teringat aku akan kesalahanku
Aku tak tau itu
Aku juga menyangsikan ituDan bayanganku pun menertawakankuBagaimana bisaBagaimana mungkinBagaimana mudah kita membaca orang lainDengan iba yang semakin menghukumku
Aku menyadarinyaBetapa sulitnyaDan betapa sukarnyaBerkaca pada wajah sendiri
Aku pun juga tak tau itu
Siwi Heny P
58Termangu
Ketika penantian tak kunjung tiba
Hati selalu bersandarPada sebuah kesabaran
Waktu demi waktuKurajut tanpa kepastianKuberharap hanya waktu juaYang akan menjawabnya
Sukmaku terasa berhenti sesaat
Ketika.Kusadar!!!!Kau tak lagi adaDisisiku
Namun apa dayaHidup terus berjalanKutapaki kehidupan iniTanpa siapapun
Dengan ketegaranDan.Kekuatanku sendiri
Emi Fitriyaningsih
130