ANALYSIS OF LABOR MARKET AND ECONOMIC GROWTH IN · 2015-09-03 · industri pengolahan melaju secara...

16
Buletin Penelitian, Septem~,. I, VoI 7 (21, ha1 195-210 ISSN 02 15- 1 74X ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN BERTUMBUHAN EKONOMI PROPINSI SULAWESI SELATAN ANALYSIS OF LABOR MARKET AND ECONOMIC GROWTH IN SOUTH SULAWESI PROVINCE I I Barnbang Juanda dan ' ~ a h ~ u d d i n Ketua Program Stildi Ilmu-llnlu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD), Sekolah Pascasarjana IPB '~taf Pengajar Pada Jurusan Sosial Ekonolni Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Abstrak Studi ini bertujuan untuk me~iganalisis sumber-sumber pe~tumbuhanekonomi, dan pengaruhnya terhadap keragaan pasar tenaga kerja di Sulawesi Selatan. Keragaan pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di analisis dengan model persamaan simultan. Dite~nukari bahwa, perturnbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, dari sisi supply, total factor productivity (TFP), melnberi pengari~h paling besar sedangkan dari sisi demand, terutama didorong oleh konsumsi masyarakat. TFP di sektor industri perkotaan secara nyata mereduksi kesempatan kerja, sedangkan di sektor pertanian dan industri pedesaan justru mendorong perluasan kesempatan kerja. Kesempatan kerja sektoral juga dipengaruhi oleh sumber-sumber pertumbuhan ekonorni dari sisi demand, namun hanya investasi dan ekspor yang konsisten berpengaruh secara positif di selnua sektor, sedangkan komponen lainnya, bahkan mereduksi kesempatan kerja pada sektor tertentu, terutama pertanian. Berbasisnya perturnbuhan ekono~ni pada konsumsi ~nasyarakat dan teknologi (TFP) terutama pada sektor yang tidak padat karya, serta biasnya investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap sektor non pertanian merupakan jawaban growth-unemploymen puzzle. Kata kunci : Pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi. Abstract The objective of this study is to analyze sources of the economic growtli, and their effects on the performance of labor market in South Sulawesi, The performance of labor market and economic growth is analyzed by using a simultaneous equation model. The result of the study indicated that, from supply side, total factor productivity (TFP) has significantly given the highest contribution to economic growth, while from demand side, consumption has given dominant effect. TPF in urban industrial sector significantly reduced the job opportunity, while the agricultural and rural industrial sectors significantly supports to.enlarge job opportunity. The sectoral job opportunity is also influenced by dernafid sides of economic growth resources, but only invest~enr 2nd export sectors consistently have positive effect in all sectors, while others even reduce job opportunity in certain sector, especially agricu!tural sector. The economic growth is bascd on consumption and technology (TFP), mainly on capital-intensive technology sector. Furthermore, investment and government expenditure are also biased toward 11011 agricultural sectors so that it emerged growtli- unemployment puzzle. Key words : Labor market and economic growth.

Transcript of ANALYSIS OF LABOR MARKET AND ECONOMIC GROWTH IN · 2015-09-03 · industri pengolahan melaju secara...

Buletin Penelitian, Septem~,. I , VoI 7 (21, ha1 195-210 ISSN 02 15- 1 74X

ANALISIS PASAR TENAGA KERJA DAN BERTUMBUHAN EKONOMI PROPINSI SULAWESI SELATAN

ANALYSIS OF LABOR MARKET AND ECONOMIC GROWTH IN SOUTH SULAWESI PROVINCE

I

I Barnbang Juanda dan ' ~ a h ~ u d d i n

Ketua Program Stildi Ilmu-llnlu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD), Sekolah Pascasarjana IPB

' ~ t a f Pengajar Pada Jurusan Sosial Ekonolni Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

Abstrak

Studi ini bertujuan u n t u k me~iganalisis sumber-sumber pe~tumbuhan ekonomi, dan pengaruhnya terhadap keragaan pasar tenaga kerja di Sulawesi Selatan. Keragaan pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di analisis dengan model persamaan simultan. Dite~nukari bahwa, perturnbuhan ekonomi Sulawesi Selatan, dari sisi supply, total factor productivity (TFP), melnberi pengari~h paling besar sedangkan dari sisi demand, terutama didorong oleh konsumsi masyarakat. TFP di sektor industri perkotaan secara nyata mereduksi kesempatan kerja, sedangkan di sektor pertanian dan industri pedesaan justru mendorong perluasan kesempatan kerja. Kesempatan kerja sektoral juga dipengaruhi oleh sumber-sumber pertumbuhan ekonorni dari sisi demand, namun hanya investasi dan ekspor yang konsisten berpengaruh secara positif di selnua sektor, sedangkan komponen lainnya, bahkan mereduksi kesempatan kerja pada sektor tertentu, terutama pertanian. Berbasisnya perturnbuhan ekono~ni pada konsumsi ~nasyarakat dan teknologi (TFP) terutama pada sektor yang tidak padat karya, serta biasnya investasi dan pengeluaran pemerintah terhadap sektor non pertanian merupakan jawaban growth-unemploymen puzzle.

Kata kunci : Pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi.

Abstract

The objective of this study is to analyze sources of the economic growtli, and their effects on the performance of labor market in South Sulawesi, The performance of labor market and economic growth is analyzed by using a simultaneous equation model. The result of the study indicated that, from supply side, total factor productivity (TFP) has significantly given the highest contribution to economic growth, while from demand side, consumption has given dominant effect. TPF in urban industrial sector significantly reduced the job opportunity, while the agricultural and rural industrial sectors significantly supports to.enlarge job opportunity. The sectoral job opportunity is also influenced by dernafid sides of economic growth resources, but only invest~enr 2nd export sectors consistently have positive effect in all sectors, while others even reduce job opportunity in certain sector, especially agricu!tural sector. The economic growth is bascd on consumption and technology (TFP), mainly on capital-intensive technology sector. Furthermore, investment and government expenditure are also biased toward 11011 agricultural sectors so that it emerged growtli- unemployment puzzle.

Key words : Labor market and economic growth.

Bambang Juanda dan Mahyuddin

PENDAHULUAN \ Pembangunan ekono d i Sulawesi Selatan dalam dua dekade takhir (1985-2004) telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi yakni tumbuh rata-rata 5,88% per tahun. Kinerja ini melampaui kinerja pertumbuhan ekonomi nasional dan wilayah KT1 yang masing-masing tumbuh sekitar 4,70% dan 5,25% per- tahun. Demikian juga pertumbuhan nilai tambah sektoral cukup mengagumkan. Sektor pertanian tumbuh sekitar 4,17% per tahun, lebih tinggi dari angka nasional yang hanya tumbuh sebesar 2,45% per tahun. Sektor ini juga menjadikan Sula- wesi Selatan sebagai penghasil surplus beras terbesar di Indonesia saat ini (Majdah, 2006). Demikian pula sektor industri pengolahan melaju secara cepat dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 1 1,11% per tahun. Bahkan dalam periode sebelum krisis ekonomi sektor ini tumbuh di atas 15% per tahun. Meskipun per- tumbuhannya cukup mengagumkan, tetapi di daerah ini, dari tahun ketahun menunjukkan trend peningkatan. Bahkan pada tahun 2003, Sulawesi Selatan, men- cetak tingkat pengangguran tertinggi di Indonesia yakni 16.97% (Sakemas, 2003).

Terjadinya "growth-unemployment puzz- le" di Sulawesi Selatan, diduga terkait banyak faktor, diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan dari sisi supply terutama didorong oleh peningkatan teknologi sehingga meng- hemat tenaga kerja, selain itu per- tumbuhan ekonomi. juga tidak berbasis pada. sektor padat karya, sehingga trans- formasi struktural yang menyertainya bersifai pincang. Indikasinya terlihat dari kontribusi sektor industri manufaktur dalarn PDRB yang meningkat secara signifikan dari 3.99% tahun 1985 menjadi 13.36% tahun 2004, tetapi kontribusinya dalam menyerap tenaga kerja hanya

ISSN 02 15- 174X

meningkat tipis dalam periode yang sama yakni dari 5.18% tahun 1985 menjadi 5.52% tahun 2004. Sebaliknya sektor pertanian yang mengalami kemerosotan tajam dalam transformasi struktur eko- nomi, namun, jumlah tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya di sektor ini tidak banyak berubah, yakni sebesar 55.01% pada tahun 1985 menjadi 55.04% tahun 2004. Selanjutnya dari sisi demand, output agregat masih bertumpu pada konsumsi masyarakat dengan kontribusi sekitar 57,01%, di mana faktor ini umum- nya kurang mampu mengurangi tekanan pasar tenaga kerja. Selain itu pengang- guran yang tinggi di daerah ini, juga di duga terkait dengan berbagai- faktor lainnya seperti krisis ekonomi, banyaknya "migran-eksodus" dari berbagai daerah rawan konflik di KT1 dan berbagai faktor lainnya yang berpengaruh secara simultan terhadap pasar tenaga kerja.

Bagaimana pengaruh sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baik dari sisi supply, maupun dari sisi demand, dan berbagai faktor lainnya terhadap keragaan pasar tenaga kerja serta apa yang mendasari terjadinya growth- unemployment puzzle di Sulawesi Selatan, merupakan masalah-masalah yang i&in dijawab dalam studi ini.

Studi ini bertujuan untuk menganalisis : (1) Menganalisis faktor-faktor yang mem- pengaruhi keragaan pasar tenaga kerja sektoral dan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan; (2) Menganalisis dampak perubahan: konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, investasi, ekspor, impor, pendapatan asli daerah (PAD), dan kemajuan teknologi terhadap kesempatan kerja sektoral dan per- tumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan. Penelitian ini, selain diharapkan dapat memberi arak kebijakan pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja

yang sama 85 menjadi I knya sektor

uktur eko- kerja yang sektor ini

ni sebesar

isi demand, pu pada

kontribusi

Pasar tenaga kerja dan pertztmbuhan ekonomi ISSN 02 IS- 1 74X

yang strategis, juga diharapkan dapat (time series), periode 1985-2004. Data ini bermanfaat bagi pengembangan penelitian d'kumpulkan dari beberapa kantor dan selanjutnya. instansi, \ baik di pusat maupun di Propinsi

Sulawesi Selatan.

METODE PENELITIAN

Data yang digunakan adalah data sekunder tahunan yang bersifat beda kala

Persamaan Pasar Tenaga Kerja darz Pertumbulzan Ekonomi

Kpk, = a,, + a , WPk, + a2TFPP, + a,CS, + a 4 INV, + a,GOv, + a6EXPR, + a71MP,

.......................................... +a,NTBP, +a9DKE, +a, ,AKK, +a , ,KPk , - , + E , , (B.1)

K I ~ , = b, + b, WIk, + b2TFPI, + b,CS, + b4 INV, + b,GOV, + a,EXPR, + b7 IMP,

KLk, = c,, + c , WLk, + c , TFPL, + c,CS, + c , INV, + csGOV1 + a,EXPR, + c7 IMP,

KPd, = d , +d,WPd, +d,TFPP, +d,CS, +d,INV, +d,GOV+d,EXPR, +d71MP,

......................................... + d,NTBP, + d , DKE, + d l , AKD, + d , , KPd,-, + E, , (B.4)

KId, =e(,+e,WId,+e2TFP/,+e,CS,+e4INV,+e,GOV,+e6EXPR,+e7IMP,

............................................ +e,NTBI, +e9DKE, +e,,AKD, +e , ,Kld , - , + E , , (B.5)

KLd, = f , + f lWLd, + f2TFPL, +,f ,CS, + f41NV, + f,GOVl +, f6EXPRl +f71MPl

......................................... + f , NTBL, + f 9 DKE, + f,, AKD, + f , , KLd,-, + E,, (B.6)

WPk, = go +g,UMR, + g 2 A K K , +g,KPk, +g4TFPP, +g,PMP,

+g,NTBP, +g,WPk,-, + E , , .............................................................................. (B-7)

Wlk, = ho + hlUMR, + h , AKK, + h3 KIk, + h4TFPI, + hs PMI,

................................................................................. (B. 8) + h, NTBI, + h, WIk,-, + E l ,

WLk, = i,, +i,UMR, + i 2 A K K , +i,KLk, +i,TFPL, +i,PML,

WPd, = jo + jIUMR, + j ,AKD, + j,KPd, + j4TF?P, + j,PMP,

............................................................................ + j6PV'TBPl + j7 Wpdl- , (B.10)

Bambang Juanda dan Mahyuddin ISSN 02 15- 1 71X

w y , = lo + llUMR, + l2 AKD, +I3 KLd, + l,TFPL, +I5 PML,

................................. NTBP, = m0 + m , KP, + m 2 PMP, + mm, PKP, + m, NTBP,-, + E, ,? (B. 13)

NTBI, = no + n , KI , + n , PMI, + n, PKI, + r z , NTB1,-, + E , , , ...................................... (B. 14)

NTBL, = oo + o , K L , +o,PML, +o,PKL, +o,NTBL,-, + E , , , ..................................... (B.15)

PE, = po + p , PTK, + p2TFP, + p3CS, + p,lNV, + p,GOV,

............................................................ + p6 EXPR, + p7 IMP, + p, PE,-, + E , , (B. 16)

................................... GOV, = qo + q,PAD, + q2DP, + q,PDRB, + q,GOV,-, + E,, , (B.17)

PKP, = ro + r, WP, + r2 KP, + r, NTBP, + r, TFPP, + r j PKP,-, + E , , , .......................... (B. 18)

......................... PKI, = s o + s , W I , + s , K I , +s ,NTBI , +.r,TFPI, + s j P K / , - , + E ,,, (B.19)

....................... PKL, = r , +r,WL, +r2KL , +r,NTBL, +t,TFPL, +r jPKL, - , + ~ ~ ~ ~ c (B.20)

AKd, = vo + v , W d , + v 2 M M , +v,TPAKd, +v,PUK, +v ,Ad , - , .................... (B.22)

.................................... MM, = w o + w l W l +w,TPK, + w - , D K H , +w,MM, - , + E , ~ , (B.23)

Uk, = wo +wlAkk, +w2Kk , + w 3 M M , +w4PE1 +wjUkl - , + E ~ ~ ~ .............. (B.24)

Ud, = xo + xI Akd, + x2Kdl + x3MMl + x4PEl + xjUdl-l + E,25 ................. (B.25)

Ke f erangan: KPk, Klk, KLk = Kesempatan kerja sektor pertanian, industri dun sektor lain di perkofaan (orang) KPk, Klk, KLk = Kesempatan kerja sektor pertaniari, industri dun sektor lain di pedesaan (orang) WPk, Wlk, WLk = Upah riil sektor pertanian, industri dun seklor lain di perkotaan (Rplbulan): didejlasi dengan IHK (2000= 100) P

WPd, Wld, WLd = Upah riil sektor pertanian, industri dun sektor lain di pcdesaan (Rp/bulan): didejlasi dengan IHK (2000= 100) NTBP, NTBI, NTBL - - Nilai tambah bruto sektor pertanian, industri dan sekfor lain di Sul-Sel (juta Rupiah) TFPP, TFPl, TFPL - - Total,factor productivity sektor pertanian, indusfri dan sektor lain di Sulawesi Selatan (?A) PKP, PKI, PKL = Produktivifas TK per~anian, indusfri dun sekror lain (Rplorang) PMP, PMI, PML = Penanaman modal sekfor perfanian, industri dun sekfor lain di Sulawesi Selatan (juta Rupiah) AMdanAKD = Angk. kerja perkofaan dun at!gk. kerja pedesaan Sul-Sel (oron9

TPAKK, TPAKD = Tingkaf parfisipasi angk kerja perkofaan dun pedesaan Sul-Sel (5%) UK, dun UD - - Tingkaf pengangguran perkofaan dun pedesaan (?A) PE = Perrumbuhan ekonomi (perfumbuhan PDRB) Sul-Sel (A) TFP = Total factor producfivity unfuk seluruh sekfor di Sul-Sel (%) CS = Konsumsi masyaraka~ Oufa Rupiah). INV = Investasi Oufa Rupiah) GOV = Pengeluaran pemerinfah (jufa Rupiah) EXPR = Ekspor Sulawesi Selafan (jufn Rltpinh) IMP = lmpor Sulawesi Selafan (jufa Rupiah)

... (B.12)

(B. 13)

(B. 14)

, (B.15)

. (B.16)

(B. 17)

(B. 18)

Pasar tenaga kerja dun pertun~buhan ekononzi ISSN 021.5- 174X

DKE = Dummy krisis ekonomi: tahun 1998 -2000 = I , lainnya = 0 UMR = Upah minimu Propinsi Sul-Sel (Rp/bulan) DKH = Dummy konfl&orisontal di KT, (Tim-Tim, Maluku "taro. Ambon. Pvso dun Papua): lahun 1998 -2001 = I , lainnya = 0 MM = Migrasi rnasuk kabupaten/kota di Sul-Sel (orang) TPK = Tingkat partisipasi tenaga kerja di Sul-Sel (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dinamika Pertumbul~an Ekononzi dun Kesempatatz Kerja Sektoral Sula wesi Selatan

Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan dalam kurun waktu dua dekade tarkhir (1 986-2004) sekitar 5.88 persen per tahun. Kinerja sektor industri pengolahan men- cetak prestasi pertumbuhan paling tinggi yakni rata-rata 1 1.1 1 persen per-tahun, sementara sektor pertanian tumbuh lebih lamban yakni rata-rata 2.17 persen per

tahun dala~n periode Yang sama. "Loncatan " pertumbuhan sektor industri pengolahan terutama terjadi pada periode sebelum krisis ekonomi (1986- 1997), deugan pertumbuhan rata-rata 15.22 persen pertahun. Pada periode ini kontribusi industri manufaktur terhadap struktur PDRB rneningkat tajarn yakni dari 3.99 persen tahun 1985 menjadi 12.61 persen pada tahun 1997. Sedangkan sektor pertanian, dengan pertumbuhan yang lebih lamban, menyebabkan kontribusiwa dalarn struktur ekonomi mengalami kemerosotan.

Tabel I Struktur dan Pertumbulzan Ekonomi dun Tentlga Kerja Sulawesi Selatan talzun 1985- 2004

Struktur Perturnbuhan

NO.

Sumber : Diolah dari PDRB Provinsi-Provinsi di Indonesia, Sakernas 1986-2004

A.

Uraian

Struktur PDRB

* Pertanian (%)

* lndustri Peng. (%)

PDRB dan Tenaga Kerja

44.73

3.99

PDRB darl Tenaga Kerja

1985

34.66

12.61

Rata2 Stdev 86-97 2004 1997

37.91

12.97

98-00 2000 01-04

33.04

13.36

7.47

5.91

15.22

0.80 1 0.88

1.88

4.9 1

1.39

5.71

5.88

4.17

1 1 . 1 I

3.32

3.22

9.00

Bambang Juanda dun Mahyuddin ISSN 02 15- 1 74X

Pada periode krisis ekonomi (1 998-2000). perekonomian Sulawesi Selatan meng- alami guncangan hebat, terutama pada tahun 1998 dengan pertumbuhan (-5.33 persen). Akan tetapi dibandingkan dengan perekonomian nasional (- 1 3,13 persen), maka perekonomian Sulawesi Selatan memiliki resistensi yang lebih tinggi.. Dalam struktur ekonomi, kontribusi sektor pertanian secara total meningkat dalam periode ini yakni dari 34.66 persen tahun 1997 menjadi 37.91 persen tahun 2000. Akan tetapi pada periode ini, juga terjadi akselerasi proses transformasi internal dalam struktur produksi pertanian. Corak transformasi internal sektor pertanian di- tandai oleh kemerosotan sub sektor , tradisional-subsisten (tanaman pangan peternakan), sedangkan sub sektor moderen-komersil (perkebunan) meng- alami peningkatan tajam. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan sudah mulai pulih dari kemerosotan pasca krisis (200 1 - 2004), dengan tingkat pertumbuhan rata- rata 4.91 persen pertahun. Pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor lainnya mengalami pertumbuhan cukup pesat pada periode ini, sementara sektor pertanian tumbuh lamban yakni rata-rata 1.39 persen per tahun. Gambaran ini menunjukkan bahwa, dalam periode otonomi daerah sekalipun, sektor per- tanian tetap saja diacuhkan (ignorance) oleh para pengambil kebijakan di daerah.

kontribusinya dalam dalanl PDRB, tetapi penyerapan tenaga kerjanya hanya meningkat tipis yakni. Sebaliknya sektor pertanian yang mengalami kemerosotan tajam dalam transformasi struktur eko- nomi, namun, jumlah tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya di sektor ini tidak banyak berubah. Dari aspek betenaga kerjaan, j uga menunj ukkan bahwa pertumbuhan angkatan kerja melebihi pertumbuhan penyerapan tenaga kerja, sehingga angka pengangguran inemiliki tiend peningkatan. Pada tahun 2003 Sulawesi Selatan memiliki rekor tertinggi penganggurannya yakni 16,97 persen, sedangkan pada tahun 2004 (1 5,93%) sebagai rekor terbesar kedua setelah Provinsi Maluku sebagai daerah konflik di KTI.

Secara spatial perekonomian Sulawesi Selatan memiliki 17 kabupatenlkota yang struktur ekonominya berciri pertanian, dua berciri industri dan empat yang berciri jasa (lihat Gambar 1). Wilayah yang berciri pertanian umumnya memiliki perturnbuhan ekonomi yang rendah, tetapi juga memiliki tingkat pengangguran rendah. Sebaliknya wilayah yang berciri non-pertanian memiliki pertumbuhan eko-

bnomi dan pengangguran yang tinggi. Secara agregat wilayah yang berciri non pertanian memberi kontribusi sekitar 52,3 1 persen terhadap PDRB Sulawesi Selatan, tapi hanya menampung tenaga

Pergeseran struktur ekonomi ini tidak kerja sekitar 22,44 persen. diimbangi dengan pergeseran struktur tenaga kerja secara proporsional. Sektor industri manufaktur yang meningkat tajarn

Pasar tenaga kerja dun pertumbuhan ekononli

., - 4 I 0 Pse-pae

- .-@- P 5 15 22 5 2 5 27 5 30

4 5 Sd-Sel x; d 93%, y4 92% T~ngkal Pengangguran (O/'

- 4

@ BuIukmCa @ Selaxar

@ 69 T a l a %Ds @ L w u a r a = Girl lndustr~

Jeneponlo 3 1

@ M I 0

2 5 ,

2

Gambar I . Sebaran Wilnyalz Kabupalen/Kofa di Sulnwesi Selnfnn Berdasarkan Tingkaf Perlumbulzan Ekonomi dnn Tingka! Pengnnggurm Tahun 2004

Analisis Keragann Pnsnr Tenaga Kerja rnengurangi tekanan pasar tenaga kerja pada sektor padat karya ini dipandang

Persamaan Kesernpatan kerja

Hasil pendugaan persarnaan kesernpatan kerja rnenunjukkan bahwa, dari sernua variabel surnber-surnber perturnbuhan dari sisi perrnintaan, hanya investasi dan ekspor yang konsisten secara signifikan mendorong perluasan kesempatan kerja sektoral. Impor konsisten rnereduksi kesempatan kerja di sernua sektor. Penge- luaran pemerintah signfikan mereduksi kesempatan kerja sektor pertanian, tapi cenderung rnernperluas kesempatan keija sektoi industri dan sektor lainnya, yang berarti pengeluaran pemerintah cenderung bias ke industri dan sektor lainnya. Kon- sumsi masyarakat (CS), yang ber- kontribusi sekitar 57,01 persen terhadap PDRB, dalarn pasar tenaga kerja signi- fikan mendorong perluasan kesernpatan kerja sektoral non pertanian perkotaan, tetapi mereduksi kesernpatan kerja di per- tanian dan industri pedesaan. Rendahnya kemampuan konsurnsi rnasyarakat dalanl

sebagai salah satu jawaban atas puzzle perturnbuhan-pengangguan di Sulawesi Selatan. Irnplikasinya adalah, bahwa untuk rnengurangi tekanan pasar tenaga kerja, rnaka pereknornian hendaknya ber- basis pada peningkatan investasi dan ekspor.

Input residual, seperti eknologi (TFP), signifikan rnendorong perluasan kesern- patan kerja di sektor pertanian dan di sektor industri pedesaan, sernentara di sektor industri perkotaan signifikan mere- duksi kesernpatan kerja. Perbedaan sifat TFP sektor industri ini terjadi karena dua ha1 yakni a) Jenis teknologi yang ber- kernbang di perkotaan cenderung high technology (industri padat modal), sehingga sangat rnenghernat tenaga kerja. Sedangkan teknologi industri pedesaan umumnya teknologi sederhana yang sifat- nya tidak banyak rnenghernat tenaga kerja. b) Teknologi pada industri pedesaan rnernberikan "efek nilai tawbah" yang

Bambang Juanda dun Mahyuddin

lebih besar dibanding "efik substitusi- nya ", sehingga secara total, menghasilkan efek yang bersifat positif terhadap kesempatan kerja. Efek nilai tambah ter- hadap kesempatan kerja, ditunjukkan oleh nilai elastisitas variabel nilai tambah industri (NTBI) yang lebih besar pada industri pedesaan dibandingkan nilai elastisitas variabel serupa pada industri perkotaan. Temuan ini, sejalan dengan Siregar (2006) dan juga temuan Nordhaus (2005) bahwa peningkatan teknologi pada sektor padat karya (pertanian dan industri agro) justru meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Temuan Juanda (200 l ) , juga menunjukkan bahwa pembangunan agroindustri akan me@eri beberapa ke- untungan yaitu penyerapan tenaga kerja, pasar untuk komoditi pertanian, kemam- puan ekspor dan relaif sedikit komponen bahan baku impornya.

Sektor pertanian signifikan menjadi "katup pengarnan" tenaga kerja dimasa krisis ekonomi. Sektor pertanian, khusus- nya di pedesaan juga menjadi "penam- pung para pekerja sementara " yakni bagian dari surplus tenaga kerja yang tidak tahan menganggur walau dengan tingkat upah yang rendah, yang ditunjuk- kan oleh nilai koefisien r ~ r e s i angkatan kerja paling besar pada persamaan kesempatan kerja pertanian pedesaan.

Persamaan Upah Riil

Pendugaan persamaan upah riil menun- jukkan bahwa, UMR hanya berpengaruh pada upah riil sektoral di wilayah per- kotaan, terutama di sekror industri perkotaan, yang berarti bahwa intervensi pemerintah dalam pasar tenag kerja dalam

bentuk UMR hanya di rasakan di wilayah perkotaan, khususnya sektor industri. Peningkatan kesempatan kerja sektoral signifikan meningkatkan upah riil sektor industri dan sektor lainnya di perkotaan, demikian pula di sektor pertanian pedesaim. Sedangkan angkatan kerja , hanya berpengaruh signifikan pada upah i

riil di sektor pertanian pedesaan. Selain itu, secara konsisten upah rill sektoral lebih responsif terhadap angkatan kerja di bandingkan terhadap kesempatan kerja. Gambaran' ini menjelaskan bahwa sisi demand dari pasar tenaga kerja memiliki kekuatan yang lebih besar untuk mem- pengaruhi upah dibandingkan sisi supply- nya, dengan kata lain para pencari kerja memiliki kekuatan yang lernah dalam pasar tenaga kerja, dibandingkan para pengusaha yang men~butuhkan tenaga kerja.

Faktor produksi modal dan teknologi bersifat "komplementer" dengan faktor produksi tenaga kerja di sektor pertanian dan industri pedesaan, sedangkan di sektor-sektor lainnya bersifat "substitusi". Variabel nilai tambah sektoral hanya berpengaruh pada industri pedesaan, selain itu variabel ini bersifat elastis pada sektor pertanian dan sektor lainnya di pedesaan, tapi bersifat inelastisi di semua sektor produksi perkotaan. Gambaran ini menjelaskan bahwa bagian dari pening- katan nilai output pada sektor produksi perkotaan sangat kecil yang ditransmisi- kan ke tingkat pekerja dalam bentuk upah. Sedangkan di pedesaan, tenaga kerja meniperoleh transmisi yang cukup besar dalam bentuk upah dari peningkatan nilai output.

Pasar fenaga ketja dun pertumbuhan ekonomi ISSN 02 15- 174X

m di wilayah tor industri. erja sektoral & riil sektor di perkotaan, ,r pertanian gkatan kerj a ~n pada upah lesaan. Selain , rill sektoral

Tabel 2 Hasil Estimasi Parameter Persnmnnn Kesempntnn Kerjn Sektornl dan Persnmnnn Upnh Riil Sektornl di Wilnynh Perkolnan dan Wilayn h Pedesaan di Sula wesi Selatan

P e r % m t a a n K c r m l s a l m Kerjr S c k t < ~ r r l P e & o l r m Pew8n r .n K u r n a ( a r t m Kerjr L L t u r n l Pclloarn Pellmian V r i *

-, I I n d u d t i P c n ~ o l a h x n I S r k t o r L v i s ~ P c n m i n n I l n d u r l t i P e n a d a h a n I Srke~r L a i n

S R Kud. S R Kud. S R KN~. S R Kurt. S R K d . S R R e g m i E l R e l m i E l v r t i r i n R q ~ i E l u c i r i l , Re;-i E l r d i i t ? R q m i E i i R q w i E I z> j i s i t >

2IJXX.V IXXIVO... - 2 9 I l N ! 'X,32XZ U..' -Ib<X, 0 2 4 -24111l61 0

41411'9;... 41 5511 4).2OIY?5... 41 1 1 1'1 -11 201(>4.. 4 I ( l 515 !.2124<Ls.. l I o ; ? I 4 l . 2 0 1 1 ! 1 1 * ~ ~ 41 I(s51 4 l J l h l i b A>O<:!

Ws&d IZlV'hI... l i l l l ( s5 -Ilh'13Y.. 41 11229 -1 ~ 1 l l . I K l A111 ) l l 1 \ 8 4 17:' OIWI!X 9 2 6 2111,. I1 11101 - 2 1 1 M 2 b A I IX "1 i

K-''IY 41 I"I2XX un 41 54:t ~llllil~.. 1 5 1 . ; ~ IIIIIS~I. (I 2 5 1 i 41 I2?2?I... -I I r l Y ! 4IIU112111 41 1 l i 2 I l I l 3 2 5 i l I < l l h I l

1na;ui I1 lIl5XX... I ?011 ,~t#t2;1. 1 1 2 h ( i o.$!i:x,-.. 11 18711 I I 11 l ( , ? ~~IXIIXII 11 22211 11 111~~111*.. (1 1 7 ~ 7

, 41 IRI*)ZZ.. 4 I,).XI I I IX I21X III1,lY , $ 0 1 1 2 ~ 1 - II 2 9 L . l l 1 1 l A1 11% I I lKI1XZ(t ,I lill I , IlllhI... I ,I?,,!

EW 0 llll1.Ut.'. I l jllli ll(KU,l(~... I , O 5 0 i l~IUlbl l . . . I ' 1 1 2 l l ? 1 1 7 I1.1KU550 I1 i 2 l l 0 IIX?427.. 1 ? 6 - 1 I T 41 IXb'JX"' A1 i I W 4, (X1611... AIX(>'X% -(I tlIKII... A I 542X -IIIh:IIll... AI?Cd*I 4 l l X U 2 1 1 A1 27Us 41 1111162'. .I ? l l I N i l i T~nlbrh Bno O l 1 1 1 V Y ~ ~ ~ 1 721fa S d n o n I 0 ( 1 ~ 1 ~ 0 i l l 1 l l l ~ i . ~ ~ l ~ ~ ~ ,I i 6 i i I1 lI?.,il",. 0 ?I,,Y ,I ,,Il(,(,i. I14t101 II IXUi(,I ,1,171*, DUYIII) Klitic l.ll(.X.lI..* 0 lil'l

i(,9(, W 4111267 1 IPslI... I I c l X X i 2!~IlixR... I I I I I 2 - 1ZY IJZ . . <I t1155 .lUIX(s11.. J i l I i X

R w I l .9827 11 s ~ . 3 5 1 8 ~ls,2x 11 315(,i 1 8 * M ~ X 11 X'I I 7 F a 1 I lM la l l 14 iX(t1 1 5 IX4 ' 1 12 (K IT1 1 i X712 11'11K OW 2 12'1; 2 11114 161411 ?11?11 ! 41115 ? <lIi(,

Pellrnlu!n Ill3.h R i i l W l u r r l Ye&vlarnx I ' c r s a # l l r r ~ ~ U l w h R i i l Schtnl-dl P e d c - ~ r n 61131 11." 17<Sc1 ;'I lXIIX65. .* 145h:Z 1'. - l 1 5 l l 8 2 ? 111CW9 1

w Mi" kgiO#wl 0.170711.' O l i B 0 I) 51(t.ihll.. 0 l X I 1 0 ?76Y2 l l 0 2X7(, 0 1111i!h 11 1%1'8 1 1 2 1 1 1 ~ 1 1111111 l l2111121 0 ;I(&:

-1

w- 4.wa,Jx3 41 -64 ( 8 ( r l * i lzn, (1 6 9 5 i ( I (Ml) j ; I u ItW 41071<11*. -2 l l i x 4 I ( w ; z I - 1 X I 2 1 A 1 . 1 I I z i l - 2 8 1 m <9

O l ~ ~ . i 7 0 I1 I1151 1 lX1' l lX. I1 ?*I59 0 lW1981.. 11 3.;*Is1 (1 l l i%B<7" 0 '1141 11 0 1 7 1 0 ~ 1 01111K 0 l i l l X 9 I l l 9 1 5 TR .Sbml 2587 (.XI O O I X 7 - i i i 2 1 W I -l)(*N15 -21 'Ma IX 4)(KXI2 1711 71117 I111111 ?l l~17.Z111~1 O(125'1 . 5 2 V ~ 5 1 1 A ) 0 5 x 1 LbQ( - 2 . l I i 1 1 1 2 7 1 7 7 4I l IL '1411 A ) I 1.7s - 1 l l l 1 ~ ~ 1 ~ A1 I l l 1 1 (1 5~112Lh... I 0 I : ' l O i 1 7 2 X l ~ l 5 X i i A 1 2 ~ I l X l 2 . - 2 1 1 1 7 Libi T r n ea - ll.1~13(41 0 3XfnX 11.0251?11 ll.271.5 l l l I l U i 6 0 l l .2101 11 1111l?11l 1.I11'1 l 1 l 1 1 1 2 1 2 ~ ~ Il ;'I71 11.l127X~M~ I (1221 "- l L l l l 5 5 5 (I. I l l 6 4 Il 2 1 1 4 X I 0 2112 11 5 1 6 1 5 3 0514.3 l IW l? .1 l 7 II 11x5 I

p ;:;; 0 6 1 7 5 11 (>*PX* I1 7027 0 7427 I1 U 4 2 2 95% 4 27115 i 1 7 9 1 1 1 2 1 2 2 (XI15

OW l .UR71 2.62(11 1 l)lPJll Z 1 2 i X 2 1 1 5 8 I 9 5 8 1

Keterangan : ***) : Signifikan pada taraf nyata a = 0.0 1 **) : Signlfikan pada taraf nyafa a = 0.05 *) : Signifikan pada faraf nyafa a = 0.10

Persamaan Pertumbuhan Ekonomi dun sektor yang padat karya, tetapi sektor Nilai Tambah Bruto Sektoral yang padat modal dan padat teknologi

Surnber-sumber pertumbuhan ekonomi, baik dari sisi supply maupun dari sisi demand berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari sisi supply perhunbuhan ekonomi lebih responsif terhadap perturnbuhan input residual (TFP), dengan nilai elastisitas jangka pendek sekitar 0.3242, kemudian diikilti oleh pertumbuhan modal (elastisitas =

lebih banyak berkembang. Sedangkan dari sisi demand, variabel ekspor dan konsumsi msyarakat memiliki nilai elas- tisitas paling tinggi. Nilai elastisitas jangka pendek variabel ekspor sekitar 0.0248 yang artinya, bahwa ketika nilai ekspor mampu dilipat gandakan, maka pertumbuhan ekonomi dapat meningkat sekitar 2.48 persen.

0.2020). Pertumbuhan tenaga kerja me- Pendapatan Asli daerah (PAD) dan dana miliki elastisitas paling kecil yakni perimbangan (DP) tidak memberi 0.1758. Garnbaran ini sekaligus me- pengaruh yang signifikan terhadap nunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan Sulawesi Selatan, tidak didorong sektor- ekonomi, sedangkan variabel PDRB

Bambang Juanda dun Mahyztddin ISSN 02 15- I 74X

signifikan pada tarap a = 0.05, dengan optimalkan pajak dan retrubusi daerah nilai elastisitas sekitar 1.0869. Gambaran untuk peningkatan PAD dapat menye- ini sekaligus menunjukkan bahwa babkan "biaya ekonomi ringgi" bagi kebijakan-kebijakan pemerintah daerah, sektor riil (usaha-usaha prbduktif) se- hendaknya lebih berorientasi pada per- hingga dapat bersifat trade oif dengan baikan kondisi perekonomian, dari pada kondisi perekonomian (PDRB). berorientasi meningkatkan PAD. Meng-

Tilbel 3 Hasil estimnsi parameter persamaan yerlumbulzan ekononzi dan nilni lambnlz seklor(11 di Sulawesi Selalatz, lahun 1985-2004

PEUBAH Dugaan Probability Elasiisitas

-. Parameter I-Statistik PE I Pertu~nbuhan Ekononii

Intersept -259280.2 0.601 5 Pend. Asli Daerah (PAD) 1.198744 0.5715 0.0616 0.0864 Dana Perimbangan (DP) 0.18347 0.3595 0.0622 0.0873 Pend. Regional Bruto (PDRB) 0.1 28561 0.0222 b) 0.7754 1.0869

0.301977 0.2904 0.2866 0.4018

Sumber : Diolah dari berbagai dala BPS, 1985-2001

Selanjutnya pada persamaan nilai tambah sektor dipengaruhi secara signifikan oleh sek~oral secara konsisten untuk semua tenaga kerja sektoral, penanaman modal

ISSN 02 15- I 74X

sektoral dan produktivitas tenaga kerja sektoral. Elastisitas tenaga kerja terhadap nilai tambah bruto sektor paling kecil di sektor pertanian, yang berarti bahwa tenaga kerja di sektor pertanian sudah menghampiri ambang batas kejenuhan. Rendahnya pengaruh tenaga kerja pertanian terhadap nilai tambah pertanian ini, merupakan jawaban pada persamaan sebelumnya, dimana pertumbuhan eko- nomi kurang responsif terhadap per- tumbuhan tenaga kerja, mengingat lebih dari 50 persen tenaga kerja yang ada di Sulawesi Selatan ineilggantungkan hidup- nya di sektor ini terutama di sektor

, pertanian di wilayah pedesaan.

Untuk meningkatkan nilai tambah sektor pertanian yang cukup bersti, maka haruslah berbasiskan pada pertumbuhan produktivitas tenaga kerja. Hal ini dilihat dari tingkat signifikansi dan besarnya nilai elastisitas variabel ini terhadap nilai tarnbah sektor pertanian yakni sekitar 0.7961 yang artinya apabila produktivitas tenaga kerja pertanian meningkat 10 persen, maka pertumbuhan nilai tambah pertanian dapat meningkat sekitar 7.96 persen. Peningkatan produktivitas ini dapat dilakukan mzlalui peningkatan nilai tukar atau peningkatan efisiensi produksi dengan cara peningkatan pengetahmn dan keterarnpilan petani atau peningkatan modal dan teknologi.

Persamaan Produktivitas Tenaga Kerja

Hasil pendugaan parameter pada per- samaan produktivitas te~iaga kerja sek- bra., menunjukkan bahwa peningkatan

jumlah tenaga kerja sektoral, signifikan menurunkan produktivitas tenaga kerja sektoral, sedangkan peningkatan nilai tambah sektoral signifikan meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektoral. Upah riil dan input residual sektoral (TFP), secara konsisten pada semua sektor tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas tenaga kel-ja sektoral. Elastisitas input residual (TFP) paling kecil pada sektor pertanian dan terbesar pada sektor in- dustri pengolahan. Kecilnya pengaruh input residual. (TFP) sektor pertanian terhadap produktivitas pertanian, di duga berkaitan dengan pertumbuhan TFP itu sendiri yang dalam beberapa tahun ter- akhir mengalami kemerosotan serius, khususnya sejak krisis ekonomi, sehingga dengan kondisi yang merosot ini tidak mampu memberi kontribusi yang sig- nifikan terhadap produktivitas tenaga kerja pertanian, atau berkaitan dengan sifat sektor pertanian itu sendiri yang di- kenal sangat lamban dalam mengadopsi teknologi, sehingga peningkatan produk- tivitasnya sangat ditentukan oleh nilai outpunya saja dan bukan bersumber dari tindakan efisiensi yang dilakukan petani.

Persamaan produktivi tas tenaga kerj a pertanian seperti yang telah diuraikan, memberikan implikasi bahwa cara lain untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja di sektor pertanian ini adalah .

melakukan realokasi tenaga kerja per- ,

tanian ke sektor lain yang lebih produktif. '

Hal iil i di dasarkan dari nilai elastisitas jumlah tenaga kerja yang bersifat elastis dalarn jangka pendek dengan koefisien korelasi yang negatif.

Bamhang Juahda dun Mahyuddin ISSN 02 15- 174X

Tabel 4 Hmil Estimasi Parameter Persamaan Produktivitas Tenagrr Kerjn dun Migrmi k s u k di Sulawesi Selatan

Tabel 5 Hasil Estimasi Parameter Persamaan Angkatan Kerja dan Pengangguran di Sulawesi Selatan

Persamaan Angkatan Kerja dun Migrasi perkotaan dan upah pedesaan. Implikasi- Masuk Perkotaan dun Pedesaan nya adalah, bahwa untuk menghindari

M~gr;iu M:sttk

Uplll U,,I kCd;d&s, TPAL Lal.Jder;l PUrnr Kcrp Sul- w La1 E8dogcs

Angkatan kerja perkotaan dan pedesaan di arus urbanisasi ini, maka perlu mem-

pengaruhi oleh migrasi masuk, tingkat bangun berbagai sektor produktif di

partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan pedesaan untuk menekan disparietas upah

penduduk usia kerja, sedangkan upah riil antara desa dan kota.

tidak perpengaruh nyata. Migrasi masuk berkorelasi positif dengan angkatan kerja Persamaan Pengangguran Perkotaan dan perkotaan, tapi berkorelasi negatif dengan Pedesaan

2 471675. 1I076X -< 72781:"- ,,11~1,2

U.7J7175 11.129 011101.;

1636l(l2'*' I (Kt71 215f11 4f1... 11 1I!O

I I 1 241XI 11.2?1~174... I1 ftllU

11 21'K61* 02171 il 111254n 111ll2i

angkatan kerja ~edesaan , Yallg berarti Hasil pendugaan persamaan pengang- bahwa migrasi masuk kabupate&kota di guran menunjukkan bahwa peningkafan Sulawesi Selatan umumnJ'a migran dari angkatan kerja signifikan meningkatkan desa ke kota. pengangguran, sebaliknya peningkatan

Selanjutnya, migrasi masuk di Sulawesi Selatan secara signifikan meningkat pada saat terjadi konflik horisontal di KTI. Migrasi masuk juga dipengaruhi oleh rata- rata upah riil Sul-Sel, tetapi variabel TPAK yang rnencirikan peluang angkatan kerja terserap di pasar tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan. Hasil estitnasi ini mengisyaratkan bahwa, meskipun kesem- patan kerja di perkotaan terbatas, arus urbanisasi akan terus mengalir sepanjang terdapat perbedaan tajam antara upah

A Kcru Pcrkolenn (AKKI K Kc~I:~ Pchor;rll' IKK I Mmgr.#rt M;~rul (MMI

Pcrl t~1ub~~l&~8~ Eko#lo~nl

kesempatan kerj a signifikan menurunkan pengangguran baik di perkotaan maupun di pedesaan. Migrasi masuk tidak' ber- pengaruh nyata terhadap pengangguran, tetapi ada kecendel-~lngm, ketika terjadi peningkatan migrasi masuk, maka pe- ngangguran perkotaan cenderung rnening- kat, sernentara pengangguran pedesaan cenderung menurun. Hal ini terkait dengan persamaan sebelumnyti di rnana arus migrasi ini terutama dari migran desa yang mencari pekerjaan di perkotaan. Selanjutnya variabel perumbuhan eko-

*I fdE4,5*.' 5 Hlcln : 11E4)5*** I ~ l l I 2 ' 1

I14E41 ,... .5 4.1 13 -i X7E4IS.'. - I 1 4<l l i

I lflE16 (I ,MIX? . I l ? E 4 l i i l 135(,7

41(1121116 41 l x l i v 4 1111,116 41 1121')

terkotaan dun

ngangguran, ketika terjadi k, maka pe- enlng mening- i han pedesaan rl ini terkait mnya di mana m i migran desa di perkotaan.

umbuhan eko-

Pasar tenaga kerja dun perruntbuhan ekonon~i ISSN 02 15- I 74X

nomi tidak berpengaruli nyata terhadap pengangguran. Hal ini disebabkan karena, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan tidak berbasis pada pertumbuhan sektor padat karya, yang indikasinya pada persamaan sebel umnya dimana per- tumbuhan ekonomi tidak responsif ter- hadap pertumbuhan tenaga kerja. Dengan kata lain peningkatan pertumbuhan eko- nomi di daerah ini tidak di ikuti pening- katan jumlah tenaga kerja secara signi- fikan sehingga tidak mampu menekan laju pengangguran.

Berdasarkan nilai elastisitasnya, maka sisi penawaran pasar tenaga kerja (angkatan kerja) memberi tekanan yang lebih besar, terhadap pengangguran di badingkan sisi permintaannya. Implikasinya dari kondisi ini adalah bahwa apabila tidak ada upaya untuk menciptakan perluasan kesempatan kerja baru, maka pengangguran akan terus meningkat. Karena itu, intervensi peme- rintah sangat diperlukan untuk niencip- takan atau mendorong perluasan kesem- patan kerja baru. Intervensi pemerintah ini dapat melalui kebijakan fiskal baik dari sisi penerimaan, maupun dari sisi pengeluaran. Dari sisi penerimaan, perda- perda yang mengatur pajak dan retribusi

yang bersifat "menghambat" per- kembangan sektor riil seyogyanya dimini- malkan. Sedangkan dari sisi pengeluaran, diharapkan dapat lebih fokus untuk perbaikan infrastruktur serta peningkdtan pelayanan publik. Sehingga dengan strategi ini diharapkan sektor riil dapat lebih berkembang dan lebih mampu untuk menciptakan lapangan kerja baru.

Analisis Simulasi Kebijakan Terltadap Persamaan Pasar Tenaga Kerja

Hasil simulasi menunjukkan strategi peningkatan investasi, ekspor dan peningkatan penggunaan input residual (misalnya teknologi), tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dapat mendoroilg perluasan kesem- patan kerja, sedangkan strategi pening- katan konsumsi masyarakat, impor dan peningkatan PAD, kurang bermakna bagi perluasan kesempatan kerja dan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Gambaran lain dari simulasi ini bahwa kegiatan investasi, maupun kebijakan pemerintah masih bias terhadap sektor industri pengolahan maupun sektor lainnya, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Tabel 6 Dnmpak simulasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi ferhadap kesempatan kerja, gerfum>uhan ekonomi dun nilai lambah seklorrtl Sul-Sel

I 1 Dampak Simulasi Terhadap K.Kerja dan Pert. Ekonomi dan Nilai ~amba-

L ' Surnber : Diolah dari berbagai data BPS, 1985-2004 Keterangan : a) Dampak terhadap PE (%) ; b) Dampak rerhadap NTB .sekrorul (%)

r"

Barnbang ~ u a h d a don Mahyuddin lSSN 02 15- 1 74X

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka beberapa kesimpulan adalah sebagai berikut :

1 ) Dari semua variabel sumber-sumber pertumbuhan ekonomi dari sisi per- mintaan, hanya investrsi dan ekspor yang secara konsisten berpengaruh terhadap perluasan kesempatail kerja sektoral, sedangkan variabel lainya tidak signifikan, bahkan dapat mere- duksi kesempatan kerja di sektor tertentu. Variabel impor secara kon- sisiten signifikan mereduksi kesern- patan kerja di semua sektor, konsumsi masyarakat dapat meilciutkan kesem- patan kerja pertanian, demikian pula pengeluaran pemerintah mereduksi kesempatan kerja pertanian, tapi berkorelasi positif dengan kesempatan kerja sektor industri pengolahan dan sektor lainnya, yang berarti pula bahwa pengeluaran pemerintah bias terhadap sektor industri pengolahan dan sektor lainnya.

2) Input residual atau TFP (seperti tek- nologi) di sektor pertanian dan industri pedesaan berpengaruh signifikan terhadap perluasan kesempatan kerja. Sedangkan TFP di sektor industri perkotaan dan sektor lainnya mereduksi tenaga kerja.

3) Signifikannya input residual (tekno- logi) terhadap perluasan kesempatan kerja pertanian dan industri pedesaan disebabkan oleh "efek nilai tambah" yang diciptakan dari input residual (teknologi) lebih kuat dibandingkan "efek substitusitzya ", yang ditunjukkan oleh kesempatan kerja di sektor ini memiliki respons cukup besar terhadap perubahan nilai tambah sektor. Garnbaran ini sekaligus dapat diartikan bahwa peningkatan teknologi (input residual) pada sektor padat karya

(pertanian dan industri pedesaan) tidak selamanya mereduksi kesempatan kerja (meningkatkan pengangguran), sepan- jang output yang diciptakannya marnpu mendorong perluasan kesempatan kerja yang lebih besar.

4) Sektor perbnian, terutarna pertanian pedesaan merupakan sektor penam- pumg "para pekeqa sementara " yang ditunjukkan oleh koefisien regresi variabel angkatan kerja terhadap kesempatan kerja sektor pertanian paling besar. Sektor pertanian dan sek- tor lain perkotaan juga menjadi "karup pengaman " tenaga kerja di masa krisis. Akan tetapi dengan surplus tenaga kerja yang sedemikian besar di sektor pertanian, menyebabkan pertambahan tenaga kerja di sektor ini tidak lagi memberi pengaruh yang signifikan terhadap pertambahan nilai tambah pertanian.

5) Upah riil yang tinggi menjadi daya tarik yang signifikan terjadinya migrasi masuk. Migrasi masuk juga signifian pada saat terjadinya konflik horisontal di KT!, dan berpengaruh positif ter- hadap peningkatan angkatan kerja di perkotaan, tetapi menurunkan angkatan kerja pedesaan. Impli kasinya adalah, jika terjadi perbedaan tajam antara upah riil perkotaan dengan upah riil pedesaan yang lebih rendah, maka migrasi dari desa ke kota tak dapat dihindari, meskipun kesempatan ke j a di perkotaan . terbatas, sehingga berdampak pada pengangguran perkotaan yang sekakin tifiggi.

6 ) Pengangguran perkotaan dan pedesaan secara konsisiten di pengaruhi secarl negatif oleh kesempatan kerja dan secara positif oleh angkatan kerja, tetapi pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap peng- urangan pengangguran.

Pasar tenaga kerja dun perturnbuhan ekonornl

7) Pertumbuhan ekonomi yang tidak sig- nifikan terhadap pengurangan pengang- guran disebabkan oleh beberapa ha1 yakni (a) dari sisi supply, pertumbuhail ekonomi Sulawesi Selatan tidak berbasis pada sektor padat karya, tapi berbasis pada sektor yang padat modal dan padat teknologi; (5) dari sisi demand, komponen konsumsi masya- rakat yang memberi pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi, akan tetapi bersifat mereduksi kesempatan kerja di sektor padat karya seperti pertanian dan industri pedesaan. Selain itu, pengeluaran pemerintah juga bias

r iildusri pengolahan dan

Beberapa saran-saran yang diaj ukan adalah sebagai berikut : 1) Perlunya penciptaan iklim investasi

yang baik. Penciptaan iklim investasi ini tidak hanya berkaitan dengan per- baikan infrastruktur tetapi juga ber- kaitan kualitas pelayanan publik dari pemerintah, perbaikan regulasi yang membebani sektor produksi serta regulasi yang dapat menjamin flek- sibilitas pasar tenaga kerja.

2) Perlunya peningkatan daya saing komoditi ekspor Sulawesi Selatan, serta upaya untuk mengurangi ham- batan-hambatan dalam perdagangan- nya. Upaya ini dipandang urgen mengingat ekspor tidak hanya men- dorong pertumbuhail ekonomi, tetapi juga berdampak luas terhadap per- luasan kesempatan kerja di semua

3) Perlunya peningkatan sumberdaya ma- nusia, pengembangan riset dan per- baikan kelembagaan guna menun-jang peningkatan teknologi. Mengingat va- riabel ini terbukti telah memberi

kontribusi yang besar terhadap per- tumbuhan ekonomi Sul-Sel

4) Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Se- latan hendaknya berbasis pada per- tumbuhan sektor padat karya seperti sektor pertanian dan industri pedesaan. Kerena ha1 iili tidak saja untuk men- ciptakan pemerataan, tetapi juga di- pandang strategis untuk mengurailgi pengangguran, ksrena efek nilai tam- bah dari sektor ini sangat kuat men- dorong perluasan kesempatan kerja.

5 ) Pengembangkin input-input residual (seperti teknologi, perbaikan infrastruk- tur, penguatan kelembagaan, keteram- pilan tenaga kerja dan keberpihakan pemerintah), dipandang sebagai lang- kah strategis untuk pengembangan sek- tor padat karya ini, khususnya sektor pertanian dan industri pedesaan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, 1985-2003, Survey Angkafan Kerja Nasional, Badan Pusat Statistik (BPS), Jakarta.

, 1 985-2003, Pendapafan Regional Bruto Sulawesi Selatan, Badan Pusat Statistik (BPS), Sulawesi Selatan.

Juanda, B., 2001, Perfumbuhan Ekonomi dun Pergeseran Sfrukfural dalam Indusiriulisasi di Indonesia : ~endekatan Model Dual-Economy, Dikti-Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI - Institut Pertanian .

Bogor. . .

Majedah. 2006. Perspektif Pel-dagangarl Beras anfar Pulau: Analisa Daya Suing Beras Sulawesi Selaran dalam Perdagangan anfar Pulau. Disertasi Pascasarjana UNHAS.

Mankiw, N.G., 2003, Teori Makro Ekonomi, Edisi Kelima, Alih Bahasa

Barnbang ~ u a n d a dan Mahyuddin

: Imam Nurmawan, Penerbit Erlangga, Jakarta

Nordhaus, W., 2005. Tfie Sources of the Productivity Rebound and the Manufacturing Employment Puzzle, NBEK Working Paper 1 1 354

Siregar, H., 2006, Perbaikan Struktur $"" Pertumbuhan Ekonomi: Mendor ng lnvestasi dan Menciptakan Lapangan Kerja, Bisnis dan Ekonomi Politik, Vol. 7 (2) Edisi April 2006.