ANALISIS WACANA KRITIS PADA NOVEL PERAWAN … · pemakaian kata ganti orang kedua jamak berupa kata...
Transcript of ANALISIS WACANA KRITIS PADA NOVEL PERAWAN … · pemakaian kata ganti orang kedua jamak berupa kata...
i
ANALISIS WACANA KRITIS
PADA NOVEL PERAWAN REMAJA DALAM CENGKERAMAN MILITER
KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER
BERDASARKAN MODEL SARA MILLS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
NELA DIAN OCTORA
NIM 201110080311001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
ii
iii
iv
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nela Dian Octora
NIM : 201110080311001
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1. Tugas akhir dengan judul:
Analisis Wacana Kritis pada Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman
Militer Karya Pramoedya Ananta Toer Berdasarkan Model Sara Mills
adalah hasil karya saya dan dalam naskah tugas akhir ini tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar
akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun
keseluruhan, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan
dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah tugas akhir ini dapat dibuktikan terdapat
unsur-unsur PLAGIAT, saya bersedia TUGAS AKHIR INI DIGUGURKAN
dan GELAR AKADEMIK YANG SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta
diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tugas akhir ini dapat dijadikan sumber pustaka yangmerupakan HAK
BEBAS ROYALTI NON EKSKLUSIF.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan
segaimana mestinya.
Malang, 13 Januari 2015
Yang menyatakan,
Nela Dian Octora
v
MOTTO
Jika aku harus berenang di laut untuk mendapatkan apa yang aku inginkan,
aku akan belajar bagaimana berenang, dan aku akan mengarungi lautan itu. Jika
aku harus mendaki gunung tertinggi untuk mendapatkan apa yang aku inginkan,
aku akan belajar cara memanjat, dan aku akan memanjat gunung itu.
Jika aku harus menyelam samudra terdalam untuk mendapatkan apa yang
aku inginkan, maka aku akan belajar bagaimana cara menyelam, dan aku akan
menyelami samudra itu. Jika aku kecewa karena hal-hal yang tidak tampak seperti
yang aku inginkan, maka aku akan belajar bagaimana menerimanya, dan aku akan
mencoba untuk menerimanya.
Setidaknya sekarang aku telah mengalami bagaimana berenang, mendaki
dan menyelam dan juga bagaimana untuk menerima segala sesuatu yang berasal
dari usahaku. Kemudian, aku akan mencoba kembali untuk melakukan lebih baik.
Demi apa yang aku inginkan. Aku akan datang dan mencapai semua itu.
Semoga saja keinginan ini adalah baik dan untuk kebaikan.
Kesempatan kedua itu pasti ada, meski tidak seluruhnya yang diharapkan
dapat kita peroleh dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Tetap berusaha
melakukan yang terbaik dan berguna bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu
sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka.”
(Q.S. Ar-Ra’d Ayat 11)
vi
ABSTRAK
NELA DIAN OCTORA. 2011. Analisis Wacana Kritis pada Novel Perawan
Remaja dalam Cengkeraman Militer Karya Pramoedya Ananta Toer Berdasarkan
Model Sara Mills. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang.
Pembimbing: (1) Drs. Gigit Mujianto, M.Si (2) Drs. Sudjalil, M.Si, M.Pd.
Kata kunci: analisis; wacana kritis; model Sara Mills
Sastra menempatkan perempuan sebagai makhluk yang hanya mempunyai
perasaan dan kepekaan spiritual. Karya sastra menyembunyikan kekuatan struktur
gender yang dominan dan berkuasa. Analisis wacana kritis sebagai upaya
pengungkapan maksud tersembunyi dari subjek (penulis) sehingga produksi
ideologi yang disamarkan dalam wacana dapat diketahui. Penelitian ini
menggunakan analisis wacana kritis model Sara Mills. Adapun tujuan penelitian
ini yaitu (1) mendeskripsikan bagaimana tokoh perempuan dalam posisi subjek
dan posisi objek pada novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya
Pramoedya Ananta Toer, (2) mendeskripsikan bagaimana posisi pembaca
ditampilkan dalam novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer karya
Pramoedya Ananta Toer. Metode dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.
Penelitian ini mengungkap asumsi yang bersifat ideologis yang terkandung
dibalik kata-kata tokoh perempuan dalam posisi subjek dan posisi objek. Posisi
subjek yang berarti tokoh perempuan tersebut melakukan penceritaan atas dirinya
sendiri mengandung asumsi ideologi patriarki dan ideologi ibuisme. Tokoh
perempuan tersebut antara lain Siti Fatimah, Suwarti, Kartini, Sutinah, dan
Sumiyati. Posisi objek yang berarti tokoh perempuan tersebut kehadirannya
diceritakan oleh orang lain mengandung asumsi ideologi patriarki dan ideologi
ibuisme. Serta, ketidakadilan gender yaitu marjinalisasi, subordinasi, stereotipe,
kekerasan dan beban kerja. Tokoh perempuan tersebut antara lain Sutinah,
Sumiyati, Perempuan asli Pulau Buru, Perawan Remaja Buangan, dan Bolansar.
Posisi pembaca ditampilkan melalui penyapaan langsung dengan
pemakaian kata ganti orang kedua jamak berupa kata kalian. Serta, kalimat
perintah biasa dengan penggunaan partikel lah yang seolah penulis
memerintahkan pembaca untuk melakukan hal tertentu. Penyapaan tidak langsung
dilakukan melalui mediasi. Peneliti berperan sebagai pembaca, menempatkan diri
pada karakter perempuan dalam novel tersebut dan mensejajarkan dirinya sebagai
pihak yang tertindas dalam novel tersebut. Selain itu, kode budaya menempatkan
pembaca dalam orientasi nilai setuju dengan penulis. Kode budaya juga dilakukan
melalui penggunaan kalimat tanya yang seolah mengajak pembaca bertanya atas
suatu hal. Namun, penulis juga mengarahkan pembaca terhadap jawaban yang
tepat atas pertanyaan yang disampaikan.
vii
ABSTRACT
NELA DIAN OCTORA. 2011. Critical Discourse Analysis of the Novel
Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer by Pramoedya Ananta Toer based
Sara Mills Models. Indonesian Language and Literature Education Study
Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of
Muhammadiyah Malang. Advisor: (1) Drs. Gigit Mujianto, M.Si (2) Drs. Sudjalil,
M.Si, M.Pd.
Keywords: analysis; critical discourse; Sara Mills models
Literature put women as creatures only have feelings and spiritual
sensitivity. Literary works conceal the gender structure of the dominant force and
power. Critical discourse analysis as a hidden intention of the subject disclosure
(writer) so that the production of ideology disguised in discourse can be known.
This research uses a model of critical discourse analysis Sara Mills. The purpose
of this study is (1) to describe how the female characters in the subject position
and the position of objects in novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
by Pramoedya Ananta Toer, (2) to describe how the position shown in the novel
reader in a novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer by Pramoedya
Ananta Toer. The method in this research is descriptive qualitative.
The research reveals the ideological assumptions contained behind the
words of female characters in the subject position and the position of the object.
The position of the subject which means the female characters do storytelling on
itself contains assumptions patriarchal ideology and ibuism ideology. The female
figures include Siti Fatimah, Suwarti, Kartini, Sutinah, and Sumiyati. Position of
the object, which means the presence of women leaders told by others contain
assumptions patriarchal ideology and ibuism ideology. As well, namely the
marginalization of gender inequality, subordination, stereotypes, violence and
workload. The female figures include Sutinah, Sumiyati, Indigenous women Buru
Island, Virgin Teen Exiles, and Bolansar.
The position of the reader is shown through the use of direct accost second
person plural pronoun form of the word "you". As well, the usual command line
with the use of the particle "that" which as the author instruct the reader to do
certain things. Accost indirectly done through mediation. Researchers act as
readers, put yourself on the female character in the novel and aligning himself as
the underdog in the novel. In addition, the cultural code puts the reader in the
value orientation agrees with the author. Cultural code is also done through the
use of interrogative sentence that seemed to invite the reader on a case. However,
the author also directs the reader to the correct answer to the question submitted.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa
ta’ala yang telah memberikan nikmat umur, kesehatan, rezeki, serta wawasan
yang luas sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam
tetap tercurah kepada Baginda Rasulallah SAW sebagai junjungan dan suri
teladan seluruh umat manusia di dunia.
Penulis menyadari bahwa dalam prosesnya, penulisan skripsi ini banyak
mengalami kendala. Namun, berkat bantuan, bimbingan serta kerjasama dari
berbagai pihak serta berkah dari Allah SWT, sehingga kendala-kendala yang
dihadapi tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada.
1. Bapak Prof. Dr. Muhadjir Effendi, MAP., selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Ibu Dra. Tuti Kusniarti, M.Si, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Ibu Purwati Anggraini, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang.
5. Bapak Drs. Gigit Mujianto, M.Si., selaku Dosen Pembimbing I.
6. Bapak Drs. Sudjalil, M.Si, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II.
7. Serta, Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Malang.
ix
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kedepannya. Akhir kata, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kesalahan.
Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri serta bagi pembaca
pada umumnya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Malang, 13 Januari 2015
Penulis
x
LEMBAR PERSEMBAHAN
1. Kedua orang tua, Ayahanda Supiyono, B.A dan Ibunda Sulastri. Terimakasih
atas semua doa, dukungan baik moral maupun material, dan motivasi demi
keberhasilan.
2. Kedua saudara kandung, mas Reza Andika Hendrayana dan Riske Tria
Arizona. Terimakasih atas semua doa dan dukungan.
3. Sahabat-sahabat, Shangdyah Prisma, Juanah, Luluk Nasifah, serta yang tak
bisa satu persatu disebutkan. Terimakasih atas semua doa, dukungan, dan
semangat.
4. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia 2011 khususnya keluarga besar kelas A. Terimakasih atas segala
pengalaman indah bersama selama kurang lebih 3,5 tahun ini.
5. Serta semua orang yang pernah penulis kenal dan telah mengajarkan banyak
hal yang bermanfaat.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………... i
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………….. ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… iii
SURAT PERNYATAAN…………………………………………………… iv
MOTTO...........................................................................................................
ABSTRAK...….……………………………………………………………....
v
vi
ABSTRACT…………………………………………………………………. vii
KATA PENGANTAR.…………………………………………………….. viii
LEMBAR PERSEMBAHAN.……………………………………………… x
DAFTAR ISI………………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………
1.2 Fokus Penelitian…………………………………………………………..
1.3 Rumusan Masalah………………………………………………………...
1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………………
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………………..
1.5.1 Manfaat Teoritis……………………………………………………......
1.5.2 Manfaat Praktis…………………………………………………………
1.6 Definisi Operasional……………………………………………………....
1
13
13
14
14
14
15
15
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Analisis Wacana Kritis……………………………………………………
2.1.1 Analisis Wacana Kritis dan Ideologi……………………………………
2.1.2 Analisis Wacana Kritis dalam Wacana Sastra………………………….
2.2 Analisis Wacana Kritis Model Sara Mills………………………………..
2.2.1 Posisi Subjek-Objek…………………………………………………….
2.2.2 Posisi Pembaca………………………………………………………….
17
21
22
23
25
42
xii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian…………………..……...……………………………….
3.2 Data dan Sumber Data………...…………………………………………
3.3 Teknik Pengumpulan Data.……………………………………………...
3.3.1 Teknik Pustaka…………………………………………………………
3.3.2 Teknik Observasi……………………………………………………….
3.3.3 Teknik Catat……………………………………………………………
3.4 Instrumen Penelitian…..……….................................................................
3.5 Subjek Data……………….…...………...……………………………….
3.6 Teknik Analisis Data…………………………………………………….
3.7 Prosedur Penelitian…..………...……..………………………………….
48
49
50
50
51
51
51
53
55
56
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data……………………………………………………………...
4.1.1 Tokoh Perempuan dalam Posisi Subjek dan Posisi Objek pada Novel
Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer Karya Pramoedya
Ananta Toer…………………………………………………………….
4.1.2 Posisi Pembaca pada Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman
Militer Karya Pramoedya Ananta Toer………………………………...
4.2 Pembahasan……………………………………………………………….
4.2.1 Tokoh Perempuan dalam Posisi Subjek dan Posisi Objek pada Novel
Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer Karya Pramoedya
Ananta Toer…………………………………………………………….
4.2.2 Posisi Pembaca pada Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman
Militer Karya Pramoedya Ananta Toer………………………………...
58
58
83
96
96
99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………..
5.2 Saran………………………………………………………………………
102
104
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 105
LAMPIRAN…....…………………………………………………………….
Lampiran 1: Biografi Pengarang……………………………………………...
107
108
xiii
Lampiran 2: Sinopsis Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer…
Lampiran 3: Korpus Analisis Data Tokoh Perempuan dalam Posisi Subjek ...
Lampiran 4: Korpus Analisis Data Tokoh Perempuan dalam Posisi Objek….
Lampiran 5: Korpus Analisis Data Posisi Pembaca ..………………………...
Lampiran 6: Biodata Peneliti………………………………………………….
109
113
118
133
153
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kerangka Analisis Mills……………………………………………
Tabel 3.1 Instrumen Penjaring Data…………………………………………..
Tabel 3.2 Analisis Data Tokoh Perempuan dalam Posisi Subjek…………….
Tabel 3.3 Analisis Data Tokoh Perempuan dalam Posisi Objek……………...
Tabel 3.4 Analisis Data Posisi Pembaca………………………….….……….
Tabel 3.5 Indikator Posisi Subjek dan Posisi Objek………….........................
Tabel 3.6 Indikator Posisi Pembaca…………………………………………..
25
52
52
52
52
53
53
105
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.
Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Eresco.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara.
Fakih, Mansour. 2001. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Handayani, Trisakti & Sugiarti. 2002. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: UMM Press.
Hartanto, Dedi Duto. 2007. “Representasi Stereotype Perempuan dalam Iklan Layanan Masyarakat “Sahabat Peduli Anti Kekerasan dalam Rumah Tangga”” dalam Jurnal Nirmana Vol. 9 no. 2 2007.
Ibrahim, Abdul Syukur (Ed). 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Luhulima, Achie Sudiarti. 2000. Pemahaman Bentuk Tindak Kekerasan terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahannya. Jakarta: PT. Alumni.
Mayasari. 2013. “Analisis Wacana Kritis Pemberitaan “Saweran untuk Gedung KPK” di Harian Umum Media Indonesia” dalam Jurnal Linguistik Terapan Politeknik Negeri Malang (Online) http://jlt-polinema.org/?tag=analisis-wacana-kritis (diakses, 9 Mei 2014)
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rachmawati, Ammalia Agustya. 2013. “Wacana Peran Perempuan dalam Kolom Story Rubrik For Her Surat Kabar Jawa Pos” (Online) http://journal.unair.ac.id/filerPDF/commf38cbbf6a5full.pdf (diakses, 28 Oktober 2014)
Relawati, Rahayu. 2012. Konsep dan Aplikasi Penelitian Gender. Bandung: Muara Indah.
Santoso, Anang. 2012. Menguak Bahasa Membongkar Kuasa. Bandung: CV. Mandar Maju.
Setiawan, Yulianto Budi. 2010. Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Kekerasan Berbasis Gender di Surat Kabar Harian Merdeka. Tesis tidak diterbitkan. Semarang: Program Magister Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro.
106
Soejono & Abdurrahman. 2006. Metode Penelitian: Suatu Pemikiran & Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta.
Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metoda Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suranto, Hanif (Ed). 1998. Wanita dan Media Konstruksi Ideologi Gender dalam Ruang Publik Orde Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syam, Tri Ayu Nutrisia. 2013. Representasi Nilai Feminisme Tokoh Nyai Ontosoroh dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer (Sebuah Analisis Wacana). Skripsi tidak diterbitkan. Makassar: Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin.
Toer, Pramoedya Ananta. 2011. Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer: Catatan Pulau Buru. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).
Wardani, Eka Harisma. 2009. Belenggu-Belenggu Patriarki: Sebuah Pemikiran Feminisme Psikoanalisis Toni Morrison dalam The Bluest Eye. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Universitas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
107
LAMPIRAN :
1. Biografi Pengarang
2. Sinopsis Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
3. Korpus Analisis Data Tokoh Perempuan dalam Posisi Subjek
4. Korpus Analisis Data Tokoh Perempuan dalam Posisi Objek
5. Korpus Analisis Data Posisi Pembaca
6. Biodata Peneliti
108
Lampiran 1:
BIOGRAFI PENGARANG
Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora
pada 6 Februari 1925. Selain sebagai pengarang,
bermacam profesi telah dijalani Pramoedya,
seperti juru ketik Kantor Berita Domei (1942-
1944), wartawan majalah Sadar (1947) dan lembar
“Lentera” surat kabar Bintang Timur (1962-1965),
dan dosen di Fakultas Sastra Universitas Res
Publica (1963-1965) serta di Akademi Jurnalistik
Dr. Rivai (1964-1965).
Menulis sejak di bangku sekolah dasar,
hingga kini Pramoedya telah menghasilkan tidak
kurang dari 35 buku, fiksi maupun non fiksi. Karya-karyanya yang terbit pada
masa Orde Baru dilarang oleh pemerintah. Karya puncaknya adalah tetralogi
novel sejarah yang ditulis Pramoedya ditahan selama 11 tahun di Pulau Buru,
yakni Bumi Manusia (1981), Anak Semua Bangsa (1981), Jejak Langkah (1985),
dan Rumah Kaca (1988). Tetralogi novel tersebut, dan catatan selama di Pulau
Buru, Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I (1995) dan II (1996), telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan Prancis. Sejak 1950 sedikitnya 16
penghargaan dari dalam dan luar negeri telah diraihnya, antara lain dari Balai
Pustaka (1951), Ramon Magsaysay (1955), PEN International (1998), dan Kota
Fukuoka-Yokatopia Foundation (2000).
Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer adalah karya kelima
Pramoedya yang diterbitkan KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), setelah
Mangir (2000), Kronik Revolusi I, II (1999), dan III (2001), yang disusun bersama
Koeslah Soebagyo dan Ediati Kamil, serta Cerita-cerita dari Digul (ed.) (2001
109
Lampiran 2:
SINOPSIS NOVEL
PERAWAN REMAJA DALAM CENGKERAMAN MILITER
Novel Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer
karya Pramodya Ananta Toer adalah catatan tentang
para perempuan remaja Indonesia yang dijadikan
budak seks oleh balatentara Jepang pada Perang
Dunia II. Catatan tersebut disusun berdasarkan
keterangan teman-teman sepembuangan Pramoedya
di Pulau Buru, serta hasil pelacakan mereka
terhadap para budak seks yang ditinggalkan begitu
saja di Pulau Buru, segera setelah Jepang menyerah
pada 1945.
Pada mulanya, tahun 1943 serangan besar-besaran pihak Sekutu di Asia
Tenggara membuat posisi balatentara Jepang bergeser di Indonesia dari agresif
menjadi dendesif. Sikapnya terhadap nasionalisme Indonesia juga mulai berubah,
sehingga kaum nasionalis di Jawa dan Sumatra mendapat keleluasaan
berpropaganda. Hubungan laut dan udara belatentara pendudukan Jepang di Asia
Tenggara dengan Jepang menjadi sulit. Orang Indonesia, melalui PETA (Pembela
Tanah Air), mendapat latihan kemiliteran untuk jadi perwira demi
mempertahankan tanah airnya dari serangan sekutu. Balatentara Jepang sendiri
ditarik ke garis terdepan. Sulitnya hubungan laut dan udara menyebabkan
balatentara Dai Nippon tak bisa lagi mendatangkan wanita penghibur dari Jepang,
Cina dan Korea. Sebagai gantinya para gadis Indonesia dikirimkan ke garis
terdepan sebagai penghibur.
Dalam propaganda Pemerintahan Pendudukan Balatentara Dai Nippon
dikatakan bahwa: di dalam usaha mempersiapkan rakyat Indonesia ke arah
kemerdekaan nanti sesuai dengan kehendak Nippon, generasi muda dididik
supaya bisa mengabdikan diri dalam kemerdekaan. Awalnya, mereka dijanjikan
110
oleh Pemerintahan Balatentara Pendudukan Dai Nippon akan diberi kesempatan
belajar ke Tokyo dan Shonanto (Singapura). Para perawan remaja itu akan
disekolahkan sebagai bidan atau juru rawat. Namun, janji menyekolahkan ke
Tokyo dan Shonanto oleh Pemerintahan Balatentara Pendudukan Dai Nippon
tidak pernah diumumkan secara resmi, terutama tidak pernah tercantum dalam
Osamu Serei (Lembaga Negara), yang merupakan suatu kesengajaan untuk
menghilangkan jejak perbuatan agar orang tidak mudah menjejak kejahatannya.
Para perawan remaja itu meninggalkan kampung halamannya dan
keluarganya bukan karena kemauan mereka sendiri tapi kemauan orang tua yang
takut akan ancaman pemerintahan Jepang pada saat itu. Para perempuan remaja
itu menempuh perjalanan yang cukup jauh dalam pelayaran berbahaya ditengah-
tengah peperangan. Jepang memilih para perawan remaja yang belu dewasa untuk
memenuhi impian seks serdadu Jepang pada satu pihak, dan agar tidak mendapat
perlawanan dari remaja tidak berdaya itu pada pihak lain.
Pada tahun 1945 setelah Jepang menyerah, para perawan remaja itu
dilepas tanpa tanggungjawab, tanpa pesangon, tanpa fasilitas, dan tanpa
terimakasih dari pihak balatentara Dai Nippon, sebagai tindakan bercuci tangan
terhadap kejahatannya sendiri. Mereka diserahkan pada naluri hidup masing-
masing dan tidak mendapatkan pelayanan dan perlindungan hukum dari
Pemerintah RI dan sebagai akibatnya, sampai 1979 atau sekitar 35 tahun, mereka
menjadi buangan yang dilupakan.
Novel ini berisi hasil catatan wawancara yang dilakukan Pramoedya dan
rekan sepembuangannya di Pulau Buru antara lain seperti, Harun Rosidi, B.A,
Seoprihono Koeswedi, Sutikno, W.S, Sukarno Martodihardjo, dll yang melakukan
perburuan terhadap perempuan buangan itu mulai tahun 1972. Tokoh-tokoh
perempuan yang diceritakan dalam novel ini antara lain seperti Siti Fatimah,
Suwarti, Kartini, Sumiyati, Bolansar, Sutinah, dll. Mereka merupakan nama-nama
yang masih bertahan dan menjadi bagian dari masyarakat adat Pulau Buru yang
harus menjalani kehidupan sebagai buangan, dan mereka hidup jauh di bawah
taraf peradaban dan kebudayaan asal mereka. Mereka mungkin telah dilupakan,
bahkan juga oleh seluruh nasion Indonesia, dan dianggap tidak ada atau hilang.
111
Mereka tidak berani bicara dalam bahasa ibu mereka, atau bicara tentang diri
mereka pada orang lain bila berada di dekat suami atau orang non-Buru.
Misalkan saja cerita Siti Fatimah. Siti Fatimah merupakan korban
perbudakan seks balatentara Jepang yang saat ini tinggal di Wai Apu dan
merupakan keturunan Sunda dan berasal dari daerah Subang. Siti Fatimah terlahir
pada tahun 1927 dan merupakan anak asisten Wedana Subang, Singadikarta. Ia
pernah menamatkan pendidikan schakelschool (sekolah khusus untuk lulusan SD
lima tahun, terutama khusus mempelajari bahasa Belanda untuk dapat meneruskan
ke sekolah dasar berbahasa Belanda tujuh tahun). Pada awal pendudukan Jepang
ia duduk di SMP. Orang tuanya menyetujui ia meneruskan sekolah ke Jepang.
Berempat mereka meninggalkan Subang. Mancal dari Tanjung Priok bersama
ratusan gadis lain. tidak ke Tokyo, tetapi ke Flores, kemudian ke Buru. Kala itu ia
tak mampu melawan segala bentuk ancaman dari tindakan yang dilakukan
balatentara Jepang kepadanya. Ia hanya bisa menangis dan pasrah menerima
keadaan yang ada.
Mereka, para perempuan buangan itu menjadi tawanan lingkungan hidup
sendiri. Syarat hidup yang terlalu berat menyebabkan mereka cepat tua. Dapat
diduga, sebagaian besar dari perempuan-perempuan yang lain telah mati, terutama
karena tidak adanya pengobatan dan seringnya wabah penyakit parasit, yang
menjadi ciri setiap masyarakat terasing dan terbelakang. Perlakuan para suami
mereka yang kasar juga mendasari mereka untuk tidak berani mengutarakan jati
diri mereka yang sebenarnya. Bagi masyarakat Buru, perempuan adalah harta dan
dapat diperjualbelikan menjadi sumber penghidupan.
Novel ini juga menceritakan bagaimana adat istiadat atau tradisi
masyarakat Pulau Buru dalam memperlakukan perempuan. Banyak perempuan
yang takut terhadap suami mereka serta tidak berani melakukan hal apapun tanpa
seizin suami mereka. Perempuan memiliki keterbatasan dalam bertindak dan
begitu halnya dengan perempuan-perempuan buangan yang sudah menjadi bagian
dari masyarakat Buru itu.
Ironisnya, hingga kini Pemerintah Jepang tetap menolak untuk
bertanggungjawab secara hukum. Alasannya, para korban adalah jugun ianfu
112
(perempuan penghibur) yang bekerja secara sukarela, bukan sebagai budak seks,
dan persoalan tersebut telah diselesaikan melalui berbagai pejanjian perdamaian
dan pampasan perang. Secara moral, Pemerintah Jepang juga telah menebus
kesalahan masa lalu itu dengan mendirikan Asian Women Found pada 1996.
Lembaga swadaya masyarakat ini dibentuk untuk mengumpulkkan dana
masyarakat guna membayar kompensasi para perempuan korban perbudakan
seksual balatentara Jepang.
Alasan Pemerintah Jepang tersebut tidak diterima oleh kalangan aktivis
pembela hak asasi manusia dan hak perempuan dari berbagai negara yang pernah
diduduki Jepang. Merujuk pada Konvensi Jenewa 1949 dan Statuta Roma 1999,
mereka menyatakan bahwa perbuatan balatentara Jepang tersebut dapat
dikategorikan sebagai kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang
dapat diajukan ke Mahkamah Pidana Internasional.
Untuk itulah pada 8-12 Desember 2000 para aktivis tersebut
menyelenggarakan pengadilan rakyat di Tokyo, diberi nama Pengadilan
Internasional Kejahatan Perang terhadap Perempuan untuk kasus Perbudakan
Seksual Militer Jepang pada masa Perang Dunia II. Meskipun pengadilan itu
belum memiliki kekuatan hukum, namun secara moral diharapkan dapat
menggugah kesadaran kolektif masyarakat Internasional. Keputusan tersebut
diumumkan di Den Haag pada 8 Maret 2001.