Huang2015 Pengaruh Debranching Dan Panas-kelembaban Perawatan Di Struktural
ANALISIS STRUKTURAL NASKAH DRAMA - Repository Unja
Transcript of ANALISIS STRUKTURAL NASKAH DRAMA - Repository Unja
ANALISIS STRUKTURAL NASKAH DRAMA
BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA
SKRIPSI
OLEH
SALSABELLA WAWA ANASYA
NIM RRA1B117004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
ANALISIS STRUKTURAL NASKAH DRAMA
BILA MALAM BERTAMBAH MALAM KARYA PUTU WIJAYA
ii
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Jambi
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
Salsabella Wawa Anasya
NIM RRA1B117004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
vii
ABSTRAK
Anasya, Salsabella Wawa.2020, Analisis Struktural Naskah Drama Bila Malam
Bertambah Malam Karya Putu Wijaya: Skripsi, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Jambi, Pembimbing (I) Dra. Hj.
Yusra D., M.Pd., (II) Hilman Yusra, S.Pd., M.Pd.,
Kata Kunci: naskah drama, struktural.
Penelitian ini bertujuan memperoleh deskripsi (1) unsur-unsur apa saja yang
membangun naskah drama. (2) hubungan antarunsur naskah drama Bila Malam
Bertambah Malam karya Putu Wijaya. (3) Bagaimana relevansi terhadap
pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.
Jenis penelitian deskriptif dengan metode kualitatif. Pengumpulan data
menggunakan metode studi pustaka yang difokuskan untuk mengidentifikasi dan
mendeskripsikan unsur-unsur dan hubungan makna dalam naskah drama Bila
Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya. Kemudian setelah data diperoleh
dianalisis menggunakan teknik analisis data. Selanjutnya untuk menguji
keabsahan data dilakukan dengan cara menggunakan teknik triangulasi.
Hasil penelitian ini mendeskripsikan: (I) Unsur-unsur naskah drama Bila Malam
Bertambah Malam karya Putu Wijaya meliputi: alur, tokoh, latar, tema, amanat,
dialog, dan teks samping. alur maju, Tokoh dalam naskah drama Bila Malam
Bertambah Malam karya Putu Wijaya terdiri dari, tokoh antagonis, yaitu: Gusti
Biang, tokoh tritagonis yaitu: Ratu Ngurah dan Wayan, dan tokoh protagonis:
Nyoman, Untuk Latar ruang luar adalah Bali, Latar waktu malam. Sedangkan
tema yang melandasi naskah drama ini yakni permasalahan persoalan status
sosial. Amanat yang terkandung sebagai makhluk hidup kita harus saling
menghargai satu sama lain. Dialog, disesuaikan dengan latar Indonesia sehinggan
dialog yang digunakan campuran berbahasa Bali, dan pada naskah drama ini
memiliki teks samping yang memberikan petunjuk teknis drama. (II) Hubungan
antarunsur naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya
saling menopang atau memiliki keterjalinan yang kuat. Masing-masing unsur
memiliki peranan dan fungsi yang saling mendukung dengan unsur-unsur lainnya.
(II) Hubungan antar unsur naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya
Putu Wijaya, pembahasan mengenai unsur-unsur naskah drama dan hubungan
antar unsur yang terdapat dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam
karya Putu Wijaya. (3) relevansi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IX
SMA.
Kesimpulan terhadap hasil ini memperlihatkan bahwa unsur-unsur naskah drama
Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya memiliki: tujuh unsur yang
membangun naskah drama alur, tokoh, latar, tema, amanat, dialog, dan teks
samping. hubungan antarunsur sangat erat dan berkaitan satu sama lain tidak
dapat dipisahkan. Relevansi dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI
SMA.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas segala berkat dan rahmat-Nya
sehingga selesainya penelitian yang dilakukan sampai terwujud menjadi skripsi
yang berjudul Analisis Struktural Naskah Drama Bila Malam Bertambah Malam
Karya Putu Wijaya.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu, dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis sampaikan terima kasih,
terutama kepada ibu Dra. Hj. Yusra D., M. Pd. Selaku dosen pembimbing I
sekaligus Pembimbing Akademik yang dengan kesabaran, keikhlasan, serta
memotivasi penulis, hatinya yang lembut dalam menasehati dan membimbing
penulis scara kritis dan cemerlang dalam berpikir telah membuat penulis tidak
menyerah memperbaiki kesalahan atau kekeliruan yang masih muncul dalam
penyususan skripsi ini. Semoga Tuhan tetap memberikan kesehatan kepada beliau.
Kepada Bapak Hilman Yusra, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang dengan
ketelitian, kesabaran, dan kebijakannya telah membuka dan mengasah
pemahaman intelektual penulis serta memberikan bimbingan dan arahan yang
berarti dalam penyelesaian skripsi ini.
Kepada Ibu Dr. Hj. Irma Suryani, M. Pd., dan Bapak Dr. Drs. Harry
Soedarto H, M.Pd. dan Bapak Drs. H. Larlen. M.Pd terima kasih atas saran dan
kritikan yang telah diberikan dalam siding skripsi. Semoga ilmu dan kekritisan
Bapak dan Ibu membuat skripsi ini lebih sempurna.
Penulis sampaikan terima kasih yang dalam kepada dosen Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra PBS FKIP Universitas Jambi yang telah membagi
ilmunya dengan maksimal. Tidak lupa pula Ketua dan Sekretaris Jurusan
Pendidkan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan pengarahan
kepada mahasiswanya.
Jambi, Januari 2021
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
MOTTO .................................................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 6
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 7
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................................................. 7
1.4.1 Manfaat Praktis ............................................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORETIK
2.1 Naskah Drama ................................................................................................... 8
2.2 Jenis-Jenis Drama............................................................................................ 10
2.3 Unsur-Unsur yang Membangun Naskah Drama ............................................. 14
2.3.1 Alur .............................................................................................................. 15
2.3.2 Tokoh ........................................................................................................... 16
x
2.3.3 Setting atau Latar.......................................................................................... 18
2.3.4 Tema ............................................................................................................. 20
2.3.5 Amanat ......................................................................................................... 20
2.3.6 Dialog ........................................................................................................... 21
2.3.7 Petunjuk Teknis atau Teks Samping ............................................................ 22
2.4 Hubungan Antarunsur Naskah Drama ............................................................ 23
2.5 Pendekatan Struktural ..................................................................................... 24
2.6 Penelitian Relevan ........................................................................................... 25
2.7 Kerangka Berpikir ........................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................................ 29
3.2 Data dan Sumber data ..................................................................................... 29
3.2.1 Data .............................................................................................................. 29
3.2.2 Sumber Data ................................................................................................. 29
3.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 30
3.4 Pendekatan Penelitian ..................................................................................... 31
3.5 Instrumen Penelitian........................................................................................ 31
3.6 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 33
3.7 Pengecekan Keabsahan Data........................................................................... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................... 35
4.1.1 Unsur Naskah Drama .................................................................................. 35
4.1.1 Alur .............................................................................................................. 35
4.1.2 Tokoh ........................................................................................................... 47
xi
4.1.3 Setting atau Latar.......................................................................................... 58
4.1.4 Tema ............................................................................................................. 61
4.1.5 Amanat ......................................................................................................... 63
4.1.6 Dialog ........................................................................................................... 63
4.1.7 Petunjuk Teknis atau Teks Samping ............................................................ 64
4.2. Pembahasan ................................................................................................... 65
4.2 Hubungan Antar Unsur Naskah Drama Bila Malam Bertambah Malam karya
Putu Wijaya .................................................................................................... 74
4.3 Relevansi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA ............................ 76
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 Simpulan ......................................................................................................... 79
5.2 Implikasi ......................................................................................................... 81
5.3 Saran ............................................................................................................... 81
DAFTAR RUJUKAN
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Naskah Drama ............................................................................................... 82
2. Korpus Penlitian Rumusan Masalah Pertama .............................................. 158
3. Korpus Penlitian Rumusan Masalah Kedua................................................. 167
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Analisis struktural merupakan tahap awal dalam penelitian sastra yang
sulit untuk dihindari, karena melalui analisis ini memungkinkan penjabaran secara
optimal. Analisis struktural merupakan satu bentuk pisau bedah atau suatu alat
yang digunakan untuk mengkaji karya sastra.
“Analisis struktural merupakan tahap awal dalam memahami karya sastra
dari unsur struktural atau pembentuk karya sastra.Analisis struktural karya sastra
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi
dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi yang bersangkutan” (Satinem, 2019:37).
Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat,
sedetail, dan seteliti mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek
karya sastra yang menghasilkan makna menyeluruh.
Dapat dikatakan bahwa naskah drama adalah jenis karya sastra yang
kurang popular dimata masyarakat. Salah satu karya satsra yang butuh
penanganan kompleks ialah naskah drama, naskah drama sebagai karya sastra
bertujuan menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dari emosi
lewat lakuan dan dialaog drama lazimnya dipentaskan. Dengan membaca naskah
drama diharapkan pembaca memperkaya batin dan mendapatkan kesenangan
positif untuk menemukan nilai-nilai kehidupan dalam pesan atau makna yang
terkandung dalam drama.
1
2
Mengenai drama, Hasanuddin (2015:4) mengemukakan:
Drama adalah karya yang memiliki dua dimensi karakteristik, yaitu dimensi
sastra dan dimensi pertunjukan. Pemahaman terhadap drama pada masing-
masing dimensi akan wajar jika berbeda karena unsur-unsur yang membangun
dan membentuk drama pada masing-masing dimensi lainnya, yang pada
akhirnya akan memberikan pemahaman yang menyeluruh terhadap drama
sebagai karya dua dimensi tersebut.
“Satu hal yang tetap menjadi ciri naskah drama adalah bahwa semua
kemungkinan itu harus disampaikan dalam bentuk dialog-dialog dari para tokoh.
Akibat hal inilah maka seandainya seorang pembaca yang membaca suatu naskah
drama tanpa menyaksikan pementasan drama tersebut mau tidak mau harus
membayangkan jalur peristiwa di atas pentas” (Hasanudin,2015:5).
Seperti halnya karya sastra yang lain, naskah drama juga dibangun oleh
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Dalam upaya mendapatkan pemahaman yang
maksimal terhadapat suatu drama, untuk dapat mengungkapkan makna dari suatu
karya satra, yang harus diperhatikan terlebih dahulu adalah unsur-unsur instrisik
yang lengkap. Unsur-unsur instrisik tersebut berupa alur, dialog, latar, penokohan,
tema dan amanat. Unsur-unsur tersebut saling berkaitan dan membentuk suatu
kesatuan yang membangun drama dari dalam. Untuk mendapatkan pemahaman
tersebut dibutuhkan sebuah analisis struktural.
Peneliti melakukan penelitian pendekatan struktural disebabkan karena
pendekatan struktural memandang bahwa konsep fungsi memegang peranan
penting dan keterkaitan antarunsur intrinsiklah yang mampung memberi makna
secara tepat, sebab sebuah karya sastra merupakan totalitas unsur-unsurnya yang
saling berkaitan satu sama lain. Pemahaman secara utuh terhadap unsur-unsur
instrisik merupakan materi yang sering sekali dipelajari di sekolah. Pembelajaran
di sekolah masih terbilang kurang, oleh karena itu penelitian ini diharapkan
3
mampu menjadi referensi untuk guru membuat bahan ajar di sekolah terutama
intuk pembelajaran sastra drama.
Dalam penelitian ini, naskah drama Bila Malam Bertambah Malam Karya
Putu Wijaya akan dijadikan objek kajian. Naskah drama Bila Malam Bertambah
Malam Karya Putu Wijaya akan dianalisis unsur-unsurnya (alur, tokoh, latar,
tema, amanat, dialog, dan teks samping), dan menggunakan pendekatan struktural.
Siswantoro (2010:13) menyatakan “Struktur berarti keseluruhan yang kompleks
(complex whole)”.Setiap objek, atau peristiwa adalah pasti sebuah struktur, yang
terdiri berbagai unsur, yang setiap unsurnya tersebut menjalin hubungan. Hanya
saja drama dibedakan dengan bentuk-bentuk lainnya dalam hal kebutuhannya,
drama memilliki unsur dialog dan teks samping.
Ada beberapa alasan peneliti melakukan analisis struktural dalam naskah
drama Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya. Alasan pertama,
peneliti memilih naskah drama karya Putu Wijaya karena Putu wijaya(sang
teroris mental) sudah sangat terkenal sebagai ahli di bidang drama dan teater. Putu
wijaya sudah menulis lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar 1000 cerpen,
ratusan esei, artikel lepas, dan kritik drama. Ia juga telah menulis skenario film
dan sinetron. Sebagai seorang dramawan,Ia memipin Teater Mandiri sejak 1971.
Sangat banyak naskah drama yang ditulis beliau, di antaranya Aeng, Anu, Bah,
Demokrasi, Jangan Menangis Indonesia, Lautan Bernyanyi, dan zetan.
Alasan kedua, sejauh pengamatan peneliti melalu membaca skripsi yang
ada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Bahasa dan seni,
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Jambi dan di
media sosial google internet, penelitian tentang analisis struktur dan relevansinya
4
masih kurang. Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan yang berhubungan
dengan analisis struktural naskah drama. Di antara penelitian itu adalah penelitian
yang di lakukan oleh Ahmad Yani (2012) dengan judul Analisis Struktural
Naskah Drama Jangan Menangis Indonesia Karya Putu Wijaya. Selanjutnya Tiya
Antoni (2015) Analisis Struktural Teks Drama Penembak Misterius Karya Radhar
Panca Dahana. Afni Prawesti (2013) Analisis Struktural Semiotik Naskah Drama
Emilia Galotti Karya Gotthorld Ephram Lessing. Hasil dari penelitian ini
menunjukan pembahasan hasil analisis struktural dalam naskah tersebut tetapi
tidak mengaitkan dengan pembelajaran sastra di sekolah. Dan Dimas Anugrah
Adiyadmo (2016), Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Naskah Jangan
Menangis Indonesia Karya Putu Wijaya. Hasil dari penelitian ini tentu ada juga
kaitannya di Sekolah tetapi tidak mengaitkan langsung dengan Kompetensi Dasar.
Alasan ketiga, penelitian tentang analisis sturktur naskah drama memang
ada dilakukan tetapi banyak penelitian tentang analisis struktural dalam novel dan
monolog. Di antara penelitian terdahulu yang berkaitan dengan analisis struktural
adalah: 1. “Kajian Struktural Novel Hujan Bulan juni Karya Sapardi Djoko oleh
Fitri Lestari (2017). 2. “Analisis Struktural Teks Monolog Marsinah Menggugat
Karya Ratna Sarumpet” oleh Muhammad Bayumi (2019).
Dari beberapa penelitian terdahulu analisis struktural ini tidak mengaitkan
hubungan antarunsur struktur tersebut dan relevansinya terhadap pembelajaran di
Sekolah. Penelitian yang akan peneliti lakukan berbeda dari penelitian terdahulu
yang lebih banyak mengkaji unsur-unsurnya saja. Peneliti akan mengkaji unsur,
keterkaitan antarunsur dan relevansinya terhadap pembelajaran bahasa Indonesia
di SMA
5
Alasan keempat, karya ini memiliki relevansi yang kuat dengan
Kompetensi Dasar 3.18 “Mengidentifikisai aalur cerita, babak demi babak, dan
konflik dalam drama yang dibaca atau ditonton”, Kompetensi dasar 3.19
“Menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton” di kelas XI
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.
Alasan kelima,sebagai mahasiswa yang kuliah di Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, yang nantinya akan menjadi guru Bahasa dan Satra Indonesia,
meneliti hal ini tentu harus mempersipakan diri dengan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan kemampuan menganalisis.
Beberapa hal yang telah dipaparkan tersebut menjadi alasan peneliti utuk
meneliti naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya ini
sebagai karya sastra dengan menggunakan pendekatan struktural yakni analisis
tentang unsur-unsur naskah drama. Penelitian sebelumnya yang relevan, oleh
peneliti dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Analisis Struktural Naskah Drama Bila Malam Bertambah Malam
Karya Putu Wijaya”.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Unsur apa sajakah yang membangun naskah drama Bila Malam
Bertambah Malam Karya Putu Wijaya?
2. Bagaimanakah hubungan antarunsur yang membangun naskah drama Bila
Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya?
3. Bagaimanakah relevansi terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMA?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, penulis merumuskan
tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan unsur naskah drama Bila Malam Bertambah
Malam Karya Putu Wijaya.
2. Untuk mendeskripsikan hubungan antarunsur yang membangun naskah
naskah drama Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya.
3. Menghubungkan unsur naskah drama Bila Malam Bertambah Malam
Karya Putu Wijaya pada pemebelajaran bahasa Indonesia di SMA.
7
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai sumbangan pengetahuan bagi para peneliti dan peminat naskah
drama, serta memberikan gambaran tentang model penelitian struktural
terutama dalam mengkaji naskah drama.
2. Sebagai sumbangan pengetahuan bagi pembaca atau peminat naskah
drama, khususnya Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia
tentang analisis struktural dalam naskah drama Bila Malam Bertambah
Malam Karya Putu Wijaya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
1. Bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat pada umumnya.bahan panduan
dan menambah pengatahuan mengenai apresiasi karya sastra khusunya
naskah drama
2. Bagi peneliti lain, yaitu bisa dijadikan sebagai bahan rujukan atau
perbandingan untuk meneliti sastra, khususnya naskah drama, baik dari
perspektif yang sama maupun yang berbeda.
8
BAB II
KAJIAN TEORETIK
2.1 Naskah Drama
Naskah drama adalah suatu rangkaian percakapan dalam tulisan yang
tersusun sedemikian rupa dengan mempertimbangkan: alur, tokoh, penokohan,
perwatakan, setting/latar, tema, amanat, dialog, dan petunjuk teknis/teks samping.
Naskah drama dapat diberi batasan sebagai salah satu jenis karya sastra yang
ditulis dalam bentuk dialog yang didasarkan atas konflik batin yang dapat
dipentaskan. Menurut Wiyanto (2002:126) “naskah drama berupa percakapan,
yaitu percakapan antar pelaku”. Selain percakapan para pelaku, naskah drama
juga berisi penjelasan mengenai gerak-gerik dan tindakan yang dilaksanakan
pelaku.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Suharso (2011) “Naskah
adalah karangan yang masih ditulis tangan dan belum diterbitkan”. Naskah
drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas.
Naskah drama ini dapat dijadikan sebagai bahan ajaran sastra yang dapat
dipentaskan, dan dapat dipagelarkan dalam media audio, seperti sandiwara radio.
Naskah drama adalah karangan yang berisi dialog-dialog para tokoh yang
saling berkaitan(adanya kesatuan dan kepaduan) antara yang satu dengan yang
lainnya. Proses berpikir seseorang sangat erat kaitannya dengan ada tidaknya
kesatuan dan koherensi dalam tulisan yang disajikannya. Pratikto (dalam
8
9
Dewi,2013) menjelaskan bahwa makin baik cara berpikir seseorang, pada
umumnya makin terlihat jelas adanya kesatuan dan koherensi itu
Menurut Hassanudin (2015:5) “Sebagai sebuah genre sastra, drama
memungkinkan ditulis dalam bahasa yang memikat dan mengesankan. Drama
dapat ditulis oleh pengarangnya dengan mempergunakan bahasa sebagaimana
sajak. Penuh irama dan kaya akan bunyi yang indah, namun sekaligus
menggambarkan watak-watak manusia secara tajam”. Satu hal yang tetap
menjadi ciri naskah drama adalah bahwa semua kemungkinan itu harus
disampaikan dalam bentuk dialog-dialog dari para tokoh.
Dasar dari cerita sebuah naskahdrama adalah konflik manusia. Konflik
tersebut biasanya lebih bersifat batin daripada fisik. Konflik yang dimunculkan
dalam sebuah drama harus mempunyai motif. Konflik dan motif tersebut akan
memunculkan kejadian-kejadian yang membangun suatu alur cerita dalam drama.
Sebagai salah satu karya jenis karya sastra, naskah sebuah drama dibangun oleh
strfisik yang berupa bahasa, dan struktur batin yang berupa semantik atau makna.
Pada umumnya, naskah-naskah drama dibagi ke dalam babak-babak.
Babak adalah bagian dari naskah drama yang merangkum semua peristiwa
yang terjadi di suatu tempat pada urutan waktu tertentu. Suatu babak biasanya
dibagi lagi ke dalam adegan. Adegan adalah peristiwa berhubung datangnya
atau perginya seseorang atau lebih tokoh cerita ke atas pentas. Sumardjo dan
Saini (dalam Wicaksono, 2014:110) menjelaskan bahwa “Drama yang terdiri
dari tiga atau lima babak disebut drama panjang, sedangkan kalau drama itu
terdiri dari satu babak disebut drama pendek atau sering disebut drama satu
babak”.
10
2.2 Jenis-Jenis Drama
Ada beberapa jenis drama tergantung dasar yang digunakannya. Dasar
yang digunakan pun bermacam-macam. Ada tiga dasar yaitu berdasarkan
penyajian lakon, berdasarkan sarana dan berdasarkan keberadaan naskah.
1. Berdasarkan Penyajian Lakon
Menurut Wiyanto (2002:7).
a. Tragedi
tragedi adalah drma penuh kesedihan karena pelaku utama dari awal
sampai akhir pertunjukan selalu sia-sia (gagal) dalam memperjuangkan
nasibnya yang jelek. Ujung cerita berakhir dengan kedukaan yang
mendalam karena maut menjemput tokoh utama. Oleh karena itu, tak
jarang penonton ikut merasa sedih bahkan juga dapat menangis.
b. Komedi
Komedi atau suka cerita adalah drama penggeli hati. Drama ini penuh
kelucuan yang menimbulkan tawa penonton. Sebagian orang
mengatakan bahwa komedi adalah drama gelak. Meskipun demikian,
sama sekali bukan bukan komedi bukan lawak. Komedia tetap
menuntut nilai-nilai drama. Gelak tawa penonton dibangkitkan dengan
kata-kata. sering mengandung sindiran dan kritik kepada anggota
masyarakat tertentu. Karena itu, bahan yang digunakan diambil dari
kejadian-kejadian yang ada dalam masyarakat.
c. Tragekomedi
tragekomedi adalah perpaduan antara drama tragedi dan komedi. Isi
lakon penuh kesedihan, tetapi juga mengandung hal-hal yang
11
menggembirakan dan menggelikan hati. Sedih dan gembira silih
berganti. Kadang-kadang penonton larut dalam kesedihan, kadang-
kadang tertawa terbahak-bahak sebagai wujud rasa geli dan gembira.
d. Opera
Opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi
musik. Lagu yang dinyanyikan pemain satu berbeda dengan lagu yang
dinyanyikan pemain lain, demikian pula irama musik pengiringnya.
Drama jenis ini memang mengutamakan nyanyian dan musik,
sedangkan lakonnya hanya sebagai sarana. Opera yang pendek
namanya operet
e. Melodrama
Melodrama adalah drama yang dialognya diucapakan dengan iringan
melodi atau musik. Tentu saja cara mengucapkannya sesuai dengan
pengiringnya. Bahkan kadang-kadang pemain tidak berbicara apa-apa.
f. Farce
farce adalah drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya
dagelan. Ceritanya berpola komedi, demikian pula gelak tawa yang
dimunculkan lewat kata dan perbuatan. Yang ditonjolkan dalam drama
ini adalah kelucuan yang mengundang gelak tawa agar penonton
merasa senang.
g. Tablo
Tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak. Para pemainnya
tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-gerakan
itu. Bunyi-bunyian pengiring (bukan musik) untuk memperkuat kesan
12
gerakan-gerakan yang dilakukan pemain. Jadi, yang ditonjolkan dalam
drama jenis ini kekuatan akting para pemain.
h. Sendratari
Sendratari adalah gabungan antara seni drama dan seni tari. Para
pemain adalah penari-penari berbakat. Rangkaian peristiwa
diwujudkan dalam bentuk tari yang diiringi musik. Tidak ada dialog,
kadang-kadang dibantu narasi singkat agar penonton mengetahui
peristiwa yang sedang dipentaskan. Drama ini memang lebih
mengutamakan tari daripada ceritanya, cerita yang digunakan hanya
sebagai sarana.
2. Berdasarkan Sarana
Menurut (Wiyanto 2002:9).
a. Drama panggung dimainkan oleh para aktor di panggung pertunjukan.
Penonton berada di sekitar panggung dan dapat menikmati secara
langsung dengan cara melihat perbuatan para aktor, mendengarkan
dialog, bahkan dapat meraba kalau mau dan boleh.
b. Drama Radio
Drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa
didengarkan oleh penikmat. Berbeda dengan drama panggung yang
bisa ditonton saat dimainkan, drama radio dapat disiarkan langsung
dan dapat direkam dulu lalu disiarkan pada waktu yang diklehendaki.
Bila mau, dapat pula disiarkan berulang-ulang.
13
c. Drama Televisi
Drama televisi dapat didengar dan dilihat (meskipun hanya gambar).
Hamper sama dengan drama panggung, hanya bedanya, drama televisi
tak dapat diraba. Drama televisi dapat disiarkan secara lansung , dapat
pula direkam dulu ditayangkan kapan saja sesuai dengan program mata
televisi.
d. Drama Film
Drama film hampir sama dengan drama televise. Bedanya, drama film
menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukkan di bioskop dan
penontonnya berduyun-duyun pergi ke bioskop. Namun, drama film
dapat juga ditayangkan dari studio televise sehingga penonton dapat
menikmati dirumah masing-masing.
e. Drama Wayang
Ciri khas tontonan drama adalah ada cerita dan dialog. Karena itu,
semua bentuk tontonan yeng mengandung cerita disebut drama,
termasuk tontonan wayang kulit (jawa) atau wayang golek (sunda).
Para tokoh digambarkan oleh wayang atau golek (boneka kecil) yang
dimainkan oleh dalang.
f. Drama Boneka
Drama boneka hampir sama dengan wayang. Bedanya, dalam drama
boneka para tokoh digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh
beberapa orang. Bahkan, kalau bonekanya besar (di dalamnya ada
orang) boneka itu dapat bermain sendiri tanpa dimainkan dalang.
14
3. Berdasarkan Ada dan Tidaknya Naskah
a. Drama tradisional adalah tontonan drama yang tidak menggunakan
naskah. Kalau toh ada naskah, naskah itu berupa kerangka cerita dan
beberapa catatan yang berkaitan dengan permainan drama. Watak
tokoh, dialog dan gerak geriknya diserahkan sepenuhnya kepada
pemain. Dengan cara seperti ini resiko gagal tentu ada sangat besar.
Resiko gagal itu menjadi kecil kalau para pemainnya sudah banyak
pengalaman. Ketoprak (Jawa Tengah), ludruk (Jawa Timur) dan
lenong (Betawi) adalah contoh drama tradisional.
b. Drama modern menggunakan naskah. Naskah yang berisi dialog dan
perbuatan para pemain tersebut benar-benar diterapkan. Artinya,
pemain menghafalkan dialog dan berbuat atau melakukan gerak-gerik
seperti yang ditulis dalam naskah. Dialog yang sudah dihafalkan itu
lalu dicobakan dalam praktik, disertai gerak-gerik seperti yang
dikehendaki dalam naskah. Para pemain berlatih berulang-ulang
sampai bener-bener bisa memerankan dengan penuh penjiwaan tokoh
yang diperaninnya.
2.3 Unsur-Unsur yang Membangun Naskah Drama
Naskah drama disebut juga drama naskah atau sastra lakon. Unsur yang
membangunnya berkaitan dengan unsur yang membangun drama sebagai karya
sastra. Struktur naskah drama mendasarkan analisisnya pada dua unsur pokok,
yaitu alur atau plot dan tokoh. Unsur-unsur pokok tersebut didukung oleh unsur-
unsur lain yaitu tema sebagai dasar cerita, latar,amanat, dialog, dan teks samping.
15
Luxemburg (dalam Dimas Anugrah, 2016) menyatakan bahwa “unsur-
unsur drama adalah dialog, perwatakan, jangkauan ruang dan waktu, peristiwa dan
alur”. Dalam pembagian jangkauan ruang dan waktu dapat disamakan dengan
latar, sedangkan peristiwa dapat dimasukkan ke dalam unsur alur.
Menurut Waluyo (2006) drama naskah disebut juga sastra lakon. Sebagai
salah satu genre sastra, drama naskah dibangun oleh struktur fisik (kebahasaan)
dan struktur batin (semantic,makna). Wujud fisik sbuah naskah adlah dialog atau
ragam tutur. ragam tutur itu adalah ragam sastra.
Drama sebagai karya sastra ada yang menyebutnya sebagai drama naskah,
yakni sebagai salah satu jensi karya sastra yang ditulis dalam bentuk dialog yang
didasarkan atas konflik batin dan mempunyai kemungkinan dipentaskan. Menurut
waluyo (2006), unsur yang membangunnya adalah:
2.3.1 Alur/Plot
Istilah lain yang digunakan untuk plot atau kerangka cerita adlah alur.
Secara sederhana, plot atau alut dikatakan sebagai rangkaian atau urutan peristiwa
dalam cerita.
Alur merupakan rentetan peristiwa dalam cerita atau kerangka dari awal
hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara tokoh yang berperan dalam
naskah. Konflik berkembang karena kontradiksi para pelaku. Sifat tokoh utama itu
bertentangan, misalnya: kebaikan kontra kejahatan, tokoh sopan kontra tokoh
brutal, tokoh pembela kebenaran kontra bandit, dan sebagainya. Konflik semakin
lama semakin meningkat untuk kemudian mencapai titik klimaks. Setelah klimaks
lakon akan menuju penyelesaian.
16
Alur dalam drama tidak diceritakan seperti halnya dalam novel, melainkan
didialogkan oleh tokoh-tokoh yang terdapat di dalam cerita. Alur merupakan
rangkain beberap konflik yang dramatic. Rangkaian tersebut oleh Waluyo dibagi
menjadi lima bagian, yaitu Ekspotition atau pelukisan awal cerita, Komplikasi
atau pertikaian awal, Klimaks atau titik puncak cerita, Resolusi atau penyelesaian,
Catastrophe atau Deneounment atau keputusan
Waluyo (2002:8-12) mengemukakan lima bagian alur sebagai berikut:
(1) Dalam ekspotition pembaca diperkenalkan dengan tokoh-tokoh dengan
watak masing-masing, latar cerita dan suasana cerita. Perkenalan ini
disajikan dalam bentuk dialog dan teks samping.
(2) Dari ekspotition terjai pertentangan-pertentangan antar tokoh. Konflik
mulai menanjak (keadaan mulai memnucak).
(3) Klimaks atau Titik PPuncak Cerita (Peristiwa-peristiwa mencapai puncak).
(4) Resolusi atau Penyelesain (Konflik mulai menurun atau mereda menuju
pemecahan)
(5) Catatsrophe atau Denoument atau Keputusan (Pengarang memberikan
pemecahan soal dari semua peristiwa).
2.3.2 Tokoh
Tokoh merupakan bagian penting dalam drama. Tanpa adanya tokoh cerita
tidak berjalan dan tidak akan terbentuk konflik-konflik. Konflik ini hanya
mungkin diciptakan oleh tokoh-tokoh yang mempunyai karakter berlainan. Peran
tokoh akan berarti apabila penempatannya selaras dengan suasana yang
dikehendaki. Sumardjo dan saini (dalam Ahmad Yani:2012) Menyatakan :
17
“Cerita yang disajikan dalam sastra drama, walau kadang-kadang dialami
oleh binatang atau mahluk lain, umumnya dialami oleh tokoh-tokoh cerita
yang berupa manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tokoh
cerita adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-
peristiwa yang digambarkan dalam plot”.
Tokoh dalam drama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis.
Waluyo (2006:14) mengemukakan bahwa tokoh dapat dibagi berdasarkan
peranannya dalam jalan cerita. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu
atau dua figure tokoh yang protagonist utama yang dibantu oleh tokoh-tokoh
lainnya yang terlibat sebagai pendukung cerita.
b. Tokoh Antagonis, yaitu tokoh yang penentang dalam cerita yang juga dibantu
oleh beberapa tokoh lain yang ikut menentang cerita.
c. Tokoh Tritagonis, yaitu tokoh pembantu, yang menengahi pertentangan
antara tokoh protagonis dan antagonis.
Berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya adalah sebagai
berikut:
a. Tokoh Sentral, yaitu tokoh yang paling menentukan gerak lakon. Tokoh ini
merupakan biang keladi pertikaian. Dalam hal ini tokoh sentral adalah tokoh
protagonis dan tokoh sentral.
b. Tokoh Utama, yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat
juga sebagai medium atau perantara tokoh sentral. Dalam hal ini adalah tokoh
tritagonis.
c. Tokoh pembantu, yaitu tokoh yang memegang peran pelengkap atau
tambahan dalam cerita.
18
Tokoh dalam drama berkaitan dengan nama, usia, jenis kelamin, tipe fisik,
jabatan, dan keadaan jiwanya.Tokoh-tokoh dalam naskah drama hadir sebagai
seseorang yang berjati diri yang kualitasnya tidak semata-mata berkaitan dengan
ciri fisik, melainkan terlebih berwujud kualitas nonfisik. Tokoh dalam cerita
bersifat fiktif. Meskipun demikian, agar kehadirannya dapat diterima pembaca,
tokoh hendaknya tidak perlu asing bagi pembaca tetapi harus disadari pula bahwa
tokoh dalam cerita rekaan tidak sama persis dengan manusia pada dunia nyata.
Tokoh cerita rekaan tidak sepenuhnya bebas. Ia merupakan bagian dari suatu
keutuhan artistic, yakni karya sastra. Untuk mengetahui karakter seseorang tokoh
kita harus membaca cerita dengan penuh penghayatan dan penuh perhatian.
Tokoh-tokoh memiliki watak. Watak tokoh memungkinkan terjadi
pertentangan atau pertikaian antar tokoh hingga berkembang mencapai klimaks.
Tokoh harus memiliki watak yang kuat dan antara tokoh protagonos dan tokoh
antagonis harus kontradiktif antar keduanya. Dapat juga memiliki kepentingan
yang sama, saling berebut sesuatu, saling bersaing dan sebagainya.
2.3.3 Setting atau Latar
“Latar atau tempat kejadian cerita sering pula disebut sebagai latar
cerita/setting. Setting biasanya meliputi 3 dimensi, yaitu tempat, ruang, dan
waktu” (waluyo,2006:23). Artinya bukan hanya menunjukan tempat kejadian dan
kapan kejadiannya. Semi (dalam Rokhmansyah,2014:38) menjelaskan setting
adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.
Latar dalam arti yang lengkap meliputi aspek ruang dan waktu terjadinya
peristiwa, serta aspek suasana
19
1. Latar Tempat
Latar tempat menggambarkan lokasi terjadinya peristiwa dalam lakon.
Menurut Nurgiyantoro (2015) latar tempat menyaran pada lokasi
terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu harus
mencerminkan dan tidak bertentangan dengan sifat dan kondisi
geografis tempat yang bersangkutan.
2. Latar Waktu
Menurut Nurgiyantoro (2015). Latar waktu berhubungan dengan
masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam
sebuah karya fiksi. Seperti malam hari, siang hari, subuh, atau sore hari.
Kadang tanggal yang disebutkan dalam cerita juga dapat dijadikan
aspek waktu dalam latar,
3. Latar Suasana atau Sosial
Aspek suasana menggambarkan kondisi atau situasi saat terjadinya
adegan atau konflik. Seperti suasana gembira, sedih, tragsi, tegang, dan
lain sebagainya. Menurut Nurgiyantoro (2015) latar sosial mengarah
pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial
masyrakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.
Kehidupan sosial ini dapat mencakup adat istiadat, tradisi, keyakinan,
pandangan hidup, dan lain sebaginya.
Hasanuddin (2015:94) menyatakan “Latar dan ruang di dalam
drama memperjelas pembaca untuk mengidentifikasi permasalahan
drama”.
20
2.3.4 Tema
Tema dan amanat dapat dirumuskan berbagai peristiwa, penokohan, dan
latar. Tema adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam
karyanya. Oleh karena itu, tema merupakan hasil konklusi dari berbagai peristiwa
yang terkait dengan penokohan dan latar. “Dalam sebuah drama terdapat banyak
peristiwa yang masing-masing mengemban permasalahan, tetapi hanya ada
sebuah tema sebagai intisari dari permasalahan-permasalahan tersebut”
(Hasanuddin, 2015:103).
“Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjadi
dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok
permasalahan dalam cerita. Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung
dalam drama. Tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang
berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandang
dikemukakan oleh pengarangnya” (Waluyo, 2006:24).
Sejalan dengan pendapat tersebut, bahwa tema adalah ide sebuah cerita
yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, baik secara langsung tersurat
atau tersamar atau tersembunyi.
Dari berbagai uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tema
merupakan ide atau gagasan pokok yang terandung dalam suatu karya sastra.
2.3.5 Amanat
Amanat adalah suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang. Amanat dapat terlihat di dalam tingkah laku tokoh. Melalu cerita,
sikap, dan tingkah laku tokoh diharapkan pembaca dapat mengambil hikmah dari
21
pesan-pesan moral yang disampaikan. Penonton atau pembaca harus
menyimpulkan sendiri pesan moral yang diperoleh dari membaca naskah atau
menonton drama. Amanat merupakan pesan yang akan disampaikan pengarang
kepada penonton atau pembaca drama (Wiyanto,2002:24).
Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarangnya melaui
karyanya. Amanat cerita pada dasarnyya tidak dapat keluar dari unsur yang
membangun suatu cerita. Ia erat kaitannya dengan tema cerita. Bila tem cerita
merupakan persoalan yang dibahas dalam cerita, maka amanat cerita merupakan
jalan keluar dari persoalan-persoalan yang terdapat dalam cerita tersebut. Dapat
juga dikatakan amanat cerita adalah pesan, nasihat, ujaran dan nila-nilai yang
terkandung dalam cerita. Tema bersifat sangat lugas, objektif dan khusus,
sedangkan amanat bersifat kias, subjektif dan umum (Waluyo, 2006:29).
2.3.6 Dialog
Dialog adalah mimetik (tiruan) dari kehidupan keseharian. Dialog drama
ada yang realistis komunikatif, tetapi ada juga yang tidak realistis (estetik,
filosopis, dan simbolik). Diksi dialog disesuaikan dengan karakter tokoh cerita
(Alfian, 2014:42).
Sebagai ciri utama dalam drama, dialog dapat menentukan ciri drama
dalam keseluruhan. Ada dialog sengaja ditulis panjang-panjang, ada pula dialog
yang ditulis pendek-pendek. Warna dialognya pun macam-macam, ada yang
lugas, puitis, atau menggunakan dialek tertentu untuk membangun nilai estetis
tertentu. Di samping itu, karena tidak mempunyai narasi, naskah drama hanya
dapat diteliti melalui dialog-dialog. Oleh karena itu, dialog dalam naskah drama
22
merupakan sumber utama untuk menggali sumber informasi tekstual. Jalannya
(pelaksanaan pentas) juga akan memposisikan dialog menjadi sarana penting
dalam menjadikan naskah tertulis tersebut menjadi “terdengar” dan “teraba”.
Wiyanto (2002:13) mengemukakan pengertian dialog sebagai berikut:
Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memainkan peran yang
amat penting karena menjadi pengarang lakon drama. Artinya, jalan cerita
drama itu diektahui oleh penonton lewat dialog para pemainnya. Agar
dialog itu hambar, pengucapannya harus disertai penjiwaan emosional.
Selain itu, pelafalannya harus jelas dan cukup keras sehingga dapat
didengar semua penonton. Seseorang pemain yang berbisik, misalnya,
harus diupayakan agar bisikannya tetap dapat didengarkan penonton.
2.3.7 Petunjuk Teknis atau Teks Samping
Petunjuk teknis adalah rambu-rambu yang sengaja dicantumkan oleh
seorang penulis naskah drama sebagai penuntun penafsiran bagi siapa saja yang
ingin mementaskannya. Petunjuk teknis dalam naskah drama bisa berupa paparan
tentang adegan demi adegan, profil tokoh cerita, latar cerita (tempat adegan) tata
lampu, tata musik, tata panggung, dan daftar property yang harus disiapkan
Rokhmansyah (2014:43).
Waluyo (2006:30) mengatakan bahwa teks samping ini memberikan teknis
tentang tokoh, waktu, suasana penas, suara musik, keluar masuknya aktor atau
aktris, keras lembutnya dialog, warna suara, perasaan yang mendasari dialog, dan
sebagainya. Teks samping ini biasanya ditulis dengan tulisan berbeda dari dialog
(misalnya dengan huruf miring atau hruf besar semua).
Lebih lanjut lagi Waluyo (2006:30) mengemukakan bahwa teks samping
juga berguna sekali untuk memberikan petunjuk kapan actor harus diam,
pembicaraan pribadi, lama waktu sepi antar kedua pemain, jeda-jeda kecil atau
23
panjang, dan sebagainya. Petunjuk teknis yang lengkap akan mempermudah
sutradara dalam penafsiran naskah. Petunjuk watak usia, dan keadaan sosial
aktor/aktris akan membantu sutradara dalam menghayati watak secara total,
sehingga pemilihan aktor/aktris dapat lebih tepat.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa teks samping
atau petunjuk teknis adalah hal yang sangat terpenting dalam suatu karya sastra
khusunya drama. Teks samping merupakan petunjuk yang ditulis berbeda dari
dialog dengan hruf miring atau hruf besar.
2.4 Hubungan Antarunsur
Unsur-unsur naskah drama dalam kerangka struktural tidak dapat berdiri
sendiri dalam membangun naskah drama. Unsur-unsur tersebut memiliki fungsi
dan saling berhubungan satu sama lain, sehingga menghasilkan naskah drama
yang utuh. Hubungan antarunsur tersebut yang menjadi inti dari analisis
struktural.Prinsip-prinsip antarhubungan dalam analisis karya satra, di satu pihak
mengarahkan peneliti agar secara terus-menerus memperhatikan setiap unsur
sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan unsur-unsur yang lain. Analisis
terhadap penokohan. Misalnya, tidak mungkin dilakukan secara terpisah dari
unsur-unsur yang lain. Dengan kalimat lain, penokohantidak dapat dipahami tanpa
menghubungkannya dengan unsur-unsur yang lain, seperti kejadian, latar, plot,
dan sebagainya (Ratna, 2018:80).
Analisis struktural naskah drama dilakukan dengan mengidentifikasi,
mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antarunsur intrinsik fiksi
24
yang bersangkutan. “Pada dasarnya, analisis struktural memaparkan secermat
mungkin menghasilkan sebuah kemenyeluruhan” (Nurgiyantoro, 2015:60).
2.5 Pendekatan Struktural
Secara etimologis struktur berasal dari kata structure (Latin), berarti
bentuk, bangunan, sedangkan sistem berasal dari kata systema (Latin), berarti
cara. Struktururalisme berarti paham mengenai unur-unsur, yaitu struktur itu
sendiri, dengan mekanisme antarhubungannya, di satu pihak antarhubungan
unsur yang satu dengan unsur lainnya.
Pendekatan struktural sangat penting digunakan karena karya satra
merupakan sebuah struktur yang unsur-unsur pembentuknya saling erat
kaitannya satu dengan yang lain. Jadi, unsur-unsur pembentuk karya sastra tidak
dapat beridiri sendiri, tetapi saling terkait karena merupakan suatu sistem.
Pendekatan sturktural merupakan sarana untuk menganalisis unsur-unsur karya
sastra.
Secara definitive strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis
unsur-unsur yang berbeda. Dalam hubungan inilah karya sastra dikatakan sebagai
memiliki ciri-ciri yang khas, otonom, tidak bisa digeneralisasikan. Setiap
penilaian akan memeberikan hasil yang berbeda. Meskipun demikian perlu
dikemukakan unsur-unsur pokok yang terkandung dalam ketiga jenis karya, yaitu:
prosa, puisi dan drama. Unsur-unsur prosa di antaranya: tema, peristiwa atau
kejadian, latar atau setting, penokohan atau perwatakan, alur atau plot, sudut
pandang, dan gaya bahasa. Unsur-unsur puisi, di antaranya: tema, stilistika atau
gaya bahasa, imajinasi atau daya bayang, ritme atau irama, rima atau persajakan,
25
diksi atau pilihan kata, simbol, nada, dan enjambemen. Unsur-unsur drama, dalam
hubungan ini naskah drama, di antaranya: tema, dialog, perstiwa atau kejadian,
latar atau setting, penokohan atau perwatakan, alur atau plot, dan gaya bahasa
(Ratna, 2018:93).
Strukturalisme dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan kesusastraan
yang menekankan pada kajian hubungan antarunsur pembangun karya yang
bersangkutan (Nurgiyantoro, 2015:59).Lebih lanjut dapat dikatakan dalam
penelitian struktural ini peneliti melakukan analisis struktur karya sastra yang
bertujuan membongkar secermat, seteliti, semendetail, dan semendalam mungkin
keterkaitan dan keterjalinan semua unsur-unsur karya sastra yang bersama-sama
menghasilkan makna yang menyeluruh.
Dari berbagai uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa struktural
dalam suatu karya sastra adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang terkait satu sama
lain dan membentuk keseluruhan cerita. Oleh sebab itu, dibutuhkan analisis
struktural untuk merombak setiap unsur yang terdapat didalamnya, yang mana
analisis ini pada dasarnya dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan
mendeskripsikan fungsi dan hubungan intinsik, sehingga didapat pemahaman
menyeluruh dari sebuah karya sastra.
2.6 Penelitian yang Relevan
Tinjauan terhadap penelitian yang relevan ini bertujuan untuk melihat
perbedaan dan membandingkan penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu.
1) Ahmad Yani “Analisis Struktural Teks Drama Jangan Menangis Indonesia
Karya Putu Wijaya” 2012. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa unsur
26
naskah drama ini mencakup: alur, tokoh, latar, tema, amanat, dialog dan teks
samping. alur yang tergolong alur campuran, terdiri dari 6 babak yang tiap
babak mempunyai hubungan sebab-akibat dengan babak selanjutnya. Tokoh
dalam teks drama Jangan Menangis Indonesia terdiri dari: tokoh protagonis,
yaitu: Seseorang, Marsinah dan Munir, tokoh antagonis yaitu: Jendral dan
ajudan. Dan tokoh tritagonis Dalang, Soekarno dan Hansip. Latar ruang luar
tidak dimasukan karena penelitian hanya pada teks drama saja tidak
termasuk pementasan. Latar ruang dalam Bahasa Indonesia di mana terjadi
di daerah Jawa. Latar waktu tengah malam dan malam. Tema mayor teks
drama ini adalah segala permasalahann dan kekacauan yang dihadapi
bangsa Indonesia. Tema minor cerita yaitu: pertama, korupsi yang telah
mengakar dikalangan elit politik sudah menjadi radiasi. Kedua sikap
toleransi kepada hak asasi manusia. Amanat dari teks drama Jangan
Menangis Indonesia adalah: sebagai bangsa Indonesia harus berpikir dan
bertindak untuk menyelamatkannya dari permasalahan yang dihadapi
bangsa Indonesia agar tidak terjadi lagi peristiwa dan hal yang serupa di
Indonesia. Hubungan antarunsur teks drama Jangan Menangis Indonesia
sangat erat dan bersinegi.
2) Afni Prawesti “ Analisis Struktural Semiotik Naskah Drana Emilia Galotti
Karya Gothold Ephram Lessing” 2013. Dalam penelitiannya naskah drama
Emilia Galotti Karya Gothold Ephram Lessing terdiri dari unsur alur, tokoh,
penokohan dan tema. Alur yang terdapat adalah alur dinamis. Latar pada
naskah drama Emilia Galotti Karya Gothold Ephram Lessing terdapat 6
latar tempat, yaitu ruang kerja Der Prinz, rumah keluarga Galotti,
27
Lustchloss/ istana kesenanagan raja di Dosalo, gereja Allerheiligen, dan
rumah kanselir Grimaldi. Latar waktu berlangsung selama satu hari, dimulai
dari pagi-pagi sekali dan berakhir sore hari. Penokohan dalam Naskah
Drana Emilia Galotti Karya Gothold Ephram Lessing ini disampaikan
demgan dua cara yaitu secara langsung dan secara tidak langsung. Tema
berupa konflik sosial yang dialami oleh kalangan rakyat biasa akibat
kesewenang-wenangan raja. Keterkaitan antarunsur Naskah Drana Emilia
Galotti Karya Gothold Ephram Lessing ini merupakan kesatuan struktur
karya sastra yang utuh. Semua undur saling mengikat dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain.
Kedua hasil penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang akan
dilaksanakan penelitian. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya,
yaitu terletak pada objek yang akan diteliti yakni naskah drama. Kedua penelitian
diatas meneliti struktural dalam naskah drama sama dengan penelitian yang akan
peneliti laksanakan, yang membedakannya adalah peneliti menggunakan naskah
yang berbeda yaitu naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu
Wijaya.
2.7 Kerangka Berpikir
Kerangka berpiir merupakan gambaran bagaimana penelitian ini akan
dilakukan. Kerangka berpikir dimaksudkan untuk menggambarkan secara jelas
bagaimana memahami dan mengkaji permasalahan yang diteliti. Analisis naskah
drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya silakukan dengan
analisis struktural, yaitu menganalisis struktur dan unsur-unsur yang membangun
28
naskah drama. Setelah unsur naskah drama dianalisis dilanjutkan dengan
menganalisis hubngan antarunsur tersebut dan hubungannya dengan pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA.Rancangan atau desain penelitian dalam penelitian ini
sebagai berikut.
Analisis Struktural Naskah Drama Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya
Dan Hubungannya Dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA
Pendekatan Struktural
Unsur-unsur yang
membangun naskah drama.
Hubungan Antarunsur
Naskah Drama
Hubungan dengan Pembelajaran
Bahasa Indonesia di SMA
Simpulan
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hal ini sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan unsur naskah drama dalam naskah Bila
Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya terbitan tahun 1970 dan
relevansinya terhadap pembelajaran drama di Sekolah Menengah Atas. Dalam hal
ini, metode deskriptif kualitatif lebih serasi digunakan dalam penelitian sastra
karena memaparkan objek yang alamiah atau natural (Sugiyono,2007:2).
3.2 Data dan Sumber Data
3.2.1 Data
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta atau angka
(Arikunto,2006:18). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif, yaitu data yang berupa kata, frasa serta kalimat yang
merupakan informasi penting, penjelasan yang menyangkut unsur-unsur intrinsik
berupa alur, penokohan, latar dan tema yang terdapat dalam naskah drama Bila
Malam Bertambah Malam
3.2.2 Sumber Data
Sumber data ini adalah naskah drama Putu Wijaya yang berjudul Bila
Malam Bertambah Malam yang diterbitkan oleh Arefo Estrada pada Jun 04, 2011.
Terdiri dari 4 babak dengan jumlah 76 halaman. Di dalam link
id.scribd.com/doc/57068714/Naskah-Drama-Putu-Wijaya-Bila-Malam-
Bertambah- Malam
29
30
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Secara metodologis, penelitian ini termasuk ke dalam studi pustaka. Studi
pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan tinjauan ke perpustakaan
dan pengumpulan buku-buku, bahan-bahan tertulis serta referensi-referensi yang
relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Studi pustaka juga menjadi
bagian yang penting difokuskan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan
unsur-unsur dan hubungan antarunsur serta relevansi naskah drama Bila Malam
Bertambah Malam karya Putu Wijaya.
Pengumpulan data sejalan dengan teori analisis konten atau analisis isi
yang dilakukang melalui penentuan satuan dan pencatatan. Penentuan satuan
(unitisasi) merupakan kegiatan memisah-misahkan data menjadi bagian-bagian
yang selanjutnya dapat dianalisis.
Langkah kerja yang dilakukan dalam pengumpulan data sesuai dengan
prosedur teori analisis konten dalam pengadaan data (Endraswara, 2008:162-164)
adalah sebagai berikut.
a. Penentuan Unit Analisis
Pengadaan data karya sastra, dilakukan melalui pembacaan secara cermat.
Peneliti membaca berulang-ulang keseluruhan naskah drama secara cermat
serta memberikan tanda pada kata, frasa, kalimat atau dialog yang
megandung unsur-unsur membangung naskah drama.
b. Pencatatan Data
Peneliti mencatat dan memisahkan bagian-bagian naskah drama yang
menentukan unsur-unsur struktur pada naskah drama.
c. Memasukkannya ke dalam daftar tabel.
31
3.4 Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ni adalah pendekatan
struktural yang terdapat dalam drama Bila Malam Bertambah Malam.
Pendekatan ini memandang dan menelaah sastra dari segi instrinsik yang
membangun karya sastra serta memperhatikan karya sastra sebagai satu system
tanda dengan menghubungan system tersebut dalam karya sastra itu sendiri
maupun juga dengan sistem yang ada di luarnya.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai
intrumen melakukan penelitian dengan pengamatan penuh terhadap analisi
struktural dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya
dan hubungannya dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Peneliti dalam
penelitian ini menggunakan korpus. Korpus merupakan kumpulan dari beberapa
teks teori sebagai sumber penelitian ini. Korpus di dalam penelitian bahasa
digunakan untuk memberikan contoh-contoh yang autentik dan menguraikan
secara terperinci sesuatu aspek bahasa yang sebelumnya telah dibentuk oleh teori-
teori tertentu.
32
Tabel 3.1 Korpus Penelitian untuk Rumusan Masalah Pertama
Ada 7 unsur-unsur yang
membangun naskah drama
menurut Waluyo (2006:30)
Kutipan Analisis
1. Alur
2. Tokoh, Penokohan dan
Perwatakan
3. Setting atau Latar
4. Tema
5. Amanat
6. Dialog
7. Petunjuk teknis atau Teks
Samping
33
Untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan hubungan antarunsur
dalam Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya
Tabel 3.2 Korpus Penelitian untuk Rumusan Masalah Kedua
Kutipan Analisis
Kaitan antarunsur Bila Malam
Bertambah Malam Karya Putu
Wijaya
Hubungan antarunsur yang
membangun naskah drama Bila
Malam Bertambah Malam karya
Putu Wijaya (Tema, alur, tokoh
penokohan perwatakan, setting
atu latar, amanat, dialog dan teks
samping)
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dari naskah drama Bila Malam Bertambah Malam
Karya Putu Wijaya, kemudian dikaji berdasarkan konsep analisis data. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data
model alir. Menurut Miles dan Huberman dalam Wijaya (2018:54) teknik ini
meliputi, data reaction (reduksi data), dan display (penyajian data), dan
conclusion drawing/verification (simpulan).
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam analisis data yaitu sebagai berikut.
34
1.) Reduksi data yang meliputi: identifikasi, klasifikasi, dan analisis. Langkah
ini peneliti lakukan dengan cara membaca keseluruhan isi naskah drama
Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya kemudian
mengidentifikasi data yang telah terkumpul, lalu diklasifikasikan dengan
maksud untuk mendapatkan Unsur-unsur pembangun naskah drama
berupa alur, (tokoh,penokohan,perwatakan), latar, amanat, dialog,
petunjuk teknis/teks samping.
2.) Penyajian data. Setelah data ditandai, kemudian data disajikan dalam suatu
tabulasi. Data dideskripsikan sesuai strukturnya masing-masing dengan
memperhatikan teori-teori yang telah dijadikan acuan penelitian hal ini
dilakukan agar data(hasil) akhir penelitian menjadi valid.
3.) Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Setelah data reduksi dan disajikan
serta dianalisis, barulah data mengenai Unsur-unsur pembangun naskah
drama berupa alur, (tokoh,penokohan,perwatakan), latar, amanat, dialog,
petunjuk teknis/teks samping serta hubungan antarunsur diperoleh dan
hubungannya terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA.
3.7 Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data sangatlah penting dalam sebuah penelitian
kegunaannya adalah untuk kemantapan dan kebenaran data. Tujuannya adalah
agar data yang diteliti benar-benar dapat dipertanggung jawabkan dari segala
segi. Pengecekan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi teori
Triangulasi teori dilakukan dengan cara memeriksa hasil penelitian dan
mencocokannya dengan teori tentang unsur-unsur yang membangun naskah
drama dan hubungan antarunsur struktural (Waluyo:2006)
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab IV ini dikemukakan tentang hasil penelitian dan pembahasan
secara bersamaan yang dapat menjawab rumusan masalah. Artinya, hasil
penelitian dan pembahasan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Tujuan
penelitian adalah menganalisis dan mendeskripsikan (1) Unsur naskah drama Bila
Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya yang mencakup alur,
tokoh,penokohan dan perwatakan, setting atau latar, tema, amanat, dialog dan
petunjuk teknis.(2) Hubungan antarunsur yang membangun naskah naskah drama
Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya. (3) Relevansinya terhadap
pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Unsur naskah drama Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu
Wijaya
4.1.1.1 Alur
Alur merupakan rentetan peristiwa dalam cerita atau kerangka dari awal
hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara tokoh yang berperan dalam
naskah. Peristiwa-peristiwa tersebut dialami oleh tokoh-tokoh berdasarkan
hubungan sebab-akibat. Alur membawa cerita dari permulaan sampai
penyelesaian.
Dalam naskah drama alur diwujudkan dalam babak-babak, kemudian
dalam setiap babak terbagi menjadi adegan-adegan. Perbedaan babak berarti
perbedaan latar, baik waktu, tempat, maupun suasana. Babak-babak tersebut
35
36
dibagi menjadi adegan-adegan. Pergantian adegan ditandai dengan masuknya
tokoh lain dalam cerita, peristiwa yang berbeda dalam waktu yang sama, atau
karena kelanjutan suatu peristiwa yang tidak memerlukan pergantian llatar. Lebih
lanjut dipaparkan pembahasan mengenai alur naskah drama Bila Malam
Bertambah Malam karya Putu Wijaya.
Alur naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya
tergolong bentuk alur Maju, karena diceritakan scara runtut dari awal hingga
akhir. Alur ini dimulai dengan pengenalan situasi cerita, pengungkapan peristiwa,
menuju pada adanya konflik, puncak konflik, dan penyelesaian. Naskah drama
Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya terdiri dari 4 babak yang
diawali dengan pelukisan situasi. Unsur-unsur alur meliputi pada bagian pertama
cerita diawali dengan situasion atau pelukisan dan pengenalan kejadian yang
menceritakan permasalahan yang beruntun tak putus-putus menerpa.
Tahap pengenalan dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam
karya Putu Wijaya berupa pembuka. Pada pembuka terdapat teks samping yang
menerangkan malam di tempat kediaman gusti biang disempurnakan untuk tempat
tinggal. Adanya pengenalan latar cerita, dan munculnya tokoh Nyoman, Wayan
dan Gusti Biang.
Babak 2 merupakan tahap generating circumstances, disebut juga inciting
moment. Merupakan tahap pemunculan masalah atau peristiwa yang berpotensi
menimbulkan konflik.
WAYAN:
(MENGGELENG-GELENGKAN KEPALANYA DENGAN
KESAL) Nyoman Niti, Gusti Biang.
37
GUSTI BIANG:
Ya, Nyoman begundal itu, kenapa dia?
WAYAN:
“Gusti, nyoman adalah tunangan ngurah, calon menantu Gusti
Biang sendiri, berani sumpah, Nyoman adalah tunangan
Ngurah, Ratu Ngurah sendiri yang mengatakannya. “Aku akan
mengawini Nyoman Bape” katanya. “biar hatinya baik,
daripada…” biar dimakam leak demi apa saja! (BMBM hlm
39, dialog 217)
Cerita mengalir dari Nyoman yang akan meninggalkan bale megah itu.
Paparan mengenai Nyoman dilanjutkan dengan pengenalan tokoh Nyoman yang
terlahir di desa hidup miskin yang bukan keturunan bangsawan hanya seorang
pelayan. Gusti Biang sangat tidak menerima karena ia merupakan keturunan
ksatria kenceng. Keturunan raja-raja Bali yang tidak boleh dicemarkan oleh darah
sudra. Gusti Biang tidak perduli akan cinta baginya cinta-cinta hanya ada dalam
kidung-kidung Smarandanamu.
(GUSTI BIANG MEMBACA DEKAT LAMPU TEPLOK DAN WAYAN
MENDENGARKAN DENGAN TENANG)
GUSTI BIANG:
“ Swatiastu, ibunda tercinta… kalau aku nilang tadi,
kamu bilang sudah lima hari, apa saja yang aku
katakana kamu lawan! Dewa Ratu, dengarlah Wayan.
Betapa pinternya ia menghormati (MEMBACA LAGI)
38
dengan singkat ananda kabarkan bahwa ananda segera
pulang. Ananda telah merencanakan berunding dengan
ibu. Sudah masanya sekarang ananda menjelaskan
meskipun ananda belum menyelesaikan pelajaran,
bahkan mungkin ananda akan berhenti sekolah saja,
sebab tak ada lagi gunanya. ananda hendak menjelaskan
kepada ibu bahwa ananda tidak bisa lagi berpisah lebih
lama. Rahasia ini ananda sejak lama. Supaya ibu tidak
kaget nanti, akan saya terangkan bahwa ananda
bermaksud, ananda bermaksud…ananda bermaksud
(MENGULANG SAMBIL MENDEKATKAN LAMPU
TEPLOK) (BMBM hlm 41, dialog 234)
Dalam kutipan ini menjadi bukti untuk pengungkapan peristiwa yang
dikatakan Wayan itu bukanlah kebohongan semata tapi benar keinganan Ngurah
sendiri. Gusti Biang sangat tidak setuju dan marah terbukti dari dialog (240)
GUSTI BIANG:
Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Aku melarang keras,
Ngurah harus kawin dengan orang patut-patut. Sudah
kujodohkan sejak kecil dia dengan Sagung Rai. Sudah
kurundingkan pula dengan keluarganya di sana, kapan
hari baik untuk mengawinkannya. Dia tidak boleh
mendurhakai orang tua seperti itu. Apapun yang terjadi
39
dia harus terus menghargai martabat yang diturunkan
oleh leluhur-leluhur di puri ini. Tidak sembarang orang
dapat dilahirkan sebagai bangsawan. Kita harus benar-
benar menjaga martabat ini. Oh, aku akan malu sekali,
kalau dia mengotori nama baikku. Lebih baik aku mati
menggantung diri daripada menahan malu seperti ini.
Apa nanti kata Sagung Rai? Apa nanti kata keluarganya
kepadaku? Tidak, tidak! (BMBM hlm 43, dialog 240)
Pada babak ini mengungkapan tahap pemunculan masalah atau peristiwa
yang berpotensi menimbulkan konflik. Di mana Gusti Biang yang mengetahui
niat anaknya Ratu Ngurah untuk menikahi Nyoman tapi tentunya Gusti Biang
tidak setuju karena permasalahan tahta.
Pada babak ke 3 merupakan tahap rising action atau disebut peningkatan
konflik yang terdapat dalam cerita. Terlihat pada dialog. (BMBM hlm 54, dialog
312-316)
GUSTI BIANG :
Jawab saja dengan singkat. Benar kau mau
mengawininya? Jawab Ngurah. Jawab!
NGURAH :
Ya, titiang akan mengawininya.
GUSTI BIANG:
Ngurah! Kau sudah diguna-gunanya.
40
NGURAH :
Kami saling mencintai ibu.
GUSTI BIANG :
Cinta? Ibu dan ayahmu kawin tanpa cinta. Apa itu
cinta? Yang ada hanyalah kewajiban menghormati
leluhur yang telah menurunkanmu, menurunkan kita
semua di sini. Kau tak boleh kawin dengan dia,
betapapun kau menghendakinya. Aku telah menyediakan
orang yang patut untukmu. Jangan membuatku malu. Ibu
telah menjodohkan kau sejak kecil dengan Sagung rai.
Gusti Biang terus menghasut Ngurah agar tidak melamar Nyoman dan
mengatakan bahwa Sagung Rai lah yang pantas untuk dinikahinya. Ngurah tetap
bersikeras mengatakan bahwa dia tidak merasa derajatnya lebih tinggi dari
siapapun. Gusti Biang merasa kehormatannya, kehormatan suaminya, kehormatan
Sagung Rai dan leluhur-leluhur di puri itu akan hancur dan Ngurah akan dikutuk.
(BMBM hlm 56-58, dialog 326-330)
GUSTI BIANG :
Dia tidak pantas menjadi istrimu! Dia tidak pantas
menjadi menantuku!
NGURAH:
Kenapa tidak ibu? Kenapa? Siapa yang menjadikan
Sagung Rai lebih pantas dari Nyoman untuk menjadi
istri? Karena derajatnya? Tiang tidak pernah merasa
41
derajat tiang lebih tinggi dari orang lain. Kalau toh
tiang dilahirkan di purian, itu justru menyebabkan tiang
harus berhati-hati. Harus pintar berkelakuan baik agar
bisa jadi teladan orang, yang lain omong kosong semua!
(GUSTI BIANG TERBELALAK DAN MENDEKAT)
Tiang sebenarnya pulang meminta restu dari ibu. Tapi
karena ibu menolaknya karena sola kasta, alasan yang
tidak sesuai lagi. Tiang akan menerima akibatnya
(GUSTI BIANG MENANGIS, NGURAH BERGULAT
DENGAN BATINNYA)
NGURAH:
Tiang akan kawin dengan Nyoman. Sekarang ini soal
kebangsawanan jangan di besar-besarkan lagi. Ibu
harus menyesuaikan diri, kalau tidak ibu akan
ditertawakan orang. Ibu ...
GUSTI BIANG:
Tinggalkan aku anak durhaka! Pergilah memeluk kaki
perempuan itu! Kau bukan anakku lagi! Leluhurmu akan
mengutukmu,kau akan ketulahan.
Pada babak ke 4 merupakan tahap climax, yaitu puncak dari keseluruhan
cerita,. Konflik yang ada mencapai puncak dan tidak dapat dibendung lagi.
42
WAYAN:
(DENGAN TEGAS)
“Tiang tahu semuanya, tu Ngurah. Sebab tiang yang
telah mendampinginya setiap saat dulu. Sejak kecil
tiang sepermainan dengan dia, seperti tu Ngurah
dengan Nyoman. Tiang tidak buta huruf seperti
disangkanya. Tiang bisa membaca dokumen-dokumen
dan surat-surat rahasia yang ada di meja kerjanya.
Siapa yang membocorkan gerakan Ciung Wanara di
Marga dulu? Nica-nica itu mengepung Ciung Wanara
yang dipimpin oleh pak Rai, menghujani dengan
peluru dari berbagai penjuru, bahkan dibom dari
udara sehingga kawan-kawan semua gugur. Siapa
yang bertanggung jawab atas kematian sembilan
puluh enam kawan-kawan yang berjuang habis-
habisan itu? Dalam perang puputan itu kita
kehilangan Kapten Sugianyar, kawan-kawan tiang yang
paling baik, bahkan kehilangan pak Rai sendiri.
Dialah yang telah berkhianat, dialah yang telah
melaporkan gerakan itu semua kepada Nica”.
Ngurah tidak percaya apa yang telah dikatakan oleh Wayan Ngurah
merasa nahwa Wayan telah menghina keluarganya, tapi Wayan dengan tegas tetap
menceritakan kebenarannya tentang ayahnya yang seorang penghianat.
43
NGURAH:
“Bape menghina keluarga saya”.
WAYAN:
“Bukan menghina tu Ngurah. Begitulah keadaannya.
Desa Marga menjadi saksi semua itu, hanya beliau
dilahirkan sebagai putra Bangsawan yang
berpengaruh serta dihormati karena jasa-jasa leluhur,
dosa beliau kepada pak Rai terhadap semua korban
puputan itu seperti dilupakan. Tetapi tiang sendiri
tidak pernah melupakannya. Bukan hanya seorang,
banyak penghianat-penghianat di bumi ini dianggap
orang sebagai pahlawan sedangkan yang benarbenar
berjasa dilupakan orang”.
NGURAH:
“Saya tak senang dengan cara-cara bape ini, diam-
diam menjadi musuh dalam selimut. Susah payah
saya memperbaiki nama baik keluarga. Sekarang
bape hendak menodainya. Mencari-cari kesalahan
memang gampang bape. Bape lupa, besar jasa ayah
saya kepada perjuangan. Sayang beliau sudah
meninggal. Kalau tidak, Ia akan menjelaskannya.
Tarik kata-kata bape”.
44
Ngurah masih tidak percaya dan mengusir Wayan namun sebelum pergi
Wayan bersikeras ingin bedil itu dikembalikan padanya, Ngurah pun ingin bukti
dari apa yang telah Wayan katakana sedangkan Gusti Biang selalu membantah
setiap perkataan Wayan. Wayanlah sebagai gerilya yang menembak mati
Ayahnya yang telah berhianat terhadap Nica. Dan pada akhirnya Wayan pun
mengungkapkan semua kebohongan yang sudah bertahun-tahun ditutupi oleh
Gusti Biang bahwa ayahnya seorang wandu dan Ngurah bukanlah anak dari
ayahnya melainkan dari Wayan. Terbukti pada dialog 408-409.
WAYAN:
“Diam! Diam! Sudah waktunya menerangkan
semua ini sekarang. Dia sudah cukup tua untuk
tahu. (Kepada Ngurah) Ngurah, Ngurah mungkin
mengira ayah Ngurah yang sejati, sebab dia suami
sah ibu Ngurah. Tapi dia bukanlah seorang
pejuang.Dia seorang penjilat, musuh gerilya. Dia
bukan lelaki jantan, dia seorang wandu. Dia
memiliki lima belas orang istri, tapi itu hanya untuk
menutupi kewanduannya. Kalau dia harus melakukan
tugas sebagai seorang suami, tianglah yang sebagian
besar melakukannya. Tapi semua itu menjadi
rahasia...sampai...Kau lahir,Ngurah,dan menganggap
dia sebagai ayahmu yang sebenarnya. Coba tanyakan
kepada ibu Ngurah, siapa sebenarnya ayah Ngurah
yang sejati”.
45
(NGURAH TAK PERCAYA DAN MENGHAMPIRI
IBUNYA YANG SEDANG MENANGIS)
WAYAN:
“Dia pura-pura saja tidak tahu siapa laki-laki yang
selalu tidur dengan dia.Sebab sesungguhnya kami
saling mencintai sejak kecil,sampai tua bangka ini.
Hanya kesombongann ya terhadap martabat
kebangsawana nnya menyebabkan dia menolakku,
lalu dia kawin dengan bangsawan, penghianat itu,
semata-mata hanya soal kasta. Meninggalkan tiang
yang tetap mengharapkannya Tiang bisa
ditinggalkannya, sedangkan cinta itu semakin
mendalam”.
Ngurah sangat bingung dia terus bertanya dan berteriak kepada Wayan
dan Gusti Biang tetapi Gusti Biang hanya terus menagis. Wayan menjelaskan
mengapa dia masih bertahan di bale ini.
WAYAN:
“Tiang menghamba di sini karena cint tiang
kepadanya. Seperti cinta Ngurah kepada Nyoman.
Tiang tidak pernah kawin seumur hidup dan orang-
oran selalu menganggap tiang gila, pikun, tuli,hidup.
Cuma tiang sendiri yang tahu, semua itu tiang
lakukan dengan sengaja untuk melupakan kesedihan,
kehilangan masa muda yang tak bisa dibeli lagi.
46
(MEMANDANG NGURAH DENGAN LEMBUT.
TAPI TIBA-TIBA IA TERINGAT SESUATU DAN
KEMUDIAN BERKATA) Tidak. Ngurah tidak boleh
kehilangan masa muda seperti bape hanya karena
perbedaan kasta. Kejarlah perempuan itu, jangan-
jangan dia mendapatkan halangan di jalan. Dia pasti
tidak akan berani pulang malam-malam begini.
Mungkin dia bermalam di dauh pala di rumah
temannya. Bape akan mengurus ibumu. Pergilah
cepat, kejar dia sebelum terlambat.
(TANPA MENOLEH NGURAH MENINGGALKAN
TEMPAT)
Tahap denocement, yaitu tahap penyelesaian konflik yang timbul..
(BMBM hlm 74-75, dialog 417-422).
GUSTI BIANG:
(KEMALU-MALUAN) “Kenapa kau ceritakan semua
itu padanya”.
WAYAN:
“Waktu telah tiba, dia sudah cukup dewasa untuk
mengetahuinya”.
GUSTI BIANG:
“Kau menyebabkan aku sangat malu”.
(GUSTI BIANG TERTUNDUK DAN WAYAN
MENGHAPUS AIR MATANYA)
47
WAYAN:
“Kenapa Ngurah dicegah kawin? Kita sudah cukup
menderita karena perbedaan kasta ini. Sekarang
sudah waktunya pemuda-pemuda bertindak. Dunia
sekarang sudah berubah. Orang harus menghargai
satu sama lain tanpa membeda-bedakan lagi,
bagaimana Gusti Biang?”
GUSTI BIANG:
(SAMBIL MENGHAPUS AIR MATANYA)
“Aku tidak akan mencegahnya lagi. Kita akan
mengawinkannya, (dengan manja) “tapi jangan
ceritakan lagi tentang yang dulu-dulu. Aku sangat
malu”.
WAYAN :
(TERSENYUM) “Kalau begitu Wayan tidak jadi pergi.
Wayan akan menjagamu Sagung Mirah, sampai kita
berdua sama-sama mati dan di atas kuburan kita,
anak-anak itu berumah tangga dengan baik. Sagung Mirah
..
4.1.1.2 Tokoh
Pada jalinan naskah drama Bila Malam Bertambah Malam, terdapat dua
tokoh sebagi tokoh protagonis. Tokoh-tokoh tersebut adalah Wayan dan Nyoman.
Dalam cerita tokoh Wayan lebih dominan membawa perkembagan cerita. Namun,
kedua tokoh tersebut masing-masing memiliki misi cerita sendiri yang ingin
48
disampaikan dan saling mempengaruhi sehingga keduanya pada posisi
protagonis..
Tokoh antagonis naskah drama Bila Malam Bertambah Malam adalah
Gusti Biang. kehadiran Gusti Biang dalam cerita inilah yang menentang keinginan
tokoh protagonis dan tritagonis untuk menyatukan cinta mereka.
Berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya, maka:
Tokoh sentral dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam adalah Gusti
Biang dan Nyoman. Mereka merupakan proses perputaran lakon. Gerak lakon
mereka merupakan biang keladi pertikaian. Dalam hal ini tokoh sentral adalah
tokoh protagonist dan tokoh antagonis. Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau
penentang tokoh sentral. Dapat juga sebagai medium atau perantara tokoh sentral.
Dalam hal ini adalah tokoh tritagonis, dalam cerita naskah drama Bila Malam
Bertambah Malam tokoh utama adalah Ratu Ngurah. Sedangkan tokoh pembantu,
yaitu tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam mata rangkai
cerita. Kehadiran tokoh pembantu menurut kebutuhan cerita, dalam cerita naskah
drama Bila Malam Bertambah Malam tokoh pembantu adalah Wayan.
Tokoh-tokoh memiliki watak. Watak tokoh memungkinkan terjadi
pertentangan atau pertikaian antar tokoh hingga berkembang mencapai klimaks.
Tokoh harus memiliki watak yang kuat dan antara tokoh protagonist dan tokoh
antagonis harus kontradiktif antar keduanya. Dapat juga memiliki kepentingan
yang sama, saling berebut sesuatu, saling bersaing dan sebagainya
(waluyo,2002:17-18).
Watak tokoh digambarkan dalam tiga dimensi, yaitu: Dimensi fisik.
Dimensi psikis, dan dimensi sosial. Keadaan fisik tokoh meliputi: umur, jenis
49
kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasminah, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa,
raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk, suara dan lain-lain yang
berkenaan dengan fisik tokoh. Keadaan Psikis tokoh meliputi: watak, kegemaran,
mentalitas, standar moral, tempramen, ambisi, kompleks psikologis yang dialami,
dan sebagainya yang berkenaan dengan aspek kejiwaaan tokoh. Keadaan
sosiologis tokoh meliputi: jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, ideology
dan sebagainya. Keadaan sosiologis akan berpengaruh terhadap perilaku tokoh.
Adapun kutipan dialognya adalah sebagai berikut.
GUSTI BIANG: kutipan petunjuk teknis.“GUSTI BIANG NGOMEL TERUS”
GUSTI BIANG:
“Tidak, tidak. Aku tahu semua itu. Kalau aku menelan
semua obat-obatanmu itu, aku akan tidur seumur
hidupku, dan tidak akan bangun-bangun lagi, lalu good
bye. Lalu kau akan menggelapkan beras ke warung
Cina. Kau selamanya iri hati dan ingin
membencanaiku… kalau sampai aku mati karena
racunmu, Wayan akan menyeretmu ke pengadilan”.
(BMBM hlm 10, dialog 47)
GUSTI BIANG:
“Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Aku melarang keras,
Ngurah harus kawin dengan orang patut-patut. Sudah
kujodohkan sejak kecil dia dengan sanggung Rai. Sudah
kurindingkan pula dengan keluarganya di sana, kapan
50
hari baik untuk mengawinkannya. Dia tidak boleh
mendurhakai orang tua seperti itu. Apapun yang terjadi
dia harus terus menghargai martabat yng diturunkan
oleh leluhur-leluhur di puri ini. Tidak sembarang orang
dapat dilahirkan sebagai bangsawan. Kita harus benar-
benar menjaga martabat ini. Oh, aku akan malu sekali,
kalau dia mengotori nama baikku. Lebih baik aku mati
menggatung diri daripada menahan malu seperti ini.
Apa nanti kata Sagung Rai? Apa nanti kata keluarganya
kepadaku? Tidak, tidak! (Wanita itu menjerit dan
mendekati Wayan dengan beringas) kau, kau biang
keladi semua ini. Kau yang menghasut supaya mereka
bertunangan. Kau sakit gede! menantuku!”. (BMBM
hlm 43-44, dialog 240)
GUSTI BIANG:
“Dia tidak pantas menjadi istrimu! Dia tidak pantas
menjadi menantuku”. (BMBM hlm 56, dialog 326)
GUSTI BIANG:
“pergi! Pergi bangsat! Angkat barang-barangmu.
Tinggalkan rumah suamiku ini. Aku tak sudi memandang
mukamu! (MELEMPARI WAYAN DENGAN BOTOL).
(BMBM hlm 46, dialog 250)
GUSTI BIANG:
51
“Tinggalkan aku anak durhaka! Pergilah memeluk kaki
perempuan itu! Kau bukan anakku lagi!.. (BMBM hlm
50, dialog 330)
GUSTI BIANG:
“Nah, sekarang sebelum kau pergi, kau harus melunasi
hutangmu dulu.” (BMBM hlm 29, dialog 175)
Tokoh Wayan merupakan tokoh protagonist dalam cerita, wayan adalah
seoarng abdi Gusti Biang. ia juga seorang lelaki tua yang dulu pernah menjadi
ajudan dan teman seperjuangan almarhum suami Gusti Biang yang telah gugur
pada saat pertempuran melawan Belanda. Dalam drama Bila Malam Bertambah
Malam ini Wayan sebagai sosok lelaki tua yang rela menjadi abdi Gusti Biang
karena rasa cintanya kepada Gusti Biang. Namun, ia juga lelaki yang baik,
penyayang, dan selalu membela kebenaran.
WAYAN:
“Maksud Gusti, Nyoman? (BMBM hlm 17, dialog 87)
GUSTI BIANG:
“Tua bangka, pukul dia sampai mati, putar lehernya.
Diam saja seperti kambing!”. (BMBM hlm 17, dialog
80)
WAYAN:
“ Gusti, Gusti, tidak ada kambing di sini!” (BMBM hlm
17, dialog 91)
52
WAYAN :
“Baik aku akan pergi sekarang. Aku akan menyusul
Nyoman. Aku juga bosan di sini meladeni tingkah
lakumu. Tapi sebelum aku pergi aku akan jelaskan
tentang pahlawan gadungan itu. Gusti harus tahu..”
(BMBM hlm. 46. Dialog 251)
WAYAN:
“Tiang menghamba di sini karena cinta tiang
kepadanya. Seperti cinta Ngurah kepada Nyoman.
Tiang tidak pernah kawin seumur hidup dan orang-
orang selalu menganggap tiang gila, pikun, tuli,
hidup. Cuma tiang sendiri yang tahu, semua itu tiang
lakukan dengan sengaja untuk melupakan kesedihan,
kehilangan masa muda yang tak bisa dibeli lagi”.
(MEMANDANG NGURAH DENGAN LEMBUT. TAPI
TIBA-TIBA IA TERINGAT SESUATU DAN KEMUDIAN
BERKATA) “Tidak. Ngurah tidak boleh kehilangan masa
muda seperti bape hanya karena perbedaan kasta.
Kejarlah perempuan itu, jangan-jangan dia
mendapatkan halangan di jalan. Dia pasti tidak akan
berani pulang malam-malam begini. Mungkin dia
bermalam di dauh pala di rumah temannya. Bape akan
mengurus ibumu. Pergilah cepat, kejar dia sebelum
terlambat”. (BMBM hlm 72. dialog 413)
53
WAYAN:
“kalau begitu Wayan tidak jadi pergi. Wayan akan
menjagamu, Sagung Mirah, sampai kita brdua sama-
sama mati dan di atas kuburan kita, anak-anak itu
berumah tangga dengan baik. Sagung Mirah”.. (BMBM,
hlm 754 dialog 422)
Tokoh Nyoman adalah seorang gadis desa yang selama kurang lebih 18
tahun mengabdi dan tinggal di puri Gusti Biang. selama itu pula kebutuhan
Nyoman tercukupi mulai dari pendidikannya dan kebutuhan sehari-harinya
oleh Gusti Biang. Terbukti, pada dialog:
NYOMAN:
“Gusti Biang, ini air daun belimbing, bubur ayam
yang sengaja tiang buatkan untuk Gusti”. (BMBM
hlm 3, dialog 11)
NYOMAN:
“Sekarang sudah saatnya Gusti Biang minum obat”.
(BMBM hlm 4, dialog21)
NYOMAN:
“Gusti Biang memang orang yang paling baik dan
berbudi tinggi. Tidak seperti orang-orang lain, Gusti.
Gusti telah menyekolahkan tiang sampai kelas dua
54
SMP, dan Gusti sudah banyak mengeluarkan biaya.
Coba tngok bayangan Gusti di muka cermin, seperti
tiga puluh tahun saja... mau minum obatnya sekarang
Gusti? (BMBM hlm 8, dialog 40)
NYOMAN:
“Memang, saya banyak berhutang budi, dikasih
makan, disekolahkan, dibelikan baju, dimasukkan
kursus modes, tapi kalau tiap hari dijadikan bal-
balan, disalah-salahkan terus? Sungguh mati kalau
tidak dikuat-kuatkan, kalau tidak ingat pesan tu
Ngurah, sudah dari dulu-dulu sebetulnya”. (BMBM
hlm 22, dialog 122)
NYOMAN:
“Gusti telah menyakiti tiang lagi. Saya akan pergi
sekarang juga”. (BMBM hlm 14, dialog 64)
NYOMAN:
“Tak tiang sangka Gusti seberat ini! Tak tiang
sangka. Tiang akan pergi ke desa, tak mau meladeni
Gusti lagi!”. (BMBM hlm 16, dialog 75)
Tokoh Ngurah adalah anak dari Gusti Biang, Namun Ngurah bukanlah
anak dari lelaki bangsawan yakni Gusti Rai.
NGURAH:
“Ibu”. (BMBM hlm 48, dialog 257)
55
NGURAH: “Ibu, banyak sekali yang saya pikirkan.. (BMBM hlm 49,
dialog 267)
NGURAH:
“Justu karena tiang memikirkan ibu jadi begini”.
(BMBM hlm 49, dialog 269)
NGURAH:
“ya saya bekerja di situ.. (BMBM hlm 49, dialog 264)
NGURAH:
“ya, bekerja sambil belajar (BMBM hlm 49, dialog 265)
Keadaan fisik masing-masing tokoh dalam cerita tidak begitu jelas
diceritakannya, hanya beberapa tokoh yang sedikit diketahui keadaan fisiknya dari
dialog, seperti yang dilukiskan dalam kutipan berikut ini:
GUSTI BIANG:
“Si tua itu tak pernah kelihatan kalau sedang
dibutuhkan. Pastia ia sudah berbaring di kandangnya
menembang seperti orang kasmaran pura-pura tidak
mendengar, padahal aku sudah berteriak, sampai
leherku patah. Wayaaaan… Wayaaaan tuaaaaaaa…
(BMBM hlm 1, dialog 3)
(WAYAN MENINGGALKAN RUANGAN DAN GUSTI
BIANG TETAP DUDUK DAN MENGAMBIL JARUM.
BERULANG-ULANG MENGGOSOK MATA SAMBIL
MENGGERUTU
56
GUSTI BIANG:
“Lubangnya terlalu kecil. Benangnya terlalu besar,
sekarang ini serba terlampau. Terlampau tua, terlampau
gila, terlampau kasar, terlamapau begini, terlampau
begitu. Sejak kemarin aku tidak berhasil memasukkan
benang ii. Sekarang mataku berkunang-kunang. Oh,
barangkali took itu sudah menipu lagi. Atau aku terbalik
memegang ujungnya? Wayaaaan…(BMBM hlm 2,
dialog 9)
Keadaan fisik dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam ni
tidak begitu jelas digambarkan. Hal ini dikarenakan penulis ingin memberikan
kebebasan kepada sutradara yang akan mementaskan naskah drama ini, dalam hal
memilih para pemainnya.
Seperti halnya dengan keadaan fisik, keadaan sosial tokoh tidak terungkap
dengan jelas dalam naskah. Beberapa keadaan tokoh yang ada dalam naskah
drama adalah sebagi berikut: Gusti Biang adalah seorang janda kaya bangsawan.
Nyoman adalah seorang gadis desa yang dibawa dan di sekolahkan oleh Gusti
Biang lalu bekerja di rumah Gusti Biang.
NYOMAN:
“Gusti Biang memang orang yang paling baik dan
berbudi tinggi. Tidak seperti orang-oraang lain, Gusti.
Gusti telah menyekolahkan tiang sampai kelas dua SMP,
dan sudah banyak mengeluarkan biaya. Coba tengok
57
bayangan Gusti di muka cermin, seperti tiga puluh tahun
saja.. mau minum onatnya sekarang Gusti? (BMBM hlm
8-9, dialog 40)
GUSTI BIANG:
“kalau ingin kau pelihara sudra itu karena nafsumu,
terserahlah. Boleh kau pelihara selir. Kau boleh berbuat
sesukamu, sebab aku telah memeliharanya sejak kecil.
Tetapi untuk mengawininya dengan upacara tidak bisa.”
(BMBM hlm 56, dialog 322) (hal 56 dialog 322)
Wayan adalah anak buah Sagung Rai sekaligus pembantu dan ayah dari Ngurah di
rumah Gusti Biang.
WAYAN:
“Tiang menghamba di sini karena cinta tiang
kepadanya. Seperti cinta Ngurah kepada Nyoman.
Tiang tidak pernah kawin seumur hidup dan orang-
oran selalu menganggap tiang gila, pikun, tuli,hidup.
Cuma tiang sendiri yang tahu, semua itu tiang
lakukan dengan sengaja untuk melupakan kesedihan,
kehilangan masa muda yang tak bisa dibeli lagi.
(MEMANDANG NGURAH DENGAN LEMBUT.
TAPI TIBA-TIBA IA TERINGAT SESUATU DAN
KEMUDIAN BERKATA) Tidak. Ngurah tidak boleh
kehilangan masa muda seperti bape hanya karena
perbedaan kasta. Kejarlah perempuan itu, jangan-
58
jangan dia mendapatkan halangan di jalan. Dia pasti
tidak akan berani pulang malam-malam begini.
Mungkin dia bermalam di dauh pala di rumah
temannya. Bape akan mengurus ibumu. Pergilah
cepat, kejar dia sebelum terlambat. (BMBM hlm 72,
dialog 413)
Demikianlah uraian tentang tokoh dalam naskah drama ini. Dari cuplikan
dialog dapat dicermati bagaimana watak tokoh-tokoh tersebut. Selain itu, dapat
dicermati juga bagaimana tanggapan mereka terhadap masalah yang dihadapi, dan
secara tidak langsung menunjukan tingkat pemikirannya. Tokoh-tokoh dalam
cerita ini saling berkaitan satu sama lain sehingga dapat dipahami fusngsinya
dalam cerita
4.1.1.3 Latar
Latar suatu cerita merupakan dunia rekaan yang di dalamnya mencakup
tempat, sistem sosial dan budaya, alat dan waktu yang di dalamnya segala
peristiwa terjadi, di mana tokoh-tokohnya melakukan tindakan.
MALAM DI TEMPAT KEDIAMAN GUSTI BIANG. SEBUAH BALE
YANG DISEMPURNAKAN UNTUK TEMPAT TINGGAL. DI RUANGAN
DEPAN ADA KURSI GOYANG DAN KURSI TAMU.
GUSTI BIANG:
“Si tua itu tak pernah kelihatan kalau sedang
dibutuhkan. Pastia ia sudah berbaring di kandangnya
menembang seperti orang kasmaran pura-pura tidak
59
mendengar, padahal aku sudah berteriak, sampai
leherku patah. Wayaaaan… Wayaaaan tuaaaaaaa…
(BMBM hlm 1, dialog 3)
GUSTI BIANG:
setan!setan! kau tak boleh berbuat sewenag-wenang di
rumah ini. Berlagak mengatur orang lain yang masih
waras. Apa good, good apa? Good bye? Menyebut
kekasih, manis, kau pikir apa anakku. Wayan akan
menguncimu di dalam gudang tiga hari tiga malam,
dank au akan meraung seperti si belang. (BMBM hlm 7-
8 dialog 37)
WAYAN:
“Tiang ketiduran di gudang”.
(BMBM hlm 17, dialog 86)
GUSTI BIANG:
“bagundal itu masukkan dia ke gudang!” (BMBM hlm
17, dialog 86)
GUSTI BIANG:
“tinggalkan gudang sekarang juga. Enyah dari rumah
suamiku. (agak rendah jongkok) dia sudah menjadi
setan, suamiku dihinanya, anakku dihasutnya. Terkutuk,
terkutuk badebah itu. Apa yang harus aku katakana
kepada Sagung Rai kalau Ngurah kawin dengan
perempuan sudra itu? Badebah, terkutuk! Dewa Ratu,
60
malangnya nasib orang tua ini, semua mendustaiku,
semua orang menjadi bianatang (memandang sekeliling
lalu duduk di kursi. Untuk beberapa saat ia tertidur di
kursi itu). (BMBM hlm 47-48, dialog 256)
Latar waktu cerita Bila Malam Bertambah Malam adalah malam hari
Terbukti pada kutipan dialog:
NYOMAN:
“nah itu sebabnya kalau belum santap malam. Apalagi
sejak beberapa hari ini Gusti sudah tidak mau minum
jami lagi, minum sekarang ya?” (BMBM hlm 4, dialog
15)
WAYAN:
“malam-malam begini?” (BMBM hlm 20, dialog 107)
WAYAN:
“kau akan kemalaman di jalan.” (BMBM hlm 20, dialog
109)
WAYAN:
“Tiang menghamba di sini karena cinta tiang
kepadanya. Seperti cinta Ngurah kepada Nyoman.
Tiang tidak pernah kawin seumur hidup dan orang-
oran selalu menganggap tiang gila, pikun, tuli,hidup.
Cuma tiang sendiri yang tahu, semua itu tiang
lakukan dengan sengaja untuk melupakan kesedihan,
61
kehilangan masa muda yang tak bisa dibeli lagi.
(MEMANDANG NGURAH DENGAN LEMBUT.
TAPI TIBA-TIBA IA TERINGAT SESUATU DAN
KEMUDIAN BERKATA) Tidak. Ngurah tidak boleh
kehilangan masa muda seperti bape hanya karena
perbedaan kasta. Kejarlah perempuan itu, jangan-
jangan dia mendapatkan halangan di jalan. Dia pasti
tidak akan berani pulang malam-malam begini.
Mungkin dia bermalam di dauh pala di rumah
temannya. Bape akan mengurus ibumu. Pergilah
cepat, kejar dia sebelum terlambat.” (BMBM hlm 72,
dialog 413)
4.1.1.4 Tema
Tema merupakan dasar dari semua pokok persoalan cerita yang
menghubungkan unsur-unsur cerita. Dengan adanya tema, penikmat dapat
memahami apa yang ingin disampaikan pengarang melalui karya ciptanya. Tema
dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam terbagi menjadi dua, yaitu
tema mayor dan minor.
Tema mayor naskah drama ini adalah persoalan status sosial. Adapun
kutipan dialognya adalah sebagai berikut:
GUSTI BIANG:
“cinta? ibu dan ayahmu kawin tanpa cinta. Apa itu
cinta? Yang ada hanyalah kewajiban menghormati
leluhur yang telah menurunkanmu, menurunkan kita
62
semua di sini. Kau tak boleh kawin dengan dia,
betapapun kau mengkehendakinya. Aku telah
menyediakan orang yang patut untukmu. Jangan
membuatku malu. Ibu telah menjodohkan kau sejak kecil
dengan Sagung Rai.” (BMBM hlm 54-55, dialog 316)
GUSTI BIANG:
“kalau ingin kau pelihara sudra itu karena nafsumu,
terserahlah. Boleh kau pelihara selir. Kau boleh berbuat
sesukamu, sebab aku telah memeliharanya sejak kecil.
Tetapi untuk mengawininya dengan upacara tidak bisa.”
(BMBM hlm 56, dialog 322)
WAYAN:
“Dia pura-pura saja tidak tahu siapa laki-laki yang
selalu tidur dengan dia. Sebab sesungguhnya kami
saling mencintai sejak kecil, sampai tua bangka ini.
Hanya karena kesombongan ya terhadap martabat
kebangsawanannya menyebabkan dia menolakku, lalu
dia kawin dengan bangsawan penghianat itu, semata-
mata hanya soal kasta. Meninggalkan tiang tetap
mengharapkannya. Tiang ditinggalkannya, sedangkan
cinta itu semakin mendalam. (BMBM hlm 71, dialog
409)
Tema minor cerita ada beberapa hal yaitu pertama, sikap toleransi kepada
hak asasi manusia. Kedua perjuanganan cinta yang bertentangan dengan tradisi.
63
4.1.1.5 Amanat
Amanat dari naskah drama Bila Malam Bertambah Malam adalah sebagai
makhluk hidup yang bermasyarakat, tentunya tidak bisa dari terlepas dari makhluk
hidup lain. Berpikirlah positif kepada orang lain karena dapat membuat hidup
menjadi tenang karena terbebas dari rasa iri dan benci. Setinggi apa pun derajat,
kasta kita tidaklah benar untuk membeda-bedakan dan jangan memandang orang
lain dari sisi luarnya dari sisi luarnya saja, seseorang yang sederhana dan tidak
memiliki kasta tinggi bisa jadi ia memiliki hati yang baik, tulus dan ikhlas. Karena
kedudukan sematanya bukanlah hal yang permanen. Apabila seseorang dengn
penuh kesabaran dan keikhlasan dalam melakukan sesuatu maka akan datang pula
kebaikan yang diperoleh. Dan janganlah kamu menyimpan rahasia sekecil apa
pun, suatu saat akan terungkap juga.
4.1.1.6 Dialog
Dialog merupakan medium utama dalam drama. Dialog merupakan salah
satu alat untuk menyampaikan pikiran tokoh. Cerita Bila Malam Bertambah
Malam karya Putu Wijaya telah disesuaikan dengan latar Indonesia sehingga
dialog yang digunakan berbahasa Indonesia. Untuk memberikan kesan Bali Putu
Wijaya menggunakan kata-kata Bali. Seperti yang terlihat dalam kutipan berikut
ini:
WAYAN:
“tentu saja Gusti Biang, itu sebabnya tiang
datang….(BMBM hlm 2, dialog 6)
64
NYOMAN:
(MEMUNGUT JARUM DI LANTAI) coba dari tadi
memanggil tiang, tidak jadi kusut begini. Gusti Biang
terlalu sayang pada Bape Wayan. Lihat gampang
bukan? (BMBM hlm 5, dialog 25
GUSTI BIANG:
“kalau ingin kau pelihara sudra itu karena nafsumu,
terserahlah. Boleh kau pelihara selir. Kau boleh berbuat
sesukamu, sebab aku telah memeliharanya sejak kecil.
Tetapi untuk mengawininya dengan upacara tidak bisa.”
(BMBM hlm 56, dialog 322)
4.1.1.7 Teks Samping
Teks samping drama sebagai karya sastra memiliki kaidah struktur yang
khusus. Kekhususan tersebut diantaranya adalah teks samping. Dalam sebuah
drama seorang pengarang sering memberikan petunjuk bagimana pendukung
pementasan bekerja. Petunjuk ini sering disebut dengan teks samping, Waluyo
(2006:30). Teks samping dalam teks drama Bila Malam Bertambah Malam dapat
dilihat dalam kutipan-kutipan berikut ini:
“MALAM DI TEMPAT KEDIAMAN GUSTI BIANG, SEBUAH BALE
YANG DISEMPURNAKAN UNTUK TEMPAT TINGGAL. GUSTI BIANG
MEMANGGIL WAYAN.”. (BMBM hlm 1, babak 1)
65
“KELIHATAN NYOMAN SEDANG MENYIAPKAN MAKAN MALAM
UNTUK GUSTI BIANG. SEMENTARA WAYAN MENGAMPLAS
PATUNG”. ((BMBM hlm 1, adegan 1)
“DI RUANG DEPAN ADA KURSI GOYANG DAN KURSI TAMU. GUSTI
BIANG NGOMEL TERUS”. (BMBM hlm 1, adegan 2)
“GUSTI BIANG SUDAH BERHENTI MENANGIS, IA MALU MENATAP
WAYAN, TAPI LAKI-LAKI ITU MENDEKATINY”. (BMBM hlm 75)
4.2 Pembahasan
Pembahasan dalam kajian ini merupakan kajian struktural yang
menganalisis unsur-unsur dan hubungan antarunsur struktur naskah drama Bila
Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya dengan menggunakan metode
kualitatif deskriptif dan peneliti menggunakan objektif yaitu, karya sastra
merupakan ciri khas yang otonom terlepas dari pencipta, pembaca, dam alam
sekitar karya tersebut. Adapun penelitian ini bersifat subjektipitas dari sipeneliti
sendiri, untuk itu sangat memungkinkan bagi peneliti untuk meneliti naskah
drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya dari bidang struktural
dan kajian kesustraan lainnya.
Menurut Waluyo (2006) untuk memahami naskah secara lengkap dan
terperinci, maka struktur drama akan dijelaskan si sini. Unsur-unsur intrinsik itu
alur, tokoh, setting atau latar, tema, amanat dialog dan perunjuk teknis atau teks
samping. Unsur itu saling menjalin membentuk kesatuan dan saling terikat satu
66
dengan yang lain. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semua unsur itu dan
saling berkaitan antara unsur satu dengan unsur lainnya.
Hasil penelitian ini mendeskripsikan: (1) Unsur-unsur naskah drama Bila
Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya mencakup: alur, tokoh, latar, tema,
amanat, dialog, dan teks samping, (2) Hubungan antarunsur naskah drama Bila
Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya. (3) Relevansinya dalam
pemebelajaran Bahasa Indonesia. Pendeskripsian ketiga hal tersebut
mengungkapkan bahwa:
4.2.1 Alur
Istilah lain yang digunakan untuk plot atau kerangka cerita adlah alur.
Secara sederhana, plot atau alut dikatakan sebagai rangkaian atau urutan peristiwa
dalam cerita. halnya dalam novel, melainkan didialogkan oleh tokoh-tokoh yang
terdapat di dalam cerita. Alur merupakan rangkain beberap konflik yang dramatic.
Rangkaian tersebut oleh Waluyo dibagi menjadi lima bagian, yaitu Ekspotition
atau pelukisan awal cerita, Komplikasi atau pertikaian awal, Klimaks atau titik
puncak cerita, Resolusi atau penyelesaian, Catastrophe atau Deneounment atau
keputusan Waluyo (2002:8-12) mengemukakan lima bagian alur sebagai berikut:
Dalam ekspotition pembaca diperkenalkan dengan tokoh-tokoh dengan watak
masing-masing, latar cerita dan suasana cerita. Perkenalan ini disajikan dalam
bentuk dialog dan teks samping. Dari ekspotition terjai pertentangan-pertentangan
antar tokoh. Konflik mulai menanjak (keadaan mulai memnucak). Klimaks atau
Titik PPuncak Cerita (Peristiwa-peristiwa mencapai puncak). Resolusi atau
67
Penyelesain (Konflik mulai menurun atau mereda menuju pemecahan)
Catatsrophe atau Denoument atau Keputusan (Pengarang memberikan pemecahan
soal dari semua peristiwa).
Dalam n askah drama ini Tahap pengenalan dalam naskah drama Bila
Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya berupa pembuka. Pada pembuka
terdapat teks samping yang menerangkan malam di tempat kediaman gusti biang
disempurnakan untuk tempat tinggal. Adanya pengenalan latar cerita, dan
munculnya tokoh Nyoman, Wayan dan Gusti Biang.
Babak 2 merupakan tahap generating circumstances, disebut juga inciting
moment. Merupakan tahap pemunculan masalah atau peristiwa yang berpotensi
menimbulkan konflik. Pada naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya
Putu Wijaya terdapat pada saat Gusti Biang mengusir Nyoman kemudian Wayan
memberitahu Gusti Biang bahwa Nyoman adalah calon menantu dari ngurah.
Pada babak ke 3 merupakan tahap rising action atau disebut peningkatan konflik
yang terdapat dalam cerita. Masalah-masalah yang mulai muncul
kekompleksannya. Tahap ini dimulai pada saat Ngurah pulang dari perantauan
kemudian menyadari bahwa Nyoman telah diusir oleh ibunya. Terjadi perdebatan
antara Biang dan Ngurah mengenai niat Ngurah yang akan menikahi Nyoman.
Pada babak ke 4 merupakan tahap climax, yaitu puncak dari keseluruhan cerita,.
Konflik yang ada mencapai puncak dan tidak dapat dibendung lagi. Klimaks
dalam naskah ini terjadi ketika Wayan hendak keluar rumah lalu membwa bedil
dan membongkar rahasia ayah Ngurah bahwa ayahnya bukanlah seorang
pahlawan lelaki sejati, melainkan seorang penghianat. Tahap denocement, yaitu
tahap penyelesaian konflik yang timbul. Penyelesaian dalam naskah ini
68
dimulai pada saat Gusti Biang mulai menyadari kesalahannya Gusti Biang
sudah berhenti menangis, ia merasa sangat malu menatap Wayan. Selain itu
Gusti Biang memustuskan mengizinkan Ngurah mempersunting Nyoman
4.2.2 Tokoh
Tokoh menurut Sumardjo dan saini (dalam Ahmad Yani:2012)
Menyatakan :
“Cerita yang disajikan dalam sastra drama, walau kadang-kadang dialami oleh
binatang atau mahluk lain, umumnya dialami oleh tokoh-tokoh cerita yang berupa
manusia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah orang yang
mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam
plot”.
Tokoh dalam drama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis.
Waluyo (2006:14) mengemukakan bahwa tokoh dapat dibagi berdasarkan
peranannya dalam jalan cerita. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
Tokoh Protagonis, Tokoh Antagonis, dan Tokoh Tritagonis. Berdasarkan
peranannya dalam lakon serta fungsinya adalah sebagai berikut: Tokoh Sentral,
Tokoh Utama dan Tokoh pembantu.
Watak tokoh digambarkan dalam tiga dimensi, yaitu: Dimensi fisik.
Dimensi psikis, dan dimensi sosial. Keadaan fisik tokoh meliputi: umur, jenis
kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasminah, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa,
raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk, suara dan lain-lain yang
berkenaan dengan fisik tokoh. Keadaan Psikis tokoh meliputi: watak, kegemaran,
mentalitas, standar moral, tempramen, ambisi, kompleks psikologis yang dialami,
dan sebagainya yang berkenaan dengan aspek kejiwaaan tokoh. Keadaan
sosiologis tokoh meliputi: jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, ideology
dan sebagainya. Keadaan sosiologis akan berpengaruh terhadap perilaku tokoh.
69
Dalam naskah drama ini terdapat Tokoh protagonis yaitu Wayan dan
Nyoman, Wayan membawa misi mengungkapkan kebenaran, menyampaikan dan
menggambarkan kejahatan masa lalu yang sampai sekarang belum terungkap.
Nyoman lebih terfokus pada sisi percintaan dan ketulusannya dalam mengerjakan
sesuatu. Tokoh antagonis yaitu Gusti Biang Gusti Biang dalam cerita inilah yang
menentang keinginan tokoh protagonis dan tritagonis untuk menyatukan cinta
mereka. Gusti Biang merupakan tokoh yang menimbulkan konflik cerita. Tokoh
tritagonis yaitu Ratu Ngurah.
Watak tokoh dalam naskah drama ini adalah, Gusti Biang Seorang janda
yang sombong dan membanggakan kebangsawanannya. Dia juga merupakan
tokoh pemeran utama dalam drama ini, di mana menjadi fokus dari tokoh-tokoh
lainnya dan setiap kali muncul dalam pembicaraan. Gusti biang mempunyai
watak keras, pemarah, angkuh, dan egois. Dan dalam kehidupan sehari-harinya
dia selalu marah-marah terhadap kedua orang yang setia menemaninya. dan suka
berpikiran negative. Wayan, Wayan dalah seorang abdi Gusti Biang. Seorang
lelaki tua yang dulu pernah menjadi ajudan dan teman seperjuangan almarhum
suami Gusti Biang yang telah gugur pada saat pertempuran melawan Belanda.
Wayan sehari-harinya memiliki watak yang baik hati, setia, dan lucu. Wayan
sebagai sosok lelaki tua yang rela menjadi abdi Gusti Biang karena rasa cintanya
kepada Gusti Biang. Namun, ia juga lelaki yang baik, penyayang, dan selalu
membela kebenaran. Nyoman, Seorang gadis desa yang selama kurang lebih 18
tahun mengabdi dan tinggal di puri Gusti Biang. Selama itu pula kebutuhan
Nyoman tercukupi mulai dari pendidikannya dan kebutuhan sehari-harinya oleh
Gusti Biang. Nyoman Niti selalu setia melayani Gusti Biang, dia merawat dengan
70
baik dan tulus Gusti Biang, walaupun di dalam hati baiknya saat Gusti Biang
selalu menginjak-injak harga dirinya, hiangga dia tidak tahan dengan sikap Gusti
Biang dan pergi dari Puri terserbut. Ngurah adalah Anak dari Gusti Biang,
Namun Ngurah bukanlah anak dari lelaki bangsawan yakni Gusti Rai. Tetapi, ia
lahir dari buah cinta Gusti Biang dengan Wayan teman seperjuangan ayahnya.
Ngurah memiliki seorang kekasih yaitu Nyoman, namun terhalang oleh kasta
kedudukannya. Ngurah mempunyai watak yang berbedaa dengan ibunya, dia
mempunyai watak yang baik terhadap semua orang tanpa memandang derajat, dia
merupakan anak yang bijaksana, pekerja keras, dan juga sangat mencitai Gusti
Biang.
4.2.3 Latar
Hasanuddin (2015:94) menyatakan “Latar dan ruang di dalam drama memperjelas
pembaca untuk mengidentifikasi permasalahan drama”.
“Latar atau tempat kejadian cerita sering pula disebut sebagai latar
cerita/setting. Setting biasanya meliputi 3 dimensi, yaitu tempat, ruang, dan
waktu” (waluyo,2006:23). Artinya bukan hanya menunjukan tempat kejadian dan
kapan kejadiannya. Semi (dalam Rokhmansyah,2014:38) menjelaskan setting
adalah lingkungan tempat peristiwa terjadi.
Dalam naskah ini terdapat Latar ruang dalam pembahasan ini dibagi
menjadi dua kategori, yaitu latar ruang luar dan latar ruang dalam. Latar ruang
luar berupa wilayah di mana cerita berlangsung, sedangkan latar ruang dalam
adalah peristiwa yang digunakan dalam tiap babak. Latar ruang luar tidak
dimasukkan dalam pembahasan ini karena penelitian hanya pada naskah drama,
tidak termasuk pementasan sehingga seluruh ceita perlu dianalisis. Latar ruang
71
luar adalah Bali. Adanya campuran bahasa bali dalam penyusunan naskah ini.
Latar ruang dalam adalah kediaman Gusti Biang
4.2.4 Tema
Tema adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang
dalam karyanya. “Dalam sebuah drama terdapat banyak peristiwa yang masing-
masing mengemban permasalahan, tetapi hanya ada sebuah tema sebagai intisari
dari permasalahan-permasalahan tersebut” (Hasanuddin, 2015:103).
“Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjadi
dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok
permasalahan dalam cerita. Tema merupakan gagasan pokok yang terkandung
dalam drama. Tema berhubungan dengan premis dari drama tersebut yang
berhubungan pula dengan nada dasar dari sebuah drama dan sudut pandang
dikemukakan oleh pengarangnya” (Waluyo, 2006:24).
Dalama naskah drama ini terdapat tema mayor dan tema minor. Tema
mayor naskah drama ini adalah persoalan status sosial. Karena pada naskah
drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya ini jelas menceritakan
tokoh yang mempersoalkan derajat kebangsawanan. Tema minor cerita ada
beberapa hal yaitu pertama, sikap toleransi kepada hak asasi manusia. Kedua
perjuanganan cinta yang bertentangan dengan tradisi. Tema minor pertama terlihat
pada tidak adanya toleransi hak asasi manusia oleh Gusti Biang terhdap Nyoman
dan Wayan, yang sudah mengabdi terhadap Gusti Biang namun tetap disalahkan,
dicaci, difitnah dan diperhitungkan jumlah yang dikeluarkan oleh Gusti Biang.
perjuangan cinta Ngurah untuk mengawini Nyoman yang bertentangan dengan
72
kasta, kebangsawanan dan derajat mereka sehingga cinta mereka mendapat
peringatan dari Gusti Biang yang padahal Gusti Biang dan Wayan juga dulu
saling mencintai, namun Ngurah tetap bersikeras ingin menikahi wanita sudra itu.
4.2.5 Amanat
Amanat adalah suatu ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang. Amanat dapat terlihat di dalam tingkah laku tokoh. Melalui cerita,
sikap, dan tingkah laku tokoh diharapkan pembaca dapat mengambil hikmah dari
pesan-pesan moral yang disampaikan. Penonton atau pembaca harus
menyimpulkan sendiri pesan moral yang diperoleh dari membaca naskah atau
menonton drama. Amanat merupakan pesan yang akan disampaikan pengarang
kepada penonton atau pembaca drama (Wiyanto,2002:24). Dalam naskah drama
Bila Malam Bertambah Malam ini dalam setiap babak terdapat amanat yang ingin
disampaikan oleh penulis
4.2.6 Dialog
Sebagai ciri utama dalam drama, dialog dapat menentukan ciri drama
dalam keseluruhan. Ada dialog sengaja ditulis panjang-panjang, ada pula dialog
yang ditulis pendek-pendek. Warna dialognya pun macam-macam, ada yang
lugas, puitis, atau menggunakan dialek. Wiyanto (2002:13) mengemukakan
“Dialog adalah percakapan para pemain. Dialog memainkan peran yang amat
penting karena menjadi pengarang lakon drama. Artinya, jalan cerita drama itu
diektahui oleh penonton lewat dialog para pemainnya. Agar dialog itu hambar,
pengucapannya harus disertai penjiwaan emosional. Selain itu, pelafalannya harus
73
jelas dan cukup keras sehingga dapat didengar semua penonton. Seseorang
pemain yang berbisik, misalnya, harus diupayakan agar bisikannya tetap dapat
didengarkan penonton”.
Dalam dialog naskah drama Bila Malam Bertaambah Malam Karya Putu
Wijaya ini . Cerita Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya telah
disesuaikan dengan latar Indonesia sehingga dialog yang digunakan berbahasa
Indonesia. Untuk memberikan kesan Bali Putu Wijaya menggunakan kata-kata
Bali.
4.2.7 Petunjuk Teknis atau Teks Samping
Petunjuk teknis adalah rambu-rambu yang sengaja dicantumkan oleh
seorang penulis naskah drama sebagai penuntun penafsiran bagi siapa saja yang
ingin mementaskannya. Petunjuk teknis dalam naskah drama bisa berupa paparan
tentang adegan demi adegan, profil tokoh cerita, latar cerita (tempat adegan) tata
lampu, tata musik, tata panggung, dan daftar property yang harus disiapkan
Rokhmansyah (2014:43).
Waluyo (2006:30) mengatakan bahwa teks samping ini memberikan teknis
tentang tokoh, waktu, suasana penas, suara musik, keluar masuknya aktor atau
aktris, keras lembutnya dialog, warna suara, perasaan yang mendasari dialog, dan
sebagainya. Teks samping ini biasanya ditulis dengan tulisan berbeda dari dialog
(misalnya dengan huruf miring atau hruf besar semua).
74
4.3 Hubungan Antarunsur Naskah Drama Bila Malam Bertambah Malam
Karya Putu Wijaya
Unsur-unsur naskah drama dalam kerangka struktural tidak dapat berdiri
sendiri dalam membangun naskah drama. Unsur-unsur tersebut memiliki fungsi
dan saling berhubungan satu sama lain, sehingga menghasilkan naskah drama
yang utuh. Hubungan antarunsur yang membangun struktur naskah drama Bila
Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya sangat berfungsi dalam menciptkan
estetik dan artistic, sehingga struktur karya menjadi bulat dan utuh. Unsur-unsur
naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya saling mengisi.
Unsur satu menjadi bernilai bagi unsur yang lain.
Untuk menyampaikan ide atau gagasan, pengarang harus menggunakan
sebuah media, yakni pengarang harus menciptakan cerita yang terdiri dari
berbagai peristiwa yang terjalin dalam hubungan sebab-akibat (alur). Adanya
peristiwa sebab akibat tersebut harus mutlak, supaya cerita lebih jelas dan tema
dapat ditemukan. Sebaliknya untuk menemukan tema dapat dilihat melalui
konflik-konflik yang menonjol yang termasuk bagian alur.
Tema yang mendasari cerita Bila Malam Bertambah Malam karya Putu
Wijaya adalah persoalan status sosial yang dialami oleh kalangan sudra akibar
kesewenang-wenangan Gusti Biang. Tema ini mengikat unsur-unsur intrinsik
yang lain yaitu unsur alur, latar dan tokoh. Para tokoh dalam drama ini
menggerakkan alur dengan tindakan mereka. Tindakan-tindakan tersebut
didukung oleh situasi yang tercipta dari latar waktu dan tempat. Dalam hal ini,
konflik mempunyai peranan penting dalam hal pengambilan tindakan. Sementara
kebulatan unsur-unsur intinsik tersebut diikat oleh dialog.
75
Tokoh utama Ngurah menjadi tokoh yang menciptakan alur. Ia
menciptakan interaksi dengan tokoh yang lain, sehingga para tokoh tersebut
berinteraksi satu sama lain. Interaksi-interaksi yang terjalin dari para tokoh ini
mengembangkan alur cerita dari tahap perkenalan sampai kepada konflik dan
penyelesaian. Konflik-konflik yang timbul inilah yang menjadikan cerita
menarik. Mesikipun kemunculan Ngurah tidak dominan, akan tetapi hampir
semua pembicaraan adegan per adegan itu mengarah pada dirinya. Hal iu
menciptakan adanya interaksi antartokoh dalam drama ini. Dengan demikian jika
dilihat dari sudut ini cerita merupakan sarana untuk menyampaikan tema, makna,
atau tujuan penulisan naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu
Wijaya.
Hubungan anttar latar dengan alur, tema dan tokoh sangat erat. Tidak
hanya dapat mengesankan pembaca, memperjelaskan persoalan, mempertajam
karakteristik tokoh dan membangun suasana cerita. Unsur-unsur yang
membangun latar itu sendiri dimanfaatkan oleh tokoh dalam memperkuatkan
perwatakannya. Latar memberikan aturan permainan terhadap tokoh. Latar kan
mempengaruhi pilihan tema. Sebaliknya tema yang dipilih akan menuntut
pemilihan latar yang sesuai yang mampu mendukung. Dalam hal ini tema adalah
persoalan status sosial yang dilakukan oleh Gusti Biang terhadap Nyoman dan
Wayan yang hanya seorang pelayan di puri nya. Terlihat dengan jelas dari tema
tersebut bahwa Gusti Biang seorang bangsawan. Latar tempat ini adalah rumah
atau puri, di mana Gusti Biang seorang istri Bangsawan dan Nyoman Wayan
adalalah sudra.
76
Tokoh-tokoh dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya
Putu Wijaya ini memiliki karakteristik tokoh yang beragam sesuai dengan katar
belakang sosialnya masing-masing. Tokoh Gusti Biang seorang bangsawan, kasta
kesatriaa, pemarah, kasar pamrih dan suka menuduh orang. Tokoh Wayan orang
biasa, kasta sudra,setia pada negara, sabar, setia, pemaaf. Tokoh Nyoman seorang
gadis desa, kasta sudra, miskin, tabah, sopan, berbakti. Tokoh Ngurah anak dari
Gusti Biang keluarga bangswan, kasta kesatria, berani, setia.
Jika diibaratkan sebagai alat angkut atau kendaraan, yang berfungsi untuk
membawa muatan (tema, makna) untuk disampaikan ke alamat yang dituju
(pembaca), mesin dan bagian-bagian (alur, tokoh, penokohan, latar) kendaraan
lain harus dalam posisi yang baik agar muatan sampai ke alamat (pembaca) dalam
keadaan baik. Demikian pula hal nya naskah drama Bila Malam Bertambah
Malam karya Putu Wijaya ini memiliki unsur yang baik hingga sampai ke alamat
yang dituju tepat pada waktunya (penyampaian makna tidak terhambat). Tanpa
adanya keterkaitan antara unsur alur, latar, penokohan dan tema, suatu kesatuan
drama yang utuh tidak akan terwujud.
4.4 Relevansinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA
Hasil penelitian direlevansikan pada kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMA, khususnya pada materi pembelajaran drama. Pengajaran sastra
tidak beridir sendiri melainkan menjadi bagian dari pengajaran Bahasa Indonesia.
Dengan demikian materi pengajaran sastra idealnya memiliki porsi dan
kedudukan yang seimbang dalam pengajaran Bahasa Indonesia.
77
Pembelajaran sastra sangat perlu diajarkan di sekolah, karena dapat
membantu meningkatkan keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan dan
dapat mengembangkan cipta, rasa, dan karsa; menunjang pembentukan
kepribadian siswa dalam mengapresiasi karua satra; mempertajam perasaan,
penalaran, dan daya khayal (imajinasi); serta kepekaan terhdapad masyarakat dan
lingkungannya.
Hasil penelitian diimplikasikan pada kegiatan pembelajaran Bahasa
Indonesia di SMA, Khususnya pada materi pembelajaran drama. Hasil penelitian
berupa unsur-unsur intrinsik dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam
karya Putu Wijaya yang dapat dikaitkan dengan Kompetensi Dasar (KD) kelas XI
semester Genap, yaitu 3.18 Mengidentifikasi alur cerita, babak demi babak, dan
konflik dalam drama yang dibaca atau ditonton. Kompetensi dasar 3.19
“Menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton”. Kompetensi
dasar tersebut dimuat dalam kurikulum 2013 edisi revisi.
Pembelajaran drama yang terdapat dalam silabus kurikulum 2013 pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia secara umum bertujuan agar peserta didik
mampu mendengarkan, membaca, menyimak, berbicara, dan menulis.
Kompetensi dasar dikembangkan berdasarkan tiga hal lingkup materi yang saling
berhubungan dan saling mendukung pengembangan kompetensi pengetahuan
kebahasaan dan kompetensi berbahasa (mendengarkan, membaca, menyimak,
berbica, dan menulis) peserta didik.
Hasil penelitian dijadikan sebagai topik untuk mementaskan drama dalam
melaksanakan pembelajaran pada kompetensi 3.18 Mengidentifikasi alur cerita,
babak demi babak, dan konflik dalam drama yang dibaca atau ditonton.
78
Kompetensi dasar 3.19 “Menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau
ditonton”. Hasil temuan dijadikan sebagai topik untuk mengapresiasi dan
memahami sebuah drama sehingga secara tidak langsung, pendidik dapat
menyampaikan pembelajaran sastra di SMA.
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pendeskripsian pertama mengungkapkan bahwa: Alur naskah drama Bila
Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya tergolong alur maju. Terdiri dari 4
babak yang tiap babak mempunya hubungan sebab-akibat dengan babak
selanjutnya. Tokoh dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya
Putu Wijaya terdiri dari, tokoh antagonis, yaitu: Gusti Biang, tokoh tritagonis
yaitu: Ratu Ngurah dan Wayan, dan tokoh protagonis: Nyoman. Latar ruang luar
tidak dimasukkan dalam pembahasan ini karena penelitian hanya pada naskah
drama, tidak termasuk pementasan sehingga seluruh ceita perlu dianalisis. Latar
ruang luar adalah Bali. Latar waktu malam hari Tema mayor naskah drama ini
adalah segala permasalahan persoalan status sosial. Tema minor cerita yaitu:
pertama, sikap toleransi kepada hak asasi manusia. Kedua perjuanganan cinta
yang bertentangan dengan tradisi. Dialog, disesuaikan dengan latar Indonesia
sehinggan dialog yang digunakan campuran berbahasa bali. Amanat dari naskah
drama Bila Malam Bertambah Malam ini Amanat dari naskah drama Bila Malam
Bertambah Malam adalah sebagai makhluk hidup yang bermasyarakat, tentunya
tidak bisa dari terlepas dari makhluk hidup lain. Menghargai satu sama lain.
Berpikirlah positif kepada orang lain karena dapat membuat hidup menjadi tenang
karena terbebas dari rasa iri dan benci. Setinggi apa pun derajat, kasta kita
tidaklah benar untuk membeda-bedakan dan jangan memandang orang lain dari
sisi luarnya dari sisi luarnya saja, seseorang yang sederhana dan tidak memiliki
kasta tinggi bisa jadi ia memiliki hati yang baik, tulus dan ikhlas. Teks samping
79
80
banyak terdapat dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam. Hubungan
antarunsur naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya
cukup padu.
Pendeskripsian kedua kepaduan tersebut karena sejalannya unsur-unsur
naskah drama Bila Malam Bertambah Malam, sehingga masing-masing unsur
memiliki peranan dan fungsi yang saling mendukung dengan unsur-unsur lainnya.
Dalam naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya ini
memiliki unsur yang baik hingga sampai ke alamat yang dituju tepat pada
waktunya (penyampaian makna tidak terhambat). Tanpa adanya keterkaitan antara
unsur alur, latar, penokohan dan tema, amanat, teks samping dan dialog suatu
kesatuan drama yang utuh tidak akan terwujud.
Relevansi dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA karena sesuai
dengan Kompetensi Dasar (KD) yang ada di silabus 3.18 Mengidentifikasi alur
cerita, babak demi babak, dan konflik dalam drama yang dibaca atau ditonton.
Kompetensi dasar 3.19 “Menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau
ditonton.
81
5.2 Implikasi
1. Secara teoretis, hasil penelitian dan pembahasan ini dapat dijadikan
media pembelajaran dalam pemahaman dan analisis naskah drama.
Selain itu, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang teori
struktural terhadap karya sastra terutama naskah drama.
2. Dalam bidang pengajaran, naskah drama Bila Malam Bertambah Malam
karya Putu Wijaya dapat dijadikan sebagai bahan ajar bagi mahassiswa
Pendidikan Bahasa Indonesia terutama pengkhusussan Teater untuk
meningkatkan keterampilan dalam menulis naskah drama, atau juga
dalam menonton pertunjukan drama.
3. Naskah drama Bila Malam Bertambah Malam karya Putu Wijaya ini
layak dibaca oleh mahasiswa agar dapat menerapkan moral cerita untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, Dari simpulan tersebut
diketahui bahwa naskah drama Bila Malam Bertambah Malam Karya Putu Wijaya
terdiri atas tujuh unsur yang membangun . Naskah drama yang baik adalah naskah
drama yang terdiri dari unsur-unsur lengkap yang membangun naskah itu sendiri.
Melakukan analisis struktural adalah hal yang tidak mudah. Oleh karena itu
diperlukan keseriusan dan ketelitian dalam memahami sebuah karya sastra agar
didapat hasil yang maksimal.
Saran bagi peneliti selanjutnya diharapkan skripsi ini menjadi panduan
dalam mengkaji struktural yang lebih berguna lagi. Bagi pembaca sastra agar
82
lebih mencermati lebih dalam lagi ketika memahami sebuah cerita. Saran bagi
guru diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu media pengajaran struktural
khususnya di SMA.
Berikutnya penulis sampaikan kepada mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Jambi yang mengambil
pengkhususan keteateran atau mahasiswa di perguruan tinggi lain yang
mengambil Jurusan atau Prodi Seni Pertunjukkan dapat mengangkat naskah
drama ini sebagai sebuah pertunjukkan karena naskah drama ini memuat unsur
lengkap yang membangun naskah drama .
85
Lampiran : Korpus Penelitian Rumusan Masalah Pertama
Ada 7 unsur-unsur
yang membangun
naskah drama
menurut Waluyo
(2006:30)
Kutipan Analisis
1. Alur WAYAN:
(MENGGELENG-
GELENGKAN KEPALANYA
DENGAN KESAL)
Nyoman Niti, Gusti Biang.
GUSTI BIANG:
Ya, Nyoman begundal itu,
kenapa dia?
WAYAN:
“Gusti, nyoman adalah
tunangan ngurah, calon
menantu Gusti Biang sendiri,
berani sumpah, Nyoman adalah
tunangan Ngurah, Ratu Ngurah
sendiri yang mengatakannya.
“Aku akan mengawini Nyoman
Bape” katanya. “biar hatinya
baik, daripada…” biar dimakam
leak demi apa saja! (BMBM
hlm 39, dialog 217).
Tahap generating circumstances,
disebut juga inciting moment.
Merupakan tahap pemunculan
masalah atau peristiwa yang
berpotensi menimbulkan konflik.
pada saat Gusti Biang mengusir
Nyoman kemudian Wayan
memberitahu Gusti Biang bahwa
Nyoman adalah calon menantu dari
ngurah.
GUSTI BIANG :
Jawab saja dengan singkat.
Benar kau mau mengawininya?
Tahap rising action atau disebut
peningkatan konflik yang terdapat
dalam cerita. Masalah-masalah yang
86
Jawab Ngurah. Jawab!
NGURAH :
Ya, titiang akan mengawininya.
GUSTI BIANG:
Ngurah! Kau sudah diguna-
gunanya.
NGURAH :
Kami saling mencintai ibu.
GUSTI BIANG :
Cinta? Ibu dan ayahmu kawin
tanpa cinta. Apa itu cinta? Yang
ada hanyalah kewajiban
menghormati leluhur yang telah
menurunkanmu, menurunkan
kita semua di sini. Kau tak
boleh kawin dengan dia,
betapapun kau
menghendakinya. Aku telah
menyediakan orang yang patut
untukmu. Jangan membuatku
malu. Ibu
telah menjodohkan kau sejak
kecil dengan Sagung rai.
mulai muncul kekompleksannya.
Tahap ini dimulai pada saat Ngurah
pulang dari perantauan kemudian
menyadari bahwa Nyoman telah
diusir oleh ibunya.
WAYAN:
(DENGAN TEGAS)
“Tiang tahu semuanya, tu
Ngurah. Sebab tiang yang
telah mendampinginya setiap
saat dulu. Sejak kecil tiang
sepermainan dengan dia,
seperti tu Ngurah dengan
Nyoman. Tiang tidak buta
huruf seperti disangkanya.
Tahap climax, yaitu puncak dari
keseluruhan cerita,. Konflik yang
ada mencapai puncak dan tidak
dapat dibendung lagi. Klimaks
dalam naskah ini terjadi ketika
Wayan hendak keluar rumah lalu
membwa bedil dan membongkar
rahasia ayah Ngurah bahwa ayahnya
bukanlah seorang pahlawan lelaki
sejati, melainkan seorang penghianat
87
Tiang bisa membaca dokumen-
dokumen dan surat-surat
rahasia yang ada di meja
kerjanya. Siapa yang
membocorkan gerakan Ciung
Wanara di Marga dulu? Nica-
nica itu mengepung Ciung
Wanara yang dipimpin oleh
pak Rai, menghujani dengan
peluru dari berbagai penjuru,
bahkan dibom dari udara
sehingga kawan-kawan semua
gugur.Siapa yang bertanggung
jawab atas kematian sembilan
puluh enam kawan-kawan
yang berjuang habis-habisan
itu? Dalam perang puputan
itu kita kehilangan Kapten
Sugianyar, kawan-kawan tiang
yang paling baik, bahkan
kehilangan pak Rai sendiri.
Dialah yang telah berkhianat,
dialah yang telah melaporkan
gerakan itu semua kepada
Nica”.
GUSTI BIANG:
(KEMALU-MALUAN)
“Kenapa kau ceritakan semua
itu padanya”.
WAYAN:
“Waktu telah tiba, dia sudah
cukup dewasa untuk
mengetahuinya”.
GUSTI BIANG:
Tahap denocement, yaitu tahap
penyelesaian konflik yang timbul.
Penyelesaian dalam naskah ini
dimulai pada saat Gusti Biang mulai
menyadari kesalahannya Gusti
Biang sudah berhenti menangis, ia
merasa sangat malu menatap
Wayan. Selain itu Gusti Biang
memustuskan mengizinkan Ngurah
mempersunting Nyoman
88
“Kau menyebabkan aku sangat
malu”.
(GUSTI BIANG
TERTUNDUK DAN WAYAN
MENGHAPUS AIR
MATANYA)
WAYAN:
“Kenapa Ngurah dicegah
kawin? Kita sudah cukup
menderita karena perbedaan
kasta ini. Sekarang sudah
waktunya pemuda-pemuda
bertindak. Dunia sekarang
sudah berubah. Orang harus
menghargai satu sama lain
tanpa membeda-bedakan lagi,
bagaimana Gusti Biang?”
GUSTI BIANG:
(SAMBIL MENGHAPUS AIR
MATANYA)
“Aku tidak akan mencegahnya
lagi. Kita akan
mengawinkannya, (dengan
manja) “tapi jangan ceritakan
lagi tentang yang dulu-dulu.
Aku sangat malu”.
WAYAN :
(TERSENYUM) “Kalau
begitu Wayan tidak jadi pergi.
Wayan akan menjagamu
Sagung Mirah, sampai kita
89
berdua sama-sama mati dan
di atas kuburan kita, anak-
anak itu berumah tangga
dengan baik. Sagung Mirah
2. Tokoh, GUSTI BIANG: kutipan
petunjuk teknis.“GUSTI
BIANG NGOMEL TERUS”
GUSTI BIANG:
“Tidak, tidak. Aku tahu semua
itu. Kalau aku menelan semua
obat-obatanmu itu, aku akan
tidur seumur hidupku, dan tidak
akan bangun-bangun lagi, lalu
good bye. Lalu kau akan
menggelapkan beras ke warung
Cina. Kau selamanya iri hati
dan ingin membencanaiku…
kalau sampai aku mati karena
racunmu, Wayan akan
menyeretmu ke pengadilan”.
(BMBM hlm 10, dialog 47)
Gusti Biang: peneliti dapat melihat
bahwa gusti biang adalah sosok
seorang janda yang sombong dan
membanggakan kebangsawanannya.
Terlihat dari petunjuk teknis., Gusti
Biang di mana menjadi fokus dari
tokoh-tokoh lainnya dan setiap kali
muncul dalam pembicaraan. Gusti
biang mempunyai watak keras,
pemarah, angkuh, dan egois. Dan
dalam kehidupan sehari-harinya dia
selalu marah-marah dan
berprasangka buruk.
WAYAN:
“Tiang menghamba di sini
karena cinta tiang kepadanya.
Seperti cinta Ngurah kepada
Nyoman. Tiang tidak pernah
kawin seumur hidup dan
orang-orang selalu
menganggap tiang gila, pikun,
tuli, hidup. Cuma tiang
sendiri yang tahu, semua itu
tiang lakukan dengan sengaja
untuk melupakan kesedihan,
kehilangan masa muda yang
tak bisa dibeli lagi”.
(MEMANDANG NGURAH
Wayan: peneliti dapat melihat
bahwa sosok wayan merupakan
tokoh protagonist dalam cerita,
wayan adalah seorang abdi Gusti
Biang. ia juga seorang lelaki tua
yang dulu pernah menjadi ajudan
dan teman seperjuangan almarhum
suami Gusti Biang yang telah gugur
pada saat pertempuran melawan
Belanda. Selain itu, Wayan juga
sebagai seorang penengah antara
tokoh antagonis dan protagonist
dalam jalannya sebuah cerita yang
berperan untuk mendamaikan dalam
setiap persoalan. Wayan sehari-
90
DENGAN LEMBUT. TAPI
TIBA-TIBA IA TERINGAT
SESUATU DAN KEMUDIAN
BERKATA)
“Tidak. Ngurah tidak boleh
kehilangan masa muda seperti
bape hanya karena perbedaan
kasta. Kejarlah perempuan itu,
jangan-jangan dia mendapatkan
halangan di jalan. Dia pasti
tidak akan berani pulang
malam-malam begini. Mungkin
dia bermalam di dauh pala di
rumah temannya. Bape akan
mengurus ibumu. Pergilah
cepat, kejar dia sebelum
terlambat”.
(BMBM hlm 72. dialog 413)
harinya memiliki watak yang baik
hati, setia, dan lucu.
NYOMAN:
“Sekarang sudah saatnya Gusti
Biang minum obat”. (BMBM
hlm 4, dialog21)
NYOMAN:
“Gusti Biang memang orang
yang paling baik dan berbudi
tinggi. Tidak seperti orang-
orang lain, Gusti. Gusti telah
menyekolahkan tiang sampai
kelas dua SMP, dan Gusti
sudah banyak mengeluarkan
biaya. Coba tngok bayangan
Gusti di muka cermin, seperti
tiga puluh tahun saja... mau
minum obatnya sekarang
Gusti? (BMBM hlm 8, dialog
Nyoman: Peneliti mendapatkan
Tokoh Nyoman adalah seorang
gadis desa yang selama kurang lebih
18 tahun mengabdi dan tinggal di
puri Gusti Biang. Nyoman Niti
selalu setia melayani Gusti Biang,
dia merawat dengan baik dan tulus
Gusti Biang, ingat akan jasa dan
kebaikan orang lain.
91
40)
NGURAH:
“Justu karena tiang memikirkan
ibu jadi begini”. (BMBM hlm
49, dialog 269)
Tokoh Ngurah: Penelitin
mendapatkan Ngurah adalah anak
dari Gusti Biang, dia mempunyai
watak yang baik terhadap semua
orang tanpa memandang derajat, dia
merupakan anak yang bijaksana,
pekerja keras, dan juga sangat
mencitai Gusti Biang.
3. Setting atau Latar “Malam di tempat kediaman
gusti biang. Sebuah bale yang
disempurnakan untuk tempat
tinggal. Di ruangan depan ada
kursi goyang dan kursi tamu’.
Latar Ruang
Peniliti mendapatkan latar ruang
dalam dari teks samping yaitu bale
kediaman Gusti Biang
WAYAN:
“malam-malam begini?”
(BMBM hlm 20, dialog 107)
Latar Waktu
Peniliti mendapatkan latar waktu
dalam drama yaitu malam hari.
4. Tema GUSTI BIANG:
“cinta? ibu dan ayahmu kawin
tanpa cinta. Apa itu cinta? Yang
ada hanyalah kewajiban
menghormati leluhur yang telah
menurunkanmu, menurunkan
kita semua di sini. Kau tak
boleh kawin dengan dia,
betapapun kau
mengkehendakinya. Aku telah
menyediakan orang yang patut
untukmu. Jangan membuatku
malu. Ibu telah menjodohkan
kau sejak kecil dengan Sagung
Rai.” (BMBM hlm 54-55,
Peneliti dapat melihat bahwa tema
naskah drama ini adalah persoalan
status sosial. Di mana Gusti Biang
yang selalu mempermasalahkan
kasta dan kebangswanan.
92
dialog 316)
5. Amanat GUSTI BIANG:
“kalau ingin kau pelihara sudra
itu karena nafsumu, terserahlah.
Boleh kau pelihara selir. Kau
boleh berbuat sesukamu, sebab
aku telah memeliharanya sejak
kecil. Tetapi untuk
mengawininya dengan upacara
tidak bisa.” (BMBM hlm 56,
dialog 322)
Peneliti melihat dari awal cerita
hingga akhir terdapat amanat.
Menghargai satu sama lain, tidak
sombong, tidak memandang rendah
orang lain, dan tidak membeda-
bedak derajat.
6. Dialog Wayan:
“tentu saja gusti biang, itu
sebabnya tiang datang….
(bmbm hlm 2, dialog 6)
Peneliti melihat Cerita Bila Malam
Bertambah Malam karya Putu
Wijaya telah disesuaikan dengan
latar Indonesia sehingga dialog yang
digunakan berbahasa Indonesia.
Untuk memberikan kesan Bali Putu
Wijaya menggunakan kata-kata
Bali.
7. Petunjuk teknis
atau Teks
Samping
“Malam di tempat kediaman
gusti biang, sebuah bale yang
disempurnakan untuk tempat
tinggal. Gusti biang memanggil
wayan.”.
(bmbm hlm 1, babak 1)
“kelihatan nyoman sedang
menyiapkan makan malam
untuk gusti biang. Sementara
wayan mengamplas patung”.
((bmbm hlm 1, adegan 1)
Peneliti mendapatkan teks samping
yang ada dalam naskah drama setiap
babak selalu ada teks samping,
93
Lampiran: Korpus Penelitian Rumusan Masalah Kedua
Hubungan antar
unsur Bila Malam
Bertambah Malam
karya Putu Wijaya
Kutipan Analisis
Hubungan antar
unsur yang
membangun naskah
drama Bila Malam
Bertambah Malam
karya Putu Wijaya
(Tema, alur, tokoh
penokohan
perwatakan, setting
atu latar, amanat,
dialog dan teks
samping)
GUSTI BIANG :
Jawab saja dengan singkat.
Benar kau mau
mengawininya? Jawab
Ngurah. Jawab!
NGURAH :
Ya, titiang akan
mengawininya.
GUSTI BIANG:
Ngurah! Kau sudah diguna-
gunanya.
NGURAH :
Kami saling mencintai ibu.
GUSTI BIANG :
Cinta? Ibu dan ayahmu kawin
tanpa cinta. Apa itu cinta?
Yang ada hanyalah kewajiban
menghormati leluhur yang
telah menurunkanmu,
menurunkan kita semua di
sini. Kau tak boleh kawin
dengan dia, betapapun kau
menghendakinya. Aku telah
Antara Alur dan Tema Berbagai
peristiwa yang terjalin dalam
hubungan sebab-akibat (alur).
Adanya peristiwa sebab akibat
tersebut harus mutlak, supaya cerita
lebih jelas dan tema dapat
ditemukan. Sebaliknya untuk
menemukan tema dapat dilihat
melalui konflik-konflik yang
menonjol yang termasuk bagian alur.
Peneliti melihat dari alur tema yang
terdapat dalam naskah drama ini
adalah persoalan status sosial karena
konflik yang menonjol mengenai
Ngurah yang ingin menikahi Wanita
Sudra tetapi Ibu nya tidak
mengizinkan karena perbedaan kasta.
94
menyediakan orang yang
patut untukmu. Jangan
membuatku malu. Ibu telah
menjodohkan kau sejak kecil
dengan Sagung rai.
Lampiran: Korpus Penelitian Rumusan Masalah Ketiga
Kompetensi Dasar
3.18 Mengidentifikasi alur
cerita, babak demi babak, dan
konflik dalam drama yang
dibaca atau ditonton.
3.19 “Menganalisis isi dan
kebahasaan drama yang dibaca
atau ditonton”
Hasil penelitian relevansi pada kegiatan
pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA,
Khususnya pada materi pembelajaran
drama. Hasil penelitian berupa unsur-
unsur intrinsik dalam naskah. tersebut
dimuat dalam kurikulum 2013 edisi
revisi. Sesuai dengan KD 3.18 dan KD
3.19
95
Naskah Drama BILA MALAM BERTAMBAH MALAM- PUTU WIJAYA
Diposkan oleh Arefo Estrada pada Juni 04, 2011
BILA MALAM BERTAMBAH MALAM PUTU WIJAYA
BABAK I
MALAM DI TEMPAT KEDIAMAN GUSTI BIANG. SEBUAH BALE YANG DISEMPURNAKAN
UNTUK TEMPAT TINGGAL.
Gusti Biang memanggil-manggil Wayan.
Adegan I Kelihatan Nyoman sedang menyiapkan makan malam untuk Gusti Biang. Sementara Wayan mengampelas patung. ORIGINAL SOUNTRACK: Wayan .. Wayaaaaaan .... Nyoman memberi isyarat kepada Wayan. 1. NYOMAN : Benar Ida akan pulang hari ini?
2. WAYAN : Ya ....
Adegan II
DI RUANG DEPAN ADA KURSI GOYANG DAN KURSI TAMU.
Gusti Biang ngomel terus.
3. GUSTI BIANG : Si tua itu tak pernah kelihatan kalau sedang dibutuhkan. Pasti ia sudah berbaring di kandangnya menembang seperti orang kasmaran pura- pura tidak mendengar, padahal aku sudah berteriak, sampai leherku patah.
Wayaaaaan ..... Wayaaaaan tuaaaa.....
4. WAYAN : Nuna sugere Gusti Biang, kedengarannya
96
seperti ada yang berteriak .......... ......
5. GUSTI BIANG : Leherku sampai putus memanggilmu, telingamu masih kamu pakai tidak?
6. WAYAN : Tentu saja Gusti Biang, itu sebabnya tiyang datang .........
7. GUSTI BIANG : Jangan berbantah denganku.Kau sudah tua dan rabun, lubang telingamu sudah ditempati kutu busuk. Kau sudah tuli, malas dan suka berbantah, Cuma bisa bergaul dengan sibelang. Kau dengar itu kuping tuli?
8. WAYAN : Betul Gusti Biang.
Wayan meninggalkan ruangan dan Gusti Biang tetap duduk dan mengambil jarum. Berulang-ulang menggosok mata sambil menggerutu.
Adegan III
9. GUSTI BIANG : Lubangnya terlakecil. Benangnya terlalubesar, sekarang ini serba terlampau.
97
Terlampau tua, terlampau gila, terlampau kasar, terlampau begini, terlampau begitu. Sejak kemarin aku tidak berhasil memasukkan benang ini. Sekarang mataku berkunang- kunang. Oh, barangkali toko itu sudah menipu lagi. Atau aku terbalik memegang ujungnya? Wayaaaaan ...
10. NYOMAN : (Muncul dengan baki di tangannya dan lampu teplok) Bagaimana Gusti Biang? Sudah sehat rasanya.
(Gusti Biang tidak menghiraukan dan tetap memasukkan benang ke jarumnya)
11. NYOMAN : Gusti Biang, ini air daun belimbing, bubur ayam
yang sengaja tiyang buatkan untuk Gusti. (Melihat kesulitan Gusti Biang) Mari tiyang tolong.
12. GUSTI BIANG : Waaayaaaaan .. . (Kaget karena sentuhan) Ulaaaaar......
98
13. NYOMAN : Ya ya kenapa Gusti terkejut ini kan Nyoman ....
14. GUSTI BIANG : Kau? Kau (Terbatuk)
15. NYOMAN : Nah, itu Sebabnya kalau belum santap malam. Apalagi sejak beberapa hari ini Gusti sudah tidak mau minum Jamu lagi, minum sekarang ya?
16. GUSTI BIANG : Kau .. kau setan, kukira ular belang jatuh dari pohon, bikin sakit jantungku kumat lagi.
17. NYOMAN : Gusti Biang takut sekali Dengan ular, kenapa?
18. GUSTI BIANG : Binatang itu menggigit dan menjijikkan.
19. NYOMAN : Tapi tidak semua ular berbahaya. (Tersenyum) Tiyang juga takut pada ular.
20. GUSTI BIANG : Aku tak perduli. Apa tugasmu di sini?
21. NYOMAN : Sekarang sudah saatnya Gusti Biang minum obat.
22. GUSTI BIANG : Hari ini aku tak
99
mau minum obat.
23. NYOMAN : Oh ya, baik tiyang tolong dulu Gusti memasukkan benang ke jarumnya.
24. GUSTI BIANG : Juga tidak. Kau tidak diperlukan di sini
25. NYOMAN : (Memungut jarum di lantai) Coba dari tadi memanggil tiyang, tidak jadi kusut begini. Gusti Biang terlalu Sayang pada Bape Wayan. Lihat gampang bukan?
26. GUSTI BIANG : Kau jangan menyindir aku, tentu saja semuanya bisa begitu. Aku juga bisa mengerjakanny a, tapi lobangnya yang terlampau sempit.
27. NYOMAN : Terlampau sempit? Piih, semua jarum dibuat kecil Gusti, makin Halus makin mahal harganya (Tersenyum)
28. GUSTI BIANG : Siapa bilang? Itu tak toko itu ada lobangnya sama sekali, menjual kawat utuh kepadaku. Setan alas.
100
29. NYOMAN : Tak percaya? Coba sekali lagi.
30. GUSTI BIANG : Jangan berlagak di sini (Mengacungka n tongkat). Ini bukan arje roras! Aku sudah bosan dibohongi dengan sulapan palsumu. Kau pikir aku tak bisa menguasai jarum kecil itu, piih, lakiku sendiri tak pernah menghina aku demikian ...
31. NYOMAN : Ambilah Gusti Biang. Gusti boleh menyulam sekarang (Melihat lampu). Tapi di sini terlalu gelap (Membesarkan).
Nah, sekarang sudah cukup terang. Ambil Gusti.
32. GUSTI BIANG : Tidak! Kau mulai menyulap aku lagi, aku tak sudi meneyntuh barang sihirmu. Suasana kotor sekarang.
33. NYOMAN : Kalau begitu, tiyang ikatkan saja ujung benang ini ke kainnya, nanti Gusti Biang meneruskannya saja.
34. GUSTI BIANG : Pergi! Pergi! Nanti kupanggilkan Wayan supaya kau diusir ....
101
(Nyoman tidak perduli, meneruskan sulaman sambil bernyanyi kecil)
35. GUSTI BIANG : Dewa Ratu .. Kau telah merusak sarung bantal anakku .... Waayaaannn.. Waayaaaaaan .. ..Dimana pula setan itu, Wayaaaan ....
36. NYOMAN : Sayang sekali Gusti Biang tidak menyuruh tiyang yang mengerjakannya. Mestinya, ditengahnya bisa disulam dengan warna biru muda. Lalu dengan menulis rapih “Selamat malam kasih, selamat malam pujaan, selamat malam manis, good night my darling”.
37. GUSTI BIANG : Setan! Setan! Kau tak boleh Berbuat sewenang- wenang di
Rumah ini. Berlagak mengatur orang lain yang masih waras. Apa good, good apa? Good bye! Menyebut kekasih, manis, kau pikir apa anakku. Wayan akan menguncimu di dalam gudang tiga hari tiga malam, dan kau hari tiga malam, dan kau akan meraung seperti si belang. akan meraung seperti
102
38. NYOMAN : Aduh cantiknya Gusti Biang. Seperti seekor burung merak. Seperti lima belas tahun yang lalu ketika tiyang masih kecil dan sering duduk di pangkuan Gusti. Masih ingatkah Gusti?
39. GUSTI BIANG : Tak kubiarkan lagi kau bermain di pangkuanku, berak, ngompol. Memang aku ini pelayanmu?
40. NYOMAN : Gusti Biang
memang orang
yang paling baik
dan berbudi tinggi. Tidak seperti orang-orang lain, Gusti.
Gusti telah
menyekolahkan
tiyang sampai
kelas dua SMP,
dan Gusti sudah
banyak
mengeluarkan
biaya. Coba
tengok bayangan
Gusti di muka
cermin, tiga puluh
tahun saja.. mmau
minum obatnya
sekarang Gusti? seperti tiga puluh tahun saja .. Mau minum obatnya sekarang Gusti
103
41. GUSTI BIANG : Tidak!
42. NYOMAN : Tiyang cicipi ya? Cobalah Gusti Biang ... mmm segar.
43. GUSTI BIANG : Sepatahpun aku tak ingin bicara lagi denganmu.
44. NYOMAN : Gusti Biang, pil ini musti ditelan satu persatu. Pakai pisang ambon atau pisang susu, atau air. Pilih mana yang Gusti suka. Tidak pahit rasanya Gusti. Dan dalam tempo seperempat jam, Gusti akan merasa segar. Sesudah itu minum puyer ini, untuk menghilangkan pusing-pusing Gusti.
45. GUSTI BIANG : Tidak!
46. NYOMAN : Obat-obat ini dikirimkan dokter Gusti. Harus dihabiskan.
104
47. GUSTI BIANG : Tidak, tidak. Aku tahu semuanya itu. Kalau aku menelan semua obat-obatmu itu, aku akan tertidur seumur hidupku, dan tidak akan bangun-bangun lagi, lalu good bye. Lalu kau akan menggelapkan beras ke warung cina. Kau selamanya iri hati dan ingin membencanaik u ... Kalau sampai aku mati karena racunmu, Wayan akan menyeretmu ke pengadilan.
48. NYOMAN : Dan yang terakhir baru menggosok punggung dan seluruh anggota badan Gusti yang terbuka dengan minyak kayu putih.
49. GUSTI BIANG : Tidak, tidak. Tidak akan kubiarkan tubuhku ditelanjangi dan disentuh orang- orang yang kurang ajar. Aku bukan ibumu, aku bukan nenekmu.
105
50. NYOMAN : Nah sekarang kita mulai dengan tablet- tablet ini Gusti. Menurut resep boleh ditelan atau dihancurkan, mana yang Gusti pilih. Kita mulai dengan pil merah ini Gusti.
51. GUSTI BIANG : Dewa Ratu ....
52. NYOMAN : Sebaiknya ditelan saja Gusti, itu yang paling aman ....
53. GUSTI BIANG : Aku tak mau dibujuk, mana si Wayan kambing tua itu. Setan ini benar-benar mau meracuniku, Waaayaaaan ..
54. NYOMAN : Ayo cepat Gusti. Tidak akan merasa pahit dan sakit.
55. GUSTI BIANG : Wayan tolong Wayan.
56. NYOMAN : Letakkan saja di atas pisang di ujung lidah. Lantas pejamkan mata. Lihat, dan secepat kilat akan meluncur Gusti.
106
57. GUSTI BIANG : Ah ... racunlah dirimu sendiri, gosok punggungmu sendiri. Buat apa kau meributkan benar penyakit orang lain. Itu tugas dokter di rumah sakit, dan bukan tugas penyeorangan seperti engkau .... Kalau memang aku sakit, aku akan berbaring di kamarku, dan memanggil wayan supaya memijat keningku. Tidak ada yang salah kalau lelaki itu di sini. Wayaaaan ..Wayaaaan, lehermu akan diputar nanti.
58. NYOMAN : Kenapa Gusti Biang jadi Seperti ini, Gusti mengecewakan tiyang.
59. GUSTI BIANG
:
seumur hidupmu. Kalau akhirnya aku mati karena racunmu, awas- awaslah, rohku akan membalas dendam. Aku akan diam di batang-batang pisang dan di batu-batu besar, dan akan mengganggum u sampai mati. Tiap malam,
bila malam bertambah malam. Setan, pergi kau, pergi.
Sebelum kulempar dengan tongkat ini, pergi!
107
60. NYOMAN : Baiklah Gusti. Baiklah Gusti, tak apalah. Tapi tentunya Gusti lebih senang kalau puyer ini yang diminum lebih dahulu, baru kemudian menyusul pil-pil yang lain, atau Gusti ingin bersantap malam dulu. Percayalah Gusti, tidak
Akan terjadi apa-apa.
61. GUSTI BIANG : Wayaaaaaan ... Wayaaaaa. Tolong Wayaaaaaan ...
62. NYOMAN : Lihat Gusti. Gusti sudah merusak badan Gusti sendiri dengan berteriak- teriak.
63. GUSTI BIANG : Pergi kau leak. Pergi pergi .pergi ...
64. NYOMAN : Gusti telah menyakiti tiyang lagi. Saya akan pergi. Saya akan pergi sekarang juga.
108
65. GUSTI BIANG : Ya, pergi kau sekarang juga. Bedebah. Leak. Pil-pil tiap hari dicekoki pil.
66. NYOMAN : Waktu putra Gusti pergi lima tahun lalu. Ide berpesan pada tiyang. Jaga baik-baik ibuku Nyoman, peliharalah kesehatannya, jangan biarkan beliau menderita.
Sekarang Gusti Biang dinyatakan sakit. Gusti harus berobat.
67. GUSTI BIANG : Diam! Diam!
68. NYOMAN : Baiklah kalau begitu (Hendak pergi) Gusti tidak usah berobat. Ya, apa peduli tiyang, segera Gusti akan terkapar lesuh. Malam akan bertambah malam jua (Sampai di Pintu ia Berbalik dan mendekati meja)
109
69. GUSTI BIANG : Apa perdulimu?
70. NYOMAN : Tapi semua itu akan segera hilang ...Kalau Gusti mau meneguk air daun belimbing ini. Jamu ini diramu berdasarkan petunjuk dukun kesayangan Gusti Biang. Tiyang sudah mencampurnya dengan akar- akaran yang harum dan akan menguatkan badan. Pasti Gusti Biang tidak akan batuk lagi. Gusti Minumlah .....
71. GUSTI BIANG : Kau memang setan licik! (Berteriak hendak memukul)
(Nyoman menarik dari belakang)
72. GUSTI BIANG : Lepaskan! Lepaskan leak! Wayan, Wayaaaan
(Nyoman berhasil mendudukkan Gusti Biang di kursi tapi Gusti Biang memukul bertubi-tubi dan Nyoman berlari ke sudut ruang)
110
73. NYOMAN : Cukup! Cukup! (Berlari mengelilingi meja)
74. GUSTI BIANG : (Terus memukuli Nyoman dan Nyoman merebut tongkat) Wayan tolong Wayaaaan ...
75. NYOMAN : Tak tiyang sangka Gusti sudah seberat ini! Tak tiyang sangka. Tiyang akan pergi ke desa, tak mau meladeni Gusti lagi!
76. GUSTI BIANG : Pergi leak! Aku sama sekali tidak menyesal!
77. NYOMAN : (Berlari keluar) Tiyang tidak akan kembali lagi!
78. GUSTI BIANG : Pergi sekarang juga! Wayaaan Wayan tua ... (Duduk) Ratu Singgih, moga- moga tulahlah perempuan itu, Wayaaan ......... .
Adegan IV (Wayan masuk)
79. WAYAN : Kalau tak salah seperti ada yang berteriak ...
80. GUSTI BIANG : Tua bangka, ke mana saja kau
111
tadi, kenapa baru datang?
81. WAYAN : Tiyang ketiduran di gudang.
82. GUSTI BIANG : Kejar setan itu, putar lehernya! .. Kejar dia goblok!
83. WAYAN : Mana ada setan sore-sore begini Gusti?
84. GUSTI BIANG : Kejar perempuan setan itu.
85. WAYAN : Perempuan, perempuan yang mana Gusti?
86. GUSTI BIANG : Begundal itu! Masukkan dia ke gudang!
87. WAYAN : Maksud Gusti, Nyoman?
88. GUSTI BIANG : Usir dia dari rumah ini!
89. WAYAN : Tetapi ... tetapi ...
90. GUSTI BIANG : Tua bangka, pukul dia sampai mati, putar lehernya. Diam saja seperti kambing!
91. WAYAN : (Tertawa) Gusti, Gusti, tidak ada kambing di sini!
92. GUSTI BIANG : Kau juga tidak waras!
93. WAYAN : Tetapi, memukul? Memutar leher?
94. GUSTI BIANG : Penakut!
95. WAYAN : Tidak, titiyang tidak takut
112
sama leak atau memedi, tetapi memutar leher Nyoman, piih, lebih baik memutar leher tiyang sendiri. Perawan yang begitu cantik, baik, mahal.
96. GUSTI BIANG : Dia mau meracunku.
97. WAYAN : Meracun? Masak, ada yang berniat meracun Gusti.
98. GUSTI BIANG : Kau tukang ngotot.
99. WAYAN : Jangan gampang marah Gusti, itu cuma angan-angan. Sabarlah. Kalau usia sudah lanjut, tambahan lagi penyakitan, tak baik marah- marah malam begini!
100. GUSTI BIANG : Bedebah! Anjing ompong! Setelah mengusir dia aku akan mengutuk kau, biar ,mati kelaparan di pinggir kali.
101. WAYAN : Baik, kutuklah tioyang. Usir sekarang, tapi jangan menyuruh menyakiti orang dalam
113
usia lanjut. Orang sedang bertapa dan bertobat disuruh mukul orang. Kalau ular belang atau ular hijau, cacing tanah atau ulat bulu, Wayan akan bunuh untuk keselamatan Gusti seperti tiga bulan lalu. Gusti duduk di sini dan titiyang di sana di bawah pohon sawo. Tiba-tiba Gusti Biang berteriak “ULAR”.
Sekejab mata ular itu telah menjadi delapan potong, ya tidak?
102. GUSTI BIANG : Ular ...?
103 WAYAN : Jangan takut. Ular kelihatannya saja berbahaya, tapi sebenarnya binatang yang paling pemalu dan lucu. Titiyang sendiri sering menyimpan ular sawah dalam saku
untuk dibelai pada waktu senggang, ...Oh
114
mana ya? Ular sawah tak mengandung bisa, Gusti jangan takut ... (Merogoh kantongnya) Ah, ini dia.
104. GUSTI BIANG : Ulaaaarrrrr.
(Gusti Biang lari, Wayan menggeleng-gelengkan kepala mendengar janda bangsawan itu memaki-maki. Malam bertambah larut)
BABAK II
HALAMAN RUMAH MALAM. Wayan sedang mengenang masa-masa mudanya.
Adegan I Wayan menembang pelan-pelan. Tiba-tiba melihat sosok tubuh, lalu menghampiri.
105. WAYAN : Mau ke mana Nyoman?
106. NYOMAN : Pulang ke desa.
107. WAYAN : Malam-malam begini?
108. NYOMAN : Apa salahnya?
109. WAYAN : Kau akan kemalaman di jalan.
110. NYOMAN : Aku tidak takut.
111. WAYAN : Banyak orang jahat sekarang.
112. NYOMAN : Biar saja, daripada saya sakit tinggal di sini.
113. WAYAN : Besok sajalah pagi-pagi, bape akan mengantarmu dengan bus. Oh ya, kau belum dapat ijinkan?
114. NYOMAN : Biar.
115. WAYAN : Kapan kau akan balik? Kenapa tergesa-gesa? Bape tidak
115
marah Nyoman. Bape bersumpah lebih baik mati dimakan leak daripada memukul engkau. Kenapa tiba- tiba saja pulang?
116. NYOMAN : Saya dipukul, saya diusir, buat apa tinggal di sini kalau tidak disukai.
117. WAYAN : Nyoman. Nyoman sudah biasa tinggal di sini, kau tak akan betah tinggal di sana. Nanti kamu akan rusak di sana.
118. NYOMAN : Tapi di sana orangnya baik- baik. Saya tidak pernah dipukul, saya lebih senang tinggal di situ, biar cuma makan batu.
119. WAYAN : Daripada makan batu lebih baik tinggal di sini, makan minum cukup, ada radio, bisa nonton film India.
120. NYOMAN : Tapi kalau tertekan seperti binatang?
116
Dimarahi, dihina, dipukul seperti anak kecil!
121. WAYAN : Tapi Nyoman harus mengerti, kita berhutang budi pada Gusti Biang.
122. NYOMAN : (Pelan-pelan) Memang, saya banyak berhutang budi, dikasih makan, disekolahkan, dibelikan baju, dimasukkan kursus modes, tapi kalau tiap hari dijadikan bal-balan, disalah- salahkan terus? Sungguh mati kalau tidak dikuat-kuatkan, kalau tidak ingat pesan tu Ngurah, sudah dari dulu-dulu sebetulnya.
123. WAYAN : Aduh, apa nanti yang mesti bape katakan kalau dia menanyakan .... ”Di mana Nyoman Bape?” Nah, apa yang akan Bape jawab?
124. NYOMAN : Ide sudah lupa sama icang Bape, di sana banyak bintang-bintang pilem, pasti dia
117
sudah lupa. Nulis surat aja tidak.
125. WAYAN : Tidak, dia tidak begitu?
126. NYOMAN : Siapa bilang begitu?
127. WAYAN : Aku tidak bilang. Ha .. ha .. pasti dia tidak akan begitu. Kalau sampai begitu, aku yang tanggung jawab. Makanya jangan pulang, sini barangnya..
128. NYOMAN : Akan saya tunggu di desa saja.
129. WAYAN : Sudahlah, dia cuma orang tua bangka. Umurnya hampir tujuh puluh tahun. Kenapa Nyoman pusing benar kepadanya?
Adegan II Suara Gusti Biang mencari Nyoman, Gusti Biang muncul dan Nyoman menghampiri Wayan.
130. NYOMAN : Saya pergi Bape, tidak bisa tahan lagi, saya sudah bosan.
131. GUSTI BIANG : Jangan biarkan dia membawa bungkusan itu! Tahan dia Wayan.
132. WAYAN : Tentu Gusti Biang.
118
133. NYOMAN : Baik, titiyang akan pergi.
134. GUSTI BIANG : Suruh dia pergi goblok, jangan biarkan dia mencuri bungkusan itu. Itu bukan kepunyaannya.
135. WAYAN : Tapi itu
pakaiannya sendiri Gusti.
136. GUSTI BIANG : Dulu ketika kubawa kemari, dia cuma pakai kain rombeng. Ambil segera Wayan! Sakit gede.
137. NYOMAN : Baik, ambil saja Bape Wayan.
138. GUSTI BIANG : Nanti dulu.
139. NYOMAN : Apa lagi yang Gusti kehendaki?
140. GUSTI BIANG : Wayan!
141. WAYAN : Ya, ada apa Gusti?
142. GUSTI BIANG : Simpan bugkusan itu, jangan goblok kamu, lalu ambil buku besar, catatan keluar masuk, dari dalam lemari, ini kuncinya. Cepat!
143. WAYAN : Ah, catatan keluar masuk? Baru sekali ini titiyang mendengarnya .....
144. GUSTI BIANG : Ambil cepat goblok.
119
145. WAYAN : Tapi buku besar yang mana Gusti?
146. GUSTI BIANG : Tolol kamu ini! Buku besar di dalam lemari yang berwarna hijau.
147. WAYAN : Oh.
148. GUSTI BIANG : Ayo cepat!
Adegan III Wayan masuk membawa bungkusan. Gusti Biang bertolak pinggang, Nyoman memperhatikan dengan sangat benci.
149. GUSTI BIANG : Perempuan tak tahu balas budi. Tidak tahu berterima kasih, dikasih makan tiap hari malah durhaka. Disekolahkan malah jadi lawan. Maling, ular, mau meracun.
150. NYOMAN : Katakan sepuas- puasnya Gusti Biang.
151. GUSTI BIANG : Aku mau diracunnya, terlalu. Akan kuadukan kau kepada polisi. Gila!
152. NYOMAN : Gusti sendiri yang menyiksa tiyang.
153. GUSTI BIANG : Dasar penjilat! Kuberhentikan kau sekolah karena kau main mata dengan guru dan tukang
120
kebun sekolah itu.
154. NYOMAN : Bohong! Itu hasutan anak Gusti Biang sendiri.
155. GUSTI BIANG : Benar!
156. NYOMAN : Bohong!
157. GUSTI BIANG : Benar, kau memang liar,
genit, dan licik serta apa saja yang jelek- jelek.
158. NYOMAN : Baik, baik, tapi kau juga genit.
159. GUSTI BIANG : Apa katamu?
160. NYOMAN : Kau juga genit, kau ...
161. GUSTI BIANG : Apa katamu leak? Wayan akan memutar lehermu!
162. NYOMAN : Wayan akan memutar lehermu!
163. GUSTI BIANG : Dia akan menguncimu dalam gudang!
164. NYOMAN : Dia akan menguncimu dalam gudang!
165. GUSTI BIANG : Setan! Akan kucarikan kau polisi!
166. NYOMAN : Polisi itu akan membawakan Gusti ular belang.
167. GUSTI BIANG : Diam! Diam!
(Nyoman hendak pergi meninggalkan Gusti Biang, tapi Gusti Biang mencegahnya)
168. GUSTI BIANG : Jangan pergi! Jangan duduk! Jangan bergerak!
121
169. NYOMAN : (Berhenti lalu mendekat dan memandang Gusti Biang dengan marah) Gusti Biang, tiyang bosan merendahkan diri, dulu tiyang menghormati Gusti karena usia Gusti lanjut. Tiyang mengikuti semua apa yang Gusti katakan, apa yang Gusti perintahkan meskipun tiyang sering tidak setuju.
Tetapi Gusti sudah keterlaluan sekarang. Orang disuruh makan tanah terus-menerus, Gusti anggap tiyang tak lebih dari cacing tanah.
Semutpun kalau diinjak menggigit, apalagi manusia, Gusti yang seharusnya agung, luhur, menjadi tauladan tapi seperti ....
170. GUSTI BIANG : Seperti apa?
171. NYOMAN : Orang kebanyakan
122
saja mempunyai kasih sayang dan menghargai orang lain. Tapi Gusti, di mana letak keagungan Gusti? Cobalah Gusti berjalan di jalan raya seperti sekarang, Gusti akan ditertawakan oleh orang banyak.
Sekarang orang tidak lagi diukur dari keturunan tapi kelakuan dan kepandaianlah yang menentukan.
Sekarang tidak hanya bangsawan, semua orang berhak dihormati kalau baik. Begitu mestinya.
172. GUSTI BIANG : Begitu mestinya. Bohong! Bohong tolol!
173. NYOMAN : Memang tiyang tolol. Buat apa mengatakan ini semua. Gusti sudah terlalu lanjut, akan terlalu sakit untuk mengubah
123
kebiasaan Gusti. Tapi seandainya mencoba, mencoba saja, saya akan mau di sini mengabdi untuk selamanya.
174. GUSTI BIANG : (Meludah) Ha.. ha .. kau tidak perlu pidato omong kosong, kau perempuan sudra. Kau akan kena tulah karena berani menentangku, hei cepat Wayan!
Adegan IV (Wayan muncul dengan buku ditangannya)
175. GUSTI BIANG : Nah, sekarang sebelum kau pergi, kau harus melunasi hutangmu dulu.
176. NYOMAN : Hutang apa? Nyoman tidak pernah meminjam uang.
177. GUSTI BIANG : Buka bagian yang bertuliskan tinta merah, Wayan, cepat Wayan!
178. WAYAN : (Tampak bingung membalik-balik buku) Nanti dulu, piih. Nah ini dia.
179. GUSTI BIANG : Baca perlahan
124
dengan jelas. Baca kataku!
180. WAYAN : (Masih bingung, mendekatkan lampu) Piih, mata
tiyang kurang terang, sebentar, piih kenapa belum terang juga, kabur Gusti.
181. WAYAN : Gusti lupa, Wayan tak pernah belajar membaca.
182. GUSTI BIANG : Setan bawa kemari buku itu!
(Gusti Biang mengambil buku itu dan memberi isyarat kepada Wayan agar mengambil kaca mata dan lampu teplok. Wayan segera melakukannya dan mengangkat lampu teplok tinggi-tinggi)
183. GUSTI BIANG : Nah, di sini dicatat semua perongkosan yang kau habiskan selama kau dipelihara di sini. Nyoman Niti, asal dari desa Maliling, umur lebih kurang delapan belas tahun. Kulit kuning dan rambut panjang. Badan biasa, lebih tinggi sedikit dari Gusti Biang. Mulai dari tahun lima puluh empat, lima pasang baju, sebuah boneka, sebuah
125
bola bekel, satu biji kelerang, satu tusuk konde, dan ...
184. WAYAN : (Memotong) Benar, piih, semua Gusti catat.
185. NYOMAN : Gusti Biang ....
186. GUSTI BIANG : Tahun lima puluh lima, sekarang! Dua baju rok, batu tulis, kebaya, pinsil, satu batang jarum, sepasang teklek, tikar dan seekor anak kucing belang.
187. WAYAN : Ah, benar Gusti Biang, titiyang masih ingat sekali ketika pertama kali Nyoman mengenakan kain kebaya. Piih, semuanya itu sudah lewat.
188. GUSTI BIANG : Selama dua tahun ini sudah berjumlah dua juta rupiah ... kemudian sekarang tahun lima puluh enam! Tidak ada, sebab aku lupa mencatatnya. Tahun lima puluh tujuh, aku juga lupa mencatatnya. Tetapi di sini
126
yang kuingat, ia memecahkan sebuah cangkir dan kaca mataku. Lalu tahun lima puluh delapan! Sepasang sandal, sekotak bedak, kaca jendela dipecahkannya, dua buah gelas tiba-tiba menghilang, sekilo daging dimakan si belang karena lupa mengunci dapur. Tiga buah sisir, tiga butir kelapa hilang. Seekor ayamku yang
paling baik disembelihnya, sepuluh anak ayam tiba-tiba mati, yang bulu putih, hitam, coklat, kuning, dan berumbun. Lalu ...
189. WAYAN : Tapi semua itu tak bisa dipertanggungj awabkan kepada Nyoman, Gusti, itu adalah kesalahan induknya yang tidak berhati-
hati menjaga anaknya. Bukan kesalahan Nyoman.
127
190. GUSTI BIANG : Diam! Diam kataku! Ini adalah urusanku, nanti kau akan mendapat bagianmu sendiri. Nah, ongkos hidupmu hampir delapan belas tahun di sini, benar-
benar sudah kelewat batas. Coba lihat di sini, tahun enam puluh misalnya .. memecahkan kaca jendela, korupsi sabun, menghanguska n nasi, korupsi uang belanja dapur dan pekerjaan yang tidak bisa dipertanggungj awabkan. Beberapa kali aku memanggil mantri untuk mengobatinya, membeli obat waktu ia sakit. Banyak, banyak sekali, itu belum ditambah yang lain-lain yang aku lupa catat. Belum lagi ditambah bunganya ...
191. WAYAN : Piih, ini perhitungan
128
gila!
192. GUSTI BIANG : (Berkata sungguh- sungguh) Semua telah aku catat bersama tanggal dan hari kejadiannya. Sekarang kau boleh pergi. Kapan-kapan aku dan Wayan akan datang ke tempatmu dengan seorang polisi dan juru sita sebab kau pasti tidak bisa membayar. Kau cuma punya
gubuk yang buruk di desa dan tak pernah makan nasi. Rentenya sepuluh persen sebulan. Nah, bawa buku ini lagi ke dalam Wayan. Simpan baik-baik untuk dipergunakan kelak. Lalu usir dia! Apa yang kau tunggu
lagi? Ambil buku ini, dan usir dia!
(Wayan tak menerima, ia mendekat ke meja dan meletakkan lampu teplok kemudian berjongkok )
193. WAYAN : Titiyang tak kuasa. Badan titiyang lemas. Gusti telah,
129
mencatat hutang-hutang titiyang pula. Berapa semuanya Gusti?
194. GUSTI BIANG : Sudah tak terhitung lagi, hampir dua puluh juta!
195. WAYAN : Piih, titiyang punya nyawapun tak ada harganya dua puluh juta, Gusti, titiyang benar-benar ingin menangis sekarang.
196. GUSTI BIANG : Usir dia sekarang juga, jangan ngarje roras di sini. (Melihat Wayan masih jongkok) Apa? Baik aku sendiri yang mengusirnya kalau kau tak mau.
197. NYOMAN : Tidak usah disuruh Gusti, tiyang memang mau pergi sekarang. Tetapi sebelum titiyang pergi, tiyang hitung berapa hutang Gusti kepada tiyang.
198. GUSTI BIANG : Oh, aku tak pernah pinjam uang sepanjang hidupku..
199. NYOMAN : Lebih dari sepuluh tahun
130
tiyang menghambadi sini. Bekerja keras dengan tidak menerima gaji. Kalau tidak ada Bape Wayan sudah lama tiyang pergi dari sini. Selama ini tiyang telah membiarkan diri diinjak- injak, disakiti, dijadikan bulan- bulanan seperti keranjang sampah. Tidak perlu rentenya, pokoknya saja. Hutang Gusti Biang kepada tiyang, sepuluh juta kali
sepuluh tahun. Belum lagi sakit hati tiyang karena fitnahan dan hinaan Gusti. Pokoknya melebih harta benda yang
masih Gusti miliki sekarang. Tapi ambillah semua itu sebagai tanda bakti tiyang yang terakhir.
200. GUSTI BIANG : Pergiiii! Pergiiii!
(Nyoman menghapus airmata dan berlari ke luar pintu! Janda bangsawan itu mengawasinya dengan mengangkat lampu teplok)
Adegan V (Wayan yang duduk membelakangi Gusti Biang tidak tahu kalau
131
Nyoman telah pergi)
201. WAYAN : (Bergumam) Satu milyar kali sepuluh tahun? Aneh-aneh saja pembukuan jaman sekarang!
202. GUSTI BIANG : (Mendekati Wayan) Jangan cerewet Wayan. Awasi dia supaya jangan kembali kemari, kau dengar?
203. WAYAN : Sabar Gusti, kenapa Gusti gelap mata? Gusti telah menghantam semua orang dengan hutang. Satu milyar dan .. (Menoleh ke
belakang dan heran) Piih, di
mana Nyoman, Gusti?
204. GUSTI BIANG : Dia sudah pergi, buta. Dia tidak akan mengganggu kita lagi ....
205. WAYAN : Maksud Gusti, dia sudah pergi dan titiyang tidak melihatnya?
206. GUSTI BIANG : Ya, kita sudah terlepas dari bahaya ....
207. WAYAN : Terlepas? Justru bahaya itu sekaranglah baru mulai Gusti.
208. GUSTI BIANG : (Tertawa geli)
132
Tenang Wayan. Jangan pikirkan yang dua puluh juta itu, aku cuma pura- pura.
209. WAYAN : (Beringas) Titiyang tidak memikirkan titiyang punya diri, titiyang memikirkan putra Gusti Biang.
210. GUSTI BIANG : Bagus Wayan. Ah, mana kaca mata itu. Segera kita akan baca berita yang dikirimnya.
211. WAYAN : Dia akan mengumpat titiyang dan akan mengalungkan ular karena keteledoran titiyang. Ke mana tadi perginya Gusti?
Titiyang akan mengejarnya.
212. GUSTI BIANG : Apa maksudmu Wayan?
213. WAYAN : Buta! Tuli! Pikun! Piih! Dunia! Dunia ...
214. GUSTI BIANG : (Panik) Katakan, kenapa dia Wayan? Ya katakan, katakan apa maksudmu.
215. WAYAN : (Menggeleng- gelengkan
133
kepalanya dengan kesal) Nyoman Niti, Gusti Biang.
216. GUSTI BIANG : Ya, Nyoman begundal itu, kenapa dia?
217. WAYAN : Gusti, Nyoman adalah tunangan Ngurah, calon menantu Gusti Biang sendiri, berani sumpah, Nyoman adalah tunangan Ngurah. Ratu Ngurah sendiri yang mengatakanny a. “Aku akan mengawini Nyoman Bape” katanya. “Biar hanya orang desa, pendidikannya rendah tapi hatinya baik, daripada ...” biar dimakan leak. Demi apa saja!
218. GUSTI BIANG : Tidak, semua itu hasutan. Anakku tidak akan kuperkenankan kawin dengan bekas pelayannya. Dan, kami keturunan ksatria kenceng. Keturunan raja- raja Bali yang
134
tak boleh dicemarkan oleh darah sudra.
219. WAYAN : Tapi kalau Ratu Ngurah menghendaki, bagaimana?
220. GUSTI BIANG : Bisa saja dipelihara sebagai selir. Suamiku dulu memelihara lima belas orang selir. Kalau tidak, jangan mendekati anakku.
221. WAYAN : Tapi mereka saling mencintai!
222. GUSTI BIANG : Cinta? Apa itu cinta, itu hanya ada dalam kidung-kidung Smarandanamu .
223. WAYAN : Kalau begitu alamat akan perang.
224. GUSTI BIANG : Perang, apa maksudmu? Perang sudah selesai, tidak ada perang lagi!
225. WAYAN : Wayan tidak mau kehilangan tongkat dua kali.
226. GUSTI BIANG : Ngurah tidak akan sudi menjamah perempuan dekil itu.
227. WAYAN : Ratu Ngurah
135
benar-benar mencintai Nyoman, Gusti Biang.
228. GUSTI BIANG : Bohong!
229. WAYAN : Baik, bacalah surat itu kalau tidak percaya!
230. GUSTI BIANG : Surat? Ini surat Ngurah, aku terima tadi.
231. WAYAN : Sudah lima hari yang lalu!
232. GUSTI BIANG : Tapi! Kau keterlaluan!
233. WAYAN : Coba baca!
(Gusti Biang membaca dekat lampu teplok dan Wayan mendengarkan dengan tenang)
234. GUSTI BIANG : Swatiastu, ibunda tercinta .... Kalau aku bilang tadi, kamu bilang sudah lima hari, apa saja yang aku katakan kamu lawan! Dewa Ratu, dengarlah Wayan. Betapa pinternya ia menghormati (Membaca lagi) dengan singkat ananda kabarkan bahwa ananda segera pulang. Ananda telah merencanakan berunding dengan ibu. Sudah masanya sekarang ananda menjelaskan.
136
Meskipun ananda belum menyelesaikan pelajaran, bahkan mungkin ananda akan berhenti sekolah saja, sebab tak ada lagi gunanya. Ananda hendak menjelaskan kepada ibu bahwa ananda tidak bisa lagi berpisah lebih lama. Rahasia ini ananda simpan sejak lama. Supaya ibu tidak kaget nanti, akan saya terangkan bahwa ananda bermaksud, ananda bermaksud ... ananda bermaksud (Mengulang sambil mendekatkan lampu teplok)
235. WAYAN : Bermaksud apa?
236. GUSTI BIANG : Bermaksud, bermaksud ...
237. WAYAN : Ya bermaksud apa? Baca terusnya Gusti Biang.
238. GUSTI BIANG : (Tiba-tiba surat itu jatuh dari pegangannya) Jadi, dia benar- benar mau
137
kawin dengan perempuan itu?
239. WAYAN : Ya!
240. GUSTI BIANG : Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Aku melarang keras, Ngurah harus kawin dengan orang patut-patut. Sudah kujodohkan sejak kecil dia dengan Sagung Rai. Sudah kurundingkan pula dengan keluarganya di sana, kapan hari baik untuk mengawinkann ya. Dia tidak boleh mendurhakai orang tua
seperti itu. Apapun yang terjadi dia harus terus menghargai martabat yang diturunkan oleh leluhur-leluhur di puri ini. Tidak sembarang orang dapat dilahirkan sebagai bangsawan. Kita harus benar-benar menjaga martabat ini. Oh, aku akan malu sekali,
kalau dia mengotori
138
nama baikku. Lebih baik aku mati menggantung diri daripada menahan malu seperti ini. Apa nanti kata Sagung Rai? Apa nanti kata keluarganya kepadaku? Tidak, tidak! (Wanita itu menjerit dan mendekati Wayan dengan beringas) Kau, kau biang keladisemua ini. Kau yang menghasut supaya mereka bertunangan. Kau sakit gede!
241. WAYAN : Tidak, titiyang tidak ikut campur Gusti Biang.
242. GUSTI BIANG : Ya, kaulah hantu yang memburu hidupku. Aku masih ingat kejadian jaman dulu. Waktu aku masih muda dan kau memburuku dengan mata buayamu itu, kau memang licik! Dasar manusia sudra! Kau menghasut anakku supaya kawin dengan
139
Nyoman karena kau sendiri gagal!
243. WAYAN : Siapa bilang tiyang gagal!
244. GUSTI BIANG : Suamiku yang telah menggagalkan kau.
245. WAYAN : Suami Gusti Biang seorang pembohong!
246. GUSTI BIANG : Bedebah! Berani kau menghina pahlawan di puri ini?
247. WAYAN : (Tertawa pehit. Wajahnya menjadi keras) Pahlawan? Pahlawan apa? Siapa yang mengatakan dia pahlawan?
248. GUSTI BIANG : Semua mengatakan dia pahlawan! Dia telah berjuang untuk kemerdekaan dan mati ditembak Nica!
249. WAYAN : Itu bohong! Orang-orang seperti dia yang menggabungka n diri dalam pasukan Gajah Merah memang pantas disebut pahlawan, Pahlawan penjajah!
Orang-orang seperti dia
140
telah menikam perjuangan dari belakang.
250. GUSTI BIANG : Pergi! Pergi bangsat! Angkat barang- barangmu. Tinggalkan rumah suamiku ini. Aku tak sudi
memandang mukamu! (Melempari wajah Wayan dengan botol)
251. WAYAN : Baik aku akan pergi sekarang. Aku akan menyusul Nyoman. Aku juga bosan di sini meladeni tingkah lakumu. Tapi
sebelum aku pergi akan aku jelaskan tentang pahlawan gadungan itu. Gusti harus tahu ....
252. GUSTI BIANG : (Memotong) Tidak! Aku tidak mau mendengar. Kau telah menghina suamiku. Ini tidak bisa dimaafkan lagi. Pergi! Pergi! Sebelum aku mengutukmu, pergi! Rumah ini kepunyaanku,
141
tinggalkan gudangku itu, pergi bedebah!
253. WAYAN : Benar?
254. GUSTI BIANG : Pergi leak! Jangan kau menggangguku lagi. Pergi!
255. WAYAN : Baik, tiyang akan pergi Gusti Biang.
(Wayan meninggalkan ruangan, Gusti Biang melontarkan kutukan)
256. GUSTI BIANG : Tinggalkan gudang itu sekarang juga. Enyah dari rumah suamiku. (Agak rendah, jongkok) dia sudah menjadi setan, suamiku dihinanya, anakku dihasutnya.
Terkutuk, terkutuk bedebah itu. Apa yang harus aku katakan kepada Sagung Rai kalau Ngurah kawin dengan perempuan sudra itu? Bedebah, terkutuk! Dewa Ratu, malangnya nasib orang tua ini, semua mendustaiku, semua orang menjadi binatang. (Memandang
142
sekeliling lalu duduk di kursi. Untuk beberapa saat ia tertidur di kursi itu)
BABAK III TEMPAT TIDUR GUSTI BIANG Adegan I Gusti Biang tertidur ketika Ngurah masuk.
257. NGURAH : Ibu ...
258. GUSTI BIANG : Siapa?
259. NGURAH : Tiyang Ngurah, Tiyang datang Ibu ....
260. GUSTI BIANG : Ngurah?
261. NGURAH : Yah! Ngurah, bangun ibu.
262. GUSTI BIANG : (Mengusap matanya tak percaya lalu terbelalak sambil tersenyum) Ngurah .. Ngurah, kenapa kau baru pulang, kau sudah lupa pada ibumu. Kurang ajar, aku telah dihina, direndahkan, leak. Kalau kau ada di rumah, mereka tidak akan berani. Semua orang sudah pergi, tak ada yang merawatku. Kamu jadi kurus hitam, seperti
143
kuli.
263. NGURAH : Ya, saya bekerja di situ.
264. GUSTI BIANG : Bekerja? Katanya belajar kenapa bekerja?
265. NGURAH : Ya, bekerja sambil belajar.
266. GUSTI BIANG : Karena itu kamu gagal.
267. NGURAH : Ibu, banyak sekali yang saya pikirkan.
268. GUSTI BIANG : Tapi kau tak pernah memikirkan ibumu.
269. NGURAH : Justru karena tiyang memikirkan ibu jadi begini.
270. GUSTI BIANG : Kau memikirkan ibumu kalau kau perlu uang. Itu barang- barangmu?
271. NGURAH : Ya.
272. GUSTI BIANG : Itu koper yang ibu belikan dulu?
273. NGURAH : Ya, betul ibu.
274. GUSTI BIANG : Koper itu bisa kau jaga, tapi tujuanmu ke sana tidak. Mana barang- barangmu yang lain?
275. NGURAH : Masih ada di pondokan.
276. GUSTI BIANG : Mengapa kau
tinggalkan di situ, apa kau akan kembali
144
ke situ?
277. NGURAH : Saya tidak tahu. Semua tergantung ...
278. GUSTI BIANG : Tergantung apa?
279. NGURAH : Entahlah, keadaan tentunya saja.
280. GUSTI BIANG : Ibu kira kau sudah jadi orang, ternyata? Mana cincinmu?
281. NGURAH : Cincin?
282. GUSTI BIANG : Waktu berangkat dulu kau ibu kasih tiga buah cincin peninggalan ayahmu, mana sekarang?
283. NGURAH : Masih ada....
284. GUSTI BIANG : Ada di tukang gadai? Aku sudah tahu kelakuan anak- anak yang mengaku- ngaku sekolah tapi nyatanya hanya nonton bioskop. Aku sudah dapat firasat buruk, kalau barang peninggalan leluhurmu sudah kau perlakukan seperti itu. Jangan-jangan kau akan ikut merendahkan dan menghina ibumu ini. Buat apa kau pergi
145
jauh-jauh kalau untuk bertambah bodoh, untung kau tidak membawa perempuan dari sana, seperti Ngurah Purname di puri Anom. Aku bisa mati berdiri.
Kalaucuma perawan, perawan macam apapun di sini ada, tinggal pilih saja. Tapi tidak ada yang lebih cantik, lebih halus, lebih rajin dari Sagung Rai di seluruh puri- puri di Tabanan ini. Sekarang dia sudah besar dan cantik sekali. Besok kamu harus ke sana membawa oleh-oleh.
285. NGURAH : Ibu, ibu bicara apa itu?
286. GUSTI BIANG : Kau sudah besar dan pantas kau memberikan aku cucu, sebelum kelewatan. Hanya itu yang aku tunggu sekarang.
287. NGURAH : Nanti saja kita bicarakan itu.
146
288. GUSTI BIANG : Tidak. Sekarang! Apa oleh-olehmu untuk Sagung Rai? Ha..ha kamu juga tidak membawa apa- apa buat ibu bukan?
289. NGURAH : Maaf ibu.
290. GUSTI BIANG : Tapi kamu pasti tidak lupa membelikan begundal itu klompen, baju brokkat, kaca mata, de colognet, gincu, tas, ha! Aku minta balsem cap macan saja tidak digubris. Perempuan kurang ajar!
291. NGURAH : Perempuan? Perempuan siapa ibu?
292. GUSTI BIANG : Putar-putar! Aku sudah menerima suratmu.
293. NGURAH : Ya, nanti saja kita bicarakan.
294. GUSTI BIANG : Kau sendiri yang menulis kan?
295. NGURAH : Ya.
296. GUSTI BIANG : Kau ingat apa yang kau tulis? Benar semua itu?
297. NGURAH : Ya, nanti, nanti kita bicarakan.
298. GUSTI BIANG : Nanti atau sekarang sama saja, benar Ngurah kau
147
yang menuliskan surat itu?
299. NGURAH : Sebentar ibu, tiyang akan jelaskan.
300. GUSTI BIANG : Ngurah kau anak durhaka!
301. NGURAH : Ibu, tenanglah ibu.
302. GUSTI BIANG : Tidak! Kalau masih berniat kawin dengan dia, jangan coba-coba memasuki rumah ini, dan kalau kawin juga dengan dia, jangan lagi menyebut ibu kepadaku.
303. NGURAH : Tenang, mari kita bicarakan nanti baik-baik, tiyang sudah lelah. Semuanya nanti kita bicarakan.
304. GUSTI BIANG : Ibu pun sangat lelah. Tak ada waktu lagi berpanjang- panjang. Sebelum ini berakar menjadi sakit hati, kita harus meyelesaikann ya, sekarang juga harus selesai!
305. NGURAH : Begitukah keputusan ibu?
306. GUSTI BIANG : Ya.
307. NGURAH : Tiyang ingin
148
istirahat dulu.
308. GUSTI BIANG : Kau boleh berbuat sesukamu kalau semuanya sudah beres. Ini adalah rumahku dan kau adalah ahli waris satu- satunya.
309. NGURAH : Baiklah, kalau itu yang ibu kehendaki. (Hendak duduk)
310. GUSTI BIANG : Kau tak perlu duduk! Ibu sendiri tak akan duduk sebelum semuanya selesai dengan baik. Kita akan selesaikan sekarang. Jadi kau bermaksud kawin dengan penjeroan itu?
311. NGURAH : Begini ibu ...
312. GUSTI BIANG : Jawab saja dengan singkat. Benar kau mau mengawininya? Jawab Ngurah. Jawab!
313. NGURAH : Ya, titiyang akan mengawininya.
314. GUSTI BIANG : Ngurah! Kau sudah diguna- gunanya.
315. NGURAH : Kami saling mencintai ibu.
316. GUSTI BIANG : Cinta? Ibu dan ayahmu kawin tanpa cinta. Apa itu cinta?
149
Yang ada hanyalah kewajiban menghormati leluhur yang telah menurunkanmu , menurunkan kita semua di sini. Kau tak boleh kawin dengan dia, betapapun kau menghendakiny
a. Aku telah menyediakan orang yang patut untukmu. Jangan membuatku malu. Ibu telah menjodohkan kau sejak kecil dengan Sagung Rai.
317. NGURAH : Sagung Rai? Tidak ibu.
318. GUSTI BIANG : Apa kurangnya Sagung Rai, dibanding dengan perempuan desa itu.
319. NGURAH : Tidak, tiyang tidak mau kawin dengan dia.
320. GUSTI BIANG : Kenapa tidak? Ibu dan keluarganya telah selesai merundingkan semua. Dia sudah tamat SMP. Kelakuannya halus dan rajin.
150
321. NGURAH : Ibu, soalnya bukan itu, ibu harus mengerti, sekarang orang ingin memilih sendiri teman hidup.
322. GUSTI BIANG : Kalau ingin kau pelihara perempuan sudra itu karena nafsumu, terserahlah. Boleh kau pelihara sebagai selir. Kau boleh berbuat sesukamu, sebab aku telah memeliharanya sejak kecil. Tetapi untuk mengawininya dengan upacara itu tidak bisa.
323. NGURAH : Tidak?
324. GUSTI BIANG : Tidak! Aku menentangnya.
325. NGURAH : Kenapa tidak?
326. GUSTI BIANG : Dia tidak pantas menjadi istrimu! Dia tidak pantas menjadi menantuku!
327. NGURAH : Kenapa tidak ibu? Kenapa? Siapa yang menjadikan Sagung Rai lebih pantas dari Nyoman untuk menjadi istri? Karena
151
derajatnya? Tiyang tidak pernah merasa derajat tiyang lebih tinggi dari orang lain. Kalau toh tiyang dilahirkan di purian, itu justru menyebabkan tiyang harus berhati-hati. Harus pintar berkelakuan baik agar bisa jadi teladan orang, yang lain omong kosong semua!
(Gusti Biang terbelalak dan mendekat)
328. NGURAH : Tiyang sebenarnya pulang meminta restu dari ibu. Tapi karena ibu menolaknya karena sola kasta, alasan yang tidak sesuai lagi. Tiyang akan menerima akibatnya
(Gusti Biang menangis, Ngurah bergulat dengan batinnya)
329. NGURAH : Tiyang akan kawin dengan Nyoman. Sekarang ini soal kebangsawana n jangan di besar-besarkan lagi. Ibu harus menyesuaikan
152
diri, kalau tidak ibu akan ditertawakan orang. Ibu ...
330. GUSTI BIANG : Tinggalkan aku anak durhaka! Pergilah memeluk kaki perempuan itu! Kau bukan anakku lagi! Leluhurmu akan mengutukmu,k au akan ketulahan.
331. NGURAH : (Memegang kepala) Ini tidak bisa diselesaikan begini saja. Panggillah Nyoman dan Bape Wayan, kita bicarakan tenang-tenang.
332. GUSTI BIANG : Tidak! Sudah kuusir leak-leak itu! Aku sudah dihina, diinjak- injak!
333. NGURAH : Diusir? Nyoman, ibu usir? (Keluar)
334. GUSTI BIANG : Ya! Leak itu tidak boleh masuk rumahku ini. Setan tua itu juga! Biar mati dua-duanya sekarang! Kalau kau mau ikut pergi terserah. Aku akan mempertahank
153
an kehormatanku. Kehormatan suamiku, kehormatan Sagung Rai, kehormatan leluhur-leluhur di puri ini.
BABAK IV DEPAN RUMAH MALAM Adegan I Wayan muncul membawa kopor seng dan senjata. Lalu melihat ke dalam rumah Ngurah muncul dari samping Wayan
335. WAYAN : Tu Ngurah ..
336. NGURAH : Bape Wayan!
337. WAYAN : Tepat sekali ratu Ngurah datang.
338. NGURAH : Apa kabar Bape?
339. WAYAN : Buruk tu Ngurah, buruk sekali.
340. NGURAH : Bape sehat- sehat saja?
341. WAYAN : Marahlah, umpatlah si tua yang pikun ini.
342. NGURAH : Kenapa?
343. WAYAN : Nyoman telah pergi.
344. NGURAH : Ke mana?
345. WAYAN : Baru saja tiyang hendak menyusulnya sekarang.
346. NGURAH : Baru saja?
347. WAYAN : Ya, baru saja, pasti belum jauh.
348. NGURAH : Kenapa dia pergi Bape?
154
349. WAYAN : Tu Ngurah tahu sendiri, sudah lama Gusti Biang tidak cocok dengan Nyoman. Titiyang tidak bisa mendamaikann ya. Nyoman sudah sering ingin minggat, tapi tadi, tiba- tiba saja dia pergi. Salah titiyang juga tu Ngurah.
350. NGURAH : Sudahlah biar dulu begitu. Semuanya akan selesai nanti. Saya juga telah bertengkar dengan ibu. Duduklah Bape, bape jangan ikut pergi. Duduklah bape. Pasti ibu yang salah. Bape sudah bertahun-tahun di sini, tak baik kalau tiba-tiba pergi, duduklah bape ...
Adegan II (Gusti Biang muncul)
351. GUSTI BIANG : Tinggalkan rumahku sekarang ini juga.
352. WAYAN : Tiyang sudah berusaha baik- baik tapi tidak berhasil. Bape pergi sekarang
155
(Kepada Ngurah).
353. GUSTI BIANG : Pergi Leak, jangan mengotori rumah suamiku.
(Wayan hendak pergi, Ngurah menahannya )
354. NGURAH : Bape! Jangan pergi! Ingat saya Bape. Jadi Bape akan tinggalkan?
355. GUSTI BIANG : Dia hantu! Tinggalkan rumah ini cepat!
356. WAYAN : Ya, tiyang hantu, seperempat abad tiyang mengabdi di rumah ini karena cinta. Sekarang keadaan tambah buruk. Bape pergi tu Ngurah (Mengangkat koper hendak pergi )
357. GUSTI BIANG : Tunggu dulu! Apa yang kau bawa itu? Kau mencuri barang- barangku. Bedil? Bedil siapa itu?
358. WAYAN : Pak Rajawali punya bedil waktu revolusi. Bedil ini sudah banyak membunuh pengkhianat.
156
359. GUSTI BIANG : Bedil itu kepunyaanku!
360. WAYAN : Kepunyaan Gusti Biang? (Kepada Ngurah) Ini bedil Bape ...
361. GUSTI BIANG : Ngurah! Ambil bedil itu! Ia mencuri bedil yang kusimpan di kamar ayahmu.
362. WAYAN : Ini bedil pak Rajawali.
363. GUSTI BIANG : Setan, anakku kamu hasut. Bedil peninggalan suamiku kau curi! Ambil bedil itu Ngurah! Bedil itu wasiat ayahmu.
364. NGURAH : (Tertarik kepada bentuk bedil itu) Coba lihat, aneh sekali bentuknya.
365. WAYAN : Bedil ini kepunyaan tiyang.
366. NGURAH : Benar? Coba saya ingin lihat.
367. GUSTI BIANG : Rebut saja! Jangan percaya dia lagi!
368. NGURAH : Ibu, di mana peluru yang menewaskan ayah? (Mengambil bedil dari tangan Wayan)
369. GUSTI BIANG : Tentu aku
157
selalu membawanya sebagai jimat.
370. NGURAH : Coba lihat (Menerima peluru) Peluru ini yang telah membunuh ayah. Dokter Belanda itu membedah mayat ayah dan menyerahkan peluru ini kepada ibu. Ibu menyimpannya sebagai
kenang- kenangan. Kemudian atas permintaan ibu, dokter itu juga memberikan senjata yang dipergunakan untuk menembakkan peluru ini.
371. GUSTI BIANG : Benar. Senjata laknat ini yang telah membunuh suamiku. Nica jahanam.
372. WAYAN : Nica tidak mempunyai bedil macam ini.
373. GUSTI BIANG : Tidak! Usir dia Ngurah! Usir cepat!
374. WAYAN : Bedil macam ini hanya dipunyai gerilya.
375. GUSTI BIANG : Bedebah! Tidak! Jangan
158
biarkan dia bicara, usir!
376. WAYAN : (Tertawa) Semua pahlawan mati tertembak Nica, tetapi dia tidak. I Gusti Ngurah Ketut Mantri bukan seorang pahlawan, dia ditembak mati gerilya sebagai penghianat.
377. GUSTI BIANG : Dengar, dia menghina ayahmu! Usir dia! Tembak dia sampai mati!
378. NGURAH : (Memegang ibunya yang hendak memukul) Tenang ibu!
379. GUSTI BIANG : Coba katakan lagi suamiku penghianat! Coba! Kupukul kau bedebah.
380. WAYAN : Dia memang penghianat.
381. GUSTI BIANG : Leak! Terkutuk kau!
382. NGURAH : Sabar ibu! (Mendudukkan ibunya)
383. GUSTI BIANG : Kenapa kau diam saja anak durhaka! Tembak jahanam itu! Dia menghina suamiku.
384. NGURAH : Baik ibu, tapi tenang, nanti tetangga-
159
tetangga bangun.
385. GUSTI BIANG : Biar, biar. Usir dia sekarang (Batuk keras)
386. NGURAH : Bape bilang ayah saya penghianat? Kenapa Bape Wayan membeo kata orang yang iri hati? Bape sudah
bertahun-tahun di sini mengapa mau merusak nama baik keluarga kami? (Saling berpandang- pandangan)
387. WAYAN : (Dengan tegas) Tiyang tahu semuanya, tu Ngurah. Sebab tiyang yang telah mendampingin ya setiap saat dulu. Sejak kecil tiyang sepermainan dengan dia, seperti tu Ngurah dengan Nyoman. Tiyang tidak buta huruf seperti disangkanya. Tiyang bisa membaca dokumen- dokumen dan surat-surat rahasia yang
160
ada di meja kerjanya. Siapa yang membocorkan gerakan Ciung Wanara di Marga dulu? Nica-nica itu mengepung Ciung Wanara yang dipimpin oleh pak Rai, menghujani dengan peluru dari berbagai penjuru, bahkan dibom dari udara sehingga kawan-kawan semua gugur. Siapa yang bertanggung jawab atas kematian sembilan puluh enam kawan-
kawan yang berjuang habis- habisan itu? Dalam perang puputan itu kita kehilangan Kapten Sugianyar, kawan-kawan tiyang yang
paling baik, bahkan kehilangan pak Rai sendiri. Dialah yang telah berkhianat, dialah yang telah melaporkan
161
gerakan itu semua kepada Nica.
388. GUSTI BIANG : Tidak! Itu tidak benar! Suamiku seorang pahlawan Ngurah usir dia.
389. NGURAH : (Menghampiri Wayan) Saya tidak percaya!
390. GUSTI BIANG : Jangan percaya! Leak!
391. NGURAH : Bape menghina keluarga saya.
392. WAYAN : Bukan menghina tu Ngurah. Begitulah keadaannya. Desa Marga menjadi saksi semua itu, hanya beliau dilahirkan sebagai putra Bangsawan yang berpengaruh serta dihormati karena jasa- jasa leluhur, dosa beliau kepada pak Rai terhadap semua korban puputan itu seperti dilupakan. Tetapi tiyang sendiri tidak pernah melupakannya. Bukan hanya seorang, banyak penghianat-
162
penghianat di bumi ini dianggap orang sebagai pahlawan sedangkan yang benar- benar berjasa dilupakan orang.
393. NGURAH : Saya tak senang dengan cara-cara bape ini, diam-diam menjadi musuh dalam selimut. Susah payah saya memperbaiki nama baik keluarga. Sekarang bape hendak menodainya. Mencari-cari kesalahan memang gampang bape. Bape lupa, besar jasa ayah saya kepada perjuangan. Sayang beliau sudah meninggal. Kalau tidak, Ia akan menjelaskanny a. Tarik kata- kata bape.
(Wayan hanya tersenyum sinis)
394. NGURAH Pergi!
395. WAYAN : (Memalingkan muka hendak pergi tapi tiba- tiba tertegun dan berbalik)
163
Berikan bedil itu Tu Ngurah.
396. GUSTI BIANG : Tidak, itu bedilku, kau telah mencurinya.
397. NGURAH : Coba buktikan, buktikan kalau ayah saya seorang penghianat. Berikan bukti yang nyata, jangan hanya prasangka!
398. WAYAN : (Menggeleng) Berikan bedil itu Tu Ngurah!
399. GUSTI BIANG : Ayahmu ditembak Nica!
400. NGURAH : (Membentak) Buktikan!
401. WAYAN : Buat apa?
402. NGURAH : Buktikan!
403. WAYAN : Tiyang selalu mendampingin ya. Tiyanglah yang selalu dekat dengan dia, dan tiyang seorang gerilya.
404. NGURAH : Lalu?
(Mereka saling berpandang-pandangan. Wayan mengambil bedil itu dari tangan Ngurah dan Ngurah seperti tak bertenaga memberikan bedil itu)
405. WAYAN : (Pelan) Aku telah sengaja melupakannya. Belanda itu memungutnya, tetapi tak tahu siapa yang menembaknya. (Membelai bedil) Tiyanglah yang menembaknya.
164
406. NGURAH : Bape?
407. GUSTI BIANG : Tidak! Tidak! Tidak! (Berdiri hendak melempar dengan tongkat)
(Wayan segera merampas dan mendudukkannya kembali. Sementara Ngurah hanya tercengang)
408. WAYAN : Diam! Diam! Sudah waktunya menerangkan semua ini sekarang. Dia sudah cukup tua untuk tahu. (Kepada Ngurah) Ngurah, Ngurah mungkin mengira ayah Ngurah yang
sejati, sebab dia suami sah ibu Ngurah. Tapi dia bukanlah seorang pejuang. Dia seorang penjilat, musuh gerilya. Dia bukan lelaki jantan, dia seorang wandu. Dia memiliki lima belas
orang istri, tapi itu hanya untuk menutupi kewanduannya. Kalau dia harus melakukan tugas sebagai seorang suami, tiyanglah yang
165
sebagian besar melakukannya. Tapi semua itu menjadi rahasia ... sampai ... Kau lahir, Ngurah, dan menganggap dia sebagai ayahmu yang sebenarnya. Coba tanyakan kepada ibu
Ngurah, siapa sebenarnya ayah Ngurah yang sejati.
(Ngurah tak percaya dan menghampiri ibunya yang mulai menangis)
409. WAYAN : Dia pura-pura saja tidak tahu siapa laki-laki yang selalu tidur dengan dia. Sebab sesungguhnya kami saling mencintai sejak kecil, sampai tua bangka ini. Hanya kesombongann ya terhadap martabat kebangsawana nnya menyebabkan dia menolakku, lalu dia kawin dengan bangsawan, penghianat itu, semata-mata hanya soal kasta.
Meninggalkan tiyang yang tetap
166
mengharapkan nya. Tiyang bisa ditinggalkannya , sedangkan cinta itu semakin mendalam.
410. NGURAH : (Berdiri dan bertanya dengan tolol) Betulkah itu?
411. WAYAN : Tanyakan sendiri kepada dia.
412. NGURAH : Betulkah semua itu Ibu?
(Gusti Biang terus menangis sementara Ngurah terus bertanya sambil berteriak)
413. WAYAN : Tiyang menghamba di sini karena cinta tiyang kepadanya. Seperti cinta Ngurah kepada Nyoman. Tiyang tidak pernah kawin seumur hidup dan orang- orang selalu menganggap tiyang gila, pikun, tuli, hidup. Cuma tiyang sendiri yang tahu, semua itu tiyang lakukan dengan sengaja untuk melupakan kesedihan, kehilangan masa muda yang tak bisa
167
dibeli lagi. (Memandang Ngurah dengan lembut. Tapi tiba-tiba ia teringat sesuatu dan kemudian berkata) Tidak. Ngurah tidak boleh kehilangan masa muda
seperti bape hanya karena perbedaan kasta. Kejarlah perempuan itu, jangan-jangan dia mendapatkan halangan di jalan. Dia pasti tidak akan berani pulang malam-malam begini. Mungkin dia bermalam di dauh pala di rumah temannya.
Bape akan mengurus ibumu. Pergilah cepat, kejar dia sebelum terlambat.
(Kedua laki-laki itu saling memandang, Gusti Biang terpaku dan merasa malu sekali. Wayan kasihan dan mendekati Gusti Biang. Beberapa saat kemudian Wayan memandang Ngurah lagi)
414. WAYAN : Ngurah, sudah tahu semuanya. Ngurah sudah pantas mendengar itu. Tapi Jangan
168
terlalu memikirkannya. Lupakan saja itu semua. Itu memang sudah terjadi tetapi sekarang setelah Ngurah tahu, hati kami merasa lega. Sekarang lupakan semua itu. Lupakan, jangan
bersakit-sakit memikirkannya.
(Ngurah memalingkan muka ketika Wayan menatapnya)
415. WAYAN : Semua itu bohong, Titiyang bukan ayah Ngurah. Tiyang adalah Wayan yang pikun dan akan segera mati, dan beliau itu (Menunjuk potret) bukan penghianat. Dia seorang pahlawan dan pantas Ngurah sebut ayah. Ya ... banyak terdapat keburukan di atas dunia ini. Tapi tidak semua keburukan yang kita
ketahui itu perlu diketahui orang lain, kalau bisa membuat keadaan lebih
169
buruk lagi. Pergilah Tu Ngurah dan tiyang yang akan meladeni Gusti Biang.
(Tanpa menoleh Ngurah meninggalkan tempat) Adegan III Gusti Biang sudah berhenti menangis, Ia malu menatap Wayan, tapi laki-laki itu
mendekatinya.
416. WAYAN : Bagaimana Gusti Biang?
417. GUSTI BIANG : (Kemalu- maluan) Kenapa kau ceritakan semua itu padanya.
418. WAYAN : Waktu telah tiba, dia sudah cukup dewasa untuk mengetahuinya .
419. GUSTI BIANG : Kau menyebabkan aku sangat malu.
(Gusti Biang tertunduk dan Wayan menghapus air matanya)
420. WAYAN : Kenapa Ngurah dicegah kawin? Kita sudah cukup menderita karena perbedaan kasta ini. Sekarang sudah waktunya pemuda- pemuda bertindak.
Dunia sekarang sudah berubah. Orang harus menghargai
170
TAMAT
satu sama lain tanpa membeda- bedakan lagi, bagaimana Gusti Biang?
421. GUSTI BIANG : (Sambil menghapus air matanya) Aku tidak akan mencegahnya lagi. Kita akan mengawinkann ya, (Dengan manja) Tapi jangan ceritakan lagi tentang yang dulu-dulu. Aku sangat malu.
422. WAYAN : (Tersenyum) Kalau begitu Wayan tidak jadi pergi. Wayan akan menjagamu Sagung Mirah, sampai kita berdua sama- sama mati dan di atas kuburan kita, anak-anak itu berumah tangga dengan
baik. Sagung Mirah ..
423. GUSTI BIANG : Apa Wayan?
424. WAYAN : Kau tetap cantik seperti Dewi Sri ...
425. GUSTI BIANG : Huuuuuuuuuus sssssss!
Wayan tertawa lalu berjalan ke gudang. Gusti Biang mengangkat lampu teplok untuk Wayan.
171
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Salsabella Wawa Anasya dilahirkan di Muaro Bungo pada
tanggal 24 April 2000. Anak kedua dari tiga bersaudara,
pasangan dari Bapak Zahari dan Ibu Husnaini. Penulis
menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 143/VIII Kec.
Tebo Ulu Kab Tebo pada tahun 2011, penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 1 Kab. Tebo dan tamat pada
SMA Negeri 3 Kab. Tebo dan tamat pada tahun 2017.
Pada tahun 2017 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi
negeri, tepatnya di Universitas Jambi (UNJA) Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada
saat kuliah penulis memlih pengkhususan Teater dengan nama group Teater Akar.
Semasa kuliah penulis pernah menjadi aktris dalam teater “Roh, Hikayat Suara
dan Pencuri Hujan” yang ditampilkan di taman Budaya Jambi.
Penulis sekarang terdaftar sebagai mahasiswi semester 7 Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Jambi dan telah menyelesaikan tugas
akhir untuk strata satu (S1).