ANALISIS SPASIAL RENCANA PEMANFAATAN …faperta.uho.ac.id/agriplus/Fulltext/2011/AGP2102005.pdf ·...

9
AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128 ANALISIS SPASIAL RENCANA PEMANFAATAN WILAYAH EX. HTI BARITO PASIFIC TIMBER Oleh: Zulkarnain 1) ABSTRACT This study aims to determine the direction of the plan to use the ex. HTI Barito Pacific Timber area. This research was conducted from October to December 2010 in the region of ex. HTI Barito Pacific Timber area, with a total study area is 7877.5 ha. The instrument used is a set of computer equipment, survey equipment and stationery.Processing of spatial data using Geographic Information System (GIS) with software Arcview 3.2. These data are analyzed by using quantitative descriptive analysis. The results showed that there are four types of directives (1). Regional protection in areas that have been included in the IUP, covering an area of 5217.79 Ha, (2) Areas that are not included in the Permit area of 6502.11 ha, (3) utilization zones to mine an area of 16281.47 ha and (4) Other Utilization Area (Non-Mine) area of 7459.45 ha. From the results of this study is recommended to do further research to determine witch management action should be given to each region directives are so technically it can be seen that appropriate management action to ensure the sustainability the functions and benefits in the region. Key words: Spatial analysis, direction of land use, area ex. HTI Barito Pacific Timber PENDAHULUAN PT. Barito Pasific Timber merupakan perusahaan swasta nasional yang mendapatkan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK-HTI) pada hutan tropis di wilayah Kabupaten Bombana, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 212/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998,dengan luas wilayah 37.895 Ha. Pada tahun 2009 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.393/Menhut-II/2009 izin pemanfaatan PT. Barito Pasific Timber dicabut. (Dephut, 2009). Sejak ditinggalkan oleh PT. Barito Pasific Timber, keadaan tanaman dan aset lainnya menjadi tidak terpelihara. Laporan terakhir oleh pihak PT. Barito Pasific Timber pada bulan November 2003, bahwa realisasi penanaman seluas 7.366,88 Ha, namun hingga saat pemantauan dilakukan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara pada akhir tahun tahun 2009 diperkirakan hanya tersisa ±930 Ha (Anonim, 2010). Pada aspek pemanfaatan wilayah, maraknya kegiatan penambangan emas yang terjadi pada awal tahun 2009 semakin memperparah kondisi yang ada di lapangan. Dengan diterbitkannya Ijin Usaha Pertambangan (IUP) oleh Pemerintah Kabupaten Bombana, maka hampir seluruh eks wilayah HTI Barito merupakan wilayah tambang, ditambah lagi dengan tambang rakyat yang muncul secara sporadis di wilayah-wilayah tersebut. Kondisi tersebut perlu mendapat perhatian serius mengingat potensi dampak kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan oleh adanya kegiatan pertambangan, apabila pemanfaatan ruang tidak dilakukan dengan bijaksana. Hal ini mengingat sebagian besar hulu sungai Langkowala yang merupakan salah satu sungai besar di Kab. Bombana dan beberapa sungai kecil lainnya juga berada pada wilayah ex. HTI Barito Pasific Timber. Fakta lain yang tidak kalah pentingnya adalah posisinya yang berbatasan langsung dengan Kawasan Konservasi Taman Nasinal Rawa Aopa Watumohai, sehingga aktifitas pada wilayah tersebut akan berpengaruh besar terhadap kawasan taman nasional. 1 ) Staf Pengajar Pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari. 121

Transcript of ANALISIS SPASIAL RENCANA PEMANFAATAN …faperta.uho.ac.id/agriplus/Fulltext/2011/AGP2102005.pdf ·...

Page 1: ANALISIS SPASIAL RENCANA PEMANFAATAN …faperta.uho.ac.id/agriplus/Fulltext/2011/AGP2102005.pdf · Laporan terakhir oleh pihak PT. Barito Pasific Timber pada bulan November 2003,

121

AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128

ANALISIS SPASIAL RENCANA PEMANFAATAN WILAYAH EX. HTI BARITO PASIFIC TIMBER

Oleh: Zulkarnain 1)

ABSTRACT

This study aims to determine the direction of the plan to use the ex. HTI Barito Pacific Timber area. This research was conducted from October to December 2010 in the region of ex. HTI Barito Pacific Timber area, with a total study area is 7877.5 ha. The instrument used is a setof computer equipment, survey equipment and stationery.Processing of spatial data using GeographicInformation System (GIS) with software Arcview 3.2. These data are analyzed by using quantitativedescriptive analysis. The results showed that there are four types of directives (1). Regional protection inareas that have been included in the IUP, covering an area of 5217.79 Ha, (2) Areas that are not included in the Permit area of 6502.11 ha, (3) utilization zones to mine an area of 16281.47 ha and (4) OtherUtilization Area (Non-Mine) area of 7459.45 ha. From the results of this study is recommended to do further research to determine witch management action should be given to each region directives are so technically it can be seen that appropriate management action to ensure the sustainability the functions and benefits in the region.

Key words: Spatial analysis, direction of land use, area ex. HTI Barito Pacific Timber

PENDAHULUAN

PT. Barito Pasific Timber merupakan perusahaan swasta nasional yang mendapatkan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK-HTI) pada hutan tropis di wilayah Kabupaten Bombana, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 212/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998,dengan luas wilayah 37.895 Ha. Pada tahun 2009 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.393/Menhut-II/2009 izin pemanfaatan PT. Barito Pasific Timber dicabut. (Dephut, 2009).

Sejak ditinggalkan oleh PT. Barito Pasific Timber, keadaan tanaman dan aset lainnya menjadi tidak terpelihara. Laporan terakhir oleh pihak PT. Barito Pasific Timber pada bulan November 2003, bahwa realisasi penanaman seluas 7.366,88 Ha, namun hingga saat pemantauan dilakukan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara pada akhir tahun tahun 2009 diperkirakan hanya tersisa ±930 Ha (Anonim, 2010). Pada aspek pemanfaatan wilayah, maraknya kegiatan penambangan emas yang terjadi pada awal

tahun 2009 semakin memperparah kondisi yang ada di lapangan. Dengan diterbitkannya Ijin Usaha Pertambangan (IUP) oleh Pemerintah Kabupaten Bombana, maka hampir seluruh eks wilayah HTI Barito merupakan wilayah tambang, ditambah lagi dengan tambang rakyat yang muncul secara sporadis di wilayah-wilayah tersebut.

Kondisi tersebut perlu mendapat perhatian serius mengingat potensi dampak kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan oleh adanya kegiatan pertambangan, apabila pemanfaatan ruang tidak dilakukan dengan bijaksana. Hal ini mengingat sebagian besar hulu sungai Langkowala yang merupakan salah satu sungai besar di Kab. Bombana dan beberapa sungai kecil lainnya juga berada pada wilayah ex. HTI Barito Pasific Timber. Fakta lain yang tidak kalah pentingnya adalah posisinya yang berbatasan langsung dengan Kawasan Konservasi Taman Nasinal Rawa Aopa Watumohai, sehingga aktifitas pada wilayah tersebut akan berpengaruh besar terhadap kawasan taman nasional.

1) Staf Pengajar Pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari. 121

Page 2: ANALISIS SPASIAL RENCANA PEMANFAATAN …faperta.uho.ac.id/agriplus/Fulltext/2011/AGP2102005.pdf · Laporan terakhir oleh pihak PT. Barito Pasific Timber pada bulan November 2003,

122

AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128

Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan adanya penataan pemanfaatan ruang pada wilayah ex HTI Barito Pasific Timber. Leuchner (1984) dalam Nasution (2005), mengemukakan bahwa Pengelolahan lahan dan hutan merupakan hasil intergrasi dari semua komponen lingkungan baik fisik, kimia, biologi, ekonomi dan sosial yang mempengaruhi keputusan perencanaan penggunaan lahan dengan memperhatikan kerusakan lingkungan dan konservasi lahan.

Dengan memanfaatkan teknologi Sistem Informasi Geografis yang mempunyai kemampuan untuk memasukan, menyimpan, manipulasi, menampilkan dan menghasilkan informasi geografis beserta atribut-atrinutnya (Prahasta, 2005), maka tulisan ini akan mengkaji secara spasial rencana pemanfaatan ruang pada wilayah ex. HTI Barito Pasific Timber sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat, khususnya masyarakat yang berada di sekitar wilayah tersebut. Selain itu, hasil kajian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi berbagai pihak yang berkompoten dalam pemanfaatan wilayah ex . HTI Barito Pasific Timber ke depannya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober sampai Desember 2010 di wilayah Ex. HTI Barito Pasific Timber, Kabupaten Bombana dengan luas 7.877,5 Ha. Peralatan yang digunakan adalah seperangkat komputer dan perangkat lunak (Software) ArcView 3.2dengan bantuan beberapa tolls dalam Arcview seperti : extensions Image Analyst, Spatial Analyst dan Geoprocessing (Prahasta, 2004). Peralatan survey yaitu, GPS, Abney Level, Kompas, Altimeter, parang, meteran dan kamera digital serta seperangkat alat tulis kantor. Adapun bahan yang digunakan adalah ; Peta RBI Bakosurtanal tahun 1992, Peta Administrasi Kabupaten Bombana, Peta Topografi, Peta DAS, Peta Sistem Lahan, Hasil Interpretasi Citra satelit Landsat 7 ETM+ 2005, Peta Fungsi Kawasan, Peta Tata Guna Hutan

Kesepakatan tahun 1999, dan Peta Wilayah IUP Kabupaten Bombana.

Variabel yang akan diamati dalam penelitian ini mencakup 2 bagian besar yaitu:1) Wilayah lindung. Variabel ini diidentifikasi

pada 2 lokasi utama yaitu wilayah perlindungan yang masuk dalam kawasan tambang (IUP) dan wilayah perlindungan yang berada di luar kawasan tambang (IUP). Daerah yang masuk wilayah lindung didasarkan pada beberapa kriteria yakni : Buffer kawasan konservasi, Wilayah perlindungan kiri kanan sungai, Wilayah dengan kelerengan > 40%, Perlindungan terhadap Tutupan Hutan Lahan kering baik primer maupun sekunder eksisting dan Perlindungan terhadap tegakan tinggal. Hal ini sejalan dengan (Dephut, 1999, UU 41 tentang Kehutanan, Pasal 46), bahwa penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam bertujuan menjaga hutan,kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi konservasi dan fungsi produksi, tercapai secara optimal dan lestari.

2) Wilayah pemanfaatan. Variabel ini diidentifikasi pada 2 lokasi utama yaitu wilayah tambang (IUP) dan Wilayah pemanfaatan yang berada di Luar kawasan tambang (IUP). Daerah yang masuk wilayah pemanfaatan didasarkan pada beberapa kriteria: (1) Bila masuk dalam wilayah IUP maka diarahkan untuk pemanfaatan tambang, (2) Bila tidak masuk dalam wilayah IUP maka diarahkan untuk pemanfaatan lain / non tambang.

Pengumpulan data dilakukan dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, dan kegiatan survei lapangan serta cek lapangan dengan bantuan peta kerja. Pengumpulan data ini bertujuan untuk mencatat sifat-sifat fisik di lapangan dan mengoreksi data sekunder hasil interpretasi citra satelit, serta peta-peta lain dengan keadaan lokasi penelitian. Sukuryadi (2008), mengemukakan bahwa tujuan cek lapangan adalah untuk menguji kebenaran dari masing-masing kelas hasil klasifikasi pada citra serta untuk mengetahui tingkat akurasi dan

Page 3: ANALISIS SPASIAL RENCANA PEMANFAATAN …faperta.uho.ac.id/agriplus/Fulltext/2011/AGP2102005.pdf · Laporan terakhir oleh pihak PT. Barito Pasific Timber pada bulan November 2003,

123

AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128

kebenaran hasil interpretasi citra dengan mengacu pada data lapangan (land surveying).

Pengolahan data spasial menggunakan perangkat lunak (software) ArcView 3.2., kemudian dimatching sehingga dihasilkan gambaran spasial mengenai wilayah – wilayah yang dapat di manfaatkan maupun wilayah yang dilindungi pada wilayah ex. HTI Barito. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil dari analisis ini, akan memberikan informasi mengenai wilayah yang perlu dilindungi dan wilayah-wilayah non lindung / pemanfaatan lain.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Letak Geografis LokasiSecara geografis wilayah ex HTI PT.

Barito Pasific Timber terletak diantara 121044’23” - 121057’35”BT dan 4029’24” -4040’47”LS, dengan luas wilayah adalah 37.895 Ha. Secara Administratif terletak di Kabupaten Bombana, yang meliputi 10 desa dan 4 kecamatan. Sebagian besar wilayah Ex HTI PT. Barito Pasific Timber berada di Kecamatan Matausu dan Rarowatu Utara, selebihnya meliputi wilayah Kecamatan Lantari Jaya dan Poleang Utara. Lebih jelasnya letak PT. Barito Pasific Timber disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Sebaran desa dan luas wilayah dalam kawasan Ex. PT. Barito Pasific Timber di Kabupaten Bombana

No Kecamatan Desa Luas (ha) Persentase (%)1 Lantari Jaya Watu-Watu 1698.09 4.7892 Matausu Kolombi Matausu 7144.84 20.1493 Matausu Lamaru 1111.19 3.1344 Matausu Morengge 2406.53 6.7865 Matausu Tinambite 5701.65 16.0796 Matausu Totole 2468.80 6.9627 Matausu Wea-Wea 1870.73 5.2758 Poleang Utara Tanah Poleang 3912.32 11.0339 Rarowatu Utara Marga Jaya 1.09 0.00310 Rarowatu Utara Wumbubangka 9145.57 25.791

Jumlah 35460.81 1

100Sumber : Peta Administrasi Kab Bombana, 2005, Analisis SIG, 2010

Gambar 1. Peta wilayah Ex. HTI Barito Pasific Timber

TopografiTopografi areal ex. HTI PT. Barito

Pasific Timber bervariasi dari datar sampai berbukit, dengan ketinggian berkisar antara 25 m sampai 275 m dari permukaan laut. Secara umum topografi areal ex HTI PT. Barito Pasific Timber dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 4: ANALISIS SPASIAL RENCANA PEMANFAATAN …faperta.uho.ac.id/agriplus/Fulltext/2011/AGP2102005.pdf · Laporan terakhir oleh pihak PT. Barito Pasific Timber pada bulan November 2003,

124

AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128

Tabel 2. Keadaan topografi wilayah areal Ex. HTI PT. Barito Pasific Timber

No Kelas lereng Topografi Luas (ha) Persentase (%)1 (0 - 2%) Datar 75.50 0.212 (2 - 8%) Landai 1938.89 5.47

3 (8 - 15%) Agak miring 13267.32 37.41

4 (15 - 40%) Curam 17719.66 49.97

5 ( >40%) Sangat curam 2459.44 6.94

Jumlah 35460.81 100Sumber : Analisis SIG, Peta RBI, 1992, Survey lapangan 2010

Tabel 2 menunjukkan bahwa wilayah ex HTI PT. Barito Pasific didominasi oleh topografi agak curam dan curam dengan kelerengan 8 – 15% dan 15 – 40%. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk pemanfaatan wilayah dari aspek kelerengan, wilayah tersebutberpotensi untuk dapat dikelola. Namun meskipun demikian terdapat sekitar 2459.44 ha atau 6.94% daerah dengan kelerengan diatas 40% yang merupakan daerah yang perlu dilindungi mengingat topografinya yang sangat curam dan sangat berpotensi untuk menyebabkan erosi dan bencana lainnya jika tidak di kelola dengan baik.

Gambar 2. Peta topografi wilayah ex. HTI Barito Pasific Timber

Tegakan TinggalLaporan hasil pemantauan yang

dilakukan oleh Dinas Kehutanan Prov. Sultra pada akhir tahun 2009 dan laporan rencana

pengelolaan areal ex. IUPHHK-HTI PT. Barito Pasific Timber oleh Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010 menunnjukkan hingga saat pemantauan dilakukan areal tertanaman diperkirakan tersisa ±930 Ha dengan taksiran volume tegakan tinggal ± 81,037.92 m3/Ha. Gambaran ini menunjukkan bahwa tegakan yang ada masih memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi sehingga perlu ada upaya perlindungan terhadap tegakan tinggal jika kawasan tersebut akan diarahkan untuk pemanfaatan non kehutanan.

Gambar 3. Peta sebaran tegakan tinggal pada wilayah Ex. HTI Barito Pasific Timber

Penutupan LahanBerdasarkan hasil interpretasi citra

Landsat tahun 2005 dan survey lapangan 2010, data penutupan lahan di areal ex. HTI PT. Barito Pasifik Timber disajikan pada tabel di bawah ini.

Page 5: ANALISIS SPASIAL RENCANA PEMANFAATAN …faperta.uho.ac.id/agriplus/Fulltext/2011/AGP2102005.pdf · Laporan terakhir oleh pihak PT. Barito Pasific Timber pada bulan November 2003,

125

AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128

Tabel 3. Penutuhan lahan di wilayah Ex. HTI PT. Barito Pasifik Timber

No Tutupan lahan Luas (ha) Persentase (%)1 Hutan Lahan Kering Primer 3913.83 11.042 Hutan Lahan Kering Sekunder 2056.74 5.803 Pertanian Lahan Kering 910.58 2.574 Savana 17909.70 50.515 Semak/Belukar 10234.08 28.866 Tanah Terbuka 435.89 1.23

Jumlah 35460.81 100Sumber :Interpretasi Citra Lansat 2005, Survey Lapangan 2010, Analisis SIG 2010

Tabel 3 menunjukkan bahwa penutupan lahan di wilayah ex HTI PT. Barito Pasific Timber didominasi oleh tutupan savana yakni 50.51% dari keseluruhan wilayah, kemudian tutupan semak/belukar sebesar 28.86%. Ini mengindikasikan bahwa wilayah tersebut sangat berpotensi diarahkan untuk fungsi pemanfaatan. Namun terdapat tutupan lahan berupa hutan lahan kering primer (3913.83 Ha) dan hutan lahan kering sekunder (2056.74 Ha) yang perlu mendapat perhatian khusus jika wilayah tersebutakan dimanfaatkan.

Hal ini mengingat kebijakan pemerintah mengenai moratorium konversi hutan untuk tidak melakukan konversi hutan primer dan lahan gambut, sebagai bagian dari upaya Indonesia untuk menurukan emisi gas ruma kaca (GRK) dari deforestasi dan degradasi hutan (Anonim, 2011).

Gambar 4. Peta tutupan lahan pada wilayah Ex. HTI Barito Pasific Timber

Kawasan TambangBerdasarkan peta wilayah Izin Usaha

Pertambangan (IUP) Kabupaten Bombana dan hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa terdapat 6 (enam) perusahaan yang wilayah IUP nya masuk dalam wilayah ex HTI Barito Pasific Timber dan mencakup hampir seluruh wilayah ex HTI Barito Pasific Timber. Empat perusahaan diantaranya telah mendapatkan Izin pinjam pakai kawasan untuk kegiatan eksplorasi, sedangkan dua perusahaan lainnya dalam tahap proses pengurusan. Data perusahaan yang memiliki IUP pada wilayah ex. HTI Barito Pasific Timber, di sajikan pada Tabel 4.

Page 6: ANALISIS SPASIAL RENCANA PEMANFAATAN …faperta.uho.ac.id/agriplus/Fulltext/2011/AGP2102005.pdf · Laporan terakhir oleh pihak PT. Barito Pasific Timber pada bulan November 2003,

126

AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128

Tabel 4. Perusahaan tambang swasta di dalam kawasan ex. HTI Barito Pasific Timber

No Nama perusahaan Luas (ha) Status izin yang dimiliki

1. PT. Cahaya Gemilang Sentosa

5489.25 Izin Pinjam Pakai dari Menhut No : 613/Menteri Kehutanan-II/2010 tanggal 3 November 2010

2. PT. Majumulia Agungtama

5453.79 Izin Pinjam Pakai dari Menhut No : 614/ Menteri Kehutanan -II/2010 tanggal 3 November 2010

3. PT. Ganesa 6626.10 Izin Pinjam Pakai dari Menhut No : 615/ Menteri Kehutanan -II/2010 tanggal 3 November 2010

4. PT. Utama Sultra 2032.43 Izin eksplorasi dari Bupati Bombana; sementara dalam proses izin pinjam pakai dari Menteri Kehutanan

5. PT. Sultra Utama Nikel 1845.35 Izin Pinjam Pakai dari Menteri Kehutanan

6. PT. Galian Indonesia 82.32 Izin eksplorasi dari Bupati Bombana; sementara dalam proses izin pinjam pakai dari Menhut

Sumber : Peta Wilayah IUP Kab. Bombana tahun 2010 dan Analisis SIG, 2010

Gambar 5. Peta sebaran tambang pada wilayah Ex. HTI Barito Pasific Timber

Kawasan HutanBerdasarkan data dan peta yang

diperoleh dari Badan Inventarisasi dan Perpetaan Hutan Provinsi Sultra, mengenai Kawasan Hutan, menunjukkan bahwa keseluruhan wilayah Ex PT. Barito Pasific Timber berada dalam wilayah Kawasan Hutan Produksi. Hal ini berarti dari aspek pemanfaatan wilayah ini memiliki potensi untuk dapat dimanfaatkan, namun tentunya melalui mekanisme dan prosedur yang tepat, misalnya prosedur pinjam pakai kawasan jika akan diarahkan untuk pemanfaatan Pertamabangan mengingat wilayah tersebut memiliki potensi tambang yang cukup besar.

Gambar 6. Peta kawasan hutan pada wilayah Ex. HTI Barito Pasific Timber

Berdasarkan peta kawasan hutan yang disajikan pada Gambar 4, terlihat bahwa pada bagian Utara wilayah Ex. HTI Barito Pasific Timber, berbatasan langsung dengan kasan konservasi Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW), sehingga perlu adanya wilayah buffer perlindungan untuk daerah –daerah yang berbatasan langsung dengan kawasan TNRAW untuk dapat menjamin kelestarian kawasan konservasi tersebut.

Aliran SungaiHasil interpretasi Citra Landsat tahun

2005 dan peta Rupa Bumi Indonesia tahun 1992 menunjukkan terdapat tiga sungai besar yang

Page 7: ANALISIS SPASIAL RENCANA PEMANFAATAN …faperta.uho.ac.id/agriplus/Fulltext/2011/AGP2102005.pdf · Laporan terakhir oleh pihak PT. Barito Pasific Timber pada bulan November 2003,

127

AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128

melalui wilayah Ex. HTI Barito Pasific Timber yaitu Sungai Langkowala, Sungai watu-watu dan sungai Lausu. Sebagian besar hulu sungai tersebut, terutama sungai Langkowala yang merupakan salah satu sungai besar di Kabupaten Bombana berada pada wilayah Ex. HTI Barito Pasific Timber ini. Oleh karena itu perlu diperhatikan penataan wilayah perlindungan kiri kanan sungai, sesuai dengan ketentuan wilayah perlindungan sungai yang ditetapkan dalan UU Kehutanan No 41 Tahun 1999. Dalam kebijakan telah ditentukan wilayah perlindungan sungai ditetapkan 100 m kiri kanan sungai untuk perlindungan sungai dan 50 m kiri kanan anak sungai. Untuk lebih jelasnya sebaran daerah aliran sungai disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Peta daerah aliran sungai pada wilayah Ex. HTI Barito Pasific Timber

Arahan Pemanfaatan RuangBerdasarkan variabel penelitian dan

parameter yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pengelompokkan arahan pemanfaatan ruang pada areal Ex PT. Barito Pasific Timber dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Arahan pemanfaatan ruang pada Ex PT. Barito Pasific Timber

Uraian Lokasi Arahan pemanfaatan ruang Luas (ha)I. Wilayah

perlindunganA. Dalam wilayah

IUP a. Buffer taman nasional 959.98

b. Buffer sungai 1981.66

c. Sisa tanaman PT. Barito 1202.6

d. Hutan lahan kering primer 703.94

e. Hutan lahan kering sekunder 365.38

f. Kelerengan >40% 4.23

JUMLAH A (Lindung dalam Wil IUP) 5217.79B. Luar Wilayah

IUPa. Buffer Taman NAsional 137.96

b. Buffer Sungai 1118.99

c. Sisa Tanaman PT. Barito 34.89

d. Hutan Lahan Kering Primer 2966.79

e. Hutan Lahan Kering Sekunder 1229.37

f. Kelerengan >40% 1014.12JUMLAH B (Lindung Luar Wil Tambang) 6502.11

JUMLAH I (A + B) 11719.9

Page 8: ANALISIS SPASIAL RENCANA PEMANFAATAN …faperta.uho.ac.id/agriplus/Fulltext/2011/AGP2102005.pdf · Laporan terakhir oleh pihak PT. Barito Pasific Timber pada bulan November 2003,

128

AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128

Tabel 5. Lanjutan...

Uraian Lokasi Arahan pemanfaatan ruang Luas (ha)II. Wilayah non

lindung (pemanfaatan lain)

A. Dalam Wilayah IUP

Wilayah pertambangan 16281.47

JUMLAH A (Wil Tambang) 16281.47B. Luar Wilayah IUP

Pemanfaatan lain/ non tambang 7459.45JUMLAH B (Pemanfaatan lain/ non tambang) 7459.45

JUMLAH II (A + B) 23740.92

T O T A L 35460.81Sumber : Analisis GIS, 2010.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada wilayah IUP terdapat 5217.79 ha yang masuk daerah perlindungan. Hal ini di karenakan secara spasial terdapat daerah-daerah yang diarahkan untuk dilindungi yaitu daerah buffer taman nasional, perlindungan kiri kanan sungai, perlindungan tegakan tinggal, perlindungan terhadap hutan lahan kering primer dan sekunder, serta perlindungan daerah dengan kelerengan >40%. Begitu pula untuk wilayah yang tidak masuk dalam areal yang memiliki IUP terdapat luasan sebesar 6502.11 ha yang perlu diarahkan sebagai daerah perlindungan.

Pada wilayah pemanfaatan terdapat 2 kelompok pemanfaatan yakni: (1) pemanfaatan untuk tambang seluas 16281.47 ha yaitu daerah yang telah memiliki IUP dan tidak tergolong dalam kriteria wilayah buffer taman nasional, perlindungan kiri kanan sungai, perlindungan tegakan tinggal, perlindungan terhadap hutan lahan kering primer dan sekunder, serta perlindungan daerah dengan kelerengan >40%. Kemudian (2) Wilayah Pemanfaatan lain (non tambang) seluas 7459.45 ha yakni daerah yang tidak termasuk dalam wilayah yang memiliki IUP dan tidak termasuk dalam wilayah dengan kriteria lindung yang telah di kemukakan di atas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil Penelitian ini maka dapa ditarik kesimpulan bahwa untuk arahan pemanfaatan areal Ex PT. Barito Pasific Timber terdapat empat jenis arahan pemanfaatan yaitu (1). Wilayah perlindungan pada areal yang telah masuk dalam IUP, seluas 5217.79. (2) Wilayah yang tidak masuk dalam areal yang memiliki izin usaha untuk pemanfaatan pertambangan (IUP) terdapat luasan sebesar 6502.11 ha. (3) Wilayah pemanfaatan untuk tambang seluas 16281.47 ha dan (4) Wilayah Pemanfaatan lain (Non Tambang) seluas 7459.45 ha. Namun disisi lain perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menentukan tindakan pengelolaan yang harus diberikan pada tiap-tiap wilayah arahan pemanfaatan tersebut sehingga secara teknis dapat diketahui tindakan pengelolaan yang tepat untuk menjamin keberlanjutan fungsi dan manfaat dari wilayah ex PT. Barito Pasific Timber tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1999. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan. Jakarta.

Anonim. 2010. Laporan Penyusunan Rencana Pengelolaan Areal ex. IUPHHK-HTI PT. Barito pasific Timber. Tidak dipublikasikan. Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Page 9: ANALISIS SPASIAL RENCANA PEMANFAATAN …faperta.uho.ac.id/agriplus/Fulltext/2011/AGP2102005.pdf · Laporan terakhir oleh pihak PT. Barito Pasific Timber pada bulan November 2003,

129

AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 02 Mei 2011, ISSN 0854-0128

Anonim. 2011. Moratorium Konversi Hutan dan Implikasinya. http://www.konsentrasi-lingkungan.com/2011/01/moratorium-konversi-hutan-dan.html. Diakses 28April 2011.

Dephut. 2009. Daftar Pencabutan SK. IUPHHK-HTI. http://www. Dephut.go.id/files/IUPHHK_HT_Pencabutan.pdf. Diakses 28 April 2011.

Nasution Z. 2005. Evaluasi Lahan Daerah Tangkapan Hujan Danau Toba Sebagai Dasar Perencanaan Tata Guna Lahan Untuk Pembangunan Berkelanjutan.http://Library.USU.ac.id/download/e-book/Zulkifli%20Nasution.pdf. Diakses 12 Agustus 2011.

Prahasta, Eddy. 2005. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Penerbit Informatika. Bandung.

Prahasta, Eddy. 2004. Sistem InformasiGeografis, Tools and Plug-Ins. Penerbit Informatika . Bandung.

Sukuryadi. 2008. Pemetaan Distribusi Terumbu Karang Dengan Menggunakan Data Satelit Alos AVNIR-2 Di Sekitar Perairan Sekotong Kabupaten Lombok Barat.http://syukuryadi.wordpress.com/artikel-penelitian-2/. Diakses 12 Agustus 2011.