ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB...

84
ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI KECAMATAN METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR (Skripsi) Oleh Dinda Savira Maharti JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2019

Transcript of ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN PENENTUAN

HARGA POKOK PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI

KECAMATAN METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

(Skripsi)

Oleh

Dinda Savira Maharti

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2019

Page 2: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

ABSTRACT

ANALYSIS OF PRODUCTION, INCOME FARMING AND DETERMINE

OF MAIN PRODUCTION COST OF RED CHILI (Capsicum annum L.)

IN METRO KIBANG SUBDISTRICT EAST LAMPUNG REGENCY

By

Dinda Savira Maharti

This research aims to analyze the production, cost structure, income farming, and

main production cost of red chili in Metro Kibang subdistrict East Lampung

Regency. The method is survey method. This research uses two villages which are

purposively chosen, namely Margototo and Kibang. The respondents of this research

are 65 red chili farmers chosen by using a simple random method. The factors of

production are analyzed by using Cobb Douglass, while income farming is using

value of revenue per cost. The result has led that the factors influencing the

productions of red chili are seeds, fertilizer KCI, fertilizer NPK, pesticide, and

manpower. The structure of costs incurred for variable costs is higher than fixed

costs, in which the largest cost structure is allocated for labor costs approximately

66,90%. The average income for the total cost of red chili farming is received by

farmers in the amount of Rp85.904.839,21 per hectare. The amount of the R/C for

the total cost is 2,85. The R/C value that is greater than one means that red chili

farming in Metro Kibang Sub district is profitable to be cultivated and deserves to

be cultivated again. The main production cost of red chili per kilogram is

calculated by using the variable costing method of Rp5.800,49 and the full costing

method of Rp6.276,57; this value is less than the average selling price of red chili

i.e. Rp17.868,72. The result of sensitivity analysis of red chili farming towards the

decreasing production, the decreasing price, as well as the increasing of total

production cost provides a positive income on red chili farming.

Keywords: cost structure, farming income, main production cost, production,

red chili, sensitivity

Page 3: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

ABSTRAK

ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN PENENTUAN

HARGA POKOK PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI

KECAMATAN METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

Dinda Savira Maharti

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produksi, struktur biaya, pendapatan

usahatani, dan harga pokok produksi cabai merah di Kecamatan Metro Kibang

Kabupaten Lampung Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

survei. Lokasi penelitian menggunakan dua desa yang dipilih secara sengaja

(purposive) yaitu Margototo dan Kibang. Sampel dari penelitian ini adalah 65

petani cabai merah yang dipilih dengan metode acak sederhana. Faktor produksi

dianalisis dengan fungsi Cobb Douglass, pendapatan usahatani dengan nilai R/C.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang berpengaruh

nyata adalah benih, pupuk KCl, pupuk NPK, pestisida, dan tenaga kerja. Struktur

biaya yang dikeluarkan untuk biaya variabel lebih tinggi dibandingkan biaya tetap,

dengan struktur biaya yang terbesar yaitu biaya tenaga kerja sebesar 66,90%.

Pendapatan rata-rata atas biaya total usahatani cabai merah di Kecamatan Metro

Kibang Kabupaten Lampung Timur yang diterima petani sebesar

Rp85.904.839,21 per hektar. Besarnya nilai R/C atas biaya total adalah 2,85. Nilai

R/C yang lebih besar dari satu berarti bahwa usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang menguntungkan untuk diusahakan dan layak untuk diusahakan

kembali. Harga Pokok Produksi (HPP) cabai merah perkilogram dihitung dengan

dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan metode full costing

sebesar Rp6.276,57 nilai itu lebih kecil dari harga jual rata-rata cabai merah

sebesar Rp17.868,72. Hasil analisis sensitivitas usahatani cabai merah terhadap

penurunan produksi, penurunan harga, dan peningkatan total biaya produksi

memberikan nilai pendapatan yang positif pada usahatani cabai merah.

Kata kunci: cabai merah, harga pokok produksi, pendapatan usahatani, produksi,

sensitivitas, struktur biaya

Page 4: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN PENENTUAN

HARGA POKOK PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI

KECAMATAN METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh

DINDA SAVIRA MAHARTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

Page 5: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

Judul : ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN

USAHATANI DAN PENENTUAN HARGA

POKOK PRODUKSI CABAI MERAH

(Capsicum annum L.) DI KECAMATAN

METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG

TIMUR

Nama Mahasiswa : Dinda Savira Maharti

Nomor Pokok Mahasiswa : 1514131035

Program Studi / Jurusan : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Menyetujui

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S. Ani Suryani, S.P., M.Sc.

NIP 19611225 198703 1 005 NIP 19820303 200912 2 008

2. Ketua Jurusan Agribisnis

Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si.

NIP 19691003 199403 1 004

Page 6: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S. ………………

Sekretaris : Ani Suryani, S.P., M.Sc. ………………

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P. ………………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.

NIP 19611020 198603 1 002

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 12 Agustus 2019

Page 7: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lahat, Sumatera Selatan, pada tanggal 05 Januari 1998, dari

pasangan Ayah M. Hasbi dan Ibu Hariati, yang merupakan anak ke dua dari dua

bersaudara. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 3

Liman Benawi pada tahun 2003, lulus pada tahun 2009. Penulis menempuh

pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 2 Trimurjo, lulus

pada tahun 2012, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas

(SMA) di SMA Muhammadiyah 1 Metro, lulus pada tahun 2015. Penulis

terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

lampung pada tahun 2015 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN) dan memperoleh Beasiswa Bidikmisi.

Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis pernah aktif sebagai

anggota HIMASEPERTA periode 2015/2016, penulis juga pernah menjadi

anggota bidang Kemuslimahan Fosi FP Unila periode 2015/2016. Pada tahun

2018, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Pekon

Merbau, Kecamatan Kelumbayan Barat, Kabupaten Tanggamus. Pada tahun

2018, penulis juga melaksanakan Praktik Umum (PU) selama 30 hari kerja efektif

di PTPN 7 Unit Usaha Resa-Pewa, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.

Page 8: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

Penulis juga pada tahun 2018 pernah menjadi Enumerator Program MANTRA

TUBABA (Maju Sejahtera) kerjasama BAPPEDA Kabupaten Tulang Bawang

Barat dengan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pada tahun 2019 pernah

menjadi Enumerator Rona Awal dan Survei Pendahuluan Eksplorasi PT. Star

Energy Geothermal Suoh Sekincau kerjasama dengan Lembaga Penelitian dan

Pengembangan kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Lampung. Selama masa

perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Pengembangan

Masyarakat pada tahun ajaran 2017/2018 dan 2018/2019, mata kuliah Ekonomi

Manajerial pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019, mata kuliah Praktik

Pengenalan Pertanian (Homestay) pada semester genap tahun ajaran 2018/2019,

mata kuliah Sosiologi Pedesaan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.

vii

Page 9: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahiim,

Alhamdulillahi Rabbil’alamiin, segala puji hanya kepada Allah Subhanna wa

Ta’ala yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam

penyelesaian skripsi yang berjudul Analisis Produksi, Pendapatan Usahatani

dan Penentuan Harga Pokok Produksi Cabai Merah (Capsicum annum L.) di

Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur, banyak pihak yang

telah memberikan bantuan, arahan dan bimbingan yang membangun. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung, yang telah memberikan kelancaran dalam penyelesaian

skripsi.

2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis, yang

telah memberikan arahan, saran, dan nasihat yang telah diberikan.

3. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., selaku Dosen Pembimbing Pertama, atas ketulusan

hati dan kesabaran dalam memberikan bimbingan dan memberikan arahan,

masukan, nasihat selama proses penyelesaian skripsi.

Page 10: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

4. Ani Suryani, S.P., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Kedua, atas ketulusan

hati dan kesabaran dalam memberikan bimbingan dan memberikan arahan,

masukan, nasihat selama proses penyelesaian skripsi.

5. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Dosen Penguji, atas kebaikan

hati, nasihat, saran, dan arahan yang diberikan dengan sangat baik untuk

penyempurnaan skripsi ini.

6. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik,

terimakasih atas arahan, bimbingan dan nasihat yang telah diberikan.

7. Teristimewa untuk ayah dan ibu tercinta, M. Hasbi dan Hariati serta kakak

tersayang, Mutia Retno Maharti, S.Pd., yang selalu memberikan dorongan,

doa, motivasi, semangat, limpahan kasih sayang, dukungan moral dan materiil

yang setulus hati telah diberikan kepada penulis selama ini.

8. Desti April Yanti, Ni Nyoman Tri Santiasih, Devita Anggraini, Brigita Puji

Bestari, Lu’lu’ul Fuadah, Ria Kurniasih, sahabat yang memberikan tempat dan

suasana menyenangkan selama perkuliahan sehingga membantu proses

penyelesaian skripsi ini.

9. Elsa Fitriana, Alifia Marsa Aisy, Nanda Aprilia, Tiya Ayu Lestari, Ervina,

Jihan, Melda, Putri, Bagus, Zauvi, Salim, Roni, Ajay, Iqbal, Thomas, Arok,

Rara, Dewi, Adem, Intan, Mutiara, Fitri, Dian, Titis Aditya, Reksi Ghania,

Desva Sari, Rama Ayu, Rafita, Yuni Hidayah, Rina Astuti, Titis Widyawati,

Via A, Wayan, Paulina, Azizah yang telah bersama-sama berjuang di kelas

Agribisnis A selama empat tahun.

10. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis FP Unila yang telah memberikan nasihat,

saran, pengalaman dan kebaikan hati selama perkuliahan.

ix

Page 11: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

11. Karyawan Jurusan Agribisnis FP Unila, Mbak Iin, Mbak Vanessa, Mas

Buchori, Mbak Tunjung, Mas Boim yang memberi dukungan semangat dan

kebaikan hati membantu kelancaran administrasi selama perkuliahan.

12. Teman-teman KKN Pekon Merbau, Atikah Nurhidayah, Ayu Satia Haini, Kak

Emi, Kak Anto, Kak Rizki, Kak Dwi, Kak Faddel, Kak Asti, Geri, Bobi, Dara,

Puput, Utri yang setia memberikan semangat dan dukungan sampai sekarang.

13. Kak Eka, Kak Devira, Kak Fabi, Kak Fenti yang senantiasa memberikan

informasi, bantuan, dan dukungan semangat kepada penulis.

14. Keluarga besar Agribisnis 2015, 2014, 2013, 2012 dan adik-adik angkatan

2016, 2017, dan 2018, terimakasih dukungan dan kebersamaan selama

melaksanakan perkuliahan.

15. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Disadari masih banyak kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi yang memerlukannya. Mohon maaf atas segala kesalahan dan

kekhilafan selama proses penulisan skripsi ini. Semoga Allah Subhanna wa

Ta’ala memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan.

Aamiin Ya Rabbalalaamiin.

Bandar Lampung, 19 Juli 2019

Penulis

Dinda Savira Maharti

x

Page 12: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan ........................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS ........................................................................................ 9

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 9

1. Usahatani Cabai Merah .......................................................... 9

2. Konsep Usahatani dan Pendapatan Usahatani ....................... 15

3. Teori Produksi dan Fungsi Produksi ...................................... 18

4. Struktur Biaya ........................................................................ 23

5. Harga Pokok Produksi (HPP) ................................................ 24

B. Kajian Penelitian Terdahulu ......................................................... 28

C. Kerangka Pemikiran...................................................................... 36

D. Hipotesis ....................................................................................... 37

III. METODE PENELITIAN .................................................................. 39

A. Metode Penelitian ......................................................................... 39

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ....................................... 39

C. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian ................... 43

D. Jenis Data dan Metode PengumpulanData ................................... 44

E. Metode Analisis Data .................................................................... 45

1. Analisis Tujuan Pertama ........................................................ 45

2. Analisis Tujuan Kedua ........................................................... 50

3. Analisis Tujuan Ketiga .......................................................... 50

4. Analisis Tujuan Keempat ....................................................... 52

Page 13: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

xii

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ........................... 54

A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur ............................ 54

1. Letak Geografis ...................................................................... 54

2. Keadaan Demografi ............................................................... 56

3. Keadaan Iklim ........................................................................ 56

B. Kondisi Umum Kecamatan Metro Kibang ................................... 57

1. Letak Geografis ...................................................................... 57

2. Keadaan Demografi ............................................................... 57

3. Keadaan Pertanian ................................................................. 58

C. Kondisi Umum Desa Margo Toto dan Desa Kibang .................... 59

1. Letak Geografis ...................................................................... 59

2. Keadaan Demografi ............................................................... 60

3. Keadaan Pertanian ................................................................. 60

V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 62

A. Karakteristik Petani Responden .................................................... 62

1. Umur Petani Responden ........................................................ 62

2. Pendidikan Petani Responden ................................................ 63

3. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden ................. 64

4. Pengalaman Berusahatani Cabai Merah Petani Responden .. 65

5. Luas dan Status Kepemilikan Lahan Petani Responden ........ 66

B. Keragaan Usahatani ...................................................................... 68

C. Penggunaan Sarana Produksi ........................................................ 72

1. Penggunaan Benih ................................................................. 72

2. Penggunaan Pupuk ................................................................. 73

3. Penggunaan Pestisida ............................................................. 75

4. Penggunaan Tenaga Kerja ..................................................... 76

5. Penggunaan Peralatan ............................................................ 79

D. Produksi dan Penerimaan Usahatani Cabai Merah ....................... 80

E. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi

Cabai Merah .................................................................................. 81

F. Analisis Struktur Biaya Usahatani Cabai Merah .......................... 89

G. Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Merah ............................... 92

H. Analisis Harga Pokok Produksi Cabai Merah .............................. 95

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 99

A. Kesimpulan ................................................................................... 99

B. Saran ............................................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 101

LAMPIRAN ............................................................................................... 106

xii

Page 14: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Luas panen, produksi dan produktivitas cabai menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2017 ............................ 3

2. Sentra produksi cabai merah menurut kecamatan di Kabupaten

Lampung Timur Tahun 2017 ............................................................... 4

3. Anjuran pemupukan susulan dengan system MPHP ........................... 15

4. Kajian penelitian terdahulu .................................................................. 30

5. Perhitungan Harga Pokok Produksi Usahatani Cabai Merah di

Kecamatan Metro Kibang Tahun 2018 ................................................ 52

6. Sebaran petani responden usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang menurut kelompok umur .............................................. 62

7. Sebaran petani responden usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang menurut tingkat pendidikan .......................................... 63

8. Sebaran petani responden usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang menurut jumlah tanggungan keluarga .......................... 64

9. Sebaran petani responden usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang menurut pengalaman berusahatani ............................... 66

10. Sebaran petani responden usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang menurut luas lahan garapan .......................................... 67

11. Sebaran petani responden usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang menurut status kepemilikan lahan ................................ 68

12. Rata-rata penggunaan benih dan pupuk usahatani cabai merah

di Kecamatan Metro Kibang ................................................................ 74

13. Jenis-jenis pestisida yang digunakan oleh petani responden ............... 76

14. Penggunaan tenaga kerja usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang ....................................................................................... 77

15. Rata-rata nilai penyusutan peralatan dalam kegiatan usahatani

cabai merah di Kecamatan Metro Kibang............................................ 79

16. Hasil analisis regresi fungsi produksi cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang, tahun 2018 ................................................................... 81

17. Hasil regresi statistic kolinieritas dengan nilai VIF ............................. 83

18. Hasil uji heteroskedastisitas dengan Uji White.................................... 83

19. Struktur biaya atas biaya tetap dan variabel usahatani cabai

merah di Kecamatan Metro Kibang ..................................................... 90

Page 15: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

xiv

20. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C usahatani cabai

merah di Kecamatan Metro Kibang ..................................................... 92

21. Perhitungan harga pokok produksi usahatani cabai merah di

Kecamatan Metro Kibang Tahun 2018 ................................................ 96

22. Hasil analisis sensitivitas usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang, Tahun 2018 .................................................................. 97

23. Identitas responden petani cabai merah di Kecamatan Metro Kibang

Kabupaten Lampung Timur ................................................................. 107

24. Penggunaan benih dan pupuk usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur ......................................... 109

25. Penggunaan pestisida usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang ....................................................................................... 113

26. Penyusutan alat pada usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang ....................................................................................... 119

27. Penggunaan tenaga kerja usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang ....................................................................................... 125

28. Produksi dan penerimaan usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang ....................................................................................... 141

29. Rekapitulasi pendapatan usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang, tahun 2018 ................................................................... 147

30. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C usahatani

cabai merah di Kecamatan Metro Kibang............................................ 151

31. Perhitungan harga pokok produksi cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang ....................................................................................... 152

32. Data regresi awal produksi cabai merah di Kecamatan Metro Kibang 153

33. Data linear regresi awal produksi cabai merah di Kecamatan Metro Kibang ....................................................................................... 155

34. Hasil analisis regresi produksi cabai merah di Kecamatan Metro Kibang ....................................................................................... 157

35. Hasil uji heteroskedastisitas dengan Uji White.................................... 158

xiv

Page 16: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Harga cabai merah di Provinsi Lampung Tahun 2017 ........................ 6

2. Hubungan fungsional produksi fisik dan faktor produksi .................... 19

3. Kurva produksi ..................................................................................... 22

4. Kerangka pemikiran analisis produksi, pendapatan usahatani dan

penentuan harga pokok produksi cabai merah (Capsicum annum L.)

di Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur .................. 38

5. Aturan membandingkan Uji Durbin-Watson ....................................... 49

6. Peta Kabupaten Lampung Timur sebagai daerah penelitian ................ 55

7. Pola tanam di Kecamatan Metro Kibang ............................................. 68

8. Penyemaian benih cabai merah di Kecamatan Metro Kibang ............. 69

9. Penggunaan ajir batang jagung di Kecamatan Metro Kibang.............. 70

Page 17: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam meningkatkan

perekonomian Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2018) pada tahun

2017 sektor pertanian sebagai penyumbang PDB terbesar kedua setelah

sektor industri pengolahan. Sumbangan sektor pertanian terhadap PDB yaitu

sebesar 13,26%, angka tersebut meningkat sebesar 3,14% dari tahun

sebelumnya. Oleh karena itu, pemerintah sangat menaruh perhatian pada

setiap upaya yang dilakukan guna memacu pertumbuhan sektor pertanian itu

sendiri.

Sektor pertanian sebagai penyangga perekonomian negara terdiri dari

beberapa subsektor yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,

perikanan, peternakan dan kehutanan. Subsektor holtikultura merupakan

salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam

menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

penting dalam perekonomian nasional. Komoditas tanaman holtikultura

dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu sayuran, buah-buahan,

tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Komoditas holtikultura dapat

Page 18: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

2

berperan sebagai devisa negara melalui substitusi impor dan ekspor

(Departemen Pertanian, 2010).

Usaha-usaha peningkatan produksi sayuran difokuskan pada tanaman yang

saat ini produksinya masih rendah, tetapi memiliki nilai ekonomis yang

tinggi. Salah satu jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang

tinggi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah cabai merah. Cabai

merah merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang dapat dibudidayakan

secara komersial di daerah tropis. Pada umumnya cabai merah digunakan

sebagai bumbu masakan, bahan industri, obat-obatan, dan zat pewarna.

Semakin beragamnya penggunaan sayuran yang memiliki rasa dan beraroma

pedas ini, maka permintaan akan cabai merah dalam pasar dalam negeri

semakin meningkat dari waktu ke waktu (Prajnanta, 2011).

Cabai merah merupakan tanaman sayuran yang banyak dibudidayakan petani

karena permintaannya yang cenderung meningkat seiring bertambahnya

jumlah penduduk serta berkembangnya industri olahan yang membutuhkan

bahan baku cabai merah. Hal ini menjadikan cabai merah sebagai komoditas

sayuran yang diunggulkan secara nasional. Menururt Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Provinsi Lampung (2010), permintaan cabai merah di

tingkat nasional mencapai 1.220.088 ton dengan rata-rata konsumsi per kapita

per tahun mencapai 4 – 5 kg. Peningkatan permintaan inilah yang

menjadikan semakin banyak petani yang membudidayakannya. Cabai

menjadi komoditas unggulan yang dibudidayakan petani di Provinsi

Lampung karena Provinsi Lampung memiliki potensi lahan dan agroklimat

Page 19: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

3

yang mendukung untuk mengembangkan komoditas cabai merah. Data luas

panen, produksi dan produktivitas cabai menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Lampung tahun 2017 ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas cabai menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2017.

Kabupaten/Kota Luas Panen Produksi

(Ha) (Ton)

Lampung Barat 996 11.087

Tanggamus 726 2.738

Lampung Selatan 1.117 15.918

Lampung Timur 1.259 2.502

Lampung Tengah 996 8.762

Lampung Utara 387 6.571

Way Kanan 327 459

Tulang Bawang 356 814

Pesawaran 493 7.382

Pringsewu 214 903

Mesuji 362 5.265

Tulang Bawang Barat 141 948

Pesisir Barat 429 1.378

Bandar Lampung 61 51

Metro 26 132

Lampung 7.890 64.910

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2018.

Pada Tabel 1, menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Timur merupakan

sentra produksi cabai merah di Provinsi Lampung. Total luas panen pada

tahun 2017 mencapai 1.259 Ha dengan produksi sebesar 2.502 ton. Luas

panen Kabupaten Lampung Timur yang cukup tinggi itu seharusnya

mendukung untuk menghasilkan produksi cabai merah yang tinggi. Pada

kenyataannya luas panen yang tinggi itu tidak sejalan dengan produksinya.

Produksi cabai merah di Kabupaten Lampung Timur terbilang rendah karena

produktivitasnya hanya sebesar 1,99 ton/Ha. Hal tersebut akan sangat

mempengaruhi jumlah biaya total yang dikeluarkan petani karena dalam

Page 20: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

4

melakukan budidaya menggunakan luas lahan yang cukup besar. Kecamatan

Metro Kibang merupakan salah satu kecamatan yang luas panen cabai

merahnya tertinggi di Kabupaten Lampung Timur yaitu sebesar 188 Ha

dengan produksi sebesar 1.998 ku. Data luas panen, produksi dan

produktivitas cabai merah menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Timur

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sentra produksi cabai merah menurut kecamatan di Kabupaten

Lampung Timur Tahun 2017

No. Kecamatan Luas Panen

(Ha)

Produksi

(Ku)

1 Metro Kibang 188 1.998

2 Batanghari 86 7.122

3 Bandar Sribhawono 79 1.690

4 Marga Tiga 63 282

5 Waway Karya 61 4.873

6 Raman Utara 26 512

7 Labuhan Maringgai 24 194

8 Jabung 18 86

9 Purbolinggo 18 159

10 Sekampung Udik 17 684

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur, 2018

Usahatani cabai merah merupakan salah satu jenis usahatani yang mempunyai

risiko cukup tinggi, yaitu risiko penurunan harga serta serangan hama

penyakit. Selain itu, usahatani cabai merah juga membutuhkan dana investasi

yang cukup tinggi pada proses produksinya. Tingginya biaya investasi yang

harus dikeluarkan petani membuat petani sangat intensif dalam pengendalian

hama dan penyakit. Tingginya luas lahan yang dikuasai petani dalam

usahatani cabai merah jelas akan membuat petani mengeluarkan biaya yang

besar pula untuk investasi dan pemeliharaan. Seringkali petani tidak

menghitung biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk dan pestisida

Page 21: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

5

yang berlebihan dalam usahataninya. Aktivitas usahatani yang lebih baik

dapat dilihat dari adanya peningkatan-peningkatan dalam produktivitas

usahatani sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan petani (Tarigan

dan Wiryanta, 2003).

B. Rumusan Masalah

Usahatani cabai merah di Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu

pilihan usahatani yang banyak dilaksanakan oleh sebagian besar petani.

Lahan usahatani yang luas untuk Kecamatan Metro Kibang sebesar 188 Ha

menjadi peluang besar bagi usahatani cabai merah akan tetapi hal itu

berbanding terbalik dengan produksi yang dihasilkan. Produksi cabai merah

yang terbilang cukup rendah yaitu hanya sebesar 1.998 ku sangat berkaitan

erat dengan penggunaan faktor-faktor produksi di dalamnya. Kombinasi

penggunaan faktor-faktor produksi sangat menentukan jumlah produksi

komoditas cabai merah yang akan dihasilkan. Hal itu dimaksudkan agar

kegiatan usahatani yang dijalankan senantiasa dapat memberikan keuntungan

bagi petani, sehingga alokasi faktor-faktor produksi bisa berjalan lebih

optimal.

Harga cabai merah yang sangat berfluktuasi, seringkali membuat petani cabai

mendapatkan keuntungan yang besar, namun terkadang petani mengalami

kerugian pula. Pada bulan Januari tahun 2017, harga cabai merah di tingkat

petani mencapai Rp 40.537/kg, sedangkan pada bulan Juni tahun 2017 harga

Page 22: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

6

cabai merah menurun pada harga Rp 27.068/kg. Perkembangan harga cabai

merah di Provinsi Lampung tahun 2017 ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Harga cabai merah di Provinsi Lampung tahun 2017.

Sumber: Badan Pusat Statistik Tahun 2018

Harga cabai merah di Provinsi lampung mengalami fluktuasi setiap bulannya.

Pada saat musim panen, harga cabai merah mengalami penurunan yang

disebabkan oleh meningkatnya jumlah produksi pada saat itu. Harga pokok

produksi sangat berpengaruh dalam perhitungan pendapatan yang akan

diperoleh petani. Harga pokok produksi cabai merah merupakan total biaya

yang dikeluarkan oleh petani untuk memproduksi cabai merah dalam proses

budidaya pada satu musim tanam. Petani cabai merah dalam melaksanakan

usahatani berorientasi pada pencapaian laba, sehingga perhitungan biaya

diperlukan dalam masalah pencapaian laba serta pengembalian modal.

Perhitungan harga pokok produksi diperlukan dalam mengetahui biaya yang

dikeluarkan petani selama kegiatan usahatani sehingga petani mengetahui

harga yang diterima atas penjualan hasil panennya menguntungkan atau tidak.

40.537 38.354

36.100 33.203

35.085

27.068 27.075 26.994 27.475 28.742 29.517 30.776

Page 23: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

7

Usahatani cabai merah yang cukup berisiko tinggi inilah yang menjadikan

petani mengalokasikan biaya pada pemeliharaan, terutama biaya untuk

pestisida. Penggunaan pestisida diyakini menjadi salah satu faktor yang

menekan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani cabai merah.

Penetapan harga pokok produksi menjadi penting karena berkaitan dengan

penentuan keberhasilan usahatani dengan melihat seberapa besar keuntungan

yang diperoleh petani atas penjualan cabai merah.

Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi cabai merah di

Kecamatan Metro Kibang?

2. Bagaimana struktur biaya usahatani cabai merah di Kecamatan Metro

Kibang Kabupaten Lampung Timur?

3. Berapa pendapatan usahatani cabai merah di Kecamatan Metro Kibang

Kabupaten Lampung Timur?

4. Berapa harga pokok produksi cabai merah di Kecamatan Metro Kibang

Kabupaten Lampung Timur?

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi cabai

merah di Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur.

2. Menganalisis struktur biaya usahatani cabai merah di Kecamatan Metro

Kibang Kabupaten Lampung Timur.

Page 24: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

8

3. Menganalisis besarnya pendapatan usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur.

4. Menganalisis harga pokok produksi cabai merah di Kecamatan Metro

Kibang Kabupaten Lampung Timur.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi:

1. Petani, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan usahatani

cabai merah serta dalam menetapkan harga pokok produksinya.

2. Pemerintah serta dinas dan instansi terkait, sebagai bahan informasi dan

evaluasi dalam pengambilan keputusan atau kebijakan untuk perencanaan,

peningkatan dan pengembangan komoditas cabai merah.

3. Peneliti lain, sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya.

Page 25: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

9

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Usahatani Cabai Merah

Menurut Pitijo (2003), cabai merah merupakan tanaman sayuran yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi dan daya adaptasi yang luas. Cabai

merah termasuk kedalam sayuran dari Famili Solanaceae yang memili

kegunaan sebagai bumbu masak dan bahan ramuan obat-obatan.

Berdasarkan klasifikasinya, maka tanaman cabai merah termasuk ke

dalam:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Species : Capsicum annum L.

Cabai merah merupakan herba semusim yang berbuah pada umur 3 bulan

dan berumur hingga 6 bulan. Cabai merah tumbuh tegak dengan batang

Page 26: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

10

berkayu, bercabang banyak dengan ukuran yang mencapai tinggi 120 cm

dan lebar tajuk tanaman hingga 90 cm. Umumnya, daun cabai merah

berwarna hijau muda sampai hijau gelap. Daun cabai merah umumnya

mempunyai tulang menyirip, berbentuk bulat telur dengan ujung yang

meruncing, bentuk daun ini tergantung spesies dan varietasnya.

Cabai merah dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan

(dataran tinggi) ± 2000 m dari atas permukaan air laut (dpl) dengan tidak

terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Cabai merah lebih cocok jika

ditanam di daerah kering berhawa panas (± 30º C). Faktor iklim yang

berpengaruh pada pertumbuhan cabai merah antara lain adalah suhu dan

radiasi matahari. Apabila dilihat dari sisi media pertumbuhan, cabai

merah akan tumbuh dengan pada tanah berdrainase baik, dan relatif subur.

Keadaan tanah yang baik dapat dilihat dari kondisi tanah yang subur,

gembur, kaya akan bahan organik, tidak mudah menggenang, bebas dari

cacing dan penyakit tular tanah (Redaksi Agro Media, 2008).

Teknik usahatani cabai merah yang tepat sangat diperlukan agar dapat

menghasilkan produksi yang memuaskan, baik dalam jumlah maupun

mutu cabai merah itu sendiri. Menurut Wiryanta (2008), langkah-langkah

dalam usahatani cabai merah terdiri dari:

a. Penentuan lokasi usahatani

Cabai merah umumnya dapat ditanam di dataran rendah maupun

pegunungan. Ada tiga lahan yang biasa digunakanuntuk penanaman

cabai merah, yakni lahan sawah yang berpengairan teknis, lahan

Page 27: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

11

sawah tadah hujan, dan lahan tegalan yang tidak berpengairan teknis.

Ketersediaan air yang cukup saat masa penanaman membantu akar

tanaman lebih efektif menyerap unsur hara yang ada di dalam tanah.

Lahan sawah yang memiliki pengairan teknis memiliki potensi yang

lebih baik untuk penanaman cabai merah. Lahan sawah tadah hujan

yang mengandalkan pengairan dari air hujan memiliki risiko, yakni

tanaman akan kekurangan air di musim kering sehingga diperlukan

investasi untuk pengadaan sumur dan mesin pompa air. Lahan

tegalan merupakan lahan yang umumnya berada di lereng bukit dan

penanamannya biasa dilakukan pada musim penghujan.

b. Persiapan lahan untuk penanaman

Pada umumnya teknik budidaya jenis cabai apapun hampir sama.

Tanaman cabai dapat berbuah di kawasan dataran rendah maupun

dataran tinggi meskipun dalam periode penanaman dan pemanenan

yang sangat minim. Hal pertama yang harus dicek dalam persiapan

lahan adalah pH tanah. Tanah yang terlalu asam dapat dinetralkan

dengan penambahan kapur dolomite dengan dosis 1-4 ton/ha,

tergantung seberapa jauh tingkat keasamantanah garapan (Winarno,

Handayanto, Arifin, 2017).

Tanah perlu dibajak dengan kadalaman 40 cm dengan membuat

bedengan dengan ukuran lebar 100-110 cm, ketinggian 30-40 cm.

jarak antara kedua bedeng adalah 60cm. Ukuran bedengan untuk

cabai merah harus mempertimbangkan beberapa faktor, seperti ukuran

Page 28: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

12

bedengan, ukuran saluran air, dan ketinggian bedengan. Panjang

bedengan akan mempengaruhi perawatan tanaman cabai merah. Pada

setiap bedengan diberi pupuk dengan cara ditebar diatas

permukaannya, pupuk yang digunakan adalah pupuk organik ataupun

anorganik.

c. Waktu tanam dan penyemaian benih

Penentuan waktu tanam yang tepat penting untuk dilakukan karena

akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi cabai merah yang

diperoleh. Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penyemaian

benih adalah varietas benih, seleksi benih yang kan disemai, cara dan

media penyemaian. Media penyemaian yang biasa digunakan adalah

polybag atau kantong plastik yang berisi tanah yang dicampur dengan

pupuk kandang. Polybag dengan ukuran 5x10 cm diisi dengan tanah

semai hingga ¼ bagian. Media semai dapat dibuat dengan

menggunakan campuran tanah, arang sekam, dan kompos dengan

perbandingan 1:1:1. Selanjutnya benih yang sudah dipilih direndam

semalam dengan air untuk mempermudah perkecambahan, kemudian

dimasukkan kedalam polybag, satu biji per polybag.

d. Penanaman bibit

Bibit yang ditanam merupakan bibit yang sudah berumur 30 hari

setelah penyemaian, atau sudah berdaun 6-8 helai. Sebelum

penanaman, polybag tempat pembibitan harus dilepaskan terlebih

dahulu. Setelah itu tanah dan bibit cabai merah ditanam di lubang

Page 29: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

13

yang sudah disiapkan sebelumnya. Waktu penanaman yang baik

adalah sore hari, karena bibit tidak akan terkena sinar matahari terik

dan bisa beradaptasi dengan keadaan lahan.

e. Perawatan tanaman

Bibit cabai merah yang telah ditanam memiliki kemungkinan tidak

dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan penyulaman

untuk mengganti bibit yang mati. Pemberian ajir juga diperlukan

dalam menopang tanaman cabai merah dari terpaan angin. Ajir

umumnya terbuat dari bambu dengan ketinggian 1-1,5 m.

Perompesan adalah membersihkan tanaman dari bagian-bagian

tumbuhan yang tidak berguna dan menghambat pertumbuhan seperti

tunas air dan bunga yang muncul belum pada waktunya. Perawatan

tanaman juga dengan melakukan pengairan. Jenis pengairan

dilakukan dengan gembor, irigasi tetes, sistem curah dan sistem leb.

Pemberian air secara optimal berdasarkan fase pertumbuhan tanaman

akan meningkatkan produktivitas cabai merah.

f. Pupuk dan pemupukan

Pemberian pupuk dilakukan secara dua tahap, yaitu pemupukan dasar

dan pemupukan susulan. Pemberian pupuk dasar adalah pemberian

pupuk organic atau pupuk kandang dan anorganik sebelum

penanaman cabai. Pemberian pupuk kandang diperlukan untuk

memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan jumlah organisme

tanah yang berguna dalam proses penguraian bahan organik menjadi

Page 30: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

14

bahan yang tersedia bagi tanaman. Pupuk kandang yang diberikan

harus dikombinasikan dengan pupuk buatan (anorganik) karena pupuk

kandang memiliki kandungan unsur hara yang relatif sedikit.

Pupuk kandang yang diberikan adalah pupuk kandang yang sudah

terdekomposisi atau siap pakai. Cirinya adalah strukturya yang

remah, tidak basah tetapi juga tidak terlalu kering dan baunya tidak

lagi terlalu tajam. Pupuk kandang yang belum selesai terdekomposisi

kurng baik bagi pertumbuhan tanaman cabai bahkan dapat

menyebabkan kematian. Pupuk dasar yang berupa pupuk anorganik

yang diberikan adalah 650kg/ha ZA, 250 kg/ha urea, 500 kg/ha TSP

atau SP-36, 400 kg/ha KCl, dan 18 kg/ha Borat. Pupuk tunggal

tersebut dicampur secara merata dan diaplikasikan pada bedengan

yang tela dibuat. Selain pemberian pupuk tunggal diberikan juga

pupuk majemuk NPK 15 : 15 : 15 sebanyak 700kg/ha (Syukur,

Yunianti dan Dermawan, 2018).

Pemupukan susulan perlu dilakukan agar ketersediaan unsur hara

sesuai dengan kebutuhan dan stadia tanaman. Tanaman yang belum

berbuah membutuhkan unsur hara N lebih tinggi daripada P dan K.

Sementara itu, tanaman berbuah membutuhkan hara P dan K lebih

tinggi daripada N. Pemupukan susulan ini dilakukan melalui daun

atau akar. Pemupukan melalui akar berupa pupuk kocor atau tabur.

Daerah dengan curah hujan yang rendah lebih baik melalui pupuk

Page 31: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

15

kocor dibandingkan dengan pupuk tabur. Pemberian pupuk susulan

dapat mengikuti anjuran pada Tabel 3.

Tabel 3. Anjuran pemupukan susulan dengan sistem MPHP

Fase

Pertumbuhan Jenis Pupuk

Dosis

Konsentrasi

Dosis

Aplikasi

Waktu

dan Cara

Aplikasi

Vegetatif

NPK 16:16:16

atau 8-15-19

atau 10-20-20

10 gr/l 250

cc/tanaman

15 HST,

dikocor

Generatif

NPK 16:16:16

atau 8-15-19

atau 10-20-20

10-15 gr/l 250

cc/tanaman

30-35

HST,

dikocor

Generatif

NPK 16:16:16

atau 8-15-19

atau 10-20-20

7,5

gr/tanaman

atau 1

SDM/

lubang

50-56, 115

HST,

ditugal

Sumber: Winarno, Handayanto, Arifin, 2017.

g. Pemanenan

Pemetikan dilakukan saat 60-70% buah cabai sudah merah. Tanaman

cabai merah normalnya dapat dilakukan panen sebanyak 12-20 kali.

Tanaman dapat dipanen terus menerus dengan selang waktu 3-4 hari

sekali hingga tanaman berumur 6-7 bulan. Jumlah hasil panen cabai

merah dari waktu ke waktu tidaklah sama, dan antara satu tempat

dengan tempat yang lain juga tidak sama.

2. Konsep Usahatani dan Pendapatan Usahatani

Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana

seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi yang

berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal, sehingga memberikan

Page 32: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

16

manfaat sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani

merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan,

mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor

produksi seefektif dan seefisien mungkin, sehingga usaha tersebut

memberikan keuntungan semaksimal mungkin.

Klasifikasi usahatani terjadi karena adanya perbedaan faktor fisik,

ekonomis, dan faktor lainnya. Faktor fisik antara lain iklim, topografi,

ketinggian diatas permukaan air laut, dan jenis tanah. Faktor fisik

menyebabkan adanya tempat-tempat tertentu yang hanya mengusahakan

tanaman tertentu pula karena pada dasarnya tiap jenis tanaman selalu

membutuhkan syarat-syarat yang tertentu pula. Faktor ekonomis antara

lain permintaan pasar, pembiayaan, modal yang tersedia, dan risiko yang

dihadapi, akan membatasi petani dalam melakukan usahatani. Faktor

lainnya adalah antara lain hama penyakit, sosiologis, pilihan pribadi, dan

sebagainya akan menentukan dan membatasi usahatani (Suratiyah, 2015).

Usahatani dapat diartikan sebagai kegiatan yang memanfaatkan dan

mengelola faktor-faktor produksi sebagai modal dan digunakan secara

efektif dan efisien. Faktor-faktor produksi tersebut berupa faktor fisik

dan faktor ekonomis. Penggunaan faktor-faktor produksi tersebut

haruslah diorganisasikan sebaik mungkin agar diperoleh keuntungan yang

maksimal.

Page 33: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

17

Menurut Shinta (2011) penerimaan usahatani adalah perkalian antara

produksi yang diperoleh dengan harga jual. Secara matematis,

dirumuskan sebagai berikut:

TR = Yi . Pyi ......................................................................... (1)

Keterangan: TR = Total penerimaan (Rp)

Yi = Produksi yang diperoleh dari suatu usahatani (satuan)

Py = Harga produksi (Rp)

Pendapatan dan keuntungan usahatani adalah selisih penerimaan dengan

semua biaya produksi, dirumuskan sebagai berikut:

π = Y. Py – Σ XiPxi – BTT .................................................. (2)

Keterangan: π = Keuntungan atau pendapatan (Rp)

Y = Jumlah produksi (satuan)

Py = Harga satuan produksi (Rp)

X = Faktor produksi variabel (satuan)

Pxi = Harga faktor produksi variabel (Rp/ satuan)

BTT = Biaya tetap total (Rp)

Pendapatan juga dapat dihitung menggunakan rumus

𝜋 = TR – TC ........................................................................ (3)

Keterangan: π = Keuntungan/pendapatan

TR = Total revenue (total penerimaan)

TC = Total cost (total biaya)

Untuk mengetahui apakah usahatani menguntungkan atau tidak secara

ekonomi, dapat dianalisis dengan menggunakan perhitungan antara

penerimaan total dan biaya total yang disebut dengan Revenue Cost Ratio

(R/C Ratio).

R/C = TR

TC ............................................................................... (4)

Page 34: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

18

Keterangan: R/C = Nisbah penerimaan dan biaya

TR = Total revenue (total penerimaan)

TC = Total cost (total biaya)

Ada tiga kriteria dalam perhitungan ini, yaitu: a. Jika R/C >1, maka usahatani yang dilakukan layak atau menguntungkan.

b. Jika R/C = 1, maka usahatani yang dilakukan berada pada titik impas

(Break Even Point).

c. Jika R/C <1, maka usahatani yang dilakukan tidak layak atau tidak

menguntungkan petani.

3. Teori Produksi dan Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukan hubungan fisik

antara faktor produksi (input) dengan hasil produksi (output) yang

dihasilkannya per unit waktu. Fungsi produksi dinyatakan secara

matematis sebagai berikut:

Y = f (x1, x2, x3, ….. xn) …………………………………... (5)

Keterangan:

Y = Jumlah produksi

x1, … xn = Faktor-faktor produksi

Menurut Arsyad (2012), fungsi produksi menghubungkan input dengan

output. Fungsi produksi menentukan tingkat output maksimum yang bisa

diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya. Jumlah input

minimum yang diperlukan untuk memproduksi suatu tingkat output

tertentu. Fungsi produksi di tentukan oleh teknologi yang digunakan

dalam proses produksi. Oleh karena itu, hubungan input/output untuk

setiap sistem produksi merupakan suatu sistem dari tingkat teknologi

pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang digunakan

dalam suatu perusahaan. Hubungan fisik antara faktor produksi (input)

dengan hasil produksi (output) dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 35: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

19

Gambar 2. Hubungan fungsional produksi fisik dan faktor produksi

Sumber: Hanafie, 2010.

Gambar 2 dapat diartikan bahwa fungsi produksi menunjukkan hubungan

antara berbagai faktor produksi yang berupa input. Selanjutnya, input

tersebut dikombinasikan sedemikian rupa sehingga menghasilkan output.

Pengalokasiaan input produksi tersebut dilakukan secara efektif dan

efisien. Hanafie (2010) menyatakan bahwa, peranan masing-masing

faktor produksi terhadap produksi fisik adalah dari sejumlah faktor

produksi yang digunakan. Salah satu faktor produksi dianggap sebagai

variable (berubah-ubah), sementara faktor produksi lainnya diasumsikan

konstan (tidak berubah). Hukum ini disebut dengan The Law of

Diminishing Returns. Dalam bentuk grafik, fungsi produksi merupakan

kurva melengkung dari kiri bawah ke kanan atas yang setelah sampai titik

tertentu, kemudian berubah arah sampai titik maksimum dan berbalik

turun kembali.

Y

Produksi

fisik

Faktor Produksi Tanah

0 X

Page 36: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

20

Berdasarkan persamaan fungsi produksi tersebut, pengusaha tani dapat

melakukan tindakan yang meningkatkan produksi (Y), dengan cara

menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan dan menambah

beberapa input (lebih dari satu) dari input yang digunakan. Cara pertama

relatif mudah dihitung dengan menggunakan asumsi “cateris paribus”.

Cara kedua menunjukan hubungan dua dimensi, dapat dijelaskan dengan

memahami beberapa konsep berikut:

a. Produk marjinal dan produk rata-rata

Tambahan satu-satuan input (X) dapat menyebabkan pertambahan

atau pengurangan satu satuan output Y disebut sebagai “Produk

Marjinal” (PM) dan dituliskan sebagai ∆Y/∆X. Produk marjinal bila

dikaitkan dengan produk rata-rata (PR= Y/X) atau produk total, maka

hubungan antara input dan output akan lebih informatif, dalam arti

akan dapat diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga akan

diketahui apakah proses produksi yang sedang dilakukan adalah

rendah atau sebaliknya.

b. Hukum kenaikan hasil yang makin berkurang (The Law of

Diminishing Returns)

Hukum kenaikan hasil yang makin berkurang dirumuskan di negara-

negara yang kurang padat penduduknya, yang faktor tenaga kerjanya

memiliki harga paling tinggi dan produktivitasnya selalu diukur. Oleh

karena itu, hukum kenaikan hasil yang makin berkurang dirumuskan

Page 37: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

21

dalam bentuk penambahan tenaga kerja (per orang atau per jam kerja)

terhadap sebidang tanah sebagai faktor produksi yang tetap.

Hukum kenaikan hasil yang makin berkurang berlaku pula bagi semua

faktor produksi. Sehingga menyebabkan hukum ini disebut “Hukum

Faktor Proporsional”, yaitu hukum yang menerangkan perilaku kenaikan

produksi tambahan, manakala salah satu faktor produksi dinaik-turunkan

dengan membiarkan faktor produksi yang lainnya tetap, sehingga

perbandingan jumlah faktor-faktor tersebut berubah. Hal tersebut dapat

dilihat pada Gambar 3.

Menurut Rahim dan Hastuti (2008) faktor produksi hasil komoditas sering

disebut korbanan karena faktor produksi tesebut dikorbankan untuk

menghasilkan komoditas pertanian. Oleh karena itu untuk menghasilkan

suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi (input) dan

komoditas (output). Hubungan antara input dan output tersebut secara

sistematik dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi produksi

Cobb-Douglass. Fungsi produksi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi atau

persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas dan

variabel terikat).

Page 38: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

22

Gambar 3. Kurva produksi

Sumber: Hanafie, 2010.

Secara matematis persamaan fungsi produksi Cobb-Douglass dapat

dituliskan sebagai berikut:

Y = b0 X1b1 X2

b2 ………Xnbn eu ………………………………. (6)

Keterangan: Y = Produksi

X = Input produksi

b = Besaran yang akan diduga

u = Kesalahan

e = Logaritma natural (e=2,718)

C

B

A 1>Ep>0

Ep>1 Ep<0

A = Produksi Bertambah

B = Produksi Berkurang

C = Produksi Negatif

PR

PM Faktor Produksi (X)

Produksi (Y)

0

0

PT

A

B

C

Ep=0 Ep=1

Produksi (Y)

Faktor Produksi (X)

Page 39: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

23

Penaksiran parameter harus ditransformasikan kedalam bentuk double

logaritma natural (Ln) sehingga merupakan bentuk linear berganda yang

dapat dirumuskan sebagai berikut:

LnY = ln b0 + b1 LnX1 + b2 LnX2 + b3LnX3 …… bnLnXn + u

Keterangan: Y = Produksi

X1,Xn = Input produksi

b0 = Intercep/konstanta

b1,bn = Koefisien regresi input produksi X1….Xn

u = Kesalahan

Nilai b1, b2, b3 pada fungsi produksi Cobb-Douglass adalah sekaligus

menunjukkan elastisitas X terhadap Y. Menurut Soekartawi (2003),

penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglass selalu dilogaritmakan dalam

bentuk fungsi linear, maka terdapat beberapa persyaratan yang harus

dipenuhi dalam menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass, yaitu:

a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol.

b. Perlu asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan

c. Tiap variabel X adalah perfect competition.

d. Perbedaan lokasi seperti iklim sudah tercakup pada kesalahan (u).

4. Struktur Biaya

Biaya merupakan suatu pengorbanan yang dilakukan petani untuk

memenuhi kebutuhan dalam usahataninya agar dapat menghasilkan

produksi yang maksimal. Biaya dalam usahatani dibedakan dalam biaya

tetap dan biaya variabel. Perhitungan biaya tetap dan biaya variabel ini

penting untuk dilakukan karena dapat memberikan gambaran mengenai

Page 40: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

24

alokasi biaya dan dapat membantu kontrol biaya yang akan dilakukan

(Suratiyah, 2015).

Menurut Asmara, Purnamadewi, Meiri (2014) struktur biaya adalah

komposisi biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi barang atau jasa.

Analisis struktur biaya merupakan analisis mengenai komponen-

komponen biaya tetap dan variabel serta persentasenya terhadap biaya

total. Jadi pada setiap biaya baik itu biaya tetap atau biaya variabel

memiliki persentase terhadap total biaya ynag dikeluarkan dalam

usahatani. Menurut Suripatty (2011), dalam menghitung persentase dari

struktur biaya digunakan rumus sebagai berikut.

P =NTFC atau NTVC

NTC x 100%

Keterangan:

P = Persentase dari struktur biaya produksi (persen)

NTFC = Nilai dari tiap komponen biaya tetap (Rp)

NTVC= Nilai dari tiap komponen biaya variabel (Rp)

NTC = Nilai dari total biaya produksi (Rp)

5. Harga Pokok Produksi (HPP)

Menurut Supriyono (2002) harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa

yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi. Secara garis

besar unsur-unsur harga pokok produksi digolongkan menjadi tiga, yaitu

biaya bahan baku, upah tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Harga

pokok produksi merupakan pengorbanan sumber ekonomi untuk

memperoleh aktiva. Penentuan harga pokok produksi penting untuk

dilakukan karena digunakan sebagai penentu harga penjualan.

Page 41: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

25

Harga pokok produksi merupakan total biaya yang dikeluarkan untuk

memproduksi atau menghasilkan suatu produk dalam satu periode. Harga

pokok produksi usahatani cabai merah merupakan total biaya yang

dikeluarkan oleh petani untuk memproduksi cabai merah dalam usahatani

pada satu musim tanam. Komponen biaya produksi usahatani cabai

merah meliputi biaya alat dan bahan (saprodi), biaya tenaga kerja, dan

biaya overhead usahatani.

Alat dan bahan (saprodi) dalam usahatani cabai merah meliputi benih,

pupuk, pestisida, mulsa, ajir, dan lain-lain. Biaya tenaga kerja merupakan

total upah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani dalam proses

usahatani cabai merah dari mulai persiapan lahan hingga panen. Biaya

overhead usahatani meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani

dalam proses usahatani cabai merah dalam satu musim tanam selain biaya

untuk bahan (saprodi) dan biaya tenaga kerja. Biaya overhead usahatani

cabai merah meliputi biaya sewa lahan, pajak tanah, biaya sewa alat serta

biaya penyusutan alat (Sugiono, 2005).

Secara garis besar, unsur-unsur harga pokok produksi digolongkan

menjadi tiga, yaitu biaya bahan baku, upah tenaga kerja langsung dan

biaya overhead.

a. Biaya bahan baku

Menurut Bahri (2016), biaya bahan baku merupakan salah satu

elemen penting dari biaya produksi. Elemen yang dapat

mempengaruhi biaya bahan baku adalah sebagai berikut:

Page 42: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

26

1) Harga faktor termasuk biaya angkut dari setiap satuan bahan yang

dibeli.

2) Biaya pemesanan, yaitu biaya yang terjadi dalam rangka

melaksanakan kegiatan pemesanan bahan baku, terdiri dari biaya

pemesanan tetap dan variabel.

a) Biaya pemesanan tetap, yaitu biaya pemesanan yang besarnya

tetap sama dalam periode tertentu tidak dipengaruhi oleh biaya

frekuensi pemesanan, misalnya gaji bagian pembelian dan

biaya penyusutan aktiva tetap bagian pembelian.

b) Biaya pemesanan variabel, yaitu biaya pemesanan yang

jumlah totalnya berubah-ubah secara proporsional dengan

frekuensi pemesanan. Semakin tinggi frekuensi pemesanan

mengakibatkan total biaya pemesanan variabel jumlahnya

tinggi dan begitu sebaliknya.

c) Biaya penyimpanan, yaitu biaya yang terjadi dalam rangka

melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan, terdiri dari biaya

penyimpanan tetap dan variabel.

b. Biaya tenaga kerja

Menurut Supriyono (2002), biaya tenaga kerja adalah semua balas

jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan.

Elemen biaya tenaga kerja yang merupakan bagian dari biaya

produksi adalah tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga.

Tenaga kerja mendapatkan balasan berupa upah, upah yang

dibayarkan kepada tenaga kerja yang langsung terlibat dalam

Page 43: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

27

usahatani disebut dengan direct labor cost. Dikatakan direct labor

cost jika besarnya upah yang dibayarkan bergantung pada jumlah

output yang dihasilkan. Kelompok tenaga kerja langsung adalah

tenaga kerja yang dibayar berdasarkan upah satuan atau upah

harian/jam.

c. Biaya overhead

Biaya overhead meliputi semua biaya produksi selain biaya bahan

baku dan biaya tenaga kerja. Biaya overhead dikelompokkan atas

dasar tingkah laku perubahannya terhadap volume aktivitas, yaitu

biaya tetap dan variabelnya. Biaya overhead yang umumnya

digunakan dalam industri manufaktur akan tetapi untuk konsep pada

usahatani biaya overhead ini meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan

oleh petani dalam proses budidaya cabai merah selain biaya saprodi

dan biaya tenaga kerja. Biaya overhead petani meliputi biaya pajak

lahan pertanian (Simamora, 2002).

Menurut Sunarto (2008) terdapat dua pendekatan dalam menentukan

harga pokok produksi, yaitu:

a. Metode full costing

Metode full costing merupakan suatu metode penentuan harga pokok

produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke

dalam harga pokok produksi. Harga pokok produksi yang dihitung

melalui pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok

produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya

Page 44: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

28

overhead tetap dan tidak tetap) ditambah biaya non-produksi (biaya

pemasaran, biaya administrasi dan biaya umum).

b. Metode variable costing

Metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok

produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang

berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi. Biaya yang

bersifat tetap terhadap produk dan biaya operasional tidak tetap

dimasukkan sebagai biaya periode. Pada konsep variable costing,

produk hanya dibebani dengan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead variabel. Biaya overhead tetap seperti

biaya penyusutan yang lebih bersifat tetap sebagai fungsi dari waktu

dan besarnya tidak bergantung pada volume produksi tidak

diperhitungkan dalam penentuan harga pokok produksi.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Analisis produksi, pendapataan usahatani dan penentuan harga pokok

produksi cabai merah di Kecamatan Metro Kibang Lampung Selatan merujuk

pada beberapa penelitian terdahulu. Rujukan penelitian mengenai faktor –

faktor produksi cabai merah dapat dilihat pada penelitian Chonani,

Prasmatiwi dan Santoso (2014). Penelitian tersebut menganalisis mengenai

efisiensi produksi dan pendapatan usahatani cabai merah di Kecamatan Metro

Kibang, dalam penelitian ini faktor – faktor produksi pada cabai merah adalah

luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk daun,

Page 45: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

29

pestisida dan tenaga kerja. Penelitian Andayani (2016) menganalisis faktor –

faktor produksi yang mempengaruhi produksi cabai merah yang terdiri dari

luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk ayam postal, pupuk phonska, pupuk ZA,

pupuk SP36, pupuk Mutiara dan pestisida.

Penelitian Sarina, Silamat dan Puspitasari (2015) mengenai analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah di Desa Kampung Melayu

Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong. Pada penelitian ini

faktor-faktor produksi yang digunakan adalah luas lahan, jumlah benih,

jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk organik, jumlah pupuk anorganik dan

jumlah pestisida. Penelitian Pranata dan Damayanti (2016) mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi produksi usahatani cabai merah kriting di Desa

BuluPountu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru menggunakan variabel bebas luas

lahan, benih, pupuk urea, pupuk ZA, pupuk phonska, pestisida dan tenaga

kerja. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat diuji dengan

uji F untuk melihat pengaruh faktor – faktor produksi terhadap produksi cabai

merah.

Analisis pendapatan usahatani cabai merah merujuk pada penelitian Hamidah

(2016) mengenai pendapatan usahatani cabai merah (Capsicum annum L.) di

Dusun Teguhan Desa Mendogo Kecamatan Ngimbang. Analisis pendapatan

dihitung dengan membandingkan penerimaan total dengan biaya

menggunakan R/C rasio. R/C rasio yang digunakan untuk mengetahui rasio

keuntungan petani terhadap biaya yang dikeluarkan pada usahatani cabai

merah dibedakan menjadi R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total.

Page 46: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

30

Rujukan penelitian lainnya adalah penelitian Damayanti dan Herdian (2016)

mengenai harga pokok dan keuntungan cabai merah di Desa Talang Buluh

Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin. Penelitan ini menghitung

harga pokok produksi cabai merah dengan cara menjumlahkan semua biaya –

biaya yang dikeluarkan dibagi dengan jumlah produksi yang dihasilkan.

Perhitungan tersebut menjadi dasar harga pokok produksi cabai merah

persetiap satuan cabai merah yang dihasilkan.

Perbedaan penelitian di Kecamatan Metro Kibang dengan penelitian

Damayanti dan Herdian (2016) adalah selain lokasi penelitian yang berbeda,

penelitian sebelumnya tidak melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi cabai merah. Rujukan penelitian lain yaitu

penelitian Agnes dan Antara (2017) mengenai analisis pendapatan dan

kelayakan usahatani cabai rawit di Desa Sunju Kecamatan Marawola

Kabupaten Sigi. Perbedaan penelitian ini adalah mengenai penggunaan alat

analisis data untuk mengetahui pendapatan usahatani yang menggunakan

rumus Mosher yaitu π = TR-TC, sedangkan dalam penelitian cabai merah di

Kecamatan Metro Kibang menggunakan rumus Soekartawi yaitu

π = Y.Py - ∑XiPxi – BTT. Rujukan penelitian lainnya dapat dilihat pada

Tabel 4.

Page 47: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

No. Judul/Tahun Tujuan Penelitian Metode dan Alat Analisis Hasil

1. Analisis Pendapatan

Petani Cabai Merah

Keriting Desa Bahagia

Kecamatan Palolo

Kabupaten Sigi

(Mustamir, Munayang,

Parmita, 2018)

Mengetahui pendapatan

petani cabai merah keriting

di Desa Bahagia

Kecamatan Palolo

Kabupaten Sigi

Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah metode survei

untuk memperoleh data primer

secara langsung. Analisis data

dilakukan secara kualitatif dan

kuantitatif. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh

petani cabai merah keriting di

Desa Bahagia. Sampel dalam

penelitian diambil melalui

pendekatan sampling incidental.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penerimaan cabai merah keriting dengan

luas lahan setengah hektar yaitu sebesar

Rp56.705.000,00 dengan rasio keuntungan

sebesar 3 kali. Penerimaan cabai merah

keriting dengan luas lahan sepertiga hektar

yaitu Rp50.195.500,00 dengan rasio

keuntungan sebesar 2,69 kali. Pendapatan

cabai merah keriting di Desa Bahagia

Kecamatan Palolo tergolong pendapatannya

lebih baik.

2. Analisis Pendapatan

Usahatani dan Pemasaran

Cabai Rawit (Capsium

frutescens L.) di

Kecamatan Loa Janan

Kabupaten Kutai

Kartanegara (Permadi,

Mariati, Lesmana, 2017)

a. Mengetahui besarnya

pendapatan usahatani

cabai rawit di

Kecamatan Loa Janan

Kabupaten Kutai

Kartanegara.

b. Mengetahui pemasaran

usahatani cabai rawit di

Kecamatan Loa Janan

Kabupaten Kutai

Kartanegara.

Penentuan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja dengan

pertimbangan lokasi merupakan

salah satu penghasil cabai rawit di

Kabupaten Kutai Kartanegara.

Pengambilan sampel dilakukan

secara sensus karena jumlah

populasi kurang dari 30 orang.

Analisis data untuk memperoleh

besarnya pendapatan usahatani

cabai rawit menggunakan teori

dari Boediono (2007) yaitu

I = TR-TC.

Hasil penelitian di Kecamatan Loa Janan

Kabupaten Kutai Kartanegara menunjukkan

besarnya biaya produksi yang dikeluarkan

petani cabai rawit sebesar Rp 4.856.844,07

mt-1 responden-1. Penerimaan yang

diperoleh sebesar Rp 20.551.538,46 mt-1

responden-1. Pendapatan usahatani cabai

rawit adalah sebesar Rp 15.694.694,39 mt-1

responden-1.

31

Tabel 4. Lanjutan Tabel 4. Kajian Penelitian Terdahulu

Page 48: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

30

No. Judul/Tahun Tujuan Penelitian Metode dan Alat Analisis Hasil

3. Analisis Pendapatan dan

Kelayakan Usahatani

Cabai Rawit di Desa

Sunju Kecamatan

Marawola Kabupaten Sigi

(Agnes dan Antara, 2017).

a. Mengetahui pendapatan

usahatani cabai rawit di

Desa Sunju Kecamatan

Marawola Kabupaten

Sigi.

b. Mengetahui kelayakan

usahatani cabai rawit di

Desa Sunju Kecamatan

Marawola Kabupaten

Sigi.

Lokasi penelitian dipilih secara

sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa Desa Sunju

merupakan salah satu sentra

produksi cabai rawit, bahkan

memiliki produktivitas tertinggi di

Kecamatan Marawola Kabupaten

Sigi. Penentuan responden

dengan metode sampel acak

sederhana. Analisis data untuk

mengetahui pendapatan

menggunakan rumus Mosher

yaitu π = TR-TC.

Total penerimaan yang diperoleh petani

responden dalam usahatani Cabai Rawit

untuk satu kali musim tanam adalah sebesar

Rp240.645,000,00 dengan rata-rata

penerimaan yang diperoleh sebesar Rp

8.021.500,00. Total pendapatan yang

diperoleh petani responden dalam usahatani

Cabai Rawit adalah sebesar

Rp155.531.775,00 dengan rata-rata

pendapatan yang diperoleh adalah

Rp5.184.392,50,00.

4. Analisis Harga Pokok dan

Keuntungan Usahatani

Cabai Merah Besar

(Capsium Annuum L.) di

Desa Talang Buluh

Kecamatan Talang Kelapa

Kabupaten Banyuasin

(Damayanti dan Herdian,

2016).

Mengetahui berapa besar

harga pokok dan

pendapatan usahatani cabai

merah besar di Desa Talang

Buluh Kecamatan Kelapa

Kabupaten Banyuasin.

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode

survei, dengan teknik sampling

yaitu metode acak sederhana

(simple random sampling)

sebanyak 33 petani dari 325

populasi. Analisis harga produksi

dilakukan dengan

membandingkan jumlah biaya

seluruhnya dibandingkan dengan

jumlah produksi yang dihasilkan.

Analisis keuntungan dilakukan

dengan pendekatan penerimaan.

a. Biaya produksi cabai merah besar

adalah Rp149.969.452,00 per hektar

dengan rata-rata adalah Rp4.544.529,00

per hektar. Penerimaan rata-rata petani

cabai merah besar adalah

Rp53.049.326,00 per hektar. Rata-rata

pendapatan usahatani cabai merah besar

petani sebesar Rp 48.504.797,00 per

hektar. Harga pokok cabai merah besar

sudah menguntungkan. Hal ini dapat

dilihat dari harga jual rata-rata cabai

merah besar adalah Rp 32.363,00 per

kg, lebih besar dari harga pokok rata-

rata Rp 2.874,00 per kg.

32

Tabel 4. Lanjutan

Page 49: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

31

No. Judul/Tahun Tujuan Penelitian Metode dan Alat Analisis Hasil

5. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Produksi

Usahatani Cabai Merah

Kriting di Desa

BuluPountu Jaya

Kecamatan Sigi Biromaru

Kabupaten Sigi (Pranata

dan Damayanti, 2016)

Mengetahui pengaruh

faktor produksi cabai merah

kriting terhadap produksi

cabai merah kriting di Desa

Bulupountu Jaya

Kecamatan Sigi Biromaru

Kabupaten Sigi.

Lokasi penelitian ini dilakukan

secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa di Desa

Bulupountu Jaya merupakan desa

yang cukup potensial untuk

pengembangan usahatani cabai

merah kriting di Kecamatan Sigi

Biromaru Kabupaten Sigi. Teknik

pengambilan sampel dilakukan

secara acak sederhana (simple

random sampling). Analisis data

menggunakan analisis Cobb-

Douglass untuk menganalisis

apakah terdapat hubungan antara

produksi cabai sebagai variabel

terikat dengan input produksi

sebagai faktor yang

mempengaruhinya.

F hitung sebesar 63.528 dengan nilai

signifikan sebesar 0,000 < 0,05 pada α 5 %

yang membuktikan menolak Ho dan

menerima HI, artinya variabel bebas luas

lahan (X1), Benih (X2), Pupuk Urea (X3),

Pupuk ZA (X4), Pupuk Ponska (X5),

Pestisida (X6) dan Tenaga Kerja (X7)

secara simultan (bersama-sama)

memengaruhi produksi cabai merah kriting

(Y) di Desa Bulupountu Jaya Kecamatan

Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.

6. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Produksi

Cabai Merah (Andayani,

2016)

Mengetahui pengaruh dan

penggunaan faktor-faktor

produksi terhadap produksi

cabai merah di Kabupaten

Majalengka.

Pengambilan responden dalam

penelitian ini menggunakan teknik

probability sampling, jenis

sampling yang dipilih adalah

simple random sampling yang

berjumlah 33 orang. Analisis

yang digunakan dalam

mengetahui pengaruh penggunaan

faktor produksi baik secara

serempak maupun parsial

Nilai F hitung 10686,404 dengan nilai

signifikan kurang dari 0,05 menunjukkan

bahwa H0 ditolak dan hipotesis H1 diterima.

Sehingga semua variabel bebas yaitu lahan,

bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida secara

simultan berpengaruh terhadap produksi

cabai merah.

33

Tabel 4. Lanjutan

Page 50: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

32

No. Judul/Tahun Tujuan Penelitian Metode dan Alat Analisis Hasil

terhadap produksi cabai merah

adalah teknik analisis dengan

menggunakan fungsi produksi

Cobb-Douglass.

7. Analisis Pendapatan

Usahatani Cabai Merah

(Capsicum annum L.)

(Studi Kasus di Dusun

Teguhan Desa Mendogo

Kecamatan Ngimbang)

(Hamidah, 2016)

a. Mengetahui besarnya

biaya produksi

usahatani cabai merah

di Dusun Teguhan

Kecamatan Ngimbang,

b. Mengetahui besar

pendapatan yang

diperoleh para petani

cabai merah di Dusun

Teguhan.

c. Mengetahui kelayakan

dan keuntungan dari

budidaya cabai merah di

Dusun Teguhan.

Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer

dikumpulkan melalui pengamatan

dan wawancara langsung dengan

petani responden yang dipilih.

Analisis pendapatan bersih

merupakan selisih pendapatan

kotor dikurangi total biaya

produksi, atau dapat dituliskan

dengan rumus: PB = PK – TBP

Hasil dari penelitian ini adalah pendapatan

kerja petani sebesar Rp842.092.000,00 dari

lahan seluas 1 Ha. Rasio penerimaan

dengan pengeluaran sebesar 6,05. Ukuran

rasio tersebut merupakan indikator bahwa

cabang usahatani cabai merah sudah

menguntungkan bagi petani.

8. Analisis Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi

Produksi Cabai Merah di

Desa Kampung Melayu

Kecamatan Bermani Ulu

Kabupaten Rejang

Lebong (Sarina, Silamat,

Puspitasari, 2015).

Mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi

produksi cabai merah

Lokasi ditetapkan secara sengaja

(purposive) dengan pertimbangan

bahwa Desa Kampung Melayu

merupakan salah satu desa

penghasil cabai merah.

Pengambilan sampel dengan

metode acak sederhana. Analisis

data menggunakan analisis Cobb-

Douglass.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

faktor-faktor produksi yang berpengaruh

terhadap produksi cabai merah pada taraf

kepercayaan 95% dengan α: 0,05 adalah

luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk

organik, jumlah pupuk anorganik, dan

jumlah pestisida, sedangkan jumlah tenaga

kerja tidak berpengaruh terhadap produksi

cabai merah.

Tabel 4. Lanjutan

34

Page 51: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

33

No. Judul/Tahun Tujuan Penelitian Metode dan Alat Analisis Hasil

9. Efisiensi Produksi dan

Pendapatan Usahatani

Cabai Merah di

Kecamatan Metro Kibang

Kabupaten Lampung

Timur: Pendekatan Fungsi

Produksi Frontier

(Chonani, Prasmatiwi,

Santoso, 2014)

a. Menganalisis tingkat

efisiensi teknis

penggunaan faktor-

faktor produksi

usahatani cabai merah.

b. Menganalisis faktor-

faktor yang

mempengaruhi efisiensi

teknis usahatani cabai

merah.

c. Menganalisis

pendapatan usahatani

cabai merah.

Metode yang digunakan adalah

metode survey, dengan

pengambilan sampel

menggunakan metode acak

sederhana. Analisis efisiensi

teknis menggunakan fungsi

produksi frontier. Analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi tingkat

efisiensi menggunakan regresi

linear berganda. Analisis

pendapatan usahatani cabai

menggunakan R/C rasio.

a. Variabel pendapatan, skala usaha, dan

varietas berpengaruh nyata terhadap

efisiensi teknis usahatani cabai merah

dikecamatan Metro Kibang.

b. Usahatani cabai merah di Kecamatan

Metro Kibang menguntungkan untuk

diusahakan karena nilai R/C rasio lebih

dari 1, yaitu 1,80.

10. Analisis Pendapatan dan

Efisiensi Usahatani Cabai

Merah di Kecamatan

Minggir Kabupaten

Sleman (Saputro,

Kruniasih, Subeni, 2013)

a. Mengetahui pendapatan

yang diterima petani

dari usahatani cabai

merah.

b. Mengetahui efisiensi

penggunaan faktor

produksi pada usahatani

cabai merah di

Kecamatan Minggir

Kabupaten Sleman.

Penentuan lokasi penelitian secara

purposive sampling karena daerah

tersebut banyak masyarakat yang

membudidayakan tanaman cabai

merah. Pengambilan sampel desa

menggunakan teknik quota

sampling, yaitu proses

pengambilan sampel dengan cara

menetapkan sejumlah anggota

sampel secara quotum atau jatah.

Analisis data untuk mengetahui

pendapatan menggunakan

pendekatan I=TR-TC.

Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata

total biaya per hektar yang dikeluarkan oleh

petani cabai merah sebesar Rp

30.005.949,00 per ha. Penerimaan yang

diperoleh sebesar Rp 109.988.804,00 per ha

dan rata-rata pendapatannya sebesar Rp

79.982.855,00. Perolehan pendapatan

sebesar ini termasuk dalam katagori rendah.

35

Tabel 4. Lanjutan

Page 52: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

36

C. Kerangka Pemikiran

Kegiatan usahatani merupakan kegiatan produksi dalam sektor pertanian

dengan memasukkan faktor-faktor produksi produksi untuk menghasilkan

output pertanian. Penggunaan faktor-faktor produksi yang efisien merupakan

hal yang mutlak ada dalam proses produksi untuk keberhasilan produksi,

karena keuntungan maksimum akan tercapau dengan mengkombinasikan

faktor-faktor produksi secara efisien. Faktor-faktor produksi yang

berpengaruh terhadap produksi cabai merah adalah luas lahan, benih, pupuk

SP-36, pupuk KCl, pupuk NPK, pupuk kandang, pestisida dan tenaga kerja.

Tujuan dari kegiatan usahatani adalah untuk memperoleh keuntungan

maksimum. Keuntungan maksimum akan diperoleh jika petani cabai merah

mampu mengalokasikan dan memanfaatkan faktor-faktor produksi cabai

merah secara optimal. Faktor-faktor produksi cabai merah yang telah

dikalikan dengan harga faktor-faktor produksi menjadi biaya usahatani yang

harus dikeluarkan oleh petani. Biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani

akan dilihat struktur biayanya. Struktur biaya ini dapat diketahui biaya mana

yang memiliki pengaruh besar terhadap biaya usahatani atau yang paling

sedikit mempengaruhi usahatani.

Besarnya pendapatan yang diterima petani ditentukan oleh harga hasil

produksi dan harga faktor input. Oleh sebab itu, semakin tinggi harga yang

diterima petani maka akan semakin tinggi pendapatan yang akan diperoleh

petani. Pendapatan yang diperoleh petani juga bergantung kepada jumlah

produksi yang dijual dan tingkat harga yang diterima petani.

Page 53: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

37

Harga pokok produksi adalah jumlah biaya total yang dikeluarkan dibagi

dengan jumlah produksi cabai merah yang dihasilkan, yang akan menentukan

usahatani cabai merah menguntungkan atau tidak. Gambaran kerangka

pemikiran analisis produksi, pendapatan dan penentuan harga pokok produksi

cabai merah di Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur dapat

dilihat pada Gambar 4.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian adalah diduga luas lahan, benih, pupuk SP-36,

pupuk KCl, pupuk NPK, pupuk kandang, pestisida dan tenaga kerja

berpengaruh positif terhadap produksi cabai merah di Kecamatan Metro

Kibang Kabupaten Lampung Timur.

Page 54: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

38

Gambar 4. Kerangka pemikiran analisis produksi, pendapatan usahatani dan

penentuan harga pokok produksi cabai merah (Capsicum annum L.)

di Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur

Faktor Produksi:

1. Luas Lahan (X1)

2. Benih (X2)

3. Pupuk SP-36

(X3)

4. Pupuk KCl(X4)

5. Pupuk NPK (X5)

6. Pupuk kandang

(X6)

7. Pestisida (X7)

8. Tenaga Kerja

(X8)

Produksi

Cabai Merah

(Y)

Harga

Faktor

Produksi

(Px)

Biaya

Produksi

(TC)

Usahatani Cabai Merah

Harga Pokok Produksi

(HPP) Penerimaan

(TR)

Pendapatan

(π)

Harga Cabai

Merah (Py)

Proses

Produksi

Struktur

biaya (%)

Page 55: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

39

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode

survei bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik

populasi yang digambarkan oleh sampel dari populasi di daerah penelitian

(Sukardi, 2007).

B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang

dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan

penelitian.

Usahatani adalah suatu jenis kegiatan pertanian yang diusahakan oleh petani

dengan mengkombinasikan faktor alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan

yang ditujukan untuk peningkatan produksi dan memperoleh keuntungan.

Proses produksi adalah suatu proses dimana berbagai faktor produksi

berinteraksi untuk menghasilkan sejumlah produksi. Untuk melihat pengaruh

faktor produksi terhadap produksi digunakan variabel bebas.

Page 56: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

40

Produksi cabai merah adalah jumlah output/hasil panen cabai merah dari

luas lahan petani selama satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan

kilogram (kg/MT/Ha).

Harga output adalah harga cabai merah di tingkat petani yang berlaku pada

saat transaksi dan diukur dalam Rp/kg

Luas lahan adalah seberapa luas lahan yang digunakan petani untuk

melakukan usahatani cabai merah yang diukur dalam satuan hektar (ha).

Benih adalah bahan tanam yang digunakan dalam usahatani cabai merah

yang diukur dalam gram (gr).

Pupuk SP-36 adalah banyaknya pupuk SP-36 yang digunakan dalam

usahatani cabai merah pada satu kali musim tanam yang diukur dengan

kilogram (kg).

Pupuk KCl adalah banyaknya pupuk KCl yang digunakan dalam usahatani

cabai merah pada satu kali musim tanam yang diukur dengan kilogram (kg).

Pupuk NPK adalah banyaknya pupuk NPK yang digunakan dalam usahatani

cabai merah pada satu kali musim tanam yang diukur dengan kilogram (kg).

Pestisida adalah banyaknya pestisida yang berbentuk padat dan cair yang

digunakan dalam usahatani cabai merah pada satu kali musim tanam.

Pestisida jenis ini diukur dengan satuan gram bahan aktif (gba).

Page 57: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

41

Tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses

produksi selama satu musim tanam. Jumlah tenaga kerja diukur dalam satuan

Hari Orang Kerja (HOK), yang dibedakan antara Tenaga Kerja Dalam

Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK).

Penerimaan usahatani cabai merah adalah nilai hasil yang diterima oleh

produsen yang dihitung dengan perkalian antara produksi yang dihasilkan

dengan harga cabai merah di tingkat petani, diukur dalam satuan rupiah per

hektar (Rp/ha/musim).

Pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya-biaya produksi

selama satu kali periode produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp/MT).

Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan karena terpakainya faktor-

faktor produksi dalam proses produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani

cabai merah dalam satu periode produksi, diukur dalam satuan rupiah per

hektar (Rp/ha/musim). Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada volume

produksi. Petani harus membayar berapapun jumlah produksi yang

dihasilkan. Meliputi penyusutan alat, nilai sewa lahan, dan pajak lahan usaha.

Biaya tetap diukur dalam satuan rupiah (Rp/MT).

Page 58: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

42

Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah

produksi, merupakan biaya yang dipergunakan untuk membeli faktor

produksi berupa benih, pupuk, dan tenaga kerja. Biaya variabel diukur dalam

satuan rupiah (Rp/MT).

Biaya penyusutan alat adalah biaya penurunan alat akibat pertambahan

umur waktu pemakaian per musim tanam. Biaya penyusutan dihitung

berdasarkan selisih antara nilai beli dengan nilai sisa alat tersebut dibagi

dengan umur ekonomisnya. Biaya penyusutan diukur dalam satuan rupiah

per musim (Rp/MT).

Biaya overhead adalah biaya yang digunakan oleh petani dalam proses

produksi dalam satu periode tertentu diluar biaya bahan baku dan tenaga

kerja. Biaya overhead diukur dalam satuan rupiah per musim (Rp/MT).

Struktur biaya adalah komposisi dari komponen biaya yang terdiri dari

biaya tetap dan biaya variabel terhadap total biaya. Struktur biaya dihitung

berdasarkan persentase dari biaya tetap ataupun biaya variabel terhadap total

biaya (%).

Harga pokok produksi cabai merah adalah jumlah total biaya bahan baku,

tenaga kerja, dan biaya overhead usahatani cabai merah yang dikeluarkan

untuk memproduksi cabai merah yang diukur dalam satuan rupiah per kg

(Rp/kg).

Page 59: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

43

C. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu Kecamatan Metro Kibang.

Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut

merupakan kecamatan dengan luas panen tertinggi diantara kecamatan yang

lain di Kabupaten Lampung Timur. Pada Kecamatan Metro Kibang dipilih

dua desa dengan luas panen cabai merah tertinggi yaitu Desa Margototo dan

Desa Kibang.

Sampel dalam penelitian ini adalah petani cabai merah di Kecamatan Metro

Kibang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan

metode pengambilan sampel secara acak (simple random sampling). Jumlah

populasi petani cabai merah di Desa Margototo sebanyak 295 petani cabai

merah sedangkan populasi petani cabai merah di Desa Kibang sebanyak 160

petani (BPP Kecamatan Metro Kibang, 2018). Penentuan jumlah sampel

pada penelitian ini digunakan rumus Isaac dan Michael dalam Estariza,

Prasmatiwi, dan Santoso (2013) sebagai berikut:

n =NZ2 S2

Nd2 +Z2S2 ……………………………………………………… (7)

= 455 (1.96)

2 x (0,05)

455 (0,05)2+(1,96)

2 (0,05)

= ± 65 petani

Keterangan : n = Jumlah sampel

N = Jumlah anggota dalam populasi (455)

Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96)

S2 = Varian sampel (5% = 0,05)

D = Derajat penyimpangan (5%)

Page 60: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

44

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Sugiarto (2003) maka

diperoleh jumlah sampel dari petani cabai merah adalah sebanyak 65

responden. Penentuan alokasi proporsi sampel petani cabai merah di Desa

Margototo dan Desa Kibang menggunakan rumus:

na= Na

Nabx nab …………………………………………………… (8)

Keterangan: na = Jumlah sampel desa A

nab = Jumlah sampel keseluruhan

Na = Jumlah populasi desa A

Nab = Jumlah populasi keseluruhan

Jumlah sampel yang diambil di Desa Margototo adalah

na= 295

455x 65 = 42

Jumlah sampel yang diambil di Desa Kibang adalah

na= 160

455x 65 = 23

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh jumlah sampel petani

cabai merah di Desa Margototo sebanyak 42 responden dan di Desa Kibang

sebanyak 23 responden. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan

Januari 2019.

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan pengamatan secara

langsung di lapang. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan

responden petani cabai merah dengan menggunakan kuesioner yang telah

Page 61: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

45

dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari dinas atau instansi terkait seperti

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, BPS Kabupaten Lampung Timur,

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung,

Kantor Kecamatan, Kantor BP3K Kecamatan Metro Kibang serta data-data

berupa literatur-literatur (buku, catatan, laporan) yang berhubungan dengan

penelitian.

E. Metode Analisis Data

1. Analisis Tujuan Pertama

Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang

pertama adalah dengan menggunakan fungsi Cobb-Douglass untuk

menentukan faktor-faktor produksi yang dominan. Menurut Rahim dan

Hastuti (2008) bentuk matematis fungsi Cobb-Douglass tersebut adalah

Y = b0 X1b1 X2

b2 X3b3 X4

b4 X5b5 X6

b6 X7b7 X8

b8 eu ………………… (9)

Keterangan: Y = Produksi cabai merah

b0 = Intersep

b1-b6 = Koefisien regresi

X1 = Luas lahan (ha)

X2 = Benih (kg)

X3 = Pupuk SP36 (kg)

X4 = Pupuk KCl (kg)

X5 = Pupuk NPK (kg)

X6 = Pupuk Kandang (kg)

X7 = Pestisida (gba)

X8 = Tenaga kerja (HOK)

Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas maka

persamaan tersebut diperluas secara umum dan diubah menjadi bentuk

linier dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Persamaan yang

Struktur

biaya (%)

Page 62: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

46

telah dilogaritmakan dapat dengan mudah diselesaikan dengan metode

Ordinary Least Square (OLS). Kesesuaian model dengan kriteria

statistik dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2), hasil uji simultan (F-

hitung) model yang digunakan, dan uji parsial (t-hitung) masing-masing

parameter dugaan.

Menurut Ghozali (2001), koefisien determinasi (R2) pada intinya

mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan

satu. Nilai R2

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel

independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen.

Pengujian parameter secara keseluruhan atau simultan menggunakan uji-

F yang dimaksudkan untuk menguji apakah seluruh variabel bebas yang

ada dalam model dapat berpengaruh nyata terhadap hasil produksi

apabila digunakan secara bersama-sama. Pengujian ini dilakukan dengan

cara membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel.

Hipotesis yang digunakan :

H0 : b1 = b2 = ..... = b8= 0

(variabel bebas (X1, X2,...,X8 secara bersama-sama tidak berpengaruh

nyata terhadap variabel terikat)

H1 : minimal ada satu i dimana bi ≠0

Page 63: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

47

(variabel bebas (X1, X2,...,X8) secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap variabel terikat)

Pengujian ini menggunakan uji F yang dirumuskan sebagai berikut:

Fhitung =JKR (k-1)⁄

JKS (n-k)

……………………………………………….. (10)

Keterangan: JKR = Jumlah Kuadrat Regresi

JKS = Jumlah Kuadrat Sisa

n = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel

Kaidah pengujian : a. Jika F hit ≤ F tabel maka terima H0, artinya variabel bebas

(X1, X2,...,X7) secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata

terhadap variabel terikat.

b. Jika F hit > F tabel maka tolak H0, artinya variabel bebas (X1,

X2,...,X7) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat.

Pengujian parameter secara individu atau parsial faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi menggunakan Uji-t dimaksudkan untuk menguji

secara terpisah dari setiap variabel bebas berpengaruh nyata atau tidak

terhadap variabel terikat.

Hipotesis yang digunakan :

H0 : bi = 0

H1 : bi ≠0

Pengaruh nyata antara variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y)

diuji dengan uji t. Dengan persamaan sebagai berikut

thitung =bi

Sbi ……………………………………………….. (11)

Keterangan:

bi = Parameter regresi ke-i

Sbi = Kesalahan baku pendugaan parameter ke-i

Page 64: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

48

Kaidah pengujian : a. Jika t hit ≤ t tabel maka terima H0, artinya variabel bebas

tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

b. Jika t hit > t tabel maka tolak H0, artinya variabel bebas

berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Pada penelitian ini perlu dilakukan uji asumsi klasik karena

menggunakan analisis regresi linear berganda. Uji asumsi klasik yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui korelasi antar

variabel bebas dalam suatu model regresi. Uji multikolinieritas

merupakan kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan

antara variabel-variabel bebas yang terdapat dalam model. Suatu

model regresi yang bebas dari multikolinieritas apabila mempunyai

nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1.

Multikolinieritas dapat diditeksi dengan nilai tolerance kurang dari

10% yang berarti tidak ada korelasi antara variabel yang tinggi

diantara dua atau lebih variabel bebas dalam regresi berganda.

b. Uji heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada

tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu

adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan

pada model regresi. Pengujian heteroskedastisitas yang terjadi bila

tidak konstannya varians di setiap titik regresi sehingga

mengakibatkan nilai kesalahan pengganggu atau error (µ) meningkat.

Page 65: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

49

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan

white test yaitu dengan cara meregres logaritma residual kuadrat

terhadap semua variabel penjelas. Pada white test, jika nilai chi-

squares hitung (n.R2) lebih besar dari nilai χ2 kritis dengan

derajat kepercayaan tertentu (α) maka ada heteroskedastisitas dan

sebaliknya jika chi-squares hitung lebih kecil dari nilai χ2 kritis

menunjukkan tidak adanya heteroskedatisitas (Widarjono, 2007).

c. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara sesame urutan pengamatan dari

waktu ke waktu. Tujuan dari uji autokorelasi ini adalah untuk

menguji apakah dalam suatu regresi linear ada korelasi antara

residual pada periode t dengan periode t-1. Jika terjadi autokorelasi

maka dalam persamaan regresi linear tersebut terdapat masalah,

karena hasil yang baik seharusnya tidak ada indikasi autokorelasi.

Metode yang digunakan untuk menguji adanya autokorelasi adalah

metode Durbin-Watson (DW).

Gambar 5. Aturan membandingkan Uji Durbin-Watson

Sumber: Nachrowi, N. D. dan H. Usman, 2005.

Tidak Tidak

tahu tahu

dl 40 du

Tidak ada korelasiKorelasi positif Korelasi negatif

4-du 4-dl

Page 66: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

50

Pendeteksian adanya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-

Watson dan tingkat signifikan (α)=5%, dengan kriteria sebagai

berikut:

< dl = Adanya autokorelasi

dl s.d du = Tanpa kesimpulan

du s.d 4-du = Tidak ada autokorelasi

4-du s.d 4-dl = Tanpa kesimpulan

>4-dl = Ada autokorelasi

2. Analisis Tujuan Kedua

Metode analisis data yang digunakan dalam menjawab tujuan kedua yaitu

menganalisis struktur biaya adalah dengan melihat persentase dari

struktur biaya produksi. Analisis struktur biaya merupakan analisis

mengenai komponen-komponen biaya tetap dan biaya variabel serta

persentasenya terhadap biaya total. Jika nilai persentase tiap-tiap biaya

usahatani dapat diketahui maka dapat dilakukan penekanan terhadap

masing-masing biaya sesuai dengan tingkat proporsinya. Menurut

Suripatty (2011), dalam menghitung persentase dari struktur biaya

digunakan rumus sebagai berikut.

P =NTFC atau NTVC

NTC x 100% …………………………………….. (14)

Keterangan:

P = Persentase dari struktur biaya produksi (persen)

NTFC = Nilai dari tiap komponen biaya tetap (Rp)

NTVC = Nilai dari tiap komponen biaya variabel (Rp)

NTC = Nilai dari total biaya produksi (Rp)

3. Analisis Tujuan Ketiga

Untuk menjawab tujuan penelitian ketiga yaitu menganalisis pendapatan

petani cabai merah pada satu musim tanam dihitung dengan

Page 67: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

51

mengurangkan nilai penjualan komoditas dengan biaya produksi yang

dikeluarkan (explicit cost). Berdasarkan penelitian terdahulu dan teori-

teori yang ada, diambil beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan

petani yaitu pendapatan bersih, harga input variabel, jumlah input

variabel, harga output, jumlah produksi (output), dan biaya tetap. Secara

matematis, besarnya pendapatan dapat dirumuskan (Soekartawi, 2003).

π = Y.Py - ∑XiPxi – BTT …………………………………… (12)

Keterangan:

π = Pendapatan (Rp)

Y = Hasil produksi (kg)

Py = Harga hasil produksi (Rp)

Xi = Faktor produksi variabel (i=1,2,3,...n)

Pxi = Harga faktor produksi variabel ke i (Rp)

BTT = Biaya tetap total (Rp)

Untuk mengetahui apakah usahatani cabai merah menguntungkan atau

tidak, maka dianalisis dengan R/C yaitu perbandingan penerimaan total

yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan, dengan rumus

sebagai berikut:

R/C = TR

TC …………………………………………………… (13)

Keterangan:

R/C = Nisbah penerimaan dan biaya

TR = Total revenue (total penerimaan)

TC = Total cost (total biaya)

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:

a. Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena

penerimaan lebih besar dari biaya.

b. Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian karena penerimaan

lebih kecil dari biaya.

c. Jika R/C = 1, maka usahatani mengalami impas karena penerimaan

sama dengan biaya.

Page 68: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

52

4. Analisis Tujuan Keempat

Metode analisis data yang digunakan dalam menjawab tujuan keempat

yaitu menentukan harga pokok produksi adalah dengan metode variable

costing dan full costing. Perhitungan harga pokok produksi cabai merah

dengan cara menjumlahkan semua biaya – biaya yang dikeluarkan dibagi

dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Perhitungan tersebut menjadi

dasar harga pokok produksi cabai merah persetiap satuan cabai merah

yang dihasilkan. Perhitungan harga pokok produksi usahatani cabai merah

di Kecamatan Metro Kibang tahun 2018 ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Perhitungan Harga Pokok Produksi Usahatani Cabai Merah di

Kecamatan Metro Kibang Tahun 2018.

No Uraian Satuan Nilai

1 Produksi Kg A

2 Biaya Produksi

a. Biaya bahan baku

B

Benih Rp

Pupuk SP36 Rp

Pupuk KCL Rp

Pupuk NPK Rp

Pupuk Kandang Rp

Pestisida Rp

b. Biaya tenaga kerja

C

TK Rp

c. Biaya overhead

D

Pajak Rp

Sewa lahan Rp

Penyusutan alat Rp

Total Biaya Variabel Rp E=B+C

Total Biaya Tetap Rp F=D

Total Biaya Rp G=E+F

3 Harga Pokok Produksi (HPP)

Metode variable costing Rp/kg H=E/A

Metode full costing Rp/kg I=G/A

Sumber: Adikoesoemah, 2003.

Setelah melakukan perhitungan harga pokok produksi maka dilakukan

analisis sensitivitas tingkat keuntungan usahatani cabai merah. Analisis

Page 69: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

53

sensitivitas ini untuk melihat perubahan terhadap harga pokok produksi

setelah adanya terhadap perubahan tiga faktor. Perubahan ini didasarkan

pada perhitungan nilai tertinggi dibandingkan dengan nilai terendah yang

ada pada usahatani cabai merah pada musim tanam yang sedang

berlangsung. Sehingga diperoleh perubahan tiga faktor yaitu: (1)

produksi turun 25,77%, (2) harga petani turun 19,24%, dan (3) total biaya

produksi naik 25,12%. Perhitungan ini merujuk pada penelitian Darwis

(2011) mengenai penetapan harga minimum regional cabai merah di

Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur. Pada penelitian Darwis ini

menetapkan perubahan tiga faktor yaitu: (1) produksi turun 10%, (2)

harga petani turun 20%, dan (3) total biaya produksi naik 10% yang

diperoleh dari perubahan nilai masing-masing faktor yang terjadi pada

musim tanam yang sedang berlangsung di daerah penelitian.

Page 70: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

54

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur

1. Letak Geografis

Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu dari 15 kabupaten atau

kota di Provinsi Lampung dengan luas wilayah mencapai 5.325,03 km2.

Kabupaten Lampung Timur merupakan dataran rendah degan ketinggian

rata-rata 50 meter diatas permukaan laut. Secara geografis, Kabupaten

Lampung Timur terletak pada posisi 105015'-106020' Bujur Timur dan

antara 4037'-5037' Lintang Selatan.

Kabupaten Lampung Timur memiliki kantor Pusat Pemerintahan di

Sukadana yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

1999. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No. 4

Tahun 2011, Kabupaten Lampung Timur terdiri atas 24 kecamatan dan

264 desa. Peta daerah Kabupaten Lampung Timur sebagai daerah

penelitian ditunjukkan pada Gambar 6.

Page 71: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

55

Gambar 6. Peta Kabupaten Lampung Timur sebagai daerah penelitian

Sumber: BPS Kabupaten Lampung Timur, 2018

Secara administrasi wilayah Kabupaten Lampung Timur memiliki batas-

batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah dan

Kabupaten Tulang Bawang;

Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan;

Sebelah Timur : berbatasan dengan Laut Jawa;

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kota Metro dan Kabupaten

Lampung Tengah (Badan Pusat Statistik Kabupaten

Lampung Timur, 2018).

Page 72: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

56

2. Keadaan Demografi

Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur (2018),

penduduk Kabupaten Lampung Timur berdasarkan hasil proyeksi tahun

2017 berjumlah 1.027.476 jiwa yang terdiri atas 525.169 jiwa penduduk

laki-laki dan 502.307 jiwa penduduk perempuan. Sex ratio sebesar 105

yang artinya perbandingan diantara 100 penduduk perempuan terdapat

105 penduduk laki-laki. Secara umum, penduduk Kabupaten Lampung

Timur yang bekerja di sektor pertanian yaitu sebanyak 241.478 jiwa atau

sebesar 49,87% dari penduduk usia kerja, di sektor industry sebanyak

75.296 jiwa (15,56%), dan di sektor jasa sebanyak 167.395 jiwa

(34,57%). Pada tahun 2017, penduduk Lampung Timur sebesar 73%

merupakan penduduk berusia lebih dari 15 tahun. Dari jumlah tersebut,

66,88% merupakan angkatan kerja sedangkan sisanya 33,12% bukan

angkatan kerja.

3. Keadaan Iklim

Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya

tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai.

Kabupaten Lampung Timur memiliki suhu minimum 22,70C dan suhu

maksimum 33,80C serta kelembapan udara berkisar antara 77-86%. Pada

tahun 2017, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan

curah hujan 509,8 mm dan terjadi selama 17 hari. Sementara rata-rata

kecepatan angin pada tahun 2017 berada antara 0,4-1,4 knot dengan

kecepatan angin minimum 0,4 knot terjadi pada bulan November dan

Page 73: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

57

kecepatan angin maksimum mencapai 1,4 knot yang terjadi pada bulan

September (Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur, 2018).

B. Kondisi Umum Kecamatan Metro Kibang

1. Letak Geografi

Kecamatan Metro Kibang merupakan salah satu dari 24 kecamatan di

Lampung Timur yang memiliki luas wilayah 45,47 km2. Kecamatan

Metro Kibang merupakan dataran dengan ketinggian rata-rata 62 meter di

atas permukaan laut yang memiliki 7 desa yaitu Sumber Agung, Purbo

Sembodo, Kibang, Margo Jaya, Margototo, Margosari dan Jaya Asri.

Secara administrasi wilayah Metro Kibang memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut:

Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Batanghari dan Kota

Metro

Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan

Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Batanghari dan

Sekampung Udik;

Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan

(Badan Pusat Statistik Kecamatan Metro Kibang, 2018).

2. Keadaan Demografi

Menurut Badan Pusat Statistik Kecamatan Metro Kibang (2018), jumlah

penduduk Kecamatan Metro Kibang berdasarkan proyeksi penduduk

tahun 2017 sebanyak 23.453 jiwa yang terdiri atas 11.928 jiwa penduduk

Page 74: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

58

laki-laki dan 11.525 jiwa penduduk perempuan. Sex ratio sebesar 103,50

yang berarti tiap 100 penduduk perempuan terdapat 103 penduduk laki-

laki. Kepadatan penduduk di Kecamatan Metro Kibang tahun 2017

mencapai 516 jiwa/km2. Kepadatan penduduk cukum beragam,

kepadatan penduduk tertinggi terletak di Desa Purbo Sembodo dengan

kepadatan sebesar 945 jiwa/km2 dan terendah di Desa Margo Sari sebesar

325 jiwa/km2.

3. Keadaan Pertanian

Menurut Badan Pusat Statistik Kecamatan Metro Kibang (2018), luas

lahan pertanian di Kecamatan Metro Kibang terbagi menjadi dua, yaitu

lahan pertanian sawah dan lahan pertanian nonsawah. Luas lahan

pertanian mencapai 494 hektar dan luas lahan pertanian nonsawah

mencapai 3.639,97 hektar. Luas lahan sawah didominasi oleh sawah non

irigasi sedangkan luas lahan pertanian nonsawah yang paling besar adalah

lahan perkebunan yang mencapai 2.839 hektar.

Komoditas tanaman pangan yang diusahakan petani di Kecamatan Metro

Kibang yaitu padi sawah dengan produksi mencapai 489 ton dari luas

panen 58 hektar. Selain komoditas tanaman pangan, terdapat juga

komoditas hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan, serta tanaman

perkebunan. Tanaman sayuran meliputi beberapa macam, diantaranya

cabai, terong, kacang panjang, mentimun dan tomat. Cabai menjadi

tanaman hortikultura yang banyak diusahakan oleh petani di Kecamatan

Metro Kibang dengan produksi yang mencapai 876 kuintal. Sedangkan

Page 75: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

59

produksi komoditas perkebunan terbesar adalah kakao yang mencapai

1.080 kuintal.

Selain berbagai jenis tanaman, petani di Kecamatan Metro Kibang juga

melakukan usaha di bidang peternakan. Populasi ternak di kecamatan

Metro Kibang tahun 2017 yang terbesar adalah ternak kambing dan sapi

potong. Desa Margo Jaya merupakan sentra ternak kambing sedangkan

Desa Margototo merupakan sentra ternak sapi potong. Populasi unggas

yang terbesar adalah ayam pedaging dengan Desa Kibang menjadi sentra

ayam pedaging. Kecamatan Metro Kibang terdapat 17 Gabungan

Kelompok Tani (Gapoktan) dan 20 Kelompok Tani (Poktan).

C. Kondisi Umum Desa Margo Toto dan Desa Kibang

1. Letak Geografis

Desa Margo Toto merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan

Metro Kibang. Desa Margo Toto merupakan desa dengan luas wilayah

terbesar di Kecamatan Metro Kibang yaitu 11,45 km2. Secara geografis,

Desa Margo Toto terletak pada 105032' Bujur Timur dan 5018' Lintang

Selatan. Desa Margo Toto terdiri dari 10 dusun dan 32 RT.

Desa Kibang juga merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan

Metro Kibang. Desa Kibang merupakan desa dengan urutan ke 2

berdasarkan luas wilayah dan memiliki luas wailayah sebesar 11,08 km2.

Secara geografis, Desa Kibang terletak pada 105031' Bujur Timur dan

5019' Lintang Selatan. Desa Kibang terdiri dari 10 dusun dan 28 RT.

Page 76: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

60

2. Keadaan Demografi

Tahun 2017 Desa Margo Toto memiliki jumlah penduduk sebanyak 6.557

jiwa yang terdiri dari laki-laki 3.356 jiwa dan perempuan 3.201 jiwa. Sex

ratio sebesar 104,84 yang berarti setiap 100 penduduk perempuan

terdapat 104 penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk Desa Margo Toto

sebesar 573 jiwa/km2. Tahun 2017 Desa Kibang memiliki jumlah

penduduk sebanyak 4.340 jiwa yang terdiri dari laki-laki 2.184 jiwa dan

perempuan 2.156 jiwa. Sex ratio sebesar 101,30 yang berarti setiap 100

penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Kepadatan

penduduk Desa Kibang sebesar 392 jiwa/km2 (Badan Pusat Statistik

Kecamatan Metro Kibang, 2018).

Sebagian besar penduduk di Kecamatan Metro Kibang dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya dengan bermata pencaharian di bidang pertanian,

selebihnya industri pengolahan, perdagangan dan jasa. Pertanian

merupakan mata pencaharian utama masyarakat di Kecamatan Metro

Kibang dengan persentase sebesar 78,76%. Salah satu komoditas yang

banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah cabai merah.

3. Keadaan Pertanian

Pertanian sebagai sektor utama penyumbang pendapatan masyarakat Desa

Margo Toto dan Desa Kibang memegang peranan dalam kehidupan

masyarakat. Usahatani yang umumnya dilakukan oleh masyarakat adalah

usahatani sayuran perkebunan. Desa Margo Toto dan Desa Kibang

Page 77: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

61

merupakan desa yang dengan luas panen terbesar untuk komoditas

sayuran yang menjadi produk unggulannya. Sayuran yang dibudidayakan

di kedua desa tersebut mayoritas ditanam di lahan sawah non irigasi.

Luas lahan sawah non irigasi di Desa Margo Toto adalah sebesar 102

hektar dan Desa Kibang sebesar 240 hektar. Salah satu tanaman sayuran

yang dibudidayakan dikedua desa tersebut adalah cabai merah. Desa

Margo Toto memiliki 4 gapoktan sedangkan Desa Kibang memiliki 3

gapoktan.

Pada umumnya petani di Desa Margo Toto dan Desa Kibang

membudidayakan tanaman cabai merah karena didukung oleh keadaan

tanah yang cukup subur. Hal ini melandasi petani sehingga petani berani

untuk mengusahakan cabai merah karena menguntungkan. Tanaman

cabai merah umumnya ditanam menjelang musim kemarau dengan tujuan

agar terhindar dari serangan hama dan penyakit yang bersamaan dengan

datangnya musim hujan.

Page 78: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

99

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi cabai

merah dan memberikan pengaruh nilai positif adalah benih, pupuk KCl,

pupuk NPK, tenaga kerja, dan yang memberikan pengaruh nilai negatif

adalah pestisida, sedangkan luas lahan, pupuk SP36, pupuk kandang tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah.

2. Struktur biaya yang dikeluarkan untuk biaya variabel lebih tinggi

dibandingkan biaya tetap, dengan struktur biaya terhadap biaya total yang

terbesar yaitu biaya tenaga kerja sebesar 66,90%.

3. Pendapatan usahatani cabai merah atas biaya total sebesar

Rp85.904.839,21 per hektar, dengan nilai R/C atas biaya total adalah 2,85

yang berarti bahwa usahatani cabai merah di Kecamatan Metro Kibang

menguntungkan dan layak untuk diusahakan kembali.

4. Harga Pokok Produksi (HPP) cabai merah perkilogram dihitung dengan

dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan metode full

costing sebesar Rp6.276,57 nilai itu lebih kecil dari harga jual rata-rata

cabai merah sebesar Rp17.868,72. Hasil analisis sensitivitas usahatani

Page 79: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

100

cabai merah terhadap penurunan produksi, penurunan harga, dan

peningkatan total biaya produksi memberikan nilai pendapatan yang

positif pada usahatani cabai merah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat

diberikan diantaranya adalah

1. Petani diharapkan dapat memanfaatkan penggunaan tenaga kerja pada

kegiatan usahatani cabai merah dengan baik, karena biaya penggunaan

tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga memiliki sumbangan

tertinggi bagi total biaya yang dikeluarkan.

2. Dinas Pertanian diharapkan dapat melakukan kegiatan penyuluhan

mengenai penggunaan pestisida yang tepat penggunaannya agar

meningkatkan kesadaran petani untuk tidak berlebihan dalam

penggunaannya.

3. Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian mengenai usahatani

cabai merah yang berhubungan dengan pemasaran dan kesejahteraan

petani.

Page 80: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

101

DAFTAR PUSTAKA

Adikoesoemah, S.R. 2003. Biaya dan Harga Pokok. Tarsito. Bandung.

Agnes, A. dan M., Antara. 2017. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani

Cabai Rawit di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.

Agrotekbis, 5(1); 86-91.

https://media.neliti.com/media/publications/248840-analisis-pendapatan-

dan-kelayakan-usahat-ffd31a47.pdf. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018

pukul 21.40 WIB.

Andayani, S, A. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah.

Mimbar Agribisnis, 1(3): 261-268.

http://jurnal.unma.ac.id/index.php/RBJ/article/view/790. Diakses pada

tanggal 9 November 2018 pukul 15.30 WIB.

Arsyad, L. 2012. Ekonomi Manajerial. BPFE. Yogyakarta.

Asmara, A., Y.L. Purnamadewi, dan A. Meiri. 2014. Struktur Biaya Industri dan

Pengaruhnya Terhadap Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil

Indonesia. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. 11(2): 110-117.

https://media.neliti.com/media/publications/10799-struktur-biaya-industri-

dan-pengaruhnya-e16e02cb.pdf. Diakses pada tanggal 10 Januari 2019

pukul 19.30 WIB.

Badan Pusat Statistik. 2018. PDB Indonesia Triwulan 2014-2018. Badan Pusat

Statistik. Jakarta.

https://www.bps.go.id/publication/2018/10/05/02d80724b71eb684620a2e88

/pdb-indonesia-triwulanan-2014-2018. Diakses pada tanggal 14 November

2018 pukul 05.20 WIB.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur. 2018. Lampung Timur Dalam

Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur. Lampung Timur.

https://lampungtimurkab.bps.go.id/publication/2018/08/16/942dca3aa0bf14

dc25c716a1/kabupaten-lampung-timur-dalam-angka-2018.html. Diakses

pada tanggal 18 Oktober 2018 pukul 18.40 WIB.

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2018. Lampung Dalam Angka. Badan

Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

https://lampung.bps.go.id/publication/2018/08/16/8a37f460958edf158a0314

Page 81: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

102

de/provinsi-lampung-dalam-angka-2018.html. Diakses pada tanggal 18

Oktober 2018 pukul 18.45 WIB.

___________________________. 2018. Statistik Harga Produsen Pertanian

Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura dan Tanaman Perkebunan

Rakyat 2017. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

https://lampung.bps.go.id/publication/2018/08/14/cd6cf9126ead1ba839f943

26/statistik-harga-produsen-pertanian-provinsi-lampung--subsektor-

tanaman-pangan--hortikultura--tanaman-perkebunan-rakyat--peternakan--

dan-perikanan--2017.html. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2018 pukul

18.50 WIB.

Bahri, S. 2016. Pengantar Akuntansi. ANDI. Yogyakarta.

BPP Metro Kibang. 2018. Profil Kecamatan. BP3K Metro Kibang. Lampung

Timur.

Budi, S. dan Karmini. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah

Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Tomat Di Desa Bangunrejo Kecamatan

Tenggorong Seberang Kabupaten Kartanegara. Jurnal Ekonomi Pertanian

Dan Pembangunan. 8(2):18-27. http://agb.faperta.unmul.ac.id/wp-

content/uploads/2017/04/jurnal-vol-8-no-2-budi.pdf. Diakses pada tanggal

10 Februari 2019 pukul 17.45 WIB.

Chonani, S.H., F.E. Prasmatiwi, dan H. Santoso. 2014 Efisiensi Produksi dan

Pendapatan Usahatani Cabai Merah di Kecamatan Metro Kibang Kabupaten

Lampung Timur: Pendekatan Fungsi Produksi Frontier. JIIA, 2(2): 95-102.

http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/730. Diakses pada

tanggal 17 Oktober 2018 pukul 08.40 WIB.

Damayanti, U dan D. Herdian. 2016. Analisi Harga Pokok dan Keuntungan

Usahatani Cabai Merah Besar (Capsium Annuum L.) di Desa Talang Buluh

Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin. Jurnal TriAgro, 1(2): 46-

54. http://www.univ-

tridinanti.ac.id/ejournal/index.php/pertanian/article/download/375/331.

Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018 pukul 09.00 WIB.

Darwis, V. 2011. Penetapan Harga Minimum Regional Cabai Merah di Provinsi

Jawa Barat dan Jawa Timur. ICASEPS working paper No. 105. Bada

Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.

http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_105_2011.pdf. Diakses

pada tanggal 19 April 2019 pukul 15.00 WIB.

Departemen Pertanian, 2010. Agropolitan Kota Kebanggaan Masyarakat Tani.

Departemen Pertanian. Jakarta.

Page 82: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

103

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung, 2010. Laporan

Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tahun 2010 Provinsi

Lampung. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Bandar Lampung.

Estariza, E., F. E. Prasmatiwi, dan H. Santoso. 2013. Efisiensi Produksi dan

Pendapatan Usahatani Tembakau Di Kabupaten Lampung Timur. JIIA, 1

(3): 264-270. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/582/544.

Diakses pada tanggal 5 Oktober 2018 pukul 20.00 WIB.

Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. ANDI. Yogyakarta.

Hamidah, E. 2016. Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Merah (Capsicum

annum L.) (Studi Kasus di Dusun Teguhan Desa Mendogo Kecamatan

Ngimbang). Saintis, 8(2): 19-32.

http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article

=491151. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018 pukul 21.00 WIB.

Mantra, IB. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Mustamir, H., O. H. Munayang, R. Parmita. 2018. Analisis Pendapatan Petani

Cabai Merah Keriting Desa Bahagia Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.

Jurnal Sinar Manajemen, 5(1): 57-60.

https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/JSM/article/download/172/126.

Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018 pukul 09.30 WIB.

Nachrowi, N.D. dan H. Usman. 2005. Teknik Pengambilan Keputusan. PT.

Grasindo. Jakarta.

Permadi, G.R.P., R., Mariati dan D., Lesmana. 2017. Analisis Pendapatan

Usahatani dan Pemasaran Cabai Rawit (Capsium frutescens L.) di

Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Ekonomi

Pertanian & Pembangunan, 14(1): 33-45.

http://agb.faperta.unmul.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/4-Rita-Mariati-

Dina-Lesmana-Galang.pdf. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2018 pukul

19.00 WIB.

Pitijo, S. 2003. Benih Cabai. Kanisius. Jakarta.

Pranata, W., Gd., dan L. Damayanti. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Produksi Usahatani Cabai Merah Kriting di Desa BuluPountu Jaya

Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Jurnal Agroland, 23(1): 11-19.

jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/AGROLAND/article/viewFile/8108/642

5. Diakses pada tanggal 3 November 2018 pukul 19.00 WIB.

Prajnanta, F. 2011. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Page 83: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

104

Rahim, A. dan D.R.D. Hastuti. 2008. Pengantar, Teori dan Kasus Ekonomika

Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.

Redaksi Agro Media. 2008. Panduan Lengkap: Budidaya dan Bisnis Cabai.

Agromedia Pustaka. Jakarta.

Saputra, I.M.A.D., I.W., Wenagama. 2019. Analisis efisiensi faktor produksi

usahatani cabai merah di Desa Buahan, Kecamatan Payangan, Kabupaten

Gianyar. E-jurnal EP Unud, 8(1):31-60.

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eep/article/view/42037. Diakses pada

tanggal 10 Juli 2019 pukul 17.30 WIB.

Saputro, J., I., Kruniasih, Subeni. 2013. Analisis Pendapatan dan Efisiensi

Usahatani Cabai Merah di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Agros,

15 (1): 111-122. http://e-

journal.janabadra.ac.id/index.php/JA/article/view/305. Diakses pada tanggal

19 Oktober 2018 pukul 17.00 WIB.

Sarina, E. Silamat, D. Puspitasari. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Produksi Cabai Merah di Desa Kampung Melayu

Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Agroqua,

13(2):57-67.

https://journals.unihaz.ac.id/index.php/agroqua/article/download/16/8/

Diakses pada tanggal 9 November 2018 pukul 14.00 WIB.

Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. UB Press. Malang.

Simamora, B. 2002. Metode Penelitian. Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka.

Jakarta.

Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis

Cobb-Douglas. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Subagio, H. dan Conny N. M. 2011. Hubungan Karakteristik Petani Dengan

Usahatani Cabai Sebagai Dampak Dari Pembelajaran FMA (Studi Kasus

Di Desa Sunju Kecamatan Marawola Provinsi Sulawesi Tengah). Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah.

https://docplayer.info/30210327-Herman-subagio-dan-conny-n-manoppo-

balai-pengkajian-teknologi-pertanian-sulawesi-tengah-abstrak.html.

Diakses pada 30 Maret 2019 pukul 15.30 WIB.

Sugiarto, D. Siagian, L. T. Sunaryanto, dan D.S. Oetomo. 2003. Teknik Sampling.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sugiono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Alpabeta. Bandung.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. PT

Bumi Aksara. Jakarta.

Page 84: ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN... · 2019-08-23 · dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan

105

Sunarto. 2008. Manajemen Biaya. AMP YKPN Yogyakarta.

Supriyono. 2002. Akuntansi Biaya. Buku 1 Edisi 2. BPFE. Yogyakarta.

Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Yogyakarta.

Suripatty, M.P. 2011. Analisis Struktur Biaya Produksi dan KontribusiPendapatan

Komoditi Kakao (Theobroma Cacao L) di Desa Latu. JurnalAgroforestri,

6 (2): 135-141. http://docplayer.info/32134421-Analisis-struktur-biaya-

produksi-dan-kontribusi-pendapatan-komoditi-kakao-theobroma-cacao-l-di-

desa-latu.html. Diakses pada tanggal 15 April 2019 pukul 11.30 WIB.

Syukur, M., R. Yunianti, R. Dermawan. 2018. Budidaya Cabai Panen Setiap

Hari. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tarigan, S., dan Wiryanta, W. 2003. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif. PT

AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Widarjono, A. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan

Bisnis. Edisi kedua. EKONISIA. Yogyakarta.

Winarto F.G., E. Handayanto, B. Arifin. 2017. Cabai: Potensi Pengembangan

Agrobisnis dan Agroindustri. Gramedia.Jakarta.

Wiryanta, B.T.W. 2008. Budidaya Cabai Merah pada Musim Hujan. PT

Agromedia Pustaka. Jakarta.