ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN …digilib.unila.ac.id/58747/18/SKRIPSI TANPA BAB...
ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN PENENTUAN
HARGA POKOK PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI
KECAMATAN METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
(Skripsi)
Oleh
Dinda Savira Maharti
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
ABSTRACT
ANALYSIS OF PRODUCTION, INCOME FARMING AND DETERMINE
OF MAIN PRODUCTION COST OF RED CHILI (Capsicum annum L.)
IN METRO KIBANG SUBDISTRICT EAST LAMPUNG REGENCY
By
Dinda Savira Maharti
This research aims to analyze the production, cost structure, income farming, and
main production cost of red chili in Metro Kibang subdistrict East Lampung
Regency. The method is survey method. This research uses two villages which are
purposively chosen, namely Margototo and Kibang. The respondents of this research
are 65 red chili farmers chosen by using a simple random method. The factors of
production are analyzed by using Cobb Douglass, while income farming is using
value of revenue per cost. The result has led that the factors influencing the
productions of red chili are seeds, fertilizer KCI, fertilizer NPK, pesticide, and
manpower. The structure of costs incurred for variable costs is higher than fixed
costs, in which the largest cost structure is allocated for labor costs approximately
66,90%. The average income for the total cost of red chili farming is received by
farmers in the amount of Rp85.904.839,21 per hectare. The amount of the R/C for
the total cost is 2,85. The R/C value that is greater than one means that red chili
farming in Metro Kibang Sub district is profitable to be cultivated and deserves to
be cultivated again. The main production cost of red chili per kilogram is
calculated by using the variable costing method of Rp5.800,49 and the full costing
method of Rp6.276,57; this value is less than the average selling price of red chili
i.e. Rp17.868,72. The result of sensitivity analysis of red chili farming towards the
decreasing production, the decreasing price, as well as the increasing of total
production cost provides a positive income on red chili farming.
Keywords: cost structure, farming income, main production cost, production,
red chili, sensitivity
ABSTRAK
ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN PENENTUAN
HARGA POKOK PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI
KECAMATAN METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
Dinda Savira Maharti
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produksi, struktur biaya, pendapatan
usahatani, dan harga pokok produksi cabai merah di Kecamatan Metro Kibang
Kabupaten Lampung Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
survei. Lokasi penelitian menggunakan dua desa yang dipilih secara sengaja
(purposive) yaitu Margototo dan Kibang. Sampel dari penelitian ini adalah 65
petani cabai merah yang dipilih dengan metode acak sederhana. Faktor produksi
dianalisis dengan fungsi Cobb Douglass, pendapatan usahatani dengan nilai R/C.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang berpengaruh
nyata adalah benih, pupuk KCl, pupuk NPK, pestisida, dan tenaga kerja. Struktur
biaya yang dikeluarkan untuk biaya variabel lebih tinggi dibandingkan biaya tetap,
dengan struktur biaya yang terbesar yaitu biaya tenaga kerja sebesar 66,90%.
Pendapatan rata-rata atas biaya total usahatani cabai merah di Kecamatan Metro
Kibang Kabupaten Lampung Timur yang diterima petani sebesar
Rp85.904.839,21 per hektar. Besarnya nilai R/C atas biaya total adalah 2,85. Nilai
R/C yang lebih besar dari satu berarti bahwa usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang menguntungkan untuk diusahakan dan layak untuk diusahakan
kembali. Harga Pokok Produksi (HPP) cabai merah perkilogram dihitung dengan
dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan metode full costing
sebesar Rp6.276,57 nilai itu lebih kecil dari harga jual rata-rata cabai merah
sebesar Rp17.868,72. Hasil analisis sensitivitas usahatani cabai merah terhadap
penurunan produksi, penurunan harga, dan peningkatan total biaya produksi
memberikan nilai pendapatan yang positif pada usahatani cabai merah.
Kata kunci: cabai merah, harga pokok produksi, pendapatan usahatani, produksi,
sensitivitas, struktur biaya
ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN PENENTUAN
HARGA POKOK PRODUKSI CABAI MERAH (Capsicum annum L.) DI
KECAMATAN METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR
Oleh
DINDA SAVIRA MAHARTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Judul : ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN
USAHATANI DAN PENENTUAN HARGA
POKOK PRODUKSI CABAI MERAH
(Capsicum annum L.) DI KECAMATAN
METRO KIBANG KABUPATEN LAMPUNG
TIMUR
Nama Mahasiswa : Dinda Savira Maharti
Nomor Pokok Mahasiswa : 1514131035
Program Studi / Jurusan : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Menyetujui
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S. Ani Suryani, S.P., M.Sc.
NIP 19611225 198703 1 005 NIP 19820303 200912 2 008
2. Ketua Jurusan Agribisnis
Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si.
NIP 19691003 199403 1 004
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S. ………………
Sekretaris : Ani Suryani, S.P., M.Sc. ………………
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P. ………………
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.
NIP 19611020 198603 1 002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 12 Agustus 2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lahat, Sumatera Selatan, pada tanggal 05 Januari 1998, dari
pasangan Ayah M. Hasbi dan Ibu Hariati, yang merupakan anak ke dua dari dua
bersaudara. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 3
Liman Benawi pada tahun 2003, lulus pada tahun 2009. Penulis menempuh
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 2 Trimurjo, lulus
pada tahun 2012, kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas
(SMA) di SMA Muhammadiyah 1 Metro, lulus pada tahun 2015. Penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
lampung pada tahun 2015 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN) dan memperoleh Beasiswa Bidikmisi.
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis pernah aktif sebagai
anggota HIMASEPERTA periode 2015/2016, penulis juga pernah menjadi
anggota bidang Kemuslimahan Fosi FP Unila periode 2015/2016. Pada tahun
2018, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 40 hari di Pekon
Merbau, Kecamatan Kelumbayan Barat, Kabupaten Tanggamus. Pada tahun
2018, penulis juga melaksanakan Praktik Umum (PU) selama 30 hari kerja efektif
di PTPN 7 Unit Usaha Resa-Pewa, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.
Penulis juga pada tahun 2018 pernah menjadi Enumerator Program MANTRA
TUBABA (Maju Sejahtera) kerjasama BAPPEDA Kabupaten Tulang Bawang
Barat dengan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Pada tahun 2019 pernah
menjadi Enumerator Rona Awal dan Survei Pendahuluan Eksplorasi PT. Star
Energy Geothermal Suoh Sekincau kerjasama dengan Lembaga Penelitian dan
Pengembangan kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Lampung. Selama masa
perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten Dosen mata kuliah Pengembangan
Masyarakat pada tahun ajaran 2017/2018 dan 2018/2019, mata kuliah Ekonomi
Manajerial pada semester ganjil tahun ajaran 2018/2019, mata kuliah Praktik
Pengenalan Pertanian (Homestay) pada semester genap tahun ajaran 2018/2019,
mata kuliah Sosiologi Pedesaan pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.
vii
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahiim,
Alhamdulillahi Rabbil’alamiin, segala puji hanya kepada Allah Subhanna wa
Ta’ala yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam
penyelesaian skripsi yang berjudul Analisis Produksi, Pendapatan Usahatani
dan Penentuan Harga Pokok Produksi Cabai Merah (Capsicum annum L.) di
Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur, banyak pihak yang
telah memberikan bantuan, arahan dan bimbingan yang membangun. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini dengan setulus hati penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung, yang telah memberikan kelancaran dalam penyelesaian
skripsi.
2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis, yang
telah memberikan arahan, saran, dan nasihat yang telah diberikan.
3. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., selaku Dosen Pembimbing Pertama, atas ketulusan
hati dan kesabaran dalam memberikan bimbingan dan memberikan arahan,
masukan, nasihat selama proses penyelesaian skripsi.
4. Ani Suryani, S.P., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Kedua, atas ketulusan
hati dan kesabaran dalam memberikan bimbingan dan memberikan arahan,
masukan, nasihat selama proses penyelesaian skripsi.
5. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., selaku Dosen Penguji, atas kebaikan
hati, nasihat, saran, dan arahan yang diberikan dengan sangat baik untuk
penyempurnaan skripsi ini.
6. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik,
terimakasih atas arahan, bimbingan dan nasihat yang telah diberikan.
7. Teristimewa untuk ayah dan ibu tercinta, M. Hasbi dan Hariati serta kakak
tersayang, Mutia Retno Maharti, S.Pd., yang selalu memberikan dorongan,
doa, motivasi, semangat, limpahan kasih sayang, dukungan moral dan materiil
yang setulus hati telah diberikan kepada penulis selama ini.
8. Desti April Yanti, Ni Nyoman Tri Santiasih, Devita Anggraini, Brigita Puji
Bestari, Lu’lu’ul Fuadah, Ria Kurniasih, sahabat yang memberikan tempat dan
suasana menyenangkan selama perkuliahan sehingga membantu proses
penyelesaian skripsi ini.
9. Elsa Fitriana, Alifia Marsa Aisy, Nanda Aprilia, Tiya Ayu Lestari, Ervina,
Jihan, Melda, Putri, Bagus, Zauvi, Salim, Roni, Ajay, Iqbal, Thomas, Arok,
Rara, Dewi, Adem, Intan, Mutiara, Fitri, Dian, Titis Aditya, Reksi Ghania,
Desva Sari, Rama Ayu, Rafita, Yuni Hidayah, Rina Astuti, Titis Widyawati,
Via A, Wayan, Paulina, Azizah yang telah bersama-sama berjuang di kelas
Agribisnis A selama empat tahun.
10. Seluruh dosen Jurusan Agribisnis FP Unila yang telah memberikan nasihat,
saran, pengalaman dan kebaikan hati selama perkuliahan.
ix
11. Karyawan Jurusan Agribisnis FP Unila, Mbak Iin, Mbak Vanessa, Mas
Buchori, Mbak Tunjung, Mas Boim yang memberi dukungan semangat dan
kebaikan hati membantu kelancaran administrasi selama perkuliahan.
12. Teman-teman KKN Pekon Merbau, Atikah Nurhidayah, Ayu Satia Haini, Kak
Emi, Kak Anto, Kak Rizki, Kak Dwi, Kak Faddel, Kak Asti, Geri, Bobi, Dara,
Puput, Utri yang setia memberikan semangat dan dukungan sampai sekarang.
13. Kak Eka, Kak Devira, Kak Fabi, Kak Fenti yang senantiasa memberikan
informasi, bantuan, dan dukungan semangat kepada penulis.
14. Keluarga besar Agribisnis 2015, 2014, 2013, 2012 dan adik-adik angkatan
2016, 2017, dan 2018, terimakasih dukungan dan kebersamaan selama
melaksanakan perkuliahan.
15. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Disadari masih banyak kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi yang memerlukannya. Mohon maaf atas segala kesalahan dan
kekhilafan selama proses penulisan skripsi ini. Semoga Allah Subhanna wa
Ta’ala memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan.
Aamiin Ya Rabbalalaamiin.
Bandar Lampung, 19 Juli 2019
Penulis
Dinda Savira Maharti
x
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 8
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS ........................................................................................ 9
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 9
1. Usahatani Cabai Merah .......................................................... 9
2. Konsep Usahatani dan Pendapatan Usahatani ....................... 15
3. Teori Produksi dan Fungsi Produksi ...................................... 18
4. Struktur Biaya ........................................................................ 23
5. Harga Pokok Produksi (HPP) ................................................ 24
B. Kajian Penelitian Terdahulu ......................................................... 28
C. Kerangka Pemikiran...................................................................... 36
D. Hipotesis ....................................................................................... 37
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 39
A. Metode Penelitian ......................................................................... 39
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ....................................... 39
C. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian ................... 43
D. Jenis Data dan Metode PengumpulanData ................................... 44
E. Metode Analisis Data .................................................................... 45
1. Analisis Tujuan Pertama ........................................................ 45
2. Analisis Tujuan Kedua ........................................................... 50
3. Analisis Tujuan Ketiga .......................................................... 50
4. Analisis Tujuan Keempat ....................................................... 52
xii
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ........................... 54
A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur ............................ 54
1. Letak Geografis ...................................................................... 54
2. Keadaan Demografi ............................................................... 56
3. Keadaan Iklim ........................................................................ 56
B. Kondisi Umum Kecamatan Metro Kibang ................................... 57
1. Letak Geografis ...................................................................... 57
2. Keadaan Demografi ............................................................... 57
3. Keadaan Pertanian ................................................................. 58
C. Kondisi Umum Desa Margo Toto dan Desa Kibang .................... 59
1. Letak Geografis ...................................................................... 59
2. Keadaan Demografi ............................................................... 60
3. Keadaan Pertanian ................................................................. 60
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 62
A. Karakteristik Petani Responden .................................................... 62
1. Umur Petani Responden ........................................................ 62
2. Pendidikan Petani Responden ................................................ 63
3. Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Responden ................. 64
4. Pengalaman Berusahatani Cabai Merah Petani Responden .. 65
5. Luas dan Status Kepemilikan Lahan Petani Responden ........ 66
B. Keragaan Usahatani ...................................................................... 68
C. Penggunaan Sarana Produksi ........................................................ 72
1. Penggunaan Benih ................................................................. 72
2. Penggunaan Pupuk ................................................................. 73
3. Penggunaan Pestisida ............................................................. 75
4. Penggunaan Tenaga Kerja ..................................................... 76
5. Penggunaan Peralatan ............................................................ 79
D. Produksi dan Penerimaan Usahatani Cabai Merah ....................... 80
E. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Cabai Merah .................................................................................. 81
F. Analisis Struktur Biaya Usahatani Cabai Merah .......................... 89
G. Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Merah ............................... 92
H. Analisis Harga Pokok Produksi Cabai Merah .............................. 95
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 99
A. Kesimpulan ................................................................................... 99
B. Saran ............................................................................................. 100
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 101
LAMPIRAN ............................................................................................... 106
xii
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Luas panen, produksi dan produktivitas cabai menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2017 ............................ 3
2. Sentra produksi cabai merah menurut kecamatan di Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2017 ............................................................... 4
3. Anjuran pemupukan susulan dengan system MPHP ........................... 15
4. Kajian penelitian terdahulu .................................................................. 30
5. Perhitungan Harga Pokok Produksi Usahatani Cabai Merah di
Kecamatan Metro Kibang Tahun 2018 ................................................ 52
6. Sebaran petani responden usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang menurut kelompok umur .............................................. 62
7. Sebaran petani responden usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang menurut tingkat pendidikan .......................................... 63
8. Sebaran petani responden usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang menurut jumlah tanggungan keluarga .......................... 64
9. Sebaran petani responden usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang menurut pengalaman berusahatani ............................... 66
10. Sebaran petani responden usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang menurut luas lahan garapan .......................................... 67
11. Sebaran petani responden usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang menurut status kepemilikan lahan ................................ 68
12. Rata-rata penggunaan benih dan pupuk usahatani cabai merah
di Kecamatan Metro Kibang ................................................................ 74
13. Jenis-jenis pestisida yang digunakan oleh petani responden ............... 76
14. Penggunaan tenaga kerja usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang ....................................................................................... 77
15. Rata-rata nilai penyusutan peralatan dalam kegiatan usahatani
cabai merah di Kecamatan Metro Kibang............................................ 79
16. Hasil analisis regresi fungsi produksi cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang, tahun 2018 ................................................................... 81
17. Hasil regresi statistic kolinieritas dengan nilai VIF ............................. 83
18. Hasil uji heteroskedastisitas dengan Uji White.................................... 83
19. Struktur biaya atas biaya tetap dan variabel usahatani cabai
merah di Kecamatan Metro Kibang ..................................................... 90
xiv
20. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C usahatani cabai
merah di Kecamatan Metro Kibang ..................................................... 92
21. Perhitungan harga pokok produksi usahatani cabai merah di
Kecamatan Metro Kibang Tahun 2018 ................................................ 96
22. Hasil analisis sensitivitas usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang, Tahun 2018 .................................................................. 97
23. Identitas responden petani cabai merah di Kecamatan Metro Kibang
Kabupaten Lampung Timur ................................................................. 107
24. Penggunaan benih dan pupuk usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur ......................................... 109
25. Penggunaan pestisida usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang ....................................................................................... 113
26. Penyusutan alat pada usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang ....................................................................................... 119
27. Penggunaan tenaga kerja usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang ....................................................................................... 125
28. Produksi dan penerimaan usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang ....................................................................................... 141
29. Rekapitulasi pendapatan usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang, tahun 2018 ................................................................... 147
30. Rata-rata penerimaan, biaya, pendapatan dan R/C usahatani
cabai merah di Kecamatan Metro Kibang............................................ 151
31. Perhitungan harga pokok produksi cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang ....................................................................................... 152
32. Data regresi awal produksi cabai merah di Kecamatan Metro Kibang 153
33. Data linear regresi awal produksi cabai merah di Kecamatan Metro Kibang ....................................................................................... 155
34. Hasil analisis regresi produksi cabai merah di Kecamatan Metro Kibang ....................................................................................... 157
35. Hasil uji heteroskedastisitas dengan Uji White.................................... 158
xiv
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Harga cabai merah di Provinsi Lampung Tahun 2017 ........................ 6
2. Hubungan fungsional produksi fisik dan faktor produksi .................... 19
3. Kurva produksi ..................................................................................... 22
4. Kerangka pemikiran analisis produksi, pendapatan usahatani dan
penentuan harga pokok produksi cabai merah (Capsicum annum L.)
di Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur .................. 38
5. Aturan membandingkan Uji Durbin-Watson ....................................... 49
6. Peta Kabupaten Lampung Timur sebagai daerah penelitian ................ 55
7. Pola tanam di Kecamatan Metro Kibang ............................................. 68
8. Penyemaian benih cabai merah di Kecamatan Metro Kibang ............. 69
9. Penggunaan ajir batang jagung di Kecamatan Metro Kibang.............. 70
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam meningkatkan
perekonomian Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (2018) pada tahun
2017 sektor pertanian sebagai penyumbang PDB terbesar kedua setelah
sektor industri pengolahan. Sumbangan sektor pertanian terhadap PDB yaitu
sebesar 13,26%, angka tersebut meningkat sebesar 3,14% dari tahun
sebelumnya. Oleh karena itu, pemerintah sangat menaruh perhatian pada
setiap upaya yang dilakukan guna memacu pertumbuhan sektor pertanian itu
sendiri.
Sektor pertanian sebagai penyangga perekonomian negara terdiri dari
beberapa subsektor yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
perikanan, peternakan dan kehutanan. Subsektor holtikultura merupakan
salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam
menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan
penting dalam perekonomian nasional. Komoditas tanaman holtikultura
dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitu sayuran, buah-buahan,
tanaman hias dan tanaman biofarmaka. Komoditas holtikultura dapat
2
berperan sebagai devisa negara melalui substitusi impor dan ekspor
(Departemen Pertanian, 2010).
Usaha-usaha peningkatan produksi sayuran difokuskan pada tanaman yang
saat ini produksinya masih rendah, tetapi memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. Salah satu jenis tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang
tinggi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah cabai merah. Cabai
merah merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang dapat dibudidayakan
secara komersial di daerah tropis. Pada umumnya cabai merah digunakan
sebagai bumbu masakan, bahan industri, obat-obatan, dan zat pewarna.
Semakin beragamnya penggunaan sayuran yang memiliki rasa dan beraroma
pedas ini, maka permintaan akan cabai merah dalam pasar dalam negeri
semakin meningkat dari waktu ke waktu (Prajnanta, 2011).
Cabai merah merupakan tanaman sayuran yang banyak dibudidayakan petani
karena permintaannya yang cenderung meningkat seiring bertambahnya
jumlah penduduk serta berkembangnya industri olahan yang membutuhkan
bahan baku cabai merah. Hal ini menjadikan cabai merah sebagai komoditas
sayuran yang diunggulkan secara nasional. Menururt Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Provinsi Lampung (2010), permintaan cabai merah di
tingkat nasional mencapai 1.220.088 ton dengan rata-rata konsumsi per kapita
per tahun mencapai 4 – 5 kg. Peningkatan permintaan inilah yang
menjadikan semakin banyak petani yang membudidayakannya. Cabai
menjadi komoditas unggulan yang dibudidayakan petani di Provinsi
Lampung karena Provinsi Lampung memiliki potensi lahan dan agroklimat
3
yang mendukung untuk mengembangkan komoditas cabai merah. Data luas
panen, produksi dan produktivitas cabai menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Lampung tahun 2017 ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas cabai menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2017.
Kabupaten/Kota Luas Panen Produksi
(Ha) (Ton)
Lampung Barat 996 11.087
Tanggamus 726 2.738
Lampung Selatan 1.117 15.918
Lampung Timur 1.259 2.502
Lampung Tengah 996 8.762
Lampung Utara 387 6.571
Way Kanan 327 459
Tulang Bawang 356 814
Pesawaran 493 7.382
Pringsewu 214 903
Mesuji 362 5.265
Tulang Bawang Barat 141 948
Pesisir Barat 429 1.378
Bandar Lampung 61 51
Metro 26 132
Lampung 7.890 64.910
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2018.
Pada Tabel 1, menunjukkan bahwa Kabupaten Lampung Timur merupakan
sentra produksi cabai merah di Provinsi Lampung. Total luas panen pada
tahun 2017 mencapai 1.259 Ha dengan produksi sebesar 2.502 ton. Luas
panen Kabupaten Lampung Timur yang cukup tinggi itu seharusnya
mendukung untuk menghasilkan produksi cabai merah yang tinggi. Pada
kenyataannya luas panen yang tinggi itu tidak sejalan dengan produksinya.
Produksi cabai merah di Kabupaten Lampung Timur terbilang rendah karena
produktivitasnya hanya sebesar 1,99 ton/Ha. Hal tersebut akan sangat
mempengaruhi jumlah biaya total yang dikeluarkan petani karena dalam
4
melakukan budidaya menggunakan luas lahan yang cukup besar. Kecamatan
Metro Kibang merupakan salah satu kecamatan yang luas panen cabai
merahnya tertinggi di Kabupaten Lampung Timur yaitu sebesar 188 Ha
dengan produksi sebesar 1.998 ku. Data luas panen, produksi dan
produktivitas cabai merah menurut kecamatan di Kabupaten Lampung Timur
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Sentra produksi cabai merah menurut kecamatan di Kabupaten
Lampung Timur Tahun 2017
No. Kecamatan Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ku)
1 Metro Kibang 188 1.998
2 Batanghari 86 7.122
3 Bandar Sribhawono 79 1.690
4 Marga Tiga 63 282
5 Waway Karya 61 4.873
6 Raman Utara 26 512
7 Labuhan Maringgai 24 194
8 Jabung 18 86
9 Purbolinggo 18 159
10 Sekampung Udik 17 684
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur, 2018
Usahatani cabai merah merupakan salah satu jenis usahatani yang mempunyai
risiko cukup tinggi, yaitu risiko penurunan harga serta serangan hama
penyakit. Selain itu, usahatani cabai merah juga membutuhkan dana investasi
yang cukup tinggi pada proses produksinya. Tingginya biaya investasi yang
harus dikeluarkan petani membuat petani sangat intensif dalam pengendalian
hama dan penyakit. Tingginya luas lahan yang dikuasai petani dalam
usahatani cabai merah jelas akan membuat petani mengeluarkan biaya yang
besar pula untuk investasi dan pemeliharaan. Seringkali petani tidak
menghitung biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk dan pestisida
5
yang berlebihan dalam usahataninya. Aktivitas usahatani yang lebih baik
dapat dilihat dari adanya peningkatan-peningkatan dalam produktivitas
usahatani sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan petani (Tarigan
dan Wiryanta, 2003).
B. Rumusan Masalah
Usahatani cabai merah di Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu
pilihan usahatani yang banyak dilaksanakan oleh sebagian besar petani.
Lahan usahatani yang luas untuk Kecamatan Metro Kibang sebesar 188 Ha
menjadi peluang besar bagi usahatani cabai merah akan tetapi hal itu
berbanding terbalik dengan produksi yang dihasilkan. Produksi cabai merah
yang terbilang cukup rendah yaitu hanya sebesar 1.998 ku sangat berkaitan
erat dengan penggunaan faktor-faktor produksi di dalamnya. Kombinasi
penggunaan faktor-faktor produksi sangat menentukan jumlah produksi
komoditas cabai merah yang akan dihasilkan. Hal itu dimaksudkan agar
kegiatan usahatani yang dijalankan senantiasa dapat memberikan keuntungan
bagi petani, sehingga alokasi faktor-faktor produksi bisa berjalan lebih
optimal.
Harga cabai merah yang sangat berfluktuasi, seringkali membuat petani cabai
mendapatkan keuntungan yang besar, namun terkadang petani mengalami
kerugian pula. Pada bulan Januari tahun 2017, harga cabai merah di tingkat
petani mencapai Rp 40.537/kg, sedangkan pada bulan Juni tahun 2017 harga
6
cabai merah menurun pada harga Rp 27.068/kg. Perkembangan harga cabai
merah di Provinsi Lampung tahun 2017 ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Harga cabai merah di Provinsi Lampung tahun 2017.
Sumber: Badan Pusat Statistik Tahun 2018
Harga cabai merah di Provinsi lampung mengalami fluktuasi setiap bulannya.
Pada saat musim panen, harga cabai merah mengalami penurunan yang
disebabkan oleh meningkatnya jumlah produksi pada saat itu. Harga pokok
produksi sangat berpengaruh dalam perhitungan pendapatan yang akan
diperoleh petani. Harga pokok produksi cabai merah merupakan total biaya
yang dikeluarkan oleh petani untuk memproduksi cabai merah dalam proses
budidaya pada satu musim tanam. Petani cabai merah dalam melaksanakan
usahatani berorientasi pada pencapaian laba, sehingga perhitungan biaya
diperlukan dalam masalah pencapaian laba serta pengembalian modal.
Perhitungan harga pokok produksi diperlukan dalam mengetahui biaya yang
dikeluarkan petani selama kegiatan usahatani sehingga petani mengetahui
harga yang diterima atas penjualan hasil panennya menguntungkan atau tidak.
40.537 38.354
36.100 33.203
35.085
27.068 27.075 26.994 27.475 28.742 29.517 30.776
7
Usahatani cabai merah yang cukup berisiko tinggi inilah yang menjadikan
petani mengalokasikan biaya pada pemeliharaan, terutama biaya untuk
pestisida. Penggunaan pestisida diyakini menjadi salah satu faktor yang
menekan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani cabai merah.
Penetapan harga pokok produksi menjadi penting karena berkaitan dengan
penentuan keberhasilan usahatani dengan melihat seberapa besar keuntungan
yang diperoleh petani atas penjualan cabai merah.
Berdasarkan uraian diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi cabai merah di
Kecamatan Metro Kibang?
2. Bagaimana struktur biaya usahatani cabai merah di Kecamatan Metro
Kibang Kabupaten Lampung Timur?
3. Berapa pendapatan usahatani cabai merah di Kecamatan Metro Kibang
Kabupaten Lampung Timur?
4. Berapa harga pokok produksi cabai merah di Kecamatan Metro Kibang
Kabupaten Lampung Timur?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi cabai
merah di Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur.
2. Menganalisis struktur biaya usahatani cabai merah di Kecamatan Metro
Kibang Kabupaten Lampung Timur.
8
3. Menganalisis besarnya pendapatan usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur.
4. Menganalisis harga pokok produksi cabai merah di Kecamatan Metro
Kibang Kabupaten Lampung Timur.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi:
1. Petani, sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan usahatani
cabai merah serta dalam menetapkan harga pokok produksinya.
2. Pemerintah serta dinas dan instansi terkait, sebagai bahan informasi dan
evaluasi dalam pengambilan keputusan atau kebijakan untuk perencanaan,
peningkatan dan pengembangan komoditas cabai merah.
3. Peneliti lain, sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Usahatani Cabai Merah
Menurut Pitijo (2003), cabai merah merupakan tanaman sayuran yang
mempunyai nilai ekonomi tinggi dan daya adaptasi yang luas. Cabai
merah termasuk kedalam sayuran dari Famili Solanaceae yang memili
kegunaan sebagai bumbu masak dan bahan ramuan obat-obatan.
Berdasarkan klasifikasinya, maka tanaman cabai merah termasuk ke
dalam:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum annum L.
Cabai merah merupakan herba semusim yang berbuah pada umur 3 bulan
dan berumur hingga 6 bulan. Cabai merah tumbuh tegak dengan batang
10
berkayu, bercabang banyak dengan ukuran yang mencapai tinggi 120 cm
dan lebar tajuk tanaman hingga 90 cm. Umumnya, daun cabai merah
berwarna hijau muda sampai hijau gelap. Daun cabai merah umumnya
mempunyai tulang menyirip, berbentuk bulat telur dengan ujung yang
meruncing, bentuk daun ini tergantung spesies dan varietasnya.
Cabai merah dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan
(dataran tinggi) ± 2000 m dari atas permukaan air laut (dpl) dengan tidak
terlalu dingin dan tidak terlalu lembab. Cabai merah lebih cocok jika
ditanam di daerah kering berhawa panas (± 30º C). Faktor iklim yang
berpengaruh pada pertumbuhan cabai merah antara lain adalah suhu dan
radiasi matahari. Apabila dilihat dari sisi media pertumbuhan, cabai
merah akan tumbuh dengan pada tanah berdrainase baik, dan relatif subur.
Keadaan tanah yang baik dapat dilihat dari kondisi tanah yang subur,
gembur, kaya akan bahan organik, tidak mudah menggenang, bebas dari
cacing dan penyakit tular tanah (Redaksi Agro Media, 2008).
Teknik usahatani cabai merah yang tepat sangat diperlukan agar dapat
menghasilkan produksi yang memuaskan, baik dalam jumlah maupun
mutu cabai merah itu sendiri. Menurut Wiryanta (2008), langkah-langkah
dalam usahatani cabai merah terdiri dari:
a. Penentuan lokasi usahatani
Cabai merah umumnya dapat ditanam di dataran rendah maupun
pegunungan. Ada tiga lahan yang biasa digunakanuntuk penanaman
cabai merah, yakni lahan sawah yang berpengairan teknis, lahan
11
sawah tadah hujan, dan lahan tegalan yang tidak berpengairan teknis.
Ketersediaan air yang cukup saat masa penanaman membantu akar
tanaman lebih efektif menyerap unsur hara yang ada di dalam tanah.
Lahan sawah yang memiliki pengairan teknis memiliki potensi yang
lebih baik untuk penanaman cabai merah. Lahan sawah tadah hujan
yang mengandalkan pengairan dari air hujan memiliki risiko, yakni
tanaman akan kekurangan air di musim kering sehingga diperlukan
investasi untuk pengadaan sumur dan mesin pompa air. Lahan
tegalan merupakan lahan yang umumnya berada di lereng bukit dan
penanamannya biasa dilakukan pada musim penghujan.
b. Persiapan lahan untuk penanaman
Pada umumnya teknik budidaya jenis cabai apapun hampir sama.
Tanaman cabai dapat berbuah di kawasan dataran rendah maupun
dataran tinggi meskipun dalam periode penanaman dan pemanenan
yang sangat minim. Hal pertama yang harus dicek dalam persiapan
lahan adalah pH tanah. Tanah yang terlalu asam dapat dinetralkan
dengan penambahan kapur dolomite dengan dosis 1-4 ton/ha,
tergantung seberapa jauh tingkat keasamantanah garapan (Winarno,
Handayanto, Arifin, 2017).
Tanah perlu dibajak dengan kadalaman 40 cm dengan membuat
bedengan dengan ukuran lebar 100-110 cm, ketinggian 30-40 cm.
jarak antara kedua bedeng adalah 60cm. Ukuran bedengan untuk
cabai merah harus mempertimbangkan beberapa faktor, seperti ukuran
12
bedengan, ukuran saluran air, dan ketinggian bedengan. Panjang
bedengan akan mempengaruhi perawatan tanaman cabai merah. Pada
setiap bedengan diberi pupuk dengan cara ditebar diatas
permukaannya, pupuk yang digunakan adalah pupuk organik ataupun
anorganik.
c. Waktu tanam dan penyemaian benih
Penentuan waktu tanam yang tepat penting untuk dilakukan karena
akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi cabai merah yang
diperoleh. Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penyemaian
benih adalah varietas benih, seleksi benih yang kan disemai, cara dan
media penyemaian. Media penyemaian yang biasa digunakan adalah
polybag atau kantong plastik yang berisi tanah yang dicampur dengan
pupuk kandang. Polybag dengan ukuran 5x10 cm diisi dengan tanah
semai hingga ¼ bagian. Media semai dapat dibuat dengan
menggunakan campuran tanah, arang sekam, dan kompos dengan
perbandingan 1:1:1. Selanjutnya benih yang sudah dipilih direndam
semalam dengan air untuk mempermudah perkecambahan, kemudian
dimasukkan kedalam polybag, satu biji per polybag.
d. Penanaman bibit
Bibit yang ditanam merupakan bibit yang sudah berumur 30 hari
setelah penyemaian, atau sudah berdaun 6-8 helai. Sebelum
penanaman, polybag tempat pembibitan harus dilepaskan terlebih
dahulu. Setelah itu tanah dan bibit cabai merah ditanam di lubang
13
yang sudah disiapkan sebelumnya. Waktu penanaman yang baik
adalah sore hari, karena bibit tidak akan terkena sinar matahari terik
dan bisa beradaptasi dengan keadaan lahan.
e. Perawatan tanaman
Bibit cabai merah yang telah ditanam memiliki kemungkinan tidak
dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan penyulaman
untuk mengganti bibit yang mati. Pemberian ajir juga diperlukan
dalam menopang tanaman cabai merah dari terpaan angin. Ajir
umumnya terbuat dari bambu dengan ketinggian 1-1,5 m.
Perompesan adalah membersihkan tanaman dari bagian-bagian
tumbuhan yang tidak berguna dan menghambat pertumbuhan seperti
tunas air dan bunga yang muncul belum pada waktunya. Perawatan
tanaman juga dengan melakukan pengairan. Jenis pengairan
dilakukan dengan gembor, irigasi tetes, sistem curah dan sistem leb.
Pemberian air secara optimal berdasarkan fase pertumbuhan tanaman
akan meningkatkan produktivitas cabai merah.
f. Pupuk dan pemupukan
Pemberian pupuk dilakukan secara dua tahap, yaitu pemupukan dasar
dan pemupukan susulan. Pemberian pupuk dasar adalah pemberian
pupuk organic atau pupuk kandang dan anorganik sebelum
penanaman cabai. Pemberian pupuk kandang diperlukan untuk
memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan jumlah organisme
tanah yang berguna dalam proses penguraian bahan organik menjadi
14
bahan yang tersedia bagi tanaman. Pupuk kandang yang diberikan
harus dikombinasikan dengan pupuk buatan (anorganik) karena pupuk
kandang memiliki kandungan unsur hara yang relatif sedikit.
Pupuk kandang yang diberikan adalah pupuk kandang yang sudah
terdekomposisi atau siap pakai. Cirinya adalah strukturya yang
remah, tidak basah tetapi juga tidak terlalu kering dan baunya tidak
lagi terlalu tajam. Pupuk kandang yang belum selesai terdekomposisi
kurng baik bagi pertumbuhan tanaman cabai bahkan dapat
menyebabkan kematian. Pupuk dasar yang berupa pupuk anorganik
yang diberikan adalah 650kg/ha ZA, 250 kg/ha urea, 500 kg/ha TSP
atau SP-36, 400 kg/ha KCl, dan 18 kg/ha Borat. Pupuk tunggal
tersebut dicampur secara merata dan diaplikasikan pada bedengan
yang tela dibuat. Selain pemberian pupuk tunggal diberikan juga
pupuk majemuk NPK 15 : 15 : 15 sebanyak 700kg/ha (Syukur,
Yunianti dan Dermawan, 2018).
Pemupukan susulan perlu dilakukan agar ketersediaan unsur hara
sesuai dengan kebutuhan dan stadia tanaman. Tanaman yang belum
berbuah membutuhkan unsur hara N lebih tinggi daripada P dan K.
Sementara itu, tanaman berbuah membutuhkan hara P dan K lebih
tinggi daripada N. Pemupukan susulan ini dilakukan melalui daun
atau akar. Pemupukan melalui akar berupa pupuk kocor atau tabur.
Daerah dengan curah hujan yang rendah lebih baik melalui pupuk
15
kocor dibandingkan dengan pupuk tabur. Pemberian pupuk susulan
dapat mengikuti anjuran pada Tabel 3.
Tabel 3. Anjuran pemupukan susulan dengan sistem MPHP
Fase
Pertumbuhan Jenis Pupuk
Dosis
Konsentrasi
Dosis
Aplikasi
Waktu
dan Cara
Aplikasi
Vegetatif
NPK 16:16:16
atau 8-15-19
atau 10-20-20
10 gr/l 250
cc/tanaman
15 HST,
dikocor
Generatif
NPK 16:16:16
atau 8-15-19
atau 10-20-20
10-15 gr/l 250
cc/tanaman
30-35
HST,
dikocor
Generatif
NPK 16:16:16
atau 8-15-19
atau 10-20-20
7,5
gr/tanaman
atau 1
SDM/
lubang
50-56, 115
HST,
ditugal
Sumber: Winarno, Handayanto, Arifin, 2017.
g. Pemanenan
Pemetikan dilakukan saat 60-70% buah cabai sudah merah. Tanaman
cabai merah normalnya dapat dilakukan panen sebanyak 12-20 kali.
Tanaman dapat dipanen terus menerus dengan selang waktu 3-4 hari
sekali hingga tanaman berumur 6-7 bulan. Jumlah hasil panen cabai
merah dari waktu ke waktu tidaklah sama, dan antara satu tempat
dengan tempat yang lain juga tidak sama.
2. Konsep Usahatani dan Pendapatan Usahatani
Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana
seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi yang
berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal, sehingga memberikan
16
manfaat sebaik-baiknya. Sebagai ilmu pengetahuan, ilmu usahatani
merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan,
mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor
produksi seefektif dan seefisien mungkin, sehingga usaha tersebut
memberikan keuntungan semaksimal mungkin.
Klasifikasi usahatani terjadi karena adanya perbedaan faktor fisik,
ekonomis, dan faktor lainnya. Faktor fisik antara lain iklim, topografi,
ketinggian diatas permukaan air laut, dan jenis tanah. Faktor fisik
menyebabkan adanya tempat-tempat tertentu yang hanya mengusahakan
tanaman tertentu pula karena pada dasarnya tiap jenis tanaman selalu
membutuhkan syarat-syarat yang tertentu pula. Faktor ekonomis antara
lain permintaan pasar, pembiayaan, modal yang tersedia, dan risiko yang
dihadapi, akan membatasi petani dalam melakukan usahatani. Faktor
lainnya adalah antara lain hama penyakit, sosiologis, pilihan pribadi, dan
sebagainya akan menentukan dan membatasi usahatani (Suratiyah, 2015).
Usahatani dapat diartikan sebagai kegiatan yang memanfaatkan dan
mengelola faktor-faktor produksi sebagai modal dan digunakan secara
efektif dan efisien. Faktor-faktor produksi tersebut berupa faktor fisik
dan faktor ekonomis. Penggunaan faktor-faktor produksi tersebut
haruslah diorganisasikan sebaik mungkin agar diperoleh keuntungan yang
maksimal.
17
Menurut Shinta (2011) penerimaan usahatani adalah perkalian antara
produksi yang diperoleh dengan harga jual. Secara matematis,
dirumuskan sebagai berikut:
TR = Yi . Pyi ......................................................................... (1)
Keterangan: TR = Total penerimaan (Rp)
Yi = Produksi yang diperoleh dari suatu usahatani (satuan)
Py = Harga produksi (Rp)
Pendapatan dan keuntungan usahatani adalah selisih penerimaan dengan
semua biaya produksi, dirumuskan sebagai berikut:
π = Y. Py – Σ XiPxi – BTT .................................................. (2)
Keterangan: π = Keuntungan atau pendapatan (Rp)
Y = Jumlah produksi (satuan)
Py = Harga satuan produksi (Rp)
X = Faktor produksi variabel (satuan)
Pxi = Harga faktor produksi variabel (Rp/ satuan)
BTT = Biaya tetap total (Rp)
Pendapatan juga dapat dihitung menggunakan rumus
𝜋 = TR – TC ........................................................................ (3)
Keterangan: π = Keuntungan/pendapatan
TR = Total revenue (total penerimaan)
TC = Total cost (total biaya)
Untuk mengetahui apakah usahatani menguntungkan atau tidak secara
ekonomi, dapat dianalisis dengan menggunakan perhitungan antara
penerimaan total dan biaya total yang disebut dengan Revenue Cost Ratio
(R/C Ratio).
R/C = TR
TC ............................................................................... (4)
18
Keterangan: R/C = Nisbah penerimaan dan biaya
TR = Total revenue (total penerimaan)
TC = Total cost (total biaya)
Ada tiga kriteria dalam perhitungan ini, yaitu: a. Jika R/C >1, maka usahatani yang dilakukan layak atau menguntungkan.
b. Jika R/C = 1, maka usahatani yang dilakukan berada pada titik impas
(Break Even Point).
c. Jika R/C <1, maka usahatani yang dilakukan tidak layak atau tidak
menguntungkan petani.
3. Teori Produksi dan Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukan hubungan fisik
antara faktor produksi (input) dengan hasil produksi (output) yang
dihasilkannya per unit waktu. Fungsi produksi dinyatakan secara
matematis sebagai berikut:
Y = f (x1, x2, x3, ….. xn) …………………………………... (5)
Keterangan:
Y = Jumlah produksi
x1, … xn = Faktor-faktor produksi
Menurut Arsyad (2012), fungsi produksi menghubungkan input dengan
output. Fungsi produksi menentukan tingkat output maksimum yang bisa
diproduksi dengan sejumlah input tertentu, atau sebaliknya. Jumlah input
minimum yang diperlukan untuk memproduksi suatu tingkat output
tertentu. Fungsi produksi di tentukan oleh teknologi yang digunakan
dalam proses produksi. Oleh karena itu, hubungan input/output untuk
setiap sistem produksi merupakan suatu sistem dari tingkat teknologi
pabrik, peralatan, tenaga kerja, bahan baku dan lain-lain yang digunakan
dalam suatu perusahaan. Hubungan fisik antara faktor produksi (input)
dengan hasil produksi (output) dapat dilihat pada Gambar 2.
19
Gambar 2. Hubungan fungsional produksi fisik dan faktor produksi
Sumber: Hanafie, 2010.
Gambar 2 dapat diartikan bahwa fungsi produksi menunjukkan hubungan
antara berbagai faktor produksi yang berupa input. Selanjutnya, input
tersebut dikombinasikan sedemikian rupa sehingga menghasilkan output.
Pengalokasiaan input produksi tersebut dilakukan secara efektif dan
efisien. Hanafie (2010) menyatakan bahwa, peranan masing-masing
faktor produksi terhadap produksi fisik adalah dari sejumlah faktor
produksi yang digunakan. Salah satu faktor produksi dianggap sebagai
variable (berubah-ubah), sementara faktor produksi lainnya diasumsikan
konstan (tidak berubah). Hukum ini disebut dengan The Law of
Diminishing Returns. Dalam bentuk grafik, fungsi produksi merupakan
kurva melengkung dari kiri bawah ke kanan atas yang setelah sampai titik
tertentu, kemudian berubah arah sampai titik maksimum dan berbalik
turun kembali.
Y
Produksi
fisik
Faktor Produksi Tanah
0 X
20
Berdasarkan persamaan fungsi produksi tersebut, pengusaha tani dapat
melakukan tindakan yang meningkatkan produksi (Y), dengan cara
menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan dan menambah
beberapa input (lebih dari satu) dari input yang digunakan. Cara pertama
relatif mudah dihitung dengan menggunakan asumsi “cateris paribus”.
Cara kedua menunjukan hubungan dua dimensi, dapat dijelaskan dengan
memahami beberapa konsep berikut:
a. Produk marjinal dan produk rata-rata
Tambahan satu-satuan input (X) dapat menyebabkan pertambahan
atau pengurangan satu satuan output Y disebut sebagai “Produk
Marjinal” (PM) dan dituliskan sebagai ∆Y/∆X. Produk marjinal bila
dikaitkan dengan produk rata-rata (PR= Y/X) atau produk total, maka
hubungan antara input dan output akan lebih informatif, dalam arti
akan dapat diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga akan
diketahui apakah proses produksi yang sedang dilakukan adalah
rendah atau sebaliknya.
b. Hukum kenaikan hasil yang makin berkurang (The Law of
Diminishing Returns)
Hukum kenaikan hasil yang makin berkurang dirumuskan di negara-
negara yang kurang padat penduduknya, yang faktor tenaga kerjanya
memiliki harga paling tinggi dan produktivitasnya selalu diukur. Oleh
karena itu, hukum kenaikan hasil yang makin berkurang dirumuskan
21
dalam bentuk penambahan tenaga kerja (per orang atau per jam kerja)
terhadap sebidang tanah sebagai faktor produksi yang tetap.
Hukum kenaikan hasil yang makin berkurang berlaku pula bagi semua
faktor produksi. Sehingga menyebabkan hukum ini disebut “Hukum
Faktor Proporsional”, yaitu hukum yang menerangkan perilaku kenaikan
produksi tambahan, manakala salah satu faktor produksi dinaik-turunkan
dengan membiarkan faktor produksi yang lainnya tetap, sehingga
perbandingan jumlah faktor-faktor tersebut berubah. Hal tersebut dapat
dilihat pada Gambar 3.
Menurut Rahim dan Hastuti (2008) faktor produksi hasil komoditas sering
disebut korbanan karena faktor produksi tesebut dikorbankan untuk
menghasilkan komoditas pertanian. Oleh karena itu untuk menghasilkan
suatu produk diperlukan hubungan antara faktor produksi (input) dan
komoditas (output). Hubungan antara input dan output tersebut secara
sistematik dapat dituliskan dengan menggunakan analisis fungsi produksi
Cobb-Douglass. Fungsi produksi Cobb-Douglass adalah suatu fungsi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas dan
variabel terikat).
22
Gambar 3. Kurva produksi
Sumber: Hanafie, 2010.
Secara matematis persamaan fungsi produksi Cobb-Douglass dapat
dituliskan sebagai berikut:
Y = b0 X1b1 X2
b2 ………Xnbn eu ………………………………. (6)
Keterangan: Y = Produksi
X = Input produksi
b = Besaran yang akan diduga
u = Kesalahan
e = Logaritma natural (e=2,718)
C
B
A 1>Ep>0
Ep>1 Ep<0
A = Produksi Bertambah
B = Produksi Berkurang
C = Produksi Negatif
PR
PM Faktor Produksi (X)
Produksi (Y)
0
0
PT
A
B
C
Ep=0 Ep=1
Produksi (Y)
Faktor Produksi (X)
23
Penaksiran parameter harus ditransformasikan kedalam bentuk double
logaritma natural (Ln) sehingga merupakan bentuk linear berganda yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
LnY = ln b0 + b1 LnX1 + b2 LnX2 + b3LnX3 …… bnLnXn + u
Keterangan: Y = Produksi
X1,Xn = Input produksi
b0 = Intercep/konstanta
b1,bn = Koefisien regresi input produksi X1….Xn
u = Kesalahan
Nilai b1, b2, b3 pada fungsi produksi Cobb-Douglass adalah sekaligus
menunjukkan elastisitas X terhadap Y. Menurut Soekartawi (2003),
penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglass selalu dilogaritmakan dalam
bentuk fungsi linear, maka terdapat beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi dalam menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglass, yaitu:
a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol.
b. Perlu asumsi tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan
c. Tiap variabel X adalah perfect competition.
d. Perbedaan lokasi seperti iklim sudah tercakup pada kesalahan (u).
4. Struktur Biaya
Biaya merupakan suatu pengorbanan yang dilakukan petani untuk
memenuhi kebutuhan dalam usahataninya agar dapat menghasilkan
produksi yang maksimal. Biaya dalam usahatani dibedakan dalam biaya
tetap dan biaya variabel. Perhitungan biaya tetap dan biaya variabel ini
penting untuk dilakukan karena dapat memberikan gambaran mengenai
24
alokasi biaya dan dapat membantu kontrol biaya yang akan dilakukan
(Suratiyah, 2015).
Menurut Asmara, Purnamadewi, Meiri (2014) struktur biaya adalah
komposisi biaya yang dikeluarkan dalam memproduksi barang atau jasa.
Analisis struktur biaya merupakan analisis mengenai komponen-
komponen biaya tetap dan variabel serta persentasenya terhadap biaya
total. Jadi pada setiap biaya baik itu biaya tetap atau biaya variabel
memiliki persentase terhadap total biaya ynag dikeluarkan dalam
usahatani. Menurut Suripatty (2011), dalam menghitung persentase dari
struktur biaya digunakan rumus sebagai berikut.
P =NTFC atau NTVC
NTC x 100%
Keterangan:
P = Persentase dari struktur biaya produksi (persen)
NTFC = Nilai dari tiap komponen biaya tetap (Rp)
NTVC= Nilai dari tiap komponen biaya variabel (Rp)
NTC = Nilai dari total biaya produksi (Rp)
5. Harga Pokok Produksi (HPP)
Menurut Supriyono (2002) harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa
yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi. Secara garis
besar unsur-unsur harga pokok produksi digolongkan menjadi tiga, yaitu
biaya bahan baku, upah tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Harga
pokok produksi merupakan pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva. Penentuan harga pokok produksi penting untuk
dilakukan karena digunakan sebagai penentu harga penjualan.
25
Harga pokok produksi merupakan total biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi atau menghasilkan suatu produk dalam satu periode. Harga
pokok produksi usahatani cabai merah merupakan total biaya yang
dikeluarkan oleh petani untuk memproduksi cabai merah dalam usahatani
pada satu musim tanam. Komponen biaya produksi usahatani cabai
merah meliputi biaya alat dan bahan (saprodi), biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead usahatani.
Alat dan bahan (saprodi) dalam usahatani cabai merah meliputi benih,
pupuk, pestisida, mulsa, ajir, dan lain-lain. Biaya tenaga kerja merupakan
total upah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani dalam proses
usahatani cabai merah dari mulai persiapan lahan hingga panen. Biaya
overhead usahatani meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani
dalam proses usahatani cabai merah dalam satu musim tanam selain biaya
untuk bahan (saprodi) dan biaya tenaga kerja. Biaya overhead usahatani
cabai merah meliputi biaya sewa lahan, pajak tanah, biaya sewa alat serta
biaya penyusutan alat (Sugiono, 2005).
Secara garis besar, unsur-unsur harga pokok produksi digolongkan
menjadi tiga, yaitu biaya bahan baku, upah tenaga kerja langsung dan
biaya overhead.
a. Biaya bahan baku
Menurut Bahri (2016), biaya bahan baku merupakan salah satu
elemen penting dari biaya produksi. Elemen yang dapat
mempengaruhi biaya bahan baku adalah sebagai berikut:
26
1) Harga faktor termasuk biaya angkut dari setiap satuan bahan yang
dibeli.
2) Biaya pemesanan, yaitu biaya yang terjadi dalam rangka
melaksanakan kegiatan pemesanan bahan baku, terdiri dari biaya
pemesanan tetap dan variabel.
a) Biaya pemesanan tetap, yaitu biaya pemesanan yang besarnya
tetap sama dalam periode tertentu tidak dipengaruhi oleh biaya
frekuensi pemesanan, misalnya gaji bagian pembelian dan
biaya penyusutan aktiva tetap bagian pembelian.
b) Biaya pemesanan variabel, yaitu biaya pemesanan yang
jumlah totalnya berubah-ubah secara proporsional dengan
frekuensi pemesanan. Semakin tinggi frekuensi pemesanan
mengakibatkan total biaya pemesanan variabel jumlahnya
tinggi dan begitu sebaliknya.
c) Biaya penyimpanan, yaitu biaya yang terjadi dalam rangka
melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan, terdiri dari biaya
penyimpanan tetap dan variabel.
b. Biaya tenaga kerja
Menurut Supriyono (2002), biaya tenaga kerja adalah semua balas
jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada semua karyawan.
Elemen biaya tenaga kerja yang merupakan bagian dari biaya
produksi adalah tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga.
Tenaga kerja mendapatkan balasan berupa upah, upah yang
dibayarkan kepada tenaga kerja yang langsung terlibat dalam
27
usahatani disebut dengan direct labor cost. Dikatakan direct labor
cost jika besarnya upah yang dibayarkan bergantung pada jumlah
output yang dihasilkan. Kelompok tenaga kerja langsung adalah
tenaga kerja yang dibayar berdasarkan upah satuan atau upah
harian/jam.
c. Biaya overhead
Biaya overhead meliputi semua biaya produksi selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja. Biaya overhead dikelompokkan atas
dasar tingkah laku perubahannya terhadap volume aktivitas, yaitu
biaya tetap dan variabelnya. Biaya overhead yang umumnya
digunakan dalam industri manufaktur akan tetapi untuk konsep pada
usahatani biaya overhead ini meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan
oleh petani dalam proses budidaya cabai merah selain biaya saprodi
dan biaya tenaga kerja. Biaya overhead petani meliputi biaya pajak
lahan pertanian (Simamora, 2002).
Menurut Sunarto (2008) terdapat dua pendekatan dalam menentukan
harga pokok produksi, yaitu:
a. Metode full costing
Metode full costing merupakan suatu metode penentuan harga pokok
produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke
dalam harga pokok produksi. Harga pokok produksi yang dihitung
melalui pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok
produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya
28
overhead tetap dan tidak tetap) ditambah biaya non-produksi (biaya
pemasaran, biaya administrasi dan biaya umum).
b. Metode variable costing
Metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok
produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang
berperilaku variabel kedalam harga pokok produksi. Biaya yang
bersifat tetap terhadap produk dan biaya operasional tidak tetap
dimasukkan sebagai biaya periode. Pada konsep variable costing,
produk hanya dibebani dengan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead variabel. Biaya overhead tetap seperti
biaya penyusutan yang lebih bersifat tetap sebagai fungsi dari waktu
dan besarnya tidak bergantung pada volume produksi tidak
diperhitungkan dalam penentuan harga pokok produksi.
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Analisis produksi, pendapataan usahatani dan penentuan harga pokok
produksi cabai merah di Kecamatan Metro Kibang Lampung Selatan merujuk
pada beberapa penelitian terdahulu. Rujukan penelitian mengenai faktor –
faktor produksi cabai merah dapat dilihat pada penelitian Chonani,
Prasmatiwi dan Santoso (2014). Penelitian tersebut menganalisis mengenai
efisiensi produksi dan pendapatan usahatani cabai merah di Kecamatan Metro
Kibang, dalam penelitian ini faktor – faktor produksi pada cabai merah adalah
luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk NPK, pupuk daun,
29
pestisida dan tenaga kerja. Penelitian Andayani (2016) menganalisis faktor –
faktor produksi yang mempengaruhi produksi cabai merah yang terdiri dari
luas lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk ayam postal, pupuk phonska, pupuk ZA,
pupuk SP36, pupuk Mutiara dan pestisida.
Penelitian Sarina, Silamat dan Puspitasari (2015) mengenai analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah di Desa Kampung Melayu
Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong. Pada penelitian ini
faktor-faktor produksi yang digunakan adalah luas lahan, jumlah benih,
jumlah tenaga kerja, jumlah pupuk organik, jumlah pupuk anorganik dan
jumlah pestisida. Penelitian Pranata dan Damayanti (2016) mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi usahatani cabai merah kriting di Desa
BuluPountu Jaya Kecamatan Sigi Biromaru menggunakan variabel bebas luas
lahan, benih, pupuk urea, pupuk ZA, pupuk phonska, pestisida dan tenaga
kerja. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat diuji dengan
uji F untuk melihat pengaruh faktor – faktor produksi terhadap produksi cabai
merah.
Analisis pendapatan usahatani cabai merah merujuk pada penelitian Hamidah
(2016) mengenai pendapatan usahatani cabai merah (Capsicum annum L.) di
Dusun Teguhan Desa Mendogo Kecamatan Ngimbang. Analisis pendapatan
dihitung dengan membandingkan penerimaan total dengan biaya
menggunakan R/C rasio. R/C rasio yang digunakan untuk mengetahui rasio
keuntungan petani terhadap biaya yang dikeluarkan pada usahatani cabai
merah dibedakan menjadi R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total.
30
Rujukan penelitian lainnya adalah penelitian Damayanti dan Herdian (2016)
mengenai harga pokok dan keuntungan cabai merah di Desa Talang Buluh
Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin. Penelitan ini menghitung
harga pokok produksi cabai merah dengan cara menjumlahkan semua biaya –
biaya yang dikeluarkan dibagi dengan jumlah produksi yang dihasilkan.
Perhitungan tersebut menjadi dasar harga pokok produksi cabai merah
persetiap satuan cabai merah yang dihasilkan.
Perbedaan penelitian di Kecamatan Metro Kibang dengan penelitian
Damayanti dan Herdian (2016) adalah selain lokasi penelitian yang berbeda,
penelitian sebelumnya tidak melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi cabai merah. Rujukan penelitian lain yaitu
penelitian Agnes dan Antara (2017) mengenai analisis pendapatan dan
kelayakan usahatani cabai rawit di Desa Sunju Kecamatan Marawola
Kabupaten Sigi. Perbedaan penelitian ini adalah mengenai penggunaan alat
analisis data untuk mengetahui pendapatan usahatani yang menggunakan
rumus Mosher yaitu π = TR-TC, sedangkan dalam penelitian cabai merah di
Kecamatan Metro Kibang menggunakan rumus Soekartawi yaitu
π = Y.Py - ∑XiPxi – BTT. Rujukan penelitian lainnya dapat dilihat pada
Tabel 4.
No. Judul/Tahun Tujuan Penelitian Metode dan Alat Analisis Hasil
1. Analisis Pendapatan
Petani Cabai Merah
Keriting Desa Bahagia
Kecamatan Palolo
Kabupaten Sigi
(Mustamir, Munayang,
Parmita, 2018)
Mengetahui pendapatan
petani cabai merah keriting
di Desa Bahagia
Kecamatan Palolo
Kabupaten Sigi
Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode survei
untuk memperoleh data primer
secara langsung. Analisis data
dilakukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh
petani cabai merah keriting di
Desa Bahagia. Sampel dalam
penelitian diambil melalui
pendekatan sampling incidental.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerimaan cabai merah keriting dengan
luas lahan setengah hektar yaitu sebesar
Rp56.705.000,00 dengan rasio keuntungan
sebesar 3 kali. Penerimaan cabai merah
keriting dengan luas lahan sepertiga hektar
yaitu Rp50.195.500,00 dengan rasio
keuntungan sebesar 2,69 kali. Pendapatan
cabai merah keriting di Desa Bahagia
Kecamatan Palolo tergolong pendapatannya
lebih baik.
2. Analisis Pendapatan
Usahatani dan Pemasaran
Cabai Rawit (Capsium
frutescens L.) di
Kecamatan Loa Janan
Kabupaten Kutai
Kartanegara (Permadi,
Mariati, Lesmana, 2017)
a. Mengetahui besarnya
pendapatan usahatani
cabai rawit di
Kecamatan Loa Janan
Kabupaten Kutai
Kartanegara.
b. Mengetahui pemasaran
usahatani cabai rawit di
Kecamatan Loa Janan
Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Penentuan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja dengan
pertimbangan lokasi merupakan
salah satu penghasil cabai rawit di
Kabupaten Kutai Kartanegara.
Pengambilan sampel dilakukan
secara sensus karena jumlah
populasi kurang dari 30 orang.
Analisis data untuk memperoleh
besarnya pendapatan usahatani
cabai rawit menggunakan teori
dari Boediono (2007) yaitu
I = TR-TC.
Hasil penelitian di Kecamatan Loa Janan
Kabupaten Kutai Kartanegara menunjukkan
besarnya biaya produksi yang dikeluarkan
petani cabai rawit sebesar Rp 4.856.844,07
mt-1 responden-1. Penerimaan yang
diperoleh sebesar Rp 20.551.538,46 mt-1
responden-1. Pendapatan usahatani cabai
rawit adalah sebesar Rp 15.694.694,39 mt-1
responden-1.
31
Tabel 4. Lanjutan Tabel 4. Kajian Penelitian Terdahulu
30
No. Judul/Tahun Tujuan Penelitian Metode dan Alat Analisis Hasil
3. Analisis Pendapatan dan
Kelayakan Usahatani
Cabai Rawit di Desa
Sunju Kecamatan
Marawola Kabupaten Sigi
(Agnes dan Antara, 2017).
a. Mengetahui pendapatan
usahatani cabai rawit di
Desa Sunju Kecamatan
Marawola Kabupaten
Sigi.
b. Mengetahui kelayakan
usahatani cabai rawit di
Desa Sunju Kecamatan
Marawola Kabupaten
Sigi.
Lokasi penelitian dipilih secara
sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa Desa Sunju
merupakan salah satu sentra
produksi cabai rawit, bahkan
memiliki produktivitas tertinggi di
Kecamatan Marawola Kabupaten
Sigi. Penentuan responden
dengan metode sampel acak
sederhana. Analisis data untuk
mengetahui pendapatan
menggunakan rumus Mosher
yaitu π = TR-TC.
Total penerimaan yang diperoleh petani
responden dalam usahatani Cabai Rawit
untuk satu kali musim tanam adalah sebesar
Rp240.645,000,00 dengan rata-rata
penerimaan yang diperoleh sebesar Rp
8.021.500,00. Total pendapatan yang
diperoleh petani responden dalam usahatani
Cabai Rawit adalah sebesar
Rp155.531.775,00 dengan rata-rata
pendapatan yang diperoleh adalah
Rp5.184.392,50,00.
4. Analisis Harga Pokok dan
Keuntungan Usahatani
Cabai Merah Besar
(Capsium Annuum L.) di
Desa Talang Buluh
Kecamatan Talang Kelapa
Kabupaten Banyuasin
(Damayanti dan Herdian,
2016).
Mengetahui berapa besar
harga pokok dan
pendapatan usahatani cabai
merah besar di Desa Talang
Buluh Kecamatan Kelapa
Kabupaten Banyuasin.
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode
survei, dengan teknik sampling
yaitu metode acak sederhana
(simple random sampling)
sebanyak 33 petani dari 325
populasi. Analisis harga produksi
dilakukan dengan
membandingkan jumlah biaya
seluruhnya dibandingkan dengan
jumlah produksi yang dihasilkan.
Analisis keuntungan dilakukan
dengan pendekatan penerimaan.
a. Biaya produksi cabai merah besar
adalah Rp149.969.452,00 per hektar
dengan rata-rata adalah Rp4.544.529,00
per hektar. Penerimaan rata-rata petani
cabai merah besar adalah
Rp53.049.326,00 per hektar. Rata-rata
pendapatan usahatani cabai merah besar
petani sebesar Rp 48.504.797,00 per
hektar. Harga pokok cabai merah besar
sudah menguntungkan. Hal ini dapat
dilihat dari harga jual rata-rata cabai
merah besar adalah Rp 32.363,00 per
kg, lebih besar dari harga pokok rata-
rata Rp 2.874,00 per kg.
32
Tabel 4. Lanjutan
31
No. Judul/Tahun Tujuan Penelitian Metode dan Alat Analisis Hasil
5. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi
Usahatani Cabai Merah
Kriting di Desa
BuluPountu Jaya
Kecamatan Sigi Biromaru
Kabupaten Sigi (Pranata
dan Damayanti, 2016)
Mengetahui pengaruh
faktor produksi cabai merah
kriting terhadap produksi
cabai merah kriting di Desa
Bulupountu Jaya
Kecamatan Sigi Biromaru
Kabupaten Sigi.
Lokasi penelitian ini dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan bahwa di Desa
Bulupountu Jaya merupakan desa
yang cukup potensial untuk
pengembangan usahatani cabai
merah kriting di Kecamatan Sigi
Biromaru Kabupaten Sigi. Teknik
pengambilan sampel dilakukan
secara acak sederhana (simple
random sampling). Analisis data
menggunakan analisis Cobb-
Douglass untuk menganalisis
apakah terdapat hubungan antara
produksi cabai sebagai variabel
terikat dengan input produksi
sebagai faktor yang
mempengaruhinya.
F hitung sebesar 63.528 dengan nilai
signifikan sebesar 0,000 < 0,05 pada α 5 %
yang membuktikan menolak Ho dan
menerima HI, artinya variabel bebas luas
lahan (X1), Benih (X2), Pupuk Urea (X3),
Pupuk ZA (X4), Pupuk Ponska (X5),
Pestisida (X6) dan Tenaga Kerja (X7)
secara simultan (bersama-sama)
memengaruhi produksi cabai merah kriting
(Y) di Desa Bulupountu Jaya Kecamatan
Sigi Biromaru Kabupaten Sigi.
6. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi
Cabai Merah (Andayani,
2016)
Mengetahui pengaruh dan
penggunaan faktor-faktor
produksi terhadap produksi
cabai merah di Kabupaten
Majalengka.
Pengambilan responden dalam
penelitian ini menggunakan teknik
probability sampling, jenis
sampling yang dipilih adalah
simple random sampling yang
berjumlah 33 orang. Analisis
yang digunakan dalam
mengetahui pengaruh penggunaan
faktor produksi baik secara
serempak maupun parsial
Nilai F hitung 10686,404 dengan nilai
signifikan kurang dari 0,05 menunjukkan
bahwa H0 ditolak dan hipotesis H1 diterima.
Sehingga semua variabel bebas yaitu lahan,
bibit, tenaga kerja, pupuk, pestisida secara
simultan berpengaruh terhadap produksi
cabai merah.
33
Tabel 4. Lanjutan
32
No. Judul/Tahun Tujuan Penelitian Metode dan Alat Analisis Hasil
terhadap produksi cabai merah
adalah teknik analisis dengan
menggunakan fungsi produksi
Cobb-Douglass.
7. Analisis Pendapatan
Usahatani Cabai Merah
(Capsicum annum L.)
(Studi Kasus di Dusun
Teguhan Desa Mendogo
Kecamatan Ngimbang)
(Hamidah, 2016)
a. Mengetahui besarnya
biaya produksi
usahatani cabai merah
di Dusun Teguhan
Kecamatan Ngimbang,
b. Mengetahui besar
pendapatan yang
diperoleh para petani
cabai merah di Dusun
Teguhan.
c. Mengetahui kelayakan
dan keuntungan dari
budidaya cabai merah di
Dusun Teguhan.
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui pengamatan
dan wawancara langsung dengan
petani responden yang dipilih.
Analisis pendapatan bersih
merupakan selisih pendapatan
kotor dikurangi total biaya
produksi, atau dapat dituliskan
dengan rumus: PB = PK – TBP
Hasil dari penelitian ini adalah pendapatan
kerja petani sebesar Rp842.092.000,00 dari
lahan seluas 1 Ha. Rasio penerimaan
dengan pengeluaran sebesar 6,05. Ukuran
rasio tersebut merupakan indikator bahwa
cabang usahatani cabai merah sudah
menguntungkan bagi petani.
8. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Produksi Cabai Merah di
Desa Kampung Melayu
Kecamatan Bermani Ulu
Kabupaten Rejang
Lebong (Sarina, Silamat,
Puspitasari, 2015).
Mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi
produksi cabai merah
Lokasi ditetapkan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan
bahwa Desa Kampung Melayu
merupakan salah satu desa
penghasil cabai merah.
Pengambilan sampel dengan
metode acak sederhana. Analisis
data menggunakan analisis Cobb-
Douglass.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor-faktor produksi yang berpengaruh
terhadap produksi cabai merah pada taraf
kepercayaan 95% dengan α: 0,05 adalah
luas lahan, jumlah benih, jumlah pupuk
organik, jumlah pupuk anorganik, dan
jumlah pestisida, sedangkan jumlah tenaga
kerja tidak berpengaruh terhadap produksi
cabai merah.
Tabel 4. Lanjutan
34
33
No. Judul/Tahun Tujuan Penelitian Metode dan Alat Analisis Hasil
9. Efisiensi Produksi dan
Pendapatan Usahatani
Cabai Merah di
Kecamatan Metro Kibang
Kabupaten Lampung
Timur: Pendekatan Fungsi
Produksi Frontier
(Chonani, Prasmatiwi,
Santoso, 2014)
a. Menganalisis tingkat
efisiensi teknis
penggunaan faktor-
faktor produksi
usahatani cabai merah.
b. Menganalisis faktor-
faktor yang
mempengaruhi efisiensi
teknis usahatani cabai
merah.
c. Menganalisis
pendapatan usahatani
cabai merah.
Metode yang digunakan adalah
metode survey, dengan
pengambilan sampel
menggunakan metode acak
sederhana. Analisis efisiensi
teknis menggunakan fungsi
produksi frontier. Analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi tingkat
efisiensi menggunakan regresi
linear berganda. Analisis
pendapatan usahatani cabai
menggunakan R/C rasio.
a. Variabel pendapatan, skala usaha, dan
varietas berpengaruh nyata terhadap
efisiensi teknis usahatani cabai merah
dikecamatan Metro Kibang.
b. Usahatani cabai merah di Kecamatan
Metro Kibang menguntungkan untuk
diusahakan karena nilai R/C rasio lebih
dari 1, yaitu 1,80.
10. Analisis Pendapatan dan
Efisiensi Usahatani Cabai
Merah di Kecamatan
Minggir Kabupaten
Sleman (Saputro,
Kruniasih, Subeni, 2013)
a. Mengetahui pendapatan
yang diterima petani
dari usahatani cabai
merah.
b. Mengetahui efisiensi
penggunaan faktor
produksi pada usahatani
cabai merah di
Kecamatan Minggir
Kabupaten Sleman.
Penentuan lokasi penelitian secara
purposive sampling karena daerah
tersebut banyak masyarakat yang
membudidayakan tanaman cabai
merah. Pengambilan sampel desa
menggunakan teknik quota
sampling, yaitu proses
pengambilan sampel dengan cara
menetapkan sejumlah anggota
sampel secara quotum atau jatah.
Analisis data untuk mengetahui
pendapatan menggunakan
pendekatan I=TR-TC.
Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata
total biaya per hektar yang dikeluarkan oleh
petani cabai merah sebesar Rp
30.005.949,00 per ha. Penerimaan yang
diperoleh sebesar Rp 109.988.804,00 per ha
dan rata-rata pendapatannya sebesar Rp
79.982.855,00. Perolehan pendapatan
sebesar ini termasuk dalam katagori rendah.
35
Tabel 4. Lanjutan
36
C. Kerangka Pemikiran
Kegiatan usahatani merupakan kegiatan produksi dalam sektor pertanian
dengan memasukkan faktor-faktor produksi produksi untuk menghasilkan
output pertanian. Penggunaan faktor-faktor produksi yang efisien merupakan
hal yang mutlak ada dalam proses produksi untuk keberhasilan produksi,
karena keuntungan maksimum akan tercapau dengan mengkombinasikan
faktor-faktor produksi secara efisien. Faktor-faktor produksi yang
berpengaruh terhadap produksi cabai merah adalah luas lahan, benih, pupuk
SP-36, pupuk KCl, pupuk NPK, pupuk kandang, pestisida dan tenaga kerja.
Tujuan dari kegiatan usahatani adalah untuk memperoleh keuntungan
maksimum. Keuntungan maksimum akan diperoleh jika petani cabai merah
mampu mengalokasikan dan memanfaatkan faktor-faktor produksi cabai
merah secara optimal. Faktor-faktor produksi cabai merah yang telah
dikalikan dengan harga faktor-faktor produksi menjadi biaya usahatani yang
harus dikeluarkan oleh petani. Biaya usahatani yang dikeluarkan oleh petani
akan dilihat struktur biayanya. Struktur biaya ini dapat diketahui biaya mana
yang memiliki pengaruh besar terhadap biaya usahatani atau yang paling
sedikit mempengaruhi usahatani.
Besarnya pendapatan yang diterima petani ditentukan oleh harga hasil
produksi dan harga faktor input. Oleh sebab itu, semakin tinggi harga yang
diterima petani maka akan semakin tinggi pendapatan yang akan diperoleh
petani. Pendapatan yang diperoleh petani juga bergantung kepada jumlah
produksi yang dijual dan tingkat harga yang diterima petani.
37
Harga pokok produksi adalah jumlah biaya total yang dikeluarkan dibagi
dengan jumlah produksi cabai merah yang dihasilkan, yang akan menentukan
usahatani cabai merah menguntungkan atau tidak. Gambaran kerangka
pemikiran analisis produksi, pendapatan dan penentuan harga pokok produksi
cabai merah di Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur dapat
dilihat pada Gambar 4.
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian adalah diduga luas lahan, benih, pupuk SP-36,
pupuk KCl, pupuk NPK, pupuk kandang, pestisida dan tenaga kerja
berpengaruh positif terhadap produksi cabai merah di Kecamatan Metro
Kibang Kabupaten Lampung Timur.
38
Gambar 4. Kerangka pemikiran analisis produksi, pendapatan usahatani dan
penentuan harga pokok produksi cabai merah (Capsicum annum L.)
di Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur
Faktor Produksi:
1. Luas Lahan (X1)
2. Benih (X2)
3. Pupuk SP-36
(X3)
4. Pupuk KCl(X4)
5. Pupuk NPK (X5)
6. Pupuk kandang
(X6)
7. Pestisida (X7)
8. Tenaga Kerja
(X8)
Produksi
Cabai Merah
(Y)
Harga
Faktor
Produksi
(Px)
Biaya
Produksi
(TC)
Usahatani Cabai Merah
Harga Pokok Produksi
(HPP) Penerimaan
(TR)
Pendapatan
(π)
Harga Cabai
Merah (Py)
Proses
Produksi
Struktur
biaya (%)
39
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode
survei bertujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik
populasi yang digambarkan oleh sampel dari populasi di daerah penelitian
(Sukardi, 2007).
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang
dipergunakan untuk mendapatkan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan
penelitian.
Usahatani adalah suatu jenis kegiatan pertanian yang diusahakan oleh petani
dengan mengkombinasikan faktor alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan
yang ditujukan untuk peningkatan produksi dan memperoleh keuntungan.
Proses produksi adalah suatu proses dimana berbagai faktor produksi
berinteraksi untuk menghasilkan sejumlah produksi. Untuk melihat pengaruh
faktor produksi terhadap produksi digunakan variabel bebas.
40
Produksi cabai merah adalah jumlah output/hasil panen cabai merah dari
luas lahan petani selama satu kali musim tanam yang diukur dalam satuan
kilogram (kg/MT/Ha).
Harga output adalah harga cabai merah di tingkat petani yang berlaku pada
saat transaksi dan diukur dalam Rp/kg
Luas lahan adalah seberapa luas lahan yang digunakan petani untuk
melakukan usahatani cabai merah yang diukur dalam satuan hektar (ha).
Benih adalah bahan tanam yang digunakan dalam usahatani cabai merah
yang diukur dalam gram (gr).
Pupuk SP-36 adalah banyaknya pupuk SP-36 yang digunakan dalam
usahatani cabai merah pada satu kali musim tanam yang diukur dengan
kilogram (kg).
Pupuk KCl adalah banyaknya pupuk KCl yang digunakan dalam usahatani
cabai merah pada satu kali musim tanam yang diukur dengan kilogram (kg).
Pupuk NPK adalah banyaknya pupuk NPK yang digunakan dalam usahatani
cabai merah pada satu kali musim tanam yang diukur dengan kilogram (kg).
Pestisida adalah banyaknya pestisida yang berbentuk padat dan cair yang
digunakan dalam usahatani cabai merah pada satu kali musim tanam.
Pestisida jenis ini diukur dengan satuan gram bahan aktif (gba).
41
Tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses
produksi selama satu musim tanam. Jumlah tenaga kerja diukur dalam satuan
Hari Orang Kerja (HOK), yang dibedakan antara Tenaga Kerja Dalam
Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK).
Penerimaan usahatani cabai merah adalah nilai hasil yang diterima oleh
produsen yang dihitung dengan perkalian antara produksi yang dihasilkan
dengan harga cabai merah di tingkat petani, diukur dalam satuan rupiah per
hektar (Rp/ha/musim).
Pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya-biaya produksi
selama satu kali periode produksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp/MT).
Biaya total adalah seluruh biaya yang dikeluarkan karena terpakainya faktor-
faktor produksi dalam proses produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani
cabai merah dalam satu periode produksi, diukur dalam satuan rupiah per
hektar (Rp/ha/musim). Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada volume
produksi. Petani harus membayar berapapun jumlah produksi yang
dihasilkan. Meliputi penyusutan alat, nilai sewa lahan, dan pajak lahan usaha.
Biaya tetap diukur dalam satuan rupiah (Rp/MT).
42
Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah
produksi, merupakan biaya yang dipergunakan untuk membeli faktor
produksi berupa benih, pupuk, dan tenaga kerja. Biaya variabel diukur dalam
satuan rupiah (Rp/MT).
Biaya penyusutan alat adalah biaya penurunan alat akibat pertambahan
umur waktu pemakaian per musim tanam. Biaya penyusutan dihitung
berdasarkan selisih antara nilai beli dengan nilai sisa alat tersebut dibagi
dengan umur ekonomisnya. Biaya penyusutan diukur dalam satuan rupiah
per musim (Rp/MT).
Biaya overhead adalah biaya yang digunakan oleh petani dalam proses
produksi dalam satu periode tertentu diluar biaya bahan baku dan tenaga
kerja. Biaya overhead diukur dalam satuan rupiah per musim (Rp/MT).
Struktur biaya adalah komposisi dari komponen biaya yang terdiri dari
biaya tetap dan biaya variabel terhadap total biaya. Struktur biaya dihitung
berdasarkan persentase dari biaya tetap ataupun biaya variabel terhadap total
biaya (%).
Harga pokok produksi cabai merah adalah jumlah total biaya bahan baku,
tenaga kerja, dan biaya overhead usahatani cabai merah yang dikeluarkan
untuk memproduksi cabai merah yang diukur dalam satuan rupiah per kg
(Rp/kg).
43
C. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian
ditentukan secara sengaja (purposive) yaitu Kecamatan Metro Kibang.
Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut
merupakan kecamatan dengan luas panen tertinggi diantara kecamatan yang
lain di Kabupaten Lampung Timur. Pada Kecamatan Metro Kibang dipilih
dua desa dengan luas panen cabai merah tertinggi yaitu Desa Margototo dan
Desa Kibang.
Sampel dalam penelitian ini adalah petani cabai merah di Kecamatan Metro
Kibang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
metode pengambilan sampel secara acak (simple random sampling). Jumlah
populasi petani cabai merah di Desa Margototo sebanyak 295 petani cabai
merah sedangkan populasi petani cabai merah di Desa Kibang sebanyak 160
petani (BPP Kecamatan Metro Kibang, 2018). Penentuan jumlah sampel
pada penelitian ini digunakan rumus Isaac dan Michael dalam Estariza,
Prasmatiwi, dan Santoso (2013) sebagai berikut:
n =NZ2 S2
Nd2 +Z2S2 ……………………………………………………… (7)
= 455 (1.96)
2 x (0,05)
455 (0,05)2+(1,96)
2 (0,05)
= ± 65 petani
Keterangan : n = Jumlah sampel
N = Jumlah anggota dalam populasi (455)
Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96)
S2 = Varian sampel (5% = 0,05)
D = Derajat penyimpangan (5%)
44
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Sugiarto (2003) maka
diperoleh jumlah sampel dari petani cabai merah adalah sebanyak 65
responden. Penentuan alokasi proporsi sampel petani cabai merah di Desa
Margototo dan Desa Kibang menggunakan rumus:
na= Na
Nabx nab …………………………………………………… (8)
Keterangan: na = Jumlah sampel desa A
nab = Jumlah sampel keseluruhan
Na = Jumlah populasi desa A
Nab = Jumlah populasi keseluruhan
Jumlah sampel yang diambil di Desa Margototo adalah
na= 295
455x 65 = 42
Jumlah sampel yang diambil di Desa Kibang adalah
na= 160
455x 65 = 23
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh jumlah sampel petani
cabai merah di Desa Margototo sebanyak 42 responden dan di Desa Kibang
sebanyak 23 responden. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan
Januari 2019.
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara dan pengamatan secara
langsung di lapang. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan
responden petani cabai merah dengan menggunakan kuesioner yang telah
45
dipersiapkan. Data sekunder diperoleh dari dinas atau instansi terkait seperti
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, BPS Kabupaten Lampung Timur,
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung,
Kantor Kecamatan, Kantor BP3K Kecamatan Metro Kibang serta data-data
berupa literatur-literatur (buku, catatan, laporan) yang berhubungan dengan
penelitian.
E. Metode Analisis Data
1. Analisis Tujuan Pertama
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang
pertama adalah dengan menggunakan fungsi Cobb-Douglass untuk
menentukan faktor-faktor produksi yang dominan. Menurut Rahim dan
Hastuti (2008) bentuk matematis fungsi Cobb-Douglass tersebut adalah
Y = b0 X1b1 X2
b2 X3b3 X4
b4 X5b5 X6
b6 X7b7 X8
b8 eu ………………… (9)
Keterangan: Y = Produksi cabai merah
b0 = Intersep
b1-b6 = Koefisien regresi
X1 = Luas lahan (ha)
X2 = Benih (kg)
X3 = Pupuk SP36 (kg)
X4 = Pupuk KCl (kg)
X5 = Pupuk NPK (kg)
X6 = Pupuk Kandang (kg)
X7 = Pestisida (gba)
X8 = Tenaga kerja (HOK)
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas maka
persamaan tersebut diperluas secara umum dan diubah menjadi bentuk
linier dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Persamaan yang
Struktur
biaya (%)
46
telah dilogaritmakan dapat dengan mudah diselesaikan dengan metode
Ordinary Least Square (OLS). Kesesuaian model dengan kriteria
statistik dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2), hasil uji simultan (F-
hitung) model yang digunakan, dan uji parsial (t-hitung) masing-masing
parameter dugaan.
Menurut Ghozali (2001), koefisien determinasi (R2) pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi
variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan
satu. Nilai R2
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
Pengujian parameter secara keseluruhan atau simultan menggunakan uji-
F yang dimaksudkan untuk menguji apakah seluruh variabel bebas yang
ada dalam model dapat berpengaruh nyata terhadap hasil produksi
apabila digunakan secara bersama-sama. Pengujian ini dilakukan dengan
cara membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel.
Hipotesis yang digunakan :
H0 : b1 = b2 = ..... = b8= 0
(variabel bebas (X1, X2,...,X8 secara bersama-sama tidak berpengaruh
nyata terhadap variabel terikat)
H1 : minimal ada satu i dimana bi ≠0
47
(variabel bebas (X1, X2,...,X8) secara bersama-sama berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat)
Pengujian ini menggunakan uji F yang dirumuskan sebagai berikut:
Fhitung =JKR (k-1)⁄
JKS (n-k)
……………………………………………….. (10)
Keterangan: JKR = Jumlah Kuadrat Regresi
JKS = Jumlah Kuadrat Sisa
n = Jumlah sampel
k = Jumlah variabel
Kaidah pengujian : a. Jika F hit ≤ F tabel maka terima H0, artinya variabel bebas
(X1, X2,...,X7) secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata
terhadap variabel terikat.
b. Jika F hit > F tabel maka tolak H0, artinya variabel bebas (X1,
X2,...,X7) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
variabel terikat.
Pengujian parameter secara individu atau parsial faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi menggunakan Uji-t dimaksudkan untuk menguji
secara terpisah dari setiap variabel bebas berpengaruh nyata atau tidak
terhadap variabel terikat.
Hipotesis yang digunakan :
H0 : bi = 0
H1 : bi ≠0
Pengaruh nyata antara variabel bebas (Xi) dengan variabel terikat (Y)
diuji dengan uji t. Dengan persamaan sebagai berikut
thitung =bi
Sbi ……………………………………………….. (11)
Keterangan:
bi = Parameter regresi ke-i
Sbi = Kesalahan baku pendugaan parameter ke-i
48
Kaidah pengujian : a. Jika t hit ≤ t tabel maka terima H0, artinya variabel bebas
tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
b. Jika t hit > t tabel maka tolak H0, artinya variabel bebas
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
Pada penelitian ini perlu dilakukan uji asumsi klasik karena
menggunakan analisis regresi linear berganda. Uji asumsi klasik yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui korelasi antar
variabel bebas dalam suatu model regresi. Uji multikolinieritas
merupakan kejadian yang menginformasikan terjadinya hubungan
antara variabel-variabel bebas yang terdapat dalam model. Suatu
model regresi yang bebas dari multikolinieritas apabila mempunyai
nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1.
Multikolinieritas dapat diditeksi dengan nilai tolerance kurang dari
10% yang berarti tidak ada korelasi antara variabel yang tinggi
diantara dua atau lebih variabel bebas dalam regresi berganda.
b. Uji heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu
adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan
pada model regresi. Pengujian heteroskedastisitas yang terjadi bila
tidak konstannya varians di setiap titik regresi sehingga
mengakibatkan nilai kesalahan pengganggu atau error (µ) meningkat.
49
Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan
white test yaitu dengan cara meregres logaritma residual kuadrat
terhadap semua variabel penjelas. Pada white test, jika nilai chi-
squares hitung (n.R2) lebih besar dari nilai χ2 kritis dengan
derajat kepercayaan tertentu (α) maka ada heteroskedastisitas dan
sebaliknya jika chi-squares hitung lebih kecil dari nilai χ2 kritis
menunjukkan tidak adanya heteroskedatisitas (Widarjono, 2007).
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara sesame urutan pengamatan dari
waktu ke waktu. Tujuan dari uji autokorelasi ini adalah untuk
menguji apakah dalam suatu regresi linear ada korelasi antara
residual pada periode t dengan periode t-1. Jika terjadi autokorelasi
maka dalam persamaan regresi linear tersebut terdapat masalah,
karena hasil yang baik seharusnya tidak ada indikasi autokorelasi.
Metode yang digunakan untuk menguji adanya autokorelasi adalah
metode Durbin-Watson (DW).
Gambar 5. Aturan membandingkan Uji Durbin-Watson
Sumber: Nachrowi, N. D. dan H. Usman, 2005.
Tidak Tidak
tahu tahu
dl 40 du
Tidak ada korelasiKorelasi positif Korelasi negatif
4-du 4-dl
50
Pendeteksian adanya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin-
Watson dan tingkat signifikan (α)=5%, dengan kriteria sebagai
berikut:
< dl = Adanya autokorelasi
dl s.d du = Tanpa kesimpulan
du s.d 4-du = Tidak ada autokorelasi
4-du s.d 4-dl = Tanpa kesimpulan
>4-dl = Ada autokorelasi
2. Analisis Tujuan Kedua
Metode analisis data yang digunakan dalam menjawab tujuan kedua yaitu
menganalisis struktur biaya adalah dengan melihat persentase dari
struktur biaya produksi. Analisis struktur biaya merupakan analisis
mengenai komponen-komponen biaya tetap dan biaya variabel serta
persentasenya terhadap biaya total. Jika nilai persentase tiap-tiap biaya
usahatani dapat diketahui maka dapat dilakukan penekanan terhadap
masing-masing biaya sesuai dengan tingkat proporsinya. Menurut
Suripatty (2011), dalam menghitung persentase dari struktur biaya
digunakan rumus sebagai berikut.
P =NTFC atau NTVC
NTC x 100% …………………………………….. (14)
Keterangan:
P = Persentase dari struktur biaya produksi (persen)
NTFC = Nilai dari tiap komponen biaya tetap (Rp)
NTVC = Nilai dari tiap komponen biaya variabel (Rp)
NTC = Nilai dari total biaya produksi (Rp)
3. Analisis Tujuan Ketiga
Untuk menjawab tujuan penelitian ketiga yaitu menganalisis pendapatan
petani cabai merah pada satu musim tanam dihitung dengan
51
mengurangkan nilai penjualan komoditas dengan biaya produksi yang
dikeluarkan (explicit cost). Berdasarkan penelitian terdahulu dan teori-
teori yang ada, diambil beberapa faktor yang mempengaruhi pendapatan
petani yaitu pendapatan bersih, harga input variabel, jumlah input
variabel, harga output, jumlah produksi (output), dan biaya tetap. Secara
matematis, besarnya pendapatan dapat dirumuskan (Soekartawi, 2003).
π = Y.Py - ∑XiPxi – BTT …………………………………… (12)
Keterangan:
π = Pendapatan (Rp)
Y = Hasil produksi (kg)
Py = Harga hasil produksi (Rp)
Xi = Faktor produksi variabel (i=1,2,3,...n)
Pxi = Harga faktor produksi variabel ke i (Rp)
BTT = Biaya tetap total (Rp)
Untuk mengetahui apakah usahatani cabai merah menguntungkan atau
tidak, maka dianalisis dengan R/C yaitu perbandingan penerimaan total
yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan, dengan rumus
sebagai berikut:
R/C = TR
TC …………………………………………………… (13)
Keterangan:
R/C = Nisbah penerimaan dan biaya
TR = Total revenue (total penerimaan)
TC = Total cost (total biaya)
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Jika R/C > 1, maka usahatani mengalami keuntungan karena
penerimaan lebih besar dari biaya.
b. Jika R/C < 1, maka usahatani mengalami kerugian karena penerimaan
lebih kecil dari biaya.
c. Jika R/C = 1, maka usahatani mengalami impas karena penerimaan
sama dengan biaya.
52
4. Analisis Tujuan Keempat
Metode analisis data yang digunakan dalam menjawab tujuan keempat
yaitu menentukan harga pokok produksi adalah dengan metode variable
costing dan full costing. Perhitungan harga pokok produksi cabai merah
dengan cara menjumlahkan semua biaya – biaya yang dikeluarkan dibagi
dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Perhitungan tersebut menjadi
dasar harga pokok produksi cabai merah persetiap satuan cabai merah
yang dihasilkan. Perhitungan harga pokok produksi usahatani cabai merah
di Kecamatan Metro Kibang tahun 2018 ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan Harga Pokok Produksi Usahatani Cabai Merah di
Kecamatan Metro Kibang Tahun 2018.
No Uraian Satuan Nilai
1 Produksi Kg A
2 Biaya Produksi
a. Biaya bahan baku
B
Benih Rp
Pupuk SP36 Rp
Pupuk KCL Rp
Pupuk NPK Rp
Pupuk Kandang Rp
Pestisida Rp
b. Biaya tenaga kerja
C
TK Rp
c. Biaya overhead
D
Pajak Rp
Sewa lahan Rp
Penyusutan alat Rp
Total Biaya Variabel Rp E=B+C
Total Biaya Tetap Rp F=D
Total Biaya Rp G=E+F
3 Harga Pokok Produksi (HPP)
Metode variable costing Rp/kg H=E/A
Metode full costing Rp/kg I=G/A
Sumber: Adikoesoemah, 2003.
Setelah melakukan perhitungan harga pokok produksi maka dilakukan
analisis sensitivitas tingkat keuntungan usahatani cabai merah. Analisis
53
sensitivitas ini untuk melihat perubahan terhadap harga pokok produksi
setelah adanya terhadap perubahan tiga faktor. Perubahan ini didasarkan
pada perhitungan nilai tertinggi dibandingkan dengan nilai terendah yang
ada pada usahatani cabai merah pada musim tanam yang sedang
berlangsung. Sehingga diperoleh perubahan tiga faktor yaitu: (1)
produksi turun 25,77%, (2) harga petani turun 19,24%, dan (3) total biaya
produksi naik 25,12%. Perhitungan ini merujuk pada penelitian Darwis
(2011) mengenai penetapan harga minimum regional cabai merah di
Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur. Pada penelitian Darwis ini
menetapkan perubahan tiga faktor yaitu: (1) produksi turun 10%, (2)
harga petani turun 20%, dan (3) total biaya produksi naik 10% yang
diperoleh dari perubahan nilai masing-masing faktor yang terjadi pada
musim tanam yang sedang berlangsung di daerah penelitian.
54
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Timur
1. Letak Geografis
Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu dari 15 kabupaten atau
kota di Provinsi Lampung dengan luas wilayah mencapai 5.325,03 km2.
Kabupaten Lampung Timur merupakan dataran rendah degan ketinggian
rata-rata 50 meter diatas permukaan laut. Secara geografis, Kabupaten
Lampung Timur terletak pada posisi 105015'-106020' Bujur Timur dan
antara 4037'-5037' Lintang Selatan.
Kabupaten Lampung Timur memiliki kantor Pusat Pemerintahan di
Sukadana yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
1999. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Timur No. 4
Tahun 2011, Kabupaten Lampung Timur terdiri atas 24 kecamatan dan
264 desa. Peta daerah Kabupaten Lampung Timur sebagai daerah
penelitian ditunjukkan pada Gambar 6.
55
Gambar 6. Peta Kabupaten Lampung Timur sebagai daerah penelitian
Sumber: BPS Kabupaten Lampung Timur, 2018
Secara administrasi wilayah Kabupaten Lampung Timur memiliki batas-
batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah dan
Kabupaten Tulang Bawang;
Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan;
Sebelah Timur : berbatasan dengan Laut Jawa;
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kota Metro dan Kabupaten
Lampung Tengah (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Lampung Timur, 2018).
56
2. Keadaan Demografi
Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur (2018),
penduduk Kabupaten Lampung Timur berdasarkan hasil proyeksi tahun
2017 berjumlah 1.027.476 jiwa yang terdiri atas 525.169 jiwa penduduk
laki-laki dan 502.307 jiwa penduduk perempuan. Sex ratio sebesar 105
yang artinya perbandingan diantara 100 penduduk perempuan terdapat
105 penduduk laki-laki. Secara umum, penduduk Kabupaten Lampung
Timur yang bekerja di sektor pertanian yaitu sebanyak 241.478 jiwa atau
sebesar 49,87% dari penduduk usia kerja, di sektor industry sebanyak
75.296 jiwa (15,56%), dan di sektor jasa sebanyak 167.395 jiwa
(34,57%). Pada tahun 2017, penduduk Lampung Timur sebesar 73%
merupakan penduduk berusia lebih dari 15 tahun. Dari jumlah tersebut,
66,88% merupakan angkatan kerja sedangkan sisanya 33,12% bukan
angkatan kerja.
3. Keadaan Iklim
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya
tempat tersebut dari permukaan air laut dan jaraknya dari pantai.
Kabupaten Lampung Timur memiliki suhu minimum 22,70C dan suhu
maksimum 33,80C serta kelembapan udara berkisar antara 77-86%. Pada
tahun 2017, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan
curah hujan 509,8 mm dan terjadi selama 17 hari. Sementara rata-rata
kecepatan angin pada tahun 2017 berada antara 0,4-1,4 knot dengan
kecepatan angin minimum 0,4 knot terjadi pada bulan November dan
57
kecepatan angin maksimum mencapai 1,4 knot yang terjadi pada bulan
September (Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur, 2018).
B. Kondisi Umum Kecamatan Metro Kibang
1. Letak Geografi
Kecamatan Metro Kibang merupakan salah satu dari 24 kecamatan di
Lampung Timur yang memiliki luas wilayah 45,47 km2. Kecamatan
Metro Kibang merupakan dataran dengan ketinggian rata-rata 62 meter di
atas permukaan laut yang memiliki 7 desa yaitu Sumber Agung, Purbo
Sembodo, Kibang, Margo Jaya, Margototo, Margosari dan Jaya Asri.
Secara administrasi wilayah Metro Kibang memiliki batas-batas wilayah
sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Batanghari dan Kota
Metro
Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan
Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Batanghari dan
Sekampung Udik;
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Lampung Selatan
(Badan Pusat Statistik Kecamatan Metro Kibang, 2018).
2. Keadaan Demografi
Menurut Badan Pusat Statistik Kecamatan Metro Kibang (2018), jumlah
penduduk Kecamatan Metro Kibang berdasarkan proyeksi penduduk
tahun 2017 sebanyak 23.453 jiwa yang terdiri atas 11.928 jiwa penduduk
58
laki-laki dan 11.525 jiwa penduduk perempuan. Sex ratio sebesar 103,50
yang berarti tiap 100 penduduk perempuan terdapat 103 penduduk laki-
laki. Kepadatan penduduk di Kecamatan Metro Kibang tahun 2017
mencapai 516 jiwa/km2. Kepadatan penduduk cukum beragam,
kepadatan penduduk tertinggi terletak di Desa Purbo Sembodo dengan
kepadatan sebesar 945 jiwa/km2 dan terendah di Desa Margo Sari sebesar
325 jiwa/km2.
3. Keadaan Pertanian
Menurut Badan Pusat Statistik Kecamatan Metro Kibang (2018), luas
lahan pertanian di Kecamatan Metro Kibang terbagi menjadi dua, yaitu
lahan pertanian sawah dan lahan pertanian nonsawah. Luas lahan
pertanian mencapai 494 hektar dan luas lahan pertanian nonsawah
mencapai 3.639,97 hektar. Luas lahan sawah didominasi oleh sawah non
irigasi sedangkan luas lahan pertanian nonsawah yang paling besar adalah
lahan perkebunan yang mencapai 2.839 hektar.
Komoditas tanaman pangan yang diusahakan petani di Kecamatan Metro
Kibang yaitu padi sawah dengan produksi mencapai 489 ton dari luas
panen 58 hektar. Selain komoditas tanaman pangan, terdapat juga
komoditas hortikultura seperti sayuran dan buah-buahan, serta tanaman
perkebunan. Tanaman sayuran meliputi beberapa macam, diantaranya
cabai, terong, kacang panjang, mentimun dan tomat. Cabai menjadi
tanaman hortikultura yang banyak diusahakan oleh petani di Kecamatan
Metro Kibang dengan produksi yang mencapai 876 kuintal. Sedangkan
59
produksi komoditas perkebunan terbesar adalah kakao yang mencapai
1.080 kuintal.
Selain berbagai jenis tanaman, petani di Kecamatan Metro Kibang juga
melakukan usaha di bidang peternakan. Populasi ternak di kecamatan
Metro Kibang tahun 2017 yang terbesar adalah ternak kambing dan sapi
potong. Desa Margo Jaya merupakan sentra ternak kambing sedangkan
Desa Margototo merupakan sentra ternak sapi potong. Populasi unggas
yang terbesar adalah ayam pedaging dengan Desa Kibang menjadi sentra
ayam pedaging. Kecamatan Metro Kibang terdapat 17 Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan) dan 20 Kelompok Tani (Poktan).
C. Kondisi Umum Desa Margo Toto dan Desa Kibang
1. Letak Geografis
Desa Margo Toto merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan
Metro Kibang. Desa Margo Toto merupakan desa dengan luas wilayah
terbesar di Kecamatan Metro Kibang yaitu 11,45 km2. Secara geografis,
Desa Margo Toto terletak pada 105032' Bujur Timur dan 5018' Lintang
Selatan. Desa Margo Toto terdiri dari 10 dusun dan 32 RT.
Desa Kibang juga merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan
Metro Kibang. Desa Kibang merupakan desa dengan urutan ke 2
berdasarkan luas wilayah dan memiliki luas wailayah sebesar 11,08 km2.
Secara geografis, Desa Kibang terletak pada 105031' Bujur Timur dan
5019' Lintang Selatan. Desa Kibang terdiri dari 10 dusun dan 28 RT.
60
2. Keadaan Demografi
Tahun 2017 Desa Margo Toto memiliki jumlah penduduk sebanyak 6.557
jiwa yang terdiri dari laki-laki 3.356 jiwa dan perempuan 3.201 jiwa. Sex
ratio sebesar 104,84 yang berarti setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 104 penduduk laki-laki. Kepadatan penduduk Desa Margo Toto
sebesar 573 jiwa/km2. Tahun 2017 Desa Kibang memiliki jumlah
penduduk sebanyak 4.340 jiwa yang terdiri dari laki-laki 2.184 jiwa dan
perempuan 2.156 jiwa. Sex ratio sebesar 101,30 yang berarti setiap 100
penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Kepadatan
penduduk Desa Kibang sebesar 392 jiwa/km2 (Badan Pusat Statistik
Kecamatan Metro Kibang, 2018).
Sebagian besar penduduk di Kecamatan Metro Kibang dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan bermata pencaharian di bidang pertanian,
selebihnya industri pengolahan, perdagangan dan jasa. Pertanian
merupakan mata pencaharian utama masyarakat di Kecamatan Metro
Kibang dengan persentase sebesar 78,76%. Salah satu komoditas yang
banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah cabai merah.
3. Keadaan Pertanian
Pertanian sebagai sektor utama penyumbang pendapatan masyarakat Desa
Margo Toto dan Desa Kibang memegang peranan dalam kehidupan
masyarakat. Usahatani yang umumnya dilakukan oleh masyarakat adalah
usahatani sayuran perkebunan. Desa Margo Toto dan Desa Kibang
61
merupakan desa yang dengan luas panen terbesar untuk komoditas
sayuran yang menjadi produk unggulannya. Sayuran yang dibudidayakan
di kedua desa tersebut mayoritas ditanam di lahan sawah non irigasi.
Luas lahan sawah non irigasi di Desa Margo Toto adalah sebesar 102
hektar dan Desa Kibang sebesar 240 hektar. Salah satu tanaman sayuran
yang dibudidayakan dikedua desa tersebut adalah cabai merah. Desa
Margo Toto memiliki 4 gapoktan sedangkan Desa Kibang memiliki 3
gapoktan.
Pada umumnya petani di Desa Margo Toto dan Desa Kibang
membudidayakan tanaman cabai merah karena didukung oleh keadaan
tanah yang cukup subur. Hal ini melandasi petani sehingga petani berani
untuk mengusahakan cabai merah karena menguntungkan. Tanaman
cabai merah umumnya ditanam menjelang musim kemarau dengan tujuan
agar terhindar dari serangan hama dan penyakit yang bersamaan dengan
datangnya musim hujan.
99
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi cabai
merah dan memberikan pengaruh nilai positif adalah benih, pupuk KCl,
pupuk NPK, tenaga kerja, dan yang memberikan pengaruh nilai negatif
adalah pestisida, sedangkan luas lahan, pupuk SP36, pupuk kandang tidak
berpengaruh nyata terhadap produksi cabai merah.
2. Struktur biaya yang dikeluarkan untuk biaya variabel lebih tinggi
dibandingkan biaya tetap, dengan struktur biaya terhadap biaya total yang
terbesar yaitu biaya tenaga kerja sebesar 66,90%.
3. Pendapatan usahatani cabai merah atas biaya total sebesar
Rp85.904.839,21 per hektar, dengan nilai R/C atas biaya total adalah 2,85
yang berarti bahwa usahatani cabai merah di Kecamatan Metro Kibang
menguntungkan dan layak untuk diusahakan kembali.
4. Harga Pokok Produksi (HPP) cabai merah perkilogram dihitung dengan
dengan metode variable costing sebesar Rp5.800,49 dan metode full
costing sebesar Rp6.276,57 nilai itu lebih kecil dari harga jual rata-rata
cabai merah sebesar Rp17.868,72. Hasil analisis sensitivitas usahatani
100
cabai merah terhadap penurunan produksi, penurunan harga, dan
peningkatan total biaya produksi memberikan nilai pendapatan yang
positif pada usahatani cabai merah.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat
diberikan diantaranya adalah
1. Petani diharapkan dapat memanfaatkan penggunaan tenaga kerja pada
kegiatan usahatani cabai merah dengan baik, karena biaya penggunaan
tenaga kerja dalam keluarga maupun luar keluarga memiliki sumbangan
tertinggi bagi total biaya yang dikeluarkan.
2. Dinas Pertanian diharapkan dapat melakukan kegiatan penyuluhan
mengenai penggunaan pestisida yang tepat penggunaannya agar
meningkatkan kesadaran petani untuk tidak berlebihan dalam
penggunaannya.
3. Peneliti lain diharapkan dapat melanjutkan penelitian mengenai usahatani
cabai merah yang berhubungan dengan pemasaran dan kesejahteraan
petani.
101
DAFTAR PUSTAKA
Adikoesoemah, S.R. 2003. Biaya dan Harga Pokok. Tarsito. Bandung.
Agnes, A. dan M., Antara. 2017. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani
Cabai Rawit di Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi.
Agrotekbis, 5(1); 86-91.
https://media.neliti.com/media/publications/248840-analisis-pendapatan-
dan-kelayakan-usahat-ffd31a47.pdf. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018
pukul 21.40 WIB.
Andayani, S, A. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah.
Mimbar Agribisnis, 1(3): 261-268.
http://jurnal.unma.ac.id/index.php/RBJ/article/view/790. Diakses pada
tanggal 9 November 2018 pukul 15.30 WIB.
Arsyad, L. 2012. Ekonomi Manajerial. BPFE. Yogyakarta.
Asmara, A., Y.L. Purnamadewi, dan A. Meiri. 2014. Struktur Biaya Industri dan
Pengaruhnya Terhadap Kinerja Industri Tekstil dan Produk Tekstil
Indonesia. Jurnal Manajemen dan Agribisnis. 11(2): 110-117.
https://media.neliti.com/media/publications/10799-struktur-biaya-industri-
dan-pengaruhnya-e16e02cb.pdf. Diakses pada tanggal 10 Januari 2019
pukul 19.30 WIB.
Badan Pusat Statistik. 2018. PDB Indonesia Triwulan 2014-2018. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
https://www.bps.go.id/publication/2018/10/05/02d80724b71eb684620a2e88
/pdb-indonesia-triwulanan-2014-2018. Diakses pada tanggal 14 November
2018 pukul 05.20 WIB.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur. 2018. Lampung Timur Dalam
Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur. Lampung Timur.
https://lampungtimurkab.bps.go.id/publication/2018/08/16/942dca3aa0bf14
dc25c716a1/kabupaten-lampung-timur-dalam-angka-2018.html. Diakses
pada tanggal 18 Oktober 2018 pukul 18.40 WIB.
Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2018. Lampung Dalam Angka. Badan
Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
https://lampung.bps.go.id/publication/2018/08/16/8a37f460958edf158a0314
102
de/provinsi-lampung-dalam-angka-2018.html. Diakses pada tanggal 18
Oktober 2018 pukul 18.45 WIB.
___________________________. 2018. Statistik Harga Produsen Pertanian
Subsektor Tanaman Pangan, Hortikultura dan Tanaman Perkebunan
Rakyat 2017. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
https://lampung.bps.go.id/publication/2018/08/14/cd6cf9126ead1ba839f943
26/statistik-harga-produsen-pertanian-provinsi-lampung--subsektor-
tanaman-pangan--hortikultura--tanaman-perkebunan-rakyat--peternakan--
dan-perikanan--2017.html. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2018 pukul
18.50 WIB.
Bahri, S. 2016. Pengantar Akuntansi. ANDI. Yogyakarta.
BPP Metro Kibang. 2018. Profil Kecamatan. BP3K Metro Kibang. Lampung
Timur.
Budi, S. dan Karmini. 2011. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah
Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Tomat Di Desa Bangunrejo Kecamatan
Tenggorong Seberang Kabupaten Kartanegara. Jurnal Ekonomi Pertanian
Dan Pembangunan. 8(2):18-27. http://agb.faperta.unmul.ac.id/wp-
content/uploads/2017/04/jurnal-vol-8-no-2-budi.pdf. Diakses pada tanggal
10 Februari 2019 pukul 17.45 WIB.
Chonani, S.H., F.E. Prasmatiwi, dan H. Santoso. 2014 Efisiensi Produksi dan
Pendapatan Usahatani Cabai Merah di Kecamatan Metro Kibang Kabupaten
Lampung Timur: Pendekatan Fungsi Produksi Frontier. JIIA, 2(2): 95-102.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/730. Diakses pada
tanggal 17 Oktober 2018 pukul 08.40 WIB.
Damayanti, U dan D. Herdian. 2016. Analisi Harga Pokok dan Keuntungan
Usahatani Cabai Merah Besar (Capsium Annuum L.) di Desa Talang Buluh
Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin. Jurnal TriAgro, 1(2): 46-
54. http://www.univ-
tridinanti.ac.id/ejournal/index.php/pertanian/article/download/375/331.
Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018 pukul 09.00 WIB.
Darwis, V. 2011. Penetapan Harga Minimum Regional Cabai Merah di Provinsi
Jawa Barat dan Jawa Timur. ICASEPS working paper No. 105. Bada
Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/WP_105_2011.pdf. Diakses
pada tanggal 19 April 2019 pukul 15.00 WIB.
Departemen Pertanian, 2010. Agropolitan Kota Kebanggaan Masyarakat Tani.
Departemen Pertanian. Jakarta.
103
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung, 2010. Laporan
Tahunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Tahun 2010 Provinsi
Lampung. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Bandar Lampung.
Estariza, E., F. E. Prasmatiwi, dan H. Santoso. 2013. Efisiensi Produksi dan
Pendapatan Usahatani Tembakau Di Kabupaten Lampung Timur. JIIA, 1
(3): 264-270. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIA/article/view/582/544.
Diakses pada tanggal 5 Oktober 2018 pukul 20.00 WIB.
Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. ANDI. Yogyakarta.
Hamidah, E. 2016. Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Merah (Capsicum
annum L.) (Studi Kasus di Dusun Teguhan Desa Mendogo Kecamatan
Ngimbang). Saintis, 8(2): 19-32.
http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mod=viewarticle&article
=491151. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018 pukul 21.00 WIB.
Mantra, IB. 2003. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Mustamir, H., O. H. Munayang, R. Parmita. 2018. Analisis Pendapatan Petani
Cabai Merah Keriting Desa Bahagia Kecamatan Palolo Kabupaten Sigi.
Jurnal Sinar Manajemen, 5(1): 57-60.
https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/JSM/article/download/172/126.
Diakses pada tanggal 17 Oktober 2018 pukul 09.30 WIB.
Nachrowi, N.D. dan H. Usman. 2005. Teknik Pengambilan Keputusan. PT.
Grasindo. Jakarta.
Permadi, G.R.P., R., Mariati dan D., Lesmana. 2017. Analisis Pendapatan
Usahatani dan Pemasaran Cabai Rawit (Capsium frutescens L.) di
Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal Ekonomi
Pertanian & Pembangunan, 14(1): 33-45.
http://agb.faperta.unmul.ac.id/wp-content/uploads/2017/10/4-Rita-Mariati-
Dina-Lesmana-Galang.pdf. Diakses pada tanggal 19 Oktober 2018 pukul
19.00 WIB.
Pitijo, S. 2003. Benih Cabai. Kanisius. Jakarta.
Pranata, W., Gd., dan L. Damayanti. 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produksi Usahatani Cabai Merah Kriting di Desa BuluPountu Jaya
Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi. Jurnal Agroland, 23(1): 11-19.
jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/AGROLAND/article/viewFile/8108/642
5. Diakses pada tanggal 3 November 2018 pukul 19.00 WIB.
Prajnanta, F. 2011. Mengatasi Permasalahan Bertanam Cabai. Penebar Swadaya.
Jakarta.
104
Rahim, A. dan D.R.D. Hastuti. 2008. Pengantar, Teori dan Kasus Ekonomika
Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta.
Redaksi Agro Media. 2008. Panduan Lengkap: Budidaya dan Bisnis Cabai.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Saputra, I.M.A.D., I.W., Wenagama. 2019. Analisis efisiensi faktor produksi
usahatani cabai merah di Desa Buahan, Kecamatan Payangan, Kabupaten
Gianyar. E-jurnal EP Unud, 8(1):31-60.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eep/article/view/42037. Diakses pada
tanggal 10 Juli 2019 pukul 17.30 WIB.
Saputro, J., I., Kruniasih, Subeni. 2013. Analisis Pendapatan dan Efisiensi
Usahatani Cabai Merah di Kecamatan Minggir Kabupaten Sleman. Agros,
15 (1): 111-122. http://e-
journal.janabadra.ac.id/index.php/JA/article/view/305. Diakses pada tanggal
19 Oktober 2018 pukul 17.00 WIB.
Sarina, E. Silamat, D. Puspitasari. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi Cabai Merah di Desa Kampung Melayu
Kecamatan Bermani Ulu Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Agroqua,
13(2):57-67.
https://journals.unihaz.ac.id/index.php/agroqua/article/download/16/8/
Diakses pada tanggal 9 November 2018 pukul 14.00 WIB.
Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. UB Press. Malang.
Simamora, B. 2002. Metode Penelitian. Edisi Kedua. PT. Gramedia Pustaka.
Jakarta.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis
Cobb-Douglas. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Subagio, H. dan Conny N. M. 2011. Hubungan Karakteristik Petani Dengan
Usahatani Cabai Sebagai Dampak Dari Pembelajaran FMA (Studi Kasus
Di Desa Sunju Kecamatan Marawola Provinsi Sulawesi Tengah). Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah.
https://docplayer.info/30210327-Herman-subagio-dan-conny-n-manoppo-
balai-pengkajian-teknologi-pertanian-sulawesi-tengah-abstrak.html.
Diakses pada 30 Maret 2019 pukul 15.30 WIB.
Sugiarto, D. Siagian, L. T. Sunaryanto, dan D.S. Oetomo. 2003. Teknik Sampling.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sugiono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Alpabeta. Bandung.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. PT
Bumi Aksara. Jakarta.
105
Sunarto. 2008. Manajemen Biaya. AMP YKPN Yogyakarta.
Supriyono. 2002. Akuntansi Biaya. Buku 1 Edisi 2. BPFE. Yogyakarta.
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Yogyakarta.
Suripatty, M.P. 2011. Analisis Struktur Biaya Produksi dan KontribusiPendapatan
Komoditi Kakao (Theobroma Cacao L) di Desa Latu. JurnalAgroforestri,
6 (2): 135-141. http://docplayer.info/32134421-Analisis-struktur-biaya-
produksi-dan-kontribusi-pendapatan-komoditi-kakao-theobroma-cacao-l-di-
desa-latu.html. Diakses pada tanggal 15 April 2019 pukul 11.30 WIB.
Syukur, M., R. Yunianti, R. Dermawan. 2018. Budidaya Cabai Panen Setiap
Hari. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tarigan, S., dan Wiryanta, W. 2003. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif. PT
AgroMedia Pustaka. Jakarta.
Widarjono, A. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
Bisnis. Edisi kedua. EKONISIA. Yogyakarta.
Winarto F.G., E. Handayanto, B. Arifin. 2017. Cabai: Potensi Pengembangan
Agrobisnis dan Agroindustri. Gramedia.Jakarta.
Wiryanta, B.T.W. 2008. Budidaya Cabai Merah pada Musim Hujan. PT
Agromedia Pustaka. Jakarta.