Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

20
1 Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia pada PT INHUTANI III Ardalla Puspa Setyani dan Kurnia Irwansyah Rais 1. Accounting, Faculty of Economics and Business, Universitas Indonesia, Kampus Widjojo Nitisastro Jl. Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, UI Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia 2. Accounting, Faculty of Economics and Business, Universitas Indonesia, Kampus Widjojo Nitisastro Jl. Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, UI Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi atas aset biologis berupa HTI akasia pada PT INHUTANI III, memperbandingkannya dengan pedoman pelaporan keuangan yang digunakan perusahaan yaitu DOLAPKEU-PHP2H, mengetahui kualitas informasi aset biologis HTI akasia pada laporan keuangan perusahaan, dan memperbandingkan perlakuan akuntansi HTI akasia di perusahaan tersebut dengan IAS 41. Hasil penelitian menunjukkan kualitas informasi atas aset biologis HTI akasia pada perusahaan dapat diperbandingkan, cukup dapat dipahami, objektif, walaupun belum sempurna. Ada perbedaan perlakuan akuntansi HTI akasia antara perusahaan dan IAS 41. Dampak penerapan IAS 41 diantaranya perubahan yang signifikan pada laporan keuangan, besarnya biaya yang dikeluarkan, dan kurang terpenuhinya aspek comparability pada laporan keuangan. Jika diadopsi, DSAK harus memberi penjelasan lebih terperinci. Analysis of Accounting Treatment for Biological Assets on Acacia Industrial Timber Plantation in PT INHUTANI III Abstract This thesis aims to determine the accounting treatment for biological assets on acacia industrial timber plantation in PT INHUTANI III, to compare it with the financial reporting guidelines used by the company that is DOLAPKEU-PHP2H, to determine the quality of information on the acacia industrial timber plantation and to compare between the company's Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Transcript of Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

Page 1: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

1

Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia pada PT INHUTANI III

Ardalla Puspa Setyani dan Kurnia Irwansyah Rais

1. Accounting, Faculty of Economics and Business, Universitas Indonesia, Kampus

Widjojo Nitisastro Jl. Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, UI Depok 16424, Jawa

Barat, Indonesia

2. Accounting, Faculty of Economics and Business, Universitas Indonesia, Kampus Widjojo Nitisastro Jl. Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, UI Depok 16424, Jawa

Barat, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi atas aset biologis berupa HTI

akasia pada PT INHUTANI III, memperbandingkannya dengan pedoman pelaporan keuangan

yang digunakan perusahaan yaitu DOLAPKEU-PHP2H, mengetahui kualitas informasi aset

biologis HTI akasia pada laporan keuangan perusahaan, dan memperbandingkan perlakuan

akuntansi HTI akasia di perusahaan tersebut dengan IAS 41. Hasil penelitian menunjukkan

kualitas informasi atas aset biologis HTI akasia pada perusahaan dapat diperbandingkan,

cukup dapat dipahami, objektif, walaupun belum sempurna. Ada perbedaan perlakuan

akuntansi HTI akasia antara perusahaan dan IAS 41. Dampak penerapan IAS 41 diantaranya

perubahan yang signifikan pada laporan keuangan, besarnya biaya yang dikeluarkan, dan

kurang terpenuhinya aspek comparability pada laporan keuangan. Jika diadopsi, DSAK harus

memberi penjelasan lebih terperinci.    

Analysis of Accounting Treatment for Biological Assets on Acacia Industrial Timber Plantation in PT INHUTANI III

Abstract

This thesis aims to determine the accounting treatment for biological assets on acacia

industrial timber plantation in PT INHUTANI III, to compare it with the financial reporting

guidelines used by the company that is DOLAPKEU-PHP2H, to determine the quality of

information on the acacia industrial timber plantation and to compare between the company's

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 2: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

2

 

accounting treatment and accounting treatment based on IAS 41. The results showed that the

quality of information on acacia industrial timber plantation in the company are comparable,

understandable enough, objective, but not perfect. There are differences between the

accounting treatment of acacia industrial timber plantation in the company and IAS 41. The

impacts of the application of IAS 41 in PT INHUTANI III are the significant changes to the

financial statements, the expensive costs, and lack of comparability of financial statements. If

adopted, DSAK should give more detailed explanations.

Keywords:

Biological Assets; Industrial Timber Plantation; DOLAPKEU-PHP2H; IAS 41

Pendahuluan

Dalam era globalisasi saat ini, diperlukan peningkatan kualitas suatu perusahaan untuk

bisa memanfaatkan berbagai peluang yang ada sehingga perusahaan dapat berkompetisi

dengan para kompetitor. Dalam usaha meningkatkan kualitas tersebut, salah satu cara yang

perlu dilakukan adalah memberikan informasi yang dapat menggambarkan perkembangan

perusahaan bagi pihak-pihak yang terlibat (stakeholder) perusahaan. Pemberian informasi

tersebut dilakukan melalui laporan keuangan perusahaan.

Laporan keuangan perusahaan menjadi semakin bermanfaat bagi pengguna laporan

keuangan perusahaan apabila perusahaan dapat menyajikan laporan keuangan yang memiliki

karakteristik kualitatif suatu laporan keuangan, yaitu dapat dipahami, andal, relevan dan dapat

diperbandingkan. Dalam memenuhi karakteritik kualitatif laporan keuangan tersebut,

dibutuhkan perlakuan akuntansi yang tepat. Terdapat beberapa sektor industri yang

memerlukan perlakuan akuntansi yang khusus karena memiliki karakteristik khusus, salah

satunya yaitu sektor industri agribisnis.

Dibandingkan dengan industri lainnya, agribisnis ditandai dengan kegiatan khusus yang

memerlukan perlakuan akuntansi yang sesuai. Kegiatan khusus tersebut yaitu mengelola aset

biologis yaitu berupa tanaman maupun hewan yang dapat tumbuh dan menghasilkan produk

melalui proses alami atau yang disebut dengan transformasi biologis. Transformasi aset

biologis berjalan di bawah kondisi yang berisiko karena adanya proses alam yang sebagian

besar sulit untuk sepenuhnya dikendalikan oleh manusia (Sedlacek, 2010). Oleh karena

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 3: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

3

 

adanya kegiatan khusus ini, perusahaan agrikultur memiliki kemungkinan untuk menjadi

lebih bias dalam menyajikan informasi dalam laporan keuangan dibandingkan dengan

perusahaan yang bergerak dibidang lain (Ridwan, 2011).

Di Indonesia, belum ada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang secara

spesifik mengatur tentang aset biologis. Akibatnya yaitu muncul pedoman-pedoman

mengenai industri agrikultur yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga Negara yang kemudian

dapat digunakan oleh perusahaan agrikultur terkait, diantaranya Pedoman Pelaporan

Keuangan Pemanfaatan Hutan Produksi dan Pengelolaan Hutan (DOLAPKEU-PHP2H) yang

diterbitkan oleh Kementerian Kehutanan pada tahun 2009.

Dalam skala internasional, terdapat standar International Financial Reporting Standards

(IFRS) yang mengatur tentang akuntansi bagi sektor usaha agrikultur yaitu International

Accounting Standard 41 (IAS 41). Di dalam IAS 41 dinyatakan bahwa aset biologis dinilai

menggunakan nilai wajar. Nilai wajar dianggap dapat memberikan informasi yang andal

dalam mengukur aset biologis yang karakteristiknya mengalami transformasi biologis. IAS 41

hingga kini belum diadopsi oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) karena diperlukan berbagai

pertimbangan. Namun, dengan diterbitkannya amandemen IAS 41 yang terbaru, maka ada

kemungkinan bahwa Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Indonesia akan

mengadopsi IAS 41.

Amandemen IAS 41 tahun 2014 menyebutkan bahwa IAS 41 hanya consumable

biological assets dan produk agrikultur, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan objek berupa salah satu consumable biological asset yaitu hutan tanaman yang

menghasilkan produk agrikultur berupa kayu, seperti Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia.

Hal ini menjadi semakin menarik karena Sinaga (2013) menyatakan berdasarkan

International Trade Statistic, Indonesia meraih peringkat ketiga sebagai negara eksportir

produk kayu terbesar di dunia pada tahun 2009 sehingga perlakuan akuntansi yang tepat

menjadi penting dalam perusahaan yang berada pada industri tersebut.

Permasalahan yang ada dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perlakuan akuntansi atas aset biologis HTI akasia pada PT INHUTANI III?

2. Bagaimana perbandingan antara perlakuan akuntansi atas aset biologis HTI akasia PT

INHUTANI III dengan perlakuan akuntansi atas aset biologis HTI berdasarkan

DOLAPKEU-PHP2H?

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 4: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

4

 

3. Bagaimana kualitas informasi yang berkaitan dengan aset biologis HTI akasia PT

INHUTANI III berdasarkan perlakuan akuntansi yang perusahaan terapkan?

4. Bagaimana perbandingan antara perlakuan akuntansi atas aset biologis HTI akasia PT

INHUTANI III dengan perlakuan akuntansi atas aset biologis berdasarkan IAS 41?

5. Bagaimana dampak secara keseluruhan jika IAS 41 diimplementasikan?

6. Apa kendala yang akan dihadapi PT INHUTANI III untuk dapat menerapkan IAS 41?

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui perlakuan akuntansi atas aset biologis HTI akasia di PT INHUTANI III.

2. Mengetahui perbandingan antara perlakuan akuntansi atas aset biologis HTI akasia PT

INHUTANI III dengan perlakuan akuntansi atas aset biologis HTI berdasarkan

DOLAPKEU-PHP2H.

3. Mengetahui kualitas informasi yang berkaitan dengan aset biologis HTI akasia PT

INHUTANI III.

4. Mengetahui perbandingan antara perlakuan akuntansi atas aset biologis HTI akasia PT

INHUTANI III dengan perlakuan akuntansi aset biologis berdasarkan IAS 41.

5. Mengetahui dampak secara keseluruhan jika IAS 41 diimplementasikan.

6. Mengetahui kendala yang akan dihadapi PT INHUTANI III untuk menerapkan IAS 41.

Tinjauan Teoritis

Aset Biologis

Aset biologis diuraikan sebagai tanaman atau hewan yang dimiliki oleh perusahaan yang

diperoleh dari kegiatan masa lalu dan terdapat kemungkinan adanya manfaat bagi perusahaan

dari tanaman atau hewan tersebut. Aset biologis memiliki karakteristik khusus yaitu adanya

transformasi biologis. Hal ini yang membedakan aset biologis dengan aset lainnya.

Transformasi biologis terdiri dari pertumbuhan, degenerasi, prokreasi, dan penghasilan

produk agrikultur.

Berdasarkan ciri-cirinya, aset biologis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai

berikut:

a. Aset Biologis Bawaan (Bearer Biological Asset)

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 5: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

5

 

Aset biologis bawaan menghasilkan produk agrikultur bawaan yang dapat dipanen,

namun aset biologis jenis ini tidak dapat ikut dipanen, contohnya pohon apel yang

dipanen buah apelnya.

b. Aset Biologis yang dapat Dikonsumsi (Consumable Biological Asset).

Aset biologis jenis ini dapat dimanfaatkan sebagai produk agrikultur, contohnya

seperti pohon yang diambil kayunya.

Hutan Tanaman Industri (HTI)

Di dalam DOLAPKEU – PHP2H disebutkan definisi HTI yaitu hutan tanaman pada hutan

produksi yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan potensi dan

kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan

bahan baku industri hasil hutan.

HTI diakui pada akun Hutan Tanaman (HT) Dalam Pengembangan dan HT Siap Panen.

Pengeluaran biaya-biaya dalam rangka kegiatan pengelolaan hutan untuk mendapatkan hasil

kayu atau non kayu diakumulasikan dari awal pembangunan HTI sampai dengan HTI tersebut

memasuki masa panen ke dalam akun HT Dalam Pengembangan setiap blok atau areal HT

Dalam Pengembangan per tahun tanam. Untuk biaya yang dikeluarkan terkait pembangunan

HTI dengan masa manfaatnya lebih dari satu tahun, maka biaya tersebut didepresiasikan atau

diamortisasi untuk dimasukkan ke dalam biaya perolehan HT Dalam Pengembangan. Biaya-

biaya yang dapat diakumulasikan ke dalam HT Dalam Pengembangan berdasarkan jenis

kegiatannya adalah sebagai berikut:

Kegiatan Rincian Kegiatan/Biaya

Perencanaan Penataan Areal Kerja (PAK), penyusunan RKTUPHHK-HT,

dan penilikan.

Penanaman Penyiapan lahan, seleksi dan pemindahan bibit, penanaman

tanaman pokok, penanaman di kawasan lindung, penanaman

tanaman unggulan, dan penanaman tanaman kehidupan.

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 6: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

6

 

Kegiatan (Lanjutan) Rincian Kegiatan/Biaya (Lanjutan)

Pemeliharaan tanaman penyulaman, pemangkasan, penjarangan, pendangiran,

pemupukan, dan pemberantasan hama dan penyakit.

Pengendalian kebakaran dan

pengamanan hutan

Pembuatan ilaran api, pengerahan tenaga, penggunaan bahan

dan perlengkapan, dan penyuluhan

Pemenuhan kewajiban

kepada lingkungan dan

sosial

pelaksanaan kelola lingkungan, pelaksanaan pemantauan

lingkungan, dan pelaksanaan kelola sosial.

Pemenuhan kewajiban

kepada negara

retribusi

Administrasi dan umum berkaitan dengan kegiatan pembangunan hutan tanaman

Penelitian dan

pengembangan

pengembangan

Tabel Error! No text of specified style in document.-1 Kegiatan dan Rincian Biaya

Perolehan HT Dalam Pengembangan berdasarkan DOLAPKEU-PHP2H

Jika dalam suatu blok atau areal HT terdapat tanaman yang sudah dapat dimanfaatkan

maka dilakukan reklasifikasi. Nilai perolehan HT Siap Panen ini didepresiasi dengan

menggunakan metode unit produksi atau garis lurus tergantung jenis tanamannya. HT Siap

Panen dengan hasil panen berupa kayu maka depresiasi yang dilakukan adalah menggunakan

metode amortisasi unit produksi, yang dihitung berdasarkan proporsi luas areal atau proporsi

volume kayu yang ditebang. Sementara jika HT Siap Panen dengan hasil panen berupa non

kayu, maka depresiasi yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode amortisasi garis

lurus selama umur masa manfaat tanaman. Nilai depresiasi tersebut dimasukan ke dalam

komponen harga pokok produksi.

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 7: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

7

 

International Accounting Standard (IAS) 41

Berdasarkan amandemen IAS 41 yang diterbitkan pada tahun 2014, IAS 41 diterapkan

untuk aktivitas agrikultur seperti berikut: (1) Aset biologis, selain bearer biological asset ,

(2) Produk agrikultur pada saat titik panen, dan (3) Hibah pemerintah.

Jika nilai wajar dapat ditentukan secara andal, maka penilaian aset biologis menggunakan

nilai wajar dikurangi dengan biaya-biaya untuk menjualnya, dan diakui pada periode

terjadinya, baik saat pengakuan awal maupun pada setiap tanggal neraca (IAS 41:12). Produk

agrikultur dari aset biologis entitas juga harus diukur pada nilai wajar yang telah dikurangi

biaya untuk menjual pada titik panen (IAS 41:13). Biaya untuk menjual adalah tambahan

biaya yang terkait langsung dengan pelepasan aset, tidak termasuk biaya keuangan dan pajak

penghasilan. Keuntungan dan kerugian akan muncul akibat adanya penilaian aset biologis dan

pengakuan awal produk agrikultur menggunakan nilai wajar yang telah dikurangi biaya untuk

menjual. Keuntungan dan kerugian tersebut dimunculkan pada laba rugi periode berjalan.

Jika suatu aset memiliki pasar aktif, maka harga pasar tersebut dapat dijadikan nilai wajar

untuk aset biologis terkait. Namun apabila aset biologis tidak memiliki pasar aktif, maka

dapat dilakukan perhitungan nilai wajar dengan beberapa metode, yaitu harga transaksi

terakhir yang tidak terlalu jauh antara tanggal transaksi dan akhir periode pelaporan,

menggunakan market value untuk aset sejenis dengan melakukan penyesuaian atas adanya

perbedaan, atau perbandingan sektor. Apabila tidak terdapat pasar yang dapat diandalkan,

maka dapat menggunakan metode arus kas bersih yang diharapkan dari aset biologis yang

didiskontokan untuk menentukan nilai wajar aset biologis. Jika nilai wajar tidak dapat

ditentukan, perusahaan dapat menilai aset biologis dengan menggunakan biaya dikurangi

dengan akumulasi penyusutan atau penurunan nilai yang terjadi hanya untuk pengakuan awal

aset biologis.

Metode Penelitian

Metode analisis yang digunakan dalam peelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu

melalui pengkajian, pemaparan, penelaahan, dan penjelasan data-data yang diperoleh pada PT

INHUTANI III untuk mengetahui proses pengakuan, pengukuran, pengungkapan, dan

penyajian aset biologis berupa HTI akasia pada laporan keuangan. Penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan metode studi literatur dan analisis data. Pengumpulan data dilakukan

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 8: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

8

 

melalui penelitian lapangan yang dilakukan dengan melakukan penelitian secara langsung

melalui wawancara kepada pihak perusahaan yang telah ditentukan sebelumnya, penelitian

kepustakaa, dan analisa data yang diperoleh dari analisa laporan keuangan perusahaan.

Profil Perusahaan

Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

Pada tanggal 3 Januari 1977, Perseroan Eksploitasi dan Industri Hutan III atau disingkat

PT INHUTANI III didirikan dan disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman

tanggal 24 Mei 1977. Sejak akhir tahun 2014, Pemerintah membuat kebijakan untuk

membentuk holding BUMN Kehutanan melalui Peraturan Pemerintah RI No 73 tahun 2014

tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal

Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara. Hal ini menyebabkan 100 persen kepemilikan

saham Negara pada PT Inhutani III dialihkan kepada Perum Perhutani sebagai induk holding

BUMN kehutanan.

HTI Akasia pada PT INHUTANI III

HTI akasia yang dimiliki PT INHUTANI III adalah akasia dengan jenis Acacia mangium.

Jangka waktu rotasi atau umur panen HTI akasia adalah 8 -10 tahun. Kayu akasia dapat

digunakan untuk pulp, kertas, papan partikel, krat dan kepingan-kepingan kayu. Selain itu

kayu akasia juga digunakan untuk kayu gergajian, molding, mebel dan vinir. Cabang yang

berjatuhan dapat digunakan untuk bahan bakar.

Proses kegiatan pembangunan HTI akasia dimulai dengan perencanaan pembukaan

lahan dan persiapan lahan. Perusahaan harus memastikan bahwa lahan telah siap ditanam.

Setelah itu, benih dipelihara di persemaian hingga benih telah menjadi bibit yang siap

ditanam. PT INHUTANI III menggunakan benih akasia yang dihasilkan sendiri dan sisanya

dijual oleh perusahaan ke pihak luar. Bibit dipelihara di persemaian selama 12 minggu.

Setelah itu, perusahaan melakukan pemeliharaan tanaman agar tetap tumbuh dengan baik,

perusahaan melakukan pemeliharaan tanaman agar tetap tumbuh dengan baik. . Pada umur

lebih dari 8 tahun, HTI akasia telah siap ditebang. Setelah ditebang, maka didapat hasil panen

berupa tebangan kayu atau kayu bulat. Seluruh kayu bulat hasil tebangan dikumpulkan di

tempat penimbunan. Kemudian kayu bulat siap dijual. Berdasarkan manfaatnya, kayu bulat

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 9: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

9

 

akasia dijual dengan dibedakan menjadi tiga kelompok kayu yaitu kayu pertukangan, kayu

Bahan Baku Serpih (BBS), dan limbah kayu.

Produksi kayu bulat akasia dipasarkan kepada perusahaan-perusahaan industri

pengolahan kayu setempat. Penjualan hasil hutan berupa kayu merupakan salah satu kegiatan

usaha utama PT INHUTANI III, termasuk kayu akasia. Dalam 5 tahun terakhir, rata-rata

pendapatan yang diperoleh perusahaan dari penjualan kayu bulat akasia adalah kurang lebih

47% dari total pendapatan perusahaan.

Pembahasan

Perlakuan Akuntansi HTI Akasia pada PT INHUTANI III

PT INHUTANI III mengakui HTI akasia sebagai aset tidak lancar dan diklasifikasikan

menjadi HTI Dalam Pengembangan dan HTI Siap Tebang berdasarkan tingkat pertumbuhan

dan kontribusinya terhadap perusahaan. Perusahaan menggunakan biaya perolehan sebagai

dasar nilai pengakuan aset. Harga perolehan HTI Dalam Pengembangan diperoleh dari

mengakumulasi biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan pembangunan HTI akasia, baik

biaya langsung maupun biaya tidak langsung. HTI Siap Tebang diukur berdasarkan nilai yang

telah direklasifikasi dari HTI Dalam Pengembangan. Setelah pengukuran awal, perusahaan

menggunakan model biaya yaitu biaya perolehan HTI akasia siap tebang dikurangi nilai

akumulasi amortisasi. Amortisasi dilakukan menggunakan metode unit produksi, yang

dihitung berdasarkan proporsi luas areal. Sementara itu, produk agrikultur dari HTI akasia

adalah kayu tebangan atau kayu bulat yang diakui sebagai persediaan dan diukur berdasarkan

harga perolehan pada saat pengakuan awal.

Tabel 4-2 menunjukkan biaya-biaya yang diakumulasikan ke dalam HTI Dalam

Pengembangan oleh PT INHUTANI III. Biaya-biaya tersebut dikelompokkan berdasarkan

kegiatan pembangunan HTI Dalam Pengembangan.

Kegiatan Rincian Kegiatan/Biaya

Perencanaan Penataan Areal Kerja (PAK)

 

 

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 10: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

10

 

Kegiatan (Lanjutan) Rincian Kegiatan/Biaya (Lanjutan)

Penanaman Penyiapan lahan, seleksi dan pemindahan bibit, dan

penanaman.

Pemeliharaan tanaman penyulaman, pemangkasan, penjarangan, pendangiran,

pemupukan, dan pemberantasan hama dan penyakit.

Pengendalian kebakaran pemeliharaan sarana dan prasarana pengendali

kebakaran, biaya pemeliharaan ilaran api, dan biaya

pengendalian kebakaran.

Pengamanan hutan perlindungan hutan, pengawasan dan pembinaan, serta

penyuluhan.

Pemenuhan kewajiban kepada

lingkungan dan sosial

pelaksanaan kelola lingkungan, pelaksanaan

pemantauan lingkungan, dan sumbangan sosial.

Pemenuhan kewajiban kepada

negara

PBB dan retribusi.

Administrasi dan umum berkaitan dengan kegiatan pembangunan hutan tanaman

Tabel Error! No text of specified style in document.-2 Kegiatan dan Rincian Biaya

Perolehan HTI Dalam Pengembangan pada PT INHUTANI III

Perusahaan mengungkapkan penjelasan yang mendukung nilai-nilai yang disajikan dalam

akun HTI akasia di dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), seperti informasi

mengenai pedoman pelaporan akuntansi atas aset HTI, luas areal dan nilai aset HTI akasia

pada akhir periode pelaporan, dan terjadinya kejadian luar biasa yaitu kebakaran hutan,

kerusakan tanaman, atau gagal tanam tingkat major.

Aset biologis HTI akasia disajikan pada laporan posisi keuangan dan termasuk pada

kelompok Aset Tidak Lancar dalam akun Hutan Tanaman Industri Dalam Pengembangan dan

Hutan Tanaman Industri Siap Tebang. Nilai akun Hutan Tanaman Industri Siap Tebang

disajikan setelah dikurangi dengan akumulasi amortisasi. Produk agrikultur HTI akasia yaitu

berupa kayu bulat disajikan dalam kelompok Aset Lancar dalam akun persediaan.

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 11: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

11

 

Contoh Jurnal pada Pengukuran Aset Biologis HTI Akasia pada PT INHUTANI III

Aktivitas Jurnal

Pembangunan HTI Dalam

Pengembangan

Contoh jurnal kegiatan survey areal bakal tanam, yaitu:

Dr. HTI dalam pengembangan – survey areal Rp xxx

Kr. Kas Rp xxx

Reklasifikasi dari akun

HTI Dalam

Pengembangan ke HTI

Siap Tebang

Dr. HTI Siap Tebang Rp xxx

Kr. HTI dalam pengembangan – survey areal Rp xxx

Kr. HTI dalam pengembangan – …………… Rp xxx

Alokasi Biaya Tidak

Langsung ke HTI Siap

Tebang

Dr. Biaya Tidak Langsung – kantor unit Rp xxx

Kr. Kas Rp xxx

Beban Amortisasi HTI

Siap Tebang

Dr. Beban amortisasi HTI siap tebang Rp xxx

Kr. Akumulasi amortisasi HTI siap tebang Rp xxx

Persediaan Produk

Agrikultur Kayu

Dr. Persediaan Kayu Rp xxx

Kr. Biaya penebangan Rp xxx

Kr. Beban transportasi Rp xxx

Kr. Beban amortisasi Rp xxx

Kr. Biaya Tidak Langsung – kantor unit Rp xxx

Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi atas Aset Biologis HTI Akasia PT

INHUTANI III dan Perlakuan Akuntansi atas Aset Biologis HTI berdasarkan

DOLAPKEU-PHP2H

Dalam hal pengakuan aset HTI akasia, terdapat persamaan antara PT INHUTANI III dan

DOLAPKEU-PHP2H. PT INHUTANI III mengakui HTI akasia sebagai aset dan

diklasifikasikan menjadi HTI Dalam Pengembangan dan HTI Siap Tebang berdasarkan

tingkat pertumbuhan dan kontribusinya terhadap perusahaan, begitu juga dengan yang diatur

dalam DOLAPKEU-PHP2H. Pengakuan produk agrikultur HTI akasia berupa kayu bulat

pada PT INHUTANI III yaitu sebagai persediaan, begitu juga dengan yang diatur dalam

DOLAPKEU-PHP2H terkait hasil panen aset biologis HT.

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 12: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

12

 

Dalam hal pengukuran, perlakuan akuntansi atas aset HTI akasia pada PT INHUTANI III

dan perlakuan akuntansi atas aset HTI dalam DOLAPKEU-PHP2H mengukur HTI

menggunakan biaya historis, walaupun pada prakteknya, terdapat sedikit perbedaan perlakuan

akuntansi HTI akasia antara perusahaan dengan DOLAPKEU. Perbedaan tersebut yaitu

adanya biaya pemeliharaan sarana dan prasarana yang berkaitan dengan pembangunan HTI

akasia yang ikut diakumulasikan padahal tidak diatur dalam DOLAPKEU-PHP2H. Dalam hal

pengukuran produk agrikultur, keduanya mengukur menggunakan harga perolehan pada saat

pengakuan awal.

Dalam hal pengungkapan, PT INHUTANI III telah melakukan pengungkapan informasi

tambahan terkait HTI akasia pada CALK namun belum rinci sesuai dengan yang diatur dalam

DOLAPKEU-PHP2H. Dalam CALK, informasi tambahan yang belum diungkapkan

perusahaan namun diatur dalam DOLAPKEU-PHP2H adalah dasar klasifikasi HTI akasia

sebagai HTI Dalam Pengembangan dan HTI Siap Tebang, dasar penilaian, metode depresiasi,

dan dasar alokasi biaya tidak langsung untuk tiap tahun tanam.

Penyajian aset HTI akasia yang dilakukan perusahaan dan yang diatur dalam

DOLAPKEU-PHP2H memiliki persamaan. Penyajian aset HTI akasia oleh perusahaan yaitu

dalam kelompok Aset Tidak Lancar pada Laporan Posisi Keuangan dan diklasifikasikan

sebagai akun HTI Dalam Pengembangan dan akun HTI Siap Tebang.

Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi atas Aset Biologis HTI Akasia PT

INHUTANI III dan Perlakuan Akuntansi atas Aset Biologis berdasarkan IAS 41

Perbandingan Perlakuan Akuntansi HTI Akasia

Jenis Perlakuan

Akuntansi

PT INHUTANI III IAS 41

Pengakuan 1. Mengakui HTI akasia

sebagai aset dan

dibedakan menjadi HTI

Dalam Pengembangan

dan HTI Siap Tebang

2. Produk agrikultur diakui

sebagai Persediaan

1. Mengakui aset biologis sebagai aset

biologis belum dewasa dan aset

biologis dewasa.

2. Produk agrikultur diakui sebagai

Persediaan

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 13: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

13

 

Perbandingan Perlakuan Akuntansi HTI Akasia (Lanjutan)

Jenis Perlakuan

Akuntansi

Jenis Perlakuan Akuntansi Jenis Perlakuan Akuntansi

Pengukuran Biaya historis Nilai wajar setelah dikurangi dengan

biaya untuk menjual. Namun, sulit

menggunakan nilai pasar dalam

penentuan nilai wajar aset biologis HTI

akasia belum dewasa dan siap tebang,

maka dapat menggunakan metode

Discounted Cash Flow (DCF)

Pengungkapan Di dalam Catatan Atas

Laporan Keuangan (CALK):

1. Pedoman pelaporan

akuntansi atas aset HTI

2. Luas areal dan nilai aset

HTI akasia pada akhir

periode pelaporan

3. Terjadinya kejadian luar

biasa yaitu kebakaran

hutan, kerusakan tanaman,

atau gagal tanam tingkat

major

Dalam laporan laba rugi komprehensif:

Seluruh keuntungan dan kerugian yang

terjadi pada periode tertentu pada saat

pengakuan awal dari aset biologis HTI

akasia dan produk agrikultur

diungkapkan

Dalam CALK:

1. Deskripsi dan nilai tercatat tiap

kelompok aset biologis

2. Sifat dari aktivitas perusahaan untuk

masing-masing kelompok aset

biologis HTI akasia

3. Penjelasan atas perubahan nilai aset

biologis HTI akasia

4. Jika menggunakan metode DCF,

alasan perusahaan tidak dapat

menentukan nilai wajar aset biologis

HTI akasia

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 14: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

14

 

Perbandingan Perlakuan Akuntansi HTI Akasia (Lanjutan)

Jenis Perlakuan

Akuntansi

Jenis Perlakuan Akuntansi Jenis Perlakuan Akuntansi

Penyajian 1. Aset Biologis disajikan

pada kelompok Aset

Tidak Lancar

2. Diklasifikasikan menjadi

akun Hutan Tanaman

Industri Dalam

Pengembangan dan Hutan

Tanaman Industri Siap

Tebang.

3. Persediaan berupa produk

agrikultur disajikan pada

kelompok Aset Lancar

1. Aset Biologis disajikan pada

kelompok Aset Tidak Lancar.

2. Diklasifikasikan menjadi immature

dan mature. HTI akasia dan aset

biologis lainnya yang dimiliki

perusahaan disajikan dalam satu akun

yaitu akun aset biologis.

3. Persediaan berupa produk agrikultur

disajikan pada kelompok Aset

Lancar.

4. Keuntungan dan kerugian yang

dialami dari perubahan nilai wajar

atas penilaian aset biologis HTI

akasia harus disajikan dalam laporan

laba rugi komprehensif.

Jurnal Pengukuran Aset Biologis HTI Akasia berdasarkan IAS 41

Aktivitas Jurnal

Pencatatan Aset

Biologis Akhir Periode

Dr. Aset biologis (nilai akhir-awal periode) Rp xxx

Kr. Pendapatan hasil pertumbuhan aset biologis Rp xxx

Beban pemeliharaan.

Contoh: penyiangan.

Dr. Beban pemeliharaan aset biologis Rp xxx

Kr. Kas Rp xxx

Persediaan Produk

Agrikultur Kayu

Dr. Persediaan agrikultur (harga jual-biaya penjualan) Rp xxx

Kr. Pendapatan hasil panen produk agrikultur Rp xxx

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 15: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

15

 

Aktivitas (Lanjutan) Jurnal (Lanjutan)

Penjualan Produk

Agrikultur Kayu

Dr. Piutang dagang Rp xxx

Kr. Persediaan Rp xxx

Kr. Kas (biaya penjualan) Rp xxx

Dampak Penerapan IAS 41 sebagai Dasar Perlakuan Akuntansi Aset Biologis HTI

Akasia PT INHUTANI III

1. Perubahan pada laporan keuangan secara signifikan

Pada laporan posisi keuangan, nilai aset biologis yang disajikan pada laporan posisi

keuangan akan mengalami volatilitas karena nilai wajar aset biologis cenderung tidak stabil.

Selain itu, HTI akasia disajikan sebagai akun aset biologis yang diklasifikasikan pada aset

biologis dewasa dan aset biologis belum dewasa. Pada laporan laba rugi, keuntungan atau

kerugian akibat penilaian wajar disajikan pada laporan laba rugi sehingga nilai wajar aset

biologis yang tidak stabil menyebabkan fluktuasi pada laba rugi. Selain itu, pengungkapan

dalam laporan keuangan juga harus lebih rinci terkait aset biologis.

2. Biaya yang besar untuk dapat mengukur dan mengungkapkan aset biologis HTI akasia

Penggunaan metode Discounted Cash Flow (DCF method) dalam menentukan nilai wajar,

digunakan formula yang terdiri dari beberapa variabel yang membutuhkan estimasi-estimasi.

Untuk dapat memperoleh nilai wajar secara lebih andal, perusahaan dapat menggunakan jasa

penilai. Selain itu, pengukuran nilai wajar pada aset biologis HTI akasia juga harus didukung

dengan pengungkapan yang memadai pada CALK.

3. Kurangnya aspek comparability pada laporan keuangan

Penggunaan metode DCF method membutuhkan beberapa variabel sebagai input yang

memerlukan estimasi dan pendapat dari manajemen masing-masing perusahaan. Selain itu,

tingkat diskonto pada masing-masing perusahaan pada industri yang sama juga dapat berbeda

karena tingkat diskonto dapat ditentukan melalui berbagai metode (Dvorakova, 2006)

4. Kurangnya aspek keandalan pada laporan keuangan

Dalam menggunakan metode DCF method, dibutuhkan estimasi-estimasi untuk dapat

memperoleh nilai wajar aset biologis HTI akasia. Perusahaan dapat menggunakan Sumber

Daya Manusia (SDM) yang dimilikinya untuk dapat menentukan nilai wajar dengan

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 16: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

16

 

menggunakan metode DCF method, namun karena diperlukan estimasi-estimasi tersebut

maka akan mempengaruhi keandalan nilai wajar yang akan diperoleh.

5. Peningkatan volatilitas pendapatan pada laporan laba rugi

Nilai wajar aset biologis HTI akasia memiliki kecenderungan tidak stabil karena

terpengaruh perubahan kebijakan pemerintah, volatilitas harga komoditas kayu, dan peristiwa

alam. Hal ini berpengaruh pada unrealized gain or loss yang juga menjadi tidak stabil pada

tiap tanggal pelaporan. Unrealized gain or loss yang tidak stabil akan mempengaruhi laporan

laba rugi secara nyata dan membuat volatilitas yang lebih besar pada laporan laba rugi.

6. Tantangan pemahaman atas penerapan IAS 41 bagi akuntan

Penerapan IAS 41 menyebabkan pihak perusahaan, khususnya seluruh karyawan bagian

akuntansi harus memahami secara mendalam mengenai perlakuan akuntansi atas aset biologis

berdasarkan IAS 41.

Kendala yang akan dihadapi PT INHUTANI III untuk menerapkan IAS 41

Kendala utama yang dihadapi adalah penentuan nilai wajar aset biologis HTI akasia

karena tidak ada pasar aktif untuk tegakan kayu baik yang belum dewasa maupun yang sudah

dewasa. Kendala kedua adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengukur aset biologis HTI

akasia dan produk agrikultur kayu bulat akan menjadi lebih besar. Hal ini disebabkan oleh

adanya kebutuhan perusahaan untuk menggunakan jasa penilai dalam penentuan nilai wajar

aset biologis agar nilai wajar yang diperoleh lebih andal, pengungkapan informasi terkait aset

biologis yang lebih rinci, dan adanya kebutuhan pelatihan bagi karyawan khususnya bagian

akuntansi terkait IAS 41. Kendala ketiga yaitu belum ada teknologi informasi yang membantu

memperkirakan pertumbuhan HTI akasia tiap tahun yang berguna sebagai data input

perhitungan nilai wajar menggunakan metode pendapatan. Kendala lainnya adalah belum ada

perpajakan yang mengatur keuntungan atau kerugian yang diakui dari adanya perubahan nilai

wajar aset biologis sehingga menyulitkan perusahaan dalam menghitung pengeluaran pajak

PPH Badan setiap tahun.

Kesimpulan

1. PT INHUTANI III mengakui HTI akasia sebagai Aset Tidak Lancar yang

diklasifikasikan sebagai akun Hutan Tanaman Industri Dalam Pengembangan dan

Hutan Tanaman Industri Siap Tebang berdasarkan tingkat pertumbuhan dan

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 17: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

17

 

kontribusinya terhadap perusahaan. Hasil agrikultur HTI akasia diakui sebagai

persediaan. Perusahaan mengukur HTI akasia menggunakan biaya historis dan

mengukur persediaan kayu bulat menggunakan harga perolehan pada saat pengakuan

awal. Di dalam CALK, PT INHUTANI III mengungkapkan beberapa hal terkait aset

HTI akasia. Di dalam Laporan Posisi Keuangan, penyajian HTI akasia pada pos Aset

Tidak Lancar dalam akun Hutan Tanaman Industri Dalam Pengembangan dan Hutan

Tanaman Industri Siap Tebang, sementara penyajian hasil agrikultur HTI akasia pada

kelompok Aset Lancar dalam akun Persediaan.

2. Tidak terdapat perbedaan antara perlakuan akuntansi atas aset biologis HTI antara

perusahaan dan DOLAPKEU-PHP2H dalam hal pengakuan dan penyajian. Namun,

diantara keduanya juga terdapat beberapa perbedaan yaitu dalam hal pengukuran dan

pengungkapan.

3. Perlakuan akuntansi HTI akasia pada PT INHUTANI III berpedoman pada

DOLAPKEU-PHP2H. Perlakuan akuntansi HTI akasia pada PT INHUTANI III telah

sesuai dengan DOLAPKEU-PHP2H. Kualitas informasi HTI akasia pada laporan

keuangan perusahaan dapat diperbandingkan, cukup mudah dipahami. Selain itu,

informasi terkait HTI akasia pada laporan keuangan disajikan secara objektif. Namun

terdapat ketidaksesuaian pada pengukuran yang dilakukan perusahaan didasarkan pada

DOLAPKEU-PHP2H.

4. Antara IAS 41 dan perlakuan akuntansi HTI akasia pada PT INHUTANI terdapat

kemiripan pada pengakuan dan penyajian, namun juga terdapat perbedaan yaitu pada

pengukuran dan pengungkapan. Tidak ada pasar aktif untuk aset biologis HTI akasia

baik yang telah dewasa maupun yang belum dewasa sehingga metode penentuan nilai

wajar dapat menggunakan discounted cash flow.

5. Penerapan IAS 41 pada PT INHUTANI III akan memberikan berbagai dampak pada

perusahaan, yaitu perubahan yang signifikan pada laporan keuangan, biaya yang besar

untuk dapat mengukur dan mengungkapkan aset biologis HTI akasia, kurang

terpenuhinya aspek comparability pada laporan keuangan, kurang terpenuhinya aspek

keandalan pada laporan keuangan, meningkatnya volatilitas pendapatan pada laba

rugi, serta tantangan pemahaman atas penerapan IAS 41 bagi akuntan perusahaan.

6. Jika IAS 41 diterapkan, PT INHUTANI akan mengalami berbagai kendala, yaitu

penentuan nilai wajar aset biologis HTI akasia, biaya yang dikeluarkan untuk

mengukur aset biologis HTI akasia dan produk agrikultur kayu bulat akan menjadi

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 18: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

18

 

lebih besar, belum ada teknologi informasi yang membantu memperkirakan

pertumbuhan HTI akasia tiap tahun, serta belum ada perpajakan yang mengatur

keuntungan atau kerugian yang diakui dari adanya perubahan nilai wajar aset biologis.

Saran

Bagi DSAK, Penulis merasa perlakuan akuntansi HTI akasia berdasarkan PT INHUTANI

III yang berpedoman pada DOLAPKEU-PP2H lebih dapat diterapkan dibandingkan dengan

perlakuan akuntansi aset biologis berdasarkan IAS 41 karena tidak adanya pasar aktif HTI

akasia. DSAK mungkin dapat mengadopsi IAS 41 jika IAS 41 telah disosialisasikan dengan

baik kepada seluruh perusahaan agrikultur dan kepada jasa penilai melalui training maupun

seminar. Selain itu, DSAK sebaiknya memberikan penjelasan terkait kriteria aset biologis

dewasa dan aset biologis belum dewasa dan memperjelas pasar aktif untuk aset biologis

disesuaikan kondisi Indonesia.

Bagi perusahaan, sebelum IAS 41 diadopsi oleh DSAK, perusahaan sebaiknya lebih

mematuhi DOLAPKEU-PHP2H. Jika IAS 41 telah diadopsi oleh DSAK, Perusahaan

sebaiknya menyisihkan sebagian dana apabila akan menunjuk jasa penilai dalam menentukan

nilai wajar aset biologis HTI akasia dan mengadakan seminar dan training kepada karyawan-

karyawannya.

Bagi Pemerintah yaitu Kementerian Kehutanan dan Kementerian Keuangan. Jika DSAK

belum membuat PSAK khusus yang mengatur aset biologis, sebaiknya Kementerian

Kehutanan menambah beberapa hal terkait aturan perlakuan akuntansi hutan tanaman di

dalam peraturan DOLAPKEU-PHP2H. Pengungkapan mengenai aset HTI sebaiknya lebih

diperjelas. Sementara jika DSAK telah mengadopsi IAS 41 sebagai standar akuntansi aset

biologis di Indonesia, DOLAPKEU-PHP2H dapat dijadikan sebagai petunjuk perlakuan

akuntansi perusahaan agribisnis pada sektor kehutanan dalam menerapkan IAS 41 dengan

memberikan aturan-aturan yang lebih rinci dalam penilaian aset biologis menggunakan nilai

wajar. Selain itu, bagi Kementerian Keuangan, sebaiknya segera membuat peraturan

perpajakan terkait pendapatan maupun kerugian akibat perubahan nilai wajar aset biologis.

Daftar Referensi

Cicih, et al. (2013). Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT Perkebunan Nusantara IX

(Persero) Kebun Kaligua. Purwokerto: Universitas Jenderal Soedirman.

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 19: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

19

 

Dvorakova, D. (2006). Application of Fair Value Measurement Model in IAS 41 - Relation

Between Fair Value Measurement Model and Income Statement Structure. Czech Republic:

University of Economic.

Harahap, S.S. (2011). Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. Jakarta: Rajawali Pers.

Herbohn, Kathleen. (2006). IAS 41: What Are the Implications for Reporting Forest Assets?.

Brisbane: The University of Queensland.

Hery. (2009). Teori Akuntansi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2007). Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan Syariah (KDPPLK). www.iaiglobal.or.id

Ikatan Akuntan Indonesia. (2013). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1. Jakarta:

IAI.

International Accounting Standard Board (IASB). (2014). Agriculture: Bearer Plants

(Amendments to IAS 16 and IAS 41). United Kingdom: IFRS Foundation.

International Accounting Standard Board (IASB). (2013). Agriculture: Bearer Plants

(Proposed Amendments to IAS 16 and IAS 41). United Kingdom: IFRS Foundation.

International Accounting Standard Board (IASB). (2009). International Accounting Standard

(IAS) 41 Agriculture. United Kingdom: IASB.

Kementerian Kehutanan. (2011). Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No.:

P.69/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Pelaporan Keuangan Pemanfaatan Hutan Produksi

dan Pengelolaan Hutan (DOLAPKEU – PHP2H). www.dephut.go.id

Kiswara, Adita. (2012). Analisis Penerapan International Accounting Standard (IAS) 41 pada

PT. Sampoerna Agro, Tbk. Diponegoro Journal of Accounting, h. 1-14, vol. 1, no.2.

Martani, Dwi. (2010). Penerapan Standar Akuntansi Agrikultur (IAS 41). Economic

Business& Accounting Review, h. 55-71, vol. iii, no. 2.

Modjaningrat, Radina. (2010). IAS 41 Agriculture : Analisis Terkait Rencana Adopsi di

Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015

Page 20: Analisis Perlakuan Akuntansi Aset Biologis atas Hutan ...

20

 

Mutiara, Delvi. (2013). Implementasi International Accounting Standards (IAS) 41 tentang

Biological Asset pada PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Getas. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

PricewaterhouseCoopers. (2010). Forest, Paper and Packaging:Forest Industry Application,

A Practical Guide to Accounting for Agricultural Assets, h. 1-45.

Ridwan, A. (2011). Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT. Perkebunan Nusantara XIV

Makassar (Persero). Skripsi Tidak Dipublikasikan. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Saputra, Bobby W. (2011). Perkembangan International Financial Reporting Standard

(IFRS) dan Penerapannya di Indonesia. Jakarta: Harapan Bangsa Business School.

Sedlacek, J. (2010). The Methods of Valuation in Agricultural Accounting. Skripsi Tidak

Dipublikasikan. Republik Ceko: Universitas Masaryk.

Sinaga, Rosita U. (2013). Limited Review IAS 41 Agriculture. Depok; Indonesian Accounting

Fair 14 Seminar.

Sonbay, Y.Y. (2010). Perbandingan Biaya Historis dan Nilai Wajar – Hostorical Cost versus

Fair Value. Kajian Akuntansi, h.1-8, vol. 2. no.1.

Staltmane, G.E. (2010). Challenges in Accounting the Forests – a Latvian Case Study. Annals

of Forest Research, h. 51-58, vol. 1, no. 53.

Supriyanto, Benny. (2010). Biological Asset Valuation untuk Keperluan Laporan Keuangan

(IAS 41). Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Tuanakotta, Theodorus M. (1984). Teori Akuntansi Buku Satu. Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Welch, Catherine. (2004). Handbook of Qualitative Research Methods for International

Business. USA: Edward Elgar Publishing, Inc.

Yadiati, Winwin. (2009). Teori Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Perlakuan akuntansi..., Ardalla Puspa Setyani, FE UI, 2015