ANALISIS PENGARUH KERAGAMAN MENU, PERSEPSI...

28
1 ANALISIS PENGARUH KERAGAMAN MENU, PERSEPSI HARGA DAN LOKASI TERHADAP MINAT BELI ULANG KONSUMEN (Studi pada Restoran Waroeng Taman Singosari Semarang) Oleh: Rahadian Ali Oetomo Dra. Rini Nugraheni, MM. ABSTRACT The research was motivated by a decrease in revenue and a decrease in the number of visitors at Waroeng Taman Singosari Semarang Restaurant. A high re-buying interest shows high level of customer satisfaction when decided to make purchases of products on offer by Waroeng Taman Singosari Restaurant. The purpose of this research is to analyze how much influence the diversity of the menu, the perception of price and location of the consumer re-buying interest at Waroeng Taman Singossari Restaurant. In this research the population is the customers or consumers at Waroeng Taman Singosari Restaurant with purchase frequency at least twice. In this research the data collected through questionnaire method to 100 respondents that obtained using non-probability sampling technique that is purposive sampling technique. Then do the analysis of data obtained in the form analysis of quantitative and qualitative analysis. Quantitative analysis involves the validity and reliability test, classic assumptions test, hypothesis test by F test and t test with analysis test of the coefficient of determination (R 2 ). Data analysis technique used is multiple linear regression analysis. The result of this research is shows that three independent variables namely the diversity of the menu, perception of price and location significantly affect the dependent variable namely the re-buying interest of consumer. Keyword : re-buying interest, diversity of the menu, perception of price and location

Transcript of ANALISIS PENGARUH KERAGAMAN MENU, PERSEPSI...

1

ANALISIS PENGARUH KERAGAMAN MENU,

PERSEPSI HARGA DAN LOKASI TERHADAP

MINAT BELI ULANG KONSUMEN (Studi pada Restoran Waroeng Taman Singosari Semarang)

Oleh:

Rahadian Ali Oetomo

Dra. Rini Nugraheni, MM.

ABSTRACT

The research was motivated by a decrease in revenue and a decrease in the number of visitors at Waroeng Taman Singosari Semarang Restaurant. A high re-buying interest shows high level of customer satisfaction when decided to make purchases of products on offer by Waroeng Taman Singosari Restaurant. The purpose of this research is to analyze how much influence the diversity of the menu, the perception of price and location of the consumer re-buying interest at Waroeng Taman Singossari Restaurant.

In this research the population is the customers or consumers at Waroeng Taman Singosari Restaurant with purchase frequency at least twice. In this research the data collected through questionnaire method to 100 respondents that

obtained using non-probability sampling technique that is purposive sampling technique. Then do the analysis of data obtained in the form analysis of quantitative and qualitative analysis. Quantitative analysis involves the validity and reliability test, classic assumptions test, hypothesis test by F test and t test with analysis test of the coefficient of determination (R2). Data analysis technique used is multiple linear regression analysis.

The result of this research is shows that three independent variables namely the diversity of the menu, perception of price and location significantly affect the dependent variable namely the re-buying interest of consumer. Keyword : re-buying interest, diversity of the menu, perception of price and location

2

I. PENDAHULUAN

Di era informasi yang sedang berkembang dengan cepat dan pesat dewasa ini,

memungkinkan setiap individu atau kelompok menerima, menyerap dan mengkaji

segala sesuatu yang terjadi dengan cepat yang berasal dari belahan dunia yang

sangat luas. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap perilaku manusia yang

cenderung ingin mendapatkan segalanya dengan cepat dalam memenuhi

kebutuhan dan keinginannya dalam kapasitas memuaskan, baik dalam pemenuhan

informasi, teknologi bahkan pemenuhan akan tersedianya kebutuhan hidup sehari-

hari, salah satunya adalah pemenuhan akan kebutuhan makanan dan minuman.

Minat beli merupakan bagian dari komponen perilaku dalam sikap

mengkonsumsi. Menurut Kinnear dan Taylor (1995; dalam Sukmawati dan

Durianto, 2003) minat membeli adalah merupakan bagian dari komponen perilaku

konsumen dalam sikap menkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak

sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan. Pembelian ulang (repeat

purchase) menurut Peter & Olsen (2002) adalah : Kegiatan pembelian yang

dilakukan lebih dari satu kali atau beberapa kali. Kepuasan yang diperoleh

seorang konsumen, dapat mendorong ia melakukan pembelian ulang (repeat

purchase), menjadi loyal terhadap produk tersebut ataupun loyal terhadap toko

tempat dia membeli barang tersebut sehingga konsumen dapat menceritakan hal-

hal yang baik kepada orang lain. Menurut Schiffman & Kanuk (2000) perilaku

pembelian ulang itu sangat berhubungan dengan konsep dari brand loyalty,

dimana kebanyakan perusahaan mendukung karena hal ini memilki kontribusi

yang besar untuk kestabilan yang baik di dalam marketplace. Jadi, orang yang

merasa puas akan kembali melakukan pembelian-pembelian kembali pada produk

dan loyalitas pelanggan tetap terjaga.

Jadi dapat disimpulkan bahwa minat beli ulang atau pembelian ulang pada

pelanggan atau konsumen ini mengalami empat tahap yaitu, minat membeli itu

sendiri setelah itu pelanggan atau konsumen akan memutuskan untuk membeli

produknya (barang atau jasa) sehingga mengalami kepuasan atau ketidakpuasan

yang berdampak pada minat beli ulang itu sendiri.

3

Dengan semakin majunya daerah kota Semarang sehingga orang semakin

sibuk dengan aktivitasnya, sehingga tidak sempat lagi untuk mempersiapkan

sendiri makan di rumah dan orang cenderung ingin menikmati makanan yang siap

saji. Dengan ini akan menarik bagi masyarakat untuk mendirikan rumah makan,

karena bisnis ini cukup menjanjikan, orang setiap hari harus makan, sehingga

bisnis rumah makan ini akan mengalami kemajuan pesat yang ditandai dengan

banyaknya rumah-rumah makan diberbagai tempat baik di dalam kota maupun di

luar kota. Dari rumah makan yang sangat besar dan lengkap dengan berbagai

macam menu makanan dan minuman (baik masakan tradisional maupun masakan

asing) sudah tersebar dimana-mana. Untuk itu harus diketahui tentang bagaimana

perilaku konsumen yang ada.

Perkembangan menjamurnya usaha food service yang berada di wilayah kota

Semarang dapat kita lihat dalam Tabel 1.1 yang telah diakses melalui situs

www.semarangkota.go.id. Berikut ini adalah jumlah restoran, rumah makan, dan

café dalam kurun waktu 2007-2009.

Tabel 1.1

Perkembangan Jumlah Usaha Food Service Resmi Di Kota Semarang Tahun 2007 -2009

Jenis usaha Tahun

2007 2008 2009

Restoran 29 29 29

Rumah Makan 102 109 109

Cafe 14 19 19

Total 145 157 157 Sumber : Data Olahan Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kota Semarang, 2010 diakses melalui www.semarangkota.go.id

Usaha pelayanan makanan (food service) merupakan kegiatan yang kompleks

tetapi akhir-akhir ini banyak digemari orang untuk menjalankannya, terbukti

dengan ’menjamurnya’ bisnis restoran baik secara independen ataupun bergabung

dalam suatu pujasera (food court). Bisnis di bidang restoran merupakan salah satu

4

sektor bisnis yang sangat kompetitif. Untuk dapat bertahan (survive) dan

berkembang, pengelola restoran dituntut untuk mampu menciptakan keunggulan

bersaing atas produk dan layanannya dalam upaya memuaskan pelanggan

(Bernadine, 2005). Apabila tuntutan itu tidak terpenuhi, maka bisnis ini tidak akan

dapat bertahan hidup. Dalam kondisi ini, hanyalah restoran yang memiliki daya

saing tangguh yang akan mampu bertahan hidup dan berkembang.

Restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasi secara

komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua

tamunya, baik berupa makanan maupun minuman yang berada dalam bangunan

tersebut (Marsum, 1999). Restoran adalah salah satu bentuk toko ritel yang sudah

tak asing lagi bagi konsumen yang menyediakan produk sekaligus jasa secara

bersamaan (hibrida) (Griselda dan Panjaitan, 2007).

Restoran Waroeng Taman Singosari merupakan sebuah usaha dagang yang

bergerak pada industri restoran, yang didirikan pada tahun 1998. Konsep awal

yang diterapkan oleh restoran ini dalam memasarkan produknya adalah restoran

swalayan tradisional Jawa, yaitu restoran yang menawarkan bermacam-macam

jenis makanan yang siap saji dengan bermacam-macam menu makanan rumah

tangga yang identik dengan menu masakan Jawa. Konsep layanan self service

(prasmanan) untuk makanan tradisional Jawa, dimana customer bebas mengambil

berbagai jenis makanan yang tersaji lalu membayarnya atau secara ala carte

dimana customer dapat memesan makanan terlebih dahulu sesuai dengan daftar

menu yang ada.

Tetapi restoran ini sekarang telah mengadopsi berbagai konsep Jawa-

modern, hal tersebut tampak terlihat dari eksterior bangunannya yang

bernuansakan etnik jawa yaitu bangunan berbentuk rumah joglo ditambah dengan

desain interiornya yang khas berhiaskan ornamen-ornamen etnik pada lantai atas

yang sering disebut Joglo Resto. Konsep tradisional ini dipadukan dengan konsep

minimalis modern pada lantai bawah, dimana terdapat kursi dan meja minimalis

yang dipadukan dengan konsep outdoor yang dinamakan Garden Resto. Kesan

modern ditunjukan pula dengan berbagai fasilitas tambahan yang tersedia, seperti

5

dengan adanya jaringan akses wi-fi , pojok showing bar dan fasilitas meeting

room.

Dalam memasarkan produknya karena semakin menurunnya selera

masyarakat terhadap makanan tradisional jawa dan konsep prasmanan yang tidak

cukup efektif karena adanya pemborosan ketika makanan yang diambil tidak

dihabiskan oleh consumer, maka Waroeng Taman Singosari pun mengganti

konsepnya menjadi full ala carte dan menambahkan varian menu western tetapi

tetap menyediakan beberapa makanan tradisional Indonesia. Dimulai dari sop

buntut, penyet, bakmi djowo hingga berbagai jenis salad dan steak. Selain itu,

restoran ini juga menawarkan berbagai jenis salad dan steak. Selain itu, restoran

ini juga menawarkan berbagai minuman yang menjadi favorit di semua kalangan

konsumen seperti beraneka ragam jus, milkshake, soda,wedang jahe, ronde dan

sebagainya. Hal ini semakin mengukuhkan konsep tradisional jawa-modern yang

dianut restoran ini.

Lokasi restoran Waroeng Taman Singosari terletak pada Jl. Peleburan

Barat 69 (Depan Wonderia), dimana letak ini berada pada pusat kota Semarang

(dekat dengan Simpang Lima). Lokasi ini pun dekat dengan Universitas

Diponegoro, taman bermain Wonderia, perkantoran, sekolahan (SMA 1

Semarang). Yang menjadikan suatu keunggulan tersendiri bagi restoran ini untuk

menarik minat beli konsumen. Lokasi pemasaran yang nyaman, aman, bersih,

ramai dan mudah dijangkau, merupakan beberapa kriteria yang diminati oleh

banyak konsumen. Lokasi pemasaran adalah suatu wilayah atau tempat dimana

perusahaan dapat menjalankan atau melaksanakan kegiatan pemasarannya kepada

masyarakat. Faktor lokasi merupakan faktor yang penting yang harus diperhatikan

khususnya pada usaha restoran ini, yang dapat mempengaruhi minat beli

konsumen. Faktor lokasi ini mencakup potensi pasar, kondisi lingkungan di

sekitar wilayah restoran, kelancaran arus transportasi, fasilitas parkir yang tersedia

dan sebagainya. Di bawah ini merupakan Tabel 1.2 penjualan Restoran Waroeng

Taman Singosari Semarang periode Oktober 2010 - Oktober 2011 sebagai berikut:

6

Tabel 1.2 Penjualan Restoran Waroeng Taman Singosari Periode Bulan Oktober 2010 – Oktober 2011

Bulan Penjualan Kenaikan/Penurunan Penjualan Prosentase

Oktober 2010 Rp. 40.263.500

November 2010 Rp. 38.603.500 -Rp. 1.660.000 -4,1%

Desember 2010 Rp. 37.272.500 -Rp. 1.331.000 -3,6%

Januari Rp. 35.054.000 -Rp. 2.218.500 -6%

Februari Rp. 35.773.000 Rp. 719.000 2,1%

Maret Rp. 34.964.000 -Rp. 809.000 2,3%

April Rp. 33.538.000 -Rp. 1.426.000 4,1%

Mei Rp. 34.796.000 Rp. 1.258.000 3,8%

Juni Rp. 29.645.000 -Rp. 5.151.000 -13,6%

Juli Rp. 37.091.500 Rp. 7.446.500 25%

Agustus Rp. 35.163.500 -Rp. 1.928.000 -5,2%

September Rp. 33.214.500 -Rp. 1.949.000 -5,5%

Oktober Rp. 33.532.500 Rp. 318.000 0,95% Sumber: Restoran Waroeng Taman Singosari Oktober 2010 – Oktober 2011 (diolah)

Dari Tabel penjualan Restoran Waroeng Taman Singosari yang dimulai dari

bulan Oktober 2010 mengalami penurunan berturut-turut hingga bulan Januari

2011 yang diikuti dengan jumlah penurunan angka yang besar. Pada saat bulan

Februari 2011 ada kenaikan jumlah penjualan restoran, tetapi dalam angka yang

tidak begitu besar. Lalu mengalami penurunan kembali pada bulan Maret 2011

dan April 2011, kembali naik pada bulan Mei 2011. Dan momen terburuk dalam

angka penjualan yang merosot begitu drastis dialami restoran ini pada bulan Juni

2011, tetapi restoran ini mampu membalikkan angka penjualan kembali normal

7

pada bulan Juli 2011. Agustus 2011 dan September 2011 kembali menurun, hanya

kembali dengan perbedaan sedikit di Oktober 2011. Terlihat jelas bahwa restoran

Waroeng Taman Singosari mengalami fluktuasi penjualan, seperti yang tertera

pada tabel.

Penurunan penjualan ini dapat dijelaskan dengan adanya fluktuasi jumlah

customer Restoran Waroeng Taman Singosari periode Oktober 2010 – Oktober

2011 yang tertera pada Tabel 1.3 berikut ini.

Tabel 1.3

Jumlah Customer Restoran Waroeng Taman Singosari Periode Bulan Oktober 2010 – Oktober 2011

Bulan Jumah Customer Perubahan Prosentase

Oktober 2010 2050 orang

Novenber 2010 1851 orang -199 orang -9,7%

Desember 2010 1850 orang -1 orang 0,05%

Januari 1595 orang -255 orang -13,7%

Februari 1670 orang 75 orang 4,7%

Maret 1725 orang 55 orang 3,2%

April 1593 orang -132 orang -7,7%

Mei 1620 orang 27 orang 1,6%

Juni 1215 orang -405 orang -25%

Juli 1860 orang 645 orang 53,1%

Agustus 1725 orang -135 orang -7,3%

September 1507 orang -218 orang -12,6%

Oktober 1500 orang -7 orang 0,5%

Sumber : Restoran Waroeng Taman Singosari Oktober 2010 – Oktober 2011 (data diolah)

8

Berdasarkan tabel menunjukkan jumlah customer Restoran Waroeng Taman

Singosari selama periode Oktober 2010 – Oktober 2011 pun mengalami fluktuasi.

Menurut manajer restoran ini, menurunnya jumlah penjualan disebabkan oleh

dampak lokasi restoran lain yang lebih mudah dijangkau, kergaman menu yang

mungkin kurang disukai pelanggan, dan harga yang dirasa masih kurang

menjangkau masyarakat dalam membeli suatu produk-produk di Waroeng Taman

Singosari. Suatu hal yang harus diperhatikan dalam persaingan adalah bagaimana

setelah konsumen menerima dan merasakan manfaat atau nilai dari suatu produk,

konsumen tersebut telah memiliki perilaku loyal, rasa puas dan komitmen

terhadap produk tersebut (Mowen dan Minor, 2002). Demikian pula dengan

Restoran Waroeng Taman Singosari yang lebih berorientasi pada upaya untuk

mengarahkan pelanggan maupun calon pelanggan untuk berminat membeli

terhadap restoran.

II. TELAAH PUSTAKA

Minat Beli Ulang Konsumen (Re-buying Interest of Consumers)

Minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan

merespons positif terhadap kulitas pelayanan suatu perusahaan dan berniat

melakukan kunjungan kembali atau mengkonsumsi kembali produk perusahaan

tersebut (Cronin, dkk. 1992). Peneliti lainnya juga menyatakan bahwa kepuasan

pelanggan akan mempengaruhi intensi perilaku untuk membeli jasa dari penyedia

jasa yang sama (Woodside dkk. 1989). Sementara itu Fornell (1992) menyatakan

bahwa konsumen atau pelanggan yang puas akan melakukan kunjungan ulang

pada waktu yang akan datang dan memberitahukan kepada orang lain atas jasa

yang dirasakannya.

Zeithalm et al (1996) menekankan bahwa pentingnya mengukur minat beli

kembali (future intention) pelanggan untuk mengetahui keinginan pelanggan yang

tetap setia / meninggalkan suatu barang / jasa. Konsumen yang merasa senang dan

puas akan barang / jasa yang telah dibelinya, akan berpikir untuk membeli ulang

9

kembali barang / jasa tersebut. Pembelian yang berulang akan membuat konsumen

menjadi loyal terhadap suatu barang / jasa (Band, 1991).

Pemasaran (Marketing)

Dalam pengertian umum, pemasaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses

sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa

yang mereka butuhkan (needs) dan inginkan (wants) dengan menciptakan,

menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain

(Kotler, 2000).

Konsep pemasaran berorientasi pada pelanggan (lingkungan eksternal),

dengan anggapan bahwa konsumen hanya akan besedia membeli produk-produk

yang mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya serta memberikan kepuasan.

Berdasarkan konsep pemasaran, keberhasilan sebuah organisasi dalam

merealisasikan tujuannya ditentukan oleh kemampuan organisasi bersangkutan

dalam mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pasar sasarannya. Memberikan

kepuasan yang diharapkan secara lebih efektif dan efisien daripada para

pesaingnya. Konsep ini menyiratkan keterkaitan antara tiga elemen pokok, yakni

3C (customers, competitors, dan company).

Keragaman Menu (Diversity of The Menu)

“Hal atau keadaan beraneka ragam” (Salim dan Peter, 1991 : 66). Setiap

konsumen memiliki selera makan yang tidak selalu sama. Jika restoran

menyediakan menu yang beranekaragam, akan lebih memudahkan restoran untuk

menarik konsumen agar bersantap di tempatnya. Karena, semakin banyaknya

pilihan yang disediakan oleh restoran, maka akan semakin memudahkan

konsumen untuk memilih menu sesuai keinginannya.

Menurut Philip Kotler (2002 : 347) kelengkapan produk adalah tersedianya

semua jenis produk yang ditawarkan untuk dimiliki, dipakai atau di konsumsi oleh

konsumen yang dihasilkan oleh suatu produsen. Sedangkan pengertian keragaman

produk menurut James F. Engels keragaman produk adalah kelengkapan produk

10

yang menyangkut kedalaman, luas dan kualitas produk yang ditawarkan juga

ketersediaan produk tersebut setiap saat di toko ( Engels, 1995:258).

H1 : Keragaman menu berpengaruh posirif terhadap minat beli ulang

konsumen Restoran Waroeng Taman Singosari.

Persepsi Harga (Price Perception)

Menurut Kotler dan Amstrong (1997), harga adalah jumlah yang dibebankan

untuk sebuah produk atau jasa atau jumlah nilai yang konsumen pertukarkan

untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa.

Menurut Kotler dan Amstrong (1997) harga memiliki dua peranan penting

dalam proses pengambilan keputusan, yaitu :

1. Peranan Alokasi

Merupakan fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan

cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya

beli. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia

kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki.

2. Peranan Informasi

Merupakan fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor

produk seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi dimana pembeli

mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara

obyektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal

mencerminkan kualitas yang tinggi.

Dari sudut pandang konsumen, harga sering kali digunakan sebagai indikator

nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas

suatu barang dan jasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat harga

tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan

meningkat pula (Tjiptono, 2001). Seringkali pula dalam penentuan nilai suatu

barang atau jasa, konsumen membandingkan kemampuan suatu barang atau jasa

dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan barang atau jasa subtitusi.

H2 : Persepsi harga berpengaruh positif terhadap minat beli ulang konsumen

Restoran Waroeng Taman Singosari.

11

Lokasi (Location)

Menurut Heizer (2006) tujuan strategi lokasi adalah untuk memaksimalkan

keuntungan lokasi bagi perusahaan. Keputusan lokasi sering bergantung kepada

tipe bisnis. Pada analisis lokasi di sektor industri strategi yang dilakukan terfokus

pada minimisasi biaya, sementara pada sektor jasa, fokus ditujukan untuk

memaksimalkan pendapatan. Hal ini disebabkan karena perusahaan manufaktur

mendapatkan bahwa biaya cenderung sangat berbeda di antara lokasi yang

berbeda, sementara perusahaan jasa mendapati bahwa lokasi sering memiliki

dampak pendapatan daripada biaya. Oleh karena itu bagi perusahaan jasa lokasi

yang spesifik sering kali lebih mempengaruhi pendapatan daripada mempengaruhi

biaya. Hal ini berarti bahwa fokus lokasi bagi perusahaan jasa seharusnya pada

penetapan volume bisnis dan pendapatan.

Menurut Tjiptono (2006), pemilihan lokasi memerlukan pertimbangan yang

cermat terhadap beberapa faktor berikut :

1. Akses yaitu kemudahan untuk menjangkau. Misalnya, lokasi yang dilalui atau

mudah dijangkau sarana transportasi umum.

2. Visiabilitas yaitu lokasi atau tempat yang dapat dilihat dengan jelas dari jarak

pandang normal.

3. Lalu-lintas (trafiic), menyangkut dua pertimbangan utama berikut.

a. Banyaknya orang yang lalu-lalang bisa memberikan peluang besar

terhadap terjadinya impulse buying, yaitu keputusan pembelian yang

seringkali terjadi spontan, tanpa perencanaan, dan/atau tanpa melalui

usaha-usaha khusus.

b. Kepadatan dan kemacetan lalu-lintas bisa pula menjadi hambatan.

4. Tempat parkir yang luas, nyaman, dan aman baik untuk kendaraan roda dua

maupun roda empat.

5. Ekspansi yaitu tersedia tempat yang cukup luas untuk perluasan usaha di

kemudian hari.

6. Lingkungan yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan.

7. Kompetisi yaitu lokasi pesaing.

8. Peraturan pemerintah.

12

Suatu lokasi disebut strategis bila berada dipusat kota, kepadatan populasi,

kemudahan mencapainya menyangkut kemudahan transportasi umum, kelancaran

lalu lintas dan arahnya tidak membingungkan konsumen. Sejalan dengan semakin

menjamurnya bisnis atau usaha yang menawarkan produk atau jasa yang sejenis,

perbedaan yang sangat tipis sekalipun pada lokasi dapat berdampak kuat pada

pangsa pasar dan kemampulabaan sebuah usaha. Disamping itu, keputusan

pemilihan suatu lokasi juga mencerminkan komitmen jangka panjang perusahaan

dalam hal keuangan, karena merubah lokasi yang buruk kadangkala sulit

dilakukan dan sangat mahal (Nugroho dan Paramita, 2009).

H3 : Lokasi berpengaruh positif terhadap minat beli ulang konsumen

Restoran Waroeng Taman Singosari.

Kerangka Pemikiran Teoritis

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

(Sumber : dikembangkan untuk penelitian ini)

H3

H2

H

Keragaman Menu (X1)

Persepsi Harga (X2)

Lokasi (X3)

Minat Beli Ulang Konsumen (Y)

13

III. METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari

atau ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Variabel adalah objek penelitian

atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitan (Suharsimi dan Arikunto,

1998). Pada umumnya variabel dibedakan menjadi dua jenis yaitu variabel terikat

(dependent variable) dan variabel bebas (independent variable).

Variabel Dependen (Dependent Variable)

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian peneliti

(Ferdinand, 2006). Variabel dependen yaitu variabel yang nilainya tergantung

dari variabel lain, di mana nilainya akan berubah jika variabel yang

mempengaruhinya berubah. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Minat

Beli Ulang Konsumen (Y).

Variabel Independen (Independent Variable)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen,

baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif (Ferdinand,

2006).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

Keragaman Menu (X1)

Persepsi Harga (X2)

Lokasi (X3)

Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pengunjung Waroeng Taman

Singosari Semarang yang frekuensi pembelian produk dari Waroeng Taman

Singosari minimal dua kali pembelian. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan pada penelitian ini adalah non probability sampling. Metode yang

digunakan dalam pengambilan sampel ini adalah purposive sampling yaitu dengan

14

frekuensi pembelian minimal dua kali dalam pembelian produk dari Restoran

Waroeng Taman Singosari, dengan jumlah sampel sebanyak 100 responden.

Metode Analisis Data

Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya satu kuesioner

(Ghozali, 2006). Satu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada pertanyaan

kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner

tersebut. Tingkat validitas dapat diukur dengan cara membandingkan nilai r hitung

pada tabel kolom Corrected Item-Total Correlation dengan nilai r tabel dengan

ketentuan untuk degree of freedom (df) = n-k, dimana n adalah jumlah sampel

yang digunakan dan k adalah jumlah variabel independennya (Ghozali, 2006).

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen

cukup dipercaya untuk baik digunakan sebagai alat pengumpul data karena

instrumen tersebut sudah baik. Cara menghitung tingkat reliabilitas suatu data

yaitu dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Adapun rumus perhitungan

tersebut adalah sebagai berikut :

k.r

=

1 + (r-1)k

dimana :

α = koefisien reliabilitas

k = jumlah item per variabel x

r = mean korelasi antar item

Kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai a > 0,6 dimana pada pengujian

reliabilitas ini menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 16.0

15

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi yang normal atau

mendekati normal. Pembuktian apakah data tersebut memiliki distribusi normal

atau tidak dapat dilihat pada bentuk distribusi datanya, yaitu pada histogram

maupun normal probability plot Ghozali (2006).

Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas dapat dideteksi dengan menganalisis matrik korelasi

variabel-variabel independen atau dengan menggunakan perhitungan nilai

Tolerance kurang dari 0,100 atau nilai VIF lebih dari 10, maka hal ini

menunjukkan adanya multikolinearitas (Ghozali, 2006).

Uji Heteroskedastitas

Sedangkan dasar pengambilan keputusan antuk uji heteroskedastisitas adalah

(Ghozali, 2001):

a) Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu teratur

(bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah

terjadi heteroskedastisitas.

b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta tidak menyebar di atas dan dibawah

angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regeresi linear berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh keragaman menu (X1), persepsi harga (X2), lokasi (X3) terhadap minat

beli ulang konsumen Restoran Waroeng Taman Singosari. Model hubungan minat

beli ulang konsumen dengan variabel-variabel tersebut dapat disusun dalam fungsi

atau persamaan sebagai berikut (Ghozali, 2005):

Y = b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

16

Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) nol variabel independen sama saekali tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila koefisien determinasi semakin

mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh

terhadap variabel dependen. Selain itu koefisien determinasi (R2) dipergunakan

untuk mengetahui prosentase perubahan variabel tidak bebas (Y) yang disebabkan

oleh variabel bebas (X).

Uji Signifikansi Pengaruh Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menunjukkan apakah suatu variabel independen

(keragaman menu, persepsi harga dan lokasi) secara individual mempengaruhi

variabel dependen (minat beli ulang konsumen) (Ghozali, 2006).

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang

dimasukkan ke dalam model secara simultan atau bersama-sama mempunyai

pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Validitas

Tabel 4.1 Hasil Pengujian Validitas

No Variabel / Indikator Korelasi r tabel Keterangan 1 Keragaman Menu 1 0,706 0,197 Valid 2 0,691 0,197 Valid 3 0,805 0,197 Valid 4 0,724 0,197 Valid

2 Persepsi Harga 1 0,785 0,197 Valid 2 0,802 0,197 Valid 3 0,680 0,197 Valid 4 0,728 0,197 Valid 5 0,661 0,197 Valid

3 Lokasi

17

1 0,700 0,197 Valid 2 0,734 0,197 Valid 3 0,762 0,197 Valid 4 0,711 0,197 Valid 5 0,750 0,197 Valid

4 Minat Beli Ulang 1 0,703 0,197 Valid 2 0,741 0,197 Valid 3 0,700 0,197 Valid 4 0,762 0,197 Valid 5 0,717 0,197 Valid

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa semua indikator yang digunakan untuk

mengukur variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai

koefisien korelasi yang lebih besar dari rtable = 0,197 (nilai r tabel untuk n=100).

Sehingga semua indikator tersebut adalah valid.

Uji Reliabilitas

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Reliabilitas

Variabel Alpha Keterangan

Keragaman Menu 0,705 Reliabel Persepsi Harga 0,779 Reliabel Lokasi 0,762 Reliabel Minat beli ulang 0,768 Reliabel

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai

koefisien Alpha yang cukup besar yaitu diatas 0,60 sehingga dapat dikatakan

semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliabel

sehingga untuk selanjutnya item-item pada masing-masing konsep variabel

tersebut layak digunakan sebagai alat ukur.

18

Uji Normalitas

Gambar 4.7 Uji normalitas data

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Gambar tersebut menunjukkan bahwa titik-titik residual ketiga model regresi

sudah berdistribusi normal karena titik-titik tersebut yang menyebar di sekitar

garis diagonal. Dengan demikian syarat kenormalan sebagai pengujian statistik

dengan menggunakan regresi dapat terpenuhi.

Uji Multikolinearitas

Tabel 4.7 Pengujian Multikolinieritas

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

Keragaman Menu .654 1.529

Persepsi Harga .502 1.991

Lokasi .650 1.539

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan sebagai

prediktor model regresi menunjukkan nilai VIF yang cukup kecil, dimana

semuanya berada di bawah angka 10. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel

bebas yang digunakan dalam penelitian tidak menunjukkan adanya gejala

19

multikolinieritas, yang berarti variabel bebas dapat digunakan sebagai variabel

independen sebagai prediktor yang independen.

Uji Heteroskedastisitas

Gambar 4.8 Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Data primer yang diolah, 2012

Hasil pengujian heteroskedastisitas menunjukkan pola menyebar dari

hubungan predicted value dengan nilai residualnya. Hal ini berarti bahwa model

regresi tidak memiliki gejala adanya heteroskedastisitas. Dengan demikian

menunjukkan bahwa gangguan variabel (error) dari penelitian ini tidak memiliki

hubungan yang signifikan dengan variabel-variabel bebasnya, yang berarti bahwa

gangguan (error) dari penelitian ini memiliki varian atau variasi yang homogen

untuk setiap sampel.

20

Analisis Regresi Linear Berganda

Tabel 4.8 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.982 1.511 3.297 .001

Keragaman Menu .329 .101 .285 3.252 .002

Persepsi Harga .299 .088 .339 3.392 .001

Lokasi .194 .070 .242 2.754 .007 a. Dependent Variable: Minat beli ulang Model persamaan regresi yang dapat dituliskan dari hasil tersebut dalam

bentuk persamaan regresi bentuk standard adalah sebagai berikut :

Y = 0,285 X1 + 0,339 X2 + 0,242 X3 + e

Uji t

1. Hasil pengujian pengaruh Keragaman Menu terhadap Minat Beli Ulang

menunjukkan nilai t hitung = 3,252 dengan signifikansi 0,002. Dengan

menggunakan batas signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut lebih kecil

dari 0,05. Dengan demikian Hipotesis 1 diterima. Dengan kata lain

Keragaman menu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Minat beli

ulang.

2. Hasil pengujian pengaruh harga terhadap Minat beli ulang menunjukkan nilai

t hitung = 3,392 dengan signifikansi 0,001. Dengan menggunakan batas

signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan

demikian Hipotesis 2 diterima. Dengan kata lain Persepsi Harga memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap Minat beli ulang.

3. Hasil pengujian pengaruh Lokasi terhadap Minat beli ulang menunjukkan

nilai t hitung = 2,754 dengan signifikansi 0,007. Dengan menggunakan batas

signifikansi 0,05, nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05. Dengan

demikian Hipotesis 3 diterima. Dengan kata lain Lokasi memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap Minat beli ulang.

21

Uji F

Tabel 4.9 Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 154.318 3 51.439 34.407 .000a

Residual 143.522 96 1.495 Total 297.840 99

a. Predictors: (Constant), Lokasi, Keragaman Menu, Persepsi Harga b. Dependent Variable: Minat beli ulang

Berdasarkan hasil uji F pada tabel ANOVA pada Tabel 4.9 didapatkan nilai F

sebesar 34.407 dengan tingkat signifikansi 0,000. Nilai signifikansi lebih kecil

dari 0,05 maka model regresi yang digunakan sudah fit.

Koefisien Determinasi

Tabel 4.10 Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .720a .518 .503 1.223 a. Predictors: (Constant), Lokasi, Keragaman Menu, Persepsi Harga b. Dependent Variable: Minat beli ulang

Hasil perhitungan regresi dapat diketahui bahwa koefisien determinasi

(adjusted R2) yang diperoleh sebesar 0,503. Hal ini berarti 50,3% minat beli ulang

pembelian dapat dipengaruhi oleh keragaman menu, persepsi harga dan lokasi,

sedangkan 49,7% lainnya minat beli ulang dapat dipengaruhi oleh variabel lain.

Pembahasan

1. Pengujian hipotesis 1 menunjukkan bahwa keragaman produk memiliki

pengaruh positif terhadap minat pembelian ulang. Memang belum ditemukan

peneltian terdahulu yang menganilisis pengaruh keragaman menu terhadap

minat beli ulang. Berdasarkan pengamatan/observasi di Waroeng Taman

Singosari bahwa semakin baik penerimaan konsumen mengenai keragaman

22

menu makanan dan minuman, maka semakin besar keputusan pembelian

ulang yang dilakukan oleh konsumen. Hasil ini menjelaskan pula bahwa

peningkatan penjualan produk makanan akan ditandai dengan semakin

banyaknya keputusan pembelian yang dilakukan terhadap produk tersebut.

Sementara, hasil penelitian ini mendapatkan hasil bahwa produk yang

semakin baik dan bervariasi akan memperbesar keputusan calon konsumen

untuk memilih produk tersebut secara kontinyu.

2. Pengujian hipotesis 2 menunjukkan bahwa harga memiliki pengaruh positif

terhadap minat beli ulang. Hal ini berarti bahwa semakin baik penerimaan

konsumen mengenai harga, maka semakin besar keputusan pembelian yang

diberikan oleh konsumen. Agar dapat berhasil dalam memasarkan suatu

produk, setiap perusahaan harus menetapkan harga secara tepat kepada

konsumen yang mencari sasaran utamanya.

Peningkatan penjualan produk akan ditandai dengan semakin banyaknya

keputusan pembelian ulang yang dilakukan terhadap produk. Sementara, hasil

penelitian ini mendapatkan bahwa mahalnya harga akan memperkecil

keputusan calon konsumen untuk memilih produk tersebut. Hasil ini

menjelaskan bahwa bagaimanapun, calon konsumen akan

mempertimbangkan seberapa besar uang yang akan dikeluarkannya dengan

kebutuhan atas produk yang dibelinya. Pertimbangan biaya yang relatif murah

untuk mendapatkan pelaksanaan produk yang baik sebagaimana yang

diharapkan nampaknya sangat menjadi perhatian pelanggan/konsumen.

3. Pengujian hipotesis 3 menunjukkan bahwa lokasi yang strategis akan

meningkatkan minat beli ulang. Perusahaan akan memberikan kepuasan yang

lebih besar jika lokasi usaha mereka berada pada posisi yang mudah

dijangkau.

Hasil perolehan data empiris dari penelitian ini mendapatkan bahwa restoran

Waroeng Taman Singosati dinilai memiliki lokasi yang cukup baik. Hal ini

nampaknya terkait dengan adanya kedekatan dengan lokasi konsumen atau

pelanggan, karena lokasi Waroeng Taman Singosari dijelaskan sebelumnya

dekat dengan pusat kota dimana banyak orang berlalu lalang. Selain itu jarak

23

lokasi yang tidak jauh dari jalan raya memudahkan cara mencapai lokasi.

Dekatnya dengan berbagai daerah seperti kos mahasiswa maupun karyawan,

taman bermain (Wonderia), perkantoran, sekolahan, kampus yang membuat

Waroeng Taman Singosari menjadi bahan pertimbangan orang untuk

kemudahan mereka dalam melakukan pembelian. Kedekatan lokasi restoran

dengan konsumen ini pun memunculkan satu perasaan senang bagi

pengunjung karena untuk mencapai lokasi tidak diperlukan pengorbanan yang

besar. Dukungan akan keputusan konsumen juga diperoleh dari adanya lokasi

yang mudah untuk dijangkau kendaraan.

V. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penelitian ini menggunakan model persamaan regresi berganda dengan

menggunakan Standardized Coefficient, dan diperoleh hasil persamaan regresi

sebagai berikut: Y = 0,285 X1 + 0,339 X2 + 0,242 X3. Dari persamaan tersebut

dapat dilihat bahwa tiap-tiap variabel memiliki koefisien regresi dengan tanda

positif (+), hal ini berarti menjelaskan setiap kenaikan variabel independen akan

diikuti dengan kenaikan variabel dependennya, begitu pula sebaliknya jika

penurunan variabel independen maka diikuti pula dengan penurunan variabel

dependennya.

Keterbatasan

1. Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terbatas pada

pelanggan yang ditemui oleh peneliti dalam jangka waktu tertentu saja,

sehingga belum menggambarkan kondisi riil yang sebenarnya.

2. Sampel yang diharapkan terbatas jumlahnya, sehingga hasil kurang

sempurna.

3. Pengumpulan data dengan kuesioner memiliki jawaban yang lebih banyak

dipengaruhi oleh sikap dan harapan-harapan pribadi yang bersifat

subyektif sehingga hasilnya kurang mewakili secara kualitatif.

24

Saran

* Bagi Perusahaan

1. Keragaman menu berpengaruh karena menurut pelanggan atau konsumen

restoran Waroeng Taman Singosari yang diperhatikan adalah bagaimana

selera mereka terpenuhi dari menu yang ditawarkan menu yang ditawarkan

telah mengikuti sebuah trend yang sedang disukai.

2. Variabel persepsi harga menjadi yang paling berpengaruh terhadap minat beli

ulang konsumen restoran Waroeng Taman Singosari. Oleh karena itu, harga

memang perlu diperhatikan dalam mengambil kebijakan untuk menentukan

harga yang akan ditetapkan manjemen restoran.

3. Peningkatan dari segi kebersihan lokasi, kenyamanan lokasi serta keindahan

lokasi dapat meningkatkan selera mereka dalam menyantap hidangan. Dari

lokasi yang aman bagi kendaraan mereka akan membuat mereka tidak enggan

untuk datang berkunjung dalam hal ini membeli produk restoran Waroeng

Taman Singosari.

* Bagi Peneliti Mendatang

Untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk menambah variabel

independen lainnya selain keragaman menu, harga dan lokasi yang tentunya dapat

mempengaruhi minat beli ulang konsumen agar lebih melengkapi penelitian ini

karena masih ada variabel-variabel independen lain di luar penelitian ini yang

mungkin bisa mempengaruhi minat beli ulang konsumen. Seperti variabel

kebersihan, kualitas layanan, kualitas produk, promosi dan variabel lainnya.

Menambah jumlah sampel atau responden, hal ini untuk menambah hasil yang

lebih riil akan pengaruhnya terhadap minat belu ulang konsumen.

25

DAFTAR PUSTAKA

Adiztya Wibisaputra. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Ulang Gas Elpiji 3 Kg (Di PT. Candi Agung Pratama Semarang).

Augusty T. Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian

untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Semarang: BP Undip. Azhar Susanto. 2007. Sistem Informasi Manajemen. Bandung: Lingga Jaya. Band, Oliver. 1991. Membangun Kepuasan Pelanggan. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama. Basu Swastha DH. 1994. Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty. Basu Swastha dan Irawan. 2001. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi Kedua

Cetakan Kesembilan. Yogyakarta: Liberty. Bernadine. 2005. “Analisis Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan

Pelanggan.” Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol. 12 no.3 September, p.318-345.

Blackwell, R., Miniard, P. W., and Engel, James. 1995. Perilaku Konsumen. (F.X.

Budiyanto, Trans). Jakarta: Binapura Aksara. Cronin, Joseph Jr. and Steven A. Taylor. 1992. “Measuring Service Quality: A

ReExamination and Extension.” Journal of Marketing, Vol.56. Dedy Yuzwar. 2009. Pengaruh Lokasi dan Promosi Terhadap Minat Pembelian

Ulang Pada Supermarket Madinah Syariah Plaza Millenium Medan. Drajat Adhitya Waldi & Purbayu Budi Santosa. 2001. “Analisis Pengaruh Atribut

Produk & Promosi terhadap Persepsi Kualitas Motor Merek Milenium (Produk Motor China).” Jurnal Strategi Bisnis, Vol.6 Th.IV.

Engel, F. James.,et al. 1996. Customer Behavior. Seventh ed. Orlando, Florida: The Dryden Press. Fandy Tjiptono. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta. ---------------------. 1999. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: ANDI. ---------------------. 2001. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Andi. ---------------------. 2006. Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia Publishing.

26

Fornell, C. 1992. “A National Customer Satisfaction Barometer: The Swedish

Experience.” Journal of Marketing, Vol. 60, pp. 7-17. Grewal, D., Monroe, KB. and Krishnan, R. 1998. The Effects of Price-

Comparison Advertising on Buyers’ Perceptions of Acquisition Value, Transaction Value, and Behavioral Intentions, J. Mark. 62 (2): 46-59.

Griffin, Jill. 2005. Customer Loyalty: Menumbuhkan dan Mempertahankan

Kesetiaan Pelanggan. Alih bahasa: Dwi Kartini Yahya dan kawan kawan. Jakarta: Erlangga.

Gretel Griselda dan Tagor Muda Panjaitan. 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas

Layanan terhadap Kepuasan Konsumen Restoran Pulau Dua.” DeReMa Jurnal Manajemen, Vol.2 no.1 Januari, p.39-45.

Hani Handoko T. 1984. Manaiemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: Penerbit

BPFE. Heizer, Jay dan Barry Render. 2006. Manajemen Produksi. Jakarta: Salemba

Empat. Imam Ghozali. 2001. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:

BP UNDIP. -----------. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro -----------. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3.

Semarang: BP UNDIP. Iwan Kurniawan, Suryono Budi Santoso dan Bambang Munas Dwiyanto. 2008.

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Beli Ulang Produk Serta Dampaknya Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus Pada Produk Sakatonik Liver di Kota Semarang).

Jeni Raharjani. 2005. “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Keputusan pemilihan

Pasar Swalayan Sebagai Tempat Berbelanja.” Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. Vol. 2, No. 1.

Kinnear, Thomas C. & Taylor, James R. 1995. Riset Pemasaran: Pendekatan

Terpadu. Terjemahan. Edisi Ketiga. Jakarta: Airlangga. Kotler, Philip and Gary Armstrong. 1996. Principles of Marketing. Seventh

Edition. New Jersey: Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs.

27

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 1997. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Kotler, Philip. 1997. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat. -----------------. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo. ------------------. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jakarta: PT.

Prehallindo. ------------------. 2006. Manajemen Pemasaran. Analisis, Perencanaan,

Implementasi dan Pengendalian. Buku Dua. Salemba Empat: Jakarta Levitt, Theodore. 1987. Imanjinasi Pemasaran. Jakarta: Penerbit Erlangga. Marsum. 1999. Restoran dan Segala Permasalahannya. Yogyakarta: Penerbit

Andi. Maryani. 2009. Kompilasi Pendidikan Geografi dalam Konteks IPS. Bandung. McKenna, Regis. 1991. Relationship Marketing: Successful Strategies for the Age

of the Customer. Addison-Wesley Publishing Company, Inc, pp. 1-242. Mowen, C. John dan Michael Minor. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid 2.

Jakarta: Erlangga. Marno Nugroho dan Ratih Paramita. 2009. “Analisis Pengaruh Lokasi,

Keanekaragaman Barang Terhadap Keputusan Berbelanja dan Loyalitas Konsumen di Carrefour Semarang.” Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Januari. Vol. 10, No. 1.

Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson. 2002. Consumer Behavior and Marketing

Strategy. Sixth Edition. McGraw-Hill Irwin. Peter Salim & Yenny Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer.

Jakarta: Modern Engineering Press. Rambat Lupiyoadi. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi Pertama. Jakarta:

Salemba Empat. Reza Ryandi Aditya. 2011. Analisis Pengaruh Kesadaran Merek, Keragaman

Menu, Promosi dan Kualitas Pelayanan Terhadap Keputusan Konsumen Untuk Membeli di Pizza Hut DP Mall Semarang.

Singgih Santoso dan Fandy Tjiptono. 2001. Riset Pemasaran: Konsep dan

Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Elex Media Komputindo.

28

Schiffman, Leon G. dan Leslie L. Kanuk. 1997. Consumer Behavior. New Jersey

Prentice Hall. Schiffman and Lazar Kanuk. 2000. Costumer behavior. Internasional Edition.

Prentice Hall. Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sugiyono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta. ------------. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Alfabeta. Sutrisno Hadi. 1994. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Gunung Agung. Sulistiyo Heru. 1999. “Hubungan antara Kualitas dan Kepuasan Pelanggan Dalam

Pembentukan Intensi Pembelian Pelanggan: Studi pada empat Industri Jasa di Semarang.” Journal Bisnis Strategi, Vol.4.

Woodside, Arch G., Lisa L. Frey & Robert Timothy Daly. 1989. “Linking Service

Quality, Customer Satisfaction, and Behavior Intention.” Journal of Health Care Marketing, Vol 9.

www.semarangkota.go.id Yuniar Arifianto. 2005. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk,

Komitmen Pelanggan, Kepercayaan Pelanggan dan Harga Produk terhadap Loyalitas Pelanggan. Semarang: Skripsi S1 Fakultas Ekonomi Undip.

Zeithaml, Valari A. and Mary Jo Bitner. 1996. Service Marketing. New York:

Mc.Ggraw-Hill Co. Inc.