ANALISIS KINERJA BETON NORMAL DAN BETON DENGAN SEMEN ...

7
PROKONS: Jurnal Teknik Sipil ISSN: 1978-1784 Vol. 12, No. 2 (Agustus), Halaman 101 107 ANALISIS KINERJA BETON NORMAL DAN BETON DENGAN SEMEN SUBSTITUSI BLAST FURNACE SLAG Tri Septa A.D. 1 , Qomariah 2 , Akhmad Suryadi 3 1 Mahasiswa Manajemen Rekayasa Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Malang 2,3 Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang 1 [email protected], 2 qomariah.suryadi2 @gmail.com, 3 [email protected] Abstract The use of steel smelting waste industry is used to reduce the waste overflow at the site. The waste steel smelting industry called blast furnace slag (BFS) used as a substitution for cement in a concrete mixture in a Laboratory Material Test, Civil Engineering State Polytechnic of Malang. The purpose of this analysis is to: 1) Test the workability of normal concrete and concrete with BFS; 2) Find out compressive strength of each concrete; 3) Compare the price to both concrete in the construction of building. The required data were of gradation of aggregate, water content of aggregate, density of aggregate, absorption of aggregate, bulk density of aggregate, fineness of cement, normal consistency of cement, cement setting time, compressive strength of mortar cement, and the price of building materials Surabaya 2016. SNI 03-2834-2000 method was applied with variations BFS substitute of cement are 0%, 10%, 15%, 20%, and 30% BFS and the planned compressive strength obtained at 28 days of 300 kg/cm 2 . The analyses result in 1) The workability of each concrete: 5.75cm of normal concrete (0%), 3.45cm, 3.15cm, 3.1cm, and 3.05cm respectively with BFS concrete; 2) The compressive strength of each concrete at 28 days: 235.56kg/cm 2 of normal concrete, 105.33kg/cm 2, 138.96kg/cm 2 , 127.26kg/cm 2 , and 94.52kg/cm 2 respectively with BFS concrete; The use of BFS cannot be applied to the concrete mixture, because of low compressive strength; 3) For the price of concrete materials per m 3 are IDR 999.472,05 of normal concrete, IDR 996.926,78 for 10% with BFS, IDR 995.654,93 for 15% with BFS, IDR 994.381,50 for 20% with BFS, and IDR 991.837,80 for 30% with BFS. Keywords: BFS, workability, compressive strength Pendahuluan Pembangunan suatu konstruksi pada saat ini, sering menggunakan beton sebagai bahan utamanya. Pemakain beton yang relatif cepat pada tahap konstruksi, membuat masyarakat beralih untuk menggunakan beton dalam tahap pembangunan suatu konstruksi. Pemakaian beton pada bidang konstruksi ini, membutuhkan beberapa bahan penyusun diantara lain semen, air, pasir, dan koral. Dalam era modern seperti saat ini, perkembangan akan pembuatan beton dalam pemakaian tahap konstruksi menuntut para ahli konstruksi untuk meningkatkan kualitas beton tersebut. Untuk meningkatkan kualitas dari beton tersebut, dapat menggunakan bahan alternatif sebagai bahan pengganti maupun bahan tambah dalam bahan penyusun pembuatan beton tersebut. Limbah hasil produksi peleburan baja yang bisa disebut dengan slag, merupakan bahan sisa dari pengecoran besi (piq iron), dimana prosesnya memakai dapur (furnace) yang bahan bakarnya dari udara yang ditiupkan (blast) (Paul & Antoni. 2007). Sehingga dalam hal ini, pemanfaatan limbah tersebut diperuntukkan karena adanya penumpukan limbah yang sangat melimpah di site PT. Barata Indonesis Gresik. Karakteristik limbah hasil produksi peleburan baja (slag) yang memiliki bentuk yang hampir sama dengan semen yaitu seperti abu, dapat dijadikan referensi dalam bahan alternative sebagai bahan tambah dalam salah satu bahan penyusun beton yaitu semen. Penelitian ini diperuntukkan untuk mengetahui apakah pensubtitusian blast furnace slag terhadap semen mengalami kemudahan dalam pekerjaan serta untuk mengetahui apakah dapat menaikkan mutu beton tersebut dan juga untuk membandingkan harga bahan beton per m 3 dari berbagai macam variasi subtitusi blast furnace slag terhadap semen. Blast Furnace Slag Menurut Trimulyono, 2005:126, slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. Definisi slag dalam ASTM. C.989, “Standard specification for ground granulated Blast-Furnance Slag for use in concrete and mortar”, (ASTM, 1995:494) adalah produk non-metal yang merupakan material berbentuk

Transcript of ANALISIS KINERJA BETON NORMAL DAN BETON DENGAN SEMEN ...

Page 1: ANALISIS KINERJA BETON NORMAL DAN BETON DENGAN SEMEN ...

PROKONS: Jurnal Teknik Sipil ISSN: 1978-1784

Vol. 12, No. 2 (Agustus), Halaman 101 – 107

ANALISIS KINERJA BETON NORMAL DAN BETON DENGAN SEMEN

SUBSTITUSI BLAST FURNACE SLAG

Tri Septa A.D.1, Qomariah

2, Akhmad Suryadi

3

1Mahasiswa Manajemen Rekayasa Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Malang

2,3Dosen Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang

[email protected],

2qomariah.suryadi2

@gmail.com,

[email protected]

Abstract

The use of steel smelting waste industry is used to reduce the waste overflow at the site. The waste steel smelting

industry called blast furnace slag (BFS) used as a substitution for cement in a concrete mixture in a Laboratory

Material Test, Civil Engineering State Polytechnic of Malang. The purpose of this analysis is to: 1) Test the

workability of normal concrete and concrete with BFS; 2) Find out compressive strength of each concrete; 3)

Compare the price to both concrete in the construction of building.

The required data were of gradation of aggregate, water content of aggregate, density of aggregate, absorption

of aggregate, bulk density of aggregate, fineness of cement, normal consistency of cement, cement setting time,

compressive strength of mortar cement, and the price of building materials Surabaya 2016. SNI 03-2834-2000

method was applied with variations BFS substitute of cement are 0%, 10%, 15%, 20%, and 30% BFS and the

planned compressive strength obtained at 28 days of 300 kg/cm2.

The analyses result in 1) The workability of each concrete: 5.75cm of normal concrete (0%), 3.45cm, 3.15cm,

3.1cm, and 3.05cm respectively with BFS concrete; 2) The compressive strength of each concrete at 28 days:

235.56kg/cm2 of normal concrete, 105.33kg/cm

2, 138.96kg/cm

2, 127.26kg/cm

2, and 94.52kg/cm

2respectively with

BFS concrete; The use of BFS cannot be applied to the concrete mixture, because of low compressive strength; 3)

For the price of concrete materials per m3 are IDR 999.472,05 of normal concrete, IDR 996.926,78 for 10% with

BFS, IDR 995.654,93 for 15% with BFS, IDR 994.381,50 for 20% with BFS, and IDR 991.837,80 for 30% with

BFS.

Keywords: BFS, workability, compressive strength

Pendahuluan

Pembangunan suatu konstruksi pada saat ini,

sering menggunakan beton sebagai bahan utamanya.

Pemakain beton yang relatif cepat pada tahap

konstruksi, membuat masyarakat beralih untuk

menggunakan beton dalam tahap pembangunan suatu

konstruksi. Pemakaian beton pada bidang konstruksi

ini, membutuhkan beberapa bahan penyusun diantara

lain semen, air, pasir, dan koral. Dalam era modern

seperti saat ini, perkembangan akan pembuatan beton

dalam pemakaian tahap konstruksi menuntut para ahli

konstruksi untuk meningkatkan kualitas beton

tersebut. Untuk meningkatkan kualitas dari beton

tersebut, dapat menggunakan bahan alternatif sebagai

bahan pengganti maupun bahan tambah dalam bahan

penyusun pembuatan beton tersebut.

Limbah hasil produksi peleburan baja yang bisa

disebut dengan slag, merupakan bahan sisa dari

pengecoran besi (piq iron), dimana prosesnya

memakai dapur (furnace) yang bahan bakarnya dari

udara yang ditiupkan (blast) (Paul & Antoni. 2007).

Sehingga dalam hal ini, pemanfaatan limbah tersebut

diperuntukkan karena adanya penumpukan limbah

yang sangat melimpah di site PT. Barata Indonesis

Gresik.

Karakteristik limbah hasil produksi peleburan baja

(slag) yang memiliki bentuk yang hampir sama

dengan semen yaitu seperti abu, dapat dijadikan

referensi dalam bahan alternative sebagai bahan

tambah dalam salah satu bahan penyusun beton yaitu

semen.

Penelitian ini diperuntukkan untuk mengetahui

apakah pensubtitusian blast furnace slag terhadap

semen mengalami kemudahan dalam pekerjaan serta

untuk mengetahui apakah dapat menaikkan mutu

beton tersebut dan juga untuk membandingkan harga

bahan beton per m3 dari berbagai macam variasi

subtitusi blast furnace slag terhadap semen.

Blast Furnace Slag

Menurut Trimulyono, 2005:126, slag merupakan

hasil residu pembakaran tanur tinggi. Definisi slag

dalam ASTM. C.989, “Standard specification for

ground granulated Blast-Furnance Slag for use in

concrete and mortar”, (ASTM, 1995:494) adalah

produk non-metal yang merupakan material berbentuk

Page 2: ANALISIS KINERJA BETON NORMAL DAN BETON DENGAN SEMEN ...

Analisis Kinerja Beton Normal ….

102

halus, granular hasil pembakaran yang kemudian

didinginkan, misalnya mencelupkannya dalam air.

Keuntungan penggunaan slag dalam campuran beton

adalah sebagai berikut (Lewis, 1982).

- Mempertinggi kekuatan beton karena

kecenderungan melambatnya kenaikan kekuatan

tekan.

- Menaikkan ratio antara kelenturan dan kuat tekan

beton.

- Mengurangi variasi kekuatan tekan beton.

- Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air

laut.

- Mengurangi serangan alkali-silika.

- Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu.

- Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi

warna cerah pada beton.

- Mempertinggi keawetan karena pengaruh

perubahan volume.

- Mengurangi porositas dan serangan klorida.

Faktor-faktor untuk menentukan sifat penyemenan

(cementious) dalam slag adalah komposisi kimia,

konsentrasi alkali dan reaksi terhadap system,

kandungan kaca dalam slag, kehalusan, dan

temperature yang ditimbulkan selama proses hidrasi

berlangsung (Cain, 1994:505) (Trimulyono,

2005:126).

Workability Beton Segar

Kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari nilai

slump yang identic dengan tingkat keplatisan beton.

Semakin plastis beton, semakin mudah pengerjaannya.

Pengujian workability beton segar tersebut dapat

dilakukan dengan menggunakan pengujian slump test.

Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton merupakan indicator dalam mutu

beton yang sudah direncanakan. Kuat tekan beton juga

digunakan dalam mengidentifikasikan terhadap mutu

dari suatu struktur yang nantinya akan menggunakan

beton. Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang

diinginkan, maka semakin tinggi pula mutu beton

yang dihasilkan.

Untuk memperoleh nilai kuat tekan beton dapat

menggunakan Persamaan 1.

𝑓𝑐′ =𝑃

𝐴 (1)

Dimana:

fc’ = Kuat tekan benda uji (kg/cm2)

P = Beban Maksimum (kg)

A = Luas Penampang (cm2)

Metode Penelitian

Berikut merupakan diagram alir penelitian, yang

ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

Diagram alir pada Gambar 1 menunjukkan bahwa

diagram alir ini digunakan sebagai acuan kerja

penelitian. Dimana penelitian ini menggunakan blast

furnace slag sebagai bahan pengganti semen dengan

berbagai presentase yaitu 0%, 10%, 15%, 20%, dan

30% dari berat semen. Setelah pensubtitusian

dilakukan, selanjutnya akan dilakukan pengujian

bahan material terlebih dahulu. Pengujian bahan

material diperuntukkan untuk semen, agregat kasar

dan agregat halus.

Setelah pengujian bahan material dilakukan, maka

akan dilakukan perancangan dalam menentukan

kebutuhan bahan material yang akan dipakai.

Perancangan yang digunakan yaitu menggunakan SNI

03-2834-2000 “Tentang Cara Pembuatan Rencana

Beton Normal”. Setelah perancangan campuran bahan

telah dilakukan, maka selanjutnya pembuatan benda

uji. Dimana benda uji beton memakai cetakan kubus

ukuran 15x15x15 cm. sebelum mencetak benda uji

beton, harus dilakukan pengujian nilai slump, setelah

nilai slump memenuhi, maka campuran beton akan

dicetk dalam cetakan lalu dilakukan perawatan

(curing) dengan merendam dalam bak perendaman

selama 7, 21, dan 28 hari. Setelah itu dilakukan

pengujian kuat tekan beton sesuai dengan umur hari.

Semua data yang diperoleh dari hasil pengujian,

Page 3: ANALISIS KINERJA BETON NORMAL DAN BETON DENGAN SEMEN ...

Analisis Kinerja Beton Normal ….

103

kemudian diolah dan dianalisa untuk mendapatkan

kesimpulan dari hasil tersebut.

Hasil dan Pembahasan

Pengujian Semen

Pengujian semen, diperuntukkan untuk melihat

apakah pensubtitusian blast furnace slag terhadap

semen mempengaruhi atau tidak dalam campuran

beton.

1. Kehalusan Semen

Kehalusan butir semen mempengaruhi dalam

waktu ikat, karena semakin lama waktu yang

dibutuhkan, berarti butor semen lebih kasar. Tabel 1.

merupakan hasil rekapitulasi pengujian kehalusan

semen.

Tabel 1. Hasil Pengujian Kehalusan Semen Tiga Roda

dan Blast Furnace Slag

No.

Saringan

Kehalusan (%)

0%

BFS

10%

BFS

15%

BFS

20%

BFS

30%

BFS

100%

BFS

No. 100 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0

No. 200 15.0 18.0 20.1 20.7 22.0 22.6

PAN 85.0 83.5 79.9 79.2 77.9 77.4

Gambar 2. Grafik Kehalusan Semen Tiga Roda dan

Blast Furnace Slag

Dari hasil yang didapat pada Tabel 1 dan

Gambar 2 dapat diambil kesimpulan bahwa semen

PCC Tiga Roda dapat dijadikan bahan campuran

beton karena memenuhi dengan standar yang ada.

Sedangkan untuk blast furnace slag, tidak

direkomendasikan sebagai bahan campuran beton,

dikarenakan partikel atau kehalusan BFS tersebut

masih terlalu kasar.

2. Berat Jenis Semen

Berat jenis semen adalah perbandingan antara

berat isi kering pada suhu kamar dan berat isi kering

air suling pada suhu 40C, yang isisnya sama dengan isi

semen. Tabel 2 merupakan hasil pengujian berat jenis

semen

Tabel 2. Hasil Pengujian Berat Jenis Semen Tiga

Roda dan Blast Furnace Slag

Pemeriksaan

Benda Uji

Semen

PCC BFS

Berat Semen Contoh Uji 64 64

Pembacaan Pertama pada Skala Botol

V1 0.5 0.5

Pembacaan Kedua pada Skala

Botol

V2 21.5 23

Isi Cairan yang Dipindahkan V2- V1 21 22.5

Berat Jenis Semen

= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑚𝑒𝑛

𝑉2 − 𝑉1 𝑥𝑑 (

𝑔𝑟𝑐𝑚3 )

3.048 2.844

Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 2,

diperoleh bahwa berat jenis semen PCC sebesar 3.048

gr/cm3 yang masih dikategorikan dalam kemurnian

semen. Sedangkan untuk berat jenis blast furnace slag

sebesar 2.844 gr/cm3 yang tidak dikategorikan dalam

kemurnian semen.

3. Konsistensi Normal

Konsistensi semen lebih banyak pengaruhnya pada

saat campuran awal, yaitu pada saar terjadi pengikatan

sampai pada saat beton mengeras. Konsistensi

bergantung pada rasio antara semen dan air. Hasil

pengujian akan ditunjukkan pada Tabel 3 dan

Gambar 3.

Tabel 3. Hasil Pengujian Konsistensi Normal Semen

Tiga Roda dan Blast Furnace Slag

Bahan/Material Pengujian

I II III

100%

Semen +

0% BFS

Konsistensi (%) 28.0 27.3 27.00

Penurunan (cm) 12 9 7

90% Semen

+

10% BFS

Konsistensi (%) 28.0 27.3 27.0

Penurunan (cm) 14 11 8

85% Semen

+

15% BFS

Konsistensi (%) 28.0 27.3 27.0

Penurunan (cm) 14 11 9

80% Semen

+

20% BFS

Konsistensi (%) 28.0 27.3 26.7

Penurunan (cm) 19 12 5

70% Semen

+

30% BFS

Konsistensi (%) 28.0 26.6 26.00

Penurunan (cm) 23 16 9

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

No. 100 No. 200 PAN

Keh

alu

san

No. Saringan

Kehalusan Semen & Blas Furnace Slag

0% BFS

10% BFS

15% BFS

20% BFS

30%BFS

100%BFS

Page 4: ANALISIS KINERJA BETON NORMAL DAN BETON DENGAN SEMEN ...

Analisis Kinerja Beton Normal ….

104

020406080

100120140160

100% S

90% S;

10% BFS

85% S;

15% BFS

80% S;

20% BFS

70% S;

30% BFS

Ku

at T

ekan

(kg

/m2)

Komposisi Bahan Material

7 Hari

14 Hari

Gambar 3. Grafik Rekapitulasi Konsistensi Normal

Semen PCC dan Blast Furnace Slag

Dari data hasil pengujian pada Tabel 3 dan

Gambar 3 diperoleh bahwa pengujian konsistensi

normal untuk semen PCC dan blast furnace slag

masing-masing variasi memenuhi syarat yang ada

yaitu antara 24%-32%.

4. Setting Time

Waktu ikat adalah eaktu yang diperlukan semen

untuk mengeras, terhitung dari mulai bereaksi dengan

air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen

cukup kaku untuk menahan tekanan. Hasil pengujian

akan disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 4.

Tabel 4. Hasil Pengujian Setting Time Semen PCC

Tiga Roda dan Blast Furnace Slag

No

Camp Semen PCC Tiga

Roda dan Blast Furnace

Slag

Waktu Penetrasi

(Menit)

1 100% S dan 0% BFS 63.75

2 90% S dan 10% BFS 86.25

3 85% S dan 15% BFS 93.75

4 80% S dan 20% BFS 95

5 70% S dan3 0% BFS 108.75

Ket:

S = Semen PCC Tiga Roda

BFS = Blast Furnace Slag

Gambar 4. Rekapitulasi Hasil pengujian Setting Time

Semen PCC Tiga Roda dan Blast Furnace Slag

Dari data hasil pengujian pada Tabel 4 dan

Gambar 4 diperoleh hasil bahwa semakin banyak

penambahan substitusi blast furnace slag maka waktu

ikat lebih lama. Namun hasil pengujian setting time

semen PCC dan blast furnace slag masing-masing

variasi memenuhi syarat berkisar 1-8 jam.

5. Kuat Tekan Mortar Kubus Beton

Kekuatan tekan semen diuji dengan cara membuat

mortar yang kemudian ditekan sampai hancur.

Pembuatan mortar menggunakan cetakan kubus

ukuran 5x5x5 cm, dengan umur perendaman 7 dan 14

hari.

Tabel 5. Hasil Rekapitulasi Kuat Tekan Mortar semen

Umur

(Hari)

Kuat Tekan Rata-rata Mortar (kg/cm2)

BS

0%

BS

10%

BS

15%

BS

20%

BS

30%

7 130 82 66 34 49.93

14 146 118 80 56 12

Gambar 5. Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan

Mortar Semen dan Blast Furnace Slag

Dari data hasil pengujian kuat tekan mortar yang

ditunjukkan pada Tabel 5 dan Gambar 5 diperoleh

bahwa kuat tekan masing-masing variasi mengalami

penurunan berturut-turut. Sedangkan untuk hasil kuat

0

5

10

15

20

25

25,00% 26,00% 27,00% 28,00% 29,00%

Pen

uru

nan

(m

m)

Konsistensi (%)

100% Semen PCC

90% Semen PCC;10% Blast Furnace Slag

85% Semen PCC;15% Blast Furnace Slag

80% Semen PCC;20% Blast Furnace Slag

70% Semen PCC;30% Blast Furnace Slag 0

20

40

60

80

100

120

100% S dan 0% BFS

90% S dan 10% BFS

85% S dan 15% BFS

80% S dan 20% BFS

70% S dan3 0% BFS

Wak

tu Ik

atan

(m

enit

)

Campuran Semen PCC Tiga Roda dan Blast Furnace Slag

Page 5: ANALISIS KINERJA BETON NORMAL DAN BETON DENGAN SEMEN ...

Analisis Kinerja Beton Normal ….

105

tekan mortar yang paling besar berada pada variasi

0%.

Pengujian Agregat

1. Agregat Halus

Agregat halus adalah pasir alam sebagai

disintegrasi alami dari batuan atau pasir yang

dihasilkan oleh industry. Agregat halus berperan

sebagai bahan pengisi diantara agregat kasar yang

tidak dapat diisi oleh agregat kasar. Sebelum

digunakan sebagai bahan campuran beton, maka

dilakukan beberapa pengujian. Berikut merupakan

beberapa pengujian terhadap agregat halus pada

Tabel_6.

Tabel 6. Hasil Pengujian Agregat Halus

No Jenis

Pengujian

Hasil

Uji Sat

Stan

dart Referensi Ket

1 Kadar Air 5.29 % - SNI 03-1971-1990 OK

2 Berat jenis 2.66 gr/c

m3

2.50-

2.70

SNI 03-

1970-1990 OK 3 Penyerapan 1.12 % 1 - 2 SNI 03-

1970-1990 OK

4 Berat Volume

1.6 gr/cm3

< 1.6 SNI 03-4804-1998 OK

5 Kadar

Lumpur

7.09 % < 2.5 ASTM C-

142-97 OK

6 Gradasi Gradasi Agregat Halus

(Zona II)

SNI 03-

2834-1993 OK

Berdasarkan hasil analisa susunan gradasi agregat

halus yang ditunjukkan dari hasil pengujian pada

Tabel 6 menujukkan bahwa pasir yang digunakan

yaitu pasir Lumajang memenuhi persyaratan untuk

digunakan sebagai bahan campuran beton,

dikarenakan masih masuk ke dalam gradasi zona II.

2. Agregat Kasar

Agregat kasar untuk pembuatan beton dapat

berupa kerikil dari hasil disintegrasi batuan alam atau

diperoleh dari alat-alat pemecah batu. Sebelum

digunakan sebagai bahan campuran beton, maka

dilakukan beberapa pengujian. Berikut merupakan

beberapa pengujian terhadap agregat halus pada

Tabel_7.

Tabel 7. Hasil Pengujian Agregat Kasar

No Jenis

Pengujian Hasil Uji

Sat Standart

Referensi

Ket

1 Kadar Air 0.79 % SNI 03-

1971-

1990

OK

2 Berat jenis 2.69 gr/c

m3

2.50-

2.70

SNI 03-

1969-

1990

OK

3 Penyerapan 2.04 % 1 - 2 SNI 03-

1969-

1990

OK

4 Berat

Volume

1.44 gr/c

m3

< 1.6 SNI 03-

4804-

1998

OK

Berdasarkan hasil pengujian agregat kasar yang

ditunjukkan pada Tabel 7 batu pecah dari Pasuruan

memenuhi syarat dan dapat dijadikan sebagai bahan

campuran beton.

Pengujian Workability Beton Segar

Kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari nilai

slump yang identic dengan tingkat keplastisan beton.

Jika sifat beton semakin plastis maka akan semakin

mudah dikerjakan, sebaliknya jika sifat beton tidak

plastis maka pengerjaannya akan sulit dikerjakan.

Berikut merupakan data hasil pengujian

workability beton segar pada Tabel 8 dan Gambar 6.

Tabel 8. Hasil Pengujian Nilai Slump Test Beton

Type

Kekentalan Beton Kekentalan

Rata-rata

Beton (cm) I II III

100% S 5.5 6 5.5 5.67

90% S; 10% BFS 3.4 3.5 3.4 3.43

85% S; 15% BFS 3.1 3.2 3.1 3.13

80% S; 20% BFS 3.1 3.1 3.2 3.13

70% S; 30% BFS 3 3.1 3 3.03

Gambar 6. Grafik Hasil Pengujian Slump Test Beton

Berdasarkan hasil analisa pengujian beton segar

yang ditunjukkan pada Tabel 8 dan Gambar 6

diperoleh semakin banyak pensubtitusian blast

furnace slag, nilai slump yang dihasilkan semakin

rendah atau dapat dikatakan campuran masing-masing

variasi tidak begitu plastis.

Pengujian Kuat Tekan Beton

Pengujian kuat tekan dilakukan setelah pembuatan

benda uji dengan berbagai variasi dilakukan dan sudah

dilakukan pengecekan terhadap nilai slump. Setelah

perendaman benda uji sudah memenuhi umur rencana

yang telah dilakukan, maka akan dilakukan pengujian

kuat tekan. Penguian ini dilakukan guna untuk

mengathui apakah kekuatan beton telah mencapai

kekuatan rencana yang sudah direncanakan

sebelumhya.

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

100% S 90% S; 10% BFS

85% S; 15% BFS

80% S; 20% BFS

70% S; 30% BFS

Nila

i Slu

mp

(cm

)

Type Beton

GRAFIK PENGUJIAN KEKENTALAN BETON

Page 6: ANALISIS KINERJA BETON NORMAL DAN BETON DENGAN SEMEN ...

Analisis Kinerja Beton Normal ….

106

Berikut merupakan hasil rekapitulasi pengujian

kuat tekan beton pada Tabel 9 dan Gambar 7.

Tabel 9. Hasil Pengujian Kuat Tekan Rata-rata Beton

dengan Berbagai Variasi Prosentase Blast Furnace

Slag Terhadap Semen.

Umur

(Hari)

Kuat Tekan Rata-rata Beton (kg/cm2)

BS

0%

BS

10%

BS

15%

BS

20%

BS

30%

7 135.26 73.19 88.3 88 49.93

21 185.56 102.37 132.44 112.74 73.48

28 235.56 105.33 138.96 127.26 94.52

Gambar 7. Grafik Kuat Tekan Beton Rata-rata Beton

dengan Berbagai Variasi Prosentase Blast Furnace

Slag Terhadap Semen.

Berdasarkan data hasil pengujian yang ditunjukkan

pada Tabel 9 dan Gambar 7, diperoleh bahwa

semakin banyak pensubstitusian blast furnace slag

terhadap semen, nilai kuat tekan masing-masing

variasi secara berturut-turut mengalami penurunan.

Dari data yang diperoleh bahwa kuat tekan rata-

rata 10% BFS mengalami penurunan sebesar 55.28%

dari beton normal, untuk 15% BFS mengalami

penurunan sebesar 41.00% dari beton normal, 20%

BFS mengalami penurunan sebesar 45.97% dari beton

normal, dan untuk 30% BFS mengalami penurunan

sebesar 59.87% dari beton normal.

Rancangan Penelitian Kekentalan Beton

Rancangan penelitian ini, diperuntukkan untuk

mengetahui kelayakan dari hasil pengujian kekentalan

beton. Dilihat dari hasil nilai slump yang

disbandingkan dengan nilai slump test beton normal

atau beton dengan kadar 0% BFS.

Tabel 10. Hasil Rancangan Penelitian Kekentalan

Beton dengan Uji T

Hipotesis:

Ho = Kekentalan 10%, 15%, 20%, atau 30% BFS

tidak berbeda dengan kekentalan 0% BFS

Ha = Kekentalan 10%, 15%, 20%, atau 30% BFS

berbeda dengan kekentalan 0% BFS

Ho ditolak α = 0.05

Ha diterima

Jika, sig > α Ho diterima

sig < α Ho ditolak

Kesimpulan:

1. Kekentalan 10% BFSditolakkekentalan 10%

BFS berbeda dengan kekentalan 0%.

2. Kekentalan 15% BFSditolakkekentalan 15%

BFS berbeda dengan kekentalan 0%.

3. Kekentalan 20% BFSditolakkekentalan 20%

BFS berbeda dengan kekentalan 0%.

4. Kekentalan 30% BFSditolakkekentalan 30%

BFS berbeda dengan kekentalan 0%.

Rancangan Penelitian Keuatan Beton

Rancangan penelitian ini, diperuntukkan untuk

mengetahui kelayakan dari hasil pengujian kuat tekan

beton. Dilihat dari hasil nilai kuat tekan beton yang

dibandingkan dengan nilai kuat tekan beton normal

atau beton dengan kadar 0% BFS.

Tabel 11. Hasil Rancangan Penelitian Kekuatan

Beton dengan Uji T

Hipotesis:

Ho = Kuat tekan beton 10%, 15%, 20%, atau 30%

BFS tidak berbeda dengan kuat tekan beton 0%

BFS

Ha = Kuat tekan beton 10%, 15%, 20%, atau 30%

BFS berbeda dengan kuat tekan beton 0% BFS

Ho ditolak α = 0.05

Ha diterima

Jika, sig > α Ho diterima

sig < α Ho ditolak

Kesimpulan:

1. Kuat tekan beton 10% BFS ditolak kuat tekan

beton 10% BFS berbeda dengan kuat tekan beton

0%.

0

50

100

150

200

250

7 21 28

Ku

at T

ekan

Rat

a-ra

ta (

kg/c

m2)

Umur Beton (hari)

GRAFIK HASIL KUAT TEKAN RATA-RATA

BN

BS 10%

BS 15%

BS 20%

BS 30%

Paired Differences t df Sig.

(2-

taile

d)

Me

an

Std.

Deviati

on

Std.

Err

or

Me

an

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Y - X1 2.23 .23094 .133 1.6596 2.8070 16.750 2 .004

Pair 2 Y - X2 2.53 .23094 .133 1.9596 3.1070 19.000 2 .003

Pair 3 Y - X3 2.53 .32146 .185 1.7348 3.3318 13.650 2 .005

Pair 4 Y - X4 2.63 .23094 .133 2.0596 3.2070 19.750 2 .003

Paired Differences t df Sig.

(2-

taile

d)

Mean Std.

Deviati

on

Std.

Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Y - X1 130.22 8.9258 5.1533 108.05 152.39 25.27 2 .002

Pair 2 Y - X2 96.59 13.834 7.9875 62.225 130.96 12.09 2 .007

Pair 3 Y - X3 108.29 13.052 7.5360 75.871 140.72 14.37 2 .005

Pair 4 Y - X4 141.04 3.8858 2.2434 131.38 150.69 62.86 2 .000

Page 7: ANALISIS KINERJA BETON NORMAL DAN BETON DENGAN SEMEN ...

Analisis Kinerja Beton Normal ….

107

2. Kuat tekan beton 15% BFS diterima kuat

tekan beton 15% BFS berbeda dengan kuat tekan

beton 0%.

3. Kuat tekan beton 20% BFS ditolak kuat tekan

beton 20% BFS berbeda dengan kuat tekan beton

0%.

4. Kuat tekan beton 30% BFS ditolak kuat tekan

beton 30% BFS berbeda dengan kuat tekan beton

0%.

Biaya Beton per m3

Suatu perencanaan bangunan, diperlukan adanya

perhitungan biaya tehadap bahan bangunan yang

digunakan. Perhitungan biaya beton per m3,

diperuntukkan untuk membandingkan biaya beton

normal per m3 dengan beton dengan semen substitusi

blast furnace slag.

Berikut merupakan hasil perhitungan biaya beton

per m3 masing-masing variasi prosentase blast furnace

slag yang ditunjukkan pada Tabel 12 dan Gambar 8.

Tabel 12. Rekapitulasi Biaya Beton per m3

Masing-

masing Variasi Prosentase Blast Furnace Slag

No Camp. Bahan

Material

Harga per m3

(Rp)

1 100% S 999,472.05

2 90% S; 10% BFS 996,926.78

3 85% S; 15% BFS 995,654.93

4 80% S; 20% BFS 994,381.50

5 70% S; 30% BFS 991,837.80

Gambar 8. Grafik Harga Bahan Beton per m

3

Berbagai Variasi Prosentase Blast Furnace Slag

Kesimpulan

Berdasarkan data hasil yang diperoleh serta analisi

data, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembuatan beton dengan menggunakan substitusi

blast furnace slag terhadap semen dengan berbagai

variasi prosentase memiliki workability yang

rendah yang telah ditunjukkan dengan hasil nilai

slump test. Dimana hasil yang ada, secara berturut-

turut prosentase subtitusi blast furnace slag

memiliki hasil yang rendah dibandingkan dengan

nilai slump pada prosentase 0% BFS. Sehingga

semakin banyak pensubstitusian blast furnace slag

terhadap semen, maka tingkat kemudahan

pengerjaan semakin sulit.

2. Hasil kuat tekan rata-rata pada yang dihasilkan

dari berbagai variasi prosentase blast furnace slag

terhadap semen, secara berturut-turut mengalami

penurunan dan tidak mencapai kuat tekan yang

telah direncanakan. Sehingga blast furnace slag

tidak dapat disubtitusikan terhadap semen, karena

tidak dapat menunjukkan hasil kuat tekan beton

yang tinggi. Namun blast furnace slag ini, dapat

dicoba dalam penelitian selanjutnya untuk

disubtitusikan terhadap agregat halus.

3. Hasil hipotesis penelitian kekentalan beton,

menunjukkan bahwa semua variasi prosentase

blast furnace slag ditolak, karena berbeda dengan

kekentalan beton kada 0% BFS. Sedangkan untuk

hasil hipotesis kuat tekan beton, kadar 15% BFS

diterima dan tidak berbeda dengan kuat tekan

beton normal, sedangkan untuk kadar BFS yang

lain ditolak, karena berbeda dengan kuat tekan

beton normal.

4. Semakin banyak prosentase penambahan blast

furnace slag harga per m3

beton semakin murah.

Namun hasil dari semua pengujian beton maupun

pengujian material yang menggunakan subtitusi

blast furnace slag terhadap semen, tidak

memenuhi standar yang telah ada, sehingga tidak

dapat diaplikasikan dalam pekerjaan beton

walaupun harga yang dihasilkan lebih murah

disbandingkan dengan beton normal.

Daftar Pustaka

Muhammad Kadhafi. (2015). Pemanfaatan Copper

Slag Sebagai Substitusi Semen Pada Campuran

Beton Mutu K-22. Jurusan Teknik Sipil,

Universitas Sriwijaya.

Paul dan Antoni. (2007). Teknologi Beton. Andi

Offset. Yogyakarta.

SNI 03-2834-2000 “Tata Cara Pembuatan Rencana

Beton Normal”.

Tri Mulyono. (2005). Teknologi Beton. Andi Offset.

Yogyakarta.

988.000,00

990.000,00

992.000,00

994.000,00

996.000,00

998.000,00

1.000.000,00

1.002.000,00

100% S 90% S; 10% BFS

85% S; 15% BFS

80% S; 20% BFS

70% S; 30% BFS

Har

ga (R

p)

Grafik Harga Bahan Beton per m3 (Rp)