Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal...
Transcript of Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal...
1
2
Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota Banjarmasin
(Bahasa Inggris)
Oleh:
Suyidno *)
Moh. Yamin *)
*) Dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat
Jl. Brigjend H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin Telp/Fax (0511) 3304913
e-mail: [email protected], [email protected]
Abstract: The mapping of teachers’ competence test (UKG) is one of strategic way to
analyze the low quality of success level of teachers’ competence test for state junior
high school in Banjarmasin. The objective of this research is to analyze the causes
toward the low quality of teachers’ competence test for state junior (SMPN) high
school in Banjarmasin. The research result says that the main causes of the low
quality of teachers’ competence test cover test preparation for teachers competence
test, implimentation, and the result of mapping of teachers’ competence test.
For test preparation of teachers competence test, it covers the teachers’
comprehension level toward Permendikbud No. 57/2012 that is low and majority of
teachers do not master it at all whether theoritically or practically. Seventy one
percent (71%) of state junior high school teachers and seventy five percent (75%) of
state senior high school teachers do not understand Permendikbud No. 57/2012.
Majority of teachers get information from colleagues and they also get it from the
mass media (45%). Meanwhile the unreadiness of teachers in facing teachers’
competence test for junior high schoo is 96%. The causes of unreadiness in teachers’
competence test contain three items, namely information technology (54% for junior
high school), timing (28% for junior high school), and socialization (28% for junior
high school). For the technical problems, majority of the teachers have problems
relating to online system, the unclear question format, the minimum
socialization/preparation. For teachers’ internal problem, they face the limited time
in doing every questions (22%), the mastery in operating computer (21%), and the
minimum preparation before taking part in test (19%).
Based on the findings, the difficulty level of pedagogical questions to all subjects is
more difficult (72%) than professional questions (28%). Generally, the teachers
seldom relatively take part in workshop/seminar, are not accustomed to do the
Classroom Action Research (CAR), do not understand the material, are lack of
preparation, lack of time in doing the test. The question format of the test is also not
focused on the objective of teachers’ competence tense
Abstrak: Pemetaan Uji Kompetensi Guru (UKG) merupakan salah satu langkah
strategis dalam mengkaji permasalahan kompetensi guru terkait rendahnya tingkat
3
kelulusan UKG jenjang SMPN Kota Banjarmasin. Tujuan penelitian menganalisis
faktor penyebab terhadap kelemahan hasil uji kompetensi guru UKG jenjang SMPN
Kota Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya hasil UKG
SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan, pelaksanaan, dan
hasil UKG. (1) Persiapan guru dalam mengikuti UKG kurang, karena 58,82%
kurang memahami Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 tahun
2012, 70,6% kurang/ tidak mengetahui UKG sebagai syarat kenaikan pangkat, dan
95,5% kurang/tidak siap mengikuti UKG karena kendala teknologi informasi (54%),
kendala waktu (28%), dan rendahnya sosialisasi (18%). (2) Pelaksanaaan UKG
mengalami kendala teknis maupun kendala guru. Kendala teknis paling dominan
adalah sistem online yang tidak efisien, redaksi soal tidak jelas, kurang sosialisasi,
dan soal tidak sesuai kompetensi. Kendala dari guru pada kompetensi pedagogik
paling dominan adalah penguasaan komputer (50%), penguasaan materi (26%), dan
kurang persiapan (16%) serta pada kompetensi professional yang dominan pada
waktu mengerjakan kurang (24%), redaksi soal membingungkan (21%), kurang
persiapan (19%), dan kurang menguasai komputer (8%). Hasil UKG menunjukkan
taraf kesukaran soal pedagogik pada semua matapelajaran mayoritas (72%) lebih
sukar dibandingkan kompetensi profesional (28%). Secara umum guru relatif jarang
mengikuti berbagai workshop/seminar, kurang terbiasa melaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), dan kurang memahami materi, kurang persiapan/sosialisasi,
waktu ujian kurang, serta redaksi soal tidak jelas.
Key Words: teachers competence test (UKG), SMPM and SMAN, and Banjarmasin
I. PENDAHULUAN
Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan memiliki peran yang
sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tuntutan peran guru
tersebut diperkuat dengan pencanangan “Guru sebagai Profesi” oleh Presiden pada
tanggal 4 Desember 2004. Profesionalitas guru diselenggarakan melalui
pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak
diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
kode etik profesi.
Pembinaan profesionalisme guru dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien apabila dapat dipetakan kompetensi guru salah satunya melalui Uji
Kompetensi Guru (UKG). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
57 Tahun 2012 Pasal 1 menjelaskan bahwa UKG adalah pengujian terhadap
penguasaan kompetensi profesional dan pedagogik dalam ranah kognitif sebagai
dasar penetapan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan dan bagian dari
penilaian kinerja guru. Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah kegiatan
yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku guru
dalam rangka menjalankan tugas keprofesionalan, sedangkan penilaian kinerja guru
4
adalah proses pengukuran setiap butir tugas utama guru dalam rangka menjalankan
tugas keprofesionalan.
Laporan berbagai media mengenai rendahnya kualitas pendidikan
Indonesia dibuktikan dengan hasil perolehan hasil uji kompetensi awal guru
(sebelum sertifikat profesi) dengan perolehan nilai rata-rata nasional 42,25 dan hasil
UKG pada tahun yang sama (pasca sertifkat profesi) dengan perolehan nilai rata-rata
45,82 atau dengan kata lain bahwa nilai sumbangan sertifikat profesi hanya mampu
menyumbang 8,45% (http://www.srie.org).
Gambar 1. Perolehan Nilai Rata-Rata UKG Nasional
(http://www.srie.org)
Gambar 1. menunjukkan bahwa kompetensi guru di Indonesia termasuk Kota
Banjarmasin, relatif belum mencapai standar karena hasil evaluasi uji kompetensi
guru rata-rata 44,82. Apalagi nilai UKG di Kota Banjarmasin hanya 10% guru yang
lulus dengan perolehan nilai tertinggi 87 dan terendah 22 dari 100 soal yang diujikan
selama 120 menit, serta nilai ketuntasan minimal yakni 70 (http://banjarmasin.
tribunnews.com). Hal ini membuktikan bahwa kompetensi guru di Kota Banjarmasin
masih sangat membutuhkan pembenahan dalam hal peningkatan kompetensinya.
1.1 Rumusan Masalah
5
Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan dalam penelitian ini
menentukan faktor-faktor penyebab rendahnya kompetensi guru SMPN di Kota
Banjarmasin.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis faktor penyebab
rendahnya kompetensi guru SMPN di Kota Banjarmasin.
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kompetensi Guru
Mulyasa (2009) menjelaskan kompetensi sebagai perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,
nilai dan sikap yang dimiliki seseorang dan dapat diamati melalui apa yang
ditunjukkannya sebagai hasil berfikir dan bertindak. Syah (2001) mengemukakan
kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-
kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi guru juga dapat
diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan
dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru
dalam menjalankan profesinya (Mulyasa, 2009).
2.2 Uji Kompetensi Guru
Uji Kompetensi Guru (UKG) mengukur kompetensi dasar tentang bidang
studi (subject matter dan pedagogik dalam domain content). Kompetensi dasar
bidang studi yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi (bagi guru
yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik guru
(bagi guru yang belum bersertifikat pendidik) (Kemendikbud, 2012). Pendekatan
yang digunakan adalah tes penguasaan subject matter pada jenjang pendidikan
tempat tugas guru.
UKG bertujuan untuk pemetaan kompetensi, sebagai dasar kegiatan
pengembangan kemampuan profesional berkelanjutan (continuing professional
development) serta sebagai bagian dari proses penilaian kinerja untuk mendapatkan
gambaran yang utuh terhadap pelaksanaan semua standar kompetensi. UKG
mempunyai fungsi: (1) alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional
guru, (2) alat seleksi penerimaan guru, (3) mengelompokkan guru, (4) bahan acuan
dalam pengembangan kurikulum, (5) alat pembinaan guru, dan (6) mendorong
kegiatan dan hasil belajar (Mulyasa , 2009). Sasaran UKG adalah semua guru
pengajar di sekolah, baik yang bersertifikat pendidik maupun yang belum
bersertifikat pendidik, yang akan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2012.
Materi UKG ditekankan pada uji kompetensi pedagogik dan uji kompetensi
professional. (1) Kompetensi Pedagogik, kemampuan guru dalam memahami siswa,
merancang dan melaksanakan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Standar kompetensi pedagogik meliputi: (a) mengenal karakteristik dan potensi
6
peserta didik, (b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
efektif, (c) merencanakan dan mengembangkan kurikulum, (d) melaksanakan
pembelajaran yang efektif, dan (e) menilai dan mengevaluasi pembelajaran, dan (2)
Kompetensi Profesional, kemampuan guru meliputi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.
Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Kompetensi profesional bidang studi meliputi: (a) Penguasaan materi, struktur,
konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, (b)
Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif, dan (c) Konsistensi
penguasaan materi guru antara content dengan performance ( teks, konteks, dan
realitas, fakta, prinsip, konsep dan prosedur, dan ketuntasan tentang penguasaan
filosofi, asal-usul, dan aplikasi ilmu) (PP No. 19 tahun 2005)
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Kota Banjarmasin pada jenjang pendidikan SMPN,
dengan sasaran Guru SMPN di Kota Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan.
3.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Waktu pelaksanaan kegiatan yakni selama 4 bulan mulai tanggal 8 April
2013 sampai 31 Juli 2013 dari pengambilan data hingga pelaporan akhir.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah guru SMPN yang telah melaksanakan tes uji
kompetensi guru di Kota Banjarmasin. Sampel penelitian ditentukan secara
purposive sampling dengan dasar klasifikasi jenjang satuan pendidikan di wilayah
dalam kota dan pinggiran kota yang distrata perolehan nilai UKG yakni tinggi,
sedang dan rendah. Total sampel keseluruhan yakni 68 meliputi 34 guru dalam kota
dan 34 guru di wilyah pinggiran.
3.4 Teknik Analisis Data
Data dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif yaitu data yang berupa kata-kata atau kalimat akan dilakukan
reduksi data, pemisahan atau pengelompokan sehingga dapat disimpulkan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rendahnya hasil UKG SMPN di Kota Banjarmasin perlu dicari
penyebabnya sehingga dapat dicari solusi untuk perbaikan UKG pada tahap
selanjutnya. Beberapa faktor penyebab kelemahan secara umum meliputi persiapan,
pelaksanaan, dan hasil UKG.
4.1 Persiapan Tes UKG
Persiapan seorang guru dalam menghadapi UKG secara tidak langsung
sangat mempengaruhi hasil UKG. Komponen persiapan peserta tes UKG meliputi
tingkat pemahaman terhadap Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
7
57 tahun 2012, tingkat pengetahuan UKG syarat kenaikan pangkat, dan kesiapan
awal sebelum mengikuti tes UKG.
a. Tingkat Pemahaman terhadap Permendikbud No. 57 tahun 2012
Permendikbud No. 57 tahun 2012 merupakan salah produk regulasi yang
menguraikan tentang hakikat, fungsi, mekanisme, dan tujuan dari UKG. Tingkat
pemahaman guru yang baik terhadap Permendikbud ini tentunya akan menambah
daya atau motivasi untuk belajar. Tingkat pemahaman guru di Kota Banjarmasin
terhadap Permendikbud Nomor 57 tahun 2012 tersaji pada tabel berikut.
Tabel 1. Tingkat pemahaman Guru terhadap Permendikbud No. 57 Tahun 2012
No Tingkat
Pemahaman
Persentase Guru Perolehan Skor Rata-rata
Kota Pinggiran Kota+
Pinggiran Kota Pinggiran
Kota+
Pinggiran
1 Memahami 32,35 23,53 27,94 52 59 55
2 Kurang Memahami 55,88 61,76 58,82 53 52 52
3 Tidak Memahami 11,76 14,71 13,24 49 50 49
TOTAL 100 100 100 51 54 52
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah)
Tabel 1 menggambarkan mayoritas tingkat pemahaman guru di kota maupun
pinggiran kota adalah kurang memahami (58,82%). Rendahnya pemahaman guru
terhadap Permendikbud Nomor 57 tahun 2012 juga diikuti oleh perolehan skor rata-
rata UKG guru yang semakin rendah pula.
b. Tingkat Pengetahuan UKG syarat Kenaikan Pangkat
Tingkat pengetahuan guru terkait fungsi UKG sebagai salah satu syarat
kenaikan pangkat sangat penting mengingat fitrah manusia bahwa pekerjaan
harapannya berbanding lurus dengan pendapatan. Hasil telaah peserta UKG terkait
pengetahuan UKG sebagai syarat kenaikan pangkat sebagai berikut:
Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Guru tentang UKG sebagai salah satu syarat
Kenaikan Pangkat
No Tingkat Pengetahuan
(Kenaikan Pangkat)
Persentase Guru Perolehan Skor Rata-rata
Kota Pinggiran Kota+
Pinggiran Kota Pinggiran
Kota+
Pinggiran
1 Mengetahui 26,5 32,3 29,4 47 49 55
2 Kurang Mengetahui 44,1 41,2 42,7 48 43 52
3 Tidak Mengetahui 29,4 26,5 27,9 51 44 49
TOTAL 100 100 100 49 45 52
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah)
Mayoritas peserta UKG kurang mengetahui dan kondisi ini berbanding lurus dengan
perolehan skor rata-rata UKG, artinya peserta UKG yang tidak mengetahui semakin
rendah perolehan skor UKG dan semakin mengetahui semakin baik perolehan rata-
rata skor UKG. Dengan demikian dapat dipahami bahwa peserta UKG di Kota
8
Banjarmasin memiliki keeratan perolehan skor rata-rata UKG dengan pengetahuan
UKG sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat.
c. Tingkat Kesiapan Peserta UKG
Sebagian besar peserta UKG menunjukkan kurang siap. Tingkat kesiapan
peserta UKG tahun 2012 di Kota Banjarmasin sebagai berikut:
Tabel 3. Tingkat Kesiapan Peserta UKG
No Tingkat
Kesiapan Awal
Persentase Guru Perolehan Skor rata-rata
Kota Pinggiran Kota+
Pinggiran Kota Pinggiran
Kota+
Pinggiran
1 Siap 5,9 2,9 4,4 53 53 53
2 Kurang Siap 58,8 47,1 52,9 51 54 53
3 Tidak Siap 35,3 50,0 42,7 51 30 40
TOTAL 100 100 100 52 46 49
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah)
Tabel 3. menjelaskan adanya hubungan antara tingkat kesiapan dengan perolehan
skor rata-rata UKG, dimana semakin baik persiapan peserta semakin baik perolehan
skor UKG yang diperolehnya. Peserta yang siap biasanya sering membaca buku
panduan UKG, melakukan browsing secara online di internet seperti mencari kisi-
kisi soal UKG serta membaca buku mata pelajaran yang sesuai dengan kelompok
mata pelajaran sertifikasi. Sedangkan kurang-tidak siapnya peserta disebabkan 3
faktor yakni kendala teknologi informasi (54%), kendala waktu (28%), dan
rendahnya sosialisasi (18%). Ketiga faktor tersebut terdistribusi secara berurutan
pada masing-masing posisi geografis jenjang pendidikan (kota/pinggiran). Secara
rinci faktor penyebab kurang-tidak siapnya peserta UKG tersaji pada tabel berikut.
Tabel 4. Faktor Kurang-Tidak Siap Peserta UKG
No Faktor Kurang-Tidak
Siap
Jumlah Guru Persentase
Kota Ping
Giran
Kota+
Pinggiran Kota
Ping
giran
Kota+
Pinggiran
1 Kendala Teknologi
Informasi 16 21 37 47 61 54
2 Kendala Waktu 10 8 18 31 24 28
3 Rendahnya Sosialisasi 8 5 13 22 15 18
TOTAL 34 34 65 100 100 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah)
4.3 Pelaksanaan UKG
UKG dilaksanakan dalam 100 soal essay dalam waktu 100 menit. Beberapa
kendala pelaksanaaan UKG dapat dilihat dari aspek kendala teknis maupun kendala
guru. Penyebab kendala teknis disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5. Kendala Teknis UKG
No Kendala Teknis Pedagogik (%) Profesional (%)
9
1 Sistem online 29 29
2 Soal tidak sesuai kompetensi 12 3
3 Redaksi soal tidak jelas 22 7
4 Kurang persiapan/sosialisasi 24 22
5 Waktu ujian kurang 13 9
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah)
Beberapa kendala teknis yang menjadi problem internal peserta UKG
kompetensi pedagogik dan profesional paling dominan adalah sistem online yang
tidak efisien (27% dan 29,5%), yang secara tidak langsung mempengaruhi redaksi
soal tidak jelas (22% pedagogik dan 17,5% profesional) karena beberapa Mata
pelajaran yang terdapat gambar/grafik seperti mata pelajaran IPA, fisika, kimia,
biologi, geografi, dan matematika menjadi lambat, selain itu penampilan paragraf
mata pelajaran bahasa inggris dan bahasa Indonesia tidak utuh atau terlalu besar
sehingga perlu menggerakkan kursor untuk membaca paragraf secara utuh. Selain
itu, kurang terampilnya guru dalam mengoperasikan computer dapat mengganggu
konsentrasi peserta disekitarnya. Kelemahan-kelemahan tersebut menjadikan banyak
waktu terbuang untuk mengatasi kendala teknis sehingga banyak peserta yang
mengeluh mengalami kekurangan alokasi waktu. Beberapa guru IPS dan IPA
mengatakan bahwa soal yang diujikan tidak sesuai kompetensi.
Tabel 6. Kendala Guru SMPN
No Kendala Guru Pedagogik (%) Profesional (%)
1 Penguasaan komputer 50 8
2 Penguasaan materi 26 20
3 Kurang persiapan 16 19
4 Waktunya Kurang 8 24
5 Redaksi soal membingungkan 0 21
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah)
Tabel 6 menunjukkan bahwa kendala pada kompetensi pedagogik paling dominan
dipengaruhi oleh penguasaan komputer (50%), penguasaan materi (26%). Kedua hal
tersebut secara tidak langsung mempengaruhi kurangnya waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan soal pedagogik. Pada umumnya sebagian besar guru yang tidak
lulus UKG dikarenakan kurangnya persiapan mereka mengikuti UKG (16%),
kurangnya informasi yang diberikan dari dinas atau kepala sekolah yang terlalu
mendadak, kurangnya kemampuan mengakses informasi kisi-kisi UKG dari internet
sehingga apa yang dipelajari kurang sesuai dengan materi yang diujikan.
Kendala guru pada kompetensi profesional yang dominan pada waktu
mengerjakan kurang (24%) dan redaksi soal membingungkan (21%), dikarenakan
redaksi soalnya yang tidak sempurna di monitor atau lambat menyebabkan sebagian
besar guru kesulitan memahami materi yang diujikan dan waktu yang terbatas
10
menyebabkan guru tergesa-gesa menjawab soal sehingga mereka semakin bingung
jika jawaban yang ditemukan tidak ada dalam opsi jawaban. Kurangnya persiapan
mengikuti UKG (19%) dan kelemahan penguasaan materi guru (20%) karena mereka
merasakan soal-soal yang diujikan banyak yang baru, pada guru SMP biasanya
bermasalah pada guru IPA terpadu maupun IPS terpadu karena latar belakang
pendidikannya yang kebanyakan dari Biologi atau Kimia, serta kurangnya kesiapan
guru mengikuti UKG (19%) menyebabkan materi tidak siap dan kurang menguasai
komputer dalam ujian sehingga dapat mengganggu proses ujian diri sendiri maupun
orang lain di sekitarnya.
4.3 Hasil UKG
Kompetensi yang diujikan dalam UKG terdiri dari dua yakni kompetensi
pedagogik (30% soal) dan kompetensi profesional (70% soal) dari 100 soal yang
diujikan secara online.
Tabel 7. Taraf Kesukaran Soal pada setiap Mata pelajaran
No Mata pelajaran
SMPN
Jumlah
Sampel
Lulus
Sampel
*) Taraf Kesukaran (%) Rerata
Skor
UKG Pedagogik Profesional
1 Bahasa Indonesia 6 0 33 67 48
2 Bahasa Inggris 5 0 80 20 49
3 Konselor/BP-BK 8 0 63 38 53
4 IPA Terpadu 11 0 73 27 54
5 IPS Terpadu 8 0 89 11 48
6 Matematika 8 2 63 38 52
7 Penjaskes 6 1 83 17 57
8 PKn 7 2 100 0 58
9 Seni Budaya 4 0 50 50 54
10 TIK 5 1 75 25 57
Jumlah 68 6 72 28 53
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah), *) persepsi responden
Tabel 7. menjelaskan bahwa taraf kesukaran soal pedagogik mayoritas (72%)
dirasakan pada semua mata pelajaran jauh lebih sukar dibandingkan kompetensi
profesional (28%). Lemahnya kompetensi pedagogik karena secara umum guru-guru
relatif jarang dan bahkan tidak pernah memahami secara mendalam dalam praktek
mengajar, serta rendahnya kuantitas guru mengikuti berbagai workshop/seminar
aspek pedagogik dan kurang terbiasa melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dimana PTK hakikatnya adalah implementasi dari kompetensi profesional.
a. Penyebab Kesukaran Soal Kompetensi Pedagogik
Tabel 8. Faktor Penyebab Kesukaran Soal Pedagogik
11
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah) Keterangan: Pedagogik: (I) mengenal karakteristik dan potensi peserta didik;
II) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif, III)
merencanakan dan mengembangkan kurikulum (IV) melaksanakan dan
menilai pembelajaran yang efektif,
(I)1= Tidak memahami materi, 2= waktunya kurang, 3 = kurang persiapan, 4=
lemah IT; (II)1 = Tidak Memahami Materi, 2= Waktunya kurang, 3= kurang
sosialisasi; (III)1= materi kurang dipahami, 2= waktu kurang, 3= kurang
sosialisasi, 4=kurang persiapan; (IV)1= kurang menguasai materi, 2= kurang
waktu, 3= kurang persiapan
Tabel 8. menjelaskan bahwa pada kompetensi pedagogik komponen “mengenal
karakteristik dan potensi peserta didik” terdapat 4 (empat) faktor kesukaran dalam
menjawab soal yakni: 1) tidak memahami materi, 2) waktu kurang, 3) kurang
persiapan dan 4) lemah pada TI, keempat faktor tersebut dominan adalah tidak
memahami materi (64%). Komponen pedagogik selanjutnya yakni “menguasai teori
belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif” terdapat 3 (tiga) faktor
penyebab sukarnya menjawab soal yakni: 1) tidak memahami materi soal, 2) waktu
kurang dalam mengerjakan soal, dan 3) kurangnya mendapatkan sosialisasi materi.
Ketiga faktor tersebut dominan responden menyatakan adalah tidak memahami
materi (88%), Selanjutnya komponen pedagogik “merencanakan dan
mengembangkan kurikulum serta melaksanakan pembelajaran yang efektif“ terdapat
4 (empat) faktor yakni penyebab diantaranya: 1) kurang menguasai materi, 2) waktu
kurang, dan 3) kurang sosialisasi. Faktor yang paling dominan dari masing-masing
komponen adalah tidak memahami materi, meskipun faktor lain seperti kurangnya
waktu serta kurang persiapan juga turut menjadi bagian dari faktor pendukung.
b. Penyebab Kesukaran Soal Kompetensi Profesional Tabel 9. Penyebab Kesukaran Soal Kompetensi Profesional
No Mata Pelajaran I II III
1 2 3 Jlh 1 2 3 Jlh 1 2 3 Jlh
No Mata Pelajaran I II III IV
1 2 3 4 Jlh 1 2 3 Jlh 1 2 3 4 Jlh 1 2 3 Jlh
1 Bahasa Indonesia 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 1 0 1 2 0 0 2
2 Bahasa Inggris 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 2
3 Bimbingan Konseling 1 0 0 0 1 2 0 0 2 0 0 0 0 0 4 0 0 4
4 IPA Terpadu 1 0 0 0 1 2 0 1 3 2 0 0 0 2 4 0 0 4
5 IPS Terpadu 1 0 0 0 1 2 1 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 3
6 Matematika 1 0 0 1 2 1 0 0 1 2 1 0 0 2 2 0 0 2
7 Penjaskes 0 0 0 0 0 2 0 0 2 1 0 0 0 1 2 0 0 2
8 PKn 1 1 0 0 2 1 0 0 1 1 0 0 1 2 0 1 0 1
9 Seni Budaya 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1
10 TIK 0 0 1 1 2 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1
Jumlah 7 1 1 2 11 15 1 1 17 7 1 1 1 9 20 1 1 22
PERSENTASE (%)
1 Bahasa Indonesia 0 0 0 0 0 100 0 0 100 0 0 100 0 100 0 0 0 0
2 Bahasa Inggris 100 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 100
3 Bimbingan Konseling 100 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 100
4 IPA Terpadu 100 0 0 0 100 67 0 33 100 100 0 0 0 100 100 0 0 100
5 IPS Terpadu 100 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Matematika 50 0 0 50 100 100 0 0 100 100 50 0 0 150 100 0 0 100
7 Penjaskes 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 0 100 100 0 0 100
8 PKn 50 50 0 0 100 100 0 0 100 50 0 0 50 100 0 100 0 100
9 Seni Budaya 100 0 0 0 100 100 0 0 100 100 0 0 0 100 0 0 100 100
10 TIK 0 0 50 50 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 100
Jumlah 64 9 9 18 100 88 6 6 100 78 11 11 11 100 91 5 5 100
12
No Mata Pelajaran I II III
1 2 3 Jlh 1 2 3 Jlh 1 2 3 Jlh
1 Bahasa Indonesia 100 0 0 100 100 0 0 100 100 0 0 100
2 Bahasa Inggris 100 0 0 100 100 0 0 100 0 0 0 0
3 Bimb. Konseling 0 0 0 0 0 100 0 100 0 0 0 0
4 IPA Terpadu 50 50 0 100 50 50 0 100 100 0 0 100
5 IPS Terpadu 100 0 0 100 100 0 0 100 0 0 0 0
6 Matematika 100 0 0 100 100 0 0 100 0 100 0 100
7 Penjaskes 0 0 0 0 0 0 100 100 0 0 0 0
8 PKn 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 100
9 Seni Budaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 TIK 100 0 0 100 100 0 0 100 100 0 0 100
Jumlah 83 17 0 100 46 31 23 100 57 29 14 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah) Keterangan: (I)1= kurang menguasai materi, 2= waktu kurang, 3=kurang persiapan; (II)1;
kurang memahami materi, 2= kurang persiapan, 3= redaksi soal tidak jelas
(III)1= Kurang memahami materi, 2= tidak sesuai teks/realita, 3=
kurang persiapan
Tabel 9. menunjukkan bahwa mayoritas dalam komponen ini adalah kurangnya
memahami materi yang terdapat dalam soal UKG online. Komponen konsistensi
penguasaan materi guru antara content dengan performance: teks, konteks dan
realitas; fakta, prinsip, konsep dan prosedur; ketuntasan tentang penguasaan filosofi,
asal-usul dan aplikasi ilmu terdapat 3 (tiga) faktor yakni kurang memahami materi
(57%), tidak sesuai teks/realitas (29%), dan kurang persiapan (14%). Namun yang
menjadi pertimbangan dalam beberapa kasus adalah banyaknya guru non bidang
keilmuannya mengajar bidang lain, sebagaimana hasil penelitian Nasruddin, dkk
(2010) di wilayah Kota Banjarmasin dengan temuan pada aspek kesesuaian mengajar
guru (pendidik) di instansi Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan serta
Kementerian Agama yang sesuai yakni 63% dan tidak sesuai mengajar 37%.
V. KESIMPULAN
Rendahnya hasil UKG SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi
persiapan, pelaksanaan, dan hasil UKG. (1) Persiapan guru dalam mengikuti UKG
kurang, karena 58,82% kurang memahami Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 57 tahun 2012, 70,6% kurang/ tidak mengetahui UKG sebagai
syarat kenaikan pangkat, dan 95,5% kurang/tidak siap mengikuti UKG karena
kendala teknologi informasi (54%), kendala waktu (28%), dan rendahnya sosialisasi
(18%), (2) Pelaksanaaan UKG mengalami kendala teknis maupun kendala guru.
Kendala teknis pada kompetensi pedagogik dan profesional paling dominan adalah
sistem online yang tidak efisien (27% ;29,5%), redaksi soal tidak jelas (22% ; 17,5),
selain itu kurang sosialisasi, soal tidak sesuai kompetensi, dan waktu ujian kurang.
Sedangkan pada kompetensi pedagogik paling dominan adalah penguasaan komputer
13
(50%), penguasaan materi (26%), dan kurang persiapan (16%) serta pada kompetensi
professional yang dominan pada waktu mengerjakan kurang (24%), redaksi soal
membingungkan (21%), waktunya kurang (20%), kurang persiapan (19%), dan
kurang menguasai komputer (8%), (3) Hasil UKG menunjukkan taraf kesukaran soal
pedagogik pada semua matapelajaran mayoritas (72%) lebih sukar dibandingkan
kompetensi profesional (28%). Secara umum guru relatif jarang mengikuti berbagai
workshop/seminar, kurang terbiasa melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
dan kurang memahami materi, kurang persiapan/sosialisasi, waktu ujian kurang,
serta redaksi soal tidak jelas.