Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal...

13
1

Transcript of Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal...

Page 1: Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal Kebijakan Pembangunan_Balitbangda... · SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan,

1

Page 2: Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal Kebijakan Pembangunan_Balitbangda... · SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan,

2

Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota Banjarmasin

(Bahasa Inggris)

Oleh:

Suyidno *)

Moh. Yamin *)

*) Dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat

Jl. Brigjend H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin Telp/Fax (0511) 3304913

e-mail: [email protected], [email protected]

Abstract: The mapping of teachers’ competence test (UKG) is one of strategic way to

analyze the low quality of success level of teachers’ competence test for state junior

high school in Banjarmasin. The objective of this research is to analyze the causes

toward the low quality of teachers’ competence test for state junior (SMPN) high

school in Banjarmasin. The research result says that the main causes of the low

quality of teachers’ competence test cover test preparation for teachers competence

test, implimentation, and the result of mapping of teachers’ competence test.

For test preparation of teachers competence test, it covers the teachers’

comprehension level toward Permendikbud No. 57/2012 that is low and majority of

teachers do not master it at all whether theoritically or practically. Seventy one

percent (71%) of state junior high school teachers and seventy five percent (75%) of

state senior high school teachers do not understand Permendikbud No. 57/2012.

Majority of teachers get information from colleagues and they also get it from the

mass media (45%). Meanwhile the unreadiness of teachers in facing teachers’

competence test for junior high schoo is 96%. The causes of unreadiness in teachers’

competence test contain three items, namely information technology (54% for junior

high school), timing (28% for junior high school), and socialization (28% for junior

high school). For the technical problems, majority of the teachers have problems

relating to online system, the unclear question format, the minimum

socialization/preparation. For teachers’ internal problem, they face the limited time

in doing every questions (22%), the mastery in operating computer (21%), and the

minimum preparation before taking part in test (19%).

Based on the findings, the difficulty level of pedagogical questions to all subjects is

more difficult (72%) than professional questions (28%). Generally, the teachers

seldom relatively take part in workshop/seminar, are not accustomed to do the

Classroom Action Research (CAR), do not understand the material, are lack of

preparation, lack of time in doing the test. The question format of the test is also not

focused on the objective of teachers’ competence tense

Abstrak: Pemetaan Uji Kompetensi Guru (UKG) merupakan salah satu langkah

strategis dalam mengkaji permasalahan kompetensi guru terkait rendahnya tingkat

Page 3: Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal Kebijakan Pembangunan_Balitbangda... · SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan,

3

kelulusan UKG jenjang SMPN Kota Banjarmasin. Tujuan penelitian menganalisis

faktor penyebab terhadap kelemahan hasil uji kompetensi guru UKG jenjang SMPN

Kota Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya hasil UKG

SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan, pelaksanaan, dan

hasil UKG. (1) Persiapan guru dalam mengikuti UKG kurang, karena 58,82%

kurang memahami Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 tahun

2012, 70,6% kurang/ tidak mengetahui UKG sebagai syarat kenaikan pangkat, dan

95,5% kurang/tidak siap mengikuti UKG karena kendala teknologi informasi (54%),

kendala waktu (28%), dan rendahnya sosialisasi (18%). (2) Pelaksanaaan UKG

mengalami kendala teknis maupun kendala guru. Kendala teknis paling dominan

adalah sistem online yang tidak efisien, redaksi soal tidak jelas, kurang sosialisasi,

dan soal tidak sesuai kompetensi. Kendala dari guru pada kompetensi pedagogik

paling dominan adalah penguasaan komputer (50%), penguasaan materi (26%), dan

kurang persiapan (16%) serta pada kompetensi professional yang dominan pada

waktu mengerjakan kurang (24%), redaksi soal membingungkan (21%), kurang

persiapan (19%), dan kurang menguasai komputer (8%). Hasil UKG menunjukkan

taraf kesukaran soal pedagogik pada semua matapelajaran mayoritas (72%) lebih

sukar dibandingkan kompetensi profesional (28%). Secara umum guru relatif jarang

mengikuti berbagai workshop/seminar, kurang terbiasa melaksanakan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK), dan kurang memahami materi, kurang persiapan/sosialisasi,

waktu ujian kurang, serta redaksi soal tidak jelas.

Key Words: teachers competence test (UKG), SMPM and SMAN, and Banjarmasin

I. PENDAHULUAN

Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan memiliki peran yang

sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Tuntutan peran guru

tersebut diperkuat dengan pencanangan “Guru sebagai Profesi” oleh Presiden pada

tanggal 4 Desember 2004. Profesionalitas guru diselenggarakan melalui

pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak

diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan

kode etik profesi.

Pembinaan profesionalisme guru dapat dilaksanakan secara efektif dan

efisien apabila dapat dipetakan kompetensi guru salah satunya melalui Uji

Kompetensi Guru (UKG). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

57 Tahun 2012 Pasal 1 menjelaskan bahwa UKG adalah pengujian terhadap

penguasaan kompetensi profesional dan pedagogik dalam ranah kognitif sebagai

dasar penetapan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan dan bagian dari

penilaian kinerja guru. Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah kegiatan

yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku guru

dalam rangka menjalankan tugas keprofesionalan, sedangkan penilaian kinerja guru

Page 4: Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal Kebijakan Pembangunan_Balitbangda... · SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan,

4

adalah proses pengukuran setiap butir tugas utama guru dalam rangka menjalankan

tugas keprofesionalan.

Laporan berbagai media mengenai rendahnya kualitas pendidikan

Indonesia dibuktikan dengan hasil perolehan hasil uji kompetensi awal guru

(sebelum sertifikat profesi) dengan perolehan nilai rata-rata nasional 42,25 dan hasil

UKG pada tahun yang sama (pasca sertifkat profesi) dengan perolehan nilai rata-rata

45,82 atau dengan kata lain bahwa nilai sumbangan sertifikat profesi hanya mampu

menyumbang 8,45% (http://www.srie.org).

Gambar 1. Perolehan Nilai Rata-Rata UKG Nasional

(http://www.srie.org)

Gambar 1. menunjukkan bahwa kompetensi guru di Indonesia termasuk Kota

Banjarmasin, relatif belum mencapai standar karena hasil evaluasi uji kompetensi

guru rata-rata 44,82. Apalagi nilai UKG di Kota Banjarmasin hanya 10% guru yang

lulus dengan perolehan nilai tertinggi 87 dan terendah 22 dari 100 soal yang diujikan

selama 120 menit, serta nilai ketuntasan minimal yakni 70 (http://banjarmasin.

tribunnews.com). Hal ini membuktikan bahwa kompetensi guru di Kota Banjarmasin

masih sangat membutuhkan pembenahan dalam hal peningkatan kompetensinya.

1.1 Rumusan Masalah

Page 5: Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal Kebijakan Pembangunan_Balitbangda... · SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan,

5

Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan dalam penelitian ini

menentukan faktor-faktor penyebab rendahnya kompetensi guru SMPN di Kota

Banjarmasin.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis faktor penyebab

rendahnya kompetensi guru SMPN di Kota Banjarmasin.

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kompetensi Guru

Mulyasa (2009) menjelaskan kompetensi sebagai perpaduan dari

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan

berfikir dan bertindak. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan,

nilai dan sikap yang dimiliki seseorang dan dapat diamati melalui apa yang

ditunjukkannya sebagai hasil berfikir dan bertindak. Syah (2001) mengemukakan

kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-

kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Kompetensi guru juga dapat

diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan

dalam bentuk perilaku cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seorang guru

dalam menjalankan profesinya (Mulyasa, 2009).

2.2 Uji Kompetensi Guru

Uji Kompetensi Guru (UKG) mengukur kompetensi dasar tentang bidang

studi (subject matter dan pedagogik dalam domain content). Kompetensi dasar

bidang studi yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi (bagi guru

yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik guru

(bagi guru yang belum bersertifikat pendidik) (Kemendikbud, 2012). Pendekatan

yang digunakan adalah tes penguasaan subject matter pada jenjang pendidikan

tempat tugas guru.

UKG bertujuan untuk pemetaan kompetensi, sebagai dasar kegiatan

pengembangan kemampuan profesional berkelanjutan (continuing professional

development) serta sebagai bagian dari proses penilaian kinerja untuk mendapatkan

gambaran yang utuh terhadap pelaksanaan semua standar kompetensi. UKG

mempunyai fungsi: (1) alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional

guru, (2) alat seleksi penerimaan guru, (3) mengelompokkan guru, (4) bahan acuan

dalam pengembangan kurikulum, (5) alat pembinaan guru, dan (6) mendorong

kegiatan dan hasil belajar (Mulyasa , 2009). Sasaran UKG adalah semua guru

pengajar di sekolah, baik yang bersertifikat pendidik maupun yang belum

bersertifikat pendidik, yang akan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2012.

Materi UKG ditekankan pada uji kompetensi pedagogik dan uji kompetensi

professional. (1) Kompetensi Pedagogik, kemampuan guru dalam memahami siswa,

merancang dan melaksanakan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Standar kompetensi pedagogik meliputi: (a) mengenal karakteristik dan potensi

Page 6: Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal Kebijakan Pembangunan_Balitbangda... · SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan,

6

peserta didik, (b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

efektif, (c) merencanakan dan mengembangkan kurikulum, (d) melaksanakan

pembelajaran yang efektif, dan (e) menilai dan mengevaluasi pembelajaran, dan (2)

Kompetensi Profesional, kemampuan guru meliputi pengetahuan, sikap, dan

keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis.

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara

luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi

standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Kompetensi profesional bidang studi meliputi: (a) Penguasaan materi, struktur,

konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, (b)

Mengembangkan keprofesian melalui tindakan reflektif, dan (c) Konsistensi

penguasaan materi guru antara content dengan performance ( teks, konteks, dan

realitas, fakta, prinsip, konsep dan prosedur, dan ketuntasan tentang penguasaan

filosofi, asal-usul, dan aplikasi ilmu) (PP No. 19 tahun 2005)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Kota Banjarmasin pada jenjang pendidikan SMPN,

dengan sasaran Guru SMPN di Kota Banjarmasin, Propinsi Kalimantan Selatan.

3.2 Waktu Pelaksanaan Penelitian

Waktu pelaksanaan kegiatan yakni selama 4 bulan mulai tanggal 8 April

2013 sampai 31 Juli 2013 dari pengambilan data hingga pelaporan akhir.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah guru SMPN yang telah melaksanakan tes uji

kompetensi guru di Kota Banjarmasin. Sampel penelitian ditentukan secara

purposive sampling dengan dasar klasifikasi jenjang satuan pendidikan di wilayah

dalam kota dan pinggiran kota yang distrata perolehan nilai UKG yakni tinggi,

sedang dan rendah. Total sampel keseluruhan yakni 68 meliputi 34 guru dalam kota

dan 34 guru di wilyah pinggiran.

3.4 Teknik Analisis Data

Data dari hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif yaitu data yang berupa kata-kata atau kalimat akan dilakukan

reduksi data, pemisahan atau pengelompokan sehingga dapat disimpulkan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Rendahnya hasil UKG SMPN di Kota Banjarmasin perlu dicari

penyebabnya sehingga dapat dicari solusi untuk perbaikan UKG pada tahap

selanjutnya. Beberapa faktor penyebab kelemahan secara umum meliputi persiapan,

pelaksanaan, dan hasil UKG.

4.1 Persiapan Tes UKG

Persiapan seorang guru dalam menghadapi UKG secara tidak langsung

sangat mempengaruhi hasil UKG. Komponen persiapan peserta tes UKG meliputi

tingkat pemahaman terhadap Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

Page 7: Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal Kebijakan Pembangunan_Balitbangda... · SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan,

7

57 tahun 2012, tingkat pengetahuan UKG syarat kenaikan pangkat, dan kesiapan

awal sebelum mengikuti tes UKG.

a. Tingkat Pemahaman terhadap Permendikbud No. 57 tahun 2012

Permendikbud No. 57 tahun 2012 merupakan salah produk regulasi yang

menguraikan tentang hakikat, fungsi, mekanisme, dan tujuan dari UKG. Tingkat

pemahaman guru yang baik terhadap Permendikbud ini tentunya akan menambah

daya atau motivasi untuk belajar. Tingkat pemahaman guru di Kota Banjarmasin

terhadap Permendikbud Nomor 57 tahun 2012 tersaji pada tabel berikut.

Tabel 1. Tingkat pemahaman Guru terhadap Permendikbud No. 57 Tahun 2012

No Tingkat

Pemahaman

Persentase Guru Perolehan Skor Rata-rata

Kota Pinggiran Kota+

Pinggiran Kota Pinggiran

Kota+

Pinggiran

1 Memahami 32,35 23,53 27,94 52 59 55

2 Kurang Memahami 55,88 61,76 58,82 53 52 52

3 Tidak Memahami 11,76 14,71 13,24 49 50 49

TOTAL 100 100 100 51 54 52

Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah)

Tabel 1 menggambarkan mayoritas tingkat pemahaman guru di kota maupun

pinggiran kota adalah kurang memahami (58,82%). Rendahnya pemahaman guru

terhadap Permendikbud Nomor 57 tahun 2012 juga diikuti oleh perolehan skor rata-

rata UKG guru yang semakin rendah pula.

b. Tingkat Pengetahuan UKG syarat Kenaikan Pangkat

Tingkat pengetahuan guru terkait fungsi UKG sebagai salah satu syarat

kenaikan pangkat sangat penting mengingat fitrah manusia bahwa pekerjaan

harapannya berbanding lurus dengan pendapatan. Hasil telaah peserta UKG terkait

pengetahuan UKG sebagai syarat kenaikan pangkat sebagai berikut:

Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Guru tentang UKG sebagai salah satu syarat

Kenaikan Pangkat

No Tingkat Pengetahuan

(Kenaikan Pangkat)

Persentase Guru Perolehan Skor Rata-rata

Kota Pinggiran Kota+

Pinggiran Kota Pinggiran

Kota+

Pinggiran

1 Mengetahui 26,5 32,3 29,4 47 49 55

2 Kurang Mengetahui 44,1 41,2 42,7 48 43 52

3 Tidak Mengetahui 29,4 26,5 27,9 51 44 49

TOTAL 100 100 100 49 45 52

Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah)

Mayoritas peserta UKG kurang mengetahui dan kondisi ini berbanding lurus dengan

perolehan skor rata-rata UKG, artinya peserta UKG yang tidak mengetahui semakin

rendah perolehan skor UKG dan semakin mengetahui semakin baik perolehan rata-

rata skor UKG. Dengan demikian dapat dipahami bahwa peserta UKG di Kota

Page 8: Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal Kebijakan Pembangunan_Balitbangda... · SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan,

8

Banjarmasin memiliki keeratan perolehan skor rata-rata UKG dengan pengetahuan

UKG sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat.

c. Tingkat Kesiapan Peserta UKG

Sebagian besar peserta UKG menunjukkan kurang siap. Tingkat kesiapan

peserta UKG tahun 2012 di Kota Banjarmasin sebagai berikut:

Tabel 3. Tingkat Kesiapan Peserta UKG

No Tingkat

Kesiapan Awal

Persentase Guru Perolehan Skor rata-rata

Kota Pinggiran Kota+

Pinggiran Kota Pinggiran

Kota+

Pinggiran

1 Siap 5,9 2,9 4,4 53 53 53

2 Kurang Siap 58,8 47,1 52,9 51 54 53

3 Tidak Siap 35,3 50,0 42,7 51 30 40

TOTAL 100 100 100 52 46 49

Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah)

Tabel 3. menjelaskan adanya hubungan antara tingkat kesiapan dengan perolehan

skor rata-rata UKG, dimana semakin baik persiapan peserta semakin baik perolehan

skor UKG yang diperolehnya. Peserta yang siap biasanya sering membaca buku

panduan UKG, melakukan browsing secara online di internet seperti mencari kisi-

kisi soal UKG serta membaca buku mata pelajaran yang sesuai dengan kelompok

mata pelajaran sertifikasi. Sedangkan kurang-tidak siapnya peserta disebabkan 3

faktor yakni kendala teknologi informasi (54%), kendala waktu (28%), dan

rendahnya sosialisasi (18%). Ketiga faktor tersebut terdistribusi secara berurutan

pada masing-masing posisi geografis jenjang pendidikan (kota/pinggiran). Secara

rinci faktor penyebab kurang-tidak siapnya peserta UKG tersaji pada tabel berikut.

Tabel 4. Faktor Kurang-Tidak Siap Peserta UKG

No Faktor Kurang-Tidak

Siap

Jumlah Guru Persentase

Kota Ping

Giran

Kota+

Pinggiran Kota

Ping

giran

Kota+

Pinggiran

1 Kendala Teknologi

Informasi 16 21 37 47 61 54

2 Kendala Waktu 10 8 18 31 24 28

3 Rendahnya Sosialisasi 8 5 13 22 15 18

TOTAL 34 34 65 100 100 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah)

4.3 Pelaksanaan UKG

UKG dilaksanakan dalam 100 soal essay dalam waktu 100 menit. Beberapa

kendala pelaksanaaan UKG dapat dilihat dari aspek kendala teknis maupun kendala

guru. Penyebab kendala teknis disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5. Kendala Teknis UKG

No Kendala Teknis Pedagogik (%) Profesional (%)

Page 9: Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal Kebijakan Pembangunan_Balitbangda... · SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan,

9

1 Sistem online 29 29

2 Soal tidak sesuai kompetensi 12 3

3 Redaksi soal tidak jelas 22 7

4 Kurang persiapan/sosialisasi 24 22

5 Waktu ujian kurang 13 9

Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah)

Beberapa kendala teknis yang menjadi problem internal peserta UKG

kompetensi pedagogik dan profesional paling dominan adalah sistem online yang

tidak efisien (27% dan 29,5%), yang secara tidak langsung mempengaruhi redaksi

soal tidak jelas (22% pedagogik dan 17,5% profesional) karena beberapa Mata

pelajaran yang terdapat gambar/grafik seperti mata pelajaran IPA, fisika, kimia,

biologi, geografi, dan matematika menjadi lambat, selain itu penampilan paragraf

mata pelajaran bahasa inggris dan bahasa Indonesia tidak utuh atau terlalu besar

sehingga perlu menggerakkan kursor untuk membaca paragraf secara utuh. Selain

itu, kurang terampilnya guru dalam mengoperasikan computer dapat mengganggu

konsentrasi peserta disekitarnya. Kelemahan-kelemahan tersebut menjadikan banyak

waktu terbuang untuk mengatasi kendala teknis sehingga banyak peserta yang

mengeluh mengalami kekurangan alokasi waktu. Beberapa guru IPS dan IPA

mengatakan bahwa soal yang diujikan tidak sesuai kompetensi.

Tabel 6. Kendala Guru SMPN

No Kendala Guru Pedagogik (%) Profesional (%)

1 Penguasaan komputer 50 8

2 Penguasaan materi 26 20

3 Kurang persiapan 16 19

4 Waktunya Kurang 8 24

5 Redaksi soal membingungkan 0 21

Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah)

Tabel 6 menunjukkan bahwa kendala pada kompetensi pedagogik paling dominan

dipengaruhi oleh penguasaan komputer (50%), penguasaan materi (26%). Kedua hal

tersebut secara tidak langsung mempengaruhi kurangnya waktu yang diperlukan

untuk menyelesaikan soal pedagogik. Pada umumnya sebagian besar guru yang tidak

lulus UKG dikarenakan kurangnya persiapan mereka mengikuti UKG (16%),

kurangnya informasi yang diberikan dari dinas atau kepala sekolah yang terlalu

mendadak, kurangnya kemampuan mengakses informasi kisi-kisi UKG dari internet

sehingga apa yang dipelajari kurang sesuai dengan materi yang diujikan.

Kendala guru pada kompetensi profesional yang dominan pada waktu

mengerjakan kurang (24%) dan redaksi soal membingungkan (21%), dikarenakan

redaksi soalnya yang tidak sempurna di monitor atau lambat menyebabkan sebagian

besar guru kesulitan memahami materi yang diujikan dan waktu yang terbatas

Page 10: Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal Kebijakan Pembangunan_Balitbangda... · SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan,

10

menyebabkan guru tergesa-gesa menjawab soal sehingga mereka semakin bingung

jika jawaban yang ditemukan tidak ada dalam opsi jawaban. Kurangnya persiapan

mengikuti UKG (19%) dan kelemahan penguasaan materi guru (20%) karena mereka

merasakan soal-soal yang diujikan banyak yang baru, pada guru SMP biasanya

bermasalah pada guru IPA terpadu maupun IPS terpadu karena latar belakang

pendidikannya yang kebanyakan dari Biologi atau Kimia, serta kurangnya kesiapan

guru mengikuti UKG (19%) menyebabkan materi tidak siap dan kurang menguasai

komputer dalam ujian sehingga dapat mengganggu proses ujian diri sendiri maupun

orang lain di sekitarnya.

4.3 Hasil UKG

Kompetensi yang diujikan dalam UKG terdiri dari dua yakni kompetensi

pedagogik (30% soal) dan kompetensi profesional (70% soal) dari 100 soal yang

diujikan secara online.

Tabel 7. Taraf Kesukaran Soal pada setiap Mata pelajaran

No Mata pelajaran

SMPN

Jumlah

Sampel

Lulus

Sampel

*) Taraf Kesukaran (%) Rerata

Skor

UKG Pedagogik Profesional

1 Bahasa Indonesia 6 0 33 67 48

2 Bahasa Inggris 5 0 80 20 49

3 Konselor/BP-BK 8 0 63 38 53

4 IPA Terpadu 11 0 73 27 54

5 IPS Terpadu 8 0 89 11 48

6 Matematika 8 2 63 38 52

7 Penjaskes 6 1 83 17 57

8 PKn 7 2 100 0 58

9 Seni Budaya 4 0 50 50 54

10 TIK 5 1 75 25 57

Jumlah 68 6 72 28 53

Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah), *) persepsi responden

Tabel 7. menjelaskan bahwa taraf kesukaran soal pedagogik mayoritas (72%)

dirasakan pada semua mata pelajaran jauh lebih sukar dibandingkan kompetensi

profesional (28%). Lemahnya kompetensi pedagogik karena secara umum guru-guru

relatif jarang dan bahkan tidak pernah memahami secara mendalam dalam praktek

mengajar, serta rendahnya kuantitas guru mengikuti berbagai workshop/seminar

aspek pedagogik dan kurang terbiasa melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dimana PTK hakikatnya adalah implementasi dari kompetensi profesional.

a. Penyebab Kesukaran Soal Kompetensi Pedagogik

Tabel 8. Faktor Penyebab Kesukaran Soal Pedagogik

Page 11: Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal Kebijakan Pembangunan_Balitbangda... · SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan,

11

Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah) Keterangan: Pedagogik: (I) mengenal karakteristik dan potensi peserta didik;

II) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif, III)

merencanakan dan mengembangkan kurikulum (IV) melaksanakan dan

menilai pembelajaran yang efektif,

(I)1= Tidak memahami materi, 2= waktunya kurang, 3 = kurang persiapan, 4=

lemah IT; (II)1 = Tidak Memahami Materi, 2= Waktunya kurang, 3= kurang

sosialisasi; (III)1= materi kurang dipahami, 2= waktu kurang, 3= kurang

sosialisasi, 4=kurang persiapan; (IV)1= kurang menguasai materi, 2= kurang

waktu, 3= kurang persiapan

Tabel 8. menjelaskan bahwa pada kompetensi pedagogik komponen “mengenal

karakteristik dan potensi peserta didik” terdapat 4 (empat) faktor kesukaran dalam

menjawab soal yakni: 1) tidak memahami materi, 2) waktu kurang, 3) kurang

persiapan dan 4) lemah pada TI, keempat faktor tersebut dominan adalah tidak

memahami materi (64%). Komponen pedagogik selanjutnya yakni “menguasai teori

belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif” terdapat 3 (tiga) faktor

penyebab sukarnya menjawab soal yakni: 1) tidak memahami materi soal, 2) waktu

kurang dalam mengerjakan soal, dan 3) kurangnya mendapatkan sosialisasi materi.

Ketiga faktor tersebut dominan responden menyatakan adalah tidak memahami

materi (88%), Selanjutnya komponen pedagogik “merencanakan dan

mengembangkan kurikulum serta melaksanakan pembelajaran yang efektif“ terdapat

4 (empat) faktor yakni penyebab diantaranya: 1) kurang menguasai materi, 2) waktu

kurang, dan 3) kurang sosialisasi. Faktor yang paling dominan dari masing-masing

komponen adalah tidak memahami materi, meskipun faktor lain seperti kurangnya

waktu serta kurang persiapan juga turut menjadi bagian dari faktor pendukung.

b. Penyebab Kesukaran Soal Kompetensi Profesional Tabel 9. Penyebab Kesukaran Soal Kompetensi Profesional

No Mata Pelajaran I II III

1 2 3 Jlh 1 2 3 Jlh 1 2 3 Jlh

No Mata Pelajaran I II III IV

1 2 3 4 Jlh 1 2 3 Jlh 1 2 3 4 Jlh 1 2 3 Jlh

1 Bahasa Indonesia 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 1 0 1 2 0 0 2

2 Bahasa Inggris 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2 0 0 2

3 Bimbingan Konseling 1 0 0 0 1 2 0 0 2 0 0 0 0 0 4 0 0 4

4 IPA Terpadu 1 0 0 0 1 2 0 1 3 2 0 0 0 2 4 0 0 4

5 IPS Terpadu 1 0 0 0 1 2 1 0 3 0 0 0 0 0 3 0 0 3

6 Matematika 1 0 0 1 2 1 0 0 1 2 1 0 0 2 2 0 0 2

7 Penjaskes 0 0 0 0 0 2 0 0 2 1 0 0 0 1 2 0 0 2

8 PKn 1 1 0 0 2 1 0 0 1 1 0 0 1 2 0 1 0 1

9 Seni Budaya 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1

10 TIK 0 0 1 1 2 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1

Jumlah 7 1 1 2 11 15 1 1 17 7 1 1 1 9 20 1 1 22

PERSENTASE (%)

1 Bahasa Indonesia 0 0 0 0 0 100 0 0 100 0 0 100 0 100 0 0 0 0

2 Bahasa Inggris 100 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 100

3 Bimbingan Konseling 100 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 100

4 IPA Terpadu 100 0 0 0 100 67 0 33 100 100 0 0 0 100 100 0 0 100

5 IPS Terpadu 100 0 0 0 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 Matematika 50 0 0 50 100 100 0 0 100 100 50 0 0 150 100 0 0 100

7 Penjaskes 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 0 100 100 0 0 100

8 PKn 50 50 0 0 100 100 0 0 100 50 0 0 50 100 0 100 0 100

9 Seni Budaya 100 0 0 0 100 100 0 0 100 100 0 0 0 100 0 0 100 100

10 TIK 0 0 50 50 100 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 0 0 100

Jumlah 64 9 9 18 100 88 6 6 100 78 11 11 11 100 91 5 5 100

Page 12: Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal Kebijakan Pembangunan_Balitbangda... · SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan,

12

No Mata Pelajaran I II III

1 2 3 Jlh 1 2 3 Jlh 1 2 3 Jlh

1 Bahasa Indonesia 100 0 0 100 100 0 0 100 100 0 0 100

2 Bahasa Inggris 100 0 0 100 100 0 0 100 0 0 0 0

3 Bimb. Konseling 0 0 0 0 0 100 0 100 0 0 0 0

4 IPA Terpadu 50 50 0 100 50 50 0 100 100 0 0 100

5 IPS Terpadu 100 0 0 100 100 0 0 100 0 0 0 0

6 Matematika 100 0 0 100 100 0 0 100 0 100 0 100

7 Penjaskes 0 0 0 0 0 0 100 100 0 0 0 0

8 PKn 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100 100

9 Seni Budaya 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

10 TIK 100 0 0 100 100 0 0 100 100 0 0 100

Jumlah 83 17 0 100 46 31 23 100 57 29 14 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2013 (diolah) Keterangan: (I)1= kurang menguasai materi, 2= waktu kurang, 3=kurang persiapan; (II)1;

kurang memahami materi, 2= kurang persiapan, 3= redaksi soal tidak jelas

(III)1= Kurang memahami materi, 2= tidak sesuai teks/realita, 3=

kurang persiapan

Tabel 9. menunjukkan bahwa mayoritas dalam komponen ini adalah kurangnya

memahami materi yang terdapat dalam soal UKG online. Komponen konsistensi

penguasaan materi guru antara content dengan performance: teks, konteks dan

realitas; fakta, prinsip, konsep dan prosedur; ketuntasan tentang penguasaan filosofi,

asal-usul dan aplikasi ilmu terdapat 3 (tiga) faktor yakni kurang memahami materi

(57%), tidak sesuai teks/realitas (29%), dan kurang persiapan (14%). Namun yang

menjadi pertimbangan dalam beberapa kasus adalah banyaknya guru non bidang

keilmuannya mengajar bidang lain, sebagaimana hasil penelitian Nasruddin, dkk

(2010) di wilayah Kota Banjarmasin dengan temuan pada aspek kesesuaian mengajar

guru (pendidik) di instansi Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan serta

Kementerian Agama yang sesuai yakni 63% dan tidak sesuai mengajar 37%.

V. KESIMPULAN

Rendahnya hasil UKG SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi

persiapan, pelaksanaan, dan hasil UKG. (1) Persiapan guru dalam mengikuti UKG

kurang, karena 58,82% kurang memahami Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 57 tahun 2012, 70,6% kurang/ tidak mengetahui UKG sebagai

syarat kenaikan pangkat, dan 95,5% kurang/tidak siap mengikuti UKG karena

kendala teknologi informasi (54%), kendala waktu (28%), dan rendahnya sosialisasi

(18%), (2) Pelaksanaaan UKG mengalami kendala teknis maupun kendala guru.

Kendala teknis pada kompetensi pedagogik dan profesional paling dominan adalah

sistem online yang tidak efisien (27% ;29,5%), redaksi soal tidak jelas (22% ; 17,5),

selain itu kurang sosialisasi, soal tidak sesuai kompetensi, dan waktu ujian kurang.

Sedangkan pada kompetensi pedagogik paling dominan adalah penguasaan komputer

Page 13: Analisis Kelemahan Uji Kompetensi Guru (UKG) SMPN di Kota ...eprints.ulm.ac.id/418/1/Jurnal Kebijakan Pembangunan_Balitbangda... · SMPN di Kota Banjarmasin secara umum meliputi persiapan,

13

(50%), penguasaan materi (26%), dan kurang persiapan (16%) serta pada kompetensi

professional yang dominan pada waktu mengerjakan kurang (24%), redaksi soal

membingungkan (21%), waktunya kurang (20%), kurang persiapan (19%), dan

kurang menguasai komputer (8%), (3) Hasil UKG menunjukkan taraf kesukaran soal

pedagogik pada semua matapelajaran mayoritas (72%) lebih sukar dibandingkan

kompetensi profesional (28%). Secara umum guru relatif jarang mengikuti berbagai

workshop/seminar, kurang terbiasa melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),

dan kurang memahami materi, kurang persiapan/sosialisasi, waktu ujian kurang,

serta redaksi soal tidak jelas.