Analisis jurnal transasional care model for older

download Analisis jurnal transasional care model for older

of 26

description

analisa jurnal tentang teori keperawatan afaf meleis dalam hal transasional care model untuk lansia untuk menurunkan angka readmision lansia post hospitalisasi

Transcript of Analisis jurnal transasional care model for older

ANALISIS JURNALTHE TRANSITIONAL CARE MODEL FOR OLDER ADULTSDilihat Dari Perkembangan Teori Keperawatan

Disusun Guna Memenuhi Penugasan Mata Kuliah Sains KeperawatanDiampu Oleh Ns. Hery Kristianto, S. Kep., M. Kep., Sp. KMB.

Disusun Oleh:Reni Nurhidayah156070300111028

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

BAB ILATAR BELAKANG

Lansia dengan penyakit kronis termasuk dalam kelompok rentan. Tidak jarang lansia menderita lebih dari satu penyakit kronis. Kondisi tersebut membuat lansia memiliki angka morbiditas yang tinggi sehingga kualitas hidupnya akan mengalami penurunan. Penurunan kualitas hidup tersebut sering disebabkan karena lebih dari satu penyakit yang diderita sehingga terlalu banyak obat yang harus diminum, dan secara otomatis akan meningkatkan efek samping obat yang akan timbul (Bradway et al., 2011). Efek samping obat, serta kurangnya kemampuan lansia dan keluarga dalam merawat dirinya membuat lansia rentan mengalami perburukan kondisi paska hospitalisasi. Hal ini membuat posthospitalization menjadi periode yang sangat rentan bagi lansia.Akses ulang lansia pada pusat pelayanan kesehatan membuktikan kegagalan lansia dan keluarga dalam proses transisi dari Rumah Sakit ke rumah. Lansia dengan penyakit kronis membutuhkan pelayanan kesehatan dalam waktu yang lama serta tidak jarang yang membutuhkan bantuan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari (Toles, 2012). Kerusakan kognitif seperti delirium atau demensia seringkali memperparah kondisi lansia sehingga tingkat rehospitalization mengalami peningkatan. Kondisi lansia tersebut dapat membuat pemberi perawatan dalam hal ini adalah keluarga akan merasa terbebani sehingga tidak jarang mengakibatkan stress pada keluarga pasien (Bradway et al., 2011). Masalah kesakitan pada lansia yang lebih sering disebabkan tidak berhasilnya masa transisi dari pelayanan kesehatan ke rumah membutuhkan strategi untuk memecahkannya. Salah satu strategi untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan penerapan Transitional Care Model.Transitional Care Model (TCM) amerupakan sebuah model keperawatan yang menekankan perawatan pada masa transisi antara pusat pelayanan kesehatan dengan perawatan lain salah satunya perawatan di rumah. Discharge planning yang adekuat, follow up dari perawat serta tim kesehatan lain memastikan pasien dan keluarga mampu beradaptasi dengan perawatan yang harus dilakukan dalam mengelola kesehatan pasien. Masa transisi yang dikelola dengan baik oleh tenaga kesehatan dalam hal ini adalah perawat dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian pasien dan keluarga dalam pelakukan pengelolaan kesehatan (Afaf I. Meleis, 2010). Kemandirian yang penuh dalam pengelolaan kesehatan oleh pasien dan keluarga dipercaya mampu menurunkan morbiditas pada lansia dalam hal ini hospitalisasi ulang . Sehingga lansia dan keluarga mampu mandiri untuk menjaga kesehatannya agar mencapai peningkatan kualitas hidupnya. Selain itu Perawatan pada masa transisi yang adekuat dapat meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang diterima, serta mampu menurunkan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan jika terjadi hospitalisasi ulang (Naylor, 2008).

BAB IITINJAUAN TEORI

2.1FILOSOFI KEPERAWATANFilsafat dalam keperawatan adalah sebuah ilmu yang mempelajaari cara berpikir perawat untuk mengambil tindakan terbaik agar mampu menyelesaikan masalah pasiennya ataupun meningkatkan derajat kesehatan pasiennya. filsafat keperawatan juga dapat diartikan sebagai asumsi atau pandangan dasar terhadap manusia, keperawatan, sehat dan lingkungan yang menjadi esensi dasar praktek keperawatan yang dalam perkembangannya dikenal sebagai paradigm keperawatan. Filsafat dalam memandang ilmu keperawatan akan memunculkan tiga pertanyaan yang harus dijawab, sehingga menegaskan bahwa keperawatan memanglah sebuah ilmu yang nyata. Pertanyaan pertama tentang ontologi yang akan menanyakan tentang hakikat atau makna ilmu keperawatan itu sendiri. Pertanyaan selanjutnya adalah epistemologi yang akan menilai bagaimana proses lahir dan berkembangnya ilmu keperawatan tersebut. pertanyaan terakhir adalah aksiologi yang akan membahas tentang aplikasi ilmu keperawatan dan bagaimana nilai moral dalam aplikasi ilmu tersebut (Kenney, 2002).

2.2PARADIGMA KEPERAWATANMetaparadigma merupakan sebuah pandangan yang umum dari suatu disiplin ilmu yang dijadikan sebagai pedoman untuk mengidentifikasi fenomena dengan cara yang unik. Sedangkan, Paradigma keperawatan dapat diartikan sebagai kerangka berpikir dalam pengetahuan sistematis mengenai prinsip-prinsip dari proses perawatan yang meliputi proses merawat itu sendiri, pemeliharaan maupun pembelaan klien. (McEwen & Wills, 2011).

1) KEPERAWATANSebagai sebuah profesi, perawat mendasarkan pelayanan kepada individu dan keluarga, maupun masyarakat pada ilmu dan seni yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimilki seorang perawat untuk membantu manusia baik dalam keadaan sehat atau sakit. Perawat akan memberikan pelayanan yang bersifat manusiawi yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan manusia untuk merawat diri, kesembuhan dari penyakit atau cedera dan penanggulangan komplikasinya sehingga dapat meningkat derajat kesehatannya (McEwen & Wills, 2014).2) SEHAT Pelayanan keperawatan yang akan diberikan selama rentang sehat sakit akan terlebih dahulu melihat status kesehatan dalam rentang sehat-sakit, sehingga akan diketahui tingkatan asuhan keperawatan yang akan diberikan serta tujuan yang ingin dicapai dalam meningkatkan status kesehatannya. Rentang sehat dapat digambarkan mulai dari sehat, sehat sekali dan sejahtera sebagai status sehat yang paling tinggi, sedangkan rentang sakit dapat digambarkan mulai dari keadaan setengah sakit, sakit, sakit kronis dan berakhir dengan kematian (M.R. Alligood, 2013) . 3) MANUSIAManusia utuh adalah proses sepanjang hidup yang terus menerus berubah dan berinteraksi dengan lingkungan serta berpartisipasi dalam upaya untuk mempertahankan kesehatannya. Hal ini juga dapat diartikan bahwa manusia bertindak dan mendasarkan tindakannya pada pemikiran bahwa dirinya harus mempertahankan keseimbangan hidup dengan cara membuat penyesuaian dengan lingkungan maupun sebaliknya yaitu memanipulasi lingkungan untuk menciptakan keseimbangan. Dalam konteks paradigma keperawatan ini setiap manusia dalam hidupnya akan mengalami situasi di mana dia mampu memenuhi kebutuhannya, membutuhkan bantuan atau bahkan membutuhkan orang lain untuk melakukannya, dalam hal ini perawat (M.R. Alligood, 2013).4) LINGKUNGANLingkungan dapat diartikan sebagai tempat, situasi maupun hal-hal yang berinteraksi dengan individu baik secara aktif maupun pasif. Lingkungan dapat juga diartikan sebagai kondisi terpenuhi atau tidaknya kebutuhan seseorang/klien.2.3NEED THEORY: VIRGINIA HENDERSON (METATHEORY)a. AsumsiTeori Keperawatan Virginia menekankan pentingnya meningkatkan kemandirian pasien sehingga kemajuan setelah rawat inap tidak akan tertunda. Penekanannya pada kebutuhan dasar manusia sebagai fokus utama dari praktek keperawatan dan bagaimana keperawatan dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan tersebut (M.R. Alligood, 2013).Henderson mengasumsikan tiga asumsi mayr pada teorinya yaitu:(1) Perawat merawat pasien sampai dirinya mampu merawat dirinya sendiri(2) Perawat bersedia melayani pasien siang dan malam(3) Perawat harus memiliki pendidikan yang sesuai standartPerawat dalam menjalankan perannya harus mampu memenuhi 14 kebutuhan Henderson: 1. Bernapas secara normal2. Makan dan minum cukup3. Eliminasi4. Bergerak dan mempertaankan posisi yang dikehendaki 5. Istirahat dan tidur6. Memilih cara berpakaian; berpakaian dan melepas pakaian 7. Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal8. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi.9. Menghindari bahaya dari lingkungan 10. Berkomunikasi engan orang lain11. Beribadah menurut keyakianan12. Bekerja yang menjanjikan prestasi13. Bermain dan berpartisispasi dalam berbagai bentuk rekreasi14.Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada perkembangan dan kesehatan normal.

b. Filosofi KEPERAWATANMANUSIAKESEHATANLINGKUNGAN

Fungsi unik dari perawat adalah untuk membantu individu, baik apakah ia sakit atau sehat, dalam peran tambahan atau peran pendukung. Tujuan dari keperawatan adalah untuk membantu individu memperoleh kembali kemandiriannya sesegera mungkinIndividu sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan: jiwa dan raga adalah satu kesatuan. Lebih lanjut lagi, indifidu dan keluarganya dipandang sebagai unit tunggalSehat adalah kualitas hidup tertentu, yang oleh Henderson dihubungkan dengan kemandirian. Karakteristik utama dari sakit, adalah ketergantungan dan berbagai tingkat inkapasitas individu (sekarang pasien) untuk memuaskan kebutuhan manusianyaHenderson mendefinisikan lingkungan sebagai seluruh faktor eksternal dan kondisi yang memengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia

c. PenekananPenekanan pada teori ini adalah kemandirian pasien setelah hospitalisasi merupakan fokus perhatian perawat. perawat harus mampu merawat pasien hingga pasien mampu merawat dirinya sendiri secara mandiri.

2.4 SELF- CARE DEFICIT THEORY OF NURSING : DOROTHEA OREM (GRAND THEORY)1) PENGERTIAN GRAND THEORYGrand theory didefinisikan sebagai teori yang memiliki cakupan yang luas, kurang abstrak dibanding model konseptual tetapi tersusun atas konsep-konsep umum yang relatif abstrak, sulit untuk dibuat definisi operasionalnya dan hubungannya tidak dapat di uji secara empiris. Grand teori menegaskan fokus global dengan board perspective dari praktik keperawatan dan pandangan keperawatan yang berbeda terhadap sebuah fenomena keperawatan (Fawcett & DeSanto-Madeya, 2012). Grand theory mempunyai beberapa kriteria atau penciri yang membedakannya dengan level teori lainnya, menurut McEwen & Wills (2011) dan Alligood (2013) grand theory mempunyai scope atau ruang lingkup yang luas, karena grand theory memiliki sudut pandang yang umum dan komperhensif yang memperhatikan seluruh aspek dan respon manusia. Kriteria kedua, grand theory memiliki tingkat abstraksi yang cukup besar sehingga kurang mampu diterapkan langsung pada penelitian. Kriteria selanjutnya, grand theory masih general dan belum terfokus pada area yang spesifik pada salah satu respon manusia. Kriteria berikutnya, grand theory tidak dapatlangsung digunakan dalam uji empirik, hal ini dikarenakan grand theory masih memiliki konsep yang sangat abstrak sehingga tidak dapat di susun kedalam definisi operasional.2) FILOSOFI KEPERAWATAN SELF- CARE DEFICIT THEORY OF NURSING : DOROTHEA OREMDorothe Orem lahir di Baltimore, Maryland di tahun 1914. Ia memperoleh gelar sarjana keperawatan pada tahun 1939 dan Master Keperawatan pada tahun 1945. Selama karir profesionalnya, dia bekerja sebagai seorang staf keperawatan, perawat pribadi, perawat pendidik dan administrasi, serta perawat konsultan. Ia menerima gelar Doktor pada tahun 1976. Dorothea Orem adalah anggota subkomite kurikulum di Universitas Katolik. Ia mengakui kebutuhan untuk melanjutkan perkembangan konseptualisasi keperawatan. Ia pertama kali mempubilkasikan ide-idenya dalam Keperawatan : Konsep praktik, pada tahun 1971, yang kedua pada tahun 1980 dan yang terakhir di tahun 1995 (M.R. Alligood, 2013; McEwen & Wills, 2011).a. AsumsiOrem menjelaskan bahwa grand teori keperawatan digambarkan menjadi tiga teori, yaitu: 1. Theory of nursing systems adalah bahwa perawat sebagai produsen dan pemberi layanan kesehatan bagi seseorang yang membutuhkan layanan kesehatan. 2. Theory of self-care deficit adalah dimana seseorang membutuhkan layanan kesehatan, namun dalam keterbatasan, baik keterbatasan fasilitas kesehatan maupun sarana untuk mencapainya. 3. Theory of self-care adalah fungsi regulasi manusia dimana seseorang harus mempertahankan kehidupan dan kesehatannya.Ketiga teori tersebut saling berhubungan, teori self-care deficit maknanya mengapa seseorang diuntungkan dengan adanya perawat. Teori self-care yang mnejadi dasar dari ketiganya yang menggambarkan tujuan, metode dan hasil daripada perawatan mandiri itu sendiri (M.R. Alligood, 2013)

b. Filosofi KeperawatanKEPERAWATANMANUSIAKESEHATANLINGKUNGAN

Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam mempertahankan self care yang mencakup, integritas struktural, fungsi dan perkembangan.Individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus mempertahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit atau trauma atu koping dan efeknya.Kemampuan individu atau kelompoki memenuhi tuntutatn self care yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas structural fungsi dan perkembanganTatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan self care danperawat termasuk didalamnya tetapi tidak spesifik

c. PenekananDari empat elemen paradigma tersebut, teori Watson ini lebih menekankan pada Manusia. Manusia dalam hal ini klien memiliki masalah dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya atau self care sehingga perawat harus menyediakan perawatan untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan dasarnya hingga mereka mandiri dalam melakukan self care.

3) KONSEP CARING THEORY

Konsep diatas terdiri dari interaksi antara 3 komponen teori Orem. Ketika terjadi deficit dalam self care maka nursing system akan memberikan pelayanan untuk membantu pasien memenuhi kebutuannya serta meningkatkan derajat kesehatannya. Sehingga, pada akhirnya pasien dapat melakukan self care secara mandiri.1. Self CareTeori self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang dilakukan oleh seorang perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan keberadaannya, keadaan kesehatan dan kesempurnaan. Perawatan diri sendiri merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang dalam memelihara kesehatannya serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi hubungan antar penerima self care dengan pemberi self care dalam hubungan terapi. Orem mengemukakan tiga kategori / persyaratan self care yaitu : persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan persyaratan kesehatan.Penekanan teori self care secara umum :1. Pemeliharaan intake udara2. Pemeliharaan intake air3. Pemeliharaan intake makanan4. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat6. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial7. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia8. Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial sesuai dengan potensinya (M.R. Alligood, 2013).2. Self Care DeficitTeori self-care deficit merupakan inti dari teori umum keperawatan Orem. Keperawatan dibutuhkan untuk orang dewasa atau orang-orang yang ada dibawah tanggungannya dalam keadaan tidak mampu atau keterbatasan dalam memberikan self-care yang efektif secara terus menerus. Keperawatan diberikan jika kemampuan merawat berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan self-care yang sebenarnya sudah diketahui atau kemampuan self-care atau kemandirian berlebihan atau sama dengan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan self-care tetapi dimasa yang akan datang dapat diperkirakan kemampuan merawat akan berkurang baik kualitatif maupun kuantitatif dalam kebutuhan perawatan atau kedua-duanya. Orem mengidentifikasi lima metode bantuan: (1) Tindakan untuk berbuat untuk orang lain, (2) Membimbing dan mengarahkan, (3) Memberikan dukungan fisik dan psikologis, (4) Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan individu, (5) Pendidikan. Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan semua metode ini untuk memberikan bantuan self-care (M.R. Alligood, 2013).3. Nursing systemTeori yang membahas bagaimana kebutuhan "Self Care" pasien dapat dipenuhi oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan / direncanakan berdasarkan kebutuhan "Self Care" dan kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas "Self Care". Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :

1. The Wholly compensatory systemBantuan secara keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungannya dan berespon terhadap rangsangan.2. The Partly compensantory systemBantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang mengalami keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan.3. The supportive - Educative systemDukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri.Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan melalui lima metode bantuan yang meliputi :1. Acting atau melakukan sesuatu untuk klien2. Mengajarkan klien3. Mengarahkan klien4. Mensupport klien5. Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.

2.5TRANSITION THEORY: AFAFF MILEIS (MIDDLE RANGE THEORY)1) PENGERTIAN MIDDLE RANGE THEORYMiddle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/ gagasan yang saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas keperawatan. Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan dan dapat digambarkan dalam suatu model. Middle range theories dapatdikembangakan pada tatanan praktek dan riset untuk menyediakan pedoman dalam praktik dan riset/penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan (M.R. Alligood, 2013). Middle range theory adalah teori yang berada diantara dua teori yaitu abstrak dan konkrit. Perbedaan dengan grand theory dapat terlihat dari sisi aplikasi pada keperawatan. Hal ini dikarenakan middle range memiliki teori yang lebih spesifik, konsep lebih sedikit, dan ruang lingkupnya lebih sedikit dengan konsep teori yang lebih konkrit dan dapat diaplikasikan (McEwen & Wills, 2011). Middle range theory lebih mengarah ke dalam fenomena, dengan demikian hal-hal yang abstrak lebih diminimalkan. Selain itu, di dalam middle theory juga merepresentasikan sebagian dari realita keperawatan. Sehingga teori ini lebih cocok dijadikan sebagai percobaan empirik dalam teori keperawatan.2) KARAKTERISTIK MIDDLE RANGE THEORYKarakteristik Middle Range Theory adalah:a. Teorinya lebih sederhana, tajam namun masih generalb. Memiliki beberapa variabel atau konsep, namun masih bersifat terbatasc. Memiliki komponen yang masih memiliki keterbatasan fokus dan realitad. Dapat diterima dan diuji secara empirik dan dapat digabungkan dengan teori yang lain.e. Berfokus pada masalah kesehatan yang dialami klien dan telah memiliki intervensi untuk menyeesaikan masalah tersebut. f. Middle range berisi spesifik dan area berfokus pada intervensi klinis, mengacu pada klien, intervensi keperawatan, dan memberikan tujuan tertentu.

3) PEMBAGIAN MIDDLE RANGE THEORYMiddle Range Theory dibagi menjadi tiga, yaitu High, Middle, dan Low Middle Range Theory:a. High Middle Range TheoryHigh Middle Range Theory lebih banyak dikenal dan banyak digunakan teori keperawatan. Teori ini mengandung grand teori atau kerangka konsep. Namun, secara keseluruhan, teori ini tidak sepenuhnya turunan dari grand theory. Tipe ini terdapat tokoh-tokoh antara lain Benner, Leininger, Pender, dan Meleis.b. Middle Middle Range TheoryMerupakan bagian dari middle range dimana tingkat abstrak sudah lebih sedikit dari pada high middle theory. Contoh dari MMRT antara lain: uncertainty illness, chronic sorrow dan peaceful end of life. c. Low Middle Range TheoryTeori ini sudah lebih dekat kepada teori praktis atau teori yang spesifik pada kondisi. Contoh dari teori ini adalah hazardous secrets, womens anger, nurse midwifery care, acute pain management, helplessness, dan intervention for postsurgical pain.

4) FILOSOFI KEPERAWATAN TRANSITION THEORYTeori yang dikembangkan Mileis ini merupakan sebuah perawatan pada masa transisi. Konsep dalam middle range theory ini dikembangkan pada tahun 2000 bersama dengan Sawyer, Im, dan koleganya (Martha Raile Alligood, 2014).

KEPERAWATANMANUSIAKESEHATANLINGKUNGAN

Perawat adalah pemberi perawatan primer pada klien dan keluarganya yang berada dalam keadaan transisi. Transisi keduanya menghasilkan perubahan dan hasilnya adalah perubahan.

Transisi meliputi sebuah proses yang berpindah dan berubah dalam pola daar kehidupan, yang mana ditemukan didalam semua individu. Transisi menyebabkan perubahan identitas, peran, hubungan, kemampuan dan bentuk dari perilaku. Kehidupan harian klien, lingkungan dan interaksi yang ditajamkan oleh alam, kondisi, arti, dan proses dari pengalaman transisi mereka. Transisi bersifat kompleks dan multidimensional. Transisi memiliki bentuk dari multipel dan kompleks. Semua transisi dikarakteristikkan dengan aliran dan pergerakan sepanjang waktu. Perubahan dan perbedaan adalah tidak dapat diubah, tidak juga memiliki kesaman dengan transisi.Sifat rentan atau peka adalah berhubungan dengan pengalaman transisi, interaksi, dan kondisi lingkungan yang memaparkan individu pada potensi untuk merusak, masalah dan perluasan perbaikan atau koping yang tidak sehat.

5) KONSEP TRANSITION THEORY

Menurut Alligood (2014) konsep transisi terdiri dari:a. Asal Transisi(1) Type TransisiTerdiri dari berbagai hal, antara lain transisi perkembangan (kelahiran, remaja, menopous, penuaan, dan kematian). Sehat dan sakit terdisi dari proses penyembuhan, discharge dari rumah sakit, dan diagnosa dari penyakit kronik. Sedangkan, organisasi transisi merupakan perubahan kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan.(2) Pola TransisiSeseorang mengalami berbagai perubahan daripada satu jenis perubahan. Sehingga perubahan terjadi secara terus-menerus, memiliki tingkatan dalam perubahan, dan terdiri dari berbagai kejadian dalam diri seseorang.(3) Kepemilikan dari Pengalaman TransisiPada hal ini terdiri dari beberapa bagian yaitu 1) awareness, merupakan persepsi, ilmu pengetahuan, dan rekognisi dari pengalaman transisi. Jika seseorang tidar waspada maka seseorang tersebut tidak mau memulai perubahan . 2) Engangement, adalah derajat yang melihat seberapa besar perubahan tang terjadi. Derajat kewaspadaan akan mempengaruhi engangement yang ada. 3) Change and difference, perubahan ini akan berpengaruh pada identitas, peran, hubungan, kemampuan, dan perilaku yang berpengaruh pada gerakan emosi yang berpengaruh pada proses eksternal. Sedangkan perbedaan merupakan ekspresi dari ekspektasi yang tidak diinginkan, perasaan yang sama dan tidak sama, atau melihat sesuatu dengan pandangan yang berbeda. 4) Life Span, segala jenis trannsisi membutuhkan waktu dan bersifat mengalir serta bergerak. 5) Critical point & events, ditandai dengan kelahiran, kematian, atau penyakit kronik.

a. b. Kondisi Transisi (Fasilitator dan Penghambat)Kondisi transisi adalah seputar keadaan yang mempengaruhi jalan seseorang untuk bergerak dari sebuah transisi, dan terfasilitasi atau menghindari proses ke wilayah pencapaian pada sebuah transisi kesehatan. Kondisi transisi meliputi individu, komunitas atau faktor sosial yang akan mempercepat atau mencegah proses dan pancapaian dari transisi kesehatan. Kondisi personal meliputi pengertian, kepercayaan budaya dan tingkah laku,status sosialekonomi, persiapan dan pengetahuan. Meleis mempertimbangkan bahwa arti yang tercantum pada beberapa kejadian mempercepat suatu transisi (peralihan) dan proses transisi itu sendiri akan tersinkronisasi atau berkesinambungan dalam transisi kesehatan. Kepercayaan budaya dan tingkah laku seperti stigma, berhubungan dengan pengalaman transisi (seperti stigma orang cina terhadap kanker) yang akan mempengaruhi pengalaman transisi. Status sosioekonomi dapat mempengaruhi pengalaman transisi masing-masing orang. Persiapan untuk mengantisipasi atau persiapan yang rendah dapat memfasilitasi atau menghalangi pengalaman transisi oarang-orang. Kondisi komunitas (seperti sumber daya komunitas) atau kondisi sosial (seperti pembatasan para imigran dalam negara tuan rumah) akan menjadi fasilitator atau penghambat terjadinya transisi. Dibandingkan dengan kondisi transisi individu, subkonsep dari kondisi komunitas dan kondisi sosial cenderung menjadi tidak berkembang.c. Bentuk Respon ( atau Indikator Proses dan Pencapaian)Indikator dari transisi kesehatan dalam framework yang ditawarkan digantikan dengan bentuk atau pola dari respon pada middle-range theori dari transisi. Bentuk dari respon adalah terkonseptualisasi sebagai indikator poses dan indikator pencapaian. Keduanya mengkharakteristikkan proses kesehatan. Indikator proses yang menuntun klien pada kesehatan atau melalui keadaan sakit dan resiko membuat perawat membuat pengkajian yang cepat dan intervensi untuk mempercepat pencapaian kesehatan. Juga, indikator pencapaian dapat digunakan untuk mengecek jika sebuah transisi adalah suatu keadaan sehat atau tidak. Tapi, indikator dapat berhubungan dengan kejadian yang saling tidak berhubungan pada kehidupan orang-orang jika mereka menilai secara dini dalam proses transisi. Indikator proses yang disarankan meliputi perasaan yang saling berhubungan, interaksi, berada didalam situasi, dan perkembangan rasa nyaman dan koping. Kebutuhan untuk merasakan dan berada dalam hubungan adalah indikator proses dari transisi kesehatan; jika imigran menambhakan kontak yang baru pada kontak mereka yang lama dengan anggota keluarga dan sahabat-sahabatnya, mereka berada pada keadaan transisi yang sehat.Melalui interaksi, arti dari mendapatkan transisi dan tingkah laku yang disebabkan oleh transisi akan terteutur, teranalisa dan dimengerti yang mana hasilnya akan ditunjukkan oleh transisi yang sehat. Lokasi dan berada dalam situasi dalam bentuuk waktu, ruang dan hubungan adalah kadang-kadang penting dalam segala proses transisi; hal ini mengindikasikan kemanapun manusia pergi,tujuan utamanya adalah transisi yang sehat. Perluasan dari peningkatan kenyamanan yang dilakukan oleh orang-orang (manusia) dalam transisi adalah berhubungan dengan pengalaman adalah bentuk lain dari indikator proses yang penting untuk transisi yang sehat. Indikator pencapaian yang disarankan adalah meliputi penguasaan dan identitas integrasi dari pemenuhan cairan. penyelesaian yang sehat dari transisi dapat diputuskan oleh perluasan dari penguasaan keterampilan dan tingkah laku manusia yang mengalami transisi menunjukkan cara untuk mengatur situasi mereka atau lingkungannya. Penyusunan kembali identitas dapat selalu menunjukkan penyusunan yang sehat dari suatu transisi.

2.6TRANSITION THEORY: OLDER ADULT CARE (PRACTICE THEORY)1) PENGERTIAN PRACTICE THEORYPractice theory lebih spesifik dan jelas cakupannya dibanding middle theory. Practice theory menetukkan tindakan atau intervensi keperawatan yang cocok untuk mencapai tujuan tertentu, focus pada fenomena keperawatan yang spesifik dengan memberikan arahan langsung pada praktek keperawatan dan mempunyai pernyataan teoritis yang jelas, hipotesis dengan menguraikan kejelasan fenomena. Practice theory menyediakan kerangka kerja untuk intervensi keperawatan dan memprediksi hasil dan efek dari praktek keperawatan itu sendiri (McEwen & Wills, 2011)Practice theory berkembang dari middle range theory, pengalaman praktek keperawatan dan uji empiris. Pengalaman praktek klinik perawat dapat menjadi sumber utama untuk pengembangan practice theory keperawatan. Kedalaman dan kompleksitas teori keperawatan digambarkan dan dijelaskan melalui apresiasi secara mendalam terhadap fenomena keperawatan dan hubungan antara aspek pada situasi keperawatan.

2) KARAKTERISTIK PRACTICE THEORYMenurut McEwen and Wills (2014), Karakteristik dari Nursing Practice adalah sebagai berikut:a) Sudah berfokus pada realita, simple, sudah menjurus pada sesuatu kondisi tertentu.b) Berhubungan dengan populasi yang spesifik dan dapat diimplementasikan di lahan praktikc) Konsep lebih nyata atau konkritd) Tujuan dari teori juga jelas dan spesifike) Dapat diuji cobaf) Turunan dari praktik atau dari middle range theory atau grand theory

3) FILOSOFI KEPERAWATAN TRANSITION THEORY: OLDER ADULT CAREKEPERAWATANMANUSIAKESEHATANLINGKUNGAN

Perawat adalah pemberi pelayanan yang utama dan pertama diantara klien dan keluarga dalam proses perubahan. Transisi adalah hasil perubahan dan sesuatu yang dihasilkan dari perubahan Transisi/ perubahan merupakan proses dari gerakan dan perubahan yang terjadi pada kehidupan dasar yang dialami oleh individu. Perubahan mengakibatkan perubahan pada identitas, peran, hubungan, kebiasaan, dan perilaku. Tiga hal yang dibentuk secara alami, sesuai kondisi, berarti, dan merupakan pengalaman dari proses berubah adalah kehidupan dari klien, lingkungan, dan interaksi. Transisi merupakan hal yang kompleks dan dapat dilihal dari berbagai sisi yang memiliki pola tersendiri. Perubahan memiliki ciri bahwa ia mengalir dan bergerak sepanjang waktu. Perubahan dan perbedaan merupakan hal yang tidak dapat diubah yang memiliki arti yang sama dengan transisi.Vulnerability merupakan pengalaman dari transisi, interaksi, dan kondisi lingkungan yang ada di sekitar individu dan mengakibatkan potensi adanya bahaya, masalah pada perbaikan, atau penundaan atau adanya koping yang tidak baik

BAB IIIPEMBAHASAN

3.1 Transitional Care Model (TCM) For Older Adults merupakan perkembangan dari metatheory dari Virginia HendersonLansia dengan penyakit kronis merupakan kelompok rentan dalam kesehatan. Lebih dari satu penyakit kronis yang diderita, menyebabkan lansia meminum lebih banyak obat sehingga dapat meningkatkan munculnya efek samping obat. Ketidakmampuan care giver maupun pasien dalam melakukan tindakan perawatan setelah keluar dari Rumah Sakit menyebabkan tingginya angka hospitalisasi ulang pada lansia (Toles, 2012).Tingginya angka hospitalisasi ulang merupakan indicator kegagalan masa transisi pasien dari pusat pelayanan kesehatan kepada perawaan di rumah. Kegagalamn pada masa transisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah keterbatasan informasi yang dimiliki pasien dan keluarga saat dilakukan discharge planning. Bervariasinya kemampuan kognitif pasien serta keluarga serta keterbatasan mereka berkomunikasi dengan tenaga kesehatan membuat keluarga dan pasien merasa tidak dipersiapkan dalam menghadapi kepulangan pasien. Sehingga kepulangan pasien tersebut menjadi stressor tersendiri baik bagi pasien maupun bagi pemberi perawatannya (Toles, 2012). Faktor kedua yang menghambat keberhasilan proses transisi adalah meskipun keluarga telah mendapat informasi tentang perawatan, namun keluarga tidak mengetahui tentang kondisi keparahan dari penyakit pasien, sehingga saat terjadi kondisi kegawatan mereka kurang mampu memberikan penanganan yang sesuai. Masalah ketiga adalah konsistensi dan komitmen pasien dan keluarga dalam proses pelaksanaan rencana perawatan di rumah. Kurangnya follow up dari tenaga kesehatan membuat keluarga dan pasien terkadang kehilangan motivasi untuk menjalankan rencana perawatan yang telah disusun (Bradway et al., 2011). Masalah yang terjadi selama masa transisi tersebut membutuhkan penanganan atau system pelayanan kesehatan yang terintegrasi dengan baik untuk meningkatkan kemandirian dan kemampuan pasien dan keluarga dalam mengelola kesehatannya.Salah satu tindakan yang dapat digunakan dalam mengatasi banyaknya permasalahan selama proses transisi ini adalah dengan transitional care model (TCM). Tujuan dari TCM adalah mempersiapkan kemandirian pasien segera setelah kepulangan dari pusat pelayanan kesehatan. Tujuan ini sesuai dengan konmsep dari teori Henderson Need Theory. Need Theory dari Henderson menjadi salah satu teori yang mempengaruhi aplikasi TCM karena dalam meta theory Henderson disebutkan bahwa kemandirian pasien setelah hospitasilasi merupakan sesuatu yang urgen dan harus dikawal dengan baik oleh perawat. Henderson menyebutkan bahwa kelemahan perawat adalah observasi dari tindakan yang telah direncanakan. Menurut teori Henderson perawat harus mampu melakukan tindakan keperawatan untuk meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga setelah hospitalisasi sesegera mungkin. Perawat memiliki peran yang unik yaitu membantu pasien untuk membantu proses penyembuhan pasien ataupun mempersiapkan kematian dengan damai serta meningkatkan kemandirian pasien dalam mengelola kesehatannya sesegera mungkin setelah kepulangan (Ahtisham & Jacoline, 2015). Satu tujuan yang sama dari Henderson dan TCM memandirikan pasien dan keluarga agar mereka mampu beradaptasi dengan kondisi barunya.Konsep Henderson terdiri dari 3 konsep dasar yang pertama adalah model konseptual keperawatan yang dikemukakan oleh Virginia Henderson adalah model konsep need based model atau aktivitas hidup sehari hari ( activity daily living model ) dengan memberikan gambaran tugas perawat. perawat mempunyai tugas untuk memberikan perawatan dari rentang sehat hingga sakit terutama dalam membantu klien atau keluarga dalam memenuhi kebutuhannya. Model konseptual Henderson yang kedua, yaitu dalam melaksanakan aktivitas sehari hari individu mengalami tentang ketergantungan sejak lahir dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses yang di sebut pendewasaan. Serta yang ketiga, ialah dalam melaksanakan aktivitas sehari hari, individu klasifikasikan menjadi tiga kondisi, yaitu belum dapat melaksanakan aktivitas, terlambat melaksanakan aktivitas, dan tidak dapat melaksanakan aktivitas (Ahtisham & Jacoline, 2015). Konsep ini serupa dengan konsep yang menjadi dasar terbentuknya TCM. TCM terutama dalam perawatan lansia menitikberatkan pada kehadiran perawat dalam mempersiapkan pasien dan keluarga untuk mampu memenuhi kebutuhannya sendiri mulai dari membantu, follow up hingga mengevaluasi kemandirian pasien dan keluarga.3.2Transitional Care Model (TCM) For Older Adults merupakan perkembangan dari Self Care Theory Dorathea OremTeori Orem sangat terlihat berhubungan dengan dengan Transitional Care Model karena kedua terori tersebut sama-sama mengarah pada pemenuhan kebutuhan manusia. Teori Orem memandang bahwa penyakit yang diderita pasien terutama penyakit kronis dapat menyebabkan ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan dasar pasien. ketidakmampuan pemenihan dasar tersebut menjadi fokus intervensi dari perawat. karena menurut Orem kesehatan adalah kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Orem keperawatan diberikan jika kemampuan merawat berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan self-care yang sebenarnya sudah diketahui atau kemampuan self-care atau kemandirian berlebihan atau sama dengan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan self-care tetapi dimasa yang akan datang dapat diperkirakan kemampuan merawat akan berkurang baik kualitatif maupun kuantitatif dalam kebutuhan perawatan atau kedua-duanya. Orem mengidentifikasi lima metode bantuan: (1) Tindakan untuk berbuat untuk orang lain, (2) Membimbing dan mengarahkan, (3) Memberikan dukungan fisik dan psikologis, (4) Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan individu, (5) Pendidikan (M.R. Alligood, 2013). Konsep yang dijunjung Orem inilah yang dikembangkan dalam intervensi TCM. TCM memiliki konsepo untuk mempersiapkan discharge planning yang adekuat sehingga dalam prosesnya terjadi proses pendidikan bagi pasien dan keluarga untuk mempersiapkan kepulangan. Homecare yang dilakukan oleh team TCM akan melakukan konsep Orem yaitu memberi bantuan kepada keluarga dan individu serta memberi dukungan fisik dan psikologis sehingga bisa dijadikan rolemodel untuk pasien dan keluarga dalam menstimulasi kemandirian. Selain itu proses membimbing dan mengarahkan tentang proses perawatan pasien selama di rumah juga menjadi fokus intervensi pada masa transisi ini. Proses follow up akan memicu lansia dan keluarga untuk mempertahankan lingkungan yang mendukung kemampuan keluarga dan pasien dalam mengelola kesehatanya (Afaf I. Meleis, 2010). Sehingga hasil akhir dari Teori Orem dan TCM ini sama yaitu pasien dan keluarga mampu secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Komponen ketiga dari teori Orem yang diadaptasi pada pengembangan TCM adalah Nursing System. Nursing system yang jelas dalam pelaksanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan klien agar dapat mencapai kemandirian. Transitional Nursing Model mempunyai system pelayanan keperawatan yang disebut Transitional Care Nursing atau TCN. TCN merupakan sebuah system pelayanan kesehatan yang memberikan persiapan pulang yang adekuat, serta home care dan follow up secara berkala dalam intervensi selam proses transisi. TCN inilah yang akan membantu klien dan keluarga atau pemberi perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien serta mendorong klien dan keluarga untuk meningkatan kemampuan dalam mengelola kesehatannya (Naylor, 2008). Pada beberapa penelitian disebutkan pada kelompok yang dilakukan TCM intensitas pasien kronis yang datang ke sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit) memiliki intensitas yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok control. Dengan hasil ini maka semakin memperjelas bahwa TCM yang dilakukan dengan TCN memberikan dampak baik yang besar kepada pasien. Dengan kualitas hidup yang meningkat, akan mengurangi angka kekampuhan penyakit kronis sehingga pasien tidak perlu datang ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan (Toles, 2012).3.2Transitional Care Model (TCM) For Older Adults merupakan perkembangan dari Transitional Care Model: Afaf MeleisTeori transisi menyediakan perspektif yang komprehensif pada pengalaman transisi dimana pertimbangan konteks diantara berbagai orang adalah pengalaman dari sebuah transisi. Karena komprehensifnya, dapat diaplikasikannya, dan ketertarikannya dengan kesehatan, teori transisi dapat diaplikasikan pada banyak fenomena-fenomena kemanusiaan yang terkait dengan keperawatan, seperti keadaan sakit, penyembuhan, kelahiran, kematian, dan kehilangan sebaik pada keadaan imigrasi. Teori transisi sangat berguna untuk menjelaskan transisi sehat/sakit seperti proses penyembuhan, persiapan pulang dari rumah sakit dan pada diagnosa kronik. Tentu saja, studi yang mengindikasikan teori transisi dapat diaplikasikan pada praktik keperawatan dengan penyebaran kelompok atau perorangan, termasuk populasi lansia, populasi dengan gangguan mental, populasi maternal, keluarga sebagai pembari perawatan, wanita dengan menopause, pasien alzheimer, wanita imigran, dan orang-orang dengan penyakit kronik dan banyak lainnya. Teori transisi dapat menyediakan petunjuk untuk praktik keperawatan dengan orang-orang dari berbagai tipe transisi dengan menyediakan perspektif yang menyeluruh dengan dasar dan tipe transisi, kondisi transisi dan indikator proses dan pencapaian dari bentuk respon transisi. Juga teori transisi menuntun untuk pengembangan dari terapeutik keperawatan yang saling berhubuangan dengan pengalaman unik dari pasien dan keluarganya dalam keadaan transisi, yang mana menunjukkan respon sehat pada keadaan transisi (Naylor, 2008).Transaitional Care Model for Adult tentu mengadopsi atau pengembangan dari teori Transitional Care Model Meleis. TCM for Adult merupakan turunan dari teori Meleis yang memandang bahwa lansia terutama dengan penyakit kronis memiliki tingkat kesulitan yang besar dalam proses transisi, sehingga sering terjadi angka hospitalisasi ulang. Rendahnya kemampuan lansia dalam menerima informasi serta kurangnya hubungan dengan petugas kesehatan selama hospitalisasi serta ketidaksiapan discharge planning menjadi alasan kegagalan dalam proses transisi(Afaf I. Meleis, 2010).TCM memandang perlu adanya TCN dalam aplikasi perawatan untuk masa transisi lansia. Penurunan kemampuan untuk memenuhi kesehatan serta rendahnya kemampuan untuk mengelola kesehatan lansia post hospitalisasi mendorong perlunya sebuah system pelayanan kesehatan dalam masa transisi tersebut. TCM memandang sangat penting intervensi keperawatan dalam mengefektifkan proses transisi pasien mulai dari makna dari perubahan kondisi yang dialami selama masa transisi, serta komponen support system lain yang dinilai sangat penting dalam mensukseskan proses transisi tersebut. TCM dipandang sangat aplikatif dalam meningkatkan kualitas hidup lansia dan keluarga, serta menurunkan tingkat stress yang dialami oleh para pemberi perawatan dalam hal ini pasien (Bradway et al., 2011). Namun, masih ada tantangan bagi perawat dalam membimbing pasien dan keluarga dalam transisi ini. Beberapa perawat tidak memahami cara membimbing keluarga dalam lingkup penyakit kronis pada lansia dan mengadvokasi end of life secara damai. Pada akhir kehidupan, keluarga umumnya menghadapi keputusan sulit tentang tujuan perawatan, masalah makan, dan keputusan tentang perawatan di rumah sakit. Keluarga harus memutuskan apakah tujuan perawatan adalah untuk mencapai kenyamanan atau untuk memperpanjang hidup. Perawat dapat membantu mengatasi kondisi ini dengan menekankan bahwa perawatan intensif ditujukan untuk mencapai kenyamanan pasien. Model ini memberikan prioritas dalam intervensi keperawatan untuk mencapai kenyamanan dan mempertahankan kepribadian bagi pasien lansia dan keluarganya (Rose & Lopez, 2012). Aplikasi dari TCM telah menunjukkan keberhasilan dalam mengurangi readmissions, panjang rawat inap berikutnya, dan biaya keseluruhan. TCM memanfaatkan perawat dididik di tingkat master sebagai Perawat Lanjutan Praktek (APN), seperti spesialis perawat klinis atau praktisi perawat, yang mempersiapkan pasien untuk mengkoordinasikan perencanaan perawatan dengan pasien, dokter, perawat, kelompok sumber daya masyarakat dan instansi lain yang terkait. Demikian juga, APNs memberikan perawatan kepada lansia untuk mencegah hospitalisasi ulang. Sehingga dengan mengadaptasi TCM dalam pemberian perawatan pada masa transisi pada lansia diharapkan akan meningkatkan kulaitas hidup lansia dalam semua aspek kehidupan.

BAB IVSIMPULAN

Transitional Care Model in older adult merupakan sebuah teori yang spesifik dalam memandang satu fenomena, sehingga dapat disebut sebagai nursing practice theory. Teori ini memandang bahwa lansia sebagai sebuah kelompok rentan dalam kondisi kesehatannya. Tingginya angka hospitalisasi ulang pada lansia menjadi bukti kurang berhasilnya proses transisi antara pusat pelayanan kesehatan dengan perawatan dirumah. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain tingkat kemampuan pasien dan keluarga, keadekuatan informasi, sarana prasarana serta support system yang kurang adekuat. Masalah selama masa transisi ini membutuhkan sebuat system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam mengelola kesehatannya. Salah satu system kesehatan yang dinilai mampu mengatasi masalah transisi adalah aplikasi TCM. TCM for older adult care merupakan adaptasi dari teori Henderson, Orem dan Meles dalam pengembangan konsepnya.

DAFTAR PUSTAKA

Afaf I. Meleis, P.D.D.P.S.F. (2010). Transitions Theory: Middle Range and Situation Specific Theories in Nursing Research and Practice: Springer Publishing Company.

Ahtisham, Y, & Jacoline, S. (2015). Integrating Nursing Theory and Process into Practice; Virginias Henderson Need Theory. International Journal of Caring Science, 8(2), 443-451.

Alligood, M.R. (2013). Nursing Theorists and Their Work: Elsevier Health Sciences.

Alligood, Martha Raile. (2014). Nursing Theoriests and Their Work (8th edition ed.): Elsevier.

Bradway, C, Trotta, R, Bixby, M.B, McPartland, E, Wollman, M. C, Kapustka, H, . . . Naylor, M.D. (2011). A Qualitative Analysis of an Advanced Practice NurseDirected Transitional Care Model Intervention. The Gerontologist, 52(3), 394-407.

Fawcett, J., & DeSanto-Madeya, S. (2012). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and Evaluation of Nursing Models and Theories: F. A. Davis Company.

Kenney, J.W. (2002). Philosophical and Theoretical Perspectives for Advanced Nursing Practice: Jones and Bartlett.

McEwen, M., & Wills, E.M. (2011). Theoretical Basis for Nursing: Wolters Kluwer/Lippincott Williams & Wilkins.

McEwen, M., & Wills, E.M. (2014). Theoretical Basis for Nursing: Lippincott Williams & Wilkins.

Naylor, M. (2008). Transitional Care: Moving patients from one care setting to another. Am J Nurs, 108(9), 58-63.

Rose, K M, & Lopez, R P. (2012). Transitions in Dementia Care: Theoretical Support for Nursing Roles. The Online Journal of Issues in Nursing, 17(2).

Toles, M.P. (2012). Transitions in Care among Older Adults Receiving Long Term Services and Supports. Journal Gerontologi Nursing, 38(11), 40-47.

Page | 24