ANALISIS JARINGAN KERJA PADA PERSIAPAN TAMBAK … fileHasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan 15...

8
931 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015 ANALISIS JARINGAN KERJA PADA PERSIAPAN TAMBAK TEKNOLOGI SUPER INTENSIF DI KABUPATEN TAKALAR BERDASARKAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) DAN PROGRAM EVALUATION AND REVIEW TECHNIQUE (PERT) Andi Indra Jaya Asaad, Makmur, dan Rachman Syah Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian tentang jaringan kerja pada persiapan tambak teknologi super intensif telah dilakukan pada bulan Mei-Juni 2013 di Instalasi Tambak Percobaan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan masing-masing kegiatan dan perkiraan waktu pelaksanaan, mengetahui jalur kritis, dan mengetahui probabilitas penyelesaian seluruh kegiatan. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan/observasi dan wawancara dengan pelaksana lapangan. Data yang dikumpulkan berupa data urutan pekerjaan dan lama waktu penyelesaiannya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Critical Path Method (CPM) dan Programme Evaluation and Review Technique (PERT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan 15 (lima belas) kegiatan persiapan tambak super intensif memerlukan waktu 51 hari yang ditandai dengan selesainya kegiatan penebaran benur. Terdapat 11 (sebelas) kegiatan yang termasuk dalam jalur kritis, yaitu: Persiapan bahan (kode A) – Pemasangan saringan inlet (kode C) – Pemasangan papan pintu air (kode E) - Pemasangan sistem aerasi (kode G) - Pengisian air setinggi 100 cm (kode H) - Aplikasi kapur dolomit (kode I) – Pemupukan (kode K) - Penumbuhan plankton (kode L) - Aplikasi probiotik (kode M) - Penambahan air (kode N) - Penebaran benur (kode O). Probabilitas waktu penyelesaian kegiatan sebesar 91,62%. Hasil penelitian memberikan informasi tahapan kegiatan yang tidak mempunyai waktu tenggang, sehingga persiapan untuk tahapan tersebut perlu diperhatikan untuk kelancaran persiapan tambak. KATA KUNCI: persiapan tambak, teknologi super intensif, Critical Path Method (CPM) Programme Evaluation and Review Technique (PERT) PENDAHULUAN Teknologi tambak super intensif untuk budidaya udang vaname ( Litopenaeus vannamei ) telah menjadi pilihan teknologi bagi pelaku usaha untuk pengembangan bisnis akuakultur. Kementerian Kelautan dan Perikanan terus mendorong inovasi-inovasi dalam budidaya udang. Disebutkan dalam dalam siaran pers Kementerian Kelautan dan Perikanan bahwa teknologi supra intensif (disebut juga super intensif) menjadi salah satu inovasi teknologi budidaya udang berbasis blue economy dengan output yang diharapkan adalah peningkatan produksi udang dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan (Anonim, 2014). Menurut Rachman Syah (2014), bahwa sistem ini menjadi orientasi sistem budidaya masa depan dengan ciri volume wadah budidaya kecil, padat penebaran tinggi, produktivitas tinggi, beban limbah minimal dan daya saing produk yang tinggi. Pada prinsipnya ruang lingkup teknologi ini dapat diterapkan pada semua sumber air yaitu tawar, payau dan laut. Namun saat ini, perkembangan signifikan dilakukan di tambak-tambak pesisir dengan sumber air utama yaitu air laut. Menurut Effendi (2004), pada budidaya air payau termasuk tambak umumnya dilakukan pada habitat air payau yang berlokasi di wilayah pesisir di mana pengaruh pasang surut air laut (zona intertidal) masih dominan terjadi. Komoditas yang dibudidayakan umumnya spesies yang mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap salinitas ( stenohaline), seperti ikan bandeng, udang windu, udang vaname, ikan nila, kepiting bakau, dan rumput laut. Beberapa komoditas tersebut merupakan komoditas yang bernilai ekonomis penting dan peruntukannya untuk ekspor.

Transcript of ANALISIS JARINGAN KERJA PADA PERSIAPAN TAMBAK … fileHasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan 15...

Page 1: ANALISIS JARINGAN KERJA PADA PERSIAPAN TAMBAK … fileHasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan 15 (lima belas) kegiatan persiapan tambak ... signifikan dilakukan di tambak-tambak

931 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015

ANALISIS JARINGAN KERJA PADA PERSIAPAN TAMBAK TEKNOLOGI SUPER INTENSIFDI KABUPATEN TAKALAR BERDASARKAN CRITICAL PATH METHOD (CPM) DAN PROGRAM

EVALUATION AND REVIEW TECHNIQUE (PERT)

Andi Indra Jaya Asaad, Makmur, dan Rachman SyahBalai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No 129, Maros 90512, Sulawesi SelatanE-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian tentang jaringan kerja pada persiapan tambak teknologi super intensif telah dilakukan padabulan Mei-Juni 2013 di Instalasi Tambak Percobaan Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan masing-masing kegiatan dan perkiraan waktupelaksanaan, mengetahui jalur kritis, dan mengetahui probabilitas penyelesaian seluruh kegiatan.Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan/observasi dan wawancara dengan pelaksana lapangan.Data yang dikumpulkan berupa data urutan pekerjaan dan lama waktu penyelesaiannya. Analisis datadilakukan dengan menggunakan metode Critical Path Method (CPM) dan Programme Evaluation and ReviewTechnique (PERT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan 15 (lima belas) kegiatan persiapan tambaksuper intensif memerlukan waktu 51 hari yang ditandai dengan selesainya kegiatan penebaran benur.Terdapat 11 (sebelas) kegiatan yang termasuk dalam jalur kritis, yaitu: Persiapan bahan (kode A) – Pemasangansaringan inlet (kode C) – Pemasangan papan pintu air (kode E) - Pemasangan sistem aerasi (kode G) -Pengisian air setinggi 100 cm (kode H) - Aplikasi kapur dolomit (kode I) – Pemupukan (kode K) - Penumbuhanplankton (kode L) - Aplikasi probiotik (kode M) - Penambahan air (kode N) - Penebaran benur (kode O).Probabilitas waktu penyelesaian kegiatan sebesar 91,62%. Hasil penelitian memberikan informasi tahapankegiatan yang tidak mempunyai waktu tenggang, sehingga persiapan untuk tahapan tersebut perludiperhatikan untuk kelancaran persiapan tambak.

KATA KUNCI: persiapan tambak, teknologi super intensif, Critical Path Method (CPM) Programme Evaluationand Review Technique (PERT)

PENDAHULUAN

Teknologi tambak super intensif untuk budidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) telahmenjadi pilihan teknologi bagi pelaku usaha untuk pengembangan bisnis akuakultur. KementerianKelautan dan Perikanan terus mendorong inovasi-inovasi dalam budidaya udang. Disebutkan dalamdalam siaran pers Kementerian Kelautan dan Perikanan bahwa teknologi supra intensif (disebut jugasuper intensif) menjadi salah satu inovasi teknologi budidaya udang berbasis blue economy denganoutput yang diharapkan adalah peningkatan produksi udang dengan tetap memperhatikan kelestarianlingkungan (Anonim, 2014).

Menurut Rachman Syah (2014), bahwa sistem ini menjadi orientasi sistem budidaya masa depandengan ciri volume wadah budidaya kecil, padat penebaran tinggi, produktivitas tinggi, beban limbahminimal dan daya saing produk yang tinggi. Pada prinsipnya ruang lingkup teknologi ini dapatditerapkan pada semua sumber air yaitu tawar, payau dan laut. Namun saat ini, perkembangansignifikan dilakukan di tambak-tambak pesisir dengan sumber air utama yaitu air laut. MenurutEffendi (2004), pada budidaya air payau termasuk tambak umumnya dilakukan pada habitat airpayau yang berlokasi di wilayah pesisir di mana pengaruh pasang surut air laut (zona intertidal)masih dominan terjadi. Komoditas yang dibudidayakan umumnya spesies yang mempunyai dayaadaptasi yang tinggi terhadap salinitas (stenohaline), seperti ikan bandeng, udang windu, udangvaname, ikan nila, kepiting bakau, dan rumput laut. Beberapa komoditas tersebut merupakankomoditas yang bernilai ekonomis penting dan peruntukannya untuk ekspor.

Page 2: ANALISIS JARINGAN KERJA PADA PERSIAPAN TAMBAK … fileHasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan 15 (lima belas) kegiatan persiapan tambak ... signifikan dilakukan di tambak-tambak

932Analisis jaringan kerja pada persiapan tambak ..... (Andi Indra Jaya Asaad)

Secara umum, budidaya di tambak termasuk dalam kategori sistem akuakultur sistem semi terbukayaitu masih bergantung pada alam untuk penyediaan tiga jasa ekologi yaitu suhu, oksigen, asimilasilimbah; sedang unit produksi lebih banyak pada campur tangan manusia, sudah dapat mengaturkebutuhan air (Tidwell, 2012). Namun pada tambak teknologi super intensif, input teknologi sangatdibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen komoditas budidaya melalui pengembangan sistemaerasi dasar (root blower) dan aerasi permukaan (kincir). Selain itu, teknologi manajemen limbahbudidaya juga dibutuhkan untuk dua tujuan yaitu untuk menjaga kondisi lingkungan optimal ditambak dan mengupayakan buangan limbah ke perairan terbuka sesuai dengan baku mutu yangdipersyaratkan.

Penerapan input akuakultur termasuk teknologi pada tambak super intensif berkonsekuensi padainput biaya yang digunakan. Manajemen akuakultur menjadi kebutuhan penting dalam prosesperencanaan dan pelaksanaan budidaya. Meade (1989) telah mengemukakan sejak lama bahwa dalamusaha akuakultur, penerapan manajemen seperti pada bisnis-bisnis yang lainnya perlu dilakukan.Selain faktor teknis budidaya, faktor sumber daya manusia dan sosial, finansial, sertaakuntansi pentingdiperhatikan dalam ruang lingkup usaha akuakultur. Dengan demikian pendekatan-pendekatan dalamkeilmuan riset operasi dapat diterapkan dalam usaha akuakultur untuk menjadi dasar pengambilankeputusan. Subagyo et al. (1993) mengemukakan bahwa riset operasi berkaitan dengan pengambilankeputusan optimal dalam penyusunan model suatu sistem baik deterministik maupun probabilistikyang didapatkan dari kehidupan nyata.

Pada bidang industri, dikenal metode Programme Evaluation and Review Technique (PERT) untukmengevaluasi pelaksanaan suatu proyek. Metode ini mulai digunakan tahun 1957 oleh AngkatanLaut Amerika Serikat. Perkembangan selanjutnya, metode ini bersama dengan metode serupa yangdisebut Critical Path Method (CPM) digunakan dalam ilmu riset operasi (operational research) khususnyadalam network analysis(disebut juga analisis jaringan kerja) yang berguna dalam pengambilankeputusan manajerial. Keduanya dikenal sebagai salah satu metode penelitian dalam analisis sistem.Salah satu output penting dalam aplikasi ini adalah visualisasi proyek berupa diagram yang berisilintasan-lintasan yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang harus dikerjakan dan terdiri dari peristiwa-peristiwa selama penyelenggaraan proyek (Ali, 1995). Aplikasi metode ini berkembang luas tidakhanya pada dunia industri non hayati (mesin, bangunan, dan sebagainya), tetapi juga digunakanpada bidang pertanian, peternakan, dan perikanan.

Pada diagram network, alur penyelesaian pekerjaan dapat dilihat dan dapat diketahui waktupenyelesaian pekerjaan secara keseluruhan ataupun masing-masing pekerjaan. Selain itu dapatdiketahui juga kegiatan/jalur kritis (critical path) yaitu kegiatan yang sangat sensitif terhadapketerlambatan. Aplikasi analisa network dapat memudahkan uraian kompleksitas hubungan masing-masing pekerjaan. Dengan demikian penyusunan perencanaan akan dapat berhasil dengan baik (Ali,1995; Subagyo et al., 1993).

Tujuan penelitian ini adalah mengaplikasikan analisis jaringan kerja menggunakan Critical PathMethod (CPM) dan metode Programme Evaluation and Review Technique (PERT) pada proses persiapanbudidaya udang vaname dengan teknologi super intensif, sehingga dapat diketahui hubungan masing-masing kegiatan dan perkiraan waktu pelaksanaan, mengetahui jalur kritis, dan mengetahuiprobabilitas penyelesaian seluruh kegiatan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2013 di Instalasi Tambak Percobaan BalaiPenelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, yang berlokasi di Desa Punaga KecamatanMangarabombang Kabupaten Takalar. Lokasi penelitian merupakan tambak budidaya udang vanamedengan teknologi super intensif. Terdapat dua petak tambak yang dioperasionalkan dengan kepadatanmasing-masing 500 ekor/m2 dan 600 ekor/m2. Waktu penelitian disesuaikan dengan tahapan persiapantambak untuk proses operasional pembesaran udang vaname.

Penelitian ini merupakan studi kasus dengan pengumpulan data dilakukan melalui pengamatanlangsung dan wawancara dengan pelaksana lapangan. Pengamatan dilakukan dengan cara mengukurwaktu dan jumlah sumber daya manusia yang terlibat dalam setiap tahapan kegiatan persiapan.

Page 3: ANALISIS JARINGAN KERJA PADA PERSIAPAN TAMBAK … fileHasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan 15 (lima belas) kegiatan persiapan tambak ... signifikan dilakukan di tambak-tambak

933 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015

Pengamatan atau observasi ini berguna sebagai upaya konfirmasi data wawancara untuk prosestriangulasi data dalam penelitian (Verschuren et al., 1999).

Satuan pengukuran waktu yaitu hari kalender. Perhitungan waktu dikategorikan dalam tiga bagianyaitu (1) perkiraan waktu optimis (optimistic time); (2) perkiraan waktu paling pesimis (pessimistictime); (3) perkiraan waktu paling mungkin (most likely time). Most likely time ini merupakan waktupelaksanaan di lapangan. Selain itu, disusun rangkaian masing-masing kegiatan sehingga dapatdiketahui hubungan antar kegiatan. Tahapan kegiatan dapat dilihat pada Tabel 1. Menurut Ali (1995),hubungan antar kegiatan dapat dikategorikan menjadi hubungan seri dan hubungan paralel. Hubunganseri yaitu hubungan pada rangkaian kegiatan dimana suatu kegiatan tidak dapat dimulai dikerjakanjika kegiatan lainnya belum selesai dikerjakan. Sedangkan hubungan paralel yaitu hubungan padarangkaian kegiatan dimana suatu kegiatan dapat dikerjakan tanpa perlu menunggu kegiatan lainnyamulai atau selesai. Berdasarkan hubungan antar kegiatan tersebut, dapat ditentukan kegiatan yangmendahului (predersor activity) (Ali, 1995; Subagyo et al., 1993).

Analisis data dilakukan dengan membuat tabulasi setiap tahapan yang didapatkan daripengumpulan data di lapangan. Analisis data dilakukan sesuai dengan metode Critical Path Method(CPM) dan metode Programme Evaluation and Review Technique (PERT). Data rangkaian tahapankegiatan kemudian diproyeksikan dalam bentuk diagram jaringan sesuai urutan logika ketergantungandan dilakukan perhitungan Earliest Start Time (ES), Earliest Finish Time (EF); Latest Start Time (LS);Latest Finish Time (LF). Subagyo et al. (1993) mendefinisikan Earliest Start Time (ES) yaitu waktu tercepatuntuk bisa memulai suatu kegiatan dalam waktu nornal tanpa mengganggu kegiatan yang lain.Earliest Finish Time (EF) yaitu waktu paling cepat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan denganmenggunakan waktu normal, tanpa mengganggu kelancaran kegiatan yang lain. Latest Start Time(LS) yaitu waktu paling lambat untuk bisa memulai suatu kegiatan dengan waktu normal. LatestFinish Time (LF) yaitu waktu paling lambat untuk menyelesaikan suatu kegiatan dengan waktu normal.

Pada diagram jaringan kerja, untuk menentukan waktu penyelesaian menggunakan caraperhitungan maju (forward pass) dan perhitungan mundur (backward pass). ES (earliest start) dan EF(earliest finish) ditentukan selama forward pass. LS (latest start) dan LF (latest finish) ditentukan selamabackward pass (Heizer & Render, 2005).

Perhitungan ES (earliest start) dan EF (earliest finish) menggunakan rumus:

ES = Max [EF pendahulu langsung]

EF = ES + tdi mana, ES = waktu mulai terdahulu (earliest start); EF= waktu selesai terdahulu (earliest finish) suatukegiatan; t = waktu kegiatan.

Perhitungan LS (latest start) dan LF (latest finish) menggunakan rumus:

LF= Min [LS dari seluruh kegiatan yang langsung mengikutinya]

LS= LF- tdi mana, LF = waktu selesai terakhir (latest finish); LS = waktu mulai terakhir (latest start); t= waktukegiatan.

Selanjutnya dilakukan perhitungan slack (S) atau float yang merupakan waktu yang dimiliki olehsebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan (Heizer& Render, 2005).

Slack (S) = LS – ES atau LF – EF

Penentuan jalur kritis dilakukan pada diagram jaringan dengan melihat jalur yang mempunyaitotal waktu penyelesaian paling lama. Ciri jalur kritis pada diagram yaitu kegiatan yang memilikislack atau float bernilai 0.

Perhitungan waktu penyelesaian suatu kegiatan (total expected time) dan perhitungan varian masing-masing kegiatan menggunakan pendekatan statistik berdasarkan teori probabilitas (Gausz), yaitu(Ali, 1995):

Page 4: ANALISIS JARINGAN KERJA PADA PERSIAPAN TAMBAK … fileHasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan 15 (lima belas) kegiatan persiapan tambak ... signifikan dilakukan di tambak-tambak

934Analisis jaringan kerja pada persiapan tambak ..... (Andi Indra Jaya Asaad)

di mana :a = Perkiraan waktu optimis (most optimistic time)b = Perkiraan waktu paling pesimis (most pessimistic time)m = Perkiraan waktu paling mungkin (most likely time)TE = Waktu yang diharapkan (total expected time)

Untuk memperkirakan kemungkinan (Probabilitas) waktu penyelesaian satu kegiatan yangdijadwalkan, digunakan rumus Standar Normal (Z), yaitu (Ali, 1995):

di mana :x = waktu selesai proyek/aktivitas yang diharapkan/ditentukanm = merupakan nilai dari tp waktu penyelesaian yang merupakan waktu terlama dari proyeks = Standar deviasi (akar dari varians s2)

Berdasarkan nilai perhitungan Z, selanjutnya akan dicari dari nilai Z tabel pada tabel distribusinormal untuk menunjukkan probabilitas kumulatif yang dilambangkan dengan notasi P (X<x). Nilaiminus (–) pada Z diabaikan.

HASIL DAN BAHASAN

Proses budidaya udang vaname pada tambak super intensif memerlukan tahapan persiapan yangmatang dengan meliputi aspek teknis persiapan tambak dan non teknis budidaya. Aspek teknismeliputi persiapan tambak sebagai wadah budidaya, air, pengelolaan air, dan penebaran benur.Sedangkan aspek non teknis budidaya meliputi persiapan sumber daya manusia, fasilitas saranaprasarana pendukung, jadwal sampling dan sebagainya. Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitupada aspek teknis persiapan tambak pada dua petak pembesaran yang berukuran masing-masing1.000 m2.

Persiapan tambak dilakukan dengan tahapan kegiatan meliputi persiapan/pengadaan bahan,pemagaran tambak menggunakan waring hitam, pemasangan saringan inlet, pemasangan papanpintu air, pengeringan tambak, pemasangan papan skala ketinggian air, pemasangan sistem aerasi,pengisian air yang telah ditandon setinggi 100 cm, aplikasi kapur dolomit dengan dosis 20 ppm,aplikasi klorin dosis 40 mg/L, pemupukan dengan urea 20 kg/petak dan SP-36 sebanyak 10 kg/petak,penumbuhan plankton selama dua minggu, serta aplikasi probiotik yang telah difermentasi sebanyak1 L/petak dan dilakukan pengisian air sampai 150 cm. Penebaran benur dilakukan setelah semingguaplikasi probiotik. Benur yang ditebar pada masing-masing petak sebanyak 500 ekor/m2 dan 600ekor/m2.

Setiap tahapan tersebut merupakan tahapan kegiatan yang harus dilakukan. Tahapan tersebutmemerlukan sumber daya berupa sumber daya manusia (man), biaya (money), dan bahan/alat (materi).Jumlah sumberdaya (tenaga kerja, mesin, peralatan dan dana) telah disiapkan sebelumnya sehinggadalam pelaksanaannya tidak merupakan kendala. Pada Tabel 1 disajikan tahapan pekerjaan persiapantambak, kegiatan yang mendahului dan waktu pelaksanaan serta jumlah orang yang terlibatmenyelesaikan pekerjaan.

Berdasarkan tabulasi tahapan kegiatan pada Tabel 1, selanjutnya diproyeksikan dalam bentukdiagram jaringan kerja yang merupakan diagram untuk menentukan hubungan antar kegiatan danmemudahkan perhitungan ES (earliest start) dan EF (earliest finish) dengan forward pass dan LS (lateststart) dan LF (latest finish) dengan backward pass.

2

6a - b

6b 4m a

TE

- x

Z

Page 5: ANALISIS JARINGAN KERJA PADA PERSIAPAN TAMBAK … fileHasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan 15 (lima belas) kegiatan persiapan tambak ... signifikan dilakukan di tambak-tambak

935 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015

Pada Gambar 1, dapat dilihat hubungan antara 15 kegiatan yang perlu dilakukan dalam persiapantambak super intensif. Setiap kegiatan sudah dihitung ES (earliest start) dan EF (earliest finish) denganforward pass dan LS (latest start) dan LF (latest finish). Sehingga total waktu yang dibutuhkan dalampersiapan tambak super intensif yaitu 51 hari yang ditandai dengan selesainya kegiatan penebaran

Tabel 1. Tahapan kegiatan pada persiapan tambak super intensif

Aktivitas KodeKegiatan

yang mendahuluiWaktu

pelaksanaan (hari)Jumlah orang

Persiapan bahan A 14 10

Pemagaran tambak B A 3 5

Pemasangan saringan inlet C A 1 2

Pengeringan tambak D A 7 2

Pemasangan papan pintu air E C 1 2

Pemasangan papan skala ketinggian air F E 1 2

Pemasangan sistem aerasi G E 7 5

Pengisian air setinggi 100 cm H B,D,F,G 1 2

Aplikasi kapur dolomit I H 2 1

Aplikasi klorin J H 3 1

Pemupukan K I,J 1 1

Penumbuhan plankton L K 14 1

Aplikasi probiotik M L 7 1

Penambahan air N L,M 1 1

Penebaran benur O N 1 15

Gambar 1. Diagram jaringan kerja tahapan persiapan tambak super intensifdengan perhitungan ES (earliest start) dan EF (earliest finish) denganforward pass dan LS (latest start) dan LF (latest finish)

Page 6: ANALISIS JARINGAN KERJA PADA PERSIAPAN TAMBAK … fileHasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan 15 (lima belas) kegiatan persiapan tambak ... signifikan dilakukan di tambak-tambak

936Analisis jaringan kerja pada persiapan tambak ..... (Andi Indra Jaya Asaad)

benur. Beberapa kegiatan memiliki hubungan seri antar kegiatan, seperti kegiatan C (pemasangansaringan inlet) dan kegiatan E (pemasangan pintu air), serta kegiatan K (pemupukan) dan kegiatan L(penumbuhan plankton). Dapat dilihat bahwa waktu awal (ES) kegiatan-kegiatan tersebut mengikutiwaktu selesai (EF) kegiatan sebelumnya. Contohnya kegiatan pemupukan dengan waktu pelaksanaan(t) selama 1 hari yang dilakukan pada hari ke-27, maka kegiatan penumbuhan plankton dimulaisetelah waktu kegiatan pemupukan selesai (yaitu hari ke-28).

Tahapan penebaran benur (kode O) merupakan tahapan terakhir dalam proses persiapan tambakyang dilakukan setelah 14 kegiatan pendahulunya telah selesai dilakukan. Kegiatan penebaran benurdilakukan hari ke-50 setelah selesainya satu kegiatan sebelumnya yaitu penambahan air (kode N).

Pada Gambar 1, dapat dilihat juga kegiatan-kegiatan yang memiliki LS (latest start) dan ES (earlieststart) yang sama. LS yaitu waktu paling lambat untuk bisa memulai suatu kegiatan dengan waktunormal dan ES (earliest start) yaitu waktu paling cepat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatandengan menggunakan waktu normal. Nilai LS dan ES yang sama menunjukkan nilai slack atau float=0. Slack atau Float adalah jangka waktu yang merupakan ukuran batas toleransi keterlambatan suatukegiatan di mana waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan tidak terlambat (Ali, 1995; Heizer &Render, 2005).

Kegiatan-kegiatan yang memiliki slack atau float bernilai 0 sebanyak 11 kegiatan, yaitu: Persiapanbahan (kode A) –Pemasangan saringan inlet (kode C) – Pemasangan papan pintu air (kode E) -Pemasangan sistem aerasi (kode G) - Pengisian air setinggi 100 cm (kode H) - Aplikasi kapur dolomit(kode I) – Pemupukan (kode K) - Penumbuhan plankton (kode L) - Aplikasi probiotik (kode M) -Penambahan air (kode N) – Penebaran benur (kode O). Dari perhitungan total float di atas, makadapat ditentukan jalur kritis, yaitu jalur dimana memiliki kegiatan kritis yang memiliki total float =0. Dengan demikian, jalur kritis dalam persiapan tambak super intensif jalur kegiatan : A – C – E – G– H – I – K – L – M – N – O. Ali (1995) menyebutkan bahwa dengan mengetahui jalur kritis, makadapat membantu pengambilan keputusan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang memiliki tingkatkepekaan paling tinggi terhadap keterlambatan pelaksanaan. Informasi dari jalur kritis dapatmemberikan tingkat prioritas penyelenggaraan kegiatan.

Terdapat kegiatan yang memiliki total float tidak bernilai nol. Hal ini berarti bahwa terdapatwaktu senggang pada kegiatan tersebut. Kegitan-kegiatan tersebut adalah B, D, F, I. Contoh padakegiatan pemagaran tambak (kode B) yang memiliki total float sebesar 6 hari (nilai LS= 20 dan nilaiES= 14. Selisihnya sebesar 6). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan tersebut memiliki batas toleransiketerlambatan selama 6 hari, sebelum mempengaruhi waktu kegiatan selanjutnya.

Jika diinginkan waktu penyelesaian kegiatan lebih cepat dengan lingkup yang sama, makadiperlukan peningkatan sumberdaya berupa tenaga kerja, mesin, peralatan dan dana atau bentuklainnya. Sehingga yang menjadi tujuan utama dari network planning adalah memperpendek jadwalpenyelesaian proyek dengan kenaikkan biaya yang minimal.

Pada Tabel 2, disajikan data perhitungan waktu perkiraan waktu optimis (most optimistic time),perkiraan waktu paling pesimis (most pessimistic time), perkiraan waktu paling mungkin (most likelytime). Perkiraan waktu ini didapatkan dari pengamatan lapangan dan wawancara. Perkiraan waktupaling mungkin (most likely time) didasarkan pada kondisi lapangan, sedangkan perkiraan waktuoptimis dan pesimis didasarkan pada asumsi jika terjadi kondisi yang dapat mempercepat danmemperlambat waktu pelaksanaan. Perhitungan perkiraan waktu ini sebagai dasar untuk menghitungprobabilitas penyelesaian kegiatan dalam waktu yang didapatkan dari diagram jaringan. Hal ini jugauntuk menguji diagram jaringan yang dibuat dalam menjelaskan hubungan dan waktu pelaksanaankegiatan.

Pada Tabel 2, dapat dilihat nilai varian untuk masing-masing kegiatan. Kegiatan-kegiatan padajalur kritis (A – C – E – G – H – I – K – L – M – N – O ) memiliki total nilai varian sebesar : 0,53. Dengandemikian nilai ó sebesar: 0,73. Nilai x didapatkan dari total waktu yang diharapkan (expected timepada Tabel 2) dari jalur kritis didapatkan sebesar 51,8 hari (pembulatan menjadi 52 hari). Sedangkannilai µ merupakan waktu penyelesaian yang merupakan waktu terlama dari seluruh tahapan kegiatanpada diagram jaringan (Gambar 1) yaitu sebesar 51 hari.

Page 7: ANALISIS JARINGAN KERJA PADA PERSIAPAN TAMBAK … fileHasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan 15 (lima belas) kegiatan persiapan tambak ... signifikan dilakukan di tambak-tambak

937 Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2015

Dengan demikian, nilai Z didapatkan sebesar 1,38. Nilai Z tabel dapat ditentukan denganmenggunakan tabel distribusi normal, yaitu sebesar 0,9162. Sehingga probabilitas waktu penyelesaianpersiapan tambak super intensif selama 52 hari sebesar 91,62%.

Percepatan waktu pelaksanaan dapat dilakukan dengan menambah alokasi sumber daya denganlingkup pekerjaan yang sama. Penelitian ini dibatasi ruang lingkup pada persiapan tambak dua petakdengan kepadatan 500 – 600 ekor/m2. Jika terdapat penambahan ruang lingkup pekerjaan, makaalokasi waktu penyelesaian dapat sama dengan asumsi terdapat penambahan sumber daya.

Menurut Ali (1995), bahwa alokasi waktu yang tidak dikelola dengan baik dalam proses produksiberdampak pada biaya yang harus dikeluarkan, seperti gaji pegawai, biaya sewa, waktu perputaranmodal, dan sebagainya. Penelitian ini memberikan informasi bahwa dalam tahapan persiapandiperlukan waktu yang cukup lama yaitu sebesar 51 hari, sehingga diupayakan faktor-faktorpenghambat waktu pelaksanaan dapat diminimalkan agar waktu paling sesuai (most likely time) dapatdicapai untuk pelaksanaan kegiatan. Selain itu, terdapat beberapa kegiatan yang dapat diparalelkansehingga dapat menghemat waktu pelaksanaan.

Informasi mengenai jaringan kerja dengan metode PERT dan CPM ini bermanfaat untuk manajemenproyek, termasuk dalam aktivitas persiapan budidaya tambak udang super intensif. Identifikasi tahapankerja yang tergolong kategori jalur kritis pada persiapan tambak berimplikasi pada penggunaansumber daya yang prioritas pada tahapan tersebut. Percepatan waktu untuk efisiensi dapat dilakukandengan menambah input sumber daya khususnya pada tahapan kegiatan yang termasuk jalur kritis.Dengan demikian, seorang manajer tambak dapat mengalokasikan sumber daya secara tepat untukefisiensi waktu berdasarkan data dan informasi jaringan kerja tersebut.

KESIMPULAN

Waktu penyelesaian kegiatan pada persiapan tambak super intensif untuk budidaya udang vanamesebesar 51 hari. Terdapat 15 (lima belas) kegiatan yang saling berhubungan baik secara seri maupun

Persiapan bahan A 10 16 14 13,7 1

Pemagaran tambak B 2 4 3 3 0,11

Pemasangan saringan inlet C 1 2 1 1,2 0,03

Pengeringan tambak D 6 8 7 7 0,11

Pemasangan papan pintu air E 1 2 1 1,2 0,03

Pemasangan papan skala ketinggian air

F 1 2 1 1,2 0,03

Pemasangan sistem aerasi G 6 8 7 7 0,11

Pengisian air setinggi 100 cm H 1 2 1 1,2 0,03

Aplikasi kapur dolomit I 1 3 2 2 0,11

Aplikasi klorin J 2 4 3 3 0,11

Pemupukan K 1 2 1 1,2 0,03

Penumbuhan plankton L 14 15 14 14,2 0,03

Aplikasi probiotik M 6 8 7 7 0,11

Penambahan air N 1 2 1 1,2 0,03

Penebaran benur O 1 2 1 1,2 0,03

Expected time (t)

Varian(v)

Aktivitas KodeOptimistic

time (a)Pessimistic

time (b)Most likely time (m) 

Tabel 2. Perhitungan perkiraan waktu dan varian setiap kegiatan

Page 8: ANALISIS JARINGAN KERJA PADA PERSIAPAN TAMBAK … fileHasil penelitian menunjukkan bahwa tahapan 15 (lima belas) kegiatan persiapan tambak ... signifikan dilakukan di tambak-tambak

938Analisis jaringan kerja pada persiapan tambak ..... (Andi Indra Jaya Asaad)

paralel. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam jalur kritis dicirikan dengan nilai slack atau floatbernilai 0. Teridentifikasi sebanyak 11 kegiatan yang termasuk dalam jalur kritis, yaitu : Persiapanbahan (kode A) – Pemasangan saringan inlet (kode C) – Pemasangan papan pintu air (kode E) -Pemasangan sistem aerasi (kode G) - Pengisian air setinggi 100 cm (kode H) - Aplikasi kapur dolomit(kode I) – Pemupukan (kode K) - Penumbuhan plankton (kode L) - Aplikasi probiotik (kode M) -Penambahan air (kode N) – Penebaran benur (kode O). Kegiatan-kegiatan dalam jalur kritis tersebutmenjadi tingkat prioritas dalam penyelenggaraan kegiatan. Probabilitas waktu penyelesaian kegiatanpada persiapan tambak super intensif selama 52 hari sebesar 91,62%.

DAFTAR ACUAN

Ali, T.H. (1995). Prinsip-Prinsip Network Planning, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.Anonim. (2014). Siaran Pers Kementerian Kelautan dan Perikanan nomor: 21/PDSI/HM.310/II/2014.

KKP Kembangkan Budidaya Udang Supra Intensif. Diakses dari http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/10445/KKP-Kembangkan-Budidaya-Udang-Supra-Intensif/.

Heizer, J., & Render, B. (2005). Manajemen Operasi. Edisi 7. Salemba Empat. Jakarta, 784 hlm.Meade, J. (1989). Aquaculture Management. Avi Book Van Nostrand Reinhold. New York. 175 ppSyah, R. (2014). Estimasi Beban Limbah dan Sistem Pengelolaannya Pada Budidaya Udang Vaname

Super Intensif. Paparan Keynote Speaker dalam Forum Inovasi Akuakultur VI, Bandung 6 – 8 Mei2014, 24 hlm.

Subagyo, Pangestu, Asri, M., & Handoko, T.H. (1993). Dasar-Dasar Operations Research. Cetakankesembilan. BPFE Yogyakarta, 314 hlm.

Tidwell, James H. (2012). Characterization and Categories of Aquaculture Production System. InAquaculture Production System (eds: James H. Tidwell). World Aquaculture Society. Wiley Blackwell,John Wiley and Sons Publication. USA, 421 pp.

Verschuren, P., & Doorewaard, H. (1999). Designing a Research Project. Lemma B.V. Utrecht. TheNetherlands, 215 pp.