Analisis Finansial Penerapan Mesin Petik Teh Pada Perkebunan Danau Kembar Sumatera Barat )

6
ANALISIS FINANSIAL PENERAPAN MESIN PETIK TEH PADA PERKEBUNAN DANAU KEMBAR SUMATERA BARAT )* Zelfi Zakir dan Syahyana Raesi )** ABSTRACT The purpose of this study is to know feasibility financial of machineexploiting pluck tea (case at PT .P.N. VI. Lake Twin) by using method ofInvestment Criteria (B/C, NPV, and IRR ) that appliance give very competent advantage financial, with B/C ratio = 1,978, NPV = Rp 299,863,752 usage during 5 years, and with IRR bigger than storey level ofrate interest loan which only 6 % of year. From ather side the economic exellence above machine use pluck can e conomi ze 24 % labour to every 1 hactare of areal picking, where use of labour need 16,67 HOK (people day work), but if hence machine pluck only need 4 HOK for one hactare pluck and increase from facet of leaf guality put in box in the reality can up grade raw material of tea processing because canpeep out the leaf peko and also cut short the freguency age harvest 2 X fold (200% ) from age harvest 1 X fold (50 – 55 days ) becoming 1 X fold (20 -25 days ), but we must hihgt investment to buy that Rp 26,000,000,- per unit and need wide effort scale minimize 40 hectare to operate for i unit machine. Key word : Analisis finansial, Mesin Petik Teh, Perkebunan Teh Danau Kembar Sumbar )* . Hasil Penelitian Dosen Muda Dana Dikti 2005 )**. Peneliti Dosen Muda Fakultas Pertanian Unand 2005 )***.Kontak Person : (0751)447820; 72774; HP.08126701153 dan Email: [email protected] )****). Diterbitkan pada Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Lembaga Penerbit Fakultas pertanian Bengkulu. bulan Januari 2008. E-mail :[email protected] PENDAHULUAN Teh merupakan produksi agroindustri yang diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh (Camellia sinensis , L ), yang merupakan salah satu komoditi perkebunan ekspor non migas sumkber devisa penting bagi Indonesia. Dewasa ini Indonesia telah bergeser kedudukan dari posisi ke empat setelah India, Srilangka, dan kenya ke posisi kelima sebagai produsen dan pengekspor teh utama didunia, yang pemasaran hasilnya tersebar kenegara-negara konsumen yang berada di lima benua (Siswoputranto, PS 1978 ). Munculnya kesadaran baru terhadap pentingnya gaya hidup sehat terutama dinegara-negara maju harus disikapi sebagai peluang untuk memperluas pemasaran teh (Ghani, 2002). Selain peluang pasar luar negeri, meningkatnya komsumsi teh dalam negeri terutama jenis teh celup dari 28 gram/kapita/tahun pada tahun 1994 menjadi 51 gram/kapita/tahun pada tahun 2000 merupakan pertanda semakin terbukanya peluang pasar dalam negeri, terutama bila diikuti dengan peningkatan mutu dan perluasan jangkauan pemasaran kedaerah-daerah, serta melakukan diversifikasi produk yang sesuai dengan selera dan kebiasaan masyarakat setempat (Suprihatini et al, 1996 ). Sebagai perusahaan perkebunan , unit kebun danau kembar mengelola lahamn teh seluas 626,11 Ha yang terdiri dari Afdeling A seluas 276,13 Ha dan Afdeling B seluas 349,98 Ha. Sampai periode 2003 salah satu persoalan yang menjadi kendala bagi perushaan ini adalah tingginya biaya operasional perusahan, sehingga harga pokok produksi menjadi tinngi dan menyebabkan kalah bersaing dalam memperebutkan peluang pasar. Untuk mengatasi hal ini perusahan memutuskan untuk menerapkan tekhnologi padat modal antara lain dengan menngunakan mesin petik teh dengan merek dagang OCHAI

description

ajskjdkjksjdmnwbnbwmn

Transcript of Analisis Finansial Penerapan Mesin Petik Teh Pada Perkebunan Danau Kembar Sumatera Barat )

Page 1: Analisis Finansial Penerapan Mesin Petik Teh Pada Perkebunan Danau Kembar Sumatera Barat )

ANALISIS FINANSIAL PENERAPAN MESIN PETIK TEH PADA PERKEBUNAN DANAU KEMBAR

SUMATERA BARAT )*

Zelfi Zakir dan Syahyana Raesi )**

ABSTRACT

The purpose of this study is to know feasibility financial of machineexploiting pluck tea (case at PT .P.N. VI. Lake Twin) by using method ofInvestment Criteria (B/C, NPV, and IRR ) that appliance give very competent advantage financial, with B/C ratio = 1,978, NPV = Rp 299,863,752 usage during 5 years, and with IRR bigger than storey level ofrate interest loan which only 6 % of year. From ather side the economic exellence above machine use pluck can e conomi ze 24 % labour to every 1 hactare of areal picking, where use of labour need 16,67 HOK (people day work), but if hence machine pluck only need 4 HOK for one hactare pluck and increase from facet of leaf guality put in box in the reality can up grade raw material of tea processing because canpeep out the leaf peko and also cut short the freguency age harvest 2 X fold (200% ) from age harvest 1 X fold (50 – 55 days ) becoming 1 X fold (20 -25 days ), but we must hihgt investment to buy that Rp 26,000,000,- per unit and need wide effort scale minimize 40 hectare to operate for i unit machine.

Key word :

Analisis finansial, Mesin Petik Teh, Perkebunan Teh Danau Kembar Sumbar

)* . Hasil Penelitian Dosen Muda Dana Dikti 2005

)**. Peneliti Dosen Muda Fakultas Pertanian Unand 2005

)***.Kontak Person : (0751)447820; 72774; HP.08126701153 dan Email: [email protected]

)****). Diterbitkan pada Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Lembaga Penerbit Fakultas pertanian Bengkulu.

bulan Januari 2008. E-mail :[email protected]

PENDAHULUAN

Teh merupakan produksi agroindustri yang diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh (Camellia

sinensis , L ), yang merupakan salah satu komoditi perkebunan ekspor non migas sumkber devisa penting

bagi Indonesia. Dewasa ini Indonesia telah bergeser kedudukan dari posisi ke empat setelah India,

Srilangka, dan kenya ke posisi kelima sebagai produsen dan pengekspor teh utama didunia, yang

pemasaran hasilnya tersebar kenegara-negara konsumen yang berada di lima benua (Siswoputranto, PS

1978 ).

Munculnya kesadaran baru terhadap pentingnya gaya hidup sehat terutama dinegara-negara maju

harus disikapi sebagai peluang untuk memperluas pemasaran teh (Ghani, 2002). Selain peluang pasar luar

negeri, meningkatnya komsumsi teh dalam negeri terutama jenis teh celup dari 28 gram/kapita/tahun pada

tahun 1994 menjadi 51 gram/kapita/tahun pada tahun 2000 merupakan pertanda semakin terbukanya

peluang pasar dalam negeri, terutama bila diikuti dengan peningkatan mutu dan perluasan jangkauan

pemasaran kedaerah-daerah, serta melakukan diversifikasi produk yang sesuai dengan selera dan

kebiasaan masyarakat setempat (Suprihatini et al, 1996 ).

Sebagai perusahaan perkebunan , unit kebun danau kembar mengelola lahamn teh seluas 626,11

Ha yang terdiri dari Afdeling A seluas 276,13 Ha dan Afdeling B seluas 349,98 Ha. Sampai periode 2003

salah satu persoalan yang menjadi kendala bagi perushaan ini adalah tingginya biaya operasional

perusahan, sehingga harga pokok produksi menjadi tinngi dan menyebabkan kalah bersaing dalam

memperebutkan peluang pasar. Untuk mengatasi hal ini perusahan memutuskan untuk menerapkan

tekhnologi padat modal antara lain dengan menngunakan mesin petik teh dengan merek dagang OCHAI

Page 2: Analisis Finansial Penerapan Mesin Petik Teh Pada Perkebunan Danau Kembar Sumatera Barat )

Made in Jepang ini mempunyai umur ekonomis 5 tahun dan dapat memetik teh sebanyak 2,0 – 2,5 ton teh

perhari yang jauh lebih tinngi dari kemampuan petik renaga manusia yang bervariasi antara 40 kg – 100 kg

/hari atau rata-rata 70 kg/ hari. Disamping kondisi diatas kapasitas terpasang mesin pengolahan yang belum

terpenuhi yakni 60 ton bahan baku/hari, baru 30 – 35 ton/hari yang tersedia, baik yang dari unit kebun Danau

Kembar maupun petani plasma.

Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku PTPN VI Unit kebun Danau kembarmerencanakan

perluasan areal seluas 1800 Ha lagi. Kebijakan perluasan ini akan menimbulkan persoalan ketenaga kerjaan

dan dengan ini pihak perusahaan terpaksa mendatangkan tenaga kerja dari Jawa dan SUMUT sebanyak 60

% dengan kata lain perusahaaan terkendala dengan tenaga kerja terampil, sehingga perlu pertimbangan

untuk menerapkan tekhnologi mesin petik teh untuk kegiatan pemanenan.

Penelitian ini bertujuan : 1). menganalisis kelayakan penerapan mesin petik teh secara finansial; 2.

Menganilisis luas areal yang efisien untuk pemamfaatan mesin petik; 3). Mengkaji faktor internal dan eksternal

yang mempengaruhi pemanfaatan mesin petik secara sosial budaya dan tekhnis

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak perusahaan, petani plasmamaupun

yang berminat dengan tekhnologi ini dan bagi pemerintah maupun pihak swasta dapat dijadikan pertimbangan

dalam bantuan pendanaan.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan mulai September 2005 sampai Februari 2006 ,pada PTP Nusantara VI

Unit Kebun Danau Kembar Sumatera Barat.

Ada dua jenis sumber data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan personil PTPN VI yang terlibat dan petani plasma dengan

menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder

dikumpulkan dari Dinas Perkebunan, Badan Pusat Statistik dan Bapeda Sumatera Barat, serta instasi lain

yang terkait dengan penelitian ini.

Data primer yang dikumpulkan adalah :

1. Sejarah dan oranisasi PTPN VI Unit Kebun Danau Kembar.

2. Kondisi dari segi geografis kebun inti dan plasma

3. Sejarah penerapan mesin petik teh

4. Pembiayaan dengan mesin petik maupun tenaga manusia

Data sekunder yang dikumpulkan gambaran umum daerah penelitian.

Analisa Data

1. Analisa Data Kuantitatif

a. Penentuan alternatif pemakaian mesin petik

Untuk menentukan kelayakan tekhnologi dapat berdasarkan nilai investasi kriteria sebagai berikut :

1. B/C ratio > 1

2. NPV > 0

3. IRR > 0 (Gittinger,1986)

b. Penentuan Efisiensi Areal Panen /Petik

Areal petik = Kapasitas Petik Mesin X Ha

--------------------------------------

Produksi/Ha/Hari

Dimana : 1. Kapasitas petik mesin adalah kemampuan mesin melakukan pemetikan perhari

2.Produksi/Ha/Hari = Produksi/Ha

---------------

Page 3: Analisis Finansial Penerapan Mesin Petik Teh Pada Perkebunan Danau Kembar Sumatera Barat )

360

360 = Banyaknya hari dalam 1 tahun (Dirjenbun, 1993)

2. Analisis Data Kualitatif

Untuk mengetahui faktor pendorong maupun penghambat aspek tekhnis serta sosial penerapan

mesin petik teh dianalisa secara deskriptif kwalitatif (koentjaraningrat, 1990 ).

HASIL PENELITIAN

1. Sejarah Penerapan Mesin Petik Teh

Berdasarkan siklus produksi tanaman teh selama satu tahun, ternata produksi diatasnya tidak

merata sepanjang bulan. Dalam satu tahun kesempatan memperoleh produksi tinggi hanya 4 sampai 5

bulan, yaitu pada bulan Oktober sampai Desember dan April sampai Mei, sedangkan pada bulan lainnya

merupakan pada masa panen kecil, sehingga kebun kelebihan jumlah tenaga pemetik. Dalam hal ini dituntut

kebijaksanaan dalam pengaturan pemetik, kkarena mencarai tambahan tenaga yang terampil pada sat

produksi tinggi yang disebut sebagai ” musim flush “ tidak mudah, karena ketrampilan memetik dan

memangkas tidak dapat dipelajari dalam waktu singkat dan perlu ketelatenan dan merupakan aktivitas yang

dilakukan secara turun-temurun.

Kesulitan ini mengharuskan pihak manajemen produksi teh kebun untuk mencarikan solusi terhadap

peningkatan kemampuan petik dan jangkauan petik, karena kemampuan maksimum pemetikan manual

(tangan ) yang 50 kg/HK dengan MS 50 % - 65 % ternyata tidak mampu memenuhi tutututan kebutuhan

tenaga petik pada musim flush (panen besar) yang ada pada perkebunan teh , sehingga potensi kebun yang

ada tidak tergali secara optimal. Dalam keadaan seperti ini pilihan yang paling tepat agar potensi tergali

secara optimal dan kesehatan tanaman tidak menurun adalah penggunan mesin petik.

Mesin pangkas (pruning ) dan petik teh dirancang dan dikembangkan khusus untuk perkebunan dan

industri teh yang dikerjakan secara mekanisasi. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan , sebaiknya

dibuatkan perlakuan sebagai berikut :

1. Pada saat hamparan diusahakan secara mekanisasi, dibuat baris dengan dimensi 1,8 – 2,0 m (lebar ) x

30 – 40 cm (panjang ), diantara baris dibuat jalan operator selebar 30 – 40 cm atau sesuai kondisi kebun.

2. Agar tidak mengganggu program kerja kebun, sebaiknya dipilih hamparan yang mempunyai umur

pangkasan + 3 tahun, sehingga tanaman siap untuk dipangkas pendek (lebih kurang 50 – 55 cm) yang

disebut prepatory triming.

3. Setelah tanam dipangkas pendek tunggulah sampau tumbuh ranting baru dengan diameter 3 – 4 mm,

kemudian dilakukan prunning dengan alat Ochiai R8GA. Prunning ini disebut Intermediate Prunning.

4. Prunning pertama dilakukan 60 – 70 hari setelah intermediate prunning, cara pemangkasannya

dengan memangkas cabang baru setinggi 5 cm diatas prepatori triming atau memotong cabang-cabang

baru.

5. Prunning kedua disebut Controling Prunning yaitu pemangkasan dengan tujuan untuk keseragaman

pertumbuhan tanaman , ukuran daun dan mengontrol cabang yang tumbuh tidak sama. Controlling

pruning dilakukan 2 – 3 minggu setelah prunning pertama.

6. Pruning ketiga disebut Provisional pruning dikerjakan 3 – 4 minggu setelah controlling pruning dan

tujuannya sama.

7. Pruning keempat atau Final Pruning bertujuan untuk menetapkan tumbuhnya pucuk baru tahun depan

yang akan dipanen oleh alat Ochiai V 8 New Z2. Dilakukan 3 – 4 minggu setelah provisional pruning

dengan ketinggian4 – 5 cm diatas pruning pertama atau meninggalkan lebih kurang 2 – 3 daun diatas

pruning pertama.

Page 4: Analisis Finansial Penerapan Mesin Petik Teh Pada Perkebunan Danau Kembar Sumatera Barat )

2. Analisa Kelayakan Pemakaian Mesin Petik Ochai

a. Kelayakan Tekhnis

1. Tidak diperlukan tenaga specialis karena dapat dioperasikan oleh siapa saja

serta dapat mengurangi pemakaian tenaga petik dan memudahakan pengawasan.

2. Menghasilkan jumlah dan jenis petikan seragam, memudahkan perhitungan produksi serta menghasilkan

kualitas daun dengan rendemen tinggi.

3. Alat sudah didesain dan dikembangkan berdasarkan komoditi agronomis dan ergonomis tanaman teh,

sehinngga hasil dapat dipertanggung jawabkan atai tidak merusak kondisi agronomis dan ergonomic

kelanjutan usaha budidaya.

b. Kelayakan Sosial

Memerlukan waktu sosialisasi karena akan berdampak terhadap penggunaan tenaga sehingga

menimbulkan gejolak sosial dalam perolehan lapangan kerja, terutama pada daerah yang tenaga kerja

banyak.

c. Kelayakan Ekonomi Pemakaian Mesin Petik Teh

Sebelum membahas kelayakan ekonomi ini, terlebih dahulu akan ditampilkan jenis dan jumlah

pembiayaan serta manfaat atau benefit yang akan diperoleh.

1. Umur Ekonomis Alat

Umur ekonomis alat yang dimaksud umur dimana selama penggunaan alat biaya yang dikeluarkan

lebih kecil dibandingkan keuntungan yang diperoleh. Berdasarkan informasi pihak PTPN VI Danau Kembar

dapat digunakan 5 tahun.

2. Tingkat Suku Bunga

Penetuan tingkat suku bunga didasarkan pada kewajiban yang ditanggung usaha ini yakni 6 %/tahun

bila menggunakan dana kreditur.

3. Biaya dan Benefit Penggunaan Mesin Petik Teh Ochiai

Biaya yang dianalisa dalam penelitian ini adalah pembelian mesin petik teh sebagai biaya investasi,

biaya operasional serta biaya penggantian alat serta manfaat pemakaian alat dihitungkan berdasarkan

kemampuan petik /hari dikonversikan menjadi pertahun.

Tabel 1. Komponen biaya dan manfaat mesin petik teh pada perkebunan teh Danau Kembar , 2005

(Rp,00)

Tahun Investasi Cost Total Cost Benefit

1 26.000.000 65.970.000 91.970.000 144.000.000

2 1.315.000* 65.970.000 67.285.000 144.000.000

3 1.315.000* 65.970.000 67.285.000 144.000.000

4 1.315.000* 65.970.000 67.285.000 144.000.000

5 1.315.000* 65.970.000 67.285.000 144.000.000

Catatan *) Replacement Cost

3. Penilaian kriteria investasi

Hasil penilaian finansial kkelayakan pemakaian mesin petik dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria investasi pemakaian alat mesin petik teh Ochiai pada PTPV VI Danau Kembar 2005.

Kriteria Nilai

B/C 1,978

NPV Rp.299.863.752

IRR 6 %

Page 5: Analisis Finansial Penerapan Mesin Petik Teh Pada Perkebunan Danau Kembar Sumatera Barat )

4. Penentuan Areal Petik

Perhitungan didasarkan pada penilaian kemampuan kapasitas petik mesin per hari dan produksi

pucuk per hektar per hari dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Produktivitas kebun teh kapasitas petik mesin OCHIAI pada perkebunan teh Danau

Kembar, Sumatera Barat Tahun 2005.

No Produksi/hari Kapasitas Petik Mesin /Hari Areal Petik

(1) (2) (2:1x Ha )

1 18 ton *=0,05 ton 2 ton 2 x Ha = 40 Ha

_____ __

360 0,05

*) Produktivitas kebun teh Danau Kembar per Ha

Dari Tabel 3 dijelaskan bahwa untuk menggunakan satu buah mesin petik, maka luas areal yang

harus dimiliki adalah minimal 40 Ha. Dikatakan minimal sebab kapasitas petik sangat tergantung pada

kesuburan tanaman, kemiringan lahan serta cuaca. Pada kondisi optimal kapasitas petik dapat mencapai 2,5

ton – 3 ton per hari.

5. Faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi penerapan mesin petik teh.

a. Faktor Keunggulan

i. Dapat menghemat tenaga kerja sebab jangkauan petik mencapai 25 rantai setara 1 Ha / Hari, lama panen

rata-rata 7 jam/hari yang dimulai jam 7.00 wib sampai 16.00 wib dan istirahat 1-2 jam atau ata-rata 1,5

jam dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk operasi alat sebanyak 3 orang dengan pembagian

tugas 2 orang operator alat, 1 orang menampung dan membawa hasil anen kelokasi penimbangan

dilapangan serta 1 orangsebagai mandor yang dapat mengawasi 2 buah alat setiap hari. Sedangkan

apabila menggunakan tenaga petik manual kemampuan 1 HOK hanya 1,5 rantai setara 600 M2 dengan

kapasitas petik rata-rata 70 Kg/atau dibutuhkan 16,67 HOK. Bila dikonversikan ke jumlah HOK ternyata

penggunaan alat mesin petik teh dapat menghemat pengguanaan tenaga kerja sebesar 24 % / Ha.

ii. Bidang petik rata, sehingga muncul daun peko lebih rata dan memperpendek frekwensi panen yang

hanya 20 25 hari dibandingkan dengan petik manual mencapai 50 – 55 hari dan menyebabkan

munculnya daun burung sedikit, pemeliharaan yang lebih efisien serta meningkatkan mutu teh yang

dihasilan, sebab mutu teh seduh ditentukan 70 % - 80 % oleh mutu bahan baku, yang akan berdampak

terhadap harga jual.

iii. Dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan mengatasi kekurangan tenaga petik pada musim flush

yang jatuh 4 X setahun dimana produksinya mencapai 3 – 4 ton /hari, sebab kapasitas maksimum petik

mencapai 3 – 4 ton/hari.

b. Faktor kelemahan

i. Untuk mengoperasikan alat, kemiringan lahan tidak boleh lebih dari 15 sebab akan menurunkan kwalitas

pucuk akibat bidang petik tidak rata dan meningkatnya jumlah daun burung yang dapat menurunkan

kualitas teh.

ii. Butuh biaya investasi yang cukup besar serta skala luae areal perkebunan teh minimal 40 Ha.

Page 6: Analisis Finansial Penerapan Mesin Petik Teh Pada Perkebunan Danau Kembar Sumatera Barat )

iii. Penempatan alat yang tidak memperhitunkan potensi tenaga kerja pada suatu daerah akan menimbulkan

gejolak sosial ekonomi terutama dalam perebutan lapangan pekerjaan.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa penerapan mesin petik teh pada perkebunan teh Danau Kembar PTPN VI

Sumatera Barat dapat disimpulkan:

1. Secara finansial penggunaan alat mein petik OCHIAI menguntunkan dengan nilai B/C ratio 1,978, NPV =

RP 299.863.752,- , dan IRR diatas tingkat suku bungan pinjaman yang ditanggung pihak PTPN VI

(6%/tahun )

2. Perhitungan terhadap skala usaha atau areal lahan perkebunan teh minimal untuk operasi 1 buah mesin

petik yang efisien 40 Ha.

3. Penggunaan mesin petik teh OCHIAI mempunyai keunggulan dan kelemahan dari segi internal dan

eksternal sebagai berikut:

a. Dapat menghemat penggunaan tenaga petik 24 %sehingga dapat menghemat upah tenaga petik dan

membuka lapangan kerja bagi siapa saja karena tidak membutuhkan keahlian khusus.

b. Dapat meningkatkan kualitas pucuk karena dapat memunculkan daun peko lebih rata yang dapat

meningkatkan mutu bahan baku serta memperpendek umur frekwensi panen menjadi 20 – 25 hari (200 %

) dibandingkan pemakaian tenaga petik dengan frekwensi panen yang mencapai 50 – 55 hari.

c. Hanya dapat dimanfaatkan atau dioperasikan pada lahan dengan kemiringan < 15 . Sebab dapat

mengurangi pemeratan bidang petik yang meningkatkan jumlah daun burung (bahan baku berkualitas

rendah ).

d. Butuh biaya investasi besar dengan batasan skala usaha areal perkebunan teh yang besar yakni minimal

40 Ha untuk setiap alat mesin petik.

e. Dapat menimbulkan gejolak sosial ekonomi dalam perebutan lapangan kerja apabila ditempatkan pada

daerah yang padat penduduk atau pada daerah yang jumlah tenaga kerja besar.

2. SARAN

Agar penggunaan mesin petik memenuhi persyaratan tekhnis, ekonomis dan sosial dapat disarankan

sebagai berikut:

1. Untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan pemakaian alat perlu dikaji letak lahan berdasarkan

kelerengan, potensi ketersediaan tenaga petik dan skala usaha minimal (40 Ha).

2. Apabila ingin disarankan pada petani atau perkebunan rakyat yang kita pahami mempunyai skala luas

areal yang sempit (maksimal 2 Ha), perlu dibentuk wadah kerja sama berupa kelompok tani atau lainnya

untuk memudahkan pemberian bantuan tekhnis, modal dan pemasaran hasil.

Daftar Pustaka

Dirjenbun, 1993. Panduan Usahatani PIR Perkebunan Teh. Departemen Pertanian Jakarta

Gitingger, Jprice. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian edisi ke Dua Universitas Indonesia Press

. Jakarta.

Koentjaraningrat, 1990. Metoda-metoda Penelitian Masyarakat . PT. Gramedia Pustaka Utama . Jakarta.

Rahardi .1993 Agribisnis Tanaman Perkebunan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Rogers dan Floyd, F, Shoemaker. Dalam Abdillah Hanafi, 19981. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru . Penerbit

Usaha Nasional . Surabaya.