Analisis Finansial Penerapan Mesin Petik Teh Pada Perkebunan Danau Kembar Sumatera Barat )
-
Upload
thenmust-andy-prasetio -
Category
Documents
-
view
134 -
download
4
description
Transcript of Analisis Finansial Penerapan Mesin Petik Teh Pada Perkebunan Danau Kembar Sumatera Barat )
ANALISIS FINANSIAL PENERAPAN MESIN PETIK TEH PADA PERKEBUNAN DANAU KEMBAR
SUMATERA BARAT )*
Zelfi Zakir dan Syahyana Raesi )**
ABSTRACT
The purpose of this study is to know feasibility financial of machineexploiting pluck tea (case at PT .P.N. VI. Lake Twin) by using method ofInvestment Criteria (B/C, NPV, and IRR ) that appliance give very competent advantage financial, with B/C ratio = 1,978, NPV = Rp 299,863,752 usage during 5 years, and with IRR bigger than storey level ofrate interest loan which only 6 % of year. From ather side the economic exellence above machine use pluck can e conomi ze 24 % labour to every 1 hactare of areal picking, where use of labour need 16,67 HOK (people day work), but if hence machine pluck only need 4 HOK for one hactare pluck and increase from facet of leaf guality put in box in the reality can up grade raw material of tea processing because canpeep out the leaf peko and also cut short the freguency age harvest 2 X fold (200% ) from age harvest 1 X fold (50 – 55 days ) becoming 1 X fold (20 -25 days ), but we must hihgt investment to buy that Rp 26,000,000,- per unit and need wide effort scale minimize 40 hectare to operate for i unit machine.
Key word :
Analisis finansial, Mesin Petik Teh, Perkebunan Teh Danau Kembar Sumbar
)* . Hasil Penelitian Dosen Muda Dana Dikti 2005
)**. Peneliti Dosen Muda Fakultas Pertanian Unand 2005
)***.Kontak Person : (0751)447820; 72774; HP.08126701153 dan Email: [email protected]
)****). Diterbitkan pada Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Lembaga Penerbit Fakultas pertanian Bengkulu.
bulan Januari 2008. E-mail :[email protected]
PENDAHULUAN
Teh merupakan produksi agroindustri yang diperoleh dari pengolahan daun tanaman teh (Camellia
sinensis , L ), yang merupakan salah satu komoditi perkebunan ekspor non migas sumkber devisa penting
bagi Indonesia. Dewasa ini Indonesia telah bergeser kedudukan dari posisi ke empat setelah India,
Srilangka, dan kenya ke posisi kelima sebagai produsen dan pengekspor teh utama didunia, yang
pemasaran hasilnya tersebar kenegara-negara konsumen yang berada di lima benua (Siswoputranto, PS
1978 ).
Munculnya kesadaran baru terhadap pentingnya gaya hidup sehat terutama dinegara-negara maju
harus disikapi sebagai peluang untuk memperluas pemasaran teh (Ghani, 2002). Selain peluang pasar luar
negeri, meningkatnya komsumsi teh dalam negeri terutama jenis teh celup dari 28 gram/kapita/tahun pada
tahun 1994 menjadi 51 gram/kapita/tahun pada tahun 2000 merupakan pertanda semakin terbukanya
peluang pasar dalam negeri, terutama bila diikuti dengan peningkatan mutu dan perluasan jangkauan
pemasaran kedaerah-daerah, serta melakukan diversifikasi produk yang sesuai dengan selera dan
kebiasaan masyarakat setempat (Suprihatini et al, 1996 ).
Sebagai perusahaan perkebunan , unit kebun danau kembar mengelola lahamn teh seluas 626,11
Ha yang terdiri dari Afdeling A seluas 276,13 Ha dan Afdeling B seluas 349,98 Ha. Sampai periode 2003
salah satu persoalan yang menjadi kendala bagi perushaan ini adalah tingginya biaya operasional
perusahan, sehingga harga pokok produksi menjadi tinngi dan menyebabkan kalah bersaing dalam
memperebutkan peluang pasar. Untuk mengatasi hal ini perusahan memutuskan untuk menerapkan
tekhnologi padat modal antara lain dengan menngunakan mesin petik teh dengan merek dagang OCHAI
Made in Jepang ini mempunyai umur ekonomis 5 tahun dan dapat memetik teh sebanyak 2,0 – 2,5 ton teh
perhari yang jauh lebih tinngi dari kemampuan petik renaga manusia yang bervariasi antara 40 kg – 100 kg
/hari atau rata-rata 70 kg/ hari. Disamping kondisi diatas kapasitas terpasang mesin pengolahan yang belum
terpenuhi yakni 60 ton bahan baku/hari, baru 30 – 35 ton/hari yang tersedia, baik yang dari unit kebun Danau
Kembar maupun petani plasma.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku PTPN VI Unit kebun Danau kembarmerencanakan
perluasan areal seluas 1800 Ha lagi. Kebijakan perluasan ini akan menimbulkan persoalan ketenaga kerjaan
dan dengan ini pihak perusahaan terpaksa mendatangkan tenaga kerja dari Jawa dan SUMUT sebanyak 60
% dengan kata lain perusahaaan terkendala dengan tenaga kerja terampil, sehingga perlu pertimbangan
untuk menerapkan tekhnologi mesin petik teh untuk kegiatan pemanenan.
Penelitian ini bertujuan : 1). menganalisis kelayakan penerapan mesin petik teh secara finansial; 2.
Menganilisis luas areal yang efisien untuk pemamfaatan mesin petik; 3). Mengkaji faktor internal dan eksternal
yang mempengaruhi pemanfaatan mesin petik secara sosial budaya dan tekhnis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak perusahaan, petani plasmamaupun
yang berminat dengan tekhnologi ini dan bagi pemerintah maupun pihak swasta dapat dijadikan pertimbangan
dalam bantuan pendanaan.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan mulai September 2005 sampai Februari 2006 ,pada PTP Nusantara VI
Unit Kebun Danau Kembar Sumatera Barat.
Ada dua jenis sumber data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan personil PTPN VI yang terlibat dan petani plasma dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder
dikumpulkan dari Dinas Perkebunan, Badan Pusat Statistik dan Bapeda Sumatera Barat, serta instasi lain
yang terkait dengan penelitian ini.
Data primer yang dikumpulkan adalah :
1. Sejarah dan oranisasi PTPN VI Unit Kebun Danau Kembar.
2. Kondisi dari segi geografis kebun inti dan plasma
3. Sejarah penerapan mesin petik teh
4. Pembiayaan dengan mesin petik maupun tenaga manusia
Data sekunder yang dikumpulkan gambaran umum daerah penelitian.
Analisa Data
1. Analisa Data Kuantitatif
a. Penentuan alternatif pemakaian mesin petik
Untuk menentukan kelayakan tekhnologi dapat berdasarkan nilai investasi kriteria sebagai berikut :
1. B/C ratio > 1
2. NPV > 0
3. IRR > 0 (Gittinger,1986)
b. Penentuan Efisiensi Areal Panen /Petik
Areal petik = Kapasitas Petik Mesin X Ha
--------------------------------------
Produksi/Ha/Hari
Dimana : 1. Kapasitas petik mesin adalah kemampuan mesin melakukan pemetikan perhari
2.Produksi/Ha/Hari = Produksi/Ha
---------------
360
360 = Banyaknya hari dalam 1 tahun (Dirjenbun, 1993)
2. Analisis Data Kualitatif
Untuk mengetahui faktor pendorong maupun penghambat aspek tekhnis serta sosial penerapan
mesin petik teh dianalisa secara deskriptif kwalitatif (koentjaraningrat, 1990 ).
HASIL PENELITIAN
1. Sejarah Penerapan Mesin Petik Teh
Berdasarkan siklus produksi tanaman teh selama satu tahun, ternata produksi diatasnya tidak
merata sepanjang bulan. Dalam satu tahun kesempatan memperoleh produksi tinggi hanya 4 sampai 5
bulan, yaitu pada bulan Oktober sampai Desember dan April sampai Mei, sedangkan pada bulan lainnya
merupakan pada masa panen kecil, sehingga kebun kelebihan jumlah tenaga pemetik. Dalam hal ini dituntut
kebijaksanaan dalam pengaturan pemetik, kkarena mencarai tambahan tenaga yang terampil pada sat
produksi tinggi yang disebut sebagai ” musim flush “ tidak mudah, karena ketrampilan memetik dan
memangkas tidak dapat dipelajari dalam waktu singkat dan perlu ketelatenan dan merupakan aktivitas yang
dilakukan secara turun-temurun.
Kesulitan ini mengharuskan pihak manajemen produksi teh kebun untuk mencarikan solusi terhadap
peningkatan kemampuan petik dan jangkauan petik, karena kemampuan maksimum pemetikan manual
(tangan ) yang 50 kg/HK dengan MS 50 % - 65 % ternyata tidak mampu memenuhi tutututan kebutuhan
tenaga petik pada musim flush (panen besar) yang ada pada perkebunan teh , sehingga potensi kebun yang
ada tidak tergali secara optimal. Dalam keadaan seperti ini pilihan yang paling tepat agar potensi tergali
secara optimal dan kesehatan tanaman tidak menurun adalah penggunan mesin petik.
Mesin pangkas (pruning ) dan petik teh dirancang dan dikembangkan khusus untuk perkebunan dan
industri teh yang dikerjakan secara mekanisasi. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan , sebaiknya
dibuatkan perlakuan sebagai berikut :
1. Pada saat hamparan diusahakan secara mekanisasi, dibuat baris dengan dimensi 1,8 – 2,0 m (lebar ) x
30 – 40 cm (panjang ), diantara baris dibuat jalan operator selebar 30 – 40 cm atau sesuai kondisi kebun.
2. Agar tidak mengganggu program kerja kebun, sebaiknya dipilih hamparan yang mempunyai umur
pangkasan + 3 tahun, sehingga tanaman siap untuk dipangkas pendek (lebih kurang 50 – 55 cm) yang
disebut prepatory triming.
3. Setelah tanam dipangkas pendek tunggulah sampau tumbuh ranting baru dengan diameter 3 – 4 mm,
kemudian dilakukan prunning dengan alat Ochiai R8GA. Prunning ini disebut Intermediate Prunning.
4. Prunning pertama dilakukan 60 – 70 hari setelah intermediate prunning, cara pemangkasannya
dengan memangkas cabang baru setinggi 5 cm diatas prepatori triming atau memotong cabang-cabang
baru.
5. Prunning kedua disebut Controling Prunning yaitu pemangkasan dengan tujuan untuk keseragaman
pertumbuhan tanaman , ukuran daun dan mengontrol cabang yang tumbuh tidak sama. Controlling
pruning dilakukan 2 – 3 minggu setelah prunning pertama.
6. Pruning ketiga disebut Provisional pruning dikerjakan 3 – 4 minggu setelah controlling pruning dan
tujuannya sama.
7. Pruning keempat atau Final Pruning bertujuan untuk menetapkan tumbuhnya pucuk baru tahun depan
yang akan dipanen oleh alat Ochiai V 8 New Z2. Dilakukan 3 – 4 minggu setelah provisional pruning
dengan ketinggian4 – 5 cm diatas pruning pertama atau meninggalkan lebih kurang 2 – 3 daun diatas
pruning pertama.
2. Analisa Kelayakan Pemakaian Mesin Petik Ochai
a. Kelayakan Tekhnis
1. Tidak diperlukan tenaga specialis karena dapat dioperasikan oleh siapa saja
serta dapat mengurangi pemakaian tenaga petik dan memudahakan pengawasan.
2. Menghasilkan jumlah dan jenis petikan seragam, memudahkan perhitungan produksi serta menghasilkan
kualitas daun dengan rendemen tinggi.
3. Alat sudah didesain dan dikembangkan berdasarkan komoditi agronomis dan ergonomis tanaman teh,
sehinngga hasil dapat dipertanggung jawabkan atai tidak merusak kondisi agronomis dan ergonomic
kelanjutan usaha budidaya.
b. Kelayakan Sosial
Memerlukan waktu sosialisasi karena akan berdampak terhadap penggunaan tenaga sehingga
menimbulkan gejolak sosial dalam perolehan lapangan kerja, terutama pada daerah yang tenaga kerja
banyak.
c. Kelayakan Ekonomi Pemakaian Mesin Petik Teh
Sebelum membahas kelayakan ekonomi ini, terlebih dahulu akan ditampilkan jenis dan jumlah
pembiayaan serta manfaat atau benefit yang akan diperoleh.
1. Umur Ekonomis Alat
Umur ekonomis alat yang dimaksud umur dimana selama penggunaan alat biaya yang dikeluarkan
lebih kecil dibandingkan keuntungan yang diperoleh. Berdasarkan informasi pihak PTPN VI Danau Kembar
dapat digunakan 5 tahun.
2. Tingkat Suku Bunga
Penetuan tingkat suku bunga didasarkan pada kewajiban yang ditanggung usaha ini yakni 6 %/tahun
bila menggunakan dana kreditur.
3. Biaya dan Benefit Penggunaan Mesin Petik Teh Ochiai
Biaya yang dianalisa dalam penelitian ini adalah pembelian mesin petik teh sebagai biaya investasi,
biaya operasional serta biaya penggantian alat serta manfaat pemakaian alat dihitungkan berdasarkan
kemampuan petik /hari dikonversikan menjadi pertahun.
Tabel 1. Komponen biaya dan manfaat mesin petik teh pada perkebunan teh Danau Kembar , 2005
(Rp,00)
Tahun Investasi Cost Total Cost Benefit
1 26.000.000 65.970.000 91.970.000 144.000.000
2 1.315.000* 65.970.000 67.285.000 144.000.000
3 1.315.000* 65.970.000 67.285.000 144.000.000
4 1.315.000* 65.970.000 67.285.000 144.000.000
5 1.315.000* 65.970.000 67.285.000 144.000.000
Catatan *) Replacement Cost
3. Penilaian kriteria investasi
Hasil penilaian finansial kkelayakan pemakaian mesin petik dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria investasi pemakaian alat mesin petik teh Ochiai pada PTPV VI Danau Kembar 2005.
Kriteria Nilai
B/C 1,978
NPV Rp.299.863.752
IRR 6 %
4. Penentuan Areal Petik
Perhitungan didasarkan pada penilaian kemampuan kapasitas petik mesin per hari dan produksi
pucuk per hektar per hari dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produktivitas kebun teh kapasitas petik mesin OCHIAI pada perkebunan teh Danau
Kembar, Sumatera Barat Tahun 2005.
No Produksi/hari Kapasitas Petik Mesin /Hari Areal Petik
(1) (2) (2:1x Ha )
1 18 ton *=0,05 ton 2 ton 2 x Ha = 40 Ha
_____ __
360 0,05
*) Produktivitas kebun teh Danau Kembar per Ha
Dari Tabel 3 dijelaskan bahwa untuk menggunakan satu buah mesin petik, maka luas areal yang
harus dimiliki adalah minimal 40 Ha. Dikatakan minimal sebab kapasitas petik sangat tergantung pada
kesuburan tanaman, kemiringan lahan serta cuaca. Pada kondisi optimal kapasitas petik dapat mencapai 2,5
ton – 3 ton per hari.
5. Faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi penerapan mesin petik teh.
a. Faktor Keunggulan
i. Dapat menghemat tenaga kerja sebab jangkauan petik mencapai 25 rantai setara 1 Ha / Hari, lama panen
rata-rata 7 jam/hari yang dimulai jam 7.00 wib sampai 16.00 wib dan istirahat 1-2 jam atau ata-rata 1,5
jam dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk operasi alat sebanyak 3 orang dengan pembagian
tugas 2 orang operator alat, 1 orang menampung dan membawa hasil anen kelokasi penimbangan
dilapangan serta 1 orangsebagai mandor yang dapat mengawasi 2 buah alat setiap hari. Sedangkan
apabila menggunakan tenaga petik manual kemampuan 1 HOK hanya 1,5 rantai setara 600 M2 dengan
kapasitas petik rata-rata 70 Kg/atau dibutuhkan 16,67 HOK. Bila dikonversikan ke jumlah HOK ternyata
penggunaan alat mesin petik teh dapat menghemat pengguanaan tenaga kerja sebesar 24 % / Ha.
ii. Bidang petik rata, sehingga muncul daun peko lebih rata dan memperpendek frekwensi panen yang
hanya 20 25 hari dibandingkan dengan petik manual mencapai 50 – 55 hari dan menyebabkan
munculnya daun burung sedikit, pemeliharaan yang lebih efisien serta meningkatkan mutu teh yang
dihasilan, sebab mutu teh seduh ditentukan 70 % - 80 % oleh mutu bahan baku, yang akan berdampak
terhadap harga jual.
iii. Dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan mengatasi kekurangan tenaga petik pada musim flush
yang jatuh 4 X setahun dimana produksinya mencapai 3 – 4 ton /hari, sebab kapasitas maksimum petik
mencapai 3 – 4 ton/hari.
b. Faktor kelemahan
i. Untuk mengoperasikan alat, kemiringan lahan tidak boleh lebih dari 15 sebab akan menurunkan kwalitas
pucuk akibat bidang petik tidak rata dan meningkatnya jumlah daun burung yang dapat menurunkan
kualitas teh.
ii. Butuh biaya investasi yang cukup besar serta skala luae areal perkebunan teh minimal 40 Ha.
iii. Penempatan alat yang tidak memperhitunkan potensi tenaga kerja pada suatu daerah akan menimbulkan
gejolak sosial ekonomi terutama dalam perebutan lapangan pekerjaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa penerapan mesin petik teh pada perkebunan teh Danau Kembar PTPN VI
Sumatera Barat dapat disimpulkan:
1. Secara finansial penggunaan alat mein petik OCHIAI menguntunkan dengan nilai B/C ratio 1,978, NPV =
RP 299.863.752,- , dan IRR diatas tingkat suku bungan pinjaman yang ditanggung pihak PTPN VI
(6%/tahun )
2. Perhitungan terhadap skala usaha atau areal lahan perkebunan teh minimal untuk operasi 1 buah mesin
petik yang efisien 40 Ha.
3. Penggunaan mesin petik teh OCHIAI mempunyai keunggulan dan kelemahan dari segi internal dan
eksternal sebagai berikut:
a. Dapat menghemat penggunaan tenaga petik 24 %sehingga dapat menghemat upah tenaga petik dan
membuka lapangan kerja bagi siapa saja karena tidak membutuhkan keahlian khusus.
b. Dapat meningkatkan kualitas pucuk karena dapat memunculkan daun peko lebih rata yang dapat
meningkatkan mutu bahan baku serta memperpendek umur frekwensi panen menjadi 20 – 25 hari (200 %
) dibandingkan pemakaian tenaga petik dengan frekwensi panen yang mencapai 50 – 55 hari.
c. Hanya dapat dimanfaatkan atau dioperasikan pada lahan dengan kemiringan < 15 . Sebab dapat
mengurangi pemeratan bidang petik yang meningkatkan jumlah daun burung (bahan baku berkualitas
rendah ).
d. Butuh biaya investasi besar dengan batasan skala usaha areal perkebunan teh yang besar yakni minimal
40 Ha untuk setiap alat mesin petik.
e. Dapat menimbulkan gejolak sosial ekonomi dalam perebutan lapangan kerja apabila ditempatkan pada
daerah yang padat penduduk atau pada daerah yang jumlah tenaga kerja besar.
2. SARAN
Agar penggunaan mesin petik memenuhi persyaratan tekhnis, ekonomis dan sosial dapat disarankan
sebagai berikut:
1. Untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan pemakaian alat perlu dikaji letak lahan berdasarkan
kelerengan, potensi ketersediaan tenaga petik dan skala usaha minimal (40 Ha).
2. Apabila ingin disarankan pada petani atau perkebunan rakyat yang kita pahami mempunyai skala luas
areal yang sempit (maksimal 2 Ha), perlu dibentuk wadah kerja sama berupa kelompok tani atau lainnya
untuk memudahkan pemberian bantuan tekhnis, modal dan pemasaran hasil.
Daftar Pustaka
Dirjenbun, 1993. Panduan Usahatani PIR Perkebunan Teh. Departemen Pertanian Jakarta
Gitingger, Jprice. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian edisi ke Dua Universitas Indonesia Press
. Jakarta.
Koentjaraningrat, 1990. Metoda-metoda Penelitian Masyarakat . PT. Gramedia Pustaka Utama . Jakarta.
Rahardi .1993 Agribisnis Tanaman Perkebunan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Rogers dan Floyd, F, Shoemaker. Dalam Abdillah Hanafi, 19981. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru . Penerbit
Usaha Nasional . Surabaya.