ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …eprints.undip.ac.id/32115/1/jurnal_punya_abi.pdf ·...

25
1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUSAHAAN BERPINDAH KAP PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA ABHIEMANYU PERDHANA PUTRA SURYA RAHARJA, S.E., M.Si., Akt. Universitas Diponegoro Semarang ABSTRACT This research aims to know empirical evidence as for factors influencing auditor switching on the manufacture firm listed in Indonesia Stock Exchange. The factors to be análysised in this research is firm size (KAP), client size (LnTA), share growth (SH_GR), Management Turnover (CEO), financial distress (DER), the previous year’s audit opinion (OPINI), and return on equity (ROE). The data being used is from manufacturing company which is listed in “Bursa Efek Indonesia” (BEI) in 2004-2009 period. By using logistic regression in SPSS 16 software, this research tried to test effect of Accounting Firm Size, Client Size, share growth, Management Turnover, financial distress, the previous year’s audit opinion, and return on equity towards Auditor Switching. The result of this research shown below: (1) Accounting Firm Size does not have significant effect on Auditor Switching, (2) Client Size does not have significant effect towards Auditor Switching, (3) Share Growth has significant effect towards Auditor Switching, (4) Management Turnover has significant effect towards Auditor Switching, (5) Financial Distress has significant effect towards Auditor Switching, (6) The Previous Year’s Audit Opinion does not have significant effect towards Auditor Switching and finally (7) Return On Equity has significant effect on Auditor Switching. Keywords: auditor switching, auditor–client relationship, auditor rotation, independency.

Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …eprints.undip.ac.id/32115/1/jurnal_punya_abi.pdf ·...

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERUSAHAAN BERPINDAH KAP PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR DI INDONESIA

ABHIEMANYU PERDHANA PUTRA

SURYA RAHARJA, S.E., M.Si., Akt.

Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRACT This research aims to know empirical evidence as for factors influencing

auditor switching on the manufacture firm listed in Indonesia Stock Exchange. The factors to be análysised in this research is firm size (KAP), client size (LnTA), share growth (SH_GR), Management Turnover (CEO), financial distress (DER), the previous year’s audit opinion (OPINI), and return on equity (ROE).

The data being used is from manufacturing company which is listed in “Bursa Efek Indonesia” (BEI) in 2004-2009 period. By using logistic regression in SPSS 16 software, this research tried to test effect of Accounting Firm Size, Client Size, share growth, Management Turnover, financial distress, the previous year’s audit opinion, and return on equity towards Auditor Switching.

The result of this research shown below: (1) Accounting Firm Size does not have significant effect on Auditor Switching, (2) Client Size does not have significant effect towards Auditor Switching, (3) Share Growth has significant effect towards Auditor Switching, (4) Management Turnover has significant effect towards Auditor Switching, (5) Financial Distress has significant effect towards Auditor Switching, (6) The Previous Year’s Audit Opinion does not have significant effect towards Auditor Switching and finally (7) Return On Equity has significant effect on Auditor Switching. Keywords: auditor switching, auditor–client relationship, auditor rotation, independency.

2

A. PENDAHULUAN

Manajemen perusahaan berkewajiban menyajikan laporan keuangan untuk

menunjukkan hasil kinerja mereka kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Ada

kemungkinan laporan keuangan ini dipengaruhi kepentingan pribadi, sementara

pihak ketiga, yaitu pihak eksternal selaku pemakai laporan keuangan sangat

berkepentingan untuk mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

Untuk itu dibutuhkan peran akuntan publik sebagai pihak yang independen untuk

menengahi kedua pihak (antara agen dan principal) dengan kepentingan berbeda

(Lee, 1993 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007), yaitu untuk memberi penilaian

dan pernyataan pendapat (opini) terhadap kewajaran laporan keuangan yang

disajikan.

Independensi seorang auditor merupakan hal yang penting bagi auditor

ketika ia menjalankan tugas pengauditan yang mengharuskan ia memberi

penilaian atas kewajaran laporan keuangan kliennya. Sikap independensi

bermakna bahwa auditor tidak mudah dipengaruhi, (Standar Profesinal Akuntan

Publik/SPAP, 2001), sehingga auditor akan melaporkan apa yang ditemukannya

selama proses pelaksanaan audit laporan keuangan.

Martina (2010) berpendapat bahwa wajar adanya jika pengguna laporan

keuangan, regulator, dan pihak-pihak lain selalu mempertanyakan apakah auditor

bisa independen dalam menjalankan tugasnya. Keraguan tentang independensi ini

bertambah berat karena kantor akuntan publik selama ini diberi kebebasan untuk

memberikan jasa non-audit kepada klien yang mereka audit. Pemberian jasa non-

audit ini menambah besar jumlah dependensi kantor akuntan kepada kliennya.

Kritik terhadap dependensi merupakan pengaruh dari ketersediaan kantor

akuntan publik yang sedikit, sementara perusahaan yang meminta jasa audit

banyak. Kantor akuntan publik yang melakukan praktik audit diwajibkan terdaftar

di BAPEPAM-LK dan hanya kantor akuntan publik yang terdaftar yang berhak

untuk mengaudit (Suparlan dan Andayani, 2010). Kantor akuntan publik sendiri

memiliki perbedaan kualitas antar mereka sehingga perusahaan akan cenderung

memilih kantor akuntan yang kualitasnya baik. Maka dari itu, hubungan antara

3

klien dengan auditor akan muncul dengan sendirinya dan sangat besar

kemungkinan akan terjalin hubungan jangka panjang.

Adanya pesan pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) dilatarbelakangi

oleh runtuhnya KAP Arthur Anderson di Amerika Serikat pada tahun 2001,

sebagai salah satu KAP besar yang masuk dalam jajaran lima KAP terbesar di

dunia atau Big 5 (Diaz, 2009). KAP Arthur Anderson telibat dalam kecurangan

yang dilakukan oleh kliennya Enron sehingga gagal mempertahankan

independensinya. Skandal ini melahirkan The Sarbanas Oxley Act (SOX) pada

tahun 2002. Kemudian pesan ini digunakan oleh berbagai negara untuk

memperbaiki struktur pengawasan terhadap KAP dengan menerapkan rotasi wajib

KAP dan auditor (Suparlan dan Andayani, 2010). Sampai saat ini banyak badan

regulator dari berbagai negara yang telah menerapkan adanya rotasi wajib auditor

tersebut.

Fenomena mengenai pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik

(KAP) memang sangat menarik untuk dikaji, hal ini dikarenakan banyak faktor

yang dapat mempengaruhi keputusan perusahaan untuk melakukan pergantian

auditor atau KAP. Faktor-faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor klien

maupun faktor yang berasal dari auditor. Penelitian ini melihat pengaruh faktor-

faktor yang menyebabkan perusahaan publik berpindah auditor dari KAP yang

satu ke KAP yang lain. Penelitian menggunakan variabel independen ukuran

KAP, ukuran klien, share growth, pergantian manajemen, financial distress, opini

audit tahun sebelumnya, dan ROE, sementara itu variabel dependen adalah

pergantian KAP.

B. TELAAH TEORI

1. Teori Keagenan

Teori keagenan yang dikembangkan oleh Jensen dan Meckling dalam

Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan masalah agensi disebabkan oleh

adanya perbedaan kepentingan dan informasi asimetri antara manajemen (agent)

dengan shareholder (principle). Perbedaan tersebut menimbulkan konflik

kepentingan: (1) antara shareholders dan manajer, (2) antara shareholders dan

4

debtholders, dan (3) antara manajer, shareholders, dan debtholders. Ada beberapa

mekanisme yang dapat digunakan untuk mengurangi masalah agensi yaitu melalui

kebijakan dividen, kebijakan utang, dan kepemilikan oleh institusi.

Jensen dan Meckling dalam Wijayanti (2011) juga berpendapat bahwa

konflik kepentingan antara pemilik dan agen terjadi karena kemungkinan agen

tidak selalu berbuat sesuai dengan kepentingan principal, sehingga memicu biaya

keagenan (agency cost). Dalam teori agensi, auditor independen berperan sebagai

penengah kedua belah pihak (agent dan principle) yang berbeda kepentingan.

Auditor independen juga berfungsi untuk mengurangi biaya agensi yang timbul

dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen (manajer).

Dalam teori agensi ini, audit independen berfungsi untuk mengurangi

biaya agensi yang timbul dari perilaku mementingkan diri sendiri oleh agen

(manajer). Tingkat biaya tersebut bervariasi pada organisasi, tergantung pada

variabel seperti ukuran perusahaan, dan kepemilikan saham manajemen. Dalam

informasi ekonomi, pemilihan auditor yang dapat dipercaya digunakan sebagai

sinyal kejujuran manajemen (Dopuch dan Simunic, 1980; Dopuch dan Simunic,

1982 dalam Nasser et al., 2006).

2. Teori Tentang Perpindahan Auditor (Auditor Switching)

Auditor switching merupakan perpindahan auditor (KAP) yang dilakukan

oleh perusahaan klien. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang bisa

berasal dari faktor klien maupun faktor auditor (Kadir, 1994 dalam Wijayanti,

2010). Mardiyah (2002) juga menyatakan dua faktor yang mempengaruhi

perusahaan berpindah KAP adalah faktor klien (Client-related Factors), yaitu:

kesulitan keuangan, manajemen yang gagal, perubahan ownership, Initial Public

Offering (IPO) dan faktor auditor (Auditor-related Factors), yaitu: fee audit dan

kualitas audit.

Pada kondisi dimana tidak ada aturan yang mewajibkan pergantian auditor

(auditor switching hanya bersifat sukarela), terdapat dua kemungkinan yang akan

terjadi ketika klien mengganti auditornya yaitu, auditor mengundurkan diri atau

auditor diberhentikan oleh klien. Apapun kemungkinan yang akan terjadi,

perhatian utama tetap pada alasan apa saja yang mendasari terjadinya peristiwa

5

auditor switching tersebut dan ke mana klien tersebut akan berpindah auditor. Jika

alasan tersebut karena ketidaksepakatan atas praktik akuntansi tertentu, maka

diekspektasi klien akan pindah ke auditor yang dapat bersepakat dengan klien.

Menurut Wijayanti (2010), ketika klien mencari auditor baru terjadi

ketidaksimetrisan informasi antara auditor dan klien. Hal ini terjadi karena

informasi yang dimiliki klien lebih besar dibandingkan informasi yang dimiliki

auditor. Pada saat itu klien pasti mencari auditor yang kemungkinan besar akan

sepakat dengan praktik akuntansi perusahaan. Sehingga ada dua kemungkinan

yang terjadi jika auditor bersedia menerima klien baru. Kemungkinan pertama

adalah auditor telah memiliki informasi yang cukup lengkap tentang usaha klien.

Kemungkinan kedua auditor sebenarnya tidak memiliki informasi yang cukup

tentang klien tetapi menerima klien hanya untuk alasan lain, misalnya alasan

finansial.

Febrianto (2009) menyatakan bahwa pergantian auditor secara wajib

dengan secara sukarela bisa dibedakan atas dasar pihak mana yang menjadi fokus

perhatian dari isu tersebut. Jika pergantian auditor terjadi secara sukarela, maka

fokus perhatian utama adalah pada sisi klien. Sebaliknya, jika pergantian terjadi

secara wajib, fokus perhatian utama beralih kepada auditor.

3. Peraturan Pemerintah Indonesia Mengenai Rotasi Wajib Auditor.

Saat ini, masalah independensi auditor menjadi semakin penting dalam hal

pemberian jasa audit oleh akuntan publik. Pemerintah sebagai regulator

diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan dari semua pihak, baik pihak

perusahaan, pihak akuntan, dan pihak eksternal yang memerlukan laporan

keuangan perusahaan. Bentuk campur tangan pemerintah dalam hal isu

independensi adalah dengan membentuk peraturan-peraturan yang mewajibkan

adanya rotasi auditor ataupun masa kerja audit (audit tenure).

Di Indonesia, peraturan yang mengatur tentang audit tenure adalah

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003

pasal 2 tentang “Jasa Akuntan Publik”. Peraturan tersebut merupakan perubahan

atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002, yang mengatur

bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu enti/tas dapat

6

dilakukan oleh KAP paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan

oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008

tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan ini mengatur tentang pemberian

jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP

paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut, dan oleh seorang akuntan

publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Akuntan publik dan

kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak

memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien yang sama (pasal 3 ayat

2 dan 3). Adanya peraturan tersebut menyebabkan perusahaan memiliki keharusan

untuk melakukan pergantian auditor dan KAP mereka setelah jangka waktu

tertentu.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

359/KMK.06/2003 tentang “Jasa Akuntan Publik” dan Peraturan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan

Publik” merupakan dasar yang digunakan dalam penelitian karena periode waktu

penelitian ini adalah tahun 2004-2009. Dalam penelitian ini tahun 2004

diasumsikan sebagai tahun pertama perusahaan menerapkan rotasi wajib auditor.

Sedangkan pada tahun 2008, Perusahaan dengan masa penugasan KAP telah

mencapai 5 tahun dapat memperpanjang masa penugasan KAP menjadi 6 tahun

karena adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching

4.1 Ukuran KAP

Banyak anggapan bahwa KAP yang lebih besar (Big 4) biasanya lebih

mampu mempertahankan tingkat independensi daripada rekan-rekan mereka yang

lebih kecil karena mereka menyediakan berbagai layanan untuk klien dalam

jumlah yang besar, sehingga mengurangi ketergantungan mereka pada klien

tertentu (Dopuch, 1984; Wilson dan Grimlund, 1990 dalam Nasser et al., 2006).

Menurut Wijayanti (2010), perusahaan akan lebih memilih KAP dengan kualitas

7

yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan dan untuk

meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan.

Berdasarkan argumen di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih memilih

KAP besar yang dianggap lebih berkualitas dibandingkan KAP kecil. Oleh karena

itu, perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP besar memiliki kemungkinan

kecil untuk berganti KAP. Oleh karena itu, hipotesis dinyatakan sebagai berikut:

H1 : Ukuran KAP berpengaruh secara negatif terhadap auditor switching pada

perusahaan di Indonesia.

4.2 Ukuran Klien

Simunic et al. (1987), Francis et al. (1988), dan Abbott et al. (2000) dalam

Suparlan dan Andayani (2010) menunjukkan hubungan positif antara ukuran klien

dengan pemilihan perusahaan audit yang memiliki kualitas yang tinggi. Sinason et

al., (2001) dalam Wijayanti (2011) mengemukakan bahwa perusahaan besar

mungkin memerlukan biaya awal yang lebih besar untuk auditor baru. Kenaikan

biaya (baik fiskal langsung dan tidak langsung) dapat menyebabkan peningkatan

hubungan auditor-klien, sehingga meningkatkan penguasaan auditor. Klien juga

dikenai biaya awal saat terlibat dengan auditor baru. Berdasarkan argumen di atas,

dapat dikatakan bahwa biaya audit untuk klien yang kecil mungkin lebih sedikit

dibandingkan klien yang besar. Sehingga hipotesis yang terbentuk adalah :

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh secara positif terhadap auditor switching

pada perusahaan di Indonesia.

4.3 Share Growth

Loughram et al. (1997) dalam Suparlan dan Andayani (2010)

menyebutkan bahwa perusahaan yang menerbitkan saham biasanya

memperlihatkan perbaikan kinerja dan mengindikasikan peluang pertumbuhan

dimasa depan. Knechel et al. (2008) menyatakan perusahaan memutuskan untuk

meggunakan KAP besar terkait dengan kebutuhan dana, ekuitas atau hutang.

Dengan penggunaan dana tambahan maka membutuhkan pengawasan yang tinggi

sehingga investor lebih percaya kepada perusahaan. Oleh karena itu hipotesis

yang diajukan sebagai berikut:

8

H3 : Share growth perusahaan publik berpengaruh secara positif terhadap auditor

switching pada perusahaan di Indonesia.

4.4 Pergantian Manajemen

Pergantian manajemen perusahaan dapat diikuti oleh perubahan kebijakan

dalam bidang akuntansi, keuangan, dan pemilihan KAP. Perusahaan akan mencari

KAP yang selaras dengan kebijakan dan pelaporan akuntansinya (Nagy, 2005

dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Manajemen memerlukan auditor yang

lebih berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang

cepat. Jika hal ini tidak terpenuhi, kemungkinan besar perusahaan akan mengganti

auditornya (Joher et al., 2000 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa dengan adanya pergantian manajemen memungkinkan

klien untuk memilih auditor baru yang lebih berkualitas dan sepakat dengan

kebijakan akuntansi perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis dinyatakan sebagai

berikut :

H4 : Pergantian manajemen berpengaruh secara positif terhadap auditor switching

pada perusahaan di Indonesia.

4.5 Financial Distress

Ada dorongan yang kuat untuk berpindah auditor pada perusahaan yang

terancam bangkrut. Kesulitan keuangan signifikan mempengaruhi perusahaan

yang terancam bangkrut untuk berpindah KAP (Schwartz dan Menon, 1985 dalam

Wijayanti, 2010). Selain itu, Schwartz dan Soo (1995) dalam Damayanti dan

Sudarma (2007) menyatakan bahwa perusahaan yang bangkrut lebih sering

berpindah auditor daripada perusahaan yang tidak bangkrut.

Klien dengan tekanan finansial cenderung untuk menggantikan KAP

mereka dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang lebih sehat (Schwartz dan

Menon, 1985; Hudaib dan Cooke, 2005 dalam wijayanti, 2010). Dengan

demikian, auditor pada distressed clients memiliki audit tenure yang lebih pendek

dibandingkan dengan rekan-rekan audit mereka pada klien yang lebih sehat dan

pada gilirannya akan cenderung diganti. Hipotesis berikutnya dinyatakan sebagai

berikut:

9

H5 : Financial distress berpengaruh secara negatif terhadap auditor switching

pada perusahaan di Indonesia.

4.6 Opini Audit Tahun Sebelumnya

Jika auditor tidak dapat memberikan opini wajar tanpa pengecualian (tidak

sesuai harapan perusahaan), perusahaan akan berpindah KAP yang mungkin dapat

memberikan opini sesuai dengan yang diharapkan perusahaan (Tandirerung, 2006

dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Manajemen akan memberhentikan

auditornya atas opini yang tidak diharapkan perusahaan atas laporan keuangannya

dan berharap untuk mendapatkan auditor yang lebih lunak/more pliable (Carcello

dan Neal, 2003 dalam Damayanti dan Sudarma, 2007). Chow dan Rice (1982)

mendapatkan bukti empiris bahwa perusahaan cenderung berpindah KAP setelah

menerima qualified opinion atas laporan keuangannya. Jadi:

H6 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh secara negatif terhadap auditor

switching pada perusahaan di Indonesia.

4.7 ROE

Ashbaugh et al. (2003) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menjadikan

ROE sebagai variabel kontrol dalam penelitiannya untuk faktor-faktor yang

menentukan pemilihan audior oleh klien. Sehingga dalam penelitian ini ROE

diprediksi akan mempengaruhi pergantian KAP karena menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk membayar auditor dari KAP yang lebih besar. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ROE yang tinggi memungkinkan suatu perusahaan untuk

mengganti KAP mereka menjadi KAP yang lebih besar. Oleh karena itu hipotesis

yang diajukan sebagai berikut :

H7 : ROE perusahaan berpengaruh secara positif terhadap auditor switching pada

perusahaan di Indonesia.

C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Penentuan Populasi, Sampel, dan Sumber Data

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur

yang merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2004-

2009. Alasan penggunaan tahun 2004-2009 yaitu untuk memberikan gambaran

10

terbaru dari perusahaan manufaktur. Dasar penentuan pemilihan sampel adalah

sampel yang memenuhi kelengkapan data. Metode pengumpulan sampel

(sampling method) yang digunakan adalah purposive sampling. Metode purposive

sampling adalah metode pengumpulan sampel yang berdasarkan tujuan penelitian.

Adapun syarat sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang

menyajikan informasi lengkap yang berupa informasi nama KAP, total aset, aset

lancar, utang lancar, utang tidak lancer, total equity, retained earning, EAT

(earning after tax), saham beredar, TL (total liabilities), nama CEO, dan opini

audit yang diberikan pada periode t-1, selain itu tidak diaudit oleh KAP yang

sama selama 5 tahun berturut-turut.

Perusahaan sampel lebih dari satu kali berganti KAP hanya diambil pada

pergantian pertama kali pada periode amatan. Selanjutnya mengambil sampel

berpasangan (matched-pairs sample) antara perusahaan yang berganti KAP

dengan perusahaan yang tidak berganti KAP. Model ini telah digunakan oleh

Marganingsih (2008) dan Suparlan (2010). Kriteria yang digunakan adalah

mempunyai periode waktu yang sama antara perusahaan yang berganti KAP

dengan perusahaan yang tidak berganti KAP, memiliki ukuran perusahaan yang

sama antara perusahaan yang berganti KAP dengan perusahaan yang tidak

berganti KAP, dan bergerak pada industri yang sama antara perusahaan yang

berganti KAP dengan perusahaan yang tidak berganti KAP.

Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) selama periode 2005-2009 masing-masing berjumlah 136 perusahaan pada

tahun 2005, 136 perusahaan tahun 2006, 142 perusahaan tahun 2007, 135

perusahaan tahun 2008, dan 118 perusahaan tahun 2009. Dari jumlah tersebut

hanya 85 perusahaan yang memiliki data lengkap sesuai kriteria untuk 5 tahun

penelitian. Sampel penelitian berjumlah 126 perusahaan, terdiri dari 63

perusahaan yang melakukan pergantian KAP dan 63 perusahaan yang tidak

melakukan pergantian KAP.

11

2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

2.1 Variabel Dependen : Auditor switching

Pengukuran auditor switching menggunakan variabel dummy, jika

perusahaan klien mengganti auditornya maka diberi nilai 1. Sedangkan jika

perusahaan klien tidak mengganti auditornya maka diberikan nilai 0.

2.2 Variabel Independen

Variabel independen terdiri dari (1) ukuran KAP, diukur menggunakan

variabel dummy, diberi 1 jika perusahaan klien diaudit oleh KAP Big 4, dan diberi

0 jika diaudit oleh KAP non Big 4. (2) Ukuran klien, dihitung dengan melakukan

logaritma natural atas total asset perusahaan. (3) Share growth, diukur dengan

menggunakan variabel dummy, diberi nilai 1 jika perusahaan klien melakukan

peningkatan jumlah saham, dan diberi nilai 0 jika perusahaan klien tidak

meningkatkan jumlah sahamnya. (4) Pergantian manajemen, diukur menggunakan

variabel dummy, diberi nilai 1 jika perusahaan klien melakukan pergantian

manajemen, dan diberi nilai 0 jika perusahaan klien tidak melakukan pergantian

manajemen. (5) Financial distress, diukur dengan menggunakan Debt to Equity

Ratio (DER) yaitu total kewajiban dibagi total ekuitas. (6) Opini audit tahun

sebelumnya, diukur dengan meenggunakan variabel dummy, jika perusahaan klien

menerima opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified) maka diberikan

nilai 1. Sedangkan jika perusahaan klien menerima opini wajar tanpa

pengecualian (unqualified), maka diberikan nilai 0. (7) ROE, diukur

menggunakan laba setelah pajak dibagi dengan ekuitas.

3. Alat Analisis

Perumusan model regresi yang digunakan adalah :

SWITCHt = β0 + β1 KAP + β2 LnTA + β3 SH_GR + β4 CEO + β5 DER + β6 OPINI

+ β7 ROE + e

Keterangan:

SWITCH : auditor switching

β 0 : konstanta

β 1 – β8 : koefisien regresi

KAP : ukuran KAP

12

LnTA : ukuran klien

SH_GR : share growth

CEO : pergantian manajemen

DER : financial distress

OPINI : opini audit tahun sebelumnya

ROE : return on equity

E : residual error

4. Pengujian Hipotesis Penelitian dan Asumsi Klasik

Hair (2006) menyatakan regresi logit tidak dihadapkan pada asumsi-

asumsi klasik yang ketat dan lebih robust ketika asumsi klasiknya terpenuhi.

Menguji kelayakan model regresi dengan nilai Hosmer and Lemeshow Goodness

of Fit > α = 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan model mampu

memprediksi atau diterima. Sedangkan menilai keseluruhan model (overall model

fit) dengan dengan metoda Maximum Likehood (ML), membandingkan nilai -2

Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0) dengan nilai - 2 Log

Likehood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Dapat juga digunakan untuk

menentukan jika variabel bebas ditambahkan pada model, jika terjadi penurunan

maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model tersebut menunjukkan nilai regresi

yang baik.

Selanjutnya, koefisiensi Determinasi (Nagelkerke R Square) adalah nilai

koefisien Nagelkerke R Square, Cox & Snell R Square. Nagelkerke’s R Square

adalah modifikasi koefisien Cox dan Snell nilainya berkisar antara < Nagelkerke’s

R2 < 1. Semakin besar nilai Nagelkerke’s R Square (mendekati 100%) semakin

baik model regresi. Nilai Nagelkerke’s R Square sebesar 0 berarti variasi dari

variabel dependen tidak dapat diterangkan sama sekali oleh variabel

independennya, dan sebaliknya. Sedangkan matrik klasifikasi menunjukkan

prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan berganti KAP.

13

5. Model Penelitian

D. HASIL PENELITIAN DAN INTEPRETASI HASIL

1. Statistik Deskriptif dan Pengujian Asumsi Klasik

Data stastistik deskriptif penelitian adalah sebagai berikut, (1) ukuran KAP

memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1 dengan nilai rata-rata 0.56 dan

standar deviasi sebesar 0.499. (2) Ukuran klien, menunjukkan nilai minimum 24

dan nilai maksimum 30.41 dengan nilai rata-rata 27,2276 dan standar deviasi

1.532. (3) Share growth menunjukkan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1

dengan nilai rata-rata 0.08 dan standar deviasi 0.271. (4) Pergantian manajemen

memiliki nilai minimum 0 dan nilai maksimum 1 dengan nilai rata-rata 0.52 dan

standar deviasi 0.502. (5) Opini audit tahun sebelumnya menunjukkan nilai

minimum 0 dan nilai maksimum 1 dengan nilai rata-rata 0.05 dan standar deviasi

0.214. (6) Financial distress memiliki nilai minimum -27.436 dan nilai

maksimum 10.574 dengan nilai rata-rata 0.88544 dan standar deviasi 3.0718. (7)

ROE menunjukkan nilai minimum -2.308 dan nilai maksimum 4.875 dengan nilai

rata-rata 0.10037 dan standar deviasi 0.529413.

Penelitian ini menggunakan variabel dummy, diberi nilai 1 jika perusahaan

klien mengganti KAP dan 0 jika perusahaan klien tidak mengganti KAP. Jumlah

Ukuran KAP

Auditor switching

(+)

(+)

(+)

(+)

(-)

(-)

(-)

Ukuran klien

Share growth

Pergantian manajemen

Financial distress

Opini audit tahun sebelumnya

ROE

14

sampel 126 perusahaan, terdiri dari 63 perusahaan yang berganti KAP dan 63

perusahaan yang tidak berganti KAP.

Pengujian ini menggunakan matrik korelasi antar variabel bebas untuk

melihat besarnya korelasi antar variabel independen. hasil menunjukkan bahwa

koefisien korelasi antar variabel independen tidak ada yang bernilai lebih dari 0,8

sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel

independen, oleh karena itu model ini dapat digunakan lebih lanjut untuk menguji

hipotesis.

2. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian menunjukkan nilai Chi-sguare

sebesar 8,720 dengan signifikansi (p) sebesar 0,366. Pengujian model fit dengan

membandingkan nilai -2 log Likehood (-2LL) pada awal (Block Number = 0)

dengan nilai -2 log Likehood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1). Nilai -2LL

awal sebesar 174,641. Setelah dimasukkan kedelapan variabel independen, nilai -

2LL mengalami penurunan menjadi 153,409. Penurunan Likelihood (-2LL) ini

menunjukkan model regresi lebih baik atau dengan model yang dihipotesiskan fit

dengan data.. Besarnya nilai koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai

Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square adalah 0,207 yang berarti

variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen

adalah sebesar 20,7%, sedangkan sisanya sebesar 79,3% dijelaskan oleh variabel-

variabel diluar model penelitian. Sedangkan menurut nilai Cox & Snell R Square

adalah 0,155.

Matrik klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi

untuk memprediksi kemungkinan berganti KAP yang dilakukan oleh perusahaan.

Kekuatan prediksi perusahaan mengganti KAP adalah sebesar 67,7%. Kekuatan

prediksi model perusahaan yang tidak mengganti KAP adalah sebesar 59,4 %.

Hasil pengujian terhadap koefisien regresi menghasilkan model berikut:

SWITCH = -0,842 - 0,458KAP + 0,007LnTA - 2,447SH_GR + 0,823CEO +

0,160DER + 0,160OPINI + 1.960ROE

15

3. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis

Variabel independen yang mempunyai hubungan yang signifikan secara

statistik dengan nilai Wald > α=5% adalah share growth, pergantian manajemen,

financial distress, dan ROE. Pergantian KAP dipengaruhi oleh share growth,

pergantian manajemen, financial distress, dan ROE. Sedangkan variabel ukuran

KAP, ukuran klien, dan opini audit tahun sebelumnya tidak berhubungan terhadap

pergantian KAP.

Hasil pengujian hipotesis pertama, berkaitan dengan ukuran KAP.

Variabel ukuran KAP (KAP) menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 0,458

dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,352, lebih besar dari α = 5%. Karena

tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-1 tidak berhasil

didukung. Penelitian ini gagal membuktikan adanya pengaruh ukuran KAP

terhadap auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Sinason et al. (2001), tapi tidak mendukung penelitian Nasser et

al. (2006), Damayanti dan Sudarma (2008), dan Wijayanti (2010).

Menurut hasil pengujian menunjukkan bahwa perusahaan yang telah

menggunakan jasa KAP Big Four tidak melakukan pergantian KAP. Adanya

faktor expertise KAP merupakan salah satu faktor yang menentukan perubahan

audit dimana perusahaan akan lebih memilih KAP Big Four untuk meningkatkan

kredibilitas perusahaan di mata pelaku pasar modal.

Hasil pengujian yang menghasilkan arah pengaruh negatif menunjukkan

bahwa perusahaan yang telah menggunakan jasa KAP Big Four memiliki

kemungkinan yang lebih kecil untuk melakukan pergantian KAP. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa perusahaan lebih memilih KAP Big Four

karena kualitas audit yang tinggi untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan

dan untuk meningkatkan reputasi perusahaan di mata pemakai laporan keuangan.

Hasil pengujian hipotesis kedua, berkaitan dengan ukuran klien.

Variabel ukuran klien (LnTA) menunjukkan koefisien regresi positif sebesar

0,007 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,964, lebih besar dari α = 5%.

Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α = 5% maka hipotesis ke-2 tidak

berhasil didukung. Penelitian ini gagal membuktikan adanya pengaruh ukuran

16

klien terhadap auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Sheng dan Wang (2006) serta Wijayanti (2010)

yang menyatakan bahwa ukuran klien tidak mempengaruhi auditor switching.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinason et al. (2001), Nasser et

al. (2006), serta Suparlan dan Andayani (2010) bertentangan dengan hasil

penelitian ini.

Klien yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan

peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan

KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman, 1986).

Menurut hasil penelitian menunjukkan klien-klien dengan total aset kecil

cenderung berpindah ke KAP yang bukan tergolong Big Four, sedangkan emiten

dengan total aset besar tetap memilih KAP Big Four sebagai auditornya, yang

mencerminkan kesesuaian ukuran antara KAP dengan kliennya. Sebagian besar

sampel penelitian terdiri dari klien dengan total aset kecil sehingga tidak ada

kecenderungan untuk melakukan auditor switching.

Hasil pengujian hipotesis ketiga, tentang share growth. Variabel share

growth (SH_GH) menunjukkan koefisien regresi negatif sebesar 2,447 dengan

tingkat signifikansi (p) sebesar 0,028, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat

signifikansi (p) lebih kecil dari α = 5% maka hipotesis ke-3 berhasil didukung.

Penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh share growth terhadap

auditor switching. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh

Sinason et al.(2001), dan Suparlan dan Andayani (2010) yang menyatakan bahwa

share growth mempengaruhi auditor switching. Sedangkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Nasser et al. (2006) dan Wijayanti (2010) bertentangan dengan

hasil penelitian.

Menurut hasil penelitian menunjukkan perusahaan yang menerbitkan

saham biasanya memperlihatkan perbaikan kinerja dan mengindikasikan peluang

pertumbuhan dimasa depan. Dengan penggunaan dana tambahan maka

membutuhkan pengawasan yang tinggi sehingga menyebabkan para pemegang

saham memilih untuk melakukan auditor switching menuju kepada KAP yang

lebih berkualitas.

17

Knechel et al. (2008) dalam Suparlan dan Andayani (2010) menyatakan

bahwa perusahaan menggunakan KAP besar terkait dengan kebutuhan dana,

maupun ekuitas, karena menerbitkan kembali jumlah saham yang beredar

menunjukkan adanya tambahan dana. Loughram et al (1997) dalam Suparlan dan

Andayani (2010) menyebutkan bahwa perusahaan yang menerbitkan saham

biasanya memperlihatkan perbaikan kinerja, sehingga mendorong untuk berganti

ke KAP yang berkualitas.

Hasil pengujian hipotesis keempat, berkaitan dengan pergantian

manajemen. Variabel pergantian manajemen (CEO) menunjukkan koefisien

regresi positif sebesar 0,823 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,042, lebih

kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α = 5% maka

hipotesis ke-4 berhasil didukung. Penelitian ini berhasil membuktikan adanya

pengaruh pergantian manajemen (CEO) terhadap auditor switching. Hasil

penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Hudaibe dan Cooke (2005) serta Sinarwati (2010) tetapi bertentangan dengan

hasil penelitian Chow dan Rice (1982), Schwartz dan Menon (1985), Damayanti

dan Sudarma (2008), Suparlan dan Andayani (2010) serta Wijayanti (2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pergantian manajemen

diikuti oleh perubahan kebijakan dalam bidang akuntansi, keuangan, dan

pemilihan KAP. Manajemen memerlukan auditor yang lebih berkualitas dan

mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat.

Pergantian manajemen memungkinkan perusahaan untuk memilih auditor

yang lebih berkualitas dan sepakat dengan kebijakan akuntansi perusahaan.

Sinarwati (2010) menyatakan bahwa manajemen yang baru berharap bahwa KAP

yang baru lebih bisa diajak bekerjasama dan lebih bisa memberikan opini seperti

yang diharapkan oleh manajemen, disertai adanya preferensi tersendiri tentang

auditor yang akan digunakan manajemen.

Hasil pengujian hipotesis kelima, tentang financial distress. Variabel

financial distress (DER) menunjukkan koefisien regresi positif sebesar 0,416

dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,005, lebih kecil dari α = 5%. Karena

tingkat signifikansi (p) lebih kecil dari α = 5% maka hipotesis ke-4 berhasil

18

didukung. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Hudaib

dan Cooke (2005), dan Sinarwati (2010) yang menyatakan bahwa financial

distress mempengaruhi auditor switching. Sementara itu hasil penelitian yang

dilakukan oleh Nasser et al. (2006), Damayanti dan Sudarma (2008), dan

Wijayanti (2010) bertentangan dengan hasil penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan keuangan menjadi salah

satu faktor penyebab perusahaan untuk melakukan auditor switching. Perpindahan

ini disebabkan adanya ketidakpercayaan perusahaan terhadap auditor.

Perpindahan auditor pada penelitian ini lebih kepada KAP Big Four ke KAP Non

Big Four atau dari KAP Non Big Four ke Non Big Four, karena ketika perusahaan

memutuskan untuk berpindah ke KAP Big Four justru akan semakin menyulitkan

kondisi keuangan perusahaan karena kenaikan jasa audit. Selain itu, auditee yang

insolvent dan mengalami posisi keuangan yang tidak sehat lebih mungkin untuk

mengikat auditornya untuk menjaga kepercayaan para pemegang saham dan

kreditor serta mengurangi risiko litigasi.

Hasil pengujian hipotesis keenam, berkaitan dengan opini audit tahun

seebelumnya. Variabel opini audit tahun sebelumnya (OPINI) menunjukkan

koefisien regresi positif sebesar 0,160 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar

0,868, lebih besar dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih besar dari α =

5% maka hipotesis ke-6 tidak berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil

membuktikan adanya pengaruh opini audit terhadap auditor switching. Hasil

penelitian ini mendukung hasil penelitian Damayanti dan Sudarma (2008) dan

Wijayanti (2010) yang menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya tidak

berpengaruh terhadap auditor switching. Sementara itu penelitian ini bertentangan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Hudaib dan Cooke (2005) dan Sheng dan

Wang (2006), yang kemudian didukung oleh Chow dan Rice (1992) dan Lubis

(2000) yang menyatakan bahwa perusahaan cenderung untuk berpindah auditor

setelah menerima opini qualified.

Hasil pengujian yang gagal menemukan adanya pengaruh signifikan

diduga disebabkan karena pada umumnya perusahaan sampel telah mendapatkan

opini unqualified. Selain itu, jika perusahaan menggunakan KAP Big Four, hal

19

tersebut menyebabkan perusahaan tidak terlalu memiliki keleluasaan untuk

melakukan auditor switching apabila penugasan KAP oleh manajemen dianggap

tidak lagi sesuai. Pergantian kelas KAP dari Big Four dikhawatirkan dapat

menyebabkan adanya sentimen negatif dari pelaku pasar terhadap kualitas

pelaporan keuangan dari perusahaan. Sebaliknya, pergantian kelas KAP ke Big

Four dikhawatirkan dapat menyebabkan tidak adanya kemungkinan untuk

mendapatkan opini unqualified karena pertimbangan kualitas audit lebih baik.

Hasil pengujian hipotesis ketujuh, tentang ROE. Variabel ROE

menunjukkan koefisien regresi postif sebesar 1,960 dengan tingkat signifikansi (p)

sebesar 0,034, lebih kecil dari α = 5%. Karena tingkat signifikansi (p) lebih kecil

dari α = 5% maka hipotesis ke-7 berhasil didukung. Penelitian ini berhasil

membuktikan adanya pengaruh ROE terhadap auditor switching. Hasil penelitian

ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ashbaugh et al. (2003), tapi

bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suparlan dan Andayani

(2010).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin besar tingkat ROE yang

dimiliki oleh suatu perusahaan akan meningkatkan kemampuan perusahaan dalam

membayar KAP yang lebih besar. Hal ini akan mempengaruhi perusahaan untuk

berpindah ke KAP yang lebih besar dan lebih berkualitas. Ashbaugh et al (2003),

menggunakan ROE sebagai faktor yang yang memberikan pengaruh dalam

pemilihan auditor, yang artinya ROE mampu memberikan pengaruh terhadap

perusahaan yang berganti KAP.

20

E. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Simpulan

Penelitian ini meneliti tentang pengaruh ukuran KAP, ukuran klien, share

growth, pergantian manajemen, financial distress, opini audit, dan ROE terhadap

auditor switching. Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel dependen,

yaitu auditor switching. Sedangkan variabel independen yang digunakan adalah

ukuran KAP, ukuran klien, share growth, pergantian manajemen, financial

distress, opini audit, dan ROE. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis

regresi logistik (logistic regression) dengan program Statistical Package for

Social Sciences (SPSS) Ver. 16. Data sampel perusahaan sebanyak 126

pengamatan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2005-2009.

Hasil pengujian dan pembahasan pada bagian sebelumnya dapat diringkas sebagai

berikut:

1. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan

bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh ukuran KAP terhadap

auditor switching selama lima tahun pengamatan (2005-2009).

2. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan

bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh ukuran klien terhadap

auditor switching selama lima tahun pengamatan (2005-2009).

3. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan

bahwa secara statistic terbukti terdapat pengaruh share growth terhadap

auditor switching selama lima tahun pengamatan (2005-2009).

4. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan

bahwa secara statistik terbukti terdapat pengaruh pergantian manajemen

terhadap auditor switching selama lima tahun pengamatan (2005-2009).

5. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan

bahwa secara statistik terbukti terdapat pengaruh financial distress terhadap

auditor switching selama lima tahun pengamatan (2005-2009).

6. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan

bahwa secara statistik tidak terbukti terdapat pengaruh opini audit terhadap

auditor switching selama lima tahun pengamatan (2005-2009).

21

7. Hasil pengujian analisis regresi logistik (logistic regression) menunjukkan

bahwa secara statistik terbukti terdapat pengaruh ROE terhadap auditor

switching selama lima tahun pengamatan (2005-2009).

Keterbatasan

Sebagaimana lazimnya suatu penelitian empiris, hasil penelitian ini juga

mengandung beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Penelitian ini hanya menguji pengaruh variabel-variabel ukuran KAP, ukuran

klien, share growth, pergantian manajemen, financial distress, opini audit, dan

ROE terhadap auditor switching. Variabel-variabel lain yang mungkin

berpengaruh juga terhadap auditor switching tidak diuji dalam penelitian ini.

Misalnya, sejumlah variabel penting seperti karakteristik corporate

governance yang dapat meningkatkan pengetahuan mengenai audit tenure dan

auditor switching di Indonesia, tidak dimasukkan ke dalam model regresi.

2. Periode penelitian yang digunakan hanya terbatas lima tahun. Periode waktu

yang terbatas tersebut tentunya mempengaruhi hasil penelitian ini.

3. Auditor switching dalam penelitian ini hanya memperhatikan pergantian pada

tingkat KAP, tidak memperhatikan pergantian pada tingkat akuntan publik

(auditor independen).

4. Hanya sebesar 20,7% saja variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh

variabel independen. Ada kemungkinan ada variabel lain yang berpengaruh

terhadap variabel dependen.

5. Penelitian ini tidak mengklasifikasikan KAP berdasarkan keahliannya, hal itu

didasarkan karena perusahaan sampel yang digunakan hanya perusahaan

manufaktur. Ada kemungkinan faktor itu juga berpengaruh pada penelitian

jika diteliti lebih mendalam.

Saran

Saran yang didasarkan pada beberapa keterbatasan sebagaimana telah

disebutkan sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Penelitian selanjutnya mungkin dapat mempertimbangkan untuk

menggunakan objek penelitian seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI,

sehingga dapat dilihat generalisasi teori secara valid.

22

2. Penelitian selanjutnya hendaknya mempertimbangkan beberapa variabel lain

yang mungkin mempengaruhi auditor switching untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai audit tenure dan auditor switching di Indonesia.

3. Periode penelitian selanjutnya sebaiknya lebih dari lima tahun karena periode

yang lebih panjang diharapkan dapat memungkinkan klasifikasi berdasarkan

audit tenure.

4. Penelitian selanjutnya hendaknya juga memperhatikan pergantian pada tingkat

akuntan publik (auditor independen).

5. Adanya pengelompokan pada KAP yang akan menjadi sampel.

Pengelompokan berdasarkan keahlian dari masing-masing KAP, misal KAP

ahli untuk perusahaan manufaktur, perusahaan dagang, perusahaan jasa, atau

untuk perusahaan keuangan.

23

REFERENSI

Adibowo, S. 2009. “Pengaruh Audit Firm Tenure, Audit Firm Size dan Industry Spesialization terhadap Earning Quality”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

Afriansyah, Z. dan S.V.N.P. Siregar. 2007. “Konsentrasi Pasar Audit di

Indonesia”. Simposium Nasional Akuntansi 10, Makasar. Aryanti, A.D. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Keputusan Klien Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik (Survey Beberapa KAP di Surabaya dan Malang). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.

Bursa Efek Indonesia. n.d. Indonesian Capital Market Directory 2005-

2009. Jakarta: Bursa Efek Indonesia.

Chow, C.W. dan S.J. Rice. 1982. “Qualified Audit Opinions and Auditor Switching”. The Accounting Review, Vol. LVII, No. 2, pp. 326-335.

Damayanti, S. dan M. Sudarma. 2007. “Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik”. Simposium Nasional Akuntansi 11, Pontianak.

Febrianto, R. 2009. “Pergantian Auditor dan Kantor Akuntan Publik”.

http://rfebrianto.blogspot.com/2009/05/pergantian-auditor-dan-kantor-akuntan.html, diakses 25 November 2009.

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hudaib, M. dan T.E. Cooke. 2005. “The Impact of Managing Director Changes and Financial Distress on Audit Qualification and Auditor Switching”. Journal of Business Finance & Accounting, Vol. 32, No. 9/10, pp. 1703-39.

Kadir, M.N. 1994. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan

Berpindah KAP. Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Kartika, R.D. 2006. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Klien Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik (Auditor Changes). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang.

24

Kawijaya, Nelly dan Juniarti. 2002. “Faktor-Faktor yang Mendorong

Perpindahan Auditor (Auditor Switch) pada Perusahaan-Perusahaan di Surabaya dan Sidoarjo. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 4, No. 2, pp. 93-105

Lubis, F. 2000. “Hubungan Dua Arah (Simultaneous) antara Pendapat

Audit dengan Pergantian Akuntan”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 2, pp. 171-181.

Mardiyah, A.A. 2002. “Pengaruh Faktor Klien dan Faktor Auditor

terhadap Auditor Changes: Sebuah Pendekatan dengan Model Kontinjensi RPA (Recursive Model Algorithm)”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 3, No. 2, pp. 133-154.

Menteri Keuangan, 2003, Keputusan Menteri Keuangan Nomor

423/KMK.06/2002 jo 359/KMK.06/2003 tentang “Jasa Akuntan Publik” , Jakarta.

Menteri Keuangan, 2008, Peraturan Menteri keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa akuntan Publik”, Jakarta.

Nasser et al. 2006. “Auditor-Client Relationship: the Case of Audit Tenure and Auditor Switching in Malaysia”. Managerial Auditing Journal, Vol. 21 Iss:7, pp.724-737

Schwartz, K.B. dan K. Menon. 1985. “Auditor Switches by Failing Firm”.

The Accounting Review, Vol. LX, No. 2, pp. 248-261.

Setyarno, E.B., I. Januarti, dan Faisal. 2006. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Perumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang.

Sinarwati, Ni Kadek. 2010. ”Mengapa Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di BEI Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik?”. Simposium Nasional Akuntansi 13, Purwokerto.

Sinason, D.H., J.P. Jones, dan S.W. Shelton. 2001. “An Investigation of

Auditor and Client Tenure”. Mid-American Journal of Business, Vol. 16, No. 2, pp. 31-40.

Wijayanti, Martina Putri. 2010. Analisis Hubungan Auditor-Klien: Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Auditor Switching di Indonesia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

25

Wijayanti, Evy Dwi. 2011. ‘Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.