ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK...

41
1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK HASIL MERGER DI ASEAN (Studi Perbandingan di Industri Perbankan Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand Periode 2005-2009) Rr. Yulia Anindya Pranawaningsih Etna Nur Afri Yuyetta ABSTRACT Merger is considered as one strategy in facing global competition. Mergers can create potential synergies. However, mergers can also lead to inefficiencies entity. There are several factors that can affect the performance of banks post-merger such as earning diversification, asset quality, cost efficiency, capital adequacy, liquidity, efficiency asset management, and market share. The objective of this research is to analyzes the effect of earning diversification, asset quality, cost efficiency, capital adequacy, liquidity, efficiency asset management, and market share on the performance of the merged bank in Indonesia, Malaysia, Singapore, and Thailand. In addition, this study analyzes the position of the banks in the ASEAN region through a comparison of the performance of the merged bank in the State of Indonesia, Malaysia, Singapura and Thailand. The sample in this research is the merged bank financial statements for the period 2005-2009. Total sample is 74 financial statement from 16 merged bank. This study analyzes the effect of earning diversification, asset quality, cost efficiency, capital adequacy, liquidity, efficiency asset management, and market share on the performance of the merged bank in Indonesia, Malaysia, Singapore, and Thailand by using regression analysis. This research also analyzes the position of the banks in the ASEAN region through a comparison of the performance of the

Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK...

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA

BANK HASIL MERGER DI ASEAN

(Studi Perbandingan di Industri Perbankan

Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand

Periode 2005-2009)

Rr. Yulia Anindya Pranawaningsih

Etna Nur Afri Yuyetta

ABSTRACT

Merger is considered as one strategy in facing global competition.

Mergers can create potential synergies. However, mergers can also lead

to inefficiencies entity. There are several factors that can affect the

performance of banks post-merger such as earning diversification, asset

quality, cost efficiency, capital adequacy, liquidity, efficiency asset

management, and market share. The objective of this research is to

analyzes the effect of earning diversification, asset quality, cost efficiency,

capital adequacy, liquidity, efficiency asset management, and market

share on the performance of the merged bank in Indonesia, Malaysia,

Singapore, and Thailand. In addition, this study analyzes the position of

the banks in the ASEAN region through a comparison of the performance

of the merged bank in the State of Indonesia, Malaysia, Singapura and

Thailand.

The sample in this research is the merged bank financial

statements for the period 2005-2009. Total sample is 74 financial

statement from 16 merged bank. This study analyzes the effect of earning

diversification, asset quality, cost efficiency, capital adequacy, liquidity,

efficiency asset management, and market share on the performance of the

merged bank in Indonesia, Malaysia, Singapore, and Thailand by using

regression analysis. This research also analyzes the position of the banks

in the ASEAN region through a comparison of the performance of the

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

2

merged bank in the State of Indonesia, Malaysia, Singapura and Thailand

by using ANOVA test.

The results find that the earning diversification, capital adequacy

and market share does not have significant influence on the performance

of the merged bank. On the other hand, asset quality, cost efficiency and

liquidity negatively affect the performance of the merged bank. While,

efficiency asset management have a positive impact on the performance of

the merged bank. In addition, studies have found empirical evidence that

there is no significant difference between the performance of the merged

bank in the State of Indonesia, Malaysia, Singapore and Thailand.

Keywords: bank mergers, earning diversification, asset quality, cost

efficiency, capital adequacy, liquidity, efficiency asset management,

market share, the performance of the merged bank.

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

3

PENDAHULUAN

Globalisasi menghadirkan tantangan yang beragam dan persaingan yang

ketat bagi setiap sektor industri, termasuk bagi industri perbankan. Mulyana

(2009, h.12) menyatakan bahwa “globalisasi bagi perbankan merupakan tantangan

yang tidak dapat dielakkan sekaligus peluang untuk diraih.” Menurut MacDonald

dan Koch (2006) globalisasi merupakan perkembangan yang bertahap dari pasar

dan lembaga-lembaga yang mana batas-batas geografi tidak dapat membatasi

transaksi-transaksi keuangan. Lembaga perbankan dihadapkan dengan tantangan

dan persaingan yang semakin ketat dalam berkompetisi untuk meraih nasabah

dalam lingkup global.

Kompetisi dalam lingkup global tidak hanya terjadi di antara bank

domestik di dalam negeri, tetapi juga melibatkan persaingan dengan bank-bank

asing baik di dalam maupun di luar negeri. Globalisasi ditandai dengan adanya

minat dari investor-investor asing untuk memiliki bank-bank swasta nasional

yang dinilai sehat maupun dengan pembukaan cabang bank lokal di luar negeri.

Globalisasi perbankan berarti persaingan kapabilitas diantara perbankan di suatu

negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan keuntungan

kompetitif.

Era globalisasi ekonomi ditandai dengan semakin terbukanya kesempatan

untuk melakukan perdagangan bebas regional maupun internasional. Beberapa

perdagangan regional di kawasan Association of Southeast Asian Nations

(ASEAN) antara lain kerjasama yang melibatkan negara-negara ASEAN, yaitu

Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darusalam, Laos,

Kamboja, Vietnam, dan Myanmar dalam Asean Free Trade Area (AFTA),

kerjasama dalam bidang ekonomi dengan Negara-negara Asia-Pasifik dalam Asia

Pasific Economic Cooperation (APEC), kerjasama dalam bidang perbankan

melalui pembentukan The ASEAN Bankers Association, dan yang terbaru, yaitu

keterlibatan Negara ASEAN dalam bidang ekonomi dengan Negara China dalam

ASEAN-China Free Trade Agreement. Terbukanya perdagangan global dan

perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat akan berpengaruh

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

4

terhadap pertumbuhan ekonomi dan perbankan nasional di suatu negara. Dalam

perdagangan global, industri perbankan kian dibutuhkan terkait dengan peran

bank sebagai lembaga perantara keuangan.

Indonesian Banks Association atau Perbanas (2009), mengemukakan

bahwa jika melihat peta kekuatan perbankan di ASEAN, perbankan Singapura

lebih unggul dalam jumlah asset maupun tingkat kesehatannya. Perbankan

Thailand menunjukkan kemajuan yang baik, yaitu dengan jumlah bank yang tidak

banyak, namun terdapat bank yang go international seperti Bangkok Bank.

Berbeda dengan kondisi perbankan di kedua negara tersebut, perbankan di

Indonesia dinilai belum mampu bersaing secara maksimal. Dalam sepuluh bank

terbesar di ASEAN, hanya Bank Mandiri yang mampu masuk dalam jajaran

tersebut. Sementara itu, Bank BRI, Bank BCA dan Bank BNI masih berada di dua

puluh besar. Namun demikian, perbankan Indonesia memiliki peluang yang besar

untuk meningkatkan kapabilitas dan pertumbuhan. Hal tersebut disebabkan oleh

beberapa hal, antara lain pertumbuhan PDB Nominal Indonesia yang positif dan

pendapatan per kapita Indonesia yang mengalami pertumbuhan yang cukup stabil

berdasarkan data dari Worldbank dan UNESCAP (2010).

Ketatnya persaingan di sektor perbankan, mengharuskan bank untuk

menerapkan strategi yang tepat maupun melakukan inovasi untuk meningkatkan

kapabilitas perbankan. Kapabilitas perbankan yang dapat diandalkan menjadi

kunci dalam menjalani era globalisasi. Salah satu strategi yang dikembangkan dari

pola pikir global adalah merger dan akuisisi. Mulyana (2009, h.12) memandang

merger sebagai “strategi untuk meningkatkan skala ekonomi, efisiensi, dan

mengurangi persaingan di dalam negeri sedangkan ke luar negeri berarti

membangun kapabilitas guna menghadapi persaingan global”. Sejumlah bank di

kawasan ASEAN telah melakukan konsolidasi sebagai upaya meningkatkan

kapabilitas guna menghadapi persaingan. Dalam Bisnis.com (2009), dinyatakan

bahwa perbankan lokal Singapura mengerucut menjadi tiga bank, dan di Malaysia

menjadi sembilan bank.

Merger dan akuisisi telah menjadi strategi yang populer di kalangan

perusahaan-perusahaan di Amerika dan Eropa karena diyakini berperan penting

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

5

dalam restrukturisasi yang efektif. Portal Human Resource (2005) menyatakan

bahwa selama tahun 1998, nilai merger dan akuisisi di Amerika lebih dari USD 6

triliun dengan 11.400 transaksi. Hitt, Harrison, Ireland (2002), menyebutkan

bahwa merger terbesar yang diumumkan pada tahun 1998 adalah penggabungan

antara Citicorp dengan Traveler’s Group dengan nilai yang diperkirakan mencapai

USD 77 milyar dan akuisisi Exxon terhadap Mobil dengan perkiraan nilai USD 79

miliar.

Hitt, Harrison, dan Ireland (2002) berpendapat bahwa nilai dari merger

dan akuisisi tercipta jika manfaat sinergi yang diperoleh melalui penggabungan

dan integrasi perusahaan yang dahulunya terpisah lebih besar daripada biaya-

biaya yang dikeluarkan untuk menciptakan sinergi. Menurut Goold dan Campbell

(dalam Hitt, Harrison, dan Ireland, 2002), sinergi merupakan kemampuan dua

atau lebih entitas untuk menciptakan nilai yang lebih besar melalui kerjasama

daripada yang dapat mereka capai dengan bekerja sendiri.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.22,

paragraf 5, suatu legal merger merupakan merger dua badan usaha melalui

pengalihan aset dan kewajiban dari suatu perusahaan ke perusahaan lain dan

perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan, atau pengalihan aset

dan kewajiban dari dua atau lebih perusahaan ke perusahaan baru dan kedua

perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan. Terdapat beberapa

motif atau alasan yang melatarbelakangi sebuah entitas melakukan merger.

Pertama, peningkatan skala ekonomi (economies of scale), yang berarti

sumber daya dimanfaatkan secara lebih ekonomis dan sebagai konsekuensinya

akan meningkatkan profitabilitas. Sufian, Majid, dan Haron (2007) berpendapat

bahwa salah satu sumber utama penciptaan sinergi adalah pengurangan biaya

yang terjadi sebagai hasil dari skala ekonomi. Hal tersebut mengimplikasikan

penurunan biaya per-unit yang berasal dari peningkatan ukuran atau skala operasi

perusahaan. Kedua, mengurangi tingkat persaingan dan meningkatkan pangsa

pasar dan distribusi entitas. Menurut Mulyana (2009, h.13), “manajemen atau

pengambil keputusan tidak disibukkan dengan memikirkan strategi menghadapi

pesaing tetapi dapat lebih berkonsentrasi pada pemikiran strategis lainnya.”

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

6

Penggabungan dua atau lebih entitas dapat memperoleh pasar baru secara lebih

cepat dibandingkan jika mengembangkan sendiri sehingga akan memberikan

hasil yang besar secara keseluruhan.

Ketiga, meningkatkan efisiensi. Mulyana (2009, h.13) menyatakan bahwa

peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan “menutup kantor cabang yang

berdekatan tanpa harus kehilangan potensi bisnis bahkan memperluas ruang

lingkup operasi dengan tidak membuka cabang baru”. Selain itu, peningkatan

efisiensi terjadi ketika ada transfer keahlian manajerial dari entitas yang lebih

handal ke entitas yang kurang handal. Tim manajemen yang lebih handal akan

meningkatkan kinerja keuangan. Efisiensi dapat meningkat dengan pengurangan

fasilitas yang tidak diperlukan dan pengurangan karyawan serta adanya sinergi

penguasaan teknologi dari entitas-entitas yang melakukan merger. Motif-motif

tersebut menjadi daya tarik bagi entitas untuk menerapkan strategi merger.

Merger dapat menciptakan sinergi-sinergi yang potensial. Namun

demikian, merger dapat pula berujung pada inefisiensi entitas. Perlu diperhatikan

bahwa setiap merger yang dilakukan belum tentu membawa hasil yang sesuai

dengan yang diharapkan. Kegagalan dalam merger dapat disebabkan oleh

kehilangan produktivitas, ketidaksesuaian budaya, kehilangan sumber daya

manusia yang handal dan benturan gaya manajemen. Merger bank merupakan

sebuah aktivitas yang kompleks dalam melakukan integrasi dua atau beberapa

bank dengan melibatkan banyak pihak, baik internal maupun eksternal, dua

budaya dan kinerja yang berbeda.

Peningkatan pada kinerja bank setelah merger dapat dipengaruhi oleh

sejumlah faktor tertentu. Faktor- faktor tersebut meliputi diversifikasi pendapatan,

kualitas asset, efisiensi biaya, kecukupan modal, likuiditas, efisiensi pengelolaan

aset, dan pangsa pasar bank.

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

7

TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Penggabungan Usaha

Beams dan Jusuf (2004) menyatakan bahwa penggabungan usaha

merupakan salah satu topik yang penting dan menarik dalam teori dan praktik

akuntansi, karena melibatkan transaksi keuangan yang luar biasa besar, kerajaan

bisnis, cerita sukses, kekayaan orang, eksekutif jenius, dan kegagalan manajemen.

Dalam IFRS, istilah penggabungan usaha (business combination) didefinisikan

sebagai “pengambilan bersama perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas

ekonomi sebagai hasil dari satu perusahaan yang memperoleh pengendalian atas

asset bersih dan operasi dari perusahaan lain.” Dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 22 paragraf 8, penggabungan usaha (business

combination) merupakan “penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah

menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting

with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas asset dan operasi

perusahaan lain”.

Merger merupakan salah satu bentuk legal dari suatu penggabungan usaha.

Dalam PSAK no.22 paragraf 5, dinyatakan bahwa:

“Penggabungan usaha (business combination) dapat mengakibatkan

terjadinya legal merger. Suatu legal merger biasanya merupakan merger

dua badan usaha melalui salah satu cara berikut:

(a) asset dan kewajiban dari suatu perusahaan dialihkan ke perusahaan lain

dan perusahaan yang melakukan pengalihan tersebut dibubarkan; atau

(b) asset dan kewajiban dari dua atau lebih perusahaan dialihkan ke

perusahaan baru dan kedua perusahaan yang melakukan pengalihan

tersebut dibubarkan.”

Terdapat beberapa motif atau alasan yang melatarbelakangi sebuah entitas

melakukan merger, yaitu antara lain:

1. Peningkatan skala ekonomi (economies of scale), yang berarti sumber

daya dimanfaatkan secara lebih ekonomis dan sebagai konsekuensinya

akan meningkatkan profitabilitas. Menurut Sufian, Majid, dan Haron,

(2007), salah satu sumber utama penciptaan sinergi adalah

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

8

pengurangan biaya yang terjadi sebagai hasil dari skala ekonomi. Hal

tersebut mengimplikasikan penurunan biaya per-unit yang berasal dari

peningkatan ukuran atau skala operasi perusahaan.

2. Mengurangi tingkat persaingan dan meningkatkan pangsa pasar dan

distribusi entitas. Manajemen atau pengambil keputusan tidak

disibukkan dengan memikirkan strategi menghadapi pesaing tetapi

dapat lebih berkonsentrasi pada pemikiran strategis lainnya.

Penggabungan dua atau lebih entitas dapat memperoleh pasar baru

secara lebih cepat dibandingkan jika mengembangkan sendiri sehingga

akan memberikan hasil yang besar secara keseluruhan.

3. Meningkatkan efisiensi dengan kemungkinan menutup kantor cabang

yang berdekatan tanpa harus kehilangan potensi bisnis bahkan

memperluas ruang lingkup operasi dengan tidak membuka cabang

baru. Selain itu peningkatan efisiensi terjadi ketika ada transfer

keahlian manajerial dari entitas yang lebih handal ke entitas yang

kurang handal. Tim manajemen yang lebih baik akan meningkatkan

kinerja keuangan. Selain itu efisiensi dapat meningkat dengan

pengurangan fasilitas yang tidak diperlukan dan pengurangan

karyawan serta adanya sinergi penguasaan teknologi dari entitas-

entitas yang melakukan merger (Beams dan Jusuf, 2004)

4. Mencegah pengambilalihan (avoidance of takeovers). Beberapa

perusahaan bergabung untuk diakuisisi oleh perusahaan lain. Karena

perusahaan-perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih mudah untuk

diambil-alih, beberapa diantaranya memakai strategi pembeli yang

agresif sebagai pertahanan terbaik melawan usaha pengambilalihan

oleh perusahaan lain (Beams dan Jusuf, 2004).

5. Akuisisi harta tidak berwujud (acquisition of intangible assets). Beams

dan Jusuf (2004) menyatakan bahwa “penggabungan usaha melibatkan

penggabungan sumber daya tidak berwujud maupun berwujud. Maka,

akuisisi atas hak paten, hak atas mineral, database pelanggan, atau

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

9

keahlian manajemen mungkin menjadi faktor utama yang memotivasi

suatu penggabungan usaha “

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Bank Hasil Merger

2.1.2.1 Diversifikasi Pendapatan

Altunbas dan Ibanez (2004, h.16) menyatakan bahwa “strategi

diversifikasi pendapatan, yang merupakan strategi produk yang luas, mengacu

pada penekanan terhadap sumber pendapatan lain yang terpisah dari pendapatan

bunga bersih tradisional”. Diversifikasi pendapatan dapat diperoleh dari

pendapatan baru potensial, diversifikasi dan akses ke kemungkinan inovasi

keuangan dari memproduksi produk dan jasa yang baru. Menurut MacDonald dan

Koch (2006), inovasi keuangan merupakan katalis dibalik perkembangan industri

jasa keuangan dan restrukturisasi pasar keuangan. Inovasi keuangan dan

pengembangan teknologi bank meliputi penggunaan ATM dan terminal pos di

outlet swalayan, kartu debit, home banking melalui komputer, internet banking,

dan sistem transfer dana elektronik (electronic fund transfer-EFT) nasional dan

internasional.

2.1.2.2 Kualitas Asset

Menurut Altunbas dan Ibanez (2004), kualitas asset mengacu pada risiko

kredit bank. Kualitas asset berhubungan dengan risiko kredit yang dihadapi bank

akibat kredit dan pemberian dana bank. Penilaian kualitas kredit maupun

penanaman dana bank dalam aset produktif melalui penentuan tingkat

kolektibilitasnya yaitu lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan

atau macet. Adanya pembedaan tingkat kolektibilitas diperlukan untuk

mengetahui besarnya cadangan penghapusan asset produktif yang harus

disediakan bank untuk menutup kemungkinan terjadinya kerugian.

2.1.2.3 Efisiensi biaya

Efisiensi biaya menekankan peminimalan biaya dengan menghubungkan

pengeluaran dengan hasil (return). Pasiouras dan Zopounidis (2008, h.204)

menyatakan bahwa “a bank that makes efficient use of inputs (i.e. non-interest

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

10

expenses) will have a cost efficiency indicator that is a lower number, while a

bank with poor cost efficiency will exhibit a high number” Efisiensi biaya dapat

diukur menggunakan total cost-to-total income ratio (CIR). Cost-to-total income

ratio (CIR) mengukur biaya overhead sebagai proporsi dari pendapatan

operasional.

2.1.2.4 Kecukupan modal

Kecukupan modal menunjukkan kemampuan bank dalam

mempertahankan modal yang memadai dan kemampuan manajemen bank dalam

mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul

yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank (Kuncoro, 2006). Menurut

Mishkin (2008), modal bank digunakan untuk melindungi bank dari kemungkinan

penurunan nilai aset, yang dapat mendorong bank menjadi insolven, yaitu bank

memiliki kewajiban yang lebih besar daripada asetnya.

2.1.2.5 Likuiditas

Menurut Kuncoro dan Suhardjono, “dalam manajemen likuiditas, bank

memfokuskan pada pengelolaan pada kemampuan bank dalam menyediakan dana

yang cukup untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya setiap saat.” Manajemen

bank harus bertindak dengan memperhatikan proses pengelolaan asset dan arus

kas untuk menjaga kemampuan dalam memenuhi kewajiban sekarang yang jatuh

tempo.

2.1.2.6 Efisiensi Pengelolaan Aset

Di dalam menjalankan kegiatan operasional entitas, aset merupakan salah

satu modal yang sangat penting. Aset merupakan poin utama yang memberi

pengaruh langsung bagi pencapaian sasaran-sasaran dan tujuan entitas, termasuk

mendapatkan profitabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, setiap entitas berusaha

untuk mengendalikan dan mengelola aset yang dimilikinya dengan sebaik-

baiknya. Pengelolaan aset secara efisien terkait dengan peran manajemen suatu

entitas. Entitas harus memiliki manajemen yang handal dalam mengelola aset

sehingga menghasilkan kinerja yang tinggi. Menurut Nakamura (2010),

perusahaan yang efisien diharapkan mampu menghasilkan kinerja yang tinggi dan

kinerja yang buruk dapat disebabkan oleh manajemen yang tidak efisien. “The

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

11

inefficient management hypothesis states that acquisitions serve to drive out bad

management” (Manne dalam Pasiouras dan Zopounidis, 2008, h.7).

2.1.2.7 Pangsa Pasar

Pangsa pasar merupakan salah satu karakteristik perusahaan yang paling

kompetitif (David, 2005). Menurut American Marketing Association (1995),

pangsa pasar adalah proporsi dari jumlah penjualan di pasar yang dipegang oleh

masing-masing pesaing.

2.1.5 Kinerja Bank

Analisis kinerja lembaga keuangan, terutama bank, dapat dilakukan

dengan menggunakan rasio keuangan untuk memberikan informasi tentang

kinerja keuangan bank. Pengukuran kinerja bank yang berorientasi profit dapat

melalui analisis profitabilitas. Menurut Raharjo (2005), profitabilitas merupakan

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari penjualan barang

atau jasa yang diproduksinya. Rasio profitabilitas sering digunakan oleh

manajemen bank untuk menunjukkan kinerja bank adalah return on equity (ROE)

atau return on asset (ROA) (MacDonald dan Koch, 2006). Menurut Hanafi dan

Halim (2000), rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal

saham tertentu. Ada tiga rasio yang sering digunakan yaitu profit margin, return

on asset (ROA) dan return on equity (ROE).

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

12

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel yang

Diukur

Indikator Skala Sumber

Data

Instrumen

Variabel Dependen

Kinerja bank hasil

merger (PERF)

Perbandingan

laba bersih

setelah pajak

dengan rata-rata

jumlah ekuitas

(ROE)

Rasio Sekunder Laporan

Keuangan

Variabel

Independen

Diversifikasi

Pendapatan

(EARNDIVER)

Perbandingan

pendapatan

operasional lain

dengan total

asset.

Rasio Sekunder Laporan

Keuangan

Kualitas Asset

(ASSETQ)

Perbandingan

antara

penyisihan

kerugian

pinjaman

(kredit) dengan

pendapatan

bunga bersih

Rasio Sekunder Laporan

Keuangan

Efisiensi biaya

(COSTE)

Perbandingan

antara biaya

operasional

dengan

pendapatan

operasional

Rasio Sekunder Laporan

Keuangan

Kecukupan modal

(CAPITAL)

Perbandingan

modal dengan

total asset

Rasio Sekunder Laporan

Keuangan

Likuiditas (LIQ)

Perbandingan

kredit yang

diberikan

kepada pihak

ketiga dengan

Rasio Sekunder Laporan

Keuangan

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

13

dana pihak

ketiga

(LDR)

Efisiensi pengelolaan

aset

(ROAA)

Perbandingan

laba bersih

setelah pajak

dengan rata-rata

total asset

Rasio Sekunder Laporan

Keuangan

Pangsa pasar

(SHARE)

Perbandingan

dana pihak

ketiga bank

dengan total

dana pihak

ketiga

perbankan di

negara tersebut.

Rasio Sekunder Laporan

Keuangan,

Statistik

Perbankan

Sumber: Data sekunder diolah, 2010

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum lokal yang

beroperasi dan berkantor pusat di masing-masing negara yang menjadi obyek

penelitian serta telah melakukan merger di masing-masing Negara ASEAN

selama periode 1999-2004. Aktivitas merger tersebut telah terdaftar dan

tercantum dalam laporan tahunan bank sentral masing-masing negara. Populasi

penelitian yaitu berjumlah 50 bank dan membentuk 20 bank hasil merger. Setiap

bank menggunakan data pengamatan selama 5 tahun yaitu tahun 2005-2009.

Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling yang dipilih berdasarkan

kriteria – kriteria sebagai berikut :

Sampel di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand:

a. Bank hasil merger yang merupakan bank umum lokal yang

beroperasi dan berkantor di masing-masing negara yang menjadi

obyek penelitian (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand) yang

dibentuk pada periode 1999-2004.

b. Tanggal merger diketahui dengan jelas.

c. Bank hasil merger tidak terlibat permasalahan keuangan yang

buruk maupun melakukan merger baru dengan bank umum lain.

d. Bank hasil merger masih beroperasi pada tahun 2010 .

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

14

e. Terdapat data laporan keuangan bank hasil merger secara lengkap.

Penelitian ini menggunakan data pengamatan selama 5 tahun keuangan

yaitu tahun 2005-2009 dengan pertimbangan bahwa data pengamatan yang lebih

panjang dapat memberikan hasil yang lebih handal untuk meneliti dan

menganalisis pengaruh diversifikasi pendapatan, kualitas asset, efisiensi biaya,

kecukupan modal, likuiditas, efisiensi pengelolaan aset, dan pangsa pasar terhadap

kinerja bank hasil merger di ASEAN.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dokumenter,

sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data

tersebut diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, baik yang

dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. Data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini adalah laporan tahunan bank (annual report), laporan keuangan

(financial statement), data bank dari Bank Indonesia, website Bank Negara

Malaysia, Monetary Authority of Singapore, Bank of Thailand, Bursa Efek

Negara Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, serta data dari jurnal dan

artikel ilmiah, text book, dan internet.

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Merger dan Perbankan di ASEAN

Bagi negara-negara Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)

seperti Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand, akuisisi dan merger pada

awalnya dilakukan sebagai salah satu upaya penanggulangan krisis ekonomi Asia

1997 yang melanda sektor perbankan. Namun, seiring dengan tantangan dan

peluang yang semakin beragam di era gobalisasi, merger dan perbankan

dipandang sebagai salah satu solusi untuk mempertahankan eksistensi bank,

membangun kapabilitas, maupun menghadapi persaingan global. Dengan asumsi

bahwa semakin banyak jumlah uang yang ditabung oleh masyarakat maka jasa

keuangan bank semakin dibutuhkan. Dengan demikian pertumbuhan jumlah

tabungan dapat menstimulasi perbankan nasional di suatu Negara. Pertumbuhan

perbankan harus diimbangi dengan kapabilitas yang baik agar mampu bersaing

dengan perbankan lain di kawasan lokal, regional, maupun global.

Dalam peta perbankan ASEAN, perbankan Singapura memiliki

keunggulan dalam jumlah asset maupun tingkat kesehatan bank. Thailand dengan

jumlah bank yang tidak banyak, namun terdapat bank yang go international

seperti Bangkok Bank. Sementara untuk perbankan Malaysia, beberapa bank lokal

Malaysia melakukan ekspansi dengan membuka cabang di luar Negara Malaysia

maupun dengan melakukan merger dan akuisisi dengan bank lokal setempat.

Dilihat dari jumlah asset yang dimiliki bank di ASEAN, tiga bank Singapura

menjadi bank terbesar di ASEAN, yaitu DBS, UOB dan OCBC. Untuk perbankan

Indonesia, hanya Bank Mandiri yang mampu berada dalam sepuluh besar bank

yang memiliki assert terbesar di ASEAN. Sementara itu, Bank BRI, Bank BCA

dan Bank BNI masih berada di dua puluh besar. Sementara itu, bank-bank

Malaysia, seperti Maybank, CIMB, Public Bank dan Rashid Husein Bank berada

di jajaran sepuluh besar. Bank-bank Thailand yang berada di posisi tersebut

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

16

adalah Bangkok Bank, Krungthai Bank, Siam Commercial Bank dan Kasikorn

Bank (Biro Riset Info Bank dalam Teja, 2004).

4.1.2 Perolehan Sampel

Perolehan sampel dengan metode purposive sampling ditunjukkan oleh

tabel 4.1. Populasi bank umum yang melakukan merger di empat Negara ASEAN

selama periode 1999-2004 berjumlah 50 bank, dan membentuk 20 bank hasil

merger. Dari 20 bank hasil merger tersebut diperoleh 16 bank hasil merger yang

memenuhi kriteria yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Sampel tersebut

terdiri dari 3 bank Indonesia, 9 bank Malaysia, 2 bank Singapura, dan 2 bank

Thailand. Oleh karena setiap bank menggunakan data pengamatan selama 5 tahun

(2005-2009), maka pooled data time series yang diperoleh sebesar 80 sampel.

Namun terdapat 6 sampel yang harus dikeluarkan dalam penelitian ini karena

memiliki nilai data yang ekstrim (terlalu rendah), sehingga sampel yang

digunakan dalam penelitian ini berjumlah 74 sampel.

Tabel 4.1 Rincian Perolehan Sampel

Keterangan Indonesia Malaysi

a

Singapur

a

Thailan

d Jumlah

Bank yang melakukan merger

tahun 1999-2004 23 18 4 5 50

Bank hasil merger

tahun 1999-2004 5 10 2 3 20

Bank hasil merger yang

terlibat masalah keuangan

atau sudah tidak beroperasi

pada tahun 2010 2 1 0 1 4

Bank hasil merger (sampel) 3 9 2 2 16

Pooled data (5 tahun) 15 45 10 10 80

Data bernilai ekstrim 0 3 0 3 6

Sampel yang digunakan 15 42 10 7 74

Sumber: Data sekunder diolah, 2010

4.2 Analisis Data

4.2.1 Statistik Deskriptif

Melalui tabel 4.2 dapat diketahui bahwa terdapat 74 sampel yang diteliti.

Dari 74 sampel, rata-rata kinerja bank hasil merger yang diukur dengan return on

Page 17: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

17

equity (ROE) adalah 0.129018 atau 12.9% dengan standar deviasi sebesar

0.0505410. Rata-rata diversifikasi pendapatan dari 74 sampel yaitu 0.009509 atau

0.95%. Rata-rata Kualitas Aset yang diukur dengan rasio loan loss provision to

net interest income yaitu sebesar 1.062515. Rata-rata efisiensi biaya, likuiditas

dan pangsa pasar bank hasil merger masing-masing sebesar 43.73%, 79.81%, dan

11.4%, sedangkan rata-rata dari 74 sampel untuk variabel Modal dan Efisiensi

pengelolaan aset masing-masing sebesar 8.23% dan 1.08%.

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif 1

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PERFORM 74 .0118 .2596 .129018 .0505410

EARNDIVER 74 .0021 .0263 .009509 .0037473

ASSETQ 74 .1695 2.8787 1.062515 .5484560

COSTE 74 .2693 .7001 .437246 .0814102

CAPITAL 74 .0486 .1603 .082327 .0184151

LIQ 74 .4599 1.2536 .798092 .1514012

ROAA 74 .0009 .0335 .010785 .0051040

SHARE 74 .0199 .3822 .113955 .0970712

Valid N (listwise) 74

Sumber : Data sekunder diolah, 2010

Dalam Tabel 4.3, kode negara 1 merupakan negara Indonesia, 2 untuk

Malaysia, 3 untuk Singapura, dan 4 untuk Thailand. Tabel 4 menunjukkan bahwa

jumlah laporan keuangan bank hasil merger (sampel) di tiap negara observasi

berbeda. Namun, rata-rata kinerja bank hasil merger di empat negara tersebut

tidak terlalu berbeda. Rata-rata kinerja bank hasil merger di Indonesia, Malaysia,

Singapura, dan Thailand masing-masing yaitu 14.35%, 12.92%, 12.47%, dan

10.33%.

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif 2

Dependent Variable:PERFORM

Negara Mean Std. Deviation N

INDONESIA .143473 .0582070 15

MALAYSIA .129167 .0508111 42

SINGAPURA .124740 .0196236 10

THAILAND .103257 .0602162 7

Total .129018 .0505410 74

Sumber : Data sekunder diolah, 2010

Page 18: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

18

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Menurut Ghozali (2005), model regresi harus memenuhi semua asumsi

klasik agar memberikan hasil yang Best Linear Unbiased Estimator. Oleh karena

itu, sebelum melakukan analisis regresi, dilakukan uji asumsi klasik terlebih

dahulu.

4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005).

Dalam penelitian ini, pengujian normalitas dilakukan dengan analisis grafik dan

uji statistik. Berdasarkan tampilan grafik histogram dan grafik normal plot, maka

dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal atau mendekati normal. Grafik

histogram menunjukkan pola distribusi normal dan dalam grafik normal plot,

terlihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal.

Gambar 4.1 Histogram Normalitas Data

Gambar 4.2 Normal Plot

Page 19: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

19

Kedua grafik tersebut menunjukkan bahwa model regresi memenuhi

asumsi normalitas. Selain dengan menggunakan analisis grafik, dilakukan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas residual.

Tabel 4.4 menunjukkan nilai K-S adalah 0.751 dan signifikan pada 0.625

maka data residual terdistribusi secara normal. Hasil pengujian statistik konsisten

dengan analisis grafik, sehingga dapat dinyatakan bahwa asumsi normalitas

terpenuhi dalam model regresi.

Tabel 4.4 Pengujian One-Sample Kolmogorov-Smirnov

Unstandardized Residual

N 74

Normal Parametersa,,b

Mean .000000

Std. Deviation .0143363

Most Extreme Differences Absolute .087

Positive .087

Negative -.085

Kolmogorov-Smirnov Z .751

Asymp. Sig. (2-tailed) .625

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : Data sekunder diolah, 2010

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi di

antara variabel independen dalam model regresi. Dalam penelitian ini digunakan

analisis matrik korelasi antar variabel independen dan perhitungan nilai Tolerance

dan Variance Inflation Factor (VIF). Berdasarkan tabel 4.5 terlihat bahwa

korelasi tertinggi yaitu antara variabel Kualitas Asset dan Efisiensi pengelolaan

aset dengan nilai korelasi sebesar 55.4%. Nilai korelasi tersebut masih berada di

bawah 95%, maka dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas yang

serius.

Selain itu, tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance

kurang dari 0.10 atau memiliki nilai VIF lebih dari 10, yang berarti tidak terdapat

korelasi antar variabel yang nilainya melebihi 95%. Jadi dapat ditarik kesimpulan

bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

Page 20: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

20

Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .205 .019

10.877 .000

EARNDIVER .172 .540 .013 .318 .752 .759 1.317

ASSETQ -.008 .004 -.091 -2.022 .047 .601 1.663

COSTE -.078 .025 -.125 -3.163 .002 .775 1.290

CAPITAL -1.426 .124 -.520 -11.503 .000 .597 1.674

LIQ -.025 .012 -.074 -2.024 .047 .917 1.091

ROAA 9.695 .502 .979 19.330 .000 .475 2.104

SHARE -.017 .020 -.033 -.858 .394 .837 1.194

a. Dependent Variable: PERFORM

Coefficient Correlationsa

Model SHARE CAPITAL LIQ ASSETQ COSTE EARNDIVER ROAA

1 Correlations SHARE 1.000 -.062 .088 .089 .344 -.099 .010

CAPITAL -.062 1.000 -.085 .008 -.279 -.378 -.384

LIQ .088 -.085 1.000 -.082 .069 .146 .112

ASSETQ .089 .008 -.082 1.000 .165 -.119 .554

COSTE .344 -.279 .069 .165 1.000 -.006 .283

EARNDIVER -.099 -.378 .146 -.119 -.006 1.000 -.070

ROAA .010 -.384 .112 .554 .283 -.070 1.000

Covariances SHARE .000 .000 2.118E-5 7.322E-6 .000 -.001 .000

CAPITAL .000 .015 .000 3.866E-6 .000 -.025 -.024

LIQ 2.118E-5 .000 .000 -4.137E-6 2.073E-5 .001 .001

ASSETQ 7.322E-6 3.866E-6 -4.137E-6 1.722E-5 1.686E-5 .000 .001

COSTE .000 .000 2.073E-5 1.686E-5 .001 -7.981E-5 .003

EARNDIVER -.001 -.025 .001 .000 -7.981E-5 .292 -.019

ROAA .000 -.024 .001 .001 .003 -.019 .252

a. Dependent Variable: PERFORM

Sumber : Data sekunder diolah, 2010

Page 21: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

21

4.2.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah terdapat korelasi antar

kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1 dalam model regresi.

Untuk mendeteksi autokorelasi, dilakukan Run Test. Run Test digunakan untuk

melihat apakah data residual terjadi secara sistematis (tidak acak) atau random

(acak).

Tabel 4.6 Uji Run-Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.0017

Cases < Test Value 37

Cases >= Test Value 37

Total Cases 74

Number of Runs 34

Z -.936

Asymp. Sig. (2-tailed) .349

a. Median

Sumber : Data sekunder diolah, 2010

Hasil Run Test menunjukkan bahwa nilai test adalah -0.0017 dengan

probabilitas 0.349. Nilai probabilitas lebih tinggi dari α=0.05, sehingga dapat

disimpulkan bahwa residual terjadi secara random (acak) atau tidak terjadi

autokorelasi antar nilai residual.

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Pendeteksian heteroskedastisitas dilakukan dengan analisis grafik plot antara

nilai prediksi variabel independen yaitu ZPRED dengan residualnya yaitu

SRESID. Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa tidak terdapat pola yang jelas

dalam grafik plot tersebut, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas dalam model regresi.

Page 22: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

22

Gambar 4.3. Grafik Scatteplot

Sumber : Data sekunder diolah, 2010

4.2.3 Analisis Regresi Berganda

Pengujian hipotesis (H1, H2, H3, H4, H5, H6, H7) terhadap faktor-faktor

yang mempengaruhi kinerja bank hasil merger di ASEAN dilakukan dengan

menggunakan analisis regresi berganda.

4.2.3.1 Uji Koefisien Determinasi

Dari tampilan output SPSS Model Summary, besarnya adjusted R2 yaitu

0.911. Hal tersebut menunjukkan bahwa 91.1% variasi PERFORM dapat

dijelaskan oleh variasi dari variabel independen variabel EARNDIVER.

ASSETQ, COSTE, CAPITAL, LIQ, ROAA, dan SQSHARE sedangkan sisanya,

8.9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model.

Tabel 4.6 Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .959a .920 .911 .0150774

a. Predictors: (Constant), SHARE, CAPITAL, LIQ, ASSETQ, COSTE,

EARNDIVER, ROAA

Sumber: Data sekunder diolah, 2010.

4.2.3.2 Uji Pengaruh Simultan (F Test)

Uji pengaruh simultan digunakan untuk menguji apakah variabel

independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen.

Page 23: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

23

Dalam Tabel 4.7 terlihat bahwa nilai F test sebesar 107.753 dan signifikan pada

0.000, yang berarti variabel EARNDIVER. ASSETQ, COSTE, CAPITAL, LIQ,

ROAA, SQSHARE secara simultan mempengaruhi variabel PERFORM.

Tabel 4.7 Uji Pengaruh Simultan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .171 7 .024 107.753 .000a

Residual .015 66 .000

Total .186 73

a. Predictors: (Constant), SHARE, CAPITAL, LIQ, ASSETQ, COSTE, EARNDIVER, ROAA

b. Dependent Variable: PERFORM

Sumber: Data sekunder diolah, 2010

.

4.2.3.4 Uji Pengaruh Parsial (t-Test)

Uji parsial digunakan untuk menguji apakah masing-masing variabel

independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).

Pengujian H1 menguji apakah diversifikasi pendapatan merupakan faktor yang

dapat memberikan pengaruh positif terhadap kinerja bank hasil merger. Derajat

kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebesar 5%. H1 dapat

diterima apabila besarnya probabilitas signifikansi (p) tidak melebihi 0.05.

Berdasarkan tabel 4.8, nilai koefisien regresi EARNDIVER bernilai positif

sebesar 0.172 dan tidak signifikan pada 0.05. Hal tersebut dapat dilihat dari

probabilitas signifikansi untuk EARNDIVER sebesar 0.752, jauh di atas 0.05.

Berdasarkan hasil regresi dan kriteria pengujian, maka dapat dinyatakan bahwa

H1 ditolak. Dengan demikian, diversifikasi pendapatan tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap kinerja bank hasil merger.

Hipotesis 2 (H2) menyatakan bahwa kualitas aset berpengaruh negatif

terhadap kinerja bank hasil merger. Pada hasil analisis regresi dapat dinyatakan

bahwa variabel ASSETQ memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.008 atau -

0.8% dengan standar eror sebesar 0.004, dan nilai koefisien regresi tersebut

signifikan pada 0.05. Dengan demikian, H2 diterima atau tidak ditolak yaitu

Page 24: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

24

kualitas aset yang diproksi dengan loan loss provision to net interest revenue ratio

berpengaruh negatif terhadap kinerja bank hasil merger.

Hipotesis 3 (H3) menyatakan bahwa efisiensi biaya berpengaruh negatif

terhadap kinerja bank. Pada =0.05, H3 akan diterima apabila besarnya

probabilitas signifikansi (p) tidak melebihi 0.05. Berdasarkan tabel 4.9 variabel

COSTE memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.078 atau -0.78% dan signifikan

pada 0.003. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hipotesis H3 yang diajukan

dalam penelitian ini diterima, yaitu bahwa efisiensi biaya berpengaruh negatif

terhadap kinerja bank hasil merger.

Tabel 4.9 Uji Pengaruh Parsial

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .205 .019 10.877 .000

EARNDIVER .172 .540 .013 .318 .752

ASSETQ -.008 .004 -.091 -2.022 .047

COSTE -.078 .025 -.125 -3.163 .002

CAPITAL -1.426 .124 -.520 -11.503 .000

LIQ -.025 .012 -.074 -2.024 .047

ROAA 9.695 .502 .979 19.330 .000

SHARE -.017 .020 -.033 -.858 .394

a. Dependent Variable: PERFORM

Sumber: Data sekunder diolah, 2010.

Hipotesis 4 (H4) menyatakan bahwa tingkat kecukupan modal

berpengaruh positif terhadap kinerja bank. Berdasarkan tabel 4.9 variabel

CAPITAL memiliki nilai koefisien regresi sebesar -1.434 atau -143.4% dan

signifikan pada 0.000. Besarnya probabilitas signifikansi (p) variabel CAPITAL

signifikan pada 0.05, namun arah hubungan antara variabel CAPITAL dengan

PERFORM tidak sesuai dengan arah hubungan hipotesis yang diajukan,

melainkan menunjukkan hubungan yang negatif. Dengan demikian, H4 ditolak,

kecukupan modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja bank hasil

merger.

Page 25: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

25

Hipotesis 5 (H5) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif

terhadap kinerja bank. Variabel likuiditas memiliki nilai koefisien regresi sebesar

-0.025 atau -2.5% dan signifikan pada 0.046. Nilai probabilitas sebesar 0.046

kurang dari 0.05, sehingga Hipotesis 5 (H5) diterima. Hal tersebut menunjukkan

bahwa likuiditas yang diproksi dengan loan to deposit ratio berpengaruh negatif

terhadap kinerja bank hasil merger.

Hipotesis 6 (H6) yaitu efisiensi pengelolaan aset berpengaruh positif

terhadap kinerja bank. Berdasarkan tabel 4.9 variabel ROAA memiliki nilai

koefisien regresi sebesar 9.708 atau 970.8% dengan standar error sebesar 0.502

dan signifikan pada 0.000. Besarnya probabilitas signifikansi (p) variabel ROAA

tidak melebihi 0.05, sehingga H5 diterima atau tidak ditolak. Dengan demikian

dapat dinyatakan bahwa efisiensi pengelolaan aset berpengaruh positif terhadap

kinerja bank hasil merger.

Hipotesis 7 (H7) yaitu pangsa pasar berpengaruh positif terhadap kinerja

bank. Berdasarkan tabel 4.9, nilai koefisien regresi pangsa pasar bernilai positif

sebesar -0.011 namun tidak signifikan pada 0.05. Hal tersebut dapat dilihat dari

probabilitas signifikansi pangsa pasar sebesar 0.445, jauh di atas 0.05. Oleh

karena itu, dapat dinyatakan bahwa H7 ditolak, maka pangsa pasar tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja bank hasil merger.

4.2.4 Uji Analysis of Variance (ANOVA)

Pengujian hipotesis (H8) terhadap perbandingan kinerja antara bank hasil

merger di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand dilakukan dengan

menggunakan uji statistik One-Way ANOVA. Dalam model ANOVA ini, akan

diuji apakah rata-rata variabel kinerja bank hasil merger berbeda atau sama untuk

bank hasil merger di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Levene’s test of homogeneity of variance digunakan untuk menguji asumsi

ANOVA apakah setiap grup (kategori) variabel independen memiliki variance

yang sama. Hasil levene test menunjukkan bahwa nilai F test sebesar 2.356 dan

tidak signifikan pada 0.05, yang berarti hipotesis nol diterima yang menyatakan

Page 26: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

26

variance sama diterima, yang berarti asumsi ANOVA terpenuhi bahwa variance

sama.

Tabel 4.10 Levene's Test

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

Dependent Variable:PERFORM

F df1 df2 Sig.

2.356 3 70 .079

Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + Negara

Sumber : Data sekunder diolah, 2010

Nilai F hitung sebesar 294.856 untuk intercept dan signifikan pada 0.05,

namun variabel Negara memiliki nilai F sebesar 1.041 dan tidak signifikan pada

0.05. Oleh karena variabel negara tidak signifikan pada 0.05 maka dapat

disimpulkan bahwa variabel negara tidak mempengaruhi variabel PERFORM.

Tabel 4.11 Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:PERFORM

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .008a 3 .003 1.041 .380

Intercept .752 1 .752 294.856 .000

Negara .008 3 .003 1.041 .380

Error .179 70 .003

Total 1.418 74

Corrected Total .186 73

a. R Squared = .043 (Adjusted R Squared = .002)

Sumber: Data sekunder diolah, 2010.

Turkey test memberikan informasi tambahan melalui tabel 4.11. Tabel ini

memberikan informasi nilai rata-rata dari variabel independen. Berdasarkan subset

1, dapat dinyatakan bahwa rata-rata kinerja bank hasil merger, yang diproksi

dengan ROE, antara bank-bank merger di negara Indonesia, Malaysia, Singapura

dan Thailand tidak berbeda secara statistik.

Page 27: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

27

Tabel 4.12 Homogeneous Subset

PERFORM

Negara N

Subset

1

Tukey HSDa,,b,,c

THAILAND 7 .103257

SINGAPURA 10 .124740

MALAYSIA 42 .129167

INDONESIA 15 .143473

Sig. .217

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = .003. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000.

b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.

c. Alpha = .05.

Sumber : Data sekunder diolah, 2010

4.2 Interpretasi Hasil

4.2.1 Diversifikasi Pendapatan

Hasil pengujian terhadap Hipotesis 1 (H1) menunjukkan bahwa H1 ditolak

dan H0 diterima, yaitu diversifikasi pendapatan tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap kinerja bank hasil merger. Penelitian ini tidak menemukan

bukti empiris mengenai pengaruh yang signifikan dari diversifikasi pendapatan

yang diproksi dengan perbandingan pendapatan operasional lainnya dengan total

asset terhadap kinerja bank hasil merger di ASEAN, yang diproksi dengan return

on equity (ROE). Hasil penelitian ini sejalan oleh hasil penelitian Altunbas dan

Ibanez (2004), yang menemukan bukti bahwa perbedaan pada tipe bisnis antara

bank maupun entitas lain yang di merger dengan bank hasil merger menyebabkan

memburuknya kinerja bank hasil merger. Bank hasil merger tidak dapat

melakukan diversifikasi pendapatan karena dengan melakukan usaha diluar core

business-nya, akan mengakibatkan penurunan pada profitabilitas bank.

Diversifikasi pendapatan tidak berpengaruh secara signifikan pada kinerja

bank hasil merger dapat dikarenakan sebagian besar manajemen bank di kawasan

ASEAN masih lebih mengutamakan pendapatan yang berasal dari kegiatan utama

Page 28: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

28

bank. Bank cenderung fokus pada core business-nya sehingga inovasi keuangan

dan diversifikasi pendapatan yang diperoleh dari sumber pendapatan selain dari

aktivitas intermediasi masih terbatas atau tidak terlalu berkembang atau apabila

berkembang tidak terlalu signifikan. Sebagai konsekuensinya, pendapatan dari

sumber baru diluar dari kegiatan intermediasi bank tidak dapat memberi

kontribusi yang besar bagi profitabilitas bank hasil merger. Said, Nor, Low,

Rahman (2008) menyimpulkan bahwa bank menjadi lebih fokus pada aktivitas

intermediasi untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih yang tinggi. Dengan

berfokus pada aktivitas intermediasi diharapkan dapat dihasilkan profitabilitas

yang tinggi, yang mampu mengakomodasi kegiatan operasional periode

berikutnya, sehingga tidak memerlukan adanya sumber pendapatan baru.

4.2.2 Kualitas Aset

Hasil pengujian terhadap Hipotesis 2 (H2) menunjukkan bahwa H2

diterima, yaitu kualitas asset berpengaruh negatif terhadap kinerja bank hasil

merger di ASEAN. Dalam penelitian ini, kualitas asset diproksi dengan rasio loan

loss provision to net interest income (LLP/NII). Semakin tinggi nilai LLP/NII

maka semakin rendah nilai dan kualitas kredit yang disalurkan bank. Kredit yang

diberikan kepada pihak ketiga merupakan salah satu komponen aset produktif,

dengan demikian kualitas kredit yang buruk mengindikasikan kualitas aset yang

buruk dan beragam pula. Kredit yang bermasalah berdampak pada penurunan

pendapatan bunga yang diakibatkan oleh belum atau tidak tertagihnya kredit yang

diberikan beserta bunga kredit. Pada akhirnya hal tersebut akan mempengaruhi

profitabilitas bank. Semakin rendah kualitas aset atau semakin beragam kualitas

aset suatu bank yang menyebabkan tingginya penyisihan kerugian aset produktif

(loan loss provision) dan semakin rendah pendapatan bunga bersih bank, maka

semakin rendah pula kinerja bank hasil merger. Dan sebaliknya, semakin baik

kualitas aset, yang mana kualitas kredit semakin baik sehingga jumlah penyisihan

kerugian aset produktif semakin kecil, maka semakin baik pula kinerja bank hasil

merger.

Page 29: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

29

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Said, Nor, Low,

Rahman (2008) yang menemukan bahwa cadangan atau penyisihan kerugian

kredit akan memakan porsi yang besar pada laba bank. Dengan kata lain, semakin

tinggi penyisihan kerugian kredit akibat buruknya kualitas aset akan menyebabkan

penurunan pada laba bank. Loan loss reserve ratio (LLRR) berpengaruh secara

signifikan pada ROE bank dan mempunyai hubungan yang berkebalikan atau

negatif. Semakin besar rasio LLR maka semakin kecil nilai ROE bank.

Memburuknya kinerja bank pasca merger dapat terjadi karena bank memiliki

kualitas aset yang sangat beragam (Altunbas dan Ibanez, 2004). Ismail, Davidson,

dan Frank (dalam Ravichandran dan Alkhathlan, 2010) menemukan bahwa

tingkat profitabilitas yang rendah dapat diakibatkan oleh kebijakan kredit yang

terlalu konservatif. Jika kebijakan kredit terlalu konservatif, maka penyisihan

kerugian pinjaman akan segera ditaksir dan seringkali disajikan telalu tinggi.

Kualitas aset yang diproksi dengan rasio LLP/NII digunakan untuk

mengestimasi kerugian pinjaman yang potensial yang termasuk salah satu

pengukuran kualitas asset. Kualitas aset yang beragam dapat menimbulkan

penurunan pada laba bank, untuk itu bank perlu menerapkan penyeleksian debitor

secara hati-hati dan pengestimasian penyisihan kerugian tidak boleh terlalu

konservatif sebab dapat menimbulkan informasi yang kurang handal terkait

dengan laba bank.

4.2.3 Efisiensi Biaya

Cost to income ratio menggambarkan seberapa efisien aktivitas operasi

bank yang dikelola oleh manajemen. Cost to income ratio yang tinggi dapat

disebabkan oleh beban overhead yang tinggi maupun penurunan pada pendapatan

operasi. Rasio cost to income yang tinggi mengindikasikan adanya pemborosan

beban overhead maupun ketidakefisiensian kegiatan operasional bank, yang akan

berdampak pada penurunan laba bank. Bank mengeluarkan banyak pengeluaran

dalam proses operasinya namun tidak mampu menghasilkan pendapatan yang

tinggi. Hasil pengujian terhadap Hipotesis 3 (H3) menunjukkan bahwa H3

Page 30: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

30

diterima, yaitu efisiensi biaya yang diukur dengan cost to income ratio memiliki

pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja bank hasil merger di ASEAN.

Dengan demikian, semakin tinggi rasio CIR, maka kinerja bank akan semakin

menurun, dan sebaliknya, semakin rendah rasio CIR, maka kinerja bank akan

meningkat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sufian, Majid, Haron

(2007) yang menemukan bahwa profitabilitas yang rendah dapat disebabkan oleh

kemerosotan dalam efisiensi biaya. Manajemen bank tidak mampu

mengefisiensikan biaya yang dikeluarkan sehingga operasi bank tidak dapat

menghasilkan profitabilitas yang tinggi pula. Said, Nor, Low, Rahman (2008)

menemukan bukti empiris bahwa koefisien efisiensi biaya berpengaruh negatif

dan signifikan pada ROE bank. Ketidakmampuan manajemen menjalankan

aktivitas operasional bank dengan efisien akan terlihat dari peningkatan jumlah

beban yang terjadi dan sebagai konsekuensinya akan memberikan dampak yang

buruk pada profitabilitas bank secara keseluruhan.

4.2.4 Kecukupan Modal

Hasil pengujian terhadap Hipotesis 4 (H4) menunjukkan bahwa H4 tidak

diterima karena arah hubungan antara variabel kecukupan modal dengan kinerja

bank hasil merger pada hasil pengujian tidak sesuai dengan arah hubungan pada

hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian ini, kecukupan modal diproksikan

dengan rasio capital to total assets untuk mengukur kemampuan permodalan bank

dalam menutup kemungkinan penurunan asset akibat berbagai kerugian yang

tidak dapat dihindarkan. Hubungan negatif antara kecukupan modal dengan

kinerja bank hasil merger dapat disebabkan oleh adanya penurunan asset yang

tidak dapat dihindarkan, seperti banyaknya kredit bermasalah, sehingga perlu ada

penyisihan kerugian kredit maupun penghapusan kredit yang tidak mungkin lagi

dapat ditagih.

Penurunan asset akibat adanya kerugian pada kredit yang diberikan

menjadikan bank harus menggunakan modalnya untuk membantu menutup

kerugian tersebut. Kemudian secara tidak langsung, hal tersebut mempengaruhi

Page 31: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

31

kinerja bank hasil merger. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian

Eibel (1996) yang menyatakan bahwa rasio capital-to-assets berpengaruh negatif

terhadap return on equity (ROE). Tingkat kapitalisasi yang tinggi menunjukkan

ketidakefisienan dalam pemakaian modal. Bagi lembaga keuangan, capital-to-

assets ratio yang tinggi sering kali tidak konsisten dengan pemaksimalan

kekayaan pemegang saham.

4.2.5 Likuiditas

Analisis likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar

kemampuan bank dalam membayar kewajibannya serta dapat memenuhi

permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Secara umum, entitas

dapat menyediakan kebutuhan likuiditasnya melalui salah satu dari dua cara

berikut: (1) dengan memegang asset likuid, dan (2) dengan mengeluarkan

kewajiban baru pada harga yang logis (MacDonald dan Koch, 2006). Likuiditas

diproksi dengan rasio loan to deposit. Semakin besar rasio LDR menunjukkan

semakin besar pula porsi kredit yang disalurkan kepada debitor dari dana pihak

ketiga. Hal ini mengindikasikan bahwa bank tidak likuid, yang mana nasabah

akan kesulitan dalam memperoleh dana karena dana yang dimiliki bank sebagian

besar digunakan untuk penyaluran kredit. Bank merger yang dapat memperoleh

manajemen likuiditas yang lebih baik secara tidak langsung akan berimbas pada

kinerja yang lebih baik (Altunbas dan Ibanez, 2004).

Berdasarkan hasil uji hipotesis H5 dapat disimpulkan bahwa H5 diterima

yaitu likuiditas yang diproksi dengan loan to deposit ratio (LDR) berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap kinerja bank yang diproksi dengan return on

equity. Semakin tinggi rasio LDR yang mengindikasikan semakin manajemen

likuiditas bank yang kurang baik, maka akan berimbas pada ROE yang rendah,

yang berarti kinerja bank menurun. Dan sebaliknya, semakin rendah rasio LDR,

yang menandakan manajeman likuiditas yang lebih baik, maka semakin tinggi

rasio ROE, yang berarti kinerja bank mengalami peningkatan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Said, Nor, Low, Rahman

(2008) yang menyatakan bahwa rasio LDR yang tinggi dapat disebabkan oleh

tingginya tingkat kredit yang diberikan atau rendahnya tingkat dana pihak ketiga.

Page 32: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

32

LDR diproksi sebagai risiko likuiditas bank. Rasio LDR yang tinggi

mengindikasikan bahwa posisi likuiditas bank beresiko. Posisi yang beresiko bagi

bank dapat disebabkan oleh kenaikan portofolio kredit atau penurunan jumlah

dana pihak ketiga.

4.2.6 Efisiensi pengelolaan aset

Aset merupakan poin utama yang memberi pengaruh langsung bagi

pencapaian sasaran-sasaran dan tujuan entitas, termasuk mendapatkan

profitabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, setiap entitas berusaha untuk

mengendalikan dan mengelola aset yang dimilikinya dengan sebaik-baiknya.

Pengelolaan aset secara efisien terkait dengan peran manajemen suatu entitas.

Entitas harus memiliki manajemen yang handal dalam mengelola aset sehingga

menghasilkan kinerja yang tinggi. Menurut Nakamura (2010), perusahaan yang

efisien diharapkan mampu menghasilkan kinerja yang tinggi sebaliknya kinerja

yang buruk dapat disebabkan oleh manajemen yang tidak efisien. Pengelolaan aset

secara efisien oleh manajemen diharapkan mampu meningkatkan profitabilitas

dan kinerja bank secara keseluruhan. Efisiensi pengelolaan aset yang diproksikan

dengan return on average assets (ROAA) digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengelola aset secara efisien sehingga dapat

menghasilkan laba yang besar.

Hasil pengujian hipotesis H6 menunjukkan bahwa efisiensi pengelolaan

aset yang diproksi dengan return on average assets (ROAA) berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kinerja bank yang diproksi dengan return on equity.

Semakin besar nilai ROAA maka manajemen semakin efisiesn dalam mengelola

asset bank sehingga profitabilitas bank akan meningkat, yang berarti kinerja bank

semakin membaik. Namun sebaliknya, semakin kecil nilai ROAA maka

manajemen dianggap kurang mampu mengelola asset bank secara efisien sehingga

profitabilitas bank akan menurun, yang berarti kinerja bank menurun pula.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Uri (1988) dalam

Nakamura (2010) yang menyatakan bahwa ketidakefisienan perusahaan

berhubungan dengan kinerja. Perusahaan yang efisien seringkali memiliki kinerja

Page 33: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

33

yang tinggi. Menurut Hungenberg, Wulf dan Stein (2005), kemampuan

manajemen dalam mengelola perusahaan secara baik dapat meningkatkan kinerja

perusahaan setelah akuisisi. Hasil penelitian ini mendukung gagasan bahwa

peningkatan pendapatan diperoleh melalui skala ekonomis, yang mana

peningkatan skala ekonomis bank dalam hal ini diperoleh melalui aktivitas

merger. Peningkatan skala ekonomi (economies of scale), berarti sumber daya

dimanfaatkan secara lebih ekonomis. Hal tersebut mengimplikasikan penurunan

biaya per-unit yang berasal dari peningkatan ukuran atau skala operasi

perusahaan. Penurunan biaya dan peningkatan ukuran (aset) bank sebagai

konsekuensinya akan meningkatkan profitabilitas.

4.2.7 Pangsa Pasar

Hasil pengujian terhadap Hipotesis 7 (H7) menunjukkan bahwa pangsa

pasar tidak berpengaruh secara signifikan pada kinerja bank hasil merger atau H7

ditolak. Pangsa pasar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja bank

hasil merger dapat dikarenakan oleh besarnya kredit atau pinjaman yang menjadi

kurang lancar selama krisis sehingga menyebabkan profitabilitas melemah.

Walaupun pangsa pasar bank hasil merger di ASEAN terbilang cukup besar,

namun tingginya biaya kredit dan adanya krisis global tahun 2008 yang

berdampak pada perbankan di ASEAN menyebabkan penurunan pada kinerja

bank hasil merger.

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Heggested (1977)

dalam Masood, Aktan dan Chaundhary (2009) yang menemukan bukti empiris

bahwa jumlah dana pihak ketiga memiliki dampak negatif terhadap profitabilitas

bank komersial. Disamping itu, penelitian ini didukung oleh hasil penelitian

Haron dan Azmi (2004) dalam Masood, Aktan dan Chaundhary (2009)

menyatakan bahwa pangsa pasar tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas

bank.

4.2.8 Perbedaan Kinerja Bank Hasil Merger di ASEAN

Hasil pengujian hipotesis (H8) menunjukkan bahwa H8 ditolak. Maka

dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja

Page 34: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

34

bank hasil merger yang diproksi dengan return on equity (ROE) di negara

Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Bank hasil merger di Indonesia

memiliki nilai rata-rata kinerja yang tertinggi dibanding tiga negara lainnya,

kemudian Malaysia, Singapura dan Thailand.

Kinerja bank hasil merger yang lebih tinggi dibanding negara lain

disebabkan oleh semakin membaiknya sistem perbankan Indonesia setelah adanya

Arsitektur Perbankan Indonesia serta meningkatnya kinerja dan momentum bank

Mandiri secara konsisten. Bank Mandiri merupakan salah satu dari bank hasil

merger yang menjadi sampel penelitian. Namun, secara statistik tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara kinerja antara bank hasil merger di Indonesia,

Malaysia, Singapura, dan Thailand. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kondisi

pertumbuhan produk domestik bruto yang lebih kuat dan porsi tabungan dalam

produk domestik bruto yang meningkat di negara ASEAN sehingga berimbas

pada pertumbuhan perbankan yang menstimulasi kinerja bank hasil merger di

ASEAN. Kinerja bank hasil merger yang tinggi harus tetap dipertahankan, bahkan

ditingkatkan agar mampu menghadapi pertumbuhan dan persaingan sektor

perbankan baik di level ASEAN maupun global.

Page 35: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

35

PENUTUP

5.1. Simpulan

Penelitian ini dilakukan dengan menguji hipotesis tentang pengaruh

diversifikasi pendapatan, kualitas asset, pengendalian biaya, tingkat kecukupan

modal, likuiditas, efisiensi pengelolaan aset, dan pangsa pasar terhadap kinerja

bank hasil merger di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Selain itu,

penelitian ini membandingkan dan menganalisis kinerja bank hasil merger di

Negara Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Berdasarkan pada hasil dan

analisis data pada bagian sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Diversifikasi pendapatan yang dilakukan bank hasil merger tidak

mempengaruhi kinerja bank hasil merger.

2. Kualitas aset yang diproksi dengan loan loss provision to net interest

income ratio berpengaruh negatif terhadap kinerja bank hasil merger.

3. Efisiensi biaya yang diproksi dengan cost to income ratio berpengaruh

negatif terhadap kinerja bank hasil merger.

4. Kecukupan modal tidak berpengaruh terhadap kinerja bank hasil

merger.

5. Likuiditas berpengaruh negatif terhadap kinerja bank hasil merger.

6. Efisiensi pengelolaan aset berpengaruh positif terhadap kinerja bank

hasil merger.

7. Besarnya pangsa pasar bank hasil merger tidak mempengaruhi kinerja

bank hasil merger.

8. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja bank hasil

merger yang diproksi dengan return on equity (ROE) antara bank hasil

merger di Negara Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand.

5.2. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini memiliki lingkup yang cukup spesifik, yaitu berfokus

pada kinerja bank hasil merger, tidak membandingkan kinerja bank

hasil merger dengan bank yang tidak merger maupun dengan kinerja

bank sebelum merger.

Page 36: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

36

2. Bank merger yang diamati dalam penelitian ini merupakan bank

umum domestik atau lokal yang melakukan merger di negara- negara

ASEAN yang menjadi obyek penelitian, yaitu bank lokal yang merger

di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.

5.3. Saran

1. Bagi penelitian mendatang disarankan untuk memperluas lingkup

penelitian, seperti membandingkan kinerja bank sebelum dan setelah

merger maupun membandingkan kinerja bank hasil merger dengan

kinerja bank yang tidak merger agar penelitian menjadi lebih

bervariasi.

2. Sampel dalam penelitian mendatang diharapkan tidak hanya mencakup

merger bank domestik yang ada di suatu negara melainkan juga

mencakup merger yang dilakukan oleh bank swasta, bank campuran

maupun bank asing di suatu negara. Dengan demikian dapat diteliti

apakah terdapat perbedaan kinerja bank hasil merger yang diakibatkan

oleh jenis bank yang melakukan merger.

3. Penelitian mendatang dapat menambahkan variabel kontrol yaitu

kinerja bank pengakuisisi sebelum merger dan variabel independen

yang berhubungan dengan sensitivitas pasar, seperti harga saham.

Page 37: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

37

DAFTAR PUSTAKA

Adams, Chris dan Andy Neely. 2000. “The Performance Prism to Boost M&A

Success. Measuring Business Excellence.” h.19-23. Diakses tanggal 26

Mei 2010, dari Emerald Insight.

Allen D danV. Boobal-Batchelor. 2005. “The Role Of Post-Crisis Bank Mergers

In Enhancing Efficiency Gains And Benefits To The Public In The

Context Of A Developing Economy: Evidence From Malaysia”, h. 2275-

2282. Diakses tanggal 25 Mei 2010, dari situs google.

Altunbas, Yener dan David Marques Ibanez. 2004. “Mergers and Acquisitions and

Bank performance In Europe: The Role of Strategic Similarities.”

European Union Working Paper Series, No. 398. Diakses tanggal 23 Mei

2010, dari Social Science Research Network (SSRN) Electronic Library.

American Marketing Association. 1995-2010. “Dictionary”

http://www.marketingpower.com/_layouts/dictionary.aspx?dLetter=M,

diakses tanggal 28 Desember 2010.

Asworo, Hendri T. 2010. “Bank Nasional Naik Peringkat.”

http://bataviase.co.id/node/153988, diakses 25 Oktober 2010.

Baker, Richard E., Valdean C. Lembko, dan Thomas E. King. 2005. Akuntansi

Keuangan Lanjutan. Jakarta: Salemba Empat.

Bank Indonesia, 1999-2006, Direktori Perbankan Indonesia, Jakarta.

Bank Indonesia, 2008, Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, Jakarta.

Bank Indonesia, 2009, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, Jakarta.

Bank Indonesia, 2010, Statistik Perbankan Indonesia, Jakarta.

Bank Mandiri. 2010. “Bank Mandiri Optimalkan Momentum Pertumbuhan”

http://ir.bankmandiri.co.id/phoenix.zhtml?c=146157&p=irol-

newsArticle&ID=1456125&highlight=kinerja, diakses 9 Desember 2010.

Beams, Floyd A., dan Amir Abadi Jusuf. 2004. Akuntansi Keuangan Lanjutan di

Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Page 38: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

38

Bisnis Indonesia Online. 2009 “Mediasi, Konsolidasi Bank Lambat.”

http://bisnis.com, diakses 25 Oktober 2010.

David, Fred R. 2005. Strategic Management: Manajemen Strategis Konsep.

Jakarta: Salemba Empat.

DeLong, Gayle L. 2001. “Focusing Versus Diversifying Bank Mergers:Analysis

of Market Reaction and Long-Term Performance.” Diakses tanggal 23

Mei 2010, dari Social Science Research Network (SSRN) Electronic

Library.

Dendawijaya, Lukman. 2004. Lima Tahun Penyehatan Perbankan Nasional

(1998-2003). Bogor: Ghalia Indonesia.

Dwyer, Michael. 2006. “Southeast Asian GDP Growth May Slow, Thailand May

Accelerate”http://www.bloomberg.com/apps/news?pid=newsarchive&sid=

ai166XPjHrmo&refer=asia, diakses tanggal 26 Mei 2010.

Dymski, Gary A., 2002. “The Global Bank Merger Wave: Implications for

Developing Countries.” h. 435–466. Diakses tanggal 25 Mei 2010, dari

dari Emerald Insight.

Eibel, James. 1996. “The effect of public involvement on firm inefficiency:

evidence using Japanese private firms”

http://www.fhlbi.com/news/bckissues/insider14.htm, diakses tanggal 12

Desember 2010.

Epstein, Barry J., dan Eva K. Jermakowics. 2007. IFRS 2007. New Jersey: John

Wiley & Sons, Inc.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hadiwerdoyo, Cyrillus Harinowo. 2010. “Outlook Perbankan 2010”,

http://www.perbanas.org, diakses 18 September 2010.

Hanafi, Mahmud M.dan Abdul Halim. 2000. Analisis Laporan Keuangan.

Yogyakarta:UPP AMP-YKPN.

Helfert, Erich A. 1996. Teknik Analisis Keuangan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Page 39: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

39

Hitt, Michael A., Jeffrey S. Harrison, dan R. Duane Ireland. 2002. Merger dan

Akuisisi Panduan Meraih Laba Bagi Para Pemegang Saham. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Hungenberg, Harald, Torsten Wulf dan Philipp Stein. 2005. “Top management

turnover following acquisitions - An empirical analysis of the relationship

between executive departure and pre- as well as post-acquisition

performance in German companies”. Diakses tanggal 12 Desember 2010

dari situs google.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009, Pernyatan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK) No.22 Tentang Akuntansi Penggabungan Usaha, Jakarta.

International Monetary Fund, 2010, Regional Economic Outlook : Asia and

Pasific, Washington, USA.

Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield. 2007. Intermediate

Accounting. 12th

ed. Asia: John Wiley & Sons.

Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan

Aplikasi. Yogyakarta : BPFE.

Kuncoro, Mudrajad. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif.

Jakarta: Erlangga.

MacDonald, S. Scott dan Timothy W. Koch. 2006. Management of Banking. 6th

ed. USA: Thomson South-Western.

Masood, Omar, Bora Aktan, dan Sahil Chaudhary. 2009. “An Empirical Study on

Banks Profitability in the KSA: A Co-Integration Approach”, h.374-382.

Diakses tanggal 9 Desember 2010, dari

http://www.academicjournals.org/AJBM

Mishkin, Frederic S. 2008. Ekonomi Uang, Perbankan, dan Pasar Keuangan.

Jakarta: Salemba Empat.

Montgomery, Heather. 2003. “The Role of Foreign Banks in Post-Crisis Asia: The

Importance of Method of Entry.” Diakses tanggal 23 Mei 2010, dari Social

Science Research Network (SSRN) Electronic Library.

Mulyana, Bambang. 2009. “Membangun Kapabilitas Perbankan Nasional Melalui

Merger,” dalam Bank dan Manajemen, Ed. Maret-April, h.12-18.

Page 40: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

40

Nakamura, Eri. 2010. “The effect of public involvement on firm inefficiency:

evidence using Japanese private firms, “ Diakses tanggal 12

Desember 2010, dari Spingerlink.

Pasiouras, Fotios dan Constantin Zopounidis. 2008. “Consolidation in the Greek

banking industry: which banks are acquired?.” Managerial Finance, Vol.

34, No. 3, h. 198-213. Diakses tanggal 26 Mei 2010, dari Emerald Insight.

Portal Human Capital. 2005. “Kiat Sukses Merger dan Akuisisi”,

http://www.portalhr.com, diakses 18 September 2010.

Raharjo, Budi. 2005. Laporan Keuangan Perusahaan membaca, memahami, dan

menganalisis. Yogyakarta: Gadjah mada university press.

Ravichandran, K., dan Khalid Abdullah Alkhathlan. 2010. “Market Based

Mergers- Study on Indian & Saudi Arabian Banks.” International Journal

of Economics and Finance, Vol.2, No.1, h.147-153. Diakses tanggal 26

Mei 2010, dari CCSE.

Reed, Stanley Foster dan Alexandra Reed Lajoux. 1999. The Art of M&A: A

Merger Acquisition Buyout Guide. USA: McGraw-Hill.

Sabeni, Arifin. 2005. Pokok-pokok Akuntansi Lanjutan. Yogyakarta: Liberty.

Said, Rasidah Mohd, Fauzias Mat Nor, Soo-Wah Low, dan Aisyah Abdul

Rahman. 2008. “The Efficiency Effects of Mergers and Acquisitions in

Malaysian Banking Institutions.” Asian Journal of Business and

Accounting, h. 47-66.

Samosir, Agunan P. 2003. “Analisis Kinerja Bank Mandiri Setelah Merger dan

Sebagai Bank Rekapitalisasi” Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7, No.

1 Maret, h.1-38. Diakses tanggal 25 Mei 2010.

Sudarsanam. 1999. The Essense of Merger dan Akuisisi. Europe: Prentice Hall

Europe.

Sufian, Fadzlan. 2005. “An Analysis of the Relevance of Off- Balance Sheet

Items in Explaining Productivity Change in Post- Merger Bank

Performance: Evidence from Malaysia.” Management Research News,

Vol.28, No.4, h.74-92. Diakses tanggal 26 Mei 2010, dari Emerald

Insight.

Page 41: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA BANK …eprints.undip.ac.id/26694/1/Artikel_Jurnal_Rr.Yulia_Anindya_P.pdf · negara dengan negara lain untuk mendapatkan nasabah dan

41

Sufian, Fadzlan, Muhd-Zulkhibri Abdul Majid dan Razali Haron. 2007.

“Efficiency and Bank Merger in Singapore: A Joint Estimation of Non-

Parametric, Parametric and Financial Ratios Analysis.” MPRA Paper No.

12129. Diakses tanggal 26 Mei 2010, dari Munich Personal RePEc

Archive http://mpra.ub.uni-muenchen.de/12129/.

Teja, Hendra. 2004. “Bank Nasional di Tengah Persaingan Global”

http://els.bappenas.go.id/upload/other/Bank%20Nasional%20di%20Tenga

h-MI.htm, diakses tanggal 26 Mei 2010.

Thomson Reuters. 2010. “Strongest Quarter Worldwide for M&A Since 2008,

All-Time Record for High Yield Debt.” http:// www.thomsonreuters.com,

diakses 25 Oktober 2010.

UNESCAP. 2009. South-East Asia GDP (2005 PPP dollars) [Million (2005 PPP

dollars) ] GDP per capita [1990 US dollars]. http://www.unescap.org

UNSD. 2009. South-East Asia GDP (2005 PPP dollars) [Million (2005 PPP

dollars) ] GDP per capita [1990 US dollars]. http://www.unstats.un.org

Viverita. 2007. “The Effect of Mergers on Bank Performance: Evidence From

Bank Consolidation Policy In Indonesia”. Diakses tanggal 25 Mei 2010,

dari situs google.

World Bank. 2010. Bank capital to assets ratio 2005-2008.

http:www.worlbank.org

World Bank. 2010. GDP per capita (current US$) 2005-2009,

http://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.PCAP.CD

World Bank. 2010. World Development Indicators & Global Development

Finance, USA.

Yustika, Ahmad Erani. 2009. “Perbankan, API, dan ASEAN”

http://economy.okezone.com/read/2009/08/10/279/246514/279/perbankan-

api-dan-asean, diakses 12 Desember 2010.