ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...

16
Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015 110 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN LANGKAT Oleh : Desi Astuti, SE.,MM Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pancabudi Abstract : In Law No.32 Year 2004 as guideline of Local Middle Term Development Plan of Langkat District year 2006/2010 has decided that the goal of development is to improve the people prosperity. The improvement of people prosperity can be achieved if the income of the people increase sufficiently so that it can meet the basic need of their life. Fishery resources is actually potential benefited to improve the standard of living and the prosperity of the fishermen, but in reality, there are so many fishermen who still can not improve the result of their catching fish that the income of the fishermen does not increase. This study observes and analyzes four factors, such s working capital, manpower, experience, and distance of going to sea which influence on the income of found that working capital, manpower, experience and distance of going to sea all together influence the income of the fishermen in Langkat District. Of the four factors which influence on the fishermen income, working capital factors gives nigger contribution compared with manpower, experience and distance of going to sea factors. However, manpower and distance of going to sea factors must also be considered because these factors are supporting factors to the income of fishermen. By taking care of the result of this study that working capital factors gives bigger contribution compared with other factors on the income of the fishermen, it is suggested to open access to get working capital by cooperating with cooperation or banks and non-banking institutions. It is also necessary to perform founding and the development of ability in catching the fish and to improve the technology in catching fish by using effective technology. Key words : Fishermen’ income, Working Capital, Manpower, Experience, Distance of Going to Sea, Ordinary Least Square (OLS) Pendahuluan Hasrat untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dalam arti sebenarnya adalah tujuan mulia yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia termasuk Kabupaten Langkat sebagai sub sistem di dalam Sistem Pemerintahan Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 sebagai pedoman dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Langkat tahun 2006- 2010 telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dimungkinkan apabila pendapatan penduduk mengalami kenaikan yang cukup hingga mampu memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupannya. Hal ini dapat diartikan bahwa kebutuhan kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, keamanan dan sebagainya tersedia dan mudah dijangkau setiap penduduk sehingga pada gilirannya penduduk yang miskin semakin sedikit jumlahnya. Sumber daya perikanan sebenarnya secara potensial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, namun pada kenyataannya masih cukup banyak nelayan belum dapat meningkatkan hasil tangkapannya, sehingga tingkat pendapatan nelayan tidak meningkat. Masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dan

Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...

Page 1: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

110

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN

NELAYAN DI KABUPATEN LANGKAT

Oleh : Desi Astuti, SE.,MM

Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pancabudi

Abstract : In Law No.32 Year 2004 as guideline of Local Middle Term Development Plan

of Langkat District year 2006/2010 has decided that the goal of development is to improve

the people prosperity. The improvement of people prosperity can be achieved if the income

of the people increase sufficiently so that it can meet the basic need of their life. Fishery

resources is actually potential benefited to improve the standard of living and the

prosperity of the fishermen, but in reality, there are so many fishermen who still can not

improve the result of their catching fish that the income of the fishermen does not increase.

This study observes and analyzes four factors, such s working capital, manpower,

experience, and distance of going to sea which influence on the income of found that

working capital, manpower, experience and distance of going to sea all together influence

the income of the fishermen in Langkat District. Of the four factors which influence on the

fishermen income, working capital factors gives nigger contribution compared with

manpower, experience and distance of going to sea factors. However, manpower and

distance of going to sea factors must also be considered because these factors are

supporting factors to the income of fishermen. By taking care of the result of this study that

working capital factors gives bigger contribution compared with other factors on the

income of the fishermen, it is suggested to open access to get working capital by

cooperating with cooperation or banks and non-banking institutions. It is also necessary to

perform founding and the development of ability in catching the fish and to improve the

technology in catching fish by using effective technology.

Key words : Fishermen’ income, Working Capital, Manpower, Experience, Distance

of Going to Sea, Ordinary Least Square (OLS)

Pendahuluan

Hasrat untuk mewujudkan

masyarakat yang sejahtera dalam arti

sebenarnya adalah tujuan mulia yang

hendak dicapai oleh bangsa Indonesia

termasuk Kabupaten Langkat sebagai sub

sistem di dalam Sistem Pemerintahan

Republik Indonesia.

Dalam Undang-Undang No. 32

Tahun 2004 sebagai pedoman dari Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kabupaten Langkat tahun 2006-

2010 telah menetapkan bahwa tujuan

pembangunan adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan penduduk. Peningkatan

kesejahteraan penduduk dapat

dimungkinkan apabila pendapatan

penduduk mengalami kenaikan yang cukup

hingga mampu memenuhi kebutuhan dasar

untuk kehidupannya. Hal ini dapat

diartikan bahwa kebutuhan kebutuhan

pangan, sandang, perumahan, pendidikan,

kesehatan, keamanan dan sebagainya

tersedia dan mudah dijangkau setiap

penduduk sehingga pada gilirannya

penduduk yang miskin semakin sedikit

jumlahnya.

Sumber daya perikanan sebenarnya

secara potensial dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan

nelayan, namun pada kenyataannya masih

cukup banyak nelayan belum dapat

meningkatkan hasil tangkapannya, sehingga

tingkat pendapatan nelayan tidak

meningkat. Masyarakat yang

mempunyai mata pencaharian dan

Page 2: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

111

berpenghasilan sebagai nelayan merupakan

salah satu dari kelompok masyarakat yang

melakukan aktivitas usaha dengan

mendapat penghasilan bersumber dari

kegiatan nelayan itu sendiri. Nelayan

adalah orang yang secara aktif melakukan

pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan

dan binatang air lainnya/tanaman air.

Tingkat kesejahteraan nelayan sangat

ditentukan oleh hasil tangkapannya.

Banyaknya tangkapan tercermin pula

besarnya pendapatan yang diterima dan

pendapatan tersebut sebagian besar untuk

keperluan konsumsi keluarga. Dengan

demikian tingkat pemenuhan kebutuhan

konsumsi keluarga atau kebutuhan fisik

minimum(KFM) sangat ditentukan oleh

pendapatan yang diterimanya.

Para nelayan melakukan

pekerjaannya dengan tujuan untuk

memperoleh pendapatan demi kebutuhan

hidup. Untuk pelaksanaannya diperlukan

beberapa perlengkapan dan dipengaruhi

pula oleh banyak faktor guna mendukung

keberhasilan kegiatan. Menurut Salim

(1999) faktor yang mempengaruhi

pendapatan nelayan meliputi faktor sosial

dan ekonomi yang terdiri dari besarnya

modal, jumlah perahu, jumlah tenaga kerja,

jarak tempuh melaut dan pengalaman.

Dengan demikian pendapatan nelayan

berdasarkan besar kecilnya volume

tangkapan, masih terdapat beberapa faktor-

faktor yang lain yang ikut menentukannya

yaitu faktor sosial dan ekonomi selain

diatas.

Dalam rangka mewujudkan

Pembangunan Nasional yang dilakukan

melalui Pembangunan Nasional terpadu dan

menyeluruh maka pembangunan sektor

ekonomi mutlak diperlukan yaitu

pembangunan ekonomi yang berimbang,

dimana terdapat kemampuan dan kekuatan

industri yang maju yang didukung oleh

kekuatan dan kemajuan pertanian yang

tangguh dengan sasaran untuk menaikkan

tingkat kehidupan dan kesejahteraan rakyat.

Upaya peningkatan kehidupan untuk lebih

sejahtera dilakukan dengan peningkatan

setiap produk yang dihasilkan sektor

kegiatan ekonomi.

Upaya yang dilakukan dalam

kaitannya dengan rencana kebijaksanaan

pembangunan sektor pertanian, khususnya

sub sector perikanan, bertujuan untuk :

a) Meningkatkan produksi dan mutu hasil

perikanan baik untuk memenuhi

pangan, gizi dan bahan baku industri

dalam negeri serta ekspor hasil

perikanan.

b) Meningkatkan produktivitas usaha

perikanan dan nilai tambah serta

meningkatkan pendapatan nelayan.

c) Memperluas lapangan kerja dan

kesempatan berusaha serta menunjang

pembangunan daerah

d) Meningkatkan pembinaan kelestarian

sumberdaya perikanan dan lingkungan

hidup.

Dengan kenyataan tersebut maka

sudah sewajarnyalah apabila potensi

sumberdaya perikanan yang ada

dikembangkan penangkapannya untuk

kemakmuran rakyat dengan tetap

memelihara dan menjaga kelestarian

sumberdaya perikanan ini, disamping

memperhatikan faktor-faktor yang

menunjang perolehan produksi nelayan

tersebut.

Wilayah Kabupaten Langkat

memiliki potensi perikanan dan kelautan

yang cukup besar. Wilayah pantai/laut

Kabupaten Langkat berada disepanjang 110

km Pantai Timur Sumatera atau Selat

Malaka. Wilayah kelautan yang demikian

luas, sudah tentu akan dapat memproduksi

ikan laut (tangkap) yang cenderung

meningkat. Ditambah lagi produksi

perikanan darat yang pada umumnya

dilakukan melalui budidaya.

Model Analisis Dalam penelitian ini akan

menjelaskan pengaruh antara modal kerja,

tenaga kerja, lamanya waktu melaut,

pengalaman dan jarak tempuh melaut

terhadap pendapatan nelayan di Kabupaten

Langkat yang dirumuskan dalam fungsi :

Page 3: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

112

INC = f (MODAL, LAB, EXPE, DST)

Dimana :

INC = Pendapatan nelayan

MODAL = Modal kerja

LAB = Banyaknya orang yang melaut

dalam 1 sampan dayung atau

perahu motor atau kapal motor

EXPE = Pengalaman

DST = Jarak tempuh melaut

Dalam analisis ini pendekatan yang

dilakukan adalah analisis fungsi produksi,

dimana fungsi produksi menggambarkan

hubungan antara input dan output. Bentuk

fungsi produksi yang digunakan adalah :

INC = A MODAL1

LAB2

EXPE3

DST4

Selanjutnya fungsi tersebut

ditranformasikan ke dalam bentuk

ekonometrikannya sebagai berikut : Log INC = 0 + 1log MODAL + 2 log LAB +

3 log EXPE + 4 log DST +

dimana :

INC = Pendapatan nelayan (Rp.) per

bulan

MODAL = Modal kerja (Rp.) per bulan

LAB = Banyaknya orang yang ikut

melaut dalam 1 sampan dayung

atau perahu motor atau kapal

motor (jiwa)

EXPE = Pengalaman (tahun)

DST = Jarak tempuh melaut (km)

0 = Intercept

i = Koefisien regresi, i = 1, 2, 3

dan 4

= Error term (kesalahan

penganggu)

Metode Analisis

Metode Analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode kuadrat

terkecil biasa atau Ordinary Least Square

(OLS) dan dengan alat (software) Eviews

versi 4.1. Pengujian statistik dilakukan

dengan menggunakan uji F, uji t, dan uji R2.

Uji F digunakan untuk mengetahui

signifikansi secara serentak (simultan) dari

model yang diteliti dan uji t digunakan

untuk mengetahui signifikansi dari masing-

masing variabel yang diteliti atau secara

parsial, sedangkan uji R2 untuk mengetahui

seberapa besar variasi dari variabel bebas

mampu menjelaskan variabel terikat.

Definisi Operasional Variabel Penelitian

a) Nelayan adalah orang yang mata

pencahariannya menangkap ikan di laut

dengan menggunakan sampan dayung

atau biasa nelayan tradisional, perahu

motor dan kapal motor.

b) Pendapatan nelayan adalah pendapatan

bersih yang dibawa pulang oleh nelayan

yang diperoleh dari hasil penjualan

tangkapan/produksi ikan setelah

dikurangi modal kerja selama sebulan

(satuan Rp.)

c) Modal kerja adalah biaya-biaya yang

dikeluarkan oleh nelayan dalam

memperoleh hasilnya. Biaya-biaya itu

terdiri dari : makan, rokok, minyak

solar, minyak bensin, upah tenaga kerja,

peralatan menangkap ikan (umpan)

selama sebulan (satuan Rp.).

d) Tenaga kerja adalah banyaknya orang

yang ikut melaut dalam 1 perahu atau

kapal motor (satuan jiwa).

e) Pengalaman adalah orang yang sudah

menjalani profesi hidupnya sebagai

nelayan dalam jangka waktu tertentu

(satuan tahun).

f) Jarak tempuh melaut adalah rata-rata

jarak yang ditempuh oleh nelayan

dalam menangkap ikan (satuan km).

Uji Kesesuaian (Test of goodness of fit)

Uji kesesuaian (test of goodness of

fit) dilakukan berdasarkan perhitungan nilai

koefisien determinasi (R2) yang kemudian

dilanjutkan dengan uji F (F-test) dan uji t (t-

test).

a. Koefisien determinasi (R2) bertujuan

untuk mengetahui seberapa besar

variabel bebas (modal kerja, tenaga

kerja, pengalaman dan jarak tempuh

melaut) dapat menjelaskan variabel

terikat (keuntungan nelayan).

Page 4: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

113

b. Uji serempak (F-test) digunakan untuk

menguji signifikansi dari model

penelitian.

c. Uji parsial (t-test) digunakan untuk

menguji signifikansi dari masing-

masing (parsial) variabel bebas terhadap

variabel terikat.

Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Dalam suatu model regresi

berganda ada beberapa permasalahan yang

bisa terjadi yang secara statistik dapat

mengganggu model yang ditentukan,

bahkan dapat menyesatkan kesimpulan

yang diambil dari persamaan yang

dibentuk. Untuk itu perlu dilakukan uji

penyimpangan asumsi klasik.

Multikolinieritas

Multikolinieritas timbul karena satu

atau lebih variabel bebas (penjelas)

merupakan kombinasi linier yang pasti

(sempurna) atau mendekati pasti dari

variabel penjelas lainnya. Jika terdapat

multikolinieritas sempurna, koefisien

regresi dari variabel penjelas tersebut tidak

dapat ditentukan dan variansnya bernilai tak

terhingga. Jika multikonilinieritas kurang

sempurna, koefisien regresi dapat

ditentukan, namun variansnya sangat besar,

sehingga tidak dapat menaksir koefisien

secara akurat. Dalam model regresi linier,

diasumsikan tidak terdapat multikolinieritas

di antara variabel-variabel penjelas, untuk

itu perlu dideteksi dengan mengamati

besaran-besaran regresi yang didapat, yaitu

:

1. Interval tingkat kepercayaan lebar

(karena varians besar maka standar

error besar, sehingga interval

kepercayaan lebar);

2. Koefisien determinasi tinggi dan

signifikasi nitai t statistik rendah;

3. Koefisien korelasi antar variable bebas

tinggi;

4. Nilai koefisien korelasi parsial tinggi.

Untuk melihat ada tidaknya

multikolinieritas dalam suatu model

pengamatan, dapat dilakukan dengan

regresi antar variabel bebas, sehingga dapat

diperoleh nilai koefisien determinan (R2)

masing-masing. Selanjutnya R2 hasil regresi

antar variabel bebas tersebut dibandingkan

dengan R2 hasil regresi model, sehingga

diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Jika nilai R2 hasil regresi antar variabel

bebas > R2 model penelitian, maka

hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada

multikolinieritas dalam model empiris yang

digunakan ditolak.

Jika nilai R2

hasil regresi antar variabel

bebas < R2 model penelitian, maka

hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada

masalah multikolinieritas model empiris

yang digunakan tidak dapat ditolak.

Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi dari model

regresi linier klasik adalah varian dari setiap

kesalahan pengganggu i untuk variabel-

variabel bebas yang diketahui merupakan

suatu bilangan konstan dengan symbol 2.

Kondisi seperti ini disebut dengan

homoskedastisitas, dengan persamaan

sebagai berikut :

E (i2) =

2 ,

dimana i = 1,2,...,n

Sedangkan bila varian tidak konstan

atau berubah-ubah disebut dengan

heteroskendastisitas.

Dalam prakteknya,

heteroskendastisitas banyak ditemui pada

data cross-section, karena pengamatan

dilakukan pada individu yang berbeda pada

saat yang lama, akan tetapi bukan berarti

heteroskendastisitas tidak mungkin terjadi

dalam data time series.

Untuk melihat atau mendeteksi

adanya heteroskendastisitas dapat dilakukan

dengan menggunakan Park Test (Uji dari

Park RE). Park memformalkan metode

grafik, dengan menganjurkan bahwa 2,

merupakan fungsi dari variabel bebas Xi.

Fungsi yang dianjurkan adalah sebagai

berikut :

i2 =

2 Xi

e

vi

atau bila ditulis dalam bentuk logaritma

natural adalah sebagai berikut:

ln i2

= ln 2

+ ln Xi + vi

Page 5: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

114

Karena i2

pada umumnya tidak diketahui,

maka Park menyarankan i2

digantikan

dengan i (residual), sehingga diperoleh :

ln i2 = In

2 + ln Xi + vi

= + ln Xi + vi

Sebagai pedoman, apabila koefisien

dari persamaan (3.7) signifikan secara

statistik, ini menunjukkan bahwa dalam

data dari model empiris yang sedang

diestimasi terdapat heteroskedastisitas, dan

sebaliknya, bila koefisien parameter dari

persamaan (3.7) tidak signifikan secara

statistik, maka asumsi homoskedastisitas

atau tidak adanya heteroskedastisitas dalam

data dari model empiris yang sedang

diestimasi tidak dapat ditolak.

Untuk dapat menerapkan uji Park,

maka ada beberapa langkah yang harus

dilakukan, yaitu :

1. Melakukan regresi dengan

menggunakan model yang sedang

diamati, kemudian didapatkan nilai

estimasi residual, i2

2. Lakukan regresi dengan menggunakan

persamaan

Normalitas

Untuk mengetahui apakah normal

dan tidaknya faktor pengganggu, t dengan

J-B test. Adapun kriteria untuk mengetahui

normal atau tidaknya dari faktor

pengganggu adalah sebagai berikut:

a. Bila nilai JB hitung (= 2

hitung) > nilai

2

tabel , maka hipotesis yang menyatakan

bahwa residual, t adalah berdistribusi

normal ditolak.

b. Bila nilai JB hitung (= 2

hitung) < nilai

2

tabel , maka hipotesis yang menyatakan

bahwa residual, t adalah berdistribusi

normal tidak dapat ditolak.

Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk

mengetahui apakah spesifikasi model yang

digunakan sudah benar atau tidak. Apakah

fungsi yang digunakan sebaiknya berbentuk

linier atau tidak. Apakah suatu variabel

baru relevan atau tidak dimasukkan dalam

model. Untuk uji linieritas dalam penelitian

ini digunakan uji Ramsey (Ramsey RESET

Test), yaitu dengan membandingkan Fhitung

dan Ftabel. Kriteria keputusannya adalah

sebagai berikut:

a. Bila nilai Fhitung > nilai Ftabel , maka

hipotesis yang menyatakan bahwa

spesifikasi model digunakan dalam

bentuk fungsi linier adalah benar ditolak

b. Bila nilai Fhitung < nilai Ftabel , maka

hipotesis yang menyatakan bahwa

spesifikasi model digunakan dalam

bentuk fungsi linier adalah benar tidak

dapat ditolak.

Hasil Dan Pembahasan

Uji Validitas

Untuk mengetahui apakah

instrument kuesioner yang dipakai cukup

layak digunakan sehingga mampu

menghasilkan data yang akurat sesuai

dengan tujuan ukurannya, maka dilakukan

uji validitas. Ghozali (2005) menyatakan

bahwa pengukuran validitas internal

menggunakan uji validitas setiap butir

pertanyaan (content validity) dengan cara

melakukan korelasi antar skor butir

pertanyaan dengan total konstruk atau

variabel. Dalam hal ini melakukan korelasi

masing-masing skor pertanyaan dengan

total skor pertanyaan. Untuk perincian dari

uji validitas masing-masing variabel adalah

sebagai berikut:

a. Variabel Sosial

Tabel 1. Uji Validitas Variabel Sosial Scale Scale Corrected

Mean Variance Item- Alpha

if Item if Item Total if Item

Deleted Deleted Correlation Deleted

II.1 13.5000 2.0303 .5712 .6091

II.2 14.1700 2.3647 .3363 .4129

II.3 14.0300 2.3526 .3872 .4061

II.4 12.8500 2.5328 .3101 .3844

II.5 13.5400 2.2913 .3889 .4047

II.6 13.2700 1.7546 .5300 .5815

II.7 13.0200 2.2420 .3847 .4119

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Berdasarkan hasil uji validitas

diatas, maka nilai validitas yang terdapat

pada kolom Corrected Item-Total

Page 6: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

115

Correlation dari variabel sosial lebih besar

dari 0,30. Dengan demikian maka seluruh

pertanyaan dapat dinyatakan valid.

b. Variabel Kegiatan Usaha

Tabel 2. Uji Validitas Variabel Kegiatan

Usaha Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha

if Item if Item Total if Item

Deleted Deleted Correlation Deleted

III.2 806200.2371 1913151799312 .5370 .7246

III.5 639623.4330 1347258167798 .6650 .5023 III.6 258058.4845 147209441471.6 .8402 .6869

III.7 714774.1546 1621145602873 .8380 .6069

III.9 806192.0000 1913137886371 .4132 .4246 III.10 806184.9897 1913106928410 .7898 .6246

III.11 806199.2474 1913148918131 .5668 .5246

III.13 806183.4742 1913158472983 .4285 .4246

III.14 806198.2474 1913152430589 .4278 .4246

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Karakteristik Nelayan Pada Obyek

Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi

unit analisis adalah nelayan yang memiliki

sampan dayung, perahu motor sampai kapal

motor yang tersebar di 8 kecamatan di

Kabupaten Langkat. Karakteristik

responden yang di bahas dalam penelitian

ini meliputi karakter sosial ekonomi

masyarakat nelayan di 8 kecamatan di

kabupaten Langkat yang dijadikan sebagai

sampel penelitian berjumlah 100 orang.

Usia Nelayan

Bagian pertama wawancara

digunakan untuk mengumpulkan data sosial

ekonomi nelayan di Kabupaten Langkat

adalah usia/umur. Berdasar tabel 3 ada

sebanyak 5,0% nelayan yang berusia

dibawah 24 tahun dan 3,0% berusia diatas

60 tahun. Rendahnya nelayan yang berusia

tua menunjukkan semakin besarnya usia

produktif yang bekerja sebagai nelayan.

Usia produktif antara 25 – 59 tahun sebesar

92,0%.

Tabel 3. Kondisi Usia Nelayan di

Kabupaten Langkat

Usia Nelayan

(Tahun)

Jumlah Persen

(%)

15 – 24 5 5,0

25 – 34 23 23,0

35 – 44 41 41,0

45 – 59 28 28,0

Lebih dari 59 thn 3 3,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Tingkat Pendidikan

Untuk tingkat pendidikan berdasar

4 menunjukkan hasil bahwa sebanyak

84,0% nelayan berpendidikan sampai

dengan tamat SD (tidak pernah sekolah atau

tidak tamat sekolah atau tamat SD).

Sedangkan yang berpendidikan tamat SMA

hanya sebesar 4,0%.

Tabel 4. Kondisi Tingkat Pendidikan

Nelayan di Kabupaten Langkat Tingkat Pendidikan Jumlah Persen

(%)

Tidak pernah sekolah 1 1,0

Tidak tamat SD 17 17,0

Tamat SD 66 66,0

Tamat SMP 12 12,0

Tamat SMA 4 4,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Jumlah Anggota Keluarga

Untuk jumlah anggota keluarga

berdasar tabel 5 menunjukkan hasil bahwa

jumlah anggota keluarga sampai dengan 2

jiwa sebanyak 31,0%. Sedangkan jumlah

anggota 3, 4 dan 5 jiwa sebanyak 50,0%.

Rata-rata jumlah anggota dalam 1 (satu)

rumah tangga 4 anggota rumah tangga

untuk nelayan di Kabupaten Langkat.

Page 7: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

116

Tabel 5. Kondisi Jumlah Anggota Keluarga

Nelayan di Kabupaten Langkat Jumlah Anggota

keluarga

(Jiwa)

Jumlah Persen

(%)

1 11 11,0

2 20 20,0

3, 4, 5 50 50,0

6,7,8 16 16,0

Lebih dari 9 3 3,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Lantai Rumah

Untuk lantai rumah di kawasan

nelayan Kabupaten Langkat berdasar tabel

6 menunjukkan bahwa sebagian besar

tempat tinggalnya lantainya berasal dari

papan sebanyak 65,0% kemudian diikuti

dari semen sebesar 29,0% dan yang dari

tanah sebesar 6,0%.

Tabel 6. Kondisi Lantai Rumah Nelayan di

Kabupaten Langkat

Lantai Rumah Jumlah Persen

(%)

Tanah 6 6,0

Papan 65 65,0

Semen 29 29,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Dinding Rumah

Untuk dinding rumah di kawasan

nelayan Kabupaten Langkat berdasar tabel

7 menunjukkan bahwa sebagian besar

tempat tinggalnya dinding rumahnya

berasal dari papan sebanyak 77,0%

kemudian diikuti dari tepas sebesar 13,0%.

Sedangkan yang permanen hanya 3,0%.

Tabel 7. Kondisi Dinding Rumah Nelayan

di Kabupaten Langkat

Dinding

Rumah

Jumlah Persen

(%)

Papan 77 77,0

½ Permanen 5 5,0

Permanen 3 3,0

Tepas 13 13,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Atap Rumah

Untuk atap rumah di kawasan

nelayan Kabupaten Langkat berdasar tabel

8 menunjukkan bahwa sebagian besar

tempat tinggalnya atap rumah berasal dari

seng sebanyak 70,0% kemudian diikuti dari

atap rumbia sebesar 30,0%.

Tabel 8. Kondisi Atap Rumah Nelayan di

Kabupaten Langkat

Atap Rumah Jumlah Persen

(%)

Atap Rumbia 30 30,0

Seng 70 70,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Alat Penerangan

Untuk alat penerangan rumah di

kawasan nelayan Kabupaten Langkat

berdasar tabel 9 menunjukkan bahwa

mayoritas alat penerangan yang digunakan

penduduk di kawasan nelayan Kabupaten

Langkat menggunakan listrik yaitu sebesar

94,0% kemudian diikuti dengan teplok

sebesar 6,0%.

Tabel 9. Kondisi Alat Penerangan Nelayan

di Kabupaten Langkat

Alat

Penerangan

Jumlah Persen

(%)

Teplok 6 6,0

Petromak 0 0,0

Listrik 94 94,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Sumber Air Minum

Untuk sumber air minum di

kawasan nelayan Kabupaten Langkat

berdasar tabel 10 menunjukkan bahwa

sebagian besar penduduk nelayan

menggunakan air sumur sebesar 67,0%

kemudian diikuti dengan menggunakan air

ledeng/PDAM sebesar 26,0% dan air

sungai sebesar 7,0%.

Page 8: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

117

Tabel 10. Kondisi Sumber Air Minum

Nelayan di Kabupaten Langkat

Sumber Air

Minum

Jumlah Persen

(%)

Air Sungai 7 7,0

Air Sumur 67 67,0

Air

Ledeng/PDAM

26 26,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Tempat Membuang Kotoran/Tinja

Untuk tempat membuang

kotoran/tinja di kawasan nelayan

Kabupaten Langkat berdasar tabel 11

menunjukkan bahwa sebagian besar

penduduk nelayan untuk membuang

kotoran/tinja menggunakan WC/Jamban

milik sendiri sebesar 71,0% kemudian

diikuti dengan menggunakan sungai sebesar

25,0% dan toilet umum sebesar 4,0%.

Tabel 11. Kondisi Tempat Membuang

Kotoran/Tinja Nelayan di

Kabupaten Langkat

Tempat

Membuang

Kotoran/Tinja

Jumlah Persen

(%)

Sungai 25 25,0

Toilet Umum 4 4,0

WC/Jamban Milik

Sendiri

71 71,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Status Kepemilikan Rumah

Untuk status kepemilikan rumah di

kawasan nelayan Kabupaten Langkat

berdasar tabel 12 menunjukkan bahwa

sebagian besar penduduk nelayan memiliki

rumah sendiri yaitu sebesar 78,0%

kemudian diikuti dengan milik keluarga

sebesar 15,0% dan sewa sebesar 7,0%.

Tabel 12. Status Kepemilikan Rumah

Nelayan di Kabupaten Langkat

Status

Kepemilikan

Rumah

Jumlah Persen

(%)

Sewa 7 7,0

Milik Keluarga 15 15,0

Milik Sendiri 78 78,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Kepemilikan Perahu, Perahu dan Kapal

Motor

Untuk status kepemilikan perahu,

perahu/kapal motor di kawasan nelayan

Kabupaten Langkat berdasar tabel 13

menunjukkan bahwa nelayan memiliki

sendiri perahu, perahu motor dan kapal

motor sebesar 53,0% kemudian diikuti yang

sewa sebesar 41,0% dan kredit sebesar

6,0%.

Tabel 13. Status Kepemilikan

Perahu/Kapal Motor Nelayan di

Kabupaten Langkat

Status Kepemilikan

Perahu/Kapal

Motor

Jumlah Persen

(%)

Milik Sendiri 53 53,0

Sewa 41 41,0

Kredit 6 6,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Sistem Pembagian Hasil

Untuk sistem pembagian hasil dari

pendapatan. Misalkan di dalam 1 (satu)

perahu atau kapal motor yang terdiri dari

anggota (knek), tekong (nakhoda atau

pawang yang mempunyai mengetahui

keadaan laut) maka sistem pembagian

hasilnya adalah dari pendapatan bersih

kemudian dibagi masing-masing 1 bagian

untuk anggota (knek) dan 2 bagian untuk

tekong.

Sedangkan apabila perahu atau

kapal motor yang sewa dan pada waktu

melaut tanpa tekong maka sistem

pembagian hasilnya adalah dari pendapatan

Page 9: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

118

bersih kemudian dibagi masing masing 1

bagian untuk nelayan dan untuk toke

(pemilik kapal) mendapat 1 – 2 bagian

tergantung perjanjian.

Apabila perahu atau kapal motor

yang sewa dan pada waktu melaut dengan

tekong maka sistem pembagian hasilnya

adalah dari pendapatan bersih kemudian

dibagi masing-masing 1 bagian untuk

anggota (knek) dan untuk tekong 1,5 bagian

serta untuk toke 2 bagian.

Karakteristik Nelayan Terhadap

Pendapatan di Kabupaten Langkat

Usia Terhadap Pendapatan Nelayan di

Kabupaten Langkat

Berdasar pada Tabel 14 bahwa usia

produktif (25 – 59 th) sebanyak 92 orang

(=92,0%) nelayan. Dari usia produktif

tersebut ternyata sebanyak 47 orang (=

47,0%) berpendapatan dibawah Rp

1.000.000,- dan jumlah nelayan usia

produktif yang berpendapatan di atas Rp

1.000.000,- sebanyak 45 orang (= 45,0%).

Namun ada nelayan yang berusia 15 – 24

tahun sebanyak 5 orang (= 5,0%) dengan 4

orang yang berpendapatan diatas Rp

1.000.000,-. Untuk lebih detailnya dapat

dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Tabulasi Silang Antara Usia

Terhadap Pendapatan Nelayan di

Kabupaten Langkat

Pendapatan per bulan Usia (Th.) Total

(Rp.) 15 – 24 25 – 34 35 – 44 45 – 59 Lebih

dari 59

≤ 500.000 1 8 7 11 1 28

500.001 – 1.000.000 7 10 4 1 22

1.000.001 – 1.500.000 1 5 9 5 1 21

1.500.001 – 2.000.000 3 2 3 2 10

> 2.000.000 1 12 6 19

Total 5 23 41 28 3 100

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Tingkat Pendidikan Terhadap

Pendapatan Nelayan di Kabupaten

Langkat

Berdasar pada Tabel 15 jumlah

nelayan yang berpendidikan sampai tamat

SD yang berpendapatan kurang dari Rp

1.000.000,- sebanyak 41 nelayan (=41,0%),

sedangkan nelayan yang berpendidikan

sampai tamat SD yang berpendidikan lebih

dari Rp 1.000.000,- sebanyak 45 nelayan (=

45,0%).

Untuk yang berpendidikan tamat SMA

jumlah responden 4 orang (= 4,0%) dengan

2 orang nelayan yang berpendapatan kurang

Rp 1.000.000,- dan 2 orang nelayan yang

berpenghasilan diatas Rp 1.000.000,-

Tabel 15. Tabulasi Silang Antara Tingkat

Pendidikan Terhadap

Pendapatan Nelayan di

Kabupaten Langkat

Pendapatan per bulan

(Rp.)

Pendidikan Total

Tidak Pernah

Sekolah

Tidak Tamat

Sekolah SD

SD SMP SMA

≤ 500.000 4 20 3 1 28

500.001 – 1.000.000 1 5 11 4 1 22

1.000.001 – 1.500.000 3 14 4 21

1.500.001 – 2.000.000 1 7 1 1 10

> 2.000.000 4 13 1 1 19

Total 1 17 65 13 4 5100

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Jumlah Anggota Keluarga Terhadap

Pendapatan Nelayan di Kabupaten

Langkat

Berdasar pada Tabel 16, jumlah

anggota keluarga sampai dengan 2 jiwa

untuk nelayan yang berpendapatan

dibawah Rp 1.000.000,- sebanyak 18 orang

(= 18,0%), sedangkan yang berpendapatan

di atas Rp 1.000.000,- sebanyak 13 orang

(= 13,0%).

Untuk jumlah anggota keluarga dari

3 sampai dengan 5 jiwa yang

berpenghasilan di bawah Rp 1.000.000,-

sebanyak 25 orang (= 25,0%), sedang yang

berpenghasilan diatas Rp 1.000.000,-

sebanyak 13 orang (= 13,0%).

Untuk jumlah anggota keluarga dari

6 sampai dengan 11 jiwa yang

berpenghasilan di bawah Rp 1.000.000,-

sebanyak 7 orang (= 7,0%), sedang yang

berpenghasilan di atas Rp 1.000.000,-

sebanyak 12 orang (= 12,0%).

Page 10: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

119

Tabel 16. Tabulasi Silang Antara Jumlah

Anggota Keluarga Terhadap

Pendapatan Nelayan

di Kabupaten Langkat

Pendapatan per bulan

(Rp.)

Jumlah Anggota Keluarga

(Jiwa)

Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

≤ 500.000 2 8 9 1 4 1 1 1 1 28

500.001 – 1.000.000 5 3 1 9 1 1 2 22

1.000.001 – 1.500.000 1 5 6 3 1 1 4 21

1.500.001 – 2.000.000 3 2 3 1 1 10 > 2.000.000 2 5 5 2 3 1 1 19

Total 11 20 24 19 7 4 6 6 1 1 1 100

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Status Kepemilikan Rumah Terhadap

Pendapatan Nelayan di Kabupaten

Langkat

Berdasar Tabel 17, jumlah nelayan

dengan status kepemilikan rumah sewa

dengan pendapatan dibawah Rp 1.000.000,-

sebanyak 6 orang (= 6,0% ), sedangkan

yang berpenghasilan di atas Rp 1.000.000,-

sebanyak 1 orang (1,0%).

Untuk jumlah nelayan dengan status

kepemilikan rumah yang merupakan milik

keluarga dengan pendapatan di bawah Rp

1.000.000,- sebanyak 7 orang (=

7,0%), sedang yang berpendapatan di atas

Rp 1.000.000,- sebanyak 9 orang (= 9,0%).

Untuk jumlah nelayan dengan status

kepemilikan rumah yang merupakan milik

sendiri dengan pendapatan di bawah Rp

1.000.000,- sebanyak 37 orang (= 37,0%),

sedang yang berpendapatan di atas Rp

1.000.000,- sebanyak 40 orang (=40,0%).

Tabel 17. Tabulasi Silang Antara Status

Kepemilikan Rumah Terhadap

Pendapatan Nelayan di

Kabupaten Langkat

Pendapatan per bulan Status Kepemilikan Rumah Total

(Rp.) Sewa Milik

Keluarga

Milik

Sendiri

≤ 500.000 2 3 23 28 500.001 – 1.000.000 4 4 14 22

1.000.001 – 1.500.000 1 4 16 21

1.500.001 – 2.000.000 3 7 10 > 2.000.000 2 17 19

Total 7 15 78 100

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Status Kepemilikan Perahu/Kapal Motor

Terhadap Pendapatan Nelayan di

Kabupaten Langkat

Berdasar Tabel 18, jumlah nelayan

dengan status kepemilikan perahu/kapal

motor milik sendiri dengan pendapatan

dibawah Rp 1.000.000,- sebanyak 23 orang

(= 23,0% ), sedangkan yang berpenghasilan

di atas Rp 1.000.000,- sebanyak 30 orang

(30,0%).

Untuk jumlah nelayan dengan status

kepemilikan perahu/kapal motor yang

merupakan sewa dengan pendapatan di

bawah Rp 1.000.000,- sebanyak 25 orang

(= 25,0%), sedang yang berpendapatan di

atas Rp 1.000.000,- sebanyak 16 orang (=

16,0%).

Untuk jumlah nelayan dengan status

kepemilikan perahu/kapal motor yang

merupakan kredit dengan pendapatan di

bawah Rp 1.000.000,- sebanyak 2 orang

(= 2,0%), sedang yang berpendapatan di

atas Rp 1.000.000,- sebanyak 4 orang

(= 4,0%).

Tabel 18. Tabulasi Silang Antara Status

Kepemilikan Perahu/Kapal Motor

Terhadap Pendapatan Nelayan di

Kabupaten Langkat

Pendapatan per bulan Status Kepemilikan

Perahu/Kapal Motor Total

(Rp.) Milik

Sendiri

Sewa Kredit

≤ 500.000 17 11 28

500.001 – 1.000.000 6 14 2 22

1.000.001 – 1.500.000 14 6 1 21 1.500.001 – 2.000.000 7 3 10

> 2.000.000 9 7 3 19

Total 53 41 6 100

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Tingkat Pendapatan Nelayan dan Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhinya

Untuk tingkat pendapatan berdasar

Tabel 19 menunjukkan bahwa penduduk

yang berpendapatan kurang dari atau sama

dengan Rp 1.000.000,- sebesar 50,0%.

Sedangkan yang berpendapatan Rp

1.000.000,- – Rp 2.000.000,- sebesar 31,0%

dan yang berpendapatan diatas Rp

2.000.000,- sebesar 19,0%.

Page 11: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

120

Tabel 19. Tingkat Pendapatan per bulan

Nelayan di Kabupaten Langkat Pendapatan per bulan

(Rp.)

Jumlah Persen

(%)

500.000 28 28,0

500.001 – 1.000.000 22 22,0

1.000.001 – 1.500.000 21 21,0

1.500.001 – 2.000.000 10 10,0

> 2.000.001 19 19,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Untuk tingkat pendapatan (hasil

penjualan – modal kerja) per bulan

penduduk nelayan di Kabupaten Langkat

minimum sebesar Rp 55.000,- dan yang

tertinggi sebesar Rp 7.440.00,- dan dengan

pendapatan rata-rata sebesar Rp 1.259.207,-

.

Untuk modal kerja per bulan

penduduk nelayan di Kabupaten Langkat

minimum sebesar Rp 40.000,- dan yang

tertinggi sebesar Rp 9.000.000,-.

Untuk tenaga kerja yang ikut dalam

melaut minimum sebanyak 1 orang dan

yang tertinggi sebesar 11 orang dengan

rata-rata 2,49 orang ( 3 orang).

Untuk lamanya waktu melaut dalam

satu kali melaut minimum selama 3 jam dan

yang paling lama sebesar 120 jam (= 5 hari)

dengan rata-rata selama 16,60 jam dalam 1

kali melaut.

Untuk pengalaman dalam

menangkap ikan, nelayan di Kabupaten

Langkat mempunyai pengalaman minimum

selama 3 tahun dan paling lama sebesar 54

tahun dengan rata-rata pengalaman selama

23,69 tahun ( 24 tahun).

Untuk jarak tempuh melaut, nelayan

di Kabupaten Langkat minimum sejauh 1

km dan yang paling jauh 75 km dengan

rata-rata sejauh 9,65 km ( 10 km).

Tabel 20. Pendapatan dan Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Pendapatan

Nelayan di Kabupaten Langkat

Keterangan Minimum Maksimum Mean Std.

Deviasi

Pendapatan per bulan (Rp) 55.000 7.440.000 1.259.207 1.188.818

Modal Kerja per bulan

(Rp)

40.000 9.000.000 985.827 1.423.735

Tenaga Kerja (orang) 1 11 2,49 1,79

Pengalaman (tahun) 3 54 23,69 10,22

Jarak Tempuh Melaut (km) 1 75 9,65 11,96

Sumber : Data Primer, diolah, 2008

Hasil Estimasi Dengan Menggunakan

Metode OLS

Untuk melihat pengaruh variabel

bebas yaitu modal kerja, jumlah tenaga

kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut

terhadap variabel terikat yaitu pendapatan

nelayan di Kabupaten Langkat dengan

menggunakan metode Ordinary Least

Square (OLS) dengan bantuan program

Eviews 4.1, berdasarkan perhitungan fungsi

Cobb-Douglas diperoleh persamaan regresi

sebagai berikut :

Hasil Estimasi Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Pendapatan Nelayan

di Kabupaten Langkat

Keterangan : ** signifikan pada α =5%

Sumber : Data diolah (Lampiran 5)

Berdasarkan nilai R-squared (R2)

sebesar 0,6162 yang diperoleh dari

penelitian menyatakan bahwa variabel

independen (variabel modal kerja, tenaga

kerja, pengalaman dan jarak tempuh

melaut) mampu menjelaskan variasi

pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat

sebesar 61,62%. Sedangkan sisanya sebesar

38,38% dijelaskan oleh variabel lain yang

tidak dimasukkan dalam model estimasi ini.

Dari hasil estimasi bahwa nilai F-

statistik yang diperoleh, yaitu sebesar

3,1236 yang berarti lebih besar dari

F0,05(5,94) = 2,30; ini berarti secara

bersama-sama (serentak) yaitu modal kerja,

tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh

melaut mempengaruhi pendapatan nelayan

di Kabupaten Langkat dengan tingkat

kepercayaan 95 persen.

Berdasarkan uji t-statistik (uji secara

parsial), maka dapat diketahui bahwa

variabel yang berpengaruh secara signifikan

terhadap pendapatan nelayan di Kabupaten

Langkat adalah modal kerja dan tenaga

kerja pada tingkat = 5 persen sedangkan

LOG(INC) = 10,029 + 0,293 LOG(MODAL) + 0,258 LOG(LAB) + 0,158 LOG(EXPE)

Std. Error (0,1139) (0,1294) (0,1746)

t-stat (2,575)** (1,997)** (0,904)

+ 0,004 LOG(DST)

Std. Error (0,0066)

t-stat (0,648)

R2 = 0,616233

R2 = 0,579022

F-stat = 3,123600

Page 12: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

121

variabel bebas yaitu pengalaman dan jarak

tempuh melaut tidak berpengaruh

signifikan secara statistik terhadap

pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat.

Hasil estimasi diatas menunjukan

bahwa koefisien regresi modal kerja sebesar

0,293 bermakna bahwa apabila modal kerja

bertambah 10 persen, maka pendapatan

nelayan dapat meningkat sebesar 2,93

persen.

Koefisien tenaga kerja menunjukkan

koefisien regresi sebesar 0,258 bermakna

bahwa apabila jumlah tenaga kerja

bertambah 10 persen, maka pendapatan

nelayan dapat meningkat 2,58 persen.

Sebagaimana yang telah dirumuskan

pada bab sebelumnya, bahwa pengujian

secara parsial (individu) dilakukan dengan

membandingkan nilai t-hitung dengan nilai

t-tabel. Selain itu juga dilihat berdasarkan

nilai signifikinsi (sig.) pada hasil estimasi

(lampiran 5).

Dengan jumlah sampel (n) = 100,

variabel bebas (k) = 4 maka derajat bebas

untuk nilai t-statistik (n-k-1) atau sama

dengan 95. Pada variabel modal kerja

mernpunyai t-hitung sebesar 2,575 lebih

besar dari t-tabel α = 0,05 sebesar 1,98

yang bermakna bahwa variabel modal kerja

berpengaruh signifikan pada α = 0,05

terhadap pendapatan nelayan di Kabupaten

Langkat.

Sementara itu t-hitung variabel

tenaga kerja sebesar 1,997 lebih besar

dibandingkan nilai t-tabel pada α = 0,05

sebesar 1,98 dengan demikian bahwa

variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan nelayan di

Kabupaten Langkat.

Sementara itu t-hitung variabel

pengalaman sebesar 0,904 lebih kecil

dibandingkan nilai t-tabel pada α = 0,05

sebesar 1,98 dengan demikian bahwa

variabel pengalaman tidak berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan nelayan di

Kabupaten Langkat.

Sementara itu t-hitung variabel jarak

tempuh melaut sebesar 0,648 lebih kecil

dibandingkan nilai t-tabel pada α = 0,05

sebesar 1,98 dengan demikian bahwa

variabel jarak tempuh melaut tidak

berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat.

Hasil estimasi diatas menunjukan

bahwa koefisien modal kerja menunjukkan

elastisitas dari modal kerja terhadap

pendapatan nelayan, dengan elastisitas

sebesar 0,293 bermakna bahwa modal

kerja terhadap pendapatan nelayan adalah

tidak elastis (inelastic). Hal ini berarti

respon pendapatan nelayan terhadap modal

kerja sangat kecil.

Sementara itu koefisien jumlah

tenaga kerja yang menunjukkan elastisitas

jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan

nelayan dengan elastisitas sebesar 0,258

bermakna bahwa jumlah tenaga kerja

terhadap pendapatan nelayan adalah tidak

elastis (inelastic). Hal ini berarti respon

pendapatan nelayan terhadap jumlah tenaga

kerja sangat kecil.

Sedangkan untuk koefisien

pengalaman yang menunjukkan elastisitas

pengalaman terhadap pendapatan nelayan

dengan elastisitas sebesar 0,158 bermakna

bahwa pengalaman terhadap pendapatan

nelayan adalah tidak elastis (inelastic). Hal

ini berarti respon pendapatan nelayan

terhadap pengalaman sangat kecil.

Sedangkan untuk koefisien jarak

tempuh melaut yang menunjukkan

elastisitas jarak tempuh melaut terhadap

pendapatan nelayan dengan elastisitas

sebesar 0,004 bermakna bahwa jarak

tempuh melaut terhadap pendapatan

nelayan adalah tidak elastis (inelastic). Hal

ini berarti respon pendapatan nelayan

terhadap jarak tempuh melaut sangat kecil.

Uji Asumsi Klasik

Mempertimbangkan bahwa dalam

model regresi yang ingin dicapai adalah

Best Linear Unbiased Estimator (BLUE)

dan ada kalanya sering dijumpai dalam

model regresi (terutama regresi linear

berganda) berbagai masalah terutama

pelanggaran terhadap asumsi klasik, maka

dalam penelitian ini dilakukan pengujian

Page 13: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

122

asumsi klasik berupa multikolinieritas,

heteroskedastisitas, normalitas dan

linieritas.

Uji Multikolinieritas

Interpretasi dari model regresi

berganda secara implisit bergantung pada

asumsi bahwa antar variabel bebas yang

digunakan dalam model tersebut tidak

saling berkolerasi. Koefisien-koefisien

regresi biasanya diinterpretasikan sebagai

ukuran perubahan variabel terikat jika salah

satu variabel bebasnya naik sebesar satu

unit dan seluruh variabel bebas lainnya

dianggap tetap. Namun interpretasi ini

menjadi salah apabila terdapat hubungan

linear antar variabel bebas. Berikut ini hasil

uji multikolinieritas pada Tabel 21 adalah

sebagai berikut:

Tabel 21. Hasil Estimasi Uji

Multikolinieritas

Variabel R2

LOG (MODAL) 0,217

LOG (LAB) 0,233

LOG(EXPE) 0,059

LOG(DST) 0,337

Sumber : Data diolah (Lampiran 6 s/d 9)

Berdasarkan pada Tabel 4.25 diatas

dapat terlihat bahwa nilai R2

{LOG(INC) C LOG(MODAL) LOG(LAB)

LOG(EXPE) LOG(DST), yaitu 0,616 lebih

besar dari pada nilai R2 antar variabel bebas

dalam regresi parsial yaitu : 0,217; 0,233;

0,059 dan 0,337 berdasarkan ketentuan

rule of thumb dan metode ini dapat

disimpulkan bahwa dalam model tersebut

tidak ditemukan adanya multikolinierity.

Uji Heteroskedastisitas

Dalam regresi berganda, salah satu

asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran

parameter dalam model tersebut bersifat

BLUE adalah var (ui) σ2 (konstan), semua

sesatan mempunyai variansi yang sama.

Padahal ada kasus-kasus tertentu dimana

variansi u1 tidak konstan, melainkan suatu

variabel berubah-ubah.

Berdasarkan hasil estimasi uji white

heterokedastisticity test pada tabel 22,

diperoleh besarnya nilai Obs*R-squared

sebesar 11,399 dan bila dibandingkan

dengan nilai 2 Tabel sebesar 118,743 pada

tingkat signifikansi = 5%, maka dapat

disimpulkan bahwa nilai Obs*R-squared

lebih kecil dan nilai 2 Tabel (Obs*R-

squared = 10,703 < 2 Tabel = 118,743).

Dengan demikian, hasil uji dengan

menggunakan white heterokedastisticity test

tidak ditemukan masalah

heteroskedastisitas dalam model yang

digunakan.

Tabel 22. Hasil Estimasi Uji

Heteroskedastisitas White Heteroskedasticity Test:

F-statistic 0.781175 Probability 0.686336 Obs*R-squared 11.39968 Probability 0.654392

Sumber : Data diolah (lampiran 10)

Uji Normalitas

Uji Normalitas ini dilakukan untuk

mengetahui normal apa tidaknya faktor

pengganggu yang dapat diketahui melalui

uji JB-test. Uji ini menggunakan hasil

estimasi residual dan Chi-Square

Probability Distribution. Hasil estimasi

yang dilakukan dengan uji JB test dapat

dilihat pada Lampiran 11

Berdasarkan hasil estimasi uji JB

test pada Lampiran 11, diperoleh besarnya

nilai Jarque-Bera normality test statistics

sebesar 4,975 dan bila dibandingkan

dengan nilai 2 Tabel sebesar 118,743 pada

tingkat = 5%, maka dapat disimpulkan

bahwa nilai JB test lebih kecil dan nilai 2

Tabel (JB test hitung = 4,975 < 2 Tabel

118,743). Hal ini berarti model empiris

yang digunakan dalam model tersebut

mempunyai residual atau faktor

pengganggu yang berdistribusi normal yang

tidak dapat ditolak.

Uji Linieritas

Uji ini dilakukan untuk mengetahui

apakah spesifikasi model yang digunakan

sudah benar atau tidak. Apakah fungsi

Page 14: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

123

yang digunakan dalam studi empiris

berbentuk linier atau tidak. Uji linieritas

dalam penelitian ini menggunakan uji

Ramsey (Ramsey RESET Test).

Berdasarkan hasil estimasi Ramsey

RESET test pada lampiran 12, diperoleh

hasil nilai Fhit sebesar 0,067 dan bila

dibandingkan dengan nilai Ftabel sebesar

2,47 pada tingkat = 5%, maka dapat

disimpulkan bahwa nilai Fhit lebih kecil dan

nilai Ftabel. Oleh karena itu, berdasarkan

hasil uji Ramsey dapat disimpulkan bahwa

model yang benar spesifikasinya dalam

bentuk linier atau persamaan dalam bentuk

linier.

Dengan melakukan berbagai uji

asumsi klasik dan hasilnya ternyata bebas

dari pelanggaran asumsi klasik maka dapat

disimpulkan bahwa model yang digunakan

dalam menaksir pendapatan nelayan di

Kabupaten Langkat sudah baik “BLUE”.

Kesimpulan

1. Modal kerja, jumlah tenaga kerja,

pengalaman dan jarak tempuh melaut

secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap pendapatan nelayan di

Kabupaten Langkat.

2. Modal kerja mempunyai pengaruh

positif terhadap pendapatan nelayan,

ceteris paribus. Dengan kata lain,

apabila modal kerja naik akan

meningkatkan pendapatan nelayan.

Begitu juga halnya dengan tenaga kerja,

pengalaman dan jarak tempuh melaut

mempunyai pengaruh positif terhadap

pendapatan nelayan.

3. Nilai elastisitas dari variabel modal

kerja, tenaga kerja, pengalaman dan

jarak tempuh melaut mempunyai nilai

elastisitas kurang dari 1 (inelastic)

terhadap pendapatan nelayan di

Kabupaten Langkat, sehingga respon

pendapatan nelayan terhadap modal

kerja, tenaga kerja, pengalaman dan

jarak tempuh melaut sangat kecil.

Saran-Saran

1. Untuk mendorong peningkatan

pendapatan nelayan sudah seharusnya

pemerintah Kabupaten Langkat

terutama Dinas Perikanan dengan

bekerja sama dengan dinas terkait

lainnya mencari solusi dari

permasalahan modal kerja dengan

membuka akses untuk mendapatkan

modal kerja guna kesejahteraan nelayan

dengan cara bekerjasama dengan

koperasi atau lembaga keuangan bank

dan non bank.

2. Untuk mendorong kemampuan dari

nelayan maka Pemerintah Kabupaten

Langkat terutama Dinas Perikanan

dapat memberikan pembinaan dan

pengembangan kemampuan nelayan

dalam kemampuan menangkap ikan dan

juga meningkatkan teknologi dalam

menangkap ikan dengan teknologi yang

tepat guna.

3. Untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat nelayan, perlu diberikan

penyuluhan tentang bagaimana

kelayakan dalam menangkap ikan.

Meskipun masyarakat nelayan telah

banyak memiliki pengalaman (umunya

pola tradisional), namun penyuluhan ini

perlu dilakukan terutama berorientasi

kepada penggunaan dan pemanfaatan

teknologi.

4. Penggunaan tenaga kerja oleh masing-

masing kelompok nelayan hendaknya

disesuaikan dengan kebutuhan sehingga

akan mengurangi biaya ke laut (lebih

efisien), karena tambahan tenaga kerja

tersebut tidak profesional.

5. Peralatan yang digunakan oleh para

nelayan pada umumnya masih minim

dan tradisonal sehingga hasil

tangkapnnya acapkali tidak dapat

menutupi biaya yang digunakan untuk

konsumsi rumah tangga. Untuk itu

diperlukan sentuhan dan bantuan dari

para pemilik modal agar dapat

mendukung kelengkapan peralatan

penangkapan ikan yang diperlukan para

nelayan.

Page 15: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

124

DAFTAR PUSTAKA

__________, 2001, Dimensi Ekonomi

Kehidupan Sosial Masyarakat

Nelayan, Jurnal Ekonomi dan

Pembangunan (JEP), IX(1).

Badaruddin, 2001, Kelembagaan Sosial

Ekonomi dan Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat Nelayan

Kecamatan Percut Sei Tuan,

Lembaga Penelitia, Medan.

Budiharsono, 2001, Teknis Analisis

Pembangunan Wilayah Pesisir

dan Lautan, PT. Pradnya Paramita,

Jakarta.

Badan Pusat Statitistik (BPS), 2007,

Kabupaten Langkat Dalam

Angka, BPS, Langkat.

Dahuri, Rokhmin, 2004, Membangun

Kelautan dan Perikanan, Bening,

Jakarta.

Gujarati, Damodar, 2003, Ekonometrika

Dasar, Erlangga, Jakarta.

Joesran dan Fathorrozi, 2003. Teori

Ekonomi Mikro. Salemba Empat,

Jakarta.

Rahardja, Manurung, 2006, Teori

Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga, LP

Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia, Jakarta.

Said Ali, Harahap, 2003, Analisis Masalah

Kemiskinan dan Ketimpangan

Pendapatan Nelayan di Medan

Belawan, Sumut, Tesis S2 PPS

USU, Medan.

Salim, Agus, 1999, Analisis Tingkat

Pendapatan Nelayan dan Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhinya

di Kecamatan Syiah Kuala

Kotamadya Banda Aceh, Tesis S2

PPS USU, Medan.

Sasmita, 2006, Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Pendapatan

Usaha Nelayan Di Kabupaten

Asahan, Tesis S2. PPS USU,

Medan.

Sastrawidjaya, dkk, 2002, Nelayan

Nusantara, Pusat Riset Pengolahan

Produk Sosial Ekonomi Kelautan

dan Perikanan, Jakarta.

Sobri, 1999. Ekonomi Makro. BPFE-

UGM, Yogyakarta.

Sukirno, S., 2006. Makroekonomi. Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Zulfikar, 2002, Analisis Sistem bagi

Hasil Terhadap Pendapatan Buruh

Nelayan di Kabupaten Deli Serdang,

Sumut, Skripsi S1, EP USU, Medan.

Page 16: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI …jurnalmudiraindure.com/.../ANALISIS-FAKTOR-FAKTOR-YANG-MEMPENGARUHI... · fungsi produksi yang digunakan adalah : ... Modal kerja adalah

Jurnal ilmiah “INTEGRITAS” Vol.1 No. 4 Desember 2015

125

DAFTAR PUSTAKA

__________, 2001, Dimensi Ekonomi Kehidupan Sosial Masyarakat Nelayan,

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan (JEP), IX(1).

Badaruddin, 2001, Kelembagaan Sosial Ekonomi dan Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Nelayan Kecamatan Percut Sei Tuan, Lembaga Penelitia,

Medan.

Budiharsono, 2001, Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan,

PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Badan Pusat Statitistik (BPS), 2007, Kabupaten Langkat Dalam Angka, BPS,

Langkat.

Dahuri, Rokhmin, 2004, Membangun Kelautan dan Perikanan, Bening, Jakarta.

Gujarati, Damodar, 2003, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta.

Joesran dan Fathorrozi, 2003. Teori Ekonomi Mikro. Salemba Empat, Jakarta.

Rahardja, Manurung, 2006, Teori Ekonomi Mikro, Edisi Ketiga, LP Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Said Ali, Harahap, 2003, Analisis Masalah Kemiskinan dan Ketimpangan

Pendapatan Nelayan di Medan Belawan, Sumut, Tesis S2 PPS USU,

Medan.

Salim, Agus, 1999, Analisis Tingkat Pendapatan Nelayan dan Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhinya di Kecamatan Syiah Kuala Kotamadya Banda

Aceh, Tesis S2 PPS USU, Medan.

Sasmita, 2006, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha

Nelayan Di Kabupaten Asahan, Tesis S2. PPS USU, Medan.

Sastrawidjaya, dkk, 2002, Nelayan Nusantara, Pusat Riset Pengolahan Produk

Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Sobri, 1999. Ekonomi Makro. BPFE-UGM, Yogyakarta.

Sukirno, S., 2006. Makroekonomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Zulfikar, 2002, Analisis Sistem bagi Hasil Terhadap Pendapatan Buruh Nelayan

di Kabupaten Deli Serdang, Sumut, Skripsi S1, EP USU, Medan.