ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

17
Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 16 ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE 2005-2015 Oleh : Muhammad Hatta Abdul Azis Universitas Muhammadiyah Parepare ABSTRACT The determinant factor of poverty is a complex and multidimensional problem which is related to social, economic, cultural and other aspects, which is a phenomenal problem in the world, including Indonesia which is a developing country. This study aims to determine the influence and relationship of economic growth, inflation, HDI, gini ratio, and dependency ratio to the level of poverty in Indonesia. This research was conducted in Indonesia. The data were collectied thorugh literature review.Secondary data (panel data) collected relating to economic growth, HDI, inflation, gini ratio, and dependency ratio period 2005-2015. Data were analyzed descriptively and quantitative measure. The study indicates that based on functional relationship the quality of human resources has a larger influence than the economic growth on the decrease of poverty. The data were analiysed descriptively in quantitative measure. The results showed that based on the functional relationship in which the Economy growth had positive effect and the significance level of 20% to poverty, the HDI had a negative effect but not significant . Inflation was negative effect and significant, gini ratio had negative effect and significant, dependency ratio,had positive effect but not significant to poverty reduction. The study is an academic study and limited only to analysis of the inpact of economic growth, HDI, gini ratio inflation and dependency ratio on the level poverty. ------------------- Keyword : determinan of level of poverty in Indonesia

Transcript of ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Page 1: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 16

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE 2005-2015

Oleh :

Muhammad Hatta

Abdul Azis

Universitas Muhammadiyah Parepare

ABSTRACT

The determinant factor of poverty is a complex and multidimensional problem which is

related to social, economic, cultural and other aspects, which is a phenomenal problem

in the world, including Indonesia which is a developing country. This study aims to

determine the influence and relationship of economic growth, inflation, HDI, gini ratio,

and dependency ratio to the level of poverty in Indonesia. This research was conducted

in Indonesia. The data were collectied thorugh literature review.Secondary data (panel

data) collected relating to economic growth, HDI, inflation, gini ratio, and dependency

ratio period 2005-2015. Data were analyzed descriptively and quantitative measure. The

study indicates that based on functional relationship the quality of human resources has a

larger influence than the economic growth on the decrease of poverty. The data were analiysed descriptively in quantitative measure. The results showed that based on the functional relationship in which the Economy

growth had positive effect and the significance level of 20% to poverty, the HDI had a

negative effect but not significant . Inflation was negative effect and significant, gini

ratio had negative effect and significant, dependency ratio,had positive effect but not

significant to poverty reduction. The study is an academic study and limited only to

analysis of the inpact of economic growth, HDI, gini ratio inflation and dependency ratio

on the level poverty.

------------------- Keyword : determinan of level of poverty in Indonesia

Page 2: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 17

PENDAHULUAN.

Aktivitas pembangunan ekonomi yang dilaksanakan disuatu negara dapat

dilihat hasilnya pada dampak yang ditimbulkannya dalam mendorong peningkatan

kesejahteraan masyarakat di negara tersebut. Salah satu indikator dimana hasil

pembangunan yang dilaksanakan disuatu negara itu dapat dilihat secara langsung

pada adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan. Secara

konvensional indikator untuk mengindentifikasi kemiskinan yang dipakai adalah

PDB per-kapita, namun indikator ini juga punya kelemahan karena merupakan

indikator makro yang seringkali menyembunyikan realitas kemiskinan. Menurut

Heredia dan Pueblo (1996) dalam Agussalim (2009), kemiskinan struktural

disebabkan oleh kurangnya memperoleh alat-alat produksi (lahan dan teknologi)

dan sumberdaya (pendidikan, kredit dan akses pasar) oleh mayoritas penduduk.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi selama tahun 2005 tidak dibarengi

dengan rendahnya laju inflasi, laju inflasi pada tahun 2005 tercatat 17,11% Jauh

lebi tinggi dibanging dengan tahun sebelumnya 6,4% tingginya laju inflkasi tahun

2005 terutama dipengaruhi oleh dampak signifikan kenaikan harga bahan bakar

minyak (BBM) baik melalui dampak langsung (fist round) maupun dampak

lanjutan (second round). Dampak yang terlihat adalah naiknya tingkat kemiskinan

pada tahun berikutnya 2005-2006 yaitu dari 15,97% menjadi 17,75%. Selain itu

ketimpangan distribusi pendapatan terlihat tidak berubah dari tahun 2005-2006,

demikian pula Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2005-2006 tetap berada pada

angka 69,7 dan 70,1, dan tingkat Ketergantungan Penduduk (Dependensi Ratio)

2005-2006 tetap stagnan pada angka 47,02 dan 47,27. Akan tetapi, usaha untuk

menciptakan pemerataan atau mengurangi ketimpangan pendapatan dalam suatu

proses pembangunan ekonomi sangatlah sulit. Terutama disebabkan karena

adanya trade off antara ketimpangan pendapatan dengan laju pertumbuhan

ekonomi, sebagaimana yang disebut dalam Kuznets Hypothesis (Todaro, 2006).

LANDASAN TEORI

Dalam kaitan pertumbuhan ekonomi dengan kemiskinan diharapkan

sumber-sumber pertumbuhan tersebut dapat menurunkan kemiskinan. Investasi

Page 3: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 18

melalui penyerapan tenaga kerjanya baik oleh swasta maupun oleh pemerintah,

perkembangan teknologi yang semakin inovatif dan produktif dan pertumbuhan

penduduk melalui peningkatan modal manusia (human capital). Hal ini sejalan

dengan berbagai teori pertumbuhan yang ada yakni teori Harold Domar,

Neoklasikal dari Solow, dan teori Endogen oleh Romer (Agussalim, 2009)

Hal penting lain yang terkait dengan kemiskinan adalah pandangan Todaro

(2006) yang berasal dari penelitiannya di negara berkembang adalah ketimpangan

pendapatan. Ketimpangan pendapatan yang ekstrem menyebabkan inefisiensi

ekonomi. Penyebabnya sebagian adalah, pada tingkat pendapatan rata-rata berapa

pun, ketimpangan yang semakin tinggi akan menyebabkan semakin kecilnya

bagian populasi yang memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman atau sumber

kredit yang lain. Ketika individu yang berpenghasilan rendah tidak dapat

meminjam uang, pada umumnya mereka tidak dapat memulai dan

mengembangkan bisnis.

Hubungan Pertumbuhan Ekonomi Dengan Kemiskinan

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan output total

secara terus menerus dalam jangka panjang. Pengertian pertumbuhan ekonomi

yang dimaksud adalah tanpa memandang kenaikan itu, lebih besar ataukah lebih

kecil daripada tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan dalam

struktur ekonomi berlaku atau tidak (Sadono Sukirno, 2009). Teori pertumbuhan

ekonomi menjelaskan mengenai faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan

ekonomi dan prosesnya dalam jangka panjang, penjelasan mengenai bagaimana

faktor-faktor itu berinteraksi satu dengan yang lainnya, sehingga menimbulkan

terjadinya proses pertumbuhan (Lincolin, 1999).

Teori pertumbuhan endogen yang di kemukakan oleh Lucas dan

Romer.Lucas menyatakan bahwa akumulasi modal manusia, sebagaimana

akumulasi modal fisik menentukan pertumbuhan ekonomi, sedangkan Romer

berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh modal manusia

melalui pertumbuhan teknologi. Dimana sumber daya manusia yang merupakan

akumulasi dari pendidikan dan pelatihan.

Page 4: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 19

Hubungan Modal Manusia Dengan Kemiskinan

Modal manusia dalam terminologi ekonomi sering digunakan untuk untuk

bidang pendidikan, kesehatan dan berbagai kapasitas manusia lainnya yang ketika

bertambah dapat meningkatkan produktivitas. Pendidikan memainkan peran kunci

dalam hal kemampuan suatu perekonomian untuk mengadopsi teknologi modern

dan dalam membangun kapasitasnya bagi pembangunan dan pertumbuhan yang

berkelanjutan. Kesuksesan dalam pendidikan bergantung juga pada kecukupan

kesehatan. Disamping itu kesehatan merupakan prasayarat bagi peningkatan

produktivitas. Dengan demikian kesehatan dan pendidikan dapat juga dilihat

sebagai komponen vital dalam pertumbuhan dan pembangunan sebagai input bagi

fungsi produksi agregat (Todaro, 2000).

Menurut Mill dalam Perkins (2001), pembangunan ekonomi sangat

tergantung pada dua jenis perbaikan, yaitu perbaikan dalam tingkat pengetahuan

masyarakat dan perbaikan yang berupa usaha-usaha untuk menghapus

penghambat pembangunan seperti adat istiadat, kepercayaan dan berpikir

tradisional. Perbaikan dalam pendidikan, kemajuan dalam ilmu pengetahuan,

perluasan spesialisasi dan perbaikan dalam organisasi produksi merupakan faktor

yang penting yang akan memperbaiki mutu dan efisiensi faktor-faktor produksi

dan akhirnya menciptakan pembangunan ekonomi. Menurut Mill, faktor

pendidikan melaksanakan dua fungsi yaitu: mempertinggi pengetahuan teknik

masyarakat dan mempertinggi ilmu pengetahuan umum. Pendidikan dapat

menciptakan pandangan-pandangan dan kebiasaan modern dan besar perannya

untuk menentukan kemajuan ekonomi masyarakat.

Hubungan Inflasi dan GR Dengan Kemiskinan

Inflasi sangat berhubungan dengan kenaikan harga, dengan harga yang

berubah menyebabkan menurunnya pendapatan riil masyarakat. Uang adalh alat

tukar yang mengukur transaksi ekonomi. Ketika terjadi inflasi maka alat ukur itu

berubah dimana tingkat harga yang berubah membuat rencana keuangan individu

menjadi rumit. Dengan demikian nilai riil dari pendapatan bergantung pada

tingkat harga masa depan dan pendpatan ini kemudian menentukan standar hidup

seseoran atau keluarga. Jadi penurunan inflasi merupakan sesuatu yang baik untuk

Page 5: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 20

semua ukuran kemiskinanKebijakan stabilitas ekonomi makro berkaitan secara

sistematis dengan pendapatan kaum miskin.

Hubungan antara tingkat kesenjangan pendapatan dengan pertumbuhan

ekonomi dapat dijelaskan melalui Kuznet Hypothesis sebagai berikut bahwa

pertumbuhan ekonomi yang berasal dari tingkat pendapatan yang rendah

(dikelompokkan dalam suatu masyarakat agraris pada tingkat awal) akan naik

pada tingkat kesenjangan pendapatan rendah hingga sampai pada tingkat

pertumbuhan tertentu selanjutnya akan menurun, disini terjadi dilema antara

pertumbuhan dan pemerataan (trade off),

Hubungan Tingkat Ketergantungan Terhadap Kemiskinan

Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai

indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara

atau daerah apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang.

Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting.

Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya

beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup

penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.

Penelitian Terdahulu

Wongdesmiwati (2009) dalam jurnal “Pertumbuhan Ekonomi Dan

Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia: Analisis Ekonometrika”, menggunakan

metode analisis regresi berganda dari tahun 1990 hingga tahun 2004. Hasil dari

penelitian ini adalah variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan

terhadap jumlah penduduk miskin, Variabel pertumbuhan ekonomi dan variabel

angka melek huruf berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk

miskin, dan Variabel angka harapan hidup, penggunaan listrik, dan konsumsi

makanan tidak signifikan berpengaruh terhadap penduduk miskin.

Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti (2008) dalam jurnal ”Dampak

Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk Miskin”,

menggunakan metode estimasi ekonometrika data panel untuk menganalisis

faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penduduk miskin. Data yang digunakan

Page 6: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 21

adalah data panel dari 26 provinsi tahun 1995 sampai dengan tahun 2005. Hasil

dari penelitian ini adalah variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap jumlah penduduk miskin walaupun dengan pengaruh yang

relatif kecil. Variabel inflasi dan variabel populasi penduduk berpengaruh positif

dan signifikan, sedangkan variabel pangsa sektor pertanian dan pangsa sektor

industri secara signifikan berpengaruh negatif terhadap jumlah penduduk miskin.

Variabel yang berpengaruh negatif paling besar dan signifikan terhadap jumlah

penduduk miskin adalah pendidikan.

Menurut Agussalim (2007), pengeluaran pemerintah di sektor

pendidikan dan kesehatan, baik secara langsung maupun tidak langsung,

merupakan suatu kebijakan yang pro poor yang mempunyai dampak yang negatif

terhadap kemiskinan melalui dampaknya terhadap pertumbuhan dan pemerataan.

Di samping itu, kebijakan pengeluaran tersebut mempunyai pengaruh positif

terhadap pertumbuhan melaluidampaknya terhadap pembentukan modal manusia

(human capital). Kebijakan inilah yang yang dianggap sebagai kebijakan yang

berdampak ganda (win win policies).

Afzal dkk (2012) mengetimasi hubungan antara pendidikan dan

pertumbuhana ekonomi di Pakistan dengan menggunakan data statistik 1971-1972

hingga 2009-2010, mereka menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan

dalam jangka panjang antara pendidikan dan kemiskinan terhadap pertumbuhan

ekonomi, sedangkan modal fisik berpengaruh baik dalam jangka pendek mauopun

dalam jangka panjang. Mereka juga menemukan adanya hubungan sebab akibat

dua arah antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi, antara pertumbuhan

ekonomi dan kemiskinan dan antara kemiskinan dan pendidikan.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah Regresi

berganda, metode analisis yang dipakai adalah metode OLS (Ordinary Least

Squares) yang sering digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi sampel dari

fungsi regresi polpulasi dan uji regresi berganda dimana bertujuan untuk

mengetahui berpengaruh atau tidaknya variabel bebas terhadap variabel terikat

Page 7: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 22

dan seberapa besar pengaruhnya dengan tingkat signifikansi sebesar (α = 0.05 α =

0,10, α = 0,20) Formula regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut

Kemudian digunakan analisis regresi berganda (Multiple Regression

Analysis). Rancangan penelitian menggambarkan variabel-variabel dalam suatu

penelitian agar pola pikir penulis dapat dipahami oleh pembaca. Model dan

rancangan penelitian yang yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:

POVit = α0 + α1 EG + α2 IPM + α3 INF + α4 GR + α5 DR + µ

Dimana:

POV = Tingkat kemiskinan provinsi di Indonesia

EG = Pertumbuhan Ekonomi provinsi di Indonesia

IPM = Indeks Pembangunan Manusia

INF = Inflasi

GR = Ketimpangan Pendapatan

DR = Dependensi Ratio

ɑ0 = Intersept

ɑ1, ɑ2, ɑ3, ɑ4, ɑ5 = Koefisien regresi variabel bebas.

Pengujian Kriteria Statistik

Adapun interpretasi dari Uji statistik dari pengujian koefisien regressi parsial

(Uji t), pengujian koefesien secara bersama-sama (Uji f), dan Pegujian koefisien

determinasi (R2).

1. Koefisien Determinasi (R2).

Koefisien determinasi atau (R Square) dilakukan untuk melihat seberapa

besar kemampuan variabel independen member penjelasan terhadap

variabel dependent. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0<R2<1).

2. Uji F-Statistik adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh koefesien regresi secara bersama-sama terhadap

varibel depenmden. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai

berikut :

H0 : b1 = 0 ………………………. (tidak ada pengaruh)

H1 : b1 ≠ 0 ……………………...... (ada pengaruh)

Page 8: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 23

Pengujian ini dilakukan engan membandingkan nilai F-hitung dengan F –

tabel jika F hitung > F table maka H0 di tolak dan H1 diterima maka

dapat di interpretasikan bahwa variabel independen secara bersama-sama

mempengaruhi vaibel dependen.

3. Uji T statistik

Uji t Statistik merupakan pengujian secara parsial yang bertujuan untuk

mengetahui masing-masing koefisien regresi significant atau tidak

terhadap varibel dependent dengan menganggap varibel lainnya konstan.

Dalam uji stsistik t digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : b1 = 0 …………………………. (tidak ada pengaruh)

H1 : b1 ≠ 0 ………………………… (ada pengaruh)

HASIL PENELITIAN

Model persamaan regresi berganda untuk mempekirakan tingkat kemiskinan yang

dipengaruhi pertumbuhan ekonomi, IPM, Inflasi, GR dan DR

Y = α0 + α1 EG– α2 IPM – α3 INF – α4 GR + α5 DR + μ

Y = 67,329 + 1,479 EG – 0,386 IPM - 0,163 INF – 1,343 GR + 0,381 DR + μ

POV = Tingkat kemiskinan provinsi di Indonesia

EG = Pertumbuhan Ekonomi provinsi di Indonesia

IPM = Indeks Pembangunan Manusia

INF = Inflasi

GR = Ketimpangan Pendapatan

DR = Dependensi Ratio

ɑ0 = Intersept

ɑ1, ɑ2, ɑ3, ɑ4, ɑ5 = Koefisien regresi variabel bebas.

Page 9: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 24

Gambar 1

Grafik Perkembangan Tingkat Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi,

dan Ketimpangan Distribusi Pendapatandi Indonesia 2005-2015

Sumber : BPS (data diolah)

Pada gambar 1 tahun 2005-2007 terlihat adanya tren yang berfluktuasi atau naik

turun pada persentase tingkat kemiskinan yaitu tahun 2005 (15,97%), 2006

(17,5%), dan 2007 (16,58%), tetapi setelah 2008 – 2015 tren jumlah penduduk

miskin dan tingkat kemiskinan tersebut terus menurun. Tahun 2008 (15,42%), dan

tahun 2015 (11,2%) jadi dalam kurun waktu delapan tahun telah terjadi

penurunan tingkat kemiskinan sebesar 4,21% atau sekitar 6,36 juta jiwa. Dalam

kurun waktu 10 tahun rata-rata jumlah penduduk miskin adalah 31,9 juta jiwa dan

tingkat kemiskinan rata-rata 13,54%.

Pertumbuhan ekonomi sebagai salah determinan kemiskinan di Indonesia

dari tahun 2005-2010, trennya cenderung berfliktuasi (naik turun). Pada tahun

2005 (6,68%), 2006 (5,5%), 2007 (6,3%), 2008 (6%), 2009 (4,6%), dan 2010

(6,2%).Kondisi ini berlangsung beberapa tahun dan pada tahun 2011-2015 terjadi

gejala resesi tahun 20011 (6,2%) dan 2015 (4,8%), pertumbuhan ekonomi

Indonesia mengalami penurunan dan perlambatan hal ini terjadi akibat penurunan

pertumbuhan ekonomi RRC yang merupakan salah satu pendorong (motor)

pertumbuhan ekonomi Asia.

Aspek ketimpangan pendapatan dan indikator ekonomi untuk mengukur

tingkat kesenjangan pendapatan antara lain dengan melihat Indeks Gini (Gini

Ratio). Dari gambar 1 terlihat ketimpangan distribusi pendapataan di Indonesia

menunjukkan tren peningkatan dari tahun 2005-2015. Pada tahun 2005 (0,34) dan

15,9717,75

16,5815,42 14,15

13,33 12,49 11,96 11,37 11,2 11,2

6,68 5,5 6,3 64,6 6,2 6,2 6 5,6 5 4,8

0,34 0,36 0,38 0,37 0,37 0,39 0,41 0,41 0,41 0,41 0,41

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Poverty E.Growth GR

Page 10: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 25

meningkat terus selama sepuluh tahun, pada tahun 2015 (0,41), kondisi ini sudah

mennghawatirkan jika saja semua program pengentasan kemiskinan kurang

berhasil mengentaskan kemiskinan

Gambar 2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Inflasi, Dependensi

Ratio (DR) dan Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2005-2015

Pada gambar 2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia dari

tahun 2005-2010, menunjukkan tren meningkat pada tahun 2005 (69,7), dan pada

tahun 2010 (72,27), kondisi tersebut kemudian berubah pada tahun 2011 – 2015

dimana cenderung stagnan pada tahun 2011 (67,09) mengalami penurunan, 2012

( 67,7), 2013 (68,31), 2014 (68,9) dan pada tahun 2015 (69,55), faktor utama yang

menyebabkan penurunan ini adalah karena pertumbuhan ekonomi mengalami

penurunan.

Inflasi sebagai salah satu faktor yang juga mempengaruhi naik turunnya

daya beli masyarakat dan menurunnya pendapatan riil masyarakat ikut

menyumbang peningkatan angka kemiskinan di Indonesia ketika terkait dengan

berbagai kebijakan pemerintah. Pada gambar 2 inflasi pada tahun 2005-2010

menunjukkan tren berfluktuasi dari tahun ke tahun hal ini masih sangat terkait

dengan kondisi yang terjadi pada tahun 1998 dimana masa itu terjadi krisis

moneter yang sangat parah. Tahun 2005 (17,11%), 2006 (6,6%), 2007 (6,59%),

2008 (11,06%), 2009 (2,78%), 2010 (6,96%), dan pada tahun 2011 turun lagi

69,7 70,1 70,6 71,17 71,672,2767,09 67,7

68,3168,9

69,55

17,116,6 6,59

11,06

2,786,96

3,79 4,38,38 8,36

3,5

47,0247,27 49,28 48,86 48,7547,5946,34 47,33 49,47 50,1548,6

15,97 17,75 16,58 15,42 14,1513,3312,4911,96 11,37 11,2

11,2

0

10

20

30

40

50

60

70

80

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

IPM

INFLASI

DR

Kemiskinan (%)

Page 11: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 26

menjadi (3,79%) dibanding tahun sebelumnya, 2010, pada tahun 2013 naik

menjadi (8,38%), 2014 (8,36%), dan turun pada tahun 2015 (3,5%).

Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting.

Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya

beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup

penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase

dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban

yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang

belum produktif dan tidak produktif lagi. Pada gambar 4,2 tren Dependency Ratio

masih berada dikisaran tahun, 2005 (47,2), 2014 (50,15) dan 2015 (48,6). jadi

masih tergolong tinggi, jika itu menjadi suatu indikator untuk kemajuan dibidang

kependudukan dan pembangunan berarti Indonesia masih jauh tertinggal

dibanding negara-negar berkembang lainnya.

Pengujian statistik

1. Koefesien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Nilai

koefisien determinasi ditentukan dengan melihat nilai adjusted R square

pada output SPSS 22 sebagaimana pada lampiran. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan varibel variabel independen dalam menjelaskan variasi

variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Nilai R2 = 0.95,

ini artinya 95% variasi tingkat Kemiskinan dapat dijelaskan oleh kelima

variabel independen, sedangkan sisanya 0,5 % dijelaskan oleh variabel

lain.

2. Pengujian Hipotesis

Uji t digunakan untuk menguji hubungan variabel-variabel bebas

terhadap variabel terikat secara parsial. dari hasil perhitungan data dengan

semua nilai Prob. (t-statistik), masing masing variabel dependen EG, IPM,

INF., GR, DR, diantara kelima variabel bebas yang berpengaruh terhadap

Page 12: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 27

kemiskinan secara parsial hanya variabel EG, IPM, GR sedangkan INF,

DR tidak ada pengaruh secara parsial.EG thitung (2,365) > tα (1,297 , IPM

thitung (1,638 )> tα (1,297), INF thitung (1,036) < t α(1.297) , GR thitung (6,554) > tα

(1,2970), DR t(1,069) < tα (1,297)

Uji F digunakan untuk menguji hubungan variabel-variabel bebas terhadap

variabel terikat secara bersama-sama dari hasil pengujian dengan

menggunakan SPSS 22, maka diperoleh hasil uji F, hasil pengujian diatas

diperoleh Fhitung (15.454) > Ftabel (2,368) dengan nilai Prob. F (0,01) < α (0,05),

untuk kelima variabel dependen yaitu EG, IPM, INF, GR, DR, secara

simultan berpengaruh terhadap kemiskinan di Indonesia.

PEMBAHASAN

Dengan mengacu pada model yang dibangun untuk menjelaskan faktor

determinan yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia, maka

berikut ini akan disajikan pengaruh secara parsial variabel-variabel independen

terhadap variabel dependen. apakah bentuk pengaruhnya sesuai dengan teori

(hipotesis) atau tidak.

Hasil estimasi dengan menggunakan metode OLS menunjukkan bahwa variabel

pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang positif terhadap tingkat

kemiskinan. Hasil estimasi menunjukkan bahwa jika pertumbuhan ekonomi

meningkat 1 persen maka tingkat kemiskinan meningkat 1,297. Selama sepuluh

tahun 2005-2014 pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata 5,6%. Nampaknya

teori trickle-down effect ini tidak tidak terjadi di Indonesia, penurunan tingkat

kemiskinan lebih disebabkan oleh berhasilnya program pengentasan kemiskinan,

(program perlindungan sosial) seperti program keluarga harapan, program beras

untuk keluarga miskin, program jaminan kesejahteraan masyarakat

(Jamkesmas),Program bantuan siswa miskin, (BM), Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat, (PNPM), Kredit usaha rakyat (KUR).

Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat

kemiskinan. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi

memiliki hubungan yang psitif terhadap tingkat kemiskinan Hasil estimasi

Page 13: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 28

menunjukkan bahwa jika pertumbuhan ekonomi meningkat 1 persen maka tingkat

kemiskinan turun (0,386) Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan

manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan

yang paling mendasar di masyarakat dapat teratasi. Permasalahan-permasalahan

tersebut diantaranya adalah kemiskinan, pengangguran, buta huruf, ketahanan

pangan, dan penegakan demokrasi. Namun persoalannya adalah capaian

pembangunan manusia secara parsial sangat bervariasi dimana beberapa aspek

pembangunan tertentu berhasil dan beberapa aspek pembangunan lainnya gagal

dan selanjutnya muncul pertanyaan bagaimana untuk menilai keberhasilan

pembangunan manusia secara keseluruhan, masih perlu penelitian khusu terkait

dengan isu tersebut.

Koefesien Inflasi memberikan pengaruh negatif namun tidak signifikan

terhadap tingkat kemiskinan Hal ini menunjukkan bahwa jika inflasi naik 1% ,

maka tingkat kemiskinan turun sebesar 0,386, Sejak tahun 2005-2010, ada

kecenderungan tingkat inflasi di Indonesia pasca krisis moneter 1998 hanya

bersifat inflasi merayap atau rendah (Creeping Inflation) yaitu inflasi yang

besarnya kurang dari 10% pertahun. dan sesuai dengan data tahun 2011-2015

angka inflasi tidak lagi berada pada 2 digit melainkan hanya 1 digit saja yaitu

hanya berada dibawah 10%. Menurut teori Keynes inflasi terjadi karena

masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Inflasi memberikan

dampak kurang menguntungkan dalam perekonomian, namun dalam jangka

pendek ada trade off antara inflasi dan pengangguranmenunjukkan bahwa inflasi

dapat menurunkan tingkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu

cara untuk menyeimbangkan perekonomian negara.(Putong, 2010).

Koefisien Gini Ratio memberikan pengaruh, negatif terhadap tingkat

kemiskinan artinya bahwa jika koefisien Gini Ratio meningkat 1 poin maka

kemiskinan akan turun sebesar 6,554 poin. Hasil ini berlawanan dengan hipotesis

namun hasilnya sangat signifikan disimpulkan ada pengaruh negtif dan signifikan

antara GR dan penurunan tingkat kemiskinan Kendati ketimpangan terjadi cukup

tinggi maka kue pembangunan tetap dinikmati oleh sekelompok penduduk miskin

artinya program pengentasan kemiskinan cukup berhasil. Cukup mampu

Page 14: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 29

menyiapkan lapangan kerja sehingga menurnkan pengangguran dan tingkat

kemiskinan. Disamping sekelompok kecil masyarakat yang menguasai sebagian

besar kue pembangunan mampu membuka lapangan kerja baru sehingga

pengangguran dan tinkat kemiskinan dapat ditekan. Hasil ini tidak sesuai dengan

hipotesis awal dimana Gini Ratio berpengaruh positive terhadap tingkat

kemiskinan, hasil ini menjadi paradoks teori.

Ravalliion (1997), Son dan Kakwani (2003) dan Bourguinon 2004) dalam

Agussalim (2009), melakukan review hubungan antara pertumbuhan dengan

ketimpangan dan kemiskinan, dan mencatat bahwa dampak pertumbuhan terhadap

penurunan angka kemiskinan hanya terjadi ketika ketimpangan relative tinggi

(high inequality). Dengan kata lain negara-negara yang mempunyai tingkat

ketimpangan yang sedang apalagi rendah, Dampak pertumbuhan terhadap

penurunan kemiskinan relative tidak tidak signifikan. Hasil ini dapat pula

diinterpretasi bahwa untuk tingkat pertumbuhan berpapun, semakin turun

ketimpangan semakin besar terjadinya penurunan dalam kemiskinan.

Hasil estimasi koefesien Dependensi Ratio, menunjukkan pengaruh positif

terhadap tingkat kemiskinan namun tidak signifikan secara parsial. berdasarkan

estimasi dependensi ratio hubunganya positif namun tidak signifikan dan tidak

berpengaruh secara parsial sesuai dengan uji statistik t tesebut diatas, namun

secara simultan berpengaruh. Hasil ini arahnya sudah sesuai dengan hipotesis

namun tidak berpengaruh secara parsial dengan demikian H nol diterima dan Ha

ditolak.

KESIMPULAN

1. Dengan melihat hasil estimasi dan mengidentifikasi data penelitian

koefisien pertumbuhan ekononomi berpengaruh positif dengan tingkat

Kemiskinan, dengan tingkat signifikasi (0,07 ; α: (0.10) Hasil ini sesuai

dengan hipotesis penelitian.

2. Dengan mengidentifikasi hasil penelitian berdasarkan estimasi maka

koefesien Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh negative

dengan tingkat sig. (0.17; α (0,2)) Hasil ini sesuai dengan Hipotesis

Page 15: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 30

3. Inflasi berdasarkan hasil estimasi ditemukan hasil yang berlawanan

dengan hipotesis penelitian dimana Inflasi berpengaruh negative terhadap

tingkat kemiskinan namun tidak signifikan dilihat secara parsial. jadi

hipotesa peneliti ditolak

4. Gini Ratio berpengaruh negative terhadap tingkat kemiskinan dengan

tingkat sig.0.003 artinya kasus di Indonesia ketimpangan yang tinggi

masih mampu menurunkan tingkat kemiskinan. berlawanan dengan arah

hipotesis.

5. Dependensi Ratio berpengaruh positif atas uji F (simultan) berdasarkan

uji F (0,01) dan berdasarkan uji t (parsial) tidak berpengaruh dimana uji

tsig. (0,345) artinya semakin meningkat beban ketergantungan masyarakat

(DR) maka akan menyebabkan meningkatnya tingkat kemiskinan. Hasil

sudah sesuai dengan arah hipotesis namun tidak berpengaruh secara

parsial.

Page 16: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 31

DAFTAR PUSTAKA

Afzal et.al. 2012. Relationship among Education, Poverty and Ekonomi

Economic Growthin Pakistan: An Econometric Analysis ,Journal of

Elementary Education . Vol.22, No. 1 pp.23-45..

Ahluwalia, M.S. 1976. Inequality, Poverty, and Development, Journal of

Development Economics 3(4).

Agusalim. 2007. Peran Anggaran Pemerintah Terhadap Pengurangan Angka Kemiskinan

di Indonesia. Ekonomi dan Bisnis.Vol.10 No1.

Agussalim. 2011. Desain Strategis Untuk Mengakselerasi Peningkatan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi sulawesi Selatan, Makalah

Persentase pada Simposium Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (31

Oktober 2011).

Agussalim. 2009. Mereduksi Kemiskinan; Sebuah Proposal Baru Untuk Indonesia, Nala

Cipta Litera: Makassar.

Ahluwalia, M.S. 1976. Inequality, Poverty, and Development, Journal of

Development Economics 3(4).

Kuznet, S., 1995. Quantitative Aspec of the Economic Growth of NationI Economic

Development and Cultural Change, Vol. V.

Kuncoro, Mudrajat. 2006. Ekonomika Pembangunan, Teori, Masalah, dan Kebijakan.

UPP STM YKPN, Yogyakarta.

Kuncoro, Mudrajat 2001, Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan

Ekonomi, UPP AMP YKPN Yogyakarta

Perkins, et al. 2001. Economics of Development. Fifth Edition. W.W. Norton &

Company Inc, New York

Putong, Iskandar, Nuring diah Anjaswati. 2010, Pengantar Ekonomi makro, Mitra

Wacana Media, Jakarta

Sukirno, Sadono. 2006. Makro ekonomi Modern. Penerbit Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Wongdesmiwati. 2009. Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengentasa kemiskinan

DiIndonesia: Analisis Ekonometrika.

http://wongdesmiwati.files.wordpress.com/2009/10/pdf.Diakses

tanggal 25 juni 2014

Ranis, Gustav. et al. 2000. Economic Growth and Human Development. World

Development Vol. 28, No.2,pp.197-219,2000.

Page 17: ANALISIS FAKTOR DETERMINAN TINGKAT KEMISKINAN DI …

Vol 3, No. 008 (2017) Muhammad Hatta 32

Lincolm, Arsyad. 1999 .Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi, Universitas

Gajah Mada

Yogyakarta

Mannkiw, N. Gregory, 2006, Makro Ekonomi. Ed.6, Jakarta: Penerbit Erlangga.

Perry GE, Arias OS, Lopez JH, Maloney WF, Serven L. 2006. Poverty Reduction and

Growth: Virtuous and Vicious Circles. New York: World Bank.

Badan Pusat statistik (BPS) , Statistik Indonesia, 2005-2015, diterbitkan oleh Badan

Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik (BPS), Laporan Perekonomian Indonesia, 2005-2015, diterbitkan

Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik (BPS), Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten /Kota, 2005,-

2015 diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik