ANALISIS DETERMINAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT ...digilib.unila.ac.id/58811/19/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of ANALISIS DETERMINAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENT ...digilib.unila.ac.id/58811/19/SKRIPSI TANPA BAB...
ANALISIS DETERMINAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTMENGGUNAKAN FRAUD DIAMOND PADA LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA TAHUN 2015--2017
(SKRIPSI)
Oleh
Zahrah Salsabila
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRACT
DETERMINANT ANALYSIS OF FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTUSING FRAUD DIAMOND ON THE FINANCIAL STATEMENTS OF THE
REGIONAL GOVERNMENT IN INDONESIA PERIOD 2015-2017
By
Zahrah Salsabila
This study aims to examine the factors that drive the occurrence of fraudulentfinancial statements based on the Fraud Diamond theory in the financialstatements of local governments in Indonesia in 2015-2017. The factors used inthis study are external pressure, ineffective monitoring, rationalization, andcapability. The research sample of 84 local governments in Indonesia were takenusing proportional stratified random sampling. Data was obtained from theInspection Report (LHP) of the Regional Government Financial Report (LKPD)conducted by the Republic of Indonesia Financial Audit Board (BPK RI). Theresults showed that the ineffectiveness of monitoring as measured by the numberof audit findings on the regional government's internal control system positivelyaffected the fraudulent financial statements. While the external pressure factorthat is measured using a leverage ratio, the rationalization factor that ismeasured using the ratio of total accruals divided by total assets, and thecapability factor that is measured by the change of regional head does not affectthe financial statement fraud.
Keywords: Fraud Diamond, fraudulent financial statement, external pressure,ineffective monitoring, rationalization, capability.
ABSTRAK
ANALISIS DETERMINAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTMENGGUNAKAN FRAUD DIAMOND PADA LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA TAHUN 2015—2017
Oleh
Zahrah Salsabila
Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor-faktor yang mendorong terjadinyakecurangan laporan keuangan berdasarkan teori Fraud Diamond pada laporankeuangan pemerintah daerah di Indonesia tahun 2015—2017. Faktor-faktor yangdigunakan dalam penelitian ini adalah tekanan eksternal (external pressure),ketidakefektifan pengawasan (ineffective monitoring), rasionalisasi(rationalization), dan faktor kapabilitas (capability). Sampel penelitian berjumlah84 pemerintah daerah di Indonesia yang diambil dengan menggunakanproportional stratified random sampling. Data diperoleh dari Laporan HasilPemeriksaaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yangdilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa ketidakefektifan pengawasan yang diukur denganjumlah temuan audit atas sistem pengendalian internal pemerintah daerahberpengaruh secara positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Sedangkanfaktor tekanan eksternal yang diukur menggunakan rasio leverage, faktorrasionalisasi yang diukur menggunakan rasio total akrual dibagi dengan total aset,dan faktor kapabilitas yang diukur dengan pergantian kepala daerah tidakberpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Kata Kunci: Fraud Diamond, fraudulent financial statement, tekanan eksternal,ketidakefektifan pengawasan, rasionalisasi, kapabilitas.
ANALISIS DETERMINAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTMENGGUNAKAN FRAUD DIAMOND PADA LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA TAHUN 2015—2017
Oleh
Zahrah Salsabila
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ANALISIS DETERMINAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTMENGGUNAKAN FRAUD DIAMOND PADA LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA TAHUN 2015—2017
Oleh
Zahrah Salsabila
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ANALISIS DETERMINAN FRAUDULENT FINANCIAL STATEMENTMENGGUNAKAN FRAUD DIAMOND PADA LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA TAHUN 2015—2017
Oleh
Zahrah Salsabila
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
Judul Skripsi : ANALISIS DETERMINAN FRAUDULENTFINANCIAL STATEMENT MENGGUNAKANFRAUD DIAMOND PADA LAPORANKEUANGAN PEMERINTAH DAERAH DIINDONESIA TAHUN 2015—2017
Nama Mahasiswa : Zahrah Salsabila
Nomor Pokok Mahasiswa : 1511031075
Program Studi : S1 Akuntansi
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
2. Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. Farichah, SE., M.Si., Akt.NIP 196206121990102001
Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si.NIP 197506202000122001
Yunia Amelia, S.E., M.Sc., Akt., CA.NIP 198206152015042001
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si. ....................
Sekretaris : Yunia Amelia, S.E., M.Sc., Akt., CA. ....................
Penguji Utama: Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., Akt. ....................
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, SE., M.Si.NIP 19610904 198703 1 011
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 13 Agustus 2019
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Zahrah Salsabila
NPM : 1511031075
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar hasil karya sendiri. Dalam
skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya
ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau
simbol yang menunjukkan gagasan atau tulisan yang saya salin, atau saya ambil
dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya. Apabila
dikemudian hari terbukti bahwa penyataan ini tidak benar, maka saya sanggup
menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Bandar Lampung, 13 Agustus 2019
Zahrah Salsabila
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Sudarto Mahidin
dan Ibu Hani Ika Novianti yang lahir di Kotabumi pada 23 April 1997.
Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) Ikal Bulog Bandar
Lampung pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2003 penluis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung dan
lulus pada tahun 2009. Setelah lulus pendidikan sekolah dasar, penulis
melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 23 Bandar
Lampung hingga lulus pada tahun 2012. Pendidikan menengah atas ditempuh
penulis di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Bandar Lampung dan lulus
pada tahun 2015.
Setelah lulus dari sekolah menengah atas pada tahun 2015, penulis melanjutkan
pendidikan dan terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis terdaftar
sebagai anggota Brigadir Muda Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Lampung periode 2015/2016 serta menjadi pengurus
Himpunan Mahasiswa Akuntansi (HIMAKTA) periode 2016/2017 sebagai
Kepala Biro Kesekretariatan dan periode 2017/2018 sebagai Sekretaris Umum.
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat
(siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya”
(QS Al-Baqarah: 286)
“First we form habits then they form us. Conquer your bad habits, or they will
eventuanlly conquer you”
(Dr. Rob Gilbert)
“Berhenti membuat rencana, MELANGKAHLAH”
(Bob Sadino)
“Try not to become a man of success, but rather try to become a man of value”
(Albert Einstein)
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilalamin
Puji syukur atas segala berkah, nikmat, dan karunia yang telah diberikan oleh
Allah SWT, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Kupersembahkan skripsi ini kepada:
Kedua orangtuaku tercinta, Ayahanda Sudarto Mahidin dan Ibunda Hani
Ika Novianti yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan nasihat dalam
setiap langkah perjuanganku untuk menggapai cita-cita. Hanya ucapan terima
kasih yang dapat kusampaikan. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
kebahagiaan dan keselamatan di dunia maupun di akhirat.
Kedua adikku tersayang, Adib Atomarani dan Nindya Apsari yang senantiasa
memberikan semangat dan dukungan selama ini.
Seluruh keluarga besar dan sahabat-sahabat yang selalu memberikan
keceriaan, doa, dan dukungannya.
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
SANWACANA
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Determinan
Fraudulent Financial Statement Menggunakan Fraud Diamond pada Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia Tahun 2015—2017” sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan, arahan, bimbingan, bantuan, serta
motivasi selama proses penyusunan hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., Akt. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing
Utama dan Ibu Yunia Amelia, S.E., M.Sc., Akt., CA. selaku Dosen
Pembimbing Pendamping yang telah memberikan waktu, bimbingan,
saran, serta ilmu yang bermanfaat selama proses penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., Akt. selaku Dosen Penguji yang
telah memberikan kritik, nasihat, dan saran untuk penyempurnaan skripsi
ini.
6. Ibu Dewi Sukmasari, S.E., M.S.A., CA., Akt. selaku Pembimbing
Akademik yang telah memberikan nasihat dan motivasi selama penulis
menjadi mahasiswa.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat
bagi penulis.
8. Seluruh karyawan dan tenaga kependidikan di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Lampung yang telah memberikan bantuan dan
pelayanan terbaik selama penulis menempuh pendidikan.
9. Kedua orangtuaku, Ayahanda Sudarto Mahidin dan Ibunda Hani Ika
Novianti yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan nasihat dalam
setiap langkah yang ditempuh.
10. Kedua adikku, Adib Atomarani dan Nindya Apsari yang senantiasa
memberikan semangat dan dukungan selama ini.
11. Seluruh keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima
kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan.
12. Sahabat-sahabat seperjuangan, Aziza Reyditha Rahmawan, Dian Ekawati,
Mutia Nihandayona, Annisa Nadhila, Rizki Annisa, dan Nabila Febidanti.
Terima kasih atas segala waktu yang telah dilalui bersama serta kisah yang
tidak akan terlupakan. Semoga Allah SWT selalu menyertai langkah
kalian dalam menggapai cita-cita.
13. Teman-teman sejak sekolah menengah atas, Zara, Moza, Eva, Nurul,
Sahda, Ade, dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima
kasih tetap memberikan dukungan dan semangatnya.
14. Pengurus HIMAKTA (Himpunan Mahasiswa Akuntansi) periode
2016/2017 dan periode 2017/2018, Kak Ely, Kak Nabila, Kak Fera, Kak
Intan, Alvin, Niken, Novia, Mauldan, Adrima, Khalid, Akbar, Finnur,
Susi, Leon, Tio, Intan, Nabila, Hasnah, Habib, Sugeng, Rinda, Rifqi, Faby.
Terima kasih untuk setiap cerita dan canda tawa selama ini. Sukses selalu
untuk kalian.
15. Seluruh teman-teman Akuntansi 2015 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Atas segala doa, bantuan, dan dukungannya penulis mengucapkan terima kasih,
semoga Allah SWT selalu mengiringi setiap langkah kalian. Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu penulis
dalam menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
yang membacanya.
Bandar Lampung, 13 Agustus 2019
Zahrah Salsabila
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 11.2. Rumusan Masalah ....................................................................................... 51.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 61.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
1.4.1. Manfaat Teoritis................................................................................ 61.4.2. Manfaat Praktis ................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS2.1. Landasan Teori............................................................................................ 7
2.1.1. Teori Agensi...................................................................................... 72.1.2. Keuangan Daerah.............................................................................. 82.1.3. Fraud................................................................................................. 10
2.1.3.1. Pengertian Fraud .................................................................. 102.1.3.2. Fraud Triangle ..................................................................... 112.1.3.3. Fraud Diamond .................................................................... 19
2.2. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 212.3. Pengembangan Hipotesis ............................................................................ 25
2.3.1. Pengaruh External Pressure Terhadap Fraudulent FinancialStatement ........................................................................................... 24
2.3.2. Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap Fraudulent FinancialStatement ........................................................................................... 25
2.3.3. Pengaruh Rationalization Terhadap Fraudulent FinancialStatement ........................................................................................... 27
2.3.4. Pengaruh Capability Terhadap Fraudulent Financial Statement ..... 282.4. Kerangka Pemikiran.................................................................................... 30
III. METODE PENELITIAN3.1. Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 313.2. Populasi ....................................................................................................... 313.3. Sampel......................................................................................................... 313.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................................. 33
3.4.1. Variabel Dependen............................................................................ 333.4.2. Variabel Independen ......................................................................... 35
3.4.2.1. External Pressure ................................................................. 353.4.2.2. Ineffective Monitoring .......................................................... 363.4.2.3. Rationalization ..................................................................... 373.4.2.4. Capability ............................................................................. 38
3.5. Metode Analsis ........................................................................................... 383.5.1. Analisis Deskriptif ............................................................................ 393.5.2. Uji Asumsi Klasik............................................................................. 39
3.5.2.1. Uji Normalitas ...................................................................... 393.5.2.2. Deteksi Multikoleniaritas ..................................................... 403.5.2.3. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 403.5.2.4. Uji Autokorelasi ................................................................... 41
3.5.3. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 413.5.3.1. Uji Parsial (Uji t) .................................................................. 413.5.3.2. Koefisien Determinasi (R Square)........................................ 42
3.5.4. Analisis Regresi ................................................................................ 43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil Analisis .............................................................................................. 44
4.1.1. Analisis Deskriptif ............................................................................ 444.1.2. Uji Asumsi Klasik............................................................................. 46
4.1.2.1. Uji Normalitas ...................................................................... 464.1.2.2. Deteksi Multikoleniaritas ..................................................... 474.1.2.3. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 484.1.2.4. Uji Autokorelasi ................................................................... 50
4.1.3. Pengujian Hipotesis .......................................................................... 514.1.3.1. Uji Parsial (Uji t) .................................................................. 514.1.3.2. Koefisien Determinasi (RSquare)......................................... 53
4.1.4. Analisis Regresi ................................................................................ 544.2. Pembahasan................................................................................................. 56
4.2.1. Pengaruh External Pressure Terhadap Fraudulent FinancialStatement ........................................................................................... 56
4.2.2. Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap Fraudulent FinancialStatement ........................................................................................... 58
4.2.3. Pengaruh Rationalization Terhadap Fraudulent FinancialStatement ........................................................................................... 60
4.2.4. Pengaruh Capability Terhadap Fraudulent Financial Statement ..... 61
V. SIMPULAN DAN SARAN5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 645.2. Keterbatasan Penelitian............................................................................... 655.3. Saran............................................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Variabel Proksi Pressure ................................................................... 14Tabel 2.2 Variabel Proksi Opportunity .............................................................. 16Tabel 2.3 Variabel Proksi Rationalization......................................................... 18Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu .......................................................................... 21Tabel 3.1 Perhitungan Sampel Penelitian .......................................................... 32Tabel 4.1 Analisis Deskriptif ............................................................................. 44Tabel 4.2 Deteksi Multikoleniaritas ................................................................... 48Tabel 4.3 Uji Heteroskedastisitas....................................................................... 49Tabel 4.4 Uji Autokorelasi ................................................................................. 50Tabel 4.5 Uji Hipotesis Parsial (Uji t)................................................................ 51Tabel 4.6 Uji Anova (Uji F)............................................................................... 53Tabel 4.7 Koefisien Determinasi (R Square) ..................................................... 54Tabel 4.8 Analisis Regresi ................................................................................. 55
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran....................................................................... 30Gambar 4.1 Uji Normalitas ................................................................................ 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Sampel Pemerintah DaerahLampiran 2 Data Variabel PenelitianLampiran 3 Uji Analisis DeskriptifLampiran 4 Uji Asumsi KlasikLampiran 5 Uji Hipotesis
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fraud adalah suatu tindak kesengajaan untuk menghasilkan salah saji material
dalam laporan keuangan yang merupakan subjek audit (Statement on Standard
Audit No. 99). Dijelaskan dalam SAS No. 99 terdapat dua jenis fraud, yaitu
kecurangan dalam pelaporan keuangan dan penyalahgunaan aset. Sementara
menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud adalah setiap
tindakan yang disengaja yang dirancang untuk menipu orang lain, sehingga
menimbulkan kerugian bagi korban dan pelaku mendapatkan keuntungan. ACFE
mengklasifikasikan fraud menjadi tiga jenis, yaitu penyalahgunaan aset, korupsi,
dan kecurangan laporan keuangan. Menurut ACFE (2016) yang diungkapkan
dalam “Report to the Nations on Occupational Fraud and Abuse” berdasarkan
frekuensi tindakan kecurangan yang terjadi, penyalahgunaan aset (asset
misappropriation) merupakan tindakan kecurangan yang memiliki frekuensi
tertinggi disusul oleh korupsi (corruption) dan yang terakhir adalah kecurangan
laporan keungan (financial statement fraud). Namun, kecurangan terhadap
laporan keuangan dianggap sebagai jenis kecurangan yang memiliki dampak
paling merugikan.
2
Kecurangan (fraudulent) dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
perusahaan banyak menarik perhatian publik setelah terjadinya skandal
disejumlah perusahaan besar di dunia. Menurut Stalebink dan Sacco (2007),
financial statement fraud dapat ditemukan di seluruh sektor dalam perekonomian,
termasuk di dalamnya pemerintahan dan organisasi nirlaba. Di dalam
pemerintahan, kasus korupsi merupakan bentuk kecurangan yang paling sering
terjadi.
Fraud pada sektor publik atau pemerintahan dapat menjadi ancaman tersendiri
karena memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu
negara (Adebisi dan Gbegi, 2015). Seperti yang sudah dikatakan di atas bahwa
korupsi adalah bentuk kecurangan yang sering terjadi di sektor pemerintahan,
terutama pada negara yang masih berkembang. Fitzsimons (2009) menyatakan
bahwa suatu negara yang masih dalam tahap transisi reformasi memiliki
peningkatan jumlah kasus korupsi yang signifikan.
Hal ini sesuai dengan fakta yang terjadi di Indonesia. Indonesia Corruption Watch
(ICW) mencatat tahun 2016 terdapat 482 kasus korupsi dengan jumlah kerugian
sebesar Rp1,5 triliun. Di tahun 2017 ICW mencatat terdapat 576 kasus dengan
kerugian negara mencapai Rp6,5 triliun dan suap Rp211 miliar. Dapat dilihat
antara tahun 2016 dan 2017 terdapat peningkatan yang signifikan, terutama dilihat
dari kerugian negara akibat kasus korupsi tersebut. Modus korupsi yang sering
dilakukan pelaku adalah melalui penyalahgunaan anggaran, mark up, mark down,
laporan fiktif, dan penggelapan. Hal ini menunjukkan bahwa pengendalian
internal pemerintah masih sangat lemah. Salah satu unsur fraud diamond yang
3
dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004) adalah adanya opportunity atau
kesempatan dimana dengan adanya kelemahan dalam suatu sistem dapat menjadi
peluang terjadinya kecurangan. Zakaria et al. (2016) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa kelemahan kontrol internal dapat menyebabkan terjadinya
kecurangan.
Sebelum teori fraud diamond yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson,
terdapat teori kecurangan dari Cressey (1953) yang dikenal dengan teori fraud
triangle. Penelitian dari Cressey di dalam bukunya yang berjudul “Other People’s
Money” menyebutkan bahwa fraud terjadi karena adanya tekanan, kesempatan,
dan rasionalisasi dari pelaku. Hasil penelitian Cressey ini kemudian menjadi dasar
menentukan faktor risiko kecurangan dalam Statement of Auditing Standard No.
99. Selanjutnya Wolfe dan Hermanson (2004) dalam penelitian yang berjudul
“The Fraud Diamond: Considering the Four Elements of Fraud” memasukkan
unsur kapabilitas dalam fraud yang mengatakan bahwa tindak kecurangan tidak
akan terjadi tanpa adanya seseorang yang memiliki kemampuan dan informasi
yang cukup mengenai tindak kecurangan tersebut.
Komponen atau unsur yang terdapat dalam teori kecurangan di atas tidak dapat
diamati secara langsung, sehingga harus menggunakan variabel proksi. Dalam
penelitian mengenai fraud diamond digunakan beberapa variabel proksi untuk
mengukur masing-masing unsur dari segitiga kecurangan. Variabel tekanan
diproksikan dengan stabilitas keuangan, tekanan eksternal, kebutuhan keuangan
personal, dan target keuangan. Variabel kesempatan diproksikan dengan sifat
industri, ketidakefektifan pengawasan, dan struktur organisasi. Sedangkan
4
variabel rasionalisasi diproksikan dengan pergantian auditor, opini audit, dan total
akrual terhadap total aset.
Hasil penelitian Skousen et al. (2009) menunjukkan bahwa variabel proksi
stabilitas keuangan, tekanan eksternal, kebutuhan keuangan personal,
ketidakefektifan pengawasan, dan struktur organisasi berpengaruh signifikan
terhadap fraud. Hasil yang sama juga didapat dari penelitian Tiffani dan Marfuah
(2015) yang menyatakan bahwa stabilitas keuangan dan tekanan eksternal
berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Namun penelitian lain
yang dilakukan oleh Annisya et al. (2016) mengatakan bahwa tekanan eksternal
tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Penelitian yang dilakukan Sihombing dan Rahardjo (2014) menyimpulkan bahwa
tekanan ekternal dan rasionalisasi yang diproksikan dengan rasio total akrual
dengan total aset berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan,
sedangkan variabel ketidakefetifan pengawasan tidak memiliki pengaruh terhadap
kecurangan. Berbeda dengan penelitian Kusuma et al (2017) yang menyimpulkan
bahwa tekanan ekstenal tidak berpengaruh terhadap kecurangan, sementara
variabel ketidakefektifan pengawasan berpengaruh secara positif terhadap
kecurangan laporan keuangan.
Variabel kapabilitas dalam beberapa penelitian diproksikan dengan pergantian
direktur perusahaan. Dalam sektor publik variabel kapabilitas dapat diproksikan
dengan pergantian kepala daerah. Perubahan direksi pada umumnya sarat dengan
muatan politis dan kepentingan pihak-pihak tertentu yang memicu conflict of
interest (Sihombing dan Rahardjo, 2014). Penelitian Amaliah et al (2015)
5
menyimpulkan bahwa kapabilitas berpengaruh positif terhadap manajemen laba
non GAAP. Berbeda dengan hasil penelitian Kusuma et al (2017) yang
menyebutkan bahwa kapabilitas tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Penelitian-penelitian yang disebutkan di atas umumnya dilakukan di sektor
swasta. Sedangkan penelitian mengenai fraud sektor publik masih sangat sedikit.
Berbagai penelitian di atas ditemukan masih tidak konsistennya hasil penelitian
membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait fraud pada sektor
pemerintahan dengan menggunakan fraud diamond dengan judul “Analisis
Determinan Fraudulent Financial Statement Menggunakan Fraud Diamond pada
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia Tahun 2015—2017”.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah external pressure berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement?
2. Apakah ineffective monitoring berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement?
3. Apakah rationalization berpengaruh terhadap fraudulent financial statement?
4. Apakah capability berpengaruh terhadap fraudulent financial statement?
6
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh external pressure terhadap fraudulent financial
statement.
2. Mengetahui pengaruh ineffective monitoring terhadap fraudulent financial
statement.
3. Mengetahui rationalization audit berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement.
4. Mengetahui capability pemimpin berpengaruh terhadap fraudulent financial
statement.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dan ilmu
pengetahuan serta menjadi referensi dalam meneliti kecurangan laporan keuangan
di sektor pemerintahan.
1.4.2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh dari
unsur-unsur dalam fraud diamond terhadap kecurangan laporan keuangan pada
sektor pemerintahan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya, serta
memberikan bahan pertimbangan kepada pemerintah dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Teori Agensi
Teori agensi menyatakan bahwa adanya hubungan antara pihak yang memberi
wewenang (principal) dengan pihak yang menerima wewenang (agent). Jensen
dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai kontrak dimana
satu orang atau lebih (prinsipal) melibatkan orang lain (agen) dimana prinsipal
melakukan beberapa layanan atas nama mereka, dan mendelegasikan beberapa
otoritas pengambilan keputusan kepada agen. Kedua belah pihak dalam hubungan
keagenan ini cenderung untuk memaksimalkan utilitas masing-masing sehingga
ada alasan kuat bagi agen untuk tidak selalu bertindak demi kepentingan prinsipal.
Untuk itu prinsipal dapat membatasi adanya kemungkinan penyimpangan yang
dilakukan agen dengan mengeluarkan biaya untuk insentif dan pengawasan.
Di pemerintahan, menurut Moe (1984) terdapat suatu keterkaitan dalam
kesepakatan-kesepakatan principal-agent yang dapat ditelusuri melalui proses
anggaran: pemilih-legislatur, legislatur-pemerintah, menteri keuangan-pengguna
anggaran, perdana menteri-birokrat, dan pejabat-pemberi layanan. Hubungan
keagenan pada pemerintahan Indonesia terjadi antara eksekutif dengan legislatif
dan antara legislatif dan publik. Dapat dilihat bahwa legislatif berada dalam posisi
dual accountability yang dapat menimbulkan perilaku oportunistik. Sementara
8
dari sisi eksekutif, perilaku oportunistik dapat terjadi dalam pengusulan belanja
negara.
Halim dan Abdullah (2006) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hubungan
dan masalah keagenan dalam penganggaran antara eksekutif dan legislatif
merupakan bagian tak terpisahkan dalam penelitian keuangan (termasuk
akuntansi) publik, politik penganggaran, dan ekonomi publik. Eksekutif
merupakan agen bagi legislatif dan publik; dan legislatif agen bagi publik. Konsep
perwakilan (representativeness) dalam penganggaran tidak sepenuhnya berjalan
ketika kepentingan publik tidak terbela seluruhnya oleh karena adanya perilaku
oportunistik (moral hazard) legislatif. Di sisi lain, eksekutif sebagai agen
cenderung menjadi budget maximize karena berperilaku oportunistik (adverse
selection dan moral hazard sekaligus).
2.1.2. Keuangan Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut. Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dari
peraturan tersebut jelas bahwa dalam pengelolaan keuangan daerah, pemerintah
daerah wajib untuk melakukan pelaporan atas hasil pengelolaan keuangan dan
juga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya.
9
Laporan keuangan pemerintah daerah adalah laporan hasil penyelenggaraan
akuntansi berupa pencatatan/penatausahaan atas transaksi keuangan daerah,
sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan APDB. Laporan keuangan
disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan
dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu
periode pelaporan. Informasi ini kemudian akan digunakan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dengan entitas tersebut. Lampiran I Standar Akunansi
Pemerintahan Berbasis Akrual pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menyebutkan bahwa terdapat beberapa
kelompok pengguna laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada:
a. masyarakat;
b. wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
c. pihak yang member atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman; dan
d. pemerintah.
Laporan keuangan pemerintah daerah pokok terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
c. Neraca;
d. Laporan Operasional (LO);
e. Laporan Arus Kas (LAK);
f. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
10
2.1.3. Fraud
2.1.3.1.Pengertian Fraud
Menurut Statement on Standard Audit No. 99, Fraud adalah suatu tindak
kesengajaan untuk menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang
merupakan subjek audit. Dijelaskan dalam SAS No. 99 terdapat dua jenis fraud,
yaitu kecurangan dalam pelaporan keuangan dan penyalahgunaan aset. Sementara
menurut Association of Certified Fraud Examiners, fraud adalah segala tindakan
yang dilakukan dengan sengaja untuk menipu orang lain, sehingga korban
menderita kerugian dan pelaku mendapatkan keuntungan. Terdapat tiga jenis
kecurangan dalam kategori occupational fraud, yaitu korupsi, penyalahgunaan
aset, dan kecurangan pelaporan.
Menurut Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara, kecurangan (fraud) adalah perbuatan yang mengandung unsur
kesengajaan, niat, menguntungkan diri sendiri atau orang lain, penipuan,
penyembunyian atau penggelapan, dan penyalahgunaan kepercayaan yang
bertujuan untuk memperoleh keuntungan secara tidak sah yang dapat berupa uang,
barang/harta, jasa, dan tidak membayar jasa, yang dilakukan oleh satu individu
atau lebih dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, pegawai, atau pihak
ketiga. Pemeriksa, dalam hal ini BPK, harus mengidentifikasi faktor risiko
kecurangan dan menilai risiko adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan yang disebabkan oleh kecurangan (fraud) dan/atau
ketidakpatuhan (abuse). Risiko terebut harus dianggap sebagai risiko yang
signifkan (significant risk) dan pemeriksa harus memperoleh pemahaman tentang
pengendalian yang terkait dengan risiko tersebut.
11
Sementara kecurangan laporan keuangan adalah suatu tindakan disengaja yang
menimbulkan salah saji atau penghilangan jumlah atau pengungkapan dalam
laporan keuangan yang dirancang untuk menipu pengguna laporan keuangan
tersebut di mana menimbulkan ketidaksesuaian laporan dalam berbagai aspek dan
adanya ketidakkonsistenan dengan prinsip-prinsip akuntansi (Statement of
Auditing Standards No. 99). Menurut SAS No. 99 (AICPA, 2002) kecurangan
terhadap laporan keuangan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
a. Manipulasi, falsifikasi, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukung lainnya sebagai sumber dibuatnya laporan keuangan.
b. Kesalahan atau penghapusan yang disengaja atas transaksi, peristiwa, atau
informasi penting lainnya dari laporan keuangan.
c. Kesalahan pengaplikasian prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah,
klasifikasi, cara penyajian dan pengungkapan laporan keuangan yang
disengaja.
2.1.3.2.Fraud Triangle
Teori fraud triangle pertama kali dikemukakan oleh Cressey (1953), yang
mengatakan bahwa terdapat tiga unsur atau faktor yang mempengaruhi fraud,
yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi
(rationalization). Pada tahun 2002 American Institute of Certified Public
Accountants (AICPA) mengeluarkan Statement of Auditing Standards No. 99
“Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit”, dengan tujuan
meningkatkan efektivitas auditor dalam mendeteksi kecurangan melalui penilaian
risiko kecurangan yang ada di perusahaan. Faktor-faktor risiko yang diadopsi
12
dalam SAS No. 99 adalah berdasarkan pada teori fraud triangle yang
dikemukakan oleh Cressey (1953). Adanya SAS No. 99 ini mengharuskan auditor
menilai sejauh mana tekanan, peluang, dan rasionalisasi dapat mendeteksi
kecurangan laporan keuangan. Namun faktor-faktor yang disebutkan dalam SAS
No. 99 tersebut hanyalah contoh dan karenanya auditor mungkin dapat
mempertimbangkan faktor-faktor lain yang berbeda. Menurut AICPA (2002),
hanya diperlukan satu dari faktor-faktor tersebut untuk membuat kecurangan
dapat dilakukan.
Penelitian-penelitian terdahulu menggunakan variabel proksi untuk mengukur
tekanan, kesempatan, dan peluang. Variabel proksi ini dikembangkan berdasarkan
teori Cressey (1953) dan faktor risiko dalam SAS No. 99.
1. Tekanan (Pressure)
Pressure atau tekanan adalah motivasi seseorang dalam melakukan tindak
kecurangan, biasanya dikarenakan beban keuangan (Shelton, 2014). Annisya et al.
(2016) mengatakan tekanan adalah keinginan atau intuisi seseorang yang terdesak
untuk melakukan kejahatan. Sebagian besar tekanan melibatkan kebutuhan
finansial, walaupun tekanan nonfinansial seperti kebutuhan untuk melaporkan
kinerja yang lebih baik, frustasi terhadap pekerjaan, atau menghadapi tantangan
dalam suatu sistem, juga dapat memotivasi kecurangan (Albrecht et al., 2008).
13
Berikut adalah contoh faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji laporan
keuangan yang dijabarkan dalam SAS No. 99:
1. Stabilitas keuangan (financial stability) akan terancam oleh kondisi ekonomi,
industri, atau operasional perusahaan itu sendiri seperti yang ditunjukkan oleh
keadaan-keadaan di bawah ini:
a. Tingkat persaingan pasar yang tinggi, disertai dengan marjin laba yang
menurun.
b. Kerentanan yang tinggi terhadap perubahan yang cepat, seperti
perubahan teknologi, perubahan produk, atau suku bunga.
c. Penurunan permintaan pelanggan dan meningkatnya kegagalan bisnis di
industri.
d. Kerugian operasional yang dapat menyebabkan kebangkrutan, penyitaan,
atau pengambilalihan perusahaan.
e. Arus kas operasional yang negatif secara berulang.
f. Pertumbuhan yang cepat atau adanya pertumbuhan profitabilitas yang
tidak biasa.
g. Adanya kebijakan akuntansi, perudang-undangan, atau peraturan baru.
2. Tekanan eksternal (external pressure) merupakan tekanan yang berlebihan
bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan pihak ketiga karena hal-hal
berikut ini:
a. Profitabilitas atau ekspektasi tingkat tren dari pihak eksternal (terutama
ekspektasi yang terlalu tinggi atau tidak realistis), termasuk ekspektasi
yang dibuat oleh manajemen terlalu optimis.
14
b. Memerlukan tambahan hutang atau pembiayaan agar tetap kompetitif,
termasuk pembiayaan penelitian dan pengembangan.
c. Kemampuan marjinal untuk memenuhi persyaratan bursa atau
pembayaran hutang.
d. Kemungkinan adanya kerugian dari transaksi yang tertunda.
3. Kondisi keuangan personal manajemen atau direktur yang muncul dari hal-
hal berikut:
a. Kepentingan keuangan dalam perusahaan.
b. Bagian dari kompensasi yang didapat, misalnya bonus, opsi saham, dan
bagian laba.
c. Jaminan pribadi terhadap hutang.
4. Adanya tekanan yang berlebihan untuk memperoleh target keuangan yang
ditetapkan oleh manajemen.
Tabel 2.1 Variabel Proksi Pressure
KondisiFaktorRisiko
VariabelProksi
Definisi Variabel Proksi
Financialstability
GPM Gross profit marginNPM Net profit marginSCHANGE Change in sales – industry average change in salesACHANGE The average percentage change in total assets for
two yearsCATA − ℎSALAR Sales/accounts receivableSALTA Sales/total assetsINVSAL Inventory/sales
Externalpressure
LEV Total debt/total assetsFINANCE ℎ −FREEC Operating activities – net cash flow – cash
dividends – capital expendituresPersonalfinancial
OSHIP The cumulative percentage of ownership in the firmheld by insiders
15
need 5% OWN The percentage of shares held by management whohold greater than 5% of the outstanding shares
ROCE Return on common equityFinancial
targetsROA Return on assetsROE Return on equity
Sumber: data diolah peneliti, 2019
2. Kesempatan (Opportunity)
Pelaku kecurangan juga harus memiliki kesempatan atau peluang dalam
melakukan tindakannya (Albrecht et al., 2008). Peluang untuk melakukan
kecurangan ini ada di setiap organisasi. Peluang disini didefinisikan sebagai
kondisi yang ada, seperti tidak adanya kontrol internal, kontrol yang tidak efektif,
atau adanya kemampuan dari pihak manajemen untuk mengesampingkan kontrol,
dimana kondisi-kondisi tersebut memberikan peluang bagi pelaku untuk
melakukan tindak kecurangan (Suyanto, 2009). Abdullahi et al. (2015)
mengatakan peluang memiliki dua aspek, yaitu kerentanan yang melekat dari
organisasi terhadap manipulasi dan kondisi di dalam organisasi yang
memungkinkan terjadinya kecurangan.
Berikut adalah contoh faktor risiko dari peluang atau kesempatan yang disebutkan
dalam SAS No. 99:
1. Sifat industri atau operasi perusahaan yang membenarkan peluang dari hal-
hal berikut:
a. Adanya transaksi yang tidak biasa dengan pihak terkait.
b. Kondisi keuangan yang kuat atau kemampuan untuk mendominasi sektor
industri tertentu yang memungkinkan perusahaan untuk mendikte
pemasok ataupun pelanggan.
16
c. Akun-akun laporan keuangan yang diestimasi secara subjektif.
d. Transaksi yang signifikan, tidak biasa, atau sangat kompleks.
e. Operasional perusahaan dilakukan lintas negara dengan perbedaan
hukum, lingkungan, dan budaya bisnis yang signifikan.
2. Ketidakefektifan pengawasan manajemen akibat dari hal-hal berikut:
a. Dominasi manajemen oleh satu orang tanpa adanya kontrol.
b. Pengawasan yang tidak efektif atas proses pelaporan keuangan.
3. Struktur organisasi yang kompleks atau tidak stabil, seperti yang disebutkan
di bawah ini:
a. Kesulitan menentukan siapa yang dapat memiliki kontrol terhadap
perusahaan.
b. Struktur organisasi yang terlalu rumit.
c. Pergantian terhadap senior manajemen dan manajemen yang tinggi.
4. Komponen internal kontrol yang tidak memadai sebagai akibat dari hal-hal
berikut:
a. Pemantauan kontrol internal yang tidak memadai.
b. Tingkat pergantian yang tinggi dari bagian akuntansi dan audit internal.
c. Sistem informasi dan akuntansi yang tidak efektif.
Tabel 2.2 Variabel Proksi Opportunity
KondisiFaktor Risiko
VariabelProksi
Definisi Variabel Proksi
Nature ofindustry
RECEIVABLE −INVENTORY −FOPS Foreign sales/total salesRPTRANS A dummy variable with value of 1 if a firm is
engaged in related party transactions and avalue of 0 otherwise
17
Ineffectivemonitoring
BDOUT The percentage of board members who areoutside members
AUDCOMM A dummy variable where 1 = mention ofoversight by an internal audit committeeand 0 = no mention of oversight
AUDSIZE The number of board members who are onthe audit committe
IND The percentage of audit committe memberswho are independent of the company
EXPERT Indicator variable with the value of 1 ifaudit committee includes no directors withfinancial expertise, and 0 otherwise
ICW Number of audit findings on the weakness ofinternal control system by the auditor
BIG 4 A dummy variable with a value of 1 if a firmis audited by a big 4 accounting firm and avalue of 0 otherwise
Organizationalstructure
CEO Indicator variable with a value of 1 if thechairperson of the board holds themanagerial positions of CEO or president, 0otherwise
TOTALTURN The number of executives leaving thecompany in the two years prior to fraud
Sumber: data diolah peneliti, 2019
3. Rasionalisasi (Rationalization)
Rasionalisasi merupakan unsur ketiga dari fraud triangle dan yang paling sulit
untuk diukur (Skousen et al., 2009). Suyanto (2009) mengatakan bahwa mereka
yang terlibat dalam tindak kecurangan laporan keuangan, merasionalkan tindakan
yang dilakukan sebagai suatu hal yang konsisten dengan kode etik pribadi mereka.
Sementara Amaliah et al. (2015) mendefinisikan rasionalisasi sebagai adanya
sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan manajemen
atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur.
18
Faktor risiko rasionalisasi yang harus diketahui auditor adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi, implementasi, dukungan, atau penegakan nilai-nilai etika yang
tidak efektif.
2. Partisipasi yang berlebihan dari manajemen nonkeuangan dalam pemilihan
prinsip atau estimasi akuntansi.
3. Perkiraan keuangan yang tidak realistis.
4. Kegagalan untuk memperbaiki kondisi keuangan yang harus dilaporkan
secara tepat waktu.
5. Manajemen melaporkan pajak pendapatan yang terlalu kecil.
Tabel 2.3 Variabel Proksi Rationalization
KondisiFaktor Risiko
VariabelProksi
Definisi Variabel Proksi
Rationalization AUDCHANGE A dummy variable for change in auditorwhere 1 = change in auditor in the 2 yearsprior to fraud occurrence and 0 = nochange auditor
AUDREPORT A dummy variable for an audit where 1 = anunqualified opinion and 0 = an unqualifiedopinion with additional language
GC A dummy variable with a value 1 if a goingconcern opinion is issued by auditor and avalue of 0 otherwise
TACC Total accruals/total assets, where totalaccruals are calculated as the change incurrent assets, minus the change in cash,minus change in current liabilities, plus thechange in short-term debt, minusdepreciation and amortization expense,minus differed tax on earnings, plus equityin earnings
Sumber: data diolah peneliti, 2019
19
2.1.3.3.Fraud Diamond
Teori fraud diamond yang diungkapkan oleh Wolfe dan Hermanson (2004)
merupakan pengembangan dari teori fraud triangle dari Cressey (1953). Fraud
triangle menyebutkan ada tiga komponen yanga ada dalam setiap situasi fraud,
yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi
(rationalization). Dalam fraud diamond, Wolfe dan Hermanson (2004)
memasukkan unsur kapabilitas yang mengatakan bahwa tindak kecurangan tidak
akan terjadi tanpa adanya seseorang yang memiliki kemampuan yang baik dan
rinci mengenai tindakan tersebut. Kapabilitas adalah sifat dari seseorang yang
melakukan kecurangan, yang mendorong mereka untuk mencari peluang atau
kesempatan dan memanfaatkannya.
Kapabilitas memiliki enam sifat pendukung bagi seseorang dalam melakukan
kecurangan. Pertama, posisi atau fungsi seseorang dalam organisasi dapat
memberikan mereka kemampuan untuk membuat atau memanfaatkan peluang
untuk melakukan penipuan. Contohnya adalah posisi CEO dalam sebuah
organisasi yang memiliki wewenang untuk memengaruhi sebuah kontrak yang
berlaku, sehingga memengaruhi waktu pengakuan biayanya. Beasley et al (2010)
mengatakan bahwa sebanyak 89% CEO perusahaan terlibat dalam kasus
kecurangan. Selain itu, ketika seseorang melakukan suatu fungsi atau tugas yang
terus-menerus dan berulang dalam suatu perusahaan, akan meningkatkan
kemampuan mereka dalam melakukan kecurangan karena memiliki pengetahuan
dan kendali atas proses yang dilakukan secara berulang tersebut (Wolfe dan
Hermanson, 2004).
20
Sifat kedua adalah kecerdasan seseorang, dimana kecerdasan ini merupakan
kreativitas dari individu untuk memahami dan mengeksplorasi kelemahan untuk
mengambil keuntungan (Shelton, 2014). Banyak tindak kecurangan saat ini yang
dilakukan oleh orang yang cerdas, berpengalaman, dan kreatif dengan pemahaman
yang kuat mengenai kontrol internal perusahaan. Kecerdasan ini kemudian
digunakan untuk meningkatkan tanggung jawab seseorang untuk dapat mengakses
sistem perusahaan secara resmi (Wolfe dan Hermanson, 2014).
Dalam penelitian Wolfe dan Hermanson (2014), sifat pendukung kapabilitas
seseorang selanjutnya adalah ego. Orang yang melakukan tindak kecurangan
memiliki ego dan keyakinan yang kuat bahwa dia tidak akan terdeteksi, serta
pelaku tersebut percaya bahwa dia dapat keluar dari masalah jika tertangkap.
Keyakinan tersebut dapat memengaruhi analisis untung-rugi seseorang untuk
terlibat dalam tindak kecurangan; semakin yakin orang itu, maka semakin rendah
perkiraan biaya yang akan dilakukan dalam melakukan kecurangan.
Sifat keempat adalah paksaan, dimana seorang pelaku kecurangan dapat memaksa
orang lain untuk melakukan atau menyembunyikan kecurangan yang dilakukan.
Sifat persuasif dalam diri seseorang dapat meyakinkan orang lain untuk ikut
melakukan kecurangan atau menyembunyikan tindak kecurangan tersebut. Dalam
banyak kasus, seorang karyawan melakukan kecurangan laporan keuangan dengan
memanipulasi angka-angka biaya sebagai suatu perintah dari atasannya.
Sifat selanjutnya adalah kemampuan untuk berbohong. Pelaku kecurangan yang
sukses adalah seseorang yang mampu berbohong secara efektif dan konsisten.
Pelaku memiliki keterampilan bicara dalam kebohongannya, sehingga
21
keseluruhan cerita yang dirangkai tetap konsisten. Keterampilan bicara tersebut
digunakan untuk meyakinkan auditor, investor, dan orang lain mengenai
kebohongannya.
Adapun sifat terakhir adalah seorang pelaku kecurangan mampu mengatasi stress
management. Melakukan dan mengelola cerita kebohongan untuk menutupi
tindakan kecurangan dalam jangka waktu yang lama bisa sangat menegangkan.
Dengan kemampuan manajemen stres, seorang pelaku dapat secara efektif
mengatasi gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang muncul selama
melakukan kecurangan tersebut.
2.2. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian VariabelPenelitian
Hasil Penelitian
Christopher J.Skousen et al(2009)
Detecting andPredictingFinancialStatement Fraud:The Effectivenessof the FraudTriangle and SASNo. 99.CorporateGovernance andFirmPerformance.
Variabelindependen:1. Financial
stability2. External
pressure3. Personal
financial need4. Financial target5. Nature of
industry6. Ineffective
monitoring7. Organizational
structure8. Auditor change9. Audit report10. Total accruals
by total assetsratio
Financialstability,externalpressure, personalfinancial need,ineffectivemonitoring, danorganizationalstructure memilikipengaruhsignifikan dalammendeteksi fraud.
22
Variabel dependen:Fraud
Suyanto(2009)
FraudulentFinancialStatement:Evidence fromStatement onAuditing StandardNo. 99. GadjahMadaInternationalJournal ofBusiness. 11(1).
Variabelindependen:1. Financial
leverage2. Capital
turnover3. Profitability4. Related party
transaction5. Big 46. Ratio of
inventory andtotal assets
7. Auditor change8. Audit opinion9. Going concern
Variabel dependen:Fraudulentfinancial statement
Profitability danbig 4 berpengaruhsecara negatifsignifikan terhadapfraudulentfinancial statement.
Variabel ratio ofinventory and totalassets dan relatedparty transactionbeperngaruh positifdan signifikanterhadap fraud.
Sedangkan variabelyang menerangkanrasionalisasi(auditor change,audit opinion,going concern),financial leverage,dan capitalturnover tidakberpengaruhterhadap fraud.
Sihombing &Rahardjo(2014)
Analisis FraudDiamond dalamMendeteksiFinancialStatement Fraud:Studi Empirispada PerusahaanManufaktur yangTerdaftar di BursaEfek IndonesiaThaun 2010—2012. DiponegoroJournal ofAccounting. 3(2).
Variabelindependen:1. Financial target2. Financial
stability3. External
pressure4. Nature of
industry5. Ineffective
monitoring6. Change in
auditor7. Rationalization8. Capability
Variabel dependen:Financialstatement fraud
Financial stability,external pressure,nature of industry,rationalizationberpengaruhterhadap financialstatement fraud.
Variabel financialtarget, ineffectivemonitoring, changein auditor, dancapability tidakberpengaruhsignifikan terhadapfinancial statementfraud.
Tiffani dan Deteksi Financial Variabel Financial stability
23
Marfuah(2015)
Statement Frauddengan AnalisisFraud Trianglepada PerusahaanManufaktur yangTerdaftar di BursaEfek Indonesia .Jurnal Akuntansidan AuditingIndonesia. 19(2):112—125.
independen:1. Financial
stability2. External
pressure3. Personal
financial need4. Financial target5. Nature of
industry6. Effective
monitoring7. Rationalization
Variabel dependen:Financialstatement fraud
dan externalpressureberpengaruh positifsignifikan terhadapkecurangan laporankeuangan.
Effectivemonitoringberpengaruhnegatif terhadapkecurangan laporankeuangan.
Personal financialneed, financialtarget, nature ofindustry, danrationalizationtidak berpengaruhsignifikan terhadapkecurangan laporankeuangan.
Annisya et al.(2016)
PendeteksianKecuranganLaporanKeuanganMenggunakanFraud Diamond.Jurnal Bisnis danEkonomi (JBE).23(1): 72—89.
Variabelindependen:1. Financial
stability2. External
pressure3. Financial target4. Nature of
industry5. Opini audit6. Pergantian
direksi
Variabel dependen:Fraudulentfinancial statement
Variabel financialstabilityberpengaruh positifsignifikan terhadapfraudulentfinancial statement.
Variabel externalpressure, financialtarget, nature ofindustry, opiniaudit, danpergantian direksitidak berpengaruhterhadap fraudulentfinancial statement.
Yesiriani danRahayu (2017)
Deteksi FinancialStatement Fraud:Pengujian denganFraud Diamond.Jurnal Akuntansidan AuditingIndonesia. 21(1):49—60.
Variabelindependen:1. Financial
stability2. External
pressure3. Personal
financial need4. Financial target
Variabel externalpressure danrationalizationberpengaruh positifdan signifikanterhadap financialstatement fraud.
Financial stability
24
5. Nature ofindustry
6. Ineffectivemonitoring
7. Change inauditor
8. Rationalization9. Capability
Variabel dependen:financial statementfraud
dan financial targetberpengaruhnegatif dansignifikan terhadapfinancial statementfraud.
Variabel personalfinancial need,nature of industry,ineffectivemonitoring, changein auditor, dancapability tidakbepengaruhterhadap financialstatement fraud.
Sumber: data diolah peneliti, 2019
2.3. Pengembangan Hipotesis
2.3.1. Pengaruh External Pressure Terhadap Fraudulent Financial Statement
Statement on Auditing Standard No. 99 (AICPA, 2002) menyatakan bahwa
tekanan kepada manajemen untuk memenuhi harapan pihak ketiga menjadi salah
satu faktor yang mendorong terjadinya kecurangan laporan keuangan.
Kemampuan untuk memenuhi persyaratan keuangan dalam bursa, membayar
hutang, atau memenuhi perjanjian hutang adalah bentuk tekanan eksternal (pihak
ketiga) yang dialami manajemen perusahaan (Skousen et al., 2009). Selain itu,
manajemen akan merasakan tekanan saat perusahaan memerlukan tambahan
hutang atau modal agar tetap kompetitif, termasuk pembiayaan riset dan
pengembangan belanja modal.
Dalam penelitian ini, tekanan eksternal diproksikan dengan leverage (LEV), yaitu
rasio total hutang terhadap total aset. Apabila perusahaan memiliki leverage yang
tinggi, berarti perusahaan tersebut memiliki hutang yang besar dan risiko kredit
25
yang lebih tinggi pula (Amaliah et al., 2015). Persons (1995) menyatakan bahwa
leverage yang tinggi biasanya dikaitkan dengan potensi pelanggaran perjanjian
pinjaman yang lebih tinggi dan kurangnya kemampuan perusahaan untuk
memperoleh tambahan modal melalui pinjaman. Keadaan tersebut membuat
perusahaan harus menyelamatkan diri agar tetap dianggap mampu
mengembalikan pinjaman. Ketika perusahaan mengalami tekanan eksternal
seperti itu, dapat diidentifikasi terdapat rasio salah saji material yang lebih besar
akibat kecurangan (Lou dan Wang, 2009).
Penelitian yang dilakukan Tiffani dan Marfuah (2015) serta penelitian Yesiriani
dan Rahayu (2017) menyimpulkan bahwa external pressure yang diproksikan
dengan leverage berpengaruh positif signifikan terhadap fraudulent financial
statement. Lou dan Wang (2009) dalam penelitiannya juga menghasilkan
kesimpulan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan
keuangan. Berdasarkan uraian di atas, hipotesis pertama dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
H1: External pressure berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement.
2.3.2. Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap Fraudulent Financial
Statement
Kesempatan adalah adanya kemungkinan untuk melakukan sebuah kejahatan
(Annisya et al., 2016). Kesempatan ini diciptakan oleh kontrol atau sistem tata
kelola yang tidak efektif dan memungkinkan individu di dalam sebuah perusahaan
atau organisasi untuk melakukan penipuan (Abdullahi et al., 2015). Rae dan
Subramaniam (2008) mengatakan kesempatan mengacu pada kelemahan dalam
26
sistem suatu perusahaan atau organisasi dimana karyawan memiliki kekuatan atau
kemampuan untuk melakukan eksploitasi dan membuat kecurangan mungkin
terjadi. Kesempatan untuk melakukan kecurangan mungkin ada ketika pelaku
memiliki pengetahuan yang spesifik mengenai pengendalian intern perusahaan
(Kaseem dan Higson, 2012). Di bidang akuntansi dikenal dengan istilah
kelemahan pengendalian internal.
Sistem pengendalian intern meminimalkan risiko dan mendukung perusahaan
dalam memastikan kredibilitas laporan keuangan dan kepatuhan terhadap hukum
dan peraturan (Spira dan Page, 2003). Di sektor pemerintahan, menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah yang dimaksud dengan sistem pengendalian intern adalah proses yang
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan. Oleh karena itu, kelemahan terhadap sistem pengendalian
internal dalam sebuah perusahaan atau organisasi dapat menjadi alasan terjadinya
kecurangan laporan keuangan.
ACFE (2016) mengungkapkan dalam “Report to the Nations on Occupational
Fraud and Abuse” mengatakan bahwa lemahnya kontrol internal secara langsung
berkontribusi terhadap adanya kecurangan dalam organisasi. Penelitian Kusuma et
al (2017) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pengendalian intern dalam menentukan laporan keuangan yang bebas kecurangan.
Hasil penelitian Hamdani dan Albar (2016) juga menunjukkan hasil kelemahan
27
pengendalian internal diidentifikasi sebagai salah satu alasan terjadinya
kecurangan. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis dalam penelitian ini adalah.
H2: Ineffective monitoring berpengaruh positif terhadap fraudulent financial
statement.
2.3.3. Pengaruh Rationalization Terhadap Fraudulent Financial Statement
Unsur ketiga pendeteksi fraud dalam teori fraud adalah rationalization
(rasionalisasi). Beberapa peneliti pernah mengungkapkan pengertian dari
rasionalisasi. Kassem dan Higson (2012) menyebutkan rasionalisasi sebagai
pembenaran atas perilaku curang sebagai akibat dari kurangnya integritas
karyawan atau berkaitan dengan alasan moral lainnya. Sementara Reskino dan
Anshori (2016) mengatakan rasionalisasi merupakan kecurangan yang disebabkan
oleh adanya indikasi manajemen karena memiliki kepentingan eksesif dalam
menjaga atau meningkatkan harga saham atau tren laba entitas.
Salah satu proksi yang dapat digunakan untuk mengukur rasionalisasi adalah total
akrual. Francis dan Krishnan (1999) berpendapat bahwa prinsip akrual berkaitan
dengan pengambilan keputusan manajemen dan juga memberikan pemahaman
rasionalisasi dalam pelaporan keuangan. Akuntansi berbasis akrual berarti
pencatatan dilakukan berdasarkan pengakuan munculnya hak dan kewajiban,
bukan berdasarkan arus kas semata. Prinsip akrual ini dianggap sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan karena lebih rasional dan adil. Namun prinsip
akrual ini dapat digunakan untuk mengubah laba yang dihasilkan, sehingga
terindikasi sebagai tindakan kecurangan laporan keuangan (Septriani dan
Handayani, 2018). Pihak manajemen dapat memanipulasi pendapatan ataupun
28
pengeluaran saat terjadinya transaksi dengan menaikkan ataupun menurunkan
nilai transaksi, meskipun kas belum dikeluarkan atau diterima (Oktarigusta,
2017).
Husmawati et al (2017) mengatakan bahwa nilai akrual bukanlah nilai riil,
sehinga manajemen dapat memainkan akrual perusahaan untuk mendapatkan nilai
yang diharapkan. Sehingga akrual dapat digunakan oleh manajemen sebagai
alasan untuk membenarkan tindakan manipulasi. Penelitian yang dilakukan oleh
Sihombing dan Rahardjo (2014) menyimpulkan bahwa rasionalisasi yang
diproksikan dengan total akrual dibagi dengan total aset (TACC) berpengaruh
positif terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian tersebut,
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H3: Rationalization berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement.
2.3.4. Pengaruh Capability Terhadap Fraudulent Financial Statement
Wolfe dan Hermanson (2004) menambahkan unsur kapabilitas ke dalam faktor-
faktor yang mempengaruhi kecenderungan kecurangan pelaporan keuangan.
Mereka mengatakan bahwa kecurangan, terutama yang bernilai miliyaran dollar,
tidak akan terjadi tanpa adanya orang yang tepat dengan kemampuan yang tepat
pula mengenai kecurangan tersebut. Sifat-sifat terkait kemampuan pelaku
kecurangan seperti yang dikatakan Wolfe dan Hermanson (2004) adalah position/
function, brains, confidence/ ego, coercion skills, effective lying, dan immunity to
stress.
29
Dari salah satu sifat yang dikemukakan Wolfe dan Hermanson (2004),
menunjukkan bahwa posisi seseorang di dalam suatu perusahaan atau organisasi
dapat menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya kecurangan. Oleh karena
itu, posisi CEO, direksi, ataupun kepala divisi lainnya dapat menjadi faktor
pendukung kecurangan, dengan memanfaatkan posisinya yang dapat
mempengaruhi orang lain guna memperlancar tindak kecurangannya (Annisya et
al., 2016). Mereka yang memiliki jabatan tinggi tersebut mempunyai informasi
yang lebih lengkap dan rinci mengenai perusahaan sehingga kemampuan mereka
untuk melakukan kecurangan semakin besar.
Dalam penelitian ini, kapabilitas diproksikan dengan pergantian atau perubahan
direksi. Perubahan direksi umumnya sarat akan muatan politis dan kepentingan
pihak-pihak tertentu yang memicu munculnya conflict of interest (Sihombing dan
Rahardjo, 2014). Lebih lanjut Sihombing dan Rahardjo (2014) mengatakan
perubahan direksi tidak selamanya berdampak baik bagi perusahaan. Hal ini
karena pergantian direksi dapat dilakukan sebagai salah satu upaya untuk
menyingkirkan direksi yang dianggap mengetahui fraud yang dilakukan
perusahaan serta perubahan direksi dianggap akan membutuhkan waktu adaptasi
sehingga kinerja awal tidak maksimal. Perubahan direksi juga dapat menimbulkan
stress period yang berdampak pada semakin terbukanya peluang fraud (Brennan
dan Laksono, 2015 dalam Annisya et al., 2016).
Penelitian Amaliah et al. (2015) mengatakan bahwa perubahan direksi
berpengaruh terhadap manajemen laba non GAAP. Di dalam sektor pemerintahan,
direksi yang dimaksudkan adalah kepala daerah yang memimpin wilayah
30
provinsi, kota, ataupun kabupaten. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini
mengajukan hipotesis sebagai berikut.
H4: Capability berpengaruh positif terhadap fraudulent financial statement.
2.4. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran sistematis menggambarkan hubungan antara variabel-
variabel pendeteksi kecurangan laporan keuangan terhadap kecurangan laporan
keuangan yang terjadi di pemerintah kabupaten/kota di Indonesia. Kerangka
pemikiran ini didasarkan pada landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu
mengenai kecurangan pelaporan keuangan.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tekanan (Pressure)
External Pressure(X1)
Kesempatan(Opportunity)
IneffectiveMonitoring (X2)
Rasionalisasi(Rationalization)
Rationalization(X3)
Kapabilitas(Capability)
Capability(X4)
Fraudulent FinancialStatement
H1
H2
H3
H4
III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) di Indonesia yang telah diaudit
BPK tahun 2015—2017. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
3.2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintah Dearah di Indonesia
tahun 2015—2017.
3.3. Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus slovin. Rumus ini diperkenalkan pertama kali oleh Slovin
pada tahun 1960. Rumus slovin biasanya digunakan untuk populasi yang
diketahui jumlahnya.
n = N(1 + Ne )
32
n = 542(1 + 542 x 0,1 )n = 84,42368Dengan menggunakan rumus slovin diperoleh sampel penelitian sebanyak
84,42368 atau dibulatkan menjadi 84 sampel.
Dikarenakan pemerintah daerah di Indonesia dibagi ke dalam 34 provinsi dan 542
kabupaten/kota, maka penelitian ini menggunakan proportional stratified random
sampling untuk mendapatkan sebaran sampel yang baik dan mewakili populasi,.
Perhitungan sampel yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Perhitungan Sampel Penelitian
No. Pemerintah Daerah Populasi Perhitungan Sampel1 Provinsi Aceh 24 (24/542) x 84 4
2 Provinsi Sumatera Utara 34 (34/542) x 84 5
3 Provinsi Sumatera Barat 20 (20/542) x 84 3
4 Provinsi Riau 13 (13/542) x 84 2
5 Provinsi Jambi 12 (12/542) x 84 2
6 Provinsi Sumatera Selatan 18 (18/542) x 84 3
7 Provinsi Bengkulu 11 (11/542) x 84 2
8 Provinsi Lampung 16 (16/542) x 84 2
9Provinsi Kepulauan BangkaBelitung
8 (8/542) x 84 1
10 Provinsi Kepulauan Riau 8 (8/542) x 84 1
11 Provinsi DKI Jakarta 1 (1/542) x 84 0
12 Provinsi Jawa Barat 28 (28/542) x 84 4
13 Provinsi Jawa Tengah 36 (36/542) x 84 6
14 Provinsi DI Yogyakarta 6 (6/542) x 84 1
15 Provinsi Jawa Timur 39 (39/542) x 84 6
16 Provinsi Banten 9 (9/542) x 84 1
17 Provinsi Bali 10 (10/542) x 84 2
18 Provinsi Nusa Tenggara Barat 11 (11/542) x 84 2
19 Provinsi Nusa Tenggara Timur 23 (23/542) x 84 4
20 Provinsi Kalimantan Barat 15 (15/542) x 84 2
21 Provinsi Kalimantan Tengah 15 (15/542) x 84 2
33
22 Provinsi Kalimantan Selatan 14 (14/542) x 84 2
23 Provinsi Kalimantan Timur 11 (11/542) x 84 2
24 Provinsi Kalimantan Utara 6 (6/542) x 84 1
25 Provinsi Sulawesi Utara 16 (16/542) x 84 2
26 Provinsi Tengah 14 (14/542) x 84 2
27 Provinsi Sulawesi Selatan 25 (25/542) x 84 4
28 Provinsi Sulawesi Tenggara 18 (18/542) x 84 3
29 Provinsi Gorontalo 7 (7/542) x 84 1
30 Provinsi Sulawesi Barat 7 (7/542) x 84 1
31 Provinsi Maluku 12 (12/542) x 84 2
32 Provinsi Maluku Utara 11 (11/542) x 84 2
33 Provinsi Papua 30 (30/542) x 84 5
34 Provinsi Papua Barat 14 (14/542) x 84 2542 84
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam peneltian ini menggunakan opini audit. Opini audit
adalah penyataan auditor mengenai kewajaran dalam suatu laporan keuangan.
Beasley et al. (2010) dalam penelitiannya melihat perbedaan opini audit
perusahaan yang terindikasi kecurangan dan perusahaan yang tidak terindikasi.
Beasley et al. (2010) melihat bahwa perusahaan yang terindikasi melakukan
kecurangan mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian yang disertai dengan
bahasa penjelas, sedangkan perusahaan yang tidak terindikasi mendapat opini
wajar tanpa pengencualian tanpa bahasa penjelas tambahan. Opini audit
digunakan sebagai ukuran tingkat kecurangan karena proses audit dilakukan
dengan standar audit dan dirancang untuk mendapatkan tingkat kepastian yang
layak bahwa laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian yang material
(Subramanyan dan Wild, 2008). Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
34
menyebutkan bahwa tujuan dari pemeriksaan keuangan adalah untuk memperoleh
keyakinan memadai sehingga pemeriksa mampu memberikan opini bahwa
laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, atas
kesesuaian dengan standar akuntansi, kecukupan pengungkapan, kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian
intern.
Opini audit dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ada lima
jenis, yaitu:
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas, diberikan karena
keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf
penjelasan dalam laporan auditnya.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian, menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan standar, kecuali untuk
dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
4. Pendapat tidak wajar, menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan
secara wajar laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
tertentu sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.
35
5. Pendapat tidak memberikan pendapatan, dikeluarkan ketika pemeriksa tidak
dapat memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu
dasar bagi opini pemeriksaan.
Namun, opini audit bukanlah alat ukur yang paling sesuai dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan. Keterbatasan opini audit dalam mendeteksi
kecurangan dikarenakan seorang auditor hanya mengetahui apa yang diperoleh
berdasarkan pengambilan sampel dan tidak mengetahui semua fakta. Selain itu
banyak pos laporan keuangan yang tidak dapat diukur secara tepat, sehingga
auditor hanya menelaah kewajaran pengukuran ini (Subramanyam dan Wild,
2008). Beasley et al. (2010) mengungkapkan masih diperlukan penelitian lebih
lanjut mengenai ketekaitan antara opini audit dan kecurangan. Dalam
pemerintahan Indonesia, Gunarwanto (2017) juga mengatakan opini wajar tanpa
pengecualian tidak menjamin tidak adanya korupsi.
3.4.2. Variabel Independen
3.4.2.1. External Pressure
External pressure merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk
memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga (Sihombing dan Rahardjo,
2014). Kemampuan memenuhi persyaratan bursa, membayar hutang, atau
memenuhi perjanjian hutang adalah bentuk tekanan eksternal yang dialami
manajemen (Skousen et al., 2009). Skousen et al. (2009) juga mengungkapkan
manajemen mungkin merasakan tekanan saat perusahaan memerlukan tambahan
hutang atau modal agar tetap kompetitif, termasuk untuk pembiayaan riset dan
pengembangan belanja modal.
36
External pressure dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan financial
leverage ratio (LEV), yaitu rasio kemampuan suatu entitas dalam membayar
kewajibannya. Rasio leverage juga dapat melihat sejauh mana hutang tersebut
dapat ditutupi dengan aset. Rasio leverage dirumuskan dengan:
LEV =
3.4.2.2. Ineffective Monitoring
Ineffective monitoring merupakan proksi dari unsur opportunity atau kesempatan.
Rae dan Subramaniam (2008) mengatakan kesempatan mengacu pada kelemahan
dalam sistem suatu perusahaan dimana karyawan memiliki kemampuan untuk
mengeksplorasi dan membuat kecurangan mungkin terjadi. Efektif atau tidaknya
suatu sistem pengawasan atau pengendalian hanya bisa ditentukan apabila sistem
tersebut telah berjalan. Lemahnya suatu desain sistem sangat mempengaruhi
efektivitas untuk menyajikan laporan keuangan secara wajar dan cukup
(Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 3 tentang Laporan Hasil Pemeriksaan
atas Laporan Keuangan). Oleh karena itu, variabel ketidakefektifan pengawasan
dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan jumlah temuan dari kelemahan
pengendalian intern pemerintah daerah yang diungkapkan dalam Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) BPK RI. Temuan yang harus diungkapkan dalam LHP BPK
RI meliputi lemahnya desain sistem, tidak dilaksanakannya desain sistem,
pelaksanaan yang tidak sesuai desain sistem, gagalnya desain sistem serta dampak
gagalnya pelaksanaan sistem.
37
3.4.2.3.Rationalization
Rasionalisasi merupakan pembenaran atas perilaku curang sebagai akibat dari
kurangnya integritas karyawan atau berkaitan dengan alasan moral lainnya
(Kaseem dan Higson, 2012). Rasionalisasi diproksikan dengan TACC, yaitu total
akrual dibagi dengan total aset. Subramanyam dan Wild (2008) mengatakan
akrual merupakan jumlah penyesuaian akuntansi yang membuat laba bersih
berbeda dari arus kas bersih. Penyesuaian akrual ini dicatat setelah membuat
asumsi dan estimasi yang layak tanpa mengorbankan keandalan informasi secara
material. Oleh karena penyesuaian akrual dicatat setelah adanya asumsi dan
estimasi, akrual dapat digunakan manajemen untuk menaikkan atau menurunkan
laba yang mengarah pada kecurangan laporan keuangan.
Total akrual dapat diukur dengan menggunakan akun-akun dalam neraca atau
akun-akun dalam laporan arus kas. Hribar dan Collins (2002) dalam penelitiannya
menemukan bahwa menggunakan pendekatan neraca lebih berpotensi mengalami
kesalahan. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan arus kas untuk
mengukur total akrual, sesuai dengan penelitian Pellicer et al. (2013) yang dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:ACCR = −DY + COFO = COFO − DYDimana,
ACCR : total akrual
DY : surplus (defisit) pemerintah daerah
COFO : arus kas bersih dari aktivitas operasi
38
Maka TACC dirumuskan sebagai berikut:
TACC =
3.4.2.4.Capability
Wolfe dan Hermanson (2004) mengatakan capability adalah sifat dan kemampuan
yang memainkan peran utama dalam membuat kecurangan benar-benar terjadi,
ditambah dengan adanya ketiga faktor lainnya. Adanya kesempatan membuka
pintu bagi kecurangan, kemudian insentif serta rasionalisasi dapat menarik
seseorang kea rah kecurangan. Tetapi orang tersebut harus memiliki kemampuan
dalam mengenali kesempatan tersebut dan memanfaatkannya untuk membuat
kecurangan dapat terjadi (Wolfe dan Hermanson, 2004).
Capability dalam penelitian ini dilihat dari pergantian direksi atau dalam
pemerintahan daerah dilihat dari pergantian kepala daerah (regional head
change). Adanya pergantian ini dilakukan untuk menyingkirkan orang yang
dianggap mengetahui celah dalam melakukan kecurangan. Pergantian Pergantian
kepala daerah (RHCHANGE) ini diukur dengan menggunakan dummy variable,
dimana kode 1 diberikan apabila terdapat pergantian kepala daerah dan kode 0
apabila tidak mengalami pergantian. Pergantian kepala daerah
3.5. Metode Analisis
Analisis data adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengolah data menjadi
informasi sehingga karakteristik dari data tersebut dapat dipahami dan bermanfaat
39
untuk solusi dalam permasalahan penelitian. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan software SPSS versi 25.
3.5.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau digeneralisasi.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
3.5.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel-variabel dalam model
regeresi terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang
memiliki nilai residual yang terdistribusi secara normal (Priyastama, 2017).
Beberapa metode uji normalitas, yaitu menggunakan grafik normal P-P plot of
regression atau dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov. Dalam penelitian
ini, uji normalitas yang digunakan adalah grafik P-P plot of regression, di mana
untuk menentukan normal atau tidaknya data dengan melihat penyebaran data
pada sumber diagonal grafik. Apabila titik-titik menyebar disekitar garis diagonal
maka nilai residual dalam penelitian ini terdistribusi normal.
40
3.5.2.2. Deteksi Multikoleniaritas
Deteksi multikoleniaritas ini dilakukan untuk membuktikan apakah dalam model
regresi tidak ada korelasi antar variabel independennya. Multikoleniaritas muncul
jika diantara variabel independennya memiliki korelasi yang tinggi dan
menimbulkan kesulitan dalam memisahkan efek dari satu variabel independen
terhadap variabel dependen dari efek variabel lainnya. Untuk menguji masalah
multikoleniaritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Inflation Factor (VIF).
Kriteria dalam uji multikoleniaritas ini adalah:
1. Nilai Tolerance
a. Nilai Tolerance > 0,10, maka tidak terjadi multikoleniaritas.
b. Nilai Tolerance < 0,10, maka terjadi multikoleniaritas.
2. Nilai VIF
a. Nilai VIF < 10,00, maka tidak terjadi multikoleniaritas.
b. Nilai VIF > 10,00, maka terjadi multikoleniaritas.
3.5.2.3.Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah residual dari model yang
terbentuk memiliki varians yang konstan atau tidak. Dampak adanya
heterokedastisitas adalah tidak efisiennya proses estimasi dan menyebabkan hasil
uji-t dan uji-F menjadi tidak berguna. Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu menggunakan gambar scatterplots, uji Glejser, uji
koefisien korelasi Spearman’s Rho, atau dengan uji Park. Penelitian ini
41
menggunakan uji koefisien korelasi Spearman’s Rho dengan tingkat signifikansi
0,05. Dasar kriteria dalam uji ini adalah:
1. Nilai signifikansi (2-tailed) > 0,05, tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Nilai signifikansi (2-tailed) < 0,05, terhadi heteroskedastisitas.
3.5.2.4.Uji Autokorelasi
Autokorelasi menunjukkan hubungan antara residual satu observasi dengan
residual observasi lainnya. Autokorelasi akan menyebabkan varians sampel tidak
akan dapat menggambarkan varians populasinya sehingga timbul bias. Pengujian
autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin-Watson atau dengan Run Test. Dalam
hal ini peneliti menggunakan uji Run Test.
Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) < 0,05 maka terdapat gejala autokerelasi.
2. Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka tidak terdapat gejala
autokorelasi.
3.5.3. Pengujian Hipotesis
3.5.3.1. Uji Parsial (Uji t)
Uji parsial digunakan untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen secara
parsial (individual) berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Dasar
pengambilan keputusan untuk uji t parsial dalam analisi regresi adalah sebagai
berikut.
1. Berdasarkan nilai t hitung dan t tabel
42
a. Jika nilai t hitung > t tabel, maka variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen.
b. Jika nilai t hitung < t tabel, maka variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2. Berdasarkan nilai signifikansi hasil output hitung
a. Jika nilai sig. < 0,05, maka variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Hal ini berarti H0 diterima.
b. Jika nilai sig. > 0,05, maka variabel independen tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini berarti H0 ditolak.
3.5.3.2.Koefiisen Determinasi (R Square)
Uji koefisien determinasi (R Square) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
model dalam menerangkan variasi variabel independen dengan syarat hasil uji F
dalam analisis regresi bernilai signifikan. Sebaliknya, jika hasil dalam uji F tidak
signifikan maka nilai koefisien determinasi tidak dapat digunakan untuk
memprediksi kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai
signifikansi yang digunakan dalam uji F adalah sebesar 5 persen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Jika nilai R Square kecil, berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen
sangat terbatas. Jika nilai R Square mendekati 1, berarti variabel-variabel
independen memberi hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.
43
3.5.4. Analisis Regresi
Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
FRAUD = β0 + β1LEV + β2ICW + β3TACC + β4RHCHANGE + ε
Dimana:
FRAUD = opini audit BPK, nilai 1 digunakan untuk LKPD dengan opini
WTP, nilai 2 untuk opini WTP DPP, nilai 3 untuk opini WDP,
nilai 4 untuk opini TW, dan nilai 5 untuk opini TMP.
β0 = konstanta
β1,2,3,4 = koefisien regresi variabel
LEV = rasio total kewajiban terhadap total aset
=
ICW = jumlah temuan audit dari kelemahan pengendalian internal
TACC = rasio total akrual dibagi dengan total aset
=
RHCHANGE = variabel dummy, kode 1 jika pemerintah daerah melakukan
pergantian kepala daerah dalam 2 tahun pengamatan, kode 0 jika
tidak
ε = error
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari faktor pendorong
terjadinya kecurangan pelaporan keuangan berdasarkan teori fraud diamond pada
pemerintah daerah di Indonesia tahun 2015—2017. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa faktor opportunity, yaitu ineffective monitoring yang
diproksikan dengan temuan audit LHP BPK RI atas kelemahan sistem
pengendalian intern berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
kecurangan pelaporan keuangan. Hal ini berarti semakin banyak temuan BPK atas
kelemahan sistem pengendalian intern pemerintah, dapat menjadi indikasi
terjadinya kecurangan pelaporan keuangan.
Namun faktor pressure, yaitu external pressure yang diproksikan dengan leverage
(LEV), rationalization yang diproksikan dengan rasio total akrual dan total aset
(TACC), dan capability yang diukur dengan pergantian kepala daerah tidak
memiliki pengaruh terhadap kecurangan pelaporan keuangan. Hal ini terjadi
karena teori fraud diamond yang diungkapkan oleh Wolfe dan Hermanson (2004)
dilakukan pada sektor swasta atau privat yang memiliki karakteristik yang
berbeda dengan sektor pemerintahan.
65
5.2. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki keterbatasan sebagai berikut:
1. Terbatasnya sumber referensi penelitian sektor publik (pemerintahan) untuk
pemilihan pengukuran variabel dan pengambilan keputusan dalam penelitian.
2. Peneliti menggunakan opini audit untuk mengukur kecurangan laporan
keuangan, namun pengukuran ini masih jarang digunakan sehingga masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut.
3. Faktor external pressure yang diukur dengan leverage ratio masih dibutuhkan
penelaahan lebih lanjut dikarenakan karakteristik hutang sektor publik,
terutama pemerintahan, berbeda dengan sektor swasta.
4. Penggunaan total akrual sebagai salah satu faktor terjadinya kecurangan
masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut dikarenakan perbedaan penggunaan
basis akrual antara sektor swasta dengan sektor publik.
5. Pergantian kepala daerah yang menjadi proksi kapabilitas diperlukan
penelitian lebih lanjut dikarenakan pergantian ini dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, sehingga belum menggambarkan kapabilitas
secara penuh.
6. Data yang digunakan hanya data sekunder, sedangkan faktor-faktor dari fraud
diamond juga dapat dilihat dari persepsi pegawai pemerintah dan kepala
daerah melalui kuesioner.
66
5.3. Saran
Terdapat beberapa saran yang diberikan penulis untuk penelitian selanjutnya,
yaitu:
1. Penelitian selanjutnya dapat menggabungkan data sekunder dan data primer
melalui kuesioner sehingga dapat memperbanyak pilihan proksi variabel,
terutama untuk variabel rasionalisasi.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menemukan pengukuran terhadap
kecurangan laporan keuangan pemerintah daerah yang lebih akurat.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menemukan sumber referensi yang
lebih baik mengenai penggunaan total akrual, leverage, dan pergantian kepala
daerah sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kecurangan.
4. Peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel-variabel yang lebih tepat
untuk mengukur faktor yang mempengaruhi kecurangan laporan keuangan di
sektor publik.
DAFTAR PUSTAKA
Adebisi dan Gbegi. 2015. Fraud and the Nigerian Public Sector Performance: TheNeed for Forensic Accounting. International Journal of Business,Humanities and Technology. 5(5): 67—78.
Abdullahi R., Noorhayari Mansor dan Muhammad S. Nuhu. 2015. Fraud TriangleTheory and Fraud Diamond Theory: Understanding the Convergent andDivergent for Future Research. European Journal of Business andManagement. 7(28): 30—37.
Albrecht, W. S., Chad Albrecht dan Conan C. Albrecht. 2008. Current Trends inFraud and its Detection. Information Security Journal: A GlobalPerspective. 17(2): 2—12.
Amaliah, Bese Nur, Yeni Januarsi dan Ewing Y. Ibrani. 2015. Perspektif FraudDiamond Theory dalam Menjelaskan Earnings Management Non-GAAPpada Perusahaan Terpublikasi di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan AuditingIndonesia. 19(1): 51—67.
American Institute of Certified Public Accountant (AICPA). 2002. SAS No.99—Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit.
Annisya, M., Lindrianasari dan Yuztitya A. 2016. Pendeteksian KecuranganLaporan Keuangan Menggunakan Fraud Diamond. Jurnal Bisnis danEkonomi (JBE). 23(1): 72—89.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). 2016. Report the Nations onOccupational Fraud and Abuse.
Beasley, M. S., Joseph V. Carcello, Dana R. Hermanson dan Terry L. Neal. 2010.Fraudulent Financial Reporting 1998—2007: An Analysis of US PublicCompanies. Committee of Sponsoring Organizations of the TreadwayCommision.
Cressey, D.R. 1953. Others People Money, A Study in the Social psychology ofEmbezzlement. Montclair: Patterson Smith.
Fimanaya, Fira dan Syafruddin, Muchamad. 2014. Analisis Faktor-Faktor yangMempengaruhi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi Empiris padaPerusahaan Non Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun2008—2011). Diponegoro Journal of Accounting. 3(3): 1—11.
Fitzsimons, Vincent G. 2008. A trouble Relationship: Corruption and Reform ofthe Public Sector in Development. Munich Personal RePEc Archive.
Francis, J. R. dan Krishnan, J. 1999. Accounting Accruals and Auditor ReportingConservatism. Contemporary Accounting Research. 16(1): 135—165.
Gunarwanto. Opini WTP dan Korupsi. BPK (go). Koran Kontan. 22 Juni 2017.Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.https://www.bpk.go.id/news/opini-wtp-dan-korupsi. Diakses pada 13Agustus 2019.
Halim, Abdul dan Abdullah, Syukriy. 2006. Hubungan dan Masalah Keagenan diPemerintah Daerah: Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi.Jurnal Akuntansi Pemerintahan. 2(1): 53—64.
Hamdani, Rizki dan Albar, Ahmad R. 2016. Internal Control in Fraud PreventionEffort: A Case Studi. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. 20(2):127—135.
Hribar, Paul dan Collins, D. W. 2002. Errors in Estimating Accruals: Implicationsfor Empirical Research. Journal of Accounting Research. 40(1): 105—134.
Husmawati, P., Yossi Septriani, Irda Rosita dan Desi Handayani. 2017. FraudPentagon Analysis in Assessing the Likehood of Fraudulent FinancialStatement (Study on Manufacturing Firms Listed in Bursa Efek IndonesiaPeriod 2013—2016). International Conference of Applied Science onEngineering, Business, Linguistics and Information Technology .
Indonesia Corruption Watch (ICW). Tren Korupsi 2017.
Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: ManagerialBehavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of FinancialEconomics. 3(4): 305—360.
Kassem, R. dan Higson, A. W. 2012. The New Fraud Triangle Model. Jornal ofEmerging Trends in Economics and Management Sciences. 3(3): 191—195.
Kusuma, I. Perdana, H. D. dan Suranta, S. Fraudulent Financial Reporting byDistrict/Municipal Government in Indonesia. Asia Pacific Fraud Journal.2(1): 27—48.
Lou, Y.-I dan Wang, M.-L. 2009. Fraud Risk Factor of the Fraud TriangleAssesing the Likelihoof of Fraudulent Financial Reporting. Journal ofBusiness & Economics Research. 7(2): 61—78.
Mardiasmo.2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI.
Moe, T. M. 1984. The New Economics of Organization. American Journal ofPolitical Science. 28(4): 739—777.
Oktarigusta, Lutfiana. 2017. Analisis Fraud Diamond untuk MendeteksiTerjadinya Financial Statement Fraud di Perusahaan (Studi Empiris padaPerusahaan Manufaktor yang Terdaftar di BEI Tahun 2012—2015). JurnalEkonomi Manajemen Sumber Daya. 19(2): 93—108.
Pellicer, M. J., Ron Hodges dan Caridad Marti. 2013. Earnings Management inEnglish Local Government: Determining Factors and Instruments. XVIICongreso AECA.
Persons, Obeua S. 1995. Using Financial Statement Data to Identify FactorsAssociated with Fraudulent Financial Reporting. Journal of AppliedBusiness Research. 11(3): 38—46.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2007 Tentang PedomanPemeriksaan dalam Rangka Berakhirnya Masa Jabatan Kepala Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 TentangPengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 Tentang SistemPengendalian Intern Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang StandarAkuntansi Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011 TentangPinjaman Daerah.
Pernyataan Standar Pemeriksaan Nomor 03 Badan Pemeriksa Keuangan RepublikIndonesia tentang Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan
Priyastama, Romie. 2017. Buku Sakti Kuasai SPSS: Pengolahan Data & AnalisisData. Yogyakarta: Start Up.
Rae, Kirsty dan Subramaniam, Nava. 2008. Quality of Internal ControlProcedures: Antecedents and Moderating Effect on Organisational Justiceand Employee Fraud. Managerial Auditing Journal. 23(2): 104—124.
Reskino dan Anshori, M. Fakhri. 2016. Model Pendeteksian Kecurangan LaporanKeuangan dengan Analisis Fraud Triangle. Jurnal AkuntansiMultiparadigma (JAMAL). 7(2): 256—269.
Septriani, Yossi dan Handayani, Desi. 2018. Mendeteksi Kecurangan LaporanKeuangan dengan Analisis Fraud Pentagon. Jurnal Akuntansi, Keuangan,dan Bisnis. 11(1): 11—23.
Shelton, Austin M. 2014. Analysis of Capabilities Attributed to the FraudDiamond. Undergraduated Honors Theses. Paper 213.
Sihombing, Kennedy Samuel dan Rahardjo, Shiddiq Nur. 2014. Analisis FraudDiamond dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud: Studi Empiris padaPerusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)Tahun 2010—2012. Diponegoro Journal of Accounting. 3(2): 1—12.
Skousen, C. J., Kevin R. Smith dan Charlotte J. Wright. 2009. Detecting andPredicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of the FruadTriangle and SAS No. 99.
Spira, Laura F. dan Page, Michael. 2003. Risk Management: The Reinvention ofInternal Control and the Changing Role of Internal Audit. Accounting,Auditing & Accountability Journal. 16(4): 640—661.
Stalebrink, O. J. dan Sacco, J. F. 2007. Rationalization of Financial StatementFraud in Government: An Austrian Perspective. Critical Perspectives onAccounting. 18: 489—507.
Subramanyam, K. R. dan Wild, J. J. 2008. Analisis Laporan Keuangan Buku 1Edisi 10. Jakarta: Salemba Empat.
Suyanto. 2009. Fraudulent Financial Statement: Evidence from Statement onAuditing Standar No. 99. Gadjah Mada International Journal of Business.11(1): 117—144.
Tiffani, Laila dan Marfuah. 2015. Deteksi Financial Statement Fraud denganAnalisis Fraud Triangle pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar diBursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia. 19(2):112—125.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan PemerintahPengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang PemilihanGubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang
Wolfe, D. T. dan Hermanson D. R. 2004. The Fraud Diamond: Considering theFour Elements of Fraud. The CPA Journal. 74(12): 38—42.
Yesiriani, Merissa dan Rahayu, Isti. 2017. Deteksi Financial Statement Fraud:Pengujian dengan Fraud Diamond. Jurnal Akuntansi dan AuditingIndonesia. 21(1): 49—60.
Zakaria, K. M., Nawawi, A. dan Salin, A. S. 2016. Internal Controls and Fraud –Emperical Evidence from Oil & Gass Company. Journal of FinancialCrime. 23(4): 1—17.