ANALISIS DAMPAK PROGRAM PEMBANGUNAN GAMPONG...
Transcript of ANALISIS DAMPAK PROGRAM PEMBANGUNAN GAMPONG...
JURNAL EKONIS, Vol. 5, No. 2, Agustus 2008 ISSN 1693-8852
ANALISIS DAMPAK PROGRAM PEMBANGUNAN GAMPONG (PPG)
TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA MISKFN
DI KABUPATEN ACEH UTARA
Rusydi, T.Zulkarnain*
ABSTRACT
The objective of this research is to know the impact of the PPG and BLT program and also
the number of working hours in increasing the income of poor families in reducing the
number of poor people. The research was taking place in North Aceh regency of Aceh
province by selecting as many as 3 of 22 sub-district that receive assistance. It is analyzed the
impact of PPG in order to decrease poverty through increased income of poor families, and
the variable that will be examined is the income ot poor families, the influence of other
income such as working hours and other assistance such as direct cash assistance(BLT).
Results of research are the poor who get PPG assistance just as much as 67.28% while the
remaining 33.72% of the recipients are not poor. Based on income indicator value at 0, 0647,
it shows that assistance receivers' income increased by 6.47%.While using double linear
regression method, we find that PPG can increase partially the income of people who receive
the assistance. I( proves that PPG can increase poor families' income and reduce poverty as
much as 3.39%. However, poor families' income will increase up to 54.85% if the increase ui
ine number of working hours and increased by 33.63% vviih an increase in the amount ol
direct cash assistance (BLT) received by poor families. Average income of poor people in the
North Aceh Regency is 15.47% below the poverty limit, wish the gap in income distribution
among the poor population of 4.55%. The increase in income due to the PPG assistance of
6,47% has not been sufficient to increase the income of poor families above the poverty limit,
because the average income of poor people 15.47% under the poverty limit,
PENDAHULUAN
Persoalan kemiskinan yang timbul merupakan suatu masaiah utama yang hams
dihadapi oleh pemerintah dnlani mclaksanakan pembaneunan. karena kemiskinan
menyebabkan pcnduduk tidak manipu memenuhi kebuUihan pokoknya yang sesuai dengait
standar kualitas hidup yang baik. Untuk mengatasi hal tersebut pemeriutah perlu
merigidentifikasi faktor-faktor penyebab kemiskinan yang terjadi. Penyebab kemiskinan
diakibatkan oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi
budaya malas, kebiasan bunik, Keterampilan yang dimiliki masih rendah, dan faktor
kekurangan fisik lainnya. Sedangkan faktor eksternal meliputi masih maraknya korupsi,
kebijakan-kebijakan pemerintah dalam pembangunan yang tidak memperhatikan kebutuhan
masyarakat bawah, seperti sektor pendtdikan, kesehatan dan sektor dasar lainnya.
Kedua faktor penyebab kemiskinan di atas sating terkait dalam menciptakan kemiskinan,
sehingga sangat sulit untuk menentukan diantara kedua faktor tersebut yang sangat berperan
dalam menciptakan kemiskinan. Akibat kemiskinan menyebabkan rendahnya tingkat
pendidikan yang dapat diperoleh, sehingga tingkat keterampilan atau tingkat penguasaan
tekiiologi juga menjadi rendah. Dalam hal ini berpengaruh dalam persaingan memperoleh
kesempatan kerja, yang pada akhirnya nienyebabkan pendapatannya menjadi rendah,
sehingga membuat keadaannya menjadi miskin. Begitu juga jika pemerintah menerapkan
kebijakan yang tidak tepat pada pembangunan sektor kesehatan akan nienyebabkan
masyarakat tidak dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang baik, sehingga akan
mempengaruhi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Selanjutnya akan
mempengaruhi terhadap pendapatannya yang menjadi rendah, sehingga pada akhirnya juga
akan melahirkan kemiskinan.
Akibat krisis ekonomi yang menekan perekonomian Indonesia yang terjadi pada taluin
1997 telah membawa dampak yang buruk terhadap Negara Indonesia termasuk di dalamnya
Kabupaten Aceh Utara. Dampak dari krisis tersebut masih terasa dan belum pulih benar
sampai sekarang ini. Salah satunya dapat dilihat melalui angka kemiskinan yang masih cukup
tinggi terutama di Kabupaten Aceh Utara. Keadaan ini diperparah lagi dengan terjadinya
konflik bersenjata antara TNI/POLRI dan GAM sejak tahun 1998 sampai 2005, serta bencana
gempa dan tsunami yang menimpa wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada akhir
tahun 2004, yang berakibat terhambatnya pembangunan di segala bidang, hancumya sarana
dan prasarana umuin, clan hilangnya sumber-swnber perekonomian di seluruh wilayah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam umumnya dan Kabupaten Aceh Utara kluisusnya.
Keadaan tersebut berdampak pada meningkatnya angka kemiskinan yang rclatif tinggi di
Kabupaten Aceh Utara. hi! dapal dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Jumlah Kcpaia Keluarga, Kepala Keluarga Miskin, dan Persentase Keluarga MiskinKabupaten Aceh Utara (Tahun 2001 - 2003-2005)
No
Tahun
Jumlah KK
Jumlah KK Miskin
Persentase KK Miskin
1 2 3
2001 2003 2005
96.992 104.141 106.682
42.216 46.344 55.438
43,53 44,51 51,97
Sumber : BPS dan BAPPEDA Kabupaten Aceh Utara.
Pada Tabel di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan keluarga miskin di
Kabupaten Aceh Utara dari tahun 2001 hingga tahun 2005 yang cukup besar. dan angka
tersebut masih cukup tinggi dari rata-rata angka kemiskinan tingkat nasional yaitu sekitar
17,4% pada tahun 2003. Data tersebut juga terlihat bahwa peningkatan jumlah keluarga
miskin yang terjadi dari tahun 2001 sampai 2005 yaitu 8,44% atau rata-rata pertambahan
keluarga miskin 2,11% per tahun.
Program penanggulangan kemiskinan di Indonesia telah dilakukan sejak zaman
penjajahan yaitu melalui transmigrasi. Program ini disamping untuk pemerataan penduduk
tetapi dapat juga mengurangi jumlah penduduk miskin pada suatu daerah dengan pemberian
harapan baru dalam upaya peningkatan pendapatannya. Pada masa orde baru sampai sekarang
ini pemerintah telah meluncurkan berbagai Inpres dalam rangka penanggulangan kemiskinan,
seperti Inpres Kesehatan, Inpres Pasar. Inpres Pendidikan dan terakhir Inpres Desa Tertinggal
(1DT), namun masih banyak program dan proyek penanggulangan kemiskinan lainnya
seperti Program Tabungan Keluarga Sejahtera (Takesra), Kredit Usaha Keluarga Sejahtera
(Kukesra), Proyek Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Program
Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskman Perkotaan (P2KP).
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dalam mendnkung program-program dari pemerintah
pusat juga telah ikut berperan aktif dalam menanggulangi kcmiskinan di daerahnya dengan
salah satu program utamanya adalah Program Pembangunan Gampong (PPG) dengan sumber
dana dari APBD Kabupaten.
Salah satu upaya yang diiakukan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dalam rangka
mengurangi kemiskinan di daerahnya yaitu dengan meliincurkan program PPG yang berpola
seperti pola program PPK yang dibiayai Bank Dunia. Sumber dana untuk PPG adalah dari
APBD Kabupaten Aceh Utara yang dialokasikan selama dua tahun anggaran yaitu Tahun
Anggaran 2002 dan 2003 yang diperuntukkan untuk biaya operasional, bidang sarana dan
prasarana, dan bidang ekonomi produktif, serta bidang sosial kemasyarakatan.
Berdasarkan bidang-bidang yang didanai dalam PPG, bidang ekonomi produktif yaitu
pemberian modal usaha untuk kegiatan di sektor pertanian dan tanaman pangan, perkebunan,
perikanan. peternakan, industri dan perdagangan kecil merupakan bidang bantuan PPG yang
berdampak langsung terhadap peningkatan pendapalan masyarakat terutama keiuarga miskin.
Bidang ekonomi produktif ini inendapat bantuan PPG sebesar Rp. 64.335.576.750,- (30.61%
dari total bantuan iangsung dana PPG). Ha! ini menjadi dasar untuk melihat dampak program
PPG terhadap pendapalan tnasyarakat miskin.
Untuk bidang prasarana dan sarana yang meiiputi kegiatan pembangunan jalan dan
jembatan desa, saluran irigasi, MCK. Polindes, pcrsampahan. sehingga tidak berdampak
langsung terhadap pendnpatan masyarakat. Bidang ini mendapat bantuan PPG sebesar Rp.
128.742.260.250.- (61.26%). Begitu juga halnya dengan bidang sosial kemasyarakatan yang
inendapat bantuan PPG sebesar Rp.7.837.340.00Q,- (3.73%) yang dapat digunakan untuk
kegiatan pembangunan dan pembinaan balai pengajian. pembinaan kepemudaan dan olah
raga, kesenian. serta pembinaan PKK.
Penggunaan dan pemantaatan dana PPG sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat,
karcna merekalah yang paling mengetahui kebutuhan sarana dan prasarana yang paling
mendesak dan usaha yang dapat diiakukan untuk dapat meningkatkan pendapatannya.
Sehingga diharapkan penggunaan dana PPG dapat tepal sasaran. Dana PPG yang telah
dialokasikan sejak tahun anggaran 2002 dan 2003, tetapi pelaksanaan PPG bam direaiisasikan
pada tahun 2004 dan 2005. Hal ini diiakukan, mengingat situasi dan kondisi di Kabupaten
Aceh Utara pada saat tersebut masih dalam keadaan konflik, dan dikhawatirkan dana tersebut
tidak tepat sasaran sehingga Pemerintah Kabupaten Aceh Utara rnenunda sementara
penggunaan dana lersebut.
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara sangat serius dalam penanggulangan kemiskinan,
dimana seluruh desa (gampong) yang berjumlah 852 gampong di Kabupaten Aceh Utara
mendapat bantuan langsung dana PPG. Selain mendapat dana bantuan, gampong-gampong di
Kabupaten Aceh Utara juga mendapat bantuan salah salu program penanggulangan
kemiskinan dari pemerintah pusat yaitu program PPK. dimana program tersebut bertujuan
menanggulangi kemiskinan di pedesaan melalui pembangunan infrastruktur desa dan
pemberian modal usaha. Dan pada tahun 2005 keluarga miskin di Kabupaten Aceh Utara juga
mendapat Bantuan Langsung Tunai yang berasal dari dana kompensasi bahan bahan minyak.
Kedua bantuan ini juga berpengaruh terhadap pendapatan keluarga miskin, tetapi
kenyataannya jumlah penduduk miskin di Kabupaten Aceh Utara masih tetap tinggi.
Kenyataan yang didapat tersebut mengundang banyak pertanyaan diantaranya
kemungkinan program tersebut kurang tepat sasaran, atau tidak adanya kelanjutan dari
program tersebut, atau kemungkinan lain terjadinya peningkatan jumlah penduduk miskin
akibat adanya konflik dan bencana gempa serta tsunami yang melanda Kabupaten Aceh
Utara. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada dampak PPG yang diterapkan dalam
penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Aceh Utara, terutama dalam hal peningkatan
pendapatan keluarga miskin.
Perumusan Masalah
Program PPG telah selesai dilaksanakan selama dua tahap dan mendapat respon cukup
positif dari masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya, tetapi perlu dipertanyakan kenapa
dana yang telah dianggarkan pada Tahun Anggaran 2006 tidak dilaksanakan atau dihentikan,
sedangkan respon masyarakat terhadap hasil pelaksanaan PPG cukup positif. Sehingga perlu
dilakukan penelitian terhadap program tersebut dalam menanggulangi kemiskinan melalui
upaya peningkatan pendapatan keluarga miskin, dan juga berguna untuk menentukan
kebijakan penanggulangan kemiskinan melalui program-program pembangunan lainnya di
masa yang akan datang. Hasil identifikasi pennasalahan yang muncul dapat dirumuskan
sebagai berikut: apakah kebijakar. penanggulangan kemiskinan melalui program PPG dan
BLT serta jumlah jam kerja berdampak terhadap peningkatan pendapatan keluarga miskin
dan dapat mengurangi jumlah penduduk miskin.
TINJAUAN PUSTAKA
Kemiskinan
Pengertian kemiskinan dan tolok ukur yang digunakan sangat beragam yang telah
dikemukakan oleh para ahli atau badan yang berwenang dalam hal kemiskinan. Menurut
Todaro (2002:194) kemiskinan terbagi dua, kemiskinan absolut dan kemiskinan reiatif,
kemiskinan absolut memberikan indikator pada perekonomian. Suatu daerah yang sebagian
penduduknya berada di bawah garis kemiskinan, atau sebagian penduduknya mempunyai
pendapatan kurang dari tingkat pendapatan minimum tertentu, sedangkan kemiskinan reiatif
apabila suatu keluarga pendapatannya sudah mencapai tingkat minimum atau di atas garis
kemiskinan, tetapi masih jauh lebih rendali dibandingkan masyarakat di sekitarnya maka
orang tersebut berada dalam keadaan miskin. Adisasmita (2005:191) mengemukakan
kemiskinan merupakan masalah pembangunan yang ditandai oleh pengangguran,
keterbelakangan dan keterpurukan, masyarakat miskin umumnya leinah daiam kemampuan
berusaha dan mempunyai akses yang terbatas terhadap kegiatan sosial ekonomi sehingga
tertingggal jauh dari masyarakat. lain yang mempunyai potensi lebih tinggi.
Kemiskinan menurut BPS (2003:11), adalah ketidakmampuan dalarn memenuhi
kebutuhan dasar. Dengan kata lain kemiskinan dipandang sebagai ketidak mampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat
mendasar. Garis kemiskinan makanan mengacu pada pengeluaran seseorang untuk memenuhi
kebutuhan minimum makanannya sebanyak 2.100 kalori per kapita per orang.
Menurut Dillon (2003) penyebab kemiskinan di Indonesia bukanlah kurangnya sumber
daya alam melainkan karena faktor-faktor non alamiah, yaitu kesalahan dalam kebijakan
ekonomi. Untuk saat sekarang ini yang perlu segera dilaksanakan adalah membangun suatii
paradigma pembangunan yang memihak kepada penduduk miskin yaitu dengan melibatkan
penduduk miskin atau perwakilannya dalam setiap tahapan pembangunan sejak dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemeliharaan.
Penyebab kemiskinan menurut World Bank (2002:131) adalah disebabkan oleh faktor-
fr'ctor berupa karakteristik penduduk menurut wilayah atau komunitas yaitu kondisi tempat
tinggal di daerah pedesaan/perkotaan, karakteristik rutnah tangga dan individu yaitu struktur
dan ukuran rumah tangga, rasio ketergantungan dan jender kepala rumah tangga. karakteristik
ekonomi meliputi pendapatan, pengeluaran, ketenagakerjaan, dan karakteristik sosial meliputi
kesehatan, pendidikan, tempat tinggal atau perumahan.
Program Pembangunan Gampong (PPG)
Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan yaitu berkenaan dengan PPG, rnaka perlu
diketahui bahwa pengertian gampong di Aceh adalah desa. Dilandasi pemikiran untuk
nienenipatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka Pemerintah Kabupaten Aceh
Utara pada tahun 2002 mevvujudkan suatu suatu sistem pembangunan daerah yang aspiratif
dan partisipatif melalui PPG. Program ini ditujukan untuk mendekatkan pembangunan
kepada masyarakat paling bawah dalam menanggulangi kemiskinan dan ketergantungan
terhadap pihak lain. Disamping itu program ini bertujuan memperkecil ketimpangan
pembangunan diantara masyarkat gampong dan kota, sehingga dapat mempercepat
tercapainya tingkat kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Beberapa prinsip yang digunakan dalam pengelolaan PPG antara lain dikelola secara
terbuka oleh masyarakat dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, dapat menambah pendapatan dengan cara mendidik masyarakat agar mampu
mengelola kegiatan pembangunan secara profesional dan ekonomis, dan hasii dari
pembangunan harus digulirkan oleh dan untuk masyarakat iiu sendiri, sehingga dapat
menciptakan akumulasi modal dalam wadah perekonomian gampong (Bappeda, 2002).
Bcrdasarkan prinsip tersebut maka kegialan ekonomi produktif meliputi bidang pertanian
tanaman pangan, perkebiman. perikanan, peternakan, industri dan perdagangan kecil menjadi
salah satu sasaran dan kegiatan prioritas program. Sedangkan sistem atau pola pengelolaan
program PPG hampir sama dengan Program Pengembangan Kecamatan (PPK).
Pendapatan
Pendapatan biasanya digunakan' untuk menentukan tingkatan taraf hidup suatu
penduduk, oleh karena itu pembangunan yang dilaksanakan ditujukan salah satunya untuk
meningkatkan pendapatan penduduk. Besar kecilnya pendapatan penduduk untuk memenuhi
kebutuhan pokok hidupnya dapat dilihat dari pendapatan nasional negara tersebut. Todaro
(2000:47) mengemukakan bahwa tinggi rendahnya kemiskinan pada suatu negara tergantung
pada tingkat pendapatan nasional rata-rata, dan juga tinggi rendahnya tingkat kesenjangan
dalam distribusi pendapatan. Tingginya pendapatan nasional per kapita suatu negara tanpa
diikuti dengan pemerataan distribusi pendapatan akan membuat angka kemiskinan tetap
tinggi. Demikian juga sebaliknya pendistribusian pendapatan yang merata tanpa adanya
peningkatan pendapatan akan membuat kemiskinan meluas dan meningkat.
Jam Kerja
Jam kerja merupakan waktu yang digunakan untuk bekerja dan dapat dilihat dari
adanya produktivitas tenaga kerja. Hasan (Diliana, 2005:18) mengutarakan bahwa setiapjam
kerja yang digunakan oleh seorang tenaga kerja yang berhubungan dengan kegiatan usahanya
maka ia akan mendapatkan pembayaran upah sebagai hasil pendapatan yang diterimanya.
Jika tingkat upah dianggap sebagai produksi dari pendapatan maka dengan demikian
besarnya pendapatan akan ditentukan atau dipengaruhi oleh besarnya jam kerja.
Kesenjangan Kemiskinan
Kesenjangan yang ditimbulkan akibat perbedaan pendapatan antara masyarakat kaya
dan miskin, juga antara masyarakat miskin dengan masyarakat miskin itu sendiri merupakan
hal yang utama harus diperhatikan dalam penanggulangan kemiskinan, karena merupakan
faktor untuk menentukan batasan kemiskinan dan juga sumber masalah di masa depan.
Menurut Masbar (2002:272) kesenjangan pendapatan terjadi akibat adanya masyarakat yang
memiliki akses dan tidak memiliki akses terhadap pembangunan.
World Bank (2002:69-72), merekomendasikan beberapa ukuran/indeks kemiskinan
diantaranya Poverty Gap Index dan Poverty Severity Index. Poverty Gap Index (Indeks
Kesenjangan Kemiskinan) yaitu menghitung seberapa jauh individu jatuh di bawah garis
kemiskinan (jika mereka termasuk kategori miskin), dan menyatakan indeks tersebut sebagai
suatu persentase terhadap garis kemiskinan. Secara lebih spesifik indeks ini mendefmisikan
kesenjangan kemiskinan dikurangi pendapatan/pengeluaran dari individu/penduduk rniskin.
Sedangkan Poverty Severity Index (Indeks Keparahan Kemiskinan) yaitu digunakan untuk
memecahkan ketimpangan distribusi pendapatan/pengeluaran diantara penduduk miskin,
ukuran ini secara sederhana merupakan jumlah dari kesenjangan kemiskinan tertimbang
(sebagai proporsi garis kemiskinan). dimana penimbangnya adalaih sebanding dengan
kesenjangan kemiskinan itu sendiri.
Hipotcsis
Berdasarkan teori-teori yang dikemukukan dan hasil penelitian sebelumnya dapat
diajukan hipotesis pada penelitian ini adalah: Program Pembangunan Gampong dan BLT
scrta jumlah jam kerja dapat meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan dapat
mengurangi jumlah penduduk miskin.
METODE PENELITIAN
Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Aceh Utara Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
dengan memilih sebanyak 3 kecamatan dari 22 kecamatan yang mendapat bantuan, yang
meliputi masing-masing 1 kecamatan mewakili wilayah barat, 1 kecamatan wilayah tengah,
dan 1 kecamatan wilayah timur dari wilayah Kabupaten Aceh Utara dan merupakan
kecamatan yang mendapat bantuan PPG. Hal yang dianalisis adalah dampak PPG dalam
menurunkan angka kemiskinan melalui peningkatan pendapatan keluarga miskin, dan
variabel yang yang akan diteliti adalah pendapatan keluarga miskin, pengaruh pendapatan
lainnya seperti jam kerja dan batuan lainnya seperti bantuan langsung tunai.
Pemilihan Kepala Keluarga (KK) untuk menjadi responden dari populasi yang ada
ditentukan secara cluster atau wilayah (cluster random sampling). Pada tahap pertama
ditentukan 10% dari jumlah kecamatan yang mendapat bantuan PPG yaitu sebanyak 3
kecamatan yar.g terpilih adalah Kecamatan Tanah Jambo Aye, Syamtalira Bayu, dan Muara
Batu. Pada lahap kedua untuk menentukan gampong (desa) yang dijadikan sampel adalah
10% dari gampong yang terdapat dalam kecamatan yang terpilih, sehingga didapat jumlah
desa sampel seluruhnya 13 gampong yaitu Kec. Tanah Jambo Aye 5 gampong, Kec.
Syamtalira Bayu 5 gampong, dan Kec. Muara Batu 3 gampong. Pengambilan sample KK
miskin penerima dana bantuan PPG adalah sebesar 25% dari jumlah KK miskin penerima
bantuan PPG yang terdapat pada masing-masing gampong terpilih. Sehingga jumlah KK
miskin yang dijadikan sampel adalah 86 KK.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder mengenai
jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, pendapatan perkapita, PDRB Kabupaten Aceh
Utara, jumlah alokasi dana PPG diperoleh dari instansi EPS, BAPPEDA dan BPMD
Kabupaten Aceh Utara. Sedangkan data primer diperoleh melalui wawancara langsung dari
setiap KK miskin penerima bantuan PPG yang terpilih sebagai sampel dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.
Model Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan formula yang
sederhana seperti telah dirumuskan dalam manual Evaluasi Program Penanggulangan
Kemiskinan yang dibuat oleh ESCAP (Economic and Social Commision for Asia and
Pacific) yaitu peningkatan pendapatan (AI). Coverage of Target Group (TAR), Poverty
Reduction (PR). Untuk menilai keberhasilan program penanggulangan kemiskinan,
peningkatan pendapalan merupakan indikator pen ting untuk menilainya. Secara matematis
dapat dirumuskan sebagai berikul (Santoso dkk, 2003: 150-156):
Yt-(V'o + (Yox Iht))
AI=
( Yo + (Yo x Iht))
Keterangan :
AI : Peningkatan pendapatan (Income Indicator)
Yt : Pendapatan tahun sekarang v
Yo : Pendapatan tahun dasar
Iht : Indeks harga konsumen tahun sekarang
Pengukuran terhadap nilai Coverage of Target Group (TAR) dengan menggunakan
model :
TAR = IPGK - IP>GK
Keterangan :
TAR : Jumlah penduduk miskin yang pendapatannya dibawah batas garis kemiskinan.
IPGK : Jumlah penduduk miskin keseluruhan
I[>>GK : Jumlah penduduk miskin yang pendapatannya diatas garis kemiskinan
Untuk mengukur pengurangan tingkat kemiskinan (Poverty Reduction Indicator (PR))
digunakan alat atau mode! :
PR = %P - (%Pt / %Po)
Keterangan :
PR : Pengurangan penduduk miskin (Poverty Reduction Indicator)
%P : Persentase penduduk miskin keseluruhan
%Pt : Persentase penduduk miskin talnin sekarang yang pendapatannya dibawah garis
kemiskinan
%Po : Persentase penduduk miskin tahun dasar yang pendapatannya dibawah
garis kemiskinan
Untuk menganalisis kesenjangan kemiskinan yaitu rata-rata pendapatan penduduk
miskin terhadap batas kemiskinan, dan juga tingkat keparahan kemiskinan yang terjadi di
Kabupaten A cell Utara, model yang digunakan adalah sebagai berikut (World Bank,
2002:6972)
Indeks Kesenjangan Kemiskinan :
(Z –Yp)
P1 = 1 / n ∑ [ ]
Z
Indeks Keparahan Kemiskinan:
(Z –Yp)
P2 = 1 / n ∑ [ ]
Z
Keterangan :
PI : Indeks Kesenjangan Kemiskinan
P2 : Indeks Keparahan Kemiskinan
Z : Batas gar kemiskinan
Yp : Pendapatan rata-rata keluarga miskin
n : Jumlah keluarga miskin
Untuk mengctaluii besarnya pengaruh pendapatan keluarga miskin sebagai variabcl
dependen (Y) akibat variabel independen berupa bantuan Program PPG, jam kerja dan
bantuan langsung tunai (PPG, ,IK, Dl) dihitung dengan model regresi linear berganda, yaitu
sebagai berikut :
Y=/(PPG,JK,D1)
Y = α + β1 In PPG + β2 In JK + β3 Dl + Ε
Dimana :
Y : Pendapatan KK miskin (Rp.)
PPG : Jumlah dana bantuan PPG (Rp.)
JK : Jumlah jam kerja (jam)
Dl : Variabel dummy BLT, (menerima bantuan BLT = 1 ; tidak menerima bantuan
BLT = 0)
α : Konstanta
β1, β2,β3: Koefisien regresi
ε : Faktor pengganggu (Error term).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Penelitian
Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam yang secara administrasi terbagi dalam 22 kecamatan, 56 kemukiman, 850
desa/gampong dan 2 keluralnn. Jumlah penduduknya pada tahun 2005 adalah 493.599 jiwa,
yang terdiri dari laki-laki 241.887 jiwa dan perempuan 251.712 jiwa, dengan jumlah rumah
tangga sebanvak 108.220 KK dan rata-rata jumlah anggota keluarga setiap rumah tangga
adalah 5 jiwa, serta kepadatan penduduk rata-rata 150 jiwa/km'. Laju pertumbuhan penduduk
di Kabupaten Aceh Utara dari tahun 1993-2005 rata-rata 1,07 %.
Karakteristik kepala keluarga yang menjadi sampel dalam penelitian ini antara lain
umur, pekerjaan, tingkat pendidikan formal, jumlah anggota keluarga. Umur kepala keluarga
yang dijadikan sebagai responden adalah seperti terdapat pada Tabel berikut.
Tabel 2
Kepala Keluarga Menurut Umur
No. Umur KK (Tahua) Jumlah Responden
Persentase
1.
30-34
5 5,81
2.
35-39
14
16,28
3.
40-44
19
22,09
4.
45-49
22
25,58
5
50-54
11
12,79
6.
55-59
6
6,98
7.
60-64
2
2,33
8. 65 ke atas 7
8,14
Jumlah 86 100,00 Sumber : Hasil Penelitian 2007(dio!ah).
Pada tabel 2 di atas mcnunjukkan bahwa kepala keluarga dengan batasan umur
terbanyak adalah pada umur 45 - 49 tahun yaitu sebanyak 22 KK atau 25,58%, dan jumlah
kepala keluarga pada usia produktif yaitu pada umur 25 - 54 tahun adalah sebanyak 71 KK
atau 82,55%. Sedangkan kepala keluarga yang tidak produktif yaitu 55 tahun ke atas adalah
sebanyak 15 KK atau 17,45%. Karakteristik pekerjaan kepala keluarga sampei yang
diwawancarai terdapat beberapa jenis pekerjaan utama yaitu petani, pedagang, tukang becak,
nelayan, penjahit, tukang bangunan, penjual kue, penjual nasi, penjual ikan, tukang bengkel
sepeda, pembuat kue, pengrajin tikar. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3 Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga
No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden Persentase
1 Petani 33 38,37
2 Pedagang 23 26,74
3 Tukang Becak 1 1,16
4 Nelayan 5 5,81
5 Penjahit 3 3,49
6 Tukang Bangunan 2 2,33
7 Penjual Kue 5 5,81
8 Penjual Nasi 1 1,16
9 Penjual Ikan 2 2,33
10 Montir Sepeda 1 1,16
11 Pembuat Kue 7 8,14
12 Pengrajin Tikar 3 3,49
Jumlah 86 100
Sumber : Hasil Penelitian 2007(diolah).
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa pekerjaan utama kepala kelurga rata-rata
sebagai petani yaitu sebanyak 33 KK atau 38,37%, kemudian pedagang sebanyak 23 KK atau
26,74%, nelayan sebanyak 5 KK atau 5,81%, pcnjahit sebanyak 3 KK atau 3,49%, pembuat
kue sebanyak 7 KK atau 8,14%, penjual ikan sebanyak 2 KK atau 2,33%, pengrajin tikar
sebanyak 3 KK atau 3,49%, penjual kue sebanyak 5 KK atau 5,81%. Sedangkan pekerjaan
kepala keluarga sebagai penjual nasi, tukang becak dan tukang bengkel sepeda mas ing-mas
ing hanya sebanyak 1 KKatau 1,16%.
Komposisi pendidikan kepaia keluarga sainpel yang terbesar adalah berpendidikan SD
yaitu sebanyak 50 KK alau 58,14%, berpendidikan SMP sebanyak 20 KK atau 23,26%, dan
berpendidikan SMA sebanyak 15 KK atau 17,44%. Sedangkan untuk kepala keluarga yang
berpendidikan sarjana adalah 1 KK atau 1,16%. Untuk tebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
4 di bawah ini.
Tabel 4 Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga
No. Tingkal Pendidikan Jumlah Responden Persentase
1. 2. 3. 4.
SD SMP SMA Sarjana
50 20 15 1
58,14 23,26 17,44 1,16
Jumlah 86 100,00 Sumber : HasilPenelitian 2007(diolah).
Jumlah anggota keluarga dari kepala kelurga sampel dengan jumlah anggota keluarga
terkecil adalah 2 orang dan terbesar 10 orang. Sedangkan jumlah anggota kelurga 5 orang
merupakan komposisi terbanyak yaitu 30 KK atau 34,88%.
Karakterisitik kepala keluarga yang menerima bantuan tidak seluruhnya adalah
keluarga miskin, karena hasil penelitian lapangan terdapat keluarga tidak miskin mendapat
bantuan modal usaha misalnya para pedagang. Jumlah bantuan modal usaha dari PPG yang
diterima oleh masyarakat adalah bervariasi sesuai dengan usaha yang sedang atau akan
dilaksanakan. Besarnya bantuan yang diterima responden adalah Rp. 180.000,- sampai
Rp.3.500.000,-.. Jumlah keluarga yang menerima bantuan PPG sebesar Rp.l .000.000,- ke
bawah adalah sebanyak 58 K.K. atau 67,44%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 5
Jumlah Bantuan PPG Yang Diterima
No.
Jumlah Bantuan Diterima (Rp.)
Jumlah Responden
Persentase
1.
0 - 500.000
28
32,56
2
501.000-1.000.000
30
34.88
3
1.001.000- 1.500.000
10
11,63
4.
1.501.000-2.000.000
7
8.14
5.
2.001.000-2.500.000
4
4,65
6.
2.501.000-3.000.000
0
0.00
7.
3.001.000-3.500.000
7
8,14
Jumlah
86
100,00
Sumber: Hasil Penelitian 2007(diolah).
Pendapatan responden sebelum menerima bantuan PPG adalah Rp.200.000,- sampai
Rp.l.000.000,-, setelah menerima bantuan PPG pendapatan responden adalah Rp.400.000,-
sampai Rp.l.500.000,-. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6 Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah PPG
Pendapatan
Sebelum PPG
Setelah PPG
No.
(Rp.)
Jumlah Responden
Persentase
Jumlah Responden
Persentase
1
0-250.000
3
3,49
0
0.00
2
251.000-500.000 57
66,28
9
10,47
3
501.000-750.000
19
22,09
34
39,54
4
751.000-1.000.000
7
8,14
30
34,88
5
1.001.000
0
0,00
8
9.30
6
1.250.000
0
0,00
5
5,81
Jumlah
86
100
86
100
Sumber : Hasil Penelitian 2007(diolah).
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Perubahan yang terjadi pada variabel dependen (Y = Pendapatan) akibat perubahan
pada variabel independen (PPG, JK, Dl), dari hasil analisis regresi dengan pendekatan
kuadrat terkecil didapat persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Ln Y = 11,340 + 0,0658 In PPG + 0,5485 In JK + 0,3363 Dl
Pembahasan lerhadap model yang digunakan tersebut secara ringkas dapat dijelaskan pada
label di bawah ini:
Tabel 7:
Estimasi Model Analisis Terhadap Pendapatan
Variabel
Koefisien Regresi
T-hitung
T-tabel α = 5%
Signifikan
Bantuan (PPG)
0,0658 3,099
1,993
Signifikan
Jam Kerja (JK)
0,5485
6,366
1,993
Signifikan
BLT(Dl) 0,3363
8,974 1,993 Signifikan
Konstanta 11,340
R' Adjusted
0,6530 (n = 86)
F-hitung
54,326 F-tabel (a = 1 %) 26,235 Signifikan
Durbin-Watson (DW)
1,8840
DW-tabel (k =3. a = 5%) dL= 1,435 ;dU= 1,578 4-dL = 2,565; 4 -dU = 2.422
Bebas Autokorelasi
Sumber : Hasil Penditian 2007(diolah).
Hasil estimasi model yang digunakan seperti tertera pada Tabel 7 bahwa koefisien
parameternya memiliki hubungan positif, hal ini berarti peningkatan jumlah bantuan PPG
akan meningkatkan pendapatan masyarakat. dengan koefisien regresi bantuan PPG sebesar
0,0658 menggambarkan bahwa pendapatan akan meningkat sebesar 6,58% jika jumlah
bantuan PPG meningkat 100%.
Hasil estimasi model yang digunakan seperti tertera pada Tabel 7 bahwa koefisien
parameternya memiliki hubungan positif, hal ini berarti penambahan jam kerja akan
meningkatkan pendapatan. Koefisien regresi jam kerja sebesar 0,5485 menggambarkan
bahwa akan terjadi peningkatan pendapatan sebesar 54,85% jika jumlah jam kerja
ditingkatkan sebesar 100%. '
Berdasarkan hasil estimasi model yang digunakan seperti tertera pada Tabel 7 bahwa
koefisien parameter dari Dl memiliki hubungan positif, hal ini berarti pemberian bantuan
langsung tunai secara langsung meningkatkan pendapatan masyarakat. Koefisien regresi Dl
sebesar 0,3363 menggambarkan bahwa bila terjadi peningkatan bantuan sebesar 100%. maka
pendapatan masyarakat yang mendapat bantuan langsung tunai tersebut akan meningkat
sebesar 33,63%.
Dari Tabel 7 dapat dilihat nilai R" sebesar 0,6530, menunjukkan bahwa ketiga variabel
independen (bantuan PPG, jam kerja, dan bantuan langsung tunai) yang digunakan dalam
model telah dapat menjelaskan perubahan variabel dependen (pendapatan) sebesar 65,30%,
sedangkan sisanya sebesar 34,70% dipengaruhi oleh hal lain yang tidak masuk dalam model
analisis yaiig digunakan. Dari nilai F-hitung yang didapat sebesar 54,326 yang lebih besar
dari F-tabel sebesar 26.235 pada tingkat kepercayaan a = 5%. sehingga variabel independen
yang digunakan dalam estimasi model analisis yaitu bantuan PPG (PPG), jam kerja (JK),
bantuan langsung tunai (Dl) secara serempak mempengaruhi pendapatan keluarga miskin di
Kabupaten Aceh Utara secara signifikan.
Berdasarkan nilai F-hitung dan R2 yang relatif tinggi dibandingkan dengan F-tabel,
maka perlu dilakukan uji asumsi klasik statistika yang berguna agar hasil estimasi yang
diperolch tidak inenyimpang atau bias. Uji asumsi klasik statistika yaitu dengan melihat
gejala multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
Uji Asumsi Klasik
Gejala multikolinearitas di dalam model dideteksi dengan membandingkan nilai
koefisien relasi antara sesama variabel independen (r) dengan nilai koefisien korelasi antara
variabel independen dengan variabel dependen (R"). Jika nilai R' lebih besar dari nilai r,
maka dalam model yang digunakan tersebut tidak terjadi multikolinearitas. Berdasarkan hasil
estimasi dapat dilihat bahwa nilai nilai R2 (0,6530) lebih besar dari nilai r2 (-0,10451;
0,07201; 0,20898) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dalam
model analisis yang digunakan.
Uji gejala Heteroskedastisitas dilakukan dengan membandingkan t-Ratio dengan t-
Tabel. Jika t-Ratio lebih kecil dari t-Tabel maka model yang digunakan bebas
heteroskedastisitas. Didapat t-Tabel (1,933) dan t-Ratio masing-masing variabel independen
(0,6646: 0,7030; -0,3950). Hasil analisis ini menunjukkan bahwa t-Ratio lebih kecil dari t-
Tabel. sehingga model analisis yang digunakan bebas dari heteroskedastisitas.
Uji gejala autokorelasi terhadap model yang digunakan Uji Durbin-Watson. Berdasarkan
Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai D-W statistik sebesar 1,8840 berada pada daerah bebas
autokorelasi, maka model analisis yang digunakan pada penelitian ini terbebas dari gejala
autokorelasi.
Indikator Pendapatan dan Pcngurangan Penduduk Miskin
Penilaian keberhasilan suatu program penanggulangan kemiskinan, maka peningkalan
pendapatan merupakan indikator pcnting untuk menilainya. l-'aktor yang penilaian yang
digunakan adalah peningkatan pendapatan, pendapatan rata-rata KK tahun dasar, pendapatan
rata-rata KK tahun sekarang. dan indeks harga konsumcn tahun sokarang. Untiik mcngelahui
persentase perubahan pendapatan dapal dilihat pada Tabel 8.
Tabcl 8 Indikator Pendapatan (Peningkatan Pendapatan)
No.
Uraian
1.
Batas garis kemiskinan Kab. Aceh Utara tahun 2003
Rp. 11 8. 897
2.
Batas garis kemiskinan Kab. Aceh Utara tahun 2006
Rp. 167.291
3.
Indeks Harga Konsumen (Iht)
5,139
4.
Income Indicator (AI)
0,0647
5.
Poverty Reduction (PR)
0,0339
6.
TAR (Target Sasaran)
0,6628
Sumber: Hasil Penelitian 2007(diolah).
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa program PPG melalui bidang ekonomi produktif
(bantuan modal usaha) menghasilkan Indikator Pendapatan (Al) sebesar 0,0647 ini berarti
bahwa program tersebut dapat menaikkan pendapatan kepaia kelurga penerima bantuan
sebesar 6.47% pada tingkat kenaikan harga sebesar 5.139. Sedangkan target sasaran dari
program adalah sebesar 0,6628 atau sebesar 66,28% dari penerima bantuan adalah keluarga
miskin sedangkan sisanya sebesar 33,72% adalah bukan dari kelurga miskin, sehingga
bantuan PPG dapat disimpulkan relatif kurang tepat sasaran untuk keluarga miskin.
Berdasarkan Tabel 8 didapat Poverty Reduction (PR) adalah sebesar 0,0339, berarti terjadi
pengurangan jumlah keluarga miskin penerima bantuan PPG sebesar 3,39% di Kabupaten
Aceh Utara.
Indeks Kesenjangan Kemiskinan (Poverty Gap Index)
Indeks kesenjangan kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pendapatan
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Dari hasil penelitian didapat
bahwa indeks kesenjangan kemiskinan (PI) sebesar 0,1574, hal ini merupakan bahwa rata-
rata pendapatan keluarga miskin di Kabupaten Aceh Utara berada 15,74% di bawah batas
garis kemiskinan. Dengan nilai tersebut dapat diperkirakan banyaknya biaya yang perlu
dialokasikan kepada KK miskin agar pendapatan mereka dapat berada di atas batas garis
kemiskinan. Besarnya biaya yang dibutuhkan adalah nilai "Poverty Gap Index (PI)" dikalikan
garis kenliskinan dikali dengan jumlah penduduk. Jadi biaya yang dibutuhkan sebesar Rp.
790 milyar (perkiraan jumlah penduduk miskin 300.000 jiwa) untuk dapat mengentaskan KK
miskin dan pendapatannya berada di atas garis kemiskinan yang ditetapkan sekarang.
Berdasarkan peningkatan pendapatan masyarakat sebesar 6,47% akibat dari program
PPG, dan pendapatan rata-rata penduduk miskin sebesar Rp. 127.551,- atau 15,74% berada di
bawah batas garis kemiskinan. Jika pelaksanaan program PPG dilanjutkan selama 5 tahun
anggaran iagi maka diperkirakan pendapatan rata-rata penduduk miskin sebesar Rp.
174.500.-atau akan berada di atas garis kemiskinan yang ditetapkan saat ini.
Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Indeks)
Untuk melihat ketimpangan distribusi pendapatan di antara penduduk miskin di
Kabupaten Aceh Utara peneiiti menggunakan ukuran indeks keparahan kemiskinan. Dari
hasil penelitian didapat indeks keparahan kemiskinan (P2) sebesar 0.0455, hal ini
menandakan bahwa terjadi ketimpangan distribusi pendapatan di antara penduduk miskin di
Kabupaten Aceh Utara sebesar 4,5 5%.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan :
1. Program PPG yang dilaksanakan di Kabupaten Aceh Utara tidak seluruhnya ditujukan
untuk keluarga miskin, karena keluarga miskin yang mendapat bantuan PPG hanya
sebanyak 67,28% sedangkan sisanya sebesar 33,72% penerima PPG bukan keluarga
miskin.
2. Berdasarkan nilai Income Indicator yang dihasilkan sebesar 0,0647 atau menunjukkan
bahwa pendapatan penerima bantuan PPG meningkat sebesar 6,47%. Sedangkan dengan
menggunakan regresi linear berganda bantuan PPG terbukti secara parsial dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat penerima bantuan. Hal ini terbukti bahwa bantuan
PPG dapat meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan dapat mengurangi kemiskinan
sebesar 3,39%. Pendapatan keluarga miskin akan meningkat sebesar 54,85% jika adanya
peningkatan jumlah jam kerja, dan akan meningkat sebesar 33,63% dengan adanya
peningkatanjumlah bantuan langsung tunai yang diterima keluarga miskin.
3. Pendapatan rata-rata penduduk miskin di Kabupaten Aceh Utara berada 15,47% di bawah
batas kemiskinan, dengan kesenjangan distribusi pendapatan diantara penduduk miskin
sebesar 4,55%. Peningkatan pendapatan akibat bantuan PPG rebesar 6,47% belum
mencukupi untuk dapat meningkatkan pendapatan keluarga miskin di atas batas
kemiskinan, karena rata-rata pendapatan penduduk miskin 15,47% di bawah batas
kemiskinan
.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disarankan kebijakan yang perlu dilakukan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan program PPG hendaknya dapat dilaksanakan secara berkelanjutan karena
berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan dapal mengurangi
kemiskinan.
2. Kebijakan penerapan program atau kegiatan dalam rangka penanggulangan kemiskinan
dengan menggunakan sumber dana APBD Kabupaten melalui pengadopsian pola
pelaksanaannya dari suatu program nasional yang dianggap berhasil, sebaiknya
Pemerintah Kabupaten Aceh Utara perlu melakukan evaluasi teriebih dahulu terhadap
keberhasilan program tersebut di daerahnya, karena tidak semua program yang secara
nasional diangap berhasil.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo, 2005, Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2002, Pedoman Uinum Program Pembangunan
Gampong Kabupaten Aceh Ulara Tahim Anggarun 2002, Bappeda Kabupaten Aceh
Utara.
Badan Pusat Statistik, 2003, Penduduk Fakir Miskin 2004, BPS, Jakarta,
Badan Pusat Statistik, 2005, Aceh Utara Dalam Angka, BPS Kabupaten Aceh Utara.
Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2003, Jumlah
Keluaraga Miskin dalam Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Aceh Ulara, BPS
Kabupaten Aceh Utara
Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2005, Produk Domestik
Regional Bruto Kabupaten Aceh Utara, BPS Kabupaten Aceh Utara.
Basri, Faisal, 1995, Perekonomian Indonesia Menjelang Abad XXI Distorsi Peluang dan
Kendala, Erlangga, Jakarta.
Diliana, Fransiska Bonita, 2005, Perbandingan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Rumah Tangga di Kabupalen Klaten dan Kabupaten Magelang Tahun
2003, STIS, Jakarta.
Dillon HS, 2003, Pemberdayaan Masyarakat Miskin di Era Otonomi Daerah, Jurnal
Ekonomi Rakyat, Juni 2003, 5-23. Masbar, Raja, 2002, Batas Garis Kemiskinan : Kasus Kota
Banda Aceh, Jurnal Ekonomi dan Bisnis,No. 1. Vol. 2. Agustus
2002, 271-284.
Suparta, I. Wayan 1997, Analisis Mikro Ekonometrik Garis Kemiskinan di Kabupaten Acch
Besar Propinsi Daerah Istimewa Aceh, Tesis Program Pascasarjana Yang Tidak
Dipublikasikan, Unlversitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Sutyastie, Tjptoheriyanto, 2002. Kemiskinan ch«i Kelidak Merataan di Indonesia, Rieneka,
Jakarta.
Todaro, 2000, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta.
World Bank Institute, 2002, Dasar-dasar Analisis Kemiskinan, Institute Bank Dunia, Jakarta.
Yahya, 1997, Penman Program IDT Dalam Pengentasan Kemiskinan di Kotamadya Banda
Aceh, Tesis Program Pascasarjana Yang Tidak Dipublikasikan. Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh.