Analisa Penggunaan Kombinasi Gentamisin Dan Ampisilin
-
Upload
tiara-bunga-indiarsih -
Category
Documents
-
view
272 -
download
7
description
Transcript of Analisa Penggunaan Kombinasi Gentamisin Dan Ampisilin
1
Analisa Penggunaan Kombinasi Gentamisin dan Ampisilin
pada Pasien Pediatri di Bangsal Anak
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
1Nori Wirahmi,
1 Auzal Halim,
1 Henny Lucida
1 Fakultas Farmasi Universitas Andalas
Abstract
Research about analysis use combination dose gentamicin and ampicillin to pediatric has been
done. In research discovery 43,9% patient in pediatric shed RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu to get
combination gentamicin and ampicillin with gentamicin twice dosing and ampicillin multiple daily
dosing. Literature to suggest range use combination gentamicin and ampicillin 3-5 days. 32,33%
patient have been out of range to cause side effect and antibiotic resistance. From drug dose
calculations based on weight, 40% infant and 96,82% child have under dose. Antibiotic anxiety
don’t have range therapeutic and not to achieve effect.
Keyword: Gentamicin, Ampicillin, pediatric and RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Pendahuluan
Antibiotik adalah obat atau zat yang
dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,
yang dapat menghambat/membasmi mikroba
lain (jasad renik/bakteri), khususnya mikroba
yang merugikan manusia yaitu mikroba
penyebab infeksi pada manusia (Munaf S,
1994).
Antibiotik tidak efektif menangani
infeksi akibat virus, jamur, atau nonbakteri
lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam
keefektifannya dalam melawan berbagai jenis
bakteri. Keberhasilan penemuan penisilin oleh
Alexander Flemming pada tahun 1928, telah
membuka lembaran baru dimulainya penemuan
bermacam-macam antibiotik yang baru dan
lebih baru lagi. Hal inilah yang menimbulkan
kepercayaan dan harapan yang besar terhadap
antibiotik untuk selalu berhasil dalam
membunuh kuman dan menyembuhkan
penyakit infeksi (Munaf S, 1994).
Rumah sakit merupakan tempat
penggunaan antibiotik paling banyak
ditemukan. Di negara yang sudah maju 13 – 37
% dari seluruh penderita yang dirawat di rumah
sakit mendapatkan antibiotik baik secara
tunggal ataupun kombinasi, sedangkan di
negara berkembang 30 – 80 % penderita yang
dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotik
(Gandhi, P.J. 2007).
Penggunaan antibiotik tentu
diharapkan mempunyai dampak positif, akan
tetapi penggunaan antibiotik yang tidak
rasional akan menimbulkan dampak negatif.
Dampak negatif dari penggunaan antibiotik
yang tidak rasional antara lain muncul dan
berkembangnya bakteri yang resisten terhadap
antibiotik, munculnya penyakit akibat
superinfeksi bakteri resisten, terjadinya
toksisitas/efek samping obat, sehingga
perawatan penderita menjadi lebih lama, biaya
pengobatan menjadi lebih mahal, dan akhirnya
menurunnya kualitas pelayanan kesehatan
(MW Davies, 1998).
Gentamisina merupakan suatu
antibiotika golongan aminoglikosida yang
efektif untuk pengobatan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri gram negatif yang
sensitif antara lain Proteus, Pseudomonas
aeruginosa, Klebsiella, Serratia, E.Coli,
Enterobacter dan lain-lain. Bakteri ini antara
lain menyebabkan bakteremia, meningitis,
osteomielitis, pneumonia, infeksi luka bakar,
infeksi saluran kemih, dan tularemia, dalam
keadaan tertentu gentamisin digunakan pula
terhadap gonore dan infeksi S. aureus. Sedapat
mungkin gentamisin sistemik hanya diterapkan
pada infeksi berat saja. Penggunaan gentamisin
secara topical khususnya dalam lingkungan
rumah sakit perlu dibatasi untuk menghambat
perkembangan resistensi pada bakteri sensitif
(MW Davies, 1998).
Gentamisina memiliki efek samping :
> 10% (Neurotoksisitas, Ototoksisitas(auditory
dan vestibular), Nefrotoksik (meningkatkan
klirens kreatinin). 10% (Edeme, gatal, dan
kemerahan). < 1% (Agranulositosis, Reaksi
2
Alergi, Dyspnea, Granulocytopenia,
Fotosensitif, Pseudomotor Cerebral,
Trombositopenia (Katzung, 2004).
Ototoksisitas dan nefrotoksisitas
cenderung ditemukan saat terapi dilanjutkan
hingga lebih dari lima hari, pada dosis yang
lebih tinggi, pada orang-orang lanjut usia, dan
dalam keadaan insufisiensi fungsi ginjal
(Katzung, 2004).
Anak – anak akan mendapatkan 3 – 6
kali infeksi per tahun, tetapi beberapa orang
mendapatkan serangan lebih sering lagi
terutama selama masa tahun ke-2 sampai ke-3
kehidupan mereka (BNF, 2009).
Pertimbangan pengobatan pada anak,
tidak saja diambil berdasarkan ketentuan
dewasa, tetapi perlu beberapa penyesuaian
seperti dosis dan perhatian lebih besar pada
kemungkinan efek samping seperti nefrotoksik,
karena adanya imaturitas fungsi organ-organ
tubuh, sehingga mungkin diperlukan
penyesuaian dosis serta pemilihan obat yang
benar-benar tepat. Selain itu, pengobatan pada
anak juga memerlukan pertimbangan lebih
kompleks, antara lain karena berbagai masalah
cara pemberian obat, pemilihan bentuk sediaan,
dan masalah ketaatan (Muchtar, 1985).
Subjek penelitian ini, akan
difokuskan pada pasien pediatri di RSUD Dr.
M. Yunus Bengkulu yang selalu diberikan
kombinasi antibiotik gentamisin dan ampisilin
sebagai pilihan pertama, padahal gentamisin
seharusnya bukan antibiotika pilihan pertama
mengingat efek toksik dan gentamisin
merupakan obat dengan ambang terapi sempit
sehingga mesti dilakukan monitor
pemakaiannya.
Maka, analisa penggunaan obat dan
penyesuaian dosis obat dengan ambang terapi
sempit pada pasien pediatri perlu
dipertimbangkan untuk keefektifan terapi.
Analisa penggunaan obat ini bertujuan untuk
dosis individu agar efek toksik dapat dihindari
dan keefektifan obat tercapai. Metode yang
direkomendasikan dalam megatur penyesuaian
dosis adalah dengan mengurangi dosis,
memperpanjang interval dosis, atau kombinasi
keduanya. (Munar dan Singh, 2007).
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang
telah diuraikan di atas, maka dapat disusun
permasalahan adakah analisa terhadap
penggunaan kombinasi gentamisin dan
ampisilin pada pasien pediatri, sudah adakah
pertimbangan dosis dan pertimbangan resiko
untuk pediatri yang menggunakan kombinasi
gentamisin dan ampisilin di Bangsal Anak
RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
Tujuan Penelitian
Penelitan ini dilakukan dengan tujuan untuk :
1. Mengetahui seberapa banyak pemakaian
kombinasi antibiotika gentamisin dan
ampisilin pada pasien pediatri di Bangsal
Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
2. Menganalisis dosis dan resiko
penggunaan kombinasi antibiotika
gentamisin dan ampisilin pada pasien
pediatri di RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis.
Memberikan masukan dan bahan
pertimbangan kepada dokter yang
meresepkan kombinasi antibiotik
gentamisin dan ampisilin pada pasien
pediatri di bangsal anak RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu
2. Manfaat ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan acuan dalam
penelitian selanjutnya tentang pemakaian
kombinasi antibiotik gentamisin dan
ampisilin pada pasien pediatri.
HASIL
Dari Penelitian yang sudah dilakukan
mengenai pemakaian gentamisin pada pasien
pediatrik di Bangsal Anak RSUD DR. M.
Yunus Bengkulu diperoleh hasil sebagai
berikut:
a. Jumlah pasien rawat inap yang terdapat di
Bangsal Anak RSUD DR. M. Yunus
Bengkulu pada bulan Mei sampai dengan
Juli 2011 adalah 303 pasien. Pasien yang
mendapatkan kombinasi antibiotik
gentamisin dan ampisilin adalah 133
orang dan yang tidak menggunakan
kombinasi gentamisin dan ampisilin 170
orang.
b. Pasien yang mendapatkan kombinasi
antibiotik gentamisin dan ampisilin
mengalami beberapa penyakit yang
diderita. Yang menderita demam berdarah
6 pasien, obs. Febris 57 pasien, Gastro
Enteritis (GE) 50 pasien, Bronko
Pneumonia 20 pasien, Kejang Demam
Simpleks dan Kompleks 12 pasien, dan
pasien yang menderita obs.Vomitus,
3
Malaria, Thalasemia, Thrombositopenia,
Intoksikasi Minyak Tanah, Hernia dan
Omphalocel 22 pasien.
c. Dosis gentamisin yang diberikan pada
pasien bayi adalah dalam rentang 2-80
mg/hari iv sedangkan dosis yang
diberikan pada pasien anak dalam rentang
36-120 mg/hari iv.
d. Semua pasien diberikan gentamisin
dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari.
Dan kombinasi dengan ampisilin yang
diberikan dengan frekuensi pemberian 3
kali sehari.
e. Pasien menggunakan gentamisin dengan
rentang waktu pemakaian gentamisin dari
1 hari hingga 13 hari. Pasien yang
menggunakan gentamisin dalam rentang
waktu pemakaian yang disarankan (3-5
hari) 90 pasien, dan 43 pasien diluar
rentang pemakaian tersebut.
PEMBAHASAN
Penelitian ini membahas tentang
analisa penggunaan kombinasi antibiotik
gentamisin dan ampisilin pada pasien pediatri
di Bangsal Anak RSUD DR. M. Yunus
Bengkulu seperti Dosis, regimen dosis, lama
pemakaian, efek samping yang mungkin timbul
akibat pemakaian kombinasi obat ini dan
kerasionalan pemakaian obat. Dari hasil
observasi dilakukan analisa dan dibandingkan
dengan literatur, dan terakhir penarikan
kesimpulan.
Kombinasi antibiotik gentamisin dan
ampisilin banyak digunakan di bangsal anak
RSUD DR. M. Yunus Bengkulu pada berbagai
kasus. Dari hasil penelitian diperoleh data dari
303 pasien yang dirawat di bangsal anak RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu ada 133 pasien yang
mendapat kombinasi antibiotika gentamisin
dan ampisilin. Kombinasi antibiotika
gentamisin dan ampisilin digunakan sebagai
antibiotik lini pertama untuk pasien anak. Hal
ini disebabkan gentamisin yang
dikombinasikan dengan penisilin atau
vancomisin menghasilkan efek bakterisid yang
kuat, yang sebagian disebabkan oleh
peningkatan ambilan obat yang timbul karena
penghambatan sintesis dinding sel. Penisilin
mengubah struktur dinding sel sehingga
memudahkan penetrasi gentamisin kedalam
kuman (Katzung, 2004).
Gentamisin tidak boleh digunakan
sebagai agen tunggal untuk terapi pneumonia
sebab buruknya penetrasi jaringan paru-paru
yang terinfeksi dan kondisi-kondisi setempat
dengan tekanan oksigen yang rendah dan pH
yang rendah turut andil terhadap aktivitas yang
buruk (Katzung, 2004).
Dari hasil penelitian diperoleh data
penyakit pasien yang memperoleh terapi
kombinasi antibiotika gentamisin dan ampisilin
juga bervariasi dimana yang menderita Demam
Berdarah 6 pasien, obs. Febris 57 pasien,
Gastro Enteritis (GE) 50 pasien, Bronko
Pneumonia 20 pasien, Kejang Demam
Simpleks dan Kompleks 12 pasien, dan pasien
yang menderita obs.Vomitus, Malaria,
Thalasemia, Thrombositopenia, Intoksikasi
Minyak Tanah, Hernia dan Omphalocel 22
pasien.
Bila diperhatikan terjadi
ketidakrasionalan pemakaian antibiotika
terhadap diagnosa yang ditetapkan. Seperti
contoh Intoksikasi Minyak Tanah yang bukan
disebabkan oleh bakteri akan tetapi tetap
diberikan terapi antibiotika. Hal ini
mengakibatkan tidak ada atau kecilnya
kemungkinan untuk memberi manfaat, efek
samping lebih besar dan biaya tidak seimbang
dari manfaat.
Berdasarkan standar terapi rumah
sakit kejang demam simplek atau sederhana
adalah Kejang demam yang berlangsung
singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum
tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Sedangkan kejang demam komplek adalah
kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit
dan kejadian berulang lebih dari 1 kali selama
24 jam. Penatalaksanaan untuk kejang ini
biasanya diberikan antipiretik dan anti
konvulsan. Tidak ada terapi antibiotika yang
disarankan namun pada kenyataannya
dilapangan tetap diberikan antibiotik dalam hal
ini gentamisin yang memiliki ambang terapi
sempit dan memiliki efek samping yang
membahayakan bayi dan anak.
Gastroenteritis atau diare Adalah BAB
dengan frekuensi lebih dari 3 kali/hari, dengan
konsistensi lebih lembek atau cair dengan atau
tanpa disertai lendir ataupun darah, Pada kasus
ini juga diberikan antibiotik yang seharusnya
berdasarkan standar terapi hanya diberikan
penggantian cairan tubuh iv ataupun oral. Bila
diikuti dengan dehidrasi ringan, sedang
ataupun berat terapi yang dilakukan adalah
penggantian defisit cairan dan dapat diberikan
NaCl 0.9% atau dextrose 5% dengan kecepatan
25-30% dari jumlah cairan total perhari
(termasuk kebutuhan dasar + defisit) pada
dehidrasi isotonik, sedangkan pada dehidrasi
hipematremik diberikan NaCl 0,9% dengan
kecepatan 45%.
4
Pada kasus thalasemia dimana terjadi
defisiensi pembentukan rantai globin spesifik
dari Hb yang seharusnya diterapi dengan Asam
folat 1 mg/hari p.o juga diberikan kombinasi
antibiotika gentamisisn dan ampisilin. Hal ini
terjadi juga pada kasus thrombositopenia yang
berkurangnya jumlah trombosit didalam darah
yang seharusnya diterapi dengan Kortikosteroi,
Gamaglobulin (IgG) dan Imunosupresif (
siklofosfamid ).
Dari berbagai kasus penyakit yang
pada standar terapi tidak perlu diberikan terapi
antibiotika, maka perlu dibahas kenapa setiap
kasus diberikan kombinasi antibiotika. Setelah
didiskusikan dengan pihak rumah sakit ternyata
alasan kenapa diberikan terapi antibiotika pada
setiap kasus yang terjadi pada pasien bangsal
anak RSUD Dr. M. Yunus adalah untuk
mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial adalah Infeksi
yang muncul selama seseorang tersebut dirawat
di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu
gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah
selesai dirawat (Light RW, 2001). Antibiotika
yang digunakan sebagai terapi profilaksis
biasanya digunakan sekali pakai dan dengan
dosis besar, oleh karena itu biasanya digunakan
antibiotika yang memiliki ambang terapi lebar
sehingga lebih aman untuk digunakan.
Gentamisin yang digunakan sebagai profilaksis
lama pemakaian tidak lebih dari 5 hari.
Pemakaian lebih dari 5 hari mempertinggi
resiko toksik pemakaian gentamisin pada
pasien, oleh karena itu pemakaian yang lama
harus dihindari jika gentamisin digunakan
sebagai terapi antibiotik profilaksis, namun
pemakaian lama (lebih dari 5 hari) untuk terapi
penyakit dapat digunakan tapi harus dengan
pertimbangan besar dosis yang diberikan
berdasarkan konsentrasi obat dalam serum
darah dan monitoring fungsi ginjal serta
pendengaran pasien.
Gentamisin merupakan concentration-
dependent dan termasuk dalam obat dengan
ambang terapi sempit sehingga peningkatan
kadar obat sedikit saja di dalam darah akan
berdampak besar pada pasien karena kadar obat
dalam darah dapat melewati ambang terapi
obat dan dapat menimbulkan efek toksik atau
dapat pula lebih rendah dari ambang terapi obat
sehingga obat tidak efektif lagi untuk terapi
infeksi. Hal ini dapat memicu terjadiya
resistensi antibiotik lebih cepat terjadi pada
pasien. Oleh karena itu pengukuran kadar
serum obat selama terapi perlu dilakukan untuk
menghindari efek toksik atau tidak adanya efek
terapi dari gentamisin.
Pengobatan pada bayi menggunakan
obat-obat dengan ambang terapi sempit harus
disertai dengan TDM (therapeutic drug
monitoring) oleh apoteker. Dosis obat untuk
pemakaian gentamisin harus membuat
konsentrasi puncak serum tidak lebih dari 10
mcg/ml pada regimen dosis 2x/hari dengan
lama pemakaian tidak lebih dari 5 hari karena
pemakaian lama akan meningkatkan resiko
terjadinya toksisitas gentamisin yaitu ototoksik
dan nefrotoksik. Pengobatan pada bayi dan
anak juga memerlukan pertimbangan lebih
kompleks, antara lain karena berbagai masalah
cara pemberian obat dan pemilihan bentuk
sediaan sehingga peran apoteker atau farmasis
dalam monitoring pemakaian obat sangat
diperlukan.
Pada penelitian ini ditemukan pasien
menggunakan gentamisin dari 1 hari hingga 13
hari. Pasien yang menggunakan gentamisin
dalam rentang waktu pemakaian yang
disarankan (3-5 hari) 90 pasien, dan 43 pasien
diluar rentang pemakaian tersebut. Pemakaian
gentamisin melebihi waktu yang disarankan
akan meningkatkan terjadinya resiko toksik,
toksisitas yang terjadi pada pemakaian
gentamisin adalah nefrotoksisk dan ototoksik.
namun pemakaian lama (lebih dari 5 hari)
untuk terapi penyakit dapat digunakan tapi
harus dengan pertimbangan besar dosis yang
diberikan berdasarkan konsentrasi obat dalam
serum darah dan monitoring fungsi ginjal serta
pendengaran pasien.
Konsentrasi serum gentamisin dan
fungsi ginjal harus dipantau apabila gentamisin
diberikan lebih dari 5 hari atau fungsi ginjal
berubah (misalnya dalam sepsis dimana sering
terjadi komplikasi dengan gagal ginjal akut)
(Katzung, 2004). Untuk anak-anak dengan
fungsi ginjal normal, konsentrasi gentamisin
harus diukur setelah 3 atau 4 kali dosis untuk
regimen dosis harian. Anak-anak dengan
kerusakan ginjal , pengukuran konsentrasi
aharus dilakukan lebih cepat dan sering.
Sampel darah harus diambil kira-kira 1 jam
setelah pemberian secara im atau iv dan juga
sebelum dosis berikutnya. Konsentrasi serum
aminoglikosida harus diukur pada semua anak-
anak, dan harus ditentukan pada infant,
neonatus, obesitas, cystic fibrosis, pemberian
dengan dosis tinggi, atau karena kerusakan
ginjal. Efek samping dari antibiotik
aminoglikosida ini tergantung dosis yang
digunakan, maka pengobatan menggunakan
antibiotik ini tidak boleh lebih dari 7 hari
(BNF, 2009). Jika pasien dimonitoring,
peningkatan serum kreatinin 0,5-2 mg/dl dapat
mengindikasikan terjadinya nefrotoksik pada
5
pemakaian antibiotik golongan aminoglikosida
(Bauer, 2008).
Pada bayi, volume distribusi yang
lebih besar dan clearance gentamisin menurun
yang mengakibatkan t1/2 menjadi menjadi 4-5
jam (Bauer, 2008). dibandingkan t1/2 eliminasi
pada dewasa (2-3 jam). Monitoring konsentrasi
serum dapat menghindarkan terjadinya
toksisitas dan menjamin efikasi penggunaan
obat (BNF, 2009).
Pada bangsal anak RSUD DR. M.
Yunus Bengkulu, gentamisin umumnya
digunakan pada interval pemakaian dua kali
sehari untuk semua pasien. Metode
konvensional pemberian dosis gentamisin
adalah dengan cara multiple daily dosing
biasanya setiap 8 jam. Puncak konsentrasi
serum untuk gentamisin antara 5–10 mcg/ml,
jika konsentrasi puncak ini meningkat menjadi
12–14 mcg/ml akan meningkatkan resiko
terjadinya ototoksisitas. Konsentrasi serum
minimum 2–3 mcg/ml juga meningkatkan
terjadinya resiko nefrotoksisitas. Penjagaan
konsentrasi puncak atau minimum gentamisin
sesuai dengan range yang disarankan tidak
sepenuhnya menghindari terjadinya
nefrotoksisitas dan ototoksisitas pada pasien,
bahkan pada pengontrolan range konsentrasi
serum yang di sarankan, pemakaian durasi
melebihi 14 hari dengan total akumulasi dosis
yang besar dan penggabungan terapi bersama
obat penginduksi nefrotoksik lain seperti
vankomisin akan memberi kecenderungan
pada efek samping antibiotik gentamisin
(Bauer, 2006). Pemakaian secara conventional
dosing atau 2 kali sehari akan menghindarkan
resiko terjadinya lonjakan konsentrasi puncak
gentamisin di serum darah pasien jika
dibandingkan pada pemakaian 1 kali sehari.
Dari hasil perhitungan dosis
berdasarkan berat badan pasien, pada pasien di
bangsal anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
diperoleh rentang pemberian dosis kombinasi
gentamisin yang diberikan pada pasien bayi
adalah dalam rentang 2-80 mg/hari iv
sedangkan dosis kombinasi yang diberikan
pada pasien anak dalam rentang 36-120
mg/hari iv. Sedangkan dosis kombinasi
gentamisin yang dianjurkan literatur untuk
pasien bayi adalah 13,5-87,75 mg/hari iv dan
untuk pasien anak 48,6-162mg/hari iv.
Dosis kombinasi gentamisin yang
diberikan pada pasien bayi sesuai dengan yang
disarankan literatur yaitu 1,5 mg/kgBB setiap 8
jam (Medicatherapy.com 2011), sekitar 33%
sedangkan dosis yang lebih rendah dari yang
disarankan adalah 40% dan dosis melebihi
dosis yang disarankan adalah sekitar 27%.
Dosis kombinasi gentamisin yang
diberikan pada pasien anak sesuai dengan yang
disarankan literatur yaitu 2 mg/kgBB setiap 8
jam (Medicatherapy.com 2011), sekitar 1,59%
sedangkan dosis yang lebih rendah dari yang
disarankan adalah 96,82% dan dosis melebihi
dosis yang disarankan adalah sekitar 1,59%
Perhitungan dosis berdasarkan
literatur ini menggunakan variabel umur dan
berat badan bayi sehingga memudahkan dalam
perhitungan dosis. Pengukuran dosis
menggunakan literatur hanya digunakan untuk
dosis awal dan penentuan dosis gentamisin
selanjutnya berdasarkan konsentrasi serum
gentamisin pasien. Perbedaan dosis yang
diberikan rumah sakit khususnya dosis yang
lebih rendah dari yang disarankan literatur
dikhawatirkan tidak mencapai rentang terapi
obat dan tidak tercapainya efek terapi pada
pasien (Bauer, 2006). Untuk dosis yang
melewati rentang dosis yang disarankan
dikhawatirkan akan menimbulkan efek
samping dalam penggunaan.
Selain pertimbangan dosis pada
penggunaan antibiotika gentamisin perlu juga
diperhatikan efek samping yang ditimbulkan
akibat pemakaian obat ini. Efek toksik yang
dimiliki gentamisin ada dua macam, yaitu
nefrotoksik yang reversible dan ototoksik yang
menyebabkan kerusakan pada vestibular dan
auditory yang bersifat permanent (Bauer,
2006). Gentamisin dibersihkan oleh ginjal, dan
eksresinya berbanding langsung dengan klirens
kreatinin. Waktu paruh normal dalam serum
adalah 2-3 jam, namun meningkat dalam 24-48
jam pada pasien-pasien dengan kerusakan
fungsi ginjal yang signifikan. Penyesuaian
dosis harus dilakukan untuk menghindari
akumulasi obat dan toksisitas pada pasien
dengan insufisiensi ginjal. Bisa jadi dosis obat
dibiarkan konstan dan interval antar dosis
dinaikkan, atau interval dibiarkan konstan dan
dosis dikurangi (Katzung, 2004).
Mekanisme terjadinya nefrotoksisitas
adalah gentamisin dimetabolisme secara utuh
di hati dan dieliminasi melalui glomerulus. 5%
hasil eliminasi diabsorbsi kembali oleh tubulus
proximal sehingga konsentrasi dalam tubulus
meningkat dan menimbulkan nekrosis tubulus.
Penggunaan gentamisin selama lebih dari 5
hari dapat menyebabkan peningkatan 30%
serum kreatinin. Dengan memonitoring fungsi
ginjal pasien, peningkatan serum kreatinin 0,5-
2 mg/dl menunjukkan terjadinya nefrotoksik
oleh antibiotik golongan aminoglikosida
(Bauer, 2008). Nefrotoksisitas membutuhkan
penyesuaian regimen pemberian dosis dan
harus mempercepat pertimbangan ulang
6
mengenai perlunya penggunaan obat (Katzung,
2004).
Mekanisme terjadinya ototoksisitas
dengan cara gentamisin mempengaruhi auditori
dan vestibular yang bersifat permanen.
Ototoksisitas auditori pertama kali muncul
pada frekuensi tinggi (> 4000 hz) dan sangat
sulit mendeteksinya secara klinis. Jika
pengobatan gentamisin tidak dilanjutkan secara
individual, penurunan pendengaran akan
berlanjut pada frekuensi yang lebih rendah,
hasilnya penurunan frekuensi pendengaran
akan terdeteksi pada daerah frekuensi
conversational (< 4000 hz). Ototoksisitas
terutama tampak dalam bentuk disfungsi
vestibuler, kemungkinan disebabkan oleh
perusakan sel-sel rambut karena peningkatan
kadar obat. Hilangnya pendengaran juga dapat
timbul. Kemungkinan timbulnya ototoksisitas
adalah 1-5 % pada pasien-pasien yang
menerima obat ini selama lebih dari 5 hari
(Katzung, 2004).
Gejala awal ototoksisitas auditori
adalah tinnitus. Ototoksisitas vestibular akan
menyebabkan kehilangan keseimbangan, selain
itu munculnya sakit kepala, ataxia, nausea,
vomiting, nystagmus, dan vertigo dapat
menjadi tanda ototoksisitas vestibular (Bauer,
2008). Faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya ototoksisitas adalah terapi dengan
jangka waktu yang lama, penggunaan
gentamisin sebelumnya, penggunaan
gentamisin bersamaan dengan obat lain yang
menginduksi ototoksisitas (Philip, 2002).
Secara klinis, audiometric jarang digunakan
untuk mendeteksi ototoksisitas karena sulit
digunakan pada pasien yang sedang kritis.
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
1 Lk 13 7800 Demam Berdarah Ampisilin 3x200 3
Gentamisin 2x20 3
Sanmol 3x1 3
Bolus Adona 1/4 Amp 3
Puter Butapil 3x1 3
2 Lk 5,5 4700 Vomitus Ampisilin 3x100 3
Gastro Enteritis Gentamisin 2x10 3
Dehidrasi ringan Dialac 2x0,5 3
Dan Sedang Vometa 3x0,5 3
Malarex 2,2,1/4 3
3 Lk 53 12000 Bronko pneumonia Ampicillin 3x300 4
Kejang Demam
Simpleks
Gentamisin 2x30 4
Luminal 2x10 4
Propiretic
Supp 160 1
Paracetamol 3x1 2
Stesolid supp 5 1
Mucera drop 3x1 2
4 Pr 1,5 3800 Secunder infection Ampicillin 3x100 4
ec. Dermatitis
cortus
Gentamisin 2x10 8
Antihistamin 3x1 1
Fuladex cream 1x1 3
Ibupropen
drop
3x0,5 1
Cefotaxime 2x75 5
5 Lk 0 3500 Bronko pneumonia Ampicillin 3x80 4
Gentamisin 2x8 4
Dexamethason 3x0,5 4
7
Mucera drop 3x0,25 1
L-Bio 2x0,5 1
6 Pr 7 4700
Bronko pneumonia
+
Ampicillin 2x100 7
Gizi Buruk Gentamisin 2x10 7
Aminophillin 2x1 2
Mucera drop 3x0,4 7
Sanmol Drop 3x0,5 1
Dexamethason 3x1 6
7 Pr 12 8000 obs. Febris + Ampicillin 3x200 3
Infeksi Saluran Gentamisin 2x20 3
Pernafasan Atas Paracetamol 3x0,9 2
Dumin supp 120 1
Dexamethason 3x0,25 2
Malarex 2-2-1 2
8 Lk 3 5700 Gastro Enteritis Ampicillin 3x125 2
Dehidrasi Sedang Gentamisin 2x12,5 2
Sanmol Drop 3x0,5 2
Apialis 1x0,3 2
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
9 Lk 31 13000 Asma Akut Ampicillin 3x300 2
Gentamisin 2x30 2
Aminophyllin 30 2
Dexamethason 3x0,5 1
Ambroxol 3x0,5 1
Paracetamol 3x1 1
Malarex 2,2,1 3
Vectrin Syr 3x0,5 1
10 Lk 1 3600 Obs. Vomitus Ampicillin 3x10 10
susp hisprung
(meteorism)
Gentamisin 2x1 10
San-Bplex 1x0,5 8
L-Bio 2x0,5 8
Zink Pro 2x1 1
11 Lk 36 15000 Obs. Febris Ampicillin 3x300 5
ec.Malaria Gentamisin 2x30 5
Paracetamol 3x1 2
Propiretic
supp
160 1
Malarex 2,2,1 3
Dexamethason 3x1 1
Dexanta 3x2 2
CTM 3x3 1
Puyer Bapil 3x1 2
12 Lk 2 5800 Malaria Ampicillin 3x150 2
Candidiasis Cefotaxime 2x100 13
Bronko
pneumonia
Gentamisin 2x15 13
Luminal 2x8 2
Paracetamol 3x0,5 5
Dexamethason 3x1 13
8
Mucera 3x0,3 12
Candistatin 3x1 1
Propiretic
supp
2x40 2
Malarex 2,2,1 3
Puyer Bapil 3x1 8
13 Lk 12 12500 Trombositopenia Ampicillin 3x300 3
Gentamisin 2x30 3
Paracetamol 3x1 3
Dexamethason 1/3 Amp 2
Vometa Drop 3x0,3 2
14 Pr 20 15000 Intoksikasi
Minyak Tanah
Ampicillin 3x250 3
Gentamisin 2x20 3
Paracetamol
Syr
3x1 3
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
15 Pr 36 12000 Malaria + Asma Amminophilin 125 3
Ampicillin 3x300 4
Gentamicin 2x30 2
Ambroxol 3x1/2cth 3
Dexamethason 3x3 3
Paracetamol 3x1 4
Malarex 2,1,1,1 3
Puyer Bapil 3x1 2
16 Lk 18 8000 Obs.Febris Ampicillin 3x200 4
Gentamisin 2x20 4
Paracetamol 3x0,75 2
Malarex 2,2,1 3
L-Bio 2x1 2
Puyer Bapil 3x1 1
17 Lk 9 7000 Obs.Febris + Ampicillin 3x100 3
Gasrto Enteritis Gentamisin 2x10 3
tanpa Dehidrasi Sanmol 3x0,4 3
Dialac 3x0,5 3
Kinin 3x7,5 2
Puyer Bapil 3x1 2
18 Pr 3 4300 Obs. Dyspnae + Ampicillin 3x100 2
Bronko
pneumonia
Gentamisin 2x10 3
Gasrto Enteritis Cefotaxim 2x125 1
Dialac 3x0,5 1
Malarex 2,2,1 3
L-Bio 3x1 2
Puyer Bapil 3x1 2
19 Pr 11 7800 Demam Ampicillin 3x200 3
Berdarah Gentamisin 2x20 3
Psidii Syr 3x1 3
Pamol Syr 3x1 1
Propiretic 80 1
Malarex 2,2,1 3
Kinin 3x75 1
9
Mucera drop 4x0,5 1
20 Pr 8 8000 Malaria Ampicillin 3x150 2
Gentamisin 2x15 2
Propiretic
Supp
80 2
Stesolid Supp 5 1
Luminal 2x15 1
Kinin 3x80 1
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
21 Pr 60 12500 Obs.Kejang Ampicillin 3x300 2
Demam
Kompleks
Gentamisin 2x30 1
Kemicetin 3x300 1
Nicholin 3x100 1
Propiretic
Supp
240 1
Stesolid inj 10 1
Paracetamol 3x1,5 1
Dumin Supp 4x250 1
Stesolid Supp 4x10 1
Dexamethason 3x1 1
Luminal 2x40 1
Malarex 2,1,1 3
22 Pr 96 18000 Obs.Vomitus + Ampicillin 3x350 2
Febris Gentamisin 2x30 2
Ondansentron 3x1/2 2
Paracetamol 3x2 2
Antasida 3x1 1
23 Pr 2 4300
Gastro Enteritis
Akut
Ampicillin 3x150 4
+ Obs.Febris Gentamisin 2x10 4
Sanmol 3x0,5 4
Propiretic
supp
40 4
Dialac 1x0,5 4
24 Lk 17 10000 Obs.Febris Ampicillin 3x200 3
Gentamisin 2x20 3
Paracetamol 3x1 3
Propiretic
supp
160 3
Stesolid supp 5 3
Kliran 3x1/3 1
Malarex 2,2,1 1
25 Pr 8 6500 Malaria Gentamisin 2x15 5
Cefotaxim 2x150 1
Ampicillin 3x150 3
Paracetamol 2x0,6 3
Dialac 2x0,5 3
Mucera drop 3x0,5 4
Dexamethason 2x1 3
Malarex 2,1,1,1 3
10
26 Lk 9 6800 Gastro Intestinal Ampicillin 3x150 2
Gentamisin 2x15 3
Paracetamol 3x0,1 2
Dialac 2x0,5 2
L-Bio 2x1 2
Zink Pro 1x1 2
Kliran 3x1 1
Vometa 3x0,5 1
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
27 Lk 18 12000 Gastro Enteritis Ampicillin 3x300 2
Dehidrasi Sedang Gentamisin 2x30 2
Vometa 2x1 2
Dialac 3x0,25 2
28 Lk 84 17000 Obs. Febris Ampicillin 3x400 3
Gentamisin 2x40 3
Vometa 3x1 3
Propiretic
supp 4x160 1
Pansidar 1x1 1
29 Lk 60 12800 Kejang Demam Ampicillin 3x300 2
Simplek Gentamisin 2x30 2
Luminal 2x25 2
30 Pr 21 13000 Obs. Febris Ampicillin 3x300 4
Gentamisin 2x30 4
Vometa 3x1 4
Propiretic
supp 4x160 1
31 Lk 48 4600 Thalasemia Ampicillin 3x160 2
Gentamisin 2x30 2
Propiretik
supp
80 2
Sedacum inj 3x1 2
32 Lk 3 4200 Kejang Demam Ampicillin 3x100 3
Simplek Gentamisin 2x10 3
Luminal 2x10 3
33 Lk 3 8000 Dypsnoe Ampicillin 3x200 4
Gentamisin 2x20 4
Aminophylin 3x20 4
34 Lk 6 9500 GEADRS Ampicillin 3x160 4
Gentamisin 2x24 4
Vometa 2x1 4
Dialac 3x0,25 4
35 Pr 12 19500
Intoksikasi
Minyak
Ampicillin 3x200 2
Tanah Gentamisin 2x20 2
Dexamethason 3x1 2
36 Pr 72 20000 Obs. Febris Ampicillin 3x500 2
Gentamisin 2x40 2
Paracetamol 3x1 2
Propiretik
supp
160 2
37 Lk 84 21000 Obs. Febris Ampicillin 3x500 3
11
Gentamisin 2x40 3
Paracetamol 3x1 3
Propiretik
supp
160 3
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
38 Lk 48 26000 Gastro Enteritis Ampicillin 3x500 1
Gentamisin 2x40 2
Vometa 2x1 2
Dialac 3x0,25 2
39 Lk 23 8700 Obs. Febris Ampicillin 3x160 2
Gentamisin 2x20 2
Paracetamol
drop
3x1 2
Propiretik
supp
160 2
40 Lk 13 15000 Demam Berdarah Ampicillin 3x300 1
Kejang Demam Gentamisin 2x20 1
Komplek Paracetamol
drop
3x0,8 1
Stesolid Supp 5 1
Propiretik
supp
80 1
41 Pr 12 11500 GE + Febris Ampicillin 3x200 3
Gentamisin 2x20 3
Vometa 2x1 3
Dialac 3x0,25 3
Paracetamol
drop
3x1 3
42 Lk 156 30000 Obs. Febris Ampicillin 3x600 2
Gentamisin 2x60 2
Paracetamol 3x200 2
Propiretik
Supp
1x160 2
43 Lk 18 12500 Demam Berdarah Ampicillin 3x250 6
Gentamisin 2x20 6
Paracetamol 3x250 6
44 Lk 92 22000 Kejang Demam Ampicillin 3x350 4
Komplek Gentamisin 2x30 4
Luminal 2x30 4
Paracetamol
drop
3x1 4
Stesolid Supp 5 1
Propiretik
supp
160 1
45 Lk 1,5 3000 Hernia Ampicillin 3x50 2
Gentamisin 2x6 2
46 Lk 120 25000 Obs. Febris Ampicillin 3x500 5
Gentamisin 2x50 5
Paracetamol 3x200 5
Propiretik
Supp
1x160 5
47 Lk 50 18000 Susp. Thalasemia Ampicillin 3x350 4
12
+
Inf. Leukositosis Gentamisin 2x30 4
Propiretik
supp
80 4
Sedacum inj 3x1 4
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
48 Lk 48 23000 Gastro Enteritis Ampicillin 3x400 6
Dehidrasi
Sedang
Gentamisin 2x40 6
Vometa 2x1 6
Dialac 3x0,25 6
49 Lk 84 30000 Malaria Ampicillin 3x500 4
Gentamisin 2x40 4
Propiretik
supp
160 4
Paracetamol 3x1/2 4
Malarex 2,2,1 4
50 Pr 96 24000 Obs.Febris Ampicillin 3x400 7
Gentamisin 2x40 7
Paracetamol 3x200 7
Propiretik
Supp
1x160 7
51 Lk 48 19800 Obs. Febris Ampicillin 3x300 2
Gentamisin 2x20 2
Luminal 2x20 2
Paracetamol
Syr
3x0,5 2
Stesolid Inj 3x1,5 2
52 Lk 65 15500
Obs. Febris +
ISPA
Ampicillin 3x350 5
Gentamisin 2x20 5
Paracetamol
Syr
3x1/2 5
Ambroxol Syr 3x1 1/2 5
53 Pr 48 17800 Obs. Febris Ampicillin 3x300 5
Gentamisin 2x30 5
Paracetamol 3x0,8 5
Dumin 125 5
54 Pr 53 18300 Obs. Febris Ampicillin 3x250 2
Gentamisin 2x25 2
Malarex 2,2,1 2
Puyer Bapil 3x1 2
55 Pr 108 22000 Obs. Febris Ampicillin 3x300 4
Gentamisin 2x30 4
Malarex 2,2,1 4
L-Bio 2x1 4
Puyer Bapil 3x1 4
56 Lk 36 19200 Obs. Febris Ampicillin 3x250 4
Gentamisin 2x25 4
Paracetamol 3x0,8 4
Dumin 125 4
13
57 Lk 3 7200
Obs. Dyspnoe ec.
BP
Ampicillin 3x150 3
Gentamisin 2x15 3
Paracetamol 3x0,8 3
Mucera Drop 3x0,4 3
Dialac 2x1/2 3
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
58 Pr 132 13000 Obs. Febris + Ampicillin 3x400 4
Vomitus Gentamisin 2x25 4
Paracetamol
Syr
3x1 4
Vometa Syr 2x1 4
59 Lk 120 24000 Thrombositopenia Ampicillin 3x300 5
Gentamisin 2x50 5
Transamin 1x250 5
60 Lk 77 19000 Obs. Febris Ampicillin 3x400 3
Gentamisin 2x40 3
Paracetamol
Syr
3x1 3
Vometa Syr 2x1 3
61 Lk 10 8200 Obs. Febris Ampicillin 3x250 3
Gentamisin 2x25 3
Sanmol 3x1 3
Ambroxol 3x3/4 3
62 Pr 9 7300 Kejang Demam Ampicillin 3x150 4
Kompleks Gentamisin 2x15 4
Paracetamol 3x0,8 4
Stesolid Supp 5 4
Propiretik
supp
80 4
63 Pr 3 4500 Obs. Febris + BP Ampicillin 3x100 6
Gentamisin 2x10 6
Sanmol 3x0,6 6
64 Lk 77 18000 Obs. Febris Ampicillin 3x450 4
Gentamisin 2x40 4
Paracetamol
Syr
3x1 4
Vometa Syr 2x1 4
65 Pr 24 10000 Gastro Enteritis Ampicillin 3x300 4
Dehidrasi Sedang Gentamisin 2x30 4
Dialac 3x1/2 4
66 Pr 7 9000 Vomitus Ampicillin 3x200 4
Gentamisin 2x20 4
Sanmol Syr 3x0,8 4
Vometa Syr 2x1 4
67 Pr 29 8100 Kejang Demam Ampicillin 3x250 4
komplek Gentamisin 2x35 4
Dexamethason 3x1 4
Paracetamol
Syr
3x500 4
Stesolid Supp 10 1
68 Lk 72 19000 Obs. Febris Ampicillin 3x300 4
Gentamisin 2x40 4
14
Paracetamol 3x200 4
Propiretik
Supp
1x160 1
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
69 Lk 1 4800 Malaria Ampicillin 3x80 3
Gentamisin 2x8 3
Paracetamol 3x0,5 3
Vit K 3x0,1 3
Stesolid Inj 3x1,5 3
Luminal 2x10 3
70 Lk 120 21800 Obs. Febris Ampicillin 3x400 2
Gentamisin 2x40 2
Paracetamol 3x1 2
Propiretik
Supp
1x240 1
Vometa Syr 3x1 2
71 Lk 94 19800 Obs.Febris Ampicillin 3x350 2
Gentamisin 2x35 2
Paracetamol 3x1/2 2
72 Pr 3 6000 Bronko Pneumonia Ampicillin 3x100 12
Gentamisin 2x10 12
Dexamethason 3x0,6 12
Mucera 3x0,5 12
73 Lk 10 8500 Bronko Pneumonia Ampicillin 3x250 9
Gentamisin 2x20 9
Dexamethason 3x0,2 9
Mucera 3x0,3 9
Propiretik
Supp
1x80 9
Sanmol 3x0,8 9
74 Pr 108 17000
Obs. Febris +
ISPA
Ampicillin 3x400 4
Gentamisin 2x40 4
Ondansetron 1/2
amp
4
Paracetamol 3x1/2 4
Ambroxol Syr 3x1 1/2 4
75 Lk 125 10000 Bronko Pneumonia Ampicillin 3x150 7
Gentamisin 2x20 7
Mucera Drop 3x0,3 7
76 Lk 11 8000 Obs. Febris Ampicillin 3x250 4
Gentamisin 2x25 4
Propiretik
Supp
80 1
Paracetamol 3x0,8 4
Ambroxol Syr 3x1 4
77 Pr 14 8300 Bronko Pneumonia Ampicillin 3x250 5
Gentamisin 2x20 5
Paracetamol 3x0,8 5
Mucera Drop 3x0,4 5
Dialac 2x1/2 5
15
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
78 Lk 21 10000 Obs. Febris Ampicillin 3x250 4
Gentamisin 2x20 4
Paracetamol 3x0,8 4
Dumin 125 4
79 Lk 18 7100 Obs. Febris Ampicillin 3x200 3
Gentamisin 2x20 3
Dumin Supp 125 3
Sanmol 3x1/2 3
Vometa drop 3x1/2 3
80 Lk 11 8000 Obs. Febris Ampicillin 3x150 3
Gentamisin 2x15 3
Paracetamol 3x3/4 3
Vometa drop 3x1/2 3
Propiretik
Supp
80 1
81 Pr 42 16000 Obs. Febris Ampicillin 3x300 3
Gentamisin 2x30 3
Paracetamol 3x1 3
Propiretik
Supp
160 1
82 Lk 8 4600 Obs. Febris Ampicillin 3x100 5
Gentamisin 2x10 5
Mucera 3x0,4 5
Dexamethason 3x0,3 5
Paracetamol 3x0,4 5
Propiretik
Supp
80 1
83 Pr 84 15000 Obs. Febris Ampicillin 3x250 3
Gentamisin 2x30 3
Paracetamol 3x1 3
Vometa drop 3x1 3
Gentamisin 2x20 4
84 Pr 1 3000 Omphalocel Ampicillin 3x75 8
Gentamisin 2x7,5 8
85 Lk 11 9700 Obs. Febris Ampicillin 3x250 4
Gentamisin 2x20 4
Zink Pro 3x1 4
Dialac 2x1 4
Paracetamol 3x1 4
Vometa drop 3x1/2 4
86 Pr 16 8900 Obs. Febris Ampicillin 3x150 3
Gentamisin 2x15 3
Paracetamol 3x1 3
Propiretic
supp
80 1
Stesolid supp 5 1
16
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
87 Lk 9 8600 Obs. Febris Ampicillin 3x150 5
Gentamisin 2x15 5
Mucera 3x1 5
Propiretic
supp
3x80 5
88 Lk 84 15200 Obs. Febris Ampicillin 3x300 3
Gentamisin 2x40 3
Paracetamol 3x250 3
Vometa Syr 3x1/2 3
89 Lk 3 4800 Bronkiolis Akut Ampicillin 3x160 12
Bronko
Pneumonia
Gentamisin 2x10 12
Mucera 3x0,25 12
Dexamethason 3x1/6 12
Sanmol 3x0,5 12
90 Pr 11 8000
Malaria + GE +
KDS
Ampicillin 3x300 5
Gentamisin 2x40 5
Propiretic
supp
80 1
Stesolid supp 5 1
Paracetamol 3x0,8 5
Vometa 3x0,3 5
91 Pr 120 25000 Obs. Febris Ampicillin 3x600 4
Gentamisin 2x40 4
Transamin 3x0,5 4
Vit. K 3x0,5 4
Dexamethason 3x2 4
Acyclovir 4x1 4
92 Lk 72 23000 Obs. Febris Ampicillin 3x600 3
Gentamisin 2x40 3
Paracetamol 3x250 3
Propiretic
supp
160 3
Malarex 2,2,1 3
93 Lk 42 20000 Obs. Febris Ampicillin 3x300 3
Gentamisin 2x40 3
Paracetamol 3x1,5 3
Propiretic
supp
160 3
Vometa 3x0,5 3
94 Pr 22 9000 Obs. Vomitus Ampicillin 3x150 4
Gentamisin 2x15 4
Vometa drop 3x1 4
95 Pr 19 8900 Obs. Febris Ampicillin 3x150 3
Gentamisin 2x15 3
Paracetamol 3x1 3
Vometa drop 3x1 3
Malarex 2,2,1 3
17
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
96 Pr 36 12000 Gastro Enteritis Ampicillin 3x250 5
Gentamisin 2x30 5
Zink pro 3x1 5
Dialac 3x1/2 5
97 Pr 9 11500 Obs. Febris Ampicillin 3x200 3
Gentamisin 2x20 3
Propiretic
supp
80 3
Paracetamol 3x0,8 3
98 Lk 4 5400 Bronkiolis Ampicillin 3x100 8
Bronko
Pneumonia
Gentamisin 2x10 8
Paracetamol 3x0,5 8
Dexamethason 3x0,3 8
Malarex 2,2,1 3
L-Bio 2x1/2 8
99 Pr 36 9700
Obs. Febris +
DHF
Ampicillin 3x250 3
Gentamisin 2x20 3
Paracetamol 3x1 3
Psidii 3x1 3
Propiretik
supp
160 3
100 Pr 48 10000
Obs Vomitus +
Diare
Gentamisin 2x25 5
Domperidon 3x1/2 5
Dialac 2x1/2 5
101 Lk 12 8000 Obs. Febris Ampicillin 3x150 6
Gentamisin 2x15 6
Mucera drop 3x0,8 6
Vometa drop 3x0,8 6
102 Lk 1,5 5000
Bronko
Pneumonia
Ampicillin 3x150 10
Gentamisin 2x15 10
Dexamethason 3x1 10
Mucera drop 3x0,1 10
103 Lk 9 9600 Obs. Febris Ampicillin 3x150 3
Gentamisin 2x15 3
Paracetamol 3x1 3
Mucera drop 3x1 3
104 Pr 2 4300 Dyspnoe susp. BP Ampicillin 3x100 6
Gentamisin 2x20 6
Sanmol drop 3x0,5 6
105 Lk 24 13000 Obs. Febris Ampicillin 3x250 3
Gentamisin 2x20 3
Bufec Syr 3x1 3
106 Pr 132 27000 Susp. Thalasemia Ampicillin 3x500 8
Gentamisin 2x40 8
Propiretik
supp
80 8
Sedacum inj 3x1 8
18
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
107 Pr 19 10000 Obs. Febris Ampicillin 3x166 3
Gentamisin 2x25 3
Domperidon 3x3/4 3
Paracetamol 3x0,25 3
Propiretik
supp
80 3
108 Lk 9 9800 Obs. Febris Ampicillin 3x150 3
Gentamisin 2x20 3
Dialac 3x1/2 3
Zinkpro 1x1/2 3
109 Lk 24 11800 Obs. Febris + Ampicillin 3x200 3
Gastro Enteritis Gentamisin 2x25 3
Dehidrasi Paracetamol 3x3/4 3
Sedang Dialac 2x1/2 3
Zinkpro 1x1/2 3
110 Pr 11 9800 Gastro Enteritis Ampicillin 3x200 5
Dehidrasi
Sedang
Gentamisin 2x25 5
Paracetamol 3x1 5
L-Bio 3x1/2 5
111 Pr 23 8200 Gastro Enteritis Ampicillin 3x150 4
Dehidrasi
Sedang
Gentamisin 2x15 4
L-Bio 3x1 4
Paracetamol 3x3/4 4
Zinkpro 1x1/2 4
112 Pr 36 18000 Demam Berdarah Ampicillin 3x300 3
Gentamisin 2x40 3
Paracetamol 3x1 3
Psidii 3x1 3
Ambroxol 3x1.2 3
113 Lk 108 25000 Obs. Febris Ampicillin 3x600 5
Gentamisin 2x60 5
Propiretik
supp
240 5
Paracetamol 3x250 5
114 Lk 72 16700 Obs. Febris Ampicillin 3x300 3
Gentamisin 2x40 3
Paracetamol 3x200 3
Psidii 3x1 3
115 Lk 132 19000 Obs. Febris Ampicillin 3x335 6
Gentamisin 2x50 6
L-Bio 3x1 6
Paracetamol 3x250 6
Lambucid Syr 3x1/2 6
116 Pr 53 15000 Obs. Febris Ampicillin 3x250 2
Gentamisin 2x35 2
Propiretik
supp
160 2
Paracetamol 3x1/2 2
Malarex 2,2,1 2
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
19
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
117 Pr 22 10000 Obs. Febris Ampicillin 3x250 4
Gentamisin 2x25 4
Propiretik
supp
160 4
Paracetamol 3x3/4 4
Malarex 2,2,1 3
118 Pr 48 14000 Obs. Febris Ampicillin 3x300 3
Gentamisin 2x25 3
Sanmol Syr 3x1 3
Elkana Syr 1x1 3
119 Lk 4 7000
Bronko
Pneumonia
Ampicillin 3x120 5
Gentamisin 2x17,5 5
Paracetamol 3x0,7 5
Ambroxol 3x0,3 5
120 Pr 60 13000 Kejang Demam Ampicillin 3x300 5
Komplek Gentamisin 2x30 5
Stesolid 10 5
121 Pr 53 11000 Obs. Febris Ampicillin 3x180 3
Gentamisin 2x18 3
Vometa 3x1 3
122 Lk 132 26000
Retensi Urine +
GE
Ampicillin 3x500 2
Gentamisin 2x40 2
Paracetamol 3x1 2
123 Pr 6 7300 Obs. Febris Ampicillin 3x200 5
Gentamisin 2x20 5
Propiretik
supp
80 2
124 Lk 7 8600 Obs. Vomitus Cefotaxim 2x250 3
Gentamisin 2x50 3
Vometa 3x1 3
125 Lk 8 8000 Obs. Vomitus Ampicillin 3x200 3
Gentamisin 2x20 3
Dialac 2x1/2 3
126 Lk 32 12800 Obs. Febris Ampicillin 3x300 3
Gentamisin 2x30 3
Paracetamol 3x1 3
Vometa 3x1 3
127 Lk 60 22000 Obs. Febris Ampicillin 3x500 3
Gentamisin 2x40 3
Paracetamol 3x2 3
Vometa 3x1 3
128 Pr 8 6500 Gastro Enteritis Ampicillin 3x200 4
Dehidrasi
ringan
Gentamisin 2x20 4
Sedang Sanmol drop 4x0,6 4
Malarex 2,2,1 4
Data Pasien Pediatri yang dirawat di bangsal Anak RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
20
No Lk/Pr Umur BB
Diagnosa Obat Dosis Pemakaian
(Bulan) (Gram) (Mg) (Hari)
129 Lk 1,5 4000
Obs.
Meteorismus
Ampicillin 3x100 5
Gentamisin 2x10 5
Malarex 2,2,1 5
Sanmol drop 4x0,6 5
Propiretik
supp
80 5
Vometa 3x1 5
130 Lk 78 23000 Obs. Febris Ampicillin 3x500 3
Gentamisin 2x50 3
Paracetamol 3x250 3
Vometa 3x2 3
131 Lk 10 6900 Kejang Demam Ampicillin 3x150 5
Simplek Gentamisin 2x15 5
Sanmol drop 4x0,6 5
Propiretik
supp
80 5
Dialac 3x1/2 5
Malarex 2,2,1 5
Luminal 2x10 5
132 Lk 12 7600 Kejang Demam Ampicillin 3x200 2
Simplek Gentamisin 2x20 2
Stesolid 5 2
Propiretik
supp
80 2
Vometa 4x0,6 2
Sanmol drop 4x0,6 2
Malarex 2,2,1 2
133 Pr 54 11500 Anemia + Ampicillin 3x300 7
Hepatomegali Gentamisin 2x30 7
Xanda 3x1 7
Ondancetron 3x4 7
Kesimpulan
1. Kombinasi antibiotika gentamisin dan
ampisilin merupakan pilihan utama
pada terapi pasien pediatri di bangsal
anak RSUD DR. M. Yunus Bengkulu
karena antara kedua jenis antibiotik
mempunyai efek sinergi.
2. Sekitar 43.9% Pasien Pediatri yang
terdapat di bangsal Anak RSUD DR.
M. Yunus Bengkulu pada bulan Mei
sampai dengan Juli 2011 yang
mendapatkan terapi kombinasi
antibiotika gentamisin dan ampisilin.
3. Bila dibandingkan dengan dosis
kombinasi gentamisin menurut
literatur, masih terjadi kekurangan
dosis kombinasi gentamisin yang
diberikan pada pasien bayi dan anak
yang dirawat di bangsal anak RSUD
Dr. M. Yunus Bengkulu, hal ini dapat
menyebabkan tidak tercapainya efek
obat.
4. Rentang waktu penggunaan kombinasi
antibiotika gentamisin yang disarankan
literatur (3-5 hari). Ada sekitar 32,33%
pasien yang mendapatkan terapi diluar
rentang pemakaian tersebut, hal ini
dapat memicu terjadinya efek samping
dan resistensi antibiotika.
5. Untuk menghindari lonjakan dosis
gentamisin maka interval pemakaian
kombinasi antibiotika gentamisin
diberikan dua kali sehari (twice dosing)
dalam penanganan pasien pediatri di
21
bangsal anak RSUD Dr. M. Yunus
Bengkulu
6. Ditemukan ketidakrasionalan
pemakaian gentamisin pada pasien
pediatri karena pola peresepan tidak
mengacu kepada standar terapi dan
formularium yang diperbaharui.
7. Belum adanya TDM (therapeutic drug
monitoring) untuk penggunaan
antibiotika atau obat yang memiliki
indeks terapi sempit di RSUD Dr. M.
Yunus Bengkulu.
Saran
1. Kepada peneliti selanjutnya disarankan
untuk melakukan penelitian tentang
penggunaan antibiotik gentamisin yang
disertai dengan TDM (therapeutic drug
monitoring) sehingga efek samping
dapat dihindari.
2. Kepada peneliti selanjutnya, bagi yang
ingin mengambil penelitian di klinik,
sebelum masuk ke rumah sakit pahami
undang-undang dan etika yang berlaku
di bidang kesehatan, wewenang dan
batasan tugas farmasi dan praktisi
kesehatan lainnya.
3. Kepada pihak Rumah sakit disarankan
untuk memperbaharui standar terapi
dan formularium rumah sakit untuk
mengoptimalkan pelayanan.
4. Kepada pihak rumah sakit disarankan
untuk menggunakan antibiotik yang
paling aman bagi pasien khususnya
anak-anak terkait efek samping dan
resistensi.
5. Kepada pihak fakultas disarankan
untuk menggunakan tanda pengenal
seperti nama dan lambang farmasi yang
dikeluarkan oleh pihak fakultas, untuk
keseragaman dilapangan dan juga
sebagai identitas peneliti di rumah
sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P. O. 2002. Drug
Monograph. In Philip O. A, James E.K,
William G. T. Handbook of Clinical Drug
Data. United States: The McGraw-Hill
Companies
Anonymous. 2009. British National
Formulary. London: BMJ Group and RPS
Publishing
Aronoff, G. R., Berns, J. S., Brier, M.
E. 1999. Drug prescribing in renal failure.
Dosing guidelines for adults. 4th ed.
Philadelphia: ACCP
Bauer, L.A. 2006. Clinical
Pharmacokinetics Handbook. Washington:
McGram Hill
Bauer, L.A. 2008. Applied Clinical
Pharmacokinetics. Washington: McGram
Hill
Bellomo, R. 2005. Defining,
Quantifying, and Classifying acute renal
failure. Crit Care Clin, 21, 223–237.
Bertram Katzung.G. 2004.
Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerjemah
dan Editor : Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. United
Stated : The McGraw-Hill Companies.
Buxton, I. L. O. 2006.
Pharmacokinetics and Pharmacodynamics:
The Dynamics of Drug Absorption,
Distribution, Action, and Elimination. In
Laurence L. Brunton (Eds). Goodman &
Gilman's The Pharmacological Basis Of
Therapeutics. United Stated: The McGraw-
Hill Companies
Chaidir J, Munaf S. Obat antimikroba.
In : Munaf S, eds. Farmakologi Unsri.
Jakarta : EGC, 1994 ; 9-58
Dager, W., Spencer, A. P. 2009. Acute
Renal Disease. In Cecily V. DiPiro (Eds.).
Pharmacotherapy Handbook. 849 – 857.
United Stated: The McGraw-Hill Companies
Dipiro, J.T. 2005. Pharmacotherapy :
A Pathophysiologic Approach. (6th
ed.). US :
McGraw-Hill.
Donovan, J. F., Schroeder, W.S., Tran,
M.T., Foster, K., Forrest, A., Lee, T.,
Gandhi, P.J. 2007. Assessment of
Eptifibatide Dosing in Renal Impairment
Before and After In-Service Education
Provided by Pharmacists. Journal of
Managed Care Pharmacy, 13, 7, 598 – 606
Dowling, T.C. 2008. Quantification on
Renal Function. In Gary R. Matzke.
Pharmacotheraphy: A Pathophysiology
Approach. United State: The McGraw-Hill
Companies Inc
22
Falconnier, A. D., Haefeli, W., E.,
Schoenenberger, R. A., Surber, C., Martin-
Facklam, M. 2001. Drug Dosing in Patient
with Renal Failure Optimized by Immediate
Concurrent Feedback. JGIM, 16, 369 – 375
Frizzel, J.P. 2001. Handbook of
Pathophysiology. Philadelphia: Springhouse
Corporation
Guyton, A.C. 1990. Fisiologi Manusia
dan Mekanisme Penyakit. Diterjamahkan
oleh Petrus A. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Guyton, A. C., Hall, J. E. 2006. Text
Book Of Medical Physiology. Mississipi:
Elsevier
Joy, S.M., Kshirsagar, A.,
Franceschini, N. 2008. Chronic Kidney
Disease. In Gary R. Matzke.
Pharmacotheraphy: A Pathophysiology
Approach. United State: The McGraw-Hill
Companies Inc
Katzung, B. G. 2001. Basic and
Clinical Pharmacokinetics. United States:
The McGraw-Hill Companies
Kelly, L. 2005. Essentials of Human
Physiology for Pharmacy. London: CRC
Press
Light RW. Infectious disease,
noscomial infection. Harrison’s Principle of
Internal Medicine 15 Edition.-CD Room;
2001
Maztke, G. R. 2002. Renal Disease. In
Philip O. A, James E.K, William G. T.
Handbook of Clinical Drug Data. United
States: The McGraw-Hill Companies
Munar, M.Y, Singh, H. 2007. Drug
Dosing Adjustment in Patients with Chronic
Kidney Disease. American Academy of
Family Physician, 75, 10, 1487 – 1496
Price, S.A., Wilson, L.M. 2003.
Patofisiologi : Konsep Klinis Proses –
peroses Penyakit. Diterjemahkan oleh
Brahm U. Pendit (et. al). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Sean, C. S. 2009. Martindale, The
Complete Drug Reference. Thirty-six editon.
London-Chicago: Pharmaceutical Press
Setiawati, A., & Suharto, B. 1982.
Pemilihan dan dosis obat pada penderita
payah ginjal. Cermin dunia kedokteran. 8,
32-40
Shargel, L., Wu-Pong, S., Yu, A.B.C.
2005. Applied Biopharmaceutics and
Pharmacokinetics. Fifth edition. Singapore:
The McGraw-Hill Companies
Swan, SK., & Bennet, WM. 1992.
Drug Dosing Guidelines in Patients With
Renal Failure. The Western Journal of
Medicine. 156, 633-638
Southwick FS. Anti-Infective Therapy,
in Southwick FS (eds). Infectious Diseases:
A Clinical Short Course, 2nd edition, New
York: McGraw-Hill Companies, 2007
Tracy, T. S. 2006. Pharmacokinetics.
In Charles R. C., Robert E. (Eds). Modern
Pharmacology with Clinical Application
Troutman, G. W., 2002. Drug Induced
Diseases. In Philip O. A, James E.K,
William G. T. Handbook of Clinical Drug
Data. United States: The McGraw-Hill
Companies