ANALISA KINERJA KEUANGAN PT ULTRAJAYA MILK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/8. teti...
Transcript of ANALISA KINERJA KEUANGAN PT ULTRAJAYA MILK …akbpstie.ac.id/cmsz/medias/file/8. teti...
Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti)
266
Jurnal KBP
Vol 2 – No. 2, Juni 2014
ANALISA KINERJA KEUANGAN PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY AND
TRADING COMPANY Tbk BERDASARKAN METODE ANALISA
PERBANDINGAN INTERNAL DAN INDUSTRI
(SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN)
Teti Chandrayanti
Dosen PNS dpk Fakultas Ekonomi Universitas Ekasakti Padang
Abstract
There are 16 companies in the food and beverage sector in the Indonesian
Stock Exchange at 2013. The consideration this research in this sector are because
stability of this sector, Indonesian economic does not influence food ang beverage
sector. Besides that its product, such as instant drinks and instant products are
choiced by people especially who live in the city. PT Ultrajaya Milk Industry dan
Trading Company Tbk (ULTJ) is one of the food and beveraged company which is
listed in the Indonesian Stock Exchange. The Choice of this company as a subject of
the research because it is the only company in its industry which has increase its price
stock approximately near 238% (2013) compare by the previous year ( 2012). While
in the stock exchange market, price of the ULTJ stock show apreciate by public to the
performance of the company especially in the financial condition.
Methodology of this research By using qualitatif analysis. The first problem is
to know the position of PT ULTJ among its competitor in its industry based on
profitability ratio such as ROE, ROI. NPM and EPS. The second problem is answered
by using comparison internal analysis use financial ratio and and Operating ratios in
some periods. Data for this reseach are taken from 2010-2013. But for industrial
comparison and the price of stock are taken only data in the 2012 and 2013. The last
problem is to find the answer why of the ULTJ stock price increase sharply from many
perspective such as, financial condition, corporate action and related informations.
The conclusion of this research are condition of PT ULTJ is good among its
competitor based on ROE, ROI, and NPM ratio. Unfortunatelly based on EPS ratio
is not good. The condition of PT ULTJ for period 2010 up to 2013 showed good for
financial ratio, but for operating ratio must be improved in the future. The reason
why the price of ULTJ stock is higly increased is becasue of joint venture PT ULTJ
with the big corporation at Japan which produce healthy food.
I.Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Harga saham di pasar modal
merupakan cerminan apresiasi
masyarakat terhadap kinerja
perusahaan yang bersangkutan. Harga
saham ini merupakan ukuran yang
obyektif mengenai nilai investasi pada
sebuah perusahaan. Oleh karena itu
investor akan membeli atau menjual
saham berdasarkan keyakinan yang
dimilikinya. Banyak teori yang
kemudian mempelajari faktor-faktor
apa yang mempengaruhi harga saham.
Salah satunya variasi harga saham akan
dipengaruhi oleh kinerja perusahaan
yang bersangkutan di samping
dipengaruhi oleh hukum permintaan
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279
267
dan penawaran. Sehingga dapat
dikatakan kinerja perusahaan akan
menentukan tinggi rendahnya harga
saham di pasar modal.
Mengevaluasi kondisi
perusahaan secara garis besar dapat
dilakukan baik secara internal dan
eksternal. Faktor eksternal yang
mempengaruhi diantaranya kondisi
ekonomi, politik dan keamanan serta
kondisi industrinya. Sedangkan faktor
internal dapat dianalisa dari kondisi
keuangannya yang tercermin dalam
laporan keuangan yang
dipublikasikannya. Baik evaluasi
secara internal dan eksternal biasanya
dilakukan untuk lebih mendukung hasil
analisa yang diperoleh.
Di Bursa Efek Indonesia ada 9 sektor,
dan sektor makanan dan minuman
merupakan salah
satu sektor yang termasuk di
dalamnya. Sektor makanan dan
minuman merupakan salah satu sektor
yang menarik untuk diamati, karena
sektor ini memiliki beberapa
karakteristik seperti :
1. Merupakan sektor yang relatif
stabil
2. Tidak terpengaruh oleh musim
/perubahan kondisi ekonomi
seperti inflasi
3. Hasil produksi cenderung
digemari oleh masyarakat
4. Dalam kondisi krisis atau tidak
,sebagian besar produk
makanan dan minuman tetap
dibutuhkan
5. Merupakan industri hilir yang
produknya berupa consumer
goods.
6. Masyarakat pada umumnya
mengenali produk mana yang
laku dan tidak laku
Dengan kata lain risiko yang
dimilliki perusahaan makanan dan
minuman lebih kecil dibanding risiko
pada industri sektor lain seperti sektor
keuangan yang rentan terhadap kondisi
ekonomi dan kebijakan pemerintah.
Tetapi hambatannya adalah karena itu
merupakan produk konsumsi jadi
pertumbuhannya tidak secepat sektor
keuangan, karena ada keterbatasan
konsumen dalam mengkonsumsi
produk tersebut.
Harga saham suatu perusahaan
menunjukkan nilai penyertaan dalam
perusahaan. Tinggi rendahnya harga
saham suatu perusahaan dipengaruhi
oleh begitu banyak faktor seperti
kinerja perusahaan, resiko, dividen ,
tingkat suku bunga, penawaran,
permintaan , laju inflasi, kebijakan
pemerintah dan kondisi perekonomian.
Karena perubahan faktor-faktor diatas
harga saham akan mengalami
perubahan naik dan turun. Harga
saham mencerminkan nilai perusahaan
dimata masyarakat. Apabila harga
saham suatu perusahaan tinggi, maka
nilai perusahaan dimata masyarakat
juga baik dan sebaliknya jika harga
saham perusahaan rendah, nilai
perusahaan dimata masyarakat menjadi
kurang baik, maka harga saham
merupakan hal yang penting bagi
perusahaan.
Terdapat 16 perusahaan yang
berada di sektor makanan dan minuman
yang tercatat di Bursa efek Indonesia.
Perusahaan-perusahaan tersebut selalu
berinovasi untuk menghasilkan produk-
produk baru. Karena berada dalam
industri yang sama, hal ini berakibat
pada fluktuasi penjualan perusahaan
masing-masing yang akhirnya akan
berimbas pada keuntungan perusahaan
dan akhirnya berpengaruh pada harga
saham perusahaan. Karena harga
saham selalu berubah bukan hanya
dalam hitungan menit tapi juga detik ,
maka data harga saham yang
ditampilkan adalah harga penutup
Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti)
268
(closing price) di akhir tahun yang
bersangkutan. Adapun datanya srbagai
berikut:
Tabel 1. Harga Saham Penutup (Closing Price) Perusahaan Perusahaan di Sektor
makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 dan tahun
2013. No KODE Perusahaan Harga
saham
(Rp/lemb
ar) 2012
Harga
saham (Rp
/lembar)
2013)
Kenaikan
/penurunan
(dalam %)
1 ADES PT.Akasha Wira Internasional 1.900 2.000 5,26
2 AISA PT.Tiga Pilar Sejahtera Food Lestari Tbk 1.080 1.430 32
3 ALTO PT.Tri Banyan Tirta Tbk 305 570 86,8
4 CEKA PT.Cahaya Kalbar Tbk 1.230 1.160 -5,69
5 DAVO PT.Davomas Abadi Tbk 50 50 0
6 DLTA PT.Delta Djakarta Tbk 255.000 380.000 49
7 ICBP PT.Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 8.100 10.200 25,92
8 INDF PT.Indofood Sukses Makmur Tbk 5.850 6.600 12,82
9 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 735.000 1.200.000 63,27
10 MYOR PT Mayora Indah Tbk 19.600 26.000 32,65
11 PSDN PT Prashida Aneka Niaga Tbk 205 150 -26,83
12 ROTI PT Nippon Indosari Corporindo Tbk 6.900 5.100 -26,09
13 SKBM PT Sekar Bumi Tbk 390 480 23,08
14 SKLT PT Sekar laut Tbk 180 180 0
15 STTP PT.Siantar Top Tbk 1.140 1.550 35,96
16 ULTJ PT.Ultrajaya Milk Industry and Trading
Company TBk
1.330 4.500 238
Sumber : Emiten co.id (2014)
Terlihat bahwa pada tahun 2013
secara umum untuk industri makanan
dan minuman ini ada 11 perusahaan
yang mengalami kenaikan harga
sahamnya dibandingkan tahun
sebelumnya (2012). Sedangkan yang
tidak mengalami perubahan harga
saham ada 2 perusahaan yaitu PT
Davomas Abadi Tbk dan PT Sekar
Laut Tbk. Sedangkan yang mengalami
penurunan harga saham terdiri dari 3
perusahaan yaitu PT Cahaya Kalbar
Tbk, PT Prashida Aneka Niaga dan PT
Nippon Indosari Corporindo Tbk.
Dari 11 perusahaan yang
mengalami peningkatan harga saham,
hanya PT Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company Tbk yang
mengalami lonjakan peningkatan harga
sebesar 238%. Oleh karena itu maka
penulis tertarik untuk membuat
penelitian dengan judul : “ Analisa
Kinerja Keuangan PT Ultrajaya Milk
Industry and Trading Company Tbk
Berdasarkan Metode Analisa
Perbandingan Internal dan
Industrinya (Sektor Industri Makanan
dan Minuman ) “ .
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut, maka
perumusan masalah yang akan dibahas
pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kinerja keuangan
PT Ultrajaya Milk Industri and
Trading Company Tbk
dibandingkan dengan
industrinya pada tahun 2012?
2. Bagaimana kinerja keuangan
PT Ultrajaya Milk Industry and
Trading Company Tbk secara
internal dari periode tahun 2010
sampai dengan periode 2013?
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279
267
3. Apa yang menyebabkan
terjadinya lonjakan harga saham
PT Ultrajaya Milk Industri and
Trading Company Tbk
berdasarkan harga penutup
tahun 2012-dan tahun 2013?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kinerja
keuangan PT Ultrajaya Milk
Industri and Trading Company
TBk dengan industrinya pada
tahun 2012
2. Untuk mengetahui kinerja
keuangan PT Ultrajaya Milk
Industri and Trading Company
Tbk dar periode 2010 sampai
dengan 2013
3. Untuk mengetahui faktor apa
saja yang menyebabkan
terjadinya lonjakan harga saham
PT Ultrajaya Milk Industri and
Trading Company Tbk
II. Landasan Teori
Dewasa ini sudah banyak
perusahaan-perusahaan yang sudah „go
public”. Ini berarti mereka harus
mempublikasikan laporan keuangan
perusahaannya kepada masyarakat.
Karena bagaimana mungkin
masyarakat mau membeli saham, kalau
tidak ada data yang menyatakan
kondisi keuangan perusahaan. Salah
satu cara melihat sehat tidaknya kondisi
perusahaan adalah dengan menganalisa
laporan keuangan yang
dipublikasikannya. Oleh karena itu
laporan keuangan yang dibuat harus
dapat diterima oleh masyarakat sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Ada beberapa cara
mengevaluasi metode laporan
keuangan yang dibuat oleh perusahaan.
Masing-masing metode memiliki
kelemahan dan kelebihannnya masing-
masing. Harmono (2009:104) analisis
laporan keuangan merupakan alat
analisis bagi manajemen keuangan
perusahaan yang menyeluruh, dapat
dipergunakan untuk
mendeteksi/mendiagnosa tingkat
kesehatan perusahaan, melalui analisis
kondisi arus kas atau kinerja organisasi
perusahaan baik yang bersifat parsial
maupun kinerja organisasi secara
keseluruhan. Salah satu metode yang
sering dipakai adalah metode
comparison atau perbandingan.
Adapun kelebihan metode ini ialah
mudah melakukannya, karena dihitung
berdasarkan data historis di masa yang
lalu, adapun kelemahannnya lebih
berpedoman pada data dimasa yang
lalu, padahal di masa yang akan datang
banyak faktor yang berpengaruh yang
belum dapat kita prediksi pada saat ini.
Laporan keuangan yang
dipublikasikan kepada masyarakat
dapat memberikan gambaran yang
mendetail mengenai kondisi
perusahaan. Laporan neraca dan
laporan laba rugi adalah dua laporan
keuangan yang menjadi prioritas untuk
dipublikasikan, walaupun laporan
keuangan lain seperti capital statemen
(perubahan modal), kebijakan dividend
pay out dan lain sebagainya
mempengaruhi preferensi masyarakat
juga. Laporan keuangan yang
dihasilkan memiliki keterkaitan satu
sama lain. Contohnya data mengenai
penjualan bersih perusahaan apakah
selalu diikuti dengan peningkatan profit
bersih dan kenailkan jumlah asset yang
dimiliki perusahaan?. Jawabannya
akan sangat tergantung manajemen
keuangan perusahaan. Peningkatan laba
perusahaan belum tentu meningkatkan
dividen yang diterima pemilik saham,
karena kalau prioritas perusahaan
adalah pengembangan perusahaan
untuk jangka panjang dengan
menggunakan laba yang ditahan atau
Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti)
268
Retain Earning, maka dividen tentu
akan dipengaruhinya.
Analisis rasio keuangan dapat
dikelompokkan ke dalam lima aspek
rasio perusahaan , yaitu : (1) rasio
likuiditas; (2) rasio aktivitas; (3) rasio
profitabilitas dan (4) rasio solvabilitas
(leverage) dan (5) rasio nilai
perusahaan (Harmono, 2008:106).
Dalam penelitian ini penulis akan
memfokuskan pada rasio profitabilitas.
Menurur Darsono (2009:58) rasio
profitabilitas merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan manajemen
untuk memperoleh laba. Analisis
profitabilitas terdiri dari (1) common
size income statemen (2) Gross Profit
margin (3) Operating Profit Margin (4)
Net Profit margin (5) Return On asset;
(6) Return On Equity(7) Earning Per
Share dan (8) Price Earning ratio.
Penekanan terhadap rasio profitabilitas
juga bedasarkan pertimbangan untuk
kelangsungan hidup perusahaan harus
berada dalam keadaan menguntungkan
(profitable). Tanpa adanya keuntungan
akan sangat sulit bagi perusahaan untuk
menarik modal dari luar. Berdasarkan
ketersedian data yang diperoleh maka
rasio profitabilitas yang akan
dibandingkan meliputi ROI,ROE,NPM
dan EPS.
III. Metode Penelitian
2.1. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer yaitu data yang
diperoleh langsung dari perusahaan
yang diperoleh dari laporan
keuangan tahun 2012 dan 2013
2. Data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari pihak lain atau
sumber lain yang berkaitan dengan
penelitian ini yang sudah diolah dan
didapatkan melalui dokumen-
dokumen yang telah tersedia seperti
dari data industri makanan dan
minuman yang diperoleh dari Bursa
Efek Indonesia, dan juga informasi-
informasi lain yang relevan yang
diambil dari media yang terkait.
2.2. Metode Analisa Metode analisa yang dipakai dalam
penelitian ini adalah metode Kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode
dengan cara menjelaskan, menjabarkan,
memaparkan, menggambarkan serta
mendeskripsikan temuan yang
diperoleh di tempat penelitian
kemudian dibandingkan dengan
teorinya.
Untuk memjawab masalah
pertama dipakai metode analisa
perbandingan rasio keuangan yaitu
rasio profitabilitas yang meliputi
(Return On Investmen (ROI) ,Return
On Equity (ROE), Net Ptofit Margin
(NPM), Earning Per Share (EPS)) dari
semua perusahaan (15 ) yang tercantum
di industri makanan minuman
dibandingkan dengan ROI,ROE,NPM
dan EPS PT Ultrajaya Milk Industri
and Trading Company Tbk pada tahun
yang sama yaitu tahun 2012. Patokan
tahun 2012 diambil karena lonjakan
terjadi pada saat antara closing price
tahun 2012 dan closing price tahun
2013.
Sedangkan untuk menjawab
masalah nomor dua akan dipakai
perbandingan internal rasio rasio
keuangan perusahaan ( PT Ultrajaya
Milk industri and Trading Company
Tbk) pada tahun 2010, 2011, 2012, dan
2013.
Permasalahan 3 akan dijawab
melalui beberapa pendekatan yang
relevan seperti corporate action,
kebijakan dividen dan informasi yang
diterima pasar berkaitan dengan
aktifitasnya. Tiga pendekatan diatas
dilakukan berkaitan dengan
ketersediaan data yang relevan.
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279
269
III.Hasil Penelitian
3.1.Perbandingan Rasio-rasio
Keuangan Profitabilitas Sektor
Makanan dan Minuman tahun 2012 Adapun rasio-rasio keuangan
PT Ultrajaya Milk Industri and
Trading Company Tbk pada tahun
2012 dibandingkan dengan perusahaan
–perusahaan lain dalam industri yang
sama adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Data rasio ROI, ROE,
NPM dan EPS pada tahun 2012 pada
perusahaan –perusahan yang tercantum
di Bursa Efek Indonesia di seltor
Industri makanan dan minuman KODE ROI ROE NPM EPS
ADES 0,222 0,399 0,175 141
AISA 0,119 0,125 0,092 87
ALTO 0,095 0,086 0,131 10
CEKA 0,089 0,126 0,052 196
DAVO 0,086 -1,268 -2,226 -217
DLTA 0,378 0,357 0,296 13328
ICBP 0,160 0,190 0,106 391
INDF 0,116 0,140 0,095 544
MLBI 0,647 0,481 0,360 14489
MYOR 0,139 0,243 0,071 971
PSDN 0,098 0,063 0,020 18
ROTI 0,165 0,224 0,125 147
SKBM 0,038 0,099 0,014 15
SKLT 0,052 0,061 0,020 12
STTP 0,100 0,129 0,058 57
ULTJ 0,177 0,221 0,126 122
Dari tabel diatas terlihat bahwa
kondisi keuangan PT Ultrajaya Milk
and Trading company Tbk dilihat dari
ke-empat ratio tersebut adalah baik,
karena tidak ada yang bernilai negarif
seperti DAVO. Jadi dibandingkan
dengan perusahaan -perusahaan dalam
industri yang sama kondisi PT ULTJ
cukup baik dengan nilai ROI =17%,
ROE =22,1%. NPM 12,6% dan
EPSnya adalah Rp 122 per lembar
saham.
ROI merupakan penilaian
profitabilitas atas total investasi dengan
cara membandingkan laba setelah pajak
dengan rata-rata total aktiva. Menurut
Syamsuddin Lukman (2004:63) ROI
biasa juga disebut dengan “Return On
Total Assets” merupakan pengukuran
kemampuan perusahaan secara
keseluruhan di dalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah
keseluruhan aktiva yang tersedia di
perusahaan. Semakin tinggi ratio ini
semakin baik keadaan suatu
perusahaan. Berdasarkan tabel 2.
Peringkat ROI PT ULTJ di industrinya
pada akhir tahun 2012 menduduki
posisi ke empat, sedangkan yang
tertinggi MLBI sebesar 64,8%, DLTA
37,8% dan ADES sebesar 22,2%.
ROE merupakan kemampuan
suatu perusahaan dengan modal sendiri
yang bekerja didalamnya untuk
menghasilkan keuntungan. Menurut
Syamsuddin Lukman (2004:64) ROE
merupakan suatu pengukuran dari
penghasilan (income) yang tersedia
bagi pemilik perusahaan (baik
pemegang saham biasa maupun
pemegang saham preferen ) atas modal
yang mereka investasikan di dalam
perusahaan. Secara umum semakin
tinggi return atau penghasilan yang
diperoleh semakin baik kedudukan
pemilik perusahaan. ROE PT ULTJ
menduduki peringkat 6 besar. Dengan
posisi pertama MLBI sebesar 48,1%
diikuti berturut-turut ADES sebesar
39,9%, DLTA sebesar 35,7%, ROTI
sebesar 22,4%, serta MYOR 24,3%.
NPM merupakan rasio yang
digunakan untuk menggambarkan
tingkat keuntungan (laba) yang
diperoleh dibandingkan dengan
pendapatan yang diterima dari kegiatan
operasionalnya. Semakin tinggi Nilai
Profit margin semakin baik operasi
perusahaan. Suatu Net Profit Margin
yang dikatakan „baik” akan sangat
tergantung dari jenis industri di dalam
mana perusahaan berada (Syamsuddin
Lukman, 2004 : 62). Dapat dilihat
bahwa PT ULTJ berada pada posisi 5
Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti)
270
besar dilihat dari NPMnya. Posisi
pertama adalah MLBI sebesar 36,0%,
kedua DLTA 24,6%, ketiga ADES
sebesar 17,5 dan keempat adalah
ALTO sebesar 13,1 %.
EPS atau pendapatan per lembar
saham merupakan tolak ukur
profitabilitas modal yang telah ditanam
para pemegang. EPS merupakan
jumlah laba untuk pemegang saham
biasa (Toto Prihadi, 2008:128) .
Berdasarkat peringkat EPS posisi PT
ULTJ merosot berada di posisi 9 dari
16 perusahaan lainnya yang terdaftar.
Berarti posisi ke 6 dari bawah. Ini
harus dianalisa lebih lanjut, karena bagi
beberapa sumber menyatakann EPS
mempengaruhi nilai saham
perusahaan.. EPS merupakan salah satu
indikator keberhasilan perusahaan,
walaupun belum tentu nilai EPS
semuanyanya didistribusikan kepada
pemegang saham biasa, karena jumlah
yang akan didistribusikan tergantung
pada kebijaksanaan perusahaan dalam
hal pembayaran dividen (dividen pay
out policy). Menurut Syamsuddin
Lukman (2004: 66) Pada umumnya
manajemen perusahaan pemegang
saham biasa dan calon pemegang
saham sangat tertarik akan EPS karena
hal ini menggambarkan jumlah rupiah
yang diperoleh untuk setiap lembar
saham biasa. Para calon pemegang
saham tertarik dengan EPS yang
besar. Hal senada ditambahkan oleh
Toto Prihadi (2008: 123) bahwa dalam
konteks pasar modal , harga saham
dikaitkan dengan pos keuangan seperti
nilai buku saham, arus kas dan laba per
lembar saham (EPS). Oleh karena itu
PT ULTJ harus mempertimbangkan
penilaian EPS oleh investor dengan
memperbaiki peringkatnya di industri
makanan dan minuman dengan
meningkatkan nilai EPS.
Secara garis besar kondisi PT
ULTJ baik dibandingkan dengam
perusahaan-perusahaan sejenis dalam
sektor yang sama, khususnya pada rasio
profitabilitas yang teridiri dari ROI,
ROE dan NPM. Sayangnya dalam
rasio EPS masih kurang baik. Dengan
kata lain kalau melihat indikator rasio
profitabilitas yang menggambarkan
persentase keuntungan sudah bagus,
tapi ketika indikator yang menjadi
salah satu titik fokus investor di pasar
modal yaitu EPS kurang diperhatikan.
Apalagi ternyata ada penurunan EPS
tahun 2012 (122) menjadi 113 di tahun
2013. Bagi perusahaan yang namanya
„listed” di bursa efek semua komponen
penilaian oleh investor harus
diperhatikan.
Menurut Harmono (2009:110),
Hubungan kausalitas antara dimensi
profitabilitas dan nilai perusahaan
menunjukkan apabila jika kinerja
manajemen perusahaan (yang diukur
dengan dimensi-dimensi profitabilitas)
dalam keadaan baik maka akan
memberi dampak positif terhadap
keputusan investor di pasar modal
untuk menanamkan modalnya dalam
bentuk penyertaan modal. Tetapi perlu
juga diingat bahwa rasio profitabilitas
saja dianggap tidak memadai, karena
harga saham yang terbentuk bukan
karena semata-mata keuntungan
perusahaan saja (Toto Prihadi,
2008:1240). Jadi dengan kata lain
banyak faktor yang mempengaruhi
harga suatu saham selain rasio
profitabilitas. Terapi rasio
profitabilitas ini biasanya menjadi
pertimbangan investor dalam
membeli/menahan atau menjual saham.
3.2. Analisa Perbandingan Kinerja
Keuangan PT ULTJ Secara Internal Analisis perbandingan adalah
tehnik analisis laporan keuangan yang
dilakukan dengan cara menyajikan
laporan keuangan secara hortsontal dan
membandingkan antara satu dengan
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279
271
yang lain, dengan menunjukkan
informasi keuangan atau data lainnya
baik dalam rupiah ataupun unit.
Tujuan dari analisis perbandingan ini
adalah untuk mengetahui berupa
kenaikan atau penurunan pos-pos
laporan keuangan atau data lainnya
dalam dua atau lebih periode yang
dibandingkan (Harahap Sofyan Syafri
(2009;227).
Tabel 3. Ikhtisar Keuangan PT ULTJ tahun 2010,2011,2012, 2013 Uraian 2013 2012 2011 2010
Total asset lancar 1.565.511 1.196.427 903.369 955.442
Asset Keuangan tidak lancar 43.521 35.205 181 712
Penyertaan saham 119.736 105.845 77.353 60.952
Hewan Ternak Produksi 30.103 26.062 55.789 17.680
Asset tetap (net) 965.975 979.512 1.069.736 941.932
Total aset 2.811.621 2.420.794 2.180.517 2.006.958
Liabilitas jangka pendek 635.795 592.823 611.785 595.468
Liabilitas jangka panjang 162.681 151.452 216.761 186.909
Total liabilitas 796.476 744.275 828.546 783.437
Total ekuitas 2.015.145 1.676.519 1.351.971 1.223.521
Modal Kerja Bersih 929.716 603.604 291.584 -
INFORMASI USAHA
Penjualan bersih 3.460.231 2.809.851 2.102.384 1.880.411
Beban Pokok Penjualan (2.446.448) (1.908.109) (1.476.677) (1.288.167)
Laba(Rugi) Kotor 1.013.783 901.742 625.707 592.244
Laba(Rugi) Usaha 423.195 429.342 136.645 183.673
Laba(Rugi) Komprehensif tahun
berjalan
325.127 353.432 128.450 107.340
Laba(rugi) yang dapat didistribusikan
kepada :
Pemilik Entitas Induk 325.246 352.965 128.359 107.124
Kepentingan Non pengendali (119) 467 91 216
Total saham (lembar) 2.888 2.888 2.888 2.888
(laba)Rugi Bersih [per saham 113 122 44 37
Keterangan : angka-angka diatas disajikan dalam jutaaan rupiah kecuali Total saham dalam jutaan
lembar, dan Laba per saham dalam satuan rupiah
Sumber : Laporan Keuangan PT Ultrajaya Milk Industri and Trading Company Tbk (Tahun 2012 dan
2013)
Ikhtisar laporan keuangan dalam tabel
diatas berasal dari dua laporan
keuangan yaitu Neraca (balanced
sheets) dan laporan laba rugi (income
statement). Data yang berasal dari
laporan keuangan neraca menunjukkan
bahwa Selama 4 periode analisa baik
total asset dan total ekuitas mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Hal ini
berbeda pada total liabilities yang pada
tahun 2011 mengalami penurunan ke
tahun 2012 dan selanjutnya meningkat
lagi pada tahun 2013. Penurunan total
kewajiban (liabilities) diakibatkan
karena berkurangnya kewajiban jangka
pendek dan jangka panjang pada tahun
yang bersangkuta. Dilihat dari struktur
modalnya menunjukan kondite yang
baik karena modal sendiri lebih
dominan dibandingkan modal dari
pinjaman. Sehingga bisa disimpulkan
selama periode analisa PT ULTJ
mengalami peningkatan kinerja
perusahaan. Ada satu hal yang harus
Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti)
272
dicermati pada periode analisa tahun
2011 ke tahun 2012 nilai penyertaan
saham meningkat tapi nilai ternak
produksi berkurang. Hal ini terjadi
karena adanya penjualan kredit sapi
perah ke peternak. Hewan ternak ini
belum diasuransikan. Manajemen
sedang melakukan pengkajian tentang
resiko kematian hewan ternak dengan
biaya asuransi seandainya hewan itu
diasuransikan. Khusus peride 2012 ke
2013 semua komponen yang ada dalan
laporan keuangan neraca meningkat
kecuali asset tetap (net) yang
mengalami penurunan. Penurunan itu
terjadi karena meningkatnya akumulasi
penyusutan sebesar 13,1%, sedangkan
nilai perolehan asset tetap itu sendiri
hanya naik 5% (Laporan Keuangan
tahun 2013).
Berdasarkan informasi usaha
yang merupakan data diambil dari
laporan laba rugi khususnya pada tahun
analisa 2012-2013 menunjukkan
peningkatan pada komponen penjualan
bersih, beban pokok penjualan dan
laba kotor. Sedangkan komponen lain
mengalami penurunan seperti laba
usaha, laba komprehensif tahun
berjalan, laba yang didistribusikan
kepada pemilik entitas induk dan laba
bersih per saham. Bahkan ada kerugian
yang didistribusikan untuk kepentingan
non pengendali sebesar 119. Padahal
sejak dari tahun 2010 tidak ada
kerugian untuk kepentingan non
pengendali. Sedangkan jumlah saham
yang beredar tidak mengalami
perubahan selama tahun analisa,
Perusahaan harus lebih memperhatikan
komponen penurunan tersebut, karena
ini dapat menimbulkan persepsi yang
kurang baik untuk kinerja PT ULTJ,
Apalagi berkautan dengan EPS
(Earning Per Share) seperti yang
diperoleh pada penjabaran
sebelumnya. Bahwa peringkat EPS PT
ULTJ di industrinya berada dalam level
menengah ke bawah.
Berkaitan dengan pelonjakan
harga saham PT ULTJ berpijak pada
laporan keuangan khususnya tahun
2012 dan 2013 tidak menyiratkan
adanya faktor-faktor apa yang
menyebabkan itu terjadi, karena baik
neraca maupun laporan laba rugi yang
diamati menunjukkan angka-angka
penaikan atau penurunan untuk
komponen-komponen tertentu.
Walaupun demikian dari nilai
penjualan bersih dari tahun 2012 ke
tahun 2013 terdapat peningkatan
sebesar 23,15 %. Sedangkan laba per
saham turun dari 122 rupiah perlembar
di tahun 2012 menjadi 113 di tahun
2013. Padahal berdasarkan literaur
yang diperoleh penurunan EPS
merupakan indikator kurang baik
sehingga bisa berakibat pada penurunan
harga saham. Tetapi ternyata tidak,
sehingga harus digali lagi apa yang
menyebabkan harga saham meningkat
tajam, karena dari sisi analisis rasio
keuangan profitabilitas ada
ketidaksesuaian.
Tabel 4. Rasio-tasio Keuangan PT ULTJ Periode 2010 -2013
2013 2012 2011 2010
RASIO-RASIO KEUANGAN
Asset lancar terhadap liabilities jangka pendek 247,01 201,82 147,66 200,07
Total liabilities terhadap total asset 28,33 30,75 38,00 39,04
Total Liabilities terhadap Total Ekuitas 39,52 44,39 61,28 64,03
Utang Berbunga Terhadap Total Ekuitas 2,62 6,16 18,93 31,00
RASIO-RASIO USAHA
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279
273
2013 2012 2011 2010
Laba Kotor terhadap penjualan bersih 29,30 32,09 29,76 31,50
Laba Usaha Terhadap penjualan Bersih 12,23 15,28 6,5 9,77
Laba Usaha Terhadap Total asset 15,05 17,74 6,27 9,15
Laba usaha Terthadap Total Ekuitas 21,00 25,61 10,11 15,01
Laba tahun berjalan terhadap penjualan bersih 9,40 12,58 6,11 5,71
Laba tahun Berjalan terhadap Total asset 11,56 14,60 5,89 5,35
Laba tahun Berjalan Terhadap Total Ekuitas 16,13 21,08 9,5 8,77
Rasio EBIT Terhadap Beban Bunga (net) 53,08 38,32 6,08 -
Rasio EBIIDA terhadap beban bungan (net) 69,79 48,97 10,26 -
Tingkat Perputaran Piutang (kali) 10,39 10,16 9,40 -
Rata-rata Umur Piutang (hari) 35 35 38 -
Keterangan : angka-angka di atas dalam persentase
Sumber : Laporan Keuangan PT ULTJ (2012 dan 2013)
Berdasarkan rasio-rasio
keuangan selama 4 tahun analisa
terlihat bahwa perbandingan asset
lancar terhadap liabilitas mengalami
peningkatan sejak tahun 2011 sampai
dengan 2013. Hal ini menunjukkan
kondisi yang bagus karena kekayaan
lancarnya bisa menutupi hutang
lancarnya. Hanya ditahun 2010 ke
tahun 201 terjadi penurunan.
Sedangkan untuk rasio yang
lain seperti total liabilities terhadap
total assets, total liabilities terhadap
total ekuitas dan utang berbungan
terhadap total ekuitas mengalami
penurunan dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2013. Hal ini
memberikan penilaian yang bagus
tentang kinerja perusahaan karena
berarti hutang/kewajiban perusahaan
kepada pihak luar menjadi berkurang/
Bahkan untuk utang berbunga terhadap
total ekuitas menurun tajam dari 6,16
tahun 2013 ke 2,62 tahun 2013
(57,47%). Ini berarti juga perusahaan
berusaha meningkatkan pemakaian
modal sendiri dibanding meminjam
pada pihak lain, sehingga resikonya
lebih kecil. Hal ini merupakan
indikator bagus bagi perusahaan
sebagai pilihan investor di pasar
modal.
Tapi sayangnya dalam rasio
usaha banyak yang mengalami
penurunan selama tahun periode
analisa. Nilai ini jelas menggambakan
bahwa keuntungan yang diperoleh
persentasenya belum cukup untuk
mengangkat rasio tersebut. Karena
seharusnya nilainya semakin meningkat
seiring dengan meningkatnya kinerja
perusahaan. Walaupun begitu rasio
EBIT terhadap beban bunga (net) dan
rasio EBITDA terhadap beban bunga
(net) mengalami peningkatan.
Sehingga dapat disimpulkan ,
berdasarkan perbandingan internal,
kondisi PT ULTJ dari tahun ke tahun
semakin baik hal ini seperti yang
ditunjukkan rasio-rasio keuangan.,
Hanya sayangnya tidak demikian
dengan rasio usaha. Ini berarti
keuntungan yang diperoleh belum
seoptimal mungkin.
3.3. Harga Saham PT Ultrajaya Milk
and Trading Company Tbk
3.3.1. Fluktuasi Saham PT Ultrajaya
Milk Industry and Trading
Company Tbk selama tahun
2011,2012, dan 2013 Salah satu alasan memilih PT
ULTJ dalam penelitian ini adalah
dikarenakan terjadi lonjakan harga
saham PT ULTJ dari tahun 2012 ke
tahun 2013 sebesar 236%. Sehingga
faktor-faktor menyebabnya
diperkirakan terjadi pada kisaran tahun
tersebut. Kelemahan dari analisa ini
adalah pelonjakan harga yang terjadi
Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti)
274
berdasarkan closing price (harga
penutup) di akhir tahun. Sedangkan
sebenarnya harga saham selama
periode analisa itu berubah-rubah
bukan hanya dalam hitungan menit ,
tapi juga detik. Dibawah ini disajikan
informasi tentang harga saham PT
ULTJ pada tahun 2011-2013. Oleh
karena itu analisa akan lebih baik lagi
kalau data harga yang di pakai lebih
rinci lagi seperti yang ditampilkan pada
tabel 5.
Tabel. 5. Informasi Harga Saham PT Ultrajaya Milk Industri and Trading Company
Tbk per triwulan pada tahun 2011,2012, dan 2013.
Tahun Triwulan Harga
Tertinggi
Harga
Terendah
Harga
Penutupan
Jumlah Saham
Dipoerdagangkan
Nilai Kapitalisasi
2013 I 2.472,- 1.349,- 2.176,- 102.775.000,- 177.106.545.000,-
II 4.675,- 2.300,- 4.400,- 170.146.500,- 622.197.425.000,-
III 5.200,- 3.000,- 4.100,- 45.562.000,- 168.117.787.500,-
IV 5.000,- 3.900,- 4.500,- 12.429.500,- 57.108.362.500,-
2012 I 1.290,- 1.010,- 1.170,- 66.407.500,- 79.169.505.000,-
II 1.470,- 1.000,- 1.050,- 75.665.000,- 96.643.600.000,-
III 1.210,- 1.050,- 1.140,- 27.925.500,- 31.754.590.000,-
IV 1.440,- 1.120,- 1.330,- 113.639.000,- 150.253.515.000,-
2011 I 1.080,- 950,- 1.030,- 39,802.500,- -
II 1.720,- 1.030,- 1.350,- 1.091.018.760,- -
III 1.590,- 930,- 1.020 67.039.625,- -
IV 1.180,- 850,- 1.080,- 53.251.595,- -
Sumber : PT Bursa Efek Indonesia
Dari tabel diatas terlihat bahwa
mulai terjadi peningkatan harga saham
pada triwulan I dan terus meningkat
pada triwulan slelanjutnya pada tahun
2013. Harga Tertinggi pada tahun
2013 dicapai pada triwulan ke-tiga
sebesar 5.200 rupiah sedangkan harga
terendah yaitu 1.349 rupiah diperoleh
pada triwulan I. Bisa dilihat bahwa
harga penutupan tahun 2012 triwulan
IV Rp. 1.330) mendekati harga
terendah 1.349 tahun 2013 triwulan
I. Sehingga dapat dikatakan
peningkatan harga sudah terjadi pada
triwulan I tahun 2013. Tetapi jumlah
saham yang diperdagangkan sudah
mulai meningkat tajam pada tahun
2012 dari triwulan III ke triwulan
hanya harga pada saat itu belum terjadi
perubahan yang siginifikan.
Jumlah saham yang
diperdagangkan di atas seratus jutaan
rupiah berlangsung sampai dengan
tahun 2013 triwulan II. Setelah itu
selanjutnya mengalami penurunan
drastis, tetapi harga saham tetap tidak
turun. Kemudian apa yang terjadi
selanjutnya, karena pada triwulan III
terjadi lonjakan penurunan saham yang
dijual, tapi harga tidak bergeming
turun. Apakah ini hanya situasi sesaat
saja ? . Berdasarkan itu semua
beberapa kemungkinan yang dapat
terjadi adalah:
1. Kemungkinan sudah ada
informasi positif tentang
perusahaan sehingga jumlah
saham yang diperjual belikan
meningkat tajam pada tahun
2012 triwulan IV walaupun
harga fluktuasinya masih minor.
2. Permintaan meningkat sehingga
harga naik. Hal ini terindikasi
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279
275
dari triwulan IV tahun 2012
sanpai dengan triwulan II tahun
2013. Terlihat dari lonjakan
jumlah saham yang
diperdagangkan dengan nilai
diatas seratusan juta rupiah.
3. Ada informasi positif yang terus
diapresiasi oleh masyarakat.
Harga sudah melonjak tajam,
tapi jumlah saham yang
diperdagangkan tetap diatas
seratus jutaan rupiah.
4. Perusahaan harus membuktikan
komitmennya. Terlihat dari
triwulan III ( 45.562.000) sudah
mulai terjadi penurunan jumlah
saham yang diperdagangkan
secara drastis, dan terus
menurun di triwulan IV
(12.429.500). Padahal di
triwulan II masih 170.146.500,
walaupun harga masih tetap
kuat.
Penulis khawatir penurunan
jumlah saham yang diperdagangkan
karena sebagian masyarakat menjadi
ragu-ragu dengan realisasi informasi
positif yang diterima sebelumnya,
sehingga mereka melakukan tindakan
wait and see. Sedangkan sebagian lagi
masih tetap optimis dengan harga
tersebut. Kondisi seperti ini akan
disikapi berbeda-beda bukan hanya
oleh investor bahkan analis keuangan
sekalipun. Sepeti Krisna D Nugraha
dari Lautandhana Securitas pada 3 Juli
2013 menyatakan harga ULTJ sudah
premium sehingga direkomendasikan
untuk di jual (sell). Sedangkan pada
saat yang sama Christine Natasya dari
Reliance Securitas merekomendasikan
untuk tahan (hold) sampai informasi
positif terealisasi. (Sunarti Agustina ,
2013)
3.3.2. Kebijakan Dividen Dividen adalah laba yang
dibagikan kepada pemilik perusahaan.
Tiap perusahaan memilki kebijakan
yang berbeda mengenai pembagian
dividen atau yang biasa disebut
dividend pay out ratio. Laba yang
diperoleh oleh perusahaan bisa
dialokasikan menjadi 2 yaitu :
1. Dibagikan ke pemilik
perusahaan sebagai dividen
2. Disimpan di perusahaan sebagai
laba yang ditahan (Retained
earning)
Bagi pemilik saham yang
berorientasi jangka pendek, jumlah
dividen yang diberikan akan
mempengaruhi keputusannya dalam
menginvestasi suatu saham. Tapi bagi
investor yang berorientasi jangka
panjang lebih mementingkan laba yang
ditahan untuk ekspasi perusahaan.
Berikut ini adalah kebijakan dividen PT
Ultrajaya Milk Industri and Trading
Company Tbk.
Tabel 6 Realisasi Pembayaran Dividen Selama 5 tahun terakhir Tahun Buku Laba Bersih
(Rp. 1.000.000,-)
Jumlah Dividen
% (Rp.1.000.000,)
Jumlah saham
(x 1.000.000,-)
Dividen/
Saham
2009 61.153 Tidak ada pembagian dividen 2.888.3
2010 107.123 Tidak ada pembagian dividen 2.888.3
2011 128.449 22,5 28.800 2.888.3 10,-
2012 353.432 Tidak ada pembagian dividen 2.888.3
2013 323.127 Belum ditentukan 2.888.3
Berkaitan dengan kebijakan dividen,
didalam pasal 22 Anggaran Dasar
Perusahaan antara lain disebutkan
bahwa :
Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti)
276
1. Laba bersih perseroan dalam
suatu tahun buku seperti
tercantum dalam neraca dan
perhitungan laba rugi yang telah
disahkan oleh Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS)
tahunan dan merupakan saldo
laba yang positif dibagi menurut
cara penggunaan yang
ditentukan dalam RUPS
tersebut.
2. Dividen-dividen ini hanya
dibayarkan sesuai dengan
kemampuan keuangan
perusahaan berdasarkan
keputusan yang diambil dalam
RUPS dan didalam keputusan
tersebut ditentukan juga
mengenai waktu dan tata cara
pembayaran dividen.
Laba bersih tahun buku 2013
belum ditentukan penggunaannya oleh
karena perusahaan belum mengadakan
Rapat Umum Pemegang Saham tahun
buku 2013. Dari data pada tabel 6.
Terlihat bahwa bukan karena kebijakan
dividen perusahaan harga meningkat.
Karena periode tahun 2012 tidak ada
pembagian dividen, tahun 2013
penggunaan dividen belum ditentukan.
Sehingga dipastikan harga naik bukan
di picu oleh faktor deviden.
Disamping itu dalam 5 tahun terakhir
juga kebijakan dividennya tidak
populer bagi investor di pasar modal.
3.3.3. Pecatatan Sham PT Ultrajaya
Milk Industri and Trading Company
Tbk
Setelah pendekatan Dividen
ternyata tidak sesuai, selanjutnya
penulis mencari data mengenai
„corporate action’ ? . Corporate action
dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan modal yang disetor. Hal
ini dilakukan apabila setelah
perusahaan go public melalui IPO
(innitial Public Offering) perusahaaan
masih membutuhkan modal pada
tahun-tahun berikutnya. Corporate
Action dapat dilakukan dengan cara :
1. Mengundang RUPS (Rapat
Umum Pemegang Saham.
2. Right issu
3. Obligasi Konvertibel
4. Waran
5. Saham Bonus
6. Dividen saham
7. Pemecahan Saham (Split)
8. Emisi Efek tanpa hak memesan
Efek terlebih dahulu
9.
Tabel 7. Kronologis Pencatatan saham PT Ultrajaya milk Industri and trading
Company Tbk. Tanggal Pencatatan Jenis Jumlah saham Jumlah Setelah
Pencatatan
20 Juli 1990 Penawaran Umum Perdana 6.000.000 6.000.000
3 September 1990 Pencatatan saham perusahaan 14.500.000 20.300.000
11 September 1992 Deviden saham 1.506.720 22.006.720
11 April 1994 Penawaran Umum Terbatas ke I 66.020.160 88.0267.200
6 februari 1993 Saham bonus 132.040.320 220.067.200
19 Agustus 1999 Penawaran Umum Terbatas ke II 165.050.400 385.117.600
16 Januari 2001 Pemecahan Saham (Stock Plit) 1: 5 - 1.925.588.00
29 April 2004 Penawaran Umum Terbatas ke III 962.794.000 2.888.382.000
Sumber : laporan Keuangan PT Ultrajaya Milk Industri dan Trading Company (Tbk) tahun 2013
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279
277
Berdasarkan tabel 7 terlihat
dari tahun 1990 sampai dengan tahun
2004, ada yang berkaitan dengan
Corporate Action. Pertama 11
September 1992 ada deviden saham.
Dividen saham adalah kebijakan
perusahaan untuk memperluas
usahanya sehingga diperlukan dana
yang akibatnya dividen tidak dibagikan
secara tunai. Untuk menjaga agar
saham tidak jatuh di pasar, pembagian
dividen saham itu harus dikaitkan
dengan harga pasar saat diputuskan
akan membagi dividen saham. Dividen
saham disisihkan dari sisa laba ditahan,
atau disebut kapitalisasi laba ditahan.
Tindakan ini akan meningkatkan modal
disetor, mengurangi sisa laba ditahan,
dan menambah agio. Yang Kedua pada
tanggal 6 Februari 1993 ada saham
bonus. Saham bonus dilakukan
apabila harga saham di pasar terlalu
tinggi dan perusahaan masih memiliki
cukup agio saham, maka perusahaan
dapat mengambil kebijakan
menurunkan harga pasar dengan cara
memperbanyak jumlah saham disetor
melalui kapitalisasi agio saham . Yang
Ketiga pada tanggal 16 januari 2001,
perusahaan melakukan split. Split
adalah tindakan memperkecil atau
memperbesar nilai nominal saham.
Adapun tujuan dilakukan tindakan split
agar saham lama ditarik dari peredaran
dan diganti dengan saham baru.
Tindakan split hanya mengubah jumlah
unit sahan beredar dan tidak mengubah
jumlah modal disetor ataupun jumlah
ekuitas Muhamad Samsul (2006:85-87)
Terlihat pada tabel 7 pada tahun
analisa 2012 ke 2013 tidak ada
pencatatan saham Yang berkaitan
dengan corporate action. Sehingga
penyebab lonjakan harga yang drastis
tidak bisa dilihat dari sisi corporate
action.
3.3.4. Informasi Pendukung Laporan keuangan terakhir
yang penulis peroleh adalah laporan
keuangan tahun 2013. Berdasarkan
pencarian informasi yang kemungkinan
mendukung pelonjakan harga PT ULTJ
adalah sebagai berikut :
1. Pada tanggal 18 April 2013,
Tribunnews.Com, Jakarta
menuliskan bahwa kenaikan
harga saham PT ULTJ semakin
signifikan . Harga saham
produsen susu ini naik 8,46
persen dari haris ebelumnya
menjadi Rp. 3.525 per saham.
Pergerakan mulai terlihat sejak
23 maret 2013 kala itu harga
saham ULTJ masih di posisi
Rp. Rp.1.860,-. Bursa Efek
Indonesia (BEI) pun
memasukkan ULTJ dalam
daftar unusual market activity
(UMA) yakni aktivitas saham
yang diluar kebiasaan.
Walaupun begitu saham ULTJ
masih menggeliat Informasi
yang beredar menyebutkan,
harga saham ULTJ melejit
karena ada kabar rencana
pembelian saham ULTJ oleh
investor strategis.
2. Pada tanggal 5 Juli 2013,
Sunarti Agustina dalam harian
KONTAN tanggal 3 Juli
menuliskan bahwa harga saham
ULTJ naik tinggi sejak awal
tahun ini. Salah satu penyebab
harga ULTJ terkerek terjawab
sudah. Perusahaan minuman
itu ternyata menyiapkan usaha
patungan (joint venture) dengan
produsen minuman besar asal
Jepang ITO EN. Sekedar
catatan pada akhir tahun 2012
harga saham ULTJ masih ada
dilevel Rp. 1.330,- per saham .
Pada tanggal 4 Juli 2013 harga
Analisis Kinerja … (Teti Chandrayanti)
278
saham ULTJ sudah bertengger
di Rp.4.850,-. Ini berarti harga
ULTJ sudah naik 264,66%
hanya dalam tempo enam bulan
saja. Eddi Kurniadi, Sekretaris
Perusahaan ULTJ mengatakan
kerjasama ULTJ dengan ITO
EN bakal terealisasi dalam
bentuk 2 perusahaan patungan
yang bernama PT Ultrajaya ITO
EN dan PT ITO EN Ultrajaya.
Unit usaha patungan bernama
Ultrajaya ITO EN bakal
memproduksi minuman teh
dalam kemasan untuk pasar
Indonesia, khususnya teh hijau.
Sedangkan ITO EN Ultrajaya
akan membidangi masalah
distribusi dan penjualan. Usaha
patungan ini akan mulai berdiri
September 2013. Rencananya
produk yang diproduksi di
Jepang ini akan dipasarkan di
Indonesia awal tahun 2014.
3. Analis dari lautandhana
securindo menyatakan bahwa
rasio harga berbanding laba
bersih per saham atau price to
earning ratio (PER) PT ULTJ
memang sudah cukup tinggi
dibanding industrinya . Saat ini
PER ULTJ ada dikisaran 30
kali, Sedangkan PER
industrinya hanya dikisaran 20
kali.
4. Ekspansi Usaha ULTJ dengan
membentuk joint venture pada
kuartal III 2013 akan mulai
terlihat hasilnya ke depan.
Perusahaan yang telah
membentuk joint venture
dengan produsen Jepang ITO
EN pada kuartal III 2013 akan
mulai penjualan kuartal 2014.
Pendapatan Perusahan akan
tumbuh 22% dengan estimasi
pertumbuhan produksi 12% dan
kenaikan harga rata-rata sekitar
10% pada tahun 2014. Target
konservatif ini melihat kondisi
pertumbuhan produksi selama
lima tahun diatas 15%, tetapi
perlambatan ekonomi pada
tahun ini akan mempengaruhi
kinerja perusahaan.
Kesimpulan
1. Berdasarkan rasio profitabilitas
ROE, ROI, NPM kondisi PT
ULTJ dalam kondisi bagus
karena berada pada peringkat
diatas rata-rata dibandingkan
perusahaan-perusahaan sejenis
dalam sektor industri makanan
dan minuman. Sedangkan
berdasarkan rasio EPS
memberikan penilaian yang
kurang baik, apalagi ada
penurunan nilai EPS dari tahun
2012 ke tahun 2013.
2. Berdasarkan analisis
perbandingan internal dari
tahun 2010 ke tahun 2013,
berdasarkan rasio-rasio
keuangan yang diamati
memperoleh penilaian bagus
karena ada peningkatan rasio.
3. Harga Saham ULTJ yang
melonjak disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya
kerja sama PT ULTJ dengan
Perusahaan Jepang ITO EN
pada September 2013
diapresiasi positif oleh
masyarakat. Tetapi masyarakat
tetap menunggu realisasi dari
rencana tersebut. Disamping itu
indikator PER PT ULTJ lebih
besar dari PER rata-rata
industrinya.
Jurnal KBP, Vol. 2, No. 2, Juni 2014: 266-279
279
Daftar Pustaka
Agnes Sawir, 2003. Analisis Kinerja
Keuangan dan Perencanaan
Keuangan Perusahaan. Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Darsono, 2010. Manajemen Keuangan.
Pendekatan Praktis Kajian
Pengambilan Keputusan Bisnis
Berbasis Analisis Keuangan.
Penerbit Nusantara Consulting,
Jakarta.
Haraphap Syofyan Syafri, 2009.
Analisis Kritis laporan Keuangan.
PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Harmono. 2009. Manajemen keuangan.
Berbasis Balanced Scorec ard
Pendekatan Teori, kasus dan
Riset bisnis. PT Bumi Aksara,
jakarta.
Kamaruddin Ahmad, 2004. Dasar-
dasar manajemen Investasi dan
Portofolio. Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta.
Muhamad Samsul, 2006. Pasar Modal
dan Manajemen Portofolio.
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Suad Husnan, 2001. Dasar-dasar teori
Portofolio dan Analisis Sekuritas.
Penerbit AMP YKPN,
Yogyakarta.
Syamsuddin Lukman , 2004.
Manajemen Keuangan
Perusahaan. Konsep Aplikasi
dalam Perencanaan, Pengawasan
dan pengambilan Keputusan edisi
baru. PT Raja Grafindo Persada,
jakarta.
Toto Prihadi, 2008. Deteksi Cepat
Kondisi Keuangan 7 Analisis
rasio Keuangan. Penerbit PPM,
Jakarta.
Laporan tahun 2012 PT Ultrajaya Milk
Industry and trading company
Tbk
Laporan tahun 2013 Pt Ultrajaya Milk
Industri and trading Company
Tbk
www. Emiten.co.id
http://m.liputan6.com/bisnis/read/8082
82/melirik prospek saham
ultrajaya
http://investasi.kontan.co.id/news/harga
-saha-ultj-sudah -mahal
http://www.tribunews.com/bisnis/2013/
04/18/saratoga-diisukan akuisisi -
ultrajaya