a.marlina
-
Upload
novhy-alfino-nezious -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of a.marlina
-
7/29/2019 a.marlina
1/104
ANALISIS POTENSI PENERIMAAN TUNGGAKAN PAJAK
KENDARAAN BERMOTOR PADA KANTOR SISTEM ADMINISTRASI
MANUNGGAL DIBAWAH SATU ATAP (SAMSAT) MAKASSAR
Andi Marlinah *)
Abstract :Motor vehicle tax revenue from year to year fluctuations, which at the beginning of the
semester to second semester in 2007 increased by 7.89%, but in the first half of 2008 has decreased
by 20.77% of tax revenue. This is due to the lack of public awareness of the obligation to pay taxes,
lack of good service to the level of long queues and long enough or because the vehicle is lost or
damaged but not yet reported. Level of realization of arrears of PKB (motorcycle) was 22.69% with
the potential revenues that can be invoiced in arrears in the amount of Rp1.896.510.096. While the
realization of arrears of CLA (car) of 53.26%, and the potential revenue arrears PKB (cars) in
semesters to come to be collectible by Rp1.463.836.453,5.
Key Words: Motor Vehicle Tax, Arrears, Potential
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam era otonomi daerah dan modernisasi, banyak tantangan yang dihadapi oleh suatu
daerah. Terlebih bagi Dinas Pendapatan Daerah, yang senantiasa dituntut untuk memaksimalkan
kemam-puanya dalam pengelolaan daerah. Tantangan-tantangan akibat perkembangan yangdihadapi Dinas Pendapatan Daerah dari Pajak Daerah yaitu: meningkatkan jumlah obyek/subyek
Pajak, meningkatnya target Pajak Daerah, meningkatnya kom-pleksitas administrasi perpajakan,
mening-katnya pengawasan eksternal, mening-katnya penghindaran pajak yang meng-akibatkanpiutang pajak semakin meningkat.
Dengan perubahan peraturan perundang-undangan pada Pajak Daerah di tahun 2000,
maka ditentukan empat jenis pajak daerah yang bisa dipungut peme-rintah Provinsi, yaitu: Pajak
Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar KendaraanBermotor, dan Pajak Air Permukaan. Pajak kendaraan bermotor saat ini merupakan pajak yang
memberikan hasil paling besar dibandingkan dengan jenis pajak daerah yang lainnya.
Dalam rangka pelaksanaan pungut-an Pajak Kendaraan Bermotor dengan penerbitanSurat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dilakukan secara terpadu melalui Kantor Bersama
Sistem Administrasi Manunggal Dibawah Satu Atap (SAMSAT) antara Pemerintah Daerah
Tingkat 1, Kepala Daerah Kepolisian dan Aparat Departemen Keuangan dalam rangka
peningkatan pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pendapatan daerah khususnya
mengenai Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).Namun masyarakat prihatin ter-hadap banyaknya pajak daerah yang bermasalah karena
tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Faktor penyebab timbulnya pajak daerah
yang bermasalah disebabkan karena kurangnya pemahaman mengenai tata cara pemungutanpajak daerah yang lebih baik, kurangnya ketaatan terhadap pemenuhan kewajiban di bidang
pajak daerah. Kurangnya pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah pusat, tidak adanya sanksi
bagi daerah yang melanggar ketentuan mengenai pajak daerah. Salah satu upaya untuk mengatasikelemahan ini adalah melalui penerbitan pedoman Nasional Pajak Daerah.
-
7/29/2019 a.marlina
2/104
Wajib pajak yang umumnya ber-domisili di perkotaan disurati, oleh Dinas Pendapatan
Daerah melalui PT. Pos Indonesia dengan harapan wajib pajak akan merespon pemberitahuan
sehingga tunggakan pajak yang mengendap di masyarakat dapat diperkecil, namun usaha initidak dipedulikan oleh masyarakat.
Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama merupakan primadona pendapatan asli
daerah (PAD) Sulsel. Hampir 90% pajak yang diperoleh Sulsel berasal dari pajak kendaraan ini.Pen-dapatan provinsi dari sektor pajak kendaraan tahun ini diprediksi bertambah, mengingatangka pertambahan kendaraan sangat signifikan.
Kenyataan menunjukkan bahwa pendapatan daerah sangat besar dari pajak kendaraan
bermotor, buktinya pada penerimaan pajak kendaraan yang berasal dari kota Makassar sajasebesar Rp. 10.186.256.240 Pada bulan Desember 2009, ditambah lagi pendapatan dari
tunggakan dari Pajak Kendaraan Bermotor yang tercatat pada Dinas Pendapatan Daerah kota
Makassar pada bulan Desember tahun 2009 dari kendaraan sepeda motor sebesar Rp.
3.412.182.040 dan mobil sebesar Rp. 6.327.192.260.Namun tunggakan yang ada pada kota Makassar pada bulan Desember tahun 2009
sebesar Rp. 2.092.919.687, dari tunggakan sepeda motor sebesar Rp. 1.948.355.080 dan mobil
sebesar Rp. 144.564.607.Dengan mengamati latar belakang diatas, maka peneliti mencoba menganalisa potensi
penerimaan tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor pada kantor Sistem Administrasi Manunggal
dibawah Satu Atap kota Makassar dengan harapan dapat membantu pihak Dinas Pendapatan
Daerah untuk memberikan pengetahuan dan dorongan kepada Masyarakat agar membayar pajaksesuai ketentuan yang ada dan tepat pada waktunya sehingga tidak menimbulkan tunggakan bagi
wajib pajak.
Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
Berapa besar Potensi Penerimaan tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) padaKantor Sistem Administrasi Manunggal dibawah Satu Atap (SAMSAT) Kota Makassar bisa
tertagih pada setiap tahunnya.
Tujuan dan Manfaat PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk :
Mengetahui berapa besar penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada kota Makassar tahun2007-2009.
Mengetahui penyebab terjadinya tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor pada tahun 2007-2009.
Mengetahui seberapa besar potensi penerimaan tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor padaSAMSAT kota Makassar.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada
masyarakat pengguna kendaraan tentang pentingnya pembayaran pajak dilakukan tepat waktu
sehingga tidak menimbulkan tunggakan bagi wajib pajak serta manfaat dari hasil pembayaranpajak tersebut.
-
7/29/2019 a.marlina
3/104
LANDASAN TEORI
Pajak DaerahPajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
per-undang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyeleng-garaan
Pemerintah daerah dan pem-bagunan daerah.(Marihot,2005:10)Pajak Daerah ialah pajak yang dipungut oleh Daerah-daerah Swantara seperti Propinsi,
Kabupaten dan Kota Praja untuk pembiayaan rumah tangga daerah masing-masing. Misalnya:Pajak Reklame, Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Rumah Tangga, Pajak Tontonan, Pajak Jalan,
Pajak Radio dan Televisi, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Pajak Pembangunan.
Kriteria Pajak Daerah
Dalam berbagai literatur, disebutkan bahwa tidak semua jenis pajak cocok untuk dijadikansebagai pajak daerah, dalam kegiatannya dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka pemberian
kewenangan untuk mengadakan pemungutan pajak selain mempertimbangkan kriteria-kriteria
perpajakan yang berlaku secara umum, juga harus mempertimbangkan ketetapan suatu pajaksebagai pajak daerah. pajak daerah yang baik merupakan pajak yang akan mendukung pemberian
kewenangan kepada daerah dalam rangka pembiayaan desentralisasi.
Adapun kriteria pajak daerah dapat digolongkan menjadi Tujuh bagian, yaitu sebagai
berikut: Bersifat pajak, dan bukan retribusi Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan
mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah
kabupaten/kota yang bersangkutan.
Objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi dan/atau obyek pajak pusat. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Menjaga kelestarian lingkungan.
Dari segi pelayanan tantangan yang dihadapi adalah meningkatnya penyediaaninfrastruktur pelayanan sebagai konse-kuensi meningkatnya obyek/subyek pajak, meningkatnya
tuntutan masyarakat akan pelayanan prima, meningkatnya kom-pleksitas sistem dan prosedur
pelayanan dan meningkatnya kompleksitas koordinasi dan singkronisasi. Bagi sumber dayamanusia pada Dinas Pendapatan Daerah perlu ditingkatkan budaya pelayanan yang ramah, tegur
sapa, simpati dan empati.
Strategi yang dapat dilakukan dalam meningkatkan Pajak Daerah adalah dengan:
Peningkatan Basis Pajak (Tax Base). Meningkatkan Pengawasan (Controlling). Pemenuhan Persyaratan Pemungutan Pajak (Tax Collection Requirement).Pajak Kendaraan Bermotor
Yang menjadi dasar hukum pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor adalah Ordonansi
Pajak Kendaraan Bermotor tahun 1934 sebagaimana telah beberapakali ditambah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 8 PP tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 101).Berdasarkan Undang-undang nomor 32 Tahun 1957 Pajak Kendaraan Ber-motor diserahkan
-
7/29/2019 a.marlina
4/104
kepada Daerah Tingkat 1. Atas dasar penyerahan dimaksud, melalui beberapa kali perubahan dan
penyempurnaan, terakhir ditempatkan dengan Peraturan Daerah No, 40 Tahun 2000 tentang
Pajak Kendaraan Bermotor dan dengan Sistem Administrasi Manung-gal dibawah Satu Atapyang terkenal dengan SAMSAT.
Menurut Undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah, bahwa yang
dimaksud dengan Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda dua/atau lebih, besertagandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik,berupa motor atau peralatan lain yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energy
tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat
dan alat-alat besar yang bergerak. Sedangkan Pajak Kendaraan bermotor adalah pajak ataskepemilikan dan/atau penguasa kendaraan bermotor.
Cakupan objek pajak kendaraan bermotor adalah kendaraan bermotor yang digunakan di
semua jenis jalan darat antara lain: di kawasan bandara, pelabuhan laut, perkebunan, pertanian,
kehutanan, per-tambangan, industry, perdagangan, dan sarana olah raga dan rekreasi. Hal inisesuai dengan pengertian dari Objek Pajak Kendaraan Bermotor, yaitu kepemilikan dan/atau
penguasaan kendaraan bermotor oleh BUMN dan BUMD.
Dasar Pengenaan Pajak
Berdasarkan Peraturan Daerah No.1 Tahun 2003, Dasar Pengenaan Pajak KendaraanBermotor dihitung sebagai perkalian dari dua unsur pokok berikut:
Nilai jual kendaraan bermotor Bobot yang mencerminkan secara relative kadar kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan
akibat penggunaan Kendaraan Bermotor.
Nilai jual kendaraan bermotor diperoleh berdasarkan harga pasaran umum atas suatu
kendaran bermotor. Dalam hal harga pasaran umum atas suatu kendaraan bermotor yang tidak
diketahui, nilai jual kendaraan bermotor ditentukan berdasarkan faktor-faktor berikut : Isi silinder dan/atau satuan daya Penggunaan kendaraan bermotor Jenis kendaraan bermotor Tahun pembuatan kendaraan bermotor Berat total kendaraan bermotor dan banyaknya penumpang yang diizinkan Dokumen impor untuk jenis kendaraan bermotor tertentu
Bobot sebagaimana dimaksud di atas dihitung berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
Tekanan gandar Jenis bahan bakar kendaraan bermotor Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin dari kendaraan bermotor.
Bobot dihitung berdasarkan faktor-faktor :
Jenis Mobil Penumpang (MOPEN) seperti: Sedan, Jeep, Minibus/ St.wagom, Mobil Bus,Microbus & Sepeda Motor (termasuk alat-alat berat) bobotnya ditetapkan 1.00
Jenis Mobil Barang (MOBAN) seperti: Pick-up, Lightruck, Truck, Box, Tangki, dllbobotnya ditetapkan 1.30.
Nilai Jual dan Tarif Pajak Kendaraan Bermotor
-
7/29/2019 a.marlina
5/104
Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) ditetapkan berdasarkan Harga Pasaran Umum
(HPU) atas suatu Kendaraan Bermotor pada minggu pertama bulan desember tahun pajak
sebelumnya oleh Menteri Dalam Negeri RI (Peraturan Pemerintah 65/2001).Sedangkan tarif pajak kendaraan bermotor ditetapkan sebesar :
1,5% untuk kendaraan bermotor bukan umum
1% untuk kendaraan bermotor umum, dan 0,5% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar.Cara perhitungan tarif pajak kendaran bermotor:
a. PKB untuk kendaraan bermotor bukan umum
PKBter= Tarif x DPP Kendaraan Bermotor
= Tarif x (NJ kendaraan bermotor x bobot)
= 1,5% x (NJ kendaraan bermotor x 1,00)
Jika mobil bukan umum tersebut berupa mobil barang/ beban, maka bobot tidak 1,00, tapi
bobotnya sebesar 1,3 sehingga rumus menjadi:
PKBter= Tarif x DPP Kendaraan Bermotor
= Tarif x (NJ kendaraan bermotor x bobot)
= 1,5% x (NJ kendaraan bermotor x 1,30)
b. PKB untuk kendaraan bermotor umumPKBter= Tarif x DPP Kendaraan Bermotor
= Tarif x (NJ kendaraan bermotor x bobot)
= 1% x (NJ kendaraan bermotor x 1,30)
c. PKB untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar
PKBter=0,5% x(NJ kendaraan bermotor x 1,00)
Walaupun tarif pajak kendaraan bermotor dinaikkan, tapi ini tidak mempengaruhitunggakan pajak kendaraan bermotor karena rata-rata wajib pajak yang memiliki kendaraan
bermotor itu mampu sehingga mereka bisa membeli kendaraan. Yang mempengaruhi besarnyatunggakan yang ada, itu dipengaruhi oleh tingkat kesadaran wajib pajaknya sendiri.
Hak dan Kewajiban Pajak
Di bawah ini akan dijelaskan apa yang menjadi hak dan kewajiban bagi seorang wajibpajak, yaitu:
Hak wajib pajak: Mengisi formulir permohonan yang telah disediakan, dengan jelas dan benar serta
ditanda tangani. Melampirkan STNK yang lampau dan KTP (sesuai dengan tertulis pada STNK) Melampirkan tanda bukti pemeriksaan kendaraan bermotor dan DLLAJR (bagi
angkutan umum danpick up). Meneliti kebenaran pajak yang tertera pada Notice pajak, kemudian melunasi pajak
yang terutang dengan melakukan pembayaran ke Kantor Cabang Kas Daerah di
SAMSAT atau tempa lain yang ditunjuk.
Kewajiban wajib pajak:a. Menerima STNK asli dan Plat Nomor Kendaraan Bermotor.
b. Menggunakan kendaraan bermotor di jalan umum.
-
7/29/2019 a.marlina
6/104
c. Mengajukan permohonan pembebasan atas Pajak Kendaraan Bermotor kepada Pemda
masing-masing, jika kendaraan bermotor yang bersangkutan musnah atau tidak lagi
berada Makassar.
Tata Cara Pembayaran dan Pengenaan Pajak
Tata cara pembayaran dan pengena-an dan restitusi pajak kendaraan bermotor adalahsebagai berikut: Pajak kendaraan bermotor dikenakan untuk masa pajak dua belas bulan berturut-turut
terhitung mulai saat pendaftaran kendaraan bermotor.
Pajak kendaraan bermotor yang terutang dibayar sekaligus dimuka. Pajak kendaraan bermotor karena suatu hal dan lain hal masa pajaknya tidak sampai dua
belas tahun, maka dapat dilakukan restitusi.
Tata cara pelaksanaan restitusi ditetapkan oleh Gubernur.Kerangka Pikir
Kantor Bersama Sistem Admi-nistrasi Manunggal Dibawah Satu Atap (SAMSAT)bertugas untuk memungut pajak kendaraan bermotor atas kepemilikan kendaraan bermotor.
Namun tunggakan pajak kendaraan bermotor yang belum diterima pada saat jatuh tempooleh SAMSAT sangat besar. Maka Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: metode
deskriptif dan rasio pertumbuhan, dimana metode deskriptif menjelaskan penerimaan PKB dantunggakan PKB yang terjadi pada kota Makassar dan menjelaskan penyebab ter-jadinya
perubahan penerimaan, sedangkan rasio pertumbuhan untuk menjelaskan berapa besar volume
kenaikan penerimaan PKB dan tunggakan PKB pada setiap tahunnya pada SAMSAT kotaMakassar.
Besarnya potensi penerimaan tunggakan yaitu, seberapa besar potensi pemerintah untuk
menerima tunggakan yang mengendap pada masyarakat.
Hipotesis
Berdasarkan masalah pokok yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang
diajukan sebagai berikut: Diduga bahwa potensi untuk penerimaan tunggakan pajak kendaraan bermotor itu besar,
mengingat jumlah kendaraan bermotor sekarang ini sangat meningkat.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendapatan Daerah khususnya pada kantor SatuanAdministrasi Manunggal dibawah Satu Atap kota Makassar, yang dilaksanakan pada bulan
Maret sampai April 2010.
Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Penelitian Lapangan Penelitian KepustakaanMetode Analisis
Adapun metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
-
7/29/2019 a.marlina
7/104
Metode Analisis Deskriptif, yaitu untuk menjelaskan mengenai penerimaan PajakKendaraan Bermotor yang diperoleh dan seberapa besar potensi penerimaan tunggakan yang
masih bisa tertagih. Rasio Pertumbuhan menurut (Halim,2007)
Rasio pertumbuhan
Ket: X = Data tahun terbaru
Y = Data tahun sebelumnya.
Persentase Tingkat RealisasiTingkat Realisasi
Ket:
RT = Jumlah realisasi Tunggakan
DT = Jumlah data tunggakan
Potensi Penerimaan tunggakanPotensi penerimaan tunggakan = Persentase tingkat realisasi x Sisa tunggakan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Realisasi Target Pendapatan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), menargetkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang berasal dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) pada bulan Desember 2009
sebesar Rp. 192.974.971.246, namun realisasi PKB yang didapat sebesar Rp. 205.989.882.571,dengan persentase 106,84%. Itu artinya pendapatan yang berasal dari PKB UPTD SAMSAT
kota Makassar itu memperoleh penerimaan lebih besar dari yang ditargetkan. Dan target
pendapatan dari Tunggakan PKB sebesar Rp. 3922.266.049 sedangkan relisasi yang diperolehsebesar Rp. 5.061.742.687 dengan persentase 129,05% pada tahun 2009 dan hingga akhir bulan
Desember, capaian yang diperoleh sudah memenuhi syarat. Artinya, untuk Tahun Anggaran
(TA) yang sudah berjalan 1 (satu) semester pencapaian target sudah berada pada posisi lebih dari
50% dari yang ditargetkan.Faktor-faktor pendorong tersebut diantaranya adalah:
Proses sosialisasi; Pembinaan kelembagaan dan organisasi; Upaya penerbitan kendaraan; Upaya kerjasama dengan pihak ketiga dalam mendekatkan pelayanan, serta sarana dan
prasarana pendukung untuk lembaga pelayanan khusus UPTD.Mekanisme yang ada dalam Samsat dalam proses penerbitan Surat Tanda Nomor
Kendaraan (STNK), tahapan awalnya adalah kendaraan tersebut harus didaftar dan diregistrasi,
apakah itu kendaraan baru atau ulang. Nanti setelah pendaftaran tersebut masuk ketahap
penetapan jumlah pajak sebagai salah satu syarat menerbitkan STNK oleh pihak kepolisian.Jadi dari sisi pajak, sudah menetap-kan besarnya indeks berapa yang mesti dibayar
Pajaknya terhadap kendaraan bermotor menurut jenis dan kapasitasnya. Tetapi tentunya tetap
dilandasi bahwa Pungutan pajak janganlah memberatkan masyarakat. Sehingga hubungan
antara pajak dengan masyarakat tidak menjadi beban terlalu berat kepada masyarakat. Makaupaya yang perlu dilakukan adalah peningkatan kemampuan dari masyarakat itu sendiri. Artinya
apa yang menjadi sumber pendapatan mereka harus secara makro diupayakan peningkatan.
Besar Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
-
7/29/2019 a.marlina
8/104
Sebelum mengetahui hasil penelitian, maka terlebih dahulu akan dijabarkan mengenai data
yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan tekhnik pengam-bilan sampel menggunakan data
sekunder yang di dapat dari pengelolaan penerimaan Sistem Administrasi Manunggal dibawahSatu Atap kota Makassar antara tahun 2007 sampai tahun 2009.
Berikut ini merupakan data yang digunakan dalam penelitian, yaitu data mengenai
Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan data Penerimaan Tunggakan PajakKendaraan Bermotor dari tahun 2007 sampai tahun 2009.
Tabel 1.
Realisasi Penerimaan Asli Daerah Provinsi Sul-Sel
Kantor UPTD SAMSAT Kota MakassarTahun 2007-2009
Tahun SemPajak Kendaraan
Bermotor (PKB)(Rp)
Perubahan
(%)
2007I 100.279.899.606 -
II 108.878.363.168 7,89
2008 I 90.146.345.098 -20,77II 94.364.361.320 4,47
2009I 73.708.637.170 -28,02
II 80.366.500.757 8,28
Sumber : Kantor UPTD Samsat kota Makassar
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor yangada pada UPTD Samsat kota Makassar itu pada semester pertama tahun 2007 sebesar
Rp100.279.899.606 dan semester kedua sebesar Rp108.878.363.168 mengalami peningkatan
sebesar Rp8.598.463.562 atau 7,89 %. Tetapi pada semester pertama pada tahun 2008 itu justru
mengalami penurunan penerimaan Pajak sebesarRp18.732.018.070 atau 20,77 %, yang semulanyaRp108.878.363.168 menjadi Rp 90.146.345.098. Selanjutnya meningkat lagi pada semester kedua
tahun 2008 sebesar Rp4.218.016.222 atau 4,47 %. Hal ini berlanjut terus sampai tahun 2009 jika
semester pertama mengalami penurunan penerimaan, maka pada semester kedua akan
mengalami peningkatan lagi, misalnya pada semester pertama 2009 menurun sebesarRp20.655.724.150 atau 28,02 % tapi semester kedua meningkat sebesar Rp6.657.863.587 atau
8,28 % dari semester yang lalu.
Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain : Dukungan peraturan Perundang-undangan dibidang pendapatan; Potensi (obyek pendapatan); Pendapatan masyarakat semakin meningkat; Sektor kebutuhan masyarakat yang terkait dengan jasa; Frekuensi koordinasi dengan pengelola pendapatan; Hubungan antara Lembaga baik tingkat Pemerintah Pusat maupun di daerah; Suku bunga perbankan; Tingkat sosialisasi kepada masyarakat; Kesadaran masyarakat atas kewajibannya;Penyebab terjadinya Tunggakan Pajak
-
7/29/2019 a.marlina
9/104
Sub Dinas Penagihan telah banyak melakukan kegiatan, khususnya dalam pengelolaan
tunggakan. Diantaranya Tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor yang ada pada kota Makassar.
Hal-hal yang mengakibatkan tung-gakan Pajak Kendaraan Bermotor adalah sebagaiberikut:
Kurangnya kesadaran masyarakat akan kewajibannya membayar pajak;
Masyarakat mengalami perekonomian yang sulit maka mereka enggan membayar pajaknya; Faktor kebiasaan masyarakat pedesaan yang membeli kendaraannya untuk kendaraantransportasi antara desa yang jarang tersentuh pengawasan kelengkapan pajak dari pihak
terkait sehingga merasa tidak perlu membayar pajak;
Faktor teknis seperti jauhnya kantor pembayaran pajak kendaraan; Kurangnya pelayanan yang didapatkan pada saat mereka memmbayar pajak; Kendaraan yang dimilik oleh wajib pajak hilang, rusak dan tidak bisa terpakai lagi, dan
kendaraan keluar negeri tapi wajib pajak tersebut tidak melaporkan kendaraannya sehingga
masih tetap tercatat; Pemilik kendaraan berada di luar Negeri; Wajib pajak lupa akan kewajibannya.
Dalam hal ini pihak UPTD SAMSAT kota Makassar melakukan upaya untuk menekantunggakan tersebut. Di tahun 2009 ini, kembali dicanangkan SAMSAT keliling yang telah
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga mampu men-jangkau daerah-daerah pelosok, demikian
juga untuk tahun-tahun kedepannya.
Mengenai harapan kedepannya, Kepala Sub Dinas Penagihan tetap menggiatkanpenyuluhan utamanya yang diberikan kepada aparat pemerintahan dan masyarakat umum.
Dengan tujuan, agar mereka dapat menyampaikan informasi tersebut secara berjenjang kepada
masya-rakat lain bahwa pentingnya membayar pajak. Sehingga kendaraan-kendaraan yangselama ini menunggak akan kembali terjaring. Untuk itu, penyuluhan yang dilakukan bisa
menyebarkan informasi keseluruh masyarakat sehingga angka tunggakan bisa ditekan seminimal
mungkin.
Akumulasi Tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor
Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendapatan Daerah kota Makassar yang biasa disebut
dengan UPTD SAMSAT kota Makassar pada tahun 2009 lalu, merupakan pemberi kontri-busi terbesar di Sulawesi Selatan pada sektor Pajak Kendaraan Bermotor bagi PAD. Namun
demikian permasalahan tunggakan PKB khususnya tunggakan sepeda motor tetap menjadi
fokus perhatian dari UPTD Samsat kota Makassar.
Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor jeniskendaraan sepeda motor dari tahun ketahun sudah mulai menurun. Mulai dari tahun 2007
pada semester pertama sebesar Rp. 27.432.023.512 semester kedua sebesar Rp.
20.041.672.880 artinya mengalami penurunan sebesar Rp. 7.390.350.632 tapi 2008 semester
pertama naik lagi sebesar Rp. 6.578.709.480 tapi semester kedua turun sebesar Rp.10.288.415.980. Tapi semester kedua naik sebesar Rp. 4.333.023.840 begitupun selanjutnya
pada tahun 2009 kalau semester pertama turun tapi semester dua naik, namun pada semester
kedua tahun 2009 tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor dengan jenis kendaraan sepedamotor sudah berjumlah Rp. 8.358.352.120.
Dan pada tahun 2009 ini, tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor yang ada di kota
Makassar sudah rendah, ini semua disebabkan karena Masyarakat sudah mulai menyadarikewajibannya akan pentingnya pembayaran pajak tersebut, dan dari pihak UPTD SAMSAT
-
7/29/2019 a.marlina
10/104
juga itu sendiri selalu mengupayakan agar Tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor yang ada
pada kota Makassar terus menurun sampai tidak ada lagi tunggakan walupun itu sangat sulit
Dalam hal ini upaya yang dilakukan UPTD SAMSAT untuk memaksimalkanpelayanannya kepada masyarakat dalam hal meningkatkan pendapatan , yaitu :
Peningkatan peran dan kemampuan aparatur dalam mengolah pene-rimaan pendapatandaerah dan pelayanan masyarakat yang diper-sentasikan melalui kemampuan manajemenPemerintahan daerah yang responsive, akuntabilitas, transparansi, dan profensional;
Mengoptimalkan peranan UPTD SAMSAT dalam melaksanakan tugas pokok danfungsinya sebagai koordinator pendapatan Daerah dan pelayan pada masyarakat melaui
peningkatan sumber Daya Aparatur; Meningkatkan sarana dan prasarana penunjang bagi peningkatan pen-dapatan daerah
melalui pem-bangunan wadah pelayanan kepada masyarakat;
Meningkatkan penerimaan Pen-dapatan Asli Daerah; Melakukan pembenahan manaje-men pemungutan dengan menggunakan sistem
informasi;
Berdasarkan data penerimaan tunggakan yang ada maka dapat dipersentasekan
perubahannya sebagai berikut :Tabel 3.
Persentase Perubahan Relisasi Penerimaan Tunggakan Sepeda Motor UPTD Samsat
Kota Makassar
Tahun 2007-2009
THSEM.
Realisasi Penerimaan
TunggakanPerubahan (%)
Unit Nilai (Rp) Unit Nilai
2007 I 6.234 1.053.399.858 - -
II 7.461 1.368.615.568 16,44 23,03
2008 I 7.783 1.560.036.860 4,13 12,27II 8.979 1.852.145.180 13,31 15,77
2009 I 8.483 1.724.575.700 (5,84) (7,39)
II 14.789 2.453.746.000 42,63 29,71
Sumber; Kantor UPTD Samsat dan Data olahan.
Berdasarkan tabel penerimaan tunggakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
penerimaan yang berasal dari tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor pada Samsat kota Makassar
itu sangat besar jumlahnya yang diberikan kepada Daerah karena pada tahun 2007 semesterpertama sebesar Rp. 1.053.399.858, semester kedua sebesar Rp 1.368.615.568 mengalami
peningkatan sebesar 23,03 %. Rata-rata Satu Miliar lebih penerimaan yang diperoleh dari
tunggakan Pajak kendaraan Bermotor pada setiap semesternya. Hal ini disebabkan karenaadanya tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor yang tidak terbayar mengingat masyarakat padasaat sekarang ini masih banyak yang belum menyadari kewajibannya.
Adapun persentase perubahan unit kendaraan sepeda motor pada semester kedua tahun
2007 sebesar 16,44%, semester pertama tahun 2008 menurun menjadi 4,13%, meningkat lagi
pada semester dua menjadi 13,31%. Namun semester pertama pada tahun 2009 persentase unitkendaraan yang ada menurun menjadi 5,84%, tapi pada semeter kedua meningkat lagi menjadi
42,68%.
-
7/29/2019 a.marlina
11/104
Selanjutnya data tunggakan pajak mobil pada tahun 2007 sampai 2009 yang ada pada Unit
Pelaksana Teknis Dinas SAMSAT kota Makassar, dari tahun ketahun juga sudah mulai menurun,
berdasarkan data tabel 4. Mulai dari tahun 2007 pada semester pertama sebesarRp9.292.684.866,- semester kedua sebesar Rp24.126.680.136 artinya mengalami penurunan
sebesar Rp15.166.004.730 tapi 2008 semester pertama naik lagi sebesar Rp. 3.476.949.586 tapi
semester kedua turun lagi menjadi Rp18.573.999.160. Tapi semester kedua naik sebesar Rp650.912.538 begitupun selanjutnya pada tahun 2009 kalau semester pertama turun, tapi semesterdua naik, namun pada semester kedua tahun 2009 tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor dengan
jenis kendaraan sepeda motor sudah berjumlah Rp6.932.070.600. Walaupun setiap semester
kedua mengalami peningkatan tapi itu tidak terlalu berpengaruh karena kalau dibandingkan padatahun 2007 semester kedua dengan semester kedua 2009 maka sudah mengalami penurunan
tunggakan sebesar Rp36.544.212.366 dari Rp39.292.684.866 menjadi Rp2.748.472.500.
Pada tahun 2009 ini tunggakan pajak yang ada di kota Makassar sudah rendah, ini semua
disebabkan karena Masyarakat sudah mulai menyadari kewajibannya akan pentingnyapembayaran pajak tersebut dan dari pihak UPTD SAMSAT juga itu sendiri selalu mengupayakan
agar Tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor yang ada pada kota Makassar terus menurun sampai
tidak ada lagi tunggakan Pajak.Dalam hal mencapai keberhasilan dimasa-masa mendatang, perlu diadakan berbagai upaya
dalam bentuk kegiatan operasional pemungutan yang lebih baik, sehingga hasil yang akan
dicapai dapat lebih meningkat. Disamping itu, akurasi data obyek dan subyek pajak atau yang
sering disebut dengan pemutakhiran data sangat dibutuhkan untuk mengetahui potensi yangdimiliki.
Berdasarkan data penerimaan tunggakan yang ada maka dapat dipersentasekan
perubahannya sebagai berikut :
Tabel 5
Persentase Perubahan Relisasi Penerimaan Tunggakan Mobil UPTD Samsat Kota Makassar
Tahun 2007-2009
SMTR
Realisasi PenerimaanTunggakan
Perubahan (%)
Unit Nilai (Rp)Unit Nilai
I (2007) 1.927 2.382.767.990 -
II(2007) 1.926 2.562.510.690(0,05) 7,01
I (2008) 2.079 3.190.813.6007,35 19,69
II(2008) 1.973 3.136.378.660(5,37) (1,73)
I (2009) 2.254 3.157.372.000 12,46 0,66II(2009) 2.804 3.132.545.000 19,61 (0,79)
Sumber; Data olahan.
Berdasarkan tabel penerimaan tung-gakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
penerimaan yang berasal dari tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor pada Samsat kota Makassar
sangat besar jumlahnya yang diberikan kepada Daerah, pada tahun 2007 semester pertamasebesar Rp2.382.767.990, semester kedua pene-rimaan tunggakannya bertambah lagi sebesar
Rp2.562.510.690 atau mengalami peningkatan sebesar 7,01 %, semester pertama pada tahun
2008 mengalami peningkatan lagi sebesar Rp. 3.190.813.600 karena kesadaran masyarakat yang
-
7/29/2019 a.marlina
12/104
sudah paham akan pentingnya pelunasan tunggakannya, dan rata-rata penerimaan tunggakan
yang diperoleh pada kantor Samsat terus meningkat pada tahun 2009 jika dibandingkan dengan
penerimaan tunggakan pada tahun 2007.Adapun persentase perubahan jumlah unit kendaraan yang menunggak pada kendaraan
mobil pada tahun 2001 semester kedua sebesar 0,05 %, semester pertama tahun 2008 naik
menjadi 7,35 %, pada semester kedua jumlah unit kendaraan yang menunggak yang ada padakota Makassar menurun menjadi 5,37 %, semester pertama dan semester kedua terus meningkatUntuk lebih jelasnya mengenai perubahan data mengenai tunggakan sepeda motor, maka
ditunjukkan dengan grafik sebagai berikut :
Berdasarkan data di atas maka dapat dikelompokkan data tunggakan kendaraan bermotoryang ada pada UPTD SAMSAT kota Makassar, untuk mengetahui berapa besar potensi
penerimaan tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor pada UPTD SAMSAT kota Makassar yang
akan datang dengan jenis kendaraan sepeda motor dan mobil maka akan ditampilkan tabel
tunggakan PKB sebagai berikut :
Tabel 6.
Daftar Tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor Jenis Kendaraan Sepeda Motor dan Mobil
pada UPTD SAMSAT kota MakassarSejak Tahun 2007-2009
SMSTRTunggakan Sepeda Motor Tunggakan Mobil
Unit Nilai (Rp) Unit Nilai (Rp)I
(2007)214,535 27,432,023,512 43,957 39,292,684,866
II
(2007)172,727 20,041,672,880 32,288 24,126,680,136
I(2008)
268,641 26,620,382,360 43,348 27,603,629,722
II
(2008)218,513 16,331,966,380 31,455 9,029,630,562
I
(2009)
292,452 20,664,990,220 36,986 968,0543,100
II
(2009)227,052 8,358,352,120 22,872 2.748.472.500
Sumber : Kantor UPTD Samsat kota Makassar
Berdasarkan tabel diatas, untuk menghitung potensi penerimaan pajak kendaraan bermotor
adalah sebagai berikut: Menghitung besarnya potensi penerimaan tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor jenis
kendaraan sepeda motor pada semester yang akan datang yang bisa tertagih: Persentase Tingkat Realisasi
Tingkat Realisasi
=
= 0,226944 x100 %
= 22,69 %
Potensi penerimaan (PP) :PP = Tkt Realisasi x Sisa Tunggakan
= 22,69 % x 8.358.352.120
= 1.896.510.096
Tingkat realisasi tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor dengan jenis kendaraan sepedamotor yang ada pada Samsat kota Makassar sebesar 22,69 % dan besar potensi penerima-
-
7/29/2019 a.marlina
13/104
an tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor yang masih bisa tertagi pada semester pertama
tahun 2010 mendatang yaitu sebesar Rp. 1.896.510.096.
Menghitung besarnya potensi penerimaan tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor jeniskendaraan mobil pada semester yang akan datang yang bisa tertagih : Persentase Tingkat Realisasi
Tingkat Realisasi
=
= 0,5326535 x 100%
= 53,26 %
Potensi penerimaan (PP) :PP = Tkt Realisasi x Sisa Tunggakan
= 53,26 % x 2.748.472.500
= 1.463.836.453,5
Tingkat realisasi tunggakan Pajak Kendaraan Bermotor dengan jenis kendaraan mobilyang ada pada Samsat kota Makassar sebesar 53,26 % dan besar potensi penerimaan tunggakan
Pajak Kendaraan Bermotor yang masih bisa tertagi pada semester pertama tahun 2010
mendatang yaitu sebesarRp1.463.836.453,5 atau bisa melebihi, mengingat pada saat sekarang inikesadaran wajib pajak akan kewajibannya untuk membayar pajaknya mulai meningkat. Untuk
memudahkan masyarakat dalam membayar pajak maka dari pihak UPTD Samsat membuka
sistem pembayaran On Line dan pihak Samsat juga terus menerus meningkatkan pelayanannyakepada masyarakat.
KESIMPULAN DAN SARAN
KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap fokus penelitian ini, maka ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Penerimaan pajak kendaraan bermotor dari tahun ke tahun berfluktuasi, yaitu pada tahun2007, pada semester awal ke semester kedua mengalami pening-katan sebesar 7,89%, tetapipada semester pertama tahun 2008 meng-alami penurunan penerimaan pajak sebesar 20,77%.
Demikian pula untuk tahun-tahun selanjutnya.
Penerimaan yang berfluktuasi ini disebabkan karena kurangnya kesa-daran masyarakat akankewajiban membayar pajak, jauhnya kantor pembayaran pajak kendaraan, kurang bagusnya
pelayanan yang didapatkan pada saat membayar pajak dengan kondisi antrian yang cukup
panjang dan lama. Kendaraan yang dimiliki wajib pajak hilang atau rusak namun WP tidakmelaporkannya sehingga masih tetap tercatat.
Tingkat realisasi tunggakan PKB (sepeda motor) sebesar 22,69% dengan potensi penerimaantunggakan yang bisa tertagih yaitu sebesar Rp1.896.510.096. Sedangkan tingkat realisasi
tunggakan PKB (mobil) sebesar 53,26%, dan potensi penerimaan tunggakan PKB (mobil)pada semester yang akan datang yang bisa tertagih sebesarRp1.463.836.453,5.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan diatas, maka saranadalah sebagai berikut :
Dalam hal pengetatan saksi, sebaiknya SAMSAT kota Makassar melakukan upayapenegakan hukum yang tegas, memberikan tindakan pidana yang menyangkut harta
-
7/29/2019 a.marlina
14/104
kekayaan melalui penahanan dan hukuman penjara serta melakukan penyitaan dan penjualan
langsung atas kendaraan bermotor bagi wajib pajak yang menunggak dalam membayar
pajaknya. Perlu juga dilakukan perbaikan sistem administrasi perpajakan, yaitu : Penyederhanaan
prosedur dan sistem serta pengelompokan pajak yang efisien; meningkatkan kualitas SDM
aparat pajak dengan melakukan pelatihan yang secara kontinyu; serta menciftakan jaringanpelaksana pungutan yang tersebar disetiap wilayah kerja. Sebaiknya pihak SAMSAT selalu meng up-date kendaraan bermotor yang ada pada kota
Makassar sehingga data tunggakan yang ada bisa diketahui, apakah masih bisa tertagih atau
tidak karena kendaraan tersebut sudah hilang,rusak atau tidak terpakai lagi, sehingga tidaktercatat lagi sebagai tunggakan pada Dispenda. Dan sebaiknya diadakan penghapusan atau
pemutihan pada tunggakan kendaraan yang tidak dapat diterima lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Ahmad. September 2009, Hal 46-50, Intern Dispenda Provinsi Sulsel, Potensi.
Bastian, Indra. 2006, Sistem Informasi Akuntansi Sektor Publik, Edisi 2. Yogyakarta: Penerbit
Salemba Empat.
Burton, Richard. And Wirawan B.ilyay. 2007, Hukum Pajak, Edisi 3. Jakarta: PenerbitSalemba Empat
Elmi, Bachrul. 2002, Keuangan Pemerintah Daerah Otonomi di Indonesia, Jakarta: PenerbitUniversitas Indonesia Prees.
Prakosa, Bambang Kesit. 2005, Pajak dan Retribusi Daerah,. Yogyakarta: UII Prees.
Perda No.1 Tahun 2003 tentang Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama kendaraan
Bermotor.
Perda No. 13 tahun 2001 tentang Pajak Kendaraan Bermotor.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 65 Pasal 2 Tahun 2001, tentang PajakDaerah.
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 65 Pasal 3 Tahun 2001, tentang Pajak
Daerah.
Resmi, Siti. 2007, Perpajakan Teori dan Kasus,.Jakarta: Penerbit Salemba,
Republik Indonesia, Undang-undang Tahun 2000, Tentang Pajak dan Retribusi Daerah.Jakarta 20 Desember 2000.
Sitepu, Budi. 2007, Pedoman Nasional- Pajak daerah dan retribusi Daerah, Yogyakarta.
-
7/29/2019 a.marlina
15/104
shttp://Www.TunggakanPajak Kendaraan Bermotor.Com
2009.html,2009. `
*) Penulis adalah Dosen Tetap Yayasan pada STIE Nobel Indonesia.
http://www.tunggakan/http://www.tunggakan/http://www.tunggakan/http://www.tunggakan/ -
7/29/2019 a.marlina
16/104
Home Makassar Hari Ini Yang Lain
Sabtu, 24 November 2012 | 19:38:47 WITA | 134 HITS
1,2 Juta Kendaraan Beroperasi di Makassar
Int
Ilustrasi
MAKASSAR, FAJAR -- Kota Makassar tak pernah sepi dari macet. Setiap saat dan di
mana-mana dijumpai penumpukan kendaraan. Soalnya, jumlah kendaraan bermotor di
kota ini terus bertambah. Dari total 2,2 juta unit kendaraan di Sulsel, 1,2 juta unit ada di
Makassar.
Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Sulsel terpaksa menambah layanan Samsat dengan
meresmikan kantor baru di Jalan AP Pettarani, Kamis 22 November lalu.
Kantor pembantu Samsat Makassar tersebut untuk melayani pembayaran pajakkendaraan bermotor yang mencapai 1,2 juta unit kendaraan setiap tahun di Makassar.
Sedangkan di Sulsel mencapai 2,2 juta unit kendaraan roda dua maupun empat.
Kepala Dispenda Sulsel Azikin Sulthan mengatakan, pertumbuhan kendaraan di Sulsel,
khususnya Makassar di atas 12-15 persen per tahunnya. Tahun 2011 lalu jumlah 1,7 juta
unit dengan rata-rata pertambahan 12 persen sejak 2008 hingga 2011. Namun khusus
Makassar pertumbuhannya mencapai 15 persen.
"Diperlukan fasilitas tambahan pelayanan pajak kendaraan demi memperlancar
kontribusi masyarakat lewat pajak. Saat ini jumlah kendaraan di Sulsel mencapai 2,2 juta
unit. Pelayanan Samsat Utama di Jalan Mappanyukki sudah krodit sehingat perlu dibuat
layanan pajak yang lebih cepat," kata Azikin, Jumat 23 November.
Dispenda Sulsel membuka kantor layanan Samsat di Jalan Mappanyukki tahun 2009 lalu.
Tahun pertama hanya melayani 527 ribu unit kendaraan. Tahun 2010 nai mencapai 600
ribu unit dan tahun 2012 sudah menembus angka 1,2 juta unit kendaraan. Jumlah ini
hanya beredar di Makassar.
"Target pajak kendaraan bermotor tahun ini mencapai Rp623 milair. Sementara
terealisasi hingga triwulan III mencapai Rp534 miliar atau 85 persen lebih. Angka ini akan
terus bergerak seiring dengan pertumbuhan ekonomi Sulsel," jelas Azikin.
Kapolda Sulselbar Irjen Pol Mudji Waluyo, menambahkan, dibukanya layanan kantor
Samsat yang baru ini diharapkan bisa memberi kenyamanan bagi pembayar pajak atau
masyarakat.
"Ini langkah maju yang diberikan pemerintah. Masa untuk membayar pajak saja
masyarakat harus susah. Kantor Samsat pembantu ini harus didesain senyaman mungkin
agar mereka puas," kata Kapolda.
-
7/29/2019 a.marlina
17/104
Pembelian kendaraan roda dua dan empat di Sulsel kata Kapolda, salah satu yang
tertinggi di Indonesia. Dia menuturkan meski tak memiliki data resmi, namun kondisi rill
bisa terlihat dengan kian macetnya ruas jalan di Makassar.
"Itu menunjukkan kesejahteraan masyarakat sedang naik. Tabulasinya gampang dicari.
Kalau pertumbuhan ekonomi 8,6 persen, maka itu artinya banyak uang beredar di sini,"
bebernya. (aci
KONTRIBUSI PAJAK KENDARAAN BERMOTOR (PKB) DAN BEA BALIK NAMA
KENDARAAN BERMOTOR (BBNKB) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH
(PAD)
created by: Rahmat Hidayat di Jumat, November 02, 2012 . Label: kump.skripsi
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan, Negara Kesatuan Republik Indonesia
dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi terdiri atas daerah-daerah
kabupaten dan kota. Tiap daerah-daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan
penyelenggaraan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menyelenggarakan
pemerintahan tersebut, daerah berhak mengenakan pungutan biaya kepada masyarakat
berupa pajak. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Repulik Indonesia Tahun 1945
yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan, ditegaskan
bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan pungutan lain yang bersifat
memaksa diatur dengan undang-undang.
Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan Undang-undang No.
33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan
daerah yang berlaku, memberikan dampak yang sangat luas terhadap perkembangan
pemerintahan di daerah. Otonomi yang diberikan kepada daerah merupakan otonomi
yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Adanya pemberian otonomi daerah memberikan
implikasi timbulnya kewenangan dan kewajiban bagi daerah untuk melaksanakan
berbagai kegiatan pemerintahan lebih mandiri. Pengalihan, pembagian dan pemanfaatan
sumber daya alam, sumber daya manusia, kewenangan pemungutan jenis-jenis pajak
daerah didasarkan atas prinsip keadilan berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada
daerah.
Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pendapatan dalam membiayai pembangunan
perlu dikelola dengan baik. Dalam hal ini dibutuhkan berbagai kebijakan yang lebih
komprehensif, efektif dan efisien dalam mengelolanya. Provinsi sulawesi tengah
merupakan salah satu provinsi yang ada dinegara Republik Indonesia. Kebijakan ekonomi
yang dilancarkan Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah dimaksudkan untuk memacu
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan perkapita sampai pada pemerataan
hasil pembangunan untuk mencapai tingkat kemakmuran yang diharapkan. Secara lebih
nyata hasil pembangunan telah berhasil meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto
-
7/29/2019 a.marlina
18/104
(PDRB) Sulawesi Tengah dimana pada tahun 2000 sebesar Rp. 8.649.206 (Juta Rupiah)
meningkat menjadi Rp. 36.124.486 (Juta Rupiah) pada tahun 2010.
Berdasarkan APBD Sulawesi Tengah, Pendapatan Asli Daerah Sulawesi Tengah
bersumber dari: Hasil pajak daerah, Hasil retribusi daerah, Hasil Perusahaan Milik
Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah , serta Lain-lain pendapatan daerah yang
sah. Pajak Daerah Sulawesi Tengah yang potensial terdiri dari: Pajak KendaraanBermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB), Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor (PBB-KB), Pajak Kendaraan di Atas Air (PKA), Bea Balik Nama
Kendaraan di Atas Air (BBN-KB), Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah
Tanah, serta Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan.
Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor merupakan
sumber Pendapatan Asli Daerah terbesar di Sulawesi Tengah. Dalam hal ini penulis ingin
mengetahui berapa besar kontribusi dari kedua pajak tersebut yang diberikan terhadap
Pendapatan Asli Daerah provinsi Sulawesi Tengah.
1.2 Permasalahan
Dari uraian latar belakang diatas, dapat dikemukakan beberapa permasalahan sebagai
berikut :1. Berapa Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor terhadap PAD Sulawesi Tengah
tahun 2000 sampai dengan tahun 2010?
2. Berapa Kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap PAD Sulawesi
Tengah tahun 2000 sampai dengan tahun 2010?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui berapa besar Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor terhadap
PAD Sulteng tahun 2000 sampai dengan tahun 2010
2. Untuk mengetahui berapa besar Kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
terhadap PAD Sulteng tahun 2000 sampai dengan tahun 2010
1.3.2 Kegunaan Penelitian
1) Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah dalam
mengelolah penerimaan daerah khususnya yang bersumber dari penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
2) Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya di masa yang akan datang
-
7/29/2019 a.marlina
19/104
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori2.1.1 Pengertian Pajak
Secara umum, pajak merupakan pengalihan sumber-sumber yang wajib dilaksanakan
oleh wajib pajak kepada negara tanpa imbalan langsung dari pembayaran pajak.
Batasan atau definisi pajak bermacam-macam, antara lain :
Prof.Dr.Rochmat Sumitro, SH, ( dalam Eko Lesmana 1992:4):
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontra prestasi) yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum dan
surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investmen.
Selain definisi pajak di atas, Imam Wahyutomo (1994:1) mengemukakan bahwa :Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik (pemerintah)
berdasarkan UU yang pemungutannya dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan
yang secara langsung ditunjukkan, yang berfungsi sebagai alat pendorong,
penghambat/pencegah untuk mencapai tujuan yang ada.
Di sisi lain Summer (dalam Anwar Nasution 1984:3) mengemukakan bahwa :
Pajak adalah sesuatu pengalihan sumber-sumber yang wajib dilakukan dari sektor swasta
kepada sektor pemerintah berdasarkan peraturan tanpa mendapat imbalan kembali yang
langsung dan seimbang agar pemerintah dapat melaksanakan tugas-tugasnya
menjalankan pemerintahan.
Menurut Undang-undang No. 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan Indonesia, yang telah disempurnakan menjadi Undang-undang Nomor 16
tahun 2000, pajak adalah iuran wajib yang dibayar oleh wajib pajak berdasarkan norma-
norma hukum untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran kolektif guna meningkatkan
kesejahteraan umum yang balas jasanya tidak diterima secara langsung.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan mengenai unsur dan ciri yang melekat
pada pengertian pajak, ialah :
1. Unsur-unsur pada pengertian pajak, sebagai berikut :
a)Ada Masyarakat
b) Berdasarkan Undang-undang
c)Ada pemungut pajaknya
d) Ada wajib pajaknya
e)Ada obyek pajaknya
2. Ciri-ciri pada pengertian pajak
a) Adanya pengalihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor pemerintah
b) Pemungutan pajak dapat dipaksakan secara hukum dengan melalui dua cara yaitu
melalui pengadilan atau menggunakan surat paksa
c) Pajak dapat dikenakan atas orang atau barang
d) Pajak dapat dipungut secara periodik maupun insidentil
e) Pungutan pajak tidak dapat ditunjukkan ada jasa timbal balik secara langsung
-
7/29/2019 a.marlina
20/104
f) Pajak mempunyai fungsi budgeter dan fungsi mengatur
Adam Smith (dalam Mardiasmo, 2002: 18) mengemukakan ajarannnya sebagai sendi
dasar pemungutan pajak. Dikatakan agar supaya pemungutan pajak dinilai adil harus
dipenuhi empat syarat sebagai berikut :
1. Syarat Equity mengandung arti, dalam keadaan yang sama wajib pajak harus
dikenakan pajak sama pula.Contoh: Pajak Pengahasilan dikenakan terhadap Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang
sama, bukan terhadap penghasilan yang sama, karena dalam PKP sudah diperhitungkan
dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dimana PTKP ini tidak sama bagi setiap
wajib pajak, jadi meskipun penghasilan sama, namun pajaknya belum tentu sama.
2. Syarat Certainty atau kepastian adalah tujuan dari setiap Undang-undang. Kepastian
hukum adalah penting, untuk itu peraturan yang akan dibuat, harus diusahakan agar
jelas, tegas dan tidak mengandung arti ganda agar tidak membuat peluang untuk ditafsir
lain, terutama mengenai subyek, obyek, besarnya pajak dan ketentuan mengenai waktu
pembayarannya.
3. Syarat Convenience of payment mengandung arti pajak hendaknya dipungut pada
saat yang paling baik bagi para wajib pajak, yaitu saat sedekat-dekatnya dengan detikditerimanya penghasilan yang bersangkutan seperti: karyawan atau pegawai, akan lebih
mudah membayar pajak pada saat menerima gaji atau honorium, apakah setiap hari,
setiap minggu atau setiap bulan.
4. Syarat Efficiency adalah yang bertalian dengan biaya pemungutan. Para pembuat
peraturan wajib mempertimbangkan, bahwa biaya pemungutannya harus lebih rendah
dibanding dengan pemasukan pajaknya.
2.1.2 Manfaat Pajak
Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga,
perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos
pengeluaran. Pajak merupakan sumber penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar
kegaitan negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai
dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan.
Pembangunan sarana umum seperti jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas,
dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk
pembiayaan dalam rangka memberikan jasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat.
Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati
fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang
berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu
negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan
pembiayaan pembangunan.
Di samping fungsi budgeter (fungsi penerimaan) di atas, pajak juga melaksanakan fungsi
redistribusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang
lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya lebih rendah. Oleh karena itu
tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan secara baik
dan benar merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi redistribusi pendapatan.
Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat
dapat dikurangi secara maksimal.
2.1.3 Jenis-Jenis Pajak
-
7/29/2019 a.marlina
21/104
Secara umum, pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan menjadi Pajak Pusat dan
Pajak Daerah. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat yang
dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan.
Sedangkan pajak daerah adalah pajak-pajak yang dikelolah oleh pemerintah daerah baik
di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota.
a. Pajak-pajak pusat yang dikelolah Direktorat Jenderal Pajak meliputi :1. Pajak Penghasilan (PPh)
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM)
4. Bea Materai
b. Pajak Provinsi terdiri atas:
1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diAtas Air
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Air Permukaan
5. Pajak Rokok
c. Pajak Kabupaten/kota terdiri atas:1. Pajak Hotel;
2. Pajak Restoran;
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
7. Pajak Parkir
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
2.1.4 Beberapa Elemen Penerimaan Daerah
Dalam pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945, dinyatakan tentang pembagian wilayah
Negara Republik Indonesia atas dasar daerah besar dan daerah kecil, yang penetapannya
dilakukan dengan Undang-Undang. Atas dasar tersebut dibentuklah pembangunan
wilayah sebagaimana sekarang ini, dimana setiap daerah memiliki otonomi untuk
mengurus wilayahnya masing-masing, termasuk untuk mengelola sumber-sumber
pendapatan daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan daerah itu sendiri.
Penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang
mempertegas dasar pemikiran bagi pengelolaan keuangan asli daerah ialah agar daerah
dapat mengurus rumah tangganya sendiri dimana kepada daerah diserahkan sumber-
sumber pembiayaan dapat dipenuhi dari bantuan pusat, maka setiap daerah diwajibkan
untuk menggali potensi dana yang ada di daerah tersebut.
Penjelasan di atas, memberikan gambaran bahwa pada prinsipnya Negara (pemerintah)
tidak melepaskan sama sekali tanggung jawab atas penyelenggaraan kemandirian daerah,
karena di dalam tugas tersebut terdapat unsur kepentingan umum yang menjadi tugas
Negara. Dalam konsep keuangan daerah terdapat dua jenis pendapatan, yakni PAD dan
pendapatan non asli daerah. Kedua bentuk pendapatan ini sangat menentukan proses
pembangunan daerah dan orientasi kemandirian pembangunan yang ada di daerah.
-
7/29/2019 a.marlina
22/104
Semakin besar PAD suatu daerah mencerminkan semakin besarnya bobot kemandirian
daerah. Dengan demikian semakin kecil ketergantungan daerah berarti semakin besar
kontribusi PAD dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Secara umum PAD merupakan sumber penerimaan daerah yang secara murni berasal
dari berbagai potensi daerah yang dapat dikelola atas keputusan pemberian wewenang
dari pusat. Oleh sebab itu, salah satu unsur yang dapat mendorong peningkatan PADadalah kemampuan daerah dalam mengoptimalkan penerimaan dari sumber-sumber
pendapatan yang ada, baik secara intensif maupun secara ekstensif.
Di sisi lain, Ibnu Syamsi (1994) mengungkapkan bahwa PAD merupakan sumber
penerimaan yang digunakan untuk menutup kebutuhan rutin baik Daerah Tingkat I
maupun Daerah Tingkat II. Secara ideal, pemerintah daerah memiliki PAD yang lebih
besar dari pengeluaran rutin dan hal ini sebagai indikator kemandirian daerah tersebut
(Ibnu Syamsi, 1994 : 212).
Penjelasan di atas memberikan gambaran betapa pentingnya peranan PAD dalam
pembangunan daerah. Namun pada kenyataannya Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat
II umumnya memiliki PAD yang lebih kecil dibanding biaya rutin sehingga ditutupi dari
pendapatan non asli daerah. Pengeluaran rutin dan pembangunan daerah belum dapatmengandalkan PAD sebagai sumber pembiayaan. Untuk mengantisipasi kekurangan
keuangan daerah, maka disalurkan subsidi, sumbangan dan berbagai bentuk dana pusat
untuk pemerintah daerah.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besarnya
terdapat tiga bentuk penerimaan daerah yakni PAD, pendapatan non asli daerah dan
pendapatan daerah yang sah lainnya. Ketiga bentuk penerimaan daerah tersebut lebih
dijabarkan dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004 yang mengatur tentang pokok-pokok
pemerintah daerah.
2.1.5 Penerimaan Daerah Sulawesi Tengah
Secara umum Pendapatan Asli Daerah Sulawesi Tengah terdiri dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah
1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah Sulawesi Tengah terdiri dari : Hasil pajak daerah, Hasil retribusi
daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah, Lain-
lain pendapatan daerah yang sah
a. Pajak Daerah
Jenis pajak Daerah Propinsi Sulawesi Tengah yang potensial terdiri dari :
1) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN-KB)
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-KB)
4) Pajak Kendaraan di Atas Air (PKA)
5) Bea Balik Nama Kendaraan di Atas Air (BBN-KB)
6) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah, serta
7) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan
b. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah merupakan pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang/
masyarakat atau badan, pengelolaannya tersebar pada 27 (dua puluh tujuh) Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD).
-
7/29/2019 a.marlina
23/104
Jenis-jenis Retribusi Sulawesi Tengah:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
3) Retribusi Pengujian Kapal Perikanan
4) Retribusi Jasa Usaha Pasar Grosir/Pertokoan
5) Retribusi Tempat Penginapan/Pasanggrahan/Villa6) Retribusi Jasa Usaha Pelayanan Pelabuhan Laut
7) Retribusi Tempat rekreasi dan Olah Raga
8) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
9) Retribusi Tata Cara Pelelangan Kayu Temuan
10) Retribusi Izin Trayek
11) Retribusi Izin Pemanfaatan Kayu dan Hasil Hutan
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah Dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Bagian
Pendapatan ini terdiri dari :
1) PD. Sulawesi Tengah
2) PT. Bank Sulteng
d. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
1) Hasil Penjualan Aset Daerah
2) Penerimaan Jasa Giro
3) Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
4) Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan
2. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan dalam struktur APBD adalah meliputi:
1) Bagi Hasil Pajak (BHP)
1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
2. Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (PBB)
3. Bagi Hasil PPh Pasal 21
2) Bagi Hasil Bukan Pajak (BHBP)
1. Iuran Propinsi Sumber Daya Hutan (IPSDH)
2. Iuran Tetap /Landrent
3. Pertambangan Minyak Bumi
4. Perolehan Hak Atas Tanah (PHAT)
5. Biaya Pencatatan Nikah
3) Dana Alokasi Umum (DAU)
4) Dana Alokasi Khusus (DAK)
3. Lain-lain Pendapatan Yang Sah
Penerimaan Daerah ini bersumber dari Hibah dan Pendapatan lainnya
2.1.6 Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(BBN-KB)
Kendaraan Bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang
digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor
atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu
menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat
dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak
-
7/29/2019 a.marlina
24/104
melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air
(Kepmendagri no.25 tahun 2010 tentang Penghitungan Dasar PKB dan BBNKB tahun
2010 pasal 1 ayat 1).
Pajak Kendaraan Bermotor, yang selanjutnya disingkat PKB, adalah pajak atas
kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. (Kepmendagri no.25 tahun 2010
tentang Penghitungan Dasar PKB dan BBNKB tahun 2010 pasal 1 ayat 3).Tarif Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan sebesar (Pasal 5 ) :
a 1,5% untuk kendaraan bermotor bukan umum
b 1% untuk kendaraan bermotor umum
c 0,5% untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar
Sedangkan Pembagian Hasil Penerimaan PKB dibagi sebagai berikut (Pasal 8) :
a 70% untuk daerah Propinsi
b 30% untuk daerah Kabupaten/Kota
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, yang selanjutnya disingkat BBN-KB, adalah pajak
atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau
perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah,
warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha. (Kepmendagri no.25 tahun 2010 tentangPenghitungan Dasar PKB dan BBNKB tahun 2010 pasal 1 ayat 4)
Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor ditetapkan sebagai berikut (Pasal 9) :
1. Tarif BBN-KB atas penyerahan pertama sebesar :
a 10% untuk Kendaraan Bermotor bukan umum
b 10% untuk Kendaraan Bermotor umum
c 3% untuk Kendaraan Bermotor Alat-alat berat dan alat-alat besar
2. Tarif BBN-KB atas penyerahan kedua :
a 1% untuk Kendaraan Bermotor Bukan umum
b 1% untuk Kendaraan Bermotor umum
c 3% untuk Kendaraan Bermotor alat-alat Berat dan Alat-alat besar
3. Tarif Kendaraan Bermotor karena warisan ditetapkan
a 0,1% untuk Kendaraan Bermotor Bukan umum
b 0,1% untuk Kendaraan Bermotor umum
c 0,03% untuk Kendaraan Bermotor Alat-alat berat.
Hasil Penerimaan BBN-KB diserahkan kepada Daerah Kabupaten/Kota penghasil sebesar
30% dengan memperhatikan aspek pemerataan potensi daerah.
2.1.7 Pengelolaan Keuangan Dalam Konteks Otonomi Daerah
Berdasarkan Undang-undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, disebutkan
bahwa Otonomi daerah hak, wewenang dan daerah otonomi untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Perlu dipahami bahwa otonomi daerah tidak berarti eksploitasi daerah untuk
menghasilkan PAD setinggi-tingginya. Jika otonomi diartikan sebagai eksploitasi PAD,
maka justru masyarakat daerahlah yang akan terbebani. Maksimisasi PAD akan
berimplikasi pada peningkatan pungutan pajak daerah dan retribusi daerah, karena
penyumbang terbesar PAD adalah dua komponen tersebut.
Adanya kecenderungan daerah-daerah meningkatkan jumlah jenis pajak baru juga
dinyatakan oleh Bambang Sudibyo (Dalam Mardiasmo 2002:148), mantan Menteri
Keuangan, sebagaimana diberitakan oleh harian Suara Pembaruan (Kamis, 5 April 2001) :
-
7/29/2019 a.marlina
25/104
Pemerintah daerah (Pemda) dan DPRD cenderung mengembangkan
Pendapatan Asli Daerah (PAD)-nya dengan cara memungut pajak dan retribusi daerah
secara berlebihan, dan bahkan tidak pantas. Kebijakan semacam itu justru menjadi
disinsentif bagi daerah dan mengancam perekonomian makro. Bahkan, berdasarkan
sebuah penelitian, saat ini telah muncul 44 jenis pajak baru yang diterapkan di berbagai
daerah.Pemerintah daerah sebaiknya tidak menambah pungutan yang bersifat pajak (menambah
jenis pajak baru). Jika mau menambah pungutan hendaknya yang bersifat retribusi.
Kebijakan untuk tidak menambah pungutan pajak dan meningkatkan retribusi
didasarkan atas beberapa pertimbangan.
1. Pemungutan retribusi langsung berhubungan dengan masyarakat pengguna
layanan publik (public service). Peningkatan retribusi secara otomatis akan mendorong
peningkatan kualitas pelayanan publik karena masyarakat tentu tidak mau membayar
lebih tinggi bila pelayanan yang diterima sama saja kualitas dan kuantitasnya. Dengan
demikian, pemerintah daerah ditantang untuk meningkatkan kinerjanya dalam
memberikan pelayanan publik.
2. Investor akan lebih bergairah melakukan investasi di daerah apabila terdapatkemudahan sistem perpajakan di daerah. Penyederhanaan sistem perpajakan di daerah
perlu dilakukan misalnya melalui penyederhanaan tarif dan jenis pajak daerah.
Pemerintah daerah kabupaten/kota dimungkinkan untuk menambah jenis pajak lain di
luar yang telah diatur dalam UU No. 34 tahun 2000 dengan Peraturan Daerah. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah kabupaten/kota dalam
mengantisipasi situasi dan kondisi serta perkembangan perekonomian daerah pada masa
mendatang yang mengakibatkan perkembangan potensi pajak. Pajak baru tersebut harus
memenuhi kritertia sebagai berikut :
a. Bersifat pajak dan bukan retribusi,
b. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah Kabupaten/kota yang
bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani
masyarakat di wilayah Daerah Kabupaten/kota yang bersangkutan;
c. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum;
d. Objek pajak bukan merupakan objek pajak Provinsi dan/atau objek pajak Pusat;
e. Potensinya memadai;
f. Tidak memberikan dampak yang negatif terhadap perekonomian;
g. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat;
h. Menjaga kelestarian lingkungan
Devas (dalam Mardiasmo 2002 : 150) memberikan kriteria yang lebih rinci untuk
menetapkan kelayakan suatu pajak. Sejumlah kriteria yang harus dipertimbangkan untuk
menilai pajak daerah tersebut layak atau tidak, yaitu :
1. Hasil/perolehan pajak (tax yield), meliputi :
a. Hasil pajak cukup besar. Pajak yang memberikan hasil yang kecil justru akan
menimbulkan inefisiensi dan menciptakan perlawanan pajak (tax payer resistance);
b. Hasilnya lebih pasti dan dapat diprediksi. Hasil pajak hendaknya relatif stabil, tidak
berfluktuasi dari tahun ke tahun agar mudah dalam melakukan perencanaan belanja;
c. Perbandingan antara biaya pungut dengan hasil pajak kecil.
2. Keadilan (Equity)
a. Dasar pengenaan pajak (tax base) dan kewajiban wajib pajak harus jelas
-
7/29/2019 a.marlina
26/104
b. Horizontal equity. Pajak yang dilakukan harus menciptakan keadilan horisontal,
yaitiu mereka yang kondisi ekonominya sama memiliki beban pajak yang sama;
c. Vertical equity. Beban pajak harus disesuaikan dengan kemampuan masyarakat
untuk membayar, yang kaya harus membayar pajak lebih tinggi dari pada yang miskin;
d. Benefit principle, mereka yang menikmati fasilitas publik secara lebih baik harus
membayar pajak lebih tinggi.3. Daya Guna Ekonomi.
Pajak hendaknya mendorong penggunaan sumber daya secara produktif dan tidak
mengganggu perekonomian. Sistem perpajakan hendaknya memberikan netralitas
ekonomi, sehingga mengurangi distorsi ekonomi.
4. Kemampuan melaksanakan (ability to implement), terdapat dukungan kapasitas
administrasi dan skill aparat yang memadai.
5. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah
a. Harus jelas pemerintah daerah mana yang harus menerima pajak. Sebagai contoh,
pajak penghasilan seharusnya dibayarkan kepada pemerintah daerah tempat dimana
orang tersebut bekerja.
b. Kedudukan objek pajak jelas agar pajak tidak mudah dihindari, dengan caramemindahkan objek pajak dari suatu daerah ke daerah lain.
6. Pengaruh tempat (lokasi) terhadap beban pajak. Jika jenis pajak atau tarif pajak
berbeda-beda untuk tiap daerah, maka pembayar pajak cenderung berusaha untuk
mengurangi beban pajak (misalnya memindahkan kantor pusat). Idealnya, pajak daerah
dapat meminimalkan distorsi yang menyebabkan masyarakat dan pelaku binis
meninggalkan suatu daerah;
7. Masalah keadilan antarwilayah. Beberapa pemerintah daerah memiliki potensi
pajak daerah yang lebih besar dari yang lainnya. Pajak daerah hendaknya jangan
mempertajam perbedaan-perbedaan antardaerah dari segi potensi masing-masing daerah
2.2 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan, maka secara skematis kerangka pemikiran
dalam mengkaji kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor terhadap PAD Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2000-2010 digambarkan sebagai
berikut:
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Lain-lain Pendapatan yang Sah
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Retribusi Daerah
Kontribusi
-
7/29/2019 a.marlina
27/104
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak daerah, Retribusi Daerah, Hasil
Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah serta Lain-lain
Pendapatan yang Sah. Sementara Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik NamaKendaraan bermotor merupakan sumber-sumber pendapatan Asli Daerah yang berasal
dari Pajak Daerah dan merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah yang sangat potensial
yang harus dikelola dengan baik melalui kebijakan yang bersifat intensifikasi maupun
bersifat ekstensifikasi sehingga diharapkan dengan kebijakan-kebijakan tersebut dapat
meningkatkan PAD Sulawesi Tengah. Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari pajak
daerah, perlu dikelolah secara profesional, dengan penerapan good governance dan clean
governance diharapkan sumber pembiayan ini menjadi sumber yang menjadi andalan
dalam pembiayaan APBD.
2.3 Peneliti Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian terdahulu yang dalam penelitian ini dijadikan
sebagai bahan acuan dan pengembangan yaitu:
a. Neli Kurniawati (2006)
Penelitian yang berjudul Kontribusi Pungutan Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Terhadap PAD Sulawesi
Tengah. Obyek dalam penelitian ini adalah seluruh data (dalam tahun) yakni tahun 2002
sampai tahun 2005 yang ada di Dispenda dan BPS Sulawesi Tengah. Sampel dalam
penelitian ini diambil sebagian dari jumlah populasi (data dalam periode tahun) untuk
diteliti berdasarkan yang dibutuhkan yakni berupa PKB, BBNKB, dan Pajak Asli Daerah
dengan mengambil sampel data selama periode tahun 2002 sampai dengan tahun 2005.
Ada 3 (tiga) variabel yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
(1) PKB,
(2) BBNKB,
(3) Pajak Daerah.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Metode analisis kualitatif
Metode ini merupakan metode penganalisaan beberapa hasil temuan, baik secara langsung
maupun temuan berdasarkan hasil perhitungan dimana analisis tersebut dilakukan
dengan cara pemaparan.
2. Metode analisis kuantitatif.
-
7/29/2019 a.marlina
28/104
Metode analisis ini merupakan penganalisaan dengan menggunakan peralatan analisis.
Adapun alat analisis yang digunakan untuk mengetahui kontribusi Pajak Kendaraan
Bermotor dan Bea Balik Nama.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa selama kurun waktu 2000-2005.
kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor terhadap PAD Sulteng lebih dari 24% setiap
tahunnya. Tahun 2005 kontribusinya mencapai nilai terbesar yalni sebesar 30,36%.Sedangkan Bea-Balik Nama Kendaraan bermotor memberikan kontribusi lebih dari 35%
setiap tahunnya. Selama kurun waktu tersebut, kontribusi PKB dan BBN-KB berfluktuasi.
b. Sari Vika Ferna Yustiva (2008).
Penelitian yang berjudul Kontribusi Pungutan Pajak Kendaraan Bermotor
(PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Terhadap Pajak Daerah Pada
Unit Pelayanan Pendapatan Daerah Kabupaten Pati. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh data (dalam tahun) yakni tahun 2002 sampai tahun 2006 yang ada di UPPD
Kabupaten Pati. Sampel dalam penelitian ini diambil sebagian dari jumlah populasi (data
dalam periode tahun) untuk diteliti berdasarkan yang dibutuhkan yakni berupa PKB,
BBNKB, dan Pajak Daerah dengan mengambil sampel data selama periode tahun 2002
sampai dengan tahun 2006. Ada 3 (tiga) variabel yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu:(1) PKB,
(2) BBNKB,
(3) Pajak Daerah.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview
dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik analisis kualitatif
yakni peneliti mendiskriptifkan hasil penelitian secara kualitatif tanpa perhitungan
statistik dan kuantitatif yakni digunakan untuk melakukan perhitungan dengan angka-
angka dan statistik. Dalam penelitian ini menghitung kontribusi dan efektivitas.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa selama kurun waktu lima tahun
terakhir kontribusi PKB yang terendah ialah pada tahun 2002 sebesar 43,06% dan yang
tertinggi ialah pada tahun 2006 sebesar 54,91%. Sedangkan kontribusi BBNKB yang
terendah ialah pada tahun 2006 yakni sebesar 44,73% dan yang tertinggi ialah pada tahun
2002 yakni sebesar 56,95%. Dari hasil perhitungan efektivitas PKB yang terendah ialah
pada tahun 2006 yakni sebesar 114,53% dan yang tertinggi ialah pada tahun 2003 yakni
sebesar 132,85%. Sedangkan efektivitas BBNKB yang terendah ialah pada tahun 2003
yakni sebesar 100,23% dan yang tertinggi ialah pada tahun 2004 yakni 141,98%.
-
7/29/2019 a.marlina
29/104
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud
menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu
variabel dengan variabel yang lain (Sugiyono,1999 : 7)
3.2 Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sulawesi Tengah.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
Dinas Pendapatan Provinsi Sulawesi Tengah dan Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi
Tengah. Jenis Data yang digunakan dalam bentuk :
1. Data PAD Sulawesi Tengah
2. Data Pajak Daerah Sulawesi Tengah
3. Data Pajak Kendaraan Bermotor
4. Data Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
5. Data lainnya yang berhubungan dengan penelitian
3.4 Tekhnik Pengumpulan Data
-
7/29/2019 a.marlina
30/104
Sumber data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2007 : 193)
3.5 Metode Analisis
1. Metode analisis kualitatif
Metode ini dilakukan dengan menganalisa beberapa hasil temuan, baik secara
langsung maupun temuan berdasarkan hasil perhitungan dimana analisis tersebutdilakukan dengan cara pemaparan.
2. Metode analisis kuantitatif.
Metode analisis ini merupakan penganalisaan dengan menggunakan peralatan analisis.
Adapun alat analisis yang digunakan untuk mengetahui kontribusi Pajak Kendaraan
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap PAD Sulawesi Tengah,
diformulasikan sebagai berikut :
1. Analisis Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor
= X 100%................................................................. (1)
Dimana :
KPKBn = Kontribusi Pajak Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan Asli Daerah
Propinsi Sulawesi Tengah tahun nPKBn = Pajak Kendaraan Bermotor tahun n
PADn = Pendapatan Asli Daerah tahun n
Untuk mengetahui kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap terhadap
Pendapatan Asli Daerah Sulawesi Tengah digunakan formulasi sebagai berikut :
2. Analisis Kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
= X 100%...................................................... (2)
Dimana :
KBBNKBn ... = Kontribusi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor terhadap Pendapatan
Asli Daerah Propinsi Sulawesi Tengah tahun n
BBNKBn = Bea Balik nama Kendaraan Bermotor tahun n
PADn = Pendapatan Asli Daerah tahun n
3.5 Definisi Operasional Variabel
Konsep operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara umum PAD adalah merupakan sumber penerimaan daerah yang secara
murni berasal dari berbagai potensi daerah yang dapat dikelola atas keputusan pemberian
wewenang dari Pemerintah Pusat (Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah).
2. Pajak Kendaraan Bermotor, yang selanjutnya disingkat PKB, adalah pajak atas
kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. (Kepmendagri no.25 tahun 2010
tentang Penghitungan Dasar PKB dan BBNKB tahun 2010 pasal 1 ayat 3).
3. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, yang selanjutnya disingkat BBN-KB, adalah
pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak
atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah,
warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha. .(Kepmendagri no.25 tahun 2010 tentang
Penghitungan Dasar PKB dan BBNKB tahun 2010 pasal 1 ayat 4).
-
7/29/2019 a.marlina
31/104
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Geografis
Propinsi Sulawesi Tengah terletak di bagian tengah Pulau Sulawesi, dengan luas wilayah
daratan 63.305 Km2 atau 6.330.466,82 Ha. Luas wilayah Sulawesi Tengah daratan tersebut
adalah 36,47 persen dari luas Pulau Sulawesi. Luas perairan laut Sulawesi Tengah
mencapai 193.923,75 Km2 dengan jumlah pulau sebanyak 1.140 pulau dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut, sebelah utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi
Gorontalo, sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Maluku dan Maluku Utara, sebelah
selatan berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Selatan dan Propinsi Sulawesi Tenggara,sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar dan Propinsi Sulawesi Barat.
Secara administrasi , hingga Tahun 2010 Provinsi Sulawesi Tengah terdiri atas 10
Kabupaten dan 1 Kota yaitu Kabupaten Donggala, Poso, Tolitoli, Banggai, Buol,
Morowali, Parigi Moutong, Banggai Kepulauan, Tojo Una-Una, Sigi dan Kota Palu yang
terdiri dari atas 155 Kecamatan, 159 Kelurahan dan 1.656 Desa.
Posisi astronomi Sulawesi Tengah terletak antara 222' Lintang Utara dan 348' Lintang
Selatan serta 11922' dan 12422' Bujur Timur. Posisi Geostrategis Sulawesi Tengah
berada di tengah wilayah nusantara dan di tengah pulau sulawesi, berada di lintasan
koridor perairan dari utara ke selatan menuju lautan pasifik (Selat Makassar dan Laut
Sulawesi).
4.2 Keadaan Iklim
Sebagaimana daerah lain di Indonesia, Kota Palu memiliki dua musim, yaitu musim panas
dan musim hujan. Musim panas terjadi antara Bulan April-September, sedangkan musim
hujan terjadi pada Bulan Oktober-Maret. Hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun
Udara Mutiara Palu Tahun 2010 bahwa rata-rata suhu udara adalah 27,7C. Suhu udara
terendah terjadi pada Bulan Agustus yaitu sebesar 26.7C, sedangkan bulan lainnya suhu
udara berkisar antara 26,7-28,8C. Kelembapan udara rata-rata tertinggi terjadi pada
Bulan April yang mencapai 80 persen sedangkan kelembapan udara terendah terjadi pada
Bulan Juni dan Agustus yaitu 82 persen.
Curah hujan tertinggi yang tercatat pada stasiun Meteorologi Mutiara Palu Tahun 2010
tejadi pada Bulan Juni yaitu 123,0 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada
Bulan Maret yaitu 11,7 mm. Sementara itu kecepatan angin pada Tahun 2010 rata-rata 3,7
knots. Arah angin pada tahun 2010 masih berada pada posisi yang sama dengan tahun
sebelumnya yaitu datang dari posisi utara. Kota Palu beriklim tropis yang dipengaruhi
oleh angin muson dengan curah hujan rata-rata 1.500 mm sampai dengan 4.000 mm per
tahun. Suhu udara berkisar antara 12C sampai 24C dengan kelembapan antara 78%
pada musim hujan dan 70% pada musim kemarau. (sumberhttp://sulteng.go.id)
http://sulteng.go.id/http://sulteng.go.id/http://sulteng.go.id/http://sulteng.go.id/ -
7/29/2019 a.marlina
32/104
4.3 Penduduk
Ditinjau dari jenis kelamin, jumlah penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2000 yang
berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada penduduk perempuan, yaitu 1,113 ribu
jiwa berbanding 1,063 ribu jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 105.
Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki 1.778 desa/kelurahan dan 590.954 rumah tangga
serta luas wilayah 68.033,00 km2, secara umum pada tahun 2009 memiliki kepadatanpenduduk 36 jiwa per km2, 1.395 jwa per desa, serta 4 jiwa dalam setiap rumah tangga.
Jumlah penduduk Sulawesi Tengah setiap tahunnya bertambah. Hal ini terjadi karena
meningkatnya angka kelahiran, dan migrasi penduduk dari daerah lain. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1.
Penduduk Sulawesi Tengah, Menurut Jenis Kelamin, Seks Ratio
Tahun 1999-2003
Tahun
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Seks Ratio
2000
2001
2002
2003
1.063.977
1.063.977
1.083.070
1.138.710
1.015.224
1.042.711
1.039.222
1.071.390
2.079.201
2.107.977
2.122.292
2.210.100
-
7/29/2019 a.marlina
33/104
105
101
104,22106,28
Sumber : BPS, Angka tetap hasil survei 2003
Pada tahun 2000 jumlah penduduk Sulawesi Tengah sebanyak 2.079.201 jiwa, yang
kemudian meningkat menjadi 2.107.977 jiwa pada tahun 2001. Pada tahun 2002,
penduduk Sulawesi Tengah sudah mencapai 2.122.292 jiwa, hingga pada tahun 2003
penduduk Sulawesi Tengah mencapai 2.210.100 jiwa
4.4 Keadaan Perekonomian
Kondisi perekonomian suatu daerah atau wilayah sangat tergantung pada potensi dansumber daya yang dimiliki, berbagai kebijaksanaan, langkah dan upaya yang telah
dilakukan oleh pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah untuk
meningkatkan perekonomian di daerah ini. Salah satu indikator yang digunakan untuk
melihat kemampuan suatu daerah mengembangkan potensinya adalah besarnya nilai
PDRB yang dimiliki.
PDRB Propinsi Sulawesi Tengah
Laju pertumbuhan ekonomi Propinsi Sulawesi Tengah selama kurun waktu 2000-2010,
khususnya dari sektor pertanian yang merupakan pemberi kontribusi terbesar terhadap
PDRB Propinsi Sulawesi Tengah. Pada tahun 2000 kontribusi sektor pertanian sebesar
43,64% meningkat menjadi 45,03% pada tahun 2005 walaupun pada tahun 2006 terjadi
penurunan 44,03% hingga 40,44% pada tahun 2010 tidak mempengaruhi sektor pertanian
sebagai pemberi kontribusi terbesar terhadap PDRB Propinsi Sulawesi Tengah. Sektor
pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2005 mengalami penurunan selama kurun
waktu 2000-2010 dimana pada tahun 2000 sebesar 6,78% menurun menjadi 6,66% pada
tahun 2005. Walaupun terjadi penurunan kontribusinya, namun secara absolut (Juta
Rupiah) terjadi peningkatan. Jika dibandingkan dengan tahun 2000, maka pada tahun
2010 secara absolut Nilai Tambah Bruto sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami
peningkatan sebesar 122,86% (diolah dari tabel 2 terlampir). Hal ini mengindikasikan
bahwa telah terjadi peningkatan pendapatan masyarakat yang bekerja di sektor
pengangkutan dan komunikasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel terlampir.
BAB V
PEMBAHASAN
-
7/29/2019 a.marlina
34/104
5.1. Perkembangan Target dan Realisasi PAD Sulteng
Seiring dengan Visi Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Tengah yakni Menjadikan PAD
sebagai sumber pembiayaan utama APBD Sulawesi Tengah maka secara intensif
dilakukan upaya-upaya dalam peningkatan PAD secara bersama-sama dengan UnitPelayanan Terpadu Daerah (UPTD) serta Unit Kerja Terkait (UKT) lainnya agar realisasi
penerimaan setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan.
Komponen penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut terdiri dari :
1. Hasil Pajak Daerah
2. Hasil Retribusi Daerah
3. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah; dan
4. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Pendapatan Asli Daerah Sulawesi Tengah dalam kurun waktu 2000-2010 terus mengalami
kenaikan setiap tahun. Kenaikan tersebut dapat diraih karena adanya upaya antara lain
dilakukannya intensifikasi, ekstensifikasi, peningkatan mutu layanan, mendekatkan
tempat pelayanan kepada wajib pajak melalui SAMSAT Keliling dan semakinmembaiknya perekonomian masyarakat.
Pendapatan Asli Daerah Sulawesi Tengah terus mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun secara absolut. Pajak daerah merupakan pemberi kontribusi terbesar
dibandingkan dengan retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah serta lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Dari total Pendapatan Daerah selama Tahun anggaran 2000 sampai dengan Tahun
2010 Kontribusi yang terbesar adalah berasal dari Kontribusi Pendapatan Asli Daerah
sebesar 100%. Maka dapat disimpulkan bahwa pembiayaan penyelenggaraan
Pemerintahan dan Pembangunan sebagian besar masih didukung dana dari Pendapatan
Daerah dan Pemerintah Pusat.
Dari beberapa sumber pajak daerah, sejak kurun waktu tahun 2000-2010, Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor sebagai sumber pendapatan daerah terbesar dan Pajak
Kendaraan Bermotor merupakan sebagai sumber pendapatan daerah terbesar kedua
setelah Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dibandingkan dengan jenis penerimaan
daerah dari Pajak Daerah yang lain, kecuali pada tahun 2006, pajak kendaraan di atas air
memberikan nilai yang tertinggi dibandingkan dengan jenis pajak daerah lainnya.
Peningkatan ini disebabkan oleh mulai tertatanya dengan baik pengelolaan pajak
kendaraan di atas air. Jika diperhatikan secara menyeluruh selama kurun waktu tahun
2000 hingga 2010, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor
yang memberikan kontribusi terbesar terhadap Pendapatan Asli Daerah Sulawesi Tengah
yang bersumber dari pajak daerah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
terlampir.
Tabel 2
Pertumbuhan Target dan Realisasi PAD
Sulawesi Tengah Periode 2000-2010
Tahun Anggaran
-
7/29/2019 a.marlina
35/104
P A D
Pertumbuhan ( % )
Target
Realisasi
Target
Realisasi
2000
32.904.694.036,00
34.036.738.105,63
-
-
2001
54.249.320.876,00
54.944.208.279,04
61,43
64,87
2002
65.044.831.100,00
83.625.326.096,20
52,20
19,09
2003
87.653.144.925,00
108.523.873.251,21
29,77
34,76
-
7/29/2019 a.marlina
36/104
2004
108.364.557.308,00
122.907.876.638,71
13,25
23,63
2005
134.525.878.870,80
137.383.639.244,48
11,78
24,14
2006
151.334.717.470,51
160.508.900.042,45
12,49
16,83
2007
165.634.289.140,83
194.190.568.734,40
9,45
20,98
2008
224.673.524.898,00
229.479.742.225,30
35,64
18