AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

98
CORRELATION BETWEEN OBEDIENCE OF DRUGS HYPERTENSION CONSUMPTION TOWARDS HYPERTENSION COMPLICATION IN ANDI MAKASSAU HOSPITAL PAREPARE 2015 - 2016 HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTI HIPERTENSI TERHADAP KOMPLIKASI HIPERTENSI DI RSUD ANDI MAKASSAU PAREPARE 2015 - 2016 OLEH: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015/2016

Transcript of AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Page 1: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

CORRELATION BETWEEN OBEDIENCE OF DRUGS HYPERTENSION

CONSUMPTION TOWARDS HYPERTENSION COMPLICATION IN ANDI

MAKASSAU HOSPITAL PAREPARE

2015 - 2016

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT

ANTI HIPERTENSI TERHADAP KOMPLIKASI HIPERTENSI DI

RSUD ANDI MAKASSAU PAREPARE

2015 - 2016

OLEH:

AMALIA FEBRIANTI UTAMI

10542 0358 12

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015/2016

Page 2: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

CORRELATION BETWEEN OBEDIENCE OF DRUGS HYPERTENSION

CONSUMPTION TOWARDS HYPERTENSION COMPLICATION IN ANDI

MAKASSAU HOSPITAL PAREPARE

2015 - 2016

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT

ANTI HIPERTENSI TERHADAP KOMPLIKASI HIPERTENSI DI

RSUD ANDI MAKASSAU PAREPARE

2015 - 2016

OLEH:

AMALIA FEBRIANTI UTAMI

10542 0358 12

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015/2016

Page 3: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12
Page 4: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12
Page 5: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12
Page 6: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12
Page 7: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

FACULTY OF MEDICINE

MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR

Thesis, March 2016

AMALIA FEBRIANTI UTAMI (10542 0358 12)

Irwin Aras

“CORRELATION BETWEEN OBEDIENCE OF DRUGS

HYPERTENSION CONSUMPTION TOWARDS HYPERTENSION

COMPLICATION IN ANDI MAKASSAU HOSPITAL PAREPARE 2015 -

2016”

(viii+ 65 page + 7 appendix)

ABSTRAK

Background: Hypertension is a major risk factor for the occurrence of death from

non-communicable diseases (NCDs) in the world. In Indonesia based on the 2013

basic health research, hypertension, age> 18 years (25.8%). Until now,

hypertension remains a major challenge in Indonesia. The prevalence of

hypertension in South Sulawesi obtained through measurement at age ≥18 years

28.1 %, the highest in Enrekang (31.3%) while for Parepare of 24.1 %.

Objective: To determine relationship between adherence the use of anti-

hypertension medication against complication hypertension in the hospital andi

makassau parepare 2016.

Methods: Descriptive analytic study with cross sectional design. The sample are

patients in RSUD Andi Makassau. Data obtained from primary data from

questionnaires in RSUD Andi Makassau 2016, and then analyzed using SPSS

(Statistical Product and Service Solutions) for windows version 21 with Pearson

test Chi Square and alternative test Fisher Test.

Results: The number of samples involved in this study were 90 respondents. It

was found there was relationship between the level of compliance of the use of

antihypertensive drugs for complications of hypertension in RSUD Andi

Makassau Parepare (p = 0.012).

Conclusion: In this study, we can conclude that the results of statistical tests

found a relationship between the level of compliance of the use of

antihypertensive drugs for complications of hypertension in hospitals Andi

Makassau Pare Pare. Respondents who do not comply more than respondents who

dutifully consume drugs Anti Hypertension. Respondents who have complications

of hypertensive heart disease with the highest proportion 33.3%.

Keywords: Hypertension, adherence, complication

Page 8: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Skripsi, Maret 2016

AMALIA FEBRIANTI UTAMI (10542 0358 12)

Irwin Aras

“HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN OBAT ANTI

HIPERTENSI TERHADAP KOMPLIKASI HIPERTENSI DI RSUD ANDI

MAKASSAU PAREPARE 2015 - 2016 ”

(viii + 65 halaman + 7 lampiran)

ABSTRAK

LATAR BELAKANG: Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya

kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) di dunia. Di Indonesia

berdasarkan Riskesdes 2013, hipertensi usia > 18 tahun (25,8%). Sampai saat ini,

hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Prevalensi hipertensi di

Sulawesi Selatan yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar

28,1 persen, tertinggi di Enrekang (31,3%) sedangkan untuk kota parepare sebesar

24,1 %.

TUJUAN: Untuk mengetahui hubungan tingkat kepatuhan penggunaan obat

antihipertensi terhadap komplikasi hipertensi di RSUD Andi Makassau Parepare .

METODE: Desain penelitian yang digunakan yaitu pendekatan “cross sectional”.

Sampel dalam penelitian adalah pasien yang berobat di RSUD Andi Makassau.

Data diperoleh dari data primer yang diperoleh dari kuesioner di RSUD Andi

Makassau Parepare Tahun 2016, kemudian dianalisis menggunakan program

SPSS (Statistical Product and Service Solutions) for windowsversion 21 dengan

uji Pearson Chi Square dan uji alternatif Fisher Test.

HASIL: Jumlah sampel yang terlibat dalam penelitian ini adalah 90 responden.

Didapatkan ada hubungan antara tingkat kepatuhan penggunaan obat anti

hipertensi terhadap komplikasi hipertensi di RSUD Andi Makassau Parepare

(p=0,012)

KESIMPULAN: Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari hasil uji

statistik ditemukan hubungan antara tingkat kepatuhan penggunaan obat anti

hipertensi terhadap komplikasi hipertensi di RSUD Andi Makassau Parepare.

Responden yang tidak patuh lebih banyak dibandingkan responden yang patuh

menkonsumsi obat Anti Hipertensi. Responden yang memiliki komplikasi dari

hipertensi tertinggi yaitu penyakit jantung dengan proporsi 33,3 %.

Kata Kunci: Hipertensi, kepatuhan, komplikasi

Page 9: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Puji syukur tak terhingga penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul ”Hubungan

Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Anti Hipertensi Terhadap Komplikasi

Hipertensi Di RSUD Andi Makassau Parepare 2015 - 2016”. Skripsi ini ditulis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada

Ayahanda H.Abd. HannasHindi,SE,MM dan Ibunda Dra.Hj. Ellen Herdiana,

Apt.MM serta saudara-saudaraku sebagai keluarga kecilku yang selalu membantu,

mendukung, mendoakan penulis sehingga skripsi ini bisa selesai.

Dan tidak kalah pentingnya ucapan terimakasih kepada dr. Irwin

Aras,M.Epid, M.Med,Edu selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing, memberikan pengarahan dan koreksi sampai

skripsi ini selesai.

Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. Machmud Ghaznawi, Sp.PA (K) selaku dekan program studi

pendidikan dokter Universitas Muhammadiyah Makassar

2. Dosen dan staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar yang ikut memperlancar urusan skripsi ini.

Page 10: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

3. Pembimbing Akademik yang berbaik hati membimbing dr.

NurdinPerdana,M.Kes.

4. Saudaraku angkatan 2012 TRIGEMINUS yang selalu mendukung.

5. Teman-teman sepembimbing : Alfiani Nur, Ahmad Wardiman,

danRizky Eka Frianie yang tiada henti-hentinya berjuang dan saling

menyemangati bersama menyelesaikan skripsi.

6. Sahabat-sahabat tercinta yang selalu memotivasi : Anugrah Insani, Afra

Fatin Arindy, Masira Suci Syukriah, Fahyuni Farawati Abma dan Lina

Nadzivah.

7. Teman-teman penulis dan pihak yang tidak sempat ditulis namanya

yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena

itu dengan berbesar hati penulis akan senang menerima kritik dan saran demi

perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan penulis secara

khususnya.

Makassar, 21 Maret 2016

AmaliaFebriantiUtami

Page 11: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

LEMBAR SIDANG UJIAN

LEMBAR PENGESAHAN KORDINATOR

LEMBAR TIDAK PLAGIAT

LEMBAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. v

DAFTAR TABEL .................................................................................................... viii

DAFTAR BAGAN .................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. LatarBelakang ............................................................................................ 1

B. RumusanMasalah ...................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 9

A. HIPERTENSI ..................................................................................................... 9

1. Pengertian Hipertensi ............................................................................ 9

2. Epidemiologi hipetensi ......................................................................... 9

Page 12: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

3. etiologi hipertensi .................................................................................. 10

a. Klasifikasi hipertensi.................................................................................. ............ 13

1. Berdasarkan penyebab .......................................................................... 13

b. Faktor-faktor risiko hipertensi ............................................................................... 14

1. faktor yang tidak bias dikontrol ............................................................. 14

2. Faktor yang bisa dikontrol ..................................................................... 16

c.Manifestasihipertensi............................................................................................... 19

d. Penatalaksanaan hipertensi..................................................................................... 20

1. nonfarmakologi ..................................................................................... 20

2. farmakologi ........................................................................................... 21

e. komplikasi ............................................................................................................ 22

f. KerangkaTeori ...................................................................................................... 25

B. KEPATUHAN ....................................................................................................... 24

a). definisikepatuhan ......................................................................................... 24

b) faktor – faktor yang mempengaruhi komplikasi .......................................... 24

C. KERANGKA TEORI ............................................................................................ 26

BAB III KERANGKA KONSEP ............................................................................ 27

A. Kerangka Konsep ...................................................................................... 27

B. Definisi Operasional .................................................................................. 28

1. Kepatuhan .............................................................................................. 28

2. komplikasi ............................................................................................. 28

3. Hipotesis ................................................................................................ 29

BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................................... 30

Page 13: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

A. Desain Penelitian ............................................................................................ 30

B. Lokasi dan waktu ........................................................................................... 30

C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 30

a. Populasi .............................................................................................. 30

b. Sampel ................................................................................................ 31

D. Kriteria inklusi dan ekskusi ............................................................................ 31

a. Kriteria inklusi ................................................................................... 31

b. Kriteria eksklusi ................................................................................. 31

E. Besar Sampel .................................................................................................. 32

F. Teknik sampling ............................................................................................. 33

G. Pengumpulan data .......................................................................................... 33

H. manajemen data .............................................................................................. 33

I. RencanaAnalisis ............................................................................................. 34

J. Analisis data ................................................................................................... 35

a. Analisis Univariat.............................................................................. 35

b. Analisis Bivariat ................................................................................ 35

K. Etika penelitian............................................................................................... 38

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................ 39

A. Gambaran Umum Lokasi ............................................................................... 39

B. Hasil Penelitian .............................................................................................. 41

1. Hasil analisis univariat ....................................................................... 40

2. Hasil analisis bivariat ......................................................................... 41

BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................................... 44

Page 14: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

A. KeterbatasanPenelitian ................................................................................... 44

B. Pembahasan Variabel Penelititan ................................................................... 44

1. Analisis univariat ............................................................................... 44

2. Analisis bivariat ................................................................................. 47

C. Kesimpulan dan Saran.................................................................................... 51

1. Kesimpulan ........................................................................................ 51

2. Saran ................................................................................................... 52

BAB VII TINJAUAN KEISLAMAN ..................................................................... 54

A. Pandangan Islam tentang kepatuhan .............................................................. 54

B. Pandangan Islam tentang komplikasi ............................................................. 55

C. Kesimpulan hubungan tingkat kepatuhan terhadap komplikasi ..................... 56

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 58

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Page 15: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

DAFTAR TABEL

Nomor halaman

1. Tabel 1.1 Data Riskesdas Indonesia 2013………………… . 2

2. Tabel 1.2 Data Riskesdas Sulawesi Selatan 2013………….. 3

3. Tabel 1.3 Prevalensi PJK……………………………………. 4

4. Tabel 1.4 Prevalensi gagal ginjal kronis…………………….. 5

5. Tabel 1.6 Klasifiasi Hipertensi Menurut JNC VII 2003……. 10

6. Tabel 2.1.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO………….. 13

7. Tabel 2.1.7 Penggunaan obat antihipertensi………………… 21

8. Tabel 5.1karakteristikrespondendanvariabelpenelitian ......... 40

9. Tabel 5.2 hubungan antara kepatuhan dengan komplikasi

hipertensi di RSUDAndi Makassau Parepare..................... 41

10. Tabel 5.3 hubungan antara umur ldengan komplikasi

hipertensi di RSUDAndi Makassau Parepare..................... 42

11. Tabel 5.4 hubungan antara jenis kelamin dengan komplikasi

hipertensi di RSUDAndi Makassau Parepare..................... 42

12. Tabel 5.5 hubungan antara derajat hipertensi dengan komplikasi

hipertensi di RSUDAndi Makassau Parepare..................... 43

Page 16: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 kerangka teori penelitian.................................................. 26

Bagan 3.1 kerangka konsep penelitian.............................................. 27

Page 17: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuiesioner

Lampiran 2 Layout Hasil Pengolahan Data Frequency Table

Lampiran 3 Layout Hasil Pengolahan Data Crosstab Table

Lampiran 4 Surat Permohonan Observasi Lapangan

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Dari Badan Kordinasi Penanaman

Modal Daerah Provinsi Sulawesi Selatan

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Dari Badan Kesatuan Bangsa Dan

Politik Pemerintah Kota Parepare

Page 18: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.

Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya kematian akibat

Penyakit Tidak Menular (PTM) di dunia. Dalam World Health Statistics tahun

2012, WHO melaporkan bahwa sekitar 51% dari kematian akibat stroke dan 45%

dari penyakit jantung koroner disebabkan oleh hipertensi.1 Prevalensi PTM di

Indonesia berdasarkan Riskesdes 2013, hipertensi usia > 18 tahun (25,8%).2

Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa

tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan

kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan

prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013.

Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan

yang efektif banyak tersedia.3

Definisi hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90

mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan

cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka

waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),

jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak

dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien

hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat.

Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang

Page 19: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar

hipertensi dapat dikendalikan.3

Untuk tingkat nasional prevalensi hipertensi yang didapat melalui

pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka

Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur

(29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat

melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang

didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi,

ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan

darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0.7 persen. Jadi

prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% + 0,7 %).2

Tabel 1.1 Data Riskesdas 2013

Page 20: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan yang didapat melalui pengukuran

pada umur ≥18 tahun sebesar 28,1 persen, tertinggi di Enrekang (31,3%), diikuti

Bulukumba (30,8%), Sinjai (30,4%) dan Gowa (29,2%). Prevalensi hipertensi di

Sulawesi Selatan yang didapat melalui kuesioner yang didiagnosis tenaga

kesehatan sebesar 10,3 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang

minum obat sebesar 10,5 persen, sehingga ada 0,2 persen yang minum obat

sendiri.4

Tabel 1.2 Data Riskesdas Sulawesi Selatan 2013

Page 21: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Seperti yang diketahui komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4

kematian di seluruh dunia setiap tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya

45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit

stroke.Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit

jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta

kematian pada tahun 2030.5

Untuk tingkat nasional didapatkan prevalensi PJK Umur ~ 15 Tahun

Berdasarkan Wawancara Menurut Provinsi:

Tabel 1.3 Prevalensi PJK

Grafik di atas menunjukkan angka nasion a I prevalensi PJ K umur <::15

tahun berdasarkan wawancara sebesar 1,5%. Provinsi Nusa Tenggara Timur

mempunyai prevalensi hipertensi yang tertinggi (4,4%} dan Provinsi Riau

mempunyai prevalensi terendah (0,3%).3

Prevalensi gagal ginjal Kronis 15 tahun berdasarkon Diagnosis Dokter

menurut Provinsi:

Page 22: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Tabel 1.4 prevalensi gagal ginjal kronis

Berdasarkan grafik diatas prevalensi nasional penderita gagal ginjal kronis

sebesar 0,2% termasuk Sulawesi Selatan. Adapun provinsi yang mempunyai

prevalensi tertinggi adalah Sulawesi Tengah (0,5%) dan ada 7 provinsi yang

mempunyai prevalensi terendah.3

Adapun kecenderungan Prevalensi Stroke per 1.000 Penduduk menurut

Provinsi:

Tabel 1.5 Prevalensi stroke

Dari tabel di atas terjadi peningkatan prevalensi Stroke sebesar 3,8% (dari

8,3% menjadi 12,1%). Untuk tahun 2007 Provinsi Aceh mempunyai

kecenderungan prevalensi Stroke yang paling tinggi dibandingkan provinsi lain

Page 23: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

(16,6%), dan Provinsi Papua merupakan yang terendah (3,8%). Sedangkan untuk

tahun 2013 Sulawesi Selatan prevalensi Strokenya merupakan yang paling

tertinggi (17,9%) dan Provinsi Riau yang terendah (5,2%). Adapun secara absolut

jumlah penduduk Indonesia yang menderita stroke 12,1% x 252.124.458 jiwa* =

3.050.949 jiwa.3

Ketidakpatuhan pada pasien hipertensi dengan minum obat antihipertensi

dapat menyababkan komplikasi pada penyakit hipertensi sehingga dapat

menyebabkan kerusakan organ meliputi otak, karena hipertensi yang tidak

terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke kemudian kerusakan pada jantung.

Hipertensi meningkatkan beban kerja jantung yang akan

menyebabkan pembesaran jantung sehingga meningkatkan risiko gagal jantung

dan serangan jantung. Selain kerusakan otak dan jantung karena kondisi

hipertensi yang memburuk, gagal ginjal juga merupakan risiko yang harus

ditanggung pasien hipertensi. Ditambah lagi kerusakan pada pembuluh darah di

retina yang berakibat pada gangguan penglihatan bahkan bisa mengalami

kebutaan.6

Untuk itu, langkah terpenting untuk mencegah terjadinya komplikasi

hipertensi diperlukan gaya hidup sehat dan mengkonsumsi obat sesuai petunjuk

dokter.3 Keberhasilan pengobatan pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh

beberapa faktor, salah satu di antaranya adalah kepatuhan dalam mengonsumsi

obat, sehingga pasien hipertensi dapat mengendalikan tekanan darah dalam batas

normal. Kepatuhan pengobatan yang rendah berhubungan dengan peningkatan

biaya perawatan kesehatan, dan peningkatan tingkat penyakit kardiovaskular dan

Page 24: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

rawat inap. Mengidentifikasi pasien yang tidak patuh dalam pengaturan rawat

jalan penting agar dapat secara efektif meningkatkan tingkat kontrol hipertensi.

Namun demikian, penyedia sering tidak bertanya tentang perilaku obat-

mengambil. Hal ini mungkin, sebagian, karena mereka tidak punya waktu, tidak

berpikir tidak kepatuhan sebagai penyebab kemungkinan untuk kontrol tekanan

darah yang buruk, tidak yakin tentang mengukur perilaku tidak patuh, atau tidak

dalam kebiasaan menggunakan informasi ini dalam praktek klinis. Pendekatan

yang digunakan untuk menilai kepatuhan pengobatan termasuk laporan diri

pasien, jumlah pil, catatan apotek, tingkat obat, pengganti biologis, dan cara

pengobatan.7

Oleh karena itu, untuk membantu menangani hipertensi diperlukan adanya

kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi untuk mencegah komplikasi dari

hipertensi tersebut.

B. Perumusan Masalah

“Bagaimana Hubungan Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat

Antihipertensi Terhadap Komplikasi Hipertensi Di RSUD Andi Makassau

Parepare?”

D. Tujuan Penelitian

1. tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat kepatuhan penggunaan obat

antihipertensi terhadap komplikasi hipertensi di RSUD Andi Makassau Parepare.

Page 25: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

2. tujuan khusus

a. mengidentifikasi tingkat kepatuhan pasien di RSUD Andi Makassau

Parepare tentang obat antihipertensi.

b. mengidentifikasi komplikasi hipertensi pada pasien di RSUD Andi

Makassau Parepare.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini akan menambah kepustakaan berkaitan kepatuhan

penggunaan obat anti hipertensi terhadap komplikasi hipertensi.

b. Penelitian ini akan meningkatkan pemahaman penulis tentang metodologi

penelitian.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini bisa digunakan oleh dinas kesehatan atau Pusat Pelayanan

Kesehatan setempat untuk menusun prencanaan dalam menanggulangi penyakit

Hipertensi dan komplikasinya.

Page 26: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Pengertian hipertensi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan

tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial.8 Beberapa penulis

lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan

hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui.9

Klasifikasi Tekanan

Darah

Tekanan Darah Sistol

(mmHg)

Tekanan Darah Diastole

(mmHg)

Normal <120 < 80

Prehipertensi 120-139 80 – 89

Hipertensi Stage 1 140-159 90 – 99

Hipertensi Stage 2 160 atau > 160 100 atau > 100

Tabel 1.6 Klasifiasi Hipertensi Menurut JNC VII 2003

2.1.2 Epidemiologi hipertensi

Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak

terkontrol dapatmemicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung

congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer”

karena sifatnya asimptomatik dansetelah beberapa tahun menimbulkan stroke

yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan

penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang

Page 27: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

menyertainya.Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui

hampir seperempat(24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun

mengkonsumsi makanan asin setiaphari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi

hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas.

Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir padastroke. Sedangkan sisanya

pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan.Pada orang dewasa, peningkatan tekanan

darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian

akibat penyakit kardiovaskuler.Berdasarkan American Heart Association (AHA,

2001), terjadi peningkatan rata-ratakematian akibat hipertensi sebesar 21% dari

tahun 1989 sampai tahun 1999. Secarakeseluruhan kematian akibat hipertensi

mengalami peningkatan sebesar 46%.Data Riskesdas menyebutkan hipertensi

sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah strokedan tuberkulosis, jumlahnya

mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semuaumur di

Indonesia.Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak

ada gejala atautanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain

itu, banyak orang merasasehat dan energik walaupun memiliki hipertensi.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus

hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.6

2.1.3 Etiologi hipertensi

Hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup

dan Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari ketiga

variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan

Page 28: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau

hormon pada nodus SA.10

Peningkatan kecepatan denyut jantung yang berlangsung kronik dapat

terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat

gangguan penahanan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam yang

berlebihan.Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran

darah ke ginjal dapat mengubah penahanan air dan garam oleh ginjal.

Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik

akhir sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.11

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE).

ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah

mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh

hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.

Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin

II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan

darah melalui dua aksi utama. 12

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan

rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada

ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya

ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis),

sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya,

volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan

Page 29: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada

akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. 12

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks

adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan

penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron

akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari

tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan

cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan

meningkatkan volume dan tekanan darah. 12

Patomekanisme hipertensi13

Renin

Angiostensin I

Angiostensin Converting

Enzyme (ACE)

Angiostensin II

↑ Sekresi hormone ADH rasa haus

Stimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal

Urin sedikit → pekat & ↑osmolaritas

Mengentalkan

Volume darah ↑

↑tekanan darah

↓ Ekskresi NaCl (garam)

dengan mereabsorpsinya di tubulus ginjal

↑ Konsentrasi NaCl di pembuluh darah

Diencerkan dengan ↑ volume

ekstraseluler

↑ Volume darah

↑tekanan darah

Page 30: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

2.1.4 Klasifikasi Hipertensi

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal 140 90

Borderline 140-159 90-94

Hipertensi definitive 160 95

Hipertensi ringan 160-179 95-140

Tabel 2.1.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO

Faktor risiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, genetik

(faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi

garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-

minuman beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen.3

Ada pun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi:

1. Berdasarkan penyebab:3

a.Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan

dengan kombinasi faktor gaya hid up seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan

pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.

b.Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita

hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya

adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).

Page 31: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

2.1.5 Faktor risiko hipertensi

a. Faktor yang tidak dapat dikontrol

1) Genetik

Sekitar 70-80% hipertensi esensial diturunkan dari orang tuanya. 12 Kondisi

ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraselluler dan rendahnya

rasio antara potassium dan terhadap sodium individu dengan orangtua dengan

hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi

daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. 14

2) Jenis kelamin15

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun

wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang

belum mengalami menopause dilindungi oleh hormone estrogen yang berperan

dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol

HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya

imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai

kehilangan sedikit demi sedikit hormone estrogen yang selama ini melindungi

pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormone

estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami

yang umumnya terjadi pada wanita umur 45-55 tahun sebelum lanjut usia.

Page 32: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

3) Umur

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien

yang berumur di atas 60 tahun, 50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar

atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang

terjadi pada orang yang bertambah usianya.16

Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena

interaksi berbagai faktor risiko yang dialami seseorang. Pertambahan usia

mengakibatkan berbagai perubahan fisiologis dalam tubuh serta penebalan

dinding arteri akibat penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga

pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Keadaan

ini dimulai pada usia 45 tahun. Pada penyakit jantung faktor koroner mempunyai

peranan dimana terjadi penebalan arteriol koroner, yaitu bagian dari hipertrofi

umum otot polos pembuluh darah resistensi arteriol seluruh badan. Kemudian

terjadi retensi garam dan air yang mengakibatkan berkurangnya compliance

pembuluh – pembuluh darah dan meningkatkan tahanan perifer. Jadi, faktor

koroner pada hipertensi berkembang menjadi penyakit. Selain itu juga terjadi

peningkatan resistensi perifer dan aktifitas simpatik. Pengaturan tekanan darah

yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitifitasnya sudah berkurang,

sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju

filtrasi glomerulus menurun.15

Penelitian Cornoni-Huntley yang dikutip oleh Akhsan, melaporkan bahwa

tekanan darah sistolik tetap atau meningkat setelah umur 40 tahun, banyak

Page 33: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

perubahan yang terjadi seiring dengan pertambahan usia. Lumen pembuluh darah

menyempit dan menjadi lebih kaku dan kurang fleksibel.17

b. Faktor yang dapat dikontrol

(1) Kegemukan

Berdasarkan penelitian kegemukan merupakan ciri khas dari populasi

hipertensi.Telah dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan erat dengan

terjadinya hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan

bagaimana hubungannya tetapi penelitian membuktikan bahwa daya pompa

jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih

tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal.18

Menurut National Institutes for Health USA pada tahun 1998, prevalensi

tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30

(obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan

dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT

<25 (status gizi normal menurut standar internasional).19

(2) Kurang aktifitas fisik/kurang olahraga

Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena

meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga

cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot

jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras dan

sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada

arteri.20,21.

Page 34: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

(3) Merokok

Hubungan rokok dengan peningkatan kardiovaskuler telah banyak

dibuktikan. Risiko merokok terbesar tergantung berapa jumlah rokok yang diisap

setiap harinya. Seseorang yang merokok lebih dari 10 batang per hari menjadi dua

kali lebih rentan menderita hipertensi daripada mereka yang tidak merokok.22

Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap

melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel

pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi.23

Seperti zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-

pembuluh darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah.20

Hanya dalam beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap

nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin

(adrenalin).23 Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan

memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.

Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik

akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini sampai

30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin perlahan-lahan

menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan. Namun pada

perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi sepanjang hari.20

Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari

Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek

yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36%

merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan

Page 35: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti

dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu

kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok

lebih dari 15 batang perhari.24

(4) Pola konsumsi garam

Garam merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan tekanan darah

karena garam mempunyai sifat menahan air. Konsumsi garam yang berlebih

menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat.

Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume

cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler

tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada

timbulnya hipertensi.25

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)

merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko

terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak

lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.26

Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan prevalensi hipertensi

yang rendah, 26 sedangkan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari prevalensi

hipertensi meningkat menjadi 15-20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya

hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan

darah.27

Page 36: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

(5) Stres

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis, yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila stress

menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Hal

ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan yang

diberikan pemaparan tehadap stress ternyata membuat binatang tersebut menjadi

hipertensi.28

(6) Konsumsi Alkohol

Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena survey

menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan konsumsi alkohol.

Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun

diduga, peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta

kekentalan darah merah berperan dalam menaikkan tekanan darah.23

2.1.6. Manifestasi klinik hipertensi

Menurut Elizabeth J. Corwin, sebagian besar tanpa disertai gejala yang

mencolok dan manifestasi klinis timbul setelah mengetahui hipertensi bertahun-

tahun berupa : 29

a. Nyeri kepala, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat tekanan

darah intrakranium.

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi.

c. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.

d. Edema dependen akibat peningkatan intrakapiler.

Page 37: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Peninggian tekanan darah kadang-kadang menjadi satu-satunya gejala,

terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain adalah sakit

kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur,

mata berkunang-kunang dan pusing.30

2.1.7 Penatalaksanaan

a. Non Farmakologis

Pengobatan non farmakologis pada hipertensi antara lain : 31

(1) Pembatasan garam dalam makanan

Pada beberapa orang dengan hipertensi ada yang peka tehadap garam (salt-

sensitive) dan ada yang resisten terhadap garam. Penderita-penderita yang peka

terhadap garam cenderung menahan natrium,berat badan bertambah dan

menimbulkan hipertensi pada diet yang tinggi garam. Sebaliknya, penderita yang

resisten terhadap garam cenderung tidak ada perubahan dalam berat badan atau

tekanan darah pada diet rendah garam atau tinggi. Reaksi terhadap garam ini

menerangkan mengapa beberapa orang mempunyai penurunan tekanan darah

yang baik sesuai pembatasan garam dalam makanan, sedangkan pada orang lain

tekanan darah tetap tidak berubah.

(2) Mengurangi berat badan

Insiden hipertensi meningkat 54 sampai 142% pada penderita-penderita yang

gemuk. Penurunan berat badan dalam waktu pendek yang cukup besar biasanya

disertai penurunan tekanan darah. Beberapa peneliti menghitung penurunan rata-

rata tekanan darah sebesar 20,7 sampai 12,7 mmHg dapat mencapai penurunan

Page 38: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

berat badan dan penurunan tekanan darah dengan ramalan tekanan darah turun

sebesar 25/15 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan.

(3) Pembatasan alkohol

Orang-orang yang minum 3 atau lebih minuman alcohol per hari mempunyai

tingkat tekanan darah yang tinggi.30 Sekarang diperkirakan bahwa hipertensi yang

berhubungan dengan alkohol mungkin merupakan salah satu penyebab sekunder

paling banyak dari hipertensi, kira-kira sebanyak 5-12% dari kasus.30

b. Farmakologis

Indikasi

khusus

Obat yang direkomendasikan

Diuretic Beta

blocker

Pengham

bat ACE

Antagonis

reseptor

all

Penghambat

kanal

kalsium

Antagonis

aldosteron

Gagal

jantung

Pasca

IMA

RT

penyakit

koroner

DM

Ginjal

kronik

Pencegah

an stroke

berulang

Tabel 2.1.7 Penggunaan Antihipertensi32

Page 39: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

2.1.8. Komplikasi33

a) Penyakit jantung dan pembuluh darah

Dua bentuk utama penyakti jantung yang timbul pada penderrita hipertensi

yaitu penyakit jantung koroner ( PJK ) dan penyakit jantung hipertensi.

Hipertensi merupakan penyebab paling umum dari hipertrofi ventrikel kiri.

Waktu yang lama dan hebatnya kenaikan tekanan darah tidak mutlak sebagai

persyaratan untuk timbulnya hipertrofi vntrikel kiri, karena ada faktor – faktor

selain peninggian tekanan darah yang pening unntuk perkembangannya. Sewaktu

– waktu dapat timbul suatu bentuk kardiomiopati hipertensif.

Teknik diagnosis non invasive yang memberi penilaian dari hipertrofi

ventrikel kiri pada pemeriksaan fisik tergantung dari palpasi adanya impuls

ventrikel kiri yang melebar dan terus menerus pada apeks.

Suatu impuls apeks yang melebar sering diartikan sebagai impuls dengan

garis tengah > 2,4 c atau suatu impuls apeks yang terus menerus mempunyai

dorongan keluar yang berlangsung ½ - 2/3 atau lebih lamanya sistol. Penilaian

maksimal dengan memeriksa penderita pada posisi berbaring pada lateral kiri,

dimana diameter suatu impuls apeks lebih dari 3 cm. Penemuan ini lebih peka

dank has untuk pembesaran ventrikel kiri daripada lokasi impuls apeks sama atau

besar dari 10 cm dari garis tengah sternu atau lateral garis tengah klavikula.

Penemuan hipertrofi ventrikel kiri dengan rontgen dada tidak mudah terutama

untuk menetapkan bagian mana dari bayangan jantung, khususnya ventrikel kiri.

Pada umumnya rasio kardiotorak tidak melebih 0,5 pada orang dewasa dan

biasanya dibawah 0,45.

Page 40: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

b) Penyakit hipertensi serebrovaskular

Hipertensi adalah faktor risiko paling penting untuk timbulnya stroke karena

perdarahan atau ateroemboli. Kekerapan dari stroke bertambah dengan setiap

kenaikan tingkat tekanan darah.

Perdarahan kecil atau penyumbatan dari pembuluh – pembuluh kecil dapat

menyebabkan infark pada daerah – daerah kecil, paling sering di putamen,

thalamus, nucleus kaudatus, pons atau cabang posterior dari kapsula internal.

Infrak lacunar biasanya berhubungan dengan deficit neurologic yang bisa

menyembuh sesudah bberapa hari atau minggu.

Dikenal 4 sindroma klinik yang jelas yaitu:

1. Hemiparesis motor yang murni, dengan tanda – tanda massa muka rasa

lemah, juga lengan dan kaki

2. Stroke sensoris yang murni, dengan gejala saraf perasa hilang pada muka,

lengan, badan, dan kaki,

3. Ataksia homolateral dan paresis crural, yakni ataksia lengan dan kaki

disertai kaki lemah,

4. Disarthri ( gangguan bicara ) dan tangan yan kaku, dengan tanda – tanda

gangguan bicara, lemah pada pertengahan muka, lidah yang miring dan

kelemahan serta ataksia dari lengan.

Lacuna yang banyak bisa menyebabkan multi infark demensia seperti “

keadaan lacunar” atau pseudo bulbar palsy, yang ditandai oleh afek yang labil,

demensia, cara jalan yang abnormal, gangguan bicara, inkontinensia dan tanda –

tanda long tract yang bilateral.

Page 41: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

c) Nefrosklerosis karena hipertensi

Analisis urin, klirens kreatinin, ukuran ginjal, pielogram, angiogram, scan

ginjal dan renogram biasanya normal pada penderita dengan hipertensi primer. Ts

diagnostic yang lebih khusus sering menunjukkan gangguan fungsi ginjal

termasuk aliran darah ginjal, kenaikan sebagian pengeluaran natrium dan

mikroalbuminuria. Namun tes – tes diagnostic khusus ini tidak dibenarkan untuk

prognosa atau pengobatan hipertensi apabila tes – tes klinik biasa untuk fungsi

ginjal berada dalam batas normal.

Bila analisa urin, BUN dan kreatinin normal dapat dianggap bahwa hipertensi

tersebut tidak sekunder terhadap penyakit parenkin ginjal primer.

2.2. Kepatuhan

2.2.1. definisi kepatuhan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, patuh adalah suka menurut

perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan

dan berdisiplin, mendefinisikan kepatuhan ( ketaatan) sebagai tingkat penderita

melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau

orang lain. Kepatuhan juga dapat didefinisikan sebagai perilaku positif penderita

dalam mencapai tujuan terapi.34

2.2.2. faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya komplikasi

Menurut Horne yang menyampaikan bahwa secara umum terdapat empat

hal yang mempengaruhi kepatuhan dalam mengonsumsi obat untuk mengurangi

terjadinya komplikasi, yaitu:35

Page 42: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

a) Persepsi dan perilaku pasien

Persepsi yang dimaksud disini misalnya persepsi berat ringanya penyakit,

variabel sosiodemografis, trait kepribadian, termasuk keyakinan, sikap dan

harapan – harpan yang akhirnya mempengaruhi motivasi pasien untuk memulai

dan menjaga perrilaku minum obat selama proses pengobatan berlangsung.

b) Interaksi antara pasien dan dokter

Komunikasi medis antara kedua bela pihak misalnya keterampilan dalam

memberi konsultasi dapat memperbaiki kepatuhan dan pesan – pesan yang

berbeda dari sumber yang berbeda ternyata dapat mempengaruhi kepatuhan pasien

dalam minum obat.

c) Kebijakan dan praktik pengobatan

Kebijakan dan praktik pengobatan di public yang dibuat oleh pihak yang

berwenang misalnya system pajak dalam resep, deregulasi tentang resep dan hak –

hak konsumen dalam proses pembuatan resep.

d) Intervensi terhadap pasien

Berbagai intervensi yang dilakukan agar kepatuhan dalam mengkonsumsi obat

terjadi misalnya intervensi yang diterapkan dalam rumah sakit saat perawat

kunjungan ke bangsal, perawat meminta pasien mengingat tentang peraturan

dalam mengkonsumsi obat, untuk mengecek ingatan dan juga pemahaman pasien

akan informasi yang diberikan dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan

stimulant.

Page 43: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

2.3.KERANGKA TEORI

HIP

ERTE

NSI

UMUR

JENIS KELAMIN

GENETIK

KONSUMSI GARAM

PENGUNAAN OBAT

KEPATUHAN

OBESITAS

KURANG AKTIVITAS

ETNIS

RIWAYAT MEROKOK

KONSUMSI ALKOHOL

Komplikasi:

PENYAKIT KARDIOVASKULER

PENYAKIT GINJAL

STROKE

Page 44: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. KERANGKA KONSEP

Tekanan darah merupakan parameter memprediksi risiko beberapa

gangguan kesehatan seperti penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes militus

atau stroke. Hal ini menjadikan tekanan darah menjadi pemeriksaan tanda vital.

Pengaturan tekanan darah menjadi sangat penting. Peningkatan tekanan darah

yang signifikan mempengaruhi homeostasis tubuh. Hal ini akan memberikan

dampak sistemik pada tubuh terutama pada organ yang terlibat langsung.

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten)

dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit

jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini

dan mendapat pengobatan yang memadai dan diperlukan kepatuhan pengunaan

obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah.

Variabel independen Variabel dependen

Keterangan:

= Variabel dependen

= Variabel independen

Komplikasi

Hipertensi

Tingkat Kepatuhan

Penggunaan Obat Anti

Hipertensi

Page 45: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

B. DEFINISI OPERASIONAL

A. Kepatuhan

Kepatuhan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan yang

dimiliki oleh pasien hipertensi dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan yang

berhubungan dengan tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi.

Cara Pengukuran:

Dengan cara mengisi kuesioner berdasarkan jawaban yang diberikan

responden kepada peneliti.

Alat ukur:

Kuesioner

Skala pengukuran:

nominal

Hasil pengukuran:

Patuh :< 4

Tidak patuh :> 4

B. komplikasi hipertensi

Komplikasi yang dimaksud dipenelitian ini adalah jenis penyakit lain yang

dialami pasien akibat menderita hipertensi .

Cara ukur:

Dengan cara mengisi kuesioner berdasarkan jawaban yang diberikan

responden kepada peneliti.

Page 46: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Alat ukur:

Kuesioner

Skala pengukuran :

ordinal

Hasil ukur:

Dikelompokkan menjadi 2 yaitu:

1. Hipertensi dengan komplikasi ( penyakit jantung, penyakit ginjal, stroke)

2. Hipertensi tanpa komplikasi ( hipertensi esensial )

C. Hipotesis

Ho = Tidak ada hubungan tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi

terhadap komplikasi hipertensi di RSUD Andi Makassau Parepare.

Ha = ada hubungan tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi terhadap

komplikasi hipertensi di RSUD Andi Makassau Parepare.

Page 47: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 DESAIN PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan yaitu pendekatan “cross sectional” yang

merupakan penelitian prevalensi penyakit dan sekaligus dengan prevalensi

penyebab atau faktor risiko dengan akibat yang terjadi berupa penyakit atau

keadaan kesehatan tertentu dalam waktu yang bersamaan.36 Dalam hal ini untuk

mengetahui apakah ada hubungan tingkat kepatuhan penggunan obat

antihipertensi terhadap komplikasi hipertensi di RSUD Andi Makassau Parepare.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik observasional yaitu

bentuk penelitian epidemiologi yang paling sering digunakan dalam mencari

faktor penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya penyakit maupun

gangguan kesehatan lainnya.

4.2 Lokasi dan Waktu Penlitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Andi Makassau Jalan. Nurussawati No.

9 Parepare Sulawesi Selatan. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember

sampai Januari 2016

4.3.Populasi & sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok subyek dengan karakteristik tertentu.

a. Populasi target ditandai oleh karakteristik klinis dan demografis. Populasi

target dari penelitian ini adalah pasien yang berobat di RSUD Andi

Makassau Parepare.

Page 48: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

b. Populasi terjangkau yakni bagian dari populasi target yang dibatasi oleh

tempat dan waktu. Maka Populasi terjangkau adalah pasien yang berobat di

RSUD Andi Makassau Parepare pada saat penelitian dilakasanakan.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang berobat di RSUD Andi

Makassau Parepare.

4.4. Kriteria Inklusi & Eksklusi

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada populasi

target dan pada populasi terjangkau. 36

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Pasien yang berobat dan di diagnosis hipertensi disertai komplikasi

atau tanpa komplikasi.

b. Dapat berkomunikasi dengan baik.

c. Serta menandatangani informed consent sebagai bentuk kesediaan

sebagai responden

2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi

namun harus dikeluarkan dari studi oleh karena berbagai sebab.36

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah

1. Pasien yang tidak bersedia jadi responden.

2. Pengunjung yang tidak mengisi lengkap kuesioner yang diberian.

Page 49: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

3. Pasien yang menderita penyakit jantung/ penyakit ginjal/ stroke yang

bukan disebabkan oleh hipertensi.

4.5.Besar sampel

n = 𝒁𝜶𝟐𝒙𝑷𝒙𝑸

𝒅𝟐

Keterangan :

n = Jumlah sampel

Zα = Deviat baku alfa

P = Proporsi kategorik variabel yang diteliti

Q = 1-P

d = Presisi

Catatan :

Zα = 1,960

P = 20,3 % = 0,203

Q = 1- p=(1- 0,203 ) = 0,797

d = 0,1

n= 1,960𝑥1,960𝑥0,203𝑥(1−0,203)

0,1𝑋0,1

n= 3,84𝑥0,203𝑥0,797

0,01

n= 62,12 = 63 sampel.

Page 50: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

4.6.Teknik sampling36

Dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan tekhnik sampling yaitu

Non-probability sampling. Non-probability sampling merupakan cara pemilihan

sampel yang lebih praktis dan mudah dilakukan. Dalam proses ini peneliti

menggunakan cara consecutive sampling dimana semua subyek yang datang

secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian

sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.

4.7. Jenis dan cara pengumpulan data

1. Jenis data

Data primer di RSUD Andi Makassau Parepare.

2. sumber data

Dari kuesioner dan observasi di RSUD Andi Makassau Parepare.

3. Instrumen pengumpulan data

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan yaitu kuesioner.

4. Prosedur pengumpulan data

Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan observasi langsung kepada

pasien yang berobat di RSUD Andi Makassau Parepare. Observasi tersebut

mencakup melakukan anamnesis kepada pasien meliputi nama, umur, jenis

kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Responden disini harus memenuhi kriteria

seleksi, jika telah memenuhi maka peneliti membagikan kuesioner.

4.8. Manajemen data

Langkah-langkah pengolahan data adalah sebagai berikut:

Page 51: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

a. Editing

Editing bertujuan untuk meneliti kembali jawaban menjadi lengkap. Editing

dilakukan di lapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau ketidaksengajaan

kesalahan pengisian dapat segera dilengkapi atau disempurnakan. Editing

dilakukan dengan cara memeriksa kelengkapan data, memperjelas serta

melakukan pengolahan terhadap data yang dikumpulkan.

b. Coding

Coding yaitu memberikan kode angka pada atribut veriabel agar lebih mudah

dalam analisa data. Coding dilakukan dengan cara menyederhanakan data yang

terkumpul dengan cara memberi kode atau symbol tertentu.

c. Tabulating

Pada tahap ini data dihitung, melakukan tabulasi untuk masing-masing

variabel. Dari data mentah dilakukan penyesuaian data yang merupakan

pengorganisasian data sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlah,

disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.

d. Transferring

Transferring data yaitu memindahkan data dalam media tertentu pada master

tabel.

4.9. Rencana Analisa data

Data akan diolah menggunakan komputer dengan program SPSS 16 for

Windows dan akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik umtuk mengetahui

proporsi masing-masing variabel.

Page 52: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

1. Analisa univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi frekuensi

masing-masing variabel.

2. Analisa bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square untuk mengetahui

hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel

terikat. Dimana rumus dari chi square yaitu:

Tabel 4.1 tabel 2 x 2 uji cross sectional

Uji chi-square merupakan uji non parametris yang paling banyak

digunakan. Namun perlu diketahui syarat-syarat uji ini adalah: frekuensi

responden atau sampel yang digunakan besar, sebab ada beberapa syarat di mana

chi square dapat digunakan yaitu:35

1. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual

Count (F0) sebesar 0 (Nol).

2. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja

yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count ("Fh")

kurang dari 5.

2

2O E

E

Dimana:

O= Frekuensi nilai yang diamati (Observed value)

E= Frekuensi nilai yang diharapkan (Expected value)

Page 53: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

3. Apabila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misak 2 x 3, maka jumlah cell

dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.

Apabila tabel kontingensi 2 x 2 seperti di atas, tetapi tidak memenuhi syarat

seperti di atas, yaitu ada cell dengan frekuensi harapan kurang dari 5, maka rumus

harus diganti dengan rumus "Fisher Exact Test".36

Dasar pengambilan hipotesis penelitian berdasarkan pada tingkat signifikan

(nilai p), yaitu:

i) Jika nilai p > 0,05 maka hipotesis penelitian ditolak.

ii) Jika nilai p ≤ 0,05 maka hipotesis penelitian diterima.

Dalam studi cross sectional, estimasi risiko relatif dinyatakan dengan rasio

prevalens (RP), yakni perbandingan antara jumlah subyek dengan penyakit (lama

dan baru) pada satu saat dengan seluruh subyek yang ada. RP dihitung dengan

cara sederhana, yakni dengan menggunakan tabel 2 x 2 seperti pada gambar 4.

Maka dari skema tersebut dapat dihitung dengan:

RP = a / (a+b) : c / (c+d)

Keterangan :

a / (a+b) = proporsi (prevalens) subyek yang mempunyai faktor risiko yang

mengalami efek.

c / (c+d) = proporsi (prevalens) subyek tanpa faktor risiko yang mengalami

efek.

Interpretasi hasil :

a. Bila nilai rasio prevalens = 1 berarti variabel yang di duga sebagai faktor

risiko tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek atau bersifat netral.

Page 54: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

b. Bila rasio prevalens >1 dan rentag interval kepercayaan tidak mencakup

angka 1, berarti faktor tersebut merupakan faktor risiko untuk timbulnya

penyakit.

c. Bila rasio prevalens <1 dan rentang kepercayaan tidak mencakup angka 1,

berarti faktor yang dteliti merupakan faktor protektif, bukan faktor risiko.

d. Bila nilai interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1, maka

berarti pada populasi yang diwakili oleh sampel tersebut masih mungkin

nilai rasio prevalensnya = 1.

Rasio prevalens harus selalu disertai dengan interval kepercayaan (confidence

interval) yang dikehendaki, misal interval kepercayaan 95%. Interval kepercayaan

menunjukkan rentang rasio prevalens yang diperoleh dari populasi terjangkau bila

sampling dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama.

Rumus umum interval kepercayaan adalah :

IK = P ± (Zα x SE)

Keterangan :

1. IK atau interval kepercayaan (confidence interval) yakni rentang nilai pada

populasi yang dihitung dengan dasar satu statistik yang diperoleh pada

sampel. IK lazim digunakan adalah IK 95% atau IK 99%.

2. P adalah point estimate, yakni statistik yang diperoleh dari sampel yang

dapat berupa proporsi, rerata, beda proporsi, beda rerata, risiko relative,

rasio odds, dan lain-lain.

Page 55: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

3. Zα adalah deviat baku normal untuk α. Nilai α ini dipilih sesuai dengan IK

yang diinginkan. Bila diinginkan IK 95%, maka berarti α = 0,05 sehingga

Zα = 1,96. Bila dipilih IK 99%, maka α=0,01 sehingga Zα = 2,576

4. SE adalah standard error, yang besarnya dihitung dengan rumus berbeda

untuk setiap jenis statistik.

Bila IK tidak mencakup angka 1 maka uji hipotesis akan memberikan nilai p

yang bermakna, dan bila IK mencakup angka 1 maka uji hipotesis akan

memberikan nilai p yang tidak bermakna.36

4.10.Etika penelitian

1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti akan mengajukan surat permohonan

izin kepada institusi yang terkait.

2. Peneliti meminta persetujuan terhadap responden dan menjelaskan maksud

serta tujuan dilakukannya penelitian, jika responden setuju maka harus

menadatangani lembar persetujuan untuk menjadi responden.

3. Peneliti tidak boleh memaksa responden yang tidak bersedia untuk

dilakukan penelitian

4. Semua informasi yang diberikan responden akan dijamin kerahasiannya

dan untuk menjaga kerahasiaanya, maka peneliti tidak mencantumkan

nama respon pada lembar pengumpulan data.

Page 56: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

RSUD Andi Makassau Kota Parepare merupakan salah satu rumah sakit

pemerintah yang dibangun dengan bantuan Bank Dunia pada tahun 1985, serta

mulai dioperasionalkan pada tanggal 1 Juli 1987, dan diresmikan pemakaiannya

pada tanggal 18 Oktober 1988 oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nama

rumah sakit ini diambil dari nama Pahlawan dari Kota Parepare yaitu Andi

Makassau. RSUD Andi Makassau terletak di jln. Nurussamawati No. 9, dibangun

dengan luas tanah + 44.582 m2 dan luas bangunan + 30.000 m2. Pada tahun 1988

Rumah sakit Andi makassau statusnya rumah sakit tipe C dan merupakan rumah

sakit rujukan dari beberapa kabupaten/kota disekitarnya, utamanya dari

kabupaten/kota dibagian utara Provinsi Sulawesi Selatan dan kabupaten/kota di

Provinsi Sulawesi Barat. Sejalan dengan perkembangan RSUD Andi Makassau

Kota Parepare sebagai salah satu rumah sakit rujukan di Provinsi Sulawesi

Selatan, maka tanggal 7 Mei 2009, RSUD Andi Makassau Kota Parepare

dinaikkan statusnya menjadi Rumah Sakit Tipe B non Pendidikan berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Predikat ini lah yang

merupakan kebanggaan yang membuat seluruh jajaran RSUD Andi Makassau

bekerja secara Optimal didalam melakukan fungsi pelayanan, perawatan bukan

hanya secara professional tetapi juga santun dan beretika.

Page 57: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

5.2. Hasil Analisis Univariat

Sampel dalam penelitian ini yang dilakuan dari Desember 2015 – Januari

2016 didapatkan responden sebanyak 90 orang. Sesuai dengan kriteria inklusi dan

peritungan sampel maka sampel yang di ambil sebanyak 63 orang dari pasien

rawat jalan hipertensi di RSUD Andi Makassau Parepare..

Tabel 5.1 Karakteristik Responden dan Variabel Penelitian

Variabel Subgrup Jumlah

Frekuensi (n)

n=63

Persentase ( %)

N = 100 %

Tekanan darah

Umur

Jenis kelamin

Kepatuhan

Komplikasi

Penyakit

komplikasi

Hipertensi derajat 1

Hipertensi derajat 2

18-54

55-64

65-74

>75

Perempuan

Laki-laki

Tidak patuh

Patuh

Ada komplikasi

Tidak ada komplikasi

Penyakit jantung

Penyakit ginjal

Stroke

52

11

22

26

6

9

34

29

37

26

36

27

21

7

8

82,5

17,5

34,9

41,3

9,5

14,3

54,0

46,0

58,7

41,3

57,1

42,9

33,3

11,1

12,7

Sumber: Data Primer Desember 2015-Januari 2016

Data penelitian ini, didapatkan ( tabel 5.1 ) proporsi tekanan darah derajat

1 > 80 %. Umur terbanyak yaitu pada kelompok umur55-64 tahun ( 41,3 %).

Menurut jenis kelamin, proporsi responden terbesar adalah perempuan ( 54,0 % ).

Secara keseluruhan,menurut data kepatuhan dapat disimpulkan sebagian

besar ( 58,7 % ) responden memiliki tingkat kepatuhan tidak patuh, begitu pula

Page 58: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

dengan komplikasi, responden dengan ada komplikasi proporsi terbesar ( 57,1%).

Pada penyakit komplikasi proporsi penyakit jantung ( 33,3%)

5.3. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan

tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi terhadap komplikasi hipertensi

di RSUD Andi Makassau Parepare. Pengujian hipotesis penelitian ini

menggunakan uji Chi Square. Pengujian dan penelitian menggunakan bantuan

SPSS versi 2.1 for Windows diperoleh hasil analisis sebagai berikut:

1. Hubungan tingkat kepatuhan terhadap komplikasi

Tabel 5.2 hubungan antara Variabel dengan komplikasi hipertensi

Komplikasi hipertensi

Kepatuhan ada komplikasi tidak ada komplikasi OR 95% Nilai

N % N % CI P

Tidak patuh 26 70,3 11 29,7 3,78 1,312- 0,012

10,903

Patuh 10 38,5 16 61,5

Sumber: Data Primer Desember 2015 – Januari 2016

Berdasarkan tabel 5.2 responden yang tidak patuh lebih banyak menderita

komplikasi hipertensi dibandingkan dengan responden yang patuh.

Dilihat dari hasil uji statistic (Chi-square) yang telah dilakukan,

didapatkan nilai p value sebesar = 0,012 yang berarti P value lebih kecil dari α

(0,05). Ho ditolak sedangan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi terhadap

komplikasi hipertensi di RSUD Andi Makassau Parepare.

Page 59: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

2. Hubungan Umur terhadap komplikasi

Tabel 5.3 hubungan antara Variabel dengan komplikasi hipertensi

Komplikasi hipertensi

umur ada komplikasi tidak ada komplikasi OR 95% Nilai

N % N % CI P

<64 tahun 23 50,0 23 50 0,308 0,087- 0,059

1,086

>65 tahun 13 76,5 4 7,3

Sumber: Data Primer desember 2015-januari 2016

Berdasarkan tabel 5.3 responden yang umur < 64 tahun lebih banyak

menderita komplikasi hipertensi dibandingkan dengan responden yang berumur >

64 tahun.

Dilihat dari hasil uji statistic (Chi-square) yang telah dilakukan,

didapatkan nilai p value sebesar = 0,059 yang berarti P value lebih besar dari α

(0,05). Ho diterima sedangan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan antara umur terhadap komplikasi hipertensi di RSUD Andi

Makassau Parepare.

3. Hubungan jenis kelamin terhadap komplikasi

Tabel 5.4 hubungan antara Variabel dengan komplikasi hipertensi

Komplikasi hipertensi

jenis kelamin ada komplikasi tidak ada komplikasi OR 95% Nilai

N % N % CI P

perempuan 20 54,1 17 45,9 0,735 0,265- 0,555

2,041

laki-laki 13 61,5 4 38,5

Sumber: Data Primer desember 2015-januari 2016

Berdasarkan tabel 5.4 responden yang berjenis kelamin perempuan lebih

banyak menderita komplikasi hipertensi dibandingkan dengan responden yang

berjenis kelamin laki-laki.

Page 60: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Dilihat dari hasil uji statistic (Chi-square) yang telah dilakukan,

didapatkan nilai p value sebesar = 0,555 yang berarti P value lebih besar dari α

(0,05). Ho diterima sedangan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada hubungan antara jenis kelamin terhadap komplikasi hipertensi di RSUD Andi

Makassau Parepare.

4. Hubungan Derajat Hipertensi terhadap Komplikasi Hipertensi

Tabel 5.5 hubungan antara Variabel dengan komplikasi hipertensi

Komplikasi hipertensi

derajat ada komplikasi tidak ada komplikasi OR 95% Nilai

hipertensi N % N % CI P

HT dt 2 10 90,9 1 9,1 10,000 1,193- 0,013

83,837

HT dt 1 26 50,0 26 50,0

Sumber: Data Primer desember 2015-januari 2016

Berdasarkan tabel 5.5 responden yang hipertensi derajat 1 lebih banyak

menderita komplikasi hipertensi dibandingkan dengan responden yang menderita

hipertensi derajat 2.

Dilihat dari hasil uji statistic (Chi-square) yang telah dilakukan,

didapatkan nilai p value sebesar = 0,013 yang berarti P value lebih besar dari α

(0,05). Ho ditolak sedangan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan antara derajat hipertensi terhadap komplikasi hipertensi di RSUD Andi

Makassau Parepare.

Page 61: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ada pembatasan hasil penelitian yang berlaku pada

subjek tertentu yaitu pengunjung RSUD Andi Makassau kota Parepare. Hal ini

disebabkan oleh perbedaan karakteristik masyarakat dan karakteristik pekerjaan

setiap daerah sehingga hasil yang didapatkan mungkin hanya akan berlaku pada

masyarakat sekitar RSUD Andi Makassau kota Parepare. Tidak menutup

kemungkinan hasil dari penelitian ini akan sama dengan penelitian di tempat lain

karena bisa juga didapatkan kesamaan karakteristik dari subjek penelitian.

B. Analisis Univariat

1. karakteristik Subjek Penelitian

a) distribusi subjek penelitian berdasarkan umur

Pada penelitian ini, diketahui bahwa semakin tua umur merupakan risiko

terserang hipertensi lebih besar. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Oktora pada tahun 2007 didapatkan separuh penderitaa hipertensi

berusia diatas 45 tahun. 34

Teori menjelaskan bahwa peningkatan umur akan menyebabkan

perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan

aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor pada usia

lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah

berkurang dengan menurunnya aliran darah ginal dan laju filtrasi glomerulus.35

Page 62: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

b) distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa responden berjenis kelamin

perempuan lebih bnyak dibandingkan laki-laki, hal ini dikarenakan perempuan

mengalami menopause sehingga terjadi perubahan hormonal yang mengakibatkan

peningkatan tekanan darah. Kondisi tubuh yang makin tua dapat memicu serangan

hipertensi, semakin tua usia maka pembuluh darah akan berkurang elastisitasnya

sehingga pembuluh darah cenderung menyempit akibatnya tekanan darah akan

meningkat.36

c) distribusi subjek penelitian berdasarkan kepatuhan

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden yang

menderita hipertensi tidak patuh dibandingkan yang patuh menkonsumsi obat anti

hipertensi.

Tingkat kepatuhan penggunaan obat dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu

faktor sosial – ekonomi, faktor system kesehatan, faktor kondisi penyakit, faktor

terapi dan faktor penyakit. Oleh karena itu dalam menyelesaikan masalah tentang

kepatuhan pasien tidak sepenuhnya terdapat pada pasien, namun juga dilakukan

pembenahan pada system kesehatan dan petugas pelayanan kesehatan.36

Kepatuhan pasien merupakan faktor utama penentu keberhasilan terapi.

Beberapa alasan pasien tidak menggunakan obat anti hipertensi dikarenakan sifat

penyakit yang secara alami tidak menimbulkan gejala, terapi jangka panjang, efek

samping obat, regimen terapi yang kompleks, pemahaman yang kurang tentang

pengelolaan dan risiko hipertensi serta biaya pengobatan yang relative tinggi.36

Page 63: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Ketidakpatuhan dalam menggunakan obat anti hipertensi merupakan

contributor utama gagalnya control tekanan darah pada pasien hipertensi. Semakin

tinggi tingkat ketidakpatuan pasien akan sejalan dengan semakin tinggi risiko

komplikasi.

d) Distribusi subjek penelitian berdasarkan komplikasi hipertensi

Diketahui bahwa sebagian besar responden yang hipertensi disertai

komplikasi dibandingkan hipertensi tanpa disertai komplikasi.

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung.

Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal

ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Penyakit ini bertanggung jawab terhadap

tingginya biaya pengobatan dikarenakan alasan tingginya angka kunjungan ke

dokter,perawatan di rumah sakit dan / atau penggunaan obat jangka panjang.37

Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel

arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk

rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah

besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular

(stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard,

angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi

memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular lain (tabel 3), maka akan

meningkatkan mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya

tersebut. Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai

peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri

perifer, dan gagal jantung.37

Page 64: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Pada penelitian ini, tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada

organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal.

C. Analisi bivariat

1. Hubungan tingkat kepatuhan dengan komplikasi

Hasil penelitian mengenai hubungan tingkat kepatuhan dengan

komplikasi di RSUD Andi Makassau Parepare menunjukkan bahwa nilai p =

0,012. Dengan demikian H0 ditolak, dan Ha diterima. Sehingga dapat di

simpulkan bahwa tingkat kepatuhan berhubungan dengan terjadinya komplikasi di

RSUD Andi Makassau Parepare.

Tingkat kepatuhan untuk tetap menkonsumsi obat anti hipertensi pada

masyarakat memang perlu ditingkatkan, mengingat bahwa keteraturan

menkonsumsi obat anti hipertensi sangat penting dmana pasien yang jarang

mengkonsumsi obat anti hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya

komplikasi hipertensi.6

Terjadinya hasil penelitian yang berhubungan ini dapat diakibatkan oleh

karena ketidakpatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat anti hipertensi sehingga

meningkatkan terjadinya komplikasi hipertensi seperti penyakit jantung, penyakit

ginjal dan stroke.

Kepatuhan merupakan sesuatu yang paling penting dan dapat diubah pada

seseorang melalui pendidikan kesehatan misalnya penyuluhan, namun belum tentu

seseorang yang patuh mengkonsumsi obat dapat terhindar dari komplikasi masih

ada faktor risiko yang lain.6

Page 65: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan,

sarana fisik, dan sosial budaya. Hal ini juga mungkin dikarenakan penyakit

hipertensi adalah silent diasease atau penyakit gejalanya sama dengan penyakit

lain dan sifat penyakit yang secara alami tidak menimbulkan gejala, terapi jangka

panjang, efek samping obat, regimen terapi yang kompleks, pemahaman yang

kurang tentang pengelolaan dan risiko hipertensi sehingga responden tidak patuh

mengkonsumsi obat anti hipertensi disebabkan responden tidak merasakan sakit.34

Pengetahuan tentang hipertensi tidak sejalan dengan kesadaran dari pasien

itu sendiri untuk mengkonsumsi obat anti hipertensi yang mengakibatkan angka

kejadian hipertensi yang tinggi terjadi.

Kemungkinan yang lain adalah karena sampel yang diambil sebahagian

besar dari golongan orang tua yang sering lupa dan tidak di ingatkan oleh keluarga

terdekat mereka, maka penyebab lain itu ialah pasien tidak patuh mengkonsumsi

obat anti hipertensi karena lupa meminumnya sehingga angka terjadinya

komplikasi hipertensi semakin tinggi.

2. Hubungan umur terhadap komplikasi

Hasil penelitian mengenai hubungan umur dengan komplikasi di RSUD

Andi Makassau Parepare menunjukkan bahwa nilai p = 0,059. Dengan demikian

H0 di terima, dan Ha di tolak. Sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak ada

hubungan umur dengan terjadinya komplikasi di RSUD Andi Makassau Parepare.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi

yaitu ada hubungan yang bermakna antara umur lansia (60-90 tahun) dengan

komplikasi .Tingginya hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur yang

Page 66: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga

pembuluh darah menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi

kaku, sebagai akibatnya adalah meningkatnya tekanan darah sistolik. Seiring

dengan peningkatan tekanan darah yang terus menerus dapat menyebabkan

komplikasi.40

Dari data yang didapatkan kecenderungan terjadinya komplikasi pada

umur > 64 tahun dengan proporsi yaitu 76,5%. Ini sesuai penelitian Sigarlaki

bahwa semakin tua seseorang maka cenderung terkena komplikasi hipertensi. Hal

ini disebabkan karena pada usia tersebut arteri besar kehilangan kelenturannya

dan menjadi kaku karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk

melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya

tekanan darah.38 Peningkatan terus menerus dapat menyebabkan hipertrofi

ventrikel kiri akibat waktu dan lamanya menderita hipertensi yang tidak

terkontrol. Ini juga merupakan faktor risiko terjadinya serebrovaskuler dan

penyakit ginjal.32

3. Hubungan jenis kelamin dengan komplikasi

Hasil penelitian mengenai hubungan jenis kelamin dengan komplikasi di

RSUD Andi Makassau Parepare menunjukkan bahwa nilai p = 0,555. Dengan

demikian H0 di terima, dan Ha di tolak. Sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak

ada hubungan jenis kelamin dengan terjadinya komplikasi di RSUD Andi

Makassau Parepare.

Page 67: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Penelitian ini sejalan dengan Sarasaty, hal ini bisa terjadi karena adanya

faktor lain yang mempengaruhi tekanan darah seperti tingkat stress dan faktor

lainnya sehingga menyebabkan komplikasi.39

Jenis kelamin yang cenderung menderita komplikasi yaitu laki-laki dengan

proporsi tertinggi didapatkan yaitu 61,5 %. Hal ini bisa dipengaruhi oleh faktor –

faktor risiko dari hipertensi yang dapat mempercepat terjadinya komplikasi

hipertensi seperti gaya hidup (merokok, obesitas dan stress).

4. Hubungan Derajat Hipertensi Dengan Komplikasi

Hasil penelitian mengenai hubungan derajat hipertensi dengan komplikasi

di RSUD Andi Makassau Parepare menunjukkan bahwa nilai p = 0,013. Dengan

demikian H0 di tolak, dan Ha di terima. Sehingga dapat di simpulkan bahwa ada

hubungan derajat hipertensi dengan terjadinya komplikasi di RSUD Andi

Makassau Parepare.

Dari hasil penelitian ini didapatkan jumlah penderita hipertensi derajat 1

lebih banyak dibandingkan derajat 2. Hal ini disebabkan karena responden mulai

patuh menkonsumsi obat anti hipertensinya setelah di diagnosis komplikasi organ

target tertentu. Pada data sekunder yaitu rekam medik pasien mempunyai riwayat

hipertensi derajat 2.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Agusti 2014 dimana pada penelitiannya didapatkan hasil tidak ada hubungan

derajat hipertensi 1 dan 2 terhadap komplikasi organ target di RSUP Dr Kariadi

Semarang. Perbedaan dengan penelitian ini adalah karena adanya faktor risiko

seperti obesitas yang juga berperan terjadinya komplikasi organ target seperti

Page 68: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

pembentukan plak pada pembuluh darah perifer, dan gangguan jantung serta

gangguan ginjal.41

Derajat hipertensi yang cenderung mengalami komplikasi dengan proporsi

sebanyak 90,9% yaitu hipertensi derajat 2. Variasi tekanan darah bertambah

dengan usia dan tingkat tekanan darah.ini lebih hebat pada tekanan sistol daripada

tekanan diastol. Dari penelitian Nampak bahwa besarnya variasi dalam tekanan

sistol dan tekanan arteri rata-rata berhubungan terbalik dengan kepekaan

baroreseptor. Pada penderita tua dengan pengkapuran dapat juga menyebabkan

auscultatory gap. Dimana penilaian yang lebih rendah dari tekanan sistolik atau

penilaian yang terlalu tinggi dari tekanan sistolik.32

D. Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan judul hubungan

tingkat kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi terhadap komplikasi hipertensi

di RSUD Andi Makassau Parepare, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Prevalensi terbesar hipertensi derajat 1 82,5%

2. Umur responden terbanyak 55-64 tahun 41,3%

3. Responden yang tidak patuh lebih banyak dibandingkan responden

yang patuh menkonsumsi obat Anti Hipertensi.

4. Ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat

kepatuhan penggunaan obat anti hipertensi terhadap komplikasi

hipertensi di RSUD Andi Makassau Parepare.

Page 69: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

5. Ditemukan tidak adanya hubungan yang bermakna antara umur

terhadap komplikasi hipertensi di RSUD Andi Makassau Parepare.

6. Ditemukan tidak adanya hubungan yang bermakna antara jenis

kelamin terhadap komplikasi hipertensi di RSUD Andi Makassau

Parepare.

7. Ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara derajat

hipertensi terhadap komplikasi hipertensi di RSUD Andi Makassau

Parepare.

b. Saran

1. Bagi peneliti lain

Agar penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti lain dengan menambah

jumlah variabel dan jumlah sampel penelitian. Melihat penelitian ini hanya

dilakukan dari Desember 2015 – Januari 2016. Untuk penelitian selanjutnya ada

kemungkinan kepatuhan responden dalam penggunaan obat anti hipertensi

berbeda dengan peneliti, sehingga upaya untuk mengetahui sampai dimana tingkat

kepatuhan pasien yang dilakukan ( dituliskan dalam kuiesioner ) juga minimal.

Dan juga perlunya inform consenst yang maksimal kepada responden yang telah

masuk dalam kriteria penelitian dapat dilakukan pengukuran.

2. Bagi tempat pelayanan kesehatan

a. Terkhusus untuk RSUD Andi Makassau Parepare agar lebih

menggalang early detection dari penyakit hipertensi dan

komplikasi hipertensi, melihat bahwa pada penelitian ini

Page 70: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

didapatkan bahwa proporsi ada komplikasi hipertensi lebih tinggi

dibandingkan yang tidak ada komplikasi.

b. Menggalang kerjasama dengan lintas sektor masyarakat terdekat,

seperti PKK, organisasi keagamaan ,dll dalam upaya deteksi dini

serta penyuluhan komplikasi hipertensi dan penyakit tidak

meenular.

3. Bagi Masyarakat

Kepada masyarakat terutama usia 55-64 tahun senatiasa memeriksakan

tekanan darahnya secara berkala di pusat pelayanan kesehatan terdekat. Dan bagi

masyarakat yang sudah di deteksi hipertensi agar rutin menkonsumsi obat anti

hipertensi sesuai dengan anjuran dokter dan petugas kesehatan lainnya.

Page 71: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

BAB VII

TINJAUAN KEISLAMAN

Pengobatan penyakit jasmani ada dua macam yaitu pertama, cara

pengobatan yang di ilhamkan Allah SWT kepada manusia dan binatang ( alami)

serta tidak membutuhkan penanganan medis, misalnya mengobati rasa lapar, rasa

haus, keinginan dan keletihan. Kedua pengobatan yang membutuhkan analisis dan

diagnosis, yaitu pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit yang sering

menyerang manusia hingga mengakibatkan kondisi tubuh tidak stabil.42

A. Pandangan Islam tentang kepatuhan

Allah SWT berfirman:

“ hai orang – orang yang beriman, taatilah Allah dan Rasul(Nya), dan ulil amri

diantara kamu. Kemudian kamu berlain pendapat tentang sesuatu, maka

kembalikanlah kepada Allah ( Al-Quran) dan Rasulnya ( Sunnahnya). Jika kamu

benar – benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih

utama ( bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS.An-Nisa:59)

Page 72: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Kita diperintahkan untuk patuh terhadap ulil amri atau pemimpin diantara

kita serta bertanya kepada ahlinya. Diriwayatkan dalam kisah Israiliyat bahwa

Nabi Ibrahim Khalilullah pernah bertanya kepada Allah,”Wahai Tuhanku, dari

mana asal penyakit?” Allah menjawab,”Dari Aku.”Ibrahim as bertanya lagi,”Dari

mana asal kesembuhan?” Dia menjawab,”Dari Aku.” Ibrahim as terus bertanya,”

Jika begitu, apa peranan seorang dokter?” Dia menjawab,” dokter adalah orang

yang ditangannya Kuturunkan dan Kujadikan sebab kesembuhan.”42

Dari ayat di atas jelaslah kita diperintahkan untuk patuh terhadap ulil amri

atau pemimpin diantara kita dimana pada pembahasan penelitian ini terdapat

perintah untuk menuruti anjuran dokter untuk terus menkonsumsi obat yang telah

diberikan agar tidak terjadi komplikasi dan pada potongan ayat yang terakhir di

jelaskan bahwa yang demikian itu lebih baik akibatnya di mana perintah yang di

berikan tidak semata – mata untuk kepentingan pasien, bahwa dokter menyuruh

menkonsumsi obat agar pasien bisa sehat dan terhindar dari komplikasi dari

penyakitnya. Tapi dari kesehatan dan terhindarnya pasien dari komplikasi, pasien

hipertensi bisa beraktivitas lagi dan mencari rejeki yang Allah telah sebarkan di

dunia ini.

B. Pandangan islam tentang komplikasi

Dalam firman Allah SWT:

Page 73: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Artinya : ''Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari

Tuhanmu dan penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)

dalam dada dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orangnya yang beriman''

(QS:Yunus 57).

Dari ayat di atas dapat kita lihat bahwa dalam islam saja telah dijelaskan

bahwa Allah SWT telah memberikan penyembuh dari penyakit – penyakit tetapi

tetap beberapa orang mengingkarinya dengan kesombongannya. Ayat tersebut di

atas jika di hubungkan dengan penelitian ini bahwa setiap pasien yang telah di

berikan ilmu pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya saat ini beserta risiko

yang akan yang akan ditanggungnya yaitu komplikasi. Apalabila tidak mematuhi

apa yang telah di anjurkan oleh dokter, akan memperberat keadaan dari

penyakitnya sehingga timbul berbagai penyakit komplikasi dari penyakit, keadaan

pasien menjadi bertambah tidak stabil lagi dan menggangu aktivitas dan ibadah

dari pasien itu sendiri.

C. Kesimpulan hubungan tingkat kepatuhan terhadap komplikasi

Imam Musli meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dari hadits Abu Zubair

yang meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi Muhammad SAW

bersabda:

“setiap penyakit ada obatnya. Jika obat yang diberikan, dengan izin Allah,

penyakit itu akan sembuh.” ( HR. Ahmad dan Hakim)

Page 74: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Sabda Nabi diatas akan mendorong pasien untuk mencari obat dari

penyakitnya. Jika pasien merasa bahwa ada obat dari penyakitnya, hatinya akan

dipenuhi harapan, bukan perasaan putus asa, dan harapan terbuka lebar di

hadapannya. Jika jiwa pasien kuat, kekuatan panas instingtif juga akan meningkat,

jiwa dan hati juga akan menjadi kuat. Kekuatan ini akan memperkuat bagian

tubuh terserang dan penyakit akan menjadi lebih mudah disembuhkan. Dan

pasien yang telah di berikan ilmu pengetahuan tentang penyakit yang dideritanya

saat ini beserta risiko yang akan yang akan ditanggungnya yaitu komplikasi

sehingga pasien diharapkan patuh dalam menkonsumsi obat yang telah dianjurkan

oleh dokter.42

Dalam firman Allah SWT :

Artinya:dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku. (QS:Asy

Syu’araa 80)

Dalam ayat ini, syifa (penyembuh) yang ada didalam Al Qur’an. Bacalah

ayat ayat tersebut didalam shalat dengan memahami maknanya. Harapkan

kesembuhan dan pertolongan Allah dalam menghadapi berbagai penyakit yang

anda derita. Jika Allah berkehendak tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah,

betapun berat penyakit seseorang dengan mudah Allah bisa menyembuhkannya.

Page 75: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Berdasarkan riwayat Abu Darda' Radhiyallahu 'Anhu ia berkata:

Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:

"Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia telah

menetapkan bagi setiap penyakit obatnya, maka janganlah berobat dengan

perkara yang haram."(H.R Abu Dawud No:3372)42

Dalam Shahih-nya, imam muslim juga meriwayatkan bahwa Thariq bin

Suwaid Al-Ja’fi bertanya kepada Rasulullah SAW tentang minuman keras.

Rasulullah SAW mengharamkan atau membenci orang yang membuat minuman

keras. Thariq berkata, “saya membuat arak untuk pengobatan. Beliau SAW

bersabda,”sesungguhnya minuman keras bukanlah obat tetapi penyakit.’42

Nasa’I meriwayatkan dalam Sunan-nya bahwa seorang doter

menggunakan katak sebagai campuran obat dan Raasulullah SAW melarangnya

membunuh katak tersebut. Nabi bersabda,” barangsiapa menggunakan minuman

keras untuk berobat maka Allah tidak akan memberikannya kesembuhan.”42

Page 76: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Ibnul Qayyim berkata: “Dalam hadits-hadits shahih telah disebutkan

perintah berobat, dan berobat tidaklah menafikan tawakkal. Sebagaimana makan

karena lapar, minum karena dahaga, berteduh karena panas dan menghangatkan

diri karena dingin tidak menafikan tawakkal. Tidak akan sempurna hakikat tauhid

kecuali dengan menjalani ikhtiyar (usaha) yang telah dijadikan Allah sebagai

sebab musabab terjadi suatu takdir. Bahkan meninggalkan ikhtiyar dapat merusak

hakikat tawakkal, sebagaimana juga dapat mengacaukan urusan dan

melemahkannya. Karena orang yang meninggalkan ikhtiyar mengira bahwa

tindakannya itu menambah kuat tawakkalnya. Padahal justru sebaliknya,

meninggalkan ikhtiyar merupakan kelemahan yang menafikan tawakkal. Sebab

hakikat tawakkal adalah mengaitkan hati kepada Allah dalam meraih apa yang

bermanfaat bagi hamba untuk dunia dan agamanya serta menolak mudharat

terhadap dunia dan agamanya. Tawakkal ini harus disertai dengan ikhtiyar, jikalau

tidak berarti ia telah menafikan hikmah dan perintah Allah. Janganlah seorang

hamba itu menjadikan kelemahannya sebagai tawakkal dan jangan pula

menjadikan tawakkal sebagai kelemahannya. (Zaadul Ma’ad IV/15, lihat juga

Mausu’ah Fiqhiyyah XI/116.)

Dengan demikian diharapkan pasien untuk berobat kepada yang ahli

(memiliki ilmu di bidang tersebut) dan mengikuti saran dan patuh terhadap

petunjuk serta pengobatan ( yang halal dan telah dilakukan penelitian tentang obat

tersebut) yang di berikan dokter agar terhindar dari sakit dan komplikasi dari

penyakit. Inshaa Allah dengan izin , kehendak dan kekuasan Allah SWT pasien

bisa sehat dan kembali beraktivitas lagi.

Page 77: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Selain itu seorang dokter adalah orang yang dapat merenggangkan organ

tubuh yang kerekatannya dapat merugikan tubuh atau sebaliknya. Dokter

mengurangi kestabilan yang dapat menyebabkan kerugian jika mengalami

peningkatan seperti hipertensi dan mengalami penurunan seperti kesehatan.

Karena itu, dokter dapat memulihkan kesehatan yang hilang atau

mempertahankannya setelah pulih dan membantu menangkal penyakit dengan

penangkalnya ( obat ) , menghindarkan pasien dari komplikasi penyakitnya,

mengetahui dengan menyandarkan asumsi pada petunjuk dan nasehat Nabi

Muhammad SAW, tentu saja semua hal tersebut atas kehendak, kekuasaan, dan

pertolongan Allah SWT.42

Page 78: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

http://pppl.depkes.go.id/berita?id=965 ( di akses 23 oktober 2015 )

2. Kementerian Kesehatan RI.2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Sumber

www. Hasil Riskesdas 2013.pdf ( di akses: tanggal 23 oktober 2015)

3. Kementerian Kesehatan RI.2013. Pusat Data dan Informasi kementrian

Kesehatan RI Hipertensi. Sumber www.infodatin-hipertensi.pdf ( diakses:

tanggal 23 oktober 2015 )

4. Buku balitbangkes. 2013. Riskesdas Dalam Angka provinsi Sulawesi

Selatan Tahun 2013. Sumber

http://jiiks.litbang.depkes.go.id/buku/riskesdas-dalam-angka-provinsi-

sulawesi-selatan-tahun-2013/ ( diakses: tanggal 15 november 2015 )

5. Kementerian Kesehatan RI.2013. Pusat Data dan Informasi kementrian

Kesehatan RI.Jantung.sumber www.infodatin-jantung.pdf ( diakses:

tanggal 23 oktober 2015 )

6. Jaya, Nandang Tisna Ali Ami. 2009. Faktor - faktor yang Berhubungan

dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Dalam Minum Obat Antihipertensi di

Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten. Diakses:

http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id.( 28 november 2015 )

7. Morisky, D. & Munter, P. (2009). New medication adherence scale versus

pharmacy fill rates in senior with hipertention. American Jurnal Of

Managed Care, 15(1): 59-66.

Page 79: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

8. Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. Hipertensi dan Faktor Risikonya

dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi FKM UNHAS. 2007.

http;//www.CerminDuniaKedokteran.com/index.php?option=com_content

&task=view&id=38&Itemid=12). Diakses ( 23 oktober 2015 )

9. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Jilid I Edisi ke IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit

Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Jakarta. 2006: 610-14

10. Sukkur, Abdus (2009), skripsi : Hubungan lingkar pinggang dengan

kejadian hipertensi di Poli Jantung RSUD Sidoarjo. Program Studi

Keperawatan Sidoarjo Politeknik Kesehatan: Surabaya

11. Rindiatuty, Yuyun (2008), skripsi : Hubungan lingkar leher dan lingkar

pinggang dengan hipertensi di Poli Interna RSUD Moewardi. Bagian Ilmu

Gizi: Surakarta

12. Anonim.Hipertensi.Primer.http://www.scribd.com/doc/3498615/HIPERTE

NSI PRIMER?autodown=doc. [Diakses pada tanggal 10 november 2015].

13. Djafar, Nurhaedah, Dr. Apt,. (2010), Makalah : Hipertensi. Program Studi

Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas hasanuddin:

Makassar

14. Wade, A Hwheir, D N Cameron, A. 2003. Using a Problem Detection

Study ( PDS ) to Identify and Compare Health Care Privider and

Consumer Views of Antihypertensive therapy. Journal of Human

Hypertension, Jun Vol 17 Issue 6, p397.

Page 80: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

15. Kumar v, Abbas, A.K, Fausto, N.,2005. Hypertensive vascular disease.

Dalam: Robn and Contran Pathologic Basis of Disease, 7th edition.

Elsevier Saunders. Philadelpia

16. Oktora R. Gambaran Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap di Bagian

Penyakit Dalam RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru Periode Januari Sampai

Desember 2005, Skripsi, FK UNRI, 2007, hal 41-42

17. Joint National Cimitte on Prevention, Detection and Treatment of High

Blood Pressure. The seventh Report, USA: U.S. Departement of Health

and Human Services. 2003

18. Setiawan, dalimartha.Care Your Self Hypeetension. 2008. Jakarta :

Penebar Plus

19. Cortas K, et all. Hypertension. Last update May 11 2008

http//:www.emedicine.com. [Diakses pada tangal 10 november 2015].

20. Sheps, Sheldon G, Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan Darah

Tinggi. Jakarta: PT Intisari Mediatama, 2005; 26,158.

21. Hernelahti M, Kujala UM, Kaprio J, et.al., Hypertension in master

endurance athletes.J. Hypertens 1998;16(11):1573-7 (ISSN: 0263 – 6352)

22. Price, Sylvia Anderson, dan Wilson, Lorraine McCarty, Edisi 4,

Hipertensi dalam Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995; 533-535.

23. Nurkhalida, Warta Kesehatan Masyarakat.Jakarta: Depkes RI., 2003; 19

21. (7)

Page 81: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

24. Bowman ST et al. Clinical Research Hypertension. A Prospective Study of

Cigarette Smokey And Risk of Inciden Hypertension In Bringham

And Women Hospital Massachucetts, 2007.p 1-3.

25. Widayanto D. Apa Manfaat Garam Sebagai Bahan Pengawet.

http://id.answers.yahoo.com/question/index;_ylt=Aj3eh2PdCnd0po.ZrHR

TkNLVRgx.;_ylv=3?qid=20080814042051AAWyOOk. [Diakses pada

tanggal 10 November 2015].

26. Shapo L, Pomerleau J, McKee M. Epidemiology of Hypertension and

Associated Cardiovaskular Risk Factors in a Country in Transition.

Albania; Journal Epidemiology Community Health2003;57:734-739.

27. Radeski Thomas E. J.D. Hypertension: Salt is a major risk faktor. USA: J

Cardiovasc,Feb;7(1): 2000;5-8.

28. Ferketich et. Al., Links Among Depression, Race, Hypertension, and the

Heart.USA: J Clin Hypertens 2(6) Le Jacq Communications, Inc 2000;

410-412

29. Corwin, Elizabeth J., Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku

kedokteran EGC, 2001; 356

30. Mansjoer-Arief, dkk. Kapita Selekta edokteran Jilid I. Jakarta: Media

Aesculapius FK UI, 2001; 52

31. Guyton & Hall. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedoktern EGC:

2007

32. Rilantono, lily ismudiati. Buku ajar kardiologi. Penerbit fakultas

kedokteran Universitas Indonesia. 2003: 201-203.

Page 82: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

33. Horne R, Weinman J, Barber N,Elliot R, Morgan M, Cribb, A & Kellar I,

2006. Concordance, Adherence & Compliance In Medicine Taking. Centre

for Health Care Research. University of bringhton, Falmer, Bringhton.

34. Oktara R. Gambaran Penderita Hipertensi Yang Dirawat Inap di Bagian

Penyakit Dalam RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru Periode Januari sampai

Desember 2005, Skripsi, FK UNRI,2007, hal 41-42.

35. Kumar v, Abbas, A.K, Fausto,N,2005. Hypertensive Vascular disease.

Dalam: robin and Contran Pathologic Basic of Disease,7th edition. Elsevier

saunders. Philadephia.

36. Smantummkul, Chayanee.2014. Tingkat kepatuan penggunaan obat

antihipertensi pada pasien hipertensi di instalasi rawan jalan rumah sakit X

pada tahun 2014. Diakses:

http://eprint.ums.ac.id/32110/9/NASKAH%20PUBLIKA.pdf ( 14 februari

2016)

37. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian

Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan 2006. Pharmaceutical care

untuk penyakit hipertensi. Diakes:

http://www.binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361338449.pdf ( 14 februari

2016)

38. Sigarlaki.Herke J.O. Karakteristik Dan Faktor Berhubungan Dengan

Hipertensi Di Desa Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten

Kebumen, Jawa Tengah, Tahun 2006. lmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Kedokteran, Universitas Kristen Indonesia.

Page 83: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/viewFile/187/183. ( diakses

16 Maret 2016)

39. Sarasaty, RF. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada

Kelompok Lanjut Usia di Kelurahan Sawah Baru Kecamatan Ciputat,

Kota Tangerang Selatan.Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. 2011. Jakarta.

http://eprints.ums.ac.id/29084/9/02._Naskah_Publikasi.pdf ( diakses 16

Maret 2016)

40. Budi, Ls., Sulchan, HM., Wardani, RS. Beberapa Faktor yang

Berhubungan dengan Tekanan Darah pada.Usia Lanjut di RW VIII

Kelurahan Krobokan Kecamatan Semarang Barat Kota

Semarang.2011.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Muhammadiyah Semarang. http://eprints.ums.ac.id. Diakses ( 16 Maret

2016)

41. Agusti,Muhammad Riefky Putra. Hubungan Hipertensi Derajat 1 Dan 2

Pada Obesitas Terhadap Komplikasi Organ Target Di Rsup Dr Kariadi

Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.2014.

http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/7833/7589 (

diakses tanggal 16 maret 2016)

42. Al-jauziyah, Ibnu Qayyim. Buku pintar kedokteran Nabi. Dar al kutub al-

‘llmiyah. Beirut, Cetakan III 2002 M / 1423 H. Hal 27,34,39,40,197,198.

Page 84: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

LAMPIRAN 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb

Saya Amalia Febrianti Utami dengan nim 10542 0358 12 jurusan

Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar

mahasiswa semester 7 akan melakukan penelitian yang berjudul “ Hubungan

Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat Antihipertensi Terhadap Komplikasi

Hipertensi di RSUD Andi Makassau Parepare”.

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat

hubungan antara tingkat kepatuhan penggunaan obat antihipertensi terhadap

komplikasi hipertensi. Semua informasi yang diberikan Responden akan dijamin

kerahasiaannya dan untuk menjaga kerahasiaannya, maka Peneliti tidak

mencantumkan nama respon pada lembar pengumpulan data. Oleh karena itu,

peneliti meminta kesediaan saudara/ (i) agar dapat ikut berpartisipasi dalam

penelitian ini.

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Amalia Febrianti Utami

Page 85: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

INFORMED CONSENT

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa diatas

tersebut, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

No . kode responden :

Nama / Inisial :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

No. Hp / Telepon :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan dari peneliti serta

memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dengan ini saya

menyatakan: “BERSEDIA / TIDAK BERSEDIA” untuk berpartisipasi dalam

penelitian yang berjudul “ Hubungan Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat

Antihipertensi Terhadap Komplikasi Hipertensi di RSUD Andi Makassau

Parepare”.

Parepare, Desember 2015

Yang Membuat Pernyataan,

Coret salah satu( bersedia / tidak bersedia)

Page 86: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

KUIESIONER KEPATUHAN

Kode Responden :

Tanggal :

Mohon di isi dan dijawab pertanyaan dibawah ini dengan benar dan lengkap.

Tandai jawaban anda dengan melingkari nomor jawaban dan mengisi jawaban

pada kolom yang disediakan.

No Pertanyaan Jawaban

1. Apakah Bapak/Ibu menderita Hipertensi? 1. Ya

2. Tidak

2. Bila Ya, apakah Bapak/Ibu menkonsumsi obat

antihipertensi?

1. Ya

2. Tidak

3. Bila Ya, berapa banyak jenis obat yang

Bapak/Ibu konsumsi setiap hari?

1. Satu Jenis

2. Lebih dari satu jenis

4. Apa nama obat yang Bapak/Ibu konsumsi?

..................................

3. Sudah berapa lama Bapak/Ibu didiagnosis

hipertensi?

...................................

4. Apakah Bapak / Ibu minum obat antihipertensi

sesuai resep dokter?

1. Ya

2. Tidak

5. Ketika Bapak/Ibu bepergian apakah pernah lupa

membawa obatnya?

1. Ya

2. Tidak

6. Jika Ya, apakah Bapak / Ibu membeli obat

antihipertensi tersebut?

1. Ya

2.Tidak

7. Dari skala 0-7, berapa kali Bapak/Ibu lupa

minum obat antihipertensi dalam seminggu?

a. 0 (Tidak pernah)

b. 1-3 (pernah)

c. 4-6 (kadang)

d. 7 (selalu)

8. Saat merasa keadaan membaik , apakah 1. Ya

Page 87: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Bapak/Ibu terkadang memilih untuk berhenti

meminum obat?

2. Tidak

9. Apakah Bapak/Ibu pernah mengurangi atau

menghentikan penggunaan obat tanpa memberi

tahu ke dokter karena merasakan kondisi lebih

buruk/tidak nyaman saat menggunakan obat?

1. Ya

2. Tidak

10. Apakah Bapak/Ibu sering mengalami kesulitan,

mengingat seluruh obat antihipertensi yang

harus dikonsumsi?

1. Ya

2.Tidak

11. Sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus

meminum obat setiap hari, apakah Bapak/Ibu

pernah merasa terganggu karena keadaan

seperti itu.?

1. Ya

2. Tidak

12. Berapa lama penderita hipertensi diharuskan

menkonsumsi obat antihipertensi?

1. Seumur hidup

2. Kalau sakit saja

13. Hipertensi merupakan penyakit menular. 1. Benar

2. Salah

14. Hipertensi dapat menyebabkan penyakit

jantung, penyakit stroke, dan penyakit ginjal.

1. Benar

2. Salah

Page 88: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

KUESIONER KOMPLIKASI

Mohon di isi dan dijawab pertanyaan dibawah ini dengan benar dan lengkap.

Tandai jawaban anda dengan melingkari nomor jawaban.

Pertanyaan Jawaban

Apakah Bapak/Ibu menderita penyakit

lain selain hipertensi?

1. Ya

2. Tidak

Jika Ya, penyakit apakah yang

Bapak/Ibu derita?

1. penyakit jantung

2. penyakit ginjal

3. stroke

Sudah berapa Bapak/Ibu menderita

penyakit tersebut?

..................................................

Apakah penyakit diatas tersebut, anda

dapatkan setelah di diagnosis dokter

menderita hipertensi atau sebelum

didiagnosa dokter menderita

hipertensi?

1.Sesudah di diagnosis hipertensi

2. Sebelum di diagnosis hipertensi

Terima Kasih Atas Ketersediaan Anda

DI ISI OLEH PENELITI

Tekanan Darah 1 2 RATA-

RATA

Sistol

Diastol

Diagnosis: Normotensi Hipertensi – I

Pre – hipertensi Hipertensi – II

Page 89: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

LAMPIRAN 2

Frequency Table

umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

18 - 24 1 1,6 1,6 1,6

25-34 1 1,6 1,6 3,2

35-44 4 6,3 6,3 9,5

45-54 16 25,4 25,4 34,9

55-64 26 41,3 41,3 76,2

65-74 6 9,5 9,5 85,7

>75 9 14,3 14,3 100,0

Total 63 100,0 100,0

jk

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

LAKI-LAKI 29 46,0 46,0 46,0

PEREMPUAN 34 54,0 54,0 100,0

Total 63 100,0 100,0

LAMPIRAN 2

Statistics

umur jk interpretasiH

T

interpretasiK

epatuhan

interpretasiko

mplikasi

penyakitlai

n

N Valid 63 63 63 63 63 63

Missing 0 0 0 0 0 0

Mean ,937

Median 1,000

Std. Deviation 1,0298

Minimum ,0

Maximum 3,0

Percentiles

25 ,000

50 1,000

75 1,000

Page 90: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

InterpretasiHT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

HT st 1 39 61,9 61,9 61,9

HT st 2 11 17,5 17,5 79,4

pre HT 13 20,6 20,6 100,0

Total 63 100,0 100,0

interpretasiKepatuhan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

tidak patuh 37 58,7 58,7 58,7

patuh 26 41,3 41,3 100,0

Total 63 100,0 100,0

interpretasikomplikasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

ada komplikassi 36 57,1 57,1 57,1

tidak ada komplikasi 27 42,9 42,9 100,0

Total 63 100,0 100,0

Penyakitlain

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

tidak ada penyakit lain 27 42,9 42,9 42,9

penyakit jantung 21 33,3 33,3 76,2

penyakit ginjal 7 11,1 11,1 87,3

stroke 8 12,7 12,7 100,0

Total 63 100,0 100,0

Page 91: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

LAMPIRAN 3 Crosstabs KEPATUHAN TERHADAP INTERPRETASI KOMPLIKASI

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

interpretasiKepatuhan *

interpretasikomplikasi

63 100,0% 0 0,0% 63 100,0%

interpretasiKepatuhan * interpretasikomplikasi Crosstabulation

interpretasikomplikasi Total

ada

komplikassi

tidak ada

komplikasi

InterpretasiKepatu

han

tidak

patuh

Count 26 11 37

% within

interpretasiKepatuhan

70,3% 29,7% 100,0

%

% within

interpretasikomplikasi

72,2% 40,7% 58,7%

patuh

Count 10 16 26

% within

interpretasiKepatuhan

38,5% 61,5% 100,0

%

% within

interpretasikomplikasi

27,8% 59,3% 41,3%

Total

Count 36 27 63

% within

interpretasiKepatuhan

57,1% 42,9% 100,0

%

% within

interpretasikomplikasi

100,0% 100,0% 100,0

%

Page 92: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Chisquare-test

CROSS TAB

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umur * interpretasikomplikasi 63 100,0% 0 0,0% 63 100,0%

jk * interpretasikomplikasi 63 100,0% 0 0,0% 63 100,0%

interpretasiHT * interpretasikomplikasi 63 100,0% 0 0,0% 63 100,0%

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for interpretasiKepatuhan (tidak patuh / patuh) 3,782 1,312 10,903

For cohort interpretasikomplikasi = ada komplikassi 1,827 1,076 3,102

For cohort interpretasikomplikasi = tidak ada komplikasi ,483 ,270 ,864

N of Valid Cases 63

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6,309a 1 ,012

Continuity Correctionb 5,077 1 ,024

Likelihood Ratio 6,367 1 ,012

Fisher's Exact Test ,019 ,012

N of Valid Cases 63

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.14.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 93: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

UMUR TERHADAP INTERPRETASI KOMPLIKASI

Crosstab

interpretasikomplikasi Total

1,0 2,0

umur

1,0

Count 23 23 46

Expected Count 26,3 19,7 46,0

% within umur 50,0% 50,0% 100,0%

% within interpretasikomplikasi 63,9% 85,2% 73,0%

% of Total 36,5% 36,5% 73,0%

2,0

Count 13 4 17

Expected Count 9,7 7,3 17,0

% within umur 76,5% 23,5% 100,0%

% within interpretasikomplikasi 36,1% 14,8% 27,0%

% of Total 20,6% 6,3% 27,0%

Total

Count 36 27 63

Expected Count 36,0 27,0 63,0

% within umur 57,1% 42,9% 100,0%

% within interpretasikomplikasi 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 57,1% 42,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3,551a 1 ,059

Continuity Correctionb 2,553 1 ,110

Likelihood Ratio 3,727 1 ,054

Fisher's Exact Test ,086 ,053

Linear-by-Linear Association 3,495 1 ,062

N of Valid Cases 63

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.29.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 94: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for umur (1.0 / 2.0) ,308 ,087 1,086

For cohort interpretasikomplikasi = 1.0 ,654 ,442 ,967

For cohort interpretasikomplikasi = 2.0 2,125 ,860 5,250

N of Valid Cases 63

JENIS KELAMIN TERHADAP KOMPLIKASI

Crosstab

interpretasikomplikasi Total

1,0 2,0

jk

1,0

Count 20 17 37

Expected Count 21,1 15,9 37,0

% within jk 54,1% 45,9% 100,0%

% within interpretasikomplikasi 55,6% 63,0% 58,7%

% of Total 31,7% 27,0% 58,7%

2,0

Count 16 10 26

Expected Count 14,9 11,1 26,0

% within jk 61,5% 38,5% 100,0%

% within interpretasikomplikasi 44,4% 37,0% 41,3%

% of Total 25,4% 15,9% 41,3%

Total

Count 36 27 63

Expected Count 36,0 27,0 63,0

% within jk 57,1% 42,9% 100,0%

% within interpretasikomplikasi 100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 57,1% 42,9% 100,0%

Page 95: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square ,349a 1 ,555

Continuity Correctionb ,111 1 ,740

Likelihood Ratio ,351 1 ,554

Fisher's Exact Test ,612 ,371

Linear-by-Linear Association ,344 1 ,558

N of Valid Cases 63

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.14.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for jk (1.0 / 2.0) ,735 ,265 2,041

For cohort interpretasikomplikasi = 1.0 ,878 ,574 1,344

For cohort interpretasikomplikasi = 2.0 1,195 ,656 2,174

N of Valid Cases 63

Page 96: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

DERAJAT HIPERTENSI TERHADAP KOMPLIKASI

interpretasiHT * interpretasikomplikasi Crosstabulation

interpretasikomplikasi Total

ada komplikasi tidak ada

komplikasi

interpretasiHT

1,0

Count 10 1 11

Expected Count 6,3 4,7 11,0

% within interpretasiHT 90,9% 9,1% 100,0%

% within

interpretasikomplikasi

27,8% 3,7% 17,5%

% of Total 15,9% 1,6% 17,5%

2,0

Count 26 26 52

Expected Count 29,7 22,3 52,0

% within interpretasiHT 50,0% 50,0% 100,0%

% within

interpretasikomplikasi

72,2% 96,3% 82,5%

% of Total 41,3% 41,3% 82,5%

Total

Count 36 27 63

Expected Count 36,0 27,0 63,0

% within interpretasiHT 57,1% 42,9% 100,0%

% within

interpretasikomplikasi

100,0% 100,0% 100,0%

% of Total 57,1% 42,9% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6,205a 1 ,013

Continuity Correctionb 4,647 1 ,031

Likelihood Ratio 7,257 1 ,007

Fisher's Exact Test ,017 ,012

Linear-by-Linear

Association

6,106 1 ,013

N of Valid Cases 63

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,71.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 97: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for interpretasiHT (1,0 / 2,0) 10,000 1,193 83,837

For cohort interpretasikomplikasi = ada

komplikasi

1,818 1,307 2,529

For cohort interpretasikomplikasi = tidak ada

komplikasi

,182 ,028 1,202

N of Valid Cases 63

Page 98: AMALIA FEBRIANTI UTAMI 10542 0358 12