Al-Shaer.D., Hill. P.D., & Anderson. M.A. (2011). Nurses ...

46
DAFTAR PUSTAKA Amelia D. Madenski (2014) Improving Nurses Pain Management in the post anasthesia care unit http//www.mjournal.com/jornal of nursing/pain management pada tanggal 15 maret 2018 pkl. 21.32 wib Amin Huda, Hardhi Kusuma (2015).Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & Nanda Nic-Noc, Mediaaction Arwani, (2007) Manajemen Bangsal Keperawatan, EGC, Jakarta Al-Shaer.D., Hill. P.D., & Anderson. M.A. (2011). Nurses knowledge and attitudes regarding pain assessment and intervention. research for practice, 20(1), 7-11. Abdalrahim, M.S., Majali, S.A., Stomberg, M.W., & Bergbom, I. (2011). The effect of postoperative pain management program on improving nurses knowledge and attitudes toward pain. Nurse Education in Practice, 11(4), 250-255.. Blais, Kathleen koening. Janice S, Hayes. Barbara Kozier. Glenora Erbi. 2002. Praktik Keperawatan Profesional Konsep dan Perspektif. Jakarta: EGC. Casey & Georgina. (2011). Pain the fifth vital sign. Continuing professional development. New Zealand. Cotwin, J. Elizabeth (2009). Buku saku patosifiologi . Jakarta : EGC Daft, Richard L. 2002. Management. Jakarta: Salemba Empat. Dahlan, M. Sopiyudin (2017). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Deskriptif, bivariat dan multivariat Dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS. Seri 6 Jakarta : Epidemiologi Indonesia Direktorat Pelayanan Keperawatan, (2010) Standar Pelayanan keperawatan di rumah sakit, Depkes Jakarta. Gloria M.Bulecheck,Howard K. Butcher,Jeanne M.Dochterman,Cheryl M.Wagner (2016) Nursing interventions classification (NIC), elsevier Guyton, A.C, & Hall, J. E (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi Revisi Berwarna ke 12. Penterjemah : ErnitaI, Ibrahim Ilyas. Indonesia : Elsevier Hastono, Sutanto,P (2016). Analisis Data pada Bidang Kesehatan. Depok : Rajagrafindo Persada Hiadayat, A. Aziz Alilul (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.Jakarta : Salemba Medika Kate becckett etc (2015) a mixed method study of pin management practice in a uk chidrens hospital : identification of barrier http//www.mjournal.com/jornal of nursing/pain management pada tanggal 12 maret 2018 pkl. 16.33 wib Kumar, Vinay, Abbas K Abdul, Aster C. Jon (2015). Buku Ajar : Patologi. Robinson. Jakarta : EGC Ivancevich, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga

Transcript of Al-Shaer.D., Hill. P.D., & Anderson. M.A. (2011). Nurses ...

DAFTAR PUSTAKA

Amelia D. Madenski (2014) Improving Nurses Pain Management in the post anasthesia care unit

http//www.mjournal.com/jornal of nursing/pain management pada tanggal 15 maret 2018 pkl.

21.32 wib

Amin Huda, Hardhi Kusuma (2015).Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & Nanda

Nic-Noc, Mediaaction

Arwani, (2007) Manajemen Bangsal Keperawatan, EGC, Jakarta

Al-Shaer.D., Hill. P.D., & Anderson. M.A. (2011). Nurses knowledge and attitudes regarding

pain assessment and intervention. research for practice, 20(1), 7-11.

Abdalrahim, M.S., Majali, S.A., Stomberg, M.W., & Bergbom, I. (2011). The effect of postoperative pain

management program on improving nurses knowledge and attitudes toward pain. Nurse Education

in Practice, 11(4), 250-255..

Blais, Kathleen koening. Janice S, Hayes. Barbara Kozier. Glenora Erbi. 2002. Praktik Keperawatan

Profesional Konsep dan Perspektif. Jakarta: EGC.

Casey & Georgina. (2011). Pain – the fifth vital sign. Continuing professional development. New

Zealand.

Cotwin, J. Elizabeth (2009). Buku saku patosifiologi . Jakarta : EGC

Daft, Richard L. 2002. Management. Jakarta: Salemba Empat.

Dahlan, M. Sopiyudin (2017). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Deskriptif, bivariat dan

multivariat Dilengkapi aplikasi dengan menggunakan SPSS. Seri 6 Jakarta : Epidemiologi

Indonesia

Direktorat Pelayanan Keperawatan, (2010) Standar Pelayanan keperawatan di rumah sakit, Depkes

Jakarta.

Gloria M.Bulecheck,Howard K. Butcher,Jeanne M.Dochterman,Cheryl M.Wagner (2016) Nursing

interventions classification (NIC), elsevier

Guyton, A.C, & Hall, J. E (2016). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi Revisi Berwarna ke 12.

Penterjemah : ErnitaI, Ibrahim Ilyas. Indonesia : Elsevier

Hastono, Sutanto,P (2016). Analisis Data pada Bidang Kesehatan. Depok : Rajagrafindo Persada

Hiadayat, A. Aziz Alilul (2017). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.Jakarta : Salemba

Medika

Kate becckett etc (2015) a mixed method study of pin management practice in a uk chidrens hospital :

identification of barrier http//www.mjournal.com/jornal of nursing/pain management pada tanggal

12 maret 2018 pkl. 16.33 wib

Kumar, Vinay, Abbas K Abdul, Aster C. Jon (2015). Buku Ajar : Patologi. Robinson. Jakarta : EGC

Ivancevich, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga

Martha Raile Alligood, (2016), Pakar Teori Keperawatan dan karya mereka, edisi indonesia ke 8

volume 2,: Elsevier

Martini, F (2006). Fundamentals of anatomy & Physiologi. Sevent Edition. Pearson, Benjamin Cumming

Nursalam (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Potter & Perry (2011) Fundamental Keperwatan. Buku 2 Edisi 7 : Jakarta : Salemba Medika

Price, Sylvia, Wilson M. Lorraine (2006). Fatosiologi. Konsep klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6

Volume 1, Jakarta : EGC

Robbins dan Judge. (2007). Perilaku Organisasi. Jakarta : salemba empat

Samba S, (2000), Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis, Jakarta

: EGC

Sabri, Luknis, Hastono P. Sutanto (2014). Statistik Kesehatan. Depok : Rajawali Press

Sheerwood, Lauralee (2016). Fisilogi Manusia dari sel ke sistem. Edisi 8, Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Sue Moorhead,Marion Johnson,Meridean L.Maas,Elizabeth Swanson (2016). Nursing outcomes

classification (NOC), Elsevier

Suarli, S dan Bahtiar, (2009), Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktik, Jakarta : Erlangga

Suyanto (2008) Mengenal Kepemimpinan dan manajemen Keperawatan di rumah sakit, Yogyakarta,

Mitra Candikia

Sudigdo S, Sofyan Ismael (2014). Dasar-dasar Metologi Penelitian Klinis .Jakarta : Sagung Seto

Sugiyono (2016) .Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Soekijo Notoatmojo (2012) . Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta

Sulistiyo Andarmoyo (2013). Konsep dan proses keperawatan nyeri . yogyakarta: Ar. Ruzzs Media

Tamsuri. A (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri . Jakarta : EGC

BAHAN PELATIHAN MANAJEMEN NYERI

KERANGKA ACUAN

MODUL PELATIHAN MANAJEMEN NYERI BAGI PERAWAT

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

JAKARTA 2018

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul ...…............................................................................ 1

Latar Baelakang .................................................................................

Tujuan ................................................................................................

Sasaran ...............................................................................................

2

3

3

Manfaat ..............................................................................................

Materi .................................................................................................

Nara Sumber ......................................................................................

Waktu dan Tempat ............................................................................

Penutup ...............................................................................................

3

3

4

4

4

Modul Manajemen Nyeri

5

A. Deskripsi ……………………..... 6

B. Tujuan Pembelajaran ..………...

C. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

D Tahap Pelaksaan Kegiatan

E Uraian Materi

6

6

9

11

Daftar Pustaka

Identitas Penulis

BAHAN PELATIHAN MANAJEMEN NYERI

KERANGKA ACUAN

MODUL PELATIHAN MANAJEMEN NYERI BAGI PERAWAT

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

PEMINATAN KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

JAKARTA 2018

Lampiran 1

1. Latar Belakang

Pengkajian nyeri dan pengetahuan yang mendasari untuk melakukannya merupakan dasar

tindakkan perawatan dan merupakan komponen kritis dari keefektifan manajemen nyeri

(Al- Shaer, Hill dan Anderson, 2011). Sedangkan menurut Zhang et al, (2008) dalam

penelitiannya mengenai efek pelatihan manajemen nyeri terhadap pengetahuan dan sikap

perawat di China mengatakan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap perawat

15,6% ketika dievaluasi satu bulan setelah dilakukan pelatihan. Dari beberapa penelitian

yang lain dikatakan bahwa pengetahuan yang tidak memadai dari perawat tentang

manajemen nyeri merupakan hambatan dalam menilai keefektifan manajemen nyeri yang

dilakukan.

Dalam beberapa elemen penilaian dari standar hak pasien dan keluarga , disebutkan bahwa

rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan manajemen nyeri

dengan tepat (Komisi Akreditasi Rumah Sakit {KARS}, 2011). Secara khusus, perawat

mempunyai peran penting dalam manajemen nyeri. Namun, dari hasil penelitian

diungkapkan bahwa pengetahuan perawat tentang manajemen nyeri masih kurang (Zhang

et al, 2008). Sesuai dengan Dep Kes (2008), mengatakan bahwa perawat berperan penting

dalam upaya penyembuhan pasien, termasuk dalam menangani nyeri dengan tindakan non

farmakologi. Manajemen nyeri bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pasien, dimana

kenyamanan adalah salah satu indikator mutu pelayanan keperawatan. Perawat dengan

ilmunya bertanggung jawab meningkatkan mutu layanan keperawatan.

Berdasarkan latar belakang diatas untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dirasa

perlu untuk dilakukan pelatihan manajemen nyeri bagi perawat.

2. Tujuan

2.1.Tujuan Umum

Peserta pelatihan dapat menunjukkan pemahaman tentang penerapan manajemen nyeri.

2.2.Tujuan Khusus

2.2.1. Peserta pelatihan dapat memahami konsep nyeri

2.2.2. Peserta pelatihan dapat memahami pengertian manajemen nyeri

2.2.3. Peserta pelatihan dapat memahami penerapan manajemen nyeri

2.2.4. Peserta pelatihan dapat memahami dan mengimplementasikan manajemen

nyeri

3. Sasaran

Sasaran dalam pelatihan manajemen nyeri ini adalah perawat di Instalasi Rawat Inap

Penyakit Dalam Dewasa di rumah sakit padang pariaman tahun 2018

4. Manfaat

Pelatihan ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

a. Perawat memahami dan mampu menerapkan manajemen nyeri

b. Perawat mampu melakukan transfer pengetahuan mengenai manajemen nyeri

dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan

5. Materi

Materi yang akan disampaikan dalam pelatihan ini adalah :

a. Konsep nyeri

b. Pengertian manajemen nyeri

c. Tahapan manajemen nyeri

d. Implementasi pelaksanaan manajemen nyeri

6. Metode

a. Ceramah / Diskusi

b. Role Playing

c. Behavior Modeling

7. Nara sumber

Narasumber dalam pelatihan manajemen nyeri ini adalah pelatih yang memiliki

kompetensi dan telah memiliki sertifikat sebagai pelatih.

8. Waktu dan tempat

Pelatihan dilakukan pada akhir Juli 2018 selama 2 hari.

9. Penutup

Demikianlah kerangka acuan ini dibuat dengan harapan dapat ditindaklanjuti dan

memperoleh dukungan dalam pelaksanaannya demi membawa kontribusi positif dalam

peningkatan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit padang pariaman 2018

Jakarta, 2018

Peneliti,

Adriyanti Amran

MODUL

MANAJEMEN NYERI

Oleh : Adriyanti Amran

NPM : 2016980026

PENERAPAN MANAJEMEN NYERI BAGI

PERAWAT

DISAMPAIKAN PADA PELATIHAN MANAJEMEN NYERI BAGI PERAWAT

A. Deskripsi

Bahasan dalam modul ini memberikan gambaran mengenai nyeri dan penerapan

manajemen nyeri .

B. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pembelajaran ini diharapkan perawat mampu memahami

manajemen nyeri dan menerapkan manajemen nyeri

2. Tujuan Khusus

Setelah pembelajaran perawat mampu :

a. Menjelaskan konsep nyeri

b. Menjelaskan pengertian manajemen nyeri

c. Menerapkan manajemen nyeri

d. Mengimplementasikan manajemen nyeri

C. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

a. Menjelaskan definisi nyeri

b. Menjelaskan fisiologi nyeri

c. Teori pengontrolan nyeri

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

e. Manajemen nyeri farmakologi (pemberian analgesik, efek samping therapy dan

cara pemberian therapy)

f. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan perawat harus memiliki kemampuan

dalam :

1). Mampu memperlihatkan sikap empati

2). Mampu mendengarkan secara aktif

3) Mampu memberikan respon verbal dan non verbal (sentuhan, bahasa tubuh)

berdasarkan kebutuhan klien

Langkah – langkah asuhan keperawatan

1. Pengkajian :

a). Melakukan pengkajian secara holistik, tepat dan akurat pada klien

melalui pendekatan sistemik yang meliputi lokasi, akrakteristik, durasi,

frekuensi, intensitas dan beratnya nyeri dan faktor pencetus (PQRST)

b) Melakukan anamnesa untuk mendapatkan riwayat kesehatan, penentuan

ada tidaknya nyeri

c) Melakukan pemeriksaan fisik dengan tepat

Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan,

respon fisiologis, respon perilaku, respon afektif

d) Menggali abnormalitas hasil pemeriksaan untuk mendukung

menetapkan masalah keperawatan sebagai landasan dalam merumuskan

diagnosa keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan

Merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan hasil pengkajian

a) Mengenal masalah

b) Menganalisa masalah

c) Merumuskan masalah dan faktor penyebab dan faktor resiko.

3. Perencanaan

Menyusun perencanaan keperawatan

a. Menentukan prioritas masalah

b. Menentukan tujuan

Tujuan :

1). Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri

2). Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri

kronis yang persisten

3). Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri

4). Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi

nyeri

5). Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan

pasien untuk menjalankan aktifitas sehari-hari

c. Menentukan kriteria keberhasilan

d. Menetapkan tindakan keperawatan yang dapat mengatasi masalah baik

bersifat mandiri maupun kolaboratif dengan mempertimbangkan aspek

budaya, etik dan legal.

4. Implementasi

a) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai prosedur (SPO) dengan

memperhatikan prioritas pada klien dalam mangatasi masalah kebutuhan

dasar manusia.{teknik nafas dalam, imajinasi terbimbing dan teknik

distraksi (visual,pendengaran, relaksasi, pernafasan, dan kognitif)}

b) Menyampaikan pesan tepat dan jelas

c) Melakukan kolaborasi dengan tim medis

d) Melakukan tindakan melalui kegiatan observasi dan mandiri

e) Memberikan pendidikan kesehatan sesuai masalah klien

5. Evaluasi

a. ) Melakukan eveluasi keperawatan

1) Menilai perkembangan kondisi klien

2) Memodifikasi, merubah intervensi keperawatan sesuai kebutuhan

klien.

b). Mendokumentasikan asuhan keperawatan

1). Menuliskan data secara sistematis dan jelas , yang menggambarkan

kondisi pasien sesungguhnya.

2). Mendokumentasikan dengan menggunakan teknologi informasi

3). Membuat catatan tentang perkembangan keadaan klien dan

menuliskan rencana tindak lanjut untuk klien.

D. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Hari Ke 1

No

Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Peserta

Alokasi

Waktu

Metode

1. Tahap pembukaan

a. Memberikan salam

b. Menjelaskan tujuan kegiatan

Mendengarkan 10 menit Ceramah,

diskusi

dan tanya

jawab

2. Tahap penyampaian materi

a. Menjelaskan definisi nyeri

b. Menjelaskan fisiologi nyeri

c. Menjelaskan teori

pengontrolan nyeri

d. Menjelaskan Faktor-faktor

yang mempengaruhi nyeri

e. Menjelaskan efek

membahayakan dari nyeri

f. Menjelaskan manajemen

nyeri farmakologi (pemberian

analgesik, efek samping

pemberian therapy

dan cara pemberian therapy)

Mendengarkan

dan diskusi

50 menit Ceramah,

diskusi

dan tanya

jawab

3. Tahap Penutup

a. Memberikan kesempatan

kepada peserta untuk

bertanya

b. Mengevaluasi materi yang

sudah disampaikan

c. Penutup

Hari Ke 2

No

Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Peserta

Alokasi

Waktu

Metode

1. Tahap pembukaan

c. Memberikan salam

d. Menjelaskan tujuan kegiatan

Mendengarkan 10 menit Ceramah,

diskusi

dan tanya

jawab

2. Tahap penyampaian materi

a. Menjelaskan pengkajian

nyeri

b. Menjelaskan manajemen

nyeri non farmakologi

c. Mendemonstrasikan

pengkajian nyeri

d. Mendemonstrasikan cara

melakukan metode

manajemen nyeri non

farmakologi (tekhnik nafas

dalam, imajinasi terbimbing

dan tekhik distraksi)

Mendengarkan

dan diskusi

50 menit Ceramah,

diskusi,

tanya

jawab dan

mendemo

nstrasikan

3. Tahap Penutup

a.Memberikan kesempatan

kepada peserta untuk bertanya

b.Mengevaluasi materi yang

sudah disampaikan

c.Penutup

E. Uraian Materi

1. Definisi nyeri

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan

eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007). Menurut

International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan

emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan

aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan (Smeltzer

& Bare, 2012). Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau

perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan (Alimul, 2006). Nyeri juga dapat

didefinisikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya

rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi

fisik, fisiologis, dan emosional (Alimul, 2006). Berdasarkan definisi diatas, dapat

disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu perasaan tidak nyaman yang bersifat subjektif

dan tidak dapat dirasakan orang lain dan diungkapkan oleh individu yang bersangkutan.

2. Fisiologi nyeri

Proses terjadinya nyeri dimulai dari reseptor nyeri. Reseptor nyeri adalah organ tubuh

yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh ini berupa ujung saraf

bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat dan secara potensial

dapat merusak. Reseptor nyeri disebut juga nociceptor (White, 2001). Menurut Potter

& Perry (2011) berdasarkan letaknya, nociceptor dapat dikelompokkan dalam

beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan

pada daerah visceral. Letak yang berbeda-beda inilah yang akan menimbulkan sensasi

yang berbeda pula terhadap nyeri yang dirasakan.

3. Teori Pengontrolan Nyeri

Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) dalam Smeltzer (2012), menjelaskan

bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di

sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan

saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.

Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri. Suatu

keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak

mengatur proses pertahanan. Neuron delta- A dan C melepaskan substansi C

melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme pertahanan

(Smeltzer dan Bare, 2002).

4. Tujuan penatalaksanaan nyeri

a. Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri

b. Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis yang

persisten

c. Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri

d. Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri

e. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk

menjalankan aktivitas sehari-hari.

5. Manajemen Nyeri

Dalam melakukan manajemen nyeri dapat dilakukan secara farmakologis dan

Nonfarmakologis (Potter & Perry 2011). Menurut Cox(2010) menyatakan bahwa

penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan mengkombinasikan antara majemen

nyeri farmakologis dan nonfarmakologis.

a. Manajemen Nyeri Farmakologi

Prinsip penatalaksanaan nyeri, pengobatan nyeri harus dimulai dengan analgesik

yang paling ringan sampai ke yang paling kuat. Penatalaksanaan nyeri secara

farmakologis efektif untuk nyeri sedang dan berat. Penanganan farmakologis yang

sering digunakan untuk menurunkan nyeri biasanya menggunakan obat analgesik

yang terbagi menjadi dua golongan yaitu analgesik non narkotik dan analgesik

narkotik. Penatalaksanaan nyeri dengan farmakologis yaitu dengan

menggunakan obat-obat analgesik (oral, intravena maupun intramuskuler).

Pendekatan farmakologi, merupakan tindakan kolaborasi antara perawat dengan

dokter, yang menekankan pada pemberian obat yang mampu menghilangkan

sensasi nyeri.

Pemberian analgesik

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis meliputi pemberian analgesik

diantaranya penggunaan opioid (narkotik), non opioid/NSAIDs (Non Steroid Anti

Inflamation Drugs), dan adjuvan serta ko-analgesik.

Daftar Analgesik Yang Umum Diberikan

Kelompok Jenis Keterangan

Analgesik

narkotik

Morfin sulfat, kodein sulfat,

meperidin hidroklorid, metadon,

pentazosin

NSAIDs Asetaminofen, asam asetilsalisilat

(aspirin),kolin magnesium trisalisilat,

diklofenak sodium, ibuprofen,

piroksisam, tolmetil sodium.

Analgesik

adjuvan

Amitriptillin, klorpromazin,

diazepam, hidrozin

Analgesik opioid (narkotik) terdiri dari berbagai derivat dari opium seperti morfin dan

kodein. Narkotik dapat menyebabkan penurunan nyeri dan memberi efek euforia

(kegembiraan) karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor opiat (ada beberapa

tipe reseptor opiat seperti mu, delta dan kappa) dan mengaktifkan penekan nyeri

endogen pada susunan saraf pusat. Narkotik tidak hanya menekan rangsang nyeri, tetapi

juga menekan pusat pernafasan dan batuk di medula batang otak. Dampak lain dari

obat narkotik adalah sedasi dan peningkatan toleransi obat sehingga kebutuhan dosis

obat akan meningkat.

Analgesik non opioid ( non- narkotik) sering juga disebut Non Steroid Anti Inflamation

Drugs (NSAIDs) seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen selain memiliki efek anti

nyeri juga memiliki efek anti–inflamasi dan anti demam. Obat-obat golongan ini

menyebabkan penurunan nyeri yang bekerja pada ujung saraf perifer didaerah yang

megalami cedera. Obat kelompok ini memiliki efek maksimum, yaitu peningkatan

dosis obat ini hingga kadar tertentu tidak menyebabkan peningkatan efek analgesia.

Obat ini umumnya diberikan untuk mengatasi nyeri terdiri dari berbagai beri ringan

sampai sedang.

Efek samping yang paling umum terjadi adalah gangguan pencernaan seperti adanya

ulkus gaster dan perdarahan gaster. Untuk mengatasi gangguan ini biasanya pemberian

obat dilakukan setelah atau bersama makanan dan atau memberikan antasid bersama-

sama dengan obat. NSAIDs mungkin dikontra indikasikan pada klien dengan gangguan

pembekuan darah, perdarahan gaster, penyakit ginjal dan trombositopeni

Analgesik adjuvan adalah obat yang dikembangkan bukan untuk memberikan efek

analgesik tetapi ditemukan mampu menyebabkan penurunan nyeri pada berbagai nyeri

kronis. Contohnya adalah sedatif ringan atau tranquilliser seperti diazepam (valium),

mungkin membantu menurunkan spasme otot yang disertai nyeri selain menurunkan

kecemasan, stress dan ketegangan sehingga klien mampu tidur dengan baik ( Potter &

Perry, 2006 ).

Efek samping pemberian terapi dan tindakkan pencegahan

1) Konstipasi

Pencegahan : tingkatkan asupan cairan dan makanan tinggi serat, tingkatkan

aktifitas, jika perlu berikan laksatif.

2) Mual dan muntah

Pencegahan : informasikan adanya mual dan selama beberapa hari awal

pemberian, berikan anti emetik bila perlu, ganti dengan analgetik lain.

3) Sedasi

Pencegahan : jelaskan bahwa toleransi mungkin dicapai setelah 3-5 hari.

4) Depresi pernafasan

Pencegahan : berikan antagonis opium sampai pernafasan kembali normal.

5) Gatal

Pencegahan : berikan kompres dingin, cairan pelembab, berikan anti histamin dan

informasikan toleransi dapat juga menimbulkan gatal.

6) Retensi obat

Pencegahan : beri antagonis narkotik seperti nalokson hidroklorid, mungkin perlu

dilakukan pemasangan kateter.

Cara pemberian analgesik

a) Parenteral (intra muskuler, intra vena, dan sub kutan), efek yang dihasilkan

lebih cepat dibanding pemberian oral, tetapi durasi efeknya lebih pendek.

b) Oral , dipilih pada klien yang mampu minum obat karena pemberian seperti ini

mudah, non invasif dan tidak menyakitkan seperti pada injeksi. Nyeri berat

dapat dihilangkan dengan narkotik oral jika dosisnya cukup tinggi.

c) Rektal , mungkin diindikasikan pada klien yang tidak mampu menggunakan

obat-obat melalui cara pemberian lain. Cara pemberian ini juga diindikasikan

bagi klien dengan masalah perdarahan seperti hemofilia

d) Transdermal, digunakan untuk mencapai kadar opioid yang konsisten dalam

serum melalui absorpsi obat melalui kulit. Metode ini digunakan untuk

menangani nyeri pasca operasi dan juga nyeri kanker.

e) Intraspinal, infus opioid atau agen anastesi lokal ke dalam ruang subarakhnoid

atau ruang epidural, efektif untuk mengontrol nyeri pada klien pasca operatif

dan nyeri kronis yang tidak reda dengan metode lain.

6. Pengkajian Nyeri

a. Skrining Nyeri

Prosedur skrining dilakukan untuk mengidentifikasi pasien dengan rasa sakit, pasien

dapat diobati di rumah sakit atau dirujuk. Lebih jauh dijelaskan bahwa apabila pasien

dirawat di rumah sakit, lakukan assesment yang lebih komprehensif. (SNAR, 2017)

b. Intensitas Nyeri

Gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu dinamakan

intensitas nyeri. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua

orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan

pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologis

tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak

dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

Pada penelitian ini untuk intensitas nyeri digunakan Visual Analag Scale (VAS).

Skala nyeri ini berbentuk garis horisontal sepanjang 10 cm. Ujung kiri biasanya

menandakan tidak nyeri sedangkan ujung kanan biasanya menandakan nyeri berat.

Cara kerjanya dengan meminta pasien untuk menunjuk titik pada garis yang

menunjukkan letak nyeri terjadi disepanjang rentang tersebut (Smeltzer & Bare,

2002).

c. Karakteristik Nyeri

Pendekatan pengkajian karakteristik nyeri dengan menggunakan PQRST dapat

mempermudah perawat dalam melakukan pengkajian nyeri yang dirasakan pasien

(Muttaqin, 2011). Pendekatan dengan menggunakan PQRST tersebut adalah sebagai

berikut :

a) Provoking Incident : apakah ada faktor yang menjadi penyebab nyeri, apakah

nyeri berkurang jika beristirahat. Faktor-faktor yang dapat meredakan nyeri dan

apa yang dipercaya pasien untuk membantu mengatasi nyerinya.

b) Quality or Quantity of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan pasien, apakah seperti terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk.

c) Region radiation, relief : dimana lokasi nyeri harus ditunjukkan dengan tepat

oleh pasien, apakah rasa sakit itu menjalar atau menyebar dan dimana rasa sakit

terjadi.

d) Severity (scale) of Pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan mempengaruhi

kemampuan fungsinya terhadap aktifitas kehidupan sehari-hari misalnya

tidur,makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain dan aktifitas.

e) Time : berapa lama nyeri berlangsung (bersifat akut atau kronis), kapan, apakah

ada waktu-waktu tertentu yang menambah rasa nyeri.

7. Manajemen Nyeri Non Farmakologi

Pendekatan non farmakologi, merupakan tindakan mandiri perawat untuk

menghilangkan nyeri dengan menggunakan teknik manajemen nyeri diantaranya :

a. Distraksi

Adalah suatu tindakan pengalihan perhatian klien kehal-hal lain diluar nyeri, sehingga

dengan demikian diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan klien terhadap nyeri

bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Distraksi dapat dilakukan dengan

meminta klien menonton tv, membaca, bernyanyi dan berdoa. Membaca Al Quran atau

mendengarkan morrotal Al Quran.

b. Relaksasi nafas dalam

Adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stres

sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Relaksasi terbagi menjadi

relaksasi nafas dalam dan relaksasi otot. Tindakan relaksasi nafas dalam adalah tindakan

yan sederhana tapi mampu mengurangi keluhan nyeri pada klien.

c. Imajinasi terbimbing

Adalah upaya untuk menciptakan kesan dalam fikiran klien, kemudian berkonsentrasi

pada kesan tersebut sehingga secara bertahap dapat menurunkan persepsi nyeri klien.

Tindakan ini dapat dilakukan secara bersamaan dengan tindakan relaksasi

DAFTAR PUSTAKA

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit , (2017). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit.

Jakarta

Muttaqin, A. (2011). Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta:

Salemba Medika.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2011). Buku ajar fundamental: konsep, proses dan praktik.

Jakarta: EGC.

Smeltzer, S & Bare, B. (2012). Buku ajar keperawatan medikal bedah: Brunner & Suddarth.

Vol 1. (Ed 8). Jakarta: EGC.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC.

WHO Analgesic Ladder

IDENTITAS PENULIS

Nama : Adriyanti Amran

NPM : 2016980026

Tempat/Tgl. Lahir : Medan, 08 Desember 1972

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat e-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan:

1. SD Negeri 060822 Medan : Lulus tahun 1985

2. SMP Negeri 3 Medan : Lulus tahun 1988

3. SMA Negeri 5 Medan : Lulus tahun 1991

4. DIII Keperawatan Dewi Maya Medan : Lulus tahun 1994

5. S1 Keperawatan PSIK Unand Padang : Lulus tahun 2003

6. Pogram Ners PSIK Unand Padang : Lulus tahun 2004

7. Program Akta 5 Universitas Negeri Padang : Lulus tahun 2004

8. Magister keperawatan : Tahun 2016 - sekarang

Riwayat Pekerjaan :

1. Perawat kamar bedah di rumah sakit Dewi Maya Medan, Tahun 1994 - 1996

2. Perawat ICU di rumah sakit Matha Friska Medan. Tahun 1996-1998

3. Perawat Accident and Emergency di rumah sakit Internasional Glenagles Medan ,

Tahun 1998-2000

4. Ka. Prodi D3 Keperawatan Stikes Ceria Buana – Sumbar, Tahun 2004 - 2006

5. Staff Puskesmas Kurai Taji – Pariaman , Sumbar , Tahun 2006 - 2009

6. Staff Seksi Jaminan Kesehatan – Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tahun 2009 – 2012

7. Staff Puskesmas Pejuang Kota Bekasi, Tahun 2012 – sekarang

MAHASISWA PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN FIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth:

Bapak/Ibu Perawat

Di

Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini , mahasiswa Manajemen Keperawatan Pasca Sarjana

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Nama : Adriyanti Amran

NRM : 2016980026

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pelatihan Manajemen Nyeri

Terhadap Peningkatan Kompetensi Manajemen Nyeri oleh Perawat di ruang Penyakit

Dalam Dewasa dirumah sakit padang pariaman tahun 2018”

Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi bapak dan ibuk sekalian.

Kerahasiaan serta informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk tujuan

penelitian.

Apabila Bapak/Ibu menyetujui maka dengan ini saya mohon kesediaannya untuk menanda

tangani lembaran persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dalam

lembaran kuesioner. Atas kesediaan Bapak/ Ibu sebagai responden saya mengucapkan terima

kasih.

Jakarta , 2018

Peneliti

(Adriyanti Amran)

Lampiran .......

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Setelah mendapat penjelasan tentang tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian dari peneliti,

saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi responden penelitian

yang dilakukan oleh Adriyanti Amran Mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Muhamadiyah Jakarta dengan judul “Pengaruh Pelatihan

Manajemen Nyeri Terhadap Peningkatan Kompetensi Perawat di ruang Penyakit Dalam

Dewasa dirumah sakit padang pariaman tahun 2018”

Demikian persetujuan ini saya berikan untuk dapat dipergunakan semestinya.

Pariaman , 2018

Responden

(………………………..)

KUESIONER PENELITIAN

Petunjuk Pengisian:

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan menulis pada tempat yang telah disediakan

check list (√) pada salah satu pilihan yang sudah disediakan

Kode Responden :

(Diisi oleh peneliti)

A. Identitas Responden

1. Inisial Responden : ….

2. Usia : …. Tahun

3. Masa Dinas : …. Tahun

4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

5. Pendidikan : SPK/SPR DIII Kep

S1 Keperawatan/Ners S2 Keperawatan

6. Status : Kawin Belum Kawin

Kuesioner Pengetahuan Perawat

Petunjuk Pengisian

1. Berilah tanda cheklist (√) pada kolom “Betul”, jika pernyataan tersebut menurut

Bapak/Ibu Betul

2. Berilah tanda cheklist (√) pada kolom “Salah”, jika pernyataan tersebut menurut

Bapak/Ibu Salah

No Pernyataan Betul Salah

1. Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan

dengan menanyakan faktor yang memicu

timbulnya nyeri

2. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang

yang berfungsi untuk menerima

ransangan nyeri

3. Teori gate kontrol mengatakan bahwa

bahwa impuls nyeri dapat diatur atau

dihambat oleh mekanisme pertahanan

disepanjang sistem saraf pusat

4. Skrining nyeri merupakan langkah awal

bagi perawat sebelum melakukan

manajemen nyeri non farmakologi

5. Nyeri adalah sensori subyektif dan

emosional yang tidak menyenangkan

yang dapat terkait dengan kerusakan

jaringan aktual maupun potensial

6. Pendekatan farmakologi merupakan

tindakan kolaburasi antara perawat

dengan dokter, yang menekankan pada

pemberian obat.

7. Manajemen nyeri adalah tindakan

pemberian obat yang dilakukan oleh

dokter

8. Menganjurkan pasien untuk

mendengarkan ayat suci Alquran adalah

salah satu contoh dari tekhnik relaksasi.

Lampiran 2

9. Non Steroid Anti Inflamation Drug

(NSAID), dapat digunakan pada keadaan

nyeri yang sangat hebat

10. Analgesik merupakan metode umum yang

efektif untuk mengatasi nyeri

11. Depresi pernapasan jarang terjadi pada

pasien yang telah menerima opioid selama

beberapa bulan.

12. Pasien dengan nyeri harus dibantu untuk

mengatasi nyeri sebelum terjadi

peningkatan nyeri.

13. Pasien harus disarankan untuk

menggunakan teknik non farmakologi

saja, tidak bersamaan dengan tekhnik

farmakologi.

14. Visual Analog Scale (VAS), adalah alat

yang dapat membantu perawat

menetapkan skala nyeri pasien, dengan

cara memperkirakan berat ringannya

nyeri yang dirasakan pasien

15. Analgesik non opioid adalah jenis

analgesik narkotik

16. Aspirin dan agen anti-inflamasi

nonsteroid lainnya tidak efektif untuk

nyeri akibat metastase

17. Dalam pengkajian tidak penting

menanyakan karakteristik nyeri dengan

pendekatan menggunakan PQRS

18. Penataan nyeri non farmakologi antara

lain relaksasi, distraksi dan imajinasi

terbimbing

19. Tekhnik relaksasi adalah upaya

menciptakan kesan dalam fikiran pasien

dan pasien berkonsentrasi dengan kesan

tersebut.

20. Opioid adalah jenis analgesik non narkotik yang dipakai dalam penanganan

nyeri .

21. Pendekatan pengkajian karakteristik nyeri

pasien menggunakan PQRST, dimana T

adalah waktu kapan nyeri dirasakan

pasien

22. Hipnosis merupakan tekhnik distraksi

dalam manajemen non farmakologi

23. Yang termasuk teknik distraksi adalah

alih fokus perhatian dan dukungan

keluarga

24. Pendekatan pengkajian dengan metode

PQRST, mempermudah perawat

melakukan pengkajian nyeri

25. Manajemen nyeri non farmakologi adalah

tugas kolaboratif perawat, sedangkan

manajemen nyeri farmakologi merupakan

tugas mandiri perawat.

26. Salah satu guna pengkajian respon nyeri

adalah respon afektif

27. Mekanisme adaptasi klien terhadap nyeri

terdapat dalam tujuan dalam pelaksanaan

nyeri

28. Durasi keluhan nyeri dan mengurangi

intensitas nyeri adalah merupakan bagian

dari pengkajian

29. Salah satu tujuan dari pelaksanaan nyeri

adalah mengurangi penderitaan dan

ketidak mampuan akibat nyeri

30. Distraksi adalah merupakan tindakan

farmakologi

31. Pengukuran nyeri dengan pendekatan

objektif yang paling mungkin adalah

menggunakan respon fisiologis

32. Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau

intoleransi terhadap terapi nyeri

merupakan tujuan pelaksanaan nyeri

33. Proses nyeri dimulai dari reseptor non

nyeri

34. Impuls nyeri tdak dapat diatur , dihambat

oleh mekanisme pertahanan

35. Letak yang berbeda pada rangsangan

nyeri akan menimbulkan sensasi yang

sama terhadap nyeri yang dirasakan

Kuesioner Sikap Perawat

Petunjuk :

Isilah pernyataan berikut dengan memberikan tanda ceklis (√) pada kolom jawaban yang

disesuaikan dengan pemahaman anda

1. Selalu (SL), jika pernyataan tersebut selalu anda lakukan

2. Sering (SR), jika pernyataan tersebut sering dilakukan

3. Kadang-kadang (KD), jika pernyataan jarangdilakukan

4. Tidak Pernah (TP), jika pernyataan sama sekali tidak pernah dilakukan

No Pernyataan SL SR KD TP

1. Saya melakukan skrining nyeri dalam

pengkajian awal terhadap pasien baru

masuk

2. Saya mengkaji faktor yang menyebabkan

nyeri pada pasien

3. Saya melakukan pengkajian nyeri guna

menentukan ada tidaknya nyeri

4. Saya menggunakan metode PQRST dalam

mengkaji karakteristik nyeri pasien

5. Saya melakukan pengkajian respon nyeri

guna melihat respon afektif pasien

6. Saya menetapkan skala nyeri pasien

bersama pasien dengan menggunakan skala

VAS

7. Saya memberikan analgesik sesuai anjuran

dokter

8. Saya menanyakan keluhan pasien terhadap

efek samping akibat pemberian analgesik

9. Saya mendemonstrasikan kepada pasien

salah satu metode manajemen nyeri non

farmakologi

10. Saya melihat kemampuan pasien

melakukan salah satu metode manajemen

nyeri yang saya contohkan

11. Saya mengevaluasi skala nyeri pasien

setelah dilakukan manajemen nyeri

farmakologi

12. Saya melakukan pencatatan atas

peningkatan nyeri pasien menuju rasa

nyaman

Lampiran 3

13. Saya mengevaluasi skala nyeri pasien

setelah dilakukan manajemen nyeri non

farmakologi

14. Saya melakukan salah satu distraksi untuk

manajemen non farmakologi

15. Saya menjelaskan kepada pasien untuk

prosedur tindakan

LEMBAR OBSERVASI PENERAPAN MANAJEMEN NYERI

No PERNYATAAN Dilakukan Tidak

dilakukan

1. Perawat melakukan skrining nyeri

pada pengkajian awal

2. Perawat mengkaji faktor yang

menyebabkan nyeri pada pasien

3. Perawat menggunakan metode

PQRST dalam mengkaji karakteristik

nyeri pasien

4. Perawat menetapkan skala nyeri

pasien bersama pasien dengan

menggunakan skala VAS

5. Perawat memberikan analgesik sesuai

anjuran dokter

6. Perawat menanyakan keluhan pasien

terhadap efek samping akibat

pemberian analgesik

7. Perawat mendemonstrasikan kepada

pasien salah satu metode manajemen

nyeri non farmakologi

8. Perawat melihat kemampuan pasien

melakukan salah satu metode

manajemen nyeri non farmakologi

yang dicontohkan perawat

9. Perawat mengevaluasi skala nyeri

pasien setelah dilakukan manajemen

nyeri farmakologi dan non

farmakologi

10. Perawat melakukan pencatatan atas

peningkatan kenyamanan atau

peningkatan nyeri pasien

Lampiran 4

Draf SOP Manajemen Nyeri

RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH

PADANG PARIAMAN

MANAJEMEN NYERI

Jl. Raya Bukit Tinggi

Desa Parit Malintang

No. Dokumen

......../....../2018

No. Revisi

Halaman

STANDAR

OPERASINAL

PROSEDUR

DITETAPKAN OLEH

DIREKTUR RSUD

PADANG PARIAMAN

dr. .................

I. PENGERTIAN : Menyiapkan pasien dan keluarga tentang strategi

mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level

kenyamanan yang diterima oleh pasien

II. TUJUAN : Memfasilitasi pasien untuk tindakan pengurangan

nyeri

III. KEBIJAKAN : Dilakukan pada pasien yang mengalami nyeri

IV. PROSEDUR : 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif

tentang nyeri, termasuk lokasi, karakteristik,

onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas,

atau beratnya nyeri dan faktor presipitasi

2. Amati perlakuan non verbal yang

menunjukkan ketidaknyamanan, khususnya

ketidakmampuan komunikasi efektif

3. Pastikan pasien menerima analgesik yang

tepat/ tindakan mandiri manajemen nyeri

4. Gunakan strategi komunikasi terapeutik yang

dapat diterima tentang pengalaman nyeri dan

merasa menerima respon pasien terhadap nyeri

Lampiran 5

5. Identifikasi dampak pengalaman nyeri

terhadap kualitas hidup

6. Evaluasi pasca mengalami nyeri termasuk

riwayat individu dan keluarga mengalami

nyeri kronik atau yang menimbulkan

ketidakmampuan

7. Evaluasi bersama klien tentang efektifitas

pengukuran kontrol paska nyeri yang dapat

digunakan

8. Bantu pasien dan keluarga untuk memperoleh

dukungan

9. Bersama keluarga mengidentifikasi kebutuhan

untuk mengkaji kenyamanan pasien dan

merencanakan monitoring tindakan

10. Beri informasi tentang nyeri seperti penyebab

nyeri, berapa lama berakhir, antisipasi

ketidaknyamanan dari prosedur

11. Ajarkan kepada pasien untuk mengontrol

faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi

respon pasien mengalami ketidaknyamanan

(misal: temperature ruangan, cahaya,

kebisingan)

12. Mengajarkan pada pasien bagaimana

mengurangi atau menghilangkan faktor yang

menjadi presipitasi atau meningkatkan

pengalaman nyeri (misal: ketakutan,

kelemahan, monoton, dan rendahnya

pengetahuan)

13. Pilih dan implementasikan berbagai

pengukuran (misal: farmakologi,

nonfarmakologi, dan interpersonal) untuk

memfasilitasi penurun nyeri

14. Mengajarkan kepada pasien untuk

mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri

ketika memilih strategi penurun nyeri

15. Anjurkan pasien untuk memantau nyerinya

sendiri dan intervensi segera

16. Ajarkan teknik penggunaan nonfarmakologi

(misal: biofeedback, TENS, hypnosis,

relaksasi, guided imagery, terapi musik,

distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas,

acupressure, terapi dingin/panas, dan pijatan)

17. Jelaskan tentang penggunaan analgetik untuk

penurun nyeri yang optimal

18. Gunakan pengukuran control nyeri sebelum

nyeri meningkat

19. Lakukan verifikasi tingkat ketidaknyamanan

dengan pasien, catat perubahan pada rekam

medik.

20. Evaluasi keefektifan pengukuran kontrol nyeri

yang dilakukan dengan pengkajian terus-

menerus terhadap pengalaman nyeri

21. Modifikasi pengukuran kontrol nyeri pada

respon pasien

22. Dorong istirahat yang adekuat/tidur untuk

memfasilitasi penurunan nyeri

23. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan

pengalaman nyeri, sesuai keperluan

24. Beri informasi yang akurat untuk mendukung

pengetahuan keluarga dan respon untuk

pengalaman nyeri

25. Melibatkan keluarga dalam modalitas penurun

nyeri, jika mungkin

26. Pantau kepuasan pasien dengan manajemen

nyeri pada rentang spesifik

V. UNIT TERKAIT: Semua instalasi terkait

DRAFT FORMAT TINDAKAN DISTRAKSI

No Aspek Yang dinilai

Tidak

dilaku

kan

Dilaku

kan

Ket

1. Membina hubungan saling percaya

2. Menjelaskan prosedur tindakan

3. Anjurkan klien untuk mencari posisi

yang nyaman

4. Duduk dengan klien tapi tidak

mengganggu

5. Melakukan bimbingan kepada klien:

a. Meminta klien memikirkan hal-hal

yang menyenangkan.

b. Ketika klien relaks dan berfokus

pada bayangannya, perawat

menunggu dalam kondisi diam

c. Jika klien menunjukkan adanya

agitasi, gelisah dan tidak nyaman,

hentikan latihan dan mulai lagi saat

klien siap.

d. Relaksasi akan mempengaruhi klien

selama 15 menit, catat daerah yang

tegang dan biasanya klien akan

relaks setelah menutup matanya

sambil mendengarkan musik yang

lembut

e. Catat hal-hal yang membantu klien

untuk relaks untuk digunakan pada

latihan selanjutnya

Lampiran 6

6. Dokumentasikan tindakan

keperawatan

DRAFT FORMAT TINDAKAN RELAKSASI

No Aspek Yang dinilai Tidak

Dilaku

kan

Dilaku

kan

Ket

1.

Posisi klien diatur sedemikian rupa

hingga klien merasa nyaman, bisa

duduk atau berbaring

2.

Instruksikan klien untuk menghirup

nafas dalam hingga rongga dada berisi

udara bersih.

3.

Pasien perlahan menghembuskan

nafas dan membiarkannya keluar dari

semua tubuh, saat itu suruh klien

merasakan betapa rasanya.

4. Pasien bernafas normal beberapa saat

(1-2 menit)

5. Pasien bernafas dalam dan

menghembuskan perlahan dan rasakan

udara mengalir dari tangan, kaki dan

menuju ke paru. Kemudian ulangi

kembali.

6. Setelah klien rileks kemudian irama

nafas ditambah. Gunakan

pernafasan dada dan abdomen.

7. Kaji respon klien setelah diberikan

terapi relaksasi nafas dalam

8. Dokumentasikan tindakan

Lampiran 7